holistic care dan transkultural

23
BAB I PENDAHULUAN HOLISTIC CARE DAN TRANSKULTURAL A. Deskripsi Singkat Holistik care dan transkultural membahas tentang konsep berpikir kritis dalam keperawatan, perkembangan keperawatan di Indonesia dan Internasional dengan prinsip holistik care berupa terapi komplementer atau terapi modalitas alternatif dan prinsip transkultural nursing dalam konteks keperawatan dan faktor budaya, sosial dan perilaku dalam pelayanan dan mengkaji pasien dengan lintas budaya. Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan.Keputusan tersebut berasal dari pengetahuan (scientific) sehingga dapat mensintesa dengan baik informasi yang didapat. Selain itu, perawat juga harus memiliki kemampuan dalam menilik budaya pasien. Hal ini penting karena pelayanan yang diberikan akan menjadi baik jika perawat dapat menyesuaikan dengan budaya pasien. B. Tujuan Tujuannya adalah agar perawat mampu berpikir secara kritis dalam pengelolaan klien (pasien dan keluarga) dengan pendekatan holistik care dan transkultural sehingga dapat 1

Upload: ladygresia

Post on 27-Oct-2015

210 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Konsep Dr. Medeline Leinenger sebagai pencetus Truskultural Nursing dikombinasikan dengan Konsep Hlistic Caring dari Jean watson

TRANSCRIPT

Page 1: Holistic Care Dan Transkultural

BAB I

PENDAHULUAN

HOLISTIC CARE DAN TRANSKULTURAL

A. Deskripsi Singkat

Holistik care dan transkultural membahas tentang konsep berpikir kritis dalam

keperawatan, perkembangan keperawatan di Indonesia dan Internasional dengan prinsip

holistik care berupa terapi komplementer atau terapi modalitas alternatif dan prinsip

transkultural nursing dalam konteks keperawatan dan faktor budaya, sosial dan perilaku

dalam pelayanan dan mengkaji pasien dengan lintas budaya.

Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah

keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan

dilakukan.Keputusan tersebut berasal dari pengetahuan (scientific) sehingga dapat mensintesa

dengan baik informasi yang didapat.

Selain itu, perawat juga harus memiliki kemampuan dalam menilik budaya pasien. Hal ini

penting karena pelayanan yang diberikan akan menjadi baik jika perawat dapat menyesuaikan

dengan budaya pasien.

B. Tujuan

Tujuannya adalah agar perawat mampu berpikir secara kritis dalam pengelolaan klien

(pasien dan keluarga) dengan pendekatan holistik care dan transkultural sehingga dapat

mencapai kondisi keseimbangan dan harmoni dalam meningkatkan kualitas hidup klien

secara keseluruhan.

1

Page 2: Holistic Care Dan Transkultural

Bab II

Konsep Holistic Care dan Transkultural

A. Konsep Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat

keputusan,menarik kesimpulan dan merefleksikan (Gordon,1995). Sedangkan, berpikir kritis

adalah dasar berpikir dimulai dari penilaian,analisa,keputusan dan evaluasi yang berdasarkan

pada perhatian peristiwa yang mungkin dan dapat terjadi.Menurut R. Ennis, berpikir kritis

adalah memutuskan apa yang harus diputuskan berdasarkan rasional yang reflektif. Berpikir

kritis meliputi mengemukakan ide, asumsi, persepsi, prinsip, argumentasi, kesimpulan,

pernyataan, keyakinan dan tindakan yang rasional (Arif Muttaqin, 2008).

Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang

masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan

apa yang harus diyakini dan dilakukan.Berpikir kritis dalam keperawatan adalah kemampuan

untuk berpikir melalui penerapan pengetahuan dan pengalaman, pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan pada pusat praktek keperawatan profesional (Potter&Perry, 2004 :

268).

Dalam dunia keperawatan, berpikir kritis digunakan untuk mengemukakan alasan

yang scientific terhadap semua langkah dalam asuhan keperawatan yang dituangkan dalam

pembuatan proses keperawatan (Bandman dan Bandman, 1988). Berfikir kritis dalam

keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan profesional dan kualitas

asuhan keperawatan. Berfikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai

sukses dalam berbagai aktifitas.

Berfikir kritis diperlukan bagi perawat karena :

· Penerapan profesionalisme

· Pengetahuan teknis dan keterampilan teknis dalammemberikan askep

Hal-hal yang terkait dengan critical thinking in nursing adalah :

· Berhubungan dengan suatu perdebatan

· Debat tentang suatu isu

· Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok

· Penjelasan yang rasional

· Pengambilan keputusan

2

Page 3: Holistic Care Dan Transkultural

Komponen berpikir kritis adalah :

· Dasar pengetahuan khusus

· Pengalaman

· Konpetensi

· Sikap untuk berpikir kritis

· Standar untuk berpikir kritis

B. Konsep Caring , Dimensi Caring dan Perilaku Caring dari Pasien yang Berbeda

Budaya

1. Pengertian Caring

Secara Umum, caring berarti :

oSense of dedication to another person

oWacthful supervision

oFeeling and exhibiting concern and emphaty for other

oA loving feeling

Secara teoritis, caring adalah “tindakan” ysng menunjukkan pemanfaatan lingkungan

pasien dalam membntu penyembuhan, memberikan lingkungan yang bagus, ventilasi yang

baik dan tenang(Florence Nightingel, 1860). Caring merupakan fenomena universal yang

berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan

dengan orang lain.Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut

Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk

melindungi, meningkatkan dan menjaga atau mengabdikan rasa kemusiaan dengan membantu

orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan dan keberadaannya serta membantu orang

lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri. Caring dalam praktik

keperawatan adalah :

o Providing presence (being with the client)

o Comforting

o Listening

o Knowing the client

o Spiritual caring

o Family care

3

Page 4: Holistic Care Dan Transkultural

2. Perilaku Caring

Sikap caring diberikan melalui :

o Mendengar penuh perhatian

o Memberi rasa nyaman

o Berkata jujur

o Memiliki kesabaran

o Bertanggung-jawab

o Memberikan informasi

o Memberikan sentuhan

o Sensitif

o Hormat pada pasien

o Memanggil klien dengan namanya

o Bersikap jujur dan empati

C. Kajian Spiritual pada Pasien yang Berbeda Budaya

Spiritual adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan

kekuatan yang lebih tinggi (tuhan) yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan

terhadap tuhan dan permohonan atas segala kesalahan yang pernah dibuat.Stoll (1989),

menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yakni dimensi vertikal adalah

hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,

sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang

lain dan denganlingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi

tersebut. Menurut Taylor, Lillis & Le Mone (1997) dan Craven & Hirnle (1996), faktor

penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah :

keluarga

latar belakang etnik dan budaya

pengalaman hidup sebelumnya

krisis

terpisah dari ikatan spiritual

isu moral terkait dengan terapi

asuhan keperawatan yang kurang tepat

4

Page 5: Holistic Care Dan Transkultural

Cara mengetahui spiritualitas seorang pasien, perawat dapat melakukan pengkajian data

subjektif.

Beberapa orang yang membutuhkan spiritual adalah :

Pasien kesepian

Pasien ketakutan dan cemas

Pasien menghadapi pembedahan

Pasien yang mengubah gaya hidup

D. Dimensi Pendekatan Holistik

1. DIMENSI PSIKOLOGIS (STRATEGI KOPING)

Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi

perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut akan

dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Mekanime koping dapat dipelajari, sejak awal

timbulnya stresor dan orang menyadari dampak dari stressor tersebut (Carlson, 1994).Strategi

Koping (Cara Penyelesaian Masalah) Beradaptasi terhadap penyakit memerlukan berbagai

strategi tergantung ketrampilan koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit.

Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif (Teknik

Koping) Ada 3 teknik koping yang ditawarkan dalam mengatasi stress:

a) Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri) Sumber daya psikologis

merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres

yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah

ini merupakan sumber daya psikologis yang penting.

1. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)

Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s

looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi.

2. Mengontrol diri sendiri

Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal

control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan,

nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking

for silver lining).

b) Rasionalisasi (Teknik Kognitif)

5

Page 6: Holistic Care Dan Transkultural

Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari

arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi situasi stres, respons

individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan,

atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan sesuatu yang

penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang

berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya.

Sebagian lagi menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual,

lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari

semua yang terjadi.

c) Teknik Perilaku

Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi

situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang

kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu

peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat

anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang

cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.

2. DIMENSI SOSIAL

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap manusia. Individu yang termasuk

dalam memberikan dukungan social meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak

keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.

a. Konsep Dukungan Sosial

Beberapa pendapat mengatakan dukungan sosial terutama dalam konteks

hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan

sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin & Salovey, 1989 dikutip Smet, 1994).

Jenis dukungan social: House membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial

1) Dukungan Emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang

bersangkutan

2) Dukungan Penghargaan

Terjadi lewat ungkapan hormat/ penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan

maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan

6

Page 7: Holistic Care Dan Transkultural

positif orang itu dengan orang lain misalnya orang itu kurang mampu atau lebih

buruk keadaannya (menambah harga diri)

3) Dukungan Instrumental

Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada

orang yang membutuhkan atau menolong dengan member pekerjaan pada orang

yang tidak punya pekerjaan.

4) Dukungan Informatif

Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.

b. Hubungan Dukungan Sosial dengan kesehatan

Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi mungkin akan kurang menilai

situasi penuh stress (mereka akan tahu bahwa mungkin akan ada seseorang yang dapat

membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi akan mengubah respon

mereka terhadap sumber stres misalnya pergi ke seorang teman untuk membicarakan

masalahnya. Hipotesis efek langsung berpendapat bahwa dukungan sosial itu bermanfaat bagi

kesehatan dan kesejahteraan tidak peduli banyaknya stress yang dialami orang-orang menurut

hipotesis ini efek dukungan sosial yang positif sebanding dibawah intensitas stes tinggi dan

rendah. Contohnya orang-orang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan

diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres.

c. Dukungan Sosial (Social Support)

Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan

bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator

yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan

bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari

kelompok lainnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986):

1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,

dan diperhatikan)

2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat

3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu

barang dalam mengatasi suatu masalah

7

Page 8: Holistic Care Dan Transkultural

3. DIMENSI SPIRITUAL

Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien

terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga pasien akan dapat menerima

dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah. Asuhan

keperawatan yang dapat diberikan adalah:

a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan

Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak

mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat

harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan

memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.

b. Pandai mengambil hikmah

Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk

selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang

dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih

mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus

menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.

c. Ketabahan hati

Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi

cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi

setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan

kehidupannya. Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada pasien. Perawat dapat menguatkan

diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat

orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi

kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang

diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.

E. Konsep Transkultural

Kozier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing

Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan

yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi

pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan, komunikasi

dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang

menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual .

8

Page 9: Holistic Care Dan Transkultural

Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif

sekaligus holistik. Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang

nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi

acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang

berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses

yang dijalaninya. Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses

internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,

pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan

intervensi keperawatan (cultural nursing approach).

F. Peran dan Fungsi Transkultural

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,

penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya

kebiasaan hidup sehari – hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan

social, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan,

peranan masing – masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub – kultur.

Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan

keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga

saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.

Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat

pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan

kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur

masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.

Dalam tahun – tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur

terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru

; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan

hubungannya dengan perawatannya. Leininger (1991) mengatakan bahwa transcultural

nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun

kesamaan nilai – nilai budaya (nilai budaya yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada

seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan

transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan

pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan

yang berkaitan dengan kesehatan.

9

Page 10: Holistic Care Dan Transkultural

Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural

adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan

dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya

(kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –

persamaan. Leininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural

dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan

dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

G. PERAWATAN HOLISTIK

Semua bentuk praktik keperawatan yang tujuannya adalah membantu kesembuhan

seseorang secara menyeluruh. Perawat melihat pasien sebagai manusia secara total dimana

ada keterkaitan antara tubuh, pikiran, emosi, sosial/budaya, spirit, relasi, konteks dan

lingkungan

(American Holistic Nurses’ association). Asuhan keperawatan yang didasarkan kepada

perawatan pasien secara total yang mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, sosial,

ekonomi dan spiritual seseorang ( Anderson, Anderson dan Glaze, 1994 ).Perawat perlu

mempertimbangkan respon pasien terhadap penyakitnya dan mengkaji tingkat kemampuan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Perawat harus menjadi teman yang

mendukung dan memotivasi pasien, mendorong pasien agar pasien memahami arti kehidupan

H. DIMENSI PERAWATAN HOLISTIK

Dimensi hubungan antara bio- psiko- sosial dan spiritual seseorang. Dimensi pemahaman

bahwa seseorang merupakan satu kesatuan secara utuh tanpa bisa dipisahkan.

I. NILAI UTAMA PERAWATAN HOLISTIK

Filosofi dan pendidikan

1. Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada suatu kerangka filosofi serta

komitmen terhadap pendidikan, refleksi dan pengetahuan.

2. Holistik etik, teori keperawatan dan riset

Menekankan bahwa asuhan yang profesioanal didasarkan pada teori, diinformasikan oleh

penelitian dan didasarkan oleh prinsip etik sebagai petunjuk praktik yang kompeten.

3. Holistic nurse self care

10

Page 11: Holistic Care Dan Transkultural

Keyakinan bahwa perawat harus terlibat dalam perawatan diri untuk meningkatkan

kesehatan dan kesadaran pribadi sehingga perawat dapat

melayani orang lain sebagi suatu alat bagi proses penyembuhan seseorang

4. Holistic communication, therapeutic environment and cultural competency

Perawat perlu bekerja sama dengan klien untuk menentukan tujuan bagi kesehatan

penyembuhan

5. Holistic caring process

Menekankan pada perkembangan untuk memanfaatkan pengkajian dan asuhan terapeutik

yang mengacu pada pola, masalah, dan kebutuhan klien dan suatu lingkungan yang

mendukung proses penyembuhan pasien

J. ISU TERKAIT PERAWATAN HOLISTIK

Isu utama: hubungan pasien dan keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yang

dinamik.

- Dalam keadaan stress maka sistem keluarga cenderung mempertahankan keseimbangan/

homeostasis

- Efek utama yang mempengaruhi: stress pada anggota keluarga, takut terhadap kematian,

reorganisasi peran keluarga

K. TIP PENYELESAIAN MASALAH

Lakukan sentuhan langsung pada pasien-kelurga.

Hindari sikap yang membuat pasien takut, tidak mau mendengarkan, dan biarkan

keluarga untuk memberikan informasi langsung ke pasien

Biarkan pasien mengetahui berbagai situasi yang terjadi diluar rumah sakit seperti

tentang keluarga, binatang kesayangannya dll

Identifikasi anggota keluarga yang bertanggung jawab dalam menerima dan

member informasi

Pertimbangkan orang tepat yang harus menunggu pasien jika diperlukan sewaktu-

waktu

Yakinkan bahwa suport pelayanan tersedia jika pasien atau keluarga memerlukan

11

Page 12: Holistic Care Dan Transkultural

12

Page 13: Holistic Care Dan Transkultural

Bab III

PENUTUP

A. Simpulan

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir melalui penerapan pengetahuan dan

pengalaman, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pada pusat praktek

keperawatan profesional. Berpikir kritis sangat diperlukan untuk melakukan asuhan

keperawatan mandiri.

Di Indonesia, perkembangan keperawatan melalui beberapa periode dari masa

kolonial hingga sekrang dan perkembangan tersebut dipengaruhi oleh agama dan ekonomi.

Sedangkan di Internasional, perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh agama dan

perdagangan yang berkemmbang sejak masa purba hingga sekarang.

Keperawatan holistik berkembang melalui riset, edukasi, training serta upaya promosi

dengan tujuan meningkatkan kebutuhan biopsychosocial dan spritual. Perawat akan

memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan agama (spiritual) dan budaya sehingga

asuhan tersebut memberikan kenyamanan bagi klien (pasien).

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang

difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku

sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajarai mulai dari kehidupan biologis

sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya.

Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu

saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien

sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri

sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan transkultural.

B. Saran

Holistic care dan transkultural mempunyai manfaat yang begitu besar dalam

keperawatan dan seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan

dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau

pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang baik.Pelaksanaan holistic

care dengan baik dan sesuai dengan apa yang seharusnya akan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan

memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,

13

Page 14: Holistic Care Dan Transkultural

disarankan bagi para perawat untuk menjalankan holistik keperawatan dengan baik.

Walaupun dalam kenyataanya mungkin konsep keperawatan transkultural efektif digunakan

pada klien, namun pengkajian lebih lanjut juga sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang

maksimal dalam proses penyembuhan.

14

Page 15: Holistic Care Dan Transkultural

DAFTAR PUSTAKA

1. Kozier.B, Erb.G, Blais.K. ( 1997 ). Professional Nursing Practice Concepts and 

Perspective. (3th ed). California : Addison Wesley Longman,Inc.

2. Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (1998). Nursing Theorists and Their

Work. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.

3. Hidayat, A. Aziz Alimul (2004). Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika Asmadi (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

4. Kusnanto (2004). Pengantar Pprofesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :

EGC Nila Ismani (2000). Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

5. Bena LS, Tansa,Fry WF, Napner BJ, Lee Jw, Hubbard RW, Lewrs JE dan Eby WC

(1989). Neurondoctrine and Stress Hormone Changes During Mirthful Laughter

6. Setiono, Mangoen Prasodjo A. (2005). Terapi Alternatif dan Gaya hidup Sehat. Jakarta :

Pradipta Publishina Balkam (2000). Aromaterapi. Semarang : Dahara Prize

7. Nanda Sartika (2009).Konsep Caring Menurut Jean Watson.Dikutip tanggal 20

september 2013 darihttp://www.pedomannews.com/opini/berita-opini/ekonomi/1920-

konsep-caring-menurut-jean-watson

8. American Body Center (2005). Terapi Meditasi. Dikutip tanggal 20 september 2013 dari

http://www.jadebudha.org/body-center/html

9. Adams, R.P (1995). Identification of Essential Oil Components by Gs

Chromatography/Mas Spectroscopy : Allured Pub. Co. Carol Stream. Dikutip tanggal 25

September 2013 dari http://www.pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads.

15

Page 16: Holistic Care Dan Transkultural

16