disusun dalam rangka simposium guru...
TRANSCRIPT
1
MY DAILY BOOK
( MODELING AKUISISI LITERASI )
SEBUAH PENGUATAN BUDAYA LITERASI AUD
DI TK AL AZHAR SYIFA BUDI SURABAYA
DISUSUN
DALAM RANGKA SIMPOSIUM GURU 2016
OLEH
Dra. WAHYU NURDIYATI
BAB I
2
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Budaya literasi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, Hasil
penelitian Programme for International Student Assessment (PISA)
menyebutkan, budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk
kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan
ke 64 dari 65 negara tersebut.
Rendahnya kemampuan literasi masyakat Indonesia dipengaruhi
oleh banyak faktor satu diantaranya adalah rendahnya partispasi
masyarakat terhadap perilaku yang mengarah pada budaya membaca.
Data statistik UNESCO 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di
Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya
satu orang saja yang memiliki minat baca. Penelitian yang dilakukan PISA
juga menempatkan posisi membaca siswa Indonesia di urutan ke 57 dari
65 negara yang diteliti. "PISA menyebutkan, tak ada satu siswa pun di
Indonesia yang meraih nilai literasi ditingkat kelima, hanya 0,4 persen
siswa yang memiliki kemampuan literasi tingkat empat.
Budaya literasi muncul sejalan dengan kemampuan berbahasa
utamanya baca dan tulis. Menurut Burns (1996) masa kesiapan membaca
muncul sebelum pembelajaran membaca secara formal, biasanya dari
Taman Kanak-Kanak hingga awal kelas satu. Di sinilah peran
persekolahan begitu strategis mempersiapkan anak pada periode
kesiapan membaca dan sebaliknya akan menjadi fatal bila guru tidak
menjalankan fungsi ini dengan sebaik-baiknya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
147 Tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
menyebutkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan kemampuan
berbahasa pada anak usia dini meliputi menerima bahasa (reseptif),
mengungkapkan bahasa (ekspresif), dan keaksaraan. Di dalam
keaksaraan itu kompetensi membaca secara sederhana seperti mengenal
simbol-simbol huruf, gambar, bunyi huruf dikembangkan didalamnya. Itu
artinya program membaca sejak dini telah dicanangkan oleh pemerintah.
3
Oleh karena itu menanamkan budaya literasi dapat dimulai pada
usia pra sekolah dengan melalui kegiatan-kegiatan seperti membacakan
buku, mendongeng, membaca gambar, melatih ketrampilan motorik halus
anak sebagai persiapan menulis dan kegiatan lain yang menstimulasi
budaya literasi.
Permasalahan utama pengenalan baca tulis di usia pra sekolah
atau Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak biasanya menyangkut
3 hal pokok yaitu: 1) Metode atau model baca tulis, banyak ragam metode
dalam rangka mengenalkan baca tulis kepada anak, yang umum
digunakan oleh guru PAUD yang tidak dimbangi dengan orientasi holistic
yang menyenangkan dan bermakna. 2) Permasalahan pendekatan
pembelajaran. Kesiapan membaca setiap anak berbeda-beda, rata-rata
para ahli mengatakan bahwa kesiapan membaca anak di usia 7-8 tahun.
Cara-cara pemaksaan dalam belajar tidak akan membuat anak
memperoleh ilmu tetapi justru akan kehilangan masa-masa emas
pemerolehan mental (Bodrova & Leong, 1996); 3) Permasalahan ketiga
adalah kurangnya media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru
untuk memberikan stimulasi pada pengenalan baca tulis AUD
Berdasarkan ketiga sebab permasalahan pengenalan baca tulis
pada anak itulah, model pengenalan bahasa tulis ini dibuat. Model yang
disebut sebagai pemerolehan atau akuisisi ini berdasarkan diri pada
capaian perkembangan anak, kegiatan bermain dan informal fungsional
dengan sumber media yang nyata, pemaduan metode fonik dan kata yang
utuh, fungsional dengan media dan sumber nyata, integrated dengan
metode atau kegiatan lain mengaktifkan pusat-pusat sumber belajar dan
evaluasi otentik informal. Model ini sebagaimana dikemukakan
Tadkiroatun Musfiroh (2009:27-28) dinamakan pemerolehan literasi atau
“Akuisisi literasi”.
Model akuisisi ini telah dilakukan uji coba dan riset, hasilnya
menunjukkan adanya peningkatan bahasa tulis reseptif dan bahasa tulis
produktif.
4
Melihat latar belakang seperti diatas dan konsep Akuisisi Literasi
tersebut TK Al Azhar SyifaBudi mencoba menciptakan lingkungan dengan
menggunakan salah satu pendekatan bahasa tulis dengan model
“Akuisisi literasi” ini pada peserta didiknya melalui Buku Harian yang
kemudian diberi nama My Daily Book. Setiap hari peserta didik TK Al
Azhar Syifa Budi mempunyai kegiatan yaitu mengisi My Daily Book. My
Daily Book adalah buku yang berisi coretan-coretan anak apakah itu
berbentuk gambar, tulisan, angka, huruf ataupun apa saja yang disukai
anak. Dikerjakan sesuka hati anak, tidak ada unsur pemaksaan pada
proses pengisian buku tersebut. Pihak sekolah hanya menyediakan
sumber belajar sebagai sarana penunjang bagi kegiatan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan karya ilmiah ini adalah
1. Bagaimana implementasi My Daily Book sebagai modeling Akuisis
Literasi di TK AL Azhar Syifa Budi Surabaya?
2. Bagaimana pengaruh My Daily Book terhadap penguatan budaya
literasi pada peserta didik di TK Al Azhar Syifa Budi Surabaya?
5
BAB II
PEMBAHASAN DAN SOLUSI
A. Landasan teori
1. Pengertian Literasi
Secara sederhana literasi (literacy) biasa dipahami kemampuan
membaca dan menulis atau melek aksara. Literasi yang dalam bahasa
Inggrisnya literacy berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang
pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan
konvensi-konvensi yang menyertainya. Menurut Teale dan Sulzby (dalam
Gipayana, 2010:9), konsep pengajaran literasi diartikan sebagai
kemampuan membaca dan menulis. Seseorang disebut literate apabila ia
memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas
yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyarakat dan
pengetahuan yang dicapainya dengan membaca, menulis, dan arithmetic
memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan
perkembangan masyarakat. Untuk melengkapi konsep mengenai literasi
menurut Cooper dan Baynham dalam Gipayana (2004: 2) bahwa
disamping kemampuan baca-tulis, literasi meliputi juga kemampuan
berbicara, menyimak, dan berpikir sebagai elemen di dalamnya.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini adalah sebutan untuk anak
yang berusia 3 hingga 6 tahun (Patmonedowo, 2003). Sedangkan
menurut Undang-undang Sidiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan
bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang sia 0-6
tahun. Undang-Undang tersebut juga menjelaskan tentang Pendidikan
anak usia dini (PAUD) yaitu jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalur formal, nonformal, dan informal.
6
3. Literasi pada anak usia dini
Literasi pada anak usia dini Menurut (Cooper, 1993, Baynham,
1995) dalam Gipayana (2004) di samping kemampuan baca-tulis, literasi
meliputi juga kemampuan berbicara, menyimak, dan berpikir sebagai
elemen di dalamnya. Menurut Schickedanz (2013) pentingnya mendeteksi
awal kemampuan literasi anak usia dini akan memberikan informasi terkait
kesulitan membaca dan menulis. Hal senada dari penelitian Reese at.al
(2000) ditemukan bahwa pengalaman anak berinteraksi dengan literasi
sejak dini akan menyiapkan anak secara matang untuk mengikuti
pembelajaran di sekolah formal.
Berkaitan dengan perkembangan literasi, ada satu penelitian yang
dilakukan oleh Marie Clay, tentang konsep literasi awal (emergent
literacy). Dalam penelitiannya Marie Clay menjelaskan konsep literasi awal
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pengembangan literasi dimulai sebelum anak mulai belajar
formal di sekolah dasar.
b. Membaca dan menulis berkembang berbarengan dan saling
berhubungan pada anak kecil tidak berlangsung secara
berurutan. Literacy mencakup kemampuan mendengar,
berbicara, membaca dan menulis.
c. Fungsi literasi (seperti mengetahui huruf-huruf untuk mengeja
kata, mengetahui kata memilki arti) ditemukan sebagai bagian
penting dari belajar bagaimana membaca dan menulis selama
selama usia awal anak.
d. Anak-anak belajar mengenai bahasa tulisan pada saat mereka
secara aktif terlibat dengan anak remaja dalam situasi
membaca dan menulis, mereka belajar menulis sendiri dan
mencontoh temannya dalam kegiatan literasi.
e. Anak-anak melewati tahapan yang umum pengembangan
literasi dalam berbagai cara dan usia yang berbeda
4. Pengertian Akuisisi Literasi
7
Pengenalan baca tulis untuk anak usia dini harus didasarkan pada
konsep belajar bahasa secara alamiah (akuisisi) dan keterlibatan anak
dengan tulisan nyata di sekitarnya dalam berbagai fungsinya (literasi).
Sebagaimana dikemukakan oleh Musfiroh (2009: 27-28) tentang akuisisi
literasi, dikatakan sebagai suatu model pengenalan bahasa tulis model
pemerolehan (akuisisi) berdasarkan pada capaian anak melalui kegiatan
bermain dan bersifat informal fungsional dengan sumber media yang
nyata, fonik dan kata yang utuh, menggunakan metode atau kegiatan lain,
mengaktifkan pusat-pusat dan evaluasi otentik informal.
Model akuisisi literasi ini dirancang dengan dua pendekatan utama
(linear dan whole language), mengembangkan 7 simulasi bahasa tulis dan
mengembangkan beberapa temuan peneliti. Cara-cara tersebut dilakukan
dengan pertimbangan bahwa anak-anak belajar bahasa secara otentik,
holistik dan bertujuan.
Simulasi bahasa tulis ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berdasarkan pemerolehan bahasa anak
Guru melakukan pengamatan tahap pemerolehan membaca
dan menulis dalam table pemerolehan kata.
b. Dikembangkan dari proses belajar melalui bermain
Guru merancang program-program bermain yang merangsang
anak untuk mengenal, menyukai dan terlibat dengan tulisan.
c. Bersifat informal
Stimulasi bahasa tulis diselenggarakan di berbagai kesempatan
dan tidak bersifat formal. Tidak ada target belajar dalam setiap
kegiatan karena anak memiliki karakteristik belajar yang
berbeda. Anak terlibat dalam penentuan materi, boleh memilih
apa yan mereka tahu dan elaborasi.
d. Didasarkan pada symbol sebagai alat berbahasa tulis
Tulisan dikembangkan sebagai alat untuk menyampaikan
pesan Anak didorong untuk menyampaikan idenya melalui
bahasa tulis sesuai dengan kemampuannya
e. Sumber riil pajangan lapangan
8
Pendidik menciptakan lingkungan yang kaya dengan tulisan
yang menarik dan dibutuhkan anak, label, judul, benda-benda
bertulis yang ditemui dan digunakan sehari-hari.
f. Optimalkan pusat dan area
Pendidik mengoptimalkan pusat-pusat area seperti pusat
bahasa, pusat seni, pusat kebudayaan, Selain itu pendidik juga
menyediakan DVD/ VCD dan player, tape recorder, kaset-
kaset, buku cerita bergambar, kartu gambar.
g. Penyatuan linear dan whole language
Model menggunakan kalimat atau kata secara utuh dan huruf
lepas untuk membentuk kata atau kalimat
h. Integrasi dengan metode lain
Bahasa tulis perlu diitegrasikan dengan ketrampilan motorik
halus ( seperti menggambar) karena menulis terkait dengan
motorik halus dan dipandang sebagai kelanjutan menggambar
pada awal-awalnya. Selain itu bahasa tulis (baik sebagai
bahasa produktif maupun reseptif) perlu dikaitkan langsung
dengan bahasa lisan, selain brainstorming, bermain peran dan
bercerita dengan buku serta berintegrasi dengan bentuk-bentuk
interaksi social terutama berkerjasama anatar individu maupun
kelompok, akomodasi antar individu dan kelompok.
i. Evaluasi bersifat formal autentik
Kegiatan membaca dan menulis dipandang sejajar dengan
kegiatan berbicara dan menyimak pada anak-anak. Evaluasi
kegiatan tidak dapat dipandang melalui tes, tetapi melalui
observasi dokumentasi, dan cara-cara lain yang alami.
B. Pelaksanaan My Daily Book
Pelaksanaan My Daily Book sebagai bentuk implementasi model
akuisisi literasi di TA-TK Al Azhar Syifa Budi Surabaya dapat
dikemukakan sebagai berikut :
a. Setiap Anak pada tahun ajaran baru mendapatkan 1 buah buku
berbentuk buku kotak-kotak.
9
b. Aktivitas yang berhubungan dengan My Daily Book di TK Al
Azhar Syifa Budi Surabaya yaitu:
1) Setiap hari setelah anak meletakkan tas, mereka
diarahkan untuk mengisi My Daily Book
2) Guru menyiapkan buku dan perangkat alat tulis ( pensil,
spidol, penghapus dan krayon )
3) Guru menyiapkan kartu-kartu kata atau gambar-gambar
disertai dengan tulisan yang diletakkan diatas meja, hal ini
bertujuan merangsang minat siswa agar mengambil
contoh gambar-gambar atau tulisan-tulisan yang ada pada
kartu kata atau kartu gambar tersebut.
4) Guru menyiapkan buku-buku cerita sebagai sumber
belajar membantu merangsang keingintahuan dan
motivasi serta minat membaca pada siswa.
5) Siswa diperbolehkan untuk memilih, apakah hari itu ia
akan mengisi My Daily Book atau tidak. Kadang anak
lebih suka bermain bebas di halaman.
6) Siswa diberikan kebebasan untuk menuangkan ide dan
gagasan melalui buku yang telah dipersiapkan, termasuk
memilih mewarnai atau tidak gambar atapun tulisan yang
telah mereka buat.
7) Guru tidak diperkenankan mengintervensi tulisan, coretan
maupun gambar.
8) Hal yang diperbolehkan oleh guru adalah memberikan
informasi tentang hari dan tanggal. Menjadi kebiasaan
anak jika mereka dapat menulis angka maupun huruf
mereka akan selalu menuliskan di dalam bukunya. Guru
juga disarankan untuk bertanya tentang tulisan, coretan
ataupun gambar yang siswa buat, hal ini merangsang
agar anak terbiasa berbicara mengungkapkan ide dan
gagasan.
10
9) Jika ada anak yang meminta untuk dibacakan buku
melalui buku cerita yang disediakan, guru wajib untuk
membacakan cerita tersebut.
10) Setelah selesai mereka mengembalikan buku pada
tempat yang disediakan kembali.
c. Sebagai tambahan, guru telah merancang lingkungan yang
menstimulasi pemerolehan kata pada anak dengan papan
pajangan, dimana pada setiap tempat dan sudut-sudut semua
ditulis dengan kata-kata atau kalimat. Adapun tempat-tempat
tersebut adalah pintu-pintu, tangga, rak, tembok, dan tempat
lain yang bisa diakses siswa. Mading dan reading corner juga
disediakan.
C. Hasil Analisis kegiatan My Daily Book
Berikut diuraikan pembahasan dari terkait dengan kegiatan My Daily
Book terhadap proses pemerolehan bahasa :
a. Dari 50 My Daily Book yang disiapkan diperoleh hasil
pengamatan dan dokumentasi yang menunjukkan bahwa
sekitar 45 siswa (90%) mengisi My Daily Book dan 5 siswa
(10%) tidak mengisinya. Hal ini sebagaimana tabel berikut.
b. Penyebab dari tidak terisinya My Daily Book disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
1) Anak datang ke sekolah tidak tepat waktu atau terlambat
datang sehingga tidak punya kesempatan untuk mengisi
My Daily Book.
2) Beberapa anak enggan menulis karena belum dapat
memegang pensil dengan benar sehingga ia mengalami
kesulitan menulis, membuat coretan atau menggambar.
Hal ini seringkali dialami oleh siswa permulaan atau
Kelompok Bermain.
3) Mood anak sedang tidak baik misalnya rewel, menangis
dan marah
11
c. Anak-anak yang mempunyai kecenderungan gaya belajar
kinestetik lebih tertarik pada kegiatan bermain bebas di
halaman daripada mengisi My Daily Book.
d. Kreativitas anak dalam menuangkan ide dan gagasan tercermin
dari hasil coretan atau gambarnya. Mereka kaya akan
kreativitas dan imajinasi. Namun ada beberapa anak yang
mempunyai kecenderungan untuk menggambar dengan pola
yang sama setiap harinya seperti menggambar bunga,
menggambar puteri dan menggambar pohon. Untuk menyikapi
hal-hal seperti itu guru diperbolehkan mengarahkan dan
membantu siswa untuk berani menggambar atau membuat
bentuk-bentuk lain. Keberadaan buku-buku cerita, kartu-kartu
gambar membantu siswa yang mempunyai kebiasaan seperti
ini.
e. Kemampuan membuat coretan/tulisan dalam bentuk gambar
lebih disukai anak-anak yang daripada huruf-huruf atau angka-
angka. Hanya sekiar 5% siswa yang senang menuliskan angka
atau huruf. Setelah dianalisis ini disebabkan masih rendahnya
kemampuan anak-anak dalam memahami simbol-simbol huruf
maupun angka-angka.
Tabel 1
Kemampuan Menuang Ide/Gagasan/ Tulisan
f. Kemampuan motorik halus pada anak-anak yang senang pada
aktivitas rutin mengisi My Daily Book lebih baik dibandingkan
dengan mereka yang tidak suka.
35
7 80
0
10
20
30
40
50
gambar angka huruf lainnya
12
Tabel 2
Perkembangan motorik halus
g. Beberapa siswa mengalami kesulitan ketika diminta untuk
menceritakan gambar yang mereka buat. Kewajiban guru
membantu siswa yang demikian agar berani berbicara dan
mengungkapkan pendapat.
h. Daya konsentrasi untuk anak-anak yang rutin mengisi My Daily
Book lebih baik dibandingkan dengan mereka yang enggan
mengisinya.
i. Perkembangan anak dapat dilihat dari hasil coretannya.
Beberapa catatan psikolog sekolah melaporkan bahwa ada
korelasi hasil coretan dengan perkembangan kepribadian
siswa.
B. Pengaruh Pelaksanaan My Daily Book terhadap budaya
literasi di TK Al Azhar Syifa Budi Surabaya.
Hasil analisis yang dapat dikemukakan berdasarkan triangulasi sumber
yang telah dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi adalah sebagai berikut.
1. My Daily Book dikembangkan melalui kegiatan informal,
Dengan tidak memaksakan aktivitas mengisi buku My Daily Book
menunjukkan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan senang hati
tanpa paksaan. Stimulasi bahasa dilakukan dengan tidak ada target
belajar dan target penguasaan bahasa utamanya baca tulis. Hal ini
sesuai dengan anak karakteristik perkembangan anak yang
berbeda-beda. Keterlibatan anak dalam menentukan materi, memilih
apa yang mereka inginkan secara psikologis membantu anak
BSH, 35 BSH, 33
B, 10 B, 10BB, 5 BB, 7
0
10
20
30
40
Pegang alat tulis denganbenar
garis jelas & membentuk
13
mengambil keputusan sendiri, tanpa ada unsur intervensi dan
intimidasi dari siapapun.
2. My Daily Book dilakukan melalui kegiatan bermain. Bermain adalah
bagian dari dunia anak. Dengan bermain anak akan ceria, kreatif
dapat meningkatkan kemampuan abstrak, mengatur diri,
mengeksplorasi, mengekspresikan perasaan dan belajar secara
menyenangkan. Penyampaian ide dan gagasan dilakukan seraya
bermain, tanpa ada paksaan dari siapapun, itu artinya My Daily Book
memberikan ruang bagi siswa untuk menyampaikan gagasan, ide,
kreativitas dan imajinasi yang dituangkan melalui bahasa tulisan atau
gambar sesuai kemampuan anak.
3. My Daily Book membantu siswa dalam melatih kemampuan motorik
halus. Sesuai dengan ciri karakteristik Akuisisi Literasi, bahasa tulis
perlu diintegrasikan dengan ketrampilan motorik halus (seperti
menggambar) karena menulis terkait dengan motorik halus dan
dipandang sebagai kelanjutan menggambar pada awal-awalnya.
Ketrampilan motorik halus akan menguatkan landasan menulis.
Selain itu bahasa tulis (baik sebagai bahasa produktif maupun
reseptif) perlu dikaitkan langsung dengan bahasa lisan, hal ini
digambarkan ada upaya guru untuk menggali siswa agar dapat
menceritakan gambar/tulisan yang dihasilkan
4. My Daily Book akan optimal jika ditunjang oleh pusat-pusat area
seperti pusat bahasa, pusat seni, pusat kebudayaan. Lingkungan
Belajar TK Al Azhar Syifa Budi men-setting beberapa tempat sebagai
pusat-pusat sumber belajar, seperti madding, reading corner, dan
sebagainya. Sumber riil pajangan juga ada di beberapa tempat
seperti tembok, tangga, rak, pintu sebagai media yang memuat
tulisan atau kosa kata maupun kalimat yang dapat dilihat oleh siswa.
Sumber dan media pembelajaran ini akam merangsang
keingintahuan anak dan peka terhadap symbol-simbol bahasa tulis.
5. Rentang Golden age anak adalah usia 0-6 tahun, rentang usia ini
termasuk periode literasi. Pada periode tersebut anak-anak
14
memperoleh pengetahuan tentang membaca dan menulis tidak
melalui pengajaran, tetapi melalui perilaku yang sederhana dengan
mengamati dan berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan
literasi.. Membiasakan siswa setiap hari bersentuhan dan melakukan
aktivitas literasi serta berpartisipasi dengan aktivitas tersebut maka
anak akan memperoleh kemampuan yang merupakan prasyarat
penting untuk mengembangkan membaca dan menulis secara
konvensional.
Analisa tentang My Daily Book sebagaimana ditulis diatas menunjukkan
bahwa My Daily Book memenuhi kriteria dan karakteristik Akuisisi Literasi
pada anak usia dini. Kegiatan My Daily Book dilakukan secara berulang
hampir setiap hari, ini menunjukkan adanya pembiasaan tentang budaya
literasi di sekolah. Stimulasi literasi seperti membaca kartu, membaca dan
mendengarkan buku cerita, menuliskan ide dan gagasan melalui gambar
maupun tulisan adalah bagian dari proses pembiasaan budaya literasi
pada anak usia dini.
15
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Literasi merupakan kemampuan bahasa tertulis. Kemampuan ini
memiliki dua sifat, yakni reseptif dan produktif. Reseptif atau
penerimaan bahasa berkaitan dengan keterampilan membaca
sedangkan produktif berkaitan keterampilan menulis. Ketrampilan
literasi harus dibina sejak usia dini. Usia emas ini adalah saat paling
penting dan menentukan dalam upaya pengembangan seluruh
potensi dan kreativitas anak.
2. Pengembangan budaya literasi sejak Taman kanak-kanak dapat
dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, sambil
bermain, informal dan sesuai dengan tahapan pencapaian
perkembangan anak.
3. My Daily Book memenuhi ciri-ciri dan karakteristik pengembangan
kemampuan budaya baca-tulis di usia dini melalui model Akuisisi
Literasi yaitu pengenalan bahasa tulis model pemerolehan (akuisisi)
melalui berdasarkan diri pada capaian anak, kegiatan bermain dan
informal fungsional dengan sumber media yang nyata, fonik dan kata
yang utuh, dengan metode atau kegiatan lain, mengaktifkan pusat-
pusat dan evaluasi otentik informal.
A. HARAPAN
1. Model baca tulis Akuisisi literasi yang dikembangkan melalui My
Daily Book menjadi dapat menjadi wacana baru pengembangan
kemampuan baca tulis di Taman Kanak-Kanak.
2. My Daily Book dapat ditiru dan dilakukan oleh Taman Kanak-Kanak
yang lain yang menaruh perhatian dan minat pada upaya
pengembangan budaya literasi sejak usia dini.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Dini Irawati ( 2007 ). Pembelajaran Literasi Pada Anak Usia Dini :
Dini Irawati.Blog.Spot.com.ci.id. Diunduh, 9 Maret 2016
2. Fitiatus Saomi R. (2011 ). Peran Perpustakaan dalam
megembangkan literasi anak : avisa-wordpilar.blogspot.com.
Dunduh , 9 Maret 2016.
3. Gipayana, Muhana. ( 2004 ). Pengajaran Literasi dan Portofolio
dalam konteks pembelajaran di SD, Jurnal Ilmu Pendidikan
UNM Vol. 11 No 1
4. Gipayana, Muhana. ( 2010 ). Pengajaran Literasi : Fokus Pengajaran
di SD-MI, Malang: A3
5. Journal : UNY. Ec. Id /Index php/jk/ article .google.com. isbn.979025
3966, diunduh 9 Maret 2016
6. Tadkiroatun Musfiroh, Uji Produk Baca Tulis Model Akuisisi literasi
Pada PAUD –KB-TK di DIY, Jurnal Kendidikan volume 39
Nomor 1 Mei 2009, hal 27-40
7. Patmonodewo, Soemiarti. (2003) Pendidikan Anak Prasekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
8. Permendiknas Republik Indonesia Nomor 147 tahun 2014 tentang
Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
9. R. Histanto Daryanto ( 2007 ) Kenalkan Literasi Dasar Pada Anak.
https://www.facebook.com/.../797738383691613. Dunduh, 9
Maret 2016
10. Republika Online, 15 Desember 2014 Literasi Indonesia sangat
rendah.
11. Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT Indeks
12. Setiawati. (2015). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini
Melalui Model Akuisisi Literasi Di Taman Kanak-Kanak Cahaya
Bangsa Classical School. http://repository.upi.edu/6971.
(online). Diunduh 23 maret 2016.
17
13. Tadkiatun, Musfiroh. (2009). Menumbuh kembangkan Baca Tulis
Sejak Dini. Jakarta: Grafindo.
14. Engelbertus Nggalu Bali, Urgensi Pengenalan Literasi bagi AUD
http://engelbertusnggalubali.blogspot.co.id/2015/11/paud-
pengenalan-literasi-membaca.html Diunduh 16 Maret 2016
18
LAMPIRAN
Gambar 1.1
Para siswa dengan My Daily Book mereka
Gambar 1.2
19
Lampiran
Gambar 2.1
Aktivitas mengisi My Daily Book di setiap pagi
Gambar 2.2
20
Gambar 3.1
Beberapa contoh hasil kreativitas siswa di dalam My Daily Book
Gambar 3.2
Gambar 3.3
21
Gambar 4.1
Pusat-pusat area dan panjangan riil
Gambar 4.2
Gambar 4.3
22