doc 1
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan
mata sebab kelainan ini merupakan salah satu penyebab utama kebutaan.
Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
berupa bakteri, jamur dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi
secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan
jaringan parut yang luas.
Penting untuk mempertimbangkan penyebab dari keratitis itu sendiri
sehingga dapat dilakukan diagnosa dan penanganan yang tepat dan efektif.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Konsep dasar penyakit keratitis ( definisi, etiologi, woc, klasifikasi,
tanda dan gejala, penatalaksanaan, komplikasi).
1.2.2 Asuhan keperawatan pada kasus keratitis.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit keratitis ( definisi, etiologi,
woc, klasifikasi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, komplikasi).
1.3.2 Untuk mengetahi asuhan keperawatan pada kasus keratitis.
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Keratitis
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang
pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Keratitis ulseratif yang lebih di kenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya destruksi ( kerusakan pada bagian epitel kornea (Darling, H Vera,
2000).
Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan
menurut lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila
mengenal lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis
(atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.
2.2 Etiologi
a. Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur,
atau parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri.
Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat trauma atau gangguan
mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal.
b. Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan
dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan
kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan
kornea dapat disebabkan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis
saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang
dianastesi.
2.3 Menifestasi klinis
Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis adalah :
Inflamasi bola mata yang jelas2
Terasa ada benda asing di mata
Cairan mukopurulen dengan kelopak mata salingmelekat satu sama lain
Rasa silau dimata .
2.4 Klasifikasi
a. Keratitis mikrobial
Keratitis bacterial
Keratitis akibat dari infeksi stafilokokkus, berbentuk seperti keratitis
pungtata, terutama dibagian bawah kornea.
Keratitis viral
Keratitis dendritik herpetik
Keratitis dendritik yang disebabkan virus herpes simpleks akan
memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea
dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang – cabang
dengan memberikan uji fluoresin positif nyata pada tempat
percabangan.
Keratitits herpes zooster
Merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus herpes zooster
pada cabang saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan
demikian pula kornea atau konjungtiva.
Keratitis pungtata epitelial
Keratitits dengan infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan
oleh virus keratitits pungtata juga disebabakan oleh obat
seperti neomicin dan gentamisin.
Keratitits disiformis
Merupakan keratitits dengan bentuk seperti cakram didalam
stroma permukaan kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi
atau sesudah infeksi virus herpes simpleks.
b. Pemajanan
Keratitis lagoftalmos
3
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada
ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma
dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.
Keratitis neuroparalitik
Terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang mengakibatkan
gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea
Keratokonjungtivitis sika
Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea.
4
2.5 Patofisologis ( Web Of Causation )
5
MK : Gangguan persepsi sensori :
visual
MK :Resiko penyebaran infeksi
Kurang informasi tentang
penyakitnya
Mk : kurangnya pengetahuan
Cemas, takut
Pandangan terbatas
Kerusakan penglihatan
MK : resiko cidera
Personal higiene
Toksik, Alergi
Pemajanan, Bakteri
Kornea
Infeksi Epitel kornea rusak
Lesi kornea Infiltrasi sel radang
MK : Nyeri
Kemampuan menstranmisi dan merefraksi cahaya
kurang
Intregritas epitel dan endotel berkurang
Oedema kornea
Kekeruhan kornea
Migrasi sel radang keluar stroma kornea
Perforasi kornea
Sekret berlebih
ketajam penglihatan berkurang
Tindakan medis
psikologis
MK : ansietas
MK : kurang perawatan diri
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Uji fluoresein
Untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitelkornea akibat erosi, keratitis
epitelial, bila terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna hijau pada defek
tersebut.
2. Uji sensibilitas kornea
Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang berkaitan dengan penyakit
mata akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster ataupun akibat
gangguan ujung saraf sensibel kornea oleh infeksi herpes simpleks.
3. Uji fistel
Untuk melihat kebocoran kornea atau fistel akibat adanya perforasi kornea
4. Uji biakan dan sensitivitas
Mengidentifikasi patogen penyebab
5. Uji plasido
Untuk mengetahui kelainan pada permukaan kornea.
2.7 Penatalaksanaan
Pada pasien dengan keratitis berat dirawat untuk pemberian tetes
antimikroba seperti gentamisin 5mg/ml, tobramisin15mg/ml, atau
sefuroksim 50 mg/ml setiap 30 menit sekali dan pemeriksaan berkala.
Pada keratitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks pasien perlu
diberikan virustatika seperti IDU trifluorotimidin dan acyclovir .
Pada keratitis akibat herpes zooster pasien diberikan obat simptomatis
saja seperti analgetika, vitamin dan antibiotika topikal.
Tameng mata ( patch ) dan lensa kontak perlu dilepas dahulu sampai
infeksi terkontrol, karena akan memperkuat pertumbuhan mikroba.
Keratoplasi yaitu transplantasi / cangkok kornea.
6
2.8 Komplikasi
1. Penipisan kornea.
2. Descemetocele sekunder.
3. Perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan
hilangnya penglihatan.
4. Sembuh dengan sikatrik tergantung berat ulkusnya : nebula, makula,
leukoma.
5. Iritis/iridosiklitis dengan komplikasinya:
- sinekia anterior - katarak komplikata
- sinekia posterior - glaukoma sekunder
6. Panoftalmitis
7. Atrofi bulbi.
7
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir , umur,
pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk rumah sakit.
b. Keluhan utama
Klien mengeluhan seperti nyeri pada bola mata sampai kelopak mata,
nyeri semakin parah bila ditekan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penurunan tajam penglihatan, trauma pada mata, riwayat gejala penyakit
mata seperti nyeri , pusing, silau, mata merah dan berair.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit yang dialami klien seperti diabetes melitus,
herpes zooster, herpes simpleks.
e. Pengkajian fisik
Keadaan umum: baik
Kesadaran compos mentis
Tanda vital : TD : 100-120/80-90 mmHg, Nadi : 60-100 x/menit,
Suhu : 35,5-37 °C , RR : 18-20x/menit.
Pernafasan
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada cuping hidung.
Auskultasi : bronkovesikuler
Palpasi : vocal premitus teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : sonor
Kardiovaskuler
Inspeksi : tak ada kelainan
8
Auskultasi : S1 S2 terdengar tunggal
Palpasi : nadi normal
Persyarafan
GCS : 456 ( normal )
Penginderaan
a. Ketajaman penglihatan
Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata ( snellen ) berkurang.
b. Palpebra superior
Merah, sakit jika ditekan
c. Palpebra inferior
Bengkak, merah, ditekan keluar sekret
d. Konjungtiva tarsal superior dan inferior
Inspeksi :
- Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna
merah dengan pembuluh darah ditengahnya.
- Membran,sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila
diangkat akan berdarah, membran merupakan jaringan
nekrotik yang terkoagulasi dan bercampur dengan fibrin,
menembus jaringan yang lebih dalam dan berwarna abu –
abu.
- Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan
berdarah.
- Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa
perkapuran yang terjadipada konjungtiviti kronis
- Sikatrik, terjadi pada trakoma.
e. Konjungtiva bulbi
- Sekresi
- Injeksi konjungtival
- Injeksi siliar
- Kemosis konjungtiva bulbi, edema konjungtiva berat
- Flikten peradangan disertai neovaskulrisasi
9
f. Kornea
- Erosi kornea, uji fluoresin positif
- Infiltrat, tertibunnya sel radang
- Pannus, terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah
yang membentuk tabir kornea
- Flikten
- Ulkus
- Sikatrik
g. Bilik depan mata
- Hipopion, penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata
depan
- Hifema, perdarahan pada bilik mata depan
h. Iris
- Rubeosis, radang pada iris
- Gambaran kripti pada iris
i. Pupil
- Reaksi sinar, isokor
- Pemeriksaan fundus okuli dengan optalmoskop untuk melihat
- Adanya kekeruhan pada media penglihatan yang keruh
seperti pada kornea, lensa dan badan kaca.
Genitourinaria
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pencernaan
Inspeksi : tak ada kelainan.
Auskultasi : peristaltik usus normal.
Palpasi : tak ada kelainan.
Perkusi : timpani.
Muskuloskeletal dan Integumen
10
Inspeksi : tidak ada kelainan.
Palpasi : tidak ada kelainan.
Endrokrin
Tidak ada kelainan.
Personal hygiene
Personal hygiene kurang.
Aspek psikologis-sosial-spiritual
Perasaan klien saat ini : cemas karena penglihatanya berkurang dan
takut akan prosedur dan tindakan medis.
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi dan adanya lesi pada kornea.
2. Gangguan persepsi sensori : visual berhubungan dengan ketajaman
penglihatan berkurang.
3. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
4. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan migrasi sel radang
keluar stroma kornea.
5. Ansietas berhubungan dengan penglihatan berkurang, prosedur tindakan
medis.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi akan
perjalanan penyakitnya.
3.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi dan adanya lesi pada kornea.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkurang.
11
Kriteria hasil :
Pasien merasa nyaman
Menyebutkan metode untuk mengurangi nyeri
Nyeri berkurang dengan skala nyeri 2
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk mengompres mata dengan air hangat
Rasional : kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Anjurkan pasien untuk tidak menggosok – gosok mata yang sakit
terutama dengan tangan.
Rasional : menggosok mata yang sakit akan memperparah nyeri.
3. Anjurkan pasien membersihkan kacamata pelindung jika bepergian.
Rasional : mencegah iritasi pada kornea .
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.
Rasional : pemberian analgesik akan mengurangi rasa nyeri.
2. Gangguan persepsi sensori : visual berhubungan dengan ketajaman
penglihatan berkurang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan klien
membaik.
Kriteria evaluasi
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
Intevensi
1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua
mata terlibat.
12
Rasional : untuk mengetahui bagaimana tingkat ketajaman
penglihatan klien sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat.
2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di
areanya.
Rasional : untuk membiasakan terhadap lingkungannya.
3. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan seperti kurangi kekacauan, ingatkan memutar kepala
ke subjek yang terlihat dan perbaiki sinar suram.
Rasional : untuk memperbaiki persepsi sensorinya.
4. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata
dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
Rasional : memperbaiki penglihatan .
3. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat menghindari
cidera.
Kriteria Hasil :
Klien dapat mengidentifikasi adanya bahaya cidera.
Klien dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Klien dapat menjelaskan akan perjalanan penyakitnya dan tahu hal
yang dapat memperparah penyakitnya.
Intervensi Keperawatan :
1. Bantu pasien ketika melakukan aktifitas.
Rasional : membantu pasien untuk melakukan ADL.
2. Orientasikan pasien pada ruangan
Rasional : agar pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan baru
sehingga dapat mengidentifikasi adanya bahaya cidera.
3. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila
diperlukan.
Rasional : melindungi mata dari cidera.
4. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
13
Rasional : memberi tekanan pada mata dapat memperparah konsisi
mata.
5. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata
Rasional : agar tidak mencederai mata.
3.4 Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana keperawatan
dilakukan sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria
keberhasilan pada tujuan rencana keperawatan. Dengan demikian evaluasi
dapat dilakukan sesuai dengan kriteria / susunan rinci ditulis pada lembar
catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R ( Data subyek, Obyek,
Asesment, Implementasi, Evaluasi, Revisi).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
bahasa : dr. H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC
Faryihsan.(2009).AskepPadaKeratitis.http://farlyihsan.blogspot.com/2009/04/
askep-pada-keratitis.html.diakses pada tanggal 10 April 2010
Ners Semarang.(2008).Askep Pada Pasien dengan Ulkus
Kornea.http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan_16.html. diakes pada tanggal 10 April
2010
Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI
Vera, H.D dan Margaret R.T.( 2000 ). Perawatan Mata. Yogyakarta : penerbit
ANDI Yogyakarta
14
15