disentri
DESCRIPTION
tesTRANSCRIPT
NAMA :
Skenario : diare akut (disentri)
2. Analisis Masalah :
1. Mina , perempuan, umur 5 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas Tipe A dengan keluhan utama berak
cair.
a. Sistem apa yang terganggu dalam kasus ini ? Sistem gastrointestinal
b.Bagaimana anatomi , fisiologi dan histologi dari sistem yang terganggu? Cavum oris → faring → esofagus
→ gaster → intestinum tenue (duodenum-jejunum-ileum) → intestinum crassum (caecum-colon ascendens-
colon transversum-colon descendens-colon sigmoid) → rektum → anus.
c. Bagaimana hubungan umur dan jenis kelamin pada kasus?
d.Apa saja faktor resiko dan etiologi berak cair?
a. Infeksi enternal
penyebab pada anak.
Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb.
Infeksi virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus Infestasi parasit: Cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis),
jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parenteral
yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilopharingitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak usia dibawah 2 tahun.
1. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan fruktosa), monosakarida
(intpleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
2. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan seperti alergi
susu, memakan makanan yang mempengaruhi kerja sistem pencernaan dengan porsi berlebihan seperti
makanan pedas, asam, atau makanan bersantan.
3. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak
yang lebih besar.
( Alatas, 1985 )
e. Bagaimana mekanisme dari berak cair? Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue bagian
terminal dan kanal) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan menyerang vili → sel epitel
intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan vili mengalami atrofi →
absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan hiperperistaltik
intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair.
( Subagyo, 2012 )
f. Bagaimana klasifikasi feses?
Type 1 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat kecil seperti kacang, sangat keras, dan sangat sulit
untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja penderita konstipasi kronis.
Type 2 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis,permukaanya menonjol-nonjol dan tidak rata, dan terlihat
seperti akan terbelah menjadi berkeping-keping. Biasanya tinja jenis ini dapat menyumbat WC, dapat
menyebabkan ambeien, dan merupakan tinja penderita konstipasi yang mendekati kronis.
Type 3 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan permukaan yang kurang rata, dan ada sedikit
retakan. Tinja seperti ini adalah tinja penderita konstipasi ringan.
Type 4 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis atau ular. Tinja ini adalah bentuk tinja penderita
gejala awal konstipasi.
Type 5 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti bulatan-bulatan yang lembut, permukaan yang halus, dan
cukup mudah untuk dikeluarkan. Ini adalah bentuk tinja seseorang yang ususnya sehat.
Type 6 Tinja ini mempunyai ciri permukaannya sangat halus, mudah mencair, dan biasanya sangat mudah
untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja penderita diare.
Type 7 Tinja mempunyai ciri berbentuk sangat cair (sudah menyerupai air) dan tidak terlihat ada bagiannya
yang padat. Ini merupakan tinja penderita diare kronis.
g. Apa saja komposisi dari feses?
Perempat air, seperempat bahan-bahan padat yang tersusun atas :30% bakteri mati10-20% lemak10-20% bahan inorganik2-3% protein30% serat-serat makanan yang tidak dicerna ,unsur-unsur kering dari getah pencernaan seperti pigmen empedu,dan sel-sel epitel yang terlepas.
( Guyton, 2008 )
h.Mengapa A dibawa orang tuanya ke Puskesmas tipe A?
Karena pada puskesmas tipe A, dipimpin atau dikepalai oleh seorang dokter secara penuh dan terdapat rawat
jalan, sedangkan pada puskesmas tipe B tidak terdapat rawat jalan, oleh karena itu kemungkinan karena si
anak mengalami diare dia memerlukan rawat inap agar dapat di tatalaksana secara komprehensif. Selain itu
juga orang tua ..memilih puskesmas tipe A mungkin dikarenakan jarak tempat tinggal .. dengan puskesmas
tipe A tersebut lebih dekat.
2. Tiga hari sebelum ke puskesmas, penderita demam tinggi disertai BAB cair frekuensi 3-4 kali sehari.
Konsistensi air lebih banyak daripada ampas , jumlah kira-kira ½ gelas setiap BAB ,ada darah dan
lendir dalam feses.
a. Apa makna keluhan yang dialami Mina 3 hari sebelumnya?
Keluhan yang terjadi sama-sama diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme yang menginvasi, mengeluarkan
toksin dan menyebabkan insufisiensi traktus gastrointestinal.
b.Bagaimana mekanisme BAB normal?
Fisiologi fase defekasi:
Feses masuk rectum distensi dinding rectum timbul signal afferen signal menyebar melalui
fleksus mienterikus timbul gelombang peristaltik di colon descenden, sigmoid, rectum gelombang
peristaltik mendekati anus feses terdorong ke anus sphincter anal internus direlaksasi oleh signal
penghambat fleksus mienterikus, sphincter anal eksternus dalam keadaan sadar relaksasi volunter
bersamaan defekasi.
c. Bagaimana mekanisme dari keluhan?
Demam
Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue bagian terminal dan kanal) → pelepasan pirogen
eksogen → terjadi respon imun → pelepasan pirogen endogen oleh sel-sel radang (IL-1) → mencapai
hipotalamus → menginduksi prostaglandin E2 → kekacauan set poin thermostat di hipotalamus →
peningkatan suhu tubuh (demam).
( Guyton, 2008 )
BAB cair
Infeksi mikroorganisme mengeluarkan enterotoksin destruksi tight junction&cellular cytoskeleton
permeabilitas terganggu;Na,air masuk ke lumen usus;fungsi absorpsi↓ tekanan koloid osmotic usus↑
hiperperistaltik usus cairan dan makanan yang tidak tercerna dengan sempurna keluar melalui anus dengan
konsistensi yang cair(berak cair)
Infeksi mikroorganisme mengeluarkan enterotoksin stimulasi adenilsiklase ATP berubah menjadi
cAMP hipersekresi Cl (dari cripta Lieberkuhn) ke lumen usus.
BAB berlendir
Histamine, asetilkolin, gastrin mucosit menghasilkan mucigen mucin (hidrofobik) lendir BAB
berlendir.
d.Apa hubungan keluhan 3 hari yang lalu dengan keluhan utama?
Sama-sama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan feses yang sama-sama cair (air > ampas).
3. Dua hari sebelum ke puskesmas, BAB cair mulai disertai muntah 3 kali perhari , muntah tidak
menyemprot, isi muntah apa yang dimakan.
a. Apa hubungan keluhan 2 hari sebelum dengan keluhan utama ?
BAB cair disertai darah dan lendir infeksi yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan mukosa atau
epitel usus bertambah parah.
b.Apa makna keluhan 2 hari yang lalu?
Makna muntahan tidak menyemprot adalah makna bhwa efek muntah berasal dari GI tract dan tidak ada
hubungannya dengan pusat muntah di batang otak karena apabila muntah menyemprot, dapat dikatakan bahwa
kemungkinan ada lesi di pusat muntah muntah adalah bersisi apa yang dimakan membantu untuk menegakkan
diagnosis, sesuai dengan buku IDAI pada poin nomor 6 dijelaskan bahwa bagaimana bentuk isi muntahan,
apakah seperti susu/makanan asal (tanda isi dari esofagus) atau telah merupakan susuyang telah menggumpal
(isi lambung) atau mengandung empedu (isis duodenum) atau adakah darah. Sehingga maknannya adalah,
mina mengalami muntah akibat adanya masalah pada GI tract dan muntahan berasal dari esofagus.
c. Bagaimana faktor penyebab dari berak yang disertai muntah?
( Hegar, 2012 )
d. Bagaimana klasifikasi dari muntah?
e. Klasifikasi muntah berdasarkan jenis muntah :
Muntah Siklik (Cyclic vomiting)
Muntah – muntah yang terjadi pada kondisi sehat, penyebabnya belum diketahui, diagnosa dengan cara eklusi,
pengobatan biasanya simptomatik, dan prognosa tidak jelas. Mungkin merupakan diagnosa keranjang sampah
(wastebasket), mungkin termasuk anak dengan migrain, epiloptogenik, dan muntah psikogenik. Hal yang perlu
dicermati adalah adanya kelainan organik yang didiagnosa sebagai muntah silik, misalnya intususepsi
intermiten, volvulus, duplikasi intestinal, divertukulum, malrotasi, tekanan intrakranial yang meningkat,
penyakit metabolik dan toksik.
Muntah Psikogenik
Penyebab kelainan organik tak ditemukan, sindroma ini menekankan pengaruh yang kuat dari korteks,faktor
psikologi yang merangsang mual dan muntah. Ciri – ciri muntah psikogenik adalah berjalan kronis, terkait
dengan stress atau makanan, tidak ada nausea dan anoreksia, muntah dapat dipicu oleh dirinya sendiri dengan
memaksakan muntah atau memasukkan tangannya ke dalam mulut.
Ruminasi
Kejadian yang sadar dan menyenangkan memuntahkan makanan dari lambung, dikunyah – kunyah dan ditelan
kembali. Anak besar atau dewasa meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedang
pada bayi melogok kedalam mulutnya dengan jari alam upaya untuk menimbulkan regurgitasi.
Abdominal Migraine
Suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik. Nyeri epigastrik atau periumbilical disertai nausea, muntah,
diare, panas dan menggigil, vertigo, iritabel serta poliuria.
f. Bagaimana mekanisme dari BAB cair disertai muntah 3 kali perhari?
Muntah adalah cara traktus digestivus untuk membersihkan dirinya sendiri ketika hampir bagian atas traktus
digestivus teriritasi secara luas, atau mengembang secara berlebihan ( distensi usus yang berlebih ) ,
pengembangan usus akibat adannya cairan atau bahkan traktus digestivus terlalu terangsang. Dalam hal ini,
muntah terjadi kemungkinan akibat adannya distensi pada GI tract ( pada usus halus ) akibat infeksi dan
peregangan pada usus akibat malabsorbsi air, natrium dan kalium.
(Guyton, 2008)
4. Satu hari sebelum ke Puskesmas BAB cair disertai darah dan lendir bertambah sering sehingga Mina
tampak lemas.
a. Apa makna keluhan 1 hari yang lalu?
BAB cair disertai darah dan lendir infeksi yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan mukosa atau
epitel usus bertambah parah.
b.Bagaimana mekanisme dari keluhan?
BAB disertai darah
Enterotoksin mikroorganismestimulasi adenilsiklase(sitotoksik)invasi mukosa usus migrasi sel2
PMN nekrosis sel2 epiteltukak sel darah merah keluar dari sel dan masuk ke lumen usus
Lemas
Kerusakan cellular cytockeleton,epitel,villus ususgangguan absorpsi nutrisi pada makananmetabolisme
energy ↓
Kerusakan tight junctionNa,air banyak terbuanggangguan kontraksi otot tubuhlemas
c. Apa dampak dari berbagai keluhan jika tidak diatasi?
Dehidrasi (ringan, sedang, berat,hipotonik, isotonik atau hipertonik)
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
(Ilmu Kesehatan Anak , 1985 )
5. BAK terakhir 6 jam sebelum ke puskesmas.
a. Apa makna BAK terakhir 6 jam sebelum ke Puskesmas ?
Maksud dari BAK pada kasus ini lebih kepada untuk mengetahui derajat dehidrasinya karena apabila BAK
nya sudah tidak terlalu sering kemungkinan cairan di dalam tubuhnya sudah sangat sedikit sehingga perlu
penanganan cairan tambahan dan tepat.
Pada kasus ini kita belum bisa mengetahui secara pasti apakah BAK nya normal atau tidak karena kita tidak
mengetahui volume dan frekuensi BAKnya.
6. Mina memiliki kebiasaan menghisap jempol jika ingin tidur.
a. Apa dampak dari A yang memiliki kebiasaan menghisap jempol sebelum tidur?
Kebiasaan Menghisap Jempol penyebaran Fekal – oral
Terinfeksi Bakteri Respon Imunitas
Pengeluaran sel Mast, makrofage
Perangsangan Endothel Hipothalamus
Pengeluaran As. Arakhidonat
PGE2
Demam
Invasi ke sel epithel mukosa Mengubah Epithel columnair menjadi cuboid
Multifikasi Bakteri Gangguan absorbsi Air, Natrium,kalium & motalitas usus
Mikroabses dinding usus besar Sejumlah cairan membuat agen infeksi tersapu ke anus
Nekrosis dinding membran mukosa Diare
Perdarahan & pembentukan pseudomembrane Distensi pada GI Tract
Feses Berdarah dan Berlendir Muntah
b.Bagaimana hubungan keluhan Mina dengan menghisap jempol?
Penularan oleh bakteri dapat terjadi melalui fekal – oral. Kemungkinan jempol Mina tidak bersih, sehingga
bakteri masuk ke saluran pencernaan dan menginfeksi intestinum tenue bagian terminal dan kanal. Sehingga
menyebabkan keluhan.
7. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum :
Tampak sakit sedang , gelisah, BB 16 kg , TB 110 cm
Tanda vital : kesadaran kompos mentis , gelisah , Nadi 130x/menit teratur, isi tegangan kurang, RR 30xm ,
Temp. 38,0 °C
Keadaan Spesifik :
Kepala : ubun-ubun besar tertutup , kelopak mata cekung , air mata tidak ada, mukosa mulut kering
Thoraks : simetris , retraksi (-/-) , bunyi nafas vesikuler , bunyi bising jantung tidak ada.
Abdomen : datar , lemas , bising usus meningkat , hepar dan lien tidak teraba , cubitan kulit (turgor) kembali
sangat lambat.
Ekstremitas : Kedua ujung kaki dan tangan mulai teraba dingin.
a. Bagaimana interpretasi?
Tampak sakit sedang: kondisi dimana tanda-tanda vital masih berfungsi dengan baik dan energi masih ada,
tetapi seseorang tidak bisa bekerja berat dan sudah harus mendapat bantuan orang lain.
Gelisah: Tanda dehidrasi, jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh akibat diare melebihi cairan yang masuk.
BB: 16 kg TB:110 normal
Klasifikasi nilai IMT :
IMT Status Gizi Kategori
< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus
17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus
18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal
25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk
> 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk
RR
normal, anak 5 tahun : 20- 30x/menit
Frekuensi pernafasan normal (per menit)
Umur Rentangan Rata-rata frek. Pernafasan
waktu tidur
Waktu lahir
1 bulan – 1 tahun
1 tahun – 2 tahun
3 tahun – 5
tahun
5 tahun – 9 tahun
10 tahun - dewasa
30 – 60
30 – 60
25 – 50
20 – 30
15 – 30
15 - 30
35
30
25
22
18
15
Nadi: 130x/ menit
normal, anak 5 tahun: 55 - 145/menit
Interpretasi : normal
Tabel Laju Nadi Normal pada Bayi dan Anak
Minimun 5% Mean 95% Maksimum
0-24 Jam
1-7 hari
8-30 hari
1-3 bulan
3-6 bulan
8-12 bulan
1-3 tahun
3-5 tahun
5-8 tahun
8-12 tahun
85
100
115
115
115
115
100
55
70
55
94
100
115
124
111
112
98
65
70
55
119
113
163
154
140
140
126
98
96
79
145
175
190
190
179
177
163
132
115
107
145
175
190
205
205
175
190
145
145
115
12-16
tahun
55 55 75 102 115
Suhu 38oC
subfebris, menunjukkan bahwa Bubu mengalami dehidrasi ringan-sedang
Interpretasi : diare bukan disebabkan karena infeksi virus maupun bakteri. Panas yang tidak terlalu tinggi
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan metabolisme basal untuk memenuhi kebutuhan intrasel tubuh
Bubu
Keadaan spesifik:
Kelopak mata cekung
Interpretasi : abnormal
Jaringan di bawah mata sebagian besar terdiri dari jaringan ikat longgar terdir dari substansi cairan, sehingga
pada saat seseorang mengalami dehidrasi makan jumlah cairan dalam tubuh akan berkurang, tidak terkecuali
cairan yang terkandung pada jaringan ikat longgar ini. Ketika substansi cairan berkurang maka kelopak mata
akan telihat lebih cekung.
Air mata tidak ada
Interpretasi: abnormal
Normalnya terdapat air mata. Dalam kasus ini menunjukkan terjadinya dehidrasi berat.
Mukosa mulut kering
Interpretasi : abnormal
Mukosa mulut yang terdiri dari 3 lapisan:
1) Lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang
berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-
sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium.
2) Membrana basalis, yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dengan lamina propria,
berupa serabut kolagen dan elastis.
3) Lamina propria, Pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita rasa.
Selain ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf dan elemen-elemen penghasil
sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil. Kelenjar ludah yang halus terdapat di seluruh jaringan
mukosa mulut.
Dalam keadaan dehidrasi cairan tubuh akan berkurang mempengaruhi sekresi ludah oleh kelenjar ludah
(menurun) di lamina propria mukosa mulut tampak kering.
Bising usus meningkat
Interpretasi : hiperperistaltik
Normalnya 3-5x/menit
Menunjukkan suara dengan nada yang tinggi, panjang, peristaltik rush yang intensif, dan frekuensi yang
meningkat (borborygmus) didapatkan pada keadaan hipermotilitas usus seperti diare karena gastroenteritis.
Konsumsi susu formula (mengandung laktosa)tidak ada enzim lactase (defisiensi lactase)laktosa tidak
dapat dipecah menjadi monosakrida (intoleransi laktosa) gangguan penyerapantekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus Isi rongga usus yang
berlebihan merangsang usus untuk mengeluarkannya (gerakan otot usus meningkat (bising usus
meningkat) laktosa masuk ke kolon laktosa di fermentasi bakteri asam organic (rantai atom karbon
yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon) molekul menahan air dalam lumen kolon (suasana
hiperosmoler) sekresi air ke dalam lumen usus berak-berak (diare)
Turgor lambat kembali
Interpretasi : Abnormal
normalnya ≤ 2 detik, menunjukkan penurunan tekanan turgor pada kulit yang menandakan
dehidrasi, elastisitas kulit dipengaruhi oleh jumlah cairan semakin sedikit maka elastisitas akan semakin
berkurang.
b.Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik?
Keadaan umum
Suhu: subfebris
Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → pelepasan pirogen eksogen → terjadi respon imun
→ pelepasan pirogen endogen oleh sel-sel radang (IL-1) → mencapai hipotalamus → menginduksi
prostaglandin E2 → kekacauan set poin thermostat di hipotalamus → peningkatan suhu tubuh (demam).
Mata cekung dan Air mata tidak ada
Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan
menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan
vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan
hiperperistaltik intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair terus
menerus → cairan tubuh banyak menghilang → efek pada jaringan ikat longgar di rongga mata → mata
cekung dan juga air mata tidak ada.
Keadaan spesifik
Mukosa mulut kering
Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan
menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan
vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan
hiperperistaltik intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair terus
menerus → cairan tubuh banyak menghilang → efek pada selaput lendir → mukosa mulut kering.
Bising usus meningkat
Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan
menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan
vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan
hiperperistaltik intestinum tenue → bising usus meningkat.
Turgor sangat lambat
Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan
menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan
vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan
hiperperistaltik intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair terus
menerus → cairan tubuh banyak menghilang → kekenyalan tubuh (kulit) menurun → turgor kembali sangat
lambat.
c. Bagaimana cara pemeriksaan turgor?
Lakukan palpasi pada daerah kulit dengan memcubit lengan atas atau abdomen dan melepaskannya secara
cepat selama 30 – 60 detik.
Normalnya :
Kulit kembali seperti semula dengan cepat tanpa meninggalkan tanda
Patologis :
Lipatan kulit kembali lambat dan adanya tanda. Hal ini menunjukkan adanya dehidrasi / malnutrisi, penyakit
kronis atau gangguan otot.
8. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb 12 g/dl , jumlah WBC 17.500/mm3 , differential count 0/1/2/63/30/4.
Urin rutin :
Makroskopis : warna kekuningan
Mikroskopis : leukosit (-) , RBC (-) , protein (-)
Feses rutin :
Makroskopis : cairan lebih banyak dari ampas, darah (+) , pus (-) , lendir (+)
Leukosit feses : 6-10/lpb , Eritrosit : 5-8/lpb , bakteri ++ , hyfa (-) , jamur (-)
a. Bagaimana interpretasi ?
Hb (12, g/dl)
Normal :
Laki-laki : 13,5 ± 17 g%
perempuan : 12 ± 15 g%
Anak-anak :
- Bayi baru lahir : 14 ± 24 g%
- Bayi : 10 ± 17 g%
- Anak : 11 ± 16 g%
Interpretasi : normal
Differential count
Diff count : 0/1/2/63/30/4
0 : basofil normal: rentang 0 – 1 %
1 : eusinofil normal : rentang 1 – 3 %
2 : neutrofil batang normal : rentang 2 – 6 %
63 : neutrofil segmen normal : rentang 50 -70 %
30 : limfosit normal : rentang 20 – 40 %
4 : monosit normal : rentang 2 -10 %
Pada Mina dengan Diff. Count 0/1/2/63/30/4 menunjukkan nilai normal.
Urin rutin
Urine Rutin
Makroskopik : berwarna kekuningan
Mikroskopik : Leukosit (-), RBC (-), Protein (-)
Interpretasi : normal
Feses Rutin
Makroskopik : Cair, lebih banyak air daripada ampas, darah (-), pus (-)
Mikroskopik : Leukosit pada feses (2-4/ lapangan pandang),
Eritrosit (-)
makroskopis cair lebih banyak dari ampas : abnormal
leukosit feses
6 - 10 /lpb abnromal
normal (0-5/lpb)
b.Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan lab ?
Mekanisme osmotik : Kerusakan sistem enzim makanan tidak dicerna dengan sempurna menimbulkan
beban osmotik di lumen usus bagian distal air terbawa ke lumen usus bakteri usus mengurai sisa
makanan (karbohidrat/polisakarida menjadi as.lemak rantai pendek dan gas-gas lainnya) beban osmotik
air terbawa ke lumen kolon feses menjadi lebih encer
c. Bagaimana pemeriksaan feses rutin ?
Indikasi dilakukan pemeriksaan feses:
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya darah dalam tinja
c. Adanya lendir dalam tinja
d. Adanya ikterus
e. Adanya gangguan pencernaan
f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses:
1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
2) Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan
simpan di almari es
3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum
pemeriksaan
4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya
bagian yang bercampur darah atai lendir
5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai
pemeriksaan tinja sewaktu.
6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object
glass
8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca
atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau
konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai.
Wadah harus bermulut lebar
9) Oleh karena unsur-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak
dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif), (+), (++), (+++) saja
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau,
darah, lendir dan parasit.
1. JUMLAH
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100--250 gram per hari.Banyaknya tinja dipengaruhi jenis
makananbila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak
dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan sebaliknya tinja yang keras
atau skibala didapatkanpada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkantinja yang lunak dan
bercampur gas.
2. WARNA
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin
lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagaijenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat
santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil atau pada bayi
yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Kelabu mungkin
disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yangdidapat pada ikterus obstruktif, tinja
tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada
steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah
pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan
oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula olehmakanan seperti bit atau tomat. Warna coklat
mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti
coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia
hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth
dan mungkin juga oleh melena.
3. BAU
Bau normal : beraroma khas, bukan bau busuk. Sedangjan bau tidak normal : Baunya sangat busuk. Dicurigai,
ada pembusukan yang tidak normal oleh bakteri di usus.Indol, skatol dan asam butirat
menyebabkan bau normalpada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang
tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.Tinja yang
berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada
keadaan itu menjadi asam. Bau sangat asam biasanya pertanda ada gangguan penyerapan gula atau istilahnya
malabsorbsi karbohidrat laktosa. Bau amis kemungkinan infeksi amuba atau jamur. Bau khas dari tinja
disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa
yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat
menambah bau tinja. Terdapat juga beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau tinja.
4. DARAH
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di
bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan
bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices
dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darahterdapat di
bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Dalam
keadaan normal didapatkan sedikit sekali lender dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti
adarangsangan atau radang padadinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi
iritasi itu mungkinterletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali
iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
5. PARASIT
Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Ancylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal dan
sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur
cacing.
1. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk
trofozoit. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,Necator americanus, Enterobius
vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya
2. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.Pada disentri basiler, kolitis
ulserosadan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian
tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencemaan.
3. Eritrosit
Hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal
eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.Dalam keadaan normal dapat
ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari
bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
4. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium
oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayem atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin
dijumpai kristal Charcoat Leydendan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan kristal hematoidin.
5. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu
jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari
makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastic dan lain-lain.Untuk
identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang
tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral
sepertipada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.
PEMERIKSAAN KIMIA TINJA.
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah
samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau
mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan
menggunakan tablet reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan
menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna
tertentuyang menimbulkan perubahan warna. Tablet Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama
pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkanreaksi positif palsu
seperti daging, ikan sarden dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferro fumarat
dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan
untuk menghindari makanan tersebut diatas selama 3--4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar.
Test terhadap darah samar penting untuk mengetahui adanya pendarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopis dan mikroskopis.
a. Cara dengan Benzidine Basa
1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasi hingga mendidih.
2. Saring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat menjadi dingin kembali.
3. Kedalam tabung reaksi lain masukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
4. Tambah 3 ml asam acetat glasial, kocok sampai benzidine larut dengan meninggalkan beberapa kristal.
5. Bubuhi 2 ml filtrat emulsi tinja, campur.
6. Beri 1 ml larutan hidrogen peroksida 3%.
7. Baca hasil dalam waktu 5 menit
8. Interprestasi hasil :
( - ) tidak ada perubahan warna atau warna yang samar-
samar hijau
(+1) hijau
(+2) biru bercampur hijau
(+3) biru
(+4) biru tua
b. Cara dengan Guajac
1. Buat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambah 1 ml asam acetat glasial, campur.
2. Dalam tabung reaksi lain masukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95 %, campur.
3. Tuang dengan hati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap
sebagai lapisan terpisah.
4. Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada kedua lapisan itu.
c. Pemeriksaan urobilin
1. Taruhlah beberapa gram tinjadalam sebuah mortir dan campur dengan larutan mercuri chlorida 10% yang
volumenya sama banyak dengan tinja itu.
2. Campur baik-baik dengan alunya.
3. Tuang bahan itu kedalam cawan datar agar mudah menguap dan biarkan selama 6 sampai 24 jam.
4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah
menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi
positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang
menyelenggarakan perubahan tadi. Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang
pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik.
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jikadibandingkan terhadap
tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24
jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan
untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan
penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urine.
9. Bagaimana cara mendiagnosis?
Menegakkan diagnosis Diare:
Anamesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya / orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk- petunjuk verbal dan non verbal
mengenai riwayat penyakit pasien, meliputi :
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
Nama,tempat tanggal lahir, usia (neonatus,balita,sekolah), jenis kelamin,nama orangtua,alamat.dan sebagainya
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien (Frekuiaensi, konsistensi, feses mengan dung lendir atau darah, nyeri atau tidak,
pegobatan sebelumnya)
3. Riwayat penyakit dahulu
Kronologi penyakit, ada tidaknya riwayat sakit dahulu yang pernah di derita
4. Riwayat kesehatan
Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan tinggi badan), riwayat
makanan
5. Riwayat keluarga dan lingkungan, sosial-ekonomi-budaya
Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik :
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan mengalami peningkatan
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar
perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan
c) Pencernaan
Ditemukan gejala muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, BAB lebih 3 x dengan
konsistensi encer
d) Integumen
turgor kulit jelek, mata cekung.
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darahPemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk
mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum.
Pemeriksaan untubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
Klasifikasi diare:
Diare akut: <7 hari
Diare persisten: 7-14 hr
Diare kronik: >14 hari
( Subagyo, 2012 )
10. DD
Jawab:Diferensial diagnosis untuk kemungkinan penyakit ( Disentri Basiler ) menurut adalah akibat radang
kolon yang disebabkan oleh E.Coli, Clampylobacter Jejuni, Salmonella Entereditis serotipe, yersinia
Enterocolitica dimana akan berhubungan dengan kolitis ulseratif (chron;s Disease).( Sudoyo, 2011 )
11. Data tambahan (anamnesis, pem.fisik, pem. penujang lain)
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam – basa dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan alkali
atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
( Alatas, 1985 )
12. WD
Diare akut (disentri) dengan dehidrasi berat et causa infeksi bakteri
13. Etiologi ? Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enternal ini meliputi :
Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Camylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adeovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
lain-lain.
Infestasi parasit : Cacing (Acaris, Triciuris, Oxyuris, Strongyoides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardica
lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans)
b. Infeksi parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut,
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keluhan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang
lebih besar.
14. Epidemiologi
Diare salah satu sebab kesakitan & kematian anak. Penatalaksanaan WHO à angka kematian ¯
Indonesia :
angka kesakitan: 200–400 kejadian/1000 penduduk th 70-80% adalah anak < 5 tahun, 350.000-500.000 anak
meninggal /tahun Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per
anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000
penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 29. Diare pada anak
merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam
masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris
dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.
World Gastroenterology Organitation Global Guidelines 2005 membuat daftar epidemiologi penyebab yang
berhubungan dengan vechicle dan gejala klinik.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999)
15. Patogenesis
Jawab:
Kebiasaan Menghisap Jempol penyebaran Fekal – oral
Terinfeksi Bakteri Respon Imunitas
Pengeluaran sel Mast, makrofage
Perangsangan Endothel Hipothalamus
Pengeluaran As. Arakhidonat
PGE2
Demam
Invasi ke sel epithel mukosa Mengubah Epithel columnair menjadi cuboid
Multifikasi Bakteri Gangguan absorbsi Air, Natrium,kalium & motalitas usus
Mikroabses dinding usus besar Sejumlah cairan membuat agen infeksi tersapu ke anus
Nekrosis dinding membran mukosa Diare
Perdarahan & pembentukan pseudomembrane Distensi pada GI Tract
Feses Berdarah dan Berlendir Muntah
16. Manifestasi klinis
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet
karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.Bila
penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering
17. Tatalaksana
WHO menganjurkan empat hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare akut,
yaitu:
1. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi
dehidrasi yang sudah terjadi
2. Pemberian makanan terutama asi, selama diare dan pada masa penyembuhan diteruskan
3. Tidak menggunakan obat antidiare
Antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri yang disebabkan oleh shigella, sedangkan
metronodazole diberikan pada kasus giardiasis dan amebiasis
4. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang:
Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama tentang bagaimana membuat oralit dan cara
memberikannya
Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali berobat dan mendapat
pengawasan medik yang baik
Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.
Penilaian derajat dehidrasi menurut P2 Diare :
Penilaian A B C
Lihat:
keadaan
Baik, sadar *Gelisah,rewel, *Lesu,lunglai,
umum atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Cekung sekali
dan kering
Airmata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan
lidah
Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa
tidak haus
*Haus, ingin
minum banyak
*Malas minum
atau tidak bisa
minum
Periksa:
turgor kulit
Kembali cepat *Kembali
lambat
*Kembali sangat
lambat
Hasil
pemeriksaan
Tanpa
dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
Bila ada 1
tanda *
ditambah 1
atau lebih
tanda lain.
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Terapi Rencana terapi
A
Rencana terapi
B
Rencana terapi C
Tabel 2.8 Antibiotik yang Digunakan Untuk Mengobati Penyebab Diare
Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif
Kolera Doxycycline
Dewasa: 300 mg sekali
atau
Tetracycline
Anak-anak: 12.5 mg/kg
4 kali per hari x 3 hari
Dewasa: 500 mg
4 kali per hari x 3 hari
Erythromycin
Anak-anak: 12.5 mg/kg
4 kali per hari x 3 hari
Dewasa : 250 mg
4 kali per hari x 3 hari
Disentri Shigella Ciprofloxacin
Anak: 15 mg/kg
2 kali per hari x 3 hari
Dewasa: 500 mg
Pivmecillinam
Anak-anak: 20 mg/kg
4 kali per hari x 5 hari
Dewasa: 400 mg
2 kali per hari x 3 hari 4 kali per hari x 5 hari
Ceftriaxone
Anak-anak: 50-100 mg/kg
1 kali per hari IM x 2 to 5
hari
Amobiasis Metronidazole
Anak-anak: 10 mg/kg
3 kali per hari x 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Dewasa: 750 mg
3 kali per hari x 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole d
Anak-anak: 5 mg/kg
3 kali per hari x 5 hari
Dewasa: 250 mg
3 kali per hari x 5 hari
19. Komplikasi
beberapa komplikasi sebagai berikut :
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada
elektrokardiogram).
Hipoglikemia.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan villi mukosa usus halus.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
18. Prognosis
Quo ad Fungsionam : dubia at bonam
Quo ad Vitam : dubia at bonam
19. KDU
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan- pemeriksaan tambahan
yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat
memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.
20. Pandangan Islam
”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan..." (QS, Al Baqarah, 2:233)
”Kebersihan Sebagian Dari Iman”. Hadits itu adalah sabda Nabi SAW yang berbunyi, "Ath-thahuuru syatrul
iimaan…” (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi) (Lihat Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, II/57; Imam
Al-Qazwini, Bingkisan S eberkas 77 Cabang Iman (Terj. Mukhtashar Syu’abul Iman Li Al-Imam Baihaqi),
hal. 66-67).
2.6 Kesimpulan
…, perempuan , …tahun, mengalami disentri dengan dehidrasi berat karena infeksi bakteri .
2.7 Kerangka Konsep
Mina, perempuan,
5 tahun
Kebiasaan menghisap jempol
Destruksi lapisan epithelium dan villus
usus
DemamTerinfeksi bakteri
Faktor resiko infeksi
Gangguan aborbsi:-diare
-lemah
BAB disertai:-muntah-darah-lendir
Hasil pemeriksaan lab abnormal
Hasil pemeriksaan
fisi k abnormal: