Download - Obat Gagal Jantung
A.
1. Obat Gagal Jantung
Gambar 1. Obat yang digunakan pada gagal jantung (Neal, 2005)
a. Penghambat ACE
1) Farmakodinamik
Penghambat ACE merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan fungsi
sistolik ventrikel kiri yang menurun, yakni dengan fraksi ejeksi dibawah normal
( < 40-45 % ), dengan atau tanpa gejala. Penghambat ACE menghambat konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II. Kebanyakan efek biologis angiotensin II
diperantarai oleh reseptor angiotensin tipe I (AT1). Stimulasi reseptor AT1
menyebabkan vasokontriksi, stimulasi dan penglepasan aldosteron, peningkatan
aktivitas simpatis dan hipertrofi miokard (Setiawati, 2009).
Aldosteron menyebabkan reabsorpsi Na dan air di tubulus ginjal, sedangkan
aktivitas simpatis menyebabkan sekresi renin dari jukstaglomerular di ginjal.
Reseptor AT2 memperantarai stimulasi apoptosis dan anti proliferasi.
Penghambat ACE dengan mengurangi pembentukan angiotensin II akan
menghambat aktivitas angiotensin II di reseptor AT1 maupun AT2. Pengurangan
hipertrofi miokard dan dan penurunan preload jantung akan menghambat progresi
remodelling jantung. Disamping itu penurunan aktivasi neurohormonal endogen
akan mengurangi efek langsungnya dalam menstimulasi remodelling jantung
(Setiawati, 2009).
2) Farmakokinetik
Bioavailabilitas rata-rata 60% dan berkurang karena makanan. Obat diberikan
1 jam sebelum makan. Konsentrasi puncak dalam plasma dicapai dalam 1 jam dan
waktu paruhnya kira-kira 2 jam. Kurang lebih 95% obat ini dikeluarkan melalui
urine. Lima puluh persen sebagai bentuk utuh dan sisanya sebagai bentuk utuh.
Ekskresi obat ini lambat pada pasien ginjal ( Chaidir, 2008).
3) Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi : Infark miokard, kongesti paru atau EF < 40 %, dan semua
pasien gagal jantung sistolik ( Semua derajat keparahan,
termasuk yang asimptomatik).
Kontraindikasi : Penghambat ACE di kontraindikasikan pada wanita hamil
dan menyusui, pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral
atau angioedema pada terapi dengan penghambat ACE
sebelumnya (Setiawati,2009).
4) Contoh Sediaan Obat dan dosis
Tabel 1. Dosis penghambat ACE
OBAT DOSIS DOSIS PEMELIHARAAN
Kaptopril 6,25 mg tid 25-50 mg tid
Enalapril 2,5 mg od 10-20 mg bid
Lisinopril 2,5 mg od 5-20 mg od
Ramipril 1,25 mg od/bid 2,5-5 mg bid
Tandolapril 1 mg od 4 mg od
Kuinapril 2,5 mg od 5-10 mg bid
Fosinopril 5-10 mg od 20-40 mg od
Perindopril 2 mg od 4 mg od
5) Efek Samping Obat
Efek samping Penghambat ACE yang terpenting adalah Batuk, hipotensi,
gangguan fungsi ginjal, hiperkalemia, dan angioedema ( Setiawati, 2009).
b. Diuretik
1) Farmakodinamik
Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin dengan menghambat reabsorpsi
natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air terjadi
di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal ( proksimal, ansa henle, dan distal )
(Kee, 2008).
Penggunaan diuretik dengan cepat menghilangkan sesak nafas dan
meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik. Pada pasien gagal jantung,
diuretik mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume ektrasel,
aliran balik vena, dan tekanan pengisian ventrikel (preload). Dengan demikian
edema perifer dan kongesti paru akan berkurang atau hilang, sedangkan curah
jantung tidak berkurang ( Setiawati, 2009).
2) Farmakokinetik
Diuretik merupakan obat yang cepat diabsorpsi dengan baik dalam traktus
gastrointestinal. Obat-obat inni merupakan obat yang berikatan dengan protein
sangta tinggi dengan waktu paruh yang bervariasi dari 30 menit sampai 1,5 jam
( Kee, 2008).
3) Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi : Hipertensi, edema perifer.
Kontraindikasi : Gagal jantung yang asimtomatik maupun yang tidak ada
overload cairan.
4) Contoh sediaan obat, dosis dan Efek samping
Tabel 2. Diuretik oral untuk pengobatan retensi cairan pada gagal jantung.
Kategori Dosis awalDosis
maksimalESO
Diuretik Kuat
Furosemid20-40 mg
od/bid600 mg
Hipokalemis,
hiponatremia,
hipomagnesia
Bumetanid0,5-1 mg
od/bid10 mg
Hiperurikemia,
intoleransi
glukosa
Torasemid 10-20 mg od 200 mg Gangguan asam
basa
Tiazid
HCT 25 mg od/bid 200mg Hipokalemia
Klortalidon12,5-25 mg
od100mg
Hipomagnesia,
hiponatremia
Indapamin 2,5 mg od 5mgGangguan asam
basa
Diuretik hemat K
Amilorid 2,5 mg od 20 mgHiperkalemia,
rash
Triamteren 25 mg od 100mg Hiperkalemia
c. β Blocker
1) Farmakodinamik
Pemberian B blocker pada gagal jantung sistolik akan mengurangi kejadiaan
iskmeia miokard, mengurangi stimulasi sel-sel automatik jantung dan efek
antiaritmia lainnya, sehingga mengurangi resiko terjasinya aritmia jantung, dan
dengan demikian mengurangi risiko terjadinya kematian mendadak. B blocker
juga menghambat aktivasi sitem RAA. Akibatnya terjadi oenurunan hipertrofi
miokard, apoptosis dan fibrosis miokard, dan remodelling miokard, sehingga
progresi gagal jantung akan terhambat dan dengan demikian meburuknya kondisi
klinis juga akan terhambat ( Setiawati, 2009).
2) Farmakokinetik
Sifat larut lemak menentukan tempat metabolisme (hati dan waktu paruh
(memendek).
Tabel 3. Farmakokinetik beberapa B blocker
Obat Kelarutan dalam lemak Eliminasi
Asebutolol Rendah Hati
Atenolol Rendah Ginjal
Labetalol Rendah Hati
Metoprolol Sedang Hati
Nadolol Rendah Ginjal
Penbutolol Tinggi Hati
Pindolol Sedang Ginjal&hati
Propanolol Tinggi Hati
3) Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi : Hipertensi, pengobatan serangan angina, angina tidak stabil,
dan infark jantung ( Suyatna, 2009).
Kontraindikasi : Terdapat tanda-tanda gagal jantung akut, hipotensi,
meningkattnya resiko syok kardiogenik, dan kontraindikasi
relatif lain (Dharma, 2009).
4) Contoh sediaan obat dan dosis
Tabel 4. B blocker yang terbukti efektif untuk gagal jantung.
B blocker Dosis awal Dosis target
Bisoprolol 1,25 mg od 10 mg od
Metoprolol suksinat CR 12,5-25mg od 200mg od
Karvedilol 3,125 mg bid 25 mg bid
5) Efek samping obat
Bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tanga kaki terasa dingin, mimpi
buruk, impotensi, peningkatan kadar trigliserida serum dan penurunan HDL
( Dharma, 2009).
d. Inotropik (glikosida)
1) Farmakodinamik
Efek digoksin pada pengobatan gagal jantung adalah Inotropik positif,
kronotopik negatif dan mengurangi aktivitas saraf simpatis. Mekanisme inotropik
positif adalah dengan cara menghambat pompa Na-K ATPase pada membran sel
otot jantung sehingga mengingkatkan kadar Na intrasel, dan ini menyebabkan
berkurangnya pertukaran Na-Ca selama repolarisasi dan relaksasi otot jantung
sehingga Ca2+ tertahan di dalam sel, kadar Ca2+ intrasel meningkat, dan ambilan
Ca2+ kedalam retikulum sarkoplasmik meningkat. Dengan demikian, Ca2= yang
tersedia dalam Retikulum sarkoplasma untuk dilepaskan kedalam sitosol untuk
kontraksi meningkat, sehingga kontraktilitas sel otot jantung meningkat. Pada
kadar terapi digoksin meningkatkan tonus vagal dan mengurangi aktivitas
simpatis di Nodus SA maupun AV, sehingga dapat menimbulkan bradikardia
sinus sampai henti jantung dan atau perpanjangan konduksi AV sampai
meningkatnya blok AV (Setiawati,2009).
2) Farmakokinetik
Digoksin di absorpsi 40-90 % (rata-rata 75%) pada pemberian per oral dan 25
% nya terikat dengan protein plasma. Waktu paruh disposisinya adalah 1,6 hari
dan eliminasi utama terjadi di ginjal. Sebagian kecil digoksin melalui jalur
enterohepatik, dengan volume distribusi sekitar 4-7 L/kg. Obat terakumulasi
terutama di otot skelet (Chaidir, 2008).
3) Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi : Pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium, pasien gagal
jantung dengan ritme sinus yang masih simtomatik .
Kontraindikasi : Bradikardia, Blok AV derajat 2 dan 3, sindroma sick sinus,
sindroma wolff parkinson white, kardiomiopati obstruktif
hipertrofik, hipokalemia (Setiawati, 2009).
4) Contoh Sediaan Obat
Contoh Obat : Digoksin
Sediaan : Tablet 0,25 mg
Dosis : 0,125 -0,25 mg setiap hari jika fungsi ginjal normal ( Pada
lansia 0,0625 -0, 125 mg ).
5) Efek Samping Obat
a) Gejala saluran cerna : hilangnya nafsu makan dan mual muntah.
b) Efek pada jantung : ektrasistol, fibrilasi atrium, fibrilasi ventrikel, serta
dapat terjadi blok SA dan blok AV.
c) Efek pada SSP : sakit kepala, trigeminal neuralgia, lemah,
disorientasi, afisia, delirium, konvulsi.
d) Gangguan penglihatan : kromatopsia, penglihatan kabur, diplopia, dan
skotomata ( Chaidir, 2008).
e. Antagonis Angiotensin II
1) Farmakodinamik
Antagonis reseptor AT-II adalah zat-zat yang bukan merupakan jenis peptida,
yang memblokir reseptor Angiotensin-II-tipe 1 (AT1-reseptor) sehingga
memblokir efek-efek yang diperantarai oleh Angiotensin-II (vasokonstriksi karena
pembebasan aldosteron, vasopresin, dan faktor-faktor pertumbuhan) (Schmitz et
al, 2008).
2) Farmakokinetik, Contoh Obat, dan Dosis
Tabel 5. Farmakokinetik, contoh obat, dan dosis antagonis Angiotensin II
(Schmitz et al, 2008).
Penyerapan makanan dapat mengurangi bioavaibilitas. Losartan secara efektif
mengalami metabolisme melalui sitokrom P450 menjadi suatu metabolit karboksi
yang 40 kali lebih efektif. Berlawanan dengan losartan, valsartan bukan
merupakan prodrug dan hampir tidak dimetabolisasi (Schmitz et al, 2008).
3) Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi : hipertensi esensial (Schmitz et al, 2008).
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap losartan atau valsartan, gangguan
fungsi ginjal, insufisiensi hati, anak-anak, kehamilan, dan
masa menyusui (Schmitz et al, 2008).
4) Efek Samping Obat
Vertigo, angioudem (jarang), ruam kulit, gangguan ortostatik, somolen, dan
obstipasi (Schmitz et al, 2008).