dinamika agama di indonesia: kajian sosiologi

Upload: hafidz-jazuli-luthfi

Post on 13-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Tulisan ini cenderung tergolong sebagai makalah karya ilmiah. Berbicara mengenai topik agama, namun dibalut dalam cara pandang kritis melalui pendekatan sosiologi.Saya pikir tulisan ini masih sangat dangkal pembahasanya, hanya dikerjakan dalam waktu 3 hari dan keterbatasan literatur.

TRANSCRIPT

  • SIWATTA IAWA BUDDHATATTWA TUNGGAL, BHINNEKA TUNGGAL IKA, TANHANA DHARMA MANGRWA

    1350 M

  • Dinamika Agama di Indonesia: Kajian Sosiologi

    Hafidz Jazuli Luthfi

    Abstrak

    Kajian ataupun study case megenai agama telah lama diperbincangan oleh manusia,

    terlebih di pertengahan abad 19 dan awal abad 20 dimana ilmu pengetahuan mulai

    berada pada titik puncaknya, awalnya dimulai oleh bidang yang disebut teologi

    yang masih erat kaitanya dengan interpretatif filsafat, namun dalam

    perkembangannya agama mulai dikaji ke ranah-ranah sejarah, sosiologi,

    antropologi sampai psikologi. Dalam masanya, sering timbulnya perdebatan

    mengenai persepsi terhadap agama menyebabkan adanya pola repetisi terhadap

    kajian agama, mulai dari yang sederhana seperti terminologi agama itu sendiri

    sampai yang lebih kompleks dimana agama hidup dalam masyarakat yang dinamis,

    bahkan sampai sekarangpun masih terus terjadi. Karena luasnya tinjuan, maka saya

    berusaha menyempitkan pembahasan kepada agama-agama yang ada dan

    berkembang di Indonesia lalu dibandingkan, ada pula saya sedikit bebicara

    mengenai agama-agama lain yang tidak diakui di Indonesia sebagai pendukung

    perbandingan maupun pembahasan lebih lanjut. Sebagian besar gagasan saya

    kembangkan berdasarkan ide sendiri, meskipun di beberapa titik saya cantumkan

    beberapa teori para pakar sebagai pendukung. Meskipun tiap-tiap agama memiliki

    perbedaan, namun dalam perbedaanya memiliki kesamaan sekaligus, dualitas. Saya

    yakin semua agama mengantarkan manusia kepada kehidupan yang lebih bijak dan

    teratur, tentu tidak lepas pula oleh nilai-nilai normatif yang diproduksi tradisi-

    tradisi maupun budaya dimana keberadaanya sudah lama ada dalam masyarakat.

    Kata kunci: agama, masyarakat, dualitas

  • 1. Pendahuluan Ada kebosanan tersendiri ketika agama diperbincangkan dalam suatu diskusi ilmiah, hal ini disebabkan oleh sifat agama itu sendiri yang cenderung kaku untuk dikritisi, bahkan ketika aspek-aspek agama mulai dikaji lebih dalam melalui ilmu-ilmu pengetahuan yang sifatnya skeptis akan rentan sekali menciptakan kondisi perdebatan yang tidak kondusif sehingga alih-alih berusaha mencari titik temu berasaskan kaidah kebersamaan, yang terjadi adalah pengkotakan interpretatif, hal tersebut bertanggung jawab memproduksi apa yang kita sebut sebagai konsep aliran, kita akan membahas konsep aliran di topik lain. Beberapa lagi menganggap bahwa pengkajian agama tidak boleh lepas oleh sumber-sumber ketuhanan, tentu hal ini akan mensyaratkan pengkaji harus memenuhi standart yang tertentu pula, sehingga menyebabkan sentralisasi yang cenderung bersifat kaku dan mempersempit ruang berpikir kritis, adanya klaim penyesatan merupakan salah satu produksi dari sistem tersebut.

    Berbicara mengenai agama, maka erat kaitanya dengan politik, hal ini dikarenakan sifat agama yang normatif yaitu mempunyai pengaruh mengatur kehidupan masyarakat dalam suatu negara dan sekaligus bertanggung jawab dalam penciptakan aturan-aturan yang berlaku pada area-area tertentu kehidupan bermasyakat. Adanya utopis mempersatukan konsep agama dengan suatu negara, yang dikenal sebagai teokrasi menyebabkan penyempitan pemahaman atas agama itu sendiri, terutama aspek-aspek aplikatifnya, hal ini menimbulkan stagnanisasi1. Jika konsep agama tidak cepat lepas dari kondisi stagan, maka akan rentan sekali terhadap distorsi arus ideologi yang sampai saat ini terus tumbuh. Indonesia sendiri menetapkan adanya lima agama yang berlaku, meskipun jika diteliti lebih jauh maka kita akan mendapati jumlah yang jauh berkali-kali lipat. Ada pula beberapa Negara yang masih mempertahankan konsep teokrasi, sebut saja Arab Saudi, hal ini disebabkan oleh sejarah bangsa itu sendiri, disana agama Islam sangat dominan, sedangkan agama lain menjadi super minoritas, tentu aturan-aturan ala Islam dapat tumbuh subur. Lain lagi dengan negara seperti Jepang, di Negara tersebut esensi-esensi agama menyatu dengan aroma budaya dalam masyarakatnya menciptakan keseimbangan yang romantis. Semenjak restorasi Meiji, jepang mulai sadar bahwa konsep-konsep tradisional dapat digunakan sebagai pedoman bagi kehidupan yang lebih bijaksana.

    Ada pula India yang mempunyai hubungan erat dengan Indonesia di masa lalu, negara tersebut dikenal dunia oleh kearifan ajaran-ajaran agama dan keoksitisan budaya, banyak sekalian penelitian yang mengangkat India sebagai model. Jauh sekali sebelum Islam masuk, sejarah mengatakan Nusantara menjalin hubungan kebudayaan sangat erat dengan India, sampai sekarangpun kita masih menemukan sisa-sisa peradaban Hindus yang melekat di sndi-sendi budaya masyarakat Indonesia. Oleh karenanya saya

    1 Bachtiar Efendi, Disartikulasi Pemikiran Politik Islam (Jakarta Selatan: IIIT), 1-2

  • setuju adanya evolusi agama, akan menjadi lebih cerah jika dikaji dalam ranah antropologi karena antara budaya dengan agama memiliki hubungan historis yang romantis. Saya pernah membaca sekilas sebuah buku berjudul Babatan Tanah Jawa, buku tersebut tidak sekedar mengulas sejarah Islamisai di tanah jawa, menarik jika mengetahui bahwasanya setelah keruntuhan era kerajaan bercorak hindu, para penguasa kerajaan berusaha memanfaatkan dominasi Islam sebagai alat kekuasaan.

    Saya pikir fakta-fakta diatas membuat kita harus lebih berpikir terbuka mengenai agama sekaligus bijaksana memahami esensi-esensi kehidupan beragama karena hilai historis yang dikandung oleh tiap-tiap agama, tentu karena semua agama tidak didasari oleh fenomen spontan.

    2. Dinamika Agama

    Beberapa literatur berusaha mengkategorikan agama-agama berdasarkan konsep dasarnya, yaitu monotheis dan politheis, namun perlu diketahui bahwa pengkategorian tersebut kurang konsisten jika ditinjau kembali melalui analisa sejarah yang lebih lengkap dan terukur2. Ide dari pengkategorian karakteristik membantu banyak orang menyederhanakan kerangka masalah, apa yang dilakukan oleh biologi merupakan aset yang sangat cemerlang dalam sejarah ilmu pengetahuan, namun bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan sosial, maka usaha untuk menyederhanakan berbagai masalah memiliki masa inkubasi cenderung lebih lama jika yang dimaksud adalah hasil pada pemahaman tingkat tinggi, sebut saja difinisi primitif ditinjau dari sejarah, maka dari itu perlu saya akui bahwa mungkin saya sangat setuju dengan teori evolusi namun evolusi masih perlu kajian lebih lanjut pada beberapa subjek lintas keilmuan.

    Kita mengenal pengkategorian agama menjadi dua sisi yang berbeda berdasarkan sumber ajaranya, yaitu samawi dan ardhi3, namun sama halnya dengan kategori monotheis dan politheis, kiranya saya kurang setuju jika agama-agama ardhi disebut sebagai ajaran yang bukan berasal dari Tuhan karena definisi Tuhan itu sendiri memiliki kajian berbeda yang bisa jadi jauh lebih kompleks dari hanya sekedar tinjauan etimologi. Disini saya akan menyempitkan fokus kepada agama-agama yang hidup di Indonesia melalui kacamata saya sendiri, tentu pembahasanya akan menjadi kurang ilmiah, namun saya pikir terlalu banyak mencatut teori-teori yang sudah ada mungkin akan rentan terjadi repetisi kajian yang sama, kurang menarik bagi saya pribadi. Di Indonesia terdapat lima agama yang diakui dalam buku pendidikan sejarah dari sekolah dasar sampai menengah atas, jika disederhanakan, sebenarnya Islam, Kristen maupun Katolik* memiliki rumpun sejarah yang identik, yaitu berawal dari masa Ibrahim, ada pula yang menyebut beliau sebagai bapaknya para nabi. Hindu dan Buddha lebih meanarik lagi, keduanya dikenal dari tempat yang sama, India, tetapi Hindu berumur jauh lebih tua. Sejarah besarnya Hindu di Indonesia masih dapat kita jumpai melalui situs-situs pariwisata bahkan esensinya masih dapat

    2 ________, Perbandingan Agama, ____________, _____________, Pandangan Taylor 3 Heri Setiawan, Makalah Agama Samawi dan Ardhi, (AKN Ponorogo: 2013)

  • ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik itu tradisi maupun budaya kejawen yang serba eksotis, lucunya sebagian orang menganggapnya sebagai cerminan dari budaya feodal di Eropa. Lain lagi dengan Kristen, orang yang lama tinggal di Jawa pasti tidak asing dengan Kristen Kejawan yang sering kita lihat dengan GKJW-nya, sebenarnya ada pula bentuk yang lain di daerah Indonesia Timur, saya kurang tau hal ini, tetapi menarik sekali bagaimana misionaris kekristenan berusaha membangkitkan Isa Almasih di daerah primitif yang masih kental akan kepercayaan-kepercayaan mistis semacam leluhur dan kekuatan gaib. Tidak hanya misionari Kristen, pernah pula saya mendengar bagaimana Islam berusaha ditanam dalam masyarakat pelosok Indonesia, prosesnya menarik cenderung memakai persuasi melalui tindakan-tindakan empati, sebut saja misi-misi kemanusian yang diprakarsai oleh pihak TNI, ternyata angkatan bersenjata Negeri ini tidak melulu harus melaksakan tugas yang beraroma resolosi konflik dengan cara-cara represif, dalam tim kemanusian militer terdapat pula pelaku yang berinisiatif humanisme, sangat menarik bagi saya mendapati adanya tim dakwah dalam pelaksanaan misi kemanusiaan melalui media agama Islam, idenya dengan menamkan esendi-esensi ajaran Islam diharapkan suatu masyarakat yang kacau dapat mengadaptasi cara kehidupan Islami sehingga moral suatu masyarakat mengarah ke tatanan positivistik, tentu cara ini memiliki konsekuensi dengan usaha yang luar biasa berat dimana memungkinkan Islam dapat diterima dan diadaptasi sepenuhnya sebagai agama supervisor dalam suatu masyarakat yang sebelumnya tidak mengenal Islam, salut. Berbicara mengenai Ibrahim, sebenarnya selain Islam dan Kristen, Yahudi bisa jadi memiliki sejarah sedikit berbeda, pernah saya sekilas membaca konsep YHWH, ini unik sekali, ada pula keyakinan akan datangnya juru selamat dan tentunya kita tidak asing dengan zionisme. Semenjak peristiwa holocaust, yahudi menjadi populer, saya lebih suka teori ideologi politik merupakan salah satu penyebab rasional, namun ada efek yang lebih menarik bagaimana jews menyebar ke seluruh dunia melalui migrasi etnis, mungkin saya tidak terlalu membahas tentang Yahudi karena keterbatasan pengetahuan. Lain lagi antara Kristen dan Katolik terselip pula sejarah-sejarah yang menarik, sebut saja perbedaan interpreatsi Trinitas, adanya vatikan sampai dengan era revolusi gereja, ada juga salah seorang yang dikenal dunia dengan orasi teologi-sosialisnya, Luther King.

    Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan populasi Islam terbesar di dunia mempunyai keunikan tersendiri, meskipun podium teratas selalu dikuasai oleh ideologi Islam sejak 400 tahun terakir maaf kalau salah, namun Negara ini tidak serta merta mendeklarasikan diri sebagai negara teokrasi, meskipun apa fakta-fakta yang ada menunjukan bahwa arena politik didominasi oleh halaun-halaun Islam, tidak pula berarti kaidah-kaidah Islami berlaku absolut pada kehidupan masyarakat, saya rasa ada sistem tersembunyi yang bisa menyeimbangkan berbagai polemik-polemik keagamaan ataupun variasi kepercayaan secara luas. Pernah suatu ketika sebelum pancasila resmi dirumuskan, piagam pancasila menyertakan sila pertama dengan dasar syariat Islam, jelas jika sistem tersebut

  • diresmikan sebagai pondasi utama Negara maka tidak akan cocok dengan falsafah bangsa yang memiliki keanekaragaman corak sosial. Mari kita lihat ke bagian yang lebih luas, Indonesia memiliki beragam bentuk sosial, tentu karena Negara ini terbagi-bagi dalam daerah-daerah otomomi, atau dengan kata lain pulau-pulau. Setiap pulau memiliki indentitas sendiri-sendiri, dalam hal ini berlaku pula terhadap sistem apa yang dominan di suatu pulau, baik itu sistem sosial umumnya, tradisi sampai yang substansial, yaitu kepercayaan, sebut saja Hinduism tumbuh harmonis di dalam masyarakat bali, sedangkan tanah Jawa cenderung didominasi oleh pengaruh ideologi Islam, tentu perbedaan tersebut memproduksi sistem tradisi maupun budaya berbeda yang berlaku dalam masyarakat. Pernah saya mendengar suatu berita, lembaga pakar agama Islam mengeluarkan fatwa pemblokiran terhadap satu tradisi tahunan di Bali, kurang lebih tradisi tersebut mendorong anak-anak muda baik itu wanita dan laki-laki untuk berciuman di depan umum, tentu tradisi tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islami, tetapi bagi masyarakat Bali tradisi tersebut diinterpretasikan dalam persepektif berbeda yang mungkin akan sulit sekali dipahami oleh pakar agama Islam sekalipun, saya rasa tingkat intelektual yang ideal harus pula bergaris lurus dengan kadar kebijaksanaan. Kembali lagi ke topik soal Kristen, ada yang menarik bagaimana Kristen berusaha menginjeksi konsep-konsepnya ke dalam suatu masyarakat, kita semua tahu bahwa setiap masyarakat mengadaptasi cara pandang berbeda dengan indikator seberapa besar kecocokan suatu sistem dengan masyarakat itu sendiri, pernah saya mendengar seorang pendeta dipanggil romo (rama), mungkin hal ini tidak sekedar masalah bahasa pergaulan, namun ada efek keintiman yang dihasilkan cenderung lebih penting, kita bisa kaitkan hal ini bagaimana wali songo bisa tersohor, dari buku sejarah kita tahu salah satu dari kesembilan wali bisa memiliki banyak sebutan atau nama lain, lucunya ada kepercayaan yang sampai sekarang masih berkembang terhadap para wali bisa jadi tidak hanya wali songo, tapi orang-orang yang dianggap tinggi ilmu agamanya diklaim mempunyai ilmu-ilmu ghaib, seperti dapat transportasi, berada di tempat berbeda dalam satu waktu, dapat hidup kembali dalam bentuk sprit meskipun sudah meninggal riwayatnya dan sebagainya. Apakah anda tahu bahwa istilah guru yang kita sematkan kepada kaum pendidik mempunyai etimologi dengan kata guru yang berasal dari kebudayaan Hinduisme India ? Istilah guru juga sering dipakai oleh industri komputer guna memberikan codename salah satu produknya, sebut saja Nvidia.

    Berbicara lebih jauh mengenai Hindu, saya kurang setuju jika agama ini secara praktis dikatakan sebagai hasil perenuangan semata, saya lebih setuju bahwa hanya konsep tuhan dalam ajaran Hindu diinterpretasikan berbeda dengan konsep Tuhan dalam ajaran-ajaran agama seperti Islam, Kristen, apalagi Yahudi4, om satih. Meskipun Hindu sendiri memperbolehkan lebih dari satu tuhan yang berarti pula adanya korelasi

    4 Vedasatra, keunggulan Agama Veda Dibanding Agama Kristen, 2010, Tuhan dalam agama Veda..

  • antara aspek-aspek alam dengan setiap tuhan, tidak serta merta dapat mudah disimpulkan bahwa tuhan-tuhan tersebut merupakan hasil dari perenungan semata. Jika anda tertarik dengan ilmu filsafat, maka kita mengenal sejarah Yunani, menariknya tuhan atau Dewa-dewa dalam konsep kehidupan Yunani era filsafat klasik tidak harus berlaku absolut sebagai konsep kesempurnaan, bahkan terdapat interpretasi dimana Dewa memiliki karakteristik mirip dengan manusia, lebih menarik mengetahui lagi mengetahui bahwa manusia yang dianggap penuh dengan sisi negativistik dapat bertranformasi menjadi bentuk Dewa yang identik dengan kekuatan-kekuatan super. Lain lagi cerita dengan Buddha yang populer dengan tokoh Siddharta Gautama, bernasib sama dengan Kristen dan Katolik, entah kenapa di Indonesia Hindu dan Buddha dipisahkan menjadi sistem kepercayaan berbeda. Sampai sekarang saya selalu tertarik dengan ajaran Buddha, bagi saya ajaran Buddha cenderung fokus menanamkan esensi kehidupan yang bijaksana, penuh keharmonisan sesuai dengan visi-visi Buddha sehingga ajaranya tidak terlalu menekankan kepada kehidupan setelah mati, ada sebuah interpretasi tentang kehidupan dimana jika selama hidup di dunia seseorang terus melakukan hal-hal kebaikan dan berkehidupan secara harominis dengan jiwa tuhan, maka baik pula kehidupan setelahnya. Dunia pernah mengenal sosok Dalai Lama dan Mahatma Gandhi, keduanya juga dianggap sebagai tokoh yang memprakarsai kehidupan humanisme dan pluralisme, di Indonesia ada pula sosok Gus Dur, sebagian orang menganggap Beliau sebagai salah satu tokoh pluralisme, bedanya Gus Dur mampu meracik konsep-konsep pluralisme ala barat dengan konsep-konsep Islami, namun kita tahu sendiri, di kancah politik beliau hanya mampu bertahan satu tahun lamanya. Ada momen yang sangat menarik peninggalan era Gus Dur, semua orang tahu bahwa kaum Konghucu tidak diakui dalam daftar lima agama, berkat Beliau kaum konghucu bisa bernafas lega dan diperhatikan oleh Negara, mungkin kita tidak akan pernah lagi mendengar ide-ide kritis sekaligus solutif dengan bumbu guyonan khas ala Gus Dur, namun bagi saya, jiwa Beliau akan terus hidup selama Indonesia masih Bhinneka Tunggal Ika.

    Kita dapat menghubungkan aspek-aspek negara, Agama dan Ideologi menjadi diagram timbal balik dimana setiap aspek saling mempengaruhi satu sama lain. Salah satu penggambaran sederhana, suatu negara memiliki dasar-dasar politis sebagai kendaraan, sedangkan agama bersama-sama dengan sistem atau budaya masyarakat suatu negara berjalan beriringan sebagai peran normatif diamana aturan-aturan yang berlaku dipengaruhi oleh perkembangan agama maupun budaya, keduanya sekaligus berperan selektif terhadap pengaruh-pengaruh baru, terutama yang berasal dari luar (asing). Berbicara mengenai politik, sistem politik yang berlaku pada suatu negara harus mempunyai dasar-dasar ideologi, ada banyak sekali macam ideologi di seluruh dunia, namun jika kita sederhanakan, ada dua ideologi kuat yang pernah dikenal yaitu Liberal dan Sosialis, sementara itu dikenal pula konsep negara teokrasi yang ideologinya harus berdasarkan kepada ajaran-ajaran agama dominan. Pada

  • masa Eropa muda, gereja memiliki otoritas kuat mengatur tata pemerintahan Inggris, kita dapat mengenang sejarahnya melalui jembatan gantung yang terkenal itu. Namun sejak dimulainya era revolusi Perancis, sekitar abad 16 kalau tidak salah, rakyat Inggris mulai merasa tidak puas terhadap sistem pemerintahan yang dinilai cenderung kaku, memaksa Inggris melakukan revolusi pemerintahan dimana mengharuskan adanya bentuk pemerintahan yang independen, terlepas dari otonom gereja, kejadian ini tercatat dalam sejarah sebagai ihwal kejatuhan pengaruh gereja di Eropa. Saat ini kita mengenal istilah Negara sekuler, konsep sekulerisme sudah berkembang jauh semenjak kejatuhan gereja, sebenarnya konsep sekulerime bukan berarti sama sekali tidak ada ruang bagi agama hidup didalam daerah otonom pemerintahan, dalam hemat saya, Negara sekuler berarti suatu negara memandang kerakyatan sebagai bentuk plural sehingga sistem pemerintahan harus dibuat tanpa adanya intervensi agama tertentu, dalam implementasinya, arena politik tidak diperbolehkan membawa simbol-simbol agama, baik itu membawa organisasi keagamaan secara gamblang maupun hukum-hukum agama. Turki merupakan salah satu contoh yang cukup bagus sebagai negara sekuler, awalnya negara ini pernah memiliki pemerintahan yang cenderung teokratis, namun karena keadaan geografis, maka Turki mau tak mau harus berdaptasi dengan para tetangga dekat, yaitu Eropa. Tentu geografis tidak hanya persolaan letak negara, namun dangen melihat geografis suatu negara kita dapat memprediksi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu negara, baik itu pengaruh-pengaruh ideologi dari luar, hubungan ekonomi sampai hubungan kebudayaan. Ada pula partai politik yang dianggap konservatif karena berusaha membawa konsep-konsep agama sebagai pelengkap ideologi politiknya. Jika anda melihat Iran, negara tersebut cukup bagus menggambarkan sebuah negara dengan dominasi partai-partai konservatif, tentu ideologi politiknya sedikit berbeda dengan negara teokratis semacam Arab Saudi, Iran pernah memiliki hubungan yang erat dengan salah satu negara Liberal, Amerika, bahkan tidak sedikit pula pergerakan sosialis yang berhaluan ala Soviet. Namun sejarah mengatakan kepada kita bahwa selama Pahlevi berkuasa, Iran diambang batas kebobrokan moral politik, rakyat melihat indikasi banyaknya penguasa yang korup, Amerika begitu kuat mengendalikan Pahlevi sehingga aset-aset ekonomi Iran mudah dieksploitasi, pada perang Irak-Iran ketika Iran berada pada masa transisi ideologi dan budaya, kita dapat menemukan banyak sekali senjata-senjata maupun kendaran tempur produksi Amerika yang dimiliki Iran. Selagi ideologi Liberal, Sosialis, Komunisme dan sebagainya terus mempertahankan eksistensi bahkan berkembang sampai sekarang dengan imbuhan neo-, konon katanya kita memiliki landasan Ideologi yang tidak dimiliki oleh negara lain dan satu-satunya di Dunia, Pancasila, asasnya diambil dari kitab sotasoma karya empu Tantular, isi sila-silanya merupakan esensi dari seluruh konsep yang berlaku di seluruh dunia; Ketuhanan, Nasionalisme, Humanisme, Demokrasi dan Sosialisme. Saya pikir ideologi

  • Pancasila sangat idealis, entah sampai mana Pancasila membawa kita, yang jelas haram hukumnya sekedar mantuk-mantuk alias taqlid.

    3. Penutup

    Bisa jadi pembaca menanggap saya cenderung berpihak kepada pluralisme, sebenarnya saya lebih menekankan kepada keterbukaan berpikir melalui berbagai sudut pandang, karena bagi saya kurang afdol jika hanya memandang suatu topik atau masalah hanya dari satu sisi pandang saja. Saya tidak sekedar menyuarakan semua agama itu sama, pembahasan-pembahasan diatas berusaha saya kolerasikan dengan fenomena-fenomena sosiologi, salah satunya pembahasan bahwa negara, ideologi dan agama memiliki hubungan timbal balik, tentunya pada beberapa aspek perlu diuji oleh penelitian lebih lanjut, baru-baru ini saya tertarik dengan The Bible, The Quran and Science karya Dr. Maurice Bucaille namun belum sempat membacanya, baru sampai preface. he he

    Saya pikir tulisan ini jauh dari dikatakan ilmiah karena didalamnya terdapat lebih banyak hasil interpretasi penulis sendiri dengan sedikit didukung oleh kedalaman kajian pustaka. Boleh dibilang karya ini lebih cocok dikatakan sebagai artikel atau essay, tetapi ada kebahagian tersendiri ketika berhasil mecurahkan segala wawasan dan pengetahuan yang serba terbatas ini. Dengan segala kekurangan, sekaligus berarti saya sangat mengharapkan kritikan pembaca, akan jauh lebih senang lagi jika adanya masukan agar tulisan ini bisa dikembangan menjadi lebih ilmiah. Terimakasih

  • DAFTAR PUSTAKA Effendy, B. (2005). Disartikulasi Pemikiran Politik Islam. Seri Bidang Kajian

    Politik dan HAM Seri-2. Jakarta Selatan: The International Institute of Islamic Thought (IIIT).

    Papa-martin. (2011). Perbandingan Agama. Retrieved from google "perbandingan agama" filetype:pdf

    Setiawan, H. (2013). Makalah Agama Samawi dan Ardhi. Ponorogo: AKNP Press.

    Vedasatra. (2010). Keunggulan Agama Veda Dibanding Agama Kristen. Retrieved from google "perbandingan agama" filetype:pdf

    1 QUOTE2 ABSTRAK3 PEMBAHASAN4 DAPUS