disentri ng2
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 disentri ng2
1/17
Laporan Kasus Disentri Amoeba dengan Blastokistosis
LabeL: Get A Project Di Pos_kan Oleh Kelinci Orange
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja1. Sedangkandiare itu sendiri didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang lunak atau cair tiga
kali atau lebih dalam satu hari, atau lebih praktis mendefinisikan diare sebagai
meningkatnya frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga
dianggap abnormal oleh ibunya1,2. Di Indonesia penyebab utama disentri adalah
Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni, Escherchia coli dan Entamoeba
histolytica.1
Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit
usus Entamoeba histolytica3. Sedangkan blastokistosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh Blastocystis hominis4,5.
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengizinkan dapat berubah
menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus menimbulkan ulserasi) dan
menyebabkan disentri amoeba.3 Blastocystis hominis juga merupakan protozoa
usus yang tergolong Sporozoa, yang menyebabkan penyakit pada manusia (Zierdt,
1991). Parasit ini menyebabkan blastokistosis.4
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5 tahun6.
Disentri amoeba dapat ditularkan lewat feko-oral, baik secara langsung melalui
tangan, maupun tidak langsung melalui air minum atau makanan yang tercemar.
Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoeba. Lajuinfeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat penampungan anak cacat atau
pengungsian dan di negara sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup
yang jelek. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain petogen dibanding di
negara maju yang beriklim sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein di
samping perbedaan strain amoeba memegang peranan. Di Indonesia diperkirakan
insidennya cukup tinggi. Penularan
dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya: pencemaran air minum, pupuk kotoran
manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-anal
pada homoseksual. Penyakit ini cenderung endemik, jarang menimbulkan epidemi.
Epidemik sering terjadi lewat air minum yang tercemar.3
Blastokistosis tidak banyak diteliti, tetapi nampaknya terjadi di seluruh dunia.
Originally reported as being associated with diarrhea in the tropics and subtropics,
more recent reports have show that infections are common in residents of tropical,
subtropical, and developing countries.Awalnya dilaporkan dikaitkan dengan diare di
daerah tropis dan subtropis, laporan yang lebih baru telah menunjukkan bahwa
-
8/3/2019 disentri ng2
2/17
infeksi blastokistosis umum di penduduk tropis, subtropis, dan di negara-negara
berkembang. Immigrants, refugees, and adopted children from developing
countries seem to have a higher incidence of infection than adults and children
raised from birth in their new community Kelompok sosial ekonomi yang rendah
dengan standar kebersihan yang rendah mempunyai prevalensi lebih tinggi. Remaja
memiliki tingkat infeksi blastokistosis tertinggi.5
Amubiasis kolon akut atau disentri amoeba (gejala kurang dari 1 bulan) mempunyai
gejala yang jelas yaitu sindrom disentri yang merupakan kumpulan gejala terdiri
atas diare dengan tinja yang berlendir dan berdarah serta tenesmus anus. Terdapat
juga rasa tidak enak di perut dan mules.4
Gejala klinis blastokistosis antara lain adalah diare, flatulens, kembung, anoreksia,
berat badan menurun, muntah, nausea, dan obstipasi. Blastokistosis juga dapat
disertai dengan demam.4
Metronidazol merupakan obat pilihan untuk disentri amoeba, karena efektifterhadap bentuk histolitika dan bentuk kista. Efek sampingnya ringan, antara lain
mual, muntah dan pusing. Untuk blastokistosis pengobatan yang dianjurkan juga
menggunakan metronidazol.4
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. KW
Umur : 8 tahun 10 bulan
Berat Badan : 30 kg
Tinggi badan : 136 cm
Jenis kelamin : Laki-laki
-
8/3/2019 disentri ng2
3/17
Nama Ayah : Tn. JW
Pekerjaan Ayah : Pendeta
Nama Ibu : Ny. OB
Pekerjaan Ibu : Guru agama
Alamat : Kinamang
Tanggal MRS : 26 Juni 2009
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari ibu pendertita tanggal 26 Juni 2009.
Penderita adalah anak kedua. Anak lahir dengan berat badan lahir 3200 gr, lahirnormal, ditolong oleh dokter. Anak meninggal tidak ada, riwayat keguguran tidak
ada, anak lahir meninggal tidak ada. Ayah dan ibu menikah 1 kali.
A. Pohon Keluarga
B. Keluhan Utama
BAB cair berdarah, panas, muntah.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB cair dialami penderita sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, BAB dialami 4 kali per hari, konsistensi cair, tidak
menyemprot, volume kurang lebih seperempat sampai setengah gelas aqua setiap
kali berak. berwarna kehijauan, berbuih, terdapat lendir. BAB cair campur darah
dialami penderita 1 kali, cairan lebih banyak daripada ampas, warna kuning,
-
8/3/2019 disentri ng2
4/17
terdapat lendir dan darah. Panas dialami penderita 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Panas tinggi pada perabaan. Panas turun bila penderita minum obat penurun
panas kemudian panas naik lagi. Menggigil tidak dialami oleh penderita. Kejang
tidak dialami oleh penderita. Muntah dialami penderita 1 kali, 5 jam sebelum masuk
rumah sakit. Muntah berisi makanan. Penderita juga mengeluh nyeri perut. BAK:
biasa.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit serupa (-)
- Riwayat alergi obat dan makan (-)
- Riwayat batuk pilek (+)
E. Riwayat Imunisasi
- BCG : 1 kali
- Polio : 3 kali
- DTP : 3 kali
- Campak : 2 kali
- Hepatitis : 3 kali
F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Membalik : 3 bulan
Tertawa : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Berceloteh : 4 bulan
Duduk : 5 bulan
-
8/3/2019 disentri ng2
5/17
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 12 bulan
Memanggil mama : 8 bulan
Memanggil papa : 8 bulan
G. Riwayat kesehatan keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini di rumah.
H. Riwayat Makan Minum Anak
1. ASI diberikan sejak lahir hingga 1 tahun
2. PASI diberikan sejak umur 2 bulan
3. Makanan padat :
- Bubur susu diberikan sejak umur 4 bulan hingga 7 bulan.
- Bubur saring diberikan sejak umur 7 bulan hingga 10 bulan
- Bubur biasa mulai diberikan mulai umur 10 bulan.
- Nasi lembek diberikan mulai umur 1 tahun
I. Pemeriksaan Kehamilan dan Pre-natal
Antenatal Care teratur di puskesmas. Imunisasi TT 2 kali. Selama hamil ibu sehat.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
-
8/3/2019 disentri ng2
6/17
- Keadaan umum : Tampak sakit
- Derajat kesadaran : Compos mentis
- Derajat gizi : Kesan Baik
B. Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 120x/menit, regular, isi cukup.
- Respirasi : 36x/menit
- Suhu : 39,5 C
C. Status gizi
- Umur : 8 tahun 10 bulan
- Berat Badan : 30 kg
- Tinggi Badan : 136 cm
Antropometri
- BB/U = 30/28 x 100 % = 107 % (BB normal)
- TB/U = 136/133 x 100 % = 102 % (TB normal)
- BB/TB = 30/30 x 100 % = 100 % (Gizi Baik)
D. Kulit
Kulit sawo matang, turgor kembali cepat.
E. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut, ubun-ubun besar datar.
F. Wajah
-
8/3/2019 disentri ng2
7/17
Oedema (-), moon face (-)
G. Mata
Oedema periorbita (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cowong(-/-), air mata (+/+)
H. Hidung
Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-)
I. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-)
J. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-).
K. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 T1 hiperemis (-)
L. Leher
Limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, kaku kuduk (-)
M. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Batas kiri atas : ICS II LPSS
-
8/3/2019 disentri ng2
8/17
Batas kiri bawah : ICS IV LMCS
Batas kanan atas : ICS II LPSD
Batas kanan bawah : ICS IV LPSD
Auskultasi :BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
N. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut datar
Palpasi : Lemas, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Peristaltik (+) meningkat
O. Punggung
Nyeri ketok kostovertebral (-)
P. Ekstremitas
Akral hangat, Oedem (-)
Capillary refill time < 2 detik
Clubbing fingers (-)
Q. Pemeriksaan Neurologi
Refleks fisiologis : +/+
-
8/3/2019 disentri ng2
9/17
Refleks patologis : -/-
Kaku kuduk (-), Tanda rangsang meningeal (-)
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah tanggal 26 Juni 2009
Hemoglobin : 14,5 g/dl
Hematokrit : 47,5 %
Leukosit : 15.700 L
Trombosit : 231.000 L
Malaria : (-)
Laboratorium elektrolit darah tanggal 26 Juni 2009
Natrium : 134 mEq/L
Kalium : 4,1 mEq/L
Clorida : 101 mEq/L
Laboratorium parasit feses lengkap tanggal 26 Juni 2009
Eritrosit : ++
Leukosit : +
Benzidine : +
-
8/3/2019 disentri ng2
10/17
Entamoeba histolitica : + (23/LP)
Blastocystosis homoris : +++ (penuh)
V. RESUME
Tanggal 26 Juni 2009 jam 10:30 WITA, datang seorang pasien laki-laki umur 8 tahun
10 bulan, BB: 30 kg, TB 136 cm dengan keluhan BAB berdarah 1 kali, BAB cair 1
hari SMRS, panas 4 hari SMRS, dan muntah 1 kali.
Pemeriksaan fisik didapatkan: KU tampak sakit, compos mentis, gizi baik. Tanda
vital: T = 110/70; N = 120x/1, reguler, isi cukup; RR = 36x/1; S = 39,5 C.
Kepala: Mata: conjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-), air
mata (+/+); Mulut: Mukosa basah (+).
Thorax: simetris, retraksi (-). Cor dan pulmo dalam batas normal; Abdomen : datar,
lemas, timpani, turgor kembali cepat, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising
usus (+) meningkat.
Ekstremitas: akral hangat, CRT
-
8/3/2019 disentri ng2
11/17
- Zinkid 1 x 1 tablet
- Antasida syrup 3 x 1 cth
- Oralit ad libitum
BAB III
DISKUSI
Diagnosis pada pasien ini yaitu disentri amoeba dengan blastokistosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Penderita datang dengan keluhan BAB berdarah, muntah dan panas. Dari
anamnesis diketahui BAB cair 1 hari sebanyak 4 kali, BAB berdarah sebanyak 1 kali
dan terdapat lendir, panas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan muntah 1
kali, yaitu pada 5 jam sebelum masuk rumah sakit.
Dalam kepustakaan, diare lebih praktis didefinisikan sebagai meningkatnya
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari atau konsistensinya menjadi lebih
lunak. Sedangkan disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam
tinja. Di Indonesia penyebab utama disentri adalah Shigella, Salmonella,
Campylobacter jejuni, Escherchia coli dan Entamoeba histolytica.1
Penyebab disentri pada pasien ini adalah Entamoeba histolytica. Entamoeba
histolytica menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada
balita1. Disentri amoeba mempunyai gejala yang jelas yaitu sindrom disentri yang
merupakan kumpulan gejala terdiri atas diare dengan tinja yang berlendir dan
berdarah serta tenesmus anus (nyeri pada anus waktu buang air besar). Terdapat
juga rasa tidak enak di perut dan mules. Bila tinja segar diperiksa, Entamoeba
histolitika dapat ditemukan4.
-
8/3/2019 disentri ng2
12/17
Sedangkan pada infeksi B.hominis, gejala yang biasa timbul adalah diare, flatulens,
kembung, anoreksia, berat badan turun, muntah, nausea, dan obstipasi. Infeksi
B.hominis pernah dilaporkan pada anak berumur 4 tahun dengan feses yang
mengandung darah, yang kemudian menderita diare cair dengan gumpalan darah
dan disertai demam4. Pada pasien ini gejala blastokistosis yang dapat ditemukan
adalah diare.
Diare dan muntah adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan racun dan
mengeluarkan virus atau/kuman yang ada di dalam saluran cerna8,9. Muntah dapat
disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena infeksi, ileus yang
menyebabkan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik10.
Diare dengan panas sering terjadi pada diare yang disebabkan karena rotavirus
atau bakteri invasif, seperti shigella, campylobacter atau salmonella11. Demam
juga dapat terjadi karena dehidrasi10. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada
umumnya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.10
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : KU tampak sakit, compos mentis, gizi kesan
baik; VS : Tensi = 110/70; N = 120x/1, reguler, isi cukup; RR = 36x/1; S = 39,5 C.
Kepala: Mata: cowong (-/-), air mata (+/+); Mulut: Mukosa basah (+). Thorax, cor
dan pulmo dalam batas normal; Abdomen : datar, lemas, timpani, turgor kembali
cepat, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising usus meningkat.
Pada penderita tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. Bising usus meningkat
menandakan bahwa peristaltik usus meningkat sehingga terjadi diare pada
penderita.
Pada infeksi Entamoeba hystolitica maupun infeksi Blastocystis hominis dapat
ditemukan peningkatan suhu tubuh penderita4,12. Pada umumnya demam akan
timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus10.
Berdasarkan patogenesisnya E. hystolitica dan B. hominis dapat menginvasi usus
dan menyebabkan tukak dengan sedikit respon radang lokal4,7.
Patogenesis E. hystolitica diyakini tergantung pada 2 mekanisme, yaitu kontak sel
dan pemajanan toksin. Amoeba dapat mengeluarkan protein pembentuk pori yang
membentuk saluran pada membrane sel sasaran hospes. Bila trofozoid E. histolytica
menginvasi usus, akan menyebabkan tukak dengan sedikit respon radang lokal.
Organisme memperbanyak diri dan menyebar di bawah usus untuk menimbulkan
ulkus yang khas. Lesi ini biasanya ditemukan pada coecum, colon transversum dankolon sigmoid.2
Diduga bahwa patogenesis dari blastokistosis berawal dari reaksi toksoalergik yang
menyebabkan terjadinya radang tidak spesifik dari mukosa kolon. Menurut
beberapa penelitian, dianggap bahwa B. hominis mengeluarkan toksin penyebab
diare, B. hominis juga memproduksi protease yang merangsang pengeluaran
imunoglobulin A dari saluran gastrointestinal. Untuk sekarang ini B. hominis
-
8/3/2019 disentri ng2
13/17
dianggap organisme komensal, yang dalam kondisi tertentu (penurunan imunitas
host) dapat berubah menjadi patogen.7
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan: Hemoglobin: 14,5 g/dl;
Hematokrit: 47,5 %; Leukosit: 15.700 L; Trombosit: 231.000 L; Malaria: (-).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, penderita tidak anemia, leukosit meningkat
menandakan adanya infeksi, dan tidak menderita malaria.
Pada pemeriksaan feses didapatkan: Eritrosit: ++; Leukosit: +; Benzidin: +;
Entamoeba hystolitica: + (23/LP); Blastocystis hominis: +++ (penuh).
Dengan ditemukannya Entamoeba hystolitica dan Blastocystis homonis pada
pemeriksaan feses mikroskopik, maka diagnosis disentri amoeba dengan
Blastokistosis dapat ditegakkan.
Menurut kepustakaan, obat pilihan untuk disentri amoeba adalah metronidazol
dengan dosis 30 mg/kgbb/hari selama 5-10 hari10. Selain metronidazol, jenis obatlain yang juga dapat digunakan pada disentri amoeba adalah emetin hidroklorida,
dan antibiotik seperti tetrasiklin dan eritromisin4.
Untuk pengobatan blastokistosis, obat pilihan juga adalah metronidazol. Obat lain
adalah iodoquinol dengan dosis 3 x 650 mg selama 20 hari, dan furazolidon 4 x 100
mg sehari selama 7 hari.
Metronidazole terutama digunakan untuk amoebiasis, trichomoniasis dan infeksi
bakteri anaerob. Metronidazole efektif untuk amoebiasis inestinal maupun
ekstraintestinal. Mertonidazole memperlihatkan daya amubisid langsung. Sampai
saat ini belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazole.13 Efeksamping hebat yang memerlukan penghentian pengobatan jarang ditemukan. Efek
samping yang paling sering adalah sakit kepala, mual, mulut kering, dan rasa kecap
logam. Sedangkan muntah, diare dan spasme usus jarang dialami. Efek samping
juga dapat berupa pusing, vertigo, ataksia parastesi, urtikaria, flushing, pruritus,
disuria, rasa tekan pada pelvik.13
Menurut kepustakaan lain, dosis metronidazole adalah 40 mg/kgBB/hari4. Pada
penderita ini diberikan metronidazole dengan dosis 1500 mg/hari 3 kali sehari.
Dipilih obat metronidazole karena merupakan drug of choice disentri amoeba dan
blastokistosis, serta dosis 1500 mg/hari disesuaikan dengan berat badan 30 kg.
Pada penderita ini selain diberikan metronidazol, juga diberikan cefixime, sanmol,
antasida, zinkid dan oralit. Tambahan obat ini dimaksudkan sebagai perawatan
suportif dan simptomatis bagi penderita ini.
Pada dasarnya antibiotik tidak diberikan pada kasus diare akut kecuali pada diare
berdarah dan kolera. Pemberian antibiotik dapat memperpanjang lamanya diare
karena akan menggangu keseimbangan flora usus dan Clostridium dificile yang
-
8/3/2019 disentri ng2
14/17
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.14 Cefixime bersifat
bakterisid dan berspektrum luas terhadap mikroorganisme gram positif dan gram
negatif. Anak dengan berat badan 30 kg, dosis harian yang direkomendasikan
adalah 50-100 mg diberikan per oral dua kali sehari.15
Pemberian sanmol pada pasien ini dimaksudkan untuk menurunkan suhu badanpasien karena pada dari pemeriksaan fisik suhu badan pasien 39,5C. Sanmol
merupakan nama dagang dari parasetamol. Khasiatnya analgetis dan antipiretik,
tetapi tidak untuk anti radang16. Efek antipiretik menurunkan suhu tubuh
berdasarkan efek sentral. Parasetamol tidak mengakibatkan iritasi, erosi dan
perdarahan lembung juga tidak mengakibatkan gangguan asam basa dan
pernapasan13. Efek samping jarang terjadi,antara lain reaksi hipersensitivitas dan
kelainan darah. Pada penggunaan lama dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan
hati, pada dosis diatas 6 g mengakibatkan nekrose hati irreversibel.13 Pemilihan
sanmol 3 x 3/4 tablet pada kasus ini karena parasetamol dianggap sebagai
antipiretik yang palin aman serta dosis disesuaikan untuk BB 30 kg.
Pada pasien ini diberikan antasida syrup 3 x 1 cth. Pemberian antasida pada pasien
ini dikarenakan adanya keluhan rasa tidak enak di perut (sakit perut) pada pasien
ini. Antasida bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin
sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang.
Antasida di indikasikan untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum dengan
gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan
penuh pada lambung. Pemberian antasida pada pasien ini disesuaikan berdasarkan
dosis untuk anak umur 6-12 tahun yaitu 1/2 1 sendok teh.17
Zinkid merupakan nama dagang dari sediaan zink. Tiap tablet mengandung zink 25mg, untuk indikasi penatalaksanaan diare dan rekomendasi WHO untuk terapi diare
sehingga dapat memperpendek durasi diare akut, mencegah berubahnya diare akut
ke diare kronik, mengurangi keparahan diare18. Dosis zink untuk anak di atas 6
bulan adalah 20 mg (1tablet) per hari, diberikan selama 10-14 berturut-turut
terbukti mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama
2-3 bulan14. Zink berperan menjaga keutuhan epitel usus dan juga berperan dalam
aktivasi limfosit T14.
Pada kasus ini digunakan oralit seperlunya atau sekehendak anak mau minum
dikarenakan pada penderita ini tidak terdapat gejala dehidrasi. Rehidrasi oral
merupakan hal yang paling penting untuk mencegah dan mengobati kekurangan
cairan dan elektrolit. Di indonesia telah dibuat ORS (Oral Rehidration Solution) yang
diberi nama Oralit, yang berisi NaCl 0,7g, KCl 0,3 g, trinatrium sitrat dihidrat 2,9 g,
serta glukosa anhidrat yang berbentuk serbuk dalam sachet dimana setiap sachet
untuk 200 ml air.18
-
8/3/2019 disentri ng2
15/17
Disentri amoeba jika tidak diobati akan menjalar keluar dari usus dan menyebabkan
amebiasis ekstra intestinal, yang antara lain dapat menimbulkan abses hati, abses
paru, abses otak, peritonitis, amebiasis kulit dinding perut, amebiasis perianal,
amebiasis perineal. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada blastokistosis
antara lain rash kulit, nyeri kepala hebat, artritis dan radang usus19. Pada pasien ini
tidak ditemukan adanya komplikasi.
Prognosis pada pasien ini adalah baik, karena penegakkan diagnosis sudah tepat,
penatalaksanaan penyakit menggunakan obat yang efektif dan pada pasien ini
tidak ditemukan adanya komplikasi.
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis disentri amoeba dengan
blastokistosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
laboratorium.
Dasar diagnosis untuk kasus ini adalah adanya disentri, pada pemeriksaan
fisik didapatkan suhu badan penderita 39,5 dan pada pemeriksaan feses
didapatkan Entamoeba histolytica dan Blastocystis hominis
Pada kasus ini penanganan dengan menggunakan metronidazole sebagai obat
pilihan disentri amoeba dan blastokistosi, cefixime, sanmol, antasida, zinkid dan
oralit.
II. Saran
Menjaga kebersihan perorangan (personal hygiene) antara lain dengan
mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.
Menjaga kebersihan lingkungan (environtment sanitation) meliputi: memasak
air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai bersih
sebelum memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak
-
8/3/2019 disentri ng2
16/17
menggunakan tinja manusia sebagai pupuk, menutup dengan baik makanan yang
dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang
sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pemberantasan Peyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1999.
2. Richard E. Diarrhea. Florida: Bagian Pediatri Universitas Florida/ Rumah Sakit
Shands. 2005.
3. Soewandojo E. Amebiasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 3. Jilid I.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.
4. Gandahusada S, Illahude HHD, Pribadi W. Bab 2: Protozoologi. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru. 2004.
5. Miller J, Smith S. Blastocystis hominis. Universitas Stanford.http://www.provolab.ab.ca/bugs/webbug/parasite/arifact/bhominis.htm. 2009
6. Nelson WE. Penyakit protozoa. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Vol 2.
Jakarta: EGC. 2000.
7. Chakarova B. Blastocystosis: pathogenesis, clinical course. Trakia Journal of
Sciences vol. 16. Universitas Trakia. http://www.uni-sz.bg. 2008
8. Mama. Diare-muntah. http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-
anda.com. 2009
9. Amonymous. Muntah pada bayi dan anak.http://www.anakku.net/content/muntah-pada-bayi-dan-anak. 2007
10. Suraatmaja S. Kapita selekta gastroenterologi anak. Lab/SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNUD/RS Sanglah. Denpasar: CV Sagung Seto. 2007.
11. Prie. Asuhan keperawatan pada diare. http://perawatpsikiatri.blogspot.com.
2009
-
8/3/2019 disentri ng2
17/17
12. Garavelli PL, Scaglione L, Bicocchi R, Libanore M. Blastocystosis: baru diperoleh
setelah penyakit sindrom imunodefisiensi?. Alessandria: National Library of
Medicine. 2001.
13. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.
Farmakologi dan terapi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: GayaBaru. 2005.
14. Juffrie M, Mulyani NS. Modul Diare. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada. 2009
15. Anonymus. Cefixime. Dexa Medica. http://www.dexa-
medica.com/ourproducs/prescriptionproducts/detail.php. 2009
16. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting, khasiat, pengguanaan dan efek-efek
sampingnya edisi 5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2002.
17. Anonymus. Antasida doen. Apotek INDICA.http://www.farmasiku.com/index.php. 2009
18. Amini A. PT Indofarma (Persero) Tbk menandatangani kerjasama dengan
KAMAS IDAI. Bekasi: PT Indofarma. 2007.
19. Anonymus.Blastocystosis-perut.
http://de.wikipedia.org/wiki/Benutzer:Gastro_1/Blastocystosis. 2009