ekstraksi tradisional dengan pelarut air.docx

6
“Ekstraksi Tradisional dengan Pelarut Air” DisusunOleh: Amelia Gustin Mita Saputri L. Dwi Haryati Dwi Putri R. Endang Suryani Dian Mutia Ummi Habibah Lailatul Khotimah Kelompok 2AC Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

Upload: amy-smith

Post on 28-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

farfit

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstraksi Tradisional dengan Pelarut Air.docx

“Ekstraksi Tradisional dengan Pelarut Air”

DisusunOleh:Amelia GustinMita Saputri L.

Dwi HaryatiDwi Putri R.

Endang SuryaniDian Mutia

Ummi HabibahLailatul Khotimah

Kelompok 2AC

Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta2014

METODE EKSTRAKSI TRADISIONAL DENGAN AIR

Page 2: Ekstraksi Tradisional dengan Pelarut Air.docx

1. Infus

Infusum adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu 90° C selama 15 menit. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air yang bersifat polar, ada juga pelarut yang tidak bercampur air (contohnya aseton, etil asetat yang disebut pelarut non polar). Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/eksrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

Cara untuk melakukan proses infusa, yaitu dengan mempersiapkan 1 unit panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa ditumpuk. Secara tradisional panic ini disebut ‘panci tim’. Panci yang di atas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi yang telah dicampur dengan pelarut air. Sementara panci sebelah bawah diisi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas panci atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan dengan api. Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100o C), maka panas yang diterima oleh panci atas hanya bersuhu sekitar 90o C saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh pemanasan berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai 100o C atau lebih).

Jadi, prosedur pembuatan infusa dalam garis besarnya adalah sebagai berikut: Simplisia yang berupa tanaman dengan derajat halus tertentu ditimbang,

kemudian dimasukkan ke dalam panci atas diberi air secukupnya sesuai dengan perhitungan terhadap kadar ekstrak yang hendak kita inginkan. Misalnya kita ingin membuat ekstrak berkadar zat aktif 10%, maka serbuk tanaman yang dibutuhkan adalah 10 g bersama air 100 g (100 cc), sementara kalo kita menggunakan air sebanyak 200 cc dan serbuknya tetap 10 g, maka kadar ekstrak yang akan kita peroleh menjadi 5% saja. Begitu seterusnya.

Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya segera ke dalam panci bawah yang telah berisi air. Setelah itu panci bawah dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan sampai suhu 100°C. Diharapkan maka suhu air di panci atas akan mencapai 90o C.

Pemanasan dilakukan selama 15 menit terhitung mulai air di panci bawah mendidih (suhu panci atas mencapai 90°C), sambil sekali-sekali diaduk.

Waktu 15 menit itu adalah aturan umum yang diberikan oleh buku-buku farmasi resmi seperti Farmakope.

Setelah cukup 15 menit, maka panci atas diturunkan dan disaring selagi masih panas melalui kain flanel,

Apabila ternyata volume akhir yang didapat kurang dari 100 cc (air semula 100 cc) maka perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki yaitu 100 cc.

Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil saringan tadi dipindah ke gelas ukur, kemudian kekurangan air yang diperlukan, ditambahkan sampai volume akhir mencapai batas skala 100 cc (jadi tidak boleh

Page 3: Ekstraksi Tradisional dengan Pelarut Air.docx

mengukur air sesuai dengan kurangnya air, namun yang diukur adalah bagian air yang akan ditambahi).

Penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan yang mudah menguap.

Gambar alat ekstraksi dengan infus

2. Dekok Merupakan penyarian simplisia nabati dengan pelarut air pada suhu 90 C selama 30

menit. Persamaan dekok dengan infusa adalah pelarut air dengan suhu 90 C. Perbedaan dengan infus adalah pada dekok waktu yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan infus. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.

3. Destilasi Uap AirDestilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik

didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari daun eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.

Cara ekstraksi dengan destilasi uap air, yaitu:Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam

labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan

Page 4: Ekstraksi Tradisional dengan Pelarut Air.docx

terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Page 5: Ekstraksi Tradisional dengan Pelarut Air.docx

Daftar Pustaka

http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdf

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20353025-S45665-Uji%20aktivitas.pdf

Komala, Ismi dkk. 2014. Penuntun Praktikum Farmakognosi Fitikimia 2. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah