diversifikasi pengolahan ubi jalar ungu di desa …
TRANSCRIPT
DIVERSIFIKASI PENGOLAHAN UBI JALAR UNGU
DI DESA SORIUTU KECAMATAN MANGGELEWA
KABUPATEN DOMPU
HASNAH
105960042010
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis
kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Diversifikasi Pengolahan Ubi
Jalar Ungu di Desa Soriutu Kec.Manggelewa Kab. Dompu”.
Proposal skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Jumiati SP, MM, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
2. SittiArawati, SP, M,.Siselaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Proposaldapat diselesaikan.
3. Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Amruddin, S.Pt., M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang
penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Sebagai manusia biasa yang penuh dengan kekurangan serta tidak lupuk dari
kesalahan dan kelemahan penulis menyadari bahwa karya tulis yang sangat sederhana ini
masih banyak kekurangan, untuk itu segala saran, kritik yang membangun. Akhir kata penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penilisan skripsi ini,
semoga karya tulis ini bemanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak
yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, September 2016
HASNAH
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KonsepDiversifikasi ................................................................... 8
2.1.1. Pengertian Diversifikasi Pangan ..................................... 8
2.1.2.Deversifikasi daya dukung ketahanan pangan non bera .. 11
2.1.3. Diversifikasi pangan kunci cegah gizi buruk ................... 12
2.1.4. Manfaat ubi jalar ungu dalam diversifikasi pangan ......... 13
2.1.5. Ubi Jalar Sebagai Diversifikasi Produk Pangan ............... 15
2.1.6. Pengolahan Ubi Jalar Ungu Menjdi Kripik ...................... 17
2.1.7. Pengertian Nilai Tambah………………………………. . 18
2.3.Kerangka Pemikiran ................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 25
3.2. Populasi dan sampel ................................................................. 25
3.3. Jenis dan sumber data .............................................................. 25
3.4. Teknik pengumpulan data ......................................................... 26
3.5. Metode analisis data ................................................................. 26
3.6. Definisi Operasional ................................................................ 28
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 30
1. Luas Wilayah dan Penggunaan ............................................ 30
2. Kependudukan ..................................................................... 31
3. Ekonomi Masyarakat ........................................................... 32
4. Pendidikan ............................................................................ 33
5. Organisasi Sosial .................................................................. 33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Petani Responden ............................................... 35
5.2. Pengolahan Ubi Jalar Ungu ..................................................... 39
5.3. Analisis Keuntungan ................................................................ 40
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 45
6.2. Saran ......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam literatur pembangunan pertanian diversifikasi pada umumnya di
hubungkan dengan suatu peralihan atau perpindahan dari komoditas ekspor utama
ke arah pengusahaan komoditas baru atau tambahan yang dipandang sebagai jalan
keluar dalam menghadapi permintaan pasar (Dalrymple,1968). Selanjutnya
Dalrymple (1968) mendefinisikan diversifikasi pertanian sebagai suatu pemilihan
dan adopsi dari beberapa tambahan tipe komoditas yang berorientasi pasar, untuk
dihasilkan melalui budidaya pertanian secara modern, pada tingkat nasional atau
regional. Sebagai suatu subyek yang kompleks dan luas, diversifikasi dapat
didekati melalui dua tingkat : (1) diversifikasi dan perekonomian pertanian pada
tingkat nasional atau tingkat regional atau (2) diversifikasi dari kegiatan usahatani
individu.
Diversifikasi pertanian adalah upaya-upaya mengembangkan atau
menganekaragamkan aneka usahatani (mengusahakan beberapa jenis usaha tani
serta mengembangkan produksi pokok menjadi beberapa produk baru). Jadi
diversifikasi meliputi dua macam yaitu: (1) diversifikasi horizontal,
pengembangan usahatani atau beberapa jenis cabang usahatani, dan (2)
diverifikasi vertikal yang merupakan upaya pengembangan produksi pokok
menjadi beberapa produk baru.
Kasryno (1988) dan Baharsja (1988) memandang lebih luas bahwa
diversivikasi pertanian sebagai suatu proses untuk mentransformasikan sektor
1
2
pertanian menjadi pertanian yang tangguh dan struktur ekonomi pedesaan yang
berimbang.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan dapat dirangkum suatu pengertian
diversifikasi pertanian sebagai suatu usaha yang kompleks dan luas untuk
meningkatkan perekonomian pertanian melalui upaya penganekaragaman
komoditas pada subsistem produksi, konsumsi dan distribusi baik pada tingkat
usahatani regional maupun nasional menuju tercapainya transformasi struktural
sektor pertanian ke arah pertanian tangguh. Cara pertanian berkelanjutan akan
menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu lama serta tetap memelihara
kesehatan dan kualitas lingkungan (Nurmala, dkk., 2012).
Pertanian berkelanjutan menurut Nurmala, dkk., (2012) didefinisikan
sebagai pertanian yang dapat mengarahkan pemanfaatan oleh manusia lebih besar,
efisiensi penggunaan sumberdaya lahan lebih besar dan seimbang dengan
lingkungan, baik dengan manusia maupun dengan hewan. Penanganan
pascapanen ubi jalar ungu adalah pengolahan dari ubi jalar ungu kemudian
menjadi keripik ubi ungu. Proses ini biasa juga disebut sebagai proses pengolahan
hasil pascapanen. Proses pengolahan ubi ungu kemudian menjadi keripik ubi
ungu ialah dimulai dengan proses pemisahan antara kulit dan umbian dengan
batang. Kemudian proses mengiris tipis-tipis lalu di keringkan tiga sampai empat
hari, sudah itu di goring dan di campur dengan bumbuyang disiapkan, dan proses
yang terakhir adalah proses pengemasan. Komoditas ubi jalar memegang peranan
yang cukup pentingkarena mempunyai banyak manfaat dan nilai tambah. Ubi jalar
merupakansalah satu penghasil karbohidrat (sebagai sumber energi) yang
3
potensialdan dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif (selain
nasi),bahan pembuatan pakan dan bahan industri. Nilai tambah dari ubi
jalarcukup banyak yang dapat diperoleh dengan cara pengolahan ubi jalarsegar
menjadi tepung, selai, keripik, mie, stik dan saos, gula permanen,obat-obatan,
cuka, manisan kering, kecap, lem, dan pakan. Varian daritepung ubi jalar
diantaranya: kue kering (cookies), kue bolu (cake), icecream, roti manis, juice dan
bakpia.Peranan usahatani ubi jalar memiliki prospek yang baik sebagaikomoditas
pertanian unggulan tanaman palawija. Potensi produksi bisamencapai ± 25 - 40
ton per hektar dan saat ini ubi jalar merupakan tanaman ubi-ubian yang paling
produktif.
Konsep pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangsan yaitu seperti yang di
jelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa pelaksanaan diversifikasi konsumsi
pangan terkait dengan perwujudan ketahanan pangan (suyastiri, 2008). Dengan
berpedoman pada undang-undang NO. 7 tahun 1996 tentang pangan, maka konsep
pelaksanaan diversifikasi pangan selaras dengan konsep ketahanan pangan yang
diadopsi dari definisi ketahanan pangan dari food and agricultural organization(
FAO ). Ada tiga pilar utama yang dibutuhkan untuk mewujudkan ketahanan
pangan yaitu :
a. Aspek ketersediaan ( Food Availability )
Aspek ketersediaan yang dimaksud oleh FAO merujuk pada pengertian
pangan yang diperjualbelikan atau prinsip pasar (market). Ketersediaan dapat
dipenuhi melalui cara menanam sendiri dan membeli dengan cara impor. Cara
impor hanya cara alternatif yang dilakukan untuk kebutuhan jangka pendek.
4
Dinegara-negara seperti Indonesia yang masih memiliki potensi lahan
pertanian, maka impor pangan akan menyebabkan semakin berkurngnya
potensi tanaman-tanaman local. Oleh karenanya aspek keseterdiaan lebih
memfokuskan pada upaya dimana salah satunya melalui penganekaragaman
atau diversifikasi pangan.
b. Aspek kestabilitas ketersediaan (stability of supplies)
Ketahanan pangan diartikan pula sebagai kemampuan untuk memenuhi
kecukupan pangan masyarakat dan waktu kewaktu. Kecukupan diartikan
sebagai kecukupan kuantitas maupun kualitas, baik dengan menggunakan
prinsip memproduksi sendiri ataupun membeli dengan cara impor. Stabilitas
ketersediaan pangan memfokuskan pada aspek kepengelolaan tanaman pangan,
baik dari segi produksi maupun tanaman pangan maupun pengaturan konsumsi
pangan.
c. Aspek konsumsi pangan
Aspek konsumsi pangan memfokuskan pada penediaan pangan yang
bermutu dan bergizi yang dikonsumsi oleh keluarga/masyarakat. Dinegara-
negara tertentu, seperti Indonesia, selain masalah mutu dan gizi, diperhatikan
pula aspek halal konsumsi. Mengenai mutu dan gizi pangan akan berdampak
pada pembentukan kualitas sumber daya manusia disuatu Negara.
Berdasarkan ketiga pilar ketahanan pangan diatas, pelaksanaan
diversifikasi konsumsi pangan diharapkan akan mampu mendukung
keseluruhan aspek didalam ketahanan pangan. Mekakui penganekaragaman
konsumsi pangan akan memberi pilihan konsumsi, sesuai dengan golongan
5
pendapatan maupun potensi tanaman lokal (daerah). Potensi tanaman lokal,
selain mampu untuk mencukupi mutu dan gizi makanan, diharapkan pula dapat
mengembangkan potensi pendapatan yang dapat mendukung aspek
keterjangkauan potensi pendapatan yang dapat mendukung aspek
keterjangkauan pangan.
Apabila kita membicarakan ubi jalar ungu ini memang sangat menarik
sekali, apalagi akhir akhir ini semakin banyak orang yang mencari sumber
bahan pangan alternatif yang sehat dan memiliki banyak fungsi positif bagi
tubuh, karena seiring perkembangan masa semakin banyak keluhan akibat
konsumsi makanan yang tidak sehat. Menurut banyak penelitian
mengatakan ubi ungu banyak mengandung serat fiber yang baik untuk
pencernaan dan penyerapan lemak kolesterol daram tubuh. Kandungan
Oligosakarida berfungsi sebagai Probiotik atau singkatnya mampu
merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dengan tujuan mencegah
konstipasi, wasir dan kanker kolon. Dari jenis jenis ubi jalar yang ada ubi
ungu memiliki kandungan Antosianin lebih tinggi dimana kandungan ini
berfungsi sebagai antioksidan atau penyerap racun, polusi, oksidasi dalam
tubuh yang menyebabkan penggumpalan darah. Adanya Betakaroten berarti
juga kandungan vitamin A dalam ubi ungu memang ada. Ubi jalar melalui
proses penelitian diteliti mengandung kandungan karbohidrat tinggi yang
memiliki Indeks Glikemik rendah yang artinya nilai index Glikemik rendah
adalah rendahnya peningkatan kadar gula dalam darah apabila
mengkonsumsinya. Keripik Ubi Ungu ( Rina dkk, 2007).
6
Memang tidak ada habisnya apabila kita membahas terus mengenai
manfaat kandungan dalam ubi jalar ungu ini, karena masih banyak yang tidak
saya sebutkan diatas. Pada intinya mengkonsumsi ubi ungu dan menjadikan ubi
ungu sebagai salah satu daftar menu makanan kita sehari hari adalah baik
sekali. Keripik Ubi Ungu. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya pangan sehat maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan
juga mulai bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen
harus memiliki komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasanya.
Keripik ubi ungu, bakpao ubi ungu, mie ubi ungu, es krim ubi ungu dan
lainnya merupakan salah satu inovasi dari pengolahan makanan dari bahan
pangan yang memiliki manfaat guna bagi kesehatan yaitu Keripik Ubi
Ungu.Adanya diversifikasi dari usaha ibu rumah tangga ini untuk melakukan
hasil pertanian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Diversifikasi Pengolahan Hasil
Pertanian Ubi Jalar Ungu di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa Kabupaten
Dompu.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang penulis
merumuskan permasalah sebagai berikut
1. Berapa besarnya keuntungan dari usaha diversifikasi pengolahan Ubi Jalar
Ungu menjadi keripik ubi jalar ungu di Desa Soriutu Kecamatan
Manggelewa Kabupaten Dompu?
7
2. Berapa besarnya nilai tambah dalam diversifikasi dari usaha pengolahan Ubi
Jalar Ungu di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu?
1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
tujuan utama dalam penelitian ialah untuk mengetahui :
1. Keuntungan dari usaha diversifikasi pengolahan Ubi Jalar Ungu menjadi
keripik ubi jalar ungu di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa Kabupaten
Dompu?
2. Perbedaan keuntungan dalam diversifikasi dari usaha pengolahan Ubi Jalar
Ungu di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu?
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yangmenjadi
landasan kegunaan penelitian ialah sebagai berikut :
a. Kegunaan teoritis adalah dapat menambah wawasan dan informasi
tentang hal diteliti serta mengembangkan kemampuan berfikir penulis
melalui penulisan penelitian ini.
b. Kegunaan praktis penelitian ini dapat menjadi bahan untuk
mengevaluasi divertifikasi pengolahan ubi jalar ungu dalam pengolahan
hasil pertanian ubi jalar ungu.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep diversifikasi
2.1.1 Pengertian Diversifikasi Pangan
Diversifikasi atau peanekaragaman adalah suatu cara untuk
mengadakan lebih dari satu jenis barang/komoditi yang konsumsi dibidang
pangan, diversifikasi memiliki dua makna, yaitu diversifikasi tanaman pangan
dan diversifikasi konsumsi pangan, kedua bentuk diversifikasi tersebut masih
berkaitan dengan upaya untuk mencapai ketahanan pangan. Apabia
diversifikasi tanaman pangan berkaitan dengan teknis pengaturan pola
bercocok tanam, maka diversifikasi akan mengatur atau mengelola pola
konsumsi masyarakat dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan.
Menurut Riyadi (2003), diversifikasi pangan merupakan suatu proses
pemilihan pangan yang tidak hanya tergantung pada satu jenis pangan, akan
tetapi memiliki beragam pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan pangan.
Pertimbangan rumah tangga untuk memilih bahan makanan pokok keluarga
di dasarkan pada aspek produksi, aspek pengolahan, dan aspek konsumsi
pangan. Penganekaragaman pangan ditujukan tidak hanya untuk mengurangi
ketergantungan akan jenis pangan tertentu, akan tetapi dimaksudkan pula
untuk mencapai keberagaman komposisi gizi sehingga mampu menjamin
peningkatan kualitas gizi masyarakat.
Konsep diversifikasi pangan bukan suatu hal baru dalam peristilahan
kebijakan pembangunan pertanian Indonesia karena konsep tersebut telah
banyak dirumuskan dan diinterprestasikan oleh para pakar.Kasryno, at
8
9
al(1993). Memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat
kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia, pembangunan
pertanian dibidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang
mencakupospek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi.
Pahan dan suhartini (1989) menyebutkan bahwa pada dasarnya
diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan,
yaitu diversikasi produksi pangan. Kedua penulis tersebut menterjemahkan
konsep diversifikasi dalam arti luas, tidak hanya aspek konsumsi pangan
tetapi juga aspek produksi pangan. Pakpahan dan sukartini (1989)
menetapkan konsep diversifikasi hanya terbatas pangan pokok, sehingga
diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai penguragan konsumsi beras
yang dikonsumsi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras.
Seperti diberitakan oleh (Suyastiri, 2008). Tahun demi tahun lahan
pertanian semakin menyempit. Pemerintah pun mulai menggalakkan program
diversifikasi pangan, sebagai salah satu cara menyandingkan beras dengan
bahan pokok lain. Alasan lain pentingnya divertifikasi pangan karena
konsumsi beras Indonesia terbilang tinggi. Kepala badan ketahanan pangan
kementrian pertanian, Ahmad suryana mengatakan, divertifikasi pangan bisa
dilakukan karena Indonesia kaya akan bahan pangan pokok selain beras.
“program ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya agar kualitas gizi
masyarakat seimbang dan bervariasi, “paparnya dalam acara Gebyar
Diversifikasi pangan kota malang yang diadakan di Stadion Luar Gajayana.
Salah satu program yang dilakukan pemerintah adalah mengganti nasi dengan
10
bahan makanan olahan singkong seperti tiwul. tiwul juga telah menjadi bahan
makanan pokok khas Indonesia sejak dahulu . “meski belum ada penelitian
secara ilmiah, banyak masyarakat yang menilai kalau makan nasi
menyebabkan penyakit tertentu. Untuk itu, masyarakat bisa mengganti nasi
dengan ubi jalar. Khusus Di Propinsi NTB,ubi jalar bisa menjadi andalan
lantaran produksi ubi jalar dilahan milik masyarakat cukup besar. Bahkan
ditargetkan bisa mencapai 20 juta ton.Sebagai langkah konkret divertifikasi
pangan, saat ini mulai digalakkan pemberian benih-benih ubi jalar serta
pelatihan pola tanam yang baik (Ahmad suryana, 2004).
Ahmad suryana mengatakan, jika sudah maksimalmaka hasi ubi jalar
yang ditanam masyarakat bisa mencapai 35 ton perhektar. Hal ini bisa
mengurangi tekanan akan keutuhan beras. Namun demikian mengakui
mengubah pola pikir masyarakat untuk mengurangi konsumsi nasi cukup
sulit. Karena itu memerlukan waktu yang cukup panjang.
Tujuan diversifikasi pangan konsumsi pangan yaitu penganeka
ragaman tanaman pangan ataupun konsumsi pangan memiliki dua bentuk
tujuan dari aspek pelaksanaan, yaitu tujuan berdasarkan konsep pembangunan
berkelanjutan dan tujuan berdasarkan aspek kesejateraan masyarakat
(Suyastiri, 2008).Fakta yang dihadapi sekarang ini bahwa pola konsumsi
pangan nasional masih bertumpu atau tergantung pada satu jenis tanaman
pokok, yaitu beras / padi. Berdasarkan fakta tersebut,
Bambang menjelaskan soal di lahan produksi untuk diversifikasi
pangan Jika pola konsumsi beras pada masyarakat bisa di tekan dan diganti
11
dengan jenis pangan yang lain seperti jangung, umbi-ubian atau gandum,
maka persoalan ketahanan pangan Indonesia akan lebih kuat, jelas bambang,
saat memamparkan soal di lemah produksi dan diversifikasi pangan, di
kampus fakultas pertanian UNS, solo, jawa tengah, pada tahun ( 19/4/2013).
Selain itu, lanjut bambang, karena sejumlah pangan Indonesia akan
berkembang di Indonesia. Jagung atau umbi-umbian sejak lama telah menjadi
makanan alternatif bagi produk Indonesia. Untuk itu, diversifikasi pangan
adalah bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan kendati tidak
langsung.
2.1.2 Diversifikasi Dukung Ketahanan Pangan Nonberas
Diversifikasi pangan nonberas dengan mengembangkan serta
mengoptimalkan kemanfaatan sumber pangan lokal yang ada selain beras
seperti jagung dan umbi-umbian.Upaya diversifikasi pangan upaya beras ini
sebagai upaya memantapkan atau membudayakan pola komsumsi pangan
yang beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan komposisi yang dan
komposisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dapat
mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif.
Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam
pembangunan nasional dan identik dengan ketahanan nasional, karena apa
bila terjadi kekurangan pangan tidak hanya berdampak negativepada kondisi
sosial ekonomi tetapi juga dapat menimbulkan instabilitas politik.
12
2.1.3 Diversifikasi Pangan Kunci Cegah Gizi Buruk
Bahan bakar minyak yang nantinya naik tak ayal membuat harga
bahan pokok turut meroket. Fenomena makan nasi aking dan gizi buruk di
perkirakan akan marak lagi karena masyarakat tak bisa membeli beras dan
makanan bernutrisi. Meski ancaman tersebut ada di depan mata, namun
jangan menganggap hal tersebut sebuah kondisi yang menakutkan. Pasalnya,
bila masarakat bisa menyesuaikan pontensi pangan ditempatnya dan
mengkonsumsi sumber protein alternative, maka kondisi gizi burukpun bisa
diatasi.
Karenanya, akan lebih bijak bila masyarakat mengkonsumsi sumber
karbohidrat lain sebagai penganti nasi. Alternatif pangan lain yang bisa
dikonsumsi ialah tempe, tahu dan telur dimana bisa menjadi pilihan alternatif
yang efektif. Tindakan ini menjadi efektif untuk mencegah populasi gizi
buruk ataupun mengubah kebiasaan mengkonsumsi nasi aking.
Williem, L , dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul pola
Spesialisasi Perdagangan Indonesia dengan jepang dan China, menunjukan
bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap jepang dan
China, masih berbasis bahan-bahan mentah dan berbasis sumber daya alam.
Artinya,
Indonesia masih memiliki potensi untuk mengembangkan ketahanan
pangan nasional, pemerintah perlu berbenah diri dengan kembali melakukan
penganekaragaman pangan.
13
Difersifikasi pangan nasional perlu segera dilakukan tanpa
mengabaikan program swasembada pangan. Secara perlahan masyarakat
Indonesia perlu di ajak kembali menerapkan pola pangan zaman sebelum
orde baru. Di mana masyarakat Sulawesi, Maluku, dan papua kembali
mengandalkan sagu sebagai bahan makanan utama.
Deversifikasi pangan merupakan upaya mengembalikan kedaulatan
pangan nasional. Hal ini harus di iringin dengan pengembangan berbasis
kearifan lokal. Artinya, pola diversifikasi pangan harus mengacu pada
pengunaan bahan baku dalam negeri bibit, pupuk, dan pembasmi hama.
Tujuan, untuk mengurangi ketergantungan pangan terhadap impor. Maka,
penelitian dan pengembangan bahan baku dan produk pertanian harus
menjadi satu kesatuan rantai pangan sehingga mampu meningkatkan
kemandirian berbagi kearifan lokal.
2.1.4 Manfaat Ubi Jalar Ungu Dalam Diversifikasi Pangan
Ubi jalar merupakan tanaman pangan yang berpotensi sebagai
pengganti beras dalam program diversifikasi pangan karena efisien dalam
menghasilkan energi, vitamin, dan mineral, berdasarkan produktivitas per
hektar per hari dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Dari segi
nutrisi, ubi jalar merupakan sumber energi yang baik, mengandung sedikit
protein, vitamin, dan mineral berkualitas tinggi. Sebagai sumber karbohidrat,
ubi jalar memiliki peluang sebagai substitusi bahan pangan utama, sehingga
bila diterapkan mempunyai peran penting dalam upaya penganekaragaman
pangan dan dapat mengurangi konsumsi beras.
14
Pada saat krisis pangan akibat kegagalan panen maupun krisis
ekonomi, beras menjadi barang langka dan mahal karena harganya melonjak
tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Sementara itu,
kebutuhan pangan tidak bisa ditunda, maka masyarakat baik di pedesaan
maupun di perkotaan memerlukan alternatif pangan nonberas. Ubi jalar
sebagai makanan tambahan maupun makanan selingan, selain cocok dengan
selera masyarakat, harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga
beras. Meskipun konsumsi beras tidak semuanya dapat disubstitusi oleh ubi
jalar, namun dalam saat krisis pangan pemanfaatan ubi jalar sebagai alternatif
sumber karbohidrat untuk mengatasi kelangkaan pangan sangat kompetitif
dibandingkan dengan bahan pangan lainnya.
Dalam pengembangan program diversifikasi pangan untuk
mendukung pelestarian swasembada pangan, ubi jalar merupakan salah satu
komoditas pangan yang mempunyai keunggulan sebagai penunjang program
tersebut. Ubi jalar mempunyai potensi yang cukup besar untuk ditingkatkan
produksinya dan umbinya dapat diproses menjadi aneka ragam produk yang
mampu mendorong pengembangan agro-industri dalam diversifikasi pangan.
Alternatif produk yang dapat dikembangkan dari ubi jalar ada empat
kelompok, yaitu :
1. Produk olahan dari ubi jalar segar, contohnya ubi rebus, ubi goreng,
ubi, timus, kolak, nogosari, getuk, dan pie.
2. Produk ubi jalar siap santap, seperti keremes, saos, selai, hasil
substitusi dengan tepung seperti biskuit, kue dan roti, bentuk olahan
15
dengan buah - buahan, seperti manisan dan asinan. Bentuk manisan
ubi jalar secara komersial berkembang di Filipina disebut Delicous SP
3. Produk ubi jalar siap masak, umumnya berbentuk produk instan
seperti sarapan chips, mie atau bihun. Produk ini belum cukup dikenal
di Indonesia, tetapi cukup popu-ler di Cina dan Korea, terbuat dari
pati ubi jalar
4. Produk ubi jalar bahan baku, bentuk produk ini umumnya bersifat
kering, merupakan produk setengah jadi untuk bahan baku, awet dan
tahan disimpan lama, antara lain adalah irisan ubi kering (gaplek),
tepung, dan pati. Selain itu, ubi jalar juga menjadi campuran utama
pembuatan saos tomat, jam, dan sambal.
2.1.5 Ubi Jalar Sebagai Diversifikasi Produk Pangan
Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan
keluar yang saat ini dianggap paling rasional untuk memecahkan masalah
pemenuhan kebutuhan pangan (khususnya sumber karbohidrat).
Melalui penataan pola makan yang tidak tergantung pada satu
sumber pangan, memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan
sendiri, membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing, yang
berujung pada peningkatan ketahanan pangan nasional.
Program diversifikasi pangan dimunculkan, yaitu ke arah konsumsi
produk-produk tepung terutama dalam bentuk mie. Proses tersebut memang
patut dicatat sebagai bagian dari proses diversifikasi pangan. Ubi jalar
merupakan salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber
16
karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi
beras menuju ketahanan pangan. Sebagian besar serat ubi jalar merah
merupakan serat laut, yang menyerap kelebihan lemak/kolesterol darah,
sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap aman terkendali. Serat
alami oligosakarida yang tersimpan dalam ubi jalar ini sekarang menjadi
komoditas bernilai dalam pemerkayaan produk pangan olahan, seperti susu.
Selain mencegah sembelit, oligosakarida memudahkan buang angin. Hanya
pada orang yang sangat sensitif ologosakarida mengakibatkan kembung.
Kandungan serat berfungsi sebagai komponen nongizi ini, juga bermanfaat
bagi keseimbangan flora usus dan prebiotik, merangsang pertumbuhan bakteri
yang baik bagi usus sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih baik dan usus
lebih bersih.
Untuk menjadikan ubi jalar sebagai makanan pokok pilihan, tentu
perlu dilakukan diversifikasi produk olahan ubi jalar. Langkah awal
sebaiknya dikembangkan adalah pendirian industri tepung dan /atau industri
pasta dari ubi jalar. Setelah ubi jalar menjadi tepung dan/atau pasta maka
akan lebih banyak produk yang bisa dikembangkan. Produk-produk berbasis
tepung yang bisa dikembangkan, antara lain mie, french fries, sweet potato
flake (SPF) dan produk bakery. Sedangkan produk yang berbasis pasta ubi
jalar yang dapat dikembangkan seperti nasi, jus, es krim dan produk-produk
lainnya dari ubi jalar.
Pengembangan dalam pemanfaatan ubi jalar merupakan langkah
penting dalam kebijaksanaan diversifikasi pangan, karena ubi jalar dapat
17
ditanam di lahan kering dan lahan basah di musim hujan dan kemarau.
Ketersediaan potensi lahan kering diikuti oleh penggunaan teknologi maju,
maka produksi masih dapat ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan
penduduk di dalam negeri atau memanfaatkan pengembangan peluang ekspor
di masa depan. Persepsi masyarakat tentang status ubi jalar sebagai makanan
tradisional pedesaan, makanan yang tidak bergengsi, atau makanan orang
miskin diubah menjadi makanan bergizi dan sehat melalui penyuluhan gizi
dan makanan sehat, pengenalan budi daya dan panen bagi pelajar di
perkotaan, dan lomba makanan dari ubi jalar. Penyerapan teknologi oleh
petani dapat juga melalui penyuluhan dan pelayanan kredit dan sarana
produksi. Peningkatan produktivitas harus diikuti oleh tersedianya pasar
yang menampung produksi. Pengembangan industri yang menggunakan
bahan baku ubi jalar perlu ditingkatkan. Peningkatan nilai tambah ubi jalar
melalui keragaman pemanfaatannya, baik sebagai bahan pangan (makanan
pokok atau makanan tambahan) maupun sebagai bahan baku industri akan
membantu peningkatan nilai tambah ubi jalar sekaligus meningkatkan minat,
pendapatan dan kesejahteraan petani.
2.2.5. Pengolahan Ubi Jalar Ungu Menjdi Kripik
Keripik ubi ungu yang dbuat dari ubi jalar berwarna ungu ini tampak
menarik terutama dari sisi warnanya apabila kita lihat. Keripik ubi ungu
merupakan salah satu pemanfaatan ubi jalar sebagai bahan pangan.
Pengolahan ubi jalar ungu selain dijadikan keripik ubi ungu sangat banyak
18
dan bervariatif sebut saja beberapa contoh ada bakpao ubi ungu yang menjadi
salah satu khas kota Malang, atau es krim ubi ungu dan bahkan ada juga yang
membuat mie dari ubi ungu, masih banyak jenis jenis lain dari pemanfaatan
ubi jalar ungu ini sebagai bahan pangan.
2.2 Pengertian Pertambahan Nilai
Saat ini semua pihak baik pemerintah, BUMN, swasta, dan
masyarakat harus mampu memikul tanggung jawab bersama agar produk
pertanian tidak hanya dijual atau diekspor secara langsung melainkan dapat
diolah terlebih dahulu sehingga memberikan nilai tambah. Pengertian nilai
tambah (value added) di sini adalah suatu komoditas yang bertambah nilainya
karena melalui proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan
dalam suatu produksi. Dengan demikian, definisi nilai tambah adalah selisih
lebih antara nilai produk dengan nilai biaya input, tidak termasuk upah tenaga
kerja (Soekartawi, 2013).
Dari pengertian tersebut, bahan baku yang telah mengalami perubahan
nilai karena mengalami pengolahan dapat diperkirakan seberapa besar
nilainya. Produk-produk pertanian yang biasa diolah lebih lanjut dan
menghasilkan nilai tambah antara lain kelapa sawit, karet, ubi kayu, pisang,
kakao, dan kelapa (coconut). Produk-produk tersebut saat ini masih luput dari
perhatian serius untuk dikembangkan nilai tambahnya padahal Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar. Misalnya saja untuk kelapa dan kakao,
sebagian besar hasil panen langsung dijual tanpa ada proses pengolahan. Oleh
karena itu, pengolahan produk-produk pertanian perlu dilakukan oleh semua
19
pihak agar nilai tambah yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Soekartawi, 2013).
Nilai tambah yang semakin besar atas produk pertanian khususnya
kelapa dan kakao tentunya dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang besar tentu saja berdampak bagi
peningkatan lapangan usaha dan pendapatan masyarakat yang muara akhirnya
adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Soekartawi, 2013)
Menurut Tarigan (2004) dan Rahmawati (2009), Nilai tambah
didapatkan dari nilai produk akhir dikurangi biaya antara (intermediate cost)
yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dalam melakukan
proses produksi (besarnya nilai dari proses pengolahan). Besarnya nilai
tambah ini tidak seluruhnya menyatakan keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan, karena masih mengandung imbalan terhadap pemilik faktor
produksi lain dalam proses pengolahan yaitu sumbangan input lain. Besarnya
nilai output produk dipengaruhi oleh besarnya bahan baku, sumbangan input
lain, dan keuntungan.
Produksi adalah sebagai usaha manusia untuk menambah,
mempertinggi nilai barang sehingga barang itu bermanfaat bagi manusia.
Sedangkan pengertian umum produksi dalam bidang pertanian adalah hasil
yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor seperti tanah,
modal dan tenaga kerja. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan atau menambah nilai suatu barang kebutuhan sebagai
20
keuntungan yang dapat diperoleh seorang petani dari usahataninya dengan
mengkombinasikan berbagai usaha yang dinilai dengan uang.
Faktor produksi sebagaimana yang dikemukakan Soekartawi (1995),
adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi sangat
menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai
pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja
dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting di antara faktor
produksi yang lain.
Berusahatani menurut Soeharjo dan Patong (1986), sebagai suatu
kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya
akana dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh.
Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Karena
dalam kegiatan ini bertindak seorang petani yang berperan sebagai pengelola,
sebagai pekerja dan sebagai penanam modal pada usahanya, maka
pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-
faktor produksi.
Selanjutnya Patong (1986) menguraikan penerimaan usahatani
berwujud tiga hal, yaitu : (1) hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau
produk yang dijual, (2) produk yang dikonsumsi oleh pengusaha dan
keluarganya selama melakukan kegiatan, (3) kenaikan nilai inventaris, yang
selalu berubah setiap tahun. Sedangkan pengeluaran usahatani secara umum
21
meliputi biaya tetap (fixed) dan biaya tidak tetap (variabel). Di samping itu,
pengeluaran juga mencakup penurunan nilai inventaris usahatani.
Usahatani dikatakan sukses, kalau situasi pendapatan memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya
angkutan dan biaya administrasi yang melekat pada pembelian tersebut.
2. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan, termasuk
pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana untuk depresiasi modal.
3. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-
bentuk upah lain
Biaya (cost) adalah sejumlah uang yang telah diputuskan guna
pembelian atau pembayaran input yang diperlukan sehingga tersedianya
sejumlah uang (biaya) itu benar-benar telah diperhitungkan agar
produktivitasnya dapat berlangsung. Biaya produksi itu sendiri adalah semua
pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk memperoleh faktor-
faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya yang akan
didayagunakan agar produk-produk yang telah direncanakan dapat terwujud
dengan baik (Kartasapoetra, 1991).
Ada beberapa konsep biaya yaitu biaya tetap (Fixed Cost) yang
merupakan biaya yang tidak berubah walaupun biaya produksi berubah atau
tidak terpengaruh besar kecilnya produksi. Biaya variabel adalah biaya yang
selalu berubah bergantung kepada besar kecilnya produksi (Prawirokusumo,
1991).
22
Biaya tetap (fixed Cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis
dalam satu masa produksi, yang termasuk didalam kelompok biaya ini adalah
pajak tanah, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan alat-alat
pertanian. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang sifatnya berubah
sesuai dengan besarnya produksi dan habis terpakai dalam satu masa
produksi, yang tergolong dalam kelompok ini adalah biaya untuk bibit,
pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja, biaya panen dan lain-lain.
Menurut Soekartawi (1995), keuntungan adalah nilai yang
diperoleh petani dari hasil usahatani yang diusahakan. Pendapatan
usahatani dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1). Pendapatan kotor (penerimaan total)
Pendapatan kotor merupakan total nilai produksi usahatani dalam
jangka waktu tertentu dikali dengan harga jual, persamaannya yaitu:
TR=Y.Py
Dimana: TR= Pendapatan kotor (Rp/ha)
Y= Total Produksi (kg/ha)
Py= Harga produksi (Rp/kg)
2). Pendapatan bersih (keuntungan)
Pendapatan bersih yaitu selisih antara pendapatan kotor dengan semua
biaya yang dikeluarkan selama proses prroduksi, persamaannya yaitu:
π=TR-TC
Dimana: π = Pendapatan (Rp/ha)
TR = Total penerimaan (Rp/ha)
23
TC = Total pengeluaran (Rp/ha)
Bentuk dan Jumlah Pendapatan mempunyai fungsi yang sama, yaitu
memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan agar dapat
melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan juga untuk
mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-kewajiban yang
dibutuhkan petani. Dengan demikian, pendapatan yang diterima akan
dialokasikan pada berbagai kebutuhan. Jumlah pendapatan dan cara
menggunakan inilah yang menentukan tingkat hidup petani. (Soeharjo Dan
Dahlan Patong, 1986). Nilai tambah yaitu metode Hayami sebagai
2.3 Kerangkan Pemikiran
Secara umum masyarakat Desa Soriutu Kecematan Manggelewa
Kabupaten Dompu memiliki latar belakang profesi sebagai petani, disamping
profesi-profesilainnya.Keterbatasan lahan dan kondisi iklim yang kurang
mendukung mengakibatkan sebagian masyarakat beralih profesi dari petani
menjadi pedagang.
Pengolahan ubi jalar ungu di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu dalam hal ini sebagai bahan utama untuk melakukan
pengolahan hasil pertanian yang bahan utamanya adalah ubi jalar yang diolah
menjadi keripik ubi jalar ungu, adanya olahan ubi ini menjadi keripik ubi
ungu akan menghasilkan atau menambah ekonomi keluarga, dengan
penghasilan ekonomi keluarga tersebut akan mengurangi hasil pertanian yang
mudah rusak, dalam hal ini seperti ubi jalar ungu yang hanya sebelumnya
24
dijadikan sebagai makanan biasa akan tetapi dengan melakukan pengolahan
lebih, maka dapat dijadikan sebagai keripik ubi jalar ungu.
Hal ini juga didukung dengan adanya persedian bahan mentah berupa
ubi jalar ungu serta industri rumah tangga yang ada pada desa tersebut.
Dengan harapan adanya peningkatan perekonomian masyarakat pasca
menjadi memanfaatkan bahan baku (ubi jalar) menjadi produk yang bernilai
tinggi. Berikut kerangka pemikiran tentang difersivikasi ubijalar ungu upaya
peningkatan perekonomian masyarakat di Desa Soriutu Kecematan
Manggelewa Kabupaten Dompu.
Gambar 1 : Kerangka Pikir Penelitian
Ubi Jalar Ungu
Proses Produksi
(Pengolahan) Input
Biaya :
Biaya Variabel :
- Bahan baku
- Bahan penolong
Biaya tetap :
- Penyusutan alat
Keripik
Ubi Jalar
Ungu
Penerimaan
Keuntungan
Nilai Tambah
25
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian di laksanakan di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu Hal ini disesuaikan dengan realisasi luasan tanam. Waktu
penelitian akan dilakukan selama 2 (Dua) bulan, yaitu Bulan Juni sampai
dengan Juli 2016.
3.2. Populasi dan sampel
Teknik dalam penelitian ini adalah semua industri rumah tangga yang
tergolong dalam pembuatan keripik ubi jalar ungu yang berjumlah 18 orang.
Teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan sensus atau pengambilan
populasi secara keseluruhan di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu karena jumlah populasinya sedikit.
3.3. Jenis dan sumber data
1. Data primer merupakan data yang yang diperoleh secara langsung dari
petani, pedagang, pengelola ubi jalar dan petugas yang telah ditetapkan
sebagai responden atau sampel dengan dibantu alat daftar pertanyaan
(kuesioner).
2. Data sekunder adalah data sekunder yang dikumpulkan antara lain
meliputivisi, misi dan arah kebijakan daerah instansi terkait, luas tanam, luas
panen, produktifitas, produksi ubi jalar berbasis keamata, data kelembagaan
25
26
tani (kelompok), data lembaga perkreditan untuk agribinis ubijalar dan data
lain yang menunjang tercapainya tujuan penelitian.
3.4 Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Obsevasi
Penelitian melakukan pengamatan secara langsung dilapangan
sehingga memperoleh pengalaman yang orisinil sekaligus pembuktian
kuat untuk menguji suatu kebenaran terhadap masalah yang diteliti.
Penelitian melakukan pencatatan secara sistematik tehadap gejala-gejala
yang bias saja muncul yang berkaitan dengan proses Diversifikasi
Pengolahan Ubi Jalar ungu di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu.
2. Wawancara
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab secara langsung dengan pihak pemilik industri serta ibu rumah
tangga yang terlibat dalam kegiatan diversifikasi pengolahan ubi jalar.
3. Dokumentasi
Peneliti menumpulkan data dengan caramen cari dokumen-dokumen
yang terkait dengan penelitian. Dokumen dalam penelitian ini dapat
berupa gambar dan foto kegiatan diversifikasi pengolahan ubi jalar ungu
oleh ibu rumah tangga Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa Kabupaten
Dompu.
27
3.5 Metode Analisis Data
Untuk mengetahui keuntungan dari pembuatan keripik ubi Jalar Ungu
maka akan dianalisis dengan menggunakan rumus keuntungan yaitu :
Л = TR – TC (Hernanto, 2000)
Dimana :
Л = Pendapatan (Net income) dalam satuan rupiah
TR = Penerimaan Total (Total Revenue) dalam satuan rupiah
TC = Biaya Total (Total Cost) dalam satuan rupiah
Dimana :
TR = Y.Py
Y = Jumlah produksi (kg)
Py = Nilai produksi (Rp/kg)
FC = Total biaya tetap yang dikeluarkan petani selama proses
produksi (Rp/ha)
VC = Total biaya variabel yang dikeluarkan petani selama proses
produksi (Rp/ha)
Sedangkan untuk mengetahui apakah terjadi nilai tambah dari
penjualan buah ubi jalar ungu menjadi keripik ubi di analisis dengan
rumus nilai tambah
28
Tabel 1. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode hayami
No Variabel Nilai
I. Output, Input dan Harga
1. Output (kg) (1) 2 Input (kg) (2)
3. Tenaga Kerja (HOK) (3)
4. Faktor Konversi (4)=(1) / (2)
5. Koefesien Tenaga Kerja (HOK/Kg) 5 = (3)/(2)
6. Harga Output (Rp) (6)
7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (7)
II.Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/Kg) (8)
9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) (9)
10. Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)
11. a.nilai tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) – (9) – (8)
b. Rasio nilai tambah (%) (11b) = 11a/10) x 100%
12. a.Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) (12a) = (5) x (7)
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a/11a) X 100%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) (13°) = 11a- 12a)
b. Tingkat Keuntungan (13b) = (13a/11a) x100%
3.6 Definisi Operasional
Agar dalam penelitian ini tidak mengalami pelebaran makna terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti perlu
membatasi beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian,antara lain
sebagai berikut:
1. Diversifikasi merupakan proses atau kegiatan merubah ubi jalar ungu
segar menjadi krepik ubi jalar ungu dengan tujuan dari produk bernilai
ekonomi rendah menjadi bernilai ekonomi tinggi.
2. Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi.
Bahan baku yang digunakan adalah ubi jalar ungu segar.
29
3. Biaya total adalah total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
keripik ubi jalar ungu, yakni biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp).
4. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan. Yang
termasuk dalam biaya tetap dalam produksi ubi jalar ungu meliput biaya
penyusutan.
5. Biaya variabel adalah biaya digunakan dalam proses produksi yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output. Biaya variabel dalam
produksi keripik ubi jalar ungu meliputi bahan baku, biaya bahan
penolong, yang dinyatakan dalam rupiah, yaitu biaya yang secara nyata
dibayarkan selama proses produksi.
6. Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses
produksi yang termasuk input selain bahan baku misalnya gula, kapur sirih
dan minyak goreng.
7. Nilai tambah adalah selesih antara nilai akhir produk dikurangi dengan
biaya antara yang meliputi biaya bahan baku dan biaya penolong (Rp).
8. Penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah kemasan keripik
ubi jalar ungu yang dijual dengan persatuan kemasan (Rp).
9. Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya
keripik ubi jalar ungu (Rp).
10. B/C ratio yaitu perbandingan antara tambahan output dan tambahan biaya
(input) dari perubahan menjual buah ubi jalar ungu dengan menjual
keripik ubi jalar ungu
30
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soriutu, Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu yang berpenduduk 90 % beragama islam. Sebagian besar mata
pencaharian sebagai petani dan buruh.Di desa ini terletak kira-kira 10 kilo meter
sebelah timur Kecamatan Woja. Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa Kabupaten
Dompu.Desa ini terdiri dari 7 Dusun yaitu sigi, Soriutu, nggaro Niu, Oi
Lande,kampo Kalo, Madalandi, Manggelewa dengan luas wilayah 3521 km²,
jumlah penduduk sebanyak 5977 jiwa, dengan rincian penduduk menurut jenis
kelamin: penduduk laki-laki berjumlah 2948 jiwa, penduduk perempuan
berjumlah 3029 jiwa. Desa Soriutu memiliki jarak 97 km dari ibu kota kabupaten
Dompu.
Secara administratif batas–batas Desa Soriutu yaitu:
Sebelah Utara : Desa Tanju
Sebelah Timur : Desa Tekasire
Sebelah Selatan : Desa Banggo
Sebelah Barat : Desa Doromelo
1. Luas wilayah dan penggunaan
Desa Soriutu memiliki luas wilayah lebih kurang 3521 km2 dengan jenis
penggunaan lahan dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut
30
31
Tabel 2. Luas wilayah dan penggunaannya
No Jenis Penggunaan Luas Penggunaan
(ha)
1 Luas pemukiman 660
2 Luas persawahan 752
3 Luas perkebunan 390
4 Luas kuburan 5
5 Luas pekarangan 86
6 Luas tambak 186
7 Perkantoran 1
8 Luas prasarana umum lainya 75
Sumber : Data Sekunder, 2015.
Berdasarkan tabel penggunaan wilayah di atas bahwa sekitar 30 % dari
wilayah desa merupakan areal persawahan dan 70 % dipakai sebagaipenggunaan
lainnya.
2. Kependudukan
Tabel 3. Jumlah kependudukan berdasarkan dusun
No Nama Dusun Jenis Kelamin Jumlah
(orang) L P
1 Dusun sigi 520 352 872
2 Dusun soriutu 506 510 1016
3 Dusun nggaro niu 326 512 838
4 Dusun io lande 315 350 665
5 Dusun kampo kalo 350 368 718
6 Dusun madalandi 420 435 855
7 Dusun manggelewa 511 502 1013
Jumlah 2948 3029 5977
Sumber : Data Sekunder Desa Soriutu, 2015
32
Keadaan penduduk di Desa Soriutu seperti terlihat pada tabel di atas
menunjukan bahwa penduduk di desa Soriutu hal ini terbukti pada jumlah
penduduk sebesar 5977 jiwa berada pada wilayah yang sangat luas. Untuk itu
dengan keadaan penduduk yang tidak terlalu tinggi dapat mempengaruhi tata
kehidupan masyarakat yang ada di desa Soriutu.
3. Ekonomi masyarakat
Tabel 4. Sumber Mata Pencaharian Masyarakat
Sumber : Data Sekunder Masyarakat Desa Soriutu, 2015
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukan bahwa mata pencaharian
masyarakat di sektor pertanian lebih banyak yaitu 2287 orang. Sementara jumlah
buruh tani yaitu 785 orang secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pendapatan
masyarakat secara mayoritas di desa Soriutu yaitu sektor pertanian dan buruh tani.
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
(Orang)
1 Petani 2287
2 Buruh tani 785
3 Pedagang/industri 280
4 Peternak 65
5 Penjahit 20
6 Tukang kayu 45
7 Tukang batu 35
8 Montir 15
9 PNS 113
10 TNI/Polri 45
11 Pegawai swasta 250
12 Honorer 170
13 Bidan 15
33
4. Pendidikan
Sumber daya manusia berpengaruh besar terhadap pembangunan
kemasyarakatan, pendidikan adalah media untuk meningkatan kualitas sumber
daya manusia. Pendidikan masyarakat desa Soriutu sebagai berikut
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Soriutu
No Umur Penduduk (Tahun) Jumlah (Orang)
1 3 - 6 TK 87
2 1 – 50 Cacat fisik dan mental 20
3 7 - 13 SD/ sederajat 390
4 27 – 60 tamat SD/ sederajat 565
5 36 – 78 tidak tamat SD/ sederajat 276
6 14 – 16 sedang SLTP/ sederajat 67
7 17 – 75 tamat SLTP/ sederajat 350
8 40 – 79 tidak tamat SLTP/sederajat 225
9 20 – 80 tamat SLTA/ sederajat 50
10 22 – 30 sedang D-1 320
11 25 - 40 tamat D-1 8
12 22 - 30 sedang D-2 11
13 26 - 45 tamat D-2 7
14 22 – 35 sedang D-3 23
15 30 - 50 tamat D-3 37
16 22 - 32 sedang S-1 2
17 25 - 65 tamat S-1 180
Sumber : Data Sekunder Masyarakat Desa Soriutu, 2015
5. Organisasi Sosial
Organisasi merupakan suatu perkumpulan atau kelompok organisasi
kemasyarakatan yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat dimana kelompok
34
dari anggota perkumpulan atau kelompok tersebut adalah masyarakat itu sendiri.
Adapun tujuan dibentuk oganisasi kemasyarakatan tersebut adalah sebagai berikut
:
1) Untuk mempererat tali silaturrahim antar masyarakat
2) Sebagai tempat membina atau memperluas wawasan tentang berbagai macam
hal.
3) Membuka semangat kerjasama dan saling tolong menolong dalam lingkungan
masyarakat.
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Petani Responden
Karekteristik responden merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi
umum dan latar belakang tentang responden yang diteliti berkaitan dengan
pengaruhnya terhadap kegiatan dan ciri – ciri khusus yang membedakan dengan
responden lain. Perkembangan pengolahan ubi jalar ungu menjadi keripik ubi jalar
ungu dipengaruhi oleh beberapa pihak seperti keluarga, konsumen, pemerintah
dan masyarakat itu sendiri. Responden adalah orang yang mengolah ubi jalar ungu
menjadi keripik ubi jalar ungu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka
diperoleh karakteristi responden seperti berikut :
5.1.1 Umur
Tingkat umur merupakan salah faktor yang menentukan bagi seorang
petani dalam upaya pengelolaan usahanya. Umur akan sangat mempengaruhi
kemampuan fisik dan cara berpikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan.
Hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa umur petani
responden bervariasi, mulai dari 20 tahun sampai 50 tahun. Umur petani
responden disajikan pada Tabel 6.
35
36
Tabel 6. Umur Responden di Desa Soriutu, Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu, 2016
Umur
(Tahun)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
20 – 26
27 – 32
33 – 38
39 – 44
45 – 50
3
7
4
2
2
16,67
38,89
22,22
11,11
11,11
Total 18 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah petani responden yang berada pada
kelompok umur 27 – 32 tahun sebanyak 7 orang atau 38,89%, disusul kelompok
umur 33 – 38 tahun sebanyak 4 petani responden atau 22,22% dan kelompok
umur terendah yaitu 39 – 44 tahun dan 45 – 50 tahun masing-masing 2 orang atau
sekitar 11,11%. Melihat komposisi umur tersebut di atas menunjukkan bahwa
petani responden masih tergolong dalam kategori umur produktif sehingga dapat
dikatakan bahwa petani responden masih potensial untuk mengelola usahanya.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Hasil pengumpulan data diperoleh bahwa lama pendidikan petani
responden bervariasi, tingkat pendidikan mulai dari tamat SD sampai tamat
SLTA. Komposisi lama pendidikan petani responden disajikan pada Tabel 8.
37
Tabel 7. Lama Pendidikan Responden di Desa Soriutu, Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu, 2016
Lama Pendidikan
(Tahun)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
SD
SMP
SMA
10
5
3
55,55
27,28
16,67
Total 18 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah petani responden yang tamat SD
sebanyak 10 orang atau 55,55% merupakan yang tertinggi bila dibandingkan
dengan petani responden yang yang tamat SMP dan SMA. Dimana yang tamat
SMP sebanyak 5 orang atau 27,28% sedangkan tamat SMA hanya 3 orang atau
16,67%.
Walaupun ada responden yang berpendidikan SMA akan tetapi sangat
kecil atau hanya 16,67%, dimana tingkat pendidikan akan berpengaruh pada pola
berpikir dalam meningkatkan usaha yang dimiliki, sehingga dalam pengambilan
keputusan benar – benar dapat dipertanggungjawabkan.
5.1.3 Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud disini adalah lamanya seorang responden
dalam menekuni usahanya. Semakin lama seseorang menggeluti usahanya, maka
akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada umumnya responden
yang memiliki pengalaman yang cukup lama cenderung memiliki pula
kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang belum memiliki
pengalaman. Responden berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada Tabel 8.
38
Tabel 8. Pengalaman Responden di Desa Soriutu, Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu, 2016
Pengalaman
(Tahun)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 – 2
3 – 4
12
6
66,67
33,33
Total 18 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa pengalaman responden yang tertinggi adalah
1 – 2 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau 66,67% dan 3 – 4 tahun sebanyak 6
orang atau 33,33%. Melihat komposisi pengalaman pada tabel tersebut di atas
menunjukkan bahwa responden dalam berusaha masih baru atau belum cukup
berpengalaman.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga yang dimaksud disini adalah keseluruhan anggota
keluarga yang memiliki beban hidup bagi responden bersangkutan. Anggota
keluarga ini dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga.
Anggota keluarga responden terdiri dari petani itu sendiri, istri, anak dan
anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan responden. Jumlah anggota
keluarga akan berpengaruh bagi perencanaan dan pengambilan keputusan dalam
hal usahanya, karena anggota keluarga dapat merupakan sumber tenaga kerja
dalam usaha terutama anggota keluarga yang produktif selain itu jumlah anggota
keluarga merupakan salah satu potensi yang sangat menentukan dalam
peningkatan produksi dan pendapatan.
39
Mereka yang memiliki sedikit tanggungan akan lebih banyak
mengalokasikan modalnya untuk menyediakan sarana produksi akan tetapi bagi
responden yang memiliki banyak tanggungan alokasi modal untuk penyediaan
sarana produksi akan sangat terbatas sehingga harapan akan peningkatan produksi
dan pendapatan kurang terwujud.
Untuk mengetahui penyebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Soriutu, Kecamatan
Manggelewa Kabupaten Dompu, 2016
Tanggungan Keluarga
(Orang)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 – 2
3 – 4
8
10
44,44
55,56
Total 18 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak
adalah antara 3 – 4 orang yaitu sebanyak 10 orang atau 55,56%, hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani responden
masih tergolong banyak. Sehingga dengan ada jumlah tanggungan keluarga maka
akan membantu responden dalam mengeolah usaha pembuatan keripiknya karena
akan menjadi sumber tenaga kerja.
5.2 Pengolahan Ubi Jalar Ungu Sebagai Keripik
Ubi jalar yang ada di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa Kabupaten
Dompu selain dijual dalam bentuk buah ubi segar ada juga yang diolah menjadi
produk jadi seperti ubi jalar dan keripik ubi dengan tujuan menambah nilai
40
tambah dari produk. Adapun jenis produk yang diolah dari ubi jalar yaitu keripik
ubi jalar ungu dan ubi goreng. Di dalam pengolahan ubi jalar ungu membutuhkan
input berupa biaya-biaya yang digunakan dalam pengolahan, sehingga dalam
pengolahan ubi jalar ada biaya yang dikeluarkan tersebut harus dianalis
keuntungan dan biaya yang dikeluarkan.
Sistem pengolahan ubi jalar ungu di desa Soriutu menjadi keripik ubi
jalar sebagai berikut :
1) Ubi jalar ungu dikupas lalu dicuci dengan air sampai bersih
2) Diiris tipis-tipis ubi ungu dengan pisau yang tajam atau menggunakan alat
pemotong supaya hasilnya sama.
3) Dicampurkan air kapur sirih dengan air yang besih
4) Direndam ubi ungu yang sudah diiris tipis kedalam air kapur sirih selama 1-2
jam, angkat tiriskan.
5) Dijemur dibawah terik matahari sampai benar-benar kering
6) Dilarutkan gula pasir dengan air secukupnya lalu masukkan ubi yang sudah
dijemur kedalam larutan gula
7) Dipanaskan minyak lalu digoreng ubi sedikit demi sedikit sampai matang dan
kering, angkat tiriskan dan diamkan sampai dingin dan siap dikemas
5.3 Analisis Keuntungan
Keuntungan yang diterima dari usaha pengolahan ubi jalar ungu menjadi
keripik ubi jalar ungu dalam dalam sebulan, merupakan hasil perhitungan dari
selisih antara penerimaan dengan total biaya selama sebulan produksi.
41
Perhitungan keuntungan usaha pengolahan ubi jalar ungu menjadi keripik ubi jalar
ungu dapat di lihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Keuntungan Usaha Pengolahan Ubi Jalar Ungu menjadi Keripik Ubi
Jalar Ungu Selama sebulan di Desa Soriutu, Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu, 2016
No Uraian Jumlah
I Penerimaan (TR)
- Produksi (kg/bulan) (Y)
- Harga Rp/kg (Py)
2,844,444.44
28,44
100.000
II.
III.
a.Biaya Variabel
- Ubi jalar ungu (Rp/kg)
- Minyak (Rp)
-Kapur Sirih
- Gula (Rp)
- Tenaga Kerja
Total Biaya Variabel (VC)
b.Biaya Tetap
- Kompor (Rp/bln)
- Pisau/Parut (Rp/bln)
-Wajan (Rp/bln)
-Serok (Rp/bln)
Total Biaya Tetap (FC)
Total Biaya (TC)
Keuntungan(Л=TR-TC)
170.666,67
227.555,56
18.962,96
284.444,44
220,833.33
922,462.96
781,80
761,96
659,14
293,40
2.496,31
924.959,27
1.919485,17
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2016
Tabel 11 menunjukkan bahwa keuntungan usaha pengolahan ubi jalar
ungu menjadi keripik ubi jalar ungu dalam sebulan dengan penerimaan rata – rata
per orang Rp. 2,844,444.44,- dimana diperoleh dari jumlah produksi keripik ubi
jalar ungu sebanyak 28,44 kg, Rp.100.000/kg dengan jumlah bahan baku
42
sebanyak 56,89 kg.. Penerimaan ini diperoleh responden dengan mengolah buah
ubi jalar ungu. Buah ubi yang digunakan sebagai bahan baku diperoleh responden
dari hasil kebun sendiri, hal ini yang membuat responden tidak bisa memproduksi
keripik ubi jalar setiap hari, karena keterbatasan bahan baku. Anadaikan
responden mau membeli bahan baku maka jumlah produksi bisa dilakukan setiap
hari dan jumlah penerimaan mereka juga bisa bertambah. Adapun harga buah ubi
jalar ungu per kilogram jika responden menjual atau membeli yaitu Rp. 3000/kg.
Adapun biaya yang harus dikeluarkan responden jika mengolah ubinya
menjadi keripik ubi yaitu terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel
yaitu ubi dalam artian harga ini diperoleh jika petani membeli ubi maka biaya
yang harus di keluarkan adalah sebanyak Rp. 170.666,67/orang, minyak Rp.
227.555,56, kapur sirih Rp 18.962,96/orang dan gula pasir Rp.
284.444,44/orang dan biaya tenaga kerja yang merupakan responden sendiri dan
dibantu oleh keluarganya sendiri, sehingga untuk menghitung keuntungan maka
harus merujuk ke teori Soekartawi, (2008), yang membedakan keuntungan dan
pendapatan adalah jika analisis keuntungan maka seluruh biaya tenaga kerja harus
diperhitungkan, maka dalam penelitian ini ditaksirkan biaya tenaga kerja dala
keluarga, sehingga biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp. 220.833,33/bulan. Selain
biaya variabel responden juga menggunakan peralatan dalam mengolah ubi jalar
ungu menjadi keripik ubi jalar ungu yaitu kompor, wajan, pisau/parut dan serok.
Perelatan ini merupakan peralatan utama didalam mengolah ubi jalar ungu
menjadi keripik ubi. Adapun biaya yang digunakan dalam mengolah ubi jalar
ungu menjadi keripik ubi jalar ungu, harus dihitung penyusutannya karena
43
peralatan ini tidak habis digunakan dalam sekali produksi. Peralatan ini digunakan
bertahun – tahun. Adapun biaya penyusutan alat yang dikeluarkan responden per
bulan yaitu sebanyak Rp. 2.496,31/bulan.
Berdasarkan hasil penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan responden
dalam proses produksi setiap bulan maka responden memperoleh keuntungan
sebesar Rp. 1.919.485,17/bulan. Diperoleh dari pengurangan antara total
penerimaan dengan total biaya dengan jumlah produksi buah ubi jalar ungu.
Sedangkan jika responden menjual hasil buah ubi jalar ungu mereka ke pasar
dengan jumlah yang sama yaitu 56,89 kg/bulan, dengan harga jual Rp.3000/kg,
maka responden akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 170.670,00/bulan,
penerimaan ini belum menjadi keuntungan dari penjualan buah segar, karena
masih harus diperhitungkan biaya transportasi dan biaya-biaya pemasaran lainnya.
5.4. Analisis Nilai Tambah
Produk olahan yang dihasilkan pada peoses ini adalah keripik ubi jalar
Ungu, dalam menghitung hasil analisis nilai tambah hasil input dan output
dikonversi dalam kilogram, sehingga dapat memudahkan dalam menghitung
hasilnya. Adapun nilai tambah keripik ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai tambah Produk Keripik Ubi Jalar Ungu di Desa Soriutu,
Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu, 2016
No Variabel Nilai
I. Output, Input dan Harga
1. Output (kg) 28,44
2. Input (kg) 56,89
3. Tenaga Kerja (HOK) 2
4. Faktor Konversi 0,4
5. Koefesien Tenaga Kerja
(HKP/Kg)
0,03
44
6. Harga Output (Rp) 100.000
7 Upah Tenaga Kerja
(Rp/HOK)
110000
II.Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku
(Rp/Kg)
170.666,67
9. Sumbangan input lain
(Rp/Kg)
754.292,60
10. Nilai Output (Rp/Kg) 2.844.444,44
11. a.nilai tambah (Rp/Kg) 1.919.485,17
b. Rasio nilai tambah (%) 67,48
12. a.Pendapatan tenaga kerja
(Rp/Kg)
3.300
b. Pangsa Tenaga Kerja
(%)
0,17
13. a. Keuntungan (Rp/kg) 1.916.185,17
b. Tingkat Keuntungan 99,83
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 3 maka dapat dijelaskan bahwa nilai tambah yang
diperoleh dalam pengolahan keripik ubi jalar ungu dengan melihat nilai rasio yang
diperoleh adalah 67,48%, artinya 67,48 dari nilai hasil keripik ubi jalar ungu
merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi jalar ungu
menjadi keripik ubi jalar ungu, dan memberikan tingkat keuntungan 99,83%,
artinya jika responden mengolah ubi segar menjadi kripik akan meningkatkan
pendapatan sekitar 99,83%.
45
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Keuntungan dari usaha pengolahan ubi jalar ungu menjadi keripik ubi jalar
ungu dengan jumlah bahan baku sebanyak 56,89kg/orang/bulan maka akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.919,485,17/ orang/bulan, sedangkan
jika hanya dijual dalam bentuk buah ubi ungu segar maka keuntungan yang
dapat diperoleh hanya sebanyak Rp.170.670/orang/bulan.
2. Nilai tambah untuk pengolahan Ubi jalar ungu menjadi kripik ubi jalar ungu
memberikan tingkat pendapatan 99,83%, dengan nilai rasio nilai tambah
67,68%. Artinya upaya diversifikasi ubi jalar ungu dalam usaha kripik ubi
jalar memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap keuntungan usaha
industri pengolahan kripik ubi jalar ungu.
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian maka sebaiknya home industri yang melakukan
pengolahan ubi jalar ungu untuk menjadi keripik mencari teknologi yang bisa
menghasilkan keripik yang bisa bersaing dari segi rasa dan kemasan, sehingga
biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi, dengan demikian bisa memberikan
nilai tambah yang lebih tinggi lagi.
45
46
2. Pemerintah memberikan bantuan untuk pengolahan hasil berupa alat yang bisa
digunakan dalam menngolah keripik. Dan memberikan pendampingan
sehingga produk yang ada memperoleh merk dan kemasan yang lebih baik
serta terdaftar di dinas BPOM
47
DAFTAR PUSTAKA
Kasryono, F., S. Baharsjah(1988) Diversifikasipertanian.Yogyakarta.
Lingga, Pinus. 1993. Bertanamumbi-umbian. Jakarta: penebarSwadaya.
Mahesa. 20Williem, L , dkk (2011) pola Spesialisasi Perdagangan
Indonesiadengan jepang 04. ProduksipanganUbi -Ubian. Yogyakarta:
UGM.
Mahesa. 2004. ProduksiUmbi-umbian. Yogyarkarta: UGM
Nurmala, Tati.,dkk. 2012. PengantarIlmuPertanian. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubijalar: budidayadanpascapanen. Yogyakarta:
kanisius.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agribisnis. Jakarta:Erlangga.
Soekartawi. 2008. Ilmu Usahtani. Jakarta:Erlangga.
Sinagadan Henri. 2007. ProspekpengembanganUbiJalar. Bogor:FMIPAIPB.
Samin.2012. TeknikPengolahanPangandanHasilPertanian. Jakarta. samiin-
a7x.blogspot.com.Diakses 25 Februari 2015.
SimpulpanganJogja.Umbi-umbian yang berjasa yang terlupa.Yogyakarta:
Simpulpanganjogja-YayasankeHati Yogyakarta.
Sulastri. Y. S. 2009. PenuntunPraktikumBudidayaTanamanSerealiadanUbi-
Ubian.Medan: UNIKA.
Sugiono. 2012. MetodePenelitianAdministrasi. Bandung: Alfabeta
47
48
Lampiran 7. Foto - Foto Pengolahan Ubi Jalar Ungu Menjadi Kripik Ubi jalar
Ungu
Gambar 1: proses pencucian ubi jalar ungu
Gambar 2: proses pengirisan ubi jalar ungu
49
Gambar 3 : ubi jalar ungu yang sudah di iris
Gambar 4: proses pengggorengan keripik ubi jalar ungu
50
Gambar 5 : Pada saat melakukan pengemasan keripik ubi jalar ungu
Gambar 6 :Pemasaran keripik ubi jalar ungu
51
Lampiran 2. Jumlah Produksi dan Penerimaan Pengolahan Talas Menjadi
Kripik Ubi Jalar Ungu di Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa
Kabupaten Dompu,2016
No
Jumlah
Ubi
Produksi
Kripik Penerimaan
(kg) Ubi (ons) Harga Rp 100.000/kg
1 48 24 2,400,000.00
2 48 24 2,400,000.00
3 48 24 2,400,000.00
4 48 24 2,400,000.00
5 60 30 3,000,000.00
6 60 30 3,000,000.00
7 80 40 4,000,000.00
8 64 32 3,200,000.00
9 80 40 4,000,000.00
10 56 28 2,800,000.00
11 112 56 5,600,000.00
12 48 24 2,400,000.00
13 48 24 2,400,000.00
14 48 24 2,400,000.00
15 48 24 2,400,000.00
16 32 16 1,600,000.00
17 48 24 2,400,000.00
18 48 24 2,400,000.00
Jumlah 1024 512.00 51,200,000.00
Rata2 56,89 28.44 2,844,444.44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Hasnah, lahir di Dompu, 20 Mei 1992, anak keempat dari
Enam bersaudara. Terlahir dari pasangan Sahrudin dan
Rukmini. Penulis memasuki pendidikan dasar di SDN 40
Woja tahun 1998 dan tamat 2004, kemudian melanjutkan
sekolah menengah tingkat pertama di SMP Negeri 4 Woja
pada tahun 2004 sampai 2007, lalu melanjutkan pendidikan
di SMK Negeri 1 Woja Jurusan Budidaya Tanaman Program
Keahlian Pendidikan Tanaman pada tahun 2007 dan tamat
tahun 2010. Penulis melanjutkan lagi pendidikan ke tingkat
perguruan tinggi pada tahun 2010 di Universitas Muhammadiyah Makassar
(UNISMUH) dan mengambil jurusan Agri Bisnis Fakultas Pertanian.
Atas berkat rahmat Allah SWT dan iringan doa dari kedua orang tua, saudara serta
teman seperjuangan dibangku kuliah, pada tahun 2017 penulis menyelesaikan
studi dengan menyusun sebuah karya ilmiah yang berjudul: “Diversifikasi
Pengolahan Ubi Jalar Ungu” di desa Soriutu Kec. Manggelewa Kab. Dompu.