disentri

19
A. DEFINISI Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni : 1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmu 2. Berak-berak, dan 3. Tinja mengandung darah dan lendir Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang dibawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga, baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan. (NANDA NIC NOC,2013) Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di

Upload: farida-agustiningrum

Post on 10-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

essay

TRANSCRIPT

A. DEFINISIDisentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni : 1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmu 2. Berak-berak, dan3. Tinja mengandung darah dan lendir Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang dibawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga, baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan. (NANDA NIC NOC,2013)Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir.

B. ETIOLOGIEtiologi dari disentri ada 2, yaitu :1) Disentri basiler, disebabkan olehShigella,s p.Shigellaadalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesiesShigella, yaituS.dysentriae, S.flexneri, S.bondiidanS.sonnei.Terdapat 43 serotipe O dariShigella.S.sonneiadalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.Shigella spmerupakan penyebab terbanyak dari diare invasif (disentri) dibandingkan dengan penyebab lainnya. Hal ini tergambar dari penelitian yang dilakukan oleh Taylor dkk. di Thailand pada tahun 1984.

2) Disentri amoeba, disebabkanEntamoeba hystolitica.E.histolyticamerupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.

C. PATOFISIOLOGI1) Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum terminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah sigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum.2) Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran.Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.

D. GEJALA KLINISDisentri basiler1) Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.2) Panas tinggi (39,50 400 C), appear toxic.3) Muntah-muntah.4) Anoreksia.5) Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.6) Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).Disentri amoeba1) Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.2) Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (10x/hari)3) Sakit perut hebat (kolik)4) Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANGI. Pemeriksaan tinja Makroskopis: suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja Benzidin test Mikroskopis: leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .II. Biakan tinja Media: agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.3. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis (5.000 15.000 sel/mm3), kadang-kadang dapat ditemukan leucopenia.4. Endoscopy : memberikan visualisasi area yang terlibat.

a. Disentri amoeba1. Pemeriksaan tinjaPemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan.Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap.Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin.2. Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopiPemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. 3. Foto rontgen kolonPemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling defect yang mirip karsinoma.4. Pemeriksaan uji serologiUji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti bukan amebiasis.b. Disentri basiler1) Pemeriksaan tinjaPemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta biakan hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati . Untuk itu diperlukan tinja yang baru.2) Polymerase Chain Reaction (PCR)Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara luas.3) Enzim immunoassayHal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.4) SigmoidoskopiSebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan daerah sigmoid. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut.5) AglutinasiHal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua, maksimum pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai.6) Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang terlepas dan ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi berada di bagian distal kolon dan secara progresif berkurang di segmen proksimal usus besar

F. PENATALAKSANAAN 1) Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.2) Komponen terapi disentri, antara lain :a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit, Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.b. Diet, Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya resiko untuk memperpanjang masa sakit.c. Antibiotika Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi dan kematian. Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO): Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari. Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan placebo10. Alternatif yang dapat diberikan: o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain. Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.

G. KOMPLIKASI1.Disentri BasilerStenosisPeritonetisHemoroidNeuritis periferartritis2.Disentri AmoebicaPerdarahan ususPerforasiAmebomaStriktura

KONSEP KEPERAWATANA. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:1) Aktivitas/istirahat:Gejala: Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum Insomnia Gelisah dan ansietas2) Sirkulasi:Tanda: Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri) Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering.3) Eliminasi:Gejala: Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk. Tenesmus, nyeri/kram abdomenTanda: Bising usus menurun atau meningkat Oliguria/anuria4) Makanan dan cairan:Gejala: Haus Anoreksia Mual/muntah Penurunan berat badan Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemakTanda: Penurunan lemak sub kutan/massa otot Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut5) Hygiene:Tanda: Badan berbau6) Nyeri dan Kenyamanan:Gejala: Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasiTanda: Nyeri tekan abdomen, distensi.7) Keamanan:Tanda: Peningkatan suhu pada infeksi akut, Penurunan tingkat kesadaran, gelisah Lesi kulit sekitar anus8) Interaksi sosialGejala: Penurunan aktivitas sosial

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Kekurangan volume cairan elektrolit berhubungan dengan output berlebih.2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi usus.C. INTERVENSI

DIAGNOSATUJUANINTERVENSIRASIONAL

1. Kekurangan volume cairan elektrolit berhubungan dengan output berlebih.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.

3. Gangguan rasa nyaman b.d Hipertermi

Terpenuhinya kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam dengan kriteria hasil: Input dan output cairan elektrolit berlebih. Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam tubuh setelah dialkukan tindakan selama 3x 24 jam dengan kriteria hasil: orang mengerti jenis makanan bagi anak diare. Nafsu makan meningkat. Pasien menghabiskan 1 porsi makan rumah sakit. Berat badan kembali normal.

Rasa nyaman kembali terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: Suhu tubuh pasien turun nomal. (36-370C) Pasien mengatakan dirinya sudah merasa nyaman Anjurkan ibu untuk memberikan ASI.

Anjurkan orangtua untuk memberikan oralit sedikit-sedikit tapi sering. Ajarkan orang tua cara membuat LGG (Larutan Gula Garam). Kolaborasi dengan tim medis untuk memasang infus kristaloid (RL). Monitor tetesan infus/jam.

Anjurkan banyak minum air putih.

Beri PenKes tentang pentingnya nutrisi bagi anak diare.

Anjurkan orangtua untuk tidak memberikan makanan tinggi serat. Temani pasien/anak saat makan.

Beri reward apabila anak menghabiskan makanan.

Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian makanan rendah serat. Monitor BB Anjurkan orangtua untuk memberikan pakaian longgar/ tipis. Anjurkan orangtua untuk tidak memberikan selimut tebal. Ganti pakaian pasien jika basah. Lakukan kompres hangat. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik (paracetamol).

Zat-zat yang terkandungan dalam ASI sangat baik untuk bayi. Untuk mengurangi defekasi yang berlebih.

Memenuhi kebutuhan elektrolit tubuh.

Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh. Memantau input cairan yang masuk dalam tubuh. Menggantikan cairan yang terbuang.

Memberikan pengetahuan pada orang tua,makanan yang harus dikomsumsi anak diare. Usus tidak dapat menyerap makanan yang berserat

Memantau seberapa banyak makanan yang masuk. Supaya anak berantusias untuk menghabiskan makanan. Memenuhi asupan gizi dalam tubuh.

Memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh. Memberikan respirasi pada kulit. Sirkulasi udara Memberikn kenyamanan Membuka pori2 untuk melancarkan sekresi keringat. Menurunkan panas.

DAFTAR PUSTAKA

Mooehead,Sue dkk.2004 . Nursing Outcomes Classification (NOC).Jakarta: Mosby Elevier

Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran : JakartaDoengoes, Marilyann E Dkk.1993 Rencana Asuhan Keperawatan .Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Perawatan.Jakarta:EGCBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultaskedokteran UI : Jakarta. Davis K., 2007NANDA, 2013. Diagnosa Nanda (Nic & Noc), Disertai Dengan Discharge Planning. Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: FK-UI; 2001

Dharma, Andi Pratama. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung: Bagian/SMF IKA FK-UP/RSHS; 2001

Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. UK: Saunders; 2004

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta: Bagian IKA FK-UI; 1998.

Gandahusada, Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: FK-UI; 2000.

Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2004-2005.

Lengkong, John B. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; 2004.

A, Dini, et al. Pengaruh Pemberian Preparat Seng Oral Terhadap Perjalanan Diare Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004

Nafianti, Selvi, et al. Efektivitas Pemberian Trimetoprim-Sulfametoksazol pada Anak dengan Diare Disentri Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004

Cahyono, Haryudi Aji, et al. Manipulasi Perjalanan Diare Pada Anak dengan Bakteri Hidup, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta. FK-UI; EGC. 2007.