e learning

7
KASUS 1 1. Data tambahan yang diperlukan a. Identitas pasien Identitas pasien dibutuhkan untuk mengkaji factor resiko yang tidak dapat di rubah seperti ras, geografi, kelas social dan mengkaji factor predisposisi penyakit IMA seperti etnik. b. Riwayat penyakit dahulu Apakah pasien pernah menderita penyakit hipertensi sistemik atau diabetes sebagai factor resiko IMA yang tidak bisa di rubah. Apakah pasien pernah merasakan nyeri dada yang sama sebelumnya? c. Riwayat penyakit keluarga Perlu di kaji apakah terdapat keluarga pasien yang pernah menderita penyakit seperti ini (IMA) sebelumnya, apakah terdapat keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi sistemik, diabetes dan PJK pada usia muda. d. Riwayat pengobatan dahulu Apakah pasien pernah mengkonsumsi koakin, amfetamin, efedrin sebagai etiologi penyakit IMA e. Riwayat diit dan lifestyle - Diit: apakah pasien memiliki riwayat obesitas, bagaimana kadar HDL, LDL, kolesterol total dan trigliserid pasien? - Lifestyle: apakah pasien merokok, konsumsi alcohol, dan bagaimana aktivitas fisik dan olah raga pasien? f. Riwayat psikososial Perlu di kaji apakah pasien sering stress, bagaimana cara pasien memanajemen dan koping terhadap stress selama ini. g. Pemeriksaan penunjang - Troponin I dan T: perlu di lakukan pemeriksaan troponin I dan T karena merupakan pemeriksaan laboratorium yang

Upload: qumairy-lutfiyah

Post on 21-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: e Learning

KASUS 1

1. Data tambahan yang diperlukana. Identitas pasien

Identitas pasien dibutuhkan untuk mengkaji factor resiko yang tidak dapat di rubah seperti ras, geografi, kelas social dan mengkaji factor predisposisi penyakit IMA seperti etnik.

b. Riwayat penyakit dahuluApakah pasien pernah menderita penyakit hipertensi sistemik atau diabetes sebagai factor resiko IMA yang tidak bisa di rubah.Apakah pasien pernah merasakan nyeri dada yang sama sebelumnya?

c. Riwayat penyakit keluargaPerlu di kaji apakah terdapat keluarga pasien yang pernah menderita penyakit seperti ini (IMA) sebelumnya, apakah terdapat keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi sistemik, diabetes dan PJK pada usia muda.

d. Riwayat pengobatan dahuluApakah pasien pernah mengkonsumsi koakin, amfetamin, efedrin sebagai etiologi penyakit IMA

e. Riwayat diit dan lifestyle- Diit: apakah pasien memiliki riwayat obesitas, bagaimana kadar HDL, LDL,

kolesterol total dan trigliserid pasien?- Lifestyle: apakah pasien merokok, konsumsi alcohol, dan bagaimana aktivitas

fisik dan olah raga pasien?f. Riwayat psikososial

Perlu di kaji apakah pasien sering stress, bagaimana cara pasien memanajemen dan koping terhadap stress selama ini.

g. Pemeriksaan penunjang- Troponin I dan T: perlu di lakukan pemeriksaan troponin I dan T karena

merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling sensitive untuk diagnose IMA dan bisa memprediksi risiko serangan ulang

- Keratin kinase MB (CK-MB): jika troponin tidak tersedia, pemeriksaan ini bisa dijadikan pilihan

- Myoglobin (protein heme): pemeriksaan ini tidak spesifik untuk jantung, tetapi bermanfaat jika pasien dating dalam waktu < 3 jam setelah serangan.

- LED: pada pasien dengan IMA terjadi peningkatan leukosit dalam waktu ≥ 2 hari- LDH: biasanya meningkat dalam waktu 24 jam, dan kembali normal dalam 7-10

hari- SGOT: perlu diperiksa dalam waktu 12 jam

2. Interpretasi EKG

Page 2: e Learning

- Terdapat gambaran segmen ST elevasi pada lead II, III, aVF yang artinya terdapat injury pada area inferior.

- Terdapat gambaran segmen ST depresi pada lead V1-V2 yang artinya terdapat iskemik pada area septal.

- Terdapat gambaran segmen ST elevasi pada lead V4-V6 yang artinya terdapat injury pada area enterolateral.

- Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tn. R menderita IMA jenis STEMI (ST Elevation Myocardial Infarction).

3. Urutan intervensi yang diberikan (Gara et al., 2013; Morris & Brady, 2002)a. Periksa EKG 12 leadsegera setelah pasien MRSb. Pasang infus IV dekstrose 5% atau NaCl 0,9%c. Berikan apirin dosis 162-325 mg oral, lalu 81-325 mg perharid. Berikan oksigen dengan dosis 2-4 Liter dengan nasal kanul, pertahankan saturasi

oksigen pada >90%e. Berikan nitrogliserin dengan dosis 0,3-0,4 mg sublingual setiap 5 menit maksimal 3

dosis atau 1-2 sublingual spray setiap 5 menit maksimal 3 kali atau 10 µg/menit IVf. Jika nyeri dada masih belum hilang, berikan morfin sulfat dengan dosis 2-4 mgIV

bolus, dapat di ulang setiap 5-15 menit hingga nyeri terkontrolg. Untuk manajemen invasive lakukan terapi reperfusi pada pasien dengan

menggunakan PCI (Percutaneus Coronary Intervention) dalam waktu 90 menit dan terapi fibrinolitik dalam waktu 30 menit. Bila rumah sakit tidak tersedia PCI, lakukan reperfusi dengan farmakologis menggunakan agen fibrinolitik seperti, tenecteplase (TNTKASE), streptokinase, alteplase (Activase), reteplase (Retavase) dan bila gagal segera rujuk pasien untuk dilakukan tindakan PCI.

h. Berikan obat β-blocker, ACE inhibitor, statin (sejak pasien MRS dan sampai jangka waktu yang lama) dan Clopidogrel (Plavix)

4. Gelaja kasus 1 dan kasus 2 berbeda karena, kasus 1 merupakan penyakit IMA akibat komplikasi dari penyakit diabetes mellitus pasien. Keluhan pasien nyeri dada anterior dan tidak ada penyebaran, memberat saat naik tangga (saat aktivitas), namun membaik saat pasien duduk (istirahat) disebut sebagai angina stabil.

5. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan kepada pasien

a. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai obat-obatan yang harus dikonsumsi.

b. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga untuk merubah pola diit dan gaya hidup pasien seperti berhenti merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, dan olah raga.

Page 3: e Learning

c. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga mengenai pengenalan terhadap penyakit pasien termasuk gejala dan tata laksana awal yang dapat dilakukan sebelum di bawa ke rumah sakit.

d. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga mengenai agen trombolitik dan tindakan PCI.

e. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga mengenai pentingnya mengetahui tata cara melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) dan penggunaan AED (Automatic External Defibrillator) dengan mengikuti pelatihan agar keluarga dapat memberikan pertolongan pertama pada pasien hingga petugas kesehatan datang.

Page 4: e Learning

KASUS 2

1. Data tambahan yang diperlukana. Identitas pasien

Identitas pasien dibutuhkan untuk mengkaji factor resiko yang tidak dapat di rubah seperti ras, geografi, kelas social dan mengkaji factor predisposisi penyakit IMA seperti etnik.

b. Riwayat penyakit dahuluApakah pasien pernah menderita penyakit hipertensi sistemik atau diabetes sebagai factor resiko IMA yang tidak bisa di rubah.Apakah pasien pernah merasakan nyeri dada yang sama sebelumnya?

c. Riwayat penyakit keluargaPerlu di kaji apakah terdapat keluarga pasien yang pernah menderita penyakit seperti ini (IMA) sebelumnya, apakah terdapat keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi sistemik, diabetes dan PJK pada usia muda.

d. Riwayat pengobatan dahuluApakah pasien pernah mengkonsumsi koakin, amfetamin, efedrin sebagai etiologi penyakit IMA

e. Riwayat diit dan lifestyle- Diit: apakah pasien memiliki riwayat obesitas, bagaimana kadar HDL, LDL,

kolesterol total dan trigliserid pasien?- Lifestyle: apakah pasien merokok, konsumsi alcohol, dan bagaimana aktivitas

fisik dan olah raga pasien?f. Riwayat psikososial

Perlu di kaji apakah pasien sering stress, bagaimana cara pasien memanajemen dan koping terhadap stress selama ini.

g. Pemeriksaan penunjang- Troponin I dan T: perlu di lakukan pemeriksaan troponin I dan T karena

merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling sensitive untuk diagnose IMA dan bisa memprediksi risiko serangan ulang

- Keratin kinase MB (CK-MB): jika troponin tidak tersedia, pemeriksaan ini bisa dijadikan pilihan

- Myoglobin (protein heme): pemeriksaan ini tidak spesifik untuk jantung, tetapi bermanfaat jika pasien dating dalam waktu < 3 jam setelah serangan.

- LED: pada pasien dengan IMA terjadi peningkatan leukosit dalam waktu ≥ 2 hari- LDH: biasanya meningkat dalam waktu 24 jam, dan kembali normal dalam 7-10

hari- SGOT: perlu diperiksa dalam waktu 12 jam

2. Urutan intervensi yang diberikan (Gara et al., 2013; Morris & Brady, 2002)a. Periksa EKG 12 leadsegera setelah pasien MRS

Page 5: e Learning

b. Pasang infus IV dekstrose 5% atau NaCl 0,9%c. Berikan apirin dosis 162-325 mg oral, lalu 81-325 mg perharid. Berikan oksigen dengan dosis 2-4 Liter dengan nasal kanul, pertahankan saturasi

oksigen pada >90%e. Berikan nitrogliserin dengan dosis 0,3-0,4 mg sublingual setiap 5 menit maksimal 3

dosis atau 1-2 sublingual spray setiap 5 menit maksimal 3 kali atau 10 µg/menit IVf. Jika nyeri dada masih belum hilang, berikan morfin sulfat dengan dosis 2-4 mgIV

bolus, dapat di ulang setiap 5-15 menit hingga nyeri terkontrolg. Untuk manajemen invasive lakukan terapi reperfusi pada pasien dengan

menggunakan PCI (Percutaneus Coronary Intervention) dalam waktu 90 menit dan terapi fibrinolitik dalam waktu 30 menit. Bila rumah sakit tidak tersedia PCI, lakukan reperfusi dengan farmakologis menggunakan agen fibrinolitik seperti, tenecteplase (TNTKASE), streptokinase, alteplase (Activase), reteplase (Retavase) dan bila gagal segera rujuk pasien untuk dilakukan tindakan PCI.

h. Berikan obat β-blocker, ACE inhibitor, statin (sejak pasien MRS dan sampai jangka waktu yang lama) dan Clopidogrel (Plavix)

3. Gelaja kasus 1 dan kasus 2 berbeda karena pada kasus 2 nyeri yang dialami pasien adalah nyeri tipikal yaitu nyeri yang khas pada penyakit jantung tanpa disebabkan komplikasi atau penyakit apapun sebelumnya. Pada kasus klien mengeluh nyeri hebat menjalar ke epigastrum, berlangsung lama, disertai dengan diaphoresis (keringat berlebih), dan mual muntah, tanda ini merupakan nyeri infark miokard.

4. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan kepada pasiena. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai obat-obatan yang harus

dikonsumsi.b. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga untuk merubah pola diit dan gaya hidup

pasien seperti berhenti merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, dan olah raga.c. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga mengenai pengenalan terhadap penyakit

pasien termasuk gejala dan tata laksana awal yang dapat dilakukan sebelum di bawa ke rumah sakit.

d. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga mengenai agen trombolitik dan tindakan PCI.

e. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga mengenai pentingnya mengetahui tata cara melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) dan penggunaan AED (Automatic External Defibrillator) dengan mengikuti pelatihan agar keluarga dapat memberikan pertolongan pertama pada pasien hingga petugas kesehatan datang.