efektivitas granul efervesen campuran ekstrak …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/hesti...

88
EFEKTIVITAS GRANUL EFERVESEN CAMPURAN EKSTRAK BIJI ALPUKAT DAN DAUN SALAM SEBAGAI ANTIDIABETES SKRIPSI Oleh: HESTI RISMAYANTI (066113071) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2017

Upload: lethuan

Post on 19-May-2019

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

 

EFEKTIVITAS GRANUL EFERVESEN CAMPURAN EKSTRAK BIJI ALPUKAT DAN DAUN SALAM SEBAGAI ANTIDIABETES

SKRIPSI

Oleh: HESTI RISMAYANTI

(066113071)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

2017

 

EFEKTIVITAS GRANUL EFERVESEN CAMPURAN EKSTRAK BIJI ALPUKAT DAN DAUN SALAM SEBAGAI ANTIDIABETES

Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan

Oleh : HESTI RISMAYANTI

(066113071)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

2017

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrahiim...

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT serta sholawat dan salam

selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW. Atas dukungan dan

do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan

kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang selalu membuatku

termotivasi, memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih yang

tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata

cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan

Ayah bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih.

Saudara saya (Kakak dan Adik)

Untuk kakak dan adikku yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,

senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, walaupun sering bertengkar tapi hal

itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan. Maaf belum bisa menjadi

panutan seutuhnya, terimakasih dan sayangku untuk kalian.

Ibu Dosen Pembimbing

Ibu Erni Rustiani, M.Farm., Apt dan Ibu Min Rahminiwati, M.S., Ph.D selaku

dosen pembimbing tugas akhir saya, terimakasih banyak atas bantuannya selama

ini untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran

yang tiada ternilai harganya. Terimaksih banyak Ibu dosen, jasa kalian akan selalu

dikenang.

 

Sahabat dan Teman Tersayang

Untuk Nur Azmi Agung Putra terimakasih atas semangat, dukungan dan bantuan

selama menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih juga untuk teman-teman

Kostan Purilistya dan Farmasi 13 untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang

kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah terukir

selama ini.

Akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang

saya sayangi dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

HESTI RISMAYANTI, lahir di Jakarta pada tanggal 23

Agustus 1995. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

Dayat dan Purwati. Penulis memulai pendidikan formal di TK

Perkasa dan lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan

pendidikan dasar di SDN 1 Warungkiara (2001-2007).

Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN

1 Warungkiara (2007-2010) dan pendidikan menengah kejuruan di SMK

Kesehatan Harapan Bunda (2010-2013). Selanjutnya penulis melanjutkan jenjang

pendidikan di Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan di Bogor (2013-2017). Selama kuliah

penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Farmasi dan dipercaya menjadi

asisten dosen praktikum Farmakokinetika. Penulis mendapatkan hibah Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM) sebagai anggota (2016) dan mendapatkan hibah

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) sebagai ketua (2017) yang diadakan oleh

Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Penguatan Riset dan

Pengembangan Kemenristekdikti.

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul

“EFEKTIVITAS GRANUL EFERVESEN CAMPURAN EKSTRAK BIJI

ALPUKAT DAN DAUN SALAM SEBAGAI ANTIDIABETES”. Maksud

dari penulisan skripsi ini adalah sebagai awal untuk melakukan penelitian dan

sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada

Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pakuan, Bogor.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ibu Erni Rustiani, M.Farm., Apt.,dan Ibu Drh. Min Rahminiwati, M.S., Ph.D

selaku dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan

memberikan bimbingan yang sangat membantu.

2. Dekan dan Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.

3. Ayah, Ibu serta teman tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan,

perhatian, serta semangat untuk menyelesaikan hasil penelitian ini.

4. Teman-teman dan Mahasiswa Farmasi 2013 dan kostan Purilistya 2 yang turut

memberikan motivasi dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sehingga dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Bogor, November 2017

Hesti Rismayanti

 

RINGKASAN

 

HESTI RISMAYANTI. 066113071. 2017. EFEKTIVITAS GRANUL EFERVESEN CAMPURAN EKSTRAK BIJI ALPUKAT DAN DAUN SALAM SEBAGAI ANTIDIABETES. Di bawah bimbingan: Erni Rustiani dan Min Rahminiwati

Diabetes melitus adalah suatu penyakit degeneratif yang prevalensinya

cukup tinggi di Indonesia. Diabetes mellitus terjadi apabila kadar glukosa darah

lebih dari 126 mg/dl. Formula granul efervesen terbaik dari penelitian sebelumnya

terdiri dari 32,5% ekstrak kering biji alpukat, 0,1% ekstrak daun salam, 0,5%

sukralosa, 6,9% laktosa, 20% natrium bikarbonat 23% asam sitrat, 17% asam

tartrat.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas granul efervesen

campuran ekstrak biji alpukat dan daun salam sebagai antidiabetes pada tikus

putih jantan Sprague Dawley yang diinduksi aloksan, menetukan perbedaan berat

badan dan jumlah konsumsi makan dan minum pada tikus. Hewan uji yang

digunakan terdiri dari 24 ekor tikus dengan bobot 200-300 g dan dibagi menjadi 4

kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari kontrol positif metformin

500mg/200 gramBB, dosis granul efervesen 252 mg/200gBB, dosis granul

efervesen 504 mg/200gBB, kontrol negatif hanya diberikan pakan dan air minum

tanpa diberikan suatu perlakuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa pemberian

granul efervesen campuran ekstrak biji alpukat dan daun salam tersebut dapat

menurunkan kadar glukosa darah pada tikus setelah 24 hari penggunaan. Dosis

granul efervesen 504 mg/200gBB merupakan dosis paling baik untuk menurunkan

kadar glukosa darah pada tikus putih jantan Sprague-Dawley dengan lama waktu

pemberian paling baik hari ke 12.

Kata Kunci : Granul Efervesen, Ekstrak Biji Alpukat, Ekstrak Daun Salam, Antidiabetes, Aloksan.

 

SUMMARY

Hesti Rismayanti. 066113071. 2017. The Effectivity Of Effervescent Granule Mix Avocado Seed Extract and Bay Leaf as Antidiabetic. Under The Guidance Of Min Rahminiwati, and Erni Rustiani.

Diabetes mellitus is a degenerative disease whose prevalence is quite high

in Indonesia. Diabetes mellitus occurs when blood glucose levels are more than

126 mg /dl. The best effervescent granule formula from the previous study

consisted of 32.5% dry extract of avocado seed, 0.1% bay leaf extract, 0.5%

sukralosa, 6.9% lactose, 20% sodium bicarbonate 23% citric acid, 17% acid

tartrate.

The purpose of this study is to determine the effectiveness of effervescent

granule containing avocado seed extract and bay leaf mixture as antidiabetis for

white rats Sprague Dawley induced by alloxan, determine the weight and amount

of food as well as water consumption in rats. The test animal used in this research

consists of 24 rats whose weight of 200-300 g. the rats were divided into 4

treatment groups. The treatment groups consist of positive control given

metformin 500mg/200 gramBW, dose effervescent granule 252 mg/ 200gramBW,

dose effervescent granule 504 mg / 200gramBW, negative control only fed water

without treatment.

Based on the research, it was concluded that the effervescent granule

effectivelly reduce blood glucose level in rats after 24 days of dosing. Dose

effervescent granule 504 mg /200gramBW is the best dose to reduce blood

glucose levels in white rats, Sprague-Dawley, with the best time of 12 days.

Keywords : Efervescent Granule, Seeds of avocado extract, Bay Leaf Extract,

Antidiabetic, Alloxan.

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

RINGKASAN ............................................................................................... viii

SUMARY ..................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................. 2

1.3 Hipotesis ............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Biji Alpukat .......................................................... 3

2.2 Tanaman Daun Salam .......................................................... 3

2.3 Simplisia dan Metode Ekstraksi .......................................... 4

2.4 Karakteristik Fitokimia Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam ........................................................................... 5

2.5 Aloksan ................................................................................ 5

2.6 Diabetes Mellitus ................................................................. 6

2.7 Granul Efervesen .................................................................. 8

2.8 Pengukuran Diabetes Mellitus ............................................. 8

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 9

3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 9

3.3 Metode Penelitian ................................................................ 9

 

3.3.1 Pembuatan Serbuk Biji Alpukat dan Daun Salam ...... 9

3.3.2 Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat .................... 10

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Kering Daun Salam ................... 10

3.3.4 Pengujian Karakteristik Serbuk dan Ekstrak Kering

Simplisia Biji Alpukat dan Daun Salam .................. 11

3.3.4.1 Penetapan Kadar air ........................................ 11

3.3.4.2 Penetapan Kadar Abu ..................................... 11

3.3.5 Pembuatan Granul Efervesen Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam .......................................................... 12

3.3.6 Pemeliharaan Hewan Coba ........................................ 13

3.3.7 Pengujian Granul Efervesen Pada Hewan Coba ......... 13

3.3.7.1 Induksi Aloksan ............................................. 13

3.3.7.2 Pemberian Granul Efervesen.......................... 13

3.3.8 Parameter Penelitian .................................................... 14

3.3.8.1 Parameter Utama ............................................. 14

3.3.8.2 Parameter Penunjang ....................................... 14

3.3.9 Pengukuran Glukosa Darah ........................................ 14

3.3.10 Analisis Data .............................................................. 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Simplisia Biji Alpukat ............................................... 16

4.2 Hasil Simplisia Daun Salam ............................................... 17

4.3 Hasil Ekstrak Kering Biji Alpukat ....................................... 18

4.4 Hasil Ekstrak Kering Daun Salam ...................................... 19

4.5 Granul Efervesen Campuran Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam ......................................................................... 20

4.6 Perlakuan Terhadap Hewan Coba ...................................... 20

4.6.1 Pemeliharaan Hewan Coba ........................................ 20

4.7 Kadar Gula Darah Tikus Sebelum dan Setelah Induksi Aloksan ............................................................................... 21

4.8 Efek Granul Eferversen Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam Sebagai Antidiabetes ............................... 22

4.9 Pengukuran Berat Badan Pada Tikus ................................. 24

 

4.10 Pengukuran Jumlah Pakan BR512 Pada Tikus ................. 26

4.9 Pengukuran Volume Air Minum Pada Tikus ..................... 29

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 31

5.2 Saran ................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 32

LAMPIRAN .................................................................................................. 34

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Biji Alpukat ................................................................................. 3

Gambar 2. Daun Salam ................................................................................ 4

Gambar 3. Serbuk Biji Alpukat .................................................................... 16

Gambar 4. Serbuk Daun Salam .................................................................... 17

Gambar 5. Ekstrak Kering Biji Alpukat ....................................................... 18

Gambar 6. Ekstrak Kering Daun Salam ....................................................... 19

Gambar 7. Granul Efervesen ........................................................................ 20

Gambar 8. Histogram Rata-Rata Kadar Gula Darah Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan ............................................... 21

Gambar 9. Grafik Rata-Rata Penurunan Kadar Glukosa Darah Selama Pengobatan ................................................................................. 23

Gambar 10. Histogram Rata-Rata Berat Badan Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan .............................................. 25

Gambar 11. Grafik Rata-Rata Penaikan Berat Badan Selama Pengobatan .. 26

Gambar 12. Histogram Rata-Rata Sisa Jumlah Pakan BR512 Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan ............. 27

Gambar 13. Grafik Rata-Rata Jumlah Pakan Selama Pengobatan ................. 28

Gambar 14. Histogram Rata-Rata Jumlah Volume Air Minum Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan ....................... 29

Gambar 15. Grafik Rata-Rata Jumlah Volume Air Minum Selama Pengobatan ................................................................................. 30

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pengujian Kualitatif Fitokimia Ekstrak Biji Alpukat Dan Daun Salam ............................................................................................. 5

Tabel 2. Formulasi Granul Efervesen Ekstrak Biji Alpukat Dan Daun Salam .................................................................................... 12

Tabel 3. Kaidah Keputusan ........................................................................ 15

Tabel 4. Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Keadaan Normal dan Pasca Induksi .......................................................................................... 21

Tabel 5. Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 23

Tabel 6. Rata-rata Berat Badan Tikus Keadaan Normal dan Paska Induksi .......................................................................................... 24

Tabel 7. Rata-rata Kadar Berat Badan Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 .................................................................................................. 25

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Pakan Tikus Keadaan Normal dan Pasca Induksi .......................................................................................... 27

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Pakan Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 ....... 28

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Volume Air Minum Tikus Keadaan Normal dan Pasca Induksi ......................................................................... 29

Tabel 11. Rata-rata Jumlah Volume Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 .... 30

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam ..................................................................................... 35

Lampiran 2. Alur Pembuatan Granul Efervesen ......................................... 36

Lampiran 3. Alur Pengujian Granul Efervesen Campuran Ekstrak Biji Alpukat Dan Daun Salam ....................................................... 37

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Aloksan Dan Metformin .......................... 38

Lampiran 5. Perhitungan Larutan Granul Efervesen Campuran Ekstrak Biji Alpukat Dan Daun Salam ................................................ 39

Lampiran 6. Hasil Determinasi .................................................................. 40

Lampiran 7. Perhitungan Rendemen Serbuk Simplisia dan Ektrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam ..................................... 41

Lampiran 8. Hasil Uji Kadar Air Moisture Balance Simplisia dan Ekstrak kering Biji Alpukat dan Daun Salam ...................... 42

Lampiran 9. Hasil Kadar Uji Abu Serbuk Simplisia Biji Alpukat dan Daun Salam ........................................................................... 43 9.1 Penentuan Kadar Abu Total Serbuk Simplisia Biji

Alpukat ............................................................................ 43 9.2 Penentuan Kadar Abu Total Serbuk Simplisia Daun

Salam .............................................................................. 44

Lampiran 10. Hasil Kadar Uji Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam ........................................................................... 45 10.1 Penentuan Kadar Abu Total Ekstrak Kering Biji

Alpukat ........................................................................... 45 10.2 Penentuan Kadar Abu Total Ekstrak Kering Daun

Salam ............................................................................... 45

Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Variasi Glukosa Darah Tikus ............ 46

Lampiran 12. Pengelompokan Hewan Coba ................................................ 47

Lampiran 13. Cara Menghitung t-Student Test (*) ...................................... 47

Lampiran 14. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah (mg/dl) Puasa Hari

ke 0 Sampai Hari ke 24 yang Diinduksi Aloksan

150mg/200g BB ..................................................................... 48

Lampiran 15. Hasil Pengukuran Berat Badan Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 yang Diinduksi Aloksan 150mg/200g BB ........................ 49

 

Lampiran 16. Hasil Pengukuran Jumlah Pakan Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 yang Diinduksi Aloksan 150mg/200g BB .......... 50

Lampiran 17. Hasil Pengukuran Jumlah Volume Air Minum Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 yang Diinduksi Aloksan 150mg/200g

BB .......................................................................................... 51

Lampiran 18. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Kadar Gula Darah pada Tikus .......................................................... 52

Lampiran 19. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Berat Badan pada Tikus .................................................................. 56

Lampiran 20. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Jumlah Pakan pada Tikus ...................................................... 61

Lampiran 21. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Jumlah Volume Air Minum pada Tikus ................................ 66

Lampiran 22. Dokumentasi Gambar ............................................................. 71

 

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus ialah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

ancaman utama bagi kesehatan manusia di abad 21. Pada tahun 2011 penderita

diabetes dunia telah mencapai 366 juta orang dan diperkirakan akan meningkat

dua kali lipat pada tahun 2030. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada

tahun 2013 yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa diabetes mellitus

merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yaitu sebesar 1,5% (KemenKes

RI, 2014).

Seseorang didiagnosa menderita diabetes mellitus jika mempunyai kadar

glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl.

Manifestasi klinis diabetes mellitus yang sangat khas adalah meningkatnya

frekuensi berkemih (poliuria), rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang

semakin besar (polifagi), keluhan lelah dan mengantuk, serta penurunan berat

badan (Price, 2005).  Penyakit diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar

glukosa darah (hiperglikemia) dan perubahan progresif terhadap struktur

histopatologi sel beta pankreas. Kerusakan sel beta pankreas menyebabkan tubuh

tidak bisa menghasilkan insulin sehingga menyebabkan hiperglikemia (Suarsana

et al., 2010). Selama ini pengobatan diabetes yang telah dilakukan ialah injeksi

insulin dan pemberian obat oral anti diabetes (OAD). Namun, metode tersebut

memerlukan biaya yang besar dan berisiko menimbulkan efek samping yang

berbahaya (Brunton et al., 2005). Mahalnya biaya pengobatan diabetes memicu

para ahli untuk mencari obat alternatif dari bahan alami yang dapat dijangkau oleh

masyarakat serta memiliki efek samping minimal dibandingkan pengobatan kimia.

Pada penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak biji alpukat dengan

dosis 30 g/L yang diambil dari 150 mL dan diberikan kepada kelinci

menunjukkan efek yang paling baik dalam menurunkan kadar glukosa pada

kelinci (Koffi et al,2009). Ekstrak etanol daun salam dengan dosis 312,5 mg/kg

BB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi aloksan

(Lutfiana, 2013). Adanya kesamaan khasiat antara biji alpukat dan daun salam

2  

 

maka dibuatlah formula dari kedua bahan tersebut untuk dijadikan sediaan granul

efervesen (Helpida, 2016). Berdasarkan hasil stabilita yang dilakukan pada

penelitian Helpida (2016) didapatkan formula terbaik berdasarkan uji hedonik

yaitu formula yang dalam setiap sachet mengandung 3,25 g ekstrak biji alpukat

dan ekstrak daun salam 0,01 g.

Biji alpukat mengandung senyawa golongan polifenol, flavonoid,

triterpenoid dan tanin (Marlinda, 2012; Krishna, 2008). Daun salam (Syzygium

polyanthum) juga memiliki khasiat antidiabetes (Sembiring et al., 2003).

Efektivitas granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam yang telah

dibuat ini belum diuji secara praklinis sebagai antidiabetes dan perlu dilakukan

penelitian untuk menguji efektivitas antidiabetes dari granul efervesen ekstrak biji

alpukat dan daun salam secara in vivo pada tikus putih jantan galur Sprague

Dawley yang diinduksi dengan aloksan.

1.2 Tujuan

1. Menentukan efektivitas granul efervesen campuran ekstrak biji alpukat

dan daun salam sebagai antidiabetes pada tikus putih jantan Sprague

Dawley yang diinduksi aloksan.

2. Menetukan perbedaan berat badan, jumlah konsumsi makanan dan aiar

minum pada tikus.

1.3 Hipotesis

1. Granul efervesen campuran ekstrak biji alpukat dan daun salam efektif

sebagai antidiabetes pada tikus putih jantan Sprague Dawley.

2. Diabetes mellitus mempengaruhi berat badan, jumlah konsumsi makanan

dan air minum pada tikus .

 

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Alpukat

Alpukat (Persea Americana Mill) baik daging, buah dan daunnya memiliki

kandungan kimia seperti saponin, alkaloida, dan flavonoid, selain itu juga buah

mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol, quersetin, (Yuniarti,

2008). Biji alpukat mengandung 13,6% tanin, 13,25% amilum. Tanin atau asam

tanik atau gallotani, biasa disebut juga coritagen, yang terkandung dalam biji

alpukat mempunyai kemampuan sebagai astringen yang dapat mengendapkan

protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan yang

melindungi usus, sehingga menghambat absorpsi glukosa dan laju peningkatan

glukosa darah (Anggraeni, 2006). Gambar biji alpukat dapat dilihat pada Gambar

1.

Gambar 1. Biji Alpukat

2.2 Tanaman Daun Salam

Tanaman daun salam (Syzygium polyanthum Wight) merupakan salah satu

tanaman yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Daun salam selain

dimanfaatkan sebagai pelengkap bumbu masakan juga dikenal memiliki khasiat

untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi (Dalimartha, 2006)

diare, sakit maag, mabuk akibat alkohol, dan diabetes melitus (Haryanto &

Nugroho, 2006). Kandungan kimia pada daun salam yaitu tanin, minyak atsiri

(Kurniawati, 2010) sitral dan eugenol, zat warna dan flavonoid (Hariana, 2006).

Flavonoid sebagai antioksidan mempunyai peranan penting dalam kesehatan

4  

manusia yaitu dapat mencegah penyakit degeneratif yang berhubungan dengan

stress oksidatif (Pourcel, et al., 2006) akibat penuaan sel-sel organ atau sistem

dalam tubuh salah satunya seperti diabetes mellitus (Tapan, 2005). Selain itu daun

salam mempunyai kemampuan sebagai astringen yaitu dapat mempresipitasikan

protein selaput lendir dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sifat

astringensia daun salam dapat menghambat asupan glukosa yang mengakibatkan

laju penurunan glukosa darah (Widowati, 2008).

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa daun salam mengandung

golongan flavonoid, alkaloid, eugenol, saponin, seskuiterpen (Robinson, 1995) zat

tanin, dan minyak atsiri (Kurniawati, 2010). Flavonoid banyak terdapat pada

tumbuhan nabati (Hollman, et,al.,1999). Mekanisme hipoglikemik diduga

berkaitan dengan kemampuan flavonoid dalam menghambat reabsorbsi glukosa

dari ginjal (Lukacinova, et, al., 2008) dan meningkatkan kelarutan glukosa darah

sehingga mudah diekskresikan melalui urin ( Chairul et al., 2000 Fahri, dkk,

2005). Berdasarkan pemaparan tersebut diduga golongan flavonoid di dalam daun

salam juga berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Gambar daun salam

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Daun salam

2.3 Simplisia dan Metode Ekstraksi

Simplisia adalah bentuk jamak dari simplex yang berasal dari

kata simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk

menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau

belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan

tentang simplisia sebagai berikut: simplisia adalah bahan alami yang digunakan

untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali

5  

  

dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawan dan

Mulyani, 2004).

Ekstraksi adalah suatu metode yang digunakan dalam proses pemisahan

suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah pelarut/solven.

Prinsip metode ekstraksi adalah perpindahan masa komponen zat kedalam pelarut,

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi

masuk ke dalam pelarut (Maulida dan Zulkarnaen, 2010). Salah satu metode

ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah infus dan perebusan karena

pengerjaannya yang mudah yaitu dengan cara pemanasan menggunakan pelarut

aqua destilata.

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada penanggas air mendidih

dalam suhu 96oC -98oC selama waktu 15- 20 menit (Depkes, 2000).

2.4 Karakteristik Fitokimia Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam

Uji fitokimia berdasarkan hasil yang dilakukan Helpida (2016), Zuhrotun

(2007), dan Hariana (2008). Ekstrak biji alpukat dan daun salam positif

mengandung flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin yang berfungsi sebagai

sumber antioksidan sehingga kedua ekstrak memiliki potensi sebagai antioksidan.

Tabel 1. Pengujian kualitatif fitokimia ekstrak biji alpukat dan daun salam.

Sampel Golongan senyawa kimia

Flavonoid Alkaloid Saponin Tanin

Ekstrak kering biji alpukat + + + +

Ekstrak kering daun salam + + + +

2.5 Aloksan

Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin, 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa

hidrofilik dan tidak stabil. Waktu paruh aloksan pada suhu 37°C dan pH netral

yaitu 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai

diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan

subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mg/kgBB sedangkan

intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (Nugroho, 2006).

6  

2.6 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai

oleh hiperglikemia maupun abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein. Hal tersebut dapat terjadi karena penurunan sekresi insulin,

penurunan sensitivitas insulin atau keduanya. (DiPiro, et al., 2009).

Berdasarkan etiologinya, diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi

beberapa kategori yang diantaranya ialah sebagai berikut :

1. Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena destruksi sel β pankreas

sehingga terjadi defisiensi insulin absolut (DiPiro, et al., 2009).

2. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan karena sel-sel sasaran insulin tidak

mampu merespon insulin secara normal atau biasa disebut resistensi

insulin. Selain itu juga dapat terjadi karena gangguan defisiensi insulin

relatif (DiPiro, et al., 2009).

Terapi Diabetes Mellitus :

1. Non farmakologi

A. Pengaturan diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada

diabetes adalah:

a) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah

mendekati kadar normal.

b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.

c) Mencegah komplikasi akut dan kronik.

d) Meningkatkan kualitas hidup.

B. Olahraga

Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah

tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olahraga berat, olahraga ringan asal

dilakukan secara teratur pengaruhnya akan sangat bagus bagi kesehatan.

7  

  

Beberapa contoh olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari

pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga akan

memperbanyak jumlah penggunaan glukosa (Ditjen Bina Farmasi dan

Alkes, 2005).

2. Farmakologi

A. Insulin

Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas dalam

merespon glukosa. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas

dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu

transport glukosa dari darah ke dalam sel.

B. Obat Antidiabetik Oral

a) Golongan Sulfonilurea

Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar

pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans

pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang

terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh

perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. (Ditjen Bina

Farmasi dan Alkes, 2005).

b) Golongan Biguanida

Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin

menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin

pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga

menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga

layak diberikan pada penderita yang overweight (Ditjen Bina Farmasi

dan Alkes, 2005).

c) Golongan Tiazolidindion

Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas

dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan

meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati,

sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot

meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada

8  

sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa menyebabkan

hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel β pankreas.

Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.

d) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim

glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan

hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak

menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar

insulin. Contoh: Acarbose (Tjay dan Rahardja, 2002).

2.7 Granul Efervesen

Granul efervesen merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali

dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari

campuran natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat yang bila ditambahkan

dengan air, asam dan basanya akan bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2)

sehingga menghasilkan buih. Granul efervesen sangat cocok untuk produk dengan

rasa yang pahit dan asin karena dapat menutupi rasa tersebut (Ansel, 1989). Pada

dasarnya bahan tambahan dalam pembuatan granul efervesen harus bersifat netral,

tidak berbau dan tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voight,1984).

2.8 Pengukuran Glukosa Darah

Prinsip pemeriksaan kadar gula darah adalah berdasarkan reaksi oksidasi

enzimatik yaitu sampel darah vena dalam reagen strip yang mengandung glukosa

oksidase (GOD) dan potassium ferrisianida. Gula darah didalam reagen strip

bereaksi dengan potassium ferrisianida sehingga terbentuk potassium ferosianida.

Banyaknya potassium ferosianida akan menghasilkan arus listrik yang dapat

dideteksi oleh alat dan kemudian diubah menjadi angka yang ditampilkan pada

layar (Etuk, 2010).

 

  

  

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2017 bertempat di

Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Pakuan.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik (And®), oven, autoklaf

(Memert®), Moisture Balance (AND MX 50®),tanur (Ney®), Vaccum dry

(Ogawa®), timbangan hewan, lemari pendingin, sonde oral, alat pengukur gula

darah atau glukometer Eassy Touch®, spuit atau alat suntik 1cc atau 2cc, sarung

tangan, masker, dan alat-alat gelas.

Bahan yang digunakan adalah biji alpukat, daun salam, aquadest, sukralosa,

laktosa, natrium bikarbonat,asam sitrat, asam tartrat, tikus jantan Sprague Dawley

(Rattus norvegicus L.), pellet BR 512 dan sekam.

3.3 Metode penelitian

3.3.1 Pembuatan Serbuk Simplisia Biji Alpukat dan Daun Salam

Biji alpukat dari penjual jus yang merupakan limbah pedagang es buah

yang berjualan di daerah Bogor dan telah dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong Bogor. Biji buah alpukat yang telah

matang sebanyak 6 kg dibersihkan dan dicuci dengan air yang mengalir sampai

bersih lalu ditiriskan, Biji alpukat dipotong kecil - kecil dengan alat pemotong

membujur dengan tebal sekitar 2 mm untuk mempercepat pengeringan. Potongan

biji alpukat dikeringkan dengan oven pada suhu kurang lebih 50°C sampai kering,

simplisia yang telah dikeringkan kemudian dibersihkan kembali dari kotoran yang

mungkin tercemar pada saat proses pengovenan (sortasi kering). Simplisia

digrinder menjadi simplisia serbuk dan diayak menggunakan ayakan mesh 30

10  

sehingga diperoleh serbuk. Simplisia disimpan dalam wadah tertutup rapat

(Helpida, 2016). Skema alur pembuatan serbuk simplisia terdapat di Lampiran 1.

Daun salam diperoleh dari salah satu pasar yang berada di Bogor dan telah

dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong

Bogor. Daun salam yang dipakai 4 helai setelah pucuk sebanyak 4 kg dibersihkan

dari kotoran-kotoran yang menempel (sortasi basah) lalu dicuci dengan air

mengalir sampai bersih, kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air sisa-sisa

pencucian. Daun salam yang telah bersih dan bebas air pencucian diangin -

anginkan dilanjutkan pengeringan di dalam oven pada suhu 500C sampai kering,

lalu disortasi kembali dari kotoran yang mungkin tidak hilang saat pencucian.

Simplisia kering tersebut selanjutnya digrinder hingga menjadi simplisia serbuk

lalu diayak dengan ayakan mesh 30 lalu ditimbang untuk mendapatkan bobot

akhir simplisia, disimpan dalam wadah yang kering dan bersih (Helpida, 2016).

Skema alur pembuatan serbuk simplisia terdapat di Lampiran 1.

Rendemen Simplisia = Bobot simplisia yang diperoleh

3.3.2 Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat

Sebanyak 1 kg serbuk simplisia biji alpukat dimasukkan kedalam bejana

yang berisi 10 L air kemudian dipanaskan diatas kompor sampai mendidih selama

kurang lebih 45 menit atau sampai volume air 2,5 L, lalu disaring untuk kemudian

filtratnya dipisahkan (perlakuan pertama). Residu yang didapat kemudian

ditambahkan lagi air sebanyak 10 L dan diperlakukan sama seperti perlakuan

pertama sampai 4 kali perlakuan, maka didapatlah volume filtrat sebanyak 10 L

dengan konsentrasi 30 g/L (Koffi, et al., 2009, Helpida, 2016). Filtrat kemudian

dibuat ekstrak kering dengan Vaccum dryer sehingga didapat ekstrak kering.

Rendemen dihitung sebagai berikut.

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Kering Daun Salam

Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode infus. Sebanyak 50 g serbuk

simplisia dimasukkan ke dalam panci dengan air 200 mL, kemudian dipanaskan di

atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil

sesekali diaduk atau sampai akuades tersisa setengah bagian. Infus diserkai selagi

Bobot awal tanaman segar x 100 %

11  

panas melalui kain batis, filtrat dimasukkan kedalam labu (perlakuan pertama),

residu daun salam ditambah lagi dengan 200 mL akuades, selanjutnya dilakukan

proses yang sama seperti perlakuan awal (Musyrifah dkk., 2012). Filtrat cair yang

diperoleh dikeringkan dengan vaccum dryer sehingga didapatkan ekstrak kering.

Rendemen dihitung sebagai berikut.

3.3.4 Pengujian Karakteristik Serbuk dan Ekstrak Kering Simplisia Biji Alpukat dan Daun Salam

3.3.4.1 Penetapan Kadar air

Penentuan kadar air masing – masing dari ekstrak kering biji alpukat dan

daun salam dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance. Simplisia

sebanyak 1 g (akurasi rendah) atau 5 g (akurasi sedang), disimpan diatas punch,

kemudian diratakan sampai menutupi seluruh permukaan punch lalu ditutup,

Setelah 10 menit, proses selesai atau sampai nilai konstan, maka persen kadar air

dari simplisia akan tertera secara otomatis. Syarat kadar air simplisia yaitu tidak

lebih dari 10 % (Farmakope Herbal RI, 2008). Penentuan kadar air dilakukan

duplo.

3.3.4.2 Penetapan Kadar Abu

Ekstrak kering biji alpukat dan daun salam dimasukkan kurang lebih 2 g

sampai 3 g ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara kemudian

diratakan. Ekstrak dipijarkan perlahan - lahan hingga arang habis, didinginkan

kemudian ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, air panas

ditambahkan kemudian disaring melalui kertas saring bebas abu. Ekstrak

dipijarkan sisa kertas dan kertas disaring dalam krus yang sama. Filtrat

dimasukkan ke dalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap, timbang.

Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (DepKes RI,

2000). Syarat kadar abu yaitu tidak lebih dari 10 % (BPOM RI, 2004).

Kadar abu (%) = (Bobot krus+abu simplisia) – Bobot krus kosong

Bobot awal sampel ekstrak kering simplisia x 100 %

12  

3.3.5 Pembuatan Granul Efervesen Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam

Granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam dibuat berdasarkan

formula terbaik yang diperoleh pada penelitian Helpida (2016). Granul dikemas

dalam 1 sachet @10 g dibuat 40 sachet. Setiap 10 g mengandung ekstrak biji

alpukat dan daun salam dan zat pengisi lainnya seperti dilampirkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Formulasi granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam

Bahan Formula (%)

Ekstrak biji alpukat 32,5

Ekstrak daun salam 0,1 Sukralosa 0,5 Laktosa 6,9 Natrium bikarbonat 20 Asam sitrat Asam tartrat

23 17

Sumber : Helpida, 2016

Pembuatan granul efervesen dilakukan dengan metode granulasi basah.

Metode ini menggunakan granulasi terpisah antara komponen asam dan

komponen basa. Ekstrak biji alpukat dan daun salam dihomogenkan, masing -

masing bahan yang berbentuk kristal seperti asam sitrat dan asam tartrat

diserbukkan terlebih dahulu dengan cara digerus. Selanjutnya serbuk diayak

dengan ayakan mesh 30, kemudian ditambahkan dengan sebagian ekstrak kering

biji alpukat dan daun salam yang sebelumnya tadi sudah dihomogenkan dan

digerus sampai homogen lalu diayak (bagian asam). Setelah itu natrium karbonat,

sukralosa dan pengisi laktosa dicampur dan ditambahkan pada sisa ekstrak yang

sudah dihomogenkan lalu diayak kembali dengan menggunakan ayakan mess 12

(bagian basa). Campuran 1 ditambahkan ke dalam campuran 2, lalu diaduk hingga

campuran homogen kemudian diayak dengan pengayak mess 20 untuk membuat

granul. Dapat dilihat pada Lampiran 2.

13  

3.3.6 Pemeliharaan Hewan Coba

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan Sprague Dawley

sebanyak 20 ekor dengan bobot ± 200 g berumur 3-3,5 bulan. Tikus diperoleh dari

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Tikus diaklimatisasi selama 1

minggu dalam kandang karantina Laboratorium Farmakologi FMIPA Universitas

Pakuan. Tikus putih jantan Sprague Dawley dibagi menjadi 4 kelompok secara

acak (kontrol +, dosis 1, dosis 2 dan kontrol -) perlakuan masing-masing 5 ekor.

Kedua puluh empat ekor tikus percobaan tersebut dikandangkan secara terpisah

dengan jumlah tikus per-kandang 3 ekor dan 2 ekor. Semua kelompok tikus diberi

pakan pellet tipe BR512 dan minum secara ad libitum (tanpa batas). Penimbangan

berat badan dilakukan setiap hari. Pencucian box kandang dilakukan dua hari

sekali.

3.3.7 Pengujian Granul Efervesen Pada Hewan Coba

3.3.7.1 Induksi Aloksan

Sebelum diinduksi dengan aloksan, tikus dipuasakan dahulu selama 12

jam dan hanya diberi air minum, kemudian diukur kadar gula darah puasanya.

Setelah dilakukan pengukuran, tikus diinjeksi aloksan 150 mg/kgBB secara

intraperitonial. Tikus yang telah diinduksi dengan aloksan dibiarkan selama 1 hari

menunggu adanya kenaikan gula darah. Hanya tikus dengan kadar gula darah

≥200 mg/dl atau kadar gula darah puasa ≥126 mg/dl yang digunakan dalam

penelitian ini.

3.3.7.2 Pemberian Granul Efervesen

Perlakuan granul sebelum dicekok pada hewan coba granul ditimbang

sesuai dosis yang diperlukan pada setiap perlakuan, lalu dilarutkan dengan air 25

mL dihomogenkan hingga larut, dan metformin dilarutkan dengan air. Setelah

dikonversi kemudian dicekokkan ke setiap hewan coba. Dapat dilihat pada

Lampiran 5.

14  

Dalam tahap pengobatan ini tikus dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan.

1. Kelompok I : Kontrol positif yang diberi metformin dengan dosis

500mg/200 gBB diberikan secara oral.

2. Kelompok II : Dosis I (dosis awal) granul efervesen ekstrak biji alpukat

dan daun salam 252 mg/200gBB diberikan secara oral untuk satu kali

pemberian dalam sehari.

3. Kelompok III : Dosis II (2 x dosis awal) granul efervesen ekstrak biji

alpukat dan daun salam 504 mg/200gBB diberikan secara oral untuk satu

kali pemberian dalam sehari.

4. Kelompok IV : Kontrol negatif hanya diberikan pakan dan air minum

tanpa diberikan suatu perlakuan.

Pemberian granul efervesen campuran ekstrak biji alpukat dan daun salam

pada tikus dilakukan berturut-turut yang dimulai dari terlihat adanya peningkatan

kadar gula darah tikus paska induksi. Perhitungan dosis ekstrak biji alpukat dan

daun salam tersaji dalam Lampiran 5.

3.3.8 Parameter Penelitian

3.3.8.1 Parameter Utama

Parameter utama dalam penelitian ini adalah kadar gula darah tikus yang

telah dipuasakan sebelumnya selama 12 jam.

3.3.8.2 Parameter Penunjang

Parameter penunjang yang diukur pada penelitian ini adalah bobot badan,

jumlah pakan dan air minum yang dikonsumsi selama penelitian. Parameter

penunjang diperlukan untuk mengetahui gejala diabetes melitus pada tikus jantan

Sprague Dawley.

3.3.9 Pengukuran Glukosa Darah

Pengujian antidiabetes dilakukan pada tikus dengan cara mengukur kadar

glukosa darah menggunakan alat Easy Touch®, yang diambil dari ekornya.

Pengamatan kadar glukosa darah dilakukan setelah aklimatisasi selama 7 hari.

Pada hari ke-0 pengukuran kadar glukosa darah normal sebelum induksi, hari ke-4

pengukuran kadar glukosa darah setelah induksi, hari ke-8, 12, 16, dan 20 setelah

pemberian perlakuan. Pengukuran dilakukan pagi jam 8 pagi dan pemberian

15  

perlakuan dilakukan setiap hari jam 10 pagi. Bila kadar glukosa telah kembali

seperti normal, perlakuan diteruskan selama maksimal 20 hari dengan pengamatan

setiap 4 hari. Kadar glukosa darah dinyatakan dalam mg/dL.

3.3.10 Analisis Data

Analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji

Kruskal Wallis karena salah satu parameter statistik parametrik tidak terpenuhi.

Kruskal Wallis yaitu analisis uji nonparametrik berbasis peringkat yang tujuannya

untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau

lebih kelompok variabel independen pada variabel dependen yang berskala data

numerik (interval/rasio) dan skala ordinal (Hollander,1999).

Rumus Kruskall Wallis

Berikut di bawah ini adalah rumus Kruskall Wallis:

Di mana:

ηi : Jumlah pengamatan dalam kelompok.

rij: Peringkat (diantara semua pengamatan) pengamatan j dari kelompok i.

N: Jumlah pengamatan di semua kelompok.

Tabel 3. Kaidah Keputusan

Hasil Analisis Kesimpulan Analisis Kesimpulan Penelitian Sig. ≥ α 0.05 Tidak berbeda nyata

(non significant) Terima H0

(Tidak ada perbedaan nyata antar nilai tengah perlakuan)

Sig. ≤ α 0.05 Berbada nyata

(significant) Tolak H0

(Ada perbedaan nyata antar nilai tengah perlakuan)

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Simplisia Biji Alpukat

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji alpukat (Persea

Americana Mill). Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia Cibinong Bogor, tanaman yang digunakan dalam

penelitian ini jenisnya Persea americana Mill. dengan nama famili Lauraceae.

Biji alpukat diperoleh dari penjual es buah di kawasan kampus Universitas

Pakuan Bogor. Biji alpukat yang digunakan sebanyak 6 kg kemudian dipotong

membujur dan dikeringkan menjadi simplisia. Simplisia kering kemudian

dihaluskan hingga diperoleh simplisia serbuk sebanyak 2 kg dengan hasil

rendemen sebesar 32,02%. Hasil tidak berbeda jauh dengan penelitian Agustian

(2015) sebesar 33,90%. Data perhitungan rendemen selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 6. Karakteristik dari serbuk simplisia biji alpukat yaitu memiliki

warna krem kecoklatan, baunya khas dan memiliki rasa yang sedikit kelat di lidah

(Helpida,2016).

Gambar 3. Serbuk Biji Alpukat

Hasil pengujian kadar air pada serbuk simplisia biji alpukat rata-ratanya

sebesar 3,92%. Hasil rendemen tidak berbeda jauh dengan Agustian (2015) yaitu

sebesar 3,87%. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk simplisia memenuhi syarat

yang bertujuan untuk memperkecil pertumbuhan mikroorganisme dalam serbuk

simplisia dan memperpanjang daya simpan serbuk. Perhitungan selengkapnya

untuk uji kadar air dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengujian kadar abu biji

alpukat rata-rata yaitu 1,51%. Penelitian Helpida (2016) kadar abu simplisia biji

17  

alpukat sebesar 1,49%. Penentuan kadar abu ini bertujuan untuk mengetahui atau

mengidentifikasi kadar zat anorganik dan mineral dalam simplisia. Kadar abu biji

alpukat tidak terlalu jauh dari hasil penelitian sebelumnya. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kadar abu pada biji alpukat masih memenuhi persyaratan.

Perhitungan selengkapnya untuk uji kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.2 Hasil Simplisia Daun Salam

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun salam Syzygium

polyanthum (Wight) Walp. Hasil determinasi yang dilakukan di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia Cibinong Bogor, menunjukan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitian ini jenisnya Syzygium polyanthum (Wight) Walp

dengan nama family Myrtaceae.

Serbuk simplisia daun salam sebanyak 700 g dari 4500 g daun salam basah,

dengan hasil rendemen 14,87%. Berdasarkan hasil rendemen oleh (Helpida, 2016)

memiliki hasil rendemen yang tidak berbeda jauh yaitu sebesar 13,61%. Data

perhitungan rendemen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Karakteristik

yang dimiliki oleh serbuk simplisia daun salam ini sesuai dengan DepKes (2008),

warna hijau dengan bau aromatik dan rasa kelat. Gambar simplisia serbuk dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Serbuk Daun Salam

Pengujian kadar air daun salam sebesar 4,32%. Penelitian Helpida (2016)

kadar air simplisia daun salam sebesar 4,28%. Kadar air simplisia daun salam

kurang dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk simplisia memenuhi syarat

yang bertujuan untuk memperkecil pertumbuhan mikroorganisme dalam serbuk

simplisia dan memperpanjang daya simpan serbuk. Perhitungan selengkapnya

18  

untuk uji kadar air dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil pengujian kadar abu daun

salam sebesar 2,30%. Penelitian Helpida (2016) kadar abu simplisia daun salam

sebesar 1,49%. Penentuan kadar abu ini bertujuan untuk mengetahui atau

mengidentifikasi kadar zat anorganik dan mineral dalam simplisia. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kadar abu pada daun salam masih memenuhi persyaratan.

Perhitungan selengkapnya untuk uji kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.3 Hasil Ekstrak Kering Biji Alpukat

Ekstrak kering biji alpukat yang dihasilkan dari metode perebusan serbuk

biji alpukat memiliki rendemen sebesar 36,93%. Penelitian yang dilakukan

Helpida (2016) hasil rendemen ekstrak kering biji alpukat yang didapat 11,18%.

Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang

dihasilkan semakn banyak. Metode yang dilakukan pada ekstraksi ini karena

metabolit sekunder yang akan diambil dari biji alpukat adalah tanin terhidrolisis.

Ekstrak cair kemudian dipekatkan menggunaan alat Vacuum Dry. Perhitungan

rendemen ekstrak kering terdapat di Lampiran 6. Hasil ekstrak biji alpukat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Ekstrak Biji Alpukat

Hasil pengujian kadar air pada ekstrak kering biji alpukat rata-ratanya

sebesar 2,02%. Hasil rendemen tidak berbeda jauh dengan Helpida (2016) yaitu

sebesar 1,83% yang artinya tidak ada perbedaan kandungan air yang terdapat pada

ekstrak . Hasil pengujian kadar abu ekstrak biji alpukat rata-rata yaitu 1,54%.

Penentuan kadar abu ini bertujuan untuk mengetahui atau mengidentifikasi kadar

zat anorganik dan mineral dalam ekstrak. Penelitian Helpida (2016) kadar abu

simplisia biji alpukat 1,3%. Hasil kadar abu masih memenuhi persyaratan karena

19  

tidak terlalu jauh dari kadar abu peneliti sebelumnya. Perhitungan kadar air dan

kadar abu ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 10.

4.4 Hasil Ekstrak Kering Daun Salam

Ekstrak kering yang dihasilkan dari metode infusa daun salam sebesar 10%.

Penelitian yang dilakukan Helpida (2016) hasil rendemen ekstrak kering daun

salam 13,95%. Metode yang dilakukan pada ekstraksi ini karena metabolit

sekunder yang akan diambil dari daun salam flavonoid golongan flavonol yang

bersifat polar. Ekstrak cair kemudian dipekatkan menggunaan alat Vacuum Dry.

Perhitungan rendemen ekstrak kering terdapat di Lampiran 7. Hasil ekstrak daun

salam ada pada Gambar 6.

Gambar 6. Ekstrak Daun Salam

Pengujian kadar air daun salam sebesar 2,68%. Penelitian Helpida (2016)

kadar air simplisia daun salam sebesar 2,28%. Hasil menunjukkan bahwa kadar

air yang diperoleh pada ekstrak masih memenuhi persyaratan dengan kadar air

yang tidak terlalu jauh dari peneliti sebelumnya. Hasil pengujian kadar abu

ekstrak daun salam 2,65%. Penentuan kadar abu ini bertujuan untuk mengetahui

atau mengidentifikasi kadar zat anorganik dan mineral dalam ekstrak. Penelitian

Helpida (2016) kadar abu simplisia daun salam sebesar 2,46%. Hasil kadar abu

masih memenuhi persyaratan karena tidak terlalu jauh dari kadar abu peneliti

sebelumnya. Perhitungan kadar air dan kadar abu ekstrak dapat dilihat pada

Lampiran 8 dan 10.

20  

4.5 Granul Efervesen Campuran Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam

Granul efervesen campuran ekstrak biji alpukat dan daun salam dibuat

berdasarkan formula terbaik yang diperoleh pada penelitian Helpida (2016)

dengan tiap sachet 10 g, formulanya terdiri dari 32,5% ekstrak kering biji alpukat,

0,1 ekstrak daun salam, 0,5% sukralosa, 6,9% laktosa, 20% natrium bikarbonat

23% asam sitrat, 17% asam tartrat. Granul efervesen dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Granul Efervesen

4.6 Perlakuan terhadap Hewan Coba

4.6.1 Pemeliharaan Hewan Coba

Sebelum dilakukan perlakuan, tikus dikelompokkan secara acak dan

diaklimatisasi selama 7 hari. Tujuan dari aklimatisasi ini adalah agar hewan coba

dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya. Selama aklimatisasi ini

bobot badan tikus ditingkatkan agar bobotnya sesuai dengan range yang telah

ditetapkan, yaitu 200-300 g. Setelah diaklimatisasi selama 7 hari dan bobotnya

telah sesuai, maka dihitung koefisien variasi dari bobot badan tikus. Tujuan dari

perhitungan koefisien variasi ini adalah untuk melihat homogenitas dari hewan

coba yang digunakan. Pada penelitian ini didapatkan koefisien variasi sebesar

10,04%. Hasil ini sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, koefisien

variasi yang dapat diterima adalah 10-15% (Maier,1999), maka dapat disimpulkan

bahwa hewan coba yang digunakan pada percobaan ini telah homogen.

Perhitungan koefisien variasi dapat dilihat pada Lampiran 11.

21  

4.7 Kadar Gula Darah Tikus Sebelum dan Setelah Induksi Aloksan

Empat kelompok tikus percobaan diinduksi Aloksan dengan dosis 150

mg/kgBB secara ip setelah 4 hari diukur glukosa. Kadar gula darah sebelum

induksi dan setelah diinduksi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Keadaan Normal dan Pasca Induksi

Keterangan: tanda* pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0.05(t-Student Test)

Gambar 8. Histogram Rata-Rata Kadar Gula Darah Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan.

Rata-rata kadar gula darah tikus sebelum diinduksi aloksan adalah

101,85±4,40. Menurut (Malole, 1989) kadar glukosa darah tikus normal adalah

50-135 mg/dl. Kondisi diabetes ini dapat terjadi karena aloksan dapat

menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan

diabetes pada hewan uji. Mekanisme aksi dari aloksan yang dapat menimbulkan

100.4101.8 102.6 102.6

222

259.4

238226

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4

Kad

ar G

luk

osa

Dar

ah (

mg/

dl)

Kelompok

Sebelum induksi

Setelah induksi

Kelompok

Hewan Coba

Rata-rata rata ± SD Kadar Gula

Darah Pada Tikus (mg/dl)

Rata-Rata

Peningkatan

% Sebelum Induksi Setelah Induksi

Kelompok 1 100,40±15,51 222,00±15,62* 54,77

Kelompok 2 101,80±5,26 259,40±34,42* 60,75

Kelompok 3 102,60±12,15 238,00±9,69* 56,89

Kelompok 4 102,60±8,79 226,00±9,61* 54,60

Rata - rata 101,85±10,23 236,35±23,72 56,90

22  

kerusakan belum diketahui dengan jelas. Aloksan secara selektif merusak sel β

sehingga sekresi insulin menjadi berkurang, sementara itu sekresi glukagon oleh

sel α tetap berlangsung sehingga mengakibatkan regulasi insulin-glukagon

terganggu yang mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa darah (Yuriska,

2009).

Setelah dilakukan induksi kadar gula darah tikus meningkat menjadi

236,35±11,73. Rata-rata kadar glukosa darah tikus setelah diinduksi mengalami

peningkatan, hal ini disebabkan karena tikus-tikus tersebut telah menderita

diabetes. Data hasil pengukuran kadar gula darah tikus sebelum dan setelah

induksi dengan aloksan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 8.

4.8 Efek Granul Eferversen Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam Sebagai Antidiabetes

Setelah kadar glukosa meningkat menjadi 236,35±11,73 dilakukan

pemberian granul efervesen secara oral selama 24 hari. Granul efervesen dosis 1

(252 mg/200gramBB), dosis 2 (504 mg/200gramBB ) dilarutkan dalam 25 mL air,

kontrol positif metformin (500mg/200 gramBB) dan kontrol negatif (hanya diberi

air minum). Kadar gula darah tikus diukur pada hari ke-4 , hari ke-8, hari ke-12,

hari ke-16, hari ke-20, dan hari ke-24. Hasil pengukuran kadar gula darah tikus

dapat dilihat pada Lampiran 11. Data yang diperoleh di uji statistik non parametris

Kruskal Wallis untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik

antara dua atau lebih kelompok dan dilanjutkan dengan uji Nemenyi untuk

melihat perbedaan antar perlakuan.

23  

Tabel 5. Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24

Perlakuan

Hari

Rata - rata ± SD Kadar Gula Darah Pada Tikus

(mg/dl)

Rata-rata

Kontrol (+) Dosis I Dosis II Kontrol (-)

0 222,00±15,62 259,40±34,42 238,00±9,69 226,00±9,61 236,35±23,72 d

4 183,00±5,56 175,20±18,57 166,20±15,27 233,00±8,71 189,35±29,15 c

8 164,80±6,72 149,80±10,84 150,40±14,70 236,80±9,83 175,45±38,19 c

12 126,00±3,87 142,60±9,63 125,60±3,04 239,00±10,19 158,30±48,79 b

16 124,80±3,96 134,60±5,59 123,60±2,40 235,60±8,90 154,65±48,43 ab

20 122,00±2,91 131,40±4,97 120,60±2,07 229,80±7,69 150,95 ±47,11 ab

24 119,00±1,58 127,60±3,97 117,60±1,14 226,60±8,59 147,70 ±47,11 a

Rata-rata 151,65±37,80 a 160,08±47,33 b 148,85±41,40 a 232,40±9,54 c

Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata

Gambar 9. Grafik Rata-rata Penurunan Kadar Glukosa Darah selama Pengobatan Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB)

Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

Hasil pengukuran kadar gula darah tikus yang diberi perlakuan granul

efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam dengan dosis 2 (504 mg/kgBB)

secara oral menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah hari ke 12, menuju

level normal dan mencapai kestabilan mulai dari hari ke 20 sampai hari ke 24.

Pada sediaan granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam dosis 1

0

50

100

150

200

250

300

0 4 8 12 16 20 24Kad

ar G

luk

osa

Dar

ah (

mg/

dl)

Hari ke-

Kontrol (+)

Dosis 1

Dosis 2

Kontrol (‐)

24  

(252mg/kgBB) mencapai keadaan normal pada hari ke 16. Tablet metformin

kontrol (+) (500mg/kgBB) telah mencapai normal pada hari ke 12. Hal ini

mengindikasikan perlakuan dosis 2 dan metformin mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kadar gula darah. Metformin merupakan salah satu obat

diabetes mellitus golongan biguanida yang dapat menurunkan glukosa darah

melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular dan menurunkan

produksi gula hati (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).

Dibandingkan dengan kontrol negatif, dosis 1 dan dosis 2 masing-masing

memiliki pengaruh yang berbeda nyata dan berbeda sangat nyata. Hal ini

menunjukan bahwa dosis 1 dan dosis 2 memiliki efek sebagai penurun kadar

glukosa darah. Hasil dari analisis Kruskal Wallis yang di uji lanjut menggunakan

Uji Lanjut Nemenyi pada huruf superskrip menunjukan bahwa kontrol positif dan

dosis 2 tidak berbeda nyata, sehingga kedua dosis ini memiliki efektivitas yang

sebanding.

4.9 Pengukuran Berat Badan Pada Tikus

Berat badan sebelum induksi dan setelah diinduksi disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Berat Badan Tikus Keadaan Normal dan Pasca Induksi

Keterangan: tanda* pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0.05(t-Student Test)

Kelompok Rata-rata ± SD Berat Badan Pada Tikus (g) Rata-rata

Penurunan % Sebelum Induksi Setelah Induksi

1 268,60±18,66 216,40±32,82* 24,12

2 233,80±17,23 208,40±11,61* 12,18

3 239,40±32,16 214,00±17,63 11,86

4 271,60±15,00 225,00±26,45* 20,71

Rata - rata 253,35±9,32 215,95±9,37 14,72

25  

Gambar 10. Histogram Rata-Rata Berat Badan Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan.

Penderita diabetes mellitus mengalami penurunan berat badan akibat

metabolisme glukosa, hal ini terjadi karena glukosa sebagai sumber energi tidak

dapat digunakan. Kelompok 2 memiliki penurunan berat badan yang paling tinggi

yaitu sebesar 208,4 g diikuti berat badan kelompok 3.

Tabel 7. Rata-rata Berat Badan Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24

Hari ke- Rata-rata ± SD Berat Badan Pada Tikus (g)

Kontrol (+) Dosis I Dosis II Kontrol (-) Rata-rata

0 216,40±32,82 208,40±11,61 214,00±17,63 225,00±26,45

215,95±22,48 c

4 215,80±8,70 200,00±1,41 201,40±2,07 200,80±7,46 204,50±8,60 ab

8 211,80±6,76 197,60±2,07 205,80±10,44 190,40±6,80 201,40±10,60 a

12 224,00±10,29 203,00±2,34 223,60±4,33 180,40±7,36 207,75±19,42 bcd

16 231,40±7,98 207,40±1,67 233,40±4,82 169,40±4,72 210,4±26,90 cd

20 237,80±5,26 210,60±2,40 242,60±5,54 162,80±4,08 213,45±32,77 cd

24 242,40±5,12 213,60±2,50 253,20±7,98 156,60±2,88 216,45±38,72 d

Rata-rata 225,66±17,04 c 205,80±6,97 b 224,86±19,82 c 183,62±24,71 a

Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata

268.6

233.8239.4

271.6

216.4

208.4214

225

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4

Ber

at B

adan

(g)

Kelompok

Sebelum induksi

Setelah induksi

26  

Gambar 11. Grafik Rata-rata Peningkatan Berat Badan selama Pengobatan Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB)

Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

Berat badan pada hari 0 sampai hari ke 8 mengalami penurunan yang

signifikan, hal ini disebabkan tikus diabetes mengalami kerusakan pankreas yang

mneyebabkan asupan glukosa sebagai sumber energi utama menjadi terganggu.

Tubuh akan bekerja dengan cara menggunakan cadangan energi lain seperti lemak

dan protein akibatnya berat badan mengalami penurunan. Setelah hari ke 12 berat

badan mengalami peningkatan pada kontrol (+) dan dosis 2 dengan membaiknya

asupan glukosa dalam tubuh. Pada kontrol (-) tidak diberikan pengobatan berat

badan terus menurun sampai hari ke 24.

Hasil dari analisis Kruskal Wallis yang di uji lanjut menggunakan Uji

Lanjut Nemenyi menunjukan bahwa kontrol positif dan dosis 2 tidak berbeda

nyata, sehingga kedua dosis ini memiliki efektivitas yang sebanding terhadap

tikus.

4.10 Pengukuran Jumlah Pakan BR512 Pada Tikus

Tujuan dilakukan pengukuran pakan pada tikus untuk mengetahui apakah

tikus menderita diabetes dengan munculnya gejala polifagi.

0

50

100

150

200

250

300

0 4 8 12 16 20 24

Ber

at B

adan

(g)

Hari ke-

Kontrol (+)

Dosis 1

Dosis 2

Kontrol (‐)

27  

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Pakan Tikus Keadaan Normal dan Pasca Induksi

Keterangan: tanda* pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0.05(t-Student Test)

Gambar 12. Histogram Rata-Rata Sisa Jumlah Pakan BR512 Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan.

Rata-rata sisa jumlah pakan tikus setelah diinduksi mengalami peningkatan,

hal ini disebabkan karena tikus-tikus tersebut telah menderita diabetes dan

polifagi sehingga terlihat dari jumlah pakan sehingga berpengaruh terhadap berat

badan. Kelompok 2 memiliki jumlah pakan dengan sisa terbesar yaitu 187 mg.

131152.5

122 122

168

187171

142

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4

Jum

lah

Pak

an (

g)

Kelompok

sebelum induksi

setelah induksi

Kelompok Rata-rata

Sebelum Induksi Setelah Induksi

1 131,00 168,00*

2 152,30 187,00*

3 122,00 171,00

4 122,00 142,00

Rata - rata 125,00±5,19 167,00±18,63

28  

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Pakan Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24

Hari ke- Rata-rata ± SD Jumlah Pakan Pada Tikus (g) Rata-rata

Kontrol (+) Dosis I Dosis II Kontrol (-)

0 168,00 187,00 171,00 142,00 167,00±18,63b

4 140,00 167,00 145,50 146,00 151,00±14,17ab

8 127,50 158,00 139,00 164,00 153,66±13,05ab

12 130,00 152,00 117,00 167,50 133,00±17,69a

16 130,00 148,00 110,00 192,00 145,00±34,96a

20 129,00 134,00 104,00 196,00 140,75±39.10a

24 127,50 126,00 96,00 221,00 147.66±65.25a

Rata-rata 139,40±16.60a 153,14±20,38b 122,83±27,76a 176,83±31,23c

Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata

Gambar 13. Grafik Rata-rata Jumlah Pakan Selama Pengobatan

Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB) Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

Pakan yang digunakan yaitu pakan BR512, pakan ditentukan dengan

mengumpulkan dan menimbang pakan sisa. Pakan sisa yang dikumpulkan

dibersihkan terlebih dahulu untuk memisahkan sekam yang tercampur dalam

pakan. Setelah dibersihkan, sisa pakan ditimbang dengan timbangan dan

dinyatakan dalam satuan gram. Jumlah sisa pakan yang dikonsumsi tikus yang

diobati dengan metformin dan granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun

salam cenderung mengalami penurunan. Tikus yang tidak diberi pengobatan

(kontrol negatif) sisa pakan terus meningkat sampai hari ke 24.

0

50

100

150

200

250

171 4 8 12 16 20 24

Jum

lah

Pak

an (

g)

Hari ke-

k0ntrol (+)

dosis 1

dosis 2

kontrol (‐)

29  

4.11 Pengukuran Volume Air Minum Pada Tikus

Tujuan dilakukan pengukuran pakan pada tikus untuk mengetahui polidipsi,

poliuria.

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Volume Air Minum Tikus Keadaan Normal dan Pasca Induksi

Keterangan: tanda* pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0.05(t-Student Test)

Gambar 14. Histogram Rata-Rata Jumlah Volume Air Minum Tikus Sebelum Dan Setelah Induksi Dengan Aloksan.

Rata-rata jumlah volume air minum tikus setelah diinduksi mengalami

peningkatan, hal ini disebabkan karena tikus-tikus tersebut telah menderita

diabetes sehingga terlihat dari jumlah volume air minum. Kelompok 4 memiliki

jumlah volume air minum terbanyak yaitu 306 mL.

229 240229

300283

254 262.5

306

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4

Jum

lah

Vol

um

e A

ir M

inu

m

(mL

)

Kelompok

sebelum induksi

setelah induksi

Kelompok Rata-rata

Sebelum Induksi Setelah Induksi

1 229,00 283,00

2 240,00 254,00*

3 229,00 262,50*

4 300,00 306,00

Rata - rata 249,50±34.06 281,00±26,05

30  

Tabel 11. Rata-rata Jumlah Volume Tikus Hari ke 0 Sampai Hari ke 24

Hari ke-

Rata-rata ± SD Jumlah Volume Air Minum Pada

Tikus (mL)

Rata-rata

Kontrol (+) Dosis I Dosis II Kontrol (-)

0 283,00 254,00 262,50 306,00 281,00±26,05d

4 221,00 233,00 221,00 354,00 257,25±64,74abc

8 237,50 240,00 231,00 362,50 235,50±6,36cd

12 223,00 237,50 227,00 362,50 225,00±2,82bcd

16 231,00 231,00 223,00 371,00 264,00±71,43abc

20 212,50 227,00 219,00 366,00 270,66±82.65ab

24 217,00 223,00 212,50 371,00 270,33±87.23a

Rata-rata 235,00±27,31ab 234,66±11,07b 224,20±4,81a 353,60±27,50c

Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata

Gambar 15. Grafik Rata-rata Jumlah Volume Air Minum Selama Pengobatan

Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB) Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

Gejala polidipsi terlihat dari kenaikan jumlah air minum yang konsumsi.

Tikus yang diobati dengan metformin dan granul efervesen ekstrak biji alpukat

dan daun salam dengan jumlah minum yang dikonsumsi mengalami penurunan.

Tikus yang tidak diberi pengobatan (kontrol negatif) konsumsi air minum terus

meningkat sampai hari ke 24. Selama kadar gula darah belum terkontrol baik akan

timbul keinginan untuk minum terus menerus, sebaliknya minum yang banyak

akan terus menimbulkan keinginan untuk selalu urinasi.

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0 4 8 12 16 20 24

Jum

lah

Vol

um

e A

ir

Min

um

(m

L)

Hari ke-

kontrol (+)

dosis 1

dosis 2

kontrol (‐)

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulan sebagai berikut :

1. Granul efervesen campuran ekstrak biji alpukat dan daun salam dengan dosis

504 mg/200g BB memiliki potensi sebagai antidiabetes.

2. Waktu pengobatan untuk mencapai efek antidiabetes yang terbaik adalah

selama 12 hari dan tetap stabil hingga hari ke 24.

3. Granul efervesen campuran ekstrak biji alpukat dan daun salam dapat

meningkatkan berat badan tikus, meningkatkan konsumsi pakan dan jumlah

minum yang mengalami penurunan.

5.2. Saran

1. Untuk pemakaian jangka panjang perlu menambah waktu pengamatan

perlakuan dosis hingga 2 bulan.

2. Perlu dilakukan uji histopatologi untuk mengetahui kelenjar pankreas yang

rusak.

  

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, R. 2015. Formulasi Minuman Serbuk Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill) Dengan Variasi Pengisi Tepung Talas (Colocasia esculenta (L.) Dan Susu Skim. Skripsi. Universitas Pakuan. [Skripsi].

Ansel, HC. 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Georgia:

Lea and Febiger. Badan POM RI. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Brahmachari, G. 2011. Bio- Flavonoids With Promosing Antidiabetic Potentials:

A Critical Survey, Research Signpost. Chairul, Y, Jamal, dan Z. Zainul. 2000. Efek Hipoglikemik Ekstrak Herba

Meniran (Phyllanthus niruriL.) pada Kelinci Putih Jantan. Berita Biologi 5 (1): 93-100.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia,

Jilid VI. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia.

Jakarta. Etuk. 2010. Animals Models for Studying Diabetes Melitus. Agriculture and

Biology Journal of North America 1 (2). 130-134. Federer, W. 1963. Experimental Design Theory and Application. Oxford: Oxford

and Lbh Publish Hinco. Gunawan, D. dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.

Penebar Swadaya. Jakarta. Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3, hal 20, Penebar

Swadaya. Jakarta. Haryanto, S, S, dan Nugroho. 2006. Sehat dan Bugar Secara Alami, hal 59,

Penebar Plus. Jakarta.

Helpida, V. 2016. Formulasi Granul Efervesen Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam dengan Perbedaan Konsentrasi Asam dan Basa. Skripsi. Universitas Pakuan. Bogor.

33  

Hollander, M. and D. A. Wolfe, 1999, Nonparametric Statistical Methods, Second Edition: John Wiley and Sons, New York, 787 p.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin: Diabetes mellitus. Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Kurniawati, N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu dapur,

Mizan Pustaka. Bandung. Koffi, N. Ernest, A.K. Dodiomon, S. 2009. Effect Of Aqueous Extract Of Persea

americana Seeds On The Glycemia Of Diabetic Rabbits. European Journal of Scientific Research. ISSN : 1450-216X 26 (3) (2009).

 

Lucacinova, A, Mojzis, J, Benacka, R, Keller, J, Maguth, T, Kurila, P. 2008. Preventive Effect Of Flavonoids On Alloxan- Induced Diabetes Mellitus In Rats, Acta Vet, brno, 77: 175-182.

Lutfiana, Dewi Ita, EM sutristna, Tanti Azizah. 2013. Aktivitas Antidiabetes

Ekstrak Etanol Daun Salam (Eugenia polyantha) Terhadap Tikus Galur Wistar yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Maier E.A. 1999. Technioues and Instrumental in Analytical Chemistry. Elsevier. Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U., 1989. Penggunaan hewan-hewan

Percobaan di Laboratorium. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Musyrifah S, Bekti, dan Fauzia. 2012. Pastiles Daun Salam (Eugenia polyantha

W). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Price SA, Wilson. 2005. Pathofisiology : Clinical Concepts of Disease Processes.

Michigan : Mosby. pp103. Pourcel, L, Routaboul, J,M. 2006. Flavonoid Oxidation In Plants: From

Biochemical Properties To Physiological, Elsevier. Rahmawati, I. N. 2015. Pengembangan Herbal Cair Kombinasi Ekstrak Daun

Pepaya (Carica Papaya L.) dan Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.). Skripsi. Universitas Pakuan. Bogor.

Widowati, W. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes, jkm, Vol. 7 No.2,

193-202. Yuriska, A. 2009.Efek aloksan terhadap kadar glukosa darah tikus wistar.

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

34  

LAMPIRAN

35  

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam

Determinasi

Pembuatan simplisia 1. Sortasi basah 2. Pencucian 3. Perajangan (Biji Alpukat) 4. Pengeringan 5. Sortasi kering 6. Penggilingan 7. Pengayakan mesh 30

Uji Kadar Air

Uji Kadar Abu

Rendemen (%)

Pembuatan Ekstrak Biji Alpukat 1. Ditimbang 30 gram simplisia direbus dengan

akuadest 2. Filtrat dipisahkan dan ampas direbus sampai 4x

Pembuatan Ekstrak Daun Salam 1. Ditimbang 50 gram simplisia 2. Dipanaskan15 menit 90˚C

Biji Alpukat Daun Salam

Serbuk Biji Alpukat Serbuk Daun Salam

Ekstrak Cair Biji Alpukat Ekstrak Cair Daun Salam Vaccum dryer

Ekstrak Kering Biji Alpukat Ekstrak Kering Daun Salam

Uji Mutu 1. Uji Kadar Air 2. Uji Kadar Abu

36  

Lampiran 2. Alur Pembuatan Granul Efervesen

Komponen basa Komponen asam

Masing-masing komponen diayak mesh 12

Campuran ekstrak kering biji alpukat dan ekstrak kering daun salam dibagi menjadi 2 bagian

½ bagian ekstrak kering + natrium bikarbonat, sukralosa, dan sebagian laktosa digerus homogen

½ bagian ekstrak kering + asam sitrat, asam tartrat, dan sebagian laktosa digerus

Komponen basa + asam dicampur homogen pada suhu <25°C, RH <50°C.

Granul Efervesen

37  

Lampiran 3. Alur Pengujian Granul Efervesen Campuran Ekstrak Biji Alpukat Dan Daun Salam

Penyiapan 20 ekor tikus putih Jantan Sprague-

Dawley

Kelompok 4

5 ekor Kontrol Negatif 

Kelompok 3

5 ekor

Dosis II

Kelompok 2

5 ekor

Dosis I

Kelompok 1

5 ekor Kontrol positif

Pemberian perlakuan dengan pencekokan granul efervesen kombinasi ekstrak biji alpukat dan daun salam

Parameter penelitian

Analisis Data

Penentuan Optimasi Penurunan Kadar Gula Darah

Aklimatisasi 7 hari

Induksi peningkatan bobot badan dengan Aloksan

38  

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Aloksan Dan Metformin Berdasarkan Penelitian (Prabawati, 2015)

A. Perhitungan Dosis Aloksan

- Dosis aloksan 150 mg/kgBB

150

= 300 mg ~ 0,03 g

- Volume larutan induksi Aloksan yang diinduksikan setiap tikus

=

,

, / = 0,6 mL

- Jumlah aloksan yang harus dibuat untuk 24 ekor tikus.

0,6 mL x 24 ekor tikus = 14,4 mL

Jadi 1 gram aloksan dilarutkan dalam 20 mL air

B. Perhitungan Dosis Metformin

- Tiap tablet Metformin mengandung 500 mg

- Perhitungan dosis metformin dari manusia dengan BB 50 kg ke 70

kg.

500 = 700 mg

- Maka dosis Metformin untuk tikus 200 gram.

0,018 x 700 mg = 12,6 mg

12,6 mg/1mL/ekor

12,6 mg x 6 ekor = 75,6 mg/6 mL/6 ekor.

12,6 mg x 6 ekor x 20 hari = 1512 mg/120 mL/20 hari.

Jadi 1260 mg dilarutkan dalam 150 mL air.

- Dibuat stok larutan metformin untuk 7 hari.

12,6 mg x 6 ekor x 7 hari = 529,2 mg/25 mL/ 7 hari.

Jadi 529,2 mg dilarutkan dalam25 mL air untuk 7 hari.

39  

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Larutan Granul Efervesen Campuran Ekstrak Biji Alpukat Dan Daun Salam

Berdasarkan dosis granul efervesen yang dibuat oleh Helpida dengan berat

granul efervesen tiap sachet 10 g dan kandungan ekstrak biji alpukat 3,25 g dan

ekstrak daun salam 0,01 g.

Dosis untuk tikus dengan berat 200gram setara dengan 0,018 kali dosis

pada manusia dengan berat 70 kg, maka:

Tikus 200 g Manusia 70 kg

Tikus 200 g 1,0 56,0

Manusia 70 kg 0,018 1,0

A. Konversi Dosis :

10 0,018 1000 252

- Dosis I : Pemberian dosis 252mg/200gr/BB tikus 1x perhari 1 mL

- Dosis II : Pemberian dosis 504mg/200gr/BB tikus 1x perhari 2 mL

B. Pembuatan Larutan Efervesen

- Volume cairan yang dibutuhkan

Dosis I: 6 tikus x 1 mL = 6 mL

Dosis II: 6tikus x 2 mL = 12 mL

- Total volume larutan yang di buat 25 ml sehingga jumlah granul efervesen

yang ditimbang adalah 6300 mg

x 252 mg = 6300 mg

40  

Lampiran 6. Hasil Determinasi

41  

Lampiran 7. Perhitungan Rendemen Serbuk Simplisia dan Ektrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam

Perhitungan Rendemen Serbuk Simplisia Biji Alpukat

Biji alpukat segar = 6000 g

Serbuk biji alpukat = 2000 g

% Rendemen serbuk simplisia =

100%

= 33,33 %

Perhitungan Rendemen Ekstrak

Serbuk biji alpukat = 1000 g

Ekstrak yang diperoleh = 377 g

% Rendemen ekstrak kering simplisia =

100%

= 37,7 %

Perhitungan Rendemen Serbuk Simplisia Daun Salam

Daun salam segar = 4500 g

Serbuk daun salam = 700 g

% Rendemen serbuk simplisia =

100%

= 15,55 %

Perhitungan Rendemen Ektrak

Serbuk daun salam = 50 g

Ekstrak yang diperoleh = 5 g

% Rendemen ekstrak kering simplisia =

100%

= 10 %

42  

Lampiran 8. Hasil Uji Kadar Air Moisture Balance Simplisia dan Ekstrak kering Biji Alpukat dan Daun Salam

Serbuk Simplisia Ulangan Hasil (%) Rata – Rata (%)

Biji Alpukat 1 3,45 % 3,92 %

2 4,40 %

Daun Salam 1 4,30 % 4,32 %

2 4,35 %

Ekstrak

Simplisia

Ulangan Hasil (%) Rata – Rata (%)

Biji Alpukat 1 1,90 % 2,02 %

2 2,15 %

Daun Salam 1 2,58 % 2,68 %

2 2,79 %

43  

Lampiran 9. Hasil Kadar Uji Abu Serbuk Simplisia Biji Alpukat dan Daun Salam

9.1 Penentuan Kadar Abu Total Serbuk Simplisia Biji Alpukat

Perhitungan :

Kadar abu (%) = (Bobot krus + abu serbuk simplisia) – Bobot krus kosong

1. Kadar abu (%) = 35,2410 g – 35,2100 g

2,0030 g

= 1,54 %

2. Kadar abu (%) = 35,1524 g – 35,1225 g

2,0065 g

= 1,49 %

Berat kurs kosong Berat

simplisia

Bobot setelah

pemijaran

Hasil

(%)

Rata – Rata

(%)

1. 35,2100 g 2,0030 g 35,2410 g 1,54 % 1,51 %

2. 35,1225 g 2,0065 g 35,1524 g 1,49 %

Bobot awal sampel serbuk kering simplisia

x 100 %

x 100 %

x 100 %

44  

9.2 Penentuan Kadar Abu Total Serbuk Simplisia Daun Salam

Berat kurs kosong Berat

simplisia

Bobot setelah

pemijaran

Hasil

(%)

Rata - Rata

(%)

1. 35,4215 g 2,0035 g 35,4631 g 2,07 % 2,30 %

2. 36,1103 g 2,0012 g 36,1612 g 2,54 %

Perhitungan :

Kadar abu (%) = (Bobot krus + abu serbuk simplisia) – Bobot krus kosong

1. Kadar abu (%) = 35,4631 g – 35,4215 g

2,0035 g

= 2,07 %

2. Kadar abu (%) = 36,1612 g – 36,1103 g

2,0012 g

= 2,30 %

Bobot awal sampel serbuk kering simplisia

x 100 %

x 100 %

x 100 %

45  

Lampiran 10. Hasil Kadar Uji Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam 10.1 Kadar Abu Total Ekstrak Kering Simplisia Biji Alpukat

Perhitungan :

Kadar abu (%) = (Bobot krus + abu ekstrak simplisia) – Bobot krus kosong

1. Kadar abu (%) = 35,3585 g – 35,3280 g

2,0096 g

= 1,51 %

2. Kadar abu (%) = 35,4531 g – 35,4215 g

2,0035 g

= 1,57 %

10.2 Kadar Abu Total Ekstrak Kering Simplisia Daun Salam

Berat kurs kosong Berat

simplisia

Bobot setelah

pemijaran

Hasil

(%)

Rata - Rata

(%)

1. 35,3560 g 2,0025 g 35,4112 g 2,75 % 2,65 %

2. 40,1589 g 2,0010 g 40,2100 g 2,55 %

Perhitungan :

Kadar abu (%) = (Bobot krus + abu ekstrak simplisia) – Bobot krus kosong

1. Kadar abu (%) = 35,4112 g – 35,3560 g

2,0025 g

= 2,75 %

2. Kadar abu (%) = 40,2100 g – 40,1589 g

2,0010 g

= 2,55 %

Berat kurs kosong Berat

simplisia

Bobot setelah

pemijaran

Hasil

(%)

Rata – Rata

(%)

1. 35,3280 g 2,0096 g 35,3585 g 1,51 % 1,54 %

2. 35,4215 g 2,0035 g 35,4531 g 1,57 %

Bobot awal sampel ekstrak kering simplisia x 100 %

x 100 %

x 100 %

Bobot awal sampel ekstrak kering simplisia x 100 %

x 100 %

x 100 %

46  

Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Variasi Glukosa Darah Tikus

SD = 10,23

x̄ = 101,85

CV = ̄x 100%

= 10,04%

Syarat = 10-15% (Maier,1999)

SD = 23,72

x̄ = 236,35

CV = ̄x 100%

= 10,03 %

Syarat = 10-15% (Maier,1999)

Kadar Glukosa Darah Tikus Sebelum Induksi (g)

95 101 105 105 103 110 90 91 123 96 122 111 80 103 96 96 101 99 100 110

100.4 101.8

±5.26

102.6 102.6

±12.15 ±8.79 ±15.51

Kadar Glukosa Darah Tikus Setelah Induksi (g)

245 253 240 230 229 284 248 236 220 283 242 232 207 275 238 219 209 202 222 213

259,4 238 226

±34,42 ±9,69 ±9,61

222

±15,62

47  

Lampiran 12. Pengelompokan Hewan Coba

Rumus Federer :           t (r-1)   ≥ 15 

t (4-1) ≥ 15

t 3 ≥ 15

t ≥ 

t ≥ 5

Keterangan : r = jumlah kelompok

t = jumlah ulangan minimum (Federer,1963)

Lampiran 13. Cara Menghitung t-Student Test (*)

Rumus :

=TTEST(D10:D14,E10:E14,1,1)

Kelompok 1 : 8.95007E-05 (P<0.05)

Kelompok 2 : 0.000217519 (P<0.05)

Kelompok 3 : 2.06811E-05 (P<0.05)

Kelompok 4 : 2.51957E-05 (P<0.05)

Keterangan: menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0.05(t-Student Test)

Kelompok

Hewan Coba

Rata-rata rata ± SD Kadar Gula

Darah Pada Tikus (mg/dl)

Rata-Rata

Peningkatan

% Sebelum Induksi Setelah Induksi

Kelompok 1 100,40±15,51 222,00±15,62* 54,77

Kelompok 2 101,80±5,26 259,40±34,42* 60,75

Kelompok 3 102,60±12,15 238,00±9,69* 56,89

Kelompok 4 102,60±8,79 226,00±9,61* 54,60

Rata - rata 101,85±10,23 236,35±23,72 56,90

48  

Lampiran 14. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah (mg/dl) Puasa Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 yang Diinduksi Aloksan 150mg/200g BB

Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB)

Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

Perlakuan Ulangan Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke-

0 4 8 12 16 20 24

Kontrol (+)

1 245 186 176 129 128 126 121

2 229 176 166 131 130 124 120

3 220 184 160 123 122 121 119

4 207 190 160 122 121 120 117

5 209 179 162 125 123 119 118

Rata- 222,00 183,00 164,80 126,00 124,80 122,00 119,00

rata ±15,62 ±5,56 ±6,72 ±3,87 ±3,96 ±2,91 ±1,58

Dosis 1

1 253 170 150 146 135 130 127

2 284 199 165 152 141 138 133

3 283 189 155 150 139 135 130

4 275 165 140 135 130 128 125

5 202 153 139 130 128 126 123

Rata- 259,40 175,20 149,80 142,60 134,60 131,40 127,60

rata ±34,42 ±18,57 ±10,84 ±9,63 ±5,59 ±4,97 ±3,97

Dosis 2

1 240 180 162 127 125 121 118

2 248 172 154 130 127 124 119

3 242 169 141 122 121 119 118

4 238 170 165 125 123 120 117

5 222 140 130 124 122 119 116

Rata- 238,00 166,20 150,40 125,60 123,60 120,60 117,60

rata ±9,69 ±15,27 ±14,70 ±3,04 ±2,40 ±2,07 ±1,14

Kontrol (-)

1 230 238 245 245 240 238 237

2 236 240 242 248 242 235 232

3 232 238 240 242 239 228 220

4 219 230 237 238 237 230 228

5 213 219 220 222 220 218 216

Rata- 226,00 233,00 236,80 239,00 235,60 229,80 226,60

rata ±9,61 ±8,71 ±9,83 ±10,19 ±8,90 ±7,69 ±8,59

49  

Lampiran 15. Hasil Pengukuran Berat Badan Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 yang Diinduksi Aloksan 150mg/200g BB

Perlakuan

Ulangan Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke-

0 4 8 12 16 20 24

Kontrol (+) 1 200 208 202 210 220 230 236

2 205 215 220 232 236 241 245

3 202 227 213 220 237 240 248

4 275 222 215 236 238 243 245

5 200 207 209 222 226 235 238

Rata- 216,40 215,80 211,80 224,00 231,40 237,80 242,40

rata ±32,82 ±8,70 ±6,76 ±10,29 ±7,98 ±5,26 ±5,12

Dosis 1

1 202 200 198 207 210 212 215

2 228 200 196 202 206 214 216

3 200 198 195 203 208 209 215

4 210 202 200 201 207 210 212

5 202 200 199 202 206 208 210

Rata- 208,40 200,00 197,60 203,00 207,40 210,60 213,60

rata ±11,61 ±1,41 ±2,07 ±2,34 ±1,67 ±2,40 ±2,50

Dosis 2

1 205 199 202 220 235 242 259

2 245 201 208 226 234 246 260

3 202 203 223 230 240 250 258

4 211 204 198 222 231 236 245

5 207 200 198 220 227 239 244

Rata- 214,00 201,40 205,80 223,60 233,40 242,60 253,20

rata ±17,63 ±2,07 ±10,44 ±4,33 ±4,82 ±5,54 ±7,98

Kontrol (-)

1 220 200 190 182 170 165 160

2 220 210 199 188 177 169 159

3 270 205 192 185 169 160 155

4 200 199 191 178 166 160 156

5 215 190 180 169 165 160 153

Rata- 225,00 200,80 190,40 180,40 169,40 162,80 156,60

rata ±26,45 ±7,46 ±6,80 ±7,36 ±4,72 ±4,08 ±2,88 Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB)

Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

50  

Lampiran 16. Hasil Pengukuran Jumlah Pakan Tikus Hari ke 0 Sampai Hari

ke 24 yang Diinduksi Aloksan 150mg/200g BB

Perlakuan 0 4 8 12 16 20 24 kontrol (+) 168 140 127,5 130 130 129 127,5

dosis 1 187 167 158 152 148 134 126 dosis 2 171 145,5 139 117 110 104 96

kontrol (-) 142 146 164 167,5 192 196 221

Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB)

Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

51  

Lampiran 17. Hasil Pengukuran Jumlah Volume Air Minum Hari ke 0 Sampai Hari ke 24 yang Diinduksi Aloksan 150mg/200g BB

Keterangan : Kontrol (+): (Metformin 500mg/g BB) Dosis 1 : (Dosis 252 mg/200gBB)

Dosis 2 : (Dosis 504 mg/200g BB) Kontrol (-) : (Air aquadest add 1mL)

Perlakuan

Hari ke- 0

Hari ke- 4

Hari ke- 8

Hari ke- 12

Hari ke- 16

Hari ke- 20

Hari ke- 24

kontrol (+) 283 221 237,5 223 231 212,5 217

dosis 1 254 233 240 237,5 231 227 223

dosis 2 262,5 221 231 227 223 219 212,5

kontrol (-) 306 354 362,5 362,5 371 366 371

52  

Lampiran 18. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Kadar Gula Darah pada Tikus

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Kadar Glukosa Darah kontrol + 35 51.50

dosis 1 35 67.26

dosis 2 35 49.23

kontrol - 35 114.01

Total 140

Kadar glukosa pada kontrol positif memiliki rata-rata rank terendah sebesar 51.50

sementara itu rata rata rank tertinggi yaitu kontrol negatif sebesar 114.01.

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig dosis = 0,000 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh

sangat nyata waktu terhadap perubahan kadar glukosa darah tikus)

Test Statisticsa,b

Kadar Glukosa

Darah

Chi-Square 51.037

Df 6

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Waktu

53  

Ranks

Waktu N Mean Rank

Kadar Glukosa Darah hari ke 0 20 115.53

hari ke 4 20 89.15

hari ke 8 20 81.35

hari ke 12 20 62.88

hari ke 16 20 57.10

hari ke 20 20 47.88

hari ke 24 20 39.63

Total 140

Kadar glukosa pada hari ke 0 memiliki rata-rata rank tertinggi sebesar 115.53

sementara itu rata rata rank terendah yaitu hari ke 24 sebesar 39.63.

Test Statisticsa,b

Kadar Glukosa

Darah

Chi-Square 51.037

Df 6

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig waktu = 0,000 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh

sangat nyata waktu terhadap perubahan kadar glukosa darah tikus)

54  

Ranks

interaksi dosis dan waktu N Mean Rank

kadar Glukosa Darah Kontrol (+) hari ke 0 5 105.10

kontrol (+) hari ke 4 5 85.70

kontrol (+) hari ke 8 5 74.60

kontrol (+) hari ke 12 5 34.70

kontrol (+) hari ke 16 5 30.40

kontrol (+) hari ke 20 5 20.70

kontrol (+) hari ke 24 5 9.30

dosis 1 hari ke 0 5 129.00

dosis 1 hari ke 4 5 79.90

dosis 1 hari ke 8 5 65.10

dosis 1 hari ke 12 5 58.90

dosis 1 hari ke 16 5 52.20

dosis 1 hari ke 20 5 46.70

dosis 1 hari ke 24 5 39.00

dosis 2 hari ke 0 5 122.80

dosis 2 hari ke 4 5 76.60

dosis 2 hari ke 8 5 64.80

dosis 2 hari ke 12 5 33.60

dosis 2 hari ke 16 5 26.90

dosis 2 hari ke 20 5 15.40

dosis 2 hari ke 24 5 4.50

kontrol (-) hari ke 0 5 105.20

kontrol (-) hari ke 4 5 114.40

kontrol (-) hari ke 8 5 120.90

kontrol (-) hari ke 12 5 124.30

kontrol (-) hari ke 16 5 118.90

kontrol (-) hari ke 20 5 108.70

kontrol (-) hari ke 24 5 105.70

Total 140

55  

Test Statisticsa,b

kadar Glukosa

Darah

Chi-Square 131.356

Df 27

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: interaksi

dosis dan waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig interaksi = 0,000 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh

sangat nyata interaksi dosis dengan waktu terhadap perubahan kadar glukosa

darah tikus)

Superscrip Kadar Glukosa Darah Uji Lanjut Nemenyi

Dosis Mean Rank

dosis 2 kontrol (+) dosis 1 kontrol(-)

dosis 2 49.23 0.00a kontrol(+) 51.50 2.27a 0.00 dosis 1 67.26 18.03 15.76 0.00b kontrol (-) 114.01 64.79 62.51 46.76 0.00c

Keterangan : tanda merah memberikan pengaruh yang berbeda

Cara : 1. Blok keseluruhan angka

2. Pilih menu Home > Conditional Formating > Highlight Cell Rules > Greater

Than

3. Pilih sel nilai Nemenyi, klik Ok.

Waktu Mean Rank hari ke 24 hari ke 20 hari ke 16 hari ke 12 hari ke

8

hari ke

4

hari ke

0

hari ke 24 39.63 0.00a

hari ke 20 47.88 8.25a 0.00b

hari ke 16 57.10 17.48a 9.23b 0.00

hari ke 12 62.88 23.25 15.00b 5.78 0.00

hari ke 8 81.35 41.73 33.48 24.25 18.48 0.00c

hari ke 4 89.15 49.53 41.28 32.05 26.28 7.80c 0.00

hari ke 0 115.53 75.90 67.65 58.43 52.65 34.18 26.38 0.00d

55  

interaksi dosis dan

waktu

Mean Rank

D2 H24

K+ H24

D2 H20

K+ H20

D2 H16

K+ H16

K+ H12

D1 H20

D1 H16

D1 H12

D2 H8 K+ H8

K+ H0 K-

H20 K- H4

D2H24 4.50 0.00a K+h 24 9.30 4.80a 0.00b D2H20 15.40 10.90a 6.10b 0.00c K+H20 20.70 16.20a 11.40b 5.30c 0.00d D2H16 26.90 22.40 17.60b 11.50c 6.20d 0.00e K+H16 30.40 25.90 21.10 15.00c 9.70d 3.50e 0.00f D2H12 33.60 29.10 24.30 18.20 12.90d 6.70e 3.20f K+H12 34.70 30.20 25.40 19.30 14.00d 7.80e 4.30f 0.00g D1H24 39.00 34.50 29.70 23.60 18.30 12.10e 8.60f 4.30g D1H20 46.70 42.20 37.40 31.30 26.00 19.80 16.30f 12.00g 0.00h D1H16 52.20 47.70 42.90 36.80 31.50 25.30 21.80 17.50g 5.50h 0.00i D1H12 58.90 54.40 49.60 43.50 38.20 32.00 28.50 24.20 12.20h 6.70i 0.00j D2H8 64.80 60.30 55.50 49.40 44.10 37.90 34.40 30.10 18.10h 12.60i 5.90j 0.00k D1H8 65.10 60.60 55.80 49.70 44.40 38.20 34.70 30.40 18.40 12.90i 6.20j 0.30k K+H8 74.60 70.10 65.30 59.20 53.90 47.70 44.20 39.90 27.90 22.40 15.70j 9.80k 0.00l D2H4 76.60 72.10 67.30 61.20 55.90 49.70 46.20 41.90 29.90 24.40 17.70j 11.80k 2.00l D1H4 79.90 75.40 70.60 64.50 59.20 53.00 49.50 45.20 33.20 27.70 21.00 15.10k 5.30l K+H4 85.70 81.20 76.40 70.30 65.00 58.80 55.30 51.00 39.00 33.50 26.80 20.90 11.10l K+H0 105.10 100.60 95.80 89.70 84.40 78.20 74.70 70.40 58.40 52.90 46.20 40.30 30.50 0.00m K-H0 105.20 100.70 95.90 89.80 84.50 78.30 74.80 70.50 58.50 53.00 46.30 40.40 30.60 0.10m K-H 24 105.70 101.20 96.40 90.30 85.00 78.80 75.30 71.00 59.00 53.50 46.80 40.90 31.10 0.60m K-H 20 108.70 104.20 99.40 93.30 88.00 81.80 78.30 74.00 62.00 56.50 49.80 43.90 34.10 3.60m 0.00n K- H4 114.40 109.90 105.10 99.00 93.70 87.50 84.00 79.70 67.70 62.20 55.50 49.60 39.80 9.30m 5.70n 0.00o K- H16 118.90 114.40 109.60 103.50 98.20 92.00 88.50 84.20 72.20 66.70 60.00 54.10 44.30 13.80m 10.20n 4.50o K-H 8 120.90 116.40 111.60 105.50 100.20 94.00 90.50 86.20 74.20 68.70 62.00 56.10 46.30 15.80m 12.20n 6.50o D2H 0 122.80 118.30 113.50 107.40 102.10 95.90 92.40 88.10 76.10 70.60 63.90 58.00 48.20 17.70m 14.10n 8.40o K-H12 124.30 119.80 115.00 108.90 103.60 97.40 93.90 89.60 77.60 72.10 65.40 59.50 49.70 19.20 15.60n 9.90o D1H 0 129.00 124.50 119.70 113.60 108.30 102.10 98.60 94.30 82.30 76.80 70.10 64.20 54.40 23.90 20.30 14.60o

55

56  

Lampiran 19. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Berat

Badan pada Tikus

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Berat

badan

kontrol + 35 98.31

dosis 1 35 60.59

dosis 2 35 93.71

kontrol - 35 29.39

Total 140

Berat badan pada kontrol positif memiliki rata-rata rank tertinggi sebesar 98.31

sementara

itu rata rata rank terendah yaitu kontrol negatif sebesar 29.39.

Test Statisticsa,b

Berat badan

Chi-Square 66.054

Df 3

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig dosis = 0,000 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh

sangat nyata dosis terhadap perubahan berat badan tikus.

Ranks

Waktu N Mean Rank

Berat hari ke 0 20 75.58

57  

badan hari ke 4 20 55.28

hari ke 8 20 47.78

hari ke 12 20 68.33

hari ke 16 20 76.25

hari ke 20 20 83.05

hari ke 24 20 87.25

Total 140

Berat badan pada hari ke 0 memiliki rata-rata rank terendah sebesar 75.58

sementara itu rata rata rank tertinggi yaitu hari ke 24 sebesar 87.25.

Test Statisticsa,b

Berat badan

Chi-Square 15.212

Df 6

Asymp. Sig. .019

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig waktu = 0,019 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh sangat nyata

waktu terhadap perubahan berat badan tikus)

Ranks

interaksi dosis dan

waktu N Mean Rank

berat badan kontrol (+) hari ke 0 5 66.80

kontrol (+) hari ke 4 5 86.10

58  

kontrol (+) hari ke 8 5 78.50

kontrol (+) hari ke 12 5 100.00

kontrol (+) hari ke 16 5 110.90

kontrol (+) hari ke 20 5 119.50

kontrol (+) hari ke 24 5 126.40

dosis 1 hari ke 0 5 65.80

dosis 1 hari ke 4 5 40.60

dosis 1 hari ke 8 5 31.30

dosis 1 hari ke 12 5 54.90

dosis 1 hari ke 16 5 68.30

dosis 1 hari ke 20 5 77.80

dosis 1 hari ke 24 5 85.40

dosis 2 hari ke 0 5 78.20

dosis 2 hari ke 4 5 47.40

dosis 2 hari ke 8 5 56.70

dosis 2 hari ke 12 5 100.40

dosis 2 hari ke 16 5 112.90

dosis 2 hari ke 20 5 126.50

dosis 2 hari ke 24 5 133.90

kontrol (-) hari ke 0 5 91.50

kontrol (-) hari ke 4 5 47.00

kontrol (-) hari ke 8 5 24.60

kontrol (-) hari ke 12 5 18.00

kontrol (-) hari ke 16 5 12.90

kontrol (-) hari ke 20 5 8.40

kontrol (-) hari ke 24 5 3.30

Total 140

59  

Test Statisticsa,b

berat badan

Chi-Square 120.197

Df 27

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: interaksi

dosis dan waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig interaksi = 0,000 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh

sangat nyata interaksi dosis dengan waktu terhadap perubahan berat badan

tikus.

Superscrip Berat Badan Uji Lanjut Nemenyi

Dosis

Mean

Rank kontrol (‐)  dosis 1  dosis 2  kontrol(+) 

kontrol (-) 29.39 0.00a 

dosis 1 60.59 31.20  0.00b 

dosis 2 93.71 64.33  33.13  0.00c 

kontrol (+) 98.31 68.93  37.73  4.60c  0.00d 

Keterangan : tanda merah memberikan pengaruh yang berbeda

Cara : 1. Blok keseluruhan angka

2. Pilih menu Home > Conditional Formating > Highlight Cell Rules >

Greater Than

3. Pilih sel nilai Nemenyi, klik Ok.

60  

Waktu

Mean

Rank

hari ke

8

hari ke

4

hari ke

12

hari ke

0

hari ke

16

hari ke

20

hari ke

24

hari ke 8 47.78 0.00a

hari ke 4 55.28 7.50a 0.00b

hari ke 12 68.33 20.55 13.05b 0.00c

hari ke 0 75.58 27.80 20.30 7.25c 0.00d

hari ke 16 76.25 28.48 20.98 7.93c 0.67d 0.00

hari ke 20 83.05 35.28 27.78 14.73c 7.47d 6.80 0.00

hari ke 24 87.25 39.48 31.98 18.93 11.68 d 11.00 4.20 0.00

interaksi dosis dan waktu Mean Rank K- H24 K- H20 K- H16 K- H8 D1 H8 D1 H4 K- H4 D1 H12 D1 H0 D1 H20 D1 H24 K- H0 K+ H12 K- H24 3.30 0.00a

K- H20 8.40 5.10a 0.00b

K- H16 12.90 9.60a 4.50b 0.00c K- H12 18.00 14.70a 9.60b 5.10c

K- H8 24.60 21.30a 16.20b 11.70c 0.00d

D1 H8 31.30 28.00a 22.90b 18.40c 6.70d 0.00e D1 H4 40.60 37.30 32.20b 27.70c 16.00d 9.30e 0.00f

K- H4 47.00 43.70 38.60 34.10c 22.40d 15.70e 6.40f 0.00g D2 H4 47.40 44.10 39.00 34.50c 22.80d 16.10e 6.80f 0.40g

D1 H12 54.90 51.60 46.50 42.00 30.30d 23.60e 14.30f 7.90g 0.00h

D2 H8 56.70 53.40 48.30 43.80 32.10d 25.40e 16.10f 9.70g 1.80h D1 H0 65.80 62.50 57.40 52.90 41.20 34.50e 25.20f 18.80g 10.90h 0.00i

K+ H0 66.80 63.50 58.40 53.90 42.20 35.50e 26.20f 19.80g 11.90h 1.00i

D1 H16 68.30 65.00 59.90 55.40 43.70 37.00 27.70f 21.30g 13.40h 2.50i D1 H20 77.80 74.50 69.40 64.90 53.20 46.50 37.20 30.80g 22.90h 12.00i 0.00j

D2 H0 78.20 74.90 69.80 65.30 53.60 46.90 37.60 31.20g 23.30h 12.40i 0.40j

K+ H8 78.50 75.20 70.10 65.60 53.90 47.20 37.90 31.50g 23.60h 12.70i 0.70j D1 H24 85.40 82.10 77.00 72.50 60.80 54.10 44.80 38.40 30.50h 19.60i 7.60j 0.00k

K+ H4 86.10 82.80 77.70 73.20 61.50 54.80 45.50 39.10 31.20h 20.30i 8.30j 0.70k

K- H0 91.50 88.20 83.10 78.60 66.90 60.20 50.90 44.50 36.60 25.70i 13.70j 6.10k 0.00l K+ H12 100.00 96.70 91.60 87.10 75.40 68.70 59.40 53.00 45.10 34.20i 22.20j 14.60k 8.50l 0.00m

D2 H12 100.40 97.10 92.00 87.50 75.80 69.10 59.80 53.40 45.50 34.60i 22.60j 15.00k 8.90l 0.40m

K+ H16 110.90 107.60 102.50 98.00 86.30 79.60 70.30 63.90 56.00 45.10 33.10j 25.50k 19.40l 10.90m D2 H16 112.90 109.60 104.50 100.00 88.30 81.60 72.30 65.90 58.00 47.10 35.10j 27.50k 21.40l 12.90m

K+ H20 119.50 116.20 111.10 106.60 94.90 88.20 78.90 72.50 64.60 53.70 41.70 34.10k 28.00l 19.50m

K+ H24 126.40 123.10 118.00 113.50 101.80 95.10 85.80 79.40 71.50 60.60 48.60 41.00 34.90l 26.40m D2 H20 126.50 123.20 118.10 113.60 101.90 95.20 85.90 79.50 71.60 60.70 48.70 41.10 35.00l 26.50m

D2 H24 133.90 130.60 125.50 121.00 109.30 102.60 93.30 86.90 79.00 68.10 56.10 48.50 42.40 33.90m

61  

Lampiran 20. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Jumlah

Pakan pada Tikus

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Jumlah pakan kontrol (+) 7 10.79

dosis 1 7 16.57

dosis 2 7 8.79

kontrol (-) 7 21.86

Total 28

Jumlah pakan pada dosis 2 memiliki rata-rata rank terendah sebesar 8,79

sementara itu rata rata rank tertinggi yaitu kontrol negatif sebesar 21,86.

Test Statisticsa,b

Jumlah pakan

Chi-Square 10.860

Df 3

Asymp. Sig. .013

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig dosis = 0,013 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh

sangat nyata dosis terhadap perubahan jumlah pakan tikus)

62  

Ranks

Waktu N Mean Rank

Jumlah pakan hari ke 0 4 21.38

hari ke 4 4 16.25

hari ke 8 4 14.38

hari ke 12 4 13.50

hari ke 16 4 13.88

hari ke 20 4 12.00

hari ke 24 4 10.13

Total 28

Jumlah pakan pada hari ke 0 memiliki rata-rata rank tertinggi sebesar 21,38

sementara itu rata rata rank terendah yaitu hari ke 24 sebesar 10,13.

Test Statisticsa,b

Jumlah pakan

Chi-Square 4.564

Df 6

Asymp. Sig. .601

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig waktu = 0,601 > 0,05 (Tolak H0, terima H1, yang berarti tidak ada pengaruh

sangat nyata waktu terhadap perubahan jumlah pakan tikus).

63  

Ranks

Interaksi dosis dan

waktu N Mean Rank

Jumlah pakan kontrol (+) hari ke 0 1 22.50

kontrol (+) hari ke 4 1 13.00

kontrol (+) hari ke 8 1 6.50

kontrol (+) hari ke 12 1 9.50

kontrol (+) hari ke 16 1 9.50

kontrol (+) hari ke 20 1 8.00

kontrol (+) hari ke 24 1 6.50

dosis 1 hari ke 0 1 25.00

dosis 1 hari ke 4 1 21.00

dosis 1 hari ke 8 1 19.00

dosis 1 hari ke 12 1 18.00

dosis 1 hari ke 16 1 17.00

dosis 1 hari ke 20 1 11.00

dosis 1 hari ke 24 1 5.00

dosis 2 hari ke 0 1 24.00

dosis 2 hari ke 4 1 15.50

dosis 2 hari ke 8 1 12.00

dosis 2 hari ke 12 1 4.00

dosis 2 hari ke 16 1 3.00

dosis 2 hari ke 20 1 2.00

dosis 2 hari ke 24 1 1.00

kontrol (-) hari ke 0 1 14.00

kontrol (-) hari ke 4 1 15.50

kontrol (-) hari ke 8 1 20.00

kontrol (-) hari ke 12 1 22.50

kontrol (-) hari ke 16 1 26.00

kontrol (-) hari ke 20 1 27.00

64  

kontrol (-) hari ke 24 1 28.00

Total 28

Test Statisticsa,b

Jumlah pakan

Chi-Square 27.000

Df 27

Asymp. Sig. .464

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Interaksi

dosis dan waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig iteraksi = 0,464 > 0,05 (Terima H0, tolak H1 yang berarti tidak ada

pengaruh sangat nyata interaksi dosis dengan waktu terhadap perubahan jumlah

pakan tikus)

Superscrip Pakan Pada Uji Lanjut Nemenyi

Dosis Mean Rank dosis 2 kontrol (+) dosis 1 kontrol (-)

dosis 2 16.11 0.00a kontrol + 22.75 6.64a 0.00 dosis 1 32.64 16.53 9.89 0.00b kontrol - 42.5 26.39 19.75 9.86 0.00c

Keterangan : tanda merah memberikan pengaruh yang berbeda

Cara : 1. Blok keseluruhan angka

2. Pilih menu Home > Conditional Formating > Highlight Cell Rules >

Greater Than

3. Pilih sel nilai Nemenyi, klik Ok.

65  

Waktu Mean Rank

hari ke 24

hari ke 20

hari ke 12

hari ke 16

hari ke 8

hari ke 4

hari ke 0

hari ke 24 21.69 0.00a hari ke 20 24.38 2.69a 0.00 hari ke 12 26.44 4.75a 2.06 0.00 hari ke 16 26.56 4.88a 2.19 0.13 0.00 hari ke 8 28.81 7.13a 4.44 2.38 2.25 0.00b hari ke 4 31.81 10.13a 7.44 5.38 5.25 3.00b 0.00 hari ke 0 39.81 18.13 15.44 13.38 13.25 11.00b 8.00 0.00

Interaksi

dosis dan

waktu

Mean

Rank

D2

H24

D2

H20

D2

H16

D2

H12

K+

H24

K+

H20

K+

H12

D1

H20

K-

H0

K-

H4 D1 16

D2 H24 2.50 0.00a

D2 H20 4.00 1.50a 0.00b

D2 H16 5.50 3.00a 1.50b 0.00c

D2 H12 8.50 6.00a 4.50b 3.00c 0.00d

K+ H24 15.00 12.50a 11.00b 9.50c 6.50d 0.00e

K+ H8 15.75 13.25a 11.75b 10.25c 7.25d 0.75e

D1 H24 15.75 13.25a 11.75b 10.25c 7.25d 0.75e

K+ H20 18.25 15.75a 14.25b 12.75c 9.75d 3. e 0.00f

K+ H16 18.50 16.00a 14.50b 13.00c 10.00d 3.50e 0.25f

K+ H12 19.25 16.75a 15.25b 13.75c 10.75d 4.25e 1.00f 0.00g

D1 H20 22.75 20. a 18.75b 17.25c 14.25d 7.75e 4.50f 3.50g 0.00h

D2 H8 23.75 21.25a 19.75b 18.25c 15.25d 8.75e 5.50f 4.50g 1.00h

K- H0 25.50 23.00 21.50b 20.00c 17.00d 10.50e 7.25f 6.25g 2.75h 0.00i

D2 H4 26.75 24.25 22.75 21.25c 18.25d 11.75e 8.50f 7.50g 4.00h 1.25i

K+ H4 27.25 24.75 23.25 21.75c 18.75d 12.25e 9.00f 8.00g 4.50h 1.75i

K- H4 30.25 27.75 26.25 24.75 21.75d 15.25e 12.00f 11.00g 7.50h 4.75i 0.00j

D1 H16 31.00 28.50 27.00 25.50 22.50d 16.00e 12.75 11.75g 8.25h 5.50i 0.75j 0.00k

D1 H12 33.25 30.75 29.25 27.75 24.75 18.25e 15.00f 14.00g 10.50h 7.75i 3.00j 2.25k

D1 H8 36.00 33.50 32.00 30.50 27.50 21.00e 17.75f 16.75g 13.25h 10.50i 5.75j 5.00k

K- H8 39.75 37.25 35.75 34.25 31.25 24.75 21.50f 20.50g 17.00h 14.25i 9.50j 8.75k

D2 H0 41.75 39.25 37.75 36.25 33.25 26.75 23.50 22.50g 19.00h 16.25i 11.50j 10.75k

D1 H4 43.00 40.50 39.00 37.50 34.50 28.00 24.75 23.75 20.25h 17.50i 12.75j 12.00k

K- H12 44.75 42.25 40.75 39.25 36.25 29.75 26.50 25.50 22.00h 19.25i 14.50j 13.75k

K+ H0 45.25 42.75 41.25 39.75 36.75 30.25 27.00 26.00 22.50h 19.75i 15.00j 14.25k

D1 H0 46.75 44.25 42.75 41.25 38.25 31.75 28.50 27.50 24.00 21.25i 16.50j 15.75k

K- H16 51.25 48.75 47.25 45.75 42.75 36.25 33.00 32.00 28.50 25.75 21.00j 20.25k

K- H20 52.50 50.00 48.50 47.00 44.00 37.50 34.25 33.25 29.75 27.00 22.25j 21.50k

K- H24 53.50 51.00 49.50 48.00 45.00 38.50 35.25 34.25 30.75 28.00 23.25 22.50k

66  

Lampiran 21. Hasil Analisis dengan Metode Kruskal Wallis untuk Jumlah

Volume Air Minum pada Tikus

Ranks

dosis N Mean Rank

volume minum kontrol (+) 7 10.43

dosis 1 7 14.36

dosis 2 7 8.21

kontrol (-) 7 25.00

Total 28

Jumlah volume air minum pada dosis 2 memiliki rata-rata rank terendah sebesar

8,21 sementara itu rata rata rank tertinggi yaitu kontrol negatif sebesar 25,00.

Test Statisticsa,b

volume minum

Chi-Square 17.271

Df 3

Asymp. Sig. .001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: dosis

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig dosis = 0,001 < 0,05 (Tolak H0, terima H1 yang berarti ada pengaruh

sangat nyata dosis terhadap perubahan jumlah volume air minum tikus).

67  

Ranks

waktu N Mean Rank

volume minum hari ke 0 4 20.50

hari ke 4 4 12.00

hari ke 8 4 18.00

hari ke 12 4 15.00

hari ke 16 4 14.63

hari ke 20 4 11.63

hari ke 24 4 9.75

Total 28

Jumlah volume air minum pada hari ke 0 memiliki rata-rata rank tertinggi sebesar

20,50 sementara itu rata rata rank terendah yaitu hari ke 24 sebesar 9,75.

Test Statisticsa,b

volume minum

Chi-Square 5.078

Df 6

Asymp. Sig. .534

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig waktu = 0,534 > 0,05 (Terima H0, tolak H1, yang berarti tidak ada

pengaruh sangat nyata waktu terhadap perubahan jumlah pakan tikus)

68  

Ranks

interaksi dosis dan

waktu N Mean Rank

volume minum kontrol (+) hari ke 0 1 21.00

kontrol (+) hari ke 4 1 5.00

kontrol (+) hari ke 8 1 16.50

kontrol (+) hari ke 12 1 8.50

kontrol (+) hari ke 16 1 13.00

kontrol (+) hari ke 20 1 7.00

kontrol (+) hari ke 24 1 2.00

dosis 1 hari ke 0 1 19.00

dosis 1 hari ke 4 1 15.00

dosis 1 hari ke 8 1 18.00

dosis 1 hari ke 12 1 16.50

dosis 1 hari ke 16 1 13.00

dosis 1 hari ke 20 1 10.50

dosis 1 hari ke 24 1 8.50

dosis 2 hari ke 0 1 20.00

dosis 2 hari ke 4 1 5.00

dosis 2 hari ke 8 1 13.00

dosis 2 hari ke 12 1 10.50

dosis 2 hari ke 16 1 5.00

dosis 2 hari ke 20 1 3.00

dosis 2 hari ke 24 1 1.00

kontrol (-) hari ke 0 1 22.00

kontrol (-) hari ke 4 1 23.00

kontrol (-) hari ke 8 1 24.50

kontrol (-) hari ke 12 1 24.50

kontrol (-) hari ke 16 1 27.50

kontrol (-) hari ke 20 1 26.00

69  

kontrol (-) hari ke 24 1 27.50

Total 28

Test Statisticsa,b

volume minum

Chi-Square 27.000

Df 27

Asymp. Sig. .464

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: interaksi

dosis dan waktu

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Kesimpulan :

Sig interaksi = 0,464 > 0,05 (Terima H0, tolak H1 yang berarti tidak ada

pengaruh sangat nyata interaksi dosis dan waktu terhadap perubahan jumlah

volume air minum tikus).

Superscrip Volume Air Minum Pada Uji Lanjut Nemenyi

Dosis Mean Rank dosis 2 kontrol (+) dosis 1 kontrol (-)

dosis 2 17.75 0.00a

kontrol +

19.61 1.86 a 0.00 b

dosis 1 27.25 9.50 7.64 b 0.00 kontrol - 49.39 31.64 29.79 22.14 0.00 c

Keterangan : tanda merah memberikan pengaruh yang berbeda

Cara : 1. Blok keseluruhan angka

2. Pilih menu Home > Conditional Formating > Highlight Cell Rules >

Greater Than

3. Pilih sel nilai Nemenyi, klik Ok.

70  

Waktu Mean

Rank

hari ke

24

hari ke

20

hari ke

4

hari ke

16

hari ke

12

hari ke

8

hari ke

0

hari ke 24 18.50 0.00 a

hari ke 20 22.50 4.00 a 0.00 b

hari ke 4 24.75 6.25 a 2.25 b 0.00 c

hari ke 16 26.50 8.00 a 4.00 b 1.75 c 0.00

hari ke 12 31.50 13.00 9.00 b 6.75 c 5.00 0.00 d

hari ke 8 35.25 16.75 12.75 10.50 c 8.75 3.75 d 0.00

hari ke 0 40.50 22.00 18.00 15.75 14.00 9.00 d 5.25 0.00

interaksi dosis dan waktu Mean Rank K+ H24 D2 H20 K+ H20 K+ H4 D1 H20 D1 H16 D1 H4 K+ H8

K+ H24 4.00 0.00a

D2 H24 4.00 0.00a

D2 H20 9.00 5.00a 0.00b

K+ H20 9.50 5.50a 0.50b 0.00c

K+ H4 11.50 7.50a 2.50b 2.00c 0.00d

D2 H4 11.50 7.50a 2.50b 2.00c 0.00d

K+ H16 13.50 9.50a 4.50b 4.00c 2.00d

D1 H24 13.50 9.50a 4.50b 4.00c 2.00d

D2 H16 13.50 9.50a 4.50b 4.00c 2.00d

D1 H20 20.50 16.50a 11.50b 11.00c 9.00d 0.00e

D2 H12 20.50 16.50a 11.50b 11.00c 9.00d 0.00e

K+ H12 24.75 20.75a 15.75b 15.25c 13.25d 4.25e

D1 H16 26.50 22.50a 17.50b 17.00c 15.00d 6.00e 0.00f

D2 H8 26.50 22.50a 17.50b 17.00c 15.00d 6.00e 0.00f

D1 H4 28.25 24.25 19.25b 18.75c 16.75d 7.75e 1.75f 0.00 g

K+ H8 31.75 27.75 22.75 22.25c 20.25d 11.25e 5.25f 3.50 g 0.00h

D1 H12 31.75 27.75 22.75 22.25c 20.25d 11.25e 5.25f 3.50 g 0.00 h

D1 H8 32.50 28.50 23.50 23.00 21.00d 12.00e 6.00f 4.25g 0.75 h

D1 H0 37.75 33.75 28.75 28.25 26.25 17.25e 11.25f 9.50 g 6.00 h

D2 H0 39.25 35.25 30.25 29.75 27.75 18.75e 12.75f 11.00g 7.50 h

K+ H0 42.25 38.25 33.25 32.75 30.75 21.75e 15.75f 14.00g 10.50h

K- H0 42.75 38.75 33.75 33.25 31.25 22.25e 16.25f 14.50g 11.00h

K- H4 48.00 44.00 39.00 38.50 36.50 27.50 21.50f 19.75g 16.25h

K- H12 49.25 45.25 40.25 39.75 37.75 28.75 22.75 21.00g 17.50h

K- H20 49.25 45.25 40.25 39.75 37.75 28.75 22.75 21.00g 17.50h

K- H8 50.50 46.50 41.50 41.00 39.00 30.00 24.00 22.25g 18.75h

K- H16 53.00 49.00 44.00 43.50 41.50 32.50 26.50 24.75 21.25h

K- H24 53.00 49.00 44.00 43.50 41.50 32.50 26.50 24.75 21.25h

71  

Lampiran 22. Dokumentasi Gambar

kelompok tikus pengukuran glukosa darah induksi aloksan (ip)

Metformin Granul Efervesen

pengukuran glukosa darah pengobatan

Analisis Data