dwitantri rezkiandini lestari_21040112130071 (banyak)

7
Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/ Smt : A/3 Mata Kuliah : Lokasi dan Pola Ruang (TKP 341) REVIEW MATERI II TEORI VON THUNEN Johan Heinrich Von Thunen (1783-1850) adalah adalah ahli ekonomi pertanian asal Jerman yang membuat teori tentang lokasi pertanian pada awal abad ke 19. Von Thunen mengembangkan teori ini berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya. Inti dari teori Von Thunen adalah, Ia menitikberatkan pada 2 hal utama tentang pola keruangan pertanian yaitu: 1. Jarak lokasi pertanian ke pasar 2. Sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angkut) Pada zaman itu banyak wilayah pertanian terletak di wilayah yang tidak strategis. Petani yang berada di lokasi jauh dari pusat pasar atau kota, harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menjual hasil panennya. Padahal di zaman tersebut alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil pertanian masih berupa gerobak yang ditarik oleh sapi, kuda atau keledai. Biaya transportasi yang dikerahkan tidak sebanding dengan upah yang di dapat. Hal ini menunjukkan betapa mahalnya kota sebagai pusat pasar. Dari hasil studi inilah Von Thunen mengeluarkan teori lokasi pertanian. Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era industrialisasi. Dalam teori ini terdapat 7 asumsi yang digunakan oleh Von Thunen dalam pengujiannya: 1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya dan merupakan satu- satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian – isolated stated 2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain – single market 3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke daerah perkotaan – single destination 4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah 5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk

Upload: dwitantri-rezkiandini

Post on 30-Nov-2015

93 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dwitantri Rezkiandini Lestari_21040112130071 (Banyak)

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari

NIM : 21040112130071Kelas/Smt : A/3Mata Kuliah

: Lokasi dan Pola Ruang (TKP 341)

REVIEW MATERI II

TEORI VON THUNEN

Johan Heinrich Von Thunen (1783-1850) adalah adalah ahli ekonomi pertanian asal Jerman yang membuat teori tentang lokasi pertanian pada awal abad ke 19. Von Thunen mengembangkan teori ini berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya. Inti dari teori Von Thunen adalah, Ia menitikberatkan pada 2 hal utama tentang pola keruangan pertanian yaitu:

1. Jarak lokasi pertanian ke pasar2. Sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angkut)Pada zaman itu banyak wilayah pertanian terletak di wilayah yang tidak

strategis. Petani yang berada di lokasi jauh dari pusat pasar atau kota, harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menjual hasil panennya. Padahal di zaman tersebut alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil pertanian masih berupa gerobak yang ditarik oleh sapi, kuda atau keledai. Biaya transportasi yang dikerahkan tidak sebanding dengan upah yang di dapat. Hal ini menunjukkan betapa mahalnya kota sebagai pusat pasar. Dari hasil studi inilah Von Thunen mengeluarkan teori lokasi pertanian.

Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era industrialisasi. Dalam teori ini terdapat 7 asumsi yang digunakan oleh Von Thunen dalam pengujiannya:

1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian – isolated stated

2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain – single market

3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke daerah perkotaan – single destination

4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah

5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan – maximum oriented

6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat– one moda transportation

7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar – equidistant

Inti dari teori Von Thunen adalah bahwa harga sewa lahan pertanian akan berbeda-beda nilainya tergantung tata guna lahannya. Lahan yang berada di dekat pusat pasar atau kota akan lebih mahal dibandingkan lahan yang jauh dari pusat pasar. Karena jarak yang makin jauh dari pusat pasar, akan meningkatkan biaya transportasi.

Page 2: Dwitantri Rezkiandini Lestari_21040112130071 (Banyak)

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari

NIM : 21040112130071Kelas/Smt : A/3Mata Kuliah

: Lokasi dan Pola Ruang (TKP 341)

Penjelasan GambarModel Teori Lokasi Pertanian Von Thunen membandingkan hubungan

antara biaya produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan yang didapat dari harga pasar dikurang biaya transportasi dan biaya produksi. Aktivitas yang paling produktif seperti berkebun dan produksi susu sapi, atau aktivitas yang memiliki biaya transportasi tinggi seperti kayu bakar, lokasinya dekat dengan pasar.

Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi tersebut, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuannya untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.

Asumsi-asumsi diatas inilah yang kemudian mendorong para petani untuk menyewa lahan yang mendekati pusat pasar atau kota agar dapat memperoleh keuntungan secara maksimal meskipun harus mengeluarkan nominal yang cukup besar.

Gagasan utama yang dapat diambil dari Teori Von Thunen adalah bahwa tata guna lahan akan mempengaruhi nilai sewa suatu lahan. Area yang berada dipusat pasar atau kota akan memiliki nilai atau harga yang lebih mahal dibandingkan lahan yang berlokasi jauh dari pusat pasar. Banyaknya kegiatan yang berpusat pada kota atau pusat pasar ini menjadikan kota memiliki nilai yang lebih ekonomis untuk mendapatkan keuntungan maksimal bagi para pelaku pertanian. Perbedaan yang disebabkan oleh faktor jarak ini menentukan nilai suatu barang, semakin jauh jarak yang ditempuh oleh para petani maka biaya transportasi yang dikeluarkan akan semakin meningkat, sehingga para petani akan memilih untuk menyewa

Page 3: Dwitantri Rezkiandini Lestari_21040112130071 (Banyak)

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari

NIM : 21040112130071Kelas/Smt : A/3Mata Kuliah

: Lokasi dan Pola Ruang (TKP 341)

lahan yang lebih dekat dengan pusat pasar atau kota dengan harapan bisa mendapatkan nilai atau harga barang yang lebih tinggi tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi yang tinggi. Namun demikian, jika kita cermati Teori Von Thunen pada masa sekarang, sepertinya teori ini tidak dapat sepenuhnya diterapkan meskipun perbedaan sewa lahan di wilayah kota dinilai lebih tinggi namun permasalahan mengenai biaya transportasi yang terjadi pada masa itu kini sudah tidak terlalu membebani para pelaku pertanian pada masa sekarang, karena jasa angkutan sudah sangat jauh berkembang dibandingkan pada masa itu, sehingga area pertanian tidak harus selalu mendekati pusat pasar atau kota.

Di sekitar kota akan ditanam produk-produk yang kuat hubungannya dengan nilai (value), dan karenanya biaya transportasinya yang mahal, sehingga distrik di sekitarnya yang berlokasi lebih jauh tidak dapat menyuplainya. Ditemukan juga produk-produk yang mudah rusak, sehingga harus digunakan secara cepat. Semakin jauh dari kota, lahan akan secara progresif memproduksi barang dan biaya transportasi murah dibandingkan dengan nilainya. Dengan alasan tersebut, terbentuk lingkaran-lingkaran konsentrik disekeliling kota, dengan produk pertanian utama terteentu. Setiap lingkaran prodk pertanian, system pertaniannya kan berubah, dan pada berrbagai lingkaran akan ditemukan sistem pertanian yang berbeda. Von Thunen menggambarkan suatu kecenderungan pola ruang dengan bentuk wilayah yang melingkar seputar kota.

P = PasarCincin 1 = Pusat industri/kerajinanCincin 2 = Pertanian intensif (produksi susu dan sayur-sayuran)Cincin 3 = Wilayah hutan (untuk menghasilkan kayu bakar)Cincin 4 = Pertanian ekstensif (dengan rotasi 6 atau 7 tahun)Cincin 5 = Wilayah peternakanCincin 6 = Daerah pembuangan sampah

Teori Von Thunen yang Masih Relavan Sampai Saat IniTeori Von Thunen yang masih relevan dengan kondisi sekarang contohnya adalah kelangkaan persediaan sumber daya lahan di daerah perkotaan

Page 4: Dwitantri Rezkiandini Lestari_21040112130071 (Banyak)

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari

NIM : 21040112130071Kelas/Smt : A/3Mata Kuliah

: Lokasi dan Pola Ruang (TKP 341)

memicu berlakunya hukum ekonomi supply and demand semakin langka barang di satu pihak semakin meningkat permintaan di pihak lain akibatnya harga melambung. Demikian yang terjadi terhadap lahan yang ada di daerah perkotaan, dimana nilai sewa atau beli lahan yang letaknya dipusat kegiatan, semakin dekat ke pusat semakin tinggi nilai sewa atau beli lahan tersebut.

Kelangkaan lahan di kota-kota besar seperti untuk pertokoan misalnya, banyak sekali toko-toko yang terletak di pusat kota biaya sewa atau beli tanahnya lebih mahal dari biaya sewa atau beli rumah yang jauh dari pusat perkotaan, bahkan harganya selalau naik, mengikuti perkembangan yang terjadi dari tahun ketahunnya. Ini mengindikasikan bahwa teori Von Thunen tentang alokasi lahan untuk kegiatan pertanian juga berlaku di daerah perkotaan

Teori Von Thunen yang Sudah Tidak Relavan Saat IniDalam teori von Thunen ini, terdapat beberapa asumsi yang sudah tidak relevan lagi, diantaranya adalah:

1. Jumlah PasarDi Indonesia pada umumnya tidak hanya terdapat satu market center, tetapi dua atau lebih pusat dimana petani dapat menjual komoditinya.

2. TopografisKondisi topografi dan kesuburan tanah tidak selalu sama, pada dasarnya kondisi ini selalu berbeda untuk tiap-tiap wilayah pertanian. Jadi untuk hasil pertanian yang akan diperoleh juga akan berbeda pula.

3. Biaya TransportasiKeseragaman biaya transportasi ke segala arah dari pusat kota yang sudah tidak relevan lagi, karena tergantung dengan jarak pemasaran dan bahan baku, dengan kata lain tergantung dengan biaya transportasi itu sendiri (baik transportasi bahan baku dan distribusi barang).

4. Petani tidak semata-mata ‘profit maximization’Petani yang berdiam dekat dengan daerah perkotaan mempunyai alternatif komoditas pertanian yang lebih banyak untuk diusahakan. Sedangkan petani yang jauh dari perkotaan mempunyai pilihan lebih terbatas.

Kelemahan teori Von Thunen terletak pada:1. Keterkaitannya pada waktu;2. Keterkaitannya pada wilayah karena:

a. Kemajuan di bidang transportasi telah menghemat banyak waktu dan uang (mengurangi resiko busuk komoditi);

b. Adanya berbagai bentuk pengawetan, memungkinkan pengiriman jarak jauh tanpa resiko busuk;

c. Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada kota;

Page 5: Dwitantri Rezkiandini Lestari_21040112130071 (Banyak)

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari

NIM : 21040112130071Kelas/Smt : A/3Mata Kuliah

: Lokasi dan Pola Ruang (TKP 341)

d. Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut pemasaran (tidak selalu memanfaatkan jasa kota dalam pemasarannya).

3. Faktor yang bisa mempengaruhi komposisi keruangan selain biaya transport adalah:a. Prasarana jalan yang baik dan kemudahan akses ke pasar kota

menjadi faktor penentu komposisi keruangan;b. Mekanisme pasar yang terbuka hingga menimbulkan terjadinya

supply damand, memungkinkan terjadinya economic landscape sebagai faktor penting mempengaruhi komposisi keruangan;

c. Adanya lokasi alternatif juga bisa berpengaruh pada komposisi keruangan;

d. Skala produksi: biaya/unit vs jumlah produk; localisation economies danurbanisation economies;

e. Lingkungan bisnis: kebijakan pemerintah, lokasi pesaing, dsb;f. Faktor Kesejarahan.

ReferensiArdiyanti, Utari. 2012. “Teori Lokasi Von Thunen” dalam Utari.

http://utariardian.wordpress.com/2012/09/28/teori-lokasi-von-thunen/. Diunduh Kamis, 5 September 2013.

Damayanti, Dwi. Tanpa Angka Tahun. “Teori Von Thunen dan Aplikasinya” dalam Enigmatic. http://dwidama.blogspot.com/2012/07/teori-von-thunen-dan-aplikasinya.html. Diunduh Kamis, 5 September 2013.

Mariza, Anggita. 2011. “Teori Von Thunen” dalam Anggita Mariza. http://anggitamariza.blogspot.com/2011/10/teori-von-thunen.html. Diunduh Kamis, 5 September 2013.

Nursyahbani, Raisya. Tanpa Angka Tahun. “Dasar-dasar Teori Von Thunen” dalam I’m Risticner. http://b2stlyleader.blogspot.com/2011/10/dasar-dasar-teori-von-thunen.html. Diunduh Kamis, 5 September 2013.

Setiawan, Agnas. 2013. “Teori Lokasi Pertanian Von Thunen” dalam Geograph88. http://geograph88.blogspot.com/2013/04/teori-lokasi-pertanian-von-thunen.html. Diunduh Kamis, 5 September 2013.