“digital line unit (dlu) pada sentral telepon digital“

6
DIGITAL LINE UNIT (DLU) PADA SENTRAL TELEPON DIGITALPADA AREA WORK GROUP TEMANGGUNG Eko Prasetyo (L2F709002) Abstrak - DLU (Digital Line Unit) adalah bagian dari sentral telepon digital EWSD yang dimiliki PT. TELKOM, yang fungsi utamanya adalah sebagai interface atau antarmuka antara pelanggan dengan sentral telepon digital, yaitu dengan mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Selain itu DLU (Digital Line Unit) dapat berfungsi untuk emergency calling, yaitu suatu kemampuan untuk melakukan hubungan antar pelanggan yang masih dalam satu unit DLU(Digital Line Unit) jika hubungan antara DLU dengan sentral pusat terputus. Sehingga proses di dalam DLU hanyalah bagian dari proses yang kompleks dalam suatu sentral telepon digital EWSD, dimana dalam suatu sentral telepon digital terjadi beberapa proses penting antara lain : pengubahan sinyal dari analog ke digital (oleh PCM 30), proses multiplexing, proses transmisi, proses switching, proses signalling, dan proses kontrol. Kata kunci PCM-30, sampling, quantizing, coding, frame, rack I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi komunikasi di Indonesia maupun di dunia dewasa ini berkembang semakin pesat. Untuk masa kini dan akan datang informasi dan komunikasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang. Dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan yang memanfaatkan jasa telekomunikasi maka PT Telkom dituntut untuk dapat menyediakan layanan yang berkualitas. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kinerja sistem telekomunikasi secara menyeluruh termasuk di dalamnya peningkatan kinerja jaringan telekomunikasi, yang berarti elemen-elemen jaringan telekomunikasi harus mempunyai kinerja yang baik. Salah satunya adalah sentral telepon, baik sentral lokal maupun sentral remote. Untuk mendapatkan kinerja sistem yang baik, maka diperlukan penerapan teknologi yang up to date dan relevan dengan kebutuhan masyarakat yang menginginkan komunikasi yang cepat, sedikit hambatan, dan berkualitas. Dengan perkembangan teknologi telekomunikasi digital maka PT Telkom juga menerapkan teknologi telekomunikasi digital pada perangkat sistem telekomunikasi yang dipunyainya. B. Pembatasan Masalah Dalam laporan kerja praktek ini, penulis membatasi pembahasan tentang unit DLU hanya meliputi bagian-bagian utamanya, prinsip kerja dan tugas-tugas utamanya, proses pengubahan sinyal analog ke digital dengan sistem PCM-30, tugas dari tiap-tiap bagiannya, susunan rack dan frame-nya. Adapun masalah-masalah yang ada di luar, seperti konsep penanganan gangguan pada sirkuit komunikasi, cara pengoperasian DLU secara remote, tekik switching maupun pensinyalan tidak dibahas dalam makalah ini, melainkan hanya sebagai informasi dan pengetahuan. II. STRUKTUR DAN FUNGSI SENTRAL TELEPON DIGITAL EWSD Untuk dapat melaksanakan tugasnya suatu sentral Telepon digital harus mempunyai unit-unit sebagai berikut : a) Akses Unit Unit ini berfungsi sebagai tempat tersambungnya perangkat luar sentral yang ingin berhubungan dengan sentral, jadi dapat dikatakan sebagai interface dengan perangkat luar. Perangkat luar yang dimaksud dapat berupa pesawat telepon maupun trunk dari sentral lain. Tugas utama dari unit ini adalah menyesuaikan bentuk informasi dari luar dengan sentral sehingga informasi yang masuk dapat diolah oleh sentral dan informasi sentral yang akan dikirim dapat dimengerti oleh perangkat luar. Untuk melakukan tugas tersebut, maka Akses Unit mempunyai unit generator yang dapat mengirim nada (tone) dan arus bel (ringing) dan unit penerima sinyal yang dapat menerima sinyal dari pelanggan maupun trunk. Sebagai contoh dari Akses Unit, dalam sentral EWSD yaitu LTG dan DLU. b) Switching Unit Yaitu tempat menyambungkan satu pelanggan dengan pelanggan lain. c) Processor Unit Yaitu tempat memproses segala kegiatan dalam sentral. d) Signaling Unit Yaitu tempat memproses pensinyalan. Semua unit-unit fungsional diatas masing-masing mempunyai prosesor untuk pengontrolannya, semua prosesor itu dikoordinir oleh Prosesor Unit. ACCESS UNIT SWITCHING UNIT SIGNALING UNIT PROCESSOR UNIT Gambar 1 Blok diagram Sentral Digital Sentral telepon digital beroperasi dengan dikontrol oleh prosesor, oleh karena itu diperlukan perangkat lunak atau software yang berupa program dan data untuk menjalankan sentral. Dalam sentral digital secara prinsip software dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : Operating system

Upload: gafar-widyo-rizki

Post on 06-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

123

TRANSCRIPT

Page 1: “Digital Line Unit (Dlu) Pada Sentral Telepon Digital“

“DIGITAL LINE UNIT (DLU) PADA SENTRAL TELEPON DIGITAL“

PADA AREA WORK GROUP TEMANGGUNG

Eko Prasetyo (L2F709002)

Abstrak - DLU (Digital Line Unit) adalah bagian dari sentral telepon digital EWSD yang dimiliki PT. TELKOM, yang

fungsi utamanya adalah sebagai interface atau antarmuka antara pelanggan dengan sentral telepon digital, yaitu dengan

mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Selain itu DLU (Digital Line Unit) dapat berfungsi untuk emergency calling,

yaitu suatu kemampuan untuk melakukan hubungan antar pelanggan yang masih dalam satu unit DLU(Digital Line Unit)

jika hubungan antara DLU dengan sentral pusat terputus. Sehingga proses di dalam DLU hanyalah bagian dari proses yang

kompleks dalam suatu sentral telepon digital EWSD, dimana dalam suatu sentral telepon digital terjadi beberapa proses

penting antara lain : pengubahan sinyal dari analog ke digital (oleh PCM 30), proses multiplexing, proses transmisi, proses

switching, proses signalling, dan proses kontrol.

Kata kunci – PCM-30, sampling, quantizing, coding, frame, rack

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi komunikasi di Indonesia maupun di dunia

dewasa ini berkembang semakin pesat. Untuk masa kini dan

akan datang informasi dan komunikasi merupakan

kebutuhan pokok setiap orang. Dengan semakin

meningkatnya jumlah pelanggan yang memanfaatkan jasa

telekomunikasi maka PT Telkom dituntut untuk dapat

menyediakan layanan yang berkualitas.

Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kinerja sistem

telekomunikasi secara menyeluruh termasuk di dalamnya

peningkatan kinerja jaringan telekomunikasi, yang berarti

elemen-elemen jaringan telekomunikasi harus mempunyai

kinerja yang baik. Salah satunya adalah sentral telepon, baik

sentral lokal maupun sentral remote. Untuk mendapatkan

kinerja sistem yang baik, maka diperlukan penerapan

teknologi yang up to date dan relevan dengan kebutuhan

masyarakat yang menginginkan komunikasi yang cepat,

sedikit hambatan, dan berkualitas. Dengan perkembangan

teknologi telekomunikasi digital maka PT Telkom juga

menerapkan teknologi telekomunikasi digital pada perangkat

sistem telekomunikasi yang dipunyainya.

B. Pembatasan Masalah

Dalam laporan kerja praktek ini, penulis membatasi

pembahasan tentang unit DLU hanya meliputi bagian-bagian

utamanya, prinsip kerja dan tugas-tugas utamanya, proses

pengubahan sinyal analog ke digital dengan sistem PCM-30,

tugas dari tiap-tiap bagiannya, susunan rack dan frame-nya.

Adapun masalah-masalah yang ada di luar, seperti konsep

penanganan gangguan pada sirkuit komunikasi, cara

pengoperasian DLU secara remote, tekik switching maupun

pensinyalan tidak dibahas dalam makalah ini, melainkan

hanya sebagai informasi dan pengetahuan.

II. STRUKTUR DAN FUNGSI SENTRAL TELEPON

DIGITAL EWSD

Untuk dapat melaksanakan tugasnya suatu sentral

Telepon digital harus mempunyai unit-unit sebagai berikut :

a) Akses Unit

Unit ini berfungsi sebagai tempat tersambungnya

perangkat luar sentral yang ingin berhubungan dengan

sentral, jadi dapat dikatakan sebagai interface dengan

perangkat luar. Perangkat luar yang dimaksud dapat berupa

pesawat telepon maupun trunk dari sentral lain.

Tugas utama dari unit ini adalah menyesuaikan bentuk

informasi dari luar dengan sentral sehingga informasi yang

masuk dapat diolah oleh sentral dan informasi sentral yang

akan dikirim dapat dimengerti oleh perangkat luar.

Untuk melakukan tugas tersebut, maka Akses Unit

mempunyai unit generator yang dapat mengirim nada (tone)

dan arus bel (ringing) dan unit penerima sinyal yang dapat

menerima sinyal dari pelanggan maupun trunk. Sebagai

contoh dari Akses Unit, dalam sentral EWSD yaitu LTG dan

DLU.

b) Switching Unit

Yaitu tempat menyambungkan satu pelanggan dengan

pelanggan lain.

c) Processor Unit

Yaitu tempat memproses segala kegiatan dalam

sentral.

d) Signaling Unit

Yaitu tempat memproses pensinyalan.

Semua unit-unit fungsional diatas masing-masing

mempunyai prosesor untuk pengontrolannya, semua

prosesor itu dikoordinir oleh Prosesor Unit.

ACCESS UNIT

SWITCHING

UNIT

SIGNALING UNIT

PROCESSOR UNIT

Gambar 1 Blok diagram Sentral Digital

Sentral telepon digital beroperasi dengan dikontrol oleh

prosesor, oleh karena itu diperlukan perangkat lunak atau

software yang berupa program dan data untuk menjalankan

sentral.

Dalam sentral digital secara prinsip software dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu :

Operating system

Page 2: “Digital Line Unit (Dlu) Pada Sentral Telepon Digital“

User Software

III. Bagian-bagian DLU (DIGITAL LINE UNIT)

A. Fasilitas dan Fitur DLU

Fasilitas dan service feature perangkat DLU (Digital

Line Unit) antara lain :

Kapasitasnya besar yaitu 8 sampai dengan 952

pelanggan

Maksimum traffic handling capacity sebesar 100 Erlang

Dapat dipasang pada sentral EWSD setempat atau

dipasang jauh dari sentral (remote)

Semua features sentral EWSD untuk service pelanggan

seperti pengaturan kelas pelanggan juga berlaku untuk

pelanggan DLU baik lokal maupun remote

Antara DLU dengan LTGB menggunakan signalling

CCS (Common Channel Signalling) sehingga tidak

mengganggu pemakaian time slot speech channel.

Terhubung ke LTGB melalui highway 4 x 2 Mbit/s atau

2 x 2 Mbit/s

Dapat disambungkan dengan pesawat telepon tipe :

Rotary dial (roda pilih)

Push botton (tombol tekan)

Dapat menggunakan home meter charge 16 kHz

Dapat dipasang pesawat coin box

Dapat difungsikan sebagai PABX/PBX

B. Bagian-bagian DLU

SLMA

SLMD

DLUC0

DIUD1

DLUC1

DIUD0

TU

PDC0

PDC1

PDC0

PDC1

saluran pelanggan

analog dan ISDN

saluran PBX

ke dua buah

LTG

ALEX

RGMG

EMSP

Network-0 4069 Kbit/s

Network-1 4069 Kbit/s

Control Network-0 136 Kbit/s

Control Network-1 136 Kbit/s

Gambar 2. Blok diagram DLU

DLU yang terdiri dari :

a) Modul SLMA

Modul SLMA (Subscriber Line Modul Analog) yang

dikontrol oleh SLMCP (Subscriber Line Modul Control

Processor). Dalam satu modul SLMA berisi satu

SLMCP dan 8 sirkuit SLCA (subscriber line circuit

analog). Fungsi dari modul SLMA ini adalah sebagai

berikut :

Menjadi interface dengan pelanggan maksimal 8

pelanggan

Menyalurkan ring current (nada dering) dan pulsa

biaya

Mengisolasi subscriber loop dengan tujuan

pengetesan

Mengontrol port-port dengan bantuan slmcp

Mengubah sinyal-sinyal control dari pelanggan

b) Modul SLMD

Modul SLMD sama dengan modul SLMA perbedaannya

modul SLMD melayani maksimal 8 pelanggan ISDN

digital.

c) Modul RGMG

Modul RGMG (Ring generator and metering generator)

berfungsi untuk membangkitkan ring current (nada

dering) dan metering voltage (pulsa biaya).

d) Modul DIUD

Modul DIUD (Digital Interface Unit for DLU) ada 2

bagian yaitu DIUD 0 dan DIUD 1. Fungsi utama dari

DIUD adalah berfungsi sebagai interface antara saluran

highway PDC dari LTGB dengan signal 4096 kbits/s

pada network 0 dan 1 di dalam internal DLU sendiri.

Tugas lainnya dari DIUD antara lain :

menyalurkan sinyal-sinyal suara ,melalui 2 saluran

PCM-30 atau 2 Mbit/s

menyuntikkan sinyal kontrol ke dalam saluran PCM-

30 kanal ke-16

membangkitkan nada-nada dan melaksanakan

sambungan internal (antara pelanggan- pelanggan

satu DLU) pada waktu DLU dalam keadaan

emergency.

e) Modul DLUC

Modul DLUC (Digital Line Unit Control) ada 2 bagian

yaitu DLUC 0 dan DLUC 1. DLUC 0 mempunyai fungsi

utama men-scanning secara terus menerus status semua

SLCA dari nomor terkecil (port 0) s/d port terbesar (port

951), sedangkan DLUC 1 melakukan hal yang

sebaliknya yaitu men-scanning dari port terbesar (port

951) ke port terkecil (port 0). Prioritas tertinggi ada pada

DLUC 0. Fungsi lainnya dari DLUC antara lain :

mengontrol aktifitas DLU, misalnya dengan

mengintegrasi SLMCP

mengubah sinyal kontrol ke dalam format CCITT No

7 sebelum dikirim ke DIUD

menterjemahkan directory number (nomor

pelanggan) dan mengirimkan nada-nada pada waktu

emergency.

f) Modul TU

Modul TU (Test Unit) terdiri dari 3 modul yaitu FTEM,

LMEM, dan LVMM. FTEM (Function Test Module)

adalah modul untuk mengetes fungsi semua modul

SLMA, maksimum ada 119 modul SLMA. LMEM (Line

Measuring Module) berfungsi sebagai modul untuk

pengukuran saluran pelanggan melalui SULIM dari

sentral induknya. LVMM (Level Measuring Module),

berfungsi sebagai modul pengukur level dari semua

SLMA. Tugas-tugas lainnya dari TU adalah sebagai

Page 3: “Digital Line Unit (Dlu) Pada Sentral Telepon Digital“

berikut :

pengukuran tahanan

pengukuran kapasitansi

pengukuran AC/DC

pengukuran frekuensi

g) Modul EMSP

Modul EMSP (Emergency service equipment for

pushbutton subscriber), berfungsi untuk pelayanan

emergency service yaitu jika DLU terputus

komunikasinya dengan sentral induk tetapi DLU sendiri

tidak terganggu maka pelanggan masih dapat berbicara

antar pelanggan dalam DLU tersebut. Pelanggan dengan

pesawat rotary dial digitnya langsung diolah SLMCP

sedang pelanggan dengan push button hanya dapat

dilayani jika tersedia modul EMSP untuk

menerjemahkan sinyal push button atau digit yang di-

dial pelanggan tersebut.

h) Modul ALEX

Modul ALEX (External Alarm Set) berfungsi sebagai

physical interface untuk maksimal 16 eksternal alarm

untuk tujuan remote service.

i) Network 4096 Kbit/s

Network ini digunakan untuk mengirimkan informasi

pemakai antara SLM dengan DIUD.

j) Control Network 136 Kbit/s

Network ini digunakan untuk mengirimkan informasi

control antara SLM dengan DLUC.

C. Emergency Service

Dalam emergency service, pelanggan DLU mendapat

dial tone, ringing tone, dan busy tone dari DIUD 0 dan

DIUD 1.

Data pelanggan diolah oleh DLUC, SLMA mendeteksi

pelanggan yang mengangkat handset, mengubah sinyal

analog ke digital dan sebaliknya. Digit yang di-dial diperiksa

oleh DLUC apakah merupakan nomor DLU-nya sendiri, jika

bukan DIUD akan memberikan nada sibuk (busy tone), jika

masih merupakan nomor DLU tersebut maka hubungan

percakapan akan dibentuk.

Dalam hal ini time slot dari SLMA diterima oleh DIUD,

tidak diteruskan ke PDC tetapi di-loopback atau

dikembalikan ke SLMA dimana nomor pelanggan B berada,

melalui highway 4096 kbit/s di dalam DLU sendiri.

Jumlah pelanggan yang dapat berbicara serentak adalah

60 pasang pelanggan, dan kesemuanya tidak dikenai tarif

atau gratis karena semua meter pelanggan DLU dicatat pada

sentral induknya.

D. Hubungan DLU dengan LTGB

DLU (Digital Line Unit) pada Area Work Group

Temanggung adalah sentral remote control yang terhubung

dengan sentral induknya (EWSD) melalui 4 x PCM-30

highways. DLU tersambung pada unit LTGB, untuk

keamanan operasi, satu DLU disambungkan dengan 2 unit

LTGB.

Jalur highways yang menghubungkan DLU dengan

LTGB disebut PDC (Primary Digital Carrier) dengan bit rate

2048 kbits/s atau sama dengan sinyal PCM-30.

Gambar di bawah ini menggambarkan hubungan DLU

ke LTGB di sentral induknya.

DLU LTGB

LTGB

PU

(CP)

SU

(SN)

PDC 0

PDC 1

DLU

0

951

Aplikasi lokal

Aplikasi remote

PD

C 2

PD

C 3

Gambar 3 Hubungan antara DLU ke sentral induknya

E. Susunan Rack dan Frame DLU pada AWG

Temanggung

D

C

C

D

C

C

D

C

C

D

C

C

B

D

E

SLMA

SLMA

B

D

E

SLMA

SLMA

B

D

E

B

D

E

D

C

C

D

C

C

D

C

C

D

C

C

B

D

E

SLMA

SLMA

B

D

E

SLMA

SLMA

B

D

E

B

D

E

D

C

C

D

C

C

D

C

C

D

C

C

SLMA

SLMA

R

G

M

G

1

R

G

M

G

0

S

L

M

A

S

L

M

A

S

L

M

A

B

D

B

0

B

D

C

G

0

D

L

U

C

0

D

I

U

D

0

L

M

E

M

L

V

M

M

SL

MA

/ EM

SP

/ AL

EX

SL

MA

/ EM

SP

F

T

E

M

SL

MA

/ EM

SP

SL

MA

/ EM

SP

B

D

B

1

B

D

C

G

1

D

L

U

C

1

D

I

U

D

1

D

C

C

D

C

C

D

C

C

D

C

C

B

D

E

SLMA

SLMA

B

D

E

SLMA

SLMA

B

D

E

B

D

E

Shelf 0

Shelf 1

Shelf 2

Shelf 3

Shelf 4

Shelf 5

Shelf 6

Shelf 7

256 port

256 port

256 port

184 port jika

tanpa EMSP atau

152 jika dengan

EMSP dan ALEX

FR

AM

E D

LU

(A)

FR

AM

E D

LU

(B)

FR

AM

E D

LU

(B)

FR

AM

E D

LU

(B)

Gambar 4 Susunan rack DLU pada AWG Temanggung

Ada dua tipe rack DLU, untuk tipe pertama dalam satu

rack dapat berisi maksimal 952 port (tanpa modul EMSP

dan ALEX) dan tipe kedua dengan kemampuan trafik lebih

tinggi berkapasitas maksimum 440 port per DLU, dimana

satu rack memuat 2 DLU tipe ini. Tipe pertama disebut

R:DLU dengan 1 DLU, tipe kedua disebut R:DLU dengan 2

Page 4: “Digital Line Unit (Dlu) Pada Sentral Telepon Digital“

DLU.

Perbedaan ini dibedakan atas traffic carried

(pembicaraan) yang dapat dilayani pada saat yang

bersamaan. Tipe rack 1 DLU (952 subscriber) adalah 0,1

Erlang/subscriber, tipe rack 2 DLU (2 x 440 subscriber)

mencapai 0,2 Erlang/subscriber.

Berdasarkan observasi yang penulis amati di lapangan,

AWG Temanggung menggunakan 4 buah rack DLU tipe

pertama yaitu yang berisi maksimum 952 buah port

pelanggan, sehingga total maksimum port untuk pelanggan

sebesar 952 x 4 = 3808 port, sehingga masih tersedia cukup

banyak port yang kosong karena digunakan untuk melayani

pelanggan yang berjumlah 2834 pelanggan disekitar wilayah

kota Temanggung. Satu rack DLU terdiri dari empat buah

frame dimana tiap-tiap frame terdiri dari dua buah shelf.

Berikut ini adalah susunan frame dalam satu rack DLU

pada Area Work Group Temanggung :

a) Frame Pertama

Untuk frame pertama (frame yang letaknya paling atas)

menggunakan tipe frame DLU(A) yang dapat berisi

maksimum 184 pelanggan. Frame pertama dibagi menjadi

dua shelf yaitu self 0 dan shelf 1. Shelf 0 terdiri dari 10 buah

sirkuit SLMA (namun 2 buah sirkuit seringkali digunakan

sebagai modul EMSP atau ALEX), 2 buah DCC (Direct

Current Converter), 1 modul RGMG, 1 modul DLUC, satu

modul DIUD, FTEM, LMEM, LVMM, BDB, dan BDCG.

Shelf 0 sendiri terbagi menjadi dua subbagian yaitu shelf 0-0

dan shelf 0-1 yang masing-masing dicatu oleh DCC yang

berbeda.

Kapasitas maksimal pelanggan yang dapat dilayani oleh

shelf 0 adalah 8 x 10 modul SLMA = 80 port pelanggan

(jika tanpa modul EMSP / ALEX). Jika menggunakan

modul EMSP/ALEX maka jumlah maksimal pelanggan 8 x

8 modul SLMA = 64 port pelanggan. Shelf 1 terdiri dari 13

sirkuit SLMA (namun biasanya dua buah sirkuit digunakan

untuk modul EMSP), 2 buah DCC (Direct Current

Converter), sebuah modul RGMG, satu modul DLUC,

DIUD, BDB, dan BDCG.

Kapasitas maksimal pelanggan yang dapat dilayani oleh

shelf 1 adalah 8 x 13 modul SLMA = 104 port pelanggan

(jika tanpa modul EMSP). Jika menggunakan modul EMSP

maka jumlah maksimal pelanggan 8 x 11 modul SLMA =

88 port pelanggan.

Jadi total pelanggan yang dapat ditangani oleh frame

pertama adalah 80 + 104 = 184 pelanggan jika tanpa modul

EMSP/ALEX. Jika menggunakan modul EMSP/ALEX

maka total pelanggan = 64 + 88 = 152 pelanggan.

b) Frame Kedua, Ketiga dan Keempat.

Untuk frame kedua sampai frame keempat menggunakan

tipe frame DLU(B) yang hanya berisi sirkuit-sirkuit untuk

pelanggan atau sirkuit SLMA. Jenis frame DLU(B) ini dapat

berisi maksimum 256 pelanggan. Frame-frame tersebut juga

dibagi menjadi masing-masing dua shelf yaitu shelf 2 dan

shelf 3 untuk frame kedua, shelf 4 dan shelf 5 untuk frame

ketiga, shelf 6 dan shelf 7 untuk frame keempat. Masing-

masing Shelf terdiri dari 16 buah sirkuit SLMA sehingga

kapasitas total pelanggan masing-masing shelf adalah 16 x 8

= 128 port. Masing-masing Shelf sendiri terbagi menjadi

dua subbagian yang masing-masing dicatu oleh DCC yang

berbeda.

Salah satu fungsi penting dalam DLU adalah mengubah

sinyal analog dari pelanggan analog menjadi sinyal digital

dalam format PCM. Prinsip dari pembentukan PCM adalah

suatu band frekuensi sinyal analog di-sampling dengan

frekuensi sampling ≥ 2 kali frekuensi maksimal sinyal

analog, Hasil sampling adalah sinyal digital yang

mengandung informasi sinyal analog tersebut. Dan sinyal

analog tersebut dapat diperoleh kembali dengan bantuan

LPF.

Proses pembentukan PCM adalah melalui 4 langkah :

1. Sampling (pencuplikan)

2. Compressing (penekanan)

3. Quantizing (menghargakan)

4. Coding (mengkodekan)

Di Indonesia sistem PCM yang digunakan adalah PCM-

30 yang mempunyai level sample M = 256. Dimana M = 2n,

dengan n adalah jumlah bit yang digunakan untuk

mengkodekan satu nilai sample. Jadi n = 8, atau dengan kata

lain satu nilai sample dari sinyal PAM akan dikodekan

menjadi 8 bit.

Proses sampling dilakukan sekaligus pada beberapa

kanal suara misal 32 kanal secara sekuensial dan hasil dari

multiple sampling ini adalah sinyal multiplex PAM

(Multiplex Pulse Amplitude Modulation).

Untuk 32 kanal dapat dilakukan multiple sampling

dengan frekuensi sampling 8 kHz maka diperlukan waktu

3,9 μs (125 μs/32), untuk masing-masing kanal suara agar

dapat di sample secara berurutan dan menghasilkan PAM

multiplex, jadi seluruh proses dilakukan dalam waktu 125 μs

(waktu 1 frame) dengan masing-masing dari 32 kanal di-

sampling satu kali. Sinyal PAM yang merupakan sinyal

diskrit diubah oleh unit quantizer menjadi sinyal PCM-30.

Agar sinyal analog tetap dapat direproduksi lagi seperti

semula tanpa memberi cacat pada artikulasinya diperlukan

frekuensi sampling ≥ 2 fmax sinyal analog. Untuk band

frekuensi 300-3400 kHz, ditentukan frekuensi sampling 2 x

3400 = 6800 Hz dibulatkan menjadi 8 kHz sebagai standard,

sehingga periode sampling = 1/8 kHz = 125 μs. Jadi bila

sinyal analog mengandung 30 kanal suara berarti dalam 1

periode sampling didapat 30 amplitude sample dari masing-

masing kanal tersebut. Dan proses pengubahan dari

amplitude-amplitude sampling ke sinyal-sinyal digital

(PCM) disebut kuantisasi. Total range dari amplitude sinyal

dibagi dalam level-level standar pulsa yang disebut interval

kuantisasi dan tengah-tengah interval tersebut disebut nilai

kuantisasi.

Nilai-nilai kuantisasi yang didapat dari proses kuantisasi

dipakai sebagai dasar pada decoder (proses pengubahan

kembali dari PCM ke PAM) sehingga akan terjadi distorsi

kuantisasi atau beda dengan sinyal sampling analog (PAM)

semula. Distorsi ini akan berkurang bila interval kuantisasi

bertambah banyak dalam arti step-step kuantisasi ditambah

atau diperkecil jaraknya sehingga distorsi akan mengecil dan

dapat diabaikan.

Proses selanjutnya dari pembentukan PCM coding atau

pengkodean. Sinyal PCM yang diperlukan untuk transmisi

diperoleh dengan kode-kode biner dari nilai-nilai interval

kuantisasi, jumlah bit yang diperlukan untuk coding tersebut

tergantung pada banyaknya step kuantisasi yang dipakai,

Pada PCM-30, 32 kanal alokasi waktu terdapat dalam 1

frame (125 μs) terdiri dari :

Page 5: “Digital Line Unit (Dlu) Pada Sentral Telepon Digital“

Arah transmisi

1 2 3 4 5 6 7 8

8 bit kode

Kanal

Suara

15

Kanal

Suara

16

Kanal

Suara

30

Kanal

Suara

2

Kanal

Suara

1

3,9 µsec

32 x 8 = 256 bit

1 frame = 125 µsec

TS

(time slot)0 1 3117152 16

Signalling

Gambar 5 Pulsa Sampling yang belum dikuantisasi dan yang sudah

dikuantisasi

Satu frame berisi 256 bit (32 time slot = 32 alokasi

waktu) jadi satu time slot adalah 125/32 = 3,9 µs. Frekuensi

sampling (t = 125 µs) = 8000 Hz dan bit rate per kanal time

slot (kecepatan pengiriman bit per kanal waktu) = 8 x 8000

bit = 64 kbps, sehingga bit rate untuk PCM-30 dengan 32

kanal waktu = 32 x 64 kbps = 2,048 Mbps (dengan variasi

jumlah bit yang diperbolehkan untuk sistem PCM-30 adalah

± 50 bps).

Tabel Penggunaan time slot pada frame PCM 30

Time Slot Penggunaan

0 Synchronisation

1 - 15 Sinyal Informasi

16 Signalling

17 - 31 Sinyal Informasi

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek di PT. Telkom Kancatel

Temanggung, penulis dapat mengambil kesimpulan-

kesimpulan sebagai berikut :

1. DLU merupakan bagian dari sentral digital EWSD yang

mempunyai fungsi atau kemampuan utama mengubah

sinyal analog menjadi sinyal digital dalam format PCM

30 untuk kemudian dilakukan multiplexing dan

switching pada sentral induknya.

2. Bagian-bagian utama DLU meliputi SLMA, SLMD,

DIUD, DLUC, RGMG, EMSP, ALEX, dan DCC.

3. Pada Kancatel Temanggung hubungan DLU ke LTGB

pada sentral induknya di Kandatel Yogyakarta

menggunakan 4 jalur fiber optik PCM 30 highways dan

menggunakan komunikasi radio sebagai cadangannya

jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada jalur fiber

optiknya.

4. DLU pada Kancatel Temanggung dioperasikan secara

remote dari sentral induknya di Yogyakarta, sehingga

akan meringankan tugas-tugas staf yang bertugas di

Kancatel Temanggung.

5. DLU mempunyai fungsi Emergency Call yang

memungkinkan para pelanggan yang berada pada satu

DLU masih dapat saling berkomunikasi meskipun

hubungan ke sentral induknya terputus dan tidak terkena

billing karena proses billing diatur pada sentral

induknya.

6. Pengoperasian dan pengawasan DLU pada Kancatel

Temanggung dilakukan secara remote dari sentral

induknya di Kandatel Yogyakarta, sedangkan

pemeliharaan dan perawatan dilakukan oleh staf yang

bertugas di Kancatel Temanggung.

7. Proses pembentukan sinyal PCM meliputi beberapa

tahap yaitu sampling, compressing, quantizing,

kemudian coding.

8. Satu frame PCM 30 mempunyai 32 buah kanal waktu

(time slot) dimana time slot 0 berfungsi untuk

sinkronisasi, time slot 15 untuk signalling, dan time slot

lainnya untuk informasi.

9. PCM 30 mempunyai laju bit per kanal waktu 64 kbps

sehingga satu frame PCM 30 mempunyai laju bit 32 x 64

kbps = 2,048 Mbps .

10. Telkom Kancatel Temanggung menggunakan 4 rack

DLU dengan kapasitas masing-masing rack DLU yang

mampu melayani 952 pelanggan, sehingga total

maksimum port untuk pelanggan sebesar 952 x 4 = 3808

port, sehingga masih tersedia cukup banyak port yang

kosong karena digunakan untuk melayani pelanggan

yang berjumlah 2834 pelanggan di sekitar wilayah kota

Temanggung.

B. Saran

1. Mengingat billing dari pelanggan ditangani pada sentral

induknya bukan pada DLU sendiri maka PT. TELKOM

akan mengalami kerugian pada saat hubungan antara

DLU dengan sentral induknya terputus tetapi pelanggan

masih dapat saling berhubungan dengan pelanggan lain

yang masih dalam satu DLU dengan fasilitas emergency

call, maka diperlukan peralatan baru yang dapat

menangani billing pada DLU sendiri saat terjadi

emergency call.

2. Mengingat sistem yang dioperasikan berbasis pada

computerized system maka dibutuhkan lebih banyak lagi

SDM yang menguasai operational software yang

digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. , Pengenalan Dasar-Dasar Teknik Transmisi

DFG Solo, Disarikan dari hasil catatan TC, 1997

2. Hendrawan, Dr.Ir, Yosef, Ian, MT, Ir, Sentral, Lembaga

Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung,

Bandung, 2000

3. Cattermole, K.W, Principle of Pulse Code Modulation,

American Elsevier, New York, 1969

4. Hatta, Ardi, Diktat Sentral Telepon Digital EWSD,

Perusahaan Umum Telekomunikasi Pusat Pendidikan

dan Latihan, Bandung, 1995

5. , Teknisi I STDI – EWSD versi 3.6, Divlat

Telkom, Bandung, 1997

6. , Pengenalan Sistem STDI, Diklat PT. INTI,

Bandung, 1989

7. Couch, William, Digital and Analog Communication

System, Prentice Hall Inc, 1997

8. Freeman, Roger L, Telecommunication Transmission

Handbook, third edition, John Willey and Sons Inc, 1997

Page 6: “Digital Line Unit (Dlu) Pada Sentral Telepon Digital“

Eko Prasetyo (L2F709002), Saat ini

sedang menyelesaikan studi S1 di

Jurusan Elektronika Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro Semarang

dengan pilihan konsentrasi Elektronika

dan Telekomunikasi.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Imam Santoso, ST, MT

NIP. 197012031997021001