perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peningkatan ......perpusaaan.unsac.id digilib.unsac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS
MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A
TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO
SKRIPSI
Oleh:
ANNIS NUR JANNAH
X8110003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS
MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A
TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO
SKRIPSI
Oleh:
ANNIS NUR JANNAH
X8110003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS
MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A
TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO
SKRIPSI
Oleh:
ANNIS NUR JANNAH
X8110003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Annis Nur Jannah
NIM : X8110003
Jurusan/ Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Anak Usia Dini
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS MELALUI MODEL
QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH
BATURETNO” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Annis Nur Jannah
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Annis Nur Jannah
NIM : X8110003
Jurusan/ Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Anak Usia Dini
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS MELALUI MODEL
QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH
BATURETNO” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Annis Nur Jannah
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Annis Nur Jannah
NIM : X8110003
Jurusan/ Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Anak Usia Dini
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS MELALUI MODEL
QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH
BATURETNO” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Annis Nur Jannah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN SAINS
MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK A
TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO
Oleh:
ANNIS NUR JANNAH
X8110003
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 31 Juli 2012
Pembimbing I
Prof. Dr. Sri Anitah W, M.Pd.
NIP. 193810221969022001
Pembimbing II
Dra. Yulianti, M.Pd.
NIP. 195411161982032002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 31 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd
Sekretaris : Dr. Peduk Rintayati, M.Pd
Anggota I : Prof. Dr. Sri Anitah W, M.Pd.
Anggota II : Dra. Yulianti, M.Pd.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal
yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan,
entah mereka menyukainya atau tidak.
(Aldus Huxley)
Setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka berbahagia
di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan,
dan sesuatu untuk diharapkan.
(Tom Bodett)
Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang.
( William J. Siegel )
Jangan menunda jika bisa dilakukan hari ini, karena kegagalan terjadi
karena menyerah sebelum bertindak.
(Penulis)
Pikiran terbuka adalah sikap rendah hati dan mau belajar.
“open mind is a humble attitude and willing to learn”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukur kehadirat Allah SWT
Ku persembahkan karya ini
kepada:
Orangtua ku
Bapak Samidi, S.Ag. dan Ibu Binti Ngatmiyatun, S.Pd.
Atas segala doa yang kalian panjatkan, ketulusan berpuasa menahan diri dari
rasa lapar dan haus, pengorbanan, usaha dalam meraih pundi-pundi, kasih
sayang yang tiada batas, pengertian serta kesabaran yang seluas samudera.
Segalanya membuatku bangga menjadi bagian kehidupan kalian.
Adik-adik ku tercinta
Choirul Faizah Nuraini dan Muhammad Thohari
Sambutan dikala letihku dengan candaan dan tawa setelah berjuang dari pagi
hingga petang, menyadarkan ku bahwa ilmu memang untuk dicari walau harus ke
negeri Cina.
Keluarga besar di TK Islam Al-Falah Baturetno
Dorongan, pengertian, dan bimbingan yang kalian berikan dengan iklas. Hal itu,
membuat ku mampu melewati rintangan hingga mencapai impian.
Teman-teman ku, alumni SMP, SMA, UNNES, PG-PAUD UNS
Perjuangan, bantuan, dan selalu menemani ku dikala kesusahan adalah obat bagi
penyembuh kegelisahan serta kekalutan ku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Annis Nur Jannah. PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAMPENGENALAN SAINS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHINGANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO. Skripsi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikirdalam pengenalan sains melalui model quantum teaching anak kelompok A TkIslam Al-Falah Baturetno.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitiandilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas, perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah anakkelompok A2 TK Islam Al-Falah Baturetno yang berjumlah 12 anak. Sumber datadalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulandata adalah dengan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Validitas datamenggunakan teknik triangulasi. Analisis data menggunakan teknik analisismodel interaktif Milles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen analisis,yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau Verifikasi.Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model quantum teachingdapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak Tk IslamAl-Falah Baturetno dari prasiklus, ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Prosespembelajaran pada prasiklus bersifat teacher-centered sehingga kemampuanberpikir dalam pengenalan sains rendah. Peningkatan terjadi pada siklus I.Kemampuan berpikir dalam pengenalan sains meningkat walaupun belumoptimal. Pelaksanaan siklus II, menyebabkan kemampan berpikir dalampengenalan sains meningkat. Hal ini terbukti pada hasil siklus I dan siklus IIsebagai berikut: Pada siklus I dari 12 anak, sebanyak 8 anak atau 66,67%mencapai nilai tuntas (●). Pada siklus II sebanyak 11 anak atau 91,67% mencapainilai tuntas (●).
Simpulan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa melalui modelquantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalansains anak kelompok A Tk Islam Al-Falah Baturetno.
Kata kunci: kemampuan berpikir dalam pengenalan sains, model quantumteaching.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Annis Nur Jannah. IMPROVEMENT THINKING CAPABILITIES ININTRODUCTION OF SCIENCE THROUGH QUANTUM TEACHINGMODELS CHILDREN OF GROUP A THE KINDERGARTEN AL-FALAHISLAMIC BATURETNO. Thesis, Faculty of Teacher Training and EducationSebelas Maret University of Surakarta, July 2012.
The purpose of this research is to improve the thinking capabilities inintroduction of science through quantum teaching models children of group A thekindergarten Al-Falah islamic Baturetno.
The research was class action research. The recearch implemented in twocycles, Each cycles consisting are: planning, implementation of the action,observation, and reflection. The subject of research are children of group A2Kindergarten Al-Falah Islamic in Baturetno, which amounts to 12 children. Thedata resource of the research is primer and secondary data. The colecting datatechnique by document, observation, and interview. Data vadility using bytriangulation techniques. The analysis data technique by using interactive analysistechnique models Milles and Huberman which consist are three analysiscomponents, those are data reduction, data presenting, and getting conclusion orverification. The procedure of the research are spiral models inter-related.
Based on the research can be concluded through quantum teachingmodels can improve thinking capabilities in science introduction children ofkindergarten Al-Falah Islamic Baturetno from pre_cycle to the first cycle, andfrom the first cycle to second cycle. Characteristic the learning pre_cycle processis teacher centered, so that think capabilities in the intoduction low science.Increase occurred in the 1 cycle. The thinking capabilities in the introduction ofscience increase, altough not optimum. Implomentation of 2 cycle leading tointroductation of thinking capabilities and science. It was proven at the result ofcycle I and II as follows : In the cycle I from 12 children, only 8 children or66,67% who achieved complete value (●), in the cycle II there were 11 children or91,67% who achieved complete value (●).
Conclusions of this research is to showed that through quantum teachingmodels can be improve the thinking capabilities in introduction science childrenof group A the kindergarten Al-Falah islamic Baturetno.
Keyword: thinking capabilities in introduction of science, quantum teaching
models.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi
kenikmatan dan karunianya mencakup ilmu, inspirasi, serta kemuliaan. Atas
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DALAM PENGENALAN
SAINS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING ANAK KELOMPOK
A TK ISLAM AL-FALAH BATURETNO.”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PG-PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Sri Anitah W, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.
5. Dra. Yulianti, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.
6. Hj. Siti Masripah, A.Ma.Pd., selaku kepala sekolah TK Islam Al-Falah
Baturetno, yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna pengambilan
data dalam penelitian.
7. Eni Nur Widayanti, S.Pd.AUD., selaku guru di TK Islam Al-Falah Baturetno,
yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Anak didik kelompok A2 TK Islam Al-Falah Baturetno yang telah bersedia
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
HALAMAN ABSTRAK ......................................................................... viii
HALAMAN ABSTRACT ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................................. 7
1. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains ........ 7
a. Pengertian Kemampuan .................................................... 7
b. Pengertian Berpikir ........................................................... 8
c. Pengertian Kemampuan Berpikir ..................................... 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Karakteristik Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan
Sains .................................................................................. 10
e. Tujuan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini ............... 11
f. Kegiatan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini ............ 14
1) Teori Warna ................................................................ 17
2) Teori Percampuran Warna .......................................... 19
g. Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains pada
Anak Usia Dini ................................................................. 22
2. Hakikat Model Quantum Teaching ........................................ 24
a. Pengertian Model Pembelajaran ....................................... 24
b. Pengertian Model Quantum Teaching .............................. 25
c. Karakteristik Model Quantum Teaching ........................... 27
d. Asas dan Prinsip Model Quantum Teaching ..................... 29
e. Kerangka Perencanaan Model Quantum Teaching ........... 32
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 36
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 37
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 40
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 41
B. Subjek Penelitian .......................................................................... 42
C. Data dan Sumber Data .................................................................. 42
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 43
E. Uji Validitas Data ......................................................................... 45
F. Analisis Data ................................................................................. 47
G. Indikator Kinerja Penelitian .......................................................... 50
H. Prosedur Penelitian ....................................................................... 53
BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan .................................................................. 61
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 68
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ................................... 86
D. Pembahasan .................................................................................. 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 96
B. Implikasi ....................................................................................... 96
C. Saran ............................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 99
LAMPIRAN ............................................................................................ 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Lingkaran warna pertama Sir Isaac Newton ................................... 18
2.2. Warna MeJiKuHiBiNiU .................................................................. 18
2.3. Lingkaran dan segitiga warna Von Goethe ..................................... 19
2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster .............................................. 21
2.5. Hasil percampuran warna primer .................................................... 22
2.6. Kerangka Berpikir ........................................................................... 39
3.1. Bagan siklus Analisis Interaktif Miles dan Huberman .................... 49
3.2. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart ................ 53
4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir
dalam Pengenalan Sains Pratindakan .............................................. 66
4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan
Sains Pratindakan ............................................................................ 67
4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir
dalam Pengenalan Sains Siklus I ..................................................... 76
4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
Siklus I ............................................................................................ 78
4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir
dalam Pengenalan Sains Siklus II ................................................... 84
4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
Siklus II ........................................................................................... 86
4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan
Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I ........... 87
4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam
Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I .................................... 88
4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan
Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II ................. 89
4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam
Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II .......................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan
Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II .. 92
4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam
Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ..................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Penilaian .......................................................................................... 50
3.2. Kriteria Penilaian ............................................................................ 51
3.3. Indikator Kinerja Penelitian ............................................................ 52
4.1. Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
Pratindakan ...................................................................................... 63
4.2. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan
Sains Pratindakan ............................................................................ 65
4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
Pratindakan ...................................................................................... 66
4.4. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir
Dalam Pengenalan Sains Setiap Pertemuan pada Siklus I .............. 75
4.5. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam
Pengenalan Sains Siklus I ............................................................... 75
4.6. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
Siklus I ............................................................................................ 77
4.7. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan
Sains Setiap Pertemuan pada Siklus II ............................................ 83
4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan
Sains Siklus II ................................................................................. 84
4.9. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
Siklus II ........................................................................................... 85
4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir
Dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I ......................... 87
4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam
Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I .................................... 88
4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir
Dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II .............................. 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam
Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II .......................................... 90
4.14. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir
Dalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ........ 91
4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam
Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ..................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Penelitian ................................................................................ 103
2. RKH Siklus I Tindakan 1 ................................................................... 104
3. RKH Siklus I Tindakan 2 ................................................................... 108
4. RKH Siklus II Tindakan 1 .................................................................. 112
5. RKH Siklus II Tindakan 2 .................................................................. 116
6. Skenario Pembelajaran Siklus I Tindakan 1 ....................................... 120
7. Skenario Pembelajaran Siklus I Tindakan 2 ....................................... 128
8. Skenario Pembelajaran Siklus II Tindakan 1 ...................................... 136
9. Skenario Pembelajaran Siklus II Tindakan 2 ...................................... 144
10. Lembar Kerja Siklus I Tindakan 1 ...................................................... 152
11. Lembar Kerja Siklus I Tindakan 2 ...................................................... 153
12. Lembar Kerja Siklus II Tindakan 1 .................................................... 154
13. Lembar Kerja Siklus II Tindakan 2 .................................................... 155
14. Hasil Karya Siklus I Tindakan 1 ......................................................... 156
15. Hasil Karya Siklus I Tindakan 2 ......................................................... 157
16. Hasil Karya Siklus II Tindakan 1 ....................................................... 158
17. Hasil Karya Siklus II Tindakan 2 ....................................................... 159
18. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I
Tindakan 1 .......................................................................................... 160
19. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I
Tindakan 2 .......................................................................................... 164
20. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus II
Tindakan 1 .......................................................................................... 168
21. Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus II
Tindakan 2 .......................................................................................... 172
22. Daftar Penilaian Akhir Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan
Sains Siklus I ...................................................................................... 176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
23. Daftar Penilaian Akhir Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan
Sains Siklus II ..................................................................................... 177
24. Penilaian RKH Tindakan 1 ................................................................. 178
25. Penilaian RKH Siklus I Tindakan 2 ................................................... 179
26. Penilaian RKH Siklus II Tindakan 1 .................................................. 180
27. Penilaian RKH Siklus II Tindakan 2 .................................................. 181
28. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan 1 ...................... 182
29. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan 2 ...................... 184
30. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tindakan 1 .................... 186
31. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tindakan 2 .................... 188
32. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Tindakan 1 ..................... 190
33. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Tindakan 2 ..................... 192
34. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus II Tindakan 1 .................... 194
35. Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus II Tindakan 2 .................... 196
36. Lembar Wawancara Anak Siklus I Tindakan 1 .................................. 198
37. Lembar Wawancara Anak Siklus I Tindakan 2 .................................. 199
38. Lembar Wawancara Anak Siklus II Tindakan 1 ................................. 200
39. Lembar Wawancara Anak Siklus II Tindakan 2 ................................. 201
40. Foto Pembelajaran Siklus I Tindakan 1 .............................................. 202
41. Foto Pembelajaran Siklus I Tindakan 2 .............................................. 204
42. Foto Pembelajaran Siklus II Tindakan 1 ............................................ 206
43. Foto Pembelajaran Siklus II Tindakan 2 ............................................ 208
44. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ....................................... 210
45. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Izin Penyusunan Skripsi ...... 211
46. Surat Permohonan Izin Observasi ...................................................... 212
47. Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... 213
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini (AUD) atau anak yang berada pada usia antara 0-6 tahun
merupakan masa keemasan (the golden age) membutuhkan upaya-upaya untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan yang dimiliki. Rangsangan-
rangsangan atau stimulus diberikan kepada anak melalui pendidikan di Taman
Kanak-kanak.
Taman Kanak-kanak (TK) adalah pendidikan prasekolah yang ditujukan
bagi anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar (PP No. 27/1990).
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) bertujuan untuk membantu meletakkan
dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta
yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Kep. Mendikbud No
0486/U/1992). Sehingga, Taman Kanak-kanak yang merupakan salah satu bentuk
awal pendidikan sekolah perlu menciptakan situasi pendidikan untuk mencapai
tujuan penyelenggaraan di Taman Kanak-kanak.
Sebagai upaya mencapai tujuan tersebut, anak TK mulai diberi
pendidikan secara berencanaan dan sistematis agar pendidikan lebih bermakna
dan berarti. TK seharusnya menjadi tempat menyenangkan bagi anak, dengan
memberikan perasaan aman, nyaman, dan menarik serta mendorong keberanian
serta merangsang untuk berekplorasi atau menyelidiki serta mencari pengalaman
baru untuk perkembangan dirinya secara optimal yang mencakup beberapa bidang
pengembangan.
Ruang lingkup kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul
Afhtal mencakup bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan
kemampuan dasar yaitu berbahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. Dalam bidang
pengembangan kemampuan dasar kognitif bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pengembangkan kemampuan berpikir pada anak diharapkan dapat
mengolah perolehan belajar dan menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah. Salah satu hasil belajar yang harus dicapai adalah anak dapat
mengenal berbagai konsep sains sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Sains pada hakikatnya dapat ditanamkan pada anak sedini mungkin.
Sains adalah pengkajian dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia
fisik dengan cara teratur dan sistematis (Conny R. Semiawan, 2008: 103). Oleh
karena itu, harus mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh
aplikasi metode saintifik, bukan saja fakta dan konsep proses saintifik tetapi juga
berbagai variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan,
pengelompokan, perkiraan serta penilaian dan interprestasi, yang seyogyanya
sudah diajarkan sejak dini.
Materi pengenalan sains pada bidang pengembangan kognitif di TK
seperti: warna dicampur, proses pertumbuhan, balon ditiup lalu dilepaskan, benda
dimasukkan ke dalam air, benda-benda dijatuhkan (gravitasi), percobaan dengan
magnit, mengamati dengan kaca pembesar, mencoba dan membedakan
bermacam-macam rasa, bau dan suara.
Pada materi percampuran warna yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Pada kegiatan
awal pembelajaran dilakukan apersepsi dan tanya jawab sesuai materi yang
sedang dipelajari. Pada kegiatan inti, dari jumlah 12 peserta didik guru
mendemostrasikan percampuran warna dan anak diberi lembar kerja. Pada
kegiatan penutup peserta didik menyebutkan hasil percampuran warna melalui
metode tanya jawab sebagai evaluasi. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut
guru melakukan penilaian.
Perolehan penilaian berupa hasil nilai dari percakapan dan hasil karya
anak yang dilakukan guru dalam pengenalan sains dengan materi percampuran
warna, adalah sebagai berikut: penilaian yang diperoleh dari 12 anak kelompok
A2 adalah 4 anak mendapat nilai tidak tuntas atau bulatan kosong () yang berarti
tidak sesuai yang diharapkan karena anak tidak dapat membuat kombinasi warna
dan membuat keputusan, 3 anak mendapat nilai setengah tuntas atau tanda chek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
list (v) yang berarti anak sudah mampu membuat kombinasi warna dan membuat
dua keputusan. Sejumlah 5 anak sudah mampu membuat kombinasi warna dan
membuat keputusan lebih dari dua dengan benar dan mendapat nilai tuntas atau
tanda bulatan penuh (●). Indikator ketercapaian setiap anak dengan skor minimal
adalah 5 yang berarti mendapat tanda bulatan penuh (●). Hasil yang diperoleh
pratindakan yaitu ada 5 anak yang mendapatkan nilai dengan tanda bulatan penuh
(●). Sehingga anak yang memenuhi indikator ketercapaian adalah 41,67%.
Indikator ketercapaian tersebut masih kurang dari apa yang diharapkan, karena
dari 12 anak didik diharapkan memenuhi indikator ketercapaian sebanyak 75%
yaitu anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) yang berarti anak
mampu membuat kombinasi warna dan mampu membuat dua keputusan dengan
benar.
Setelah dianalisis ditemukan bahwa penyebab belum optimalnya hasil
belajar mengenal konsep-konsep sains terutama dalam kegiatan percampuran dan
perubahan warna antara lain: 1) rendahnya kemampuan berpikir yang dimiliki
anak dalam membuat keputusan pada materi percampuran warna, hal ini
dikarenakan kurangnya peran serta anak dalam proses pembelajaran dan anak
tidak mendapatkan reward dari usahanya, 2) cara mengajar guru yang kurang
memberikan kesempatan pada anak untuk berpikir (children must learn how to
think), kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan
perasaannya, tidak merangsang anak untuk menemukan pemecahan masalah
sendiri atau mengalami sendiri ketika melakukan percobaan sains dan guru kurang
menciptakan suasana yang membuat anak merasa nyaman di kelas.
Jika tidak segera diatasi, anak akan kurang mampu berpikir kreatif dalam
kegiatan sains terutama pada materi mencampur warna. Ketidakmampuan anak
untuk mengkombinasikan warna dan membuat keputusan dalam menentukan
warna sehingga menyebabkan skor rata-rata yang diperoleh dalam pengenalan
sains belum mencapai target seperti yang siharapkan.
Hasil dari identifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1) Mengapa anak
kesulitan dalam memahami konsep sains sederhana pada materi percampuran
warna?; 2) Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sains pada anak?; 3) Model pembelajaran apa yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan berpikir anak?; 4) Media apa yang sesuai untuk pembelajaran?; 5)
Teknik penilaian apa yang paling tepat digunakan dalam pembelajaran tersebut?;
6) Materi percampuran warna dalam pengenalan sains dengan penggunaan model
pembelajaran.
Berdasarkan penelitian ini, permasalahan dibatasi hanya pada materi
percampuran warna dalam pengenalan sains dengan penggunaan model
pembelajaran. Hal ini mengingat model pembelajaran sangat penting dalam
kompetensi dasar pengenalan sains, dan juga ada pertimbangan keterbatasan
waktu sehingga permasalahan yang lain menempati prioritas berikutnya yang akan
diteliti pada kesempatan lain.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Ahmad Sudrajad,
diunduh 26/01/2012). Selain itu, model pengajaran mempunyai makna yang lebih
luas daripada strategi, metode, atau prosedur (Asep dan Abdul, 2008: 25). Oleh
karena itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains diperlukan berbagai upaya perbaikan proses pembelajaran. Adapun cara
yang paling tepat yaitu dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran
tertentu.
Model pembelajaran adalah langkah-langkah pembelajaran dengan
memperhatikan karakteristik anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi
dalam proses pembelajaran, alat atau media dan penilaian (Zainal Aqib, 2009: 34).
Model-model pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan pembelajaran,
pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya (Asep dan Abdul, 2008: 26).
Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dan
diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis yang memungkinkan
peningkatan berpikir dalam pengenalan sains melalui model pembelajaran
kuantum atau Quantum Teaching.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Quantum Teaching adalah praktik Quantum learning di kelas-kelas.
(Achmand Sugandi, 2006: 85). Quantum Teaching terfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan, dan
kerangka untuk belajar. Disamping itu, Quantum Teaching adalah pengubahan
belajar yang meriah, dengan segala nuansa. Dan Quantum Teaching juga
menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan
momen belajar (Bobby, Mark dan Sarah, 2009: 3). Sehingga, Quantum Teaching
secara khusus didedikasikan untuk para guru untuk diterapkan di ruang-ruang
kelas dan memerlukan berbagai upaya yang meriah guna menciptakan lingkungan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Jika model Quantum Teaching
diterapkan dalam pengenalan sains, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan berpikir anak usia dini.
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul sebagai
berikut: ”peningkatan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains melalui model
quantum teaching anak kelompok A Tk Islam Al-Falah Baturetno.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diajukan
rumusan masalah sebagai berikut ini: Apakah melalui model quantum teaching
dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak kelompok
A TK Islam Al-Falah Baturetno?.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, secara spesifik
tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains melalui model quantum teaching anak kelompok
A Tk Islam Al-Falah Baturetno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Diperolehnya pengetahuan baru tentang cara meningkatkan kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains pada anak.
b. Diperolehnya pemahaman pentingnya penerapan model pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Untuk memperbaiki cara mengajar dan variasi pengajaran dalam
pengenalan sains.
2) Dengan Penelitian Tindakan Kelas guru dapat berkembang secara
profesional.
3) Guru mendapat kesempatan untuk berperan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan.
b. Bagi Anak
1) Meningkatnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif anak dalam
pengenalan sains.
2) Anak mendapat kesempatan dalam membuat kombinasi warna.
3) Dapat meningkatkan kemampuan untuk membandingkan hasil
penelitian yang dilakukan.
4) Meningkatnya kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil
temuannya.
5) Mampu membuat keputusan yang tepat.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap terhadap kemajuan
sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional
pada guru.
2) Perbaikan proses dan hasil belajar anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
a. Pengertian Kemampuan
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ketika
mengalami suatu kegagalan, selalu dikaitkan dengan ketidakmampuan dan
ketidaksanggupan seseorang dalam bertindak. Ada beberapa pendapat
mengenai pengertian kemampuan untuk memudahkan dalam memahaminya.
Seseorang dikatakan mampu apabila memiliki keahlian untuk dapat
berbuat sesuatu yang semestinya harus dilakukan. Hal ini sesuai pendapat
Chaplin, ability yaitu (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,
kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
perbuatan (Sriyanto, diunduh 22/01/2012). Kemampuan ini bisa berarti
kecakapan menguasai suatu keahlian atau bisa berarti ketangkasan melakukan
berbagai cara, selain itu juga dapat diartikan suatu bakat yang dimiliki oleh
seseorang atau kesanggupan dalam melakukakan suatu perbuatan dalam
tindakan.
Menurut Robbins, kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan
sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. (Sriyanto, diunduh
22/01/2012). Sehingga, kemampuan bisa dimiliki seseorang karena memang
sudah ada sejak lahir atau bisa didapat karena hasil dari usaha seseorang giat
berlatih.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kecakapan menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan
untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan. Sehingga,
dalam mengukur suatu kemampuan yaitu keberhasilan dalam melakukan
suatu tindakan. Jika berhasil, maka seseorang akan dianggap memiliki
kemampuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Pengertian Berpikir
Ada pendapat dari beberapa aliran psikologi mengenai berpikir.
Menurut ahli Psikologi asosiasi dan aliran behaviorisme dalam Ngalim
purwanto (1998: 44-45). Psikologi asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir
itu tidak lain dari pada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh
hukum asosiasi. Unsur-unsur paling sederhana dan merupakan dasar aktivitas
kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan. aliran behaviorisme berpendapat
bahwa “berpikir” adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat
syaraf dan otot-otot bicara. Sesuai pendapat para ahli dari aliran psikologi,
bahwa berpikir merupakan suatu tanggapan dari hasil reaksi antara urat syaraf
dan otot-otot bicara.
Berpikir merupakan kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana
subjek berpikir pasif. Hal ini sesuai dengan Plato beranggapan bahwa berpikir
itu adalah bicara dalam hati (Sumadi Suryabrata, 2006: 54). Dapat diketahui
bahwa berpikir berarti melakukan tanggapan namun tidak diketahui oleh
orang lain karena tidak diungkapkan dengan kata-kata secara langsung. Hal
itu sependapat dengan pendapat Morgan dalam Soeparwoto (2006: 130),
berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi
(information processing) yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai
dengan munculnya respons. Berpikir membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan atau menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik
tidak ada namun memunculkan suatu reaksi berupa respon.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1998: 43), berpikir adalah
satu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah
kepada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu mendapatkan
rangsangan. Hal itu berkaitan dengan pendapat Abu dan Widodo (1991: 30)
berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara
pengetahuan. Selama berpikir, dapat meletakkan hubungan pengetahuan
melalui pertanyaan pada diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi
suatu rangsangan yang akan memberi arah kepada pikiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Menurut berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir
merupakan rangkaian proses kognisi secara dinamis yang bersifat pribadi
yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya
respons. Selama berpikir terjadi pada diri seseorang dan akan terjadi respons
jika mendapat rangsangan.
c. Pengertian Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir seseorang tidak sama. Menurut Nur dalam Dwi
Yulianti (2010: 64), kemampuan berpikir adalah kemampuan seseorang untuk
menghubungkan beberapa pengetahuan yang telah dimiliki dan dapat
mengembangkannya.
Menurut Reason dalam Sanjaya (2009: 228) bahwa: “berpikir
(thingking) dalam proses mental yang lebih dari sekedar mengingat
(remembering) dan memahami (comprehending)”. Menurut Nur dalam Dwi
Yulianti (2010: 64), berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental
seperti induksi, klasifikasi, deduksi, dan penalaran.
Berpikir melibatkan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi
informasi dalam memori (John W. Santrock, 2009: 7). Berpikir untuk
membentuk konsep, menalar, berpikir secara kritis, membuat keputusan,
berpikir secara kreatif, dan memecahkan masalah.
Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig dalam Jalaluddin
Rakhmat (1996: 68), “The term ‘Thinking’ refers to many kind of activities
that involve the manipulation of concepts and symbols, representations of
objects and events”. Artinya, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang
melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan
peristiwa.
Kemampuan berpikir adalah kecakapan atau kemampuan
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
menganalisis, mengkritik untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat
berdasarkan pertimbangan atau referensi (Dwi Yulianti, 2010: 64). Berarti
kemampuan berpikir perlu menggunakan akal berdasarkan pertimbangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sesuai uraian berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir menentukan tingkat kecerdasan seseorang dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan menggunakan
akal berdasarkan pertimbangan atau referensi. Sehingga kemampuan berpikir
sangat penting untuk dirangsang sesuai dengan karakteristik setiap anak.
d. Karakteristik Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains
Kemampuan berpikir anak TK yaitu, pada tahap praoperasional.
Menurut Martini Jamaris (2003: 64) berpikir praoperasional ditandai oleh
kemampuan berpikir secara simbolik yang diwujudkan oleh anak dalam tiga
cara seperti:
1) Melakukan peniruan tingkah laku yang ditampilkan oleh orang, binatang
atau peristiwa yang ada di sekitarnya, setelah melakukan pengamatan
terhadap tingkah laku tersebut.
2) Bermain simbolik yaitu kegiatan bermain yang menghadirkan objek yang
terlibat dalam kegiatan bermain secara simbolik
3) Bahasa simbolik, yaitu kegiatan bercakap-cakap yang dilakukan anak saat
bemain simbolik. Oleh karena itu, dibutuhkan stimulus-stimulus untuk
mengarahkan anak dalam berpikir.
Kemampuan berpikir pada fase praoperasional ini mempunyai
berbagai keterbatasan seperti yang dijelaskan di bawah ini. 1) Berpusat pada
satu objek dan menghasilkan objek yang ada disekitar objek tersebut, 2)
Belum mampu berpikir secara logis, 3) Belum memahami dengan baik
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan konversi (pemahaman terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran, jumlah, bidang, dan
volume), 4) Tidak mampu dalam memahami irreversibility, suatu prosedur
kegiatan yang dapat dilakukan secara terbalik, seperti, dapat dimulai dari
langkah awal dan dapat juga dimulai dari langkah terakhir, 4) Egosentris yaitu
ketidakmampuan untuk melihat sesuatu dari sisi pandang orang lain (Martini
Jamaris, 2003: 65).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir, mempunyai tiga karakteristik seperti berikut (Eka Nurul, diunduh
18/2/2012).
1) Pembelajaran melalui peningkatan kemampuan berpikir menekankan
kepada proses mental anak secara maksimal. Mencari dan menemukan,
artinya pembelajaran ini menempatkan anak sebagai subyek belajar.
Dalam proses pembelajaran, anak tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi berperan
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2) Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan anak. Proses tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan berpikir anak. Kemampuan berpikir
tersebut, dapat membantu anak untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruk sendiri.
3) Pembelajaran ini menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya,
yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan hasil belajar diarahkan
untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran
baru.
Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan diatas, maka strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir menghendaki anak didik
harus aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya sekedar mendengar guru,
melainkan harus mampu dalam mengkontruksi dan membangun pengetahuan
baru.
e. Tujuan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini
Setiap orang memiliki rasa ingin tahu dan berusaha untuk
mendapatkan jawaban dari alam sekitarnya, sehingga pengetahuan yang
dimiliki akan bertambah. Dalam menambahkan pengetahuan kepada anak
perlu mengenalkan kegiatan sains. Namun alangkah baiknya sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menerapkan kegiatan sains perlu mengetahui pengertian sains menurut
pendapat dari berbagai ahli, yaitu sebagai berikut ini.
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya
adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains
merupakan: Kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone
menyebutkan bahwa sains adalah:
Kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan danmempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk danproses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both productand process, inseparably Joint" (Agus. S, diunduh 26/01/2012).
Menurut Juwita dalam Dwi Yulianti (2010: 42), sains adalah produk
dan proses. Sebagai produk, sains merupakan batang tumbuh pengetahuan
yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai
proses, sains merupakan kegiatan menelusuri, mengetahui dan melakukan
percobaan.
Purnell’s dalam Srini M. Iskandar (2001: 2), menyatakan “science is
the broad field of human knoledge, acquired by systematic observation and
experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and
hyphotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia
yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang
sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum,
prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh
para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah: Merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan (Agus. S, diunduh
26/01/2012).
Maka, sains adalah produk atau kumpulan pengetahuan dan proses
yang merupakan kegiatan menelusuri, mengetahui dan melakukan percobaan
dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Setiap orang perlu mengenal atau mempelajari tentang sains. Sains
harus diajarkan sebagai suatu cara berpikir. Pelajaran itu harus membangun
struktur kognitif dan merupakan tangga intelektual yang dinaiki dalam meraih
tingkat berpikir dan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (Conny R.
Semiawan, 2008: 105).
Pembelajaran sains untuk anak sejak dini di Taman Kanak-kanak
difokuskan pada pembelajaran mengenai diri sendiri, alam sekitar dan gejala
alam. Pembelajaran sains pada anak TK khusunya usia 4-5 tahun memiliki
beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut ini (episentrum, diunduh
22/01/2012).
1) Membantu pemahaman anak tentang konsep sains danketerkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2) Membantu menumbuhkan minat pada AUD untuk mengenal danmempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungansekitarnya.
3) Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sainsuntuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalahdalam kehidupan sehari-hari.
4) Membantu Anak Usia Dini untuk dapat mengenal dan memupukrasa cinta kepada alam sekitar sehingga menyadari keagunganTYME.
Menurut Conny R. Semiawan (2008: 103), Sains adalah pengkajian
dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara
teratur dan sistematis. Jadi, mencakup semua aspek pengetahuan, bukan saja
fakta dan konsep proses sains tetapi variasi aplikasi pengetahuan dan
prosesnya seperti pengamatan, pengelompokan, perkiraan serta penilaian dan
interpretasi.
Pengenalan sains untuk Anak Usia Dini (AUD) dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan berikut (Slamet Suyanto, 2003: 159).
1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan
menyelidiki objek dan fenomena alam. Jadi anak diajak terlibat langsung
dalam kegiatan agar mampu mengamati dan menyelidiki.
2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan
pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan-bilangan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mengkomunikasikan hasil pengamatan. Sehingga anak melatih
kemampuan berpikirnya untuk bisa dikomunikasikan.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan
kegiatan inkuri dan penemuan. Materi pelajaran mudah untuk dipahami.
4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur,
maupun fungsinya.
Berdasaran uraian tersebut diatas bahwa pengenalan sains sejak dini
diajarkan sebagai suatu cara berpikir, bertujuan agar anak mengenal diri
sendiri, alam sekitar dan gejala alam. Bukan saja fakta dan konsep proses
sains tetapi variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya.
f. Kegiatan Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini
Pada umumnya anak-anak tidak menyadari bahwa kegiatan
penyelidikan atau penemuan yang dilakukan sehari-hari merupakan suatu
kegiatan sains. The national Science Education Standards-NSES (National
Research Council, 1996) and Benchmarks for Science Literacy (American
Association for the Advancement of Science, 1993) dalam Anggani Sudono,
dkk (2007: 36) mengatakan bahwa semua anak dapat belajar sains dan semua
anak seharusnya memiliki kesempatan untuk melek ilmu pengetahuan (sains).
Pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak. Guru atau pendidik hendaknya tidak
menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan
konsep sederhana tersebut.
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan
dalam pembelajaran sains (Slamet Suyanto, 2005: 86-92) :
1) Bersifat konkrit. Benda-benda yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Guru tidak dianjurkan
untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Guru dalam hal ini
sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang
diperlukan agar anak dapat menemukan sendiri konsep tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung. Anak tidak dapat
menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika
anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu
mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan
yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
3) Memungkinkan anak melakukan eksplorasi. Kegiatan sains sebaiknya
memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang
ada disekitarnya. Guru dapat menghadirkan objek dan fenomena yang
menarik ke dalam kelas.
4) Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri. Sains tidak
melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi mengkonstruksi
pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh sebab itu, kegiatan
pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-
nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan
objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek
tersebut. Jadi, sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek
melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang
sesungguhnya.
5) Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”.
Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit
menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab
dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipa
lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak
dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih
rendah.” Tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air
akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat
dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa”
dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar”
atau ”supaya”. Sehingga, guru harus menggunakan kata tanya yang tepat
agar tidak membingungkan dan mudah dijawab oleh anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
6) Lebih menekankan proses daripada produk. Melakukan kegiatan
eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak.
Anak tidak berfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu, guru tidak perlu menjejali
anak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan anak untuk
menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Anak dibiarkan secara alami
menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan
berbagai benda. Dengan kata lain, proses lebih penting daripada produk.
7) Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika. Pengenalan
sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa,
matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains, anak melakukan
eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya
kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan
bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga
menggambarkan objek yang diamati dan mewarnai gambarnya (seni) dan
diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budi pekerti).
8) Menyajikan kegiatan yang menarik (the wonder of science). Sains
menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak
yang masih memiliki pikiran magis (imagical reasoning) akan sangat
tertarik dengan keajaiban tersebut. Jadi dengan kegiatan sains akan sangat
menarik untuk dipelajari.
Menurut Slamet Suyanto (2005: 85-86), kegiatan pengenalan sains
untuk anak TK antara lain mengembangkan kemampuan sebagai berikut. (1)
Observasi, (2) Klasifikasi, (3) Melakukan pengukuran, (4) Menggunakan
bilangan, (5) Mengenal produk teknologi, (6) Mengenal berbagai benda tak
hidup dan gejalanya, (7) Mengenal berbagai benda hidup dan gejalanya. Anak
memerlukan stimulus atau ransangan untuk meningkatkan kemampuan yang
sudah dimiliki.
Ada beberapa topik sains yang sesuai dengan anak di TK antara lain
sebagai berikut (Slamet Suyanto, 2005: 93). (1) Mengenal gerak, (2)
Mengenal benda cair, (3) Mengenal timbangan (Neraca), (4) Bermain
gelembung sabun, (5) Bermain dengan zat warna dan zat, (6) Mengenal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
benda-benda lenting, (7) Bermain dengan udara, (8) Bermain bayang-
banyang, (9) Melakukan percobaan sederhana, (10) Mengenal api dan
pembakaran, (11) Mengenal es, (12) Bermain pasir, (13) Bermain dengan
bunyi, (14) Bermain magnet, (15) Mengenal binatang, (16) Mengenal tubuh
Sendiri, (17) Mengenal tumbuhan, (18) Mengenal bumi, (19) Mengenal
mesin sederhana.
Materi pengenalan sains pada bidang pengembangan kognitif di
Taman Kanak-kanak seperti: warna dicampur, proses pertumbuhan, balon
ditiup lalu dilepaskan, benda dimasukkan ke dalam air, benda-benda
dijatuhkan (Gravitasi), percobaan dengan magnit, mengamati dengan kaca
pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, bau dan suara.
Berbagai materi yang diajarkan akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Berdasarkan rambu-rambu yang menjadi acuan dalam pembelajaran
sains, setiap anak dapat belajar sains dan mendapatkan kesempatan
menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana dengan kegiatan yang
menyenangkan.
Salah satu kegiatan yang menarik untuk dipelajari yaitu berkaitan
dengan warna. Alangkah baiknya sebelum menerapkan kegiatan yang
berkaitan dengan warna, perlu mengetahui tentang berbagai teori tentang
warna.
1) Teori Warna
Berbagai benda yang memiliki warna akan terlihat indah yang
mampu memunculkan kesan-kesan tertentu. Ada beberapa pendapat
mengenai warna. Menurut Wucius Wong dalam Sulasmi (1989: 4),
menyebutkan bahwa warna termasuk unsur yang nampak atau visual. Warna
merupakan unsur yang bisa dilihat selain unsur-unsur visual lainnya seperti:
garis, bidang, bentuk, tekstur, nilai, ukuran.
Sejarah warna sebagai ilmu pengetahuan. Newton dalam Sulasmi
(1989: 17), berpendapat bahwa semua warna bergabung pada cahaya putih.
Cahaya putih merupakan ikatan sinar-sinar atom yang bisa di ukur dan dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
melalui prisma gelas. Ada 7 warna pelangi yang disebut spektrum, warna,
yang terdiri dari atom-atom merah, jingga, kuning, hijau, biru, indigo, dan
ungu. Berdasarkan penemuannya, Newton merancang sebuah lingkaran
warna yang merupakan teori lingkaran warna pertama, dan dapat dilihat pada
Gambar 2.1, sebagai berikut:
Gambar 2.1. Lingkaran warna pertama Sir Isaac Newton, 1666
Pada jaman dahulu angka 7 yang dianggap memiliki kekuatan.
Sehingga, Newton dalam Sulasmi (1989: 17), menghubungkan dengan 7
planet atau 7 nada dalam satu oktaf musik, sehingga menyimbolkan nada-
nada tersebut sebagai berikut ini: c (merah), d (jingga), e (kuning), f (hijau), g
(biru), a (indigo), dan b (ungu). Tujuh warna tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.2 sebagai berikut:
Gambar 2.2. Warna MeJiKuHiBiNiU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa warna
merupakan unsur yang dapat dilihat dan terdiri dari atom-atom merah, jingga,
kuning, hijau, biru, indigo, dan ungu. Cara mudah dalam mengingat warna
adalah dengan singkatan, yaitu: Me (merah), Ji (Jingga), Ku (Kuning), Hi
(Hijau), Bi (Biru), Ni (Nila), dan U (Ungu).
Salah satu kegiatan pengenalan sains adalah dengan materi
percampuran warna. Teori tentang percampuran warna muncul dari hasil
penelitian beberapa ahli.
2) Teori Percampuran Warna
Beberapa penelitian mengenai percampuran warna yang menarik
diteliti oleh beberapa ahli, sehingga menjadi sejarah dalam ilmu pengetahuan.
Le Blon dalam Sulasmi (1989: 18), menemukan warna utama merah, kuning,
dan biru dari pigmen. Hal tersebut merupakan permulaan teori “merah,
kuning, biru”. Kemudian Mozess Harris membuat karya cukilan berdasarkan
teori Le Blon dengan mempraktekkan campuran warna utama sehingga
menghasilkan warna kedua. Sedangkan teori Mozess Harris mempengaruhi
Geothe yang pada mulanya menganggab bahwa warna itu hanya ada dua
warna utama, yaitu warna kuning dan biru yang datang dari kecerahan dan
datang dari kegelapan. Maka warna-warna lainnya hanya dianggap sebagai
campuran dari keduanya. Hal ini, sesuai dengan Gambar 2.3. sebagai berikut:
Gambar 2.3. Lingkaran dan segitiga warna Von Goethe, 1810
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Semua orang mengenal warna dan akrab dalam kegiatan sehari-hari.
Doktrin “merah-kuning-biru” dikenal sebagai teori Brewster. Hasil penemuan
Sir David Brewster dalam Sulasmi, (1989: 20) menjelaskan bahwa spektrum
warna ada 3 spektra yang mempunyai panjang gelombang yang sama, yaitu
sinar merah, sinar kuning, dan sinar biru.
Pada saat itu, Brewster secara tekun menyelidiki kemungkinan
pemakaian tiga warna utama yaitu: merah, biru dan kuning yang dikenal
sebagai tiga utama warna dari Brewster (Bert, diunduh 8 Maret 2012). Teori
dari Brewster dapat dijelaskan secara lengkap sebagai berikut:
1) Warna utama (the primary colors), tediri dari “Merah, Kuning, dan Biru”.
Warna-warna ini merupakan unsur warna tersendiri dan tidak dapat
dihasilkan dari campuran warna apapun. Oleh karena itu, warna merah,
kuning, dan biru digunakan sebagai warna dasar untuk menghasilkan
warna lain melalui proses percampuran warna.
2) Warna kedua (the secondary colors), terdiri dari campuran pasangan
warna-warna utama. Warna sekunder terdiri dari warna oranye, hijau, dan
ungu. Adapun warna dasar yang digunakan untuk menghasilkan warna
sekunder dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Oranye : campuran merah + kuning
b) Hijau : campuran biru + kuning
c) Ungu : campuran biru + merah
3) Warna ketiga (the tertiery colors), terdiri dari campuran pasangan warna
utama dengan warna kedua, yaitu :
a) Merah keoranye-oranyean : campuran merah + oranye
b) Kuning keoranye-oranyean : campuran kuning + oranye
c) Biru kehijau-hijauan : campuran biru + hijau
d) Kuning kehijau-hijauan : campuran kuning + hijau
e) Biru keungu-unguan : campuran biru + ungu
f) Merah keungu-unguan : campuran merah + ungu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.4.
sebagai berikut:
Gambar 2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster
Teori lingkaran warna dari Munsell dalam Sulasmi (1989: 70),
mengambil tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu
merah dengan kode M, kuning dengan kode K dan biru dengan kode B.
Menurut teori Munsell, Jika dua warna primer apabila dicampur,
maka akan menghasilkan warna kedua atau sekunder. Bila warna primer
dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau tertier.
Jika antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder
maka akan dihasilkan warna netral. Untuk memudahkan pelaksanaan praktek
mencampur, rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Warna primer : M K B
Warna sekunder : M + K = Jingga dengan kode J
M + B = Ungu dengan kode U
K + B = Hijau dengan kode H
Warna tertier : M + J = M J
K + J = K J
M + U = MU
B + U = BU
K + H = KH
B + H = BH
21
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.4.
sebagai berikut:
Gambar 2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster
Teori lingkaran warna dari Munsell dalam Sulasmi (1989: 70),
mengambil tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu
merah dengan kode M, kuning dengan kode K dan biru dengan kode B.
Menurut teori Munsell, Jika dua warna primer apabila dicampur,
maka akan menghasilkan warna kedua atau sekunder. Bila warna primer
dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau tertier.
Jika antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder
maka akan dihasilkan warna netral. Untuk memudahkan pelaksanaan praktek
mencampur, rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Warna primer : M K B
Warna sekunder : M + K = Jingga dengan kode J
M + B = Ungu dengan kode U
K + B = Hijau dengan kode H
Warna tertier : M + J = M J
K + J = K J
M + U = MU
B + U = BU
K + H = KH
B + H = BH
21
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.4.
sebagai berikut:
Gambar 2.4. Lingkaran warna Sir David Brewster
Teori lingkaran warna dari Munsell dalam Sulasmi (1989: 70),
mengambil tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu
merah dengan kode M, kuning dengan kode K dan biru dengan kode B.
Menurut teori Munsell, Jika dua warna primer apabila dicampur,
maka akan menghasilkan warna kedua atau sekunder. Bila warna primer
dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau tertier.
Jika antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder
maka akan dihasilkan warna netral. Untuk memudahkan pelaksanaan praktek
mencampur, rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Warna primer : M K B
Warna sekunder : M + K = Jingga dengan kode J
M + B = Ungu dengan kode U
K + B = Hijau dengan kode H
Warna tertier : M + J = M J
K + J = K J
M + U = MU
B + U = BU
K + H = KH
B + H = BH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.5.
sebagai berikut:
Gambar 2.5. Hasil percampuran warna primer
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa warna
dasar bila dicampur akan menghasilkan warna sekunder dan jika antara
keduanya dicampur akan menghasilkan warna tersier. Sehingga pengenalan
sains tentang materi percampuran warna pada anak usia dini akan
memberikan pengetahuan baru bagi anak bahwa berbagai warna dasar yaitu
merah, kuning, dan biru dapat dicampur atau dikombinasikan sehingga
menghasilkan warna sekunder seperti warna oranye, hijau, dan ungu.
g. Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains pada Anak Usia Dini
Kemampuan berpikir pada setiap orang berbeda-beda, terutama pada
anak yang memasuki tahap perkembangan. Perkembangan kognitif
menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga
dapat berpikir. Menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2003: 53), semua anak
memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui empat tahapan
antara lain: 1) sensorimotor, 2) praoperasional, 3) konkret operasional, 4) dan
formal operasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Rentang usia anak dari 2-7 tahun berada pada tahap praoperasional.
Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas.
Anak usia 5 tahun, menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2003: 56),
memiliki pola berpikir yang disebut precausal reasoning. Istilah ini
digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat. Tipe-tipe pola pikir
ini sebagai berikut.
1) Motivasi. Menurut pola pikir ini, hubungan sebab akibat didasarkan atas
suatu tujuan tertentu. Misalnya “Mengapa matahari bersinar?’’ anak
mungkin menjawab, “sebab Tuhan mengirimkannya agar (dunia ini)
terang.” Hal ini menunjukkan adanya suatu akibat yang disebabkan dari
tujuan tertentu.
2) Final. Cara berpikir ini didasarkan atas pengertian bahwa hubungan sebab
akibat terjadi karena memang harus terjadi. Misal, “Mengapa gelas kaca
ini berserakan dilantai?” Anak mungkin menjawab, “karena pecah.”
Sehingga ada akibat yang disebabkan karena semestinya memang terjadi.
3) Fenomenalisme. Cara berpikir ini didasarkan atas kepercayaan yang
sering diceritakan pada anak. Seperti anak kecil akan percaya jika
makanannya tidak habis menyebabkan ayamnya akan mati.
4) Moralisme. Anak menerangkan hubungan sebab akibat sebagai suatu
fungsi dari suatu benda. Misalnya seperti, “Mengapa hujan turun? Agar
bisa memperoleh airnya.”
5) Artifisial. Anak menerangkan hubungan sebab akibat ditinjau dari
kepentingannya terhadap manusia. Seperti mengapa matahari tidak
kelihatan dimalam hari? Karena seseorang menyimpannya.”
6) Animisme. Cara berpikir ini didasarkan atas anggapan bahwa segala
sesuatu itu hidup. Misal, “Mengapa awan itu bergerak? Sebab ia hidup.”
7) Dinamisme. Anak pada usia ini masih sulit membedakan antara konsep
gaya dengan konsep hidup. Misal, mengapa sungai mengalir dari gunung
ke laut? Karena gunung mendorong air ke laut. Anak belum memahami
tentang gaya gravitasi bumi sehingga pendapat tersebut berdasarkan apa
yang mereka lihat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berdasarkan uraian diatas, cara berpikir anak terbentuk dari adanya
hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, diperlukan objek nyata untuk belajar
anak. Anak memperoleh informasi melalui interaksi dengan objek dan
informasi tersebut akan disusun menjadi struktur pengetahuan yang akan
menjadi dasar untuk berpikir. Pengenalan sains pada anak akan melatih anak
untuk berpikir. Sebab anak akan terlibat dalam kegiatan yang menghadirkan
objek dan mengamati perubahan fenomena alam. Salah satu kegiatan adalah
dengan percampuran warna.
Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains pada anak usia dini akan membuat anak terangsang untuk
menyelidiki gejala alam, dan berkesempatan untuk mengkomunikasikan hasil
pengamatan serta mengutarakan keputusan yang diambilnya. Pengenalan
sains dengan materi percampuran warna dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan seperti mencampur warna dengan mika warna, mencampur warna
makanan, meniup gelembung warna, dan meneteskan warna dengan pipet.
Hal ini akan lebih menarik lagi bila diajarakan oleh guru dengan menerapkan
model quantum teaching. Sebab model quantum teaching berupaya
menciptakan suasana yang meriah dan anak termotivasi untuk ingin mencoba
atau mendemonstrasikan dengan suasana yang terasa nyaman.
2. Hakikat Model Quantum Teaching
a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran belum banyak dipahami sebagian orang,
khususnya guru di Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu, apa sebenarnya
pengertian dari model pembelajaran setiap orang memiliki persepsi berbeda.
Model pengajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola
yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik,
dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau
setting lainnya (Asep dan Abdul, 2008: 25). Dalam hal ini, model pengajaran
merupakan suatu perencanaan yang digunakan para pengajar di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pengertian model pembelajaran menurut Winataputra dalam
Sugiyanto (2009: 3), adalah:
Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematisdalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapaitujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan danmelaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu antara lain adalah sebagai berikut: Rasional
teoretik yang logis, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai (Asep dan Abdul, 2008: 25). Model pembelajaran memiliki
cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan strategi pengajaran dan metode
pengajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan yang sistematis untuk memberikan petunjuk para pengajar
di kelas sebagai pedoman pelaksanakan aktifitas pembelajaran guna
memperoleh pencapaian tujuan belajar para peserta didik.
b. Pengertian Model Quantum Teaching
Mendengar istilah kuantum, bagi beberapa orang akan dikaitkan
dengan fisika kuantum. Sedangkan istilah “pembelajaran kuantum”
sebenarnya diadopsi dari istilah inggris “Quantum Teaching” yang
merupakan upaya kreatif Bobbi De Porter dalam merancang sistem
pengajaran yang menggairahkan.
Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan
segala nuansanya (De Porter, Reardon, Nourie, 2009: 3). Pembelajaran
kuantum memberikan cara baru tentang bagaimana menciptakan lingkungan
belajar yang efektif yang menyenangkan dan memudahkan dalam proses
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi
yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi (DePorter,
Reardon, Nourie, 2009: 4). Guru dapat mengajar dengan memfungsikan
kedua belahan otak kiri dan kanan sesuai pada fungsinya masing-masing.
Jadi, Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari kompatibel
dengan otak yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk
mengilhami dan kemampuan anak untuk berprestasi.
Pengertian Quantum Teaching mencakup dan dapat dipahami
melalui tiga hal yaitu: Quantum, Pemercepatan belajar, dan fasilitasi
(Achmad Sugandi, 2005: 46).
1) Quantum: Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
Teaching dengan demikian, adalah pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar (DePorter,
Reardon, Nourie, 2009: 5). Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur
untuk belajar efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan anak didik.
Jadi mencakup: a) Pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada
dalam dan sekitar proses belajar, b) Uraian cara-cara baru yang
memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur-unsur seni dan
pencapaian-pencapaian terarah, c) Berfokus pada hubungan dinamis
dalam kelas.
2) Pemercepatan belajar, berarti menyingkirkan hambatan yang menghalangi
proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik,
mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang
sesuai, cara efektif penyajian dan “keterlibatan aktif” (DePorter, Reardon,
Nourie, 2009: 5). Hal ini akan menghilangkan permasalahan dalam proses
belajar dengan sengaja mengubah kebiasaan pembelajaran.
3) Fasilitasi, artinya memudahkan segala hal Fasilitasi dalam konteks ini
merujuk kepada implementasi strategi yang menyingkirkan hambatan
belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah dan
alami (Achmad Sugandi, 2005: 46). Fasilitasi juga termasuk penyediaan
alat-alat bantu yang memudahkan anak belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Menurut Achmad Sugandi (2005: 86), Pembelajaran Kuantum
adalah adanya upaya guru untuk mengorkestrasikan berbagai interaksi dalam
proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan
menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang
tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Jadi, dalam
proses pembelajaran terjadi orkestrasi (pengubahan, penyelarasan,
pemberdayaan komunitas pembelajar). Mencakup petunjuk khusus untuk
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Quantum
Teaching atau Pembelajaran Kuantum adalah adanya upaya guru untuk
mengorkestrasikan segala nuansa secara meriah dari berbagai interaksi di
dalam maupun di luar proses belajar yang dapat melejitkan prestasi anak
dengan penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga anak dapat belajar
secara mudah dan alami.
c. Karakteristik Model Quantum Teaching
Quantum Teaching memiliki beberapa karakteristik. Setiap karakter
memiliki peran dan membawa kesuksesan dalam belajar pada anak didik.
Menurut Sugiyanto (2009: 73-78), beberapa karakteristik umum
yang tampak membentuk sosok Quantum Teaching sebagai berikut :
1) Berpangkal pada psikologi kognitif bukan fisika kuantum. Berbagai
pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan,
ditransformasikan, dan dikembangkan dari psikologi kognitif.
2) Bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau
nativistis. Manusia selaku pembelajaran menjadi pusat perhatiannya.
Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi diyakini dapat
berkembang secara maksimal atau optimal.
3) Bersifat konstruktivis (tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.
Pembelajaran Kuantum bersifat menekankan pentingnya peranan
lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
yang memudahkan dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran dan
berupaya memadukan, menyinergikan dan mengolaborasikan faktor
potensi diri anak dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks
pembelajaran.
4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan
sekedar transaksi makna. Pembelajaran Kuantum memberikan tekanan
pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu
dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat
ilmiah siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keberhasilan
pembelajaran.
5) Sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf
keberhasilan tinggi. Oleh karena itu, harus menyingkirkan berbagai
hambatan yang menghalangi pembelajaran dengan berbagai cara, kiat, atau
teknik seperti menggunakan iringan musik dan menciptakan lingkungan
yang nyaman.
6) Sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran,
bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Sehingga,
menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, menyenangkan.
7) Sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
Sehingga, perlu menghadirkan pengalaman yang mudah dimengerti.
8) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan, landasan
yang kukuh, lingkungan yang mengarahkan dan rancangan belajar
dinamis. Isi pembelajaran meliputi suasana yang memberdaya dan
rancangan pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar,
dan keterampilan hidup. Oleh karena itu, konteks dan isi saling berkaitan
untuk menciptakan keberhasilan.
9) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,
keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya
harus diperhatikan, diperlukan dan dikelola secara seimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
10) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran. Sehingga, diperlukan penanaman nilai dan keyakinan positif
seperti menunjukkan bahwa kesalahan atau kegagalan bukan akhir dari
segalanya tapi merupakan tanda telah belajar.
11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan
ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata
kunci selain interaksi. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar
siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar
yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode
pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar
pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan
metode pembelajaran.
12) Menginteraksi totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran biasa
langsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model
quantum teaching memiliki karakteristik yang dapat memantapkan dan
menguatkan sosoknya sehingga diyakini adanya pencapaian taraf
keberhasilan tinggi secara optimal dalam proses pembelajaran.
d. Asas dan Prinsip Model Quantum Teaching
Sebenarnya, ada istilah Quantum Learning yang merupakan upaya
kreatif dari Bobbi de Porter dalam menciptakan pembelajaran untuk semua
orang yang ingin belajar secara efektif dan menyenangkan. Quantum
Teaching atau pembelajaran kuantum bertumpu pada prinsip-prinsip dan
teknik-teknik Quantum Learning di ruang-ruang kelas di sekolah.
Asas Utama merupakan alasan dasar di balik segala strategi, model,
dan keyakinan. Asas Utama Quantum Teaching yaitu: bawalah dunia mereka
ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka (De Porter, Reardon,
Nourie, (2009: 6). Semakin jauh guru memasuki dunia pembelajar, semakin
jauh pula pengaruh yang dapat diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Prinsip dapat berarti 1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau
dikenal dan 2) sebuah hokum, aksioma, atau doktrin fundamental (Sugiyanto,
2009: 78). Quantum Teaching memiliki prinsip atau kebenaran tetap. Ada
tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran kuantum
(Sugiyanto, 2009: 79-83). Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai
berikut:
1) Prinsip utama quantum teaching berbunyi: Bawalah dunia mereka
(pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar) dan dunia kita (pengajar) ke
dalam dunia mereka (pembelajar). Setiap bentuk interaksi, dengan
pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran
harus dibangun di atas prinsip utama tersebut.
2) Proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain
memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar
chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar
pembelajaran kuantum. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam sebagai
berikut:
Prinsip-prinsip quantum teaching (DePorter, Reardon, Nourie,
2009: 7) antara lain sebagai berikut:
a) Segalanya berbicara. Segala sesuatu di lingkungan kelas hingga
bahasa tubuh guru, penataan ruang sampai sikap guru, dari kertas
yang dibagikan sampai rancangan pelajaran, semuanya mengirim
pesan tentang belajar. Jadi berbagai upaya yang dilakukan
merupakan usaha mentransfer ilmu pengetahuan.
b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam pengubahan
mempunyai tujuan.
c) Pengalaman sebelum pemberian nama. Proses belajar paling baik
terjadi ketika peserta didik telah mengalami informasi sebelum
memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.
d) Akui setiap usaha. Belajar berarti melangkah keluar dari
kenyamanan. Pada saat peserta didik mengambil langkah ini, patut
mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan akan
memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar dan
mengingatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Sehingga,
dengan perayaan anak merasa termotivasi untuk lebih giat lagi.
3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.
Pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh
karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung
fondasi quantum teaching.
Ada delapan prinsip keunggulan yang juga disebut delapan
kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum. Delapan
kunci keunggulan itu sebagai berikut: a) Perapkanlah hidup dalam
integritas, b) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan, d)
Berbicaralah dengan niat baik, e) Tegaskanlah komitmen, f) Jadilah
pemilik, g) Tetaplah lentur, h) Pertahankanlah keseimbangan. Sedangkan
penjelasan 8 (delapan) kunci keunggulan yang ditumbuhkan melalui
pembelajaran Quantum (Sri Anitah, 2009: 76), adalah sebagai berikut ini.
a) Integritas: bersikap jujur, tulus, dan menyeluruh, menyelaraskan
nilai-nilai dengan perilaku. Berarti integritas akan meningkatkan
motivasi belajar sehingga mencapai tujuan belajar.
b) Kegagalan awal kesuksesan: memahami bahwa kegagalan hanyalah
pemberian informasi yang dibutuhkan untuk sukses. Kegagalan itu
tidak ada, yang ada hanya hasil dan umpan balik. Semuanya dapat
bermanfaat jika tahu cara menemukan hikmahnya. Jadi dengan
kegagalan akan memberikan informasi untuk belajar sampai
mencapai keberhasilan.
c) Berbicara dengan niat baik: berbicara dengan niat positif, dan
bertanggung jawab untuk komunikasi yang jujur dan lurus,
menghindari gosib dan komunikasi yang berbahaya. Sehingga perlu
memiliki keterampilan berbicara yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan niat yang baik sehingga mampu meningkatkan kepercayaan
diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
d) Pola pikir kekinian: memusatkan perhatian pada saat sekarang ini,
dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mengerjakan setiap tugas
sebaik mungkin.
e) Komitmen: memenuhi janji dan kewajiban, melaksanakan visi,
melakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
f) Tanggung jawab: bertanggung jawab atas semua tindakan.
g) Sikap luwes atau fleksibel: bersikap terbuka terhadap perubahan atau
pendekatan baru, yang dapat membantu untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
h) Keseimbangan: menjaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa.
Menyisihkan waktu untuk membangun dan memelihara ketiga hal
tersebut agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa asas
utama Quantum Teaching terletak pada kemampuan pengajar untuk
menjembatani jurang antara dunia pengajar dan pembelajar, sehingga akan
memudahkan membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih
cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan terjadinya
pengalihan pengetahuan. Sedangkan prinsip-prinsip menjadi instruktur atau
pemandu dalam menerapkan model pendidikan yang akan diterapkan oleh
pengajar.
e. Kerangka Perencanaan Model Quantum Teaching
Kerangka perancangan Quantum Teaching merupakan cara praktis
Quantum Learning di ruang-ruang kelas. Menurut Achmad Sugandi, (2005:
89) pembelajaran kuantum atau Quantum Teaching dikembangkan dengan
konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and
Celebrate) diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR
(Tumbuhkan atau Enroll, Alami atau Experience, Namai atau Label,
Demontrasikan atau Demontrate, Ulangi atau Review dan Rayakan atau
Celebrate).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kerangka perancangan Quantum Teaching adalah sebagai berikut
(DePorter, Reardon, Nourie, 2009: 5).
1) Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK.
Menumbuhkan minat dengan memuaskan, Apakah Manfaatnya Bagi Ku
(AMBAK), dan manfaatkan kehidupan anak didik. Strategi yang
digunakan berupa pertanyaan, pantonim, lakon pendek dan lucu, drama,
video, cerita. Berarti guru berusaha memikat anak dengan kegiatan yang
menarik sehingga menumbuhkan minat anak terhadap materi
pembelajaran. Dalam pengenalan sains, guru menumbuhkan minat anak
didik melalui kegiatan pantonim dan bercerita dengan menggunakan
boneka tangan.
2) Alami : Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan
“kebutuhan untuk mengetahui”. Menciptakan atau mendatangkan
pengalaman umum yang dapat dimerngerti oleh semua anak didik.
Penciptaan pengalaman umum dimaksudkan agar anak didik memiliki
landasan yang lebih mendalam mengenai materi pelajaran yang akan
mereka pelajari. Informasi ini membuat yang abstrak menjadi konkret.
Strategi yang digunakan seperti, jembatan keledai, permainan, dan
simulasi. Memerankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk
sandiwara. Memberi tugas individu atau kelompok dan kegiatan yang
mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Dalam pengenalan
sains, anak diberikan kesempatan mengalami langsung secara individu
ataupun kelompok dalam menciptakan pengalaman secara umum.
3) Namai : Berikan “data” tepat saat minat memuncak.
Mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran. Menyediakan
kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan. Strategi yang
digunakan seperti, susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan
poster di dinding. Dalam pengenalan sains, guru menunjukkan alat peraga
dan bahan yang menunjang materi pembelajaran lalu meminta anak
menyebutkan secara bersama-sama dan menjelaskan konsep percampuran
warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4) Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Memberikan kesempatan bagi
anak didik untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru mengaitkan
pengalaman dan nama dengan cara menunjukkan dan melakukannya.
Strategi yang digunakan seperti, sandiwara, video, permainan, rap, lagu,
penjabaran dalam grafik. Dalam hal ini, guru ataupun meminta bantuan
salah anak satu anak mempraktekkan cara menyelesaikan soal yang akan
dikerjakan secara individu.
5) Ulangi : Rekatkan gambaran keseluruhannya. Menunjukkan
cara-cara mengulang. Hal ini merupakan kesempatan bagi anak untuk
mengajarkan pengetahuan baru yang dimiliki kepada orang lain. Dalam
pengenalan sains, setiap anak mencoba mengulangi kegiatan dengan
menyelesaikan tugas individu yang diberikan. Selama anak mengerjakan
tugas untuk mengulangi pengetahuan yang dimiliki, selalu diiringi alunan
musik. Sehingga anak merasa nyaman dengan suasana yang tercipta.
6) Rayakan : Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif ”. Pengakuan
untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Strategi yang digunakan seperti pujian, bernyanyi bersama,
pamer pada pengunjung, pesta kelas. Dalam hal ini, guru mengajak anak
untuk merayakan hasil dari usaha anak didik karena sudah melakukan
berbagai kegiatan. Hal yang dilakukan yaitu, dengan bertepuk tangan dan
bernyanyi bersama. Selain itu, untuk menghargai usaha yang sudah
dilakukan oleh anak, guru memberikan pin.
Berdasarkan keterangan di atas, maka secara garis besar
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum
menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut (Achmad Sugandi, 2006: 91) :
1) penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu. Seperti sebuah simfoni,
dengan mengaitkan unsur-unsur yang menjadi faktor pengalaman musik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) pemanfaatan ikon-ikon sugestif yang membangkitkan semangat belajar
anak. Hal ini, akan menumbuhkan minat anak dengan cara yang menarik.
3) penggunaan “stasiun-stasiun kecerdasan”. Kecerdasan yang dimiliki perlu
mendapat rasangan yang tepat.
4) penggunaan bahasa yang unggul. Kemampuan dalam mengkomunikasikan
apa yang sudah diketahui.
5) suasana belajar yang saling memberdayakan. Segala nuansa yang meriah
akan menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan.
6) penyajian materi pelajaran yang prima. Penyajian materi tersebut di
lakukan dengan langkah TANDUR.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan kerangka rancangan
belajar TANDUR dalam model Quantum Teaching digunakan sebagai cara
yang efektif sebagai landasan guru dalam merancang penyajian pelajaran.
Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, membantu
merancang dan menyampaikan pengajaran, dan memudahkan proses belajar.
Sehingga anak menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran.
Kerangka ini juga memastikan anak mengalami pembelajaran, berlatih,
menjadikan isi pembelajaran nyata dan mencapai sukses.
Dalam pengenalan sains perlu memperhatikan langkah-langkah
model Quantum Teaching secara urut. Pada awal kegiatan, guru perlu
menumbuhkan minat anak dan mencoba menarik perhatian anak terhadap
materi pelajaran yaitu percampuran warna. Anak diberi kesempatan terlibat
langsung untuk mengalami sendiri misalnya mencoba sesuatu secara
berkelompok. Kemudian guru menjelaskan pentingnya mempelajari materi
pelajaran serta mengajak untuk menyebutkan bahan dan alat yang digunakan.
Selanjutnya guru atau melibatkan salah satu anak mendemonstrasikan
kegiatan yang berkaitan dengan tugas. Agar lebih mendalami dan mengulangi
pengetahuan yang dimiliki anak dengan menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru. selain itu, agar pikiran kembali fress anak didik merayakan hasil
kegiatan dengan bertepuk tangan atau bernyanyi bersama dan juga diberi
penghargaan berupa pin atas hasil usaha anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu sesuai dengan substansi yang
diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian
yang akan dilakukan. Berikut ini merupakan penelitian yang relevan yang pernah
dilakukan sebagai tolok ukur dan pembanding dengan penelitian peneliti, yaitu
berkaitan dengan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains ataupun model
quantum teaching:
Budiyanti (2007) yang berjudul ”Pembelajaran Pengenalan Sains
Sederhana pada Topik Gravitasi dengan Pendekatan Bermain Sambil Belajar
untuk Melatih Kemampuan Berpikir Siswa Tk Negeri Pembina Kota Semarang”,
Thesis, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar
psikomotorik pada pertemuan I 89,23 dan pertemuan II meningkat menjadi 92,59.
Skor rata-rata hasil belajar afektif pada pertemuan I 94,28 dan pertemuan II 97,98.
Untuk skor rata-rata berpikir kritis pada saat pre-test diperoleh 69,70 dan pada
saat post-test 88,89. Skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada saat pre-test
diperoleh 63,13 dan skor rata-rata post-test 71,72. Hasil belajar yang dicapai telah
memenuhi indikator yang ditentukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka
penerapan pembelajaran pengenalan sains sederhana dengan pendekatan bemain
sambil belajar dapat melatih kemampuan berpikir siswa TK Negeri Pembina Kota
Semarang.
Anis Masriyah (2010) yang berjudul “Penerapan metode eksperimen
untuk meningkatkan kemampuan sains permulaan pada anak didik kelompok A
TK Negeri Pembina Kota Blitar”, Skripsi, hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan sains permulaan dengan penerapan metode
pembelajaran eksperimen. Pada siklus I peningkatan mencapai 22,342% dan
diperoleh rata-rata penilaian anak dalam sains permulaan sebesar 70,353%. Pada
siklus II peningkatan mencapai 17,202% dan diperoleh rata-rata penilaian sebesar
87,555%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Erfana Nurhidayah (2011) yang berjudul “Peningkatan Penguasaan
Konsep Energi Cahaya Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Pada
Siswa Kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011”, Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa KKm dalam materi konsep energi cahaya
pada setiap siklus adalah 62. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelas 42, pada siklus
I nilai rata-rata kelas 48, pada siklus II nilai rata-rata kelas 64, dan pada siklus III
nilai rata-rata kelas 81. Sehingga pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7,81%,
pada siklus II naik menjadi 44,82%, dan pada siklus III mengalami peningkatan
sebesar 26,32%.
Secara khusus penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dalam kegiatan pengenalan sains pada anak. Hal ini
dibuktikan pandangan para ahli mengenai perbandingan dalam kegiatan
pembelajaran sebelum dan setelah menerapkan model quantum teaching. Oleh
sebab itu, dalam penelitian ini penulis lebih menekankan Peningkatan
Kemampuan Berpikir dalam Kegiatan Pengenalan Sains pada Anak Tk Islam Al-
Falah Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arahan penalaran, untuk
dapat sampai pada penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Kerangka berpikir berguna untuk mewadahi teori-teori yang seperti terlepas satu
sama lain menjadi satu rangkaian yang utuh mengarah pada penemuan jawaban
sementara.
Pada kondisi awal, guru belum menerapkan model pembelajaran pada
materi percampuran warna. Guru cenderung menggunakan metode ceramah,
tanyajawab, dan demonstrasi. Metode-metode yang digunakan pada kenyataannya
tidak bisa memaksimalkan kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains.
Sehingga nilai ketuntasan kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Oleh karena itu, diperlukan tindakan pada kegiatan pembelajaran melalui
model quantum teaching. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari beberapa siklus.
Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada
tindakan awal atau siklus I, peneliti sekaligus sebagai guru melaksakan beberapa
tahapan secara urut, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap
perencanaan seperti menyusun RKH, menetapkan materi bahan ajar, menyusun
skenario, menyiapkan media, menyusun alat evaluasi, menyusun instrumen. ahap
pelaksanaan guru melaksanakan pembelajaran sesuai RKH yang sudah dibuat,
selama proses pembelajaran guru mengamati atau melakukan observasi, pada
kegiatan akhir guru melakukan refleksi dengan menganalisa proses dan hasil
belajar anak. Jika pada tindakan awal hasil yang diperoleh belum memenuhi
indikator ketercapaian, maka peneliti melakukan siklus II. Pada siklus II ini,
merupakan pengulangan kegiatan seperti perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Pada tindakan siklus II, perencanaan RKH dibuat lebih menarik,
pelaksanaan kegiatan dilakukan lebih baik yang mengacu pada perbaikan siklus I
atau perbaikan dari masalah-masalah yang dihadapi di lapangan, Observasi atau
pengamatan dilakukan untuk mencatat penemuan-penemuan selama proses
pembelajaran. Pada kegiatan akhir menganalisa proses dan hasil tindakan.
Setelah hasil nilai diperoleh, maka data nilai kemudian dibandingan.
Sehingga pada kondisi akhir diketahui bahwa dengan menerapkan model quantum
teaching kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada anak dapat
meningkat.
Melalui model quantum teaching diharapkan dapat untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak kelompok A TK Islam Al-
Falah Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan uraian di atas, maka
alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 2.6.
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 2.6. Kerangka Berpikir
KondisiAwal
Kemampuan berpikir
anak dalam pengenalan
sains rendah.
Siklus I1. Perencanaan
Menyusun RKH2. Pelaksanaan
Melaksanakan RKH3. Observasi
Mengamati prosespembelajaran
4. RefleksiMenganalisa proses danhasil belajar
Tindakan
Dalam
pembelajaran,
menerapkan model
quantum teachingSiklus II
1. PerencanaanMenyusun RKH
2. PelaksanaanMelaksanakan RKH
3. ObservasiMengamati prosespembelajaran
4. RefleksiMenganalisa proses danhasil belajar.
Dalam
pembelajaran, guru
belum menerapakan
model quantum
teaching
KondisiAkhir
Setelah menerapkan model quantum
teaching kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains pada anak dapat
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di
atas, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains anak, sehingga dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas
sebagai berikut: melalui model quantum teaching dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak kelompok A TK Islam Al-
Falah Baturetno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Al-Falah, tepatnya berada di
jalan Kinanti Nomor 21 Naiban dusun Batulor desa Baturetno kecamatan
Baturetno kabupaten Wonogiri. TK Islam Al-Falah terletak tidak jauh dengan
pusat kota Baturetno dan mudah dijangkau oleh kendarann. Taman kanak-
kanak ini memiliki berbagai sarana dan prasarana yang menunjang berbagai
kegiatan pembelajaran. Antara lain, memiliki berbagai macam alat permainan
edukatif, laboraturium, dan ruangan kelas yang cukup luas. Tempat ini dipilih
pada penelitian ini dengan beberapa alasan, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Peneliti merupakan salah satu guru kelas di Taman Kanak-kanak tersebut,
yang mana adanya permasalahan yang timbul dan dirasakan oleh peneliti
secara langsung.
b. Pada kegiatan sebelumnya pengenalan sains belum pernah menerapkan
model quantum teaching.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II pada tahun pelajaran
2011/2012 selama 6 (enam) bulan yaitu dimulai pada bulan Pebruari sampai
dengan bulan Juli 2012. Sesuai kesepakatan dengan sekolah, penelitian
dilaksanakan minimal dalam dua siklus dan jika belum mencapai indikator
ketercapaian bisa melaksanakan siklus berikutnya sampai mencapai target
yang sudah ditentukan dalam penelitian. Pada penelitian ini hanya
dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali
tindakan atau dua kali tatap muka. Jadwal penelitian ini, dapat dilihat pada
lampiran 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah anak kelompok A2 TK Islam
Al-Falah Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012,
yang berjumlah sepuluh (12) anak didik yang terdiri dari enam (6) anak laki-laki
dan enam (6) anak perempuan.
Anak didik berasal dari latar belakang yang berbeda. Seperti perbedaan
karakteristik, jenis kelamin, dan status sosial. Dengan perbedaan yang dimiliki
oleh setiap anak tersebut, maka akan berpengaruh terhadap hasil penelitian ini.
Oleh karena itu, peneliti berusaha menyatukan perbedaan tersebut dengan
berbagai tindakan sehingga penelitian ini dapat berhasil.
Mengingat populasi yang jumlahnya tidak terlalu banyak, maka dalam
penelitian ini tidak mengambil sampel sebagai wakil dari populasi, namun peneliti
menjadikan seluruh anak didik kelompok A2 di Taman Kanak-kanak ini sebagai
subjek penelitian.
C. Data dan Sumber Data
Penelitian dapat dilaksanakan setelah memperoleh data dan menentukan
sumber data. Adapun data dan sumber data tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Data
Sebelum melaksanakan penelitian, memerlukan beberapa data.
Adapun jenis data yang diperlukan adalah data hasil nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains pratindakan.
2. Sumber Data
Penelitian memerlukan data dari beberapa sumber. Namun yang
dimaksut dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data
diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2006: 129). Data penelitian yang
dikumpulkan berupa informasi tentang proses kemampuan berpikir dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pengenalan sains. Data-data dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
sumber data dan jenis data yang meliputi:
1. Sumber Data Primer
a. Hasil observasi anak didik kelompok A2 TK Islam Al-Falah
kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri sebagai objek penelitian.
b. Hasil observasi guru kelompok A2 TK Islam Al-Falah kecamatan
Baturetno Kabupaten Wonogiri selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
2. Sumber Data Sekunder
a. Lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran, yaitu lembar
observasi guru dan lembar observasi anak didik.
b. Teks wawancara digunakan peneliti untuk menggali informasi dari
anak tentang kegiatan pengenalan sains yang sudah dilakukan.
c. Arsip dokumen.
1) Arsip : RKH dan skenario.
2) Dokumen : Hasil Karya anak, daftar nilai nilai kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains, data hasil nilai
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains
setiap siklus.
3) Perekaman : Perekaman menggunakan kamera berupa hasil
foto dan vidio untuk memperjelas diskripsi
berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan langkah Penelitian Tindakan Kelas, pengumpulan data
dilakukan oleh guru sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Data
dikumpulkan dengan berbagai teknik. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain: 1) Observasi; 2) Wawancara; dan 3) Dokumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Observasi
Pelaksanaan tindakan pada penelitian perlu diamati sebagai tolok ukur
adanya perubahan selama proses belajar mengajar. Pengamatan atau observasi
(Observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Suharsimi
Arikunto, 1990: 27). Penelitian ini menggunakan observasi sistematis.
Observasi sistematis, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah
didaftar secara sitematis, dan sudah diatur menurut kategorinya. Jadi,
menggunakan instrumen pengamatan dan dilakukan oleh observer pada waktu
kegiatan belajar berlangsung.
Teknik pengumpulan data dengan observasi pada penelitian ini
ditujukan kepada guru dan anak didik. Observasi dilakukan terhadap proses
dan hasil tindakan perbaikan, yang terfokus pada perilaku mengajar guru,
perilaku belajar anak didik, dan interaksi antara guru dan anak didik. Dalam
melakukan observasi, peneliti menggunakan pedoman berupa format
observasi. Adapun format observasi untuk guru terdiri dari aspek yang dinilai,
skor, dan jumlah. Sedangkan format observasi untuk anak terdiri dari aspek
yang dinilai, skor, dan jumlah. Hasil pengamatan dicatat untuk digunakan
sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk mengetahui hasil dari tindakan
siklus yang sudah dilakukannya dan untuk menentukan perlu dan tidaknya
untuk melakukan siklus berikutnya.
2. Wawancara
Keingintahuan terhadap suatu hal untuk memperoleh suatu jawaban
bisa dilakukan dengan bercakap-cakap atau dengan melakukan wawancara.
Metode wawancara adalah suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan,
sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan, dan berbagai hal yang
merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung melalui
metode observasi (Soeparwoto, 2006: 26). Sehingga metode wawancara dapat
digunakan untuk mengetahui proses berpikir anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pada penelitian ini, metode wawancara dilaksanakan secara langsung
yaitu melalui percakapan dan tanya jawab dengan anak tanpa perantara.
Wawancara ini juga dilakukan secara tertutup dan bebas, dengan maksud agar
anak dapat mengungkapkan permasalahan, keinginan dan kebutuhannya
dalam kegiatan pembelajaran secara bebas dan tidak malu terhadap guru.
Format kolom yang digunakan untuk memudahkan mengetahui jawaban anak
terdiri dari nomor, responden, dan jawaban pertanyaan. Hasil jawaban
wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
3. Dokumen
Sebelum melakukan suatu penelitian ataupun setelah dilakukan suatu
tindakan membutuhkan beberapa dokumen. Dokumen merupakan bahan
tertulis ataupun flim yang digunakan sebagai sumber data, dokumen sejak
lama digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen
sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan (Slamet dan Suwarto, 2007: 53). Oleh karena itu, peneliti
menggunakan teknik ini dengan cara mengumpulan data-data tertulis, seperti:
a. Arsip : RKH, skenario
b. Dokumen : Hasil karya anak, daftar nilai nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains, data hasil nilai kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains setiap siklus.
c. Perekaman : Perekaman menggunakan kamera berupa hasil foto dan
vidio untuk memperjelas diskripsi berbagai situasi dan
perilaku subjek yang diteliti.
E. Uji Validitas Data
Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memerlukan validitas data.
Validitas data berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan (Toha
Anggoro, 2008: 2.28). Dalam Penelitian, keabsahan sering dikaitkan dengan
instrument atau alat ukur. Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan
dokumen. Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut
perlu diuji validitasnya sehingga data yang diperoleh benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk
mengambil kesimpulan.
Pada penelitian ini teknik yang dipergunakan untuk uji validitas data
yaitu dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data
dengan memanfaatkan sarana dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
perbandingan data itu (Lexy J. Moleong dalam Hartono, 2011: 36). Berbagai data
yang diperoleh perlu diperiksa atau ditinjau kembali untuk membandingkan hasil
data.
Menurut Elliot dan Pattington dalam Wahyudin (2008: 51), triangulasi
bukanlah teknik untuk memonitor (mengawasi), namun sebagai metode yang
lebih umum untuk membawa beragam jenis bukti ke dalam suatu hubungan satu
sama lain sehingga ragam itu dapat dibandingkan dan diperbedakan. Hal ini,
untuk menjamin validitas data sehingga dapat digunakan sebagai
pertanggungjawaban yang dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik
kesimpulan. Teknik yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut.
1. Triangulasi Data
Data yang diperlukan diperoleh dengan mengumpulkan data yang
sama atau sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Pada setiap
pertemuan tindakan peneliti merangkum hasil berdasarkan data yang
diperoleh. Pada penelitian ini, data yang diperlukan adalah data tentang
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains.
2. Triangulasi Sumber
Teknik ini dilakukan dengan mengkroscek data dari berbagai sumber
yaitu informasi dari anak dan guru yang berhubungan dengan anak. Peneliti
mengecek ulang data yang diperoleh dari sumber data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berdeda. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda untuk mengali data
dengan permasalahan yan gsama. Data yang diperoleh melaui wawancara
dilakukan uji keabsahan dengan hasil pengamatan penelitian. Data tersebut
nantinya juga dibandingkan dengan data hasil analisis dokumen. Dengan kata
lain, ketika peneliti menggunakan teknik wawancara, disaat yang lain juga
menggunakan teknik observasi maupun dokumentasi. Peneliti dan observer
berdiskusi mengenai data yang diperoleh, kemudian data yang diperoleh dicek
secara silang. Apabila setelah dicek silang terjadi kesamaan data, maka data
dapat disimpulkan data tersebut valid.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif Milles dan Huberman. Miles mendefinisikan analisis data untuk
memudahkan dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Definisi dari analisis data
menurut Milles adalah sebagai berikut:
“an attempt by the the teacher to summarize the data that have beencollected in a dependable, accurate, and correct manner.” Analisis dataadalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai penelitiuntuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalambentuk yang dapat dipercaya dan benar ( Igak dan Kuswaya, 2008: 5.4).
Kegiatan pokok analisa model ini meliputi reduksi data, penyajian data,
kesimpulan-kesimpulan penarikan atau verifikasi. Adapun rincian model tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Pada penelitian ini data yang direduksi yaitu nilai kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains. Pengertian reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data merupakan
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian
mungkin sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Pemilihan data yang dilakukan yaitu memilih data-data yang
sesuai sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Sehingga data
yang perlu disimpulkan adalah nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains, keaktifan anak dan guru dari hasil observasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk
menampilkan data nilai yang mencangkup nilai kemampuan berpikir agar
lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam
penyajian data hasil belajar, peneliti menjelaskan atau menyajikan data ke
dalam tabel kemudian divisualisasikan ke dalam bentuk grafik.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian
selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan
kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konvigurasi yang utuh,
sehingga kesimpulan-kesimpulan juga dapat diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian. Sedangkan kesimpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya
merupakan validitasnya. Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai suatu jalin-
menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.
Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Adapun hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis tersebut, dapat
dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1. Bagan siklus Analisis Interaktif Milles Huberman (2000: 20)
Langkah-langkah analisis:
a. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup maka
dapat dikumpulkan.
b. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun matrik yang
berguna untuk penelitian lanjut.
c. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
d. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau
kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
e. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya
bagi susunan laporan.
f. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pegembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa data yang sudah
diperoleh harus dikumpulkan, dianalisis, diverifikasi, dan dibandingkan
hasilnya agar lebih mudah dalam membuat kesimpulan sebagai pijakan
berdasarkan saran dalam laporan akhir penelitian.
Pengumpulan Data(Data Collection)
Reduksi Data(Data Reduction)
Penyajian Data(Data Display)
Penarikan kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
G. Indikator Kinerja Penelitian
Peneliti perlu membuat indikator kinerja untuk menentukan keberhasilan
tindakan pada penelitian. Hal ini sesuai pendapat Sarwiji Suwandi (2009: 61)
yang menyatakan bahwa indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dapat
dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Pada
penelitian ini indikator kinerja yang digunakan yaitu peningkatan kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains terutama pada materi percampuran warna. Aspek
yang diukur dalam menentukan keberhasilan tindakan antara lain membuat
kombinasi warna dan membuat keputusan.
Sesuai dengan kurikulum 2004 (2004: 7) menunjukkan bahwa kriteria
penilaian untuk anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan
maka dalam penilaiannya diberi tanda bulatan kosong (), anak yang mampu
melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat dan lengkap maka kolom penilaian
ditulis tanda bulatan penuh (), sedangkan anak yang menunjukkan
kemampuannya sesuai dengan indikator maka dalam penilaiannya ditulis tanda
chek list (v). Sehingga penilaian dengan tanda bulatan kosong () berarti
mendapat nilai tidak tuntas, anak dengan tanda bulatan penuh (●) berarti
mendapat nilai tuntas, sedangkan anak yang mendapat nilai setengah tuntas
dengan tanda chek list (v). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Penilaian
Tanda Nilai Keterangan
Tidak Tuntas
v Setengah Tuntas
● Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Sedangkan menurut pendapat Uyu Wahyudin, dkk (2011: 83-84)
menyatakan bahwa dalam pencatatan hasil penilaian harian sesuai dengan
kurikulum 2010 dilaksanakan sebagai berikut: (a) catatan hasil penilaian
dicantumkan dalam kolom penilaian RKH, (b) anak yang belum berkembang
dalam penilaiannya diberi tanda satu bintang (*), (c) anak yang sudah mulai
berkembang diberi tanda (**), (d) anak yang sudah berkembang sesuai tahapan
diberi tanda (***), (e) anak yang berkembang sesuai harapan mendapat (****), (f)
penggunaan tanda bintang merupakan simbol tingkat pencapaian perkembangan
anak. Simbol penilaian ini sebagai catatan guru yang digunakan untuk
mengkonfersikan nilai sehingga lebih mudah dalam mengetahui tingkat
perkembangan anak. Pada penelitian ini kriteria penilaian yang digunakan yaitu
menggunakan skor sesuai dengan penentuan nilai yang dilakukan oleh dwi
yulianti (2010: 157). Skor yang digunakan yaitu dari skor satu sampai dengan
tiga. Skor 1 berarti anak belum berkembang sesuai harapan, skor 2 berarti anak
sudah berkembang sesuai harapan, dan skor 3 berarti anak berkembang sesuai
harapan. Hal ini dapat ditunjukkan sesuai Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian
Membuat Kombinasi Warna Membuat Keputusan
Skor 1 : Anak tidak bisa membuat
kombinasi warna.
Skor 2 : Anak dapat membuat
kombinasi warna.
Skor 3 : Anak dapat membuat
kombinasi lebih dari satu
indikator terpenuhi.
Skor 1 : Anak tidak bisa membuat
keputusan yang benar.
Skor 2 : Anak dapat membuat dua
keputusan dengan benar.
Skor 3 : Anak dapat membuat
keputusan lebih dari dua.
Pada penelitian ini, aspek yang dinilai berjumlah dua yaitu membuat
kombinasi warna dan membuat keputusan. Perolehan skor setiap aspek akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dijumlahkan sehingga akan memperoleh skor total. Hasil skor yang diperoleh
anak yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6. Anak yang memperoleh skor total 2 atau 3 berarti
anak tersebut mendapat nilai setara dengan tanda bulatan kosong () atau nilai
anak tidak tuntas, sedangkan anak yang mendapat skor total 4 berarti setara
dengan tanda chek list (V) atau nilai anak setengah tuntas, dan anak yang
mendapat skor total 5 atau 6 berarti setara dengan tanda bulatan penuh (●) atau
nilai anak tuntas.
Strategi mastery learning (belajar tuntas) menurut Bloom dalam Siswojo
(1985: 15) menyatakan bahwa 95% dari siswa kita dapat menguasai sebagian
besar dari apa yang diajarkan dan menekankan pentingnya penentuan dari apa
yang dimaksud mastery (penguasaan). Sesuai pernyataan Bloom, peneliti juga
perlu menentukan persentase ketuntasan yang ditargetkan yaitu sebesar 75%. Dari
target yang ditentukan tersebut akan terlihat apakah pembelajaran yang
dilaksanakan berhasil atau belum berhasil. Apabila belum mencapai target seperti
yang sudah ditetapkan, maka peneliti masih harus melakukan penelitian dengan
melaksanakan tindakan ke siklus selanjutnya. Indikator kinerja yang ingin dicapai
peneliti dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3. Indikator Kinerja Penelitian
ASPEKYANG
DIUKUR
PERSENTASE YANGDITARGETKAN CARA MENGUKUR
MembuatKombinasi
Warna
75% Diamati dari cara dan hasilmengkombinasikan warna
MembuatKeputusan
75%
Diamati dari cara dan hasilkeputusan dalam menentukansimbol warna, menentukanwarna yang digunakan dan yangdicampur dengan pemikiransendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Identifikasi Masalah
Hasil Refleksi
Perencanaan II
Perencanaan I
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
Observasi
dst
H. Prosedur Penelitian
Sebagai gambaran, prosedur penelitian dapat dilihat dari gambar
penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kelas Kemmis dan Taggart
dalam ishaq madeamin (diunduh 07/04/2012) dapat dilihat pada Gambar 3.2
berikut ini.
Siklus 1
Siklus 2
Keterangan
: Kegiatan: Hasil kegiatan: Kegiatan berlangsung secara bersamaan: Urutan pelaksanaan kegiatan
Gambar 3.2. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Prosedur penelitian terdiri dari siklus-siklus. Dalam prosedur penelitian
ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam 2 (dua)
kali tatap muka. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam penelitian ini
dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3)
observasi; dan 4) refleksi.
Rencana tindakan pada masing-masing siklus tersebut dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti pada didesain dalam faktor-faktor
yang sudah diselidiki. Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan guru
untuk mengetahui permasalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains pada anak saat mencoba mencampur warna dan membuat
keputusan. Sehubungan dengan itu, maka tindakan yang diduga paling tepat
adalah melalui model quantum teaching untuk meningkatkan kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains. Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
dijabarkan dalam uraian sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa
persiapan-persiapan yang terdiri dari :
1) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang
akan dilaksanakan pada siklus I: Kognitif nomor 6, yaitu mencoba
dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.
2) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus
disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan pada siklus I.
3) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model
quantum teaching. Guru masih terlibat kegiatan demonstrasi.
4) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan
pencampuran warna dalam pengenalan sains. Bahan dan alat yang
digunakan adalah mika bewarna dan pewarna makanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
5) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses yaitu penugasan
yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.
6) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah melalui model
quantum teaching, adapun langkah-langkah penerapannya dengan istilah
TANDUR, antara lain:
1) T (Tanamkan). Guru menarik perhatian dan minat anak dengan
melakukan pantomime.
2) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi secara
bersama-sama. Pada pertemuan ke-1 (satu), setiap kelompok
menempelkan mika warna. Pada pertemuan ke-2 mencampur warna
dengan menuangkan warna ke dalam gelas.
3) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna yang
ditunjukkan. Adapun warna tersebut yaitu warna primer (merah,
kuning, biru) dan warna sekunder (oranye, hijau, ungu).
4) D (Demonstrasikan). Guru mempraktekkan percampuran warna di
depan kelas cara mengerjakan tugas yang akan diberikan kepada anak.
5) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Pada pertemuan ke-1
(satu) anak memasukkan mika warna kemudian mewarnai pola pada
lembar kerja. Sedangkan pada pertemuan ke-2 (dua) anak mengamati
perubahan warna dengan mengambil 1 sendok warna yang berbeda
kedalam palet, kemudian mengoleskannya pada lembar kerja.
6) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu
menyelesaikan kegiatannya. Pada pertemuan ke-1 (satu) anak bertepuk
tangan, yaitu “tepuk MeJiKuHiBiNiU”. Sedangkan, pada pertemuan
ke-2 (dua) guru mengajak anak bertepuk tangan, yaitu “tepuk warna”.
7) Penutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c. Observasi Tindakan
Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu peneliti dan 1
(satu) guru yang mengajar. Observasi dilakukan selama penelitian
berlangsung yaitu selama 2 (dua) kali pada siklus I. Adapun variable yang
diobservasi dengan menggunakan lembar observasi adalah:
1) Proses pembelajaran yang dilakukan anak. Peneliti mengamati
bagaiman anak mengungkapkan pendapatnya, ketika menyebutkan
bermacam-macam warna, menunjukkan ketertarikannya dalam
kegiatan demonstrasi, saat mencoba mempraktekkan ketika warna
dicampur. Observer menyimpulkan pelaksanaan kegiatan yang telah
dilakukan oleh anak. Selama proses pencampuran warna dalam
kegiatan pengenalan sains, apakah telah mampu meningkatkan
kemampuan berpikir anak atau belum.
2) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru diamati
apakah memperhatikan keadaan lingkungan pembelajaran, selalu
memberikan pengarahan kepada semua anak ketika mengalami
kesulitan dalam menggunakan peralatan ataukah sudah memberikan
kesempatan kepada anak untuk berusaha mengulangi kegiatan tersebut
tanpa selalu diberi pengarahan.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan apa yang dapat ditempuh, sehingga akan didapatkan
suatu solusi untuk semua permasalahan yang dialami oleh guru dan anak
didik dalam kegiatan pembelajaran pengenalan sains pada materi
percampuran warna.
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan I dan II.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat digunakan untuk
menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Hasil pengolahan data pada siklus I diperoleh, rata-rata nilai yang
diperoleh 4,63. Sedangkan peserta didik yang mendapatkan nilai diatas
nilai minimal yaitu sebanyak 8 anak, jika diprosentase menjadi 66,67%.
Hasil tersebut masih berada di bawah indikator keberhasilan. Setelah
dianalisis penyebabnya adalah :
1) Anak didik belum terbiasa dengan model pembelajaran kuantum.
2) Guru kurang menarik perhatian anak karena tidak menggunakan
media yang menarik.
3) Posisi tempat duduk membuat anak kesulitan dalam bekerjasama.
4) Guru kurang melibatkan anak didik dalam beberapa kegiatan.
5) Anak didik masih kebingungan untuk mengerjakan tugas.
Permasalahan yang timbul dalam silkus I dicari pemecahannya
dan ditindak lanjuti pada siklus II. Hasil refleksi dan evaluasi siklus I
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir namun belum
memenuhi target indikator kinerja maka perlu dilakukan siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa
persiapan-persiapan yang terdiri dari :
1) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang
akan dilaksanakan pada siklus II: Kognitif nomor 6, yaitu mencoba
dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.
2) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus
disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan pada siklus II.
3) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model
quantum teachingdengan cara guru melibatkan anak ketika melakukan
kegiatan untuk mengalami sendiri dan demonstrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
4) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan
percampuran warna. Bahan yang digunakan adalah mika warna dan
pewarna makanan.
5) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses berupa penugasan
yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.
6) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah melalui model
quantum teaching, adapun langkah-langkah penerapannya dengan istilah
TANDUR, antara lain:
1) T (Tanamkan). Guru menarik perhatian dan minat anak dengan
bercerita menggunakan boneka tangan. Pada pertemuan ke-3 (tiga)
guru bercerita dengan menggunakan boneka tangan seperti melihat ke
langit, menunjukkan suasana pagi, siang dan malam. Sedangkan pada
pertemuan ke-4 (empat) guru bercerita munculnya pelangi berwarna-
warni dengan menggunakan boneka tangan.
2) A (Alami). Guru membuat 3 kelompok masing-masing kelompok
terdiri dari 4 anak. Pada pertemuan ke-3 (tiga) anak bekerjasama
mencampurkan air sabun yang sudah berwarna kemudian diaduk dan
ditiup sehingga menghasilkan gelembung-gelembung sabun.
Pertemuan ke-4 (empat) anak bekerjasama meneteskan 1 tetes warna
yang berbeda diatas kapas.
3) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna yang
ditunjukkan. Adapun warna tersebut yaitu warna primer (merah,
kuning, biru) dan warna sekunder (oranye, hijau, ungu).
4) D (Demonstrasikan). Guru meminta salah satu anak membantu
mempraktekkan percampuran warna di depan kelas cara mengerjakan
tugas pada lembar kerja.
5) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Pada pertemuan ke-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(tiga) anak mengambil air sabun yang berwarna lalu ditiupkannya
sehingga menjadi gelembung sabun diatas tissue. Sedangkan pada
pertemuan ke-4 (empat) anak megamati perubahan warna dengan
meneteskan 2 tetes warna yang berbeda.
6) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu
menyelesaikan kegiatannya. Pada pertemuan ke-3 (tiga) mengajak
anak bernyanyi “warna sekunder”. Sedangkan pada pertemuan ke-4
(empat) guru mengajak anak bernyanyi “colour”.
7) Penutup.
c. Observasi Tindakan
Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu peneliti dan 1
(satu) guru yang mengajar. Observasi dilakukan selama penelitian
berlangsung yaitu selama 2 (dua) kali pada siklus II. Adapun variable yang
diobservasi dengan menggunakan lembar observasi adalah:
1) Proses pembelajaran yang dilakukan anak. Peneliti mengamati anak
mengungkapkan pendapatnya, ketika menyebutkan bermacam-macam
warna, menunjukkan ketertarikannya dalam kegiatan demonstrasi, saat
mencoba mempraktekkan ketika warna dicampur. Observer
menyimpulkan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh anak.
Selama proses pencampuran warna dalam kegiatan pengenalan sains,
apakah telah mampu meningkatkan kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains anak atau belum.
2) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru diamati
apakah memperhatikan keadaan lingkungan pembelajaran, selalu
memberikan pengarahan kepada semua anak ketika mengalami
kesulitan dalam menggunakan peralatan ataukah sudah memberikan
kesempatan kepada anak untuk berusaha mengulangi kegiatan tersebut
tanpa selalu diberi pengarahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d. Analisis dan Refleksi
Hasil observasi antara diskusi guru dan pengamat tentang
pelaksanaan kegiatan, kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan apa yang dapat ditempuh. Sehingga didapatkan suatu
solusi untuk semua permasalahan yang dialami oleh guru dan anak dalam
proses kegiatan sains.
Pada siklus II setelah data diolah maka diperoleh hasil, bahwa
jumlah anak didik yang mencapai indikator keberhasilan yaitu 11 anak,
sehingga prosentase indikator ketercapaian apabila diprosentasekan
menjadi 91,66% melebihi indikator keberhasilan dan nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 5,54.
Hasil dari siklus II sudah menunjukkan peningkatan kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains dan sudah memenuhi target indikator
kerja maka tidak perlu dilakukan siklus III. Jadi pada siklus II ini dapat
disimpulkan penelitian ini berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Al-Falah
kecamatan Baturetno kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Tepatnya
berada di jalan Kinanti No. 21 Naiban dusun Batulor desa Baturetno kecamatan
Baturetno kabupaten Wonogiri. Status TK Islam Al-Falah adalah Taman Kanak-
kanak pembina swasta dengan Nomor Statistik Taman Kanak-kanak (NSTK) 00 2
03 12 22 045 sejak didirikan pada tahun 2005.
TK Islam Al-Falah kecamatan Baturetno kabupaten Wonogiri
mempunyai luas tanah 1652 meter persegi dengan status tanah 1552 meter persegi
merupakan milik sendiri dan wakaf seluas 100 meter persegi. Halaman sekolah
seluas 326 meter persegi yang dimanfaatkan sebagai lapangan olahraga, taman
bermain, kebun sekolah dan 1 kolam renang. Bangunan gedung terdiri dari 6
gedung, 3 gedung diantaranya terdiri dari 2 lantai. Ruangan yang ada di lantai 1
antara lain: 1 ruang guru, 2 ruang UKS, 1 ruang kepala TK, 1 ruang Tata Usaha
lengkap dengan 2 komputer dan 2 mesin ketik, 2 ruang kelas kelompok A dan 2
ruang kelas kelompok B, 1 ruang Kelompok Bermain, 1 ruang speeloods/ ruang
serbaguna, 1 ruang penjaga, 1 ruang kantin/ dapur, 8 ruang kamar mandi.
Sedangkan ruangan yang ada dilantai 2 antara lain: 1 ruang tamu, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang KKG, 1 ruang laboraturium, 1 ruang bermain didalam, 1
ruang ibadah, 1 ruang kamar mandi. Ruangan yang ada disekolah ini merupakan
penunjang terlaksananya proses pembelajaran.
Pada Tahun Pelajaran 2011/2012 di sekolah ini dipimpin oleh seorang
Kepala Sekolah yang mewakili 6 (enam) guru, 1 (satu) petugas Tata Usaha (TU),
1 (satu) penjaga, dan 1 (satu) koki yang bertugas memasak makanan. Sehingga
seluruh anggota pendidik dan staff di TK Islam Al-Falah berjumlah 9 orang. Di
TK Islam Al-Falah tidak menyediakan kantin seperti pada umumnya, sehingga
makanan bergizi diberikan pada jam istirahat untuk seluruh anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Jumlah seluruh anak didik TK Islam Al-Falah Tahun Pelajaran
2011/2012 adalah 57 anak didik yang terdiri dari 35 anak laki-laki dan 22 anak
perempuan. Anak didik terbagi menjadi 4 kelas yakni 2 kelas untuk kelompok A
dan 2 kelas untuk kelompok B. Kelompok A1 sebanyak 19 anak didik, Kelompok
A2 sebanyak 12 anak didik, kelompok B1 sebanyak 13 anak didik, kelompok B2
sebanyak sebanyak 13 anak didik. Pada penelitian ini yang digunakan sebagai
objek penelitian yaitu kelompok A2 sebab peneliti merupakan guru di kelas
tersebut dan adanya permasalahan selama proses belajar mengajar yang harus
segera diatasi.
Jumlah anak didik kelompok A2 TK Islam Al-Falah berjumlah 12 anak
didik, yang terdiri dari 6 peserta didik laki-laki dan 6 peserta didik perempuan.
Anak didik berasal dari latar belakang sosial, perbedaan jenis kelamin dan tingkat
umur yang berbeda-beda sehingga akan mempengaruhi hasil tindakan pada
penelitian.
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru di
kelompok A2 melakukan observasi atau pengamatan awal dengan tujuan
mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa anak didik mengalami kesulitan untuk berpikir dalam pengenalan
sains pada materi percampuran warna. Hal ini dikarenakan guru belum
mengupayakan model pembelajaran yang tepat dan menarik untuk meningkatkan
kemampuan anak berpikir terhadap materi pembelajaran, terbukti hasil yang
sudah diperoleh juga belum maksimal. Sehingga, pada penelitian ini dikhususkan
pada kegiatan pengenalan sains dengan materi percampuran warna sebagai
harapan untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.
Adapun gambaran kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: dalam
kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode tanya jawab, ceramah, dan
demostrasi. Pada kegiatan awal pembelajaran dilakukan tanya jawab untuk
menggali pengetahuan yang sudah diketahui oleh anak sesuai dengan materi yang
telah dipelajari. Hasil dari pelaksanaan kegiatan tanya jawab yaitu hanya ada
beberapa anak yang mau berpartisipasi atau terlibat menjawab pertanyaan ataupun
menyampaikan pertanyaan. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
metode ceramah. Guru mendemostrasikan bagaimana mengerjakan tugas
mencampur warna, dan kemudian memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh
anak. Selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, anak didik kurang
tertarik dengan materi kegiatan. Ketika mengerjakan tugas, anak didik cenderung
sering bertanya kepada guru bagaimana cara menyelesaikan tugas pada lembar
kerja tersebut. Pada kegiatan akhir, guru menunjukkan hasil pekerjaan anak
dengan membandingkan antara yang mendapat nilai tuntas dan yang tidak tuntas
dengan tujuan agar anak termotivasi menyelesaikan tugas dengan baik seperti
temannya yang mendapat nilai tuntas.
Hasil penilaian guru yang diperoleh dari nilai kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains yaitu 7 anak belum mencapai indikator ketercapaian karena 4
anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () atau mendapatkan nilai
tidak tuntas dan 3 anak mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) atau setengah
tuntas dan hanya 5 anak yang mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau
nilai tuntas. Oleh karena itu, perlu melakukan tindakan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains dengan materi percampuran
warna. Berdasarkan data nilai yang diperoleh pratindakan dapat dibuat Tabel 4.1.
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
No Responden
Kemampuan Berpikir Skor Akhir
(A)MembuatKombinasi
(B)MembuatKeputusan Skor Nilai Tanda
1 2 3 1 2 3
1. 159 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●
2. 167 1 2 3 1 2 3 4 66,67 v
3. 186 1 2 3 1 2 3 4 66,67 v
4. 190 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
5. 193 1 2 3 1 2 3 3 50
6. 195 1 2 3 1 2 3 4 66,67 v
7. 203 1 2 3 1 2 3 3 50
8. 205 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●
9. 216 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●
10. 220 1 2 3 1 2 3 2 33,33
11. 224 1 2 3 1 2 3 5 83,33 ●
12. 225 1 2 3 1 2 3 2 33,33
Jumlah Skor 47 783,32 5
Prosentase anak didik Jumlah anak didik tidak tuntastidak tuntas () = X 100%
Jumlah anak
4= X 100%
12
33,33%
Prosentase anak didik Jumlah anak didik tidak tuntassetengah tuntas (v) = X 100%
Jumlah anak
3= X 100%
12
25%
Prosentase Jumlah anak didik tuntasanak didik tuntas (●) = X 100%
Jumlah anak
5= X 100%
12
41,67%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Hasil penilaian pratindakan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta
didik belum mendapatkan nilai tuntas. Oleh karena itu, perlu mengadakan
penelitian di kelompok A2 untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains pada materi percampuran warna sehingga anak mampu
mengkombinasikan warna dan mengambil keputusan dengan tepat. Berdasarkan
data yang diperoleh pada kondisi awal tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4.2.
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
NoSkor Akhir
Frekuensi ProsentaseFrekuensi
Ket.Skor Nilai Tanda
1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 4 33,33%TidakTuntas
2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 3 25%SetengahTuntas
3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 5 41,67 % Tuntas
JUMLAH 12 100 %
Berdasar Tabel 4.2. maka nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains pratindakan menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan nilai dengan tanda
bulatan kosong () yang berarti anak mendapatkan nilai tidak tuntas sebanyak 4
anak jika diprosentase adalah 33,33%, sedangkan anak yang mendapatkan nilai
dengan tanda chek list (v) yang berarti anak mendapatkan nilai setengah tuntas
berjumlah 3 anak jika diprosentase adalah 25%, dan yang mendapat nilai dengan
tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru mencapai 41,67%, padahal indikator
ketercapaian adalah 75% anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●)
atau nilai tuntas. Prosentase frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dapat digambarkan dengan grafik
pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:
Gambar 4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan
Berdasarkan grafik prosentase frekuensi data nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains pratindakan, maka dapat disajikan tabel hasil kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dengan keterangan skor terendah,
skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata sesuai Tabel 4.3. sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
Keterangan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains PraTindakan
Skor Terendah 2
Skor Tertinggi 5
Skor rata-rata 3,92
Nilai Rata-Rata 65,78
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
1,6 - 3,0 (o)
PR
OSE
NT
ASE
FR
EK
UE
NSI
66
berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dapat digambarkan dengan grafik
pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:
Gambar 4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan
Berdasarkan grafik prosentase frekuensi data nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains pratindakan, maka dapat disajikan tabel hasil kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dengan keterangan skor terendah,
skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata sesuai Tabel 4.3. sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
Keterangan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains PraTindakan
Skor Terendah 2
Skor Tertinggi 5
Skor rata-rata 3,92
Nilai Rata-Rata 65,78
1,6 - 3,0 (o) 3,1 - 4,5 (v) 4,6 - 6,0 (●)
RENTANG NILAI
66
berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dapat digambarkan dengan grafik
pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:
Gambar 4.1. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan
Berdasarkan grafik prosentase frekuensi data nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains pratindakan, maka dapat disajikan tabel hasil kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dengan keterangan skor terendah,
skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata sesuai Tabel 4.3. sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
Keterangan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains PraTindakan
Skor Terendah 2
Skor Tertinggi 5
Skor rata-rata 3,92
Nilai Rata-Rata 65,78
4,6 - 6,0 (●)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan perhitungan
berikut ini.
Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =
Jumlah anak
47=
12
= 3,92
Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas=
Jumlah anak
783,32=
12
= 65,78
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains pratindakan, maka dibuat grafik pada Gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
Skor Terendah
67
Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan perhitungan
berikut ini.
Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =
Jumlah anak
47=
12
= 3,92
Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas=
Jumlah anak
783,32=
12
= 65,78
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains pratindakan, maka dibuat grafik pada Gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
2 5 3,92
65,78
Skor Terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Nilai Rata-rata
67
Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan perhitungan
berikut ini.
Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =
Jumlah anak
47=
12
= 3,92
Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas=
Jumlah anak
783,32=
12
= 65,78
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains pratindakan, maka dibuat grafik pada Gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan
Nilai Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains
pratindakan menunjukkan bahwa skor terendah adalah 2 setara 33,33 yang berarti
anak mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong (), dan skor tertinggi
dengan jumlah kriteria 5 setara dengan 83,33 yang berarti anak mendapatkan nilai
bulatan penuh (●). Maka, skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,92 dan nilai rata-
rata 65,78. Sedangkan prosentase peserta didik tuntas baru mencapai 41,67%
sehingga masih dibawah target indikator keberhasilan yaitu sebesar 75%.
Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh permasalahan
sebagai berikut:
1) Anak didik cepat merasa bosan ketika mendengarkan materi pembelajaran.
2) Guru kurang menarik perhatian anak karena tidak menggunakan media yang
menarik.
3) Posisi tempat duduk membuat anak kesulitan dalam bekerjasama.
4) Guru kurang melibatkan anak didik dalam beberapa kegiatan.
5) Anak didik masih kebingungan untuk mengerjakan tugas.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melakukan tindakan dengan
suasana yang menyenangkan agar anak tertarik untuk mencoba dan merangsang
anak mampu untuk mengkombinasikan warna dan mampu membuat keputusan
dengan benar sehingga nilai kemampuan berpikir anak dalam pengenalan sains
mencapai nilai tuntas. Cara yang paling tepat yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang diterapkan adalah model
quantun teaching.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Deskripsi pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari paparan siklus I, dan paparan siklus II.
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari 2x35 menit. Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari
perencanaan, data tindakan, data observasi, dan data refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari rabu, 4
April 2012 di ruang guru TK Islam Al-Falah Baturetno. Peneliti dan guru
pendamping mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini. Hasil dari pertemuan tersebut adalah adanya
kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan, dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2x35 menit, yaitu
pada hari Kamis, 5 April 2012 dan Selasa, 10 April 2012.
Perencanaan sebelum tindakan dilakukan kegiatan adalah
sebagai berikut:
1) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang
akan dilaksanakan pada siklus I : Kognitif nomor 6, yaitu mencoba
dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.
2) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus
disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan pada siklus I.
3) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model
quantum teaching. Guru masih terlibat kegiatan demonstrasi.
4) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan
pencampuran warna dalam pengenalan sains.
5) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses yaitu penugasan
yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.
6) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).
7) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat dan penjelasan cara
pengisian lembar pengamatan (Observasi) dan lembar wawancara.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, guru menggunakan model pembelajaran dengan
menerapkan model quantum teaching sesuai rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun. Sesuai dengan yang telah direncanakan,
maka pada siklus I akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Adapun
pemaparannya adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian
menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,
dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.
b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi dengan cara meminta
seluruh anak untuk menebak gerakan yang dipraktekkan oleh guru
yang berkaitan dengan warna.
c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar bendera.
d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi
secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok
tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru
harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan
pada setiap kelompok yaitu, menempelkan mika warna sesuai
arahan yang diperintahkan oleh guru.
e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna
mika warna primer yang ditunjukkan antara lain mika berwarna
merah, kuning dan biru. Selanjutnya guru mengajak anak untuk
menyebutkan hasil dari percampuran warna dengan menggunakan
mika, yaitu warna sekunder (oranye, hijau, ungu).
f) D (Demonstrasikan). Guru mempraktekkan percampuran warna di
depan kelas cara mengerjakan tugas yang akan dikerjakan anak.
g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak memasukkan
mika warna kemudian mewarnai pola pada lembar kerja. Selama
mengerjakan tugas pada lembar kerja, guru memutar musik.
h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu
menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2
diajak bertepuk tangan, yaitu “tepuk MeJiKuHiBiNiU”.
“Tepuk MeJiKuHiBiNiU”.
Plok bleg-bleg-bleg Merah, Plok bleg-bleg-bleg Jingga
Plok bleg-bleg-bleg Kuning, Plok bleg-bleg-bleg Hijau
Plok bleg-bleg-bleg Biru, Plok bleg-bleg-bleg Nila
Plok bleg-bleg-bleg Ungu, MeJiKuHiBiNiU Oye
i) Penutup.
2) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut:
a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian
menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,
dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.
b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi dengan cara meminta
seluruh anak untuk menebak gerakan yang dipraktekkan oleh guru
berkaitan dengan alat untuk mencampur warna.
c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan
pembelajaran dengan menggunakan gelas sebagai media atau alat
yang digunakan untuk mencampur warna.
d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi
secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok
tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru
harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan
pada setiap kelompok yaitu, mencampur warna dengan gelas
plastik sesuai arahan yang diperintahkan oleh guru.
e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna
pada botol yang ditunjukkan warna tersebut yaitu warna primer
(merah, kuning, biru). Selanjutnya guru mengajak anak untuk
menyebutkan hasil dari percampuran warna yaitu warna sekunder
(oranye, hijau, ungu).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
f) D (Demonstrasikan). Guru mempraktekkan percampuran warna di
depan kelas cara mengerjakan tugas yang akan dikerjakan anak.
g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak mengamati
perubahan warna dengan mengambil 1 sendok warna yang
berbeda ke dalam palet, kemudian mengoleskannya pada lembar
kerja. Selama mengerjakan tugas pada lembar kerja, guru memutar
musik.
h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu
menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif
selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2
diajak bertepuk tangan, yaitu “tepuk warna”.
“Tepuk warna”
Merah (sambil memetik jari kanan)
Kuning (sambil memetik jari kiri)
Oranye (lalu bertepuk tangan dua kali)
Merah (sambil memetik jari kanan)
Biru (sambil memetik jari kiri)
Ungu (lalu bertepuk tangan dua kali)
Biru (sambil memetik jari kanan)
Kuning (sambil memetik jari kiri)
Hijau (lalu bertepuk tangan dua kali)
Warna warna yeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
i) Penutup.
c. Observasi Tindakan
Peneliti melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Tujuan utama yang menjadi sasaran observasi penelitian
adalah aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1) Hasil Observasi pada Guru
a) Pada kegiatan awal, guru sudah melakukan kegiatan sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan.
b) Guru kurang mampu mengelola waktu, sehingga melebihi waktu
yang telah ditentukan.
c) Guru sudah menumbuhkan minat dengan mengorganisasikan anak
pada masalah dalam penelitian secara baik.
d) Guru sudah memberikan kesempatan kepada anak dengan
mengorganisasikan untuk belajar mengalami kegiatan secara
berkelompok secara baik. Namun, guru dalam mengatur tempat
duduk secara bersab atau berbentuk garis lurus ternyata kurang
baik. Hal ini dikarenakan anak kesulitan untuk bekerjasama.
Walaupun dalam variasi duduk sudah baik, karena beralas karpet
pada pertemuan pertama dan menggunakan kursi pada pertemuan
kedua.
e) Guru kurang membimbing anak untuk melaporkan hasil kerja
kelompok.
f) Guru tidak memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
terlibat dalam kegiatan demonstrasi.
g) Guru terlalu sering memberikan bantuan kepada anak didik saat
mengerjakan tugas individu.
h) Guru sudah mampu menutup pelajaran dengan baik.
2) Hasil Observasi pada Anak
a) Pada kegiatan awal anak didik sudah tertarik dengan materi
percampuran warna.
b) Anak didik terlihat antusias dalam mengamati warna, namun
kurang berani mengungkapkan pengalaman yang berkaitan dengan
warna.
c) Hanya beberapa anak didik yang merespon pertanyaan guru,
namun sudah mampu membedakan warna dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
d) Anak didik masih kurang memperhatikan penjelasan dan petunjuk
dari guru dan hanya beberapa anak didik yang berpartisipasi aktif
dalam kegiatan.
e) Anak didik masih kesulitan mengingat langkah-langkah dalam
menyelesaikan tugas dan kurang tertib karena saling berebut
peralatan yang digunakan serta beberapa anak didik yang suka
mengganggu temannya.
f) Anak didik terlihat senang dengan suasana dikelas. Hal ini terlihat
dalam mengerjakan tugas sambil bernyanyi. Namun, masih
banyak anak didik yang masih dibantu dalam menyelesaikan
tugas.
g) Anak didik terlihat bersemangat dan saling berlomba untuk
mendapatkan pin.
d. Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa
peserta didik yang mendapat nilai tuntas berjumlah 8 anak. Apabila
diprosentasekan baru mencapai 66,67%. Padahal perolehan tersebut masih
berada di bawah indikator ketercapaian pada penelitian ini, yaitu 75%.
Oleh karena itu, peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II dengan
materi yang sama yaitu percampuran warna. Peneliti menindak lanjuti
kesalahan, temuan, serta dalam pemberian perlakuan terhadap anak
dengan perbedaan yang dimiliki seperti perbedaan jenis kelamin, sifat dan
status sosial. Hasil dari tindak lanjut tersebut akan digunakan untuk
memperbaiki hasil pada siklus berikutnya. Berdasarkan data yang
diperoleh pada siklus I, dapat dilihat perbandingan frekuensi data nilai
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains setiap pertemuan dengan
Tabel 4.4 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.4. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Setiap Pertemuan pada Siklus I
Siklus I
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 3 2 7 3 1 8
Prosentase 25% 16,67% 58,33% 25% 8,33% 66,67%
Berdasar Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pada setiap pertemuan
siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 menunjukkan hasil yang sama yaitu
nilai dengan tanda bulatan kosong () dengan prosentase 25%. Sedangkan
nilai dengan tanda chek list (v) pada pertemuan 1 dengan prosentase
16,67% dan pada pertemuan 2 diprosentase adalah 8,33%. sedangkan
nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 58,33%
menjadi 66,67%. Frekuensi ketuntasan pada siklus I dapat dilihat pada
Tabel 4.5. sebagai berikut:
Tabel 4.5. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I
NoSkor Akhir
Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda
1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 3 25%TidakTuntas
2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas
3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 8 66,67% Tuntas
JUMLAH 12 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Berdasarkan Tabel 4.5. Frekuensi data nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains siklus I, menunjukkan bahwa anak yang
mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () sebanyak 3 anak jika
diprosentase 25% anak mendapatkan nilai tidak tuntas, sedangkan anak
yang mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) hanya 1 anak jika
diprosentase 8,33% anak mendapatkan nilai setengah tuntas, dan yang
mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru
mencapai 66,67%. Sedangkan prosentase frekuensi data nilai kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains siklus I dapat disajikan dalam bentuk
grafik pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Siklus I
Berdasarkan Gambar 4.3. grafik frekuensi data nilai hasil
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus I yang
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka nilai yang diperoleh anak
pada siklus I dapat disajikan tabel hasil kemampuan berpikir siklus I
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
PR
OSE
NT
ASE
FR
EK
UE
NSI
76
Berdasarkan Tabel 4.5. Frekuensi data nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains siklus I, menunjukkan bahwa anak yang
mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () sebanyak 3 anak jika
diprosentase 25% anak mendapatkan nilai tidak tuntas, sedangkan anak
yang mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) hanya 1 anak jika
diprosentase 8,33% anak mendapatkan nilai setengah tuntas, dan yang
mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru
mencapai 66,67%. Sedangkan prosentase frekuensi data nilai kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains siklus I dapat disajikan dalam bentuk
grafik pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Siklus I
Berdasarkan Gambar 4.3. grafik frekuensi data nilai hasil
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus I yang
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka nilai yang diperoleh anak
pada siklus I dapat disajikan tabel hasil kemampuan berpikir siklus I
1,6 - 3,0 (o) 3,1 - 4,5 (v) 4,6 - 6,0 (●)
RENTANG NILAI
76
Berdasarkan Tabel 4.5. Frekuensi data nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains siklus I, menunjukkan bahwa anak yang
mendapatkan nilai dengan tanda bulatan kosong () sebanyak 3 anak jika
diprosentase 25% anak mendapatkan nilai tidak tuntas, sedangkan anak
yang mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) hanya 1 anak jika
diprosentase 8,33% anak mendapatkan nilai setengah tuntas, dan yang
mendapat nilai dengan tanda bulatan penuh (●) atau nilai tuntas baru
mencapai 66,67%. Sedangkan prosentase frekuensi data nilai kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains siklus I dapat disajikan dalam bentuk
grafik pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Siklus I
Berdasarkan Gambar 4.3. grafik frekuensi data nilai hasil
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus I yang
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka nilai yang diperoleh anak
pada siklus I dapat disajikan tabel hasil kemampuan berpikir siklus I
4,6 - 6,0 (●)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
antara lain dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata,
dan nilai rata-rata, pada Tabel 4.6. sebagai berikut ini:
Tabel 4.6. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I
KeteranganHasil Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I
Skor Terendah 3
Skor Tertinggi 6
Skor rata-rata 4,63
Nilai Rata-Rata 77,08
Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas pada Tabel 4.6.
diatas, diperoleh dari perhitungan berikut ini.
Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =
Jumlah anak
55,5=
12
= 4,63
Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas =
Jumlah anak
925=
12
= 77,08
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains dari tindakan siklus I, maka dapat dibuat grafik pada Gambar 4.4
sebagai berikut:
Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I
Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains
tindakan siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut. Skor terendah yaitu 3
setara 50 yang berarti anak mendapatkan nilai bulatan kosong (), dan
skor tertinggi yaitu 6 setara dengan 100 yang berarti anak mendapatkan
nilai bulatan penuh (●). Skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,63 dan
nilai rata-rata 77,08. Berdasarkan prosentase peserta didik tuntas pada
siklus I yaitu 66,67% anak mendapatkan nilai tuntas sehingga masih
dibawah indikator keberhasilan sebesar 75%. Oleh karena itu, perlu
melakukan tindakan siklus II agar mencapai indikator ketercapaian.
Skor Terendah
78
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains dari tindakan siklus I, maka dapat dibuat grafik pada Gambar 4.4
sebagai berikut:
Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I
Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains
tindakan siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut. Skor terendah yaitu 3
setara 50 yang berarti anak mendapatkan nilai bulatan kosong (), dan
skor tertinggi yaitu 6 setara dengan 100 yang berarti anak mendapatkan
nilai bulatan penuh (●). Skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,63 dan
nilai rata-rata 77,08. Berdasarkan prosentase peserta didik tuntas pada
siklus I yaitu 66,67% anak mendapatkan nilai tuntas sehingga masih
dibawah indikator keberhasilan sebesar 75%. Oleh karena itu, perlu
melakukan tindakan siklus II agar mencapai indikator ketercapaian.
3 6 4,63
77,08
Skor Terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Nilai Rata-rata
78
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains dari tindakan siklus I, maka dapat dibuat grafik pada Gambar 4.4
sebagai berikut:
Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I
Analisis hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains
tindakan siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut. Skor terendah yaitu 3
setara 50 yang berarti anak mendapatkan nilai bulatan kosong (), dan
skor tertinggi yaitu 6 setara dengan 100 yang berarti anak mendapatkan
nilai bulatan penuh (●). Skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,63 dan
nilai rata-rata 77,08. Berdasarkan prosentase peserta didik tuntas pada
siklus I yaitu 66,67% anak mendapatkan nilai tuntas sehingga masih
dibawah indikator keberhasilan sebesar 75%. Oleh karena itu, perlu
melakukan tindakan siklus II agar mencapai indikator ketercapaian.
Nilai Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2. Tindakan Siklus II
Siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan yang dilaksanakan pada
hari kamis, 19 April 2012 dan Selasa 24 April 2012 dengan alokasi waktu
tiap pertemuan 2x35 menit. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan
meliputi:
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari rabu, 18
April 2012 di ruang guru TK Islam Al-Falah Baturetno. Perencanaan
pembelajaran siklus II secara terperinci dapat dideskripsikan sebagai
berikut ini.
1) Mempersiapkan perbaikan-perbaikan yang disusun berdasarkan hasil
dari tindakan siklus I.
2) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Adapun indikator yang
akan dilaksanakan pada siklus I : Kognitif nomor 6, yaitu mencoba
dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur.
3) Menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus
disusun adalah untuk 2 (empat) kali pertemuan.
4) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran model
quantum teaching dengan cara guru melibatkan anak ketika
melakukan kegiatan untuk mengalami sendiri dan demonstrasi.
5) Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan
pencampuran warna dalam pengenalan sains.
6) Menyusun alat evaluasi, berupa penilaian proses yaitu penugasan yang
dilakukan oleh anak dalam kegiatan sains.
7) Menyusun instrumen (format observasi dan wawancara).
8) Melakukan koordinasi dengan observer dan menjelaskan cara
pengisian lembar pengamatan (Observasi) dan lembar wawancara.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan yang sudah direncanakan, pada siklus II akan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Adapun pemaparannya adalah
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian
menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,
dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.
b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi untuk menarik
perhatian dan minat anak dengan bercerita menggunakan boneka
tangan. Seperti melihat ke langit, menunjukkan suasana pagi,
siang dan malam.
c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan
pembelajaran dengan mengajak membandingkan dengan suasana
yang terlihat pada jendela.
d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi
secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok
tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru
harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan
pada setiap kelompok yaitu, mencampurkan air sabun yang
berwarna kemudian diaduk dan ditiup sehingga menghasilkan
gelembung sabun.
e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna
primer yang ditunjukkan. Selanjutnya guru mengajak anak untuk
menyebutkan hasil dari percampuran warna yaitu warna sekunder
(oranye, hijau, ungu).
f) D (Demonstrasikan). Guru meminta salah satu anak membantu
mempraktekkan percampuran warna di depan kelas cara
mengerjakan tugas pada lembar kerja.
g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak mencampur
air sabun yang berwarna lalu ditiupkannya sehingga menjadi
gelembung sabun diatas tissue.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu
menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif
selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2
diajak bernyanyi “warna sekunder”.
“Warna Sekunder”
Merah kuning bisa jadi oranye. Merah biru bisa jadi ungu.
Biru kuning bisa jadi hijau.
Merah, kuning, hijau itu warna sekunder
i) Penutup.
2) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut:
a) Sebelum pelajaran dimulai, guru mengucapkan salam kemudian
menanyakan kabar anak didik kelompok A2. Setelah itu,
dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi.
b) T (Tanamkan). Guru melakukan apersepsi dengan cara meminta
seluruh anak untuk menebak gerakan yang dipraktekkan oleh guru
yang berkaitan dengan alat yang digunakan untuk mencampur
warna.
c) Guru memberikan motivasi dilanjutkan penyampaian tujuan
pembelajaran dengan menggunakan pipet sebagai media atau alat
yang digunakan untuk mencampur warna.
d) A (Alami). Guru membuat kelompok untuk memahami materi
secara bersama-sama. Guru menjelaskan dalam setiap kelompok
tidak boleh saling berebut, dan tugas yang dibeikan oleh guru
harus diselesaikan secara bersama-sama. Tugas yang diberikan
pada setiap kelompok yaitu, pada materi percampuran warna
dengan menggunakan pipet. Untuk setiap warna diperlukan 1 tetes
warna saja di atas kapas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
e) N (Namai). Guru meminta anak didik untuk menyebutkan warna
primer (merah, kuning, biru) yang ditunjukkan. Selanjutnya guru
mengajak anak untuk menyebutkan hasil dari percampuran warna
yaitu warna sekunder (oranye, hijau, ungu).
f) D (Demonstrasikan). Guru meminta salah satu anak membantu
mempraktekkan percampuran warna di depan kelas cara
mengerjakan tugas pada lembar kerja.
g) U (Ulangi). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengulangi pengetahuan yang baru diperoleh. Anak meneteskan 2
tetes untuk setiap warna dengan menggunakan pipet. Selama
mengerjakan tugas pada lembar kerja, guru memutar musik.
h) R (Rayakan). Setelah guru mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan, lalu memberikan reward pada anak yang mampu
menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan anak yang aktif
selama proses belajar mengajar berlangsung. Seluruh anak A2
diajak menyanyi lagu “colours”.
“colours”
Red and blue..and black and white, black and white..
black and white,
Red and blue…and black and white,
And brown and green and yellow
Colours …my colours, Oh how beautiful my colours
Colours …my colours, We can see u in rainbow
i) Penutup.
c. Tahap Observasi Tindakan
Sasaran observasi penelitian siklus II pada dasarnya sama
dengan sasaran observasi penelitian siklus I, yaitu aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar yang
dilakukan oleh anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
d. Tahap Refleksi Tindakan
Bahwasanya indikator keberhasilan pada penelitian ini apabila
jumlah minimal anak didik tuntas adalah 75%. Setelah data diolah
diperoleh hasil bahwa anak didik yang tuntas berjumlah 11 anak. Apabila
diprosentase menjadi 91,67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini berhasil. Hal ini dapat diketahui dari frekuensi data nilai kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains setiap pertemuan siklus II pada Tabel
4.7. sebagai berikut:
Tabel 4.7. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSetiap Pertemuan pada Siklus II
Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 0 2 10 0 1 11
Prosentase 0% 16,67% 83,33% 0% 8,33% 91,67%
Berdasar Tabel 4.7. maka Perbandingan frekuensi data nilai
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dalam setiap pertemuan
pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 menunjukkan hasil yang
sama yaitu sudah tidak ada anak yang mendapatkan nilai dengan tanda
bulatan kosong () jika diprosentase adalah 0%. Sedangkan anak yang
mendapatkan nilai dengan tanda chek list (v) pada pertemuan 1 berjumlah
2 anak dengan prosentase 16,67% dan pada pertemuan 2 hanya tinggal 1
anak jika diprosentase adalah 8,33%. Jumlah anak yang mendapat nilai
dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 10 anak dengan
prosentase 83,33% menjadi 11 anak dengan prosentase ketuntasan
91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II
NoSkor Akhir
Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda
1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 0 0%TidakTuntas
2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas
3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 11 91,67% Tuntas
JUMLAH 12 100 %
Berdasarkan Tabel 4.8. menunjukkan tidak ada anak yang
mendapatkan nilai bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v)
hanya 1 anak jika diprosentase 8,33% dan yang mendapat nilai dengan
tanda bulatan penuh (●) mencapai 91,67%. Berdasarkan uraian tersebut
dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5. sebagai berikut:
Gambar 4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
PR
OSE
NT
ASE
FR
EK
UE
NSI
84
Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II
NoSkor Akhir
Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda
1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 0 0%TidakTuntas
2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas
3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 11 91,67% Tuntas
JUMLAH 12 100 %
Berdasarkan Tabel 4.8. menunjukkan tidak ada anak yang
mendapatkan nilai bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v)
hanya 1 anak jika diprosentase 8,33% dan yang mendapat nilai dengan
tanda bulatan penuh (●) mencapai 91,67%. Berdasarkan uraian tersebut
dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5. sebagai berikut:
Gambar 4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1,6 - 3,0 (o) 3,1 - 4,5 (v) 4,6 - 6,0 (●)
RENTANG NILAI
84
Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II
NoSkor Akhir
Frekuensi Prosentase Ket.Skor Nilai Tanda
1. 1,6 - 3,0 26,67 - 50,00 0 0%TidakTuntas
2. 3,1 - 4,5 51,67 - 75,00 V 1 8,33%SetengahTuntas
3. 4,6 - 6,0 76,67 - 100 ● 11 91,67% Tuntas
JUMLAH 12 100 %
Berdasarkan Tabel 4.8. menunjukkan tidak ada anak yang
mendapatkan nilai bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v)
hanya 1 anak jika diprosentase 8,33% dan yang mendapat nilai dengan
tanda bulatan penuh (●) mencapai 91,67%. Berdasarkan uraian tersebut
dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5. sebagai berikut:
Gambar 4.5. Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II
4,6 - 6,0 (●)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan Gambar 4.5. Grafik prosentase frekuensi data nilai
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada siklus II dapat dibuat
tabel perbandingan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai
rata-rata, dapat disajikan pada Tabel 4.9. sebagai berikut:
Tabel 4.9. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan Sains Siklus II
KeteranganHasil Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus II
Skor Terendah 4
Skor Tertinggi 6
Skor rata-rata 5,54
Nilai Rata-Rata 92,36
Perolehan skor rata-rata dan nilai rata-rata kelas berdasarkan
perhitungan berikut ini.
Jumlah skor seluruh anakTotal skor rata-rata =
Jumlah anak
66,5=
12
= 5,54
Jumlah nilai seluruh anakNilai Rata-rata kelas =
Jumlah anak
1108,35=
12
= 92,36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus
II sesuai Tabel 4.9. seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat
grafik pada Gambar 4.6. sebagai berikut:
Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II
Berdasarkan Gambar 4.6. grafik hasil nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains siklus II menunjukkan skor terendah adalah 4
yang setara dengan 66,67. Skor tertinggi sudah mencapai angka maksimal
yaitu 6 yang setara dengan nilai 100. Skor rata-rata yaitu 5,54 dan nilai
rata-rata yaitu 92,36.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1. Perbandingan Hasil Pratindakan dengan Siklus I
Hasil tindakan pada penelitian ini dapat diketahui secara jelas dengan
cara membandingakan antara pratindakan dan pada siklus I. Hal ini
berdasarkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.5, berisi tentang frekuensi data nilai
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dan siklus I dapat
Skor Terendah
86
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus
II sesuai Tabel 4.9. seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat
grafik pada Gambar 4.6. sebagai berikut:
Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II
Berdasarkan Gambar 4.6. grafik hasil nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains siklus II menunjukkan skor terendah adalah 4
yang setara dengan 66,67. Skor tertinggi sudah mencapai angka maksimal
yaitu 6 yang setara dengan nilai 100. Skor rata-rata yaitu 5,54 dan nilai
rata-rata yaitu 92,36.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1. Perbandingan Hasil Pratindakan dengan Siklus I
Hasil tindakan pada penelitian ini dapat diketahui secara jelas dengan
cara membandingakan antara pratindakan dan pada siklus I. Hal ini
berdasarkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.5, berisi tentang frekuensi data nilai
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dan siklus I dapat
4 6 5,54
92,36
Skor Terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Nilai Rata-rata
86
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus
II sesuai Tabel 4.9. seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat
grafik pada Gambar 4.6. sebagai berikut:
Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus II
Berdasarkan Gambar 4.6. grafik hasil nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains siklus II menunjukkan skor terendah adalah 4
yang setara dengan 66,67. Skor tertinggi sudah mencapai angka maksimal
yaitu 6 yang setara dengan nilai 100. Skor rata-rata yaitu 5,54 dan nilai
rata-rata yaitu 92,36.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1. Perbandingan Hasil Pratindakan dengan Siklus I
Hasil tindakan pada penelitian ini dapat diketahui secara jelas dengan
cara membandingakan antara pratindakan dan pada siklus I. Hal ini
berdasarkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.5, berisi tentang frekuensi data nilai
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pratindakan dan siklus I dapat
Nilai Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dijelaskan dan dibuat tabel perbandingan yang disajikan pada Tabel 4.10.
sebagai berikut ini:
Tabel 4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I
Pratindakan Siklus I
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 4 3 5 3 1 8
Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67%
Berdasar Tabel 4.10. menunjukkan 4 anak dengan prosentase 33,33%
pratindakan dan siklus I ada 3 anak dengan prosentase 25% mendapatkan nilai
tanda bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v) berjumlah 3 anak
dengan prosentase 25% pratindakan dan siklus I ada 1 anak dengan prosentase
8,33%. Sedangkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari
5 anak dengan prosentase 41,67% menjadi 8 anak dengan prosentase
ketuntasan 66,67%. Seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik
pada Gambar 4.7. sebagai berikut:
Gambar 4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Pratindakan
87
dijelaskan dan dibuat tabel perbandingan yang disajikan pada Tabel 4.10.
sebagai berikut ini:
Tabel 4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I
Pratindakan Siklus I
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 4 3 5 3 1 8
Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67%
Berdasar Tabel 4.10. menunjukkan 4 anak dengan prosentase 33,33%
pratindakan dan siklus I ada 3 anak dengan prosentase 25% mendapatkan nilai
tanda bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v) berjumlah 3 anak
dengan prosentase 25% pratindakan dan siklus I ada 1 anak dengan prosentase
8,33%. Sedangkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari
5 anak dengan prosentase 41,67% menjadi 8 anak dengan prosentase
ketuntasan 66,67%. Seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik
pada Gambar 4.7. sebagai berikut:
Gambar 4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I
Pratindakan Siklus I
87
dijelaskan dan dibuat tabel perbandingan yang disajikan pada Tabel 4.10.
sebagai berikut ini:
Tabel 4.10. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalamPengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I
Pratindakan Siklus I
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 4 3 5 3 1 8
Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67%
Berdasar Tabel 4.10. menunjukkan 4 anak dengan prosentase 33,33%
pratindakan dan siklus I ada 3 anak dengan prosentase 25% mendapatkan nilai
tanda bulatan kosong (). Nilai dengan tanda chek list (v) berjumlah 3 anak
dengan prosentase 25% pratindakan dan siklus I ada 1 anak dengan prosentase
8,33%. Sedangkan nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari
5 anak dengan prosentase 41,67% menjadi 8 anak dengan prosentase
ketuntasan 66,67%. Seperti yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik
pada Gambar 4.7. sebagai berikut:
Gambar 4.7. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Pratindakan dan Siklus I
o
v
●
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan Gambar 4.7. maka dapat disajikan tabel perbandingan
dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-
rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:
Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan dan Siklus I
Keterangan PraTindakan Siklus I
Skor Terendah 2 3
Skor Tertinggi 5 6
Skor rata-rata 3,92 4,63
Nilai Rata-Rata 65,78 77,08
Berdasarkan Tabel 4.11. Skor terendah pratindakan yaitu 2 pada siklus
I adalah 3. Skor tertinggi pratindakan adalah 5 dan siklus I yaitu 6. Skor rata-
rata pratindakan adalah 3,92 dan siklus I menjadi 4,63. Sedangkan nilai rata-
rata pratindakan adalah 65,78 dan pada siklus I menjadi 77,08. Sehingga dapat
disajikan dalam grafik pada Gambar 4.8. sebagai berikut:
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan dan Siklus I
0102030405060708090
100
Skor Terendah
88
Berdasarkan Gambar 4.7. maka dapat disajikan tabel perbandingan
dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-
rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:
Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan dan Siklus I
Keterangan PraTindakan Siklus I
Skor Terendah 2 3
Skor Tertinggi 5 6
Skor rata-rata 3,92 4,63
Nilai Rata-Rata 65,78 77,08
Berdasarkan Tabel 4.11. Skor terendah pratindakan yaitu 2 pada siklus
I adalah 3. Skor tertinggi pratindakan adalah 5 dan siklus I yaitu 6. Skor rata-
rata pratindakan adalah 3,92 dan siklus I menjadi 4,63. Sedangkan nilai rata-
rata pratindakan adalah 65,78 dan pada siklus I menjadi 77,08. Sehingga dapat
disajikan dalam grafik pada Gambar 4.8. sebagai berikut:
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan dan Siklus I
PraTindakan Siklus I
Skor Terendah Skor Tertinggi Skor rata-rata Nilai Rata-Rata
88
Berdasarkan Gambar 4.7. maka dapat disajikan tabel perbandingan
dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-
rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:
Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan dan Siklus I
Keterangan PraTindakan Siklus I
Skor Terendah 2 3
Skor Tertinggi 5 6
Skor rata-rata 3,92 4,63
Nilai Rata-Rata 65,78 77,08
Berdasarkan Tabel 4.11. Skor terendah pratindakan yaitu 2 pada siklus
I adalah 3. Skor tertinggi pratindakan adalah 5 dan siklus I yaitu 6. Skor rata-
rata pratindakan adalah 3,92 dan siklus I menjadi 4,63. Sedangkan nilai rata-
rata pratindakan adalah 65,78 dan pada siklus I menjadi 77,08. Sehingga dapat
disajikan dalam grafik pada Gambar 4.8. sebagai berikut:
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan dan Siklus I
Nilai Rata-Rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.8, dapat dibuat tabel
perbandingan yang akan disajikan pada Tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 3 1 8 0 1 11
Prosentase 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%
Berdasar Tabel 4.12. ada peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk
nilai dengan tanda bulatan kosong () dari 25% menjadi 0%. Nilai dengan
tanda chek list (v) berjumlah sama yaitu 8,33%. Jumlah anak yang mendapat
nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 66,67% menjadi
91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:
Gambar 4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
89
2. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.8, dapat dibuat tabel
perbandingan yang akan disajikan pada Tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 3 1 8 0 1 11
Prosentase 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%
Berdasar Tabel 4.12. ada peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk
nilai dengan tanda bulatan kosong () dari 25% menjadi 0%. Nilai dengan
tanda chek list (v) berjumlah sama yaitu 8,33%. Jumlah anak yang mendapat
nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 66,67% menjadi
91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:
Gambar 4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
89
2. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.8, dapat dibuat tabel
perbandingan yang akan disajikan pada Tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Skor Akhir(tanda) v ● v ●
Frekuensi 3 1 8 0 1 11
Prosentase 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%
Berdasar Tabel 4.12. ada peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk
nilai dengan tanda bulatan kosong () dari 25% menjadi 0%. Nilai dengan
tanda chek list (v) berjumlah sama yaitu 8,33%. Jumlah anak yang mendapat
nilai dengan tanda bulatan penuh (●) mulai meningkat dari 66,67% menjadi
91,67%. Frekuensi ketuntasan dari data nilai kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:
Gambar 4.9. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai KemampuanBerpikir dalam Pengenalan Sains Siklus I dan Siklus II
o
v
●
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berdasarkan Gambar 4.9. maka dapat disajikan tabel perbandingan
dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-
rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:
Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I dan Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Skor Terendah 3 4
Skor Tertinggi 6 6
Skor rata-rata 4,63 5,54
Nilai Rata-Rata 77,08 92,36
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus II
sesuai Tabel 4.7. yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik pada
Gambar 4.6. sebagai berikut:
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Siklus I dan Siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Skor Terendah
90
Berdasarkan Gambar 4.9. maka dapat disajikan tabel perbandingan
dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-
rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:
Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I dan Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Skor Terendah 3 4
Skor Tertinggi 6 6
Skor rata-rata 4,63 5,54
Nilai Rata-Rata 77,08 92,36
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus II
sesuai Tabel 4.7. yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik pada
Gambar 4.6. sebagai berikut:
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Skor Terendah Skor Tertinggi Skor rata-rata Nilai Rata-Rata
90
Berdasarkan Gambar 4.9. maka dapat disajikan tabel perbandingan
dengan keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-
rata, pada Tabel 4.11. sebagai berikut:
Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsSiklus I dan Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Skor Terendah 3 4
Skor Tertinggi 6 6
Skor rata-rata 4,63 5,54
Nilai Rata-Rata 77,08 92,36
Berdasarkan hasil nilai kemampuan berpikir dari tindakan siklus II
sesuai Tabel 4.7. yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat grafik pada
Gambar 4.6. sebagai berikut:
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Siklus I dan Siklus II
Nilai Rata-Rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Analisis hasil nilai sesuai Gambar 4.10. menunjukkan bahwa skor
terendah siklus I adalah 3 dan siklus II adalah 4. Sedangkan skor tertinggi
adalah 6 untuk setiap siklus. Skor rata-rata siklus I adalah 4,63 dan pada siklus
II adalah 5,54. Nilai rata-rata 77,08 pada siklus I dan untuk siklus II adalah
92,36.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil tindakan siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa
melalui model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains. Frekuensi data nilai peserta didik pratindakan (Tabel 4.2.),
siklus I (Tabel 4.5.) dan siklus II (Tabel 4.8.) dapat dibuat tabel perbandingan
sebagai berikut:
Tabel 4.14. Perbandingan Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Pratindakan Siklus I Siklus II
SkorAkhir(tanda)
v ● v ● v ●
Frekuensi 4 3 5 3 1 8 0 1 11
Prosentase 33,33% 25% 41,67% 25% 8,33% 66,67% 0% 8,33% 91,67%
Berdasar Tabel 4.14. perbandingan frekuensi data nilai kemampuan
berpikir dalam pengenalan sains pratindakan, Siklus I, dan Siklus II menunjukkan
adanya peningkatan prosentase ketuntasan dari pratindakan sebesar 41,67%
menjadi 66,67% pada siklus I dan pada siklus II sebesar 91,67% yang sudah
melebihi indikator ketercapaian sebesar 75%. Uraian tersebut dapat digambarkan
dengan grafik pada sesuai Gambar 4.1. sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Gambar 4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik prosentase pada Gambar 4.11. diatas, maka dapat
disajikan tabel hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan
keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata yang
terdapat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan, Siklus I dan Siklus II
Keterangan PraTindakan Siklus I Siklus II
Skor Terendah 2 3 4
Skor Tertinggi 5 6 6
Skor rata-rata 3,92 4,63 5,54
Nilai Rata-Rata 65,78 77,08 92,36
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pratindakan
92
Gambar 4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik prosentase pada Gambar 4.11. diatas, maka dapat
disajikan tabel hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan
keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata yang
terdapat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan, Siklus I dan Siklus II
Keterangan PraTindakan Siklus I Siklus II
Skor Terendah 2 3 4
Skor Tertinggi 5 6 6
Skor rata-rata 3,92 4,63 5,54
Nilai Rata-Rata 65,78 77,08 92,36
Pratindakan Siklus I Siklus II
92
Gambar 4.11. Perbandingan Grafik Prosentase Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berpikirdalam Pengenalan Sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik prosentase pada Gambar 4.11. diatas, maka dapat
disajikan tabel hasil nilai kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan
keterangan skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, dan nilai rata-rata yang
terdapat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam Pengenalan SainsPratindakan, Siklus I dan Siklus II
Keterangan PraTindakan Siklus I Siklus II
Skor Terendah 2 3 4
Skor Tertinggi 5 6 6
Skor rata-rata 3,92 4,63 5,54
Nilai Rata-Rata 65,78 77,08 92,36
o
v
●
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Berdasarkan Tabel 4.15. menunjukkan adanya peningkatan nilai. Hal ini
dapat terlihat jelas pada grafik perbandingan hasil nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang dapat disajikan
dalam gambar 4.12. sebagai berikut:
Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Data nilai kemampuan berpikir pratindakan, siklus I dan siklus II dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Skor terendah yang diperoleh pratindakan adalah 2, sedangkan pada siklus I
meningkat dengan skor 3 dan siklus II dengan skor 4.
2. Skor tertinggi yang diperoleh pratindakan adalah 5, sedangkan pada siklus I
dengan skor 5 dan siklus II dengan skor 6.
3. Skor rata-rata yang diperoleh pratindakan adalah 3,92 sedangkan pada siklus I
yaitu 4,63 dan pada siklus II adalah 5,54.
4. Nilai rata-rata juga mengalami peningkatan pada pratindakan sebesar 65,78.
Sedangkan pada siklus I adalah 77,08 dan siklus II menjadi 92,36.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
PraTindakan
Skor Terendah
93
Berdasarkan Tabel 4.15. menunjukkan adanya peningkatan nilai. Hal ini
dapat terlihat jelas pada grafik perbandingan hasil nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang dapat disajikan
dalam gambar 4.12. sebagai berikut:
Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Data nilai kemampuan berpikir pratindakan, siklus I dan siklus II dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Skor terendah yang diperoleh pratindakan adalah 2, sedangkan pada siklus I
meningkat dengan skor 3 dan siklus II dengan skor 4.
2. Skor tertinggi yang diperoleh pratindakan adalah 5, sedangkan pada siklus I
dengan skor 5 dan siklus II dengan skor 6.
3. Skor rata-rata yang diperoleh pratindakan adalah 3,92 sedangkan pada siklus I
yaitu 4,63 dan pada siklus II adalah 5,54.
4. Nilai rata-rata juga mengalami peningkatan pada pratindakan sebesar 65,78.
Sedangkan pada siklus I adalah 77,08 dan siklus II menjadi 92,36.
PraTindakan Siklus I Siklus II
Skor Terendah Skor Tertinggi Skor rata-rata Nilai Rata-Rata
93
Berdasarkan Tabel 4.15. menunjukkan adanya peningkatan nilai. Hal ini
dapat terlihat jelas pada grafik perbandingan hasil nilai kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang dapat disajikan
dalam gambar 4.12. sebagai berikut:
Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Hasil Nilai Kemampuan Berpikir dalam PengenalanSains Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Data nilai kemampuan berpikir pratindakan, siklus I dan siklus II dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Skor terendah yang diperoleh pratindakan adalah 2, sedangkan pada siklus I
meningkat dengan skor 3 dan siklus II dengan skor 4.
2. Skor tertinggi yang diperoleh pratindakan adalah 5, sedangkan pada siklus I
dengan skor 5 dan siklus II dengan skor 6.
3. Skor rata-rata yang diperoleh pratindakan adalah 3,92 sedangkan pada siklus I
yaitu 4,63 dan pada siklus II adalah 5,54.
4. Nilai rata-rata juga mengalami peningkatan pada pratindakan sebesar 65,78.
Sedangkan pada siklus I adalah 77,08 dan siklus II menjadi 92,36.
Siklus II
Nilai Rata-Rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
5. Sedangkan prosentase anak didik tuntas sebelum tindakan sebesar 41,67%,
pada siklus I sebesar 66,67%, dan pada siklus II sebesar 91,67%.
Melalui model quantum teaching terbukti dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains pada anak dengan materi
percampuran warna. Pada kegiatan awal pembelajaran anak sudah tertarik dengan
materi percampuran warna. Walaupun pada siklus pertama anak-anak terlihat
masih gaduh dan asyik mengganggu teman, sehingga menyebabkan kurang fokus
saat menerima materi pembelajaran. Tetapi pada siklus kedua anak-anak mulai
terlibat aktif dalam kegiatan sehingga suasana kelas semakin kondusif.
Pada saat guru memberikan kesempatan kepada anak mengalami sendiri
untuk memperdalam materi pembelajaran secara kelompok, pada siklus I masih
terlihat belum bisa bekerjasama dengan baik. Anak didik saling berebut dan ingin
menyelesaikan tugas seorang diri. Guru mengatur tempat duduk secara horisontal
berbentuk garis lurus. Hal inilah yang membuat anak tidak bisa bekerjasama
dengan baik walaupun pada setiap pertemuan selalu divariasi seperti duduk di
karpet dan duduk di kursi. Namun pada siklus kedua anak-anak mulai mampu
bekerjasama dengan baik, bahkan setiap kelompok mampu mempresentasikan
hasil percobaannya. Hal tersebut bisa terjadi karena guru mengatur tempat duduk
berbentuk U sehingga anak mudah dalam bekerjasama. Cara duduk yang
bervariasi membuat anak tidak merasa bosan dengan suasana di kelas.
Di dalam kelas, anak terlihat antusias menyebutkan berbagai warna yang
ditunjukkan oleh guru. Mereka mampu dengan baik dalam menyebutkan berbagai
warna, namun pada siklus pertama banyak yang masih kesulitan dalam
menyebutkan hasil dari percampuran warna.
Dalam kegiatan percampuran warna, anak sering tidak mudah memahami
materi pelajaran tersebut dengan baik. Pada siklus pertama terbukti saat guru
melakukan demostrasi ada beberapa anak yang tidak memdengar penjelasan dari
guru. Namun pada siklus II guru mulai melibatkan anak dalam kegiatan
demonstrasi, sehingga anak saling berlomba mengungkapkan pemikirannnya
karena tertarik ingin membantu guru dalam menyelesaikan tugas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dipraktekkan oleh salah satu anak. Selain itu, anak yang ditunjuk oleh guru
mampu memahami materi yang disampaikan lebih baik lagi.
Anak-anak sangat menikmati suasana kelas yang diiringi dengan musik.
Saat mengerjakan tugas kadang diselingi bernyanyi mengikuti lirik lagu, dan ada
yang ikut menari saat mendengarkan alunan musik. Keadaan tersebut
mempengaruhi kemampuan berpikir anak. Terbukti hasil nilai sebelum melakukan
tindakan, hasil tindakan pada siklus I dan hasil tindakan pada siklus II terus
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus melalui model quantum teaching untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains dengan materi percampuran warna
anak kelompok A TK Islam Al-Falah Baturetno, maka dapat ditarik kesimpulan
atau dianalisis sebagai berikut:
Melalui model quantum teaching, terbukti dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dalam pengenalan sains anak TK Islam Al-Falah Baturetno
tahun pelajaran 2011/2012 khususnya materi percampuran warna. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari nilai rata-rata kemampuan berpikir
dalam pengenalan sains bidang pengembangan kognitif. Secara berturut-turut,
berdasarkan hasil tindakan siklus I dan II nilai kemampuan berpikir anak yang
mendapat nilai tuntas sebelum tindakan berjumlah 5 anak didik dengan prosentase
41,67%, sedangkan hasil nilai kemampuan berpikir siklus I yang mendapat nilai
tuntas meningkat menjadi 8 anak dengan prosentase sebesar 66,67%, dan pada
siklus II meningkat menjadi 11 anak didik dengan prosentase sebesar 91,67%.
Simpulan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa melalui model
quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains anak kelompok A Tk Islam Al-Falah Baturetno.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
melalui model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam
pengenalan sains dengan materi percampuran warna pada anak kelompok A TK
Islam Al-Falah Baturetno, maka dapat diajukan implikasi secara teoristis maupun
secara praktis sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
1. Implikasi Teoristis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model quantum
teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains
dengan materi percampuran warna dan peserta didik terlihat antusias saat
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat ditinjau melalui model quantum
teaching, anak didik dapat menggali pengetahuan dengan mencoba
memikirkan yang sudah diketahuinya pada saat menumbuhkan minat dalam
pembelajaran, adanya kebebasan bertanya dan mengungkapkan pendapat yang
sedang dipikirkan oleh anak, memiliki kesempatan yang sama untuk mencoba
dan berlatih, serta adanya pujian dan perayaan yang melibatkan unsur musik
dalam pembelajaran. Kesempatan berinteraksi antara anak didik dengan
lingkungan dan terciptanya suasana yang menyenangkan pada saat
pembelajaran konsep percampuran warna dalam pengenalan sains sehingga
akan memudahkan untuk dipahami dan prestasi belajar terutama kemampuan
dalam berpikir anak menjadi meningkat.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa melalui model quantum
teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan sains
pada anak. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi
guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang sudah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan masukan dan sebagai acuan untuk membantu apabila menghadapi
permasalahan yang sejenis. Selain itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya
peneliti dalam mempertahankannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
C. Saran
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir lebih lanjut
berdasarkan hasil penelitian melalui model quantum teaching, maka saran-saran
yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada umumnya dan kompetensi anak kelompok A TK Islam Al-Falah
Baturetno antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Penelitian dengan class-room action research atau Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah.
b. Melalui model quantum teaching dalam proses pembelajaran pengenalan
sains pada materi percampuran warna hendaknya dikembangkan lebih
lanjut dalam rangka peningkatan kemampuan berpikir anak di Taman
Kanak-kanak.
2. Bagi Guru
a. Mengacu pada waktu yang telah ditentukan dalam setiap pembelajaran.
b. Hendaknya untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam pengenalan
sains pada anak diharapkan menerapkan model quantum teaching.
c. Melakukan pembimbingan pada anak yang kurang memahami materi
pembelajaran, sehingga ada kesejajaran dengan anak didik yang lebih
pandai.
d. Melalui model quantum teaching dalam pengenalan sains pada materi
percampuran warna lebih disiapkan, sehingga proses maupun hasilnya
lebih optimal.
3. Bagi Anak Didik
a. Dalam melaksanakan model quantum teaching, sebaiknya lebih aktif
bertanya apabila ada yang belum paham, sehingga memudahkan dalam
menyelesaikan tugas dan mendapatkan nilai yang memuaskan.
b. Pada saat kegiatan berkelompok, hendaknya mampu bekerjasama
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
c. Hendaknya tugas individu diselesaikan dengan tepat waktu.