dody firmanda 2011 rs fk unhas makassar - peran komite farmasi dan terapi

Upload: dody-firmanda

Post on 07-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    1/13

    1

    (Komite/SubKomite/Tim) Farmasi dan Terapi Rumah Sakit

    Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MAKetua Komite Medik

    RSUP Fatmawati, Jakarta.

    Pendahuluan

    Sub Komite Farmasi dan Terapi RS Fatmawati merupakan salah satu dari 14

    tim yang berfungsi secara lintas fungsi dan melibatkan multidisplin profesi di

    Komite Medik RS Fatmawati. Sejak periode 2003, peran Sub Komite Farmasi

    dan Terapi tidak hanya terbatas dalam penyusunan Daftar FormulariumRumah Sakit, akan tetapi diperluas dari mulai pengusulan di tingkat SMF

    sampai kebijakan pengambilan keputusan dari segi jenis, macam dan

    partisipasi aktif pengelolaan obat yang beredar di rumah sakit.1, 2,3

    Dalam pelaksanaan kegiatan Sub Komite Farmasi dan Terapi RS Fatmawati

    berada dalam Sistem RS Fatmawati dan Sistem Komite Medik RS Fatmawati.

    Adapun prinsip kebijakan Sub Komite Farmasi dan Terapi adalah4:

    1. Dikelola secara transparan, adil dan akauntabel (TFA transparency, fairness and accountable)

    2. Melibatkan profesi medik, perawat dan farmasi dari seluruh proses

    pengelolaan (perencanaan sampai dengan audit).

    3. Laporan tertulis secara berkala dan tepat waktu (setiap triwulan).

    4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan rumah sakit

    5. Setiap keputusan kebijakan dibuat berdasarkan musyawarah dan

    mufakat.

    Disampaikan pada Workshop Peran Komite Medik dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah SakitdiRS FK - Universitas Hasanuddin Makassar, 3-4 Juni 2011..

    1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 131/enkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional Bab

    VII Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan Kesehatan.2 WHO. Drugs and Therapeutics Committee: a practical guide WHO/EDM/PAR/2004.1. Geneva 2003.3 Green T, Beith A, Chalker J. Drugs and Therapeutics Commmittee: a vehicles for improving rational

    drug use. WHO/EDM Anniversary Issue 2003:32;10-1.4 Firmanda D. Peran Komite (Tim) Farmasi dan Terapi dalam sistem dan kebijakan obat di RS

    Fatmawati. Disampaikan pada Lokakarya Nasional Pertama Strategy to combat the emergence and

    spread of antimicrobial resistant bacteria in Indonesia, Ditjen Pelayanan Medik Depkes RI, Bandung 30-

    31 Mei 2005.

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    2/13

    2

    6. Formularium RS Fatmawati: evaluasi/revisi setiap tahun (sekitar

    bulan Agustus/September)

    Mengingat pengelolaan obat tersebut sangat strategis dan sensitif, maka agar

    Sub Komite Farmasi dan Terapi dapat berfungsi optima dan efektif maka

    susunan struktur organisasi Sub Komite Farmasi dan Terapi di RS Fatmawati

    harus mengikutsertakan partisipasi dari berbagai profesi. Sub Komite

    Farmasi dan Terapi di RS Fatmawati terdiri dari seluruh 20 Ketua SMF, 9

    farmasis, Komite Keperawatan, Bidang Perawatan dan dari jajaran administrasi

    struktural dengan uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas agar Sub Komite

    Farmasi dan Terapi tersebut berfungsi dengan baik.

    Sub Komite Farmasi dan Terapi di RS Fatmawati menerapkan kegiatannyadalam bentuk/model yang dinamakan 5 Langkah 12 Kegiatan sebagai suatu

    lingkaran (Gambar 1).4, 5

    Gambar 1. Strategi 5 Langkah 12 Kegiatan

    5 Firmanda D. Disampaikan pada Lokakarya Nasional Kedua Strategy to combat the emergence and

    spread of antimicrobial resistant bacteria in Indonesia. Diselenggarakan oleh Direktorat Bina

    Pelayanan Medik Spesialistik, Ditjen BinYanMdik Depkes RI di Hotel Mercure Rekso, Jakarta 6 7

    November 2006.

    Pemantauan

    Efektivitas

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    3/13

    3

    Perincian pelaksanaan 5 Langkah 12 Kegiatan (5L12K) tersebut adalah

    sebagaimana dalam Tabel 1 berikut.4-5

    Khusus untuk Langkah A dan B menggunakan kaidah pengambilan keputusan

    berdasarkan kesepakatan bersama Sub Komite Farmasi dan Terapi yakni

    pendekatan Evidence Based Medicine (Gambar 2) dan langkah kedua

    dan ketiga dalam hal perencanaan pengadaan dan pengadaan disesuaikan

    dengan melibatkan pihak terkait mengingat adanya dan telah berlaku

    Undang Undang Nomor 17 tahun 20036, Undang Undang Nomor 1 Tahun

    20047, Undang Undang Nomor 15 tahun 20048 dan perubahan ICW Sttbld

    6 Undang Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 37.7 Undang Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 1 ayat 23, Pasal 68,

    69 dan 72.8 Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

    Keuangan Negara Pasal 28.

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    4/13

    4

    1925 N0.448 UU No. 9 Tahun 1968 yang telah diubah menjadi Kepres No.

    42 Tahun 2002 yang pada pasal 115 dilengkapi dengan Kepres No. 80 Tahun

    2003 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yangkemudian diperjelas dengan Kepres No. 61 Tahun 2004 dan Peraturan

    Presiden No. 32 Tahun 2005 serta Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun

    2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Mekanisme

    pengambilan keputusan penentuan obat sebagaimana dapat dilihat pada

    Gambar 2 di bawah dengan komposisi pengusulan 1:1:2

    Gambar 2. Kaidah mekanisme pengambilan keputusan penentuan obat (Sidang

    Pleno Komite Komite Medik 2003).4-5

    Yang harus disesuaikan dan dimodifikasi adalah langkah kedua dan ketiga

    dalam hal perencanaan pengadaan dan pengadaan itu sendiri dengan

    melibatkan pihak terkait mengingat adanya dan telah berlaku Undang Undang

    Nomor 17 tahun 20039, Undang Undang Nomor 1 Tahun 200410, Undang

    Undang Nomor 15 tahun 200411 dan perubahan ICW Sttbld 1925 N0.448 UU

    No. 9 Tahun 1968 yang telah diubah menjadi Kepres No. 42 Tahun 2002 yangpada pasal 115 dilengkapi dengan Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang

    Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang kemudian diperjelas

    dengan Kepres No. 61 Tahun 2004 dan Peraturan Presiden No. 32 Tahun

    9 Undang Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 37.10 Undang Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 1 ayat 23, Pasal 68,

    69 dan 72.11 Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

    Keuangan Negara Pasal 28.

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    5/13

    5

    2005 serta Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana dapat dilihat pada

    Gambar 3, 4 dan 5 berikut.

    Gambar 3. Berbagai perubahan peraturan yang ada kaitannya dengan langkah

    kedua dan ketiga dalam Siklus 5 Langkah 12 Kegiatan

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    6/13

    6

    Gambar 4. Perundangan dan peraturan yang terkait dengan langkah kedua dan

    ketiga dalam Siklus Siklus 5 Langkah 12 Kegiatan

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    7/13

    7

    Gambar 5. Perundangan dan peraturan yang terkait dengan langkah kedua dan

    ketiga dalam Siklus 5 Langkah 12 Kegiatan

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    8/13

    8

    Sejak terjadi perubahan status rumah sakit menjadi BLU rencana kegiatan

    model 5 Langkah 12 Kegiatan Sub Komite Farmasi dan Terapi mengalami

    stagnasi; tidak hanya terutama pada langkah pertama, kedua dan ketiga namun seluruh 5 langkah 12 Kegiatan dikarenakan kebijakan tidak tertulis

    Direktur Utama (saat itu) yang mengambil alih fungsi Sub Komite tersebut.

    Mengingat pengelolaan obat dan alat kesehatan/kedokteran tersebut sangat

    strategis dan sangat sensitif, maka Sub Komite Farmasi dan Terapi sebagai

    komponen dalam Komite Medik dan Sistem Komite Medik melakukan re-

    positioning12 melalui Sidang Pleno Komite Medik menjadi Sub Komite Farmasi

    dan Terapi Komite Medik dengan fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab

    yang sama seperti sebelumnya hanya berubah dari segi strategiimplementasinya (wait and see policy strategy)13 ke dalam perpaduan Sistem

    Clinical Governance dan sistem pembayaran DRGs Casemix dengan komponen

    utama ke arah Clinical Pathways,14,15,16,17,18,19,20,21, Clinical Risks Management

    dan Patient Safety 22, 23 dalam bentuk ko-ordinasi dan ko-operasi dengan Sub

    Komite Pengendalian Infeksi Komite Medik melalui kegiatan Surveilans dan

    High Impact Interventions sebagaimana skema Komite Medik (Gambar 6)

    dengan berbagai produk kebijakan klinis, Panduan/Pedoman dan Instrumen

    (Gambar 7).

    12 Walt G. Power and policy process. In Health Policy an introduction to process and power. WUP and

    Zed Books Ltd; London, 1996; 35-52.13 Walt G. Implementation: do those who implement decide? In Health Policy an introduction to process

    and power. WUP and Zed Books Ltd; London, 1996; 153-177.14 Campbell H et al. Integrated clinical pathways. BMJ 1998:316;133-4.15 Johnson S. Pathways of care. Blackwell Science, Oxford 1997.16 Edwards J. Clinical Care Pathways: a model for effective delivery of health care? J of Integrated Care

    1998:2; 59-6217 Hale C. Case Management and Managed Care. Nursing Standard 1995: 9(19); 33-518 Kitchener D et al. Integrated Care Pathways; Effective Tools for Continuous Evaluation of ClinicalPractice. J Evaluation in Clinical Practice 1996:2(1); 65-919 Petryshen PR, Petryshen PM. The case management model: an approach to the delivery of patient care. J

    Advance Nursing 1992:17;1188-9420 Wall M. Managed Care: Development of an Integrated Care Pathway in Neurosciences. NT Research

    1997: 2(4); 290-121 Wilson J, Integrated Care Management: The Pathway to Success? Oxford Butterworth Heinneman 199722 Firmanda D. Pedoman dan Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan Keamnan Pasien ( Clinical Risks

    Management and Patients Safety). Pleno Komite Medik RS Fatmawati 21 Juni 2005.23 Firmanda D. Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien ( Clinical Risks Management

    and Patients Safety). Disampaikan dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan Instrumen ManajemenRisiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and Patients Safety) dan uji coba di 4

    propinsi di Depkes RI Jakarta 2005.

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    9/13

    9

    Gambar 6. Skema Komite Medik dalam rangka Clinical Governancedan Sistem

    Casemix.

    Gambar 7. Produk Pedoman dan Instrumen dari Komite Medik RSUP

    Fatmawati.

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    10/13

    10

    Seluruh kegiatan profesi dalam pelayanan dan pendidikan dilaksanakan secara

    terintegrasi/terpadu dalam berbagai kegiatan dalam lintas fungsi antar Sub

    Komite, Tim Tim dan SMF dalam koridor ruang lingkup Komite Medik RSUPFatmawati - terlepas dari berbagai kendala yang ada dan harus diantisipasi

    secara well managed and governance dengan menitikberatkan berfokus

    kepada pelayanan pasien dan mutu pelayanan profesi sesuai dengan Undang

    Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 49 ayat 1

    bahwa dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyelenggarakan

    kendali mutu dan kendali biaya.24

    Farmakoekonomi dalam pelayanan obat di rumah sakit

    Sebetulnya secara tidak langsung melalui Sidang Pleno Komite Medik RSUPFatmawati telah menetapkan mekanisme pengambilan keputusan untuk

    Langkah C Kegiatan 6 melalui pendekatan skema sebagaimana di bawah yang

    telah disepakati pada Sidang Pleno Komite Medik 2003 dan direvisi kembali

    Sidang Pleno Komite Medik 21 Maret 2005 melalui pendekatan Evidence

    Based Medicine (Gambar 2 di atas) yang mana salah satu komponennya

    mempertimbangkan aspek ekonomi dengan langkah langkah berikut:4

    24 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    11/13

    11

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    12/13

    12

    Pendekatan tersebut telah disosialisasikan dalam Jurnal Ilmiah Berkala

    Kesehatan Fatmawati volume 4 nomor 14 edisi April 2005

  • 8/6/2019 Dody Firmanda 2011 RS FK Unhas Makassar - Peran Komite Farmasi dan Terapi

    13/13

    13

    Daftar Formularium RS mutlak ada dan selalu dilakukan revisi secara

    berkala agar dapat menyesuaikan dengan Panduan Praktik Klinis (PPK)

    dari profesi medis dan Clinical Pathways pelayanan yang diberikan.

    Sesuai kesepakatan bersama antara Komite Medik dan Direktur Utama

    saat ini maka Sistem 5 Langkah 12 Kegiatan diatas akan dikembalikan

    sebagaimana semula, setelah dilakukan evaluasi menyeluruh atas

    keadaan saat ini.

    Terima kasih, semoga bermanfaat.

    Dody Firmanda

    Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta

    Jakarta, 3-4 Juni 2011.