didi duharsa 077005049/hk · ketentuan peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, artikel,...
TRANSCRIPT
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
ANALISIS HUKUM PERANAN REORGANISASI PERUSAHAAN DALAM MENGHINDARI PEMBUBARAN
(STUDI PADA PT. BANK SUMUT)
TESIS
Oleh
DIDI DUHARSA 077005049/HK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
ANALISIS HUKUM PERANAN REORGANISASI PERUSAHAAN DALAM MENGHINDARI PEMBUBARAN
(STUDI PADA PT. BANK SUMUT)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora
dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIDI DUHARSA 077005049/HK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Judul Tesis : ANALISIS HUKUM PERANAN REORGANISASI PERUSAHAAN DALAM MENGHINDARI PEMBUBARAN (STUDI PADA PT.BANK SUMUT) Nama Mahasiswa : Didi Duharsa Nomor Pokok : 077005049 Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui: Komisi Pembimbing
(Prof.Dr.Bismar Nasution,SH,MH) K e t u a
(Prof.Dr. Ningrum N. Sirait,SH,MLI) (Dr.Sunarmi,SH,M.Hum) A n g g o t a A n g g o t a Ketua Program Studi Ilmu Hukum Direktur
(Prof.Dr.Bismar Nasution,SH,MH) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,MSc) Tanggal lulus : 09 Juli 2009
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Telah diuji pada
Tanggal 09 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Prof. Dr. Ingrum N. Sirait, SH, MLI 2. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum 3. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum 4. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara karena berperan sebagai lembaga intermediasi antara masyarakat yang memiliki dan membutuhkan dana.Namun dampak dari krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 sangat memukul bisnis perbankan. Kondisi tersebut memaksa pemerintah melakukan restrukturisasi perbankan secara global. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian bagaimana ketentuan reorganisasi perusahaan khususnya perbankan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, perlindungan terhadap para kreditur apabila bank dibubarkan dan pelaksanaan rekapitalisasi PT.Bank Sumut.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif dan teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan untuk mempelajari ketentuan peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, artikel, literatur dan dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian ini dan untuk mendapatkan informasi tambahan, dilakukan wawancara kepada sumber-sumber informasi, seperti pejabat – pejabat PT.Bank Sumut setingkat Pimpinan Divisi dan Staf Ahli yang menangani dan/atau mengetahui pelaksanaan rekapitalisasi. Keseluruhan data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan, lalu ditelaah dan dianalisis secara deskriptif untuk menjawab dan memberikan solusi serta pendapat atas permasalahan yang sudah dikemukakan diatas. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : pertama, Peraturan yang mengatur mengenai reorganisasi perusahaan khususnya di bidang perbankan telah telah diatur cukup memadai. Namun khusus program Rekapitalisasi Perbankan tidak ditampung dalam Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998, hanya berlandaskan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia. Kedua, menurut sistem perbankan di Indonesia, perlindungan kepada kreditur bank dilakukan secara implisit (implicit deposit protection) dan secara eksplisit (explicit deposit protection). Ketiga, pelaksanaan program rekapitalisasi yang dijalankan ternyata sangat efektif untuk menyehatkan PT.Bank Sumut. Dengan demikian agar pelaksanaan reorganisasi perusahaan ini dapat berjalan efektif maka disarankan: pertama, Program Rekapitalisasi Perbankan disarankan agar diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tidak sekedar SKB antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia. Kedua, Bank Indonesia bersama perbankan nasional harus mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa sistem perlindungan hukum terhadap dana masyarakat yang berada pada bank dilakukan secara implisit dan eksplisit. Ketiga,Progam rekapitalisasi perbankan yang telah berjalan menjadi rujukan ke depan bagi Pemerintah ataupun Bank Indonesia dalam melakukan reorganisasi bagi perbankan yang mengalami kesulitan keuangan. Kata-Kata Kunci : Reorganisasi Perusahaan dan Rekapitalisasi Perbankan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT Banking institution is the core of financial system of each country because it plays its role as an intermediate institution between the community that have and need fund. Yet, the impact of the monetary crisis commencing in 1997 really struck banking business. This condition required the government to globally restructure the banking. The purpose of this study with normative juridical approach is to find out the form of business reorganization stipulation, especially the one used in banking, found in the regulation of legislation in Indonesia, the protection provided for the creditor if the bank is the liquidated, and the implementation of Recapitulation of PT. Bank Sumut. The main data for this study were obtained through library research by studying stipulation of regulation of legislation, the books on law, the articles, literature and document related to the topics of research. The additional information were obtained through interviewing the officials of PT.Bank Sumut such as Heads of Division and the experts handling and/or knowing the recapitulation implementation. All the data obtained were descriptively analyzed to find opinion and solution for the problems mentioned above. The result of this study shows that, first, the regulation regulating the business reorganization especially in banking has been adequately regulated, but Banking Recapitalization program is not included in Law No.10/1998 on Banking, this program is only based on Joint Decree between Minister of Finance and Governor of Bank Indonesia; second, according to banking system in Indonesia, the protection for bank creditors is in the form of implicit deposit protection and explicit deposit protection; and third, the recapitulation program implemented is very effective to make PT.Bank Sumut healthy. In order to make the implementation of business reorganization effective, it is suggested that, first, Banking Recapitulation Program be arranged based on the higher regulation of legislation, not just based on the Joint Decree between Minister of Finance and Governor of Bank Indonesia; second, Bank Indonesia together with national banking should socialize that of the system legal protection for community’s fund deposited in the banks is implicitly and explicitly done; and third, form now on, the government or Bank Indonesia should take the existing Banking Recapitulation Program as a reference in reorganizing the banks with financial difficulty. Key words: Business Reorganization, Banking Recapitulation
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas
segala cucuran rahmat dan karunia yang diberikannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini yang merupakan satu syarat yang harus dipenuhi dalam
rangka menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik yang sifatnya bantuan material maupun bantuan moril. Oleh
karena itu pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K),
atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan program Magister pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara;
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.T.Chairun
Nisa B, M.Sc, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH, yang juga selaku Ketua Komisi
Pembimbing dan Penguji, atas segala pengarahan, dorongan dan bimbingan bagi
penulis.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
4. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera
Utara, Dr. Sunarmi, SH,M.Hum, yang juga selaku Anggota Komisi Pembimbing
dan Penguji yang terus mendorong penulis untuk segera menyelesaikan
pendidikan ini.
5. Prof.Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH.MLI, selaku Anggota Komisi Pembimbing
dan Penguji, yang banyak memberikan bahan dan dorongan moril kepada penulis
dalam mengatasi segala kesulitan dalam penulisan tesis ini.
6. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum selaku Anggota Komisi Penguji
7. Dr.T. Keizerina Devi Azwar, SH.,M.Hum selaku Anggota Komisi Penguji.
8. Direksi PT.Bank Sumut, yang telah memberikan izin penulis untuk melanjutkan
studi S2 dan riset tesis ini pada PT.Bank Sumut.
9. Drs.T.Tazul Rizal Aziz, selaku Staf Ahli Direksi PT.Bank Sumut, yang banyak
memberikan bahan dan informasi serta masukan kepada penulis.
10. Keluarga tercinta, isteriku Akmalun Nazli, kedua putriku Liza Tifanni Zuhra dan
Filza Aldina Humaira, sangat mendorong dan mendukung spenulis menyelesaikan
studi, sehingga terkadang waktu yang seharusnya menjadi haknya tersita dalam
masa studi ini.
11. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta seluruh staf pegawai di Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu Hukum
12. Rekan –rekan satu angkatan Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara Program
Studi Ilmu Hukum/Hukum Ekonomi
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
13. Semua pihak, antara lain teman-teman sejawat di PT.Bank Sumut atau pihak lain
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis
menyelesaikan studi ini.
Medan, 27 Juni 2008
Penulis,
Didi Duharsa 077005049
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Nama : Didi Duharsa
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 17 November 1960
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. STM/Sukaria Ujung No.5-A Medan
PENDIDIKAN FORMAL
- Swasta Arena Karya Medan, Tahun 1972
- Ibtidaiyah Madrasah Alj.washliyah/Perguruan Islam Medan, Tahun 1975
- SMP Negeri XI, Tahun 1975
- SMEA Negeri I/Pembina, Tahun 1979
- S-1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara, Tahun 1989
- S-2 Program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Tahun 2007
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
PENDIDIKAN NON FORMAL
- Tata Buku Bond A1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Medan, Tahun 1978
- Kursus Project Appraisal Angkatan ke 12, Lembaga Pengembangan
Perbankan, Jakarta, Tahun 1987
- Kursus PBJJ Pejabat Pemberian Kredit Angkatan VIII, Lembaga
Pengembangan Perbankan, Jakarta, Tahun 1988
- Kursus Manajemen Perkreditan Angkatan III, Lembaga Pengembangan
Perbankan, Jakarta, Tahun 1989
- Kursus Pemimpin Cabang Angkatan ke 72, Lembaga Pengembangan
Perbankan, Jakarta, Tahun 1991.
- Pendidikan Ekspor Impor, Lembaga Pengembangan Perbankan Medan, 1994
- Pendidikan Forex Trading and Money Market, Lembaga Pengembangan
Perbankan Medan, Tahun 1994
- Traits Leadership And Management Course, Dale Carnegie, Medan, Tahun
1995
- Leadership Training: Management, Fith Generation, Dale Carnegie, Medan
Tahun 1995
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
- Lulus mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko Level I, Badan Sertifikasi
Manajemen Risiko, Jakarta, Tahun 2006
- Sekolah Staf dan Pimpinan Bank (SESPI Bank) Angkatan XLII, Lembaga
Pengembangan Perbankan, Tahun 2006
- Lulus mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko Level II, Badan Sertifikasi
Manajemen Risiko, Jakarta, Tahun 2006
- Lulus mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko Level III, Badan Sertifikasi
Manajemen Risiko, Jakarta, Tahun 2008
- Berbagai seminar dan pelatihan lainnya.
KELUARGA
- Isteri : Akmalun Nazli
- Anak : 1. Liza Tifanni Zuhra
2. Filza Aldina Humaira
RIWAYAT PEKERJAAN
- Pegawai PT.Bank Sumut, Tahun 1980
- Kepala Seksi Buku Besar, Tahun 1983
- Kepala Seksi Follow Up Kredit Umum, Tahun 1986
- Kepala Seksi Pemberian Kredit Umum, Tahun 1987
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
- Kepala Sub.Bagian Kredit Rekening Koran,Tahun 1991
- Kepala Bagian Kredit Umum Kantor Pusat, Tahun 1996
- Kepala Bidang Supervisi Kredit, Tahun 2001
- Kepala Divisi Kredit, Tahun 2004
- Pemimpin Divisi Usaha Syariah, Tahun 2008
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………….
ABSTRACT……………………………………………………...........
KATA PENGANTAR………………………………………………...
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………...
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
DAFTAR TABEL…………………………………………………….
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………..
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………...
i
ii
iii
vi
ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………...
B. Permasalahan.………………………………….
C. Tujuan Penelitian……………………………...
D. Manfaat Penelitian…………………………….
E. Keaslian Penelitian…………………………….
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional.....
1. Kerangka Teori..............................................
2. Landasan Konsepsional.................................
G. Metode Penelitian...............................................
1
1
14
14
14
15
16
16
21
28
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
BAB II : PELAKSANAAN REORGANISASI
PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA
A. Reorganisasi Perusahaan....................................
B. Alasan dan Pertimbangan Dilakukannya
Reorganisasi Perusahaan....................................
C. Ketentuan Reorganisasi Perusahaan di bidang
Perbankan...........................................................
32
32
37
40
BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KREDITUR
BANK
A. Peranan Perbankan Dalam Perekonomian
Nasional.............................................................
B. Jenis-Jenis Kreditur Bank..................................
C. Peranan Kreditur Bank......................................
D. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Bank
48
48
56
63
66
BAB IV : PELAKSANAAN REKAPITALISASI PT.BANK
SUMUT
A. Program Rekapitalisasi Perbankan.....................
B. Pelaksanaan Rekapitalisasi PT.Bank Sumut......
C. Perkembangan Kinerja Keuangan PT.Bank Sumut
Pasca Restrukturisasi.........................................
D. Divestasi Saham Pemerintah Pusat....................
79
79
83
108
112
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................
B. S a r a n.................................................................
118
118
119
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 121
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Kinerja Keuangan PT.Bank Sumut ........................ 114
2 Kepemilikan Saham PT.Bank Sumut ................... 120
3 Komposisi Saham PT.Bank Sumut ....................... 120
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
GLOSSARY
Daftar kata-kata di bawah ini adalah untuk – dan melulu untuk- menerangkan kata-
kata yang dirasa penting di dalam tesis ini saja.
Akumulasi Suatu kenaikan jumlah suatu nilai dengan menambahkannya dengan nilai yang sudah ada sebelumnya. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Batas maksimum penyediaan dana terhadap modal bank, yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam. CAMEL Aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank; CAMEL merupakan tolok ukur yang menjadi objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank; CAMEL terdiri atas lima kriteria, yaitu : modal (capital), aktiva (asset), manajemen, pendapatan (earnings) dan likuiditas (liquidity). Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbandingan antara modal sendiri Bank dengan kebutuhan modal yang tersedia, setelah dihitung margin risk (pertambahan risiko) dari aktiva yang berisiko. Capital Flight Pergerakan uang dalam jumlah besar dari suatu negara ke negara lain, untuk menghindari kekacauan politik, ekonomi , atau untuk memburu tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Cash Management System Sistim pengelolaan dana nasabah yang disimpan pada Bank secara terpadu.
Classified Loan Committee (CLC) Satuan tugas atau unit (komite) yang mengelola kredit-kredit yang bermasalah dalam memenuhi kewajibannya. Divestasi Penjualan sebagian atau seluruh saham perusahaan. Due diligence
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pemeriksaan langsung terhadap bank yang memberikan hak kepada pemeriksa untuk meminta konfirmasi kepada manajemen bank mengenai kebenaran laporan keuangan. Dalam kaitan dengan pemeriksaan bank di Indonesia, istilah ini diartikan sebagai audit keuangan terhadap bank dalam rangka pelksaan progam rekapitalisasi bank. Hapus Buku (write-off)
Pinjaman macet yang tidak dapat ditagih lagi dihapusbukukan dari neraca (on -balance sheet) dan dicatat pada rekening administratif (off-balance sheet); penghapusbukuan pinjaman macet tersebut dibebankan pada akun penyisihan pengahapusan aktiva produktif, meskipun pinjaman macet tersebut telah dihapusbukuan, hal ini hanya bersifat administratif sehingga penagihan terhadap debitur tetap dilakukan;hasil tagihan pokok pinjaman dibukukan ke rekening penyisihan penghapusan aktiva produktif, sedangkan tagihan bunga dibukukan sebagai pendapatan lainnya. Liquidity mismatch Kondisi bank salah dalam memperhitungkan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban segera dengan harta lancarnya Loan to Deposite Ratio (LDR) Perbandingan antara kredit yang disalurkan dan dana masyarakat yang berhasil dihimpun suatu bank. Tujuannya untuk mengukur efektivitas suatu bank sebagai lembaga intermediasi. Sistemik Kegagalan suatu bank akan berdampak hancurnya ekonomi dan berpengaruh langsung terhadap, karyawan, nasabah dan pemegang saham Moneter Berasal dari perkataan money, yang berarti uang. Moneter: tentang uang; dari hal uang; dalam arti uang; dinilai menurut uang; dalam bentuk uang. Necessary Condition Syarat yang diperlukan demi terjadinya suatu peristiwa meskipun mungkin jika syarat itu tidak disertai oleh yang lain, maka peristiwa tersebut bisa tidak terjadi. Negative spread Perbankan yang beroperasi dengan kondisi penerimaan berada di bawah tingkat pengeluaran. Hal itu disebabkan bank harus membayar dana nasabah yang bersuku bunga tinggi, sementara pendapatan dari bunga kredit rendah.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Net Open Position (NOP) Selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalam valuta asing setelah memperhitungkan rekening-rekening administratif. Bank dapat memelihara NOP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Non Performing Loans (NPL) Pinjaman yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan, sehingga bermasalah yang terbagi dalam katagori kurang lancar, diragukan dan macat. Rekapitalisasi Perbaikan struktur dan/atau perubahan jumlah modal dengan melakukan peningkatan permodalannya; dalam kaitan dengan bank, rekapitalisasi dilakukan dengan jalan meningkatkan kembali permodalan bank sehingga mencapai jumlah minimum yang disyaratkan melalui penerbitan saham baru oleh bank, penambahan setoran oleh pemilik, dan pencarian investor baru. Rekening Escrow Rekening penampungan yang dibuka untuk penampungan dana yang dipercayakan kepada Bank berdasarkan perjanjian tertulis untuk tujuan tertentu. Return On Asset (ROA) Rasio menunjukkan tingkat pengembalian bisnis dari asset yang ada pada perusahaan. Dengan kata yang lebih sederhana, berapa laba yang diperoleh atas setiap Rp.1 asset dari perusahaan tersebut. Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang dia setorkan untuk bisnis tersebut. Securities Berbagai macam surat berharga tertulis sebagai bukti penyertaan modal (seperti saham, obligasi) serta bukti utang (seperti wesel, surat aksep, hipotek konosemen) Subsequent Events Segala kejadian/transaksi yang terjadi setelah tanggal pemeriksaaan. Walking Customer
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Nasabah yang bertransaksi hanya dengan menggunakan jasa-jasa bank, seperti transfer, inkasso. Dapat dikatakan merupakan nasabah yang tidak mempunyai rekening pada bank, namun nasabah “numpang lewat”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesempatan berusaha, perlindungan, dukungan dan pengembangan kepada
perusahaan merupakan implementasi dan penjabaran hak-hak dasar warga negara
yang harus dipenuhi negara melalui pemerintah sebagaimana yang telah diamanatkan
dalam Undang-undang Dasar 1945.1 Sehingga perusahaan sebagai suatu entitas badan
hukum merupakan salah satu pilar pendukung ekonomi suatu negara yang harus
memperoleh kesempatan berusaha, perlindungan, dukungan dan pengembangan yang
sebesar-besarnya. Sebab peranannya sangat besar dalam meningkatkan usaha,
menciptakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan dan
pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.2
1I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-undang di Bidang Usaha ( Jakarta: Kesaint Blanc,2007) hlm 270, menyebutkan bahwa salah satu tujuan utama daftar perusahaan adalah untuk memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan terbuka atau dengan iktikad baik. 2Burhanuddin Abdullah, Jalan Menuju Stabilitas Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, ( Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006) hlm 67, salah satu implikasi otonomi daerah adalah meningkatnya investasi perusahaan swasta di daerah karena daerah diberikan kewenangan untuk menentukan kebijakan investasi, industri dan perdagangan di daerah masing-masing. Prediksi ini didasarkan pada asumsi bahwa, melalui berbagai kebijakan tersebut, Pemda akan berusaha untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dengan maksud menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pada hakekatnya pemerintah dapat menjalankan perannya itu jika suasana dan
kondisi negara itu stabil. Ada dua kondisi stabilitas yakni stabilitas di bidang
ekonomi dan keamanan yang harus tercipta secara serentak. Sebab keduanya saling
mendukung, tidak mungkin stabilitas di bidang ekonomi tercipta dengan baik jika
tidak didukung dengan stabilitas di bidang keamanan, demikian pula sebaliknya.
Kondisi tidak stabilnya ekonomi suatu negara dimulai dengan kondisi
instablitas finansial dan dilanjutkan dengan kondisi resesi atau krisis ekonomi. Secara
sederhana bisa dikatakan bahwa fluktuasi adalah suatu yang biasa dalam dinamika
ekonomi, apalagi di sektor finansial. Fluktuasi yang terlalu besar bisa menimbulkan
gejala ketidakstabilan. Apabila terjadi secara terus menerus dalam waktu cukup lama
dapat mengganggu kesinambungan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sedangkan krisis
adalah suatu kondisi dimana berbagai langkah pengendalian sudah tidak mampu lagi
menahan fluktuasi pada sektor finansial, yang akan segera diikuti dengan kontraksi
ekonomi secara menyeluruh.3
Menurut Minsky, sumber instabilitas adalah stabilitas itu sendiri. Karena pada
dasarnya “stability is de-stabilizing”. Gagasan ini sebenarnya mirip dengan
pandangan Schumpeter tentang dua tahap peran uang ekonomi. Menurut Schumpeter
3A.Prasetyantoko. Bencana Finansial Stabilitas Sebagai Barang Publik (Jakarta:Kompas Penerbit Buku, 2008) hlm 12. Menjelaskan apa beda krisis finasial dan krisis ekonomi. Sejarah menunjukkan manakala sistem finansial semakin besar, maka risiko terjadinya gejolak dan krisis juga semakin tinggi. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa sektor finansial menjadi transmisi yang paling efektif untuk memunculkan gejolak dan krisis. Meskipun, sumber krisis tidak selalu harus dimulai dari suatu masalah di pasar finansial itu sendiri. Jika krisis masih terisolasi pada sektor finansial saja, maka boleh dikatakan situasi belum sampai menjalar pada krisis ekonomi. Tapi manakala gejolak finansial telah mengganggu kinerja makro ekonomi, seperti inflasi yang parah, pertumbuhan yang melambat dan lain sebagainya, maka kondisi ini boleh dikatakan telah merembet pada situasi krisis ekonomi.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
pada tahap pertama, uang berfungsi mendorong inovasi di sektor produksi. Namun
ketika inovasi yang dilakukan berhasil dengan baik, kecendrungannya para agen
ekonomi menjadi spekulatif dalam merencanakan bisnisnya di masa depan. Ada
semacam kepercayaan dirinya membuat para agen ekonomi kurang hati-hati dalam
perencanaan bisnis. Akibatnya uang berperan mendestabilisasi ekonomi.
Menurut Minsky, jika ekonomi berjalan stabil, maka para pelaku ekonomi
cenderung ekspansif dan kurang berhati-hati dalam berhutang. Akibatnya, situasi
berubah menjadi mengarah pada instabilitas. Jadi sumber instabilitas adalah situasi
stabil dimana perilaku agen ekonomi cenderung menjadi spekulatif.4
Kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya terutama dalam
memenuhi kewajibannya kepada pihak lain, dapat disebabkan oleh kondisi internal
dan eksternal. Kondisi internal biasanya akibat mismanajemen dan fraud
5
4 Ibid, hlm . 86 5 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) hlm 149, fraud adalah penipuan atau kecurangan. Salah satu bentuk pelanggaran ekonomi : penipuan atau kecurangan di bidang perkeditan (credit fraud), penipuan konsumen (consumer fraud). Dalam kamus Black’s Law Dictionary, fraud diartikan An intentional perversion of truth for the purpose of inducing another in reliance upon it to part with some valuable thing belonging to him or to surrender a legal right.
yang
dilakukan oleh kalangan internal perusahaan dimulai dari pemegang saham,
komisaris, direksi dan karyawan maupun pihak terkait yang dapat mengendalikan
perusahaan secara tidak langsung. Kondisi eksternal adalah kondisi di luar jangkauan
pihak perusahaan yang berdampak kepada kinerja perusahaan, antara lain kebijakan
pemerintah atau publik dan kondisi makro ekonomi di suatu negara maupun global.
Walaupun ada suatu tuntutan kepada pengelola perusahaan untuk dapat menganalisis
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
kondisi dan situasi masa depan. Baik itu berupa tataran kebijakan yang akan terbit
maupun perkiraan perekonomian yang berdampak pada kinerja perusahaan. Namun
sering terjadi tidak semua analisis dan simulasi yang dijalankan dapat berhasil dengan
baik.
Menurut Insukindro dalam bukunya, Ekonomi Uang dan Bank, sistem
keuangan (financial system) pada umumnya merupakan suatu kesatuan sistem yang
dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya adalah
menarik dana dari dan menyalurkannya kepada masyarakat. Keberadaan sistem
keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediation) yang mampu menjembatani mereka yang
kelebihan dana dan kekurangan dana, serta mempelancar transaksi ekonomi.6
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara.
Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat perseorangan, badan-badan
usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga pemerintah
menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai
jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
7
Di Indonesia lembaga perbankan diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10
tahun 1998. Dalam Pasal 6 Undang-undang itu disebutkan salah satu usaha Bank
6 Ibid,hlm 1-2 7 Ibid, hlm 7
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Umum meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.8
Kinerja bank akan tercermin dari tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan
bank akan dicerminkan oleh aspek pemenuhan modal minimum atau Capital
Adequacy Ratio (CAR)
9, kualitas aktiva produktif, kesehatan manajemen,
kemampuan memperoleh laba dan kemampuan memenuhi kewajiban segera serta
sensivitas pasar.10 Faktor-faktor tersebut harus didukung oleh pemenuhan ketentuan
moneter lainnya di bidang perbankan misalnya Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK), Net Open Position (NOP), ketentuan KUK dan sebagainya.11
Dampak dari krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 sangat memukul
bisnis perbankan, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap sistem perbankan di Indonesia. Penurunan tingkat kepercayaan
masyarakat disertai dengan desas-desus dan isu-isu negatif yang mengakibatkan
Bank
Indonesia sebagai pengawas Bank akan memonitor tingkat kesehatan dan kepatuhan
perbankan dari waktu ke waktu.
8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tentang Perbankan. 9 M.Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm 157-158, menyebutkan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah perbandingan antara modal sendiri Bank dengan kebutuhan modal yang tersedia, setelah dihitung margin risk (pertambahan risiko) dari aktiva yang berisiko. 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 11 Taswan, Akutansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah edisi II (Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta, 2005) hlm 1
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
terjadinya penarikan dana secara besar-besaran (rush) terhadap beberapa bank swasta
nasional. 12
Penutupan 16 (enam belas) bank mengakibatkan semakin berakumulasi
ketidak percayaan masyarakat terhadap bank. Hal ini menyebabkan antrian
penarikan simpanan semakin panjang terutama terhadap bank-bank yang
dikategorikan masyarakat memiliki risiko tinggi.
13Dahsyatnya dampak kondisi krisis
sangat dirasakan perbankan, salah satunya perbankan mengalami negative spread
atau selisih harga beli dengan harga jual negatif (kondisi normal harus positif) alias
merugi. Akibat suku bunga dana masyarakat berkisar antara 65% sampai dengan 70%
sedangkan suku bunga kredit hanya berkisar 30%.14
Untuk mendapatkan fakta yang lebih riel dari kondisi itu, J.Soedradjad
Djiwandono (Gubernur Bank Indonesia periode 1993-1998) menjelaskan bahwa
Upaya inipun tidak mendukung
untuk membendung capital flight (pelarian dana) dari perbankan.
12Eko B.Supriyanto Wakil Pimpinan Redaksi/Penanggung jawab Majalah Info Bank dalam tulisan yang berjudul Mewaspadai Arus Balik Dana Asing, Menghindari Krisis Jilid Kedua (10 tahun Krisis Moneter), (Jakarta: Info Bank Publishing, 2007) : menyebutkan bahwa menurut beberapa pengamat dan pejabat Pemerintah Indonesia, krisis ekonomi pada tahun 1997 disebabkan empat hal besar. Satu Faktor Eksternal, faktor regional di Asia yang memburuk. Dua, kebijakan pemerintah dibidang moneter dan fiskal yang bertumpu pada struktur ekonomi politik Suharto yang tidak governance alias rapuh secara struktural.Tiga, perilaku menyimpang sektor swasta (moral hazard) khususnya perbankan dan dunia usaha yang memanfaatkan perbankan untuk membesarkan grup usahanya. Empat, situasi sosial politik yang memanas akibat kebijakan ekonomi yang menciptakan gap pendapatan dan lebih banyak memihak pada kelompok usaha tertentu. 13Berdasarkan Siaran Pers Pemerintah Indonesia tentang Likuidasi Bank yang diterbitkan Bank Indonesia, Jakarta 1 Nopember 1997, ke 16 Bank yang dicabut izin usahanya tersebut adalah : PT.Bank Harapan Sentosa, PT.Sejahtera Bank Umum, PT.Bank Andromeda, PT.Bank Pasific, PT.Bank Astria Raya, PT.Bank Guna Internasional, PT.Bank Dwipa Semesta, PT.Bank Kosagraha Semesta, PT.Bank Industri, PT.Bank Jakarta, PT.Bank Citrahasta Dhanamanunggal, PT.South East Asia Bank, PT.Bank Mataram Dhanarta, PT.Bank Pinaesaan. PT.Bank Anrico, PT.Bank Umum Majapahit Jaya. 14Buku Restrukturisasi Perbankan, (Bank Indonesia, 1999) hlm 5
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
kombinasi langkah moneter dan fiskal yang dijalankan pada waktu itu menimbulkan
keketatan likuiditas secara umum dan peningkatan suku bunga antarbank yang sangat
tajam, sehingga menyebabkan banyak bank menjadi kurang sehat. Kondisi ini
akhirnya mengungkap kelemahan industri perbankan nasional yang waktu itu masih
menjalani pembenahan dan konsolidasi serta belum kuat. Sektor perbankan Indonesia
yang lemah tersebut kemudian mengalami distress, berubah menjadi krisis. Itu terjadi
karena pemilik dana melakukan tindakan penyelamatan dengan memindah dana
mereka ke bank yang lebih aman menurut persepsi mereka-dikenal sebagai flight to
safety. Bagi bank-bank yang kehilangan deposito sebagai basis kegiatan mereka, hal
tersebut merupakan pukulan yang luar biasa. Masalah kekurangan likuiditas atau
liquidity mismatch15 bagi bank-bank yang mulai terjadi pada Agustus 1997 kemudian
menjadi sistemik16, menyangkut banyak bank, terutama setelah dilaksanakan
penutupan 16 bank pada awal Nopember 1997. Setelah itu mulailah krisis perbankan
berlangsung secara penuh”.17
Banyak pakar ekenomi yang mengemukakan bahwa kondisi makro ekonomi
Indonesia pada tahun 1997 sangat baik dan mampu mengatasi dampak memburuknya
ekonomi Asia. Tetapi kenyataannya, seperti yang sudah dirasakan kondisi krisis
15Alimansyah & Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, (Bandung:Yrama Widya, 2003) disebutkan liquidity (likuiditas) adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memernuhi kewajiban atau utang yang harus segera dengan harta lancarnya. 16 Workbook Level 1, Indonesia Certificate ini Banking Risk and Regulation, ( England: Global Association of Risk Professional), hlm A:6, : Systemic risk is the risk that a bank failure could result in damage to the economy out all proportion to simply the immediate damage to employees, customers and shareholders. Penjelasannya bahwa risiko sistemik adalah kegagalan suatu bank akan berdampak hancurnya ekonomi dan berpengaruh langsung terhadap karyawan, nasabah dan pemegang saham. 17J. Soedradjad Djiwandono, Satu Dasawarsa Krismon: Beberapa Catatan, Buku 10 Tahun Krisis Moneter : Kesiapan Mengahadapi Krisis Kedua (Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hlm 48
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
keuangan yang menjalar menjadi krisis moneter dan disebut pula krisis multidimensi
telah menghantam sendi-sendi kehidupan di Indonesia.
Dalam kondisi normal memang tidak diperlukan upaya yang sangat luar biasa
penanganannya. Tetapi dalam kondisi krisis seperti yang terjadi pada tahun 1997 itu,
diperlukan upaya pemerintah yang luar biasa (extra ordinary measures)18
Di dalam menghadapi krisis yang melanda Indonesia, segala upaya
dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia baik dari sisi politik, ekonomi dan sosial
dengan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh organisasi
multilateral dan negara-negara lain melalui kesepakatan bilateral maupun multilateral.
Sudah banyak lembaga maupun institusi yang didirikan oleh pemerintah untuk
menangani krisis yang melanda Indonesia dengan melaksanakan reformasi baik di
bidang politik, ekonomi dan sosial. Di sisi ekonomi, BPPN, Prakarsa Jakarta dan
INDRA (Indonesian Debt Restructuring Agency) dibentuk pemerintah untuk
menangani krisis ekonomi yang ada. Pembentukan Pengadilan Niaga yang
diharapkan untuk dapat mempercepat penyelesaian masalah hukum perdata serta
mendukung undang-undang kepailitan, sehingga kepastian penegakan hukum (law
enforcement) dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
, dalam
mengatasi kondisi krisis dan mengupayakan pemulihannya. Tingkat keberhasilannya
dapat dimaksimalkan dengan kebijakan yang tepat dan dalam waktu yang cepat.
19
18 S.Wojowasito, Tito Wasito W, Kamus Lengkap ( Bandung: Penerbit Hasta, 1997) hlm 56-111 diartikan tindakan luar biasa. 19 I Putu Gede Ary Suta, Soebowo Musa, BPPN The End , ( Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti, 2004) hlm 22.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Krisis perbankan nasional sudah sedemikian parahnya sehingga apabila tidak
segera diatasi, keseluruhan industri perbankan nasional akan runtuh. Kondisi tersebut
memaksa pemerintah melakukan berbagai upaya dalam melindungi industri
perbankan dari kondisi krisis akibat risiko sistemik yang dapat ditimbulkannya.
Untuk ini, diperlukan restrukturisasi perbankan secara global. Kebijakan pertama
yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi dampak krisis adalah melakukan
restorasi20
1. Memulihkan kepercayaan masyarakat dan kreditur
industri perbankan melalui langkah-langkah, yaitu :
2. Memberdayakan kembali bank-bank yang sudah kehilangan daya namun masih
mempunyai prospek (melalui program rekapitalisasi perbankan)
3. Menutup bank-bank yang sama sekali tidak berdaya dan tidak mempunyai
prospek.21
Guna mengetahui gambaran bank-bank yang masih mempunyai prospek yang
baik, Bank Indonesia dibantu auditor internasional sejak bulan Agustus 1998 hingga
Desember 1998, melakukan due diligence
22
1. Kategori A, bank yang mempunyai CAR sebesar 4% atau lebih dan dinilai
mampu mandiri.
terhadap setiap bank. Berdasarkan hasil
due diligence, perbankan nasional dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu :
20 S.Wojowasito-Tito Wasito W, op.cit hlm 179 : restoration diartikan perbaikan, pemulihan. 21Buku Restrukturisasi Perbankan, op.cit hlm 4 22Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Widyatam,2006) hlm 196 due diligence adalah penelaahan secara menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek. Sebuah perusahaan atau investor yang membeli sebagian atau seluruh saham yang dimiliki suatu perusahaan biasanya terlebih dahulu melakukan due diligence mengenai kinerja keuangan, aspek legal aset-aset dan sebagainya.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
2. Kategori B, bank yang mempunyai CAR kurang dari 4% sampai minus 25%,
adalah bank-bank yang mendapat kesempatan mengikuti proses rekapitalisasi.
3. Kategori C, bank yang mempunyai CAR kurang dari minus 25 % adalah bank-
bank yang dinilai sudah tidak layak lagi untuk beroperasi sehingga harus tutup.23
Konsep Pemerintah dalam melakukan restrukturisasi perbankan tersebut
merupakan salah satu bentuk dari reorganisasi perusahaan. Sebab pengertian
reorganisasi perusahaan dalam arti luas adalah perubahan mengenai bentuk hukum
atau perubahan mengenai imbangan atau susunan tertentu, baik yang menyangkut
struktur organisasi maupun struktur modal dari suatu perusahaan.
24
1. Mengurangi beban tetap dikemudian hari.
Tujuan pokok
reorganisasi finansial yakni menyehatkan kembali permodalan perusahaan, yang
dapat dilakukan berupa:
2. Memperoleh alat-alat permodalan yang baru.25
Pelaksanaan reorganisasi finansial dilakukan apabila diperkirakan perusahaan
tersebut masih mempunyai harapan untuk dapat bekerja terus dengan keuntungan
atau dengan perkataan lain masih mempunyai prospek yang baik.
26
Untuk membekukan kegiatan usaha bank-bank yang masuk kategori C dan
bank-bank kategori B yang tidak ingin ikut proses rekapitalisasi, prosedurnya
ditempuh dengan dasar Pasal 37A Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang
23Buku Resktrukturisasi Perbankan, op.cit hlm 8 24Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajahmada, 1982) hlm 249. 25 Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan (Bandung: Alumni, 1986) hlm 206. 26Ibid, hlm 207
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, yakni dengan
menyerahkan bank-bank tersebut kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN).27
Krisis ekonomi nasional dimaksud telah membawa pengaruh terhadap
perekonomian daerah di seluruh Indonesia. Perekonomian Sumatera Utara juga
mengalami krisis yang ditandai dengan tingkat inflasi kumulatif pada tahun fiskal
1997/1998 meningkat tajam, mencapai 33,51% dibandingkan tingkat inflasi
kumulatif tahun 1996/1997 yang hanya sebesar 7,1% . Bahkan pada tahun 1998 pada
saat krisis sedang berlanjut tingkat inflasi kumulatif Sumatera Utara tersebut
mencapai 62,84%.
28
Kondisi di atas tidak hanya dialami oleh Bank Nasional, namun juga dihadapi
oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang keberadaannya diperlukan khusus
untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi daerah, terutama melalui
pengembangan usaha kecil dan menengah serta pelayanan jasa perbankan masyarakat
lokal.
29 PT. Bank Sumut30
27Buku Restrukturisasi, op.cit, hlm 10. 28Laporan tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tahun 1998, hlm 15 29Agus Sugiarto, Peneliti Senior Bank Indonesia, Mencari Struktur Perbankan Yang Ideal, Harian Kompas, tanggal 16 Juli 2003. hlm 6. Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai salah satu bank yang ada pada system perbankan nasional memiliki fungsi dan peran yang signifikan dalam konteks pembangunan ekonomi regional karena BPD mampu membuka jaringan pelayanan di daerah-daerah dimana secara ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh bank swasta.
pada waktu itu masih berstatus Perusahaan Daerah dengan
30Dalam laporan tahunan PT.Bank Sumut tahun 2007,hlm 13. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan Akte Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas dengan call name BPDSU. Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuknya dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) melalui Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 tahun 1965. Modal dasar pada saat itu sebesar Rp.100 juta dan sahamnya dimiliki oleh
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
nama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara lebih dikenal dengan singkatan
BPDSU. Status PT.Bank Sumut merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota se Sumatera Utara
didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 1 tahun
1993, dengan maksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian
dan pembangunan daerah di segala bidang dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat. Fungsi yang lain bertindak sebagai pemegang kas daerah dan atau
melaksanakan penyimpanan uang daerah.31
Pada waktu itu kinerja keuangan PT.Bank Sumut juga mengalami dampak
yang sangat parah. Kondisi tersebut tergambar dari jumlah kerugian yang diderita,
yaitu pada tahun 1998 mengalami kerugian sebesar Rp. 127.084 juta dan pada tahun
1999 sebesar Rp. 161.044 juta
32
Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara. Pada tanggal 16 April 1999, berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara Nomor 2 tahun 1999, bentuk badan dirubah kembali dengan call name Bank Sumut. Perubahan tersebut dituangkan dalam Akte Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 38 tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nasution SH dan telah mendapat pengesahaan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah Nomor C-8224 HT.01.01 TH 99 tanggal 5 Mei 1999, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Modal dasar pada saat itu ditetapkan sebesar Rp.400 miliar. Selanjutnya karena pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan bank, maka pada tanggal 15 Desember 1999 melalui Akta Nomor 31, modal dasar ditingkatkan menjadi Rp.500 miliar. 31Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tahun 1998, hlm 6 32Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tahun 1999, hlm 40
. Menurut hasil due deligence yang dilakukan oleh
Bank Indonesia pertanggal 31 Maret 1999 kondisi CAR PT. Bank Sumut adalah
minus 34,67%. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah setiap Bank
Pembangunan Daerah yang memiliki CAR lebih kecil dari 8% harus mengikut i
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
program rekapitalisasi dalam rangka mengatasi kesulitan permodalan dan
kelangsungan usahanya33
B. Permasalahan
.
Dari gambaran di atas, terlihat bahwa wujud dari tindakan negara dalam
memberikan perlindungan dan pengembangan usaha kepada perusahaan yang
mempengaruhi perekonomian secara nasional dan perusahaan layanan umum
termasuk perbankan, antara lain berupa reorganisasi perusahaan dalam bentuk
restrukturisasi hutang dan restrukturisasi perbankan.
Menelusuri kembali kondisi krisis tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
masalah reorganisasi perusahaan dan menuangkannya dalam bentuk tesis yang
berjudul Analisis Hukum Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran
(Studi pada PT.Bank SUMUT).
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ada beberapa masalah
yang akan diteliti lebih lanjut, yaitu :
1. Bagaimana ketentuan reorganisasi perusahaan khususnya perbankan diatur dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para kreditur apabila Bank dibubarkan?
3. Bagaimana pelaksanaan rekapitalisasi PT.Bank SUMUT dalam upaya penyehatan
dan pemberdayaannya sebagai bank milik pemerintah daerah ? 33Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 135/KMK.017/1999 dan Gubernur Bank Indonesia No. 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengkaji ketentuan reorganisasi perusahaan khususnya perbankan diatur dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
2. Meneliti lebih dalam perlindungan hukum terhadap para kreditur apabila Bank
dibubarkan.
3. Menganalisis dan mendalami dampak keberhasilan pelaksanaan rekapitalisasi
pada PT.Bank Sumut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya
dalam masalah rekapitalisasi perbankan yang dikategorikan sebagai salah satu upaya
reorganisasi perusahaan.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
2. Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat, bagaimana langkah kebijakan penanganan rekapitalisasi perbankan
yang dilakukan pemerintah khususnya rekapitalisasi PT.Bank Sumut sebagai salah
satu upaya menghindari pembubaran perusahaan, sehingga dapat menjadi
pembelajaran bagi semua pihak dalam mengantisipasi kondisi krisis di masa yang
akan datang.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan
Universitas Sumatera Utara diketahui memang telah pernah ada penelitian tentang
reorganisasi perusahaan, yaitu :
1. Reorganisasi Perusahaan Dalam Kepailitan oleh Herbert (NIM 017005016)
2. Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Reorganisasi Perusahaan oleh Elizabeth
Tobing (NIM 027005032)
namun ruang lingkup permasalah, metode dan lokasi penelitian berbeda dengan yang
diteliti oleh penulis. Jadi ide dan isu atas penelitian ini adalah asli dari pemikiran
penulis dan dilakukan dengan asas-asas keilmuan, yaitu jujur, rasional, objektif dan
terbuka, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah dan terbuka atas saran-saran serta usulan-usulan yang membangun.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Pendekatan teori hukum yang disebut dibawah ini digunakan penulis dalam
menganalisis pelaksanaan reorganisasi perusahaan yang mengambil studi pada PT.
Bank Sumut. Sebab dalam pelaksanaan reorganisasi melalui program rekapitalisasi
perbankan pada waktu itu, dilakukan dalam kondisi yang sangat kritis. Hal ini
mendorong pemerintah harus membuat kebijakan yang cepat dan tepat.
a. Hukum dan kegiatan ekonomi
Pemerintah sebagaimana tujuannya didirikan dalam suatu negara, berfungsi
memberikan jaminan perlindungan dan keamanan kepada rakyatnya. Sehingga pada
saat itu pula lahir upaya timbal balik dari rakyat yang merasa terlindungi untuk
memberikan trust yang seluas-luasnya sebagai bentuk kompensasi sehingga dapat
melakukan apa saja yang perlu bagi keselamatan rakyat. Di sinilah sebenarnya fungsi
awal (pelayanan) sebuah pemerintahan diwujudkan.34
Dalam memimpin, unsur kepercayaan (trust) memainkan peranan yang
teramat penting. Tidak mungkin sesorang menjalankan sebuah organisasi atau
perusahaan bila di dalamnya tidak ada unsur kepercayaan – baik kepercayaan
vertikal, maupun kepercayaan horizontal. Kepercayaan (trust) didefinisikan sebagai
kemauan untuk bertumpu pada seseorang yang kita percaya dan yakini.
35
34 Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan, Suatu Kajian, Teori,Konsep dan Pengembangannya ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006) hlm7 35 Robby Johan, Leading In Crisis, Praktik Kepemimpinan Dalam Mega Merger Bank Mandiri, (Jakarta: Penerbit Bara, 2006) hlm 165
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Menurut studi yang dilakukan Burg’s mengenai hukum dan pembangunan
terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat
pertumbuhan ekonomi, yaitu stabilitas (stability), prediksi (preditability), keadilan
(fairness), pendidikan (education) dan pengembangan khusus bagi para sarjana
hukum (the special development abilities of lawyers). Burg’s menjelaskan bahwa
unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat agar sistem perekonomian dapat
berfungsi baik. Dalam hal ini stabilitas berfungsi untuk mengakomodasi dan
menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing (confilc of interest),
sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan untuk memprediksi ketentuan-
ketentuan yang berhubungan dengan perekonomian suatu negara. Sejalan dengan
pendapat Burg’s tersebut, J.D. Ny Hart juga mengemukakan konsep hukum sebagai
dasar pembangunan ekonomi, yaitu predictability, procedural capability, codification
of goals, education, balance, definition and clarity of status serta accomodation.36
Dalam pembangunan ekonomi tidak terlepas dari ruang lingkup hukum
ekonomi.
37
36 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung : Books Terrace & Library, 2007) hlm 38. 37 Rachmadi Usman , Hukum Ekonomi Dalam Dinamika ( Jakarta : Djambatan,2000) hlm 1 menjelaskan bahwa hukum ekonomi disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan perekonomian. Dalam hal ini hukum berfungsi mengatur dan membatasi kegiatan-kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat.
Kajian formal tentang hukum ekonomi mulai dilaksanakan pada tahun
1978 dalam bentuk simposium Hukum Ekonomi yang diselenggarakan oleh BPHN,
sehingga dapat dikatakan masih relatif baru. Rochmat Sumitro mengemukakan bahwa
hukum ekonomi berkembang karena ikut campurnya pemerintah dalam soal
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
kepentingan pribadi, dengan demikian hak-hak dan kepentingan pribadi dibatasi demi
kepentingan umum dengan pertimbangan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
pada umumnya.
Selanjutnya Rochmat Sumitro mengemukakan definisi Hukum Ekonomi
sebagai berikut :
“ Hukum Ekonomi, yaitu keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau
penguasa sebagai suatu personifikasi dari masyarakat yang mengatur kehidupan
ekonomi dimana kepentingan individu dan kepentingan masyarakat saling
berhadapan.”38
Pengertian lain tentang Hukum Ekonomi dikemukakan oleh Sri Redjeki
Hartono, bahwa Hukum Ekonomi adalah perangkat Hukum yang mengatur berbagai
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi baik nasional maupun
internasional. Dalam uraian berikutnya Sri Redjeki Hartono menjelaskan bahwa
pelaku ekonomi adalah setiap badan usaha dan perorangan yang menjalankan
perusahaan. Dari dua definisi tersebut, tampak bahwa Hukum Ekonomi terletak pada
bidang Hukum Perdata dan pada bidang Hukum Publik, keseimbangan kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat dijaga untuk mencapai kemakmuran bersama.
39
b. Teori Sosiological Jurisprudence ( Hukum Sosiologis).
Teori yang dicetuskan oleh Roscoe Pound ini memberikan perhatian sama
kuatnya kedudukan masyarakat dan hukum, sebagai sumber utama hukum dalam 38 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam Dalam Perkembangannya,( Bandung : Bandar Maju, 2002), hlm 70. 39 Ibid, hlm 71.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
penciptaan dan pemberlakuan hukum. Inti dasar prinsip pemikiran mazhab ini adalah
bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di
dalam masyarakat .40Perhatian aliran ini telah jauh berkembang tidak sekedar esensi
hukum, tetapi juga esensi perkembangan hukum. Masalah yang kedua ini sangat
menonjol dalam asumsi-asumsi Pound. Menurut Pound, tugas utama hukum adalah
rekayasa sosial. Fungsi utama hukum antara lain untuk melindungi kepentingan.
Terdapat tiga kepentingan yang syah dilindungi hukum, yaitu kepentingan umum,
kepentingan sosial dan kepentingan pribadi. Kepentingan umum yang terpenting
adalah kepentingan negara sebagai badan hukum untuk mempertahankan kepribadian
dan hakikatnya, kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan sosial. Untuk
kepentingan itu, negara menggunakan hukum, tidak sekedar untuk melindunginya
tetapi juga untuk sarana memajukannya.41
c. Teori Hukum Alam
Teori Hukum Alam (Natural Law) yang dipelopori Thomas Aquinas
mengatakan bahwa Hukum Alam merupakan hukum akal budi dan karenanya
diperuntukkan bagi makhluk rasional. Sebagai makhluk rasional, dengan demikian
setiap individu secara alamiah akan memerlukan perlindungan atas hak-hak yang
dimilikinya. Jika Hukum Alam ingin memiliki relevansi hukum, maka ia harus berisi
prinsip-prinsip petunjuk dimana manusia akan menggunakannya untuk mengatur diri
mereka sendiri dan orang lain. Variasi yang luas mengenai standar keadilan dan 40 Lili Rasjidi & I..B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem ( Bandung : Mandar Maju, 2003) hlm 122. 41 Ibid, hlm 123.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
moralitas dapat ditinjau pada waktu yang berbeda, di antara orang-orang yang
berlainan dan bahkan diantara individu-individu yang berlainan, mungkin akan
menghasilkan satu standar petunjuk yang menonjol tetapi variasi-variasi tersebut juga
mengindikasikan sulitnya menentukan apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
alamiah itu. Hukum hanya dapat dilihat dari pedoman-pedoman yang ditawarkan
pada penerapan prinsip-prinsip tersebut terhadap kasus-kasus tertentu.42
d. Teori Sistem Hukum
Teori Lawrence M.Friedman mengenal Sistem Hukum yang mengandung tiga
komponen, yaitu : structure, substance dan legal culture. Unsur structure dari suatu
sistem hukum mencakup berbagai institusi dalam sistem hukum tersebut dengan
berbagai fungsinya, dalam rangka bekerjanya sistem hukum tersebut. Sistem hukum
terus berubah, namun bagian-bagian sistem itu berubah dalam kecepatan yang
berbeda dan setiap bagian berubah tidak secepat bagian tertentu lainnya. Sedangkan
unsur substance adalah aturan, norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada
dalam sistem itu, mencakup segala apa saja yang merupakan hasil dari organ, yaitu
norma-norma hukum baik berupa perundang-undangan, keputusan-keputusan hakim.
Unsur yang ketiga yaitu legal culture (budaya hukum) adalah sikap manusia terhadap
hukum dan sistem hukum- kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya.43
42Erman Rajagukguk, Teori Hukum, Bahan Kuliah Program Pascasarjana Universitas Surabaya Magister Hukum- Magister Kenoktariatan, 2006 hlm 15. 43 Lawrence M.Friedman, American Law An Introduction Second Edition ( Jakarta: Tatanusa, 2001) hlm 7,8
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
2. Landasan Konsepsional
Dalam rangka untuk lebih mengarahkan penelitian ini, ada beberapa istilah
operasional yang didefinisikan sebagai landasan konsepsional, yaitu :
a. Bank.
Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas
undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang selanjutnya disebut
Undang-undang Perbankan menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak serta dapat pula memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Dengan demikian Bank merupakan bagian dari sistem
keuangan dan sistem pembayaran suatu negara. Sumber dana utama Bank dalam
melakukan operasionalnya selain modal sendiri tentunya dana pihak ketiga yang
dihimpun dari masyarakat. Penghimpunan dana masyarakat dapat diperoleh
berdasarkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan secara
menyeluruh. Runtuhnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan sudah pernah
dialami, sehingga perbankan sangat kesulitan dana dan menyebabkan sangat
mahalnya harga dana yang dibeli oleh perbankan. Pada akhirnya menyebabkan
banyaknya bank-bank yang merugi dan menggerus dana modalnya sendiri bahkan
menjadi minus sehingga terpaksa bank-bank tersebut ditutup. Oleh karena itu,
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
keberadaannya sangat didukung baik oleh pemiliknya sendiri, maupun oleh
masyarakat nasional maupun internasional.
Mengingat kepentingannya itu, maka para stakeholder ( dalam hal ini
termasuk pemerintah) dari bank berupaya memberikan kontribusi kebijakan untuk
melindungi bank dari upaya kebangkrutan. Lebih lagi pada saat ini ambruknya suatu
bank akan mempunyai dampak yang berantai atau domino effect. Yaitu menular
kepada bank-bank lain, yang pada gilirannya tidak mustahil dapat sangat
mengganggu fungsi sistem keuangan dan sistem pembayaran dari negara
bersangkutan. Hal ini pernah dialami Amerika Serikat pada tahun 1929-1933 kurang
lebih 900 bank di Amerika Serkat atau kurang lebih setengah dari jumlah bank yang
ada disana pada waktu itu gulung tikar.44
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bagi perbankan di Indonesia,
merupakan salah satu tugas dari Bank Indonesia, sebagaimana diatur dalam Undang-
undang No.3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-undang No.23 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia Pasal 8 butir c. Implementasinya Bank Indonesia telah
menerbitkan berbagai regulasi dalam rangka mengawal operasional Bank, agar
senantiasa memenuhi azas-azas atau prinsip-prinsip kehati-hatian, manajemen risiko
dan good corporate governance (GCG).
45
44 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan ( Jakarta: Sinar Grafika, 2007) hlm 1. 45 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Mananjemen Risiko Bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance.
Sehingga apabila Bank menjalankan
operasionalnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut, sepatutnya Bank tersebut
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
akan sehat dan hidup secara konsisten dan berkesinambungan yang pada akhirnya
bertujuan mengamankan dana simpanan masyarakat pada Bank. Harapan ini tentunya
dapat terwujud dengan iklim dan kondisi yang secara komprehensif mendukung
pelaksanaan tersebut baik dari internal dan eksternal Bank ataupun Bank Indonesia
sendiri.
b. Reorganisasi perusahaan.
Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi disebutkan bahwa
Reorganization adalah menstruktur kembali keuangan perusahaan dalam
kebangkrutan.46
1. Reorganisasi Yuridis, yaitu perubahan mengenai bentuk hukum dari suatu
perusahaan atau badan usaha, misalnya dari perusahaan daerah menjadi perseroan
terbatas.
Reorganisasi perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut :
2. Reorganisasi Intern, yaitu perubahan mengenai bentuk atau struktur organisasi
(organisasi intern) dari suatu perusahaan.
3. Reorganisasi finansial, yaitu perubahan yang menyeluruh dari pada keseluruhan
struktur modal, yang terpaksa harus dilakukan karena perusahaan telah nyata-
nyata dalam keadaan insolvabel atau adanya ancaman insolvency, sehingga
46 John Downes & Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi, (Jakarta : PT.Elex Media Komputindo, 2001)
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban finansilnya.
Reorganisasi finansial merupakan bentuk capital restructuring yang paling
drastis.47
c. Pembubaran
Yang dimaksudkan pembubaran dalam penelitian ini adalah pembubaran
perusahaan sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-undang tersebut
disebutkan bahwa perseroan bubar karena:
1. keputusan RUPS
2. jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir
3. penetapan Pengadilan
4. dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk
membayar biaya kepailitan.
5. harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam insolvensi.
6. dicabutnya izin usaha peseroan sehingga mewajibkan perseroan melakukan
likuidasi.48
Sedangkan pembubaran suatu bank dilakukan apabila menurut penilaian
Bank Indonesia suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan. Pimpinan Bank
Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk
47 Bambang Riyanto, loc.cit 48 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 142
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) guna
membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi. Jika direksi bank
tidak juga menyelenggarakan RUPS, Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada
pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan hukum
bank, penunjukan tim likuidasi dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.49
c. Pailit
Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk
melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para kreditor.
Keadaan dimaksud pada umumnya disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan
atau yang disebut juga insolven. Dalam buku Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan
disebutkan insolvency merupakan ketidakmampuan seseorang atau badan untuk
membayar utang tepat pada waktunya atau keadaan yang menunjukkan jumlah
pasiva melebihi aktiva.50 Pengertian pailit atau bangkrut yang disebutkan dalam
ensiklopedia ekonomi keuangan dan perdagangan adalah seorang yang oleh suatu
pengadilan dinyatakan bangkrut dan yang aktivanya atau warisannya telah
diperuntukkan untuk membayar hutang-hutangya.51
Selanjutnya dalam Black’s Law Dictionary disebutkan pailit atau bankrupt
adalah:
49 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 37. 50 Aliminsyah & Padji, op.cit hlm 153 51 Munir Fuady, Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002) hlm 8
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
”the state or condition of a person (individual, partnership, corporation,
municipality) who is unable to pay its debts as they are, or become due” 52
d. Rekapitalisasi
Rekapitalisasi dapat diartikan sebagai penyusunan kembali daripada struktur
modal, misalnya dengan menambah atau mengurangi jumlah modal saham. Dengan
kata lain dapat dikatakan sebagai perobahan-perobahan baik dalam bentuk (form)
maupun dalam jumlah lembar dari securities yang beredar.53 Sedangkan Kamus
Istilah Ekonomi Kontemporer menyebutkan rekapitalisasi adalah suatu proses
penyuntikan kembali modal bagi perusahaan. Misalnya kondisi negative spread yang
dialami perbankan ditambah sejumlah persoalan dengan kredit-kreditnya yang tidak
mampu ditagih kembali, telah menggerogoti atau membuat modal bank menjadi
negatif. Dalam kondisi ini dibutuhkan tindakan rekapitalisasi.54
e. Obligasi
Obligasi merupakan salah satu instrumen dalam mendapatkan pinjaman uang
dalam jangka panjang, dengan cara si peminjam mengeluarkan surat pengakuan utang
dengan nilai nominal tertentu. Surat pengakuan utang ini dapat dikeluarkan oleh
pihak swasta ataupun negara. Dalam undang-undang Nomor 24 tahun 2002 tentang
Surat Utang Negara dijelaskan bahwa surat utang negara adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang
52 M.Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan (Jakarta : Kencana, 2008) hlm1 53 Ibid, hlm 225 54 Indra Darmawan, op.cit hlm 480
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara Republik Indonesia sesuai
dengan masa berlakunya.55
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Guna menjawab permasalahan harus ditentukan metode penelitian yang
efektif. Pentingnya pemilihan metode penelitian tidak hanya diperlukan pada saat
penelitian tetapi juga di akhir penelitian.56 Oleh karena itu metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian
normatif disebut juga sebagai penelitian dokrinal (doctrinal research), yaitu suatu
penelitian yang menganalisa hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is
written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses
pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process).57
Digunakan pendekatan yuridis normatif karena masalah yang diteliti
mengenai keterkaitan peraturan yang satu dengan yang lain. Penelitian hukum seperti
ini, lebih menekankan pada bahan-bahan hukum sehingga dapat dikatakan sebagai :
Adapun data
yang dipergunakan dalam penelitian adalah data kepustakaan (library research),
sebagai suatu teknis pengumpulan data dengan memanfaatkan berbagai literatur
berupa peraturan perundang-undangan, sumber data sekunder lain yang dibahas oleh
penulis.
55 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara pasal 1 butir 1 dan pasal 3 ayat 1. 56 Myra A.Harris, Legal Research, ed 10 (New York : Prentice Hall, 1997) hlm 2 57Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada,2006) hlm.118.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
library based, focusing on reading and analysis of the primary and secondary
materials. Jika demikian, maka lebih tepat digunakan istilah kajian ilmu hukum
sebagaimana yang dapat ditemukan dalam kepustakaan hukum di Belanda.58
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan adalah metode
penelitian normatif yang merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk
menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.
Logika keilmuan dalam penelitian normatif dibangun berdasarkan displin ilmiah dan
cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu
sendiri.
59
2. Pendekatan Masalah
Oleh karena tipe penelitian adalah tipe penelitian hukum normatif, maka
pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan
(statute approach). Pendekatan ini melakukan pengkajian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan reorganisasi perusahaan dan kepailitan
yang dikaitkan dengan pelaksanaan rekapitalisasi perbankan khususnya pelaksanaan
rekapitalisasi PT.Bank Sumut. Selain itu analisis hukum yang dihasilkan oleh suatu
penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan akan
menghasilkan suatu penelitian yang akurat.
3. Sumber Data
Sumber data sebagai bahan kajian terdiri dari : 58Jhonny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006) hlm.46 59Ibid, hlm 57
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
a. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan-aturan
hukum yang diurut berdasarkan hierarki yaitu mulai Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, Undang-undang Perbankan dan undang-undang lain yang
relevan serta Peraturan Pemerintah, Peraturan dan Surat Edaran Bank
Indonesia, termasuk juga perjanjian-perjanjian yang dibuat Pemerintah
dengan Perbankan (dalam hal ini PT.Bank Sumut) yang dapat dijadikan
dasar dan referensi dalam menganalisis penelitian ini.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku
hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum,
seminar-seminar mutakhir yang dilakukan para pakar yang terkait dengan
topik penelitian ini.
c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang yang dapat
memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan primer maupun bahan
sekunder, antara lain : kamus perbankan, kamus hukum, kamus ekonomi,
kamus bahasa Inggris, Indonesia dan ensiklopedia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui :
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
a Studi Kepustakaan (Library Research)
Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka pengumpulan
data dilakukan dengan melalui studi kepustakaan, dikumpulkan melalui studi
literatur, dokumen dan dengan mempelajari ketentuan peraturan perundang-
undangan, buku-buku hukum, artikel, literatur dan dokumen yang
berhubungan dengan topik penelitian ini.
b Wawancara (interview)
Untuk mendapatkan lebih lanjut atas data pendukung yang diperoleh,
dilakukan wawancara kepada sumber-sumber informasi, seperti pejabat –
pejabat PT.Bank Sumut setingkat Pimpinan Divisi dan Staf Ahli yang
menangani dan/atau mengetahui pelaksanaan rekapitalisasi.
5. Analisis Bahan
Adapun bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan,
aturan perundang-undangan, jurnal-jurnal dan artikel yang berkaitan dikumpulkan
selanjutnya ditelaah, dikaji dan dianalisis secara deskriptif untuk menjawab dan
memberikan solusi serta pendapat atas permasalahan yang sudah dikemukakan
diatas.
6. Lokasi Penelitian
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Lokasi penelitian adalah Kantor Pusat PT.Bank SUMUT yang terletak di
Gedung Bank Sumut, Jalan Imam Bonjol No.18 Medan.
BAB II
PELAKSANAAN REORGANISASI PERUSAHAAN
PERBANKAN DI INDONESIA
A. Reorganisasi Perusahaan
Reorganisasi yang dalam bahasa Inggeris disebut “Reorganization” diartikan
penyusunan kembali.60
“The Bankruptcy Act covers several type of bankruptcy proceedings. In this
chapter our focus will be on (1) straight bankruptcy (liquidation), (2) reorganizations
and (3) consumer debt adjusments”
Reorganisasi bertujuan untuk menyehatkan perusahaan dalam
mengatasi kegagalan usahanya agar dapat bertahan hidup.
Hukum di Amerika Serikat telah memberlakukan reorganisasi perusahaan
untuk mengatasi keadaan debitur yang mengalami kesulitan untuk membayar utang-
utangnya. Menurut hukum tersebut bagi debitur yang mengalami kesulitan dalam
membayar utang-utangnya diberikan beberapa pilihan:
61
“When a business is broken up and sold to pay creditor claims, the assets value often shrinks greatly. A going concern is usually able to pay off its debts better than a dead business. Chapter Eleven is a complex area of bankruptcy law permitting rehabilitation of dying businesses by reorganizations. Sole proprietorships
.
60 S.Wojowasito-Tito Wasito W, op.cit hlm 176. 61 Donnel, John D., et.al. Law For Business (Illinois : Irwin Home Wood,1983) hlm 710.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
are entitled to its protections,too. Either the debtor or creditors may petition for reorganization”.62
Chapter 11 of the Bankruptcy Act yang merupakan hukum kepailitan di
Amerika Serikat, memberikan alternatif untuk memecahkan problema-problema
finansial yang dihadapi seorang debitur dengan menyusun rencana restrukturisasi
yang disebut reorganisasi perusahaan.
63Ketentuan Chapter 11 ini dapat digunakan
oleh hampir semua bidang usaha 64
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering
disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas.
Kebangkrutan dapat juga diartikan suatu proses yang dilakukan oleh seorang debitur
dengan mengisi suatu petisi yang menyatakan bahwa ia tidak mampu untuk
62 Bruce D. Fisher, Law For Business (St.Paul: West Publishing Co, 1986) hlm 722
63 Syamsudin Manan Sinaga, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Restrukturisasi Utang Pada Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang ( Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2000) hlm 14. Apabila hal tersebut dilakukan akan memberikan keuntungan kepada debitur, yaitu :
1. Menghindarkan debitur dari kepailitan. 2. Memungkinkan debitur untuk tetap menjalankan bisnisnya 3. Para kreditur yang menolak rencana restrukturisasi, terpaksa menyetujuinya apabila rencana
restrukturisasi tersebut telah mendapat persetujuan pengadilan. Bila restrukturisasi tersebut berhasil, maka kreditur akan mendapat keuntungan dibandingkan jika debitur dipailitkan.
64 Ibid, hlm 15, ( all business enterprise, including individual proprietorships, partnerships and corporation), kecuali ;
1. Bank 2. Saving and loan associations 3. insurance companies 4. commodities brokers, stockbrokers
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
memenuhi kewajiban-kewajibanya atau hutang-hutangnya dan bersedia dinyatakan
bangkrut.65
Rencana reorganisasi pada hakekatnya adalah sebuah kesepakatan antara
seorang debitur dan beberapa kreditur. Hal itu mungkin merupakan rekapitalisasi
perusahaan debitur dan atau memberi pada kreditur beberapa saham perusahaan
sebagai pengganti sebagian atau seluruh utang-utang perusahaan.
66
Restrukturisasi merupakan induk dari berbagai upaya perusahaan untuk
memperbaiki kinerja di masa depan. Restrukturisasi korporat pada prinsipnya
merupakan kegiatan atau upaya untuk menyusun ulang komponen-komponen
korporat supaya masa depan korporat memiliki kinerja yang lebih baik. Komponen
yang disusun ulang tersebut bisa aset perusahaan, pendanaan perusahaan, organisasi,
pembagian kerja, orang-orang dalam perusahaan, atau apa saja yang merupakan
kekayaan dan dalam kendali korporat. Biasanya restrukturisasi dikelompokkan ke
dalam tiga kategori besar: restrukturisasi portofolio, restrukturisasi finansial dan
restrukturisasi organisasi.
67
Reorganisasi dapat dibedakan :
68
a. Reorganisasi yuridis, yaitu reorganisasi yang terjadi apabila ada perubahan
bentuk hukum perusahaan atau badan usaha. Perubahan ini mempunyai akibat
65 http://rdtloom.wordpress.com/2009/01/13/kebangkrutan-dan-reorganisasi/. Diakses tanggal 26 Mei 2009. Dalam Black’s Law Dictionary, Bankrupt didefinisikan “ The state or condition of one who is unable to pay his debts as they ar or become due” 66 Ibid, hlm 15 67 Bramantyo Djohanputro, Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai: Strategi Menuju Keunggulan Bersaing ( Jakarta: Penerbit PPM,2004) hlm 24
68 Bambang Riyantu, loc.cit
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
hukum, misalnya bentuk perusahaan perseorangan dirubah menjadi
partnership atau bentuk perusahaan partnership dirubah menjadi Perseroan
Terbatas. Dengan demikian reorganisasi yuridis pada dasarnya merubah
bentuk. Perubahan bentuk pada hakekatnya mempengaruhi hak dan kewajiban
dari pada pemilik.
b. Reorganisasi struktural, yaitu penyusunan kembali struktur organisasi. Dalam
reorganisasi struktural tidak ada akibat keluar tetapi mempunyai akibat
kedalam. Misalnya struktur organisasi fungsional dirubah menjadi struktur
organisasi garis.
c. Reorganisasi finansial, yaitu reorganisasi yang terjadi apabila ada perubahan
struktur modal. Struktur modal disusun kembali karena perusahaan
mengalami kesulitan permodalan.69
Salah satu cara reorganisasi perusahaan adalah berupa reorganisasi finansial
yaitu dilakukan dengan penambahan atau pengurangan modal. Penambahan atau
pengurangan modal dapat dilaksanakan oleh pemegang saham yang sudah ada.
Namun apabila kemampuan keuangan pemegang saham yang sudah ada tidak
memungkinkan, penambahan modal dilakukan dengan cara mengundang investor
baru.
Disamping itu jika melihat dari hakekatnya reorganisasi perusahaan adalah
untuk menyehatkan kinerja perusahaan, tentunya perusahaan dapat melakukan
69 Wasis, op.cit hlm 205,206
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
kebijakan antara lain : perluasan perusahaan secara internal, peningkatan modal
ekuitas dari sumber eksternal perusahaan, ekspansi usaha, penurunan modal dan
perampingan perusahaan secara yuridis. Sehingga bentuk reorganisasi diperluas dan
dapat dilakukan dengan cara :70
1. Penggabungan (Merger)
2. Peleburan (consolidation)
3. Pengambilalihan (acquisition)
4. Privatisasi
5. Pengambilalihan oleh pemerintah
6. Rekapitalisasi
7. Restrukturisasi Utang
Reorganisasi pada umumnya adalah pengaturan untuk memperbaiki susunan
kapital suatu perseroan agar kondisi finansial menjadi lebih sehat dan kuat.
Mengingat bahwa maksud diadakannya reorganisasi terutama untuk perbaikan
struktur modalnya untuk kemudian supaya mempermudah future financingnya, maka
tindakan utama yang harus dilakukan adalah tindakan menghilangkan saldo
kerugian.71
70Bramantyo Djohanputro, op.cit hlm 33 71Bambang Riyanto, op.cit hlm 252
Tindakan ini secara khusus dapat disebut recapitalization, yang dilakukan
kepada suatu perseroan yang jatuh bangkrut, yang menetapkan, bahwa para
pemegang saham, pemegang obligasi, dan para kreditur menyetujui satu sama lain
akan menyerahkan kepentingan-kepentingan dan tuntutan-tuntutannya, untuk
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
melakukan restrukturisasi finansial sehingga dapat menyelesaikan hutang-hutang
perseroan dan melanjutkan usaha-usahanya.
Langkah-langkah reorganisasi: Pertama, menentukan Nilai Perusahaan,
penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana, adalah menghitung
nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi; Kedua, menentukan Struktur Modal
yang baru, struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar
perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap
tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa
operasi perusahaan akan berhasil, maka likuidasi merupakan alternatif satu-satunya
yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.72
B. Alasan dan Motivasi dilakukannya Reorganisasi Perusahaan
Pembatasan di dalam penelitian ini, hanya untuk perusahaan yang berbadan
hukum yang berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia yang tunduk
kepada Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan
alasan bahwa penelitian ini perusahaan yang dibahas adalah perusahaan perbankan.
Walaupun dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, badan
hukum bank dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perusahaan Daerah.
Namun sebagian besar badan hukum perbankan merupakan Perseroan Terbatas.
72 http://rdt.wordpress.com/2009/01/13/kebangkrutan dan reorganisasi diakses 27 Pebruari 2009
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Merger dan akuisisi yang merupakan salah satu bentuk dari reorganisasi
perusahaan jika diperhatikan kebanyakan dilakukan dengan pembelian tunai, dan
bukan dengan penukaran saham atau pembayaran dengan instrumen utang. Apakah
merger ini akan menciptakan nilai bagi para pemegang saham perusahaan yang
mengakuisisi itu, masih harus dibuktikan. Dalam kebanyakan kasus, sampai saat ini
ternyata tidak demikian halnya, tetapi masih diperlukan lebih banyak waktu untuk
menilai dampaknya dalam jangka panjang.
Menurut definisi, merger adalah kombinasi dua perusahaan dimana satu
perusahaan kehilangan eksistensinya sebagai satu kesatuan. Perusahaan yang
bertahan mengambil alih aktiva dan utang perusahaan yang digabungkan (merger
company). Merger harus dibedakan dari konsolidasi. Konsolidasi merupakan
kombinasi dua perusahaan, yang kemudian dibentuk satu perusahaan yang sama
sekali baru dan kedua perusahaan lama yang bergabung membubarkan diri
(dilikuidasi).73
73 Bismar Nasution, op.cit, hlm 167,168
Apabila dua perusahaan dengan ukuran yang kira-kira sama
dikombinasikan, biasanya mereka akan dikonsolidasi. Apabila dua perusahaan secara
signifikan berbeda besarnya, biasanya mereka bergabung (merger).
Adapun bentuk lain yang dapat dilakukan adalah pengambilalihan (take over),
yang bisa berarti secara suka rela dari dua perusahaan atau pengambilalihan terpaksa
dengan penawaran tender. Tetapi istilah pengambilalihan biasanya dikaitkan dengan
pengambilalihan terpaksa dengan penawaran tender.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Alasan untuk melakukan kombinasi banyak dan rumit. Dari berbagai literatur
disebut motivasi utama dilakukannya reorganisasi ataupun restrukturisasi perusahaan
yang dilakukan dengan cara merger, peleburan dan pengambilalihan adalah sinergi.
Scharf (1991) menyebutkan bahwa sinergi adalah kenaikan efektivitas yang diperoleh
dari kombinasi kerja beberapa orang/unit yang dapat dicapai oleh secara terpisah.74
Sinerji terjadi dari :75
1. Penghematan operasi, pemasaran, produksi dan distribusi
2. Penghematan finansial, termasuk harga transaksi yang murah, cakupan yang lebih
baik dan penghematan pajak.
3. Peningkatan kemampuan pemasaran, karena berkurangnya kompetitor.
4. Mengurangi tingkat risiko, menghindari kebangkrutan dan pengambilalihan
Disamping masalah ekonomi, ada juga masalah hukum yang menjadi alasan
dan motivasi untuk melakukan reorganisasi perusahaan, yaitu antara lain :76
1. Masalah hukum desentralisasi
Undang-undang Otonomi Daerah telah mendorong memberikan kesempatan
kepada Pemerintah Daerah untuk dapat menikmati hasil dari perusahaan-
perusahaan yang ada di daerahnya menuntut korporat untuk mengkaji ulang cara
74Charles A Scharf, Edward E Shea and George C Beck, Acquisitions, Merger Sales,Buyouts&Takeovers : A Handbook with Forms, Fourth Edition, ( New Jersey: Prentice Hall Engleword Cliftfs,1991) 75Gunadi, Restrukturisasi Perusahaan dalam Berbagai Bentuk dan Pemajakannya ( Jakarta: Selemba Empat,2001) hlm 24 76Bramantyo Djohanputro, op.cit hlm 27
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
kerja mereka dan mengevaluasi hubungan kantor pusat dengan anak atau cabang
perusahaan yang tersebar di berbagai daerah.
2. Masalah hukum anti monopoli
Perusahaan yang sudah masuk ke dalam daftar hitam monopoli dan telah
dinyatakan resmi bersalah oleh Komite Pengawasan Persaingan Usaha
(KPPU)/pengadilan, mau tidak mau harus melakukan restrukturisasi dirinya
supaya terbebas dari masalah hukum. Misalnya, perusahaan harus melepas atau
memecah divisi supaya dikuasai pihak lain, atau menahan laju produk yang
masuk ke dalam daftar monopoli supaya pesaing bisa mendapat porsi yang
mencukupi.
3. Masalah hukum ketenagakerjaan.
Munculnya Undang-undang ketenagakerjaan yang terus mengalami perubahan,
mendorong para buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.
Sehingga dengan pendekatan alasan restrukturisasi perusahaan, maka efisiensi
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dapat dilakukan secara bijaksana.
C. Ketentuan Reorganisasi Perusahaan di bidang Perbankan
Salah satu kebijakan pemerintah dalam program penyehatan perbankan yang
selain pendirian BPPN dan Penyelesaian Aset adalah program merger, akuisisi, dan
konsolidasi Bank. Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada pasal 1 menyebutkan
pengertian merger adalah penggabungan dua bank atau lebih, dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya
dengan atau tanpa melikuidasi. Konsolidasi adalah penggabungan dua bank atau lebih
dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank tersebut dengan atau
tanpa melikuidasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan akuisisi adalah
pengambilalihan kepemilikan suatu bank.77
Pada dasarnya penerapan kebijakan merger, akusisi dan konsolidasi bank
merupakan kebijakan yang dilakukan dalam rangka memperkuat faktor permodalan
perbankan. Kebijakan ini dinilai cukup berhasil mengurangi jumlah bank di
Indonesia.
Program dimaksud dilaksanakan pemerintah pada periode krisis adalah dalam
rangka memperkuat struktur perbankan yang ada di Indonesia. Sehingga bank-bank
yang tidak sehat maupun bank-bank yang sehat tetapi rapuh kondisinya diminta untuk
melakukan merger, akuisisi maupun konsolidasi.
78 Selain kebijakan tersebut pemerintah melakukan penyehatan perbankan
dengan pelaksanaan program rekapitalisasi bank-bank. Program ini merupakan salah
satu langkah penting yang diambil pemerintah dalam rangka kebijakan restrukturisasi
perbankan untuk memperbaiki kondisi keuangan bank dengan cara menambah modal
bank karena industri perbankan mengalami kekurangan modal. 79
77 Kusumaningtuti SS, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia ( Jakarta: Rajawali Pers, 2009) hlm 107. 78 Ibid , hlm 107 79 Ibid, hlm 110
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Dalam program ini, Pemerintah Indonesia memperkuat permodalan sejumlah
bank yang dinilai patut beroperasi dengan cara menerbitkan surat utang negara
(obligasi). Jumlah surat utang negara yang diterbitkan tersebut mencapai sekitar
Rp.425,5 triliun, suatu jumlah yang besar dan merupakan utang domestik. Sebelum
memutuskan pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan, pemerintah memiliki tiga
alternatif, yaitu:
a. mengalihkan kepemilikan saham bank kepada para deposan dan
kreditor;
b. likuidasi bank; dan
c. rekapitalisasi perbankan.80
Apabila kebijakan likuidasi bank diterapkan, sudah pasti akan menimbulkan
dampak yang negatif kepada keuangan pemerintah, jasa perbankan, sistem
pembayaran, dan kebijakan ekonomi dan moneter nasional. Melalui program
likuidasi, kewajiban bank termasuk kepada nasabah bank akan diselesaikan
berdasarkan penjualan aset bank, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan
keresahan masyarakat termasuk karyawan bank yang diberhentikan terutama apabila
hasil penjualan aset bank tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Sedangkan apabila pemerintah menempuh kebijakan rekapitalisasi,
pemerintah tidak perlu membayar dana pihak ketiga maupun kewajiban bank yang
dijamin pemerintah, sebab bank peserta rekapitalisasi masih beroperasi secara 80 Satrio Wibowo, Sonny Handoko, Mirza Yuniar dan I.M. Noviati, ”Kajian Mengenai Efektivitas Kebijakan Obligasi Rekap” (Jakarta: Biro Stabilitas Sistem Keuangan, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003) hlm 13.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
normal. Disamping itu biaya rekapitalisasi perbankan dianggap lebih rendah dari pada
biaya likuidasi yang meliputi biaya mengatasi simpanan nasabah dan biaya
pegawai.81
Program rekapitalisasi perbankan hanya bersifat sementara dan tidak
dimaksudkan untuk mengambil alih kepemilikan (nasionalisasi) sektor perbankan.
Dilihat dari aspek yuridis, program rekapitalisasi perbankan ini tidak diatur dalam
Undang-undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupun Undang-undang No.23 tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.4 Tahun 2003 tentang Bank
Indonesia. Landasan operasional yang menjadi dasar pelaksanaan program
rekapitalisasi perbankan hanyalah berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, yaitu SKB No.53/KMK.017/1999 dan
No.31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang Pelaksanaan Program
Rekapitalisasi Bank Umum.
82
Dasar penerbitan kedua SKB tersebut merujuk kepada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum.
Menurut Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan pada Pasal 10, disebutkan bahwa materi muatan Peraturan
Sedangkan khusus untuk Bank Pembangunan Daerah
melalui SKB No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI tentang Pelaksanaan
Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.
81 Kusumaningtuti SS, Op.cit hlm 111 82 Kusumaningtuti SS, Op.cit hlm 88.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana
mestinya.83 Kalau dilihat dari butir ” Mengingat” dalam Peraturan Pemerintah
tersebut memang ada menyebutkan : Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998, dan
Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Namun setelah diteliti
masing-masing Undang-undang tersebut, tidak ada secara jelas dan tegas
menyebutkan Program Rekapitalisasi, yang ada pada Pasal 28 dalam Undang-undang
Perbankan hanya mengenai merger, konsolidasi dan akuisisi Bank, yang
ketentuannya ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.84 Sedangkan pada Pasal 37 A
Undang-undang Perbankan menyebutkan bahwa Badan khusus yang dibentuk
Pemerintah dalam melakukan program penyehatan bank, mempunyai wewenang
untuk melakukan penyertaan modal sementara pada bank secara langsung atau
melalui pengkonversian tagihan badan khusus.85
83Lihat juga Pasal 7 Undang-undang No.10 Tahun 2004, yang menyebutkan bahwa : Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :
Sementara program rekapitalisasi
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ; c. Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah; Penjelasan pasal 10 Undang-undang ini, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sebagaimana mestinya adalah materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam Undang-undang yang bersangkutan. 84 Pada Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992, Pasal 28 ayat 1 menyebutkan: Merger, konsolidasi, dan akuisisi wajib terlebih dahulu mendapat izin Pimpinan Bank Indonesia. 85 Pada Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992, Pasal 37 A butir 2 huruf h
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
merupakan program peningkatan modal bank yang dilakukan dengan penyertaan
saham pemerintah sebesar 80% dan pemegang saham pengendali bank sebesar 20%
dari kekurangan modal bank untuk mencapai CAR yang ditentukan.86
1. Undang-undang No.10 Tahun 1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang
Perubahan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam undang-
undang ini, dijelaskan mengenai pengertian atau definisi mengenai merger,
konsolidasi, dan akuisisi. Sedangkan pasal yang mengatur hanya 1 (satu) pasal,
yaitu pasal 28 ayat (1) dan (2), yang menyebutkan bahwa merger, konsolidasi
dan akuisisi Bank wajib mendapat izin dari Pimpinan Bank Indonesia.
Selanjutnya mengenai ketentuan lebih lanjut mengenai merger, konsolidasi dan
akuisisi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dari hasil penelitian penulis, terhadap ketentuan kerangka hukum yang
berlaku, dapat diidentifikasi berbagai kebijakan dan pengaturan pokok, baik secara
langsung maupun tidak langsung mengatur reorganisasi perbankan di Indonesia, yaitu
sebagai berikut :
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tanggal 5 Maret 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, mengatur mengenai merger
dan akuisisi sebagai berikut :
86 Peraturan Pemerintah No.84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum pasal 1 ayat 2 menyebutkan : Program Rekapitalisasi Bank Umum adalah upaya meingkatkan permodalan bank untuk mencapai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan .
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
a. Pelaksanaan merger dan akuisisi tidak boleh mengakibatkan monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
b. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dapat membatalkan merger dan
akuisisi yang mengakibatkan terjadinya monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.
c. Kepada pelaku usaha yang telah melakukan merger dan akuisisi sebelum
berlakunya Undang-undang No.5 tahun 1999 yang mengakibatkan melanggar
ketentuan diatas, diberi waktu untuk memperbaikinya sampai dengan waktu
tanggal 5 September 2000.
Hal ini telah diadopsi oleh Undang-undang Perbankan No.7 Tahun 1992,
sebagaimana dalam penjelasan pasal 28 yang menyebutkan : ” Dalam melakukan
merger, konsolidasi dan akuisisi, wajib dihindarkan timbulnya pemusatan
kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan
masyarakat ”.
3. Undang-undang No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Padal Pasal 5 disebutkan bahwa salah satu tugas Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) adalah menangani Bank Gagal yang berdampak sistemik maupun yang
tidak berdampak sistemik. Untuk melakukan penyelamatan Bank Gagal tersebut
LPS mempunyai wewenang melakukan reorganisasi perusahaan antara lain
mengambil alih dan menjalankan segala kewenangan pemegang saham, termasuk
hak dan wewenang RUPS, menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
serta menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau
kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.
2. Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab I Pasal 1
angka 9 sampai dengan 11 dan Bab VIII Pasal 122 sampai dengan 137.
Pasal 126 UU ini mengatur bahwa perbuatan hukum penggabungan (merger),
pengambilalihan (akuisisi) atau pemisahan harus dilakukan dengan
memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas, karyawan/wati, kreditor
dan mitra usaha lainnya serta masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan
usaha.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1997 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pencabutan
Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank
6. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan
Akuisisi Bank.
7. Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999 tentang Pembelian
Saham Bank Umum. Peraturan ini pada dasarnya mengatur tata cara pembelian
saham Bank Umum oleh WNA dan WNI.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh,
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah
Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan
Barat, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara, Bank Pembangunan Daerah
Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat, Dan Bank
Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur Dalam Rangka Program
Rekapitalisasi Bank Umum.
9. Peraturan Bank Indonesia No.8/16/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia.
Kebijakan Kepemilikan Tunggal Perbankan mengharuskan kepada semua pemilik
bank khususnya pemegang saham pengendali untuk mengonsolidasi
kepemilikannya di bank-bank yang dalam satu grup usahanya dengan batas waktu
hingga tahun 2010.87
a. Divestasi (penjualan saham-saham) miliknya,
Dalam kebijakan tersebut Bank Indonesia menawarkan 3
(tiga) opsi yakni :
b. Merger atau konsolidasi
c. Pembentukan perusahaan induk (Bank Holding)
87Johannes Ibrahim, Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi Perbankan Nasional , Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27 No.2 Tahun 2008, hlm 5
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
10. Peraturan Bank Indonesia No.8/17/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Insentif dalam Rangka Konsolidasi sebagaimana telah diubah dalam Peraturan
Bank Indonesia No.9/12/PBI/2007 tanggal 21 September 2007.
11. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usahan No.1 Tahun 2009 tentang Pra-
Notifikasi Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan tanggal 13 Mei 2009.
Dalam rangka pengendalian terhadap penggabungan, peleburan dan
pengambilalihan yang dapat mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat dan menjamin adanya kepastian hukum bagi pelaku usaha yang
hendak melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan, maka pelaku
usaha dapat memberitahukan maksudnya kepada Komisi untuk mendapat
pendapat mengenai dampak yang dapat ditimbulkan dari rencana penggabungan,
peleburan dan pengambilalihan tersebut. Hal ini menyahuti ketentuan perundang-
undangan yang sudah terbit baik undang-undang anti monopoli, undang-undang
perbankan dan undang-undang perseroan terbatas yang telah membatasi agar
tindakan merger, konsolidasi dan akuisisi tidak menimbulkan praktek monopoli.
12. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/50/KEP/DIR tanggal 14 Mei
1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum. Pokok-pokok yang diatur adalah
mengenai izin dan pelaporan atas pembelian saham Bank.
13. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei
1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
Umum juncto Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.52/32/KEP/DIR
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger,Konsolidasi dan
Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat. Salah satu ketentuan pada Surat Keputusan
tersebut mengatur bahwa apabila salah satu bank mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya dan tidak dapat melaksanakan perbaikan-
perbaikan yang ditetapkan Bank Indonesia, maka Bank Indonesia dapat meminta
kepada pemilik dan pengurus bank untuk meger atau konsolidasi dengan bank
lain atau menjual sebagian atau seluruh sahamnya kepada bank atau pihak lain.
14. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia
No.53/KMK.017/1999 dan No.31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang
Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum.
15. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia
No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang
Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS
KREDITUR BANK
A. Peranan Perbankan Dalam Perekonomian Nasional
Bank Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai otoritas mengatur dan
mengawasi perbankan di Indonesia telah menerbitkan serangkaian regulasi. Regulasi
tersebut mengesankan “tanggung jawab” Bank Indonesia untuk mengamankan dana
masyarakat yang disimpan pada Bank di Indonesia.
Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana
masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada
penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan
sebagai “aliran darah” bagi perkembangan perekonomian dan peningkatan standar
taraf hidup.88
88 Lihat Frederic S. Mishkin, The Economic of Money, Banking, Financial Market, Fifth
Edition, (Singapore: Addison-Wesley, 1998), hal. 226, yang mengatakan bahwa bank memainkan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Fungsi lainnya adalah sebagai lembaga penyedia instrumen pembayaran untuk
barang dan jasa yang dapat dilakukan secara cepat efisien dan aman. Fungsi ini akan
berjalan apabila penjual dan pembeli barang dan jasa meyakini bahwa instrumen yang
digunakan untuk pembayaran tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak
dalam suatu transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka
fungsi dimaksud tidak akan berjalan.89
Di setiap negara, fungsi bank merupakan ”jantung” dari pasar uang. Fungsi
bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan. Pada waktu itu pihak
penguasa telah memanfaatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk membiayai
ambisi mereka.
90
peran penting dalam menyalurkan dana dari nasabah penyimpan kepada sektor-sektor produktif dan menjamin sistem keuangan berjalan dengan lancar dan efisien.
89 E. Gerald Corrigan, “Central Bank and the Financial System”, paper presented to a Symposium of Central Banking Issues in Emerging Market-Oriented Economic, Sponsored by the Federal Reseve Bank of Kansas City, Jackson Hole, Wyoming, USA, (August 23-25, 1990), hal. 25. Lihat juga Michael A. Raffanti, “Erosian of ‘Subtle Hazard’ Analysis Joepardizes Safety and Soundness of the Banking System: Securities Industry Association v. Board of Governors”, Boston College Law Review (May 1989), hal. 938, yang mengatakan bahwa kompleksitas sistem pembayaran termasuk kliring dan electronic fund transfer membuat keamanan dan kesehatan bank menjadi penting dalam menjaga integritas sistem tersebut.
90 Pada tahun 1335 Raja Edward III dari Inggris tidak mampu membayar kredit yang diterimanya dari bankir Florentine sebesar 1,5 juta gold florins untuk membiayai kampanyenya di Perancis. Lowell L. Briyan, Bankrupt: Restoring the Health and Profitability of Our Banking System, (New York: Harper Business, 1991), hal. 10.
Berdasarkan fungsi bank tersebut yang sangat krusial bagi
perekonomian suatu negara, maka keberadaan aset bank, paling tidak karena dua
alasan; Pertama, meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi,
dan Kedua, mencegah terjadinya bank runs and panics. Di samping itu kepercayaan
masyarakat diperlukan pula karena bank tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk
membayar kewajiban kepada seluruh nasabahnya sekaligus. Pentingnya kepercayaan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
ini tercermin dari ucapan Presiden Franklin D. Roosevelt; ”after all, there is an
element in the reajustment of our financial system more important than currency,
more important goal, and that is the confidence of the people”.91
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia
dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif
dan efisien. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan
hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik
Negara Indonesia misalnya telah mengalami babak baru dalam sejarah Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang-
undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 15 Januari 2004. Undang-undang ini
memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen
dan bebas dari campur tangan Pemerintah ataupun pihak lainnya.
Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai
otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya
sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan
mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari
pihak manapun juga.
91 Diucapkan pada tanggal 12 Maret 1933 sewaktu mengumumkan berakhirnya bank holiday
akibat terjadinya krisis perbankan di Amerika Serikat.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia
dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.
Bank merupakan institusi kepercayaan. Di institusi itu, masyarakat
menyimpan dananya untuk kemudian disalurkan dalam bentuk kredit. Peran institusi
perbankan begitu penting. Tidak heran bila otoritas perbankan membuat berbagai
rambu untuk perbankan. Bahkan, regulasi di sektor perbankan terbilang paling
lengkap dibandingkan dengan institusi keuangan lain. Hal itu wajar. Sebab, jika
perbankan mengalami permasalahan, dampaknya akan dirasakan sektor lain, seperti
dunia usaha, yang akhirnya akan berpengaruh pula pada perekonomian negara.
Karena itu, institusi perbankan mesti dikelola secara hati-hati (prudent) oleh
manajemen yang profesional, berdedikasi tinggi, dan dijalankan secara jujur. Bila
tidak, kepercayaan nasabah terhadap bank bersangkutan akan berkurang.
Kedudukan Bank Indonesia sebagai badan hukum oleh undang-undang diakui
secara tegas. Begitu juga halnya dengan independensi Bank Indonesia secara tegas
diakui pula oleh undang-undang. Bahkan Undang-Undang Dasar 1945 setelah
amandemen keempat, menyatakan, “Negara memiliki satu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan
undang-undang”.92
92 Pasal 23 D Undang-Undang Dasar 1945.
Oleh undang-undang diakui pula kedudukan Bank Indonesia
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
sebagai badan hukum93 dan Bank Indonesia diberi kewenangan untuk mengelola
kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Akan
tetapi menurut Bagir Manan, “Bank Indonesia sebagai badan hukum menjadi ganjil
kalau dihubungkan dengan Bank Indonesia sebagai lembaga negara. Sebagai lembaga
negara, Bank Indonesia adalah organ penyelenggara organisasi negara. Negaralah
yang merupakan badan hukum, bukan organnya”.94
Adapun dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik Bank Indonesia
berwenang menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas
kewenangannya,
95 sebab menurut Bagir Manan, “sebagai badan hukum publik, Bank
Indonesia selain melakukan fungsi publik, tetap dapat menjalankan fungsi
keperdataan”,96 dalam arti bisa menjadi pihak. Sehingga dengan kedudukan sebagai
badan hukum ini, Bank Indonesia selain sebagai otoritas yang mempunyai
kewenangan dalam membuat keputusan, Bank Indonesia juga dapat mempunyai
standar dan pedoman tersendiri dalam memberikan kemudahan dan memberikan
pembatasan dalam lingkup wewenangnya seperti dalam hal Bundesbank menurut
Stern, “…it’s designation as an authority is aplicable only to a very restricted
extent”,97
93 Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. 94 Bagir Manan ,“ Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral“ ( Monograph,2000)
hal. 8. 95 Penjelasan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo penjelasan Pasal 4
ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. 96Bagir Manan : 2000, Op. Cit, hlm 9. 97Klaus Stern , The Note-Issuing Bank within the State Structure, in Deutsche Bundesbank
(ed): Fifty Years of the Deutsche Mark, Central Bank and the Currency in Gemany since 1948,( Oxford University Press,1999) hlm 110.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Dalam melihat Bank Indonesia sebagai badan hukum jika dihubungkan
dengan teori principal-agent, maka Bank Indonesia dalam menjalankan fungsinya
harus dilihat sebagai lembaga yang terpisah dari pemerintah. Dengan independensi
yang diberikan oleh undang-undang, Bank Indonesia bebas dari campur tangan
pemerintah, meskipun dalam penjelasan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004, tidak ditegaskan lagi bahwa Bank Indonesia sebagai lembaga negara
yang independen di bidang tugasnya berada di luar pemerintahan dan lembaga lain,
sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999. Selain itu harus pula disandarkan kepada ide dan philoshopy yang melatar
belakangi ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya ketentuan Pasal 23 yang
mengatur keuangan yang diatur dalam satu kerangka kesatuan antar pemerintah dan
Bank Indonesia. Dengan demikian, maka kedudukan Bank Indonesia sebagai badan
hukum harus dilihat dan diartikan sebagai bagian yang pada hakekatnya tidak
terpisahkan dari pemerintah terutama dalam hal pengaturan keuangan negara. Kalau
merujuk kepada Bundesbank sebagaimana dikemukakan oleh Klaus Stern, maka
pernyataan pada Bundesbank Act, “…Federal corporation under public law” adalah
merupakan pernyataan bahwa Bundesbank sebagai bagian dari eksekutif.98
98 Ibid.
Hal ini
semakin tegas lagi kalau dihubungkan dengan ketentuan yang mengatur hubungan
Bank Indonesia dan pemerintah sebagaimana diatur oleh Bab VIII yaitu dari Pasal 52
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
sampai dengan Pasal 56, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2004.
Akan tetapi oleh Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Bank Indonesia,
kepada Bank Indonesia diberikan independensi dan independensi ini harus dilihat
hanya terbatas dalam menetapkan kebijakan moneter. Sebagaimana dikemukakan
oleh Miller, tujuan menempatkan bank sentral yang independen dengan maksud agar
kebijakan moneter yang ditetapkan adalah kebijakan yang ditetapkan untuk jangka
panjang dan terlepas dari pengaruh dan tekanan politik jangka pendek.99
Sehingga terpisahnya fungsi Bank Indonesia dari pemerintah harus dilihat
sebagai pemisahan fungsi sebagaimana dikemukakan oleh Barber.
100 Di sini fungsi
Bank Indonesia adalah menjalankan kebijakan moneter, mengingat Bank Indonesia
lebih berpengalaman dan keahlian dalam masalah moneter. Hal ini sejalan dengan
pemikiran seperti yang dikemukakan oleh Lastra dan Miller, bahwa dalam
menjalankan kebijakan moneter ini, bank sentral secara tehnis dianggap lebih
mempunyai pengalaman dan keahlian dibandingkan dengan pemerintah, sebagaimana
pengadilan dianggap lebih mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan
interpretasi terhadap hukum.101
99 Geoffrey P. Miller, “An Interest-Group Theory of Central Bank Independence, Journal of
Legal Studies, vol. XXVII, 433-453, 1998 hal. 449. 100 N.W. Barber, “Prelude to the Separation of Powers, C.L.J., 60 (1), March 2001, 59-88, hal.
73. 101 Rosa Maria Lastra and Geoffrey P. Miller, Central Bank Independence in Ordinary and
Extraordinary Times dalam Jan Kleinman (ed), Central Bank Independence, The Economic Foundations, the Constitutional Implications and Democratic Accoutability, Kluwer International 2001, hal.40.
Atau seperti juga dikatakan oleh Arend Lijphart,
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
“Central banks are key governmental institutions that, compared with the other main
organs of government,….”102 Sehingga mandat yang diterima oleh Bank Indonesia
harus dianggap sama dengan mandat yang diterima oleh lembaga peradilan
sebagaimana dikemukakan oleh Wood, Mills dan Capie.103 Artinya Bank Indonesia
akan membuat keputusan-keputusan secara independen sesuai dengan wewenang
yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, maka keputusan Bank
Indonesia yang dianggap tidak populer tidak dapat dijadikan alasan oleh pemerintah
untuk menyatakan Bank Indonesia telah keliru dalam mengambil keputusan,
sebagaimana pemerintah tidak dapat mempersalahkan lembaga peradilan yang
membuat keputusan yang tidak populer.104 Ini dapat bermakna sebagaimana
dikemukakan oleh Sparve, jika bank sentral menetapkan satu keputusan yang keliru,
maka kebijakan itu yang seharusnya diubah, bukan independensi bank sentralnya
yang dihilangkan.105
Semangat penerapan Good Corporate Governance (GCG) di kalangan
perbankan mulai marak setelah industri perbankan dilanda krisis. Banyak kalangan
sepakat bahwa salah satu penyebab rusaknya perekonomian adalah rapuhnya
perbankan nasional. Ketika itu, pengelolaan perbankan tidak dilakukan dengan
102 Arend Lijphart, Patterns of Democracy, Yale University Press 1999, hal. 232. 103 Geoffrey E. Wood, Terence C. Mills, Forrest H. Capie, “Central Bank Independence:
What is It and What Will It Do For Us”?, Institute of Economic Affairs,1993, hal. 11. 104 Robert Sparve , Supervisory Boards in Some Central Banks, Paper Contribution to the IMF
Seminar on Current Developments in Monetary and Financial Law, Washington D.C., May 7-17 2002, hal. 9.
105 Loc. cit.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
prinsip kehati-hatian. Padahal, istilah prudential banking (prinsip kehati-hatian) sudah
lama dikenal. Tapi, memang, penerapannya masih jauh dari harapan.106
Dalam Pedoman GCG Perbankan Indonesia yang dikeluarkan Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance disebutkan bahwa sebagai lembaga
kepercayaan, dalam operasionalnya, bank harus menganut prinsip keterbukaan
(transparancy), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility),
keobjektifan dalam pengambilan keputusan (independency), serta kewajaran
(fairness). Untuk memenuhi lima prinsip tersebut, dalam aspek keterbukaan, bank
harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, jelas, akurat, dapat
dibandingkan, serta mudah diakses stakeholders sesuai dengan haknya.
Kesadaran tersebut muncul karena sebelum krisis, penerapan prinsip GCG
belum disadari sepenuhnya oleh kalangan perbankan. Padahal, perbankan merupakan
lembaga intermediasi yang memiliki karakteristik berbeda dengan perusahaan lain
pada umumnya. Sebab, dalam operasionalnya, bank menghadapi banyak risiko, yakni
risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko reputasi. Kondisi ini
merupakan salah satu hal yang menyebabkan perbankan perlu mengimplentasikan
GCG.
107
B. Jenis-Jenis Kreditur Bank
106 Burhanuddin Abadullah, op.cit hlm 267
107 http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0404/14/finansial/969532.htm diakses 27.02.2009
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Secara teoretis, kreditor dapat dibedakan menjadi dua kelompok: Pertama,
kreditor dengan jaminan (secured creditor) yang terdiri dari pemegang hak gadai dan
atau fidusia (jaminan benda bergerak), serta pemegang hak tanggungan dan atau
hipotek (jaminan benda tidak bergerak); Kedua, kreditor tanpa jaminan (unsecured
creditor) yang dapat memiliki hak istimewa (baik umum, maupun khusus) ataupun
tidak.108
Dalam proses kepailitan sendiri, dikenal tiga macam kreditor, yaitu kreditor
separatis, kreditor preferen dan kreditor konkuren.
109 Pembedaan menurut UU No. 37
Tahun 2004, berhubungan dengan posisi kreditor bersangkutan dalam proses
pembagian harta pailit. Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya atau kreditor dengan jaminan,
disebut kreditor separatis, karena, berdasarkan Pasal 55 Ayat 1 UU No. 37 Tahun
2004,110
108 Sentosa Sembiring , Hukum Kepailitan Dan Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Kepailitan (Bandung: Nuansa Aulia, 2006) hlm17,18
109 Lihat juga penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU No. 37/2004: ”Yang dimaksud dengan “Kreditor” dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta Debitor dan haknya untuk didahulukan.”
110 Pasal 55 ayat (1) UU No. 37/2004: ”Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan.”
kreditor tersebut berwenang untuk mengeksekusi haknya seolah-olah tidak
terjadi kepailitan. Separatis di sini berarti terpisahnya hak eksekusi atas benda-benda
yang dijaminkan dari harta yang dimiliki debitor yang dipailitkan. Dengan begitu,
kreditor separatis mendapatkan posisi paling utama dalam proses kepailitan,
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
sehubungan dengan hak atas kebendaan yang dijaminkan untuk piutangnya.
Sepanjang nilai piutang yang diberikan oleh kreditor separatis tidak jauh melampaui
nilai benda yang dijaminkan dan kreditor berkuasa atas benda itu, maka proses
kepailitan tidak akan banyak berpengaruh pada pemenuhan pembayaran piutang
kreditor tersebut. Apalagi, kalau pembayaran cicilan utang secara berkala juga telah
dipenuhi oleh debitor.
Menurut UU No. 37 Tahun 2004, apabila kuasa atas benda yang dijaminkan
ada pada debitor pailit atau pada kurator, maka hak eksekusi terpisah tersebut di atas,
ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 hari sejak pernyataan pailit
dijatuhkan (Pasal 56 Ayat 1). Sedang apabila nilai eksekusi benda tertentu tersebut
ternyata tidak cukup untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis dapat
meminta dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk menagih sisa
piutangnya.111
Demi kepastian hukum, hak eksekusi langsung yang dimiliki oleh kreditor
separatis hanya bisa digunakan dalam jangka waktu 2 bulan setelah terjadinya
keadaan insolvensi.
112 Setelah lewat jangka waktu tersebut, eksekusi hanya dapat
dilakukan oleh kurator, meskipun hak yang dimiliki kreditor separatis (sebagai
kreditor dengan jaminan) tidak berkurang.113
111 Pasal 138 jo. pasal 189 ayat 5 UU No. 37/2004. 112 Pasal 59 ayat 1 UU No. 37/2004. 113 Pasal 59 ayat 2 UU No. 37/2004.
Perbedaan proses eksekusi tersebut akan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
berakibat pada perlu tidaknya pembayaran biaya kepailitan dari hasil penjualan benda
yang dijaminkan.114
Kreditor konkuren atau kreditor biasa adalah kreditor pada umumnya (tanpa
hak jaminan kebendaan atau hak istimewa). Menurut KUH Perdata, mereka memiliki
kedudukan yang setara dan memiliki hak yang seimbang (proporsional) atas piutang-
Kreditor preferen berarti kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak
prioritas. UU No. 37 Tahun 2004 memakai istilah hak-hak istimewa, sebagaimana
diatur di dalam KUH Perdata. Hak istimewa mengandung arti “hak yang oleh
undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi
daripada orang berpiutang lainnya”.
Menurut KUH Perdata, ada dua jenis hak istimewa, yaitu hak istimewa khusus
(Pasal 1139) dan hak istimewa umum (Pasal 1149). Hak istimewa khusus berarti hak
istimewa yang menyangkut benda-benda tertentu, sedang hak istimewa umum
menyangkut seluruh benda. Sesuai dengan ketentuan KUH Perdata pula, hak
istimewa khusus didahulukan atas hak istimewa umum (Pasal 1138).
Meskipun memiliki keistimewaan dibanding hak-hak yang dimiliki orang
berpiutang pada umumnya, posisi pemegang hak istimewa pada dasarnya masih
berada di bawah pemegang hak gadai atau hipotek sehubungan dengan benda-benda
yang dijaminkan. Ada beberapa pengecualian untuk urutan tersebut, seperti misalnya,
biaya-biaya perkara atau tagihan pajak.
114 Pasal 191 UU No. 37/2004.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
piutang mereka.115
Sebagian praktisi hukum kepailitan berpendirian bahwa hak eksekusi kreditor
separatis dimulai sejak debitor pailit dinyatakan dalam keadaan insolvensi
Ketentuan tersebut juga dinamakan prinsip “paritas creditorium”.
Sehingga dapat disimpulkan, posisi pemegang hak jaminan kebendaan (kreditor
separatis) pada dasarnya lebih tinggi dari pemegang hak istimewa (kreditor preferen)
untuk benda-benda yang dijaminkan, dengan beberapa pengecualian, seperti biaya-
biaya perkara atau tagihan pajak. Sedang posisi dua jenis kreditor tersebut berada di
atas posisi kreditor konkuren atau kreditor biasa yang menunggu pembagian
pembayaran tagihan secara merata dari harta pailit menurut prinsip keseimbangan.
Apabila tagihan kreditor separatis ternyata lebih tinggi dari nilai piutang mereka,
maka mau tidak mau mereka harus menagih sisa piutangnya sebagai kreditor
konkuren. Dengan kata lain, posisi mereka menjadi di bawah posisi kreditor preferen.
Apabila dilihat sisi lain peranan kreditor dalam hal kepailitan yang terjadi di
Indonesia, jarang sekali ditemui kreditor separatis yang melaksanakan sendiri hak
eksekutorial terhadap jaminan kebendaan yang dimilikinya. Walaupun UU No. 37
tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(selanjutnya disebut UUK) memberikan peluang untuk itu, namun kenyataannya
tidak mudah diterapkan. Salah satu kendalanya adalah karena jangka waktu
pelaksanaan hak eksekutorial tersebut sampai saat ini masih menjadi perdebatan.
116
115 Pasal 1136 KUH Perdata.
hingga
116 Insolvensi dapat terjadi karena hal-hal; Berdasarkan pasal 178 (1), insolvensi terjadi karena: 1) dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan perdamaian; 2) rencana perdamaian yang
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
paling lambat 2 bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi. Artinya, kesempatan
kreditor separatis melaksanakan hak eksekutorialnya hanya 2 bulan117
Selama debitor pailit belum dinyatakan dalam keadaan insolvensi, maka
peluang tercapai perdamaian selalu terbuka. Dalam situasi yang demikian, rencana
perdamaian yang diajukan debitor pailit atau investor baru, menjadi tidak ada artinya
apabila kreditor separatis melaksanakan eksekusi terhadap jaminan kebendaan yang
dimilikinya. Apalagi jika benda yang dieksekusi merupakan modal vital si debitor
pailit untuk melaksanakan rencana perdamaian. Oleh karenanya, guna memperbesar
peluang terjadinya perdamaian dan untuk menghindari adanya kreditor separatis yang
menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan
kepentingan debitor atau para kreditor lainnya, maka hak eksekutorial kreditor
separatis terhadap jaminan kebendaan yang dimilikinya baru dapat dilaksanakan
setelah perdamaian tidak dimungkinkan lagi.
. Limitasi
jangka waktu ini, didasarkan pada penafsiran yang keliru, atau setidaknya
pemahaman yang sepotong, terhadap Pasal 59 ayat (1) UUK.
ditawarkan tidak diterima; 3) pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap; Berdasarkan pasal 175 (1) dan (2), insolvensi terjadi karena adanya pembatalan perdamaian sebagaimana dimaksud pasal 172 (1); Berdasarkan pasal 292 berikut penjelasannya, diatur bahwa suatu putusan pernyataan pailit yang diputuskan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 285, pasal 286 dan 291 mengakibatkan harta pailit debitor langsung berada dalam keadaan insolvensi. Namun demikian, belum jelas apakah suatu putusan pernyataan pailit yang diputuskan berdasarkan ketentuan pasal 230 (1) dan pasal 255 (6) UUK juga menyebabkan harta pailit debitor langsung berada dalam keadaan insolvensi. Mengenai hal tersebut akan dibahas dengan tulisan tersendiri.
117 Pendapat yang demikian penulis jumpai dalam beberapa diskusi, baik formal maupun informal, antara beberapa Kurator dan Pengurus. Selain itu, dapat dilihat dari pendapat Imam Nasima & Eryanto Nugroho (2008), “Pembayaran upah Buruh dalam Proses Kepailitan”, rubrik Kolom, Hukum Online, edisi Selasa, 26 Agustus 2008.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Ada dua implikasi dari penerapan Prinsip Structured Creditors. Pertama,
pengaturan tentang pengelompokan kreditor berdasarkan kelas masing-masing
kreditor. UUK mengklasifikasikan kreditor dalam 3 kelas, yaitu: a) Kreditor separatis
atau secured creditors; b) Kreditor preferen atau preferred creditors; c) Kreditor
konkuren atau unsecured creditors. Kedua, pengaturan tentang tata cara dan prioritas
penyelesaiannya.
Berdasarkan pasal 55 ayat (1) UUK, kreditor separatis tidak perlu khawatir
bilamana debitornya dinyatakan pailit oleh suatu putusan Pengadilan, karena ia dapat
melaksanakan hak eksekutorialnya sendiri seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Frasa
“seolah-olah tidak terjadi kepailitan”, tidak berarti bahwa benda yang diikat dengan
jaminan kebendaan tertentu menjadi kebal dari kepailitan (Bankruptcy Proof). Benda
tersebut tetap merupakan bagian dari harta pailit, namun kewenangan eksekusinya
diberikan kepada kreditor pemegang jaminan kebendaan tersebut. Inilah dasar
hubungan hukum antara hukum kepailitan dan hukum jaminan.
Perlindungan atas hak eksekutorial kreditor separatis telah ada sejak periode
Stb. 1905 Nomor 217 jo Stb. 1906 No. 348 tentang Faillissementsverordening
(selanjutnya disebut FV), sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat (1) dan (3)
FV118
118 Pasal 56 ayat (1) dan (3) FV, mengatur demikian: (1) Setiap berpiutang hipotik, yang telah
membuat janji sebagai tersebut dalam pasal 1178 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, begitu pula setiap pemegang gadai, dibolehkan melaksanakan hak-hak mereka, seolah-olah tiada kepailitan. (2) Begitupun setiap pemegang ikatan-panenan dibolehkan melaksanakan haknya, seolah-olah tiada kepailitan.”
. Pengaturan tersebut masih tetap diikuti dalam Perpu nomor 1 tahun 1998, UU
No. 4 tahun 1998, maupun UU No. 37 tahun 2004. Dari sini nampak jelas, para
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
pembentuk undang-undang kepailitan memberikan penghormatan yang cukup tinggi
terhadap eksistensi hukum jaminan, khususnya hak eksekutorial kreditor separatis.
Hak eksekutorial kreditor separatis untuk mengambil pelunasan piutangnya
dari barang agunan milik debitor tidak tak berakhir. Menilik dari sejarah hukum
kepailitan di Indonesia, keleluasaan kreditor separatis untuk melaksanakan hak
eksekutorial terhadap jaminan kebendaannya diberikan hingga jangka waktu 2 bulan
sesudah insolvensi dan dapat diperpanjang berdasarkan penetapan hakim
pengawas119
C. Peranan Kreditur Bank
.
Dalam dunia usaha investasi khususnya investasi di bank, peranan kreditur
sangat penting, sebagaimana yang diamanat dalam Undang-undang Perbankan bahwa
fungsi utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Sumber
dana utama Bank dalam melakukan operasionalnya selain modal sendiri tentunya
dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Penghimpunan dana masyarakat
dapat diperoleh berdasarkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga
perbankan secara menyeluruh.
Runtuhnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan sudah pernah dialami,
sehingga perbankan sangat kesulitan dana dan menyebabkan sangat mahalnya harga
119 Pasal 57 ayat (1) FV, dikutip sbb: “Si berpiutang hipotik dan si pemegang gadai, termaksud dalam pasal yang lalu, diharuskan melaksanakan hak mereka sebelum lewat waktu dua bulan, sesudah keadaan tak mampu membayar bermulai, dengan tak mengurangi kekuasaan Hakim Pengawas, untuk memperpanjang jangka waktu tersebut”.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
dana yang dibeli oleh perbankan. Pada akhirnya menyebabkan banyaknya bank-bank
yang merugi dan menggerus dana modalnya sendiri bahkan menjadi minus sehingga
terpaksa bank-bank tersebut ditutup. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat
bagi perbankan di Indonesia, merupakan salah satu tugas dari Bank Indonesia,
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan
Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia pasal 8 butir c.
Berdasarkan pengalaman buruk yang terjadi pada krisis moneter yang lalu,
diindikasikan bahwa secara fundamental kondisi perbankan di Indonesia sangat
lemah, maka Bank Indonesia telah menyusun cetak biru atau blue print yang
merupakan tatanan jangka panjang untuk memperkuat industri perbankan nasional
yang disebut Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Apabila API telah
diimplementasikan dengan baik, diharapkan akan ada bank nasional yang setidaknya
mampu menjadi regional champion. Agar upaya pencapaian visi dan tujuan API
menjadi fokus, jelas dan terarah, maka Bank Indonesia memformulasikan 6 pilar
utama sebagai sasaran yang ingin dicapai, yaitu :120
1. Struktur perbankan yang sehat dan mampu mendorong pembangunan ekonomi nasional dan berdaya saing internasional;
2. Sistem pengaturan yang efektif dan mampu mengantisipasi perkembangan pasar keuangan domestik dan internasional;
3. Sistem pengawasan bank yang independen dan efektif: 4. Penguatan kondisi internal industri perbankan; 5. Penciptaan dan penguatan infrastruktur pendukung industri perbankan; 6. Perlindungan dan pemberdayaan nasabah.
120 Burhanuddin Abdullah, op.cit hlm 213.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Sebagai lembaga perantara keuangan, Bank sangat membutuhkan para kreditur
untuk berperan dalam memaksimalkan usahanya. Sebab hampir seluruh dana
operasional suatu Bank diperoleh dari masyarakat sebagai kreditur Bank. Secara
umum telah diketahui bahwa kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah
bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai
financial intermediary berjalan dengan baik.121
Pertumbuhan sebuah bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana simpanan masyarakat baik skala kecil maupun
besar dengan masa pengendapan yang memadai. Tanpa dana yang cukup, bank tidak
dapat berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi sama sekali. Dana bank adalah uang
tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu
dapat diuangkan.
122 Dana-dana bank yang dipergunakan sebagai modal operasional,
bersumber dari modal sendiri, dana pinjaman dari luar, dana masyarakat.123
D. Perlindungan Hukum Terhadap kreditur Bank
Dengan
demikian dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan (dalam hal ini
dikategorikan sebagai pihak kreditur), sangat berperan dalam mendukung operasional
perbankan.
Kepercayaan masyarakat Indonesia kepada Perbankan jatuh ke titik terendah,
pada saat terjadinya likuidasi terhadap 16 bank pada tahun 1997. Masyarakat sangat
121 Muchdarsyah Sinungan, Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun 2000 (Jakarta, Rineka Cipta, 1994) hlm 155. 122 Ibid, hlm 159 123 Ibid, hlm 160
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
khawatir akan keamanan dan keselamatan dananya yang ada di Bank. Apakah dapat
ditarik atau dikembalikan secara utuh dari bank.
Keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank, karena semata-
mata dilandasi oleh kepercayaan yang tinggi bahwa uangnya akan diterima kembali
pada waktunya dan disertai imbalan berupa bunga. Sejarah menunjukkan, baik di
Indonesia maupun di negara-negara lain bahwa ada beberapa bank yang mengalami
kesulitan dan terpaksa ditutup sehingga merugikan masyarakat karena sebagian atau
bahkan seluruh dananya tidak dapat diperoleh kembali. 124
Kenyataan tersebut dapat menimbulkan pemikiran bagaimana menjaga
kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa
bank akan melindungi dananya dengan menyelenggarakan opersional bank dengan
sebaik-baiknya.
125
1. Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection);
Sebab dana masyarakat yang merupakan kreditur terbesar bank
mempunyai peran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Apabila dilihat struktur neraca bank dari sisi kredit/pasiva, maka kreditur bank
adalah seluruh pos-pos yang bersumber dari kegiatan bank berupa penghimpunan
dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, deposito berjangka dan
transaksi-transaksi lainnya yang berupa penghimpunan dana masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Perbankan Indonesia, hukum memberikan tempat bagi
nasabah untuk melindungi dirinya dengan cara:
124 Adrian Sutedi, op.cit 157 125 Muchdarsyah Sinungan, op.cit hlm 162
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
2. Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection).
Namun apabila diperhatikan Undang-undang Perbankan, perlindungan hukum kepada
kreditur hanyalah dilakukan secara implisit, akan tetapi, demi kelangsungan bank
sebagai suatu lembaga pada khususnya dan sistem perbankan pada umumnya,
perlindungan itu haruslah menjadi satu kesatuan yang utuh.126
Transaksi bank berupa penghimpunan dana tersebut apabila dilihat dari
kacamata hukum tunduk pada hukum penitipan yang diatur dalam KUH Perdata.
Berbicara tentang penghimpunan dana yang merupakan titipan masyarakat, tentunya
Bank Indonesia sebagai lembaga yang melakukan pembinaan dan pengawasan
guna menjaga kelangsungan usaha bank menetapkan ketentuan tentang kesehatan
bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas yang berhubungan dengan kinerja bank.
Disamping itu sebagai upaya preventif melindungi kepentingan bank atas risiko
kredit macet yang mungkin timbul, bank wajib melakukan analisis secara seksama
terhadap seluruh aspek usaha dan calon debitur, melakukan pengikatan jaminan
secara sempurna serta melakukan tindakan hukum dalam menyelesaikan kredit
macet. Bahkan tindakan pengamanan lainnya, misalnya bank sejak menerima barang
jaminan kredit dari nasabah atau penjamin telah mewajibkan kepada debitur untuk
mengasuransikannya kepada perusahaan asuransi kerugian yang dikehendaki oleh
Bank.
126 Adrian Sutedi, op.cit hlm158.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
masyarakat selaku nasabah adalah pihak yang menitipkan, dapat mengambil kembali
uang yang sama ketika ia menitipkan uang terdahulu, sedangkan bank tidak
berkewajiban untuk memberikan bunga/jasa kepada penitip. Akan tetapi tentang hal
ini dapat dikesampingkan dengan memperjanjikan secara tegas bahwa bank
memberikan bunga/jasa kepada sipenitip.
Dalam kaitan dengan perlindungan kepentingan-kepentingan nasabah dalam
kegiatan bank di bidang penghimpunan dana masyarakat, kiranya perlu dipikirkan
pembentukan suatu lembaga yang dapat menjamin bahwa dana masyarakat yang
disimpan pada bank terjamin pengembaliannya.127
1. Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan (Undang-undang No.10
tahun 1998 jo. Undang-undang No.7 tahun 1992)
Dengan demikian menurut sistem perbankan di Indonesia, perlindungan kepada
kreditur bank secara implisit (implicit deposit protection) diimplemtasikan dalam
bentuk :
2. Perlindungan yang dihasilkan dari pengawasan dan pembinaan yang efektif
yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
3. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai suatu lembaga pada
khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya.
4. Memelihara tingkat kesehatan bank.
127 Pada tanggal 22 September 2004, telah didirikan Lembaga Penjaminan Simpanan berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2004, yang menyebutkan fungsi dan tugasnya sebagaimana yang dicantumkan pada pasal 4, pasal 5, pasal 6 dan pasal 7
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
5. Menjalankan usaha dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian.
6. Melakukan pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah
7. Mengelola usaha secara transparan dan selalu menyajikan laporan risiko pada
nasabah. 128
Sedangkan perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection), yaitu
perlindungan yang diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin
simpanan masyarakat.
Apabila diteliti lebih jauh, secara filosofi bahwa perlindungan kepada
masyarakat penyimpan dana tidak dapat dipisahkan dengan upaya menjaga
kelangsungan bank sebagai lembaga pada khususnya sehingga pada akhirnya
menjaga dan melindungi sistem perbankan nasional. Bank yang tetap dapat menjaga
kelangsungan usahanya dan tetap tangguh menghadapi persaingan perbankan yang
semakin ketat dewasa ini adalah bank yang mampu menjaga tingkat kesehatannya
dengan baik. Suatu bank yang sehat dan tangguh otomatis dapat mengamankan dana
masyarakat yang berhasil dihimpunnya.
Disamping perlindungan terhadap nasabah melalui ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan pengawasan, pembinaan, tingkat kesehatan dan prinsip kehati-
hatian, dalam Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 jo No.7 Tahun 1992,
128 Adrian Sutedi, op.cit hlm 167
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
terdapat ketentuan-ketentuan lain yang mendukung upaya perlindungan terhadap
nasabah :
1. Pada proses pemberian kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan
yang telah diperjanjikan.
2. Merger, konsolidasi dan akuisisi bank wajib terlebih dahulu mendapat izin
dari Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
Dalam kejelasan yang mengatur merger, konsolidasi dan akuisisi bank
tersebut, dengan tegas dinyatakan pelaksanaannya tidak boleh merugikan
kepentingan nasabah.
3. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang
keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah, yang wajib dirahasiakan oleh
bank menurut kelaziman dunia perbankan, kecuali untuk kepentingan
perpajakan, peradilan dalam perkara pidana, dalam perkara perdata antara
bank dengan nasabahnya dan dalam rangka tukar menukar informasi antar
bank.
4. Ketentuan sanksi pidana dan administratif dalam Undang-undang Perbankan
ini jauh lebih berat dan lengkap dari undang-undang Perbankan yang lama.
Hal ini dimaksudkan untuk lebih terbentuknya ketaatan yang tinggi terhadap
undang-undang ini dalam rangka melindungi nasabahnya.129
129 Adrian Sutedi, op.cit hlm 169
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pada perlindungan hukum yang bersifat implisit, kreditur bank mendapat
perlindungan dari terjadinya kesalahan atau kelalaian yang terdapat pada bank yang
berakibat timbulnya tanggung jawab perdata yang berhubungan dengan kepengurusan
bank tersebut. Apabila kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi akibat pengurus
melakukan kegiatan diluar kewenangan yang telah diatur dalam anggaran dasar
perusahaan maka hal itu menjadi tanggung pribadi pengurus. Sedangkan apabila
tindakan pengurus telah sesuai dengan kewenangannya maka menjadi tanggung
jawab perusahaan. Pertanggungjawaban tersebut dapat dimintakan oleh para kreditur
berdasarkan ketentuan 1365 KUH Perdata. Dalam Peraturan Pemerintah No.25 Tahun
1999 ayat (2) huruf a disebutkan bahwa untuk memperoleh kembali dana yang
disimpannya termasuk bunganya, maka pada dasarnya nasabah merupakan pihak
konkuren yang mendapat perhatian pertama untuk dibayarkan dari penjualan harta
kekayaan bank yang ada, sehingga nasabah yang dirugikan oleh suatu bank yang
bermasalah dan dilikuidasi dapat meminta hak atas dananya dengan menggugat ke
pengadilan, baik secara class action maupun perorangan.130
1. Melalui penyerahan, yaitu proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan,
dan
Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
2. Melalui kepailitan formal berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus.
130 Adrian Sutedi, op.cit hlm 170
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal untuk melikuidir hutang, bagi
kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka
menerima lebih banyak. Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga
yang disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk menjual aktiva itu
baik di bawah tangan atau melalui lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada
kreditur secara pro-rata.
Sedangkan likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan yang
mempunyai tiga fungsi penting, yaitu melindungi kreditur dari kemungkinan
penipuan oleh debitur, pembagian aktiva debitur secara adil kepada para kreditur,
menghapuskan semua kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai
usaha baru tanpa harus dibebani hutang terdahulu. Pasal 54 ayat 1 Undang-undang
LPS menyebutkan: pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil
pencairan dan/atau penagihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 dilakukan
dengan urutan sebagai berikut :
a. Penggantian atas talangan pembayaran gaji pegawai yang terutang;
b. Penggantian atas pembayaran talangan pesangon pegawai;
c. Biaya pekara di pengadilan, biaya lelang yang terutang dan biaya operasional
kantor;
d. Biaya penyelamatan yang dikeluarkan LPS dan/atau pembayaran atas klaim
Penjaminan yang harus dibayarkan oleh LPS;
e. Pajak yang terutang;
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
f. Bagian simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dibayarkan
penjaminannya dan simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dijamin;
dan
g. Hak dari kreditur lainnya;.
Dana masyarakat yang disimpan pada bank berdasarkan perjanjian apakah itu
perjanjian membuka rekening giro, tabungan dan deposito yang pada intinya nasabah
dapat mengambilnya sewaktu-waktu atau dikembalikan bank dengan jangka waktu
tertentu dan bank memberikan imbalan bunga dan/atau jasa sehingga dapat
dikategorikan bahwa bank melakukan pinjaman dana kepada nasabah.
Nasabah/penyimpan sebagai kreditur dan bank sebagai debitur. Berdasarkan keadaan
ini dapat dikaji bagaimana keberadaan kreditur (nasabah/penyimpan) dalam KUH
Perdata.
Dalam Bab XIX KUH Perdata diatur tentang piutang-piutang yang
diistimewakan. Pasal 1131 menyebutkan : Segala kebendaan si berutang, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak , baik yang sudah ada maupun yang baru akan
ada dikemudian hari, menjadi tanggungan atas segala perikatannya perseorangan.
Kemudian pasal 1132 menyebutkan bahwa Kebendaan tersebut menjadi jaminan
bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan
benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya
piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan
yang syah untuk didahulukan. Pasal 1134 KUH Perdata menyatakan “ Hak istimewa
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
ialah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seseorang berpiutang
sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang yang berpiutang lainnya semata-mata
berdasarkan sifatnya piutang. Gadai dan hipotek adalah lebih tinggi dari pada hak
istimewa kecuali dalam hal-hal di mana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.
Dalam bagian ketiga tentang hak-hak istimewa atas semua benda-benda
bergerak pada umumnya, pada Pasal 1149 KUH Perdata, antara lain ditegaskan
bahwa piutang-piutang yang diistimewakan atas semua benda bergerak dan tidak
bergerak pada umumnya ialah yang disebutkan di bawah ini, piutang mana dilunasi
dari pendapatan penjualan benda-benda itu menurut aturan sebagai berikut :
1. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian
suatu warisan, biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek.
2. Biaya penguburan, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk
mengurangi jika biaya terlampau tinggi.
3. Semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan.
4. Upah para buruh selama tahun lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun
sedang berjalan, beserta kenaikan upah.
5. Piutang karena penyerahan baha-bahan makanan yang dilakukan kepada si
berutang beserta keluarganya, selama waktu enam bulan terakhir.
6. Piutang-piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun penghabisan
7. Piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang tertampu terhadap
sekalian wali dan pengampu mereka.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Apabila dikaitkan dengan seluruh ketentuan di atas, kelihatannya simpanan
nasabah tidaklah termasuk piutang yang diistimewakan, akan tetapi utang-piutang
biasa, yang berarti dalam penyelesaian kewajiban bank akan dibayarkan setelah
pemegang gadai dan hipotek. Akan tetapi biasanya, suatu bank yang dinyatakan
pailit, hartanya tidak cukup untuk membayarkan seluruh utangnya sehingga ada
kemungkinan seseorang yang mempunyai piutang tidak bisa mendapatkan kembali
uangnya.
Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ditentukan bahwa tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian itu. Apabila
pihak bank melakukan opersaionalnya secara tidak benar antara lain tidak
menjalankan prinsip kehati-hatian, sehingga merugikan deposan sebagai kreditur
bank, maka pihak bank tentunya harus mengganti uang yang dititipkan deposan
kepadanya.
Gagalnya suatu upaya penyelamatan sebuah bank, memaksa Bank Indonesia
mencabut izin operasi PT. Bank Global International Tbk pada 13 Januari 2005, dan
selanjutnya menempatkan bank tersebut dalam status likuidasi. Pencabutan izin Bank
Global kembali menempatkan Pemerintah Republik Indonesia dalam keadaan
dilematis. Pengalaman pahit ditutupnya 52 (lima puluh dua) bank umum belum
hilang sirna, telah terjadi 3 (tiga) kali penutupan bank, yaitu Bank Asiatic, Bank
Dagang Bali dan terakhir adalah Bank Global. Pemerintah kembali dibuat pusing,
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
dikarenakan Program Penjaminan Pemerintah, yang sedianya akan segera diakhiri,
harus kembali berperan guna menjamin simpanan nasabah.
Para nasabah yang tidak masuk dalam kriteria Program Penjaminan mencoba
mencari jalan guna mendapatkan haknya kembali, dan salah satunya adalah dengan
suatu upaya hukum kepailitan. Tentu saja dengan harapan, apabila bank yang saat ini
dalam status dilikuidasi dapat diubah statusnya menjadi pailit, maka tim likuidasi
yang dibentuk dan diawasi oleh Bank Indonesia menjadi tidak bergigi dan perannya
digantikan oleh kurator dan hakim pengawas.
Salah satu kasus yang terbaru dan masih hangat dalam ingatan kita adalah
upaya hukum kepailitan yang diajukan oleh sebagian nasabah Bank Global yang tidak
dijamin berdasarkan Program Penjaminan Pemerintah merupakan suatu peristiwa
hukum yang langka dan menarik untuk disimak. Pada tingkat pertama, hakim
kepailitan tidak mengabulkan permohonan pailit yang diajukan, dan di tingkat kasasi,
hakim Mahkamah Agung kembali tidak mengabulkan permohonan kasasi kepailitan
yang diajukan oleh nasabah. Saat ini kasus telah diajukan Peninjauan Kembali oleh
nasabah yang bersangkutan, dan masih dalam pemeriksaan oleh Mahkamah Agung.
Menarik untuk dibicarakan bahwa, pemohon pailit menyampaikan argumen
kepada majelis hakim Pengadilan Niaga, bahwa PT. Bank Global International Tbk
(Dalam Likuidasi) sudah bukan bank, alias sudah menjadi suatu perseroan terbatas,
dikarenakan izin operasi sebagai bank sudah dicabut oleh Bank Indonesia. Argumen
pemohon pailit juga dikuatkan oleh beberapa saksi ahli dalam bidang hukum, seperti
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Prof. DR. Erman Rajaguguk SH, mengatakan bahwa status sebagai bank sudah tidak
melekat kembali pada Bank Global karena sudah dicabut izin operasionalnya oleh
Bank Indonesia. Lebih jauh lagi, Prof. DR. Erman Rajaguguk juga menambahkan
bahwa Rezim Undang-undang Perbankan berlaku pada waktu bank itu masih
beroperasi belum dicabut izin usahanya namun kalau sudah dicabut izin usahanya
menjadi PT dalam likuidasi yang tunduk pada rezim kepailitan, dan Pasal 1 angka 11
UU Kepailitan dan PKPU juga termasuk untuk bank dalam likuidasi.
Namun demikian, pada saat didengarkan kesaksian Saksi Ahli Ibu Ratnawati
W. Prasodjo, SH yang merupakan salah satu orang pembuat Undang-undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU tidak sependapat dengan Prof. DR.
Erman Rajaguguk. Ibu Ratnawati mengatakan secara tegas bahwa dilihat secara
interpretasi historikal, Pasal 1 angka 11 UU Kepailitan dan PKPU tidak
diperuntukkan bagi bank dalam likuidasi. Dalam pendapatnya lebih lanjut, Ibu
Ratnawati juga menegaskan bahwa secara yuridis positif, dan merupakan ketentuan
yang lex specialis derogat legi generali, berlaku Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan juncto Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Syarat, Tata Cara Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan likuidasi Bank.
Sehingga dengan demikian, khusus suatu Bank, koridor hukum yang digunakan
adalah koridor likuidasi bank menurut UU Bidang Perbankan, bukan kepailitan.131
131 Dirangkum dan disarikan berdasarkan bahan dari
http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=17876&cl=berita diakses tanggal 21 Mei 2009.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Bagaimanapun, khusus bank, berlaku secara lex specialis derogat legi
generali, yang berlaku adalah koridor hukum mengenai perbankan. Mengapa
demikian, karena bank merupakan suatu badan usaha khusus untuk menarik dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Selain hal tersebut patut
juga diingat, bahwa untuk suatu perseroan terbatas, selain berlaku UU PT, juga
berlaku peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai keberadaan
dan jalannya perseroan terbatas dimaksud. Dengan demikian, suatu perseroan terbatas
yang merupakan bank, akan tetap berstatus sebagai bank walaupun sudah dilikuidasi,
dan berlaku koridor hukum dibidang perbankan.
BAB IV
PELAKSANAAN REKAPITALISASI PT.BANK SUMUT
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
A. Program Rekapitalisasi Perbankan
Krisis moneter yang terjadi seperti yang telah disebutkan pada bab
pendahuluan di depan menyebabkan menurunnya kemampuan sektor dunia usaha
yang tercermin dari melemahnya kemampuan para pengusaha yang sebahagian besar
merupakan debitur Bank untuk memenuhi kewajibannya kepada Bank. Sehingga
terjadi peningkatan jumlah Non-Performing Loans (NPLs) di Bank, yang akhirnya
mengakibatkan kualitas asset Bank juga semakin memburuk. Pada saat kondisi NPLs
yang bertambah meningkat tersebut, dapat dipastikan bahwa Bank tidak akan mampu
memperoleh pendapatan yang optimal dan bahkan yang terjadi adalah kerugian Bank
yang semakin meningkat. Dengan demikian akibatnya modal bank akan terus tergerus
untuk menutupi kerugian yang dialami.
Fenomena diatas tidak hanya dialami oleh Bank Nasional, namun juga
dihadapi oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang secara spesifik keberadaannya
diperlukan untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi daerah, khususnya
melalui pengembangan usaha kecil dan menengah serta pelayanan jasa perbankan
masyarakat lokal.
Menyikapi bahwa krisis perbankan muncul antara lain diawali oleh rasa
kepercayaan masyarakat yang runtuh terhadap perbankan nasional maka pemerintah
berketetapan bahwa kebijakan awal untuk memulihkan kinerja perbankan adalah
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
melalui upaya-upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan nasional, baik di dalam negeri maupun luar negeri.132
Untuk itu, maka bank yang dinilai masih mempunyai prospek perlu dibantu
sedangkan yang sudah tidak mempunyai prospek lagi harus dihapuskan keberadaanya
dari sistem perbankan nasional. Guna mengetahui gambaran tersebut maka sejak
bulan Agustus 1998 hingga Desember 1998 Bank Indonesia dibantu oleh auditor
internasional melakukan due diligence terhadap setiap bank. Berdasarkan hasil due
diligence, perbankan nasional dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu bank kategori
A, B dan C. Bank kategori A adalah bank yang memiliki Capital Adequacy Ratio
(CAR) sebesar 4% atau lebih dan dinilai mampu hidup mandiri namun dengan tetap
memperoleh pembinaan dari Bank Indonesia. Bank kategori B dengan CAR antara
minus 25% sampai dengan kurang dari 4% adalah bank-bank yang mendapat
kesempatan mengikuti rekapitalisasi. Terakhir, bank kategori C yang memiliki CAR
Untuk mendukung upaya pemulihan kepercayaan masyarakat di atas,
pemerintah memandang bahwa intern perbankan sendiri perlu pula dipulihkan.
Berangkat dari pemikiran ini, pemerintah berketetapan untuk melaksanakan program
restrukturisasi perbankan yang bersifat menyeluruh. Tujuan program ini adalah
terciptanya sistem perbankan yang sehat yang didukung oleh individual-individual
bank yang sehat.
132 Buku Restrukturisasi Perbankan ( Jakarta: Bank Indonesia, 1999) hlm 6
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
kurang dari minus 25 % adalah bank-bank yang dinilai sudah tidak layak lagi untuk
beroperasi sehingga harus ditutup.133
1. Restorasi industri perbankan melalui langkah-langkah mengatasi dampak krisis
yang meliputi pemulihan kepercayaan masyarakat dan kreditur, serta
Bertitik tolak dari keadaan ini dan menyadari pentingnya fungsi
perbankan dalam siklus aliran dana dan kegiatan investasi, maka pemerintah
memandang perlu untuk melakukan restrukturisasi terhadap perbankan nasional.
Restrukturisasi dilakukan melalui upaya-upaya penyehatan dan pemberdayaan
terhadap perbankan tersebut, yang akhirnya akan dapat memulihkan kinerja sektor
dunia usaha. Pemerintah membuat kebijakan penyehatan perbankan nasional yang
disebut dengan Program Rekapitalisasi bagi Bank yang memenuhi persyaratan dan
melakukan likuidasi terhadap Bank yang di nilai sudah tidak dapat diselamatkan.
Program Rekapitalisasi dilakukan dengan cara menerbitkan obligasi rekapitalisasi
yang lebih dikenal dengan nama Obligasi Rekap.
Dengan adanya Obligasi Rekap dimaksud maka perbankan nasional yang
menerimanya menjadi layak untuk terus beroperasi, karena tanpa adanya bantuan dari
pemerintah maka akan sangat banyak Bank nasional yang harus ditutup.
Dalam upaya mengatasi krisis perbankan nasional, Pemerintah dan Bank
Indonesia telah menggariskan suatu program restrukturisasi perbankan yang
mencakup :
133 Ibid, hlm 8
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
memberdayakan kembali Bank-Bank yang telah kehilangan daya namun masih
memiliki prospek.
2. Meningkatkan ketahanan sistem perbankan.
Seluruh rangkaian program tersebut di atas bertujuan untuk membangun kembali
sistem perbankan yang lebih sehat dan berdaya saing, sehingga mampu untuk
mendukung terciptanya stabilitas keuangan (financial stability).134
1. Sisi internal perbankan yang mencakup perbaikan kelembagaan, manajemen,
operasional dan keuangan ;
Dalam rangka mewujudkan stabilitas keuangan tersebut, diperlukan prasyarat
(necessary condition) berupa stabilitas politik dan makro ekonomi yang dapat
menstimulir iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan demikian tujuan dilakukannya restrukturisasi perbankan adalah untuk
memberdayakan kembali industri perbankan agar dapat menjalankan perannya
sebagai lembaga intermediasi keuangan, sehingga dapat mendukung upaya pemulihan
perekonomian nasional.
Program Restrukturisasi perbankan menuntut suatu langkah reformasi
perbankan dari :
2. Sisi eksternal perbankan, yang antara lain berupa pengembangan infrastruktur,
penyempurnaan peraturan dan pengawasan perbankan.
134 Ibid, hlm 4 (penjelasannya dikembangkan dari skema yang digambarkan)
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Implementasi program Rekapitalisasi pada dasarnya harus dipandang tidak
hanya terbatas pada upaya menyehatkan perbankan melalui penambahan modal.
Maksud terpenting dari program ini sebenarnya adalah mengupayakan agar Bank
yang terancam kelangsungan hidupnya dapat diselamatkan dan bahkan kemudian
dikembangkan menjadi Bank yang sehat dan kuat.
Sejalan dengan konsep diatas, maka Program Rekapitalisasi dengan dukungan
dana Pemerintah tersebut diharapkan hanya dilakukan untuk satu kali saja. Setiap
Bank Pembangunan Daerah yang diikut sertakan dalam Program Rekapitalisasi
dengan dukungan dana Pemerintah tersebut, tanpa terkecuali diwajibkan untuk
melakukan restrukturisasi intern pada masing-masing Bank, terutama menyangkut
kepengurusan, struktur organisasi, jenis kegiatan usaha,penataan jaringan kantor,
perbaikan sistem dan prosedur.135
B. Pelaksanaan Rekapitalisasi PT.Bank Sumut
Dengan demikian Program Restrukturisasi merupakan prasyarat bagi setiap
Bank untuk dapat mengikuti Program Rekapitalisasi dengan dukungan dana
Pemerintah, agar kondisi Bank tersebut setelah adanya penambahan modal dapat
dikembangkan lagi menjadi Bank yang kuat, sehat dan menguntungkan.
Searah dengan program rekapitalisasi pada bank umum, maka dengan program
ini ditujukan juga kepada Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang ada di setiap
135 Ibid, hlm 18
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
provinsi, agar dapat dikembangkan kembali menjadi bank yang sehat. Sejalan
dengan pemikiran ini, maka pemerintah menyatakan bersedia melakukan
rekapitalisasi terhadap seluruh BPD yang CAR-nya di bawah 8% tanpa
memperhitungkan status kategorinya. Namun sebelum itu, pada tahap awal kepada
Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II sebagai pemilik BPD telah diminta untuk
menyediakan seluruh dana rekapitalisasi (100%) sebagai tambahan modal mencapai
CAR 8%. Sampai dengan Maret 1999, terdapat 12 BPD yang memiliki CAR kurang
dari 8% sehingga diikutsertakan dalam program rekapitalisasi dengan jumlah modal
yang dibutuhkan Rp.1.538,1 milyar.136
Menurut hasil due deligence yang dilakukan oleh Bank Indonesia pertanggal
31 Maret 1999 kondisi CAR PT. Bank Sumut adalah minus 34,67% .
137 Berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah setiap Bank Pembangunan Daerah yang
memiliki CAR lebih kecil dari 8% harus mengikuti program rekapitalisasi dalam
rangka mengatasi kesulitan permodalan dan kelangsungan usahanya138
136 Ibid, hlm 17 137 Surat Bank Indonesia Medan No.32/2/UpwB2/AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi.. 138Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 135/KMK.017/1999 dan Gubernur Bank Indonesia No. 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah
.
Sejalan dengan hal tersebut maka Pemerintah Republik Indonesia memandang
perlu untuk melakukan penyertaan modal terhadap 12 Bank Pembangunan Daerah
termasuk Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Kewajiban bagi BPD yang mengikuti Program Rekapitalisasi dengan
dukungan dana Pemerintah untuk menyusun Program Restrukturisasi ditetapkan
dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Indonesia Nomor 135/KMK.017/1999 dan Nomor 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April
1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.
Pelaksanaan Program Rekapitalisasi ini harus diikuti dengan perubahan
bentuk hukum BPD dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas, yang wajib
dipenuhi paling lambat 1 (satu) minggu setelah Perjanjian Rekapitalisasi
ditandatangani.139
139 Ibid, pasal 3
Karena Perjanjian Rekapitalisasi BPD ditandatangani pada tanggal
7 Mei 1999 maka perubahan bentuk badan hukum selambat-lambatnya harus
dipenuhi tanggal 14 Mei 1999. Persyaratan perubahan bentuk badan hukum BPD
dapat dipenuhi berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
No.1 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah, dalam Bab II
pasal 2 menyebutkan bahwa bentuk hukum BPD dapat berupa salah satu dari : (a)
Perusahaan Daerah; (b) Perseroan Terbatas.
Dalam SKB tersebut juga ditetapkan bahwa pengurus BPD wajib menyusun
Program Restrukturisasi dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia segera
setelah Perjanjian Rekapitalisasi ditandatangani. Waktu penyampaian Program
Restrukturisasi tersebut ditetapkan selama 1 (satu) bulan sejak Perjanjian
Rekapitalisasi ditandatangani, yakni tanggal 7 Juni 1999.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pemenuhan persyaratan yang diatur dalam perjanjian tersebut, ditetapkan
dalam waktu yang ditetapkan sangat singkat, dilakukan sebagai upaya menekan bank-
bank peserta rekapitalisasi agar bekerja cepat dan serius. Mengingat situasi dan
kondisi moneter pada saat itu yang sangat cepat berubah dalam hitungan hari bahkan
jam. Proses pembuatan program restrukturisasi dan perubahan badan hukum
sebenarnya sudah dilakukan persiapannya jauh hari sebelum ditandatanganinya
perjanjian rekapitalisasi sehingga tidak menjadi kendala dalam memenuhinya. Hal
tersebut dilakukan segera setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun
1998 tanggal 31 Desember 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum dan
No.4 Tahun 1999 tanggal 18 Januari 1999, tentang Penyertaan Modal Negara Ke
Dalam Modal Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan
Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Timur, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi
Utara, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, Bank Pembangunan Daerah
Nusa Tenggara Barat, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur, PT. Bank
Lippo tbk, Dan PT. Bank Sembada Artanugroho Dalam Rangka Program
Rekapitalisasi Bank Umum. Kemudian pada tanggal 16 April 1999, terbitlah
Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.2 Tahun 1999 tentang Perubahan
Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan
Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut tanggal 16 April 1999 dibuatlah Akte
Pendirian Peseroan Terbatas No.38 Tahun 1999 dari Notaris Alina Hanum Nasution
SH dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah
Nomor C-8224 HT.01.01.TH 99 tanggal 5 Mei 1999 serta telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Peraturan
Pemerintah No. 4 Tahun 1999 tersebut tidak jadi dipakai sebagai landasan hukum,
dengan terbitnya Peraturan Pemerintah yang baru yakni No.35 Tahun 1999 tanggal
24 Mei 1999. Dengan demikian Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera
Utara telah resmi berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 5 Mei 1999,
sebelum penandatanganan Perjanjian Rekapitalisasi.
Program Restrukturisasi tersebut baru dapat dilaksanakan oleh BPD setelah
mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Apabila Bank Indonesia belum dapat
menyetujui Program Restrukturisasi dimaksud, maka Bank Indonesia akan meminta
adanya perbaikan terhadap aspek-aspek yang akan disebutkan oleh Bank Indonesia,
sehingga memenuhi standar yang ditetapkan untuk dapat disetujui oleh Bank
Indonesia. Program Restrukturisasi yang sudah disetujui oleh Bank Indonesia harus
segera dilaksanakan oleh BPD dan harus sudah diselesaikan selambat-lambatnya 1
(satu) tahun setelah Perjanjian Rekapitalisasi atau pada tanggal 7 Mei 2000.
Program Restrukturisasi dapat disusun sepenuhnya oleh pengurus Bank
Pembangunan Daerah sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain ataupun
diserahkan sepenuhnya kepada konsultan.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Coverage atau cakupan objek yang perlu direstrukturisasi atau disempurnakan atau di tata kembali harus dituangkan dalam Program Restrukturisasi dan sekurang-kurangnya meliputi 5 (lima) aspek sebagai berikut : 1. Restrukturisasi kepengurusan BPD yang mengacu pada hasil penelitian Fit and
Proper Test yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 2. Merumuskan penataan kembali jenis-jenis kegiatan usaha BPD, termasuk
hubungan keuangan antara Pemerintah Daerah dengan BPD. 3. Restrukturisasi organisasi BPD yang mengacu pada rumusan baru yang terkait
dengan penilaian kembali jenis-jenis kegiatan usaha diatas serta rencana pencapaian hasil kinerja usaha (performance plan).
4. Merumuskan penataan kembali Kantor-Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu BPD.
5. Perbaikan sistem dan prosedur operasional (SOP)140
Untuk mengatasi kondisi keuangan PT.Bank Sumut adalah dengan melakukan
restrukturisasi kondisi keuangannya dengan mengikuti program rekapitalisasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Pelaksanaan program rekapitalisasi tersebut, menyangkut beberapa hal yakni :
1. Mengatasi Kecukupan Modal
Akibat terjadinya krisis moneter Indonesia sebagaimana telah disebutkan
diatas telah menyebabkan penurunan rasio modal PT. Bank Sumut yang cukup besar
bahkan hingga minus 34,67 %141
140Buku Petunjuk Teknis Penyusunan Program Restrukturisasi Bank Pembangunan Daerah (Jakarta:Bank Indonesia, 1999) hlm 5-7. 141 Tabel 2 yang merupakan lampiran dari Surat Bank Indonesia Cabang Medan No.32/2/UpwB2 /AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal Perhitungan kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi
. Berdasarkan hasil pertemuan antara Departemen
Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kehakiman dengan Bank
Indonesia pada tanggal 9 April 1999 di Bogor, telah diputuskan bahwa Program
Rekapitalisasi terhadap Bank Pembangunan Daerah akan dilaksanakan dengan dasar
perhitungan data Bank posisi neraca pertanggal 31 Maret 1999 dengan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
memperhitungkan koreksi yang dilakukan oleh pemeriksa termasuk kejadian-kejadian
setelah tanggal neraca (subsequent events).
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia terhadap Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Utara per posisi 31 Maret 1999, yang disampaikan melalui surat
Bank Indonesia Cabang Medan No.32/UpwB2/AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28
April 1999 Perihal : Perhitungan kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka
Program Rekapitalisasi diperoleh data Aktiva Produktif dan Agunan yang Dikuasai
serta Permodalan sebagai berikut :
a. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD)
oleh Bank masih mengalami kekurangan sebesar Rp. 203.338 juta
b. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah sebesar
minus 34,67%.
c. Kebutuhan modal Bank untuk mencapai KPMM sebesar 8% dan NPLs <
5 % adalah sejumlah Rp. 378.589 juta.
d. Kebutuhan penambahan modal yang harus disetor oleh pemilik Bank adalah
sebesar 20% x Rp. 378.589 juta = Rp. 75.718 juta
e. Kebutuhan penambahan modal oleh Pemerintah Pusat adalah sebesar
80% x Rp. 378.589 juta = Rp. 302.872 juta
Berdasarkan pertimbangan kondisi keuangan Pemerintah Propinsi Sumatera
Utara sebagai salah satu pemilik/pemegang saham dari PT. Bank Sumut pada waktu
itu tidak mampu untuk melakukan setoran modal sebesar 20% dari kekurangan modal
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
untuk mencapai rasio KPMM sebesar 8% tersebut, maka Gubernur Propinsi Sumatera
Utara pada tanggal 29 April 1999 telah mengajukan permohonan pinjaman
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 75.718 juta kepada Menteri
Keuangan Republik Indonesia.
Permohonan pinjaman sejumlah Rp. 75.718 juta untuk tambahan modal setor
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut dimaksud, mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan142
a. Jangka waktu pinjaman ditetapkan selama 5 (lima) tahun dengan masa
tenggang (grace period) selama 1(satu) tahun
dengan persyaratan antara lain:
b. Biaya administrasi pinjaman ditetapkan sebesar 11,5% (sebelas koma lima
perseratus) pertahun.
Sebagai tindak lanjut dari peminjaman tersebut, maka pada tanggal 7 Mei
1999 telah ditandatangani Perjanjian Pinjaman nomor RDI-355/DP3/1999 antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Pada
waktu yang bersamaan juga telah ditandatangani Perjanjian Rekapitalisasi antara
Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia dan PT.Bank Sumut dengan syarat
dan ketentuan antara lain sebagai berikut :
1. PT. Bank Sumut bersedia untuk ikut serta dalam Program Rekapitalisasi dan
untuk memperbaiki kondisi permodalan Bank diperlukan tambahan modal disetor
sebesar Rp. 378.589 juta untuk mencapai rasio KPMM sebesar 8 %. 142 Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-163/MK.17/1999 tanggal 6 Mei 1999
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara sebagai Pemegang Saham Pengendali
berkewajiban untuk melakukan setoran modal secara tunai sebesar Rp. 75.718
juta atau 20% dari kekurangan modal untuk mencapai rasio KPMM sebesar 8 %
3. Pemerintah Republik Indonesia ikut serta dalam permodalan PT. Bank Sumut
dengan penyetoran modal sebesar Rp. 302.871 juta atau 80% dari kekurangan
modal disetor.
4. PT. Bank Sumut berkewajiban mengalihkan secara hukum :
a. kredit yang tergolong macet
b. kredit yang semula tergolong macet namun telah direstrukturisasi
c. aset yang sudah dihapus bukukan yang menjadi milik Bank akibat dari
penyelesaian kredit, dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak
penandatanganan perjanjian kepada Assets Management Unit (AMU) di Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan nilai harga nihil.
d. Seluruh tagihan atas asset yang diserahkan kepada Assets Management Unit
tersebut ditampung pada rekening escrow BPPN dan hanya dapat
dipergunakan untuk mendivestasi saham Pemerintah Pusat.143
Ternyata pada saat pelaksanaan rekapitalisasi dengan tambahan modal sebesar
Rp. 378.589 juta tersebut, dana rekap masih mengalami kekurangan sebesar Rp.
143 Dirangkum dari beberapa ketentuan dalam Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Indonesia, Bank Indonesia dan BPD Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
320.215 juta, yang disebabkan belum diperhitungkannya PPAP kredit macet terdiri
dari :
- Kredit PT. Victor Jaya Raya Rp. 227.974 juta x 100% = Rp. 227.974 juta
- Lainnya
Rp. 320.215 juta
Rp. 93.173 juta x 99% = Rp. 92.241 juta
Kredit PT. Victor Jaya Raya (PT.VJR) di dalam perhitungan tambahan awal
Rekapitalisasi, nilai agunan dimasukkan sebagai faktor pengurang, sedangkan Kredit
Lainnya tersebut sebelumnya dikategorikan Lancar maka PPAP telah diperhitungkan
dalam Cadangan Umum 1 % (satu per seratus) sehingga kekurangannya 99 %
(sembilan puluh sembilan per seratus) dari baki debet. Kredit PT.VJR merupakan
debitur terbesar PT.Bank Sumut pada waktu yang digunakan untuk pembangunan
perumahan dan lapangan golf Royal Sumatera. Dalam rangka penyelamatan kredit
dan pengamanan aset-aset PT.VJR, PT.Bank Sumut melakukan pengambilalihan
seluruh saham PT.VJR. Menurut catatan pemeriksa Bank Indonesia, khusus debitur
atas nama PT.VJR memiliki agunan yang mempunyai nilai terbaru dari penilai
independen pada tanggal 24 Desember 1998, diketahui nilai sehat sebesar
Rp.325.621 juta, sehingga berdasarkan ketentuan dapat diperhitungkan maksimal
sebesar 70 % x Rp.325.621 juta menjadi Rp.227.934 juta. Nilai ini masih diatas
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
jumlah kredit PT.VJR, sehingga menurut ketentuan tidak diperlukan pembentukan
cadangan/penyisihan penghapusan aktiva produktif.144
Rekapitalisasi yang dilakukan ini adalah dengan mengundang pihak lain
dalam hal ini Pemerintah Pusat sebesar 80% dari kebutuhan untuk memperbaiki
kecukupan modal PT.Bank Sumut sehingga porsi kepemilikan Pemerintah Pusat pada
saat itu 65,82% (Rp.302.871 juta) sedangkan sisanya merupakan kepemilikan
Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan program
rekapitalisasi ini sebenarnya telah terjadi proses pengambilalihan suatu perusahaan.
Pengertian pengambilalihan (akuisisi) dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik
Indonesia adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambil alih, baik seluruh ataupun sebagian besar saham
perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut.
145
144 Tabel 1 yang merupakan lampiran dari Surat Bank Indonesia Cabang Medan No.32/2/Upw B2 /AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal Perhitungan kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi 145Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilaihan Perseroan Terbatas Pasal 1
Demikian pula PP No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank Pasal 1 menyebutkan akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan
suatu Bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Bank. Dalam
program rekapitalisasi terhadap PT.Bank Sumut, pemerintah tidak sepenuhnya
melakukan pengendalian terhadap Bank. Setiap program restrukturisasi yang harus
dilaksanakan secara bertahap, Pemerintah menunjuk Direktur Kepatuhan Bank untuk
memonitornya. Sepanjang PT.Bank Sumut tidak melakukan pelanggaran material
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
atas pelaksanaan program rekapitalisasi, secara jelas Pemerintah menyatakan tidak
ikut serta dalam pengelolaan kegiatan usaha PT.Bank Sumut dan tidak menggunakan
hak suaranya dalam pemilihan anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Jadi
Pemerintah melepaskan haknya sebagai pemegang saham mayoritas.146
2. Pengalihan Asset ke AMU-BPPN
Berdasarkan Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Republik Indonesia,
Bank Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara diatur bahwa BPD
wajib mengalihkan kredit/asset secara hukum dalam waktu selambat-lambatnya 3
(tiga) hari kerja sejak penandatanganan ini kepada Asset Management Unit (AMU) di
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan harga nihil, yaitu :
a. Kredit yang tergolong macet;
b. Kredit yang semula tergolong macet namun telah direstrukturisasi;
c. Asset yang sudah dihapusbukukan yang menjadi milik PT. Bank Sumut akibat
dari penyelesaian kredit, mengikuti dengan hasil due diligence dan segala
tambahannya (subsequent events) yang terjadi setelah tanggal due diligence.
Memenuhi Perjanjian Rekapitalisasi di atas, PT. Bank Sumut telah
melakukan pengalihan kredit macet posisi 31 Desember 1998 sebesar
Rp.321.111.463.624,- (tiga ratus dua puluh satu miliar seratus sebelas juta empat
146 Perjanjian Rekapitalisasi Antara Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999 Pasal 20.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh empat rupiah) kepada AMU-BPPN
pada tanggal 7 Mei 1999. 147
a. Pengawasan
Selanjutnya pada waktu yang bersamaan dilakukan Perjanjian Pengelolaan
Aktiva Sementara antara PT. Bank Sumut dengan BPPN dalam rangka penunjukan
PT. Bank Sumut sebagai Pengelola Aktiva Sementara yang bertindak untuk dan atas
nama BPPN. Jangka waktu pengelolaan berlaku untuk masa 6 (enam) bulan sejak
tanggal perjanjian, dengan ketentuan masa perjanjian secara otomatis diperpanjang
untuk periode 6 (enam) bulan berikutnya apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kalender
sebelum akhir masa perjanjian BPPN tidak memberitahukan secara tertulis.
Tujuan umum dari pengelolaan aktiva yang dilakukan bank adalah untuk
membantu BPPN guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari aktiva
tersebut.
Ruang lingkup pengelolaan asset/aktiva oleh PT. Bank Sumut terdiri dari :
1). Melakukan identifikasi terhadap seluruh debitur, mencakup:
keberadaan debitur secara hukum; kondisi jaminan yang diberikan
debitur; hal penting lainnya yang wajib diketahui secara umum dan
wajar oleh bank selaku pengelola.
2). Melakukan komunikasi dengan debitur tentang perkembangan
usahanya.
147 Perjanjian BPD Sumatera Utara dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengalihan Atas Piutang tanggal 7 Mei 1999.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
3). Melaksanakan segala upaya sesuai hukum yang berlaku untuk
memperoleh pengembalian hutang debitur.
4). Melaksanakan rencana penyelesaian hutang debitur yang telah
disetujui oleh BPPN.
b. Pengurusan
1). Memberitahukan tugas pengurusan yang dilakukan Bank kepada
debitur.
2). Mengirimkan secara periodik tagihan kepada debitur.
3). Menerima pembayaran dari debitur.
4). Melakukan pemutakhiran data piutang.
5). Melakukan pembayaran pajak, biaya, tagihan telah jatuh tempo yang
atas beban BPPN sesuai petunjuk teknis.
6). Melaporkan jumlah penerimaan yang berasal dari pembayaran debitur.
7). Memonitor dan melaporkan posisi hutang debitur kepada BPPN.
c. Penitipan
1). Menjaga keamanan, keutuhan dan kondisi dari dokumen, surat-surat
dan catatan berkaitan dengan piutang.
2). Menyediakan tempat yang terpisah dari dokumen dan barang-barang
lain milik bank.
3). Menyediakan tempat penitipan yang aman dan dalam kondisi baik.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
4). Menutup asuransi yang cukup atas risiko kerugian yang mungkin
timbul.
5). Menyimpan asli dokumen perkreditan di dalam khazanah.
6). Penitipan harus dilakukan sehingga memungkinkan untuk BPPN
melakukan pengecekan dan verifikasi dengan mudah dan cepat. 148
Hasil penagihan kredit dan penjualan asset setelah dikurangi biaya-biaya yang
dikeluarkan PT. Bank Sumut menjadi hak Pemegang Saham Pengendali dalam hal ini
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Hasil penagihan kredit di atas wajib digunakan
untuk membeli saham milik Pemerintah Pusat dengan harga sebesar harga pembelian
oleh Pemerintah untuk saham yang ditawarkan ditambah premi yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
149
Penyerahan tersebut menyertakan kredit PT. Victor Jaya Raya (PT.VJR),
sementara di dalam perhitungan tambahan Modal Rekapitalisasi tidak turut
Selanjutnya pada tanggal 14 Januari 2000 PT. Bank Sumut memperbaiki
kembali daftar penyerahan asset kepada AMU-BPPN posisi 31 Maret 1999 menjadi
sebesar Rp. 486.882 juta (empat ratus delapan puluh enam miliar delapan ratus
delapan puluh dua juta rupiah), dengan perincian kredit tergolong macet Rp.431.701
juta,eks kredit macet telah dihapusbuku Rp. 41.636 juta, dan rupa-rupa Aktiva
berupa agunan diambil alih Rp. 13.545 juta.
148 Perjanjian BPD Sumatera Utara dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengelolaan Aktiva Sementara, Jakarta tanggal 7 Mei 1999. 149 Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia No.53/KMK.017/1999 dan 31/12/KEP/GBI tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
diperhitungkan. Oleh karena tambahan dana rekapitalisasi tidak mungkin diajukan
lagi, maka PT.Bank Sumut mengusulkan untuk menyesuaikan asset yang diserahkan
dengan menarik kembali kredit PT. VJR. 150
b. Hapus Buku Atas Asset Yang Diserahkan ke AMU-BPPN
Berlandaskan dengan hasil pertemuan antara Bank Indonesia, Departemen
Keuangan Republik Indonesia, BPPN dan PT. Bank Sumut pada tanggal 29 Januari
2003 di Jakarta, maka pada tanggal 25 Februari 2003 PT. Bank Sumut memperbaiki
kembali daftar penyerahan asset kepada AMU-BPPN menjadi sebesar Rp. 247.219
juta (dua ratus empat puluh tujuh miliar dua ratus sembilan belas juta rupiah) yang
terdiri dari : kredit macet Rp. 192.038 juta, kredit macet yang telah dihapusbuku Rp.
41.636 juta, dan barang jaminan yang diambil alih Rp. 13.545 juta
Koreksi terbesar adalah dengan mengeluarkan PT. Victor Jaya Raya (PT.
VJR) dan selanjutnya dipindahbukukan dari perkiraan Pinjaman Yang Diberikan ke
perkiraan Rupa Rupa Aktiva-Agunan Yang Diambil Alih (RRA-AYDA) karena
sebelumnya telah diambil alih bank secara legal dengan membeli seluruh sahamnya
agar tidak terlalu membebani NPLs.
Sesuai dengan ketentuan hapus buku atas asset yang telah diserahkan ke
AMU-BPPN dilakukan bersamaan dengan pengalihan asset tersebut. Namun karena
tambahan modal ternyata kurang sebesar Rp. 320.215 juta maka hapus buku tidak
150 Wawancara dengan Staf Ahli Direksi PT.Bank Sumut pada tanggal 20 April 2009.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
dilakukan sekaligus. Apabila dilakukan sekaligus maka CAR akan minus kembali
sebesar - 28,09%.151
c. Rekening Escrow
Akhirnya hapus buku dilakukan secara bertahap pada tahun-tahun berikutnya
(data lampiran-7) sesuai dengan kemampuan keuangan untuk memenuhi ketentuan
NPLs maksimum 5% yaitu pada tahun 2000sebesar Rp.18.927juta, tahun 2001
sebesar Rp. 109.598 juta, dan terakhir tahun 2002 sebesar Rp.77.645 juta.
Pada saat Program Rekapitalisasi dilaksanakan, PT. Bank Sumut tidak mampu
untuk melaksanakan hapus buku terhadap kredit macet yang seharusnya telah
bersaldo nihil pada saat yang bersamaan dengan penyerahan kepada AMU-BPPN.
Oleh karenanya penerimaan setoran dari debitur macet yang telah diserahkan kepada
AMU-BPPN tetap dibukukan pada masing-masing rekening debitur yang
bersangkutan. Pembukuan ke rekening Escrow AMU-BPPN baru dilakukan setelah
kredit-kredit yang dimaksud dihapusbukukan.
Pembentukan rekening escrow AMU-BPPN dari hasil penagihan kredit macet
yang telah diserahkan kepada AMU-BPPN pada dasarnya membebani laba tahun
berjalan, karena harus melakukan write off kredit yang bersangkutan.
Hasil pengelolaan/penagihan asset PT. Bank Sumut yang telah diserahkan
kepada AMU-BPPN sejak tanggal 1 April 1999 sampai dengan 31 Desember 2002
sebesar Rp.87.764 juta (delapan puluh tujuh miliar tujuh ratus enam puluh empat juta
151 Hal ini disebabkan pada saat perhitungan dana kebutuhan rekapitalisasi posisi 31 Maret 2009 tidak memperhitungkan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) kredit kepada PT.VJR.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
rupiah) yang terdiri dari :kredit macet Rp. 63.604 juta, kredit macet yang telah
dihapusbuku Rp. 14.136 juta, dan hasil penjualan jaminan yang diambil alih Rp.
10.024 juta. Hasil pengelolaan/penagihan asset tersebut baru dilimpahkan ke
rekening AMU-BPPN (rekening escrow) pada PT. Bank Sumut tahun 2003.
d. Penyelesaian Kredit Bermasalah
Persoalan terbesar yang membuat kinerja keuangan PT. Bank Sumut terpuruk
dengan rugi yang sangat besar adalah karena beban kredit macet, oleh karenanya
perbaikan segera secara signifikan atas kinerja keuangan hanya dapat dilakukan
dengan menyelesaikan kredit bermasalah sekaligus melakukan ekspansi kredit.
Penyelesaian kredit bermasalah dilakukan secara terfokus dengan terlebih
dahulu mengidentifikasi setiap kredit bermasalah. Dari hasil identifikasi yang
dilakukan PT. Bank Sumut, maka penyelesaiannya tidak dapat dilakukan melalui
restrukturisasi kredit karena tidak memenuhi persyaratan. Dengan demikian
penyelesaian kredit bermasalah hanya dapat dilakukan dengan penyetoran yang justru
berdampak ganda. Disatu sisi langsung mengurangi NPLs, dan disisi lain tagihan
bunga akan menambah pendapatan bank serta setiap penerimaan setoran disalurkan
kembali ke kredit baru untuk sektor produktif yang mendatangkan hasil kepada bank.
Untuk efektifitasnya penyelesaian maka seluruh berkas debitur-debitur macet
yang tergolong besar ditarik ke Kantor Pusat untuk ditangani tim khusus Classified
Loan Committee (CLC) yang berada langsung di bawah pengawasan Direksi. Pejabat-
pejabat yang terkait dengan pemberian kredit macet dimaksud juga ditarik ke Kantor
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pusat dan dimasukkan sebagai anggota tim khusus sebagai bentuk pertanggung
jawaban dan dengan pertimbangan mereka lebih mengetahui kondisi kredit dan
debiturnya.
Penyelesaian dilakukan dengan berbagai pendekatan :
1. Kepada debitur / pemilik barang jaminan (PBJ) / keluarganya
Pendekatan ini dilakukan dengan mencari potensi debitur / PBJ atau
keluarganya untuk menyetor atau menebus agunan.
2. Barang Jaminan
Penjualan sendiri oleh debitur / PBJ atau di take over, atau pelelangan
melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
Masing-masing Tim diberikan target saetiap bulan dan tahun serta diwajibkan
membuat program kerja yang dievaluasi setiap minggu pada awal hari kerja.Hasil
penagihan CLC menunjukkan kinerja yang baik dan terus diupayakan bekerja
maksimal untuk menarik dan menyelesaikan kredit yang wanprestasi dalam
memenuhi kewajibannya.
Sebagaimana layaknya reorganisasi perusahaan, selain dilakukan reorganisasi
finansial yaitu dengan melakukan restrukurisasi dibidang keuangan, dibutuhkan juga
reorganisasi struktural dan yuridis yaitu dengan melakukan restrukturisasi
kepegurusan, kegiatan usaha, organisasi, image (citra) dan pelayanan.
1. Restrukturisasi Kepengurusan
Restrukturisasi pengurusan dilakukan dengan acara, yakni :
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
a. Dilakukan Fit and Proper oleh Bank Indonesia
b. Mengangkat seorang Direktur Kepatuhan
Fungsi Direktur Kepatuhan ada 2 (dua) yaitu :
a. Memantau pelaksanaan hal-hal yang tertuang dalam Perjanjian Rekapitalisasi
(termasuk performance plan);
b. Memantau dan memastikan bahwa setiap kebijaksanaan dan keputusan penting
yang diambil oleh pengurus PT. Bank Sumut tidak melanggar ketentuan kehati-
hatian (seperti ketentuan BMPK, ketentuan larangan pemberian kredit jenis-jenis
tertentu, larangan pembelian surat berharga komersial dan ketentuan yang
tertuang dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank). Apabila
menemukan atau mengetahui adanya kebijaksanaan/keputusan yang melanggar
ketentuan-ketentuan di atas maka Direktur Kepatuhan wajib melaporkan baik
lisan maupun tertulis kepada Bank Indonesia.
2. Restrukturisasi usaha
a. Inovasi dan Pengembangan Produk dan Jasa
1) Sejak tahun 2004 PT. Bank Sumut telah memiliki produk Tabungan Haji
dengan nama Tabungan Makbul yang terkoneksi dengan SISKOHAT
(Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) Departemen Agama Republik
Indonesia.
2) Sejak tahun 2005 menerimaan setoran pajak secara online .
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
3) Pada tahun 2005 PT. Bank Sumut juga telah mengoperasikan layanan
penerimaan pembayaran jasa telekomunikasi sistem Host to Host (H2H).
4) Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-
19/PB/2005 tanggal 9 Maret 2005 PT. Bank Sumut telah menjadi Bank
Operasional I (BO I) yang berarti PT. Bank Sumut telah menjadi Bank
mitra Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai
penyimpan uang negara untuk gaji dan non gaji.
5) Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Nomor Kep-10/PB/2005 tanggal 16 Februari 2005 PT. Bank Sumut
telah ditetapkan sebagai Bank Persepsi Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB).
6) Sejak tahun 2005 menjadi Service point pembayaran rekening listrik, air
dan telepon.
7) Pemberian layanan BPDNet Online sejak tahun 2007, dimana nasabah
dan walking customer dapat melakukan transfer uang keseluruh BPD di
Indonesia.
8) Pengembangan e-Channel Bank Sumut seperti SMS Banking, EDC dan
Kartu Prabayar pada tahun 2008.
9) Pada tahun 2008 melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah
dalam mengimplementasikan program Cash Management Sistem untuk
Pemerintah Daerah di seluruh Sumatera Utara.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
10) Kredit Peduli Usaha Mikro Sumut Sejahtera (KPUM Sumut Sejahtera),
yaitu pemberian kredit dalam jumlah relatif kecil kepada kaum
perempuan miskin secara kelompok (replikasi pola Grameen Bank),
Pilot Project tahun 2008 di Gunung Sitoli, dan rencana tahun 2009
dikembangkan ke beberapa daerah lainnya. Program ini bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat kecil untuk keluar dari garis kemiskinan
dan secara bertahap menjadi mandiri dan akhirnya akan menjadi pasar
potensial bagi pemberian kredit maupun sumber pendanaan.
b. Penggunaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada nasabah telah dioperasikan
mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) diseluruh Kantor Cabang PT. Bank
Sumut dan di tempat-tempat strategis lainnya. Untuk memperluas jaringan
pelayanan ATM tersebut, PT. Bank Sumut juga telah ikut bergabung dengan
beberapa Bank lain dalam pelayanan ATM Bersama. Sehingga nasabah PT.
Bank Sumut dapat menggunakan kartu ATM-nya pada sekitar 13.000 ATM
berlogo ATM Bersama di seluruh Indonesia baik untuk penarikan maupun
transfer/pemindahbukuan. Dalam rangka memberikan kemudahan kepada
nasabah, PT. Bank Sumut melalui jaringan ATM Bersama telah bekerja sama
dengan Malaysian Electronic Payment System (MEPS), sehingga sejak
Oktober 2005 pemegang kartu ATM PT.Bank Sumut telah dapat melakukan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
transaksi pada lebih dari 4.000 ATM di negara Malaysia yang berlogo
Bankcard.
Penambahan fitur-fitur baru ATM terus dilakukan sesuai dengan
perkembangan pasar dan teknologi seperti pembayaran tagihan telepon,
Speedy, PDAM dan pembelian voucher isi ulang Flexi serta pembayaran tiket
Garuda Indonesia melalui ATM.Penarikan tunai Kartu ATM Bank Sumut
telah ditingkatkan untuk kartu Silver maksimal sebesar Rp. 5 juta dan untuk
kartu Gold maksimal sebesar Rp. 10 juta.
c) Jaringan Kantor
Kemampuan Bank dalam meningkatkan kinerja keuangannya juga sangat
tergantung kepada jumlah jaringan kantor yang ada. Oleh karenanya PT.
Bank Sumut telah menambah jaringan kantor sampai ke daerah-daerah
Kecamatan di Propinsi Sumatera Utara, sekaligus untuk memperbesar share-
nya ditengah-tengah perbankan Sumatera Utara.
Pada tahun 2005 PT. Bank Sumut juga telah mengembangkan unit
operasionalnya ke luar daerah Propinsi Sumatera Utara, yaitu dengan
membuka satu Kantor Cabang Konvensional di Jakarta. Sampai dengan akhir
tahun 2008 PT. Bank Sumut telah memiliki 108 (seratus delapan) unit kantor
ditambah dengan 16 (enam belas) unit Kas Mobil dan jaringan pelayanan
ATM 79 (tujuh puluh sembilan) unit.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pada tahun 2008 Bank Sumut mendirikan unit kerja Sentra UMK, yang tugas
awalnya mengumpulkan dan membuat database pelaku UMK di Sumut. Dari data ini
dilakukan upaya pembinaan secara sistematis dan berkesinambungan, yaitu melalui
kegiatan pelatihan dan konsultasi agar dari segala aspek (teknis dan manajemen)
UMK semakin diberdayakan. Kegiatan pembinaan dan pemberdayaan UMK
dilakukan bekerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Asosiasi terkait UMKM
(Kadin, Forda UKM, UKM Center, dll) serta Akademisi.
d) Standar Pelayanan
Unsur terpenting di dalam pelayanan adalah manusia, yang juga merupakan
sumber daya utama atau asset yang paling berharga bagi perusahaan.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Bank Sumut No.357/DIR/DSDM-
TK/SK/2006 tanggal 1 Agustus 2006 tentang Standar Pelayanan Bank Sumut,
maka setiap Sumber Daya Manusia PT.Bank Sumut diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik yang berlaku seragam, sehingga para
nasabah dan mitra kerja merasakan pengalaman yang sama dimanapun
mereka berinteraksi dengan PT. Bank Sumut.
e) Penataan Lay out Kantor
Sejalan dengan penyempurnaan struktur organisasi dan penggunaan online
system secara real time, juga telah dilakukan penataan lay-out gedung kantor
PT. Bank Sumut, sehingga dengan perubahan lay-out tersebut pelayanan
kepada nasabah dapat semakin ditingkatkan.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
f) Perubahan Logo
Dalam rangka membangun citra baru PT. Bank Sumut kepada masyarakat
Sumatera Utara, telah dilakukan perubahan atas identitas perusahaan dalam
bentuk Logo baru pada tanggal 8 Mei 2003. Logo ini mencerminkan semangat
keterbukaan dalam menghadapi tantangan dan persaingan perbankan di era
globalisasi dengan menerapkan Good Corporate Governance dan untuk
memicu semangat kerja seluruh jajaran PT.Bank Sumut serta menunjukkan
adanya kemajuan.
3. Restrukturisasi Organisasi
a. Perumusan Visi, Misi dan Budaya Perusahaan
Untuk menentukan arah pengembangan dan pengelolaan PT. Bank Sumut ke
depan, pada tahun 2001 PT. Bank Sumut telah merumuskan kembali Visi, Misi,
Tujuan (Goal), Objective, Kebijakan (Policy), Strategi dan Corporate Culture dari
PT. Bank Sumut152
1 ) Visi, yaitu “Menjadi Bank andalan bagi membantu dan mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan daerah disegala bidang serta sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”.
, yaitu sebagai berikut :
2 ) Misi, yaitu mengelola dana Pemerintah dan Masyarakat secara professional yang
didasarkan pada prinsip-prinsip compliance.
3 ) Tujuan (Goal), yaitu menjadi Bank yang sehat.
152 Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Sumut Nomor 42/DK-BPDSU/SK/2001 tanggal 21 Nopember 2001
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
4 ) Objective, yaitu: CAMEL dan mencapai target Rekapitalisasi berupa : CAR ≥
8%, NPL ≤ 5%, CER ≤ 65% dan BMPK.
5 ) Kebijakan, yaitu mengembangkan dunia usaha secara umum, khususnya Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi.
6 ) Strategi, yaitu menjalankan usaha secara efisien dan produktif.
7 ) Budaya Perusahaan: Memberikan Pelayanan Terbaik untuk mendorong
perekonomian daerah.
b. Struktur Organisasi
Untuk lebih meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi
persaingan di dunia perbankan yang semakin kompetitif, telah dilakukan
penyempurnaan struktur organisasi yang lebih di titik beratkan kepada pelaksanaan
core-business Bank dan teknologi perbankan modern. Dengan struktur organisasi
yang baru diharapkan aspek pelayanan dan pemasaran dapat lebih ditingkatkan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja Bank.
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pada tahun 2006 PT.
Bank Sumut memiliki Sistem Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berbasis Kompetensi (Competency Based Human Resource Management System).
Dengan sistem tersebut, seluruh aktivitas manajemen SDM berorientasi pada
pengembangan dan pemanfaatan kompetensi pegawai. Tujuannya adalah agar setiap
pegawai memiliki kombinasi pengetahuan, kemampuan dan sikap yang unggul
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
sehingga setiap pegawai mampu melaksanakan pekerjaan yang telah dirancang bagi
dirinya untuk saat ini maupun dimasa mendatang.
Sistem tersebut juga mengatur pola perencanaan dan penempatan pegawai
berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Perencanaan SDM disusun dengan tujuan
memprediksi dan menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja pada saat ini dan masa
yang akan datang sesuai dengan kebutuhan dan rencana strategis pengembangan
perusahaan.
Berdasarkan perencanaan SDM tersebut, dilakukan proses rekruitmen dan
seleksi dengan bantuan konsultan SDM yang independen dan profesional sehingga
penerimaan pegawai bersifat objektif, transparan, efektif dan efisien. Proses seleksi
yang demikian menghasilkan calon pegawai yang berkualitas dan memenuhi
kualifikasi yang dibutuhkan.
d. Perbaikan Sistem Operasional Prosedur
Peningkatan kinerja keuangan perbankan dewasa ini sangat tergantung kepada
kemampuan Teknologi Sistem Informasi yang dipergunakannya. Dengan demikian
PT. Bank Sumut juga harus melakukan penyempurnaan terhadap Teknologi Sistem
Informasi nya agar tidak tertinggal dari Bank-Bank lain yang telah lebih dahulu
mempergunakannya.
Pada akhir tahun 2002 PT. Bank Sumut telah mengoperasikan sistem on-line
dengan menggunakan Online Integrated Banking System (Olib’s) diseluruh jaringan
kantor. Dengan diimplementasikannya Olib’s tersebut, maka nasabah PT. Bank
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Sumut telah dapat melakukan transaksi keuangannya berupa penyetoran dan
penarikan uang tunai serta pemindah bukuan diseluruh unit kantor PT. Bank Sumut
secara online real time.
Sejalan dengan perubahan teknologi yang digunakan, maka Standar
Operasional dan Prosedur baik atas setiap produk maupun pengambilan keputusan
disesuaikan dengan sistem. Hal ini ditujukan sebagai pedoman bagi pengguna (end
user) agar proses pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan akurat serta
memudahkan dalam pengawasannya.
C. Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Bank Sumut Pasca Restrukturisasi
Keuangan
Setelah PT.Bank Sumut menjalani program rekapitalisasi perbankan dan
mengikuti seluruh prosedur restrukturisasi yang secara taat mengikuti ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan dalam SKB, petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia serta perjanjian-perjanjian dengan BPPN, terlihat kinerja keuangan PT.
Bank Sumut semakin baik.
Hal ini terlihat setelah menjalankan Program Restrukturisasi Keuangan, pada
tahun pertama di tahun 2000 sudah mulai kembali berlaba sebesar Rp.10.329 juta.
Demikian tahun-tahun berikutnya menunjukkan perbaikan yang signifikan sehingga
pada tahun 2007 seluruh rasio keuangan PT. Bank Sumut telah mencapai bahkan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
melampaui benchmark dari Bank Indonesia sebagai bank yang benar-benar sehat
dengan data sebagai berikut :
Tabel 1 : Kinerja Keuangan PT.Bank Sumut
PERFORMANCE PT.BANK SUMUT (Rp.dalam jutaan)
CAR Benchmark Total Asset (Rp) NPLs Benchmark Laba (Rp) ROA Benchmark LDR Benchmark
1999 25.84% 8% 1,412,092 71.01% 5% (161.04) (0.11) 1.215% 66.61% 60%<LDR<95%2000 25.52% 8% 1,799,135 41.16% 5% 10.329 0.57% 1.215% 44.80% 60%<LDR<95%2001 27.79% 8% 2,729,752 12.88% 5% 20.548 0.88% 1.215% 40.50% 60%<LDR<95%2002 27.67% 8% 2,957,887 2.96% 5% 41.216 1.41% 1.215% 41.51% 60%<LDR<95%2003 27.73% 8% 3,316,673 3.98% 5% 82.742 2.58% 1.215% 46.61% 60%<LDR<95%2004 31.07% 8% 3,568,302 4.31% 5% 116.332 4.37% 1.215% 52.42% 60%<LDR<95%2005 28.74% 8% 4,479,150 4.32% 5% 96.565 3.55% 1.215% 56.99% 60%<LDR<95%2006 26.01% 8% 7,668,325 2.62% 5% 155.072 3.43% 1.215% 43.48% 60%<LDR<95%2007 20.95% 8% 8,749,419 2.01% 5% 188.258 3.39% 1.215% 56.46% 60%<LDR<95%
Sumber PT.Bank SUMUT
LIKUIDITASTahun CAPITAL ASSET EARNING
Kerugian kumulatif PT. Bank Sumut baru dapat diselesaikan pada tahun buku
2004 dimana pada tahun tersebut PT. Bank Sumut memperoleh laba kumulatif setelah
pajak sejumlah Rp. 116.332 juta. Pada tahun 2005 PT. Bank Sumut juga memperoleh
laba setelah pajak sejumlah Rp. 96.565 juta dan pada tahun 2006 sejumlah Rp.
155.072 juta serta tahun 2007 sebesar Rp. 188.258 juta 153
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun sampai dengan posisi
Desember 2007 sebesar Rp. 7.680.788 juta atau terjadi peningkatan sebesar
692,86 % dari posisi Desember 1999.
Perkembangan usaha PT. Bank Sumut sejak Desember 1999 sampai dengan
Desember 2007 adalah sebagai berikut :
153 Laporan keuangan PT.Bank Sumut tahun 2004, 2005, 2006, 2007 serta wawancara dengan Staf Ahli Direksi dan Pemimpin Divisi Teknologi Informasi dan Akutansi PT.Bank Sumut.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
2. Kredit dan Pembiayaan yang telah disalurkan sampai dengan posisi
Desember 2007 sebesar Rp. 4.318.911 juta atau terjadi peningkatan sebesar
590,13 % dari posisi Desember 1999.
3. Total aset pada posisi Desember 2007 sebesar Rp. 8.749.419 juta atau terjadi
peningkatan sebesar 619,61 % dari posisi Desember 1999
4. Perkembangan perolehan laba terus meningkat dimana pada tahun 1999
terjadi kerugian sebesar Rp. 161.044 juta atau secara kumulatif sebesar
Rp. 306.946 juta, tetapi sejak tahun 2000 telah memperoleh laba yang setiap
tahun jumlahnya meningkat dan pada tahun 2007 laba setelah pajak sebesar
Rp. 188.258 juta.
5. Return On Asset (ROA) yang merupakan perbandingan laba sebelum pajak
terhadap rata-rata jumlah aset, terus menunjukkan pertumbuhan, dimana
pada posisi Desember 1999 sebesar negatif 11,40 % sedangkan pada posisi
Desember 2007 sebesar 3,39 % .
6. Return On Equity (ROE) yang merupakan perbandingan laba setelah pajak
terhadap rata-rata modal inti, terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan
peningkatan laba yang dihasilkan, dimana pada posisi Desember 1999
sebesar negatif 60,86 % sedangkan pada posisi Desember 2007 sebesar
31,14 % .
7. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan modal terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Kondisi CAR PT. Bank Sumut
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
sejak mengikuti Program Rekapitalisasi sampai dengan tahun 2007 dinilai
tetap Sehat.
8. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan Kredit yang
diberikan kepada Pihak Ketiga (tidak termasuk kredit kepada Bank lain)
terhadap Dana Pihak Ketiga (tidak termasuk antar Bank). Pada tahun 2000
sampai dengan 2002 terjadi penurunan LDR disebabkan karena adanya
write-off pada tahun 2000 sebesar Rp. 18.927 juta, tahun 2001 sebesar Rp.
109.598 juta dan tahun 2002 sebesar Rp. 77.645 juta. Sejak tahun 2003
sampai dengan 2005 angka LDR tersebut terus semakin meningkat dan pada
tahun 2006 menurun kemudian pada tahun 2007 kembali meningkat menjadi
56,46 %.
9. Rasio Non Performing Loans (NPLs) terus membaik sejalan dengan adanya
perbaikan kualitas kredit. Rasio NPLs pada posisi Desember 1999 sebesar
71,01 % dan pada posisi Desember 2007 berada pada angka 2,01 %
Adanya program rekapitalisasi mengharuskan bank-bank peserta rekapitalisasi
melakukan restrukturisasi, baik dalam bidang keuangan maupun operasional. Dalam
bidang operasional, bank diwajibkan menyusun kembali bisnis bank sesuai
kompetensi inti bank tersebut.154
154 Djoko Retnadi, Memilih Bank Yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanannya, ( Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006) hlm 270.
Perkembangan usaha PT.Bank Sumut yang
disajikan dalam bentuk angka-angka ratio diatas, sangat meyakinkan bagi para
stakeholder, sebab menunjukkan angka yang melampui ukuran yang ditetapkan oleh
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Bank Indonesia. Kondisi ini merupakan cerminan Pasal 29 Undang-undang No.10
Tahun 1998, yang menyatakan bahwa Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank
sesuai dengan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan
wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian.155
D. Divestasi Saham Pemerintah Pusat
Berdasarkan asas
perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, kondisi ini menunjukan upaya PT.Bank Sumut dalam menjaga
kesinambungan hidup sebuah perusahaan, sehingga disebut perlindungan hukum
secara implisit.
Memenuhi isi Perjanjian Rekapitalisasi dan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia156
155 Adrian Sutedi, op.cit hlm 161. 156 Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 543/KMK.06/2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Divestasi Saham Negara dalam rangka Penyertaan Modal Negara dan Pelunasan Obligasi Negera pada Bank Pembangunan Daerah peserta Program Rekapitalisasi
, Pemegang Saham Pengendali berhak membeli kembali
sebagian atau seluruh Saham Negara Republik Indonesia pada Bank Pembangunan
Daerah peserta Program Rekapitalisasi sampai dengan tanggal 7 Mei 2005 dan
apabila Pemegang Saham Pengendali tidak membeli kembali saham tersebut, maka
saham dimaksud dapat dijual oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada
masyarakat.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pertemuan antara Pengurus PT. Bank Sumut dengan para pemegang saham
untuk membahas divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia tersebut
dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2003. Mempertimbangkan kinerja keuangan
PT. Bank Sumut yang terus mengalami perbaikan signifikan, maka dalam pertemuan
dimaksud telah disepakati bahwa saham Pemerintah Republik Indonesia akan dibeli
kembali oleh Pemerintah Daerah.157
1. Nominal saham Pemerintah
Sumber dana pembelian saham Pemerintah
Republik Indonesia tersebut adalah dari dana hasil penagihan kredit dan dana hasil
penagihan kredit serta penjualan asset AMU-BPPN serta dana sendiri dari
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten / Kota. Mengingat
keterbatasan dana Pemerintah Daerah maka divestasi tersebut akan dilaksanakan
dalam 2 (dua) tahun anggaran yaitu tahun 2004 dan 2005 masing-masing sebesar
50% (lima puluh per seratus).
Jumlah Divestasi Saham Negara pada saat perhitungan kembali per tanggal 24
Desember 2004 adalah sebagai berikut :
Republik Indonesia Rp. 302.871 juta
2. Total Premi sampai dengan
Tanggal 7 Mei 2005
Jumlah saham beserta premi Rp. 518.087,24 juta
Rp. 215.216,24 juta
157 Informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan Staf Ahli Direksi PT.Bank Sumut
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Divestasi saham milik Pemerintah Republik Indonesia tahap I sebesar Rp
215.077,78 juta telah dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2004 dengan rincian
perhitungan sebagai berikut :
1. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara :
a. Dana rekening escrow BPPN sampai
dengan tanggal 28 Desember 2004 Rp. 107.877,78 juta
b. Transfer dana ke rekening escrow Dana
Divestasi Rp. 86.600 juta
2. Pemerintah Kabupaten dan Kota :
Transfer dana ke rekening escrow
Dana Divestasi Rp. 20.600 juta
Setelah dilaksanakannya divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia tahap
I tersebut, maka jumlah saham Pemerintah Republik Indonesia yang dibeli kembali
adalah sebanyak 12.573.330 lembar saham atas nama seri B dengan nominal saham
per lembar sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
Kepemilikan saham dari tambahan jumlah lembar saham yang dibeli tersebut
diatas adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : Kepemilikan Saham PT.Bank Sumut
Pemilik Jumlah Lembar Saham
Jumlah Nominal Saham
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara
11.369.065 lembar
Rp. 113.690,65 juta
Pemerintah
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Kabupaten / Kota 1.204.265 lembar Rp. 12.042,65 juta
12.573,330 lembar
Rp. 125.733,30 juta Sumber : PT.Bank Sumut
Saham Pemerintah Republik Indonesia yang didivestasi pada tahap I adalah
sebesar Rp. 125.733,30 juta atau 41,52 % dari jumlah seluruh saham Pemerintah
Republik Indonesia pada PT. Bank Sumut.
Akibat dari divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia tahap I, maka
komposisi kepemilikan saham PT. Bank Sumut juga mengalami perubahan sebagai
berikut :
Tabel 3 : Komposisi Saham PT.Bank Sumut
Pemilik Saham Sebelum Divestasi Saham Tahap I
Setelah Divestasi Saham Tahap I
Pemerintah Republik Indonesia
Rp. 302.871 juta
65,82 %
Rp. 177.137,7 juta
38,50 %
Pemerintah Propinsi Rp. 91.407,9 juta 19,86 % Rp. 205.098,5 juta 44,57 %
Pemerintah Kabupaten / Kota
Rp. 65.872,3 juta
14,32 %
Rp. 77.915 juta
16,93 %
Rp. 460.151,2 juta
100 %
Rp 460.151,2 juta
100 %
Sumber : PT.Bank Sumut.
Pada waktu yang bersamaan, hasil jual beli Saham Negara tersebut telah
digunakan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk melunasi sebagian Obligasi
Pemerintah di PT. Bank Sumut dengan harga nominal (at par) sebesar Rp. 215.077
juta, sehingga Obligasi Pemerintah yang tersisa dalam rangka rekapitalisasi dan
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
masih tercatat dalam neraca PT. Bank Sumut per 31 Desember 2004 adalah sebesar
Rp. 19.960 juta dengan tingkat bunga mengambang. 158
Sisa saham Pemerintah Republik Indonesia termasuk premi saham yang harus
dilunaskan sampai dengan tanggal 7 Mei 2005 adalah sebesar Rp. 303.009,47 juta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
159
1. Kepemilikan saham Pemerintah Propinsi Sumatera Utara menjadi sebesar
Rp.291.832,8 juta atau 63,42 %;
telah memperpanjang jangka
waktu penyelesaian pembelian Saham Negara sampai dengan tanggal 7 Mei 2009.
Namun demikian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara selaku Pemegang Saham
Pengendali berketetapan hati untuk segera menyelesaikan pembelian Saham Negara
tersebut pada bulan Nopember 2006.
Divestasi Saham Negara pada PT. Bank Sumut akhirnya dilaksanakan dalam
tiga tahap dan selesai pada bulan Nopember 2006. Komposisi kepemilikan saham
setelah selesainya pelaksanaan Divestasi Saham Negara tersebut adalah :
2. Kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten dan Kota se Sumatera Utara
menjadi sebesar Rp. 168.318,4 juta atau 36,58 %.
Setelah penyelesaian Divestasi saham maka pada Desember 2006 untuk
pertama kali sejak tahun 1998 PT. Bank Sumut membagikan deviden kepada
158 Informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan Pemimpin Divisi Perencanaan PT.Bank Sumut. 159 Peraturan Menteri Keuangan No. 44/PMK.012/2006 tanggal 26 Juni 2006 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Keuangan No. 543/KMK.06/2003 tentang Divestasi Saham Negara dalam rangka penyertaan Modal Negara dan pelunasan Obligasi Negara pada Bank Pembangunan Daerah peserta Program Rekapitalisasi
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Sumatera
Utara sebagai pemegang saham sebesar Rp. 127.350 juta (60 % dari laba bersih tahun
buku 2004 dan 2005). Dengan demikian PT. Bank Sumut adalah BUMD
penyumbang PAD terbesar kepada Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.
Kewajiban divestasi saham Pemerintah Pusat pada PT.Bank Sumut tertuang
dalam Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Republik Indonesia dan Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999 Pasal 19 yang menyatakan
bahwa Pemerintah melakukan divestasi sebagian atau seluruh sahamnya sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan. Dalam Keputusan
tersebut diatur bahwa opsi pertama pembelian saham Pemerintah Pusat berada pada
pemegang saham (Pemerintah Propinsi,Kabupaten dan Kota), dalama hal opsi
tersebut tidak digunakan, masyarakat dapat membeli saham milik Pemerintah Pusat
tersebut.160
160 Keputusan Menteri Keuangan No.211/KMK/06/2002 Tentang Divestasi Saham Negara Dalam Rangka Penyertaan Modal Negara Pada Bank Pembangunan Daerah Peserta Program Rekapitalisasi.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan terhadap permasalahan yang
dikemukakan dalam tesis ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Peraturan atau ketentuan yang mengatur mengenai reorganisasi perusahaan
khususnya di bidang perbankan telah cukup memadai sehingga mampu
memberikan petunjuk hukum bagi yang ingin melaksanakannya. Namun khusus
program Rekapitalisasi Perbankan yang terbukti telah mampu memperbaiki
kinerja perbankan terutama pada PT.Bank Sumut setelah masa krisis sehingga
mampu menghindari dari tindakan pembubaran, tidak ditampung dalam Undang-
Undang Perbankan No.10 tahun 1998, hanya berlandaskan pada Surat Keputusan
Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia.
2. Menurut sistem perbankan di Indonesia, perlindungan kepada kreditur bank
dilakukan secara implisit (implicit deposit protection) dan secara eksplisit
(explicit deposit protection). Perlindungan secara implisit diimplementasikan
dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, pengawasan
dan pembinaan yang efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dan
pengelolaan usaha secara transparan dengan selalu menyajikan laporan keuangan
secara priodik kepada masyarakat. Sedangkan perlindungan secara eksplisit
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
(explicit deposit protection), yaitu perlindungan yang diperoleh melalui
pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat.
3. Pelaksanaan program rekapitalisasi PT.Bank Sumut yang bertujuan untuk
melakukan restrukturisasi keuangannya diikuti juga dengan melakukan
restrukturisasi di berbagai bidang antara lain organisasi, sumber daya manusia,
sistem opersional dan prosedur, jaringan pelayanan dan bidang usaha. Program
Restrukturisasi yang dijalankan ternyata sangat efektif untuk menyehatkan
PT.Bank Sumut. Terbukti pada tahun pertama setelah rekap telah mampu
mencetak laba dan terus meningkat signifikan pada tahun-tahun berikutnya.
Sehingga dengan melihat kinerja keuangan PT.Bank Sumut yang secara terus
menerus menunjukkan perbaikan yang berarti, mendorong keinginan pemegang
saham untuk menyelesaikan dana rekapitalisasi dengan menggunakan hak opsi
untuk membeli kembali saham Pemerintah Pusat. Dengan demikian program
rekapitalisasi yang diikuti oleh PT.Bank Sumut mempunyai dampak yang sangat
hebat dalam menyelamatkan PT.Bank Sumut dari kehancuran sehingga mampu
tetap eksis hingga saat sekarang dengan kinerja keuangan yang secara terus
menerus membaik .
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
B. S a r a n
1. Ketentuan yang mengatur program Rekapitalisasi Perbankan disarankan agar
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tidak hanya
berlandaskan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan
dengan Gubernur Bank Indonesia. Sehingga dapat menjadi landasan hukum
yang kuat dalam mengatasi krisis perbankan yang dapat berdampak sistemik
bagi perekonomian nasional.
2. Bank Indonesia bersama lembaga perbankan nasional harus mensosialisasikan
kepada masyarakat khususnya kepada para kreditur maupun calon kreditur bank
bahwa perlindungan hukum terhadap dana masyarakat yang berada pada bank
dilakukan secara implisit dan eksplisit.
3. Program rekapitalisasi perbankan yang telah dilaksanakan ternyata telah
berhasil menyehatkan PT.Bank Sumut, sehingga diharapkan dapat menjadi
salah satu rujukan ke depan bagi Pemerintah ataupun Bank Indonesia untuk
melakukan reorganisasi bagi perbankan yang mengalami kesulitan keuangan.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdullah, Burhanuddin, Jalan Menuju Stabilitas Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006
Aliminsyah & Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, Bandung: Yrama
Widya, 2003 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Jakarta:RajaGrafindo,2006 Bengtsson, Ann Mc Donagh, Manajemen merger dan akuisisi; penerjemah Fauzi
Bustami, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1994
Briyan Lowell L., Bankrupt: Restoring the Health and Profitability of Our Banking System, New York: Harper Business, 1991 Darmawan Indra, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer,
Yogyakarta:PustakaWidyatama, 2006 Donnel, John D, et.al. Law For Business, Illinois;Irwin Home Wood,1983 Downes John & Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi,
Jakarta : PT.ElexMedia Komputindo, 2001
Djiwandono J Soedradjad, Satu Dasawarsa Krismon: Beberapa Catatan, Buku 10 Tahun Krisis Moneter : Kesiapan Mengahadapi Krisis Kedua Jakarta: InfoBank Publishing, 2007
Djohanputro Bramantyo, Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai: Strategi Menuju Keunggulan Bersaing Jakarta: Penerbit PPM,2004 Fisher Bruce D, Law For Business St.Paul: West Publishing Co, 1986 Friedman Lawrence M., American Law An Introduction Second Edition Jakarta:
Tatanusa, 2001
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Fuady Munir , Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002 -----------------, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO (Berdasarkan Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2007), Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008 Goman Carol Kinsey, Creativity In Business Mengubah Gagasan Menjadi
Keuntungan, Jakarta: Penerbit PPM,2003 Gunadi, Restrukturisasi Perusahaan dalam Berbagai Bentuk dan Pemajakannya,
Jakarta: Salemba Empat, 2001 Harris, Myra A., Legal Research, ed 10, New York: Prentice Hall, 1997 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta:Kencana Prenada
Media Group, 2007 Ibrahim, Johnny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia Publishing, 2007 Imaniyati Neni Sri, Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam Dalam Perkembangan,
Bandung: CV.Mandar Maju, 2002. Johan Robby, Leading In Crisis, Praktik Kepemimpinan Dalam Mega Merger Bank
Mandiri, Jakarta: Penerbit Bara, 2006 Labolo Muhadam, Memahami Ilmu Pemerintahan, Suatu Kajian, Teori,Konsep dan
Pengembangannya, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2008 Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007 Mishkin Frederic S, The Economic of Money, Banking, Financial Market, Fifth
Edition, Singapore: Addison-Wesley, 1998 Nasution Bismar, Hukum Kegiatan Ekonomi, Bandung: Books Terrace & Library,
2007
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Prasentyantoko A , Bencana Finansial Stabilitas Sebagai Barang Publik, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008
Rahardjo Satjipto, Biarkan Hukum Mengalir Catatan Kritis Tentang Pergulatan
Manusia dan Hukum, Jakarta:Penerbit Buku Kompas,2007 Rajagukguk Erman, Teori Hukum, Bahan Kuliah Program Pascasarjana Universitas
Surabaya:Magister Hukum- Magister Kenoktariatan, 2006 Rasjidi Lili & I..B. Wyasa Putra , Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar
Maju, 2003 Retnadi Djoko, Memilih Bank Yang Sehat, Kenali Kinerja dan Pelayanannya, Jakarta
: ElexMedia Komputindo, 2006 Riyanto Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: Yayasan
Badan Penerbit Gadjah Mada, 1982 Scraft Charles A, et.al, Acquisitions, Merger,Sales,Buyout & Takeovers, A Hand
Book with Forms, Fourth Edition, New Jersey: Prentice Hall Engleword Clifts,1991
Sembiring, Sentosa, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang
terkait dengan Kepailitan,Bandung: CV.Nuansa Aulia, 2006 Sinaga Syamsudin Manan, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Restrukturisasi Utang Pada Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang Jakarta:Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2000 Sinungan M, Manajemen Dana Bank, Jakarta: Rineka Cipta, 1990 SS Kusumaningtuti , Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009 Stern Klaus, The Note Issuing Bank within The State Structure in Deutsche
Bundesbank (ed), Fifty Years of the Deutsche Mark,Central Bank and Currency in Germany since 1948, Oxford: Oxford University Press, 1999
Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:Pradnya
Paramita,1986
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Subhan, M.Hadi, Hukum Kepailitan Prinsip,Norma dan Praktik di Peradilan, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008.
Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum,
Yogyakarta: PT.Citra Aditya Bakti, 1993 Supriyanto Eko B, Mewaspadai Arus Balik Dana Asing, Menghindari Krisis Jilid
Kedua, Buku 10 Tahun Krisis Moneter : Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua Jakarta: InfoBank Publishing, 2007
Suta, I Putu Gede Ary, Musa Soebowo, BPPN The End,Jakarta: Yayasan Sad Satria
Bhakti,2004 Sutedi Adrian, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,
Likuidasi, dan Kepailitan,Jakarta: Sinar Grafika, 2007 Sutiyoso, Bambang, Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum Yang
Pasti dan Berkeadilan,Yogyakarta:UII Press,2006 Taswan, Akutansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah edisi II, Yogyakarta:
UPP AMP YKPN Yogyakarta, 2005 Rachmadi Usman , Hukum Ekonomi Dalam Dinamika Jakarta: Djambatan,2000 Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan Bandung: Alumni,1986 Wijaya I.G.Rai, Hukum Perusahaan Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-
undang di Bidang Usaha Jakarta:Kesaint Blanc,2007 Workbook Level 1, Indonesian Certificate in Banking Risk and Regulation, England:
Global Association of Risk Profesional, 2005
B. Makalah
Baber N.W, “Prelude to the Separation of Powers”, CLJ, 60, March 2001
Corrigan E. Gerald, “Central Bank and the Financial System”, paper presented to a Symposium of Central Banking Issues in Emerging Market-Oriented Economic Sponsored by the Federal Reseve Bank of Kansas City, Jackson Hole, Wyoming USA: 1990
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Ibrahim,Johannes, “Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi PerbankanNasional” , Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27 No.2 Tahun 2008
Lastra Rosa Maria Lastra and Geoffrey P. Miller , “Central Bank Independence in Ordinary and Extraordinary Times” dalam Jan Kleinman (ed), Central Bank Independence, The Economic Foundations, the Constitutional Implications and Democratic Accoutability, Kluwer International, 2001
Lijphart Arend , “Patterns of Democracy”, Yale University Press, 1999
Manan Bagir, “Kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral”, Monograph, 2000 Miller P.Geoffrey, “An Interest- Group Theory of Central Bank Independence”,
Journal of Legal Studies Vol XXVII, 1998 Nasution Bismar, “Kejahatan Korporasi dan Pertanggungjawabannya”, disampaikan
dalam ceramah di jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Tanjung Morawa, tanggal 27 April 2006
--------------------, “Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan
BUMN/BUMD Sebagai Upaya Memberantas KKN”, disampaikan pada Semiloka Peran Masyarakat (Stakeholder) melalui lembaga pengawasan pengelolaan perusahaan dalam mendukung pelaksanaan good corporate governance di Sumatera Utara pada tanggal 30 April 2003
Pamungkas Raditya, “Kebangkrutan dan Reorganisasi”,
http://rdtloom.wordpress.com/2009/01/13/kebangkrutan-dan-reorganisasi/ diakses tanggal 27.02.2009
Sparve Robert, “Supervisory Boards in Some Central Banks”, Paper Contribution to
the IMF Seminar on Current Developments in Monetary and Financial Law, Washington D.C.,2002
Sugiarto Agus, Peneliti Senior Bank Indonesia, “Mencari Struktur Perbankan Yang
Ideal “, Harian Kompas, tanggal 16 Juli 2003 Wibowo Satrio, dkk, “Kajian Mengenai Efektivitas Kebijakan Obligasi Rekap”
Jakarta: Biro Stabilitas Sisitem Keuangan, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2003
Wood Geoffrey E. et.al, “Central Bank Independence: What is It and What Will It Do
For Us?”, Institute of Economic Affairs,1993.
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
http://www.2 kompas.com/kompas-cetak/0404/14/finansial/969532
C. Peraturan-Peraturan
diakses 27.02.2009
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara
Undang-undang No.3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-undang No.23 Tahun
1999 Tentang Bank Indonesia Undang-undang No.10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan Undang-undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 1996, tentang Ketentuan
Dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1998, tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 1998, tentang Program
Rekapitalisasi Bank Umum. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1999, tentang Penyertaan
Modal Negara RI ke dalam modal Bank Pembangunan Daerah Aceh,Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Jakarta ,Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Bank
Pembangunan Daerah. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Nomor : 53/KMK.017/1999 dan
Gubernur Bank Indonesia Nomor 31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitulisasi Bank Umum.
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Nomor : 135/KMK.017/1999 dan
Gubernur Bank Indonesia Nomor 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitulisasi Bank Pembangunan Daerah.
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 211/KMK.06/2002
tanggal 6 Mei 2002 tentang Divestasi Saham Negara Dalam Rangka Penyertaan Modal Negara Pada Bank Pembangunan Daerah Peserta Program Rekapitalisasi
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia dan
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999 Perjanjian Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengalihan Atas Piutang tanggal 7 Mei 1999
Perjanjian Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengelolaan Aktiva Sementara tanggal 7 Mei 1999
Petunjuk Teknis Penyusunan Program Restrukturisasi Bank Pembangunan Daerah
diterbitkan Bank Indonesia Mei 1999 Buku Restrukturisasi Perbankan, diterbitkan Bank Indonesia, 1999
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009
D. Laporan Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tahun 1998
Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tahun 1999
Laporan Tahunan PT.BankSumut, Tahun 2007
Surat Bank Indonesia Medan No.32/2/UpwB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal kebutuhan Modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi