perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peningkatan ......perpusaaan.unsac.id digilib.unsac.id...

118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN KE MELALUI MOD T FAKULT i EMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGE DEL QUANTUM TEACHING ANAK KEL TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO SKRIPSI Oleh: ANNIS NUR JANNAH X8110003 TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 ENALAN SAINS LOMPOK A KAN

Upload: dinhdiep

Post on 02-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS

MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A

TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO

SKRIPSI

Oleh:

ANNIS NUR JANNAH

X8110003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS

MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A

TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO

SKRIPSI

Oleh:

ANNIS NUR JANNAH

X8110003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS

MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A

TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO

SKRIPSI

Oleh:

ANNIS NUR JANNAH

X8110003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Annis Nur Jannah

NIM : X8110003

Jurusan/ Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Anak Usia Dini

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN

BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS MELALUI MODEL

QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH

BATURETNO” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,

sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Annis Nur Jannah

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Annis Nur Jannah

NIM : X8110003

Jurusan/ Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Anak Usia Dini

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN

BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS MELALUI MODEL

QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH

BATURETNO” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,

sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Annis Nur Jannah

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Annis Nur Jannah

NIM : X8110003

Jurusan/ Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Anak Usia Dini

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN

BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS MELALUI MODEL

QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH

BATURETNO” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,

sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Annis Nur Jannah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS

MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A

TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO

Oleh:

ANNIS NUR JANNAH

X8110003

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini,

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 31 Juli 2012

Pembimbing I

Prof. Dr. Sri Anitah W, M.Pd.

NIP. 193810221969022001

Pembimbing II

Dra. Yulianti, M.Pd.

NIP. 195411161982032002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Selasa

Tanggal : 31 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd

Sekretaris : Dr. Peduk Rintayati, M.Pd

Anggota I : Prof. Dr. Sri Anitah W, M.Pd.

Anggota II : Dra. Yulianti, M.Pd.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal

yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan,

entah mereka menyukainya atau tidak.

(Aldus Huxley)

Setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka berbahagia

di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan,

dan sesuatu untuk diharapkan.

(Tom Bodett)

Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang.

( William J. Siegel )

Jangan menunda jika bisa dilakukan hari ini, karena kegagalan terjadi

karena menyerah sebelum bertindak.

(Penulis)

Pikiran terbuka adalah sikap rendah hati dan mau belajar.

“open mind is a humble attitude and willing to learn”

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Teriring syukur kehadirat Allah SWT

Ku persembahkan karya ini

kepada:

Orangtua ku

Bapak Samidi, S.Ag. dan Ibu Binti Ngatmiyatun, S.Pd.

Atas segala doa yang kalian panjatkan, ketulusan berpuasa menahan diri dari

rasa lapar dan haus, pengorbanan, usaha dalam meraih pundi-pundi, kasih

sayang yang tiada batas, pengertian serta kesabaran yang seluas samudera.

Segalanya membuatku bangga menjadi bagian kehidupan kalian.

Adik-adik ku tercinta

Choirul Faizah Nuraini dan Muhammad Thohari

Sambutan dikala letihku dengan candaan dan tawa setelah berjuang dari pagi

hingga petang, menyadarkan ku bahwa ilmu memang untuk dicari walau harus ke

negeri Cina.

Keluarga besar di TK Islam Al-Falah Baturetno

Dorongan, pengertian, dan bimbingan yang kalian berikan dengan iklas. Hal itu,

membuat ku mampu melewati rintangan hingga mencapai impian.

Teman-teman ku, alumni SMP, SMA, UNNES, PG-PAUD UNS

Perjuangan, bantuan, dan selalu menemani ku dikala kesusahan adalah obat bagi

penyembuh kegelisahan serta kekalutan ku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Annis Nur Jannah. PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAMPENGENALAN SAINS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHINGANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO. Skripsi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikirdalam pengenalan sains melalui model quantum teaching anak kelompok A TkIslam Al-Falah Baturetno.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitiandilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas, perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah anakkelompok A2 TK Islam Al-Falah Baturetno yang berjumlah 12 anak. Sumber datadalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulandata adalah dengan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Validitas datamenggunakan teknik triangulasi. Analisis data menggunakan teknik analisismodel interaktif Milles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen analisis,yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau Verifikasi.Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model quantum teachingdapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak Tk IslamAl-Falah Baturetno dari prasiklus, ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Prosespembelajaran pada prasiklus bersifat teacher-centered sehingga kemampuanberpikir dalam pengenalan sains rendah. Peningkatan terjadi pada siklus I.Kemampuan berpikir dalam pengenalan sains meningkat walaupun belumoptimal. Pelaksanaan siklus II, menyebabkan kemampan berpikir dalampengenalan sains meningkat. Hal ini terbukti pada hasil siklus I dan siklus IIsebagai berikut: Pada siklus I dari 12 anak, sebanyak 8 anak atau 66,67%mencapai nilai tuntas (●). Pada siklus II sebanyak 11 anak atau 91,67% mencapainilai tuntas (●).

Simpulan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa melalui modelquantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalansains anak kelompok A Tk Islam Al-Falah Baturetno.

Kata kunci: kemampuan berpikir dalam pengenalan sains, model quantumteaching.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT

Annis Nur Jannah. IMPROVEMENT THINKING CAPABILITIES ININTRODUCTION OF SCIENCE THROUGH QUANTUM TEACHINGMODELS CHILDREN OF GROUP A THE KINDERGARTEN AL-FALAHISLAMIC BATURETNO. Thesis, Faculty of Teacher Training and EducationSebelas Maret University of Surakarta, July 2012.

The purpose of this research is to improve the thinking capabilities inintroduction of science through quantum teaching models children of group A thekindergarten Al-Falah islamic Baturetno.

The research was class action research. The recearch implemented in twocycles, Each cycles consisting are: planning, implementation of the action,observation, and reflection. The subject of research are children of group A2Kindergarten Al-Falah Islamic in Baturetno, which amounts to 12 children. Thedata resource of the research is primer and secondary data. The colecting datatechnique by document, observation, and interview. Data vadility using bytriangulation techniques. The analysis data technique by using interactive analysistechnique models Milles and Huberman which consist are three analysiscomponents, those are data reduction, data presenting, and getting conclusion orverification. The procedure of the research are spiral models inter-related.

Based on the research can be concluded through quantum teachingmodels can improve thinking capabilities in science introduction children ofkindergarten Al-Falah Islamic Baturetno from pre_cycle to the first cycle, andfrom the first cycle to second cycle. Characteristic the learning pre_cycle processis teacher centered, so that think capabilities in the intoduction low science.Increase occurred in the 1 cycle. The thinking capabilities in the introduction ofscience increase, altough not optimum. Implomentation of 2 cycle leading tointroductation of thinking capabilities and science. It was proven at the result ofcycle I and II as follows : In the cycle I from 12 children, only 8 children or66,67% who achieved complete value (●), in the cycle II there were 11 children or91,67% who achieved complete value (●).

Conclusions of this research is to showed that through quantum teachingmodels can be improve the thinking capabilities in introduction science childrenof group A the kindergarten Al-Falah islamic Baturetno.

Keyword: thinking capabilities in introduction of science, quantum teaching

models.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi

kenikmatan dan karunianya mencakup ilmu, inspirasi, serta kemuliaan. Atas

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN

SAINS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK

A TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO.”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini,

Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.

Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi PG-PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Sri Anitah W, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

5. Dra. Yulianti, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

6. Hj. Siti Masripah, A.Ma.Pd., selaku kepala sekolah TK Islam Al-Falah

Baturetno, yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna pengambilan

data dalam penelitian.

7. Eni Nur Widayanti, S.Pd.AUD., selaku guru di TK Islam Al-Falah Baturetno,

yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

8. Anak didik kelompok A2 TK Islam Al-Falah Baturetno yang telah bersedia

untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v

HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii

HALAMAN ABSTRAK ......................................................................... viii

HALAMAN ABSTRACT ...................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv

DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .................................................................................. 7

1. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains ........ 7

a. Pengertian Kemampuan .................................................... 7

b. Pengertian Berpikir ........................................................... 8

c. Pengertian Kemampuan Berpikir ..................................... 9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

d. Karakteristik Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan

Sains .................................................................................. 10

e. Tujuan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini ............... 11

f. Kegiatan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini ............ 14

1) Teori Warna ................................................................ 17

2) Teori Percampuran Warna .......................................... 19

g. Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains pada

Anak Usia Dini ................................................................. 22

2. Hakikat Model Quantum Teaching ........................................ 24

a. Pengertian Model Pembelajaran ....................................... 24

b. Pengertian Model Quantum Teaching .............................. 25

c. Karakteristik Model Quantum Teaching ........................... 27

d. Asas dan Prinsip Model Quantum Teaching ..................... 29

e. Kerangka Perencanaan Model Quantum Teaching ........... 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 36

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 37

D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 40

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 41

B. Subjek Penelitian .......................................................................... 42

C. Data dan Sumber Data .................................................................. 42

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 43

E. Uji Validitas Data ......................................................................... 45

F. Analisis Data ................................................................................. 47

G. Indikator Kinerja Penelitian .......................................................... 50

H. Prosedur Penelitian ....................................................................... 53

BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan .................................................................. 61

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 68

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ................................... 86

D. Pembahasan .................................................................................. 91

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ....................................................................................... 96

B. Implikasi ....................................................................................... 96

C. Saran ............................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 99

LAMPIRAN ............................................................................................ 102

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Lingkaran warna pertama Sir Isaac Newton ................................... 18

2.2. Warna MeJiKuHiBiNiU .................................................................. 18

2.3. Lingkaran dan segitiga warna Von Goethe ..................................... 19

2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster .............................................. 21

2.5. Hasil percampuran warna primer .................................................... 22

2.6. Kerangka Berpikir ........................................................................... 39

3.1. Bagan siklus Analisis Interaktif Miles dan Huberman .................... 49

3.2. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart ................ 53

4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir

dalam Pengenalan Sains Pratindakan .............................................. 66

4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan

Sains Pratindakan ............................................................................ 67

4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir

dalam Pengenalan Sains Siklus I ..................................................... 76

4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

Siklus I ............................................................................................ 78

4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir

dalam Pengenalan Sains Siklus II ................................................... 84

4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

Siklus II ........................................................................................... 86

4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan

Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I ........... 87

4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam

Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I .................................... 88

4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan

Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II ................. 89

4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam

Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II .......................................... 90

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan

Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II .. 92

4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam

Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ..................... 93

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Penilaian .......................................................................................... 50

3.2. Kriteria Penilaian ............................................................................ 51

3.3. Indikator Kinerja Penelitian ............................................................ 52

4.1. Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

Pratindakan ...................................................................................... 63

4.2. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan

Sains Pratindakan ............................................................................ 65

4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

Pratindakan ...................................................................................... 66

4.4. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir

Dalam Pengenalan Sains Setiap Pertemuan pada Siklus I .............. 75

4.5. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam

Pengenalan Sains Siklus I ............................................................... 75

4.6. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

Siklus I ............................................................................................ 77

4.7. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan

Sains Setiap Pertemuan pada Siklus II ............................................ 83

4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan

Sains Siklus II ................................................................................. 84

4.9. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

Siklus II ........................................................................................... 85

4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir

Dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I ......................... 87

4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam

Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I .................................... 88

4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir

Dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II .............................. 89

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam

Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II .......................................... 90

4.14. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir

Dalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ........ 91

4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam

Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ..................... 92

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Penelitian ................................................................................ 103

2. RKH Siklus I Tindakan 1 ................................................................... 104

3. RKH Siklus I Tindakan 2 ................................................................... 108

4. RKH Siklus II Tindakan 1 .................................................................. 112

5. RKH Siklus II Tindakan 2 .................................................................. 116

6. Skenario Pembelajaran Siklus I Tindakan 1 ....................................... 120

7. Skenario Pembelajaran Siklus I Tindakan 2 ....................................... 128

8. Skenario Pembelajaran Siklus II Tindakan 1 ...................................... 136

9. Skenario Pembelajaran Siklus II Tindakan 2 ...................................... 144

10. Lembar Kerja Siklus I Tindakan 1 ...................................................... 152

11. Lembar Kerja Siklus I Tindakan 2 ...................................................... 153

12. Lembar Kerja Siklus II Tindakan 1 .................................................... 154

13. Lembar Kerja Siklus II Tindakan 2 .................................................... 155

14. Hasil Karya Siklus I Tindakan 1 ......................................................... 156

15. Hasil Karya Siklus I Tindakan 2 ......................................................... 157

16. Hasil Karya Siklus II Tindakan 1 ....................................................... 158

17. Hasil Karya Siklus II Tindakan 2 ....................................................... 159

18. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I

Tindakan 1 .......................................................................................... 160

19. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I

Tindakan 2 .......................................................................................... 164

20. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus II

Tindakan 1 .......................................................................................... 168

21. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus II

Tindakan 2 .......................................................................................... 172

22. Daftar Penilaian Akhir Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan

Sains Siklus I ...................................................................................... 176

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

23. Daftar Penilaian Akhir Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan

Sains Siklus II ..................................................................................... 177

24. Penilaian RKH Tindakan 1 ................................................................. 178

25. Penilaian RKH Siklus I Tindakan 2 ................................................... 179

26. Penilaian RKH Siklus II Tindakan 1 .................................................. 180

27. Penilaian RKH Siklus II Tindakan 2 .................................................. 181

28. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan 1 ...................... 182

29. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan 2 ...................... 184

30. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tindakan 1 .................... 186

31. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tindakan 2 .................... 188

32. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Tindakan 1 ..................... 190

33. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Tindakan 2 ..................... 192

34. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus II Tindakan 1 .................... 194

35. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus II Tindakan 2 .................... 196

36. Lembar Wawancara Anak Siklus I Tindakan 1 .................................. 198

37. Lembar Wawancara Anak Siklus I Tindakan 2 .................................. 199

38. Lembar Wawancara Anak Siklus II Tindakan 1 ................................. 200

39. Lembar Wawancara Anak Siklus II Tindakan 2 ................................. 201

40. Foto Pembelajaran Siklus I Tindakan 1 .............................................. 202

41. Foto Pembelajaran Siklus I Tindakan 2 .............................................. 204

42. Foto Pembelajaran Siklus II Tindakan 1 ............................................ 206

43. Foto Pembelajaran Siklus II Tindakan 2 ............................................ 208

44. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ....................................... 210

45. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Izin Penyusunan Skripsi ...... 211

46. Surat Permohonan Izin Observasi ...................................................... 212

47. Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... 213

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini (AUD) atau anak yang berada pada usia antara 0-6 tahun

merupakan masa keemasan (the golden age) membutuhkan upaya-upaya untuk

mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan yang dimiliki. Rangsangan-

rangsangan atau stimulus diberikan kepada anak melalui pendidikan di Taman

Kanak-kanak.

Taman Kanak-kanak (TK) adalah pendidikan prasekolah yang ditujukan

bagi anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar (PP No. 27/1990).

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) bertujuan untuk membantu meletakkan

dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta

yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya

dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Kep. Mendikbud No

0486/U/1992). Sehingga, Taman Kanak-kanak yang merupakan salah satu bentuk

awal pendidikan sekolah perlu menciptakan situasi pendidikan untuk mencapai

tujuan penyelenggaraan di Taman Kanak-kanak.

Sebagai upaya mencapai tujuan tersebut, anak TK mulai diberi

pendidikan secara berencanaan dan sistematis agar pendidikan lebih bermakna

dan berarti. TK seharusnya menjadi tempat menyenangkan bagi anak, dengan

memberikan perasaan aman, nyaman, dan menarik serta mendorong keberanian

serta merangsang untuk berekplorasi atau menyelidiki serta mencari pengalaman

baru untuk perkembangan dirinya secara optimal yang mencakup beberapa bidang

pengembangan.

Ruang lingkup kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul

Afhtal mencakup bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan

kemampuan dasar yaitu berbahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. Dalam bidang

pengembangan kemampuan dasar kognitif bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan berpikir.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pengembangkan kemampuan berpikir pada anak diharapkan dapat

mengolah perolehan belajar dan menemukan bermacam-macam alternatif

pemecahan masalah. Salah satu hasil belajar yang harus dicapai adalah anak dapat

mengenal berbagai konsep sains sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Sains pada hakikatnya dapat ditanamkan pada anak sedini mungkin.

Sains adalah pengkajian dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia

fisik dengan cara teratur dan sistematis (Conny R. Semiawan, 2008: 103). Oleh

karena itu, harus mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh

aplikasi metode saintifik, bukan saja fakta dan konsep proses saintifik tetapi juga

berbagai variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan,

pengelompokan, perkiraan serta penilaian dan interprestasi, yang seyogyanya

sudah diajarkan sejak dini.

Materi pengenalan sains pada bidang pengembangan kognitif di TK

seperti: warna dicampur, proses pertumbuhan, balon ditiup lalu dilepaskan, benda

dimasukkan ke dalam air, benda-benda dijatuhkan (gravitasi), percobaan dengan

magnit, mengamati dengan kaca pembesar, mencoba dan membedakan

bermacam-macam rasa, bau dan suara.

Pada materi percampuran warna yang telah dilakukan dengan

menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Pada kegiatan

awal pembelajaran dilakukan apersepsi dan tanya jawab sesuai materi yang

sedang dipelajari. Pada kegiatan inti, dari jumlah 12 peserta didik guru

mendemostrasikan percampuran warna dan anak diberi lembar kerja. Pada

kegiatan penutup peserta didik menyebutkan hasil percampuran warna melalui

metode tanya jawab sebagai evaluasi. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut

guru melakukan penilaian.

Perolehan penilaian berupa hasil nilai dari percakapan dan hasil karya

anak yang dilakukan guru dalam pengenalan sains dengan materi percampuran

warna, adalah sebagai berikut: penilaian yang diperoleh dari 12 anak kelompok

A2 adalah 4 anak mendapat nilai tidak tuntas atau bulatan kosong () yang berarti

tidak sesuai yang diharapkan karena anak tidak dapat membuat kombinasi warna

dan membuat keputusan, 3 anak mendapat nilai setengah tuntas atau tanda chek

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

list (v) yang berarti anak sudah mampu membuat kombinasi warna dan membuat

dua keputusan. Sejumlah 5 anak sudah mampu membuat kombinasi warna dan

membuat keputusan lebih dari dua dengan benar dan mendapat nilai tuntas atau

tanda bulatan penuh (●). Indikator ketercapaian setiap anak dengan skor minimal

adalah 5 yang berarti mendapat tanda bulatan penuh (●). Hasil yang diperoleh

pratindakan yaitu ada 5 anak yang mendapatkan nilai dengan tanda bulatan penuh

(●). Sehingga anak yang memenuhi indikator ketercapaian adalah 41,67%.

Indikator ketercapaian tersebut masih kurang dari apa yang diharapkan, karena

dari 12 anak didik diharapkan memenuhi indikator ketercapaian sebanyak 75%

yaitu anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) yang berarti anak

mampu membuat kombinasi warna dan mampu membuat dua keputusan dengan

benar.

Setelah dianalisis ditemukan bahwa penyebab belum optimalnya hasil

belajar mengenal konsep-konsep sains terutama dalam kegiatan percampuran dan

perubahan warna antara lain: 1) rendahnya kemampuan berpikir yang dimiliki

anak dalam membuat keputusan pada materi percampuran warna, hal ini

dikarenakan kurangnya peran serta anak dalam proses pembelajaran dan anak

tidak mendapatkan reward dari usahanya, 2) cara mengajar guru yang kurang

memberikan kesempatan pada anak untuk berpikir (children must learn how to

think), kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan

perasaannya, tidak merangsang anak untuk menemukan pemecahan masalah

sendiri atau mengalami sendiri ketika melakukan percobaan sains dan guru kurang

menciptakan suasana yang membuat anak merasa nyaman di kelas.

Jika tidak segera diatasi, anak akan kurang mampu berpikir kreatif dalam

kegiatan sains terutama pada materi mencampur warna. Ketidakmampuan anak

untuk mengkombinasikan warna dan membuat keputusan dalam menentukan

warna sehingga menyebabkan skor rata-rata yang diperoleh dalam pengenalan

sains belum mencapai target seperti yang siharapkan.

Hasil dari identifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1) Mengapa anak

kesulitan dalam memahami konsep sains sederhana pada materi percampuran

warna?; 2) Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

sains pada anak?; 3) Model pembelajaran apa yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan berpikir anak?; 4) Media apa yang sesuai untuk pembelajaran?; 5)

Teknik penilaian apa yang paling tepat digunakan dalam pembelajaran tersebut?;

6) Materi percampuran warna dalam pengenalan sains dengan penggunaan model

pembelajaran.

Berdasarkan penelitian ini, permasalahan dibatasi hanya pada materi

percampuran warna dalam pengenalan sains dengan penggunaan model

pembelajaran. Hal ini mengingat model pembelajaran sangat penting dalam

kompetensi dasar pengenalan sains, dan juga ada pertimbangan keterbatasan

waktu sehingga permasalahan yang lain menempati prioritas berikutnya yang akan

diteliti pada kesempatan lain.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Ahmad Sudrajad,

diunduh 26/01/2012). Selain itu, model pengajaran mempunyai makna yang lebih

luas daripada strategi, metode, atau prosedur (Asep dan Abdul, 2008: 25). Oleh

karena itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains diperlukan berbagai upaya perbaikan proses pembelajaran. Adapun cara

yang paling tepat yaitu dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran

tertentu.

Model pembelajaran adalah langkah-langkah pembelajaran dengan

memperhatikan karakteristik anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi

dalam proses pembelajaran, alat atau media dan penilaian (Zainal Aqib, 2009: 34).

Model-model pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan pembelajaran,

pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya (Asep dan Abdul, 2008: 26).

Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dan

diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis yang memungkinkan

peningkatan berpikir dalam pengenalan sains melalui model pembelajaran

kuantum atau Quantum Teaching.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Quantum Teaching adalah praktik Quantum learning di kelas-kelas.

(Achmand Sugandi, 2006: 85). Quantum Teaching terfokus pada hubungan

dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan, dan

kerangka untuk belajar. Disamping itu, Quantum Teaching adalah pengubahan

belajar yang meriah, dengan segala nuansa. Dan Quantum Teaching juga

menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan

momen belajar (Bobby, Mark dan Sarah, 2009: 3). Sehingga, Quantum Teaching

secara khusus didedikasikan untuk para guru untuk diterapkan di ruang-ruang

kelas dan memerlukan berbagai upaya yang meriah guna menciptakan lingkungan

kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Jika model Quantum Teaching

diterapkan dalam pengenalan sains, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan berpikir anak usia dini.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul sebagai

berikut: ”peningkatan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains melalui model

quantum teaching anak kelompok A Tk Islam Al-Falah Baturetno.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diajukan

rumusan masalah sebagai berikut ini: Apakah melalui model quantum teaching

dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak kelompok

A TK Islam Al-Falah Baturetno?.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, secara spesifik

tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains melalui model quantum teaching anak kelompok

A Tk Islam Al-Falah Baturetno.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis:

1. Manfaat Teoritis

a. Diperolehnya pengetahuan baru tentang cara meningkatkan kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains pada anak.

b. Diperolehnya pemahaman pentingnya penerapan model pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Untuk memperbaiki cara mengajar dan variasi pengajaran dalam

pengenalan sains.

2) Dengan Penelitian Tindakan Kelas guru dapat berkembang secara

profesional.

3) Guru mendapat kesempatan untuk berperan mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan.

b. Bagi Anak

1) Meningkatnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif anak dalam

pengenalan sains.

2) Anak mendapat kesempatan dalam membuat kombinasi warna.

3) Dapat meningkatkan kemampuan untuk membandingkan hasil

penelitian yang dilakukan.

4) Meningkatnya kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil

temuannya.

5) Mampu membuat keputusan yang tepat.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap terhadap kemajuan

sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional

pada guru.

2) Perbaikan proses dan hasil belajar anak didik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

a. Pengertian Kemampuan

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ketika

mengalami suatu kegagalan, selalu dikaitkan dengan ketidakmampuan dan

ketidaksanggupan seseorang dalam bertindak. Ada beberapa pendapat

mengenai pengertian kemampuan untuk memudahkan dalam memahaminya.

Seseorang dikatakan mampu apabila memiliki keahlian untuk dapat

berbuat sesuatu yang semestinya harus dilakukan. Hal ini sesuai pendapat

Chaplin, ability yaitu (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,

kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu

perbuatan (Sriyanto, diunduh 22/01/2012). Kemampuan ini bisa berarti

kecakapan menguasai suatu keahlian atau bisa berarti ketangkasan melakukan

berbagai cara, selain itu juga dapat diartikan suatu bakat yang dimiliki oleh

seseorang atau kesanggupan dalam melakukakan suatu perbuatan dalam

tindakan.

Menurut Robbins, kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan

sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. (Sriyanto, diunduh

22/01/2012). Sehingga, kemampuan bisa dimiliki seseorang karena memang

sudah ada sejak lahir atau bisa didapat karena hasil dari usaha seseorang giat

berlatih.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kecakapan menguasai suatu keahlian yang merupakan

bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan

untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan. Sehingga,

dalam mengukur suatu kemampuan yaitu keberhasilan dalam melakukan

suatu tindakan. Jika berhasil, maka seseorang akan dianggap memiliki

kemampuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Pengertian Berpikir

Ada pendapat dari beberapa aliran psikologi mengenai berpikir.

Menurut ahli Psikologi asosiasi dan aliran behaviorisme dalam Ngalim

purwanto (1998: 44-45). Psikologi asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir

itu tidak lain dari pada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh

hukum asosiasi. Unsur-unsur paling sederhana dan merupakan dasar aktivitas

kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan. aliran behaviorisme berpendapat

bahwa “berpikir” adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat

syaraf dan otot-otot bicara. Sesuai pendapat para ahli dari aliran psikologi,

bahwa berpikir merupakan suatu tanggapan dari hasil reaksi antara urat syaraf

dan otot-otot bicara.

Berpikir merupakan kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana

subjek berpikir pasif. Hal ini sesuai dengan Plato beranggapan bahwa berpikir

itu adalah bicara dalam hati (Sumadi Suryabrata, 2006: 54). Dapat diketahui

bahwa berpikir berarti melakukan tanggapan namun tidak diketahui oleh

orang lain karena tidak diungkapkan dengan kata-kata secara langsung. Hal

itu sependapat dengan pendapat Morgan dalam Soeparwoto (2006: 130),

berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi

(information processing) yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai

dengan munculnya respons. Berpikir membutuhkan kemampuan untuk

membayangkan atau menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik

tidak ada namun memunculkan suatu reaksi berupa respon.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1998: 43), berpikir adalah

satu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah

kepada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu mendapatkan

rangsangan. Hal itu berkaitan dengan pendapat Abu dan Widodo (1991: 30)

berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara

pengetahuan. Selama berpikir, dapat meletakkan hubungan pengetahuan

melalui pertanyaan pada diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi

suatu rangsangan yang akan memberi arah kepada pikiran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Menurut berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir

merupakan rangkaian proses kognisi secara dinamis yang bersifat pribadi

yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya

respons. Selama berpikir terjadi pada diri seseorang dan akan terjadi respons

jika mendapat rangsangan.

c. Pengertian Kemampuan Berpikir

Kemampuan berpikir seseorang tidak sama. Menurut Nur dalam Dwi

Yulianti (2010: 64), kemampuan berpikir adalah kemampuan seseorang untuk

menghubungkan beberapa pengetahuan yang telah dimiliki dan dapat

mengembangkannya.

Menurut Reason dalam Sanjaya (2009: 228) bahwa: “berpikir

(thingking) dalam proses mental yang lebih dari sekedar mengingat

(remembering) dan memahami (comprehending)”. Menurut Nur dalam Dwi

Yulianti (2010: 64), berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental

seperti induksi, klasifikasi, deduksi, dan penalaran.

Berpikir melibatkan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi

informasi dalam memori (John W. Santrock, 2009: 7). Berpikir untuk

membentuk konsep, menalar, berpikir secara kritis, membuat keputusan,

berpikir secara kreatif, dan memecahkan masalah.

Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig dalam Jalaluddin

Rakhmat (1996: 68), “The term ‘Thinking’ refers to many kind of activities

that involve the manipulation of concepts and symbols, representations of

objects and events”. Artinya, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang

melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan

peristiwa.

Kemampuan berpikir adalah kecakapan atau kemampuan

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,

menganalisis, mengkritik untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat

berdasarkan pertimbangan atau referensi (Dwi Yulianti, 2010: 64). Berarti

kemampuan berpikir perlu menggunakan akal berdasarkan pertimbangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Sesuai uraian berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan berpikir menentukan tingkat kecerdasan seseorang dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan menggunakan

akal berdasarkan pertimbangan atau referensi. Sehingga kemampuan berpikir

sangat penting untuk dirangsang sesuai dengan karakteristik setiap anak.

d. Karakteristik Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains

Kemampuan berpikir anak TK yaitu, pada tahap praoperasional.

Menurut Martini Jamaris (2003: 64) berpikir praoperasional ditandai oleh

kemampuan berpikir secara simbolik yang diwujudkan oleh anak dalam tiga

cara seperti:

1) Melakukan peniruan tingkah laku yang ditampilkan oleh orang, binatang

atau peristiwa yang ada di sekitarnya, setelah melakukan pengamatan

terhadap tingkah laku tersebut.

2) Bermain simbolik yaitu kegiatan bermain yang menghadirkan objek yang

terlibat dalam kegiatan bermain secara simbolik

3) Bahasa simbolik, yaitu kegiatan bercakap-cakap yang dilakukan anak saat

bemain simbolik. Oleh karena itu, dibutuhkan stimulus-stimulus untuk

mengarahkan anak dalam berpikir.

Kemampuan berpikir pada fase praoperasional ini mempunyai

berbagai keterbatasan seperti yang dijelaskan di bawah ini. 1) Berpusat pada

satu objek dan menghasilkan objek yang ada disekitar objek tersebut, 2)

Belum mampu berpikir secara logis, 3) Belum memahami dengan baik

kejadian-kejadian yang berkaitan dengan konversi (pemahaman terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran, jumlah, bidang, dan

volume), 4) Tidak mampu dalam memahami irreversibility, suatu prosedur

kegiatan yang dapat dilakukan secara terbalik, seperti, dapat dimulai dari

langkah awal dan dapat juga dimulai dari langkah terakhir, 4) Egosentris yaitu

ketidakmampuan untuk melihat sesuatu dari sisi pandang orang lain (Martini

Jamaris, 2003: 65).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir, mempunyai tiga karakteristik seperti berikut (Eka Nurul, diunduh

18/2/2012).

1) Pembelajaran melalui peningkatan kemampuan berpikir menekankan

kepada proses mental anak secara maksimal. Mencari dan menemukan,

artinya pembelajaran ini menempatkan anak sebagai subyek belajar.

Dalam proses pembelajaran, anak tidak hanya berperan sebagai penerima

pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi berperan

menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2) Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab

antara guru dan anak. Proses tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki

dan meningkatkan kemampuan berpikir anak. Kemampuan berpikir

tersebut, dapat membantu anak untuk memperoleh pengetahuan yang

mereka konstruk sendiri.

3) Pembelajaran ini menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya,

yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan hasil belajar diarahkan

untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran

baru.

Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan diatas, maka strategi

pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir menghendaki anak didik

harus aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya sekedar mendengar guru,

melainkan harus mampu dalam mengkontruksi dan membangun pengetahuan

baru.

e. Tujuan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini

Setiap orang memiliki rasa ingin tahu dan berusaha untuk

mendapatkan jawaban dari alam sekitarnya, sehingga pengetahuan yang

dimiliki akan bertambah. Dalam menambahkan pengetahuan kepada anak

perlu mengenalkan kegiatan sains. Namun alangkah baiknya sebelum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menerapkan kegiatan sains perlu mengetahui pengertian sains menurut

pendapat dari berbagai ahli, yaitu sebagai berikut ini.

Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya

adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains

merupakan: Kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone

menyebutkan bahwa sains adalah:

Kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan danmempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk danproses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both productand process, inseparably Joint" (Agus. S, diunduh 26/01/2012).

Menurut Juwita dalam Dwi Yulianti (2010: 42), sains adalah produk

dan proses. Sebagai produk, sains merupakan batang tumbuh pengetahuan

yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai

proses, sains merupakan kegiatan menelusuri, mengetahui dan melakukan

percobaan.

Purnell’s dalam Srini M. Iskandar (2001: 2), menyatakan “science is

the broad field of human knoledge, acquired by systematic observation and

experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and

hyphotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia

yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang

sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum,

prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh

para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari

penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah: Merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan

data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan (Agus. S, diunduh

26/01/2012).

Maka, sains adalah produk atau kumpulan pengetahuan dan proses

yang merupakan kegiatan menelusuri, mengetahui dan melakukan percobaan

dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Setiap orang perlu mengenal atau mempelajari tentang sains. Sains

harus diajarkan sebagai suatu cara berpikir. Pelajaran itu harus membangun

struktur kognitif dan merupakan tangga intelektual yang dinaiki dalam meraih

tingkat berpikir dan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (Conny R.

Semiawan, 2008: 105).

Pembelajaran sains untuk anak sejak dini di Taman Kanak-kanak

difokuskan pada pembelajaran mengenai diri sendiri, alam sekitar dan gejala

alam. Pembelajaran sains pada anak TK khusunya usia 4-5 tahun memiliki

beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut ini (episentrum, diunduh

22/01/2012).

1) Membantu pemahaman anak tentang konsep sains danketerkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

2) Membantu menumbuhkan minat pada AUD untuk mengenal danmempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungansekitarnya.

3) Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sainsuntuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalahdalam kehidupan sehari-hari.

4) Membantu Anak Usia Dini untuk dapat mengenal dan memupukrasa cinta kepada alam sekitar sehingga menyadari keagunganTYME.

Menurut Conny R. Semiawan (2008: 103), Sains adalah pengkajian

dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara

teratur dan sistematis. Jadi, mencakup semua aspek pengetahuan, bukan saja

fakta dan konsep proses sains tetapi variasi aplikasi pengetahuan dan

prosesnya seperti pengamatan, pengelompokan, perkiraan serta penilaian dan

interpretasi.

Pengenalan sains untuk Anak Usia Dini (AUD) dilakukan untuk

mengembangkan kemampuan berikut (Slamet Suyanto, 2003: 159).

1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan

menyelidiki objek dan fenomena alam. Jadi anak diajak terlibat langsung

dalam kegiatan agar mampu mengamati dan menyelidiki.

2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan

pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan-bilangan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

mengkomunikasikan hasil pengamatan. Sehingga anak melatih

kemampuan berpikirnya untuk bisa dikomunikasikan.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan

kegiatan inkuri dan penemuan. Materi pelajaran mudah untuk dipahami.

4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur,

maupun fungsinya.

Berdasaran uraian tersebut diatas bahwa pengenalan sains sejak dini

diajarkan sebagai suatu cara berpikir, bertujuan agar anak mengenal diri

sendiri, alam sekitar dan gejala alam. Bukan saja fakta dan konsep proses

sains tetapi variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya.

f. Kegiatan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini

Pada umumnya anak-anak tidak menyadari bahwa kegiatan

penyelidikan atau penemuan yang dilakukan sehari-hari merupakan suatu

kegiatan sains. The national Science Education Standards-NSES (National

Research Council, 1996) and Benchmarks for Science Literacy (American

Association for the Advancement of Science, 1993) dalam Anggani Sudono,

dkk (2007: 36) mengatakan bahwa semua anak dapat belajar sains dan semua

anak seharusnya memiliki kesempatan untuk melek ilmu pengetahuan (sains).

Pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan

dengan tingkat perkembangan anak. Guru atau pendidik hendaknya tidak

menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan

pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan

konsep sederhana tersebut.

Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan

dalam pembelajaran sains (Slamet Suyanto, 2005: 86-92) :

1) Bersifat konkrit. Benda-benda yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Guru tidak dianjurkan

untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Guru dalam hal ini

sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang

diperlukan agar anak dapat menemukan sendiri konsep tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung. Anak tidak dapat

menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika

anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu

mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan

yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.

3) Memungkinkan anak melakukan eksplorasi. Kegiatan sains sebaiknya

memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang

ada disekitarnya. Guru dapat menghadirkan objek dan fenomena yang

menarik ke dalam kelas.

4) Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri. Sains tidak

melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi mengkonstruksi

pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh sebab itu, kegiatan

pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-

nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan

objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek

tersebut. Jadi, sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek

melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang

sesungguhnya.

5) Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”.

Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit

menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab

dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipa

lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak

dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih

rendah.” Tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air

akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat

dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa”

dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar”

atau ”supaya”. Sehingga, guru harus menggunakan kata tanya yang tepat

agar tidak membingungkan dan mudah dijawab oleh anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

6) Lebih menekankan proses daripada produk. Melakukan kegiatan

eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak.

Anak tidak berfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu, guru tidak perlu menjejali

anak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan anak untuk

menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Anak dibiarkan secara alami

menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan

berbagai benda. Dengan kata lain, proses lebih penting daripada produk.

7) Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika. Pengenalan

sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa,

matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains, anak melakukan

eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya

kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan

bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga

menggambarkan objek yang diamati dan mewarnai gambarnya (seni) dan

diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budi pekerti).

8) Menyajikan kegiatan yang menarik (the wonder of science). Sains

menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak

yang masih memiliki pikiran magis (imagical reasoning) akan sangat

tertarik dengan keajaiban tersebut. Jadi dengan kegiatan sains akan sangat

menarik untuk dipelajari.

Menurut Slamet Suyanto (2005: 85-86), kegiatan pengenalan sains

untuk anak TK antara lain mengembangkan kemampuan sebagai berikut. (1)

Observasi, (2) Klasifikasi, (3) Melakukan pengukuran, (4) Menggunakan

bilangan, (5) Mengenal produk teknologi, (6) Mengenal berbagai benda tak

hidup dan gejalanya, (7) Mengenal berbagai benda hidup dan gejalanya. Anak

memerlukan stimulus atau ransangan untuk meningkatkan kemampuan yang

sudah dimiliki.

Ada beberapa topik sains yang sesuai dengan anak di TK antara lain

sebagai berikut (Slamet Suyanto, 2005: 93). (1) Mengenal gerak, (2)

Mengenal benda cair, (3) Mengenal timbangan (Neraca), (4) Bermain

gelembung sabun, (5) Bermain dengan zat warna dan zat, (6) Mengenal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

benda-benda lenting, (7) Bermain dengan udara, (8) Bermain bayang-

banyang, (9) Melakukan percobaan sederhana, (10) Mengenal api dan

pembakaran, (11) Mengenal es, (12) Bermain pasir, (13) Bermain dengan

bunyi, (14) Bermain magnet, (15) Mengenal binatang, (16) Mengenal tubuh

Sendiri, (17) Mengenal tumbuhan, (18) Mengenal bumi, (19) Mengenal

mesin sederhana.

Materi pengenalan sains pada bidang pengembangan kognitif di

Taman Kanak-kanak seperti: warna dicampur, proses pertumbuhan, balon

ditiup lalu dilepaskan, benda dimasukkan ke dalam air, benda-benda

dijatuhkan (Gravitasi), percobaan dengan magnit, mengamati dengan kaca

pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, bau dan suara.

Berbagai materi yang diajarkan akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Berdasarkan rambu-rambu yang menjadi acuan dalam pembelajaran

sains, setiap anak dapat belajar sains dan mendapatkan kesempatan

menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana dengan kegiatan yang

menyenangkan.

Salah satu kegiatan yang menarik untuk dipelajari yaitu berkaitan

dengan warna. Alangkah baiknya sebelum menerapkan kegiatan yang

berkaitan dengan warna, perlu mengetahui tentang berbagai teori tentang

warna.

1) Teori Warna

Berbagai benda yang memiliki warna akan terlihat indah yang

mampu memunculkan kesan-kesan tertentu. Ada beberapa pendapat

mengenai warna. Menurut Wucius Wong dalam Sulasmi (1989: 4),

menyebutkan bahwa warna termasuk unsur yang nampak atau visual. Warna

merupakan unsur yang bisa dilihat selain unsur-unsur visual lainnya seperti:

garis, bidang, bentuk, tekstur, nilai, ukuran.

Sejarah warna sebagai ilmu pengetahuan. Newton dalam Sulasmi

(1989: 17), berpendapat bahwa semua warna bergabung pada cahaya putih.

Cahaya putih merupakan ikatan sinar-sinar atom yang bisa di ukur dan dilihat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

melalui prisma gelas. Ada 7 warna pelangi yang disebut spektrum, warna,

yang terdiri dari atom-atom merah, jingga, kuning, hijau, biru, indigo, dan

ungu. Berdasarkan penemuannya, Newton merancang sebuah lingkaran

warna yang merupakan teori lingkaran warna pertama, dan dapat dilihat pada

Gambar 2.1, sebagai berikut:

Gambar 2.1. Lingkaran warna pertama Sir Isaac Newton, 1666

Pada jaman dahulu angka 7 yang dianggap memiliki kekuatan.

Sehingga, Newton dalam Sulasmi (1989: 17), menghubungkan dengan 7

planet atau 7 nada dalam satu oktaf musik, sehingga menyimbolkan nada-

nada tersebut sebagai berikut ini: c (merah), d (jingga), e (kuning), f (hijau), g

(biru), a (indigo), dan b (ungu). Tujuh warna tersebut dapat dilihat pada

Gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2. Warna MeJiKuHiBiNiU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa warna

merupakan unsur yang dapat dilihat dan terdiri dari atom-atom merah, jingga,

kuning, hijau, biru, indigo, dan ungu. Cara mudah dalam mengingat warna

adalah dengan singkatan, yaitu: Me (merah), Ji (Jingga), Ku (Kuning), Hi

(Hijau), Bi (Biru), Ni (Nila), dan U (Ungu).

Salah satu kegiatan pengenalan sains adalah dengan materi

percampuran warna. Teori tentang percampuran warna muncul dari hasil

penelitian beberapa ahli.

2) Teori Percampuran Warna

Beberapa penelitian mengenai percampuran warna yang menarik

diteliti oleh beberapa ahli, sehingga menjadi sejarah dalam ilmu pengetahuan.

Le Blon dalam Sulasmi (1989: 18), menemukan warna utama merah, kuning,

dan biru dari pigmen. Hal tersebut merupakan permulaan teori “merah,

kuning, biru”. Kemudian Mozess Harris membuat karya cukilan berdasarkan

teori Le Blon dengan mempraktekkan campuran warna utama sehingga

menghasilkan warna kedua. Sedangkan teori Mozess Harris mempengaruhi

Geothe yang pada mulanya menganggab bahwa warna itu hanya ada dua

warna utama, yaitu warna kuning dan biru yang datang dari kecerahan dan

datang dari kegelapan. Maka warna-warna lainnya hanya dianggap sebagai

campuran dari keduanya. Hal ini, sesuai dengan Gambar 2.3. sebagai berikut:

Gambar 2.3. Lingkaran dan segitiga warna Von Goethe, 1810

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Semua orang mengenal warna dan akrab dalam kegiatan sehari-hari.

Doktrin “merah-kuning-biru” dikenal sebagai teori Brewster. Hasil penemuan

Sir David Brewster dalam Sulasmi, (1989: 20) menjelaskan bahwa spektrum

warna ada 3 spektra yang mempunyai panjang gelombang yang sama, yaitu

sinar merah, sinar kuning, dan sinar biru.

Pada saat itu, Brewster secara tekun menyelidiki kemungkinan

pemakaian tiga warna utama yaitu: merah, biru dan kuning yang dikenal

sebagai tiga utama warna dari Brewster (Bert, diunduh 8 Maret 2012). Teori

dari Brewster dapat dijelaskan secara lengkap sebagai berikut:

1) Warna utama (the primary colors), tediri dari “Merah, Kuning, dan Biru”.

Warna-warna ini merupakan unsur warna tersendiri dan tidak dapat

dihasilkan dari campuran warna apapun. Oleh karena itu, warna merah,

kuning, dan biru digunakan sebagai warna dasar untuk menghasilkan

warna lain melalui proses percampuran warna.

2) Warna kedua (the secondary colors), terdiri dari campuran pasangan

warna-warna utama. Warna sekunder terdiri dari warna oranye, hijau, dan

ungu. Adapun warna dasar yang digunakan untuk menghasilkan warna

sekunder dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Oranye : campuran merah + kuning

b) Hijau : campuran biru + kuning

c) Ungu : campuran biru + merah

3) Warna ketiga (the tertiery colors), terdiri dari campuran pasangan warna

utama dengan warna kedua, yaitu :

a) Merah keoranye-oranyean : campuran merah + oranye

b) Kuning keoranye-oranyean : campuran kuning + oranye

c) Biru kehijau-hijauan : campuran biru + hijau

d) Kuning kehijau-hijauan : campuran kuning + hijau

e) Biru keungu-unguan : campuran biru + ungu

f) Merah keungu-unguan : campuran merah + ungu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.4.

sebagai berikut:

Gambar 2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster

Teori lingkaran warna dari Munsell dalam Sulasmi (1989: 70),

mengambil tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu

merah dengan kode M, kuning dengan kode K dan biru dengan kode B.

Menurut teori Munsell, Jika dua warna primer apabila dicampur,

maka akan menghasilkan warna kedua atau sekunder. Bila warna primer

dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau tertier.

Jika antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder

maka akan dihasilkan warna netral. Untuk memudahkan pelaksanaan praktek

mencampur, rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Warna primer : M K B

Warna sekunder : M + K = Jingga dengan kode J

M + B = Ungu dengan kode U

K + B = Hijau dengan kode H

Warna tertier : M + J = M J

K + J = K J

M + U = MU

B + U = BU

K + H = KH

B + H = BH

21

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.4.

sebagai berikut:

Gambar 2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster

Teori lingkaran warna dari Munsell dalam Sulasmi (1989: 70),

mengambil tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu

merah dengan kode M, kuning dengan kode K dan biru dengan kode B.

Menurut teori Munsell, Jika dua warna primer apabila dicampur,

maka akan menghasilkan warna kedua atau sekunder. Bila warna primer

dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau tertier.

Jika antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder

maka akan dihasilkan warna netral. Untuk memudahkan pelaksanaan praktek

mencampur, rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Warna primer : M K B

Warna sekunder : M + K = Jingga dengan kode J

M + B = Ungu dengan kode U

K + B = Hijau dengan kode H

Warna tertier : M + J = M J

K + J = K J

M + U = MU

B + U = BU

K + H = KH

B + H = BH

21

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.4.

sebagai berikut:

Gambar 2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster

Teori lingkaran warna dari Munsell dalam Sulasmi (1989: 70),

mengambil tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu

merah dengan kode M, kuning dengan kode K dan biru dengan kode B.

Menurut teori Munsell, Jika dua warna primer apabila dicampur,

maka akan menghasilkan warna kedua atau sekunder. Bila warna primer

dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau tertier.

Jika antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder

maka akan dihasilkan warna netral. Untuk memudahkan pelaksanaan praktek

mencampur, rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Warna primer : M K B

Warna sekunder : M + K = Jingga dengan kode J

M + B = Ungu dengan kode U

K + B = Hijau dengan kode H

Warna tertier : M + J = M J

K + J = K J

M + U = MU

B + U = BU

K + H = KH

B + H = BH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.5.

sebagai berikut:

Gambar 2.5. Hasil percampuran warna primer

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa warna

dasar bila dicampur akan menghasilkan warna sekunder dan jika antara

keduanya dicampur akan menghasilkan warna tersier. Sehingga pengenalan

sains tentang materi percampuran warna pada anak usia dini akan

memberikan pengetahuan baru bagi anak bahwa berbagai warna dasar yaitu

merah, kuning, dan biru dapat dicampur atau dikombinasikan sehingga

menghasilkan warna sekunder seperti warna oranye, hijau, dan ungu.

g. Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini

Kemampuan berpikir pada setiap orang berbeda-beda, terutama pada

anak yang memasuki tahap perkembangan. Perkembangan kognitif

menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga

dapat berpikir. Menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2003: 53), semua anak

memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui empat tahapan

antara lain: 1) sensorimotor, 2) praoperasional, 3) konkret operasional, 4) dan

formal operasional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Rentang usia anak dari 2-7 tahun berada pada tahap praoperasional.

Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas.

Anak usia 5 tahun, menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2003: 56),

memiliki pola berpikir yang disebut precausal reasoning. Istilah ini

digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat. Tipe-tipe pola pikir

ini sebagai berikut.

1) Motivasi. Menurut pola pikir ini, hubungan sebab akibat didasarkan atas

suatu tujuan tertentu. Misalnya “Mengapa matahari bersinar?’’ anak

mungkin menjawab, “sebab Tuhan mengirimkannya agar (dunia ini)

terang.” Hal ini menunjukkan adanya suatu akibat yang disebabkan dari

tujuan tertentu.

2) Final. Cara berpikir ini didasarkan atas pengertian bahwa hubungan sebab

akibat terjadi karena memang harus terjadi. Misal, “Mengapa gelas kaca

ini berserakan dilantai?” Anak mungkin menjawab, “karena pecah.”

Sehingga ada akibat yang disebabkan karena semestinya memang terjadi.

3) Fenomenalisme. Cara berpikir ini didasarkan atas kepercayaan yang

sering diceritakan pada anak. Seperti anak kecil akan percaya jika

makanannya tidak habis menyebabkan ayamnya akan mati.

4) Moralisme. Anak menerangkan hubungan sebab akibat sebagai suatu

fungsi dari suatu benda. Misalnya seperti, “Mengapa hujan turun? Agar

bisa memperoleh airnya.”

5) Artifisial. Anak menerangkan hubungan sebab akibat ditinjau dari

kepentingannya terhadap manusia. Seperti mengapa matahari tidak

kelihatan dimalam hari? Karena seseorang menyimpannya.”

6) Animisme. Cara berpikir ini didasarkan atas anggapan bahwa segala

sesuatu itu hidup. Misal, “Mengapa awan itu bergerak? Sebab ia hidup.”

7) Dinamisme. Anak pada usia ini masih sulit membedakan antara konsep

gaya dengan konsep hidup. Misal, mengapa sungai mengalir dari gunung

ke laut? Karena gunung mendorong air ke laut. Anak belum memahami

tentang gaya gravitasi bumi sehingga pendapat tersebut berdasarkan apa

yang mereka lihat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Berdasarkan uraian diatas, cara berpikir anak terbentuk dari adanya

hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, diperlukan objek nyata untuk belajar

anak. Anak memperoleh informasi melalui interaksi dengan objek dan

informasi tersebut akan disusun menjadi struktur pengetahuan yang akan

menjadi dasar untuk berpikir. Pengenalan sains pada anak akan melatih anak

untuk berpikir. Sebab anak akan terlibat dalam kegiatan yang menghadirkan

objek dan mengamati perubahan fenomena alam. Salah satu kegiatan adalah

dengan percampuran warna.

Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains pada anak usia dini akan membuat anak terangsang untuk

menyelidiki gejala alam, dan berkesempatan untuk mengkomunikasikan hasil

pengamatan serta mengutarakan keputusan yang diambilnya. Pengenalan

sains dengan materi percampuran warna dapat dilakukan melalui berbagai

kegiatan seperti mencampur warna dengan mika warna, mencampur warna

makanan, meniup gelembung warna, dan meneteskan warna dengan pipet.

Hal ini akan lebih menarik lagi bila diajarakan oleh guru dengan menerapkan

model quantum teaching. Sebab model quantum teaching berupaya

menciptakan suasana yang meriah dan anak termotivasi untuk ingin mencoba

atau mendemonstrasikan dengan suasana yang terasa nyaman.

2. Hakikat Model Quantum Teaching

a. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran belum banyak dipahami sebagian orang,

khususnya guru di Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu, apa sebenarnya

pengertian dari model pembelajaran setiap orang memiliki persepsi berbeda.

Model pengajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola

yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik,

dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau

setting lainnya (Asep dan Abdul, 2008: 25). Dalam hal ini, model pengajaran

merupakan suatu perencanaan yang digunakan para pengajar di kelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Pengertian model pembelajaran menurut Winataputra dalam

Sugiyanto (2009: 3), adalah:

Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematisdalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapaitujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan danmelaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai

oleh strategi atau metode tertentu antara lain adalah sebagai berikut: Rasional

teoretik yang logis, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku

mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara

berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai (Asep dan Abdul, 2008: 25). Model pembelajaran memiliki

cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan strategi pengajaran dan metode

pengajaran.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan yang sistematis untuk memberikan petunjuk para pengajar

di kelas sebagai pedoman pelaksanakan aktifitas pembelajaran guna

memperoleh pencapaian tujuan belajar para peserta didik.

b. Pengertian Model Quantum Teaching

Mendengar istilah kuantum, bagi beberapa orang akan dikaitkan

dengan fisika kuantum. Sedangkan istilah “pembelajaran kuantum”

sebenarnya diadopsi dari istilah inggris “Quantum Teaching” yang

merupakan upaya kreatif Bobbi De Porter dalam merancang sistem

pengajaran yang menggairahkan.

Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan

segala nuansanya (De Porter, Reardon, Nourie, 2009: 3). Pembelajaran

kuantum memberikan cara baru tentang bagaimana menciptakan lingkungan

belajar yang efektif yang menyenangkan dan memudahkan dalam proses

belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi

yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi (DePorter,

Reardon, Nourie, 2009: 4). Guru dapat mengajar dengan memfungsikan

kedua belahan otak kiri dan kanan sesuai pada fungsinya masing-masing.

Jadi, Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari kompatibel

dengan otak yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk

mengilhami dan kemampuan anak untuk berprestasi.

Pengertian Quantum Teaching mencakup dan dapat dipahami

melalui tiga hal yaitu: Quantum, Pemercepatan belajar, dan fasilitasi

(Achmad Sugandi, 2005: 46).

1) Quantum: Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum

Teaching dengan demikian, adalah pengubahan bermacam-macam

interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar (DePorter,

Reardon, Nourie, 2009: 5). Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur

untuk belajar efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan anak didik.

Jadi mencakup: a) Pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada

dalam dan sekitar proses belajar, b) Uraian cara-cara baru yang

memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur-unsur seni dan

pencapaian-pencapaian terarah, c) Berfokus pada hubungan dinamis

dalam kelas.

2) Pemercepatan belajar, berarti menyingkirkan hambatan yang menghalangi

proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik,

mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang

sesuai, cara efektif penyajian dan “keterlibatan aktif” (DePorter, Reardon,

Nourie, 2009: 5). Hal ini akan menghilangkan permasalahan dalam proses

belajar dengan sengaja mengubah kebiasaan pembelajaran.

3) Fasilitasi, artinya memudahkan segala hal Fasilitasi dalam konteks ini

merujuk kepada implementasi strategi yang menyingkirkan hambatan

belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah dan

alami (Achmad Sugandi, 2005: 46). Fasilitasi juga termasuk penyediaan

alat-alat bantu yang memudahkan anak belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Menurut Achmad Sugandi (2005: 86), Pembelajaran Kuantum

adalah adanya upaya guru untuk mengorkestrasikan berbagai interaksi dalam

proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan

menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang

tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Jadi, dalam

proses pembelajaran terjadi orkestrasi (pengubahan, penyelarasan,

pemberdayaan komunitas pembelajar). Mencakup petunjuk khusus untuk

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,

menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Quantum

Teaching atau Pembelajaran Kuantum adalah adanya upaya guru untuk

mengorkestrasikan segala nuansa secara meriah dari berbagai interaksi di

dalam maupun di luar proses belajar yang dapat melejitkan prestasi anak

dengan penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga anak dapat belajar

secara mudah dan alami.

c. Karakteristik Model Quantum Teaching

Quantum Teaching memiliki beberapa karakteristik. Setiap karakter

memiliki peran dan membawa kesuksesan dalam belajar pada anak didik.

Menurut Sugiyanto (2009: 73-78), beberapa karakteristik umum

yang tampak membentuk sosok Quantum Teaching sebagai berikut :

1) Berpangkal pada psikologi kognitif bukan fisika kuantum. Berbagai

pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan,

ditransformasikan, dan dikembangkan dari psikologi kognitif.

2) Bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau

nativistis. Manusia selaku pembelajaran menjadi pusat perhatiannya.

Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi diyakini dapat

berkembang secara maksimal atau optimal.

3) Bersifat konstruktivis (tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.

Pembelajaran Kuantum bersifat menekankan pentingnya peranan

lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

yang memudahkan dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran dan

berupaya memadukan, menyinergikan dan mengolaborasikan faktor

potensi diri anak dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks

pembelajaran.

4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan

sekedar transaksi makna. Pembelajaran Kuantum memberikan tekanan

pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu

dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat

ilmiah siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keberhasilan

pembelajaran.

5) Sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf

keberhasilan tinggi. Oleh karena itu, harus menyingkirkan berbagai

hambatan yang menghalangi pembelajaran dengan berbagai cara, kiat, atau

teknik seperti menggunakan iringan musik dan menciptakan lingkungan

yang nyaman.

6) Sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran,

bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Sehingga,

menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, menyenangkan.

7) Sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.

Sehingga, perlu menghadirkan pengalaman yang mudah dimengerti.

8) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks

pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan, landasan

yang kukuh, lingkungan yang mengarahkan dan rancangan belajar

dinamis. Isi pembelajaran meliputi suasana yang memberdaya dan

rancangan pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar,

dan keterampilan hidup. Oleh karena itu, konteks dan isi saling berkaitan

untuk menciptakan keberhasilan.

9) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,

keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya

harus diperhatikan, diperlukan dan dikelola secara seimbang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

10) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses

pembelajaran. Sehingga, diperlukan penanaman nilai dan keyakinan positif

seperti menunjukkan bahwa kesalahan atau kegagalan bukan akhir dari

segalanya tapi merupakan tanda telah belajar.

11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan

ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata

kunci selain interaksi. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar

siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar

yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode

pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar

pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan

metode pembelajaran.

12) Menginteraksi totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran biasa

langsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model

quantum teaching memiliki karakteristik yang dapat memantapkan dan

menguatkan sosoknya sehingga diyakini adanya pencapaian taraf

keberhasilan tinggi secara optimal dalam proses pembelajaran.

d. Asas dan Prinsip Model Quantum Teaching

Sebenarnya, ada istilah Quantum Learning yang merupakan upaya

kreatif dari Bobbi de Porter dalam menciptakan pembelajaran untuk semua

orang yang ingin belajar secara efektif dan menyenangkan. Quantum

Teaching atau pembelajaran kuantum bertumpu pada prinsip-prinsip dan

teknik-teknik Quantum Learning di ruang-ruang kelas di sekolah.

Asas Utama merupakan alasan dasar di balik segala strategi, model,

dan keyakinan. Asas Utama Quantum Teaching yaitu: bawalah dunia mereka

ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka (De Porter, Reardon,

Nourie, (2009: 6). Semakin jauh guru memasuki dunia pembelajar, semakin

jauh pula pengaruh yang dapat diberikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Prinsip dapat berarti 1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau

dikenal dan 2) sebuah hokum, aksioma, atau doktrin fundamental (Sugiyanto,

2009: 78). Quantum Teaching memiliki prinsip atau kebenaran tetap. Ada

tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran kuantum

(Sugiyanto, 2009: 79-83). Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai

berikut:

1) Prinsip utama quantum teaching berbunyi: Bawalah dunia mereka

(pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar) dan dunia kita (pengajar) ke

dalam dunia mereka (pembelajar). Setiap bentuk interaksi, dengan

pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran

harus dibangun di atas prinsip utama tersebut.

2) Proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain

memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar

chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar

pembelajaran kuantum. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam sebagai

berikut:

Prinsip-prinsip quantum teaching (DePorter, Reardon, Nourie,

2009: 7) antara lain sebagai berikut:

a) Segalanya berbicara. Segala sesuatu di lingkungan kelas hingga

bahasa tubuh guru, penataan ruang sampai sikap guru, dari kertas

yang dibagikan sampai rancangan pelajaran, semuanya mengirim

pesan tentang belajar. Jadi berbagai upaya yang dilakukan

merupakan usaha mentransfer ilmu pengetahuan.

b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam pengubahan

mempunyai tujuan.

c) Pengalaman sebelum pemberian nama. Proses belajar paling baik

terjadi ketika peserta didik telah mengalami informasi sebelum

memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.

d) Akui setiap usaha. Belajar berarti melangkah keluar dari

kenyamanan. Pada saat peserta didik mengambil langkah ini, patut

mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan akan

memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar dan

mengingatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Sehingga,

dengan perayaan anak merasa termotivasi untuk lebih giat lagi.

3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.

Pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh

karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung

fondasi quantum teaching.

Ada delapan prinsip keunggulan yang juga disebut delapan

kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum. Delapan

kunci keunggulan itu sebagai berikut: a) Perapkanlah hidup dalam

integritas, b) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan, d)

Berbicaralah dengan niat baik, e) Tegaskanlah komitmen, f) Jadilah

pemilik, g) Tetaplah lentur, h) Pertahankanlah keseimbangan. Sedangkan

penjelasan 8 (delapan) kunci keunggulan yang ditumbuhkan melalui

pembelajaran Quantum (Sri Anitah, 2009: 76), adalah sebagai berikut ini.

a) Integritas: bersikap jujur, tulus, dan menyeluruh, menyelaraskan

nilai-nilai dengan perilaku. Berarti integritas akan meningkatkan

motivasi belajar sehingga mencapai tujuan belajar.

b) Kegagalan awal kesuksesan: memahami bahwa kegagalan hanyalah

pemberian informasi yang dibutuhkan untuk sukses. Kegagalan itu

tidak ada, yang ada hanya hasil dan umpan balik. Semuanya dapat

bermanfaat jika tahu cara menemukan hikmahnya. Jadi dengan

kegagalan akan memberikan informasi untuk belajar sampai

mencapai keberhasilan.

c) Berbicara dengan niat baik: berbicara dengan niat positif, dan

bertanggung jawab untuk komunikasi yang jujur dan lurus,

menghindari gosib dan komunikasi yang berbahaya. Sehingga perlu

memiliki keterampilan berbicara yang dapat dipertanggung jawabkan

dengan niat yang baik sehingga mampu meningkatkan kepercayaan

diri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

d) Pola pikir kekinian: memusatkan perhatian pada saat sekarang ini,

dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mengerjakan setiap tugas

sebaik mungkin.

e) Komitmen: memenuhi janji dan kewajiban, melaksanakan visi,

melakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

f) Tanggung jawab: bertanggung jawab atas semua tindakan.

g) Sikap luwes atau fleksibel: bersikap terbuka terhadap perubahan atau

pendekatan baru, yang dapat membantu untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.

h) Keseimbangan: menjaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa.

Menyisihkan waktu untuk membangun dan memelihara ketiga hal

tersebut agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa asas

utama Quantum Teaching terletak pada kemampuan pengajar untuk

menjembatani jurang antara dunia pengajar dan pembelajar, sehingga akan

memudahkan membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih

cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan terjadinya

pengalihan pengetahuan. Sedangkan prinsip-prinsip menjadi instruktur atau

pemandu dalam menerapkan model pendidikan yang akan diterapkan oleh

pengajar.

e. Kerangka Perencanaan Model Quantum Teaching

Kerangka perancangan Quantum Teaching merupakan cara praktis

Quantum Learning di ruang-ruang kelas. Menurut Achmad Sugandi, (2005:

89) pembelajaran kuantum atau Quantum Teaching dikembangkan dengan

konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and

Celebrate) diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR

(Tumbuhkan atau Enroll, Alami atau Experience, Namai atau Label,

Demontrasikan atau Demontrate, Ulangi atau Review dan Rayakan atau

Celebrate).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kerangka perancangan Quantum Teaching adalah sebagai berikut

(DePorter, Reardon, Nourie, 2009: 5).

1) Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK.

Menumbuhkan minat dengan memuaskan, Apakah Manfaatnya Bagi Ku

(AMBAK), dan manfaatkan kehidupan anak didik. Strategi yang

digunakan berupa pertanyaan, pantonim, lakon pendek dan lucu, drama,

video, cerita. Berarti guru berusaha memikat anak dengan kegiatan yang

menarik sehingga menumbuhkan minat anak terhadap materi

pembelajaran. Dalam pengenalan sains, guru menumbuhkan minat anak

didik melalui kegiatan pantonim dan bercerita dengan menggunakan

boneka tangan.

2) Alami : Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan

“kebutuhan untuk mengetahui”. Menciptakan atau mendatangkan

pengalaman umum yang dapat dimerngerti oleh semua anak didik.

Penciptaan pengalaman umum dimaksudkan agar anak didik memiliki

landasan yang lebih mendalam mengenai materi pelajaran yang akan

mereka pelajari. Informasi ini membuat yang abstrak menjadi konkret.

Strategi yang digunakan seperti, jembatan keledai, permainan, dan

simulasi. Memerankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk

sandiwara. Memberi tugas individu atau kelompok dan kegiatan yang

mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Dalam pengenalan

sains, anak diberikan kesempatan mengalami langsung secara individu

ataupun kelompok dalam menciptakan pengalaman secara umum.

3) Namai : Berikan “data” tepat saat minat memuncak.

Mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran. Menyediakan

kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan. Strategi yang

digunakan seperti, susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan

poster di dinding. Dalam pengenalan sains, guru menunjukkan alat peraga

dan bahan yang menunjang materi pembelajaran lalu meminta anak

menyebutkan secara bersama-sama dan menjelaskan konsep percampuran

warna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

4) Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan

pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan

membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Memberikan kesempatan bagi

anak didik untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru mengaitkan

pengalaman dan nama dengan cara menunjukkan dan melakukannya.

Strategi yang digunakan seperti, sandiwara, video, permainan, rap, lagu,

penjabaran dalam grafik. Dalam hal ini, guru ataupun meminta bantuan

salah anak satu anak mempraktekkan cara menyelesaikan soal yang akan

dikerjakan secara individu.

5) Ulangi : Rekatkan gambaran keseluruhannya. Menunjukkan

cara-cara mengulang. Hal ini merupakan kesempatan bagi anak untuk

mengajarkan pengetahuan baru yang dimiliki kepada orang lain. Dalam

pengenalan sains, setiap anak mencoba mengulangi kegiatan dengan

menyelesaikan tugas individu yang diberikan. Selama anak mengerjakan

tugas untuk mengulangi pengetahuan yang dimiliki, selalu diiringi alunan

musik. Sehingga anak merasa nyaman dengan suasana yang tercipta.

6) Rayakan : Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif ”. Pengakuan

untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu

pengetahuan. Strategi yang digunakan seperti pujian, bernyanyi bersama,

pamer pada pengunjung, pesta kelas. Dalam hal ini, guru mengajak anak

untuk merayakan hasil dari usaha anak didik karena sudah melakukan

berbagai kegiatan. Hal yang dilakukan yaitu, dengan bertepuk tangan dan

bernyanyi bersama. Selain itu, untuk menghargai usaha yang sudah

dilakukan oleh anak, guru memberikan pin.

Berdasarkan keterangan di atas, maka secara garis besar

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum

menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut (Achmad Sugandi, 2006: 91) :

1) penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu. Seperti sebuah simfoni,

dengan mengaitkan unsur-unsur yang menjadi faktor pengalaman musik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) pemanfaatan ikon-ikon sugestif yang membangkitkan semangat belajar

anak. Hal ini, akan menumbuhkan minat anak dengan cara yang menarik.

3) penggunaan “stasiun-stasiun kecerdasan”. Kecerdasan yang dimiliki perlu

mendapat rasangan yang tepat.

4) penggunaan bahasa yang unggul. Kemampuan dalam mengkomunikasikan

apa yang sudah diketahui.

5) suasana belajar yang saling memberdayakan. Segala nuansa yang meriah

akan menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan.

6) penyajian materi pelajaran yang prima. Penyajian materi tersebut di

lakukan dengan langkah TANDUR.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan kerangka rancangan

belajar TANDUR dalam model Quantum Teaching digunakan sebagai cara

yang efektif sebagai landasan guru dalam merancang penyajian pelajaran.

Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, membantu

merancang dan menyampaikan pengajaran, dan memudahkan proses belajar.

Sehingga anak menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran.

Kerangka ini juga memastikan anak mengalami pembelajaran, berlatih,

menjadikan isi pembelajaran nyata dan mencapai sukses.

Dalam pengenalan sains perlu memperhatikan langkah-langkah

model Quantum Teaching secara urut. Pada awal kegiatan, guru perlu

menumbuhkan minat anak dan mencoba menarik perhatian anak terhadap

materi pelajaran yaitu percampuran warna. Anak diberi kesempatan terlibat

langsung untuk mengalami sendiri misalnya mencoba sesuatu secara

berkelompok. Kemudian guru menjelaskan pentingnya mempelajari materi

pelajaran serta mengajak untuk menyebutkan bahan dan alat yang digunakan.

Selanjutnya guru atau melibatkan salah satu anak mendemonstrasikan

kegiatan yang berkaitan dengan tugas. Agar lebih mendalami dan mengulangi

pengetahuan yang dimiliki anak dengan menyelesaikan tugas yang diberikan

oleh guru. selain itu, agar pikiran kembali fress anak didik merayakan hasil

kegiatan dengan bertepuk tangan atau bernyanyi bersama dan juga diberi

penghargaan berupa pin atas hasil usaha anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu sesuai dengan substansi yang

diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian

yang akan dilakukan. Berikut ini merupakan penelitian yang relevan yang pernah

dilakukan sebagai tolok ukur dan pembanding dengan penelitian peneliti, yaitu

berkaitan dengan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains ataupun model

quantum teaching:

Budiyanti (2007) yang berjudul ”Pembelajaran Pengenalan Sains

Sederhana pada Topik Gravitasi dengan Pendekatan Bermain Sambil Belajar

untuk Melatih Kemampuan Berpikir Siswa Tk Negeri Pembina Kota Semarang”,

Thesis, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar

psikomotorik pada pertemuan I 89,23 dan pertemuan II meningkat menjadi 92,59.

Skor rata-rata hasil belajar afektif pada pertemuan I 94,28 dan pertemuan II 97,98.

Untuk skor rata-rata berpikir kritis pada saat pre-test diperoleh 69,70 dan pada

saat post-test 88,89. Skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada saat pre-test

diperoleh 63,13 dan skor rata-rata post-test 71,72. Hasil belajar yang dicapai telah

memenuhi indikator yang ditentukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka

penerapan pembelajaran pengenalan sains sederhana dengan pendekatan bemain

sambil belajar dapat melatih kemampuan berpikir siswa TK Negeri Pembina Kota

Semarang.

Anis Masriyah (2010) yang berjudul “Penerapan metode eksperimen

untuk meningkatkan kemampuan sains permulaan pada anak didik kelompok A

TK Negeri Pembina Kota Blitar”, Skripsi, hasil penelitian menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan kemampuan sains permulaan dengan penerapan metode

pembelajaran eksperimen. Pada siklus I peningkatan mencapai 22,342% dan

diperoleh rata-rata penilaian anak dalam sains permulaan sebesar 70,353%. Pada

siklus II peningkatan mencapai 17,202% dan diperoleh rata-rata penilaian sebesar

87,555%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Erfana Nurhidayah (2011) yang berjudul “Peningkatan Penguasaan

Konsep Energi Cahaya Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Pada

Siswa Kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011”, Skripsi,

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KKm dalam materi konsep energi cahaya

pada setiap siklus adalah 62. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelas 42, pada siklus

I nilai rata-rata kelas 48, pada siklus II nilai rata-rata kelas 64, dan pada siklus III

nilai rata-rata kelas 81. Sehingga pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7,81%,

pada siklus II naik menjadi 44,82%, dan pada siklus III mengalami peningkatan

sebesar 26,32%.

Secara khusus penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dalam kegiatan pengenalan sains pada anak. Hal ini

dibuktikan pandangan para ahli mengenai perbandingan dalam kegiatan

pembelajaran sebelum dan setelah menerapkan model quantum teaching. Oleh

sebab itu, dalam penelitian ini penulis lebih menekankan Peningkatan

Kemampuan Berpikir dalam Kegiatan Pengenalan Sains pada Anak Tk Islam Al-

Falah Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arahan penalaran, untuk

dapat sampai pada penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Kerangka berpikir berguna untuk mewadahi teori-teori yang seperti terlepas satu

sama lain menjadi satu rangkaian yang utuh mengarah pada penemuan jawaban

sementara.

Pada kondisi awal, guru belum menerapkan model pembelajaran pada

materi percampuran warna. Guru cenderung menggunakan metode ceramah,

tanyajawab, dan demonstrasi. Metode-metode yang digunakan pada kenyataannya

tidak bisa memaksimalkan kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains.

Sehingga nilai ketuntasan kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains

rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Oleh karena itu, diperlukan tindakan pada kegiatan pembelajaran melalui

model quantum teaching. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari beberapa siklus.

Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada

tindakan awal atau siklus I, peneliti sekaligus sebagai guru melaksakan beberapa

tahapan secara urut, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap

perencanaan seperti menyusun RKH, menetapkan materi bahan ajar, menyusun

skenario, menyiapkan media, menyusun alat evaluasi, menyusun instrumen. ahap

pelaksanaan guru melaksanakan pembelajaran sesuai RKH yang sudah dibuat,

selama proses pembelajaran guru mengamati atau melakukan observasi, pada

kegiatan akhir guru melakukan refleksi dengan menganalisa proses dan hasil

belajar anak. Jika pada tindakan awal hasil yang diperoleh belum memenuhi

indikator ketercapaian, maka peneliti melakukan siklus II. Pada siklus II ini,

merupakan pengulangan kegiatan seperti perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Pada tindakan siklus II, perencanaan RKH dibuat lebih menarik,

pelaksanaan kegiatan dilakukan lebih baik yang mengacu pada perbaikan siklus I

atau perbaikan dari masalah-masalah yang dihadapi di lapangan, Observasi atau

pengamatan dilakukan untuk mencatat penemuan-penemuan selama proses

pembelajaran. Pada kegiatan akhir menganalisa proses dan hasil tindakan.

Setelah hasil nilai diperoleh, maka data nilai kemudian dibandingan.

Sehingga pada kondisi akhir diketahui bahwa dengan menerapkan model quantum

teaching kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada anak dapat

meningkat.

Melalui model quantum teaching diharapkan dapat untuk meningkatkan

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak kelompok A TK Islam Al-

Falah Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan uraian di atas, maka

alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 2.6.

sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar 2.6. Kerangka Berpikir

KondisiAwal

Kemampuan berpikir

anak dalam pengenalan

sains rendah.

Siklus I1. Perencanaan

Menyusun RKH2. Pelaksanaan

Melaksanakan RKH3. Observasi

Mengamati prosespembelajaran

4. RefleksiMenganalisa proses danhasil belajar

Tindakan

Dalam

pembelajaran,

menerapkan model

quantum teachingSiklus II

1. PerencanaanMenyusun RKH

2. PelaksanaanMelaksanakan RKH

3. ObservasiMengamati prosespembelajaran

4. RefleksiMenganalisa proses danhasil belajar.

Dalam

pembelajaran, guru

belum menerapakan

model quantum

teaching

KondisiAkhir

Setelah menerapkan model quantum

teaching kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains pada anak dapat

meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di

atas, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains anak, sehingga dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas

sebagai berikut: melalui model quantum teaching dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak kelompok A TK Islam Al-

Falah Baturetno.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Al-Falah, tepatnya berada di

jalan Kinanti Nomor 21 Naiban dusun Batulor desa Baturetno kecamatan

Baturetno kabupaten Wonogiri. TK Islam Al-Falah terletak tidak jauh dengan

pusat kota Baturetno dan mudah dijangkau oleh kendarann. Taman kanak-

kanak ini memiliki berbagai sarana dan prasarana yang menunjang berbagai

kegiatan pembelajaran. Antara lain, memiliki berbagai macam alat permainan

edukatif, laboraturium, dan ruangan kelas yang cukup luas. Tempat ini dipilih

pada penelitian ini dengan beberapa alasan, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Peneliti merupakan salah satu guru kelas di Taman Kanak-kanak tersebut,

yang mana adanya permasalahan yang timbul dan dirasakan oleh peneliti

secara langsung.

b. Pada kegiatan sebelumnya pengenalan sains belum pernah menerapkan

model quantum teaching.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II pada tahun pelajaran

2011/2012 selama 6 (enam) bulan yaitu dimulai pada bulan Pebruari sampai

dengan bulan Juli 2012. Sesuai kesepakatan dengan sekolah, penelitian

dilaksanakan minimal dalam dua siklus dan jika belum mencapai indikator

ketercapaian bisa melaksanakan siklus berikutnya sampai mencapai target

yang sudah ditentukan dalam penelitian. Pada penelitian ini hanya

dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali

tindakan atau dua kali tatap muka. Jadwal penelitian ini, dapat dilihat pada

lampiran 1.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah anak kelompok A2 TK Islam

Al-Falah Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012,

yang berjumlah sepuluh (12) anak didik yang terdiri dari enam (6) anak laki-laki

dan enam (6) anak perempuan.

Anak didik berasal dari latar belakang yang berbeda. Seperti perbedaan

karakteristik, jenis kelamin, dan status sosial. Dengan perbedaan yang dimiliki

oleh setiap anak tersebut, maka akan berpengaruh terhadap hasil penelitian ini.

Oleh karena itu, peneliti berusaha menyatukan perbedaan tersebut dengan

berbagai tindakan sehingga penelitian ini dapat berhasil.

Mengingat populasi yang jumlahnya tidak terlalu banyak, maka dalam

penelitian ini tidak mengambil sampel sebagai wakil dari populasi, namun peneliti

menjadikan seluruh anak didik kelompok A2 di Taman Kanak-kanak ini sebagai

subjek penelitian.

C. Data dan Sumber Data

Penelitian dapat dilaksanakan setelah memperoleh data dan menentukan

sumber data. Adapun data dan sumber data tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Data

Sebelum melaksanakan penelitian, memerlukan beberapa data.

Adapun jenis data yang diperlukan adalah data hasil nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains pratindakan.

2. Sumber Data

Penelitian memerlukan data dari beberapa sumber. Namun yang

dimaksut dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data

diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2006: 129). Data penelitian yang

dikumpulkan berupa informasi tentang proses kemampuan berpikir dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pengenalan sains. Data-data dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai

sumber data dan jenis data yang meliputi:

1. Sumber Data Primer

a. Hasil observasi anak didik kelompok A2 TK Islam Al-Falah

kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri sebagai objek penelitian.

b. Hasil observasi guru kelompok A2 TK Islam Al-Falah kecamatan

Baturetno Kabupaten Wonogiri selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

2. Sumber Data Sekunder

a. Lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran, yaitu lembar

observasi guru dan lembar observasi anak didik.

b. Teks wawancara digunakan peneliti untuk menggali informasi dari

anak tentang kegiatan pengenalan sains yang sudah dilakukan.

c. Arsip dokumen.

1) Arsip : RKH dan skenario.

2) Dokumen : Hasil Karya anak, daftar nilai nilai kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains, data hasil nilai

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains

setiap siklus.

3) Perekaman : Perekaman menggunakan kamera berupa hasil

foto dan vidio untuk memperjelas diskripsi

berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan langkah Penelitian Tindakan Kelas, pengumpulan data

dilakukan oleh guru sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Data

dikumpulkan dengan berbagai teknik. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain: 1) Observasi; 2) Wawancara; dan 3) Dokumen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

1. Observasi

Pelaksanaan tindakan pada penelitian perlu diamati sebagai tolok ukur

adanya perubahan selama proses belajar mengajar. Pengamatan atau observasi

(Observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Suharsimi

Arikunto, 1990: 27). Penelitian ini menggunakan observasi sistematis.

Observasi sistematis, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah

didaftar secara sitematis, dan sudah diatur menurut kategorinya. Jadi,

menggunakan instrumen pengamatan dan dilakukan oleh observer pada waktu

kegiatan belajar berlangsung.

Teknik pengumpulan data dengan observasi pada penelitian ini

ditujukan kepada guru dan anak didik. Observasi dilakukan terhadap proses

dan hasil tindakan perbaikan, yang terfokus pada perilaku mengajar guru,

perilaku belajar anak didik, dan interaksi antara guru dan anak didik. Dalam

melakukan observasi, peneliti menggunakan pedoman berupa format

observasi. Adapun format observasi untuk guru terdiri dari aspek yang dinilai,

skor, dan jumlah. Sedangkan format observasi untuk anak terdiri dari aspek

yang dinilai, skor, dan jumlah. Hasil pengamatan dicatat untuk digunakan

sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk mengetahui hasil dari tindakan

siklus yang sudah dilakukannya dan untuk menentukan perlu dan tidaknya

untuk melakukan siklus berikutnya.

2. Wawancara

Keingintahuan terhadap suatu hal untuk memperoleh suatu jawaban

bisa dilakukan dengan bercakap-cakap atau dengan melakukan wawancara.

Metode wawancara adalah suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan,

sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan, dan berbagai hal yang

merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung melalui

metode observasi (Soeparwoto, 2006: 26). Sehingga metode wawancara dapat

digunakan untuk mengetahui proses berpikir anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Pada penelitian ini, metode wawancara dilaksanakan secara langsung

yaitu melalui percakapan dan tanya jawab dengan anak tanpa perantara.

Wawancara ini juga dilakukan secara tertutup dan bebas, dengan maksud agar

anak dapat mengungkapkan permasalahan, keinginan dan kebutuhannya

dalam kegiatan pembelajaran secara bebas dan tidak malu terhadap guru.

Format kolom yang digunakan untuk memudahkan mengetahui jawaban anak

terdiri dari nomor, responden, dan jawaban pertanyaan. Hasil jawaban

wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

3. Dokumen

Sebelum melakukan suatu penelitian ataupun setelah dilakukan suatu

tindakan membutuhkan beberapa dokumen. Dokumen merupakan bahan

tertulis ataupun flim yang digunakan sebagai sumber data, dokumen sejak

lama digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen

sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan

untuk meramalkan (Slamet dan Suwarto, 2007: 53). Oleh karena itu, peneliti

menggunakan teknik ini dengan cara mengumpulan data-data tertulis, seperti:

a. Arsip : RKH, skenario

b. Dokumen : Hasil karya anak, daftar nilai nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains, data hasil nilai kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains setiap siklus.

c. Perekaman : Perekaman menggunakan kamera berupa hasil foto dan

vidio untuk memperjelas diskripsi berbagai situasi dan

perilaku subjek yang diteliti.

E. Uji Validitas Data

Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memerlukan validitas data.

Validitas data berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan (Toha

Anggoro, 2008: 2.28). Dalam Penelitian, keabsahan sering dikaitkan dengan

instrument atau alat ukur. Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa teknik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan

dokumen. Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut

perlu diuji validitasnya sehingga data yang diperoleh benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk

mengambil kesimpulan.

Pada penelitian ini teknik yang dipergunakan untuk uji validitas data

yaitu dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data

dengan memanfaatkan sarana dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

perbandingan data itu (Lexy J. Moleong dalam Hartono, 2011: 36). Berbagai data

yang diperoleh perlu diperiksa atau ditinjau kembali untuk membandingkan hasil

data.

Menurut Elliot dan Pattington dalam Wahyudin (2008: 51), triangulasi

bukanlah teknik untuk memonitor (mengawasi), namun sebagai metode yang

lebih umum untuk membawa beragam jenis bukti ke dalam suatu hubungan satu

sama lain sehingga ragam itu dapat dibandingkan dan diperbedakan. Hal ini,

untuk menjamin validitas data sehingga dapat digunakan sebagai

pertanggungjawaban yang dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik

kesimpulan. Teknik yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Triangulasi Data

Data yang diperlukan diperoleh dengan mengumpulkan data yang

sama atau sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Pada setiap

pertemuan tindakan peneliti merangkum hasil berdasarkan data yang

diperoleh. Pada penelitian ini, data yang diperlukan adalah data tentang

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains.

2. Triangulasi Sumber

Teknik ini dilakukan dengan mengkroscek data dari berbagai sumber

yaitu informasi dari anak dan guru yang berhubungan dengan anak. Peneliti

mengecek ulang data yang diperoleh dari sumber data.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi

atau data dengan cara yang berdeda. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda untuk mengali data

dengan permasalahan yan gsama. Data yang diperoleh melaui wawancara

dilakukan uji keabsahan dengan hasil pengamatan penelitian. Data tersebut

nantinya juga dibandingkan dengan data hasil analisis dokumen. Dengan kata

lain, ketika peneliti menggunakan teknik wawancara, disaat yang lain juga

menggunakan teknik observasi maupun dokumentasi. Peneliti dan observer

berdiskusi mengenai data yang diperoleh, kemudian data yang diperoleh dicek

secara silang. Apabila setelah dicek silang terjadi kesamaan data, maka data

dapat disimpulkan data tersebut valid.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

model interaktif Milles dan Huberman. Miles mendefinisikan analisis data untuk

memudahkan dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Definisi dari analisis data

menurut Milles adalah sebagai berikut:

“an attempt by the the teacher to summarize the data that have beencollected in a dependable, accurate, and correct manner.” Analisis dataadalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai penelitiuntuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalambentuk yang dapat dipercaya dan benar ( Igak dan Kuswaya, 2008: 5.4).

Kegiatan pokok analisa model ini meliputi reduksi data, penyajian data,

kesimpulan-kesimpulan penarikan atau verifikasi. Adapun rincian model tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.

Pada penelitian ini data yang direduksi yaitu nilai kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains. Pengertian reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data merupakan

bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian

mungkin sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi. Pemilihan data yang dilakukan yaitu memilih data-data yang

sesuai sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Sehingga data

yang perlu disimpulkan adalah nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains, keaktifan anak dan guru dari hasil observasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk

menampilkan data nilai yang mencangkup nilai kemampuan berpikir agar

lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam

penyajian data hasil belajar, peneliti menjelaskan atau menyajikan data ke

dalam tabel kemudian divisualisasikan ke dalam bentuk grafik.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian

selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan

kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konvigurasi yang utuh,

sehingga kesimpulan-kesimpulan juga dapat diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian. Sedangkan kesimpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya

merupakan validitasnya. Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai suatu jalin-

menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam

bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.

Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Adapun hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis tersebut, dapat

dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

Gambar 3.1. Bagan siklus Analisis Interaktif Milles Huberman (2000: 20)

Langkah-langkah analisis:

a. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup maka

dapat dikumpulkan.

b. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun matrik yang

berguna untuk penelitian lanjut.

c. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.

d. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam

persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau

kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.

e. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya

bagi susunan laporan.

f. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pegembangan saran

dalam laporan akhir penelitian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa data yang sudah

diperoleh harus dikumpulkan, dianalisis, diverifikasi, dan dibandingkan

hasilnya agar lebih mudah dalam membuat kesimpulan sebagai pijakan

berdasarkan saran dalam laporan akhir penelitian.

Pengumpulan Data(Data Collection)

Reduksi Data(Data Reduction)

Penyajian Data(Data Display)

Penarikan kesimpulan/Verifikasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

G. Indikator Kinerja Penelitian

Peneliti perlu membuat indikator kinerja untuk menentukan keberhasilan

tindakan pada penelitian. Hal ini sesuai pendapat Sarwiji Suwandi (2009: 61)

yang menyatakan bahwa indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dapat

dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Pada

penelitian ini indikator kinerja yang digunakan yaitu peningkatan kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains terutama pada materi percampuran warna. Aspek

yang diukur dalam menentukan keberhasilan tindakan antara lain membuat

kombinasi warna dan membuat keputusan.

Sesuai dengan kurikulum 2004 (2004: 7) menunjukkan bahwa kriteria

penilaian untuk anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan

maka dalam penilaiannya diberi tanda bulatan kosong (), anak yang mampu

melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat dan lengkap maka kolom penilaian

ditulis tanda bulatan penuh (), sedangkan anak yang menunjukkan

kemampuannya sesuai dengan indikator maka dalam penilaiannya ditulis tanda

chek list (v). Sehingga penilaian dengan tanda bulatan kosong () berarti

mendapat nilai tidak tuntas, anak dengan tanda bulatan penuh (●) berarti

mendapat nilai tuntas, sedangkan anak yang mendapat nilai setengah tuntas

dengan tanda chek list (v). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Penilaian

Tanda Nilai Keterangan

Tidak Tuntas

v Setengah Tuntas

● Tuntas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Sedangkan menurut pendapat Uyu Wahyudin, dkk (2011: 83-84)

menyatakan bahwa dalam pencatatan hasil penilaian harian sesuai dengan

kurikulum 2010 dilaksanakan sebagai berikut: (a) catatan hasil penilaian

dicantumkan dalam kolom penilaian RKH, (b) anak yang belum berkembang

dalam penilaiannya diberi tanda satu bintang (*), (c) anak yang sudah mulai

berkembang diberi tanda (**), (d) anak yang sudah berkembang sesuai tahapan

diberi tanda (***), (e) anak yang berkembang sesuai harapan mendapat (****), (f)

penggunaan tanda bintang merupakan simbol tingkat pencapaian perkembangan

anak. Simbol penilaian ini sebagai catatan guru yang digunakan untuk

mengkonfersikan nilai sehingga lebih mudah dalam mengetahui tingkat

perkembangan anak. Pada penelitian ini kriteria penilaian yang digunakan yaitu

menggunakan skor sesuai dengan penentuan nilai yang dilakukan oleh dwi

yulianti (2010: 157). Skor yang digunakan yaitu dari skor satu sampai dengan

tiga. Skor 1 berarti anak belum berkembang sesuai harapan, skor 2 berarti anak

sudah berkembang sesuai harapan, dan skor 3 berarti anak berkembang sesuai

harapan. Hal ini dapat ditunjukkan sesuai Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian

Membuat Kombinasi Warna Membuat Keputusan

Skor 1 : Anak tidak bisa membuat

kombinasi warna.

Skor 2 : Anak dapat membuat

kombinasi warna.

Skor 3 : Anak dapat membuat

kombinasi lebih dari satu

indikator terpenuhi.

Skor 1 : Anak tidak bisa membuat

keputusan yang benar.

Skor 2 : Anak dapat membuat dua

keputusan dengan benar.

Skor 3 : Anak dapat membuat

keputusan lebih dari dua.

Pada penelitian ini, aspek yang dinilai berjumlah dua yaitu membuat

kombinasi warna dan membuat keputusan. Perolehan skor setiap aspek akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dijumlahkan sehingga akan memperoleh skor total. Hasil skor yang diperoleh

anak yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6. Anak yang memperoleh skor total 2 atau 3 berarti

anak tersebut mendapat nilai setara dengan tanda bulatan kosong () atau nilai

anak tidak tuntas, sedangkan anak yang mendapat skor total 4 berarti setara

dengan tanda chek list (V) atau nilai anak setengah tuntas, dan anak yang

mendapat skor total 5 atau 6 berarti setara dengan tanda bulatan penuh (●) atau

nilai anak tuntas.

Strategi mastery learning (belajar tuntas) menurut Bloom dalam Siswojo

(1985: 15) menyatakan bahwa 95% dari siswa kita dapat menguasai sebagian

besar dari apa yang diajarkan dan menekankan pentingnya penentuan dari apa

yang dimaksud mastery (penguasaan). Sesuai pernyataan Bloom, peneliti juga

perlu menentukan persentase ketuntasan yang ditargetkan yaitu sebesar 75%. Dari

target yang ditentukan tersebut akan terlihat apakah pembelajaran yang

dilaksanakan berhasil atau belum berhasil. Apabila belum mencapai target seperti

yang sudah ditetapkan, maka peneliti masih harus melakukan penelitian dengan

melaksanakan tindakan ke siklus selanjutnya. Indikator kinerja yang ingin dicapai

peneliti dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3. Indikator Kinerja Penelitian

ASPEKYANG

DIUKUR

PERSENTASE YANGDITARGETKAN CARA MENGUKUR

MembuatKombinasi

Warna

75% Diamati dari cara dan hasilmengkombinasikan warna

MembuatKeputusan

75%

Diamati dari cara dan hasilkeputusan dalam menentukansimbol warna, menentukanwarna yang digunakan dan yangdicampur dengan pemikiransendiri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Identifikasi Masalah

Hasil Refleksi

Perencanaan II

Perencanaan I

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

Observasi

dst

H. Prosedur Penelitian

Sebagai gambaran, prosedur penelitian dapat dilihat dari gambar

penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kelas Kemmis dan Taggart

dalam ishaq madeamin (diunduh 07/04/2012) dapat dilihat pada Gambar 3.2

berikut ini.

Siklus 1

Siklus 2

Keterangan

: Kegiatan: Hasil kegiatan: Kegiatan berlangsung secara bersamaan: Urutan pelaksanaan kegiatan

Gambar 3.2. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Prosedur penelitian terdiri dari siklus-siklus. Dalam prosedur penelitian

ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam 2 (dua)

kali tatap muka. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam penelitian ini

dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3)

observasi; dan 4) refleksi.

Rencana tindakan pada masing-masing siklus tersebut dilaksanakan

sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti pada didesain dalam faktor-faktor

yang sudah diselidiki. Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan guru

untuk mengetahui permasalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains pada anak saat mencoba mencampur warna dan membuat

keputusan. Sehubungan dengan itu, maka tindakan yang diduga paling tepat

adalah melalui model quantum teaching untuk meningkatkan kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains. Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat

dijabarkan dalam uraian sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa

persiapan-persiapan yang terdiri dari :

1) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang

akan dilaksanakan pada siklus I: Kognitif nomor 6, yaitu mencoba

dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.

2) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus

disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan pada siklus I.

3) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model

quantum teaching. Guru masih terlibat kegiatan demonstrasi.

4) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan

pencampuran warna dalam pengenalan sains. Bahan dan alat yang

digunakan adalah mika bewarna dan pewarna makanan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

5) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses yaitu penugasan

yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.

6) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah melalui model

quantum teaching, adapun langkah-langkah penerapannya dengan istilah

TANDUR, antara lain:

1) T (Tanamkan). Guru menarik perhatian dan minat anak dengan

melakukan pantomime.

2) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi secara

bersama-sama. Pada pertemuan ke-1 (satu), setiap kelompok

menempelkan mika warna. Pada pertemuan ke-2 mencampur warna

dengan menuangkan warna ke dalam gelas.

3) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna yang

ditunjukkan. Adapun warna tersebut yaitu warna primer (merah,

kuning, biru) dan warna sekunder (oranye, hijau, ungu).

4) D (Demonstrasikan). Guru mempraktekkan percampuran warna di

depan kelas cara mengerjakan tugas yang akan diberikan kepada anak.

5) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Pada pertemuan ke-1

(satu) anak memasukkan mika warna kemudian mewarnai pola pada

lembar kerja. Sedangkan pada pertemuan ke-2 (dua) anak mengamati

perubahan warna dengan mengambil 1 sendok warna yang berbeda

kedalam palet, kemudian mengoleskannya pada lembar kerja.

6) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah

dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu

menyelesaikan kegiatannya. Pada pertemuan ke-1 (satu) anak bertepuk

tangan, yaitu “tepuk MeJiKuHiBiNiU”. Sedangkan, pada pertemuan

ke-2 (dua) guru mengajak anak bertepuk tangan, yaitu “tepuk warna”.

7) Penutup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

c. Observasi Tindakan

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu peneliti dan 1

(satu) guru yang mengajar. Observasi dilakukan selama penelitian

berlangsung yaitu selama 2 (dua) kali pada siklus I. Adapun variable yang

diobservasi dengan menggunakan lembar observasi adalah:

1) Proses pembelajaran yang dilakukan anak. Peneliti mengamati

bagaiman anak mengungkapkan pendapatnya, ketika menyebutkan

bermacam-macam warna, menunjukkan ketertarikannya dalam

kegiatan demonstrasi, saat mencoba mempraktekkan ketika warna

dicampur. Observer menyimpulkan pelaksanaan kegiatan yang telah

dilakukan oleh anak. Selama proses pencampuran warna dalam

kegiatan pengenalan sains, apakah telah mampu meningkatkan

kemampuan berpikir anak atau belum.

2) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru diamati

apakah memperhatikan keadaan lingkungan pembelajaran, selalu

memberikan pengarahan kepada semua anak ketika mengalami

kesulitan dalam menggunakan peralatan ataukah sudah memberikan

kesempatan kepada anak untuk berusaha mengulangi kegiatan tersebut

tanpa selalu diberi pengarahan.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-

langkah perbaikan apa yang dapat ditempuh, sehingga akan didapatkan

suatu solusi untuk semua permasalahan yang dialami oleh guru dan anak

didik dalam kegiatan pembelajaran pengenalan sains pada materi

percampuran warna.

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan I dan II.

Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat digunakan untuk

menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Hasil pengolahan data pada siklus I diperoleh, rata-rata nilai yang

diperoleh 4,63. Sedangkan peserta didik yang mendapatkan nilai diatas

nilai minimal yaitu sebanyak 8 anak, jika diprosentase menjadi 66,67%.

Hasil tersebut masih berada di bawah indikator keberhasilan. Setelah

dianalisis penyebabnya adalah :

1) Anak didik belum terbiasa dengan model pembelajaran kuantum.

2) Guru kurang menarik perhatian anak karena tidak menggunakan

media yang menarik.

3) Posisi tempat duduk membuat anak kesulitan dalam bekerjasama.

4) Guru kurang melibatkan anak didik dalam beberapa kegiatan.

5) Anak didik masih kebingungan untuk mengerjakan tugas.

Permasalahan yang timbul dalam silkus I dicari pemecahannya

dan ditindak lanjuti pada siklus II. Hasil refleksi dan evaluasi siklus I

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir namun belum

memenuhi target indikator kinerja maka perlu dilakukan siklus II.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa

persiapan-persiapan yang terdiri dari :

1) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang

akan dilaksanakan pada siklus II: Kognitif nomor 6, yaitu mencoba

dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.

2) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus

disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan pada siklus II.

3) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model

quantum teachingdengan cara guru melibatkan anak ketika melakukan

kegiatan untuk mengalami sendiri dan demonstrasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan

percampuran warna. Bahan yang digunakan adalah mika warna dan

pewarna makanan.

5) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses berupa penugasan

yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.

6) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah melalui model

quantum teaching, adapun langkah-langkah penerapannya dengan istilah

TANDUR, antara lain:

1) T (Tanamkan). Guru menarik perhatian dan minat anak dengan

bercerita menggunakan boneka tangan. Pada pertemuan ke-3 (tiga)

guru bercerita dengan menggunakan boneka tangan seperti melihat ke

langit, menunjukkan suasana pagi, siang dan malam. Sedangkan pada

pertemuan ke-4 (empat) guru bercerita munculnya pelangi berwarna-

warni dengan menggunakan boneka tangan.

2) A (Alami). Guru membuat 3 kelompok masing-masing kelompok

terdiri dari 4 anak. Pada pertemuan ke-3 (tiga) anak bekerjasama

mencampurkan air sabun yang sudah berwarna kemudian diaduk dan

ditiup sehingga menghasilkan gelembung-gelembung sabun.

Pertemuan ke-4 (empat) anak bekerjasama meneteskan 1 tetes warna

yang berbeda diatas kapas.

3) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna yang

ditunjukkan. Adapun warna tersebut yaitu warna primer (merah,

kuning, biru) dan warna sekunder (oranye, hijau, ungu).

4) D (Demonstrasikan). Guru meminta salah satu anak membantu

mempraktekkan percampuran warna di depan kelas cara mengerjakan

tugas pada lembar kerja.

5) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Pada pertemuan ke-3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

(tiga) anak mengambil air sabun yang berwarna lalu ditiupkannya

sehingga menjadi gelembung sabun diatas tissue. Sedangkan pada

pertemuan ke-4 (empat) anak megamati perubahan warna dengan

meneteskan 2 tetes warna yang berbeda.

6) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah

dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu

menyelesaikan kegiatannya. Pada pertemuan ke-3 (tiga) mengajak

anak bernyanyi “warna sekunder”. Sedangkan pada pertemuan ke-4

(empat) guru mengajak anak bernyanyi “colour”.

7) Penutup.

c. Observasi Tindakan

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu peneliti dan 1

(satu) guru yang mengajar. Observasi dilakukan selama penelitian

berlangsung yaitu selama 2 (dua) kali pada siklus II. Adapun variable yang

diobservasi dengan menggunakan lembar observasi adalah:

1) Proses pembelajaran yang dilakukan anak. Peneliti mengamati anak

mengungkapkan pendapatnya, ketika menyebutkan bermacam-macam

warna, menunjukkan ketertarikannya dalam kegiatan demonstrasi, saat

mencoba mempraktekkan ketika warna dicampur. Observer

menyimpulkan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh anak.

Selama proses pencampuran warna dalam kegiatan pengenalan sains,

apakah telah mampu meningkatkan kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains anak atau belum.

2) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru diamati

apakah memperhatikan keadaan lingkungan pembelajaran, selalu

memberikan pengarahan kepada semua anak ketika mengalami

kesulitan dalam menggunakan peralatan ataukah sudah memberikan

kesempatan kepada anak untuk berusaha mengulangi kegiatan tersebut

tanpa selalu diberi pengarahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

d. Analisis dan Refleksi

Hasil observasi antara diskusi guru dan pengamat tentang

pelaksanaan kegiatan, kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-

langkah perbaikan apa yang dapat ditempuh. Sehingga didapatkan suatu

solusi untuk semua permasalahan yang dialami oleh guru dan anak dalam

proses kegiatan sains.

Pada siklus II setelah data diolah maka diperoleh hasil, bahwa

jumlah anak didik yang mencapai indikator keberhasilan yaitu 11 anak,

sehingga prosentase indikator ketercapaian apabila diprosentasekan

menjadi 91,66% melebihi indikator keberhasilan dan nilai rata-rata yang

diperoleh sebesar 5,54.

Hasil dari siklus II sudah menunjukkan peningkatan kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains dan sudah memenuhi target indikator

kerja maka tidak perlu dilakukan siklus III. Jadi pada siklus II ini dapat

disimpulkan penelitian ini berhasil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Al-Falah

kecamatan Baturetno kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Tepatnya

berada di jalan Kinanti No. 21 Naiban dusun Batulor desa Baturetno kecamatan

Baturetno kabupaten Wonogiri. Status TK Islam Al-Falah adalah Taman Kanak-

kanak pembina swasta dengan Nomor Statistik Taman Kanak-kanak (NSTK) 00 2

03 12 22 045 sejak didirikan pada tahun 2005.

TK Islam Al-Falah kecamatan Baturetno kabupaten Wonogiri

mempunyai luas tanah 1652 meter persegi dengan status tanah 1552 meter persegi

merupakan milik sendiri dan wakaf seluas 100 meter persegi. Halaman sekolah

seluas 326 meter persegi yang dimanfaatkan sebagai lapangan olahraga, taman

bermain, kebun sekolah dan 1 kolam renang. Bangunan gedung terdiri dari 6

gedung, 3 gedung diantaranya terdiri dari 2 lantai. Ruangan yang ada di lantai 1

antara lain: 1 ruang guru, 2 ruang UKS, 1 ruang kepala TK, 1 ruang Tata Usaha

lengkap dengan 2 komputer dan 2 mesin ketik, 2 ruang kelas kelompok A dan 2

ruang kelas kelompok B, 1 ruang Kelompok Bermain, 1 ruang speeloods/ ruang

serbaguna, 1 ruang penjaga, 1 ruang kantin/ dapur, 8 ruang kamar mandi.

Sedangkan ruangan yang ada dilantai 2 antara lain: 1 ruang tamu, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang KKG, 1 ruang laboraturium, 1 ruang bermain didalam, 1

ruang ibadah, 1 ruang kamar mandi. Ruangan yang ada disekolah ini merupakan

penunjang terlaksananya proses pembelajaran.

Pada Tahun Pelajaran 2011/2012 di sekolah ini dipimpin oleh seorang

Kepala Sekolah yang mewakili 6 (enam) guru, 1 (satu) petugas Tata Usaha (TU),

1 (satu) penjaga, dan 1 (satu) koki yang bertugas memasak makanan. Sehingga

seluruh anggota pendidik dan staff di TK Islam Al-Falah berjumlah 9 orang. Di

TK Islam Al-Falah tidak menyediakan kantin seperti pada umumnya, sehingga

makanan bergizi diberikan pada jam istirahat untuk seluruh anak didik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Jumlah seluruh anak didik TK Islam Al-Falah Tahun Pelajaran

2011/2012 adalah 57 anak didik yang terdiri dari 35 anak laki-laki dan 22 anak

perempuan. Anak didik terbagi menjadi 4 kelas yakni 2 kelas untuk kelompok A

dan 2 kelas untuk kelompok B. Kelompok A1 sebanyak 19 anak didik, Kelompok

A2 sebanyak 12 anak didik, kelompok B1 sebanyak 13 anak didik, kelompok B2

sebanyak sebanyak 13 anak didik. Pada penelitian ini yang digunakan sebagai

objek penelitian yaitu kelompok A2 sebab peneliti merupakan guru di kelas

tersebut dan adanya permasalahan selama proses belajar mengajar yang harus

segera diatasi.

Jumlah anak didik kelompok A2 TK Islam Al-Falah berjumlah 12 anak

didik, yang terdiri dari 6 peserta didik laki-laki dan 6 peserta didik perempuan.

Anak didik berasal dari latar belakang sosial, perbedaan jenis kelamin dan tingkat

umur yang berbeda-beda sehingga akan mempengaruhi hasil tindakan pada

penelitian.

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru di

kelompok A2 melakukan observasi atau pengamatan awal dengan tujuan

mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil observasi

diketahui bahwa anak didik mengalami kesulitan untuk berpikir dalam pengenalan

sains pada materi percampuran warna. Hal ini dikarenakan guru belum

mengupayakan model pembelajaran yang tepat dan menarik untuk meningkatkan

kemampuan anak berpikir terhadap materi pembelajaran, terbukti hasil yang

sudah diperoleh juga belum maksimal. Sehingga, pada penelitian ini dikhususkan

pada kegiatan pengenalan sains dengan materi percampuran warna sebagai

harapan untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.

Adapun gambaran kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: dalam

kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode tanya jawab, ceramah, dan

demostrasi. Pada kegiatan awal pembelajaran dilakukan tanya jawab untuk

menggali pengetahuan yang sudah diketahui oleh anak sesuai dengan materi yang

telah dipelajari. Hasil dari pelaksanaan kegiatan tanya jawab yaitu hanya ada

beberapa anak yang mau berpartisipasi atau terlibat menjawab pertanyaan ataupun

menyampaikan pertanyaan. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

metode ceramah. Guru mendemostrasikan bagaimana mengerjakan tugas

mencampur warna, dan kemudian memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh

anak. Selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, anak didik kurang

tertarik dengan materi kegiatan. Ketika mengerjakan tugas, anak didik cenderung

sering bertanya kepada guru bagaimana cara menyelesaikan tugas pada lembar

kerja tersebut. Pada kegiatan akhir, guru menunjukkan hasil pekerjaan anak

dengan membandingkan antara yang mendapat nilai tuntas dan yang tidak tuntas

dengan tujuan agar anak termotivasi menyelesaikan tugas dengan baik seperti

temannya yang mendapat nilai tuntas.

Hasil penilaian guru yang diperoleh dari nilai kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains yaitu 7 anak belum mencapai indikator ketercapaian karena 4

anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () atau mendapatkan nilai

tidak tuntas dan 3 anak mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) atau setengah

tuntas dan hanya 5 anak yang mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau

nilai tuntas. Oleh karena itu, perlu melakukan tindakan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains dengan materi percampuran

warna. Berdasarkan data nilai yang diperoleh pratindakan dapat dibuat Tabel 4.1.

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

No Responden

Kemampuan Berpikir Skor Akhir

(A)MembuatKombinasi

(B)MembuatKeputusan Skor Nilai Tanda

1 2 3 1 2 3

1. 159 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●

2. 167 1 2 3 1 2 3 4 66,67 v

3. 186 1 2 3 1 2 3 4 66,67 v

4. 190 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

5. 193 1 2 3 1 2 3 3 50

6. 195 1 2 3 1 2 3 4 66,67 v

7. 203 1 2 3 1 2 3 3 50

8. 205 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●

9. 216 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●

10. 220 1 2 3 1 2 3 2 33,33

11. 224 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●

12. 225 1 2 3 1 2 3 2 33,33

Jumlah Skor 47 783,32 5

Prosentase anak didik Jumlah anak didik tidak tuntastidak tuntas () = X 100%

Jumlah anak

4= X 100%

12

33,33%

Prosentase anak didik Jumlah anak didik tidak tuntassetengah tuntas (v) = X 100%

Jumlah anak

3= X 100%

12

25%

Prosentase Jumlah anak didik tuntasanak didik tuntas (●) = X 100%

Jumlah anak

5= X 100%

12

41,67%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Hasil penilaian pratindakan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta

didik belum mendapatkan nilai tuntas. Oleh karena itu, perlu mengadakan

penelitian di kelompok A2 untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains pada materi percampuran warna sehingga anak mampu

mengkombinasikan warna dan mengambil keputusan dengan tepat. Berdasarkan

data yang diperoleh pada kondisi awal tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4.2.

sebagai berikut:

Tabel 4.2. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

NoSkor Akhir

Frekuensi ProsentaseFrekuensi

Ket.Skor Nilai Tanda

1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 4 33,33%TidakTuntas

2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 3 25%SetengahTuntas

3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 5 41,67 % Tuntas

JUMLAH 12 100 %

Berdasar Tabel 4.2. maka nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains pratindakan menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan nilai dengan tanda

bulatan kosong () yang berarti anak mendapatkan nilai tidak tuntas sebanyak 4

anak jika diprosentase adalah 33,33%, sedangkan anak yang mendapatkan nilai

dengan tanda chek list (v) yang berarti anak mendapatkan nilai setengah tuntas

berjumlah 3 anak jika diprosentase adalah 25%, dan yang mendapat nilai dengan

tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru mencapai 41,67%, padahal indikator

ketercapaian adalah 75% anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●)

atau nilai tuntas. Prosentase frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dapat digambarkan dengan grafik

pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:

Gambar 4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan

Berdasarkan grafik prosentase frekuensi data nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains pratindakan, maka dapat disajikan tabel hasil kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dengan keterangan skor terendah,

skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata sesuai Tabel 4.3. sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

Keterangan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains PraTindakan

Skor Terendah 2

Skor Tertinggi 5

Skor rata-rata 3,92

Nilai Rata-Rata 65,78

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

1,6 - 3,0 (o)

PR

OSE

NT

ASE

FR

EK

UE

NSI

66

berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dapat digambarkan dengan grafik

pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:

Gambar 4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan

Berdasarkan grafik prosentase frekuensi data nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains pratindakan, maka dapat disajikan tabel hasil kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dengan keterangan skor terendah,

skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata sesuai Tabel 4.3. sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

Keterangan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains PraTindakan

Skor Terendah 2

Skor Tertinggi 5

Skor rata-rata 3,92

Nilai Rata-Rata 65,78

1,6 - 3,0 (o) 3,1 - 4,5 (v) 4,6 - 6,0 (●)

RENTANG NILAI

66

berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dapat digambarkan dengan grafik

pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:

Gambar 4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan

Berdasarkan grafik prosentase frekuensi data nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains pratindakan, maka dapat disajikan tabel hasil kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dengan keterangan skor terendah,

skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata sesuai Tabel 4.3. sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

Keterangan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains PraTindakan

Skor Terendah 2

Skor Tertinggi 5

Skor rata-rata 3,92

Nilai Rata-Rata 65,78

4,6 - 6,0 (●)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan perhitungan

berikut ini.

Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =

Jumlah anak

47=

12

= 3,92

Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas=

Jumlah anak

783,32=

12

= 65,78

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains pratindakan, maka dibuat grafik pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

Skor Terendah

67

Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan perhitungan

berikut ini.

Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =

Jumlah anak

47=

12

= 3,92

Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas=

Jumlah anak

783,32=

12

= 65,78

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains pratindakan, maka dibuat grafik pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

2 5 3,92

65,78

Skor Terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Nilai Rata-rata

67

Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan perhitungan

berikut ini.

Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =

Jumlah anak

47=

12

= 3,92

Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas=

Jumlah anak

783,32=

12

= 65,78

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains pratindakan, maka dibuat grafik pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan

Nilai Rata-rata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains

pratindakan menunjukkan bahwa skor terendah adalah 2 setara 33,33 yang berarti

anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong (), dan skor tertinggi

dengan jumlah kriteria 5 setara dengan 83,33 yang berarti anak mendapatkan nilai

bulatan penuh (●). Maka, skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,92 dan nilai rata-

rata 65,78. Sedangkan prosentase peserta didik tuntas baru mencapai 41,67%

sehingga masih dibawah target indikator keberhasilan yaitu sebesar 75%.

Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh permasalahan

sebagai berikut:

1) Anak didik cepat merasa bosan ketika mendengarkan materi pembelajaran.

2) Guru kurang menarik perhatian anak karena tidak menggunakan media yang

menarik.

3) Posisi tempat duduk membuat anak kesulitan dalam bekerjasama.

4) Guru kurang melibatkan anak didik dalam beberapa kegiatan.

5) Anak didik masih kebingungan untuk mengerjakan tugas.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melakukan tindakan dengan

suasana yang menyenangkan agar anak tertarik untuk mencoba dan merangsang

anak mampu untuk mengkombinasikan warna dan mampu membuat keputusan

dengan benar sehingga nilai kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains

mencapai nilai tuntas. Cara yang paling tepat yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang diterapkan adalah model

quantun teaching.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

Deskripsi pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini

terdiri dari paparan siklus I, dan paparan siklus II.

1. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap

pertemuan terdiri dari 2x35 menit. Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari

perencanaan, data tindakan, data observasi, dan data refleksi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari rabu, 4

April 2012 di ruang guru TK Islam Al-Falah Baturetno. Peneliti dan guru

pendamping mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan

dalam penelitian ini. Hasil dari pertemuan tersebut adalah adanya

kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2

kali pertemuan, dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2x35 menit, yaitu

pada hari Kamis, 5 April 2012 dan Selasa, 10 April 2012.

Perencanaan sebelum tindakan dilakukan kegiatan adalah

sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang

akan dilaksanakan pada siklus I : Kognitif nomor 6, yaitu mencoba

dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.

2) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus

disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan pada siklus I.

3) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model

quantum teaching. Guru masih terlibat kegiatan demonstrasi.

4) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan

pencampuran warna dalam pengenalan sains.

5) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses yaitu penugasan

yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.

6) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).

7) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat dan penjelasan cara

pengisian lembar pengamatan (Observasi) dan lembar wawancara.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, guru menggunakan model pembelajaran dengan

menerapkan model quantum teaching sesuai rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun. Sesuai dengan yang telah direncanakan,

maka pada siklus I akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Adapun

pemaparannya adalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian

menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,

dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.

b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi dengan cara meminta

seluruh anak untuk menebak gerakan yang dipraktekkan oleh guru

yang berkaitan dengan warna.

c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan

pembelajaran dengan menggunakan media gambar bendera.

d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi

secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok

tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru

harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan

pada setiap kelompok yaitu, menempelkan mika warna sesuai

arahan yang diperintahkan oleh guru.

e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna

mika warna primer yang ditunjukkan antara lain mika berwarna

merah, kuning dan biru. Selanjutnya guru mengajak anak untuk

menyebutkan hasil dari percampuran warna dengan menggunakan

mika, yaitu warna sekunder (oranye, hijau, ungu).

f) D (Demonstrasikan). Guru mempraktekkan percampuran warna di

depan kelas cara mengerjakan tugas yang akan dikerjakan anak.

g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak memasukkan

mika warna kemudian mewarnai pola pada lembar kerja. Selama

mengerjakan tugas pada lembar kerja, guru memutar musik.

h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah

dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu

menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2

diajak bertepuk tangan, yaitu “tepuk MeJiKuHiBiNiU”.

“Tepuk MeJiKuHiBiNiU”.

Plok bleg-bleg-bleg Merah, Plok bleg-bleg-bleg Jingga

Plok bleg-bleg-bleg Kuning, Plok bleg-bleg-bleg Hijau

Plok bleg-bleg-bleg Biru, Plok bleg-bleg-bleg Nila

Plok bleg-bleg-bleg Ungu, MeJiKuHiBiNiU Oye

i) Penutup.

2) Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut:

a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian

menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,

dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.

b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi dengan cara meminta

seluruh anak untuk menebak gerakan yang dipraktekkan oleh guru

berkaitan dengan alat untuk mencampur warna.

c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan

pembelajaran dengan menggunakan gelas sebagai media atau alat

yang digunakan untuk mencampur warna.

d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi

secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok

tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru

harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan

pada setiap kelompok yaitu, mencampur warna dengan gelas

plastik sesuai arahan yang diperintahkan oleh guru.

e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna

pada botol yang ditunjukkan warna tersebut yaitu warna primer

(merah, kuning, biru). Selanjutnya guru mengajak anak untuk

menyebutkan hasil dari percampuran warna yaitu warna sekunder

(oranye, hijau, ungu).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

f) D (Demonstrasikan). Guru mempraktekkan percampuran warna di

depan kelas cara mengerjakan tugas yang akan dikerjakan anak.

g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak mengamati

perubahan warna dengan mengambil 1 sendok warna yang

berbeda ke dalam palet, kemudian mengoleskannya pada lembar

kerja. Selama mengerjakan tugas pada lembar kerja, guru memutar

musik.

h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah

dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu

menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif

selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2

diajak bertepuk tangan, yaitu “tepuk warna”.

“Tepuk warna”

Merah (sambil memetik jari kanan)

Kuning (sambil memetik jari kiri)

Oranye (lalu bertepuk tangan dua kali)

Merah (sambil memetik jari kanan)

Biru (sambil memetik jari kiri)

Ungu (lalu bertepuk tangan dua kali)

Biru (sambil memetik jari kanan)

Kuning (sambil memetik jari kiri)

Hijau (lalu bertepuk tangan dua kali)

Warna warna yeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee

i) Penutup.

c. Observasi Tindakan

Peneliti melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Tujuan utama yang menjadi sasaran observasi penelitian

adalah aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan

kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak didik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

1) Hasil Observasi pada Guru

a) Pada kegiatan awal, guru sudah melakukan kegiatan sesuai dengan

indikator yang telah ditentukan.

b) Guru kurang mampu mengelola waktu, sehingga melebihi waktu

yang telah ditentukan.

c) Guru sudah menumbuhkan minat dengan mengorganisasikan anak

pada masalah dalam penelitian secara baik.

d) Guru sudah memberikan kesempatan kepada anak dengan

mengorganisasikan untuk belajar mengalami kegiatan secara

berkelompok secara baik. Namun, guru dalam mengatur tempat

duduk secara bersab atau berbentuk garis lurus ternyata kurang

baik. Hal ini dikarenakan anak kesulitan untuk bekerjasama.

Walaupun dalam variasi duduk sudah baik, karena beralas karpet

pada pertemuan pertama dan menggunakan kursi pada pertemuan

kedua.

e) Guru kurang membimbing anak untuk melaporkan hasil kerja

kelompok.

f) Guru tidak memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

terlibat dalam kegiatan demonstrasi.

g) Guru terlalu sering memberikan bantuan kepada anak didik saat

mengerjakan tugas individu.

h) Guru sudah mampu menutup pelajaran dengan baik.

2) Hasil Observasi pada Anak

a) Pada kegiatan awal anak didik sudah tertarik dengan materi

percampuran warna.

b) Anak didik terlihat antusias dalam mengamati warna, namun

kurang berani mengungkapkan pengalaman yang berkaitan dengan

warna.

c) Hanya beberapa anak didik yang merespon pertanyaan guru,

namun sudah mampu membedakan warna dengan baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

d) Anak didik masih kurang memperhatikan penjelasan dan petunjuk

dari guru dan hanya beberapa anak didik yang berpartisipasi aktif

dalam kegiatan.

e) Anak didik masih kesulitan mengingat langkah-langkah dalam

menyelesaikan tugas dan kurang tertib karena saling berebut

peralatan yang digunakan serta beberapa anak didik yang suka

mengganggu temannya.

f) Anak didik terlihat senang dengan suasana dikelas. Hal ini terlihat

dalam mengerjakan tugas sambil bernyanyi. Namun, masih

banyak anak didik yang masih dibantu dalam menyelesaikan

tugas.

g) Anak didik terlihat bersemangat dan saling berlomba untuk

mendapatkan pin.

d. Refleksi Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa

peserta didik yang mendapat nilai tuntas berjumlah 8 anak. Apabila

diprosentasekan baru mencapai 66,67%. Padahal perolehan tersebut masih

berada di bawah indikator ketercapaian pada penelitian ini, yaitu 75%.

Oleh karena itu, peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II dengan

materi yang sama yaitu percampuran warna. Peneliti menindak lanjuti

kesalahan, temuan, serta dalam pemberian perlakuan terhadap anak

dengan perbedaan yang dimiliki seperti perbedaan jenis kelamin, sifat dan

status sosial. Hasil dari tindak lanjut tersebut akan digunakan untuk

memperbaiki hasil pada siklus berikutnya. Berdasarkan data yang

diperoleh pada siklus I, dapat dilihat perbandingan frekuensi data nilai

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains setiap pertemuan dengan

Tabel 4.4 sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 4.4. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Setiap Pertemuan pada Siklus I

Siklus I

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 3 2 7 3 1 8

Prosentase 25% 16,67% 58,33% 25% 8,33% 66,67%

Berdasar Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pada setiap pertemuan

siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 menunjukkan hasil yang sama yaitu

nilai dengan tanda bulatan kosong () dengan prosentase 25%. Sedangkan

nilai dengan tanda chek list (v) pada pertemuan 1 dengan prosentase

16,67% dan pada pertemuan 2 diprosentase adalah 8,33%. sedangkan

nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 58,33%

menjadi 66,67%. Frekuensi ketuntasan pada siklus I dapat dilihat pada

Tabel 4.5. sebagai berikut:

Tabel 4.5. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I

NoSkor Akhir

Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda

1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 3 25%TidakTuntas

2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas

3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 8 66,67% Tuntas

JUMLAH 12 100 %

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Berdasarkan Tabel 4.5. Frekuensi data nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains siklus I, menunjukkan bahwa anak yang

mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () sebanyak 3 anak jika

diprosentase 25% anak mendapatkan nilai tidak tuntas, sedangkan anak

yang mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) hanya 1 anak jika

diprosentase 8,33% anak mendapatkan nilai setengah tuntas, dan yang

mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru

mencapai 66,67%. Sedangkan prosentase frekuensi data nilai kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains siklus I dapat disajikan dalam bentuk

grafik pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Siklus I

Berdasarkan Gambar 4.3. grafik frekuensi data nilai hasil

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus I yang

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka nilai yang diperoleh anak

pada siklus I dapat disajikan tabel hasil kemampuan berpikir siklus I

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

PR

OSE

NT

ASE

FR

EK

UE

NSI

76

Berdasarkan Tabel 4.5. Frekuensi data nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains siklus I, menunjukkan bahwa anak yang

mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () sebanyak 3 anak jika

diprosentase 25% anak mendapatkan nilai tidak tuntas, sedangkan anak

yang mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) hanya 1 anak jika

diprosentase 8,33% anak mendapatkan nilai setengah tuntas, dan yang

mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru

mencapai 66,67%. Sedangkan prosentase frekuensi data nilai kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains siklus I dapat disajikan dalam bentuk

grafik pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Siklus I

Berdasarkan Gambar 4.3. grafik frekuensi data nilai hasil

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus I yang

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka nilai yang diperoleh anak

pada siklus I dapat disajikan tabel hasil kemampuan berpikir siklus I

1,6 - 3,0 (o) 3,1 - 4,5 (v) 4,6 - 6,0 (●)

RENTANG NILAI

76

Berdasarkan Tabel 4.5. Frekuensi data nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains siklus I, menunjukkan bahwa anak yang

mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () sebanyak 3 anak jika

diprosentase 25% anak mendapatkan nilai tidak tuntas, sedangkan anak

yang mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) hanya 1 anak jika

diprosentase 8,33% anak mendapatkan nilai setengah tuntas, dan yang

mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru

mencapai 66,67%. Sedangkan prosentase frekuensi data nilai kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains siklus I dapat disajikan dalam bentuk

grafik pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Siklus I

Berdasarkan Gambar 4.3. grafik frekuensi data nilai hasil

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus I yang

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka nilai yang diperoleh anak

pada siklus I dapat disajikan tabel hasil kemampuan berpikir siklus I

4,6 - 6,0 (●)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

antara lain dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata,

dan nilai rata-rata, pada Tabel 4.6. sebagai berikut ini:

Tabel 4.6. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I

KeteranganHasil Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I

Skor Terendah 3

Skor Tertinggi 6

Skor rata-rata 4,63

Nilai Rata-Rata 77,08

Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas pada Tabel 4.6.

diatas, diperoleh dari perhitungan berikut ini.

Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =

Jumlah anak

55,5=

12

= 4,63

Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas =

Jumlah anak

925=

12

= 77,08

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains dari tindakan siklus I, maka dapat dibuat grafik pada Gambar 4.4

sebagai berikut:

Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I

Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains

tindakan siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut. Skor terendah yaitu 3

setara 50 yang berarti anak mendapatkan nilai bulatan kosong (), dan

skor tertinggi yaitu 6 setara dengan 100 yang berarti anak mendapatkan

nilai bulatan penuh (●). Skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,63 dan

nilai rata-rata 77,08. Berdasarkan prosentase peserta didik tuntas pada

siklus I yaitu 66,67% anak mendapatkan nilai tuntas sehingga masih

dibawah indikator keberhasilan sebesar 75%. Oleh karena itu, perlu

melakukan tindakan siklus II agar mencapai indikator ketercapaian.

Skor Terendah

78

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains dari tindakan siklus I, maka dapat dibuat grafik pada Gambar 4.4

sebagai berikut:

Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I

Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains

tindakan siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut. Skor terendah yaitu 3

setara 50 yang berarti anak mendapatkan nilai bulatan kosong (), dan

skor tertinggi yaitu 6 setara dengan 100 yang berarti anak mendapatkan

nilai bulatan penuh (●). Skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,63 dan

nilai rata-rata 77,08. Berdasarkan prosentase peserta didik tuntas pada

siklus I yaitu 66,67% anak mendapatkan nilai tuntas sehingga masih

dibawah indikator keberhasilan sebesar 75%. Oleh karena itu, perlu

melakukan tindakan siklus II agar mencapai indikator ketercapaian.

3 6 4,63

77,08

Skor Terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Nilai Rata-rata

78

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains dari tindakan siklus I, maka dapat dibuat grafik pada Gambar 4.4

sebagai berikut:

Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I

Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains

tindakan siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut. Skor terendah yaitu 3

setara 50 yang berarti anak mendapatkan nilai bulatan kosong (), dan

skor tertinggi yaitu 6 setara dengan 100 yang berarti anak mendapatkan

nilai bulatan penuh (●). Skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,63 dan

nilai rata-rata 77,08. Berdasarkan prosentase peserta didik tuntas pada

siklus I yaitu 66,67% anak mendapatkan nilai tuntas sehingga masih

dibawah indikator keberhasilan sebesar 75%. Oleh karena itu, perlu

melakukan tindakan siklus II agar mencapai indikator ketercapaian.

Nilai Rata-rata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2. Tindakan Siklus II

Siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan yang dilaksanakan pada

hari kamis, 19 April 2012 dan Selasa 24 April 2012 dengan alokasi waktu

tiap pertemuan 2x35 menit. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan

meliputi:

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari rabu, 18

April 2012 di ruang guru TK Islam Al-Falah Baturetno. Perencanaan

pembelajaran siklus II secara terperinci dapat dideskripsikan sebagai

berikut ini.

1) Mempersiapkan perbaikan-perbaikan yang disusun berdasarkan hasil

dari tindakan siklus I.

2) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang

akan dilaksanakan pada siklus I : Kognitif nomor 6, yaitu mencoba

dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.

3) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus

disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan.

4) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model

quantum teaching dengan cara guru melibatkan anak ketika

melakukan kegiatan untuk mengalami sendiri dan demonstrasi.

5) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan

pencampuran warna dalam pengenalan sains.

6) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses yaitu penugasan yang

dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.

7) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).

8) Melakukan koordinasi dengan observer dan menjelaskan cara

pengisian lembar pengamatan (Observasi) dan lembar wawancara.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan yang sudah direncanakan, pada siklus II akan

dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Adapun pemaparannya adalah

sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian

menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,

dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.

b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi untuk menarik

perhatian dan minat anak dengan bercerita menggunakan boneka

tangan. Seperti melihat ke langit, menunjukkan suasana pagi,

siang dan malam.

c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan

pembelajaran dengan mengajak membandingkan dengan suasana

yang terlihat pada jendela.

d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi

secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok

tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru

harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan

pada setiap kelompok yaitu, mencampurkan air sabun yang

berwarna kemudian diaduk dan ditiup sehingga menghasilkan

gelembung sabun.

e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna

primer yang ditunjukkan. Selanjutnya guru mengajak anak untuk

menyebutkan hasil dari percampuran warna yaitu warna sekunder

(oranye, hijau, ungu).

f) D (Demonstrasikan). Guru meminta salah satu anak membantu

mempraktekkan percampuran warna di depan kelas cara

mengerjakan tugas pada lembar kerja.

g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak mencampur

air sabun yang berwarna lalu ditiupkannya sehingga menjadi

gelembung sabun diatas tissue.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah

dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu

menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif

selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2

diajak bernyanyi “warna sekunder”.

“Warna Sekunder”

Merah kuning bisa jadi oranye. Merah biru bisa jadi ungu.

Biru kuning bisa jadi hijau.

Merah, kuning, hijau itu warna sekunder

i) Penutup.

2) Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut:

a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian

menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,

dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.

b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi dengan cara meminta

seluruh anak untuk menebak gerakan yang dipraktekkan oleh guru

yang berkaitan dengan alat yang digunakan untuk mencampur

warna.

c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan

pembelajaran dengan menggunakan pipet sebagai media atau alat

yang digunakan untuk mencampur warna.

d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi

secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok

tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru

harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan

pada setiap kelompok yaitu, pada materi percampuran warna

dengan menggunakan pipet. Untuk setiap warna diperlukan 1 tetes

warna saja di atas kapas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna

primer (merah, kuning, biru) yang ditunjukkan. Selanjutnya guru

mengajak anak untuk menyebutkan hasil dari percampuran warna

yaitu warna sekunder (oranye, hijau, ungu).

f) D (Demonstrasikan). Guru meminta salah satu anak membantu

mempraktekkan percampuran warna di depan kelas cara

mengerjakan tugas pada lembar kerja.

g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak meneteskan 2

tetes untuk setiap warna dengan menggunakan pipet. Selama

mengerjakan tugas pada lembar kerja, guru memutar musik.

h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah

dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu

menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif

selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2

diajak menyanyi lagu “colours”.

“colours”

Red and blue..and black and white, black and white..

black and white,

Red and blue…and black and white,

And brown and green and yellow

Colours …my colours, Oh how beautiful my colours

Colours …my colours, We can see u in rainbow

i) Penutup.

c. Tahap Observasi Tindakan

Sasaran observasi penelitian siklus II pada dasarnya sama

dengan sasaran observasi penelitian siklus I, yaitu aspek-aspek proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar yang

dilakukan oleh anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

d. Tahap Refleksi Tindakan

Bahwasanya indikator keberhasilan pada penelitian ini apabila

jumlah minimal anak didik tuntas adalah 75%. Setelah data diolah

diperoleh hasil bahwa anak didik yang tuntas berjumlah 11 anak. Apabila

diprosentase menjadi 91,67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian

ini berhasil. Hal ini dapat diketahui dari frekuensi data nilai kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains setiap pertemuan siklus II pada Tabel

4.7. sebagai berikut:

Tabel 4.7. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSetiap Pertemuan pada Siklus II

Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 0 2 10 0 1 11

Prosentase 0% 16,67% 83,33% 0% 8,33% 91,67%

Berdasar Tabel 4.7. maka Perbandingan frekuensi data nilai

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dalam setiap pertemuan

pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 menunjukkan hasil yang

sama yaitu sudah tidak ada anak yang mendapatkan nilai dengan tanda

bulatan kosong () jika diprosentase adalah 0%. Sedangkan anak yang

mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) pada pertemuan 1 berjumlah

2 anak dengan prosentase 16,67% dan pada pertemuan 2 hanya tinggal 1

anak jika diprosentase adalah 8,33%. Jumlah anak yang mendapat nilai

dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 10 anak dengan

prosentase 83,33% menjadi 11 anak dengan prosentase ketuntasan

91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II

NoSkor Akhir

Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda

1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 0 0%TidakTuntas

2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas

3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 11 91,67% Tuntas

JUMLAH 12 100 %

Berdasarkan Tabel 4.8. menunjukkan tidak ada anak yang

mendapatkan nilai bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v)

hanya 1 anak jika diprosentase 8,33% dan yang mendapat nilai dengan

tanda bulatan penuh (●) mencapai 91,67%. Berdasarkan uraian tersebut

dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5. sebagai berikut:

Gambar 4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

PR

OSE

NT

ASE

FR

EK

UE

NSI

84

Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II

NoSkor Akhir

Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda

1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 0 0%TidakTuntas

2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas

3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 11 91,67% Tuntas

JUMLAH 12 100 %

Berdasarkan Tabel 4.8. menunjukkan tidak ada anak yang

mendapatkan nilai bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v)

hanya 1 anak jika diprosentase 8,33% dan yang mendapat nilai dengan

tanda bulatan penuh (●) mencapai 91,67%. Berdasarkan uraian tersebut

dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5. sebagai berikut:

Gambar 4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

1,6 - 3,0 (o) 3,1 - 4,5 (v) 4,6 - 6,0 (●)

RENTANG NILAI

84

Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II

NoSkor Akhir

Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda

1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 0 0%TidakTuntas

2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas

3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 11 91,67% Tuntas

JUMLAH 12 100 %

Berdasarkan Tabel 4.8. menunjukkan tidak ada anak yang

mendapatkan nilai bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v)

hanya 1 anak jika diprosentase 8,33% dan yang mendapat nilai dengan

tanda bulatan penuh (●) mencapai 91,67%. Berdasarkan uraian tersebut

dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5. sebagai berikut:

Gambar 4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II

4,6 - 6,0 (●)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Berdasarkan Gambar 4.5. Grafik prosentase frekuensi data nilai

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus II dapat dibuat

tabel perbandingan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai

rata-rata, dapat disajikan pada Tabel 4.9. sebagai berikut:

Tabel 4.9. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus II

KeteranganHasil Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II

Skor Terendah 4

Skor Tertinggi 6

Skor rata-rata 5,54

Nilai Rata-Rata 92,36

Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan

perhitungan berikut ini.

Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =

Jumlah anak

66,5=

12

= 5,54

Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas =

Jumlah anak

1108,35=

12

= 92,36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus

II sesuai Tabel 4.9. seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat

grafik pada Gambar 4.6. sebagai berikut:

Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II

Berdasarkan Gambar 4.6. grafik hasil nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains siklus II menunjukkan skor terendah adalah 4

yang setara dengan 66,67. Skor tertinggi sudah mencapai angka maksimal

yaitu 6 yang setara dengan nilai 100. Skor rata-rata yaitu 5,54 dan nilai

rata-rata yaitu 92,36.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

1. Perbandingan Hasil Pratindakan dengan Siklus I

Hasil tindakan pada penelitian ini dapat diketahui secara jelas dengan

cara membandingakan antara pratindakan dan pada siklus I. Hal ini

berdasarkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.5, berisi tentang frekuensi data nilai

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dan siklus I dapat

Skor Terendah

86

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus

II sesuai Tabel 4.9. seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat

grafik pada Gambar 4.6. sebagai berikut:

Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II

Berdasarkan Gambar 4.6. grafik hasil nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains siklus II menunjukkan skor terendah adalah 4

yang setara dengan 66,67. Skor tertinggi sudah mencapai angka maksimal

yaitu 6 yang setara dengan nilai 100. Skor rata-rata yaitu 5,54 dan nilai

rata-rata yaitu 92,36.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

1. Perbandingan Hasil Pratindakan dengan Siklus I

Hasil tindakan pada penelitian ini dapat diketahui secara jelas dengan

cara membandingakan antara pratindakan dan pada siklus I. Hal ini

berdasarkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.5, berisi tentang frekuensi data nilai

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dan siklus I dapat

4 6 5,54

92,36

Skor Terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Nilai Rata-rata

86

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus

II sesuai Tabel 4.9. seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat

grafik pada Gambar 4.6. sebagai berikut:

Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II

Berdasarkan Gambar 4.6. grafik hasil nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains siklus II menunjukkan skor terendah adalah 4

yang setara dengan 66,67. Skor tertinggi sudah mencapai angka maksimal

yaitu 6 yang setara dengan nilai 100. Skor rata-rata yaitu 5,54 dan nilai

rata-rata yaitu 92,36.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

1. Perbandingan Hasil Pratindakan dengan Siklus I

Hasil tindakan pada penelitian ini dapat diketahui secara jelas dengan

cara membandingakan antara pratindakan dan pada siklus I. Hal ini

berdasarkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.5, berisi tentang frekuensi data nilai

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dan siklus I dapat

Nilai Rata-rata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

dijelaskan dan dibuat tabel perbandingan yang disajikan pada Tabel 4.10.

sebagai berikut ini:

Tabel 4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I

Pratindakan Siklus I

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 4 3 5 3 1 8

Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67%

Berdasar Tabel 4.10. menunjukkan 4 anak dengan prosentase 33,33%

pratindakan dan siklus I ada 3 anak dengan prosentase 25% mendapatkan nilai

tanda bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v) berjumlah 3 anak

dengan prosentase 25% pratindakan dan siklus I ada 1 anak dengan prosentase

8,33%. Sedangkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari

5 anak dengan prosentase 41,67% menjadi 8 anak dengan prosentase

ketuntasan 66,67%. Seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik

pada Gambar 4.7. sebagai berikut:

Gambar 4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Pratindakan

87

dijelaskan dan dibuat tabel perbandingan yang disajikan pada Tabel 4.10.

sebagai berikut ini:

Tabel 4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I

Pratindakan Siklus I

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 4 3 5 3 1 8

Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67%

Berdasar Tabel 4.10. menunjukkan 4 anak dengan prosentase 33,33%

pratindakan dan siklus I ada 3 anak dengan prosentase 25% mendapatkan nilai

tanda bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v) berjumlah 3 anak

dengan prosentase 25% pratindakan dan siklus I ada 1 anak dengan prosentase

8,33%. Sedangkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari

5 anak dengan prosentase 41,67% menjadi 8 anak dengan prosentase

ketuntasan 66,67%. Seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik

pada Gambar 4.7. sebagai berikut:

Gambar 4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I

Pratindakan Siklus I

87

dijelaskan dan dibuat tabel perbandingan yang disajikan pada Tabel 4.10.

sebagai berikut ini:

Tabel 4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I

Pratindakan Siklus I

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 4 3 5 3 1 8

Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67%

Berdasar Tabel 4.10. menunjukkan 4 anak dengan prosentase 33,33%

pratindakan dan siklus I ada 3 anak dengan prosentase 25% mendapatkan nilai

tanda bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v) berjumlah 3 anak

dengan prosentase 25% pratindakan dan siklus I ada 1 anak dengan prosentase

8,33%. Sedangkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari

5 anak dengan prosentase 41,67% menjadi 8 anak dengan prosentase

ketuntasan 66,67%. Seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik

pada Gambar 4.7. sebagai berikut:

Gambar 4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I

o

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Berdasarkan Gambar 4.7. maka dapat disajikan tabel perbandingan

dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-

rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:

Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan dan Siklus I

Keterangan PraTindakan Siklus I

Skor Terendah 2 3

Skor Tertinggi 5 6

Skor rata-rata 3,92 4,63

Nilai Rata-Rata 65,78 77,08

Berdasarkan Tabel 4.11. Skor terendah pratindakan yaitu 2 pada siklus

I adalah 3. Skor tertinggi pratindakan adalah 5 dan siklus I yaitu 6. Skor rata-

rata pratindakan adalah 3,92 dan siklus I menjadi 4,63. Sedangkan nilai rata-

rata pratindakan adalah 65,78 dan pada siklus I menjadi 77,08. Sehingga dapat

disajikan dalam grafik pada Gambar 4.8. sebagai berikut:

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan dan Siklus I

0102030405060708090

100

Skor Terendah

88

Berdasarkan Gambar 4.7. maka dapat disajikan tabel perbandingan

dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-

rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:

Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan dan Siklus I

Keterangan PraTindakan Siklus I

Skor Terendah 2 3

Skor Tertinggi 5 6

Skor rata-rata 3,92 4,63

Nilai Rata-Rata 65,78 77,08

Berdasarkan Tabel 4.11. Skor terendah pratindakan yaitu 2 pada siklus

I adalah 3. Skor tertinggi pratindakan adalah 5 dan siklus I yaitu 6. Skor rata-

rata pratindakan adalah 3,92 dan siklus I menjadi 4,63. Sedangkan nilai rata-

rata pratindakan adalah 65,78 dan pada siklus I menjadi 77,08. Sehingga dapat

disajikan dalam grafik pada Gambar 4.8. sebagai berikut:

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan dan Siklus I

PraTindakan Siklus I

Skor Terendah Skor Tertinggi Skor rata-rata Nilai Rata-Rata

88

Berdasarkan Gambar 4.7. maka dapat disajikan tabel perbandingan

dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-

rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:

Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan dan Siklus I

Keterangan PraTindakan Siklus I

Skor Terendah 2 3

Skor Tertinggi 5 6

Skor rata-rata 3,92 4,63

Nilai Rata-Rata 65,78 77,08

Berdasarkan Tabel 4.11. Skor terendah pratindakan yaitu 2 pada siklus

I adalah 3. Skor tertinggi pratindakan adalah 5 dan siklus I yaitu 6. Skor rata-

rata pratindakan adalah 3,92 dan siklus I menjadi 4,63. Sedangkan nilai rata-

rata pratindakan adalah 65,78 dan pada siklus I menjadi 77,08. Sehingga dapat

disajikan dalam grafik pada Gambar 4.8. sebagai berikut:

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan dan Siklus I

Nilai Rata-Rata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

2. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.8, dapat dibuat tabel

perbandingan yang akan disajikan pada Tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 3 1 8 0 1 11

Prosentase 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%

Berdasar Tabel 4.12. ada peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk

nilai dengan tanda bulatan kosong () dari 25% menjadi 0%. Nilai dengan

tanda chek list (v) berjumlah sama yaitu 8,33%. Jumlah anak yang mendapat

nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 66,67% menjadi

91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:

Gambar 4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

89

2. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.8, dapat dibuat tabel

perbandingan yang akan disajikan pada Tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 3 1 8 0 1 11

Prosentase 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%

Berdasar Tabel 4.12. ada peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk

nilai dengan tanda bulatan kosong () dari 25% menjadi 0%. Nilai dengan

tanda chek list (v) berjumlah sama yaitu 8,33%. Jumlah anak yang mendapat

nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 66,67% menjadi

91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:

Gambar 4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

89

2. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.8, dapat dibuat tabel

perbandingan yang akan disajikan pada Tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Skor Akhir(tanda) v ● v ●

Frekuensi 3 1 8 0 1 11

Prosentase 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%

Berdasar Tabel 4.12. ada peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk

nilai dengan tanda bulatan kosong () dari 25% menjadi 0%. Nilai dengan

tanda chek list (v) berjumlah sama yaitu 8,33%. Jumlah anak yang mendapat

nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 66,67% menjadi

91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:

Gambar 4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II

o

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Berdasarkan Gambar 4.9. maka dapat disajikan tabel perbandingan

dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-

rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:

Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Skor Terendah 3 4

Skor Tertinggi 6 6

Skor rata-rata 4,63 5,54

Nilai Rata-Rata 77,08 92,36

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus II

sesuai Tabel 4.7. yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik pada

Gambar 4.6. sebagai berikut:

Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Siklus I dan Siklus II

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Skor Terendah

90

Berdasarkan Gambar 4.9. maka dapat disajikan tabel perbandingan

dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-

rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:

Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Skor Terendah 3 4

Skor Tertinggi 6 6

Skor rata-rata 4,63 5,54

Nilai Rata-Rata 77,08 92,36

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus II

sesuai Tabel 4.7. yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik pada

Gambar 4.6. sebagai berikut:

Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Skor Terendah Skor Tertinggi Skor rata-rata Nilai Rata-Rata

90

Berdasarkan Gambar 4.9. maka dapat disajikan tabel perbandingan

dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-

rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:

Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Skor Terendah 3 4

Skor Tertinggi 6 6

Skor rata-rata 4,63 5,54

Nilai Rata-Rata 77,08 92,36

Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus II

sesuai Tabel 4.7. yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik pada

Gambar 4.6. sebagai berikut:

Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Siklus I dan Siklus II

Nilai Rata-Rata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Analisis hasil nilai sesuai Gambar 4.10. menunjukkan bahwa skor

terendah siklus I adalah 3 dan siklus II adalah 4. Sedangkan skor tertinggi

adalah 6 untuk setiap siklus. Skor rata-rata siklus I adalah 4,63 dan pada siklus

II adalah 5,54. Nilai rata-rata 77,08 pada siklus I dan untuk siklus II adalah

92,36.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil tindakan siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa

melalui model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains. Frekuensi data nilai peserta didik pratindakan (Tabel 4.2.),

siklus I (Tabel 4.5.) dan siklus II (Tabel 4.8.) dapat dibuat tabel perbandingan

sebagai berikut:

Tabel 4.14. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

Pratindakan Siklus I Siklus II

SkorAkhir(tanda)

v ● v ● v ●

Frekuensi 4 3 5 3 1 8 0 1 11

Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%

Berdasar Tabel 4.14. perbandingan frekuensi data nilai kemampuan

berpikir dalam pengenalan sains pratindakan, Siklus I, dan Siklus II menunjukkan

adanya peningkatan prosentase ketuntasan dari pratindakan sebesar 41,67%

menjadi 66,67% pada siklus I dan pada siklus II sebesar 91,67% yang sudah

melebihi indikator ketercapaian sebesar 75%. Uraian tersebut dapat digambarkan

dengan grafik pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Gambar 4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik prosentase pada Gambar 4.11. diatas, maka dapat

disajikan tabel hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan

keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata yang

terdapat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan, Siklus I dan Siklus II

Keterangan PraTindakan Siklus I Siklus II

Skor Terendah 2 3 4

Skor Tertinggi 5 6 6

Skor rata-rata 3,92 4,63 5,54

Nilai Rata-Rata 65,78 77,08 92,36

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pratindakan

92

Gambar 4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik prosentase pada Gambar 4.11. diatas, maka dapat

disajikan tabel hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan

keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata yang

terdapat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan, Siklus I dan Siklus II

Keterangan PraTindakan Siklus I Siklus II

Skor Terendah 2 3 4

Skor Tertinggi 5 6 6

Skor rata-rata 3,92 4,63 5,54

Nilai Rata-Rata 65,78 77,08 92,36

Pratindakan Siklus I Siklus II

92

Gambar 4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik prosentase pada Gambar 4.11. diatas, maka dapat

disajikan tabel hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan

keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata yang

terdapat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan, Siklus I dan Siklus II

Keterangan PraTindakan Siklus I Siklus II

Skor Terendah 2 3 4

Skor Tertinggi 5 6 6

Skor rata-rata 3,92 4,63 5,54

Nilai Rata-Rata 65,78 77,08 92,36

o

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Berdasarkan Tabel 4.15. menunjukkan adanya peningkatan nilai. Hal ini

dapat terlihat jelas pada grafik perbandingan hasil nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang dapat disajikan

dalam gambar 4.12. sebagai berikut:

Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

Data nilai kemampuan berpikir pratindakan, siklus I dan siklus II dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Skor terendah yang diperoleh pratindakan adalah 2, sedangkan pada siklus I

meningkat dengan skor 3 dan siklus II dengan skor 4.

2. Skor tertinggi yang diperoleh pratindakan adalah 5, sedangkan pada siklus I

dengan skor 5 dan siklus II dengan skor 6.

3. Skor rata-rata yang diperoleh pratindakan adalah 3,92 sedangkan pada siklus I

yaitu 4,63 dan pada siklus II adalah 5,54.

4. Nilai rata-rata juga mengalami peningkatan pada pratindakan sebesar 65,78.

Sedangkan pada siklus I adalah 77,08 dan siklus II menjadi 92,36.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

PraTindakan

Skor Terendah

93

Berdasarkan Tabel 4.15. menunjukkan adanya peningkatan nilai. Hal ini

dapat terlihat jelas pada grafik perbandingan hasil nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang dapat disajikan

dalam gambar 4.12. sebagai berikut:

Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

Data nilai kemampuan berpikir pratindakan, siklus I dan siklus II dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Skor terendah yang diperoleh pratindakan adalah 2, sedangkan pada siklus I

meningkat dengan skor 3 dan siklus II dengan skor 4.

2. Skor tertinggi yang diperoleh pratindakan adalah 5, sedangkan pada siklus I

dengan skor 5 dan siklus II dengan skor 6.

3. Skor rata-rata yang diperoleh pratindakan adalah 3,92 sedangkan pada siklus I

yaitu 4,63 dan pada siklus II adalah 5,54.

4. Nilai rata-rata juga mengalami peningkatan pada pratindakan sebesar 65,78.

Sedangkan pada siklus I adalah 77,08 dan siklus II menjadi 92,36.

PraTindakan Siklus I Siklus II

Skor Terendah Skor Tertinggi Skor rata-rata Nilai Rata-Rata

93

Berdasarkan Tabel 4.15. menunjukkan adanya peningkatan nilai. Hal ini

dapat terlihat jelas pada grafik perbandingan hasil nilai kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang dapat disajikan

dalam gambar 4.12. sebagai berikut:

Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

Data nilai kemampuan berpikir pratindakan, siklus I dan siklus II dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Skor terendah yang diperoleh pratindakan adalah 2, sedangkan pada siklus I

meningkat dengan skor 3 dan siklus II dengan skor 4.

2. Skor tertinggi yang diperoleh pratindakan adalah 5, sedangkan pada siklus I

dengan skor 5 dan siklus II dengan skor 6.

3. Skor rata-rata yang diperoleh pratindakan adalah 3,92 sedangkan pada siklus I

yaitu 4,63 dan pada siklus II adalah 5,54.

4. Nilai rata-rata juga mengalami peningkatan pada pratindakan sebesar 65,78.

Sedangkan pada siklus I adalah 77,08 dan siklus II menjadi 92,36.

Siklus II

Nilai Rata-Rata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

5. Sedangkan prosentase anak didik tuntas sebelum tindakan sebesar 41,67%,

pada siklus I sebesar 66,67%, dan pada siklus II sebesar 91,67%.

Melalui model quantum teaching terbukti dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada anak dengan materi

percampuran warna. Pada kegiatan awal pembelajaran anak sudah tertarik dengan

materi percampuran warna. Walaupun pada siklus pertama anak-anak terlihat

masih gaduh dan asyik mengganggu teman, sehingga menyebabkan kurang fokus

saat menerima materi pembelajaran. Tetapi pada siklus kedua anak-anak mulai

terlibat aktif dalam kegiatan sehingga suasana kelas semakin kondusif.

Pada saat guru memberikan kesempatan kepada anak mengalami sendiri

untuk memperdalam materi pembelajaran secara kelompok, pada siklus I masih

terlihat belum bisa bekerjasama dengan baik. Anak didik saling berebut dan ingin

menyelesaikan tugas seorang diri. Guru mengatur tempat duduk secara horisontal

berbentuk garis lurus. Hal inilah yang membuat anak tidak bisa bekerjasama

dengan baik walaupun pada setiap pertemuan selalu divariasi seperti duduk di

karpet dan duduk di kursi. Namun pada siklus kedua anak-anak mulai mampu

bekerjasama dengan baik, bahkan setiap kelompok mampu mempresentasikan

hasil percobaannya. Hal tersebut bisa terjadi karena guru mengatur tempat duduk

berbentuk U sehingga anak mudah dalam bekerjasama. Cara duduk yang

bervariasi membuat anak tidak merasa bosan dengan suasana di kelas.

Di dalam kelas, anak terlihat antusias menyebutkan berbagai warna yang

ditunjukkan oleh guru. Mereka mampu dengan baik dalam menyebutkan berbagai

warna, namun pada siklus pertama banyak yang masih kesulitan dalam

menyebutkan hasil dari percampuran warna.

Dalam kegiatan percampuran warna, anak sering tidak mudah memahami

materi pelajaran tersebut dengan baik. Pada siklus pertama terbukti saat guru

melakukan demostrasi ada beberapa anak yang tidak memdengar penjelasan dari

guru. Namun pada siklus II guru mulai melibatkan anak dalam kegiatan

demonstrasi, sehingga anak saling berlomba mengungkapkan pemikirannnya

karena tertarik ingin membantu guru dalam menyelesaikan tugas yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

dipraktekkan oleh salah satu anak. Selain itu, anak yang ditunjuk oleh guru

mampu memahami materi yang disampaikan lebih baik lagi.

Anak-anak sangat menikmati suasana kelas yang diiringi dengan musik.

Saat mengerjakan tugas kadang diselingi bernyanyi mengikuti lirik lagu, dan ada

yang ikut menari saat mendengarkan alunan musik. Keadaan tersebut

mempengaruhi kemampuan berpikir anak. Terbukti hasil nilai sebelum melakukan

tindakan, hasil tindakan pada siklus I dan hasil tindakan pada siklus II terus

meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

dalam dua siklus melalui model quantum teaching untuk meningkatkan

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan materi percampuran warna

anak kelompok A TK Islam Al-Falah Baturetno, maka dapat ditarik kesimpulan

atau dianalisis sebagai berikut:

Melalui model quantum teaching, terbukti dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak TK Islam Al-Falah Baturetno

tahun pelajaran 2011/2012 khususnya materi percampuran warna. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari nilai rata-rata kemampuan berpikir

dalam pengenalan sains bidang pengembangan kognitif. Secara berturut-turut,

berdasarkan hasil tindakan siklus I dan II nilai kemampuan berpikir anak yang

mendapat nilai tuntas sebelum tindakan berjumlah 5 anak didik dengan prosentase

41,67%, sedangkan hasil nilai kemampuan berpikir siklus I yang mendapat nilai

tuntas meningkat menjadi 8 anak dengan prosentase sebesar 66,67%, dan pada

siklus II meningkat menjadi 11 anak didik dengan prosentase sebesar 91,67%.

Simpulan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa melalui model

quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains anak kelompok A Tk Islam Al-Falah Baturetno.

B. Implikasi

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa

melalui model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam

pengenalan sains dengan materi percampuran warna pada anak kelompok A TK

Islam Al-Falah Baturetno, maka dapat diajukan implikasi secara teoristis maupun

secara praktis sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

1. Implikasi Teoristis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model quantum

teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains

dengan materi percampuran warna dan peserta didik terlihat antusias saat

kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat ditinjau melalui model quantum

teaching, anak didik dapat menggali pengetahuan dengan mencoba

memikirkan yang sudah diketahuinya pada saat menumbuhkan minat dalam

pembelajaran, adanya kebebasan bertanya dan mengungkapkan pendapat yang

sedang dipikirkan oleh anak, memiliki kesempatan yang sama untuk mencoba

dan berlatih, serta adanya pujian dan perayaan yang melibatkan unsur musik

dalam pembelajaran. Kesempatan berinteraksi antara anak didik dengan

lingkungan dan terciptanya suasana yang menyenangkan pada saat

pembelajaran konsep percampuran warna dalam pengenalan sains sehingga

akan memudahkan untuk dipahami dan prestasi belajar terutama kemampuan

dalam berpikir anak menjadi meningkat.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa melalui model quantum

teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains

pada anak. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi

guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang sudah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan masukan dan sebagai acuan untuk membantu apabila menghadapi

permasalahan yang sejenis. Selain itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya

peneliti dalam mempertahankannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

C. Saran

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir lebih lanjut

berdasarkan hasil penelitian melalui model quantum teaching, maka saran-saran

yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu

pendidikan pada umumnya dan kompetensi anak kelompok A TK Islam Al-Falah

Baturetno antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

a. Penelitian dengan class-room action research atau Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

sekolah.

b. Melalui model quantum teaching dalam proses pembelajaran pengenalan

sains pada materi percampuran warna hendaknya dikembangkan lebih

lanjut dalam rangka peningkatan kemampuan berpikir anak di Taman

Kanak-kanak.

2. Bagi Guru

a. Mengacu pada waktu yang telah ditentukan dalam setiap pembelajaran.

b. Hendaknya untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan

sains pada anak diharapkan menerapkan model quantum teaching.

c. Melakukan pembimbingan pada anak yang kurang memahami materi

pembelajaran, sehingga ada kesejajaran dengan anak didik yang lebih

pandai.

d. Melalui model quantum teaching dalam pengenalan sains pada materi

percampuran warna lebih disiapkan, sehingga proses maupun hasilnya

lebih optimal.

3. Bagi Anak Didik

a. Dalam melaksanakan model quantum teaching, sebaiknya lebih aktif

bertanya apabila ada yang belum paham, sehingga memudahkan dalam

menyelesaikan tugas dan mendapatkan nilai yang memuaskan.

b. Pada saat kegiatan berkelompok, hendaknya mampu bekerjasama

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

c. Hendaknya tugas individu diselesaikan dengan tepat waktu.