efektifitas pembelajaran berbantuan media audio visual melalui … · 2013. 4. 29. · menurut...

76
Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui Metakognitif Terhadap Pelajaran PAI Di SMP Al Falah (Studi Pada Pelajaran PAI Di SMP Al Falah Bekasi) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) Oleh: ABDILLAH 105011000001 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui

Metakognitif Terhadap Pelajaran PAI Di SMP Al Falah

(Studi Pada Pelajaran PAI Di SMP Al Falah Bekasi)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Oleh:

ABDILLAH 105011000001

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad saw. Sebagai suri teladan yang sempurna bagi kita semua.

Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini, banyak

pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Sebagai tanda

syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS

PEMBELAJARAN MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI METAKOGNITIF

TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Pada pelajaran PAI Di SMP

Al Falah Bekasi)”. Maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bapak Bahrissalim, M. Ag.

3. Dosen pembimbing skripsi Bapak Yudhi Munadi, M. Ag. yang telah

memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan merupakan suatu kesenangan dan

kebanggaan tersendiri bagi penulis berada di bawah bimbingan beliau.

4. Dosen pembimbing Akademik Dr. Hj. Siti Salmiah M.A. yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat kepada penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan.

5. Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yang telah memberikan bantuan berupa

bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi.

6. Kapala sekolah, dan para guru SMP Al Falah Bekasi yang telah memberikan

ijin penelitian dan kerjasama yang baik kepada penulis terutama kepada guru

Pendidikan Agama Islam.

7. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada

Almarhum ayahanda semoga diampuni semua dosanya dan bangga atas

Page 3: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

keberhasilan anaknya. Dan kepada ibunda tercinta yang senantiasa

mengasuh, membimbing membiayai dan memotivasi penulis dengan tulus,

serta selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sukses dalam segala hal.

Semua yang telah mereka berikan tidak akan dapat tergantikan dengan

apapun di dunia ini.

8. Keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan juga semangat, serta

memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat dan teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama islam, Arbi

Putra Musawi, Arifin, Muhammad Nur, Jon Umang Khoirul Badriyah yang

senantiasa membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Istriku tercinta Suci Lastari ST, yang senantiasa memberikan motivasi dan

dukungannya kepada penulis baik berupa moril, tenaga, maupun materi.

11. Dan tidak terlupakan pula terimakasih kepada semua pihak yang turut

membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini yang penulis tidak dapat

sebutkan namanya satu per satu.

Penulis tidak mempunyai daya upaya untuk membalas semua kebaikan ini

hanyalah do’a yang dapat penulis panjatkan, semoga segala kebaikan semua pihak

yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi dicatat sebagai amal sholeh,

selanjutnya penulus juga berharap mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan

mendapat Ridha Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Bila ada kekurangan itu datangnya dari pribadi penulis sendiri dan

kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Jakarta 15 Pebuari 2011

Penulis

ABDILLAH

Page 4: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................. 6

D. Perumusan Masalah ................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Efektivitas ................................................................. 8

B. Pengertian Teori Belajar.............................................................. 9

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ......... 10

1. Faktor Exsternal siswa ....................................................... 10

2. Faktor Internal Siswa ......................................................... 10

D. Kognitif Dan Metakognitif ....................................................... 11

1. Teori Kognitif ...................................................................... 11

2. Tokoh Dan Pemikiran Ahli Teori kognitif ........................... 12

3. Pengertian Metakognitif ....................................................... 22

E. Media Audio Visual ................................................................. 24

1. Pengertian Media ............................................................... 24

2. Media Audio Visual. .......................................................... 31

3. Vidio .................................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 37

B. Metode Penelitian .................................................................... 38

C. Objek Penelitian....................................................................... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40

Page 5: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

E. ................................................................................................. Te

knik Analisis Data .................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Profil Informan ........................................................................ 45

B. Interaksi Sosial ........................................................................ 48

C. Kondisi sarana Dan Prasarana .................................................. 49

D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual .... 52

E. Hasil Uji Efaktifitas Pembelajaran ........................................... 58

F. Pencapaian Tingkat Kognitif Siswa .......................................... 62

G. Pengamatan Metakognitif ........................................................ 64

H. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual .......................... 67

I. Upaya SMP Al Falah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan . 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 70

B. Saran ......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 6: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar menurut aliran psikologi dianggap sebagai suatu proses perubahan

perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan :

"Learning is the process by with an activity, originates or changed through training

procedure (wether in the laboratory or in the natural environment) as

distinguished from changes by factors not atributable to training. " Bagi Hilgard,

belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik

latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.1

Henry Garrett dalam General psikology mengatakan “Learning is The

process which, as result of training and experience, leads to new or changed

respo”n. Menurut Henry Garrett, belajar merupakan proses yang berlangsung

dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa

kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan, ( Jakarta:

kencana prenada media group, 2006), cet. I, h.112.

Page 7: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

tertentu.2

Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku.

Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat

manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat

manusia menurut Leibnitz.

Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif

dengan teori tabularasanya. Locke menganggap bahwa anak yang baru lahir itu

seperti kertas putih bersih yang belum ditulisi, hendak ditulisi apa kertas itu

sangat tergantung pada orang yang menulisnya, artinya pendidikan atau

lingkungan berkuasa atas pembentukan karakter anak.3 Dari pandangan yang

mendasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar behavioristik

Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah

pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indra dengan

kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon.

Berbeda dengan pandangan locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia

organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber dari segala kegiatan. Pada

hakekatnya manusia bebas untuk berbuat dan bebas untuk membuat suatu

keputusan dalan situasi tertentu. Pandangan hakekat manusia menurut Leibnitz

ini kemudian melahirkan aliran belajar kognitif.

Menurut aliran kognitif belajar bukan hanya sekedar hubungan antara

stimulus dan respon saja bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan

belajar juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks yang ada di dalam

diri individu yang sedang belajar dan memerlukan pengaturan kegiatan kognitif. 4

Metakognitif merupakan kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui

dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui

bagaimana untuk belajar, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar

efektif.5 Kemampuan metakognitif sangat penting dalam proses pembelajaran

2 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Uhamka Press, 2003 ),

Cet. III, h. 27.

3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. VIII, h. 15.

4 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan …, h.114 5 http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/metakognitif-belajar-bagaimana-untuk-belajar.

Page 8: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam

melakukan metakognitif. Siswa yang metakognitifnya baik akan lebih mandiri

dalam belajar , kreatif, dan mampu mengeksplorasi pengetahuan tanpa batas.

Bila di tinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi karena dalam

peoses komunikasi terdapat komunikator, komunikan, dan pesan yang disampaikan.

Pesan atau informasi yang disampaikan berupa pengetahuan, keahlian, skill, nilai-

nilai, ide, pengalaman, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan apa yang

diungkapkan oleh Yudhi Munadi. “ Proses pendidikan adalah proses komunikasi,

karena dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan dan pesan

(message), yakni sebagai komponen yang dikomunikasikan ”.6

Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh

guru atau sumber lain kedalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal

maupun simbol non-verbal atau visual. Proses penuangan pesan kedalam simbol-

simbol komunikasi itu disebut enconding. Selanjutnya penerima pesan (siswa,

peserta latihan ataupun guru) menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut

sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang

mengandung pesan-pesan tersebut disebut deconding.7

Melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati

oleh siswa. Namun pada kenyataannya seringkali terjadi kegagalan dalam proses

komunikasi pembelajaran. Kegagalan komunikasi pembelajaran ini ditandai dengan

kurang berhasilnya siswa dalam memahami, salah paham, atau tidak mengerti sama

sekali tentang apa yang telah dijelaskan oleh gurunya. Ini menunjukkan bahwa

proses pembelajaran disekolah belum berjalan dengan efektif (tepat sasaran).

Kegagalan komunikasi ini terjadi karena adanya gangguan ketika proses

pembelajaran berlangsung.

Gangguan yang menghambat proses komunikasi tersebut biasa dikenal dengan

istilah noises. Gangguan-gangguan tersebut dapat di identifikasikan dari faktor-

faktor sebagai berikut :

6 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada

Press), cet.1, h. 13-114. hlm. 7 Arif S. Sadiman, Dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet. I, h.

6-7.

Page 9: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

1. Faktor raw input, yakni faktor siswa itu sendiri, bahwa setiap siswa

memiliki kondisi yang berbeda-beda baik kondisi fisiologis maupun

psikologis.

2. Faktor environmental input, yakni faktor lingkungan, baik lingkungan

sosial maupun lingkungan alam.

3. Faktor instrumental input, diantaranya meliputi kurikulum, bahan, sarana,

sarana atau fasilitas, guru.8

Untuk mengatasi gangguan pada saat proses pembelajaran serta agar proses

penyampaian pesan dapat diterima dengan baik oleh siswa , maka guru perlu

menggunakan variasi dalam penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan karakteristik siswa.

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media

diantaranya :

1. Tujuan instruksional yang ingin dicapai.

2. karakteristik siswa.

3. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak dan

seterusnya)

4. Keadaan lingkungan.

5. Kondisi setempat, dan luas jangkauan yang ingin dilayani.9

Saat ini cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini,

mulai dari yang paling sederhana berupa cetakan sampai kepada yang berteknologi

tinggi seperti komputer.

Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang menggunakan

metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran. Hal ini lebih dirasakan lagi pada pelajaran Pendidikan Agama

Islam.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara pasif individu

dipengaruhi oleh lingkungan, namun individu juga aktif dalam memilih,

memutuskan, memperhatikan, mengabaikan dan membuat banyak respon lain untuk

8 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru…, h. 13. 9 Arif S. Sadiman, Dkk., Media Pendidika…, h. 83.

Page 10: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

mengejar tujuan.

Keberhasilan belajar bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan belajar saja,

namun juga di pengaruhi oleh kemampuan siswa dalam mengatur metakognitifnya.

Agar siswa mampu mengatur metakognitifnya dengan baik diperlukan media

pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta di dukung oleh

metode pembelajaran yang baik pula.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti “

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI

METAKOGNITIF ”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang sudah dikemukakan dapat diidentifikasi masalah

pada pembelajaran PAI antara lain:

1. Penggunaan media pembelajaran disekolah SMP Al Falah sangat jarang

dilakukan karena faktor fasilitas dan biaya.

2. Para guru SMP Al Falah kebanyakan tidak menggunakan metode belajar yang

berfareatif.

3. Para guru SMP Al Falah masih memandang siswa sebagai objek dalam

pembelajaran, sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

4. Guru SMP Al Falah belum mampu secara prosudur dalam memanfaatkan

fungsi media audio visual sabagai pembelajaran.

5. Siswa belum mampu melakukan metakognitif dengan baik, karena media dan

metode pembelajaran yang digunakan tidak mendukung siswa untuk mampu

melakukan metakognitif.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah, agar permasalahan tidak meluas penelitian

dibatasi pada:

1. Media audio visual, yang dimaksud adalah media audio visual yang sudah

jadi dalam bentuk VCD kisah Nabi yusuf AS.

2. Metakognitif siswa, yang dimaksud adalah kemampuan pengaturan otak

siswa untuk belajar secara efektif.

Page 11: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

3. Jenjang kognitif, yang dimaksud adalah jenjang kognitif yang disampaikan

oleh Bunyamin S, Bloom.

4. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VII SMP Al Falah Bekasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektifitas pembelajaran dengan bantuan media audio

visual ?

2. Bagaimanakah proses metakognitif siswa yang belajar dengan

menggunakan media audio visual ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya

semua permasalahan yang dirumuskan yaitu :

1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran melalui media audio visual.

2. Untuk mengetahui proses metakognitif siswa yang belajar dengan bantuan

media audio visual.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna tidak hanya bagi peneliti tetapi juga untuk

semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah tempat

peneliti melaksanakan penelitian antara lain:

1. Sebagai suatu kajian ilmiah yang dapat menambah khasanah pengetahuan

khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para praktisi dunia

pendidikan.

2. Bagi kepala sekolah SMP Al Falah Bekasi, sebagai bahan evaluasi bagi

pemanfaatan media pembelajaran di sekolah,

3. Bagi Guru PAI SMP Al Falah Bekasi, sebagai bahan masukan dalam

upaya meningkatkan Profesionalisme khususnya dalam memanfaatkan

metode dan media pembelajaran.

4. Bagi siswa, memberikan kontribusi untuk senantiasa terpacu dalam

Page 12: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

meningkatkan kreatifitas belajarnya untuk hasil yang lebih optimal.

5. Untuk memberi tahukan kepada para guru akan pentingnya kemampuan

metakognitif ini diajarkan kepada siswa.

Page 13: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

BAB II

LANDASAN TEORITIS

F. Pengertian Efektivitas Pembelajaran Kata efektifitas biasanya dipakai dalam hubungannya dengan hasil atau

produk yang sangat diharapkan dari suatu kegiatan atau lembaga pendidikan. Kata

efektifitas adalah kata sifat dari kata efektif yang berarti adanya efek (akibat,

pengaruh, berhasil) manjur atau mujarab dapat membawa hasil guna.10

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi

berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan dalam penggunaan

media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran

dapat diserap oleh anak didik dengan optimal menimbulkan suatu perubahan pada

diri siswa. 11

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas dalam

pembelajaran adalah tercapainya tujuan dalam sebuah proses pembelajaran atau

dapat juga diartikan dengan terserapnya informasi dalam sebuah proses

pembelajaran oleh peserta didik secara maksimal.

10 Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka, 2007) h, 284. 11 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta

2006), cet. III, h. 147.

Page 14: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

G. Pengertian Teori Belajar

Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses

mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya

perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu

dengan lingkungan yang sadari.

Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku.

Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat

manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat

manusia menurut Leibnitz.

Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif. Dengan

teori tabularasanya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih,

hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari

pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar

behavioristik.

Berbeda dengan pandangan Locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia

adalah organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan.

Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat suatu

pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri.

Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat diamati

sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi.

Pandangan hakikat manusia menurut pandangan Leibnitz ini kemudian melahirkan

aliran belajar kognitif.

Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan

asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecendrungan untuk

bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R ). Oleh karena itu,

teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar adalah upaya untuk

membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya.12

H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa

12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan , (

Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2006 ), Cet. I, h. 115.

Page 15: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

di sekolah yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian. Yaitu faktor

exsternal dan faktor internal siswa.

3. Faktor Exsternal siswa

Faktor exsternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor

exsternal terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan dan instrumental.

Faktor lingkungan terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan alam dan

lingkungan sosial. Lingkungan alam seperti, keadaan suhu, kelembaban udara,

waktu, cuaca, letak gedung sekolah ditempat yang ramai atau tidak dan lain

sebagainya. Lingkungan sosial seperti : interaksi sosial dengan teman sebangku,

interaksi peserta didik dengan guru-guru, dan kebudayaan.

Faktor instrumental terdiri dari sarana dan alat-alat belajar yang

digunakan guru dalam proses belajar mengajar seperti media pendidikan,

metodelogi mengajar yang di gunakan, dan buku yang di pakai.13

4. Faktor Internal Siswa

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa faktor

internal dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor fsiologis dan faktor psikologis..

Faktor fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik,

kondisi panca indranya terutama pada penglihatan dan pendengarannya.

Faktor psikologis siswa terdiri ketenangan jiwa, perhatian, motivasi, minat,

intelegensi dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,

berfikir dan kemampuan dasar yang di miliki siswa.14

I. Teori Kognitif dan Metakognitif

1. Teori Kognitif

Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan

mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan

dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-

kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan dan

13 Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. I,

h. 59. 14 Aminudin Rasyad. Teori Belajar Dan Pembelajaran ( Jakarta : Uhamka Press, 2003), Cet,

IV. h.103.

Page 16: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

prosudur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.15

Pendekatan teori kognitif lebih menekankan proses mental manusia.

Dalam pandangan ahli penganut aliran kognitif, tingkahlaku siswa yang tampak

tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti

motivasi, minat, kesengajaan dan sebagainya.16

Ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita

untuk dapat mengerti_dunia. Untuk dapat melakukan ini kita menggunakan

semua alat mental kita. Caranya, kita berpikir tentang situasi, sama baiknya kita

berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan

mempengaruhi bagaimana dan apa yang kita pelajari. Dua siswa mungkin dalam

kelas yang sama, tetapi mungkin saja yang mereka pikirkan akan berbeda. Apa

yang dipelajari setiap siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masing-

masing siswa dan bagaimana informasi baru itu diproses.

Pandangan kognitif melihat belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka

berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk

menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah

mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Meskipun secara pasif

dipengaruhi oleh lingkungan, orang akan aktif memilih, memutuskan,

mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan, dan membuat banyak respon

lain untuk mengejar tujuan. Satu hal paling penting yang mempengaruhi dalam

proses ini adalah apa yang individu pikirkan dalam situasi belajar.

Bransford menguraikan singkat tentang teori kognitif. Yang penting

dalam hal ini ialah bagaimana orang belajar, mengerti dan mengingat informasi,

dan mengapa beberapa orang dapat melakukan dengan baik dan yang lain tidak.

Kenyataannya, ahli-ahli psikologi kognitif lebih cenderung menyelidiki aspek-

aspek penting dalam belajar, seperti bagaimana orang dewasa mengingat

informasi verbal atau bagaimana anak-anak memahami cerita-cerita. Mereka

tidak mencari hukum-hukum umum belajar yang menerapkan semua organisme

15 Djaali, psikologi pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ), Cet. III, h. 63. 16 Nety Hartati, Dkk. Islam dan psikologi ( Jakarta : Raja Grafindo persada, 2004 ), Cet. I, h.

63.

Page 17: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

(binatang, manusia) dalam semua situasi. 17

Dalam perspektif teori belajar kognitif, hanya ada dua kategori penting,

yaitu bagaimana informasi itu diproses dan bagaimana manusia itu dapat

mengingat informasi.

2. Tokoh Dan Pemikiran Para Ahli Teori Kognitif

a. Teori Insight ( Gestalt )

Aliran ini berkembang pesat di jerman, ketika behaviorisme

mencapai puncak perkembanganya di Amerika Serikat. Kata gestalt sendiri

diambil dari bahasa Jerman yang secara harfiah berarti “ bentuk “ atau “ pola

umum.“ sesuai dengan namanya, para psikolog gestalt yakin bahwa

pengalaman seseorang mempunyai struktur umum.18

Belajar, menurut Gestaltis, adalah fenomena kognitif. Organisme

"mulai melihat" solusi setelah memikirkan problem. Pembelajar memikirkan

semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem dan

menempatkannya bersama (secara kognitif) dalam satu cara dan kemudian

ke cara-cara lainnya sampai problem terpecahkan. Ketika solusi muncul,

organisme mendapatkan wawasan (insight) tentang solusi problem. Problem

dapat eksis hanya dalam dua keadaan, terpecahkan atau tak terpecahkan.

Tidak ada keadaan solusi parsial di antara dua keadaan itu.

Untuk menguji gagasan tentang belajar ini, Kohler melakukan

percobaan mengharuskan organisme menggunakan alat untuk menjangkau

objek yang diinginkannya. Misalnya, sebuah pisang diletakkan di luar

jangkauan si monyet sehingga si monyet itu harus menggunakan tongkat

untuk menggapainya atau menggunakan dua tongkat agar cukup panjang

untuk menjangkaunya. Dalam masing-masing kasus, hewan itu punya semua

unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem, ini adalah soal

menyatukannya dengan cara yang tepat.

Gambar 2.1, menunjukkan Bagaimana monyet bernama Chica

17 Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Grasindo, 2006 ), Cet. III, h. 149-

150. 18 Akyas Azhar, Psikologi Umum Dan Perkembangan, ( Jakarta PT. Mizan Publika, 2004),

Cet. I, h. 49

Page 18: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

menggunakan satu tongkat untuk menjangkau buah. Gambar 2.2,

menunjukkan monyet bernama Grande mengmenggunakan tumpukan peti

untuk menjangkau pisang. Gambar 2.3, menunjukkan bagaimana Chica

menggunakan peti dan tongkat untuk mendapatkan buah. Gambar 2.4,

menunjukkan monyet bernama Sultan, monyet paling cerdas, menggunakan

dua buah tongkat untuk menjangkau buah.19

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4

Insight adalah di dapatkannya pemecahan problem, di mengertinya

sebuah persoalan inilah yang merupakan inti dari belajar menurut teori

Gestalt, jadi bukan mengulang-ngulang hal yang harus dipelajari tetapi yang

terpenting adalah mengertinya dan mendapatkan insight. Hilgard

19 Tri Wibowo, Teori Belajar, Terj. Dari Theory Of Learning Oleh BR Hergenhan dan

Matthew H. Olson ( Jakarta : Kencana Prenada Grup ), Cet. I, h. 292-293.

Page 19: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

memberikan lima macam sifat khas belajar dengan insight diantaranya :

1. Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar

orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada

usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesies) nya.

Pada umumnya anak yang masih sangat muda sulit untuk belajar

dengan insight.

2. Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa

lalunya yang relevan. Walaupun dipengaruhi oleh pengalaman masa

lalu yang relevan, namun belum menjadi jaminan dapat memecahkan

problem. 20

3. Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan ling-

kungannya. Simpanse tidak mungkin dapat meraih pisang yang ada

di luar jerujinya apabila tidak disediakan tongkat.

4. Pengertian merupakan inti dari insight, pengertian harus di usahakan

dan tidak datang dengan sendirinya. Melalui pengertian individu

akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang bisa

menjadi dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang

berlainan.

5. Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk

menghadapi persoalan dalam situasi lain. Di sini terdapat semacam

transfer belajar, namun yang ditransfer bukanlah materi yang

dipelajari, tetapi relasi-relasi dan generalisasi yang diperoleh melalui

insight.21

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak

memberikan bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang

utuh. Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung

persoalan-persoalan, di mana anak harus berusaha menemukan hubungan

antar bagian.22 Karena Insight hanya dapat diperoleh apabila siswa mau

20 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pres, 1990), Cet. IV, h. 298 21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan..., h.

121. 22 Yatim Rianto, Pradigma Baru Pembelajaran, ( Jakarta: kencana prenada media group) h.

11.

Page 20: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

belajar, mencoba, memahami dan memperoleh kejelasan mengenai konsep

masalah yang dihadapi. Mengetahui kejelasan atau memahami makna

masalah yang diamati atau dipelajari dalam situasi belajar lebih penting

artinya dalam meningkatkan keberhasilan belajar, dari pada memberikan

ganjaran atau hukuman.

Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat

global terhadap objek-objek yang dilihat, Karena itu belajar harus dimulai

dari keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian.

pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti

rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga.

b. Teori Medan ( Kurt Lewin )

Kurt Lewin (1890-1947) mengembangkan teori motivasi berdasarkan

teori medan. Lewin mengatakan bahwa perilaku manusia pada waktu

tertentu ditentukan oleh jumlah total dari fakta psikologis pada waktu

tertentu.

Menurutnya, fakta psikologis adalah segala sesuatu yang disadari

manusia, seperti rasa lapar, ingatan masa lalu, memiliki sejumlah uang,

berada di tempat tertentu atau di depan orang lain. Life space (ruang

kehidupan) seseorang adalah jumlah total dari semua fakta psikologis ini.

Beberapa fakta ini akan menimbulkan pengaruh positif pada perilaku

seseorang, dan sebagian lainnya menimbulkan efek negatif. Totalitas dari

kejadian itulah yang akan menentukan perilaku seseorang pada waktu

tertentu. Menurut Lewin, hanya hal-hal yang dialami secara sadar itulah

yang akan memengaruhi perilaku. Jadi agar segala sesuatu yang pernah

dialami di masa lalu ini lebih memengaruhi perilaku saat ini, seseorang

harus lebih dahulu menyadarinya.

Perubahan dalam fakta psikologis akan menata ulang seluruh ruang

kehidupannya. Jadi sebab-sebab perilaku senantiasa berubah, sebab-sebab

itu bersifat dinamis. seseorang berada dalam medan pengaruh yang terus-

menerus berubah, dan satu perubahan dalam salah satu sebab akan

memengaruhi semua sebab lainnya. Inilah yang dimaksud dengan teori

medan psikologis.

Page 21: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Menurut teori Kurt Lewin otak manusia bukan penerima pasif dan

gudang penyimpan informasi dari lingkungan. Otak bereaksi terhadap

informasi sensoris yang masuk dan otak melakukan penataan yang membuat

informasi itu lebih bermakna. Karena otak adalah sistem fisik, otak

menciptakan medan yang memengaruhi sesuatu yang masuk ke dalamnya,

seperti medan magnet memengaruhi partikel logam kekuatan inilah yang

mengatur pengalaman sadar. Apa yang kita alami secara sadar adalah

informasi sensoris setelah ia dikelola oleh medan kekuatan dalam otak.23

Kurt lewin juga beranggapan bahwa di dalam diri seseorang terdapat

energi psikis. Energi inilah yang dipergunakannya untuk bermacam-macam

aktivitas, seperti mengamati, mengingat, berfikir, dan sebagainya. 24

c. Teori Konstruktivistik ( Jean Piaget )

Teori konstruktivistik dikembangkan oleh piaget pada pertengahan

abad ke 20. Teori ini menjelaskan bahwa individu sejak kecil sudah

memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan

menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya

diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan

yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah

itu dilupakan. 25

Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui tiga

proses yakni, asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbang).

Asimilasi adalah proses pengintegrasian (penyatuan) informasi baru ke

struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. akomodasi adalah

proses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equilibrasi

adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Bagi seorang siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika

gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian

23 Tri wibowo, Teori Belajar, Terj. Dari Theory Of Learning Oleh BR Hergenhn dan

Matthew H. Olson..., 291-292 24 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan…, h. 311. 25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan..., h.

123.

Page 22: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

antara prinsip penjumlahan yang sudah ada dibenak siswa dengan prinsip

perkalian sebagai informasi baru, inilah yang disebut proses asimilasi. Jika

seseorang diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini disebut akomodasi,

dalam hal ini berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam

situasi yang baru dan spesifik. Agar seseorang dapat terus berkembang dan

menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental

dalam dirinya, untuk itu diperlukan proses penyeimbang. Proses inilah yang

disebut proses equilibrasi proses penyeimbang antara “dunia luar” dan

"dunia dalam” tanpa proses ini, perkembangan kognitif seseorang akan

tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur (disorganized).26

Piaget juga berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan

dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa, dalam hal ini

Peaget membaginya menjadi empat tahapan. Masing masing tahap

berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda,

tahapan-tahapan kognitif tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Sensi Motor

Tahap ini berlangsung sejak awal kelahiran sampai usia 0 -2

tahun. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan

mengoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka seperti melihat,

mendengar dan dengan gerakan otot seperti meraba dan menyentuh,

karenanya di istilahkan dengan sensimotor. la hanya mampu

mengetahui informasi yang di tangkap dengan indranya.

2. Tahap Pra Operasional

Pada tahap ini objek-objek dan pristiwa mulai menerima arti

secara simbolis. Sebagai contoh, kursi adalah tempat untuk diduduki,

sekolah merupakan tempat belajar, masjid, gereja, dan vihara

merupakan tempat beribadang masing-masing individu sesuai dengan

kepercayaannya masing-masing. Anak menyadari bahwa

kemampuannya untuk belajar tentang konsep-konsep yang lebih

kompleks meningkat bila ia diberi contoh-contoh nyata atau yang

26 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara,

2008 ) Cet. III, h.11

Page 23: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

familiar.27

3. Tahap Operasional Konkret

Tahap ini dimulai dari sekitar usia 7 - 11 tahun. pemikiran

operasional konkret mencakup operasi. Operasi konkret adalah tindakan

mental yang dapat dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret.

Pada tahap ini Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi

hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolong-

golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan problem-problem

yang abstrak.

4. Tahap Operasional Formal

Tahap ini berlangsung mulai dari usia 11 tahun keatas. Tahap ini

juga disebut sebagai tahap operasi hipotetikdeduktif yang merupakan

tahap tertinggi dari perkembangan intelektual. Maksudnya bila

berhadapan dengan masalah, anak dapat membuat perumusan teori,

merumuskan hipotesis dan menguji hipotesis.28

Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang akan

semakin abstrak dan teratur cara berfikirnya. Dalam kaitannya dengan

seorang guru seyogyanya memahami tahapan perkembangan kognitif anak

didiknya, serta memberikan materi belajar dalam jumlah dan jenis yang

sesuai dengan tahapan tersebut.

Guru yang mengajar, tetapi tidak memperhatikan tahapan-tahapan

perkembangan kognitif ini akan cenderung menyulitkan siswanya. Misalnya

saja, mengajarkan konsep abstrak tentang matematika kepada siswa kelas

satu SD, tanpa adanya usaha untuk “mengkongkretkan” konsep tersebut,

maka siswa akan kesulitan untuk memahaminya.

d. Taksonomi (Benyamin S. Bloom)

Benyamin S. Bloom telah mengembangkan “Taksonomi” untuk

domain kognitif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan

27 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,

2008 ), Cet. III, h. 97. 28 Yatim Rianto, Pradigma baru pembelajaran…, h. 126.

Page 24: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

pemikiran dari tahap rendah kearah yang lebih tinggi dari kegiatan

mental, Enam tahap berfikir yang di kembangkan oleh Bloom adalah

sebagai berikut : 29

1. Mengingat ( C1 )

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat

kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-

rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan

proses berfikir yang paling rendah.

2. Pemahaman ( C2 )

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan

kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat

melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan

memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau

memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan

kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan

berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang

pemahaman ini misalnya, siswa mampu menguraikan tentang makna

kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashar secara lancar dan

jelas.30

3. Penerapan ( C3 )

Adalah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan

aturan pada situasi baru dalam kehidupan siswa. Salah satu contoh

hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik

mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang

29 Djaali, Psikologi Pendidikan …, h. 77. 30 Muhammad Uzer Usman, menjadi guru professional ( Bandung : Remaja Rosda Karya,

2005 ), Edisi. II, Cet. XIV. h. 35.

Page 25: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan

keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

4. Analisis ( C4 )

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang

lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian

atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang

analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

Contohnya, peserta didik dapat merenung dan memikirkan

dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa

dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-

tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.

5. Sintesis ( C5 )

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari

proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk

pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi

daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari

jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan

tentang pentingnya kedisiplinan sebagimana telah diajarkan oleh

islam.

6. Evaluasi ( C6 )

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah

kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilain/evaluasi disini merupakan

kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada

beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik

sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Page 26: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi

adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang

dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat

menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa

seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya

sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan

perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan dalam sehari-hari.

Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat continue

(berkelanjutan) dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih

tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya. 31

Dari jenjang tingkatan kognitif ini dapat dijadikan sebuah

acuan bagi para pendidik untuk memberikan soal yang sesuai dengan

kemampuan tingkat kognitif siswa.

3. Pengertian Metakognitif

Metakognif adalah kognitif tentang kognitif atau “ mengetahui tentang

mengetahui ” ( Flavell, 1999 ).32 Ferrari dan Sternberg mengatakan “ meta

kognitif adalah kesadaran siswa dalam menyesuaikan dan mengelola strategi

pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan tujuan”.

Sri Esti Wuryani Djiwandono mengatakan, “ Metakognitif adalah

pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasil-

hasilnya”.33

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metakognitif adalah

kesadaran berpikir tentang apa yang apa yang harus dilakukan, dalam konteks

pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana caranya untuk belajar, dan

mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif.

Metakognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang

memiliki kemampuan metakognitif tinggi ia akan mampu mengontrol dan

menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri,

31 Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/08/04/aspek-penilaian-dalam-ktsp-bag-1-aspek-kognitif/ 32 Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology Oleh John W. Santrck

( Jakarta : Kencana Prenada Group, Edisi II ), Cet. II, h. 340. 33 Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan…, h.168.

Page 27: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

bagaimana la memusatkan perhatian, bagaimana ia belajar, bagaimana menggali

ingatan, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki, bagaimana

berpikir menggunakan konsep, kaidah, pengetahuan yang dimiliki yang

merupakan satu perangkat kemahiran yang terorganisasikan dengan baik dalam

menghadapi problem.

Adapun fase-fase jalur belajar metakognitif adalah sebagai berikut:

a. Fase Motivasi, yaitu untuk mendapat motivasi siswa harus memeras

otaknya sendiri. Jika motivasi lemah, anak akan membiarkan problem

tetap menjadi problem dan terlalu susah untuk memikirkan.

b. Fase Konsentrasi, yaitu anak harus mengamati dengan cermat, jika

penyelesaian masalah memerlukan pengamatan.

c. Fase Pengolahan, yaitu anak harus menggali ingatannya terhadap siasat

yang pernah digunakan untuk mengatasi hal serupa, yang cocok untuk

suatu problem. Jika siasat dalam ingatan tidak tersedia, la harus

menciptakan siasat baru dengan menggunakan kreativitas dan pikiran

terarah.

d. Fase Umpan Balik, yaitu konfirmasi tepat tidaknya penyelesaian yang

ditempuh. Konfirmasi ini dapat meningkatkan dan melemahkan motivasi

anak untuk memeras otak lagi pada kesempatan yang akan datang.34

Para pendidik seharusnya mengajarkan pengetahuan tentang metakognitif,

agar siswa mampu berfikir secara efektif dan mampu mengatasi berbagai problem

yang dihadapinya, bukan hanya dalam masalah pelajaran tapi juga dalam

memecahkan masalah kehidupannya.

J. Media Audio Visual

1. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti

“tengah” “perantara“ atau “pengantar“. Atau dengan kata lain media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.

sedangkan menurut istilah seperti yang telah didefinisikan oleh Gerlach & Ely

(1971) media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi

34 Djaali, psikologi pendidikan… , h. 77.

Page 28: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau

sikap..35

Association For Education and Communication technology (AFEC)

memberi batasan tentang media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk

suatu proses penyaluran pesan atau informasi.36

Dari

keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah semua alat yang

digunakan dalam proses pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam

menerima informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran

menjadi lebih menarik dan lebih efektif.

a. Media Jadi dan Media Rancang

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan

menjadi dua jenis yakni, media jadi dan media rancangan. Media jadi ialah

media yang sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran

luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), sedangkan media

rancangan ialah media yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus

untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design).

Masing-masing jenis media ini mempunyai kelebihan dan

keterbatasan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga

dan biaya untuk pengadaannya. Namun kecil kemungkinan mendapatkan

media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan

pembelajaran setempat. Sedangkan kelebihan media rancang adalah lebih

sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat. Namun media

yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan

memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk mendapatkan

keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi

prototipenya.37

b. Fungsi Media pembelajaran

35 Pupuh Fathurohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : PT Refika

Aditama, 2007), Cet. I, h. 65. 36 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), h. 3-5 37 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Ciputat Pres, 2002),

h. 124.

Page 29: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan suatu dunia

komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk

mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan

terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak

efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecendrungan

verbalisme.

Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian adalah dengan

menggunakan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar,

karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji

stimulus, informasi, sikap dan lain-lain, media juga meningkatkan keserasian

dalam menerima informasi.

Fungsi media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai

praktis sebagai berikut :

1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang

dimiliki siswa atau mahasiswa. Pengalaman masing-masing individu

yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat

menentukan macam pengalaman yang dimiliki mereka. Dalam hal ini

media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.

2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk

dialami secara langsung oleh siswa / mahasiswa di dalam kelas,

seperti : objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan

yang diamati telalu cepat / lambat. Maka dengan melalui media akan

dapat diatasi kesukaran-kesukaran tersebut.

3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan

lingkungan. Gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi

dengannya.

4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis. Penggunaan media seperti gambar, film, model, grafik dan

lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar.

6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat dan minat yang

baru.

Page 30: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk

belajar. Pemasangan gambar di papan bulletin pemutaran film dan

mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu

kearah keinginan untuk belajar.

8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang

konkrit sampai yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau

kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan

dapat memberikan gambaran konkrit tentang wujud, ukuran, dan

lokasi.

c. Krucut Pengalaman

Edgar Dale mengklasifikasi pengalaman belajar anak mulai dari hal-

hal yang paling kongkrit sampai kepada hal-hal yang paling abstrak

klasifikasi tersebut diikuti secara luas oleh kalangan pendidik dalam

menentukan alat bantu apa yang seharusnya digunakan dan sesuai dengan

pengalaman belajar tertentu. Klasifikasi pengalaman tersebut dikenal dengan

krucut pengalaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini.

Page 31: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Gambar 5 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Dari gambar diatas terlihat bahwa krucut pengalaman terdiri dari 9

macam klasifikasi media pengajaran yang digunakan, diantaranya.38

1. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling

bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam

pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera penglihatan,

pendengaran dan perasaan penciumandan peraba. Ini dikenal dengan

learning by doing. Di sini siswa secara aktif bekerja sendiri,

memecahkan masalah sendiri yang kesemuanya didasarkan atas

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

38 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran…, h. 10.

Kongkret

Abstrak

Page 32: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

2. Pengalaman tiruan, pengalaman ini diperoleh melalui benda atau

kejadian-kejadian tiruan yang hampir sama dengan benda atau

kejadian-kejadian yang sesungguhnya, seperti proses mengkafani

orang yang meninggal dengan menggunakan boneka manusia.

3. Pengalaman melalui dramatisasi, pengalaman semacam ini diperoleh

dalam bentuk derama dari berbagai gerakan. Dramatisasi ini dapat

dilakukan dipanggung, pertunjukan sejarah setempat yang dilakukan

ditempat terbuka, sandiwara bisu atau pantomin, sandiwara yang

terdiri dari boneka-boneka yang diberi pakaian, drama

kemasyarakatan, atau bermain peran.

4. Pengalaman melalui karya wisata, pengalaman semacam ini

diperoleh dengan mengajak siswa ke objek diluar kelas dengan

maksud memperkaya dan memperluas pengalaman siswa, siswa aktif

melakukan observasi, mencatat, melakukan tanya jawab, membuat

laporan dan lain-lain.

5. Pengalaman melalui televisi, pengalaman ini diperoleh melalui

program pendidikan yang ditayangkan melalui televisi, seperti

program acara anak-anak yang diasuh oleh kak setomulyadi.

6. Pengalaman melalui gambar hidup atau film, gambar hidup

merupakan rangkaian gambar- gambar yang diproyeksikan kelayar

dengan kecepatan tertentu, bergerak secara kontinue sehingga

menghasilkan gerakan gambar yang normal dari apa yang

diproyeksikan.

7. Pengalaman melalui radio, pengalaman ini diperoleh melalui siaran

radio dalam bentuk ceramah, wawancara, sandiwara dan lain

sebagainya.

8. Pengalaman melaui gambar, pengalaman ini diperoleh melalui segala

sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi

sebagai curahan perasaan dan pikiran, misalnya lukisan ilustrasi,

karikatur, kartun, poster, dan slide.

Page 33: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

9. Pengalaman melalui lambang kata, pengalaman seperti ini diperoleh

melalui buku atau bahan bacaan 39

Dari krucut yang disampaikan oleh Edgar Dale dapat diketahui hasil

pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal yang paling kongkrit sampai

kepada hal-hal yang paling abstrak. Semakin abstarak suatu pembelajaran

maka tingkat pemahamannya juga akan semakin sedikit dan begitu pula

sebaliknya.

Berdasarkan krucut pengalaman belajar Edgar Dale ini, dapat

dijadikan acun bagi para guru dalam memanfaatkan media pembelajaran.

d. Faktor-Faktor Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Memilih Media

Pembelajaran.

Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, ada beberapa faktor

dan kriteria yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Objektivitas

Da

lam memilih media pembelajaran guru harus objektif. Guru tidak

boleh memilih media berdasarkan kesenangan pribadinya. Apabila

secara objektif, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu

media pengajaran menunjukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi,

maka guru jangan merasa bosan menggunakannya. Untuk

menghindari pengaruh unsur subjektivitas guru, alangkah baiknya

apabila dalarn memilih media pengajaran itu guru meminta pandangan

atau saran dari teman sejawat, atau melibatkan siswa.

2. Program Pengajaran

Progra

m pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai

dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun

kedalamannya. Meskipun secara teknis program itu sangat baik, jika tidak

sesuai dengan kurikulum ia tidak akan banyak rnernbawa manfaat,

bahkan mungkin hanya menambah beban, baik bagi anak didik maupun

bagi guru di samping akan membuang-buang waktu, tenaga dan biaya.

39 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran.., h. 22-24

Page 34: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

3. Sasaran Program

Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan

menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada tingkat

usia tertentu dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai

kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya,

kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya. Untuk itu maka

media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat

perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-sirnbol yang

digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya, ataupun waktu

penggunaannya.

4. Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian dalam

menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan.

Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan

dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasi udara dan

pencahayaannya.

Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran

mengenai jumlahnya, motivasi dan kegairahannya. Anak didik yang

sudah melakukan praktek yang berat, seperti praktek olah raga, biasanya

kegairahan belajarnya sangat menurun.

5. Kualitas Teknik

Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu

diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekarnan

audionya atau gambar-gambar atau alat-alat bantunya yang kurang jelas

atau kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan.

Suara atau gambar yang kurang jelas bukan saja tidak menarik, tetapi jugs

dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

6. Keefektifan Dan Efesiensi Penggunaan

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan

efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan

dalam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media

tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan opti-

Page 35: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

mal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Sedangkan

efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut waktu,

tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut

sedikit mungkin. 40

2. Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan

dengan media yang lain, karena media ini melibatkan indra penglihatan dan

pendengaran sekaligus dalam satu proses. Media audio visual dibagi menjadi

dua yaitu:

1. Audio visual murni yaitu media yang memberikan unsur suara dan

gambar yang berasal dari satu sumber seperti film, dan video.

2. Audio visual tidak murni yaitu media yang unsur suara dan unsur

gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai

suara yang unsur gambarnya bersumber dari tape recorder.41

3. Vidio

Video merupakan salah satu dari jenis media audio visual. Karena

video mampu menyampaikan materi pelajaran melalui gambar dan suara.

Video merupakan suatu system penyimpanan informasi yang berupa gambar

atau suara pada piringan (disk). Ada dua sistem yang dikembangkan dalam

vidio disc ini, yaitu sistem optical dan sistem capacitance.

Sistem optical adalah menggunakan laser untuk menjajaki informasi

encode electric yang direkam dipermukaan piringan, dan sistem capacitance

adalah penjajakan informasi gambar dan suara dengan menggunakan

tracking arm dan stylus sebagaimana layaknya pada turn table audio.42

a. Karakteristik Vidio

Vidio mempunyai beberapa karakteristik di antaranya adalah:

1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

40 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta

2006), cet. III, h. 147. 41 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 141. 42 Arif S. Sadiman, DKK, Media pendidikan…, 280.

Page 36: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.

3. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah di ingat.

4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

5. Mengembangkan imajinasi peserta didik.

6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang

lebih realistik.

7. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang.

8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu

menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang

diharapkan dari siswa.

9. Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai

maupun yang kurang pandai.

10. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

11. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk

dievaluasi.

b. Keuntungan Video

1. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar siswa ketika

mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.

2. Video dapat menggambarkan suatu poses secara tepat yang dapat

disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya,

langkah dan cara-cara yang benar dalam berwudhu.

3. Video mampu membenagkitkan motivasi belajar siswa dan

menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, dalam

menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare dapat membuat siswa

sadar terhadap pentingkan menjaga kebersihan makanan dan

lingkungan.

4. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang

pernikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan video

seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam

kelas.

5. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara

langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas.

Page 37: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

6. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,

kelompok yang heterogen, maupun perorangan.

7. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar kecajian yang

dalarn kecepatan normal memakan waktu satu minggu atau lebih

dapat ditarnpilkan dalam satu atau dua menit saja, sebagaimana keja-

dian mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga

kuncup itu mekar.

c. Keterbatasan Video

Video mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya ialah pengadaan

video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak,

pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga

tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin di sampaikan

melalui video tersebut, dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan

kebutuhan dan tujuan pelajaran yang diinginkan, kecuali video tersebut

dirancang untuk kebutuhan sendiri.43

d. Pemanfaatan Video

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan untuk hal-hal yang

menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan

memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya,

pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu objek atau benda yang

bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan

benda. Mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti

konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain-lain. Di samping itu untuk

mengajarkan aturan dan prinsip, seperti aturan dan prinsip zakat,

waris, dan lain-lain.

2. Pemakaian video untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk

memperlihatkan contoh keterampilan gerak, seperti gerakan shalat,

adab makan bersama, cara pengurusan mayat mayat, dan lain-lain.

Melalui media ini, siswa dapat langsung mendapat umpan balik

43 Azhar Arsyad, media pembelajaran…, h. 50.

Page 38: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan

keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.

3. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi

media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.

4. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih

dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.

5. Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi, yang

juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini siswa melatih diri untuk

mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan.

6. Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali

atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.

7. Agar siswa tidak memandang program vidio sebagai media hiburan

belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-

bagian tertentu.44

Berdasarkan kerangka teori yang penulis kemukakan diatas, kegiatan belajar

menurut teori kognitif bukan hanya sekedar hubungan antara stimulus dan respon

saja yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan belajar juga melibatkan

proses berfikir yang sangat komplek yang ada didalam diri individu yang sedang

belajar.

Proses berpikir itu terjadi sebagai akibat dari adanya stimulus yang mengenai

salah satu panca indra atau semua indra, kemudia siswa merespon terhadap stimulus

tersebut dengan melakukan metakognitif semakin baik siswa melakukan proses

metakognitifnya maka akan semakin baik pula hasil belajar yang akan diperolehnya.

Stimulus yang baik adalah stimulus yang mampu melibatkan banyak penca

indra dalam proses pembelajaran, semakin banyak panca indra yang terlibat pada

saat belajar maka akan semaikin baik pula hasil belajar yang didapat, seperti yang

digambarkan oleh Edgar Dale dalam piramida pengalaman belajarnya.

Salahsatu media yang mengaktifkan banyak panca indra adalah media audio

44 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada

Press), cet.1, h. 127-128.

Page 39: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

visual. Media ini mampu mengaktifkan indra penglihatan dan pendengaran sehingga

diharapkan mampu membantu siswa dalam melakukan metakognitif dan

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Proses metakognitif tidak dapat dilihat oleh kasad mata, Karena metakognitif

merupakan sesuatu yang abstrak dan berada dalam system kenerja otak manusia,

namun dapat diamati melalui tingkahlaku belajar siswa selama melakukan

pembelajaran dan sesudah melakukan pembelajaran, seperti memperhatikan,

memfokuskan pada kegiatan belajar dan umpan balik yang diberikan oleh siswa.

Efektivitas atau tidaknya pembelajaran pada penelitian ini dapat diketahui

dari hasil pencapaian rata-rata tes yang diberikan kepada siswa diteliti. Sedangkan

untuk mengetahui metakognitif yang dilakukan siswa dapat ketahui melalui hasil

wawancara dan observasi terhadap rekaman video yang direkam selama siswa

melakukan pembelajaran melalui media audio visual dengan menggunakan form

observasi.

Page 40: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari

lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil tempat di SMP Al Falah Bekasi.

Pemilihan tempat tersebut berdasarkan atas beberapa pertimbangan secara

akademis dan teknis yakni:

Pertama, secara akademis SMP Al Falah memiliki potensi untuk

menggunakan media audio visual, ini dilihat dari peralatan yang dimiliki oleh

SMP Al Falah seperti DVD Player, Telavisi 29 Inch, Speker aktif, dan ruang

serbaguna. namun guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al Falah belum pernah

menggunakan media audio visual.

Kedua, secara teknis SMP Al Falah dekat dengan tempat tinggal peneliti

dan peneliti memiliki akses (teman) yang dapat memudahkan bagi peneliti untuk

melakukan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan selama semester ganjil tahun pelajaran 2010-

2011 dimulai sejak bulan September 2010 sampai dengan Februari 2011 dengan

Page 41: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

jadwal pelaksanan penelitian sebagai berikut:

Tabel 1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4I Pemantapan Bab I2 Tinjauan Pustaka

3Penyusunan Alat Pengumpulan Data

4 Pelaksanaan Pengumpulan Data

5 Triangulasi dan verifikasi data

6 Pengolahan dan Analisis Data

7Penyusunan hasil penelitian

8 Penyerahan Laporan Penelitian

Januari 2011

Februari 2011

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Penelitian September 2010

Oktober 2010

November 2010

Desember 2010

b. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan cara ilmiyah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan penelitian itu sendiri sering

diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk

memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis

untuk mewujudkan kebenaran.45 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau

upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan suatu

kebenaran.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi

dari fenomena yang diselidiki dengan cara mengklasifikasikan karakteristik

fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam

bentuk gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang diselidiki. Dengan

45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2009), h 3.

Page 42: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

kata lain tujuan penelitian deskristif digunakan untuk menjawab pertanyaan

tentang apa, dan bagaimana keadaan suatu penomena kemudian dituangkannya

kedalam bentuk jurnalistik.

Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan

penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu

merumuskan hipotesis.46

Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan

dalam berbagai masalah. Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi

kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu

selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Studi

kasus merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu

penelitian berkenaan dengan how atau why, yang bilamana fokus penelitiannya

terletak pada fenomena di dalam kontek kehidupan nyata.47

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

I. Studi kepustakaan (library, reseach), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, kitab-kitab, majalah,

Surat kabar, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema Skripsi.

2. Satudi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara

mengkaji data-data yang diperoleh dari SMP Al Falah Bekasi.

Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan penulisan

Skripsi, yang telah diterbitkan oleh Tim Penyusun UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

c. Subyek Penelitian

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.48 Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek

penelitian adalah siswa SMP Al Falah kelas VII A dan VII B yang berjumlah 50

siswa, 25 siswa kelas VII A dan 25 siswa kelas VII B. Untuk

46 Suharsimin arikunto, Prosudur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta ). Cet. X, h. 76. 47 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h.35 48 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 27.

Page 43: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

mengetahui efektifitas pembelajaran dan metakognitif siswa penulis melakukan

praktek pembelajaran berbantuan media audio visual dan melakukan evaluasi

pembelajaran pada siswa tersebut.

d. Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari

observasi dan wawancara. Informasi yang didapat dari observasi langsung,

catatan wawancara, vidio rekaman dalam proses pembelajaran. Informasi

tersebut dalam bentuk dokumen dan catatan pristiwa yang diolah menjadi

sumber data.

1. Jenis dan sumber data

Prosudur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data

yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Data Primer, yang dirnaksud dengan data primer disini adalah data-

data pokok yang diperoleh dari pihak SMP Al Falah, Meliputi

wawancara terstruktur terhadap siswa, observasi terstruktur terhadap

rekaman kegiatan belajar dengan menggunakan form observasi.

b. Data Sekunder. data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah data pendukung yang diperoleh melalui studi kepustakaan,

wawancara tidak berstruktur yang dilakukan terhadap guru dan kepala

sekolah, observasi terhadap sarana dan prasarana, serta pola interaksi

sosial siswa.

2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering

dengan menggunakan bantuan alat yang canggih sehingga dapat

diobservasi dengan jelas, seperti proton dan elektron maupun benda

Page 44: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

yang sangat jauh diluar angkasa.49 pada penelitan ini peneliti

menggunakan observasi terstruktur yakni observasi yang telah

dirancang secara sistematis tentang apa yang diamati, kapan dan

bagaimana cara melaksanakannya. 50 Data dikumpulkan dengan cara

mempelajari media pembelajaran audio visual Kisah Nabi Yusuf AS,

kemudian peneliti melakukan observasi terhadap media tersebut,

peneliti juga melakukan pencatatan data meliputi: Pertama,

mempelajari media pembelajaran audio visual tersebut kemudian

mensesuaikannya dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Kedua, mengintegrasikan media tersebut dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan masing-masing alokasi waktu belajar.

Ketiga, melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan

media pembelajaran audio visual. Observasi kegiatan belajar

menggunakan alat bantu rekaman Hanydcam untuk memudahkan

peneliti dalam mengamati proses metakognitif siswa. observasi

terhadap rekaman kegiatan belajar ini dengan mengunakan form

observasi.

Peneliti juga melakukan observasi tidak berstruktur dengan cara

mengunjungi sekolah SMP Al FAlah Bekasi untuk melakukan praktek

mengajar dengan menggunakan media audio visual dalam rangka

mengetahui efektivitas pembelajaran berbantuan media audio visual, dan

mengetahui keadaan siswa/siswi serta gambaran umum SMP Al Falah

Bekasi. Selain itu Peneliti juga mengamati pola interaksi sosial antara

siswa dengan siswa, siswa terhadap guru dan guru terhadap guru serta

pelayanan yang sekolah berikan terhadap siswa.

b. Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara.

wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri

49 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 310. 50 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 205.

Page 45: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antar

pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tatap muka langsung untuk

memperoleh data skunder dan data primer. Untuk mendapatkan data

skunder peneliti memanfaatkan wawancara tidak berstruktur, Artinya,

wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang

telah disiapkan sebelumnya. Biasanya pertanyaan muncul secara spontan

sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan

wawancara tersebut. Dengan teknik ini di harapkan terjadi komunikasi

langsung, luwes, fleksibel dan terbuka, sehingga informasi yang didapat

lebih banyak dan luas. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 3-5

November 2010, bertempat diruangan guru, kantor dan kepala sekolah.

Dipilihnya tempat tersebut karena cukup kondusif untuk melaksanakan

wawancara. Wawancara ini dilakukan terhadap kepala sekolah, guru

Pendidikan Agama Islam, guru Bahasa Inggris, siswa dan staf tata usaha.

Untuk memperoleh data primer peneliti melakukan wawancara

berstruktur, yaitu pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada

interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan

pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan harus mengikuti daftar pertanyaan

yang telah disiapkan. Dengan kata Iain, peneliti menghindari kehilangan

arah agar jangan sampai terlibat jauh terhadap penjelasan informan yang

sama sekali tidak berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Wawancara

ini dilakukan pada tanggal 2 November 2010, bertempat diruangan

serbaguna SMP Al Falah terhadap beberapa siswa. dipilihnya tempat

tersebut karena dianggap cukup kondusif untuk melakukan wawancara.

c. Untuk mengetahui hasil penelitian efektifitas pembelajaran berbantuan

media audio visual maka dilakukan tes. Tes ialah seperangkat rangsangan

(Stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk

mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan skor atau

angka. Peneliti menggunakan tes objektif adalah suatu tes yang disusun

Page 46: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

dimana setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat

dipilih, dengan bentuk tes pilihan ganda (multipel choice items). Tes

pilihan ganda diberikan pada kelas yang akan diteliti. Soal dibuat

berdasarkan tingkatan kognitif yang disampaikan oleh Bunyamin S.

Bloom. Jumlah soal sebanyak 30, terdiri dari 5 soal untuk masing-masing

tingkatan kognitif. Dibuatnya soal berdasarkan tingkatan kognitif untuk

mengetahui efektifitas pembelajaran audio visual melalui meta kognitif.

d. Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati berbagai

dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian, teknik ini

sering disebut observasi historis. Dokumentasi merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen

yang telah diperoleh kemudian dianalisi (diurai), dibandingkan dan

dipadukan, (sintesis) membentuk hasil kajian yang sistematis, terpadu, dan

utuh.

E. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dengan cara mencari

dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh melalui hasil

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan

mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. 51

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan

diantaranya:

1. Pengumpulan informasi, melalui observasi, wawancara, hasil tes, dan rekaman

kegiatan belajar.

2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan

tidak dengan masalah penelitian untuk kemudian dipelajari oleh peneliti.

51 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 334.

Page 47: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk deskripsi

ataupun tabel.

4. Tahap akhir adalah manarik kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Page 48: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Profil Informan

Profil informan dari penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru

bidang studi Pendidikan Agama islam. dan siswa-siswa kelas VII A dan VII B

SMP Al Falah. Informasi mengenai para informan dengan menggunakan nama

samaran untuk menjaga kode etik penelitian. Adapun para informannya adalah

sebagai berikut:

1. Bapak Hasan Basri, adalah informan yang menjabat sebagai kepala SMP Al

Falah. Bapak Hasan Basri berasal dari Pondok gede Bekasi, ia adalah salah

seorang putra pemilik yayasan Al Falah yaitu Bapak H. Saiman. Bapak

Hasan Basri telah menamatkan pendidikan Sarjana Pendidikan (S.Pd.). la

menjadi kepala sekolah SMP Al Falah sejak tahun 2000 sampai sekarang,

menggantikan kepala sekolah sebelumnya yakni Drs. Rahmat Efendi.

2. Ibu Nur Laila . Adalah informan yang merupakan guru bidang studi

Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas V11 A dan VII B. Ia berasal dari

Pondok Gede Bekasi. Ia telah menamatkan pendidikan Sarjana Pendidikan

Islam (S.Ag). ibu Nur Laila menjadi tenaga pengajar sejak tahun 2005

sampai sekarang.

3. Ibu suci lestari ST. Ia adalah informan yang merupakan guru bidang studi

Page 49: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

B. inggris. Ia berasal dari Pondok Gede Bekasi. Ia telah menamatkan

pendidikan Sarjana Teknik (ST) dan telah menjadi tenaga pengajar sejak

tahun 2006 sampai sekarang.

4. Muhammad Irfan, adalah informan siswa kelas VII A berasal dari Ujung

Aspal Pondok Gede Bekasi. la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun

2010. la termasuk siswa yang berprestasi di sekolah. Kepribadiannya yang

santun serta rajin belajar ia dikenal baik terhadap guru dan teman satu

kelasnya.

5. Rahmat hidayat, ia adalah informan siswa kelas VII A berasal dari Pondok

Gede Bekasi. Ia bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia

termasuk siswa cukup berprestasi di sekolah, kepribadiannya yang pendiam

dan bertanggung jawab, karena ia menjabat sebagai ketua kelas ia sering

berkomunikasi dengan para guru terutama wali kelasnya.

6. Dwi Sartika, adalah informan siswi kelas VII B berasal dari kota Tasik

Jawabarat, ia tinggal di pesantren yang letaknya tidak jauh dari sekolah. la

bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia termasuk siswi

berprestasi di sekolah ia juga memiliki kepribadian yang santun dan

disenangi oleh para guru dan teman-temannya.

7. Muhammad Fikri, adalah informan siwa kelas VII B berasal Pondok Gede

Bekasi. la bersekolah di la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun

2010, ia termasuk siswa yang cukup berprestasi di sekolah, sifatnya yang

suka membantu tanpa pamrih membuat ia cukup dikenal oleh guru dan siswa

disekolah.

8. Saipul anwar, adalah informan siswa kelas VII B. Ia berasal dari Pondok

Gede Bekasi. la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia

termasuk siswa berprestasi di sekolah ia juga memiliki prestasi dalam bidang

olahraga membuat ia cukup dikenal oleh para guru dan teman-temannya.

9. Herul, adalah informan siswa kelas VII A, ia berasal dari kota Tasik

Jawabarat, ia tinggal di pesantren yang letaknya tidak jauh dari sekolah. la

bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia termasuk siswa

berprestasi di sekolah ia juga memiliki kepribadian yang santun dan

disenangi oleh para guru dan teman-temannya.

Page 50: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

10. Zulfikar, ia adalah informan siswa kelas VII B, yang berasal dari Pondok

Gede Bekasi. Siswa tersebut mengalami gangguan penglihatan dan kurang

berprestasi. Ia terkenal dengan kepribadiannya yang ramah dan mudah

bergaul dengan siapa saja baik teman-temannya, para guru maupun peneliti.

Berikut ini adalah rangkuman daftar informan pada penelitian Efektifitas

Pembelajaran Media Audio Visual Melalui Metakognitif.

Tabel 2

Informan Penelitian

Demikianlah daftar tabel yang menjadi informan penelitian, dalam rangka

melengkapi informasi dan data-data dalam penulisan skripsi ini.

No Nama Jabatan Pendidikan Daerah Asal

I Hasan Basri Kepala sekolah Sarjana Pendidikan(S.Pd) Pondok gede

2 Nur Laila Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Sarjana Pendidikan Islam (S.Ag) (S.Pd. I )

Pondok Gede

3 Suci Lestari Guru B. inggris Sarjana Teknik (ST) Pondok Gede

4 Muhammad irfan Siswa Kelas VII. A Pondok Gede

5 Rahmat hidayat Siswa/ketua kelas Kelas VII. A Pondok Gede

6 Dewi sartika Siswa Kelas VII. B Tasik

7 Muhammad fikri Siswa Kelas VII. B Pondok Gede

8 Saiful anwar Siswa Kelas VII. B Pondok Gede

9 Herul Siswa Kelas VII. A Tasik

10 Zulfikar Siswa Kelas VII. B Pondok Gede

Page 51: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

B. Hubungan Sosial

Yang dimaksud hubungan sosial ini adalah interaksi sosial yang terjalin

antara guru dan siswa di SMP Al Falah. Hubungan sosial ini dibagi menjadi empat

bagian yaitu : hubungan sosial guru dengan sesama guru, hubungan sosial siswa

dengan guru, hubungan sosial siswa dengan teman sebaya.

Perta

ma, hubungan sosial guru dengan guru. Hubungan sosial antara sesama guru terjalin

dengan baik, ini ditunjukkan dengan adanya saling tegur sapa dan komunikasi

antara sesama guru di sisa-sisa waktu mengajar, para guru juga membesuk bila ada

salah seorang guru yang sakit atau melahirkan.

Kedua, hubungan sosial siswa dengan guru. Hubungan sosial antara

guru dan siswa terlihat cukup baik, ini terlihat dari sikap hormat siswa terhadap

guru seperti bersalaman bila bertemu dengan salah seorang guru. Hubungan

sosial antara guru dan siswa terbagi menjadi dua bagian yakni hubungan sosial

formal yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran didalam kelas dan

hubungan sosial nonformal yakni tegursapa yang dilakukan guru terhadap siswa

di luar jam pembelajaran.

Ketiga, Hubungan sosial siswa dengan teman sebaya. Hubungan

sosial terhadap sesame siswa ini terjalin dengan baik, ini ditunjukkan dari

adanya tegursapa dan kegembiraan saat bersama dengan teman-temannya.

hubungan sosial ini terlihat lebih erat pada waktu kegiatan tour, pramuka,

perkemahan olahraga dan perlombaan-perlombaan.

C. Kondisi Sarana Dan Prasarana Pendidikan di SMP Al Falah

Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat

pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Sarana pendidikan ini berfungsi

untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas pembelajaran. seperti, bahan bacaan,

media pembelajaran, alat tulis dan komputer.

Sedangkan prasarana pendidikan adalah segala sesuatu yang merupakan

penunjang terselenggaranya proses pembelajaran. Prasarana pembelajaran dapat

berupa bangunan sekolah, tempat olahraga, masjid/ mushola, tempat berwudhu, WC

Page 52: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

guru dan siswa, kantin, jalan dan transportasi yang menghubungkan antara

masyarakat dengan sekolah.

Penulisan sarana dan prasarana bertujuan untuk mengetahui apakah sarana

dan prasarana di SMP Al Falah mendukung dalam proses pembelajaran atau tidak.

“…Sarana dan prasaran di SMP Al Falah sudah cukup memadai untuk

penggunaan media pembelajaran, ada apa saja, bahan bacaan, media

pembelajaran, lab computer, OHP, VCD, peralatan musik, lapangan olahraga,

pokoknya lengkap dah ada apa saja, kamu lihat saja sendiri…”52

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap kepala sekolah, sarana

dan prasarana di SMP Al Falah adalah sebagai berikut.

Ruang kelas tempat siswa belajar berjumlah 6 kelas. Masing-masing ruangan

kelas dilengkapi dengan 30 set kursi dan meja, 1 set kursi dan meja guru, 1 set

papantulis white board, lampu 40 watt sebanyak 2 buah, 1 buah saklar serta colokan

listrik dan masing-masing kelas dilengkapi dengan jendela yang cukup besar

disebelah kanan dan kiri kelas untuk pencahayaan dan ventilasi udara.

Berdasarkan hasil observasi tentang kelas Di SMP Al Falah sudah cukup

memadai untuk pelaksanaan pembelajaran.

Untuk keberlangsungan pelayanan akademik dan administrasi, sekolah SMP

Al Falah memiliki 3 ruangan dan masing-masing ruangan terpisah. Pertama ruang

kantor yang diisi oleh 3 staf yaitu : Tata usaha (TU), kesiswaan dan kurikulum.

Adapun pelayanan yang dilakukan adalah oleh stap petugas kantor yakni pelayanan

pembayaran SPP, gaji para guru dan petugas sekolah, penjadwalan proses

pembelajaran, absensi, surat menyurat, bimbingan konseling dan evaluasi hasil

belajar. Fasilitas di ruang kantor terdiri dari 3 set computer, 3 set bangku dan meja,

3 lemari File, 2 set kipas angin, dan 1 dispenser. Kedua ruang kepala sekolah

sekaligus merangkap menjadi ruang tamu, fasilitas di ruang kepala sekolah 1 set

computer, 5 set bangku dan 2 meja tamu, 3 lemari File, 1 set kipas angin, dan 1

kulkas. ketiga ruangan untuk para guru 10 set bangku dan I meja besar, 10 lemari

untuk guru, 1 buah cermin, 1 dispenser dan I televisi.

Berdasarkan hasil observasi tentang ruangan para guru dan administrasi di

SMP Al Falah sudah cukup memadai untuk pelaksanaan administrasi.

52 Hasil wawancara dengan informan kepala SMP Al Falah pada tanggal 29 Oktober 2010.

Page 53: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Prasarana lain yang dimiliki oleh SMP Al Falah adalah ruang serbaguna.

Kondisi gedung serbaguna SMP Al Falah mempunyai panjang 15 M dan lebar 9 M,

maka luas gedung serbaguna tersebut adalah 135 M2. Keadaan gedung serbaguna

terdiri dari 2 pintu keluar masuk, 1 buah kamar kecil, 3 buah ventilasi cahaya dan

udara di sebelah kanan dan sebelah kiri, tiga lampu neon 40 watt, Televisi 29 inchi,

1 DVD player, speker aktif, dan 1 set peratan musik.

Sekolah juga mempunyai beberapa peralatan media pembelajaran yang

disimpan di kantor, di antaranya, peralatan olahraga, alat peraga matematika, patung

organ tubuh bagaian dalam manusia, kerangka tengkorak manusia, bola dunia, OHP,

dam mikroskop.

Kebanyakan dari peralatan media yang ada di SMP Al Falah nampak sangat

jarang digunakan oleh para guru dan masih kurang dalam perawatan. Hal ini dapat

diketahui dari banyaknya debu yang menempel pada peralatan media pembelajaran

tersebut sehingga menyebabkan para guru enggan untuk menggunakan peralatan

media tersebut karena berdebu.

Berdasarkan sarana dan prasarana diatas menunjukkan bahwa peralatan

untuk pemanfaatan media pembelajaran telah disediakan oleh pihak sekolah, namun

sangat disayangkan belum dimanfaat secara maksimal oleh guru Pendidikan Agama

Islam dengan alasan tidak tidak adanya biaya untuk membeli dan tidak sempat

merancang media. Seperti yang peneliti kutip pada hasil wawancara terhadap guru

Pendidikan Agama Islam.

“…Ya, selama mengajar PAI saya belum pernah menggunakan media

pelajaran, kalau saya harus membeli harus media pakai uang pribadi, gajinya saja

sudah habis hanya untuk ongkos, kalau saya harus merancang tidak sempat karena

saya perempuan jadi kalau sudah pulang kerumah sibuk dengan urusan rumah

tangga… “53

Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana di SMP Al Falah,

penulis menggambarkannya pada tabel dibawah ini.

Tabel 3

53 Hasil wawancara dengan informan Guru PAI kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 29

Oktober 2010.

Page 54: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Sarana Dan Prasarana

NO JENIS BARANG JMLWAS (M2)/

PEMBAGIAN KEPEMILIKAN KEADAAN

A LAHAN 1 Lahan Terbangun 1 1.500 M2 Milik Baik 2 Lahan Terbuka 1 1.500 M2 Milik Baik 3 Lahan Krg. Praktik 1.500 M2 Milik Baik 4 Lahan Pengembang 2.190 m2 Milik Baik

B RUANG 1 RUANG PENDIDIKAN A Ruang Teori/Kelas 5 7 x 9 M Milik Baik B Ruang Lab IPA - 14 x 7 M Milik Rusak C Ruang Lab Komputer 1 7 x 9 M Milik Baik

RinganD Ruang Olahraga - 25 x 14 M E Ruang Perpustakaan 1 4 x 4 M Milik Rusak F Ruang Kesenian 1 4 x 4 M Milik Baik G Ruang Serbaguna - 15 X 9 M Milik Baik

2 RUANG ADM A Ruang Kep Sek 1 3 x 7 M Milik Baik B Ruang Guru 1 3 x 7 M Milik Baik C Ruang TU 1 4 x 4 M Milik Baik

3 RUANG PENUNJANG A Ruag Ibadah 1 14 x 7 M Milik Baik B Ruang OSIS - C Ruang BP/BK - 3 x 3 M Milik Baik D WC 3 2 x 2 M Milik Baik E UKS -

C ALAT DAN MEDIA 1 Alat Peraga Olahraga 2 Milik Baik 2 Alat Peraga MTK 1 Milik Baik 3 Alat Peraga KTK 2 Milik Baik 4 DVD Player 1 Milik Baik 5 TV 29 Inch 1 Milik Baik 6 Salon Aktif 1 Milik Baik 7 Alat Peraga Fisika 1 Milik Baik 8 OHP 1 Milik Baik 9 Alat Peraga Biologi 1 Milik Baik

D BUKU

Page 55: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

1 Buku Pelajaran 2 Pelajaran Pelengkap 16 Semua Milik Rusak 3 Buku Bacaan 130 Milik baik

Secara umum saran dan prasarana di SMP Al Falah dapat dikatakan telah

cukup memadai, karena telah didukung dengan peralatan yang cukup modern.

D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual. penulis

membagainya menjadi dua bagian yakni persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pertama Persiapan, penulis melakukan persiapan sebelum pembelajaran

berbantuan media audio visual dilaksanakan. Persiapan ini dilakukan oleh

penulis agar pelakanaan pembelajaran berbantuan media audio visual berjalan

dengan efektif, inovativ menyenangkan, dan tercapainya tujuan pembelajaran.

Adapun persiapan yang dilakukan seperti melakukan observasi terhadap vidio

Kisah Nabi Yusuf AS. Adapun hasil observasi terhadap vidio Kisah Nabi Yusuf

AS adalah sebagai berikut :

Durasi vidio ini selama 35 menit, vidio ini menceritakan bagaimana

kisah kehidupan Nabi Yusuf AS, sejak masa kecil hingga dewasa. Banyak

hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini, karena sejak ia masih

kanak-kanak sampai dewasa banyak mengalami cobaan yang sangat berat

namun dengan kesabarannya dan keyakinannya kepada Allah Nabi Yusuf AS

berhasil melewati ujian tersebut dan pada akhirnya karena kesabarannya tersebut

beliau akhirnya meraih kedudukan yang mulia di sisi Allah dan manusia. Secara

garis besar cerita ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Masa kecil nabi yusuf AS (12 menit )

Pa

da massa kecilnya ini mengisahkan tentang mimpi Nabi Yusuf AS,

bagaimana sikap ayahnya terhadapnya, dan rasa dengki saudara-saudaranya

terhadapnya sehingga karena rasa kedengkiannya tersebut nabi yusuf

dibuang kesumur dan dipisahkan dari keluarganya sampai akhirnya ia

dijadikan budak dan dibeli oleh seorang raja mesir.

2. Masa Remaja Nabi Yusuf AS (12 menit )

Page 56: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Ke

tika nabi yusuf beranjak dewasa ia tumbuh semakin tampan sehingga banyak

menarik perhatian para wanita, terutama istri raja yang bernama dzulaikha,

sehingga pada akhirnya dzulaikha tidak mampu lagi menahan nafsunya dan

ia mengajak yusuf untuk berbuat selingkuh, namun karena keimanannya

kepada Allah yusuf menolak ajakan tersebut. Karena penolakannya tersebut

yusuf dipenjara atas tuduhan telah mengajak istri raja untuk berbuat

selingkuh. Namun didalarn penjara yusuf justru tumbuh semakin dewasa dan

mempunyai keimanan yang semakin baik. Didalam penjara juga Nabi Yusuf

AS mampu menafsirkan mimpi dari salah seorang penghuni penjara dengan

keakuratan mimpi 100%.

3. Masa Dewasa (15 menit )

Se

telah melewati banyak cobaan akhirnya sampailah nabi yusuf pada masa-

masa kebahagiaan, hal ini dimulai sejak raja bermimpi dan tidak ada

seorangpun yang mampu menafsirkan mimpi raja tersebut kecuali Nabi

Yusuf AS, tidak hanya itu nabi yusuf juga mampu memberi solusi atas

permasalahan yang dihadapi Negara mesir tersebut. Karena kecerdasannya

itulah beliau diangkat menjadi seorang mentri dan mengemban amanat untuk

mengatasi kelaparan yang dihadapi rakyat mesir, kelaparan tersebut juga

mengenai keluarganya yang berada jauh dari negeri mesir yang Kemudian

membeli makanan kepada Nabi Yusuf AS. sehingga pada akhirnya nabi

yusuf dapat berkumpul lagi dengan keluarganya.

Dari hasil observasi video Nabi Yusuf AS ini penulis menyimpulkan.

Nabi Yusuf AS merupakan seorang nabi yang sangat penyabar, cerdas dan

pemaaf. Walaupun ia mengalami ujian yang berat mulai dari dibuang kesumur

oleh saudara-saudaranya, diajak berjina, difitnah dan dipenjara namun ia

menerimanya dengan sabar dan terus berdoa memohon pertolongan kepada

Allah, ia yakin bahwa pada setiap pristiwa pasti ada hikmahnya. Karena

kesabarannya itu beliau akhirnya meraih kemuliaan disisi manusia dan Allah.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah nabi yusuf AS ini adalah :

a. Kita tidak boleh berbuat dengki karena perbuatan dengki bukan hanya

Page 57: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

merusak diri orang yang mendengkiki tapi juga membahayakan bagi orang

yang didengkikan dan perbuatan dengki itu adalah perbuatan syaitan, dan

syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

b. Tidak boleh berbohong, karena sebaik-baiknya menutupi kebohongan pasti

akan ketahuan, dan ingatlah Allah itu maha mengetahui.

c. Hendaklah kita bersabar dan berdoa' ketika menghadapi cobaan/ kesulitan,

jangan berputus asa karena setelah menghadapi kesulitan kita akan menemui

kemudahan.

d. Hendaklah kita memiliki sifat pemaaf dan jangan memiliki sifat pendendam,

seperti yusuf yang telah memaafkan perbuatan saudara-saudaranya.

Kemudian penulis membuat Rancangan Proses Pembelajaran (RPP)

merupakan acuan guru sebelum proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Dalam penelitian ini penulis membuat RPP yang disesuaikan dengan materi

pembelajaran. Adapun isi RPP tersebut terdiri dari : alokasi waktu, standar

kompetensi, kompetensi dasar, indicator, materi pelajaran, metode

pembelajaran, media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian

hasil pembelajaran.

Setelah penulis melakukan observasi terhadap video dan membuat RPP,

penulis melakukan penulis perkenalan diri kepada siswa agar terjalin hubungan

emosi yang positif antara peneliti dan siswa. Dalam perkenalan ini juga peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan dari diadakannya penelitian ini. Selain itu

penulis juga menyempatkan diri untuk melakukan pengecekan terhadap fasilitas

pendukung untuk pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual,

seperti DVD Player, televisi dan kondisi ruangan. Ini bertujuan untuk

mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan agar tidak ada halangan pada waktu

pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual.

Kedua pelaksanaan. Pada tanggal 14 November kegiatan pembelajaran

berbantuan media audio visual dilaksanakan. Dari awal sampai akhir

pembelajaran direkam oleh teman penulis yang bernama Muhammad Arbi

dengan menggunakan handycam agar dapat sumber data dokumentasi serta

memudahkan penulis dalam mengamati semua tingkah laku siswa selama

mengikuti pembelajaran.

Page 58: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Waktu pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual pada

pagi hari pukul 08 : 00 Wib S/d pukul 09 : 30 Wib. Bertempat di gedung

serbaguna SMP Al Falah, keadaan gedung serbaguna seperti yang telah

dijelaskan pada bagian sarana dan prasarana. Sebelum pelaksanaan

pembelajaran berbantuan media audio visual dilaksanakan, Siswa kelas VII A

yang berjumlah 25 siswa dan VII B yang berjumlah 25 siswa digabungkan

menjadi 50 siswa. Memang ini bukan kondisi ideal dalam memanfaatkan media

pembelajaran hal ini dilakukan karena untuk mengefisienkan waktu dan tenaga

serta waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran berbantuan media audio visual

tercukupi.

Kedua pelaksanaan. Setelah siswa berkumpul, penulis melakukan

strategi pembelajaran yang telah terkonsep dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ( RPP ) seperti memberikan salam, melakukan absensi,

menjelaskan indikator pembelajaran yang akan dicapai, memberikan pretest

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang kisah Nabi Yusuf AS,

menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa

seperti melihat video dan berdiskusi. Setelah siswa mengerti tentang langkah-

langkah pembelajaran dan indikator yang akan dicapai, baru kemudian

pembelajaran berbantuan media audio visual pada pelajaran Pendidikan Agama

Islam tentang kisah Nabi Yusuf AS disampaikan.

Pada saat pelaksanaan penayangan video tentang kisah Nabi Yusuf AS,

para siswa menunjukkan beberapa kegiatan diantaranya melihat vidio tentang

kisah Nabi Yusuf AS, berdiskusi, dan mengerjakan soal. Selama proses

pembelajaran siswa nampak sangat termotivasi dan merespon dengan baik

terhadap tayangan video tersebut. Hal ini dikarenakan dengan menayangkan

video kisah Nabi Yusuf AS merupakan hal yang baru bagi siswa.

“…Saya senang melihat video ini, ini baru pertama kali saya belajar

seperti ini, biasanya kisah Nabi yusuf itu hanya diceritakan saja…”54

“…Saya senang belajar dengan menggunakan media audio visual, lebih

jelas, kalau ceramah kurang jelas dan tidak enak…”.55

54 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 14 Oktober

2010.

Page 59: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Ternyata selama ini guru PAI dalam menagajarkan kisah para nabi hanya

dengan menceritakannya saja tanpa menggunakan media pembelajaran sehingga

tingkat pemahaman siswa masih rendah, motivasi belajar siswa menjadi

berkurang, dan cenderung terjadi verbalisme.

“ …Selama mengajar saya belum pernah menggunakan media pembelajaran, kalau saya harus membeli harus pakai uang pribadi, gajinya saja sudah habis hanya untuk ongkos, kalau saya harus merancang tidak sempat karena saya perempuan jadi kalau sudah pulang kerumah sibuk dengan urusan rumah tangga. Untuk pelajaran yang memerlukan paraktek ya.. saya peraktekkan saja, sedangkan untuk yang cerita ya.. saya ceritakan saja apa yang ada dibuku…”.56

Pada pertengahan waktu penayangan video penulis menghentikan

tayangan video tersebut, lalu memberikan pertanyaan kepada siswa tentang apa

mimpi dari Nabi Yusuf dan apa arti mimpinya tersebut ?... Kemudian salah

seorang siswa menjawab.

“ Nabi yusuf bermimpi sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud

kepadanya artinya sebelas bintang itu adalah saudaranya sedangkan bulan dan

matahari adalah ayah dan ibunya mereka semuanya bersujud kepada nabi

yusuf. Ini merupakan isyarat bahwa ia akan menjadi seorang nabi ”.57

Dari jawaban siswa menunjukkan mereka mampu menjawab dan

mengingat tayangan vidio kisah Nabi Yusuf AS dengan baik. Setelah itu

pemutaran video dilanjutkan kembali.

Setelah penayangan video kisah Nabi Yusuf AS selesai, siswa dibagi

menjadi enam kelompok. Dalam pembentukan kelompok penulis

mengkoordinasi kesulitan dalam melakukan koordinasi, karena siswa belum

terbiasa dalam berdiskusi. Ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan oleh

para guru masih kurang bervariatif.

Dalam berdiskusi setiap kelompok memberikan satu pertanyaan. Setiap

pertanyaan dibacakan dan dipersilakan kepada setiap kelompok untuk

55 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 14

Oktober 2010. 56 Hasil wawancara dengan informan Guru PAI kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 29

Oktober 2010. 57 Salah satu jawaban yang disampaikan oleh informan pada waktu peneliti bertanya tentang

mimpi dan tafsir mimpi Nabi Yusuf AS.

Page 60: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

memberikan menjawabnya. Yang berhak menjawab pertanyaan hanyalah ketua

kelompok atau perwakilannya, sementara anggota kelompok hanyalah

memberikan ide tentang pertanyaan atau jawaban yang akan disampaikan oleh

ketua kelompok. Setelah semua pertanyaan terjawab, masing-masing ketua

kelompok menyimpulkan hasil diskusi, diantara kesimpulan yang disampaikan

oleh anggota diskusi adalah :

“… Nabi yusuf adalah seorang nabi yang tampan, penyabar dan tidak

pendendam walaupun ia di ceburkan kesumur oleh saudara-saudaranya dan

difitnah oleh siti dzulaikha… “.58

“…Nabi Yusuf seorang nabi yang pemaaf, penyabar dan memiliki

keimanan yang teguh walaupun ia diajak berselingkuh dengan istri pejabat

yang cantik ia mampu menolaknya…”59

“…Nabi Yusuf itu orang yang berakhlak mulia, pemaaf, penyabar dan

tidak pendendam terhadap perbautan buruk yang telah dilakukan

saudaranya…”60

“…nabi yusuf seorang nabi yang sangat tampan ian mengalami banyak

ujian yang berat dalam hidupnya, mulai dari dibuang oleh saudara-saudaranya,

menolak berjina, difitnah dan dipenjara namun ia menerimanya dengan

sabar…”61

Berdasarkan pada deskripsi tentang kegiatan pembelajaran berbantuan

media audio visual, menunjukkan bahwa telah terdapat keefektifan dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual.

E. Hasil Uji efektifitas pembelajaran

Setelah siswa selesai berdiskusi, kemudian penulis melakukan uji

efektifitas ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas hasil pembelajaran melalui

58 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu

berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2010. 59 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu

berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2010 60 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu

berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober . 61 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu

berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober

Page 61: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

media audio visual. Uji efektifitas tersebut dilakukan dalam bentuk tes tertulis,

soal tersebut berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda.

Soal ini diberikan setelah siswa melihat video dan berdiskusi. Selama

mengerjakan soal siswa tampak tenang, dan tidak ada yang mencontek ini dapat

dibuktikan melalui hasil rekaman handycam, setelah kurang lebih 25 menit

siswa telah selesai mengerjakan soal yang penulis berikan, kemudian jawaban

siswa di input kekomputer untuk di analisis atau dikoreksi. koreksian soal

pilihan ganda menggunakan program yang di buat oleh Bapak Sudibyo yaitu

Pengawas Pendidikan Kota Bekasi untuk SMP. Hasil belajar siswa dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4

Efektifitas Hasil Belajar Siswa

No. Urut NAMA/KODE PESERTA L/P JAWABAN SISWA DAN HASIL PEMERIKSAAN

SKOR PG NILAI CATATAN

1 Abdurahman Haris L CB-BC-A-ACA-CCADAD-CBAC--AAAAA 23 77 Tuntas

2 Adilla Nur Faizah p BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas

3 Agus Tri Hendratno L CBCB-BABACAB--ADA--CBACACAAAAA 25 83 Tuntas

4 Ahmad Mushowwir L CBCBCBA-ACABCC-DADBCBACA-AAAA- 26 87 Tuntas

5 Ahmad Sofyan L CBCBCBABACAB-CADADBCBAC-CAAAAA 28 93 Tuntas

6 Ajeng Restu L CBCBCBABACABC-A-ADBCBACA-AAA-- 25 83 Tuntas

7 Aldi Risaldin L CBCBCBA-ACABCC-DADBCBACACAAAAA 28 93 Tuntas

8 Andi A L CBCBCBABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 28 93 Tuntas

9 Arif febrian L CBCBC--BAC---CADAD-CBACA--AA-- 20 67 Tidak tuntas

10 As'ab taki L CBC--B-BA--B-CADAD-CBACA-A-A-- 19 63 Tidak tuntas

11 Asep s L CBCBCBA-ACABCCA-AD-CBACA-AA-AA 25 83 Tuntas

12 Ayu kartika sari P CBCB-BA-ACAB--A-AD-CBACA-AAAA- 22 73 Tuntas

13 Deni P CBCB-BA-ACABCCADAD-CBACA-AAAAA 26 87 Tuntas

14 Dea avanda putri L CBCB-BA-A-----AD--B--ACA-AAA-- 16 53 Tidak tuntas

15 Diah d. L P CBCBCBA-ACAB-CAD-D-C-ACACAA-AA 24 80 Tuntas

16 Dinda Zulfa W P CBCBCBABACAB--ADADBCB-CACAAAAA 27 90 Tuntas

17 Dwi Ayu Rosmalasari P CBCBCBABACAB--ADAD-CBACACAAAAA 27 90 Tuntas

18 Eka Yulianah P CBCB-BA-ACABCCA--D-CBACACAAAAA 25 83 Tuntas

19 Fadli Salam L CBC--B-BA--B-CADAD-CBACA-A-A-- 19 63 Tidak tuntas

20 Hadi Muhamad L CBCBCBABACAB--ADADBCBA-A-A-AAA 25 83 Tuntas

21 Hamidah P CBCBCBAB-CABCCADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas

22 Hilman Kadarusman L CBCBCBABACAB-CADAD--BACACAA-AA 26 87 Tuntas

23 Hilda Syarifah P CBCBCBABACAB-C-DADBC-A-ACA---A 23 77 Tuntas

24 Husain Mubarok L CBCBCBA-ACABCCADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas

Page 62: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

25 Indriyani P CBCBCBA-ACABCCADADBCBA-ACAAAAA 28 93 Tuntas

26 Maryani P CBCBCBA-ACA--CADADBCBACACAAA-- 25 83 Tuntas

27 Maulida Fitria P BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas

28 Medi Sulastika P CB-BCBA-ACABC-A-ADBCBACACAAAAA 26 87 Tuntas

29 Mitha Y.A P CBCB--ABACAB--ADADBCBACACAAAAA 26 87 Tuntas

30 Muhamad Bustomi L CBCBCBABACAB-CADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas

31 Muhamad Irpan L CBCBCBABACABC-A-ADBCBACA-AAA-- 25 83 Tuntas

32 Muhamad Mukhlis L CBCBC-A-ACABCCA-AD-CBA----AAA- 21 70 Tuntas

33 Muhamad Ridwan L CBCBCBABACAB--ADADB-BACACA-A-A 25 83 Tuntas

34 Mulyana L CBCBCBABACABCCADADBCBACA-AAAAA 29 97 Tuntas

35 Neni P CBCBCBABA-AB-CAD--BCBACACAAAAA 26 87 Tuntas

36 Priyanti P CBCBCBA-ACABCCADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas

37 Putri Ayu M P CB-BC-A-ACA-CCADAD-CBAC--AAAAA 23 77 Tuntas

38 Reza M L CBCBCBABACAB-CADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas

39 Rizki Ardianti P CBCBCBA-ACABC-ADADBCBACACAAA-A 27 90 Tuntas

40 Rudayah L BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas

41 Selvi Antika Sari P CBCB-BA-ACABCCA-AD-CBA-A-AAA-- 22 73 Tuntas

42 Shella Irawan P CBCBCBABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 28 93 Tuntas

43 Syifa Fauzia P CBCBCBABACAB-CADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas

44 Tessa Mustikawati P CBCBCBABACAB-CADAD-CBACA-AA-AA 26 87 Tuntas

45 Tia Septiani P CBCBCBABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 28 93.33 Tuntas

46 Tiara Eka Hasanah P BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas

47 Valeria Alina P CBCB-BABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 27 90 Tuntas

48 Vina Siti R.A P BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas

49 Yolanda Septiani P P CBCB-BA-ACAB--ADAD-CB-CA-AAAAA 23 76.67 Tuntas

50 Zulfikar L C--B-BA-A----------C--CA-----A 9 30 Tidak tuntas

REK

API

TULA

SI

- Jumlah peserta ikut tes : 50 siswa JML.TOT.NIL.: 0 4250

- Jumlah yang tuntas : 45 siswa NIL.T.KECIL : 0.00 30.00

- Jumlah tidak tuntas : 5 siswa NIL.T.BESAR : 0.00 100.00

- Jumlah di atas rata : 29 siswa RATA-RATA : #DIV/0! 85.000

- Jumlah dibawah rata – rata : 21 siswa SIMPNG. BAKU : #DIV/0! 13.355

REK

AP.

DLM

(%

)

- Jumlah peserta ikut tes : 100 % Jml.Tot. Siswa Kls.Ybs.: 50 siswa

- Jumlah yang tuntas : 90%

- Jumlah yang tidaktuntas : 10% Remidial Tugas

- Jumlah yang di atas rata : 58%

- Jumlah yang dibawah rata : 42%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 90 % siswa yang tuntas

belajar dengan menggunakan media audio visual dan 10 % siswa yang tidak

tuntas. Ini menunjukkan pembelajaran telah berjalan secara efektif.

Bagi siswa yang tidak tuntas peneliti mencari tahu apa penyebab dari

ketidak tuntasan siswa tersebut melalui pengamatan terhadap rekaman

Page 63: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Handycam kegiatan belajar dan wawancara terhadap Informan. Adapun hasil

pengamatan melalui handycam menunjukkan ada beberapa siswa yang terlihat

mengalami kesulitan dalam membaca, mendengar, dan tidak dapat duduk

dengan tenang, dan hasil wawancara terhadap informan adalah sebagai berikut:

“…Siswa yang bernama zulfikar mengalami gangguan penglihatan

sehingga ia tidak dapat melihat dari jarak jauh, lihat saja dari kacamatanya

yang tebal itu. Siswa yang bernama Dea mengalami gangguan pendengaran ia

tidak mampu mendengar dengan baik. Fadli salam, siswa tersebut mempunyai

IQ yang rendah( debil ), siswa pernah mengalami tidak naik kelas sebanyak dua

kali dan merasa kesulitan untuk memahami pelajaran. Arif pebrian siswa

tersebut mengidap penyakit autis, siswa suka berbuat sekehendak hatinya dan

sulit diatur, bila diatur dia akan mengamuk dan mengacaukan kegiatan belajar.

Pihak orang tuanya sudah diberi tahu bahwa anak ini mengalami autis dan

harus disekolahkan di Sekolah Luar Biasa, namun orang tuanya bilang “ tidak

apa-apa sekolah disini saja….”62

Kemudian penulis juga melakukan wawancara terhadap guru yang lain

yaitu guru B. inggris demi keakuratan informasi.

“…Zulfikar memang mengalami gangguan penglihatan sehingga ia

kurang mampu membaca apa lagi B. inggris,kalau saya suruh membaca ia

terlihat sangat kesulitan dan membacanya ditempo. Dea mengalami gangguan

pendengaran mungkin pendengarannya sudah rusak. Fadli salam, memang

anaknya kurang pandai, ia pernah tidak naik kelas, nilai ulangannya juga tidak

bagus. Arif pebrian sepertinya siswa tersebut gangguan emosi, suka mengamuk

pak didalam kelas kalau dia lagi kesel…”.63

Penulis juga melakukan wawancara terhadap zulfikar, salah seorang

siswa yang diduga mengalami rabun jarak jauh.

62 Hasil wawancara dengan informan Guru PAI kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 29

Oktober 2010. 63 Hasil wawancara dengan informan Guru B. Inggris kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 5

november 2010.

Page 64: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

“…Saya memang mengalami rabun jauh pak, bila melihat dari jarak

jauh tulisan atau gambarnya menjadi pudar…”64

Berdasarkan hasil pengamatan melalui rekaman handycam dan

wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan menunjukkan bahwa

penyebab siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran itu karena adanya

beberapa faktor penghambat yang bersumber dari internal siswa sendiri seperti :

1. Gangguan penglihatan seperti rabun jarak jauh sehingga siswa tidak dapat

melihat dengan jelas.

2. Tingkat IQ yang rendah( debil ), siswa pernah mengalami tidak naik kelas

sebanyak dua kali dan merasa kesulitan untuk memahami pelajaran.

3. Autis, siswa suka berbuat sekehendak hatinya dan sulit diatur, bila diatur

dia akan mengamuk dan mengacaukan kegiatan belajar .

4. Gangguan pendengaran, siswa tidak dapat mendengar dengan jelas dan

baik.

Dari keterangan diatas tentang penyebab ketidak tuntasan siswa dalam

belajar menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran melalui media audio

visual dipengaruhi pula oleh faktor internal siswa.

F. Pencapaian Tingkat Kognitif Siswa

Pencapaian tingkat kognitif siswa yang dimaksud adalah pencapaian

kognitif siswa dalam memahami pelajaran. Tingkatan kognitif ini berdasarkan

pada teori belajar kognitif yang disampaikan Benyamin S. Bloom.

Untuk mengetahui pencapaian tingkat kognitif ini siswa diberikan tes

tertulis. Soal tersebut berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Soal

tersebut masing-masing terdiri dari 5 soal C1 ( ingatan ), 5 soal C2 (

pemahaman ) , 5 soal C3 ( Penerapan ), 5 soal C4 ( Analisis ), 5 soal C5 (

Sintesis ), dan 5 soal C6 ( Analisis ). Bobot nilai per butir soal adalah 1,

sehingga total nilai setiap tingkat kognitif adalah 5 (lima). Hasil uji kognitif

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

64 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII A SMP Al Falah pada tanggal 5

november 2010.

Page 65: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Tabel 5

Pencapaian Tingkat Kognitif Siswa

NO NAMA SISWA TINGKAT KOGNITIF

JUMLAHRATA-RATAC1 C2 C3 C4 C5 C6

1 Abdurahman Haris 4 4 4 3 4 4 23 3.83 2 Adilla Nur Faizah 5 5 5 5 5 5 30 5.00 3 Agus Tri Hendratno 4 5 4 4 4 4 25 4.17 4 ahmad mushowwir 4 5 4 5 4 4 26 4.33 5 Ahmad Sofyan 5 4 5 5 5 4 28 4.67 6 Ajeng Restu 5 5 4 4 4 3 25 4.17 7 Aldi Risaldin 5 5 5 5 4 4 28 4.67 8 Andi a 5 5 4 4 5 5 28 4.67 9 Arif Febrian 4 3 3 3 4 3 20 3.33 10 As'ab Taki 3 4 3 3 3 3 19 3.17 11 Asep S 5 4 5 3 4 4 25 4.17 12 Ayu Kartika Sari 5 3 4 3 3 4 22 3.67 13 Dea Avanda Putri 5 5 3 4 4 5 26 4.33 14 Deni 3 2 3 3 2 3 16 2.67 15 Diah d. l 5 3 5 3 4 4 24 4.00 16 Dinda Zulfa w 5 5 4 4 5 4 27 4.50 17 Dwi Ayu Rosmalasari 5 5 4 4 4 5 27 4.50 18 Eka Yulianah 4 5 5 2 5 4 25 4.17 19 Fadli Salam 2 3 4 3 4 3 19 3.17 20 Hadi Muhamad 5 5 3 4 4 4 25 4.17 21 Hamidah 5 5 4 5 5 5 29 4.83 22 Hilman Darusman 5 4 4 5 4 4 26 4.33 23 Hilda Syarifah 5 3 4 3 4 4 23 3.83 24 Husain Mubarok 5 5 5 4 5 5 29 4.83 25 Indriyani 5 4 5 5 4 5 28 4.67 26 Maryani 5 4 4 5 3 5 26 4.33 27 Maulida Fitria 5 5 5 5 5 5 30 5.00 28 Medi Sulastika 5 3 4 5 4 5 26 4.33 29 Mitha Yanti 5 4 3 5 4 5 26 4.33 30 Muhamad Bustomi 5 5 5 5 5 4 29 4.83 31 Muhamad Irpan 5 4 4 4 5 4 26 4.33 32 Muhamad Mukhlis 5 3 4 3 3 3 21 3.50 33 Muhamad Ridwan 5 4 4 5 4 3 25 4.17 34 Mulyana 5 5 4 5 5 5 29 4.83

Page 66: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

35 Neni 5 4 4 4 5 4 26 4.33 36 Priyanti 5 5 5 5 5 4 29 4.83 37 Putri ayu m 4 3 3 4 5 4 23 3.83 38 Reza M 5 5 4 5 5 5 29 4.83 39 Rizki Ardianti 5 4 4 5 5 4 27 4.50 40 Rudayah 5 5 5 5 5 5 30 5.00 41 Selvi Antika Sari 5 4 4 2 3 4 22 3.67 42 Shella Irawan 5 5 4 4 5 5 28 4.67 43 Syifa Fauzia 5 5 4 5 5 5 29 4.83 44 Tessa Mustikawati 5 5 4 4 4 4 26 4.33 45 Tia Septiani 5 5 4 5 5 4 28 4.67 46 Tiara Eka Hasanah 5 5 5 5 5 5 30 5.00 47 Valeria Alina 5 5 5 4 4 4 27 4.50 48 Vina Siti Royani 5 5 5 5 5 5 30 5.00 49 Yolanda Septiani p 4 3 4 4 4 4 23 3.83 50 Zulfikar 2 2 0 2 2 1 9 1.50

JUMLAH 233 213 204 206 213 208 1277 212.83 RATA-RATA 4.66 4.26 4.08 4.12 4.26 4.16 25.54 4.26

Skor nilai tertinggi untuk soal C1, C2, C3, C4, dan C5 adalah 5,00.

Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata untuk soal tingkatan kognitif CI sebesar

4, 66, C2 sebesar 4, 26, C3 sebesar 4, 08, C4 sebesar 4,12, C5 sebesar 4, 26, dan

C6 sebesar 4, 16. Nilai rata-rata keseluruhan adalah 4, 26. Berdasarkan rata-rata

pencapaian kognitif siswa dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan bantuan

media audio visual membuat pencapaian tingkat kognitif siswa sangat baik.

G. Pengamatan Metakognitif Siswa Melalui Rekaman Handycam

Dalam melakukan pengamatan penulis menggunakan form observasi,

penulis mengamati tingkahlaku belajar siswa yang direkam malalui handycam,

kemudian penulis membaginya menjadi empat tahapan yakni Fase motivasi,

konsentrasi, pengolahan informasi, dan umpan balik. adapun deskripsi hasil

pengamatannya adalah sebagai berikut :

Pertama fase motivasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan

terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa tampak termotivasi

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini

Page 67: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

ditunjukkan dengan besarnya rasa antusias, rasa ingin tahu, dan ketertarikan

siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

“…Saya termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan video, karena

baru pertamakali belajar seperti ini…”65

Kedua fase konsentrasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan

terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa tampak berkonsentrasi

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini

ditunjukkan melalui tingkahlaku siswa dalam memfokuskan penglihatannya

pada tayangan video, tidak memperdulikan lingkungan sekitar, tidak

mengalihkan penglihatannya kepada yang lain, mengamati, tidak melakukan

kegiatan yang lain selain proses pembelajaran, dan banyak siswa yang mencatat

hal-hal yang dianggap penting.

“ … Saya memperhatikan, mendengarkan dan mencatat yang saya

anggap penting agar tidak lupa…”66

Ketiga Fase Pengolahan informasi, berdasarkan pengamatan yang

penulis lakukan terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa tampak

melakukan pengolahan informasi. Hal ini ditunjukkan oleh tingkahlaku siswa

yang memperhatikan penayangan vidio, terdiam sejenak kemudian mencatat,

mengerut dahi, berfikir keras sebelum menjawab pertanyaan, dan kemampuan

siswa dalam menyimpukan hasil diskusi.

“…Belajar melalui media audio visual memudahkan saya dalam

mengingat karena ada gambar dan suaranya jadi mudah untuk dingat…”

Keempat Fase Umpan balik, berdasarkan pengamatan yang penulis

lakukan terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa mampu

memberikan umpan balik. Hal ini ditunjukkan ketenangan siswa saat

mengerjakan soal yang diberikan, kemampuan siswa dalam menjawab

pertanyaan diwaktu berdiskusi, dan kelancaran siswa dalam menjawab

pertanyaan saat wawancara.

65 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII A SMP Al Falah pada tanggal 5

november 2010. 66 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII A SMP Al Falah pada tanggal 5

november 2010

Page 68: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Berikut ini adalah tabel daftar hasil pengamatan metakognitif siswa yang

direkam melalui handycam.

Tabel 5

Form Pengamatan Metakognitif

No. Sasaran Yang Di Amati Ya Tidak Keterangan

1 Fase Motivasi

a. Siswa antusias untuk

melihat vidio √

Siswa ingin segera melihat vidio

b. Siswa tertarik mengikuti kegiatan belajar

√ Siswa sungguh-sungguh ketika melihat video dan berdiskusi

c. Siswa ingin tahu tentang

isi cerita dalam vidio √

Banyak siswa yang bertanya ketika berdiskusi

2 Fase Konsentrasi

a. Siswa mengamati

pemutaran vidio √

Siswa memfokuskan penglihatannya pada tayangan vidio

b. Siswa memusatkan

penglihatannya √

Siswa tidak mengalihkan penglihatannya pada yang lain

c. Siswa fokus pada

kegiatan pembelajaran √

Tidak melakukan kegiatan yang lain

d. Siswa mencatat point

yang penting √

Banyak siswa yang mencatat hal-hal yang dianggap penting

e. Siswa fokuskan

pendengarannya √

Tidak memperdulikan pada suara yang lain

3 Fase Pengolahan

a. Siswa menyimpan

informasi √

Memperhatikan, terdiam sejenak dan mencatat

b. Siswa mengingat

informasi √

Berfikir keras sebelum menjawab pertanyaan

Page 69: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

d. Siswa menggali kembali

informasi yang telah di ingatnya

√ Siswa mampu menyimpukan

4 Fase Umpan Balik

a. Siswa mampu

menyampaikan pertanyaan

√ Banyak siswa yang bertanya saat berdiskusi

b. Siswa mampu

menjawab pertanyaan √

Siswa mampu mejawab pertanyaan saat berdiskusi dan saat wawancara

c. Siswa mampu mengatasi

masalah √

Siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan

d. Siswa mampu menjawab

wawancara √

Siswa menjawab dengan lancar

Berdasarkan tabel metakognitif diatas menunjukkan siswa telah

melakukan proses metakognitif dengan baik. Ini ditunjukkan dari tingkahlaku

belajar siswa seperti termotivasi, konsentrsi, mengingat dan memberikan

umpanbalik.

H. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual

Keefektifan media audio visual dalam pembelajaran berhubungan dengan

banyak faktor diantaranya :

1. Metode, bila media pembelajaran sudah dianalisis dan dinyatakan baik oleh

para praktisi pendidikan namun dalam pemanfaatannya tidak didukung oleh

metode pembelajaran yang tepat, maka media tersebut tidak akan banyak

memberikan manfaat bahkan hanya akan menjadi tontonan belaka. Media

pembelajaran biasanya dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran sebelum

siswa melaksanakan diskusi atau praktek.

2. Kondisi siswa, kondisi siswa yang sehat tentu berbeda dengan siswa yang

tidak sehat, contoh siswa yang mengalami gangguan penglihatan akan

berberda hasil belajarnya dengan siswa yang tidak mengalami gangguan

penglihatan.

3. Sarana dan Prasarana

Page 70: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Sarana dan prasarana adalah berbagai alat yang dapat mendukung dalam

pelaksanaan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana di SMP Al Falah sudah

dapat dikatakan cukup memadai karena kualitas televisi, DVD player, pengeras

suara, tempat duduk, luas ruangan, pencahayaan dan suhu udara sudah sangat

baik dan mendukung untuk pemanfaatan media pembelajaran.

Contoh yang menunjukkan bahwa media berhubungan dengan sarana dan

prasarana adalah apabila guru telah merancang atau membeli media

pembelajaran dan hendak menggunakannya dalam pelaksanaan pembelajaran

tetapi disekolah tidak tersedia peralatan yang mendukung untuk pemanfaatan

media pembelajaran tersebut maka media tersebut tidak akan dapat digunakan.

Terlebih lagi pemanfaatan media audio visual yang membutuhkan peralatan

elektronik.

4. Waktu

Waktu penayangan media audio visual juga harus diperhatikan, waktu

yang yang terlalu lama, atau terlalu sebentar tentu akan mempengaruhi terhadap

hasil pemanfaatan media pembelajaran. Contoh waktu penayangan yang terlalu

lama akan menghabiskan banyak waktu pembelajaran sehingga waktu

pembelajaran sudah habis hanya untuk melihat video, selain itu penayangan

vidio yang terlalu lama juga akan mempengaruhi terhadap motivasi dan

konsentrasi belajar siswa.

5. Tipe mengajar guru

Gaya mengajar guru, gaya mengajar guru juga mempengaruhi dalam

keberhasilan media pembelajaran, seperti guru yang otoriter, demokkratis,

apatis. Bila gaya mengajar guru yang otoriter komunikasi hanya akan terjadi

pada satu arah yaitu hanya dari guru saja. Bila gaya mengajar guru yang

demokrasi maka komunikasi akan menjadi dua arah, baik siswa ataupun guru

sama-sama dapat menyampaikan pendapatnya sehingga suasana belajar menjadi

lebih menarik. Sedangkan gaya apatis akan menyebabkan siswa menjadi tidak

terkontrol.

Untuk pemanfaatan media audio visual akan sengat efektif bila

menggunakan metode diskusi, karena siswa akan menjadi lebih aktif dan dapat

menyampaikan komentar atau pendapatnya.

Page 71: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

C. Upaya SMP Al Falah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar peserta didik menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu pengetahuan, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan fungsi pendidikan nasional tersebut diharapkan semua sekolah

dapat mengembangkan potensi yang dimilki oleh siswa dengan cara

meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolah sesuai dengan standar

nasional pendidikan.

Upaya yang dilakukan oleh SMP Al Falah dalam meningkatkan mutu

pendidikan yang ada disekolah dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan

dan fasilitas dari tahun ke tahun demi kemajuan sekolah tersebut. Hal ini dapat

terlihat dari segi peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sekolah seperti

Lab komputer, peralatan media pembelajaran, pembangunan gedung serbaguna

dan kelas.

Dari segi kualitas guru SMP Al Falah, hampir semua guru memiliki

jenjang pendidikan Starta (SI). Dalam upaya meningkatkan pengetahuan para

guru, sekolah sering, mengikutsertakan para guru pada seminar-seminar dan

pelatihan-pelatihan dengan diikut sertanya guru pada seminar dan pelatihan

diharapkan guru dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan

pengetahuan siswa.

Untuk mengisi waktu luang siswa. sekolah mengadakan kegiatan

ekstrakulikuler, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

bakat yang dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki sekolah antara lain

paskibra, pramuka, drum band, qiroat, marawis, futsal, dan tekondo. Kegiatan

ekastrakulikuler ini membuktikan sekolah memenuhi semua kebutuhan siswa dan

menyalurkan kemampuan yang dimiliki siswa.

Page 72: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Selain upaya diatas pihak sekolah juga menjalin kerjasama dengan

masyarakat sekitar dan para walimurid dalam rangka menjalin kerjasama yang

saling menguntungkan dan tindakan prefentif untuk mengantisipasi hal-hal yang

tidak dinginkan.

Page 73: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah di jelaskan pada bab IV dapat di paparkan

beberapa kesimpulan diantaranya yaitu :

1. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, ini

ditunjukkan dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah penulis

tetapkan dalam rencana program pengajaran dan mencukupinya waktu yang

disediakan untuk proses pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran

dapat diketahui melalui hasil uji kognitif dan wawancara terhadap siswa

tersebut.

2. Proses metakognitif siswa yang belajar melalui media audio visual dilakukan

dengan cara memotivasi diri sendiri, konsentrasi /memfokuskan perhatian,

mengolah informasi, mengingat dan memberikan umpan balik, dengan

melakukan tahapan-tahapan tersebut maka pengetahuan akan diperoleh oleh

siswa yang sedang belajar.

3. Siswa yang Siswa yang memiliki kemampuan metakognitif akan lebih

mandiri dalam belajar , kreatif, dan mampu mengeksplorasi pengetahuan

tanpa batas.

Page 74: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

4. Belajar bukan hanya terjadi karena hubungan stimulus dan respon saja, tetapi

belajar juga melibatkan proses metakognitif yang terjadi dalam diri individu

yang sedang belajar.

B. Saran-saran

untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pemanfaatan media

pembelajaran disekolah, penulis juga menyarankan kepada pihak sekolah, guru,

dan siswa. Adapun saran-saran tersebut adalah :

1. Sekolah

Kepada pihak sekolah hendaknya meningkatkan kemampuan para

guru khususnya dalam memanfaatkan fungsi media pembelajaran, mengingat

dalam penelitian ini telah membuktikan tentang efektifitas pembelajaran

dengan bantuan media audio visual.

Selanjutnya pihak sekolah juga menyediakan fasilitas penunjang

untuk mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran di sekolah seperti

menyediakan proyektor dan bangku untuk kenyamanan duduk siswa ketika

menyaksikan media pembelajaran.

2. Guru

a. Kepada para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam hendaknya

menggunakan berbagai macam metode dan media pelajaran untuk

membantu siswa dalam memahami pelajaran.

b. Guru harus meningkatkan pemahamannya tentang pemanfaatan media

pembelajaran agar dalam proses pembelajaran pemanfaatan media

menjadi lebih optimal.

c. Guru harus meningkatkan pengetahuannya tentang psikologi

pembelajaran khususnya tentang kemampuan metakognitif sehingga

dapat memaksimalkan hasil belajar siswa.

Page 75: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

Daftar Pustaka

1. Akyas Azhar, Psikologi Umum Dan Perkembangan, Jakarta : PT. Mizan

Publika, 2004.

2. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Uhamka

Press, Cet. III, 2003.

3. Arif S. Sadiman, Dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, Cet. I, 2007.

4. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta:

Ciputat Pres, 2002.

5. Djaali, psikologi pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 2008.

6. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : Remaja

Rosda Karya, Cet. III, 2008 .

7. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2007.

8. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Cet. III,

2008.

9. Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/08/04/aspek-penilaian-dalam-ktsp-

bag-1-aspek-kognitif/

10. Http://Sahabat guru.Wordpress.Com/2008/12/11/metakognitif-belajar-

bagaimana-untuk-belajar

11. Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu

Jaya, Cet. I, 1996.

12. Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Professional Bandung : Remaja

Rosda Karya, 2005, Edisi. II, Cet. XIV.

13. Nety Hartati, Dkk. Islam dan psikologi Jakarta : Raja Grafindo persada,

2004, Cet. I.

14. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis Bandung :

Remaja rosdakarya, 1995, Cet. VIII,

Page 76: Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui … · 2013. 4. 29. · Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan

15. Pupuh Fathurohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,

Bandung: PT Refika Aditama, Cet. I, 2007.

16. Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Grasindo, Cet. III,

2006.

17. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2009

18. Suharsimi Ari Kunto Prosedur Penelitian, Yogyakarta : PT. Rineka Cipta,

Cet. 10, 1996.

19. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pres, Cet. IV,

1990.

20. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2006.

21. Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology

Oleh John W. Santrock Jakarta : Kencana Prenada Group, Edisi II, Cet. II,

2006

22. Tri Wibowo, Teori Belajar, Terj. Dari Theory Of Learning Oleh BR

Hergenhan dan Matthew H. Olson Jakarta : Kencana Prenada Grup, Cet.

VII, 2009.

23. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses

Pendidikan, Jakarta: kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2006.

24. Yatim Rianto, Pradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, Cet. III, 2006.

25. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta:

Gaung Persada Press, Cet.1, 2008.