eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee...
DESCRIPTION
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooTRANSCRIPT
ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA
Rabu, September 05, 2012 Biologi SMA 4 comments
Kompetensi Dasar:mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria serta peranannya bagi kehidupan.
A. PengertianSetelah Carl Woose melakukan analisis molekular, maka Archaebacteria yang semula dikelompokkan dengan Eubacteria dalam Kingdom Monera sekarang menjadi kelompok yang terpisah. Sekarang Kingdom Monera tidak dipakai lagi dan sebagia gantinya muncul kingdom Archaebacteria dan Eubacteria.
B. Archaeobacteria1. Ciri-Ciri Umum
1. Susunan tubuh sangat sederhana, dinding sel tidak tersusun atas peptidoglikan;2. habitat pada lingkungan ekstrim yang tidak semua organisme mampu hidup di sana;3. terdiri atas satu sel yang hidup berkoloni atau berupa filamen berukuran kecil.
2. KlasifikasiBerdasarkan habitatnya, Archaeobacteria dibedakan menjadi:
1. Metanogen
Hidup pada lingkungan anaerobik yang ekstrim seperti pada lumpur di dasar rawa dan danau, saluran pencernaan hewan dan manusia, serta di bawah lapisan es Greenland. Kelompok ini mampu menghasilkan gas metana (CH4) dari H2 dan CO2. Contoh: Lachnospira multiporus(memecah pektin), Succinomonas amylolytica dan Ruminococcus albus (memecah selulosa).
2. Halofil
Habitat pada lingkungan yang berkadar garam tinggi 12 – 15% (sementara kadar garam air laut sekitar 3,5%). Contoh: genus Halobacterium, Halorubrum, Halococcus, dan Haloarcula.
3. Termofil
Hidup pada lingkungan bersuhu tinggi dan bersifat asam. Contohnya genus Sulfolobus dan Pyrolobus fumarii.
C. Eubacteria (Bakteri Sejati)1. Ciri-Ciri Umum
1. Mikroorganisme dengan rata-rata panjang 2 – 3 μm, lebar 1 – 2 μm, dan diameter 1 mikron;
2. bersifat uniseluler, hidup secara sendiri-sendiri (soliter) atau berkelompok (koloni);3. bentuk sel relatif tetap karena dinding sel tersusun atas peptidoglikan;4. mampu membentuk endospora yaitu spora berdinding tebal yang tahan terhadap kondisi
lingkungan yang buruk;5. struktur tubuh tersusun atas kapsul, dinding sel, membran plasma, sitoplasma, DNA,
mesosom, ribosom, dan plasmid;6. reproduksi terjadi secara aseksual dan seksual, secara aseksual melalui pembelahan
biner dan seksual meliputi konjugasi, transformasi, dan transduksi.
Gambar 3.1 Struktur Tubuh Bakteri
2. Klasifikasi
1. Berdasarkan cara memperoleh makanan, bakteri dibedakan:
1) Bakteri heterotrof (tidak mampu menyusun makanan sendiri), dibedakan: Saprofit: mengambil nutrisi dari organisme yang masih hidup.Contohnya Escherichia coli Parasit: mengambil nutrisi dari organisme yang telah mati. Contohnya Mycobacterium
tuberculosis.2) Bakteri autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri), dibedakan: fotoautotrof (menggunakan sumber energi cahaya matahari), contohnya bakteri hijau
(bakterioklorofil) dan bakteri ungu (bakteriopurpurin); kemoautotrof (energi kimia), contohnya Nitrobacter, Nitrosomonas, dan Nitrosococcus.
2. Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dibedakan:
1) Bakteri aerob (Membutuhkan O2 bebas), contohnya Nitrosomonas dan Mycobacterium tuberculosis.
2) Bakteri anaerob (tanpa menggunakan O2 bebas), ContohnyaClostridium tetani dan bakteri denitrifikasi.
3. Berdasarkan bentuknya, bakteri dibedakan:
Bentuk Bakteri Macam Contoh
1) batang (bacillus)a) monobasilus Escherichia coli
b) diplobasil Salmonella typhosa
c) streptobasil Bacillus anthracis
2) bola (coccus) a) monokokus Neisseria gonorrhoeae
b) diplokokus Diplococcus pneumoniae
c) streptokokus Streptococcus mutans
d) sarkina Thiosarcina rosea
e) stafilokokus Staphylococcus aureus
3) spiral (spirillum)a) vibrio Vibrio cholerae
b) spirochaeta Treponema paliidium
c) spirillum Thiospirillopsis floridana
d. Berdasarkan letak flagelanya, bakteri dibedakan:
1) Atrik, tidak memiliki flagela.2) Monotrik, memiliki satu flagela dan melekat pada salah satu ujung sel.3) Lofotrik, memiliki banyak flagela dan melekat pada salah satu ujung sel.4) Amfitrik, memiliki satu flagela dan masing-masing melekat pada kedua ujung sel.5) Peritrik, memiliki flagela yang tersebar pada seluruh pemukaan sel.
3. Peranan
1. Bakteri yang menguntungkan manusia
1) Escherichia coli, penghuni colon manusia yang membantu membusukkan makanan dan pembentukan vitamin K.
2) Lactobacillus casei, digunakan dalam proses pembuatan keju.3) Acetobacter xylinum, untuk pembuatan nata de coco.4) Clostridium butiricum, penghasil asam butirat.5) Lactobacillus bulgaricus, untuk pembuatan susu masam (yoghurt).6) Streptomyces griceus, penghasil antibiotik streptomisin.7) Bakteri nitrifikasi, membantu pembentukan nitrat dalam tanah, seperti Nitrosomonas,
Nitrosococcus, dan Nitrobacter.8) Rhizobium leguminosorum, bersimbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan polong-
polongan, berfungsi mengikat nitrogen bebas dari udara
2. Bakteri yang merugikan manusia
1) Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC2) Treponema pallidum, penyebab penyakit raja singa (sifilis)3) Vibrio cholerae, penyebab kolera4) Shigella dysenteriae, penyebab disentri
A. Alga Hijau-Biru (Cyanophyta)1. Ciri-Ciri Umuma. Fotoautotrof, melakukan fotosintesis;
b. mengandung pigmen biru (fikosianin), hijau (klorofil), dan jingga (karotenoid);c. reproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner (Cyanophyta bersel satu),
dan fragmentasi (Cyanophyta bentuk koloni).
2. Klasifikasi- Bersel satu: Gleocapsa, Chroococcus- Bentuk koloni: Polycyshis- Bentuk benang: Nostoc, Anabaena, Oscillatoria.
3. Peranana. Menyuburkan tanah dengan mengikat N2, contohnya Anabaena azollaeb. Berperan sebagai fitiplankton dalam ekosistem perairan.c. Berperan sebagai vegetasi perintis karena dapat membuka kemungkinan organism lain untuk
hidup ditempat yang sulit (batu-batuan, sumber air panas, air tercemar).
Contoh Soal Kompetensi dan Penyelesaian1. Proses reproduksi paraseksual pada bakteri dengan bantuan virus disebut ....A. transduksiB. transformasiC. fragmentasiD. konjugaiE. translokasi
PenyelesaianReproduksi paraseksual disebut juga dengan reproduksi seksual pada bakteri, yang dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu:
konjugasi, terjadi jika dua individu berdekatan dan membentuk saluran bersama untuk menukar materi genetik dan sitoplasmanya.
Transformasi, merupakan pemindahan materi genetik (plasmid) antara dua individu yang berdekatan tanpa melalui saluran khusus.
Transduksi, pemindahan materi genetik dengan perantara virus (bakteriofage).
Jawab A
http://www.generasibiologi.com/2012/09/archaeobacteria-dan-eubacteria.html
Pertahanan Bakteri pada Lingkungan yang Buruk
Mikroorganisme dapat merasakan dan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan mereka. Ketika nutrisi yang disukai habis, beberapa bakteri dapat menjadi motil untuk mencari nutrisi, atau mereka dapat menghasilkan enzim untuk mengeksploitasi sumber daya alternatif. Salah satu contoh dari strategi kelangsungan hidup ekstrim yang digunakan oleh bakteri Gram-positif tertentu adalah dengan pembentukan endospora. Proses perkembangan yang kompleks ini sering dimulai sebagai tanggapan terhadap kekurangan gizi. Hal ini memungkinkan bakteri untuk menghasilkan sel aktif dan sangat tahan untuk melestarikan materi genetik sel pada saat mengalami tekanan yang ekstrim.
Beberapa jenis bakteri dapat bertahan hidup meskipun kondisi lingkungan kurang menguntungkan, yaitu dengan membentuk endospora di dalam sel. Endospora merupakan bentuk bakteri yang tidak aktif (istirahat). Bentuk endospora ada yang bulat dan ada yang bulat-panjang. Ukuran endospora ada yang lebih kecil atau lebih besar dan diameter selnya.
Endospora bersifat sedikit impermeabel, sehingga lebih tahan terhadap disinfektan, kekeringan, sinar, suhu panas, dan suhu dingin. Namun, bila kondisi lingkungan membaik, maka endospora akan berkecambah menjadi sel vegetatif baru. Endospora juga dapat terbentuk bila terjadi penumpukan zat-zat sisa metabolisme hasil ekskresi bakteri yang mengganggu di sekitar sel. Bakteri yang dapat membentuk endospora sebagian besar adalah golongan bakteri Gram positif. Contoh bakteri yang dapat membentuk endospora, antara lainBacillus mycoides, Bacillus anthracis, Bacillus cereus, Bacillus thuringiensis (patogen pada serangga), Clostridium perfringens (menyebabkan keracunan makanan), Clostridium botulinum, dan Clostridium tetani.
Struktur endospora
Ketahanan suatu endospora dapat dijelaskan sebagian oleh struktur selular yang unik. Lapisan protein luar sekitar spora menyediakan banyak bahan kimia dan ketahanan enzimatik. Di bawah mantel ini berada lapisan yang sangat tebal peptidoglikan khusus yang disebut korteks. Pembentukan korteks yang tepat diperlukan untuk dehidrasi dari inti spora, yang membantu dalam ketahanan terhadap suhu tinggi. Sebuah dinding sel germinal berada di bawah korteks. Lapisan peptidoglikan akan menjadi dinding sel bakteri setelah endospora berkecambah.
Membran bagian dalam, di bawah dinding sel germinal, merupakan penghalang dengan permeabilitas besar terhadap beberapa bahan kimia yang berpotensi merusak. Pusat endospora itu, inti, ada dalam keadaan yang sangat dehidrasi dan rumah DNA sel, ribosom dan sejumlah besar asam dipicolinic. Kimiawi-endospora khusus ini dapat terdiri dari hingga 10% dari berat kering spora dan tampaknya memainkan peran dalam mempertahankan dormansi spora. Protein kecil (SASPs) juga hanya ditemukan di endospora. Protein ini mengikat erat dan memadatkan DNA, dan sebagian bertanggung jawab untuk ketahanan terhadap sinar UV dan bahan kimia yang merusak DNA. Struktur dan bahan kimia yang terkait dengan endospora yang spesifik tiap spesies lainnya termasuk batang, kristal toksin, atau lapisan glikoprotein luar tambahan yang disebut dengan exosporium.
by Sridianti
http://www.sridianti.com/pertahanan-bakteri-pada-lingkungan-yang-buruk.html
Minggu, 19 Februari 2012
BAKTERI MIKROBIOLOGI DASARDasar-dasar Bakteriologi
Bakteri – Ciri ciri, Struktur, Perkembangbiakan, Bentuk dan Manfaatnya
bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain .Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).
Ciri-ciri BakteriBakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :1. Organisme multiselluler2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )3. Umumnya tidak memiliki klorofil4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam6. Hidup bebas atau parasit7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan
Struktur Bakteri
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
Struktur dasar sel bakteri
struktur-bakteri1
Struktur dasar bakteri :1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan melbagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
granula
Struktur tambahan bakteri :
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bilalapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
Bentuk Bakteri
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
Berbagai macam bentuk bakteri :
1. Bakteri Kokus :
kokus
a. Monokokusyaitu berupa sel bakteri kokus tunggalb. Diplokokusyaitu dua sel bakteri kokus berdempetanc. Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.d. Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubuse. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai.f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur
2. Bakteri Basil :
basil
a. Monobasilyaitu berupa sel bakteri basil tunggal
b. Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteribasil berdempetan
c. Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai
3. Bakteri Spirilia :
spirilia
a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang
b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup
c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma
Alat Gerak Bakteri
Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya.Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula yaitu
1. Monotrik : bila hanya berjumlah satu2. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi3. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung4. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi.Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah :
1. Suhu2. Derajat keasaman atau pH3. Konsentrasi garam4. Sumber nutrisi5. Zat-zat sisa metabolisme6. Zat kimia
Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.
Cara Perkembangbiakan bakteri:Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua.
Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya.Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.
Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.
transformasi
2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).
transduksi
3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.
konjugasi
Peranan Bakteri
Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan.Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :1. Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia colie).2. Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.3. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.4. Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.5. Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif, Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram positif,Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan bakteri gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces rimosus penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri.6. Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium acetobutylicum7. Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya methanobacterium8. Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.
Bakteri yang merugikan sebagai berikut :
1. Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum2. Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobacterium tuberculosis ( penyebab penyakit TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau muntaber ), Clostridium tetani (penyebab penyakit
tetanus ) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra )3. Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis (penyebab penyakit antraks pada sapi )4. Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya Pseudomonas solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman tomat, lombok, terung dan tembakau) serta Agrobacterium tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan)
Struktur Bakteri
Struktur bakteri menjelaskan tentang tindakan antibiotik tertentu, tetapi juga menjelaskan tentang kapasitas bakteri dalam mempertahankan diri. Dinding SelSemua bakteri memiliki dinding sel kecuali bakteri berbentuk mikoplasma dan bakteri berbentuk L (bakteri yang terdegradasi). Dinding sel adalah suatu struktur berbentuk kaku yang diberikan untuk pembentukan bakteri, suatu struktur penting pada dunia bakteri, terdiri dari peptidoglikan (murein). Komposisinya berbeda tergantung apakah bakteri tersebut adalah bakteri berkomposisi GRAM(+) atau GRAM(-).PeptidoglikanMerupakan struktur heteropolimer dengan rantai polisakarida yang berkait satu sama lain ; alternasi N asetilglukosamin dan asam N asetilmuramat (senyawa khusus pada dunia bakteri): turunan senyawa kimia N asetilglukosamin.Rantai polisakarida berhubungan satu sama lain dengan peptida, hubungan langsung dari satu rantai ke rantai lainnya atau hubungan tidak langsung melalui peptida lainnya.Rantai tersebut adalah tetrapeptida, terhubung di satu sisi dengan asam muramik melalui jembatan interpeptida. Komposisi rantai tetrapeptida adalah variabel dengan asam amino rantai tingkat ke-3, terdiri dari jembatan yang umum terbentuk dengan tipe asam aminonya sendiri (Staphylococus Aureus : glisin).Peptidoglikan memiliki fungsi yang berbeda:
Peptidoglikan memungkinkan bakteri mempertahankan bentuknya. Peptidoglikan memungkinkan menahan tekanan osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir. Merupakan antigen, memungkinkan pembentukan Ig pada manusia. Karena sensitif, peptidoglikan hanya untuk disinfektan berbasis fenol. Stimulator imunitas/daya tahan tubuh berperan sebagai adjuvan. Merupakan substrat dari imunitas yang tidak spesifik, dihancurkan oleh enzim bakteriofaga dan lisozim tertentu.Bakteri dengan komposisi GRAM(+)Bakteri dengan GRAM(+) memiliki dinding sel yang tebal, dengan ukuran dari 30 sampai 50 nm. Bergantung pada peptidoglikan asam teikoat, yaitu polimer dari ribitol fosfat dan dihubungkan dengan N asetilglukosamin.Juga terdiri dari asam lipo-teikoat yang dibentuk oleh gliserol fosfat yang imunogenik, meningkatkan adhesi dan memiliki aksi toksisitas yang rendah.Polisakarida memberikan spesifisitas antigen (polisakarida C pneumokokus, atau polisakarida C streptokokus).Polisakarida C dapat membedakan jumlah tertentu streptokokus pada kelompok serologi. Yang paling penting adalah streptokokus ada pada kelompok AA: Aa yang merupakan patogenisitas.Protein yang berkaitan langsung dengan peptidoglikan, atau dengan asam teikoat. Ion-ion
Ca2+ mendominasi pada ikatan tersebut.Bakteri dengan komposisi GRAM (-)Dinding sel bakteri dengan GRAM(-) terdiri dari peptidoglikan dengan ukuran 3 sampai 5 nm (atau
sampai 10 nm) sehingga dinding selnya lebih tipis. Bakteri ini dikelilingi oleh membran luar yang terpisah dari tubuh bakteri dengan suatu ruang periplasmik, kurang lebihnya hal itu penting.Membran tersebut mempunyai komposisi kimia kompleks. Terdiri dari bagian dalam fosfolipid dan bagian luar lipopolisakarida.Lipopolisakarida termasuk protein yang disebut porin, karena keberadaannya memungkinkan adanya pori-pori yang berhubungan dengan bagian luar sitoplasma bakteri.Melalui pori-pori memungkinkan adanya pergerakan elemen nutrisi dan antibiotik.Permeabilitas pori-pori merupakan variabel yang selektif. Bagian tertentu yang lebih permeabel dari yang lainnya, adalah yang menjelaskan reaksi bakteri terhadap antibiotik.Kasus khususMikobakteri memiliki afinitas teintoriale yang tergantung pada struktur dinding sel. Pada kasus ini mengandung lipid 60 % yang terdiri dari asam mikolat dan gejala malam. Lipid tersebut terhubung oleh polisakarida kompleks dan protein.Protoplas merupakan bakteri dengan GRAM (+) dimana hanya terdiri dari peptidoglikan. Bakteri berbentuk bulat, hanya hidup pada media hipertonik (sesuai dengan tekanan internal). Protoplas tidak dapat membagi dirinya sendiri. Protoplas terjadi setelah adanya suatu pengobatan terhadap antibiotik.Sferoplas dengan bentuk L merupakan bakteri dengan GRAM(-). Dinding sel-nya masih ada pada beberapa bagian yang rusak akibat antibiotik, seperti penisilin. Sferoplas dapat berkembang biak pada media tertentu. Pada saat kita mengeluarkan antibiotik, sferoplas membentuk kembali inisialnya.Mikoplasma tidak memiliki dinding sel.Sifat-sifat dinding selDinding sel dapat memberikan pewarnaan pada GRAM.Dinding sel dapat mendukung antigenisitas.Dinding sel dapat memberikan bentuk pada bakteri.Dinding sel sensitif terhadap enzim-enzim tertentu.Merupakan reseptor bakteriofaga.Sensifitasnya pada beberapa antibiotik dapat mengganggu perkembangbiakan bakteri.Perkembangbiakan bakteri sangat cepat. Bakteri E.coli dapat menghasilkan dua sel anak dalam 20 menit. Sebelum membelah, bakteri harus menaikkan volume selama multiplikasi ganda massa nya. Pada proses ini, bakteri tersebut menghancurkan dinding sel yang kaku, mengeluarkan autolisin, bertindak pada tingkatan beberapa ikatan kimia dari peptidoglikan. Pada saat bersamaan pada proses penghancuran, bakteri tersebut merekonstruksi dirinya sendiri berkat peptida yang memungkinkan fusi peptida.Beta laktam bertindak di jembatan interpeptida pada dinding sel, mengikat protein, menciptakan dinding sel tipis, kemudian meledak, sehingga dapat membunuh bakteri. Dapat kita sebut PLP, protein yang terhubung dengan beta laktam.Membran sitoplasmaAdalah membran trilaminar, dengan dua lapisan fosfolipid yang kutub hidrofob-nya saling berhadapan. Diantara lipid, terdapat protein. Tidak ada kolesterol, kecuali pada mikoplasma.Untuk meningkatkan tindakannya, membran sitoplasma mengirimkan sitoplasma bakteri dalam ekspansi membran nya sendiri yang disebut mesosom sehingga dapat meningkatkan fungsi dari membran. Mesosom adalah hal umum pada bakteri. GRAM(+), dimana dapat menemukan sampai tiga mesosom. Pada kondisi umum, dua mesosom untuk GRAM (-).Adalah suatu penghalang osmotik, dapat memungkinkan transfer pasif tetapi dimana ada perembesan, memungkinkan adanya tekanan aktif dari asam amino atau ion-ion mineral.Banyaknya enzim pada membran yang digunakan dalam metabolisme energetik, mempunyai peran identik dengan mitokondria dalam sel-sel eukariotik (sering pada tingkatan atau lokasi sitokrom dan sitokrom oksidasi). Adalah suatu dampak utama pada substansi antimikroba seperti fenol.Membran mempunyai suatu peran dalam pembelahan sel. Berkat mesosom yang dapat membentuk hubungan geografis antara membran dengan bahan inti, memungkinkan induksi pembelahan bakteri menjadi bahan inti, melalui membran lalu ke dinding sel. Ini merupakan pembagian dengan fisi. Dengan mikroskop elektron dimulai dengan invaginasi membran (pembelahan mesosom). Pada
membran yang membelah kemudian menjadi menempel pada dinding sel. Mesosom dan dinding sel membentuk suatu septum pembelahan.Pada saat septum selesai, seperti bahan inti, membelah menjadi 2 anak sel yang identik dengan ibu bakteri. Pembelahan seperti pada bahan inti, tetapi sulit untuk diamati.SitoplasmaTerdiri dari hidrogen koloid.Terdiri dari protein, glusida, lipid, ion mineral seperti Ca2+, Mg2+, P.Terdiri dari beberapa pigmen warna yang berbeda :.Merah pada serratia..Biru pada pyocianin.Pigmen-pigmen tersebut larut dan menyebar pada organisme.Sitoplasma bekteri mengandung vakuola cadangan yang memberikan nutrisi pada bakteri pada saat bakteri berpuasa.RNA : ada 15000 ribosom/bakteri yang mewakili 40% berat badan bakteri dari 90% total RNA.Ribosom terdiri dari dua sub unit, 50 dan 30S.Terkadang sitoplasma terdiri dari granulasi/butiran tertentu yang dapat megidentifikasi bakteri seperti pada kasus basil difteri.Bahan intiPada bakteri yang beristirahat, ada bagian massa yang kecil bulat terletak di tengah. Pada basil, bentuknya memanjang. Bahan inti tidak memiliki membran, bahan mitosis, nukleolus. Berbentuk fibril, mempunyai DNA dan protein dasar. Fibril mempunyai diameter 2 sampai 8 nm. DNA double-stranded, telanjang, berukuran panjang 1 mm pada bakteri E. coli.DNA bakteri mempunyai suatu bagian pusat dengan lingkaran penuh : kaki-kaki yang dibentuk RNA.DNA superkoil, dan pada DNA-nya terdapat banyak protein.Adalah pendukung apa saja yang dimiliki bakteri, dan juga pendukung mutasi; pada tingkatannya yang melakukan kombinasi ulang genetik. Dan juga merupakan tempat beraksinya beberapa antibiotik tertentu, khususnya quinolon, rifamycin.PlasmidAdalah DNA sirkular, di bagian luar bahan inti. Yang terkadang mengatur ketahanan terhadap antibiotik. Juga merupakan sumber dari resistansi antibakteri, berkat sekresi bakteriosin. Terdiri dari plasmid-plasmid yang tahan terhadap antiseptik.Kapsul bakteriAda pada bakteri patogen, bisa mempunyai lapisan lendir tipis ataupun tebal. Strukturnya terdiri dari polisakarida dengan satu atau dua jenis dari gula.Untuk membedakan spesies bakteri, bakteri mengeluarkan bentuk kapsul tertentu yang bertanggung jawab terhadap keberadaan berbagai serotipe yang berbeda (pneumokokus,hemophilus influenzae).Vaksin terhadap penyakit harus memberikan serotipe yang berbeda pada masing-masing negara.Kapsul dapat berarti polipeptida seperti pada bacillus anthracis.Kapsul tidak berada pada produksi patogen, dan menghilang pada saat pembudidayaan-nya di laboratorium. Menempatkan koloni bakteri pada bentuk halus, mempunyai bentuk kasar (Smooth->Rough). S sebagai pathogen, R tidak.Sifat kapsul :
Melindungi bakteri dari lingkungan-nya sendiri dan mencegah masuknya zat antibakteri. Memungkinkan klasifikasi, dengan memberikan warna pada latar belakang bakteri dengan tinta cina. Mempunyai peran pada patogenesis dan perlindungan terhadap PN. Mempunyai peran imunologi dalam penggunaan nya pada vaksinasi tetapi mempunyai peran lemah dalam imunogenik sehingga harus menambahkan elemen pada vaksin adjuvan.Selama masa infeksi, kapsul diletakkan bebas pada media organik dan dapat diberikan antigen di dalamnya.FlagelumAdalah elemen lokomotor, flagelum hanya terdapat pada spesies basil, vibrio atau spiroseta.
Adalah elemen berbentuk tabung cambuk dan berliku-liku dengan diameter dari 10 sampai 20 nm dan dengan panjang 20µ. Hal ini hanya dipunyai oleh sebuah (vibrio), dan juga berada di keseluruhan sekeliling (basil e. coli).Flagelum dikomposisikan dari suatu protein flagelin yang berukuran 40000 dalton.Flagelum melekat di tubuh bakteri pada sebuah granula.Peran:Digunakan dalam mobilitas bakteri, pada klasifikasi, dan berperan pada imunologi: AG H pada gerakan bakteri tertentu GRAM (-) seperti (Salmonella).Pada kasus demam tifoid, kita dapat mencari AC H yang terbentuk.Pilus
Bentuk umum: berbentuk pendek, kaku. Terbentuk dari protein dan mempunyai peran dalam fiksasi bakteri dan kolonisasi. Memungkinkan bakteri untuk mengikat pada reseptor tertentu.Seksual: dari 1 sampai 4, pilus berbentuk lebih besar, dan disebut dengan faktor F.SporaHanya ada pada beberapa golongan bakteri berbentuk basil.Dapat berada pada kondisi yang tidak menguntungkan: kondisi dingin, kondisi panas, dapat bertahan pada temperatur sampai 120°C selama 45 menit, kondisi ini sangat menentukan pentingnya daya sterilisasi autoklaf.Dapat sebagai pusat dalam bakteri Bacillus anthracis, di salah satu ujung (Clostridium), atau terminal (Clostridium tetani).Peran:Spora yang mengarah pada resistensi bakteri, adalah suatu elemen klasifikasi bakteri. Berfungsi sebagai kontrol sterilisasi.
PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL
Penyakit periodontal dapat didefenisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal.2 Bentuk umum dari penyakit ini dikenal sebagai gingivitis dan periodontitis.5 Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri.2,3 Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara bakteri dalam menyebabkan penyakit periodontal.
2.1. Jenis-jenis Bakteri pada Penyakit Periodontal
Lebih dari 400 spesies bakteri teridentifikasi pada plak subgingiva.6 Bakteri yang terlibat sebagai patogen pada penyakit periodontal didominasi spesies bakteri gram negatif dan anaerob.5
Tabel 1. Spesies bakteri yang terlibat sebagai patogen pada
periodontitis (Lamont RJ, Lantz MS, Burne RA,
LeBlanc DJ, Washington DC:ASM Press, 2006:256)
Spesies gram negatif anaerob
Porphyromonas gingivalis
Tannerella forsythia
Fusobacterium nucleatum
Prevotella intermedia dan P. nigrescens
Campylobacter rectus
Treponema denticola dan Spirokheta yang lain
Spesies gram negatif fakultatif
Actinobaccilus actinomycetemcomitas
Eikonella corrodens
Spesies gram positif anaerob
Eubacterium nodatum
Peptostreptococcus micros
Streptococcus intermedia
http://kisahkudika.blogspot.com/2012/02/bakteri-mikrobiologi-dasar.html
MAKALAH MIKROBIOLOGI BakteriOleh : Adib Fauzan Dkk. H0712004 Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS
I. PENDAHULUAN
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas
dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan
organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil,
serta berukuran mikroskopik (sangat kecil).
Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah
spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari
di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah
maupun yang ekstrim.
Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme. Ciri-Ciri Bakteri antara lain : umumnya tidak berklorofil, hidupnya bebas atau sebagai parasit / pathogen, bentuknya beraneka ragam, memiliki ukuran yang kecil rata-rata 1 s/d 5 mikron, tidak mempunyai membran inti sel / prokariot,kebanyakan Uniseluler (memiliki satu sel), bakteri di lingkungan ekstrim dinding sel tidak mengandung peptidoglikan, sedangkan yang kosmopolit mengandung peptidoglikan
II. PEMBAHASAN
A. Bakteri Menguntungkan
1. Rhizobium leguminosarum
a. Ciri-ciri
- Rhizobium leguminosarum merupakan bakteri gram negative bersifat aerob,organotrof,tidak berspora,plomorf dan
- Umumnya ditemukan pada nodul akar tanaman leguminosae dan penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume
- Rhizobium leguminosarum adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang bulat memanjang, koloninya berwarna putih berbentuk sirkular.
- Bersifat host spesifik satu spesies Rhizobium leguminosarum cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman legume saja.
b. Manfaat
Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan
2. Azetobacter chlorococcum
a. Ciri-ciri
- azetobacter chlorococcum termasuk dalam golongan Azotobacteraceae dimana sel berukuran besar dengan diameter 2-4 μm atau lebih dan berbentuk batang.
- hidup bebas di dalam tanah biasanya polimorfik.
- Azotobacter merupakan bakteri Gram negatif, aerob obligat bergerak dengan flagel peritrik, dan bersifat katalase positif. Kisaran pH untuk pertumbuhan dengan adanya nitrogen tambahan adalah 4,5-8,5 sedangkan pH optimal untuk pertumbuhan dan pengikatan nitrogen adalah 7-7,5.
- memiliki pigmen hitam-coklat
b. Manfaat
Bakteri dari famili Azotobacteraceae merupakan bakteri yang berperan dalam bakteri fiksasi nitrogen yang hidup bebas.
3. Lactobacillus bulgaricus
a. Ciri-ciri
• Warna koloni putih susu atau agak krem, bentuk koloni bulat dengan tepian seperti wol.
• Sel berbentuk batang dan biasanya tetap, berukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0μm. Mereka biasanya berbentuk batang panjang tapi kadang-kadang hampir bulat, biasanya bentuk rantai yang pendek,
• Termasuk bakteri gram positif, tidak motil, oksidase positif, katalase negatif, metil red positif, optimum pada suhu 30-370C dan tumbuh baik pada NaCl 3-7%.
b. Manfaat
• Bakteri Lactobacillus bulgaricus Dimanfaatkan untuk proses pembuatan susu yogurt
B. Bakteri Merugikan
1. Xanthomonas campestris
a. Ciri-ciri
Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae dye. berbentuk batang pendek m, di ujungnya mempunyai satu flagela polar berukuran (1-2) x (0,8-1) m dan berfungsi sebagai alat bergerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob, gram negatif dan tidak membentuk spora. Di atas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin
b. Kerugian
Bakteri Xanthomonas campestris penyebab penyakit hawar daun bakteri khususnya pada tanaman padi
2. Pseudomonas solanacearum
a. Ciri-ciri
Pseudomonas solanacearum merupakan bakteri hidrokarbonoklastikyang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Terangkut oleh air , melalui tanah dan alat-alat pertanian yang digunakan serta bibit yang di gunakan bila mengandung penyakit dapat juga menular kannya. Menginfeksi bagian-bagian tanaman yang utuh yang berada dalam tanah dan proses infeksinya akan lebih cepat terutama pada bagian-bagian tanaman yang terluka. Bakteri Pseudomonas solanacearum merupakan penghuni tanah tetap (Soil inhabitat) atau lingkungan air tawar dan air laut. Menginfeksi bagian tanaman yang utuh terlebih pada bagian yang luka akibat serangan nematode.
b. Kerugian
Bakteri Pseudomonas solanacearum menyebabkan penyakit layu bakteri pada tanaman tomat.
3. Pseudomonas cattleyae
a. Ciri-ciri
Termasuk dalam bakteri Gram-negatif. Batang pendek bergerak dan stasioner dari 1 sampai 3 mikron panjang dan ekstrem bulat. Bakteri aerobik, tidak membentuk spora dan menghasilkan asam tetapi bukan gas dalam glukosa, levulosa, sukrosa, manitol dan dulcitol. Pertumbuhan in vitro diperoleh pada 10-45 oC.
b. Kerugian
Bakteri ini menyebabkan bercak cokelat pada tanaman anggrek
III. KESIMPULAN
Bakteri tidak berklorofil dan hidupnya bebas atau sebagai parasit / pathogen.Bakteri di lingkungan ekstrim dinding sel tidak mengandung peptidoglikan. Terdapat bakteri yang menguntungkan dan merugikan. Rhizobium leguminosarum,Azetobacter chlorococcum, Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri menguntungkan. Xanthomonas campestris, Pseudomonas solanacearum merupakan bakteri yang merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.
Pelczar, M dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta.
Insaniyah, Siti A. 2009. Laporan Praktikum Mikrobiologi Media Biakan Bakteri. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UIN Bandung
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti
Posted by Adib Fauzan at 9/24/2014 02:02:00 AM
http://adibfauzanh0712004.blogspot.com/2014/09/makalah-mikrobiologi-bakteri.html
Sunday, September 7, 2014
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN PENGARUH PEMANASAN TERHADAP MIKROBA
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN
ACARA III
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP MIKROBA
KELOMPOK 1
Penanggung jawab:
Fika Puspita (A1M012001)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi
serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga
bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh
faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang
berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. Faktor
temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan dan
kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap
temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia
digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia
termofil (Suharni, 2009)
Bakteri termasuk jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan
hidup. Bakteri merupakan mikroba yang mengalami pertumbuhan yang cepat ditandai dengan
pertumbuhan dengan membentuk semacam koloni. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak
sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam
atau berhari-hari
Dari sudut yang berbeda Mikroorganisme banyak yang bermanfaat dan banyak pula yang
merusak dan membahayakan manusia, termasuk dalam dunia pertanian. Hal ini tampak pada
kemampuannya untuk membantu tumbuhan, menginfeksi tumbuhan sampai dengan
mikroorganisme penghasil racun. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur untuk
mengendalikannya agar yang bermanfaat dapat lebih menguntungkan dan yang merusak tidak
merugikan manusia.
Salah satu upaya untuk mencegah pertumbuhan bakteri khususnya pada bahan pangan
adalah dengan metode pemanasan, Pemanasan yang digunakan untuk membunuh spora pada
bakteri , namun tergantung juga pada bakteri dan ketahanan nya pada temperature yang berbeda
- beda. Untuk itu praktikum pengaruh pemanasan terhadap mikroba ini perlu dilakukan.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanasan (suhu tinggi) terhadap
kematian mikroba.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroba (Bakteri)
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang
antara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus. Bakteri
berkembang biak secara aseksual yaitu dengan pembelahan
diri menjadi dua (binary fission) dan secara konyugasi. Sel-sel
akan memanjang dan apabila sudah mencapai dua kali ukuran
normal akan membelah di bagian tengah menjadi dua sel yang
selanjutnya akan mengalami pembelahan. Seksual yaitu
pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran
materi genetik disebut rekomendasi genetik atau rekomendasi
DNA. Rekombinasi genetik menghasilkan dua sel bakteri yang
masing-masing memiliki kombinasi materi genetik dari dua sel
induk. Rekombinasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
Transformasi, Transduksi dan Konyugasi
Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik
bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang
lainnya Streptococcus pneumonia; Neiseeria gonorrhoeae;
Bacillus dan Rhizobium.
Transduksi adalah pemindahan sedikit materi genetik satu sel
bakteri ke bakteri lainnya dengan perantara organisme lainnya
yaitu bacteriophage.
Konyugasi : terjadi penggabungan gen antara dua sel. Sel
bakteri mempunyai plasmid yang membawa gen disebut faktor
sek, memberikan gen tersebut kepada sel yang tidak
mempunyai faktor sek. Faktor sek tersebut diberikan melalui
jembatan sitoplasma yang terbentuk diantara dua sel.
Jembatan sitoplasma yang menghubungkan dua sel itu
disebut pili sek. Jenis kelamin bakteri tidak dapat ditentukan,
hanya saja bakteri yang memberikan DNA disebut jantan dan
sebaliknya bakteri penerima DNA disebut betina.
Pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba umumnya sangat tergantung dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor
lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi
dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan
nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor
lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya.
Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba.
Pertumbuhan didefiniskkan sebagai penambahan jumlah
sel atau biomassa yang berurutan dan teratur seiring dengan
waktu. Pertumbuhan meliputi jumlah sel, berat kering,
kandungan protein, kandungan asam nukleat, dan sebagainya.
Nutrisi yang tersedia untuk kultivasi mikroba harus di dukung
oleh kondisi fisik yang menghasilkan pertumbuhan optimum.
Proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan
karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola
pertumbuhan bakteri tentunya juga dipengaruhi oleh suhu.
Selain itu suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan
jumlah total pertumbuhan organisme (Pelczar & Chan, 1986).
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH
dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985). Kemampuan
mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan
suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
sangat penting di dalam mengendalikan mikroba.
Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba yaitu diantaranya :
1. Air
Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya.
Air berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan
alat pengangkut zat gizi ke dalam sel atau hasil metabolit ke
luar sel. Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk
cair dan apabila air tersebut mengalami kristalisasi dan
membentuk es atau terikat secara kimiawi dalam larutan gula
atau garam, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh
mikroorganisme. Pengaruh air terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dinyatakan sebagai aktivitas air (Aw), yaitu
jumlah air bebas yang tersedia dan dapat digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan makanan. Jenis
mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang
berbeda untuk pertumbuhannya.
Kebanyakan bakteri dapat hidup pada Aw >0.90,
sedangkan kebanyakan kapang dan khamir berturut-turut
dapat hidup pada Aw >0.70 dan Aw >0.80. Pada Aw yang
rendah, mikroorganisme akan mati karena sel-sel di
mikroorganisme akan berdifusi ke luar sebagai akibat
terjadinya proses kesetimbangan osmotik. Dengan kata lain,
selama konsentrasi solut di luar sel lebih besar dibanding di
dalam sel, maka migrasi air akan terjadi untuk
menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air dari dalam sel
menyebabkan sel mati disebabkan oleh dehidrasi.
2. Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya,
memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan
pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan
sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah
kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan
mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk
mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba
agar pertumbuhannya terkendali.
3. Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam
mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan
pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,
yaitu : a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di
bawahnya maka pertumbuhan terhenti. b. Suhu optimum yaitu
suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum. (Disebut juga suhu inkubasi). c. Suhu maksimum
yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhan
tidak terjadi.
Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas, maka mikrobadigolongkan menjadi :
Tabel 1 : Penggolongan bakteri menurut suhu
Kelompok Suhu Minimum Suhu Optimum Suhu Maksimum
Psikrofil - 15o C. 10o C. 20o C.
Psikrotrof - 1o C. 25o C. 35o C.
Mesofil 5 – 10o C. 30 – 37o C. 40o C.
Thermofil 40o C. 45 – 55o C. 60 – 80o C.
Thermotrof 15o C. 42 – 46o C. 50o C.
Berdasarkan ketahanan panas mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu : a. Peka
terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC selama 10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari
100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-30o C dengan
suhu optimum sekitar 15oC. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya,
mempunyai suhu minimum 15oC suhu optimum 25-37oC dan suhu maksimum 45-55oC.
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil.
Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik
didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak
terdenaturasi pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin
dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi.
Kelompok ini mempunyai suhu minimum 40o C, optimum pada suhu 55-60o C dan
suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75oC. Untuk mikroba yang tidak tumbuh
dibawah suhu 30oC dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 60oC,
dikelompokkan ke dalam mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat
tumbuh dibawah suhu 30oC, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri
yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang
dapat hidup diatas 50oC (termotoleran). Contoh bakteri termotoleran adalah
Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium,
Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di laut (fototrof)
dan bakteri besi (Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
4. Kelembaban Air
Kelembaban sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya
dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh
baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang
kering. Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur
dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam
larutan merupakan nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air
murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk bakteri
pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik mendekati 0,75.
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama
seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, kamidiospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuaan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti.
Pengeringan secara perlahan menyebabkan kerusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan
pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
5. Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum yang
berbeda-beda. Faktor kimia yaitu pH, setiap jenis bakteri mempunyai pH lingkungan yang optimal
(Neutrofil 6.0-8.0), minimal (Asidofil 2.0-5.0), dan maksimal (Alkalofil, 8.4-9.5) dalam kegiatan
fisiologisnya. Kegiatan fisiologis bakteri berguna dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
melakukan proses biokimia yang berkelanjutan. Dimana proses ini dikatalisi oleh enzim-enzim.
Kemudian adanya zat kimia, dapat berupa desinfektan dan antiseptik, seperti garam-garam logam,
fenol, formaldehid, alkohol, yodium, zat-zat warna, detergen/sabun, dan antibiotik.
6. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan
oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi :
a. Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
b. Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
c. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
d. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
7. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan osmose
lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan
rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada
tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan
tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
8. Faktor kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang keluar
masuk sel mikroorganisme menjadi kacau. Oksidasi, beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi
unsur sel tertentu sehingga fungsi unsur terganggu. Misal, mengoksidasi suatu enzim. Terjadinya
ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa enzim. Sehigga fungsi
enzim terganngu. Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic
acid di dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur
sel hingga hancur. Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:
Logam-logam berat
Klor dan senyawa klor
Fenol dan senyawa-senyawa sejenis
Zulfonomida
Alkohol
Detergen
Aldehit
Zat pewarna
Yodium
Peroksida
9. Pengaruh mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme lain. Seperti
halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme di
alam ini berada dalam suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis. Kehidupan
bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini
disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor
biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup,
yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam
bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri
atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang
dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya
(Hadioetomo, 1993).
Eschericia coli
Bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya atau yang disebut pula dengan generasi dalam
waktu 15 hingga 20 menit saja. dalam waktu tersebut bakteri ini mampu menggandakan tubuhnya
menjadi dua kali lipat. Dalam bagan geometrik eksponensiall, tercatat dalam waktu 10 jam saja
satu sel bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya dan berkembang menjadi lebih dari 1 triliun
sel.Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005:169).
Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media,
derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini
tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan
bakteri ini adalah antara 80C-460C, tetapi suhu optimumnya adalah 370C. Oleh karena itu, bakteri
tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978:82).
Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan Bacteri endemik (Dalam
epidemiologi , suatu infeksi dikatakan endemik dalam populasi
ketika infeksi dipertahankan dalam populasi tanpa input dari
luar) , bakteri terestial, Gram-positif , berbentuk batang , beta
hemolitik bakteri, bersifat aerobik, dan mampu membentuk
spora yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun
produk pangan (Tay, et al., 1982). Bacillussp termasuk kedalam
family Bacillaceae. Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap
panas dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan
mampu membentuk kecambah dalam larutan yang
mengandung NaOH dan HCL (Vecci dan Drago,
2006). Bakteri Bacillus cereus memiliki nilai waktu generasi
dan konstanta laju pertumbuhan sebesar 18 menit dan 2,27
jam (Dwipayana dan Ariesyady, 2009)
Apabila Memasak di suhu kurang dari atau sama dengan 100 ° C (212 ° F)memungkinkan
beberapa B. spora cereus untuk bertahan hidup. Masalah ini diperparah ketika makanan itu tidak
benar didinginkan , yang memungkinkan endospores untuk berkecambah. makanan dimasak
tidak dimaksudkan untuk dipakai sendiri atau pendinginan yang cepat dan pendinginan harus
disimpan pada suhu di atas60 ° C (140 ° F). Perkecambahan dan pertumbuhan umumnya terjadi
antara 10-50 ° C (50-122 ° F).
III. METODE
Bahan
Biakkan Eschericia coli dan Bacillus cereus
Medium NA
Akuades
NaCl 0,85%
Alat
Tabung Reaksi
Penangas Air
Petridish
Pipet steril
Prosedur kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Mikroba WaktuPemanasan
Jumlah Mikroba
Suhu 50⁰C Suhu 70⁰C
24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam
10⁻⁴ 10⁻⁵ 10⁻⁴ 10⁻⁵ 10⁻⁴ 10⁻⁵ 10⁻⁴ 10⁻⁵
E.coli 0 menit 25 2 188 10 25 2 188 10
10 menit 17 0 21 0 286 137 672 340
20 menit 65 8 94 23 1092 820 1348 1208
30 menit 184 3 204 7 188 335 168 286
B.cereus 0 menit 672 544 748 580 672 544 748 580
10 menit 62 1 72 3 1692 1514 1860 1848
20 menit 357 41 391 51 392 252 472 364
30 menit 710 178 1780 183 1036 267 967 2700
Gambar 1. Grafik pemanasan E.coli yang diinkubasi selama 24 jam
Gambar 2. Grafik pemanasan E.coli yang diinkubasi selama 48 jam
Gambar 3. Grafik pemanasan B.cereus yang diinkubasi selama 24 jam
Gambar 4. Grafik pemanasan B.cereus yang diinkubasi selama 48 jam
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan 16 tabung reaksi yang diisi dengan
bakteriE.coli dan B.cereus. Masing-masing tabung mendapat perlakuan yang berbeda. 4 tabung
yang berisi E.coli dipanaskan pada suhu 50oC dengan lama pemanasan 0, 10,20, dan 30 menit. 4
tabung yang juga berisi E.coli dipanaskan pada suhu 70oC dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan
30 menit. Sedangkan 4 tabung yang berisi B.cereusdipanaskan pada suhu 50oC dengan lama
pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit. Dan 4 tabung yang juga berisi B.cereus dipanaskan pada suhu
70oC dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit.
Pada umumnya semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri, resistensi terhadap pemanasan
semakin tinggi. Dari hasil pengamatan di waktu 24 jam inkubasi, diperoleh data bahwa
untuk E.coli pada pemanasan suhu 50oC mengalami kenaikan jumlahnya saat dipanaskan waktu
0, 20 dan 30 menit di pengenceran 10-4 yaitu 25, 65, 184 cfu/g dan sempat turun dari 25 cfu/g ke
17 cfu/g saat dipanaskan 10 menit. Untuk pengenceran 10-5 pertumbuhan mikroba tidak tetap,
pemanasan 0-10 menit menurunkan jumlah mikroba dari 2 ke 0 cfu/g. dari pemanasan 10-20
menit teradi peningkatan tumbuh dari 0 ke 8 cfu/g. dan kemudian di pemanasan 30 menit turun
lagi menjadi 3 cfu/g. Untuk E. coli dengan suhu pemanasan 70oC di waktu pemanasan 0, 10, 20
menit baik dengan pegenceran 10-4 dan 10-5 terjadi keseragaman peningkatan pertumbuhan yaitu
berturut turut 25, 286, 1092 cfu/g , dan 2, 137, 820cfu/g, sedangkan di pemanasan 30 menit sama
sama terjadi penurunan di pengenceran 10-4 adalah 188 cfu/g, dan di pengenceran 10-5 adalah
335 cfu/g. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan saat memasukkan koloni mikroba ke cawan petri
terjadi kontaminasi dari luar, sehingga mikroba yang seharusnya semakin lama waktu
pemanasannya semakin sedikit, justru terjadi ketidakstabilan pertumbuhan, sehingga ada yang
menurun dan ada juga yang meningkat seiring lama waktu pemanasan.
Untuk inkubasi 24 jam terhadap bakteri B. cereus di suhu pemanasan 50o C untuk
pengenceran 10-4 dan 10-5 di waktu 0 sampai 10 menit terjadi penurunan jumlah koloni yakni dari
672 ke 62 cfu/g, dan dari 544 ke 1 cfu/g. Sedangkan di pemanasan 20 sampai 30 menit teradi
kenaikan pertumbuhan dari 357 ke 710 cfu/g, dan dari 41 ke 178 cfu/g. Untuk yang pemanasan di
suhu 70o C di pengenceran 10-4dan 10-5 dengan waktu 0 ke 10 justru mengalami peningkatan yaitu
dari 672 ke 1692cfu/g dan dari 544 ke 1514 cfu/g, lalu di waktu 20 ke 30 menit untuk pengenceran
10-4mengalami kenaikan dari 392 ke 1036 cfu/g, sama halnya di pengnceran 10-5kenaikan pun
terjadi namun tidak signifikan yaitu 252 ke 267 cfu/g.
Selanjutnya adalah pengamatan kami di hari kedua, dengan inkubasi selama 48 jam,
untuk E. coli di suhu 50o C untuk pengenceran 10-4 di waktu 0 menit terdapat 188 cfu/g, 20 menit
terdapat 21 cfu/g mikroba, 30 menit terdapat 94 cfu/gmikroba, dan 30 menit pemanasan terdapat
204 cfu/g mikroba. Sedangkan, di pengenceran 10-5 dari 0 ke 10 menit terjadi penurunan tumbuh
mikroba dari 10 ke 0cfu/g, dan meningkat lagi di 20 menit sebanyak 23 cfu/g, lalu turun lagi di 30
menit yaitu 7 cfu/g. Di suhu 70o C dengan pengenceran 10-4 dan 10-5 terjadi kenaikan pertumbuhan
mulai 0, 10 sampai 20 menit, yaitu 188 ke 672 ke 1348 cfu/g, lalu dari 10 ke 340 ke 1208 cfu/g.
namun di waktu pemanasan 30 menit sama sama terjadi penurunan tumbuh, untuk 10-4 sebanyak
168 cfu/g, dan untuk 10-5 adalah 286 cfu/g.
Untuk bakteri B. cereus inkubasi 48 jam. Di suhu 50o C Saat pengenceran 10-4di waktu 0
menit terdapat 748 cfu/g, 20 menit terdapat 72 cfu/g mikroba, 30 menit terdapat
391 cfu/g mikroba, dan 30 menit pemanasan terdapat 1780 cfu/g mikroba. Sedangkan, di
pengenceran 10-5 dari 0 ke 10 menit terjadi penurunan tumbuh mikroba dari 580 ke 3 cfu/g, dan
meningkat lagi di 20 menit sebanyak 51 cfu/g, lalu turun lagi di 30 menit yaitu 183 cfu/g. Di suhu
70o C dengan pengenceran 10-4 dan 10-5 terjadi kenaikan pertumbuhan mulai 0 ke 20 menit, yaitu
748 ke 1860 cfu/g, lalu dari 580 ke 1848 cfu/g. namun di waktu pemanasan 20 menit sama sama
terjadi penurunan tumbuh, untuk 10-4 sebanyak 472 cfu/g, dan untuk 10-5 adalah 364 cfu/g. dan di
suhu 30 menit terjadi kenaikan pertumbhan lagi. Untuk yang pengenceran 10-4 sebanyak
967 cfu/g, sedangkan pengenceran 10-5 sebanyak 2700 cfu/g.
Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 kita bisa melihat dengan jelas bahwa E. coli tumbuh
meningkat, ini memang sesuai pada pustaka bahwa Escherichia coli dapat tumbuh di medium
nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas
(Pelczar dan Chan, 2005:169). Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20
menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak
tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun.
Sedangkan di gambar 3 dan gambar 4 kita bisa melihat bahwa bakteri B. cereus tidak stabil
pertumbuhannya, B. cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35 – 40oC,
sumber lain juga mengatakan bacillus adalah bakteri termotoleran, sehingga ia dapat bertahan
hidup di suhu 50oC.
Untuk data dari praktikum ini adalah asli dari praktikan, grafik yang naik turun juga diduga
adalah terjadinya kontaminasi saat praktikan memasukkan stater bakteri dari pengenceran
menuju cawan petri.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat hasil praktikum dan dari Gambar 1, gambar 2, gambar 3, dan gambar 4
dapat disimpulkan bahwa untuk E. coli semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri, maka resistensi
terhadap pemanasan semakin tinggi, karena E. coli tahan terhadap suhu ekstrim, sedangkan
untuk B. cereus tidak stabil pertumbuhannya, B.cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan
berkisar antara 35 – 40o C, sumber lain juga mengatakan bacillus adalah bakteri termotoleran,
sehingga ia dapat bertahan hidup di suhu 50o C.
B. Saran
1. Seharusnya foto dikoordinir
2. Alat yang sudah dipakai langsung dicuci sendiri sehingga tidak merepotkan orang yang ingin
menggunakan
3. Saat pengamatan seharusnya dihitung secara teliti agar data yang didapatkan valid.
DAFTAR PUSTAKA.
Buckle, K. A, 1985, Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Drago I, Mombelli B, De Vecchi E, Fassina MC, Tocalli L, Gismondo MR. 2002. In vitro antimicrobial activity of propolis dry extract. J Chemotherapy.
Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwipayana dan Ariesyady, H.D. 2009. Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge by Conventional Microbiological Technique. Environmental Enggineering Study Program. Bandung Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi, Gramedia, Jakarta
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya.
Posted by Fika Puspita at 11:09:00 AM
http://fikapuspita.blogspot.com/2014/09/laporan-praktikum-mikrobiologi-pangan.html
KAMIS, 19 JANUARI 2012
ASPEK MIKROBIOLOGI PANGANASPEK MIKROBIOLOGI PANGAN
Mikroorganisme tersebar luas di alam dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril, tetapi umumnya tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Pengawetan pangan merupakan usaha untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan.
Untuk dapat tumbuh dan berfungsi secara normal, mikroorganisme membutuhkan sumber energi, sumber nitrogen, vitamin, mineral dan faktor pertumbuhan lainnya. Komponen-komponen tersebut diperoleh mikroba dari bahan pangan, sehingga makanan menjadi rusak. Untuk pertumbuhannya, kapang mempunyai kebutuhan zat gizi yang paling minimal, diikuti dengan khamir, kemudian bakteri gram negatif, sedangkan bakteri gram positif mempunyai kebutuhan zat gizi yang paling lengkap. Disamping komponen zat gizi yang diperlukan tersebut,
kondisi lingkungan yang sesuai, seperti keberadaan air bebas (aktivitas air), pH, oksigen, dan suhu juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
Apabila kondisi lingkungan tidak sesuai, maka mikroba pun tidak dapat hidup. Di dalam proses pasteurisasi atau sterilisasi, tujuan utama yang diinginkan adalah untuk membunuh mikroba yang tidak diinginkan, terutama mikroba pembusuk dan patogen. Agar proses pemanasan dapat menjamin mikroba
target dibunuh, maka perlu pengetahuan tentang sifat-sifat mikroorganisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Mikroba yang berbeda akan tumbuh di dalam produk pangan yang berbeda dari tingkat keasaman, kandungan air, atau komposisi zat gizinya. Karena mikroba mempunyai toleransi yang berbeda terhadap keberadaan oksigen, maka terdapat mikroba yang dapat tumbuh pada produk pangan yang dikemas dalam kondisi vakum (anaerobik) atau terdapat oksigen (aerobik). Ketahanan panas mikroba pun berbeda-beda, sehingga kebutuhan suhu dan waktu pemanasan untuk membunuhnya akan berbeda untuk jenis mikroba yang berbeda.
Keberadaan mikroorganisme pembusuk atau patogen dalam makanan kaleng tidak diinginkan, sehingga pembunuhan atau inaktivasi mikroorganisme menjadi target utama dalam proses pasteurisasi atau sterilisasi. Oleh karena itu, menjadi sangat penting memahami jenis dan karakteristik mikroba, terutama dari kelompok mikroba penyebab kebusukan dan patogen yang berpotensi tumbuh dalam makanan kaleng. Dalam pengolahan pangan, biasanya jenis mikroba yang menjadi perhatian utama adalah kelompok kapang, khamir dan bakteri.
Kerusakan makanan kaleng dapat disebabkan oleh mikroba pembusuk atau mikroba patogen. Kerusakan makanan kaleng yang diawetkan dengan pemanasan dapat disebabkan oleh adanya sisa mikroorganisme yang masih bertahan hidup setelah proses pemanasan, atau karena masuknya mikroba dari luar melalui bagian kaleng yang bocor setelah proses pemanasan. Penyebab yang pertama menunjukkan bahwa makanan kaleng tersebut tidak cukup proses pemanasannya (under process).
Jenis mikroba yang mengkontaminasi produk yang mengalami under process lebih mudah ditentukan berdasarkan pada informasi kondisi proses termal yang dilakukan dan jenis produk pangan yang diproses, karena mikroba memiliki sifat ketahanan panas dan aktivitas biologis tertentu. Sedangkan kerusakan makanan kaleng yang disebabkan oleh kebocoran kaleng sulit ditentukan disebabkan mikroba yang mengkontaminasi dapat bervariasi. jenis-jenis mikroba yang penting dalam makanan kaleng serta kerusakan-kerusakan pada makanan kaleng atau produk yang diproses dengan panas yang disebabkan oleh mikroba. Struktur dan karakteristik dari mikroba (kapang, khamir dan bakteri) tidak menjadi pembahasan utama dari Topik ini. Bagi yang menginginkan informasi yang lebih lengkap tentang hal tersebut dapat merujuk pada buku-buku mikrobiologi pangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh lingkungannya. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah air, oksigen, suhu dan nilai pH (keasaman).
Air
Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat gizi ke dalam sel atau hasil metabolit ke luar sel. Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk cair dan apabila air tersebut mengalami kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara kimiawi dalam larutan gula atau garam, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme.
Pengaruh air terhadap pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan sebagai aktivitas air (Aw), yaitu jumlah air bebas yang tersedia dan dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan makanan. Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda untuk pertumbuhannya. Kebanyakan bakteri dapat hidup pada Aw>0.90, sedangkan kebanyakan kapang dan khamir berturut-turut dapat hidup pada Aw>0.70 dan Aw> 0.80. Pada Aw yang rendah, mikroorganisme akan mati karena sel-sel di mikroorganisme akan berdifusi ke luar sebagai akibat terjadinya proses kesetimbangan osmotik. Dengan kata lain, selama konsentrasi solut di luar sel lebih besar dibanding di dalam sel, maka migrasi air akan terjadi untuk menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air dari dalam sel menyebabkan sel mati disebabkan oleh dehidrasi.
Oksigen
Beberapa mikroorganisme memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, yang disebut mikroorganisme aerobik. Contoh mikroorganisme aerobik adalahkapang. Untuk beberapa mikroorganisme lainnya, oksigen bersifat racun. Mikroorganisme ini dinamakan anaerob, seperti Clostridium botulinum. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kondisi tanpa dan dengan adanya oksigen. Kelompok ini disebut fakultatif anaerobik, contohnya Bacillus, kebanyakan khamir dan bakteri lainnya.
Suhu
Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan mikroorganisme. Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga grup, yaitu:
1. Psikrotropik: suhu optimum 14-20oC, tetapi dapat tumbuh lambat pada suhu refrigerator (4oC). Kelompok mikroorganisme ini yang penting pada makanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan strain non-proteolitik tipe B dan F.
2. Mesofilik: suhu optimum 30-37oC. Suhu ini merupakan suhu normal gudang. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh mikroorganisme kelompok ini. 3. Termofilik: suhu optimum kebanyakan termofilik pada suhu 45-60oC. Jika spora bakteri tidak dapat bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu 50oC, bakteri tersebut disebut obligat termofil. Jika tumbuh pada kisaran suhu 50-66oC atau pada suhu yang lebih rendah (38oC), bakteri ini disebut fakultatif termofilik. Beberapa obligat termofil dapat tumbuh pada suhu 77oC dan bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan(121oC selama 60 menit). Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama pertumbuhannya pada makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah Bacillus stearothermophilus
. Nilai pH
Setiap organisme mempunyai kisaran nilai pH dimana pertumbuhan masih memungkinkan dan masing-masing biasanya mempunyai pH optimum. Kebanyakan organisme tumbuh pada pH sekitar 7.0 (6.6-7.5), dan hanya beberapa yang dapat tumbuh di bawah pH 4.0. Bakteri mempunyai kisaran pH pertumbuhan lebih sempit dibandingkan dengan kapang dan khamir. Sebagai contoh, kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH di bawah 4.0 dan di atas 8.0, sedangkan kapang mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-11.0, khamir mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-8.5. Oleh karena itu, makanan yang mempunyai pH lebih rendah akan semakin awet karena semakin sedikit jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh.
Nilai pH atau keasaman makanan dipengaruhi oleh asam yang terdapat pada makanan tersebut. Ada di dalam makanan mungkin secara alamiah, seperti buah-buahan asam, atau terbentuk selama fermentasi, misalnya yoghurt, pikel, sayur asin, dan sebagainya. Nilai pH minimum untuk pertumbuhan mikroorganisme kadang kadang dipengaruhi oleh jenis asam yang terdapat dalam makanan tersebut. Sebagai contoh, beberapa Laktobasili dapat tumbuh pada pH yang lebih rendah jika asam yang terdapat pada makanan tersebut berupa asam asetat atau asam laktat.
Mikroba Penyebab Penyakit
Kebanyakan penyakit pada manusia, hewan dan tanaman disebabkan oleh mikroorganisme. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat disebabkan oleh mikroorganismenya sendiri atau oleh senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Hanya beberapa mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada manusia. Penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit dapat terjadi melalui manusia, hewan ataupun makanan. Mikroorganisme penyebab penyakit melalui makanan di antaranya adalah Salmonella, Listeria monocytogenes, Vibrio parahaemolyticus, Bacillus cereus, Escherchia coli, Campylobacter, Stapylococcus aureus, Clostridium perfringens, dan Clostridium botulinum. Mikroorganisme patogen yang berada pada makanan umumnya berasal dari tanah atau air. Sayuran yang dekat dengan tanah, seperti bayam dan daun daunan lain mengandung bakteri dan spora bakteri dalam jumlah banyak. Asparagus dan jamur selalu terkontaminasi dengan spora bakteri. Bakteri C. botulinum merupakan mikroorganisme yang sering menjadi target proses termal, terutama untuk produk pangan kelompok berasam
rendah. Bakteri ini sangat berbahaya, karena dapat memproduksi toksin yang mematikan, yaitu botulin (menyebabkan botulism) dan terdapat pada tanah atau air sehingga bahan pangan dengan mudah terkontaminasi. Botulin merupakan toksin yang sangat kuat, satu gram dapat membunuh 300 ribu orang. Toksinnya termasuk neurotoksin, yaitu menyerang sistem syaraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Tanda-tanda keracunan botulin adalah tenggorokan menjadi kaku, penglihatan ganda, otot kejang, serta dapat mengakibatkan kematian akibat penderita tidak bisa bernapas. Beberapa strain C. botulinum bersifat proteolitik dan menyebabkan putrefaktif, yaitu membentuk bau karena degradasi protein. Spora C. botulinum akan bergerminasi dengan baik pada pH di atas 4.8, sehingga dapat tumbuh baik pada produk pangan berasam rendah. Dalam prakteknya, nilai pH 4.6 digunakan sebagai batas pH pembeda antara makanan asam dan makanan asam rendah. Spora C. botulinum dapat ditemukan pada makanan asam dan asam rendah, akan tetapi pada makanan asam spora tersebut tidak dapat bergerminasi. Pemanasan sedang dapat membunuh bakteri non-pembentuk spora atau sel vegetatif pada makanan asam atau asam rendah. Pada makanan asam rendah, penggunaan panas harus cukup untuk membunuh spora C. botulinum, sehingga makanan ini harus dipanaskan dengan menggunakan tekanan. Bakteri C. botulinum merupakan kelompok bakteri mesofilik yang sangat penting dalam makanan kaleng. Hal ini karena kondisi makanan kaleng yang vakum sangat cocok bagi pertumbuhan bakteri C. Botulinum, karena sifatnya yang anaerobik (hidup baik pada kondisi tidak ada oksigen). Perhatian utama diberikan untuk makanan kaleng berasam rendah (pH>4.6) dan memiliki aktivitas air tinggi (aw> 0.9), karena C.botulinum tumbuh baik pada kondisi pH dan Aw tersebut. C. botulinum tumbuh baik pada suhu 30-37oC (kondisi penyimpanan ruang atau gudang), walaupun dapat tumbuh pada suhu 10 dan 38oC. Berdasarkan peraturan FDA, makanan dengan Aw lebih besar dari 0.85 dan pH lebih besar dari 4.6 dikelompokkan sebagai makanan berasam rendah, dan apabila akan dikalengkan (kondisi vakum tercapai) dan disimpan pada suhu ruang, maka produk pangan tersebut harus diproses dengan sterilisasi. Dalam hal proses sterilisasi tidak dapat diterapkan pada makanan berasam rendah, maka penghambatan C. botulinum dapat dilakukan dengan memanipulasi kondisi pH dengan proses pengasaman, penurunan aktivitas air atau penambahan garam. Germinasi spora C. botulinum dapat dihambat dengan proses pengasaman dimana pH produk pangan sehingga berada di bawah 4.6. Karena dalam makanan asam hanya sel vegetatif yang perlu dibunuh,maka penggunaan suhu seperti untuk mendidihkan air, atau pengemasan dalam keadaan panas (hot filling) dapat dilakukan. Germinasi spora C. botulinum dapat dihambat dengan menurunkan Aw di bawah 0.93. FDA mensyaratkan Aw<0.85 untuk mengeluarkan produk pangan dari kelompok berasam rendah. Apabila makanan yang Awnya diturunkan sampai pada Aw dimana spora tidak dapat bergerminasi, maka pemanasan hanya ditujukan untuk membunuh sel vegetatif. Penurunan Aw berguna bagi makanan yang kualitasnya sensitif terhadap pemanasan, misalnya keju oles, peanut butter, madu, sirup, jam, jelly dan produk coklat. Jika Aw makanan yang tidak mengandung daging diturunkan menjadi 0.85 atau lebih rendah, maka tidak memerlukan proses pemanasan yang digunakan untuk membunuh spora C. botulinum. Pada Aw yang rendah, bakteri akan mati karena sel-sel mikroorganisme akan berdifusi keluar sebagai akibat terjadinya proses kesetimbangan osmotik.
Penurunan Aw sampai 0.93dikombinasikan dengan pasteurisasi menghasilkan produk steril komersial. Akan tetapi praktek ini harus ditunjang oleh prosedur pengukuran Aw yang akurat. Selain itu, faktor kritis dalam pengaturan Aw sebagai salah satu metode pengawetan adalah ingredien yang digunakan untuk menurunkan Aw tersebut serta jumlahnya dalam produk akhir. Oleh karena itu, pengawasan harus dilakukan sejak persiapan produk dan pencapaian suhu yang diterapkan pada proses sterilisasi produk akhir. Selain itu, pengujian Aw contoh produk akhir harus dilakukan secara reguler untuk menjamin bahwa penurunan Aw telah mencapai nilai yang diinginkan. Germinasi spora C. botulinum dapat juga dihambat dengan penggunaan garam, terutama pada produk daging dan ikan kuring yang menggunakan garam nitrat/nitrit selain NaCl. Proses penggaraman adalah untuk meningkatkan konsentrasi solut di luar sel sehingga lebih besar dibanding di dalam sel. Adanya konsentrasi solut yang lebih tinggi di luar sel mengakibatkan migrasi air dari dalam sel untuk menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air dari dalam sel menyebabkan sel bakteri mati disebabkan oleh dehidrasi. Beberapa strain C. botulinum mampu tumbuh pada kadar garam 7%, akan tetapi strain ini terhambat pada kadar garam 10% yang setara dengan aw 0.93. Walaupun dapat tumbuh pada kadar garam 7%, tetapi C. botulinum tidak memproduksi toksin.
Mikroba Penyebab Kebusukan Makanan Kaleng
Kebusukan makanan kaleng dapat disebabkan oleh kapang, khamir dan bakteri. Tanda-tanda kebusukan makanan kaleng oleh mikroorganisme dapat dilihat dari
(a) penampakan abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang luntur),(b) penampakan produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang;
(c) produk hancur dan pucat; dan
(d) keruh atau tanda-tanda abnormal lain pada produk cair. Dari ketiga jenis mikroba tersebut, bakteri merupakan penyebab kerusakan yang utama.
Kerusakan oleh kapang
Kapang mempunyai kisaran pH pertumbuhan yang luas, yaitu 1.5-11.0. Kebanyakan kapang dapat hidup pada aw> 0.70. Kebusukan makanan kaleng yang disebabkan oleh kapang sangat jarang terjadi, tetapi mungkin saja terjadi. Kebanyakan kapang tidak tahan panas sehingga adanya kapang pada makanan kaleng disebabkan oleh kurangnya pemanasan (under process) atau karena terjadi kontaminasi setelah proses. Kapang memerlukan oksigen untuk tumbuh sehingga pertumbuhan pada kaleng hanya mungkin terjadi apabila kaleng bocor. Kapang lebih tahan asam, sehingga kapang terutama membusukkan makanan asam, seperti buah-buahan asam dan minuman asam. Kapang
seperti Bysochamys fulva, Talaromyces flavus, Neosartorya fischeri dan lain-lain telah diketahui sebagai penyebab kebusukan minuman sari buah kaleng dan produk-produk yang mengandung buah. Spora kapang-kapang ini ternyata mampu bertahan pada pemanasan yang digunakan untuk mengawetkan produk tersebut. Spora kapang ini tahan terhadap pemanasan selama 1 menit pada 92oC dalam kondisi asam atau pada makanan yang diasamkan. Akan tetapi untuk mencapai konsistensi yang seperti ini, kapang tersebut memerlukan waktu untuk membentuk spora, sehingga sanitasi sehari-hari terhadap peralatan sangat penting untuk mencegah pertumbuhan kapang ini dan pembentukan sporanya. Pada umumnya kapang yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan panas tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Kerusakan oleh khamir
Khamir mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-8.5. Namun kebanyakan khamir lebih cocok tumbuh pada kondisi asam, yaitu pada pH 4-4.5, sehingga kerusakan oleh khamir lebih mungkin terjadi pada produk-produk asam. Kebanyakan khamir dapat hidup pada aw>0.80. Suhu lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 25-30oC dan suhu maksimum 35-47oC. Beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0oC atau lebih rendah. Khamir tumbuh baik pada kondisi aerobik, tetapi khamir fermentatif dapat tumbuh secara anaerobik meskipun lambat. Khamir hanya sedikit resisten terhadap pemanasan, dimana kebanyakan khamir dapat terbunuh pada suhu 77oC. Oleh karena itu, khamir dapat dengan mudah dibunuh dengan suhu pasteurisasi. Jika makanan kaleng busuk karena pertumbuhan khamir, maka dapat diduga pemanasan makanan tersebut tidak cukup atau kaleng telah bocor. Pada umumnya kebusukan karena khamir disertai dengan pembentukan alkohol dan gas CO2 yang menyebabkan kaleng menjadi kembung. Khamir dapat membusukkan buah kaleng, jam dan jelly serta dapat menggembungkan kaleng karena produksi CO2. Seperti halnya kapang, khamir yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan pemanasan tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Kerusakan oleh bakteri
Kebanyakan bakteri dapat hidup pada aw>0.90, sehingga kerusakan oleh bakteri terutama terjadi pada produk-produk yang berkadar air tinggi. Beberapa bakteri memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, yang disebut bakteri aerobik. Untuk beberapa bakteri lainnya, oksigen bersifat racun. Bakteri ini dinamakan anaerob. Contoh bakteri yang bersifat anaerobik adalah Clostridium. Ada juga bakteri yang dapat tumbuh pada kondisi tanpa dan dengan adanya oksigen. Kelompok ini disebut fakultatif anaerobik, contohnya Bacillus.
jenis bakteri pembentuk spora yang dapat menyebabkan kerusakan makanan berdasarkan suhu pertumbuhan dan tingkat keasaman bahan pangan.
Tingkat Keasamanan Pangan Kelompok bakteri Asam (3.7<pH<4.5 Asam Rendah (pH≥4.5)
Termofilik (35-55oC) B. coagulans S thermophilus C. thermosaccharolyticum C. nigrificans B. stearothermophilus Mesofilik (10-40oC) L. bulgaricus C. butyricum C.pasteurianum B. mascerans C. botulinum (A dan B) C. sporogenes C.licheniformis B.subtilis Psikrofilik (<5 – 35oC) B. polymixa Pseudomonas Micrococcus C. botulinum E S. aureus Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan bakteri. Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, bakteri dapat dibedakan atas tiga grup, yaitu:
1.Psikrotropik: suhu optimum 14-20oC, tetapi dapat tumbuh lambat pada suhu refrigerator (4oC). Kelompok bakteri psikotropik yang penting pada makanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan strain non-proteolitik tipe B dan F.
2. Mesofilik: suhu optimum 30-37oC. Suhu ini merupakan suhu normal gudang. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh mikroorganisme kelompok ini.
3.Termofilik: suhu optimum kebanyakan termofilik adalah 45-60oC. Jika spora bakteri tidak dapat bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu 50oC, bakteri tersebut disebut obligat termofil. Jika tumbuh pada kisaran suhu 50-66oC atau pada suhu yang lebih rendah (38oC),bakteri ini disebut fakultatif termofilik. Beberapa obligat termofil dapat tumbuh pada suhu 77oC dan bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan (121oC selama 60 menit). Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama pertumbuhannya pada makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah Bacillus stearothermo-philus.
Pertumbuhan bakteri ditentukan oleh kondisi pH lingkungannya. Bakteri mempunyai kisaran pH pertumbuhan lebih sempit dibandingkan dengan kapang dan khamir, yaitu antara 4.0 8.0. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH di bawah 4.0 dan di atas 8.0. Makanan yang mempunyai pH <4.0 akan semakin awet karena praktis bakteri tidak dapat tumbuh. Nilai pH atau keasaman makanan dipengaruhi oleh asam yang terdapat pada makanan tersebut. Keasaman ada di dalam makanan dapat terjadi secara alamiah, misalnya pada buah-buahan asam; atau terbentuk selama fermentasi, misalnya yoghurt, pikel, sayur asin, dan sebagainya. Nilai pH minimum untuk pertumbuhan mikroorganisme kadang-kadang dipengaruhi oleh jenis asam yang terdapat dalam makanan tersebut. Sebagai contoh, beberapa Laktobasili dapat tumbuh pada pH yang lebih rendah jika asam yang terdapat pada makanan tersebut berupa asam asetat atau asam laktat. Bakteri dapat berbentuk sel vegetatif atau sel sporanya. Pada umumnya sel vegetatif bakteri lebih sensitif terhadap panas dibanding sel sporanya, sehingga sel vegetatif bakteri lebih mudah dihancurkan dibandingkan sel sporanya. Sel vegetatif bakteri dapat dihancurkan dengan proses pasteurisasi, sedangkan sel spora umumnya dapat dihancurkan dengan proses sterilisasi. Pembentukan spora bakteri adalah salah satu tahap istirahat dalam siklus kehidupan bakteri. Spora bakteri adalah struktur tahan terhadap keadaan lingkungan yang ekstrim, misalnya keadaan kering, pemanasan, keadaan asam, dsb. Beberapa spora bakteri tahan pada suhu air mendidih (100oC) selama 16jam. Spora yang tahan panas juga tahan terhadap perlakuan kimia. Beberapa spora bakteri tahan lebih dari tiga jam dalam larutan disinfektan yang biasa digunakan di industri pangan.
Bakteri yang tidak membentuk spora atau sel vegetatif dengan mudah dapat diinakti-asi dengan sanitiser. Kebanyakan bakteri yang tumbuh pada makanan kaleng akan membentuk gas, kecuali bakteri non-pembentuk spora penyebab flat-sour (busuk asam, tanpa memproduksi gas). Indikator yang jelas kebusukan makanan kaleng adalah kembungnya kaleng pada satu sisi atau kedua sisi.
Hal ini merupakan petunjuk bahwa makanan tersebut telah mengalami kebusukan karena pertumbuhan bakteri pembentuk gas. Penampakan dan bau makanan juga merupakan petunjuk kebusukan. Jika produk hancur atau sirup atau larutan garam yang seharusnya bening telah menjadi keruh, keadaan ini merupakan petunjuk telah terjadi kebusukan. Jenis-jenis bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan makanan kaleng adalah sebagai berikut:
(1) Bakteri termofilik
Bakteri termofilik, seperti Bacillus stearothermophilus menyebabkan busuk asam (flat sour) pada makanan kaleng berasam rendah dan B. coagulans pada makanan kaleng asam. Bakteri termofil lainnya, yaitu Clostridium thermosaccharolyticum menyebabkan penggembungan kaleng karena memproduksi CO2 dan H2. Kebusukan sulfida disebabkan oleh Clostridium nigridicans.
Pada umumnya semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri, resistensi terhadap pemanasan semakin tinggi. Dengan demikian bakteri termofil lebih resisten terhadap pemanasan dari pada bakteri mesofil. Pemanasan yang digunakan untuk membunuh spora mesofil mungkin saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya kebusukan oleh spora termofil, kecuali jika makanan tersebut disimpan pada suhu di bawah termofil. Untuk produk produk makanan, seperti kacang polong, jagung, makanan bayi dan daging yang beresiko busuk karena termofil, para pengolah makanan harus ekstra hati-hati dalam mencegah terjadinya kebusukan karena germinasi dan pertumbuhan spora termofil. Bahan bahan yang digunakan seperti gula, tepung dan rempah-rempah harus terbebas dari spora termofil.
Bakteri termofil juga dapat tumbuh pada peralatan yang kontak langsung dengan makanan, sehingga makanan harus dipertahankan pada suhu 77oC atau lebih tinggi lagi untuk mencegah pertumbuhan termofil. Selain itu, produk harus segera didinginkan sampai suhu di bawah 41oC setelah sterilisasi dan menyimpan produk ini di bawah suhu 35oC. Bacillus stearothermophilus, B. thermoacidurans, dan C. thermosaccarolyticum merupakan anggota kelompok bakteri termofilik (50-55oC) yang lebih tahan panas dibanding C. botulinum. Dalam proses pengalengan, bakteri ini tidak menjadi target proses, karena suhu penyimpanan makanan kaleng umumnya di bawah suhu 30oC.
(2) Bakteri mesofilik pembentuk spora
Spesies Clostridium yang memfermentasi gula, misalnya C. Pasteurianum dan C. Butyricum
memproduksi asam butirat, CO2 dan H2 dan menyebabkan penggembungan kaleng. Bakteri ini dapat ditemukan pada makanan kaleng asam seperti tomat, nenas dan buah pir. Spesies yang lain, seperti C. sporogenes, C. putrefaciens dan C. botulinum menyebabkan kebusukan sulfida dan penggembungan kaleng. Bakteri ini dapat membusukkan makanan kaleng asam rendah, seperti jagung, daging, daging unggas dan ikan.
Resistensi spora Bacillus mesofil tidak sebesar spora termofilnya. B. subtilis, B.mesenteriicus, B. polymixa dan B. macerans telah dilaporkan tumbuh pada makanan kaleng asam rendah. Keberadaan bakteri ini pada makanan kaleng menunjukkan kurangnya proses pemanasan atau telah terjadi kebocoran kaleng.
(3) Bakteri non-pembentuk spora
Jika bakteri non-pembentuk spora ditemukan pada makanan kaleng, hal ini menunjukkan bahwa makanan tersebut diolah dengan pemanasan yang sangat ringan atau telah terjadi kebocoran kaleng. Bakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah mikrokoki dan bakteri asam laktat. Pada susu kental manis, pertumbuhan Micrococcus dapat menyebabkan susu menjadi lebih kental. Kebusukan makanan kaleng oleh bakteri dapat disebabkan oleh salah satu penyebab di bawah ini:
(a) Incipient spoilage
Makanan yang telah dimasukkan ke dalam kaleng sering kali dibiarkan
terlalu lama sebelum disterilisasi. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinyapertumbuhan bakteri yang terdapat pada makanan dan menyebabkan dimulainyakebusukan. Kehilangan vakum dapat menyebabkan tekanan yang tinggi padakaleng selama sterilisasi dan dapat menyebabkan kaleng kebocoran kaleng.
Beberapa kaleng bahkan dapat pecah selama sterilisasi.
(b) Kontaminasi setelah pengolahan
Kontaminasi setelah pengolahan terjadi karena adanya kebocoran kaleng yang disebabkan oleh penutupan yang kurang sempurna, kerusakan kaleng atau air pendingin yang terkontaminasi dalam jumlah besar. Berbagai jenis mikro organisme, tidak hanya yang tahan panas, dapat ditemukan dalam kaleng jika kaleng mengalami kebocoran.
(c) Kurang cukup pemanasan (under process)
Pemanasan untuk makanan kaleng seharusnya dapat membunuh semua mikroorganisme penyebab penyakit dan pembusuk. Pemanasan yang tidak cukup dapat disebabkan oleh:
(a) tidak diikutinya waktu atau suhu yang telah ditetapkanatau tidak ditentukannya suhu dan waktu pemanasan dengan baik; dan
(b) kerusakan mekanik atau kesalahan manusia.
(d) Kerusakan termofilik
Proses sterilisasi makanan kaleng umumnya tidak membunuh bakteri termofilik (lihat pembahasan di atas). Apabila proses pendinginan setelah proses sterilisasi terlalu lambat atau produk disimpan pada suhu penyimpanan di atas normal dimana bakteri termofilik dapat tumbuh, maka makanan kaleng dapat rusak oleh bakteri termofilik.
Diposkan oleh Vie Olive di 06.19
Selasa, 06 Desember 2011
Laporan MikroBiologi Modul II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan atau mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya pembiakan bakteri dan jamur dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan yang akan dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika sewaktu-waktu kita memerlukan bakteri dan jamur untuk suatu percobaan, maka bakteri dan jamur tersebut telah tersedia. Biakkan bakteri dan jamur tersebut dapat disimpan di dalam lemari es untuk waktu yang lama tanpa ada kerusakan.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Ratusan spesies mikroba menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran pencernaan dan kulit. Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme. Campuran mikroba tersebut dapat dipisahkan dengan tehnik isolasi. Isolasi mikroba berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran menjadi satu biakan murni (populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk) (Hadioetomo, 1985).
Medium adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat untuk menambahkan mikroba. Selain itu juga berguna untuk isolasi sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba dalam suatu bahan. Begitu tersedia kodisi yang memuaskan untuk kultivasi, maka reproduksi dan pertumbuhan
bakteri dapat diamati dan diukur, untuk menentukan pengaruh berbagai kondisi baik terhadap reproduksi dan pertumbuhan bakteri tersebut, dan untuk menentukan perubahan-perubahan apa saja yang dihasilkan oleh bakteri di dalam lingkngan tumbuhnya (Volk, 1988).Mikrobiologi adalah satu ilmu yang mempelajari kehidupan dan mikroba organisme hidup yang berukuran mikro atau sangat renik. Mikroorganisme ini sangaterat kaitannya denga kehidupan, baik yang bermanfaat atau merugikan makhluk hidup yang lainnya. Ada diantara mereka yang hidup dalam media agar yang dapat menyebabkan penyakit ataupun menguntungkan misalnya dalam proses pembutan anggur, keju, yogurt, produksi penisilin dan proses pembuangan limbah (Irianto, 2006). Untuk menelaah bakteri di laboratorium kita harus dapat menumbuhkan bakteri dalam biakan murni.Untuk melakukan hal itu, haruslah mengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkngan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Dalam pembuatan medium harus ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :
1. Mengandung semua zat yang mudah digunakan oleh mikroba.
2. Tidak mengandung zat penghambat pertmubuhan.
3. Mempunyai tekanan osmose dan tekanan muka.
4. Mempunyai derajat keasaman (pH) yang sesuai.
5. Dan dalam keadaan steril.
Medium dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Berdasarkan susunan kimianya, yaitu medium organic, medium anorganik, medium sintetik dan medium non sintetik.
2. Berdasarkan konsistensi medium yaitu medium cair, padat dan semi padat.
3. Berdasarkan fungsi yaitu diperkaya, spesifik, perhitungan penguji dan khusus.
Dalam pembuatan media agar ini, dilakukan dengan pembuatan Media agar OF, Media agar TS, Media agar MR, Media agar TSI, dan Media uji agar indole, yang telah disiapkan dan diseterilkan. Setelah disterilkan semua media tersebut didapatkan berbagai warna, seperti : Media agar OF berwarna hijau, Media agarTS berwarna kuning, Media agar MR berwarna kuning keruh, Media agar TSI kuning gelap, Media agar uji indole berwarna kuning bening. Tidak ada satupun perangkat kondisi yang memuaskan kultivasi semua bakteri di laboratorium. Bakteri amat beragam baik dalam persyaratan nutrisi maupun fisiknya. Beberapa bakteri mempunyai persyaratan nutrient yang sederhana, sedangkan yang lain mempunyai persyaratan yang rumit. Beberapa spesies tumbuh pada suhu serendah 0 0C, sedangkan yang lain tumbuh pada suhu 75 0C. Beberapa membutuhkan oksigen bebas,sedangkan yang lain dihambat oleh oksigen. Karena alasan ini, maka kondisi harus disesuaikan sedemikian sehingga menguntungkan bagi kelompok bakteri tertentu yang sedang ditelaah (Dwidjoseputro, 2005).
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum mikrobiologi kali ini yaitu :
a. Praktikan memahami bermacam-macam teknik sterilisasi.
b. Praktikan dapat mengoperasikan alat-alat sterilisasi.
c. Praktikan memahami mengenai bermacam-macam media.
d. Praktikan dapat membuat media.
e. Praktikan memahami bermacam-macam teknik pewarnaan.
f. Praktikan dapat melakukan gram dan pewarnaan spora.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum mikrobiologi kali ini yaitu :
1. Praktikan dapat mengetahui teknik sterilisasi dan alat-alat sterilisasi
2. Praktikan dapat mengetahui macam media dan membuat media
3. Praktikan dapat mengetahui teknik pewarnaan gram dan pewarnaan spora
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila
bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk non vegetatif (spora) (Hadioetomo, 1993).
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan (Pelczar, 1986).
Sterilisasi dalam mikrobiologi meruapakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup.Dalam hal ini adalah mikroorganisme yang terdapat pada suatu benda. Menurut Koesmadji (2002), tujuan utama yaitu mematikan, menyingkirkan atau mengahmbat pertumbuhan mikroorganisme adalah :
1. Untuk mencegah inflasi pada manusia, hewan dan tumbuhan.
2. Untuk mencegah makanan dan lain-lain menjadi rusak.
3. Untuk mencegah gangguan kontaminasi terhadap mikroorganisme.
4. Untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai
Sterilisasi adalah setiap proses kimia, fisika dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme (Madigan, 2010).Sterilisasi adalah metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jenis pada alat dan bahan yang digunakan pada pengujian mikrobiologi dan bakteri / virus dari lingkungan sekitar (Irianto ,2006).
Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, efek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyata yang sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya pada cuaca tertentu organisme kulit. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prisip dasar digaris bawahi pada umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba (Burdon, 1969).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Cara kerja sterilisasi adalah cara kerja agar terhindar dari kontaminasi, cara kerja steril ini digunakan pada pembuatan media, pemeriksaan kultur dan pembuatan preparat.Cara-cara sterilisasi adalah sebagai berikut :
Secara fisis pemanasan basah Secara mekanis dengan penyaringan Secara fisis pemanasan kering Secara kimia Teknik aseptik
2.2. Macam-macam Teknik Sterilisasi
Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu panas, penyaringan, radiasi, dan penambahan bahan kimia. Sedangkan sterilisasi dengan cara panas dapat dilakukan dengan panas basah, panas kering, pemanasan bertahap dan perebusan.
a. Pemanasan
Pemanasan basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Cara pemanasan basah dapat membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992).
Pemanasan kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992). Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).
Perebusan
Perebusan adalah pemanasan di dalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992). Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992).
b. Penyaringan
Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar. Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas misalnya serum, urea dan enzim (Lay dan Hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo, 1985).
c. Radiasi
Radiasi Ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi daripada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992).
Radiasi Sinar Ultra Violet
Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas yang mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992).
d. Penambahan bahan kimia
Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain :
1) Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80% karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
2) Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
3) Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein mikroorganisme.
4) Formaldehida 8% merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia.
5) Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan alkohol 70%. Menurut Koesmadji (2002), etil alkohol sangan efektif pada kadar 70% daripada 100% dan ini tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan alkohol dilakukan pada proses pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol 70% disemprotkan pada tangan praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet. Alkohol dapat menyingkirkan minyak, partikel debu, dan bakteri. Menurut Ali (2005), alkohol 70% dapat menyebabkan denaturasi protein dan koagulasi.
2.3. Alat-alat Sterilisasi
Macam macam alat sterilisasi yang biasa kita pakai di laboratorium mikrobiologi yaitu :
a. Autoklaf
Alat ini terdiri dari suatu tempat yang tahan terhadap tekanan tinggi yang dilengkapi dengan barometer termometer dan kleb. Cara menggunakan autoklaf isilah tempat air dengan air sampai angsang kemudian dimasukan alat atau bahan ke dalam otoklaf. Atur kran pengatur tempat keluar air ditutup sehingga tekanan uap di dalam autoklaf mencapai 2 atm dan suhu 121º dan biarkan sterilisasi berlangsung 15-30 menit. Untuk sediaan obat steril yang volumenya kurang dari 100 ml dilakukan sterilisasi 115º-116º selama 30 menit sedangkan untuk sediaan yang volumenya lebih dari 100 ml dilakukan sterilisasi dilakukan sampai seluruh isi berada dalam suhu 115º-116º dengan waktu 30 menit. Setelah sterilisasi selesai biarkan autoklaf sampai dingin sampai tekanan menunjukan angka 0 kemudian kran pengatur dibuka dan terakhir tutup bejana dibuka. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus stearothermophilus (Baird, 2000).
Menurut Neidleman (1993), terdapat tiga jenis autoklaf, yaitu gravity displacement, prevacuum atau high vacuum, dan steam-flush pressure-pulse. Perbedaan ketiga jenis autoklaf ini terletak pada bagaimana udara dihilangkan dari dalam autoklaf selama proses sterilisasi.
1. Gravity Displacement Autoclave
Udara dalam ruang autoklaf dipindahkan hanya berdasarkan gravitasi. Prinsipnya adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan udara, sehingga udara terletak di bawah uap. Cara kerjanya dimulai dengan memasukan uap melalui bagian atas autoklaf sehingga udara tertekan ke bawah. Secara perlahan, uap mulai semakin banyak sehingga menekan udara semakin turun dan keluar melalui saluran di bagian bawah autoklaf, selanjutnya suhu meningkat dan terjadi sterilisasi. Autoklaf ini dapat bekerja dengan cakupan suhu antara 121-134 °C dengan waktu 10-30 menit.
2. Prevacuum atau High Vacuum Autoclave
Autoklaf ini dilengkapi pompa yang mengevakuasi hampir semua udara dari dalam autoklaf. Cara kerjanya dimulai dengan pengeluaran udara. Proses ini berlangsung selama 8-10 menit. Ketika keadaan vakum tercipta, uap dimasukkan ke dalam autoklaf. Akibat kevakuman udara, uap segera berhubungan dengan seluruh permukaan benda, kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga proses sterilisasi berlangsung. Autoklaf ini bekerja dengan suhu 132-135 °C dengan waktu 3-4 menit.
3. Steam-Flush Pressure-Pulse Autoclave
Autoklaf ini menggunakan aliran uap dan dorongan tekanan di atas tekanan atmosfer dengan rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoklaf ini tergantung pada benda yang disterilisasi.
b. Inkubator
Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70 0C. Inkubator secara umum digunakan sebagai perlengkapan dalam laboratorium mikrobiologi pangan. Inkubator memiliki fungsi yang sama dengan water bath yaitu sebagai alat inkubasi pada analisa mikrobiologi. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menciptakan suhu stabil dan konstan. Suhu inkbator dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu pada suhu ruang, oleh karena itu perubahan suhu ruang perlu diawasi terutama saat terjadi perubahan musim (Neidleman, 1993).
c. Bunsen
Pembakar Bunsen (Bunsen Burner) Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol (Koesmadji, 2002).
d. Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganismeStaphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol . Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1:100 sampai 1:500 dicampur dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat tumbuh. Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteriSalmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit. Macam-macam desinfektan yang sering digunakan yaitu : alkohol, aldehid, biguanid, senyawa halogen, dan fenol (Irianto, 2006).
2.4. Pengertian Media
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Anonim, 1995).
2.5. Macam-macam Media
Menurut Pelczar (1986), ada 3 macam media pertumbuhan pada bakteri yaitu :
1) Medium berdasarkan sifat fisik
- Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat.
- Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
- Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2) Medium berdasarkan komposisi
- Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
- Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
- Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar,Pancreatic Extract.
3) Medium berdasarkan tujuan
- Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
- Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka,Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuhStreptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
- Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
- Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
- Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
- Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
- Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.
2.6. Penanaman Mikroba (Inokulasi)
Pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru minta banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut-paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril; ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan. Maka sebelum itu kita harus menyiapkan hal-hal sebagai berikut :
a. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi itu kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruang yang basah menyebabkan butir-butir debu menempel kepadanya. Pada waktu mengadakan inokulasi, baik sekali jika meja tempat inokulasi itu didasari dengan kain basah. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan juga di dalam
suatu kotak berkaca (ent-kas). Dalam laboratorium untuk membuat vaksin, serum dan sebagainya, udara yang masuk ke dalam ruangan itu dilewatkan saringan yang disinari dengan sinar ultra-ungu.
b. Pemindahan dengan kata inokulasi
Ujung kawan inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom; ujung itu boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1 – 3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau tujuannya memang akan membuat suatu sediaan.
c. Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau pada penyelidikan susu. Untuk itu diambillah 1 ml contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang steril. Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini untuk dicampur-adukkan dengan medium agar-agar yang masih dalam keadaan cair (suhu antara 42 – 45oC). Lalu agar-agar yang masih encer ini dituangkan di cawan Petri. Setelah agar-agar membeku, maka cawan Petri yang berisi piaraan baru itu disimpan dalam tempat yang aman, misalnya di dalam almari atau di dalam laci.
d. Teknik penanaman
Teknik penanaman dari suspensi
Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.
1. Spread Plate (agar tabur ulas)
Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni.
2. Pour Plate (agar tuang)
Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen.
Teknik penanaman dengan goresan
Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.
1. Goresan Sinambung
2. Goresan T
3. Goresan Kuadran
(Koesmadji, 2002)
2.7. Bakteri dan Macam-macam Bakteri
2.7.1. Pengertian Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompokorganisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain sepertimitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Bardy, 2003).
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalamsimbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunaniβακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang kecil".Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan olehLouis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri (Madigan, 2010).
Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop sederhana. Akan tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan struktur bakteri. Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya
mengenai tubuh buah kapang. Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme (Madigan, 2010).
Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid. Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel. Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884 (Madigan, 2010).
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel danfimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Banyak spesiesbakteri yang bergerak menggunakan flagel (Berg, 2002). Bakteri yang tidak memiliki alat gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat bakteri tersebut berada. Sama seperti struktur kapsul, flagel juga dapat menjadi agen penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
Atrik, tidak mempunyai flagel.
Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
(Rollins, 2004)
Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan padaEscherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom,ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, danmagnetosom (Margossch, 2006). Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadiendospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng. Berdasarkan bentuknya bakteri dibagi menjadi 3 jenis yaitu : (1) Coccus; (2) Bacillus; (3) Spiral. Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya (Rollins, 2004).
Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat. Habitatnya sangat beragam; lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan
daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup. Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030. Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia (Maier, 2009).
Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalambioteknologi.
Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus besar, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan kelompok enterobacter . Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalahLactobacillus acidophilus. Di samping itu, terdapat pula kelompok bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatandan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar.Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia. Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya. Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia. Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup. Kondisi lingkungan yang ekstrim ini menuntut adanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik. Sebagai contoh,Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC (Madigan, 2010). Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC. Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan (lingkungan steril). Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gulatinggi (kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasamanpH sangat tinggi, dan rendah (Neidleman, 1993).
Beberapa macam peranan bakteri dalam berbagai macam bidang yaitu:
Bidang Lingkungan
Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang besar bagi lingkungan. Sebagai contoh, bakteri saprofitmenguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawaorganik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Contoh bakteri saprofit antara lain Proteus dan Clostridium. Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa organik, beberapa kelompok bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.
Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar
Kelompok bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada
umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah. Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2
-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)). Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi proses dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2) yang lebih mudah diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup. Contoh bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O). Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan penting bagi hidup berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon. Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2
- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2). Di bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk membantu penyuburan tanah. Kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah kelompok bakteri yang mampu mengikat nitrogen(terutaman N2) bebas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3
-) oleh bantuan enzim nitrogenase. Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme (Maier, 2009).
Bidang Pangan
Terdapat beberapa kelompok bakteri yang mampu melakukan proses fermentasidan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan. Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga dapat meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut. Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:
No. Nama Produk Bahan Baku Bakteri yang berperan
1. Yoghurt susu Lactobacillus bulgaricus danStreptococcus
thermophilus
2. Mentega susu Streptococcus lactis
3. Terasi ikan Lactobacillus sp.
4. Asinan buah-buahan
Buah-buahan Lactobacillus sp.
5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae
(Nikiyan, 2010)
Bidang Kesehatan
Tidak hanya di bidang lingkungan dan pangan, bakteri juga dapat memberikan manfaat dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:
- Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[
- Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline
- Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol
- Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin
- Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin
Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen. Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali menjadi agen penyebab penyakit adalah Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosisyang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus. Bakteri patogen juga dapat menyerang hewan ternak, sepertiBrucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks. Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal adalah Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi danErwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan (Margosch, 2006).
2.7.2. Macam-macam Bakteri
Menurut Pelczar (1986), bakteri berdasarkan cara memperoleh makanannya dan kebutuhan oksigennya terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Bakteri heterotrof
Bakteri heterotrof adalah bakteri yang hidup dan memperolehmakanan dari lingkungannya karena tidak dapat membuat makananhidup yang ditumpanginya karena dapat menimbulkan penyakit. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini, antara lain, kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, TBC disebabkan oleh bakteriMycobacterium tuberculosis, disentri disebabkan oleh bakteri Shigella dysenterriae, sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, dan radang paru-paru (pneumoniae) disebabkan oleh bakteri Diplococcus pneumoniae. Penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat melalui makanan, minuman, pernapasan, ataupun kontak langsung dengan penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Bakteri autotrof
Bakteri autotrof adalah bakteri yang dapat membuat makanannyasendiri. Berdasarkan asal energi yang digunakan, bakteri autotrof dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri yang bersifat kemoautotrof dan bakteri yang bersifat fotoatotrof. Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi yang berasal dari reaksi-reaksi
kimia, misalnya, proses oksidasi senyawa tertentu. Contohnya, bakteri nitrit dengan mengoksidkan NH3, bakteri nitrat dengan mengoksidkan HNO2, bakteri belerang dengan mengoksidkan senyawa belerang, Nitosococcus, dan Nitrobacter. Bakteri fotoautotrof adalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi yang berasal dari cahaya matahari. Bakteri ini adalah bakteri yang mengandung zat warna hijau sehingga dapat melakukan fotosintesis, seperti tumbuhan hijau. Contohnya bakteri-bakteriyang mempunyai zat warna, antara lain, dari golongan Thiorhodaceae (bakteri belerang berzat warna).
Menurut Volk (1988), bakteri berdasarkan kebutuhan oksigennya, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri aerob dan bakteri anaerob :
a. Bakteri aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Bakteri yang hidup secara aerob dapat memecah gula menjadi air, CO2, dan energi. Bakteri aerob secara obligat adalah bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya, misalnya, bakteri Nitrosomonas.
b. Bakteri anaerob
Bakteri anaerob adalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigenbebas, misalnya, bakteri asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus, danClostridium tetani. Akan tetapi, jika bakteri tersebut dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
2.8. Pewarnaan Bakteri
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat (Dwidjoseputro, 2005).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Widjoseputro, 1989).
Tujuan pewarnaan terhadap mikroorganisme ialah untuk :
1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.
2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.
4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat diketahui.
2.9. Teknik Pewarnaan
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul (Waluyo, 2010).
Langkah-langkah utama teknik pewarnaan :
1. Pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis
2. Fiksasi, dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti sabun, formalin, fenol.
3. Aplikasi zat warna : tunggal, atau lebih dari 1 zat warna
Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan respon sel bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang digunakan untuk pemisahan kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram, dan pewarnaan “acid-fast”(tahan asam) untuk genus Mycobacterium. Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan flagela, pewarnaan kapsul, pewarnaan spora, dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan Neisser atau Albert digunakan untuk melihat granula metakromatik (volutin bodies) pada Corynebacterium diphtheriae. Untuk semua prosedur pewarnaan mikrobiologi dibutuhkan pembuatan apusan lebih dahulu sebelum melaksanakan beberapa teknik pewarnaan yang spesifik (Pelczar, 1986). Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Pewarnaan sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
Gambar pewarnaan sederhana
2. Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam
Pewarnaan differensial
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram. Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
Zat warna utama (violet kristal)
Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam
lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
Peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Endotoksin
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
Tidak peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Contoh bakteri gram positif Contoh bakteri gram negatif
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram)
Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen (Irianto, 2006).
Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru)
3. Pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan kapsul.
Pewarnaan Spora
Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak digunakan. Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol fuschsin harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari Mycobacterium (Waluyo, 2010).
Skema prosedur pengecatan Spora Schaeffer Fulton
(http://images.suite101.com/400620_com_endosporestainprocpscanite)
Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel (Waluyo, 2010).
Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap (Waluyo, 2010).
4. Pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri :
a. Pewarnaan Neisser (granula volutin)
b. Pewarnaan yodium (granula glikogen)
5. Pewarnaan negatif
Tujuan: Mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta
Cara pewarnaan negatif
- Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat di mikroskop
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya
menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus
pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini
olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia,
maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat
diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan
negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki negatif
charge kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge
pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar
belakang berwarna (Koesmadji, 2002).
2.10. Teknik Aseptis
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Pelczar, 1986).
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan
makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang steril (Irianto, 2006).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Hari, Tanggal : Rabu, 23 November 2011
Pukul : 15.00 - 17.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi, Lt. II Gedung E Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
No. Nama Alat Gambar Kegunaan
1. Autoklaf Mensterilisasikan alat/media pada suhu 121 0C
2. Inkubator Berfungsi untuk menginkubasi mikroba yang diinginkan pada suhu optimum pertumbuhannya
3. Desinfektan / Alkohol
Pembersih/antiseptik pada alat dan media bakteri
4. Bunsen Digunakan untuk memanaskan medium, mensterilkan jarum inokulasi dan alat-alat yang terbuat dari platina dan nikrom seperti jarum platina dan ose
5. Cawan petri Digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media
6. Timbangan analitik
Berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi
7. Aluminium foil Digunakan sebagai wadah bahan pembuatan media pada saat ditimbang
8. Erlenmeyer Fungsinya untuk menyimpan medium, menyimpan larutan sisa, atau larutan yang akan dipergunakan, dan tempat untuk menyimpan medium yang akan disterilkan
9. Tabung reaksi Digunakan sebagai wadah penyimpanan medium atau larutan yang akan disterilkan
10. Gelas ukur Berfungsi untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan
11. Batang pengaduk Berfungsi untuk mengaduk bahan kimia atau menghomogenkan medium yang akan dibuat
12. Pipet tetes Digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan yang akan digunakan dan dikeluarkan tetes per tetes
13. Kapas Digunakan untuk menutup bagian mulut erlenmeyer sebelum dipanaskan dalam autoklaf
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media Zobell’s 2216 e yaitu :
- Pepton 0,25 gr
- Ekstrat yeast 0,05 gr
- Bacto agar 1,5 gr
- Aquadest 100 ml
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Teknik Sterilisasi
3.3.1.1. Sterilisasi menggunakan autoklaf
Cara penggunaan autoklaf untuk mensterilkan alat atau media bakteri yaitu sebagai berikut :
- Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
- Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.
- Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
- Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
- Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
- Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.
3.3.1.2. Sterilisasi menggunakan bunsen
- Nyalakan pembakar bunsen dengan cara membuka tutupnya.
- Sterilkan jarum ose dengan membakar ujung jarum yang terbuat dari logam pada api bunsen.
- Peganglah jarum dengan posisi agak tegak di atas api ( 45), bakar jarum hingga berpijar dan
pijaran tersebut merambat hingga pangkal bagian logam jarum.
- Bila sudah selesai, tunggu beberapa detik hingga suhu ose kembali normal. Atau sentuhkan
ujung ose pada permukaan media hingga terdengar bunyi ”ches”.
3.3.1.3. Sterilisasi menggunakan inkubator
- Buka tutup inkubator dan masukkan peralatan dari gelas yang sudah dibungkus ke
dalam inkubator.
- Tutup inkubator dan atur pengontrol suhu pada angka 160-180C selama 1-2 jam.
3.3.1.4. Sterilisasi menggunakan alkohol
Alkohol 70% disemprotkan pada area laboratorium tempat kita melakukan praktikum
mikrobiologi.
3.3.2. Pembuatan Media Zobell’s 2166 e
a. Pembuatan media Zobell’s 2166 e untuk volume 100 ml pada cawan petri yaitu :
- Timbang kertas aluminium foil hingga 0 gr dan bahan-bahan lainnya sesuai ketentuan pada timbangan analitik.
- Masukkan pepton 0,25 gr, ekstrat yeast 0,05 gr, bacto agar 1,5 gr, serta tambahkan 100 ml aquadest pada erlenmeyer.
- Dipanaskan sambil diaduk hingga larutan media menjadi homogen.
- Diangkat, kemudian ditutup bagian mulut erlenmeyer dengan kapas dan alumunium foil.
- Masukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 0C hingga 15 menit.
- Keluarkan dari autoklaf kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Pada saat penuangan media ke cawan petri kondisi tempat kerja harus steril. Gunakan desinfektan untuk mengaseptiskan tangan kita serta bagian tempat kerja tersebut.
- Penuangan media ke cawan petri harus perlahan dan didekatkan pada bunsen agar tidak ada kontaminasi bakteri dari udara di sekitar cawan petri ataupun erlenmeyer. Usahakan agar media benar-benar terisi penuh dalam cawan petri maksimal 20 ml.
- Tutup cawan petri dengan cover/penutup cawan petri. Didiamkan sampai hangat sampai media di dalam cawan petri mengeras. Setelah mengeras balik bagian cover menjadi bottom pada cawan petri tersebut. Hal tersebut bertujuan agar uap air pada cawan petri hilang dan tidak mengganggu media di dalamnya kemudian setelah beberapa saat, media pun siap untuk digunakan untuk kultur.
- Setelah itu barulah cawan petri yang berisi media siap untuk disimpan. Sebelum disimpan, cawan petri dibungkus menggunakan plastik warp.
b. Pembuatan media Zobell’s 2166 e untuk volume 100 ml pada tabung reaksi yaitu :
- Timbang kertas aluminium foil hingga 0 gr dan bahan-bahan lainnya sesuai ketentuan pada timbangan analitik.
- Masukkan pepton 0,25 gr, ekstrat yeast 0,05 gr, bacto agar 1,5 gr, serta tambahkan 100 ml aquadest pada erlenmeyer.
- Dipanaskan sambil diaduk hingga larutan media menjadi homogen.
- Diangkat, kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Pada saat pemindahan media dengan pipet tetes, usahakan agar tempat kerja harus tetap steril dari kontaminasi bakteri.
- Tutup bagian mulut tabung reaksi dengan kapas dan aluminium foil.
- Masukkan dalam autoklaf pada suhu 121 0C hingga 15 menit.
- Keluarkan dari autoklaf, kemudian media yang ada di dalam tabung reaksi dimiringkan beberapa derajat (disebut media miring) sampai media tersebut berubah menjadi padat.
- Simpan media tersebut pada tempat yang aman dan usahakan agar tidak terjadi kontaminasi dengan bakteri lain (tetap steril).
3.3.3. Pewarnaan (Pengecatan)
1. Pembuatan Preparat Bakteri
Bakteri diratakan setipis mungkin di atas gelas benda yang bersih. Selanjutnya bakteri difiksasi dengan cara melakukan secara cepat di atas nyala api bunsen kira-kira 2 atau 3 kali. Smear sekarang siap untuk diwarnai.
2. Pengecatan Gram
- Bubuhkan kristal violet sampai smear terndam cat, biarkan selama 1 menit, kemudian cuci dengan air yang mengalir.
- Bubuhkan smear dengan Burke’s iodine selama 1 menit, cuci dengan air yang mengalir.
- Dekolonisani dengan atanol 95%, cuci dengan air yang mengalir.
- Keringkan dan anginkan preparat.
- Amati di bawah mikroskop dengan minyak imersi.
3. Pengecatan spora
- Bubuhkan cat malachite green pada smear, panaskan samapai cat menguap. Hindari preaparat mendidih. Cuci dengan air yang mengalir.
- Bubuhkan cat penutup dengan aqueous safranin, diamkan selama 1-2 menit. Cuci dengan air yang mengalir.
- Keringkan dan anginkan.
- Amati di bawah mikroskop dengan minyak inersi.
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Sterilisasi
1. Destroyed (Pemanasan)
a. Cawan petri atau alat mikrobiologi direbus di air mendidih
b. Ditunggu beberapa saat
c. Setelah beberapa menit dicuci dengan menggunakan sabun cuci dan air mengalir
d. Keringkan dengan cara meletakkan alat dalam posisi tengkurap
e. Membersihkan dengan tissue, kemudian menyemprot dengan alkohol 75%
f. Membungkus alat mikrobiologi dengan kertas biasa dengan teknik tertentu
g. Memasukkan ke autoklaf untuk proses pengeringan
2. Autoklaf
a. Sebelum dimasukkan dibungkus dengan kertas, sebelumnya disemprot alkohol
b. Autoklaf diisi air hingga kaki tiga terendam, kemudian alat dimasukkan ke autoklaf
c. Setelah suhu mencapai 1210C, mulai untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi alat / media
d. Setelah selesai, tunggu hingga tekanan 00C dan diamkan selama 5 menit
e. Membuka autokaf, kemudian alat diambil
3. Inkubator
a. Digunakan untuk sterilisasi kering pada suhu 1710C
b. Untuk mengeringkan alkohol yang tersisa agar tidak terdapat bercak dari alkohol tersebut pada alat
4. Bunsen
Digunakan untuk sterilisasi pada saat kita mengerjkan suatu pembuatan media ataupun semua hal yang berkaitan dengan praktikum mikrobiologi. Bunsen didekatkan dengan alat mikrobiologi agar tetap steril alat dan media yang kita buat.
5. Alkohol 70%
Alkohol 70% digunakan untuk sterilisasi area laboratorium yang digunakan untuk praktikum mikrobiologi. Dengan cara menyemprotkan alkohol 70% di sekitar atau sekeliling kita.
4.1.2. Pembuatan Media
Media Zobell’s 2166 e, dengan komposisi :
a. Pepton sebagai nutrient untuk bakteri
b. Bacto agar sebagai perekat pada zobell padat
c. Ekstrak Yeast sebagai nutrient untuk bakteri
d. Pada zobell cair tidak memerlukan bacto agar
e. Aquadest untuk melarutkan media yang akan dibuat
Cara kerja
a. Pembuatan media Zobell’s 2166 e untuk volume 100 ml pada cawan petri yaitu :
- Timbang kertas aluminium foil hingga 0 gr dan bahan-bahan lainnya sesuai ketentuan pada timbangan analitik.
- Masukkan pepton 0,25 gr, ekstrat yeast 0,05 gr, bacto agar 1,5 gr, serta tambahkan 100 ml aquadest pada erlenmeyer.
- Dipanaskan sambil diaduk hingga larutan media menjadi homogen.
- Diangkat, kemudian ditutup bagian mulut erlenmeyer dengan kapas dan alumunium foil.
- Masukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 0C hingga 15 menit.
- Keluarkan dari autoklaf kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Pada saat penuangan media ke cawan petri kondisi tempat kerja harus steril. Gunakan desinfektan untuk mengaseptiskan tangan kita serta bagian tempat kerja tersebut.
- Penuangan media ke cawan petri harus perlahan dan didekatkan pada bunsen agar tidak ada kontaminasi bakteri dari udara di sekitar cawan petri ataupun erlenmeyer. Usahakan agar media benar-benar terisi penuh dalam cawan petri maksimal 20 ml.
- Tutup cawan petri dengan cover/penutup cawan petri. Didiamkan sampai hangat sampai media di dalam cawan petri mengeras. Setelah mengeras balik bagian cover menjadi bottom pada cawan petri tersebut. Hal tersebut bertujuan agar uap air pada cawan petri hilang dan tidak mengganggu media di dalamnya kemudian setelah beberapa saat, media pun siap untuk digunakan untuk kultur.
- Setelah itu barulah cawan petri yang berisi media siap untuk disimpan. Sebelum disimpan, cawan petri dibungkus menggunakan plastik warp.
b. Pembuatan media Zobell’s 2166 e untuk volume 100 ml pada tabung reaksi yaitu :
- Timbang kertas aluminium foil hingga 0 gr dan bahan-bahan lainnya sesuai ketentuan pada timbangan analitik.
- Masukkan pepton 0,25 gr, ekstrat yeast 0,05 gr, bacto agar 1,5 gr, serta tambahkan 100 ml aquadest pada erlenmeyer.
- Dipanaskan sambil diaduk hingga larutan media menjadi homogen.
- Diangkat, kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Pada saat pemindahan media dengan pipet tetes, usahakan agar tempat kerja harus tetap steril dari kontaminasi bakteri.
- Tutup bagian mulut tabung reaksi dengan kapas dan aluminium foil.
- Masukkan dalam autoklaf pada suhu 121 0C hingga 15 menit.
- Keluarkan dari autoklaf, kemudian media yang ada di dalam tabung reaksi dimiringkan beberapa derajat (disebut media miring) sampai media tersebut berubah menjadi padat.
- Simpan media tersebut pada tempat yang aman dan usahakan agar tidak terjadi kontaminasi dengan bakteri lain (tetap steril).
4.1.3. Pewarnaan (Pengecatan)
1. Pengecatan Gram
Menggunakan bahan-bahan yaitu :
a. Kristal violet
b. Burke,s iodine
c. Ethanol 95%
d. Safranin akuosa
Keterangan hasil :
Bakteri gram positif berwarna violet.
Bakteri gram negative berwarna merah.
Beberapa bakteri bersifat gram variabel, bakteri ini tidak pernah tampak berwarna semuanya merah atau violet.
Bakteri gram positif dapat berubah menjadi gram negative diantaranya karena pengaruh umur dan kondisi pertumbuhan.
2. Pengecatan Spora
Menggunakan bahan-bahan yaitu :
a. Malachite green
b. Safranin akuosa
Keterangan hasil :
Spora tampak berwarna hijau. Sel dan bagian sel yang lain berwarna merah.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Teknik Sterilisasi
Dalam praktikum mikrobiologi harus menggunakan alat yang steril. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi terhadap lingkungan luar sehingga di dapat hasil yang maksimal. Proses membuat peralatan menjadi steril disebut dengan proses sterilisasi. Dimana sterilisasi adalah proses membebaskan suatu bahan seperti medium pertumbuhan mikrobia ataupun peralatan laboratorium dari semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Dalam proses sterilisasi ada empat cara utama yang dipakai, yaitu dengan pemanasan, penggunaan bahan kimia, penyaringan (filtrasi), dan radiasi. Dalam praktikum kali ini proses sterilisasi yang digunakan praktikan adalah dengan pemanasan. Ada dua metode sterilisasi dengan pemanasan yaitu metode strerilisasi uap dan sterilisasi panas kering. Praktikan lebih memilih menggunakan metode sterilisasi uap karena metode ini sangat efektif, menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Prinsip sterilisasi uap adalah menggunakan uap air sebagai pensterilnya. Karena ketika uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan dilepaskan panas sebesar 686 kalori per gram uap air pada suhu 1210C. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian mematikannya (Ali, 2005). Alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan metode uap ini adalah autoclaf.
Sebelum dimasukkan ke dalam autoclave alat-alat yang memiliki mulut (tabung reaksi, gelas ukur dan labu ukur) harus disumbat dulu dengan kapas agar tidak ada udara yang masuk sehingga setelah proses strelisasi selesai, tidak terkontaminasi oleh bakteri dari udara luar. Selain disumbat dengan kapas ditutupi lagi dengan alumunium foil karena sifat alumunium yang dapat menahan uap agar tidak dapat masuk ke dalam bungkusan. Untuk cawan petri dan pipet ukur cukup dibungkus dengan kertas HVS bekas dengan bagian yangbersih bersentuhan dengan alat. Aluminium foil tidak direkomendasikan sebagai pembungkus karena uap sukar masuk ke dalam bungkusan sehingga sterilisasi kurang efektif. Seharusnya untuk bagian mulut pipet ukur disumbat dengan kapas agar tidak ada udara masuk.
4.2.2. Pembuatan Medium
Medium pertumbuhan mikrobia adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrien yang diperlukan mikrobia untuk pertumbuhannya. Dengan menggunakan bahan medium pertumbuhan, aktivitas mikrobia dapat dipelajari dan dengan menggunakan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi mikrobia menjadi biakan murni. Pada dasarnya bahan-bahan untuk pertumbuhan medium dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu bahan dasar yang meliputi air, agar yang bersifat tidak diuraikan oleh mikrobia, gelatin yang merupakan protein yang dapat diuraikan oleh mikrobia, dan silika gel yaitu bahan yang mengandung natrium silikat khusus untuk menumbuhkan mikrobia yang bersifat obligat autotrof, unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari bahan alam, meliputi karbohidrat, lemak dan asam-asam organik, sumber nitrogen yang mencakup pepton dan protein,
garam-garam kimia (K, Na, Fedan Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu. Serta bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam medium dengan tujuan tertentu seperti indikator maupun anti biotik. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh media yang digunakan disterilkan terlebih dahulu (Irianto, 2006).
Dalam praktikum kali ini percobaan yang dilakukan adalah pembuatan media Zobell’s 2166 e untuk volume 100 ml. Dengan bahan-bahan yang digunakan seperti pepton 0,25 gr; ekstrat yeast 0,05gr; bacto agar 1,5 gr; dan aquadest 100 ml. Media Zobell’s banyak digunakan sebagai media dasar petumbuhan bakteri karena sifatnya yang netral dan mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan untuk proses kultur bakteri. Pada dasarnya penggunaan aquadest digunakan untuk pembuatan media bakteri dari darat, sedangkan untuk media bakteri yang diperoleh dari laut mengunakan air laut yang sudah difilter/disaring.
Sama seperti pembuatan media bakteri pada umumnya, bahan-bahan yang diperlukan ditimbang terlebih dahulu kemudian dicampur dan dipanaskan. Pada saat dipanaskan media harus diaduk supaya larutan yang ada di dalam media tersebut dapat homogen dengan baik.
Untuk media pada cawan petri, yang disterilisasikan dalam autoklaf yaitu erlenmeyernya, baru sesudah itu media dipindahkan ke dalam cawan petri sesuai prosedur cara kerja yang aseptis, sedangkan untuk media pada tabung reaksi yang dipanaskan dalam autoklaf adalah tabung reaksinya. Sesudah media dibuat pada erlenmeyer dan dipanaskan pada air mendidih lalu media dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk kemudian disterilisasikan di dalam autoklaf. Ini bertujuan agar media yang dibuat tidak rusak akibat pemanasan.
Media pada tabung reaksi sering juga disebut sebagai media miring. Kenapa disebut sebagai media miring? Karena setelah media tersebut dipanaskan dalam autoklaf lalu dikeluarkan, tabung reaksi tersebut disandarkan/dimiringkan hingga beberapa derajat. Hal ini digunakan untuk mendapatkan satu stok bakteri tunggal yang tidak dapat diperoleh dari media pada cawan petri.
4.2.3. Pewarnaan (Pengecatan)
1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan (pengecatan) bakteri gram dilakukan dengan menggunakan bahan kristal violet, burke,s iodine, ethanol 95% dan safranin akuosa. Hal pertama yang dilakukan adalah membubuhkan kristal violet hingga bakteri terendam semuanya, diamkan selama 1 menit, kemudian cuci pada air mengalir. Selanjutnya smear dibubuhkan burke,s iodine selama 1 menit dan dicuci dengan menggunakan air mengalir. Deklonisasi dengan ethanol 95% dan dicuci dengan air mengalir. Langkah selanjutnya penutupan dengan cat safranin akuosa selama 30 detik dan dicuci dengan air mengalir. Keringkan preparat dan amati dibawah mikroskop dengan minyak imersi.
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan reaksi kalau mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif (Suriawiria, 1985).
Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif). Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya (Campbell dan Reece, 2005).
Pewarnaan Negatif. Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar belakang hitam (Campbell dan Reece, 2005).
2. Pewarnaan Spora
Pewarnaan Endospora. Anggota dari genus Clostridium serta genus, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas (Irianto, 2006).
Pewarnaan spora dengan menggunakan bahan malachite green dan safranin akuosa. Smear dibubuhkan dengan malachite green kemudian dipanaskan hingga cat menguap (bukan preparat mendidih), kemudian cuci dengan air mengalir. Selanjutnya ditutup dengan cat safranin akuosa selama 1-2 menit didiamkan lau dicuci dengan air mengalir. Setelah itu dikeringkan lalu dapat diamati dibawah mikroskop dengan minyak imersi.
Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (kedua-duanya transparan, sel vegetatif berwarna), sehingga diperlukan teknik pewarnaan endospora.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Teknik sterilisasi dibedakan menjadi dua, yaitu sterilisasi basah yang menggunakan Autoklaf dan sterilisasi kering yang menggunakan Inkubator. Selain itu bunsen digunakan untuk sterilisasi alat, alkohol 75% digunakan untuk sterilisasi ruangan laboratorium.
2) Alat – alat sterilisasi :
- Autoklaf, sterilisasi basah dengan cara merebus alat didalam dandang autoklaf selama 20 menit untuk alat dan 15 menit untuk media pada suhu 1210C.
- Bunsen, sterilisasi alat yang harus didekatkan pada saat melakukan praktikum mikrobiologi khusunya pembuatan media bakteri.
- Inkubator, sterilisasi kering yang dioperasikan dengan cara memasukkan alat ke dalamnya yang sebelumnya telah dibungkus dengan kertas pada suhu 1710C.
- Alkohol 75%, digunakan untuk sterilisasi ruangan dengan cara menyemprotkan alkohol 75% ke sekitar praktikan untuk menghindari kontaminasi bakteri.
3) Media yang diketahui ada 4 yaitu media marine bakteri, media marine fungi, media marine yeast dan media marine actinomycetes. Media marine backteri dibagi lagi menjadi Zobell,s 2216 e medium, Modified Zobell,s 2216 e medium, dan Median untuk isolasi bakteri ekstrim halofilik
4) Media yang dibuat dengan menggunakan 100 ml air sebagai patokan dalam menimbang bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media bakteri.
5) Teknik pewarnaan dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang mampu memberi cat warna pada smear. Teknik pewarnaan ada gram, Zieh-Nehen untuk bakteri acid fast, spora dan flagella.
6) Pada pewarnaan gram, bahan yang digunakan untuk cat pewarna yaitu kristal violet, burke,s iodine, ethanol 95% dan safranin akuosa. Pada pewarnaan spora, bahan yang digunakan untuk yaitu melachite green dan safranin akuosa.
5.2. Saran
1. Praktikan wajib datang tepat waktu dan mengikuti pretest.
2. Praktikan wajib belajar sebelum diadakan praktikum.
3. Praktikan mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Alimuddin. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Makassar : State University of Makassar Press.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke-5. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Baird RM, Hodges NA, Denyer SP. 2000. Handbook of Microbiological Quality Control: Pharmaceutical Science. USA: CRC Press.
Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF. 2003. "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304.
Berg JM, Tymoczko JL Stryer L. 2002. Molecular Cell Biology (edisi ke-5th). WH Freeman
Burdon, Kenneth Livingston, Robert P. Williams. 1969. Microbiology. Macmillan.
Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT.Gramedia.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT.Gramedia.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung : Yrama Widya.
Koesmadji. 2002. Teknik Laboratorium. Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982. Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali Press.
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2010. Brock Biology of Microorganisms. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition.
Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006.
Neidleman SL. 1993. Advances in Applied Microbiology volume 39. United Kingdom: Academic Press Inc.
Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010.
Pelczar, Michael J., et al. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi; Terjemahan. Jakarta : UI Press.
Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella.
Suriawiria, U. 1985. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Volk, W.A. dan Wheeler, M.F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Waluyo, lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang.
Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram (Diakses pada 24 November 2011 pukul 22.56 WIB)
Posted by Topan Eka Prastya at 10.41
Jumat, 07 Januari 2011
MIKROBIOLOGI PERTEMUAN 3BAKTERISejarahBakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti "small stick".Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas dan magnetosom.Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim...
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:* Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:o Mikrococcus, jika kecil dan tunggalo Diplococcus, jka bergandanya dua-dua* Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:o Diplobacillus, jika bergandengan dua-duao Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai* Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkarano Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaranBentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama.Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:* Atrik, tidak mempunyai flagel.* Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.* Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.* Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.* Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan* Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.* Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.* Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °CPada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93° – 500 °CCahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan bakteri ini sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan dengan cara ini bakteri membersihkan dunia dari sampah-sampah organik.Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara aerob di dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap
yaitu:* Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.* Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya dinamakan nitratasi.Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis. Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrumBakteri Eschereria coli hidup di kolon (usus besar) manusia, berfungsi membantu membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12, dan vitamin K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam organ pencernaan berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik membantu mencernakan selusosa rumput menjadi zat yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding usus.Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:*Bacillus brevis, menghasilkan terotrisin* Bacillus subtilis, menghasilkan basitrasin* Bacillus polymyxa, menghasilkan polimixinJika oksigen dalam tanah kurang maka akan berlangsung denitrifikasi, yaitu nitrat direduksi sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya menjadi amoniak yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Contoh bakteri yang menyebabkan denitrifikasi adalah Micrococcus denitrificans dan Pseudomonas denitrificans.Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan.Bakteri penyebab penyakit pada manusia:No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan1. Salmonella typhosa Tifus2. Shigella dysenteriae Disentri basiler3. Vibrio comma KoleraBakteri penyebab penyakit pada hewan:No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan1. Brucella abortus Brucellosis pada sapi2. Streptococcus agalactia Mastitis pada sapi (radang payudara)3. Bacillus anthracis AntraksBakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan1. Xanthomonas oryzae Menyerang pucuk batang padi2. Xanthomonas campestris Menyerang tanaman kubisProses pembusukan berawal dari mikroorganisme, misalnya bakteri-bakteri yang hidup di dalam usus besar manusia. Jika seluruh jenis ikatan protein sudah terputus, beberapa jaringan tubuh menjadi tidak berfungsi. Proses ini disempurnakan bakteri yang datang dari luar tubuh mayat, dan dapat pula berasal dari udara, tanah, ataupun air. Tidak semua mikroorganisme mampu mendegradasi mayat. Kebanyakan mereka berasal dari jenis bakteri heterotrof. Bakteri ini membutuhkan molekul-molekul organik dari organisme lain sebagai nutrisi agar ia dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Berbeda dengan bakteri autotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri dengan CO2 sebagai nutrisi makro serta bantuan dari cahaya matahari atau sumber energi kimia lainnya.
Jenis bakteri heterotrof biasanya hidup dan berkembang biak pada organisme mati. Molekul-molekul besar seperti protein, karbohidrat, lemak, atau senyawa organik lain didekomposisi metabolisme tubuh bakteri tersebut menjadi molekul-molekul tunggal seperti asam amino, metana, gas CO2, serta molekul-molekul lain yang mengandung enam nutrisi utama bakteri, yaitu senyawa-senyawa karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (O), fosfor (P), serta sulfur (S).Tubuh mayat adalah tempat hidup, sumber makanan, serta tempat berkembang biak bakteri-bakteri tersebut, karena tubuh terdiri dari kumpulan protein, karbohidrat, lemak, atau senyawa organik dan anorganik lain. Bau busuk dari tubuh mayat tidak hanya mengganggu, namun juga membahayakan. Pembusukan dimulai dengan pemutusan ikatan protein-protein besar pada jaringan tubuh oleh bakteri fermentasi menggunakan enzim protease. Kumpulan hasil pemutusan ikatan protein yang disebut asam amino ini dicerna berbagai jenis bakteri, misalnya bakteri acetogen. Bakteri ini mereaksikan asam amino dengan oksigen dalam tubuhnya untuk menghasilkan asam asetat, hidrogen, nitrogen, serta gas karbon dioksida. Produk asam asetat ini menimbulkan bau.Asam asetat yang dihasilkan ini diproses kembali oleh bakteri jenis methanogen, misalnya Methanothermobacter thermoautotrophicum yang biasa hidup di lingkungan kotor seperti selokan dan pembuangan limbah (septic tank). Produk berbahaya selain gas yang dihasilkan adalah cairan asam dan cairan lain yang mengandung protein toksik. Jika cairan-cairan ini sempat menginfeksi kulit yang luka atau terkena makanan, bukan hanya produk beracun yang dapat masuk ke dalam tubuh tetapi juga bakteri heterotrof patogen seperti clostridium.Bakteri serta produk beracun ini dapat menginfeksi manusia lewat kontaminasi makanan, minuman, atau luka di kulit. Karena adanya saluran masuk ini, maka berbagai penyakit seperti malaria, diare, degradasi sel darah merah, lemahnya sistem pertahanan tubuh, infeksi pada luka (tetanus), bengkak, atau infeksi pada alat kelamin menjadi ancaman yang serius.Cara mengatasi serangan mikroorganisme ini adalah dengan menjaga makanan dan minuman tetap steril, yaitu dengan dipanaskan. Mencuci tangan dan kaki dengan sabun antiseptik cair sebelum makan. Menjaga lingkungan agar steril dengan cara menyemprotkan obat pensteril.Bakteri-bakteri tersebut juga dapat dicegah pertumbuhannya dengan cara meminum obat antibiotik atau suntik imunitas. Sifat-sifat inilah yang harus dipahami dengan cara mengikuti prosedur standar penanganan mayat. Antara lain menggunakan masker standar minimal WHO (tipe N-95), memakai sarung tangan khusus, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah mengangkat satu mayat. Langkah terbaik adalah segera menguburkan mayat.
Diposkan oleh aisah srimulyani di 18.08
Sabtu, 07 Mei 2011
Extremophile
Nama : Resa Triandini
NIM : 2224091853
Kelas : IV-C
TUGAS MIKROBIOLOGI DASAR
Jenis – jenis mikroba yang hidup di lingkungan ekstrim, diantaranya :
1. Achidophiles
Habitat : Hidup di lingkungan asam dengan pH 1 – 5. Karena sel – sel nya memompa ion hidrogen beracun dengan cepat tidak merusak DNA di dalam nukleus.
Reproduksi : Aseksual melalui mitosis juga bisa secara seksual. Syaratnya pH harus berada pada 5,4 atau kurang.
Peranan : Digunakan untuk memulihkan mineral metalik yang hilang selama penambangan batu bara
2. Alkaliphiles
Habitat : Hidup di lingkungan yang bersifat alkali seperti danau soda atau tanah alkali. Level pH pada substansi alkali adalah sekitar 9 – 11. Alkaliphiles menjaga kadar pH di dalam selnya sebesar 9, namun lingkungan memiliki level lebih tinggi dari alkalinitas. Caranya dengan memompa ion – ion hidrogen yang keluar pada tingkat yang tepat.
Reproduksi : seksual dan aseksual melalui mitosis.
Peranan : menghapus permukaan gel pada film x-ray, membuat makanan, obat, pengolahan limbah, antibiotik.
3. Thermophiles
Habitat : Hidup dan tumbuh di lingkungan ekstrim panas dimana organisme lain dapat mati. Tumbuh dengan baik pada temperatur 50C/120F- 70C/158F. Tidak dapat tumbuh pada suhu 20C/68F. Tidak mudah dipelajari karena kondisi ekstrim yang mereka butuhkan sulit disediakan di laboratorium.
Thermophiles dapat hidup di habitat panas bumi atau di lingkungan yang menciptakan panas sendiri(ex.tumpukan kompos dan TPA sampah).
Reproduksi : Seksual dan aseksual
Peranan : Thermus aquaticus dan
Thermococcus litoralis adalah contoh Thermophiles yang digunakan sebagai enzim dalam DNA.
4. Psychrophiles
Habitat : Hidup dan tumbuh dengan baik dalamtemperatur sekitar 10 to 20°C (14 to 68°F). Kebanyakan ditemukan di samudera artik dan antartika yang tetap beku sepanjang tahun. Makanan yang dibutuhkan psychrophiles ada di dalam gletser beku dan air laut. Psychrophiles mampu memproduksi enzim yang tidak dimiliki organisme lain
Reproduksi: Aseksual pada temperatur 10 to 20°C (14 to 68°F).
Peranan : Psychrophiles dapat merusak produk susu karena mempunyai enzim yang dapat mengurangi jumlah waktu kesegaran produk tersebut
5. Xerophiles
Habitat : Hidup di lingkungan ekstrim yang kering
Reproduksi : Karena dia hidup di daerah ekstrim kering menyebabkan dia memiliki masalah dengan reproduksi serta pembuatan enzim
Peranan : Dikenal sebagai perusak makanan yang kering sekalipun, makanan asin, manis, dll
6. Halophiles
Habitat : Merupakan mikroorganisme aerob yang mampu hidup dan tumbuh di lingkungan dengan kadar garam
yang tiggi. Misalnya Great Salt Lake di Utah, Owens Lake di California, laut mati, dan saltines (crackers). Mereka menggunakan tekanan osmosis dan substans kimia seperti glokosa, alkohol, asam amino untuk membantu mengontrol jumlah garam di dalam selnya.
Reproduksi : Seksual dan Aseksua
7. Barophiles
Habitat : Mampu bertahan dibawah tekanan yang tinggi, seperti permukaan bawah bumi atau air ada 3 macam barophiles : barotolerant, barophilic, and extreme barophiles.
Reproduksi : Seksual dan aseksual
8. Mesophiles
Habitat : Tumbuh baik pada temperatur antara 10 to 50°C (50 to 122°F). Banyak ditemukan di lingkungan tanah dan air. Kebanyakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus yang menyerang manusia yaitu dari kelompok mesophile. Contohnya yang paling berbahayaStaphyloccus aureus, Salmonella sp., Proteus vulgaris,dan Yersinia enterocoiytica.
Reproduksi : Seksual dan aseksual
Peranan : Dapat merusak makanan dengan cepat, Penting untuk proses komposting bahan orgnik, E.coli dapat menyebabkan kematian manusia.
Sumber:http://library.thinkquest.org/CR0212089/gloss.htm
Diposkan oleh Resa Triandini at 14.31
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
http://chaechaecha.blogspot.com/2011/05/extremophile.html
Kamis, 10 April 2014
colony counter
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat
hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot
serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis). Bentuk dasar bakteri
terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat bentuk antara
kokus dan basil yang disebut kokobasil (Anonim1, 2011).
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu organisme
multiselluler, Prokariot (tidak memiliki membran inti sel). Umumnya tidak memiliki klorofil, memiliki
ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1
s/d 5 mikron. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam, hidup bebas atau parasit, yang hidup
di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas, kawah atau gambut dinding selnya tidak
mengandung peptidoglikan dan hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya
mengandung peptidoglikan (Anonim1, 2011).
Fungi dalam bahasa Indonesia disebut cendawan. Ciri-ciri cendawan secara umum ialah
makhluk hidup eukariotik, heterotrofik (tidak memiliki klorofil), memperoleh nutrisi melalui absorbsi
dan energi simpanannya berupa glikogen. Cendawan mempunyai struktur somatik bersel satu atau
banyak (multiseluler), kebanyakan berupa hifa dengan komponen utama dinding selnya ialah zat
kitin, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual dengan membentuk spora. Dalam definisi
ini, cendawan mencakup jamur, kapang, dan khamir. Jamur (mushroom) ialah cendawan yang tubuh
buahnya berukuran besar dan sebaliknya kapang (moulds) ialah cendawan yang berukuran renik.
Khamir (yeast) ialah cendawan bersel tunggal (Hadioetomo, 1993).
Mikroba dapat kita jumpai pada seluruh lingkungan normal maupun ekstrim. Setiap mikroba
membutuhkan kondisi lingkungan tertentu terkait dengan karakter morfologi dan biokimia
(metabolisme) yang dimilikinya. Oleh karena itu, lingkungan hidup suatu mikroba akan berbeda–
beda dan ada kalanya hanya spesifik untuk mikroba tertentu. Mikroba memiki berbagai peran
penting dalam suatu ekosistem. Peran ini bisa diemban dalam kapasitasnya sebagai organisme
tunggal (sel atau koloni) maupun dalam kaitannya sebagai organisme yang memiliki kebutuhan dan
kemampuan untuk berinteraksi dengan organisme lain (Anonim1, 2011).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui cara perhitungan jumlah konodia bakteri
dengan colony counter.
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organismeyang
tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariotadan
berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan dibumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan,
dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana, tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel,
dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar
perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Hadioetomo, 1993).
Bakteri dapat ditemukan dihampir semua tempat: di tanah, air, udara,
dalamsimbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam
tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang
dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memilikidinding sel,
seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (Anonim2,
2011)
Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran
populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk
pertumbuhan optimum adalah suhu, derajat keasaman atau pH, konsentrasi garam,sumber
nutrisi, zat-zat sisa metabolisme dan zat kimia. Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai
peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai Pembusukan (penguraian sisa-sisa
mahluk hidup contohnya Escherichia colie). Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi
contohnya Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricuspada pembuatan
yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco danLactobacillus casei pada
pembuatan keju yoghurt. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen
yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-
kacangan dan Azotobacter chlorococcum.Penyubur tanah
contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan dalam proses nitrifikasi
menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman. Dan penghasil antibiotik contohnya
adalah Bacillus polymyxa penghasil antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram
negatif, Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram
positif, Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan bakteri gram
negatif termasuk bakteri penyebab TBC (Hadioetomo, 1993).
Colony counter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel
secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Pada mulanya diperuntukkan
untuk menghitung sel darah. Memiliki garis-garismikroskopis pada permukaan kaca. Luas total dari
chamber adalah 9 mm2. Chamber tersebut nantinya akan ditutup dengan coverslip dengan
ketinggian 0.1 mm di atas chamber floor. Penghitungan konsentrasi sel ini bergantung
pada volume di bawah coverslip. Pada chamber terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-
kotak kecil, di mana satu kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut
memiliki volume sebesar 0.0001 ml (Strober, 2001).
BAHAN DAN METODE
Bahan Dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media NA, isolat bakteriRaistonia Solana
cearum, air steril, alkohol 70 %, spritus, cling warp dan kertas label.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, gelas beker, 7 buah tabung
reaksi, batang segitiga, suntikan, colony counter, laminar air flow dan lampu bunsen.
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pada hari senin 16 tanggal Desember 2013 pukul 10.00-12.00 Wita.
Prosedur kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengisi masing-masing tabung reaksi dengan air steril sebanyak 9 ml.
3. Mengambil isolat bakteri sebanyak 1 ml menggunakan suntikan lalu masukkan ke tabung reaksi
pertama, kemudian di sheker atau di gojok sampai homogen.
4. Lalu ambil 1 ml suspensi dari tabung reaksi pertama pindahkan ketabung reaksi kedua kemudian
gojok hingga homogen, begitu seterusnya sampai tabung reaksi ke tujuh.
5. Pada pengenceran 6 dan 7 ambil 0,1 ml suspense dan masukkan kedalam cawan petri yang berisi
media NA.
6. Beri label pada cawan petri, kemudian inkubasi selama 18 jam dan amati menggunakan colony
counter.
7. Hitung jumlah colony menggunakan rumus
Jumlah koloni per ml = X
P . V
X = Jumlah koloni yang didapat
P = Faktor pengenceran
V= Volume
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan yaitu sebagai beriku:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Colony Counter.
No Gambar Keterangan
1
Isolat bakteri
2.
Media NA
3.
Memasukkan air steril pada tabung reaksi
4.
Memasukkan isolate bakteri
5.
Melakukan pengenceran
Tabel 1. Lanjutan
6.
Meneteskan 0,1 ml suspense pada media NA
7.
Meratakan suspensi
8.
Membungkus cawan dengan cling warp
9.
Raisto 10-6 dengan jumlah bakteri 127
10.
Raisto 10-7 dengan jumlah bakteri 25
11
Perhitungan dengan colony counter
12
Perhitungan dengan colony counter
Pembahasan
Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlahkoloni bakteri
yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara
langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung antara lain adalah
dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sedrhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan
penggunaan ruang hitung (counting chamber).
Dari hasil analisa perhitungan isolat dengan pengenceran pada 10-6 memperoleh jumlah
bakteri yaitu 127 koloni bakteri sedangkan pada pengenceran pada 10-7memperoleh bakteri dengan
jumlah 25 koloni bakteri. Perhitungan koloni bakteri dilakukan dengan menggunakan alat colony
counter. Colony counter adalah suatu alatyang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel
secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah.
Proses pengenceran perlu dilakukan karena dapat menghitung dan mengetahui jumlah
spora yang ada. Dengan diketahui jumlah bakteri/spora yang ada sehingga kita dapat mengetahui
populasi dari bakteri yang ada pada lingkungan.
Pada pengenceran 10-6 diperoleh bakteri dengan jumlah 127 maka untuk mengetahui jumlah
koloni bakteri per ml dilakukan perhitungan yaitu :
Jumlah koloni per ml = X
P . V
= 127
10-6. 10-1
= 127
10-7
= 127 x 107 cfu/ml
Sedangkan pada pengenceran 10-7 diperoleh bakteri dengan jumlah 25 maka perhitungan
yaitu :
Jumlah koloni per ml = X
P . V
= 25
10-7. 10-1
= 25
10-8
= 25 x 108 cfu/ml
Sehingga dapat disimpulkan penambahan pengenceran pada tabung reaksi yang berisi
cairan campuran 10-6 lebih banyak dibandingkan dengan cairan campuran 10-7. Namun hasil dari
pengenceran bakteri berwarna putih kekuningan, selain itu semakin banyak dilakukannya
pengenceran maka populasi dari bakteri yang tumbuh semakin berkurang.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Colony counter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara
cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah.
2. Dari hasil analisa perhitungan isolat dengan pengenceran pada 10-6 memperoleh jumlah bakteri
yaitu 127 koloni bakteri sedangkan pada pengenceran pada 10-7memperoleh bakteri dengan jumlah
25 koloni bakteri.
3. Proses pengenceran perlu dilakukan karena dapat menghitung dan mengetahui jumlah spora yang
ada.
4. Koloni bakteri yang ada pada pengenceran tabung reaksi yang berisi cairan campuran 10-6 lebih
banyak dibandingkan dengan cairan campuran 10-7 karena semakin banyak dilakukan pengenceran
populasi bakteri pun berkurang.
Diposkan oleh Dewi Purnika di 00.34
http://mikrobiologilaporan.blogspot.com/2014/04/colony-counter.html
Minggu, 16 Mei 2010
MAKALAH MIKROBIOLOGIBAKTERIOLOGI
Disusun oleh :EKO PEBRIANTO20091420146006
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSTIKES BAHRUL ‘ULUM TAMBAK BERAS JOMBANG2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah biologi dengan judul ” BAKTERIOLOGI “. Pengetahuan dasar kimia ini mutlak diperlukan oleh mahasiswa MIKROBIOLOGI termasuk keperawatan. Dengan pengetahuan dasar ini diharapkan mahasiswa memiliki bekal dasar dalam menyebarkan perkembangan ilmu pengetahuan tegnologi.Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut membantu dan mendukung atas terselesainya makalah ini yaitu dosen pembimbing dan kawan-kawan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jombang, 25 April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Bakteri........................................................................2.1.1 Sejarah... 2.1.2 Morfologi 2.1.3 Pengaruh Bakteri terhadap lingkungan 2.2 Peranan Bakteri...... 2.2.1 Bakteri yang menguntungkan 2.2.2 Bakteri yang merugikan.....................................................
BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan 3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedudukan Mikroba Dalam Kehidupan Manusia Sebelum ditemukan jasad renik, semua benda hidup dianggap tumbuhan atau hewan Pada abad ke-19 menjadi jelaslah bahwa jasad renik atau mikroba memiliki semua kombinasi sifat-sifat tumbuhan dan hewan Dunia Mikroba.Dunia mikroba terdiri dari :Monera (virus) Protista (bakteri, ganggang dan protozoa)Fungi (khamir dan kapang)
1.2 Tujuan1. Agar pembaca dapat mengerti dan tahu mengenai Bakteriologi.2. Agar pembaca bisa mengetahui berbagi bakteriologi dalam kehidupan sekitar kita.
BAB IIKONSEP DASAR BAKTERIOLOGI2.1 PENGERTIAN BAKTERI
Bakteri adalah bentuk kuno sukses dan kehidupan, sangat berbeda dengan eukariota (yang meliputi jamur, tumbuhan dan hewan). Bakteri Kuno adalah bentuk kehidupan Sangat Sukses dan, berbeda untuk Artikel eukariota (Yang meliputi jamur, tanaman dan hewan). Mereka adalah sel kecil, ditemukan di lingkungan baik sebagai sel-sel individual atau digabungkan bersama sebagai rumpun, dan struktur intraseluler yang jauh lebih sederhana dari eukariota. Mereka adalah kecil sel ditemukan, asam di Lingkungan Baik sebagai sel-sel individu Bersama Danijel digabungkan sebagai rumpun dan, struktur intraseluler mereka lebih jauh Sederhana eukariota. Bakteri memiliki kromosom tunggal sirkuler DNA yang ditemukan dalam sitoplasma sel karena mereka tidak memiliki inti. Bakteri memiliki DNA kromosom tunggal sirkuler Yang ditemukan dalam sitoplasma sel karena mereka tidak memiliki inti. Memang, mereka tidak salah satu organel intraseluler sehingga karakteristik sel eukariotik, seperti bahwa mereka tidak memiliki aparat Golgi, retikulum endoplasma, lisosom atau mitokondria.
2.1.1 SejarahBakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan
mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti "small stick".Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar, lipopolisakarida - terdiri atas membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis terletak pada periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik).Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas dan magnetosom.Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim...
2.1.2 Morfologi/bentuk bakteriBerdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:• Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: o Mikrococcus, jika kecil dan tunggalo Diplococcus, jka bergandanya dua-duao Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkaro Sarcina, jika bergerombol membentuk kubuso Staphylococcus, jika bergerombolo Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai• Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut: o Diplobacillus, jika bergandengan dua-duao Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai• Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut: o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkarano Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaranBentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:• Atrik, tidak mempunyai flagel.• Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.• Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.• Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.• Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
2.1.3 Pengaruh bakteri terhadap lingkunganKondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.SuhuBerdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:• Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C.• Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C.• Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 50 - 65°CPada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93° – 500°C.KelembapanPada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringanCahayaCahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya.2.2 Peranan Bakteri
2.2.1 Bakteri yang menguntungkan
Bakteri penguraiBakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan bakteri ini sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan dengan cara ini bakteri membersihkan dunia dari sampah-sampah organik.
Bakteri nitrifikasiBakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara aerob di dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:
• Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.
Reaksi nitritasi• Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya dinamakan nitratasi.
Reaksi nitratasiDalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air minum, nitrat yang berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan ganggang di permukaan air menjadi berlimpah.Bakteri nitrogenBakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis. Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.Bakteri ususBakteri Eschereria coli hidup di kolon (usus besar) manusia, berfungsi membantu membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12, dan vitamin K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam organ pencernaan berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik membantu mencernakan selusosa rumput menjadi zat yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding usus.Bakteri fermentasiBeberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:No. Nama produk atau makanan Bahan baku Bakteri yang berperan1. Yoghurt susu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2. Mentega susu Streptococcus lactis
3. Terasi ikan Lactobacillus sp.
4. Asinan buah-buahan buah-buahan Lactobacillus sp.
5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae
6. Kefir susu Lactobacillus bulgaricus dan Srteptococcus lactis
Bakteri penghasil antibiotik
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:• Bacillus brevis, menghasilkan terotrisin• Bacillus subtilis, menghasilkan basitrasin• Bacillus polymyxa, menghasilkan polimixin
2.2.2 Bakteri yang merugikanBakteri perusak makananBeberapa spesies pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka mengubah makanan dan mengeluarkan hasil metabolisme yang berupa toksin (racun). Racun tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia. Contohnya:• Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan• Pseudomonas cocovenenans, menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek• Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan
• Bakteri denitrifikasiJika oksigen dalam tanah kurang maka akan berlangsung denitrifikasi, yaitu nitrat direduksi sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya menjadi amoniak yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Contoh bakteri yang menyebabkan denitrifikasi adalah Micrococcus denitrificans dan Pseudomonas denitrificans.
Bakteri patogenMerupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan.Bakteri penyebab penyakit pada manusia:No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan1. Salmonella typhosaTifus2. Shigella dysenteriaeDisentri basiler3. Vibrio commaKolera4. Haemophilus influenzaInfluensa5. Diplococcus pneumoniaePneumonia (radang paru-paru)6. Mycobacterium tuberculosisTBC paru-paru7. Clostridium tetaniTetanus8. Neiseria meningitisMeningitis (radang selaput otak)9. Neiseria gonorrhoeaeGonorrhaeae (kencing nanah)10. Treponema pallidumSifilis atau Lues atau raja singa
11. Mycobacterium lepraeLepra (kusta)12. Treponema pertenuePuru atau patek
Bakteri penyebab penyakit pada hewan:No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan1. Brucella abortusBrucellosis pada sapi2. Streptococcus agalactiaMastitis pada sapi (radang payudara)3. Bacillus anthracisAntraks4. Actinomyces bovisBengkak rahang pada sapi5. Cytophaga columnarisPenyakit pada ikan
Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan1. Xanthomonas oryzaeMenyerang pucuk batang padi2. Xanthomonas campestrisMenyerang tanaman kubis3. Pseudomonas solanacaerumPenyakit layu pada famili terung-terungan4. Erwinia amylovoraPenyakit bonyok pada buah-buahan
BAB IIIPENUTUPKesimpulanDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bakteriologi yang merupakan salah satu dari ilmu yang mempelajari tentang Bakteri dan kehidupannya, maka dalam penyusunnannya harus didasarkan sepenuhnya pada kombinasi metode deduktif-induktif, melalui suatu jembatan berupa proses pengembangan hipotesis. Terlihat disini hakekat keilmuan dari Bakteriologi, bahwa ilmu tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan tertentu. Hipotesis yang sampai saat ini tidak ditolak kebenarannya, dan mempunyai manfaat bagi kehidupan, dianggap sebagai pengetahuan yang sahih dalam keluarga
keilmuan. Bahwa hipotesis ini kemudian hari ternyata tidak benar, itu tidak terlalu penting selama mempunyai kegunaan. Seperti ucapan bahwa dalam ilmu sekiranya ditemukan kebenaran baru tidak lalu menyalahkan yang terdahulu, melainkan hanya mengucapkan selamat jalan.
SaranKarena proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA• Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9.• Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4.• Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1.• Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7.• Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74.• Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3.
Diposkan oleh ekofebrianto di 20.09
http://richofahmi.blogspot.com/2010/05/makalah-mikrobiologi-bakteriologi.html
rabu, 13 mei 2009
mikrobiologi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pengertian Mikroba
SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI
Awal terungkapnya dunia mikroba adalah dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-
1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana,dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus
yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali.
Leeuwenhoek melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan
invertebrata kecil, tetapi penemuan yang terbesar adalah diketahuinya dunia mikroba yang disebut
sebagai “animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang sekarang diketahui
sebagai protozoa, algae, khamir, dan bakteri.(http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-
mikrobiologi.pdf)
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan hanya
karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga
pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat
tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuran mikroba
biasanya dinyatakan dalam mikron ( ), 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat
dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang berukuran besar
sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar. (http://rieka-bio.blogspot.com/2009/01/mikrobiologi.html)
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari
biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu
praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan
mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba
secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan
dan pertanian.
Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam-macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi,
mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang
mempelajari mikroba spesifik secara lebih rinci atau menurut kemanfaatannya.Secara klasik jasad hidup
digolongkan menjadi dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia). Menurut teori evolusi,
setiap jasad akan berkembang menuju ke sifat plantaeatau animalia. Hal ini digambarkan sebagai
pengelompokan jasad berturut-turut oleh Haeckel, Whittaker, dan Woese. Berdasarkan perbedaan
organisasi selnya, Haeckel membedakan dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia),
dengan protista. Protista untuk menampung jasad yang tidak dapat dimasukkan pada golongan plantae
dan animalia. Protista terdiri dari algae atau ganggang, protozoa, jamur atau fungi, dan bakteri yang
mempunyai sifat uniseluler, sonositik, atau multiseluler tanpa diferensiasi jaringan. Whittaker membagi
jasad hidup menjadi tiga tingkat perkembangan, yaitu: (1) Jasad prokariotik yaitu bakteri dan ganggang
biru (Divisio Monera), (2) Jasad eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio
Protista), dan (3) Jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan
Divisio Animalia. Sedangkan Woese menggolongkan jasad hidup terutama berdasarkan susunan kimia
makromolekul yang terdapat di dalam sel. Pembagiannya yaitu terdiri Arkhaebacteria, Eukaryota
(Protozoa, Fungi, Tumbuhan dan Binatang), dan Eubacteria.
.(http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.pdf)
I.2 TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana cara pengendalian Mikroorganisme dengan Radiasi, Filtrasi, Ultrasonik
dan dengan Pencucian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri berasal dari kata Bakterion, dalam bahasa Yunani yang berarti batang kecil. Juga dari kata
bacterium dalam bahasa Latin yang berarti kelompok raksasa dari organisme hidup. Bakteri adalah
organisme prokariot uniseluler yang hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Bakteri
hidup secara sendiri-sendiri (soliter) atau berkelompok (koloni). Bakteri hidup di sekitar kita, mulai dari
daerah tropis hingga kutub, dataran rendah hingga pegunungan dan pada tubuh kita juga. Jumlah
bakteri termasuk jenis organisme yang melimpah dari semua organisme. Bakteri tersebar di mana-
mana, di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri.
Gambar. Struktur bakteri.
Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah sel
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu temperatur, kandungan garam, sumber
nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme. (http://bio-redaksi.blogspot.com/2008/05/definisipengertian-
bakteri-ciri-ciri.html)
Ciri-Ciri Bakteri :
- Umumnya tidak berklorofil
- Hidupnya bebas atau sebagai parasit / patogen
- Bentuknya beraneka ragam
- Memiliki ukuran yang kecil rata-rata 1 s/d 5 mikron
- Tidak mempunyai membran inti sel / prokariot
- Kebanyakan Uniseluler (memiliki satu sel)
- Bakteri di lingkungan ekstrim dinding sel tidak mengandung peptidoglikan, sedangkan yang kosmopolit
mengandung peptidoglikan
Manfaat/Kegunaan Bakteri Yang Menguntungkan Bagi Kehidupan :
1. Membantu menyuburkan tanah dengan menghasilkan nitrat
2. Pengurai sisa makhluk hidup dengan pembusukan
3. Fermentasi dalam pembuatan makanan dan minuman
4. Penghasil obat-obatan seperti antibiotik
5. Mengurai sampah untuk menghasilkan energi
6. Membantu dalam pembuatan zat-zat kimia, dll
Dampak Buruk Bakteri Yang Merugikan Bagi Kehidupan Manusia:
1. Menyebabkan penyakit bagi makhluk hidup termasuk manusia (bakteri parasit/patogen)
2. Membusukkan makanan yang kita miliki
3. Merusak tanaman dengan serangan penyakit yang merugikan (bakteri parasit/patogen)
4. Menimbulkan bau yang tidak sedap hasik aktivitas pembusukan
5. Membuat tubuh manusia kotor dipenuhi bakteri yang mengakibatkan bau badan.
(http://bacterion.wordpress.com/2009/03/10/pengertian-bakteri/)
Morfologi/bentuk bakteri
Berbagai bentuk tubuh bakteri Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu:
• Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi
sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombol
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
• Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi
sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
• Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu
untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri
yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
Alat gerak bakteri
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk
lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus
jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 - 0,1 mikro, dan
panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri
dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
• Atrik, tidak mempunyai flagel.
• Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
• Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
• Amfitrik, mempunyai sejumlah flagel pada kedua ujungnya.
• Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
Pengaruh lingkungan terhadap bakteri
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembaban,
dan cahaya. (http://agusdd.wordpress.com/2007/09/30/bakteri-vs-amoeba/)
BAB III
PEMBAHASAN
Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan, obat-
obatan, kosmetika dan lainnya. Alasan utama pengendalian organisme adalah :
1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan
dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia. Berbagai macam sarana proses fisik telah
tersedia untuk mengendalikan populasi mikroba. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara
mematikan mikro-organisme, menghambat pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik
menyingkirkannya. Cara pengendalian mana yang digunakan tergantung kepada keadaan yang berlaku
pada situasi tertentu.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Pengendalian Mikroorganisme dengan Radiasi
Sinar ultra violet (UV) diketahui merupakan salah satu sinar dengan daya radiasi yang dapat bersifat
letal bagi mikroorganisme. Sinar UV mempunyai panjang gelombang mulai 4 nm hingga 400 nm dengan
efisiensi tertinggi untuk pengendalian mikroorganisme adalah pada 365 nm. Karena mempunyai efek
letal terhadal sel-sel mikroorganisme, maka radiasi UV sering digunakan di tempat-tempat yang
menuntut kondisi aseptik seperti laboratorium, ruang operasi rumah sakit dan ruang produksi industri
makanan dan minuman, serta farmasi.
Salah satu sifat sinar ultra violet adalah daya penetrasi yang sangat rendah. Selapis kaca tipis pun sudah
mampu menahan sebagian besar sinar UV. Oleh karena itu, sinar UV hanya dapat efektif untuk
mengendalikan mikroorganisme pada permukaan yang terpapar langsung oleh sinar UV, atau mikroba
berada di dekat permukaan medium yang transparan. Absorbsi maksimal sinar UV di dalam sel terjadi
pada asam nukleat, maka diperkirakan mekanisme utama perusakan sel oleh sinar UV pada ribosom,
sehingga mengakibatkan terjadinya mutasi atau kematian sel (Atlas, 1997).
Mutasi adalah suatu perubahan pada rangkaian nukleotida dari suatu asam nukleat. Mutasi dapat
berakibat pada kesalahan menyandi protein dan keadaan ini jika tidak bersifat letal, biasanya
menimbulkan penampakan fenotip yang berbeda dari keadaan normalnya. Karena merupakan
perubahan pada materi genetik, maka mutasi diwariskan pada keturunannya.
(ttp://massofa.wordpress.com/2008/02/05/genetika-dan-pengendalian-mikrobiologi/)
Trichoderma harzianum adalah jenis kapang yang tersebar luas di tanah, dan mempunyai sifat
mikoparasitik. Mikroparasitik adalah kemampuan untuk menjadi parasit bagi kapang lain. Sifat inilah
yang dimanfaatkan sebagai agen biokontrol terhadap jenis-jenis kapang fitopatogen. Beberapa kapang
fitopatogen penting yang dapat dikendalikan oleh Trichoderma antara lain: Rhizoctonia solani, Fusarium
sp., Lentinus lepidus, Phytium sp., Botrytis cinerea, Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus
dan Sclerotium rolfsii yang menyerang tanaman jagung, kedele, kentang, tomat dan kacang buncis,
kubis, cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah-buahan, semak dan tanaman hias (Wahyudi, 2002)
Kemampuan mikoparasitik tersebut dimungkinkan karena T. harzianum mampu menghasilkan enzim-
enzim yang mampu melisiskan dinding sel kapang lain, seperti enzim kitinase dan b-glukanase. Kitin dan
glukan merupakan penyusun utama dinding sel kapang. Adanya enzim kitinase dan glukanase yang
dihasilkan oleh T. harzianum akan menghidrolisis kitin dan glukan yang menyusun dinding sel kapang,
sehingga hifa kapang mengalami lisis (Panji, 1998). Pemaparan sinar ultraviolet selama 1, 2 dan 3 jam
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan T. harzianum maupun kemampuan mikoparasitiknya terhadap
kapang patogenik tanaman F. oxysporum. Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh
dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
Pengendalian Mikroorganisme dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
a) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya
menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri
yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari
asbes) dan seluosa.
b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air
Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem
aliran udara laminar (Laminar Air Flow). (http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-
mikroorganisme/)
Pengendalian Mikroorganisme dengan Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik longitudinal dengan frekuensi di atas 20 kHz.
Gelombang ini dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas, hal disebabkan karena gelombang
ultrasonic merupakan rambatan energi dan momentum mekanik sehingga merambat sebagai interaksi
dengan molekul dan sifat enersia medium yang dilaluinya (Bueche, 1986).
Karakteristik gelombang ultrasonik yang melalui medium mengakibatkan getaran partikel dengan
medium amplitudo sejajar dengan arah rambat secara longitudinal sehingga menyebabkan partikel
medium membentuk rapatan (Strain) dan tegangan (Stress). Proses kontinu yang menyebabkan
terjadinya rapatan dan regangan di dalam medium disebabkan oleh getaran partikel secara periodik
selama gelombang ultrasonik melaluinya (Resnick dan Halliday , 1992).
Gelombang ultrasonik ini sering dipergunakan untuk pemeriksaan kualitas produksi di dalam industri. Di
bidang kedokteran, frekuensi yang tinggi dari gelombang ultrasonik ini mempunyai daya tembus
jaringan yang sangat kuat, sehingga sering digunakan untuk diagnosis, penghancuran/destruktif, dan
pengobatan (Cameron and Skofronick, 1978).
Pengendalian Mikroorganisme dengan Pencucian
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap penjamah makanan ketika mengolah dan menyajikan
makanan untuk mencegah penularan penyakit menular yaitu: Selalu mencuci tangan sebelum
menjamah makanan, minuman dan peralatan. Tangan dapat memindahkan kuman (bibit penyakit) dari
sampah, daging mentah, piring kotor ataupun dari kotoran hidung maupun tenggorokan kedalam
makanan.
Memotong kuku agar tetap pendek dan tidak menggunakan cat kuku dan selalu mencuci tangan
menggunakan sabun dan air hangat. Gosok tangan terutama dibawah kuku selama 20 detik dengan
sabun, kemudian bersihkan dengan menggunakan air hangat. Jika tidak ada kertas toilet bisa
menggunakan pengering tangan dan tidak boleh menggunakan apron (celemek) atau lap cuci untuk
mengeringkan tangan. Pencucian tangan perlu dilakukan kembali setelah menggunakan kamar kecil
ataupun setelah kontak dengan cairan tubuh ketika batuk atau bersin. Setelah makan, merokok,
memegang daging mentah, membuang sampah atau memindahkan piring kotor
DAFTAR FUSTAKA
http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=31
http://massofa.wordpress.com/2008/02/05/genetika-dan-pengendalian-mikrobiologi/1
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/
http://www.damandiri.or.id/file/stepanussahalaunairbab2.pdf
http://agusdd.wordpress.com/2007/09/30/bakteri-vs-amoeba/http://bacterion.wordpress.com/
2009/03/10/pengertian-bakteri/http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.pdf
http://rieka-bio.blogspot.com/2009/01/mikrobiologi.html
BAB IV
KESIMPULAN
Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan, obat-
obatan, kosmetika dan lainnya kemudian pengendalian mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara
yaitu: dengan cara pengendalian Mikroorganisme dengan Radiasi, Filtrasi, Ultrasonik dan dengan
Pencucian.
MAKALAH MIKROBIOLOGI
pengendalian Mikroorganisme dengan
Radiasi,Filtrasi
Ultrasonik dan dengan Pencucian
KEL IX
BASAALIM TUASIKAL
KADRI YANSHA
RENIUS
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
diposkan oleh aqua 07 di 04.24
http://alimbdp87com.blogspot.com/2009/05/mikrobiologi.html
S A B T U , 1 8 O K T O B E R 2 0 1 4
pengujian salmonella sp dan e coli
Makalah Mikrobiologi
~Pengujian Sallmonella Sp. Dan E. Coli~
Disusun Oleh :
Ferisa Lestari Nugrahayu
4 Kimia Analis 2
(13)
SMK N 1 (STM PEMBANGUNAN TEMANGGUNG)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mikroba adalah salah satu makhluk renik yang menghuni hampir semua tempat baik di darat
(terresterial) maupun di perairan (akuatik), dan termasuk salah satu organisme yang memiliki tingkat
perkembangbiakkan luar biasa tinggi. Mikroba dapat tinggal dalam suatu lingkungan yang
mendukung kehidupanya, dari tempat yang sederhana dan berlingkungan ‘nyaman’ sampai
lingkungan ekstrim di dasar laut dan di perut bumi. Salah satu tempat yang menjadi tempat
suburnya mikroba adalah makanan.
Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar bagi manusia, yang bisa diperoleh dari berbagai
sumber, dan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi –disadari atau tidak–
makanan yang masuk ke tubuh kita juga memiliki potensi untuk media masuknya cemaran
penggangu kesehatan, dalam hal ini adalah mikroorganisme (bakteri patogen, kapang, khamir dan
dapat juga virus).
Mikroorganisme yang mencemari bahan makanan berasal dari lingkungan sekitar, baik
langsung maupun tidak langsung. Hanya sebagian saja dari berbagai sumber pencemar yang
berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan
sampai jumlah tertentu. Kemudian, bahan pangan yang tercemar tersebut bisa menjadi media
penularan sejumlah penyakit yang dibawa oleh mikroorganisme tadi, misal Tuberkolusis
(Dari Mycobacterium tubercolusa), disentri (E. Coli), dan tifus (Sallmonella Typosa).
Dua mikroorganisme yang paling umum menjadi biang masalah kesehatan
adalah Sallmonella Sp. (genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang dapat
bergerak bebas dan menghasilkan hydrogen sulfida), danEscherischia Coli (bakteri coliform yang
sering ditemukan pada faces manusia dan hewan berdarah panas, dan kadang-kadang
menghasilkan pigmen berwarna kuning). Seperti yang telah disebut di atas bahwa kedua
mikroorganisme ini menyebabkan penyakit disentri dan tifus. Penyakit-penyakit tersebut bisa
berakibat fatal kepada manusia, juga tidak menutup kemungkinan akan membawa kematian.
Untuk dapat mewaspadai mikroorganisme-mikroorganisme ini, diperlukan adanya
identifikasi pada makanan yang sering dikonsumsi. Identifikasi dapat berupa pengujian kualitatif dan
kuantitatif dengan berbagai metode standart uji mikrobiologi.
B. TUJUAN
- Untuk mengetahui dan memahami mengenai metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi Salmonella dan E Colidalam makanan
- Mengetahui langkah-langkah dalam identifikasi Salmonelladan E.Coli.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
1. Sallmonella Sp .
Salmonella merupakan suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat
yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat
bergerak bebas dan menghasilkan hydrogen sulfida. Salmonelladinamai dari Daniel Edward Salmon,
ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya
pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bacterium tahun 1885 pada tubuh babi.
Berikut adalah klasifikasi dari Bakteri Salmonella :
Kerajaan : Bakteri
Kelas : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Keluarga : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Species : S. enterica (Anonimb, 2009).
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang
mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah
memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit
kepala, mual dan muntah-muntah.
Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S.
typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasibakteri ke dalam pembuluh
darah dan gastroenteritis,yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi.Gejala demam tifus
meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang
manusia, dan tidak ada inang lain.Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu
hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka
yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga
kebersihan makanan yang dikonsumsi.
2. E.Coli
E.Coli adalah bakteri coliform yang sering ditemukan pada faces manusia dan hewan
berdarah panas. Organisme ini tersebar luas di alam biasanya lazim terdapat dalam sel pencernaan
manusia dan hewan. Dalam Merchant dan Parker (1961) disebutkan spesies E. coli tidak dapat
mengurangi asam sitrat dan garam asam sitrat sebagai sumber karbon tunggal dan tidak
menghasilkan pigmen, tetapi kadang-kadang menghasilkan pigmen berwarna kuning.
Klasifikasi Escherichia coli :
Divisio : Schizomycota
Kelas : Schizomycetec
Ordo : Eubacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli (Salle, 1961)
E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang
merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen,
yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E.
coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air minum menunjukkan
bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusia dan mungkin dapat
mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum mensyaratkan E. coli harus absen
dalam 100 ml.
E. coli tersebar diseluruh dunia dan ditularkan bersama air atau makanan yang
terkontaminasi oleh feses. Escherichia coli berbentuk batang, tebal 0,5µ m; panjang antara 1,0 -
3,0 µ m; bervariasi dari bentuk koloid sampai berbentuk seperti filamen yang panjang; tidak
berbentuk spora; motil dan filamen perithin beberapa galur tidak memiliki flagella; bersifat
Gram negatif (Merchant dan Parker, 1961).
E. coli bersifat aerob atau kualitatif anaerob, dapat tumbuh pada media buatan.
Beberapa sifat E. coli antara lain pertumbuhan optimum pada suhu 37ºC, dapat tumbuh pada
suhu 15ºC - 45ºC, tumbuh baik pada pH 7,0 tapi tumbuh juga pada pH yang lebih tinggi
(Merchant dan Parker,1961)
Koloni terlihat basah, mengkilat, tidak bening, bulat dan dengan tepi yang terlihat halus
dan rata. Koloni muda terlihat granuler halus dan makin tua menjadi granuler kasar.
Escherichia coli menghasilkan asam dan gas dari glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa,
arabinosa, xylosa, rhamnosa dan manitol; dapat atau tidak memfermentasi sukrosa,
rafinosa, salisin, eskulin, dulsitol dan gliserol; bervariasi dalam memfermentasi sakrosa dan
salisin, pektin dan adonitol jarang difermentasikan; dekstrin, pati dan glikogen dan inositol
tidak pernah difermentasikan (Merchant dan Parker, 1961).
Escherichia coli menghasilkan katalase, tidak mencairkan gelatin, membentuk indol,
mereduksi nitrat, mengoksidasi dan mengasamkan air susu tanpa peptonisasi, mengoksidasi
kentang sehingga berwarna coklat gelap, tidak menghasilkan gas H2S (Merchant dan Parker, 1961).
B. IDENTIFIKASI
1. Sallmonella Sp.
Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella) pada metode kualitatif
adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu produk makanan berdasarkan sifat
mikrobiologinya. Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu kepada
persyaratan makanan yang sudah ditetapkan.
Pada pengujan deteksi Salmonella diguanakanBuffered Peptone Water (BPW) sebagai media
cair non selektif, Muller Kaufimann Tetrathionate Novobiocin Broth (MKTTn) dan Rappaport
Vassiliadis Medium + Soya (RVS) sebagai media cair selektif, Bismuth Green Agar (BGA) dan Xylose
Lysine Deoxycholate (XLD) sebagai media padat selektif untuk mengisolasi Salmonella.
Prinsip pengujian deteksi Salmonella menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM
74/MIK/06) yaitu ada empat tahap untuk mendeteksi adanya Salmonella :
- Pra-Pengkayaan Non-Selektif
Dengan cara aseptic ditimbang 25 gram atau dipipet 25 ml cuplikan ke dalam kantong plastic
stomacher steril ditambahkan 225 ml BPW. Dihomogenkan menggunakan stomacher selama 30
detik dan diinkubasi pada suhu 37±1° C selama 18±2 jam.
- Pengkayaan Selektif
Dengan cara aseptic dipipet biakan pra-pengkayaan masing-masing 1ml ke dalam 10 ml MKTTn
inkubasi pada suhu 37±1°C selama 24±3 jam dan 0,1 ml ke dalam 10 ml RVS inkubasi pada suhu
41,5±1 °C selama 24±3 jam. Jagalah agar maksimum suhu inkubasi tidak melebihi 42,5° C.
- Inokulasi & identifikasi
Dari biakan MKTTn dan RVS diinokulasikan masing-masing sebanyak 1 sengkelit pada permukaan
BGA dan XLD, kemudian diinkubasi pada suhu 37+1 °C selama 24+3 jam koloni yang tumbuh diamati.
Biakan Salmonella positif jika :
a. Dalam media BGA : koloni dari tidak berwarna, merah muda hingga merah dan translusen
hingga keruh dengan lingkaran merah muda sampai merah.
b. Dalam media XLD : koloni translusen dengan bintik hitam ditengah, dan dikelilingi zona
transparan berwarna kemerahan.
- Konfirmasi
Dipilih dua atau lebih koloni spesifik pada BGA dan XLD diinokulasikan pada media TSA atau NA
miring. Dari TSA atau NA miring dilakukan uji konfirmasi sebagai berikut:
a) TSIA
Diinokulasikan koloni tersangka dengan cara tusuk dan goresan pada media TSIA, inkubasi pada suhu
37+1° C selama 24+3 jam. Amati perubahan warna yang terjadi. Munculnya endapan hitam
menandakan pembentukan Hidrogen Sulfida (menandakan keberadaanSallmonella.)
b) Uji Urease
Inokulasikan koloni tersangka pada media urea agar (Christensen) suhu 37±1°C. Amati perubahan
warna biakan yang terjadi. Uji urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah keunguan.
c) Uji Dekarboksilasi lysine
Inokulasikan koloni tersangka pada media L.Lysine decarboxylase diikubasi pada suhu 37±1 °C
selama 24±3 jam. Amati perubahan warna biakan dan kekeruhan yang terjadi. Pada media
ini, Salmonella akan membentuk koloni merah dengan inti hitam.
d) Uji Voges Proskauser
Inokulasikan koloni tersangka pada media MR-VP pada suhu 37±1° C selama 24±3 jam. Tambahan 3
tetes larutan Alfa naftol dan 2 tetes larutan KOH 40 %. Amati perubahan warna biakan yang terjadi
setelah 15 menit. Positif apabila muncul warna merah.
e) Uji Indol
Inokulasikan koloni tersangka pada media Tryptone Broth atau Tryptophan broth, pada suhu 37±1°
C selama 24±3 jam. Tambahkan beberapa tetes larutan Kovac. Amati perubahan cincin
merah. Sallmonella tidak akan membentuk cincin ini.
f) Uji Serologi
Ambil 1 ose biakan dari TSA/NA miring suspensikan dengan 1 tetes NaCl 0,85 % dan 1 tetes air, dan
campurkan pada kaca objek. Apabila diamati dengan latar belakang gelap dan menggunakan kaca
pembesar telah terjadi aglutinasi, sebaiknya tidak dilakukan uji serologi dengan antisera (serum yang
diteteskan untuk menguji) polivalen O, H, Vi, karena telah terjadi aglutinasi sendiri (self
agglutination). Apabila tidak terjadi aglutinasi (penggumpalan) sendiri, lakukan uji serologi seperti
diatas dengan antisera polivalen O, H, dan Vi. Jika terjadi aglutinasi, maka Salmonella positif. Uji ini
dapat dilakukan pada kaca objek atau tabung kecil. Untuk antisera polivalen H,
biakanSalmonella diinokulasikan pada media NA semi padat yang diinkubasi pada 37±1°C selama
24±3 jam. Makanan atau minuman tidak boleh mengandung Salmonella (negative per 25 gram atau
25 ml) (BPOM RI, 2006).
Pada pengujian salmonella, dibuat juga kontrol positif yaitu sampel yang telah diberi biakan
kultur salmonella sebagai pembanding. Dari pengkayaan selektif, biakan dari MKTTn dan RVS
diinokulasikanpada media BGA dan XLD untuk tahap inokulasi dan identifikasi.
Salmonella positif jika pada uji biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut:
TSIA : H2S positif
Hidrolisis urea : negative
Dekarbosilasi lysine : positif
Reaksi voges proskauer : negative
Produksi indol : negative
Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi
2. E.Coli
Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional yang masih
banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7 hari. Empat tahap
analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most probable number ), Uji penguat
pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose broth, serta Uji Identifikasi dengan
melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, Vogues-Praskauer, dan citrate).
Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan diperlukan seluruh
tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E. coli yang
diperoleh untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat dilakukan uji
serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu seperti O157:H7 yang ganas tidak
dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan memerlukan pendekatan analisis khusus sejak
awal.
E. Coli merupakan bakteri gram negatif, dan bisa juga diidentifikasi melalui pengujian gram.
Selain itu, pengujian yang bisa dilakukan adalah rangkaian uji IMViC. Peralatan dan bahan yang
digunakan dalam uji ini adalah sbb :
Peralatan :
a. Penangas air
b. Waterbath Inkubator 44-45oC
c. Pipet Volume 1 mL, 10 mL
d. Ose
e. Labu Erlenmeyer
f. Tabung Reaksi
Perbenihan dan pereaksi
a. Eschericia Coli Broth
b. BGLB Broth, EMB Agar, MR-VP Medium dan Nutrient Agar (NA)
c. Larutan Methyl Red
d. Pereaksi Voges Proskauer
e. Pereaksi untuk Pewarnaan Gram
f. Pereaksi Indol
g. Larutan alfa-Naphtol
h. Larutan KOH 40%
1. Prosedur Pengujian Awal :
a) Masukkan 1 sengkelit biakan yang positif gas pada LB dan pengujian APM bakteri Coliform
kedalam tabung berisi E.C Broth yang di dalamnya terdapat tabung durham terbalik.
b) Inkubasikan dalam penangas air pada suhu 44-45oC selama 24-48 jam.
c) Catat tabung yang didalamnya terbentuk gas (E.Coli dianggap positif, jika di dalam tabung
terbentukgas).
d) Lanjutkan penetapan E.Coli dengan menginokulasikan biakan yang membentuk gas ke
perbenihan EMB atau VRBA dalam cawan petri.
e) Inkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
f) Pilih koloni berwarna merah gelap (VRBA) yang berdiameter 0,5 mm atau lebih atau koloni
berwarna kilat logam hijau metalik (EMB Agar) dan di inokulasikan pada
g) Nutrien Agar miring dalam tabung, Inkubasikan pada suhu 35oC selama 18-24 jam.
Pada waktu yang sama lakukan pewarnaan gram sebagai berikut :
a) Buat sediaan diatas kaca alas.
b) Keringkan di udara dan fiksasikan dengan panas.
c) Rendam sediaan dengan tetesan larutan cristal Violet ammonium Oxalate selama 1 menit.
d) Cuci dengan air dan tiriskan.
e) Bubuhkan larutan Lugol (Gram iodium) selama 1 menit.
f) Cuci dengan air kran dan tiriskan. Cuci (Hilangkan warna) dengan alkohol 95% selama 30 detik.
g) Cuci dengan air kran, tiriskan dan bubuhkan larutan safranin selama 10-30 detik.
h) Cuci dengan air kran, tiriskan, serap dengan kertas saring, keringkan dan periksa dibawah mikroskop.
2. Prodesur Pengujian IMVIC :
a) Uji Indol
Dari biakan murni nutrien agar miring, inkubasikan 1 sengkelit Biakan kedalam Trypton broth.
Inkubasikan pada suhu 35oC selama 18-24 jam. Tambahkan 0,2-0,3 ml pereaksi indol kedalam
masing-masing tabung dan kocok selama 10 menit. Warna merah tua pada permukaan menunjukkan
reaksi indol positif. Warna jingga menunjukkan reaksi indol negatif.
b) Uji merah Methyl
Dari biakan murni nutrien agar miring, inokulasikan 1 sengkelit biakan kedalam perbenihan MR-VP.
Inkubasikan pada suhu 35oC selam 48 jam. Dengan menggunakan pipet, pindahkan 5 ml ke dalam
tabung reaksi, tambahkan 5 tetes MM dan kocok. Warna kuning menunjukkan reaksi negatif dan
warna merah menunjukkan reaksi positif.
c) Uji VP
Dari biakan murni nutrien agar miring, inokulasikan 1 sengkelit biakan kedalam perbenihan MR-VP.
Inkubasikan pada suhu 36oC selama 48 jam. Dengan menggunakan pipet, pindahkan 1 ml suspensi
kedalam tabung, jtambahkan 0,6 ml larutan alfa-naphtol dan 0,2 ml larutan KOH dan kocok.
Diamkan selama 2-4 jam. Warna merah muda hingga merah tua menunjukkan reaksi positif, warna
tidak berubah menunjukkan reaksi negatif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi pengujian secara obyektif di
laboratorium yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Dalam hal ini. metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi
adanya bakteri Salmonella dan E.Coli metode yang digunakan yakni metode analisa secara
kualitatif yakni bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu
bakterisalmonella dalam suatu makanan.
DIPOSKAN OLEH FERISA LESTARI PUKUL 05.35
LABEL: ANALISA , E COLI , MAKALAH
MIKROBIOLOGI ,MIKROBIOLOGI , PENGUJIAN , SALLMONELLA
http://ferisa3k1.blogspot.com/2014/10/pengujian-salmonella-sp-dan-e-coli.html
M I N G G U , 2 1 N O V E M B E R 2 0 1 0
MIKROBIOLOGI
PERTEMUAN 1
ALASAN BELAJAR MIKROBIOLOGI
Mikroba mengawali kehidupan
Mikroba agen pendaur ulang di alam
Mikroba penyebab sehat dan sakit
Mikroba sumber bahan makanan
Mikroba jasad pengolah makanan
Mikroba berperan dalam industri (pangan dan obat)
Mikroba mitra (simbion) tanaman penghasil pangan
Mikroba adalah bioremediator
Mikroba alat (tool) penelitian ilmiah
PENGERTIAN MIKROBIOLOGI DAN MIKROBA
Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari organisme hidup berukuran mikroskopis (mikroba) yang meliputi virus, bakteri, archaea, protozoa, algae, dan fungi. Beberapa mikroba (algae dan fungi) yang berukuran cukup besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang tetapi masih dimasukan dalam kajian mikrobiologi karena teknik yang sama (isolasi, sterilisasi dan penumbuhan pada media artificial) digunakan untuk mempelajarinya.
Mikrobiologi dapat dibedakan menjadi beberapa subdisiplin berdasarkan berbagai macam orientasi:
Orientasi taksonomi
1. Virologi : mempelajari tentang susunan dan klasifikasi virus
2. bakteriologi : mempelajari tentang struktur, susunan, dan klasifikasi makhluk
hidup termasuk bakteri.
3. Mikologi : mempelajari tentang struktur, susunan, dan klasifikasi makhluk
hidup termasuk jamur.
4. Fikologi atau Algologi : mempelajari tentang struktur, susunan, dan klasifikasi
makhluk hidup termasuk gsanggang atau algae.
5. Protozoologi : mempelajari tentang struktur, susunan, dan klasifikasi makhluk hidup termasuk porotozoa.
Orientasi Habitat
1. Mikrobiologi Air
2. Mikrobiologi Tanah
3. Mikrobiologi Laut
Orientasi Problema
1. Ekologi mikroba
2. Mikrobiologi patogenik
3. Mikrobiologi Pertanian
4. Mikrobiologi Industri
5. Mikrobiologi Geologi
Lapangan mikrobiologi Terapan
1. Miukrobiologi Kedokteran
2. Mikrobiologi Akuatik
3. Aeromikrobiologi
4. Mikrobiologi makanan
5. Mikrobiologi Pertanian
6. Mikrobiologi Industri
7. Eksomikrobiologi
8. Mikrobiologi Geokimia
Mikroba adalah suatu jasad renik atau mikroorganisme yang ukurannya kecil. Penggolongan mikroba diantara jasad hidup.
- Dunia tumbuhan (plantae)
- Dunia binatang (animal)
Pengelompokan jasad menurut Ernest Haeckel : berdasarkan perbedaan organisasi selnya, dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animal) dibedakan dengan protista. Whittaker membagi jasad hidup menjadi tiga tingkat perkembangan, yaitu: jasad prokariotik, jasad eukariotik, dan jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat. Woese menggolongkan jasad hidup berdasarkan susunan kimia makromolekul yang terdapat di dalam sel.
Ciri umum mikroba
Mikroba secara umum berperan sebagai produsen, konsumen, maupun redusen.
Dua tipe jasad mikroba:
- Prokariota (jasad prokariotik/primitive) perkembangan selnya belum sempurna.
- Eukariota (jasad eukariotik) perkembangan selnya telah sempurna.
Mikroba yang bersifat nonseluler yaitu virus. Struktur virus terutama terdiri dari bahan genetik. Virus bukan berbentuk sel dan tidak dapat membentuk energi sendiri serta tidak dapat berbiak tanpa menggunakan jasad hidup lain. Selain virus, ada jasad hidup yang disebut viroid. Viroid membawa sifat genetiknya sendiri yang dapat diekspresikan di dalam sel inang. Jasad yang lebih sederhana dari virus adalah prion. Prion dapat menggandakan diri dalam sel inang dengan mekanisme yang belum diketahui dengan jelas.
Rentang Keragaman
- Keragaman ukuran (virus-fungi makro)
- Keragaman nutrisi (autotrof-heterotrof)
- Keragaman factor fisik lingkungan (normal-ekstrim)
Diversitas Kehidupan Mikroba
Termofilik
Psikrofilik
Acidofilik
Alkalofilik
Halofilik
Barofilik
Radiofilik
Anaerobik obligat
SEJARAH PERKEMBANGAN BIOLOGI
A. Penemuan Animalculus
Leeuwenhoek (1633-1723) menemukan mikroskop, awal penemuan mikroba. Diketahuinya dunia mikroba yang disebut “animalculus” atau hewan kecil.
B. Teori dan Pendapat
o Teori Abiogenesis animalculus timbul dengan sendirinya dari bahan-bahan mati.
o Teori Biogenesis animalculus terbentuk dari “benih” animalculus yang selalu berada di udara.
Francesco Redi (1626-1697) menyimpulkan bahwa ulat tidak secara spontan berkembang dari daging. Belatung pada daging busuk berasal dari telur lalat bukan berasal dari daging itu sendiri.
Lazzaro Spallanzani (1729-1799):
- pada percobaan menggunakan kaldu ternyata pemanasan dapat menyebabkan animalculus tidak tumbuh.
- Mikroba tidak muncul dengan sendirinya.
- perkembangan mikrobia di dalam suatu bahan, dalam arti terbatas menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi pada bahan tersebut.
Louis Pasteur (1822-1895)
Penemuan Louis Pasteur adalah:
Pasterisasi : cara untuk mematikan beberapa jenismikroba tertentu dengan menggunakan uap air panas, suhunya kurang lebih 62oC
Sterilisasi : cara untuk mematikan mikroba denganpemanasan dan tekanan tinggi.
C. Penemuan Bakteri Berspora
Penemuan Jhon Tyndall (1820-1893):
Tyndallisasi : pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali.
Langkah-langkah Tyndallisasi
1. Pemanasan dilakukan pada suhu 100oC selama 30 menit, dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali.
2. Bakteri berspora yang masih hidup akan berkecambah membentuk fase pertumbuhan/termolabil, sehingga dapat dimatikan pada pemanasan berikutnya.
D. Teknik Kultur Murni
- Teknik Pengenceran (Louise Pasteur, et al).
Metode Streak Plate (Robert Koch, 1843-1910).
E. Peran Mikroba Dalam Transformasi Bhan Organik
Bahan yang mengandung mikroba akan mengalami perubahan susunan kimianya. Perubahan kimia tersebut yaitu:
Fermentasi (pengkhamiran)
Pembusukan (putrefaction)
F. Penemuan Kehidupan Anaerob
Dari hasil penelitian Pasteur dibuat 2 istilah,yaitu anaerob dan aerob.
Kehidupan Anaerob mikroba yang tidak memerlukan oksigen.
Kehidupan Aerob mikroba yang memerlukan oksigen.
Secara fisiologis, fermentasi digunakan untuk mengetahui oksigen diperlukan mikroba sebagai agensia untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi CO2 sebagai “respirasi aerob”, yang menghasilkan tenaga untuk kehidupan jasad dan pertumbuhannya.
G. Penemuan Enzim
Enzim merupakan hasil urutan beberapa reaksi kimia, yang masing-masing dikatalisir oleh biokatalisator.
H. Mikroba Penyebab Penyakit
Diduga adanya peran mikroba dalam menyebabkan timbulnya penyakit pada jasad tingkat tinggi. Pada tahun 1850 ditemukan bakteri berbentuk batang dalam darah hewan yang sakit antraks.
I. Penemuan Virus
Virus merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari bakteri (submikroskopik) karena dapat melalui saringan bakteri. Untuk membuktikan penyakit yangdisebabkan oleh virus, yaitu:
1. Virus harus berada di dalam sel inang.
2. Filtrat bahan yang terinfeksi tidak mengandung bakteri atau mikroba lain.
3. Filtrat dapat menimbulkan penyakit pada jasad yang peka .
4. Filtrat sama yang berasal dari hospes peka tersebut harus dapat menimbulkan kembali penyakit yang sama.
J. Generatio Spontanea (Abiogenesis) Menurut Pandangan Baru
Kehidupan terjadi dari berbagai unsur kimia, dengan rangkaian reaksi yang mirip dengan reaksi yang terjadi di alam.
Teori asal mula kehidupan
Di atmosfer oksigen hampir tidak ada dan lapisan ozon sangat tipis. Sinar ultra violet (UV) banyak mengenai bumi sehingga terjadi radiasi UV, suhu tinggi, dan loncatan bunga api listrik yang mengakibatkan bahan anorganik berubah menjadi bahan organik, evolusi pada bahan-bahan organik menjadi lebihkompleks mulai terbentuk makromolekul yang diduga akan saling
bergabung membentuk semacam membran kemudian mengelilingi suatu cairan dan akhirnya
terbentuk suatu organismeseluler.
Evolusi
- jasad bersel tunggal menjadi bersel majemuk memerlukanwaktu kurang lebih 2,5 milyar tahun
- jasad bersel majemuk menjadi reptil sampai binatang menyusui memerlukan waktu milyaran tahun
K. Penggunaan mikroba
a. Penggunaan mikroba untuk proses klasik
khamir untuk membuat anggur dan roti
bakteri asam laktat untuk yogurt dan kefir
bakteri asam asetat untuk vinegar
jamur Aspergillus sp. untuk kecap
jamur Rhizopus sp. untuk tempe
b. Penggunaan mikroba untuk produksi antibiotik
Penisilin oleh jamur Penicillium sp.
Streptomisin oleh Actinomysetes streptomyces sp.
c. Penggunaan mikroba untuk proses-proses baru
karotenoid dan steroid oleh jamur
asam glutamat oleh mutan Corynebacterium glutamicum
pembuatan enzim amilase, proteinase, pektinase, dan lain-lain
d. Penggunaan mikroba dalam teknik genetika modern
pemindahan gen dari manusia, binatang, atau tumbuhan ke dalam sel mikrobia.
penghasilan hormon, antigen, antibodi, dan senyawa lain misalnya insulin, dan lain-lain.
e. Penggunaan mikroba di bidang pertanian: untuk pupuk hayati (biofertilizer), biopestisida, pengomposan, dan sebagainya.
f. Penggunaan mikroba di bidang pertambangan
untuk proses leaching di tambang emas
desulfurisasi batubara
untuk proses penambangan minyak bumi
g. Penggunaan mikroba di bidang lingkungan: mengatasi pencemaran limbah organik/anorganik termasuk logam berat dan senyawa xenobiotik.
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL MIKROBA
Sel unit fisik terkecil dari organisme hidup.
Komposisi material sel:
- DNA dan RNA
- Protein
- Lemak
- fosfolipid
Ada dua tipe sel, yaitu:
Sel prokariotik: tipe sel pada bakteri dan sianobakteria/alga biru (jasad prokariot).
Sel eukariotik: tipe sel pada jasad yang tingkatnya lebih tinggi dari bakteri (jasad eukariot) yaitu khamir, jamur (fungi), alga selain alga biru, protozoa, dan tanaman serta hewan.
Sel Prokariotik. Tipe Sel Prokariotik:
- mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sel eukariotik
- Beberapa sel bakteri Pseudomonas hanya berukuran 0,4-0,7µ diameternya dan panjangnya 2-3µ
- tidak mempunyai organela seperti mitokondria, khloroplas, dan aparat golgi
- inti sel prokariotik tidak mempunyai membran
- Bahan genetis terdapat di dalam sitoplasma, berupa untaian ganda (double helix) DNA berbentuk lingkaran yang tertutup
- Kromosom bakteri pada umumnya hanya satu
- mempunyai satu/lebih molekul DNA yang melingkar (sirkuler) yang disebut plasmid
- Sel prokariotik tidak mengandung organel yang dikelilingi oleh membran
- Ribosom yang dimiliki sel prokariot lebih kecil yaitu berukuran 70S
- Ukuran genom sel prokariot berbeda dengan sel eukariot
- Jumlah DNA penyusun pada sel prokariot berkisar antara 0,8-8.106 pasangan basa (pb) DNA
- DNA pada sel eukariot mempunyai pasangan basa lebih tinggi
Sel eukariotik
Sel eukariotik mempunyai inti sejati yang diselimuti membran inti
Inti sel mengandung bahan genetis berupa genome/DNA yang tersusun dalam suatu kromosom.
Di dalam kromosom terdapat DNA yang berasosiasi dengan suatu protein (histon)
Kromosom dapat mengalami pembelahan melalui proses mitosis
Di dalam sel eukariotik terdapat mitokondria dan kloroplas yang mengandung sedikit DNA yang berbentuk sirkuler tertutup (seperti DNA prokariot)
Di dalam sel eukariotik terdapat ribosom yang lebih besar dibandingkan prokariotik (berukuran 80S), selain itu juga dijumpai aparatus golgi yang pada tanaman, organela ini mirip dengan diktiosom
Kedua organel tersebut berperan dalam proses sekresi
Struktur Sel
1. Inti Sel
2. Membran Sel Prokariotik
3. Dinding Sel
Rangka dasar dinding sel bakteri : murein peptidoglikan yang tersusun dari N-asetil glukosamin dan N-asetil asam muramat, yang terikat melalui ikatan 1,4 – b – glikosida. Peranan ikatan peptida sangat penting dalam menghubungkan antara rantai satu dengan rantai yang lain.
* Peranan Lisosim:
Lisosim adalah enzim antibakteri yang terdapat dalam putih telur dan air mata, dapat dihasilkan oleh beberapa bakteri. Lisosim akan merusak ikatan antar N-asetilglukosamin dan N-asetil asam muramat dalam murein, sehingga lisosim dapat merombak murein dalam dinding sel. Dinding sel yang rusak akan menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut spheroplas yang sangat rentan terhadap tekanan osmotik.
* Peranan penisilin
Penisilin akan bekerja aktif terhadap dinding sel gram positif yang sedang membelah. Senyawa ini mengakibatkan sel tumbuh tidak beraturan. Penisilin menghambat pembentukan dinding sel.
4. Flagel dan Pili
5. Kapsul dan Lendir
PERTEMUAN 2
PERTUMBUHAN MIKROBA
A. Definisi Pertumbuhan Populasi Mikroba
Pertumbuhan merupakan penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pada uniseluler, pembelahan sel merupakan penambahan sel itu sendiri. Sedangkan pada multiseluler, pembelahan tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya.
Bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari satu sel membelah menjadi dua sel baru. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri yaitu waktu generasi.
B. Penghitungan waktu generasi
N = N0 2n
Ket:
N = jumlah sel akhir, N0 = jumlah sel awal, 2N = jumlah generasi
Waktu generasi = t/n
T = waktu pertumbuhan eksposional, n = jumlah generasi
Waktu generasi juga dapat dihitung dari slope garis dalam plot semilogaritma kurva pertumbuhan eksponensial, yaitu dengan rumus: slope = 0,301/ waktu generasi.
C. Pengukuran Pertumbuhan
Pertumbuhan diukur dari perubahan jumlah sel atau berat kering massa sel. Jumlah sel dihitung dari jumlah sel total (keseluruhan) dengan tidak membedakan sel hidup atau mati (viablecount).
Alat untuk menghitung mikroba
alat Petroff-Hausser Bacteria Counter (PHBC) untuk menghitung bakteri.
Alat Haemocytometer untuk menghitung khamir, spora, atau sel-sel
yang ukurannya relatif lebih besar dari bakteri.
Cara menghitung jumlah sel hidup:
Metode Plate Count atau Colony Count
Metode taburan permukaan (spread plate method).
Metode taburan (pour plate method).
Filter Membran dan Most Probable Number
Menggunakan medium cair.
Sampel mikrobia dibuat seri pengenceran.
Pertumbuhan sel diukur dari massa sel, secara tidak langsung mengukur TURBIDITAS (tingkat kekeruhan) cairan medium tumbuh.
Cara Perhitungan:
Massa sel dipisahkan dari cairan mediumnya menggunakan alat sentrifus (pemusing) sehingga dapat diukur volume massa selnya atau diukur berat keringnya (dikeringkan dahulu dengan suhu 90-1100C semalam), umumnya berat kering bakteri adalah 10-20 % dari berat basahnya.
Pengukuran Turbiditas
- Photometer (penerusan cahaya).
- Spektrofotometer (optical density/OD).
Pertumbuhan populasi mikroba
Bakteri akan tumbuh memperbanyak diri. Jika jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu akan diperoleh kurva pertumbuhan. Untuk mengetahui pertumbuhan mikrobia dilakukan dengan cara membiakan mikrobia.
Dua sistem pembiakan mikrobia, yaitu:
- Biakan Sistem Tertutup (Batch Culture)
- Biakan Sistem Terbuka (Continous Culture)
Fase-fase pada kurva pertumbuhan
1. Fase Permulaan
2. Fase Pertumbuhan yang dipercepat
3. Fase Pertumbuhan logaritma (eksponensial)
4. Fase Pertumbuhan yang mulai dihambat
5. Fase Stasioner maksimum
6. Fase Kematian dipercepat
7. Fase Kematian logaritma
FAKTOR LINGKUNGAN MIKROBA
Aktivias mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan abiotik. Aktivitas mikroba mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Faktor abiotik
1. Suhu
1. Suhu pertumbuhan mikroba: suhu minimum, suhu optimum, suhu
maksimum. Mikroba dikelompokan menjadi:
- Psikrofil (kriofil) dapat tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C
- Mesofil umumnya mempunyai suhu minimum 150C, suhu optimum 25-370C, dan suhu maksimum 45-550C
- Termofil tahan hidup pada suhu tinggi
2. Pengaruh Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi di atas suhu maksimum, akan memberikan beberapa macam reaksi:
o Titik Kematian Thermal
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal ialah: waktu, kelembaban, suhu, spora, umur mikroba, dan pH.
o Waktu Kematian Thermal
3. Pengaruh suhu rendah
- Cold shock
- Pembekuan (freezing)
D. Lyofilisasi
2. Kandungan Air (pengeringan)
3. Tekanan Osmosis
Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan mikroba dapat dikelompokkan menjadi:
- Mikroba Osmofil : tumbuh pada kadar gula tinggi, contoh beberapa jenis khamir.
- Mikroba Halodurik : tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi (30 %).
E. Mikroba Halofil : dapat tumbuh pada kadar garam yang tinggi, contoh: bakteri
yang termasuk Archaebacterium, misalnyaHalobacterium.
4. Ion-ion dan Listrik
a. Kadar Ion Hidrogen (pH)
b. Buffer
c. Ion-ion lain
d. Listrik
e. Radiasi
f. Tegangan Muka
g. Tekanan Hidrostatik
h. Getaran
Faktor biotik
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba, ada interaksi positif dan interaksi negatif.
3. Interaksi antarpopulasi mikroba: netralisme, komensalisme, sinergisme,
mutualisme (simbiosis), kompetisi, amensalisme (antagonisme), parasitisme,
predasi.
NUTRISI DAN MEDIUM MIKROBA
Nutrisi adalah bahan makanan yang digunakan berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu: air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dansumber nitrogen.
Penggolongan mikroba berdasarkan Nutrien dan Oksigen
o Berdasarkan Sumber Karbon
1. Jasad Ototrof : memerlukan sumber karbon dalam bentuk anorganik, misalnya CO2 dan senyawa karbonat.
2. Jasad Heterotrof : memerlukan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik, yang dibedakan menjadi:
Jasad Saprofit : dapat menggunakan bahan organik yang berasal dari sisa jasad hidup atau sisa jasad yang telah mati.
Jasad Parasit : hidup di dalam jasad hidup lain dan menggunakan bahan dari jasad inang.
o Berdasarkan Sumber Energi
1. Jasad Fototrof : jika menggunakan energi cahaya.
2. Jasad Khemotrof : jika menggunakan energi dari reaksikimia.
Jika didasarkan atas sumber energi dan karbonnya, maka dikenal jasad Fotototrof, Fotoheterotrof, Khemoototrof dan Khemoheterotrof.
o Berdasarkan Sumber Donor Elektron
Jasad Litotrof : dapat menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa
anorganik seperti H2, NH3, H2S, dan S.
Jasad Organotrof : menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa organik.o Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
1. Jasad Aerob: menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satu-satunya aseptor hidrogen yang terakhir dalam proses respirasinya.
2. Jasad Anaerob, sering disebut anaerob obligat : tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir dalam proses respirasinya
3. Jasad Mikroaerob:hanya memerlukan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit
4. Jasad Aerob Fakultatif: dapat hidup dalam keadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat anaerob toleran
5. Jasad Kapnofil: memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2 tinggi.
Medium Pertumbuhan Mikroba
Medium memerlukan kemasaman (pH) tertentu tergantung pada jenis jasad yang ditumbuhkan. Macam Medium Pertumbuhan:
1. Medium Dasar/Basal Mineral
Medium yang mengandung campuran senyawa anorganik yang selanjutnya ditambah zat lain apabila diperlukan.
2. Medium Sintetik
Medium yang seluruh susunan kimia dan kadarnya telah diketahui dengan pasti.
3. Medium Kompleks
Medium yang susunan kimianya belum diketahui dengan pasti.
4. Medium Diperkaya
Medium yang ditambah zat tertentu yang merupakan nutrisi spesifik untuk jenis mikroba tertentu.
ENZIM MIKROBA
Enzim adalah katalisator organik (biokatalisator) yang dihasilkan oleh sel yang berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia. Setelah reaksi berlangsung, enzim tidak mengalami perubahan jumlah, sehingga jumlah enzim sebelum dan setelah reaksi adalah tetap. Enzim mempunyai selektivitas dan spesifitas yang tinggi terhadap reaktan yang direaksikan dan jenis reaksi yang dikatalisasi.
A. MEKANISME KERJA ENZIM
1. Enzim meningkatkan kecepatan reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.
2. Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk mengaktifkan suatu reaktan
sehingga dapat bereaksi untuk membentuk senyawa lain.
3. Saat berlangsungnya reaksi enzimatik terjadi ikatan sementara antara enzim
dengan substratnya (reaktan) yang bersifat labil dan hanya untuk waktu yang
singkat saja. Selanjutnya ikatan enzim-substrat akan pecah menjadi enzim dan
hasil akhir.
4. Enzim yang terlepas kembali setelah reaksi dapat berfungsi lagi sebagai
biokatalisator untuk reaksi yang sama.
B. STRUKTUR ENZIM
Pada umumnya enzim tersusun dari protein.
Dialisis enzim dapat memisahkan bagian-bagian protein.
Apoenzim apabila bergabung dengan bagian nonprotein disebut holoenzim yang
bersifat aktif sebagai biokatalisator.
Koenzim dan gugus prostetik berfungsi sama.
Koenzim berfungsi menentukan jenis reaksi kimia yang dikatalisis enzim.
Koenzim berfungsi menentukan jenis reaksi kimia yang dikatalisis enzim.
C. PENGGOLONGAN ENZIM
1. Berdasarkan tempat bekerjanya
a. Endoenzim (enzim intraseluler) yaitu enzim yang bekerjanya di dalam sel.
b. Eksoenzim (enzim ekstraseluler) yaitu enzim yang bekerjanya di luar sel.
2. Berdasarkan daya katalisis
a. Oksidoreduktase, mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi.
b. Transferase, mengkatalisis pemindahan gugusan molekul.
c. Hidrolase, mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis.
d. Liase, mengkatalisis pengambilan atau penambahan gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis.
e. Isomerase, mengkatalisis reaksi isomerisasi.
f. Ligase, mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul.
g. Enzim lain dengan tatanama berbeda, misalnya enzim pepsin.
3. Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya
a. Enzim konstitutif jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya.
b. Enzim adaptif, pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI ENZIMATIK
1. Substrat (reaktan)
2. Suhu
3. Kemasaman (pH)
4. Penghambat Enzim (Inhibitor)
5. Aktivator (Penggiat) atau Kofaktor
6. Penginduksi (Induktor)
BIONERGENETIK MIKROBA
Bioenergetik mikroba mempelajari penghasilan dan penggunaan energi oleh mikroba. Mikroba melakukan proses metabolisme yang terdiri atas katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan proses perombakan bahan disertai pembebasan energi (reaksi eksergonik). Anabolisme merupakan proses biosintesis yang memerlukan energi (reaksi endergonik).
A. Biooksidasi Dan Pemindahan Energi
Energi yang berasal dari cahaya harus diubah menjadi energi kimia sebelum digunakan dalam reaksi endergonik
Dalam sel, energi kimia terdapat dalam bentuk gugus organik berenergi tinggi.
Energi yang dibebaskan ATP tergantung pada keadaan hidrolisisnya, terutama pH dan kadar reaktan
Oksidasi dalam sel dikatalisis oleh enzim yang mempunyai kofaktor atau gugus prostetis.
B. FERMENTASI
Fermentasi suatu reaksi oksidasi-reduksi (respirasi anaerob)
Banyak jasad yang dapat melakukan fermentasi lewat (jalur) rangkaian reaksi kimia tertentu, antara lain melalui jalur:
1. Jalur Emden-Meyerhof-Parnas (EMP)
2. Jalur Entner-Doudoroff (ED)
3. Jalur Heksosa Mono Fosfat (HMP)
4. Jalur Heterofermentatif bakteri asam laktat
5. Jalur Metabolisme asam piruvat secara anaerob
C. RESPIRASI
Respirasi adalah proses oksidasi biologis dengan O2 sebagai aseptor elektronnya yang terakhir. Pada jasad eukariotik proses ini terjadi di dalam mitokondria, sedang pada jasad prokariotik terjadi di bawah membran plasma atau pada mesosome. Proses ini adalah fase kedua yang aerob dari perombakan gula fase pertama yang anaerob (glikolisis).
D. FOTOSINTESIS
Fotosintesis menggunakan cahaya sebagai sumber energi. Proses ini menggunakan pigmen klorofil untuk mengabsorpsi energi cahaya dan mengubah menjadi energi kimia. Jika klorofil terkena cahaya, akan mengabsorpsi sebesar h sehingga terangsang dan membebaskan elektron; klorofil menjadi bermuatan positif, elektron yang lepas akan bergerak lewat sistem transpor elektron dan kembali ke pusat reaksi klorofil.
E. PENGGUNAAN ENERGI OLEH JASAD
Energi digunakan dalam setiap reaksi endergonik dan reaksi eksergonik. Untuk memulai reaksi diperlukan energi aktivasi. Proses yang memerlukan energi antara lain proses biosintesis molekul kecil dan molekul makro, yang akhirnya menuju ke pertumbuhan dan pembiakan; penyerapan unsur makanan, gerak, dan sebagainya.
F. KATABOLISME MAKROMOLEKUL
Terjadi proses peruraian, antara lain:
1. Peruraian Karbohidrat
2. Peruraian Lemak
3. Peruraian Protein
4. Peruraian Asam Nukleat
Dibantu oleh enzim, dan selanjutnya dimetabolisme lewat siklus krebs.
D I P O S K A N O L E H R I S A F A N B I Y A D I 2 1 . 5 0
http://rissafauzia.blogspot.com/2010/11/mikrobiologi.html
RABU, 14 MEI 2014
Makalah Mikrobiologi (Isolasi Bakteri)
Isolasi Bakteri
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana
sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel
bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal
tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan
salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Pelezar, 2008).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian gram pada tahun 1884. Dengan
metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif
yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti mycoplasma sp (Nurodin, 2009)
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial.
Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel (Jimmo, 2008).
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya
dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu
dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari
isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba (Sutedjo, 1996).
Tujuan
Tujuan dari praktikum yaitu :
1. Mempelajari kegunaan pewarnaan untuk mempertinggi kontras antara sel bakteri dan sekelilingnya
dan mengamati ciri-ciri tertentu dari bakteri.
2. Memahami beberapa prosedur isolasi bakteri.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian gram pada tahun 1884. Dengan
metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif
yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. (Hadioetomo,
1985).
Prinsip dasar dari pengecatan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini
maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa (Junaidi, 2009).
Satu sifat penting dari bakteri dalam hubungannya dengan mikrobiologi adalah kemampuan
beberapa jenis bakeri untuk memproduksi struktur internal yaitu endospora. Endospora ini
umumnya terbentuk secara tunggal dalam sel guna menanggulangi keadaan lingkungan yang kurang
baik. Spora yang sudah masak dilepas oleh alam ke lingkungan sekitarnya. Spora-spora ini dapat
dilihat di bawah mikroskop fase kontras dan nampak sebagai bagian yang bercahaya terang baik di
dalam atau di luar sel. Spora-spora ini tahan terhadap keadaan fisik atau kimiawi yang ekstrim
seperti suhu, kekeringan dan bahan-bahan kimia pembasmi kuman dan pertumbuhan
memungkinkan, spora-spora tersebut tumbuh menjadi sel-sel vegetatif normal (Buckle, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna ,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah
meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus.
sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Jimmo,
2008).
Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel dinamakan pewarnaan
khusus, sedangkan pewarna yang digunakan untuk memilihkan mikroorganisme dinamakan
pewarnaan diferensial, pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan diferensial yang memilikan
bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif.pewarnaan diferensial yang lain adalah
pewarnaan Ziehl-Neelsen yang memilikan bakteri menjadi kelompok tahan asam dan kelompok
tidak tahan asam (Suriawaria, 2005).
Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat
menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau
dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia
diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah
dimengerti jenis-jenis nutrient yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam
lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Alat-alat
yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu.
Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan,
tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut (Widjoseputro, 1989).
Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran,
cara penuanagan, cara penggesekan, atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan
cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan (Waluyi,2007).
Untuk metode streak plate misalnya, mikroba diletakan didalam pada ujung palte
mengguanakan ose, lalu digoreskan pada permukaan medium agar tersebut dengan pola tertentu
yang khas. Ada pula metode Pour Plate atau penuanga. Metode ini dapat digunakan untuk
penghitungan bakteri secara langsung. Karena sebelum dituang bakteri tersebut diencerkan terlebih
dahulu. Sehingga syarat penghitungan langsung yaitu dalam 1 media terdapat 30-300 koloni dapat
terpenuhi (Stanier, 1982).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah biakan bakteri berumur 24 jam, larutan
biru metilen, larutan karbol fuksin basa, tinta cina, larutan nigrosin, larutan kristal violet (zat warna
1), larutan lugol (mordan), larutan aseton alkohol (larutan pemucat), larutan safranin (zat warna 2),
air, suspensi bahan yang mengandung bakteri, dan medium nutrien agar.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jarum ose, kaca obyek biasa, lampu
speritus, cawan petri steril, dan tabung reaksi berisi nutrien agar miring.
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Loboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru pada hari Selasa, 6 November 2012 pukul 14.00-16.00 WITA.
Prosedur kerja
Pengecatan Bakteri
a. pengecatan sederhana
1. Buat preparat ulas, kemudian fiksasi diatas api.
2. Beri larutan zat warna. Larutan zat warna yang digunakan adalah larutan biru metilen atau larutan
karbon fuksida basa.
3. Biarkann zat warna selama 30 detik.
4. Cuci dengan air dan keringkan dengan hati-hati dengan kertas saring.
5. Periksa dengan mikroskop pembesaran kuat dan diberi minyak imersi. Bila preparat ulas dan teknik
pewarnaan dilakukan dengan benar, maka mikroorganisme berwarna biru dengan larutan biru
metilen, dan berwarna merah dengan larutan karbol fuksin basa.
b. pengecatan negatif
1. Ambil 2 kaca obyek. Teteskan satu tetes tinta cina atau nigrosin pada bagian ujung kanan salah satu
kaca obyek.
2. Sentuhkan ose pada biakan bakteri, kemudian campur dengan tinta cina atau nigrosin di atas kaca
obyek.
3. Salah satu sisi kaca obyek yang lain diletakkan pada campuran tinta dan bakteri (atau campuran
nigrosin dan bakteri) sehingga tersebar pada seluruh sisi.
4. Gesekkan kaca obyek sebelah kiri, sehingga campuran tinta dan bakteri (atau campuran nigrosin dan
bakteri) membentuk lapisan yang tipis sekali.
5. Selanjutnya preparat dikering-anginkan. Preparat tidak boleh dipanaskan diatas api.
6. Periksa dengan mikroskop perbesaran kuat dan diberi minyak imersi. Bila teknik pewarnaan
dilakukan dengan benar, maka mikroorganisme terlihat transparant dengan latar belakang gelap.
c. Pengecatan gram
1. Buat preparat ulas, kemudian fiksasi di atas api.
2. Beri larutan kristal violet selama satu menit.
3. Cuci denagn air.
4. Beri larutan lugol selama 1 menit.
5. Beri larutan pemucat selama 10-20 detik. Perhatikan waktu pemucatan, karena pemucatan terlalu
lama akan memberikan hasil pewarnaan yang menyimpang.
6. Cuci dengan air.
7. Beri larutamn safranin selama 15 detik.
8. Cuci dengan air, kemudian keringkan dengan kertas saring.
9. Periksa dengan mikroskop pemberasan kuat dan di beri minyak imersi.
Isolasi Bakteri
1. Cairkan nutrien agar (dalam labu Erlenmayer) pada penangan air.
2. Dinginkan sampai suhu ±500 C.
3. Tuangkan medium agar tersebut kedalam cawan petri steril secara aseptik, biarkan sampai dingin
dan padat.
4. Pijarkan ose, kemudian dinginkan. Gunakan ose tersebut untuk mengambil ( satu mata ose) suspensi
bahan yang mengandung bakteri secara aseptik.
5. Ose disentuhkan pada lempengan agar dalam cawan petri dan digoreskan (goresan T atau kuadran).
Sewaktu menggores ose dibiarkan meluncur di atas permukaan lempengan agar dalam cawan Petri
dan digoreskan (goresan “T” atau kuadran). Sewaktu menggores ose dibiarkan meluncur diatas
permukaan lempengan agar. Agar yang luka menggangu pertumbuhan bakteri sehingga sulit
diperoleh koloni yang terpisah.
6. Pijarkan ose setelah menggores suatu daerah.
7. Balikkan cawan petri dan beri etiket pada dasar cawan. Kemudian inkubasikan pada suhu yang sesuai
(370 C)
8. Ambil 1 mata ose suspensi bakteri dan gorskan pada permukaan medium agar miring dengan
gerakan zig-zag.
9. Berikan etiket pada tabung, kemudian inkubasikan pada suhu yang sesuai (370 C).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah :
Tabe 1. Pengecatan Bakteri (Pengecatan Sederhana)
NO. Gambar Keterangan
1. Pembuatan preparat ulas dan
memfiksasi di atas api
2. Memberikan xat warna biru
metilen
3. Cuci preparat dan bersihkan
dengan kapas
4. Melihat hasil menggunakan
mikroskop
5. Hasil pembesaan menggunakan
mikroskop
Table 2. Isolasi Bakteri
NO. Gambar Keterangan
1. Mencairkan NA dalam
penangan air
2. Menuangkan NA pada pada
cawan petrei
3. Mengambil suspense bakteri
menggunakan ose
4. Menggoreskan jarum ose yang
mengandung bakteri pada
medim NA
5. Diberi cling wolf pada cawan
Pembahasan
Praktikum ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu : pengecatan bakteri dan isolasi bakteri. Pada
pengecatan menggunakan bakteri biakan yang berumur 24 jam dan zat warna biru metilen.
Pewarnaan digunakan untuk melihat salah satu struktur sel dinamakan pewarnaan khusus,
sedangkan pewarna yang digunakan untuk memilihkan mikroorganisme dinamakan pewarnaan
diferensial, pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan diferensial yang memilikan bakteri
menjadi kelompok gram positif dan gram negatif.pewarnaan diferensial yang lain adalah pewarnaan
Ziehl-Neelsen yang memilikan bakteri menjadi kelompok tahan asam dan kelompok tidak tahan
asam. pewarnaan atau pengecata ini menggunakan cara pewarnaan atau pengecata sederahan.
Pertama-tama memasukkan ose kedalam tabung yang berisi biakan bakteri kemudian mengoleskan
pada preparat dan difiksasi setelah itu diberikan zat pewarna biru metilen. Biarkan selama beberapa
detik kemudian bilas
dengan air dan keringkan menggunakan tisu. Pengeringan dilakukan agar kandungan air pada
preparat tidak terlalu banyak. Setelah itu periksa dengan mikroskop dengan pembesaran kuat dan
diberi minyak imersi. Minyak imersi digunakan untuk memperjelas gambar.
Praktikum yang kedua yakni isolasi bakteri. Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang
terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba Pada praktikum ini digunakan suspensi bahan yang mengandung bakteri
dan nutrient agar. Mula-mula mencairkan NA yang padat dalam penangas air kemudian didiamkan
sebentar hingga suhu ± 50o C. Tuangkan larutan NA tersebut dalam cawan petri kemudian disimpan
padaair laminar flow agar dalam cawan tidak terdapat embun dalam cawan. Panaskan ose kemudian
goreskan pada suspense bahan yang mengandung bakteri setelah itu sentuhkan kembali ose
tersebut pada cawan NA yang dibuat tadi dan menggoreskan sedikit pada NA agar yang luka
mengganggu pertumbuhan bakteri sehingga sulit diperoleh koloni yang terpisah. Kemudian fiksasi
dengan api sekeliling cawan dan bungkus dengan cling wolf dapa sisi cawan secara menyeluruh
kemudian dibeli label.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengecatan pada bakteri berfungsi untuk memaksimalkan seluruh dinding pada bakteri tersebut.
2. Pengecata dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya pengecatan sederhana, pengecatan
negative dan pengecatan gram.
3. Pengecatan menggunakan biru metilen akan menghsilkan warna biru sedangkan jika menggunakan
karbol fuksin basa akn menghasilkan warna merah.
4. Isolasi bakteri harus dalam keadaan steril karena jika tidak bakteri atau jamur lain akan tumbuh
sehingga hasil yang di dapat bukan baktiri murni.
5. Penggoresan pada permukaan NA berfungsi agar mengganggu pertumbuhan bakteri sehingga koloni
tidak terpisah.
Saran
Adapun saran dalam praktikum ini adalah agar dalam pelaksanaan praktikum selalu
memperhatikan waktu karena waktu prktikum kita terbatas dan kerjasama antar praktikan harus
ditingkatkan lagi sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle. 2007. Mikrobiologi Terapan. Universitas. Gajah Mada. Yogyakarta.
Hadioetomo. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia. Jakarta.
Jimmo. 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,. diakses pada tanggal 12 November 2012.
Junaidi, W. 2009. Pengecatan Gram Pada Bakteri. http://junaidi-wawan. blogspot.com.Diakses tanggal 12 November 2012.
Nurodin, A. 2009. http://adenurodin.blogspot.com/2009/12/pembuatan-preparat-bakteri-pewarnaan.html diakses pada 12 November 2012.
Pelezar, C. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Suriawaria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Djambatan. Jakarta.
Sutedjo, M. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Stanier, R. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Waluyi, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.
Widjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.
.
by: https://www.facebook.com/akbar.dinotrin
Diposkan oleh Bebek Jantan di 06.04
http://makalahunlam.blogspot.com/2014/05/makalah-mikrobiologi-isolasi-bakteri.html
Archaebacteria (Archaea) : Pengertian, Ciri-ciri, Struktur Sel, Contoh
2:00 AM
Archaebacteria (Archaea) : Pengertian, Ciri-ciri, Struktur dan Fungsi Sel - Archaebacteria terdiri dari
bakteri-bakteri yang hidup di tempat-tempat kritis atau ekstrim, misalnya bakteri yang hidup di air
panas, bakteri yang hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan bakteri yang hidup di tempat yang
panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan di lahan gambut. Menurut para ahli, Archaebacteria
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim
(termoasidofil). Secara struktural, kelompok prokariotik ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu
dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan, ribosomnya mengandung beberapa jenis RNA-
polimerase sehingga lebih mirip eukariotik, dan plasmanya mengandung lipid dengan ikatan ester.
Metanogen merupakan kelompok prokariotik yang mereduksi karbondioksida (CO2) menjadi metana
(CH4) menggunakan hidrogen (H2). Metanogen merupakan mikroorganisme anaerob, tidak
membutuhkan oksigen karena baginya oksigen merupakan racun. Metanogen memiliki tempat hidup
di lumpur dan rawa, tempat mikroorganisme lain menghabiskan semua oksigen. Contohnya
adalahMethanococcus janascii (Gambar ).
Gambar 1. Methanococcus jannaschii © UC Berkeley Electron Microscope Lab
Akibatnya rawa akan mengeluarkan gas metana atau gas rawa. Beberapa spesies lain yang
termasuk kelompok metanogen hidup di lingkungan anaerob di dalam perut hewan seperti sapi,
rayap, dan herbivora lain yang mengandalkan makanan berselulosa. Metanogen berperan penting
dalam nutrisi. Contohnya adalah Succinomonas amylolytica yang hidup di dalam pencernaan sapi
dan merupakan pemecah amilum. Peran lain metanogen adalah sebagai pengurai, sehingga bisa
dimanfaatkan dalam pengolahan kotoran hewan untuk memproduksi gas metana, yang merupakan
bahan bakar alternatif.
Halofil ekstrim merupakan kelompok prokariotik yang hidup di tempat yang asin, seperti di Great Salt
Lake (danau garam di Amerika) dan Laut Mati. Kata halofil berasal dari bahasa Yunani, halo yang
berarti ‘garam’, dan phylos yang berarti ‘pencinta’. Beberapa spesies sekadar memiliki toleransi
terhadap kadar garam, tetapi ada pula spesies lain yang memerlukan lingkungan yang sepuluh kali
lebih asin dari air laut untuk dapat tumbuh. Beberapa koloni halofil ekstrim membentuk suatu buih
bewarna ungu. Warna tersebut adalah bakteriorhodopsin. Bakteriorhodopsin merupakan suatu
pigmen yang menangkap energi cahaya.
Sedangkan Termofil ekstrim adalah kelompok organisme prokariotik yang hidup di lingkungan yang
panas, optimum pada suhu 60 - 80 oC. Contohnya adalahSulfolobus sp. yang hidup di mata air
panas bersulfur di Yellowstone National Park (Amerika Serikat).
Gambar 2. Sulfolobus metallicus (Etzel et al., 2007)
Sulfolobus sp. hidup dengan mengoksidasi sulfur untuk memperoleh energi. Karena suka dengan
panas dan asam, kelompok ini disebut juga termoasidofil. Jenis lain yang memetabolisme
sulfur adalah organisme prokariotik yang hidup pada air bersuhu 105 oC di dekat lubang hidrotermal di
laut dalam (kawah gunung api bawah laut). Termofil ekstrim merupakan kelompok prokariotik yang
paling dekat dengan organisme eukariotik.
The Black Smookers
The black smokers adalah sebutan untuk kawah gunung api di dasar laut. Di sana terdapat berbagai
bentuk kehidupan yang unik dan kondisi lingkungannya juga sangat ekstrim. Contohnya adalah
sejenis termofil ekstrim yang hidup bersimbiosis dengan cacing tabung (Acetabularia)
(www.deepseanews. blogspot.com)
Referensi :
Etzela, K., A. Klinglb, H. Huberb, R. Rachelb, G. Schmalzc, M. Thommb, W. Depmeiera. 2008.
Etching of {111} and {210} synthetic pyrite surfaces by two archaeal strains, Metallosphaera sedula
and Sulfolobus metallicus. Hydrometallurgy, 94 (1–4): pp. 116–120. DOI :
10.1016/j.hydromet.2008.05.026.
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.
Berikut ini adalah makalah mengenai Struktur dan Organisasi Sel Archaea
Struktur dan Organisasi Sel Archaea
Pada awalnya Archaea merupakan salah anggota dari dunia prokariota yang mempunyai ciri belum
mempunyai pembagian ruang (kompartemensasi) yang jelas diantara komponen-komponen selnya.
Sehingga semua komponen selnya, termasuk bahan genetiknya terletak di dalam membran
sitoplasma (Yuwono 2005). Sebagian besar Archaea tidak berbeda nyata ketika diamati
menggunakan mikroskop cahaya, bahkan dengan resolusi paling tinggi sekalipun. Padahal secara
biokimia dan genetik mereka berbeda dari bakteri yang sebenarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan penelitian selanjutnya diketahui bahwa organisme ini memiliki sifat molekular yang
lebih mirip dengan Eukariot. Pada tahun 1990 peneliti dari Universitas Illinois, Dr. Carl Woese dan
koleganya dapat membuktikan bahwa Archaea memiliki perbedaan yang mendasar dengan bakteri
dan eukaria. Sehingga dia memisahkan Archaea ke dalam domain tersendiri yaitu Archaea.
Pemisahan ini berdasarkan pendekatan sekuen gen penyandi 16S rRNA yang bersifat universal bagi
seluruh organisme. Atas dasar penelitiannya tersebut, woese mengajukan bahwa kehidupan dibagi
menjadi 3 domain, yaitu Bacteria, Eukarya, dan Archaea (Woese et al., 1990). Beberapa anggota
Archaea diketahui merupakan organisme penghuni lingkungan paling ekstrim di bumi. Diantaranya
hidup di dekat kantung-kantung gas di dasar laut, sementara lainnya berada pada sumber mata air
panas atau bahkan pada air dengan kadar garam/asam yang sangat tinggi. Beberapa Archaea juga
ditemukan pada saluran pencernaan sapi, rayap. Mereka juga dapat hidup pada lumpur di dasar laut
tanpa ada oksigen sekalipun. Namun saat ini telah ditemukan beberapa Archaeayang juga hidup
pada kondisi normal seperti bakteri kebanyakan.
1.2. Tujuan
1. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui perbedaan struktur dan organisasi sel
pada Archaea dengan bakteri dan eukaria.
2. Dapat memahami perbedaan antara Archaeadan bakteri serta eukaria terkait struktur dan
organisasi selnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bentuk dan Ukuran Sel
Secara umum struktur sel Archaea memiliki bentuk yang hampir sama seperti bakteri, dan bentuknya
cukup beragam. Beberapa Archaea berbentuk batang/basil, bulat/kokus, atau spiral. Bahkan terdapat
beberapa Archaea yang memiliki bentuk “tidak biasa” , yaitu segitiga dan persegi panjang. Meskipun
morfologi sel relatif mudah untuk diamati, tetapi terkadang sulit untuk membedakan bakteri dan
Archaea, karena keduanya memiliki ragam bentuk yang hampir sama.
Gambar 3. Beberapa bentuk morfologi yang terdapat pada Archaea (a) Methanobrevibacter smithii; (b) Methanobacterium uliginosum; (c) Methanosphaera stadtmanae; (d) Methanoplanus limicola ;
(e) Methanospirillum hungatei; (f) Halobacteriumhalobium; (g) Halococcus morrhuae; (h)Thermoplasma acidophilum; (i) Methanolobus vulcani; (j) Pyrococcus furiosus; (k) Haloferax mediterranei; (l) Thermofilum
‘librum’; (m) Pyrodictium occultum; (n) Thermoproteus tenax.
Archaea merupakan organisme yang berukuran sangat kecil, yaitu sekitar 1.5-2.5 µm (Beveridge,
2001). Ukuran yang kecil ini memberikan keuntungan tersendiri bagi sel tersebut. Sel yang berukuran
lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan volume sel, jika
dibandingkan dengan sel yang berukuran lebih besar. Sehingga memiliki rasio permukaan terhadap
volume lebih tinggi. Rasio permukaan/volum memberikan beberapa akibat pada kehidupannya.
Sebagai contoh pada pertukaran nutrisi, sel yang memiliki rasio permukaan/volum lebih tinggi akan
mendukung pertukaran nutrisi lebih cepat dibanding yang lebih rendah, oleh karena itu sel yang lebih
kecil akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sel yang lebih besar karena memiliki rasio yang
lebih tinggi. Sedangkan secara genetik, hal ini dapat berdampak pada evolusi karena sel Archaea
adalah haploid, sehingga mutasi akan diekspresikan secara langsung. Sedangkan mutasi itu sendiri
adalah sumber dari suatu evolusi. Oleh sebab itu Archaea dapat lebih cepat menanggapi perubahan
lingkungan.
2.2 Membran sitoplasma pada Archaea
Struktur dasar dari membran sel Archaea tersusun atas fosfolipid. Struktur ini tersusun dari molekul
gliserol yang berikatan dengan fosfat pada ujung pertama (kepala) dan berikatan dengan rantai
samping yang berupa isoprenoid pada ujung lainnya (ekor).
Gambar 4. membran sel Archaea.
Karena sifatnya yang hidrofilik maka ketika membran sel berada pada lingkungan cair, ujung molekul
yang mengandung gugus fosfat akan berada pada permukaan luar membran yang berhubungan
langsung dengan lingkungan luar sel, dan sisi lainnya yang bersifat hidrofobik akan berada dibagian
dalam. Pelapisan seperti ini menciptakan penghalang kimia yang sangat efektif disekitar sel dan
membantu dalam menciptakan keseimbangan kimiawi. Secara komposisi, membran sel Archaea
memiliki perbedaan dengan membran sel bakteri dan eukaria. Perbedaan tersebut antara lain adalah
perbedaan kiralitas gliserol yang menjadi penyusun membran sel, ikatan antara gliserol dan rantai
samping isoprenoid berupa ikatan eter, rantai samping berupa isoprenoid bukan asam lemak seperti
pada bakteri dan eukaria, dan memiliki rantai samping yang bercabang.
2.2.1. Kiralitas dari gliserol
Gliserol yang digunakan Archaea untuk membentuk fosfolipid merupakan stereoisomer dari gliserol
yang digunakan untuk membentuk membran sel pada bakteri dan eukaria. Dua molekul yang
stereoisomer adalah cerminan satu sama lain. Pada membran sel bakteri dan eukaria, gliserol yang
menyusun membran selnya berupa D-Gliserol, sedangkan pada arkaea berupa L-gliserol.
Gambar 5. Struktur penyusun membran sel Archaea dan bakteri/eukaria.
2.2.2. Ikatan eter
Pada kebanyakan organisme, gliserol yang terdapat pada membran selnya akan berikatan dengan
rantai samping menggunakan ikatan ester. Namun tidak demikian halnya pada membran sel Archaea.
Ikatan yang terbentuk antara gliserol dan rantai samping pada membran sel Archaea adalah ikatan
eter. Hal ini memberikan fosfolipid yang dihasilkan memiliki sifat mekanik kimia yang berbeda dari
lipid membran organisme lain.
Gambar 6. Ikatan yang terbentuk pada membran sel bakteri/eukaria dan Archaea.
2.2.3. Rantai Isoprenoid
Archaea memiliki rantai samping penyusun fosfolipid yang berbeda dengan bakteri dan eukaria. Rantai samping penyusun fosfolipid pada bakteri dan eukaria adalah asam lemak, sedangkan pada Archaea rantai samping yang dimilikinya adalah isoprenoid. Isoprenoid merupakan hidrokarbon yang memiliki 20 atom C dan merupakan anggota paling sederhana dari kelas bahan kimia yang disebut terpene. Menurut definisi, terpene adalah molekul yang menghubungkan molekul isoprenoid bersama-sama.
Gambar 7. Struktur membran monolayer pada Archaea.
Lipid yang terdapat pada Archaea termoasidodfil dan metanogen adalah tetralipid, dimana ujung rantai samping phytanil pada struktur tetralipid berikatan secara kovalen dengan molekul gliserol yang lain. Sehingga akan membentuk struktur monolayer. Struktur seperti ini tidak memiliki area tengah yang kosong seperti pada struktur lipid bilayer. Sehingga struktur seperti ini memiliki resistensi yang lebih terhadap temperatur tinggi dibandingkan struktur lipid bilayer. Pada umumnya Archaea yang hidup optimal pada suhu tinggi, membran selnya terdiri dari lipid monolayer ataupun kombinasi antara lipid bilayer dan monolayer.
Gambar 8. Membran monolayer dan bilayer.
2.2.4. Rantai samping yang Bercabang
Tidak hanya rantai samping Archaea yang dibentuk dari komponen yang berbeda. Akan tetapi rantai sampingnya memiliki struktur fisik yang juga berbeda. Rantai samping pada membran sel Archaea memiliki cabang, karena penggunaan isoprenoid untuk membentuk rantai sampingnya. Asam lemak pada bakteri dan eukariot tidak memiliki rantai cabang, sehingga sifat ini menjadikan membran Archaea yang memiliki karakter unik. Hal ini menciptakan beberapa properti yang menarik di membran Archaea. Rantai samping isoprenoid bisa bergabung bersama-sama antara dua rantai samping fosfolipid tunggal atau bergabung ke rantai fosfolipid sisi lain di sisi lain membran (membentuk fosfolipid transmembran). Rantai samping tersebut juga dapat mempunyai kemampuan untuk membentuk cincin karbon. Hal ini terjadi ketika salah satu cabang mengelilingi dan mengikat atom bawah rantai untuk membuat cincin lima atom karbon. Cincin tersebut diperkirakan memberikan stabilitas struktural membran.
2.3 Dinding Sel Archaea
Archaea memiliki keragaman dalam hal lapisan yang menyelubungi selnya. Beberapa Archaea memiliki lapisan protein permukaan atau S-layer. Lapisan ini terdiri dari protein monomolekular yang identik atau lebih dikenal dengan sebutan glikoprotein (Kandler dan Konig, 1993). Lapisan ini secara langsung berhubungan dengan bagian luar membran plasma dan berfungsi untuk melindungi dari lisis osmotik. Lapisan ini juga dapat berfungsi sebagai penyeleksi molekul yang dapat masuk kedalam sel.
Gambar 9. S-Layer.
Selain S-Layer, diketahui beberapa Archaea juga memiliki struktur yang mirip dengan dinding sel pada bakteri, namun berbeda dalam hal komposisi kimia penyusunnya. Dinding sel Archaea tidak memiliki peptidoglikan namun memiliki molekul yang mirip dengan peptidoglikan yang disebut pseudomurein. Pseudomurein dibangun dari N-Asetil glukosamin dengan Asam N-Asetil talosamin uronat yang berikatan dengan ikatan glikosidik pada β-1,3 hal ini berbeda dengan peptidoglikan pada bakteri yang dibangun menggunakan N-Asetil glukosamin dan N-Asetil muramat yang berikatan pada β-1,4.
Gambar 10. Struktur pseudomurein.
Perbedaan lainnya adalah asam amino yang terdapat pada pseudomurein semuanya berupa L-Steroisomer. Struktur seperti ini memberikan dampak yang menguntungkan pada Archaea, yaitu dinding sel mereka resisten terhadap antibiotik dan juga tidak terpengaruh terhadap aktivitas lisosim dan protease yang umum (Konig, 2001). Beberapa Archaea tidak memiliki pseudomurein namun memiliki polisakarida lainnya, yaitu glutaminylglycan, heterosakarida, methanochondroitin.
2.4. Struktur Permukaan Sel Archaea, Inklusi Sel, dan Vesikula Udara
Penelitian mengenai struktur tambahan pada permukaan sel Archaea telah banyak dilakukan dengan memanfaatkan observasi elektron mikroskopis pada beberapa jenis Archaea. Penelitian ini menunjukkan beberapa tipe struktur tambahan pada permukaan sel Archaea, seperti pili dan flagella yang tampak seperti struktur yang ada pada bakteri, tetapi ternyata memiliki perbedaan. Selain itu struktur lain seperti cannulae (kanula), Hami, Iho670 Fibers, dan bindosome muncul sebagai struktur unik lain yang dimiliki oleh Archaea.
2.4.1. Struktur Permukaan Sel Archaea
a. Pili
Fimbriae dan pili merupakan struktur filamen yang tersusun atas protein yang memanjang dari permukaan sel dan memiliki banyak fungsi. Fimbriae memungkinkan sel untuk menempel pada suatu permukaan. Secara umum pili mirip dengan fimbriae, tetapi pili lebih panjang dan hanya satu atau sebagian kecil pili yang bisa melekat pada permukaan sel. Fungsi pili itu sendiri adalah untuk memfasilitasi pertukaran gen di antara sel pada suatu proses yang disebut sebagai konjugasi. Walaupun sebenarnya proses konjugasi tidak selalu diperantarai oleh pili.
Gambar 11. Tanda panah menunjukkan pili pada struktur permukaan sel.
b. Cannula, Hami, Iho670 Fibers, dan Bindosome
Struktur permukaan sel Archaea terdiri dari banyak bagian, yaitu kanula, hami, Cannula, Hami, Iho670 Fibers, dan Bindosome. Struktur permukaan tersebut tidak banyak dibahas seperti halnya pili dan flagella, hal ini disebabkan karena sistem genetik di dalam struktur tersebut tidak mudah untuk dipelajari dan tidak ditemukan pada semua jenis Archaea.
c. Cannulae (Kanula)
Kanula merupakan jaringan tubula yang sampai saat ini hanya ditemukan pada genus Pyrodictium. Kanula berupa pipa berongga berdiameter luar 25 nm (Gambar 12) yang sangat resisten terhadap panas dan proses denaturasi (Rieger et al., 1995). Strukturnya hampir sama dengan struktur permukaan sel lainnya yaitu terbentuk atas lapisan glikoprotein, yang memiliki tiga subunit glikoprotein yang homolog. Kanula menunjukkan aktivitasnya sebagai penghubung intraseluler antar ruang periplasmik sel yang berbeda (Nickell et al., 2003). Walaupun fungsi kanula belum diketahui secara jelas, tetapi dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kanula, sel dapat melakukan pertukaran nutrisi atau bahkan materi genetik.
Gambar 12. Kanula (Rieger et al., 1995).
d. Hami
Struktur permukaan Archaea yang lain adalah hamus atau hami (Gambar 13). Hami banyak ditemukan pada Archaea yang hidup di daerah suhu rendah yang mengandung kadar sulfat tinggi (cold sulphidic springs). Strukturnya menunjukkan filamen-filamen yang sangat kompleks dengan kenampakan seperti kawat berduri yang ujungnya memiliki kait dengan diameter 60 nm (Moissl et al., 2005). Masing-masing sel dikelilingi oleh sekitar 100 hami. Hami stabil pada kisaran temperatur dan pH yang luas yaitu antara 0-70 oC dan 0,5-11,5. Hami dapat bertindak sebagai perantara proses adesi seluler permukaan terhadap komposisi kimia yang berbeda sebagaimana adesi yang berlangsung di antara sel. Hami juga terbukti menjadi komponen protein utama dalam pembentukan biofilm Archaea, dimana sel membentuk susunan tiga dimensi yang jaraknya konstan melalui proses perlekatan antar sel Archaea (Henneberger et al., 2006).
Gambar 13. (a) Sekitar 100 hami keluar secara melingkar di permukaan sel. (b) Kenampakan kait
yang berada di ujung hami. Tanda panah menunjukkan lokasi kait. (c) Hami menunjukkan
kenampakan seperti kawat berduri (Moissl et al., 2005).
e. Bindosome
Bindosome (Gambar 14) adalah struktur Archaea yang diduga mempunyai fungsi unik pada Sulfolobus solfataricus (Albers dan Pohlschröder, 2009). Komponen struktural bindosome yang utama adalah substrat pengikat protein (substrat binding protein/SBP) yang diketahui sebagai glikoprotein (Elferink et al., 2001), yang disusun oleh Pilin tipe IV seperti pada sekuen peptida sinyal dan mengandung protein khas yang diketahui mampu membentuk struktur oligomerik pada Archaea dan bakteri. Susunan oligomerik komplek berperan dalam penyerapan gula, hal ini dapat membantu S. solfataricus untuk dapat tumbuh pada substrat yang bervariasi (Ng et al., 2008).
Gambar 12. Gambar asli bindosome belum diketahui secara pasti, dan gambar diatas merupakan
formasi alternatif yang menunjukkan bindosome terletak pada S-layer (Ng et al., 2008).
f. Iho670 Fibers
Pada pertengahan tahun 2009 telah dilakukan penelitian oleh Muller et al. mengenai struktur permukaan Ignicoccus hospitalis, hasilnya menunjukkan adanya tambahan permukaan sel baru yang kemudian diberi nama Iho670 fiber (Gambar 15). Iho670 fiber merupakan struktur yang sangat rapuh, berbeda dengan flagella dan pili yang memliliki struktur primer dari protein. Hal ini juga menunjukkan bahwa Iho670 fiber bukan salah satu organel sel yang motil. yang menjadi bagian menarik adalah bahwa komponen utama Iho670 fiber disintesis oleh Pilin tipe IV seperti peptida sinyal dan diproses oleh peptidase prepilin homolog. Karena Pilin tipe IV seperti sistem ini juga digunakan untuk flagela, pili tertentu, dan bindosome dalam Archaea, Pilin tipe IV menjadi jalur yang sangat banyak digunakan oleh Archaea dalam hal perakitan struktur permukaan.
Gambar 13. Hasil analisis serat Ignicoccus hospitalis menggunakan TEM (Transmission Electron
Microscopy) yang mengindikasikan adanya Iho670 fibers.
2.4.2. Inklusi Sel
Di dalam sel prokariotik biasanya terdapat senyawa lain yang menyertai sel di dalam sitoplasma yang disebut dengan inklusi sel. Inklusi sel berfungsi sebagai energi cadangan atau sebagai tempat penyimpanan struktur building blocks. Penyimpanan karbon atau senyawa lain di dalam inklusi yang tidak larut dalam air bermanfaat bagi sel karena dapat mengurangi tekanan osmotik yang dapat mungkin terjadi apabila senyawa dalam jumlah yang sama terlarut dalam sitoplasma (Madigan et al., 2012).
Gambar 16. Tanda panah menunjukkan poly-β-hydroxyalkanoat (PHA) (Madigan et al., 2012).
Salah satu jenis inklusi sel yang paling banyak ditemukan di dalam organ prokariotik adalah asam poly-β-hydroxybutirat (PHB). PHB adalah lipid yang tersusun atas unit-unit asam β-hydroxybutirat. Sedangkan polimer yang diproduksi oleh Archaea adalah poly-β-hydroxyalkanoat (PHA) (Gambar 16). PHA disintesis oleh Archaea di dalam polimer penyimpanan ketika sel mengalami kondisi pertumbuhan yang tidak seimbang. PHA merupakan salah satu jenis komoditas plastik yang dapat dirombak menjadi karbondioksida dan air melalui proses mineralisasi mikrobiologis secara alami.
2.4.3. Vesikula Udara
Salah satu jenis Archaea yang bersifat planktonic dan mampu hidup di air laut adalah Nitrosopumilus maritimus dari kelompok Crenarchaeota (Brochier-Armanetet al., 2011). Jenis organisme ini mampu mengapung di air laut karena memiliki vesikula udara. Kemampuan mengapung yang dimilikinya memungkinkan untuk menempatkan diri dalam kolom air untuk dapat merespon kondisi lingkungan.
Gambar 17. Vesikula udara pada struktur permukaan sal Archaea.
Secara umum struktur vesikula udara tersusun atas protein yang berbentuk kumparan, berongga namun kaku dengan panjang dan diameter yang bervariasi (Gambar 17). Panjang vesikula udara yang dihasilkan oleh masing-masing organisme berbeda-beda, mulai dari 300 sampai lebih dari 1000 nm dengan lebar 45 sampai 120 nm, tetapi kisaran ukuran tersebut masih bisa berubah-ubah.
Jumlah vesikula dalam satu organisme sangat bervariasi mulai dari sedikit hingga ratusan tiap selnya, kedap air dan larut dalam gas (Madigan et al., 2012).
2.5 Pergerakan Sel Archaea
a. Flagella Archaea
Flagella Archaea berukuran sangat kecil hingga mencapai setengah dari ukuran flagella bakteri, yaitu 10-13 nm (Madigan et al., 2012). Flagella Archaea memberikan kemampuan terhadap sel Archaea untuk dapat bergerak memutar seperti halnya bakteri. Flagella Archaea tidak hanya sebagai alat untuk bergerak, tetapi juga berperan dalam
interaksi di dalam sel dan sebagai pengenal pada permukaan sel sebagai syarat terbentuknya biofilm pada beberapa Archaea. Flagella ditemukan pada semua sub kelompok utama Archaea Crenarchaeota dan Euryarchaeota yaitu halofil, haloalkalofil, metanogen, hipermetrofil, dan termoasidofil. Sampai saat ini telah dilaporkan berbagai macam Archaea yang memiliki flagella, termasuk Methanococcus, Halobacterium, Sulfolobus, Natrialba, Thermococcus dan Pyrococcus (Ng et al., 2006).
Gambar 18. (a) Sel Methanococcus maripaludis dengan diameter 1μm menunjukkan banyaknya
flagella yang terdapat di permukaan selnya dan (b) flagella yang telah dimurnikan dari
selMethanococcus maripaludis. Tanda panah menunjukkan kait di ujung flagella.
Secara umum penampakan flagella Archaea (Gambar 18) mirip dengan flagella bakteri tetapi flagella Archaea memiliki pergerakan yang unik seperti pada pili bakteri tipe IV (Jarrell et al., 2007). Kemiripan ini meliputi struktur flagella termasuk keberadaan jumlah gen pada masing-masing struktur. Pada awal penelitian mengenai flagella Archaea, diketahui kemiripan antara flagella Archaea dengan pili bakteri tipe IV adalah pada N-termini (Faguy et al., 1994) dan adanya pilin tipe IV yang mirip sinyal peptide (Kalmokoff and Jarrell, 1991). Penelitian terbaru menyebutkan bahwa protein yang ada pada flagella Archaea maupun pili bakteri tipe IV adalah ATPase (Bayley and Jarrel, 1998), membran protein (Peabody et al., 2003) dan sinyal peptidase (FlaK/PibD) (Bardy and Jarrel, 2002).
Salah satu perbedaan antara flagella Archaea dengan flagella bakteri diketahui pada penelitian yang dilakukan tahun 2008 oleh Streif et al. mengenai pergerakan memutar pada flagella Archaea, hasilnya menunjukkan bahwa pergerakan flagella tersebut didukung oleh proses hidrolisis ATP dan bukan dari proton atau natrium seperti yang digunakan oleh flagella bakteri.
b. Kemotaksis Archaea
Kemotaksis merupakan respon gerakan Archaea terhadap rangsangan dari senyawa kimia. Walaupun Archaea termasuk ke dalam kelompok yang berbeda dari bakteri, tetapi banyak spesies Archaea yang memiliki sifat kemotaksis. Berbagai macam protein yang mengatur proses kemotaksis pada bakteri juga ditemukan pada Archaea yang mampu bergerak (motil).
2.6. Pengemasan DNA Archaea
Dalam filogenetik Archaea berbeda dengan bakteri, walaupun keduanya memiliki beberapa kemiripan dalam struktur sel. Perbedaan ini lebih pada taraf molekular antara keduanya, dimana Archaea memiliki banyak kesamaan dengan eukaria. Salah satu contohnya adalah pengemasan DNA pada Archaea.
DNA pada Archaea dikemas dalam bentuk sirkular, dimana pada beberapa Archaea pengemasannya melibatkan DNA-girase dan protein histon untuk membentuk struktur DNA superkoil. Hal ini berbeda dengan bakteri yang membentuk struktur DNA superkoil dengan bantuan DNA-girase saja. Pengemasan DNA menggunakan protein histon seperti ini mirip dengan pengemasan DNA pada eukaria. Protein histon yang ditemukan pada Archaea berukuran lebih pendek dibandingkan dengan protein histon eukaria, tetapi keduanya memiliki sekuen asam amino dan struktur 3 dimensi yang homolog.
Pada beberapa Archaea juga ditemukan beberapa titik awal replikasi, dimana protein yang mengenali
titik awal replikasi dan sintesis DNA memiliki banyak kemiripan dengan eukaria dibandingkan dengan bakteri. Selain itu Archaea juga memiliki beberapa RNA polimerase. Hal ini berbeda dengan bakteri yang hanya memiliki satu RNA polimerase. Faktor transkripsi yang dimiliki Archaea juga memiliki kemiripan dengan faktor transkripsi pada eukaria. Beberapa gen penyandi tRNA dan rRNA Archaea memiliki intron. Intron yang terdapat pada Archaea diproses dengan mekanisme yang sedikit berbeda dengan intron pada eukaria. Sedangkan pada bakteri tidak ditemukan intron.
Pada saat sintesis protein Archaea membutuhkan ribosom yang fungsional serta beberapa faktor translasi. Ribosom yang terdapat pada Archaea mirip dengan ribosom pada bakteri, yaitu sama-sama 70S. Namun faktor translasi yang ditemukan pada Archaea ternyata dua kali lebih banyak dibanding dengan yang ada pada bakteri. Bakteri dan Archaea menggunakan asam amino yang berbeda pada awal proses translasi. Asam amino yang digunakan bakteri adalah N-formil metionin, sedangkan Archaea adalah metionin. Metionin juga merupakan asam amino yang digunakan eukaria untuk awal proses translasi. Secara keseluruhan, perbandingan sekuen menunjukkan beberapa kesamaan antara eukaria dan Archaea dalam hal RNA dan protein yang digunakan untuk membentuk translation machine.
BAB III
KESIMPULAN
1. Archaea merupakan organisme yang terpisah antara bakteri dan eukaria.
2. Beberapa Archaea memiliki kemampuan untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan yang
ekstrim, seperti salinitas tinggi dan temperatur tinggi, karena struktur membrannya yang
berbeda yaitu adanya ikatan eter dan komposisi membran monolayernya.
3. Archaea memiliki struktur tambahan permukaan sel yang tidak ditemukan pada bakteri atau
pun eukaria, seperti canullae, hami, bindosome, Iho670, fibers.
4. Archaea memiliki sifat kemotaksis seperti pada bakteri. Berbagai macam protein yang
mengatur proses kemotaksis pada bakteri juga ditemukan pada Archaea.
5.
DAFTAR PUSTAKA6.
Albers S dan Pohlschr¨oder M. 2009. Diversity of Archaeal type IV pilin-like structures,” Extremophiles, vol. 13, no. 3, pp. 403–410.
Bardy SL dan Jarrell KF. 2002. Flak of the archaeon Methanococcus maripaludis possesses preflagellin peptidase activity, FEMS Microbiology Letters, vol. 208, no. 1, pp. 53– 59.
Bayley DP dan Jarrell KF. 1998. Further evidence to suggest that Archaeal flagella are related to bacterial type IV pili,Journal of Molecular Evolution, vol. 46, no. 3, pp. 370–373.
Brochier-Armanet, CP. Deschamps, P. López-García, Y. Zivanovic, F. Rodríguez-Valera and D. Moreira. 2011. Complete-fosmid and fosmid-end sequences reveal frequent horizontal gene transfers in marine uncultured planktonic Archaea. The ISME Journal. Vol. 5. p.1291-1302.
Elferink MGL, Albers S, Konings W, and Driessen AJM. 2001. Sugar transport in Sulfolobus solfataricus ismediated by two families of binding protein-dependent ABC transporters. Molecular Microbiology, vol. 39, no. 6, pp.1494–1503.
Faguy DM, Jarrell KF, Kuzio J, and Kalmokoff ML. 1994. Molecular analysis of Archaeal
flagellins: similarity to the type IV pilin—transport superfamily widespread in bacteria. Canadian Journal of Microbiology, vol. 40, no. 1, pp. 67–71.
Henneberger R, Moissl C, Amann T, Rudolph C, dan Huber R. 2006. New insights into the lifestyle of the cold-loving SM1 euryarchaeon: natural growth as a monospecies biofilm in the subsurface, Applied and EnvironmentalMicrobiology, vol. 72, no. 1, pp. 192–199.
Jarrell KF, S. Y. Ng, and Chaban B. 2007. Flagellation and chemotaxis, in Archaea: Molecular and Cellular Biology, R. Cavicchioli, Ed., pp. 385–410, ASM Press, Washington, DC, USA.
Kalmokoff ML dan Jarrell KF. 1991. Cloning and sequencing of a multigene family encoding the flagellins of Methanococcus voltae, Journal of Bacteriology, vol. 173, no. 22, pp. 7113–7125.
Konig H. 2001. Archaeal cell wall. Di dalam : Encyclopedia of life science. Chichester : 1486-1493
Moissl C, Rachel R, Briegel A , Engelhardt H, and Huber R. 2005. The unique structure of Archaeal ’hami’, highly complex cell appendages with nano-grappling hooks,Molecular Microbiology, vol. 56, no. 2, pp. 361–370.
Muller, D.W., C. Meyer, S. Gurster, U. Kuper, H. Huber, R. Rachel, G. Wanner, R. Wirth, and A. Belack. 2009. The Iho670 fibers of Ignicoccus hospitalis: a new type of Archaeal cell surface appendage. Journal of Bacteriology. Vol. 191, No. 20. p. 6465–6468
Ng S.Y., B. Zolghadr, A.J.M. Driessen, S. J. Albers, and K. F. Jarelli. 2008. Cell surface structures of Archaea. Journal of Bacteriology. Vol. 190. No. 18. P. 6039–6047.
Ng, S. Y., B. Chaban, and K. F. Jarrell. 2006. Archaeal flagella, bacterial flagella and type IV pili: a comparison of genes and posttranslational modifications. J. Mol. Microbiol. Biotechnol. 11:167–191.
Nickell R, Hegerl R, Baumeister W, and Rachel R. 2003. Pyrodictium cannulae enter the periplasmic space but do not enter the cytoplasm, as revealed by cryo-electron tomography,Journal of Structural Biology, vol. 141, no. 1, pp. 34–42.
Peabody CR, Chung YJ, Yen MR, Vidal-Ingigliardi D, Pugsley AP, and Saier MH. 2003. Type II protein secretion and its relationship to bacterial type IV pili and Archaeal flagella, Microbiology, vol. 149, no. 11, pp. 3051–3072.
Rieger G,Rachel R, Hermann R, dan Stetter KO. 1995. Ultrastructure of the hyperthermophilic archaeon Pyrodictiumabyssi, Journal of Structural Biology, vol. 115, no. 1, pp. 78– 87.
Streif S, Staudinger WF, Marwan W, and Oesterhelt D. 2008. Flagellar rotation in the archaeon Halobacterium salinarum depends on ATP, Journal of Molecular Biology, vol. 384, no. 1, pp. 1–8.
Thoma C, Frank M, Rachel R. 2008. The Mth60 fimbriae of Methanothermobacter thermoautotrophicus are functional adhesins, Environmental Microbiology, vol. 10, no. 10, pp. 2785–2795.
Woese C, Kandler O, dan Wheelis ML. 1990. Towards a natural system of organisms: Proposal for the domains Archaea, Bacteria, and Eucarya. Proc. Nati. Acad. Sci. 8
Yuwono T. 2005. Biologi molekular. Safitri a, editor. Jakarta : Erlangga.
Pengertian Archaebacteria, Eubacteria dan BakteriIstilah Archaebacteria asalnya dari dari bahasa yunani, yaitu : archaio, yang artinya kuno.
Para ahli berpendapat bahwa Archaebacteria merupakan sel-sel paling awal (kuno) yang
memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan organisme eukariotik (memiliki membran inti
sel). Archaebacteria hidup di lingkungan yang ekstrim, mirip dengan lingkungan awal di
bumi.
Istilah Eubacteria juga asalnya dari bahasa Yunani, eu, artinya adalah sejati. Eubacteria
meliputi sebagian besar organisme prokariotik yang dapat hidup di manapun (kosmopolit).
Eubacteria disebut juga Bacteria, yang kemudian disederhanakan menjadi bakteri.
Eubacteria atau Bacteria (bakteri) digunakan sebagai acuan untuk seluruh organisme
prokariotik baik dari kelompok Archabacteria maupun Eubacteria, meskipun Archabacteria
dan Eubacteria sudah dipisahkan dalam kelompok (kingdom) yang berbeda.
Telepas dari masalah taksonomi, baik Archabacteria maupun
Eubacteria merupakan organisme prokariotik, sehingga pembahasan tentang Archabacteria
dan Eubacteria digabung dalam satu pokok pembahasan.
Istilah bakteri berasal dari kata bakterion yang artinya batang kecil. Bakteri merupakan
organisme uniseluler (bersel satu), tidak memiliki membran inti sel (prokariotik), dan pada
umumnya memiliki dinding sel tetapi tidak berklorofil. Bakteri ditemukan pertama kali oleh
Antony van Leeuwenhoek (seorang ilmuwan dari belanda, penemu mikroskop lensa tunggal)
pada tahun 1674. Istilah bacteria baru diperkenalkan pada tahun 1828 olehEhrenberg. Ilmu
yang mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Dibanding dengan organisme lainnya,
kelompok organisme prokariotik ini merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya
karena paling mudah bereproduksi.
Organisme prokariotik sangat mudah ditemukan di habitat manapun. Organisme prokariotik
mampu bertahan hidup di lingkungan yang sangat panas, dingin, asin, asam, atau basa.
Kajian evolusi mengungkapkan bahwa organisme prokariotik merupakan organisme paling
awal yang sudah hidup berevolusi di bumi selama hampir dua miliar tahun, kemudian
membentuk dua cabang utama evolusi, yaitu Archabacteria dan Eubacteria.
http://mudahbiologi.blogspot.com/2014/07/pengertian-archaebacteria-eubacteria.html
Kamis, 20 Maret 2014
Makalah Biologi Farmasi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kingdom Monera merupakan organisme yang terdiri atas dua kelompok besar, yaitu Archaebacteria dan Eubacteria. Berdasarkan cara memperoleh nutrisinya bakteri dikelompokkan menjadi bakteri heterotrof dan autotrof.
Virus memiliki ciri yang tidak dimiliki oleh organisme lain. Virus dapat dikatakan hidup dan berkembang biak jika berada pada sel atau jaringan hidup. Virus berkembang biak melalui siklus lisis dan siklus lisogenik.
Kingdom Protista merupakan salah satu kingdom yang anggotanya kebanyakan hidup di perairan, baik di perairan tawar maupun perairan laut. Kingdom Protista dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Protista mirip jamur, Protista mirip hewan, dan Protista mirip tumbuhan.
Hampir semua jamur merupakan organisme multiseluler, tetapi ada beberapa jamur yang uniseluler seperti ragi. Jamur merupakan organisme heterotrof. Jamur memperoleh makananya secara saprofit dan secara parasit. Kingdom fungi dibagi menjadi empat divisi, yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
B. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang monera, virus, protista, dan fungi, dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
C. Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
BAB II
PEBAHASAN
A. MONERA
1. Klasifikasi Monera
Anggota kingdom Monera bersifat prokariotik, yaitu inti sel tidak diselaputi membrane. Monera merupakan organisme sempurna. Monera sudah dapat melakukan metabolism makanan, membuang zat sisa, tumbuh, dan bereprokduksi.
Kingdom Monera terdiri atas dua subkingdom, yaitu Archaebacteria dan Eubacteria. Umumnya kingdom Monera terdiri atas Eubacteria (bakteri). Perbedaan antara Archaebacteria dan Eubacteria terletak pada komposisi RNA, ribosomnya, dan peptidoglikan pada dinding selnya.
1.1 Archaebacteria
Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang pertama muncul di bumi. Archabacteria disebut juga bakteri purba (archae = purba). Bakteri dari kelompok ini memiliki cirri yaitu hidup dalam kondisi lingkungan yang cukup ekstrim. Contohnya pada kondisi panas (termofil) dan asam (asidofil).
Berdasarkan lingkungannya tersebut, Campbell (1998:508) mengidentifikasikan tiga kelompok utama dari Archabacteria. Tiga kelompok tersebut yaitu Metanogen, Halofil ekstrim, dan Termofil ekstrim.
a. Metanogen
Archae ini dinamai sesuai dengan metabolisme energinya yang khas, yaitu H2 digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi metana (CH4). Metanogen merupakan Archae yang tergolong anaerob strict (tidak dapat mentolerir keberadaan oksigen). Artinya, Archae ini akan teracuni jika terdapat oksigen. Archae kelompok ini hidup di lumpur dan rawa tempat mikroorganisme lain yang telah menghabiskan semua oksigen.
Metanogen memiliki peranan sebagai pengurai yang penting. Spesies metanogen lainnya hidup dilingkungan anaerobik di dalam perut hewan, khususnya hewan yang memakan tumbuhan. Archae kelompok ini berperan penting dalam proses pembentukan nutrisi di hewan-hewan tersebut, terutama yang mengandalkan makanan berselulosa.
b. Halofil ekstrim
Archae kelompok ini memiliki cirri-ciri yaitu hidup di tempat-tempat yang memiliki salinitas yang tinggi, (halo = garam, dan philos = pecinta). Archae halofil memiliki arti pecinta garam atau hidup di tempat yang memiliki salinitas (kadsr garam) cukup tinggi. Misalnya di danau air asin dan di laut mati. Contoh dari Archae kelompok ini adalah Halobacterium salinarium.
Pada suatu larutan yang di penuhi oleh koloni halofil, akan membentuk suatu buih berwarna merah ungu yang dihasilkan oleh bakteriorhodopsin. Bakteriorhodosin merupakan suatu pigmen yang menangkap energi cahaya. Pigmen ini terdalam dalam membrane plasma.
c. Termofil ekstrim
Archae ini memiliki cirri-ciri hidup pada suhu yang ekstrim panas. Archae ini dapat bertahan hidup dalam lingkungan panas dengan suhu optimumnya 60oC sampai 80oC. bakteri ini hidup dengan
mengoksidasi sulfur. Contohnya,Sulfolobus yang menempati mata air panas sulfur di Yellowstone National Park, USA.
a b
(a) Contoh Archaebakteria kelompok termofil ekstrim, yaitu sulfolobus. (b) seorang ilmuan sedang mengambil contoh Archae dari kelompok termofil di mata air panas yang banyak mengandung sulfur.
1.2 Eubacteria
Eubacteria merupakan mikroorganisme yang memiliki ciri-ciri uniseluler mikroskopis, umumnya tidak berklorofil, dan termasuk sel prokariotik.
Bakteri bersifat saprofit atau parasit. Bakteri yang bersifat saprofit ada yang menguntungkan manusia, sedangkan yang bersifat parasit dapat menimbulkan penyakit, baik pada tumbuhan, hewan, manusi, maupun organisme lainnya.
a. Ukuran dan Bentuk Bakteri
Bakteri merupakan organisme mikroskopis dan rata-rata berdiameter 1,25 µm. Bakteri yang terkecil, Dialister pneumosintes panjang tubuhnya 0,15 µm-0,30 µm. Adapun bakteri yang terbesar, Spirillium volutans, panjang tubuhnya 13 µm-15 µm.
Menurut Mclaren dan Rotundo (1990: 242) berdasarkan bentuknya, bakteri dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Bentuk Bulat (Coccus)
Berdasarkan koloninya dibagi menjadi,
a) Diplococcus, yaitu bakteri tergabung secara berpasangan dua-dua;
b) Staphylococcus, yaitu bakteri berkelompok membentuk seperti buah anggur;
c) Streptococcus, yaitu bakteri yang membentuk rantai;
d) Sarcina, yaitu bakteri berkelompok membentuk kubus.
a b c d
2. Bentuk Batang (Bacillus)
Berdasarkan koloninya dibagi menjadi,
a) Diplobacillus, yaitu bakteri tergabung secara berpasangan;
b) Streptobacillus, yaitu bakteri tergabung membentuk pita yang panjang.
a b
3. Bentuk Spiral (Spirillum)
Berdasarkan koloninya dibagi menjadi
a) Spirillum, yaitu bakteri tunggal dengan flagela;
b) Spirochete, yaitu bakteri tunggal tanpa flagella.
a b
b. Struktur Bakteri
Tubuh bakteri memiliki struktur yang sederhana. Pada umumnya tubuh bakteri tersusun atas membrana plasma, dinding sel, dan sitoplasma. Perhatikan gambar berikut.
1. Membrana Plasma
Membran plasma adalah membran yang membatasi sitoplasma dan dinding sel serta tersusun atas lemak dan protein.
2. Dinding Sel
Membran sel diselaputi oleh dinding sel serta tersusun atas karbohidrat, lemak, protein, fosfor, garam anorganik, asam amino, dan asam diamino pimelik (hanya ditemukan pada sel bakteri dan alga biru). Dinding sel berfungsi melindungi dan member bentuk tubuh bakteri.
Bagian luar dinding sel beberapa bakteri diselaputi oleh lapisan lender yang dinamakan kapsul.
Bakteri berkapsul contohnya Diplococcus pneumonia (a). Dinding sel bakteri tertentu, misalnya Escherichia coli (b), memiliki suatu struktur yang menyerupai rambut dan disebut pili. Pili berfungsi sebagai pelindung bakteri.
a b
3. Sitoplasma
Sitoplasma bakteri tidak mengandung organel, seperti retikulum endoplasma, badan Golgi, mitokondria, lisosom, dan sentriol. Organel yang dimiliki bakteri adalah ribosom bebas. Di dalam sitoplasma terdapat pula materi genetik, yaitu DNA dan RNA.
Pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan biasanya bakteri berbentuk batang mampu membentuk endospora (lihat gambar).
c. Gerak Bakteri
Pada umumnya, bakteri bergerak dengan flagel yang tersusun oleh protein flagelin. Bakteri yang tidak mempunyai flagel disebut atrik. Berdasarkan jumlah dan letak flagelnya, bakteri dibedakan menjadi:
1. Monotrik, yaitu bakteri yang memiliki sebuah flagel di salah satu ujungnya.
2. Lopotrik, yaitu bakteri yang di salah satu ujungnya memiliki lebih dari satu buah flagel.
3. Amfitrik, yaitu bakteri yang di kedua ujungnya terdapat satu buah flagel atau lebih.
4. Peritrik, bakteri yang memiliki flagel di seluruh permukaan tubuhnya.
Di dalam media cair, bakteri bergerak dengan cara bergoyang, memutar, bergetar, dan gerakan melambung. Gerakan ini dinamakan gerak Brown.
d. Penggolongan Bakteri
Berdasarkan cara memperoleh nutrisi, bakteri di kelompokkan menjadi:
1. Bakteri Heterotrof
Bakteri heterotrof ialah bakteri yang membutuhkan sumber karbon dari senyawa organic atau bakteri yang tidak mampu membuat makanan sendiri. Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteri parasit, bakteri saprofit, dan bakteri patogen.
Bakteri parasit merupakan bakteri yang bersifat merugikan karena mengambil nutrisi langsung dari makhluk hidup yang ditempatinya (inang).
Bakteri saprofit adalah bakteri yang memperoleh nutrisi berupa zat organic dari organism mati atau organisme yang telah mengalami proses penguraian (membusuk).
Bakteri pathogen ialah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Bakteri Autotrof
Bakteri autotrof adalah bakteri yang mampu mengubah bahan anorganik menjadi bahan organic atau mampu membuat makanan sendiri. Bakteri yang mendapatkan energi dari cahaya disebut bakteri fotoautotrof, sedangkan bakteri yang mendapatkan energi dari senyawa anorganik disebut bakteri kemoautotrof. Contoh bakteri autotrof adalah Cyanobacteria.
a. Nostoc
Nostoc merupakan Cyanobacteria berbentuk koloni bola berlendir yang saling menempel sehingga membentuk filamen lingkaran tunggal seperti rantai kalung.
Di antara sel-sel penyusun yang membentuk rantai, terdapat sel kosong yang dinamakan heterokista.
b. Anabaena
Bentuk tubuh Anabaena menyerupai Nostoc. Keduanya memiliki persamaan dalam bentuk sel dan filamen. Anabaena hidup bersimbiosis dengan akar tumbuhan lain. Anabaena mengadakan reproduksi dengan spora.
c. Gloeocapsa
Gloeocapsa merupakan Cyanobacteria yang paling primitive.Gloeocapsa dapat ditemukan pada batu yang basah dan pada pot tanaman. Selnya berbentuk bulat sampai oval dengan warna hijau dan biru tersebar disekitar dinding sel. Setiap sel Gloeocapsa mengeluarkan lapisan gelatin.
d. Oscillatoria
Oscillatoria merupakan Cyanobacteria yang berbentuk filamen dengan bentuk menyempit dan tersusun oleh sel yang berbentuk cawan. Jika dalam filamen terdapat satu sel yang mati, salah satu sel dari salah satu sisi membentuk tonjolan mengisi sel yang mati dan dinamakan sel konkaf. Oscillatoria banyak ditemukan di kolam dan di danau.
e. Rivularia
Rivularia merupakan Cyanobacteria yang berbentuk cambuk. Sel-sel pada bagian pangkal ganggang lebih besar dari pada sel-sel ujungnya. Sel pertama pada pangkal benang merupakan heterokista yang berfungsi sebagai alat pembiakan.
a b c
d e
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri digolongkan menjadi bakteri aerob dan anaerob.
Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk melangsungkan aktivitasnya hidupnya.
Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk melangsungkan aktivitas hidupnya.
Selain itu, di kenal pula bakteri obligat dan bakteri fakultatif.
Bakteri obligat aerob adalah bakteri yang dapat melangsungkan aktivitas hidup jika kondisi oksigen benar-benar mencukupi. Contohnya, bakteri TBC.
Bakteri obligat anaerob adalah bakteri yang hanya dapat melangsungkan aktivitas hidupnya jika kondisi oksigen benar-benar tidak ada. Contohnya, bakteri tetanus.
Bakteri fakultatif anaerob adalah bakteri yang dapat hidup dalam kondisi ada atau tidak ada oksigen. Bakteri obligat anaerob yang terdapat pada makanan yang dikemas dalam kaleng adalah Clostridium botulinum (gambar)
e. Reproduksi Bakteri
Bakteri dapat memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Secara aseksual dengan cara pembelahan biner.
Pada reproduksi seksual terjadi rekombinasi kromosom atau gen tanpa didahului pembentukan zigot dan biasa disebut paraseksual.
1. Transforma
Pemindahan sebagian DNA dari sel bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain melalui pili dan DNA yang baru bergabung membentuk rekombinasi.
2. Transduksi
Pemindahan sebagian DNA dari satu bakteri ke bakteri lain dengan menggunakan virus untuk memindahkannya sehingga terjadi rekombinasi baru.
3. Konjugasi
Penggabungan DNA dari bakteri yang bersifat jantan (+) ke bakteri yang bersifat betina (-). Pemindahan materi genetik ini melalui pili, yang berfungsi menempelkan pada bakteri yang menjadi penerima.
2. Peran Monera Bagi Kehidupan
Bakteri merupakan organisme yang dapat merugikan sekaligus menguntungkan bagi kehidupan manusia. Berikut ini akan diuraikan Monera yang dapat menguntungkan dan merugikan.
2.1 Monera yang Menguntungkan
a. Archaebacteria dari kelompok Metanogen. Metanogen memiliki peranan penting dalam penguraian kotoran. Metan hasil penguraian kotoran sampah dan hewan dapat dijadikan bahan bakar.
b. Bakteri pembusuk sampah-sampah organik. Sampah-sampah organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan akan dibusukkan oleh bakteri. Bakteri pembusuk antara lain Pseudomonas, Xantomonas, Flavobacterium, danStreptomyces.
c. Bakteri nitrifikasi, yaitu bakteri yang mampu mengubah ammonium menjadi nitrat. Bakteri ini berfungsi menyuburkan tanah.
d. Bakteri Rhizobium, yaitu bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan (Leguminoceae).
e. Bakteri yang mampu mengikat nitrogen tanpa bersimbiosis dengan tanaman tinggi, yaitu Azotobacter.
f. Bakteri yang mampu membentuk antibiotic streptomisin, yaitu Streptomyces griceus.
g. Bakteri Escherichia coli berperan membusukkan sisa makanan dan membentuk vitamin K dan vitamin B12 yang berada dalam usus besar (kolon).
h. Bakteri yang berperan dalam pembuatan makanan dan bidang industri diantaranya sebagai berikut.
1) Bakteri Streptococcus termophylus dan Lactobacillus bulgaricus berperan dalam pembuatan yoghurt.
2) Bakteri Streptococcus sp. dan Propionibacterium skermanisi berperan dalam pembuatan keju.
3) Bakteri Pseudomonas sp. berperan dalam pembuatan vitamin B.
4) Bakteri Streptococcus lactis berperan dalam pembuatan kefir.
5) Bakteri Acetobacter sp. berperan dalam pembuatan asam asetat.
6) Bakteri Candida krussei berperan dalam pembuatan cokelat.
7) Bakteri Streptococcus termophylus berperan dalam pembuatan mentega.
8) Bakteri Acetobacter xylinum berperan dalam pembuatan nata de coco.
2.2 Monera yang Merugikan
a. Bakteri berikut adalah bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.
1) Clostridium tetani, menyebabkan penyakit tetanus.
2) Corynebacterium dipetri, menyebabkan dipetri.
3) Staphylococcus aereus, menyerang saluran pernapasan.
4) Staphylococcus pyogenes, menyerang sistem pernapasan.
5) Micrococcus gonorrhea, menyebabkan penyakit kelamin.
6) Diplococcus pneumoniae, menyerang paru-paru.
7) Klebsiella pneumonia, menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru.
8) Salmonella typhosa, menyebabkan penyakit tifus.
9) Shigella shigae, menyebabkan disentri.
10) Brucella abortus, menyebabkan abortus.
11) Pasteurella pestis, menyebabkan penyakit pes.
12) Hemophylus influenza, menyebabkan influenza.
b. Contoh bakteri yang menimbulkan pembusukan.
1) Flavobacterium dan Achromobacter, membusukkan telur.
2) Lactobacillus, membusukkan sayur-sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian.
3) Staphylococcus dan Achromobacter, membusukkan daging dan ikan.
c. Bakteri yang merusak makanan.
1) Clostridium botulinum, menghasilkan racun pada makanan kemasan.
2) Pseudomonas cocovenenans, menghasilkan racun pada tempe bongkrek. Tempe bongkrek adalah tempe yang dibuat dari ampas kelapa, jika kurang bersih bias dijangkiti bakteri Pseudomonas yang menghasilkan aflatoksin.
B. VIRUS
1. Penemuan Virus
Bagian dari bidang Biologi yang mempelajari tentang virus adalah Virologi.
Penelitian tentang mikroorganisme diawali sejak ditemukannya mikroskop olehAntony van Leeuwenhoek (1632-1732). Begitu pula penelitian tentang virus.
Pada tahun 1892, seorang ahli Biologi berkebangsaan Rusia, Dimitri Ivanowskymeneliti penyakit pada pada tanaman tembakau. Tanaman tersebut terserang penyakit mosaik.
Enam tahun kemudian, ahli Botani bangsa Belanda, Martinus Beijerinck, meneliti lebih jauh penyakit mosaik pada daun tembakau.
Pada tahun 1935, Wendell M. Stanley seorang ahli biokimia Amerika, meneliti penyakit mosaik pada daun tembakau. Stanley adalah orang yang menamakan virus itu “Tobacco mosaic virus” (TMV) dan penyakitmya dinamakan penyakit mosaik.
2. Ciri-Ciri Umum Virus
Virus memiliki ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh organisme lain. Virus hanya dapat berkembang biak di sel-sel hidup lainnya atau disebut juga sebagai parasit obligat.
2.1 Struktur Tubuh dan Sifat Virus
Bentuk tubuh virus bervariasi, ada yang bulat, silinder, batang, oval, dan sebagainya dengan ukuran 0, 01 µm sampai 0,3 µm. Virus hanya dapat dilihat dibawah mikroskop electron dengan perbesaran ribuan kali.
Semua virus hanya memiliki satu jenis materi genetik (materi pembawa sifat), yaitu deoxyribonucleic acid (DNA) saja atau ribonucleic acid (RNA) saja. Materi genetic tersebut terbungkus oleh lapisan protein yang dinamakan kapsid. Kapsid berfungsi melindungi materi genetik saat virus berada pada sel lain. Kapsid tersusun oleh beberapa ribu molekul protein yang dinamakan kapsomer.
Virus yang berada di dalam sel, akan mengontrol proses metabolisme sel tersebut. Ahli biologi masih belum mengetahui bagaimana proses tersebut dapat terjadi.
2.2 Penggolongan Virus
Virus diklasifikasikan berdasarkan sistem ICTV (International Committee on Taxonomy of Viruses). Berdasarkan sistem ICTV, virus hanya terbagi ke dalam tiga tingkat takson, yaitu famili, genus, dan spesies.
Penanaman famili pada virus diakhiri dengan kata viridae, sedangkan genus diakhiri dengan kata virus. Contoh klasifikasi virus penyebab hepatitis B berdasarkan sistem ICTV berikut.
Famili : Flaviviridae
Genus : Flavivirus
Spesies : Hepatitis C virus
Berdasarkan jenis sel inangnya, virus diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu, virus alga, virus archae, virus bakteri, virus fungi, virus invertebrata, virus mycoplasma, virus tumbuhan, virus protozoa, virus spiroplasma, dan virus vertebrata. Beberapa contoh virus berdasarkan sel inangnya.
a. Virus Bakteri
Virus ini dinamakan virus bakteri karena sel inangnya berupa bakteri. Virus bakteri hanya menyerang bakteri tertentu. Virus bakteri disebut jugabakteriofage atau fage. Contoh virus bakteri yang sering dipelajari adalahBakteriofage T4 virus yang menyerang bakteri Escherichia coli.
b. Virus Tumbuhan
Virus tumbuhan sel inangnya berupa sel tumbuhan. Virus tumbuhan banyak sekali spesiesnya. Hal ini dikarenakan tumbuhan memiliki keanekaragaman yang tinggi sehingga menyebabkan jenis virusnya menjadi bervariasi. Contohnya, virus tumbuhan yang menyerang tanaman mentimun adalahCucumber mosaic virus. Contoh lainnya, virus yang menyerang tembakau,Tobacco mosaic virus.
c. Virus Vertebrata
Virus vertebrata merupakan virus yang sel inangnya berupa sel-sel hewan vertebrata (bertulang belakang). Virus vertebrata yang menyerang manusia juga tidak sedikit. Contohnya Human immunodeficiency virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Selain itu, ada juga Hepatitis B virus yang menyebabkan penyakit hepatitis B.
2.3 Perkembangbiakan Virus
Perkembangbiakan virus tidak seperti pada bakteri melalui pembelahan, tetapi secara replikasi, yaitu secara:
a. Siklus Lisis
b. Siklus Lisogenik
3. Peran Virus Bagi Kehidupan
Berikut peranan virus bagi kehidupan manusia.
3.1 Manfaat Virus bagi Manusia
Salah satu manfaat virus bagi manusia adalah adanya vaksin yang dapat mencegah suatu penyakit. Selain itu, virus dapat digunakan untuk membasmi hama secara biologis. Pada waktu yang akan datang, bakteriofage dapat dikembangkan menjadi obat untuk membunuh bakteri yang menimbulkan penyakit.
3.2 Kerugian Virus bagi Manusia
Selain menyerang manusia, virus juga menyerang tanaman dan hewan. Pada gilirannya, dapat memberikan kerugian pada manusia.
a. Virus yang Menyerang Tumbuhan
Virus yang menyerang tumbuhan antara lain sebagai berkut.
- Penyakit kerdil pada padi disebabkan oleh virus tungro. Penyebaran virus ini dilakukan oleh wereng coklat dan wereng hijau.
- Penyakit tristeza pada jeruk oleh virus tristeza.
- Penyakit bercak kuning atau penyakit mosaik.
b. Virus yang Menyerang Hewan
Beberapa virus yang menyerang hewan adalah sebagai berikut.
Virus rabies, menyerang susunan saraf pusat hewan dan manusia.
Virus new castle disease (NCD)/tetelo, menyerang saluran pernapasan unggas.
Virus foot and mouth disease, menyebabkan penyakit mulut dan kaki pada sapid an kerbau.
c. Virus yang Menyerang Manusia
Berikut ini adalah beberapa virus penyebab penyakit pada manusia.
Virus poliomyelitis, menyebabkan penyakit polio.
Virus influenza, menyebabkan penyakit influenza.
Virus varicella, menyebabkan penyakit cacar air.
Virus rabies, menyebabkan penyakit rabies yang menyerang saraf pusat dan hampir selalu menyebabkan kematian.
Virus rubella, menyebabkan penyakit campak jerman.
Virus hepatitis, menyebabkan penyakit hepatitis.
Virus ebola, menyebabkan penyakit ebola.
C. PROTISTA
1. Klasifikasi Protista
Protista merupakan kingdom yang anggotanya sebagian besar berupa mikroorganisme. Kingdom Protista merupakan makhluk hidup eukariotik.
Kingdom Protista dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Protista mirip jamur, Protista mirip hewan, Protista mirip tumbuhan. Masing-masing kelompok memiliki cirri yang berbeda. Berikut uraiannya.
1.1 Protista Mirip Jamur
a. Mixomycota
Mixomycota biasa disebut jamujr lendir plasmodial. Pada siklus hidupnya, tahapan memperoleh makan merupakan suatu masa amoeboid yang disebut plasmodium. Plasmodium dapat tumbuh hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Contoh dari jamur lendir plasmodial ini adalah Physarium.
Berikut siklus hidup dari jamur lendir plasmodial.
b. Acrasiomycota
Adapun pada jamur lendir plasmodial, kondisi diploid lebih dominan dalam siklus hidunya. Jamur lendir seluler memiliki tubuh buah (fruiting body) yang berfungsi dalam reproduksi aseksual. Contoh spesiesnya adalah Dictyostelium. Berikut siklus hidup jamur lendir seluler.
c. Oomycota
Oomycota contohnya adalah jamur air (water mold), karat putih (white rust), dan jamur berbulu halus (downy mildew). Oomycota berasal dari kata, Oo = telur danmycota = jamur. Istilah ini lebih dikenal dengan “fungi telur”. Oomycota merupakan pengurai yang penting dalam ekosistem air. Contoh spesies pada Oomycota adalah Saprolegnia.
1.2 Protista Mirip Hewan
Anggota protista mirip hewan ini dulu dikenal dengan protozoa. Protozoa merupakan organisme bersel satu yang bersifat eukariotik (memiliki membrane inti) dengan ukuran 3 µm-1.000 µm (1 µm = 10-6).
Dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, protozoa bersifat saprofitik, saprozoik, holozoik, dan holofitik.
a. Saprofitik, menyerap makanan dari hasil pembusukan organic yang ada di sekelilingnya.
b. Saprozoik, mengambil makanan dari organisme mati yang telah mengalami pembusukan.
c. Holozoik, memakan mikroorganisme lain, seperti bakteri, alga, dan jamur (bersifat hewan).
d. Holofitik, membentuk makanan sendiri atau mampu berfotosintesis (bersifat tumbuhan).
Berdasarkan cara pergerakannya dan cara makanya, protozoa diklasifikasikan menjadi enam filum, yaitu Rhizopoda, Actinopoda, Foraminifera, Apicomplexa, Zoomastigophora, dan Ciliophora.
1. Filum Rhizopoda
Rhizopoda bergerak dan menangkap makanan dengan kaki semu(pseudopodia). Salah satu hewan yang tergolong filum ini adalah Amoeba. Amoebaberarti hewan yang memiliki bentuk tidak tetap. Struktur tubuh Amoeba terdiri atas:
1) Plasmalema adalah membrane sel tipis dan bersifat elastis yang di dalamnya terdapat sitoplasma.
2) Sitoplasma adalah protoplasma yang terdapat di antara nukleus dan plasmalema. Sitoplasma di bagi menjadi:
Ektoplasma adalah sitoplasma yang berada di sebelah luar.
Endoplasma adalah sitoplasma yang terdapat di bagian dalam dan mengandung granula.
2. Filum Actinopoda
Actinopoda berarti kaki sinar. Kaki sinar sebenarnya adalah bentuk pseudopodia rucing yang di sebut aksopodia yang dimiliki Actinopoda. Aksopodia berfungsi dalam pengambilan makanan dan pergerakan.
Actinopoda terdiri atas (a) Helizoa dan (b) Radiozoa. Helizoa umumnya hidup di air tawar, sedangkan Radiozoa hidup di air laut.
a b
3. Filum Foraminifera
Foraminifera hidup di laut dengan perlindungan tubuh yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Jika foraminifera mati, cangkangnya akan membentuktanah globigerina. Tanah globigerina berfungsi sebagai petunjuk adanya sumber minyak. Foraminifera mendapatkan makanan dari hasil fotosintesis alga yang bersimbiosis di bawah cangkangnya.
4. Filum Apicomplexa (Sporozoa)
Filum Apicomplexa (Sporozoa) merupakan protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Reproduksi Apicomplexa berlangsung secara aseksual melalui pembelahan dan terjadi di dalam tubuh manusia dinamakan schyzogoni (schyzogami). Reproduksi seksual dengan pertemuan mikrogamet dan makrogamet yang terjadi dalam tubuh nyamuk dinamakan sporogoni (sporogami).
Salah satu organisme yang tergolonh filum ini adalah Plasmodium yang dapat menimbulkan penyakit malaria. Berikut siklus hidup Plasmodium.
5. Filum Zoomastigophora (Zooflagellata)
Filum Zoomastigophora (Zooflagellata) adalah satu filum Protozoa yang memiliki alat gerak berupa bulu cambuk (flagelum). Flagel berfungsi juga sebagai alat penerima rangsang dan penangkap makanan.
Spesies yang termasuk Zoomastigophora adalah Trypanosoma. Trypanosomahidup pada plasma darah (perhatikan gambar a ). Genus ini umumnya menyebabkan penyakit. (b) struktur tubuh Trypanosoma.
a b
6. Filum Ciliophora
Filum Ciliophora memiliki cirri khas berupa bulu getar (cillia). Cilia berfungsi sebagai alat gerak untuk mengambil dan memasukkan makanan serta sebagai penerima rangsang.
Contoh filum Ciliophora yang terkenal adalah Paramaecium. Paramaeciumhidup di air tawar yang banyak mengandung sisa-sisa organisme dan mudah ditemukan di air rendaman jerami atau rumput. Makanan Paramaecium adalah bakteri, Protozoa kecil, alga, dan ragi.
Berikut struktur Paramaecium caudatum.
1.3 Protista Mirip Tumbuhan
Anggota Protista yang mirip tumbuhan adalah alga. Alga disebut juga rumput air karena alga biasanya hidup berlimpah di air. Tubuh alga tidak memiliki jaringan atau organ yang khusus seperti akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, alga disebut tumbuhan talus (Thallophyta).
a. Penyebaran Alga
Penyebaran alga sangat ditentukan oleh cahaya, temperature air, kandungan oksigen, kandungan karbon dioksida, dan kandungan mineral.
Alga tidak merusak dan merugikan tubuh tunbuhan yang ditempatinya.
b. Reproduksi Alga
Alga dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual alga berlangsung dengan pembelahan sel sederhana, zoospora, dan fragmentasi. Reproduksi seksual terjadi melalui peleburan gamet jantan dan gamet betina.
c. Klasifikasi Protista Mirip Tumbuhan
Berdasarkan dominasi pigmennya, Protista mirip tumbuhan dikelompokkan menjadi tujuh filum, yaitu:
1. Euglenophyta
Euglenophyta yang sangat dikenal adalah genus Euglena. Euglenamerupakan organisme yang memiliki bentuk tubuh seperti daun, dengan ujung depan tumpul dan ujung belakang lancip.
Euglena memiliki alat gerak berupa flagel yang panjang. Flagel itu keluar dari bleparoplas.
2. Chrysophyta
Chrysophyta merupakan alga berwarna keemasan karena banyak mengandung pigmen karoten. Chrysophyta memiliki jenis yang cukup banyak, yaitu mencapai 1.700 spesies. Contoh spesies dari Chrysophyta adalah (a) Dinobryon dan (b) Vaucheria.
a b
3. Bacillariophyta (Diatom)
Secara umum, diatom berupa sel tunggal, tidak bergerak, dan sebagai plankton. Diatom ada yang berbentuk koloni, hidup terapung bebas, dan melekat pada batu atau organisme hidup lainnya.
4. Dinoflagellata
Pada umumnya, Dinoflagellata hidup di air laut. Dinoflagellata yang hidup di air tawar dapat melakukan fotosintesis. Dinoflagellata memiliki dua cambuk (flagella) yang dapat menghasilkan pergerakan memutar. Contoh spesies Dinoflagellata adalah Ceratium, Gymnodinium, danPeridinium.
5. Rhodophyta
Kebanyakan alga merah hidup di laut. Pigmen yang dominan adalahfikoeritrin, tetapi alga merah juga memiliki pigmen lain yaitufikobiliprotein. Fikobiliprotein hanya terdapat pada alga merah danCyanobacteria.
Contoh alga merah adalah (a)Gelidium cartilagineum merupakan bahan pembuat agar-agar yang dapat dimakan; (b)Euchema sp. merupakan bahan pembuat agar-agar untuk keperluan laboratorium; (c)Chondrus ocellatus dan (d)Porphyra sp. merupakan alga yang dapat dimakan.
a b c d
6. Phaeophyta
Alga cokelat merupakan alga multiseluler. Alga coklat disebut juga “gulma air laut”karena tumbuhnya besar dan serfing mendominasi lautan. Tinggi alga ini dapat mencapai 100 m. beberapa jenis alga coklat yang dikenal adalah Laminaria, Fucus, dan Sargassum. Alga-alga tersebut berpegang pada dasar air dengan sel pemegang (hold fast cell).
Laminaria
Laminaria adalah salah satu jenis alga coklat yang berukuran besar dan dan biasa hidup di pantai.
Fucus
Fucus merupakan gulma yang hidup pada batuan, banyak hidup di laut beriklim dingin atau iklim sedang.
Sargassum
Sargassum banyak berlimpah di pantai Samudra Atlantik dan sangat berlimpah pada laut Sargasoyang terletak antara pulau Bahama dan Azores. Sargassum disebut juga alga teluk.
7. Chlorophyta
Alga hijau merupakan bagian utama dalam kehidupan di air tawar. Jumlah spesies alga hijau mencapai sekitar 7.000 spesies. Contoh alga hijau adalah sebagai berikut.
Spirogyra
Spirogyra ialah suatu massa hijau terang berbentuk benang yang hampir ditemukan pada semua kolam atau air tenang.
Ulva
Ulva merupakan alga hijau yang tubuhnya berbentuk lembaran.
Chlamydomonas
Chlamydomonas merupakan alga hijau uniseluler yang memiliki dua flagel sebagai alat gerak.
Chlorella
Chlorella merupakan alga hijau uniseluler yang tidak memiliki alat gerak berupa flagel.
Oedogonium
Oedogonium merupakan alga hijau yang umum ditemukan menempel pada batuan yang terdapat dalam perairan.
Ulothrix
Ulothrix dapat ditemukan melekat pada batuan, air mengalir atau air tenang yang dangkal.
Protococcus
Protococcus adalah alga yang mampu bertahan terhadap musim kemarau yang berkepanjangan dan tahan terhadap suhu sampai – 40oC.
Desmid
Desmid merupakan alga hijau yang paling indah dan menarik untuk dipelajari. Desmid merupakan salah satu jenis fitoplankton.
2. Peran Protista Bagi Kehidupan Protista memiliki peranan yang penting bagi kehidupan, khususnya bagi manusia. Contoh protista yang banyak manfaatnya adalah alga. Alga dapat dimanfaatkan menjadi agar-agar yang merupakan makanan berserat yang memiliki nilai gizi cukup tinggi. Selain sebagai sumber makanan, alga juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan pembersih kulit, contohnya adalah alga coklat. Manfaat lainnya adalah alga sebagai bahan untuk meningkatkan kesuburan tanah, baik langsung maupun tidak langsung. Protozoa yang bermanfaat bagi kehidupan antara lain, Entamoeba coli yang hidup di usus sapi dapat membantu pencernaan sapi. Selain yang menguntungkan dan bermanfaat, peranan protista pun ada yang merugikan. Contohnya, jika koloni alga mati dalam suatu perairan, akan menyebabkan polusi air yang dapat meracuni manusia maupun hewan. Banyak anggota protozoa yang bersifat parasit. Protozoa yang merugikan tersebut antara lain, Entamoeba hystoliticadan Balantidium.
D. FUNGI1. Ciri-Ciri Umum Jamur
Jamur memiliki jamur-jamur khusus yang berbeda dengan organisme lain. Perbedaan itu terlihat dari cara memperoleh nutrisi, struktur tubuh, dan cara bereproduksi.
1.1 Struktur Tubuh Struktur dasar tubuh jamur adalah hifa. Ketebalan hifa bervariasi antara 0,5 mm-100 mm. Hifa tumbuh dan berkembang membentuk jalinan yang dinamakanmiselium. Hifa terdiri atas sel-sel sejenis. Sel-sel tersebut satu dan lainnya di pisahkan oleh dinding sel atau sekat yang dinamakan septum. Dinding sel jamur berbeda dengan dinding sel tumbuhan. Dinding sel jamur bukan terdiri atas selulosa, melainkan tersusun oleh zat kitin. Hifa jamur yang bersifat parasit memiliki cabang-cabang halus yang berfungsi menyerap makanan yang dinamakan haostorium.Miselium dikariotik hasil hibrida dengan induk yang berbeda disebutheterodikariotik.
1.2 Nutrisi Jamur merupakan organisme heterotrof. Jamur menyimpan cadangan energinya berupa glikoprotein. Jamur memperoleh nutrisi secara saprofit atau secara parasit. Jamur saprofit memperoleh nutrisi dengan menyerap senyawa organic yang telah di uraikan, sedangkan jamur parasit menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya.
Selain hidup sendiri, ada pula jamur yang bersimbiosis dengan organisme lain. Jamur yang bersimbiosis dengan ganggang Lichenes dan jamur yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan tingkat tinggi dinamakan mikoriza.Jamur yang berperan mengurai zat organik kompleks menjadi senyawa sederhana disebut dekomposer.
1.3 Reproduksi Jamur dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara aseksual jamur bereproduksi dengan menghasilkan spora aseksual. Adapun secara seksual dengan konjugasi, selanjutnya membentuk spora seksual . Spora dapat disebar dengan perantara angin, air, atau terbawa karena kontak dengan makhluk hidup lain. Penyebaran spora dengan air dapat mencapai jarak 100 mil (1 mil = 1,6093 kilometer). Reproduksi seksual pada jamur bervariasi bergantung pada jenis jamur, tetapi pada setiap jamur selalu terjadi dengankonjugasi.
2. Klasifikasi jamur Jamur dibagi menjadi 5 divisi , yakni divisi Chytridiomycota, Zygomycota,
Ascomycota, Basidimycota, dan Deuteromycota (Campbell, 1998: A-5).2.1 Divisi Zygomycota
Nama Zygomycota berasal dari zigosporangium. Zigospora merupakan spora istirahat yang memiliki dinding tebal. Jamur ini bereproduksi dengan spora. Hifa Zigomycota bersifat senositik. Dari hifa muncul cabang tegak ke atas yang dinamakan sporangiofor. Ujung sporangiofor menggelembung, berfungsi membentuk spora dan disebut sporangium.
Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis jamur yang tergolong Zygomycota.a. Jamur Roti (Rhizopus nigricans)
Pada roti akan tumbuh bulatan hitam yang disebut sporangium yang dapat menghasilkan sekitar 50.000 spora. Sporangium dibentuk pada ujung sporangiofor. Jika sporangium matang, dinding pelindung yang tipis pecah dan spora tersebar. Spora tersebut disebut spora aseksual dan reproduksi yang terjadi adalah reproduksi aseksual. Reproduksi aseksual terjadi juga di dalam jamur roti dengan cara konjugasi.
b. Jamur Tempe (Rhizopus stolonifer)Rhizopus stolonifer digunakan dalam pembuatan tempe. Reproduksi Rhizopus stolonifer dapat terjadi secara seksual dan aseksual.
c. PilobolusPilobolus adalah salah satu jamur dari divisi Zygomycota yang biasa hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi. Jamur ini tidak bereproduksi tanpa adanya cahaya. Jamur ini menunjukkan respons positif terhadap cahaya.
2.2 Divisi AscomycotaJamur kelompok Ascomycota atau “jamur kantung” ada yang uniseluler dan multiseluler. Jamur ini ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Jamur yang bersifat parasit biasanya memiliki tubuh buah kecil, sedangkan yang bersifat saprofit biasanya
memiliki tubuh buah besar. Jamur ini bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora aseksual yang disebut konidia pada ujung konodiofor. Reproduksi seksual terjadi dengan pembentukan spora seksual yang disebut askospora yang dihasilkan oleh askus.
a. PenicilliumJamur Penicillum berwarna hijau kebiruan dan tumbuh baik pada buah-buahan yang telah masak, roti, nasi, serta makanan bergula. Reproduksi aseksual terjadi dengan konidia dan reproduksi secara seksual terjadi dengan askospora.Penicillium camemberti dan Penicillum requeforti dimanfaatkan dalam industri keju.Penicillum notatum dan Penicillum chrysogenum menghasilkan antibiotic penisilin. Adapun Penicillum italicum dan Penicillum digitatum menyebabkan pembusukan pada buah jeruk.
b. Ragi (Saccharomyces)Saccharomyces merupakan organisme uniseluler yang dikelompokkan ke dalam Ascomycota karena reproduksi seksualnya terjadi dengan pembentukanaskus. Ragi banyak ditemukan bebas di udara dan dapat pula hidup sebagai parasit. Di dalam sitoplasma sel ragi terdapat vakuola yang berukuran besar dan berlekatan dengan inti.Setiap inti baru dikelilingi sitoplasma dan terbungkus oleh dinding sel yang baru. Setiap sel yang baru dinamakan askospora, dan tersimpan didalamaskus. Dalam tahapan askospora, sel tersebut dorman.
c. NeurosporaJamur Neurospora dimanfaatkan untuk pembuatan makanan dari kacang tanah dengan suatu proses fermentasi jamur. Makanan tersebut dinamakan “oncom” sehingga jamur ini disebut juga jamur oncom. Neurospora crassa memiliki konidia yang berwarna oranye kemerahan.Selain dimanfaatkan untuk pembuatan oncom, jamur juga digunakan sebagai objek penelitian genetika untuk mengetahui pengaruh sinar X yang dapat menyebabkan peristiwa mutasi. Peristiwa crossing over dari gen dapat terlihat jelas pada Neurospora crassa, ketika terjadi crossing over di antara kromosom, terlihat dari warna gen spora yang berbeda.
d. Hygroporus coccineal dan Morchella deliciosa a b (a) Hygroporus coccineal, (b) Morchella deliciosa
Jamur Hygroporus coccineal bersifat parasit. Jamur ini banyak menyerang hewan, selain itu dapat membusukkan kayu dan buah-buahan. Adapun jamurMorchella deliciosa biasa tumbuh pada kayu-kayuan. Tubuh buah Morchellabanyak dicari orang karena kelezatannya.
2.3 Divisi BasidiomycotaJamur dari divisi Basidiomycota memiliki cirri khas, yaitu memiliki basidium. Basidium merupakan alat reproduksi seksual yang terdapat dalam bilah. Seluruh basidium berkumpul membentuk suatu badan yang disebut basidiokarp. Spora yang dihasilkan dalam basidium dinamakan basidiospora.
a. Puccinia graminisJamur Puccinia graminis menyerang tanaman gandum dan merugikan petani. Jamur ini membentuk hifa yang dapat menembus sel-sel batang atau daun.
b. Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dimakan. Hifa jamur ini mengeluarkan enzim untuk menghancurkan substansi organik. Tubuh jamur ini terdiri atas tangkai (stipe) yang menopang tudung (pileus). Pada waktu matang, tudung terlepas dari annulus.
c. Ustilago maydisUstilago maydis memiliki tabung kecambah (gall). Tabung kecambah ini menghasilkan basidiospora. Jamur ini biasa menyerang tongkol tanaman jagung.
d. Jamur Kuping (Auricularia auricula)Jamur Kuping (Auricularia auricula) adalah salah satu jenis jamur yang dapat dimakan sehingga dibudidayakan sebagai sumber pangan. Auricularia auricular berwarna cokelat dan bentuknya menyerupai kuping sehingga disebut jamur kuping. Jamur ini memiliki basidium yang bersel empat.
e. Amanita muscariaAmanita muscaria merupakan jamur yang memiliki warna merah yang menarik dengan bintik-bintik pada bagian tudungnya. Akan tetapi, jamur ini beracun dan membahayakan. Jamur ini mempunyai tudung di sekeliling batangnya. Pangkal tangkainya membesar dan mirip umbi.
2.4 Divisi DeuteromycotaJamur yang tergolong Deuteromycota adalh jamur yang belum diketahui reproduksi seksualnya. Jamur ini biasa disebut jamur tidak sempurna atau jamur imperfecti.Reproduksi aseksualnya terjadi dengan fragmentasi atau dengan konodium.Jamur yang tergolong Deuteromycota ada yang bersifat saprofit dan ada pula yang bersifat parasit pada tumbuhan, hewa, atau manusia. Berikut adalah contoh jamur dari divisi Deuteromycota.
a. AspergillusAspergillus merupakan jamur yang mampu hidup pada medium dengan derajat keasaman dan kandungan gula tinggi. Jamur ini dapat menyebabkan pembusukan pada buah-buahan atau sayur-sayuran. Aspergillus ada yang bersifat parasit, ada pula yang bersifat saprofit. Aspergillus yang bersifat parasit menyebabkan penyakit aspergillosis pada unggas karena mengeluarkan racun alfatoksin.
b. Epidermophyton dan MycosporangiumKedua jenis jamur ini merupakan parasit pada manusia. Epidermophyton floccosum menyebabkan penyakit kaki pada atlit, sedangkan Mycosporangiumpenyebab penyakit kurap.
c. Fusarium, Verticellium, dan CercosKetiga jenis jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan. Jamur ini jika tidak dibasmi dengan fungisida dapat merugikan tumbuhan yang diserangnya.
3. Lichenes dan MikorizaLichenes ialah jamur yang hidup bersimbiosis dengan ganggang, sedangkan mikoriza
ialah jamur yang hidup bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi.3.1 Lumut Kerak (Lichenes)
Lichenes merupakan simbiosis mutualisme antara sel ganggang dan miselium jamur yang hidup di batu, batang pohon, dan pada dinding bangunan. Jenis jamur yang bersimbiosis biasanya dari golongan Ascomycota dan Basidiomycota, sedangkan ganggang yang
bersimbiosis biasanya yang bersel tunggal atau berbentuk benang dari Chlorophyta atau Cyanophyta.Contoh Lichenes adalah Usnea sp. dan Cladonia deformmis. Bentuk Lichenes bermacam-macam, (a)ada yang berbentuk kerak (crustose), (b)berbentuk daun (fruticose), dan (c)berbentuk tumbuhan perdu. a b c
3.2 MikorizaMikoriza adalah struktur yang yerbentuk karena adanya simbiosis jamur dan akar tumbuhan tinggi. Mikoriza ditandai dengan adanya pembekakan pada akar dan terlihat miselium pada potongan melintangnya. Jika ditinjau dari struktur anatomi, tipe mikoriza dapat dibedakan sebagai berikut.
a. EktomikorizaEktomikoriza ditandai dengan adanya selubung berupa jala yang menutupi permukaan akar dan hifa jamur yang membentuk ektomikoriza dan masuk ke ruang intraseluler sel-sel korteks. Ektomikoriza banyak dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan hutan seperti Pinus, Shorea, dan Eucaliptus.
b. EndomikorizaEndomikoriza dicirikan oleh adanya hifa yang masuk ke sel-sel korteks pada akar tumbuhan.
c. EktendomikorizaEktondomikoriza merupakan gabungan antara endomikoriza dan ektomikoriza. Jamur yang membentuk mikoriza umumnya dari golongan Basidiomycota dan Ascomycota. Contohnya Rhizopogon sp. dan Scleroderma sp. Keuntungan tumbuhan dengan adanya mikoriza adalah sebagai berikut.
1) Pertumbuhanya lebih cepat dan dapat meningkatkan penyerapan unsure hara (terutama fosfat).
2) Tumbuhan lebih tahan kekeringan karena mikoriza dapat meningkatkan ketersediaan air.3) Mikoriza melindungi akar dari infeksi organisme yang patogen.4) Mikoriza dapat membentuk hormon auksin, sitokinin, dan giberelin yang berpengaruh dalam
peningkatan pertumbuhan tumbuhan.
4. Peran Jamur bagi Kehidupan Peranan jamur sangat vital. Jamur yang tergolong Basidiomycota, sepertiVolvariella volvacea,(a) Boletus edulis, dan (b)Cortinellus shiitake dapat dikelola untuk dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum berperan dalam pembentukan antibiotik penisilin. Penicillium camembertidan Penicillium requeforti dalam industri keju untuk menambah aroma dan cita rasa. a b Saccharomyces cereviceae banyak digunakan dalam industri rumah tangga seperti pembuatan tape dan pembuatan minuman beralkohol. Rhizopus stolonifer berguna dalam pembentukan tempe. Neurospora crassa dalam pembuatan oncom yang merupakan makanan yang cukup mengandung protein. Selain menguntungkan, jamur dapat pula merugikan manusia. Contoh kerugian yang ditimbulkan jamur ialah pembusukan makanan serta pelapukan kayu pada kapal dan jembatan. Begitu pula jamur dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Beberapa jamur dapat merugikan tanaman pertanian. Jamur yang dapat menimbulkan penyakit ini pada umumnya dari divisi Deuteromycota.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa monera, virus, protista, dan fungi dapat menguntungkan dan merugikan manusia. Terlebih khusus pada jamur yang membantu manusia dalam pembuatan bahan-bahan makanan, seperti kecap, roti, dan tempe.
B. Saran Kita diharapkan dapat menghindari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
Dunia Monera dan Peranannya dalam Kehidupan
BAB 1Pendahuluan
Semua mikroorganisme prokariotik dimasukkan ke dalam kingdom
monera. Mikroorganisme prokariotik adalah mikroorganisme yang
memiliki bahan inti tetapi tidak memiliki selubung inti. Inti yang tidak
bermembran disebut prokarion. Bahan inti tersebut adalah asam inti
berupa DNA (deoxyribonucleic acid) yang terletak pada suatu daerah
tertentu di dalam sitoplasma. Jadi DNA itu tidak tersebar. Oleh karena itu
tidak benar jika dikatakan prokariotik tidak berinti.
Monera berasal dari kata Yunani moneres, yang berarti tunggal. Contoh
monera bersel tunggal adalah bakteri. Namun tidak semua monera bersel
tunggal. Beberapa anggota ganggang hijau biru ada yang berbentuk
benang, misalnyaOscillatoria.
Terdapat perbedaan pokok antara bakteri dan ganggang biru. Bakteri
umumnya tidak berklorofil sehingga tidak dapatberfotosintesis sedangkan
ganggang biru berklorofil sehingga dapat berfotosintesis. Hanya ada
beberapa bakteri yang dapat berfotosintesis misalnya bakteri hijau atau
bakteri ungu karena memiliki klorofil/ pigmen.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Kingdom Monera dan Peranannya bagi Kehidupan
Ciri – ciri dan Struktur Tubuh Monera
Monera bersifat Prokariotik (tidak mempunyai organel yang diselubungi
membran).Nukleos atau inti sel organisme ini hanya berupa satu molekul
DNA tanpa membrane sehingga disebut nukleolid.
Bagian-bagian tubuh Monera :
a. Lapisan Lendir
Bersifat menyebar dan mudah lepas, serta berfungsi melicinkan dinding
sel.
b. Dinding Sel
tersusun atas lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, dengan atau tanpa
peptidoglikan. Berfungsi untuk melindungi bagian dalam tubuh Monera.
c. Membran Plasma
terdapat di baeah dinding sel dan bersifat permeable.
d. Sitoplasma
di dalamnya terdapat lipid, ion anorganik, dan kromatofora (pigmen
warna)
e. Kromosom
terdiri dari satu molekul DNA tanpa diselubungi membrane sehingga
disebut nuklelolid.
f. Ribosom
terdiri atas protein RNA yang berfungsi untuk proses sintesis protein.
Selain ciri struktur tubuh di atas, beberapa anggota monera juga
mempunyai flagella dan pilli. Flagella tersebut mengandung protein
globular yang disebut flagelin dan berfungsi sebagai alat gerak.
Beberapa anggota monera memiliki pili yang strukturnya lebih pendek
dan lebih tipis dari flagella. Yang berfungsi membantu perlekatan pada
organisme lain dan permukaan batuan atau dalam usus manusia.
Beberapa pili yang ukurannya lebih panjang dan berguna sebagai alat
konjugasi yang disebut sexpili.
2.Perkembangbiakan dan Pemindahan Bahan Genetik pada
Monera
a. Pembelahan Biner
Terjadi jika satu individu Monera membelah menjadi dua individu.
Biasanya terjadi setiap 20 menit. Pada kondisi kurang menguntungkan,
beberapa jenis monera akan mati dan beberapa tetap hidup. Jenis jenis
yang tetap hidup karena mampu membentuk endospora. Endospora
berguna untukmelindungi diri dari perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan.
b. Pembentukan Tunas
c. Fragmentasi
terjadi bila sel vegetatif dari beberapa anggota monera patah. Patahan
tersebut akan membentuk individu baru.
Cara pemindahan bahan genetika pada monera :
a. Transformasi
adalah pengambilan DNA bebas oleh salah satu anggota monera dari
lingkungan sekitarnya yang dilepas oleh anggota monera lainnya.
b. Transduksi
adalah transfer DNA antara dua anggota monera melalui perantara virus
(bakteriofage).
c. Konjugasi
adalah transfer DNA antara dua anggota monera melalui suatu
jembatan konjugasi.
KLASIFIKASI MONERA
Mikroorganisme-mikroorganisme yang termasuk Monera berdasarkan
analisis molecular terbagi menjadi dua filum,
yaitu Archaebacteria (Archae) danEubacteria (Bacteria). Pada klasifiksi
sekarang ini, kedua filum tersebut telah diangkat menjadi dua
kingdomtersendiri.
a. Archaebacteria (Archae)
Ciri-ciri :
1) dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan.
2) Ribosomnya lebih mirip dengan ribosom eukariotik (mengandung
beberapa jenis RNA-polimerase)
3) Membran plasmanya mengandung lipid dengan ikatan eter
Berdasarkan tempat hidupnya, Archaebacteria dikelompokkan menjadi
tiga.
1) Methanogen
Merupakan mikroorganisme anaerob dan heterotrof yang dapat
menghasilkan methane (CH4). Hidup di Lumpur, rawa, dan saluran
pencernaan sapi, manusia, rayap dan hewan lain.
2) Halofil ekstrem(suka garam)
Sebagian besar merupakan mikroorganisme aerob dan heterotrof,
walaupun beberapa di antaranya bersifat anaerob dan fotosintetik
dengan pigmen berupa bakteriorhodopsin. Hidup di lingkungan
dengan konsentrasi garam yang tinggi.
3) Thermoasidosil (suka panas dan asam)
Merupakan mikroorganisme kemoautotrof yang menggunakan H2S
sebagai sumber energi. Hidup di lingkungan panas (60-80)0C dan
asam pH (2-4). Sulfolobos ditemukan dalam sumber air panas.
b. Eubacteria
Ciri-ciri :
1) Dinding selnya mengandung peptidoglikan.
2) Ribosomnya mengandung satu jenis RNA-polimerase.
3) Membran plasmanya mengandung lipid dengan ikatan ester.
Dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan.
1) Cara memetabolisme sumber-sumber makanan
a) organisme yang autorof (fotoautotrof atau kemoautotrof)
b) organisme heterotrof (ada yang bersifat parasit atau saprofit)
2) Kemampuan menghasilkan endospora (tubuh resistan ysng
mengandung materi genetik dan sedikit sitoplasma, serta dikelilingi
oleh dinding yang tahan lama).
3) Kemampuan mempertahankan diri dalam keadaan ada atau tidaknya
oksigen
a) obligat aerob
b) obligat anaerob
c) fakultatif anaerob
4) Motilitas (cara gerak)
a) dengan flagella
b) tanpa flagella (gerakan meluncur)
c) flagella dalam sel (gerakan seperti sebuah pembuka tutup botol)
5) Bentuknya
a) bacillus (bentuk batang)
b) coccus (bentuk spiral)
c) spirillum(bentuk spiral)
6) Berdasarkan teknik pengecatan gram
a) bakteri gram positif (dinding sel peptidoglikan tebal)
b) gram negatif (dinding sel peptidoglikan tipis dan tertutup oleh
sebuah lapisan lipoposakarida)
Eubacteria dapat dibagi menjadi beberapa kelompok.
1) Cyanobacteria
Bersifat fotoautotrof ; menggunakan klorofil untuk menangkap energi
cahaya matahari yang kemudian digunakan dalam proses fotosintesis.
Juga mempunyai pigmen aksesori yang disebut fikobilin.
Beberapa Cynobacteria mempunyai sel-sel khusus yang disebut
heterokista yang menghasilkan enzim untuk fiksasi atau penambatan
nitrogen di udara.
2) Bakteri kemoautotrof
Bersifat kemosintesis dan terdiri dari bakteri nitrir (berperan dalam
siklus nitrogen yaitu mengubah nitrit), bakteri sulfur (berperan
mengoksidasi komponen sulfur), dan bakteri metan (berperan
mengoksidasi metana atau methanol.
3) Bakteri penambat nitrogen
Bersifat heterotrof dan mampu mengikat nitrogen dari udara. Ada yang
hidup bebas dan ada yang bersimbiosis mutualisme.
4) Spirocheta atau Spirochaeta
Berbentuk spiral seperti kumparan, bergerak dengan meliukkan
tubuhnya seperti gerakan sebuah pembuka tutup botol. Flagelanya
terdapat dalam lapisan dinding sel. Bakteri ini yang berperan sebagai
decomposer dan ada yang bersifat pathogen (menyebabkan sakit).
Mikroorganisme prokariotik yang digolongkan ke dalam monera adalah
bakteri dan ganggang hijau biru
A. BAKTERI
Bakteri adalah makhluk hidup bersel satu, tidak berklorofil (tetapi
beberapa jenis mempunyai pigmen bakterioklorofil), dan umumnya
berkembang biak dengan membelah diri.
Sifat-sifat Bakteri
1. Bentuk sel bakteri tetap dengan dinding sel yang terdiri atas selulos dan
kadang-kadang terselubung lendir
2. Inti sel tidak berdinding yang disebut prokarion.
3. Berkembang biak dengan membelah diri.
4. Beberapa jenis bakteri, terutama yang berbentuk batang dapat
membentuk endospora. Yang berguna untuk melindungi diri terhadap
lingkungan yang buruk.
5. Bakteri hidup pada suhu yang bervariasi dan pH tertentu sesuai dengan
jenisnya.
Ciri- ciri Bakteri
1. Tubuh : uniseluler, renik (dapat dilihat dengan mikroskop biasa) dan
prokariotik
2. Ukuran : 0,15 – 15 mikron.
3. Ada yang berbentuk batang (bacillus), seperti bola (kokus), seperti
koma (vibrio), dan seperti spiral (spirillum).
4. Cara hidup : ada yang soliter (sendiri-sendiri) dan berkoloni.
5. Hidup autotrof : foto autotrof dan kemo autotrof.
Hidup heterotrof : Parasit dan Saprofit.
6. Alat bergerak pindah
tidak dapat bergerak pindah tempat secara aktif.
Bergerak pindah secara aktif dengan flagel, dengan lender untuk
meluncur.
7. Habitat : di segala tempat, di tanah, air, udara, dan organisme.
Secara aseksual, umumnya reproduksi aseksual dengan membelah
biner. Adapula yang membentuk spora di dalam (endospora) apabila
lingkungannya menjadi buruk.
Secara seksual : Konjugasi
Rekombinasi DNA Bakteri
Rekombinasi DNA Bakteri terjadi melalui :
1. Konjugasi; DNA bakteri jantan bersatu dengan DNA bakteri betina.
2. Transformasi; plasmid bakteri pindah ke bakteri lain.
3. Transduksi; DNA virus menyisip ke DNA bakteri.
Struktur Tubuh Bakteri
1. Kapsul utuk pertahanan diri .
2. Flagela untuk bergerak.
3. Dinding sel untuk perlindungan ; tersusun dari peptidoglikan
4. Membran sel untuk mengatur keluar masuknya zat .
5.Mesosom untuk pabrik enenrgi .
6.Lembar foto Sintetik untuk berfotosintesis .
7. Sitoplasma tempat berlangsungnya reaksi metabolik .
8. DNA untuk mengontrol sintetis protein dan pembawa sifat .
9. Plasmid pembawa gen tertentu dapat di transformasikan ke sel lain.
10. Ribosom untuk tempat sintesis protein .
11. Endospora untuk mempertahankan diri dari kondisi butuk .
Bentuk-Bentuk Bakteri
1. Basilus
Berbantuk seperti batang atau tongkat, dan dibedakan atas.
a. monobasilus, tunggal (satu-satu)
b. diplobasilus, bergandeng dua-dua.
c. Streptobasilus, (bergandeng panjang seperti rantai.
2. Kokus
Berbentuk seperti bola (bulat), dan dibadakan atas.
a. diplokokus, bergandeng dua-dua.
b. Streptokokus, bergandeng panjang seperti bentuk rantai.
c. Tetrakokus, berkelompok empat-empat.
d. Stapilokokus, bergerombol seperti buah anggur
e. Sarkina, mengelompok seperti kubus.
4. Spirilum
Berbentuk bengkok atau seperti spiral. Dibedakan atas.
a. monotrik, flagel hanya satu dan melekat pada salah satu ujung sel.
b. Lopotrik, flagel banyak dan melekat pada salah satu ujung sel.
c. Amfitrik, flagel banyak dan melekat pada kedua ujung sel.
d. Peritrik, flagel banyak dan tersebar pada seluruh permukaaan sel.
e. Atrik, tidak mempunyai flagel.
Cara Bakteri Mendapatkan Makanan
1. Bakteri autotrof
Hidupnya tidak bergantung terhadap Organisme lain karena dapat
mensintesis makanannya sendiri .
a. Fotoautotrof
Dapat mensintesis senyawa organic dari zat-zat organic dengan
menggunakan energi matahari, karena mempunyai pigmen-pigmen
bakterioklorofil atau bakteriopurpurin sehingga mampu berfotosintesis
. Contoh Bakteri hijau dan bakteri ungu .
b. Kemoautotrof
Dapat mensintesis senyawa organik dari zat – zat anorganik
dengansenyawa-senyawa tertentu, dan energi yang timbul digunakan
untuk fotosintesis . Contoh : Bakteri Nitrit, Bakteri Nitrat dan bakteri
belerang .
2. Bakteri Heterotrof
Kelompok bakteri ini tidak dapat mensinsesis makanannya sendiri
sehingga hidupnya tergantung pada organisme lain. Bakteri ini ada
yang bersifat parasitdan ada yang bersifat saprofit.
Bersifat parasit jika hidup langsung tergantung pada organisme lain
yang masih hidup sehingga sangat merugikan. Bersifat saprofit jika
hidup pada sisa-sisa organisme lain yang telah mati.
Peranan Bakteri bagi Kehidupan Manusia
Bakteri yang Menguntungkan
1. Rhizobium leguminosarum, yaitu bakteri yang bersimsiosis dengan
akar polong-polongan. Bakteri ini mampu mengikat nitrogen dari
udara sehingga menyuburkan tanah.
2. Nitrosomonas, Nitrosococcos (bakteri nitrit), serta Nitrobacter
merupakan bakteri yang membantu proses pembuatan senyawa
nitratdalam tanah.
3. Streptococcus lactis yaitu bakteri yang berperan dalam pembuatan
keju.
4. Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermhophillus yaitu
bakteri yang berperan dalam pembuatan yoghurt.
5. Acetobacter xylinum, yaitu bakteri yang berperan dalam pembuatan
nata de coco.
6. Streptomyces griceus, yaitu bakteri yang menghasilkan antibiotic
streptomisin (untuk mengatasi penyakit TBC)
7. Streptomyces aureofaciens, yaitu bakteri yang menghasilkan antibitik
aureomisin.
8. Acetobacter aceti, yaitu bakteri yang mengubah etanol menjadi asam
asetat (asam cuka) melalui proses oksidasi.
9. Escheria coli yaitu bakteri yang membantu pembusukan di usus besar
manusia dan pembentukan vitamin K yang penting pada proses
pembekuan darah.
Bakteri yang Merugikan
1. Mycobacteium tuberculosis, yaitu bakteri penyebab penyakit TBC.
2. Clostridium pallidum, yaitu bakteri penyebab penyakit tetanus.
3.Treponema pallidum, yaitu bakteri penyabab penyakit sifilis.
4. Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri oenyabab penyakit kencing
nanah.
5. Diplococcus pneumoniae, yaitu bakteri penyabab radang paru-paru.
6. Pasteurella pestis, yaitu bakteri penyabab penyakit pes.
7. Bacillus anthtracis, yaitu bakteri penyeba penyakit antraks pada sapi.
8. Pseudomonas cocovenenans, yaitu bakteri yang menghasilka racun
asam bongkrek pada tempe bongkrek.
9. Clostridium botulinum, yaitu bakteri yang menghasilkan racun
botulinin pada makanan kaleng yang telah rusak.
10. Pseudomonas cattleyae, yaitu bakteri penyebab penyakit pada
anggrek.
Cara Pencegahan Bakteri yang Merugikan Manusia
Bakteri pathogen sangat merugikan bagi makhluk hidup terutama
manusia, ternak, dan tanaman budidaya. Untuk mencegah atau
mengurangi bahayayang ditimbulkan bakteri pathogen, manusia
menempuh cara-cara berikut.
a.Vaksinasi
adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara memberikan vaksin,
yaitu bakteri yang telah dilemahkan. Vaksin yang diinjeksikan ke dalam
tubuh manusia atau hewan mendorong terbentuknya antibodi dalam
darah. Yang akan mengahambat masuknya bakteri aktif ke dalam
tubuh.
Beberapa vaksin yang telah ditemukan.
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmet Guirine) untuk mencegah penyakit TBC
2. Vaksin DPTP (Diphteri, Pertusis, Tetanus, Profiloksis) untuk mencegah
penyakit difteri, batuk rejan, dan tetanus.
3. Vaksin TCD, untuk mencegah penyakit tifus, kolera dan disentri.Vaksin
kotipa untuk mencegah penyakit kolera, tifus, dan paratifus.
b. Strelisasi
yaitu pemusnahan semua bentuk kehidupan. Sterilisasi dilakukan
dengan pemanasan pada suhu 121oC selama 15 menit disertai tekanan.
Sterilisasi akan mematikan bakteria, spora, dan organisme lain.
Pada penelitian menggunakan mikrobia, strelisasi juga diperlukan untuk
memperoleh biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang hanya
tersiri satu spesies mikrobia atau hasil perbanyakan dari suatu sel
mikrobia yang ditumbuhkan pada medium buatan.
Selain itu perangkat penelitian mikrobia juga harus disterilkan.
Perangkat yang steril sangat mendukung keberhasilan penelitian.
Sterilisasi alat-alat atau medium dapat dikerjakan secara fisik (misalnya
dengan pemanasan, sinar ultraviolet, dan sinar X), secara mekanik
(dengan penyaringan), dan secara kimia (dengan desinfektan).
Pemanasan merupakan cara umum dalam proses sterilisasi. Beberapa
cara pemanasan yang bisa digunakan untuk sterilisasi sebagai berikut.
1. Sterilisasi dengan pemijaran
Cara ini terutama digunakan untuk sterilisasi jarum platina, ose, dan
sebagainya yang terbuat dari platina atau nikrom. Caranya dengan
membakar alat-alat tersebut di atas lampu spiritus sampai berpijar.
2. Sterilisasi dengan udara kering
Peralatan yang digunakan untuk cara ini berupa Hot Air Sterilizer (alat
oven). Cara ini digunakan untuk sterilisasi alat-alat dari gelas (gelas
kimia, cawan petri, labu elenmeyer), serta bahan seperti kain dan
kapas. Temperature yang digunakan 170oC-180oC dengan waktu
minimal 2 jam.
3. Sterilisasi dengan uap panas
Cara ini digunakan sterilisasi bahan yang mengandung cairan, misalnya
medium kultur. Alat yang digunakan yaitu amolb steam sterilizer.
Kebanyakna mikrobia mati pada suhu 100oC.
4. Sterilisasi dengan uap panas bertekanan
Teknik ini mengandung autoklaf (autocalave) dengan tekanan 2 atm
dan suhu 121oC selama 30 menit.
c.Pasteurisasi
Pasteurisasi di lakukan untuk mesterilkan bahan yang tidak tahan panas
tinggi dengan tujuan membunuh bakteri yang ada di dalamnya.
Pasterisasi akan mematikan bakteri patogen,tetapi bakteri nopatogen
tetap hidup sehingga makanan belum streril.
d.Pengawetan makanan
Makanan perlu di awetkan untuk mengawasi mengatasi aktifitas baktri
yang dapat merusak makanan serta menimbulkan racun. Pengawetan
makanan dapat di lakukan secara tradisional,misalnya dengan
pengeringan, pengasapan, pengasaman, pengasinan, dan pemanisan.
Pengawetan makanan dapat juga di lakukan secara konvesional, antara
lain dengan sterilisasi,pasteurisasi, pembekuan, pendingina,
penggunaan bahan kimia,serta radiasi.lingkungan yang dingin
menyebabkan bakteri tidak aktif. Oleh karena itu,bila makanan dari
pendinginan di keluarkan akan segera menunjukkan adanya aktifitas
bakteri.
B. Ganggang Hijau Biru (Cynobacteria)
Disebut ganggang hijau biru karena berwarna hijau kebiruan. Warna itu
diakibatkan oleh warna klorofil dan pigmen biru.
1) Ciri-ciri Ganggang hijau biru
a. Prokariotik
Ganggang tidak memiliki membrane inti. Bahan inti terdapat pada suatu
daerah di dalam sitoplasmanya.
b. Klorofil Tidak Dalam Kloroplas dan Memiliki Fikosianin
Klorofil tidak terdapat dalam kloroplas, melainkan pada membrane
tilakoid. Karena memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis, maka
ganggang ini dapat menghasilkan gula dan oksigen. Pigmen fikosianin
warna hijau kebiruan.
Pada umumnya ganggang hijau biru memiliki kemampuan menambat
nitrogen dari udara. Proses penambatan nitrogen ini dilakukan oleh sel
khusus yang disebut herosista. Heterosista dihasilkan oleh ganggang biru
berbentukbenang. Ukuran heterosista lebih besar dibandinkan sel di
dekatnya serta memiliki dinding sel yang lebih tebal. Karena kemampuan
menambat nitrogen ini, ganggan hijau biru dapat menyuburkan
habitatnya, atau menguntungkan organisme lain yang bersimbiosis
dengannya.
2) Struktur Sel ganggang Hijau Biru
a. Dinding sel
Mengakibatkan sel memiliki bentuk yang tetap. Di sebelah luar dinding sel
terdapat selubung lendir yang berfungsi mencegah sel dari kekeringan.
b. Membran sel
berfungsi mengatur mengatur keluar masuknya zat dari dank e dalam sel.
c. Sitoplasma
Merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemk, gula, mineral-
mineral, enzim, ribosom dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah berlangsung
proses metabolisme sel.
d. Asam Inti/ Asam Nukleat (DNA)
DNA terdapat pada suatu lokasi dalam sitoplasma, namun tidak memiliki
membrane inti. Karen itulah ganggang hijau biru digolongkan dalam
prokariotik.
e. Mesosom dan Ribosom
Ribosom merupakan organel untuk sintesis protein, sedangkan mesosom
merupakan penonjolan membrane sel kea rah dalam yang berpera
sebagai penghasil energi.
3) Pigmen (zat warna)
Zat warna atau pigemn tersebr dalam protoplasma karena tidak
mempunyai butir-butir zat warna (kloroplas). Zat warna dominant yaitu
fikosianin (zat warna biru).
Selain fikosianin, terdapat pula zat warna lain yaitu :
-Zat warna hijau (klorofil)
-Zat warna merah (fikoeritrin)
-Zat warna karetenoid, yaitu gabungan pigmen orange, merah, dan
kuning.
Fikosianin dan fikoeritrin tergolong peigmen fikobilin.
4) Alat Gerak
Umumnya ganggang hijau-biru tidak dapat bergerak pindah, tetapi
beberapa jenis ganggang hijau biru yang berbentuk benang dapat
bergerak maju mundur.
5) Habitat
Dapat hidup di segala macam habitat.
6) Perikehidupan
1. Hidup bebas.
2. Hidup membentuk koloni.
3. Hidup bersimbiosis mutualisme.
4. Ada pula yang hidup sebagai parasit.
7) Reproduksi Ganggang Hijau Biru
a. Pembelahan sel
Sebagai organisme prokariotik, ganggang hijau biru membelah dengan
pembelahan biner, baik sel tunggal (organisme uniseluler) maupun sel
penyusun filament (benang) akan bertambah banyak.
b.Fragmentasi
Fragmentasi dilakukan oleh ganggang hijau biru berbentu benang
dengan fragmentasi (pemenggalan) filamen yang panjang akan terputus
menja di dua atau lebih benang pendek yang disebut yang disebut
hormogonium. Setiap hormogonium akan tumbuh menjadi filamen baru.
Tempat pemutusan filament adalah sel mati yang terdapat di antara sel
penyusun filamen.
c. Pembentukan Spora
Jika kondisi buruk, misalnya kurang air, di antara sel-sel ganggang hijau
biru ada yang dapat membentuk endospora, seperti pada bakteri.
Dindingnya menebal, dan ukuran sel membesar. Bentukan ini disebut
sebagai akinet, misalnya pada Nostoc.
Peranan Ganggang Hijau Biru dalam Kehidupan Manusia
a. Menguntungkan
Dalam ekosistem perairan, terutama perairan tawar ganggang hijau biru
adalah komponen fitoplankton yang merupakan makanan utama bagi
ikan sehingga berperan penting dalam perikanan.
Dalam bidang pertanian, beberapa jenis ganggang hijau biru yang hidup
bersimbiosis dengan tumbuhan lain mampu mengikat N2 bebas dari
udara sehingga membantu menyuburkan tanah pertanian. Contohnya
anaebaena cycadae hidup bersimsiosis dengn pakis haji. Namun,
ganggang Nostoc communae mampu mengikat N2 walau tidak
bersimbiosis dengan tumbuhan tertentu.
Ganggang hijau biru ada pula yang berguna sebagai makanan yang
bergizi tinggi, contohnya spirulina.
b. Merugikan
Beberapa ganggang hijau biru yang hidup di air ada yang mengeluarkan
racun. Racun yang terlarut di dalam air dapat meracuni organisme yang
meminumnya. Banyak biri-biri mati setelah minum air telaga
di Australia. Ini merupakan sifat merugikan ganggang hijau biru.
Sifat merugikan lainnya adalah ganggang ini dapat tumbuh di tembok
dan batu, sehingga tembok akan mudah lapuk. Demikian pula bangunan
candi dari batu yang banyak terdapat di Indonesia banyak yang
terancam menjadi lapuk karena ganggang.
Penutup
Demikianlah makalah monera yang telah kami susun. Yang berisi
tentang seluk beluk dunia Monera dan peranannya bagi kehidupan.
Banyak Monera yang membawa keuntungan, tapi banyak juga yang
membawa kerugian bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan organisme
lainnya.
Bakteri yang bermanfaat kita manfaatkan sebaik-baiknya, dan bakteri
yang merugikan semoga dapat kita hindari.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohartono, Slamet dan Hadisumarto, Suhargono.1996. Sains
Biologi-1a. untuk SMU kelas 1. Jakarta : Bumi Akasara.
Ibayati, Yayat dan Kurniasih, Melani. 2000. Prestasi Biologi. SMU/MA
kelas 1.Bandung: Ganeca Exact.
Sudjino dan Sembiring, Langkah. 2006. Biologi. Kelas X Semester untuk
SMA dan MA. Klaten: Intan Pariwara.
Soemarso, Soedarjatmo dkk. 2000. Biologi. Kelas 1 Cawu 1
SMU. Surakarta: Intan Pariwara.
Saktiyono. 1999. Seribu Pena Biologi. SMU kelas 1. Jakarta : Erlangga.
Syamsuri, Istamar dkk. 2004. Biologi. Untuk SMU kelas X. Malang :
Erlangga.
Sabtu, 08 Oktober 2011
Flagella (Tugas Mikrobiologi Erlin's)
A. Pengertian Flagel
Flagellum (jamak flagella) adalah alat gerak (motile organ) berbentuk cambuk pada sejumlah organisme bersel satu. Flagella memungkinkan menghindarkan bakteri dari kondisi yang tidak mendukung baginya. Suatu individu dapat memiliki satu atau lebih flagella. Contohnya adalah alga bersel satu, Euglena viridis dan bakteri Escherichia coli. (wikipedia, 2011).
Archaea juga memiliki flagella, dan dioperasikan dengan cara yang mirip dengan flagella bakteri, batang panjang mereka yang digerakkan oleh motor berputar di dasar flagella tersebut. Motor didukung oleh gradien proton melintasi membran. Namun, flagela archaeal terutama berbeda dalam komposisi mereka dan pembangunan. Kedua jenis flagella berevolusi dari nenek moyang yang berbeda, berbagi flagela bakteri satu nenek moyang dengan sistem sekresi tipe III, sedangkan flagela archaeal tampaknya telah berevolusi dari pili tipe IV bakteri. Berbeda dengan flagel bakteri, yang merupakan poros berongga dan dirakit oleh subunit bergerak ke atas pusat pori dan kemudian menambahkan ke akhir flagella ini, flagela archaeal subunit disintesis dengan menambahkan ke pangkalan mereka. (Wikipedia free ensiklopedy, 2011.)
Setiap sel Euglena dilengkapi dengan sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. (Wikipedia, 2011).
Kecepatan normal rotasi untuk flagela Escherichia coli sekitar 6000 rpm, tetapi rekor kecepatan, ditetapkan oleh Vibrio kuat, adalah 100.000 rpm. Setiap flagela kedua motor reversibel dan protein organel ekspor dan aparat perakitan yang fabricates sebuah filamen eksternal mengekstrusi monomer flagellin melalui saluran pusat dan menambahkannya ke flagel yang tumbuh pada akhir nya. (Schaechter, 2011).
B. Struktur Flagel
Adapun struktur Flagel adalah sebagai berikut :
1. Lebar flagel kurang dari 0,1 µm
2. Flagel merupakan benang-benang protoplasma yang berpangkal pada titik tepat di bawah membran sel
3. Pangkal flagel dinamakan Rizoblast
4. Flagel terdiri dari protein yang disebut flagelin semacam miosin
5. Dalam medium cair, vibro dimana vibro ini bergerak dengan kecepatan 20 cm perdetik atau 0,3 km/menit atau 18 km/jam.
Pili Atau Fimbrae
Pili atau Fimbrae merupakan benang-benang halus yang keluar atau menonjol dari dinding sel. Pili atau Fimbrae hanya ditemukan pada bakteri berbentuk batang bersifat gram negatif dimana benang-benang halus yang bersifat gram negatif ini tidak berlekuk-lekuk dan lebih halus dibandingkan flagel. Jumlah pili bisa mencapai ratusan. Pili termasuk golongan protein yaitu Lektin. Ada dua jenis pili yaitu pili yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan sel tubuh hospes
Seks pili, yang berfungsi dalam konjugasi 2 kuman. Pili berfungsi sebagai alat perlekatan tabung konjugasi (perkawinan).
Perbedaan Flagel dan pili (fimbrae), Kapsula atau lapisan lendir
Lapisan lendir menyelubungi dinding sel seluruh bakteri. Bila lapisan lendir cukup tebal maka bungkus tsb disebut kapsula Lapisan lendir terdiri atas karbohidrat Pada spesies tertentu lendir mengandung unsur N atau P. Lendir ini bukan suatu bagian integral dari sel melainkan hasl pertukaran zat. Fungsi kapsula atau lapisan lendir adalah sebagai benteng pertahanan sel terhadap kehadiran faktor luar yang tidak menguntungkan. Lendir memberikan perlindungan
terhdap kekeringan. Bagi manusia lapisan ini berguna untuk identifikasi atau mengenal spesies.
Mikroba yang memiliki kapsula merupakan mikroba yang virulen sekali. ( Agus jatmiko, 2009.)
Flagella adalah filamen, yang terbuat dari rantai protein flagellin, melekat pada protein yang membentuk hook yang dimasukkan ke dalam alat-alat basal. flagela ini berputar sekitar ini gaya fundamental dalam gerakan melingkar, yang cukup berbeda dengan gerakan flagella eukariotik. Prokariotik flagela didistribusikan pada permukaan sel atau terkonsentrasi pada satu atau kedua ujung sel. rotasi mereka didukung oleh difusi H+ ke dalam sel. H+ gradien ini dikelola oleh sebuah pompa proton ATP-driven (Kenti simon, 2007) .
Flagel pada prokariota merupakan suatu berkas kosong tanpa membran, panjangnya 312 mikrometer dan diameternya 1020 mikrometer, terdiri dari subunit yang susunannya berpilin dari protein flagelin. Penempelan flagela dengan 'kait', 'pelor roda' dan 'rotor'. Flagela itu dalam bentuk pilinan yang tetap, namun ada yang sering berputar selaras. Flagela memperoleh energi dari kekuatan protonmotiv. Flagela terlibat dalam respon kemotaksis olehsel. (Wikipedia, 2011).
C. Fungsi Flagel
1. Flagel sebagai alat gerak dari prokariotik dan eukariotik.
Flagel memiliki struktur tubular dari permukaan luar dan fungsi motilitas. Flagela bertindak sebagai baling-baling, berputar berlawanan ketika mereka mendorong sel ke depan.
2. flagela adalah struktur semi kaku digunakan untuk memindahkan sel-sel mikroba
3. Flagella menyebabkan sel untuk bergerak dengan rotasi mereka, yang didukung oleh kekuatan motif proton.
D. Skema Pengaturan Flagel
Ada berbagai jenis bakteri memiliki pengaturan yang berbeda dari flagela. bakteri Monotrichous memiliki flagel tunggal (misalnya, Vibrio cholerae). bakteri Lophotrichous memiliki beberapa flagela yang terletak di tempat yang sama pada permukaan bakteri yang bertindak bersama untuk mengusir bakteri dalam satu arah. Dalam banyak kasus, dasar dari beberapa flagella dikelilingi oleh wilayah tertentu dari membran sel;. Polar membran disebut [rujukan?] Amphitrichous Bakteri memiliki flagel tunggal pada masing-masing dua ujung yang
berbeda (hanya satu flagel beroperasi pada satu waktu, yang memungkinkan bakteri untuk membalikkan kursus cepat dengan switching yang flagela aktif). bakteri Peritrichous memiliki flagela memproyeksikan ke segala arah (misalnya Escherichia coli).
Pada beberapa bakteri, seperti bentuk-bentuk lain dari flagella Selenomonas lebih besar, perorangan maupun yang terorganisir di luar tubuh sel, memutar spiral tentang satu sama lain untuk membentuk struktur tebal disebut "volume". bakteri lain, seperti spirochetes, memiliki tipe khusus filamen
Berlawanan dengan rotasi flagella polar monotrichous mendorong maju dengan flagella sel yang mengikuti di belakang, seperti sebuah pembuka botol yang bergerak di gabus. Memang, air dalam skala mikroskopis sangat kental, sangat berbeda dari pengalaman kita sehari-hari air. Ini adalah flagela heliks kidal, dan bundel dan bermain bersama hanya jika berputar berlawanan. Ketika beberapa dari rotor ke arah yang berlawanan, yang santai dan flagella sel mulai "jatuh". Ini juga telah menyarankan bahwa bahkan jika flagel semua akan berputar searah jarum jam, mereka tidak akan membentuk bundel, karena alasan geometri serta hydrodynamical. Seperti "jatuh" dapat terjadi kadang-kadang, yang mengarah ke sel yang tampaknya berteriak di tempat, sehingga reorientasi sel. rotasi Searah jarum jam dari flagela ditindas oleh senyawa kimia yang bermanfaat bagi sel (makanan misalnya), tetapi sepeda ini sangat adaptif. Oleh karena itu, ketika bergerak ke arah yang menguntungkan, meningkatkan konsentrasi atraktan kimia dan "jatuh" terus ditekan, bagaimanapun, bila arah gerakan sel kurang baik (misalnya, jauh dari bahan kimia atraktan), jatuh tidak lagi ditekan dan terjadi jauh lebih sering, dengan kesempatan sel sehingga akan reorientasi ke arah yang benar.
Dalam beberapa Vibrio (terutama Vibrio parahemolyticus) dan proteobacteria terkait, seperti Aeromonas, dua sistem flagellar co-ada, menggunakan set yang berbeda gen dan gradien ion yang berbeda untuk energi. Flagela polar konstitutif ini disajikan dan memberikan motilitas pada curah cair, sedangkan flagela lateral dinyatakan sebagai flagela polar memenuhi terlalu banyak perlawanan terhadap perubahan, ini memberikan motilitas dipenuhi pada permukaan atau dalam cairan kental.
E. Jenis-jenis Flagellum
Tiga jenis flagella sejauh ini telah dibedakan, bakteri, archaea dan eukariota. perbedaan utama antara ketiga jenis diringkas di bawah ini :
1. flagela bakteri filamen heliks yang memutar sekrup seperti mereka menyediakan dua dari beberapa jenis bakteri motilitas
2. flagela archaea yang dangkal mirip dengan flagella bakteri, tetapi berbeda dalam banyak rincian dan dianggap non-homolog.
3. flagela eukariotik - orang-orang dari hewan, tumbuhan, dan protista sel - adalah proyeksi seluler kompleks yang bulu kembali dan sebagainya. Kadang-kadang disebut silia atau undulipodia flagela eukariotik untuk menekankan kekhasan mereka. (Wikipedia,2011)
Berikut adalah tipe-tipe flagellum pada bakteri :
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu (Ardianz, 2009):
a. Atrik, tidak mempunyai flagel.
b. Monotrika (memiliki satu flagelum di depan atau belakang)
c. Lopotrika (salah satu bagian ujung terdapat banyak flagelum)
d. Ampitrika (kedua bagian ujung di tumbuhi oleh satu flagelum)
e. Peritrika (flagelum terdapat di seluruh tubuh). (Rahma, 2009.)
F. Pergerakan Flagel
Menurut Hastuti (2002) kebanyakan sel bakteri dapat bergerak dengan menggunakan flagel, akan tetapi ada bakteri yang tidak dapat bergerak karena tidak memiliki falagel. Hal ini senada dengan pernyataan Taringan (1988) yang menyatakan bahwa gerak bakteri terjadi pada bakteri yang mempunyai flagel, karena flagel ini merupakan alat gerak bagi sel bakteri. Flagel merupakan bulu-bulu cambuk yang dimiliki oleh beberapa jenis bakteri dan letaknya berbeda-beda tergantung kepada spesiesnya. Berdasarkan jumlah dan posisi flagel dapat Menurut Taringan (1988) dibedakan menjadi:
· Monotrikh : mempunyai satu flagel
· Ditrikh : mempunyai dua flagel
· Pentrikh : mempunyai banyak flagel pada permukaan tubuh
· Lopotrikh : mempunyai flagel pada salah satu ujung tubuh bakteri yang berjumlah lebih dari dua buah
· Amfitrikh : mempunyai flagel pada sisi tubuh yang berlawanan
· Atrikh : tidak memiliki flagel
Flagel tersusun atas tiga bagian yaitu :
1) Pangkal (basal) merupakan bagian yang berhubungan dengan membran plasma,
2) Hook yang pendek,
3) Filamen yang bentuknya seperti benang yang panjangnya sampai beberapa kali melebihi panjang tubuhnya.
Menurut Gross (1995) struktur bakteri yang berflagel itu kaku dan dilengkapi dengan gelendong yang berbentuk spiral. Gelendong spiral tersusun atas protein yang disebut dengan flagelin yang merupakan unit dasar penyususn flagela.
Untuk mengamati gerak pada bakteri dengan baik maka bisa menggunakan metode tetesan bergantung (Hastuti, 2002). Dalam pengamatan gerak bakteri, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu motalitas bakteri dan gerak brown. Bakteri yang bersifat motil akan nampak jelas bergerak, dan bergeraknya melaju kearah tertentu, sedangkan sel bakteri yang tampak sebagai gerak brown adalah gerakan yang bukan berasal dari bakteri itu sendiri melainkan dikarenakan adanya partikel-partikel air yang ada disekeliling sel atau adanya energi kinetik. Pada gerak brown, organisme bergetar dengan laju yang sama dengan menjaga hubungan ruang yang sama satu sama yang lain (Volk, 1988)
Motalitas dapat diamati dengan baik pada biakan yang masih baru. Pada biakan yang sudah lama akan dapat menjadi penuh sesak dengan makhluk hidup yang giat dan banyak bakteri yang sudah mati, sehingga sangat sukar untuk mendapatkan sel yang motil, selain itu produksi asam dan produk yang bersifat racun dapat menyebabkan hilangnya motalitas sel bakteri pada biakan (Volk, 1988).
Menurut Taringan (1988) beberapa bakteri dapat melakukan gerakan meluncur yang sangat mulus yang hanya terjadi kalau persentuhan dengan benda padat. Kebanyakan bakteri yang dapat “berenang” dapat mendekati atau menjauhi berbagai senyawa kimia yang disebut kemotaksis, (Riza, 2008).
G. Flagel Pada Bakteri
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. (Wikipedia, 2011)
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela danfimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsula atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan struktur biofilm. Bakteri juga memilikikromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.
Flagella panjang, tipis, filamen heliks umumnya lebih panjang dari tubuh bakteri dari mana mereka muncul di berbagai situs. mereka agak fleksibel, penampilan sinusoidal ditafsirkan, ke 70-an awal, sebagai bukti bahwa mereka bertindak seperti cambuk, tetapi helicity intrinsik mereka dan tindakan mereka adalah bahwa dari baling-baling yang diputar oleh motor tertanam dalam sel tubuh.
H. Flagel Pada Archea
Flagela archaeal adalah mirip dengan flagel (atau eubacterial) bakteri, pada tahun 1980 mereka dianggap homolog berdasarkan morfologi kotor dan perilaku. Flagela kedua terdiri dari filamen memperluas luar sel, dan memutar untuk menggerakkan sel. Flagela archaea memiliki
struktur yang unik yang tidak memiliki saluran pusat. Mirip dengan tipe iv pilins bakteri, flagellins komponen dibuat oleh kelas 3 peptida sinyal dan mereka akan diproses oleh jenis enzim iv prepilin peptidase-suka. Para flagellins archaeal biasanya dimodifikasi dengan penambahan glycans n-linked yang dibutuhkan untuk perakitan yang tepat dan atau fungsi. Penemuan-penemuan pada 1990-an mengungkapkan perbedaan mendalam antara flagela archaea dan bakteri ini meliputi:
a. Bakteri flagella yang bermotor oleh aliran ion H + (atau kadang-kadang Na + ion), flagela archaeal hampir pasti didukung oleh ATP. Torsi motor-menghasilkan bahwa kekuasaan rotasi flagel archaeal belum diidentifikasi.
b. Sementara sel-sel bakteri sering memiliki filamen flagellar banyak, yang masing-masing berputar secara independen, flagel archaeal terdiri dari bundel filamen banyak yang memutar sebagai perakitan tunggal.
c. flagela bakteri tumbuh dengan penambahan subunit flagellin di ujung; flagela archaeal tumbuh dengan penambahan subunit ke dasar.
d. flagela bakteri lebih tebal daripada flagella archaea, dan bakteri filamen memiliki berongga besar "tabung" di dalam bahwa subunit flagellin bisa mengalir dalam diri dan mendapatkan ditambahkan ke ujung filamen; flagela archaeal terlalu tipis untuk memungkinkan ini.
d. Banyak komponen saham kesamaan urutan flagella bakteri pada komponen sistem sekresi tipe III, namun komponen saham flagella bakteri dan archaea ada kesamaan urutan. Sebaliknya, beberapa komponen flagella urutan archaea berbagi kesamaan dan morfologi dengan pili komponen tipe IV, yang dirakit melalui aksi sistem sekresi tipe II (nomenklatur pili dan sistem protein sekresi tidak konsisten)
Perbedaan ini bisa berarti bahwa flagela bakteri dan archaea bisa menjadi kasus klasik dari analogi biologis, atau evolusi konvergen, tidak homologi. Namun, dibandingkan dengan satu dekade publikasi penelitian bahwa kedua flagella bakteri (misalnya dengan Berg), flagela archaeal hanya baru-baru ini mulai mendapat perhatian ilmiah yang serius. Oleh karena itu, banyak keliru menganggap bahwa hanya ada satu tipe dasar dari flagel prokariotik, dan bahwa flagela archaea yang homolog untuk itu. Misalnya, Cavalier-Smith (2002) menyadari perbedaan antara flagellins archaea dan bakteri, tapi tetap kesalahpahaman bahwa tubuh basal dari homolog.
I. Flagel Pada Eukariotik
Seiring dengan silia, flagela membentuk sebuah kelompok yang dikenal sebagai undulipodia organel.
Struktur Flagel Eukariotik
Sebuah flagel eukariotik adalah bundel dari sembilan pasang leburan dari mikrotubulus doublet sekitar dua mikrotubulus tunggal pusat. Apa yang disebut "9 +2" struktur merupakan karakteristik inti dari flagel eukariotik disebut axoneme sebuah. Atas dasar dari flagela eukariotik adalah tubuh basal, "blepharoplast" atau kinetosome, yang merupakan pusat pengorganisasian mikrotubulus (MTOC) untuk mikrotubulus flagellar dan sekitar 500
nanometer panjang. basal tubuh secara struktural identik dengan sentriol. flagela adalah terbungkus dalam selaput plasma sel, sehingga interior flagel bisa diakses sitoplasma sel.
Mekanisme Flagel Eukariotik
Setiap doublet luar 9 mikrotubulus meluas sepasang tangan dynein (sebuah "internal" dan lengan "eksternal") kepada mikrotubulus yang berdekatan; ini lengan dynein bertanggung jawab atas flagel pemukulan, karena gaya yang dihasilkan oleh lengan menyebabkan doublet mikrotubulus slide terhadap satu sama lain dan berkumpul flagel untuk membungkuk. Lengan ini dynein menghasilkan gaya melalui hidrolisis ATP. Para axoneme flagellar juga mengandung kisi radial, kompleks polipeptida memanjang dari masing-masing dari sembilan doublet mikrotubulus luar terhadap pasangan pusat, dengan "kepala" pembicaraan wajah ke dalam. radial itu berbicara seharusnya terlibat dalam pengaturan gerak flagellar, walaupun fungsi eksaknya dan metode tindakan yang belum dipahami.
Flagella dan Silia
Meskipun flagela eukariotik motil dan silia yang ultrastructurally identik, pola pemukulan dari dua organel dapat berbeda. Dalam kasus flagella (misalnya, ekor sperma) gerakan baling-baling. Sebaliknya, motil silia pemukulan terdiri dari terkoordinasi back-dan-sebagainya bersepeda banyak silia pada permukaan sel. Dengan demikian, flagela melayani untuk penggerak sel-sel tunggal (misalnya berenang protozoa dan spermatozoa), dan silia motil untuk mengangkut cairan (misalnya transportasi lendir oleh sel-sel bersilia masih dalam trakea). Namun, bulu mata juga digunakan untuk memindahkan (melalui cairan) dalam organisme seperti Paramecium.
Transportasi Intra Flagellar
Intra Flagellar Transport (IFT) adalah proses selular yang penting untuk pembentukan dan pemeliharaan silia dan flagela eukariotik. IFT, pertama kali ditemukan pada tahun 1993 oleh mahasiswa pasca sarjana Keith Kozminski saat bekerja di lab Dr Joel Rosenbaum dari Yale University, phylogenically terawat, dan tampak hadir dalam silia dan flagela dari sebagian besar spesies, dengan Plasmodium falciparum adalah pengecualian. Dalam proses dimana subunit axonemal, reseptor transmembran, dan protein lain bergerak ke atas dan ke bawah flagel panjang, IFT ini sangat penting untuk berfungsinya flagel, baik transduksi motilitas dan sinyal. (Wikipedia the free encyclopedia, 2011).
J. Evolusi Flagella dan Perdebatan
Berdasarkan kesamaan dalam struktur dan kesamaan parsial dalam urutan asam amino, secara umum diterima di kalangan ilmuwan bahwa flagela dan silia eukariotik telah berevolusi dari sitoskeleton, sedangkan flagel eubacterial telah berevolusi dari sistem sekresi tipe III atau dari sistem sekresi lebih kuno dari mana sekresi sistem tipe III telah berevolusi juga. Archaeal flagellum mungkin telah berevolusi dari pili tipe IV. Rincian lebih lanjut muncul dalam Evolusi flagella.
Pada tahun 1996 dalam bukunya Darwin's Black Box, membuat desain pendukung cerdas dengan mengutip Michael Behe flagel bakteri sebagai contoh struktur rumit tak teruraikan tak bisa berevolusi melalui cara-cara alami. Behe berpendapat bahwa flagel itu menjadi tidak berguna jika salah satu bagian unsur dihapus, dan dengan demikian tidak dapat banyak muncul, berturut-turut, sedikit dimodifikasi, oleh karena itu, tidak mungkin tanpa harapan bahwa protein yang membentuk motor flagellar bisa datang bersama-sama bersama-sama sekaligus , secara kebetulan. Mark Perakh menjelaskan bahwa sementara Behe dipopulerkan ide, biologi Hermann J. Müller sudah mengeksplorasi hal itu (dengan nama yang sedikit berbeda "kompleksitas masing-masing") dan lebih dari satu dekade sebelum buku Behe adalah ide yang sama dieksplorasi oleh A. Graham Cairns-Smith, tetapi tidak mengklaim bahwa "kompleksitas tereduksi" hanya sebagai "penanda" desain supranatural.
Sementara Behe membahas sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah cascade lebih terinci, flagel bakteri telah menjadi "poster anak" untuk para pendukung perancangan cerdas dan kreasionis lainnya. Ini adalah salah satu dari dua struktur berputar diidentifikasi ditemukan di alam (ATP sintase lainnya) dan itu adalah milyaran tahun lebih tua dari dua contoh lain Behe, yang pada banyak homolog bentuk, penjelasan sederhana asal mereka. Jalur evolusi didukung oleh Teori Seleksi Alam dan Evolution (lihat: produksi "The flagel berputar dan televisi PBS / Nova Ilmu dari Intelligent Design on Trial) sejak saat itu telah diidentifikasi untuk flagel bakteri, dengan demikian, melemahkan argumen Behe's. Selain itu, tiga tipe sistem sekresi, molekul bakteri digunakan jarum untuk menyuntikkan racun ke dalam sel lain, tampaknya merupakan disederhanakan sub-set komponen ini flagel bakteri, yang berarti sangat kecil kemungkinannya tak teruraikan kompleks dengan cara yang flagel bakteri berevolusi dari sistem dapat benar-benar tiga jenis sekresi.
DAFTAR PUSTAKA
1. (Rahma, 2009. Tipe Flagellum Pada Bakteri.http://rahma02.wordpress.com/2009/03/17/bentuk2-sel-flagel-bakteri/diakses tanggal 21 maret 2011)
2. ( Agus jatmiko, 2009. Bakteriologi dasar.http://blitarnursingcybercenter.blogspot.com/2009/10/bakteriologi-dasar.html diakses tanggal 21 maret 2011)
3. (Riza, 2008. Gerak Bakteri.http://alkhanza7.multiply.com/journal/item/3/Gerak_bakteri diakses tanggal 21 Maret 2011)
4. Burdon, Kenneth & Robert P. Willams. 1964. Microbiology. New York: The Macmillan Company.
5. Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
6. Fariaty.1995. Kimia Larutan I. Malang: IKIP MALANG
7. Gross, Trevor dkk. 1995. Introoductory Microbiology. London: Chapmaan & hall University and Proffesional Dinsion.
8. Hastuti, Sri Utami. 2002. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UM Press.
9. Taringan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud.
10. Volk, Swisley A & Margareth F Whceler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
11. (Kenti simon, 2007. The Diversity Of Life.http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://kentsimmons.uwinnipeg.ca/16cm05/1116/27-07-ProkaryoteFlagella-L.jpg&imgrefurl=http://kentsimmons.uwinnipeg.ca/16cm05/1116/16monera.htm&usg=__0mnrEkpWpW8q515Z9QdSV-u5sxw=&h=488&w=800&sz=92&hl=id&start=17&zoom=1&um=1&itbs=1&tbnid=Obu_8ucrHCx8TM:&tbnh=87&tbnw=143&prev=/images%3Fq%3Dflagellum%2Balga%26um%3D1%26hl%3Did%26biw%3D1034%26bih%3D619%26tbs%3Disch:1&ei=r3GHTZH5LYbIuAOl2PyfBA diakses tanggal 21 Maret 2011)
12. Wikipedia, 2011. Bakteri. http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri diakses tanggal 21 Maret 2011)
13. Wikipedia, 2011. Flagellum. http://id.wikipedia.org/wiki/Flagellumdiakses tanggal 21 Maret 2011)
14. Wikipedia, 2011. Euglena viridis.http://id.wikipedia.org/wiki/Euglenaviridis diakses tanggal 21 Maret 2011)
15. Schaechter, 2011. Pastidious Bakteriophage.http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://schaechter.asmblog.org/.a/6a00d8341c5e1453ef0133f1a9b088970b-250wi&imgrefurl=http://schaechter.asmblog.org/schaechter/2010/06/a-fastidious-bacteriophage.html&usg=__gQnuBnSIhg5N_aoDkV0IdEGxuZQ=&h=200&w=221&sz=11&hl=id&start=17&zoom=1&um=1&itbs=1&tbnid=4uQEKCPoJXPhVM:&tbnh=97&tbnw=107&prev=/images%3Fq%3Dmotile%2BEscherichia%2Bcoli.%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DG%26biw%3D1034%26bih%3D583%26tbs%3Disch:1&ei=ioGHTbf_HYaSuwPn-YXZCA diakses tanggal 21 Maret 2011)
16. Wikipedia the free encyclopedia, 2011. Intra Fragellar Transport.http://www.thefullwiki.org/Intraflagellar_transport diakses tanggal 21 Maret 2011)
17. (Wikipedia free ensiklopedy, 2011. Archea.http://www.thefullwiki.org/Archaeal diakses tanggal 21 Maret 2011)
18. Adrianz, 2009. Alat Gerak Flagel. www.ardianrisqi.com/2009/11/alat-gerak-bakteri.html diakses tanggal 21 Maret 2011)
Diposkan oleh Erlin's Blog di 01.10
Selasa, 14 Februari 2012
PERBEDAAN ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA
A. PENGERTIAN
Dalam organisme prokariota terdapat dua kelompok yaitu arkhaebacteria dan eubacteria. Eubacteria terdiri dari bakteri-bakteri yang lebih umum, seperti kebanyakan orang telah mengenalnya.
a. Eubacteria Gram negatif yang memilki dinding sel.Kelompok ini merupakan prokariot yang memiliki suatu profil dinding sel (tipe gram negatif).
Kompleks yang terdiri dari satu membrane luar dan satu membrane dalam, lapisan peptidoglikan yang tipis (yang mengandung asam muramat yang terdapat pada semua peptidoglikan tapi sejumlah organisme tidak memiliki bagian ini pada dinding selnya). Dan suatu variabel pelengkap dari komponen lain diluar atau diantara lapisan ini. Kelompok ini biasanya bersifat gram(-) negatif. Bentuk sel berupa bola, oval, batangan lurus atau melengkung, memutar, atau filament; beberapa
bentuk tersebut dapat berselubung. Reproduksi dengan cara pembelahan biner tetapi beberapa kelompok terlihat membentuk tunas, dan suatu kelompok jarang memperlihatkan pembelahan multiple. Fruiting body dan mikrospora dapat dibentuk oleh miksobakteria. Gerakan berenang, meluncur, dan gerakan tanpa berpindah tempat biasanya teramati. Anggota divisi mungkin bakteri fototropik atau nonfototrof (diantara litotropik dan heterotropik), dan termasuk aerobic, fakultatif anaerobic, dan spesies mikroaerofilik; beberapa anggota merupakan parasit intraseluler obligat.
b. Eubacteria Gram-positif yang memiliki dinding sel
Kelompok ini merupakan prokariot dengan profil dinding sel tipe gram-positif ; umumnya bereaksi terhadap pewarnaan gram, tetapi tidak selalu positif. Sel berbentuk bola, batang, atau filament; batang dan filamen mungkin tidak bercabang , tetapi beberapa memperlihatkan adanya percabangan. Reproduksi seluler umumnya dengan pembelahan biner; beberapa menghasilkan spora sebagai bentuk istirahat (endospora atau spora pada hifa). Kelompok ini pada umumnya tidak berfotosintesis, melakukan khemosintesis, heterotrof dan termasuk aerobic, anaerobic, fakultatif anaerobic, dan spesies mikroaerofilik.
Eubacteria dapat masuk ke dalam tiga bentuk seperti:
1. ROD-SHAPED atau disebut Bacilli
2. SPHERE SHAPED atau disebut Cocci. Ketika cocci bergabung membentuk rantai, maka disebut streptococci, namun cocci yang seperti anggur dan mengelompok disebut straphylococci.
3. SPIRAL SHAPED atau sering disebut SPIRILLA.
( www.silverfalls.k12.or.us)
c. Eubacteria tanpa dinding sel
Eubacteria terhitung sebagai bacteria secara umum. Mereka terlihat dalam berbagai bentuk dan ukuran serta memiliki banyak perbedaan genetic dan biokimia. Awalan “EU” pada Eubacteria berarti “TRUE” artinya bahwa TRUEbacteria diartikan secara sederhana disebut sebagai Bacteria (kuman).
(www.silverfalls.k12.or.us )
Kelompok ini merupakan prokariotik yang tidak memiliki dinding sel (biasa disebut mycoplasma dan termasuk kelas mollicutes) dan tidak mensintesis bahan baku (prekusor peptidoglikan). Sel dilindungi oleh unit membrane-membrane plasma. Sel sangat pleomorfik, dengan ukuran mulai dari yang besar, mampu merusak vesikula sampai yang sangat kecil. Bentuk filament biasa ditemukan dengan penonjolan-penonjolan percabangan. Reproduksi dengan pertunasan, fragmentasi dan atau pembelahan biner. Biasanya tidak bergerak tetapi beberapa spesies memperlihatkan pergerakan meluncur. Bentuk istirahat tidak diketahui. Sebagian besar membutuhkan media yang komplek untuk pertumbuhannya (tekanan osmotic tinggi yang mengelilinginya) dan memelihara diri dengan menembus permukaan media padat dengan cara membentuk sifat koloni berupa fried egg (telur goreng mata sapi). Mycoplasma dapat bersifat saprofit, parasit, atau patogenik, dan patogen penyebab penyakit pada hewan, tumbuhan dan kultur jaringan
d. Archaebacteria
Archaebacteria merupakan kelompok bacteria yang berbeda dengan yang lain karena hidup mereka biasanya di lingkungan yang keras / ekstrem. Para ilmuan memisahkan ke dalam kingdom yang lain karena organism ini sangat berbeda dengan bakteri pada umumnya. Para peneliti percaya bahwa kondisi lingkungan yang ekstrem sekarang diidentikan dengan kondisi awal bumi yang belum stabil. (www.silverfalls.k12.or.us )
Archaebacteria dapat digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarkan lingkungan dimana ia hidup antara lain:
1. Methanogens. Hidup di lingkungan sedikit oksigen dan menghasilkan gas methan. Methanogen hanya dapat hidup di lingkungan aerobic seperi dasar laut, dasar sungai, dasar selokan dll.
2. Thermoacidophiles. Hidup di air yang bersuhu ekstrem (230 derajat Fahrenheit) dan pH sangat asam (dibawah 2)
3. Ekstrem Halophiles. Hidup di lingkungan yang bergaram seperti di Great Salt like di Utah dan di laut mati yang kadar garamnya sangat pekat. ( www.silverfalls.k12.or.us )
Archaebacteria berasal dari bahasa yunani archaios artinya kuno, dan bakterion (batang kecil). Archaebacteria sangat beraneka ragam baik secara morfologi atau fisiologi. Mereka bisa bewarna atau terwarnai baik gram positif atau gram negatif. Walaupun begitu struktur dinding dan kimiawinya berbeda dari eubacteria. Mereka tidak mempunyai asam muramik dan asam D-amino seperti terdapat pada peptidoglikan eubacteria. Oleh karena itu seluruh arkhaebacteria rentan serangan oleh lisozim dan β-laktam antibiotic seperti penisilin karena tidak memiliki asam muramat dan D-asam amino. Gram positif arkhebacteria dapat mempunyai varietas complex polimer pada dinding-dinding mereka. Misalnya bakteri methanogen mempunyai dinding dengan pseudomurein, sebuah peptidoglikan yang mempunyai L-asam amino pada struktur cross link. Hal yang paling membedakan kenampakan dari membrane arkhaebacteria adalah sifat alami dari lipid membrannya. Mereka berbeda baik eubacteria maupun eukariot dalam mempunyai rantai hidrokarbon bercabang yang tertanam pada gliserol dengan ikatan eter daripada ikatan ester. Lipid polar kadang-kadang nampak pada membrane arkhaebacteria, seperti phospolipid, sulfolipid, dan glikolipid. Sekitar tujuh sampai tiga puluh persen lipid membrane arkhaebacteria adalah lipid nonpolar yang merupakan derivatik squalene. Lipid ini dapat berkombinasi dengan berbagai cara untuk membentuk kekakuan membrane dan ketebalannya.
Gambar: Struktur Pseudomurein
Secara genetic arkhaebacteria juga berbeda, genom dari arkhaebacteria berukuran lebih kecil dari eubakteri normal. Akhir-akhir ini genom dari arkhaebacteria telah diurutkan dan dibandingkan dengan genom organism lain. Sekitar 56 % dari keseluruhan genom arkhaebacteria tersebut sangat berbeda dengan genom dari eubacteria dan eukariot.
Archaebacteria merupakan mikroba utama dalam lingkungan terrestrial dan akuatik, hidup dalam lingkungan anaerobic, dalam kadar garam tinggi, atau air panas, dan dalam lingkungan yang terkena panas bumi serta beberapa terdapat sebagai simbion saluran pencernaan. Kelompok yang termasuk aerob, anaerob dan fakultatif aerob yang tumbuh secara khemolitoautotrofik, organotrofik. Archaebacteria dapat bersifat mesofil atau thermofil, bahkan beberapa spesies dapat tumbuh pada suhu diatas 100° C.
e. Perbedaan eubacteria dan arkhaebacteria
Dinding sel, membrane sel, dan RNA ribosomalnya berbeda dari bagian tersebut dari bakteri lain. Pada archaebacteria tidak ditemukan adanya peptidoglikan (protein-karbohidrat) seperti yang ditemukan pada eubacteria. Archaebacteria dapat tinggal di lingkungan dimana organism khususnya bakteri lain tidak dapat bertahan. (www.silverfalls.k12.or.us )
Archaebacteria dapat dibedakan dari eubacteria dengan tidak adanya dinding sel peptidoglikan mereka, posisi dari isoprenoid dieter atau digliserol tetra eter lipid, dan karakteristik susunan RNA ribosom. Archaebacteria juga memiliki beberapa ciri molekuler yang sama dengan
eukariota. Sel memiliki bentuk yang berbeda termasuk didalamnya adalah bentuk sferis, spiral, pipih atau batang; bentuk uniseluler dan multiseluler pada filament atau agrigat ditemukan. Perbanyakan terjadi dengan pembelahan binary, tunas, penggabungan, fragmentsi, atau dengan mekanisme lain yang belum diketahui.
Arkhaebakteria tidak mempunyai peptidoglikan, pembeda utama antara arkhaebacteria dan eubacteria. Sementara itu dinding sel Arkhaebacteria tersusun atas molekul komponen-karbohidrat yang disebut pseudopeptidoglycan. Membran sel eubacteria tersusun atas asam lemak dengan gliserol yang diikat melalui ikatan ester, sementara membran archaebacteria tersusun atas isoprenoids yang berikatan dengan asam lemak melalui ikatan eter. Selain itu archaebacteria mempunyai lebih banyak RNA dibanding eubacteria. Secara genetic arkhaebacteria juga berbeda, genom dari arkhaebacteria berukuran lebih kecil dari eubakteri normal.
Arkhaebacteria juga berbeda dengan eubacteria yaitu pada lingkungan hidupnya yang sangat ekstrim (contohnya: temperatur tinggi, kadar garam tinggi dan PH rendah) dan melangsungkan reaksi metabolisme yang tidak biasa, misalnya dalam pembentukan methane. Struktur peptidoglikan Eubacteria dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2
Gambar 1
Gambar 3
Peptidoglikan atau murein adalah susunan polimer dari banyak sub unit yang identik. Polimer mempunyai dua derivate gula, N-asetilgukosamin dan asam N-asetilmuramik (bentuk eter laktil dari N-asetilglusamin)(gambar 2). Dan beberapa jenis asam amino, tiga darinya adalah asam D-glutamit, D-alanin, dan asam meso-diaminopimelic yang tidak terdapat dalam protein. Sub unit peptidoglikan terdapat dalam kebanyakan bakteri gram negative dan beberapa pada bakteri gram positif. Rantai utama polimer adalah residu N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramik. Sebuah rantai peptida dari D- dan asam L-amino terhubung dengan grup karboksil asam N- asetilmuramik.
Rantai sub unit peptidoglikan tergabung dengan cross link diantara peptidanya. Seringkali grup karboksil dari terminal D-alanin terhubung langsung ke grup amino dari asam diaminopimelic, kecuali ”peptide interbridge” juga digunakan untuk mengganti cross link. Kebanyakan gram negative kandungan peptidoglikan di dindingnya kurang terdapat ”peptide interbridge”.
Cross link mengakibatkan kepadatan yang tinggi dan saling berhubungan rapat dengan peptidoglikan dinding selnya. Hal ini mengakibatkan bentuk sel relative tetapi dinding selnya tetap elastic dan mudah mengulur. Selain itu juga terdapat banyak pori sehingga molekul-molekul dapat menembusnya.
Archaebacteria mempunyai proteksi yang tinggi terhadap tekanan, suhu dan pH, dan segala bentuk ancaman lingkungan yang ekstrim. Untuk archaebacteria yang hidup dilingkungan bertekanan tinggi, mereka menggunakan methanochondroitin pada dinding selnya untuk proteksi tekanan. Struktur membrane dan dinding (lemak & protein) inilah yang berperan untuk merespon secara khusus.
Methanochondroitin merupakan dinding sel Methanosarcina. Yang tersusun atas galaktosamine, glucuronic atau asam galacturonik dan glukosa, mengingatkan kepada sulphate chondroitin pada jaringan ikat pada vertebrata. Bagaimanapun juga methacondroitin bukan sulphate dan perbandingan molar antara GaINAc:GIcA adalah 2 : 1 dan bukan 1 : 1 seperti pada chondroitin (http://www.springerlink.com/content/pxmtkq8wh8x650ed/fulltext.pdf)
Fluiditas pada membrane archae juga dipengaruhi oleh adanya hopaloid. Pada sel eukariot terdapat sterol pada membrane selnya, sedangkan pada archae terdapat Hopanoid. Untuk Archae
yang tahan terhadap suhu, mereka memiliki struktur membrane yang khusus. Pada phospolipidnya terdapat ikatan lemak jenuh. Sehingga sifat dari ikatan lemak jenuh inilah yang menambah proteksi terdapat suhu. Ketahanan terhadap suhu pada archae juga disebabkan karena adanya ikatan sulfur pada cross-link bridgenya.
Kesimpulan
Arkhaebakteria tidak mempunyai peptidoglikan, pembeda utama antara arkhaebacteria dan eubacteria. Struktur membrane dan dinding (lemak & protein) yang berperan untuk merespon secara khusus. Sementara itu dinding sel Arkhaebacteria tersusun atas molekul komponen-karbohidrat yang disebut pseudopeptidoglycan. Membran sel eubacteria tersusun atas asam lemak dengan gliserol yang diikat melalui ikatan ester, sementara membran archaebacteria tersusun atas isoprenoids yang berikatan dengan asam lemak melalui ikatan eter. Selain itu archaebacteria mempunyai lebih banyak RNA dibanding eubacteria. Secara genetic arkhaebacteria juga berbeda, genom dari arkhaebacteria berukuran lebih kecil dari eubakteri normal.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo F, dkk. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.
Kusnadi, dkk. (2003). Common Text Book Mikrobiologi. JICA: Bandung.
Prescott, Langsing M, et all. (1999). Microbiology fourth edition. New York: WCB Mc Graw-Hill.
Anonim. (2009). Bacteria Kingdom archaebacteria & Kingdom Eubacteria. (www.silverfalls.k12.or.us_staff_read_shari_mysite_typbacteria) (diakses pada tanggal 7 Oktober 2009 pukul 16.37 WIB)
O. Kandler. (2009). Cell Wall polimers in Archaeateria. (http://www.springerlink.com/content/pxmtkq8wh8x650ed/fulltext.pdf) (diakses pada tanggal 7 Oktober 2009 pukul 16.37 WIB) (diakses pada tanggal 12 Oktober 2009 pukul 16.00 WIB)
Diposkan oleh ieLma 's Blog di 04.10
http://ielmasblog.blogspot.com/2012/02/perbedaan-archaebacteria-dan-eubacteria.html