edukasi pasien dm

10
EDUKASI PASIEN DM Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan tersendiri. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat, dan tenaga kesehatan lain. Setiap kali kunjungan diingatkan kembali untuk selalu melakukan perilaku sehat.

Upload: ubaidillah-hafidz

Post on 01-Oct-2015

365 views

Category:

Documents


66 download

DESCRIPTION

edukasi

TRANSCRIPT

EDUKASI PASIEN DMDiabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan tersendiri.Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat, dan tenaga kesehatan lain. Setiap kali kunjungan diingatkan kembali untuk selalu melakukan perilaku sehat.Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah: Mengikuti pola makan sehat. Meningkatkan kegiatan jasmani. Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data yang ada. Melakukan perawatan kaki secara berkala Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.1. Materi edukasi pada tingkat awal adalah: Materi tentang perjalanan penyakit DM Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan Penyulit DM dan risikonya Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target pengobatan Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia) Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia Pentingnya latihan jasmani yang teratur Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada kehamilan) Pentingnya perawatan kaki, dengan penjelasan tentang kaki yang berisiko tinggi, antara lain:a. Kulit kaku yang kering, bersisik, dan retak-retak serta kakub. Bulu-bulu rambut kaki yang menipisc. Kelainan bentuk dan warna kuku (kuku yang menebal, rapuh, ingrowing nail)d. Kalus (mata ikan) terutama di telapake. Perubahan bentuk jari-jari dan telapak kaki dan tulang-tulang kaki yang menonjolf. Bekas luka atau riwayat amputasi jari-jarig. Kaki baal, semutan, atau tidak terasa nyerih. Kaki yang terasa dingin

Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.2. Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah : Mengenal dan mencegah penyulit akut DM Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain Makan di luar rumah Rencana untuk kegiatan khusus Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM Pemeliharaan/perawatan kaki

Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi, perubahan perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi, dan dokumentasi.

OLAHRAGA PADA PASIEN DMKegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.

1. Jenis OlahragaPemilihan macam olahraga pada penderita Diabetes pada dasarnya tidak berbeda dengan orang sehat. Memilih latihan yang disenangi, akan bisa menjamin keberlangsungan latihan yang teratur. Jogging, bersepeda, berjalan, berenang, mendayung dan senam dapat dijadikan olahraga pilihan.Macam latihan tersebut dapat menjamin keberlangsungan CRIPE (Continuous, Rythmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan yang terus menerus dan ritmis memang mempunyai berbagai kelebihan, antara lain mudah dilakukan, mudah dipantau intensitasnya dan memberi efek besar terhadap kebugaran dan kesehatan seseorang.Latihan yang bersifat permainan (tenis, bulu tangkis, sepak bola) kurang dianjurkan karena ritmenya tidak teratur dan mendorong seseorang untuk bermain melebihi kemampuannya. Meskipun demikian, sebagai rekreasi olahraga tersebut tetap bermanfaat. Pada penderita yang kegemukan, lebih dianjurkan untuk memilih bersepeda atau renang untuk mengurangi beban pada lutut. Jangan lupa untuk melakukan pemanasan sebelum memulai latihan, dan melakukan pendinginan sesudahnya.2. Dosis OlahragaSeperti pada pengobatan umumnya, dosis olahraga yang dilakukan harus tepat, sebab dosis yang kurang, tidak memberi manfaat, sedangkan dosis yang berlebih akan berbahaya. Lakukan pemanasan dan pendinginan selama 5 - 10 menit, sedangkan latihan inti selama 20 menit. Usahakan pada saat latihan inti, denyut nadi mencapai 70 - 80% Denyut Nadi Maksimal. Denyut nadi maksimal dapat dihitung dari 220 dikurangi umur.Apabila seseorang berumur 50 tahun, maka Denyut Nadi Maksimalnya 220 -50 = 170. Dengan demikian ia harus berolahraga sampai denyut nadinya mencapai 119 - 136 per menit. Lakukan latihan dengan intensitas tersebut sebanyak 3 - 5 kali seminggu. Latihan harian perlu juga dilakukan sejak bangun tidur sampai mau tidur. Penguluran, pelancaran aliran darah tepi dan perangsangan saraf tepi menjadi sasarannya. Usahakan untuk bergerak biasa kumulatif 40 menit sehari dan gerakan terengah kumulatif 20 menit sehari.3. Efek SampingHipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) dapat terjadi selama latihan. Tanda-tanda hipoglikemia seperti orang kelaparan, yaitu gemetar dan berkeringat dingin. Kalau hal ini terjadi, makanlah roti atau gula-gula yang memang sebaiknya dibawa pada saat olahraga. Olahraga bersama teman akan menjamin keamanannnya. Rasa pusing dan mual bisa menjadi tanda terlalu beratnya latihan yang dilakukan. Untuk itu segera kurangi intensitas latihan dan lakukan pendinginan yang cukup panjang. Hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) kadang-kadang dapat terjadi akibat terlalu tingginya intensitas latihan. Hal ini ditandai dengan adanya bau alkohol dari mulut. Apabila hal ini terjadi, lakukan segera pendinginan dan minumlah air putih sedikit demi sedikit namun sering. Waspadai semua hal yang potensial melukai (sepatu dan kaos kaki yang tidak sesuai).

DAFTAR PUSTAKAKushartanti, Wara. Kesehatan Olahraga Kuratif. Klinik kebugaran FIK UNY. (diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/KESEHATAN OLAHRAGA KURATIF.pdf pada tanggal 8 Januari 2015)Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011.