dk2p4 2end version

12
2. sifat-sifat sel ganas 1. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan Berikut merupakan strategi yang digunakan sel kanker untuk memperoleh self-sufficiency dalam sinyal pertumbuhan yang dikelompokkan berdasarkan perannya dalam jenjang transduksi sinyal dan pengendalian siklus sel. a. Factor pertumbuhan Banyak sel kanker memperoleh kemampuan untuk tumbuh sendiri karena mampu menyintesis factor pertumbuhan yang sama kepada mana sel tersebut responsive. Contoh factor pertumbuhan tersebut adalah PDGF dan TGF α. b. Reseptor factor pertumbuhan Contoh ekspresi berlebihan reseptor pada sel kanker adalah ERBB1. c. Protein transduksi sinyal d. Factor transkripsi nucleus Dapat terjadi otonomi pertumbuhan akibat mutasi yang mengenai gen yang mengendalikan transkripsi DNA. Sejumlah onkoprotein, termasuk produk onkogen MYC, MYB, JUN, FOS, REL dapat ditemukan dalam inti sel. Dari gen ini, gen MYC paling sering terlibat pada tumor manusia.

Upload: ardi-firtz-zhouu

Post on 17-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ca mammae

TRANSCRIPT

2. sifat-sifat sel ganas1. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan

Berikut merupakan strategi yang digunakan sel kanker untuk memperoleh self-sufficiency dalam sinyal pertumbuhan yang dikelompokkan berdasarkan perannya dalam jenjang transduksi sinyal dan pengendalian siklus sel.

a. Factor pertumbuhan

Banyak sel kanker memperoleh kemampuan untuk tumbuh sendiri karena mampu menyintesis factor pertumbuhan yang sama kepada mana sel tersebut responsive. Contoh factor pertumbuhan tersebut adalah PDGF dan TGF .

b. Reseptor factor pertumbuhan

Contoh ekspresi berlebihan reseptor pada sel kanker adalah ERBB1.

c. Protein transduksi sinyal

d. Factor transkripsi nucleusDapat terjadi otonomi pertumbuhan akibat mutasi yang mengenai gen yang mengendalikan transkripsi DNA. Sejumlah onkoprotein, termasuk produk onkogen MYC, MYB, JUN, FOS, REL dapat ditemukan dalam inti sel. Dari gen ini, gen MYC paling sering terlibat pada tumor manusia.

2. Insensitivitas terhadap sinyal yang menghambat pertumbuhan

Gangguan terhadap gen penekan tumor yang menjadi rem bagi proliferasi sel akan menyebabkan sel refrakter terhadap inhibisi pertumbuhan dan mirip dengan efek mendorong pertumbuhan onkogen. Contoh gen yang terkait adalah gen RB dan TP 53.

3. Menghindar dari apoptosis

Sel kanker dapat mengacaukan apoptosis di banyak tempat. Contohnya pada karsinoma hepatoseluler yang mengalami penurunan kadar CD95 menyebabkan tumor ini kurang rentan terhadap apoptosis oleh Fasl. Kadar CD95 diatur oleh TP53, dan hilangnya TP53 mungkin berperan menyebabkan penurunan CD 95. Beberapa tumor memperlihatkan peningkatan FLIP, suatu protein yang mengikat kompleks pemicu kematian dan mencegah pengaktifan kaspase 8.

4. Kemampuan replikasi tanpa batas

Pada sel normal kemampuan replikasi hanya sekitar 60-70 kali. Namun, pada sel kanker akan diaktifkan telomerase yang akan mempertahankan panjang telomere sehingga sel memiliki kemampuan replikasi tanpa batas.

5. terjadinya angiogenesis berkelanjutan

Neovaskularisasi diperlukan oleh sel ganas untuk penyaluran nutrient dan oksigen. Pada sel tumor terdapat factor angiogenik terkait tumor yaitu VEGF dan basic fibroblast growth factor yang akan memicu terjadinya vaskularisasi berkelnjutan pada tumor.

6. kemampuan melakukan invasi dan metastasis

Sel ganas memiliki kemampuan untuk menginvasi matriks ekstrasel yang kemudian akan masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah untuk mencapai organ sasaran. Ketika berada dalam aliran daran, sel tumor membentuk gumpalan dan melekat ke leukosit dan trombosit untuk mendapat perlindungan dari serangan sel efektor antitumor pejamu.

Sumber:

Kumar V,Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: EGC. 2007. Hal: 201-14.

5. a definisi

Kanker sering disebut karsinoma, neoplasma ganas ataupun tumor ganas yaitu jaringan baru yang timbul dalam tubuh pada lokasi tertentu yang dipengaruhi berbagai penyebab sehingga jaringan setempat terjadi pertumbuhan yang tidak normal dan dapat menyebar ke organ lain. Berdasarkan lokasinya, kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada jaringan epitel payudara.

Sumber;

World Health Organization (WHO). 2013. Cancer Fact Sheet. Available from: http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/advocacy/cancer_fa_sheet.pdf?ua=1 [Accesed 17 April 2014].5. k. Faktor resiko

a. Umur

Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor risiko paling kuat untuk kanker payudara. Meskipun kanker payudara dapat terjadi pada wanita muda,secara umum merupakan penyakit penuaan. Seorang wanita berusia 30-an risikonya kira-kira 1 dalam 250, sedangkan untuk wanita pada usia 70-an nya,adalah sekitar 1 dari 30. Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis adalah setelah menopause dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi setelah 50 tahun.

b. Riwayat keluarga

Resiko mendapat kanker payudara dibanding wanita tanpa riwayat keluarga berlipat ganda sekiranya mempunyai salah seorang diantara ibu atau saudara perempuan mengalami kanker payudara. Resiko relatif bertambah dengan bilangan ahli keluarga yang menderita kanker payudara. Usia mendapat kanker pada ibu atau saudara perempuan juga mempengaruhi resiko terutamanya jika didiagnosa menderita pada usia muda. Resiko adalah tiga kali ganda pada wanita dengan onset umur kurang dari 40 tahun.c. Factor genetic

Gen penentrasi tinggi yang berperan dalam terjadinya kanker payudara yaitu BRCA1, BRCA2 dan TP53. Namun gen-gen ini hanya berperan kurang dari 10% dari semua kasus kanker payudara dalam populasi.

d. Factor reproduktif

Wanita yang memiliki siklus haid lebih karena mereka mulai menstruasi pada usia dini (sebelum usia 12) dan / atau melalui menopause pada usia kemudian (setelah umur 55) mempunyai resiko sedikit lebih tinggi mendapat kanker payudara. Hal ini mungkin terkait dengan eksposur seumur hidup yang lebih tinggi kepada hormon estrogen dan progesteron.

Usia mendapat anak pertama mempunyai hubungan yang bermakna dengan insiden kanker payudara. Wanita Nulliparous memiliki risiko yang sama dengan yang ada pada wanita yang lahir anak pertama ketika mereka berusia 30 tahun, dengan kelahiran pertama kelahiran yang kemudian menimbulkan risiko yang lebih tinggi (khususnya dalam waktu 5 tahun setelah melahirkan) dan perempuan melahirkan ketika mereka masih muda memiliki risiko rendah. Risiko relatif berkurang sekitar 3% untuk setiap tahun usia ibu melahirkan berkurang , sehingga seorang wanita yang lahir anak pertama ketika ia berusia 20 tahun risikonya sekitar 30% relatif lebih rendah dibandingkan wanita yang anak pertama lahir ketika ia berusia 30 tahun.e. Alcohol

Asupan alkohol yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko, berdasarkan analisis terbaru berdasarkan 53 penelitian menunjukkan bahwa sekitar 4% kanker payudara di negara maju mungkin dikaitkan dengan konsumsi alkohol.

f. KontrasepsiPengunaan kontrasepsi oral pada jangka waktu terdekat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara, namun wanita yang telah berhenti menggunakan kontrasepsi oral selama 10 tahun atau lebih memiliki resiko yang sama dengan wanita yang tidak pernah menggunakan pil.g. Terapi hormonal

Penggunaan hormon menopause (terapi penggantian hormon atau terapi hormon menopause) dengan gabungan estrogen dan progestin telah menunjukkan peningkatan risiko kanker payudara, dengan risiko yang lebih tinggi dikait dengan penggunanan jangka masa panjang. Namun, peningkatan risiko kelihatan berkurang dalam 5 tahun penghentian penggunaan hormon. Estrogen yang diresepkan untuk wanita tanpa rahim tidak terkait dengan peningkatan risiko terkena kanker payudara.h. Obesitas

Over weight dan obesitas, yang diukur dengan indeks massa tubuh tinggi (BMI), meningkatkan risiko kanker payudara pasca menopause dan merupakan salah satu dari beberapa faktor risiko untuk kanker payudara yang mampu dimodifikasi.Sumber:

Cancer Research U.K.,2010. Breast Cancer- Risk Factor. Available from: http://info.cancerresearchuk.org/cancerstats/types/breast/riskfactors/. [ Accesed 13 April].American Cancer Society (ACS), 2009. Breast Cancer Facts & Figures 2009-2010. Atlanta:American Cancer Society, Inc. Available from : http://www.cancer.org/downloads/STT/F861009_final%209-08-09.pdf[Accesed 8 march].

Jack Cuzick, 2008. Assessing Risk for Breast Cancer. Breast Cancer Research, 10(4): S13.National Breast and Ovarian Cancer Centre. , 2009.Breast Cancer Risk Factors: A Review of The Evidence. National Breast and Ovarian Cancer Centre, Surry Hills, NSW.

6. FAM

FAM sejauh ini adalah tumor jinak tersering pada payudara perempuan. Eningkatan mutlak atau nisbi aktivitas erstrogen diperkirakan berperan dalam pembentukannya, dan lesi serupa mungkin muncul bersama dengan perubahan fibrokistik. FAM biasanya terjadi pada perempuan muda; insidensi puncak adalah pada usia 30-an.

Secara klinis, FAM biasanya bermanifestasi sebagai tumor soliter, diskret, mudah digerakkan. Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid dan selama hamil. Pascamenopause, lesi mungkin mengecil dan mengalami kalsifikasi. Pemeriksaan sitogenik memperlihatkan bahwa sel stroma bersifat monoclonal sehingga mencerminkan elemen neoplastic dari tumor ini. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui; mungkin sel stroma neoplastic mengeluarkan factor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. FAM hampir tidak pernah menjadi ganas.Sumber:

Kumar V,Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: EGC. 2007. Hal: 793.

7. pengaruh genetic terhadap Ca mammae

Resiko mendapat kanker payudara dibanding wanita tanpa riwayat keluarga berlipat ganda sekiranya mempunyai salah seorang diantara ibu atau saudara perempuan mengalami kanker payudara. Resiko relatif bertambah dengan bilangan ahli keluarga yang menderita kanker payudara. Usia mendapat kanker pada ibu atau saudara perempuan juga mempengaruhi resiko terutama jika didiagnosa menderita pada usia muda. Seperti pada kasus yang menyebutkan bahwa nenek dari ibunya mengalami kanker payudara, sehingga dapat dikaitkan kemungkinan adanya hubungan genetic yang mendasari terjadinya kanker payudara pada ibu di kasus tersebut.Gen yang mengalami mutasi dan berperan dalam terjadinya kanker payudara yaitu BRCA1, BRCA2 dan TP53.

Sumber:

Jack Cuzick, 2008. Assessing Risk for Breast Cancer. Breast Cancer Research, 10(4): S13.12. prognosis kasus

Prognosis pada penderita kanker payudara ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:a. Ukuran karsinoma primer. Pasien dengan karsinoma invasive yang lebih kecil daripada 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat keterlibatan KGB dan mungkin tidak memerlukan terapi sistemik.

b. Keterlibatan KGB dan jumlah KGB yang terkena metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena, angka harapan hidup 5 tahun mendekati 90%.

c. Derajat karsinoma. Karsinoma yang berdiferensiasi baik memiliki prognosis yang secara bermakana lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang berdiferensiasi buruk.

d. Tipe histologic karsinoma. Semua tipe khusus karsinoma payudara memiliki prognosis yang lebh baik daripada karsinoma tanpa tipe khusus.

e. Invasive limfovaskular. Adanya tumor di dalam rongga vascular di sekitar tumor primer merupakan factor prognosis yang buruk, terutama jika tidak terdapat metastasis ke KGB.f. Ada tidaknya reseptor estrogen dan progresteron. Adanya reseptor hormone menyebabkan prognosis sedikit membaik.

g. Laju proliferasi kanker. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan dengan prognosis yang buruk.

h. Aneuploidy. Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidy) memiliki prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma dengan kandungan DNA serupa dengan sel normal.

i. Ekspresi berlebihan ERBB2. Ekspresi berlebihan berkaitan dengan prognosis yang buruk.

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, dan gejala pasien serta data yang ada pada pemicu serta tidak adanya pemeriksaan lain yang diperlukan maka untuk sementara dapat diperkirakan bahwa prognosis kanker payudara ibu tersebut cukup baik. Namun, untuk menentukan prognosis secara lebih tepatnya diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan lain seperti histopatologi, imunohistokimia, dan hitung mitotic. Akan tetapi, hasil akhir pada kasus individual sulit diperkirakan walaupun semua indicator prognostic tersebut telah dipertimbangkan.

Sumber:

Kumar V,Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: EGC. 2007. Hal: 802.