pengaruh model pembelajaran word square …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi...

14
Page | 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMPIT AN-NIDA’ LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Oleh: Junaidi 1 , Tri Ariani, M.Pd. Si. 2 , Wahyu Arini, M.Pd. Si. 3 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Jurusan Pendidikan Fisika Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul ” Pengaruh Model Pembelajaran Word Square terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa penyebabnya adalah kurangnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dan kurangnya penggunaan alat-alat laboratorium fisika. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk menggunakan model pembelajaran Word Square. Masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau yang berjumlah 52 orang menggunakan Pretest-Posttest Control Group Design. Yaitu terdapat dua kelompok yang diberikan pre-test dan post-test untuk dapat membandingkan keadaan sebelum dengan setelah diberi perlakuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berbentuk esai sebanyak 5 soal. Data skor tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji-z. Berdasarkan hasil analisis data z hitung = 2,44 dan z tabel = 1,68 karena z hitung > z tabel, maka diperoleh kesimpulan ada pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar siswa. Kata Kunci: Word Square, Hasil Belajar Fisika.

Upload: others

Post on 10-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

Page | 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL

BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMPIT AN-NIDA’ LUBUKLINGGAU

TAHUN PELAJARAN

2017/2018

Oleh: Junaidi1, Tri Ariani, M.Pd. Si.

2 , Wahyu Arini, M.Pd. Si.

3

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Jurusan Pendidikan Fisika

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ” Pengaruh Model Pembelajaran Word Square terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMPIT

AN-NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa

penyebabnya adalah kurangnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dan kurangnya penggunaan alat-alat

laboratorium fisika. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk menggunakan model pembelajaran Word Square. Masalah

dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar fisika siswa kelas

VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau yang berjumlah 52 orang menggunakan

Pretest-Posttest Control Group Design. Yaitu terdapat dua kelompok yang diberikan pre-test dan post-test untuk dapat

membandingkan keadaan sebelum dengan setelah diberi perlakuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik tes berbentuk esai sebanyak 5 soal. Data skor tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji-z. Berdasarkan hasil

analisis data zhitung = 2,44 dan ztabel = 1,68 karena zhitung > ztabel, maka diperoleh kesimpulan ada pengaruh model

pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Word Square, Hasil Belajar Fisika.

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

2 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

1. Pendahuluan Pendidikan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari manusia.Pendidikan merupakan

kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam

kehidupan seseorang, karena melalui pendidikan

seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, cara

bertingkah laku dan peradaban manusia pada masa yang

akan datang. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan

oleh kualitas sumber daya manusia yang bergantung

pada kualitas pendidikan.Pendidikan telah menjadi

kebutuhan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Oleh

sebab itu semakin banyak masyarakat yang menuntut

ilmu pengetahuan diberbagai lembaga pendidikan. Hal

ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah

menyadari sepenuhnya akan pentingnya ilmu

pengetahuan untuk meningkatkan harkat dan martabat

dirinya, keluarga, dan bangsa Indonesia.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang

sikdinas pasal 1 Ayat 20 (dalam Rusman, 2013:93)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumberbelajar pada suatu

lingkungan belajar.Kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.Menurut Kompri (2016:

15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

dewasa (pendidik) dalam menyelenggarakan

kegiatanpengembangan peserta didik agar menjadi

manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang

telah ditentukan.

Pada dasarnya proses belajar mengajar

merupakan proses komunikasi antara guru dengan

siswa. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil

apabila siswa telah mencapai kompetensi yang

diharapkan, karena hal itu merupakan cerminan dari

kemampuan siswa dalam menguasai suatu materi.

Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti dari

suatu penyelenggaraan pendidikan yang ditandai

dengan adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan

media dan sumber belajar, serta penggunaan model dan

strategi pembelajaran.

Selain sebagai tempat belajar mengajar, institusi

pendidikan juga harus menjadi benteng yang tangguh

untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai

budaya peduli lingkungan hidup kepada anak-anak

bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-

nilai kearifan lokal masyarakat setempat perlu terus

digali dan dikembangkan secara kontekstual untuk

selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan

melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pola dan gaya

penyajiannya puntidak bercorak teoretis dan dogmatis

seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif

dan dialogis dengan mengajak siswa didik untuk

berdiskusi dan bercurah pikir melalui topik-topik

lingkungan hidup yang menarik dan menantang. Fisika

merupakan ilmu yang berkaitan dengan alam. Fisika

sebagai salah satu cabang ilmu merupakan tujuan

peradaban manusia yang memegang peranan penting

dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal

31 Juli 2017 antara peneliti dengan salah satu guru

IPA SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau, terdapat

beberapa permasalahan yaitu pembelajaran yang

digunakan masih menggunakan pembelajaran

konvensional Trianto (2009: 58) dengan metode

ceramah, siswa cenderung pasif. Hanya sekitar 40%

siswa yang ikut aktif dalam pembelajaran. Selain

itu hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika

belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini

terlihat dari nilai Ulangan Harian (UH) pada

semester I tahun pelajaran 2017/2018. Dari 52

siswa, hanya 19 siswa (36,54%) yang sudah

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

sedangkan 33 siswa (63,46%) belum mencapai

KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Pada

dasarnya, guru IPA di SMPIT AN-NIDA’

Lubuklinggau sudah mengupayakan perbaikan

dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang

diperoleh belum optimal.

Untuk mengatasi masalah tersebut, salah

satu model yang dapat dijadikan alternatif adalah

model pembelajaran word square.Menurut

Kurniasih dan Sani (dalam Swapranata, dkk. 2016:

3)word squareadalah model yang diperkaya dan

berorientasi kepada keaktifan siswa dalam

pelajaran. Model ini memadukan kemampuan

menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam

mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Word Squareterhadap Hasil

Belajar Siswa kelas VII SMPIT AN-

NIDA’Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”.

2. Kajian Teoritik 2.1 Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu fenomena yang

dialami setiap orang dan dapat terjadi dimana

saja, misalnya di rumah, sekolah, laboratorium,

ditempat bermain, dan sebagainya. Setiap orang

memiliki cara belajar tersendiri, hal ini terjadi

karena pandangan seseorang tentang belajar

akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang

berhubungan dengan belajar.

Slameto (2010:2) belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan. SedangkanRusman (2013:85)

belajar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dan berperan penting dalam

pembentukan pribadi dan perilaku

individu.Menurut Brunner (dalam Al-Tabany,

2013:17)belajar adalah suatu proses aktif

dimana siswa membangun Pengetahuanbaru

berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan

yang sudah dimilikinya. Menurut Surya (dalam

Rusman, 2013:85) belajar dapat diartikan

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

3 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh perubahanperilaku baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu

itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Mengacu pada beberapa pendapat tersebut,

dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses atau

kegiatan manusia untuk memperoleh perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang

ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan

kuantitas berupa kognitif, afektif dan psikomotor

dari hasil interaksi dengan lingkungan.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Slameto (2010:27), menyatakan prinsip-

prinsip belajar sebagai berikut:

a. Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk

belajar:

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan

partisipasi aktif, meningkatkan minat dan

membimbing untuk tujuan instruksional.

2) Belajar harus dapat menimbulkan

reinforcement dan motivasi yang kuat pada

siswa untuk mencapai tujuan instuksional.

3) Belajar perlu lingkungan yang menantang

dimana anak dapat mengembangkan

kemampuannya bereksplorasi dan belajar

dengan efektif.

4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan

lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar yaitu:

1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus

tahap demi tahap menurut perkembangannya.

2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi,

eksplorasi, dan discovery.

3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan

antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lain) sehingga mendapatkan

pengertian yang diharapkan. Stimulus yang

diberikan menimbulkan respon yang

diharapkan.

c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

yaitu:

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu

harus memiliki struktur, penyajian yang

sederhana, sehingga siswa mudah mengerti.

2) Belajar harus dapat mengembangkan

kemampuannya tertentu sesuai dengan tujuan

instruksional yang harus dicapai.

d. Syarat keberhasilan belajar yaitu:

1) Belajar memerlukan sarana yang, cukup,

sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan

berkali-kali agar pengertian, keterampilan

dan sikap itu mendalam pada siswa.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Di dalam proses belajar mengajar

yang panjang pada akhirnya nanti proses

belajar akan mendapatkan suatu hasil yang

dikatakan hasil belajar. Rusman (2013:123)

hasil belajar sejumlah pengalaman yang

diperoleh siswa yang mencakup ranah

kognitif, afektif, dan

psikomotorik.SedangkanHamalik (dalam

Rusman, 2013:123) yang menyatakan

bahwa hasil belajar itu dapat terlihat

dari terjadinya perubahan dari

terjadinya perubahan dari persepsi dan

perilaku, termasuk juga perbaikan

perilaku.

Jihad dan Haris (2012:15),

hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku siswa secara nyata setelah

dilakukan proses belajar mengajar

yang sesuai dengan tujuan dari

pengajaran. Menurut Gagne dan

Briggs (dalam Supriningrum, 2013:37)

hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan

belajar dan dapat diamati melalui

penampilan siswa.Dari uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan menerima atau

menolak suatu penilaian berdasarkan

pengalaman yang diperoleh setelah

dilakukan evaluasi berupa tes yang

mencakup penilaian kognitif

(Pengetahuan, ingatan), afektif (Sikap

menerima) dan psikomotorik

(keterampilan), suatu prestasi yang

diberikan siswasecara keseluruhan,

yang menjadi indikator kompetensi

dasar dan derajat perubahan perilaku

yang bersangkutan.

4. Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif

Mengingat ranah-ranah yang

terkandung dalam suatu tujuan pendidikan

merupakan sasaran evaluasi hasil belajar,

maka kita perlu mengenalnya secara lebih

terinci. Pengenalan terhadap ranah-ranah

tujuan pendidikan akan sangat membantu

pada saat memilih dan/atau menyusun

instrumen evaluasi hasil belajar.

Bloom (dalam Rusman, 2013:126)

ranah kognitif menggolongkan dan

mengurutkan keahlian berpikir yang

menggambarkan tujuan pembelajaran yang

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

siswa. penggolongan tujuan ranah kognitif

oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam)

kelas/tingkat yakni:

1) Pengetahuan (C1) merupakan pengenalan

dan pengingatan kembali terhadap

pengetahuan tentang fakta, istilah, dan

prinsip-prinsip dalam bentuk seperti

mempelajari.

2) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan

memahami/mengerti tentang isi pelajaran

yang dipelajari tanpa perlu

menghubungkannya dengan isi pelajaran

lainnya.

3) Penggunaan/penerapan (C3) merupakan

kemampuan menggunakan generalisasi

atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam

situasi konkret dan/atau situasi baru. Siswa

dituntuk memiliki kemampuan untuk

menyeleksi atau memilih

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

4 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

generalisasi/abstraksi tertentu (konsep, hukum,

dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk

diterapkan dalam suatu situasi baru dan

menerapkannya secara benar.

4) Analisis (C4) merupakan kemampuan

menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian

yang menjadi unsur pokok.

5) Sintesis (C5) merupakan kemampuan

menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam

struktur yang baru dan siswa diminta untuk

melakukan generalisasi.

6) Evaluasi (C6) merupakan kemampuan menilai

isi pelajaran untuk suatu maksud dan tujuan

tertentu dan siswa diminta untuk menerapkan

pengetahuan dan kemampuan yang telah

dimiliki untuk menilai suatu kasus.

Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar pada ranah

kognitif adalah perubahan perilaku pada ranah

pengetahuan dan tingkat kemampuan

memahami pelajaran yang menyangkut

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan

evaluasi. Tujuanranah kognitif berhubungan

dengan ingatan, pengetahuan, informasi dan

keterampilan intelektual. Dalam penelitian ini

ranah kognitif yang diteliti yaitu dari C1,C2

danC3.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Dari semua faktor yang ada, model

pembelajaran yang dipilih oleh seorang pendidik

menjadi sumber dan berkait dengan faktor yang lain.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan

membawa suasana belajar yang menyenangkan dan

memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kreatifitas. Suasana belajar yang menyenangkan

akan membawa dampak pada motivasi belajar dan

disiplin yang meningkat. Motivasi belajar yang

tinggi menjadi salah satu faktor penentu

keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar

yang terbaik.

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal

dan faktor ekstern. Faktor internal adalah faktor

yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di

luar individu.

1) Faktor-Faktor Internal

a) Faktor jasmaniah

(1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap

badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari

penyakit yang akan berdampak pada

perkembangan siswa dalam dunia

pendidikan.

(2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang

menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan hal ini

juga dapat mempengaruhi hasil belajar.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis sangat mempengaruhi hasil

belajar siswa dalam mencapai hasil belajar

yang terbaik.Sekurang-kurangnya ada tujuh

faktor yang tergolong kedalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar

yaitu: inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan dan kesiapan

c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit

untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu

kelelahan jasmani dan rohani.

2) Faktor-Faktor Eksternal

a) Faktor keluarga.

Siswa yang belajar akan menerima

pengaruh dari keluarganya berupa: cara

orang tua mendidik, relasi

antaraanggota

keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga.

b). Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi

belajar ini mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

standar pelajaran, keadaan gedung,

metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor

eksternal yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena

keberadaannya siswa dalam masyarakat

yang mencakup kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul

dan bentuk kehidupan masyarakat, yang

semuanya mempengaruhi belajar. Dari

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

yaitu faktor internal dan faktor ektern.

Faktor internal yang mencakup faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu

mencakup faktor keluarga, faktor sekolah

dan faktor masyarakat.

Dari pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa yang mempengaruhi

hasil belajar terdiri dari dua faktor yaitu

dalam diri siswa (internal) yaitu disiplin,

respon dan motivasi siswa, sementara

faktor dari lingkungan luar (eksternal)

adalah lingkungan belajar, tujuan

pembelajaran, kreatifitas pemilihan media

belajar oleh pendidik serta model

pembelajaran, jasmani, psikologi,

kelelahan, keluarga, sekolah dan

masyarakat. Faktor-faktor tersebut

mempengaruhi satu sama lain dan

merupakan satu kesatuan yang mendasari

hasil belajar siswa.

6. Model Pembelajaran

Menurut Joyce (dalam Trianto,

2011:21)model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

5 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

tutorial.Sedangkan menurut Arends (dalam

Shoimin, 2016:23) menyatakan, The trem teaching

model refers to a particular approach to instruction

that includes its goals, syntax, environment, and

management system.Artinya, istilah model

pengajaran mengarah pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,

lingkungan, dan system pengelolaannya.

Adapun menurut Soekamto (dalam Shoimin,

2016:23) mengemukakan maksud dari model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah

suatu pola pilihan yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaranuntuk mencapai

tujuan belajar. Adapun macam-macam model

pembelajaran adalah Model Pembelajaran

Konstektual (Contextual Teaching and Learning),

Model Pembelajaran Kooperatif, Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Model

Pembelajaran Tematik, Model Pembelajaran

Berbassis Komputer, Model PAKEM (Partisipatif,

Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan), Model

Pembelajaran Berbasis Web (e-Learning), dan

Model Pembelajaran Mandiri.

7. Tinjauan tentang model pembelajaran Word

Square

1) Pengertian Model Pembelajaran Word

Square

Menurut Hornby (dalam Kurniasari,

dkk. 2013:3) model pembelajaran word square

adalah sejumlah kata yang disusun sehingga

kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan

ke belakang.Menurut Widodo (dalam Muriana,

dkk. 2014:2) model pembelajaran word

squareadalah pembelajaran yang memadukan

kemampuan menjawab pertanyaan dengan

ketelitian dalam mencocokan jawaban pada

kotak-kotak jawaban.Sedangkan menurut

Kurniasih dan Sani (dalam Swapranata, dkk.

2016:3) model pembelajaran word

squareadalah model yang diperkaya dan

beroriantasi kepada keaktifan siswa dalam

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli

diatas dapat disimpulkan bahwa word square

merupakan suatu model pembelajaran yang

melibatkankemampuan siswa untuk menjawab

pertanyaan dengan mencocokan jawaban

pertanyaan dalam kotak-kotak jawaban berisi

kata-kata yang membutuhkan kejelian dan

kecerdasan siswa dalam menjawab pertanyaan

yang sudah disediakan dalam kotak-kotak

tersebut dengan mengarsir jawaban yang

dianggap benar yaitu mengarsir jawaban pada

kotak mendatar dan menurun.

2) Langkah-langkah pembelajaran Word

Square

Pembelajaran word square

merupakan pengembangan dari metode

ceramah yang diperkaya.Hal ini dapat

didefinisikan melalui pengelompokkan

metode ceramah yang diperkaya dan

berorientasi kepada keaktifan siswa.

Menurut Saptono (dalam Swapranata, dkk.

2016:4) model pembelajaran word square

merupakan salah satu model yang dapat

digunakan guru dalam pembelajaran

model ini membutuhkan suatu kejelian dan

ketelitian siswa, sehingga dapat

merangsang siswa untuk berpikir efektif

melalui permainan acak huruf dalam

pembelajaran.Sedangkan Winatapura

(dalam Swapranata, dkk. 2016:4)

mengemukakan bahwa model

pembelajaran word squaremerupakan

model pembelajaran yang dapat

memadukan kemampuan menjawab

pertanyaan dengan ketelitian dalam

mencocokkan jawaban pada kotak-kotak

jawaban dan mirip seperti mengisi teka-

teki silang bedanya, jawaban sudah ada

namun disamarkan dengan menambahkan

kotak tambahan dengan sembarang huruf

penyamar atau pengecoh.

Model Pembelajaran word square

menurut Muriana, dkk. (2014: 3)adalah

model pembelajaran yang memadukan

kemampuan menjawab pertanyaan dengan

kejelian dalam mencocokan jawaban pada

kotak-kotak jawaban. Mirip seperti

mengisi teka-teki silang tetapi bedanya

jawabannya sudah ada namun disamarkan

dengan menambahkan kotak tambahan

dengan sembarang huruf/angka penyamar

atau pengecoh. Model pembelajaran ini

sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal

bagaimana guru dapat memprogram

sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat

merangsang siswa untuk berpikir

efektif.Tujuan huruf/angka pengecoh

bukan untuk mempersulit siswa namun

untuk melatih sikap teliti dan kritis.

Langkah-langkah model pembelajaran

word square menurut Aqib (dalam

Noviana, dkk. 2013: 92) sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan materi sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

b) Guru membagikan lembaran soal

berupa kotak kata.

c) Siswa diminta menyelesaikan soal,

kemudian mengarsir huruf dalam

kotak kata sesuai dengan jawaban

secara horizontal maupun vertikal.

d) Guru memberikan poin untuk setiap.

Menurut Hamzah (dalam

Kurniasari, dkk. 2013:8) Langkah-langkah

model pembelajaran word square sebagai

berikut:

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

6 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

a) Guru menyampaikan materi sesuai

kompetensi yang ingin dicapai.

b) Guru membagikan lembaran kegiatan

sesuai contoh.

c) Siswa disuruh menjawab soal kemudian

mengarsir huruf dalam kotak sesuai

jawaban secara vertikal, horizontal.

d) Berikan poin setiap langkah jawaban dalam

kotak.

Sedangkan Menurut Swapranata, dkk.

(2016:5-6).Langkah-langkah model

pembelajaran word square sebagai berikut:

a) Guru mengucapkan salam pembuka.

b) Guru melaksanakan kegiatan apersepsi,

memberikan pertanyaan

kepada siswa yang

menyangkut materi

pembelajaran.

c) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin

dicapai sesuai kompetensis dan

motivasi siswa belajar.

d) Siswa membaca buku paket

mengenai materi yang

dipelajari.

e) Siswa mengamati media dan

melakukan tanya jawab menyangkut

materi/topik yang dipelajari.

f) Guru membagikan lembaran kegiatan

sesuai contoh.

g) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir

huruf dalam kotak sesuai jawaban secara

vertikal, horizontal maupun diagonal.

h) Berikan poin jawaban dalam kotak.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas

bahwa pembelajaran dengan model word

squaredapat diambil kesimpulan dengan tahapan –

tahapan sebagai berikut:

(1) Gurumenyampaikan materi pembelajaran.

(2) Guru memberikan soal sesuai dengan contoh

soal yang telah diberikan kepada siswa.

(3) Guru memerintahkan siswa berlomba-lomba

untuk menjawab soal pertanyaaan dengan tepat.

(4) Guru memberikan poin dan penghargaan

kepada siswa yang dapat menjawab soal dengan

baik dan tepat.

3) Keunggulan dan Kelemahan Word Square

Menurut Sukandheni (dalam Swapranata, 2016:

3) adapun keunggulan model pembelajaran word

square sebagai berikut:

(1) Mendorong pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran.

(2) Menciptakan suasana

pembelajaran yang

menyenangkan karena

pembelajaran berupa

permainan.

(3) Melatih siswa berdisiplin.

Menurut Noviana, dkk. ( 2013:92)

Kelebihan dan kelemahan model

pembelajaran word square sebagai berikut:

a) Kelebihan

(1) Meningkatkan ketelitian.

(2) Membuat siswa kritis dalam

berfikir.

b) Kekurangan

Sedangkan beberapa kekurangan dari

model word square yaitu sebagai

berikut:

(1) Mematikan kreatifitas siswa.

(2) Siswa tinggal menerima bahan

mentah.

8. Materi Ajar besaran dan satuan

a) Besaran

(1) Besaran Pokok

Besaran pokok adalah besaran

yang satuannya didefinisikan sendiri,

tidak diturunkan dari besaran-besaran

lain. Dalam keseharian kita sering

mendengar beberapa pertanyaan,

antara lain gula 2 kg, waktu seorang

pelari melewati lintasan sepanjang 100

meter adalah 10,2 sekon, dan suhu

ruangan kelas C. Perhatikan

satuan-satuan panjang (meter), massa

(kilogram), dan waktu (sekon) tidak

diturunkan dari besaran lain. Besaran

seperti itu dinamakan besaran pokok.

Purwoko, dkk (2008:6)

(2) Satuan Pokok

Hasil suatu pengukuran selalu

dinyatakan dengan satuan. Satuan

besaran dinyatakan dengan satuan

yang berbeda-beda, misalnya besaran

panjang dapat dinyatakan dalam yard,

inci, dan kaki. Dalam pengukuran

dikenal dua jenis satuan, yaitu satuan

baku dan satuan tidak baku. Satuan

baku adalah satuan yang menghasilkan

ukuran sama meskipun dilakukan oleh

orang lain dan dapat berlaku secara

Besaran Pokok Lambang

Besaran

Satuan Pokok Lambang

Satuan

Panjang

Massa

Waktu

Suhu

Kuat Arus Listrik

Intensitas Cahaya

Jumlah

l

m

t

T

I

I

n

meter

kilogram

sekon

kelvin

ampere

kandela

mol

m

kg

s

k

A

cd

mol

Besaran Turunan Lambang

Besaran

Satuan Turunan Lambang

Satuan

Luas

Volume

Kecepatan

Percepatan

Massa Jenis

Gaya

Usaha

A

V

v

a

p

F

W

meter persegi

meter kubik

meter/sekon

meter/sekon kuadrat

kilogram/meter kubik

newton

joule

m/s

m/

kg/

N

J

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

7 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

umum (Internasional). Satuan tidak baku

adalah satuan yang menghasilkan nilai

ukuran berbeda antara satu orang dengan

orang lainnya. Oleh sebab itu, ditetapkan

suatu rumusan atau dedifinisi tentang

satuan baku. Pada tahun 1960, para ahli

menetapkan menggunakan satuan metric

yang bisa disebut satuan Sistem

Internasional (SI). Satuan SI terdiri atas

MKS (meter-kilogram-sekon) dan CGS

(centimeter-gram-sekon). Purwoko, dkk

(2008:7)

Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya Purwoko, dkk

(2008:8)

b) Satuan Turunan

Satuan turunan adalah satuan yang

diperoleh dari perkalian atau pembagian

satuan pokok. Dari ilmu matematika kita

sudah mengetahui bahwa luas sebuah segi

empat adalah hasil perkalian panjang sisi

dengan lebar sisinya.L = a (meter) x b

(meter) = ab meter persegi = ab . Dalam

hal ini, L (luas) merupakan besaran turunan

dengan satuan , a (panjang persegi

panjang) merupakan besaran panjang

dengan satuan m, dan b (lebar persegi

panjang) merupakan besaran panjang

dengan satuan m.

Tabel 2.2 Besaran Turunan dan Satuannya

Purwoko, dkk (2008:9)

Contoh Soal

(1) Tentukan besaran pokok dibawah ini

di sertai lambang besaran, satuan

pokok dan lambang satuannya…..

(a) Massa dan Panjang

(b) Waktu dan Suhu

(c) Jumlah Zat dan Kuat Arus Listrik

(d) Intensitas Cahaya

(2) Tentukan besaran turunan dibawah ini

di sertai lambang besaran, satuan

turunan, lambang satuannya…..

(a) Luas, volume dan kecepatan

(b) Percepatan, gaya dan usaha

(3) Konversikan satuan-satuan berikut!

(a) 12 m = ….. cm, 145 g = ….. kg,

dan 0,2 hg = … cg

(b) 2.500 s = … ms, 54 menit = …

detik, 2700 detik = ….Jam

Jawaban: 1

a.

Besaran

Pokok

Lambang

Besaran

Satuan

Pokok

Lambang

Satuan

Massa m Kilogram Kg

Panjang l Meter M

b.

Besaran

Pokok

Lambang

Besaran

Satuan

Pokok

Lambang

Satuan

Waktu t Sekon S

Suhu T Kelvin K

c.

Besaran

Pokok

Lambang

Besaran

Satuan

Pokok

Lambang

Satuan

Jumlah

Zat

n Mol Mol

Kuat Arus

Listrik

l Ampere A

d.

Besaran

Pokok

Lambang

Besaran

Satuan

Pokok

Lambang

Satuan

Intensitas

Cahaya

I Candela Cd

Jawaban: 2

a.

Besaran

Turunan

Lambang

Besaran

Satuan

Turunan

Lambang

Satuan

Luas A Meter

Persegi

Volume V Meter Kubik

Kecepatan v Meter/sekon m/s

b.

Besaran

Turunan

Lamban

g

Besaran

Satuan

Turunan

Lamban

g Satuan

Percepatan A Meter/seko

n kuadrat

m/

Gaya F Newton N

Usaha W Joule J

Jawaban: 3

a. 12 m = 12 x 10 x 10 = 1.200 cm

145 g = 145 : 10 : 10 : 10 =

0.0145 kg

0.2 hg = 0,2 x 10 x 10 x 10 x 10 =

20.000 kg

b. 2. 500 s = 2.500 x 10 x 10 x 10

=2.500.000 ms

54 menit = 54 x 60 = 3.240 detik

2.700 detik = 2.700 : 60 : 60 =

0.75 jam

3. Metode Penelitian

3. 1 Rancangan Penelitian

Menurut Arikunto (2010:203), metode

penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam

penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen.

Metode ini di gunakan karena penelitian ini

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

8 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran Word

Square pada pembelajaran fisika siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kuantitatif dengan metode penelitian

eksperimen, penelitian ini menggunakan Pretest-

Posttest Control Group Design.Yaitu terdapat dua

kelompok yang diberikan pre-test dan post-test untuk

dapat membandingkan keadaan sebelum dengan setelah

diberi perlakuan.Kelas eksperimen mendapatkan

perlakuan model pembelajaran word square, sedangkan

kelas kontrol mendapat perlakuan

konvensional.Menurut Arikunto (2010:124) desain

penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Desain penelitian

Pre-test Kelompok Treatmen

t

Post-test

O1 Eksperimen X O2

O3 Kontrol - O4

Sumber: Arikunto (2010: 124)

Keterangan:

O1 = Tes Awal nilai (Pre-Test) pada kelas eksperimen

O2 = Tes Akhir nilai (Post-Test) pada kelas eksperimen

O3 = Tes Awal (Pre-Test) pada kelas kontrol

O4 = Tes Akhir Post-Test pada kelas kontrol

X = Perlakuan (Teatment) model pembelajaran word

square

- =Perlakuan pembelajaran konvensional

Arikunto (2010:161), menambahkan bahwa

variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan

menurut Sugiyono (2015:2), variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini, terdiri dari dua

variabel yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yangmenjadi sebab

perubahannya (Sugiyono, 2015:4). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

word square.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015:4). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajarsiswa

yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti

pembelajaran fisika dengan menggunakan model

pembelajaran word square.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPIT AN-NIDA’

Lubuklinggau pada tahun pelajaran 2017/2018, dengan

menggunakan 2 kelas sebagai sampel penelitian. Sampel

penelitian yaitu siswa kelas VII.1 dan VII.2 Sekolah

Menengah Pertama Islam Terpadu Lubuklinggau pada

tahun pelajaran 2017/2018. Pada kelas eksperimen, yaitu

kelas VII.1 proses pembelajarannya menerapkan model

pembelajaranword square, sedangkan pada kelas

kontrol, yaitu kelas VII.2 menggunakan metode

ceramah dan latihan dalam menyampaikan materi.

Sebelum pelaksanaan penelitian ini dimulai

terlebih dahulu dilakukan uji instrumen di kelas

VIII.1 SMPIT AN-NIDA’Lubuklinggau pada tanggal

15November 2017 dengan jumlah siswa 23orang,

dengan materi besaran dan satuan. Pelaksanaan

pembelajaran ini dilaksanakan sebanyak empat kali

pertemuan yaitu mulai dari tanggal 13November

2017, sampai 13Desember 2017.

Adapun rinciannya,pertama pemberianpre-

testpada kelas VII.1 dan VII. 2 pada tanggal 18

November 2017 dengan jumlah siswa 52 tidak hadir

3 yaitu dikelas VII.1 = 1 siswa, VII.2 = 2 siswa.

Tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi besaran dan satuan, setelah itu baru

memberikan perlakuan dengan menerapkan model

pembelajaran word square di kelas VII.1 untuk kelas

VII.2 menggunakan metode ceramah dan latihan.

Dalam memberikan perlakuan ini dilakukan

sebanyak dua kali, baik kelas VII.1 maupun VII.2

setelah itu diakhir pertemuan dilakukan post-test

yaitu pada pertemuan ke empat pada tanggal 04

Desember 2017. Tujuan dari post-test untuk

mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan

perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran

word square di kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional di kelas kontrol meggunakan metode

ceramahdengan materi yang sama yaitu besaran dan

satuan.

1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan

Awal Siswa (pre-test)

Kemampuan awal yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah, kemampuan awal yang

dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Data

mengenai kemampuan awal diperoleh melalui

pre-test baik itu kelas eksperimen maupun kelas

kontrol, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

C.Pre-test dilakukan pada pertemuan pertama

yang di ikuti 26 siswa pada kelas eksperimen dan

26 siswa pada kelas kontrol, analisis data pre-test

digunakan untuk mengetahui keadaan awal

sampel apakah berasal dari keadaan yang sepadan

atau sama. Pada tahap ini analisis yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Rata-Rata ( ) dan Simpangan Baku ( )

Nilai Pre-test

Hasil perhitungan rata-rata ( ) dan

simpangan baku ( ) nilai pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Tes Awal ( Pre-Test)

Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

No Uraian Eksperimen Kontrol

1 Nilai rata-

rata ( )

26 31

2 Nilai

terendah

2 5

3 Nilai 55 69

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

9 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

Tertinggi

4 Rentang

Nilai

53 64

5 Simpangan

Baku ( )

18 19

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa

rata-rata ( nilai pre-test kelas eksperimen 26

dan simpangan baku (s) 18 sedangkan rata-rata (

nilai pre-test kelas kontrol 31 dan simpangan

baku (s)19. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan awal atau pre-test antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda

atau relatif sama, karena kelas eksperimen dan

kelas kontrol belum diberi perlakuan

pembelajaran. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada (lampiran C halaman 108 dan 110).

Gambar 4.1. Diagram batang perbandingan rata-

rata Pre-test siswa

Dari gambar 4.1 diatas dapat

diinterprestasikan bahwa rata-rata Pre-test siswa

kelas eksperimen 26, dan kelas Kontrol 31,

didapat seluruh rata-rata dari du kelas sebesar 5

artinya perbedaan pada pretes tidak terlalu besar.

Persentasi untuk ketuntasan soal pretes untuk

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0%

(100% nilai siswa dibawah KKM 75).

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat

apakah data hasil pre-test siswa berdistribusi

normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji normalitas

data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika

maka data berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pre-test untuk kedua

kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Nilai Pre-test

Kelas Dk

Kesimpulan

Eksperimen 20,22 5 11,070 TidakNorma

l

Kontrol 5 11,070 Normal

Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai

data pre-test untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol lebih kecil dari pada

nilai . Berdasarkan ketentuan pengujian

normalitas dengan menggunakan uji kecocokan

(chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa pre-

test untuk masing-masing kelas menunjukkan

kedua kelompok berdistribusi normal pada taraf

kepercayaan α = 0,05, karena

. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat (pada lampiran C Halaman 109 dan

111).

Kurva normal yang menunjukkan

bahwa data pre-test kelas eksperimen dan

kelas kontrol berdistribusi normal dapat

dilihat pada gambar 4.2 dan gambar 4.3.

Gambar 4.2 Kurva normalitas pre-test kelas

eksperimen

Gambar 4.3 Kurva normalitas Pre-test kelas kontrol

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk

melihat apakah data pada kedua kelas sampel

mempunyai varians yang homogen atau tidak.

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik

(lampiran C Halaman 116) tentang uji

homogenitas varians dengan taraf

kepercayaan α = 0,05, jika Fhitung< Ftabel

maka varians dua kelompok data adalah

homogen. Hasil uji homogenitas varians pre-

test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dapat

dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Uji Homogenitas Nilai Pre-test

Tes Fhitung dk Ftabel Kesimpulan

Pre-test 1,11 26:26 1,95 Homogen

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa

varians kedua kelompok data (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) pre-test adalah

homogen, karena Fhitung< Ftabel.Perhitungan

-1,36 -0,86

-0,36 0,14

0,64 1,14

0

2

4

6

-2 -1 0 1 2

Kurva Pre-Test Kelas Eksperimen

-1,39

-0,82

-0,24

0,34

0,92

1,5

0

1

2

3

4

5

6

7

-2 -1 0 1 2 3

Kurva Pre-Test Kelas Kontrol 0

10

20

30

40

Pretest

EksperimenPretest

Kontrol

26 31

18 19

Rata-rata

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

10 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran C

Halaman 116).

d. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Berdasarkan hasil uji normalitas dan

homogenitas, maka kedua kelompok data pre-test

adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji

kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol untuk data pre-test dapat

menggunakan uji-z. Hipotesis statistik yang diuji

dalam perhitungan uji dua pihak untuk pre-test

adalah:

H0 :

: Hipotesis nol pembanding, rata-

rata hasil belajar kelas

eksperimen sama dengan rata-

rata nilai kelas kontrol.

Ha

:

:

Hipotesis alternatif atau kerja,

rata-rata hasil belajar kelas

eksperimen tidak sama dengan

rata-rata nilai kelas kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C

halaman 117 dan 118) untuk data tes awal atau

hasil uji pre-test dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Nilai

Pre-test

Tes Zhitung Dk Ztabel Kesimpulan

Pre-test - 4,10 50 1,68 zhitung<ztabel

Ho diterima

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-z

mengenai kemampuan awal siswa (lampiran C

Halaman 117) menunjukkan bahwa Zhitung<Ztabel, maka

Ho diterima dan Ha ditolak, berarti rata-rata nilai

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

Dengan kata lain bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama

dengan taraf kepercayaan α = 0,05, karena

Zhitung<Ztabel yaitu zhitung =-4,10 dan Ztabel =Z0,95(50)=

1,68Dari perhitungan tampak bahwa kedua kelas tidak

ada satu pun siswa yang mampu mencapai KKM yang

bernilai 75.

Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan

bahwa kedua kelompok sampel dalam keadaan

sepadan (berangkat dari kondisi awal yang sama).

Karena kedua kelas sama-sama belum melaksanakan

pembelajaran, sehingga pada tahap selanjutnya dapat

dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing

kelas, dimana pada kelas eksperimen diberi

pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaranword square dan pada kelas kontrol

diberi pembelajaran konvensional dengan metode

pembelajaran ceramah dan latihan.

e. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir

Siswa(post-test)

Pelaksanaan Post-testdilaksanakan pada

tanggal 4Desember 2017 dan diikuti oleh 26 siswa

pada kelas eksperimen dan 26 siswa pada kelas

kontrol.Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan

materi Besaran dan Satuan merupakan hasil belajar

setelah mengikuti proses pembelajaran.

Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui

post-test. Pelaksanaan post-test dimaksudkan

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran. Post-test

digunakan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaranword squarenilai hasil post-test

dapat dilihat pada (lampiran C Halaman 112

dan 114). Pada tahap ini analisis yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Rata-Rata ( ) dan Simpangan Baku ( ) nilai

Post-test

Hasil perhitungan rata-rata ( ) dan

simpangan baku ( ) nilai post-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Tes Akhir ( Pos-

Test) Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

No Uraian Eksperimen Kontrol

1 Nilai rata-

rata ( )

75 72

2 Nilai

terendah

26 21

3 Nilai

Tertinggi

100 100

4 Rentang

Nilai

74 79

5 Simpangan

Baku ( )

18 21

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai

post-test kelas eksperimen 79 dan kelas kontrol 76.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran C

Halaman 100).

Gambar 4.4. Diagram batang perbandingan rata-rata

Post-test siswa

Maka jika dilihat dari gambar 4.3

dapat diinterprestasikan bahwa rata-rata

Post-test siswa kelas eksperimen 75 dan

kelas kontrol72.Dari hasil analisis data,

maka diperoleh sebanyak 26,92% atau 7

orang dari 26 siswa yang mendapatkan nilai

kurang dari KKM ( nilai KKM sebesar 75)

untuk kelas eksperimen. Pada kelas kontrol

sebanyak 34,61% atau9 orang dari 26 siswa

mendapatkan nilai kurang dari KKM (nilai

KKM sebesar 75). Maka Jika kita

bandingkan peningkatan dari pre-test ke

post-test untuk kelas eksperimen yang

0

100

postest EksperimenPostest Kontrol

75 72

18 21

Rata-rata Simpangan Baku

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

11 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

tuntas adalah sebesar 73,08% (19 siswa),

sedangkan untuk kelas kontrol yang tuntas

adalah sebesar 65,39% (17 siswa).

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat

apakah data hasil post-test siswa berdistribusi

normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji normalitas

data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika

maka data berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas post-test untuk kedua

kelompok dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test

Kelas dk

Kesimpulan

Eksperimen 6,39 5 11,070 Normal

Kontrol 5,75 5 11,070 Normal

Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai

data post-test untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol lebih kecil dari pada nilai .

Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas

dengan menggunakan uji kecocokan (chi-

kuadrat) dapat disimpulkan bahwa post-test

untuk masing-masing kelas menunjukkan kedua

kelompok berdistribusi normal pada taraf

kepercayaan α = 0,05, karena

.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

(lampiran C Halaman 113 dan 115).

Kurva normal yang menunjukkan bahwa

data pos-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdistribusi normal dapat dilihat pada gambar

4.5 dan gambar 4.6.

Gambar 4.5. Kurva normalitas pots-test kelas

eksperimen

Gambar 4.6. Kurva normalitas post-test

kelas kontrol

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk

melihat apakah data pada kedua kelas

sampel mempunyai varians yang homogen

atau tidak. Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik (lampiran C Halaman

116) tentang uji homogenitas varians dengan

taraf kepercayaan α = 0,05, jika Fhitung<

Ftabel maka varians dua kelompok data

adalah homogen. Hasil uji homogenitas

varians post-test untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol dengan taraf kepercayaan α =

0,05 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Hasil Uji Homogenitas Nilai Post-test

Tes Fhitung dk Ftabel Kesimpulan

Post-test 1,11 26:26 1,95 Homogen

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa

varians kedua kelompok data (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) post-test

adalah homogen, karena Fhitung<

Ftabel.Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada (lampiran C halaman 119).

d. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Berdasarkan hasil uji normalitas dan

homogenitas, maka kedua kelompok data

post-test adalah normal dan homogen.

Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

untuk data post-test dapat menggunakan uji-

t. Hipotesis statistik yang diuji dalam

perhitungan uji-z untuk post-test adalah:

H0 :

Ha :

:

:

Hipotesis nol atau pembanding,

rata-rata nilai kelas eksperimen

kurang dari atau sama dengan rata-

rata nilai kelas kontrol.

Hipotesis alternatif atau kerja,

rata-rata nilai kelas eksperimen

lebih besar daripada rata-rata nilai

kelas kontrol.

-2,75 -2,03

-1,31

-0,58 0,14

0,86 1,42

012345678

-3 -2 -1 0 1 2

Kurva Post-test Kelas Eksperimen

-2,45

-1,79

-1,12

-0,45

0,21

0,88

1,36

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-3 -2 -1 0 1 2

Kurva Post-test Kelas Eksperimen

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

12 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

Hasil uji untuk post-test dapat dilihat pada tabel

4.8

Tabel 4.8

Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Nilai Post-test

Tes zhitung Dk ztabel Kesimpulan

Post-

test 2,44 50 1,68

zhitung>ztabel

Ho ditolak

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil

analisis uji-z mengenaikemampuan akhir

siswa(lampiran C halaman 119)menunjukkan bahwa

zhitung >ztabel, dengan taraf kepercayaan α = 0,05,

karena zhitung ztabel yaitu zhitung = 2,44dan ztabel

=z0,95(50)= 1,68, maka Ho ditolak danHa diterima,

berarti rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar

daripada kelas kontrol. Maka hipotesis terjawab,

yaitu “Terdapat pengaruh model pembelajaran word

square terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII

SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau tahun pelajaran

2017/2018”.

4.2 Pembahasan Pembahasan yang dibahas dalam penelitian ini

adalah ada pengaruh penggunaan model word

squareterhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPIT

AN-NIDA’ Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018.

Hasil belajar fisika siswa pada materi Besaran dan

Satuan dalam penelitian ini hanya meneliti dari segi

kognitifnya yaitu dalam bentuk tes yang berisi

pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan

siswa dalam dengan diberi 5 soal dalam bentuk essay.

Sebelum diberikan perlakuan siswa diberi pre-

test terlebih dahulu, yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Dari pre-test yang telah diberikan, data

dari pre-test di analisis terlebih dahulu. Setelah di

adakan pre-test selanjutnya siswa diberi perlakuan

yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Untuk kelas eskperimen peneliti menggunkan

model pembelajaran word squaremodel

pembelajaranword square ini sama dengan

pembelajaran yang lain. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap-sikap

yang positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan

apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek psikomotorik. Subjek penelitian ini

adalah siswa kelas VII. 1dan kelas VII.2 dari 52 siswa

dikelas VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau.

Pada saat pembelajaran pertama, guru

membahas materi yang akan dibahas adalah tentang

Besaran Pokok, pada pembelajaran iniGuru

menyampaikan materi “besaran pokok adalah besaran

yang tidak dapat dibagi lagi sedangkan besaran turunan

besaran yang didapat dari besaran pokok”. Guru

mempersilakan kepada tiap siswa untuk menjawab

pertanyaan. Guru melihat siswa yang mau maju

menjawab pertanyaan,yang di sediakan di satu kartas

karton. Guru memerintahkansiswa untuk menjawab

pertanyaan dengan cara mengarsir jawaban yang sudah

tersedia.Gurumemberikan poin kepada siswa yang

menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. Dan

guru memberikan hadiah kepada siswa yang

mendapat poin tertinggi.Pada awalnya, saat

menerapkan modelword square, peneliti

mengalami sedikit hambatan, yaitu masih kurang

semangatnya dalam mengikuti pelajaran.Pada saat

pembelajaran kedua, langkah pembelajaran yang

dilaksanakan masih sama dengan pertemuan

pertama. Hal ini sesuai menurutHornby (dalam

Sudiani 2014:4) bahwa word square adalah

sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata

tersebut dapat dibaca ke depan dan belakang.

Langkah-langkah model pembelajaran word

sguaremenurut Hamzah (dalam Kurniasari, dkk.

2013:8) sebagai berikut:

i) Guru menyampaikan materi sesuai

kompetensi yang ingin dicapai.

j) Guru membagikan lembaran kegiatan

sesuai contoh.

k) Siswa menjawab soal kemudian

mengarsir huruf dalam kotak sesuai

jawaban secara vertikal, horizontal.

l) Berikan poin jawaban dalam kotak.

Ketuntasan belajar melalui pembelajaran

word squaresecara keseluruhan terjadi karena

dalam belajar siswa melaksanakan serangkaian

kegiatan belajar melalui ketelitian dan ketepatan

dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru.

Selain itu, terlibatnya beberapa bentuk

keterampilan yang dimiliki siswa pada saat

pembelajaran berlangsung melalui kegiatan

pengamatan menyebabkan siswa memiliki sejumlah

pengalaman belajar. Dari hasil analisis data, maka

untuk kelas Eksperimen diperoleh sebanyak

73,08% siswa yang mencapai KKM (nilai KKM

sebesar 75). Pada kelas kontrol hanya 65,38%

siswa yang mencapai KKM (nilai KKM sebesar

75).

Hasil pengujian tersebut sesuai dengan

pendapat model word squareSudiani (2014), dalam

penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran word squareterhadap Hasil Belajar

IPAdengan kovariabel kemampuan berpikir kritis

dapat disimpulkan Pertama, terdapat pebedaan hasil

belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar

mengikuti model pembelajaran word square dan

kelompok siswa yang belajar mengikuti model

pembelajaran konvensional. Kedua, terdapat

perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa

yang belajar mengikuti model pembelajaran word

square dan kelompok siswa yang belajar

mengikuti model pembelajaran konvensional

setelah variabel kemampuan berpikir kritis siswa

dikendalikan. Ketiga, kemampuan berpikiran kritis

memberikan kontribusi terhadap hasil belajar IPA

sebesar 21% pada kelompok eksperimen dan 18%

pada kelompok kontrol.

Kustiarni (2015), dalam penelitiannya

yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran word

square berbantuan media audio-visual untuk

meningkatkanminat dan pemahaman konsep siswa

berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

13 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

bahwa penerapan model pembelajaran word square

dengan bantuan media audio-visual dapat

meningkatkan minat dan pemahaman konsep siswa

kelas VIII G SMPN 1 Penawangan. Menurut

pengamatan peneliti selama penelitian, terlihat siswa

pada kelas eksperimen yang menggunakan modelword

square mengajarkan pada siswa untuk lebih berani

untuk mengajukan pengamatan pada materiyang telah

dipelajari, lebih berani menerangkan apa yang mereka

peroleh dalam pembelajaran serta saling berbagi

pengetahuan. Ketercapaian indikator pada kelas

eksperimen dapat dilihat dari persentase pre-test dan

post-test, diperoleh peningkatan hal ini disebabkan

karena siswa sudah di berikan perlakuan oleh guru.

Adanya peningkatan ini disebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya, dalam pembelajaranword square

yang memfokuskan pembelajaran pada ketepatan dan

ketelitian yang memungkinkan siswa lebih fokus untuk

mandiri. Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya

dalam pertanyaan tersebut dan juga siswa harus mencari

informasi dalam bacaan yang diberikan sebanyak-

banyaknya sehingga dapat menjawabpertanyaan dari

lembar yang diberikan dengan mengarsir jawaban di

kotak-kotak yang sudah disediakan. Berdasarkan hal

tersebut, maka terjalinlah kerjasama antar siswa untuk

menjawab pertanyaan untuk memahami materi

pembelajaran.

5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

dapat disimpulkan bahwa: Ada pengaruh model

pembelajaranword square dikelas VII SMPIT AN-

NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018.

Rata-rata skor post-test kelas eksperimensebesar 75 dan

kelas kontrol sebesar 72. Sedangkan untuk data post-

test dengan taraf signifikan α = 0,05 diperolehzhitung

(2,44) ztabel (1,68) yang berarti H0 ditolak dan Ha

diterima.

Daftar Pustaka Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2013. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.

Jakarta: Prenada Media.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan

Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jihad dan Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:

Multi Pressindo.

Komara. 2014. Langkah-langkah model pembelajaran Word

Square. Diperoleh 3 Juli 2017, dari

http://fathan.Web.id/Pengertian-dan -langkah-

langkah-model-pembelajaran-word-square

Kompri. 2016. Manajemen Pendidikan Komponen-

Komponen Elementer Kemajuan Sekolah.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kurniasari, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran

Word Square Berbantuan Media Gambar

Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD

Gugus V Kecamatan Tegallalang Tahun

Pelajaran 2012/2013.

Kustiarni. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Word

Square Berbantuan Media Audio-Visual Untuk

Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Konsep

Siswa.

Mujiman. 2007. Model Pembelajaran Word Square.

Diperoleh 7 Juli 2017, dari

http://blogspotbidandiah.com/2012/04/model-

pembelajaran-word-square.

Muriana, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran

Word Square terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas IV SD Desa Tista Tahun Pelajaran

2013/2014. Jurnal PGSD, 2 (1).

Noviana dan Rahman. 2013. Efektivitas Model

Pembelajaran Word Square dengan bantuan Alat

Peraga Pada Materi Geometri. Jurnal Pendidikan

Matematika, 1 (1).

Purwoko, dkk. 2008. IPA Terpadu SMP Kelas VII.

Bogor : Ghalia Indonesia Printing

Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis

Komputer. Bandung: Alfabeta.

Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Sani, Kurniasih, dkk. 2015. Ragam Pengembangan

Model Pembelajaran. Jogjakarta: Kata Pena.

Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif

dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Subur. 2015. Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah.

Yogyakarta: Kali Media.

Sudjana. 2005. Metode Penelitian Statistika. Bandung:

Tarsito

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Sudiani.dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Word

Square Terhadap Hasil Belajar Ipa Dengan

Kovariabel Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal

PGSD ,2 (1).

Sherman, Erman. 1993. Evalusi Proses dan Hasil

Belajar Matematika. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi 4112050_Artikel.pdfMenurut Kompri (2016: 15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang

14 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika

Swapranata, dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran

Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas V Semester Genap. Jurnal PGSD, 4 (1).

Suprihatiningrum. 20113. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif

Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Plasa.

Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaranm Inovatif –

Progresif. Jakarta: Kencana.

Widodo, Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Word

Square. Diperoleh 10 juli 2017, dari http://wywld.

wordpress.com/200/9/11/14/model-pembelajaran-

word-square.