acara cropwat full version

31
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN ACARA V CROPWAT Disusun Oleh : Nama : Ngurah Kamandanu (11537) Faishal Majid (11581) M. Adib Fikri (11881) Dewi Kurniyawati (11929) Nurkholifah (11945) Nurfiana Rahmawati (11982) Bintang Soma P (11995) Gol / kel : A4 / 1 Asisten : Aldrian Glevino

Upload: danzbro

Post on 14-Dec-2014

493 views

Category:

Documents


59 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN

ACARA V

CROPWAT

Disusun Oleh :

Nama : Ngurah Kamandanu (11537)

Faishal Majid (11581)

M. Adib Fikri (11881)

Dewi Kurniyawati (11929)

Nurkholifah (11945)

Nurfiana Rahmawati (11982)

Bintang Soma P (11995)

Gol / kel : A4 / 1

Asisten : Aldrian Glevino

LABORATORIUM AGROHIDROLOGI

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya penting bagi kehidupan manusia dan

pihak lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan

pembangunan telah meningkatkan kebutuhan air. Di pihak lain,

ketersediaan air dirasakan semakin terbatas, di beberapa tempat

bahkan sudah dikategorikan berada dalam kondisi kritis.

Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi tanaman dalam

melakukan proses tumbuh dan berkembang. Kebutuhan air tanaman

harus diketahui agar selalu terpenuhi, dan bila belum terpenuhi, maka

perlu dilakukan kegiatan irigasi. Irigasi berarti mengalirkan air secara

buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk

memenuhi kebutuhan air tanaman.

Cropwat merupakan sebuah program komputer untuk menghitung kebutuhan air

tanaman dan kebutuhan air irigasi berdasarkan data iklim dan data tanaman. Hasil dari

Cropwat dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk menerapkan teknik irigasi yang baru

mengacu kepada jenis tanaman berdasarkan perhitungan evapotranspirasi dan faktor iklim,

maka dapat diketahui tanaman atau komoditas yang cocok ditanam di suatu daerah serta

kebutuhan irigasi yang diperlukan sehingga penggunaan air lebih efektif dan efisien.

B. Tujuan

Dapat menggunakan program komputer cropwat untuk menentukan kebutuhan air

tanaman dan kebutuhan air irigasi.

C. Tinjauan Pustaka

Tanaman menggunakan air paling efisien bila kondisi pertumbuhannya baik.

Kebutuhan airnya berubah secara konstan dengan tingkat pertumbuhan dan dengan

kondisi lingkungannya. Dengan aasan inilah, maka penentuan laju transpirasi dan

kebutuhan air oleh tanaman tidak langsung dapat dimanfaatkan pada wilayah-wilayah

yang berbeda kondisi tanah dan iklimnya (Kertonegoro, 1989).

Kebutuhan air tanaman memiliki pengertian yang sama dengan konsumsi air oleh

tanaman yang didefinisikan sebagai banyaknya air yang hilang dari areal vegetasi per

satuan luas per satuan waktu yang digunakan untuk transpirasi atau pertumbuhan /

perkembangan dan yang dievaporasikan dari permukaan vegetasi dan tanah.jadi

prinsipnya kebutuhan air tanaman adalah evapotranspirasi (Sukarso, 2006).

Kebutuhan tanaman akan air tujuannya selalu untuk mencapai pertumbuhan

tanaman yang optimal, sebagai contoh tanaman yang seragam, aktif pertumbuhannya,

bebas dari penyakit, dan kondisi tanah favorit. Tamanan mampu mencapai tingkat

potensial produksinya apabila berada dalam kondisi lingkungan yang optimal (Astuti,

2007).

Berbagai metode telah digunakan untuk menghitung jumlah air yang dikonsumsi

oleh tanaman pertanian dan tumbuhan alami. Bagaimana metodenya, masalah yang

ditemui banyak sekali. Sumber air yang digunakan oleh tanaman hidup yang berasal hidup

presipitasi adalah faktor yang digunakan untuk memilih metode (Hansen et. al., 1980).

Dalam perencanaan irigasi, penilaian jumlah air yang dibutuhkan suatu areal tidak

memisahkan antar evaporasi dan transpirasi. Oleh karena itu yang digunakan oleh tanaman

untuk proses metabolisme hanya sedikit atau kurang dari 1% nilai tersebut diabaikan

(Sudjarwadi, 1990).

Cropwat adalah sebuah sistem yang mendukung untuk bidang agrometeorologi,

ahli agronomi, dan teknisi irigasi sebagai rekomendasi untuk meningkatkan praktek

irigasi, jadwal irigasi tanaman dengan keadaan terbatasnya persediaan air, serta

meningkatkan produktivitas tanman dalam keadaan tidak hanya hujan atau defisit air. Air

tanaman dan kebutuhan irigasi dapat dihitung dengan bantuan data tanman (tersedia dalam

program) dan data iklim untuk 144 negara dari pusat data Climwat (anonim, 2004).

Model Cropwat awalnya dikembangkan oleh FAO tahun 1999 untuk perencanaan

dan pengelolaan proyek irigasi. Versi terbaru dinamakan Cropwat for Windows yang

dapat dioperasikan melalui hubungan windows. Input data meliputi data meteorologi,

tanah dan tanaman (Prijono, 2005).

Cropwat adalah suatu sistem yang dikeluarkan oelh Divisi Perkembangan Tanah

dan Air FAO. Fungsi utama Cropwat adalah (anonim, 2005) :

1. Untuk menghitung referensi evapotanspirasi

2. Untuk menghitung kebutuhan air tanaman

3. Untuk menghitung kebutuhan air irigasi

4. Untuk menyusun jadwal irigasi

5. Untuk membuat pola ketersediaan air

6. Untuk mengevaluasi curah hujan

7. Untuk mengevaluasi efisiensi praktek irigasi.

II. METODOLOGI

Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian Acara V yaitu “Cropwat”

dilaksanakan pada hari Senin, 25 Maret 2013 di Laboratorium

Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini

adalah data iklim selama 1 tahun, data tanaman, software Cropwat for

Windows, 1 unit laptop, dan 1 unit printer.

Cara kerja dari praktikum ini adalah data iklim dianalisis untuk

diketahui Eto, kemudian kebutuhan irigasi dengan periode irigasi tertentu

ditentukan. Langkah selanjutnya Cropwat for Windows dioperasikan untuk

mengetahui kebutuhan air tanaman berdasarkan data iklim dan vegetasi.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Cropwat 8.0 untuk Windows adalah sebuah program computer

untuk perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi

berdasarkan data tanah, iklim, dan tanaman. Selain itu, program ini

memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen

yang berbeda dan perhitungan pasokan air untuk berbagai skema pola

tanaman. Cropwat 8.0 juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-

praktek irigasi petani dan untuk memperkirakan kinerja tanaman di

bawah kedua kondisi tadah hujan dan irigasi.

Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman,

terutama tanaman pangan jika dibandingkan dengan faktor lingkungan

lainnya. Jumlah air berlebihan di dalam tanah akan mengubag berbagai

proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan

meningkatkan pembentukan senyawa yang beracun pada akar tanaman.

Sedangkan jumlah air yang terlalu sedikit dapat memberikan cekaman

kekeringan pada tanaman. dalam kondisi ilmiah, kekeringan lebih sering

menjadi masalah utama dibandingkan kelebihan air. Dalam setiap kasus,

sebab pokok dari kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor

peningkatan kebutuhan air cenderung meningkatkan penyebab

kekeringan.

Kebutuhan air tanaman (Etc) didekati dengan nilai evapotranspirasi

acuan (Eto) dengan rumus Etc = Kc * Eto. Kc adalah koefisien tanaman

yang tergantung pada watak tanaman, saat tanam, tingkat pertumbuhan,

dan keadaan iklim setempat. Hubungan CH dan evapotranspirasi akan

menghasilkan periode pertumbuhan (growing period) sehingga periode

tumbuh dapat diartikan sebagai suatu jangka waktu pada saat jumlah

presipitasi lebih besar daripada evapotranspirasinya.

Metode Cropwat sangat mudah digunakan dibandingkan dengan

metode lain yang bersifat konvensional. Dengan adanya Cropwat,

menghitung kebutuhan air tanaman menjadi lebih praktis. Hampir semua

jenis tanaman (30 jenis tanaman) dapat diketahui kebutuhan airnya

secara tepat dan teliti, selain itu data yang disajikan lengkap. Kita dapat

mengetahui kapan waktu penanaman, jadwal irigasi, dankebutuhan air

tanaman setiap bulannya. Selain itu Cropwat 8.0 mudah digunakan,

sangat praktis karena juga sangat cepat dalam mengolah data dan

menyajikan hasil yang diinginkan, mampu mendesain, memanejemen,

serta mampu menampilkan hasil dalam bentuk grafik dan form. File-file

jadwal irigasi dapat disimpan sehingga dapat digunakan di kemudian hari,

sedangkan metode lainnya tidak. Program ini merupakan cara

perhitungan yang paling efektif karena program ini mempunya human

error yang paling kecil. Namun Cropwat 8.0 mempunya kelemahan yaitu

hasil data yang hanya berkisar dua angka di belakang koma sehingga nilai

yang dihasilkan sangat bergantung pada pembulatan yang dilakukan.

Pada praktikum ini dikenalkan penggunaan program computer yaitu

CropWat untuk menentukan kebutuhan air tanaman, dan kebutuhan air

irigasi. Kebutuhan air bagi tanaman didefinisikan sebagai tebal air yang

dibutuhkan untuk memenuhi jumlah air yang hilang melalui

evapotranspirasi suatu tanaman sehat. Sedangkan disini tujuan irigasi

yaitu mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman, sehingga

tanaman bias tumbuh secara normal. Pada hasil perhitungan dengan

CropWat berdasarkan tiga tanaman yang kita pilih yaitu sorgum, tomat,

dan Soybean, maka diperoleh grafik sebagai berikut:

a. Sorghum

Kingdom : Plantae/tumbuhan

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Sorghum

Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moench

Tanaman sorghum ditanam pada awal musim hujan, penentuan

waktu tanam yang tepat agar memperhitungkan masa masaknya biji

jatuh pada musim kemarau. Hal ini bertujuan untuk menghindari

kerusakan pada saat pembungaan dan menghindari serangan cendawan

atau jamur. Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah,

meningkatkan aerasi dan memberantaas gulma. Pengolahan tanah dapat

dilakukan dengan memakai cangkul, membajak dengan ternak, traktor

atau tanpa olah tanah. Penanaman yang harus dilakukan pada sorghum

terdiri dari dua sistem pertanaman, antara lain dengan cara monokultur,

diperlukan benih sekitar 10-15 kg/ha, dengan jarak tanam untuk

monokultur yaitu 75 x 40 cm: 4 tanaman per lubang dengan 75 x 20 cm:

2 tanaman per lubang. Untuk sistem pertanaman dengan cara

tumpangsari, diperlukan benih sekitar 10-15 kg/ha, dengan jarak tanam

untuk tumpangsari yaitu stripcropping (1 baris): 200 x 25 cm dan

stripcropping (> 2 baris): 75 x 25 x 400 cm. Benih ditanam dengan cara

tugal sedalam 4-5 cm (5-12 biji per lubang). Pemupukan dilakukan dengan

menggunakan Urea, TSP atau SP36, dan KCl. Pemupukan ditugal di

samping kiri dan kanan tanaman dengan jarak 7 cm. Pemupukan

dilakukan dua tahap, yaitu 1/3 bagian takaran urea ditambah seluruh TSP

dan KCl diberikan pada umur 7-10 hari dan 2/3 bagian urea diberikan

pada umur tanaman 21 hari. Tanaman sorghum sangat rentan terhadap

serangan hama dan penyakit. Untuk itu, diperlukan pengendalian hama

dan penyakit yang intensif dan mengurangi penggunaan pupuk yang

bersifat kimia. Tanaman sorghum lebih banyak permasalahan hama

dibanding penyakitnya. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman

sorghum antara lain lalat bibit (Atherigona soceata), ulat penggerek

batang (Basiola fusca), ulat penggerek malai (Crytoblabes gnidiella),

hama burung, hama Calandra dan Sytophilus. Pada saat tiba waktu

panen, dilakukan setelah biji masak optimal yang ditandai dengan daun

menguning, biji pecah apabila digigit. Sorghum dipanen dengan cara

memangkas 10-15 cm di bawah malai. Setelah panen dikeringkan agar

mudah dalam perontokannya. Perontokan dilakukan dengan cara

memukul secara terus menerus sampai biji keluar dari malainya. Dapat

digunakan mesin perontok khusus sorghum. Kadar air saat perontokan

tidak boleh lebih dari 15% atau kadar yang lebih (Jakes Sito, 2010).

Sorghum dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan ternak,

memiliki kandungan nutrisi yang baik bahkan kandungan proteinnya lebih

tinggi daripada beras. Kandungan tersebut adalah kalori (332 cal), protein

(11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g), kalsium (28,0 mg), besi (4,4

mg), posfor (287 mg) dan vit B1 (0,38 mg).

b. Tomat

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Species : Solanum lycopersicum

Sinonim dari Solanum lycopersicum adalah Lycopersicon lycopersicum

dan Lycopersicon esculentu.

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah

750 mm-1.250 mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan

ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak

terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat

menghambat persarian.

Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah

terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari

berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin

A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman

tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari,

sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per

jam.

Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan

tanaman tomat adalah suhu siang hari 18-29 derajat C dan pada malam

hari 10-20 derajat C. Untuk negara yang mempunyai empat musim

digunakan heater (pemanas) untuk mengatur udara ketika musim dingin

(Gambar samping), udara panas dari heater disalurkan ke dalam green

house melalui saluran fleksibel warna putih.

Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang

pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih muda karena asimilasi

CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.

Tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga merangsang mikro organisme

pengganggu tanaman.

Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah

pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan

air. Selain itu akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen,

oleh karena itu air tidak boleh tergenang

c. Soybean

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L) Merrill

Kedelai (Glycine max (L) Merrill) mempunyai peranan cukup besar

dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Komoditi tersebut

merupakan sumber protein nabati yang efesien dan menduduki tempat

pertama diantara tanaman kacang-kacangan.

Tanaman kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang

terdapat di daerah berhawa panas. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat

tumbuh dengan baik dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian

1.200 m dpl. Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman kedelai ialah

antara 23oC – 30oC. Curah hujan berkisar antara 120 – 200 mm/bulan,

dengan lama penyinaran 12 jam/hari, dan kelembapan rata – rata (RH)

65%. Tanaman kedelai dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dengan

drainase dan aerasi yang baik. Jenis tanah yang sangat cocok untuk

menanam kedelai ialah alluvial, regosol, latosol, dan andosol.

A. Hubungan Suhu dengan Anasir Iklim

Gambar 1.1. Grafik suhu bulanan

Dari Grafik temperature diatas terlihat bahwa garis warna orange

menunjukkan suhu maksimum bulanan dan garis yang berwarna biru

menunjukkan suhu minimum bulanan. Suhu rata- rata bulanan berkisar

antara 22,1 °C sampai 34,0 °C. Suhu udara mempegaruhi

evapotranspirasi. Dengan meningkatnya suhu, maka evapotranspirasi

juga semakin meningkat. Dari grafik tersebut juga dapat diketahui

bahwa suhu minimum terjadi pada bulan Desember yaitu sekitar 16,6

°C dan suhu maksimum terjadi pada bulan Mei yaitu sekitar 40 °C.

B. Histogram Hubungan Kelembaban Udara dengan Anasir Iklim

Gambar 2.1. Histogram Kelembaban Udara Bulanan

Berdasarkan Histogram 2.1 terlihat bahwa kelembapan terendah

terjadi pada bulan Maret. Hal ini terjadi karena suhu udara pada bulan

Maret paling tinggi dibandingkan dengan suhu udara pada bulan- bulan

lainya. Suhu udara yang tinggi menyebabkan rendahnya kelembaan.

Adapun kelembaban tertinggi terjadi antara bulan Juli sampai bulan

September. Suhu udara pada bulan- bulan tersebut tergolong rendah,

sehingga hal ini menyebabkan kelembaban tinggi.

C. Hubungan Kecepatan Angin terhadap Anasir Iklim

Gambar 3.1. Histogram Kecepatan Angin Bulanan

Berdasarkan histogram kecepatan angin diatas, dapat dilihat bahwa

kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Juli. Kecepatan angin yang

tinggi menyebabkan tingginya evapotrasnpirasi dan rendahnya

kelembaban udara. Dengan demikian akan mempengaruhi kebutuhan

air tanaman. Pada bulan November dan Desember menunjukkan

kecepatan angin yang rendah, hal ini menyebabkan rendahnya

evapotranspirasi dan tingginya kelembaban udara. Jika semakin tinggi

kecepatan angin, maka kehilangan air akibat penguapan akan semakin

banyak.

D. Hubungan Panjang Penyinaran Matahari terhadap Anasir Iklim

Gambar 4.1. Histogram Panjang Penyinaran Matahari Bulanan.

Berdasarkan histogram 4.1 diatas terlihat bahwa pada bulan Juli

sampai Agustus, lama penyinaran matahari termasuk rendah (pendek).

Sedangkan pada bulan Maret lama penyinaran matahari tinggi

(panjang). Lama penyinaran matahari berpengaruh terhadap proses

fotosintesis tanaman, namun jika terlalu tinggi maka akan

meningkatkan laju evapotrasnprasi, sehingga tanaman akan banyak

kehilangan air. Namun apabila disertai dengan intesitas hujan yang

optimal, maka irigasi tidak perlu dilakukan. Hal ini juga dapat

dipengaruhi oleh jenis dan varietas tanaman. Ada tanaman yang tahan

terhadap ketersediaan air yang kuran, namun ada juga yang tidak

tahan. Berdasarkan tanaman yang kita pilih, ketiganya cocok ditanamn

secara tumpang sari pada bulan- bulan ini.

E. Hubungan Curah Hujan dengan anasir Iklim

Gambar 5.1. Grafik Curah Hujan Bulanan

Hujan memberikan kontribusi yang besar dari kebutuhan air untuk

tanaman. Selama musim hujan sebagian besar kebutuhan air dipenuhi

oleh hujan, sementara dalam musim kering dipenuhi oleh air irigasi.

Berapa jumlah air yang datang dari curah hujan dan berapa jumlah air

yang harus dipenuhi oleh air irigasi adalah sulit diperkirakan. Untuk

mengestimasi kekurangan curah hujan yang harus dipenuhi oleh air

irigasi diperlukan suatu analisa statistik yang membutuhkan data curah

hujan yang panjang. Sedangkan tidak semua curah hujan yang jatuh

digunakan oleh tanaman. Sebagian hujan hilang karena limpasan

permukaan (run off) atau karena perkolasi yang dalam jauh di luar

daerah akar tanaman. Grafik 5.1 menunjukkan bahwa curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan September, sedangkan curah hujan

terendah terjadi pada bulan Januari. Sehingga jika dilakukan

penanaman pada kedua bulan tersebut , maka perlu pemberian irigasi

karena ketersediaan air pada bulan- bulan tersebut lebih rendah

daripada kebutuhan air tanaman.

F. Hubungan Radiasi Matahari terhadap Anasir Iklim

Gambar 6.1. Histogram Radiasi Matahari Bulanan

Berdasarka histogram 6.1 diatas menunjukkan bahwa radiasi

matahari minimum terjadi pada bulan Juli. Sedangkan radiasi matahari

maksimum terjadi pada bulan Maret dan April. Radiasi matahari juga

merupakan factor yang berpengaruh. Kita ketahui bahwa faktor-faktor

yang dominan mempengaruhi evapotranspirasi (Eto) adalah

penyinaran matahari, suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan

secara umum besarnya evapotranspirasi akan meningkat ketika suhu,

radiasi panas matahari, dan kecepatan angin bertambah besar.

Evapotranspirasi akan menurun ketika kelembaban bertambah besar.

Pengaruh penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi adalah

melalui proses fotosintesis. Dalam mengatur hidupnya tanaman

memerlukan sirkulasi air melalui sistem akar-batang-daun. Sirkulasi

perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas (daun) dipercepat

dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap

vegetasi yang bersangkutan.

G. Hubungan Evapotranspirasi terhadap Anasir Iklim

Gambar 7.1. Grafik Evapotranspirasi Bulanan

Dari grafik evapotranspirasi 7.1 diatas menunjukkan bahwa

evapotranspirasi maksimum terjadi pada bulan Mei. Sedangkan

evapotranspirasi minimum terjadi pada bulan Desember, dan untuk

bulan- bulan yang lain evapotranspirasi cukup fluktuatif.

Evapotranspirasi merupakan penguapan total baik dari permukaan air,

daratan maupun dari tumbuhan. Pada bulan Mei terjadi

evapotranspirasi yang maksimum, hal tersebut berarti jumlah air yang

hilang dalam bentuk uap sangat tinggi. Dengan banyaknya air yang

menguap, maka dibutuhkan sistem irigasi yang baik agar air tetap

stabil sehingga tidak menghambat proses kimia, fisika, maupun biologi.

Semakin tinggi tingkat evapotranspirasi maka kebutuhan air tanaman

semakin tinggi, maka dari itu dengan mengetahui evapotranspirasi

bulanan ini kita dapat mengatur pola tanam pada lahan yang telah kita

identifikasi serta kita dapat mengatur sistem irigasinya agar kebutuhan

air tetap terpenuhi.

H. Kebutuhan Air Tanaman

Gambar 8.1. Histogram Kebutuhan Air Tanaman

Histogram di atas menunjukkan bahwa kebutuhan air tanaman

tertinggi pada bulan Mei sampai Juni. Kebutuhan air tanaman adalah

banyaknya air yang dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan air

melalui evapotranspirasi pada tanaman. Dengan diketahui kebutuhan

air tanaman maka kita dapat memprediksi banyaknya air tanaman

yang hilang pada tanaman sehingga kita dapat menggantikan air yang

hilang tersebut agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik. Air yang hilang dapat digantikan dengan cara mengatur irigasi

sebaik mungkin agar air dapat tersalurkan ke tanaman secara

maksimal sehingga air yang hilang akibat evapotranspirasi dapat

tergantikan dan proses pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu.

I. Jadwal Irigasi

Gambar 9.1. jadwai Irigasi untuk tanaman Sorgum,tomat, dan soybean

yang ditumpangsarikan

Berdasarkan grafik 9.1 jadwal irigasi diatas, maka dapat diketahui

bahwa tanaman yang kita pilih yaitu sorgum, soybean, dan tomat yang

akan ditanam secara tumpangsari. Ketiga tanaman tersebut

memerlukan irigasi sebagai berikut:

Date DayNet Irr

(mm)

08-Apr 9 32.9

19-Apr 20 41.5

5 May 36 61.1

22 May 53 89.5

10-Jun 72 123.7

01-Jul 93 119.5

6 Aug 129 130.0

22 Aug End  

Sehingga pada tanggal 8 April, 9 hari setelah tanam memerlukan air

irigasi sebesar 32,9 mm. Pada tanggal 19 April, 20 hari setelah tanam

memerlukan air irigasi sebesar 41,5 mm. Pada tanggal 5 Mei, 36 hari

setelah tanam memerlukan air irigasi sebesar 61,1 mm. Pada tanggal

22 Mei, 53 hari setelah tanam memerlukan air sebesar 89,5 mm. Pada

tanggal 10 Juni, 72 hari setelah tanam memerlukan air sebesar 123,7

mm. Pada tanggal 1 Juli, 93 hari setelah tanam memerlukan air

sebesar 119,5 mm. Pada tanggal 6 Agustus, 129 hari setelah tanam

memerlukan air sebesar 130 mm. Pada tanggal 22 Agustus masa

pemberian air irigasi telah dihentikan karena tanaman sudah

memasuki masa panen. Irigasi terutama dilakukan ketika jumlah

evapotranspirasi lebih besar daripada air yang tersedia bagi tanaman.

Umumnya hal ini terjadi ketika musim kemarau yaitu disaat curah

hujan rendah, sedangkan intensitas penyinaran matahari dan

temperature udara relative tinggi.

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Cropwat merupakan aplikasi komputer yang berfungsi untuk

menentukan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi.

2. Manfaat menggunakan metode Cropwat 8.0 adalah mudah

digunakan, sangat praktis, file-file jadwal irigasi dapat disimpan

sehingga dapat digunakan di kemudian hari, efektif, dan

mempunyai human error yang paling kecil.

3. Aplikasi Cropwat 8.0 ini menentukan tiga jenis tanaman untuk

ditumpangsari yaitu, tomat, sorghum, dan soyabean.

4. Kebutuhan irigasi pada ketiga tanaman tersebut pada 8 April, 19

April, 5 Mei, 22 Mei, 10 Juni, 1 Juli, 6 Agustus, dan 22 Agustus

dengan jumlah irigasi sebesar 32, 9 mm; 41,5 mm; 61,8 mm; 89,5

mm; 123,7 mm; 119,5 mm; dan 130 mm.

B. Saran

Cropwat 8.0 pada aplikasinya diharapkan dapat mengevaluasi

praktik-praktik irigasi petani dan untuk memperkirakan kinerja

tanaman di bawah kedua kondisi tadah hujan dan irigasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Cropwat. <http://www.fao.org>. Diakses tanggal 25 Maret 2012.

Anonim. 2005. A Computer Program for Irrigation Planning and Management.

<http://www.sdnpbd.org>. Diakses tanggal 25 Maret 2012.

Astuti. 2007. Kajian perubahan makroporositas tanah perkebunan kopi. Jurnal Forestry. VII (5) : 69-

73.

Hansen, V.E. et. al. 1980. Irrigation Principles and Practices. John Wiley and Sons. New York.

Kertonegoro, B.D. 1989. Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Prijono, S. 2008. Model neraca lengas lahan kering penetapan kalender tanam lahan kering. Jurnal

Rekayasa. 7 : 18-24.

Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. PAU Ilmu Teknik. Yogyakarta.