energiapep edisi 11

44
GELIAT GELIAT PRODUKSI PRODUKSI EDISI TAHUN I VOL 11 Meski belum memenuhi target, produksi EOR mulai meningkat. Peak production baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot. EOR MERAMBAT NAIK

Upload: saiful-arif

Post on 15-Sep-2015

243 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

eee

TRANSCRIPT

  • GELIAT GELIAT PRODUKSIPRODUKSI

    EDISI TAHUN I VOL 11

    Meski belum memenuhi target, produksi EOR mulai meningkat. Peak production baru dicapai sepuluh tahun setelah kick o sumur pilot.

    EOR MERAMBAT NAIK

  • 2 TAHUN I VOLUME 11pep.pertamina.com

    Implementasi BPMS

  • 3VOLUME 11 TAHUN I

    S ELALU ada cahaya di ujung lorong, kalimat bijak ini dikutip banyak orang, menjadi mantra penyemangat. Setelah ada kesusahan pasti di-temukan kemudahan. Yang penting tak boleh menyerah. Begitulah, karyawan Pertamina EP, terutama di bagian produksi, saat mengha-dapi kenyataan produksi di bulan Januari yang terjerembab. Saat itu malah ada pekan ketika produksi turun di bawah . BOPD, hal yang tak pernah terjadi sebelumnya.

    Semua menyingsikan baju, bahu membahu, tak saling mencari kambing hitam. Berbagai kendala produksi diurai satu per satu. Sampai akhirnya cahaya di ujung lorong itu datang di Bulan Ramadhan. Produksi mulai rebound, menyentuh batas psikologis, di atas 120.000 BOPD.

    Secara khusus saat Halal Bihalal lalu, Presiden Direktur Pertamina EP Adriansyah memuji kinerja anak buahnya Di Bulan Ramadhan kemarin produksi kita meningkat. Itu merupakan sebuah tanda bahwa pada bulan puasa kemarin kita tetap bekerja ekstra keras, ujarnya. Tak sekadar bekerja keras, Adriansyah juga menggerisbawahi sinergi antarseluruh pekerja. Dengan modal itu, ia yakin trend kenaikan produksi bisa dipertahankan.

    Pertamina EP boleh jadi berbeda dengan KKKS lain. Jika yang lain bekerja hanya untuk perusahaannya, karyawan Pertamina EP, selain kepada perusahaan, juga bekerja untuk Indonesia. Di tengah produksi minyak nasional yang terus turun sementara konsumsi BBM terus meningkat, ketahanan energi menjadi pertaruhan. Menghadapi kenyataan seperti ini, pemerintah sangat mengandalkan Pertamina yang sebagian besar produksinya dihasilkan dari ladang-ladang minyak Pertamina EP.

    Edisi kali ini, kami mengangkat fenomena produksi yang mulai menggeliat sebagai Laporan Utama dilengkapi dengan kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai target, antara lain ganguan keamanan yang masih terjadi di beberapa lapangan. Banyak yang optimistis produksi Pertamina EP bisa dipompa sampai titik optimum. Bahkan, Direktur Hulu menargetkan Pertamina EP akan menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia pada 2018. Predikat ini dalam sejarah perminyakan Indonesia selama ini selalu dipegang KKKS asing.

    Target itu akan tercapai, menurut Direktur Hulu Muhamad Husen, jika Pertamina EP melakukan hal-hal di luar kebiasaan, biasa disebut dengah TOTB (Th inking Out of Th e Box). Resep untuk menaikkan produksi itu bisa diikuti di rubrik wawancara.

    Tak lupa dalam kesempatan ini, jajaran redaksi ENERGIA Pertamina EP mengucapkan selamat Idul Fitri 1435 H. Minal Aidin Walfaizin. Mohon maaf lahir dan batin.

    CAHAYA RAMADHAN

    cover : Pompa angguk sumur minyak PT Pertamina EP Field Rantau. Difoto oleh Tatan Agus RST.

    D A R I R E D A K S I

  • 4 TAHUN I VOLUME 11

    Pemimpin Redaksi: Aji Prayudi (VP Legal Relations) Redaktur Pelaksana: Arya Dwi Paramita, Panjie Galih Anoraga Redaksi: Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong.Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29, Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatan email: [email protected]

    S U R A T P E M B A C A

    Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke: [email protected]

    Apresiasi KesuksesanPertamina EP

    KESUKSESAN Pertamina EP dalam menemukan sum-ber-sumber minyak dan gas baru untuk menambah pun-di-pundi produksi migas nasional patut diacungi jempol. Pertamina melalui anak perusahaahannya terus agresif melakukan berbagai upaya untuk menambah cadangan migas.

    Kesuksesan penemuan cadangan migas baru ini juga disokong oleh kebijakan perusahaan yang menerapkan kebijakan baik exploration way ataupun drilling way serta berbagai kebijakan lainnya yang mendukung upaya pe-nemuan sumber cadangan baru. Hal ini juga memperli-hatkan bahwa, Pertamina secara umum menjalankan kebijakan pemerintah melalui instruksi Presiden (Inpres) nomor 2 tahun 2012, tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional.

    Inpres yang dikeluarkan pada 10 Januari 2012 itu, berkaitan erat dengan upaya pemerintah Indonesia me-nargetkan produksi minyak bumi nasional paling sedikit rerata 1,01 juta barrel per hari di 2014. Untuk mendu-kung hal tersebut, Presiden menginstruksikan seluruh ja-jaran kementrian, gubernur hingga bupati atau walikota untuk memantu suksesnya target produksi minyak bumi nasional tersebut, melalui koordinasi lintas kementrian serta pusat-daerah.

    Sayang, target produksi minyak bumi nasional hingga 2014 ini tidak mencapai target. Bahkan untuk lifting mi-nyak nasional di 2014, jauh dibawah target yang dipatok dalam Inpres tersebut. Bahkan untuk target lifting APBN 2014 sebesar 870 ribu barrel per hari pun, SKK Migas an-gkat tangan dan hanya sanggup di angka 813 ribu barrel per hari.

    Meski tidak terpenuhinya target produksi 1 juta barrel per hari tersebut, di sisi lain kita melihat ada kon-tribusi yang signi kan yang diberikan Pertamina, khu-

    susnya Pertamina EP terhadap produksi minyak nasio-nal. Pertamina EP mampu memberi kontribusi lebih dari 50 persen terhadap produksi minyak bumi nasional.

    Kontribusi ini akan semakin besar, melihat penca-pian yang diraih Pertamina EP dari beberapa sumur yang berhasil memproduksi migas maupun puluhan ke-giatan eksplorasi yang dilakukan di berbagai lapangan prospektif, baik work over maupun eksplorasi baru. Ini sesuatu yang membanggakan bagi bangsa ini. Bahwa meski mengelola sumur-sumur uzur dengan tingkat penurunan alamiah yang demikain besar, namun usaha Pertamina EP untuk mendapatkan sumber minyak baru tidak pernah terhenti.

    Karena itu, sudah selayaknya, Pemerintah juga pe-merintah memberi apresiasi terhadap uapaya Pertamina dalam memberi kontribusi terhadap produksi minyak nasional. Apresiasi itu bisa dilakukan dengan memberi-kan lapangan-lapangan migas yang potensial untuk di-kelola oleh Pertamina. Tidak ada yang perlu diragukan dari peran dan kontribusi Pertamina. Jika Pertamina sukses mendapatkan sumber migas yang potensial, maka semuanya akan bermuara pada negara dan kese-jahteraan bangsa ini.

    Di negara manapun yang memiliki potensi minyak, perusahaan negaranya, selalu mendapatkan prioritas untuk mengelola lading minyak potensial. Jangan lagi meragukan kemampuan Pertamina. Sumber daya manu-sia, teknologi dan berbagai instrument lain untuk men-dukung kesuksesan dalam kegiatan menemukan sumber minyak setara dengan peruahaan-peruahaan internasio-nal lainnya. Dan keberpihakan pemerintah terhadap per-usahaan nasional seperti Pertamina di mana pemerintah adalah pemegang sahamnya menjadi mutlak diperlukan. Semoga kontribusi Pertamina terhadap negeri ini tidak pernah surut.

    Ihsanul AkbarDepok

  • 5VOLUME 11 TAHUN I

    Produksi akan begini-begini saja kecuali kalau kita melakukan hal yang berbeda. Kita harus mencari daerah-daerah yang bisa menghasilkan produksi yang tinggi.

    ASSET HARUS PUNYAWAWASAN KORPORASI

    24

    WAWANCARA:

    Muhamad HusenDIREKTUR HULU PT PERTAMINA PERSERO

    ZA

    KY

    AR

    SY

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

    Pertamina EP Field Rantau mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan. Mengarah pada ekonomi terintegrasi.

    MANDIRI DENGAN LEISA

    3932 WISATA: Mereguk Kecantikan Rinjani

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

    Pada Semester I, Pertamina EP mencatatkan laba Rp 11, 6 Triliun, lebih tinggi 15,08% dibandingkan periode sama tahun lalu. Asset harus punya wawasan korporasi dan berani merealokasi kegiatan.

    Ilegal Mining dan Ilegal Tapping mempengaruhi kinerja produksi Pertamina EP. Masyarakat lokal dilibatkan untuk menjaga aset negara.

    TETESAN REZEKI TELAGA SAID

    EOR MERAMBAT NAIK

    GELIAT PRODUKSI

    Mengendalikan Korosi Pipa Tertanam Dengan Proteksi Katodik dan Coating 16

    Inspirasi: Keajaiban Inkubator Gratis 20

    Rana: Dolly Tersenyum 28

    Safari Ramadhan & Halal Bihalal 40

    Lensa Asset 42

    D A F T A R I S I

    6

    11

    14Meski belum memenuhi target, produksi EOR mulai meningkat. Peak production baru dicapai sepuluh tahun setelah kick o sumur pilot.

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

  • L A P O R A N U T A M A

    6 TAHUN I VOLUME 11

  • 7VOLUME 11 TAHUN I

    Pada Semester I, Pertamina EP mencatatkan laba Rp 11, 6 Triliun, lebih tinggi 15,08% dibandingkan

    periode sama tahun lalu. Asset harus punya wawasan korporasi dan berani merealokasi kegiatan.

    GELIAT PRODUKSI

    M EMASUKI semes-ter II, karyawan Pe r t a m i n a E P lebih sumringah. Produksi minyak sudah menembus angka psikologis di atas . barel per hari. Yang menggembirakan tren-nya terus naik. Kami optimistis pada semester II, target . BOPD se-perti tercantum dalam WP& B akan ter-capai, ujar Presiden Direktur Pertamina EPAdriansyah. WP & B ini merupakan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yang disepakati KKKS dengan SKK Migas sebagai badan pengatur ke-giatan hulu migas. Sementara oleh kor-porat target yang harus dicapai lebih tinggi lagi sekitar . BOPD.

    Pada Januari 2014, produksi Pertamina EP sempat berada pada titik nadir, terendah dalam sejarah Ada hari-hari, produksi terjerembab pada angka di bawah 100.000 BOPD. Penyebabnya bukan sekadar penurunan alamiah su-mur-sumur tua yang rata-rata mencapai 30 %. Selama ini, Pertamina EP relatif teruji mengelola sumur-sumur uzur se-hingga produksi relatif stabil.

    Cuaca ekstrem menjadi penyebab utama produksi kocar kacir. Karena cuaca buruk, hawser FSO Cinta Natomas di JOB PPEJ putus pada 21-30 Januari 2014 sehingga produksi langsung kem-pis sebesar 7.421 BOPD. Cuaca juga me-nyebabkan bocornya floating hose SBM sebesar di FSO Aberkha pada 20-26 Mei 2014 sehingga produksi Lapangan Poleng susut 588 BOPD. Beberapa La-pang an juga mengalami problem kepa-siran sehingga tidak berproduksi opti-mal. Secara keseluruhan produksi Janu-ari tercatat sebesar 111.097 BOPD.

    Saat itu tak hanya karya produksi yang lesu, bagian lain pun ikut lemas. Mereka cemas kondisi akan terus mem-buruk sehingga perusahaan goyah. Bagaimana kami tidak cemas? Selama bekerja di EP, belum pernah produksi serendah itu, ujar salah seorang karya-wan dari Fungsi Supporting.

    Setelah gangguan cuaca pergi dan kerusakan diperbaiki, hambatan lain menghampiri. Pada bulan-bulan berikut-nya produksi oleng karena gangguan tek-nis low & o , mulai dari jaringan listrik, ESP, turbin sampai kompresor. Jum-lahnya berderet. Lapangan Ramba kehi-langan 220 BOPD karena gangguan elec-trical trip. Lapangan Limau yang kehi-langan 804 BOPD karena problem ESP.

    Kendala turbin power plant terjadi di X-Ray sehingga semur di Lapangan Jati-barang ini tak bisa memompa produksi ke Balongan sebesar 1.812 BBLS. Hanya turbin 1 D yang beroperasi. Se lain pro-duksi gas, minyak pun berkurang sebesar 622 BOPD. Semen tara gangguan kom-presor terjadi di Lapangan TAC PAN. Tujuh sumur gas lift berhenti beroperasi karena kerusakan pada UA GL Compressor. Akibat nya, kehilangan produksi sampai 1.000 BOPD.

    Problem kita itu karena peralatan sudah tua. Itu harus segera diatasi, ujar Direktur Hulu Muhamad Husen. Ke depan, harus sesuai dengan best practic-es. Kalau dua puluh tahun harus digan-ti, ya ganti. Jangan seperti sekarang bo-lak-balik dperbaiki, Husen menegaskan (lihat wawancara halaman 24).TA

    TAN

    AG

    US

    RS

    T

  • 8 TAHUN I VOLUME 11

    Di lapangan, persoalan peralatan kerap bikin pusing tujuh keliling. Di Lapangan Rantau, misalnya, untuk produksi EOR, dibutuhkan 10 unit pompa baru untuk mengganti yang rusak. Sebelumnya, jika ada problem seperti ini tingggal sewa dari pihak ketiga seperti dilakukan. Tapi seka-rang ini ada beleid baru dari SKK Migas yang tidak membolehkan lagi hal tersebut dilakukan. Celakanya untuk membeli sendiri, waktunya tak sebentar karena harus melalui tender. Akibatnya, kebututuhan itu ditambal dengan meminjam dari unit produksi. Mending kalau alatnya nganggur, ujar Jayasurya, mantan FM Rantau yang kini menjadi staf ahli pelaksa-naan EOR di Field Rantau.

    Problem peralatan itu menjadi salah satu sebab, produksi EOR Rantau belum bisa memenuhi target. Pada tri-wulan pertama, dari target 1298 BOPD hanya terpenuhi 1216 (86%). Pada tri-wulan ketiga malah turun, dari target 1525 BOPD hanya tercapai 1235 BOPD

    (72%). EOR Rantau selama ini produk-sinya terbilang paling besar dibanding-kan Lapangan lain yang sudah meng-operasikan EOR (lihat halaman 14).

    Dengan usaha yang tak kenal lelah dalam mengatasi problem yang berde-ret itu, produksi semester I masih bisa diselematkan, meski tak sebesar pen-capaian tahun lalu. Pertamina EP me-ningkatkan produksi dari awal Tahun 2014 sebesar 111.097 BOPD menjadi 115.000 BOPD di akhir semester I. Sementara untuk produksi gas bila di-bandingkan dengan produksi awal tahun yang mencapai 1.059 MMSCFD,

    mengalami penurunan sebesar 2% menjadi 1.036 MMSCFD.

    Faktor penyebab dari penurunan produksi Gas Pertamina EP tersebut salah satu yang utama adalah disebab-kan oleh adanya kerusakan fasilitas pemrosesan gas di lokasi Jawa Gas Development Project (Proyek Pe ngem-bangan Gas Jawa) di Blora, Cepu Jawa Tengah ujar Agustinus Pjs Public Relation Manager PT Pertamina EP.

    Anak perusahaan hulu migas PT Pertamina (Persero) mencatatkan Laba semester I 2014 sebesar USD 990 Juta atau dengan kurs 11.737,50 setara de-ngan Rp 11,6 Triliun. Capai an tersebut lebih tinggi 15,08% dibandingkan de-ngan capaian semester 1 Tahun 2013 yang mencatatkan angka sebesar Rp 10,08 Triliun.

    Selain masakah teknis, kendala non teknis juga masih menjadi faktor yang cukup dominan terhadap pero-lehan produksi migas Pertamina EP.Masalah lahan seperti pembebasan, perizinan dan tumpang tindih lahan

    L A P O R A N U T A M A

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST.Capai an

    tersebut lebih tinggi 15,08% dibandingkan

    dengan capaian semester 1

    Tahun 2013.

  • 9VOLUME 11 TAHUN I

    seringkali membuat progress teknis menjadi terkendala. Selain itu, masa-lah Keamanan terkait masih maraknya illegal mining & illegal tapping di bebe-rapa lokasi Pertamina EP juga berdam-pak terhadap kinerja Pertamina EP.

    Untuk mengatasinya Pertamina EP melakukan koordinasi yang lebih

    intensif dengan pihak pihak terkait, seperti MOU Kementerian Kehutan an terkait penggunaan lahan di kawasan hutan. pelibatan masyarakat lokal untuk turut menjaga keberadaan asset Negara ini. Segala upaya kami lakukan untuk memberikan Energi untuk Negeri Indonesia, ujar Agustinus.

    Untuk semester II, Pertamina EP berencana melakukan banyak kegiatan untuk dapat menambah pasokan pro-duksi migas nasional, seperti dengan pengeboran eksplorasi di tiga tempat, serta pemboran eksploitasi atau pe-ngembangan di Asset-1 sebanyak 6 sumur, Asset-2 sebanyak 10 sumur,

    PRESIDEN Direktur Pertamina EP, Adriansyah terus memompa semangat anak buahnyanya. Saat Town Hall Meeting pada 26 Juni lalu, sengaja diputarkan cup-likan lm animasi Happy Feet Diceritakan, komunitas Penguin sedang kritis, berada di ambang kepunahan. Tempat tinggalnya mencair karena pemanasan global. Salah satu Penguin yang kebetulan sedang di luar berusaha menyelamatkannya. Dia me-minta pertolongan dari komunitas lain, termasuk dari hewan yang lebih besar.

    Semua aksinya itu dilakukan karena menyadari bahwa komunitasnya sedang krisis, Jika tak berbuat sesuatu, mereka hanya tinggal sejarah. Adriansyah pun ingin menularkan semangat itu. Maka saat memberi sambutan, ia mengawali de-ngan pertanyaan. Siapa yang setuju bahwa Pertamina EP sedang krisis?

    Jawabannya beragam. Ada yang se-pakat sedang krisis, ada juga yang tidak.

    Yang setuju beralasan karena produksi Pertamina EP dalam tinga tahun turun terus, Tapi bagi yang tidak, penurunan ini dianggap jamak, karena secara nasio-nal produksi minyak pun turun. Apalagi, sumur- sumur tua yang dikelola Pertamina mengalami penurun alamiah sampai 30 %.

    Adriansyah sendiri tak segan meng-akui bahwa Pertamina EP sedang krisis. Fakta bahwa produksi terus menurus pada tiga tahun terakhir menjadi pem-benar penilaian tersebut, Produksi Pertamina EP saat ini jauh dari ekpektasi, ujarnya Ia mengajak anak buahnya untuk memahami posisi strategis Pertamina EP. Karyawan Pertamina EP tak hanya be-kerja untuk perusahaan tapi juga untuk Indonesia.

    Sekarang ini produksi Migas Nasional terus mengalami penurunan. Di sisi lain permintaan domestik terus meningkat se-

    hingga berimbas pada subsidi yang mem-bengkak. SKK Migas sebagai kepanjangan tangan pemerintah berharap peningkatan produksi dari PEP. Dibandingkan kontrak-tor migas yang lain, hanya PEP yg masih memiliki struktur-struktur primary yang besar dan cakupan area yang luas.

    Untuk menjawab harapan tarsebut menurut Adriansyah ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni senantiasa berinovasi dalam mencari solusi, tampil se-bagai leader dalam memimpin perubahan, berusaha sekuat tenaga meme nuhi target yang sudah ditetapkan, kompak dalam melaksankan prubahan. Yang tak kalah penting, komunikasi, Adriansyah mene-gaskan. Seperti yang dilakukan tokoh utama Happy Feet saat menyematkan ko-munitasnya. Ia membangun komunikasi dengan semua elemen yang dibutuhkan untuk meyelamatkan keluarganya dan masa depannya.

    Adriansyah.

    INSPIRASI HAPPY FEET

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST.

  • 10 TAHUN I VOLUME 11

    Asset-3 sebanyak 1 sumur, Asset-5 se-banyak 7 sumur, PMDP sebanyak 1 sumur, PGDP sebanyak 2 sumur, EOR KP (Tambun) sebanyak 3 sumur. Selain itu adanya percepatan penam-bahan bor pengembangan di beberapa tempat seperti di Sumur Louise Field Sangasanga, Sumur Ogan Field Prabumulih, dan Put On Production Jati Asri Field Subang.

    Agustinus menyebutkan, Pertami-na EP terus berupaya untuk mening-katkan produksi migas minimal sesuai target yang telah ditentukan. Jumlah produksi migas dperoleh di semester 1 ini merupakan upaya keras dari semua

    pihak ditengah penurunan alamiah di hampir mayoritas lapangan kami yang rata rata mencapai 30%. Kami terus berupaya menahan laju penurunan alamiah sembari mencari solusi untuk meningkatkan produksi agar dapat mencapai target yang telah ditentu-kan, jelas Agustinus memaparkan upaya di semester II Tahun 2014.

    L A P O R A N U T A M A

    Pertamina EP juga terus mengopti-malkan EOR di lapangan lapangan yang sudah memasuki fase Secondary maupun Tertiery. Produksi EOR PT Pertamina EP tercatat sebesar 1.999 BOPD di semester I 2014, yang diper-oleh diantaranya dari lapangan Rantau 1.123 BOPD, Gebang 94 BOPD, Kenali Asam 115 BOPD dan Talangjimar 180 BOPD serta pro duk si dari lapangan lainnya, ucapnya.

    Direktur Hulu Per tamina Muhamad Husen yakin Per tamina EP masih bisa mengoptimalkan potensi-nya. Ia memperkirakan pada seusai de-ngan RJPP Pertamina pada 2018, Pertamina EP menjadi produsen terbe-sar minyak di Indonesia. Kuncinya harus melakukan yang berbeda dari biasanya, ujar Husen. Asset harus punya wawasan korporasi dan berani merealokasi kegiatan ke lapangan-la-pangan yang bisa berpro duksi besar. Misalnya, kegiatan pengeboran harus dikonsentrasikan pada lapangan yang bisa menambam produksi minima 500 BOPD. Sementara lapangan-lapangan yang diperkirkan hanya 100 BOPD-200 BOPD sebaiknya menghentikan dulu pengeboran. Sebagai pengganti-nya melakukan pemutakhiran data, melalaui survei seismik yang lebih masif dan dengan teknologi terbaru.

    Djohardi Angga Kusumah, SVP Up-stream Strategic Planning & Operation Evaluation menyebutkan, Pertamina EP harus mempercepat projectization eks-plorasi dan monetisasi cadangan, ren -cana kerja operasi harus mengguna kan data akurat dan terkini (dise suai kan de-ngan hasil funneling) untuk men da pat-kan hasil produksi yang direncanakan, implementasi pengeboran harus sesuai dengan International Best Practice.

    Selain itu, untuk nenanggulangi decline rate produksi yang tinggi, Pertami na EP harus meningkatkan ke-handalan fasilitas produksi sehingga production loss bisa dikurangi. Yang tak kalah penting, kapabilitas, kompetensi dan leadership SDM harus terus diting-katkan sehingga bisa menjalankan operasi internasional.

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

    Kuncinya harus melakukan

    yang berbeda dari biasanya.

  • 11VOLUME 11 TAHUN I

    TETESAN REZEKI TELAGA SAID

    canggih. Yang dipakai seadanya, se-perti peralatan yang dipakai mengebor air. Jika ada minyak, minyak ditimba dengan menggunakan paralon yang di-lubangi bawahnya. Paralon ini digan-tungkan pada tali kawat yang dililitkan pada mesin pemutar untuk mengukur dan menarik tali.

    Sejak tiga tahun lalu, orang ber-bondong-bondong mencari rembesan minyak di sekeliling sumur Telaga Said, sumur komersial pertama dalam sejarah perminyakan Indonesia. Sumur minyak pertama itu berada di Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, sekitar

    L A P O R A N U T A M A

    Ilegal Mining dan Ilegal Tapping mempengaruhi kinerja produksi Pertamina EP. Masyarakat lokal dilibatkan untuk menjaga aset negara.

    K ARIDA, tahun, melepas lelah sete-lah seharian menge-bor. Dia duduk sel-onjoran di undakan tanah. Minyak susah sekarang, makanya saya mending jadi tukang bor saja. Lumayan, ujar

    pria lulusan SMK tersebut. Upahnya Rp ribu per hari. Biasanya satu lubang, selesai dalam dua hari dan di-kerjakan bersama seorang temannya.

    Sekarang mengebor pun harus lebih dalam. Dulu cukup dua puluh meter, sekarang harus dibor sampai 50 meter. Jangan bayangkan peralatan

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

  • 12 TAHUN I VOLUME 11

    110 kilometer barat laut Medan, Ibukota Sumatera Utara. Sumur itu dipompa sejak 1885 sampai 1934.

    Sumur pantek dimana-mana. Jaraknya dari satu dengan yang lain hanya belasan meter saja. Saat saya berkunjung ke sana pada akhir Juni lalu, jumlah sumur mencapai ratusan. Beberapa orang masih mencoba me-ngail minyak. Ada juga yang mencoba peruntungan dengan membuat sumur pantek baru. Sekarang dapat dua je-riken saja sudah bagus, ujar Karida. Satu jeriken berisi sekitar 30 liter. Dijual dengan harga Rp 160 ribu-Rp 170 ribu.

    Dulu ketika ramai, pernah ada yang dapat 8 ton per hari, kata Karida. Saat itu mobil pick up untuk menggangkut jeriken berderet sampai 80 buah plus empat tangki berkapasi-tas 10 ribu liter. Karida sendiri meng-aku saat itu bisa mendapat 2 ton per hari atau 2000 liter, sekitar 60-75 jeri-ken. Cuma, saat itu harga tak sebagus

    sekarang, hanya Rp 60 ribu-Rp 70 ribu. Karena hasilnya banyak, saya sampai kebeli mobil , ujar Karida.

    Sampai sekarang, pemerintah se-olah membiarkan aktivitas penam-bangan ilegal tersebut. Padahal aktivi-tas tersebut sangat membahayakan keselamatan seperti pernah terjadi di Telaga Said. Seorang penambang yang sedang menyambung pipa meninggal terbakar api. Untuk menyambung pipa, otang tersebut menyalakan api, Tanpa disadarinya, minyak mengejar api tersebut. Minyak dari Sumur Telaga Said mutunya memang bagus, biasa disebut North Light Sumatera. Untuk jenis mesin tertentu, malah bisa langsung menyala tanpa harus di-masak dulu. Tapi biasanya, minyak dari situ dimasak secara tradisional, dijadikan bensin, solar, dan aspalnya dibuat residu.

    Yang terjadi di Sumur Telaga Said, terjadi juga di beberapa lapangan Pertamina EP. Sebut saja, misalnya di

    L A P O R A N U T A M A

    Lapangan Cepu atau di wilayah Prabumulih. Yang mengkhawatirkan, jika Sumur Telaga Said adalah sumur yang sudah tak produktif, sementara di Pertamina EP, illegal mining terjadi pada sumur yang masih aktif dan masih ekonomis.

    FOTO

    -FO

    TO: T

    ATA

    N A

    GU

    S R

    ST

  • 13VOLUME 11 TAHUN I

    Untung lah pihak HSSE bergerak cepat. Minyak mentah disedot, dan dibuat penahan dari busa agar limbah minyak tidak mengalir ke tempat yang lebih jauh dan melakukan pembersihan lo-kasi pencemaran.

    Meski tensinya menurun, illegal tapping tetap mendapat perhatian eks-tra. Dari sisi HSSE, illegal tapping relatif lebih berbahaya. Dalam beberapa kasus percobaan pencurian kondensat, selalu meninggalkan tumpahan minyak. Kalau tak segera diatasi tentunya membahayakan lingkungan. Pelakunya pun relatif lebih nekat dan biasanya di-lakukan para pemain lama yang sudah masuk DPO, seperti terjadi di Lapangan Adera 8 Februari lalu.

    Saat itu ada laporan dari operator booster yang mengabarkan pressure pemompaan turun. Tim Security dan Anggota Satgas Yon Armed 15/76 langsung menuju TKP. Di situ sepekan sebelumnya ditemukan clamp hottap.

    Sekitar 500 meter sebelum TKP, ada truk keluar melewati jalur line. Tim patroli mengejar serta berusaha menghentikan, akan tetapi pelaku tidak memperlambat laju kendaraan sama sekali dan semakin memper-cepat laju kendaraan truk sehingga terjadi kejar mengejar.

    Sekitar 3 km bertepatan di ujung Desa Jambu supir truk tidak dapat me-ngendalikan kecepatan mobilnya. Truk tersebut menabrak pohon karet dan terguling. Sopir pun dapat dibekuk. Untung saja truk tak terbakar. Muatan sekitar 7.000 liter crude oil diamankan sebagai barang bukti.

    Agustinus Pjs Public Relation Manager PT Pertamina EP, meng-akui masalah keamanan terkait masih maraknya illegal mining dan illegal tapping di beberapa lokasi Pertamina EP berpengaruh terha-dap kinerja Pertamina EP. Untuk mengatasinya Pertamina EP me-la kukan koordinasi yang lebih in-

    tensif dengan pihak pihak terkait. Kami juga melibatkan masyarakat lokal untuk turut menjaga keberadaan aset negara ini, ujar Agustinus. Secara khusus, Pertamina EP melakukan ker-jasama dengan TNI untuk mengaman-kan jalur pipa Tempino-Plaju yang be-berapa waktu lalu menjadi sasaran ille-gal tapping.

    Upaya ini mulai membuahkan hasil, terlihat dari angka gangguan ke-amanan yang terus menurun. Dari 121 kasus yang terjadi di Lapangan Prabumulih pada 2012 di tahun beri-kutnya menjadi 52 kasus. Sedangkan untuk Lapangan Pendopo turun dari

    16 kasus menjadi 13 kasus. Cuma untuk Lapangan Limau dan Adera yang sebelumnya nihil menjadi 8 kasus. Total, untuk Asset 2 dari 137 kasus menjadi 81 kasus.

    Tren penurunan ini sepertinya bakal terus terjadi pada 2014. Sampai dengan Mei 2014, ganguan keamanan di Prabumulih terjadi tujuh belas kasus, di Pendopo satu kasus, Limau dua kasus, dan Adera tujuh kasus.

    Dari jenis kasus, pencurian atau-pun percobaan pencurian minyak mentah (kondensat) yang dulu men-jadi hantu bagi Asset 2 mulai berkurang. Di Lapangan Prabumulih, misalnya pada 2013 masih terjadi 25 kasus pada 2013, pada 2014 sampai Mei hanya tiga, Di Pendopo, dari sepuluh kasus turun menjadi satu kasus, di Limau, dari satu kasus men-jadi nihil. Tapi di Adera yang tadinya nihil menjadi tiga kasus.

    Yang paling kerap terjadi sekarang ini adalah gangguan pada fasilitas pro-duksi dan besi pipa. Di Lapangan Prabumulih, misalnya, terjadi 11 kasus pada Fasprod dan besi pipa 16 kasus pada 2013. Untuk tahun ini sampai Mei 2014, terjadi 9 kasus pada Fasprod dan lima kasus besi pipa. Selain itu, ada gangguan keamanan yang sifatnya sab-otase untuk meminta ganti rugi, seper-ti terjadi di Lokasi TMB-11. Tutup ke-pala (proof) sumur sengaja dibuka se-hingga minyak mentah keluar dan ter-jadi oil spill di sekitar lokasi. Tumpahan minyak itu kemudian dijadikan amu-nisi untuk meminta ganti rugi dengan dalih terjadi pencemaran limbah.

  • 14 TAHUN I VOLUME 11

    EOR MERAMBAT NAIKMeski belum memenuhi target, produksi EOR mulai meningkat. Peak produksi baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot.

    PELAN tapi pasti, pro-duksi EOR (enhanced oil recovery) Pertamina EP merambat naik. Jika pada , rata-rata produksi hanya . BOPD, pada triwulan dua , pro-duksi EOR tercatat . BOPD. Angka ini sedikit naik dibandingkan triwulan pertama yang tercatat sebesar . BOPD. Untuk tahun , Produksi EOR ditargetkan sebesar . BOPD.

    Yang jadi bintang adalah Jirak.Produksinya pada triwulan pertama tercatat 242 BOPD (337%) dari target triwulan satu sebesar 39 BOPD. Pada triwulan kedua lebih kencang lagi, produksi mencapai 318 BOPD atau 394% dari target 52 BOPD. Secara ke-seluruhan pada 2014, Jirak hanya di-proyeksikan menyumbang 64 BOPD. Jirak menjadi satu-satunya lapangan yang mampu melampaui target.

    Ada juga yang berhasil melampaui target triwulan satu, tapi tercecer di triwulan kedua. Talangjimar misalnya pada triwulan pertama mampu ber-

    produksi 180 atau 101% di atas target 178 BOPD. Tapi pada triwulan kedua, turun menjadi 174 BOPD atau hanya sekitar 65% dari target 268 BOPD.

    Kemudian Jatibarang yang men-catat produksi 89 BOPD pada triwulan pertama atau sekitar 174% dari target 51 BOPD, pada triwulan kedua turun menjadi 88 BOPD atau sekitar 96% dari target triwulan kedua sebesar 92 BOPD. Kemudian Kawengan, pada tri-wulan pertama mencatat produksi 145 BOPD atau sekitar 195% dari target 74 BOPD, turun pada triwulan kedua menjadi 131 BOPD atau sekitar 95% dari target 138 BOPD.

    EOR sekarang ini menjadi tum-puan harapan untuk mengatrol pro-duksi minyak. EOR harus dikerjakan. Kalau tidak produksi akan turun terus, ujar pakar EOR, Dr. Putu Suarsana. Apalagi EOR butuh waktu. Tak seperti makan cabe yang langsung terasa pedas, EOR bisa berlangsung ta-hunan. Dalam desain EOR untuk la-pangan-lapangan PEP, peak produksi baru dicapai sepuluh tahun setelah kick

    L A P O R A N U T A M A

    off sumur pilot. Peak production tak bisa dipaksa hanya dalam satu dua tahun, Putu Suarsana menambahkan.

    Jika semua tahapan bisa dilakukan optimal, peak production ini bisa saja di-percepat. Doktor lulusan Texas A&M University ini menyebutkan best prac-tices EOR yang menggunakan chemicals sekitar lima tahun. Sedang kan yang menggunakan water ood hanya 2 sam-pai tiga tahun. Chemicals digunakan pada tahap tertiary recovery, sedangkan water ood dipakai pada secondary reco-very. Sebelum kedua tahap pengurasan itu, pada tahap awal, pengambilan mi-nyak biasanya diambil dengan tenaga dorong alamiah (natural ow) ataupun dengan pompa arti cial, biasa disebut dengan primary recovery.

    Proyek EOR PEP sekarang masih didominasi waterflood. Penambahan produksi pada tahap secondary reco-very memang masih terbuka lebar. Untuk lapangan PEP tak sampai 20 % yang sudah melakukan pengurasan secondary recovery. Dari yang sudah itu, beberapa di antaranya sedang di-siapkan untuk memasuki tahap tertia-ry recovery. Ujicoba lapangan untuk pertama sudah dilakukan di Tanjung, dan pada 2015 di lapangan itu akan dimulai kick o pilot chemical ood.

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

  • 15VOLUME 11 TAHUN I

    Desember 2010.Sementara Lapangan-lapangan

    yang pengeborannya minim, produksi-nya masih megap-megap. Pada triwu-lan kedua, Talangjimar hanya ber-produksi 174 BOPD atau hanya 65% dari target sebesar 268 BOPD. Tanjung Tiga Barat, hanya 46 BOPD atau seki-tar 26% dari target 178 BOPD. Tempino lebih buruk lagi, hanya berproduksi 17 BOPD atau hanya 12 % dari target 147 BOPD. Sedangkan produksi Kenali Asam tercatat 141 BOPD atau hanya 89% dari target 158 BOBD.

    Dari proyek EOR, peak production Rantau direncanakan pada 2019 sebe-sar 7.500 BOPD. Rantau diharapkan menjadi penyumbang terbesar EOR dari lapangan yang sudah kick o pilot. Lainnya, Talangjimar & TTB ditaget-kan puncak produksi sebesar 4.750 BOPD pada 2020, Kenali Asam sebesar 3.150 BOPD pada 2022, Tapian Timur sebesar 950 BOPD pada 2019, Gebang sebesar 650 BOPD pada 2020, Tempino sebesar 3.800 BOPD pada 2022, Jatibarang sebesar 1.500 pada 2021, dan Jirak sebesar 4.125 pada 2022.

    Secara keseluruhan, untuk keper-luan EOR, Pertamina EP sudah mela-ku kan screening di 20 lapangan, menca-kup 168 struktur, 2.323 zone pengu-

    rasan. Sembilan lapangan berstatus siap produksi untuk water oof (POFD), dan lima lapangan sudah berstatus fullscale water ood.

    Putu mengakui, sekarang ini terla-lu banyak proyek EOR yang dikerjakan tanpa diimbangi SDM memadai. Untuk lapangan-lapangan PEP yang rata-rata sudah mature sekarang ini sa-tu-satunya cara untuk menambah pro-duksi ya dengan EOR. Tanpa itu bisa dipastikan target yang dibebankan korporat tak akan tercapai. Karena itu, Asset mengejar-ngejar Fungsi EOR su-paya lapangannya dikerjakan. Ya kita iyakan saja. Dengan catatan SDM harus ditambah, ujar Putu yang men-jabat sebagai Reservoir Manager EOR.

    Ternyata, tak mudah mencari SDM terutama yang sudah berpengalaman. Akibatnya, pengerjaan pun tidak maksimal. Terlalu tersebar dan tidak fokus, ujar Putu. SDM yang ada pon-tang-panting ke sana ke mari. Belum selesai di satu lapangan, sudah harus bergeser ke lapangan lain.

    VP EOR Panji Sumirat mengata-kan ke depan ia akan mendorong la-pangan mengerjakan sendiri proyek EOR, khususnya pada tahapan second-ary recovery. Fungsi EOR hanya me-ngerjakan yang tertiary recovery.

    Kalau EOR mau berhasil, Perta-mina EP harus melakukannya sesuai dengan desain baik dari sisi teknis maupun SDM, ujar Putu. Dari sisi tek-nis, yang harus dimaksimalkan adalah pengeboran. Sekarang ini banyak ter-kendala pengadaan lahan sehingga pe-ngeboran tertunda.

    Praktis dari sekian proyek EOR, hanya di Lapangan Rantau yang men-dekati ideal. Eksekusi disesuaikan de-ngan desain. Maintenance sumur ham-pir sesuai dengan yang direncanakan. Untuk bor, misalnya, dari rencana 10 bisa direalisasikan 9 (90%). Begitupun pekerjaan workover atau reparasi, dari rencana 15 bisa dilaksanakan 14 (93%)

    Sedangkan lapangan-lapangan lain di bawah 20 %. Talangjimar & Tanjung Tiga Barat misalnya, untuk bor dari ren-cana 18 sumur, hanya bisa dieksekusi 1 (6%), dan untuk pekerjaan workover dari 26, hanya bisa dieksekusi 7 (27%). Lapangan Kenali Asam & Tem pino se-tali tiga uang, dari rencana 25 hanya bisa terealisasi 4 (16%) dan untuk work-over dari 15 hanya bisa 3 (20%).

    Hasilnya pun langsung kelihatan. Rantau langsung mencorong. Produksi dari sumur EOR, langsung meningkat menjadi 1000-an BOPD dari sebelum-nya yang hanya 300 sejak kick o pada

    No LapanganTRI WULAN I TRI WULAN II

    Target RealisasiRealisasi

    Kumulatif Tri Wulan I

    Pencapaian Target RealisasiRealisasi

    KumulatifTri Wulan II

    Pencapaian

    ASSET I1 RANTAU 1.298 1.123 101.074 86% 1.525 1.099 100.053 72%2 GEBANG 110 94 8.469 86% 130 127 11.531 97%3 KENALI ASAM 125 115 10.330 92% 158 141 12.831 89%4 TEMPINO 50 14 1.230 27% 147 17 1.547 12%5 KETALING TIMUR 0 12 9 774 73%

    ASSET II6 OGAN 0 127 TALANG JIMAR 178 180 16.210 101% 268 174 15.877 65%8 TANJUNG TIGA BARAT 114 33 2.984 29% 178 46 4.159 26%9 JIRAK 39 146 13.153 377% 52 206 18.786 394%

    10 NIRU 0 22 0 0%11 ABAB 7 0 29 0 0 0%

    ASSET III12 JATIBARANG 51 89 8.030 174% 92 88 8.043 96%

    ASSET IV13 KAWENGAN 74 145 13.031 195% 138 131 11.913 95%

    ASSET V14 TAPIAN TIMUR 0 60 5.413 0 42 3.823

    TOTAL 2.047 1.999 179.923 98% 2.762 2.081 189.338 75%

    No LapanganTW I + II

    Realisasi Kumulatif

    ASSET I1 RANTAU 201.1272 GEBANG 20.0013 KENALI ASAM 23.1614 TEMPINO 2.7775 KETALING TIMUR 774

    ASSET II6 OGAN 07 TALANG JIMAR 32.0878 TANJUNG TIGA BARAT 7.1439 JIRAK 31.939

    10 NIRU 011 ABAB 0

    ASSET III12 JATIBARANG 16.073

    ASSET IV13 KAWENGAN 24.944

    ASSET V14 TAPIAN TIMUR 9.236

    TOTAL 369.262

    Tabel Pencapaian Kumulatif EOR Tri Wulan I & II

  • 16 TAHUN I VOLUME 11

    KOROSI pada material logam dalam elektrolitmerupakan proses elektrokimia yaitu suatu proses reaksi kimia yang diikuti dengan per-tukaran elektron atau arus listrik, dimana pada kasus pipa baja yang ditanam dalam tanah, elektrolitnya adalah tanah dengan kelembabannya. Proses korosi melibatkan dua macam reaksi elektrokim-ia yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi melibatkan proses pelepas-an sejumlah elektron dari suatu logam yang mengakibatkan lepasnya ion logam Mn+ ke lingkungan (proses korosi). Sedangkan reak-si reduksi merupakan proses reaksi yang melibatkan pengambilan sejumlah elektron yang merupakan kebalikan dari proses ok-sidasi. Proses korosi pada baja, oksidasi me-rupakan pelepasan ion besi (Fe++) ke ling-kungan sedangkan proses reduksi pada ling-kungan netral dapat berupa reduksi oksigen atau air, seperti persamaan reaksi berikut:

    Fe -> Fe++ + 2e (Oksidasi/ korosi)O2 + 2H2O + 4e -> 4OH- (Reduksi oksigen), atau2 H2O + 2e ->H2 + 2OH- (Reduksi Air)Ada beberapa kondisi yang menyebab-

    kan terjadinya mekanisme proses korosi pada jalur pipa tertanam, antara lain:

    Korosi akibat perbedaan logamApabila dua buah metal yang berbeda

    potesial listriknya bersentuhan dalam suatu media elektrolit, maka logam yang potensial listriknya lebih rendah akan cepat terkorosi.Gambar 1. Korosi akibat perbedaan logam

    Tabel 1. Perbedaan Potensial Logam

    METAL VOLTSMagnesium -2.37Aluminium -1.66

    Zinc -0.76Iron -0.44Tin -0.14

    Lead -0.13Hydrogen -0.00

    Copper +0.34 to +0.52Silver +0.80

    Platinum +1.20Gold +1.50 to +1.68

    Korosi Akibat Perbedaan Potensial Tanah

    Sama seperti mekanisme korosi akibat perbedaan dua logam, perbedaan potensial tanah dapat menyebabkan mekanisme ko-rosi terjadi. Jika logam berada pada ling-kungan tanah yang potensialnya lebih nega-tif dibanding pada batas tanah yang lain maka akan terbentuk anoda dan katoda se-hingga arus listrik mengalir pada daerah yang lebih negatif.Gambar 2. Korosi akibat perbedaan potensial tanah

    Korosi Akibat Pemasangan Pipa Baru Terhadap Pipa yang Lama

    Perbaikan dengan pemasangan pipa baru yang disambung terhadap pipa yang lama akan mengakibatkan terjadinya meka-nisme korosi. Pipa yang baru potensial lis-triknya akan lebih negatif dibanding pipa yang lama, oleh karena itu pipa yang baru bersifat sebagai anoda.Gambar 3. Korosi akibat pemasangan pipa baru terhadap pipa yang lama

    Korosi oleh Mikroba Bakteri (Microbacterial Infl uenced Corrosion)

    Korosi dipengaruhi oleh mikroba bakteri merupakan suatu inisiasi atau akti tas korosi akibat akti tas mikroba dan proses korosi. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikro organisme umumnya berhu-bungan dengan permukaan korosi kemudian menempelpada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodepo sit. Lapisan lm berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan se-hingga dapat meyebabkan korosi lokal.Gambar 4 menunjukkan contoh reaksi korosi oleh mikroba bakteri.Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam

    MENGENDALIKAN KOROSI PIPA TERTANAM

    H S S E

    Oleh: Inspection-HSSEkimiadi lingkungan antara permukaan logam/ lm atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.Gambar 4. Reaksi korosi pada metal deposit bacteria

    Fenomena korosi yang terjadi dapat di-sebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :1. Bakteri pereduksi sulfat: Bakteri ini meru-

    pakan bakteri jenis anaerob membutuh-kan lingkungan bebas oksigen. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sul t, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau Besi sul da.

    2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida: Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi darioksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sul-furik dan nilai pH menjadi 1. bakteri Th iobaccilus umumnya ditemukan di de-posit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.

    3. Bakteri besi mangan oksida: Bak teri mem-peroleh energi dari oksidasi Fe2+ atau Fe3+ dimana deposit berhubungan de-ngan bakteri korosi. Bakteri ini hampir se-lalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemis pherikal berlainan) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksi-da ser besi ditemukan di Lingkungan de-ngan lamen yang panjang.

    Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel, yaitu :

    a. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergan-tung karakteristik mikro organisme.

    b. Kecepatan alir, jika kecepatan alir bio- lm rendah akan mudahterganggu se-dangkan kecepatan alir tinggi menye-babkan lapisanlebih tipis dan padat.

    c. pH, umumnya pH bulk air dapat mem-pengar uhi metabol i sm mikro organisme.

    d. Kadar Oksigen, banyak bakteri membu-tuhkan O2 untuk tumbuh, namun pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang

  • 17VOLUME 11 TAHUN I

    korban dilakukan dengan cara menghu-bungkan secara listrik struktur logam yang akan diproteksi dengan logam yang lebih anodik (anoda korban), dimana yang biasa digunakan adalah magnesium (Mg), zinc (Zn) dan aluminium (Al). Karena beda potensial logam anoda korban dengan baja relatif kecil, maka sistem SACP hanya bisa diaplika-sikan untuk lingkungan elektrolit/tanah de-ngan resistivitas rendah dan kondisi coating pipa yang baik. Beberapa pertimbangan penggunaan SACP :1. Tidak ada jaringan sumber arus listrik.2. Sebagai proteksi temporer untuk pipa

    yang baru dipasang maupun pipa lama.3. Untuk proteksi lokal atau suplemen pada

    area hot spot pada sistem Impressed Current (ICCP).

    4. Jika sistem ICCP tidak bisa diterapkan.5. Pipa yang diinsulasi panas.

    Gambar 5. Metoda anoda korban (SACP)

    Gambar 6. Metoda ICCP

    (Sumber: AW. Peabody Pipeline Corrosion Control)

    Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)

    Pada sistem ICCP, arus proteksi disuplai dengan catu daya DC dari luar berupa bater-ai atau catu daya AC yang disearahkan meng gunakan Trans former Rectifier (TR).Karena tegangan dan arus keluaran TR dapat diatur sesuai kebutuhan maka pene-rapannya dapat dilakukan untuk berbagai kondisi tahanan jenis tanah serta keperluan arus proteksi yang besar. Beberapa faktor berikut ini harus dipertimbangkan dalam

    penerapan sistem ICCP : Tersedianya jaringan sumber energi

    listrik. Tersedianya lokasi anode groundbed

    yang cukup jauh dengan pipa dengan re-sistivitas tanah yang tidak terlalu tinggi.

    Kemungkinan adanya masalah dalam pe-merataan arus proteksi akibat shielding oleh struktur di sekitarnya.

    Kebocoran arus akibat rusaknya insulasi pada sambungan dengan struktur sekitarnya.

    Dampak terhadap struktur yang sudah ada termasuk struktur milik orang lain.

    Adanya akses yang baik untuk instalasi dan perawatan recti er.

    Coating(lapis lindung) adalah lapisan tipis yang memisahkan logam dengan Ling-kungan. Dalam hal ini coating sifatnya hanya menghambat laju korosi dengan mencip-takan tahanan, sehingga laju arus korosi ber kurang. Coating merupakan metode yang sangat umum sebagai sistem pengendalian korosi namun metode ini kurang efektif untuk objek yang terendam di tanah jika tidak didukung oleh sistem proteksi katodik. Dalam penerapan dilakukan secara kombi-nasi antara coating dan proteksi katodik.Ber dasarkan NACE SP0169-2007 secara umum coating harus memenuhi karakteris-tik sebagai berikut:1. Isolator listrik yang efektif.2. Penghalang kelembaban yang baik.3. Kemudahan pengaplikasian.4. Kemampuan untuk menahan kerusakan

    coating (holiday) dengan waktu.5. Kemampuan Adhesi yang baik ke permu-

    kaan pipa6. Kemampuan untuk tidak mudah rusak

    saat dilakukan penyimpanan (degradasi UV), instalasi dan penanganan normal

    7. Kemampuan untuk mempertahankan re-sistivitas listrik secara konstan terhadap waktu. Tergantung pada Resistivitas bahan coating, Ketebalan coating, Resistensi ter-hadap penyerapan air, Resistensi terhadap pemindahan uap air, Frekuensi dan ukuran holiday, Resistivitas elektrolit, Adhesi coat-ing. Jika resistance efektif tidak stabil maka mungkin diperlukan arus CP 2 kali lipat se-tiap beberapa tahun.

    8. Ketahanan terhadap coating disbonding9. Kemudahan dalam perbaikan10.Tidak adanya interaksi bahan beracun ber-

    bahaya (B3) coating ke Lingkungan

    Kombinasi antara sistem proteksi kato-dik dan coating umumnya diterapkan untuk

    maka dengan cepat bakteri ini mengu-bah metabolismenya menjadi bakterian aerob.

    e. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya akti tas mikroba.Pada jalur pipa aktivitas bakteri yang

    bisa menyebabkan korosi bergantung pada kondisi lingkungan.Area pada tanah yang berwarna hitam/coklat, lembab, mengindika-sikan adanya aktivitas bakteri.Selainitu akti-vitas penduduk seperti membuang limbah rumah tangga di dekatjalur pipa bisa menye-babkan perubahan kondisi tanah dan men-jadi salah satu factor tumbuhnya bakteri.

    BAGAIMANA MENGENDALIKAN KOROSI

    Beberapa metode yang digunakan dalam mengendalikan korosi, antara lain:1. Memisahkan logam dari Lingkung an:

    Metode ini sangat popular dan banyak di-lakukan, cara ini meliputi pelapisan de-ngan lapis lindung organik atau inorganic (logam dan bukan logam). Teknik ini dapat dengan pengecatan, coating, dll.

    2. Membuat logam tahan korosi :permukaan logam dapat dihindarkan adanya daerah-daerah anodic dan katodik, atau menjadi-kan permukaan tertutup oleh lapisan pro-tektif, seperti baja tahan karat, baja tahan cuaca dan sebagainya.

    3. Membuat lingkungan menjadi pasif :Membuat lingkungan menjadi tak korosif biasanya menggunakan zat-zat kimia yang ditambahkan ke dalam lingkungan elektolit. Cara ini cocok untuk lingkungan-lingkungan yang terbatas dan terkontrol.Zat yang ditambahkan biasanya disebut inhibitor.

    Proteksi KatodikPerlindungan korosi dengan metoda

    proteksi katodik adalah metoda perlin-dungan korosi dengan cara membuat struk-tur/logam menjadi katoda (reaksi reduksi), sehingga secara termodinamik logam terse-but menjadi inert dan tidak akan terjadi reaksi oksidasi (korosi). Metode proteksi ka-todik ada dua, yakni:

    1. Menghubungkan secara galvanik de-ngan logam yang lebih anodik (SACP)

    2. Memberikan arus listrik dari luar me-lalui elektrolit/Impressed Current (ICCP)

    Metode Anoda Korban (SACP)Metoda proteksi katodik dengan anoda

    DENGAN PROTEKSI KATODIK DAN COATING

  • 18 TAHUN I VOLUME 11

    H S S E

    mencapai kondisi optimum ditinjau dari segi teknik dan ekonomi. Dalam kondisi tertentu proteksi katodik merupakan pengendali tung-gal, bila penerapan coating secara teknis meru-pakan kendala utama. Untuk melindungi struktur terhadap kerusakan yang diakibatkan proses korosi maka perlu diterapkan teknologi perlindungan korosi sehingga struktur memi-liki umur pakai yang lebih lama.

    METODE APA SAJA UNTUK INSPEKSI PIPA TERTANAM DAN TERPROTEKSI KATODIK?Pipe Current Mapping (PCM)

    PCM terdiri dari Transmitter dan Receiver. Transmitter mengeluarkansinyal berupa arus AC yang memiliki karakteristik menyerupai arus DC ke pipa. Sedangkan Receiver menangkap sinyal arus dipipa yang dikeluarkan oleh transmitter.Dengan menga-mati distribusi arus disepanjang pipa yang disurvei dan kemudian ditampilkan dalam gra k, akan sangat mungkin mengetahui lo-kasi terjadinya kebocoran arus yang besar yang umumnya terjadi akibat metal contact, ataupun karena coating defect.

    Gambar dibawah ini menunjukkan dis-tribusi arus pada pipa, besarnya arus dapat dipengaruhi oleh kondisi coating pipa, perca-bangan, dan lingkungan. Dari contoh gambar tersebut dapat dilihat bahwa arus akan selalu kembali ke arah transmitter.

    Gambar7. Distribusi arus pada pipa tunggal, pipa cabang dan pada pipa dengan coating

    INDIKASI CACAT COATING

    Indikasi lokasi cacat coating dapat di-lakukan melalui pembacaan gra k arus (mA) hasil pengukuran PCM, dimana cacat coating dicirikan dengan adanya penurunan per-manen besar arus (current drop) pada pipa tunggal yang dipastikan pada lokasi tersebut tidak ada pencabangan, bonding dan crossing dengan pipa lain.

    Pengukuran Potensial dan Closed Interval Potential Survey (CIPS)

    a. Pengukuran PotensialPengukuran potensial dilakukan dengan

    menggunakan elektroda standar Cu/CuSO4 dan digital multimeter.Elektroda Cu/CuSO4 ditempelkan ke permukaan tanah (bila tanah kering maka perlu dibasahi secukupnya) dan kabel elektroda reference dihubungkan ke terminal negatif (hitam)/COM dari Digital Multimeter. Multimeter diset pada posisi DC Voltmeter, dan selanjutnya kabel dari termi-nal positif (merah)/V dihubungkan ke salah satu terminal pada Test Station Box

    Gambar8.Skematik Pengukuran Potensial

    Pada setiap Test Point, perlu dilakukan pengukuran potensial pipa dan hasil peng-ukuran tersebut dicatat untuk selanjutnya dibandingkan dengan kriteria proteksi katodik.

    b. Close Interval Potential Survey (CIPS)Tujuan dari utama dari survei CIPS ada-

    lah untuk mengidentifikasi performa dari sistem proteksi katodik yang diaplikasikan dan yang diterima oleh buried pipeline(pro l potential pipa terhadap tanah secara konti-nyu).Selain itu, CIPS juga dapat diperguna-kan untuk melihat pengaruh atau interferen-si yang disebabkan oleh sistem proteksi kato-dik lain, ataupun adanya stray current dari fasilitas lain seperti aktivitas pertambangan bawah tanah, kereta listrik, gelombang listrik dari tiang transmisi listrik.

    Metode pengukuran potensial CIPS di-lakukan dengan cara mengukur potensial p/s pada interval pengukuran yang lebih dekat, umumnya dari 1 5 meter dengan

    menggunakan voltmeter dengan tahanan yang tinggi, elektroda standar, dan trailing wire yang di hubungkan ke test post. Hasil dari pengukuran potensial terhadap panjang pipa nantinya akan ditampilkan dalam suatu grafik, yang berguna untuk menunjukkan tren perubahan potensial. Pada gra k poten-sial pipa vs panjang pipa, juga terpapar nilai minimum proteksi katodik yang di persyaratkan.

    Gambar9. Skema pelaksanaan survei CIPS

    KRITERIA PENGUKURAN POTENSIAL/CIPS

    Kriteria proteksi yang digunakan meng-acu pada NACE SP0169-07 adalah sebagai berikut:

    a. Potensial sekurang-kurangnya -850 mV terhadap CSE atau lebih negative pada sistem proteksi katodik beroperasi (de-ngan mempertimbangkan voltage drop)

    b. Potensial Polarisasi sekurang-kurang-nya -850 mV terhadap CSE atau lebih negative

    c. Sisa polarisasi minimum 100 mV

    Direct Current Voltage Gradient (DCVG)

    Tujuan dari survei DCVG adalah untuk menentukan tingkat kerusakan coating de-ngan cara menghitung besaran %IR. Pada suatu sistem proteksi katodik, ketika arus mengalir melalui tanah menuju ke cacat coatingpipa g, maka akan terbentuk variasi medan tegangan disekitar coating defect. Inilah yang menjadi dasar dalam menentu-kan lokasi coating defect dengan metoda DCVG. Gradien tegangan (voltage gradien) dimonitor dengan cara mengukur gradien antara 2 buah elektroda standar yang ter-pisah pada jarak lebih kurang 1,5 meter di permukaan tanah. Ketika 2 buah elektroda standar ini diletakkan di permukaan tanah, maka salah satu akan menjadi lebih positif atau lebih negative dibandingkan dengan yang lainnya tergantung dari arah aliran arus listrik dalam tanah. Besar gradient te-gangan yang terjadi akan menggambarkan besar atau tingkat severity dari cacat coating

  • 19VOLUME 11 TAHUN I

    yang terjadi pada lokasi tersebut. Klasi kasi tingkat severity (%IR) dan tindakan yang di-perlukan dikelompokkan pada tabel 2.

    Gambar10. Gradien potensial pada cacat coating

    Tabel 2. Klasifi kasi kerusakan coating pada DCVG berdasarkan NACE RP0502-2002

    CORRESPONDING IR (GRADIENT)

    READINGDEFECT SIZE RECOMMENDATION

    1-15 % IR Small

    Repair is no required

    Properly maintain CP

    16-35 % IR Medium Recommended for repair

    36-60 % IR Large Worthed for repair61-100 % IR Very Large Immediate repair

    Alternate Current Voltage Gradient (ACVG)

    Tujuan dari survei ACVG adalah untuk menentukan tingkat kerusakan coating secara kualitatif dengan cara mengukur nilainya (dB). Pada suatu pipa dibawah tanah, ketika arus mengalir melalui tanah menuju ke cacat coat-ingpipa g, maka akan terbentuk variasi medan tegangan disekitar coating defect. Inilah yang menjadi dasar dalam menentukan lokasi coat-ing defect dengan metoda ACVG. Gradien te-gangan (voltage gradien) dimonitor dengan cara mengukur gradien AC pada alat A-frame. Alat tersebut mengeluarkan data berupa arah kerusakan/dan besarnya.Di titik yang ada per-ubahan arah indikasi coating defect disitulah lokasi indikasi tersebut.Nilai yang ditampilkan apada alat adalah dB, makin besar dB maka makin besar coating defectnya.Klasi kasi ke-rusakan coating pada ACVG sebagai berikut:

    Tabel 3 Klasifi kasi kerusakan coating pada ACVG

    NO ACVG READ-ING (DB) DEFECT SIZE

    1

  • 20 TAHUN I VOLUME 11

    KEAJAIBAN INKUBATOR

    GRATIS

    I N S P I R A S I

    K EAJAIBAN tak da-tang dari Rumah Sakit mewah ataupun gedung parlemen, tempat para wakil rakyat berkantor. Bukan pula dari Kantor Kementerian Sosial atau Kementerian Kesehatan. Tapi dari ruang sempit, yang hanya muat dua meja kerja, tersembunyi di lorong gedung di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Di ruangan ini Tuhan menjawab doa saya, ujar Yanuar Firmasnyah.

    Dari Bandung, di penghujung Mei lalu itu, pria itu datang ke situ dengan doa dan harapan: menyelamatkan nya wa anaknya dan hidupnya. Dia hampir putus asa ketika biaya rumah sakit sudah mencapai 60 juta. Istrinya melahirkan bayi bayi Adlena Alexis dan Asdlan Altamis. Karena beratnya di bawah normal, kedua anaknya harus dirawat dengan dimasukkan ke dalam inkubator. Setelah tiga minggu, hanya yang sulung yang boleh pulang. Se mentara adiknya belum. Untuk mem bayar rumah sakit, Firmasyah menjual apa saja, termasuk sepeda motor. Saya tak punya apa-apa lagi ka lau terus di rumah sakit. Harus di-bayar dengan apa?

    Di puncak kebingungan, seorang koleganya mengabarkan tentang pe-minjaman inkubator gratis. Secercah harapan menyembul. Untuk lebih me-yakinkan dirinya, dia browsing di inter-net tentang khabar tersebut. Prosedur-FO

    TO-F

    OTO

    : TA

    TAN

    AG

    US

    RST

  • 21VOLUME 11 TAHUN I

    Dewa penolong yang disebut Firmansyah itu adalah Prof Raldi Artono Kostoer, maha guru Teknik Universitas Indonesia. Dialah pencip-ta inkubator gratis. Saat disampaikan pujian bahwa dia berhati malaikat, Raldi terdiam, kemudian menjawab dengan nada datar. Saya bersyukur, diberi kesempatan untuk berbuat se-suatu bagi sesama, ujar laki-laki yang membahasakan dirinya sebagai bapak angkat bayi prematur tersebut.

    Dari ruang sempit itu, dia kerap menyaksikan keajaiban. Pernah suatu kali, dia ditelpon keluarga muda yang membutuhkan inkubator bayi untuk anak kembar. Meski sudah dibilang bahwa alatnya sedang dipinjam, ke-luarga itu tetap datang ke ruangan-nya. Mereka berharap peminjam me-ngem balikan alatnya hari itu. Dari sudut logika, harapan ini rada musy-kil. Dari 27 alat inkubator, hanya dua yang khusus untuk kembar. Keduanya

    dipinjam orang di luar Jakarta. Dengan mata berlinang, keluarga itu duduk menunggu. Tangan Tuhan pun terulur. Doa dan air mata keluarga muda itu terjawab. Benar saja, hari itu ada yang mengembalikan alat inkuba-tor untuk bayi kembar.

    Dari cerita para peminjam yang sudah mencapai 150 lebih itu, Raldi menjadi tahu betapa mahalnya ong-kos rumah sakit di Indonesia. Untuk sewa inkubator, pasen di-charge Rp 500 ribu per hari, belum ongkos dok-ter, dll. Untuk kasus bayi prematur, negara sepertinya absen, ujarnya.

    Dia pun meniatkan untuk mende-dikasikan sisa hidupnya kepada ke-giatan peminjaman inkubator gratis. Ini pekerjaan utama saya. Ngajar se-karang hanya sampingan saja, ujarnya. Waktunya emang tersita untuk ke-giatan ini. Dia dengan tela ten menanya perkembangan kesehatan si bayi, teru-tama perkembangan berat badannya.

    nya tak rumit tak seperti datang ke rumah sakit yang minta ini dan itu. SMS saya langsung direspon. Saya di-suruh datang, katanya. Benar saja se-muanya, free tak ada biaya sepeser pun.

    Dengan inkubator pinjaman itu, Firmansyah dan istrinya memulihkan kesehatan bayinya. Setelah pulih, Firmansyah bingung bagaimana me-ngembalikan alat tersebut. Dia tahu alat itu dibutuhkan banyak orang. Saya tak punya uang untuk sewa ken-daraan. Dia kemudian mengutarakan kesulitannya kepada pemilik inkubator gratis tersebut. Jawaban yang diteri-manya membuatnya mencucurkan air mata. Untuk kesekian kalinya, kebai-kan terulur ke tangannya. Dia tanya nomor rek saya, lalu mentransfer uang untuk sewa kendaraan, ujar Firmansyah terbata-bata mengisahkan kisah yang dialaminya beberapa bulan lalu. Subhanallah sungguh beliau itu berhati malaikat.

    FOTO

    -FO

    TO:

    ISTI

    ME

    WA

  • 22 TAHUN I VOLUME 11

    Jika ada yang bermasalah, segera dikonsultasikan kepada dokter.

    Tanpa membedakan kaya miskin, siapa pun boleh meminjam alatnya. Emangnya bayi ada yang minta untuk dilahirkan kaya atau miskin? tanya Raldi. Pertimbangan ekonomi hanya dipakai kalau ada peminjam bersa-maan waktunya. Keluarga yang kurang mampu kita prioritaskan, Raldi menegaskan.

    Ia menyebutkan selama layanan peminjaman gratis tersebut, belum mendapat complain. Semuanya berak-hir dengan senyum. Saat memulai, ada kolega yang mengingatkan siap siap masuk penjara kalau ada bayi me-ninggal karena memakai alatnya, ujar Raldi. Toh, ia tak gentar. Semuanya dikembalikan kepada Yang Maha Kuasa. Ia yakin, karena niatnya baik, Allah akan membantunya. Alhamdu-lillah, sampai sekarang belum ada ke-jadian seperti yang ditakutkan kolega saya itu, ujarnya.

    Kegiatan kemanusiaan ini malah berkembang. Alat yang tadinya hanya dua buah, kini sudah menjadi 27, dua diantaranya khusus untuk anak kem-bar. Banyak donatur yang menyum-bang, ujarnya. Perkembangan ini di-tolong inkubator ciptaan Raldi yang berbiaya murah. Boleh jadi yang pa-ling murah di dunia. Satu unit hanya butuh Rp 2,5 juta.

    Sangat jauh dengan yang beredar di luar yang harganya bisa mencapai puluhan juta, apalagi produk impor, Menurut Raldi produk impor sebetul-nya tak cocok dengan kondisi Indo-nesia. Inkubator impor, didesain untuk bisa dipakai saat musim dingin sehingga membutuhkan watt yang besar untuk menaikkan suhu ruangan inkubator, sekitar 450-600 watt.

    Kalau dipakai di Indonesia, per-cuma. Tentu akan boros listrik, paparnya.

    Dari berbagai penelitian yang di-lakukan, untuk penghangat yang dibutuhkan bayi bisa digunakan lam-pur pijar berkekuatan 15 watt.

    I N S P I R A S I

    Desain inkubator impor pun sa-ngat kaku, karena bentuknya tak por-table sehingga tak mudah dipindah-kan ke sana-kemari. Sementara cipta-an Raldi tanpa kaki. Material yang di-gunakan pun dipilih acliryc yang ri-ngan. Total berat yang inkubator hanya 13 kg. Ini inkubator teringan di dunia, ujarnya.

    Dengan hanya 2,5 juta banyak pihak yang tertarik bekerjsama, teru-tama RS. Tapi banyak yang tak bisa jawab ketika saya tanya berapa yang akan di-charge ke pasien, ujarnya. Banyak juga perusahaan yang mena-warkan bantuan dengan nominal fan-tastis. Tapi mereka minta kami mem-buat proposal, ujar Raldi. Permintaan ini tak bisa dipenuhi. Dalam pemiki-ran Raldi, bukan pihaknya yang mem-butuhkan bantuan. Yang mau kan mereka. Harusnya mereka dong yang kirim proposal, ujarnya. Bagi Raldi, jika itu dilaksanakan akan mengotori niat yang dari awal memang mau me-nolong. Ujung-ujungnya mereka minta ada logo perusahaan. Bagi saya itu sudah pamrih, ujar Raldi.

    Ia pun tak berniat mematenkan temuannya. Silakan aja kalau ada yang tertarik buat. Lebih banyak yang bisa dipinjamkan kan bagus, ujarnya. Ia juga tak akan menunut kalau cipta-anya dibajak untuk kepentingan ko-mersial. Kalau motifnya hanya ingin untung banyak, ada tangan tak terli-

    hat yang akan menghukumnya, ujar Raldi.

    Raldi sudah lama meneliti inkuba-tor, bahkan pada 2005. Bersama rekan-rekan dan mantan mahasiswanya ke-mudian mengomersialkan karya ino-vatifnya itu dengan memproduksinya secara massal. Mereka memanfaatkan ruang kosong di kantor Badan Peng ka-jian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk usahanya tersebut.

    Dia mengatakan sempat mena war-kan tabung inkubator ke sejumlah ru-mah sakit di Jakarta. Waktu itu tabung kreasinya bisa bersaing dengan produk impor. Inkubatornya lebih hemat energi daripada inkubator buatan luar negeri (Jepang atau Korea).

    Di dua negara itu, inkubator di-setting untuk kondisi suhu ruang yang sangat dingin. Dengan demikian, di dalamnya dipasangi alat penghangat (heater) berkekuatan besar yang me-ngonsumsi listrik hingga 400-500 watt. Sementara itu, inkubator karya Raldi waktu itu hanya ditanami mesin penghangat yang membutuhkan te-naga listrik sekitar 160 watt. Listrik pun lebih hemat. Model pemasaran-nya sukses. Tabung inkubator karya Raldi lumayan laris. Hingga akhirnya small company bentukan Raldi dan re-kan-rekannya itu diakuisisi pihak lain. Tetapi bukannya tambah maju, pamor perusahaan tersebut makin lama ma-kin surut. Bahkan setelah berhasil

    FOTO

    -FO

    TO: T

    ATA

    N A

    GU

    S R

    ST

  • 23VOLUME 11 TAHUN I

    PENCAPAIANNYA sebagai seorang aka-demis, boleh dibilang sempurna. Dia men-dapat gelar Doktor dari Universitas ter-nama di Perancis, Universite De Paris XII pada tahun 1985. Saat itu, gelar Doktor untuk disiplin Teknik masih bisa dihitung dengan jari. Raldi juga termasuk ilmuwan generasi pertama yang mempelopori penelitian.

    Dengan pencapaian seperti itu, tak ada yang menyangka jika Raldi muda jus-tru jeblog dalam Aljabar saat di Sekolah Menengah. Pernah nilai Aljabar saya tiga, ujarnya. Ia pun tahu diri, tak pernah memompa hasratnya untuk men jadi seorang akademis. Cita-cita saya wak tu remaja, hanya ingin jadi penyanyi, ujarnya.

    Saat itu, ia terkesima melihat Mick Jagger menyanyi di panggung. Ia memba-yangkan suatu saat dialah yang berdiri di depan ribuan penonton, berjingkrak kesa-na kemari.

    Garis hidupnya berubah saat dia dite-rima di Jurusan Mesin Fakutas Teknik Universitas Indonesia. Dia mulai menem-pa diriya menjadi ilmuwan yang disegani. Setelah selesai dia memutuskan untuk membaktikan dirinya di almamaternya sebagai tenaga pengajar. Sampai akhirnya, mendapat gelar maha guru alias profesor.

    Toh ia tak melupakan cita-cita untuk menjadi vokalis. Keinginan untuk me-nyanyi di panggung baru tercapai ketika usia saya 55 tahun. ujarnya. Tak tang-gung-tanggung, ia pernah menyanyi

    bareng Th e Changcuters, juga pernah ikut Jack Jazz dan Java Jazz. Sejak tahun 2003, ia bergabung dengan Th e Profesosr Band beranggotakan para maha guru dari ber-bagai disiplin ilmu di UI. Kami manggung lebih dari seratus kali, ujarnya.

    Ia yakin semua doa dan cita akan dika-bulkan oleh Allah SWT selama dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Cuma waktu-nya saja, ujarnya. Seperti cita-cita menjadi vokalis yang dia ingin kan sejak remaja, baru terkabul pada usia 45 tahun. Begi-tupun keinginannya menjadi maha guru yang sempat menggebu di usia 40-an. Tapi baru dikabulkan saat umurnya 52 tahun. Sampai kita sendiri lupa bahwa pernah punya keinginan itu, ujar lelaki kelahiran Jakarta 21 September 1954 tersebut.

    memproduksi inkubator yang ke-100, perusahaan itu bangkrut, kemudian ditutup.

    Biasa, ketika uangnya sedikit, kompak. Tetapi begitu uangnya ba-nyak, jadi rebutan, ujarnya lantas tertawa.

    Setelah gagal menjajal bisnis prak-tis, Raldi kembali ke jalur sesuai de-ngan hatinya. Yakni membuat inkuba-tor yang bisa dimanfaatkan masyara-kat luas. Dimulai saat dia mengerjakan proyek bertajuk Indonesia Managing Higher Education for Relevancy & Effi-

    ciency (IMHERE) dari Ditjen Pendi dik-an Tinggi (Dikti) Kementerian Pen-didikan dan Kebudayaan pada 2010.

    Raldi bersama sejumlah teman membuat tiga inkubator murah untuk rumah sakit kecil di Kota Depok, Jawa Barat. Dia juga membuatkan se-buah inkubator untuk Puskesmas Bojongsari, Kota Depok.Setelah me-nyumbangkan tabung inkubator ke rumah sakit dan Puskesmas, dia terus mengembangkan karyanya.

    Sejak 2012, dia mulai proyek inkubator gratis. Saat itu alat yang

    dipinjamkan belum sesimpel seka-rang. Masih tak portable. Karena ma-terialnya banyak menggunakan besi, inkubator pun jadi berat. Alat pun susah digotong ke sana kemari, apa-lagi kalau harus masuk gang sempit. Raldi pun terus menyempurnakan de-sainnya, sampai terciptalah inkubator yang berbiaya murah, ringan, mudah dipindahkan seperti sekarang. Se-mua nya lancar. Saya yakin dengan niat baik, Allah akan memberikan pertolongan, ujar Raldi. Dari situ pula, mengalir keajaiban.

    MAHA GURU

    VOKALIS BAND

    23VOLUME 11 TAHUN I

  • ASSET HARUS PUNYAWAWASAN KORPORASI

    Muhamad HusenDIREKTUR HULU PT PERTAMINA PERSERO

    W A W A N C A R A

    24 TAHUN I VOLUME 11

  • 25VOLUME 11 TAHUN I

    D IREKTUR Hulu Muhamad Husen belakangan sering muncul di Kantor Pusat Pertamina EP di Wisma Standard Chartered. Dua minggu sekali, pria kelahiran Bandung, Maret ini menyempatkan waktu memimpin rapat optimali-sasi Asset. Bersama Pak Anca (Presdir Pertamina EP Adriansyah-red), saya memimpin langsung untuk mencari cara bagaimana prospek-prospek yang besar bisa segera di-percepat kegiatannya, ujarnya.

    Selain Ogan di Sumatera dan Jati Asri di Jawa Barat, Ia menyebutkan perut bumi Kalimantan Timur, seperti Mahakam, Louise, North Kutai Lama, Bunyu sebagai ladang perburuan yang menjanjikan bagi Pertamina EP Dari statistisk yang ada kita bisa mengharapkan produksi yang besar di situ, ujarnya. Tak gampang memang. Harus ada usaha luar biasa. Produksi akan begini-begini saja kecuali kalau kita melakukan hal yang berbeda. Kita harus mencari daerah-daerah yang bisa menghasilkan produksi yang tinggi, ujarnya.

    Sarjana Geologi ITB dan Magister Sains University London ini menyebut-kan sedang menggodog aturan untuk mengkosentrasikan kegiatan pada daerah-daearah yang bisa menghasil-kan produksi tinggi. Tiap Asset, menu-rut Husen, harus berani melakukan realokasi kegiatan pada daerah-daeah potensial. Tiap Asset harus punya wawasan korporasi, ujarnya.

    Berikut penuturannya kepada ENERGIA Pertamina EP dalam se-buah wawacara di kantornya, perte-ngahan Juli lalu:

    Bagaimana penilaian Anda terhadap kinerja Pertamina EP Semeter I?

    Dari hasil semester I, EP harus bekerja keras untuk melakukan yang lebih baik di semester II. Di minyak itu kan seharusnya minimal 125.000 sesuai dengan target yang disepakati dengan SKK Migas. Sekarang kan

    baru 115.000 BOPD. Kalau target korporat lebih tinggi lagi sekitar 128.000 BOPD. Sekarang ini yang sangat terasa keandalan peralatan, seperti yang terjadi di X-tray dan di TAC PAN Dari dua tempat itu, kita kehilangan 3.000 BOPD akibat keti-dakandalan peralatan. Itu yang harus segera atasi. Untuk gas Alhamdulillah hampir mencapai 100%

    Soal peralatan itu masalahnya dimana?

    Sebenarnya karena peralatan kita kan tua-tua. Yang rada telat diperbaharui. Kerusakan itu banyak berkaitaan dengan listrik, sistem pembangkitan, pompa, kompresor. Ini terjadi di semua daerah. Ini pe-kerjaan rumah kita. Bagaimana kita harus serius membenahi peralatan kita. Peralatannya memang sudah tua harus diremajakan. Nanti kalau menurut best practices, peralatan itu harus diganti dalam dua puluh tahun ya harus diganti. Kalau sekarang kan belum begitu. Diperbaiki dulu bolak-balik.

    Semua Asset harus punya wa-wasan korporasi. Kalau hasilnya tidak seberapa, harus rela kalau jatah pengeborannya dialihkan ke tempat lain. Kalau hanya 100-150 misalnya, kita pindahkan ke tempat lain yang menjanjikan produksi 500 BOPD-1000 BOPD.

    Ini kan terkait dengan KPI (Key perf ormance Indicator) apakah Field Manager akan menerima?

    Kita akan terus sosialisasi. Kalau perlu KPI-nya diperbaiki. Sekarang ada perubahan aktivitas karena prioritasnya berubah, ya harus kira ubah. Ujungnya jangan pakai target per Asset tapi seluruh EP. Ini sedang dikerjakan Direksi EP.

    Selama menjabat Direktur Hulu, apakah ini produksi terendah?

    Tidak. Kalau produksi nggak rendah, datar saja. Tapi kan kita ingin meningkat. Ini memang sikap yang harus ditumbuhkan di teman-teman Pertamina EP. Kalau di sisi SKK Migas, jika diperhitungkan dengan penu-

    runan alamiah, Kita satu-satunya PSC yang produksinya tidak turun diban-dingkan yang lain. Tapi apakah cukup berpuas diri begitu.

    Apa yang harus dilakukan Pertamina EP untuk meningkat-kan produksi?

    Kita harus identi kasi mana da-erah yang potensial dan mana yang tidak. Harus ada keberanian dari Asset untuk merealokasi kegiatan. Kalau challenge saya, yang kecil-kecil kenapa ngebor dulu, Kenapa tidak diam dulu, perbaiki alat, lakukan kajian untuk mendapatkan pemahaman baru ten-tang daerah itu, daripada ngebor terus tapi hasilnya sedikit. Mending melaku-kan studi dulu, seismik dulu. Bukan berarti di sana sudah tidak ada, kan. Kita lakukan pekerjaan yang kira-kira hasilnya ada.

    Penyempurnaan rencana kerja sangatlah penting agar kerja se-makin fokus, semakin terstruktur sehingga memudahkan mencapai target. Manajemen Pertamina EP harus segera menerapkan Pertamina Exploration Way dan Pertamina Driling Way di seluruh Indonesia. Selain itu, untuk mempercepat proyek-proyek yang ada, kita sedang meyiapkan Pertamina Development Way sebagai pedoman kerja bagi Pertamina dalam pengembangan proyek-proyeknya. Hal ini juga perlu langsung diterapkan di seluruh lapangan Pertamina, terma-suk Pertamina EP sehingga PPGM, PPGJ bisa cepat termonetisasi secara optimal.

    Anda yakin Pada Semester II mampu memenuhi target?

    Ya harus mampu. Kemarin kan sudah mulai tembus 120.000. Kalau tidak yakin nanti kita tidak semangat lagi. Ada beberapa harapan dari be-berapa lokasi selain di Kalimantan, Ogan, sumsel, jati asri. Menurut ske-nario awal tahun ini di Jati Asri tidak melakukan pekerjaan pengeboran. Tapi karena hasilnya bagus, kita ada-kan pengeboran. Dulu hal yang seperti itu tidak dilakukan. Sekarang kita melakukan skala prioritas

    Dari data yang ada EP masih TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

    25VOLUME 11 TAHUN I

  • 26 TAHUN I VOLUME 11

    sangat mungkin ditingkatkan. Saat teman-teman menyusun RK-nya tentu dengan keyakinan bisa dicapai. Target itu kan bukan dari atas, tapi bottom up. Kita harus ngotot untuk mencapai target. Saya minta seluruh jajaran EP, mulai dari direksi sampai operation di lapangan untuk mempunyai keya-kinan bisa mencapai target.

    Pertamina EP ditargetkan menjadi produsen terbesar mi-nyak di Indonesia pada 2018? Apakah tidak terlalu muluk?

    Kenapa nggak? Kalau kita lihat coverage seismik 3D pada 2012 baru 12 %, sekarang masih di bawah 50%.

    Daerah-daerah seperti NKL, Bunyu, Cepu, Jati Asri kan sudah terbukti. Persoalannya bagaimana menemukan hal serupa di daerah lain. Sekarang terus kita benahi. Untuk semen-tara jatah pengeboran kita serahkan kepada tempat-tempat yang bagus. Nanti itu, akan ada Asset Inti, terus ada Emerging Asset untuk asset yang diharapkan bisa besar. Kalau dulu, istilahnya asset fokus. Nanti kita bagi lebih detail lagi. Ini penting karena berpengaruh pada pendanaan.

    Saya percaya Pertamina EP pasti mampu, hanya apakah mau atau tidak itu tergantung mereka. Apakah kita

    cukup puas dengan growth per tahun sebesar 1% atau 13% sesuai kesepa-katan RJPP

    Seberapa besar kontribusi Pertamina EP kepada bisnis Hulu Pertamina?

    Pertamina EP merupakan back-bone bisnis Hulu Pertamina. Dari produksi lapangan-lapangan di dalam negri yang 200 ribu-an barrel, lebih dari separuhnya disumbangkan Pertamina EP yang berkisar antara 116-120 ribu barrel. Lainnya PHE sekitar 70 ribu barrel. Cepu 14 ribu barrel.

    JIka kinerja Pertamina EP kurang

    memuaskan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja Pertamina secara keseluruhan. Untuk itulah, dukungan dan dorongan selalu berikan kepada Pertamina EP melalui dana ABO, ABI, funellingm tim Oversee serta pembi-naan SDM melalui pelatihan serta in-ternship agar Pertamkina EP memiliki amunisi yang cukup guna memenuhi targetnya.

    Kunci peningkatan produksi ada-lah pengeboran sehingga Pertamina EP harus terus mem percepatnya terutama untuk pengembangan yang resikonya rendah dengan nilai inves-tasi tak terlalu besar (Capex kurang

    dari 30 dollar per barrel). Sumber dayanya harus diprioritaskan untuk pengembangan area eksplorasi yang bagus hasilnya sehingga dpat langsung termonetisasi.

    ***Sebelum diangkat sebagai Direktur

    Hulu pada Mei 2011, Muhamad Husen lebih banyak bergelut dengan birokrasi. Dia menduduki jabatan sebagai Asisten Deputi Bidang Perminyakan pada Deputi bidang Energi Sumber Daya Mineral dan Kehutanan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

    Dia ditarik pada 2005, setelah sebe-lumnya akrif di Lemigas sebagai seorang geologis Terakhir dia menjabat sebagai Kepala Divisi Eksplorasi. Dengan latar belakang seperti itu, Husen tak perlu lama menyesuaikan diri saat diangkat sebagai Direktur Hulu. Dia langsung tancap gas. Berbagai pembenahan di-lakukan terutama menyangkut standard operasi. Meluncurlah berbagai panduan operasi Hulu Pertamina, Pertamina Exploration Way, Pertamina Production Way, Pertamina Driling Way

    Kini sedang disiapkan Pertamina Development Way sebagai pedoman kerja bagi Pertamina dalam pe ngem-bangan proyek-proyeknya. Hal ini juga perlu langsung diterapkan di seluruh la-pangan Pertamina, termasuk Pertamina EP sehingga PPGM, PPGJ bisa cepat termonetisasi secara optimal, ujar M. Husen.

    Bagaimana penilaian Anda terhadap pelaksanaan Pertamina Exploration Way, Pertamina Production Way, dan Pertamina Driling Way di Pertamina EP?

    Saat ini PT Pertamina (Persero) menjadi tulang punggung tercapainya target produksi nasional. Sebagai sa-tu-satunya perusahaan energi nasional, jika terjadi krisis energi, hal pertama yang dilakukan pemerintah adalah me-minta Pertamina untuk mencari jalan keluarnya. Pertamina harus dapat men-jawa tangung jawab tersebut.

    Dengan wilayah kerja yang terben-

    W A W A N C A R A

    26 TAHUN I VOLUME 11

    TATA

    N A

    GU

    S R

    ST

  • 27VOLUME 11 TAHUN I

    tang dari Sabang sampai Merauke, serta keterbatasan SDM dan fasilitas pendukungnya, tentu saja berpotensi akan rendahnya success ratio eks-plorasi dan tidak tercapainya target produksi. Maka Pertamina Exploration Way dan Pertamina Production Way se-bagai standardisasi cara kerja adalah modal utama kita agar target-target tersebut dapat terjawab. Dan itu bu-kanlah suatu hal yang baru dari kita, namun lebih kepada penyempurnaan pola kerja agar dapat lebih baik dam sesuai kaidah best practices migas. Apabila dilaksanakan sepenuhnya dengan diiringi kepada Allah Swt maka target tersebut Insya Alah akan tercapai

    Perubahan pola kerja tentu mem-butuhkan proses sehingg perlu terus dikawal agar sesuai dengan yang kita cita-citakan. Beberapa lalu waktu saya melihat kesuksesan eksplorasi di Jati Asri dan Jati Ibon. Hal ini sangat bagus dan mudah-mudahan dapat menular ke lapangan lain. Saya percaya bahwa manajemen Pertamina EP telah melihat hal yang positif dari standardisasi tersebut sehingga ke depannya. semua akan menjadi lebih baikdan sesuai kaidah Pertamina Exploration Way dan Pertamina Production Way.

    Bagaimana dengan kesiapan SDM?

    Itu tantangan yang lain. Kalau kita lihat dari organisasi yang ada, kekurangan SDM itu kan banyak. Tidak mungkin kita memenuhin-ya. Makanya sekarang melakukan pekerjaan dengan orang yang ada bagaimana melakukan pekerjaan.

    Dulu kalau pekerjaan di Asset 1, hanya Asset 1 sekarang kita sharing dengan yang lain. Eksploration Way dan Prodution way salah satunya me-mandu pekerjaan agar e sien. Salah satu tantangan di EP adalah keku-rangan orang, baik kuantitas maupun kualitas. Itu adalah real tantangan yang dihadapi. Sekarang bagaimana kita menyiasati hal tersebut.

    Sebelumnya panduan seperti Exploration dan Production Way itu gak pernah ada?

    Semua perusahaan harus punya. Dalam rangka kaderisasi dan e sisiensi SDM itu sangat perlu. Dulu sudah ada, tapi terserak di masing-masing anak perusahaan, sekarang kita kumpulkan. Berupa buku berhasil. Tantangannya pelak-sanaan, bagaiman teman-teman mau melaksanakan yang di buku terse-but. Ini butuh waktu. Kalau peng-alaman di perusahaan-perusahaan lain itu butuh waktu lima tahunan. Mengubah kebiasaan, lama menjadi kebiasaan baru itu susah

    Untuk Efektivitas SDM, apa-kah Direktur Hulu punya otoritas dalam pemanfaatan SDM?

    Bisa. Sekarang ini, di tempat saya ada dari EP. Dulu kita investment holding, yang hanya mendistribusi-kan uang. Sekarang operating hold-ing, yang aktif melakukan operasi bersama-sama dengan anak perusa-haan. Kita yang bisa melihat orang ini dibutuhkan dimana. Kalau anak perusahaan lain, kita pindahkan. Seperti Petronas Malasya dan PTT Th ailand yang muncul holdingnya, tidak pernah anak perusahaan. Kita

    harus punya semangat ituPertamina sudah masuk

    Fortune 500? Seberapa besar sum-bangan Hulu?

    Orang hulu harus berbangga. Kontribusi Kita sangat besar. Pro t dari hulu besar sekali. Tapi itu memang di seluruh dunia perusahaan migas, meng-andalkan hulu karena marginnya besar. Biaya 30 dollar per barrel dan dijual jual 100 dollar per dollar. Sementara margin di hilir kecil. Misalnya, kilang hanya untung 3-5 per barrel. Nature bisninya begitu. Kita harus hati-hati, tak boleh berpuas diri. Tahun lalu Pertamina sa-tu-satunya perusahaan di Indonesia, Tahun ini PLN masuk. Bahkan, tet-angga kita Petronas dan PTT sudah di Fortune 100. BUMN minyak di dunia, India, China tiga-tiganya sudah di bawah 100. Pertamina masih keting-galan. Kita harus berlari mengejar ke-tinggalan dari yang lain.

    Tentu tak cukup hanya berpuas diri masuk Fortune 500. Kita ingin menge-jar perusahaan tetangga kita Untuk itu, kita menargetkan pertumbuhan 13% per tahun. Saya yakin akan tercapai. Cuma belum ketemu polanya saja. Dari sisi asset sangat memungkinkan. Tinggal bagaimana menggerakkan asset tersebut.

    Mengandalkan pertumbuhan organik atau akuisisi?

    Dengan keterbatasan pendanaan kita harus tetap mengandalkan per-tumbuhan organik. Milestones kita pada 2025, produksi 2,2 juta. Untuk mencapainya, eksplorasi kita galakkan karena itu kenapa di Hulu sekarang ada SVP Eksplorasi. Kalau dari anorganik, kita terkendala pembiayaan.

    27VOLUME 11 TAHUN I

    FOTO

    -FO

    TO:

    ZA

    KY

    AR

    SY

  • WALAU hanya sebuah gang, namanya begitu terkenal, bahkan konon ter-besar di Asia, terletak di kota dengan julukan kota Pahlawan, nama gang ini seperti tak terpisahkan dengan nama kota besar Surabayaitulah

    Gang Dolly, sejarahnya seolah sepanjang sejarah kota ini.Semua orang mengenal Gang ini sebagai daerah lokali-

    sasi, padahal bukan hanya tempat pelesir para penikmat esek-esek, tetapi juga di sini terdapat perkampungan pada umumya.

    Menyatunya suasana lokalisasi dan kehidupan keluar-ga pada umunya membuat banyak orang gerah saat men-

    cantumkan alamat rumah di KTP, seperti yang dialami Zaki yang lahir dan besar di gang ini.

    Bagi Zaki yang memang mencari nafkah tidak dari Dolly, menyambut baik niat pemkot Surabaya yang bertekad menutup lokalisasi ini, tapi tidak bagi mereka yang langsung terlibat dari bisnis esek-esek ini.

    Pro kontra akan selalu ada, bukan hanya Zaky yang menyambut penutupan ini, banyak zaki-zaki lainnya, me-reka ingin tersenyum saat mencantumkan alamat rumahnya, tidak seperti selama ini mereka merasa berat saat ditanya dimana mereka tinggal, seperti yang terpam-pang di tembok sudut Gang ini ---Dolly Tersenyum dan Dolly Racun.

    Teks dan Foto: Tatan Agus RST.

    R A N A

    28 TAHUN I VOLUME 11

    Dolly Tersenyum

  • 29VOLUME 11 TAHUN I

  • 30 TAHUN I VOLUME 11

    R A N A

  • 31VOLUME 11 TAHUN I

  • 32 TAHUN I VOLUME 11

    Setelah melewati bukit penyesalaan

    dan bukit penyiksaan, Anda akan merasakan

    sensasi negeri dongeng. Berkemah

    di batas langit di Pelawangan Sembalun

    memberi romansa keindahan tiada tara.

    Dijamin jatuh cinta.

    T URIS asing itu tak me-neruskan pendakian-nya sampai ke puncak yang hanya tinggal be-berapa puluh meter lagi. Dia memilih me-nyepi di punggung gunung, menyapu-kan pandangan ke sekeliling. Di atas sana sangat ramai. Semua orang antri berfoto, katanya. Sambil berbi-cara, matanya terus menatap danau. Sesekali, mulutnya berdecak kagum. Saya memilih di sini karena suasana

    W I S A T A

    MEREGUK KECANTIKAN RINJANItenang, menikmati keindahan danau pun lebih nikmat ditengah kesunyi-an, kata seorang pendaki yang ber-asal dai California, AS tersebut.

    Danau yang dimaksud adalah Segara Anakan. Danau ini terbentuk akibat letusan dahsyat Gunung Rinjani ratusan tahun lalu. Ketika itu letusan meninggalkan kaldera raksasa. Ber-bilang abad, Kaldera yang sudah tidak aktif selama ratusan tahun pun terisi oleh air dan membentuk danau cantik. Danau Segara Anakan mejadi peleng-kap wisata Gunung Rinjani, yang tak lama lagi akan diresmikan UNESCO sebagai warisan Geopark dunia.

    Teks: Rio IndrawamFoto: Wahyubudi

  • 33VOLUME 11 TAHUN I

    masuk Rinjani di Kabupaten Lombok Timur. Jalur ini banyak dipilih para pendaki karena lebih mudah dijang-kau dari bandara. Jaraknya sekitar 110 km. Pintu masuk lainnya dari Desa Senaru di wilayah Lombok Utara

    Sesampainya di Desa Sembalun Lawang, anda akan disuguhi peman-dangan apik sebuah desa yang lahir di kaki gunung dengan dikelilingi bukit-bukit, sawah hijau, perkebunan para warga. Pos pendaftaran pun dipenuhi para pendaki yang datang dari penjuru nusantara bahkan banyak diantaranya dari luar negeri, Bahkan beberapa tahun lalu, jika memasuki Rinjani seo-lah bukan berada di Indonesia karena sebgaian besar pendaki justru berasal dari mancanegara. Tapi kini, para pen-daki lokal pun mulai menjejali Rinjani.

    Untuk mencapai puncak Rinjani melalui jalur Sembalun kita harus me-

    lewati empat pos. Perjalanan dari pos 1 hingga pos tiga tak terlalu berat. Meski harus mengitari bukit demi bukit yang seolah tak ada habisnya, tanjakan yang kita daki tidak terlalu curam. Anda di-jamin tidak bosan, Mata disegarkan panorama alam Padang sabana ber-warna hijau kekuningan emas benar-benar menjadi obat lelah yang manjur dalam perjalanan ini. Dengan back-ground puncak Rinjani yang berwarna hitam keabuan, disertai warna langit biru cerah, kita seolah hidup di negeri dongeng.

    Jika lelah Anda bisa beristirahat di Pos 2 ataupun di Pos 3. Jara, jarak antar pos itu tidak begitu jauh hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam. Makan siang di pos 2 mungkin men-jadi pilihantepat, sambil menikmati pemandangan sabana emas meng-hampar luas mengawal sang puncak

    Gunung di Provinsi Nusa Tengara Barat dan tertinggi ketiga di Indonesia itu sudah lama menjadi destinasi favorit para pelancong, diburu turis domestik dan mancanegara. Para pendaki gunung menyukainya karena track pen dakian Gunung Rinjani dikenal sebagai salah satu jalur tersulit di Indonesia.

    Untuk mencapai Rinjani kita bisa memulai perjalanan dari Bandara International Lombok (BIL) ataupun pelabuhan Lembar, jika kita memilih jalur darat dan laut. Saya sendiri lebih memilih melalui jalur udara, Dengan cara ini tentu dapat memangkas waktu perjalanan serta menghemat tenaga. Pendakian untuk mereguk Keindahan Rinjani itu dilakukan pertengah lalu.

    Dari BIL, perjalanan dilanjutkan ke Desa Sembalun, salah satu pintu

  • 34 TAHUN I VOLUME 11

    Anjani (sebutan masyarakat lokal Nusa Tenggara) dengan beratap langit biru.

    Jika sudah mengisi tenaga di pos 2, perjalanan bisa dilanjutkan menuju pos 3 dengan waktu tempuh hanya 1-2 jam sehingga bisa langsung dilan-jutkan menuju pos 4 atau pos Pelawangan Sembalun. Jalur dari pos 3 ke 4 ini lah yang menjadi ujian se-sungguhnya dari pendakian Gunung Rinjani. Rintangan, rintangan berat bahkan sudah terasa ketika kita men-dengar nama jalur tersebut yakni bukit penyesalan dan bukit penyik-saan. Menuju pos 4 kita harus mele-wati empat bukit penyesalan dan tiga bukit penyiksaan. Rupanya nama ter-sebut bukan hanya sebuah julukan akan tetapi benar-benar menggam-barkan kondisi jalur dimana kita harus melewati tujuh bukit dengan sudut kemiringan yang ekstrim. Selain itu, kondisi jalur yang berdebu menambah beratnya perjalanan.

    Setelah melewati bukit yang te-rasa tidak ada habisnya, sampailah kita di Pelawangan Sembalun. Sebuah Camping Ground cantik berupa pung-gungan bukit yang tidak terlalu luas namun memanjang hingga terhubung langsung dengan puncak Rinjani.

    Dataran ini diapit dua bukit ber-salang-seling dengan pemandangan punggung gunung Rinjani dan Danau Segara anakan yang di tengahnya ter-dapat Gunung Baru Jari, sebuah gu-nung api aktif yang lahir setelah Rinjani meletus untuk terakhir kali ra-tusan tahun lalu.Ketinggian gunung ini pun terus bertambah seiring ber-jalannya waktu.

    Beberapa tahun lalu tingginya belum seperti sekarang, bukan tidak mungkin nanti ratusan tahun lagi Gunung Baru Jari lebih tinggi dari Rinjani tutur salah seorang porter yang saya temui saat turun dari pun-cak menuju kembali lag i ke Pelawangan Sembalun.

    Berkemah di Pelawangan Semba-lun benar-benar seperti hidup diatas negeri langit, bagaimana tidak? kita bisa lihat langsung awan berada di depan mata kita atau berada dibawah kita. Sebuah pengalaman menakjub-kan yang pasti tidak akan pernah anda lupakan dalam hidup.

    Jika perjalanan diatur dengan baik kita bisa tiba di Pelawangan Sembalun menjelang sore hari, sesam-painya di sana beristirahatlah yang cukup karena malamnya, pendakian sebenarnya akan dimulai, yakni

    menuju dataran tertinggi ke 3 di Indonesia puncak Rinjani. Akan tetapi sambil beristirahatlah sempatkanlah waktu menikmati suasana malam di pos 4 ini, Nikikmati makan malam di-luar tenda maka anda akan diman-jakan oleh suasana yang tidak kalah menakjubkan seperti di siang hari, ka-rena makan malam anda ditemani langsung oleh miliaran bintang yang bertaburan di langit. Suasana dan pe-mandangan yang tidak akan anda dapatkan ditengah kota.

    Sekitar pukul 12 malam persiapan menuju puncak bisa dilakukan. Jika anda ingin mengejar untuk melihat sunrise di puncak maka disarankan anda untuk berjalan lebih awal. Waktu tempuh dari pos 4 menuju puncak adalah sekitar 4-6 jam, itu jika dilaku-kan dengan santai. Jika anda memang mempunyai tenaga lebih dan menge-jar waktu maka waktu tempuh bisa di-pangkas dengan hanya menjadi seki-tar 2-3 jam. Waktu tempuh ini lah waktu normal bagi para pendaki asing, sedangkan pendaki lokal biasa-nya lebih santai. Bawalah perbekalan secukupnya terutama makanan ri-ngan yang juga bisa menambah energi dan jangan lupa bawa air secukupnya jangan sampai anda kekurangan air.

    W I S A T A

  • 35VOLUME 11 TAHUN I

    Karena kondisi jalur pasir yang berde-bu bisa membuat anda cepat haus.

    Ketika persiapan semua siap maka pendakian menuju puncak bisa dilakukan. Kondisi jalur menuju pun-cak pada awalnya merupakan jalur tanah yang masih mudah untuk di-lalui, akan tetapi semakin menanjak maka anda akan dihadapkan dengan jalur berpasir yang semakin sulit untuk dilalui. Mendekati puncak maka jalur akan semakin berat karena kondisi jalur tidak hanya berpasir akan tetapi juga kerikil dan berbatu yang semikin menyulitkan kaki untuk melangkah, belum lagi kemiringan jalur yang mulai ekstrim. Tapi lagi-lagi Rinjani menyisipkan keindahan yang

    mampu menghilangkan rasa lelah saat perjalanan menuju puncak. Anda bisa melihat hamparan dataran tanah Nusa Tenggara yang berbatasan lang-sung dengan laut. Selain itu, danau Segara Anakan terlihat begitu cantik dan anggun. Ketika matahari mulai muncul malu-malu dari timur, maka warna disekitar air danau akan men-jadi biru kemerahan, dengan berlatar bukit yang mengelilinginya serta la-ngit yang berubah menjadi kuning keemasan menjadikan sunrise anda sempurna. Meskipun kaki semakin berat untuk melangkah menuju pun-cak, namun mata anda tidak akan ber-

    henti dimanjakan oleh keindahan danau Segara Anakan yang semakin cantik saat matahari semakin menin-ggi warna air akan berubah menjadi biru hijau tosca. Hal itu lah yang lagi-lagi menjadi obat dari rasa lelah.

    Setelah menempuh perjalanan melelahkan sekitar 5 jam, akhirnya saya menginjakan kaki di tanah ter-tinggi ketiga di Indonesia diketing-gian 3.726 mdpl, puncak Gunung Rinjani. Puncak Rinjani tidaklah ter-lalu besar luasnya hanya sekitar 100-200M2. Untuk itu jika musim penda-kian sedang ramai, anda disarankan untuk berhati-hati karena kondisi tanah di puncak juga masih labil. Dari puncak kita bisa melihat Kepulauan

    Nusa Tenggara B arat , K o ta Mataram dan sekitarnya serta laut yang mengelilingin-ya. Tidak hanya i t u , p u n c a k Gunung Agung yng terletak di Bali juga