pengaruh variasi pelarut daun rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/naskah publikasi-libraryums...5...

14
PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo discolor TERHADAP STABILITAS KERTAS INDIKATOR ASAM BASA ALTERNATIF Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh GARIN PUSPA LATIH A 420 130 049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: duongkhanh

Post on 25-Apr-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo discolor TERHADAP STABILITAS

KERTAS INDIKATOR ASAM BASA ALTERNATIF

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh

GARIN PUSPA LATIH

A 420 130 049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

i

Page 3: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

ii

Page 4: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

iii

Page 5: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

1

PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo discolor TERHADAP STABILITAS

KERTAS INDIKATOR ASAM BASA ALTERNATIF

Abstrak

Indikator pH sangat penting keberadaannya untuk menunjukkan sifat asam dan basa suatu larutan.

Beberapa jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator asam-basa alternatif karena

mengandung antosianin. Rhoeo discolor atau sosongkokan mengandung pigmen ungu yang

merupakan senyawa flavonoid yaitu antosianin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh jenis pelarut terhadap perubahan warna kertas indikator asam basa dan pengaruh lama

penyimpanan kertas indikator asam basa terhadap stabilitas warna yang dihasilkan kertas indikator

asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor setelah diuji. Penelitian ini menggunakan metode

eksperimen dengan Racangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan dua faktor perlakuan yaitu jenis

pelarut (etanol 95% dan etanol 95% + HCl 1 %) dan variasi lama penyimpanan (0, 5, 10, 15 hari).

Parameter dalam penelitian ini adalah perubahan warna kertas indikator asam-basa dari ekstrak

daun Rhoeo discolor setelah dicelupkan ke dalam larutan asam dan basa. Berdasarkan hasil

penelitian, kualitas terbaik ditunjukkan oleh kertas indikator asam basa dengan pelarut etanol 95% +

HCl 1% karena menunjukkan warna yang lebih kontras (berwarna peach pada larutan asam kuat,

pink muda pada larutan asam lemah, hijau botol pada larutan basa kuat, dan hijau kumala pada

larutan basa lemah), dan cenderung lebih stabil sehingga masih mampu membedakan larutan asam-

basa kuat dan asam-basa lemah selama proses penyimpanan hingga hari ke-15, yaitu berwarna pink

pada larutan asam kuat, peach muda pada larutan asam lemah, hijau lemon pada larutan basa kuat,

dan hijau pupus pada larutan basa lemah.

Kata Kunci: antosianin, indikator asam-basa, Rhoeo discolor, pelarut.

Abstract

pH indicator is very important its existence to show acid properties and base a solution. Some kinds

of plant can be used as an acid-base indicator alternative because they contains anthocyanin. Rhoeo

discolor or sosongkokan contain purple pigment that is a flavonoid compounds, namely

anthocyanin. This research aims to find out influences the type of solvent 95% etanol and 95%

etanol + HC1% to change the color of the indicator paper acid base and the effect time storage on

stability of indicator paper acid base from leaf extract of Rhoeo discolor after tested. The research

used experimental method with completely randomized design using two treatment factor, namely

the type of sovent (etanol 95% + HCl 1%) and time storage (0, 5, 10, 15 days). Parameter in this

research is the color change on indicator paper acid-base from leaf extract of Rhoeo discolor into

acid and base solution. A good quality is showed by indicator paper acid base with solvent 95%

etanol + HC1% because it shows a colour that is contrast (peach colored on solution strong acid,

pink on solution weak acid, bottle green on solution strong base, and kumala green on solution

weak base), and tend to be more stable so still be distinguish strong acid-base solution and weak

acid-base during storage until 15 days, namely pink colored on solution strong acid, peach on

solution weak acid, lemon green on solution strong base, and green disappeared on solution weak

base.

Keywords: anthocyanin, acid-base indicator, Rhoeo discolor, solvent.

Page 6: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

2

1. PENDAHULUAN

Indikator pH sangat penting keberadaannya untuk menunjukkan sifat asam dan basa

pada suatu larutan. Hingga saat ini sudah banyak ditemui berbagai bentuk indikator pH dari

bahan sintetis. Beberapa jenis indikator pH diantaranya dalam bentuk larutan dan kertas

indikator asam basa. Namun salah satu bentuk yang praktis dan banyak digunakan karena relatif

lebih awet adalah kertas indikator asam basa yang sangat dibutuhkan di tingkat sekolah lanjutan

sampai dengan perguruan tinggi.

Beberapa jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator asam-basa alternatif,

contohnya adalah kubis ungu (Brassica oleracea L.) (Erwin, dkk, 2015), dan beberapa bunga

berwarna seperti mahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) (Nuryanti, 2010), bunga

kana (Canna indica), bunga pukul empat (Mirabillis jalapa), bunga mawar (Catharantus

roseus), bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) (Marwati,

2010), dan Carreya arborea (Wadkar, 2008). Hasil ektraksi beberapa tumbuhan tersebut

mengalami perubahan warna dalam titrasi asam-basa, sehingga dapat digunakan sebagai

indikator pH. Berdasarkan peneltian tersebut, maka ditemukan senyawa antosianin yang dapat

mengidentifikasi asam maupun basa. Senyawa antosianin alami cenderung berasal dari pigmen

warna merah dan biru-ungu pada suatu tanaman, contohnya Rhoeo discolor (Sitorus, 2011).

Menurut Ratnasari (2016), pada penelitiannya diketahui bahwa ekstrak etanol daun

Rhoeo discolor terdapat pigmen warna ungu yaitu antosianin yang memiliki karakteristik terjadi

perubahan warna tiap perubahan pH sehingga berpotensi sebagai indikator asam-basa alternatif,

dan telah dibuktikan oleh Padmaningrum (2011), hasil ekstraksi daun Rhoeo discolor dengan

pelarut alkohol mengalami perubahan warna merah muda-hijau kekuningan pada titrasi asam-

basa. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil ekstraksi daun Rhoeo discolor dapat dijadikan

indikator asam-basa alternatif pengganti indikator sintetis.

Antosianin tergolong pigmen warna yang disebut flavonoid. Senyawa golongan

flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar pula.

Beberapa pelarut yang bersifat polar antara lain aquades dan alkohol serta turuannya. Etanol

merupakan turunan dari pelarut alkohol yang biasa digunakan dalam ekstraksi antosianin.

Etanol digunakan sebagai pelarut karena kemampuannya untuk menyari atau membuat ekstrak

yang tahan lama. Menurut Kusumah (2016), pelarut etanol lebih maksimal dalam ekstraksi

kandungan antosianin kelopak rosella sehingga menunjukkan warna yang jelas ketika diujikan

pada larutan asam basa.

Etanol digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi antosianin karena mempunyai

kepolaran yang hampir sama dengan antosianin sehingga menyebabkan lebih banyak antosianin

Page 7: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

3

yang terekstrak (Nursaerah, 2010) didukung oleh Sitorus (2011), maserasi daun Rhoeo discolor

dengan pelarut etanol 95% menghasilkan maserat yang pekat. Tensiska (2006) menyatakan

bahwa, ekstraksi senyawa golongan flavonoid dianjurkan dalam keadaan asam karena asam

berfungsi mendenaturasi membran sel tanaman, sehingga pigmen antosianin banyak yang

terekstrak dan dapat mencegah oksidasi flavonoid. Penambahan HCl 1% diperoleh hasil ekstrasi

terbaik, karena HCl merupakan asam kuat sehingga lebih efektif mendegradasi dinding sel

sehingga memudahkan ekstraksi antosianin (Ocviana, 2010).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian eksperimen yaitu

membuat kertas indikator asam basa alternatif dari ekstrak daun Rhoeo discolor dengan variasi

pelarut yang berbeda pada saat proses ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh variasi pelarut terhadap perubahan warna pada kertas indikator asam basa

setelah dicelupkan pada larutan asam-basa kuat (HCl dan NaOH) dan asam-basa lemah

(CH3COOH dan NH4OH), serta mengetahui stabilitas warna yang dihasilkan kertas indikator

asam basa setelah penyimpanan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan ekstrak daun Rhoeo

discolor sebagai bahan dasar dalam pembuatan kertas indikator asam-basa. Daun Rhoeo

discolor kering diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 95% dan etanol 95% + HCl 1%

selama 24 jam. Perendaman kertas saring dalam larutan hasil ekstraksi dilakukan selama 60

menit, dan dikeringanginkan. Kertas indikator asam-basa yang dihasilkan, kemudian diuji

dengan cara dicelupkan ke dalam larutan HCl, CH3COOH, HaOH, NH4OH. Uji stabilitas zat

warna yang dihasilkan kertas indikator asam basa dilakukan melalui variasi lama penyimpanan

hingga 15 hari dengan interval waktu 5 hari.

Kertas pH indikator dikatakan masih stabil apabila masih dapat membedakan larutan

asam dan basa sebelum maupun setelah penyimpanan. Kejelasan hasil pembacaan setelah diuji

dengan larutan asam-basa kuat (HCl 1 N dan NaOH 1 N) dan asam-basa lemah (CH3COOH 1 N

dan NH4OH 1 N) dideskripsikan secara kualitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor terhadap

perubahan warna yang terjadi pada larutan asam kuat (HCl), asam lemah (CH3COOH), basa

kuat (NaOH) dan basa lemah (NH4OH) dapat dilihat pada tabel 1.

Page 8: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

4

Tabel 1. Hasil Uji Kertas Indikator Asam-Basa dari Ekstrak Daun Rhoeo discolor Terhadap Larutan Asam Kuat

(HCl), Asam Lemah (CH3COOH), Basa Kuat (NaOH), dan Basa Lemah (NH4OH).

Perlakuan Perubahan warna

HCl CH3COOH NaOH NH4OH

A1B0 Kuning

telur

Hijau

kekuningan Hijau rumput Hijau belerang

A1B1 Kunyit Hijau

kekuningan Hijau lemon Hijau lumut

A1B2 Kunyit Kuning telur Kuning telur Hijau lumut

A1B3 Kuning

telur Hijau (tetap) Kuning telur Hijau lumut

A2B0 Peach Pink Hijau botol Hijau kumala

A2B1 Peach Peach Hijau lemon Hijau kumala

A2B2 Pink Peach Hijau lemon Hijau zambrud

A2B3 Pink Peach Hijau lemon Hijau pupus

Lakmus merah Merah Merah Biru Biru

Lakmus biru Merah Merah Biru Biru

Keterangan:

A1B0 : Pelarut etanol 95%, lama penyimpanan 0 hari

A1B1 : Pelarut etanol 95%, lama penyimpanan 5 hari

A1B2 : Pelarut etanol 95%, lama penyimpanan 10 hari

A1B3 : Pelarut etanol 95%, lama penyimpanan 15 hari

A2B0 : Pelarut etanol 95% + HCl 1%, lama penyimpanan 0 hari

A2B1 : Pelarut etanol 95% + HCl 1%, lama penyimpanan 5 hari

A2B2 : Pelarut etanol 95% + HCl 1%, lama penyimpanan 10 hari

A2B3 : Pelarut etanol 95% + HCl 1%, lama penyimpanan 15 hari

3.2 Pembahasan

Ekstrak daun Rhoeo discolor diperoleh dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan

variasi pelarut (etanol 95% dan etanol 95% + HCl 1%). Kertas indikator asam-basa yang

dihasilkan kemudian diuji dengan cara dicelupkan kedalam larutan asam kuat (HCl 1 N), basa

kuat (NaOH 1 N), asam lemah (CH3COOH 1 N), dan basa lemah (NH4OH 1N) dan diamati

perubahan warnanya. Asam dan basa pengindikator ini divariasikan guna menentukan

perbedaan gradasi dari perubahan warna kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun Rhoeo

discolor.

Gambar 1. Hasil ekstraksi daun Rhoeo discolor dengan pelarut etanol 95% (A) dan etanol 95% +HCl 1% (B).

A B

Page 9: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

5

Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

discolor menghasilkan perbedaan warna larutan hasil ekstraksi, yaitu berwarna hijau pekat pada

pelarut etanol 95% dan berwarna merah pekat pada pelarut etanol 95% + HCl 1%. Penggunaan

variasi pelarut sangat menentukan hasil ekstrak senyawa dari bahan alam yang dihasilkan.

Ekstraksi zat warna daun Rhoeo discolor kering dengan pelarut etanol 95% menghasilkan

ekstrak berwarna hijau pekat dengan pH larutan sebesar 5, sedangkan peggunakan pelarut etanol

95% + HCl 1% menghasilkan ekstrak berwarna merah pekat, dengan pH larutan sebesar 2.

Gambar 2. pH larutan ekstrak daun Rhoeo discolor dengan pelarut etanol 95% (A) dan etanol 95% +

HCl 1% (B)

Warna hijau tersebut merupakan manifestasi dari keberadaan klorofil daun yang ikut larut

pada saat proses ekstraksi daun Rhoeo discolor. Menurut Wulandari (2011), etanol merupakan

pelarut universal yang dapat digunakan sebagai pelarut dalam proses esktraksi suatu zat yang

memiliki kepolaran relatif tinggi sampai relatif rendah. Penggunaan etanol pada proses ekstraksi

daun Rhoeo discolor dapat mengekstrak senyawa polar lainnya seperti klorofil.

Menurut Tensiska (2006), ekstraksi senyawa golongan flavonoid dianjurkan dilakukan pada

suasana asam. Hal ini sejalan dengan penelitian Gustriani (2016), keadaan yang semakin asam pada

saat proses ekstraksi antosianin apalagi mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyak

dinding sel vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak. Hal

ini terjadi pada saat proses ekstraksi daun Rhoeo discolor sehingga menyebabkan larutan hasil

ekstraksi berwarna merah pekat yang merupakan antosianin.

Perendaman kertas saring pada larutan ekstrak etanol 95% daun Rhoeo discolor

menghasilkan kertas berwarna hijau, sedangkan pada pelarut etanol 95% + HCl 1% menghasilkan

kertas berwarna pink. Kandungan selulosa murni yang bersifat organik pada kertas saring memiliki

daya serap yang baik, sehingga dapat mengikat zat warna dari ekstrak (Hadyana, 2002), begitu pula

dengan zat warna yang dihasilkan dari ekstraksi daun Rhoeo discolor.

A B

Page 10: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

6

Gambar 3. Hasil perendaman kertas dengan etanol 95% (A) dan etanol 95% +HCl 1% (B)

Kertas indikator asam basa yang dihasilkan kemudian diuji dengan cara dicelupkan ke

dalam larutan uji asam basa. Berdasarkan tabel 1. kertas indikator asam basa dari ekstrak daun

Rhoeo discolor dengan pelarut etanol 95% dan etanol 95% + HCl 1%, menunjukkan adanya

perubahan warna pada kondisi asam maupun basa. Perubahan warna yang paling kontras

ditunjukkan pada kertas indikator asam-basa dengan menggunakan pelarut etanol 95% + HCl 1%

sehingga lebih mampu membedakan antara larutan asam kuat-asam lemah dan larutan basa kuat-

basa lemah. Hal ini disebabkan karena lebih banyak antosianin yang larut pada saat proses ekstraksi

daun Rhoeo discolor dibandingkan hanya menggunakan pelarut etanol 95%.

Sebagai pembanding digunakan pula kertas lakmus merah dan lakmus biru. Penggunaan

kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor memiliki kelebihan dibandingkan

dengan lakmus merah dan biru. Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo

discolor dapat membedakan antara larutan asam kuat dengan asam lemah dan larutan basa kuat

dengan basa lemah, sedangkan lakmus merah dan biru hanya mampu membedakan suatu larutan

bersifat asam atau basa.

Kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor pada larutan asam kuat

berwarna peach dan pada larutan asam lemah berwarna pink, sedangkan pada larutan basa kuat

berwarna hijau botol dan pada larutan basa lemah berwarna hijau kumala. Sementara lakmus merah

jika dicelupkan pada larutan asam kuat maupun asam lemah berwarna merah (tetap), dan jika

dicelupkan pada larutan basa kuat maupun basa lemah berwarna biru. Sedangkan lakmus biru jika

dicelupkan pada larutan asam kuat maupun asam lemah berwarna merah, dan jika dicelupkan pada

larutan basa kuat maupun basa lemah berwarna biru (tetap).

A B

Page 11: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

7

Gambar 4. Perbandingan hasil uji kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor dengan pelarut

etanol 95% (1) dan pelarut etanol 95% + HCl 1% (2), dengan kertas lakmus merah (3) dan lakmus

biru (4) pada pengujian (A) asam kuat (HCl), (B) asam lemah (CH3COOH), (C) basa kuat

(NaOH), (D) basa lemah (NH4OH).

Perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo

discolor dalam larutan asam dan basa disebabkan adanya antosianin. Di dalam larutan, antosianin

berada dalam lima bentuk kesetimbangan tergantung pada kondisi pH. Kelima bentuk tersebut yaitu

kation flavilium, basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal, dan quinonoidal anionik. Pada pH sangat

asam (pH 1-2), bentuk dominan antosianin adalah kation flavilium. Pada bentuk ini, antosianin

berada dalam kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika pH meningkat di atas 4 terbentuk

senyawa antosianin berwarna kuning (bentuk kalkon), senyawa berwarna biru (bentuk quinoid),

atau senyawa yang tidak berwarna (basa karbinol) (Andarwulan, dkk, 2012). Perubahan bentuk

struktur tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4.8. Mekanisme perubahan struktur kation favilum pada antosianin yang mempengaruhi perubahan

warna seiring dengan terjadinya perubahan pH (Pratama, 2013).

A B C D

1

2

3

4

Page 12: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

8

Uji stabilitas zat warna yang dihasilkan kertas indikator asam basa dilakukan melalui variasi

lama penyimpanan hingga 15 hari dengan interval waktu 5 hari. Berdasarkan hasil, kertas indikator

asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor dengan pelarut etanol 95% maupun etanol 95% + HCl

1% mengalami penurunan fungsi. Jika semakin lama disimpan maka kualitas warna yang dihasilkan

kertas indikator asam basa semakin menurun (mengalami degradasi) setelah diuji. Degradasi

tersebut diakibatkan karena antosianin sangat mudah menguap, semakin lama penyimpanan maka

kadar antosianin yang dimampatkan ke dalam kertas saring semakin sedikit dan suatu saat dapat

hilang.

Kertas indikator asam basa dengan pelarut etanol 95% mengalami degradasi warna yang

cukup signifikan selama proses penyimpanan. Degradasi warna tersebut menyebabkan perubahan

warna pada kertas indikator asam basa dengan pelarut etanol 95% yang merupakan klorofil berubah

warna menjadi kecokelatan. Menurut Andarwulan (2012), secara umum terdapat tiga reaksi yang

dapat menjelaskan degradasi pigmen klorofil, yaitu reaksi peofitinasi, pembentukan klorofilid, dan

oksidasi. Reaksi peofitinasi adalah reaksi pembentukan peofitin. Peofitin adalah bentuk klorofil

yang kehilangan Mg2+

sehingga warna yang diekspresikan bukan hijau melainkan cokelat.

Gambar 4.6. Perbandingan hasil uji hari ke-15 kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor

dengan pelarut etanol 95% dan pelarut etanol 95% + HCl 1% pada pengujian (a) asam kuat

(HCl), (b) asam lemah (CH3COOH), (c) basa kuat (NaOH), (d) basa lemah (NH4OH).

Kualitas terbaik ditunjukkan oleh kertas indikator asam basa dengan pelarut etanol 95% +

HCl 1% karena cenderung lebih stabil selama proses penyimpanan hingga hari ke-15, sehingga

masih mampu dan dapat digunakan untuk membedakan larutan asam kuat-asam lemah dan basa

kuat-basa lemah. Penambahan HCl 1% pada saat proses ekstraksi dapat menstabilkan dan

memperkuat warna antosianin (ko-pigmentasi). Reaksi ko-pigmentasi dapat terjadi dengan dua

macam mekanisme, salah satunya adalah reaksi intramolekul melalui ikatan kovalen pada gugus

aglikon antosianin dengan asam (Andarwulan, 2012) termasuk asam kuat HCl.

A B C D

Page 13: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

9

4. PENUTUP

Kertas indikator asam basa dengan pelarut etanol 95% + HCl 1% menampilkan warna

yang lebih kontras membedakan larutan asam kuat-asam lemah dan larutan basa kuat-basa

lemah kontras (berwarna peach pada larutan asam kuat, pink muda pada larutan asam lemah,

hijau botol pada larutan basa kuat, dan hijau kumala pada larutan basa lemah). Kertas indikator

asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor dengan pelarut etanol 95% + HCl 1% menampilkan

warna yang cenderung lebih stabil selama proses penyimpanan selama 15 hari (berwarna pink

pada larutan asam kuat, peach muda pada larutan asam lemah, hijau lemon pada larutan basa

kuat, dan hijau pupus pada larutan basa lemah).

PERSANTUNAN

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Triastuti Rahayu,

M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan meluangkan waktu

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, dkk. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. South East Asian Food and

Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center. Institut Pertanian Bogor.

Erwin, dkk. 2015. “Potensi Pemanfaatan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L.) sebagai

Indikator Asam Basa Alami”. Jurnal Kimia Mulawarman Kimia FMIPA Universitas

Mulawarman. Vol:13. No.1.

Gustriani, Nining. 2016. “Penentuan Trayek pH Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L) Sebagai

Indikator Asam Basa dengan Variasi Konsentrasi Pelarut Etanol”. Jurnal Kesehatan

Bakti Tunas Husada. Vol. 16. No. 1.

Kusumah, Ine Yuliana. 2016. “Pemanfaatan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela Untuk

Pembuatan Kertas Indikator Asam-Basa Alternatif”. Skripsi Pendidikan Biologi UMS.

Nuryanti, Siti, dkk. 2010. Indikator Titrasi Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa

sinensis L). Yogyakarta: Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universias Gadjah Mada.

Marwati, Siti. 2010. Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai Indikator Alami pada

Titrasi Asam Basa. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY.

Ocviana, Ririt Amani. 2010. Efektivitas Penambahan Etanol 95% dengan Variasi Asam dalam

Proses Ekstraksi Antosianin Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.). Skripsi Fakultas

Pertanian: Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Page 14: PENGARUH VARIASI PELARUT DAUN Rhoeo …eprints.ums.ac.id/53485/11/NASKAH PUBLIKASI-libraryums...5 Berdasarkan hasil penelitian, variasi jenis pelarut dalam proses ekstraksi daun Rhoeo

10

Padmaningrum, Regina Tutik. 2011. Karakter Ekstrak Zat Warna Daun Rhoeo discolor Sebagai

Indikator Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan

Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Ratnasari, Sinta. 2016. “Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo discolor) Sebagai

Indikator Titrasi Asam-Basa”. Jurnal Chimica et Natura Acta Vol.4 No.1, April 2016: 39-

46.

Sitorus, Risma Meidy Hardina, dkk. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavanoid pada Daun

Adam Hawa (Rhoe discolor). Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado.

Wadkar, KA., et al. 2008. “Use of Careya arborea Roxb. Leaf Extract as an Indicator in Acid Base

Titrations”. Research J. Pharm and Tech. Vol.1. Num.4.

Wulandari, Intan. 2011. Teknologi Ekstraksi dengan Metode Maserasi dalam Etanol 70% pada

Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus, Benth) di Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawamangmangu.

Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.