ekosistem hama
TRANSCRIPT
EKOSISTEM DAN
BIOTIK POTENSIAL HAMA
Pada dasarnya jasad hidup dipelajari dalam unit populasi. Populasi
dapat diartikan sebagai kumpulan individu suatu spesies organisme yang
sama, hidup dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Batasan populasi
ditentukan berdasarkan pengaruh satu individu terhadap individu yang lain
dalam populasi tersebut. Jadi populasi dipandang sebagai suatu sistem
yang dinamis dari segala individu yang saling berhubungan.
Kumpulan populasi membentuk suatu komunitas. Dengan
memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh
keterangan tantang kemapanan organisasi komunitas tersebut. Biasanya
bila suatu komunitas semakin beraneka ragam maka organisasi dalam
komunitas tersebut akan semakin kompleks, sehingga kemapanan
menjadi lebih mantap.
Komunitas berinteraksi dengan faktor abiotik membentuk suatu
ekosistem. Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih kompleks
dibanding dengan komunitas.
Definisi ekosistem menurut Odum (1971) : “Suatu sistem yang
meliputi semua organisme dalam suatu daerah yang bekerjasama dalam
lingkungan fisik, sehingga arus energi di dalamnya menyebabkan
terjadnya susunan trofik, diversitas biotis dan daur materi”. Yang
dimaksud dengan susunan trofik adalah susunan makanan, diversitas
biotis adalah keanekaragaman kehidupan, sedang daur materi adalah
materi yang berasal dari bumi kemudian berputar atau beredar dari benda
mati kedalam jasad hidup, kembali ke benda mati, masuk lagi dalam jasad
hidup dan seterusnya.
Ekosistem dalam lingkungan pertanian disebut agro ekosistem,
agro ekosistem ini mempunyai kestabilan yang masih murni atau alami,
seperti hutan alami. Ketidak stabilan agro ekosistem ini disebabkan oleh
beberapa faktor, baik faktor biotis atau abiotis. Salah satu penyebab
kertidak stabilan ini adalah akibat perkembangan populasi hama.
Perkembangan hama dianggap penting apabila perkembangan
populasinya cepat. Umumnya serangga hama bersifat demikian.
A. Daya Biotik Serangga (Biotik Potensial)
Kemampuan serangga untuk berkembang didukung oleh beberapa
faktor pendukung atau daya yang tersimpan/ dimiliki oleh serangga.
Daya ini dinamakan biotik potensial .
Ada 5 (lima) macam daya yang dimiliki oleh serangga, yaitu :
1. Daya persepsi dan mobilitas
2. Daya dispersi
3. Daya kompensasi
4. Daya reproduksi
5. Daya adaptasi
1. Daya Persepsi dan Mobilitas
Daya persepsi adalah kemampuan serangga untuk menerima
rangsangan dari luar dan memberikan respon terhadap rangsangan
tersebut. Hal ini menyangkut berbagai hal : misalnya kemampuan
untuk mendapatkan makanan, mencari tempat yang cocok untuk
berlindung, keperluan kawin, meletakkan telur, menghindarkan diri
dari musuhnya.
Daya persepsi berhubungan dengan kemampuan indera
serangga. Berbagai macam indera yang dimiliki oleh serangga
antara lain :
a. indrah penglihatan
Serangga mempunyai mata faset atau mata majmuk dan
mata aceli atau mata tunggal. Mata faset mempunyai ukuran
yang relative besar dan lebih besar dari mata aceli. Mata faset
ini mampu menerima sinar yang sudut dasarnya lebih besar dari
180 derajat, mampu menerima gelombang sinar yang panjang
gelombang antara 2500 Ao sampai 7000 Ao ,sehingga serangga
dapat melihat gelombang cahaya yang jauh lebih pendek dari
pada yang dapat di lihat manusia.
b. Indera pendengar
Alat pendengar yang di miliki oleh serangga antara lain
adalah timpanum yang terletak pada abdomen ruas pertama
pada pangkal tibia, misalnya pada belalang. Sebagian serangga
mampu menerima getaran suara atau getaran gelombang
pendek radio, misalnya kupu ulat tentara ( Spodoptere litura ).
Lapighma exemta yang terbang malam hari mampu mendekati
gelombang ultra sonic yang dipancarkan oleh kelelawar dan
dapat mengetahui akan datangnya serangan, sehingga
serangan ini mampu menghindarkan diri.
c. Indra pencium/pembau
Kebanyakan terdapat pada bagian kepala, misalnya pada
antenna.
d. Indra pengecap
Ada yang didapatkan pada alat mulut khususnya palpus.
Ada pula yang terletak di daerah kaki yaitu pada tarsi sehingga
begitu mendarat dari terbang, tempat berpijaknya segera
diketahui bisa di makan atau tidak. Indra pengecap pada sitor,
dapat di gunakan untuk mengetahui tempat yang cocok untuk
bertelur.
e. Indera peraba
Letaknya tersebar di seluruh bagian tubuh baik berupa
duri-duri halus atau kasar, yang mampu mendeteksi getaran-
getaran mekanis, misalnya gerakan angin. Kecoa misalnya, di
lengkapi dengan alat gerak seperti sayap, kaki untuk berjalan,
kaki untuk melompat gerakan serangga dapat aktif atau pasif.
Serangga kecil seperti kutu tanaman bergerak pasif, untuk
berpindah perlu bantuan angin atau perpindahan benda-benda
lain.
2. Daya Dispersi
Daya dispersi adalah daya untuk menjauhi tempat asalnya
ketika lingkungan tidak cocok untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Misalnya karena jumlah populasi sudah sangat rapat,
atau jumlah makanan berkurang. Dispersi dapat berlangsung
dalam jumlah yang besar atau secara massal dan disebut migrasi.
Locusta sp dan sexava sp. ( belalang ) mampu bermigrasi sejauh
ratusan kilometer, wereng coklat mampu bermigrasi sejauh
beberapa kilometer.
3. Daya reproduksi
Daya reproduksi adalah kemampuan serangga untuk
berkembang biak pada waktu tertentu.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya daya reproduksi pada
serangga adalah :
a. Kepridian ( “fekunditas” )
yaitu kemampuan individu untuk menghasulkan jumlah
keturunan. Umumnya kepribadian serangga relative tinggi.
b. Sex ratio
Yaitu perbandingan jenis jantan dan betina. Umumnya 1 :
1 . pada beberapa serangga sex rationya bisa mencapai 1 : 3.
apabila makan cukup banyak daya reproduksi jenis makin
tinggi. Yang lebih sering digunakan adalah istilah sex factor
yaitu ¾ perbandingan jumlah individu betina terhadap seluruh
jumlah individu. Daya reproduksi ini maksimum untuk sex
factor sama dengan 1.
c. Umur/ lamanya periode hidup ( longivity )
Semakin pendek umur serangga berarti daya
reproduksinya harus semakin tinggi. Karenanya untuk suatu
periode/ waktu tertentu akan didapatkan generasi yang semakin
banyak.
Chapman pernah melakukan perhitungan jumlah progensi/
jumlah keturunan berdasarkan rumus yang diketamukan oleh
Thompson ( 1925 ) yaitu :
Jumlah progensi = p.zn.
Keterangan :
P : Populasi awal
Z : Kepridian x sex factor
N : Generasi yang dihitung.
Contoh penggunaan rumus tersebut adalah :
Apabila diketahui populasi awal = 250
Kepridian = 100
Sex factor / ( Sex Ratio ; 1: 1 ) = 0.5
Generasi ke 5
Maka jumlah progeni = 250 (100 . 0.5)5
= 7.8125.1010
Beberapa serangga berkembang biak secara poliembrioni,
yaitu dari satu telur dihasilkan lebih dari satu individu. Apabila
jumlah yang dihasilkan dari satu telur adalah y, maka jumlah
progensi = p = (zy)n .
Umumnya serangga parasit atau musuh alami hama
berkembang biak secara poli-embrioni.
Contohnya anggota ordo Hymenoptera.
Pada kenyatannya daya reproduksi tinggi seperti pada
perhitungan tidak pernah dijumpai di alam, karena banyak factor
yang mempengaruhi atau menghambat perkembangan populasi
serangga. Namun setidak-tidaknya terdapat gambaran
terjadinya peningkatan populasi yang cepat dari serangga
hama.
4. Daya Kompensasi
Daya kompensasi adalah suatu daya yang dimiliki oleh
serangga untuk mengimbangi berbagai kelemahan dari daya-daya
yang lain. Hal ini karena kemampuan yang dimiliki oleh serangga
tidaklah sama, ada yang lemah dan ada yang kuat.
5. Daya Adaptasi
Daya adaptasi adalah kemampuan serangga untuk
menyesuaikan diri apabila mengalami keadaan lingkungan yang
tidak cocok.
B. Environmental Resistance
Environmental Resistance adalah keadaan keliling/ lingkungan
yang menghambat pertumbuhan populasi serangga/ hama.
Environmental Resistance untuk tiap serangga berbeda-beada.
Komponen Environmental Resistance adalah :
1. Faktor fisis
2. Faktor biotis/ hayati
3. Faktor makanan
1. Faktor Fisis
Factor-faktor fisis antara lain meliputi : suhu, kelembaban,
cahaya matahari, angin
a. Suhu
Suhu merupakan faktor yang menentukan dalam mengatur
kegiatan hama. Pengaruh ini jelas terlihat pada proses fisiologi
hama. Faktor suhu dapat sebagai faktor pembatas kemampuan
kehidupan hama. Pada suatu suhu tertentu aktifitas hama tinggi.
Pada suhu yang lain aktifitas hama kurang efektif.
Oleh karena itu terdapat zona-zona temperature yang
membatasi aktifitas kehidupan serangga.
Zona-zona tersebut adalah:
1. Zona batas fatal atas, pada suhu tersebut serangga telah
mengalami kematian
2. Zona Dormant atas, pada suhu ini kegiatan hama/ serangga
tidak efektif
3. Zona efektif atas, pada suhu ini kehidupan serangga efektif
4. Zona efeketif bawah, pada suhu ini aktifitas serangga efektif
5. Zona dormant bawah, pada suhu ini tidak ada aktifitas
6. Zona fatal bawah, pada saat ini serangga telah mengalami
kematian.
b. Kelembaban
Dalam hal ini yang dimaksud kelembaban adalah
kelembaban tanah, udara, tempat hidup serangga yang
merupakan factor penting yang mengatur kegiatan, distribusi
dan perkembangan serangga. Tubuh serangga mengandung 80
– 90 % air dan harus dijaga agar tidak mengalami banyak
kehilangan air yang dapat mengganggu proses fisiologisnya.
Ketahanan serangga terhadap kelembaban bervariasi, ada
serangga yang mampu hidup dalam suasana kering tetapi
adapula yang hidupnya dalam air. Biasanya serangga tidak
tahan mengalami kehilangan air yang terlalu banyak, namun
ada beberapa serangga yang mempunyai yang mempunyai
ketahanan karena dilengkapi dengan berbagai alat pelindung
untuk mencegah kehilangan air tersebut. Misalnya kutikula yang
dilapisi lilin.
Serangga darat (“terestrial insect”) akan mendapatkan air
dari makanannya, khususnya serangga Phytophagus.
Serangga yang hidup pada bahan-bahan sangat kering seperti
hama-hama gudang, akan mendapatkan air dari proses
metabolismenya. Contohnya kumbang tepung atau Tribolium.
Adanya curah hujan akan menambah kelembaban dan
mempengaruhi vegetasi tanaman yang dibudidayakan. Hal ini
mendorong keadaan yang cocok untuk perkembangan hama,
karena ketersediaan makanan yang cukup. Tidak semua jenis
serangga mengalami perkembangan pada musim hujan. Pada
serangga-serangga tertentu pada musim penghujan mengalami
kematian. Serangga-serangga tersebut berkembang biak pada
musim kemarau. Misalnya jenis kutu tanaman (golongan
Homoptero). Pengaruh hujan yang berupa butiran-butiran air
merupakan tenaga mekanis yang mematikan binatang ini.
Pada bulan-bulan kering pada musim penghujan atau
bulan-bulan basah pada musim kemarau, ulat tanah (alat
grayak = ulat tentara = Army worm ) menyerang secara
mendadak dan dapat mengakibatkan kerusakan berat dalam
waktu yang singkat, terurtama pada tanaman padi.
Dalam tahun basah yang sebelumnya didahului tahun
kering yang panjang, hama tikus sawah, penggerek batang
padi, Artona catoxantha (hama daun kelapa yang tua) akan
mengadakan serangan. Pada musim penghujan,
Stephanoderes hampei (hama bubuk buah kopi) dapat
berkembang dengan baik dan menggerek buah kopi yang
sudah tua. Hama itu dapat berkembang baik karena keadaan
yang lembab. Begitu pula Xyloborus sp. Menggerek cabang/
ranting tanaman kopi.
c. Angin
Angina akan membantu penyebaran serangga, terutama
serangga yang berukuran kecil. Secara tidak langsung
mempengaruhi kandungan air dalam tubuh serangga, karena
angin mempercepat penguapan dan penyebaran udara.
d. Cahaya
Beberapa kegiatan serangga dipengaruhi oleh responnya
terhadap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif
pada pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari ini
mempengaruhi aktifitas dan distribusi lokalnya. Apabila aktifitas
serangga terjadi pada saat ada cahaya matahari, maka
serangga tersebut dikatakan mempunyai respon positif. Apabila
aktifitas serangga terjadi pada keadaan gelap, maka serangga
tersebut mempunyai respon negatif.
Jenis ulat tanah (Agrotis, sp.) menyerang tanaman
palawija dan aktif pada malam hari, begitu pula jenis-jenis siput.
Hama kepinding tanah yang menyerang padi, menyukai
keadaan gelap, banyak di jumpai pada pangkal rumpun
tanaman padi. Hama Helopeltis menyukai keadaan yang
terang yaitu siang hari.
Pengetahuan tentang respon serangga terhadap cahaya
dapat dipergunakan antara lain:
1. Monitoring/ pengamatan hama
Pengamatan hama dengan menggunakan lampu
perangkap atau dengan suatu alat tertentu mempunyai
warna dengan panjang gelombang tertentu, misalnya
serangga Aphis yang menyukai warna kuning.
2. Pemberantasan hama
Penggunaan obor atau apai, dapat untuk mengurangi
hama wereng dan walang sangit.
2. Faktor Biotis/ Hayati
Factor kehidupan tersebut mencakup :
a. Kompetisi Intraspesifik
Kompetisi ini disebabkan karena kepadatan populasi yang
sedemikian rupa naiknya, sehingga kebutuhan akan bahan
makanan, tempat tinggal, kebutuhan hidup lain dari populasi
tersebut menjadi diluar kemampuan alam lingkungan untuk
menyediakan atau menyokong secukupnya.
b. Kompetisi Interpesifik
Kompetisi ini disebabkan oleh :
1. Predatisme
Predatisme merupakan peristiwa yang disebabkan oleh
adanya makhluk yang bersifat predator. Predator memakan
mangsanya (prey) yaitu hama, memerlukan lebih dari satu
mangsa, berukuran lebih besar dari hama, dapat bergerak
aktif. Predator bisa berasal dari golongan serangga seperti
Odonata, Spider bisa juga berasal dari bukan golongan
serangga seperti burung dan binatang melata.
2. Parasitisme
Parasitisme adalah suatu peristiwa yang disebabkan
oleh adanya makhluk yang bersifat sebagai parasit. Parasit
adalah binatang yang hidupnya menumpang pada binatang
lain/ inangnya dan dapat dimatikan inangnya secara
perlahan-lahan. Biasanyan parasit ini berukuran lebih kecil
dari inangnya, satu individu parasit hanya memerlukan satu
individu inang untuk berkembang secara normal sampai
menjadi dewasa, parasit dapat menyerang dan berkembang
dalam fase hidup hama. Misalnya ada parasit telur, parasit
larva/ nimfa, parasit kepompong, parasit serangga dewasa.
Antara parasit dan inang mempunyai hubungan erat yaitu
inang sebagai sumber makanannya.
3. Penyakit Serangga
Serangga/ hama dapat terinfeksi oleh penyakit yang
disebabkan oleh penyakit (potogon) seperti bakteri, virus,
jamur, protozoa, rikettsia, cacing (nematoda). Penyebab
penyakit dapat masuk kedalam tubuh inangnya dengan jalan
: merusak integument melalui spinoculum, anus atau melalui
lubang masuk yang lain. Umumnya penyebab penyakit
masuk melalui mulut atau pencernaan.
3. Faktor Makanan
Makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan untuk
kehidupan dan perkembangan serangga hama. Kehidupan dan
perkembangan serangga hama sangat dipengaruhi oleh kualitas
dan makanan yang tersedia dan dapat dicapai. Apabila makanan
yang cocok tersedian dalam jumlah cukup banyak, maka serangga/
hama akan berkembang dengan baik. Umumnya yang dianggap
sebagai sumber makanan serangga/ binatang kecil adalah
tanaman khusunya tanaman pertanian. Adanya pilihan jenis
makanan tersebut serta adanya berbagai persyaratan yang
dibutuhkan bagi kehidupan hama baik yang bersifat fisis, mekanis,
atau biokemis, yang dimiliki oleh sumber makanan tersebut.
Pemilihan makanan oleh hama yang disebabkan oleh factor
yang bersifat merfologis yaitu adanya jaringan yang keras, lapisan
lilin yang tebal, bulu-bulu tanaman yang rapat, yang akan
menghambat serangga/ hama untuk mencernakan makannya
tersebut. Begitulah adanya senyawa-senyawa kimia bersifat
repellen yang tidak di sukai oleh serangga/ hama karena bersifat
racun. Sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat stimulant
disukai oleh serangga.
Salah satu zat yang terkandung dalam jaringan tanaman
merupakan faktor yang menyebabkan serangga/ hama mengenal
tanaman tersebut sebagai inangnya. Factor tersebut oleh serangga
dapat dikenal dengan berbagai macam indera pembau, peraba,
pengecap dan penglihat. Oleh karena adanya pemilihan dan
penentuan inang tersebut menyebabkan dikenalnya istilah
kekhususan inang bagi suatu hama.
Tiap-tiap jenis serangga/ hama dapat memiliki kisaran inang
satu sampai banyak inang. Jadi serangga/ hama yang memiliki satu
inang yang sesuai disebut serangga/ hama monofagus dan bila
mempunyai banyak inang disebut polifagus.
Arti penting makanan semakin nyata dengan meninjau
pergiliran tanaman sebagai usaha pengendalian hama. Pergiliran
tanaman atau rotasi tanaman akan menyebabkan terputusnya
persediaan sumber makanan, sehingga perkembangan hama juga
akan terhambat.