disentri

36
NAMA : Skenario : diare akut (disentri) 2. Analisis Masalah : 1. Mina , perempuan, umur 5 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas Tipe A dengan keluhan utama berak cair. a. Sistem apa yang terganggu dalam kasus ini ? Sistem gastrointestinal b. Bagaimana anatomi , fisiologi dan histologi dari sistem yang terganggu? Cavum oris → faring → esofagus → gaster → intestinum tenue (duodenum- jejunum-ileum) → intestinum crassum (caecum-colon ascendens-colon transversum-colon descendens-colon sigmoid) → rektum → anus. c. Bagaimana hubungan umur dan jenis kelamin pada kasus? d. Apa saja faktor resiko dan etiologi berak cair? a. Infeksi enternal penyebab pada anak. Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb. Infeksi virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus Infestasi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans). b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilopharingitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak usia dibawah 2 tahun.

Upload: gaya11

Post on 18-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: disentri

NAMA :

Skenario : diare akut (disentri)

2. Analisis Masalah :

1. Mina , perempuan, umur 5 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas Tipe A dengan keluhan utama berak

cair.

a. Sistem apa yang terganggu dalam kasus ini ? Sistem gastrointestinal

b.Bagaimana anatomi , fisiologi dan histologi dari sistem yang terganggu? Cavum oris → faring → esofagus

→ gaster → intestinum tenue (duodenum-jejunum-ileum) → intestinum crassum (caecum-colon ascendens-

colon transversum-colon descendens-colon sigmoid) → rektum → anus.

c. Bagaimana hubungan umur dan jenis kelamin pada kasus?

d.Apa saja faktor resiko dan etiologi berak cair?

a. Infeksi enternal

penyebab pada anak.

Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb.

Infeksi virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus Infestasi parasit: Cacing (Ascaris,

Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis),

jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parenteral

yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilopharingitis,

Bronkopneumonia, Ensefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak usia dibawah 2 tahun.

1. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan fruktosa), monosakarida

(intpleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah

intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

2. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan seperti alergi

susu, memakan makanan yang mempengaruhi kerja sistem pencernaan dengan porsi berlebihan seperti

makanan pedas, asam, atau makanan bersantan.

Page 2: disentri

3. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak

yang lebih besar.

( Alatas, 1985 )

e. Bagaimana mekanisme dari berak cair? Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue bagian

terminal dan kanal) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan menyerang vili → sel epitel

intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan vili mengalami atrofi →

absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan hiperperistaltik

intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair.

( Subagyo, 2012 )

f. Bagaimana klasifikasi feses?

Type 1 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat kecil seperti kacang, sangat keras, dan sangat sulit

untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja penderita konstipasi kronis.

Type 2 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis,permukaanya menonjol-nonjol dan tidak rata, dan terlihat

seperti akan terbelah menjadi berkeping-keping. Biasanya tinja jenis ini dapat menyumbat WC, dapat

menyebabkan ambeien, dan merupakan tinja penderita konstipasi yang mendekati kronis.

Type 3 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan permukaan yang kurang rata, dan ada sedikit

retakan. Tinja seperti ini adalah tinja penderita konstipasi ringan.

Type 4 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis atau ular. Tinja ini adalah bentuk tinja penderita

gejala awal konstipasi.

Type 5 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti bulatan-bulatan yang lembut, permukaan yang halus, dan

cukup mudah untuk dikeluarkan. Ini adalah bentuk tinja seseorang yang ususnya sehat.

Type 6 Tinja ini mempunyai ciri permukaannya sangat halus, mudah mencair, dan biasanya sangat mudah

untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja penderita diare.

Type 7 Tinja mempunyai ciri berbentuk sangat cair (sudah menyerupai air) dan tidak terlihat ada bagiannya

yang padat. Ini merupakan tinja penderita diare kronis.

Page 3: disentri

g. Apa saja komposisi dari feses?

Perempat air, seperempat bahan-bahan padat yang tersusun atas :30% bakteri mati10-20% lemak10-20% bahan inorganik2-3% protein30% serat-serat makanan yang tidak dicerna ,unsur-unsur kering dari getah pencernaan seperti pigmen empedu,dan sel-sel epitel yang terlepas.

( Guyton, 2008 )

h.Mengapa A dibawa orang tuanya ke Puskesmas tipe A?

Karena pada puskesmas tipe A, dipimpin atau dikepalai oleh seorang dokter secara penuh dan terdapat rawat

jalan, sedangkan pada puskesmas tipe B tidak terdapat rawat jalan, oleh karena itu kemungkinan karena si

anak mengalami diare dia memerlukan rawat inap agar dapat di tatalaksana secara komprehensif. Selain itu

juga orang tua ..memilih puskesmas tipe A mungkin dikarenakan jarak tempat tinggal .. dengan puskesmas

tipe A tersebut lebih dekat.

2. Tiga hari sebelum ke puskesmas, penderita demam tinggi disertai BAB cair frekuensi 3-4 kali sehari.

Konsistensi air lebih banyak daripada ampas , jumlah kira-kira ½ gelas setiap BAB ,ada darah dan

lendir dalam feses.

a. Apa makna keluhan yang dialami Mina 3 hari sebelumnya?

Page 4: disentri

Keluhan yang terjadi sama-sama diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme yang menginvasi, mengeluarkan

toksin dan menyebabkan insufisiensi traktus gastrointestinal.

b.Bagaimana mekanisme BAB normal?

Fisiologi fase defekasi:

Feses masuk rectum distensi dinding rectum timbul signal afferen signal menyebar melalui

fleksus mienterikus timbul gelombang peristaltik di colon descenden, sigmoid, rectum gelombang

peristaltik mendekati anus feses terdorong ke anus sphincter anal internus direlaksasi oleh signal

penghambat fleksus mienterikus, sphincter anal eksternus dalam keadaan sadar relaksasi volunter

bersamaan defekasi.

c. Bagaimana mekanisme dari keluhan?

Demam

Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue bagian terminal dan kanal) → pelepasan pirogen

eksogen → terjadi respon imun → pelepasan pirogen endogen oleh sel-sel radang (IL-1) → mencapai

hipotalamus → menginduksi prostaglandin E2 → kekacauan set poin thermostat di hipotalamus →

peningkatan suhu tubuh (demam).

( Guyton, 2008 )

BAB cair

Infeksi mikroorganisme mengeluarkan enterotoksin destruksi tight junction&cellular cytoskeleton

permeabilitas terganggu;Na,air masuk ke lumen usus;fungsi absorpsi↓ tekanan koloid osmotic usus↑

hiperperistaltik usus cairan dan makanan yang tidak tercerna dengan sempurna keluar melalui anus dengan

konsistensi yang cair(berak cair)

Infeksi mikroorganisme mengeluarkan enterotoksin stimulasi adenilsiklase ATP berubah menjadi

cAMP hipersekresi Cl (dari cripta Lieberkuhn) ke lumen usus.

BAB berlendir

Histamine, asetilkolin, gastrin mucosit menghasilkan mucigen mucin (hidrofobik) lendir BAB

berlendir.

d.Apa hubungan keluhan 3 hari yang lalu dengan keluhan utama?

Sama-sama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan feses yang sama-sama cair (air > ampas).

3. Dua hari sebelum ke puskesmas, BAB cair mulai disertai muntah 3 kali perhari , muntah tidak

menyemprot, isi muntah apa yang dimakan.

a. Apa hubungan keluhan 2 hari sebelum dengan keluhan utama ?

Page 5: disentri

BAB cair disertai darah dan lendir infeksi yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan mukosa atau

epitel usus bertambah parah.

b.Apa makna keluhan 2 hari yang lalu?

Makna muntahan tidak menyemprot adalah makna bhwa efek muntah berasal dari GI tract dan tidak ada

hubungannya dengan pusat muntah di batang otak karena apabila muntah menyemprot, dapat dikatakan bahwa

kemungkinan ada lesi di pusat muntah muntah adalah bersisi apa yang dimakan membantu untuk menegakkan

diagnosis, sesuai dengan buku IDAI pada poin nomor 6 dijelaskan bahwa bagaimana bentuk isi muntahan,

apakah seperti susu/makanan asal (tanda isi dari esofagus) atau telah merupakan susuyang telah menggumpal

(isi lambung) atau mengandung empedu (isis duodenum) atau adakah darah. Sehingga maknannya adalah,

mina mengalami muntah akibat adanya masalah pada GI tract dan muntahan berasal dari esofagus.

c. Bagaimana faktor penyebab dari berak yang disertai muntah?

( Hegar, 2012 )

d. Bagaimana klasifikasi dari muntah?

e. Klasifikasi muntah berdasarkan jenis muntah :

Muntah Siklik (Cyclic vomiting)

Muntah – muntah yang terjadi pada kondisi sehat, penyebabnya belum diketahui, diagnosa dengan cara eklusi,

pengobatan biasanya simptomatik, dan prognosa tidak jelas. Mungkin merupakan diagnosa keranjang sampah

(wastebasket), mungkin termasuk anak dengan migrain, epiloptogenik, dan muntah psikogenik. Hal yang perlu

dicermati adalah adanya kelainan organik yang didiagnosa sebagai muntah silik, misalnya intususepsi

intermiten, volvulus, duplikasi intestinal, divertukulum, malrotasi, tekanan intrakranial yang meningkat,

penyakit metabolik dan toksik.

Muntah Psikogenik

Penyebab kelainan organik tak ditemukan, sindroma ini menekankan pengaruh yang kuat dari korteks,faktor

psikologi yang merangsang mual dan muntah. Ciri – ciri muntah psikogenik adalah berjalan kronis, terkait

dengan stress atau makanan, tidak ada nausea dan anoreksia, muntah dapat dipicu oleh dirinya sendiri dengan

memaksakan muntah atau memasukkan tangannya ke dalam mulut.

Ruminasi

Page 6: disentri

Kejadian yang sadar dan menyenangkan memuntahkan makanan dari lambung, dikunyah – kunyah dan ditelan

kembali. Anak besar atau dewasa meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedang

pada bayi melogok kedalam mulutnya dengan jari alam upaya untuk menimbulkan regurgitasi.

Abdominal Migraine

Suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik. Nyeri epigastrik atau periumbilical disertai nausea, muntah,

diare, panas dan menggigil, vertigo, iritabel serta poliuria.

f. Bagaimana mekanisme dari BAB cair disertai muntah 3 kali perhari?

Muntah adalah cara traktus digestivus untuk membersihkan dirinya sendiri ketika hampir bagian atas traktus

digestivus teriritasi secara luas, atau mengembang secara berlebihan ( distensi usus yang berlebih ) ,

pengembangan usus akibat adannya cairan atau bahkan traktus digestivus terlalu terangsang. Dalam hal ini,

muntah terjadi kemungkinan akibat adannya distensi pada GI tract ( pada usus halus ) akibat infeksi dan

peregangan pada usus akibat malabsorbsi air, natrium dan kalium.

(Guyton, 2008)

4. Satu hari sebelum ke Puskesmas BAB cair disertai darah dan lendir bertambah sering sehingga Mina

tampak lemas.

a. Apa makna keluhan 1 hari yang lalu?

BAB cair disertai darah dan lendir infeksi yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan mukosa atau

epitel usus bertambah parah.

b.Bagaimana mekanisme dari keluhan?

BAB disertai darah

Enterotoksin mikroorganismestimulasi adenilsiklase(sitotoksik)invasi mukosa usus migrasi sel2

PMN nekrosis sel2 epiteltukak sel darah merah keluar dari sel dan masuk ke lumen usus

Lemas

Kerusakan cellular cytockeleton,epitel,villus ususgangguan absorpsi nutrisi pada makananmetabolisme

energy ↓

Kerusakan tight junctionNa,air banyak terbuanggangguan kontraksi otot tubuhlemas

c. Apa dampak dari berbagai keluhan jika tidak diatasi?

Dehidrasi (ringan, sedang, berat,hipotonik, isotonik atau hipertonik)

Renjatan hipovolemik

Hipokalemia

Hipoglikemia

Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.

Page 7: disentri

Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

(Ilmu Kesehatan Anak , 1985 )

5. BAK terakhir 6 jam sebelum ke puskesmas.

a. Apa makna BAK terakhir 6 jam sebelum ke Puskesmas ?

Maksud dari BAK pada kasus ini lebih kepada untuk mengetahui derajat dehidrasinya karena apabila BAK

nya sudah tidak terlalu sering kemungkinan cairan di dalam tubuhnya sudah sangat sedikit sehingga perlu

penanganan cairan tambahan dan tepat.

Pada kasus ini kita belum bisa mengetahui secara pasti apakah BAK nya normal atau tidak karena kita tidak

mengetahui volume dan frekuensi BAKnya.

6. Mina memiliki kebiasaan menghisap jempol jika ingin tidur.

a. Apa dampak dari A yang memiliki kebiasaan menghisap jempol sebelum tidur?

Kebiasaan Menghisap Jempol penyebaran Fekal – oral

Terinfeksi Bakteri Respon Imunitas

Pengeluaran sel Mast, makrofage

Perangsangan Endothel Hipothalamus

Pengeluaran As. Arakhidonat

PGE2

Demam

Invasi ke sel epithel mukosa Mengubah Epithel columnair menjadi cuboid

Page 8: disentri

Multifikasi Bakteri Gangguan absorbsi Air, Natrium,kalium & motalitas usus

Mikroabses dinding usus besar Sejumlah cairan membuat agen infeksi tersapu ke anus

Nekrosis dinding membran mukosa Diare

Perdarahan & pembentukan pseudomembrane Distensi pada GI Tract

Feses Berdarah dan Berlendir Muntah

b.Bagaimana hubungan keluhan Mina dengan menghisap jempol?

Penularan oleh bakteri dapat terjadi melalui fekal – oral. Kemungkinan jempol Mina tidak bersih, sehingga

bakteri masuk ke saluran pencernaan dan menginfeksi intestinum tenue bagian terminal dan kanal. Sehingga

menyebabkan keluhan.

7. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum :

Tampak sakit sedang , gelisah, BB 16 kg , TB 110 cm

Tanda vital : kesadaran kompos mentis , gelisah , Nadi 130x/menit teratur, isi tegangan kurang, RR 30xm ,

Temp. 38,0 °C

Keadaan Spesifik :

Kepala : ubun-ubun besar tertutup , kelopak mata cekung , air mata tidak ada, mukosa mulut kering

Thoraks : simetris , retraksi (-/-) , bunyi nafas vesikuler , bunyi bising jantung tidak ada.

Abdomen : datar , lemas , bising usus meningkat , hepar dan lien tidak teraba , cubitan kulit (turgor) kembali

sangat lambat.

Ekstremitas : Kedua ujung kaki dan tangan mulai teraba dingin.

a. Bagaimana interpretasi?

Tampak sakit sedang: kondisi dimana tanda-tanda vital masih berfungsi dengan baik dan energi masih ada,

tetapi seseorang tidak bisa bekerja berat dan sudah harus mendapat bantuan orang lain.

Gelisah: Tanda dehidrasi, jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh akibat diare melebihi cairan yang masuk.

BB: 16 kg TB:110 normal

Klasifikasi nilai IMT :

IMT Status Gizi Kategori

Page 9: disentri

< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus

18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal

25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk

> 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

RR

normal, anak 5 tahun : 20- 30x/menit

Frekuensi pernafasan normal (per menit)

Umur Rentangan Rata-rata frek. Pernafasan

waktu tidur

Waktu lahir

1 bulan – 1 tahun

1 tahun – 2 tahun

3 tahun – 5

tahun

5 tahun – 9 tahun

10 tahun - dewasa

30 – 60

30 – 60

25 – 50

20 – 30

15 – 30

15 - 30

35

30

25

22

18

15

Nadi: 130x/ menit

normal, anak 5 tahun: 55 - 145/menit

Interpretasi : normal

Tabel Laju Nadi Normal pada Bayi dan Anak

Minimun 5% Mean 95% Maksimum

0-24 Jam

1-7 hari

8-30 hari

1-3 bulan

3-6 bulan

8-12 bulan

1-3 tahun

3-5 tahun

5-8 tahun

8-12 tahun

85

100

115

115

115

115

100

55

70

55

94

100

115

124

111

112

98

65

70

55

119

113

163

154

140

140

126

98

96

79

145

175

190

190

179

177

163

132

115

107

145

175

190

205

205

175

190

145

145

115

Page 10: disentri

12-16

tahun

55 55 75 102 115

Suhu 38oC

subfebris, menunjukkan bahwa Bubu mengalami dehidrasi ringan-sedang

Interpretasi : diare bukan disebabkan karena infeksi virus maupun bakteri. Panas yang tidak terlalu tinggi

menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan metabolisme basal untuk memenuhi kebutuhan intrasel tubuh

Bubu

Keadaan spesifik:

Kelopak mata cekung

Interpretasi : abnormal

Jaringan di bawah mata sebagian besar terdiri dari jaringan ikat longgar terdir dari substansi cairan, sehingga

pada saat seseorang mengalami dehidrasi makan jumlah cairan dalam tubuh akan berkurang, tidak terkecuali

cairan yang terkandung pada jaringan ikat longgar ini. Ketika substansi cairan berkurang maka kelopak mata

akan telihat lebih cekung.

Air mata tidak ada

Interpretasi: abnormal

Normalnya terdapat air mata. Dalam kasus ini menunjukkan terjadinya dehidrasi berat.

Mukosa mulut kering

Interpretasi : abnormal

Mukosa mulut yang terdiri dari 3 lapisan:

1) Lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang

berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-

sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium.

2) Membrana basalis, yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dengan lamina propria,

berupa serabut kolagen dan elastis.

3) Lamina propria, Pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita rasa.

Selain ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf dan elemen-elemen penghasil

sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil. Kelenjar ludah yang halus terdapat di seluruh jaringan

mukosa mulut.

Page 11: disentri

Dalam keadaan dehidrasi cairan tubuh akan berkurang mempengaruhi sekresi ludah oleh kelenjar ludah

(menurun) di lamina propria mukosa mulut tampak kering.

Bising usus meningkat

Interpretasi : hiperperistaltik

Normalnya 3-5x/menit

Menunjukkan suara dengan nada yang tinggi, panjang, peristaltik rush yang intensif, dan frekuensi yang

meningkat (borborygmus) didapatkan pada keadaan hipermotilitas usus seperti diare karena gastroenteritis.

Konsumsi susu formula (mengandung laktosa)tidak ada enzim lactase (defisiensi lactase)laktosa tidak

dapat dipecah menjadi monosakrida (intoleransi laktosa) gangguan penyerapantekanan osmotik dalam

rongga usus meningkat pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus Isi rongga usus yang

berlebihan merangsang usus untuk mengeluarkannya (gerakan otot usus meningkat (bising usus

meningkat) laktosa masuk ke kolon laktosa di fermentasi bakteri asam organic (rantai atom karbon

yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon) molekul menahan air dalam lumen kolon (suasana

hiperosmoler) sekresi air ke dalam lumen usus berak-berak (diare)

Turgor lambat kembali

Interpretasi : Abnormal

normalnya ≤ 2 detik, menunjukkan penurunan tekanan turgor pada kulit yang menandakan

dehidrasi, elastisitas kulit dipengaruhi oleh jumlah cairan semakin sedikit maka elastisitas akan semakin

berkurang.

b.Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik?

Keadaan umum

Suhu: subfebris

Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → pelepasan pirogen eksogen → terjadi respon imun

→ pelepasan pirogen endogen oleh sel-sel radang (IL-1) → mencapai hipotalamus → menginduksi

prostaglandin E2 → kekacauan set poin thermostat di hipotalamus → peningkatan suhu tubuh (demam).

Mata cekung dan Air mata tidak ada

Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan

menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan

vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan

hiperperistaltik intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair terus

menerus → cairan tubuh banyak menghilang → efek pada jaringan ikat longgar di rongga mata → mata

cekung dan juga air mata tidak ada.

Page 12: disentri

Keadaan spesifik

Mukosa mulut kering

Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan

menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan

vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan

hiperperistaltik intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair terus

menerus → cairan tubuh banyak menghilang → efek pada selaput lendir → mukosa mulut kering.

Bising usus meningkat

Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan

menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan

vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan

hiperperistaltik intestinum tenue → bising usus meningkat.

Turgor sangat lambat

Infeksi bakteri pada traktus digestivus (intestinum tenue) → menginfeksi lapisan epitel di intestinum tenue dan

menyerang vili → sel epitel intestinum tenue yang rusak diganti oleh enterosit yang baru (kuboid=imatur) dan

vili mengalami atrofi → absorbsi cairan dan makanan menurun → peningkatan tingkatan koloid osmotik dan

hiperperistaltik intestinum tenue → cairan dan makanan serta bakteri tersapu ke arah anus → BAB cair terus

menerus → cairan tubuh banyak menghilang → kekenyalan tubuh (kulit) menurun → turgor kembali sangat

lambat.

c. Bagaimana cara pemeriksaan turgor?

Lakukan palpasi pada daerah kulit dengan memcubit lengan atas atau abdomen dan melepaskannya secara

cepat selama 30 – 60 detik.

Normalnya :

Kulit kembali seperti semula dengan cepat tanpa meninggalkan tanda

Patologis :

Lipatan kulit kembali lambat dan adanya tanda. Hal ini menunjukkan adanya dehidrasi / malnutrisi, penyakit

kronis atau gangguan otot.

8. Pemeriksaan Laboratorium :

Hb 12 g/dl , jumlah WBC 17.500/mm3 , differential count 0/1/2/63/30/4.

Urin rutin :

Makroskopis : warna kekuningan

Mikroskopis : leukosit (-) , RBC (-) , protein (-)

Page 13: disentri

Feses rutin :

Makroskopis : cairan lebih banyak dari ampas, darah (+) , pus (-) , lendir (+)

Leukosit feses : 6-10/lpb , Eritrosit : 5-8/lpb , bakteri ++ , hyfa (-) , jamur (-)

a. Bagaimana interpretasi ?

Hb (12, g/dl)

Normal :

Laki-laki  : 13,5 ± 17 g%

perempuan : 12 ± 15 g%

Anak-anak :

- Bayi baru lahir : 14 ± 24 g%

- Bayi : 10 ± 17 g%

- Anak : 11 ± 16 g%

Interpretasi : normal

Differential count

Diff count : 0/1/2/63/30/4

0 : basofil normal: rentang 0 – 1 %

1 : eusinofil normal : rentang 1 – 3 %

2 : neutrofil batang normal : rentang 2 – 6 %

63 : neutrofil segmen normal : rentang 50 -70 %

30 : limfosit normal : rentang 20 – 40 %

4 : monosit normal : rentang 2 -10 %

Pada Mina dengan Diff. Count 0/1/2/63/30/4 menunjukkan nilai normal.

Urin rutin

Urine Rutin

Makroskopik : berwarna kekuningan

Mikroskopik : Leukosit (-), RBC (-), Protein (-)

Interpretasi : normal

Feses Rutin

Makroskopik : Cair, lebih banyak air daripada ampas, darah (-), pus (-)

Mikroskopik : Leukosit pada feses (2-4/ lapangan pandang),

Eritrosit (-)

makroskopis cair lebih banyak dari ampas : abnormal

leukosit feses

6 - 10 /lpb abnromal

Page 14: disentri

normal (0-5/lpb)

b.Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan lab ?

Mekanisme osmotik : Kerusakan sistem enzim makanan tidak dicerna dengan sempurna menimbulkan

beban osmotik di lumen usus bagian distal air terbawa ke lumen usus bakteri usus mengurai sisa

makanan (karbohidrat/polisakarida menjadi as.lemak rantai pendek dan gas-gas lainnya) beban osmotik

air terbawa ke lumen kolon feses menjadi lebih encer

c. Bagaimana pemeriksaan feses rutin ?

Indikasi dilakukan pemeriksaan feses:

a. Adanya diare dan konstipasi

b. Adanya darah dalam tinja

c. Adanya lendir dalam tinja

d. Adanya ikterus

e. Adanya gangguan pencernaan

f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses:

1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine

2) Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan

simpan di almari es

3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum

pemeriksaan

4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya

bagian yang bercampur darah atai lendir

5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai

pemeriksaan tinja sewaktu.

6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu

7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object

glass

8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca

atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau

konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai.

Wadah harus bermulut lebar

9) Oleh karena unsur-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak

dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif), (+), (++), (+++) saja

Page 15: disentri

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK

Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau,

darah, lendir dan parasit.

1. JUMLAH

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100--250 gram per hari.Banyaknya tinja dipengaruhi jenis

makananbila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak

dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan sebaliknya tinja yang keras

atau skibala didapatkanpada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkantinja yang lunak dan

bercampur gas.

2. WARNA

Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin

lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagaijenis makanan, kelainan dalam saluran

pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat

santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil atau pada bayi

yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Kelabu mungkin

disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yangdidapat pada ikterus obstruktif, tinja

tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada

steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah

pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan

oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula olehmakanan seperti bit atau tomat. Warna coklat

mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti

coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia

hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth

dan mungkin juga oleh melena.

3. BAU

Bau normal : beraroma khas, bukan bau busuk. Sedangjan bau tidak normal : Baunya sangat busuk. Dicurigai,

ada pembusukan yang tidak normal oleh bakteri di usus.Indol, skatol dan asam butirat

menyebabkan bau normalpada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang

tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.Tinja yang

berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada

keadaan itu menjadi asam. Bau sangat asam biasanya pertanda ada gangguan penyerapan gula atau istilahnya

malabsorbsi karbohidrat laktosa. Bau amis kemungkinan infeksi amuba atau jamur. Bau khas dari tinja

disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa

yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat

menambah bau tinja. Terdapat juga beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau tinja.

4. DARAH

Page 16: disentri

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di

bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan

bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices

dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darahterdapat di

bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Dalam

keadaan normal didapatkan sedikit sekali lender dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti

adarangsangan atau radang padadinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi

iritasi itu mungkinterletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali

iritasi terjadi pada usus halus.  Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

5. PARASIT

Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Ancylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal dan

sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur

cacing.

1. Protozoa 

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk

trofozoit. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,Necator americanus, Enterobius

vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya

2. Leukosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.Pada disentri basiler, kolitis

ulserosadan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian

tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencemaan.

3. Eritrosit

Hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal

eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.Dalam keadaan normal dapat

ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari

bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau

ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

4. Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium

oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayem atau

strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin

dijumpai kristal Charcoat Leydendan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran

Page 17: disentri

pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin

didapatkan kristal hematoidin.

5. Sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu

jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari

makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastic  dan lain-lain.Untuk

identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang

tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral

sepertipada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

PEMERIKSAAN KIMIA TINJA.

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah

samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau

mikroskopik.

Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan

menggunakan tablet reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan

menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna

tertentuyang menimbulkan perubahan warna. Tablet Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama

pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkanreaksi positif palsu

seperti daging, ikan sarden dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferro fumarat

dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan

untuk menghindari makanan tersebut diatas selama 3--4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar.

Test terhadap darah samar penting untuk mengetahui adanya pendarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan

secara makroskopis dan mikroskopis.

a. Cara dengan Benzidine Basa

1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasi hingga mendidih.

2. Saring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat menjadi dingin kembali.

3. Kedalam tabung reaksi lain masukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.

4. Tambah 3 ml asam acetat glasial, kocok sampai benzidine larut dengan meninggalkan beberapa kristal.

5. Bubuhi 2 ml filtrat emulsi tinja, campur.

6. Beri 1 ml larutan hidrogen peroksida 3%.

7. Baca hasil dalam waktu 5 menit

8. Interprestasi hasil :

( - )          tidak ada perubahan warna atau warna yang samar-

samar  hijau

(+1)           hijau

Page 18: disentri

(+2)           biru bercampur hijau

(+3)           biru

(+4)           biru tua      

b. Cara dengan Guajac

1. Buat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambah 1 ml asam acetat glasial, campur.

2. Dalam tabung reaksi lain masukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95 %, campur.

3. Tuang dengan hati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap

sebagai lapisan terpisah.

4. Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada kedua lapisan itu.

c. Pemeriksaan urobilin

1. Taruhlah beberapa gram tinjadalam sebuah mortir dan campur dengan larutan mercuri chlorida 10% yang

volumenya sama banyak dengan tinja itu.

2. Campur baik-baik dengan alunya.

3. Tuang bahan itu kedalam cawan datar agar mudah menguap dan biarkan selama 6 sampai 24 jam.

4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah

menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi

positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti

pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang

menyelenggarakan perubahan tadi. Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang

pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik.

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jikadibandingkan terhadap

tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24

jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan

untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan

penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urine.

9. Bagaimana cara mendiagnosis?

Menegakkan diagnosis Diare:

Anamesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya / orang yang

mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk- petunjuk verbal dan non verbal

mengenai riwayat penyakit pasien, meliputi :

Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:

Page 19: disentri

1. Identitas pasien

Nama,tempat tanggal lahir, usia (neonatus,balita,sekolah), jenis kelamin,nama orangtua,alamat.dan sebagainya

2. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama pasien (Frekuiaensi, konsistensi, feses mengan dung lendir atau darah, nyeri atau tidak,

pegobatan sebelumnya)

3. Riwayat penyakit dahulu

Kronologi penyakit, ada tidaknya riwayat sakit dahulu yang pernah di derita

4. Riwayat kesehatan

Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan tinggi badan), riwayat

makanan

5. Riwayat keluarga dan lingkungan, sosial-ekonomi-budaya

Pemeriksaan :

Pemeriksaan fisik :

a) Tanda-tanda vital

Suhu badan mengalami peningkatan

b) Antropometri

Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar

perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan

c) Pencernaan

Ditemukan gejala muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, BAB lebih 3 x dengan

konsistensi encer

d) Integumen

turgor kulit jelek, mata cekung.

Pemeriksaan laboratorium :

Pemeriksaan Tinja

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darahPemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk

mengetahui faal ginjal.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum.

Pemeriksaan untubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

Klasifikasi diare:

Diare akut: <7 hari

Diare persisten: 7-14 hr

Diare kronik: >14 hari

Page 20: disentri

( Subagyo, 2012 )

10. DD

Jawab:Diferensial diagnosis untuk kemungkinan penyakit ( Disentri Basiler ) menurut adalah akibat radang

kolon yang disebabkan oleh E.Coli, Clampylobacter Jejuni, Salmonella Entereditis serotipe, yersinia

Enterocolitica dimana akan berhubungan dengan kolitis ulseratif (chron;s Disease).( Sudoyo, 2011 )

11. Data tambahan (anamnesis, pem.fisik, pem. penujang lain)

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam – basa dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan alkali

atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan

fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik

atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

( Alatas, 1985 )

12. WD

Diare akut (disentri) dengan dehidrasi berat et causa infeksi bakteri

13. Etiologi ? Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.

Infeksi enternal ini meliputi :

Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Camylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adeovirus, Rotavirus, Astrovirus dan

lain-lain.

Infestasi parasit : Cacing (Acaris, Triciuris, Oxyuris, Strongyoides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardica

lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans)

b. Infeksi parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut,

Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keluhan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi

glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

Page 21: disentri

4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang

lebih besar.

14. Epidemiologi

Diare salah satu sebab kesakitan & kematian anak. Penatalaksanaan WHO à angka kematian ¯

Indonesia :

angka kesakitan: 200–400 kejadian/1000 penduduk th 70-80% adalah anak < 5 tahun, 350.000-500.000 anak

meninggal /tahun Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus

kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per

anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama

kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000

penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare

masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian

bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 29. Diare pada anak

merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam

masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris

dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.

World Gastroenterology Organitation Global Guidelines 2005 membuat daftar epidemiologi penyebab yang

berhubungan dengan vechicle dan gejala klinik.

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999)

15. Patogenesis

Jawab:

Kebiasaan Menghisap Jempol penyebaran Fekal – oral

Terinfeksi Bakteri Respon Imunitas

Pengeluaran sel Mast, makrofage

Perangsangan Endothel Hipothalamus

Pengeluaran As. Arakhidonat

PGE2

Demam

Invasi ke sel epithel mukosa Mengubah Epithel columnair menjadi cuboid

Multifikasi Bakteri Gangguan absorbsi Air, Natrium,kalium & motalitas usus

Page 22: disentri

Mikroabses dinding usus besar Sejumlah cairan membuat agen infeksi tersapu ke anus

Nekrosis dinding membran mukosa Diare

Perdarahan & pembentukan pseudomembrane Distensi pada GI Tract

Feses Berdarah dan Berlendir Muntah

16. Manifestasi klinis

Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau

tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja

berubah menjadi kehijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet

karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan

laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.Bila

penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi

ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering

17. Tatalaksana

WHO menganjurkan empat hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare akut,

yaitu:

1. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi

dehidrasi yang sudah terjadi

2. Pemberian makanan terutama asi, selama diare dan pada masa penyembuhan diteruskan

3. Tidak menggunakan obat antidiare

Antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri yang disebabkan oleh shigella, sedangkan

metronodazole diberikan pada kasus giardiasis dan amebiasis

4. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang:

Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama tentang bagaimana membuat oralit dan cara

memberikannya

Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali berobat dan mendapat

pengawasan medik yang baik

Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.

Penilaian derajat dehidrasi menurut P2 Diare :

Penilaian A B C

Lihat:

keadaan

Baik, sadar *Gelisah,rewel, *Lesu,lunglai,

Page 23: disentri

umum atau tidak sadar

Mata Normal Cekung Cekung sekali

dan kering

Airmata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan

lidah

Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa

tidak haus

*Haus, ingin

minum banyak

*Malas minum

atau tidak bisa

minum

Periksa:

turgor kulit

Kembali cepat *Kembali

lambat

*Kembali sangat

lambat

Hasil

pemeriksaan

Tanpa

dehidrasi

Dehidrasi

ringan/sedang

Bila ada 1

tanda *

ditambah 1

atau lebih

tanda lain.

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda *

ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi

A

Rencana terapi

B

Rencana terapi C

Tabel 2.8 Antibiotik yang Digunakan Untuk Mengobati Penyebab Diare

Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif

Kolera Doxycycline

Dewasa: 300 mg sekali

atau

Tetracycline

Anak-anak: 12.5 mg/kg

4 kali per hari x 3 hari

Dewasa: 500 mg

4 kali per hari x 3 hari

Erythromycin

Anak-anak: 12.5 mg/kg

4 kali per hari x 3 hari

Dewasa : 250 mg

4 kali per hari x 3 hari

Disentri Shigella Ciprofloxacin

Anak: 15 mg/kg

2 kali per hari x 3 hari

Dewasa: 500 mg

Pivmecillinam

Anak-anak: 20 mg/kg

4 kali per hari x 5 hari

Dewasa: 400 mg

Page 24: disentri

2 kali per hari x 3 hari 4 kali per hari x 5 hari

Ceftriaxone

Anak-anak: 50-100 mg/kg

1 kali per hari IM x 2 to 5

hari

Amobiasis Metronidazole

Anak-anak: 10 mg/kg

3 kali per hari x 5 hari (10

hari pada kasus berat)

Dewasa: 750 mg

3 kali per hari x 5 hari (10

hari pada kasus berat)

Giardiasis Metronidazole d

Anak-anak: 5 mg/kg

3 kali per hari x 5 hari

Dewasa: 250 mg

3 kali per hari x 5 hari

19. Komplikasi

beberapa komplikasi sebagai berikut :

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)

Renjatan hipovolemik.

Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada

elektrokardiogram).

Hipoglikemia.

Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan villi mukosa usus halus.

Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

18. Prognosis

Quo ad Fungsionam : dubia at bonam

Quo ad Vitam : dubia at bonam

19. KDU

Tingkat Kemampuan 4

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan- pemeriksaan tambahan

yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat

memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.

Page 25: disentri

20. Pandangan Islam

”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin

menyempurnakan penyusuan..." (QS, Al Baqarah, 2:233)

”Kebersihan Sebagian Dari Iman”. Hadits itu adalah sabda Nabi SAW yang berbunyi, "Ath-thahuuru syatrul

iimaan…” (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi) (Lihat Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, II/57; Imam

Al-Qazwini, Bingkisan S eberkas 77 Cabang Iman (Terj. Mukhtashar Syu’abul Iman Li Al-Imam Baihaqi),

hal. 66-67).

2.6 Kesimpulan

…, perempuan , …tahun, mengalami disentri dengan dehidrasi berat karena infeksi bakteri .

2.7 Kerangka Konsep

Mina, perempuan,

5 tahun

Kebiasaan menghisap jempol

Destruksi lapisan epithelium dan villus

usus

DemamTerinfeksi bakteri

Faktor resiko infeksi

Gangguan aborbsi:-diare

-lemah

BAB disertai:-muntah-darah-lendir

Hasil pemeriksaan lab abnormal

Hasil pemeriksaan

fisi k abnormal:

Page 26: disentri