keberagamaan birokrat pemerintah studi kasus di...

68
KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH (Studi Kasus Para Pejabat Birokrasi Di Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial Oleh: AHMAD BAJRI NIM 101032221643 Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008

Upload: phungkiet

Post on 13-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH (Studi Kasus Para Pejabat Birokrasi Di Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk

Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial

Oleh: AHMAD BAJRI

NIM 101032221643

Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2008

Page 2: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH

(Studi Kasus Para Pejabat Birokrasi Di Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk

Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial

Oleh

AHMAD BAJRI

NIM 101032221643

Di bawah bimbingan,

DR. M. Amin Nurdin, MA

NIP. 150 232 919

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 3: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH (Studi Kasus di Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Februari 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Sosiologi Agama.

Jakarta, 28 Februari 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap Anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Dra. Hj. Hermawati, MA Joharutul Jamilah, S.Ag, M. Si NIP. 150 227 408 NIP. 150 282 401

Anggota:

Penguji 1 Penguji II

Drs. Masri Mansoer, MA Dra. Ida Rosyidah, MA NIP. 150 244 493 NIP. 150 243 267

Pembimbing

Dr. M. Amin Nurdin, MA NIP. 150 232 919

Page 4: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi Agama Dan Birokrasi

1. Pengertian Agama

Agama adalah suatu sistem sosial yang dibuat oleh penganut-

penganutnya yang bergantung pada kekuatan-kekuatan non empiris yang

dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri

mereka dan masyarakat luas umumnya.1

Dalam kamus sosiologi pengertian agama ada 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual

b. Perangkat kepercayaan pada praktek-praktek spiritual yang dianggap

sebagai tujuan tersendiri

c. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural2

Secara khusus agama dapat didefinisikan sebagai suatu sistem

keyakinan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat dalam

menginterpretasi dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan sebagai

yang gaib dan suci dan bersumber dari wahyu Tuhan.3

Definisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu, secara teoritis

agama adalah suatu sistem kepercayaan dan secara praktis agama adalah suatu

sistem kaidah yang mengikat penganutnya. Dapat dikatakan bahwa individu

yang beragama adalah individu yang memiliki kepercayaan dan keterikatan

1 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h. 29 2 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 129 3 Roland Robertson, Agama; Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada,1993), h. 295

Page 5: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

terhadap agama yang dianutnya dan ia berinteraksi sosial sesuai dengan ajaran

agamanya. Sedangkan pengertian keberagamaan dari sarasehan yang

dilakukan oleh fisikawan Fritjof Copra, teologiawan David Stindl Rast dan

Thomas Matus yang membahas tentang agama, beragama dan kerohanian

telah menghasilkan pengertian tentang sifat beragama yaitu naluri yang

disinggungkan oleh Tuhan dalam diri manusia.4

Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu

dibayang-bayangi oleh keberadaan agama.5

Agama juga diyakini sebagai sumber motivasi bagi hidup manusia

baik individu ataupun kelompok, agama merupakan tempat untuk mencari

makna hidup yang final dan ultimate. Pengalaman agama dari diri manusia

juga akan terefleksikan pada tindakan sehari-hari dalam lingkungan sosial.6

Menurut pendapat Glock dan Stark, untuk mengukur tingkat

religiusitas seseorang dapat dipakai kerangka sebagai berikut :

a. Keterlibatan tingkat ritual (ritual involvement), yaitu tingkat sejauh

mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual agama mereka.

b. Keterlibatan idiologis (idieological involvement), yaitu tingkatan

sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatis dalam agama

mereka.

c. Keterlibatan inteklektual (intelectual involvement), yaitu yang

mengambarkan sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran

4 Joachim Wach, Sosiology of Religion, Chicago, 1944, dikutip oleh: J, Milton Yinger,

Religion Society and Individual, h. 12 5 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 199 6 M. Munandar Sulaiman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung:

PT Eresco, 1995), h. 218

Page 6: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

agamanya, seberapa jauh aktivitasnya dalam menambah pengetahuan

agama.

d. Keterlibatan pengalaman (experiental involvement), yang menunjukan

apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler

yang merupakan keajaiban dari Tuhan.

e. Keterlibatan secara konsekuen (consequential involvement), yaitu

tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran

agamanya.7

2. Pengertian Keberagamaan

Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat difahami

secara terpisah meskipun kedua mempunyai makna yang sangat erat.

Mengenai definisi agama telah dijelaskan di atas sedangkan keberagamaan

berarti pembicaran mengenai pengalaman atau fenomena yang manyangkut

hubungan antar agama dengan penganutnya atau suatu keadaan yang ada

dalam diri seseorang (penganut utama) yang mendorong untuk bertingkah laku

yang sesuai dengan agamanya.

Kata keberagamaan berasal dari kata “beragama”. Kata beragama

dalam Kamus Bahasa Indonesia yaitu antara lain :

1. Menganut (memeluk) agama

2. Beribadat, taat kepada agama (baik hidupnya menurut agama),

misalnya dia berasal dari keluarga yang taat beragama.

7 Masri Singarimbun, Sofian Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES,

1989), hal 126-127

Page 7: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Menurut Djamaluddin mendefinisikan keberagamaan sebagai

“manifestasi” seberapa jauh individu penganut agama meyakini, memahami,

menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-

hari dalam semua aspek kehidupan.8

Berkaitan dengan keberagamaan Islam, kualitas keberagamaan

seseorang ditentukan oleh seberapa jauh individu memahami dan

mengamalkan ajaran-ajaran serta perintah Allah secara menyeluruh dan

optimal. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan iman dan ilmu yang

berkaitan dengan amal perbuatan sehingga fungsi sebagai rahmat bagi seluruh

umat manusia dan seluruh alam dapat dirasakan. Keberagamaan Islam

meliputi jasmani dan rohani, pikir dan zikir, aqidah dan ritual, pribadatan,

penghayatan dan pengamalan, akhlak, individu dan sosial masyarakat serta

masalah duniawi dan akhirat.9

Dalam dimensi keyakinan atau aqidah seseorang harus meyakini dan

mengimani beberapa perkara dengan kokoh dan kuat, sehingga keyakinannya

tersebut tidak dapat digoyahkan. Keyakinan seperti itu akan diperoleh oleh

seseorang dengan argumentasi (dalil aqli) yang dapat dipertahankan.

Keyakinan ini pada intinya berkisar pada keimanan kepada Allah dan hari

Akhir. Selanjutnya dalam dimensi syariat adalah konsekuensi logis dan praktis

dari keyakinan mengamalkan syariat representasi dari keyakinan sehingga

sulit dipercaya jika seorang mengaku beriman kepada Allah dan hari Akhir

tetapi tidak mengindahkan syariatnya, karena syariat merupakan kewajiban

8 Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi, (Yogyakarta :

UGM Press, 1995) , h. 44 9 Susi Damayanti, skripsi: “Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Prososial

pada Santri Kelas II Aliyah Pondok Pesantren As-Shidiqiyah Jakarta Barat”, (Jakarta : UIN, 2001), h. 30

Page 8: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

dan larangan yang datang darinya.10 Maksudnya ialah keyakinan harus disertai

dengan pengamalan kepada Allah.

3. Dimensi Keberagamaan

Konsep-konsep tentang keberagamaan tidak sama bagi semua orang,

baik masyarakat komplek, modern, maupun bagi sebagian besar masyarakat

primitif yang homogen karena adanya keberagamaan yang luas. Setiap

penelitian mengenai individu dan agamanya menghadapi masalah yang pelik

dalam hal definisi bagaimana kita melihat dan memberi batasan

“keberagamaan” dan bagaimana kita menggolongkan seseorang dalam

konteks ini. Menurut R Stark dan C.Y Glock dilihat dari sudut dimensi

sosiologi agama terdapat lima dimensi utama dalam memahami masyarakat

agama, yaitu :

a. Dimensi keyakinan merupakan dimensi yang berisikan dimensi yang

berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius

berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui

kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan

seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan taat

walaupun demikian isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi

tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara

tradisi-tradisi dalam agama yang sama. Dalam setiap agama mesti

10 Ahmad Hanafi, “Bagaimana Menguatkan Iman”, artikel diakses tanggal 14 Maret

2007, dari www.al-shia.com/html/id/service/maqolat/agama/agama.htm

Page 9: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

terdapat sistem kepercayaan yang harus dipertahankan dimana

penganutnya diharapkan mentaatinya.11

b. Dimensi prektek agama menurutnya, dimensi ini mencakup perilaku

pemujaan-pemujaan serta ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang

untuk menunjukkan sebuah komitmen terhadap agama yang dianutnya.

Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting yaitu :

pertama, ritual mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan

formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan

para penganutnya melaksanakan. Keua, ketaatan, apabila aspek ritual

dari komitmen sangat formal dan khas publik semua agama yang

dikenal juga mempunyai seperangkat tindakan persembahan dan

kontemplasi personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.

c. Dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta

bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu

walaupun tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama

dengan baik pada suatu waktu akan tercapai pengetahuan subjektif dan

langsung mengenai kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu

keadaan kontak dengan perantara supranatural.

d. Dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu pada harapan

bahwa seseorang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah

minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus,

kitab suci dan tradisi agama yang dianutnya. Glock melihat bahwa

dimensi ini tidak selalu sejalan dengan prakteknya. Seseorang dapat

11 Robertson, Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, h. 295

Page 10: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya atau

kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit.

e. Dimensi konsekuensi, konsekuensi komitmen agama berlainan dari

keempat dimensi di atas. Dimensi ini mengacu kepada identifikasi

akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan

pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam

pengertian teologis digunakan disini walaupun agama banyak

menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan

bertindak dalam kehidupan sehari-hari tidak sepenuhnya jelas sebatas

konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan

semata-mata berasal dari agama.

4. Pengertian Birokrasi

Dalam perbendaharaan bahasa abad ke-18, “biro” (“bureau”) yang juga

berarti meja tulis, selalu diartikan sebagai suatu tempat yang di sana para

pejabat bekerja. Tambahan sisipan yang diturunkan dari kata Yunani yang

berarti “aturan” (rule), menghasilkan suatu istilah yang memiliki suatu

kekuatas dahsyat menembus budaya-budaya lain. Konsep Yunani tentang

pemerintahan telah lama diserap ke dalam bahasa-bahasa besar Eropa. Isitlah

baru dengan amat mudah mengalami transliterasi sama sebagaimana

“demokrasi” atau “aristokrasi”. Dengan cepat kata tersebut menjadi bagian

dari perbendaharaan istilah politik internasional. Bureucratie dalam bahasa

Perancis segera menjadi Bureaukratie dalam bahasa Jerman (yang akhirnya

menjadi Burokratie), burocrazia dalam bahasa Itali dan “burecrazy” dalam

Page 11: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

bahasa Inggris. Selanjutnya, analog dengan kata turunan “democracy”, maka

“bureucracy” dapat diturunkan menjadi “bureucrat”, “bureucratic”,

bureucratism”, “bureucratist” dan “bureucratization” (“birokratisasi”).12

Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi diartikan

sebagai: 1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah

karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan; 2. Cara bekerja atau

susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan

sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya.13

Staf administrasi birokratis, birokrasi dalam bentuknya yang paling

rasional, terlebih dahulu mensyaratkan proposisi-proposisi menurut legitimasi

dan otoritas, serta memiliki ciri tertentu sebagai berikut:

1. Para anggota staf secara pribadi bebas, hanya menjalankan tugas-tugas

impersonal jabatan mereka.

2. Ada hierarki jabatan yang jelas.

3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas.

4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.

5. Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, idealnya

didasarkan suatu diploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian.

6. Mereka memiliki gaji dan biasanya ada juga hak-hak pensiun. Gaji

berjenjang menurut kedudukan dalam hierarki. Pejabat dapat selalu

menempati posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu ia juga dapat

diberhentikan.

12 Martin Albrow, Birokrasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996), Cet. ke-3, hal. 2-

3 13 W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia II, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1983), hal. 120

Page 12: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

7. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja

pokoknya.

8. Terdapat suatu struktur karir, dan promosi dimungkinkan berdasarkan

senioritas maupun keahlian (merit) dan menurut pertimbangan

keunggulan (superior).

9. Pejabat mungkin tidak sesuai baik dengan posnya maupun dengan

sumber-sumber yang tersedia di pos tersebut.

10. Ia tunduk pada sistem disipliner dan kontrol yang seragam.

Kesepuluh ciri birokrasi yang ideal, murni atau paling rasional yang

diperkenalkan oleh Max Weber ini merupakan suatu jenis staf administrasi

yang seringkali diacukan pada tout court (sebutan pasangannya) sebagai

“birokrasi”. Tidak diragukan lagi, masalah tersebut merupakan satu-satunya

pernyataan terpenting dalam ilmu-ilmu sosial, yang pengaruhnya sangat

besar.14

B. Birokrasi Ideal Max Weber

Ciri-ciri pokok dari struktur birokrasi menurut Weber adalah sebagai

berikut:

1. “Kegiatan sehari-hari yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi didistribusikan melalui cara yang telah ditentukan, dan

dianggap sebagai tugas-tugas resmi”. Pembagian tugas secara tegas

memungkinkan untuk mempekerjakan hanya ahli-ahli dengan kekhususan

tertentu pada jabatan-jabatan tertentu dan membuat mereka bertanggung

14 Martin Albrow, Birokrasi, hal. 33-34.

Page 13: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

jawab atas pelaksanaan tugas masing-masing secara efektif. Tingkat

spesialisasi yang tinggi ini telah menjadi bagian dari kehidupan sosio-

ekonomi kita, sehingga kita cenderung lupa bahwa hal ini merupakan

inovasi birokratis yang relatif baru dan belum pernah ditemui di masa-

masa lalu.15

2. Pengorganisasian kantor mengikuti prinsip hierarki; yaitu bahwa unit yang

lebih rendah dalam sebuah kantor berada di bawah pengawasan dan

pembinaan unit yang lebih tinggi”. Setiap pejabat yang berada dalam

hierarki administrasi ini dipercayai oleh atasan-atasannya untuk

bertanggung jawab atas semua keputusan dan tindakan yang dilakukan

oleh bawahannya maupun dirinya sendiri. Agar dapat

mempertanggungjawabkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan

bawahannya, ia diberi wewenang untuk mengatur nereca: ia mempunyai

hak untuk memberi perintah-perintah, dan bawahan-bawahannya

mempunyai kewajiban untuk mematuhinya.

3. Pelaksanaan tugas diatur oleh suatu “sistem peraturan-peraturan abstrak

yang konsisten mencakup juga penerapan aturan-aturan ini di dalam kasus-

kasus tertentu.” Sistem pedoman-pedoman ini dirancang untuk menjamin

adanya keseragaman dalam pelaksanaan setiap tugas (terlepas dari

berapapun banyaknya pegawai yang terlibat di dalamnya) dan untuk

mengkoordinasikan tugas-tugas yang beraneka ragam. Peraturan dan

perundang-undangan yang jelas memberi kejelasan tentang tanggung

15 Peter M. Blau dan Marshal W. Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, (Jakarta:

UI Press, 1987), hal. 27

Page 14: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

jawab masing-masing anggota organisasi maupun tentang bagaimana

menjalin hubungan antara satu sama lain.16

4. “Seorang pejabat yang ideal melaksanakan tugas-tugasnya dengan

semangat ‘Sine ira et studio’ (formal dan tidak bersifat pribadi), tanpa

perasaan-perasaan dendam atau nafsu dan oleh karena itu tanpa perasaan

kasih sayang atau antusiasme. Agar pedoman-pedoman yang rasional bisa

mempengaruhi jalannya pelaksanaan tugas tanpa dicampuri hal-hal yang

bersifat pendirian pribadi, maka di dalam organisasi, seseorang harus

menampilkan pendekatan yang tidak mempunyai ikatan. Jika seorang

pejabat membiarkan di dalam dirinya berkembang perasaan-perasaan

tertentu terhadap bawahan-bawahan atau klien-kliennya, ia akan

menghadapi kesulitan untuk menghindar agar perasaan-perasaan tersebut

tidak mempengaruhi dirinya dalam membuat keputusan-keputusan

kedinasan. Sebagai akibat (dan seringkali tanpa disadarinya), mungkin saja

seorang pejabat dalam hal-hal tertentu akan bersikap lunak dalam menilai

pekerjaan salah satu bawahannya atau bersikap diskriminatif dengan

melakukan pilih kasih di antara klien-klliennya. Pengempingan

pertimbangan-pertimbangan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas

kedinasan merupakan prasyarat untuk menghindarkan pilih kasih dan

mengadakan efisiensi. Faktor-faktor yang membuat seorang pegawai

pemerintah menjadi tidak populer di antara klien-kliennya (yaitu bersikap

menjauhkan diri dan kurang memberi perhatian khusus terhadap mereka

sebagai sesama manusia), sebenarnya justru merupakan keuntungan bagi

16 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 28

Page 15: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

klien-klien. Tidak adanya perhatian (disinterestedness) dan tidak adanya

kepentingan pribadi berjalan seiring. Seorang pejabat yang tidak menjaga

jarak sosial dan akhirnya mempunyai perhatian yang bersifat pribadi

terhadap masalah-masalah yang dihadapi kliennya, cenderung melakukan

pilih kasih dalam melayani klien-kliennya; tergantung pada klien mana

yang lebih disenanginya. Menjauhkan hubungan-hubungan yang bersifat

pribadi mendorong untuk memperlakukan semua orang secara adil, dan

oleh karena itu menumbuhkan demokrasi dalam administrasi

(pemerintahan).17

5. Pekerjaan dalam suatu organisasi birokratis didasarkan pada kualifikasi

teknis dan dilindungi dari kemungkinan pemecatan oleh sepihak.

“Pekerjaan dalam suatu organisasi birokratis mencakup suatu jenjang karir

serta terdapat suatu ‘sistem kenaikan pangkat’ yang didasarkan atas

senioritas atau prestasi maupun gabungan antara keduanya”.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan kepegawaian ini, yang tidak hanya ditemui

pada organisasi-organisasi pemerintah (civil serviece) tetapi juga di dalam

perusahaan-perusahaan swasta, mendorong pertumbuhan rasa kesetiaan

terhadap organisasi serta rasa ikatan sebagai satu korps (espirit de corps)

di antara sesama anggota. Dengan mengaitkan pegawai-pegawai secara

terus menerus kepada organisasi, akan memberi motivasi kepada mereka

untuk lebih mempergiat usaha mencapai kepentingan-kepentingan

organisasi. Selain itu juga dapat menumbuhkan kecenderungan di dalam

17 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 29

Page 16: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

diri mereka untuk berfikir bahwa mereka merupakan kelas tersendiri yang

terpisah dan lebih unggul daripada anggota-anggota masyarakat lainnya.18

6. “Pengalaman, secara universal cenderung mengungkapkan bahwa tipe

organisasi administratif yang murni berciri birokrasi dilihat dari sudut

pandang yang semata-mata bersfat teknis, mampu mencapai tingkat

efisiensi yangt tertinggi”. “Perbedaan antara mekanisme birokratis yang

telah berkembang secara penuh dengan organisasi-organisasi lainnya

adalah ibarat mesin dengan cara-cara produksi yang nonmekanis’.

Birokrasi mengatasi masalah menondol dalam organisasi, yakni

bagaimana memaksimalkan efisiensi dalam organisasi – jadi tidak hanya

mengatasi masalah-masalah individu-individu saja.19

Efisiensi administratif yang sangat unggul dari birokrasi merupakan hasil

yang diharapkan dari berbagai ciri birokrasi sebagaimaan yang digarisbawahi oleh

Weber. Agar seseorang dapat bekerja secara efisien, ia harus memiliki keahlian-

keahlian tertentu dan mengharapkannya secara giat dan rasional, akan tetapi untuk

suatu organisasi prasyaratannya lebih banyak lagi. Setiap anggota harus ahli

dalam keterampilan tertentu untuk dapat menjalankan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya. Inilah maksud dari diadakannya spesialisasi serta

penerimaan pegawai yang didasarkan atas kualifikasi teknis, dan yang sering

diharapkan pada berbagai ujian-ujian objektif. Akan tetapi, para ahli pun tidak

terlepas dari pertimbangan-pertimbangan pribadi dalam membuat keputusan yang

rasional.

18 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 30 19 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 31

Page 17: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Walaupun tidak secara terang-terangan mengatakannya, Weber

menyajikan suatu analisis fungsional tentang birokrasi. Dalam tipe analisis

tersebut, suatu struktur sosial dijelaskan dengan cara menunjukkan bagaimana

setiap unsurnya mempunyai peranan dalam mempertahankan keutuhannya serta

dalam pelaksanaan tugas secara efektif. 20

C. Sistem Pembinaan Karir Birokrasi Di Indonesia

Peningkatan kualitas kebijakan publik pada gilirannya akan meningkatkan

citra aparatur negara itu sendiri. Meskipun demikian, sejalan dengan

penyempurnaan di bidang perumusan kebijakan publik, perlu pula dirumuskan

secara lebih jelas strategi untuk meningkatkan aparatur negara. Apabila berbaicara

mengenai strategi peningkatan aparatur negara, maka secara fundamental tidak

bisa melepaskan diri dari upaya peningkatan profesionalisme aparatur negara

melalui proses pengadaan, pembinaan, hingga pensiun. Ketiga variabel ini

merupakan satu kesatuan yang interdependensi dan tidak dapat dipisahkan satu

sama lain.

Sejak pelita IV Kantor Menpen (Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara)

telah memantapkan sistem pembinaan karir pegawai yang memberi perhatian

cukup besar pada tahap pengadaan pegawai. Masalah pengadaan atau rekruitmen

merupakan masalah yang sangat vital. Bila proses rekruitmen berjalan dengan

baik, secara teoritis akan dapat dijaring calon-calon pegawai bermutu dan

qualified. Sebaliknya, jika proses rekruitmen tidak baik, maka akan didapat calon-

calon pegawai atau pegawai yang tidak memenuhi syarat, dan sebagai akibatnya,

20 Peter M. Blau dan Marshal W. Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, (Jakarta:

UI Press, 1987), hal. 27-32.

Page 18: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

pemerintah akan menanggung beban selama pegawai tersebut berdinas, bahkan

sampai pensiun. Oleh karena itu, sistem rekruitmen pegawai negeri (PNS) perlu

terus menerus dibenahi sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sebagaimana

seharusnya. Kemudian, program pendidikan awal bagi PNS yang kita kenal

dengan Program Pelatihan Prajabatan yang menitikberatkan pada keseimbangan

antara pelatihan fisik, mental, dan disiplin, perlu terus dimantapkan dan

ditingkatkan kualitasnya. Melalui program ini diharapkan terbentuk aparatur yang

berwawasan luas dan berdisiplin tinggi serta didukung oleh fisik yang sehat.

Dari segi pembinaan yang meliputi pembinaan karir, diklat, dan

peningkatan kesejahteraan, pembinaan PNS adalah suatu proses yang berlangsung

terus menerus hingga PNS tersebut memasuki masa purnabakti. Proses pembinaan

karir dan diklat meliputi dua aspek, yaitu:

1. Melalui pola diklat umum maupun teknis fungsional

2. Melalui pola diklat struktural untuk mengisi jabatan struktural tertentu

Pada dasarnya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

memperlancar pelaksanaan tugasnya, PNS diberi kesempatan seluas-luasnya

untuk mengikuti diklat, baik jangka pendek maupun jangka panjang, bahkan

hingga mencapai gelar doktor (S-3). Diklat tersebut selaih harus senantiasa

ditingkatkan sesuai dengan tuntutan dinamika pembangunan juga perlu

diupayakan suatu pola yang memungkinkan pemanfaatan PNS hasil diklat

tersebut tidak termanfaatkan dengan optimal dan bahkan tidak berkaitan sama

semaki dengan pola karir yang ada. Jelas masalah ini akan mengurangi motivasi

Page 19: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

PNS tersebut dan pada akhirnya akan mengganggu tingkat produktivitas

aparatur.21

Hal ini tentu saja diharapkan agar para pejabat yang sudah mendapat

berbagai macam pelatihan tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, sehingga

dapat memberikan yang terbaik bagi negara dan bangsanya. Dan uang negara

yang digunakan untuk membiayai mereka tidak terbuang begitu saja, apa lagi

hanya sekedar untuk bagi-bagi jatah.

Upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan dengan melakukan

penyesuaian gaji secara bertahap sesuai dengan kondisi keuangan negara.

Disamping kesejahteraan berupa materi, pemerintah juga berupaya memberikan

kemudahan PNS untuk memperoleh haknya seperti penyerdehanaan prosedur

kenaikan pangkat, penerimaan gaji, pensiun, dan proses pemberian penghargaan

bagi yang berprestasi, maupaun penghargaan otomatis bagi PNS yang telah

mengabdikan diri selama kurun waktu tertentu. Upaya peningkatakn kesejahteraan

tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada

masyarakat.22

21 T.B. Silalahi, “Membangun Sosok Aparatur Profesional dalam Kompetisi Global”, dalam J.B. Kristiadi, et.all., Pemberdayaan Birokrasi Dalam Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), hal. 53-54.

22 T.B. Silalahi “Membangun Sosok Aparatur Profesional dalam Kompetisi Global”, h. 55

Page 20: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat

Keberadaan Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat

sejak otonomi daerah digulirkan 1998/1999. Di tingkat dinas adalah Dikmenti

atau Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi, sedangkan di tingkat kecamatan

seksi Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Kecamatan. Sebelum bergulirnya

otonomi daerah, nama dinas ini berganti-ganti sesuai dengan menteri yang

menjabat dinas ini. Ada Depdikbud, Depdiknas, dan lain sebagainya.

Otonomi di DKI tidak seperti daerah lainnya. Otonomi daerah ada UU

nomor 34 tentang ibukota Negara, otonominya bersifat administratif. Hal ini

menjadikan para pejabat di lingkungan DKI adalah eselon III, beda dengan

pejabat di daerah yang merupakan eselon II. Dinas pendidikan di Tangerang,

Bekasi itu eselon II.

Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi tugasnya

menyelenggarakan pendidikan formal, nonformal, dan informal.

VISI

Mejadika system layanan pendidikan menengah, luar sekolah dan luar biasa sesuai

kebutuhan masyarakat sekolah dan luar biasa sesuai kebutuhan masyarakat secara

demokratis, adil, mandiri dan berkualitas

MISI

1. Mengupayakan terwujudya system dan iklim pendidikan nasionalitas yang

demokratis dan berkualitas

Page 21: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

2. Mengupayakan terwujudnya system pendidika yang dapat

mengembangkan kepribadian yang dinamis, kreatif, dan berdaya saing

global.

3. Meningkatkan peran pedidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan

dalam rangka pembetukan kepribadian.

4. Mengembangkan kemajuan membaca dan menulis menuju terwujudnya

masyarakat belajar (learning society)

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang terdapat di Suku Dinas Pendidikan Menengah

dan Tinggi Jakarta Barat beserta tugas dan wewenangnya terdapat dalam Surat

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 21 Tahun 2002 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta. Adapun bunyi Surat Keputusan tersebut adalah sebagai berikut:

Bagian kedua belas Suku dinas pendidikan menengah dan tinggi

Pasal 31 (1) Di setiap Kotamadya dibentuk Suku Dinas Pendidikan Menengah dan

Tinggi.

(2) Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi dimpimpin oleh seorang

Kepala Suku Dinas

(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Suku Dinas Pendidikan

Menengah dan Tinggi bertanggung jawab secara teknis administrative

kepada Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi dan taktis

operasional kepada Walikotamadya yang bersangkutan.

Page 22: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Pasal 32

(1) Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi mempunyai tugas

melaksanakan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan pendidikan

menengah, pendidikan luar sekolah dan pendidikan luar biasa sesuai

kebijakan teknis yang telah ditetapkan Kepala Dinas dan kebijakan

operasional oleh Walikotamadya yang bersangkutan.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana dan program kerja;

b. pelaksanaan program pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan SMU, SMK, pendidikan luar biasa, pendidikan

luar sekolah, tenaga kependidikan, sarana prasarana pendidikan dan

akreditasi.

c. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan SMU, SMK, pendidikan luar biasa, pendidikan

luar sekolah, tenaga kependidikan, sarana prasarana pendidikan dan

akreditasi.

d. Pembinaan dan pengendalian kegiataan kesiswaan SMU dan SMK;

e. Pembinaan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

dan pengelolaan SMU dan SMK;

f. Pemberian rekomendasi dan pertimbangan pendirian, pengembangan dan

penutupan SMU, SMK dan lembaga pendidikan luar sekolah dan

pendidikan luar biasa;

Page 23: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

g. Pelaksanaan dan pengendalian pemberian bantuan/subsidi kepada lembaga

pendidikan swasta;

h. Penyelenggaraan penerimaan siswa baru SMU dan SMK

i. Pengelolaan administrasi, ketatausahaan dan perlengkapan.

Pasal 33

(1) Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi terdiri dari:

a. Kepala Suku Dinas;

b. Subbagian Tata Usaha;

c. Seksi Pendidikan Sekolah Menengah Umum;

d. Seksi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan;

e. Seksi Pendidikan Luar Sekolah;

f. Seksi Tenaga Kependidikan;

g. Seksi Sarana Prasarana Pendidikan;

h. Seksi Pendataan, Penyusunan Program, Pemantauan dan Akreditasi.

(2) Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan tiap seksi

dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam pelaksanaan tugasnya

bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.

Pasal 34

(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas:

a. melaksanakan urusan persuratan dan kearsipan;

b. melaksanakan urusan informasi dan dokumentasi;

c. melaksanakan urusan perlengkapan dan rumah tangga;

Page 24: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

d. melaksanakan urusan kepegawaian;

e. melaksanakan urusan keuangan.

(2) Seksi Pendidikan Sekolah Menengah Umum mempunyai tugas:

a. mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data dan informasi tentang

pendidikan SMU;

b. menyusun bahan usulan untuk penetapan kebijakan teknis operasional

pengelolaan SMU;

c. menusun bahan usulan program pembinaan manajemen SMU;

d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan dan

pengelolaan SMU;

e. membina dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum dan system

pengujian pendidikan SMU;

f. membina dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan dan pemberdayaan

peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan SMU;

g. membina dan mengevaluasi pendayagunaan sarana pendidikan SMU;

h. menyusun bahan rekomendasi untuk izin pendirian, pengembangan dan

penutupan SMU;

i. melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program

kesiswaan SMU;

j. melaksanakan program penerimaan siswa baru SMU.

(3) Seksi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai tugas;

Page 25: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

a. mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data dan informasi tentang

pendidikan SMK;

b. menyusun bahan usulan untuk penetapan kebijakan teknis operasional

pengelolaan SMK;

c. menusun bahan usulan program pembinaan manajemen SMK;

d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan dan

pengelolaan SMK;

e. membina dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum dan system

pengujian pendidikan SMK;

f. membina dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan dan pemberdayaan

peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan SMK;

g. membina dan mengevaluasi pendayagunaan sarana pendidikan SMK;

h. menyusun bahan rekomendasi untuk izin pendirian, pengembangan dan

penutupan SMK;

i. melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program

kesiswaan SMK;

j. melaksanakan program penerimaan siswa baru SMK.

(4) Seksi Pendidikan Luar Sekolah mempunyai tugas:

a. melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi

tentang pembinaan pendidikan luar sekolah, pendidikan berkelanjutan,

serta pendidikan kesetaraan;

Page 26: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

b. menyusun bahan usulan untuk penetapan kebijakan teknis operasional

pembinaan dan pengembangan program pembinaan pendidikan luar

sekolah, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan berkelanjutan;

c. melaksanakan pembinaan manajemen program pembinaan pendidikan luar

sekolah, pendidikan kesetaraan serta pendidikan berkelanjutan;

d. menyusun rencana program pembinaan pendidikan luar sekolah,

pendidikan kesetaraan dan pendidikan berkelanjutan.

e. Melaksanakan koordinasi terhadap pelaksanaan rencana program

pembinaan pendidikan luar sekolah, pendidikan kesetaraan, serta

pendidikan berkelanjutan;

f. Melaksanakan penerbitan izin operasional pembukaan pengembangan dan

penutupan lembaga pendidikan luar sekolah;

g. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan

rencana program, pembukaan, pengembangan dan penutupan pendidikan

luar sekolah;

h. Pembinaan dan pengembangan PKBM.

(5) Seksi Tenaga Kependidikan mempunyai tugas:

a. melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi

tentang tenaga kependidikan;

b. menyusun bahan usulan kebijakan teknis operasional untuk pembinaan

karir, disiplin dan kesejahteraan, peningkatan mutu profesionalisme dan

pengendalian kebutuhan tenaga kependidikan;

Page 27: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

c. menyusun rencana program pembinaan karir, disiplin dan kesejahteraan,

peningkatan mutu profesionalisme dan pengendalian kebutuhan tenaga

kependidikan;

d. melaksanakan rencana program pembinaan karir, disiplin dan

kesejahteraan, peningkatan mutu profesionalisme dan pengendalian

kebutuhan tenaga kependidikan;

e. melaksanakan penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan dan penetapan

jabatan fungsional tenaga kependidikan;

f. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan

rencana program pembinaan karir, disiplin dan kesejahteraan, peningkatan

mutu profesionalisme dan pengendalian kebutuhan tenaga kerja

kependidikan, serta penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan dan

penetapan jabatan fungsional tenaga kependidikan.

(6) Seksi Sarana Prasarana Pendidikan mempunyai tugas:

a. menyusun rencana program perencanaan kebutuhan, pengadaan,

pendayagunaan, pemeliharaan dan perawatan serta inventarisasi tanah,

gedung, perabot, peralatan teknis dan peralatan kantor, fasilitas pendidikan

dan sumber belajar pendidikan;

b. melaksanakan rencana program perencanaan kebutuhan, pengadaan,

pendayagunaan, pemeliharaan dan perawatan serta inventarisasi tanah,

gedung, perabot, peralatan teknis dan peralatan kantor, falisitas pendidikan

dan sumber belajar pendidikan;

Page 28: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

c. melaksanakan pembinaan manajemen pendayagunaan sarana-prasarana

pendidikan Sekolah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan dan Lembaga

Pendidikan Luar Sekolah;

d. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan

rencana program.

(7) Seksi Pendataan, Penyusunan Program, Pemantauan dan Akreditasi,

mempunyai tugas:

a. melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi

pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan luar biasa dan

pendidikan luar sekolah di tingkat Kotamadya;

b. melaksanakan pengkoordinasian penyusunan rencana program;

c. menyusun rencana program pendataan, pemantauan, evaluasi dan

akreditasi pendidikan menengah, pendidikan luar biasa dan pendidikan

luar sekolah;

d. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan

rencana program Subbagian dan seksi;

e. melaksanakan kegiatan akreditasi pendidikan menengah, pendidikan luar

biasa dan pendidikan luar sekolah.23

Sedangkan para pejabat di lingkungan Suku Dinas Pendidikan Menengah

dan Tinggi Jakarta Barat adalah sebagai berikut:

1. Kepala Suku Dinas:

Drs. H. Abdul Hamid, M.Si

23 Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 21 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, h. 23-27

Page 29: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

2. Subbagian Tata Usaha:

Drs. Supiyan, M.Si

3. Seksi Pendidikan Sekolah Menengah Umum:

Dra. Hj. Rahmawaty

4. Seksi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

Drs. H. Mashuri

5. Seksi Pendidikan Luar Sekolah:

Dra. Hj. Soenayah

6. Seksi Tenaga Kependidikan

H. UD. Arsadi, S.Pd

7. Seksi Sarana Prasarana Pendidikan:

Drs. Abdillah

8. Seksi Pendataan, Penyusunan Program, Pemantauan dan Akreditasi:

Drs. Usman

C. Pejabat dan Status Sosial

Pejabat di berbagai kantor pelayanan public adalah mereka yang

mempunyai status pegawai negeri sipil (PNS). Dari segi pembinaan karir, diklat,

dan peningkatan kesejahteraan, pembinaan PNS adalah suatu proses yang

berlangsung terus-menerus hingga PNS tersebut memasuki masa purnabakti.

Proses pembinaan karir dan diklat meliputi dua aspek, yaitu (1) melalui pola diklat

umum maupun teknis fungsional, dan (2) melalui pola diklat structural untuk

mengisi jabatan structural tertentu.

Page 30: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Pada dasarnya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

memperlancar pelaksanaan tugasnya, PNS diberi kesempatan seluas-luasnya

untuk mengikuti diklat, baik jangka pendek maupun jangka panjang, bahkan

hingga mencapai gelar doctor (S-3). Diklat tersebut selain harus senantiasa

ditingkatkan sesuai dengan tuntutan dinamika pembangunan juga perlu

diupayakan suatu pola yang memungkinkan pemanfaatan PNS hasil diklat

tersebut tidak termanfaatkan dengan optimal dan bahkan tidak berkaitan sama

sekali dengan pola karir yang ada. 24

Masyarakat Indonesia masih memandang para pejabat public ini sebagai

salah satu profesi yang prestisius dibandingkan dengan profesi lain. Hal ini

mengingat bahwa para pegawai negeri sipil terjamin kehidupannya dengan adanya

masa pension. Sehingga tidak mengherankan jika setiap dibuka angkatan baru

PNS, peminatnya sangat banyak melebihi kapasitas yang dibutuhkan. Bahkan tak

jarang terdengar kabar, ada orang-orang yang menempuh jalan yang tidak

diperbolehkan untuk dapat menjadi seorang PNS.

Anggapan masyarakat bahwa menjadi seorang PNS akan terjamin

hidupnya di masa yang akan datang, tidak seimbang dengan posisi yang

ditawarkan oleh pemerintah. Sehingga membuat daya saing dalam

memperebutkan posisi ini semakin sengit. Banyak sekali masyarakat yang

berulang-ulang kali mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil, dengan harapan

suatu saat kelak mereka akan diterima. Padahal masih banyak sector lain yang

dapat dijadikan pekerjaan dan dapat menopang kebutuhan hidup masyarakat.

24 T.B. Silalahi, “Membangun Sosok Aparatur Profesional dalam Kompetisi Global”,

dalam J.B. Kristiadi, et.all., Pemberdayaan Birokrasi Dalam Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), h. 53-54

Page 31: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Sector-sektor informal dianggap kurang menjanjikan karena tidak ada

tunjangan dan masa pension sebagaimana para pegawai negeri. Masyarakat

berlomba-lomba untuk mengikuti seleksi dan tidak memikirkan bagaimana untuk

berwiraswasta.

D. Masyarakat dan Pelayanan Birokrasi

Pendidikan adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Dengan pendidikan

seseorang dapat menjalani hidup dengan lebih baik. Maka pemerintah tidak

bosan-bosannya menggalakkan wajib pendidikan 9 tahun untuk meningkatkan

sumber daya manusia yang ada.

Dalam rangka mencapai tujuan ini, berbagai program digulirkan oleh

pemerintah demi terciptanya masyarakat yang berpendidikan. Program BOS

(Bantuan Operasional Sekolah) memungkinkan warga Negara Indonesia untuk

bersekolah secara gratis. Penduduk dari golongan miskin adalah sasaran utama

dari program ini.

Selain itu, berbagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) berdiri

untuk mengakomodir masyarakat yang ingin tetap melanjutkan pendidikan

mereka meski sudah berumur. Demikian juga berbagai kursus keterampilan yang

ada, juga untuk memberikan pendidikan alternatif bagi masyarakat.

Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi membawahi jalur

pendidikan yang ada di Indonesia yaitu pendidikan formal, non formal dan

informal di tingkat Kota madya. Masyarakat yang ingin mendirikan suatu lembaga

Page 32: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

pendidikan, baik yang formal, nonformal, maupun informal dapat mendatangi

Sudin Dikmenti untuk mengurusnya.

Berdasarkan wawancara penulis dengan Kepala Tata Usaha Sudin

Dikmenti Jakarta Barat, proses pendirian suatu lembaga pendidikan tidaklah sulit.

Hanya saja terkadang sosialisasi yang kurang yang membuat masyarakat kurang

mengerti tentang prosedur ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Drs. Supiyan,

M.Si:

Selama ini pelayanan yang kami berikan cukup baik. Hanya saja terkadang ada masyarakat yang kurang tahu sehingga mereka kesulitan mengurusnya. Hal ini ditambah sosialisasi yang kurang. Misalnay dulu ada aturan mengenai penyelenggara pendidikan yang mewajibkan harus badan perseoran atau yayasan dan masyarakat tidak tahu bahwa sudah ada perubahan aturan itu, sehingag mereka masih ragu untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan. Kalau sekarang sudah bisa dimaklumi kok.25 Sulitnya pelayanan birokrasi di Indonesia tidak terlepas dari anggapan

masyarakat bahwa para pegawai negeri sipil kurang disiplin dalam menjalankan

tugas mereka. Anggapan masyarakat mengenai para pegawai negeri yang sering

kali tidak berada di kantor meskipun jam kerja belum usai, membuat mereka harus

datang ke kantor pada pagi hari, meskipun jam kerja seharusnya usai pada pukul 4

sore. Karena jika masyarakat datang setelah istirahat makan siang, mereka tidak

akan menemukan para pegawai tersebut.

Anggapan tersebut diatas dibantah oleh Drs. Supiyan, M.Si, selaku kepala

Tata Usaha Sudin Dikmenti Jakarta Barat, sebagaimana yang diungkapkannya:

Khusus untuk pemda DKI, saya menampik tuduhan itu. Malahan di DKI itu kekurangan orang. Jadi kalau ada tenaga pegawai negeri baca Koran itu tidak sempat. Untuk menanggulangi itu, volume penerimaan PNS di DKI sangat lamban. Tapi di satu sisi untuk guru sangat kurang. Pemda DKI mengangkat pegawai tidak tetap, kalau pegawai langsung tidak boleh. Masing-masing unit secara tidak resmi mengangkat tenaga Bantu, harus

25 Wawancara pribadi dengan Drs. Supiyan, M.Si, Kepala Tata Usaha Sudin Dikmentin

Jakarta Barat, Jakarta, tanggal 1 November 207

Page 33: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

resmi dari Gubernur. Yang tanggung jawab ya masing-masing unit tanpa ada SK. Sekarang ada kebijakan Gubernur tentang abensi yang menggunakan komputer dengan menggunakan sidik jari. Ditambah dengan absent bantuan. Ini ditunjang dengan dana kesra. Ada TPP, Tunjangan Penghasilan Pegawai. Kalau tidak masuk, tunjangan ini dikurangi. Kalau satu hari tidak masuk dikurangi 25000. Kenapa di sini masih ada meja yagn kosong? Itu bukan berarti tidak datang. Karena ada juga pengawas sekolah sekitar 14. satu orang membawahi antara 8 – 15 sekolah. Di sini hanya hadir, lalu keliling. Sebelum pulang, mereka absent lagi ke kantor. Sedangkan untuk melayani masyarakat sehari-hari ada yang piket. Dalam rangka melaksanakan program, supaya efektif, berbagai pelatihan di adakan di luar kota, biar tidak gampang pulang.26 Pelayanan publik merupakan salah satu bentuk pelayanan pemerintah

kepada rakyat. Dengan semakin baiknya pelayanan publik yang diberikan kepada

masyarakat, maka semakin baik pula pelayanan yang diberikan pemerintah

kepada masyarakat. Demikian juga sebaliknya.

26 Wawancara pribadi dengan Drs. Supiyan, M.Si, Jakarta, tanggal 1 November 207

Page 34: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

BAB IV

AGAMA DAN BIROKRASI

A. Motivasi Kerja Para Pejabat Birokrasi di Lingkungan Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Kali Deres Jakarta Barat

Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut sistem pemerintahan

republik di mana pimpinan negaranya adalah seorang presiden. Untuk

mempermudah pekerjaan presiden ini ditunjuk menteri-menteri yang mengepalai

departemen. Seperti misalnya departemen agama, pendidikan, pariwisiata dan lain

sebagainya.

Sebagai pejabat di suku dinas, seseorang harus dituntut untuk dapat

memberikan pelayanan yang terbaik untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Mereka adalah pegawai negeri yang mendapat gaji dari pemerintah melalui APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang rutin diberikan setiap bulannya.

Belum termasuk tunjangan kesehatan, tunjangan anak, pensiun dan tunjangan-

tunjangan lainnya berdasarkan jabatan.

Para pegawai negeri ini mempunyai motivasi dan latar belakang yang

berbeda-beda saat ditanyakan kepada mereka kenapa memilih bekerja di suku

dinas ini. Salah seorang informan, M mengatakan:

“Tujuan saya bekerja di sini ada tiga, pertama mengabdi kepada Negara, kedua mencari nafkah, dan ketiga karena dekat dengan tempat tinggal.”27

27 Wawancara pribadi dengan M, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 35: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Bekerja di tempat yang dekat dengan tempat tinggal memang mempunyai

keuntungan tersendiri. Selain menghemat biaya, hal yang tak kalah pentingnya

adalah menghemat waktu. Kondisi ibukota yang semakin hari semakin padat

menjadikan jarak tempuh dari satu tempat ke tempat lain menjadi semakin lama.

Kondisi lalu lintas menjadi salah satu penyebab terjadinya pemborosan waktu

dalam beraktivitas dan dapat menurunkan produktivitas.

Bagi sebagian pegawai yang tempat kerjanya jauh dari tempat tinggal,

mereka lebih memutuskan untuk indekos agar dapat menghemat waktu, tenaga,

dan biaya.

Adapun informan S mengungkapkan bahwa motivasinya bekerja di

lingkungan Suku Dinas Pendidikan Tinggi dan Menengah adalah untuk

memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana yang diungkapkannya

kepada penulis:

“Tujuan saya bekerja di sini adalah untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak.”28 Memang tujuan seseorang bekerja adalah untuk mendapatkan penghidupan

yang layak. Di samping itu juga untuk mencari nafkah sebagai upaya untuk

mempertahankan hidup dan keturunan.

Hal senada juga diungkapkan oleh informan J. Motivasinya bekerja di

Suku Dinas Pendidikan Tinggi dan Menengah adalah untuk mencari nafkah dan

memperoleh penghidupan yang lebih layak. Seperti yang diungkapkannya:

“Tujuan saya bekerja di sini adalah untuk mencari nafkah dan mendapatkan penghidupan yang lebih layak. Karena zaman sekarang mencari pekerjaan dengan upah tinggi sangat susah.”29

28 Wawancara pribadi dengan S, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 29 Wawancara pribadi dengan J, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 36: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Kondisi perekonomian Indonesia dengang tingkat pertumbuhan yang

rendah membuat sebagian besar penduduknya banyak mengharapkan untuk

mendapatkan pekerjaan yang dapat menjamin kehidupan mereka. Jaminan

tersebut bisa berupa berbagai tunjangan, baik tunjangan pendidikan, kesehatan,

maupun tunjangan di hari tua. Salah satu profesi yang memberikan fasilitas

tersebut adalah pegawai negeri sipil (PNS). Tidak mengherankan bila dalam setiap

seleksi perekrutan pegawai negeri baru peminatnya sangat banyak dan bahkan

jauh melebihi kapasitas yang disediakan.

Selain berbagai fasilitas yang diberikan oleh negara, PNS juga

mendapatkan tempat tersendiri di kalangan masyarakat. Profesi ini dianggap

sebagai salah satu profesi yang memberikan stutus sosial yang tinggi di

masyarakat mengingat sulitnya menjadi seorang PNS.

Selain ingin memperoleh penghidupan yang layak, bekerja sebagai PNS di

Suku Dinas Pendidikan Tinggi dan Menengah, seseorang dapat mempraktekkan

ilmu yang ia peroleh di sekolah dan juga dapat menambah pengalaman baru

dalam hidupnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh IS:

“Tujuan saya bekerja di sini adalah untuk menambah pengalaman yang berbeda.”30 Manusia adalah makhluk yang diberi karunia oleh Allah SWT dengan akal

pikiran. Dengan demikian, manusia dapat menilai segala sesuatu dengan akalnya,

apakah hal tersebut baik untuk dirinya atau buruk? Demikian juga dengan hal

pekerjaan. Dalam setiap pekerjaan terdapat pengalaman baru yang mungkin

sebelumnya belum pernah dirasakan dan dialami oleh manusia. Dengan menekuni

pekerjaan tersebut, seseorang akan mendapatkan pengalaman yang baru.

30 Wawancara pribadi dengan IS, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 37: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Selain menambah pengalaman baru, bekerja di Suku Dinas Pendidikan

Tinggi dan Menengah juga dapat menambah wawasan ilmu dan meningkatkan

karir. Sebagaimana yang diungkapkan oleh EW

“Saya bekerja di sini untuk menambah wawasan ilmu yang saya miliki serta untuk meningkatkan karir. Dengan meningkatnya karir, tentu penghasilan juga akan semakin meningkat dan pengetahuan saya juga akan semakin bertambah.”31 Bekerja sebagai seorang pegawai negeri memang membutuhkan

pengetahuan dan wawasan yang tinggi. Dengan pengetahuan yang ada, seseorang

dapat memperoleh pengetahuan baru di tempat kerja. Banyak hal baru yang dapat

ditemui di tempat bekerja. Juga dengan banyaknya rekan kerja, semakin

menambah pengetahuan dan wawasan yang dimiliki seseorang.

Dalam hidup, ilmu tidak akan pernah habis-habisnya untuk terus dipelajari

dan diketahui. Semakin banyak ilmu yang diperoleh, seseorang akan semakin

menyadari bahwa ia semakin bodoh karena ilmu Allah SWT begitu luasnya.

B. Budaya Pejabat Birokrasi

Sebagai salah satu elemen dalam menjalankan negara, pejabat birokrasi

memiliki peranan yang cukup penting dalam menjalankan kewajibannya. Mereka

diharapkan dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya terhadap

masyarakat.

Suku Dinas Pendidikan Tinggi dan Menengah mempunyai peran untuk

memberikan dan mengatur jalannya pendidikan di tingkat tingg dan menengah.

Para pejabat yang mengemban amanat tersebut mempunyai tanggung jawab untuk

memajukan dan mengembangkan pendidikan.

31 Wawancara pribadi dengan EW, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 38: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Proses perkembangan dan pemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya

di Jakarta lebih baik bila dibandingkan di daerah-daerah lain. Berbagai fasilitas

dan akses diperoleh lebih cepat dan lebih efisien. Seharusnya proses

perkembangan dan pemajuan tersebut lebih cepat lagi.

Namun ada beberapa kendala yang menghambat proses tersebut. Beberapa

di antaranya adalah budaya yang ada di lingkungan para pejabat birokrasi. Sering

kali para pejabat birokrasi di Indonesia tidak menjalankan pekerjaannya dengan

sepenuh hati. Mereka menganganggap bahwa apapun yang terjadi tidak akan

meningkatkan karir mereka jika tidak disertai dengan “usaha-usaha” tertentu. Hal

ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa bila ingin mendapatkan suatu jenjang

karir yang lebih tinggi, seseorang harus melakukan “usaha-usaha” tertentu.

Anggapan masyarakat mengenai hal di atas bisa benar dan bisa juga salah.

Karena tidak semua pejabat birokrasi mempunyai budaya demikian. Berbagai

godaan yang terdapat dalam menjalankan pekerjaan bisa diatasi dan juga bisa

membuat seseorang ikut di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan J:

“Dalam menghadapi berbagai godaan yang ada dalam pekerjaan saya berpegang pada aturan. Hidup harus berpegang pada aturan, contohnya: terhadap iming-iming yang ditawarkan oleh oknum dalam suatu proyek, bila tidak kuat iman dan berpegang pada prinsip, maka akan dengan mudah terpengaruh dan ikut menjadi bagian dari permainan itu.”32 Apa yang disampaikan oleh informan J sejalan dengan pendapat yang

disampaikan oleh Glock dan Stark yang memberikan indikator untuk dapat

mengukur tingkat religiusitas seseorang yang salah satunya dalah keterlibatan

ideologis, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatis

32 Wawancara pribadi dengan J, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 39: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

dalam agama mereka. Salah satu dogma dalam Islam adalah bahwa korupsi itu

dilarang.

Demikian halnya dengan informan S, yang mengatakan bahwa untuk

menghadapi cobaan yang ada dalam pekerjaan, seseorang harus berpegang pada

aturan agama disertai dengan permohonan perlindungan kepada Tuhan. Seperti

yang diungkapkannya:

“Untuk mengatasi godaan tersebut, kita harus berpegang pada ajaran agama yang kita anut. Dengan berpegang pada aturan agama tersebut, disertai terus memohon perlindungan kepada Tuhan, saya yakin akan dapat mengatasi berbagai godaan yang ada. Hanya saja manusia terkadang khilaf atau lupa sehingga mereka dengan begitu mudahnya tergoda untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleha gama. Seperti misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme.”33 Dengan demikian, peran agama dalam membentengi seseorang untuk

melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan agama berjalan. Agama

memberikan rambu-rambu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh

dilakukan. Sehingga manusia memiliki pedoman dalam hidup agar dapat selamat

di dunia dan di akhirat.

C. Praktek Keberagamaan dan Implikasinya dalam Kinerja Para Pejabat

Birokrasi

1. Keyakinan

Sebagai Negara yang mendasarkan asasnya kepada Pancasila,

Indonesia mewajibkan setiap warga negeranya untuk memeluk suatu agama

sesuai dengan keyakinannya. Seseorang tidak diperkenankan untuk tidak

beragama atau tidak percaya kepada Tuhan (komunis). Namun demikian,

33 Wawancara pribadi dengan S, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 40: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Negara memberikan keleluasaan kepada warganya dalam menentukan agama

apa yang akan dipeluk.

Pegawai negeri sipil, sebagai salah satu komponen pemerintah,

diharapkan dapat memberikan tenaga dan pikirannya kepada pemerintah

dengan bekerja sesuai dengan bidang dan jabatan masing-masing. Hal ini

mengingat mereka mendapatkan gaji dari pemerintah yang sumbernya berasal

dari beragai pajak dari rakyat.

Sebagai aparatur Negara, PNS juga diharuskan memeluk suatu agama.

Mereka tidak diperkenankan untuk menjadi atheis (tidak percaya Tuhan),

karena hal tersebut bertentangan dengan salah satu bunyi dari Pancasila yaitu

Ketuhanan Yang Mahas Esa.

Saat ditanyakan kepada para informan mengenai keyakinan mereka

terhadap agama, seluruh informan memberikan jawaban bahwa mereka yakin

terhadap agama. Tidak ada seorang informan pun yang tidak yakin terhadap

keberadaan agama.

Hal ini menunjukkan bahwa bagi PNS, agama diyakini sebagai sesuatu

yang datang dari Tuhan dengan membawa ajaran-ajaran yang dapat menuntun

manusia menjalani kehidupan di dunia dengan semestinya. Jika seseorang

mengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama, hidupnya akan lebih

tenang dan tenteram dibanding mereka yang jauh dari agama.

2. Ritual Ibadah

Sebagai pegawai yang melayani masyarakat, seorang pejabat birokrasi

hendaknya memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Selain itu, para pejabat

Page 41: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

birokrasi juga dituntut untuk memberikan suri tauladan bagi masyarakat, baik

dari segi sosial kemasyarakatan maupun dari segi agama.

Untuk menunjang keberagamaan para pejabat di lingkungan Suku

Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi, disediakan sebuah masjid yang

cukup besar. Para pejabat dianjurkan untuk melaksanakan ibadah shalat wajib

di masjid tersebut. Namun jika berhalangan karena kesibukan dalam melayani

masyarakat, di setiap lantai di gedung wali kota disediakan mushallah.

Demikian juga dengan lantai 9 tempat kantor Sudin Dikmenti Jakarta Barat

juga terdapat mushalla untuk melaksanakan ibadah sehari-hari.

Berkenaan dengan ritual ibadah, dari informan yang penulis

wawancarai ada yang berpendapat bahwa mereka belum bisa melaksanakan

ritual ibadah sepenuhnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan A:

“Dalam melakukan ritual ibadah saya belum sepenuhnya melaksanakannya sesuai dengan yang diajarkan dalam agama. Terkadang ada rasa malas saat hendak melaksanakan ibadah tersebut.”34 Pendapat ini sejalan dengan pendapat Glock dan Stark yang mengukur

tingkat religiusitas seseorang salah satunya adalah dengan melihat keterlibatan

tingkat ritual, yaitu tingkat sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban

ritual agama mereka.

Sedangkan informan EW mengaku senantiasa melaksanakan ritual

ibadah meskipun dalam kondisi sibuk melayani masyarakat. Seperti yang

diungkapkannya kepada penulis:

“Ya, sebisa mungkin saya menyempatkan diri untuk melaksanakan ibadah, khususnya shalat lima waktu. Hal ini karena menurut saya, ibadah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang hamba

34 Wawancara pribadi dengan A, Jakarta, tanggal 13 Juli 2007

Page 42: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Allah yang taat. Meskipun saya sibuk dalam melayani masyarakat, tapi jika saat shalat tiba saya melaksanakannya. Apalagi di lantai tempat saya bekerja juga disediakan mushalla.”35 Pernyataan di atas menunjukkan salah satu sikap pegawai Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat dalam melaksanakan ibadah,

dalam hal ini shalat lima waktu. Pegawai tersebut menganggap bahwa

kewajiban salat tidak bisa dianggap ringan. Ia menganggap bahwa kewiban

tersebut hendaknya sesegera mungkin ditunaikan, meskipun dalam kondisi

yang sibuk dalam melayani masyarakat.

Hal yang hampir diungkapkan oleh informan IS. Ia menjelaskan bahwa

jika tidak sempat melaksanakan shalat, khususnya shalat Asar di kantor, ia

melaksanakannya di rumah. Seperti yang diungkapkannya:

“Ya. Saat kerja kita kan hanya melaksanakan shalat Dzuhur dan Asar. Shalat Dzuhur bertepatan dengan waktu istirahat makan siang. Jadi tidak ada kendala dalam melaksanakannya. Paling saat shalat Asar saja saya akan telat. Kadang kalau tidak sempat di kantor saya melaksanakannya di rumah. Kebetulan tempat tinggal saya kan tidak terlalu jauh dari tempat kerja. Tapi kalau waktu memungkinkan saya laksanakan di kantor, biar lebih afdhal.”36

Adapun informan J mengaku bahwa ia sering tidak tepat waktu dalam melaksanakan ritual ibadah karena mengedepankan pelayanan terhadap masyarakat. Namun jika berada di rumah, ia mengaku melaksanakan ibadah, khususnya shalat lima waktu tepat pada waktunya. Seperti yang diungkapkan J:

“Saya berusaha untuk melaksanakannya tepat waktu. Kalaupun tidak tepat waktu, ya saya kerjakan sendiri. Kalau di rumah memang lebih santai, karena tidak ada tuntutan kerja. Paling agak berat saat di kantor. Meskpun waktu sudah menunjukkan jam istirahat, tapi kalau ada masyarakat yang harus saya layani saat itu juga, saya lebih sering mendahulukan kepentingan masyarakat sehingga saya melaksanakan shalat Dzuhur agak telat. Hal yang sama juga saat pelaksanaan shalat Asar.”37

35 Wawancara pribadi dengan EW, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 36 Wawancara pribadi dengan IS, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 37 Wawancara pribadi dengan J, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 43: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para pejabat di lingkungan

Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi cukup rajin dalam menjalankan

ritual ibadah meskipun berapa di antaranya sering telat karena melayani

masyarakat.

3. Pengalaman Keagamaan

Pengalaman keagamaan pada masing-masing pemeluk agama berbeda-

beda. Mereka mengalami berbagai kejadian yang berkaitan dengan agama

dengan kejadian dan kondisi yang tidak sama. Beberapa di antara mereka ada

yang mengalami bagaimana agama berperan dalam memberikan tuntunan

dalam menghadapi berbagai resiko dalam pekerjaan, seperti kemungkinan

untuk korupsi, tidak tepat waktu dan lain sebagainya.

Para pegawai negeri sipil di lingkungan Suku Dinas Pendidikan

Menengah dan Tinggi Jakarta Barat mengaku bahwa mereka seringkali

mengalami godaan dalam pekerjaan. Godaan tersebut berupa tawaran untuk

melakukan perbuatan yang menjurus pada tindak korupsi. Namun mereka

dapat menahan diri dari perbuatan tersebut karena ajaran agama melarang

tindakan itu. Seperti yang diungkapkan oleh informan A:

“Memang seringkali ada kesempatan dan tawaran untuk melakukan tindak korupsi, baik melalui pengadaan barang maupun dengan melakukan kegiatan-kegiatan fiktif. Namun alhamdulillah saya masih ingat dengan ajaran agama yang melarang perbuatan itu. Sehingga saya bisa menghindari perbuatan yang bisa merugikan negara.”38 Kesempatan-kesempatan untuk melakukan tindak korupsi memang

sering membuat seseorang melupakan ajaran agama. Mereka sudah tidak ingat

38 Wawancara pribadi dengan informan A, Jakarta, tanggal 13 Juli 2007

Page 44: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

lagi tentang perbuatan yang tidak semestinya dilakukan karena tidak

diperbolehkan agama. Jika keimanan seseorang berperan dalam kehidupan

sehari-hari, khususnya dalam pekerjaan, kemungkinan untuk terjerumus ke

dalam perbuatan yang dilarang agama kecil. Mereka akan senantiasa dijaga

oleh pengetahuan mereka tentang hal-hal yang dilarang.

Salah satu alasan pegawai Sudin Dikmenti Jakarta Barat tidak

melakukan tindak korupsi adalah mereka tidak ingin anak-anak yang sedang

dalam masa pertumbuhan dipengaruhi oleh makanan dan minumanan yang

tidak halal. Sehingga mereka sangat berhati-hati untuk tidak melakukan tindak

korupsi. Seperti yang diungkapkan oleh informan IS:

“Saya tidak ingin anak saya tumbuh besar dengan uang hasil korupsi. Karena dengan demikian, dalam tubuhnya mengalir darah yang berasal dari uang yang tidak halal. Saya yakin sesuatu yang tidak baik akan mempunyai pengaruh yang tidak baik pula. Maka, saya berusaha untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak saya.”39 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengalaman keagamaan

pegawai di Sudin Dikmenti Jakarta Barat yang berkenaan dengan bagaimana

agama mempengaruhi mereka dalam bekerja sangat besar.

4. Pemahaman Keagamaan

Agama merupakan kebutuhan rohani bagi setiap manusia. Kebutuhan

ini menyempurnakan kebutuhan dasar manusia secara biologis seperti makan,

berkembang biak, pakaian, dan tempat tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan

biologis, manusia bekerja. Dengan bekerja manusia mendapatkan uang dan

dapat membeli segala kebutuhan jasmaninya. Sedangkan untuk memenuhi

39 Wawancara pribadi dengan IS, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 45: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

kebutuhan rohani manusia memerlukan agama yang mengajarkan bagaimana

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pejabat di lingkungan Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi

Jakarta Barat hampir 90% beragama Islam. Sehingga fasilitas yang disediakan

oleh pemerintah untuk beribadah lebih banyak diperuntukkan untuk pejabat

yang beragama Islam seperti pembangunan masjid serta adanya mushalla di

setiap lantai di gedung Walikotamadya Jakarta Barat.

Pemahaman keagamaan para pejabat di lingkungan Sudin Dikmenti

cukup beragam. Seperti pengertian agama yang diungkapkan oleh informan A,

ia mengatakan bahwa:

“Agama berasal dari Tuhan dan untuk itu harus dijunjung tinggi. Agama memberikan ajaran dan pengarahan kepada manusia dalam menjalani hidup di dunia. Jika seseorang berpegang teguh kepada agama yang dianutnya, maka ia akan dapat menjalani kehidupan di dunia dengan selamat.”40 Pendapat di atas membuktikan bahwa agama adalah memang dapat

menuntun manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dengan selamat.

Sebaliknya, jika seseorang tidak berpegang pada agama, ia tidak akan dapat

menjalani kehidupan di dunia dengan selamat.

Hal yang hampir senada diungkapkan oleh informan E. baginya agama

adalah kendali manusia dalam mengaruhi hidup. Seperti yang

diungkapkannya:

“Agama adalah kendali kita dalam mengarhi kehidupan ini. Seerat kita memegangi kendali tersebut, maka seerat itu juga kita akan terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan oleh agama.”41

40 Wawancara pribadi dengan informan A, Jakarta, tanggal 13 Juli 2007 41 Wawancara pribadi dengan E, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 46: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Adapun informan IS mengatakan bahwa agama adalah aturan yang

mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan

Tuhannya. Seperti yang diungkapkannya:

“Agama ada untuk mengatur manusia, baik itu hubungan manusia dengan sesama manusia maupun hubungan manusia dengan Tuhannya. Dengan demikian dapat tercipta hubungan yang harmonis di antara kedua hubungan tersebut.”42 Sedangkan agama bagi informan M adalah sebagai ajaran yang dapat

menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. Seperti yang

diungkapkannya:

“Agama merupakan ajaran dari Tuhan untuk memberikan tuntunan bagi manusia jika ingin selamat di dunia dan di akhirat. Jika tidak ingin selamat di dunia dan di akhiart, maka seseorang tidak perlu untuk beragama.”43 Demikian halnya yang diungkapkan oleh informan SN. Ia mengatakan

bahwa agama menjadikan manusia dapat menjalani hidup dengan benar.

Seperti yang diungkapkannya:

“Agama ada untuk mengatur manusia, sehingga manusia tidak bertindak sesuai dengan keinginan dan hawa nafsunya baik yang menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat. Dengan berpegang pada agama, hidup kita akan selamat.”44 Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan dari informan S yang

menyatakan bahwa agama berfungsi sebagai pengontrol segala tindakan dan

perbuatan manusia. Sebagaimana yang diungkapkannya:

“Agama berfungsi sebagai pengontrol segala tindakan dan perbuatan kita. Agama memberikan peraturan apa yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan.”45

42 Wawancara pribadi dengan IS, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 43 Wawancara pribadi dengan M, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 44 Wawancara pribadi dengan SN, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 45 Wawancara pribadi dengan S, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 47: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Agama yang dipahami oleh para pejabat di lingkungan Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat diperoleh dari berbagai

tempat, baik dari sekolah, keluarga, maupun mushalla atau masjid tempat

mereka mengaji.

Informan A mengatakan bahwa ia memperoleh pendidikan agama dari

sekolah formal dan non formal. Seperti yang diungkapkannya:

“Saya mendapatkan pendidikan agama dari pendidikan formal, seperti waktu di sekolah dan pendidikan non formal seperti misalnya mengaji di masjid, atau masjid taklim.”46 Sedangkan informan EW memperoleh pendidikan agama dari

lingkungan keluarga yaitu dari kedua orang tuanya. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh EW:

“Saya memperoleh pendidikan agama dari pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua di rumah, guru di sekolah serta buku-buku yang saya baca.”47 Selain orang tua, ada informan yang mengaku mendapatkan ajaran

agama dari guru agama yang mengajarinya di mushalla. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh S:

“Pertama dari orang tua yang mengajarkan ajaran tersebut di rumah, dan yang kedua dari guru agama. Saya memperoleh ajaran agama dari guru agama karena saya mengikuti pengajian yang diadakan di mushalla dekat tempat tinggal saya.”48 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para informan

mendapatkan ajaran agama dari sekolah, orang tua dan juga tempat mengaji

seperti di mushalla, masjid maupun majlis taklim.

46 Wawancara pribadi dengan A, Jakarta, tanggal 13 Juli 2007 47 Wawancara pribadi dengan EW, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 48 Wawancara pribadi dengan S, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 48: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

5. Pengaruh Agama dalam Etos Kerja dan Kehidupan sehari-hari

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja demi bekalnya

hidup di dunia dan beribadah untuk bekalnya di akhirat. Antara dunia dan

akhirat harus terjadi keseimbangan di antara keduanya. Dengan demikian

seorang muslim diharapkan dapat menjalani kehidupan dunia dengan selamat

dan mendapatkan balasan dari Tuhan dari kehidupan akhirat berupa surga.

Pekerjaan adalah salah satu cara manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dari sisi jasmani. Dengan bekerja manusia mendapatkan upah

berupa uang yang dapat dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Profesi masyarakat dalam bekerja cukup beragama. Mereka melakukan

pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki.

Meskipun demikian banyak juga masyarakat yang bekerja tidak sesuai dengan

jenjang pendidikan yang ditempuhnya.

Sebagai pejabat di lingkungan Suku Dinas Pendidikan Menengah dan

Tinggi Jakarta Barat, para pegawai memahami bahwa mereka bekerja untuk

pemerintah tidak lain adalah sebagai salah satu bentuk usaha mereka untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Namun demikian, keberagaman yang mereka

pahami dan kerjakan setidaknya memberikan pengaruh dalam pekerjaan

mereka.

Informan A menganggap bahwa agama memberikan rambu-rambu

atau pijakan dalam bekerja. Seperti yang diungkapkannya:

“Agama memberikan rambu-rambu atau pijakan agar tetap melaksanakan kewajiban sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pekerjaan.”49

49 Wawancara pribadi dengan A, Jakarta, tanggal 13 Juli 2007

Page 49: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Hal ini diperkuat oleh pendapat informan EW yang mengatakan bahwa

agama dapat menjaga seseorang dari perbuatan yagn dilarang di kantor.

Sebagaimana yang diungkapkannya:

“Peran agama saat bekerja adalah kita menjadi lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas juga dalam pergaulan di lingkungan kantor.”50 Pendapat ini diperkuat oleh informan J yang mengatakan bahwa agama

menjaga manusia agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak

diperbolehkan oleh agama. Sebagaimana yang diungkapkannya:

“Agama sebagai pegangan agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam agama, entah itu berbentuk penyelewengan, korupsi, ataupun disiplin waktu.”51 Peran agama dalam pekerjaan sangat dirasakan oleh para informan.

Mereka menyatakan bahwa agama dapat menjaga mereka dari perbuatan yang

dilarang oleh agama.

Peran agama dalam bekerja bagi para pejabat di lingkungan Suku

Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarata Barat menimbulkan kesan

yang baik bagi masyarakat. Pandangan masyarakat bagi para pejabat di Sudin

Dikmenti Jakarta Barat cukup beragam. Seperti yang diungkapkan oleh

informan IS:

“Menurut saya masyarakat menilai kita cukup baik. Karena selama ini belum ada keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh Sudin Dikmenti Jakarta Barat. Dan ini merupakan komitmen kita untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat.”52 Sedangkan menurut informan SU, pandangan masyarakat tergantung

kepada pejabat itu sendiri. Bila pejabat tersebut tidak korupsi, maka

pandangan masyarakat akan baik. Namun sebaliknya, jika praktek korupsi

50 Wawancara pribadi dengan EW, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 51 Wawancara pribadi dengan J, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 52 Wawancara pribadi dengan IS, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 50: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

masih terus berlangsung maka masyarakat akan melihat para pejabat

semuanya koruptor. Sebagaimana yang diungkapkan oleh SU:

“Pandangan masyarakat baik bagi pejabat yang jujur, namun pandangan masyarakat akan tidak baik apabila pejabat tersebut melakukan KKN (Korupsi Kolusi Nepotisem).”53 Pendapat yang agak menggelitik disampaikan oleh informan S,

menurutnya masyarakat dalam memandang para pejabat terbagi ke dalam

beberapa kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh S:

“Menurut saya pandangan masyarakat terhadap pejabat beraneka ragam. Namun saya bisa menerangkannya dengan tiga poin: - Kadang-kadang masyarakat memandang pejabat dengan sebelah

mata. - Terkadang juga masyarakat cukup obyektif dalam memandang

pejabat. - Bahkan tak jarang masyarakat memandang pejabat dengan empat

mata.”54 Pendapat informan di atas sedikit mengandung lelucon, seperti yang

sedang tren saat ini, yaitu sebuah acara talk show ringan yang ditayang di

salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Maksud dari informan tersebut

adalah dalam memandang profesi seseorang, dalam hal ini adalah mereka

yang bekerja di sektor formal harus obyektif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pandangan masyarakat

terhadap para pejabat tergantung kepada perilaku pejabat itu sendiri. Jika

seorang pejabat tidak melakukan hal-hal yang dilarang, seperti kolusi, korupsi

dan nepotisme, maka otomatis masyarakat pun akan memandangnya sebagai

abdi Negara yang baik. Namun sebaliknya, jika para pejabat tersebut tidak

dapat memegang amanat dengan baik, maka masyarakat akan menilainya

sebagai aparatur Negara yang hanya menghabiskan uang rakyat saja.

53 Wawancara pribadi dengan SU, Jakarta, tanggal 13 Juli 2007 54 Wawancara pribadi dengan S, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 51: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Dalam kehidupan sehari-hari, para pegawai di lingkungan Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi ini, tidak berbeda dengan masyarakat pada

umumnya. Mereka banyak menghabiskan waktu berkumpul dengan keluarga,

bersosialisasi dengan masyarakat dengan terlibat aktif di berbagai kegiatan

kemasyarakatan, dan lain sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh

informan SU:

“Setelah pulang kerja, saya sering bercengkrama dengan anak istri. Karena bagi saya untuk merekalah saya bekerja. Selain itu juga saya sempatkan untuk berkumpul dengan masyarakat, baik melalui kegiatan forman seperti rapat tingkat RT, maupun kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian di masjid, yasinan dan lain sebagainya. Hal ini saya lakukan karena sebagai makhluk hidup memang harus demikian.”55 Pandangan masyarakat bahwa menjadi seorang PNS merupakan suatu

kebanggaan memang masih susah untuk dihilangkan. Kenyataan bahwa PNS

mendapatkan gaji rutin setiap bulan dan berbagai tunjangan hingga uang

pensiun semakin memperkuat citra PNS di masyarakat. Saat mereka

ditanyakan mengenai pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari, mereka

menjawab bahwa agama juga memberikan tuntunan bagaimana cara

memperlakukan tetangga, atau masyarakat. Salah satunya adalah dengan

memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Sebagaimana

diungkapkan oleh informan J:

“Agama memberikan tuntunan kepada kita bagaimana hidup bermasyarakat. Salah satu contohnya ya kalau ada tetangga kita yang membutuhkan pertolongan, entah itu karena terkena musibah atau memang dalam kondisi yang membutuhkan sesuatu, kita hendaknya memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan kita. Karena suatu saat nanti, kita pasti akan membutuhkan pertolongan orang lain. Kalau kita tidak pernah memberikan pertolongan kepada orang lain, gimana Tuhan mau menolong kita?”56

55 Wawancara pribadi dengan SU, Jakarta, tanggal 13 Juli 2007 56 Wawancara pribadi dengan J, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 52: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Jawaban yang hampir serupa diberikan oleh informan IS. Menurutnya

dalam kehidupan sehari-hari hendaknya agama dijadikan pedoman hidup.

Seperti yang diungkapkannya:

“Orang hidup itu perlu pegangan, kalau nggak punya pegangan ia akan mudah jatuh. Nah, seperti itulah agama. Kalau kita nggak berpegang pada agama, hidup akan berantakan.”57 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, agama mempunyai peran

yang sangat penting dalam kehidupan ini, baik itu menyangkut pekerjaan,

maupuan kehidupan sehari-hari.

57 Wawancara pribadi dengan IS, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007

Page 53: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisa hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Keberadaan Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat

adalah sebagai upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang

sebaik-baiknya kepada masyarakat mengenai pendidikan yang meliputi

pendidikan formal, non formal dan informal.

2. Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat adalah

merupakan kelanjutan dari bergulirnya era reformasi pada tahun

1998/1999 dengan lebih berkonsentrasi pada pelayanan pendidikan bagi

masyarakat.

3. Pelayanan yang diberikan oleh para pejabat di lingkungan Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta bagi masyarakat sangat baik

karena ditunjang oleh berbagai pembekalan baik yang berasal dari

program Walikota maupun undangan dari pusat. Selain itu juga

pemahaman keagamaan yang baik di kalangan pejabat Suku Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat ikut memberikan

pengaruh dalam menjalankan pekerjaan melayani masyarakat. Bentuk

pengaruh tersebut berupa sikap profesional di kalangan para pegawai yang

lebih mendahulukan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan

pribadi. Selain itu juga para pegawai lebih amanah dalam menjalankan

Page 54: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

tugas mereka sebagai pelayan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh

pemahaman keberagamaan mereka yang menjelaskan mengenai

pentingnya melaksanakan amanat yang diterima.

B. Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan dalam rangka

meningkatkan kinerja dan pengetahuan keagamaan adalah sebagai berikut:

1. Adanya pusbinroh hendaknya lebih ditingkatkan lagi keberadaan dan

program kerjanya untuk meningkatkan pemahaman keagamaan bagi para

pejabat yang ada di lingkungan Suku Dinas Pendidikan Menengah dan

Tinggi Jakarta Barat.

2. Meskipun sudah diadakan berbagai pelatihan dan pendidikan di tingkat

Suku Dinas maupun Dinas, perlu diadakan pelatihan SQ (Spiritual

Quotient) untuk lebih meningkatkan lagi etos kerja para pejabat

berdasarkan pemahaman keagamaan.

Page 55: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

DAFTAR PUSTAKA

Albrow, Martin, Birokrasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996), Cet. ke-3 Andreski, Stanislav, Max Weber: Kapitalisme, Birokrasi dan Agama,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996) Blau, Peter M., dan Meyer, Marshal W., Birokrasi dalam Masyarakat Modern,

(Jakarta: UI Press, 1987) Damayanti, Susi skripsi: “Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku

Prososial pada Santri Kelas II Aliyah Pondok Pesantren As-Shidiqiyah Jakarta Barat”, (Jakarta : UIN, 2001)

Djamaluddin, Muhammad, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi,

(Yogyakarta: UGM Press, 1995) Hanafi, Ahmad, “Bagaimana Menguatkan Iman”, artikel diakses tanggal 14 Maret

2007, dari www.al-shia.com/html/id/service/maqolat/agama/agama.htm Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku Keagamaan dengan

Mengaplikasikan prinsip-prinsip Psikologi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005)

Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000) Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 21 Tahun 2002

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Lubis, Moctar dan Scoot, James C., (ed.), Bunga Rampai Korupsi, (Jakarta: LP3S,

1995), cet ke - 3. Meleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,

1997) “Memberantas Korupsi”, artikel diakses tanggal 14 Maret 2007 dari

www.kpk.go.id Poerwodarminto, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia II, (Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1983) Puspito, Hendro, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983) Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999)

Page 56: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Rasyad, Aminudin, Metodologi Riset, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN, 1987)

Robertson, Roland, Agama; Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1993)

Silalahi, T.B., et.all., Pemberdayaan Birokrasi Dalam Pembangunan, (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1998) Singarimbun, Masri, Sofian Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta:

LP3ES, 1989) Sulaiman, M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial,

(Bandung: PT Eresco, 1995) Thoha, Miftah, Birokrasi dan Politik di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2003) Vredenberg, J., Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia,

1984) Wach, Joachim, Sosiology of Religion, Chicago, 1944, dikutip oleh: J, Milton

Yinger, Religion Society and Individual

Page 57: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

PEDOMAN WAWANCARA

Nama :____________________________________ Usia :____________________________________ Pendidikan :____________________________________ Agama :____________________________________ Jabatan :____________________________________ Lama bertugas :____________________________________ Alamat :____________________________________ _____________________________________

1. Sudah berapa tahun anda bekerja di Suku Dinas ini?

2. Apa yang membuat anda ingin bekerja di sini?

3. Tahukan anda bahwa pekerjaan anda ini mengandung banyak sekali

godaannya?

4. Bagaimana anda mengatasi godaan tersebut? Bisa berikan contoh godaan yang

ada?

5. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?

6. Bagaimana agama menurut anda?

7. Dari mana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?

8. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?

9. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!

Page 58: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

10. Bagaimana agama berperan saat anda sedang bekerja?

11. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?

12. Bagaimana pandangan pejabat di masyarakat menurut anda?

13. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?

14. Mengapa demikian?

15. Sejauh mana agama berperan dalam menjaga anda agar tidak terjerumus

dalam godaaan yang ada?

16. Bagaimana pendapat anda mengenai budaya yang ada di birokrasi Indonesia

ini?

17. Menurut anda, apa penyebabnya?

Page 59: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Wawancara dengan Drs. Supiyan, M.Si,

Kepala Tata Usaha Sudin Dikmentin Jakarta Barat

Tempat : Kantor Tata Usaha Sudin Dikmenti Jakarta Barat

Hari/Tanggal : Kamis, 01 November 2007

Waktu : Pukul 12.00 – 13.20 WIB

Bagaimana sejarah Sudin Dikmenti?

Nama Sudin Dikmenti Jak Bar itu sejak otonomi bergulir, kira-kira tahun

1998/1999 yang berkedudukan di tingkat kotamadya, di tingkat dinas bernama

dikmenti, di tingkat kecamatan seksi dikmenti kecamatan. Sebelum otonomi

bergulir, namanya berganti-ganti mulai dari depdikbud, depdiknas. Sebelum

otonomi, secara organisatoris berada di bawah pusat, depdiknas atau depdikbud,

di tingkat wilayah bernama kanwil, di tingkat kotamadya kanko, di tingkat

kecamatan kancam.

Otonomi di wilayah DKI berbeda dengan daerah lain. Ada UU nomor 24 tentang

ibukota otonomi tingkat I, hanya administrative dengan tidak adanya DPRD

tingkat II. Sehingga sudin-sudin yang ada pejabatnya adalah eselon III, kalau di

daerah eselon II, seperti di Tangerang, Bekasi dan lain sebagainya. Sudin

dikmenti jakbar membina penyelenggarakan pendidikan baik formal, non formal

maupun informal sesuai dengan UU sisdiknas. Yang membedakan sudin di DKI

dengan deerah lain, di DKI lebih spesifik dinasnya, seperti ada dinas dikdas,

dikmenti, tenaga kerja dan lain sebagainya. Pendidikan formal meliputi

pendidikan menengah dan tinggi, SMU, SMK dan perguruan tinggi. Pendidikan

Page 60: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

tinggi hanya administrative saja, hanya pendataan, penutupan sebagai

rekomendasi ke Gubernur. Sedangkan mengenai kurikulum, keuangan ada

Kopertis yang kalau agama Kopertais. Pendidikan non formal meliputi kursus,

PKBM, lembaga pelatihan, majlis taklim, pendidikan kesetaraan. Sedangkan

informal adalah pendidikan yang dilaksanakan satu dua orang di rumah yang

dikenal dengan home schooling, yang bisa diikutikan Ujian Nasional.

Bagaimana Sudin berperan dalam pendidikan masyarakat, khususnya dalam

pelayanan?

Namanya juga pegawai negeri sipil yan sebelumnya dibekali oleh aturan-aturan,

seperti SK Menpan, SK Gubernur termasuk dalam rangka pelayanan masyarakat

yang dikenal dengan pelayanan prima.

Bagaimana dengan pembekalan seperti pelatihan?

Ada juga. Kita punya anggaran dari pusat dengan merencanakan sejumlah

program untuk berbagai komponen. Pertama sebagai pegawai pelayan

masyarakat, untuk SMK/SMU, guru. Salah satu programnya ada yang namanya

peningkatan pelayanan prima. Berbagai ahli diundang untuk diadakan Tanya

jawab dengan para pegawai. Ada juga yang melalui diklat-diklat. Di propinsi ada

dikprof, diklat untuk ketatausahaan, kehumasan, keguruan. Ada yang deprogram

dan ada juga yang diundang. Usaha-usaha untuk meningatkan SDM pegawai

sudah cukup. Ada juga pelayanan keagamaan. Di walikota ada pusbinroh pegawai

sebulan sekali. Bentuknya pengajian. Ini bicara semua agama. Kita kumpulkan

pegawai-pegawai untuk

Page 61: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Respon masyarakat terhadap pelayanan?

Pendidikan itu kan kebutuhan pokok. Jadi terutama mengenai ijazah, belum ada

komplain. Kita berusaha untuk menjalankan aturan.

Bagaimana dengan sekelompok masyarakat yang ingin mengadakan PKBM?

Bagaimana respon mereka?

Selama ini pelayanan yang kami berikan cukup baik. Hanya saja terkadang ada

masyarakat yang kurang tahu sehingga mereka kesulitan mengurusnya. Hal ini

ditambah sosialisasi yang kurang. Misalnay dulu ada aturan mengenai

penyelenggara pendidikan yang mewajibkan harus badan perseoran atau yayasan

dan masyarakat tidak tahu bahwa sudah ada perubahan aturan itu, sehingag

mereka masih ragu untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan. Kalau sekarang

sudah bisa dimaklumi kok.

Sudah berapa tahun anda bertugas di sini?

Sejak tahun 1984. pertamakali saya bekerja di tingkat kelurahan, kemudian di

tingkat kecamatan, baru sekarang di tingkat kotamadya. Jadi berjenjang

Bagaimana fasilitas yang tersedia untuk kebutuhan agama?

Kebetulan kita mayoritas Islam, dari pegawai yang berjumlah 64 10% di

antaranya non Islam umumnya Nasrani. Itu diatur oleh mekanisme PNS. Kalau

orang Islam ada Pusbinroh, ada juga melalui program-program, hari raya besar

Islam. Untuk orang Islam ada masjid yang besar. Pada prinsipnya dianjurkan

shalat wajib di masjid, tapi berhubung kebutuhan, disediakan mushala di setiap

Page 62: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

lantai. Untuk agama nasrani, tiap shalat Jumat, bagi agama nasrani di lantai 10 ada

kegiatan rohani.

Bagaimana dengan kegiatan sosial?

Ada juga. Yang paling menonjol adalah pas bulan ramadhan. Seperti buka

bersama dengan orang yang kurang mampu, kemudian idul fitri santunan terhadap

keluarga dari golongan yang kurang mampu. Di walikota untuk social ada mitra,

seperti PKK. Ada dana-dana khusus untuk itu. Kita ikut program itu.

Citra pegawai negeri di masyarakat agak negative berkaitan dengan disiplin

waktu. Bagaimana sikap bapak?

Khusus untuk pemda DKI, saya menampik tuduhan itu. Malahan di DKI itu

kekurangan orang. Jadi kalau ada tenaga pegawai negeri baca Koran itu tidak

sempat. Untuk menanggulangi itu, volume penerimaan PNS di DKI sangat

lamban. Tapi di satu sisi untuk guru sangat kurang. Pemda DKI mengangkat

pegawai tidak tetap, kalau pegawai langsung tidak boleh. Masing-masing unit

secara tidak resmi mengangkat tenaga Bantu, harus resmi dari Gubernur. Yang

tanggung jawab ya masing-masing unit tanpa ada SK. Sekarang ada kebijakan

Gubernur tentang abensi yang menggunakan computer dengan menggunakan

sidik jari. Ditambah dengan absent bantuan. Ini ditunjang dengan dana kesra. Ada

TPP, Tunjangan Penghasilan PEgawai. Kalau tidak masuk, tunjangan ini

dikurangi. Kalau satu hari tidak masuk dikurangi 25000. KEnapa di sini masih ada

meja yagn kosong? Itu bukan berarti tidak dating. Karena ada juga pengawas

sekolah sekitar 14. satu orang membawahi antara 8 – 15 sekolah. Di sini hanya

hadir, lalu keliling. Sebelum pulang, mereka absent lagi ke kantor. Sedangkan

Page 63: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

untuk melayani masyarakat sehari-hari ada yang piket. Dalam rangka

melaksanakan program, supaya efektif, berbagai pelatihan di adakan di luar kota,

biar tidak gampang pulang.

Terima kasih untuk waktu yang diberikan, selamat bertugas pak?

Sama-sama

Page 64: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

Kepada yang terhormat, Ketua Jurusan Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ahmad Bajri NIM : 101032221643 Jurusan : Sosiologi Agama Semester : XII Bermaksud untuk mengajukan proposal skripsi dengan judul “Keberagamaan Pejabat Birokrasi (Studi Kasus Pejabat Birokrasi di Lingkungan Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Kali Deres Jakarta Barat)”. Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan:

1. Outline 2. Abstraksi 3. Daftar Pustaka Sementara 4. Sertifikat Praktikum

Demikianlah proposal ini saya buat dan saya ajukan. Atas perhatian dan kerja samanya saya haturkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 02 Maret 2007 Pembimbing Akademik, Pemohon, Drs. Chaidir S. Bamualim, M. A Ahmad Bajri

Mengetahui, Kajur Sosiologi Agama,

Dra. Hj. Ida Rosyidah, MA

Page 65: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

HASIL WAWANCARA

Nama : Imbang Santoso Usia : 41 Tahun Pendidikan : S 1 IKIP Agama : Islam Jabatan : Staff Tata Usaha Lama bertugas : 3 Tahun Alamat : Jl. Fajar Baru Indah No. 342 Cengkareng Timur Jakarta Barat

18. Sudah berapa tahun anda bekerja di Suku Dinas ini?

3 tahun

19. Apa yang membuat anda ingin bekerja di sini?

Tujuan saya bekerja di sini adalah untuk menambah pengalaman yang

berbeda.

20. Tahukan anda bahwa pekerjaan anda ini mengandung banyak sekali

godaannya?

Tidak tahu.

21. Bagaimana anda mengatasi godaan tersebut? Bisa berikan contoh godaan yang

ada?

Dalam melakukan pekerjaan tersebut, alhamdulillah saya tidak mengalami

godaan, jadi tidak perlu mencari jalan untuk mengatasinya.

22. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?

Ya

23. Bagaimana agama menurut anda?

Agama ada untuk mengatur manusia, baik itu hubungan manusia dengan

sesama manusia maupun hubungan manusia dengan Tuhannya. Dengan

Page 66: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

demikian dapat tercipta hubungan yang harmonis di antara kedua hubungan

tersebut.

24. Dari mana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?

Dari pendidikan formal dan non formal

25. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?

Ya. Saat kerja kita kan hanya melaksanakan shalat Dzuhur dan Asar. Shalat

Dzuhur bertepatan dengan waktu istirahat makan siang. Jadi tidak ada kendala

dalam melaksanakannya. Paling saat shalat Asar saja saya akan telat. Kadang

kalau tidak sempat di kantor saya melaksanakannya di rumah. Kebetulan

tempat tinggal saya kan tidak terlalu jauh dari tempat kerja. Tapi kalau waktu

memungkinkan saya laksanakan di kantor, biar lebih afdhal.

26. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!

Ya, bekerja dengan sepenuh haji, belajar apa saja yang harus dipelajari baik

ilmu dunia maupun ilmu agama untuk bekal di akhirat, beramal, dan

sebagainya.

27. Bagaimana agama berperan saat anda sedang bekerja?

Hal tersebut tergantung, kalau memang waktunya untuk ibadah mau tidak mau

harus meninggalkan pekerjaan.

28. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?

Memberikan saya tuntunan mengenai hal apa saja yang seharusnya saya

lakukan dan yang tidak boleh saya lakukan.

29. Bagaimana pandangan pejabat di masyarakat menurut anda?

Menurut saya masyarakat menilai kita cukup baik. Karena selama ini belum

ada keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh Sudin

Dikmenti Jakarta Barat. Dan ini merupakan komitmen kita untuk memberikan

yang terbaik buat masyarakat.

Page 67: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,

30. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?

Iya dong.

31. Mengapa demikian?

Karena hidup di dunia itu untuk ibadah, meskpun terkadang kita juga berbuat

dosa.

32. Sejauh mana agama berperan dalam menjaga anda agar tidak terjerumus

dalam godaaan yang ada?

Cukup jauh.

33. Bagaimana pendapat anda mengenai budaya yang ada di birokrasi Indonesia

ini?

Ya beginilah Indonesia, Negara kita tercinta. Memang suasananya berbeda

dengan Negara lain.

34. Menurut anda, apa penyebabnya?

Sok pinter dan sok tahu permasalahan yang sebenarnya bukan fak mereka.

Page 68: KEBERAGAMAAN BIROKRAT PEMERINTAH Studi Kasus di …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8265/1/AHMAD BAJRI-FUF.pdfDefinisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu,