dinamikapantai

85
I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Beelakang Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang memiliki ciri geosfer yang khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat (BAKOSURTANAL, 1990). Pada bentang lahan pesisir (coastal landscape) tercangkup perairan laut yang disebut dengan pantai atau tepi laut, adalah suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Pertemuan antara air laut dan daratan ini dibatasi oleh garis pantai (shore line), yang kedudukannya berubah sesuai denga kedudukan pada saat pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut. Perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif di perairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan unik, karena pada mintakat ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang

Upload: achas

Post on 10-Jun-2015

2.927 views

Category:

Documents


43 download

TRANSCRIPT

Page 1: DinamikaPantai

I. PENDAHULUANI. PENDAHULUAN

A. Latar Beelakang

Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut,

yang memiliki ciri geosfer yang khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-

sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh

proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat

(BAKOSURTANAL, 1990).

Pada bentang lahan pesisir (coastal landscape) tercangkup perairan laut yang

disebut dengan pantai atau tepi laut, adalah suatu daerah yang meluas dari titik

terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas

efektif dari gelombang. Pertemuan antara air laut dan daratan ini dibatasi oleh

garis pantai (shore line), yang kedudukannya berubah sesuai denga kedudukan

pada saat pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut.

Perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat

produktif di perairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik

dan unik, karena pada mintakat ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang

berasal daratan, perairan laut dan udara. Kekuatan dari darat dapat berwujud air

dan sedimen yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan

dari batuan pembentuk tebing pantainya. Kekuatan dari darat ini sangat beraneka.

Sedang kekuatan yang berasal dari perairan dapat berwujud tenaga gelombang,

pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal dari udara berupa angin yang

mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu udara dan curah

hujan (Davies, 1972 dalam Soetikno, 1993).

Page 2: DinamikaPantai

Ekosistem pantai mempunyai berbagai sumberdaya alam yang berpotensi untuk

dikembangkan. Salah satu potensinya meliputi keanekaragaman hayatii ekosistem

terumbu karang, padang lamun dan mangrove. Jenis ekosistem ini merupakan habitat

nursery ground bagi berbagai macam spesies ikan karang (Epinephelus sp),

gastropoda (Thrombus sp), bivalvia (Anadara sp), dan kepiting bakau (Scylla serrata).

Namun demikian, semakin meningkatnya upaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan

laut yang kurang berwawasan lingkungan, sehingga telah berdampak terhadap

penurunan produktivitas primer perairan. Kemelimpahan zat hara di zone yang menjadi

pusat perkembangan kegiatan industri perikanan dan pariwisata akan berkurang

peranannya. Padahal peranan positif ekologis terumbu karang-padang lamun-mangrove

adalah sebagai penyeimbang faktor biologis, fisis dan kemis (Nybakken, 1992).

Misalnya: akar mangrove, khususnya Rhizophora apicullata dan R. mucronata berperan

sebagai perangkap sedimen terhadap komunitas padang lamun dan terumbu. Demikian

juga peranan terumbu karang sebagai penghalang empasan gelombang terhadap

komunitas padang lamun. Kriterium baik atau buruknya parameter lingkungan perairan

pantai bergantung pada hubungan interaksi ketiga komunitas tersebut.

Karena sebagai ekosistem yang memiliki kemelimpahan dan

keanekaragaman hayati yang tinggi, memungkinkan manusia untuk

memanfaatkan, mengeksplotasi dan membudidayakan sumber daya hayati yang

ada tersebut. Berdasarkan prespektif produktivitas biologik, wilayah pesisir

mendapat sebutan sebagai “parabolik domain” karena mempunyai produktivitas

Page 3: DinamikaPantai

paling tinggi, namun demikian juga rentan dan berpeluang mendapat tekanan dari

darat maupun dari laut (Gueloget dan Perthuisot, 1992).

Oleh karena itu, perlu diupayakan beberapa spesifikasi metode pengembangan

wilayah kepesisiran dan kelautan yang layak dan sesuai dengan ekosistem yang ada,

guna menunjang program pembangunan berwawasan lingkungan. Dalam hal ini, upaya

manajemen pesisir dan laut secara terpadu yang berpedoman pada pelestarian fungsi

lingkungan hidup merupakan prioritas utama pembangunan suatu kawasan (Dahuri,

dkk., 1996). Pembangunan dan pengembangan kawasan dapat berupa zone

konservasi, preservasi dan budidaya. Secara ekonomis wilayah pesisir dan laut dapat

dimanfaatkan dan dikembangkan untuk berbagai jenis usaha.

Secara ekologis terdapat fenomena dinamis seperti: abrasi, akresi, erosi,

deposisi dan intrusi air laut. Di samping itu, masih terdapat juga fenomena nonalamiah

seperti: pembabatan hutan mangrove untuk pertambakan, pembangunan dermaga/jetty

untuk pendaratan ikan dan reklamasi pantai. Gejala yang umum terjadi di wilayah

kepesisiran adalah interaksi faktor alam dan aktivitas manusia secara bersamaan,

sebagai penyebab adanya ketidakseimbangan siklus biogeokimia (Cook dan

Doornkamp, 1990)

Manfaat ekosistem pantai sangat banyak, namun demikian tidak terlepas dari

permasalahan lingkungan, sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya alam di

wilayah pantai. Permasalahan lingkungan yang sering terjadi diwilayah perairan pantai,

adalah; pencemaran, erosi pantai, banjir, inturusi air laut, penurunan biodiversitas pada

Page 4: DinamikaPantai

ekosistem mangrove dan rawa, serta permasalahan sosial ekonomi (Kusumaatmadja,

1996 dalam Dahuri dkk, 1996).

Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena

merupakan daerah pertemuan kekuatan yang berasal darat dan laut Perubahan ini

dapat terjadi secara lambat hingga cepat tergantung pada imbang daya antara

topografi, batuan, dansifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Oleh karena

itu didalam pengelolaan daerah pessisir diperlukan suatu kajian keruangan mengingat

perubahan ini bervariasi antar suatu tempat dengan tempat lain.

Pemanfaatan teknologi untuk usaha peningkatan produktivitas dibutuhkan konsep

geomorfologi, khususnya ekologi bentanglahan yang tepat dan jelas. Wujud aplikasinya

adalah penataan ruang yang sesuai dengan tujuan pembangunan berwawasan

lingkungan. Penaataan ruang bisa dibantu dengan teknologi Sistem Informasi Geografis

(SIG) yang cermat terutama rencana pengembangan suatu kawasan. Apabila para

pengguna jasa SIG dapat menginterpretasikan potensi sumberdaya alam sesuai

batas kelentingannya, maka degradasi lingkungan

akibat aktivitas manusia akan berangsur-angsur pulih kembali.

Penempatan informasi yang akurat berakselerasi terhadap proses klasifikasi,

identifikasi, pengolahan dan pengambilan keputusan (Clark, 1995). Ini berarti

penguasaan teoretis melalui metode pendekatan geomorfologis akan lebih bersifat

sahih untuk evaluasi sebuah data. Namun, perlu juga ditunjang oleh penguasaan praktik

lapangan, sehingga karakteristik bidang kajiannya akan menjadi terfokus.

Page 5: DinamikaPantai

Dengan mengacu pada karakteristik suatu bentuklahan yang fenomenologis,

misalnya: sifat, asal dan proses yang terjadi di pantai dapat dikaji secara mendalam

tentang perubahan kondisi lingkungan (Thornbury, 1958). Secara periodik dapat pula

diketahui urut-urutan kejadian baik yang telah, sedang maupun yang akan terjadi

(Pethick, 1984). Selanjutnya pemikiran yang holistik tersebut dijadikan sebagai

pedoman untuk mengelola suatu kawasan pantai dengan berbagai macam faktor

keunikannya.

Pendekatan yang perlu dilakukan untuk memonitor proses dinamis pantai

menurut Cooke dan Doornkamp (1990) dikelompokkan berdasarkan penggunaan bukti

sedimentasi atau erosi yang berhubungan dengan bangunan penghalang pantai.

Fenomena ini dapat terukur melalui pendekatan komputasi transfer sedimen yang

meliputi:

(1)(1) estimasi energi gelombang;estimasi energi gelombang;

(2)(2) pemantauan partikel-partikel terlarut;pemantauan partikel-partikel terlarut;

(3)(3) menggunakan perangkap sedimen;menggunakan perangkap sedimen;

(4)(4) pengukuran arah dan kecepatan pengangkutan partikel-partikel sedimen. pengukuran arah dan kecepatan pengangkutan partikel-partikel sedimen.

Secara geologi, proses perubahan garis pantai yang diamati pada saat

sekarang, datanya dapat digunakan untuk meramal proses yang akan terjadi. Di

samping itu, secara geomorfologis perubahan garis pantai dapat dilacak berdasarkan

litologi, proses dan material penyusun (Lobeck, 1939). Data pendukung yang diperoleh

menunjukkan di lokasi penelitian terdapat deposisional marin. Hal ini dapat dilihat dari

Page 6: DinamikaPantai

tipe pasut di perairan Cilacap yang tergolong bertipe ganda campuran (Dahuri, dkk.,

1996). Bentuk kenampakan ini timbul akibat beberapa komponen konstruksional

berupa: 1) material yang bergerak, 2) daerah yang terpengaruh gelombang, 3) refraksi

gelombang, 4) relief dasar laut dan julat pasut (Supardjo, 1995).

Hasil bentuk topografi deposisional marin menurut Thornbury (1958) dapat

diamati dari perubahan profil pantai hasil pengendapan. Observasi langsung di

lapangan menunjukkan adanya pembentukan beach ridge sebagai bukti telah terjadi

proses deposisi, dengan periodisasi pembentukannya masih relatif baru. Di lokasi yang

sama, dijumpai pula adanya material-material yang terendapkan di zone supratidal.

Sudut datang gelombang di masing-masing lokasi pengambilan sampel rata-rata

sangat kecil. Artinya relatif sejajar dengan garis pantai. Menurut Dahuri, dkk. (1996),

jika sudut datang gelombang kecil atau sama dengan nol, maka akan terbentuk arus

sibak pantai dan terbentuknya arus susur pantai. Keadaan ini merupakan indikator

transportasi sedimen sepanjang pantai.

B. Tujuan

Tujuan dari kajian ini adalah untuk melihat permasalahan yang akan ditimbulkan

pada lokasi pariwisata Pantai Baron dan Pantai Krakal dalam hubungannya dengan

dinamika pantai di kedua daerah tersebut.

II. II. TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA

A. Geomorfologi Wilayah Pesisir

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang alam yang meliputi

sifat dan karakteristik dari bentuk morfologi, klasifikasi dan perbedaannya serta proses

Page 7: DinamikaPantai

yang berhubungan terhadap pembentukan morfologi tersebut. Secara garis besar

bentuk morfologi permukaan bumi sekarang ini terbentuk oleh beberapa proses

alamiah, antara lain :

1. Proses yang berlangsung dari dalam bumiProses yang berlangsung dari dalam bumi, yang membentuk morfologi

gunungapi, pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan undak pantai.

2. Proses disintegrasi/degradasiProses disintegrasi/degradasi yang mengubah bentuk permukaan muka

bumi karena proses pelapukan dan erosi menuju proses perataan daratan.

3. Proses agradasiProses agradasi yang membentuk permukaan bumi baru dengan akumulasi

hasil erosi batuan pada daerah rendah, pantai dan dasar laut.

4. Proses biologiProses biologi yang membentuk daratan biogenik seperti terumbu karang

dan rawa gambut (Dahuri, 1996).

Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan,

karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal dari

daratan dan lautan. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga

sangat cepat, tergantung pada imbang dayaimbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya

dengan gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan pantai terjadi apabila proses

geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen pantai melebihi proses yang biasa terjadi.

Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai akibat dari sejumlah faktor lingkungan

seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus lautgeologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus laut

dan salinitasdan salinitas (Sutikno, 1993).

Page 8: DinamikaPantai

Menurut Dahuri (1996), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan

besar dalam pembentukan pantai. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya

tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya.

Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pantai, terutama di daerah pecahan ombak

mempunyai energi besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai,

seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk

ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak

berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut). Daya penghancur

ombak terhadap daratan/batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keterjalanketerjalan

garis pantai, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di depan pantai,garis pantai, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di depan pantai,

bentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pantaibentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pantai dan sebagainya.

Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut, terutama

yang mengalir sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain dalam

membentuk morfologi pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang

waktu yang lama, dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai secara

miring. Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen tegaklurus terhadap

arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung maupun yang

terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah pergerakan arus,

umumnya menyebar sepanjang garis pantai. Bentuk morfologi spit, tombolo, beach

ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan tanggul pantai menunjukkan hasil

Page 9: DinamikaPantai

kerja arus laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi sebagai penyebab

terjadinya abrasi pantai.

Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan

pengangkutan sedimen di muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran

pantai. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak

dan arus laut, maka pantai akan dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah

sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya, maka

dataran pantai akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia yang memanfaatkan pantai

untuk berbagai kepentingan juga dapat merubah morfologi pantai menjadi rusak apabila

pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

B. Kondisi Oseanografi dan Dinamika Perairan Pesisir

Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh

terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu dan

salinitas serta angin. Fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada

kawasan pesisir dan lautan sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan

yang berbeda-beda.

Wilayah pantai memiliki dinamika perairan yang kompleks. Proses-proses

utama yang sering terjadi meliputi sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara

dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan erosi, dan upwelling. Proses tersebut

terjadi karena adanya interaksi antara berbagai komponen seperti daratan, laut, dan

atmosfir.

Page 10: DinamikaPantai

a.Pasang Suruta.Pasang Surut

Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir

periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari (Dahuri,

1996). Pasut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan

seluruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di

teluk-teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik turunnya muka air akan

menimbulkan terjadinya arus pasang surut. Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh

angin yang hanya terjadi pada air lapisan tipis di permukaan, arus pasut bisa mencapai

lapisan yang lebih dalam (Nontji, 1987).

b.Gelombang Lautb.Gelombang Laut

Hampir tak pernah terlihat permukaan laut dalam keadaan tenang sempurna,

selalu saja ada gelombang, bisa berupa riak kecil ataupun gelombang yang besar.

Setiap gelombang mempunyai tiga unsur yang penting yakni panjang, tinggi dan

periode. Antara panjang gelombang dan tinggi gelombang tidak terdapat hubungan

yang pasti, tetapi gelombang yang mempunyai panjang yang jauh akan mempunyai

kemungkinan mencapai gelombang yang tinggi pula (Nontji, 1987).

Gelombang yang ditemukan di permukaan laut pada umumnya terbentuk karena

adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat-saat tertentu

disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah

Page 11: DinamikaPantai

membawa energi tersebut yang kemudian dilepaskannya ke pantai dalam bentuk

hempasan gelombang (Dahuri, 1996).

Menurut Nontji (1987), gelombang yang terhempas ke pantai akan melepaskan

energi. Makin tinggi gelombang makin besar tenaganya memukul ke pantai. Pasir laut

atau terumbu karang yang membuat dangkalnya suatu perairan berfungsi sebagai

peredam pukulan gelombang. Oleh sebab itu pengambilan pasir laut, pengambilan atau

perusakan terumbu karang memberikan kesempatan lebih besar bagi gelombang untuk

menggempur dan merusak kestabilan garis pantai.

Lebih lanjut masalah gelombang yang merupakan fluktuasi air laut dijelaskan

oleh Yuwono (1986) tentang gelombang yang disebabkan oleh angin, dengan periode

yang lebih lama. Secara terinci dijelaskan masalah fluktuasi air laut adalah sebagai

berikut:

a.a. gelombang pasang surut (gelombang pasang surut (astronomical tideastronomical tide););

b.b. gelombang tsunami;gelombang tsunami;

c.c. gelombang oskilasi (gelombang oskilasi (basin oscillationbasin oscillation););

d.d. gelombang badai (gelombang badai (strom surgestrom surge););

e.e. gelombang pengaruh klimatologigelombang pengaruh klimatologi

c.Arus Pantaic.Arus Pantai

Page 12: DinamikaPantai

Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai yang

berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi di pantai. Pola arus pantai ini

ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang

dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus

menyusur pantai (longshore current) yang disebabkan oleh perbedaan tekanan

hidrostatik.

Jika sudut datang relatif kecil atau sama dengan nol (gelombang yang datang

sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip current) dengan

arah menjauhi pantai di samping terbentuknya arus menyusur pantai. Diantara kedua

jenis arus pantai ini, arus menyusur pantailah yang mempunyai pengaruh lebih besar

terhadap transportasi sedimen pantai (Dahuri, 1996).

Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horisontal massa air.

Sistem-sistem arus laut utama dihasilkan oleh beberapa daerah angin utama yang

berbeda satu sama lain, mengikuti garis lintang sekeliling dunia dan di masing-masing

daerah ini angin secara terus menerus bertiup dengan arah yang tidak berubah-ubah

(Nybakken, 1988).

d.Suhu dan Salinitasd.Suhu dan Salinitas

Suhu dan salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam

sirkulasi untuk mempelajari asal usul massa air (Dahuri, 1996). Suhu air merupakan

Page 13: DinamikaPantai

faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian-pengkajian kelautan. Data

suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika di dalam

laut, tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan, bahkan

dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air di permukaan

dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, antara lain curah hujan, penguapan, kelembaban

udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas matahari. Oleh sebab itu suhu di

permukaan biasanya mengikuti pula pola musiman (Nontji, 1987).

e.Angine.Angin

Angin merupakan parameter lingkungan penting sebagai gaya penggerak dari

aliran skala besar yang terdapat baik di atmosfir maupun lautan (Dahuri, 1996). Menurut

Kramadibrata (1985), karena letak bumi terhadap matahari yang berbeda-beda dan

berubah-ubah sepanjang tahun, maka pada beberapa bagian bumi timbul perbedaan

temperatur udara. Hal ini menjadikan perbedaan tekanan udara di bagian-bagian

tersebut. Akibat adanya perbedaan tekanan udara inilah terjadi gerakan udara yaitu dari

tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Gerakan ini disebut sebagai angin.

Page 14: DinamikaPantai

C.Ekosistem EstuariaC.Ekosistem Estuaria

Estuaria adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan

langsung dengan laut terbuka, sehingga sangat terpengaruh oleh gerakan pasut,

dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, contohnya muara

sungai, teluk pantai, rawa pasut, dan badan air di balik pematang pantai (Odum, 1993).

D.Ekosistem Terumbu KarangD.Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem di dasar laut tropis yang di bangun

terutama oleh biota penghasil kapur, khususnya jenis-jenis karang batu dan alga

berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya, seperti jenis-jenis

mollusca, crustacea, ekhinodermata, polychaeta, porifera dan tunicata serta biota lain

yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis

ikan (Randall dan Eldredge, 1983 dalam Sabdono, 1996).

Terumbu karang merupakan keunikan diantara asosiasi atau komunitas lautan

yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu adalah endapan-endapan

masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum

Cnidaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan

dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat

(Nybakken, 1988).

III. METODOLOGI DAN PENGAMATANIII. METODOLOGI DAN PENGAMATAN

A. Lokasi

Page 15: DinamikaPantai

Dalam praktikum ini mengambil lokasi di wilayah pantai selatan pulau Jawa, yang

terbentang dari kabupaten Gunungkidul. Lokasi praktikum yang telah dilaksanakan

antara lain: pantai Krakal dan Baron.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam kajian inii adalah metode deskriptif. Sedangkan

metode penentuan sampelnya adalah metode purposive. Ada pun tujuan dari masing-

masing metode tersebut, dinyatakan sebagai berikut:

a) Metode deskriptifMetode deskriptif, yaitu untuk membuat deskripsi yang sistematis, faktual dan akurat

mengenai sifat suatu populasi. Penelitian ini umumnya tidak menguji hipotesis,

membuat ramalan, atau mencari implikasi hubungan antarpeubah (Sudarmoyo,

1993).

b) Metode penentuan sampelMetode penentuan sampel, yaitu untuk menentukan pengambilan sampel

berdasarkan beberapa dasar pertimbangan. Umumnya dasar pertimbangan ini

meliputi spesifikasi tertentu. Spesifikasi tersebut dalam praktikum ini meliputi: 1)

aspek kekontrasan satuan medan; 2) aspek zonasi pengaruh faktor oseanografi;

dan 3) aspek pemanfaatan sumberdaya.

C. Data Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan di lapangan akan disampaikan pada ke

dua lokasi, terutama kondisi fisik, biotik, dan hasil

pengukuran parameter oseanografi secara langsung di

Page 16: DinamikaPantai

lapangan. Hasil pengamatan lapangan adalah sebagai

berikut:

1. PANTAI BARON1. PANTAI BARON

A.A. Hasil pengukuran di lapangan sebagai berikutHasil pengukuran di lapangan sebagai berikut ::1. Posisi: S 87’,729” T 11032,947”.2. Periode gelombang:.3. EC air sungai bawah tanah: 482 ms/cm.4. Suhu air laut: 28°C; pH air laut: 6; Ec air laut: 1200 s/cm.5. Kelembaban 72-73%.6. Kecepatan angin: 3,75; 3,4; 3,7; 4,0;4,5; 4,0 (rerata 3,89 m/dt).7. Vegetasi: palem, waru; kelapa; akasia; pandanus; pescapreae.

B.B. Hasil pengamatan di lapangan sebagai berikutHasil pengamatan di lapangan sebagai berikut ::1. Bentuk pantai: lengkung, bentuk lereng terjal, cliff berteras;2. Bentuk lereng: tidak beraturan (terjal);3. Topografi pantai: berombak; Topografi medan: berbukit;4. Relief pantai: 0-5%; (pendugaan)5. Lebar gisik: 50 m; (pendugaan)

2. PANTAI KRAKAL2. PANTAI KRAKAL

A.A. Hasil pengukuran di lapangan sebagai berikutHasil pengukuran di lapangan sebagai berikut::1. Posisi: 80 08,77” LS dan 1700 35, 94” BT2. Periode gelombang: 3’4” ; 2’10”3. Kecepatan angin: 5 m/dt.4. Suhu udara: 29° ; Suhu air laut: 28,5°; Kelembaban 78%5. Lereng gisik 7,8° ; Sudut datang gelombang: 35°6. Diameter ukuran butir: 0,7-1 mm.7. Long shore current: 89 m/5 menit = 89 m/300 dt = 0,296 m/dt.8. Vegetasi: pescaprae, pandanus dengan kerindangan sangat rendah.B.B. Hasil pengamatan lapangan sebagai berikutHasil pengamatan lapangan sebagai berikut ::1. Bentuk pantai: lengkung; Bentuk lereng: rata;2. Topografi pantai: miring; Relief pantai: 0-5%;3. Topografi medan: berombak;4. Lebar gisik: >100 m;5. Material penyusun: karst; (sedimen padu: batu gamping; sedimen tidak padu: pasir

marin).

Page 17: DinamikaPantai

Dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan dapat dibuat perhitungan-

perhitungan dengan menggunakan beberapa formula, untuk menghitung parameter

gelombang. Dari hasil perhitungan yang didapat, selanjutnya dianalisis karakteristik

pantai, baik dari aspek fisik, biotis serta berbagai proses alam lain yang mempengaruhi.

Berbagai formula yang dipakai mendasari perhitungan, dan hasil perhitungan

sebagaimana disajikan pada penjelasan berikut.

D. Formula Yang Digunakan

Rumus-rumus sederhana untuk menghitung parameter gelombang:

1.1. Panjang gelombang (Panjang gelombang (LL), dengan rumus:), dengan rumus:L = T2

2.2. Kecepatan angin pada ketinggian 10 meter (Kecepatan angin pada ketinggian 10 meter (UU1010), dengan rumus:), dengan rumus:U10 = U(z) (10/z)1/7

3.3. Tinggi gelombang (Tinggi gelombang (HH), dengan rumus:), dengan rumus:H = 0,031 (U10)2

4.4. Periode gelombang (Periode gelombang (TT), dengan rumus:), dengan rumus:T = (2 L/g) atau T2 = 2 L/g

5.5. Tinggi empasan (Tinggi empasan (HbHb), dengan rumus:), dengan rumus:Hb = 0,39.g1/5 (T.H2)2/5

6.6. Kecepatan gelombang (Kecepatan gelombang (vv), dengan rumus:), dengan rumus:V = L/T

7.7. Amplitudo gelombang (Amplitudo gelombang (aa), dengan rumus:), dengan rumus:a = ½ H

8.8. Energi gelombang (Energi gelombang (EE), dengan rumus:), dengan rumus:E = ( g H2 L)/8

9.9. Kecepatan arus sepanjang pantai (Kecepatan arus sepanjang pantai (vtvt), dengan rumus:), dengan rumus:vt = 1,19 (g. Hb)1/2 sinb cosb

10.10. Kekuatan gelombang (Kekuatan gelombang (PPee), dengan rumus:), dengan rumus:

Page 18: DinamikaPantai

Pe = (Ecn) sinb cosb

11.11. Total angkutan sedimen (Total angkutan sedimen (QQ), dengan rumus:), dengan rumus:Q = 6,8 Pe

12.12. Faktor penentu akresi/erosi pantai (Faktor penentu akresi/erosi pantai (GoGo), dengan rumus:), dengan rumus:Go = (Ho/Lo) (tg)0,27 (d50/Lo)-0,67

Keterangan:

ZZ : ketinggian pengukuran kecepatan angin (meter);: ketinggian pengukuran kecepatan angin (meter);aa : amplitudo gelombang (meter);: amplitudo gelombang (meter);gg : percepatan gravitasi (9,8 m/dt: percepatan gravitasi (9,8 m/dt22))ππ : konstanta sebesar 3,14159;: konstanta sebesar 3,14159;vtvt : kecepatan arus sepanjang pantai (m/dt);: kecepatan arus sepanjang pantai (m/dt);vv : kecepatan gelombang (m/dt);: kecepatan gelombang (m/dt);CC : kecepatan gelombang pada perairan dalam (m/dt);: kecepatan gelombang pada perairan dalam (m/dt);ρρ : berat jenis air laut (1,025 kg/m: berat jenis air laut (1,025 kg/m33););nn : fungsi kedalaman air (0,5 air dalam; 1 air dangkal);: fungsi kedalaman air (0,5 air dalam; 1 air dangkal);ααbb : sudut datang empasan (derajat);: sudut datang empasan (derajat);HH00 : tinggi gelombang maksimum di lapangan (meter);: tinggi gelombang maksimum di lapangan (meter);LL00 : panjang gelombang (meter);: panjang gelombang (meter);DD5050 : median ukuran butir ke-50 dari contoh sedimen;: median ukuran butir ke-50 dari contoh sedimen;δδ : sudut lereng dasar tepi pantai (derajat).: sudut lereng dasar tepi pantai (derajat).

E. Hasil Perhitungan Data

Hasil perhitungan parameter gelombang dengan mengaplikasikan formula di atas

disajikan di bawah ini sebagai berikut (hanya sebagian parameter yang bisa di ukur):

PANTAI KRAKALPANTAI KRAKAL

-Panjang gelombang (-Panjang gelombang (LL) = 1,56 (T) = 1,56 (T22)= 1,56 x 10)= 1,56 x 1022 = 156 meter = 156 meter

-Indeks Hempasan Gelombang (I)= Hg/g. m. T-Indeks Hempasan Gelombang (I)= Hg/g. m. T22 = 100 = 100 Dengan, g = 9,81, m = 1, T = 10, dan Hg = 1 Dengan, g = 9,81, m = 1, T = 10, dan Hg = 1

-Faktor penentu akresi/erosi pantai (-Faktor penentu akresi/erosi pantai (GoGo) = {H/Lo .Tg ) = {H/Lo .Tg }}0,270,27 {d {d5050/Lo}/Lo}-0,67-0,67 = {2/156 x tg 5= {2/156 x tg 500}}0,270,27{0,8/156}{0,8/156}-0,67-0,67

Page 19: DinamikaPantai

= 0,55= 0,55

F. Analisis Hasil perhitungan data

Dari hasil perhitungan di atas, ditambah dengan data pengamatan di lapangan,

dapat dianalisis dari aspek fisik dan biotik, sosial dan kultural. Lebih lanjut akan dipakai

sebagai dasar pijakan pada bab-bab pembahasan berikutnya, sampai pengelolaan

wilayah dan lingkungan, yang berkaitan dengan ekosistem pantai dan pesisir secara

menyeluruh dan terpadu.

Dalam menganalisis hasil perhitungan lokasi yang berasal dari proses

pembentukan yang hampir sama, akan diperbandingkan sehingga dapat diketahui

faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses tersebut, baik secara alami maupun

pengaruh dari aktivitas manusia (antropogenicantropogenic). Namun proses akibat aktivitas manusia

akan lebih banyak dibahas dalam manajemen pantai/pesisir (coastal zone

management) yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan.

3.3.13.3.1 Kajian Aspek FisikKajian Aspek Fisik

Page 20: DinamikaPantai

Secara umum terlihat dari kenampakan fisik bahwa pantai-pantai selatan Pulau

Jawa memiliki karakteristik yang hampir sama. Hal ini disebabkan karena letak

geografis Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan samudera Indonesia dengan

ombak besar, memberikan kesamaan ciri pantainya.

3.3.23.3.2 Kajian Aspek BiotikKajian Aspek Biotik

Di pantai Krakal terdapat sisa – sisa terumbu karang yang diperdagangkan

sebagai hiasan. Sumberdaya perikanan telah cukup banyak diusahakan terutama

pantai Baron. Ikan yang ditangkap kebanyakan adalah ikan-ikan pelagis, udang dan

sebagian kecil ikan karang.

3.3.33.3.3 Kajian AntropogenikKajian Antropogenik

Pemanfaatan daerah pesisir untuk kepentingan manusia sangat beragam mulai

dari perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata, dan permukiman, pertanian, dan lain-

lain. Perikanan tangkap di pantai Selatan sudah cukup berkembang sekalipun ada

hambatan gelombang laut yang besar.

Pemanfaatan dan pengusahaan lahan oleh manusia banyak menimbulkan

perubahan fisik bentang lahan yang nyata. Konstruksi bangunan pantai banyak ditemui

seperti groin, tanggul, pelabuhan dan pemecah gelombang.

IV.IV. HASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASAN

Page 21: DinamikaPantai

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa interaksi positif

antara relief, material penyusun pantai dan kekuatan aksi gelombang merupakan salah

satu indikator penentuan tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai bentuk usaha

kegiatan manusia.

lokasi pengambilan sampel akan dibahas berdasarkan metode pendekatan 3

aspek, berupa: parameter lingkungan fisik, biotik dan konsep pengelolaan lingkungan

pantai (berdasarkan karakteristik uniknya). Penjelasan singkat masing-masing

parameter tersebut adalah sebagai berikut:

a)a) Parameter GeofisisParameter Geofisis

Parameter geofisis dari masing-masing lokasi didasarkan pada bentuklahan,

proses geomorfis dan material penyusun yang berperan aktif dalam penggunaan lahan.

Pendekatan yang berorientasi pada bentuklahan dimaksudkan sebagai proses

pentahapan analisis terhadap biodiversitas dan pemanfaatannya.

Karakteristik unik setiap bentuklahan kemudian dilakukan pengukuran dan

pengamatan, agar terstruktur proses pelingkupan sesuai dengan sasaran praktikum

lapangan.

b) Parameter Lingkungan Kemis dan Biologisb) Parameter Lingkungan Kemis dan Biologis

Parameter kemis dan biologis yang diamati adalah suhu, kelembaban, pH, Ec

dan vegetasi. Kisaran nilai parameter kimia bervariasi antara lokasi yang satu dengan

lainnya, sesuai dengan bentanglahan yang terbentuk. Pada prinsipnya ekologi

bentanglahan berfungsi sebagai batasan zonasi dengan berbagai variasi ecotipe

Page 22: DinamikaPantai

(Farino, 1998). Sedangkan formasi vegetasi alami meliputi waru (Hibiscus tiliaceus),

pandan (Pandanus tectorius), golongan herba (Ipomaea pes-caprae), rumput angin

(Spinifex littoreus) dan golongan rerumputan (Ischaemum muticum).

Pembahasan lebih lengkap pada masing-masing lokasi, akan diuraikan sebagai

berikut:

1. PANTAI BARON 1. PANTAI BARON

Pantai Baron memiliki tingkat kemampuan lahan yang cukup baik sebagai salah

satu tempat wisata pantai. Hal ini dapat terlihat pada faktor fisik dan keindahan

alamnya memberikan warna dan corak tersendiri, sehingga menyebabkan berbeda

dengan pantai-pantai lain yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai Baron

mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan karena memiliki keindahan pada

pantainya, di mana terdapat keunikankeunikan dan kealamiankealamian alam yang khas.

a.a. Penggunaan tanah / lahanPenggunaan tanah / lahan

Dengan keindahan dan kekhasan pantai yang dimiliki, maka penggunaan lahan

di pantai Baron dijadikan kawasan wisata pantai. Segala fasilitas pendukung seperti

taman, jalan, areal parkir, warung makan, dan pedagang souvenir semakin

berkembang. Ditambah lagi pengunjung yang semakin meningkat jumlahnya hanya

untuk menikmati keindahan pantai. Dengan makin berkembangnya kawasan pantai ini,

maka secara otomatis juga kebutuhan akan air juga besar untuk menunjang aktifitas

sehari-hari.

Page 23: DinamikaPantai

Saat ini pantai Baron hanya mengandalkan pasokan air dari mata air yang

berada di wilayah bagian selatan yang memiliki elevasi lebih tinggi. Dengan demikian

hanya suplai air secara vegetatif yang diandalkan selama ini. Hal ini merupakan

kendala bagi kawasan wisata pantai, di mana pasokan air yang masih sangat terbatas

bagi kebutuhan pariwisata daerah ini, belum lagi jika terjadi penurunan kualitas air

akibat pencemaran yang ada.

b.b. Aspek Sumberdaya LahanAspek Sumberdaya Lahan

Keindahan yang dimiliki pantai Baron menyebabkan pantai ini dijadikan pilihan

sebagai tempat berlibur, menghilangkan stress, dan sekedar berekreasi. Beberapa hal

yang menyebabkan pantai ini memiliki nilai tambah yang tinggi adalah lokasi pantai

yang berada pada suatu lembah yang menjorok ke laut. Kenampakan seperti ini

memberik kesan seakan-akan lokasi pantai diapit oleh dua buah perbukitan dengan

lereng yang curam. Faktor lain sebagai keunggulan pantai ini adalah terdapatnya gisik

pantai yang landai sehingga para pengunjung merasa seakan-akan berada pada suatu

dataran yang luas.

Kenampakan bukit di kiri dan kanan pantai juga cukup indah. Tebing yang terjal

memberikan nuansa tersendiri bagi pengunjung yang melihatnya. Selain itu di bagian

bawah tebing ini mengalir sebuah sungai bawah tanah yang alirannya sepanjang tahun

dan memberikan pasokan air tawar. Air tawar yang berasal dari sungai bawah tanah

bertemu dengan air asin dari laut memberi keunikan tersendiri pantai ini yang jarang

dapat ditemukan di pantai lain.

Page 24: DinamikaPantai

Demikian pula dengan banyaknya tanaman kelapa yang tumbuh di sekitar pantai

memberikan fenomena tersendiri bagi pengunjung. Faktor aksesibilitas juga memegang

peranan yang utama dimana pantai ini memiliki jarak yang tidak begitu jauh dari kota

Yogyakarta.

c.c. Aspek Sumberdaya AirAspek Sumberdaya Air

Lahan yang dimiliki oleh pantai Baron memiliki beberapa kemampuan dalam

memberikan air bagi kebutuhan manusia. Sumber pemenuhan air tersebut adalah dari

aliran air sungai bawah tanah dan air tanah yang terdapat di gisik pantai.

Sumber air dan aliran sungai bawah tanah di daerah ini dalam memberikan

pasokan air tawar sangat tinggi. Aliran airnya senantiasa mengalir sepanjang tahun

karena daerah tangkapan di bagian atas sangat luas. Jenis air yang dikandungnya juga

merupakan air tawar yang dapat digunakan oleh manusia, meskipun dengan beberapa

pembatas dalam hal kualitasnya. Secara kuantitas sumber air dari sungai bawah tanah

ini tidak memiliki masalah untuk memenuhi kebutuhan air bagi para wisatawan

disebabkan debit yang dimiliki sangat besar.

d.d. Faktor PembatasFaktor Pembatas

Satu hal yang menjadi permasalahan bagi sumber air adalah kualitas airnya

mengandung kapur terlalu tinggi. Tingginya kandungan kapur disebabkan oleh

terlarutnya mineral kalsium karbonat selama air mengalir dari bagian hulu hingga ke

Page 25: DinamikaPantai

bagian hilir. Bukti ini dapat dilihat secara kasat mata dari kenampakan kerak berwarna

kuning kecoklatan pada alat-alat penduduk di sekitar daerah ini yang digunakan untuk

merebus air tersebut dimasak.

Bahkan jika alat pengendap tersebut dilengkapi dengan material yang dapat

menyaring material halus seperti pasir halus, kerikil, dan ijuk maka kandungan kapur

dapat diturunkan secara tajam. Permasalahan ini perlu diperhatikan, karena bila air

yang mengalir dari sungai bawah tanah tersebut langsung digunakan untuk konsumsi

sehari-hari maka dalam waktu beberapa puluh tahun yang akan datang, penduduk yang

minum air tersebut dapat terkena penyakit yang mengganggu fungsi ginjal.

Permasalahan lain yang dihadapi dalam pemanfaatan air sungai bawah tanah

tersebut adalah dalam hal teknologi pendistribusiannya. Beberapa waktu yang lalu

pernah diupayakan pemanfaatan air tersebut dengan memompa ke atas yang

selanjutnya dialirkan ke rumah-rumah penduduk secara grafitatif. Namun cara ini tidak

berhasil disebabkan kuatnya aliran sungai tersebut sehingga air tidak dapat terpompa

ke atas. Oleh karena itu hingga saat ini sumberdaya ini tidak pernah dimanfaatkan

secara optimal. Selama ini aliran tersebut hanya digunakan oleh penduduk untuk mandi

sehari-hari.

e.e. Sumber Air dari Gisik PantaiSumber Air dari Gisik Pantai

1)1) PotensiPotensi

Potensi air tawar yang ada di gisik pantai ini relatif terbatas, namun bila

digunakan hanya untuk kebutuhan pemakaian di pantai maka dengan pengelolaan yang

Page 26: DinamikaPantai

baik akan tercipta kesinambungan sumberdaya air tawar di gisik pantai. Keberadaan air

tawar di gisik pantai ini disebabkan karena material pasir yang ada di gisil pantai

mampu menangkap air hujan yang berasa tawar, sehingga dalam waktu yang lama

akumulasi penumpukan air ke dalamnya mengakibatkan material pasir berfungsi

sebagai akifer bagi gisik pantai.

2)2) Faktor PembatasFaktor Pembatas

Yang menjadi faktor pembatas dalam hal pemanfaatan air tawar di gisik pantai

ialah kuantitas yang dimiliki sangat terbatas sehingga bila penurapan dilakukan secara

berlebihan maka akan mengganggu fungsi akifer di beting gisik dalam menghalangi

intrusi air laut. Jika hal ini terjadi maka kualitas air di beting gisik akan menurun, bahkan

dapat menyebabkan tidak sesuai kualitas menurut baku mutu air golongan B. Oleh

karena itu jika akifer di beting gisik ini akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

air tawar bagi pariwisata di Pantai Baron, maka harus dilakukan konservasi sumber

daya air di beting gisik tersebut.

Beberapa konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi

penurapan air tawar hanya melalui sumur gali. Salah satu alasan diberlakukannya

kebijakan seperti ini lebih mempertimbangkan aspek sosial budaya. Jika penurapan

dilakukan menggunakan mesin pompa, bahkan bila menggunakan jenis jet pump, maka

kemungkinan terjadi intrusi air laut sangat besar. Konservasi lainnya adalah membuat

sumur resapan dengan memanfaatkan aliran permukaan dari tebing di sekitar gisik

Page 27: DinamikaPantai

pantai. Dengan demikian diharapkan terjadi keseimbangan antara jumlah air yang

masuk dan air yang keluar.

Faktor pembatas lainnya yakni mudahnya air tawar di beting gisik ini tercemar

oleh bahan-bahan pencemar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah

dangkalnya muka air tanah dari permukaan tanah sehingga waktu penyaringan bahan-

bahan pencemar sebelum masuk air tanah sangat cepat. Faktor lain yang

menyebabkan mudahnya bentangalam tersebut tercemar adalah material yang dimiliki

berukuran relatif besar. Besarnya ukuran material menyebabkan rongga-rongga antar

butir juga berukuran relatif besar sehingga bahan-bahan tercemar akan mudah melalui

rongga antarbutir tersebut.

f.f. Permasalahan LingkunganPermasalahan Lingkungan

Sebuah bentang alam yang diubah dari keadaan aslinya akan menyebabkan

perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Beberapa masalah lingkungan yang ada di

pantai ini antara lain adalah abrasi serta pencemaran di gisik pantai.

Abrasi yang terjadi pada tebing-tebing di gisik pantai sudah sangat lanjut. Di satu

sisi proses tersebut memberikan kenampakan alam yang khas sebagai hasil proses

erosi gelombang laut. Namun di sisi lain bila proses tersebut dibiarkan berlanjut, atau

bahkan dipercepat dengan tindakan manusia yang tidak disengaja maupun disengaja,

maka bukan tidak mungkin proses abrasi tersebut lambat laun akan mengikis gisik

pantai pula yang berarti keindahan pantai Baron akan hilang pula.

Page 28: DinamikaPantai

Oleh karena itu harus diantisipasi semenjak dini proses tersebut, di antaranya

dengan membiarkan karang laut tumbuh di muka pantai. Dengan tumbuhnya karang

pantai di muka laut maka kekuatan gelombang laut akan dapat terkurangi.

g.g. PencemaranPencemaran

1) Pencemaran logam berat1) Pencemaran logam berat

Logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh hewan umumnya tidak

dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Karena itu logam-logam ini cenderung untuk

menumpuk di dalam tubuh mereka. Akibatnya logam-logam ini akan terus ada di

sepanjang rantai makanan. Hal ini disebabkan oleh predator pada satu tropik level

makan mangsa mereka dari tropik level lebih rendah yang lebih tercemar. Suatu bukti

nyata dapat dilihat dari jaringan tubuh kebanyakan predator tingkat tinggi (dari sistem

rantai makanan) termasuk ikan yang akhirnya dimakan oleh manusia.

Dari sini terlihat bahwa kandungan konsentrasi logam berat terdapat lebih tinggi

pada tubuh hewan yang letaknya lebih tinggi di dalam tropil level. Dari kenyataan ini

dapat disimpulkan bahwa predator tingkat tinggi akan lebih banyak menumpuk logam

dari kadar yang masih diperbolehkan untuk logam berat di dalam tubuhnya. Dengan

kata lain dapat dijelaskan bahwa untuk hewan yang umurnya lebih panjang dari

mangsa-mangsanya akan mempunyai waktu lebih banyak dalam menumpuk logam

berat dalam tubuhnya.

Page 29: DinamikaPantai

Bertitik tolak dari kejadian ini, maka konsentrasi air raksa pada ikan konsumen

seperti tuna, kadang-kadang mempunyai nilai yang lebih tinggi dari kadar yang boleh

dimakan oleh manusia (kira-kira pada batas 0,5 persejuta untuk beberapa negara).

2) Sampah2) Sampah

Sampah-sampah yang mengandung kotoran minyak kadang-kadang dibuang

begitu saja ke dalam laut melalui sistem daerah aliran sungai. Sampah-sampah ini

kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Tetapi

umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya

kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah tercemar yang membuat kondisi

lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

Aktifitas pernapasan dari organisme ini sering mempertipis kandungan oksigen

khususnya di daerah semi tertutup misalnya estuaria. Hal ini kemungkinan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di

situ.

3) Pestisida3) Pestisida

Kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan yang disebabkan oleh pencemar

sedemikian jauh, dianggap suatu tindakan yang tidak disengaja. Lain halnya dengan

pencemaran akibat pestisida. Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan

dengan maksud untuk mengontrol hama tanaman atau organisme-organisme lain yang

tinggi yaitu dapat memebunuh organisme yang tidak diingini tanpa merusak hewan

yang dikehendaki. Kenyataanya hampir dapat dilihat, bahwa tujuan semacam ini tidak

Page 30: DinamikaPantai

mungkin dapat dicapai karena pestisida yang dipakai pasti akan membunuh spesies

yang lain.

4) Mengontrol Lautan4) Mengontrol Lautan

Walaupun pengaruh dari pembuangan bahan pencemar ke dalam lautan

umumnya merupakan suatu tindakan yang tidak disengaja, ternyata sering

mengakibatkan hal-hal yang merugikan. Mereka umumnya cenderung dapat

dikumpulkan sementara dan akan hilang pengaruhnya setelah sumber pencemarannya

dipindahkan.

Pencemaran semacam ini biasanya mudah dikontrol, sehingga kerugian yang

lebih parah dapat dicegah yaitu dengan mengurangi atau menghindari sama sekali

pembuangan bahan beracun ke dalam lautan. Hal ini disebabkan karena adanya proses

penumpahan racun secara perlahan-lahan di lautan. Berdasarkan sifat ini perlu adanya

pengawasan secara teliti dan seksama dalam jangka waktu yang lama dengan cara

melihat perubahan-perubahan yang terjadi di lautan dan pengaruh bahan-bahan ini

terhadap populasi organisme di sini.

Permasalahan lainnya ialah kerusakan lingkungan gisik pantai, yang lebih

banyak disebabkan faktor antropogenic. Kemungkinan pencemaran terhadap air tanah

pengotoran terhadap gisik, bahkan pencemaran dalam bidang moral merupakan

persoalan-persoalan yang harus diperhitungkan sejak dini. Seyogyanya pada tiap-tiap

bagian di pantai ini disediakan tempat sampah, agar para pengunjung memperoleh

kemudahan dalam membuang sampah.

Page 31: DinamikaPantai

Permasalahan lain yang dapat mencemari air tanah di daerah ini adalah

pendeknya jarak septic tank dan muka air tanah. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi

pencemaran, maka konstruksi septic tank harus dirancang sedemikian rupa agar tidak

menjadi beban lingkungan. Faktor ini terkadang dianggap oleh sebagian kalangan

sebagai masalah kecil, namun berdampak besar mengingat korban dari kebobrokan

moral adalah generasi muda yang merupakan tulang punggung bangsa.

h.h. Kemungkinan Pengembangan di Masa DepanKemungkinan Pengembangan di Masa Depan

Melihat potensi yang dimiliki pantai Baron sedemikian besarnya, maka pantai ini

memiliki potensi yang baik untuk pengembangan wisata pantai. Beberapa hal harus

tetap diperhatikan untuk mempertahankan keindahan dan keberlangsungan wisata ini,

di antaranya adalah masalah kelingkungan dan peningkatan sumberdaya manusia

penduduk setempat.

2. PANTAI KRAKAL2. PANTAI KRAKAL

Di antara lokasi pantai yang dikunjungi, Pantai Krakal merupakan pantai yang

sangat dipengaruhi oleh dinamika perairan. Letaknya yang berhadapan langsung

dengan samudera menyebabkan besarnya pengaruh parameter oseanografi terhadap

bentukan pantai. Dari hasil perhitungan, diperoleh gelombang, arus, dan angin yang

kuat, dimana pantai mengalami akresi. Akan tetapi keindahan pantainya tidak kalah

menariknya dengan pantai yang lain karena keunikan yang dimiliki. Oleh karena itu

pantai ini perlu dikembangkan, khususnya untuk daerah wisata pantai.

Page 32: DinamikaPantai

Dalam pengembangan wisata pantai diperlukan kajian-kajian yang mendalam

agar permasalahan-permasalahan yang ada dapat terpecahkan dengan baik. Salah

satu bentuk kajian yang dapat dilakukan adalah menganalisis aspek lingkungan

wilayah. Dalam menganalisis sebuah wilayah, maka aspek kelingkungan yang ada tidak

boleh dilupakan mengingat aspek ini merupakan aspek timbal balik bagi kehidupan

manusia itu sendiri khususnya yang berada di daerah tersebut.

Dalam beberapa hal, terdapat aspek lingkungan yang tidak mengenal batas

ruang, seperti pencemaran udara. Permasalahan-permasalahan lainnya adalah

perubahan sebuah fungsi kawasan, pembangunan dengan memberikan dampak bagi

warga sekitar khususnya dampak negatif adalah permasalahan yang cukup penting

untuk diperhatikan. Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi penting seiring

dengan dinamika pembangunan dan perubahan sosial kemasyarakatan.

a.a. Kemungkinan PencemaranKemungkinan Pencemaran

Dalam aspek pengembangan wilayah untuk sebuah peruntukan harus

diperhatikan aspek pencemaran yang ditimbulkan maupun diterima wilayah tersebut.

Aspek ini menjadi penting karena amat sukar mengukur kerusakan kesejahteraan

masyarakat akibat pencemaran (Reksohadiprojo, dkk, 1997:11).

1) Pencemaran Suara1) Pencemaran Suara

Pencemaran suara tidak ada di daerah ini karena di sekitar daerah kajian bukan

merupakan kawasan industri sehingga relatif aman bagi warga terhadap pencemaran

jenis ini. Yang perlu diperhatikan adalah adanya kemungkinan-kemungkinan

Page 33: DinamikaPantai

dibangunnya kawasan industri di daerah ini sebagai wujud berkembangnya jalur selatan

Jawa, khususnya jalur Yogyakarta - Purwokerto. Jika pembangunan kawasan industri

tidak akan dibuat maka daerah ini aman terhadap pencemaran suara. Oleh karena itu

koordinasi dengan instansi terkait perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan aspek-

aspek dalam mengembangkan daerah perkotaan.

2) Pencemaran Udara2) Pencemaran Udara

Secara umum ketiga bentuk lahan yang terdapat dalam satu wilayah pesisir

tidak memiliki sumber pencemaran udara dan relatif stabil terhadap pencemaran udara.

Hal ini cukup beralasan karena pengaruh angin laut sangat dominan sehingga siklus

perputaran udara sangat tinggi. Hanya saja kandungan uap air dalam udara relatif

banyak mengandung garam yang kurang baik untuk kondisi bangunan dan kendaraan

bermotor pada umumnya. Hal ini dapat mempercepat terjadinya korosi pada bangunan

yang mempergunakan bahan dari besi.

Aspek adanya garam dalam udara harus diperhitungkan ketika daerah ini akan

dikembangkan menjadi kawasan wisata. Karena bukan tidak mungkin di kemudian hari

timbul konflik-konflik dari penghuni kawasan sebagai akibat ketidakpuasan terhadap

mutu bangunan yang ditawarkan. Hal ini tidak dapat ditawar lagi karena sebagian besar

developer yang ditugaskan untuk mengembangkan kawasan wisata umumnya

memberikan kualitas bangunan yang kurang baik. Jika pengembangan kawasan ini

tidak diserahkan kepada developer (dengan kawasan pemerintah) maka sangat

Page 34: DinamikaPantai

dimungkinkan individu-individu yang akan menggunakan kawasan tersebut akan

memanfaatkan lahan tanpa mengindahkan aspek lingkungan sekitarnya.

3) Pencemaran Air Tanah3) Pencemaran Air Tanah

Pencemaran yang lain adalah pencemaran air tanah. Salah satu ciri daerah

pesisir adalah kerentanan yang tinggi terhadap pencemaran air tanah. Oleh karena itu

faktor ini merupakan faktor yang harus diperhatikan secara khusus karena dampak dari

pencemaran terhadap kesehatan manusia tidak dapat dirasakan dalam waktu dekat,

tetapi mengalami akumulasi terlebih dahulu yang akhirnya akan menimbulkan

gangguan kesehatan. Sumber dari pencemaran ini dapat berasal dari daerah bagian

atas atau dari kawasan itu sendiri.

Untuk sumber pencemaran yang berasal dari daerah bagian atas dapat dicegah

atau ditanggulangi dengan pengolahan limbah dari permukiman atau industri.

Sedangkan untuk limbah yang bersumber dari kawasan wisata itu sendiri dapat diatasi

dengan membangun wahana pengelolaan air limbah yang dalam hal ini berupa limbah

rumah tangga. Jika dibuat sebuah instalasi pengolah air limbah, maka dana yang

dikeluarkan tidak akan seimbang dengan dampak positif yang diterima warga

pemukiman. Pembuatan sebuah septic tank besar kiranya dapat memecahkan

masalahan pencemaran yang bersumber dari permukiman.

Dari kedua bentuk lahan yang terdapat di daerah pesisir, bentuk lahan yang

paling rentan terhadap pencemaran air tanah adalah gisik pantai. Daerah ini rentan

karena permukaan air tanahnya relatif dangkal sehingga jarak masuknya bahan

Page 35: DinamikaPantai

pencemar ke dalam tanah sangat pendek. Selain itu jenis material yang mudah

meloloskan diri merupakan aspek terpenting yang harus diperhatikan dalam

mengantisipasi dampak terhadap pencemaran air tanah.

Adanya dua karakter fisik yang rentan terhadap pencemaran tersebut maka tidak

terdapat tahap pencucian bahan pencemar oleh material permukaan sehingga bahan

pencemar akan langsung bercampur ke dalam air tanah. Bahan pencemar yang paling

banyak mencemari kawasan pemukiman adalah tinja manusia dimana bahan pencemar

ini bersumber juga dari kawasan pemukiman.

Adapun bentuk lahan yang paling stabil terhadap pencemaran air tanah adalah

daerah dataran aluvial mengingat permukaan air tanahnya cukup dalam dan

materialnya yang halus sehingga memungkinkan terjadinya pencucian dalam waktu

yang lama sebelum bahan pencemar bercampur ke dalam air tanah sehingga kadar

bahan pencemar relatif sedikit bahkan tidak ada sama sekali.

Pencemaran lain yang cukup rentan dialami di daerah dengan kondisi fisik

seperti ini adalah pencemaran air tanah oleh pestisida pertanian. Sebagaimana

diketahui bahwa kecenderungan petani di negara berkembang memakai pestisida

dalam jumlah yang berlebih sehingga kelebihan tersebut akan terbuang bahkan akan

mencemari air tanah. Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian informasi yang

benar kepada petani di sekitar kawasan yang harus dilakukan oleh Dinas Pertanian

setempat.

Page 36: DinamikaPantai

Daya kerentanan kedua bentuk lahan di atas terhadap bahan pencemar sisa

pestisida sama dengan kerentanan dari bahan pencemaran terhadap air tanah yang

lainnya. Yaitu berturut-turut adalah dataran aluvial, dan yang paling rentan adalah

beting gisik.

b.b. Kemungkinan Gangguan Proses AlamKemungkinan Gangguan Proses Alam

Bencana alam merupakan sebuah proses alami yang memakan korban jiwa.

Kejadian ini pasti terdapat pada lokasi tempat permukiman teragihkan. Jika kejadian

alami seperti ini terjadi pada wilayah yang tidak terdapat pemukiman maka kejadian ini

disebut sebagai proses alami biasa. Jenis kejadian alam ini pasti terjadi di setiap

permukaan bumi. Yang membedakan hanyalah jenis kejadian alam dan intensitas serta

frekuensi dari kejadian alam tersebut.

Pada lokasi kajian masing-masing lokasi memiliki karakteristik tersendiri

terhadap proses alam yang ada. Pantai Krakal dengan beberapa jenis proses alam

yang dapat membahayakan bagi lokasi kepariwisataan. Proses pengendapan oleh

angin merupakan sebuah proses alam yang sangat dinamik mengingat perpindahan

material pasir di daerah ini sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena angin yang bertiup

sangat kencang dengan material pasir yang relatif ringan dan lepas.

Adanya aspek dinamika perpindahan material pasir menyebabkan pengendapan

dan juga erosi (degradasi) atau dengan kata lain penurunan permukaan sebuah areal

karena material pasir tersebut berpindah. Jika pantai ini akan digunakan sebagai

kawasan kepariwisataan maka aspek dinamika perpindahan material pasir harus

Page 37: DinamikaPantai

diperhitungkan dengan cermat. Bila ini diabaikan maka bukan tidak mungkin bangunan-

bangunan rekayasa manusia yang dibangun akan tertimbun oleh material pasir lepas

ini. Selain itu adanya uap air yang masih banyak mengandung garam tentunya akan

merusak kualitas bangunan rekayasa manusia dan besarnya gelombang, angin, dan

arus yang dapat merusak bangunan tersebut.

c.c. Kualitas Lingkungan Wisata yang DiharapkanKualitas Lingkungan Wisata yang Diharapkan

Sebuah kawasan wisata diharapkan memiliki fungsi sebagai tempat bermukim

wisatawan selama berhari-hari. Segala kebutuhan harus mampu ditunjang oleh kota

tersebut, termasuk didalamnya kebutuhan akan sarana pendukung seperti fasilitas

kesehatan dan kenyamanan. Untuk menjaga berlangsungnya fungsi tatanan

masyarakat yang ada maka lingkungan harus senantiasa dijaga kualitasnya. Oleh

karena itu tidaklah terlau berlebihan bila diperlukan adanya organisasi lingkungan hidup

sebagai pengontrol untuk menjaga keberlangsungan fungsi tersebut. Organisasi

lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan

sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di bidang libngkungan hidup

(Muljono, 1998).

Jika ditilik dari lokasi kota terdekat, maka daerah kajian terletak pada jarak yang

relatif jauh dari kota terdekat yaitu kota Wonosari sebagai Ibukota Kabupaten Tingkat II

Gunung Kidul, sehingga pemenuhan prasarana kesehatan harus dipertimbangan

dengan baik. Selain itu sarana transportasi haruslah mendukung pengembangan

kawasan wisata. Selain kedua faktor di atas masih banyak faktor lainnya yang harus

Page 38: DinamikaPantai

dipertimbangkan dalam mengembangkan kawasan wisata tersebut. Namun faktor-faktor

tersebut lebih bersifat rekayasa yang dapat diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan

para pembuat keputusan yang berwenang dan berkepentingan. Dan hal yang prinsip

tidak boleh dilupakan yakni peran serta masyarakat, harus diajak sejak dini untuk

merencanakan tata ruang dalam pengembangan wilayah.

Lebih lanjut dapat ditarik benang merah bahwa pembuatan dan pembangunan

sarana dan prasarana yang berkaitan dengan aspek sosial tidak akan menimbulkan

masalah dari segi fisik wilayah, karena pembangunan sebuah bangunan sebagai

pelengkap sarana dan prasarana di bidang sosial memiliki karakter yang sama dengan

pembangunan kawasan pemukiman. Adapun prioritas areal untuk pembangunannya

dapat di sekitar kawasan pemukiman dan dapat juga di lokasi lainnya sepanjang sesuai

dengan peruntukan untuk pendirian sebuah bangunan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan dan tidak dapat

direkayasa adalah faktor kemampuan fisik wilayah itu sendiri seperti tercukupinya

kebutuhan akan air bersih sehari-hari dari sumber pemenuhan yang ada di sekitar

wilayah tersebut, sebab merupakan hal yang sangat mustahil jika akan memenuhi

kebutuhan air dengan mengambil dari sumber pemenuhan di daerah lain karena

kebijakan seperti ini akan menimbulkan masalah dalam pengelolaan pemenuhan

kebutuhan air di masa mendatang.

Secara fisik hidrologis, daerah kajian memiliki sumber daya air tanah yang

melimpah, namun pengelolaan penurapan air tanah tetap harus diperhatikan mengingat

Page 39: DinamikaPantai

sebagian kawasan yang dikembangkan berada pada perbatasan dengan tepi laut. Jika

pengelolaan ini tidak diperhatikan dengan baik maka di kemudian hari dikawatirkan

akan terjadi intrusi air laut mencapai hingga daerah pedalaman. Pengelolaan terhadap

keajegankeajegan sumberdaya alam merupakan salah satu faktor yang penting dalam

menentukan kualitas kawasan di masa mendatang.

Sebenarnya permasalahan pemenuhan air bersih tidak akan menjadi masalah

yang serius selama sumber-sumber pemenuhan dapat berfungsi dan mencukupi

kebutuhan pemakai. Namun kenyataan yang ada sekarang adalah sebagian besar

sumber pemenuhan air bersih tidak mampu mengimbangi lagi jumlah permintaan,

sehingga pengelolaan air tanah menjadi penting dalam kasus ini. Dalam pengelolaan

sumberdaya ini termasuk juga di dalamnya penjagaan fungsi tempat penyimpanan air

tanah, sehingga dimungkinkan pengambilan yang berlebih selama fungsi tersebut dapat

dijaga, misalnya dengan pembuatan sumur resapan dari air limbah yang telah terolah.

d.d. Perkembangan Kawasan di Masa MendatangPerkembangan Kawasan di Masa Mendatang

1) Obyek pendukung yang telah ada1) Obyek pendukung yang telah ada

Beberapa obyek dan kawasan pendukung yang telah ada sedikit banyak akan

mempengaruhi perkembangan sebuah kawasan di masa mendatang. Beberapa obyek

wisata yang berdekatan dengan Pantai Krakal yakni Pantai Baron dan Pantai Kukup

relatif ramai dikunjungi oleh wisatawan. Aspek perkembangan di masa mendatang bagi

kawasan ini cukup berpotensi karena wisatawan dapat sekaligus mengunjungi ketiga

lokasi wisata yang masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri. Tetapi perlu diingat

Page 40: DinamikaPantai

bahwa keindahan alam saja bukanlah satu-satunya daya tarik wisatawan. Yang lebih

mendasar adalah dukungan dari sosial budaya masyarakat, yang memiliki karakteristik

tertentu akan dapat memberikan sumbangan yang sangat signifikan terhadap paket-

paket yang ditawarkan. Sinergi antara keindahan alam dengan budaya masyarakat

akan membvawa dampak yang baik, karena paket pariwisata dunia, akan berarti bila

budaya masyarakat juga menunjang alam dalam perspektif “ecotourism”“ecotourism”.

2) Aspek Aksebilitas2) Aspek Aksebilitas

Selain daya dukung wilayah bagi suatu peruntukan tertentu, faktor aksebilitas

memegang peranan yang penting. Hal ini cukup beralasan karena perkembangan

sebuah daerah akan senantiasa mengikuti pusat-pusat perkembangan yang telah ada

seperti sentra-sentra perekonomian, pendidikan, perindustrian, jalur transportasi dan

beberapa aspek pendukung lainnya.

Oleh karena itu aspek lingkungan menjadi bagian yang tidak boleh ditinggalkan

dalam kajian kewilayahan terutama pemukiman, sebab permasalahan pemukiman yaitu

pemusatan-pemusatan kegiatan dan tempat tinggal manusia, akan senantiasa

mendapatkan perhatian dalam pengelolaan lingkungan hidup (Hardjosoemantri, 1986).

Bagaimana pun juga sebuah daerah yang dirancang sebagai kawasan wisata

akan mengalami perkembangan. Bahkan bila daerah tersebut merupakan wilayah yang

berdekatan dengan daerah wisata lainnya maka kemungkinan daerah yang

dikembangkan daerah di sekitarnya. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya paket-

Page 41: DinamikaPantai

paket wisata yang dirancang dengan memasukkan beberapa daerah wisata menjadi

paket perjalanan wisata.

Oleh karena itu aspek antisipasi terhadap dampak-dampak perkembangan

wilayah sudah harus diantisipasi sejak dini. Dalam hal ini peran serta masyarakat

sekitar sangat dibutuhkan, sebab sebuah pembangunan tanpa melibatkan masyarakat

sekitar akan menyebabkan konflik-konflik sosial di kalangan mereka yang selanjutnya

akan berdampak pada seluruh aspek pembangunan.

KesimpulanKesimpulan Berdasarkan satuan bentuk lahan dan dinamika pantai, maka ke dua lokasi ini

sangat memungkinkan untuk pengembangan pariwisata. Namun di dalam

pengembangannya harus disesuaikan dengan dinamika dari pantai untuk ke dua lokasi

ini, sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang akan timbul yang akan merusak

kondisi lingkungan di sana.

SaranSaran

Di dalam pengembangan ke dua lokasi ini harus dipikirkan bentuk kegiatan wisata

yang cocok dan sesuai dengan kondisi dinamika pantainya.

Page 42: DinamikaPantai

Catatan :

Pantai KrakalPantai Krakal total angkutan sedimen hasil hitungan

sangat besar (237,9 m3/hari). Data ini hasil pengamatan

sesat, jadi tidak mewakili rata-rata angkutan sedimen di

Krakal. Sekalipun demikian, bisa dianalisa bahwa

sedimentasi ini kemungkinan terutama disebabkan angin

yang paling kencang diantara seluruh daerah penelitian.

Sudut datang gelombang juga paling besar, yang

dipengaruhi angin tenggara dari laut bebas, dan arus juga

dibelokkan pulau karang kecil di sebelah timur daerah

pengamatan.

Page 43: DinamikaPantai

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae, S.Aksornkoae, S. 1993. Eology and Management of Mangroves. Thailand: IUCN.

Alaertas, G. dan S. Santika.Alaertas, G. dan S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

Bearman, G. (Ed.).Bearman, G. (Ed.). 1989. Waves, Tides and Shallow Water Processes. Oxford, England: Pergamon Press, Ltd.

Bird, E.C.F. and O.S.R. Ongkosongo.Bird, E.C.F. and O.S.R. Ongkosongo. 1980. Environmental Changes on the Coasts of Indonesia. Tokyo, Japan: The United Nations Univ.

Cooke, R.U. and J.C. Doornkamp. Cooke, R.U. and J.C. Doornkamp. 1990. Geomorphology in Environmental Management. 2nd ed. New York, USA: Oxford Univ. Press, inc.

Clark, J.R.Clark, J.R.1995. Coastal Zone Management Handbook. USA: CRC Press.

Dackombe, R.V. dan V. Gardiner. Dackombe, R.V. dan V. Gardiner. 1983. Geomorphological Field Mannual. London: George Allen & Unwin.

Dahuri, R. J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Stepu.Dahuri, R. J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Stepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Paradya Paramita.

Farina, A.Farina, A. 1998. Principles and Methods in Landscape Ecology. London: Chapman & Hall.

Kramadibrata, S. 1985. Perencanaan Pelabuhan. Bandung: Ganeça Exact.

Page 44: DinamikaPantai

Mudjiono, 1997. Potensi Fauna Moluska di Perairan Pulau Kapoponang Kab. Pangkap Sulsel. Jakarta: Puslitbang Oseanologi-LIPI

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Nybakken, J.W.Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis (penerjemah: Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo). Jakarta: PT Gramedia.

Odum, E.P. Odum, E.P. 1996.. Dasar-Dasar Ekologi (penerjemah: Samingan, T. Dan B. Srigandono). Edisi ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Pethick, J. Pethick, J. 1984.. An Introduction to Coastal Oceanography. Great Britain: Edward Arnold, Ltd.

Reksohadiprodjo, S. dan A.B.P Brojonegoro. 1997. Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta: BPPFE.

Sabdono, A. 1990. “Studi Ekotoksisitas Pencemaran Senyewa Herbisida pada Ekosistem Terumbu Karang di Pantai Utara Jawa Tengah”. Semarang: PS Ilmu Kelautan Undip.

Subardjo, P. Subardjo, P. 1995.. “Karakteristik Bentuk dan Geologi Pantai di Indonesia”. Semarang: PS Ilmu Kelautan Undip.

Sudarmoyo, B.Sudarmoyo, B. 1993. Metode Penelitian bagi Mahasiswa Ilmu-ilmu Pertanian dan Biologi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Supriharyono.Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: PT Gramedia.

Sutikno, 1993. “Karakteristik Bentuk dan Geologi di Indonesia”. Yogyakarta: Diklat PU Wil III. Dirjen Pengairan DPU.

Thornbury, W.D.Thornbury, W.D. 1958. Priciples of Geomorphology. London: John Wiley & Sons, inc.

Thurman, H.V.Thurman, H.V. 1996. Essentials of Oceanography. 5th ed. U.K.: Prentice Hall, inc. Pp. 154-178.

Page 45: DinamikaPantai

Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja, S.A. Afiff.Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja, S.A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali (penerjemah: Kartikasari, S.N., T.B. Utami dan A. Widyantoro). Jilid II. Jakarta: Prenhalindo.

Yuwono, N. Yuwono, N. 1986. Teknik Pantai. Ed. ke-2, vol. I. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM.

LAMPIRANLAMPIRAN

Data Tambahan Karakteristik ke Dua Lokasi1. Pantai Baron1. Pantai Baron-Material penyusun: karst; (sedimen padu: pasir dan gamping;

sedimen tidak padu: pasir fluvial dan pasir marin, sedimen sungai bawah tanah);

-Proses geomorfologi: sedimentasi, abrasi, pelapukan; (jenis pelapukan: solusional; tingkat pelapukan: menengah);

-Genesis pantai: asal pembentukan pantai: fluvio marin, marin dan aeolin);2. Pantai Krakal2. Pantai Krakal

Page 46: DinamikaPantai

-Proses geomorfologi: abrasi; Proses abrasi: Panjang daerah abrasi: 500-2000 m; Perubahan garis pantai: ringan; Gerusan kaki bangunan: bahaya bangunan dan bahaya

lingkungan;

Prose pelapukan: Jenis pelapukan: kemis; Tingkat pelapukan: ringan; Genesis pantai: asal pembentukan pantai: marin, tektonik

dan organik;

Penjelasan lapanganPenjelasan lapangan: : Beberapa proses erosi pantai yang terjadi diantaranya

proses: hidraulik, abrasi, atrisi, dan karena ada pulau di depan pantai sehingga terjadi gelombang berbelah (difraksi gelombang) yang menyebabkan perubahan relief dasar laut. Potensi daerah adalah pasir putih dengan bentuk runcing dan banyak terdapat cangakang moluska. Untuk menghindari energi angin yang keras dapat diatasi dengan penanaman cemara laut.

1. Lokasi Pantai Baron

Satuan Medan Karakteristik Medan Relief/morfologi Proses Tipe Batuan Tanah Hidrologi Vegetasi Penggunaan Lahan

Gisik landai – curam marine dan bebatuan pasir - Payau aktivitas- l fufial marine lepas ada muara perikanan,

Page 47: DinamikaPantai

Sungai bwh TPI, warung tanah

Cliff curam marine, abrasi karst - Sungai bwh waru, semak Tektonik tanah pandan

Dataran datar fluvial dan karst entisol air tawar sawah, pe- Aluvial solusional inceptisol dari hujan mukiman , (Lembah isian) k. campuran

2. Pantai Krakal

Relief/morfologi Proses Tipe Batuan Tanah Hidrologi Vegetasi Penggunaan Lahan

Platform datar-landai marine batuan karang - air asin ganggang Laut

Gisik landai – curam marine sedimen pasir bebatuan air asin penginapan, Induk permeabili- dan warung tas tinggi

Dataran Aluvial datar fluvial sedimen lepas entisol air tawar sawah, (pasir – debu) tegalan, Pemukiman

Hinterland datar – berbukit solusional karst molisol air tanah pemukiman, (Lahan Buritan) dalam penginapan, keb. campur

Notch, Stack, tidak beraturan marine krakal - air bawah pandan, Arch, Cliff tanah semakTabel. Data Lapangan

Lokasi V. angin T b d50 Suhu Vol1 Vol2 V2 V10 V periode- kemiringan sudut ukuran udara air swash back Gelombang grs. Pantai empasan butir swash

KRAKAL 5km/jm 10 12% 5 0 0,8 mm 10 10

BARON 14 20% 4 0 226 170

Page 48: DinamikaPantai

“Permasalahan dan Dinamika Pantai Pada“Permasalahan dan Dinamika Pantai Pada Daerah Wisata Pantai Baron dan Krakal,Daerah Wisata Pantai Baron dan Krakal,

Yogyakarta”Yogyakarta”

Laporan Praktek Lapangan

Mata Kuliah Geografi Pesisir dan Kelautan

Page 49: DinamikaPantai

Oleh :JOHANSON. D. PUTINELLA

14848/IV-7/407/00

PROGRAM PASCASARJANAILMU LINGKUNGAN, ANTAR BIDANG

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2002