diplomasi budaya dan fenomena pop culture

3
DIPLOMASI BUDAYA DAN FENOMENA POP CULTURE DI INDONESIA Mengapa budaya Korea, India, Jepang dan China pelan-pelan mewabah di Indonesia? Apakah karena budaya mereka lebih hebat dibanding budaya negara-negara lain di dunia? Tentu tidak. Semua budaya memiliki posisi setara, dan setiap budaya memiliki keunggulan. Yang membedakan adalah bagaimana sebuah budaya semakin dikenal, diakui, bahkan diadaptasi oleh masyarakat di negara lain karena membawa sebuah nilai-nilai baru yang menjanjikan. Salah satu penyebab keberhasilan ini tentu saja karena kesuksesan strategi politik diplomasi budaya yang telah lama dirancang dan dijalankan oleh pemerintah Korea, India, dan China. Diplomasi budaya merupakan proses pertukaran ide-ide, informasi, karya seni dan berbagai jenis produk budaya antarnegara agar masing-masing orang dalam negara tersebut saling memahami budaya bangsa tersebut (Cummings, 2003:1). Harus kita akui, dasar kebudayaan di Indonesia telah lama mengalami penggerusan secara masif. Budaya lokal kita makin tenggelam seiring pergeseran generasi. Maka, untuk mengangkat daya saing budaya, yang kita butuhkan adalah strategi diplomasi budaya. Karena itu, peran channel media internasional dalam mendukung kesuksesan diplomasi budaya sangat penting. Diplomasi budaya concern pada tiga hal, yaitu: identitas budaya nasional, strategi, dan soft power industri ekonomi kreatif. Ketiga faktor ini berperan penting dan harus saling mendukung satu sama lain. Salah satu bentuk diplomasi budaya yang terjadi di Indonesia adalah Korean Wave / Hallyu yang saat ini menjadi salah satu bentuk fenomena pop culture di Indonesia. Di Indonesia,

Upload: nurul-syifa

Post on 23-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Essay

TRANSCRIPT

Page 1: Diplomasi Budaya Dan Fenomena Pop Culture

DIPLOMASI BUDAYA DAN FENOMENA POP CULTURE DI INDONESIA

Mengapa budaya Korea, India, Jepang dan China pelan-pelan mewabah di Indonesia?

Apakah karena budaya mereka lebih hebat dibanding budaya negara-negara lain di dunia?

Tentu tidak. Semua budaya memiliki posisi setara, dan setiap budaya memiliki keunggulan.

Yang membedakan adalah bagaimana sebuah budaya semakin dikenal, diakui, bahkan

diadaptasi oleh masyarakat di negara lain karena membawa sebuah nilai-nilai baru yang

menjanjikan. Salah satu penyebab keberhasilan ini tentu saja karena kesuksesan strategi

politik diplomasi budaya yang telah lama dirancang dan dijalankan oleh pemerintah Korea,

India, dan China. Diplomasi budaya merupakan proses pertukaran ide-ide, informasi, karya

seni dan berbagai jenis produk budaya antarnegara agar masing-masing orang dalam negara

tersebut saling memahami budaya bangsa tersebut (Cummings, 2003:1). Harus kita akui,

dasar kebudayaan di Indonesia telah lama mengalami penggerusan secara masif. Budaya

lokal kita makin tenggelam seiring pergeseran generasi. Maka, untuk mengangkat daya saing

budaya, yang kita butuhkan adalah strategi diplomasi budaya. Karena itu,

peran channel media internasional dalam mendukung kesuksesan diplomasi budaya sangat

penting. Diplomasi budaya concern pada tiga hal, yaitu: identitas budaya nasional, strategi,

dan soft power industri ekonomi kreatif. Ketiga faktor ini berperan penting dan harus saling

mendukung satu sama lain.

Salah satu bentuk diplomasi budaya yang terjadi di Indonesia adalah Korean Wave /

Hallyu yang saat ini menjadi salah satu bentuk fenomena pop culture di Indonesia. Di

Indonesia, penyebaran budaya popular dari “ Negeri Ginseng “ ini dimulai sekitar tahun 2002

dengan tayangnya salah satu ikon budaya popular yaitu drama seri berjudul “ Autumn in My

Heart “ atau  lebih popular dengan judul “ Endless Love “. Pemerintah Korea sendiri telah

mampu menjadikan industri media dan budaya pop yang dimilikinya sebagai industri ekspor.

Tiga produk budaya tersebut adalah film, drama televisi, dan musik pop. Setiap produk

budaya terbukti memiliki segmentasi masing-masing. Peran para endorser juga tampak

dominan di balik kesuksesan K-Pop. Mereka menghasilkan produk drama, film, fashion dan

beragam jenis produk budaya lainnya yang dipromosikan ke berbagai negara termasuk

Indonesia. Rupanya, Korea telah berhasil mengokohkan ekspansi budayanya di negeri ini. Masyarakat

Indonesia, terutama para generasi muda dengan suka rela menundukkan diri dengan gelombang budaya

Korea dan segala produknya. Alih-alih menyadari bahwa mereka telah menjadi objek hegemoni/ upaya

untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang

ditentukan (Gramsci, 1976 : 244) negara asing, para generasi muda kita malah menganggap Korean

Page 2: Diplomasi Budaya Dan Fenomena Pop Culture

Wave sebagai suatu bentuk pembaharuan budaya dan modernitas. Sehingga mereka begitu larut dan

bahkan luar biasa bangga dengan budaya dan segala produk negara asing, bukan budaya negeri sendiri.

Di sini, jati diri generasi muda bangsa kita telah tergerus. Tergantikan dengan nilai-nilai yang

ditanamkan oleh negara asing itu. Sebagai sampel di bidang fashion misalnya, Korea termasuk salah

satu negara yang memiliki kemampuan desain baju dan pernak pernik aksesoris yang modis di

kalangan pecinta mode. Masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia mulai berlomba-lomba

membeli produk-produk fashion dari Korea Selatan untuk dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari.

Dengan menggunakan produk-produk tersebut maka timbul sebuah nilai presticious bagi pengguna

produk tersebut di kalangan masyarakatnya. Hal tersebut dianggap akan menambah nilai gengsi baik

secara estetik (selera) maupun sosial saat sedang melakukan interaksi sosial di lingkungan mereka.

Sayangnya, saat ini Indonesia justru menjadi obyek budaya populer tersebut baik K-

Pop, J-Pop, Bollywood, dan sebagainya. Jika negara-negara lain dapat melakukan diplomasi

budaya dan menjadikan kebudayaan mereka menjadi sebuah pop culture di Indonesia, maka

yang lebih penting untuk kita pelajari adalah bagaimana semangat dan strategi politik

diplomasi budaya mereka bisa secara sukses mendunia. Sungguh menyedihkan jika Indonesia

yang mewarisi ribuan bahkan jutaan budaya lokal hanya menjadi pasar industri budaya

global. Karena itu, tampaknya penting menjadikan industri budaya sebagai kekuatan baru

dalam memperkuat branding nasional dan menjadikan industri budaya di negeri ini sebagai

kekuatan baru dalam diplomasi budaya.