tinjauan pustaka pengaruh imbangan tepung ubi jalar ungu dan tepung kedelai terhadap kuallitas...
DESCRIPTION
scienceTRANSCRIPT
8
Ubi jalar ungu yakni ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna
ungu hingga ungu muda (Juanda, Dede dan Bambang Cahyono, 2000).
Berdasarkan warna kulit, ubi jalar mempunyai 9 tipe, yaitu putih (white),
krem (crem), kuning (yellow), jingga (orange), jingga kecoklatan (brown
orange), merah muda (pink), merah tua (red), merah ungu (purple red),
dan biru tua (dark purple). Berdasarkan warna daging, terdiri dari 9 tipe
yaitu melingkar tipis dekat kulit (narrow ring), melingkar lebar dekat kulit
(board ring in cortex), noda menyebar dalam daging (scartered spots in
flesh), melingkar tipis dalam daging (narrow ring in flesh), melingkar lebar
dalam daging (board ring in flesh), beberapa lingkaran dalam daging (ring
and other areas in flesh), bentuk membujur (in longitudinal section),
sebagian dari lingkaran penuh dalam daging (covering most of the flesh),
dan lingkaran penuh dalam daging (covering all flesh) (Huaman, 1990
dalam Suismono, 2001).
Ubi jalar ungu yang rasanya manis mengandung antosianin yang
berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, hepatoprotektif
antihipertensi, dan antihiperglisemik (Suda et al, 2003). Kandungan
antosianin pada ubi jalar ungu lebih tinggi daripada ubi yang berwarna
putih, kuning, dan jingga (Suardi, 2005). Selain antosianin, ubi jalar ungu
juga memiliki banyak kandungan zat gizi. Kandungan zat gizi yang
terdapat pada ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
TABEL 2.1
KANDUNGAN GIZI UBI JALAR UNGU (100 GR)
No Zat Gizi Jumlah
1 Kalori (kal) 123
2 Protein (gr) 1,8
9
3 Lemak (gr) 0,7
4 Karbohidrat (gr) 27,9
5 Air (gr) 68,9
6 Serat kasar (gr) 1,2
7 Kadar gula (gr) 0,4
8 Betakaroten (mg) 174,2
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1981 dalam Jamriyanti, 2007.
Tepung ubi jalar ungu adalah salah satu produk setengah jadi yang
terbuat dari ubi jalar ungu. Tepung ubi jalar merupakan produk ubi jalar
setengah jadi yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri
makanan dan juga mempunyai daya simpan yang lebih lama. Tepung ubi
jalar dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kue, misalnya kue
kering, kue lapis, dan cake (Nur Richana, 2012). Adapun karakteristik
tepung ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
TABEL 2.2
KARAKTERISTIK DASAR TEPUNG UBI JALAR
KARAKTERISTIK KADAR
Air Maks 15%
Kehalusan 90% lolos ayakan 80 mesh
Sumber : Barret dan Damardjati, 1987 dalam Antarlina dan J.S. Utomo,
1999.
10
2.2 Tepung Terigu (Triticum vulgare)
Tepung terigu (Triticum vulgare) adalah bahan yang diambil (ekstrak)
dari bagian dalam (endosperm) biji gandum, berwarna putih sedikit
kekuningan dan mengandung protein yang disebut gluten. Gluten inilah
yang membedakan tepung terigu dengan tepung jenis lain, seperti tepung
beras, tepung kentang, dan lain-lain. Gluten merupakan protein yang tidak
larut dalam air, bersifat kenyal dan elastis. Pada adonan roti, gluten
berfungsi untuk menahan adonan pada saat mengembang sehingga
strukturnya kokoh dan tidak mengecil kembali. Sedangkan pada mi, gluten
menentukan tingkat kekenyalan dan elastisitas mi. Gluten ini pula yang
turut menentukan kualitas dari produk biskuit, cookies, dan wafer.
Pada umumnya, semakin tinggi kadar protein suatu terigu maka kadar
glutennya juga semakin besar. Kadar gluten dari terigu biasanya
tergantung dari jenis gandum yang digunakan (Bogasari, 2012).
Jenis gandum yang digunakan untuk membuat tepung terigu yang
secara umum, dapat dibagi 3 yaitu :
1. Tepung jenis hard memiliki kadar protein yang cukup tinggi yaitu
sekitar 12%-14%
2. Tepung jenis medium memiliki kadar protein 10,5%-11,5%
3. Tepung jenis soft memiliki kadar protein paling sedikit yakni 8%-9%
(Dapurdedy, 2009)
Terigu terutama ditanam dan dikonsumsi di Negara-negara industri
maju dan biasa di budidayakan diladang kering, tidak di sawah dan
memerlukan lahan yang luas. Penanaman dan panen terigu
menggunakan alat-alat mekanik lebih banyak dibandingkan pengerjaan
padi. Mengolah tanah, menanam benih, memelihara tanaman dan
memanen terigu seluruhnya dilakukan dengan mempergunakan peralatan
11
mekanik yang canggih. Dalam perdagangan internasional, terigu
dipasarkan dalam bentuk biji secara curah maupun sebagai tepung.
Indonesia merupakan salah satu Negara pengimpor tepung terigu, tetapi
sejak tahun 1970an didirikan pabrik penggilingan terigu menjadi tepung
dan bahan bakunya berupa terigu impor dalam bentuk biji (Sediaoetama,
1989). Karakteristik dasar tepung terigu yang baik dapat dilihat pada
Tabel 2.3 berikut.
TABEL 2.3
KARAKTERISTIK DASAR TEPUNG TERIGU
KARAKTERISTIK KADAR
Air <14,6%
Kehalusan Tepung >98% (Lolos ayakan mesin)
Kandungan Zat Besi (Fe) >50 mg/kg
Seng (Zn) >30 mg/kg
Vitamin B1 >2,5 mg/kg
Vitamin B2 >4 mg/kg
Asam Folat >2 mg/kg
Protein >7%
Sumber : BPOM RI, 2006
Berdasarkan kadar gluten atau proteinnya tepung terigu dibedakan
menjadi 3 jenis, antara lain tepung terigu protein rendah, tepung terigu
protein sedang, tepung terigu protein tinggi.
a. Tepung Terigu Protein Rendah
12
Sifat tepung terigu protein rendah memiliki daya serap air yang rendah
sehingga akan menghasilkan adonan yang sukar diuleni, tidak elastis,
lengket, dan daya pengembangannya rendah. Tepung ini dibuat dari
gandum lunak, kadar protein sekitar 8%-9%. Cocok untuk membuat kue
kering, seperti biscuit, pastel, dan kue-kue yang tidak memerlukan proses
fermentasi.
b. Tepung Terigu Protein Sedang
Tepung terigu jenis ini merupakan campuran tepung terigu hard wheat
dan soft wheat sehingga karakteristiknya diantara kedua jenis tepung
tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam olahan. Pada adonan
yang memerlukan kerangka lembut namun masih bisa mengembang
seperti cake, tepung terigu protein sedang biasa dikenal dengan sebutan
all purpose flour (tepung terigu sebaguna), kadar protein berkisar antara
10%-11%. Tepung terigu protein sedang baik digunakan untuk pembuatan
cake, roti, gorengan, kue tradisional (kukus), pancake, wafel, donat,
bakpao, panada, muffin.
c. Tepung Terigu Protein Tinggi
Tepung terigu protein tinggi atau hard wheat biasa digunakan untuk
pembuatan crackers, roti, mie, dan pasta karena sifatnya mudah
dicampur, difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis, dan mudah
digiling. Tepung terigu protein tinggi diperoleh dari gandum keras (hard
wheat), kandungan proteinnya 11%-13%, karena kandungan proteinnya
yang tinggi menjadikan tepung ini tidak cocok untuk kue kering tanpa
fermentasi atau kulit pie (Pandujaya, 2008).
Tepung terigu selain bermacam-macam jenis, juga mengandung
bermacam-macam zat gizi dari makronutrient hingga mikronutrient, berikut
kandungan zat gizi tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.
13
TABEL 2.4
KANDUNGAN ZAT GIZI TEPUNG TERIGU PER 100 GRAM
ZAT GIZI JUMLAH
Energi 333 kal
Protein 9 g
Lemak 1 g
Karbohidrat 77,2 g
Kalsium 22 mg
Fosfor 150 mg
Serat 0,3 g
Abu 1 g
Tiamin 0,10 mg
Niasin 1 mg
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2000
2.3 Antosianin
Di dalam tubuh kita terdapat senyawa yang disebut antioksidan yaitu
senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, seperti enzim SOD
(Superoksida Dismutase), gluthatione, dan katalase. Antioksidan juga
dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin
C, vitamin E dan betakaroten serta senyawa fenolik (Prakash, 2001; Frei
B, 1994; Trevor R, 1995).
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan
pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul,
14
radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk
memperoleh pasangan electron. Reaksi ini akan berlangsung terus-
menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan
berbagai penyakit.
Terdapat tiga macam antioksidan yaitu antioksidan yang dibuat oleh
tubuh yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase, glutathione
peroxidase, peroxidasi dan katalase. Yang kedua, antioksidan alami yang
dapat diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C,
betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik. Ketiga, antioksidan sintetik
yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated Hydroxyanisole
(BHA), BHT, TBHQ, PG, dan NDGA yang ditambahkan dalam makanan
untuk mencegah kerusakan lemak (Kumalaningsih, Sri, 2006)..
Antioksidan dalam ubi jalar ungu termasuk antioksidan alami yaitu
Antosianin. Antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga
flavonoid, dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar
yaitu polifenol.
Antosianin adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan. Sesuai namanya, pigmen ini memberikan warna
pada bunga, buah, dan tumbuhan hijau, dan telah banyak digunakan
sebagai pewarna alami pada berbagai produk pangan dan berbagai
aplikasi lainnya. Antosianin peka terhadap panas dimana kerusakan
Antosianin berbanding lurus dengan kenaikan suhu yang digunakan
(Markakis, 1982).
Selain berfungsi sebagai antioksidan, antosianin juga berfungsi
sebagai antikanker dan antimutagenik, secara in vivo dan in vitro, dapat
menurunkan resiko leukemia, kanker paru, kanker kolon, kanker kulit, dan
kanker prostat. Anti inflamasi, dapat mengontrol adanya peradangan,
seperti arthritis dan menurunkan kadar serum malonaldehid yang
merupakan parameter level stress oksidatif. Anti diabetes, dapat
15
digunakan untuk mencegah obesitas dan diabetes, dengan menurunkan
kadar gula darah dan meningkatkan produksi insulin (Rita, 2010).
2.4 Organoleptik
Uji organoleptik adalah suatu proses identifikasi, pengukuran ilmiah,
analisis, dan interpretasi atribut-atribut produk melalui lima pancaindra
manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba, dan
pendengaran. Uji organoleptik juga melibatkan suatu pengukuran, yang
dapat bersifat kuantitatif maupun kaulitatif. Uji organoleptik pada dasarnya
bersifat objektif dan subjektif (Setyaningsih et al, 2010).
Uji atau penilaian organoleptik disebut mutu organoleptik, sifat
organoleptik merupakan karakteristik yang dimiliki oleh makanan yang
meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur. Sifat mutu produk yang hanya
dapat diukur atau dinilai dengan uji atau penilaian organoleptik disebut
mutu organoleptik (Soekarto, 1985).
Uji organoleptik yang akan diujikan dengan cara uji kesukaan atau
hedonik pada crackers ubi jalar ungu meliputi warna, rasa, aroma, tekstur,
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Warna
Dalam menilai mutu terhadap warna, cara yang dipakai ialah dengan
penglihatan. Warna dapat digunakan sebagai indicator kesegaran
atau kematangan. Warna yang seragam dan merata dapat
menandakan baik atau tidaknya pada saat pencampuran atau
pengolahan (Soekarto, 1985).
16
2. Rasa
Penilaian terhadap rasa dapat dilakukan dengan menggunakan indera
pencicip yaitu mulut/permulaan lidah (pada bagian sebagian langit-
langit lunak (palatum mole)) yang berfungsi untuk menilai cicip (taste)
atau rasa dari suatu makanan. Terdapat 4 rasa dasar pada indera
pencicip yang dimiliki oleh manusia yaitu manis, pahit, asin, dan asam
(Soekarto, 1985).
3. Aroma
Aroma merupakan suatu respon dari indera pembau. Indera pembau
berfungsi untuk menilai bau-bauan dari suatu produk. Dengan indera
pembau, jarak manusia dapat mengenal suatu makanan yang belum
terlihat tetapi aromanya sudah dapat tercium (Soekarto, 1985)
4. Tekstur
Tekstur pada makanan merupakan bagian yang penting untuk
menunjukkan suatu kualitas makanan sehingga dapat mempengaruhi
citra makanan. Macam-macam penginderaan tekstur yang dapat
dinilai dengan ujung jari meliputi kebasahan (juiciness), kering, keras,
halus, kasar, dan berminyak (Soekarto, 1985).
Pelaksanaan uji organoleptik memerlukan paling tidak dua pihak yang
bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana kegiatan pengujian.
Pelaksanaan suatu pengujian organoleptik membutuhkan sekelompok
orang yang menilai mutu atau memberikan kesan subjektif berdasarkan
prosedur pengujian organoleptik tersebut. Kelompok ini disebut panel dan
anggotanya disebut panelis (Setyaningsih et al, 2010). Terdapat 5 macam
panel yang biasa digunakan dalam penilaian organoleptik yaitu sebagai
berikut:
a. Panel pencicip perorangan
17
b. Panel panel pencicip terbatas (3-5 orang ahli)
c. Panel terlatih (15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik
dan telah diseleksi atau telah menjalani latihan-latihan)
d. Panel tidak terlatih (terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial, dan
pendidikan)
e. Panel konsumen (terdiri dari 30-100 orang yang tergantung pada
target pemasaran suatu komoditas).
Beberapa jenis panel, anggota timnya harus diseleksi secara ketat
dengan berbagai persyaratan kemampuan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kepekaan panelis, antara lain:
1. Jenis kelamin
Pada umumnya, wanita lebih peka dibanding laki-laki dalam
merasakan sesuatu. Wanita juga lebih dapat mengemukakan apa
yang dirasakan dibandingkan laki-laki. Akan tetapi, penilaian
organoleptik wanita terhadap aroma dan rasa lebih cenderung
tidak konsisten dibandingkan laki-laki. Hal ini berhubungan dengan
siklus menstruasi dan kehamilan.
2. Usia
Pada umumnya, kemampuan seseorang dalam merasa, mencium,
mendengar, dan melihat semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Akan tetapi, berkurangnya kemampuan
seseorang bervariasi tergantung pengalaman dan latihan yang
diikuti. Pada panel yang memerlukan populasi yang mewakili
berbagai target konsumen, maka panelis yang berusia tua juga
dibutuhkan.
3. Kondisi fisiologis
18
Kondisi fisiologis panelis yang mempengaruhi kepekaannya adalah
kondisi lapar ataupun kenyang, kelelahan, sakit, obat, waktu
bangun tidur, dan merokok.
4. Faktor genetis
Faktor genetis juga diketahui dapat mempengaruhi persepsi
organoleptik seseorang, khususnya apabila berhubungan dengan
deteksi pengenalan dan ambang batas terhadap substansi
tertentu.
5. Kondisi psikologis
Kondisi psikologis seseorang seperti mood, motivasi, bias, tingkah
laku, serta kondisi terlalu senang atau terlalu sedih dapat
mempengaruhi kepekaan indra seseorang. Selain itu, kepekaan
indra juga dapat menurun karena rangsangan yang terus-menerus
atau terlalu tajam, misalnya cabai, petai, durian, dan lain-lain
(Setyaningsih et al, 2010).
2.5 Crackers
Crackers yaitu sejenis biskuit yang terbuat dari tepung terigu, lemak
dan garam, yang difermentasi dengan yeast dan adonan dibuat berlapis-
lapis terlebih dahulu kemudian dipotong dan dipanggang (Manley, 1983).
Crackers adalah jenis produk makanan kecil kering yang dibuat dari
adonan keras dengan bahan tepung terigu yang memiliki kadar protein
11%-13% dengan penambahan bahan pengembang dan bahan lain
(SNI.0177.1990).
Mengingat ciri khas tekstur remahnya proses pembuatan cracker
memerlukan persyaratan tepung tertentu sehingga dibanyak Negara
muncul tipe cracker yang tidak berlapis-lapis disebut Non-Flaky Cracker
(Ahza, 1996). Non-Flaky Cracker dibuat dengan menghilangkan proses
19
laminasinya dan lebih rendah persyaratan glutennya sehingga
pembuatannya lebih sederhana (Yenrina, Rina et al, 2009).
Pengolahan crackers yaitu dengan cara dipanggang, crackers pada
umumnya dibuat dari berbagai tepung adonan dan dibuat dalam jumlah
sedikit dengan berbagai ukuran atau lebih kecil. Penyedap atau bumbu
seperti garam, rempah-rempah, kacang-kacangan, atau keju dapat
ditambahkan ke dalam adonan atau ditaburkan diatas crackers sebelum
dipanggang. Crackers adalah makanan bergizi dan siap untuk dimakan,
mengkonsumsi crackers merupakan cara mengkonsumsi makanan pokok
atau biji serealia praktis. (Wikipedia, 2009). Crackers berbeda dengan
biscuit dari segi bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, untuk
bahan pembuatan biscuit antara lain menggunakan telur, tepung terigu,
mentega, dan gula pasir, pada proses pembuatan biscuit tidak dilakukan
fermentasi adonan. Tekstur biscuit tidak berlapis-lapis melainkan bersepih
(flaky) dengan kulit berwarna emas atau crust (BPOM, 2006). Crackers
ada bermacam-macam jenis, jenis-jenis crackers dibedakan dari segi
bahan dan cara pengolahan. Antara lain sebagai berikut:
Crackers Krim
Crackers krim adalah jenis crackers fermentasi yang pada proses
laminasinya menggunakan crackers dust diantara lapisan-lapisannya.
Crackers Sandwich
Crackers sandwich adalah jenis crackers dengan menggunakan krim
filling (rasa coklat, keju, rasa buah, dan lain-lain) sedikitnya terdiri dari 2
keping crackers.
Malkist
Malkist adalah crackers krim yang permukaannya ditaburi gula.
20
Water Biscuit
Water biscuit adalah jenis crackers non fermentasi yang pada proses
laminasinya tidak menggunakan cracker dust, lemak, atau pengisi apapun
diantara lapisan-lapisannya.
Crackers Soda
Crackers soda adalah produk bakeri tipis, renyah, dan tidak manis, yang
adonannya terbuat dari tepung terigu dan air yang dibuat bahan
pengembang selain ragi (khamir) atau senyawa pengembang kimia
seperti baking powder atau baking soda, dan melalui proses laminasi
berlapi-lapis lalu dipanggang sehingga ada rongga didalamnya.
Crackers Gurih (Savoury Cracker), Snack Cracker
Crackers gurih (savoury cracker), snack cracker adalah jenis crackers
sedikit manis atau asin, yang pada proses pembuatannya menggunakan
enzim sehingga memiliki tekstur yang berongga, sangat renyah dan
produk akhirnya dapat divariasikan dengan disemprot minyak, perisa,
garam, maupun gula (BPOM RI, 2006).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan crackers terdiri dari
tepung terigu, gula, lemak, susu, garam, ragi, baking powder dan air.
Berikut manfaat atau kegunaan setiap bahan dalam pembuatan crackers.
a. Tepung Terigu
Untuk menghasilkan crackers yang bermutu tinggi, yang sangat ideal
atau cocok digunakan adalah tepung terigu keras atau hard wheat.
Tepung terigu keras mempunyai kadar protein 12%-14%, dihasilkan dari
penggilingan 100% gandum hard. Jenis tepung ini digolongkan sebagai
tepung terigu yang mengandung protein tinggi, mudah dicampur dan
diragikan, dapat menyesuaikan dengan suhu yang diperlukan,
21
berkemampuan menahan udara atau gas dan mempunyai daya serap
tinggi (Munandar,1995).
Tepung terigu keras dapat membentuk adonan yang mengembang
karena adanya pembentukan gluten pada saat proses fermentasi atau
pemeraman yang dibutuhkan dalam proses pembuatan crackers. Tepung
terigu dalam pembuatan crackers berfungsi sebagai pembentuk adonan,
memberi kualitas dan rasa yang enak dari hasil produknya serta warna
dan tekstur yang bagus (Sondakh dkk,1999).
b. Ragi
Fungsi ragi dalam pembuatan crackers yaitu sebagai pembentuk gas
dalam adonan sehingga adonan mengembang, memperkuat gluten,
menambah rasa dan aroma. Pada saat adonan diistirahatkan, ragi tumbuh
baik pada kondisi lembab dan sedikit udara sehingga pada waktu
diistirahatkan adonan harus ditutup rapat (Munandar, 1995).
c. Gula
Gula dapat mempercepat proses peragian adonan yaitu sebagai
sumber energi bagi kegiatan ragi sehingga adonan akan cepat
mengembang (U. S Wheat Asosisiation,1983).
d. Lemak
Lemak merupakan komponen penting dalam pembuatan crackers,
karena berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih,
manambah aroma dan menghasilkan tekstur produk yang renyah. Ada
dua jenis lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan crackers yaitu
dapat berasal dari lemak susu (butter) atau dari lemak nabati (margarine)
atau campuran dari keduanya (U. S Wheat Asociation,1983).
e. Air
Biskuit keras memerlukan air sekitar 20% dari berat tepung. Air dalam
pembuatan crackers berfungsi sebagai pelarut bahan secara merata,
memperkuat gluten, mengatur kekenyalan adonan dan mengatur suhu
adonan (Munandar,1995).
22
f. Bahan Pengembang
Bahan pengembang merupakan bahan pengembang hasil reaksi
asam dengan natrium bicarbonat. Ketika pemanggangan berlangsung
baking powder menghasilkan gas CO2 dan residu yang tidak bersifat
merugikan pada crackers. Fungsi baking powder dalam pembuatan
crackers adalah mengembangkan adonan dengan sempurna (Munandar,
1995).
g. Garam
Pada pembuatan crackers penambahan garam berfungsi memberi
rasa dan aroma, mengatur kadar peragian, memperkuat gluten dan
memberi warna lebih putih pada remahan (Munandar,1995).
h. Susu Skim Bubuk
Susu yang digunakan dalam pembuatan crackers adalah susu skim
yang merupakan hasil pengeringan (dengan spray dryer) dari susu segar.
Susu ini memiliki reaksi mengikat terhadap protein tepung. Pada
pembuatan crackers susu berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan
aroma biskuit serta menambah nilai gizi produk (U. S Wheat
Asociation,1983).