edisi_166

16
Tabloid Mahasiswa UNM Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013 Kedok Baru Tradisi Lama Reportase Utama Reportase Khusus Profesiana Kelas Jauh Ganti Kostum Hal. 4 Motif Fakultas Ilmu Budaya Hal. 9 Ternyata Hanya Harapan Palsu Hal. 15

Upload: lpm-profesi-unm

Post on 11-Mar-2016

250 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Tabloid Profesi edisi 166

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

1 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Tabloid Mahasiswa UNM

Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013

Kedok Baru Tradisi Lama

Reportase Utama Reportase Khusus ProfesianaKelas Jauh Ganti Kostum

Hal. 4Motif Fakultas Ilmu Budaya

Hal. 9Ternyata Hanya Harapan Palsu

Hal. 15

Page 2: Edisi_166

2 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sahrul Alim, Pemimpin Redaksi : Asri Ismail, Sekertaris :

Fajrianto Jalil, Bendahara : Nurjanna Jamaluddin, Kepala Penyiaran: Andini Ristyaningrum, Kepala Online: Imam Rahmanto, Kepala Litbang: Fahrizal Syam, Redaktur: Sutrisno Zulkifli, Rukmana Mansyur, Muhammad Ilham, Reporter: Azhar Fadhil, Muhammad Yasir, Ary Utary Nur, Susi Amriani, Nur Lela, Yeni Febrianti, Syamsul Alam, Fadillah Dwi Octaviani, Fotografer: Rizki Army Pratama, Layouter/Grafis: Khaerul Mustaan, Manager Sirkulasi dan Iklan: Sugianto Rusli.

Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt I Rektorat Lama, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: [email protected], website: www.profesi-unm.org

Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Kamaruddin, Baliana Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Ammas, Facharuddin Palapa,

Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: Sahrul Alim Sekretaris: Fajrianto Jalil Bendahara: Nurjanna Jamaluddin Divisi Penerbitan: Asri Ismail (Pemimpin Redaksi) Divisi Online: Imam Rahmanto (Kepala Divisi) Divisi Penyiaran: Andini Ristyaningrum (Station Manager) Divisi Penelitian dan Pengembangan: Fahrizal Syam (Kepala Litbang)

editorial

Profesi FM 107.9 MHz

?SMS Pembaca

Persepsi

Des

ain

Sam

pul:

Khae

rul M

usta

an

Tabloid Profesi dapat juga dibaca di:

www.profesi-unm.com

SMS : 0852 9938 5780 | 0852 5592 7221Email : [email protected] : @Profesi_OnlineFacebook : LPPM Profesi UNM

Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke:

Keluarga Besar LPPM Profesi UNM mengucapkan selamat menempuh hidup baru kepada Kanda Fitriyani Rahman dan Andi Nur Alam. Semoga menjadi Kelu-arga yang Sakinah Mawaddah Warahmah.

Kisruh adanya kelas yang berla-bel “kelas kerjasama” memicu munculnya kembali sejum-

lah kelas jauh yang dibangun oleh ok-num tertentu. Hanya saja, mereka yang ikut dalam “komoditas pendidikan” ini mengelak dan mengelasankan dengan nama kelas kerjasama.

UNM, sebuah kampus yang notabene sebagai penghasil guru profesional bakal tercoreng namanya dengan ulah beberapa pejabat kampus. Bagaimana tidak, semua tahu bahwa sarjana yang lahir dari program ilegal ini bisa dikatakan sarjana “abal-abal” alias tidak siap pakai. Hanya kuliah dua hari dalam sepekan, yakni sabtu-minggu. Mahasiswa sudah bisa memeroleh ijazah yang sama dengan mahasiswa kelas regu-lar yang kuliahnya senin-jumat.

Belum lagi, mahasiswa tersebut bisa melakukan lompatan, jika saja mahasiswa mau mengocek isi dompetnya sebanyak-banyaknya. Sehingga, cepat tidaknya ma-hasiswa tersebut kuliah bergantung dari uang yang dimilikinya.

Sementara itu, mahasiswa tersebut juga nantinya akan menjadi rival maha-siswa regular dalam dunia kerja. Pasal-nya, ijazah yang ditentengnya tak ada bedanya, semua menggunakan atas nama UNM. Padahal, di kelas jauh itu, nilai bisa

diperjualbelikan. Alhasil, perihal kualitas mahasiswa kelas jauh jangan ditanya lagi. Sebab, mereka lahir dari tumpukan uang bukan dari tumpukan buku.

Ironis, di tengah kondisi UNM yang sementara terseok-seok membangun sistem administrasi yang baik dan mem-perbaiki keuangan universitas. Kampus pencetak guru ini, malah diperhadapkan dengan masalah penjualan “sarjana”.

Mahasiswa sepertinya diendapkan, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tidak pernah sama sekali dipulikasikan di tempat umum. Hanya orang tertentu yang mengetahuinya.

Ingat, ini bukan barang komoditas, kita menjual nama UNM dengan kegiatan “haram” ini. Semestinya, pihak universitas melakukan kroscek mengenai masalah ini. Sebab, kasus-kasus seperti ini sudah lama terjadi di UNM. Kasihan mahasiswa regu-lar jika harus menjadi saingan mereka.

Alasan penyetaraan, ternyata ada juga mahasiswa yang berijazah SMA. Lantas, penyetaraan seperti apa yang dimaksud. Bukankah ini membuktikan adanya tu-juan lain dari program tersebut.

Kita hanya mampu mendoakan, semo-ga birokrasi UNM tersadar. Jangan sampai ini tercium oleh pihak Dikti. Maka kata malu akan jadi kado terindah lagi. (*)

Jangan Ada Mahasiswayang Terendapkan 085710537xxx

Profesi tolong tanyakan, kenapa sampai sekarang dana LK sangat susah cair padahal sudah berapa bulan ini kami mau berkegiatan tapi terganganggu masalah finansial?

Jawab:Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Heri TahirKita juga semenatara menunggu kejelasan dari pusat ini. Karena itu semua dari dana DIPA. Jangankan mahasiswa, dosen dan pegawai juga mengeluh terkait anggaran, honor mereka belum dibayar.

089694602xxxSaya dengar-dengar ini mau ada perombakan kurikulum untuk tahun ajaran berikutnya. Mohon profesi untuk cari tahu itu karena kami butuh perkem-bangan informasi persolan yang seperti itu.Terima kasih sebelumnya.

Jawab:Ketua Pusat Penjaminan Mutu, Fakhri KaharSekarang memang ada draf penyusunan kurikulum, yang nantinya diber-lakukan di seluruh prodi. Tapi, masih dalam tahap legalitas agar bisa berlaku di UNM secara me-nyeluruh. Apalagi, hal ini harus melibatkan seluruh komponen. Baik itu penyedia layanan maupun pengguna laya-nan, termasuk lulusan agar ini bisa lebih baik lagi.

Page 3: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

3 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 Mozaik

FOTO : RIZKI ARMY PRATAMA

Mungkin tak banyak si-vitas UNM yang mengenal Istana Anak Ceria (IAC). Hanya segelintir orang dari mereka yang pernah menyaksikan sekelompok mahasiswa yang dengan tekun membimbing belasan anak-anak di sekitar areal kampus Fakultas MIPA UNM. Merekalah maha-siswa dan siswa-siswi didikan yang tergabung dalam IAC, se-buah komunitas yang lahir ta-hun 2011 silam tepatnya tanggal 11 Nopember 2011. Komunitas

yang dibentuk atas inisiatif be-berapa mahasiswa ini, telah men-gabdikan tenaga dan waktu mere-ka untuk menjadi guru di sekolah dalam kampus bagi anak-anak kurang beruntung yang tak bisa mengenyam pendidikan di bang-ku sekolah dasar.

Menurut salah satu penga-jar, ide membentuk IAC berawal dari sekelompok mahasiswa yang sedang mengikuti perku-liahan. Waktu itu mereka meli-hat beberapa anak-anak berkeli-

aran di sekitar kampus mencari sampah-sampah plastik yang bisa mereka jual. Dari situlah hati mereka tersentuh untuk membuat sebuah komunitas yang nantinya bisa mewadahi anak-anak kurang mampu maupun yang putus seko-lah untuk mendapatkan ilmu.

Syari Ahmad Syamsu, pen-gajar sekaligus ketua IAC saat ini, menceritakan perjuangan mereka dalam mendidik anak-anak tersebut. Karena siswa IAC tidaklah bersifat tetap dan jumlahnya yang selalu berubah, membuat para pengajar tiap min-ggu harus terjun ke lapangan mencari anak-anak yang berusia 5-14 tahun yang akan dididik.

“Disitulah salah satu ken-dalanya, terkadang minggu ini siswanya banyak, minggu selan-jutnya bisa berkurang, bahkan pernah hanya 6 orang, jadi tiap hari Sabtu kami harus ke tempat anak yang akan kami ajar untuk mengajak mereka.” Tutur pria yang akrab disapa Ari ini.

Niat baik dari para maha-siswa yang ingin melihat pen-didikan di Indonesia maju, ru-panya mendapat dukungan dari orang tua para anak didikan. Ari menceritakan, ia sangat terkejut ketika mendapati seorang anak yang tidak sekolah hanya kare-na tak memiliki akta kelahiran.

“Masa ada anak yang tak bisa sekolah hanya karena tak ada akta kelahiran, ini kan kasihan.” Ungkap Ari. Kesempatan itu pun tak dilewatkan begitu saja oleh orang tua sang anak yang lang-sung “menitipkan” anaknya pada komunitas IAC agar meraka juga bisa merasakan manisnya meng-enyam pendidikan.

Menjalankan IAC tak semu-dah membalikkan telapak tangan. Banyak kendala yang dihadapi para pengajar. Mulai dari tempat mengajar yang tak tetap, dana yang minim, jarak antara tempat tinggal siswa yang kebanyakan berasal dari daerah Bontoduri dan Parang-tambung yang cukup jauh, hingga mood siswa yang terkadang tak begitu tertarik mengikuti pelajaran. Namun itu tak menjadi masalah, para pengajar di IAC tak kehabisan akal untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut Ari, metode pen-gajaran yang bersifat belajar prak-tis sedikit banyak dapat membantu mereka. “Terkadang kalau siswa tidak mood belajar, kami adakan lomba menggambar dengan iming-iming hadiah.”

Lanjut Ari, menurutnya IAC kini semakin berkembang seir-ing banyaknya mahasiswa yang merelakan waktunya untuk ikut mengajar. Tak hanya dari UNM, IAC bahkan memiliki pengajar

dari beberapa perguruan tinggi seperti STIMIK dan Akbid (Aka-demi Kebidanan). “Jumlahnya ada sekitar 30-an dan mereka bergabung karena diajak oleh te-man dan juga tersentuh melihat nasib malang sebagian anak-anak tersebut.” Ungkap mahasiswa eksponen 2011 ini.

IAC kini hanya bertumpu pada semangat pengajar dan juga siswanya. Untuk pendanaan mereka mengandalkan sumban-gan dari dermawan dan juga dari keikhlasan para anggota pengajar. IAC memilki cara mengumpulkan dana dari anggota pengajar yang cukup unik. Mereka menyebutnya helm ceria. Ketika para pengajar mengadakan pertemuan, sebuah helm disebar dan diisi uang seikh-las mereka. IAC juga berharap suatu saat nanti bisa memiliki sebuah sekretariat tetap dan tak bergantung lagi pada dermawan. “Kita harap bisa mandiri dan me-miliki sekret tetap.”

Ari dan para pengajar juga ber-pesan agar kita semua turut mem-perhatikan pendidikan di Indonesia yang hanya dirasakan kaum berada saja. “Masih banyak anak di luar sana yang mungkin bernasib lebih buruk, mari kita bantu mereka, karena pendidikan itu penting. Apa-lagi yang bisa kita berikan untuk negeri kita ini?,” tutup Ari. (*)

Istana Anak Ceria

*Oleh: Fahrizal Syam

Pagi yang cerah, di bawah pepohonan rindang areal kampus FMIPA, belasan anak dengan wajah lugu mereka tampak begitu ceria. Ada yang sedang sibuk menggambar dan mewarnai, ada

yang bernyanyi bersama dan ada pula yang tampak asik bermain, berlarian dan kejar-kejaran di tempat yang cukup hijau itu.

Semuanya tampak sangat bahagia pagi itu. Di sanalah mereka berkumpul setiap minggu untuk belajar dan bermain bersama,

sebuah tempat yang mereka sebut sebagai sebuah istana.

International Scout Peace Camp yang diadakan di Cibubur, Jawa Timur (25-31/03) dihadiri oleh 591 peserta dari 31 negara yang terdiri dari pramuka pen-egak, pendega, serta pendamping. UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Pramuka UNM adalah salah satu dari delapan perwakilan dari Sulawesi Selatan yang mengikuti event internasional tersebut.

Ahmad Azhar selaku per-

wakilan UKM Pramuka menutur-kan, kegiatan yang pertama kali digelar ini akan menjadi kegiatan rutin gerakan pramuka internasi-onal yang akan diadakan tiap lima tahun sekali. Inti dari perkemahan ini adalah bagaimana seorang anggota pramuka bisa menjadi se-seorang yang membawakan pesan perdamaian ke seluruh dunia.

Ahmad Azhar yang juga se-laku Ketua UKM Pramuka UNM,

dalam kegiatan tersebut ditekankan pada empat ranah perkembangan, yaitu pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan budaya. Keempat sektor ini dianggap dapat membuat ikatan emosional antar negara sehingga dapat tercipta suatu perdamaian dunia. Peserta yang ikut dalam kegiatan harus saling berbagi dan mempelajari keempat bidang tersebut.

“Tuan rumah pelaksana keg-

iatan akan bergilir, karena tahun ini Indonesia yang tuan rumah jadi peserta lebih banyak mempelajari hal-hal yang ada di Indonesia be-gitupun nanti jika negara lain yang jadi tuan rumah,” tuturnya.

Menindak lanjuti kegiatan tersebut, Humas Kwartir daerah cabang Sul-Sel, Safwan beren-cana akan membentuk suatu komunitas pramuka perdamaian. “Salah satu kegiatan yang akan

dilakukan oleh komunitas ini adalah melakukan kunjungan ke tiap kegiatan kepramukaan, yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah atau pun kampus-kampus dan ang-gota pramuka lainnya,” jelasnya. Delapan orang perwakilan Sul-Sel yang mengikuti event internasional ini akan menjadi pemateri terkait keempat bidang yang diperoleh se-lama kegiatan International Scout Peace Camp ini. (tar)

BARU-BARU ini Program Pascasarjana Universitas Nege-ri Makassar (UNM) membeli sebuah software yang nantinya akan digunakan untuk melihat tingkat kecurangan yang di-lakukan oleh mahasiswa dalam membuat skripsi maupun tesis.

Software yang semula han-ya untuk digunakan untuk PPs tersebut juga digunakan untuk UNM. “Awalnya soft wa re tersebut cuma mau digunakan di PPs, tapi ternyata bisa juga digunakan untuk mahasiswa S-1,” jelas Jasruddin selaku Direktur PPs.

Nantinya software tersebut dapat digunakan oleh 3 ribu

akun pengguna dan rencananya software tersebut akan digu-nakan oleh setiap tenaga penga-jar yang ada di UNM. “Sofware yang berharga sekitar 90 jutaan tersebut nantinya dapat digunakan oleh tenaga pengajar yang ada di UNM,” jelas pria asal Bone tersebut.

Tak hanya itu, Jasrud-din juga mengatakan bahwa apabila memungkinkan, satu akun akan diberikan ke setiap angkatan mahasiswa agar mahasiswa dapat melihat kesalahan pada skripsi atau tesisnya. ”Rencananya satu akun akan diberikan kepada setiap angkatan mahasiswa,”

terangnya. Dan ia juga ber-harap kepada Lembaga Kema-hasiswaan sebagai mediator dalam mengatur penggunaan software tersebut di kalangan mahasiswa.

Saat ini tenaga-tenaga pen-gajar yang nantinya menggu-nakan software tersebut sudah diberikan petunjuk penggunaan oleh pengemban software.

Salah satu mahasiswa UNM yang bernama Iqbal menyambut baik dengan adanya software tersebut. Ia mengatakan, dengan adanya software tersebut maha-siswa dapat mengetahui apabila skripsinya mengandung unsur-unsur plagiat. (*)

PPs HadirkanSoftware Anti-Duplikat

UKM Pramuka Go International

BERSAMA. Foto bersama para pembimbing dan peserta bimbingan belajar istana anak ceria.

FOTO: RIZKI ARMY PRATAMA

Snapshot

SETOR. Aturan baru yang dikeluarkan Kepala Unit Pustakawan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Mahasiswa yang tengah mengurus skripsinya dan hendak meminjam menggunakan bebas perpustakaan diwajibkan untuk menyetor satu buah buku sesuai bidang studinya guna penambahan koleksi pustaka. Tentunya, hal ini menjadi beban tambahan bagi mahasiswa yang bakal menjadi wisudawan. Padahal, anggaran perpustakaan tetap ada.

Prihatin Terhadap Pendidikan Indonesia

Page 4: Edisi_166

4 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

Reportase Utama4 www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita Profesi FM - 107.9 MHz

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166

April Tahun XXXVI 2013

Lantas, bagaimana dengan nasib mahasiswa yang kuliah minimal empat tahun, kemudian mesti bersaing dengan mereka yang kuliah “semau gue” di du-nia kerja nantinya?

Tak tanggung-tanggung, mahasiswa kelas jauh ini mam-pu melakukan lompatan tingkat, bergantung dari besarnya isi dompet mereka. Berdasarkan pengakuan sejumlah mahasiswa kelas jauh menurutnya, jika in-gin cepat selesai maka harus berbanding lurus besarnya pem-bayaran.

Padahal, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) telah berulang kali mengeluarkan surat edaran mengenai larangan kepada Perguruan Tinggi Negeri/Swasta (PTN/S) untuk tidak membuka jalur kelas jauh ataupun kelas Sabtu-Minggu, nyatanya imbau-an tersebut hanya menjadi angin lalu bagi beberapa oknum yang tidak mau mendengar.

Bisa saja dengan alasan penerimaan mahasiswa melalui jalur kelas jauh yang notabene dilarang, hingga kini masih menjadi bisnis yang menggi-urkan bagi oknum yang tidak bertanggungjawab. Selain itu kurangnya pengawasan mem-buat kelas yang telah lama beroprasi secara ilegal ini kian melenggang lebih jauh mening-galkan aturan yang berlaku.

Dimulai pada tahun 1988, Dikti membuat surat edaran no 016/D/T/1988 yang berisi pela-rangan membuat kelas khusus atau kelas jauh yang dikhusus-

kan untuk PTS. Dalam surat tersebut dikatakan, PTS dila-rang menyelenggarakan pro-gram yang terpenggal-penggal dalam artian Jumat-Sabtu atau Sabtu-Minggu.

Masih maraknya peny-elenggaraan kelas jauh, mem-buat Dikti harus kembali membuat surat edaran berno-mor 2559/D/T/1997, yang me-nyatakan, hanya universitas ter-buka dan perguruan tinggi yang diberikan tugas yang bisa melak-sanakan program kelas jauh. Hal ini juga sesuai dengan pasal 56 Peraturan pemerintah (PP) no-mor 30 tahun 1990 yang berisi pelaksanaan kelas jauh hanya bias dilakukan oleh Universitas Terbuka (UT) dan universitas yang diberikan wewenang.

Surat edaran oleh Dikti pada tahun 2007, juga menyinggung la-rangan pembukaan kelas jauh atau kelas Sabtu-Minggu, nyatanya be-lum ditaati sepenuhnya oleh PTN terkhusus UNM sebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia Timur. Hal ini terlihat dari ditemu-kannya beberapa mahasiswa yang mengaku mengikuti program ke-las jauh atau yang sering disebut dengan kelas kerjasama yang dis-elenggarakan oleh UNM.

Hanya saja, tampaknya himbauan Dikti tersebut su-dah tidak mempan lagi untuk melarang mereka yang terlibat sebagai oknum penyalahgu-naan dunia pendidikan. Pen-didikan dijadikan sebagai la-han komoditi untuk meraup untung sebanyak-banyaknya.

Asal Bayar, Cepat SelesaiHasil penelusuran wartawan

Profesi, ditemukan sejumlah ke-janggalan yang menjadi bukti bahwa UNM saat ini telah berani melanggar aturan. Seperti pen-gakuan Andi (Samaran), salah satu alumni kelas kerjasama FIK jurusan Pendidikan Kesejahter-aan Olahraga dan Rekreasi (Pen-jaskesrek) menjelaskan bahwa saat dirinya melakukan pendaf-taran kelas kerjasama UNM, Ia langsung mendaftarkan dirinya di kampus FIK UNM Makassar.

Adapun pembayaran yang diberatkan pada mahasiswa saat pendaftaran sebesar Rp250 ribu.Sedangkan pembayaran SPP per semesternya sebesar Rp700

ribu. Proses perkuliahan yang dijalaninya hanya berlangsung pada hari Sabtu dan Minggu.

Masih menurut Andi, Ia menyebutkan bahwa tidak ada batasan usia untuk kuliah di ke-las kerjasama ini. Ia mengakui, jika mahasiswa rajin dan pem-bayaran lancar, mahasiswa kelas

kerjasama bisa cepat selesai. “Di sana itu sistem cepat, kalau re-jeki kita bisa selesai 1 tahun saja lebih. Tergantung pembayaran yang dilakukan, kalau bagus ni-lai dan bagus pengurusan urus-urus nilainya,” ungkapnya.

Rekan Andi yang juga merupakan mahasiswa kelas kerja sama pindahan dari UT (Universitas Terbuka), Adjie (samaran) juga menuturkan bahwa kelas kerjasama yang Ia ikuti termasuk kelas penyetara-an jadi Ia tidak perlu mengam-bil seluruh mata kuliah yang ada pada kurikulum. Ia hanya diwajibkan memperbaiki nilai yang masih kosong atau di-anggap buruk. “Tidak ada tes, langsung kutransfer nilaiku dari UT, jadi langsung masuk saja kuliah,” terangnya. Ia me-nambahkan bahwa persyaratan kepemilikan NUPTK bukanlah menjadi hal yang wajib, karena dirinya sendiri sampai detik ini belum mempunyai NUPTK.

Selain itu, walaupun dirin-ya telah menjadi seorang guru tapi menurutnya masih banyak diantara mahasiswa yang kuliah disana belum terdaftar sebagai guru. “Tidak perlu ngajar baru kuliah di sana, karena banyak dulu yang selesai kuliah di sana baru cari tempat untuk ngajar,” jelasnya.

Mahasiswa pindahan dari UT ini juga membeberkan bahwa untuk mengikuti penyetaraan UNM, harus belanja nilai terlebih dahulu. “Banyak nilaiku dari UT dulu yang error dan banyak juga

mata pelajaran di UNM yang ti-dak ada dipelajari di UT waktu kuliah,” ujarnya.

Sementara itu proses per-baikan nilai ini sama seperti mahasiswa pada umunya den-gan mengikuti kembali proses perkuliahan namun menurut-nya ada beberapa yang dibayar. “Bukan saya yang langsung bayarki, tapi dikumpulkan sama bendahara kelas untuk perbaikan nilai,” ungkap alumni kelas ker-jasama ini.

Terlihat apa yang mereka katakan sangat jauh dari per-aturan yang berlaku mengenai kelas jauh. Pengakuan beberapa narasumber di atas mengindikasi-kan bisnis gelap kelas jauh masih berjalan hingga kini.

Salah satu Dosen Fakultas Ilmu Keolahrgaan (FIK), sebut saja Rubi, mengakui hal itu. Menurut-nya hingga kini fakultas yang pal-ing banyak melakukan program kelas jauh adalah FIK. Hampir seluruh di kabupaten yang ada di Sulsel terdapat kelas jauh dengan mengatasnamakan UNM.

“Olahraga itu paling banyak, seperti di Bone, Pinrang, Pare-pare, Jeneponto bahkan ada yang di Kalimantan,” tuturnya.

Belum lagi, dalam kegiatan penyelenggaraan kelas jauh ini, katanya prodi PGSD Olahraga dan Penjaskesraklah yang digan-drungi para mahasiswa kelas jauh itu. Parahnya, menurut keteran-gan Rubi, ada mahasiswa yang dari Kalimantan rela membayar Rp40 juta demi membeli Ijazah dari Olahraga. (tim)

Kelas JauhGanti Kostum

Hanya kuliah beberapa kali dalam satu semester. Mahasiswa kelas jauh bisa mendapatkan ijazah UNM dengan mudahnya. Tentunya, dengan merogohkan kocek lebih besar dibanding mahasiswa kelas regular.

Di sana itu sistem cepat, kalau rejeki kita bisa sele­sai satu tahun saja lebih. Tergantung pembayaran yang dilakukan, kalau ba­gus nilai dan bagus pengu­rusan urus­urus nilainya.

Andi, Alumni Kelas Jauh FIK

GEDUNG KELAS JAUH. Inilah salah gedung yang dijadikan ruang kelas para mahasiswa UNM kelas kerja sama, yang terletak di Pesantren Emas Tiga Dimensi, Kab Pangkep. Tampak segerombolan anak­anak yang sedang ber­aktivitas, lantaran kelas ini hanya digunakan pada Sabtu dan Minggu.

FOTO: FAHRIZAL SYAM ­ PROFESI

Page 5: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

5 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 Reportase UtamaTabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 5

Profesi FM - 107.9 MHz Urai data, ungkap fakta, saji berita

PENINGKATAN kualitas pendidi-kan yang ada Indonesia, terkhusus di UNM memang sedang gencar-gen-carnya dilakukan oleh pihak institusi perguruan tinggi. Terlebih bagi kam-pus Oemar Bakri ini, bahkan berani untuk melebarkan sayapnya dengan membuka kelas kerja sama dengan beberapa daerah yang bertujuan untuk membangun dan meningkat-kan kualitas pendidikan yang ada sekarang ini.

Program pemerintah yang mewajibkan para guru di tahun 2015 harus menyandang gelar sarjana, itu dimanfaatkan oleh UNM. Lembaga pendidikan tinggi yang memang tercatat sebagai pencetak guru atau tenaga pendidik ini, membuka pelu-ang demi membantu serta mendu-kung peningkatan kualifikasi dan kompetensi pengajar.

Namun, hal ini yang mesti untuk lebih dicermati, apakah UNM sekarang sudah layak untuk mem-buka kelas kerja sama ini? Memang, perihal kerja sama ini dibenarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2008. Hanya saja, apa benar UNM telah mapan untuk membuka kelas kerja sama?

Pemerhati pendidikan UNM, Suparlan Suhartono angkat bicara terkait merebaknya kelas kerja sama yang telah meluas hingga luar pulau Sulawesi. Ia menilai, untuk saat ini, UNM belum bisa untuk menggelar kelas kerja sama. Mengingat, begitu

banyak hal yang semestinya untuk di-perbaiki di kampus yang tahun 2000 silam berubah menjadi universitas.

“Untuk kondisi seperti UNM masih berat mengadakan kelas jauh dimana-mana. Pelan-pelan yang penting berbasis kualitas,” katanya. Ia juga mengharapkan, agar kelas kerja sama yang terjalin juga tidak justru menyusahkan dosen atau mahasiswa.

“Memang kita harus mengem-bangkan sayap tapi yang induk tugas pokoknya jangan sampai jadi korban. Makanya fasilitas harus memadai, antusiasme dosen ke daerah juga mesti dipertanyakan jangan sampai hanya karena faktor lain. Kesungguhan peny-elenggara UNM, bisa kita takar kalau hanya cari uang. Tapi kalau dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, saya setuju. Cuma pengorgan-isasiannya harus apik,” ungkapnya.

Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan ini juga menyangsikan kuantitas pendidik yang ada di UNM, terkhusus program studi yang melak-sanakan itu. Ia juga mengkhawatirkan kualitas pendidikan yang akan dica-pai oleh dosen, ketika harus di setiap minggunya keluar daerah mengajar. “Penyelenggaraan perkualiahan di daerah kan biasanya tiap akhir pekan, kira-kira controlling-nya seperti apa? Saya khawatir, dosen tidak bisa tampil secara optimal,” sebutnya.

Dosen Administrasi Pendidikan ini juga mengakui pernah mengajar di daerah. Namun, dirinya sangat

kelimpungan untuk mengatur jadwal yang diberikan. Belum lagi, jarak tempuh untuk mengajar di daerah terbilang jauh, dan sangat mengu-ras tenaga. Lanjutnya, ia berusaha untuk memenuhi kewajiban yang diberikan, namun sulit untuk optimal dalam mengajar.

“Pengalaman saya yang namanya ke daerah, perjalannnya membuat capek. Saya khawatir karena jangkauan tangannya terlalu panajang justru kewajban pokok di kampus induk terlunta sehingga perlu dipersiapkan,” tandasnya.

Ia juga menyarankan, untuk kampus sebelum melakukan kelas kerja sama, penting untuk melaku-kan evaluasi terlebih dahulu. Lebih baiknya, kata Suparlan, pemerataan pendidikan antara kampus induk dengan kelas yang ada di daerah ide-alnya sama. Dirinya juga berasusm-si, perlu ada evaluasi dalam setiap pembelajaran yang telah terlaksana.

“Memang perlu dipersiapkan namun bukan berarti dihentikan, tetapi harus dipersiapkan den-gan matang. Di lapangan sendiri bagaimana, jangan sampai datang tapi fasilitas di sana juga tidak me-madai,” anggapnya.

Di akhir, ia mengungkapkan, program ini memang harus diper-siapkan namun bukan berarti dihen-tikan, hanya saja pengelolaannya harus diperketat khusunya sumber daya pengajarnya. (tim)

UNM Mesti Evaluasi DiriUNM Mesti Evaluasi DiriSuparlan Suhartono, Pemerhati Pendidikan.

FOTO: ANDI SRI MARDIYANTI SYAM - PROFESI

Page 6: Edisi_166

6 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

Reportase Utama

ISU yang menghujat sejumlah prodi yang namanya tercantum se-bagai pilihan di kelas jauh, diban-tah oleh beberapa pihak. Menurut mereka, hal itu merupakan kelas kerja sama dengan pihak Pemer-intah Daerah (Pemda) setempat, bukan kelas jauh.

Pembantu Dekan (PD I) Bidang Akademik, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Baharud-din, mengatakan hanya guru yang mendapat rekomendasi dari seko-lah yang bisa ikut program kelas kerja sama. “Kelas kerja sama itu guru-guru dan harus mendapat rekomendasi dari sekolah tempat mengajarnya. Seleksinya hanyalah administrasi , mereka diseleksi ber-dasarkan berkas yang masuk dan kelengkapan lainnya,” paparnya.

Hal yang sama juga diungkap-kan, Kamaruddin kepala BAAK. Ia berujar sepengetahuannya yang ada saat ini bukan kelas jauh, melainkan kelas kerjasama. “Itu kelas kerja sama pemerintah daerah yang khu-sus untuk guru,” tuturnya.

Kamaruddin menambahkan program yang bernama kelas kerjasama diperuntukan untuk guru yang belum S-1. “Jadi namanya itu bukan kelas jauh tapi kelas kerja sama, banyak guru yang belum S-1 dan syarat menjadi guru itu harus selesai S-1, sehingga Pemda berinisiatif untuk melakukan kerja sama dengan UNM,” tambahnya.

Kamaruddin juga mengung-kapkan, saat ini kelas kerja sama terdapat di beberapa daerah. “Kelas kerja sama ada dibeberapa

lokasi seperti, di Pinrang, Pan-gkep, Palopo, Bone, Maros, dan paling jauh Balikpa-pan,” ungkapnya.

Sementara itu, Dekan FIK, Arifuddin Usman juga tak membenarkan

wacana itu. Dosen Penjaskesrek ini mengatakan UNM memiliki izin tertulis dari Dikti untuk melakukan kerja sama kemitraan. Saat ini, ada 30 prodi yang diperbolehkan membukan kelas dan salah satunya prodi Pendidikan Jasmani Kese-hatan dan Rekreasi (Penjaskesrek). Kerja sama kemitraan ini dibuka dengan syarat dapat memberikan keuntungan kepada guru yang berjarak jauh dari Makassar tanpa harus meninggalkan tugasnya.

“Kita ini menyelenggarakan ti-dak semau gue, itu ada izin Dikti,” tegasnya. Walaupun tidak ada kerja sama seperti Bone dan Pare-pare tetapi UNM punya kampus induk di kedua wilayah tersebut.

Menanggapi masalah lokasi perkuliahan menurutnya hal ini tidak menjadi persoalan, dimana ada lokasi yang bagus dan cocok di situ mereka bisa melaksanakan proses perkuliahan, fakultas tidak pernah memaksa harus kuliah di suatu tempat. “Jika memang ada yang kuliah di kecamatan itu tidak jadi masalah kalau memang itu permintaan mahasiswa dan lebih kondusif,” terangnya. Hal ini dibenarkan selama itu adalah permintaan pemerintah daerah, jika tidak diminta oleh Pemda, fakultas tidak akan melakukannya.

Untuk kualitas mahasiswa kelas kerja sama dapat dianggap sama dengan mahasiswa kelas reguler karena menurutnya pelayanan yang diberikan sama seperti reguler tidak seperti UT yang hanya memberikan tugas dan jalan. Selain itu, guru-guru yang diajar di kelas kerja sama sudah mempunyai pengalaman mengajar. “Mereka bisa saja lebih pintar dari mahasiswa reguler karena mempu-nyai pengalaman mengajar,” cetus mantan PD III FIK ini. (tim)

Tak Sesuai, Jalan Terus

Bantah Ada Kelas JauhP

erihal L

ara

ngan K

ela

s Ja

uh

Larangan Penyelenggaraan Program Khusus Bagi PTS

Larangan Kelas Jauh

Larangan Kelas Jauh Untuk PTN dan PTK

Penyelenggaraan Kelas Jauh

DAERAH YANG TERIDENTIFIKASI BEKERJA SAMA DENGAN UNM MELAKSANAKAN KELAS JARAK JAUH

PROGRAM STUDI YANG MEMBUKA KELAS JARAK JAUH DI DAERAH

Setiap PTS tidak dibenarkan meny-elenggarakan program S1 sebagai program khusus yang penyeleng-garaannya dilakukan menurut waktu tang terpenggal-penggal, dalam pe-nyelenggaraan hari Minggu, hari libur SLTA/SLTP, dan lain kesempatan den-gan program pemadatan kurikulum.

Dirjen Dikti sejak tahun 1997 telah melarang penyelenggaraan pendidikan model kelas jauh dan Sabtu Minggu dan menetapkan bahwa ijazah yang dikeluarkan tidak sah dan tidak dapat digunakan terhadap pengangkatan mau-pun pembinaan jenjang karir/penyetaraan bagi pegawai negeri.

Keinginan masyarakat untuk studi lanjut ke S1 di daerah lain, daerah yang jauh dari tempat perguruan tinggi berada terbuka dan dapat ditampung melalui program universitas terbuka. Sedang-kan untuk studi lanjut S2 dan S3 untuk sementara ini masih harus ditampung perguruan tinggi penyelenggara pro-gram dimaksud di tempat perguruan tinggi yang bersangkutan itu berada.

1. Kelas jauh dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan.

2. Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (bukan kelas jauh) selama ini ditangani oleh universitas terbuka dan dalam waktu men-datang PTN lain dan PTS dapat melakukan pendidikan jarak jauh dengan menggu-nakan pola seperti universitas terbuka atau menggunakan media informasi yang saat ini sudah sangat berkembang.

3. Evaluasi akan dilakukan secara cermat terh-adap usulan tersebut sebelum dikeluarkan izin penyelenggaraan oleh Dirjen Dikti.

1. Kelas jauh dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan.

2. Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (bukan kelas jauh) selama ini ditangani oleh universitas terbuka dan dalam waktu mendatang PTN lain dan PTS dapat melakukan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan pola seperti universitas terbuka atau menggunakan media informasi yang saat ini sudah sangat berkembang.

3. Evaluasi akan dilakukan secara cermat terhadap usulan tersebut sebelum dikeluarkan ijin penyeenggaraan oleh Dirjen Dikti.

1. Balikpapan2. Tenggarong3. Belopa4. Pangkep5. Barru

6. Polewali Mandar7. Bulukumba8. Toraja9. Sinjai10. Pinrang

1. Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi2. Pendidikan Guru Sekolah Dasar3. Pendidikan Anak Usia Dini4. Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer5. Pendidikan Bahasa Inggris6. Pendidikan Luar Biasa7. Pendidikan Seni, Tari Drama dan Musik

SURA

T EDA

RAN D

IKTI

Sumber: BAAK UNM

BEBERAPA daerah yang teriden-tifikasi melakukan kelas kerja sama dengan UNM ternyata ada yang il-legal. Hanya daerah Balikpapan dan Tenggarong yang terbilang sah se-cara prosedural. Pengelolaan kelas kerja sama ini seyogyanya dikelola oleh Pusat Penjaminan Mutu atau bagian kerja sama, sebelum diambil alih oleh program studi.

Kepala Pusat Penjaminan Mutu (PPM) UNM, Fahri Kahar mengaku sejauh ini kelas jauh UNM hanya ada di Balikpapan dan Tenggarong. “Setahu saya yang ada itu kelas kerjasama di Balikpapan dan Tenggarong. Han-ya saja, kalau di Tenggarong, yang ada hanya jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB),” ungkapnya.

Sementara untuk kelas kerja sama yang ada di daerah Bone, Palopo, Pangkep, dan Maros ia katakan tidak tahu sama sekali. Padahal, jika menilik aturan se-mestinya, PPM lah yang tahu se-cara keseluruhan posisi tempat ke-las jauh diselenggarakan. Sebab, tanggung jawab untuk melakukan supervise berada di tangan PPM.

“Saya tidak tahu kalau ada di Bone, Pangkep, saya tidak tahu itu nak,” ucap Guru Besar FIS ini. Lanjut Fakhri, kalau memang itu legal pasti dirinya tahu perihal keberadaan sejumlah kelas ker-jasama tersebut.

Hal yang sama diungkapakan oleh Dilma, selaku Kepala Sub Bagian Kerja Sama BAAK. Ia juga merasa heran ketika menge-tahui kelas kerja sama yang di-jalin UNM tanpa sepengetahuan pihaknya. “Harusnya itu, ada MoU yang kami pegang sebelum itu sampai ke setiap program studi yang ditujukan,” ujarnya.

Alumni jurusan Bahasa Ing-gris ini juga menyayangkan sikap birokrat fakultas maupun prodi yang secara langsung mengelola kelas kerja sama dengan daerah. “Kan itu ada prosedurnya. Paling tidak pihak kami mengetahui, lalu setelah itu diserahkan kepada pro-gram studi yang ingin diajak kerja sama. Agar kami juga mengetahui itu, karena kami yang berurusan dengan kerja sama UNM dari luar negeri maupun lokal,” jelasnya.

Dari data yang dihimpun oleh wartawan Profesi, hal tersebut men-guatkan bahwa beberapa daerah yang melakukan kelas kerja sama tersebut cacat prosedural. Hal itu dibuktikan dengan pengakuan ba-gian kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan yang tidak tahu menahu persoalan kelas jauh yang ada di fakultas tersebut. Juga, di bagian registrasi BAAK, tak mampu mem-berikan data-data mahasiswa yang sedang menunaikan kelas kerja sama yang ada di daerah.

Karta Jayadi, selaku Dekan FSD juga mengaku bahwa me-mang ada kelas kerja sama hanya saja sepengetahuannya, sekarang kelas kerja sama ada di Balikpa-pan. “Yang ada di sana itu juru-san Sendratasik, Bahasa Inggris, PTIK, Olahraga,” terang Karta.

Diakui Karta, tenaga pengajar tersebut juga berasal dari dosen-dosen prodi masing-masing. Un-tuk transportasi, setiap kali be-rangkat ke sana (Balikpapan, red) para dosen diberi uang saku Rp1,7 juta. “Tiap semester, 4 kali masuk baru ujian,” tambahnya. (tim)

Koordinator: Rezki Army Pratama Anggota: - Ary Utary Nur -SutrisnoZulkifli - Kasdar Kasau - A. Sri Mardiyanti Syam

TIM REPORTASE UTAMA

DE

SA

IN G

RA

FIS

: IM

AM

- P

RO

FES

I

DESAIN GRAFIS: IMAM - PROFESI

Keabsahan gelar ijazah jarak jauh/kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif un-tuk dapat dihargai dalam pembinaan karier PNS.

Page 7: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

7 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 Info Akademik

SUDUT

SUDAH dua tahun Universitas Negeri Makassar (UNM) menerapkan sistem pen-gisisan Kartu Rencana Studi (KRS) berba-sis Information Technology (IT). Idealnya, dengan berlakunya sistem KRS Online maka mahasiswa menjadi lebih mudah dan cepat dalam melakukan pengisian KRS. Namun bukannya memudahkan, melain-kan menambah beban mahasiswa. Hal ini karena KRS manual juga masih diterapkan.

Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Kamaruddin mengatakan dirinya mendukung jika KRS manual dihapuskan. “Kalau saya KRS man-ual ditiadakan saja. Ngapain susah-susah mau kerja dua kali kalau sudah ada yang in-stan. Sekarang kan sudah ada sistem online, jadi mahasiswa tidak perlu repot-repot lagi mengisi yang manualnya,” ungkapnya.

Meski Kamaruddin mendukung penuh penghapusan KRS manual tapi keputusan ini harus melalui rapat dengan para pimpinan fakultas. “Kita harus rapat dulu dengan dekan dan PD I baru bisa diputuskan,” ujarnya.

Sementara itu Pembantu Dekan bidang Akademik (PD1) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Hasnawi Haris, mengatakan dirinya setuju dengan dihapuskannya sistem KRS

manual. “Saya setuju dengan dihapuskan-nya sistem KRS manual, asal bisa dijamin bahwa semua mahasiswa sudah familiar dengan sistem Online,” tutupnya. (sus)

KRS Manual Bakal Dihapuskan KABAR gembira bagi para pencinta

seni dan olahraga mahasiswa FMIPA UNM. Pasalnya pihak fakultas MIPA yang menerima bantuan dari Kemeterian Sosial (kemensos) saat melaksanakan seminar nasional (25/3), akan diman-faatkan dengan membuka perkumpulan mahasiswa seni dan olahraga. Hal ini rencananya akan direalisasikan di tahun 2013 ini setelah proposal disetujui oleh kemensos.

Pembantu Dekan bidang kemaha-siswaan FMIPA, Kaharudin menjelas-kan bahwa dana yang disumbangkan oleh kemensos sebesar 50 juta rupiah, diperuntuhkan untuk kegiatan seni dan olahraga. Oleh karena itu, pihak fakultas berencana membuka komunitas seni dan perkumpulan bela diri di kalangan maha-siswa FMIPA.

Tambahnya, saat melakukan dis-kusi bersama pihak kemensos, pihak kemensos mengatakan bahwa inti dari peruntukkan dana ini adalah bagaimana kita berkesenian dan berolahraga yang berlocal wisdom. Olehnya itu, dirinya berencana jika ingin melestarikan kes-enian-kesenian lokal seperti tari-tarian maka kita harus membeli peralatan musik tari, kostum, dan soud system jika diperlukan serta diberikan pelati-han. Sedangkan cabang ilmu bela diri dipilih sebagai salah satu cabang ilmu olahraga yang mengandung unsur keari-fan lokal tersebut.

Masih menurut Kaharudin, dana tersebut baru akan cair jika ada pengu-sulan proposal dan saat sekarang ini, proposal yang akan dikirim ke kemensos tersebut masih dalam tahap penggarapan dan jika rampung akan segera dikirim ke kemensos. Dalam proposal tersebut semua barang dan jasa yang dibutuh-kan akan didaftarkan. “Dana tersebut tidak langsung cair, kita harus terlebih dahulu mengajukan proposal dan jika disetujui, maka dana ini akan digunakan sebagaimana mekanisme yang diberikan oleh kemensos,” ungkapnya.

Komunitas baru yang akan dibuka di FMIPA ini akan diwadahi oleh BEM (Badan Eksekutif mahasiswa) agar semua HMJ (Himpunan Mahasiswa Ju-rusan) dapat tercover. Untuk kegiatan bela dirinya, dirinya akan ikut berpar-tisipasi langsung dan bertindak sebagai pelatih. “Jika ada yang berminat boleh langsung mendaftar di BEM nantinya,” terang dosen fisika ini. (tar)

Komunitas Seni dan Olahraga FMIPA

Segera Dibuka

Lagi, FIP Wisudawan Terbanyak

ANGIN segar buat calon maha-siswa baru yang ingin kuliah di PPs UNM. Pasalnya, PPs UNM kembali membuka kesempatan untuk mendaftarkan diri pada gelombang kedua. Pada gelom-bang kedua ini dipastikan semua prodi tetap membuka peluang untuk mengambil tiket ma-suk kuliah di kampus tersebut.

Ketua panitia pelaksana pe-nyambutan mahasiswa baru Nurdin mengungkapkan, ber-dasarkan keputusan bersama pihak PPs akhirnya menetap-kan untuk membuka pendaf-taran pada gelombang kedua melihat animo pendaftar yang cukup besar.

Pendaftaran gelombang

kedua sendiri akan membuka peluang baru bagi dua prodi dengan kategori kekhusu-san. “Prodi tersebut adalah olahraga dengan kekhususan pendidikan pelatihan untuk Program Magister dan Prodi Administrasi Pendidikan den-gan kekhususan pendidikan dasar untuk Program Magis-ter,” terang Nurdin usai pen-gumuman gelombang pertama di kampus PPs UNM, (8/04). Professor di bidang Matema-tika ini pun mengimbau bagi calon mahasiswa baru yang belum lulus pada gelombang pertama dapat mendaftarkan diri pada gelombang ked-ua. Keuntungannya karena pendaftar pada gelombang pertama tak lagi melengkapi syarat adminstratif yang dim-inta di PPs UNM.

Sementara itu bagi calon mahasiswa baru yang din-

yatakan lulus, Nurdin men-gungkapkan agar segera mengikuti mekanisme selan-jutnya. “Yang dinyatakan lulus tes tertulis selanjutnya dapat mengikuti tes wawan-cara,” tambahnya.

Meski demikian Nurdin menyampaikan buat calon mahasiswa yang belum mer-ampungkan pemeriksaan ke-sehatan sebelumnya dapat mengikuti pada 12-13 April sekaligus dirangkaikan den-gan tes wawancara. Pen-gumuman tes wawancara akan diumumkan pada 15 April sekaligus pembukaan pendaftaran untuk gelom-bang kedua. Adapaun pendaf-taran gelombang kedua bakal ditutup pada 7 Mei. “Calon mahasiswa selanjutnya akan mengikuti tes TOEFL dan TPA pada 18-19 Mei men-datang,” tutup Nurdin. (har)

Pendaftaran Mahasiswa Baru

PPs Buka Gelombang Kedua

SEPERTI tahun-tahun sebe-lumnya, Fakultas Ilmu Pendi-dikan (FIP) kembali menelur-kan wisudawan terbanyak dari delapan fakultas lain yang akan mengikuti wisuda April ini. Se-banyak 607 nama terdaftar yang mengikuti wisuda di gedung au-ditorium Amanagappa(11/4).

Setelah sempat mengala-mi penundaan, jadwal wisuda yang sebelumnya ditentukan pada 4 Maret 2013 akhirnya dilaksanakan pada 10 dan 11 Maret 2013 lalu. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Ka-

maruddin mengatakan jumlah wisudawan kali ini sebanyak 1781. Itu sudah mencakup dari 9 fakultas ditambah Program Pascasarjana (PPs).

Dengan terbaginya jadwal wisuda menjadi 2 hari maka prosesi sakral ini juga dilak-sanakan menjadi 2 gelombang. Gelombang pertama diikuti oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMI-PA), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dan Program Pascasarjana (PPs). Sementara gelombang kedua

diikuti oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Ba-hasa dan Sastra (FBS), Fakultas seni dan Desain (FSD), dan Fakultas Ekonomi (FE).

Kamaruddin juga me-nambahkan untuk wisudawan terbanyak diperoleh dari FIP dengan jumlah kurang lebih 607 peserta. “Tidak ada beda dengan yang sebelum-sebel-umnya, dengan melihat jumlah mahasiswanya maka wajar jika FIP selalu meluluskan wisuda terbanyak,” ujarnya.

Hal ini juga diakui oleh

Dekan Fakultas Ilmu Pen-didikan, Ismail Tolla. Ia menyatakan, bahwa seperti biasanya, fakultas yang dip-impimnnya saat ini menjadi fakultas terproduktif dalam hal penyematan gelar. “Kami memang paling produktif di UNM. Tapi, persoalan kuali-tas, itu nantinya dibukitkan sendiri oleh alumni maha-siswa itu,” ungkapnya. Ma-hasiswa FIP yang terdaftar dalam tahun akademik 2012-2013 diperkirakan mencapai 6000 orang. (sus)

Koordinator: Rezki Army Pratama Anggota: - Ary Utary Nur -SutrisnoZulkifli - Kasdar Kasau - A. Sri Mardiyanti Syam

KRS MANUAL. Kartu Rencana Studi (KRS) tulis yang bertahun-tahun digunakan mahasiswa UNM ini, kabarnya tak digunakan lagi periode mendatang. KRS online menggeser kevalidasiannya.

+ Kelas Jauh Ganti Kostum - Modus Baru ini...

+ Motif Baru Fakultas Ilmu Bu-daya - Barangkali hanya harapan palsu...

+ Ternyata Hanya Harapan Palsu - Ganti kostum lagi...

Dg. Tata

FOTO: IMAM - PROFESI

FOTO: IMAM - PROFESI

PPs. Pendaftaran mahasiswa baru PPs gelombang kedua dibuka karena animo pendaftar yang cukup besar.

Page 8: Edisi_166

8 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166

April Tahun XXXVI 2013Seni Budaya8

Cerpen

Jangan lupa baca doa sebelum tidur supaya kamu selalu ingat Al-lah di kala ajal menjemputmu nan-ti. (Anas Regandhi)

“Nak, jangan lupa baca doa se-belum tidur!”

Entah mengapa malam ini kata-kata itu kembali terngiang di telingaku. Setelah sekian tahun aku berpisah dengan ibuku. Ibu berpe-san seperti itu ketika aku akan be-rangkat ke Makassar melanjutkan studi. Lima tahun lalu kata-kata ini melewati telingaku dan entah men-gapa malam ini baru terngiang lagi dengan jelas. Begitu jelas seakan-akan beliau ada di dekatku. Aku berhenti mengetik surat lamaran kerja untuk menyadarkan diriku akan kata-kata itu.

Ketika itu, setelah shalat isya, aku menyalakan laptop acerku yang sudah lima tahun menjadi sahabat setiaku di kota Daeng. Kujalankan program AIMP2, instrument dari Kitaro yang berjudul Caravansary II mengalun memenuhi kamar kostku. Gerimis di luar menam-bah damai hatiku malam itu. Aku terbawa alunan musiknya. Damai. Kujalankan lagi MS Word lalu memulai mengetik surat lamaran kerja yang akan kutujukan pada salah satu perusahaan swasta yang ada di Makassar. Ketikanku ham-pir selesai, gerimis di luar sudah berubah jadi hujan namun tidak be-gitu deras. Instrument Kitaro yang menemaniku mengetik berpindah ke judul yang lain. Perasaan damai tidak mau pergi dari sanubariku. Damai di kalbu. Sejuk. Kadang menciptakan kerinduan akan kam-pung halaman yang telah lama tak kuinjak lagi. Tiba-tiba….

“Nak, jangan lupa baca doa se-belum tidur!”

Suara lembut itu membunyar-kan kedamaianku. Aku ingat ibu. Napasku sesak, ada rasa pedih tapi tak tahu tempatnya di mana. Suara itu membuat air mataku jatuh kare-na rindu ibu dan kampung hala-man. Instrument Kitaro tergantikan oleh petikan gitar klasik yang ber-judul Romeo & Juliet Love Theme disambung lagi dengan Instrument Kitaro dengan judul Matsuri, aku berusaha mengendalikan suasana yang dari tadi mengendalikanku. Kutarik napas dalam-dalam, lalu kembali fokus menyelesaikan surat lamaranku yang tertunda oleh suara aneh pesan ibu.

Jam sudah menunjukkan pu-kul 23.00 WITA, rasa ngantuk menyerang pertahanan jiwa mu-daku. Kuselesaikan surat lamaran kerjaku, kumatikan laptop dan kusimpan di lemari kayu kecil buatan ayahku lima tahun lalu. Ku-nyalakan obat nyamuk bakar lalu kusimpan di bawah kakiku. kuma-tikan lampu kamar kemudian mere-bahkan tubuh yang agak sedikit capek di kasur pemberian pacarku tahun lalu. Mata sudah setengah tidur, aku teringat kata-kata aneh tadi. Akupun kembali tersadar. Aku ingat ibu lagi. Ingat kampung hala-man lagi. Rindu ingin pulang terasa menjadi beban berat di dalam hati. Kutarik napas panjang berkali-kali

lalu baca doa tidur yang diajarkan ibu ketika kecil. Kemudian aku mencoba untuk tidur.

Malam yang sepi. Belum terla-lu larut namun suara dari kamar se-belah pun sudah tidak ada. Biasan-ya jam-jam begini mereka masih ribut main play station. Aku merasa sendiri di kost yang berisi tujuh kamar ini. Sepi dan sunyi sekali. Hanya suara air hujan yang men-emaniku malam ini. Sangat nikmat untuk tidur kalau cuaca sepeti ini. Tak terasa mataku telah tertutup. Tidur dalam kesepian yang sejuk. Tiba-tiba aku mendengar suara perempuan menyanyi seperti sin-den Jawa. Kini hujan mulai deras, akan tetapi suara perempuan me-nyanyi itu kedengaran lebih merdu dan terasa begitu dekat. Membuat bulu kudukku merinding. Perasaan takut menggerogoti tubuhku. Ku-tutupi telingaku dengan bantal gul-ing pemberian pacarku pula. Tapi suara perempuan itu tambah jelas seakan-akan ingin menyentuhku. Aku gemetaran dan tak bisa men-guasai diri.

Kukeluarkan segala kemam-puanku membaca ayat-ayat suci yang diajarkan oleh guru agama ke-tika aku masih sekolah di sekolah dasar. Lama-lama suara itu mulai mengecil, kuberanikan diri melepas bantal guling yang menutupi tel-ingku. Kucari sumber suara. Entah dari mana keberanian menyelimu-tiku. Aku penasaran ingin mengeta-hui dari mana dan siapa perempuan yang menyanyi mirip sinden Jawa itu. Aku berjalan meninggalkan kasur. Kreeeeeeeeeeeeekkkk…..! Pintu kamarku berbunyi setelah kubuka. Aku menuju pintu utama kost kemudian membukanya. Kreeeeeeeeeeeeekkkk…..! Setelah pintu kubuka, aku memandang ke-luar menembus hujan yang berubah lagi menjadi gerimis. Tampaklah di mataku warna putih bersih. Kugo-sok-gosok mataku kemudian kem-bali melihat warna putih yang tadi. Tampak lebih bersih dan bersinar terang menyilaukan mataku. Aku melihat warna putih tadi berubah menjadi seorang gadis cantik ber-baju putih bersih tersenyum kepa-daku. Seperti di film horor yang sering kunonton di kala punya waktu luang.

Gadis itu melambaikan tan-gan ke arahku pertanda dia me-manggilku. Kulangkahkan kaki dengan sedikit ragu namun tetap terarah. Kudekati ia, tapi dia me-langkah pergi entah mau ke mana. Aku berhenti, namun dia berbalik, tersenyum memikat dan kembali melambaikan tangannya ke arahku pertanda dia menyuruhku mengi-kutinya. Akupun ikut dia entah ke mana dia membawaku. Aromanya begitu memanjakan indra penci-umanku. Dia berjalan ke sebuah rumah. Aku mengikutinya. Dia ma-suk, aku masuk pula. Rumah yang begitu indah. Tidak pernah seka-lipun aku melihat rumah seindah ini. Luas tak berbatas, terang ben-derang. “Apakah tempat ini adalah surga?” Batinku dalam hati.

“Tutuplah pintu itu.” gadis itu berkata padaku. aku berbalik mem-

belakangi gadis itu. Kreeeeeeeeek-kkkk….! Aku menutup pintu ses-uai permintaan gadis itu. Kembali kubalikkan badan untuk menga-hadap gadis yang dari tadi buat aku penasaran. Kuraih tangannya, aku bermaksud ingin tahu dari mana asalnya. Tapi tiba-tiba suasana rumah jadi gelap gulita. Mataku tak mampu menangkap sesuatu benda pun yang ada di dalamnya. Gelap segelap pikiranku kala itu yang mulai diserang rasa aneh. Dari jauh kudengar kembali perempuan menyanyi melantunkan lagu sep-erti sinden Jawa. Aku merasakan tangan gadis itu terangkat. Tan-ganku yang menggenggamnya ikut terangkat.

Perlahan-lahan, tangan gadis itu menghilang dari genggamanku. Nyanyiannya makin merdu di telin-gaku. Udara makin dingin menem-bus pertahanan daya tahan tubuhku. Kucoba mencari sumber suaranya, namun apa daya mataku dibatasi oleh kegelapan yang begitu mena-kutkan. Aku gemetar. Jatuh. Tak tahu lagi apa yang terjadi.

Aku tersadar dan mendapati diri tengah bersandar di sebuah batu nisan salah satu kuburan. Aku baru menyadari kalau aku berada di pemakaman umum dekat kostku. Tengah malam berada di tengah-tengah orang mati, aku sangat keta-kutan. Aku berteriak di atas normal karena dirasuki oleh rasa takut yang tidak bisa kutampung dalam dada. “Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkh.” Teriak-ku tak jelas kepada siapa. Aku memberontak, aku ingin berlari tapi kedua kakiku seperti ada yang menariknya dari dalam tanah. Aku rasakan kaki kananku panas sekali. Serasa terbakar api, lebih panas dari api yang ada di dunia.

Aku kembali berteriak histeris, “Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkh.” Aku terbangun. Kaget dan sangat kaget. Aku berlari ke WC yang ada di dalam kamar kostku untuk men-gambil air. Lalu menyiram api obat nyamuk yang membakar seprai kasur pemberian pacarku. Apinya telah membakar kaki kananku. Untunglah aku cepat terbangun. Kostku hampir kebakaran gara-gara obat nyamuk bakar yang ku-nyalakan sebelum tidur. Jantungku terasa mau lepas, dadaku sesak. Aku mengambil air putih lalu me-minumnya untuk menenangkan pikiranku yang kalut.

Malam ini aku bermimpi bu-ruk. Perasaan kagetlah yang me-nyelamatkan aku dari mimpi itu. Aku melihat jam tanganku, waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 WITA. Adzan shubuh di masjid telah berkumandang memban-gunkan orang-orang beriman un-tuk ibadah. Kuambil air wudhu, lalu shalat shubuh. Sementara aku shalat, hpku berdering dengan nada pendek, artinya aku menerima se-buah pesan singkat. Setelah shalat, aku membuka hp lalu membaca SMS yang masuk tadi. Aneh, sung-guh aneh SMS yang kudapat dari nomor yang tersembunyi, “Nak, jangan lupa baca doa sebelum ti-dur!” Aku bingung, dari mana asal SMS ini. Aku ingat ibuku lagi, lima

tahun silam aku berpisah dengan-nya.

Pagi-pagi HPku kem-bali berdering. Kriiiiiiiiing….Kriiiiiiing…! Telepon dari sauda-raku di kampung. Rasa kaget dan sedih bersekongkol memasuki hati kecilku. Aku di panggil pulang ke Ambesea karena ibu kecelakaan subuh-subuh buta tadi. Dia ta-brakan ketika mengantar barang dagangannya ke pasar shubuh tadi. Kata saudaraku, ibu tabrakan den-gan seorang perempuan muda pen-datang dari Jawa yang baru pulang dari masjid. Perempuan itu me-ninggal di tempat kata saudaraku. Aku sangat heran. Ada apa semua ini? Perempuan itukah yang datang dalam mimpiku tadi malam? Yang menyanyikan lagu seperti sinden Jawa? Ada apa dengan pesen ibu yang kembali terngiang di tel-ingaku setelah lima tahun lalu? Beribu tanda tanya memenuhi ke-palaku.

Sekitar jam 16.00, aku telah sampai di Ambesea, desa tempatku lahir. Desa kecil di Sulawesi Teng-gara. Perjalanan dari Makassar aku tempuh lewat udara sehingga cepat sampai di Ambesea. Butuh dua hari kalau perjalanan lewat darat. Dari jauh aku melihat rumahku ramai di datangi warga. Aku sangat berse-dih, sangat kehilangan setelah men-getahui ibu telah tiada. Ibu mengi-kuti perempuan yang hadir dalam mimpiku. Aku seperti terkena petir tepat di tenggorokanku. Sakit seka-

li. Lima tahun tak bertemu sekali bertemu tinggallah jasad beliau.

Aku melihat ayah menangis terseduh, aku mendatanginya. Dia memelukku sambil menangis se-dih membuat tangisanku meledak-ledak tak bisa tertahan. “Ibumu meninggalkan ini untukmu nak.” Kata ayah sambil menyerahan se-buah kotak yang berisi kertas. Aku tidak berani membukanya. Nanti setelah jasad ibu di kubur baru aku berani membuka kotak itu. Perlahan kuraih kertas yang ada di dalamnnya. Kulihat ada tulisan ibu. Kubaca tulisan itu, lagi-lagi pesan-nya lima tahun lalu yang ibu tulis untukku. Tapi masih ada sambun-gannya,

“Nak, jangan lupa baca doa se-belum tidur supaya kamu selalu in-gat Allah di kala ajal menjemputmu nanti!”

Hingga sekarang, setelah dua puluh lima tahun sejak kepergian ibu, kotak pemberiannya masih kusimpan rapi dalam rak bukuku. Andaikan ibu masih hidup, dia bisa melihat keberhasilanku sebagai seorang rektor di salah satu univer-sitas swata di Kendari. Hanya ayah yang sempat merasakan sedikit ke-berhasilanku sebelum dia ikut ibu ke alam baqa. “Ayah sampaikan salam rinduku sama ibu, suatu saat aku ikut kalian dan kita bisa ber-kumpul lagi.” *Penulis adalah kepala suku Bengkel Sastra FBS UNM periode 2009/2010

Pesan Alam

Oktober di kalender kota DaengDan beberapa tahun bulan berderetTerselimuti panasBerkelambu debuDitidurkan janjiYang didongengkan sampai kita lelapDan dikampanyekan di setiap sudut jalan

Inilah Daeng keseharianmuDalam setiap embun yang cepat keringBadanmu penuh dengan tonggakYang meminta ditunjukiDi segi empat pinggir jalanBahwa mereka yang mesti dudukEntah di hati atau otak banyak orang

Inilah Daeng pagi petangmuKota seribu pencitraan

(untuk seribu bentangan baliho di setiap jalan di makassar dan seribu janji bahwa baliho itu akan membawa kesejahteraan, pun bagi pengemis, anak jalanan yang berdidri meringis pada kejam-nya Kota tepat di bawah baliho-baliho itu, entah janji apa lagi yang akan “dibalihokan”, entah citra baik apa lagi yang diobral sementara sejahtera tak jua menjadi nyata atau hanya pelengkap rasa jelang pilkada, pilgub, pil apapun namanya. Wahai potret yg tersenyum di baliho, kuharap bukan dusta yang kau janjikan)

AR. Al KajaniyParangtambung, 17 Oktober 2011

Kalender PencitraanPuisi

Ralat:Puisi pada tabloid profesi edisi 165 dengan judul “aku masih belum berani menyebut diriku mahasiswa” adalah karya Anhar Dana Putra.

Page 9: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

9 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 Reportase Khusus 9

Masih teringat jelas, kala ta-hun 2011 Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) menobatkan Kisman Salija sebagai dekan mengalah-kan Rapi Tang, Guru Besar Ba-hasa dan Sastra Indonesia (BSI). Pada hari itu pula, tiba-tiba saja, di kantor Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) terpampang span-duk yang bertuliskan Cikal Bakal Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Sejumlah kalangan pun meni-lai, munculnya wacana pendirian fakultas tersebut disinyalir seb-agai bentuk kekecewaan sejumlah tenaga pendidik BSI yang sudah dua kali dilibas dalam hal pemili-han dekan oleh calon dari Jurusan Bahasa Inggris.

Hanya saja hal itu dibantah Rapi Tang, mantan ketua juru-san ini menganggap pendirian

fakultas tersebut tidak ada sama sekali sangkut paut dengan ke-jadian tersebut. Menurutnya, tujuan dibentuknya fakultas ini semata-mata hanya untuk mem-buka akses seluas-luasnya kepada mahasiswa baru. Sebab, tiga pro-di yang dinaungi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia saat ini tidak mampu meraup mahasiswa baru sebanyak mungkin.

“Kan beda jurusan dengan fakultas. Seperti Jurusan Bahasa Indonesia ini sedikit saja yang diterima padahal yang mendaftar mencapai ribuan karena jurusan dibatasi, nantikan kalau sudah jadi fakultas bisa menerima banyak,” ungkapnya. Namun, Rapi Tang berharap fakultas ini menjadi per-hatian utama untuk kebudayaan.

Menanggapi hal itu, Dekan

FBS, Kisman Salija mengang-gap, jika hanya bertujuan untuk menerima mahasiswa banyak FIB yang merupakan hasil pemekaran dari FBS mendingan niat untuk itu diurungkan. Dosen Bahasa Ing-gris ini mengatakan tidak usah ada penambahan jumlah fakultas jika hanya karena memburu kuantitas. “Kita harapkan jangan ada penam-bahan jumlah fakultas, kecuali menambah karena memang kebu-tuhan,” harapnya.

Kini, FIB tinggal menung-gu ketukan palu dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dan Penertiban Aparat Negara (PAN) menyetujui statuta dan Organ-isasi Tata Kelola (OTK) hasil keputusan rapat senat universi-tas terkait pembentukan fakultas baru ini.

Dalam statuta dan OTK terse-but, diusulkan FIB dengan tiga Program Studi (Prodi). Antara lain, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Prodi Sastra Indone-sia dan Prodi Pendidikan Bahasa Daerah. Semua prodi tersebut saat ini milik Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS). Maka tak salah, jika FIB disebut-sebut adalah peme-karan dari FBS.

Namun Kisman menganggap, Proposal FIB itu sulit disetujui. Alasannya, Pemerintah Provinsi Sulsel bersama Kemendikbud telah mencanangkan untuk mendirikan institusi yang terkhusus juga pada kebudayaan. “Saya rasa sulit dis-etujui karena Pemprov dan Kemen-dikbud juga mendirikan institut bu-daya,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Guru Besar UNM, Amin Rasyid menyatakan dukungan secara penuh terhadap rencana pendirian FIB. “Tentu ada perkembangan yang kita lihat positifnya. Kita seb-agai anggota senat mempersilahkan sebagai pengembangan,” ujarnya.

Senada dengan hal itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Amiruddin turut menyetujui ad-

anya rencana untuk membuat fakultas baru tersebut. “Hal ini merupakan pemikiran yang meru-pakan ide brilian. Dengan adanya fakultas baru akan lebih mening-katkan kualitas universitas, selain itu universitas pun akan semakin berkembang dan semakin bagus tentunya”, ungkapnya.

Namun, Pembantu Rektor Bi-dang Sarana dan Prasarana (PR II), Nurdin Noni memandang, mem-bentuk sebuah fakultas baru itu me-nitikberatkan pada tujuannya untuk pengembangan yang lebih dalam pada disiplin ilmunya. “Tergantung dari tujuannya. Kalau itu memang untuk pengembangan ilmu budaya, mengapa tidak,” katanya.

Senada dengan Nurdin, Dekan Fakultas Teknik (FT), Husain Syam, mengatakan, fakultas dibentuk un-tuk mewadahi prodi atau jurusan yang serumpun tapi lebih spesifik seperti FIB ini. “Selama bisa mewa-dahi, itu bagus,” tuturnya.

Hingga saat ini, seluruh ber-kas kelayakan pendirian fakultas itu sudah dikirim ke pusat untuk dinilai. “Berkasnya sudah dikirim ke Jakarta dan semoga disetujui secepatnya,” harap Rektor UNM, Arismunandar. (tim)

Motif Fakultas Ilmu BudayaSetelah dua tahun menanti, akhirnya pendirian Fakultas Ilmu Budaya (FIB) selangkah lagi bakal terwujud. Meski telah disetujui 99 senator UNM, namun fakultas ini masih saja berharap cemas, pasalnya sejumlah tantangan menghalangi kehadiran fakultas ini yang notabenenya dipelopori oleh sembilan dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

KETIKA nanti Dikti mengeluarkan izin pembentukkan fakultas ini, maka UNM akan mengasuh 10 fakultas. Namun, sudah pantaskah kampus orange ini mendirikan fakultas yang berlabel budaya? Parahnya, FIB dianggap seolah dipaksakan, apalagi melihat prodi yang diasuhnya sama saja apa yang ada di FBS.

Jika hanya diisi Prodi Pendidikan Baha-sa dan Sastra Indonesia, Sastra Indonesia dan Pendidikan Bahasa Daerah sebagai embrio dari FBS. Tentunya, kalau seperti itu output yang dihasilkan sama saja.

Namun, apabila membentuk fakultas baru lantas keluarannya sama saja dengan ketika di FBS, maka tak salah jika Kisman mengatakan tidak perlu menambah jumlah fakultas di FBS kecuali hal itu memang

benar-benar dibutuhkan. Nyatanya ketiga prodi itu diakui Kisman terakomodasi dengan baik di FBS.

Menurutnya, FIB terkesan rancu se-bab berlatarbelakang budaya namun hanya memfokuskan diri pada bahasa dan kepen-didikannya. Prodi Pendidikan Bahasa In-donesia pun jadi korban yang mestinya tetap di FBS. Padahal nyatanya masih ada prodi yang lebih layak ditarik ke FIB sep-erti Prodi Antropologi dan Sejarah. Kedua prodi tersebut saat ini dinaungi Fakultas Ilmu Sosial (FIS). “Saya justru melihat-nya rancu karena kenapa bahasa saja yang diambil. Padahal ada prodi lain seperti Antropologi dan Sejarah. Tapi, mungkin FIS tidak mau menyerahkan begitu saja prodinya,” terang Kisman.

Belum lagi, jika kita mengok dari FIB yang ada di PTN di Indonesia. Se-mestinya, Jurusan Atropologi dan Seja-rah yang ada di FIS juga ikut nebeng di bawah naungan fakultas itu. Hanya saja, itu tidak mungkin terjadi. Birokrasi FIS dengan terang-terangan menolak prodin-ya ikut ditarik.

Hal itu dibenarkan Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) FIS, Hasnawi Ha-ris. Menurutnya, FIB tidak akan mengambil jurusan yang ada di FIS. Dan itu memang tidak mungkin terjadi. “Pernah ada isu akan adanya jurusan/prodi yang akan dialihkan ke FIB yang muncul di rapat senat, namun su-dah dibicarakan dan disepakati untuk tidak mengambil jurusan lain untuk dimasukkan di FIB nantinya,” ujar Profesor Hukum ini.

Senada dengan Hasnawi Haris, Amirud-din selaku Dekan FIS juga menyatakan hal yang sama. Ia berharap, FIB membuat juru-san yang belum pernah ada di UNM. Tidak mencoba mengalihkan jurusan yang sudah ada di fakultas lain untuk ditarik masuk ke fakultas yang baru. Tambah Dosen Sejarah ini, kalau mengambil jurusan atau prodi yang sudah ada, itu berarti bukan mendiri-kan namanya, tetapi mengambil jurusan fakultas lain.

“Jangan mengambil jurusan yang su-dah ada. Kalau memang seperti itu, lebih baik kita gabungan saja FIS dengan FIB menjadi satu fakultas yaitu Fakultas Ilmu Sosial Budaya. Semakin banyak jurusan di UNM akan semakin bagus untuk perkem-bangan UNM sendiri,” tutupnya. (tim)

FIB Seolah Dipaksakan

Kita harapkan jangan ada penambahan jumlah fakultas, kecu-ali menambah karena memang kebutuhan.

Dekan FBS, Kisman Salija

Page 10: Edisi_166

10 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

Reportase Khusus

FIB nampaknya harus gigit jari. Pas-alnya, rencana meminjam gedung FBS untuk sementara waktu tidak bakalan terwujud. Itu lantaran Dekan FBS, Kis-man Salija dengan tegas menyatakan ti-dak akan membiarkan gedungnya dipakai oleh FIB.

Orang nomor satu di FBS ini men-gatakan, fasilitas yang dipakai Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mi-lik jurusan tersebut, namun gedungnya adalah kepunyaan FBS. “Silahkan bawa alatnya, bawa fasilitasnya, tapi kalau ge-dungnya tidak bisa,” tegas Kisman.

Kisman berkilah, dirinya bukannya tidak mau memberikan gedung kuliahn-ya, hanya saja situasinya tidak kondusif bila ruang kuliah digunakan tiga fakultas, yakni FBS, FSD dan FIB. “Bagaima-na caranya mahasiswa FIB kuliah di sini? ruangannya sudah kecil masa mau dipakai tiga fakultas lagi, mau berkelahi lagi? Ruangannya sudh kecil masa mau dipakai 3 fakultas lagi. Itu yang kami per-juangkan ”celotehnya. Ia malah menam-bahkan, FIB tidak usah ditempatkan di Kampus Parang Tambung. Misalnya ge-dung milik Lembaga Penelitian (Lemlit, red) yang ada di Gunung Sari.

UNM kini tengah menunggu keputu-san Dikti dan PAN menyetujui proposal mendirikan fakultas baru FIB. Pada berkas tersebut UNM hanya mencantumkan tiga program studi.

Nantinya, jika FIB terwujudkan, fakultas itu akan menambah prodinya men-jadi enam. Hal ini diungkapkan Rapi Tang selaku anggota Tim Sembilan.

Prodi Pendidikan Bahasa Daerah yang salah satu dari tiga prodi yang diusulkan rencananya akan dibagi dua, yakni Pendi-dikan Bahasa Daerah Bugis dan Prodi Pen-didikan Bahasa Daerah Makassar. Sehingga ada empat prodi.

Selanjutnya, masih akan ada dua prodi lagi yang diajukan yaitu Kajian Budaya Lo-kal dan Pembelajaran Bahasa Indonesia un-tuk Advokasi.

“Jika prodi yang dua ini diterima maka ada enam prodi sehingga fakultas ini nanti-nya menjadi fakultas yang besar,” pungkas Rapi Tang. (tim)

LEPASNYA beberapa Prodi FBS ke FIB nantinya bakal mempengaruhi nama fakultas ungu ini. Kemungkinan terjadi pe-rubahan nama seperti yang dialaminya dulu sewaktu FBS masih satu dengan FSD.

Kala itu, FBS dengan singkatan yang sama namun kepanjangan yang berbeda yakni, Fakultas Bahasa dan Seni. Sama hal-nya yang dialami Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS) yang saat ini berpisah dan berdiri dengan nama Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Ilmu Sosial (FIS).

Dikonfirmasi terkait hal ini, PR II, Nurdin Noni, membenarkan kemungkinan terjadinya perubahan nama FBS seperti se-belumnya. “Sama seperti waktu pisah sama FSD,” ungkapnya.

Sementara itu, Dekan FBS, Kisman Salija mengatakan, belum dapat memasti-kan fakultas yang dibinanya bakal berubah nama atau tidak. Sebab, fakultas ungu itu masih memiliki beberapa prodi bahasa dan pendidikan bahasa. “Belum pasti. Kita tunggu saja keputusan dari pusat baru kita mempertimbangkan,” terangnya. Ia mengakui belum ada kejelasan nama pengganti untuk FBS jika FIB benar-benar terbentuk.

Lebih lanjut, Kis-man mengungkapkan, kedepannya FBS lebih memfokuskan diri pada program studi bahasa asing. “Kini kita telah siapkan prodi Bahasa Arab dan Bahasa Man-darin. Saat ini proposal-nya masih ditinjau ulang di pusat,” jelasnya.

Kisman Ogah Berikan Gedung FBS

FBS BakalGanti Nama

Jumlah ProdiAkan Ditambah

SEOLAH hanya matang dikonsep, usulan lahirnya fakultas tersebut ternyata be-lum jua mendapat kejelasan tempat. Terkait infrastruktur yang bakal digunakan FIB nantinya masih sebatas an-gan-angan. Hingga saat ini pihak universitas pun belum mampu memberikan jawaban pasti perihal lokasinya.

Guru Besar di Bidang Sastra Indonesia, Rapi Tang

malah berencana untuk se-mentara masih akan memakai gedung FBS. Alasannya, sambil menunggu keputu-san dari DIKTI mengenai izin pendirian fakultas yang dibentuknya itu.

“Untuk sementara tetap di sini dulu (FBS) sambil meli-hat dimana lokasi atau gedung yang memungkinkan jadi be-lum ada. Tentu kedepannya tentu akan diusahakan untuk

mendapatkan gedung-gedung yang memang layak ditempati sebuah fakultas,” tuturnya.

Belum adanya gedung yang disediakan untuk FIB juga dibeberkan Pembantu Rektor Bidang Sarana dan Prasarana (PR II) Nurdin Noni. Alasannya, karena fakultas ini masih butuh wak-tu lama untuk resmi. “Tunggu dulu keputusan dari pusat. Kalau disetujui baru kita ren-

canakan lagi gedungnya,” jelas dosen FBS ini.

Alhasil, jika belum ada tempat yang didapatkan sementara proposal untuk membentuk fakultas baru itu telah disetujui, FIB akan meminjam gedung FBS. “Sama dulu dengan FBS dan FSD ketika pisah gedungnya dibagi. Begitupun FBS dan FIB nantinya,” kata mantan PR IV ini. (tim)

FIB Tak MilikiKejelasan Tempat

- Tahun 2003: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS).

- 11 Juni 2008-sekarang: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dengan SK Rektor No. 4219/H36/KL/2008.

- Fakultas Ekonomi berdiri sendiri terpisah dari FEIS maka diter-bitkanlah Surat Dikti Depdiknas No. 2875/D/T/2007 tanggal 27 September 2007.

- Fakultas Seni dan Desain (FSD) berdiri sendiri dengan ter-bitnya surat persetujuan Depdiknas melalui SK Dikti Nomor

2874/D/T/2007 tanggal 27 September 2007.

- Tahun 2008: FBS membawahi 3 jurusan: Bahasa & sastra Indonesia, bahasa Inggris, Bahasa Asing/Jerman.

Data Penambahan Jumlah Fakultas UNM

Koordinator: Khaerul Mustaan Anggota: - Fadillah Dwi Oktaviani - Nurjanna Jamaluddin - Rukmana Mansyur

TIM REPORTASE KHUSUS

Dekan FBS, Kisman Salija

Desain Grafis: Khaerul MustaanSumber: BAAK UNM

Page 11: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

11 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 Inovasi

KETIKA Bakharani Rauf, melintasi daerah penghasil batang lontar seperti Wajo, Sidrap bagian Pancalautan, dan Jen-eponto. Kebanyakan masyarakat daerah setempat mengunakan batang pohon lontar yang sudah tidak produtif lagi ditebang dan kayunya diambil sebagai balok untuk rumah panggung. Meman-faatkan peluang yang ada, alumni doktor pendidikan lingkungan ini menyulap bongkot pohon lontar ini menjadi Kursi Antik dari Bongkot Lontar yang memiliki nilai seni dan ekonomis .

Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik (PD III FT) menjelaskan, biasan-ya masyarakat hanya memanfaat-kan batang lontar untuk dijadikan bahan bangunan rumah adat, bongkotnya tidak diambil karena merupakan pangkal pohon lontar yang bentuknya tidak lurus, sehinggah bongkot tersebut tidak layak dijadikan bahan untuk rumah panggung dan dibiarkan saja membusuk.

Sebenarnya jika dimanfaat-kan, bongkot lontar memiliki

nilai seni dan ekonomis, sebagai kerajinan tangan berupa kursi. Cara pembuat kursi dari bongkot lontar, potongan bongkot lontar itu di balik dengan tujuannya bagian bawahnya yang lebar digunakan sebagai sandaran nantinya. “Jika tidak dikeluarkan isi dari bongkot lontar maka akan melapuk dengan sendirinya, lagi pula jika isi dari kayunya dikeluarkan kursinya menjadi ringan,” tuturnya.

Potongan bongkot lontar yang sudah di balik itu, dibelah guna mempermudah untuk menge-luarkan isi dari bongkot lontar tersebut. Setelah isi bongkot lontar sudah bersih, maka ditambahkan papan sebagai jok sandarannya dengan ketinggian mencapai 50 cm dari bundaran atau dudukan-nya lalu dilapisi karet busa, begitu pula dengan bagian bawahnya yang berbentuk bundar diberikan jok berdiameter sekitar 50-70 cm kemudian dilapisi dengan karet busa sebagai dudukan nya.

Jadi pada saat bongkot lontar dibalik semua isi bongkot tersebut dikeluarkan dengan cara bagian tengahnya dilubangi karena bagian

yang paling kuat dari bongkot ini bagian luarnya saja dengan keteba-lan 20 cm dari luar kulit bongkot lontar bagian dalamnya itu sangat rapuh dan cepat lapuk,” katanya.

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat empat kursi dan satu meja dibutuhkan waktu enam hari. Bentuk dari kursi dari bong-kot lontar ini ada dua macam, ada

yang tidak memakai sandaran dan memakai sandaran. Kebanyakan kursi bongkot pohon lontar yang dibuat biasanya tidak menggu-nakan sandaran. (sam)

BEGITU banyaknya jenis mie yang ada di Indonesia dan memiliki cita rasa yang bervariasi, memicu sekelompok mahasiwa Universi-tas Negeri Makassar melakukan sebuah penelitian inovatif, untuk memberikan rasa ber-beda bagi pecinta kuliner terkhusus mie. Mie Lele Labu (Mie lela) yang sementara masih dalam tahap percobaan, itu dicetuskan oleh Nuraini Yusuf (ketua), Reski Ramadani, Sriwidayani Syam, Sri Wahyuni, A. Nurul Virninda, meru-pakan mahasiswa jurusan Kimia angkatan 2012, serta pendamping Ilham Baharuddin.

Selain itu, para peneliti muda tersebut ingin mencoba meng-gantikan makanan pokok masyarakat, yang dulu-nya beras menjadi mie. Penggabungan antara cita rasa dan nilai gizi dalam penelitian tersebut tetap menjadi poin penting se-

belum masuk pada tahap promosi.

Proses pencampuran bahan baku dari Mie lela ini terbilang cukup terjangkau. Terdiri dari terigu, ikan lele dan labu. Nuraini, selaku ketua mengatakan, makanan pokok ini nanti-nya selain memiliki rasa yang unik, juga memiliki keunggulan gizi yang lebih. “Kandungan gizi yang terkadung dalam Mie Lele Labu itu berupa vitamin C, vitamin A dan beta karoten. Zat besi dan kalium pada labu kun-ing, protein pada tepung terigu, sedangkan pada ikan lele gizi yang di kandung berupa sumber energi, protein, kalsium, lemak posfor, zat besi, natrium, tinamin, ribofla-vin dan nasin,” jelasnya.

Ia menambahkan, cara pembuatan makanan ini juga tak rumit. Bahan-bahan yang disediakan adalah tepung terigu, daging ikan lele yang sudah dihalusakan, labu

yang sudah dikukus ke-mudian dihaluskan juga lalu ditambahkan sedikit garam secukupnya dan baking powder. Setelah bahan-bahan telah siap maka semua bahan-bah-an tersebut dicampur jadi satu sehingga menghasil-kan adonan mie yang berbentuk bulat.

Adonan-adonan yang bulat tersebut kemudian dipipihkan dan dimasukkan ke dalam mesin cetak khusus un-tuk olahan mie. Langkah selanjutnya, mengukus mie hingga matang, se-lama proses pengukusan mie dilapisi dengan daun pisang. Daun pisang ini bertujuan untuk mem-berikan aroma harum pada mie tersebut, saat mienya dihidangkan.

Reski Ramadani juga mengutarakan, pem-buatan masakan inovatif ini terhitung sederhana, karena bahan bakunya sangat terjangkau dan mudah didapatkan oleh masyarakat. “Sebena-rnya komposisi dari Mie Lele Labu ini sangat sederhana karena bahan- bahannya menggunakan bahan bumbu dan bahan masakan dapur. Untuk campuran ikannya biasa menggunakan ikan lain

selain lele,” ungkap ang-gota LPM Penalaran ini.

Sedangkan, Ilham Baharuddin menyatakan, penelitian ini didasar-kan pada krisis pangan yang terjadi. Efek global warming membuat jumlah produksi bahan pangan terutama beras itu tidak menentu. Lanjut-nya, melihat fenomena yang terjadi, untuk men-gatasi hal tersebut perlu adanya inovasi yang dapat digunakan sebagai alternatif baru. Salah satunya dengan cara mengatasinya dengan mengunakan mie sebagai pengganti beras. “Karena menurut survei yang ada, masyarakat Indonesia menduduki peringkat kedua pengkomsumsi mie terbesar di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC),” cap alumni LPM Penalaran ini.

Hanya saja, yang masih menjadi kendala pada pembuatan Mie Lela ini karena belum mempunyai hak paten dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Karena jika be-lum mendapat hak paten maka penelitian tidak bisa dilanjutkan berda-sakan peraturan Dikti tahun 2013. (sam)

Mi Lela (Mie Lele Labu)

Sulap Bongkot Lontar Jadi Kursi

MELIHAT fakta yang ada sek-arang ini, kelangkaan sumber daya alam (SDA) akibat eksploi-tasi manusia secara besar-besa-ran, khususnya minyak bumi su-dah sangat meresahkan. Bahkan para peneliti menaksirkan, pada tahun 2025 minyak bumi yang biasa dijadikan bahan bakar ini akan habis, dan diketahui bahwa bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

Untuk mengurangi pengu-naan bahan bakar dengan me-buat sebuah inovasi yang mana bisa dijadikan altrnatif untuk menghemat pengunaan min-yak bumi sebagai bahan baku utama dari bahan bakar.

Olehnya, Wijaya mencoba untuk melakukan penelitian il-miah untuk tidak menjadikan ba-han bakar sebagai prioritas dalam menunjang efektifitas kerja ma-syarakat secara umum. Dosen Ju-rusan Kimia ini melakukan ino-vasi di bidang lingkungan hidup, sebagai pengganti bahan bakar, dengan memanfaatkan limbah bio massa dari serbuk bambu dan tempurung kemiri.

Dalam penelitiannya, ia menggunakan teknologi piroli-sis. Pirolisis adalah dekomposi-si kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana material men-tah akan mengalami pemeca-

han struktur kimia menjadi fase gas. Melalui teknologi ini, akan menghasilkan bahan bakar in-dustri rumahan, seperti tungku listrik berupa asap cair.

Di dalam prosesnya, tung-ku ini menggunakan arang se-bagai bahannya, lalu hasilnya bisa dijadikan sebagai bahan bakar pengganti bensin. Wijaya mengatakan, hal ini juga bisa digunakan bagi pengguna an-gkutan angkutan umum untuk lebih menghemat uang. Dengan mencampurkan 10 persen asap cair bahan bakar nabati dari 100 persen bensin, dikatakan Wi-jaya mampu untuk mengurangi polusi udara, ataupun pecema-ran lingkungan.

Penelitian ini juga diang-gap mampu untuk membantu pemerintah dalam menyukses-kan peningkatan emisi karbon, yang dinilai tujuh tahun ke de-pan akan mencapai 26 persen, dan saat ini emisi karbon terse-but sudah mencapai 17 persen.

Hanya saja, Wijaya men-gakui masih terkendala pada anggaran. Di penelitiaannya yang sejak 2012 lalu telah dik-erjakan, ditaksirnya memerlu-kan biaya sebesar 80 jutaan ru-piah. Setelah itu, baru Wijaya akan melakukan jurnal akre-ditasi nasional, untuk mempu-nyai hak paten sebagai syarat untuk lebih mengembangkan penelitiaanya tersebut. (sam)

Bio Massa SebagaiAlternatif Bahan Bakar

IST.

Page 12: Edisi_166

12 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166

April Tahun XXXVI 201312 Pariwara

Page 13: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

13 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 Lensa Orange 13

Lempar Toga

Menuggu

Suami Isteri

Lepas Toga Disiarkan

Dipotret

Prosesi pengukuhan para sarjana atau yang biasa disebut dengan wisuda, kembali digelar oleh UNM, pada Rabu-Kamis, 10-11 April 2013. Acara sakral satu ini, selalu menjadi sesuatu yang dinanti oleh setiap mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studinya.

Tidak hanya wisudawan atau wisudawati , orang tua, saudara, dan kerabat juga merasakan kebahagiaan atas dikukuhkannya keluarga mereka sebagai seorang sarjana. Inilah serba-serbi wisuda yang sempat tertangkap oleh kamera fotografer LPPM Profesi UNM, Rizki Army Pratama.

Page 14: Edisi_166

14 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

Opini

LPPM Profesi UNM menerima tulisan dalam bentuk opini dari civitas akademika UNM. Tulisan dibatasi maksimal 3000 karakter. Redaksi ber-hak mengedit atau memotong tulisan anda tanpa mengubah maknanya.

*Arwin Sanjaya

Oleh: M. Amirullah

LK dan Birokrat Bersinergilah!

“DAHULUKAN kuliah utamak-an organisasi.” Sebuah ungkapan yang sering dilontarkan kaum aktivis sebagai keselarasan yang harus terpenuhi oleh mahasiswa yang sesungguhnya. Akademik dan organisasi merupakan dua komponen yang idealnya bersin-ergi dalam dunia kemahasiswaan.Pemenuhan akademik sebuah keniscayaan yang mesti tersele-saikan dalam pergulatan kuliah, sedangkan organisasi merupakan penunjang akademik dan wadah mengolah dan mengasah krearivi-tas serta peningktan Soft Skill.

Refleksi tentang kondisi lem-baga kemahasiswaan khususnya di UNM hanya terjebak pada kebang-gaan sejarah para pendahulu fung-sionaris kita, dimana telah banyak mengantarkan Lembaga Kemaha-siswaan pada masa kejayaan dan

menempatkannya sebagaimana fungsinya. Namun pada persoalan akademik tidak kalah saing den-gan mahasiswa akademisi. Hal yang pasti bahwa kondisi dulu dan sekarang jauh berbeda merupakan alibi yang sering dilontarkan pen-gurus Lembaga Kemahasiswaan (Saya sendiri sebagai mantan pengurus LK). Sebuah kenyataan yang harus dielakkan bagi pengu-rus LK agar tidak terkondisikan dan terjerembak pada determin-isme zaman. Bahwasannya setiap zaman memiliki entitas tersendiri. Begitupun dengan periodeisasi kepengurusan lembaga kemaha-siswaan.

Menilik kondisi kemaha-siswaan dan lembaga kemaha-siswaan hari ini telah terjadi am-bivalensi antara organisasi dan akademik yang sulit diretas oleh mahasiswa dan telah memperjelas identitas mahasiswa akademisi dan organisatoris. Mahasiswa akademisi hanya sibuk pada ku-liahnya sedangkan organisato-ris berkutat pada organisasinya sehingga terabaikan kuliahnya. Maka terjadilah ungkapan pa-mungkasnya PR III UNM “Jan-gan sampai organisasi menjadi bomerang bagi akademik.”

Menurut Dr. Sabri (dosen fil-safat UIN ) bahwasannya dunia kampus telah terjebak dalam pan-dangan Post Positivisme yang me-nyandarkan segala sesuatu pada indeks (angka-angka). Mahasiswa dikatakan cerdas atau ideal ketika memilik IPK yang tinggi. Padahal dalam realitasanya angka-angka itu tidak memiliki entitas objektif dan hanya tergambar dalam kon-sep atau pahaman manusia. Maka wajarlah manusia hanya diarah-kan yang sifatnya meterialis yang berorientasi pada angka-angka. Semestinya ada sesuatu hal yang membutuhkan perhatian lebih dari indeks itu yaitu penanaman nilai kedirian manusia, akhlak ,dan rasa cinta dalam dunia kampus. Dalam Pepatah Inggris: ada perbedaan arti antara kata House dan Home. House adalah bangunan yang disusun dari pasir dan batu-bata sedangkan Home adalah sebuah bangunan yang disusun atas dasar cinta. Maka tak heran kalau maha-siswa sering merusak dan memba-kar kampus sendiri karena pandan-gannya kampus itu adalah rumah (House) bukan Home. Olehnya itu kesadaran akan akhlak dan kecin-tan juga yang mesti disemayam-kan dalam dunia kampus.

Lembaga kemahasiswaan hari ini telah mengalami pergeseran nilai-nilai dan ruh perjuangan se-hingga melemahkan segala cita-ci-ta bersama. Hantaman yang sering melanda LK yaitu citra LK mata ci-vitas akademika telah terkebirikan dan minimnya karya serta selalu dianggap rival dan berita tak meny-enangkan bagi birokrat. Ditambah lagi aturan kemahasiswaan yang ketat dan kaku yang tak mampu diejawantahkan kalangan peng-giat organisasi. Hal ini membuat animo berlembaga mahasiswa saat ini berkurang dan memilih beror-ganisasi eksternal dan yang lebih miris mahasiswa memilih tak ber-organisasi. Maka menjamurlah ma-hasiswa akademisi paten.

Bercerita tentang pengala-man Study Komparatif yang saya lakukan bersama pengurus Himpu-nan lainya tahun lalu di beberapa universitas Pulau Jawa membuat kami iri melihat antusias dan kultur berlembaganya. Tergambar jelas konsolidasi potensi yang begitu apik dan harmonis antara birokrsi kampus dan pengurus lembaga. Sebagai contoh Universitas Neg-eri Surabaya (UNESA) dalam hal penentuan kebijakan kampus meli-batkan pengurus lembaga untuk

meminta pandangan terlebih dahu-lu sebelum disahkan. Dana LK nya pun untuk tingkat jurusan senilai 40juta dalam satu periode penguru-san. Jadi tingkat fakultas dan uni-versitas silahkan pembaca sendiri yang taksirkan. Kalau di UNM?? Tentunya pandangan yang berbeda.Selain dana LK minim, pencairan-nya pun tersendat-sendat sehingga LK terpaksa pinjam uang. Kegiatan yang sifatnya mendesak mengha-ruskan turun ke lampu merah untuk penggalangan dana bak pengamen jalanan.

Ada sebuah keterikatan posisi dan emosional yang telah luntur.Se-mestinya Birokrasi dan Lembaga Kemahasiswaan harus bersinergi untuk kemajuan UNM. Kiranya Bi-rokrat UNM menempatkan dirinya sebagai orang tua dan mahasiswa/pengurus LK sebagai anak dimana eksitensi birokrat (orang tua) terjelas-kan ketika eksistensi mahasiswa (anak) terjelaskan pula. Birokrasi dan LK sudah selayaknya bersinergi dan menempatkan diri sebagai mana po-sisi, tugas dan tanggungjawabnya.!! Ketika itu telah terjalin ku yakin UNM akan lebih baik ke depan.

*Penulis adalah Ketua HMPS AP FIS Periode 2011-2012.

Tenaga “Bimbingan dan Konseling” Akan Tetap Terpakai di Sekolah ?

KONSELOR sekolah atau yang lebih akrab di telinga kita sebagai guru BK saat ini boleh jadi men-galami kegelisahan terkait dengan digodoknya kurikulum baru 2013. Betapa tidak, keberadaan layanan bimbingan dan konseling yang selalu menjadi bagian integral dalam kurikulum pendidikan di negeri ini selama kurang lebih 52 tahun, tercatat sejak tahun 1960-an, kini seolah tak lagi diakui ke-beradaanya oleh kurikulum yang baru. Kerisauan yang lebih boleh jadi juga dialami oleh para calon tenaga bimbingan dan konseling di sekolah. Jika kurikulum baru 2013 ini benar-benar direalisasikan, tan-pa adanya lagi perubahan, maka bisa saja para mahasiswa yang saat ini menjalani pendidikan sebagai calon guru BK akan berpikir ri-buan kali untuk melanjutkan pen-didikan di program studi tersebut.

Keberadaan konselor sebagai salah satu bagian dari pendidikan di sekolah sebenarnya telah dite-gaskan oleh Undang-Undang No-mor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU sisdiknas tersebut disampaikan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan menegaskan bahwa konselor adalah pendidik.

Rencana penerapan kuriku-lum baru 2013 ini sontak menim-

bulkan pro dan kontra, terutama di kalangan para pakar dan prak-tisi pendidikan karena beberapa kebijakan-kebijakan baru. Salah satu dari kebijakan tersebut adalah tidak disinggungnya pelayanan bimbingan dan konseling. Secara tersurat memang layanan Bimb-ingan dan Konseling tidak ada lagi dalam kurikulum baru terse-but. Tapi salah satu dasar adanya pengembangan kurikulum baru ini yang penulis lihat pada draft uji publik adalah makin maraknya fenomena negatif yang mengemu-ka di kalangan para pelajar seperti perkelahian antar pelajar, narkoba, korupsi, kecurangan dalam ujian. Pengembangan kurikulum 2013 yang juga berorientasi pada persia-pan kompetensi masa depan siswa yang salah satunya agar memiliki kesiapan untuk berkarir di dunia kerja. Nyatanya semua itu adalah tugas yang dibebankan kepada konselor sekolah.

Salah satu masalah yang men-dasar pada pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah penggunaan tenaga konselor yang ada di sekolah itu sendiri. Saat ini banyak guru BK yang menjadi konselor sekolah, namun ti-dak berasal dari latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Alhasil, implikasinya berimbas pada bagaimana ia mem-berikan layananya.

Guru Bimbingan dan Konsel-ing yang diharapkan mampu mem-bantu siswa dari aspek psikolo-gis, pengembangan diri, masalah pribadi, masalah belajar, masalah

sosial, dan masalah karir justru malah menjadi polisi sekolah, sat-pam sekolah, atau bahkan tukang cukur sekolah, yang kerjaannya menghukum siswa yang terlambat, menggunting rambut siswa yang terlalu panjang, dan banyak lagi tugas-tugas guru BK yang sangat jauh dari apa yang seharusnya di-lakukan oleh seorang guru BK/Konselor. Permasalahan tersebut tidak hanya dari kualitas tenaga bimbingan dan konseling, namun juga dari segi sarana dan prasara-na bimbingan dan konseling yang disiapkan oleh sekolah. Ruangan bimbingan dan konseling acap kali hanyalah ruangan-ruangan para-sit yang menumpang pada ruang guru atau ruang tata usaha. Bahkan juga kadang gudang-gudang yang tidak terpakailah yang kemudian disulap menjadi ruangan BK tanpa memperhatikan lagi standar ruang bimbingan dan konseling yang se-harusnya.

Dengan adanya Permendik-nas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor maka guru Bimbingan dan konseling yang ada di sekolah harus berlatarbelakang pendidikan bimbingan dan konsel-ing. Artinya, di tahun 2013 ini guru yang bertugas sebagai konselor sekolah di seluruh Indonesia harus benar-benar mempunyai kualifikasi akademik yang dibuktikan dengan latar belakang pendidikan bimbin-gan dan konseling.

Tahun 2013 ini seharusnya menjadi momentum kebangkitan dunia bimbingan dan konseling In-

donesia. Namun, hal itu mendapat-kan sedikit tantangan lewat ren-cana pemerintah memberlakukan kurikulum baru yang di dalamnya tidak ada lagi pelayanan bimbin-gan dan konseling secara tersurat. Pengembangan kepribadian siswa, dan juga masalah kesiapan untuk terjun kemasyarakat dan dunia kerja yang seharusnya menjadi tu-gas konselor sekolah rencananya akan dilimpahkan kepada guru mata pelajaran masing-masing.

Bagaimana para calon konsel-or menyikapi hal ini? Saya pribadi melihat bahwa kurikulum 2013 ini sebenarnya bisa menjadi momen-tum kebangkitan bimbingan dan konseling di Indonesia ataupun malah sebaliknya.

Alasannya bahwa secara ter-surat memang layanan bimbingan dan konseling tidak disinggung lagi dalam rencana kurikulum ini, namun secara tersirat sebenarnya pelayanan bimbingan dan kon-seling sangat dibutuhkan untuk tetap menjadi bagian yang integral dalam kurikulum yang baru ini. Hal itu terlihat dari orientasi tujuan

pengembangan karakter siswa dan kesiapan untuk terjun ke masyar-kat yang ditekankan pada kuriku-lum yang baru ini. Dan kedua hal itu adalah hal yang sangat linear dengan tugas dan fungsi bimbin-gan dan konseling di sekolah.

Secara hukum juga bimbingan dan konseling cukup kuat dengan terbitnya peraturan pemerintah tahun 2003 tentang Sistem Pendi-dikan Nasional dan Permendiknas tahun 2008 tentang Standar Kuali-fikasi Akademik Konselor.

Dengan demikian, para calon konselor tidak perlu risau dan gusar apalagi sampai berpikir untuk segera meninggalkan perkuliahan yang se-dang dijalani saat ini. Yang paling penting untuk dilakukan saat ini oleh para calon konselor sekolah adalah senantiasa meningkatkan kualitas pribadi sebagai calon konselor yang diharapkan bisa berimplikasi pada peningkatan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

*Penulis adalah mahasiswa jurusan PPB prodi BK FIP UNM angkatan 2010.

Page 15: Edisi_166

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

15 Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013 Profesiana

MALANG nian nasib Aktur Ryank Pratama dan Khalisatunnisa, Finalis Duta Entrepreneur UNM 2012 yang terpilih Agustus silam. Sudah delapan bulan sejak diputuskan sebagai pemenang, sampai hari ini keduanya belum memperoleh hadiah yang dijanjikan panitia penyelenggara. Kebahagiaan yang awalnya dirasakan oleh Aktur dan Khalisha berbuah kecewa. Harusnya mereka telah membawa pulang sertifikat dan uang tunai 10 juta rupiah atas keberhasilannya menjuarai ajang tersebut.

Setelah pengumuman, keduanya pun mempertanyakan hadiah yang berhasil diperolehnya. “Saya tanya penanggung jawab kapan hadiah ini bisa dicairkan, pa-nitia bilang, nanti setelah pulang. Tapi satu minggu pertama belum ada kabar sampai satu bulan,” ujar Ryan.

Merasa tidak ada kejelasan perihal hadiah itu, keduanya meminta langsung ke-pada panitia penyelenggara. Namun, bukan kejelasan yang mereka peroleh, justru ked-uanya merasa dipersulit dengan berbagai syarat yang diajukan guna pencairan uang yang menjadi hak mereka.

Menurut Khalisha, mereka diperin-tahkan untuk membuat proposal. Namun, setelah membuat proposal dan menyerah-kannya kepada panitia, mereka malah tak mendapat tanggapan. “Setiap kali dikon-firmasi selalu ada alasan yang seolah-olah ingin mengalihkan pembicaraan kami ten-tang hadiah itu,” ungkap mahasiswi jurusan

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik itu.

Sementara itu menurut Ryan, pada saat mencoba meminta kejelasan proposal dirinya mengaku mendapat tanggapan yang tidak bersahabat. “Begitu proposal jadi, asistennya terus yang balas. Bapak emosi katanya, kamu kayak apa saja minta-minta. Lah itukan hak kita, lucu kan kalau kita menang malah disuruh bikin proposal dan sekarang malah membingungkan,” kesal mahasiswa jurusan PGSD itu.

Ia juga menambahkan, hadiah tersebut secara simbolis telah diserahkan pada saat pengumuman pemenang di depan peserta yang lain dan dewan juri. Toh, sampai hari ini hadiah tersebut hanya sebatas harapan palsu belaka. Merasa ditipu, keduanya terus mencari titik terang bahkan Khalisha sempat mengadu kepada Dekan FT, Husain Syam agar kiranya dibantu.

Ajang pemilihan duta entrepreneur UNM yang diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian dies natalis UNM ke-5O itu, sebenarnya secara khusus disponsori oleh Klinik Olahraga UNM yang diketuai Muhammad Najib Bustan. Najib lah yang sejak awal menjanjikan dan mengiming-imingi penghargaan serta hadiah bagi peserta yang berhasil menjadi pemenang.

“Jangankan uang tunai, hingga saat ini sertifikat untuk semua peserta saja belum ada kejelasan,” beber Ryank.

Setelah dikonfirmasi di ruangannya,

Najib membantah jika pihaknya sen-gaja mempersulit keduanya. Guru Besar Fakultas Imu Keolahragaan ini menuturkan bahwa masalah ini hanya kesalahpahaman antara dirinya dengan peserta. Penghargaan kepada duta entrepreneur terpilih bukanlah dalam bentuk hadiah yang diberikan secara cuma-cuma, tapi itu akan diberikan sebagai modal pengembangan bakat entrepreneur mereka. Ia membenarkan kalau hadiah itu sebesar 10juta rupiah dan diambil dari dana DIPA untuk pengembangan Klinik Olah-raga. “Saya tidak mau dipenjara gara-gara sembarangan mengeluarkan uang negara, makanya saya suruh untuk membuat proposal yang menunjang pengembangan klinik”, elaknya.

Ia juga me-nambahkan bahwa ia berniat untuk mengajak mereka beker-jasama mengembangkan klinik dengan hadiah berupa modal tersebut, tetapi keduanya selalu sibuk sehingga ia mengambil alih sendiri. Hadiah tersebut menurut Najib kini telah ia kelola menjadi pusat layanan massage di kampus pas-casarjana UNM.

Namun, apapun yang terjadi, janji tetaplah utang dan utang harus dibayar. Perlu diketahui, ajang

tersebut diikuti 30an peserta dari seluruh fakultas di UNM. Selama satu minggu peserta mengikuti serangkaian ujian sebe-lum akhirnya diputuskan siapa yang berhak menjadi pemenang dan dinobatkan sebagai duta entrepreneur sekaligus untuk mem-perebutkan hadiah yang telah dijanjikan. (faj/rul)

Ternyata Hanya Harapan Palsu

MAHASISWA Program Pascasa-rjana UNM mengkritisi Beasiswa Program Pascasarjana (BPPs) oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti). Beasiswa yang diberikan kepada dosen ini dinilai tidak transparan dalam pengelolaannya.

Salah satu mahasiswa pener-ima beasiswa ini, Ani (samaran) mengatakan informasi pengelo-laan beasiswa ini tidak jelas, bah-kan pemotongan BBPS tidak jelas dasar hukumnya. Termasuk be-sarnya presentase pemotongan bea-siswa. “Saya rasa pengelolaan bea-siswa ini harus jelas dan transparan

dengan rincian yang jelas,” ungkap mahasiswa eksponen 2010 ini.

Lanjut Ani, pembayaran tiap semester juga sangat mahal. Ia juga mempertanyakan pemotongan yang dilakukan PPs tiap semes-ternya yang mencapai 7,5 juta atau hampir dua kali lipat mahasiswa reguler yang tidak menerima bea-siswa yakni hanya membayar 4,25 juta persemester. “Kalaupun ada pemotongan beasiswa tiap semes-ter semestinya ditransparansikan ke mahasiswa,” harapnya.

Menanggapi keluhan maha-siswanya, Direktur PPs, Jasrud-

din, mengatakan mungkin ada miss komunikasi bagi sebagian mahasiswa terkait BPPs itu. Kare-na menurut Jasruddin, pihaknya telah melakukan sosialisasi ke-pada seluruh mahasiswa penerima beasiswa tersebut. “Tiap tahun se-lalu dikumpulkan dan dijelaskan secara rinci pengalokasian BPPs itu, biasanya tiga kali satu tahun, mungkin yang tidak hadir pada saat sosialisasi yang tidak menger-ti,” ungkapnya.

Sementara terkait besarnya pembayaran mahasiswa penerima beasiswa tersebut, lanjut jasrud-

din, sudah sesuai permintaan UNM yang disetujui Dikti. “Dikti membolehkan mengusulkan PPs mengusulkan komponen biaya hidup untuk penerima beasiswa dan dikti menyetujui dengan jumlah yang diusulkan PPS dan semua rinciannya jelas,” jelasnya.

Dia juga memaklumi jika ada protes seperti itu dari maha-siswanya dan berjanji akan lebih mentransparansikan pengelolaan beasiswa di PPs. Hingga berita ini diturunkan PPs telah mengumum-kan info BPPs 2013 di website res-minya. (rul/pr20)

BAGAIMANA rasanya diberi sanksi untuk kesalahan yang ti-dak diperbuat? Parahnya tidak ada peninjauan kembali meski fakta tentang kebenaran sebena-rnya sudah jelas.

Kejadian serupalah yang menimpa Sardi Selle dan Rini (Samaran), mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Bagi Ma-hasiswa berprestasi (Bidik Misi). Keduanya sempat shock men-dengar kabar bahwa beasiswa yang diterimanya sejak menjadi mahasiswa baru 2011 silam telah dicabut.

Nama Sardi Selle dan Rini terselip diantara daftar 70 mahasiswa penerima bidik misi yang yang digu-gurkan. Daftar nama-nama tersebut adalah edaran dari bidang kemaha-siswaan UNM tentang pencabutan bidik misi kepada mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tidak mencapai 2.75 selama

tiga semester.Hal tersebutlah yang membuat

Sardi Selle kecewa, beasiswanya dicabut tanpa konfirmasi terlebih dahulu terlebih tidak akuratnya data yang dimiliki pihak bidang ke-mahasiswaan sehingga membuat dirinya merasa dirugikan. Dalam edaran tersebut dicantumkan nilai Sardi Selle yang tak memiliki ni-lai semester 3 padahal sebenarnya IPK yang ia miliki di atas 3. “Nilai saya tidak pernah anjlok, saya se-lalu menaati aturan akademik yang berlaku dan tidak pernah melang-gar aturan perkuliahan,” ujarnya.

Sama halnya juga yang men-impa Rini. Ia mengaku IPK yang dimiliknya masih di atas standar yang disyaratkan untuk penerima bidik misi. “Bahkan nilaiku seb-agai yang tertinggi di kelas,” un-gkapnya.

Merasa tidak puas atas kepu-tusan tersebut, Rini melakukan

klarifikasi ke bagian kemaha-siswaan di BAAK UNM dengan membawa transkip nilai dari pro-gram studi yang membuktikan dirinya masih berhak menerima beasiswa. Akan tetapi, jawaban dari pihak kemahasiswaan waktu itu menurut Rini tidak memuas-kan, dirinya hanya mendapatkan keterangan bahwa IPK yang men-jadi penilaian diambil dari website resmi UNM. Padahal sistem on-line tersebut belum sepenuhnya sempurna, terkadang nilai-nilai yang seharusnya sudah masuk sebelum memasuki semester beri-kutnya masih terlihat kosong.

Pembantu Rektor Bidang Ke-mahasiswaan UNM, Heri Tahir selaku penanggung jawab bidik misi menjelaskan, saat itu Dikti sudah mendesak untuk mengirim-kan Surat Keputusan (SK) pener-ima beasiswa bidik misi angkatan 2010, 2011 dan 2012 agar danan-

ya bisa dicairkan, sehingga untuk memverifikasi nilai diambil dari website resmi UNM (Simpadu, red). “Kalau SK-nya tidak dikirim segera, kemungkinan dana untuk bidik misi UNM tidak akan dic-airkan,” elaknya.

Selain itu, ia juga membenar-kan kalau sistem online yang ia ja-dikan rujukan sebagai bahan verifi-kasi belum maksimal, makanya ia beberapa kali telah menyurat kepi-hak fakultas agar segera memasuk-kan nilai-nilai mahasiswa. “Tapi tidak mungkin kita mau menunggu beberapa orang dan menunda-menunda pengiriman sedangkan di sisi lain kita didesak Dikti, sean-dainya dosen tidak ada yang telat memasukkan nilai tentu hal seperti ini tidak akan terjadi,” terangnya.

Mantan Ketuan Komisi Di-siplin UNM ini juga mengakui verifikasi nilai yang pertama kali dilakukan tersebut masih banyak

kesalahan. Ke depan ia berjanji akan membuat sebuah sistem yang khusus mengurusi maha-siswa penerima bidik misi yang tiap tahun bertambah sehingga kesalahan bisa diminimalisir.

Ia juga berjanji akan mempri-oritaskan mahasiswa yang merasa dirugikan dengan kebijakannya tersebut dengan memprioritaskan dalam pergantian beasiswa jalur lain, pada pergantian bidik misi se-lanjutnya. “Suatu saat setelah verifi-kasi kalau ada yang anjlok nilainya akan kita prioritaskan mereka, saya sudah suruh agar nama-nama mer-eka dicatat” tegasnya.

Mantan Asisten Direktur I Pascasarjana UNM ini juga ber-harap agar hal ini menjadi pelaja-ran terutama kepada dosen yang sering kali menunda-nunda pema-sukan nilai mahasiswa, karena menurutnya keteledoran seperti itu mengganggu semua sistem. (faj)

Bukan Salah Saya, Kok Saya yang Kena!

Kalaupun ada pemoto ngan beasiswa tiap semester

semestinya ditransparansi-kan ke mahasiswa.

Ani (Samaran)Mahasiswa Penerima BPPs

Bilang Dulu Dong Kalau Mau Potong...

INT.

Page 16: Edisi_166

16 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com

Profesi FM - 107.9 MHz

16 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 166April Tahun XXXVI 2013Persona

Prof. Dr. Fakhri Kahar, M.Si.

Harus Lebih Mampu Bersinergis

“MASA depan UNM tidak hanya terletak di tangan lembaganya. Kalau mau bagus, harus timbal balik. Bukan hanya lembag-anya, sumber daya manusianya juga harus bagus. Itulah menjadi tantangan bagaima-na menciptakan, mengkondisikan sum-ber daya manusia yang bagus”. Demikian sekilas komentar Prof Fakhri Kahar, Ketua Pusat Penjamin Mutu (PPM) Universitas Negeri Makassar.

Tak banyak yang tak mengenal pria yang satu ini. Utamanya mahasiswa UNM yang berkecimpung di Jurusan Adminis-trasi. Bagaimana tidak, dosen yang satu ini terkenal dengan kedekatannya terhadap mahasiswa. Ketika para mahasiswanya diminta berkomentar mengenai dosen satu ini, rata-rata mengatakan bahwa Fahkri merupakan sosok yang tegas namun san-gat dekat dengan mahasiswa. Tak jarang ia menegur mahasiswa bila dianggapnya mahasiswa tersebut melanggar aturan. Namun, caranya menegur yang dibuatnya sedemikian rupa, malah membuat maha-siswa semakin akrab dengannya.

Ayah dua putri ini beberapa kali menya-bet gelar sebagai Dosen Teladan untuk ber-bagai kategori. Selain itu pada tahun 2005 Ia meraih Satya Lencana Karya Satya XX tahun dari Presiden RI. Berbagai penelitian pernah pula dilakukannya untuk mengim-plementasikan ilmunya kepada masyarakat. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan-nya sangat membantu masyarakat umum, seperti contohnya salah satu penelitiaannya mengenai Pengaruh Informasi Pasar Ter-

hadap Sikap Petani Dalam Penetapan Harga Jual Produk Petani, dapat membantu petani Sulawesi Selatan untuk menetapkan harga jual hasil pertaniaanya, sehingga dapat me-ningkatkan pendapatan petani.

“Di kampungnya orang saya lihat ti-dak ada mahasiswa yang sama dengan di kampung kita. Begitu selesai pertemuan di kelas, tempatnya hanya dua yaitu laborato-rium atau perpustakaan. Di kita, katakanlah dosennya berhalangan untuk datang, gem-bira, ngobrol yang tidak perlu, gosip-gosi-pan, paling tidak tempatnya di tempat jual bakso”, terangnya menyayangkan.

Meski demikian, Ketua PPM UNM ini tak sekedar mengkritisi tanpa mencari jalan keluar. Melalui lembaga yang dipimpinnya, Fakhri beserta stafnya berupaya sedemikian rupa untuk meningkatkan mutu SDM yang ada di Universitas Negeri Makassar (UNM). Salah satu program yang saat ini sedang di garap PPM adalah panduan Penyusunan Kurikulum yang nantinya akan diterapkan oleh seluruh Fakultas, Jurusan, serta prodi se-UNM. Selain peningkatan mutu mahasiswa, melalui program lain PPM, yaitu Evaluasi dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) lelaki yang pernah menjabat sebagai ketua Prodi Pendi-dikan Administrasi Perkantoran ini, berharap agar mutu staf pengajar di UNM dapat ter-jaga, dan akan lebih baik bila meningkat.

Berbicara mengenai pengalaman ber-organisasi, suami dari Dra. Hj. Sitti Nur ini sangat aktif berorganisasi saat masih menduduki bangku kuliah. Berbagai ja-batan tingkat fakultas, universitas, sampai provinsi pernah diembannya. Sebut saja, pada tahun 1980 ia menjabat sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ke-guruan Ilmu Sosial IKIP Ujung Pandang. Selain itu, pria berkacamata ini pernah pula menjabat sebagai Ketua Wirakarya Su-lawesi Selatan pada tahun 1985.

Dengan berbagai pengalamannya beror-ganisasi, Fakhri sangat menyayangkan apa-bila ada mahasiswanya ada yang tidak berge-lut ataupun tergabung dalam suatu organisasi apa saja. Menurutnya akan sangat disayang-kan apabila menjadi mahasiswa namun tidak pernah berorganisasi. Namun Ia juga tetap berpesan pada para mahasiswanya yang ber-organisasi agar tidak mengenyampingkan ak-ademisnya. “Saya selalu mengatakan kepada mahasiswa saya, rugi seorang mahasiswa ka-lau tidak pernah berorganisasi.

Rugi, hidupnya seorang mahasiswa ka-lau tidak pernah berorganisasi. Karena dunia organisasi kemahasiswaan itulah tempat kita mengaplikasikan bagaimana ilmu pengeta-huan yang kita dapat. Ada ilmu yang kita dapat di lembaga-lembaga kemahasiswaan yang tidak pernah kita dapat dibangku ku-liah. Banyak. Dan mungkin tidak dirasakan saat kuliah, tetapi begitu selesai, kembali ke masyarakat, manfaat itu akan terasa. Tetapi, jangan menjadikan organisasi, ke-giatan-kegiatan ini menjadi utama. Tetapi bagaimana menjadikan kegiatan organ-isasinya menjadi pendukung kesuksesannya dan keberhasilan diri. (Feb)

Data Diri :Nama : Prof. Dr. Fakhri Kahar, M.Si.Tempat dan Tgl. Lahir : Bone, Tahun 1957Agama : IslamJabatan Fungsional : Lektor KepalaInstansi/Lembaga : Fakultas Ilmu Sosial UNM

Riwayat Pendidikan- Sarjana Muda, Pendidikan Administrasi Umum IKIP Ujung Pandang, 1979- S1 Pendidikan Administrasi & Keterampilan Jasa, IKIP Ujung Pandang, 1981- S2 Administrasi Pembangunan Universitas Hasanuddin, 1997 - Visiting Scholar Doctoral Sandwich Program, The Ohio State University, Colombus, Ohio, USA, 2008/2009. - S3 Program Studi Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar, 2010

BESSE Fatimah Almira tak pernah ber-niat untuk terjun ke dunia modelling. Perlombaan modeling yang diikutinya dengan iseng saat kecil mengantarkan-nya memasuki dunia Showbizt. Awal-nya, Almi, demikian nama panggilan-nya mengikuti pertandingan modelling saat masih kecil. Kemenangan yang di-raihnya membuatnya kecanduan untuk mengikuti lomba-lomba selanjutnya.

Hingga saat ini Almi telah menjua-rai berbagai macam perlombaan, baik tingkat provinsi hingga nasional. An-tara lain, pada tahun 2010 wanita asal Bulukumba ini terpilih menjadi juara pertama dalam pemilihan Dara Bulu-kumba. Kemenangannya tersebut men-gantarkannnya mengikuti lomba tingkat nasional. Pada tahun yang sama, usai kemenangannya menjadi Dara Bulu-kumba, Pemerintan Kota Bulukumba mengutusnya untuk mengikuti pemili-han Duta Museum tingkat Provinsi Su-lawesi Selatan. Namun sayang, bung-sudari tiga bersaudara ini hanya mampu meraih Runner Up.

Pada tahun 2012, Ia memutuskan untuk kembali menjajaki pemilihan Duta Museum. Seleksi awal berhasil di-laluinya dengan baik, hingga mencapai tingkat nasional. Seleksi tingkat nasion-al yang diadakan di Jakarta, membawa namanya beserta satu orang yang lain menjadi Duta Museum Nasional, me-wakili Provinsi Sulawesi Selatan.

Tak puas hanya di situ, wanita ber-jilbab ini terus mengikuti berbagai lomba modelling tingkat provinsi maupun nasional. Hingga yang ter-akhir ini, dalam perlombaan yang diadakan Hijabers Makassar, Ia terpilih menang dalam salah satu kategori yang diperlombakan, yakni The Best Dress. Tak hanya di dunia modelling, belakangan ini, Almi mulai mencoba mema-suki dunia acting.

Setelah mengikuti berb-agai casting, ia terpilih untuk membintangi salah satu film dokumenter yang menjadi program terbaru salah satu

stasiun televisi nasional yang akan tayang 2013 ini. Dengan seabrek keg-iatan tersebut, tak membuat mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Makas-sar ini mengabaikan studinya. meski harus berusaha keras membagi waktu, Ia selalu berupaya agar studi menjadi prioritas utama. Mengikuti pesan kedua orang tuanya yang tak ingin studinya terganggu, Almi mesti pintar membagi waktu antara kewajibannya sebagai ma-hasiswa maupun tugasnya sebagai Duta Museum.

Bagaimana tidak, sebagai duta Museum, Ia memiliki kewajiban untuk mengubah animo masyarakat umum, khususnya di Sulawesi Selatan yang salah mengenai museum. Tempat yang identik dengan kesuraman dan masa lalu tersebut, harus diperkenalkan sedemikian rupa oleh Almi, agar dapat lebih mendapat tempat di hati orang awam.

Untuk itu, Duta Museum Sulawesi Selatan periode 2012-2014 ini mes-ki mengunjungi museum sedikitnya seminggu sekali. Di sana, Almi ikut memberikan sumbangsih pemikiran un-tuk program-program museum ke depan-nya. (Feb)

Duta Museum Sul-Sel 2012-2014, Besse Fatimah Almira

Kuliah TetapJadi Prioritas

Nama : Besse Fatimah Almirah

Riwayat PendidikanTK Pertiwi MakassarSDN Komp. IKIP MakassarSMPN 33 MakassarMAN 2 Model Makassar

PrestasiJuara 1 Dara bulukumba Tahun 2010Runner up II Duta Museum Sul-Sel 2011Duta Museum Sul-Sel 2012-2014

FOTO: NURJANNA JAMALUDDIN - PROFESI IST.