dikitat hk islam

85
I. ISLAM, HUKUM ISLAM DAN RUANG LINGKUP A. PENGERTIAN ISLAM Agama Islam adalah suatu agama yang disampaikan oleh para nabi berdasarkan Wahyu dari Allah Swt yang disempurnakan dan diakhiri dengan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terkahir. Istilah Islam sebagai Dienul terdapat dalam al Qur’an Surat Al Imran ayat 19. Kaum Orientalis mengatakan yang dimaksud Islam is not merely a Religion. It is also a way of life and a whole civilization. ( Islam bukan hanya sebuah agama saja, Islam juga merupakan gaya dan cara hidup bermasyarakat , bernegara serta mempunyai peradaban yang lengkap). Ciri-ciri Dienul Islam 1. Mempunyai hubungan yang erat dengan agama-agama sebelumnya, 2. Mengajarkan Ketauhidan (Keesaan ), 3. Keseimbangan antara dunia dan akhirat, 4. Fleksibel dan rasional, 5. Tidak terbatas pada ibadah ritual, 6. Tidak memisahkan agama dan Ilmu, 7. Memberikan kebebasan berpikir Ruang Lingkup Dienul Islam 1

Upload: dewi-yuliana-maharani

Post on 30-Jun-2015

899 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

anak kelas D monggo di share

TRANSCRIPT

Page 1: Dikitat Hk Islam

I. ISLAM, HUKUM ISLAM DAN RUANG LINGKUP

A. PENGERTIAN ISLAM

Agama Islam adalah suatu agama yang disampaikan oleh para nabi

berdasarkan Wahyu dari Allah Swt yang disempurnakan dan diakhiri

dengan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan

Rasul terkahir.

Istilah Islam sebagai Dienul terdapat dalam al Qur’an Surat Al Imran

ayat 19.

Kaum Orientalis mengatakan yang dimaksud Islam is not merely a

Religion. It is also a way of life and a whole civilization. ( Islam bukan

hanya sebuah agama saja, Islam juga merupakan gaya dan cara hidup

bermasyarakat , bernegara serta mempunyai peradaban yang lengkap).

Ciri-ciri Dienul Islam

1. Mempunyai hubungan yang erat dengan agama-agama sebelumnya,

2. Mengajarkan Ketauhidan (Keesaan ),

3. Keseimbangan antara dunia dan akhirat,

4. Fleksibel dan rasional,

5. Tidak terbatas pada ibadah ritual,

6. Tidak memisahkan agama dan Ilmu,

7. Memberikan kebebasan berpikir

Ruang Lingkup Dienul Islam

Islam terdiri dari :

1. Aqidah, yang berarti kepercayaan Islam, yang merupakan pokok-

pokok agama Islam ( Ushul Ad –din )

Hal ini sering disebut dengan istilah Rukun Iman yaitu :

1) Iman Kepada Allah Swt

2) Iman Kepada para Malaikat

3) Iman Kepada para Nabi dan Rasul

1

Page 2: Dikitat Hk Islam

4) Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Swt

5) Iman Kepada Hari Akhir

6) Iman Kepada Qadha dan Qadar

2. Syariah

Menurut loghat berarti jalan, maksudnya jalan ke mata air atau jalan

yang harus dituruti. Demikian pentingnya syariat bagi umat Islam seperti

pentingnya jalan ke mata air bagi orang Arab.

Syariat terdiri atas :

1) Ibadah Mahdah ( Rukun Islam) mengatur hubungan manusia dengan

Khalik-Nya.

2) Muamalah , mengatur hubungan manusia dengan manusia dan

hubungan manusia dengan benda. ( Siasyah (politik), muamalat

(ekonomi), Fiqh (hukum), social, budaya, pertahanan teknologi, dan

lain-lain ).

3. Akhlak meliputi :

1) Akhlak Kepada Allah Swt

2) Akhlak Kepada para Malaikat

3) Akhlak Kepada para Nabi dan Rasul

4) Akhlak Kepada sesama Manusia

5) Akhlak Kepada diri sendiri

6) Akhlak Kepada Lingkungan terdiri atas :

a. Pelestarian Alam meliputi :

1) Akhlak Kepada Air

2) Akhlak Kepada Tumbuhan

3) Akhlak Hewan

b. Masalah Perburuan

B. PENGERTIAN FIKIH, SYARI’AH DAN HUKUM ISLAM

2

Page 3: Dikitat Hk Islam

Di kalangan para penulis tentang Hukum Islam sering dikatakan

bahwa pengertian “ Syari’ah “ sama ( sinonim ) dengan pengertian Fiqh

, sedang pengertian “ Syari’ah “ pada masa sekarang lebih luas daripada

pengertian fiqh.

Dalam perkembangannya lebih lanjut pengertian Hukum Islam

di negara-negara mayoritas beragama Islam misalnya di Indonesia

banyak yang mengaktualisasikan Hukum Islam dalam pengertian Syari’ah

diambil menjadi Hukum positif ( hukum yang berlaku pada suatu tempat

pada suatu waktu tertentu ). Salah satunya dibentuk peraturan

perundang-undangan

Untuk itu akan diuraikan pengertian Fiqh, Syariah dan Hukum Islam

dari para Ahli .

1. Pengertian Fiqh.

Menurut etimologi ( bahasa ), fiqih adalah paham, seperti pernyataan

saya paham pelajaran itu. Arti ini antara lain sesuai dengan arti fiqh

dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang

artinya :

“ Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik di sisi-

Nya, niscaya diberikan kepadanya pemahaman ( yang mendalam )

dalam pengetahuan ilmu agama “

menurut terminologi , fiqh pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan

yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah, akhlak,

maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti Syari’ah Islamiyah.

Namun pada perkembangan selanjutnya . Fiqh diartikan sebagai bagian

dari Syari’ah Islamiyah , yaitu pengetahuan tentang hukum Syari’ah

Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa

dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.

Masih banyak definisi fiqh lainnya yang dikemukakan para ulama,

ada yang mendefinisikan sebagai himpunan dalil yang mendasar

ketentuan hukum Islam. Ada pula yang menekankan bahwa fiqh adalah

3

Page 4: Dikitat Hk Islam

hukum Syari’ah yang diambil dari dalilnya. Namun demikian pendapat

yang menarik untuk dikaji adalah pernyataan Imam Haramain bahwa fiqh

merupakan pengetahuan hukum Syara’ dengan jalan ijtihad. Demikian

pula pendapat Al-Amidi’ bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan

hukum dalam fiqh adalah melalui kajian dari penalaran ( nadzar dan

istidhah ). Pengetahuan hukum yang tidak melalui ijtihad ( kajian ), tetapi

bersifat dharuri, seperti shalat lima waktu wajib, zina haram fiqh., dan

masalah-masalah qath’i lainnya tidak termasuk fiqh Hal itu

menunjukkan bahwa fiqh bersifat ijtihad atau zhanni. Pada perkembangan

selanjutnya, istilah fiqh sering dirangkaikan dengan kata Al-Islami

sehingga terangkai Al-Fiqh Al Islami, yang sering diterjemahkan dengan

hukum Islam yang memiliki cakupan sangat luas, Pada akhirnya para

ulama fiqh membagi fiqh menjadi beberapa bidang salah satunya fiqh

dusturiyah ( hukum tata negara ) . Jadi dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa fiqh bagian dari Syari’ah . Syari’ah bagian dari ajaran

Islam. Sedangkan Syari’ah meliputi bidang Siasyah ( politik ), Muamalah

( ekonomi ), Fiqh ( hukum ) dan lain-lain

2. Pengertian Syari’at Islam.

Pengertian Syari’at Islam sering disamakan dengan pengertian

fiqh, dan hukum Islam. Kertiganya memang sama-sama merupakan jalan

yang berasal dari Allah, tetapi dari perkembangan sejarah Islam,

ketiganya telah mengalami diferensiasi makna. Syari’at Islam secara

umum adalah keseluruhan teks al-Qur’an dan as Sunnah sebagai

ketentuan Allah yang seharusnya menjadi pegangan hidup manusia.

Abdullah Yusuf Ali menyebutkan sebagai “ the right Way of Religion

“ ( jalan agama yang benar ) sebagian dari jalan tersebut menyangkut

hubungan khusus antara individu dan Allah dan sebagian menyangkut

pengaturan antar individu dalam kehidupan masyarakat. Bagian yang

kedua , sebagiannya memerlukan kekuasaaan negara untuk menjamnin

pelaksanaannya dan sebagian lagi mernyangkut norma akhlak etika, dan

4

Page 5: Dikitat Hk Islam

lain-lain yang diserahkan kepada ketaatan indvidu. Dengan demikian

Syari’at Islam lebih luas dari fiqh

Sejalan dengan itu. Mohammad Daud Ali berpendapat yang

dimaksud dengan Syari’at atau ditulis syari’ah., secara harfiah adalah

jalan ke sumber

(mata) air yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim. Syari’at

merupakan jalan hidup muslim .

Syari’at memuat ketetapan ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-

Nya, baik berupa larangan maupun suruhan meliputi seluruh aspek hidup

dan kehidupan manusia. Dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at merupakan

hukum dasar yang ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh orang Islam

berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak , baik dalam

hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan benda

dalam masyarakat. Dengan kata lain mempunyai hubungan vertikal atau

yang disebut dengan hablumminallah dan hubungan horisontal yang

disebut dengan hablumminannas.

3. Pengertian Hukum Islam.

Masalah pengertian Hukum Islam penulis akan mencoba

mengemukakan pendapat dari para ahli dan hasil Loka karya Hukum

Islam di Jakarta sebagai berikut :

M.C. Donald memberi batasan tentang Hukum Islam adalah

Islamic of Law science of allthing human and divine artinya bahwa Hukum

Islam adalah keseluruhan Ilmu Pengetahuan yang membahas tentang

Ilmu ketuhanan dan kemanusian.

Sedangkan Ahmad Rofiq dan Hasby ash-Shiddieqy sebagai pakar

Syari’ah dan Guru besar Syari’ah berpendapat :

Ahmad Rofiq mengatakan bahwa Hukum Islam sebagai suatu

produk kerja intelektual, perlu dipahami tidak hanya terbatas pada fiqh.

Persepsi yang tidak proposional dalam memandang eksistensi Hukum

Islam sering melahirkan kekeliruan persepsi baru dalam mmemandang

5

Page 6: Dikitat Hk Islam

perkembangan atau perubahan yang terjadi dalam Hukum Islam itu

sendiri.

Selain Fiqh, setidaknya ada tiga produk pemikiran Hukum Islam, yaitu

fatwa, Keputusan pengadilan, dan perundang-undangan. Pemahaman

yang tidak proporsional tersebut misalnya, ia dipahami hanya sebagai fiqh

saja, maka kesan yang akan diperoleh adalah bahwa Hukum Islam

mengalami stagnasi atau jumud dan tidak memiliki kesanggupan untuk

menjawab tantangan perubahan.

Hasby ash-Shiddieqy mengatakan Hukum Islam adalah koleksi

daya upaya ahli hukum untuk menerapkan syari’at atas kebutuhan

masyarakat.

Loka Karya Hukum Islam di Jakarta Tahun 1975 berpendapat

bahwa Hukum Islam adalah Fiqih muammalat dalam arti luas yakni

pengertian manusia tentang kaidah-kaidah ( norma )

kemasyarakatann yang bersumber kepada

1) Al Qur’an,

2) Al hadist

3) Akal manusia.

Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum Islam itu

bersumber pada Wahyu Allah Swt ( Al Qur’an ) , Al Hadist dan pemikiran-

pemikiran manusia yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Al

Hadist.

C. KARETERISTIK HUKUM ISLAM

Hukum Islam mempunyai kareteristik yang berbeda dengan Hukum

Barat dan Hukum Adat.. Karakteristik tersebut adalah :

6

Page 7: Dikitat Hk Islam

1. Robbaniah

Hukum Islam itu bukan buatan manusia , tetapi merupakan wahyu

Allah Swt. Dasar hukumnya dapat dilihat dalam Al Qur’an Surat Al

Haqqah ayat 40-43.

2. General ( Syanil Mutakamil )

Artinya Hukum Islam tidak hanya membahas Ibadah Ritual saja ,

akan tetapi juga membahas masalah Aqidah , Muammamlat ,dll .

Dasar hukumnya dalam Al- Q ur’an surat Ad Dzariyat ayat 56 .

3. Universal ( Insaniyyah Alamiyah )

Hukum Islam tidak terbatas wilayah , suku ras ,dll . Dasar hukumnya

dapat dilihat dalam Al Qur’an surat Al Hujarat ayat 10-13

4. Orisinil dan Abadi ( Tsabat )

Hukum Islam telah dijamin oleh Alloh SWT sampai akhir zaman akan

tetap stabil tidak akan hilang dan terpengaruh apapun. Hal ini dapat

kita temukan dalam Al Qur’an Surat Al Hijr ayat 9.

5. Mudah dan Tidak Mempersulit ( Al Basathah )

Hukum Islam diterapkan kepada manusia tidak untuk membebani

manusia itu sendiri, sebagai mana Alloh SWT berfirman “ Allah tidak

membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya “ . Dasar

Hukumnya dapat dilihat Dalam Al- Qur’an Surat Al Baqarah ayat

185 dan ayat 286 .

6. Mengutamakan Kemaslahatan / Kepentingan masyarakat

Dalam Hukum Islam kepentingan masyarakat banyak lebih

diutamakan daripada kepentingan individu dan kepentingan golongan

atau kepentingan kelompok.

7. Sanksinya Rangkap / Ganda

Berbeda dengan Hukum, Hukum Islam dalam pelaksanaannya

mengenal sanksi yang rangkap artinya setiap tindak pidana yang

dilakukan akan mendapat balasan /ganjaran di dunia dan akhirat,

tidak seperti hukum yang sanksinya hanya dijatuhkan di dunia saja

(oleh negara sebagai lembaga yang berwenang )

7

Page 8: Dikitat Hk Islam

8. Persamaan dan Keadilan.

Dalam Hukum Islam juga dikenal istilah Equality before the law yang

artinya bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban

yang sama , begitu juga dengan masalah keadilan , Apalagi masa

sekarang adanya Hak Asasi Manusia ( HAM ).

Sedangkan Mohammad Daud Ali berpendapat bahwa ciri-ciri

hukum Islam sebagai berikut :

1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam

2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan

dari iman atau akidah dan kesusilaan atau akhlak Islam.

3. Mempunyai dua istilah kunci (a) syari’at dan (b) fiqih.

4. Terdiri dari dua bidang utama yakni (a) ibadah dan (b) muamalah.

5. Strukturnya berlapis terdiri dari (a) nash atau teks Al-Qur’an (b)

Sunnah Nabi Muhammad SAW (c) hasil ijtihad manusia yang

memenuhi syarat tentang wahyu dan Sunnah (d) pelaksnaannya

dalam praktik (i) berupa keputusan hakim, maupun (ii) berupa amalan-

amalan umat Islam dalam masyarakat.

6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amalan dari pahala.

7. Dapat dibagi menjadi (a) hukum taklif yakni al-ahkam al-

khamsah yaitu lima hujum yakni ja’iz, sunnat, makruh, wajib dan

haram (b) hukum wadh’i yang mengandung sebab, syarat, halangan

terjadi atau terwujudnya hubungan hukum.

Menurut H.A. Djazuli selain kareteristik di atas ciri hukum Islam

dalam prakteknya yang berbentuk peraturan perundang-undangan dapat

dikategorikan sebagai berikut :

1. Dalam perkembangan lebih lanjut , Kareteristik Hukum Islam dalam

bentuk peraturan perundang-undangan ada yang bersifat Universal.

Pengertian Universal artinya bahwa Hukum Islam materinya dapat

dibentuk dalam bentuk umum ( tidak berlebel Islam ), dimana

berlakunya dapat diberlakukan kepada seluruh warga Negara,

misalnya masalah perjudian , narkoba, Miras dan lain-lain.

8

Page 9: Dikitat Hk Islam

2. Di samping yang bersifat Universal , ada juga kareteristik Hukum

Islam yang bersifat Identitas ( ciri khas ), artinya walaupun kemajuan

zaman dan teknologi kareteristik hukum Islam tidak bisa

dirubah.misalnya masalah zakat lahirnya Undang-undang Nomor 38

Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, masalah Haji lahinya

Undang-Undang Nomor 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji, dan lain-lain.

D. POSISI HUKUM ISLAM DALAM PERKEMBANGAN HUKUM

INTERNASIONAL

Prof Dr. Endang saefullah,S.H.LL.M. ( Guru besar Hukum

Internasional Unpad ) mengatakan dalam ceramah umumnya yang

berjudul Hukum internasional dan perkembangannya. Beliau

mengatakan bahwa Perkembangan lain yang berdampak pada

perkembangan Hukum Internasional adalah bidang poltik

internasional, sosila ekonomi internasional.

Bahwa Ekonomi Islam sudah banyak di terapkan di berbagai Negara

di dunia pada saat ini.

Gejala lain terbukti dengan pernyataan Judge S Schwebel, mantan

Presiden ICJ, mengatakan di depan Majelis Umum PBB tahun

1999.

“ perfoce , The PCIJ was Euro-centered. The ICJ today is universal in

its elintele” ( S. Rosenne , The Perflexities of Modern International

Law ); Jadi HI yang digunakan oleh PCIJ berorientasi ke Eropa,

sedang ICJ sekarang benar-benar bersifat universal. Hal ini jelas pada

putusan tribunal yang menetapkan bahwa sengketa antara Eritrea vs

Yaman. Tentang batas maritime tidak lagi menerapkan konsep Eropa

tentang akusisi kedaulatan territorial di wilayah di mana konsep islam

berlaku, yang telah menjadi bagian dari kerajaan Ottoman. Ini

9

Page 10: Dikitat Hk Islam

merupakan maslah baru bagi HI yang benar-benar universal yang

harus mengakomodasikan konsep regional/sektoral.

E. RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM

Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karena

merupakan bagian dari agama Islam yang universal sifatnya. Hukum

Islam berlaku bagi semua orang Islam dimanapun berada. Hukum Islam

meliputi

1. Ibadah

Pembicaraan tentang Ibadah meliputi :

a. bab-bab Thaharah yang terdiri dari ; suci dari kotoran,wudlu,mandi,

dan tayammum,

b. Shalat dengan segala macam dan caranya , Zakat, Haji , Jihad ,

Sumpah , Nazar, Korban, Sembelihan , Berburu , Aqiqah ,

Makanan dan Minuman.

c. Puasa,

d. Z akat

e. Haji

2. Hukum Keluarga ( family of Law )

Yaitu hukum yang mengatur hubungan seorang pria dengan

isteri dan anak-anaknya.

Setelah perkembangan lebih lanjut , membahas juga masalah-

masalah :

a. Hukum Perkawinan ( Munakahat ), membicarakan tentang

kedudukan ( hukum ) perkawinan , pinangan, persetujuan

calon-calon mempelai, syarat-syarat perkawianan, wanita yang

tidak boleh dinikahi, hak-hak suami isteri, macam-macam

10

Page 11: Dikitat Hk Islam

pemutusan dan sebagainya, iddah dan macam-macamnya, ruju’,

perdamaian (hakam ); ila; dhihar dan li’an.

b. Hukum Waris ( Faraidh )

Hukum yang mengatur pemindahan hak dari pewaris kepada ahli

waris , siapa-siapa yang menjadi ahli waris , dan menentukan

berapa bagian-bagian yang harus diterima ahli waris.

c. Wasiat

Pesan dari seseorang untuk menyisihkan sebagian hartanya

kepada seseorang atau badan hukum setelah orang tersebut

meninngal dunia.

d. Wakaf.

Penyisihan sebagian harta benda untuk maksud-maksud

kebaikan dan penyisihan tersebut di lakukan sewaktu pemberi

wakaf masih hidup .

3. Hukum Privaat

Hukum Privaat dikenal juga dengan Fiqih muammalat yang khusus

menyangkut masalah kebendaan yang meliputi :

a. Hukum Perdata ( Privat of Law /Ahkam al Madniyah )

Hukum Perdata terdiri dari :

1) Jual Beli ( Al Buyu/Trading )

Jual beli adalah tukar menukar barang dengan barang yang

lain/uang dengan cara yang tertentu ( akad )

Rukun Jual beli yaitu :

Penjual dan pembeli,

Uang dan benda yang dibeli,

Baliq,

Lafaz jual beli.

2) Khiyar ( The Choice )

Artinya memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau

mengurungkan ( menarik kembali, tidak jadi jual beli )

Khiyar ada tiga macam :

11

Page 12: Dikitat Hk Islam

Khiyar Majelis artinya si pembeli dan si

penjual boleh memilih antara dua perkara tadi selama keduanya

masih tetap berada di tempat jual beli,

Khiyar syarat artinya khiyar itu

dijadikan syarat sewaktu akad oleh keduanya atau salah seorang,

seperti kata si penjual “ saya jual barang ini dengan harga sekian

dengan syarat khiyar selama tiga hari atau kurang dari tiga hari “,

Khiyar ‘aibit ( cacat ) artinya si pembeli

boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang

itu terdapat suatu cacat yang mengurangi harganya, sedangkan

biasanya barang yang sperti itu baik, dan sewaktu akad cacatnya

itu sudah ada, tetapi si pembeli tidak tahu, atau terjadi sesudah

akad, yaitu sebelum diterimanya.

3) Salam.( Selling without showed / menjual tanpa barang )

Menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya hanya ditentukan

dengan sifat barang itu ada dalam pengakuan ( tanggungan ) si

penjual.

4) Serikat ( perseroan/Union )

Serikat ada dua macam yaitu :

Serikat ‘Inan ( serikat harta )

Artinya akad di antara dua atau lebih untuk berserikat harta

yang ditentukan oleh keduanya dengan maksud mendapat

keuntungan untuk mereka yang berserikat tersebut,

Serikat Kerja

Artinya dua orang atau lebih bermufakat atas suatu pekerjaan

supaya keduanya sama-sama mengerjakan pekerjaan itu.

Penghasilannya ditujukan untuk mereka bersama sesuai

dengan perjanjian di antara mereka.

5) Qiradh ( investasi modal/invenity )

12

Page 13: Dikitat Hk Islam

Ialah memberikan modal dari seseorang kepada orang lain untuk

modal usaha , sedangkan keuntungan dibagi di antara keduanya

menurut perjanjian antara keduanya sewaktu akad

6) Musaqah ( Paroan Kebun/Harvest )

Ialah pemilik kebun yang memberikan kebunya kepada tukang

kebun agar dipeliharanya, dan penghasilan yang di dapat dari

kebun dibagi antara keduanya.

7) Muzaraah ( Paroan sawah/ ladang )

Ialah paroan sawah atau ladang , seperdua, sepertiga atau lebih

atau kurang , sedangkan benihnya dari petani ( penggarap )

8) Mukhbarah ( paroan sawah atau ladang )

Ialah paroan sawah atau ladang , seperdua,sepertiga, atau lebih

atau kurang, sedangkan benihnya dari yang punya tanah.

9) Ijarah ( sewa menyewa/ rent and lease )

Ialah akad atas manfaat (jasa ) yang dimaksud lagi diketahui,

dengan tukaran yang diketahui menurut syarat-syarat yang akan

datang .

10)Ji’alah ( mengembalikan barang hilang /returning missing thing )

Meminta agar mengembalikan barang yang hilang dengan bayaran

ditentukan.

11)Jaminan ( rungguhan/ gararanty )

Ialah suatu barang yang dijadikan peneguh atau penguat

kepercayaan dalam utang piutang.

12)Hiwalah ( Pemindahan utang/ over credit )

Ialah memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada

tanggungan orang lain.

13)Daman ( menangung/to garrant )

Ialah menangung ( menjamin ) utang, menghandirkan barang atau

orang ke tempat yang ditentukan.

14 ) Hajru

13

Page 14: Dikitat Hk Islam

Ialah melarang atau menahan seseorang dari membelanjakan

hartanya.

15) Shulhu ( perdamaian/peace )

Ialah akad perjanjian yang menghilangkan rasa dendam,

permusuhan atau perbantahan,

16) Iqrar ( pengakuan/Confession)

Ialah mengakui kebenaran sesuatu yang bersangkutan dengan

dirinya untuk orang lain.

17) Berwakil ( work by some one )

Ialah menyerahkan pekerjaan yang diserahkan pada yang lain,

agar dikerjakan semasa hidupnya.

18) Ariyah ( pinjam-meminjam/Hire-purcase )

Ialah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada yang lain

untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya, agar

dapat dikembalikan zat barang itu.

19) Hibah ( Prize )

Ialah memberikan barang dengan tidak ada tukarannya dan tidak

ada sebabnya.

20) Wadi’ah ( titipan/entrusted good )

Menitipkan suatu barang kepada orang lain agar dia dapat

memelihara dan menjaganya sebagaimana mestinya.

21) Luqathah ( barang temuan/founded thing)

Ialah barang-barang yang di dapat dari tempat ya gtidak dimiliki

seorangpun

22) Ihyat-ul Mawat ( membuka lahan baru/ re opened new land )

Ialah tanah yang belum pernah dikerjakan oleh siapun berarti tanah

itu belum dipunyai orang atau tidak diketahui siapa pemiliknya.

23) Syuf’ah ( rebut paksa/take forced )

Ialah hak yang diambil dengan paksa oleh serikat lama dari

serikat baru.

24) Khasbu ( merampas/stealing )

14

Page 15: Dikitat Hk Islam

Ialah mengambil hak orang lain dengan cara paksa dan aniaya.

Hukumnya Haram dan dosa besar.

b. Hukum Dagang

Hukum Dagang adalah kumpulan aturan –aturan yang mengatur

hubungan-hubungan dagang antara lain mengenai kedudukan

sarikat- sarikat dagang , pembukuan, commisioner, kertas-kertas

dagang ( check, giro, wesel, dsb ) , failit ( bangkrut ), dan akibat-

akibatnya.

c. Hukum Acara Perdata ( Civil Law of Procedure )

Hukum Acara dibicarakan oleh fuqaha-fuqaha Islam dalam bab-bab

“ Peradilan ( Al-Qadla ), gugatan ( Ad-da’wa ), dan persaksian ( As-

Syahadat ).

Persoalan yang dibicarakan antara lain ialah tentang syarat-syarat

seorang hakim, cara memeriksa perkara, gugatan, obyek-obyek

gugutan, jalannya gugatan dalam pemeriksaan, orang yang bisa

menjadi penggugat dan tergugat alat-lat pembuktian seperti

pengakuan, saksi, sumpah, bukti-bukti tulisan, keadaan yang

menyertai sesuatu peristiwa, pelaksanaan keputusan hakim.

4. Hukum Pidana ( Criminal Law )

Hukum Pidana Islam ialah kumpulan aturan yang mengatur cara

melindungi dan menjaga keselamatan hak-hak dan kepentingan

masyarakat ( negara ) dan anggota-anggotanya , dari perbuatan-

perbuatan yang tidak dibenarkan. Hukum Pidana Islam terbagi dua

yakni :

a. Kitab Jinayat meliputi beberapa hokum yaitu membunuh orang,

melukai, memotong anggota tubuh, dan menghilngkan manfaat

badan

15

Page 16: Dikitat Hk Islam

b. Kitab Hudud ialah hukuman yang diberikan terhadap orang

yang melakukan larangan-larangan seperti berzina, mencuri,

minuman keras, berjudi, bughah, dan Riddah.

5. Hukum Tata Negara ( Siasah Syar’iyyah/ Constitusional Islamic

of law )

Yang menjadi pembicaraan lapangan siasah syar’iyyah ialah

hubungan antar negara dan pemerintah dengan warga

negaranya ( penduduknya ). Disebut juga “Al Fiqhud Dusturi “,

juga membicarakan soal Imamah ( pimpinan negara )

menegakkan pemerintah Islam , teori-teori tentang timbulnya

negara, negara dan syarat-syarat diadakannya , serta kewajiban-

kewajibannya. Hubungan antara rakyat dengan penguasa dalam

berbagai lapangan hidup. Menurut Prof H.A. Djajuli,M.A. istilah

Fiqhul dusturiyah disebut juga dengan Siyasah Dusturiyah

6. Hukum Administrasi Dan Keuangan.( Administration Law )

Hukum Administrasi (al fiqhul Idari } ialah kumpulan aturan-

aturan yang mengatur kegiatan penguasa eksekutif, dan

dibidang ini mencakup bidang keuangan ( al Fiqhul Mali), karena

salah satu kegiatannya ialah pengurusan dalam bidang

Keuangan.

7. Hukum Internasional ( Fiqul Dauli/International Law )

Hukum Internasional ada dua yaitu :

a. Hukum Perdata Internasional

Kumpulan aturan yang menentukan hukum mana yang

berlaku diantara 2 sistem hukum / lebih apabila terdapat

unsur asing dalam persoalan hukum tersebut.

b. Hukum Publik Internasional

Yaitu hukum yang mengatur antar lain :

- hubungan negara Islam dengan negara-negara lain

16

Page 17: Dikitat Hk Islam

- hubungan antara warga negara Islam dengan warga negara

non Islam ( Non Muslim ).

-

Menurut H.A. Dajazuli. dalam perkembangan sekarang materi

Hukum Islam dalam bidang Fiqih terdapat penambahan yaitu :

8. Hukum Lingkungan Islam

Hukum lingkungan Islam hukum yang mengatur masalah

pengelolaan lingkungan yang dalam Islam diambil dari ajaran

tentang Akhlak dan konsep Perilaku moral yang baik ( al-Akhlak

al-Karimah ). Perilaku yang baik merupakan dasar moral di dalam

hubungan manusia, antara umat dan antara bangsa di dunia ini,

selain itu prinsip ini pun diterapkan terhadap seluruh makhluk Allah

di muka bumi, termasuk flora dan fauna, alam nabati dan alam

hewani, budi baik ini tercermin antara lain di dalam kasih saying

seperti ditegaskan di dalam hadits

“ kasih sayangilah yang di bumi, akan menyayangi Allah Swt.”

Memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang lemah, termasuk

bangsa yang lemah dan miskin

Serta mau menempati janji. Allah berfirman :

“ Wahai orang-orang beriman tepatilah perjanjian-perjanjianmu.”

Tepatilah janji sesungguhnya janji itu diminta tanggung jawabDengan

kata lain konsep ini disebut dengan Hifdzu al-Ummah.

9. Hak Asasi Dalam Islam

Masalah Hak Asasi Manusia ( HAM ) dalam Islam, belum banyak

dikaji oleh para fukaha-fukaha Islam. Padahal dalam Konstitusi

Madinah yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW banyak

bertebaran dalam pasal-pasal misalnya prinsip persatuan dan

persaudaraan, prinsip bertetangga dengan baik, prinsip kebebasan

dan lain-lain. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an pun banyak menyebutkan

tentang Hak Asasi Manusia

17

Page 18: Dikitat Hk Islam

E. TUJUAN HUKUM ISLAM

Imam al-Syatibi telah melakukan istiqra ( penelitian ) yang digali dari

Al Qur’an maupun Sunnah, yang menyimpulkan bahwa tujuan hukum

Islam ( maqashid al-syari’ah ) di dunia ada lima hal, yang dikenal

dengan al-maqashid al syari’ah yaitu :

1. Memelihara agama ( Hifdz al-Din ). Yang dimaksud dengan

agama di sini adalah agama dalam

arti sempit ( ibadah mahdhah ) yaitu hubungan manusia dengan Allah

Swt, termasuk di dalamnya aturan tentang syahadat, shalat, zakat, puasa,

haji dan aturan lainnya yang meliputi hubungan manusia dengan Allah St,

dan larangan untuk meninggalkannya.;

2. Memelihara diri ( Hifdz al Nafs ) termasuk di dalam bagian

kedua ini, larangan membunuh diri sendiri dan membunuh orang

lain, larangan menghina dan lain sebagainya, dan kewajiban

menjaga diri ;

3. Memelihara keturunan dan kehormatanan ( Hifdz al-nas )

seperti aturan-aturan tentang pernikahan, larangan perzinahan dan

lain-lain ;

4. Memelihara harta ( Hifdz al mal ) termasuk bagian ini

kewajiban kasb al-halal, larangan mencuri, dan menghasab harta

orang lain ;

5. Memelihara akal ( Hifdz al ‘Aql ) termasuk di dalamnya

larangan meminum minuman keras, dan kewajiban menuntut ilmu.

18

Page 19: Dikitat Hk Islam

F. KAIDAH FIKH ( PENILAIAN SYARIAT )

Di antara asas hukum atau kaedah ushul al Fiqh yang penting ialah “

Ahkam al Khamsah yang terdapat dalam ilmu ushul fiqh itu. Bila di dalam

teori hokum seperti Romawi, dasar penilaian (hukum) terhadap tingkah

laku manusia dalam masyarakat itu ialah perintah dan larangan maka

dalam ushuk al fiqh terdapat lima hokum/ nilai-nilai syariat/ ahkam

alkhamsah yaitu :

Bersifat perintah 1. Fardh atau wajib perintah mutlak yang terdiri dari :

a. fardhu’ain dan

b. Fardhu kifayah.

2. Sunat

Bersifat larangan 3. haram ( larangan mutlak )

4…Makruh ( tidak mutlak )

Yang bersifat indifferent :

5. Djaiz/Mubah ( tidak diperintahkan dan tidak

dilarang )

Kelima hukum atau nilai-nilai syariat pokok ini yaitu :

1. Fardhu atau wajib adalah satu perintah yang harus dilakukan oleh

seorang muslim . Apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila

tidak dilakukan ia berdosa , wajib dibagi menjadi dua yaitu :

a. Farhdu ‘ain ( ain=orang ) adalah perintah yang ditujukan kepada

setiap orang , seperti perintah wajib Shalat, Zakat , Puasa ,dll.

b. Fardhu Kipayah ( kafa=cukup ) adalah perintah yang ditujukan

kepada satu kumpulan ( kolektivitas ). Apabila kewajiban

tersebut tidak ada yang melaksanakannya, maka setiap orang

warga kolektivitas itu berdosa, tetapi bila ada sebagian saja yang

melakukannya, maka kewajiban setiap orang dianggap telah

tertunaikan contohnya menyelenggarakan pengurusan jenazah.

2. Sunat adalah perintah yang bersifat tidak mutlak. Apabila perintah itu

dilakukan ,maka seorang mendapat pahala dan tidak dilakukan tidak

berdosa contoh mengeluarkan shadaqoh ( sedekah ).

19

Page 20: Dikitat Hk Islam

3. Haram ialah suatu larangan yang mutlak. Apabila seorang muslim

mentaati larangan ini ia akan mendapat pahala, apabila dikerjakan

maka ia akan berdosa, contoh mengkonsumsi Narkoba.

4. Makruh adalah bentuk larangan yang tidak mutlak, apabila seorang

muslim mentaati larangan ini ia mendapat pahala, sedangkan apabila

larangan ini dikerjakan ia tidak berdosa misalnya merokok.

5. Djaiz/Mubah adalah hal-hal yang tidak dihiraukan tidak diperintahkan

dan tidak pula dilarangnya , tidak berpahala dan tidak berdosa

apabila mengerjakannya misalnya gerak badan di pagi hari.

G. SUMBER HUKUM ISLAM

Dalam Surat An Nisa ayat 59 yang artinya :

“ Wahai orang-orang beriman, patuhilah akan Allah, patuhilah RasulNya,

dan patuhilah orang-orang yang memerintah di antara kamu “

Kalau kita simpulkan ayat di tas, maka sumber Hukum Islam menurut

Saidus Syahar adalah :

Sumber utama : Yakni wahyu, yang dapat dibagi dalam :

1. wahyu langsung (Al Qur’an)

2. wahyu tiddak langsung ( Al Hadits ).

Deduction atau kesimpulan yang ditarik dari wahyu, yang dibagi dalam :

1. Qiyas (analogi ) Hasil penarikan kesimpulan seorang

mujtahid.

2. Ijma (persamaan pendapat dari beberapa mujtahid ).

3. dan lain-lain

1. Al Qur’an

Qur’an bahasa Arab berasal dari kata kerja “qara-a” yang berarti

membaca. Jadi Al Qur’an berarti bacaan. Secara tekhnis (fiqih ) berarti

20

Page 21: Dikitat Hk Islam

Kitab suci Islam berasal dari wahyu Allah Swt yang disampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW,semasa kenabiaannya.

a. Garis-garis besar Al Qur’an

Garis-garis besar Al Qur’an meliputi :

1) Tauhid, kepercayaan terhadap Rukun Iman yang enam,

2) Tuntunan ibadah sebagai perbuatan yang menghidupkan jiwa tauhid’

3) Janji dan ancaman’

4) Hukum yang dihayati dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan

bernegara’

5) Inti sejarah misalnya jatuhnya Persia pada perang ke II oleh Romawi,

dalam perang Khaibar umat Muslim akan menang.

6) Ilmu Pengetahuan dan teknologi.

b. Dasar al Qur’an dalam membuat hukum :

1. tidak memberatkan

dasar hukumnya al Baqarah ayat 185, 286

2. berangsur-angsur

al Baqarah ayat 219 , kemudian an Nisa ayat 43, akhirnya Al Maidah

ayat 90

c. Watak Al Qur’an

Dari segi historis, watak dari isi Al Qur’an itu dapat dibagi dalam dua

periode yaitu :

1. Periode Mekkah, ayat-ayatnya disebut ayat-ayat Makkiyah,

2. Periode Madinah, ayat-ayatnya disebut ayat-ayat Madaniyah.

Ayat-ayat Makkiyah ialah ayat-ayat yang diturunkan semasa nabi masih

menetap di Mekkah lebih kurang 12 tahun ( 610-622 M ).

Ayat-ayat Makkiyah mempunyai karakter tersendiri yaitu lebih banyak

berisikan ajaran-ajaran ketauhidan dan kesusilaan.( bersifat rohaniyah )

Ayat-ayat Madaniyah diturunkan pada masa nabi Muhammad SAW

berada di Madinah, hingga pada masa wafatnya nabi tahun 632 M.

21

Page 22: Dikitat Hk Islam

Ayat-ayat Madaniyah bersifat lahiriyah mengenai peraturan tingkah laku

manusia.

d. Penafsiran Al Qur’an

Ayat-ayat Al Qur’an bersifat mujmal ( umum), dan untuk menerangkannya

selama nabi masih hidup diterangkan oleh nabi sendiri. Setelah nabi wafat

dijelaskan oleh para sahabat nabi, dan mengingat perkembangan

selanjutnya karena dirasakan kebutuhannya timbullah suatu ilmu baru

yang berfungsi sebagai pencari penjelasan isi Al Qur’an yaitu ilmu Tafsir

Untuk mentafsirkan isi Al Qur’an digunakan :

1. Dari segi bahasa/Gramatikal,

2. Latar belakang sejarah/histories ( asbabun Nuzul )

3. Penafsiran logis, hubungan antara ayat yang satu dengan ayat

yang lain,

4. Bantuan Hadits

2. Sunnah ( Al hadits )

Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara.

Sunnah menurut istilah syara ialah perkataan nabi Muhammad SAW,

perbuatannya, dan keterangannya yaitu sesuatu yang dikatakan atau

diperbuat oleh sahabat kemudian ditetapkan oleh nabi, tidak ditegur

sebagai bukti bahwa perbuatan itu tidak terlarang hukumnya.

Sunnah dibagi menjadi :

a. Sunnah Qauliyah

Ialah perkataan Nabi SAW yang menerangkan hukum-hukum agama dan

maksud isi Al Qur’an serat berisi peradaban, hikmah, ilmu

pengetahuandan juga menganjurkan akhlak yang mulia.

b. Sunnah Fi’iliyah

yaitu perbuatan Nabi yang menerangkan cara melaksanakan ibadah

dibagi menjadi :

22

Page 23: Dikitat Hk Islam

1) pekerjaan nabi yabg bersifat gerakan jiwa, gerakan tubuh, dan

gerakan hati misalnya cara duduk, berjalan ( tidak bersifat perintah

dan larangan )

2) perbuatan nabi berupa kebiasaan misalnya cara makan, cara tidur,

3) perbuatan nabi yang khusus untuk beliau misalnya puasa tidak

berbuka,

4) pekerjaan yang bersifat menjelaskan hukum yang mujmal seperti cara

shalat, cara haji.

c. Sunnah Taqririyah

diamnya Nabi ketika melihat sesuatu perbuatan para sahabat , baik

mereka kerjakan dihadapannya atau bukan dan sampai beritanya kepada

beliau

misalnya : mempergunakan uang yang dipakai non muslim dll.

Ilmu hadits yaitu mulai dengan metode untuk memisahkan dan meneliti

hadits yang palsu dari yang sehat ( syah ), ilmu itu disebut musthalah

hadits

Penilaian hadits dilakukan dengan cara :

Ke I. dengan mengadakan penelitian terhadap orang-orang yang menjadi

landasan ( bahas arabanya sanad ) daripada hadits itu, sehinga penilaian

atas dasar ini disebut penilaian atas dasar sanadnya.

Orang yang menjadi sanad daripada jalanya hadits harus memenuhi

beberapa syarat yaitu :

a) jujur, cerdas, kuat daya ingatnya ( hafalannya ),

b) hadir sendiri ditempat dimana hadits tersebut dipindahkan ceritanya.

Ke II. Dengan mengadakan penelitian atas materi atau isi daripada

hadits itu sendiri. Cara penelitian ini disebut penelitian atas matnya )

23

Page 24: Dikitat Hk Islam

Dengan adanya penilaian tersebut maka terdapatlah tingkatan-tingkatan

hadits yang pada umunya dapat dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu :

1) hadits Maudhu ( hadits palsu ),

2) hadits dha’if ( hadits lemah ),

3) hadits Shahih ( hadits sehat ).

Hadits yang shahih harus memenuhi syarat-syarat , baik dinilai dari

sanadnya maupun matnya.

Pada masa sekarang kita dapat menemukan kumpulan hadits yang

disusun oleh beberapa ahli yang terkenal, yaitu :

1) susunan dari Imam Buchori disebut Shahih Buchori ( wafat 256 M),

2) susunan dari Imam Muslim yang disebut shahih Muslim,

3) Himpunan dari Abu Dawud disebut shahih Dawud ( wafat 274 M ),

4) Himpunan dari Tirmizi disebut shahih Tirmizi ( wafat 278 M ),

5) Himpunan dari Ibn Majah disebut shahih Ibn Majah ( wafat 282 M ),

6) Himpunan dari Nasai disebut shahih Nasai ( wafat 302 M )

Keenam hadits ini dikenal dengan sebutan Kutub al Sittah yang artinya

Kitab yang enam.

3. Ijma (consencus) .

Ijma menurut bahasa artinya setuju atau sepakat. sedangkan menurut

istilah artinya :

“Kebulatan pendapat semua ahli ijtihad umat nabi Muhammad, sesudah

wafatnya pada suatu masa tentang suatu perkara”

Pembagian Ijma yaitu :

1) ijma Qauli ( Consescus )

. yaitu ijma dimana para ulama ijtihad menetapkan pendapatnya baik

dengan lisan maupun tulisan yang menerangkan persetujuan atas

pendapat mujtahid lain di masanya. Ijma ini disebut juga ijma qath’i

2) Ijma Sukuti ( Silent Consescus )

24

Page 25: Dikitat Hk Islam

Ialah ijma di mana para ulama ijtihad berdiam diri tidak mengeluarkan

pendapatnya atas mujtahid lain dan diamnya itu bukan karena takut

atau malu, ijma ini disebut juga ijma dhanni.

Subyek Ijma

Pendapat yang kuat ialah yang mengatakan bahwa yang dapat

melakukan ijma itu hanyalah Mujtahid. Mujtahid yaitu orang-orang yang

memenuhi syarat-syarat seperti mengetahui menddalam tentang Al

Qur’an, Taikh, ilmu masyarakat dan sebagainya, serta orang bermoral

tinggi dan adil.

Dalam ilmu ushul fiqih dari Imam Syafi’i dalam” Al-Risalah” dikenal

beberapa tingkatan mujtahid sebagai berikut :

1) Mujtahid mutlak ialah para imam Mazhab yang

kebebasannya melakukan ijtihad hampit tidak terbatas,

2) Mujtahid Mazhab ialah mujtahid yang kebebasan

ijtihadnya terbatas pada mazhabnya, yaitu kebebasan berijtihadnya

mengenai materi yang belum ada dalam mazhabnya,

3) Mujtahid Fatwa ialah ulama penganut sesuatu

mazhab dalam menghadapi berbagai pendapat ulama yang berbeda-

beda mengenai suatu materi dalam mazhabnya, maka ia berwenang

menyatakan pilihannya .

Landasan Pembenar Ijma

Sebagai landasan untuk membenarkan ijma sebagai sumber hokum Islam

dikemukakan :

1) Al Qur’an Surat 4 ayat 115.

2) Al Quran Surat An Nisa ayat 59,

3) Al hadits,

4) Logika.

4. . Qiyas

25

Page 26: Dikitat Hk Islam

qiyas menurut bahasa artinya mengukur sesuatu dengan lainnya dan

mempersamakannya.

Menurut istilah ialah menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada

kententuan hukumnya berdasarkan sesuatu hukum yang sudah

ditentukan oleh nash, disebabkan adanya persamaan di antara keduanya.

Landasan Pembenar Qiyas.

Landasan pembenar ( justification ) daripada qiyas adalah :

1) Al Qur’an surat Al Hasyr ayat 2,

2) Al Qur’an surat An Nisa ayat 59,

3) Hadits yang shahih yang terdapat dalam

shahih Muslim yang meriwayatkan , bahwa suatu ketika Nabi

Muhammad SAW mengutus salah seorang sahabatnya bernama

Muadh bin Jabbal keYaman.

Ketika Muadh menerima amanat dari nabi , Nabi bertanya :

Nabi : dengan apakah kamu memutus suatu perkara,

Muadh : dengan Kitabullah ( Al Qur’an ),

Nabi : bagaimana apabila hal itu tidak terdapat dalam al Qur’an’

Muadh : saya gunakan Sunah nabiku,

Nabi : bagaimana kalau tida ada pada sunahKu,

Muadh : lalu akan aku gunakan pikiranku ( berasaskan Al Qur’an dan Al

Hadits )

Nabi : alangkah bangganya Aku mempunyai sahabat seperti mu.

Rukun QIyas

Rukun qiyas ada empat yaitu :

1) Ashal ( pangkal ) yang menjadi ukuran,

2) Far’un ( cabang ) yang diukurnya,

3) Illat yaitu yang menghubungkan pangkal dan cabang,

4) Hukum, yang ditetapkan pada Far’i sesudah tetap pada ashal ‘

26

Page 27: Dikitat Hk Islam

Contoh.

Allah Swt telah mengharamkan arak, karena merusak akal ,

membinasakan badan, menghabiskan harta,maka segala minuman yang

memabukkan dihukum haram juga.

1) segala minuman yang memabukkan yang diukurnya ialah Far’un

( cabang ),

2) Arak ialah yang manjadi ukurannya ( Ashal ),

3) Mabuk , merusak akal, ialah illat penghubung ashal dan cabang.

4) Hukum : segala yang memabukkan hukumnya haram.

5. Istid-lal

Menurut bahasa artinya mencari dalil,

Menurut istilah artinya mempergunakan alasan yang bukan dari AlQur’an,

Al Hadits, Ijma dan Qiyas.

Istid-lal meliputi :

1) Istish hab.

Ialah melanjutkan berlakunya hokum yang telah tetap di masa lalu,

diteruskan sampai akan datang, selama tidak terdapat yang merubahnya.

Contoh seorang yang sudah Wudlu, kemudian datang keraguan hatinya

bahwa ia sudah batal atau tidak , maka menurut istish hab dihukum punya

wudlu.

2) Maslahat mursalah.

Ialah memelihara maksud syara dengan jalan menolak segala yang

merusakkanya.

Syarat-syarat nya yaitu :

a. Berlakunya hanya dalam bidang muammalah,

27

Page 28: Dikitat Hk Islam

b. Tidak bertentangan dengan hukum Islam,

c. Kemaslahatan diperlukan untuk kepentingan umum.

Contoh :

Dalam pernikahan mengadakan persyaratan adanya surat nikah.

3) Saddudz Dzara-i

Ialah menghindarkan sesuatu perbuatan yang tidak dilarang hokum Islam,

tetapi sebenarnya perbuatan itu dapat mendatangkan kerusakan,

Misalnya melarang meminum seteguk minuman keras, padahal seteguk

itu tidak memabukkan.

4) Dalalah Iqtiran

Ialah dalil yang menunjukkan bahwa sesuatu sama hukumnya dengan

sesuatu yang disebut bersama-sama.

Misalnya dalam surat Al Baqarah ayat 196

“ Dan sempurnakan haji dan umrah karena Allah “

Menurut Imam syafe’i Umrah menjadi wajib karena disebut bersama-sama

dengan ibadah Haji.

5) Istishan

Ialah mengecualikan ( memindahkan ) hukum sesuatu peristiwa dari

hukum peristiwa-peristiwa lain sejenisnya dan memberikan kepadanya

hokum yang lain karena ada alasan yang kuat bagi pengecualian

tersebut. Istishan kebalikan dari Qiyas.

6) Urf ( kebiasaan/Adat )

Dari segi bahasa arti ‘Urf “ ialah mengetahui, kemudian dipakai dalam arti

sesuatu yang diketahui, dikenal, dianggap baik dan diterima akal sehat

Kata-kata Urf dikenal dalam Al Qur’an misalnya dalam Surat Al A’raf

ayat 199 )

28

Page 29: Dikitat Hk Islam

Dalam istilah Fuqaha iastilaf urf berarti kebiasaan. Dari pengertian ini kita

mengetahui bahwa urf dalam sesuatu perkara tidak terwujud kecuali

apabila urf itu mesti berlaku pada perkara tersebut.

Contoh :

Kebiasaan masyarakat Indonesia pada perkawinan ialah bahwa keluarga

dari pihak calon mempelai laki-laki datang ke tempat orang tua calon

mempelai perempuan untuk meminangnya.

7) Syari’at Sebelum Islam

Syariat agama yang ada sebelum timbulnya Islam, seperti zaman Nabi

Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Isa, dan lainnya.

Contoh

Masalah khitanan

Puasa nabi Daud

H. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM

Pengertian Asas

Perkataan asas berasal dari bahasa Arab, asasun. Artinya dasar,

basis, pondasi. Kalau dihubungkan dengan sistem berpikir, yang

dimaksud dengan asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar.

Oleh karena itu, di dalam bahasa Indonesia, asas mempunyai arti (1)

dasar, alas, pondamen (Poerwadarminta, 1976:60). Asas dalam

pengerian ini dapat dilihat misalnya, dalam urutan yang disesuaikan pada

kata-kata:….”batu ini benar untuk pondamen atau pondasi rumah”; (2)

kebanaran yang menjadi tumpuan berpikir atau pendapat. Makna ini

terdapat misalnya dalam ungkapan “pernyataan itu bertentangan dengan

asas-asas hukum pidana”; (3) cita-cita yang menjadi dasar organisasi tatu

29

Page 30: Dikitat Hk Islam

Negara. Hal ini jelas dalam kalimat: “Dasar Negara Republik Indonesia

adalah Pancasila.”

Jika kata asas dihubungkan dengan hukum, yang dimaksud dengan

asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan

alasan pendapat, terutama, dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.

Asas hukum pidana, misalnya, seperti disinggung di atas adalah tolak

ukur dalam pelaksanaan hukum pidana. Asas hukum, pada umumnya

berfungsi sebagai rujukan untuk mengembalikan segala masalah yang

berkenaan dengan hukum.

Asas hukum Islam berasal dari sumber hukum Islam terutama

Al Quran dan Al Hadist, yang dikembangkan oleh akal pikiran orang yang

memenuhi syarat untuk berijtihad. Asas-asas hukum Islam banyak,

disamping asas-asas yang berlaku umum, masing-masing bidang dan

lapangan mempunyai asasnya sendiri-sendiri.

Beberapa Asas Hukum Islam

Yang dibicarakan dalam kesempatan ini hanya beberapa asas

hukum Islam. Tim Pengkajian Hukum Islam Badan Pembinaan Hukum

Nasional Departemen Kehakiman, dalam laporannya tahun 1983/1984

(Laporan 1983/1984:14-27) menyebut beberapa asas hukum Islam yang

(1) bersifat umum, (2) dalam lapangan hukum pidana, dan (3) dalam

lapangan hukum perdata, sebagai contoh. Asas-asas hukum di lapangan

hukum tata Negara, Internasional dan lapangan-lapangan hukum Islam

lainnya tidak disebutkan dalam laporan itu.

Sebagai sumbangan dalam penyusunan asas-asas hukum nasional,

Tim itu hanya mengedepankan:

1. Asas-asas umum

Asas-asas umum hukum Islam yang meliputi semua bidang dan

segala lapangan hukum Islam, yaitu:

30

Page 31: Dikitat Hk Islam

Asas Keadilan

Asas keadilan merupakan asas yang sangant penting dalam hukum

Islam. Demikian pentingnya, sehingga ia dapat disebut sebagai

asas semua asas hukum Islam. Di dalam Al Quran, karena

pentingnya kedudukan dan fungsi kata itu, keadilan lebih dari 1000

kali, terbanyak setelah Allah dan ilmu pengetahuan (A.M.

Saefuddin 1983:45). Banyak ayat-ayat yang menyuruh manusia

berlaku adil dan menegakkan keadilan. Dalam suarat Sad (38) ayat

26, Allah memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai

khalifah di bumi menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku

adil terhadap semua manusia, tanpa, misalnya memandang

kedudukan, asal-usul dan keyakinan yang dipeluk pencari keadilan

itu. Dalam Al Quran surat An-Nisa (45) ayat 135, Tuhan

memerintahkan agar manusia menegakkan keadilan, menjadi saksi

yang adil walaupun terhadap diri sendiri, orang tua dan keluarga

dekat. Di dalam surat lain yakni Al Maidah (5) ayat 8 Tuhan

menegaskan agar manusia berlaku adil sebagai saksi, berlaku

lurus dalam melaksanakan hukum, kendatipun ada tekanan,

ancaman atau rayuan dalam bentuk apapun juga. Di dalam ayat itu

juga diingatkan para penegak hukum agar kebenciannya terhadap

seseorang atau sesuatu golongan tidak menyebabkan ia tidak

berlaku adil dalam penyelenggaraan hukum. Dari uraian singkat ini

dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah asas, titik tolak, proses

dan sasaran hukum Islam

Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum, antara lain disebut secara umum dalam

kalimat terakhir suarat Bani Israil (17) ayat 15 yang terjemahannya

sebagai berikut “…dan tidaklah Kami menjatuhkan hukuman,

kecuali setelah Kami mengutus seorang rasul untuk menjelaskan

(aturan dan ancaman) hukuman itu…”. Selanjutnya di dalam surat

Al Maidah (5) ayat 95 terdapat penegasan Ilahi yang menyataklan

31

Page 32: Dikitat Hk Islam

bahwa Allah memaafkan apa yang terjadi di masa yang lalu. Dari

kedua bagian ayat –ayat tersebut disimpulkan asas kepastian

hukum yang menyatakan bahwa tidak ada satu perbuatan pun

dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum atau peraturan

perundang-perundangan yang ada dan berlaku untuk perbuatan itu.

Asas ini sangat penting dalam ajaran hukum Islam (Anwar Harjono,

1968:155)

Asas Kemanfaatan

Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi asas keadilan dan

asas kepastian hukum. Dalam melaksanakan asas keadilan dan

kepastian hukum, seyogyanya dipertimbangakan asas

kemanfaatannya, baik bagi yang bersangkutan sendiri maupun bagi

kepentingan masyarakat. Dalam menerapkan ancaman hukuman

mati terhadap seseorang yang melakukan pembunuhan, misalnya,

dapat dipertimbangkan kemanfaatan penjatuhan hukuman itu bagi

diri terdakwa sendiri dan bagi masyarakat. Kalau hukuman mati

yang akan dijatuhkan itu lebih bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat, hukuman itulah yang dijatuhkan. Kalau tidak

menjatuhkan hukuman mati lebih bermanfaat bagi terdakwa sendiri

dan keluarga atau saksi korban, ancaman hukuman mati itu dapat

diganti dengan hukuman denda yang dibayarkan kepada keluarga

terbunuh. Asas ini ditarik dari Al Quran surat Al Baqarah (2) ayat

178.

2. Asas-asas dalam lapangan hukum pidana

Asas-asas dalam lapangan hukum pidana Islam antara lain adalah:

Asas legalitas

Yang dimaksud dengan asas legalitas adalah asas yang

menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman

sebelum ada undang-undang yang mengaturnya. Asas ini diatur

dalam surat Al Isra (17) ayat 15 tersebut diatas, dihubungkan

dengan anak kalimat dalam surat Al An’am (6) ayat 19 yang

32

Page 33: Dikitat Hk Islam

berbunyi “….Al Quran ini diwahyukan kepadaku, agar (dengannya)

aku (Muhammad) dapat menyampaikan peringatan (dalam bentuk

aturan dan ancaman hukuman) kepadamu…”. Asas legalitas ini

telah ada dalam hukum Islam sejak Al Quran diturunkan.

Asas larangan memindahkan kesalahan pada orang

lain

Asas ini terdapat dalam berbagai surat dan ayat Al Quran (6:164,

35:18, 39:7, 52:38, 74:38). Di dalam ayat 38 surat Al Muddatstsir

(74), misalnya, dinaytakan bahwa setiap jiwa terikat pada apa yang

dia kerjakan, dan setiap orang tidak akan memikuo dosa atau

kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Di bagian ayt 164 surat Al

An’am (6), Alah menyatakan bahwa setiap pribadi yang melakukan

sesuatu kejahatan akan menerima balasan kejahatan yang

dilakukannya. Ini berarti bahwa tidak boleh sekali-kali beban (dosa)

seseorang dijadikan beban (dosa) orang lain. Dari ayat-ayat yang

disebut jelas bahwa orang tidak dapat diminta memikul tanggung

jawab mengenai kejahatan atau kesalahan yang dilakukan oleh

orang lain. Karena pertanggungjawaban pidana itu individual

sifatnya, kesalahan seseorang tidak dapat dipindahkan kepada

orang lain.

Asas praduga tak bersalah

Dari ayat-ayat yang menjadi sumber asas legalitas tersebut diatas

dan asas tidak boleh memindahkan kesalahan kapada orang lain,

dapat ditari juga asas praduga tidak bersalah. Seseorang yang

dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah

sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan

dengan tegas kesalahan orang itu.

33

Page 34: Dikitat Hk Islam

3. Asas-asas dalam lapangan hukum perdata

Asas-asas dalam lapangan hukum perdata Islam antara lain:

Asas kebolehan atau Mubah

Asas ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan

perdata (sebagian dari hubungan muamalah) sepanjang hubungan

itu tidak dilarang oleh Al Quran dan As-Sunnah. Dengan kata lain,

pada dasarnya segala bentuk hubungan perdata adalah boleh

dilakukan, kecuali kalau telah ditentukan lain dalam Al Quran dan

As- Sunnah. Ini berarti bahwa Islam memberi kesempatan luas

kepada yang berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan

macam hubungan perdata sesuai dengan perkembangan zaman

dan kebutuhan masyarakat. Tuhan memudahkan dan tidak

menyempitkan kehidupan manusia seperti yang dinyatakan-Nya

antara lain dalam surat Al Baqarah (2) ayat 185, 286

Asas kemaslahatan hidup

Kemaslahatan hidup adalah segala sesuatu yang mendatangkan

kebaikan, berguna, berfaedah bagi kehidupan. Asas kemaslahatan

hidup adalah asas yang mengandung makna bahwa hubungan

perdata apa pun juga dapat dilakukan asal hubungan itu

mendatangkan kebaikan, bergunda serta berfaedah bagi kehidupan

manusia pribadi dan masyarakat, kendatipun tidak ada

ketentuannya dalam Al Quran dan As Sunnah. Asas ini sangat

berguna untuk pengembangan berbagai lembaga hubungan

perdata dan dalam menilai lembaga-lembaga hukum non-Islam

yang ada dalam sesuatu masyarakat. Menurut Ibnu Taimiyah

(1263-1328 M) setiap norma atau lembaga non-Islam yang bersifat

cultural yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat Islam harus

dilihat manfaat atau mudarat yang akan di bawanya. Jika

bermanfaat, lembaga itu dapat diterima, jika merusai atau

34

Page 35: Dikitat Hk Islam

merugikan masyarakat lembaga demikian harus ditolak. Untuk

menentukan itu, peran ijtihad penting sekali. Melalui asas ini kaidah

hukum al-’adatu muhakkamat, kebiasaan yang baik dalam suatu

masyarakat, berlaku sebagai hukum (Islam) bagi umat Islam,

mendapat pembenaran.

Asas kebebasan dan kesukarelaan

Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata

harus dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak

para pihak yang melahirkan kesukarelaan dalam persetujuan harus

senantiasa diperhatikan. Asas ini juga mengandung arti bahwa

selama teks Al Quran dan As Sunnah tidak mengatur suatu

hubungan perdata, selama itu pula para pihak bebas mengaturnya

atas dasar kesukarelaan masing-masing. Asas ini bersumber dari

Al Quran surat An Nisa (4) ayat 29.

Asas menolak mudarat dan mengambil manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa harus dihindari segala bentuk

hubungan perdata yang mendatangkan kerugian (mudarat) dan

mengembangkan (hubungan perdata) yang bermanfaat bagi diri

sendiri dan masyarakat. Dalam asas ini terkandung juga pengertian

bahwa menghindari kerusakan harus diutamakan dari memperoleh

keuntungan dalam suatu transaksi seperti perdagangan narkotika,

prostitusi, dan mengadakan perjudian misalnya. (A. Azhar Basjir,

1983:11)

Asas kebajikan

Asas ini mengandung arti setiap hubungan perdata seyogyanya

mendatangkan kebajikan kepada kedua belah pihak dan pihak

ketiga dalam masyarakat. Kebajikan yang akan diperoleh

seseorang haruslah didasarkan pada kesadaran pengembangan

kebaikan dalam rangka kekeluargaan (QS Al Maidah (5) :90).

35

Page 36: Dikitat Hk Islam

Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang

sederajat

Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat adalah

asas hubungan perdata yang disandarkan pada hormat

menghormati, kasih mengasihi serta tolong menolong dalam

mencapai tujuan bersama. Asas ini menunjukkan suatu hubungan

perdata antara para pihak yang menganggap diri masing-masing

sebagai anggota satu keluarga, kendatipun, pada hakikatnya,

bukan keluarga. Asas ini dialirkan dari bagian ayat 2 surat Al

Maidah dan hadist yang menyatakan bahwa umat manusia berasal

dari satu keluarga.

Asas adil dan berimbang

Asas keadilan mengandung makna bahwa hubungan perdata tidal

boleh mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan,

pengambilan kesempatan pada waktu pihak lain sedang

kesempitan. Asas ini juga mengandung arti bahwa hasil yang

diperoleh harus berimbang dengan usaha atau ikhtiar yang

dilakukan.

Asas mendahulukan kewajiban dari hak

Asas ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan hubungan

perdata, para pihak harus mengutamakan penunaian kewajibannya

lebih dahulu dari menuntut haknya, misalnya mendapat imbalan

(pahala), setelah ia menunaikan kewajibannya lebih dahulu. Asas

penunaian kewajiban lebih dahulu dari penuntutan hak merupakan

kondisi hukum yang mendorong terhindarnya wanprestasi atau

ingkar janji.

Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain

Asas ini mengandung arti bahwa para pihak yang mengadakan

hubungan perdata tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain

dalam hubungan perdatanya. Merusak harta, kendatipun tidak

merugikan diri sendiri, tetapi merugikan orang lain, tidak dibenarkan

36

Page 37: Dikitat Hk Islam

dalam hukum Islam. Ini berarti bahwa menghancurkan atau

memusnahkan barang, untuk mencapai kemantapan harga atau

keseimbangan pasar, tidak dibenarkan oleh hukum Islam (QS

2:188, 2:195, 3:130, 4:2, 4:29, 5:2, 66:6).

Asas kemampuan berbuat atau bertindak

Pada dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek dalam

hubungan perdata jika ia memenuhi syarat untuk bertindak

mengadakan hubungan itu. Dalam hukum Islam, manusia yang

dipandang mampu berbuat atau bertindak melakukan hubungan

perdata adalah mereka yang mukallaf, yaitu mereka yang mempu

memikul kewajiban dan hak, sehat jasmani dan rohaninya.

Hubungan yang dibuat oleh orang yang tidak mampu memikul

kewajiban dan hak, dianggap melanggar asas ini, karena itu

hubungan perdatanya batal karena dipandang bertentangan

dengan salah satu asas hukum Islam.

Asas kebebasan berusaha

Asas ini mengandung makna bahwa pada prinsipnya setiap orang

bebas berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi

dirinya sendiri dan keluarganya. Asas ini juga mengandung arti

bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk

berusaha tanpa batasan, kecuali yang telah ditentukan batasannya

oleh hukum Islam.

Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa

Asas ini mengandung makna bahwa seseorang akan mendapat

hak, misalnya, berdasarkan usaha dan jasa, baik yang

dilakukannya sendiri maupun yang diusahakannya bersama-sama

orang lain. Usaha dan jasa haruslah usaha dan jasa yang baik

yang mengandung kebajikan, bukan usaha dan jasa yang

mengandung unsure kejahatan, kekejian, dan kekotoran tidak

dibenarkan oleh hukum Islam. Asas ini bersumber dari Al Quran

37

Page 38: Dikitat Hk Islam

antara lain surat 6:164, 8:26, 16:72, 17:15, 17:19, 35:18, 39:7,

40:64, 53:38, 53:59.

Asas perlindungan hak

Asas ini mengandung arti bahwa semua hak yang diperoleh

seseorang dengan jalan halal dan sah, harus dilindungi. Bila hak itu

dilanggar oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, pihak

yang dirugikan berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau

menutut kerugian pada pihak yang merugikannya.

Asas hak milik berfungsi sosial

Asas ini menyangkut pemanfaatan hak milik yang dipunyai oleh

seseorang. Menurut ajaran Islam, hak milik tidak boleh

dipergunakan hanya untuk kepentingan pribadi pemiliknya saja,

tetapi juga harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan

sosial. Agama Islam mengajarkan bahwa harta yang telah dapat

dikumpulkan oleh seseorang dalam jumlah tertentu, wajib, dalam

jangka waktu tertentu, dikeluarkan zakatnya untuk kepentingan

delapan golongan masyarakat yang berhak juga atas kekayaan

seseorang (QS Al Taubah(9) :60). Fungsi sosial hak milik dengan

tegas pula disebutkan Allah dalam bagian surat Al Hasyr (59) ayat

7 yang terjemahannya berbunyi ”…agar harta benda (seseorang)

tidak hanya beredar di antara (dalam kekuasaan) orang-orang kaya

saja. Karena di dalam harta kekayaan (orang yang punya) terdapat

hak peminta-minta dan (orang) terlantar” (QS Al Dzarriyat (51):19)

Asas yang beritikad baik harus dilindungi

Asas ini erat kaitannya dengan asas lain yang menyatakan bahwa

orang yang melakukan perbuatan tertentu bertanggung jawa atau

menanggung resiko perbuatannya. Namum, juka ada pihak yang

melakukan suatu hubungan perdata tidak mengetahui cacat yang

tersembunyi dan mempunyai itikad baik dalam hubungan perdata,

kepentingannya harus dilindungi dan berhak untuk menuntut

sesuatu jika ia dirugikan karena itikad baiknya.

38

Page 39: Dikitat Hk Islam

Asas risiko dibebankan pada harta, tidak pada

pekerja

Asas ini mengandung penilaian yang tinggi terhadap pekerja dan

pekerjaan, berlaku terutama di perusahaan-perusahaan yang

merupakan persekutuan antara pemilik modal (harta) dan pemilik

tenaga (kerja). Jika perusahaan merugi maka, menurut asas ini,

kerugian hanya dibebankan pada pemilik modal atau harta saja,

tidak pada pekerjanya. Ini berarti bahwa pemilik tenaga dijamin

haknya untuk mendapatkan upah, sekurang-kurangnya untuk

jangka waktu tertentu, setelah ternyata perusahaan menderita

kerugian.

Asas mengatur dan memberi petunjuk

Sesuai dengan sifat hukum keperdataan pada umumnya, dalam

hukum Islam berlaku asas yang menyatakan bahwa ketentuan-

ketentuan hukum perdata, kecuali yang bersifat ijbari karena

ketentuannya telah qath’I, hanyalah bersifat mengatur dan memberi

petunjuk saja kepada orang-orang yang akan memanfaatkannya

dalam mengadakan hubungan perdata. Para pihak dapat memilih

ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan, asal saja ketentuan itu

tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi

Asas ini mengandung arti bahwa hubungan perdata selayaknya

dituangkan dalam perjanjian tertulis di hadapan saksi-saksi (QS Al

Baqarah (2) :282). Namun, dalam keadaan tertentu, perjanjian itu

dapat saja dilakukan secara lisan di hadapan saksi-saksi yang

memenuhi syarat baik mengenai jumlahnya maupun mengenai

kualitas orangnya.

Asas-asas Hukum Perkawinan

39

Page 40: Dikitat Hk Islam

Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk perjanjian (suci)

antara seorang pria dengan seorang wanita, yang mempunyai segi-segi

perdata berlaku beberapa asas, di antaranya adalah:

Asas Kesukarelaan

Asas ini merupakan asas terpenting dalam perkawinan Islam.

Kesukarelaan itu tidak hanya harus terdapat antara kedua calon

suami-istri, tetapi juga antara kedua orang tua kedua belah pihak.

Kesukarelaan orang tua yang menjadi wali seorang wanita,

merupakan sendi asasi perkawinan Islam. Dalam berbagai hadist

nabi, asas ini dinyatakan dengan tegas.

Asas Persetujuan kedua belah pihak

Asas ini merupakan konsekuensi logis asas pertama tadi. Ini berarti

bahwa tidak boleh ada paksaan dala melangsungkan perkawinan.

Persetujuan seorang gadis untuk dinikahkan dengan seorang

pemuda, misalnya, harus diminta lebih dahulu oleh wali atau orang

tuanya. Menurut Sunnah nabi, persetujuan itu dapat disimpulkan

dari diamnya gadis tersebut. Dari berbagai Sunnah juga dapat

diketahui, bahwa perkawinan yang dilangsungkan tanpa

persetujuan kedua belah pihak, dapat dibatalkan oleh pengadilan.

Asas Kebebasan Memilih

Asas ini juga disebutkan dalam Sunnah nabi. Diceritakan oleh Ibnu

Abbas bahwa pada suatu ketika seorang gadis bernama Jariyah

menghadap Rasulullah dan menyatakan bahwa ia telah dikawinkan

oleh ayahnya dengan seseorang yang tidak disukainya. Setelah

mendengar pengaduan itu, nabi menegaskan bahwa ia (Jariyah)

dapat memilih untuk meneruskan perkawinan dengan orang yang

tidak disukainya itu atau meminta supaya perkawinannya

dibatalkan untuk dapat memilih pasangan dan kawin dengan orang

yang disukainya.

Asas Kemitraan Suami-Istri

40

Page 41: Dikitat Hk Islam

Asas kemitraan suami-istri dengan tugas dan fungsi yang berbeda

karena perbedaan kodrat (sifat asal, pembawaan) disebut dalam Al

Quran surat An Nisa (4) ayat 34 dan surat Al Baqarah (2) ayat 187.

kemitraan ini menyebebkan kedudukan suami-istri dalam beberapa

hal sama, dalam hal yang lain berbeda: suami menjadi kepala

keluarga, istri menjadi kepala dan penanggung jawab pengaturan

rumah tangga, misalnya.

Asas Untuk selama-lamanya

Asas ini menunjukkan bahwa perkawinan dilaksanakan untuk

melangsungkan keturunan dan membina cinta serta kasih sayang

selama hidup (QS Ar Rum (30) :21). Karena asas ini pula maka

perkawinan mut’ah yakni perkawinan sementara untuk bersenang-

senang selama waktu tertentu saja, seperti yang terdapat dalam

masyarakat Arab Jahiliyyah dahulu dan beberapa waktu setelah

Islam, dilarang oleh Nabi Muhammad.

Asas Monogami Terbuka

Asas ini disimpulkan dari Al Quran surat An Nisa (4) ayat 3 jo. ayat

129. Di dalam ayat 3 dinyatakan bahwa seorang pria Muslim

dibolehkan atau boleh beristri lebih dari satu orang, asal memenuhi

beberapa syarat tertentu, di antaranya adalah syarat mempu

berlaku adiol terhadap semua wanita yang menjadi istrinya. Dalam

ayat 129 surat yang sama, Allah menyatakan bahwa manusia tidak

mungkin berlaku adil terhadap istri-istrinya walaupun ia ingin

berbuat demikian. Oleh karena ketidakmungkinan berlaku adil

terhadap istr-istrinya itu maka Allah menegaskan bahwa seorang

laki-laki lebih baik kawin dengan seorang wanita saja. Ini berarti

bahwa beristri lebih dari seorang merupakan jalan darurat yag baru

boleh dilalui oleh seorang laki-laki Muslim jika terjadi bahaya,

antara lain, untuk menyelamatkan dirinya dari berbuat dosa, kalau,

41

Page 42: Dikitat Hk Islam

istrinya, misalnya, tidak mampu memenuhi kewajibannya sebagai

istri.

Selain asas perkawinan di atas, asas dalam bidang hukum perdata

yang perlu diketahui juga adalah asas hukum kewarisan.

Asas hukum ‘kewarisan’ Islam yang dapat disalurkan dari Al Quran

dan Al Hadist diantaranya adalah:

Ijbari

Ijbari terdapat dalam hukum kewarisan Islam mengandung arti

bahwa peralihan harta seorang yang meninggal dunia kepada ahli

warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah,

tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli waris.

Unsur keharusan (ijbari = compulsory) dalam hukum kewarisan

Islam terutama terlihat dari segi: ahli waris harus (tidak boleh tidak)

menerima berpindahnya harta pewaris kepadanya sesuai dengan

jumlah yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karena itu, calon

pewaris yaitu orang yang meninggal dunia pada suatu ketika, tidak

perlu merencanakan enggunaan hartanya setelah ia meninggal

dunia kelak, karena dengan kematiannya, secara otomatis hartnya

akan beralih kepada ahli warisnya dengan perolehan yang sudah

dipastikan. Asas ijbari hukum kewarisan Islam dapat pula dilihat

dari beberapa segi lain yaitu:

a. Dari segi peralihan harta yang pasti terjadi setelah orang

meninggal dunia;

b. dari jumlah harta yang sudah ditentukan untuk masing-masing

ahli waris;

c. Dari mereka yang akan menerima peralihan harta

peninggalan, yang sudah ditentukan dengan pasti yakni

42

Page 43: Dikitat Hk Islam

mereka yang mempunyaihubungan darah dan ikatan

perkawinan dengan pewaris.

Bilateral

Asas ini berarti bahwa seseorang menerima hak kewarisan dari

kedua belah pihak yaitu dari pihak kerabat keturunan laki-laki dan

dari pihak kerabat keturunan perempuan. Asas ini terlihat dalam

surat An Nisa (4) ayat7, 11, 12, dan 176. Di dalam ayat 7 surat

tersebut ditegaskan bahwa seorang laki-laki berhak mendapat

warisan dari ayahnya dan juga dari ibunya. Demikian juga halnya

dengan perempuan. Ia berhak mendapat warisan dalam kewarisan

bilateral. Secara terinci asas itu disebutkan juga dalam ayat-ayat

lain di atas.

Individual

Asas ini menyatakan bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi pada

mesing-masing ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Dalam

pelaksanaannya seluruh harta warisan dinytakan dalam nilai

tertentu yang kemudian dibagikan kepada setiap ahli waris yang

berhak menerimanya menurut kadar bagian masing-masing. Dalam

hal ini setiap ahli waris berhak atas bagian yang didapatnya tanpa

terikat kepada ahli waris yang lain, karena bagian masing-masing

sudah ditentukan. Bentuk kewarisan kolektif yang terdapat dalam

masyarakat tertentu, karena itu tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Sebab, dalam pelaksanaan sistem kewarisan kolektif itu, mungkin

terdapat harta anak yatim yang dkhawatirkan akan termakan,

sedang memakan harta anak yatim merupakan perbuatan yang

sangat dilarang oleh ajaran Islam.

Keadilan berimbang

Asas ini mengandung arti bahwa harus senantiasa terdapat

keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara hak yang

diperoleh seseorang, dengan kewajiban yang harus ditunaikannya.

Laki-laki dan perempuan misalnya, mendapat hak yang sebanding

43

Page 44: Dikitat Hk Islam

dengan kewajiban yang dipikulnya masing-masing (kelak) dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat. Dalam sistem kawarisan

Islam, harta peninggalan yang diterima oleh ahli waris dari pewaris

pada hakikatnya adalah pelanjutan tanggung jawab pewaris

terhadap keluarganya. Oleh karena itu, perbedaan bagian yang

diterima oleh masing-masing ahli waris berimbang dengan

perbedaan tanggung jawab masing-masing terhadap keluarga.

Seorang laki-laki menjadi penanggung jawab kehidupan keluarga,

mencukupi keperluan hidup anak dan istrinya (QS 2:233) menurut

kemampuannya (QS 65:7). Tanggung jawab itu merupakan

kewajiban agama yang harus dilaksanakannya, terlepas dari

persoalan apakah istrinya mampu atau tidak, anaknya memerlukan

bantuan atau tidak. Terhadap kerabat lain, tanggung jawab seorang

laki-laki hanyalah tambahan saja, sunnah hukumnya, kalua ia mau

dan mampu melaksanakannya. Berdasarkan keseimbangan antara

hak yang diperoleh dan kewajiban yang harus ditunaikan,

sesungguhnya apa yang diperoleh seorang laki-laki dan seorang

perempuan dari harta peninggalan, manfaatnya akan sama mereka

rasakan.

Akibat kematian

Asas ini adalah asas yang menyatakan bahwa kewarisan ada kalau

ada yang meninggal dunia. Ini berarti bahwa kewarisan semata-

mata sebagai ‘akibat kematian’ seseorang. Menurut ketentuan

hukum kewarisan Islam, peralihan harta seseorang kapda orang

lain yang disebut dengan nama kewarisan, terjadi setelah orang

yang mempunyai harta meninggal dunia. Ini berarti bahwa harta

seseorang tidak dapat beralih kepada orang lain dan disebut

sebagai harta kewarisan, selama orang yang mempunyai harta

masih hidup. Juga berarti bahwa segala bentuk peralihan harta

seseorang yang masih hidup kepada orang lain, baik secara

langsung maupun yang akan dilaksanakan kemudian sesudah

44

Page 45: Dikitat Hk Islam

kematiannya, tidak termasuk ke dalam kategori kewarisan menurut

hukum Islam. Ini berarti bahwa kewarisan Islam adalah akibat

kematian seseorang atau yang disebut dalam hukum kewarisan

perdata Barat kewarisan ab intestate dan tidak mengenal

kewarisan atas dasar wasiat yang dibuat seseorang pada waktu ia

masih hidup yang disebut dalam hukum perdata Barat dengan

istilah kewarisan secara testament. Asas ini mempunyai kaitan

dengan asas ijbari tersebut di atas yakni seseorang tidak

sekehendaknya saja menentukan penggunaan hartanya setelah ia

mati kelak. Melalui wasiat, menurut hukum Islam. Dalam batas-

batas tertentu, seseorang memang dapat menentukan

pemanfaatan harta kekayaannya setelah ia meninggal dunia, tetapi

wasiat mempunyai ketentuan tersendiri terpisah dari ketentuan

hukum kewarisan Islam. Dalam kitab hukum fiqih Islam, wasiat

dibahas tersendiri di luar hukum kewarisan (Amir Syarifuddin, 1984:

18-25).

45

Page 46: Dikitat Hk Islam

II. HUKUM ISLAM DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Mengenai hal ini akan dikemukakan dari pendapat ahli Hukum

dan ahli Syariah yaitu :

1. Jimly Asshiddiqie49

Dalam Sebuah Makalahnya50 yang berjudul Hukum Islam dan

Reformasi Hukum Nasional beliau mengemukakan beberapa indikator

pelaksanaan Hukum Islam di Indonesia antara lain :

a. Institusi Peradilan dan Lembaga Hukum Islam

Keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia sejak lama telah

dikukuhkan dengan berdirinya system peradilan agama diakui dalam

sistem peradilan nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya

Undang-Undang tentang Peradilan Agama tahun 1989, kedudukan

Pengadilan Agama Islam itu makin kokoh. Akan tetapi, sejak era reformasi

dengan ditetapkannya Ketatapan MPR tentang Pokok-Pokok Reformasi

yang mengamanatkan bahwa keseluruhan sistem pembinaan peradilan

diorganisasikan dalam satu atap di bawah Mahkamah Agung, timbul

keragu-raguan di beberapa kalangan mengenai eksistensi pengadilan

49 Guru Besar Hukum Universitas Indonesia dan Ketua Mahkamah Konstitusi.50 Makalah Disampaikan dalam Seminar Penelitian Hukum tentang Eksistensi Hukum Islam Dalam Reformasi system Nasional diselenggarakan oleh BPHN Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, di Jakarta, 27 September 2000.

46

Page 47: Dikitat Hk Islam

agama terutama dari kalangan pejabat di lingkungan Departemen Agama

yang mengkhawatirkan kehilangan kendali administaratif atas lembaga

pengadilan agama. Pembinaan kemandirian lembaga peradilan di bawah

Mahkamah Agung itu memang dilakukan bertahap, yaitu dengan jadwal

waktu lima tahun. Tetapi dalam masa lima tahun itu penelitian mengenai

baik buruknya pembinaan administaratif pengadilan agama di bawah

Departemen Agama atau di bawah Mahkamah Agung perlu mendapat

perhatian yang seksama..

b. Perkembangan Praktek Hukum Mu’amalat.

Pemberlakuan Hukum Islam di bidang mu’amalt tersebut dapat

dikatakan telah mempunyai kedudukannya yang tersendiri. Sebelum

berlakunya Undang-Undang Perbankan Tahun 1992, ketentuan Hukum

Islam di bidang perbankan belum diakui dalam kerangka sistem hukum

nasional. Akan tetapi sejak diberlakunnya UU tentang Perbankan 1992

yang diikuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Tahun 1993 dalam

rangka pelaksanaan UU Perbankan tersebut. System operasi Bank

Mu’amalat Indonesia berdasarkan syari’at Islam diakui secara hukum.

Sejak itu berkembang luas praktek penerapan sistem mu’amalat itu dalam

sistem perekonomian nasional dan praktek dunia usaha. Secara berturut-

turut dapat dikemukakan perkembangan Bank Perkreditan Syari’ah yang

berjumlah ratusan. Meskipun konsep pokoknya sendiri, yaitu konsep

hukum mu’amalat dalam sistem operasional Bank Perkreditan Rakyat

( BPR ) tersebut telah memperlihatkan kenyataan mengenai pembentukan

aspek hukum syariatnya..

Di samping Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syari’at itu,

dewasa ini telah pula berhasil dikembanngkan sebanyak lebih dari 3.000-

an lembaga-lembaga pembiayaan mikro di seluruh Indonesia, yang juga

menjalankan prinsip mu’amalat berdasarkan syari’at Islam. Lembaga-

lembaga pembiayaan ini disebut Baitul Maal wa al-Tamwil ( BMT ) yang

kadang-kadang di beberapa daerah disebut Balai Usaha Mandiri Terpadu

yang dibina dan dikembangkan oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil

47

Page 48: Dikitat Hk Islam

( PINBUK ) yang bernaung di bawah Yayasan Inkubasi Bisnis Usaha Kecil

( YINBUK ). Yayasan ini didirikan oleh Ikatan Cendikiawan Muslim

Indonesia ( ICMI ) bersama dengan Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) dan

Bank Mu’amalat Indonesia ( BMI ). Di samping itu, atas prakarsa

Pengurus ICMI telah pula didirikan usaha asuransi yang menjalankan

prinsip syari’at ( takaful ) dengan nama Takaful Umum dan Takaful

Keluarga yang berdiri berdasarkan sistem syari’at Islam. Bahkan,

Pemerintah sendiri telah pula mengembangkan Bank Pemerintah

tersendiri yang menggunakan sistem syari’ah, yaitu dengan berdirinya

Bank Syari’ah Mandiri.

Untuk lebih mengukuhkan lagi kedududukan hukum mu’amalat ini,

UU Perbakan Tahun 1992 telah pula diperbaharui dengan UU tentang

Perbankan tahun 1998 yang makin mempertegas pemberlakuan sistem

Hukum Islam di bidang perbankan. Bahkan di lingkungan Bank Indonesia

juga telah diadakan Dewan Syariah.

c. Otononi Daerah dan Desentralisasi Sitem Hukum

Dalam pasal 18 ayat (5) Perubahan kedua UUD 1945 dinyatakan :

“ Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan Pemerintah Pusat. Dalam ayat (6) pasal tersebut dinyatakan pula “

Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. “.

Bahkan dalam pasal 18B ayat (1) dinyatakan pula “ Negara mengakui dan

menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisional sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan republik Indonesia, yang diatur

dalam undang-undang.”

Artinya UUD 1945 mengakui dan menghormati pluralisme hukum

dalam masyarakat. Meskipun sistem peradilan nasional bersifat terstruktur

dalam kerangka sistem nasional, materi hukum yang dijadikan pegangan

oleh para hakim dapat dikembangkan secara beragam. Bahkan secara

48

Page 49: Dikitat Hk Islam

historis, sistem hukum nasional Indonesia seperti dikenal sejak lama

memang bersumber dari berbagai sub sistem hukum, yaitu sistem hukum

barat, sistem hukum adat, dan sistem hukum Islam ditambah praktek-

praktek yang dipengaruhi oleh berbagai perkembangan hukum nasional

sejak kemerdekaan dan perkembangan-perkembangan yang diakibatkan

oleh pengaruh pergaulan bangsa Indonesia dengan tradisi hukum dari

dunia internasional.

d. Hirarki Makna mengenai Hukum Islam

Sehubungan dengan digunakannya istilah-istilah hukum Islam,

syari’at Islam, fiqh Islam, dan Qanun Islam tersebut di atas, penting

disadari adanya ‘hirarki makna’ dalam konsep-konsep mengenai hukum

Islam tersebut. Melalui pendekatan hirarki makna ini, kita akan

mengetahui bahwa istilah-istilah yang biasa digunakan dalam hubungan

dengan terminologi hukum Islam itu, tidak saja mengandung perbedaan

pengertian semantik, tetapi memang berbeda secara konseptual dan

maknawi karena perkembangan sejarah. Pada hirarki pertama, pengertian

kita tentang norma atau kaedah hukum Islam itu bersifat konkrit dan

kontan yang terkait dengan proses turunnya wahyu dari Allah Swt melalui

Rasulullah SAW yang langsung menjadi jawaban atas pertanyaan yang

timbul atau langsung menjadi solusi terhadap aneka persoalan yang

terjadi di masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. Pada waktu itu, maka

setiap wahyu yang mengandung norma hukum baik yang berisi kaedah

larangan ( haromat ), kewajiban ( fardu atau wajibat ), anjuran positif (

sunnat ), anjuran negatif ( makruh ), ataupun kebolehan ( ibadah ),

dapat langsung kita sebut sebagai norma hukum ( al-ahkaam ) yang

dikemudian hari, ketika umat Islam membutuhkan identitas pembeda

disebut dengan Hukum Islam.

Pada hirarki makna kedua, pengertian hukum Islam itu dapat

dikaitkan dengan masa sepeninggal Rasulullah SAW ketika dibutuhkan

usaha pengumpulan dan penulisan wahyu Ilahi itu ke dalam satu naskah.

e. Bentuk Peraturan Hukum ( Qanun )

49

Page 50: Dikitat Hk Islam

Dengan pemberlakuan Syaria’at Islam di Aceh telah pula

ditetapkan Undang-Undang yang bersifat khusus yang memungkinkan hal

itu dilaksanakan segera. Karena itu, sejak berlakunya kebijakan otonomi

daerah dan undang-undang khusus tersebut, pembentukan Peraruran

Daerah yang berisi materi hukum syari’at Islam sudah dapat segera

dilakukan di Aceh. Tinggal lagi tugas para pakar membantu Gubernur dan

para anggota DPRD di Aceh untuk menyusun agenda perancangan yang

rinci berkenaan dengan pembentukan Peraturan Daerah tersebut.

Idealnya, Peraturan Daerah itu tidak lagi mengatur hokum Syari’at Islam

dalam judul besarnya melainkan sudah mengatur hal-hal yang rinci dan

spesifik. Misalnya ada Perda khusus berkenaan dengan sistem perbankan

Syari’at, ada Perda tentang Hakam dan Arbitrase Mu’amalat, ada Perda

tentang Tijaroh, ada Perda tentang waqaf, ada Perda tentang Wisata

Ziarah, ada Perda tentang Sandang Pangan, dan sebagainya. Semuanya

memuat substansi tentang hukum Sayri’at Islam secara konkrit. Dalam

sistem Hukum Islam, status peraturan daerah itu sama dengan “qanun “

yang merupakan pelembagaan resmi materi Fiqh Islam.

f. Pembinaan Kesadaran Hukum Masyarakat

Pembinaan kesadaran hukum dan budaya hukum masyarakat itu

perlu dikembangkan, baik melalui saluran pendidikan masyarakat dalam

arti yang seluas-luasnya maupun melalui saluran media komunikasi

massa dan sistem informasi yang menunjang upaya pemasyarakatan dan

pembudayaan kesadaran hukum yang luas. Sudah saatnya semua pihak

menanamkan keyakinan yang sungguh-sungguh mengenai pentingnya

menempatkan hukum sebagai ‘kalimatun sawa’ atau ‘ pegangan normatif “

tertinggi dalam kehidupan bersama.

Pengakuan terhadap sistem Hukum Islam, sebagai bagian tak

terpisahkan dari sistem hukum nasional , akan berdampak sangat positif

terhadap upaya pembinaan hukum nasional setidak-tidaknya , kita dapat

50

Page 51: Dikitat Hk Islam

memastikan bahwa di kalangan sebagian terbesar masyarakat Indonesia

yang akrab dengan nilai-nilai Islam, kesadaran kognitif dan pola perilaku

mereka dapat dengan mudah memberikan dukungan terhadap norma-

norma yang sesuai dengan kesadaran dalam menjalankan syariat

agama. Dengan demikian dalam upaya membangun sistem supremasi

hukum di masa yang akan datang hal itu akan sangat berbeda jika norma-

norma hukum yang diberlakukan justru bersumber dan berasal dari luar

kesadaran hukum masyarakat.

b. Pembenaran Filosofis dan Ketatanegaraan.

Perkembangan kearah adopsi yang makin luas terhadap sistem

Hukum Islam yang bersesuaian dengan dinamika kesadaran hukum

dalam masyarakat kita, yang dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan

perundang-undangan serta diwujudkan dalam esensi kelembagaan

hukum yang dikembangakan dapat dikaitkan pula dengan pertimbangan-

pertimbangan yang bersifat filosofis dan ketatanegaraan . Secara umum

dapat diakui bahwa UUD 1945 mengakui dan menganut ide ke-Tuhanan

Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Ide Ketuhanan Yang Maha Esa itu tidak saja ditegaskan dalam

rumusan Pembukaan UUD yang menyebut secara eksplisit adanya

pengakuan ini, tetapi juga dengan tegas mencantumkan ide Ketuhanan

Yang Maha Esa itu sebagai sila pertama dan utama dalam rumusan

Pancasila. Bahkan, dalam pasal 29 UUD 1945, ditegaskan pula bahwa

Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan dalam pasal 9

ditentukan bahwa Presiden dan Wakil Presiden sebelum memangku

jabatan diwajibkan untuk bersumpah “ Demi Allah “

Ide Ke-Maha Esaan Tuhan itu bahkan dikaitkan pula dengan ide Ke-

Maha Kuasaan Tuhan yang tidak lain merupakan gagasan Kedaulatan

Tuhan dalam pemikiran kenegaraan Indonesia, Namun prinsip Kedaulatan

Tuhan itu berbeda dari paham teokrasi barat yang dijelmakan dalam

kekuasaan raja, maka dalam sistem pemikiran ketatanegaraan

berdasarkan UUD 1945, hal itu dijelmakan dalam prinsip-prinsip

51

Page 52: Dikitat Hk Islam

kedaulatan rakyat. Selanjutnya prinsip kedaulatan rakyat dijelmakan ke

dalam system kelembagaan Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )

yang selanjutnya akan menentukan haluan-haluan dalam

penyelenggaraan negara berupa produk-produk hokum tertinggi, yang

akan menjadi sumber bagi penataan dan pembinaan system hokum

nasional MPRlah yang dijadikan sumber kewenangan hukum bagi upaya

pemberlakuan sistem hukum Islam itu dalam kerangka sistem hukum

nasional.

Dari perspektif Hukum islam, proses pemikiran demikian dapat

dikaitkan dengan pemahaman mengenai konsep ‘theistic democracy’

yang berdasar atas hokum ataupun konsep ‘divine nomocracy’ yang

demokratis yang berhubungan erat dengan penafsiran inovatif terhadap

terhadapa ayat al Qur’an 51yang mewajibkan ketaatan kepada Allah,

kepada Rasulullah, dan kepada ‘ullil amri’ Pengertian ulil amri seringkali

disalahpahami sebagai konsep mengenai ‘pemimpin’( ‘waliyu al amri’),

justru dipahami sebagai konsep mengenai ‘pemimpin’ atau ‘para

pemimpin yang mewakili rakyat ( ulul amri ). Karena itu, konsep parlemen

dalam pengertian modern dapat diterima dalam kerangka pemikiran

hokum Islam, melalui mana norma-norma hukum Islam itu diberlakukan

dengan dukungan otoritas kekuasaan umum, yaitu melalui

pelembagaannya menjadi ‘qanun’ atau peraturan perundang-undangan

Negara. Karena itu, dapat dikatakan bahwa eksistensi Hukum Islam dalam

kerangka sistem Hukum Nasional Indonesia sangat kuat kedudukannya,

baik secara filosofis, sosiologis, politis, maupun yuridis. Meluasnya

kesadaran mengenai reformasi hukum nasional dewasa ini justru

memberikan peluang yang makin luas bagi sistem Hukum Islam untuk

berkembang makin luas dalam upaya memberikan sumbangan terhadap

perwujudan cita-cita menegakkan supremasi hukum sesuai amanat

reformasi.

51 TQs :al-Qur’an Surat An Nisaa ayat 59.

52

Page 53: Dikitat Hk Islam

2. H.A. Djazuli 52

Menurut beliau Pemberlakuan Hukum Islam di Indonesia dapat

dilihat dari beberapa Pentaqninan yaitu :

a. Dalam Bidang Al-Ahwal al-Syakhskiyah ( Hukum Keluarga )

Pentaqninan dibidang Hukum keluarga ini merupakan contoh di

mana pengaruh hukum Barat terhadap materi hukum Islam relatif kecil

bahkan tidak ada, dan merupakan benteng terakhir yang diterapkan

pemerintah kolonial di dunia Islam yang merupakan daerah jajahannya.

Di Indonesia dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977

tentang Perwakafan Tanah Milik, mendorong kebutuhan untuk

pentaqninan di dalam hukum keluarga, di tambah dengan keluarnya

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan..dengan

amandemen nomor 3 tahun 2006

Kenyataan di lapangan hukum Islam yang ditetapkan di lingkungan

Peradilan agama yang menuju kepada kitab-kitab fiqig terdapat banyak

perbedaan pendapat di kalangan ulama, untuk mengatasi hal ini

diperlukan adanya satu buku-buku hukum yang menghimpun semua

hukum terapan yang berlaku bagi lingkungan peradilan agama yang dapat

dijadikan pedoman oleh para hakim dalam melaksanakan tugasnya,

sehingga terjamin adanya kesatuan dan kepastiann hukum. 53.

Di bidang Wakaf sekarang telah keluar Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2004 tentang wakaf, tanggal 27 Oktober 2004, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159. Perkembangan benda yang

diwakafkan di Indonesia jelas dari yang asalnya hanya tanah ( PP nomor

28 tahun 1977 ) kemudian di samping tanah juga benda bergerak ( Inpres

Nomor 1 tahun 1991 ), dan selanjutnya rincian benda bergerak, dalam hal

ini yang menarik adalah wakaf uang dan kekayaan intelektual, yang

52 Guru Besar Syari’ah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat, wawancara, pada tanggal 28 Februari 2006, Hari Selasa, pada jam 16.00.53 Kompilasi hukum Islam di Indonesia, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam, Departemen Agama, 1991/1992.

53

Page 54: Dikitat Hk Islam

keduanya diawali dengan Fatwa MUI, hal ini mengandung arti bahwa hasil

fatwa yaitu fiqh tetap menjadi bahan untuk pentaqninan di samping bahan-

bahan yang sudah ada di dalam kitab-kitab Fiqih.

Di bidang Zakat di Indonesia belum ada Undang-Undang Zakat yang

ada baru Undang-Undang tentang pengelolaan zakat yaitu Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 1999, dan pelaksanaannya yaitu dengan

Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999, dengan demikian

maka aturan zakatnya yang terperinci mmasih tersebar di dalam kitab-

kitab fiqih dan fatwa ulama sampai sekarang, meskipun beberapa istilah

( pasal 1 ) dan harta yang wajib di zakati sudah disinggung Undang-

Undang nomor 38 Tahun 1999 barangkali lebih tepat disebut

pengadministrasian zakat di Indonesia.

b. Pentaqninan di Bidang Mua’malah

Di Indonesia baru tahun 1992 didirikan Bank Muamalah Indonesia,

dan kemudian bermunculan Bank Syari’ah lain di Indonesia seperti Bank

Sayri’ah Mandiri, BNI syari’ah, BRI Syari’ah, Bank Danamon Syari’ah,

Bank JFJ Syari’ah, Bank Bukopin Syari’ah.

Sedangkan Bank Pembangunan Daerah yang pertama mendirikan

Unit Syari’ah adalah Bank Jabar Syari’ah yang diresmikan oleh HR

Nuriana, Gubernur Jawa Barat pada tanggal 20 Mei 2000, dan sekarang

sudah mulai bermunculan Bank Syari’ah pada Bank Pembangunan

Daerah seperti Bank Syari’ah Riau, Bank Pembangunan Aceh, dan Bank

Syari’ah DKI Jakarta yang baru diresmikan pada tahun 2004.

Perbankan Syari’ah dipertegas dengan keluarnya Undang-Undang

Nomor 10 tahun 1998 , Kemudian disusul dengan Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia Nomor 32/33/Kep/Dir tentang Bank Umum. Pada

Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 1 (m) disebutkan tentang Dewan Syari’ah

Nasional dan Dewan Pengawas syari’ah.

Setelah keluarnya undang-undang tersebut ternyata perkembangan

perbakan syari’ah cukup pesat, dalam jaringan perbankan syari’ah

54

Page 55: Dikitat Hk Islam

maupun dalam jumlah asset dan pembiayaan. Dalam tahun 1992 jumlah

kantor bank baru 1 tahun 1999 jumlah kantor Bank menjadi 40, tahun

2002 jumlah kantor menjadi 138, tahun 2003 menjadi 255 jumlah asset

tahun 2000 sekitar 2 triliun, tahun 2001 sekitar 3 triliun, tahun 2002 sekitar

4triliun dan tahun 2003 sekitar 8 triliun, sedangkan di bidang pembiayaan

tahun 2000 baru sekitar 1 triliun, tahun 2002 sekitar 3 triliun, dan tahun

2003 sekitar 5 triliun.

Pada tanggal 27 Juli 1993, ICMI melalui Yayasan Abdi Bangsa

bersama Bank Muammalat Indonesia ( BMI ) dan perusahaan Asuransi

Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian Asuransi Takaful dengan

menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia ( Tepati ).

Sedangkan pada tahun 2003 didirikan pegadaian Syari’ah.

Pada tanggal 14 Maret 2003 Pasar Modal Syari’ah diresmikan oleh

Menkeu Boediono didampingi Ketua Bapepam Herwidayatmo, wakil dari

MUI, wakil dari DSN pada direksi SRO, diresksi perusahaan efek,

pengurus organisasi pelaku, dan asosiasi profesi di pasar modal

Indonesia.

Hadirnya Bank Mu’amalat , Asuransi Takaful, dan tumbuhnya

lembaga keuangan syari’ah menimbulkan sikap optimis meningkatnya

gairah investor yang berbasis pada investor muslim. Bapepam mulai

melakukan inisiatif untuk mewadahi investor muslim, maka mulai tahun

1997 dihadirkan reksadana Sayri’ah. Kemudian disusul dengan lahirnya

Obligasi Syari’ah dan LC Syari’ah.

c. Di bidang Fiqih Dusturiyah

Beda dengan Pakistan, Majelis Syura di Pakistan sama dengan

parlemen. Di beberapa Negara di dunia Islam ada menyebutkan Islam

sebagai agama resmi Negara ( din al-daulah ) misalnya Saudi Arabia,

Libya dan Mesir, ada juga yang mensyaratkan kepala negaranya

beragama Islam seperti Syiria,

Di Indonesia Islam tidak dijadikan sebagai agama resmi atau agama

kepala Negara, akan tetapi di dalam Pancasila sila pertamanya adalah

55

Page 56: Dikitat Hk Islam

Ketuhanan yang Maha Esa. Selain itu di dalam bab XI Pasal 29 Undang-

Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa :

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya

dan kepercayaan itu.

d. Di bidang Qadla

Pada tahun 1989 lahirlah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

3/2006/ 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama sebagai perwujudan

dari salah satu Kekuasaan Kehakiman di Indonesia.. Adapun tentang

tingkatan Lembaga peradilan pada umumnya sama, yaitu tingkat

pertama , tingkat banding dan tingkat terakhir tingkat adalah kasasi.

Pengadilan Agama pada tingkat pertama, Pengadilan Tinggi Agama

adalah tingkat banding, dan terkahir Mahkamah Agung untuk tingkat

Kasasi. Pengadilan Agama berkedudukan di kota atau ibu kota

kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota dan kabupaten,

Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibu kota Provinsi dan daerah

hukumnya meliputi provinsi.

Atas prakarsa MUI telah menandatangani pendirian Badan Arbitrase

Muamalat Indonesia ( BAMUI ) pada tanggal 21 Oktober 1993, kemudian

dengan SK Nomor 09/MUI/XII/2003 tanggal 30 syawal 1424 H/ 24

Desember 2003 M, telah menetapkan :

1) mengubah nama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia menjadi

Badan Arbitrase syari’ah Nasional ( Basyarnas ) ,

2) mengubah bentuk badan hukum BAMUI dari yayasan menjadi

badan yang berada di bawah MUI dan merupakan perangkat

organisasi MUI,

3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga

hokum Badan Arbitrase Syariah Nasional bersifat otonom dan

independent.

e. Di bidang Jinayah

56

Page 57: Dikitat Hk Islam

Di banyak Negara di Dunia islam yang pernah di jajah oleh negara-

negara barat , sampai sekarang masih menggunakan hukum pidana

dari Negara yang menjajahnya, kasus Indonesia misalnya, Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana berasal dari Wetboek van Strafrecht

Voor Indonesia. Ada keinginan untuk menyusun Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Nasional untuk menggantikan yang lama.

Pemerintah Indonesia sekitar tahun 2001 telah memuat rancangan

undang-undang tentang Kiatab Undang-Undang Hukum Pidana ini

terdiri dari 647 Pasal, dan telah didiskusikan di berbagai lembaga

pendidikan perguruan tinggi, lembaga keumatan dan MUI, termasuk

MUI Jawa Barat pada tanggal 27 Juni 2002 yang merekomendasikan

antara lain ;

1)diterapkan lagi pidana mati sebagai hukuman pokok dalam

pembunuhan dan kejahatan-kejahatan yang berbahaya bagi

masyarakat,

2)penindakan yang sama terhadap seluruh warga Negara tanpa

memandang jabatan/posisi social, politik, ekonomi,

3)diakuinya sanksi kompensasi jika pihak korban memberi

pemaafan,

4)di dalam tindak pidana susila, sifat sanksi tidak alternatif tapi harus

komulatif,

5)sanksi dikenakan terhadap semua pihak yang terkait dalam

kejahatan susila.

Di dalam pidana Islam menanggulangi kejahatan dilakukan secara

lebih komprehensif dari mulai memperkokoh keimanan, memperbaiki

akhlak masyarakat sampai menghilangkan sebab timbulnya kejahatan

seperti kemiskinan,dan keterbelakangan dan memberi sanksi yang

memiliki daya preventif dan represip ( al-raddu wa al-jazzu )

Sedangkan kejahatan-kejahatan yang sangat menganggu

ketertiban hidup masyarakat yang disebut jarimah Hudud dan Qishash

Diyat adalah pembunuhan , perlukaan , pencurian, perampokan,

57

Page 58: Dikitat Hk Islam

pemabukan, perzinahan, pemberontakan, yang dijelaskan sanksinya

dalam al Qur’an dan al Hadits. Sedangkan kejahatan-kejahatan lainnya

sanksinya diserahkan kepada Ulil Amri.

Dari uraian sub judul pembelakuan Hukum Islam di Indonesia

dalam bab ini penulis mencoba menggambarkanya dalam sebuah Tabel

Tabel 1

Ruang Lingkup Hukum Islam Pentaqninan

1. ibadah

2. Bidang Hukum

Keluarga yaitu :

a. Hukum

Perkawinan ( Fiqih

Munakahat )

b. Hukum

Kewarusan ( Fiqih Mawaris )

c. Hukum

Perwakafan.

UU No.1 tahun 1974 , KHI Inpres

No.1 tahun 1991.

Buku II KHI Inpres No.1/1991.

PP No. 28 tentang Perwakafan

Buku III Hukum Perwakafan

Inpres

No. 1 tahun 1991.uu

3. Bidang Mu’amalat

yaitu :

a. Perbankan

Syariah dan BPR

Syariah

b. Asuransi

Syariah

c. Pegadaian

Syariah

d. Pasar

Modal Syariah

e. Reksadana

Perma nomo2 tahun 2008 tentang

KHES

UU No. 21 Tahun 2008.

UU No.2 tahun 1992

PP No. 10 Tahun 1990

Kebijakan Pemerintah

Fatwa MUI dan Pedoman Menteri

Keuangan

Fatwa Dewan Syariah Nasional

No.

58

Page 59: Dikitat Hk Islam

Syariah

f. Obligasi

Syariah

4. Bidang Siyasah

5. Bidang Qadla yaitu :

a. Pengadilan Agama dan

peradilan syariat di aceh

b. Badan Arbitrase Syariah

Nasional ( Basyarnas )

5. Bidang Jinayah

20/DSN-MUI/IV/2001.

Pasal 29 UUD 1945

UU. No.7 tahun 1989 diubah nomor

3 tahun 2006

perda

UU. No 5 tahun 2004.

SK. No. 09/MUI/XII/2003

Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana ( KUHP )

Sumber Dari Wawancara dengan H.A. Djazuli

Guru Besar Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung

Djati Bandung Jawa Barat

59