diskursus pancasila
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Diskursus Pancasila
1/1
Pancasila, bila diartikan secara harfiah, adalah lima ( panca) nilai yang
dirumuskan oleh para pendiri negara Indonesia dan dipercayai dapat membawa
kebaikan bagi warga negara Indonesia pada umumnya. Menurut saya, nilai-nilai ini
penting karena menjadi jiwa dari kehidupan berbangsa sebagai warga negara
Indonesia dan sebagai manusia pada umumnya. Contohnya seperti sila kedua yangberbunyi, “Persatuan Indonesia”. Sila tersebut memiliki makna bahwa dalam
kehidupan berbangsa, perlu kita junjung tinggi rasa persatuan di tengah peliknya
perbedaan ras, suku, agama, hingga bahasa agar dapat mencapai kemakmuran yang
lebih hakiki. Menurut saya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat
universal. Maksud universal di sini bukan berarti semua orang wajib
mengaplikasikan nilai-nilai ini (karena ada beberapa golongan, masyarakat ateis
contohnya, yang mungkin tidak akan menganut nilai “Ketuhanan Yang Maha Esa” di
Pancasila kita), namun nilai-nilainya dapat diterima dan dipakai untuk kebaikan siapa
saja, tidak menutup hanya untuk warga negara Indonesia saja, karena pada dasarnya
konsep yang diperkenalkan adalah kebaikan yang secara universal diterima.
Perlu dipahami terlebih dahulu mengenai konsep kontrak sosial yang
diperkenalkan oleh Rousseau untuk menentukan apakah Pancasila adalah kontrak
sosial atau bukan. Kontrak sosial, menurut saya, adalah suatu persetujuan yang
dilakukan oleh beberapa pihak dalam pertemuan-pertemuan khusus yang kemudian
menghasilkan bentuk dokumen legal yang dapat dipertanggungjawabkan di kemudian
hari. Perlu digarisbawahi bahwa indikator kontrak sosial adalah terjadinya persetujuan
dan pembuatan dokumen legal. Pancasila merupakan nilai dasar negara yang
dirumuskan oleh beberapa orang dalam rapat BPUPKI di pertengahan tahun 1945,
dan kemudian menghasilkan suatu dokumen tertulis yang berisi Pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka benar adanya bila saya menyebut Pancasila
sebagai kontrak sosial—hasil persetujuan beberapa elemen masyarakat akan nilai
yang ingin secara tertulis dilegalkan.
Sebagai konsekuensi dari pernyataan di atas, maka menurut saya Pancasila
bukanlah suatu ideologi. Berdasarkan pengertian ideologi dari beberapa tokoh
kenegaraan seperti Alfian dan C. C. Rodee, dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah
kumpulan gagasan, ide, dan keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, serta
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Kumpulan gagasan dan ide ini
dapat didiskusikan dengan khalayak umum, tapi bukan suatu kewajiban masyarakatuntuk menyetujui salah satu ideologi dibanding yang lain, karena pada dasarnya setiap
manusia berbeda dan nilai-nilai kemanusiaan yang dianggap penting pun berbeda,
sehingga tidak benar untuk menyamaratakan ideologi setiap orang. Maka dari itu,
ideologi seharusnya bukan berupa dokumen tertulis yang terpatri dan tidak multi-
interpretasi, tapi menjadi nilai yang dapat diinterpretasikan oleh masing-masing
individu tanpa interverensi berlebih dari negara, sehingga karena itu, menurut saya,
yang seharusnya mempunyai ideologi adalah masyarakat, karena setiap manusia pasti
memiliki perspektif berbeda tentang kehidupan dan kemampuan berhimpun sehingga
mereka berhak menentukan dan mengumpulkan gagasan dan ide yang dapatmembawa kebaikan untuk komunitas yang lebih luas lagi.