efektivitas penggunaan model numbered head …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP
NEGERI 8 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : Yulia Gustiana
Npm : 4011116
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Fadli, M.Pd.
2. Efuansyah, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILM,U PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU
2016
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP
NEGERI 8 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh: Yulia Gustiana 1, Fadli
2, Efuansyah
3
Email: [email protected]
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau setelah penerapan model Numbered
Head Together. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain Pre-
test and Post-test group. Populasinya seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah 242 siswa dan sebagai
sampel kelas VII.D yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji t.
Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α = 0,05 diperoleh thitung
(1,95) > ttabel (1,68), sedangkan data non tes dianalisis secara deskriptif. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 8
Lubuklinggau setelah diterapkan model Numbered Head together secara
signifikan sudah tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa sebesar 79,37 dan persentase
jumlah siswa yang tuntas mencapai 77,14%.
Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Hasil Belajar, dan Model Numbered Head
Together
Pendahuluan
Kriteria utama suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil adalah
dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektif dalam
pembelajaran matematika ialah berkenaan dengan jalan, upaya, teknik, strategi
yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat dalam proses
belajar matematika (dikutip Yarsi, 2010:28).
Matematika dapat membantu siswa dalam mengembangkan berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama (dikutip
Kusdartiana, 2013:56). Menurut Hudoyo (dikutip Abubakar, 2014:66) Untuk
mempelajari matematika haruslah bertahap, berurutan serta mendasar pada
pengalaman yang lalu, agar apa yang menjadi kesulitan-kesulitan siswa dalam
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2 dan 3 Dosen Prodi Matematika
pemahaman konsep pada materi tersebut tidak menimbulkan masalah terhadap
hasil belajarnya.
Berdasarkan observasi awal pada tahun ajaran 2016/2017 yang dilakukan di
SMP Negeri 8 Lubuklinggau, bahwa dalam pembelajaran matematika masih ada
beberapa permasalahan, yaitu: Pertama, masih banyak siswa yang belum
mencapai nilai KKM, dari 242 Siswa yang tuntas hanya mencapai 104 siswa atau
42,98% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 138 siswa atau 57,02%. Adapun
nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika kelas VII
SMP Negeri 8 Lubuklinggau adalah 75. Kedua, proses pembelajaran yang
dilakukan masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Wahyuni
(dikutip abubakar, 2014:66) bahwa dalam pembelajaran secara konvensional
sebagian siswa tampak mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi
dari guru, namun dalam kenyataannya ternyata siswa hanya membiarkaan guru
mengajar dan menjelaskan apa yang telah disiapkan sebelumnya. Ketiga, aktivitas
belajar di kelas VII juga masih rendah, siswa sulit dalam memahami materi
pelajaran yang berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung.
Menurut Yarsi (2010:28) pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam
proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, siswa merasa
senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana atau fasilitas
memadai, materi dan metode mudah dijangkau, serta mempunyai guru yang
profesional. Oleh sebab itu, untuk membentuk pembelajaran yang efektif, maka
diperlukan variasi model-model pembelajaran dalam penyampaian materi pada
siswa.
Menurut Trianto (2011:62) Numbered Head Together adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisonal. Menurut Lie (dikutip Ar
Rahman, 2013:9) menyatakan bahwa model kooperatif Numbered Head Together
adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, Numbered Head
Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka. Sedangkan menurut Mulyatiningsih (2013:247) berpendapat bahwa
Numbered Head Together merupakan model pembelajaran diskusi kelompok yang
dilakukan dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas
untuk didiskusikan. Penggunaan model Numbered Head Together bertujuan untuk
merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Berdasarkan uraian masalah-masalah di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitiannya tentang “Efektivitas Penggunaan Model Numbered
Head Together (NHT) pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP
Negeri 8 Lubuklinggau”.
Landasan Teori
Menurut Trianto (2011:62) Numbered Head Together adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisonal. Menurut Lie (2008:59)
menyatakan bahwa model kooperatif Numbered Head Together adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, Numbered Head
Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka. Sedangkan menurut Mulyatiningsih (2013:247) Numbered Head
Together merupakan model pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan
dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk
didiskusikan.
Menurut Suyatno (2009:53) tahapan pembelajaran model Numbered Head
Together (NHT) yaitu : 1)Mengarahkan, 2)Membuat kelompok heterogen dan tiap
siswa memiliki nomor tertentu, 3)Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk
tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa)
kemudian bekerja kelompok, 4)Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan
nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelompok, 5)Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap
siswa, 6)Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan
Menurut Ibrahim (dikutip Lie, 2008:59) kelebihan model kooperatif tipe
Numbered Head Together yaitu:
1) Setiap peserta didik menjadi siap belajar semua.
2) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan sunguh-sunguh.
3) Peserta didik yang pandai dapat mengajari yang kurang pandai.
Menurut Ibrahim (dikutip Lie, 2008:59) kekurangan model kooperatif tipe
Numbered Head Together yaitu:
1) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil dapat dipanggil lagi oleh guru.
2) Tidak semua anggota kelompok yang mewakili nomor yang sama
terpanggil oleh guru untuk presentasi mewakili kelompoknya.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan mempertimbangkan
dengan sengaja dan sistematik memberikan perlakuan variabel yang berupa model
Numbered Head Together untuk diamati peningkatannya terhadap hasil belajar
matematika siswa, respon siswa, dan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Numbered Head Together.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau
eksperimen semu.
Adapun desain penelitian yang digunakan berbentuk pretest-posttest group,
desainnya dapat digambarkan yaitu:
Pola: O1 X O2
Keterangan:
O1 = Pre-test
X = Perlakuan dengan Model NHT
O2 = Post-test (Arikunto, 2010:126)
Arikunto (2010:161) menambahkan bahwa variabel penelitian adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian
ini, terdiri dari dua variabel yang terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.
Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Numbered
Head Together, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika
siswa yang diajarkan dengan model Numbered Head together, serta respon dan
aktivitas siswa dalam mengikuti pemebelajaran dengan menggunakan model
Numbered Head Together.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan uji coba instrumen, pemberian tes
awal (pre-test), melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model Numbered Head Together pada kelas VII.D dan dilanjutkan
dengan tes akhir (post-test). Pelaksanaan uji coba instrumen dilakukan pada
tanggal 18 juli 2016 yang diujikan pada kelas VIII tahun pelajaran 2016/2017.
Jumlah pertemuan tatap muka dilakukan lima kali pertemuan, satu kali pre-test
yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2016, proses pembelajaran matematika
dengan menggunakan model Numbered Head Together pada tanggal 26, 1, 2
Agustus 2016 dan post-test dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2016. Rekapitulasi
hasil pre-test siswa dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Rekapitulasi Data Hasil Pre-Test
𝒙 S Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Siswa yang
Tuntas
Siswa yang Belum
Tuntas
29,17 14,09 60 6 0 Orang
(0 %)
35 Orang
(100%)
Berdasarkan hasil perhitungan data pre-test dapat dilihat bahwa siswa belum
ada yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Nilai tertinggi 60 dan
yang terendah adalah 6 tidak mencapai KKM yang sudah ditentukan sekolah
sebesar 75. Berdasarkan tabel di atas dapat juga dilihat bahwa hasil pre-test rata-
rata 𝑥 nilai secara keseluruhan sebesar 29,17 dan simpangan baku (s) sebesar
14,09. Tidak ada siswa yang mendapat nilai ≥ 75 (tuntas) dalam penelitian ini dan
yang mendapat kurang dari 75 (belum tuntas) sebanyak 35 siswa (100%). Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa kelas VII SMP Negeri 8
Lubuklinggau masih rendah.
Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui post-test dengan tujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Soal tes
yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari enam soal. Data post-test
digunakan untuk melihat kemampuan kognitif siswa setelah penerapan model
Numbered Head Together, dengan demikian dapat diketahui peningkatan hasil
belajar siswa. Rekapitulasi hasil tes siswa dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Rekapitulasi Data Hasil Post-Test
𝒙 S Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Siswa yang
Tuntas
Siswa yang Belum
Tuntas
79,37 13,24 100 50 27 Orang
(77,14 %)
8 Orang
(22,86%)
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa hasil post-test rata-rata 𝑥 nilai
secara keseluruhan sebesar 79,37 dan simpangan baku (s) sebesar 13,24. Adapun
siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 atau mencapai kriteria ketuntasan
minimum dalam post-test ini sebanyak 27 (77,14%) siswa dan nilai yang belum
mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 8 (22,86%) siswa. Nilai tertinggi adalah
100 dan nilai terendah adalah 50, akan tetapi nilai skor total pada post-test sudah
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai pre-test.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari observasi siswa.
Observasi siswa dilakukan di kelas VII.D selama pemberian perlakuan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Numbered Head Together
rekapitulasi hasil observasi siswa yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Rekapitulas Hasil Analisis Data Observasi
Pertemuan Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3
Jumlah Skor 1280 1870 2550
Nilai 36 52 71
Kategori Aktivitas Cukup Aktif Aktif Aktif
Untuk mengetahui respon siswa pada pembelajaran matematika
menggunakan model Numbered Head Together, sepuluh menit terakhir setelah
post-test pada tanggal 8 Agustus 2016 siswa diminita untuk mengisi angket
respon yang terdiri dari 20 item pernyataan. Kemudian hasil analisis data respon
siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model Numbered Head
Together dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Analisis Data Respon Siswa
No Aspek Indikator Rata-Rata
(%)
1 Sikap siswa terhadap
pelajaran matematika
Menunjukan minat terhadap pelajaran
matematika 74
Menunjukkan kegunaan terhadap
pelajaran matematika
2 Respon siswa terhadap
cara guru mengajar
Menunjukkan perasaan siswa dalam
menilai cara guru mengajar dengan
menggunakan model Numbered Head
Together 79
Menunjukkan perasaan siswa dalam
menilai suasana kelas dengan
menggunakan Model Numbered Head
Together
3 Sikap siswa terhadap
pembelajaran dengan
menggunakan Model
Numbered Head Together
Menunjukkan minat terhadap
pembelajaran matematika dengan
model Numbered Head Together
74
Menunjukkan kegunaan mengikuti
pembelajaran matematika dengan
model Numbered Head Together
Menunjukkan minat siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran berikutnya
seperti yang telah diikuti sekarang ini
Rata-Rata Persentase 75
Tabel 4 berdasarkan hasil analisis data angket respon siswa didapatkan rata-
rata persentasenya sebesar 75% sehingga disimpulkan bahwa penggunaan model
Numbered Head Together memberikan respon yang sangat baik pada
pembelajaran matematika siswa kelas VII.D.
Pembahasan
Penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 8 Lubuklinggau ini termasuk
penelitian ekperimen semu dengan tujuan untuk mengetahui apakah model
Numbered Head Together efektif atau tidak untuk digunakan dalam pembelajaran
matematika.
1. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian pre-test, dilanjutkan
dengan pembelajaran matematika menggunakan model Numbered Head
Together sebanyak tiga kali pertemuan dan diakhiri dengan pemberian post-
test.
Pada pelaksanaan penelitian yang diawali dengan kegiataan pre-test, diketahui
siswa belum mengerti dalam mengerjakan soal yang diberikan peneliti.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pre-test, siswa memperoleh nilai tertinggi 60 dan
nilai terendahnya 6 dengan nilai rata-rata sebesar 29,17. Siswa hampir sebagian
hanya mampu menjawab soal no 4, 5 dan 6, bahkan ada yang menjawab soal
no 5 dan no 6 masih ada salah dalam pergerjaan jawabannya. Oleh sebab itu
ketuntasan hasil belajar siswa pada saat pre-test adalah 0% artinya tidak ada
siswa yang mencapai nilai KKM.
Setelah diberikan pre-test, dilanjutkan dengan pembelajaran dengan
menggunakan model Numbered Head Together. Pada pertemuan pertama,
siswa dibagikan menjadi tujuh kelompok yang disetiap kelompok terdiri dari 5-
6 siswa. Setiap siswa di dalam kelompok diberikan nomor masing-masing
untuk mereka pakai di kepala mereka. Pada pertemuan ini, peneliti tidak
mendapatkan banyak hambatan karena materi yang diberikan hanya membahas
pengertian dan jenis-jenis bilangan bulat. Di dua puluh menit terakhir masing-
masing siswa yang telah dipanggil berdasarkan nomor yang mereka miliki
maju ke depan untuk mewakili kelompok mereka, pada pertemuan ini siswa
yang mempresentasikan hasil kelompoknya adalah perwakilan dari siswa
nomor 2, 3, 4, 5 dan 1. Pada pertemuan ini, siswa yang dikategorikan cukup
aktif saat proses belajar menggunakan model Numbered Head Together.
Pada pertemuan kedua tidak ada hambatan apapun yang dialami peneliti
karena sebagian besar siswa mampu memahami materi yang diajarkan. Di
pertemuan kedua, siswa yang mempersentasikan hasil kelompoknya adalah
perwakilan dari siswa nomor 1, 3, 5, 2, dan 6. Pada pertemuan kedua ini siswa
menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika.
Pada pertemuan ketiga, peneliti mengalami kesulitan membagi waktu
untuk membimbing siswanya dikarenakan masih banyak siswa yang bertanya
dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan latihan soalnya. Di pertemuan
ketiga, siswa yang mempersentasikan hasil kerja kelompoknya adalah
perwakilan siswa nomor 3, 2, 5, 4, dan 1.
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah kegiatan post-test, dalam
post-test sebagian siswa sudah menunjukkan perubahan dalam menjawab soal.
Siswa sudah sebagian menjawab soal dengan baik. Berdasarkan rekapitulasi
hasil post-test, siswa memperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendahnya 50
dengan nilai rata-rata sebesar 79,37. Siswa secara keseluruhan sudah mampu
menjawab lima soal post-test dengan benar. Oleh sebab itu ketuntasan hasil
belajar siswa pada saat post-test adalah 77,14% yang tuntas dan 22,86% yang
belum tuntas artinya hasil belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 8
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Numbered Head Together secara
signifikan tuntas.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa
Sebelum adanya pembelajaran peneliti memberikan nomor urut absen
kepada siswa untuk mempermudah kegiatan observasi aktivitas siswa oleh
observer. Kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model
Numbered Head Together ini, mendapatkan peningkatan aktivitas pada setiap
pertemuaannya. Pada pertemuan pertama diperoleh sebanyak 14 siswa yang
aktif, 16 siswa yang cukup aktif dan 5 siswa yang tidak hadir sehingga
memperoleh rata-rata aktivitas pertemuan pertama sebesar 36 artinya siswa
temasuk kategori kurang aktif. Pada pertemuan kedua siswa diperoleh data
sebanyak 5 siswa yang sangat aktif, 19 siswa yang aktif, 8 siswa yang cukup
aktif dan 3 siswa tidak hadir sehingga memperoleh rata-rata aktivitas
pertemuan kedua sebesar 52 artinya siswa temasuk kategori aktif. Selanjutnya
pertemuan ketiga siswa memperoleh data sebanyak 17 siswa yang sangat aktif,
13 siswa yang aktif, 4 siswa yang cukup aktif dan 1 siswa tidak hadir sehingga
memperoleh rata-rata aktivitas pertemuan ketiga sebesar 71 artinya siswa
temasuk kategori aktif.
3. Untuk mengetahui respon siswa
Saat 10 menit sesudah kegiatan post-test, peneliti memberikan angket
respon kepada siswa kelas VII.D siswa menjadi aktif dalam mengikuti
pembelajaran matematika. Dari hasil rekapitulasi angket respon siswa,
didapatkan rata-rata persentasenya sebesar 75% sehingga disimpulkan bahwa
penggunaan model Numbered Head Together memberikan respon yang sangat
baik pada pembelajaran matematika siswa kelas VII.D.
Kesimpulan
Model Numbered Head Together sangat efektif untuk digunakan dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau hal
itu dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 8
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 yang secara signifikat tuntas dengan
rata-rata nilai post-test sebesar 79,37 dan persentase jumlah siswa yang tuntas
sebesar 77,14%. Kemudian, aktivitas siswa semakin meningkat setiap pertemuan.
Pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa sebesar 36 ini menunjukkan bahwa
siswa cukup aktif, pada pertemuan kedua rata-rata aktivitas siswa sebesar 52 ini
menunjukkan bahwa siswa aktif dan pada pertemuan ketiga rata-rata aktivitas
siswa sebesar 71 ini menunjukkan bahwa siswa aktif, dan respon siswa yang
sangat baik ditunjukkan pada angket respon siswa yang mendapatkan hasil rata-
rata sebesar 75%.
Daftar Pustaka
Abubakar. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi Matematis
Siswa SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
together. Jurnal Didaktik Matematika (diakses pada tanggal 9 oktober
2015)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Ar Rahman, Reza. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together Terhadap Pemahaman Konsep Matematis (
Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013). Jurnal Pendidikan Matematika Vol.2
Kusdartiana, Lily, 2013. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT Pada Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VIII
SMP Surya Dharma 2 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2011/2012). Jurnal Pendidikan Matematika. 2(1) 56-61
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana
Yarsi Astuti, Sri. 2010. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010. Sukarta. [online]
http://eprints.uns.ac.id/10589/1/148511608201011151.pdf ( diakses pada
10 oktober 2015)