efek samping obat anti inflamasi non steroid
TRANSCRIPT
3. Klasifikasi OAINS
Klasifikasi yang lebih bermanfaat untuk diterapkan ialah berdasarkan selektivitasnya
terhadap siklooksigenase.
1. Aspirin 1. Nimesulid * generasi 1:2. Indometasin 2. Meloksikam 1. selekoksib3. Piroxicam 3. Nabumeton 2. rofekoksib4. Ibuprofen 4. Diklofenak 3. Valdekoksib5. Naproksen 5. Etodolak 4. Parekoksib6. Asam mefenamat 5. Eterikoksin
* generasi 2 :lumirakoksib
4. Efek Samping Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS /NSAIDs)
Secara umum OAINS berpotensi menyebabkan efek samping pada 3 sistem organ yaitu
saluran cerna, ginjal dan hati. Efek samping terutama meningkat pada pasien usia lanjut. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak peptik (tukak duodenum dan tukak
lambung) yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat pendarahan saluran cerna1.
Berikut merupakan efek samping dari obat NSAIDs, yaitu :
1. Pada saluran cerna
Gejala umum yang sering timbul yang berkaitan dengan gangguan gastrointestinal
akibat obat ini diantaranya anorexia, mual, dispepsia, nyeri perut, dan diare2. Sekitar 10-
20% pasien yang mendapat OAINS akan mengalami dispepsia. Dalam 6 bulan pertama
pengobatan, sebanyak 5-15% pasien artritis reumatoid akan menghentikan pengobatan
akibat timbulnya dispepsia. Faktor resiko terjadinya kelainan saluran cerna pada
penggunaan OAINS adalah usia lanjut, riwayat ulkus sebelumnya, dosis OAINS yang
tinggi, penggunaan steroid atau antikoagulan yang bersamaan dengan OAINS, adanya
Helicobacter pylori, penyakit sistemik dan alkoholisme3.
Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah :
a. Iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke
mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan1,
AINS COX-nonselektif
NSAID
AINS COX-2-preferential AINS COX-2-selektif
b. Iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis
PGE2 dan PGI2. Kedua prostaglandin ini banyak ditemukan di mukosa lambung
dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus
usus halus yang bersifat sitoprotektif1. Prostaglandin pada mukosa saluran cerna
berfungsi menjaga integritas mukosa, mengatur aliran darah, sekresi mukus,
bikarbonat, proliferasi epitel serta resistensi mukosa terhadap kerusakan3.
Uji klinik menyimpulkan bahwa gangguan saluran cerna menghambat selektif COX-
2 lebih ringan daripada COX-1. Pada dosis terapi narpoksen, ibuprofen dan diklofenak
termasuk OAINS yang kurang menimbulkan gangguan lambung daripada piroksikam
dan indometasin1.
2. Pada ginjal
Penghambatan biosintesis prostaglandin di ginjal terutama PGE2 mendasari
gangguan hemostasis ginjal yang ditimbulkan OAINS1. Sebanyak 5% pasien yang
menggunakan OAINS akan mengalami komplikasi pada ginjal. Manifestasi klinis yang
sering adalah edema perifer, nefritis interstisialis dan nekrosis papila renalis. Edema
perifer terjadi disebabkan oleh peningkatan reabsorpsi natrium dan air pada tubulus
koligen akibat penurunan PGE2 yang berfungsi mengatur aliran darah pada bagian
medula dan tubulus koligen3.
Gangguan fungsi ginjal terjadi bila pada pasien dehidrasi, sudah ada gangguan
fungsi sebelumnya, pasien diabetes dan sirosis hepatis atau pasien usia lanjut. Gagal
ginjal biasanya terjadi bila OAINS diberikan dengan dosis besar3. Penggunaan
berlebihan OAINS secara habitual bertahun-tahun dihubungkan dengan terjadinya
nefropati analgesik1.
Pemberian OAINS juga dapat menyebabkan terjadinya hiperkalemia yang terjadi
akibat terhambatnya prostaglandin yang berfungsi merangsang pelepasan renin dari
ginjal. Konsentrasi renin yang rendah mengakibatkan produksi aldosteron juga berkurang
dan pada gilirannya terjadilah pengurangan ekskresi kalium. Komplikasi lainnya yaitu
nefritis interstisial dan sindrom nefrotik dapat terjadi 8-18 bulan penggunaan OAINS.
Nekrosis papila renalis terjadi akibat defisiensi prostglandin yang bersifat vasodilator
sehingga menimbulkan iskemik dan nekrosis pada papilla ginjal3.
3. Pada pernafasan
Pasien asma dapat mengalami serangan bila mengonsumsi OAINS, sebab OAINS
menghambat jalur siklooksigenase dari asam arakidonat. Akibat terhambat pembentukan
prostglandin, maka jalur lipooksigenase lebih aktif, sehingga akan membentuk leukotrien
yang juga lebih banyak. Salah satu leukotrien yakini LTC4 dan LTD4 bersifat
bronkokonstriktor sehingga dapat mencetuskan serangan asma3.
4. Pada kardiovaskular
Obat AINS dapat mengakibatkan timbulnya hipertensi infark miokard dan gagal
jantung. Hal ini disebabkan berkurangnya pembentukan prostasiklin oleh sel endotel,
peningkatan trombositosis, dan reiko kegagalan jantung terutama usia lanjut3.
5. Pada kulit
Walaupun jarang ditemukan, OAINS dapat menimbulkan kelainan pada kulit seperti
eritema mutiforme, sindrom Steven-Johnson dan toksis epidermal nekrolisis3.
6. Lainnya
a. Kehamilan
Penutupan duktus arteriosus secara prematur dan menimbulkan hipertensi
pulmoner pada bayi. Ibu dapat mengalami kesulitan waktu persalinan dan
perdarahan akibat hipotonia uteri3
b. Trombosit
Gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2
(TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan. Efek ini dimanfaatkan untuk
terapi profilaksis tromboemboli1,2.
Tabel 1.1. Efek samping dari penggunaan obat anti inflamasi non steroid2,3
Sumber :
Sistem Manifestasi
Gastrointestinal Nyeri perut
Mual
Muntah
Erosi/ ulkus lambung
Anemia
Perdarahan GI
Perforasi
Diare
Renal Retensi air dan garam
Edema, fungsi ginjal menurun
Penurunan keefektifan obat antihipertensi
Penurunan keefektifan obat diuretik
Penurunan ekskresi urat
Hiperkalemia
Sistem Saraf Pusat Sakit kepala
Vertigo
Pusing
Bingung (Confusion)
Depresi
Hiperventilasi
Trombosit Menghambat aktivasi trombosit
Meningkatkan resiko pendarahan
Uterus Memperpanjang masa kehamilan
Hipersensitivas Rinitis vasomotor
Edema angioneurotic
Asma
Urtikaria
Ruam
Hipotensi
Syok
Vascular Penutupan duktus arteriosus pada janin
Timbulnya hipertensi infark miokard
1. Wilmana, P.Fredy, Gan, Sulistia. 2009. Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid, dan Obat
Gangguan Sendi Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI
2. Brunton, Laurence L., Lazo, John S., Parker, Keith L. 2006. The Pharmacologial Basic
of Therapeutics, 8th Ed. California: TheMcGraw-Hill Companies, inc
3. Najirman. 2009. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 3, Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing