dsp 9 case 1

37
BAB 1 PENDAHULUAN Kasus utama dalam tutorial DSP-9 pada pertemuan pertama ini adalah Pedodonsia. Pedodonsia adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek kesehatan gigi anak meliputi tindakan pencegahan, perawatan serta pemeliharaan gigi anak. Dalam pertemuan pertama ini dibahas kasus tentang seorang anak perempuan bernama Aisyah yang berumur 8 tahun. Pasien mengeluh gigi belakang kiri atas yang berlubang dan sakit berdenyut hingga tidak bisa tidur sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa gigi belakang kanan atas baru dicabut beberapa bulan yang lalu. Selain itu, orang tua pasien juga mengeluh mengenai gigi baru Aisyah yang tumbuhnya renggang. Pada makalah ini akan dibahas mengenai keluhan utama pasien, pemeriksaan ekstra oral dan intraoral, analisis kasus pasien tersebut, dan diagnosa beserta 1

Upload: idham-pribadi

Post on 27-Oct-2015

164 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

space regainer pulpitis

TRANSCRIPT

Page 1: dsp 9 case 1

BAB 1

PENDAHULUAN

Kasus utama dalam tutorial DSP-9 pada pertemuan pertama ini adalah

Pedodonsia. Pedodonsia adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek kesehatan

gigi anak meliputi tindakan pencegahan, perawatan serta pemeliharaan gigi anak.

Dalam pertemuan pertama ini dibahas kasus tentang seorang anak

perempuan bernama Aisyah yang berumur 8 tahun. Pasien mengeluh gigi

belakang kiri atas yang berlubang dan sakit berdenyut hingga tidak bisa tidur

sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa gigi belakang kanan atas

baru dicabut beberapa bulan yang lalu. Selain itu, orang tua pasien juga mengeluh

mengenai gigi baru Aisyah yang tumbuhnya renggang.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai keluhan utama pasien,

pemeriksaan ekstra oral dan intraoral, analisis kasus pasien tersebut, dan diagnosa

beserta diagnosa bandingnya. Dan pada akhir makalah ini akan dibahas juga

mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan serta prognosisnya.

1.1. Tinjauan Kasus dan Ananmesis

Ketika dilakukan anamnesis lebih lanjut, pasien mengemukakan riwayat

penyakit giginya. Delapan bulan yang lalu Aisyah menderita sakit gigi yang hebat

berdenyut hampir setiap saat terutama di malam hari pada gigi belakang atas,

1

Page 2: dsp 9 case 1

hingga bengkak ke daerah pipi kanan. Aisyah kemudian ke dokter gigi dan diberi

obat, kemudian gigi tersebut akhirnya dilakukan pencabutan.

Keluhan pasien mengenai gigi belakang kiri atas yang berlubang dan

sering sakit berdenyut memerlukan pemeriksaan intraoral untuk menegakkan

diagnosisnya. Pemeriksaan intraoral yang perlu dilakukan antara lain adalah tes

vitalitas dan tes membran periodontal. Tes tersebut sangat diperlukan untuk

menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat untuk gigi

tersebut. Sementara untuk gigi belakang kanan atas yang baru dicabut beberapa

bulan yang lalu, perlu dicurigai terjadinya premature loss karena pasien masih

berusia 8 tahun. Gigi sulung belakang kanan atas yang hilang akan digantikan

oleh gigi premolar yang baru akan tumbuh di usia 11-12 tahun.

Keluhan lain pasien yaitu mengenai gigi dewasanya yang tumbuh

renggang. Pada usia 8 tahun, gigi permanen yang sudah tumbuh adalah gigi seri.

Gigi seri yang renggang pada usia tersebut merupakan hal yang wajar, yang

disebut dengan ugly-duckling stage. Diastema ini akan merapat kembali saat gigi

kaninus mulai tumbuh.

2

Page 3: dsp 9 case 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemeriksaan Klinis

2.1.1. Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk melihat kelainan diluar rongga

mulut. Pada pemeriksaan ekstra oral, yang perlu diperhatikan adalah bentuk

wajah, bibir, sendi TMJ, Postur tubuh, mata, ekspresi, dan kelenjar limfe.

Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan, yaitu tipe wajah,

kesimetrisan wajah, dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan

lebar. Kesimetrisan wajah ada 2, yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan

simetris bilateral apabila wajah terbagi 2 sama lebar dan anatomisnya sama jika

ditarik garis median dari garis rambut ke titik glabela, subnasion, dan menton.

Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung, dan cekung. Untuk

menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glabela, subnasion, dan pogonion

dan dilihat dari arah sagital.

Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir.

Tonus bibir atau kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu normal, hipotonus, dan

hipertonus. Katup bibir untuk melihat apakah bibir dapat terkatup

(competent/positive) atau tidak dapat terkatup (incompetent/negative). Cara

pemeriksaannya adalah dengan mempalpasi otot bibir pada keadaan otot

orbicularis oris dalam keadaan relaksasi.

3

Page 4: dsp 9 case 1

Pemeriksaan TMJ dilakukan untuk melihat apakah pasien memiliki

masalah pada sendi rahang. Masalah yang umum terjadi adalah adanya clicking

dan rasa sakit/nyeri pada sendi rahang. Selain itu juga, masalah lain adalah adanya

krepitasi dan ankilosis.

Postur tubuh terbagi menjadi 4, yaitu tegak, kifosis, skoliosis, dan lordosis.

Kifosis merupakan pembengkokan keluar dari tulang belakang nagian thorax

(thoracic spine) sehingga pasien tampak bungkuk. Lordosis merupakan

pembengkokan tulang belakang region lumbar dan cervical ke dalam secara

berlebih. Skoliosis adalah pembengkokan tulang belakang ke lateral menjauhi

garis median ke kanan maupun kiri.

Gambar 2.1. Lordosis.

Gambar 2.2. Kifosis.

4

Page 5: dsp 9 case 1

Gambar 2.3. Skoliosis.

Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor) atau tidak

sama besar (anisokor), melihat sclera apakah ikterik atau tidak ikterik, dan melihat

konjungtiva apakah pucat (anemis) atau tidak.

Gambar 2.4. Gambar sclera ikterik (kiri) dan gambar konjungtiva anemis (kanan).

Saat pasien datang berobat, kita sebagai dokter gigi harus dapat melihat

ekspresi pasien apakah pasien tersebut tenang, tampak sakit sedang, atau tampak

sakit berat. Ekspresi pasien dapat membantu kita menilai kondisi psikologis

5

Page 6: dsp 9 case 1

pasien dan dapat membantu kita berkomunikasi efektif dengan pasien serta

memilih perawatan yang sesuai sehingga dapat meringankan rasa sakit pasien.

Pemeriksaan kelenjar limfe pada pasien dilakukan pada kelenjar limfe

submandibula kanan dan kiri. Caranya adalah pasien duduk di kursi dental dengan

kepala menempel di kursi yang posisinya agak merebah. Dokter berada di

belakang pasien. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan,

tekan lembut menyusuri belakang telinga ke submandibula sampai arah dagu.

Untuk kasus pertama ini, pemeriksaan ekstra oral seluruhnya tampak

normal.

2.1.2. Pemeriksaan Intra Oral

Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk melihat kelainan di dalam rongga

mulut. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :

a. Tahapan geligi sulung, campuran (awal / akhir), dan permanen

b. Jaringan lunak odem, pembengkakan, hiperemi, benjolan, fistula /

gumboil, ulkus, gingivitis, stomatitis

c. Anomali gigi bentuk, fusi, germinasi, dll

d. Premature loss

e. Persistensi gigi sulung

f. Oral hygiene baik, sedang, buruk

g. Lidah apakah ukurannya normal atau besar (makroglossia)

h. Frenulum tinggi, sedang, rendah. Cara pemeriksaannya adalah dengan

menarik bibir dan melihat dimanakah jaringan yang menjadi pucat.

6

Page 7: dsp 9 case 1

i. Tonsil To, T1, T2, T3. Cara pemeriksaanya adalah dengan

menginstruksikan pasien untuk membuka mulut lebar dan mengucapkan

“aaa…” kemudian lihat daerah yang bergetar

j. Palatum normal, tinggi, dangkal

Pada kasus pertama ini, pemeriksaan intra oral menemukan adanya karies

profunda (CP) pada gigi 64 dan 65, premature loss pada gigi 54 dan 55 yang

mengalami penyempitan ruangan, diastema pada gigi 11 dan 21, serta frenulum

labialis yang sedikit rendah.

Pada gigi 64 dan 65 yang terdapat karies profunda, kita lakukan tes

vitalitas, tes perkusi, dan tes tekan. Tes vitalitas merupakan tes yang dilakukan

untuk menilai apakah pulpa masih vital atau sudah non-vital. Tes vitalitas dapat

berupa tes termal (panas atau dingin) dan EPT (Electric Pulp Test). Tes dingin

dapat dilakukan dengan batangan es, carbon dioxide, dan chlor etil. Tes panas

tidak dilakukan secara rutin karena biasanya tes ini dilakukan jika keluhan terjadi

pada gigi yang sulit dilokalisir. Tes ini berguna jika keluhan utamanya adalah

sensitif terhadap panas. Tes panas dapat dilakukan dengan air panas, pemberian

gutta-percha panas, dan dengan karet poles ( untuk menimbulkan panas akibat

friksi). Tes termal tidak dilakukan kepada anak-anak. Untuk anak-anak, tes

vitalitas yang dilakukan adalah tes sondasi, yaitu menilai vitalitas pulpa dengan

menggunakan sonde yang ditempatkan pada kavitas. Selain itu, dapat digunakan

juga tes kavitas apabila hasil tes sondasi masih meragukan atau anak tidak

merespon tes. Caranya yaitu dengan menggunakan bur dan mengebur kavitas

sampai anak merespon tes. Tes ini biasanya dilakukan bila pada kavitas terbentuk

dentin sekunder sehingga tes sondasi tidak menimbulkan respon positif.

7

Page 8: dsp 9 case 1

EPT tidak menunjukkan pulpa sehat atau tidak. EPT ini hasilnya dapat

berupa negative palsu apabila saluran akar terkalsifikasi atau positif palsu apabila

terdapat pus dalam saluran akar, nekrosis parsial, atau teknik penggunaan yang

tidak benar.

Tes tekan dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya kelainan pada

periapikal. Tes ini dilakukan dengan menggunakan gagang sonde atau kaca mulut

(ujung tumpul) yang diletakkan di bagian oklusal gigi dan pasien diinstruksikan

untuk menggigit. Tes perkusi dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya kelainan

pada jaringan periradikuler. Bila respon positif, maka terdapat kelainan pada

jaringan periodontal. Tes ini dilakukan dengan cara mengetukkan ujung tumpul

alat dasar (sonde atau kaca mulut ) yang dipegang tegak lurus dengan mahkota.

Hal terpenting sebelum melakukan berbagai tes adalah membersihkan

kavitas terlebih dahulu dari sisa-sisa makanan. Setelah bersih, maka dapat

dilakukan tes sesuai kebutuhan dan akan didapatkan hasil yang maksimal.

2.2. Analisis Kasus

2.2.1. Analisis Radiologis

Untuk analisis radiologi digunakan foto panoramik, agar dapat melihat

semua aspek-aspek dan kelainan pada gigi dan jaringan periodontal disekitar

rahang. Pada pemeriksaan radiologis ditemukan benih gigi tetap yang masih

didalam kurang lebih 5 mm dibawah puncak tulang alveolar pada regio 64 dan 65.

Selain itu pada regio ini juga terjadi prematur loss sehingga terjadi penyempitan

ruangan untuk tumbuhnya gigi permanen.

8

Page 9: dsp 9 case 1

Pada regio 54 dan 55 terdapat karies profunda yang besar, dengan gejala

nyeri yang spontan. Dan setelah dilakukan pemeriksaan periodontal, didapatkan

hasil positif pada tes perkusi dan tekan, namun negatif pada tes mobiliti. Daerah

trifurkasi dan periapikal tampak dalam batas normal, serta resorpsi akar gigi

tersebut minimal.

Pada regio 11 dan 21 terjadi diastema, pada pemeriksaan intraoral terlihat

frenulum labialis yang sedikit rendah. Pada umur 6,5 tahun ketika incisivus

sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis median prosesus alveolaris

sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai suatu keadaan frenulum

yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah “ Ugly duckling stage “.

Kadang –kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi

Lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi

bila terdapat leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar

mesiodistal gigi caninus, molar pertama dan kedua susu dengan caninus premolar

pertama dan kedua permanen. Namun hal ini normal terjadi pada tahap erupsi

molar pertama dan incisivi permanen. Tahap 1 ( terjadi pada umur antara 6 – 8

tahun ) terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama

permanen .

9

Page 10: dsp 9 case 1

2.3. Diagnosis dan Diagnosis Pembanding

Pada gigi 54 dan 55

Pulpitis Irreversibel

Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari

pulpitis reversible. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang

luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma

atau penggerakkan gigi dalam perawatan orthodonsia dapat pula menyebabkan

pulpitis ireversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak

akan busa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan.

Gejala

Pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan

gejala yang ringan. Akan tetapi, pulpitis ireversibel dapat juga diasosiasikan

dengan nyeri spontan (tanpa nyeri eksternal) yang intermitten atau terus menerus.

Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat atau difus (menyebar) dan

bisa berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri

pulpa lebih sulit diabndingkan dengan nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit

ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi stimulus eksternal seperti dingin atau

panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.

10

Page 11: dsp 9 case 1

Diagnosis Pembanding

Abses apikalis akut

Tanda dan Gejala

Bergantung pada keparahan reaksinya, pasien dengan AAA biasanya

mengalami ketidaknyamanan atau pembengkakan yang sedang hingga parah.

Selain itu, kadang-kadang disertai pula manifestasi sistemik dari proses infeksi

seperti meningkatnya suhu tubuh, malaise, dan leukositosis. Karena hal ini

muncul hanya pada pulpa yang nekrosis, stimulasi elektrik atau panas tidak akan

menimbulkan respons tetapi pada perkusi dan palpasi biasanya akan timbul nyeri.

Bergantung pada derajat kehancuran jaringan keras yang disebabkan oleh iritan,

tampilan radiografik AAA berkisar dari penebalan ruang ligament periodontium

(jarang terjadi) hingga ke lesi yang jelas resorptif (biasa).

Pada gigi 11 dan 21

Diastema

Suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya

berkontak.

Diastema ada 2 macam, yaitu :

a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens

supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan

jelek, dan persistensi.

11

Page 12: dsp 9 case 1

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor

keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.

Pada kasus terdapat diastema antara gigi 11 dan 21.

2.4. Rencana Perawatan

2.4.1. Devitalisasi Pulpa

Pengertian devitalisasi pulpa adalah tindakan untuk mematikan pulpa

dengan menggunakan bahan-bahan tertentu (necrotizing agent), yaitu :

Arsen : As2O3

Nonarsen : Paraformaldehid (trioxymethylene)

2.4.1.1. Paraformaldehida

Bentuk polimer dari formaldehida

Larut dalam air

Denaturasi protein

Desinfektan

Toksik, allergenik, genotoksik

Mutagenik. karsinogenik

12

Page 13: dsp 9 case 1

Tujuan pemakaian :

Devitalisasi pulpa sebelum ekstirpasi atau amputasi mortal

Devitalisasi residual setelah pengangkatan jaringan pulpa non-vital

Kontra indikasi :

Alergi formaldehida

Efek samping :

Pada pulpa terbuka , keluhan seperti pulpitis atasi dengan

anastesi lokal

Pada ekstirpasi pulpa, perdarahan, waktu ekstraksi pulpa apikal

Bila ada residu dalam kanal, sakit hebat

Bila keluar ke apikal, inflamasi / nekrosis jaringan periapikal

Pada gigi susu merusak benih gigi permanen (jarang)

Aplikasi

Kunjungan 1 :

Aseptik

Bersihkan kavitas dari karies

Kalau perlu buat dinding artifisial

Disinfeksi kavitas

Tempatkan paraformaldehida tanpa tekanan

Tutup tumpatan sementara

Tinggalkan dalam kavitas 10 – 15 hari

13

Page 14: dsp 9 case 1

Kunjungan 2 :

Asepsis

Buka tumpatan sementara

Keluarkan arsen, tes vitalitas pulpa :

o Nonvital : buka kavum

o Masih vital : devitalisasi ulang (24 jam)

Antisipasi nyeri dapat menggunakan analgesik peroral.

Nekrosis gingiva / periapikal akibat bahan devitalisasi :

Oleh karena tumpatan sementara bocor

Hiperemia gingiva : gangguan sirkulasi biru abu-abu nyeri seperti

periodontitis

Prosesus alveolaris : osteomyelitis

Terapi :

Buang As / paraformaldehid di papil

Irigasi H2O2 3 %

Ekskavasi sampai jaringan sehat (ada perdarahan)

Kavitas tutup tambalan sementara yang licin

Semprot H2O2 pada interdental aplikasi yodium / betadine

Obat kumur

Kontrol tiap hari

14

Page 15: dsp 9 case 1

2.4.1.2. Arsen

Logam berat

Abu-abu keperakan

Rapuh

Bau seperti bawang putih

Bila kena udara warna > gelap

Mampu menembus membran sel

Menembus epitel

Sangat toksik

Akibat penggunaan arsen yang tidak tepat :

Periodontium bagian apeks

Tulang alveoler sekitar apeks

Kebaikan penggunaan arsen :

Mudah dikerja

Umumnya tanpa nyeri

Bila sakit (karena tekanan saraf yang masih hidup ) berikan : eugenol,

anastetikum

Kekurangan arsen :

Non self limiting effect

Kontrol sukar

Bisa nekrosis pada gingiva / papil gusi / prosesus alveolar

15

Page 16: dsp 9 case 1

Efek devitalisasi tidak dapat ditentukan

Bila pasien tidak kembali dalam 2 hari kerusakan jaringan

Indikasi :

pulpa sehat

pulpitis kronis

Kontra indikasi :

pulpitis akut

hiperemi periodontium

Aplikasi

Kunjungan 1 :

Asepsis

Bersihkan karies dari kavitas

Kalau perlu dinding artifisial

Disinfeksi kavitas kemudian keringkan

Aplikasi arsen yang dibungkus kapas steril, tetesi eugenol resapkan pada

kapas kering

Tutup tumpatan sementara

Tinggalkan dalam kavitas selama 2 hari

Kunjungan 2:

Asepsis

Buka tumpatan sementara

Keluarkan arsen, tes vitalitas pulpa :

16

Page 17: dsp 9 case 1

-nonvital : buka kavum

- masih vital : devitalisasi ulang (24 jam)

2.4.2. Mahkota Penuh (Full Crown)

Mahkota penuh merupakan suatu restorasi yg menutupi seluruh

permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota ini dapat merupakan restorasi

yang berdisi sendiri (singel unit restoration) atau sebagai retainer dari jembatan

mahota penuh yang dibuat dari logan dipakai sebagai retainer pada gigi-gigi

posterior dimana estika tidak menjadi soal. pada gigi anterior yang terlihat jika

mitlu dibuka dibuat mahkota penih dari logam yang mempunyai lapisan porselen

atau akrilik pada bagian-bagian labial atau bukal untuk estatika. Mahkota

semacam ini lazim disebut mahkota berlapis (veneered metal crown, veneer

crown). mahkota penih yang khusus dipakai pada gigi-gigi anterior dan dibuat

seluruhnya dari porselen atau akrilik disebut mahkota jacket.

Indikasi

Mahkota penuh sebagai retainer dibuat pada gigi-gigi depan (anterior) yang :

Mempunyai permukaan labial yang berkaries, yang mengalami erosi,

perubahan warna atau bernida (stained)

mempunyai permukaan proksimal yang ada tambalan besar atau karies

dalam

memerlukan perubahan kedudukan atau bentuk untuk keperlukan estetik

maka logan bagian labial dilapisi dengan bahan yang merupakan gigi

17

Page 18: dsp 9 case 1

seperti porselen atau akrilik.

Indikasi untuk gigi-gigi belakang (posterior) ialah:

gigi-gigi (geraham) yang mudah terserang karies (karies indeks tinggi)

oleh karena kerusakan-kerusakan akibat karies atau fraktur tidak dapat

dibuat macam retainer-retainer lain

Mahkota penuh dari logam menjadi pilihan kita sebagai retainer, oleh karena :

Kuat, awet, tidak mudah lepas

dapat melindungi gigi terhadap karies dan fraktir

dapat dirubah bentuk ukuran dan atau oklusinya

preparasi pencentakan pembuatan dan penyemenan yang mudah

mempunyai dinding yang mengelilingi gigi dan dinding ini dijadikan satu

oleh permukaan oklusi yang tebal sehingga keseluruhannya menjadi suatu

bentuk yang tidak mudah mengalami distorsi di bawah tekanan daya

kunyah, oleh karena pertahanan terhadap distorsi yang besar ini, maka

mahkota penuh dapat dibuat dari logan (emas) yang kekerasannya lebih

rendah.

2.4.3. Space Regainer

Space regainer adalah alat aktif yang digunakan untuk memperoleh

kembali ruangan yang hilang atau empit pada lengkung gigi. Dan indikasinya

adalah untuk mendapatkan kembali tempat sekitar 3 mm atau kurang.

Adapun fungsi space regainer antara lain :

18

Page 19: dsp 9 case 1

Untuk mendapatkan kembali ruang yang pernah ada tapi bukan

menciptakan ruangan baru

Menegakkan kembali gigi yang miring akibat tipping ea rah yang kosong

akibat kehilangan gigi yang terlalu dini

Macam-macam space regainer antara lain:

Removable space regainer

Gambar 2.5. Removable space regainer.

Fixed Space Regainer

19

Page 20: dsp 9 case 1

Gambar 2.6. Fixed space regainer.

-Jackscrew space regainer

untuk menggerakkan gigi molar secara distal tanpa gerakan tipping dan

rotasi.

-Looped coil space regainers

20

Page 21: dsp 9 case 1

Dirancang untuk memindahkan bicuspid gigi secara mesial. Tidak

direkomendasikan untuk menggerakkan lebih dari 1 gigi, dan menggerakkan

ke arah distal.

- Sliding loop space regainer

Untuk menggerakkan gigi bikisupidnya secara mesial dengan sedikit

pergerakan ke distal pada gigi molar.

Kelebihan Removable Space Regainer :

21

Page 22: dsp 9 case 1

• Mudah dalam pengerjaannya

• working timenya pendek

Kekurangan Removable Space Regainer :

• Memerlukan kooperasi dari si pasien

• Pergerakan yang dilakukan adalah tipping

• Mudah patah dan hilang

• Kawat dapat melukai gusi

Kelebihan Fixed Space Regainer :

• Tidak mudah patah/berubah bentuk

• Tekanan dapat dikontrol

• Tidak akan mudah hilang

• Dapat dipaai pada asien tidak kooperatif

Kekurangan Fixed Space Regainer :

• Sulit untuk dibersihkannya sehingga menjadikan OH buruk

• Sulit diperbaiki

22

Page 23: dsp 9 case 1

• Harga lebih mahal

• Pembuatannya butuh waktu lama

2.4.4. Frenektomi

Frenektomi adalah suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum

baik frenulum labialis atau frenulum lingualis. Etiologi pada frenulum labialis

adalah perlekatannya terlalu rendah sehingga menyebabkan diastema.

Indikasi

• Pada frenulum yang abnormal karena dapat mengganggu stabilitas dari

geligi tiruan.

• Frenektomi untuk mendukung perawatan ortodonti maupun prostetik.

• Untuk keperluan estetik.

Kontraindikasi

• Frenektomi yang dilakukan sebelum perawatan orthodonti, karena belum

diketahuinya apakah frenulum menyebabkan problem atau tidak pada

perawatan orthodonti.

• Frenektomi yang dilakukan sebelum ke enam gigi permanen anterior

erupsi, karena sebagian besar kasus diastem pada midline maksila menutup

setelah erupsi ke enam gigi anterior.

• Pasien dengan penyakit sistemik.

23

Page 24: dsp 9 case 1

Alat yang digunakan pada saat frenektomi adalah:

Jepitan hemostat

Pisau scalpel

Needle holder

Jarum

Gunting bedah

Labial Frenektomi

teknik:

Anestesi lokal secara infiltrasi dapat dilakukan sebelum dilakukan

pembedahan.

Setelah dilakukan anestesi, bibir bagian atas dibuka ke atas, dan

frenulum dijepit dengan menggunakan dua jepitan hemostat yang

diletakkan pada margin inferior dan superior frenulum labial.

Kemudian dibuat insisi dari belakang hemostat inferior dan

superior menggunakan pisau scalpel.

Kemudian dilakukan penjahitan pada bagian yang bergerak dari

tepi luka. Jahitan tersebut harus menjepit/memegang periosteum

untuk pengamanan kedalaman sulkus.

Kompres dengan kasa diletakkan antara gigi insisif. Periodontal

pack biasanya tidak perlu dilakukan karena tulang akan tertutup

jaringan granulasi dengan cepat.

24

Page 25: dsp 9 case 1

Gambar 2.7. Teknik frenektomi labial.

Apabila frenulum mengalami hipertrofi, dimana sampai menyebabkan diastema di antara

2 insisif sentral, maka jaringan hipertrofi di antara gigi insisif sentral juga harus dibuang.

Kesimpulan: pada kasus ini frenektomi tidak dilakukan dengan pertimbangan usia

pasien yang baru berumur 7 tahun dan belum lengkapnya keenam gigi anterior. Midline

diastema antara insisivus sentral rahang atas pada usia antara 7 dan 11 tahun disebut ugly

duckling stage yang nantinya akan menutup secara spontan setelah keenam gigi anterior

erupsi.

25

Page 26: dsp 9 case 1

DAFTAR PUSTAKA

Pinkham, J. R. 2005. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescence. 4th ed.

McDonald, R. E. and Avery, D. R. 2005. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Mosby Co, Inc.

Mathewson, R. J. and Primosch, R. E. 1995. Fundamental of Pediatric Dentistry. 3rd ed.

26