elektrokardiogram pbl 1

Upload: isnila-f-kelilauw

Post on 31-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

Elektrokardiogram (EKG)EKG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang berfungsi memberikan pencitraan hasil rekaman aktivitas listrik jantung dalam tampilan grafik. Elektrokardiogram ini dihasilkan oleh alat yaitu elektrokardiograf dengan menggunakan berbagai sadapan (Lead) yang dipasang dengan konfigurasi tertentu pada permukaan tubuh sehnigga bisa mendeteksi aktivitas listrik yang terpancar ke permukaan tubuh. Aktivitas biolistrik jantung merupakan fisiologi penting yang ada pada sistem konduksi jantung yang membuat jantung menjadi organ esensial bagi tubuh (Thaler, 2010).Setiap sel secara normal bisa terkesitasi (menerima suatu potensial aksi) sehingga bisa mengalami peristiwa depolarisasi dan repolarisasi. Harus diingat bahwa kedua bagian dari permukaan membran sel memiliki potensial yang berbeda (sehingga terjadi beda potensial antara lingkungan intrasel dan ekstrasel). Jika ada potensial aksi mendadak pada sel maka akan terjadi perubahan potensial menjadi lebih positif di dalam sel sehingga sel mengalami depolarisasi. Lama-kelamaan maka potensial aksi itu akan hilang dan potensial listrik didalam sel akan turun kembali yang disebut dengan repolarisasi (Thaler, 2010).Sel-sel di jantung secara umum terbagi dalam dua kelompok yaitu sel pacemaker dan sel kontraktil. Sel Pacemaker bertugas membentuk sendiri depolarisasi dari listrik jantung tanpa harus ada penjalaran potensial aksi dari saraf sehingga punya sifat otoritmisitas. Sel-sel kontraktil adalah sel-sel yang akan secara umum berkontraksi ketika potensial aksi menyebabkian depolarisasi berbagai area jantunjg, Karena adanya sel pacemaker ini maka sel jantung dikatakan unik dan memiliki sistem konduksi jantung sendiri sehingga tidak perlu adanya bantuan saraf untuk memulai suatu depolarisasi sehingga menjaga kerja jantung selalu aktif. Sel pacemaker ini bisa membentuk otoritmisitas karena mengalami depolarisasi spontan sehingga dari waktu ke waktu potensial listrik intrasel dari sel pacemaker bisa terus terdepolarisasi (Thaler, 2010). Sistem Konduksi Jantung dibentuk olkeh berbagai komponen khusus yaitu Nodus Sinuatrial (SA Node), Nodus Atrioventricular (AV node). Fasciculus atrioventricular ((crux dextra( Right Bundle Branch) dan crus sinistra (Left Bundle Branch)) dan serabut purkinje. Nodus SA merupakan pembentuk impuls listrik utama yang mendasari semua aktivitas listrik jantung secara normal. Nodus SA bisa mengirimkan impuls samapai 60 -100x/menit. Semua nodus dan komponen sistem konduksi jantung yang lain juga bisa membuat impuls listrik namun karena nodus SA lebih dulu dan lebih kuat dalam meberikan impuls maka aktivitas sistem konduksi jantung yang lain akan mengikuti aktivitas nodus SA sehinga secara normal akan muncul irama sinus (Sinus Rythme) pada jantung dan komponen konduksi yang lain hanya menjadi backup jika ada gangguan pada konduksi impul atau gangguan dari SA node itu sendiri. Impuls dari SA Node akan menjalar melalu jalur internodal yang ada diatrium dextra menuju AV node selain juga menhantarkan impulsnya dari atrium dextra ke atrium sinsitra sehingga yang mengalami depolarisasi dan kontraksi awal adalah atrium. Setelah mengalami penjedaan tertunda pada AV node lalu impuls akan diteruskan ke fasciculus atrioventricularis yang nantinya bercabang menjadi dua yaitu RBB dan LBB hingga kebagian apex lalu LBB bercabang lagi menjadi cabang anterior , posterior, dan cabang septalis untuk mendepolarisasi bagian septum dan ventriculus sinistra yang ukurannya relatif lebih besar pada bagian ventriculus dextra. Hal inilah yang menyebabkan setelah atrium berkontraksi maka ventriculus akan menysusul mengalami depolarisasi dan kontraksi dari bagian apex sehingga arah kontraksi ventriculus dari arah apex ke AV junction (Nazmah, 2011).Dengan mengetahui arah penghantaran listrik pada jantung ini maka kemudian bisa dipasang EKG pada permukaan tubuh untuk merekam aktivitas listrik jantungnya. Sebagai pemeriksaan penunjang ada empat golongan kelainan yang bisa dideteksi yaitu mencakup :1) Hipertrofi 2) Disritmia & Aritmia3) Infark dan Ischemia Miokardium4) Gangguan elektrolit(Nazmah, 2011).Untuk mendeteksi adanya kelainan ini maka minimal ada tiga komponen yang harus diuasai untuk bisa menginterpretasikan EKG yaitu cara menghitung frekuensi jantung, axis jantung dan menetukan irama jantung di kertas EKG. Secara garis besar akan ada 2 jenis morfologi dasar pada grafik EKG yaitu garis isoelektik dan defleksi (positif dan negatif) yang menggambarkan aktivitas listrik jantung. Defleksi positif yang merupakan pembentukan garis EKG di atas isoelektrik ) terjadi ketika elektroda positif (komponen sadapan EKG)) dipasang terletak/tertuju oleh arah depolarisasi area tertentu di jantung. Sedangkan defleksi negatif akan muncul jika perlekatan elektroda positif ditempelkan membelakangi arah depolarisasi pada area spesifik di jantung. Pada jantung Depolarisasi terjadi dari endocardium ke epicardium namun repolarisasinya akan berbalik dari epicardium ke endocardium. Hal inilah yang menyebabkan kedua defleksi antara depolarisasi dan repolarisasi (masing-masing atrium dan ventrikel) sellau menunjukkan arah defleksi yang sama. Jika depolarisasi ventrikel menunjukkan defleksi positif maka repolarisasi ventrikel akan meberikan gambaran defleksi positif juga (Nazmah, 2011).Sadapan (Lead)Secara internasional ada 12 sadapan rutin yang dipasang pada permukaan tubuh untuk bsia merekam aktivitas listrik jantung. Keduabelas masing-masing sadapan punya orientasi (sudut pandang) tersendiri terhadap aktivitas listrik jantung. Hal ini terjadi karena perbedaan posisi pada pemasangannya sehingga area listrik yang dilihatnya akan berbeda. Perbedaan psois sadapan akan mempengaruhi tergantung dia diletakkan searah atau membelakangi arah depolarisasi aktivitas listrik jantung yang terjadi didaerah spesifik di jantung yang akan diamati. Jadi, jika muncul defleksi postif pada gambaran aktivitas listrik jantung tertentu di salah satu lead belum tentu akan memberikan arah defleksi yang sama di lead lainnya (Nazmah, 2011).Secara umuma da 3 kelompok sadapan dari 12 sadapan rutin yaitu :1) Sadapan Bipolar Leada I elektroda positif diletakkan ditangan kiri Lead II elektroda positif diletakkan di kaki kiriLead III diletakkan negatif ditangan kiri2) Sadapan Unipolar Ekstrimitas aVR elektroda positif di tangan kanan aVL elektroda positif di tangan kiriaVF elektroda positif ada di kaki kiri3) Sadapan Unipolar PrecordialV1,V2,V3,V4,V5,V6 semuanya merupakan elektroda positif dan menggunakan tubuh sebagai elektroda negatifnya.(Nazmah, 2010).Tiap-tiap sadapan memiliki sudut orientasinya masing-masing terhadapat aktivitas listrik jantung. Sudut orientasi sadapan bipolar dan sadapan unipolar ekstrimitas bisa dibentuk dari penarikan garis dari elektroda positif sampai elektoda negatif dan menempatkannya pada lingkaran dalam bidang forntal. Sadapan bipolar dan sadapan unipolar ekstrimitas melihat pergerakan listrik jantung pada bidang frontal dan sadapan unipolar precordial melihat aktifitas listrik jantung pada bidang horizontal (Nazmah, 2011).

Gambar 1. Sudut orientasi sadapan bipolar dan sapan unipolar ekstrimitas (Thaler, 2010).

Secara spesifik lagi sadapan ini dikelompokkan berdasarkan area orientasi terbaiknya terhadapa listrik jantung menjadi sadapan inferior yaitu terdiri dari sadapan Lead II, III, dan aVF. Sadapan Lead I, V5, dan V6 dan aVL sebagai sadapan lateral kiri te, dan sadapaan avR sebagai sadapan lateral kanan. Sadapan V1,V2,V3,V4 sebagai sadapan anterior (Nazmah, 2011).Gambar 2. Sudut orientasi sadapan unipolar precordial (Thaler, 2010).

Morfologi Gelombang EKGSecara umum, satu siklus listrik jantung (mulai dari depolarisasi atrium sampai repolarisasi ventrikel) digambarkan oleh gelombang P,Q,R,S, dan T. Gelombang inilah yang membentuk morfologi dasar normal pada tampilan EKG (Thaler, 2010).

Gambar 3. Morfologi QRS Normal (Thaler, 2010).1) Gelombang P Gelombang P ini menunjukkan adanya Depolarisasi Atrium. Gelombang P secara umum dapat diidentifikasi jelas pada lead I dan II serta menimbulkan tampilan defleksi negatif pada aVR. Normalnya, lebar gelombang P tidak boleh melebihi 2,5 mm (Thaler, 2010).2) Gelobang Q Gelombang Q menunjukkan terjadinya Depolarisasi pada septum interventriculus.Tampilan normalnya menunjukkan defleksi negatif denga kedalaman tidak lebih dari 1/3 (25%) dari tinggi gelombang R (Nazmah, 2011).3) Gelombang RMenunjukkan adanya depolarisasi ventrikel, Gelombang R pada sadapan V1 sampai ke V6 emnunjukkan adanya peningkatan tinggi yang menunjukkan bahwa arah depolarisasi ventrikel makin besar ke arah kiri karena posisi ventrikel jantung sebagian besar mengarah ke sisi kiri tubuh (Thaler, 2010).4) Gelombang SMenunjukkan adanyad depolarisasi ventrikel. Kebalikan dengan dengan gelombang R bahwa dari sadapan V1-V6 mengalami penurunan (amplitudo dan voltase turun).5) Gelombang TMenuunjukkan adanya repolarisasi ventrikel (Thaler, 2010).6) Interval PRMengukur waktu yang dibutuhkan dari awal depolarisasi sampai awal depolarisasi ventrikel. Pada kertas EKG, interval Prsecara normal berukuran 3-5mm atau setara dengan durasi waktu 0,12-0,2 detik (Nazmah, 2011).

7) Segmen PRMengukur wwaktu yang dibutuhkan dair akhir depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi ventrikel (Thaler, 2010).8) Interval QT Mengukur waktu dari awal depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel (Thaler, 2010).9) Segmen STMengukur waktu dari akhir depolarisasi ventrikel sampai awal repolarisasi ventrikel. Secara umum segmen ST berada pada garis elektrik. Terjadinya elevasi dan depresi ST menunjukkan ada tidaknya iskemik atau infark miokard (Thaler, 2010).10) Interval QRSMengukur durasi depolarisasi ventrikel. Normal lebar QRS adalah kurang dari 3 mm (Nazmah, 2011).Cara membaca Irama EKG Normal

Cek ada Tidaknya Kompleks QRS

Tentukan Morfologi QRSAda Tidak Ada

Cek Frekuensi JantungTakikardia(>100x/menit)Bradikardia ( 3 kotak kecil) Sumber VentricularSempit (< 3 kotak kecil) Sumber Supraventricular

RegulerIreguler

Cek Gelombang P (Ada/tidak; Morfologi normal atau tidak)

Hubungan P dan QRS Muncul irama P dan QRS lain

Irama Sinus1 P diikuti 1 QRS

Gambar 4. Alur praktis dan sistematis Membaca EKG (Thaler, 2010).Interpretasi EKG pada Info 3Normal Synus Rythme,dengan depressi pada segmen ST di lead II, III, dan aVFPada hasil baca EKG menunjukkan irama sinus sehingga menunjukkan bahwa pola depolarisasi atrium (Gelombang P) masih diikuti dengan depolarisasi Ventrikel (Kompleks QRS ) sehingga tidak ada fokus ektopik lain yang mencetuskan impuls sendiri yang emngganggu impuls dari nodus SA. Depresi segmen ST merupakan salah satu ciri yang khas terjadinya kemungkinan untuk iskemik atau infark pada miocardium. Hanya saja , penentuan infark atau iskemiknya harus berdasarkan anamnesis, diagnostik fisik, dan pemeriksaan penunjang lain. Depresi segmen ST di lead II, III, dan aVF bisa membantu untuk menentukan kemungkinan lokasi terjadinya iskemik atau infark di jantung. Depresi ST terjadi jika terjadid efleksi negatif > 1 mm. Pada keadaan jantung iskemik , depresi ST dan ineversi gelombang T (gelombang T terbalik) bisa ditemukan pada sadapan yang memantau langsung area yang mengalami iskemik. Karena sadapan II, III, dan aVF memantau paling baik jaringan inferior jantung maka kemungkinan akan ada iskemik pada daerah tersebut. Karena jaringan orot jantung bagian inferior tersuplai. arteri koronaria dextra atau cabang descendennya sering mengalami ganggungan penyempitan lumen sehingga menyebabkan iskemik diarea inferor jantung (Thaler, 2010).Selain dari kasus iskemik miokardium (untuk kasus angina pectoris stabil) , depresi ST dapat terjadi pada kasus infark miokardium yang direkam oleh lead reiprocal yang mencatah perubahan berlawanan dari gambaran lead yang memantau daerah langsung terjadinya nekrosis. Sebagai contoh jika terdapat elevasi ST pada sadapan inferior maka akan muncul depresi ST pada sadapan lateral. (Thaler, 2010).

DAFTAR PUSTAKANazmah, Abu. 2011. Cara Praktis dan Sistematis Belajar Memnbaca EKG. Jakarta : PT ElexMedia KomputindaoThaler, Malcolm S. 2010. Only EKG Book You'll Ever Need, The, 6th Edition. Philadelphia Lippincott Williams & Wilkins. (Thaler, 2010).