gracilaria arcuata gracilaria gracilis sebagai antifungi...

13
AKTIVITAS EKSTRAK Gracilaria arcuata DAN Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans Paramita Agustina 1 , Tri Saptari Haryani 2 , Triastinurmiatiningsih 3 1.2.3 Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan Email : [email protected] ABSTRAK Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, salah satunya yaitu Gracilaria yang kaya akan antilipemik dan digunakan sebagai antibakteri dan antifungi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji kemampuan ekstrak Gracilaria arcuata dan Gracilaria gracilis dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Uji aktivitas ekstrak Gracilaria arcuata dan Gracilaria gracilis terhadap Candida albicans menggunakan metode difusi cakram Kirby Bauer dengan perlakuan ekstrak konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100% dan kontrol (ketokonazol). Hasil pengujian menunjukkan perlakuan dengan konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang membentuk diameter daerah hambat paling besar. Gracilaria arcuata memiliki diameter daerah hambat terbesar yaitu 19.4 mm, sedangkan Gracilaria gracilis sebesar 15 mm. Ekstrak Gracilaria arcuata memiliki diameter daerah hambat lebih besar terhadap pertumbuhan Candida albicans dibandingkan dengan ekstrak Gracilaria gracilis. Hasil uji senyawa fitokimia ekstrak Gracilaria arcuata dan Gracilaria gracilis positif mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Kata Kunci : ekstrak, Gracilaria arcuata dan Gracilaria gracilis, antifungi Candida albicans PENDAHULUAN Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, salah satunya yaitu rumput laut dan sampai saat ini belum optimal pemanfataannya (Jannata dkk, 2014). Algae banyak mengandung senyawa kimia sebagai metabolit primer yang disebut hidrokoloid dan telah dimanfaatkan untuk berbagai bahan industri seperti agar-agar, keraginan, alginat dan sebagainya. Selain produk metabolit primer, produk metabolit sekundernya mulai banyak diteliti. Salah satu metabolit sekunder yang sedang diteliti adalah senyawa bioaktif yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai antimikroba seperti antibakteri, antifungi, antivirus dan sebagainya (Suptijah, 2002). Salah satu anggota Rhodophyta yaitu Gracilaria diketahui kaya akan antilipemik yang digunakan sebagai obat penyakit gangguan dalam. Selain itu, dapat digunakan untuk antibakteri dan antifungi (Hutasoit dkk, 2013). Menurut Mutripah dkk (2013), terdapat 20 jenis Rhodophyta yang ada di Pantai Sayang Heulang,

Upload: dinhdien

Post on 04-May-2018

270 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

AKTIVITAS EKSTRAK Gracilaria arcuata DAN Gracilaria gracilis

SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans

Paramita Agustina1, Tri Saptari Haryani2, Triastinurmiatiningsih3 1.2.3 Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan

Email : [email protected]

ABSTRAK

Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai macam tumbuhan yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, salah satunya yaitu Gracilaria yang

kaya akan antilipemik dan digunakan sebagai antibakteri dan antifungi. Tujuan

dari penelitian adalah untuk menguji kemampuan ekstrak Gracilaria arcuata dan

Gracilaria gracilis dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Uji

aktivitas ekstrak Gracilaria arcuata dan Gracilaria gracilis terhadap Candida

albicans menggunakan metode difusi cakram Kirby Bauer dengan perlakuan

ekstrak konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100% dan kontrol (ketokonazol). Hasil

pengujian menunjukkan perlakuan dengan konsentrasi 100% merupakan

konsentrasi yang membentuk diameter daerah hambat paling besar. Gracilaria

arcuata memiliki diameter daerah hambat terbesar yaitu 19.4 mm, sedangkan

Gracilaria gracilis sebesar 15 mm. Ekstrak Gracilaria arcuata memiliki diameter

daerah hambat lebih besar terhadap pertumbuhan Candida albicans dibandingkan

dengan ekstrak Gracilaria gracilis. Hasil uji senyawa fitokimia ekstrak Gracilaria

arcuata dan Gracilaria gracilis positif mengandung senyawa alkaloid dan

flavonoid.

Kata Kunci : ekstrak, Gracilaria arcuata dan Gracilaria gracilis, antifungi

Candida albicans

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai daerah tropis

memiliki berbagai macam tumbuhan

yang dapat dimanfaatkan sebagai

obat tradisional, salah satunya yaitu

rumput laut dan sampai saat ini

belum optimal pemanfataannya

(Jannata dkk, 2014). Algae banyak

mengandung senyawa kimia sebagai

metabolit primer yang disebut

hidrokoloid dan telah dimanfaatkan

untuk berbagai bahan industri seperti

agar-agar, keraginan, alginat dan

sebagainya. Selain produk metabolit

primer, produk metabolit

sekundernya mulai banyak diteliti.

Salah satu metabolit sekunder yang

sedang diteliti adalah senyawa

bioaktif yang memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai antimikroba

seperti antibakteri, antifungi,

antivirus dan sebagainya (Suptijah,

2002).

Salah satu anggota Rhodophyta

yaitu Gracilaria diketahui kaya akan

antilipemik yang digunakan sebagai

obat penyakit gangguan dalam.

Selain itu, dapat digunakan untuk

antibakteri dan antifungi (Hutasoit

dkk, 2013). Menurut Mutripah dkk

(2013), terdapat 20 jenis Rhodophyta

yang ada di Pantai Sayang Heulang,

Page 2: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

Garut, antara lain yaitu G.arcuata

dan G.coronopifolia.

Menurut Hutosoit dkk (2013),

Gracilaria arcuata dan Gracilaria

lichenoides memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Escherichia coli

dan Micrococcus luteus. Gracilaria

sp. memiliki aktivitas daya hambat

terhadap pertumbuhan jamur

Aspergillus flavus dan Penicillium

sp. Keefektifan penghambatan

merupakan salah satu kriteria

pemilihan suatu senyawa

antimikroba untuk pestisida nabati.

Kerusakan yang ditimbulkan

komponen antimikroba dapat bersifat

mikosidal (kerusakan tetap) dan

mikostatik (kerusakan sementara

yang dapat kembali). Suatu

komponen bersifat mikosidal atau

mikostatik tergantung pada

konsentrasi dan kultur yang

digunakan.

Konsentrasi suatu bahan yang

berfungsi sebagai antimikroba

merupakan salah satu faktor penentu

besar kecilnya kemampuan dalam

menghambat pertumbuhan mikroba

yang diuji. Kerusakan yang

ditimbulkan komponen antimikroba

dapat bersifat fungisidal (membunuh

jamur) dan fungistatik

(menghentikan sementara

pertumbuhan jamur). Suatu

komponen akan bersifat fungisidal

atau fungistatik tergantung pada sifat

senyawa aktif, konsentrasi dan media

yang digunakan (Hutasoit dkk, 2013).

Penggunaan bahan kimia

sintetis sebagai pengendali

pertumbuhan jamur dapat

menimbulkan dampak yang

merugikan bagi kesehatan. Untuk itu

perlu bahan pengendali alami yang

tidak menimbulkan dampak bagi

kesehatan manusia. Salah satu

pengendali jamur alami adalah

ekstrak biota laut. Oleh karena itu

perlu dilakukan kajian untuk

mengetahui aktivitas bioaktif

berbagai jenis biota laut misalnya

G.arcuata dan G.gracilis sebagai

antifungi C.albicans.

Jamur banyak menimbulkan

berbagai penyakit infeksi. Pola hidup

yang kurang sehat dan didukung

iklim tropis dengan kelembaban

udara tinggi di Indonesia sangat

mendukung pertumbuhan jamur.

Candida albicans adalah suatu jamur

uniseluler yang merupakan flora

normal rongga mulut, usus besar dan

vagina. Dalam kondisi tertentu,

C.albicans dapat tumbuh berlebih

dan melakukan invasi sehingga

menyebabkan penyakit sistemik

progresif pada penderita yang lemah

atau kekebalannya tertekan.

C.albicans dapat menyebabkan

keputihan, sariawan, infeksi kulit,

infeksi kuku, infeksi paru-paru dan

organ lain serta kandidiasis

mukokutan menahun (Kumalasari

dan Sulistyani, 2011).

Tujuan dari penelitian ini yaitu

menguji aktivitas ekstrak G.arcuata

dan G.gracilis dalam menghambat

pertumbuhan jamur C.albicans dan

menguji kandungan senyawa aktif

ekstrak G.arcuata dan G.gracilis.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di

Laboratorium Biologi FMIPA–

Universitas Pakuan, Bogor, selama

tiga bulan mulai Januari-Maret 2016.

Pengambilan sampel Gracilaria

dilakukan di Pantai Sayang Heulang,

Kabupaten Garut.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan

secara langsung dengan menyusuri

Page 3: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

pesisir pantai (di daerah rataan

terumbu karang) dan mengambil

sampel yang menempel pada

substratnya, apabila sulit, dibantu

dengan alat pemotong (pisau/cutter).

Identifikasi Sampel

Sampel (bahan peneliti) yang

telah dikoleksi selanjutnya

diidentifikasi di Kantor Pusat

Penelitian Oseanografi - Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-

LIPI) Ancol Timur, Jakarta Utara.

Analisis Susut Pengeringan

Sampel

Analisis susut pengeringan

sampel menggunakan rumus sebagai

berikut : (Apriyantono dkk, 1989)

% Kadar Air = 𝐵 − 𝐶

𝐵 − 𝐴 x 100 %

Keterangan :

A : Berat cawan porselen kosong

(gr), B : Berat cawan porselen

dengan sampel (gr) sebelum dioven,

C : Berat cawan porselen dengan

sampel (gr) setelah dioven.

Persiapan Alat dan Bahan

Peralatan penelitian yang

digunakan, disterilsisasi

menggunakan oven pada suhu 120o-

150oC selama 2 jam (Waluyo, 2007).

Media yang digunakan adalah

Potato Dextrose Agar. Media PDA

dan aquadest disterilkan di dalam

autoclave suhu 121oC, tekanan 1

atm, selama 15–20 menit.

Pembuatan Simplisia

Sampel Gracilaria arcuata dan

Gracilaria gracilis yang sudah

bersih, dikeringanginkan selama tiga

hari lalu dikeringkan dalam oven

pada suhu 50oC selama tiga hari,

kemudian sampel kering digrinder

sehingga diperoleh serbuk halus dan

diayak dengan pengayak No. 20,

kemudian ditimbang dan disimpan

dalam wadah bersih yang tertutup

(Ditjen POM, 1985).

Uji Fitokimia

Uji fitokimia menggunakan

simplisia serbuk, meliputi uji

alkaloid, flavonoid, triterpenoid,

saponin dan tanin (Harborne, 1987).

Pembuatan Ekstrak Gracilaria

arcuata dan Gracilaria gracilis Simplisia Gracilaria arcuata

dan Gracilaria gracilis diekstrak

dengan metode maserasi.

Selanjutnya, filtrat dievaporasi

dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 50oC sampai

tidak terjadi pengembunan pelarut

etanol pada (Iswani, 2007).

Perhitungan Rendemen Ekstrak

Rendemen ekstrak dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

: (Nurhayati et al, 2005)

Rumus rendemen : Rendemen ekstrak total =

Bobot ekstrak

Bobot simplisia x 100%

Rendemen serbuk = Bobot simplisia

Bobot basah x 100%

Pembuatan Deret Konsentrasi

Ekstrak Gracilaria arcuata dan

Gracilaria gracilis

Sebelum dilakukan pembuatan

deret konsentrasi, terlebih dahulu

dibuat larutan induk yaitu

konsentrasi 100%. Selanjutnya

dibuat seri pengenceran ekstrak

G.arcuata dan G.gracilis yaitu

konsentrasi 100%, 90%, 80% dan

70%.

Pembuatan Kertas Cakram

Kertas cakram dibuat

menggunakan kertas saring

Whatman No. 42 (diameter = 6

mm). Larutan yang digunakan adalah

ekstrak G.arcuata dan G.gracilis

yang dilarutkan dalam aquadest steril

pada masing-masing konsentrasi

70%, 80%, 90%, 100% dan kontrol

positif ketokonazol 50 ppm. Kertas

Page 4: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

cakram dikeringkan dalam oven pada

suhu 50oC selama 24 jam.

Peremajaan Inokulum Candida

albicans

Isolat Candida albicans

diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Institut Pertanian Bogor. Biakan

jamur diinkubasi selama 120 menit

pada suhu 37oC di dalam inkubator

(Henry, 2001). C.albicans dari

sediaan 1 ose kemudian diremajakan

di dalam media PDA dengan cara

menggoreskan secara zig-zag di

media agar miring. Biakan

C.albicans dibuat suspensi sehingga

didapatkan konsentrasi

10-4koloni/ml.

Uji Konsentrasi Hambat Minimum

(KHM)

Uji Konsentrasi Hambat

Minimum dilakukan dengan metode

tuang pada beberapa konsentrasi

(50%, 60% dan 70%). KHM ditandai

dengan tidak adanya pertumbuhan

atau dapat dilihat dari pertumbuhan

yang paling sedikit pada C.albicans,

yang digunakan sebagai penentuan

titik awal konsentrasi untuk

pengujian diameter daerah hambat

(DDH).

Pengujian Antifungi Ekstrak

Gracilaria arcuata dan Gracilaria

gracilis Pengujian Aktivitas ekstrak

Gracilaria arcuata dan Gracilaria

gracilis sebagai Antifungi Candida

albicans menggunakan uji difusi

menurut Kirby-Bauer dengan metode

oles. Perlakuan yang digunakan

dalam pengujian ini yaitu ekstrak

G.arcuata dan G.gracilis dengan

konsentrasi 70%, 80%, 90% dan

100% sedang kontrol positif

digunakan ketokonazol dengan

konsentrasi 50 ppm.

Parameter

Parameter utama yang diamati

dalam penelitian ini mengukur

Diameter Daerah Hambat (DDH)

ekstrak G.arcuata dan G.gracilis

terhadap pertumbuhan C.albicans.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan Susut Pengeringan

Dari hasil penetapan susut

pengeringan pada kedua jenis

Gracilaria, diperoleh susut

pengeringan pada Gracilaria arcuata

yaitu sebesar 17% dan Gracilaria

gracilis sebesar 12%. Berdasarkan

Badan Standarisasi Nasional (BSN)

untuk standar mutu rumput laut jenis

Gracillaria sp. rata-rata susut

pengeringan sebesar 13.94%

(Hidayat, 2004). Hal ini sesuai

dengan pernyataan Voigt (2004),

penentuan batas susut pengeringan

untuk ekstrak kental yaitu 5-30%.

Rendemen Ekstrak

Adapun hasil analisis

selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 1, berikut :

Tabel 1. Hasil Rendemen Ekstrak Hasil G.arcuata G.gracilis

Berat

Basah

4875 gr 4235 gr

Berat

Simplisia

331 gr 318 gr

Berat

Ekstrak

75 ml 50 ml

Rendemen

Ekstrak

22.66% 15.72%

Rendemen

Serbuk

6.79% 7.5%

Nurhayati dkk (2005)

mengatakan bahwa nilai rendemen

dari hasil maserasi suatu bahan

menunjukkan adanya komponen

bioaktif yang terkandung dalam

bahan tersebut. Rendemen

merupakan perbandingan jumlah

ekstrak yang diperoleh dari suatu

Page 5: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

bahan terhadap berat awal simplisia,

artinya bahwa hasil rendemen

merupakan hasil senyawa bioaktif

yang terkandung dalam bahan

simplisia tersebut sesuai dengan

berat awal simplisia yang diperoleh.

Hasil Uji Fitokimia Uji fitokimia terhadap

simplisia Gracilaria arcuata dan

Gracilaria gracilis dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui kandungan

senyawa bioaktif dalam kedua

ekstrak tersebut. Analisis fitokimia

ekstrak Gracilaria arcuata dan

Gracilaria gracilis positif

mengandung senyawa alkaloid dan

flavonoid. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Setiabudy dan Bahry

(2007) yang menyatakan bahwa

Gracilaria mengandung alkaloid.

Menurut Wiryowidagdo (2008),

Gracilaria mengandung senyawa

bioaktif flavonoid.

G.arcuata menunjukkan hasil

uji positif kuat (++), jika

dibandingkan dengan G.gracilis yang

hanya menunjukkan positif (+).

Alkaloid merupakan senyawa yang

memiliki aktivitas antimikroba, yaitu

menghambat esterase dan juga DNA

dan RNA polimerase, juga

menghambat respirasi sel dan

berperan dalam interkalasi DNA.

Alkaloid adalah zat aktif dari

tanaman yang berfungsi sebagai obat

dan aktivator kuat bagi sel imun yang

menghancurkan bakteri, virus, jamur

dan sel kanker (Ghalib, 2009).

Hasil uji fitokimia senyawa

kelompok Flavonoid menunjukkan

hasil (+) positif dengan terbentuknya

warna kuning. Terdapat perbedaan

antara G.arcuata dan G.gracilis,

yaitu G.arcuata menunjukkan hasil

positif kuat (++), sedangkan

G.gracilis menunjukkan hasil positif

(+). Flavonoid telah dilaporkan

berfungsi sebagai antialergi,

antivirus, antijamur dan antiradang.

Sebagai antijamur flavonoid dapat

menghambat pertumbuhan jamur

secara in-vitro. Flavonoid

menunjukkan toksisitas rendah pada

mamalia, sehingga beberapa

flavonoid digunakan sebagai obat

bagi manusia (Ghalib, 2009).

Hasil uji fitokimia senyawa

kelompok Triterpenoid terhadap

ekstrak Gracilaria arcuata dan

Gracilaria gracilis menunjukkan

hasil (-) negatif dengan tidak

terbentuknya warna hijau. Menurut

Harborne (1987), triterpenoid

terdapat pada tumbuhan tingkat

rendah dan tumbuhan tingkat tinggi

seperti pada algae cokelat dan

kelapa. Sehingga dapat dikatakan

bahawa Triterpenoid tidak terdapat

G.arcuata dan G.gracilis.

Hasil uji fitokomia senyawa

kelompok Saponin menunjukkan

hasil (-) negatif karena tidak

terbentuk busa. Hasil uji fitokimia

senyawa kelompok Tanin

menunjukkan hasil (-) negatif, karena

tidak mengalami perubahan warna

menjadi biru, ungu ataupun hijau

melainkan mengalami perubahan

warna menjadi kuning. Tanin

terdapat luas dalam tumbuhan

berpembuluh, dalam tumbuhan

kelompok angiospermae terdapat

khusus pada jaringan kayu. Tanin

dapat bereaksi dengan protein

membentuk kopolimer yang tidak

larut dalam air. G.arcuata dan

G.gracilis tumbuh di perairan laut

yang biasanya menempel pada

terumbu karang, jika tanin hanya

bereaksi pada protein kopolimer dan

tidak larut dalam air maka dapat

dinyatakan bahwa G.arcuata dan

Page 6: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

G.gracilis tidak mengandung tanin

(Sulastri, 2009).

Hasil Uji Konsentrasi Hambat

Minimum

Adapun hasil konsentrasi

hambat minimum dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Uji Konsentrasi

Hambat Minimum

Gambar 1.a. G.arcuata dan Gambar

1.b. G.gracilis (Dok.Pribadi, 2016)

Uji konsentrasi hambat

minimum pada G.arcuata dan

G.gracilis yaitu pada konsentrasi

70% (Gambar 1). Pada konsentrasi

70% pertumbuhan jamur lebih

sedikit dibandingkan dengan

konsentrasi 50% dan 60%. Uji

diameter daerah hambat dimulai pada

konsentrasi 70%,

Hasil Uji Aktivitas Ekstrak

Gracilaria arcuata dan Gracilaria

gracilis Terhadap Antifungi

Candida albicans

Adapun diameter daerah

hambat G.arcuata dan G.gracilis

dapat dillihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Diameter Daerah

Hambat G.arcuata dan

G.gracilis

Konsentrasi DDH (mm)

G.arcuata G.gracilis

70% 7.2a 7.2a

80% 10.4ab 8a

90% 13ab 9.2ab

100% 19.4b 15ab

Keterangan : Huruf yang berbeda

pada kolom yang

sama menunjukkan

adanya pengaruh beda

nyata.

Diameter daerah hambat paling

besar Gracilaria arcuata yaitu pada

konsentrasi 100% memiliki rata-rata

19.4 mm (Gambar 2) dengan

kategori kuat.

Gambar 2. Hasil Uji Aktivitas

Ekstrak Gracilaria arcuata Terhadap

Antifungi Candida albicans

(Dok. Pribadi, 2016)

Diameter daerah hambat pada

Gracilaria garcilis paling besar yaitu

pada konsentrasi 100% memiliki

rata-rata 15 mm (Gambar 3) dengan

kategori kuat.

A B

100%

70%

K+ 80%

90%

Page 7: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

Gambar 3. Hasil Uji Aktivitas

Ekstrak Gracilaria gracilis Terhadap

Antifungi Candida albicans

(Dok. Pribadi, 2016)

Keefektifan penghambatan

merupakan salah satu kriteria

pemilihan suatu senyawa

antimikroba untuk pestisida nabati.

Kerusakan yang ditimbulkan

komponen antimikroba dapat bersifat

mikosidal (kerusakan tetap) dan

mikostatik (kerusakan sementara

yang dapat kembali). Suatu

komponen bersifat mikosidal atau

mikostatik tergantung pada

konsetrasi dan kultur yang digunakan

(Ardiansyah, 2005).

Mekanisme penghambat

mikroorganisme oleh senyawa

antimikroba dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain (1)

gangguan pada senyawa penyusun

dinding sel, (2) peningkatan

permeabilitas membran sel yang

dapat menyebabkan kehilangan

komponen penyusun sel, (3)

menginaktivasi enzim dan (4)

destruksi atau kerusakan fungsi

material genetik (Hutasoit 2013).

Ketokonazol dengan

konsentrasi 50 ppm memiliki rata-

rata diameter daerah hambat lebih

besar jika dibandingkan dengan rata-

rata diameter daerah hambat pada

G.arcuata dan G.gracilis.

Ketokonazol adalah antijamur

berspektrum luas golongan imidazol

yang bekerja dengan menghambat

biosintesis ergosterol yang

merupakan komponen penting dari

pembentukan membran sel jamur.

Ketokonazol menghambat enzim

cytochrom p450 yang menyebabkan

akumulasi 14-alfa-methyl sterol yang

tidak dapat menggantikan fungsi

ergosterol membran sel jamur.

Penurunan ergosterol membran sel

jamur menyebabkan rusaknya

permeabilitas membran, akibatnya

sel jamur kehilangan komponen

intraselulernya. Mekanisme seperti

itulah yang dipakai ketokonazol

dalam menghambat pertumbuhan

jamur (Aprilia dan Subakir, 2010).

Ekstrak Gracilaria arcuata dan

Gracilaria gracilis juga memiliki

efek antijamur walaupun belum ada

penelitian tentang bagaimana

mekanismenya. Alkaloid dan

flavonoid yang terkandung dalam

G.arcuata dan G.gracilis telah

diteliti oleh peneliti sebelumnya,

memiliki efek antijamur. Alkaloid

merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba, yaitu

menghambat esterase dan juga DNA

dan RNA polimerase, juga

menghambat respirasi sel dan

berperan dalam interkalasi DNA.

Alkaloid adalah zat aktif dari

tanaman yang berfungsi sebagai obat

dan aktivator kuat bagi sel imun yang

menghancurkan bakteri, virus, jamur

dan sel kanker (Ghalib, 2009).

Mekanisme kerja flavonoid dalam

menghambat pertumbuhan jamur

yakni dengan menyebabkan

gangguan permeabilitas membran sel

jamur. Gugus hidroksil yang terdapat

pada senyawa flavonoid

menyebabkan perubahan komponen

organik dan transport nutrisi yang

akhirnya akan mengakibatkan

70%

90%

100%

K+

80%

Page 8: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

timbulnya efek toksik terhadap jamur

(Ghalib, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa hasil pengujian

aktivitas ekstrak G.arcuata dan

G.gracilis terhadap C.albicans

menunjukkan perlakuan dengan

konsentrasi 100% merupakan

perlakuan yang membentuk daerah

hambat paling besar. G.arcuata

membentuk diameter daerah hambat

terbesar yaitu 19.4 mm, sedangkan

G.gracilis sebesar 15 mm. Ekstrak

G.arcuata memiliki diameter daerah

hambat lebih besar terhadap

pertumbuhan C.albicans

dibandingkan pada ekstrak

Gracilaria gracilis. Hasil uji

senyawa fitokimia ekstrak G.arcuata

dan G.gracilis positif mengandung

senyawa alkaloid dan flavonoid.

Saran

Dari hasil penelitian

disarankan perlu dilakukan pengujian

lebih lanjut mengenai efektivitas

ekstrak G.arcuata dan G.gracilis

dalam menghambat pertumbuhan

jamur C.albicans maupun jamur

lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Disampaikan kepada Dra. Tri

Saptari Haryani M.Si., dan Dra.

Triastinurmiatiningsih M.Si., selaku

pembimbing yang telah banyak

memberikan saran dan bantuannya

dan Ir. E. Mulyati Effendi M.S.,

selaku Kepala Laboratorium yang

telah memberikan izin untuk

menggunakan laboratorium sehingga

penelitian ini dapat berjalan dengan

lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Fitrina dan Subakir. 2010.

Efektivitas Ekstrak Jahe

(Zingiber officinale Rosc.)

3,13% Dibandingkan

Ketokonazol 2% Terhadap

Pertumbuhan Malassezia sp.

pada Ketombe. Artikel

Penelitian. Semarang.

Apriyantono, A., D.Fardiaz,

N.L.Puspitasari, Sedamawati

dan S. Budiyanto. 1989. Analisis

Pangan. PAU Pangan dan Gizi.

Bogor. IPB Press.

Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas

Sebagai Bahan Antibakteri

dan Antioksidan. Berita

IPTEK.

Bridson, E.Y. 1998. The Oxoid

Manual 8th Edition. England.

Oxoid Limited Hampsire.

Ditjen POM, Depkes RI. 1985. Cara

Pembuatan Simplisia. Jakarta.

Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Gholib, Djaenudin. 2009. Uji Daya

Hambat Daun Senggani

(Melastoma malabathricum

L.) Terhadap Trichophyton

mentagrophytees dan

Candida albicans. Jurnal

Berita Biologi Vol. 9 (5) :

523- 529.

Gomez, K.A dan A.A, Gomez. 1995.

Prosedur Statistika untuk

Penelitian Pertanianedisi II

(Penerjemah: Tohari dan

Soedharoedjian). Yogyakarta.

Gadjah Mada University Press.

Harborne, J. B. 1987. Metode

Fitokimia : Penuntun Cara

Modern Menganalisis

Tumbuhan. (Diterjemahkan

oleh Kosasih Padmawinata dan

Iwang Soediro). Bandung.

Institut Teknologi Bandung.

Page 9: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai

Henry, John Bernard. 2001. Clinical

Diagnosis And Management

By Laboratory

Method. 21st. Philadelphia.

WB. Saunders Company.

Hutasoit, Sanggul., I.K. Suada dan

I.G.K. Susrama. 2013. Uji

Aktivitas Antijamur Ekstrak

Beberapa Jenis Biota Laut

terhadap Aspergillus flavus

LINK dan Penicillium sp.

LINK. E-Jurnal

Agroekoteknologi Tropika

Vol. 2 (1) :

27–38.

Iswani, S. 2007. Preparasi Ekstrak

Kasar (Crude Extract) Etanol

dari Makroalga Untuk Uji

Farmakologi. Buletin

Teknologi Aquakultur Vol. 6

(1).

Jannata, R.H., A. Gunadi dan T.

Ermawati. 2014. Daya

Antibakteri Ekstrak Kulit

Apel Manalagi (Malus

sylvestris Mill.) Terhadap

Pertumbuhan Streptococcus

mutans. e-Jurnal Pustaka

Kesehatan Vol. 2 (1) : 23-28.

Mutripah, Siti., M.D.N. Meinita dan

R.E. Prabowo. 2013.

Keanekaragaman Algae di

Pantai Sayang Heulang dan

Potensinya Sebagai Bahan

Baku Bioetanol. Omni-

Akuatika Vol. XII (16) : 8–

14.

Nurhayati, T., H.Roliandi and N.

Bermawie. 2005. Production

of Mangim Wood Vinega and

Its Utilization. Jurnal of

Foresty Reseaech Vol. 2 (1) :

13-26.

Setiabudy, R. dan Bahry, B. 2007.

Farmakologi dan Terapi:

Obat Jamur. Edisi 5. Jakarta.

Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Sulastri, Taty. 2009. Analisis Kadar

Tanin Ekstrak Air dan

Ekstrak Etanol pada Biji

Pinang Sirih (Areca Catechu.

L). Jurnal Chemica Vol. 10

(1) : 59-63.

Suptijah, P. 2002. Algae: Prospek

dan Tantangannya.

http://www.tumoutou.net/702

-04212/pipih-suptijah.htm-

48k (diakses pada tanggal 15

Desember 2015 pukul 22.37).

Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran

Teknologi Farmasi edisi 5.

Yogyakarta. Gadjah Mada

University Press : 170.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi

Umum. Malang. UMM Press.

Wiryowidagdo, S. 2008. Kimia dan

Farmakologi Bahan Alam.

Jakarta. EGC.

Page 10: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai
Page 11: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai
Page 12: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai
Page 13: Gracilaria arcuata Gracilaria gracilis SEBAGAI ANTIFUNGI …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal PARAMITA... ·  · 2018-02-17Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai