edisi 89 (juli 2011)

17
[email protected] www.spi.or.id Edisi 89, Juli 2011 M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I 13 Tahun Serikat Petani Indonesia Terus Berjuang Menegakkan Kedaulatan Pangan Untuk Atasi Krisis Pangan di Indonesia Apa Kata Mereka Tentang 13 Tahun SPI? Pancasila dan Kesejahteraan Rakyat Tani Pemerintah Batal Sewa Lahan Petani Melalui BUMN Zubaedah Majelis Nasional Petani SPI  Selamat Ulang Tahun yang ke-13 Untuk SPI, Semoga Tetap Konsisten Berjuang demi mewujudkan reforma agraria sejati 4 5 6 INDEKS BERITA JAKARTA. 13 Tahun lalu, 8 Juli 1998, Serikat Petani Indonesia (SPI) dideklarasikan di Desa Lobu Rappa, Kabupaten Asahan, Suma- tera Utara dengan nama Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI). Harapan para deklarator pada saat itu adalah SPI mampu menjadi organisasi massa yang berada di garda terdepan dalam memperjuangkan kepentingan petani kecil. Perjalanan organisasi ini pun cukup berwarna, mulai dari perubahan bentuk dari federatif ke unitaris, mobilisasi massa menolak WTO di Hongkong yang cukup sukses, perjua- ngan kasus tanah, penggiatan pertanian berkelanjutan yang berbasiskan petani kecil, pembangunan koperasi-kop- erasi tani, revisi Undang-Undang yang tidak berpihak kepada petani, hingga penggalangan Petisi Kedaulatan Pangan Rakyat Indo- nesia. Selamat ulang tahun yang ke-13 untuk SPI. Jalan perjuangan masih panjang untuk mewujudkan reforma agraria yang sejati di bumi Indonesia. Hidup petani!!! Hidup SPI!!!

Upload: serikat-petani-indonesia

Post on 06-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 1/16

[email protected] www.spi.or.id Edisi 89, Juli 2011

M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

13 Tahun Serikat Petani IndonesiaTerus Berjuang Menegakkan Kedaulatan PanganUntuk Atasi Krisis Pangan di Indonesia

Apa Kata Mereka

Tentang 13 Tahun SPI?

Pancasila dan

Kesejahteraan Rakyat 

Tani

Pemerintah Batal Sewa

Lahan Petani Melalui

BUMN ZubaedahMajelis Nasional Petani SPI

 Selamat Ulang Tahun yang ke-13

Untuk SPI, Semoga Tetap KonsistenBerjuang demi mewujudkan

reforma agraria sejati 

4 5 6

INDEKS BERITA

JAKARTA. 13 Tahun lalu, 8 Juli 1998, Serikat Petani Indonesia (SPI) dideklarasikan di Desa Lobu Rappa, Kabupaten Asahan, Suma-tera Utara dengan nama Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI). Harapan para deklarator pada saat itu adalah SPI mampu menjadiorganisasi massa yang berada di garda terdepan dalam memperjuangkan kepentingan petani kecil. Perjalanan organisasi ini puncukup berwarna, mulai dari perubahan bentuk dari federatif ke unitaris, mobilisasi massa menolak WTO di Hongkong yang cukupsukses, perjua- ngan kasus tanah, penggiatan pertanian berkelanjutan yang berbasiskan petani kecil, pembangunan koperasi-kop-erasi tani, revisi Undang-Undang yang tidak berpihak kepada petani, hingga penggalangan Petisi Kedaulatan Pangan Rakyat Indo-

nesia. Selamat ulang tahun yang ke-13 untuk SPI. Jalan perjuangan masih panjang untuk mewujudkan reforma agraria yang sejatidi bumi Indonesia. Hidup petani!!! Hidup SPI!!!

Page 2: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 2/16

Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arifn Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zen Redaktur Pelaksana & Sekre-

taris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Ya’kub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan, Wilda

Tarigan, Syahroni Reporter: Yoseph Pencawan, Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Tri Es Ningrum,Megawa, Andriana Keuangan: Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi:

Jl. Mampang Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

D A P U R T A N I

 -Henry Saragih -Tulisan ini juga terbit di Harian Sore Sinar Harapan, Edisi 17 Juni 2011

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 20112

Gunung Es Ketergantungan Sapi di Indonesia

Sengketa ekspor sapi Indonesia dan Australia hanyalah secuplik puncak dari gunung es permasalahan pangan yang lebihbesar di negeri ini. Dalam perspektif Serikat Petani Indonesia (SPI), sengketa yang terjadi saat ini perlu dipandang dalam kon-teks Kedaulatan Pangan—konsep yang dipromosikan oleh gerakan petani internasional La Via Campesina sejak tahun 1996.Pangan merupakan salah satu hak dasar manusia dimana setiap orang memiliki “hak” untuk menentukan pangan dan sistem

pertanian, peternakan dan perikanan mereka sendiri, dan bukan menyerahkan pangan sebagai obyek kekuatan pasar interna-sional. Hingga hari ini impor daging kita mencapai 35 persen atau sekitar 135 ribu ton untuk konsumsi nasional setiap tahun-nya. Kondisi ini menyebabkan Indonesia sangat bergantung pada pasar intenasional. Bahkan jika melihat tren impor, tidak ada tanda-tanda penurunan impor dalam beberapa tahun terakhir. Anehnya lagi, pemerintah telah menargetkan swasembadadaging tahun 2014—yang tentunya menimbulkan tanda tanya besar. Akibatnya banyak peternak lokal mengalami kerugiankarena tidak mampu bersaing. Hal ini menyebabkan sektor peternakan, terutama sapi potong, menjadi tidak atraktif.

Lebih lanjut, pemerintah Indonesia tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya—terutama sejak era perdagangan bebas tahun1995. Pemerintah terus mendorong impor untuk memenuhi kebutuhan, bukannya secara bertahap mengembangkan industripeternakan dalam negeri. Banyak hal jadi terabaikan, mulai dari penurunan produksi ternak nasional sebagai konsekuensidari rendahnya kapasitas produksi nasional, hingga akhirnya produksi ternak nasional tidak mampu mencukupi peningkatankonsumsi daging dalam negeri. Perbaikan infrastruktur industri ternak bagi banyak rumah pemotongan hewan menjadi bu-ruk, sehingga dianggap tidak memenuhi standar internasional (yang umumnya ditetapkan negara-negara maju). Tentu sajapemerintah Indonesia dapat dengan mudah mengabaikan pernyataan dari Australia. Sikap pemerintah Indonesia sejauh inihanya menyatakan bahwa larangan impor daging itu tidak berbahaya bagi pasokan karena kita bisa dengan mudah mendapat 

gantinya dari negara lain. Jika pemerintah terus mempertahankan sikap seperti ini, maka 35 persen ketergantungan konsumsidaging dari pasar internasional itu akan sangat sulit untuk diubah—apalagi mencapai swasembada daging tahun 2014. Pe-merintah Indonesia saat ini tengah mencari dari negara-negara lain seperti Brazil, Argentina dan Kolumbia untuk memenuhikebutuhan daging dalam negeri.

Di sisi lain, persediaan daging dalam negeri hanya dapat bertahan hingga Idul Fitri atau akhir Agustus mendatang. Ini arti-nya pelarangan daging dari Australia dapat memicu lonjakan harga daging saat permintaannya paling tinggi dalam setahun.Idul Fitri, yang didahului bulan Ramadan adalah periode dimana pemintaan daging melonjak pesat, dan umumnya diiringidengan lonjakan harga yang tinggi.

Mudah bagi Australia dan negara lainnya untuk mengeksploitasi posisi pemerintah Indonesia yang lemah ini, karena me-reka tahu betapa kita membutuhkan pasokan daging mereka. Pernyataan pemerintah Australia adalah salah satu cara untuk mendorong Indonesia memenuhi hambatan tekhnis perdagangan. Isu hambatan teknis ini hanyalah salah satu dari sekianbanyak hambatan yang bisa digunakan dalam perdagangan global – yang umumnya digunakan oleh negara-negara maju untuk mendapatkan keuntungan dari negara miskin dan berkembang. Kombinasi hambatan dagang ini bisa menjadi lebih buruk jikakita berada pada posisi yang lemah—contohnya seperti posisi Indonesia dalam perundingan Organisasi Perdagangan Dunia

(WTO) dan bentuk-bentuk perjanjian perdagangan bebas (FTA) lainnya. Situasi ini bisa menjadi semakin buruk bagi Indonesia,dimana demi menjamin kebutuhan pasar domestik kita dapat kehilangan sapi-sapi betina yang unggul untuk perkembangbia-kan. Atas nama konsumsi dan pengendalian harga, mereka harus dipotong. Sementara untuk masa depan produksi, sapi-sapibetina yang produktif ini seharusnya diperbanyak. Berkaca dari ketergantungan impor, posisi Indonesia yang lemah di pasarinternasional dan tidak adanya perbaikan produksi dalam negeri, rencana swasembada daging pada tahun 2014 hanya akanmenjadi pepesan kosong belaka.

Pada Deklarasi Kedaulatan Pangan yang dihadiri 500 perwakilan dari berbagai organisasi di dunia di Nyeleni, Mali ta-hun 2007 silam, kembali ditekankan pentingnya kedaulatan pangan. Aspek utama kedaulatan pangan yaitu memprioritaskanekonomi serta pasar lokal dan nasional, pemberdayaan keluarga-keluarga petani kecil, nelayan dan peternak serta produksidistribusi dan konsumsi pangan yang berdasarkan pada keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi.

Di tengah situasi ini, kita perlu untuk secara bertahap mengurangi impor sekaligus membangkitkan minat keluarga pe-ternak lokal serta industri kecil dan menengah untuk terus berproduksi. Impor hendaknya dimanfaatkan sebagai upaya un-tuk menstabilkan dan mengembangkan populasi ternak domestik—yang disertai dengan memberikan insentif harga, kredit,infrastruktur dan perlindungan pasar lokal. Para peternak lokal di Propinsi Jawa Timur pun menyatakan bahwa ini adalah

saatnya bagi pemerintah Indonesia untuk sungguh-sungguh membangun strategi ke arah swasembada daging. Kita harus me-manfaatkan peluang ini untuk segera merestrukturisasi strategi peternakan di Indonesia. Di sejumlah daerah kita melihat permintaan akan daging lokal telah mulai meningkat, dengan harga yang lebih bersaing.

Para peternak lokal menegaskan peluang bagus di tengah pelarangan ekspor daging dari Australia ini untuk meningkatkanproduktivitas dan kualitas ternak lokal. Larangan ini hendaknya menjadi tamparan keras bagi pemerintah untuk mulai mem-benahi pekerjaan rumahnya. Tujuannya adalah untuk pembenahan industri ternak nasional agar kembali hidup, berkembangdan menguntungkan.

Page 3: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 3/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89

JULI 20111 3 T A H U N S P I 3

Dirgahayu SPI ke-13, Terus Berjuang Menegakkan

Kedaulatan Pangan Untuk Atasi Krisis Pangan di Indonesia

JAKARTA. 8 Juli 2011 Serikat Petani Indonesia (SPI) meray-akan ulang tahunnya yangke-13. SPI dideklarasikan diDesa Lobu Roppa, KabupatenAsahan, Sumatera Utara, tepat 8 Juli 1998. Di usianya yang ke-13 ini, SPI terus berbenah un-tuk bisa terus konsisten dalammemperjuangkan kepentinganpetani kecil, menegakkan ke-daulatan pangan melalui per-tanian berkelanjutan dan anti

terhadap neoliberalisme danneokapitalisme untuk menca-pai reforma agraria yang sejati.

Berikut ini adalah petikanwawancara langsung denganHenry Saragih, Ketua UmumSerikat Petani Indonesia me-ngenai Ulang Tahun SPI yangke-13.

Redaksi: “Tema ulang tahunSPI tahun ini adalah terus me-negakkan kedaulatan panganuntuk atasi krisis pangan diIndonesia. Bisa tolong dijelas-kan?” Henry Saragih: “Pemilihantema ulang tahun SPI yangke-13 itu karena sejak berdiriSPI secara langsung berusahamemperjuangakan kedaulatan pangan untuk rakyat Indonesiadan kita melihat perjuanganitu sampai hari ini belumlahmencapai yang dicita-citakan  petani SPI maupun rakyat In-donesia. Bahkan keadaan hariini persoalan pangan justru se-makin serius dibandingkan ke-tika SPI berdiri tahun 98 yanglalu karena dampak kebijakanneoliberalisme, privatisasi, li-beralisasi dan deregulasi per-dagangan bebas di bidang pan- gan. Semakin hari persoalannyasemakin menggurita."Redaksi: “Jadi bisa dikatakanbahwa keadaan negara ini jauhlebih buruk dibandingkan ta-hun 1998?” Henry Saragih:  “Pada 1998keadaaan waktu itu tidak bisa dibilang sangat baik, tapi

sistem ekonomi dan politik hari

Pemotongan tumpeng dalam perayaan ulang tahun SPI ke-13, 8 Juli 2011, di kan-tor Dewan Pengurus Pusat SPI di Jakarta.

ini jauh lebih buruk dibanding-kan era 1998. Karena waktuitu setidaknya perdagangan  pangan masih dilindungi oleh  pemerintah. Sekarang ini pa-ngan benar-benar dijadikansebagai barang komoditas,karenanya gejolak harga pa-ngan saat ini jauh lebih parahdan lebih buruk dari rezimSoeharto. Sistem sekarang inilebih buruk dari yang dulu. Se-makin tua kemerdekaan Indo-nesia, target kemiskinan justrutidak berkurang. Kemiskinan juga identik dengan orang yangkekurangan pangan. 50 hingga70 persen masyarakat yangtinggal di pedesaan serta kaummenengah ke bawah penghasi-lannya dihabiskan membeli ba-han pangan.” 

“Logika berikutnya bahwa  prinsip perjuangan yang di-canangkan sejak 1998 tentang  perjuangan Pembaruan Agrar-ia Sejati, pembangunan perta-nian kerakyatan dan prinsip-  prinsip kedaulatan pangannyasemakin benar. Karena menu-rut kita, kita harus semakinteguh dalam pendirian kitadan semakin gigih dalam men-  jalankan kerja-kerja perjuan-

  gan. Semakin nyata neoliber-

alisme dan kapitalisme tidak bisa menghapuskan kelaparan.Rezim di bawah WTO, World Bank, IMF tidak bisa dijadikanandalan menghapuskan kela-  paran. FAO juga gagal den- gan konsep ketahanan pangan-nya. Pada tahun 1996 terdapat 825 juta jiwa masyarakat dunia yang kelaparan, saat ini justrusudah lebih 1 milyar. Target World Food Summit 1996 untuk menghapuskan kelaparan 50% pada tahun 2015 itu gagal. Mil-lenium Development Goals yangingin menghapuskan kemiski-nan juga tidak tercapai.” Redaksi: “Bagaimana keadaansaat ini?” Henry Saragih: “Kondisi rakyat semakin berat tapi semakinmembuka mata rakyat bahwakonsep-konsep yang sudah lamaditawarkan SPI bisa menjadi al-ternatif.” Redaksi: “Bagaimana kondisi perjuangan SPI di tahun-tahun pertama kelahirannya?” Henry Saragih: “Pada awal berdiri SPI memasuki massasetelah rezim Soeharto yangsentralistik, militeristik, danotoritarian. Pada saat iturakyat lebih banyak menuntut 

soal otonomi, demilitarisasi,

namun rakyat justru terjebak terhadap penyederhanaan per-soalan negeri ini yang hanyaberkutat kepada KKN (Korupsi,Kolusi dan Nepotisme), milite-risme, dan sentralisme. Rakyat menganggap semua bisa disele-saikan dengan demokrasi pa-dahal akhirnya terjebak padademokrasi liberal dan ekonomiliberal. Ketika itu kaum tani In-donesia belum cukup terdidik untuk memahami persoalan

Indonesia dan untuk berperandi dalam kekuatan politik danekonomi di Indonesia.” Redaksi: “Jadi bagaimana se-harusnya?” Henry Saragih: “Rakyat Indo-nesia harus makin sadar danmerapatkan barisan, menegak-kan kedaulatan pangan. Ini bisadicapai jika petani dan rakyat Indonesia memiliki kedaula-tan politik. Kedaulatan pangantidak bisa dicapai jika tidak memiliki kedaulatan politik.” 

Redaksi: “Bagaimana SPI un-tuk ke depannya?” Henry Saragih: "Arahan kedepan SPI akan terus mengge-rakkan rakyat untuk merebut kedaulatannya di bidang pan-  gan dengan memperjuangkan  penguasaan terhadap sumber-sumber agraria dan juga men-desak kepada negara agar di-lakukan perlindungan terhadap  perdagangan dalam negemembangun pertanian rakyat,membangun badan-badan usa-

ha ekonomi rakyat seperti ko-  perasi seperti industri-industri pedesaan yang mengolah hasil-hasil pertanian rakyat." Redaksi:” Apa Pencapaian SPI selama 13 tahun ini?” Henry Saragih: “Alhamdulil-lah, sudah bisa terbangun orga-nisasi tani yang kokoh dari ting-kat basis yang tersebar di 15  provinsi di Indonesia. Selanjut-nya perjuangan dari kampungini juga telah sampai diakui

...Bersambung ke halaman 15

Page 4: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 4/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 2011

1 3 T A H U N S P I4

 Apa Kata Mereka Tentang 13 Tahun SPI?

JAKARTA. 13 tahun merupak-an waktu yang tidak singkat bagi sebuah organisasi massauntuk bisa terus berkembangdan berkomitmen agar tidak melenceng rel perjuangannya.Dalam perjalanannya selama13 tahun, Serikat Petani Indo-nesia cukup banyak mengal-ami pasang surut organisasi.Berikut ini adalah beberapatanggapan yang berupa saran,masukan dan kesan terha-dap pencapaian SPI di usianyayang ke-13 tahun. Tanggapan-tanggapan ini didapat reda-ksi melalui komunikasi lang-sung, telepon, email, hinggajejaring sosial seperti facebook dan twitter .

“Pada saat pertama kalididirikan saya tidak pernahmenyangka SPI akan menjadisebesar ini. Selamat ulang ta-hun yang ke-13 untuk SPI. Tetapkonsisten untuk terus berjuangmenegakkan kedaulatan pa-

ngan untuk atasi krisis pangandi Indonesia,”  Henry Saragih –Ketua Umum SPI dan deklara-tor SPI.

“Semoga di ulang tahunnya yang ke-13 ini, tujuan mulia SPI untuk menegakkan kedaulatan  pangan demi tercapainya re-  forma agraria sejati dapat se-makin mendekati keberhasilan,” Mugi Ramanu – Ketua MajelisNasional Petani (MNP) SPI.

“Semoga SPI bisa menjadiwadah perjuangan petani In-

donesia untuk mencapai ke-sejahteraan dan kemakmuran petani,” Achmad Ya’kub – KetuaDepartemen Kajian StrategisNasional SPI.

“Sebagai organisasi massa,SPI haruslah selalu telaten,  fokus dan komitmen,” Syahroni– Ketua Departemen Pendidi-kan, Kesenian, Pemuda dan Bu-daya SPI.

“SPI punya potensi untuk bertransformasi menjadi lebihbesar jika lebih berani dan tidak terjebak romantisme masa lalu,” 

Muhammad Ikhwan – Ketua De-partemen Luar Negeri SPI.

“Petani miskin danmasyarakat desa sebagai pen-  gelola kekayaan Sumber Daya  Alam, utamanya penguasaantanah. Hidup SPI, Selamat ulang tahun ke-13 untuk SPI,” Sarwadi Sukiman – Ketua BPWSPI Jambi.

"Hidup petani, hidup petani.Selamat Ulang Tahun SPI yangke 13, mari terus rapatkanbarisan untuk memperjuang-kan cita-cita kaum tani. Hidup  petani, hidup SPI." RamadhanSakti Siregar - Sekretaris

Wilayah SPI Sumatera Utara."Di usia yang ke-13 ini, SPI 

memang masih muda tapi bu-kan berarti SPI tidak bisa mela-wan dan menghadapi masalah2 petani. Untuk itu SPI ke depan-nya harus bisa semakin berjuangdengan anggota melawan danmengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh petani. Dir-

 gahayu SPi. Jaya di desa, jaya dikota, jaya di Indonesia." Wahyu-din - Ketua BPW SPI Lampung.

“Jika diibaratkan sebagaiangkatan laut, SPI harus memi-liki tiga buah kapal jika inginunggul dalam peperangan,  yakni kapal latih (melatih ka-der-kader petani), kapal perang(untuk berjuang), dan kapal da- gang (untuk ekonomi),” WahyuAgung Perdana – Staf Departe-men Penguatan Organisasi SPI.

“Pertama gabung di SPI saya disuruh packing sayuran

organik di Pusdiklat SPI. Diulang tahunnya yang ke-13 se-moga SPI lebih bekerja kerasmengorganisir petani-petanikecil,”  Susan Lusiana – KetuaPusdiklat Nasional SPI.

“Dirgahayu SPI. Hidup SPI.Hidup petani Indonesia. Per- juangan kita sangat tegas refor-ma agraria tidak bisa ditawar-tawar lagi,“ Tauik Umar DhaniHarahap - Pengacara rakyat 

“Selamat ulang tahun SPI.Kalau politik tak tentu arah,mari satukan langkah. Tujuhkomando, satu arah, dimung-kinkan berbeda mimpi, tapi satu

tindakan: melawan penindasan.Merdeka Petaniku, MerdekaRakyatku, Merdeka Indone-siaku,” Ahmad Tauik Damanik – Dosen FISIP Universitas Su-matera Utara.

“Saya lihat SPI semakinberkembang,” Isabelle Delforge– La Via Campesina

“Selamat ulang tahun ke 13

SPI. Jadikan petani Indonesiatuan rumah di negerinya sen-diri. Hidup SPI. Hidup petani,” Ratih Kusuma- La Via Campe-sina.

“Kehadiran SPI harus lebihdominan, lebih mengemuka,” Tejo Pramono – La Via Campe-sina.

“Selamat Hari Jadi! Terusbergerak. Maju, lawan! VivaCampesina,”  Zayani Shallaita –Freelancer .

“Met ultah ya, semoga tetapmenjadi tonggak perjuangan

  petani indonesia,” RachmadRangkuty

“Viva agraria,”  IrwanPiliang – Petani

“SPI sebagai wadah ber-kumpulnya petani Indonesiaselama 13 tahun saya pikir su-dah menuju ke arah sebuah or- ganisasi yang mapan dan cukupbagus dalam memberdayakananggota akan tetapi yang perludipikirkan adalah regenerasi,” Irfan Nasution – PNS.

“Mantap, met ultah,” WayanGendo Suardana – Aktivis Bali.

“Bakar semangat, gelora-kan perjuangan, seberapapunberat, SPI harus raih kemena-ngan,” Heri Purwanto – Maha-siswa Pasca Sarjana Universi-tas Indonesia.

“Dirgahayu Serikat PetaniIndonesia, Tani Maju”  YuyunHarmono – Koalisi Anti Utang.

“Harapan kami SPI menjadiorganisasi rakyat yang kuat dan memposisikan ruangnya di  parlemen sebagai perjuangan

  petani yang sejati,” Mukhtar-uddin Ritonga – Penggiat LSMdari Aceh.

“Selamat Ulang Tahun Ser-ikat Petani Indonesia,”  MuhiAsbin Sagala – Pekerja IT.

“Kami berharap SPI segeramenjadi partai,” Chris Dio.

“Semoga SPI lebih gigihdalam melakukan investigasikasus-kasus yang merugikan petani kecil,” Mustafa Silalahi –Jurnalis.

“Happy Birthday SPI. Hidup

Petani Indonesia. Selamat milad   yang ke-13,” Eddy Suhartono –Antropolog.

“Dirgahayu Serikat PetaniIndonesia, Hasta Siempre Co-mandante Henry Saragih,”  Gu-nawan – IHCS.

“Selamat Ulang TahunSerikat Petani Indonesia yangKe-13 tahun (8 Juli 1998 – 8 Juli 2011). Hidup Petani. HidupRakyat. Hidup SPI,”  Nurliana –SINTESA.#

Page 5: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 5/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89

JULI 2011P E M B A R U A N A G R A R I A 5

JAKARTA. Beberapa puluh ta-hun lalu, tepatnya 1 Juni 1945,pidato Ir Soekarno di hadapansidang BPUPKI (Badan Pe-nyelidik Usaha Persiapan Ke-merdekaan Indonesia) menja-di tonggak bersejarah lahirnyadasar negara kita.

Perkembangannya kemu-dian, dalam pembukaan UUD1945, dasar-dasar ilosoistersebut dicantumkan dengantegas. Dasar ilosois ini dijadi-kan sandaran utama berge-raknya negara yang terwujuddalam praktik penyelenggaranegara dan kebijakan-kebi-jakan yang dikeluarkan.

Kemudian apa hubungan-nya Pancasila dengan pelak-sanaan pembaruan agraria diIndonesia? Landasan hukumdilaksanakannya pembaruanagraria di Indonesia adalahUUPA 1960.

Sebagai kebijakan dasardalam pembangunan Indone-sia, UUPA 1960 dalam jiwanya

mempunyai landasan ilosoissesuai Pancasila. Yang kemu-dian juga mempunyai lan-dasan konstitusional, yakniUUD 1945, yang secara terangdicantumkan dalam Pasal 33Ayat (3) (naskah asli).

Suasana kebatinan Pasal33 UUD 1945 amat terangmengalir dalam UUPA 1960.Penjelasan UUD 1945 (naskahasli) menegaskan, dalam Pasal33 tercantum “dasar demokra-si ekonomi” di mana produksi

dikerjakan oleh semua untuk semua, di bawah pimpinanatau penilikan anggota-anggotamasyarakat, dan kemakmuranmasyarakatlah yang diutama-kan, bukan kemakmuran orangper orang.

Oleh sebab itu, perekono-mian disusun sebagai usahabersama berdasarkan asaskekeluargaan. Bangun peru-sahaan yang sesuai dengan ituialah koperasi. Perekonomianberdasarkan atas demokrasi,

kemakmuran bagi segala orang.

Pancasila dan Kesejahteraan Rakyat Tani

Hal ini sesuai dengan Pasal 12Ayat (1) UUPA 1960 yang ber-bunyi, ?

Segala usaha bersama da-lam lapangan agraria didasar-kan atas kepentingan bersamadalam rangka kepentingan na-sional, dalam bentuk koperasiatau bentuk-bentuk gotongroyong lainnya

Simak juga, dalam Pasal 13Ayat (2) secara tegas disebut-kan, pemerintah wajib mence-gah organisasi dan usaha-usaha

perseorangan dalam lapanganagraria yang bersifat monopoliswasta. Ini menunjukkan, dasardemokrasi ekonomi Indone-sia sejatinya amat menentangsistem perekonomian yangbersendikan ilsafat neoliberalyang mewujud dalam bentuk privatisasi, liberalisasi, danmengurangi peran negara.

Untuk itulah dalam prinsipdemokrasi ekonomi, bumi, air,ruang angkasa, dan kekayaanalam yang terkandung di da-

lamnya, sebagai kekayaan na-

sional, digunakan untuk sebe-sar-besar kemakmuran rakyat.

Dalam penjelasan UUPA1960 disebutkan, Pasal 11 Ayat (1) dimaksudkan untuk mence-gah terjadinya penguasaanatas kehidupan dan pekerjaanorang lain yang melampaui ba-tas dalam bidang-bidang usahaagraria, yang bertentangandengan asas keadilan sosialyang berperikemanusiaan.

Yang kemudian diperkuat dalam Pasal 11 Ayat (2) ..harus

memperhatikan perbedaan da-lam masyarakat dan keperluangolongan rakyat, tetapi denganmenjamin perlindungan ter-hadap kepentingan golonganekonomi lemah…”

Kenyatan Hari Ini

Dengan semangat liberal-isasi, pemerintah Indonesiabahu-membahu membuat ber-bagai perangkat kebijakan/peraturan dengan dalih men-

gundang investor demi pem-

bangunan nasional. Simak sajasejak ditetapkanya Undang-Un-dang No 7/2004, penguasaanair oleh perusahaan transna-sional semakin kuat.

Dalam undang-undang,beberapa pasal memberikanpeluang privatisasi sektor pe-nyediaan air minum, dan pe-nguasaan sumber-sumber air(air tanah, air permukaan, dansebagian badan sungai) olehbadan usaha dan individu.

Sebut saja Aqua Danonemerupakan salah satu peru-sahaan MNC dari Prancis yangmenguasai 80 persen pen-jualan air minum dalam ke-masan di Indonesia (AMDK),dan Ades yang sahamnya 100persen dimiliki Coca Cola.

Melalui privatisasi ini, jaminan pelayanan hak dasarbagi rakyat banyak tersebut ditentukan oleh swasta denganmekanisme pasar siapa inginmembeli/siapa ingin menjual

Untuk itu pada tahun 2004

Serikat Petani Indonesia, Kru-HA, Walhi, dan kalangan or-mas lainnya mengajukan UUNomor 7 Tahun 2004 tentangSDA tersebut dibawa ke Mah-kamah Konstitusi untuk dikajiulang. Sayangnya, saat itu MKbelum memenangkan tuntutanmasyarakat.

Contoh kedua adalahUndang-Undang Nomor 25Tahun 2007 tentang Penana-man Modal. Dalam kebijakantersebut tidak lagi ada batasan,

perlakuan sama antara modalnasional maupun modal a-sing. Akibatnya, saat ini kend-ali ekonomi nasional di bidangagraria (tanah, air, udara, ba-rang tambang, laut dan hutan)oleh asing semakin massif.

Semisal, industri migas69,9 persen, industri kelapasawit 50 persen yang luasnyajutaan hektare, perusahaanagroindustri 90 persen sahammereka dikuasai asing. Dalam

...Bersambung ke halaman 11

Page 6: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 6/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 2011

P E M B A R U A N A G R A R I A6

JAKARTA. Langkah pemerintahmenyewa lahan petani untuk ditanami padi melalui konsor-sium Badan Usaha Milik Negara(BUMN) akhirnya diurungkan.Mustafa Abubakar, MenteriBUMN menyampaikan bahwapetani lebih menyukai skemabagi hasil, alias bayar panen.Skema itu dianggap lebih adil,juga lebih sederhana. Dalamskema itu, petani yang memi-

lih bayar panen akan menda-pat seluruh kebutuhan saprodi(sarana produksi) dalam ben-tuk natura dan mengembali-kannya dalam bentuk hasilpanen.

“Kita tidak jadi menerap-kan sewa lahan karena terlalurumit,” ujar Mustafa di Jakarta(15/06).

Henry Saragih, KetuaUmum Serikat Petani Indo-nesia (SPI) menyampaikanbahwa apabila sewa lahan oleh

BUMN ini diterapkan maka iniadalah langkah keliru setelahpemerintah sebelumnya jugamengeluarkan kebijakan pan-gan yang meliberalisasikanperdagangan Indonesia me-lalui perjanjian perdaganganbebas, pengembangan   food es-tate di merauke, dan perluasanperkebunan kelapa sawit yangsangat berlebihan.

Menurut Henry, yang harusdilakukan pemerintah dalammeningkatkan produksi beras

nasional adalah melakukanpencetakan sawah-sawah baruyang dikelola dan dimiliki olehpetani di lahan-lahan terlantarmilik negara. Ada sekitar 9,2juta hektar lahan terlantar diIndonesia yang belum tergarapdan jika itu dibagikan kepadapetani kecil (gurem), makapersolaan produksi pangan na-sional akan selesai.

“Hampir saja pemerintahkembali menerapkan kebijakanngawur yang akan semakinmerugikan petani kita, untung

JAKARTA. Mahkamah Konstitu-si (MK) mengabulkan sebagianpermohonan uji materi Un-dang-Undang (UU) No.27/2007yang diajukan oleh Koalisi To-lak Hak Pengusahaan PerairanPesisir sehingga Hak Pengu-sahaan Perairan Pesisir (HP3)dinyatakan inkonstitusional.

“Menyatakan mengabulkanpermohonan para pemohonuntuk sebagian,” ungkap Ketua

Majelis Hakim Konstitusi, Moh.Mahfud MD dalam sidang putu-san uji materi UU No.27/2007yang digelar di Gedung MK, Ja-karta, (16/05).

Menurut MahkamahKonstitusi (MK), pemberianHP3 oleh pemerintah kepadapihak swasta adalah bertentan-gan dengan UUD 1945 khusus-nya Pasal 33 ayat (4) UUD 1945yang menyatakan “perekono-mian nasional diselenggara-kan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsp keber-samaan, eisiensi berkeadilan,berkelanjutan, berwawasanlingkungan, kemandirian, sertadengan menjaga keseimban-gan kemajuan dan kesatuanekonomi nasional.”

MK menyatakan, pembe-rian HP3 melanggar prinsipdemokrasi ekonomi karenaakan mengakibatkan wilayahperairan pesisir dan pulau-pu-lau kecil menjadi wilayah HP3yang dikuasai oleh pemilik 

modal besar.Sebaliknya bagi masyarakat nelayan tradisional yang se-bagian besar berdiam diwilayah pesisir dan pulau-pu-lau kecil dan menggantungkanhidup dan kehidupannya padasumber daya pesisir akan ter-singkir.

“Dalam kondisi yang de-mikian, negara telah lalai me-nyelenggarakan tanggungjawabnya untuk melaksanakanperekonomian nasional yangmemberikan perlindungan dan

Pemerintah Batal SewaLahan Petani Melalui BUMN

Mahkamah Konstitusi Sebut 

HP3 Inskontitusional, Judicial 

Review Dikabulkan

kebijakan ini segera dikritisioleh SPI” ungkap Henry yangjuga Koordinator Umum LaVia Campesina (GerakanPetani Internasional).

Sebelumnya dalamprogram sewa lahan terse-but, sejumlah BUMN akanmenggarap lahan seluas 570ribu hektare (ha). Upaya itudiharapkan dapat meng-hasilkan 3,750 juta ton be-

ras dengan asumsi tingkat produksi 6,5 juta ton gabahkering giling per ha. Se-jumlah BUMN yang terlibat antara lain PT Pertani, PTSang Hyang Seri, PT Pupuk Sriwidjaja, Perum Jasa TirtaI dan II, Perum Perhutani,PT Inhutani, PT Berdikari,dan Perum Bulog. Adapunskema kemitraan yang se-mula ditawarkan BUMN ke-pada petani adalah bantuannatura, bayar panen, atau

sewa lahan.Lebih jauh Henry me-nambahkan bahwa untuk mencapai target produksipadi, pemerintah seharus-nya segera membagikantanah kepada petani guremmelalui Program PembaruanAgraria Nasinonal (PPAN)yang pernah dijanjikan olehSBY dan sampai hari iniprogram tersebut belum di-jalankan.

“Lumbung pangan na-

sional (sentra padi) adalahlumbung pangan rakyat taniyang dikelola dan dimilikioleh petani, bukan diserah-kan kepada perusahaan,”tambahnya.#

keadilan rakyat,” katanya.Budi Laksana dari Serikat 

Nelayan Indonesia (SNI) me-negaskan bahwa jika saja ujimateri Undang-Undang (UU)No.27/2007 ditolak oleh MKmaka akan semakin meming-girkan nelayan kecil. Budimenjelaskan bahwa UU ini me-mungkinkan pengeksploitasianpemanfaatan sumberdaya pesi-sir dan pulau-pulau kecil yang

mencakup atas permukaan laut dan kolom air sampai dengandasar laut oleh sektor swastabahkan oleh pihak asing untuk waktu 60 tahun akumulatif.

Henry Saragih, KetuaUmum Serikat Petani Indone-sia (SPI) menyatakan bahwadengan dikabulkannya ujimateri Undang-Undang (UU)No.27/2007 berarti telah me-nyelamatkan nasib nelayan-nelayan kecil di Indonesia.

Henry juga mengungkap-

kan bahwa putusan MK inimenguatkan pengakuan atasmasyarakat hukum adat se-suai Pasal 18B UUD 1945 yangmengakui dan menghormatikesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya. Hal ini dapat mendorong pengakuan ter-hadap kelompok masyarakat rentan lainnya seperti petani,nelayan, buruh, yang selamaini belum terakomodir dalamUU 39/1999 tentang Hak Asasi

Manusia.“Masih banyak Undang-Un-dang (UU) lain yang meru-gikan masyarakat kita. Olehkarena itu marilah kita jadikanmomentum ini sebagai mo-mentum untuk memperkuat gerakan rakyat baik itu pet-ani, nelayan, dan semua ele-men masyarakat lainnya untuk tetap melakukan perlawananterhadap kaum neoliberalismedan kapitalisme internasionaldari pelosok hingga dunia,” te-gas Henry.#

TOLAKFOOD

ESTATE

!!!

Page 7: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 7/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89

JULI 2011 7 

Peneliti Sri Lanka Temukan Zat Mematikanpada Agrokimia Impor

bersambung ke hal 10 

SRI LANKA. Sebuah studi se-lama lebih dari enam bulanoleh sekelompok ilmuwan dariUniversitas Kelaniya dan Raja-rata menemukan bukti bahwaterdapat kadar arsenik mema-tikan dalam bahan agrokimiayang digunakan oleh petanidi Sri Lanka. Sekelompok il-muwan yang terdiri dari paraahli kimia, farmasi, ahli botani,dokter dan spesialis forensik mengatakan keracunan arsenik sangat mungkin terkait dengan

penyakit ginjal misteri yangdikenal sebagai 'CKDu' yang te-lah menewaskan 20.000 petanidi Anuradhapura dan Polon-naruwa dalam 20 tahun tera-khir.

"Kami 100 persen yakinterdapat sangat banyak kan-dungan arsenik mematikanpada bahan-bahan agrokimia(seperti pupuk dan pestisidakimia) yang diimpor ke Sri Lan-ka. Kami harus melanjutkanpenelitian kami sedikit lebih

untuk menunjukkan bahwa iniadalah terkait dengan penyakit CKDu di Rajarata." Kata kepalatim peneliti Prof. Nalin De Silva.

Di lain pihak, perusahaanagrokimia yang bersangkutanmalah belum merasa bertang-gung jawab. Perusahaan agri-bisnis justru sangat kecewa danmenerbitkan sebuah iklan den-gan halaman penuh bersamadengan 20 perusahaan agribis-nis lainnya. Iklan tersebut tentusaja menyanggah temuan parapeneliti tersebut dan berkilah

bahwa "kebenaran ilmiah yangmelindungi pertanianlah yangakan menang".

Sanggahan pihak perusa-haan tersebut senada denganyang diungkapkan MenteriPertanian Sri Lanka. Dia men-geluarkan pernyataan bahwatidak ada arsenik dalam berasyang dihasilkan para petani.

"28 varietas agrokimia diu-ji dan hanya dua varietas yang

mengandung arsenik," ungkap-nya.

Penyakit dan kematianribuan petani Rajarata olehpenyakit ginjal misterius telahmembingungkan para dokterselama bertahun-tahun. Ilmu-wan lokal menemukan bahwapenyakit ini berhubungan den-gan bahan kimia pertanianyang digunakan oleh petani.Hal ini terkait dengan racun ar-

senik. Para petani sebenarnyatelah menaruh kecurigaan un-tuk waktu yang cukup lamadan sekarang tampaknya harusdibuktikan dengan bukti yangmeyakinkan.

Para ilmuwan menelitidelapan jenis agrokimia. Me-reka mengatakan air keras diwilayah tersebut mengubaharsenik dalam agrokimia kearsenat Kalsium (Ca3 (AsO4)2, yang merupakan kimia yangsangat beracun. Hal ini larut 

dalam air dan karena kadarkekerasan air di Rajarata, zat ini menjadi lebih berbahaya.

Para ilmuwan telah men-gundang pihak perusahaanagrokimia untuk melihat pe-nelitian yang mereka lakukan.Tiga dari mereka datang dantidak menantang penelitianmereka. Dalam pengujian ter-bukti bahwa produk tersebut 100 sampai 3.000 mikrogramper kg, kuantitas ini cukup me-matikan dan dapat membunuh

manusia. Mengimpor agro-kimia yang mengandung arse-nik adalah tindakan melawanhukum Sri Lanka.

Para ahli mengatakan ge-jala keracunan arsenik mem-butuhkan waktu untuk munculdan terdereksi. Jadi biasanyapasien terlambat untuk pen-gobatan. Keracunan arsenikdapat menyebabkan seranganjantung, diabetes, melemah-nya kekebalan tubuh, dan se-

Page 8: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 8/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 2011

C A M P E S I N O S8 

Pertanian G20: Tolak Perampasan Pangan

Oleh Negara-Negara Kaya di Dunia!

JAKARTA. Pertanian dan pa-ngan akan menjadi menu uta-ma dalam pertemuan menteri-menteri pertanian G20 yangdiadakan di Paris pada 22 dan23 Juni, sebagai langkah awalpersiapan Konferensi G20 diCannes, Perancis bulan No-vember nanti. Gerakan petaniinternasional La Via Campe-sina mengutuk usaha yangterus menerus dilakukan olehpemerintah negara-negarakaya di dunia untuk merampasdan mengontrol kebijakan pan-gan yang tidak hanya berdam-pak pada petani, tapi juga se-tiap manusia di muka bumi ini.

Henry Saragih, KoordinatorUmum La Via Campesina me-nyampaikan bahwa G20 tidak punya otoritas untuk mendiktekebijakannya ke seluruh dunia.G20 bukan hanya tidak sah,tetapi juga tidak kompeten.Sejak pembentukannya padatahun 1999 dimaksudkan un-tuk membangun tatanan dunia

ekonomi baru, dengan men-gendalikan spekulasi dan be-bas pajak, membongkar tran-saksi keuangan bank-bank danpajak yang “terlalu besar”, ada-lah salah satu rencananya.

"Tapi upaya ini gagal ka-rena para pemimpin negaraG20 terus mempromosikan ke-bijakan neoliberal yang samayang telah menciptakan krisispangan dan keuangan saat ini,"ungkap Henry.

Sekarang dengan

kepemimpinan Perancis da-lam G20, ketidakstabilan hargapangan sebagaimana juga pem-bangunan pedesaan ditempat-kan dalam agenda utama.

Harga pangan yang me-muncak lagi, mencapai levelyang sama seperti tahun 2008ketika harga yang melambungtinggi membuat jumlah orangyang kelaparan di dunia inimelebihi angka satu miliar,khususnya mereka yang ting-gal di daerah pedesaan.

Ketidakstabilan harga pa-

ngan adalah konsekuensi daribeberapa faktor termasuk liberalisasi perdagangan, de-regulasi pasar, spekulasi danpromosi produk agrofuel . Kebi-jakan pangan yang berorienta-si ekspor dan ketergantunganpada pasar luar membuat har-ga menjadi tidak stabil. Ketikahasil produksi utama dijual kepasar dan tidak ada stok terse-dia baik di tingkat masyarakat atau pedesaan, maka ketidak-stabilan harga dapat memi-liki dampak yang mematikan.Petani kehilangan posisi tawaruntuk menentukan harga, keti-ka eksportir, broker besar danpengecer yang mengendalikanpasar dan mendapatkan keun-tungan dari luktuasi.

Selain itu, tidak seperti

agroekologi, pertanian berba-sis industri sangat tergantungpada bahan bakar fosil untuk produksi pestisida dan trans-portasi. Hal ini juga mening-katkan ketidakstabilan di pasardunia. Biaya produksi jugameningkat karena harga bahanbakar yang tinggi. Harga yangdibayarkan kepada produsenseringkali berada di bawah bia-ya produksi, dan jauh di bawahharga yang dibayarkan olehkonsumen. Selisih antara harga

produsen dan harga konsumen

dikantongi oleh perantara, ja-ringan supermarket dan peda-gang besar.

Akuisisi besar-besaran lah-an pertanian oleh perusahaan-perusahaan transnasional yangtelah terjadi selama beberapatahun terakhir mengakibatkanpenggusuran terhadap pet-ani dan mengurangi kapasitasmasyarakat di negara-negaraAfrika, Asia dan Amerika La-tin untuk memberi makan dirimereka sendiri.

Dalam hal itu, inisiatif Bank Dunia untuk membuat peram-pasan lahan meraih lebih dite-rima secara sosial adalah solu-si yang tidak dapat diterima.Prinsip-prinsip untuk InvestasiPertanian yang BertanggungJawab dibentuk untuk melegi-

timasi perampasan tanah daripara petani kecil. Ini membuat investor asing dan domestik memiliki lahan yang luas dibawah kendali mereka.

Seharusnya makanan adadalam setiap piring manusiadi muka bumi ini, tidak hanyadalam piring mereka yangkaya. Oleh karena itu, kepu-tusan yang berkaitan denganpangan dan pertanian seharus-nya tidaklah dibahas oleh G20,apalagi G8, tetapi pada tingkat 

lebih global, oleh semua negara

di dunia. G20 sedang memper-timbangkan untuk membuat sebuah “Pertemuan TahunanKetahanan Pangan” guna meli-batkan masyarakat sipil.

Henry juga menyampaikanbahwa La Via Campesina meli-hat inisiatif ini sebagai langkahmundur dan menegaskan kem-bali bahwa Komite KetahananPangan Dunia PBB yang telahdireformasi harus dihormati se-bagai pusat di mana kebijakanpangan global dinegosiasikan

dengan partisipasi masyarakat sipil, dan diputuskan di antarasemua negara-negara.

"Bersama La Confédérationde Paysanne, anggota La ViaCampesina di Perancis, kamimenegaskan kembali bahwasolusi untuk krisis saat ini ter-letak pada kebijakan nasional,regional dan internasionalyang mengatur pasar untuk menjamin harga yang adil bagikonsumen maupun bagi petanikecil, khususnya perempuan

dan pemuda," tuturnya.Oleh karena menurut Hen-

ry, kebijakan berbasis kedaula-tan pangan harus mencakupbeberapa hal seperti:

Pembelaan dan dukunganberbasiskan petani, pertanianberkelanjutan berskala kecildijual di tingkat lokal. Ini ter-masuk antara lain kebangkitanpangan lokal, perlindunganbenih petani, akses terhadaptanah dan air, dan akses pen-didikan. Misalnya, konversi la-

han pertanian untuk tujuan lainseperti perumahan, pariwisataatau industri seharusnya tidakdiperbolehkan. Ketika parapetani memiliki kontrol lebihbaik atas pengolahan dan pe-masaran produk mereka, me-reka jadi tidak rentan terhadapketidakstabilan pasar.

Pembentukan (kembali)cadangan makanan isik yangberagam (dari tingkat lokalsampai tingkat nasional) un-

Tanah untuk rakyat, bukan untuk para pemodal asing. Tolak perampasan tanah di

seluruh dunia.

...Bersambung ke halaman 15

Page 9: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 9/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89

JULI 2011C A M P E S I N O S 9

 Ancaman Perampasan Tanah di Tengah Pertemuan

Menteri Pertanian G20

JAKARTA. Pertemuan paramenteri pertanian negara G20tengah berlangsung dari tang-gal 22-23 Juni 2011 di Paris,Perancis.

Sayangnya, G20 sesungguh-nya tidak memiliki otoritas danbukanlah forum yang memilikilegitimasi untuk “mendikte”kebijakan negara-negara didunia, apalagi kebijakan yangsangat krusial seperti pangandan pertanian. G20 hanyalahforum informal 20 “negara ter-

kaya” dunia, yang sejak tahun1999 mencoba mengatur per-ekonomian global—berusahamembangkitkan kembali ke-bijakan-kebijakan kapitalistik-neoliberal dari krisis ke krisis.

Henry Saragih, Koordina-tor Umum La Via Campesinamenyampaikan bahwa secaratotal G 20 mengklaim bahwamereka memiliki anggota darisemua benua, perwakilan daridua-pertiga penduduk duniadan sembilan puluh persen

Produk Nasional Bruto dunia(PNB). Di belakang G20 berdiriperusahaan-perusahaan trans-nasional: Bank-bank besar,spekulan pasar, hingga perusa-haan agribisnis raksasa.

Pertemuan ini rencanan-ya akan membahas tentangspekulasi dan ketidakstabilanharga pangan. Namun gagalmenyepakati mengenai aturanspekulasi dan subsidi biofuel .Bahkan ketika desakan untuk mengetatkan regulasi di G-20

semakin menguat, Bank Duniabekerjasama dengan JP.Morganmengeluarkan alat pendanaanbaru dikhususkan bagi negaraberkembang, instrumen untuk lindung nilai (komoditas per-tanian tersebut bernilai total400 Juta USD, masing-masingberasal dari Bank Dunia (200juta USD) dan JP.Morgan (200juta USD).

"Jelas ini solusi yang salah,alih-alih mengetatkan regu-lasi terhadap Bank-bank besar

yang selama ini menyebabkan

Seorang petani sedang menyiangi alang-alang di lahan perjuangannya di Lebak,Banten. La Via Campesina dan SPI berjuang untuk menghapuskan perampasantanah petani di seluruh dunia.

krisis harga pangan, Bank Dun-ia lewat salah satu lembagasayapnya yaitu International Fi-nance Corporation (IFC) justrubekerja sama dengan spekulanpangan seperti JP. Morgan un-tuk mentransfer pola spekulasi

yang sama ke negara berkem-bang," ungkap Henry.

Hal ini disebabkan kega-galan pemahaman dan kesala-han diagnosa negara-negaraterkaya dunia tentang masalahpangan dan pertanian ini telahberlangsung lama, yakni secarasederhana hanya menghubung-kan kurangnya stok pangandengan fenomoena krisis hargasaat ini.

Dengan demikian, solusiyang ditawarkan G20 akan

berkisar pada: (1) menggen-jot produksi; (2) transparansipasar internasional pangandan pertanian: (3) melanjut-kan perdagangan bebas pan-gan dan pertanian.

Solusi ini jelas berbasiskanbisnis karena stok pangan cu-kup (menurut data dari FAO,Pelapor Khusus PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) untuk hak atas pangan, serta gera-kan petani internasional LaVia Campesina). Selanjutnya

pertemuan tersebut akan gagal

menjawab masalah yang lebihbesar, yakni masalah kemiski-nan petani dan produsen dipedesaan, untuk siapa keun-tungan bisnis pangan dan per-tanian, serta respon cepat danmenyeluruh untuk krisis harga

pangan.Untuk menjawab masalah

pertama, harusnya pertemuanini menjawab masalah kurang-nya akses dan hak yang mema-dai atas tanah, minimnya aksesair dan kredit; buruknya mana-jemen pasar lokal; kurangnyainfrastruktur, dan kurangnyaposisi tawar petani terhadapkebijakan. Rakyat yang tinggaldi pedesaan adalah 80 persendari penderita kelaparan didunia. Sekitar 50 persen dari

mereka adalah petani kecil.Sebagai tambahan, untuk 

menggenjot produksi, G20telah mendukung terjadinyafenomena perampasan tanah(land grabbing) seperti yangterjadi di banyak negara didunia—melibatkan lebih dari45 juta hektar lahan. G20 ber-sama Bank Dunia juga mener-bitkan prinsip Responsible  Agricultural Investment  (RAI)yang mendukung pencaplokantanah di seluruh dunia. Jika hal

ini diimplementasikan, petani

di pedesaan jelas akan rugi dantanah akan semakin berpotensidikuasai oleh kaum pemodaldan produsen besar.

Masalah kedua yang men-desak adalah pengaturan ran-tai perdagangan dan pasar pan-gan dan pertanian. Jika produkpangan dan pertanian tetapdimasukkan ke dalam pasarkomoditas, transparansi pasardan informasi mengenai hal initidak akan cukup.

Perusahaan agribisnis rak-

sasa, dan bank yang melakukanspekulasi pangan dan perta-nian harus dapat dikendalikanserta akuntabel terhadap hak asasi manusia.

Untuk masalah ketiga, per-lu respon cepat dan koordinasiglobal untuk mengantisipasikrisis harga pangan, sepertipengembangan fasilitas pe-nyimpanan pangan regional(karena 30-40% pangan teru-tama buah dan sayuran hilangdisebabkan buruknya penyim-

panan).Perlu investasi untuk pe-

menuhan pelayanan publik seperti riset teknologi tepat guna untuk pangan dan perta-nian berkelanjutan, dukunganuntuk koperasi dan usaha ke-cil dan menengah di sektor ini,serta pembangunan infrastruk-tur pedesaan seperti irigasi danjalan.

Di atas semua ini, peme-rintahan negara-negara teru-tama Indonesia harus mema-

jukan kedaulatan pangan,dimana ada jaminan terhadaphak setiap bangsa dan rakyat untuk memproduksi pangansecara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian,peternakan, dan perikanantanpa adanya subordinasi darikekuatan pasar internasional.

"Kebijakan berdasarkankedaulatan pangan inilah yangakan mencegah “  food grabbing” (perampasan pangan)dari kaum pemodal," tambah

Henry.#

Page 10: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 10/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 2011

C A M P E S I N O S10 

Sambungan dari hal. 8, Pertanian..

Sambungan dari hal. 7, Penelit..

tuk menstabilkan harga danmengecilkan risiko ketikaterjadi kasus bencana alamdan keadaan darurat.

Langkah-langkah yangkuat untuk melarang speku-lasi pada produk pangan,seperti larangan pada pasarberjangka spekulatif. Alih-alih menstabilkan harga,mereka menciptakan gelem-bung spekulatif dengan har-ga iktif.

Mengakhiri pembong-karan kebijakan pertanianseperti Common Agricul-

tural Policy  (CAP), yangdipaksakan oleh WTO danorganisasi lainnya. Negaraharus memiliki hak untuk melindungi pasar merekasendiri terhadap praktekdumping dan memperta-hankan produksi lokal me-reka. Negara-negara denganpotensi pertanian dalam haljumlah keluarga petani danketersediaan lahan perluuntuk menghidupkan kem-bali produksi pangan me-

reka untuk kebutuhan da-lam negeri.

Mengakhiri promosiagrofuel yang menempat-kan tekanan pada pasar ma-kanan dan mengusir petanidari tanah mereka.

Mengakhiri perampasantanah dan mengimplemen-tasikan komitmen yangdibuat pada Konferensi In-ternasional tentang Refor-masi Agraria dan Pemban-gunan Pedesaan (ICARRD)

FAO. Kami menuntut agarproses penjabaran dari Pe-doman FAO tentang Pen-gaturan Tanah dan Sum-ber Daya Alam diperkuat,dan memberikan kerangkayang jelas untuk melind-ungi petani, petani kecil danmasyarakat yang tinggaldan bekerja di atas lahan,perlindungan terhadap hakatas tanah, dan perlindu-ngan dari praktek peram-pasan tanah.#

bagainya sehingga sering pen-derita rentan terserang virus.Keracunan arsenik juga dapat menyebabkan kanker dan cacat pada bayi. Di daerah Padaviyayang memiliki populasi sekitar10.000 jiwa lebih, 500 orangmenderita penyakit ini.

"Di daerah ini 40% dariorang yang meninggal diaki-batkan keracunan arsenik ini,"

ungkap seorang dokter di Pa-daviya.

Sementara itu para peng-giat pertanian organik telahlama menyimpulkan bahwasemua produk agrokimia itumengandung racun. Racuntersebut sangat berbahaya un-tuk makhluk hidup mulai daritanaman, hewan, hingga mik-roba-mikroba yang terdapat di dalam tanah; dan tentu sajaracun ini juga akan bereaksi ditubuh manusia.

"Sangatlah tidak mungkin

untuk menangkal hama de-ngan menggunakan pestisidakimia, malah hama akan cen-derung kebal dan akan mencip-takan epidemi hama yang lebihbesar," ungkap salah seorangpenggiat organik di Sri Lanka.

Maksud sebenarnya dari"kebenaran ilmiah yang me-lindungi pertanian yang akanmenang" adalah bahwa perta-

nian adalah sesuatu hal yangdiberikan secara cuma-cumaoleh alam. Sinar matahari se-cara cuma, begitu juga gas CO2,air, hingga mineral-mineralyang terkadung di dalam ta-nah, semuanya adalah anuge-rah yang berasal dari alam.Penggunaan agrokimia berarti"membunuh" proses alamiahini, karena dapat membunuhtanaman, hewan, hingga ma-nusia. Ini justru kebohonganilmiah yang merusak pertanian

dan alam.

Olivier De Schutter, Repor-ter khusus PBB (PerserikatanBangsa-Bangsa) tentang hak atas pangan menyampaikansebuah laporan kepada DewanHak Asasi Manusia PBB pada17 Desember 2010 denganjudul "Agroekologi dan hak un-tuk makanan" (Laporan No. A /HRC / 16 / 49). Dalam laporanini dia menyebutkan bahwa

cara untuk mengatasi kela-paran adalah dengan menerap-kan pertanian agroekologi.

"Negara harus memberikanperhatian serius untuk mem-buat ulang kebijakan sistempertanian sehingga lebihproduktif, lebih berkelanjutan,dan berkontribusi terhadaprealisasi hak manusia atas pa-ngan. Hal ini dapat dilakukandengan mengadopsi metodepertanian agroekologi," tu-turnya.#

Seluruh jajaran redaksi Tabloid Pembaruan Tani Mengu-capkan Selamat Ulang Tahun ke-13 untuk Serikat Petani 

Indonesia. Semoga selalu terdepan membela kepenngan petani kecil, serta terus berjuang menegakkan kedaulatan

 pangan untuk mengatasi krisis pangan di Indonesia

Page 11: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 11/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89

JULI 2011P E M B A R U A N A G R A R I A 11

Sambungan dari hal.5, Pancasila..

bidang perkebunan, UU No 25/2007 ini be-gitu ramah menyerahkan Hak Guna Usaha(HGU) lahan perkebunan hingga 95 tahunlamanya, bandingkan dengan agraris wet 1870 yang hanya 75 tahun.

Walau akhirnya pasal terkait dicabut olehMK karena dikaji ulang oleh Serikat PetaniIndonesia (SPI), Bina Desa, IHCS, AliansiPetani Indonesia, Walhi, dan lainnya. Keduacontoh kebijakan di atas cukup memberikangambaran mengapa rakyat tani tetap miskindan apa maunya penguasa negeri ini.

Demokrasi Ekonomi

Melihat kenyataan hari ini, dengan de-mikian tujuan pokok lahirnya UUPA 1960

masih sangat relevan, yakni, pertama, me-letakkan dasar-dasar bagi penyusunan hu-kum agraria nasional yang akan merupa-kan alat untuk membawakan kemakmuran,kebahagiaan, dan keadilan bagi negara danrakyat, terutama rakyat tani, dalam rangkamasyarakat adil dan makmur.

Kedua, meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaandalam hukum pertanahan. Laluketiga, mele-takkan dasar-dasar untuk memberi kepas-tian hukum mengenai hak-hak atas tanahbagi rakyat seluruhnya.

Ini suatu jiwa dan semangat konstitusi

yang merupakan hasil kristalisasi pemikiranthe founding fathers atas realitas sejarahbangsa yang selama berabad-abad hidupdalam cengkeraman kolonialisme/impe-rialisme. Diketahui bersama, kolonialismedan imperialisme lahir dari rahim ideologiliberalisme klasik yang bersendikan ilsa-fat individualisme, yang muncul pada abadpertengahan di Eropa Barat.

Kemudian, neoliberalisme yang kinimengepung bangsa juga berakar kuat padailsafat individualisme itu, dan merupakanbentuk lanjutan termutakhir dari libera-lisme klasik. Jadi, paradigma pembangunan

neoliberal, secara ideologis bertentangandengan jiwa dan semangat UUPA 1960 danPasal 33 (Idham Samudra Bey, 2002)

Artinya, semangat yang begitu menda-lam dalam sistem demokrasi ekonomi demitegaknya keadilan sosial, kesejahteraan un-tuk rakyat, dan perlindungan bagi ekonomilemah, haruslah menjadi agenda utamapembangunan bangsa ini. Dalam kontekspelaksanaan pembaruan agraria, tanah danair bagi petani kecil adalah hal yang palingmendasar yang harus diwujudkan.#

Oleh: Achmad Ya'kub, Ketua Departemen Ka-

 jian Strategis Nasional SPI 

SPI Sumut Gelar

Rapat Kerja Wilayah

SPI Lebak DirikanPosko DiLahan Reklaiming

MEDAN. Dewan Pengurus wilayah (DPW)Serikat Petani Indonesia Sumatera Utara(Sumut) mengadakan rapat kerja wilayahke-3 di Sekretariat DPW SPI Sumut, diMedan (23/6). Rapat kerja yang dilak-sanakan selama dua hari ini untuk me-nyusun program kerja tahun ke-4 Serikat Petani Indonesia Wilayah Sumatera Utara.

Rapat kerja ini dihadiri oleh perwaki-lan dari cabang-cabang dan Panitia Per-siapan Pembentukan Organisasi (P3O) SPISumut.

“Selama ini kita telah banyak melaku-

kan reklaiming dan perjuangan memper-tahankan tanah untuk petani anggota SPI.Oleh karena itu setelah tanah berhasilkita duduki, kita juga harus mampu untuk memanajemen pengelolaannya denganbaik. Ini salah satu modal kita untuk me-ningkatkan kesejahteraan petani,” ungkapWagimin, Ketua Badan Pelaksana Wilayah(BPW) SPI Sumut.

Sementara itu menurut Zubaidah,Ketua Badan Pelaksana Cabang (BPC)SPI Kabupaten Asahan, organisasi harusmenerapkan peraturan mengenai manaje-men lahan kolektif untuk organisasi yang

harus dibuat oleh tiap-tiap basis maupunanggota yang telah berhasil melakukanpendudukan lahan.

Rangkaian rapat kerja ini juga diisidengan diskusi singkat mengenai kebi-jakan strategis dan praktis dalam perju-angan petani yang langsung diisi oleh Ket-ua Umum Badan Pelaksana Pusat (BPP)SPI, Henry Saragih.

Dalam kesempatan tersebut, HenrySaragih mengatakan bahwa situasi poli-tik saat ini menganut sistem politik danekonomi yang semakin menyudutkanpetani.

“Sampai saat ini tingkat kriminalisasidan perampasan petani semakin mening-kat. Jumlah petani anggota Serikat Petaniyang ditangkap semakin banyak,” ungkap-nya.

Sistem ekonomi kita terjebak dalamsistem ekonomi neoliberal. Sistem poli-tik semakin terbelenggu oleh kekuatanmodal. Ke depannya kita (petani anggotaSerikat Petani Indonesia-red) harus terusberjuang dan membangun kekuatan un-tuk dapat terus mewujudkan cita-cita per-juangan organisasi.#

LEBAK. Ratusan petani Serikat Petani Indonesia (SPI) mendiri-kan posko di atas lahan reklai-ming di Desa Jayasari, KecamatanCimarga, Kabupaten Lebak, Ban-ten (29/05). Abay Haetami, petaniSPI Lebak mengungkapkan bahwaposko yang didirikan di atas lahanperjuangan ini akan digunakan se-bagai tempat konsolidasi dan pen-didikan kader SPI Lebak.

Selain posko, SPI Lebak jugamembangun demplot pertanianorganik di atas lahan reklaimingini. Demplot pertanian organik iniakan digunakan sebagai tempat praktek kader SPI untuk melaku-kan pertanian secara berkelanju-tan.

“Setelah menguasai lahan, kitapetani juga harus melakukan ke-giatan produksi. Dengan adanyademplot ini diharapkan petaniLebak menerapkan konsep per-tanian berkelanjutan, sehingga

kedaulatan pangan masyarakat Lebak dapat terwujud,” jelas Abay.

Lahan reklaiming ini sendirisebelumnya milik PT The Ban-tam and Preanger Rubber Co.Ltd  yang Hak Guna Usaha -nya(HGU)telah habis. Sebelumnya pada 18Mei 2011, SPI Lebak juga telahmelakukan aksi damai di depankantor Gubernur Banten, menun-tut PT The Bantam and Preanger Rubber Co.Ltd  untuk mengemba-likan lahan seluas 1.101,35 Hayang HGU-nya telah habis kepada

masyarakat.#

Salah satu demplot pertanian berkelanju-tan milik DPC SPI Lebak.

Page 12: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 12/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 201112 K E D A U L A T A N P A N G A N

 Aksi SPI Sumatera Barat, Tolak RancanganUndang Undang Pengadaan Tanah

PADANG. Ratusan petani Se-rikat Petani Indonesia (SPI)melakukan aksi menolak Ran-cangan Undang-Undang (RUU)Pengadaan Tanah Untuk Pem-bangunan di depan gedung De-wan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Sumatera Barat, Pa-dang (08/06).

Sukardi Bendang, Ketua Ba-dan Pelaksana Wilayah (BPW)SPI Sumatera Barat menye-butkan bahwa RUU PengadaanTanah Untuk Pembangunanadalah salah satu kebijakanprioritas yang didorong olehpemerintahan Susilo BambangYudhoyono untuk segera di-sahkan oleh DPR dalam tahunini. RUU ini merupakan bagiandari paket reformasi regulasipembangunan infrastruktur diIndonesia bagi proses keterbu-kaan pasar dan pelibatan pe-ran swasta lokal maupun asing.Untuk mempermudah kolabo-rasi pemerintah dengan duniausaha, pemerintah sebelumnya

telah mengeluarkan sejumlahperaturan diantaranya adalahPeraturan Presiden No. 36 ta-hun 2005 tentang PengadaanTanah Bagi Pelaksanaan Pem-bangunan untuk KepentinganUmum, dan Peraturan Presi-den No. 67 tahun 2005 tentangKerjasama Pemerintah denganBadan Usaha Dalam Penyedi-aan Infrastruktur.

“RUU ini lebih mengako-modasi kepentingan swastadaripada kepentingan rakyat.

Melalui RUU ini, pemerintahmembuka ruang lebih besarpagi pengusaha untuk terlibat dalam pembangunan, sehinggamenjadi berpotensi melegiti-masi perampasan dan peng-gusuran tanah-tanah rakyat atas nama pembangunan dankepentingan umum,” ungkapSukardi.

Sukardi juga menjelaskanbahwa RUU ini juga berpotensimenambah jumlah orang mis-kin, menambah jumlah petani

tak bertanah dan menambah

jumlah petani gurem di Indo-nesia, serta semakin menying-kirkan keberadaan masyarakat adat.

“Ini berarti bahwa RUUPengadaan Tanah ini kontra-produktif dengan upaya pe-merintah untuk menurunkanjumlah masyarakat miskin.Saat ini, sekitar 85% rumahtangga petani di Indonesiaadalah petani tak bertanahdan petani gurem. Hal ini ber-

banding terbalik dengan pen-guasaan tanah oleh pengusahaperkebunan yang mencapai7 juta hektar, dan pengusahaHPH (Hak Pengusahaan Hu-tan)/ HTI (Hutan Tanaman In-dustri) yang mencapai 34 jutahektar,” tambah Sukardi.

Penyelesaian Konflik 

Dalam aksi ini, SPI juga

meminta pemerintah daerah

untuk segera menyelesaikankonlik agraria, khususnyakonlik di Kabupaten PasamanBarat yang melibatkan perke-bunan milik investor asing.

“Di Pasaman Barat terdap-at 19 perusahaan perkebunansawit yang berkonlik denganpetani. Sementara itu, terdapat 36 perusahaan perkebunanbesar yang menguasai total129.400 hektar tanah perkebu-nan sawit dan 12 di antaranyamerupakan perusahaan asingyang menguasai 54.166 hektarlahan di wilayah Sumatera Ba-rat,” jelas Sukardi.

Sukardi juga menegaskanbahwa terdapat enam kelom-pok petani SPI yang berkonlik dengan pihak perkebunan diPasaman Barat. Mereka antaralain berada di Ulu Simpang,Sikerbau, Simpang Tenggo, Ma-ligi-Air Bangis, Batang Lambaudan Wonosari.

Sementara itu, aksi ini di-terima langsung oleh Gubernur

Sumatera Barat, Irwan Prayit-no. Irwan menjelaskan bahwapada 9 Mei lalu pihaknya telahmengajukan surat keberatankepada Panitia Khusus (Pan-sus) RUU Pengadaan Tanahuntuk Pembangunan di DewanPerwakilan Rakyat (DPR).“Kami memberikan 16 poinmasukan soal kepemilikan ta-nah ulayat di Sumatera Barat,”kata Irwan.

Dalam aksi ini SPI Sumat-era Barat juga meminta agar

Gubernur Sumatera Barat Ir-wan Prayitno menandatanganipetisi penolakan RUU terse-but.#

(Atas) Massa aksi SPI Sumatera Barat menolak RUU Pengadaan Lahan(Bawah) Sukardi Bendang (memakai baju kotak-kotak) menyerahkan kumpulansengketa agraria di Sumatera Barat kepada pihak Gubernur.

Saatnya KedaulatanPangan!!!

www.spi.or.id

Page 13: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 13/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89

JULI 2011P E R T A N I A N B E R K E LA N J U T A N 13

Jawa Tengah Menggelar Petisi Kedaulatan Pangan

Rakyat Indonesia

Foto bersama para penggagas Pesi Kedaulatan Pangan Rakyat Indonesia untuk provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan

di Semarang (16/06).

SEMARANG. Setelah sebelum-nya digelar di berbagai wilayahdi Indonesia, Petisi KedaulatanPangan Rakyat Indonesia (PK-PRI) kembali dilaksanakan diSemarang, Jawa Tengah, Kamislalu (16/06). Kegiatan yangtepatnya dilaksanakan di Ge-dung Graha Pena Jawa Pos inidiprakarsai oleh Dewan Pe-ngurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Jawa

Tengah dan menghadirkan ele-men gerakan masyarakat sipil,mahasiswa, akademisi, hinggapedagang kaki lima.

Sumaeri, Ketua BadanPelaksana Wilayah (BPW) SPIJawa Tengah menyebutkan bah-wa kerugian yang dialami olehpetani di lereng gunung teru-tama di daerah Jawa Tengahsemakin meningkat seiringmeningkatnya kebutuhan so-sial budaya, tatanan politik se-makin menjengkelkan, APBN/

APBD dihamburkan oleh elit politik, sedangkan rakyat se-makin miskin. Di negeri yanggemah ripah loh jinawi ini ter-jadi tetesan air mata di mana-mana, hal tersebut terjadi se-bab struktur negara yang salahfungsi.

“Kalau kita melihat tragedi1998, itu terjadi karena bo-broknya moral dalam segalabidang dan karena adanya per-dagangan internasional yangdilakukan oleh elit politik un-

tuk kepentingan pribadi yangmengakibatkan munculnya Ko-rupsi-Kolusi-Nepotisme di se-gala aspek kehidupan. Rakyat semakin miskin sehingga sulit untuk melakukan kedaulatan”,ungkap Sumaeri.

Sementara itu, Henry Sara-gih, Ketua Umum SPI yangjuga hadir dalam acara ini me-nyampaikan bahwa selama 13tahun era reformasi di Indo-nesia, ketidakberdayaan yangdialami oleh petani semakinmeningkat. Petani kecil menga-

lami kerugiaan yang menjulangtinggi akibat adanya perdagan-gan yang tidak berdaulat. In-donesia masih menjadi negarapengekspor barang mentahsedangkan negara ini kaya rayaakan hasil bumi dan harus relamengekspor, mirisnya rakyat sendiri tidak mampu membeliharga bahan mentah tersebut.Angka kemiskinan di Indonesia

membengkak menjadi 32 jutajiwa, dan itu belum termasuk masyarakat yang hampir mis-kin.

“Oleh karena itu rakyat In-donesia harus bangkit dari ke-terpurukan. Negara Indonesiayang kaya raya akan hasil bumiini harus bisa dimanfaatkanuntuk kesejahteraan petani(baca: rakyat), bukan untuk perusahaan-perusahaan besar,apalagi perusahaan asing,” pa-par Henry.

“Melalui Petisi Kedaula-

tan Pangan Rakyat Indonesiaini, mari kita konsolidasikankembali kekuatan rakyat danmengajak setiap orang untuk bersama-sama menyelesaikanmasalah-masalah di negaratercinta ini. Insya Allah, pada24 September nanti seluruhwilayah di Indonesia telah se-lesai ikut menandatangai danmendeklarasikan petisi ini”

tambah Henry.Hadir juga dalam acara

ini perwakilan dari WALHI(Wahana Lingkungan Hidup),FPPI (Front Perjuangan Pemu-da Indonesia) Semarang danYogyakarta, Konsorsium Pem-baruan Agraria (KPA), LPPNU(Lembaga Pengembangan danPenelitian Nahdhatul Ulama),FKMPI (Forum KomunikasiMahasiswa Pertanian Indo-nesia), mahasiswa (UNSOED,UMS,), Omah Tani Semarang,

perwakilan buruh dan nelayan,

GP Anshor, Koalisi PerempuanIndonesia, Ikatan MahasiswaMuhammadiyah (IMM), danmedia massa.

Acara petisi ini juga meng-hadirkan jajanan pasar yangserba tradisional seperti: arem-arem, lemper, nagasari, kacangtanah, dan pisang rebus. Hal inisesuai dengan budaya petaniyang memanfaatkan bungkus

daun pisang yang lebih ramahlingkungan karena bisa didaurulang bahkan bisa dijadikanpupuk organik.#

USUTTUNTAS

KriminalisasiPetani !!!

Page 14: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 14/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 2011

L A W A N N E O L I B14

Selamat Tinggal WTO danPerdagangan Bebas, BangunDemokrasi Ekonomi untuk Rakyat!

Dialog Media:WEF Tidak Pro Rakyat 

JAKARTA. Forum EkonomiDunia (WEF) Asia Timur di-adakan pertama kalinya diIndonesia (12-13 Juni 2011).Negeri ini menyerah menjaditempat  deal  korporasi—danmerelakan perusahaan-peru-sahaan lebih berperan dalamekonomi.

Di saat bersamaan, PascalLamy, Direktur Jenderal Or-ganisasi Perdagangan Dunia

(WTO) juga menghadiri forumtersebut. Hal ini jelas terkait dengan usaha membangkit-kan kembali WTO dari abu-nya sendiri. Indonesia sebagainegara yang selalu mempro-mosikan dilanjutkannya kem-bali Putaran Doha yang mati,berkepentingan untuk kembalimelakukan hal serupa di forumtingkat regional ini.

Padahal faktanya adalah:Negosiasi WTO (terutamaterkait pertanian, jasa dan in-

dustri) telah mati suri hinggahampir satu dekade. Usahauntuk menghidupkan kembalijuga telah berkali-kali dilaku-kan: 2003 (Cancun, Mexico),2004 (Jenewa, Swiss), 2005(Hong Kong), 2008 (Jenewa),2009 (Jenewa), hingga per-temuan intensif di awal tahun2011 (Jenewa)—yang bera-khir hampa. Fakta historis inimenunjukkan ada jurang be-sar di antara rakyat miskin didunia—baik di negara maju

maupun negara miskin danberkembang—dengan modelkorporasi transnasional rak-sasa.

Henry Saragih, Ketua UmumSerikat Petani Indonesia (SPI)menjelaskan bahwa WTO ada-lah alat penjajahan gaya baru,yang pasti tidak akan memper-hitungkan kepentingan rakyat banyak seperti petani kecil,buruh, dan nelayan—teruta-ma juga perempuan dan anak,serta mengabaikan kelestarianlingkungan hidup. Sejak berdiri

JAKARTA. Pertemuan Fo-rum Ekonomi Dunia (World Economic Forum-WEF ) AsiaTimur yang diselenggarakandi Jakarta pada 12-13 Juni2011 tidak berpihak kepa-

da kepentingan rakyat. Halinilah menjadi pokok pem-bicaraan dalam Dialog Me-dia: “World Economic Forum(WEF), Penyelesaian KrisisMelalui Kolonialisme Baru”di Jakarta (12/06).

Diskusi ini menghadirkanHenry Saragih (Ketua UmumSerikat Petani Indonesia-SPI), Revrisond Baswir danIchsanuddin Noorsy (Asosia-si Ekonomi Politik Indonesia-AEPI), Berry Nahdian Furqan

(Wahana Lingkungan Hidup-WALHI) dan Dani Setiawan(Koalisi Anti Utang-KAU) se-bagai moderator.

Henry Saragih memapar-kan bahwa sejak mati suri-nya rezim organisasi perda-gangan Dunia (World TradeOrganization-WTO), pelaku-pelaku neoliberal berupayamenghidupkannya kem-bali dengan menggunakangaya baru seperti PerjanjianPerdagangan Bebas (Free

Trade Agreement -FTA) antar

tahun 1995, sekitar 80 persenlebih volume perdagangan be-bas dunia diraup oleh perusa-haan transnasional raksasa.Makna pembentukan WTOuntuk mewujudkan pekerjaandan kesejahteraan bagi rakyat ternyata tak terwujud.

"Kunjungan Pascal Lamy—Direktur Jenderal WTO dansales neokolonialisme-impe-rialisme—dalam misi utama

untuk kembali menghidupkannegosiasi WTO yang mati surijelas harus ditolak," ungkapHenry.

Termasuk menolak bagisiapapun penyelenggara ne-gara yang dengan sadar meng-gunakan kekuasaannya untuk memfasilitasi kembali hidup-nya negosiasi WTO yang ber-tentangan dengan amanat kon-stitusi.

"Untuk itu kami dari or-ganisasi petani, nelayan, buruh

dan organisasi masyarakat sipilmenuntut agar pemerintah In-donesia membuang perdagan-gan multilateral di dalam WTOyang telah terbukti gagal," tam-bah Henry.

Henry juga menyampaikanbahwa Indonesia harus me-mikirkan ekonomi alternatif,yang berbasis konstitusi UUD1945, untuk membangun duniayang adil. Perekonomian ini ha-rus juga diadvokasikan sebagaimodel perdagangan antarneg-

ara di masa yang akan datang,terutama yang berbasis koper-asi dan demokrasi ekonomi. Iniakan menghempang strukturekonomi global tak adil saat iniyang berbasis korporasi,menindas rakyat dan tak pedu-li lingkungan hidup.

Selamat tinggal WTO,perdagangan bebas dan ekono-mi berbasis korporasi! Bangundemokrasi ekonomi berbasiskonstitusi yang ramah lingku-ngan, demi kesejahteraan dankeadilan sosial!

(Kiri-Kanan) Revrisond Baswir, Dani Seawan, Berry Nahdian Furqan, HenrySaragih, Ichsanuddin Noorsy dalam dialog media menolak WEF

negara ataupun antar kawasan.Revrisond Baswir men-

gungkapkan, pada Forum WEFAsia Timur ini berkumpul ak-tor-aktor, baik negara, lembagainternasional, pelaku usaha

atau apapun itu yang bekerjauntuk kepentingan korporasidan saat ini kelompok tersebutsedang berusaha mengusungkonsep baru neoglobalisasi.Neoglobalisasi adalah suatubentuk baru imperialisme.

Hal senada juga diungkap-kan oleh Ichsanuddin Noorsy.Dia menggarisbawahi bahwasaat Indonesia menjadi medanpeperangan ekonomi antarakorporasi besar dunia, korpo-rasi China melawan korporasi

Amerika Serikat dan Uni Eropa.Akibatnya ekonomi Indonesiamenjadi berantakan.

Sementara itu, Berry Nah-dian Furqan berpendapat, solu-si yang ditawarkan WEF tidak mampu merekonstruksi tatan-an ekonomi dunia yang telahrusak akibat neoliberalisme,dan hanya menawarkan solusi-solusi semu. Dia mencontoh-kan kebijakan karbon offset yang tidak lain adalah bencanaekologis bagi masyarakat dunia

dan Indonesia, khususnya.#

Page 15: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 15/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89

JULI 2011R A G A M

TEKA TEKI SILANG PEMBARUAN TANI - 007

15

MENDATAR

1. Lurus hati 6. Bahan bakar 8. Hewan ternak 10. Bebas bahaya 11. Serikat Petani Indonesia13. Serangkai yang terdiri atas tiga orang 15. Event Organizer  17. Koperasi Serikat Petani Indonesia18. Minyak kelapa sawit mentah 20. Gembira 21. Banyak 24. Huruf ke-18 dalam abjad Yunani25. Dokumen 26. Olahan ikan khas Batak 30. Wujud pembentuk 31. Long Distance Relationship32. Kostum wisuda 34. Amerika Serikat 36. Pandangan, wawasan 38. Surat kecil berisi keteranganpengambilan barang 40. Berbau tak sedap 41. Hewan pengganggu tanaman 42. Hak Asasi Petani43. Asosiasi negara-negara Asia Tenggara

MENURUN

2. Juni (Inggris) 3. Golongan bangsa 4. Air susu ibu 5. Diulang, bagian dari wajah 6. Gedung Olahraga7. Dasar negara kita 9. Pembaruan Agraria Sejati 12. Sebelum 13. Jumlah pemain satu tim sepak takraw14. Infeksi Saluran Pernapasan Akut 16. Bebas senyawa kimia berbahaya 17. Kata depan penunjuk arah19. Biaya 21. Ibukota Indonesia 22. Melibatkan banyak orang 23. Perusahaan besar 27. Kurang dariharga modal 28. Saripati 29. Hektare 30. Kebun binatang (Inggris) 33.Lubang besar pada kaki gunung35. Minuman khas Jepang 37. Makanan berkuah 38. Melekat pada roda kendaraan 39. Liga basket Amerika 41. Sel darah merah

Ketentuan Menjawab:Tulis lengkap nama, alamat, nomor identitas, nomor telepon yang bisa dihubungi serta asal basis SPI (jika ada). Tulis jawabandi selembar kartu pos. Jangan lupa untuk mencantumkan kupon TTS Pembaruan Tani 007 di sudut kanan atas kartu pos, lalukirimkan ke alamat redaksi Pembaruan Tani (Jalan Mampang Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan, 12790 Indonesia). Jawabanjuga bisa dikirimkan ke email redaksi di [email protected]  dengan subyek: TTS Pembaruan Tani 007. Jawaban diterimaredaksi selambat-lambatnya akhir Oktober 2011. Untuk setiap edisinya redaksi akan memilih tiga orang yang beruntung untuk mendapatkan suvenir dari Pembaruan Tani. Nama pemenang edisi kali ini akan diumumkan pada Pembaruan Tani edisi 93,

November 2011.

KUPON 007

TTS Pembaruan Tani

Sambungan dari hal. 3, 13 Tahun..

hingga taraf internasional. Kita  juga telah berhasil mendorong

agar pembaruan agraria men- jadi agenda politik nasional dankita telah berhasil merebut danmempertahankan ratusan ribuhektare tanah yang seharusnyamemang menjadi milik petanikecil. SPI juga telah mencetak kader-kader petani di pusat   pendidikannya, serta membangun dan melestarikan benih-benih lokal Indonesia. Dengan  praktek pertanian berkelanju-tan dan pertanian agroekolo-  gisnya SPI telah menghadirkan model pertanian alternatif  yang lebih menguntungkan danlebih ramah kepada alam den- gan mengganti model pertanianagribisnis. SPI bersama gera-kan masyarakat sipil lain jugatelah berhasil melakukan PetisiKedaulatan Pangan Rakyat In-donesia sebagai upaya untuk merebut kembali kedaulatan  pangan yang sudah semakinmenjauh dari rakyat Indonesiasendiri.” Redaksi: “Apa harapan andauntuk SPI di ulang tahunnya yang ke-13 ini?” Henry Saragih: “Bagaimanaagar SPI tetap komitmen dansemangat dalam perjuangan-nya. Setiap kader SPI harusterus memegang teguh prin-sip-prinsip perjuangan yangsudah dicanangkan. Pengurusdan kader-kader SPI agar terusmempraktekkan prinsip dalammembangun pertanian kelu-arganya. Kemudian kader dan  pengurus harus menyiapkadirinya untuk menyongsong

masa depan kaum tani yangtidak hanya memperjuangkankedaulatan pangan, tapi jugakedaulatan politik, karena tan-  pa adanya kedaulatan politikrakyat, kedaulatan pangan ti-dak akan tercapai bagi Indone-sia, seperti juga kedaulatan bi-dang energi dan keuangan dan  juga kedaulatan keamanan dinegeri ini.”#

Page 16: Edisi 89 (Juli 2011)

8/3/2019 Edisi 89 (Juli 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/edisi-89-juli-2011 16/16

PEMBARUAN TANIEDISI 89JULI 2011

G A L E R I F O T O16

 Aksi Tolak World Economic Forum

JAKARTA. Serikat Petani Indonesia (SPI) bersama Koalisi Anti Utang (KAU), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), KoalisiRakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Serikat Nelayan Indonesia (SNI), Lingkar Studi Aksi Untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI), Institute For Global Justice (IGJ), Aliansi Petani Indonesia (API), Third World Network (TWN), Indonesian Human Rights Com-mittee For Social Justice (IHCS), dan Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) melakukan aksi bersama menolak penyelenggaraanWEF-World Economic Forum (Forum ekonomi Dunia) Asia Timur di Jakarta pada 12-13 Juni 2011.

Kesediaan Indonesia menjadi tuan rumah WEF Asia Timur semakin menegaskan kebijakan ekonomi pemerintahan SBY yang

sangat pro kepada korporasi besar dan semakin memarjinalkan rakyat kecil.Aksi penolakan ini dilakukan di depan Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, (13/05). Aksi ini juga mengecam kedatangan

Pascal Lamy dan aktor-aktor di belakangnya yang berusaha menghidupkan kembali WTO-World Trade Organization (OrganisasiPerdagangan Dunia)