efek strategi komunikasi pemasaran personal … · departemen sains komunikasi dan pengembangan...
TRANSCRIPT
EFEK STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN PERSONAL
SELLING PT AGRICON PADA PETANI PADI
DI KABUPATEN KARAWANG
NINDYA AYU WRADSARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Strategi
Komunikasi Pemasaran Personal Selling PT Agricon Pada Petani Padi di
Kabupaten Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Nindya Ayu Wradsari
NIM I34090051
ABSTRAK
NINDYA AYU WRADSARI. Efek Strategi Komunikasi Pemasaran
Personal Selling PT Agricon Pada Petani Padi di Kabupaten Karawang.
Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi
pemasaran personal selling yang dilakukan PT Agricon dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan efek strategi komunikasi pemasaran personal
selling. Metode penelitian secara kuantitatif didukung pendekatan kualitatif.
Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan strategi personal selling diterapkan oleh
formulator di Desa Rawagempol melalui beberapa kegiatan, diantaranya
demo plot, farmers meeting, field trip, dan one day promo. Faktor-faktor
yang berhubungan positif dengan kecenderungan petani membeli produk
yaitu kemampuan komunikasi formulator dalam menarik perhatian petani,
menjelaskan kelebihan produk, dan menggunakan alat peraga dengan baik,
serta kemampuan komunikasi petani dalam bersikap kritis kepada
formulator dan kemampuan petani dalam memperhatikan dan
mendengarkan formulator. Pada karakteristik petani tidak ada yang
berhubungan dengan kecenderungan petani membeli produk.
Kata kunci: efek komunikasi, komunikasi pemasaran, personal selling
ABSTRACT
NINDYA AYU WRADSARI. Effect Marketing Communication Personal
Selling Strategy PT Agricon At Rice Farmers in Karawang. Supervised by
ANNA FATCHIYA.
The objective of this research was to determine the personal selling of
marketing communication strategy which was conducted by PT Agricon and
to examine the factors related to the effects of it. This research applies
simple random sampling which was conducted by using quantitative
methods and supported by qualitative approach. The result showed that
there were several activities which were implemented by the formulators of
personal selling in the Village Rawagempol, such as demo plots, farmers
meeting, field trip, and one day promo. Factors that are correlates positively
to the tendency of farmer to buy the products are formulator communication
skill in attracting farmer attention, the ability to explain the advantages of
the product, the ability to use props well, farmer communication skill in
being critical to formulator, and the ability of farmer to deliver attention and
listen to the formulator. On farmer characteristics side, there were no factors
that correlate to the tendency of farmers to buy the products.
Keywords: effect communication, marketing communication, personal
selling
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
EFEK STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN PERSONAL
SELLING PT AGRICON PADA PETANI PADI
DI KABUPATEN KARAWANG
NINDYA AYU WRADSARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
4
Judul Skripsi : Efek Strategi Komunikasi Pemasaran Personal Selling PT Agricon
Pada Petani Padi di Kabupaten Karawang
Nama : Nindya Ayu Wradsari
NIM : I34090051
Disetujui oleh
Dr Ir Anna Fatchiya, MSi
NIP 19681121 199702 2 001
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
NIP 19550630 1981031 003
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul Efek Strategi Komunikasi Pemasaran Personal Selling PT Agricon Pada
Petani Padi di Kabupaten Karawang.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Anna Fatchiya, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan meluangkan waktunya
dalam memberi saran dan masukan kepada penulis, sehingga karya ilmiah ini dapat
tersusun dengan baik. Kepada penguji utama Ir Yatri Indah Kusumastuti, MS dan
penguji akademik Ratri Virianita, Ssos, MSi, penulis sampaikan terimakasih atas
kritik dan saran pada saat sidang berlangsung. Penghargaan penulis sampaikan
kepada staff PT Agricon, Bapak Suhara, Bapak Bayu, Bapak Dasep, serta seluruh
responden terutama Bapak Rosada dan Bapak Muhyi yang telah membantu penulis
dalam pelaksanaan penelitian.
Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Agung Wradsongko dan Ibu Indria
Prawitasari, adik tersayang Ditya Anggoro Aji (Tio), serta Tante Anies terimakasih
karena telah memberikan masukan, doa, dan dukungan kepada penulis. Tak lupa
kepada teman-teman penulis Andika Danni Rianto, Intan, Resty, Selvi, Eca, Ica, Cici,
Jajang, Adhi, dan Entok yang selalu memberikan canda dan tawa sehingga membuat
penulis tetap semangat dalam menyusun karya ilmiah. Teman-teman satu bimbingan
Annisa dan Fajrina untuk motivasi yang positif dan kebersamaan selama proses
penyusunan karya ilmiah. Ungkapan terima kasih juga kepada keluarga besar Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Angkatan 46 yang telah memberikan
cerita, suka, dan duka selama ini. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
ucapkan satu persatu terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Bogor, Juli 2013
Nindya Ayu Wradsari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Kegunaan Penelitian 2
PENDEKATAN TEORITIS 3
Tinjauan Pustaka 3
Kerangka Pemikiran 15
Hipotesis Penelitian 16
Definisi Operasional 17
PENDEKATAN LAPANG 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
Teknik Pengumpulan Data 21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data 22
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN 25
Sejarah Perusahaan 25
Jenis Produk 26
Struktur Organisasi dan Media Promosi 27
Profil Desa Rawagempol 28
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN PERSONAL SELLING PT
AGRICON 29
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEK
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN PERSONAL SELLING 35
Karakteristik Responden 35
Kemapuan Komunikasi Formulator 38
Kemampuan Komunikasi Petani 40
Kecenderungan Petani Membeli Produk 42
8
DAFTAR ISI (lanjutan)
Analisis Hubungan Karakteristik Petani dengan Kecenderungan Petani
Membeli Produk 45
Analisis Hubungan Kemampuan Komunikasi Formulator dengan
Kecenderungan Petani Membeli Produk 46
Analisis Hubungan Kemampuan Komunikasi Petani dengan
Kecenderungan Petani Membeli Produk 50
SIMPULAN DAN SARAN 53
Simpulan 53
Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 57
RIWAYAT HIDUP 63
DAFTAR TABEL
1 Efektivitas alat promosi suatu produk 10
2 Efektivitas strategi komunikasi pemasaran personal selling menurut
petani, di Desa Rawagempol, tahun 2013 32
3 Efektivitas strategi komunikasi pemasaran personal selling menurut
formulator, di Kabupaten Karawang, tahun 2013 33
4 Jumlah dan persentase petani berdasarkan karakteristik petani, di Desa
Rawagempol, tahun 2013 37
5 Distribusi jawaban responden tentang kemampuan komunikasi
formulator PT Agricon, di Desa Rawagempol, tahun 2013 38
6 Distribusi jawaban responden tentang kemampuan komunikasi petani, di
Desa Rawagempol, tahun 2013 40
7 Distribusi jawaban responden tentang kecenderungan petani membeli
produk, di Desa Rawagempol, tahun 2013 43
8 Hubungan nilai koefisien korelasi dan nilai signifikan karakteristik
petani dengan kecenderungan petani membeli produk, di Desa
Rawagempol, tahun 2013
45
9 Hubungan nilai koefisien korelasi dan nilai signifikan kemampuan
komunikasi formulator dengan kecenderungan petani membeli produk,
di Desa Rawagempol, tahun 2013
47
10 Hubungan nilai koefisien korelasi dan nilai signifikan kemampuan
komunikasi petani dengan kecenderungan petani membeli produk, di
Desa Rawagempol, tahun 2013
50
DAFTAR GAMBAR
1 Model komunikasi dan faktor-faktor penentu ketepatan komunikasi 5
2 Model Rogers dan Shoemaker: Model SMCRE 6
3 Model sederhana proses pemasaran 6
4 Model komunikasi pemasaran 9
5 Tahap pencapaian tujuan komunikasi dan strategi komunikasi 12
6 Proses keputusan pembeli 13
7 Kerangka pemikiran penelitian 16
8 Struktur hubungan PT Agricon dengan formulator 27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi dan Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013 57
2 Kerangka sampling 58
3 Contoh hasil korelasi Rank Spearman 60
4 Struktur organisasi PT Agricon dan field expert (formulator) 61
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada kajian pemasaran dikenal istiah bauran pemasaran, terdiri atas product,
price, place, dan promotion. Product berkaitan dengan costumer solution, price
berkaitan dengan costumer cost, place berkaitan dengan convenience, dan
promotion berkaitan dengan communication. Sesuai dengan pernyataan tersebut,
hubungan antara pemasaran dengan komunikasi sangat erat. Menurut Kusumastuti
(2009) pelaku bisnis menganggap komunikasi adalah pemasaran dan pemasaran
adalah komunikasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan, sebab antara komunikasi
dan pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi dunia bisnis. Tanpa
komunikasi dalam pemasaran, konsumen tidak akan mengetahui keberadaan suatu
produk.
Komunikasi pemasaran sebagai upaya untuk menjadikan seluruh kegiatan
pemasaran dan promosi perusahaan dapat menghasilkan citra atau image yang
bersifat konsisten bagi konsumen. Komunikasi pemasaran menuntut agar setiap
pesan yang keluar harus berasal dari sumber yang sama sehingga segala informasi
yang diumumkan perusahaan memiliki kesamaan tema serta positioning yang
sama di mata konsumen (Morissan 2010). Terdapat lima bentuk komunikasi
pemasaran yang biasa disebut dengan bauran promosi, yaitu periklanan
(advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan
publisitas (public relation and publicity), pemasaran langsung (direct selling), dan
penjualan tatap muka (personal selling). Kusumastuti (2009) mengemukakan
personal selling atau penjualan tatap muka merupakan strategi komunikasi
pemasaran yang paling efektif pada siklus terakhir dari proses pembelian.
Personal selling merupakan bentuk promosi secara face to face antara
pemasar dengan konsumen, sehingga strategi komunikasi pemasaran ini
mempunyai kelebihan dibandingkan bentuk komunikasi pemasaran lainnya.
Strategi komunikasi pemasaran personal selling sudah banyak diadopsi oleh
beberapa perusahaan, salah satunya perusahaan pestisida PT Agricon. PT Agricon
merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang menyediakan pelayanan
berupa produk pestisida. PT Agricon tidak bergerak sebagai distributor tetapi
sebagai produsen pestisida. Sampai saat ini, PT Agricon telah melakukan
pengembangan usaha, peningkatan kualitas produk, serta pelayanan bagi
pelanggan. PT Agricon sebagai produsen pestisida, berkonsentrasi pada
penyediaan sarana produk pertanian, mencakup mata rantai pertanian mulai dari
pengolahan, hasil produksi, pendayagunaan hasil, distribusi, serta penyimpanan
hasil pertanian.
Adanya persaingan di beberapa perusahaan pestisida yang lain, membuat PT
Agricon semakin gencar dalam memasarkan produknya. Untuk itu strategi
komunikasi pemasaran personal selling menjadi salah satu pilihan dalam
memasarkan produknya kepada petani sebagai konsumen. Tujuan dari strategi
komunikasi pemasaran ini ialah sebagai bentuk pembinaan kepada petani agar
mengetahui produk PT Agricon dan mengetahui cara penggunaan yang tepat.
Salah satu kendala yang biasanya dihadapi petani ialah tanaman atau lahan
sawahnya terkena serangan hama, penyakit, dan gulma. Hal ini terkait dengan
kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida secara berlebihan yang akan
2
menimbulkan dampak yang negatif bagi pengguna, dampak lingkungan, serta
dampak sosial ekonomi. Oleh sebab itu, petani sebaiknya menerapkan prinsip-
prinsip penggunaan pestisida, yaitu menggunakan secara legal, benar, dan
bijaksana (Djojosumarto 2008).
Pemasaran produk melalui personal selling membutuhkan sumber daya
yang tidak sedikit. Menurut Risza (2010) kunci sukses suatu perusahaan tertumpu
pada sumber daya manusia yang dimatangkan lewat pendidikan dan pelatihan,
mulai dari tingkat paling dasar hingga manajemen tingkat tinggi. Petani saat ini
menginginkan sesuatu yang serba instan, sehingga membuat perusahaan pestisida
perlu melakukan demonstrasi melalui personal selling, sehingga petani tidak
hanya mengetahui dan menggunakan produk tetapi juga dapat menggunakan
secara tepat.
Berdasarkan uraian tersebut, efek strategi komunikasi pemasaran personal
selling yang dilakukan PT Agricon merupakan kajian penelitian yang menarik
untuk diteliti karena berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan PT
Agricon kepada sasaran konsumennya yaitu petani melalui pemasaran produk,
sehingga akan terlihat hubungan dari komunikasi pemasaran personal selling
tersebut.
Perumusan Masalah
Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran personal selling yang dilakukan
PT Agricon ?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan efek strategi komunikasi
pemasaran personal selling yang dilakukan PT Agricon?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran personal selling yang dilakukan
PT Agricon.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efek strategi komunikasi
pemasaran personal selling yang dilakukan PT Agricon.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi, dapat menjadi salah satu sumber informasi dan pengetahuan
tentang strategi komunikasi pemasaran personal selling, serta dapat menjadi
awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya secara lebih mendalam terkait
penelitian sejenis.
2. Bagi Perusahaan terutama bagian pemasaran, dapat digunakan sebagai
masukan bagi perusahaan dalam menerapkan strategi komunikasi pemasaran
personal selling.
3. Bagi Non-akademisi dan masyarakat luas, dapat menjadi pengetahuan kepada
masyarakat, khususnya masyarakat yang menjadi konsumen dari produk
pestisida, sehingga dapat menggunakan produk pestisida secara rasional.
3
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
Strategi Komunikasi
Ditinjau dari asal usul katanya, istilah strategi berasal dari kata Yunani
strategia (stratus = militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu
untuk menjadi orang jenderal. Strategi diartikan sebagai suatu rencana alokasi
atau pengerahan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu (Tjiptono dan Diana 2000). Berbeda dengan ahli yang
lain, menurut Simandjuntak et al. (2003) kata strategi selalu diartikan dengan kata
cara. Cara untuk menyelesaikan sesuatu, berupa kegiatan yang dilakukan di dalam
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ada atau aksi dalam organisasi untuk
mencapai performance terbaiknya. Kertonegoro dan Sentanoe (1994)
mengemukakan definisi dari strategi yaitu rencana, cara yang menyeluruh dan
terpadu mengenai kegiatan-kegiatan utama perusahaan yang akan menentukan
keberhasilannya untuk mencapai tujuan pokok dalam lingkungan yang penuh
tantangan. Suatu strategi terdiri atas beberapa taktik dan strategi bersifat umum,
mendasar, dan berjangka panjang, dibanding dengan taktik yang merupakan
rencana yang lebih khusus, operasional, dan berjangka pendek. Menurut
Ustadiyanto dan Riyeke (2002) mengartikan strategi sebagai bagian terpadu dari
suatu rencana atau cara, sedangkan rencana merupakan produk dari suatu
perencanaan yang merupakan salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.
Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis, yang berarti “sama”
(dalam bahasa Inggris :common). Komunikasi dapat diartikan sebagai proses
menciptakan suatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara
pengirim dengan penerima. Menurut Shimp (2003) definisi dari komunikasi
adalah proses di mana pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau
antara organisasi dengan individu. Lubis (2010) mengemukakan saat ini berbagi
informasi lebih dekat dengan arti sebenarnya dari komunikasi. Komunikasi lebih
berarti dua orang berbagi informasi bersama daripada seseorang memberi
informasi dan orang lain menerima. Jadi, dapat disimpulkan strategi komunikasi
adalah kegiatan atau cara yang dilakukan suatu organisasi dalam berbagi
informasi untuk menciptakan pemahaman yang sama antara dua orang atau lebih
demi mencapai tujuan organisasi.
Efektivitas Komunikasi Menurut Harold D. Laswell yang dikutip oleh Cangara (2006) cara tepat
untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan siapa
yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa
dan apa pengaruhnya. Bentuk komunikasi seperti ini yang bersifat efektif.
Tubbs dan Moss (1996) menjelaskan komunikasi yang efektif akan
menimbulkan lima hal yaitu:
1. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus/pesan seperti
yang dimaksud oleh komunikator.
2. Kesenangan, artinya tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan
informasi dan membentuk pengertian, akan tetapi ada juga dilakukan untuk
menimbulkan kesenangan.
4
3. Pengaruh pada sikap. Komunikasi seringkali dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan perubahan
sikap, perilaku atau pendapat komunikan sesuai dengan kehendak komunikator.
4. Hubungan sosial yang baik. Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan
hubungan sosial yang baik. Manusia juga adalah makhluk sosial yang tidak
tahan hidup sendiri.
5. Tindakan efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang
dilakukan komunikan.
Menurut Lubis (2010) proses komunikasi terjadi karena terdapat unsur yang
melakukan proses komunikasi tersebut. Model komunikasi yang dikemukakan
David K. Berlo merupakan model komunikasi yang mudah dipahami. Model
komunikasi ini dikenal sebagai Model SMCR, Source Message Channel dan
Receiver. Berlo mengemukakan terdapat elemen-elemen dasar komunikasi yang
relevan meliputi enam komponen, sehingga dapat menciptakan komunikasi secara
efektif, diantaranya:
1. Sumber-Encoder (penyandi), yaitu orang atau sekelompok orang yang sengaja
dan bertujuan untuk berkomunikasi. Sumber dapat disebut dengan berbagai
istilah seperti encoder, pengirim, sumber informasi, atau komunikator.
2. Pesan merupakan sesuatu yang dikirimkan oleh sumber kepada penerima.
Sesuatu yang disalurkan dalam bentuk pesan.
3. Saluran mencakup tiga pengertian, yaitu moda membuat kode (encoding) dan
menerjemahkan kode (decoding) dari pesan, kendaraan pesan, dan pembawa
pesan.
4. Penerima-Decoder (penerjemah), yaitu orang atau sekelompok orang yang
menjadi sasaran komunikasi.
Model komunikasi Berlo dapat dikatakan bersifat linier, sebab arus pesan
berasal dari sumber kepada penerima atau arah pesan cenderung searah. Jadi,
dapat dikatakan bahwa hanya sumber yang diasumsikan mempunyai pengaruh
bagi penerima. Sumber terpisah dari penyandi dan penerima juga terpisah dari
penerjemah, sebab model Berlo tidak hanya untuk komunikasi antarpribadi tetapi
juga untuk komunikasi massa (Mugniesyah 2010).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sumber dan penerima terhadap
keefektivan komunikasi, yaitu keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat
pengetahuan, sistem sosial-budaya. Keterampilan berkomunikasi penting bagi
sumber dan penerima. Bagi sumber keterampilan berkomunikasi penting karena
sumber dapat mengembangkan dan menyandi pesan, sedangkan bagi penerima
karena mampu menerjemahkan dan membuat keputusan-keputusan tentang suatu
pesan. Sikap diartikan sebagai predisposisi atau kecenderungan individu untuk
suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Pada sumber dan penerima sikapnya
mempengaruhi ketepatan komunikasi meliputi, sikap terhadap diri sendiri, sikap
terhadap isi pesan, sikap terhadap penerima. Tingkat pengetahuan menjelaskan
bahwa seorang sumber mampu memahami materi yang disampaikan sehingga
dapat berkomunikasi dengan efektif. Jika dapat menguasai materi maka dapat
mentransmisikan pengetahuannya secara efektif. Bagi penerima jika dia
mengetahui kode yang digunakan sumber maka dia akan mengerti pesan yang
dikirim sumber. Sistem sosial-budaya menggambarkan terdapat hubungan antara
5
sistem sosial budaya dengan komunikasi. Sumber mampu berbahasa sesuai
dengan kemampuan penerima. Bagi penerima budaya yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap pemaknaan pesan yang disampaikan oleh sumber
Gambar 1 Model komunikasi dan faktor-faktor penentu ketepatan komunikasi
(Sumber: Berlo 1960 dalam Mugniesyah 2010)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah elemen dan struktur pesan,
kode pesan, isi pesan, dan perlakuan pesan. Elemen dan struktur pesan merupakan
dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Elemen adalah bagian atau unit terkecil
dari pesan, sementara jika bagian atau unit pesan itu disusun ke dalam suatu
bentuk pesan tertentu yang bermakna disebut sebagai struktur. Kode pesan
diartikan sebagai kelompok simbol-simbol yang dapat distrukturkan dengan cara
tertentu sehingga bermakna bagi sejumlah orang. Isi pesan diartikan sebagai
materi pesan yang telah diseleksi oleh sumber untuk mengekspresikan tujuannya
berkomunikasi. Perlakuan pesan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh
sumber untuk memilih metode untuk menyusun dan mengirimkan kode dan isi
pesan.
Faktor-faktor pada saluran yaitu sumber harus memutuskan atau memilih
saluran komunikasi mana yang akan digunakannya. Sumber harus memahami tiga
aspek saluran komunikasi, yaitu sebagai mekanisme yang berpasangan, sebagai
kendaraan, dan sebagai kendaraan pembawa. Dapat dikatakan saluran merupakan
media pembawa pesan.
Jika Berlo menjelaskan model komunikasi berupa model SMCR, model
komunikasi SMCR disempurnakan oleh Rogers dan Shoemaker dengan melihat
efek atau pengaruh dari proses komunikasi yang dikenal dengan Model SMCRE.
Terdapat proses inovasi (gagasan atau teknologi) yang disebarluaskan kepada
suatu sistem sosial agar diadopsi atau diaplikasikan oleh anggota sistem sosial
tersebut. Elemen-elemen Model SMCRE, Source Message Channel Receiver
Effects meliputi: (1) sumber, terdiri atas orang atau lembaga dari mana produk
berasal, (2) pesan, berupa produk yang ditawarkan, (3) saluran komunikasi, bisa
melalui orang dan media massa, (4) penerima, yaitu orang yang menerima
informasi seperti petani, dan (5) pengaruh, berupa perubahan-perubahan yang
terjadi di kalangan individu anggota sistem sosial, bisa berupa perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk menggunakan atau menolak suatu produk
(Mugniesyah 2010).
Receiver
Communication
Skills
Attitude
Knowledge
Social system
Culture
Channel
Seeing
Hearing
Touching
Smelling
Tasting
Message
Elements and
Structure
Contents
Treatment
Code
Source
Communication
Skills
Attitude
Knowledge
Social system
Culture
6
Gambar 2 Model Rogers dan Shoemaker: Model SMCRE
Pemasaran
Shimp (2003) mengutarakan definisi pemasaran adalah sekumpulan
kegiatan di mana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai
(pertukaran) antara perusahaan dengan pelanggan. Menurut Morissan (2010)
pemasaran ialah upaya perusahaan untuk berkomunikasi dan menjual produk
mereka kepada konsumen. Segala kegiatan yang terkait dengan iklan atau
penjualan secara eceran.
Ahli lain seperti Kotler dan Amstrong (2008) memandang definisi
pemasaran yaitu proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan.
Apabila pemasar memahami kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk dan
jasa yang menyediakan nilai yang unggul bagi pelanggan, menetapkan harga,
mendistribusikan, dan memporomosikan produk dan jasa itu secara efektif, maka
produk dan jasa itu akan mudah dijual. Jika didefinisikan secara luas, pemasaran
adalah proses soial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperloeh
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai
dengan yang lain. Dua sasaran pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan
menjanjikan keunggulan nilai serta menjaga dan menumbuhkan pelanggan yang
ada dengan memberikan kepuasan.
Konsep inti pemasaran adalah pertukaran. Pertukaran dilakukan sedikitnya
oleh dua pihak dengan tujuan memperoleh kepuasan. Dalam kajian pemasaran
dikenal istilah bauran pemasaran, terdiri atas product, price, promotion, dan place
atau yang biasa dikenal dengan isitlah four P’s. Apabila digabung dengan aplikasi
pemasaran atau disebut dengan Four of Cs, maka product berkaitan dengan
costumer solution, price berkaitan dengan costumer cost, place berkaitan dengan
convenience, dan promotion berkaitan dengan communication (Kusumastuti 2009).
Gambar 3 Model sederhana proses pemasaran
(Sumber: Kotler dan Amstrong 2008)
Source
(Sumber)
Message
(Pesan)
Channel
(saluran)
Receiver
(penerima)
Effects
(pengaruh)
Memahami
pasar dan
kebutuhan
serta keinginan
pelanggan
Merancang
strategi
pemasaran
yang digerakkan
oleh
pelanggan
Membangun program
pemasaran terintegrasi
yang memberikan
nilai yang unggul
Membangun hubungan
yang menguntungka
n dan menciptakan
kepuasan
pelanggan
Menangkap nilai dari pelanggan
untuk menciptakan keuntungan
dan ekuitas
pelanggan
7
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah merepresentasikan gabungan semua unsur
dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan
menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau klien.
Komunikasi pemasaran dan promosi menjadi hal yang saling terintegrasi satu
sama lain. Promosi menjadi salah satu dari serangkaian alat pemasaran dalam
marketing mix (bauran pemasaran) dikenal sebagai 4P yang terdiri atas promotion,
product (produk), place (tempat), price (harga) Shimp (2003). Seperti yang
dikemukakan Shimp, Suyanto (2007) juga menyatakan bahwa komunikasi
pemasaran adalah salah satu dari empat elemen utama bauran pemasaran
perusahaan. Pemasar harus tahu bagaimana menggunakan iklan, promosi
penjualan, publisitas, dan penjualan personal untuk mengkomunikasikan suatu
produk beserta nilainya kepada konsumen yang dituju atau yang menjadi target
pemasar.
Morissan (2010) mendefiniskan komunikasi pemasaran sebagai upaya untuk
menjadikan seluruh kegiatan pemasaran dan promosi perusahaan dapat
menghasilkan citra atau image yang bersifat konsisten bagi konsumen.
Komunikasi pemasaran menuntut agar setiap pesan yang keluar harus berasal dari
sumber yang sama sehingga segala informasi yang diumumkan perusahaan
memiliki kesamaan tema serta positioning yang sama di mata konsumen.
Berbeda dengan pendapat dua ahli sebelumnya Kotler dan Amstrong (2008)
mengartikan komunikasi pemasaran yaitu usaha menyampaikan pesan kepada
publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar.
Komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk
membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi itu sangat
dipengaruhi oleh berbagai bentuk media yang digunakan, daya tarik pesan, dan
frekuensi penyajian (Kennedi dan Soesmanegara dalam Kusumastuti 2009).
Komunikasi dan promosi merupakan salah satu elemen kunci keberhasilan
pemasaran. Tanpa adanya komunikasi perusahaan ke pasar maka akan mustahil
terjadi penjualan karena pasar tidak mengenal produk. Untuk itu terdapat tujuan
komunikasi pemasaran, yaitu (Ustadiyanto dan Riyeke 2002):
1. Memperkenalkan produk/merek dengan berbagai keunggulannya.
2. Membangkitkan perasaan suka terhadap produk/merek.
3. Membangun keyakinan konsumen terhadap produk/merek.
4. Menempatkan produk/merek pada urutan pertama dalam benak konsumen
dibanding produk/merek lain.
Kusumastuti (2009) mendefinisikan pemasaran sebagai proses pertukaran.
Beberapa peran komunikasi dalam transaksi pertukaran adalah sebagai berikut:
1. Memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk
yang ditawarkan.
2. Mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk.
3. Membujuk konsumen (pelanggan) dan konsumen potensial untuk melakukan
pembelian.
4. Menunjukkan perbedaan (differenting) produk yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan dengan perusahaan lain.
8
5. Menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Berdarkan konsep
periklanan, suatu iklan akan menarik bila menampilkan daya tarik (appeal)
tertentu, sesuai batas-batas nilai moral yang berkembang dalam masyarakat.
Terdapat delapan langkah dalam mengembangkan komunikasi pemasaran
secara efektif menurut Kusumastuti (2009), yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi audiens yang dituju: audiens diartikan sebagai calon pembeli
produk perusahaan, pemakai saat ini, penentu keputusan, atau pihak yang
mempengaruhi.
2. Menentukan tujuan komunikasi tersebut: komunikator pemasaran memutuskan
tanggapan yang diharapkan audiens berupa pembelian, kepuasan yang tinggi,
dan cerita dari mulut ke mulut yang baik.
3. Merancang pesan: idealnya pesan harus menarik perhatian, mempertahankan
ketertarikan, membangkitkan keinginan, dan menggerakkan tindakan.
4. Memilih saluran komunikasi: terdiri atas saluran komunikasi personal secara
langsung antara dua orang atau lebih dan saluran komunikasi nonpersonal
melalui media, atmosfer, dan acara.
5. Menentukan total anggaran promosi.
6. Membuat keputusan atas bauran promosi: mendistribusikan total anggaan
promosi untuk lima alat promosi, yaitu iklan; promosi penjualan, public
relations atau publisitas, personal selling, dan direct marketing.
7. Mengukur hasil promosi tersebut: komunikator mengukur dampaknya pada
audiens sasaran.
8. Mengelola dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa promosi adalah suatu
bentuk komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk,
dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan. Tjiptono (2008) terdapat tiga unsur pokok dalam struktur
proses komunikasi pemasaran, yaitu:
a. Pelaku Komunikasi: pengirim atau komunikator yang menyampaikan pesan
dan penerima atau komunikan pesan. Dalam pemasaran komunikator adalah
produsen/perusahaan, pasar organisasi, sedangkan komunikan adalah khalayak,
seperti pasar pribadi, pasar organisasi, maupun masyarakat umum.
b. Material komunikasi:
Gagasan, yaitu materi pokok yang hendak disampaikan pengirim
1. Pesan, yaitu himpunan berbagai simbol (oral, verbal atau non-verbal) dari
suatu gagasan. Pesan hanya dapat dikomunikasikan melalui suatu media.
2. Media, pembawa pesan komunikasi. Media komunikasi pemasaran dapat
bersifat personal dan non-personal. Media personal meliputi tenaga
penganjur, tenaga profesional, atau dari masyarakat umum. Media non-
personal meliputi media massa, kondisi lingkungan, atau peristiwa tertentu.
3. Response, yaitu reaksi pemahaman atas pesan yang diterima oleh penerima.
4. Feed back, yaitu pesan umpan balik dari sebagian atau keseluruhan respon
yag dikirim oleh penerima.
9
5. Gangguan (noise), yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat kelancaran
proses komunikasi. Gangguan berupa gangguan fisik, masalah semantik,
perbedaan budaya, ketiadaan feedback, dan efek status.
c. Proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan maupun pengiriman
kembali respon akan memerlukan dua kegiatan yaitu encoding (fungsi
mengirim) dan decoding (fungsi menerima). Encoding adalah proses
merancang atau mengubah gagasan secara simbolik menjadi suatu pesan untuk
disampaikan kepada penerima. Decoding adalah proses menguraikan atau
mengartikan simbol sehingga pesan yang diterima dapat dipahami.
Pernyataan Tjiptono (2008) dapat dilihat dalam Gambar 4:
Gambar 4 Model komunikasi pemasaran
Strategi Komunikasi Pemasaran
Strategi komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap
perubahan yang ditujukan bagi konsumen. Tahap pertama yaitu tahap perubahan
pengetahuan. Pada tahap ini konsumen tahu keberadaan produk, untuk apa produk
diciptakan, dan kepada siapa produk dipasarkan. Tahap kedua yaitu tahap
perubahan sikap. Pada tahap ini perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen,
kognisi, afeksi, konasi. Terakhir yaitu tahap perubahan perilaku. Tahap ini
bertujuan agar konsumen tidak beralih pada produk lain dan terbiasa
menggunakannya (Kusumastuti 2009).
Menurut Shimp (2003), bentuk strategi komunikasi pemasaran terdapat
dalam bauran promosi diantaranya, yaitu penjualan perorangan (personal selling),
iklan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), humas dan publisitas,
dan pemasaran langsung (direct marketing). Pada umumnya perusahaan selalu
mencari cara utuk memperoleh efisiensi dengan menyubstitusi suatu strategi
promosi dengan yang lainnya, namun salah satu strategi promosi yang paling
ungggul adalah penjualan tatap muka atau personal selling. Personal selling
memiliki kelebihan dibandingkan bentuk promosi lainnya (Kusumastuti 2009).
Personal selling merupakan bentuk komunikasi antar individu di mana
tenaga penjual meinformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon
pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan (Shimp 2003). Menurut
Kusumastuti (2009) personal selling merupakan alat promosi yang paling efektif
pada siklus terakhir dari proses pembelian. Hal ini disebabkan personal selling
membuat hubungan interaktif secara dekat, sehingga dapat mengenal konsumen
Gagasan Pemahaman Media
Penerima Decode Pesan
Encode Pengirim
Encode Feedback Decode
Response Gangguan Pemahaman
10
secara lebih dalam dan lebih baik. Penjelasan tersebut didukung oleh Morissan
(2010) yang menyatakan penjualan personal atau perorangan merupakan bentuk
komunikasi langsung antara penjual dan calon pembeli. Penjual membujuk calon
pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan. Penjual juga dapat
memodifikasi informasi yang harus disampaikan setelah menerima tanggapan dari
calon pembeli. Alat-alat promosinya, seperti presentasi penjualan, pertemuan
penjualan, program insentif, contoh/sampel, pasar malam dan pameran dagang
(Tjiptono 2008).
Tabel 1 Efektivitas alat promosi suatu produk
Alat Promosi Barang
Industri
Barang
Konsumsi Tahan
Lama
Barang
Konsumsi
Tidak Tahan
Lama
Penjualan tatap muka 69.2 47.6 38.1
Periklanan di media
elektronik
0.9 10.6 20.9
Periklanan di media cetak 12.5 16.1 14.8
Promosi penjualan 9.6 15.5 15.5
Promosi merek dan
kemasan
4.5 9.5 9.8
Lain-lain 3.3 0.6 0.9
Sumber: Kusumastuti (2009)
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa penjualan tatap muka atau personal
selling merupakan alat promosi yang paling efektif digunakan oleh berbagai
organisasi yang ingin memasarkan barang industrinya baik itu barang konsumsi
yang tahan lama dan tidak tahan lama. Penggunaan strategi komunikasi
pemasaran bergantung kepada tujuan dan strategi perusahaan. Menurut Morissan
(2010) hal ini disebabkan komunikasi yang terjalin bersifat individual dan
personal yang memungkinkan pihak penjual menyesuaikan pesan berdasarkan
kebutuhan khusus atau situasi khusus calon pembeli. Personal selling
memungkinkan terjadinya umpan balik secara langsung karena dampak dari
presentasi penjualan dapat dinilai dari rekasi calon pembeli.
Kusumastuti (2009) menyatakan jika pemasar ingin menggunakan personal
selling sebagai salah satu sarana komunikasi dengan konsumen potensial, perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan personal selling,
yaitu:
a. Menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial mengenai
kebijakan dari produk perusahaan.
b. Mengadaptasi penawaran atau daya tarik promosional produk untuk kebutuhan
yang unik dan konsumen yang spesifik.
c. Membujuk konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan lebih baik dan
memiliki sisi-sisi positif yang lebih dibandingkan produk pesaing.
11
Seperti yang dikemukakan Kusumastuti (2009), Setiadi (2003) juga
menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penjualan tatap
muka, jika pemasar ingin menggunakan personal selling sebagai strategi
komunikasi pemasaran yang utama, yaitu:
a. Sumber daya perusahaan, tujuan, dan strategi pemasaran
Biaya per kontak yang lebih tinggi membuat sumber daya perusahaan yang
digunakan juga lebih banyak, sehingga banyak perusahaan yang menggunakan
personal selling sebagai alat promosi utama. Tujuan dan strategi pemasaran juga
harus diselaraskan. Jika tujuan perusahaan untuk memperluas saluran distribusi
dengan meyakinkan pedagang besar atau pedagang eceran untuk memajang
produk, maka strategi personal selling merupakan pilihan yang tepat.
b. Karakteristik pasar sasaran
Personal selling digunakan ketika pasar sasaran relatif sedikit, rata-rata
konsumen memungkinkan untuk melakukan pesanan dalam jumlah besar.
Perusahaan yang mendistribusikan produk kepada sejumlah kecil pedagang
perantara besar akan lebih tepat menggunakan strategi personal selling.
c. Karakteristik produk
Untuk produk-produk industri yang consumer goods tahan lama sebaiknya
menggunakan strategi personal selling, karena konsumen memerlukan banyak
informasi untuk membuat keputusan pembelian
d. Kebijakan saluran distribusi
Apabila pemasar menggunakan push strategy yaitu perusahaan mendorong
penjualan dengan menitikberatkan pada kekuatan saluran distribusi, maka strategi
personal selling akan lebih efektif. Berbeda dengan pemasar yang menggunakan
pull strategy yaitu perusahaan berusaha menarik konsumen dengan melakukan
tindakan pembelian, berarti perusahaan membangun permintaan konsumen
berdasarkan merek.
e. Kebijakan harga
Kebijakan harga dapat mempengaruhi komposisi bauran promosi. Item “big
ticket” atau harga mahal, baik barang industri maupun barang konsumsi, secara
khusus harus menggunakan personal selling. Hal ini disebabkan konsumen
menginginkan jenis informasi dan saran yang detail, yang hanya bisa diperoleh
dari tenaga penjual sebelum konsumen mengambil keputusan pembelian.
Pada personal selling, proses alur komunikasi terjadi dua arah, sehingga
konsumen secara langsung bisa bertanya mengenai produk kepada tenaga penjual.
Oleh karena itu, tenaga penjual dapat memperoleh umpan balik secara langsung.
Petugas penjual juga dapat mendemonstrasikan produk atau mempengaruhi
tampilan audiovisual untuk memperoleh perhatian penuh dari konsumen.
Terdapat tahap-tahap dalam proses personal selling menurut Churchill, Ford,
dan Walker (1990) dalam Kusumastuti (2009), diantaranya yaitu prospecting for
customers, opening the relationship, qualifying the prospect, presenting the sales
massage, closing the sale, dan servicing the account.
a. Prospecting for customers: usaha melakukan prospek terhadap calon konsumen,
hal ini sering kali mengalami hambatan berupa penolakan. Oleh karena itu,
tenaga penjual perlu melakukan identifikasi pasar sasaran yang sempit
sehingga kemungkinan kegagalan dalam proses penjualan akan semakin kecil.
12
b. Opening the relationship: melakukan pendekatan awal kepada calon konsumen
yaitu dengan cara siapa dalam organisasi yang memiliki pengaruh atau otoritas
untuk melakukan pembelian produk. Selan itu mengidentifikasi apakah calon
konsumen yang akan didatangi memenuhi kualifikasi sebagai calon konsumen
yang benar-benar diperkirakan membeli. Pendekatan ini penting jika proses
penjualan personal selling ingin berhasil.
c. Qualifying the prospect: meliputi proses penemuan jawaban atas tiga
pertanyaan penting, yaitu Apakah konsumen mempunyai kebutuhan atas
produk dan jasa yang akan saya tawarkan ? Dapatkah saya membuat orang
yang bertanggung jawab pada pembelian peduli pada kebutuhan, sehingga saya
dapat membuat penjualan? Apakah penjualan yang saya lakukan menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan ?
d. Presenting the sales massage: presentasi adalah inti dari proses penjualan.
Tenaga penjual mengantarkan informasi mengenai produk atau jasa dan
berusaha membujuk calon konsumen untuk menjadi konsumen. Cara terbaik
untuk meyakinkan calon konsumen bahwa produk yang dijual mempunyai
keunggulan adalah dengan demonstrasi.
e. Closing the sales: perolehan kesepakatan akhir untuk pembelian. Seluruh usaha
tenaga penjual akan sia-sia jika tidak ada tindakan pembelian oleh calon
konsumen.
f. Servicing the account: ketika konsumen sudah melakukan keputusan untuk
membeli maka tugas tenaga penjual belum selesai. Tenaga penjual seharusnya
menindaklanjuti masing-masing konsumen dengan cara meyakinkan tidak ada
masalah perihal jadwal mengirim barang, kualitas barang atau tagihan
konsumen.
Gambar 5 Tahap pencapaian tujuan komunikasi dan strategi komunikasi
(Sumber: Kusumastuti 2009)
Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku pembelian konsumen mengacu pada perilaku pembelian konsumen
akhir. Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap hari. Tujuan dari
pemasar ialah untuk mengetahui apa yang konsumen beli, kapan membeli, dimana
membeli, dan berapa banyak produk yang dibeli. Pada intinya pemasar ingin
Tahapan
Pencapaian Tujuan
Komunikasi
Awareness Stage
Interest Stage
Loyalty Stage
Strategi
Komunikasi
Knowledge
Changes Strategy
Attitude Changes
Strategy
Behaviour Changes
Strategy
13
mengetahui karakteristik pembeli ketika perusahaan memasarkan suatu produk
dan proses keputusan pembeli mempengaruhi perilaku pembelian.
Kotler dan Amstrong (2008) berpendapat pembelian konsumen sangat
dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor
budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada perilaku konsumen,
pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan
kelas sosial pembeli. Untuk kelas sosial, hampir semua masyarakat mempunyai
beberapa bentuk struktur kelas sosial. Kelas sosial tidak ditentukan hanya oleh
satu faktor, seperti pendapatan tetapi juga dikombinasikan dengan variabel lain.
Pemasar tertarik pada kelas sosial karena orang cenderung di dalam kelas sosial
tertentu yang memperlihatkan perilaku pembelian yang sama. Keputusan pembeli
juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia, pekerjaan, situasi ekonomi,
gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. Selanjutnya pilihan pembelian
seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi,
pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan
berlanjut dalam waktu yang lama setelah pembelian. Pemasar harus memusatkan
perhatian kepada keseluruhan proses pembelian dan bukan hanya pada keputusan
pembelian. Terdapat beberapa proses keputusan pembeli dalam membuat
keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian.
Gambar 6 Proses keputusan pembeli
(Sumber: Kotler dan Amstrong 2008)
Pada pengenalan kebutuhan pembeli menyadari suatu masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu
kebutuhan normal seseorang timbul pada tingkat yang cukup tinggi, sehingga
menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal. Pada
tahap ini pemasar harus meneliti konsumen unutk menemukan jenis kebutuhan
atau masalah apa yang timbul. Pada proses pencarian informasi, konsumen yang
tertarik akan mencari lebih banyak informasi yang berhubungan dengan
kebutuhan. Semakin banyak informasi yang diperoleh, maka kesadaran konsumen
akan kebutuhannya semakin meningkat. Dalam hal ini pemasar harus membuat
konsumen manyadari dan mengetahui produknya. Evaluasi alternatif yaitu
bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek
alternatif dalam sekelompok pilihan. Tiap konsumen berbeda dalam mengevaluasi
suatu produk, oleh karena itu pemasar harus mempelajari pembeli untuk
menemukan bagaimana cara mereka sebenarnya dalam mengevaluasi pilihan
produk. Selanjutnya keputusan pembelian, yaitu membeli produk yang paling
disukai. Hal ini ditentukan oleh dua faktor yaitu sikap orang lain dan faktor
situasional yang tidak diharapkan. Faktor sikap orang lain yaitu keputusan
konsumen lain untuk membeli produk yang sama sehingga memperkecil peluang
Perilaku
pasca
pembelian
Keputusan
membeli
Evaluasi
alternatif
Pencarian
informasi
Mengenali
kebutuhan
14
konsumen untuk membeli, sedangkan faktor situasional yang tidak diharapkan
yaitu konsumen memiliki faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat
produk yang diharapkan. Terakhir yaitu perilaku pascapembelian di mana hal ini
yang harus diperhatikan pemasar. Perilaku pascapembelian menentukan kepuasan
atau ketidakpuasan pembeli terhadap suatu pembelian. Berhubungan antara
ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi
ekspektasi, konsumen kecewa; jika produk memenuhi ekspektasi konsumen,
konsumen puas; jika produk melebihi ekspektasi konsumen, konsumen sangat
puas (Kotler dan Amstrong 2008).
Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, diantaranya
umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta
kepribadian dan konsep diri. Pengaruh tersebut dikemukakan oleh Setiadi (2003)
dan dijabarkan sebagai berikut:
a. Umur dan Tahap Daur Hidup: orang mengubah barang dan jasa yang mereka
beli semasa hidupnya. Selera makanan, pakaian, perabot berhubungan dengan
umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Tahap-tahap
yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.
b. Pekerjaan: mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha
mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan
produk dan jasa mereka.
c. Situasi ekonomi: mempengaruhi pilihan produk. Bila pendapatan cukup maka
akan dibelanjakan, ditabungkan, atau kemampuan meminjam.
d. Kepribadian: karakteristik perilaku yang bersifat permanen. Pola perilaku yang
konsisten dan bertahan lama. Kepribadian lebih dalam dibanding gaya hidup.
Ciri-ciri kepribadian, yakni kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan,
kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi.
Menurut hasil penelitian yang diungkapkan oleh Damirhatini dan Jati
(2005), terdapat beberapa karakteristik petani diantaranya, yaitu pendidikan
formal, luas lahan sawah, pengalaman usahatani, motivasi berusahatani, dan
ketersediaan modal usahatani.
a. Pendidikan formal: pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola
pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif tinggi
menyebabkan petani lebih dinamis
b. Luas lahan usahatani: lahan merupakan sarana produksi bagi usahatani,
termasuk salah satu faktor produksi dan pabrik hasil pertanian. Lahan adalah
sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan sangat penting bagi petani
c. Pengalaman usahatani: pengalaman baik yang menyenangkan maupun
mengecewakan berpengaruh pada proses belajar seseorang.
d. Motivasi berusahatani: motivasi merupakan usaha yang dilakukan oleh
manusia untuk menimbulkan dorongan berbuat atau melakukan tindakan.
Motivasi dapat menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan
e. Ketersediaan modal usahatani: modal adalah faktor penunjang utama dalam
kegiatan berusahatani. Hal ini dikarenakan tanpa modal usahatani niscaya
petani akan sulit mengembangkan usahatani yang dilakukan.
15
Kerangka Pemikiran
Pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan suatu strategi
komunikasi yang berhubungan dengan petani agar mau menggunakan produk
perusahaan. Bentuk strategi komunikasi pemasaran yang paling efektif digunakan
untuk memasarkan produk yaitu penjualan tatap muka atau penjualan perorangan
(personal selling). Personal selling dilakukan oleh formulator PT Agricon atau
sumber kepada sasarannya yaitu petani sebagai konsumen. Melalui personal
selling akan diukur faktor-faktor komunikasi pemasaran personal selling,
sehingga memiliki pengaruh pada petani.
Faktor-faktor komunikasi pemasaran personal selling, yaitu kemampuan
komunikasi formulator sebagai pemasar produk dengan indikator, yaitu
formulator menarik perhatian petani, formulator menjawab pertanyaan petani,
formulator memiliki kepercayaan diri dalam memperkenalkan produk, formulator
mampu menjelaskan produk dengan tepat, formulator memberi contoh
penggunaan, formulator menjelaskan kelebihan produk, formulator
merekomendasikan untuk menggunakan, formulator memberi tahu tempat
penjualan, formulator dapat menggunakan alat peraga dengan baik, formulator
dapat menyesuaikan waktu petani. Faktor lain yakni kemampuan komunikasi
petani sebagai konsumen dengan indikator, yaitu petani bersikap kritis kepada
formulator, petani memperhatikan dan mendengarkan formulator, petani paham
cara menggunakan produk dengan tepat. Penentuan faktor kemampuan
komunikasi formulator dan kemampuan komunikasi petani didasarkan pada teori
yang ada. Model SMCR Berlo menjadi dasar untuk mengetahui faktor-faktor
penentu ketepatan komunikasi sumber, pesan, saluran, dan penerima. Selain itu,
terdapat tiga kemampuan dalam berkomunikasi diantaranya, kemampuan
mendengar, berbicara dan menulis. Ini merupakan inti dari tercapainya suatu
kegiatan komunikasi yang efektif.
Faktor berikutnya yakni karakteristik petani dengan indikator, yaitu usia,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, dan pengalaman usahatani.
Faktor-faktor personal selling tersebut bertujuan melihat adanya pengaruh atau
efek pada petani diukur dengan kecenderungan petani untuk membeli produk.
Model SMCRE Rogers dan Shoemaker menjadi dasar teori bahwa terdapat efek
atau pengaruh dari suatu proses komunikasi. Efek tersebut ialah pengambilan
keputusan konsumen dengan melihat kecenderungan petani membeli produk PT
Agricon, namun tidak sampai kepada keputusan konsumen membeli produk.
Indikator-indikatornya, yaitu petani membutuhkan produk, petani tertarik dengan
produk, petani mencari informasi tentang produk, petani membandingkan produk
PT Agricon dengan produk lain. Keterkaitan antara faktor-faktor komunikasi
pemasaran personal selling dengan pengaruh atau efek terhadap kecenderungan
petani membeli produk dapat dilihat dalam Gambar 7.
16
Gambar 7 Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan
: Hubungan
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan nyata yang positif antara karakteristik petani (usia, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, pengalaman usahatani) dengan
kecenderungan petani membeli produk.
2. Terdapat hubungan nyata yang positif antara kemampuan komunikasi
formulator (menarik perhatian petani, menjawab pertanyaan petani, memiliki
kepercayaan diri dalam memperkenalkan produk, mampu menjelaskan produk,
memberi contoh penggunaan produk, menjelaskan kelebihan produk,
merekomendasikan untuk menggunakan produk, memberi tahu tempat
penjualan, dapat menggunakan alat peraga dengan baik, dapat menyesuaikan
waktu petani) dengan kecenderungan petani membeli produk.
3. Terdapat hubungan nyata yang positif antara kemampuan komunikasi petani
(bersikap kritis kepada formulator, memperhatikan dan mendengarkan
formulator, paham cara menggunakan produk dengan tepat) dengan
kecenderungan petani membeli produk.
X2. Kemampuan Komunikasi Formulator
X2.1 Menarik perhatian petani
X2.2 Menjawab pertanyaan petani
X2.3 Memiliki kepercayaan diri dalam memperkenalkan produk
X2.4 Mampu menjelaskan produk
X2.5 Memberi contoh penggunaan produk
X2.6 Menjelaskan kelebihan produk
X2.7 Merekomendasikan untuk menggunakan produk X2.8 Memberi tahu tempat penjualan
X2.9 Dapat menggunakan alat peraga dengan baik
X2.10 Dapat menyesuaikan waktu petani
Y. Effects (Pengaruh)
Kecenderungan Petani
Membeli Produk
X3. Kemampuan Komunikasi Petani
X3.1 Petani bersikap kritis kepada formulator
X3.2 Petani memperhatikan dan mendengarkan formulator X3.3 Petani paham cara menggunakan produk dengan tepat
X1. Karakteristik Petani
X1.1 Usia
X1.2 Tingkat Pendidikan
X1.3 Tingkat Pendapatan
X1.4 Luas Lahan
X1.5 Pengalaman Usahatani
17
Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Karakteristik petani merupakan sebuah keadaan spesifik petani yang berkaitan
langsung dengan dirinya. Terdiri atas beberapa indikator, yaitu:
Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga
saat menjadi responden penelitian. Menurut Teori Havighurst terdapat
pengkategorian dalam menggolongkan usia seseorang. Ukuran usia
diordinalkan menjadi kategori Rendah, Sedang, dan Tinggi :
- Masa awal dewasa = 18-29 tahun
- Masa usia pertengahan = 30-50 tahun
- Masa usia tua = >50 tahun
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh
oleh responden. Diukur dengan menggunakan skala ordinal:
- Tidak lulus/lulus SD = Rendah
- Lulus SMP/sederajat = Sedang
- Lulus SMA/sederajat/akademi/perguruan tinggi = Tinggi
Tingkat pendapatan adalah sumber daya material yang dikeluarkan
responden. Diukur dengan menggunakan skala ordinal:
- Rendah = < Rp1 300 000
- Sedang = ≥ Rp1 300 000 - < Rp2 150 000
- Tinggi = ≥ Rp2 150 000
Luas lahan adalah total luas lahan yang digunakan untuk bertani padi.
Diukur dengan skala ordinal:
- Luas = ≤ 3-3.9 ha
- Sempit = ≥ 4 ha
Pengalaman usahatani adalah lamanya seseorang berprofesi sebagai petani.
Diukur dengan skala ordinal:
- Rendah = <10 tahun
- Sedang = ≥10 - <20 tahun
- Tinggi = ≥ 20 tahun
2. Kemampuan komunikasi formulator adalah pembawa pesan komunikasi yang
memiliki keterampilan dalam berkomunikasi serta tingkat pengetahuan yang
tinggi dalam menjelaskan produk. Skor maksimum adalah 104 dan skor
minimum adalah 81. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤88, Sedang: 88-96,
Tinggi: ≥97. Terdiri atas beberapa indikator, yaitu:
a. Formulator menarik perhatian petani. Skor maksimum adalah 12 dan skor
minimum adalah 7. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤8 , Sedang: 9-10,
Tinggi: ≥
b. Formulator menjawab pertanyaan petani. Skor maksimum adalah 12 dan
skor minimum adalah 9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤9 , Sedang:
10-10.9, Tinggi: ≥11
c. Formulator memiliki kepercayaan diri dalam memperkenalkan produk. Skor
maksimum adalah 12 dan skor minimum adalah 8. Jadi rentang skornya,
yaitu Rendah: ≤8, Sedang: 9-9.9, Tinggi: ≥10
18
d. Formulator mampu menjelaskan produk. Skor maksimum adalah 8 dan skor
minimum adalah 5. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤5, Sedang:6-6.9,
Tinggi: ≥7
e. Formulator memberi contoh penggunaan produk. Skor maksimum adalah 12
dan skor minimum adalah 3. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤5,
Sedang: 6-8, Tinggi: ≥9
f. Formulator menjelaskan kelebihan produk. Skor maksimum adalah 8 dan
skor minimum adalah 4. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤4, Sedang: 5-
5.9, Tinggi: ≥6
g. Formulator merekomendasikan untuk menggunakan produk. Skor
maksimum adalah 12 dan skor minimum adalah 7. Jadi rentang skornya,
yaitu Rendah: ≤8, Sedang: 9-10, Tinggi: ≥11
h. Formulator memberi tahu tempat penjualan. Skor maksimum adalah 6 dan
skor minimum adalah 2. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤2, Sedang: 3-
3.9, Tinggi: ≥4
i. Formulator dapat menggunakan alat peraga dengan baik. Skor maksimum
adalah 21 dan skor minimum adalah 12. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah:
≤14, Sedang: 15-17, Tinggi: ≥18
j. Formulator dapat menyesuaikan waktu petani. Skor maksimum adalah 12
dan skor minimum adalah 5. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤6,
Sedang: 7-8, Tinggi: ≥9
Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yang
nantinya diordinalkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi:
- Sangat setuju (SS) diberi skor 4
- Setuju (S) diberi diberi skor 3
- Tidak setuju (TS) diberi skor 2
- Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
3. Kemampuan komunikasi petani merupakan penerima pesan komunikasi yang
memiliki keterampilan menerima atau memahami penjelasan formulator. Skor
maksimum adalah 70 dan skor minimum adalah 49 . Jadi rentang skornya,
yaitu Rendah: ≤55, Sedang: 56-62, Tinggi: ≥62. Terdiri atas beberapa
indikator, yaitu:
a. Petani bersikap kritis kepada formulator. Skor maksimum adalah 22 dan
skor minimum adalah 11. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤14, Sedang:
15-18, Tinggi: ≥19
b. Petani memperhatikan dan mendengarkan formulator. Skor maksimum
adalah 32 dan skor minimum adalah 18. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah:
≤22, Sedang: 23-27, Tinggi: ≥28
c. Petani paham cara menggunakan produk dengan tepat. Skor maksimum
adalah 20 dan skor minimum adalah 12. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah:
≤14, Sedang: 15-17, Tinggi: ≥18
19
Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yang
nantinya diordinalkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi:
- Sangat setuju (SS) diberi skor 4
- Setuju (S) diberi diberi skor 3
- Tidak setuju (TS) diberi skor 2
- Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
4. Pengaruh ialah petani sebagai penerima informasi memiliki kecenderungan
untuk membeli produk. Skor maksimum adalah 76 dan skor minimum adalah
31. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤45 Sedang: 46-60, Tinggi: ≥61.
Terdiri atas beberapa indikator, yaitu:
a. Petani membutuhkan produk. Skor maksimum adalah 17 dan skor minimum
adalah 8. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤10, Sedang: 11-13, Tinggi:
≥14
b. Petani tertarik dengan produk. Skor maksimum adalah 19 dan skor
minimum adalah 8. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤11, Sedang: 12-15,
Tinggi: ≥16
c. Petani mencari informasi tentang produk. Skor maksimum adalah 19 dan
skor minimum adalah 5. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤9, Sedang:
10-14, Tinggi: ≥15
d. Petani membandingkan produk PT Agricon dengan produk lain. Skor
maksimum adalah 19 dan skor minimum adalah 5. Jadi rentang skornya,
yaitu Rendah: ≤9, Sedang: 10-14, Tinggi: ≥15
Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yang
nantinya diordinalkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi:
- Sangat setuju (SS) diberi skor 4
- Setuju (S) diberi diberi skor 3
- Tidak setuju (TS) diberi skor 2
- Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 4,
maka rentang skala penilaian yang didapat adalah :
20
21
PENDEKATAN LAPANG
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
kuantitatif dan didukung dengan pendekatan kualitatif untuk memperkaya analisis.
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan penelitian survai.
Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
(Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian kualitatif dilakukan melalui
wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya responden
dan pihak PT Agricon. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu petani padi yang
menjadi sasaran konsumen PT Agricon.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa
Rawagempol, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang. Pemilihan
lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
a. Desa Rawagempol merupakan salah satu desa yang menjadi sasaran PT
Agricon. Sejak lama telah menerima strategi personal selling sampai saat ini,
sebab penggunaan pestisida yang cukup tinggi.
b. Mayoritas petani di Kabupaten Karawang adalah petani padi. Kabupaten
Karawang merupakan penghasil beras terbesar ketiga setelah Indramayu dan
Subang di Jawa Barat.
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu lima bulan, yaitu dari bulan
Februari 2013 sampai dengan Juli 2013. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi
penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan
data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang
skripsi, dan perbaikan laporan skripsi (Lampiran 1).
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui sebaran kuesioner kepada petani sebagai responden
dan wawancara mendalam menggunakan pedoman pertanyaan kepada formulator
yang menggunakan personal selling sebagai strategi komunikasi pemasaran
perusahaan. Isi kuesioner terdiri atas lima bagian yang ditujukan kepada petani
dengan menggunakan teknik pendekatan kuantitatif, berupa karakteristik
responden (6 pertanyaan), kemampuan komunikasi formulator (30 pertanyaan),
dan kemampuan komunikasi petani (19 pertanyaan), kecenderungan petani
membeli produk (20 pertanyaan), dan efektivitas strategi personal selling yang
diterapkan formulator PT Agricon (12 pertanyaan). Pedoman pertanyaan
ditujukan kepada formulator atau pihak-pihak yang terkait dengan PT Agricon
melalui teknik pendekatan kualitatif, yang digunakan untuk melengkapi informasi
penelitian sebanyak 24 pertanyaan.
Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan mengenai jumlah
formulator yang disebar di Kabupaten Karawang untuk memasarkan produk
22
melalui personal selling, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian
ini, yaitu buku dan internet.
Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random sampling.
Simple random sampling ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi
1989). Peneliti membuat kerangka sampling berdasarkan waktu pengambilan data
yaitu siapa saja petani individu yang telah menerima bentuk komunikasi
pemasaran personal selling dari formulator PT Agricon. Kerangka sampling
petani padi yang didapat sebanyak 43 orang. Setelah itu peneliti menyebarkan
kuesioner kepada petani padi atau responden yang menjadi sasaran formulator PT
Agricon. Responden yang menjadi sampel ialah petani padi yang menjadi sasaran
konsumen PT Agricon. Pemilihan responden di Desa Rawagempol, Kecamatan
Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, sebab petani-petani tersebut telah
menerima bentuk komunikasi pemasaran personal selling dari formulator PT
Agricon. Unit analisis penelitian ini adalah individu. Jumlah responden yang akan
diteliti berjumlah 35 orang (Lampiran 2). Data yang telah dikumpulkan nantinya
akan diolah dan disimpulkan.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif, untuk
menggambarkan efek strategi komunikasi pemasaran personal selling yang
dilakukan PT Agricon berhubungan dengan kecenderungan petani padi untuk
membeli produk. Data melalui pendekatan kuantitatif yang diperoleh dari
kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft Excel 2007. Hasil analisis statistik
deskriptif diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Data kuantitatif
diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank
Spearman untuk melihat hubungan nyata yang positif antara variabel ordinal
dengan ordinal, yaitu karakteristik petani, kemampuan komunikasi formulator,
dan kemampuan komunikasi petani berhubungan dengan kecenderungan petani
membeli produk (Lampiran 3).
Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
Keterangan:
ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank
di : determinan
n : jumlah data atau sampel
Hubungan nyata yang positif antar variabel dalam uji korelasi Rank
Spearman dilihat melalui nilai signifikansi atau α, sehingga diketahui ada atau
tidaknya hubungan antara dua variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebesar α (0.05) dan α (0.01) bergantung hasil korelasi
antara dua variabel. Ini artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk
benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95% jika α (0.05) dengan tingkat
23
kesalahan sebesar 5% dan 99% jika α (0.01) dengan tingkat kesalahan sebesar 1%.
Dasar pengambilan keputusan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel
dirumuskan sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan hasil korelasi penelitian <0.05 atau <0.01 maka H0 ditolak.
Artinya ada hubungan yang signifikan antara dua variabel
b. Jika nilai signifikan hasil korelasi penelitian >0,05 atau >0.01 maka H0
diterima. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program computer SPSS
(Statistical Program for Social Sciences) for Windows untuk mempermudah
dalam pengolahan data. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan
mengambil hasil analisis antara variabel yang konsisten.
24
25
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN
LOKASI PENELITIAN
Sejarah Perusahaan PT Agricon
PT Agricon berdiri pada tanggal 17 April 1969, berdasarkan Akte Notaris
Samadi, SH No. 57 (Tambahan berita Negara RI No. 31 Tanggal 12 Januari 1973,
Nomor Tambahan 4), pada awalnya sebagai perusahaan swasta nasional yang
mengabdikan pelayanan di bidang usaha distribusi pestisida terutama produk yang
berasal dari PT ICI Indonesia.
Pada periode sebelum PT Agricon Ltd didirikan sampai dengan tahun-tahun
awal setelah perseroan itu didirikan, belum terdapat perusahaan yang
menghasilkan produk pestisida di Indonesia. Hampir seluruh bahan tersebut harus
diimpor dari luar negeri, sehingga menghabiskan devisa negara yang sangat besar.
Disamping itu, begitu banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi para importir
pada umumnya, serta PT Agricon Ltd pada khususnya dalam usaha memasukkan
berbagai produk pestisida yang amat dibutuhkan oleh para petani, baik untuk
pengusaha tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Keadaan ini telah
mendorong perusahaan untuk berusaha mengatasi masalah tersebut.
Pada tahun 1970-1971, PT Agricon Ltd mulai merintis pendirian perusahaan
patungan di bidang industri pestisida di Indonesia. Cara yang ditempuh dengan
mendekati Imperial Chemical Industries (ICI) London, Inggris dengan tujuan
mengajak pihak ICI untuk bersama-sama mendirikan perusahaan patungan (Joint
Venture) di bidang industri pestisida di Indonesia. Setelah melalui berbagai tahap
kegiatan, antara lain pengajuan permohonan ulang kepada Menteri Perindustrian
RI yang disertai dengan Project Proposal yang telah mendapat persetujuan Sub
Panitia Penanaman Modal Asing tanggal 14 Juni 1972 dan Surat Persetujuan
Presiden RI No. B-100/PRES/10/1972 tanggal 10 Oktober 1972, Menteri
Perindustrian mengeluarkan Surat Keputusan No. 674/M/SK/XII/1972 pada
tanggal 4 Desember 1972 tentang izin pendirian pabrik (formulation plant) yang
memproduksi pestisida jenis Gramoxone dan Agroxone 4. Keluarnya SK Menteri
Perindustrian tersebut, maka kedua belah pihak, yaitu ICI dan PT Agricon Ltd.
mendirikan perusahaan patungan bernama PT ICI Pestisida Indonesia.
Perusahaan patungan tersebut didirikan berdasarkan Akte Notaris Dian
Paramita Tamzil, SH pada tanggal 19 Februari 1973 di Jakarta. Pada
perkembangan berikutnya terdapat beberapa perbaikan terhadap akte notaris
pendirian perusahaan tersebut melalui Akte Notaris Kartini Mulyani, S.H,
berturut-turut Nomor 116 tanggal 9 Mei 1974 dan Nomor 118 tanggal 21 Februari
1975, akte pendirian PT ICI Pestisida Indonesia diumumkan selengkapnya pada
Tambahan Berita Negara RI Nomor 60 tanggal 29 Juli 1975. Dalam dokumen
tersebut tercantum secara lengkap dan resmi segala ketentuan mengenai hak,
kewajiban dan pemilikan saham, serta susunan personalia yang harus dipatuhi
oleh kedua belah pihak sebagai pendiri perusahaan patungan tersebut.
Pada tahun 1992, PT Agricon melakukan reorganisasi dengan memisahkan
diri dari PT ICI Pestisida Indonesia setelah selama kurang lebih 23 tahun
melakukan kerjasama dalam bentuk perusahaan patungan. Adanya pengembangan
usaha, peningkatan kualitas produk, serta pelayanan bagi pelanggan, pada
akhirnya para pelopor PT Agricon bersepakat untuk mendirikan pabrik pestisida
26
secara mandiri pada tanggal 17 April 1994 yang berlokasi di Gunung Putri,
Cibinong, Bogor, bertepatan dengan hari jadi PT Agricon yang ke-25. Pendirian
pabrik pestisida tersebut sebagai langkah awal PT Agricon yang tidak hanya
sebagai produsen pestisida dan sekaligus sebagai distributor produk pestisida.
Saat ini PT Agricon telah menjadi Agricon Corporations yang membawahi
lima anak perusahaan, diantaranya PT Agricon LTD, PT Agricon Putra Cipta
Optima, PT Asia Gala Kimia, PT ASABI (Agricon Sentra Agribisnis Indonesia),
dan Terminix. PT Agricon yang berkantor pusat di Jalan Siliwangi No. 68, Bogor
telah memiliki tujuh kantor perwakilan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
diantaranya Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Bandar Lampung, Makasar,
Banjar Baru, dan Pontianak.
Selain berupaya sebagai produsen dan distributor pestisida, PT Agricon juga
memberikan sarana dan kegiatan edukasi mengenai produk pestisida kepada
petani. Kegiatan edukasi tersebut berupa pengenalan teknis produk dan
penggunaan aplikasinya. Tujuannya adalah agar petani memiliki kualifikasi yang
baik dalam berproduksi, sehingga akan meningkatkan program peningkatan
ketahanan pangan guna menunjang revitalisasi pertanian.
Jenis Produk
PT Agricon sampai saat ini telah memiliki tujuh produk, yaitu insektisida,
fungsida, herbisida, moluskusida, rodentisida, dan suplemen tanaman. Masing-
masing produk tersebut memiliki jumlah merek yang berbeda, diantaranya
insektisida tiga belas merek, fungisida enam merek, herbisida lima merek,
moluskisida satu merek, rodentisida satu merek, dan suplemen tanaman empat
merek.
Insektisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mencegah dan
memberantas semua jenis serangga. Produk insektisida PT Agricon diantaranya,
yaitu Spontan 400 SL, Abuki 50 SL, Meteor 25 EC, Mospilan 30 EC, Applaud
440 SC, Sniper 50 EC, Takumi 20 WG, Maxima 68 WP, Cakram 25 EC, OMI
150 EC, Ultimax 550 EC, Sevin 85 SP, Easy 50 SP.
Fungisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mencegah dan
memberantas jamur. Produk fungisida PT Agricon diantaranya, yaitu Throne 250
EC, Nebijin 0.3 DP, Bazoka 80 WP, Briliant 72 WP, Bellkute 40 WP, Captive
200 SC.
Herbisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mencegah dan
memberantas tumbuhan pengganggu atau gulma. Produk-produk PT Agricon
terdiri atas, Crash 480 SL, Aladin 865 SL, Trabas 150 SL, Win 20 WG, Win 10
WP.
Moluskisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mencegah dan
memberantas moluska. Produk Agricon yang termasuk ke dalam moluskisida,
yaitu Rodenstida merupakan pestisida yang digunakan untuk mencegah dan
memberantas binatang pengerat. Suplemen tanaman merupakan pupuk daun
lengkap dalam bentuk kristal berwarna yang bersifat mudah larut di dalam air
(kelarutan homogen), mudah diserap tanaman dengan sempurna.
27
Struktur Organisasi dan Bauran Promosi
Struktur organisasi perusahaan PT Agricon yang menempati posisi paling
atas ialah president director. President director membawahi operational director.
Operational director terdiri dari beberapa divisi. Bagian atau divisi yang
menjalankan pemasaran yaitu commercial general manager dengan membawahi
empat bagian diantaranya, free market business manager, plantation business
manager, marketing manager, technical manager. Bagian yang menjalankan
komunikasi pemasaran yaitu free market business manager yang terbagi ke dalam
regional sales manager dengan wilayah yang berbeda-beda. Wilayah-wilayah
tersebut diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi,
Sumatera, dan Kalimantan. Pada bagian regional sales manager akan membawahi
technical sales executive dan field expert. Technical sales executive dan sales
executive merupakan tim lapangan pendukung di daerah yang berjumlah sekitar
200 orang untuk mendampingi dan membantu petani dalam memberikan solusi
terbaik. Technical sales executive dan field expert biasa disebut formulator oleh
petani di wilayah tertentu yang menjadi sasaran konsumen dan mendapatkan
strategi personal selling (Lampiran 4). Sasaran konsumen atau target pemasaran
PT Agricon yaitu petani, baik itu petani padi maupun petani holtikultura.
Hubungan komunikasi pemasaran antara president director dengan technical sales
executive dan field expert atau formulator dapat dilihat dalam Gambar 8.
Gambar 8 Struktur hubungan PT Agricon dengan formulator
Promosi produk yang dilakukan PT Agricon selain personal selling juga
menggunakan bauran promosi lainnya, seperti iklan, humas publisitas, promosi
penjualan, dan pemasaran langsung. Bentuk promosi penjualan biasanya dengan
mengadakan program SLPHT dan SLA yang dibantu oleh penyuluh pertanian
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan petani mengenai Pengendalian Hama
Terpadu (PHT). Periklanan dengan menggunakan poster, spanduk, brosur, banner
yang biasanya berada di kios pestisida, media promosi lain yaitu pembagian topi,
jaket, kaos, buku tulis, tas kepada petani. Kegiatan humas dan publisitas berupa
President Director
Field Expert Technical Sales
Executive
Free Market Business
Manager
Commercial General
Manager
Operational Director
28
sponsorship, kunjungan tani, kunjungan kios, kunjungan dinas pertanian, dan
kunjungan kebun. Pemasaran langsung, seperti fax, surat, dan e-bussiness.
Profil Desa Rawagempol
Kecamatan Cilamaya Wetan memiliki 12 desa, salah satunya yaitu Desa
Rawagempol. Desa Rawagempol mengalami pemekaran yang pada akhirnya
dibagi menjadi 2, yaitu Desa Rawagempol Kulon dan Desa Rawagempol Wetan.
Desa Rawagempol Kulon dan Wetan merupakan desa yang mejadi salah satu
sasaran konsumen bagi PT Agricon, khususnya formulator. Pemilihan lokasi ini
disebabkan tingkat penggunaan pestisida yang paling tinggi di Kecamatan
Cilamaya Wetan. Desa Rawagempol Kulon memiliki batasan wilayah yakni
sebelah utara Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Sukatani, sebelah
timur berbatasan dengan Rawagempol Wetan, dan sebelah barat berbatasan
dengan Sukakerta. Memiliki luas persawahan sebesar 435.61 ha. Mayoritas
berprofesi sebagai petani dengan jumlah sebanyak 848 orang. Desa Rawagempol
Wetan memiliki batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan Desa Muara Baru,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukatani, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Cilamaya, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Rawagempol
Kulon. Luas persawahan yang dimiliki sebesar 357.5 ha. Mata pencaharian
masyarakatnya mayoritas berprofesi sebagai petani sebanyak 700 orang.
Formulator atau petugas lapang PT Agricon dalam mempromosikan produknya
selalu menggabungkan kedua desa ini, sebab sebelum Desa Rawagempol
mengalami pemekaran, PT Agricon telah memfasilitasi Sekolah Lapang Agricon
di Desa Rawagempol pada tahun 2010.
29
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
PERSONAL SELLING PT AGRICON
Personal selling merupakan salah satu bentuk strategi komunikasi
pemasaran yang digunakan oleh PT Agricon. Umumnya tiap perusahaan memiliki
strategi berupa kegiatan-kegiatan promosi produk melalui formulator yang disebar
di wilayah-wilayah yang menjadi sasaran PT Agricon. Formulator merupakan
istilah yang digunakan oleh petani di Desa Rawagempol untuk menggambarkan
technical sales executive dan field expert PT Agricon. Formulator merupakan tim
lapangan PT Agricon yang bertugas untuk mempromosikan produk.
Strategi personal selling yang diterapkan formulator PT Agricon bertujuan
untuk menyadarkan petani agar mengetahui keberadaan produk dan secara
langsung merasakan manfaat dari produk tersebut, sehingga petani akan tertarik
untuk membeli dan menggunakan produk. Selain itu melalui strategi personal
selling diharapkan petani dapat menggunakan produk pestisida secara rasional
sesuai dengan anjuran formulator dan petunjuk pemakaian yang tertera pada
kemasan.
Hal ini sesuai dengan teori komunikasi pemasaran bahwa tujuan dari
penjualan tatap muka atau personal selling yaitu dapat berkomunikasi dengan
konsumen potensial secara langsung yang melibatkan pikiran dan emosi. Selain
itu personal selling membantu perusahaan dalam memperkenalkan produk baru
atau memasukkan produk lama ke wilayah baru, sehingga memperoleh kesadaran
produk dan konsumen potensial. Melalui personal selling dapat membuat
hubungan interaktif secara dekat antara formulator dengan petani, sehingga dapat
mengenal karakteristik petani secara lebih dalam dan dapat memberikan respon
yang tepat (Kusumastuti 2009).
Beberapa kegiatan atau strategi yang dilakukan formulator dengan tujuan
untuk mempromosikan produk PT Agricon kepada petani yaitu melalui demo plot,
farmers meeting, field trip, dan one day promo. Demo plot merupakan kegiatan
komunikasi dan promosi untuk menunjukkan kualitas produk PT Agricon melalui
aplikasi langsung di lahan petani. Farmers meeting merupakan kegiatan edukasi
dan komunikasi produk PT Agricon kepada petani dengan cara mengumpulkan
petani di suatu tempat, seperti kegiatan temu tani. Field trip merupakan kegiatan
kunjungan ke lapangan dengan beberapa petani untuk melihat hasil demontrasi
produk PT Agricon pada lahan petani yang telah dilakukan demo plot. One day
promo merupakan kegiatan promosi dan edukasi dengan mengundang beberapa
petani untuk datang ke kios pestisida, seperti kegiatan launching produk Maxima
yang dihadiri oleh beberapa petani dari Desa Rawagempol di Desa Tegalsari,
Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang.
Tujuan kegiatan-kegiatan tersebut menurut perusahaan adalah bahwa
formulator tidak menjual produk dalam kegiatan personal selling, namun hanya
memperkenalkan produk berupa promosi, memberikan edukasi, dan melakukan
aplikasi langsung ke lahan sawah agar petani mengetahui secara langsung hasil
produk PT Agricon. Seperti yang diungkapkan Bapak SHR, salah satu informan
PT Agricon:
30
“…Seorang formulator tidak menjual produk Agricon, mereka
hanya mengarahkan petani untuk membeli produk Agricon
dengan cara melakukan aplikasi lahan di lahan petani yaitu
demo plot. Setelah petani tahu kualitas produk di kegiatan field
trip bagus baru formulator memberi tahu petani di mana lokasi
kios yang menjual produk. Karena biasanya petani akan
membeli ketika mencoba terlebih dahulu dan tahu hasil dari
produk…” (SHR, 55 tahun).
Melalui strategi personal selling formulator tidak hanya memberikan
kegiatan edukasi kepada petani, tapi juga menciptakan hubungan komunikasi
yang lebih intensif dengan petani. Oleh karena itu, untuk menciptakan hubungan
komunikasi yang baik, terdapat strategi pada saat melakukan pendekatan kepada
petani sebelum melakukan strategi personal selling. Untuk membina hubungan
komunikasi yang baik dengan seluruh petani di wilayah tertentu, formulator akan
mendekati petani-petani kunci terlebih dahulu, seperti ketua kelompok tani atau
ketua Gapoktan. Melalui petani-petani kunci inilah formulator dapat mencakup
keseluruhan petani yang ada di suatu desa atau wilayah tertentu. Apabila
formulator memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan petani kunci dan
petani kunci telah yakin bahwa formulator memiliki kualitas yang tinggi, maka
akan semakin mudah bagi formulator mempromosikan produknya.
Karakteristik petani yang beragam menjadi suatu pertimbangan bagi
formulator, seperti yang dikemukakan salah satu formulator yaitu Bapak DSP:
“…Terdapat tiga tipe petani, diantaranya petani ekonomis,
petani teknis, dan petani yang tidak peduli dengan merek yang
paling penting adalah bahan aktifnya. Petani teknis itu biasanya
dimiliki oleh petani-petani kunci yang memang memiliki
pengetahuan tinggi tentang cara bertani dan betul-betul selektif
dalam membeli produk. Petani ekonomis biasanya petani yang
mengutamakan harga produk yang murah tetapi memiliki
manfaat yang besar. Ada juga petani yang tidak peduli merek
dagang perusahaan apa yang penting bahan aktifnya sesuai
dengan kebutuhannya…” (DSP, 33 tahun).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa personal selling
membutuhkan suatu strategi tersendiri dalam mendekati petani sebagai sasaran
konsumen. Strategi personal selling tidak hanya berupa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh formulator kepada petani, tetapi perlu pendekatan khusus untuk
merealisasikan kegiatan-kegiatan personal selling. Formulator perlu memahami
karakter petani-petani yang menjadi sasaran wilayahnya, paham kondisi wilayah
promosi, menguasi pengetahuan tentang produk, menguasai pengetahuan tentang
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), serta yang paling penting adalah
mengetahui pesaing yang ada. Efektivitas waktu menjadi suatu kesulitan
formulator karena strategi personal selling memerlukan waktu, tenaga, dan biaya
yang besar, sehingga hal ini lah yang sering membuat beberapa kegiatan personal
selling kurang efektif dan efisien.
31
Beragamnya produk PT Agricon membuat formulator tidak
mempromosikan keseluruhan produk yang ada. Produk yang dipromosikan pun
ada yang produk lama dan produk baru. Biasanya produk-produk yang
dipromosikan adalah produk unggulan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti, formulator tidak menemukan permasalahan dalam mempromosikan
produk baru, sebab formulator yakin produk baru memiliki kualitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan produk lama dalam membasmi hama dan penyakit
dan telah teruji di lahan petani melalui demo plot. Promosi yang dilakukan
terhadap produk lama cukup efektif dalam mempromosikan produk kepada petani
apabila kualitas produk tetap bagus dan petani percaya kualitas produk tidak
menurun dari awal munculnya produk hingga saat ini.
Kegiatan-kegiatan seperti demo plot, farmers meeting, field trip, dan one
day promo memiliki kelebihan dan kekurangan. Peneliti melakukan penelitian
dengan teknik pendekatan kualitatif pada kegiatan-kegiatan tersebut kepada
formulator PT Agricon dan petani di Desa Rawagempol untuk melihat kegiatan
atau strategi yang paling efektif dan yang paling tidak efektif dilihat dari
beberapa aspek. Informasi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 2 masing-masing kegiatan memiliki kelebihan dan
kekurangan yang berbeda-beda bergantung pada aspek yang ada. Kegiatan demo
plot dapat dikatakan sebagai kegiatan yang paling efektif sebab, melalui kegiatan
demo plot petani sadar adanya keberadaan produk PT Agricon, petani lebih
leluasa untuk bertanya kepada formulator sehingga tidak merasa canggung,
memiliki kesempatan bertanya yang banyak kepada formulator, petani juga dapat
berdiskusi dengan petani lain untuk bertukar pikiran, petani juga tahu cara
menggunakan pestisida yang tepat melalui demo plot, dan petani termotivasi
untuk menggunakan pestisida secara benar. Hampir seluruh aspek menyatakan
bahwa demo plot merupakan kegiatan yang efektif dan hanya beberapa aspek
yang menyatakan demo plot tidak efektif karena membutuhkan tenaga lebih
banyak, biaya yang besar, dan waktu yang lebih banyak. One day promo
merupakan kegiatan yang dinilai petani paling tidak efektif hampir seluruh aspek,
walaupun kegiatan ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Hal ini disebabkan
hanya petani kunci yang mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu petani merasa
kegiatan one day promo hanya kegiatan launching produk yang kualitasnya belum
tentu terjamin bagi petani. Petani di Desa Rawagempol lebih yakin terhadap suatu
produk apabila telah melihat manfaat dan kualitas produk tersebut, seperti yang
diungkapkan Pak RSD:
“…Petani di sini tidak akan langsung percaya sama promosi
produk kalo tidak dicoba dulu dan tahu betul kualitas dan
hasilnya, makanya tidak heran kalo petani akan selalu mencari
informasi ke petani lain dalam menggunakan pestisida…” (RSD,
43tahun).
32
Tabel 2 Efektivitas strategi komunikasi pemasaran personal selling menurut
petani, di Desa Rawagempol, tahun 2013
No.
Aspek
Strategi personal selling
Demo
plot
Farmer
s
meeting
Field
Trip
One
day
promo
1. Mengetahui keberadaan produk PT
Agricon
++++ +++ + ++
2. Menjadi lebih leluasa bertanya
kepada petugas lapang
+++ ++ ++ ++
3. Memiliki kesempatan untuk
bertanya
++++ ++ +++ +
4. Dapat berdiskusi dengan petani lain ++++ ++ +++ +
5. Mengetahui cara menggunakan
pestisida dengan tepat
++++ ++ ++ +
6. Dapat mempraktikkan penggunaan
produk
+++ ++ ++ +
7. Pentingnya melihat petunjuk
pemakaian produk
+++ ++++ ++
8. Menyadari produk PT Agricon
lebih bagus dibanding produk lain
+++ +++ +++ +
9. Kegiatan yang paling mudah untuk
dipahami
+++ +++ +++ +
10. Meluangkan waktu lebih banyak +++ +++ ++ +
11. Termotivasi menggunakan pestisida
dengan benar
++++ +++ ++ +
12. Mengeluarkan biaya lebih besar +++ ++++ +++ ++
13. Mencurahkan tenaga lebih banyak +++ +++ +++ ++ Keterangan: ++++: sangat efektif, +++: efektif, ++: tidak efektif, +: sangat tidak efektif
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan kepada petani, menurut
formulator hampir seluruh kegiatan dapat dikatakan efektif, bergantung pada
aspek-aspeknya. Kegiatan demo plot paling efektif dilakukan ketika
mendemonstrasikan produk baru, merekomendasikan petani menggunakan produk,
dan kemudahan dalam menyadarkan petani dari segi penyadaran pemakaian,
kebutuhan, dan memotivasi untuk menggunakan secara benar, serta biaya yang
tidak besar. Akan tetapi demo plot membutuhkan waktu yang paling lama
dibandingkan kegiatan lainnya dan tidak efektif ketika mendemonstrasikan
produk lama. Kegiatan farmers meeting dan field trip dapat dikatakan kegiatan
yang paling efektif, walaupun terdapat beberapa aspek yang menyatakan tidak
efektif jika dilakukan dalam kegiatan farmers meeting dan field trip. Kegiatan
farmers meeting tidak efektif ketika biaya yang dibutuhkan lebih besar, sama hal
nya dengan field trip. Kegiatan field trip juga tidak efektif karena waktu yang
dibutuhkan lebih banyak. Hanya beberapa aspek mewakili keefektivan kegiatan
one day promo. Kegiatan tersebut hanya efektif dilakukan ketika
mendemonstrasikan produk baru dan lama, merekomendasikan petani
menggunakan produk, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Apabila
33
dibandingkan dengan kegiatan yang lain, kegiatan one day promo termasuk ke
dalam kegiatan paling tidak efektif.
Tabel 3 Efektivitas strategi komunikasi pemasaran personal selling menurut
formulator, di Kabupaten Karawang, tahun 2013
No.
Aspek
Strategi personal selling Demo plot
Farmers meeting
Field trip
One day
promo 1. Kemudahan dalam
mendemonstrasikan produk baru ++++ ++++ ++++ +++
2. Kemudahan dalam
mendemonstrasikan produk lama ++ ++++ ++ ++++
3. Kemudahan untuk merekomendasi petani menggunakan produk
++++ ++++ ++++ ++
4. Kemudahan untuk merekomendasi
petani menggunakan produk dengan
tepat
+++ ++++ ++++ ++
5. Kemudahan untuk merekomendasi
petani agar mengajak petani lain
menggunakan produk
+++ ++++ ++++ +++
6. Kemudahan petani dapat berdiskusi
dengan petani lain ++++ ++++ ++++ ++
7. Kegiatan petani yang paling mudah dipahami sehingga pengetahuannya
meningkat
+++ ++++ ++++ +++
8. Kegiatan yang membutuhkan biaya
yang lebih besar + +++ ++++ ++++
9. Kegiatan yang membutuhkan waktu
yang lebih banyak ++++ + +++ +
10. Kemudahan dalam memotivasi petani untuk menggunakan pestisida
secara tepat
++++ ++++ ++++ ++
11. Kemudahan dalam menyadarkan
petani akan kebutuhan produk ++++ ++++ ++++ +++
12. Kemudahan dalam menyadarkan
petani terhadap penggunaan yang
selama ini mereka lakukan
++++ ++++ ++++ ++
Keterangan: ++++: sangat efektif, +++: efektif, ++: tidak efektif, +: sangat tidak efektif
Terdapat hasil perbandingan pada penelitian yang dilakukan kepada petani
dan formulator. Petani mengatakan bahwa demo plot merupakan kegiatan yang
paling efektif sebab melalui demo plot petani lebih menyadari dan memahami
semua aspek yang ada, sedangkan menurut formulator demo plot cukup efektif di
beberapa aspek, sebab tidak efektif jika produk lama yang didemonstrasikan dan
membutuhkan waktu yang lebih banyak sehingga tenaga yang diperlukan akan
lebih besar. Sebagian besar petani merasa kegiatan demo plot lah yang dapat
membuat petani lebih mengenal formulator dan produknya, walaupun sebagian
kecil petani setuju bahwa demo plot membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang
lebih besar.
34
Formulator berpendapat bahwa kegiatan farmers meeting dan field trip yang
paling efektif sebab formulator akan lebih mudah mempromosikan produk dengan
cara mengumpulkan petani dalam satu tempat, serta melalui field trip petani akan
langsung melihat hasil kerja dari produk Agricon. Berbeda dengan formulator,
petani berpendapat bahwa kegiatan farmers meeting akan membuat petani kurang
leluasa untuk bertanya kepada formulator, mengetahui cara menggunakan
pestisida dengan tepat, serta berdiskusi dengan petani lain, sebab petani belum
mengetahui hasil kerja dari produk Agricon. Responden tidak langsung percaya
dengan produk hanya dari penjelasan formulator, tetapi harus berupa kegiatan
demonstrasi sekaligus penjelasan. Seperti kegiatan field trip, petani merasa cukup
efektif karena petani secara langsung dapat melihat kualitas produk yang
dipromosikan. Field trip dapat meningkatkan kecenderungan petani untuk
membeli produk. Kegiatan tersebut cukup efektif bagi petani dan formulator,
sebab petani dapat mengetahui keberadaan produk dan secara langsung melihat
hasil demo plot, serta mengetahui cara penggunaan pestisida dengan tepat.
35
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEK
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
PERSONAL SELLING
Faktor-faktor yang berhubungan dengan strategi komunikasi pemasaran
personal selling, terdiri atas hasil distribusi jawaban petani mengenai
karakteristik petani, kemampuan komunikasi formulator, kemampuan komunikasi
petani, dan kecenderungan petani membeli produk. Selain itu peneliti melakukan
uji korelasi Rank Spearman terhadap karakteristik petani, kemampuan komunikasi
formulator, dan kemampuan komunikasi petani yang berhubungan dengan efek
strategi komunikasi pemasaran personal selling, yaitu kecenderungan petani
membeli produk.
Variabel karakteritik petani yang diuji diantaranya, ialah usia, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, dan pengalaman usahatani.
Kemampuan komunikasi formulator terdapat sepuluh variabel yang diuji untuk
melihat terdapat hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani membeli
produk diantaranya, yaitu (1) formulator menarik perhatian petani, (2) formulator
menjawab pertanyaan petani, (3) formulator memiliki kepercayaan diri dalam
memperkenalkan produk, (4) formulator mampu menjelaskan produk, (5)
formulator memberi contoh penggunaan produk, (6) formulator menjelaskan
kelebihan produk, (7) formulator merekomendasikan untuk menggunakan produk,
(8) formulator memberi tahu tempat penjualan, (9) formulator dapat menggunakan
alat peraga dengan baik, dan (10) formulator dapat menyesuaikan waktu petani.
Kemampuan komunikasi petani diuji untuk melihat hubungan yang signifikan
antara kecenderungan petani membeli produk dengan variabel-variabel, yaitu (1)
petani bersikap kritis kepada formulator, (2) petani memperhatikan dan
mendengarkan formulator, dan (3) petani paham cara menggunakan produk
dengan tepat.
Karakteristik Responden
Usia Petani
Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini terbagi ke dalam tiga
kategori usia, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan usia yang
digunakan berdasarkan teori Havighurst dalam Mugniesyah (2006). Menurut teori
Havighurst, responden pada kategori usia rendah termasuk ke dalam masa awal
dewasa. Responden pada kategori usia sedang termasuk ke dalam masa usia
pertengahan. Responden yang berada kategori usia tinggi termasuk ke dalam masa
usia tua. Pada Tabel 4 terlihat bahwa mayoritas usia responden berada pada
kategori usia sedang atau masa usia pertengahan dengan proporsi yaitu 57.1% (20
orang). Hal ini sesuai dengan nilai rataan yang diperoleh peneliti berdasarkan usia
pada 35 orang petani yaitu 49 tahun. Responden dengan usia masa pertengahan
atau kategori usia sedang memiliki proporsi jumlah dan persentase lebih banyak
dibandingkan dengan responden pada kategeori usia tinggi atau masa usia tua.
Tidak ada petani yang berusia pada kategori rendah atau masa awal dewasa. Ini
berarti tidak ada responden yang berumur 18-29 tahun.
36
Tingkat Pendidikan Petani
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat pendidikan digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Mayoritas petani
responden berpendidikan rendah atau tidak lulus/lulus SD dengan proporsi 42.8%
(15 orang). Ini artinya, sesuai dengan nilai rataan yang diperoleh peneliti bahwa
rata-rata tingkat pendidikan petani responden berada pada kategori rendah.
Responden yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak dibanding yang
berpendidikan sedang (lulus SMP/sederajat) dan tinggi (lulus
SMA/sederajat/akademi/pergururan tinggi). Responden yang berpendidikan
sedang dan tinggi memiliki proporsi yang sama yaitu 28.6% (10 orang).
Tingkat Pendapatan Petani
Tingkat pendapatan individu petani merupakan pendapatan yang
dikeluarkan oleh responden dalam sebulan. Pendapatan yang dikeluarkan oleh
responden (individu) dalam sebulan berupa pengeluaran pangan dan nonpangan.
Mayoritas petani responden di Desa Rawagempol, memiliki pengeluaran pada
kategori rendah atau sebesar <Rp1 300 000 dengan proporsi 60% (21 orang). Hal
ini sesuai dengan nilai rataan sebesar Rp1 200 000 bahwa pengeluaran responden
dikategorikan rendah. Responden dengan pengeluaran tinggi (≥ Rp2 150 000)
memiliki proporsi paling sedikit 8.6% (3 orang). Responden dengan pengeluaran
sedang (≥ Rp1 300 000 - <Rp2 150 000) masih lebih banyak dibanding responden
dengan pengeluaran tinggi. Menurut hasil wawancara, responden dengan
pengeluaran sedang dan tinggi lebih banyak mengeluarkan kebutuhannya dalam
hal kebutuhan non pangan seperti bensin dan rokok.
Luas Lahan Petani
Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan total luas lahan
yang dimiliki petani sebagai responden untuk bertani. Berdasarkan hasil penelitian,
mayoritas responden memiliki luas lahan sempit (≤ 3-3.9 ha) memiliki proporsi
sebesar 57.1% (20 orang). Responden yang memiliki lahan yang luas (≥ 4 ha)
lebih sedikit dibanding responden dengan lahan sempit yaitu 42.9% (15 orang).
Ini berarti sebagian besar petani memiliki luas lahan sempit. Hasil tersebut sesuai
dengan nilai rata-rata luas lahan petani yang termasuk ke dalam kategori sempit
yaitu 3.12ha.
Pengalaman Usahatani
Pengalaman usahatani yang telah dijalani petani sebagai responden beragam
kurun waktunya. Pengalaman usahatani terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa mayoritas petani atau responden memiliki pengalaman
usahatani yang tinggi (≥20 tahun) dengan proporsi 51.4% (18 orang). Responden
yang memiliki pengalaman usahatani yang rendah (<10 tahun) memiliki jumlah
dan persentase paling sedikit dibanding responden yang memiliki pengalaman
usahatani sedang (≥10 - <20) dengan proporsi 11.4% (4 orang). Jadi petani Desa
37
Rawagempol memiliki pengalaman usahatani yang tinggi dalam kurun waktu ≥20
tahun.
Tabel 4 Jumlah dan persentase petani berdasarkan karakteristik petani, di Desa
Rawagempol, tahun 2013
Karakteristik petani
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Nilai
Minimal
Nilai
Maksimal
Rataan
Usia (tahun)
Rendah (18-29) 0 0.0 30 73 49 Sedang (30-50) 20 57.1
Tinggi (>50) 15 42.9
Tingkat pendidikan
Rendah (tidak lulus/lulus
SD)
15 42.8 SD D3 SD
Sedang (lulus
SMP/sederajat)
10 28.6
Tinggi (lulus
SMA/sederajat/akademi/pergurur
an tinggi)
10 28.6
Tingkat pendapatan
(Rp 000)
Rendah (<1300) 21 60.0 450 3000 1200
Sedang (≥1300 - <2150) 11 31.4 Tinggi (≥2150) 3 8.6
Luas lahan (ha)
Sempit (≤3-3.9) 20 57.1 500m2 25 3.12
Luas (≥ 4) 15 42.9
Pengalaman usahatani
(tahun)
Rendah (<10) 4 11.4 3 59 26
Sedang (≥10 - <20) 13 37.2 Tinggi (≥ 20) 18 51.4
Total 35 100 - - -
Seluruh penjelasan usia petani, tingkat pendidikan petani, tingkat
pendapatan petani, luas lahan petani, dan pengalaman usahatani terangkum dalam
Tabel 4.
38
Kemampuan Komunikasi Formulator
Petugas lapang Agricon atau yang lebih dikenal dengan sebutan formulator
diukur menurut kemampuan komunikasi formulator berdasarkan kemampuan
dalam berbicara dan mendengarkan. Tingkat kemampuan komunikasi formulator
dikategorikan menurut kategori rendah, sedang, dan tinggi.
Kesepuluh indikator kemampuan komunikasi petani digabung, sehingga
menghasilkan nilai total rata-rata. Mayoritas kemampuan komunikasi formulator
berada pada kategori tinggi dengan proporsi sebesar 40.0% (14 orang).
Formulator dengan kemampuan komunikasi kategori sedang memiliki proporsi
31.4% (11 orang), dan 28.6% (10 orang) formulator dengan kemampuan
komunikasi rendah. Ini artinya sebagian besar formulator memiliki keterampilan
komunikasi tinggi yang mampu mempengaruhi petani responden melalui pesan-
pesan yang dikirimnya melalui saluran komunikasi atau channel tertentu yang
digunakan.
Menurut Berlo dalam Mugniesyah (2010) terdapat lima jenis keterampilan
berkomunikasi terutama pada komunikasi verbal, diantaranya yaitu menulis,
berbicara, membaca, mendengarkan, dan berpikir. Keterampilan-keterampilan
berkomunikasi ini lah yang dimiliki oleh formulator dan petani. Hasil jumlah dan
persentase disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Distribusi jawaban responden tentang kemampuan komunikasi formulator
PT Agricon, di Desa Rawagempol, tahun 2013
No.
Kemampuan komunikasi formulator
Rendah
(≤88)
Sedang
(88-96)
Tinggi
(≥97)
(%) (%) (%)
1. Menarik perhatian petani 7 (20.0) 14 (40.0) 14 (40.0)
2. Menjawab pertanyaan petani 6 (17.1) 7 (20.0) 22 (62.9)
3. Memiliki kepercayaan diri dalam
memperkenalkan produk
4 (11.4) 8 (22.9) 23 (65.7)
4. Mampu menjelaskan produk dengan
tepat
12 (34.3) 6 (17.1) 17 (48.6)
5. Memberi contoh penggunaan 4 (11.4) 7 (20.0) 24 (68.6)
6. Menjelaskan kelebihan produk 2 (5.7) 10 (28.6) 23 (65.7)
7. Merekomendasikan untuk
menggunakan produk
3 (8.6) 13 (37.1) 19 (54.3)
8. Memberi tahu tempat penjualan 7 (20.0) 16 (45.7) 12 (34.3)
9. Menggunakan alat peraga dengan
baik
7 (20) 13 (37.1) 15 (42.9)
10. Menyesuaikan waktu petani 7 (20) 4 (11.4) 24 (68.6)
Total 10 (28.6) 11 (31.4) 14 (40.0)
Masing-masing indikator memiliki proporsi yang beragam tiap kategori,
walaupun mayoritas kemampuan komunikasi formulator berada pada kategori
tinggi. Indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi formulator tinggi
yaitu kemampuan komunikasi formulator menarik perhatian petani, menjawab
pertanyaan petani, memiliki kepercayaan diri dalam memperkenalkan produk,
mampu menjelaskan produk dengan tepat, memberi contoh penggunaan,
39
menjelaskan kelebihan produk, merekomendasikan untuk menggunakan produk,
menggunakan alat peraga dengan baik, dan menyesuaikan waktu petani.
Kemampuan komunikasi formulator dalam menarik perhatian petani dengan
kategori sedang dan tinggi memiliki proporsi sebesar 40% (14 orang),
dikarenakan tingkat pengetahuan formulator tinggi dalam memahami karakterisitk
petani sebagai responden. Formulator sudah mengetahui bagaimana karakterisitik
petani di Desa Rawagempol, sehingga mampu menggunakan bahasa sehari-hari
yang digunakan formulator.
Tingkat pengetahuan yang tinggi juga dijabarkan pada kemampuan
komunikasi formulator dalam menjawab pertanyaan petani kategori tinggi dengan
proporsi sebesar 62.9.1% (22 orang). Ini artinya, formulator menguasai dan
memahami materi yang disampaikan pada saat melakukan personal selling. Jika
formulator mampu menguasai dan memahami materi yang disampaikan kepada
petani secara menyeluruh, formulator akan mampu mentransmisikan
pengetahuannya secara efektif.
Berlo dalam Mugniesyah (2010) mengungkapkan bahwa ketepatan
komunikasi yang tinggi dapat dicapai, jika sumber atau formulator memiliki
kepercayaan diri yang tinggi. Sikap formulator mempengaruhi ketepatan
komunikasi dengan petani responden. Ini sesuai dengan hasil distribusi jawaban
petani responden mengenai kemampuan komunikasi formulator yang memiliki
kepercayaan diri dalam memperkenalkan produk PT Agricon tinggi, dengan
proporsi 65.7% (23 orang). Formulator mampu meyakini keunggulan produk yang
ditawarkan, sehingga mampu menjelaskan produk dengan tepat dan mampu
menjelaskan kelebihan produk.
Indikator kemampuan komunikasi formulator yang berada pada kategori
tinggi, tetapi memiliki persentase kategori rendah yang lebih besar dibandingkan
kategori sedang yaitu kemampuan komunikasi formulator dalam menjelaskan
produk dengan tepat. Memiliki proporsi sebesar 34.3 % (12 orang) pada kategori
rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua petani responden yakin bahwa formulator
menjelaskan produknya dengan tepat, sebab berdasarkan pengalamannya sebagai
petani suatu produk yang baru diperkenalkan ke wilayahnya dan belum pernah
ada petani yang pernah mencoba produk tersebut, maka petani tidak yakin bahwa
produk yang dipromosikan tepat bagi serangan hama dan penyakit yang
menyerang sawahnya. Sesuai dengan pernyataan salah satu petani yaitu Pak RSD
yang telah dijabarkan penulis.
Indikator yang berada pada kategori sedang yaitu kemampuan komunikasi
formulator dalam memberi tahu penjualan dengan proporsi 45.7% (16 orang).
Menurut hasil wawancara dengan petani responden, formulator tidak pernah
memberi tahu tempat penjualan yang menjual produk Agricon di seluruh kios
yang ada di Kecamatan Cilamaya Wetan. Formulator hanya memberi tahu kios
penjualan yang ada di Desa Rawagempol saja, namun persentase pada kategori
tinggi masih lebih tinggi dibandingkan persentase pada kategori rendah dengan
proporsi 34.3 % (12 orang) pada kategori tinggi.
40
Kemampuan Komunikasi Petani
Kemampuan komunikasi petani diukur berdasarkan kemampuan
komunikasi petani pada saat mendengarkan, memperhatikan, dan berbicara.
Tingkat kemampuan komunikasi petani dikategorikan menurut kategori rendah,
sedang, dan tinggi.
Berdasarkan Tabel 6 apabila ketiga indikator kemampuan komunikasi petani
digabung menghasilkan nilai total rata-rata, yaitu mayoritas berada pada kategori
rendah dengan proporsi 42.9% (15 orang), pada kategori tinggi yaitu sebesar
31.4% (11 orang), dan pada kategori sedang sebesar 25.7% (9 orang). Jadi, dapat
dikatakan kemampuan komunikasi yang dimiliki petani sebagai responden
dikategorikan rendah. Penyebabnya yaitu terdapat faktor-faktor yang berhubungan
dengan ketepatan petani dalam berkomunikasi, diantaranya keterampilan
berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya yang
dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 6 Distribusi jawaban responden tentang kemampuan komunikasi petani, di
Desa Rawagempol, tahun 2013
No.
Kemampuan komunikasi
petani
Rendah
(≤55)
Sedang
(56-62)
Tinggi
(≥62)
(%) (%) (%)
1. Bersikap kritis kepada
formulator
8 (22.9) 15 (42.9) 12 (34.3)
2. Memperhatikan dan
mendengar formulator
9 (25.7) 13 (37.1) 13 (37.1)
3. Paham cara menggunakan
produk dengan tepat.
10 (28.6) 17 (48.6) 8 (22.9)
Total 15 (42.9) 9 (25.7) 11 (31.4)
Masing-masing indikator kemampuan komunikasi petani memiliki proporsi
yang beragam. Indikator kemampuan komunikasi petani yang memiliki proporsi
sedang dan tinggi yang sama yaitu kemampuan komunikasi petani dalam
memperhatikan dan mendengarkan formulator. Hal ini sesuai dengan hasil
distribusi jawaban petani bahwa mayoritas petani responden memahami apa yang
disampaikan formulator sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan oleh petani.
Artinya, terjadi komunikasi yang efektif, sebab kemampuan memperhatikan dan
mendengarkan atau menyimak jauh lebih sulit dibanding kemampuan berbicara.
Secara empiris, tiap orang lebih suka atau pandai berbicara, tetapi lebih sulit jika
diminta untuk mendengarkan. Agar terjadi komunikasi yang efektif diperlukan
adanya pemahaman antara petani terhadap apa yang disampaikan formulator.
Pemahaman petani berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.
Kemampuan komunikasi petani diukur bagaimana petani mampu memaknai pesan
yang disampaikan oleh formulator.
Indikator memperhatikan dan mendengarkan memiliki proporsi di kategori
rendah dengan proporsi sebesar 25.7% (9 orang) karena sebagian kecil responden
tidak memahami dan mengerti apa yang disampaikan formulator dan tidak
menyarankan petani lain untuk menggunakan produk PT Agricon. Artinya tidak
41
semua petani responden memiliki kemampuan mengingat yang tinggi dalam
mendengarkan pesan dari formulator. Seperti yang diungkapkan Pak TRS:
“…Saya gak ngasih saran ke petani lain buat pake produk PT
Agricon kalo petani lain nanya ke saya baru saya kasih tau saya
pake pestisida apa…” (TRS , 71 tahun).
Berbeda dengan pendapat Pak MHY yang mengungkapkan bahwa selalu
menyarankan petani lain menggunakan salah satu produk PT Agricon yang
dijabarkan sebagai berikut:
“…Sebagai ketua kelompok tani saya pasti menyarankan ke
petani-petani lain untuk pake Spontan karena memang saya
sudah merasakan sendiri kualitas dari produk itu…” (MHY, 60
tahun).
Seperti yang diungkapkan Barker dkk dalam Purnaningsih (2010).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari apabila dibagi-dibagi,
hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 53% dipakai untuk mendengarkan, 16%
dipakai untuk berbicara, 17% dipakai untuk membaca, dan 14% persen
digunakan untuk menulis. Ini juga merupakan jenis-jenis keterampilan dalam
berkomunikasi. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian peneliti
bahwa kemampuan komunikasi petani dalam bersikap kritis kepada formulator
pada kategori tinggi dengan proporsi 34.3% (12 orang) lebih rendah
dibandingkan kemampuan komunikasi petani dalam mendengarkan dan
memperhatikan dengan kategori sedang dan tinggi memiliki proporsi sebesar
37.1% (13 orang).
Petani yang memiliki kemampuan komunikasi dalam cara menggunakan
produk dengan tepat dengan kategori rendah memiliki proporsi sebesar 28.6% (10
orang). Nilai tersebut paling besar dibandingkan dengan indikator lain dengan
kategori rendah. Hal ini disebabkan tidak semua petani menggunakan pestisida
dengan mengikuti anjuran formulator. Pada dasarnya petani menyadari bahwa
penting untuk mengikuti anjuran formulator dalam menggunakan pestisida dan
menganggap penting melihat petunjuk pemakaian yang tertera pada kemasan,
seperti yang diungkapkan Pak MMD:
“…Setelah saya ikut temu tani bersama formulator saya jadi
paham cara pemakaian produknya dan penting juga liat
petunjuk pemakaian di kaleng. Sekarang saya selalu lihat
petunjuk pemakaian yang ada di kaleng, terutama bahan
aktifnya…” (MMD, 55tahun).
Pernyataan Pak MMD tidak sesuai dengan cara penggunaan pestisida yang
biasa dilakukan oleh sebagian petani responden. Mayoritas petani Desa
Rawagempol menggunakan pestisida dengan cara mencampurkan merek yang
berbeda dengan bahan aktif yang sama. Pencampuran pestisida dilakukan dengan
menggunakan media air. Seperti yang diungkapkan salah satu petani di Desa
Rawagempol yaitu Pak THR:
42
“…Saya selalu mencampurkan pestisida dengan merek yang
berbeda tapi bahan aktifnya sama. Caranya pake air dulu terus
dicampur. Abisnya kalo Cuma pake satu merek suka gak
mempan harus ditambah bahan aktif yang lebih tinggi
kualitasnya…” (THR, 38 tahun).
Hal ini dapat terjadi disebabkan adanya faktor yang mempengaruhi petani
sebagai responden dalam menerima pesan dari formulator. Faktor tersebut ialah
pengalaman dan kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida dalam
memberantas serangan hama dan penyakit. Menurut Purnaningsih (2010)
kebiasaan atau pengalaman petani dalam menggunakan pestisida menjadi
pengaruh utama bagaimana seseorang memilihkan, menafsirkan, dan
mengingatkan suatu pesan pada suatu waktu. Artinya, walaupun formulator sudah
menganjurkan petani dalam menggunakan pestisida dengan cara yang benar,
kebiasaan dan pengalaman petani sehari-hari dalam menggunakan pestisida tidak
dapat mempengaruhi pesan yang disampaikan formulator.
Mayoritas petani dengan kemampuan komunikasi bersikap kritis kepada
formulator berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan tidak semua petani
bertanya mengenai manfaat produk, tidak semua responden berani
membandingkan produk Agricon dengan perusahaan lain, dan selalu setuju
dengan pendapat formulator. Pernyataan Barker dkk teruji dalam hasil penelitian
ini bahwa biasanya seseorang akan menghabiskan waktunya untuk mendengarkan
sebesar 53% dan 16% untuk berbicara. Akan tetapi petani yang berada pada
kategori tinggi dalam kemampuan bersikap kritis kepada formulator proporsinya
lebih banyak dibanding kategori rendah. Ini artinya komunikasi yang terjalin
antara formulator dan petani tidak efektif, sebab walaupun kemampuan
memperhatikan dan mendengarkan petani tinggi, petani juga harus merespon
pesan-pesan komunikasi yang dikirim oleh formulator, sehingga tercapainya
kesamaan makna terhadap pesan komunikasi yang ditukarkan.
Kencederungan Petani Membeli Produk
Data pada Tabel 7 disajikan informasi tentang kecenderungan petani
membeli produk. Kecenderungan petani dalam membeli produk menurut teori
perilaku konsumen akan melalui beberapa tahapan sebelum petani memutuskan
untuk membeli produk, diantaranya petani butuh terhadap produk, petani tertarik
untuk membeli produk, petani akan mencari informasi kepada petani lain atau
suatu kios terhadap produk yang dibutuhkan dan ingin dibeli, selanjutnya petani
akan cenderung membandingkan produk yang ingin dibeli dengan produk
perusahaan lain (Kotler dan Amstrong 2008). Tingkat kecenderungan petani
membeli produk dikategorikan menurut kategori rendah, sedang, dan tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara pada 35 responden, kecenderungan petani
membeli produk Agricon berada pada kategori rendah dengan proporsi 45.7% (16
orang). Pada kategori tinggi memiliki proporsi sebesar 17.1% (6 orang) yang lebih
sedikit dibandingkan kategori sedang dengan proporsi yaitu 37.1% (13 orang).
Petani responden berada pada kategori rendah dikarenakan tidak semua petani
mengalami tahapan-tahapan sebelum membeli produk Agricon, walaupun pada
akhirnya hampir semua responden memutuskan untuk membeli produk Agricon.
43
Tabel 7 Distribusi jawaban responden tentang kecenderungan petani membeli
produk, di Desa Rawagempol, tahun 2013
Kencederungan petani membeli produk
Rendah
(≤45)
Sedang
(46-60)
Tinggi
(≥61)
(%) (%) (%)
Insektisida 2 (5.7) 1 (2.9) 32 (91.4)
Fungisida 4 (11.4) 0 (0.0) 31 (88.6)
Herbisida 24 (68.6) 1 (2.9) 10 (28.6)
Moluskisida 21 (60.0) 0 (0.0) 14 (40.0)
Rodentisida 16 (45.7) 2 (5.7) 17 (48.6)
Kebutuhan pada produk Agricon
10 (28.6) 9 (25.7) 16 (45.7)
Insektisida 2 (5.7) 1 (2.9) 32 (91.4)
Fungisida 4 (11.4) 0 (0.0) 31 (88.6)
Herbisida 25 (71.4) 1 (2.9) 9 (25.7)
Moluskisida 22 (62.9) 0 (0.0) 13 (37.1)
Rodentisida 17 (48.6) 1 (2.9) 17 (48.6)
Ketertarikan membeli produk
Agricon
13 (37.1) 16 (45.7) 6 (17.1)
Insektisida 4 (11.4) 2 (5.7) 29 (82.9)
Fungisida 6 (17.1) 1 (2.9) 28 (80.0)
Herbisida 23 (65.7) 2 (5.7) 10 (28.6)
Moluskisida 19 (54.3) 1 (2.9) 15 (42.9)
Rodentisida 18 (51.4) 1 (2.9) 16 (45.7)
Mencari informasi tentang produk
Agricon
5 (14.3) 21 (60.0) 9 (25.7)
Insektisida 11 (31.4) 3 (8.6) 21 (60.0)
Fungisida 12 (34.3) 2 (5.7) 21 (60.0)
Herbisida 25 (71.4) 3 (8.6) 7 (20.0)
Moluskisida 23 (65.7) 2 (5.7) 10 (28.6)
Rodentisida 19 (54.3) 2 (5.7) 14 (40.0)
Membandingkan produk Agricon
dengan produk lain
11 (31.4) 17 (48.6) 7 (20.0)
Total 16 (45.7) 13 (37.1) 6 (17.1)
Kebutuhan petani pada produk Agricon termasuk ke dalam kategori tinggi
dengan proporsi 45.7% (16 orang). Tiga tahapan selanjutnya, yaitu ketertarikan
untuk membeli produk Agricon dan mencari informasi tentang produk Agricon
berada pada kategori sedang. Akan tetapi pada tahap terakhir yaitu
membandingkan produk Agricon dengan produk lain berada pada kategori sedang,
proporsi pada kategori tinggi lebih sedikit dibandingkan kategori rendah. Sama
halnya dengan ketertarikan untuk membeli produk Agricon jumlah persentase
pada kategori rendah lebih banyak dibandingkan pada kategori tinggi.
Hampir semua responden berada pada kategori sedang dalam membutuhkan
produk PT Agricon, tertarik untuk membeli produk PT Agricon, mencari
44
informasi tentang produk PT Agricon yang akan dibeli, dan membandingkan
produk PT Agricon yang akan dibeli dengan produk perusahaan lain. Petani
responden merasa atau menyadari membutuhkan produk PT Agricon dengan
adanya rangsangan eksternal dari formulator pada saat memperkenalkan produk.
Selanjutnya pada saat responden membutuhkan produk, maka akan timbul minat
untuk mencari informasi yang lebih banyak. Informasi biasanya didapatkan dari
petani lain, terutama yang memiliki pengalaman usahatani tinggi. Selain itu
informasi bisa didapatkan dari penjual kios dan formulator yang ada di
wilayahnya.
Menurut hasil wawancara, responden cenderung akan langsung membeli
produk ketika mendapat informasi dari petani lain yang telah merasakan efek dari
produk tersebut. Oleh sebab itu, responden merasa tidak perlu membandingkan
lagi dengan produk perusahaan lain. Inilah yang menyebabkan terdapat persentase
kategori rendah yang lebih banyak dibanding kategori tinggi pada ketertarikan
responden untuk membeli produk. Hal ini dipicu oleh faktor internal dan faktor
eksternal responden pada saat petani responden memutuskan untuk membeli
produk PT Agricon.
Hal utama yang memicu adanya kecenderungan membeli produk PT
Agricon ialah petani membutuhkan produk tersebut, sehingga petani akan mencari
informasi mengenai produk yang dibutuhkan. Tahap selanjutnya petani akan
tertarik membeli dan mencoba produk Agricon berdasarkan pengalaman petani
lain yang telah menggunakan atau rekomendasi kios. Setelah petani mengetahui
kualitas produk Agricon, maka petani akan mulai membandingkan produk
Agricon dengan produk perusahaan lain, namun tidak semua petani berada pada
tahap ini.
Seperti yang dikemukakan Sumarwan (2004) terdapat faktor internal dan
faktor eksternal ketika seseorang mengalami tahap pengambilan keputusan
konsumen. Faktor internal yang mempengaruhi, diantaranya yaitu perbedaan
individu dimana berbeda kebutuhan dan motivasi, perbedaan kepribadian,
perbedaan pengolahan informasi dan persepsi, perbedaan proses belajar,
perbedaan pengetahuan, dan perbedaan sikap. Faktor eksternal atau faktor
lingkungan yang mempengaruhi keputusan konsumen, diantaranya yaitu budaya,
karakteristik sosial ekonomi, keluarga dan rumah tangga, kelompok acuan, dan
situasi konsumen.
Produk pestisida yang dibeli oleh responden bermacam-macam bergantung
pada kebutuhan petani. Responden akan membeli produk pestisida sesuai dengan
serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang menyerang lahan
sawahnya. Jenis-jenis pestisida yang biasanya dibutuhkan oleh petani yaitu,
insektisida, fungisida, herbisida, moluskisida, dan rodentisida. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan peneliti, mayoritas kebutuhan responden akan
kebutuhan produk berada pada kategori tinggi untuk jenis pestisida, yaitu
insektisida, fungisida dan rodentisida, dibandingkan dengan kebutuhan herbisida
dan moluskisida yang berada pada kategori rendah. Responden yang tertarik untuk
membeli produk Agricon, mencari informasi produk Agricon, dan
membandingkan produk dengan perusahaan lain, mayoritas memiliki proporsi
dengan kategori tinggi untuk jenis pestisida insektisida dan fungisida, sedangkan
untuk jenis herbisida, moluskisida, dan rodentisida berada pada kategori rendah.
Mayoritas produk PT Agricon memproduksi pestisida insektisida dengan jumlah
45
merek yang paling banyak yaitu tiga belas merek dibandingkan dengan jumlah
merek jenis produk pestisida lain. Secara keseluruhan, walaupun terdapat jenis
pestisida yang berada pada kategori rendah, proporsi kategori tinggi masih lebih
banyak dibanding proporsi kategori sedang.
Analisis Hubungan Karakteristik Petani dengan
Kecenderungan Petani Membeli Produk
Hasil uji korelasi pada Tabel 8 menunjukkan nilai signifikan 0.698 lebih
besar dari α (0,05), sehingga dapat dikatakan usia tidak berhubungan dengan
kecenderungan petani membeli produk. Hal ini dapat terjadi karena mayoritas usia
responden berada pada masa usia tua dan dewasa pertengahan. Selain itu
pengalaman usahatani responden berada pada kategori sedang (≥10 - <20 tahun)
dan tinggi (≥ 20 tahun). Oleh karena itu, responden sudah mengetahui produk apa
yang telah biasa digunakan dan merasa tidak perlu lagi membandingkan atau
mencari informasi mengenai produk baru.
Tabel 8 Hubungan nilai koefisien korelasi dan nilai signifikan karakteristik petani
dengan kecenderungan petani membeli produk, di Desa Rawagempol,
tahun 2013
Karakteristik petani
Kecenderungan petani membeli produk
Koefisien Korelasi Signifikan
Usia 0.068 0.698
Tingkat pendidikan 0.191 0.272
Tingkat pendapatan 0.278 0.106
Luas lahan 0.252 0.145
Pengalaman usahatani -0.152 0.384 Keterangan: *Berhubungan signifikan pada p< 0,05
Tingkat pendidikan menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.272 yang artinya
lebih besar dari α (0,05). Ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan dengan kecenderungan petani membeli
produk, dikarenakan pendidikan bukan merupakan faktor yang penting dalam
mencari informasi mengenai suatu produk pestisida, sehingga responden
cenderung mencari informasi mengenai produk pestisida dari petani lain atau
formulator.
Tingkat pendapatan yang dikeluarkan petani tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan kecenderungan petani membeli produk, sebab nilai signifikan
menunjukan lebih besar dari α (0.05) yaitu sebesar 0.106. Tingkat pendapatan
yang dikeluarkan petani merupakan pengeluaran petani sebagai individu yang
rata-rata pengeluarannya untuk kebutuhan pangan dan nonpangan. Pendapatan
yang dikeluarkan untuk membeli pestisida perhitungannya akan berbeda dengan
pendapatan yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu mayoritas
petani memiliki tingkat pendapatan yang dikeluarkan pada kategori rendah. Hal
inilah yang menjadi penyebab tingkat pendapatan yang dikeluarkan tidak
46
memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani membeli
produk.
Luas lahan tidak berhubungan signifikan dengan kecenderungan petani
membeli produk, sebab nilai signifikan lebih besar dari α (0.05) yaitu sebesar
0.145. Hal ini dapat terjadi karena walaupun mayoritas petani memiliki lahan
yang sempit, responden tetap memerlukan pestisida sebagai dasar kebutuhan
mereka. Pestisida diperlukan petani ketika mereka mempunyai luas lahan sawah
yang berbeda-beda. Pestisida telah menjadi kebutuhan dasar petani karena petani
memerlukan pestisida untuk mengobati lahan sawahnya yang terkena serangan
hama dan penyakit. Oleh karena itu, setiap petani yang memiliki lahan sawah
akan selalu membutuhkan pestisida, sehingga pasti membeli pestisida.
Pengalaman usahatani menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengalaman usahatani dengan kecenderungan petani membeli
produk, sebab nilai signifikan 0.384 lebih besar dari α (0.05). Mayoritas
pengalaman petani yang sedang atau ≥10<20 tahun dan tinggi atau ≥20 tahun
membuat responden tidak perlu membandingkan produk yang telah biasa mereka
gunakan. Sebagian besar petani membutuhkan produk, tertarik membeli produk,
dan mencari informasi mengenai produk, namun hanya sebagian kecil yaitu 20%
(7 orang) yang membandingkan produk yang biasa mereka gunakan dengan
produk perusahaan lain. Nilai korelasi pengalaman usahatani negatif artinya
semakin tinggi pengalaman usahatani maka semakin rendah kecenderungan petani
membeli produk.
Analisis Hubungan Kemampuan Komunikasi Formulator dengan
Kecenderungan Petani Membeli Produk
Kemampuan komunikasi formulator dalam menarik perhatian petani
memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani membeli
produk. Nilai signifikan sebesar 0.021 yang berarti lebih kecil dari α (0.05).
Kemampuan berbahasa yang sopan dan dapat menggunakan bahasa yang
digunakan petani sehari-hari, membuat responden paham pada bahasa yang
digunakan formulator. Oleh sebab itu responden memiliki kecenderungan untuk
membeli produk sebab kemampuan komunikasi formulator dalam menarik
perhatian petani yang tinggi sebesar 40% (14 orang). Nilai korelasi sebesar 0.387
artinya hubungan antara dua variabel tidak erat.
Kemampuan komunikasi formulator dalam menjawab pertanyaan petani
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani membeli
produk karena nilai siginifikan sebesar 0.385 lebih besar dari α (0.05). Tidak
adanya hubungan yang signifikan disebabkan kemungkinan formulator tidak
cukup memiliki pengetahuan mengenai pestisida PT Agricon untuk menjawab
pertanyaan petani. Selain itu tidak semua petani merasa puas dengan jawaban
formulator atau jawaban formulator tidak mewakili pertanyaan petani. Hal ini
sesuai dengan ungkapan Pak SPT sebagai berikut:
“…Bagi saya saat seorang formulator menjawab pertanyaan
petani itu setengah-setengah. Ada yang terjawab tapi ada juga
yang tidak menjawab pertanyaan saya. Tapi kebanyakan sih
yang tidak terjawabnya…” (SPT, 61 tahun).
47
Nilai signifikan antara formulator memiliki kepercayaan diri dalam
memperkenalkan produk dengan kecenderungan petani membeli produk tidak
memiliki hubungan yang signifikan, sebab nilai 0.250 lebih besar dari α (0.05).
Tidak adanya hubungan yang signifikan tersebut disebabkan karena, walapun
formulator dapat memperkenalkan produk dengan sikap yang tenang, bahasa yang
tidak berbelit-belit, dan dapat meyakinkan petani dengan keunggulan produk,
namun formulator belum mampu mempengaruhi petani untuk membeli produk.
Namun demikian ada kecenderungan sebagian besar petani berpendapat bahwa
formulator memiliki kepercayaan diri yang tinggi (65.7% atau 8 orang) dalam
memperkenalkan produk.
Kemampuan komunikasi formulator dalam menjelaskan produk dengan
tepat tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani
membeli produk. Nilai signifikan 0.484 lebih besar dari α (0.05). Hal ini
disebabkan karena ketika formulator menjelaskan produk PT Agricon, petani
sebagai responden telah memiliki kecenderungan dalam membeli produk
berdasarkan pengalaman yang dimiliki serta informasi yang diperoleh dari petani
lain. Petani tidak memiliki kecenderungan untuk membeli produk PT Agricon,
walaupun formulator telah memperkenalkan produk dengan menjelaskan
kelebihannya.
Tabel 9 Hubungan nilai koefisien korelasi dan nilai signifikan kemampuan
komunikasi formulator dengan kecenderungan petani membeli produk,
di Desa Rawagempol, tahun 2013
Kemampuan komunikasi formulator
Kecenderungan petani membeli produk
Koefisien
Korelasi
Signifikan
Menarik perhatian petani 0.387 0.021*
Menjawab pertanyaan petani -0.151 0.385
Memiliki kepercayaan diri dalam
memperkenalkan produk
0.200 0.250
Mampu menjelaskan produk dengan
tepat
-0.122 0.484
Memberi contoh penggunaan produk 0.066 0.708
Menjelaskan kelebihan produk 0.407 0.015*
Merekomendasikan untuk
menggunakan produk
0.246 0.154
Memberi tahu tempat penjualan 0.130 0.457
Menggunakan alat peraga dengan
baik
-0.362 0.033*
Dapat menyesuaikan waktu petani 0.152 0.382 Keterangan: *Berhubungan signifikan pada p< 0,05
Kemampuan komunikasi formulator dalam memberi contoh penggunaan
produk tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani
membeli produk. Hal ini dapat terjadi karena nilai signifikan sebesar 0.708 lebih
besar dari α (0.05). Artinya, upaya formulator dalam memberi contoh penggunaan
produk tidak mempengaruhi petani untuk membeli produk. Kemungkinan demo
48
plot yang dilakukan formulator sebagai salah satu strategi dalam mempromosikan
produknya belum cukup mempengaruhi petani untuk membeli produk. Walaupun
proporsi formulator dalam memberi contoh penggunaan produk dikategorikan
tinggi, namun tidak berhubungan dengan kecenderungan petani membeli produk
pestisida.
Kemampuan komunikasi formulator dalam menjelaskan kelebihan produk
memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani membeli
produk. Nilai signifikan menunjukkan lebih kecil dari α (0.05) sebesar 0.015.
Nilai korelasi sebesar 0.407 menunjukkan hubungan yang cukup erat antara dua
variabel. Hal ini disebabkan pada saat formulator mempromosikan produknya,
formulator menjelaskan keunggulan produk PT Agricon dengan baik dan mampu
membandingkan produk PT Agricon dengan produk perusahaan lain. Petani
sebagai konsumen merasa yakin bahwa produk PT Agricon memang memiliki
keunggulan dibandingkan dengan produk perusahaan pestisida lainnya. Apabila
responden mengetahui keunggulan produk dengan baik maka kecenderungan
petani untuk membeli produk akan semakin tinggi. Formulator yang
memperkenalkan keunggulan produk akan berpengaruh terhadap kecenderungan
petani membeli produk, terutama pada saat formulator memperkenalkan produk
insektisida merek Spontan, seperti yang diungkapkan oleh Bapak MHY sebagai
berikut:
“…Memang sejak PT Agricon memperkenalkan produk Spontan
dan mendemplotkan ke lahan saya, saya langsung menerima
khasiat dari produk Spontan. Oleh karena itu saya langsung
kasih tahu petani yang lain dan setelah mencoba langsung
mereka merasakan manfaat yang besar dibanding perusahaan
lain. Petani di Rakul dan Rawetan sangat berterimakasih
karena Spontan bisa menyelesaikan masalah petani saat
serangan hama seperti penggerek batang dan wereng
menyerang sebagaian besar lahan sawah petani…” (MHY, 60
tahun).
Nilai signifikan 0.154 yang menjabarkan kemampuan komunikasi
formulator dalam merekomendasikan petani untuk menggunakan produk
menunjukkan lebih dari α (0.05). Oleh sebab itu dapat dikatakan kemampuan
komunikasi formulator dalam merekomendasikan petani untuk menggunakan
produk tidak berhubungan dengan kecenderungan petani membeli produk.
Tingginya kemampuan komunikasi formulator dalam merekomendasikan petani
menggunakan produk tidak berhubungan dengan kecenderungan petani membeli
produk, karena formulator akan selalu merekomendasikan menggunakan produk
PT Agricon saat menerapkan strategi personal sellingnya, sedangkan rata-rata
petani sebagai responden mempunyai pengalaman >10 tahun dalam menggunakan
produk pestisida.
Formulator dalam menerapkan komunikasi pemasaran personal selling akan
memberitahu tempat penjualan produk PT Agricon. Kemampuan komunikasi ini
memiliki nilai signifikan sebesar 0.457. Nilai signifikan menunjukkan lebih besar
dari α (0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kemampuan komunikasi formulator dalam memberi tahu tempat
49
penjualan produk PT Agricon dengan kecenderungan petani membeli produk. Hal
ini dapat terjadi karena petani berdasarkan pengalamannya, sudah mengetahui
tempat penjualan produk pestisida. Selain itu hanya 34.3% (12 orang) formulator
yang mampu memberi tahu tempat penjualan dengan kategori tinggi. Seperti yang
diungkapkan Pak CRT sebagai berikut:
“…Saya sudah tahu tempat jual produk-produk pestisida
terutama dari Agricon pasti ada di kios ATK, jadi walopun
formulator gak ngasih tahu juga saya sudah tahu produk-
produk pestisida dijualnya disitu…” (CRT, 38 tahun).
Kemampuan komunikasi formulator diukur dari penggunaan alat peraga
pada saat mempromosikan produk, berupa flip chart, brosur, poster, video, dan
slide. Selain itu juga diukur apakah formulator selalu menggunakan salah satu alat
peraga tersebut pada saat mempromosikan produk. Hasil korelasi terlihat bahwa
kemampuan komunikasi formulator dalam menggunakan alat peraga pada saat
promosi produk memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani
membeli produk. Hubungan yang signifikan ini memiliki nilai lebih kecil dari α
(0.05) yaitu sebesar 0.033. Adanya hubungan antara kemampuan komunikasi
formulator dalam menggunakan alat peraga dengan kecenderungan petani
membeli produk disebabkan pada saat formulator menjelaskan suatu produk atau
memperkenalkan produk baru PT Agricon kepada responden atau petani, mereka
selalu menggunakan flip chart dan membagikan brosur kepada petani. Tujuannya
adalah agar petani mendapatkan informasi mengenai produk tidak hanya dari
penjelasan formulator, tetapi petani juga bisa mendapatkan informasi mengenai
produk dari apa yang tertera pada brosur. Formulator menjelaskan secara
mendalam mengenai produknya, namun secara singkat penjelasan produk dapat
petani lihat di brosur yang dibagikan. Penggunaan video, poster, dan slide juga
memudahkan petani untuk memahami apa yang formulator sampaikan. Oleh
sebab itu, kecenderungan petani untuk membeli produk akan semakin tinggi
ketika alat peraga yang digunakan oleh formulator memudahkan petani untuk
memahami apa yang dijelaskan formulator. Selain itu dapat ditunjukkan dengan
bahwa tidak ada formulator yang berada pada kategori rendah dalam
menggunakan alat peraga. Nilai korelasi sebesar -0.362 menunjukkan hubungan
yang tidak erat. Hubungan korelasi yang negatif menjabarkan bahwa semakin
tinggi kemampuan formulator dalam menggunakan alat peraga dengan baik maka
semakin rendah kecenderungan petani membeli produk.
Salah satu kemampuan komunikasi formulator yang diukur peneliti adalah
bagaimana formulator dapat menyesuaikan waktu petani, sehingga petani tertarik
untuk membeli produk PT Agricon. Akan tetapi, seperti yang dijabarkan dalam
Tabel 9 kemampuan komunikasi formulator dapat menyesuaikan waktu petani
tidak berhubungan dengan kecenderungan petani membeli produk. Nilai
signifikan 0.382 lebih besar dari α (0.05). Oleh karena itu dapat dikatakan kedua
variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan. Penyebabnya ialah
komunikasi yang terjalin antara formulator dan petani hanya dilakukan pada saat
temu tani. Ketika petani tidak datang pada pertemuan tersebut, formulator tidak
mendatangi petani secara personal. Artinya, petani tidak mendapatkan informasi
50
yang cukup mengenai produk pestisida PT Agricon dalam mempengaruhi petani
untuk membeli produk.
Analisis Hubungan Kemampuan Komunikasi Petani dengan
Kecenderungan Petani Membeli Produk
Kemampuan komunikasi petani dalam bersikap kritis kepada formulator
memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan petani membeli
produk. Tabel 10 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.003 lebih kecil dari α
(0.01). Kedua variabel tersebut dapat berhubungan sebab mayoritas petani sebagai
responden selalu bertanya kepada formulator tentang manfaat produk dan berani
membandingkan produk PT Agricon dengan produk perusahaan lain. Selain itu
petani juga aktif bertanya mengenai harga produk dan berani untuk
mengemukakan pendapatnya pada saat formulator sedang mempromosikan
produknya. Sikap kritis petani muncul karena sebagian besar memiliki usia dan
pengalaman usahatani yang sedang dan tinggi. Hal ini yang membuat petani
sebagai responden memiliki kecenderungan untuk membeli produk sehingga
berhubungan dengan sikap kritis yang dimiliki responden. Nilai koefisien korelasi
sebesar 0.485 menunjukkan bahwa hubungan antara dua variabel cukup erat.
Tabel 10 Hubungan nilai koefisien korelasi dan nilai signifikan kemampuan
komunikasi petani dengan kecenderungan petani membeli produk, di
Desa Rawagempol, tahun 2013
Kemampuan komunikasi petani
Kecenderungan petani membeli produk
Koefisien Korelasi Signifikan
Bersikap kritis kepada
formulator
0.485 0.003**
Memperhatikan dan
mendengarkan formulator
0.380 0.024*
Paham cara menggunakan
produk dengan tepat
0.135 0.438
Keterangan: **Berhubungan signifikan pada p< 0,01
*Berhubungan signifikan pada p< 0,05
Nilai signifikan 0.024 yang menjabarkan kemampuan komunikasi petani
dalam memperhatikan dan mendengarkan formulator lebih kecil dari α (0.05).
Nilai koefisien korelasi sebesar 0.380 menunjukkan bahwa hubungan antara dua
variabel tidak erat. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kemampuan komunikasi petani dalam memperhatikan dan mendengarkan
formulator dengan kecenderungan petani membeli produk. Pada saat formulator
menjelaskan produk, kemampuan petani dalam memperhatikan dan
mendengarkan ternyata dapat membuat responden cenderung membeli produk.
Ketika formulator mempromosikan suatu produk, responden memperhatikan dan
mendengarkan bagaimana cara formulator berkomunikasi. Mayoritas responden
memahami bahasa dan mengerti apa yang diucapkan formulator. Selain itu
mayoritas petani telah mengetahui lokasi kios yang menjual produk PT Agricon,
51
hal ini yang membuat kecenderungan petani untuk membeli produk PT Agricon
menjadi tinggi sebab melalui kemampuan memperhatikan dan mendengarkan,
petani menjadi tertarik untuk mencari informasi dan membandingkan produk PT
Agricon dengan produk perusahaan lain
Kemampuan komunikasi petani dalam memahami cara menggunakan
produk dengan kecenderungan petani membeli produk memiliki nilai signifikan
sebesar 0.483. Nilai 0.483 lebih besar dari α (0.01), sehingga dapat dikatakan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini
disebabkan karena petani belum paham cara menggunakan produk dengan tepat
walaupun sebagian besar petani selalu melihat petunjuk pemakaian yang tertera
pada kemasan. Petani menganggap penting untuk mengikuti anjuran formulator
dalam menggunakan pestisida, akan tetapi kembali kepada pengalaman usahatani
yang tinggi, sehingga membuat petani menggunakan pestisida berdasarkan
pengalaman yang mereka miliki selama menggunakan pestisida. Petani
menggunakan pestisida dengan cara mencampurkan merek yang berbeda dengan
bahan aktif yang sama. Kondisi ini yang menyebabkan kemampuan menggunakan
produk dengan tepat tidak memiliki hubungan dengan kecenderungannya
membeli produk. Selain itu tidak ada petani yang berada pada kategori tinggi
dalam memahami cara menggunakan produk.
52
53
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sesuai dengan hasil-hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya dapat
dibuat beberapa kesimpulan seperti berikut:
1. Strategi personal selling di desa target pemasaran, berupa demo plot, farmers
meeting, field trip, dan one day promo. Demo plot dan field trip dapat
meningkatkan kecenderungan petani untuk membeli produk. Melalui kegiatan
tersebut petani dan dapat mengetahui keberadaan produk, secara langsung
melihat hasil demo plot, dan mengetahui cara penggunaan pestisida dengan
tepat, sedangkan kegiatan one day promo kurang efektif dalam meningkatkan
kecenderungan petani untuk membeli produk.
2. Kemampuan komunikasi formulator dan petani terbukti dapat meningkatkan
kecenderungan petani untuk membeli produk. Beberapa kemampuan
formulator tersebut, berupa menarik perhatian petani, menjelaskan kelebihan
produk, dan menggunakan alat peraga dengan baik, sedangkan kemampuan
petani, berupa bersikap kritis kepada formulator dan memperhatikan dan
mendengarkan formulator.
Saran
Terdapat beberapa saran yang ditujukan bagi perusahaan PT Agricon dalam
mempromosikan produknya melalui kegiatan personal selling, diantaranya yaitu:
1. Mengadakan pendalaman materi mengenai produk PT Agricon yang ditujukan
bagi formulator sebab kemampuan formulator dalam menguasai dan
mengetahui kelebihan produk dapat membuat konsumen membeli produk.
2. Mengadakan pelatihan yang berkelanjutan bagi formulator agar mampu
memahami konsumen berdasarkan karakteristiknya tidak hanya menguasai
produknya, sehingga formulator mampu menarik perhatian konsumen dan
mampu menjalin hubungan yang baik.
3. Membuat alat peraga promosi produk menjadi lebih menarik, dengan begitu
konsumen akan tertarik membeli produk.
4. Bagi formulator agar lebih memperhatikan konsumen atau petani yang
memiliki sikap kritis yang tinggi, sehingga tidak hanya memiliki kemampuan
memperhatikan dan mendengarkan yang baik. Selain itu tidak hanya menjalin
hubungan yang interaktif dengan petani kunci, tetapi juga mencakup
keseluruhan petani yang ada di wilayah kerjanya.
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Cangara H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo
Persada.
Damirhatini RS, Jati A. 2006 (September). Hubungan Karakteristik Petani dengan
Kompetensi Agribisnis Pada Usahatani Sayuran di Kabupaten Kediri
Jawa Timur. Jurnal Penyuluhan [Internet]. [dikutip tanggal 2 Maret
2013]. 1(1). Hal. 41-48. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42816/Rini%2
0Sri%20Damihartini.pdf?sequence=1.
Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta [ID]: AgroMedia
Pustaka.
--------------------. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta [ID]:
Kanisius.
Kertonegoro, Sentanoe. 1994. Manajemen Organisasi. Jakarta: Widya Press.
Kotler P, Amstrong G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Ed ke-12. Jakarta [ID]:
Erlangga.
Kusumastuti YI. 2009. Bab 12 Komunikasi Pemasaran. Sardin DS, editor.
Komunikasi Bisnis. Bogor [ID]: IPB Press.
Lubis DP. 2010. Pendahuluan. Hubies AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi.
Bogor [ID]: Sains KPM IPB Press.
Morissan MA. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta [ID]:
Kencana.
Mugniesyah SS. 2006. Modul Kuliah: Materi Bahan Ajar Pendidikan Orang
Dewasa.Tidak Diterbitkan. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
--------------------. 2010. Bab 3 Model-model Komunikasi. Hubies AVS, editor.
Dasar-dasar komunikasi. Bogor [ID]: Sains KPM IPB Press.
Risza S. 2010. Paska V, editor. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia.
Yogyakarta [ID]: Kanisius.
Purnaningsih N. 2010. Bab 4 Mendengarkan. Hubies AVS, editor. Dasar-dasar
komunikasi. Bogor [ID]: Sains KPM IPB Press.
Setiadi NJ. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta [ID]: Kencana.
56
Shimp T. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.
Nurcahyo, editor. Ed ke-5. Jakarta [ID]: Erlangga.
Simandjuntak, John P, et al. 2003. Public Relations. Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu.
Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES.
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia.
Suyanto M. 2007. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta [ID]:
Andi.
Tjiptono F, Diana A. 2000. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. Yogyakarta [ID]:
J&J Learning.
Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Ed ke-3. Yogyakarta [ID]: Andi.
Tubbs S, Moss S. 1996. Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung
[ID]: PT Remaja Rosdakarya.
Ustadiyanto, Riyeke. 2002. Strategi Serangan Internet Marketing. Yogyakarta
[ID]: Andi.
57
Lampiran 1 Dokumentasi dan Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013
Lahan sawah demo plot responden Kegiatan farmers meeting oleh formulator
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Jul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
proposal skripsi
Kolokium
Perbaikan proposal
Pengambilan
data lapangan
Pengolahan
dan analisis
data
Penulisan draft skripsi
Uji Petik
Sidang skripsi Perbaikan
laporan
penelitian
58
Lampiran 2 Kerangka sampling
Data petani yang menerima staregi komunikasi pemasaran personal selling di
Desa Rawagempol, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang
No Nama Umur (th) Jenis Kelamin Alamat
(RT/RW)
1 RSD 43 Laki-laki 11/04
2 UDN 47 Laki-laki 17/06
3 STR 52 Laki-laki 14/05
4 DDK 50 Laki-laki 11/04
5 RSJ 73 Laki-laki 09/03
6 AKS 56 Laki-laki 02/01
7 MHR 44 Laki-laki 09/03
8 END 41 Laki-laki 17/16
9 ABD 45 Laki-laki 29/08
10 DNI 42 Laki-laki 29/08
11 TRS 71 Laki-laki 09/03
12 KAR 58 Laki-laki 07/03
13 KSN 41 Laki-laki 11/04
14 DID 38 Laki-laki 07/03
15 TAL 30 Laki-laki 29/08
16 CAR 38 Laki-laki 29/08
17 HUD 57 Laki-laki 02/01
18 EDI 39 Laki-laki 11/04
19 BHR 64 Laki-laki 08/03
20 THR 38 Laki-laki 11/04
21 YAS 40 Laki-laki 14/05
22 DED 50 Laki-laki 08/03
23 ATK 44 Laki-laki 08/03
24 HAE 50 Laki-laki 02/01
25 MHY 60 Laki-laki 21/08
26 ZAE 50 Laki-laki 08/03
27 MMD 55 Laki-laki 03/07
28 DWG 58 Laki-laki 21/08
29 WAH 50 Laki-laki 14/05
30 AGS 55 Laki-laki 08/03
31 WAR 40 Laki-laki 11.04
32 DRJ 37 Laki-laki 19/07
33 TAR 45 Laki-laki 19/07
34 DUR 68 Laki-laki 07/09
35 RAT 46 Laki-laki 07/03
36 RUS 30 Laki-laki 06/03
37 SHR 49 Laki-laki 06/04
59
38 TAR 36 Laki-laki 21/08
39 AAS 35 Laki-laki 21/08
40 ABD 70 Laki-laki 18/07
41 IWN 55 Laki-laki 11/04
42 DTM 51 Laki-laki 05/02
43 SPT 61 Laki-laki 04/02
Keterangan:
: responden penelitian
60
Lampiran 3 Contoh hasil korelasi Rank Spearman
Correlations
Usia petani
Kecenderunga
n membeli
Spearman’s rho Usia petani Correlation Coefficient 1.000 .068
Sig. (2-tailed) . .698
N 35 35
Kecenderungan
membeli
Correlation Coefficient .068 1.000
Sig. (2-tailed) .698 .
N 35 35
Correlations
Menarik perhatian petani
Kecenderungan membeli
Spearman’s rho Menarik perhatian
petani
Correlation
Coefficient
1.000 .387*
Sig. (2-tailed) . .021
N 35 35
Kecenderungan
membeli
Correlation
Coefficient
.387* 1.000
Sig. (2-tailed) .021 .
N 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Kecenderungan
membeli Bersikap kritis
Spearman’s rho Kecenderungan
membeli
Correlation
Coefficient
1.000 .485**
Sig. (2-tailed) . .003
N 35 35
Bersikap kritis Correlation
Coefficient
.485** 1.000
Sig. (2-tailed) .003 .
N 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
61
Lampiran 4 Struktur Organisasi PT Agricon dan Field expert (Formulator)
General Manager Commercial
Free MArket Business Manager
Regional Sales Manager
Jawa BArat
Technical Sales Executive
Field Expert
Regional Sales Manager
Jawa Tengah
Technical Sales Executive
Field Expert
Regional Sales Manager
Jawa Timur
Regional Sales Manager
Sulawesi 1
Regional Sales Manager
Sulawesi 2
President Director
President Director Personal Assistant
ISO Coordinator
Operational Director
Personal Assistant
Head of QHSE
Business Development
IT Supervisor
Legal
Commercial General
Manager Operator General
Manager
Strategic Support
General Manager
Free Market
Business
Manager
Plantation Business
Manager
Marketing
Manager
Technical
Manager
Plant
Manager
Supply Chain
Manager
Finance & Accounting
Manager
General Affairs
Manager
Human Capital
Manager
62
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nindya Ayu Wradsari lahir di Bogor pada tanggal 10
Agustus 1991. Putri dari Bapak Agung Wradsongko dan Ibu Indria Prawitasari ini
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Memiliki adik laki-laki bernama
Ditya Anggoro Aji. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Bina Insani dan pada
tahun yang sama penulis melanjutkan ke perguruan tinggi negeri di Institut
Pertanian Bogor jurusan Sains Komunikai dan Pengembangan Masyarakat
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama masa perkuliahan penulis juga aktif dalam organisasi yaitu menjadi
anggota Majalah Komunitas Fakultas Ekologi Manusia IPB Divisi Advertising.
Selain itu penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan suatu acara yaitu menjadi
panitia Writing Day Divisi Humas. Penulis juga menjadi panitia YOT Road to
Campus IPB Divisi Humas.
64