didi duharsa 077005049/hk · ketentuan peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, artikel,...

151
Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009 ANALISIS HUKUM PERANAN REORGANISASI PERUSAHAAN DALAM MENGHINDARI PEMBUBARAN (STUDI PADA PT. BANK SUMUT) TESIS Oleh DIDI DUHARSA 077005049/HK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

ANALISIS HUKUM PERANAN REORGANISASI PERUSAHAAN DALAM MENGHINDARI PEMBUBARAN

(STUDI PADA PT. BANK SUMUT)

TESIS

Oleh

DIDI DUHARSA 077005049/HK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

ANALISIS HUKUM PERANAN REORGANISASI PERUSAHAAN DALAM MENGHINDARI PEMBUBARAN

(STUDI PADA PT. BANK SUMUT)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIDI DUHARSA 077005049/HK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM PERANAN REORGANISASI PERUSAHAAN DALAM MENGHINDARI PEMBUBARAN (STUDI PADA PT.BANK SUMUT) Nama Mahasiswa : Didi Duharsa Nomor Pokok : 077005049 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Bismar Nasution,SH,MH) K e t u a

(Prof.Dr. Ningrum N. Sirait,SH,MLI) (Dr.Sunarmi,SH,M.Hum) A n g g o t a A n g g o t a Ketua Program Studi Ilmu Hukum Direktur

(Prof.Dr.Bismar Nasution,SH,MH) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,MSc) Tanggal lulus : 09 Juli 2009

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Telah diuji pada

Tanggal 09 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Prof. Dr. Ingrum N. Sirait, SH, MLI 2. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum 3. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum 4. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara karena berperan sebagai lembaga intermediasi antara masyarakat yang memiliki dan membutuhkan dana.Namun dampak dari krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 sangat memukul bisnis perbankan. Kondisi tersebut memaksa pemerintah melakukan restrukturisasi perbankan secara global. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian bagaimana ketentuan reorganisasi perusahaan khususnya perbankan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, perlindungan terhadap para kreditur apabila bank dibubarkan dan pelaksanaan rekapitalisasi PT.Bank Sumut.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif dan teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan untuk mempelajari ketentuan peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, artikel, literatur dan dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian ini dan untuk mendapatkan informasi tambahan, dilakukan wawancara kepada sumber-sumber informasi, seperti pejabat – pejabat PT.Bank Sumut setingkat Pimpinan Divisi dan Staf Ahli yang menangani dan/atau mengetahui pelaksanaan rekapitalisasi. Keseluruhan data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan, lalu ditelaah dan dianalisis secara deskriptif untuk menjawab dan memberikan solusi serta pendapat atas permasalahan yang sudah dikemukakan diatas. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : pertama, Peraturan yang mengatur mengenai reorganisasi perusahaan khususnya di bidang perbankan telah telah diatur cukup memadai. Namun khusus program Rekapitalisasi Perbankan tidak ditampung dalam Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998, hanya berlandaskan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia. Kedua, menurut sistem perbankan di Indonesia, perlindungan kepada kreditur bank dilakukan secara implisit (implicit deposit protection) dan secara eksplisit (explicit deposit protection). Ketiga, pelaksanaan program rekapitalisasi yang dijalankan ternyata sangat efektif untuk menyehatkan PT.Bank Sumut. Dengan demikian agar pelaksanaan reorganisasi perusahaan ini dapat berjalan efektif maka disarankan: pertama, Program Rekapitalisasi Perbankan disarankan agar diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tidak sekedar SKB antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia. Kedua, Bank Indonesia bersama perbankan nasional harus mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa sistem perlindungan hukum terhadap dana masyarakat yang berada pada bank dilakukan secara implisit dan eksplisit. Ketiga,Progam rekapitalisasi perbankan yang telah berjalan menjadi rujukan ke depan bagi Pemerintah ataupun Bank Indonesia dalam melakukan reorganisasi bagi perbankan yang mengalami kesulitan keuangan. Kata-Kata Kunci : Reorganisasi Perusahaan dan Rekapitalisasi Perbankan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

ABSTRACT Banking institution is the core of financial system of each country because it plays its role as an intermediate institution between the community that have and need fund. Yet, the impact of the monetary crisis commencing in 1997 really struck banking business. This condition required the government to globally restructure the banking. The purpose of this study with normative juridical approach is to find out the form of business reorganization stipulation, especially the one used in banking, found in the regulation of legislation in Indonesia, the protection provided for the creditor if the bank is the liquidated, and the implementation of Recapitulation of PT. Bank Sumut. The main data for this study were obtained through library research by studying stipulation of regulation of legislation, the books on law, the articles, literature and document related to the topics of research. The additional information were obtained through interviewing the officials of PT.Bank Sumut such as Heads of Division and the experts handling and/or knowing the recapitulation implementation. All the data obtained were descriptively analyzed to find opinion and solution for the problems mentioned above. The result of this study shows that, first, the regulation regulating the business reorganization especially in banking has been adequately regulated, but Banking Recapitalization program is not included in Law No.10/1998 on Banking, this program is only based on Joint Decree between Minister of Finance and Governor of Bank Indonesia; second, according to banking system in Indonesia, the protection for bank creditors is in the form of implicit deposit protection and explicit deposit protection; and third, the recapitulation program implemented is very effective to make PT.Bank Sumut healthy. In order to make the implementation of business reorganization effective, it is suggested that, first, Banking Recapitulation Program be arranged based on the higher regulation of legislation, not just based on the Joint Decree between Minister of Finance and Governor of Bank Indonesia; second, Bank Indonesia together with national banking should socialize that of the system legal protection for community’s fund deposited in the banks is implicitly and explicitly done; and third, form now on, the government or Bank Indonesia should take the existing Banking Recapitulation Program as a reference in reorganizing the banks with financial difficulty. Key words: Business Reorganization, Banking Recapitulation

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas

segala cucuran rahmat dan karunia yang diberikannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini yang merupakan satu syarat yang harus dipenuhi dalam

rangka menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak, baik yang sifatnya bantuan material maupun bantuan moril. Oleh

karena itu pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K),

atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan program Magister pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara;

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.T.Chairun

Nisa B, M.Sc, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH, yang juga selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Penguji, atas segala pengarahan, dorongan dan bimbingan bagi

penulis.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

4. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera

Utara, Dr. Sunarmi, SH,M.Hum, yang juga selaku Anggota Komisi Pembimbing

dan Penguji yang terus mendorong penulis untuk segera menyelesaikan

pendidikan ini.

5. Prof.Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH.MLI, selaku Anggota Komisi Pembimbing

dan Penguji, yang banyak memberikan bahan dan dorongan moril kepada penulis

dalam mengatasi segala kesulitan dalam penulisan tesis ini.

6. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum selaku Anggota Komisi Penguji

7. Dr.T. Keizerina Devi Azwar, SH.,M.Hum selaku Anggota Komisi Penguji.

8. Direksi PT.Bank Sumut, yang telah memberikan izin penulis untuk melanjutkan

studi S2 dan riset tesis ini pada PT.Bank Sumut.

9. Drs.T.Tazul Rizal Aziz, selaku Staf Ahli Direksi PT.Bank Sumut, yang banyak

memberikan bahan dan informasi serta masukan kepada penulis.

10. Keluarga tercinta, isteriku Akmalun Nazli, kedua putriku Liza Tifanni Zuhra dan

Filza Aldina Humaira, sangat mendorong dan mendukung spenulis menyelesaikan

studi, sehingga terkadang waktu yang seharusnya menjadi haknya tersita dalam

masa studi ini.

11. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta seluruh staf pegawai di Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu Hukum

12. Rekan –rekan satu angkatan Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara Program

Studi Ilmu Hukum/Hukum Ekonomi

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

13. Semua pihak, antara lain teman-teman sejawat di PT.Bank Sumut atau pihak lain

yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis

menyelesaikan studi ini.

Medan, 27 Juni 2008

Penulis,

Didi Duharsa 077005049

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Nama : Didi Duharsa

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 17 November 1960

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. STM/Sukaria Ujung No.5-A Medan

PENDIDIKAN FORMAL

- Swasta Arena Karya Medan, Tahun 1972

- Ibtidaiyah Madrasah Alj.washliyah/Perguruan Islam Medan, Tahun 1975

- SMP Negeri XI, Tahun 1975

- SMEA Negeri I/Pembina, Tahun 1979

- S-1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara, Tahun 1989

- S-2 Program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, Tahun 2007

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

PENDIDIKAN NON FORMAL

- Tata Buku Bond A1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, Medan, Tahun 1978

- Kursus Project Appraisal Angkatan ke 12, Lembaga Pengembangan

Perbankan, Jakarta, Tahun 1987

- Kursus PBJJ Pejabat Pemberian Kredit Angkatan VIII, Lembaga

Pengembangan Perbankan, Jakarta, Tahun 1988

- Kursus Manajemen Perkreditan Angkatan III, Lembaga Pengembangan

Perbankan, Jakarta, Tahun 1989

- Kursus Pemimpin Cabang Angkatan ke 72, Lembaga Pengembangan

Perbankan, Jakarta, Tahun 1991.

- Pendidikan Ekspor Impor, Lembaga Pengembangan Perbankan Medan, 1994

- Pendidikan Forex Trading and Money Market, Lembaga Pengembangan

Perbankan Medan, Tahun 1994

- Traits Leadership And Management Course, Dale Carnegie, Medan, Tahun

1995

- Leadership Training: Management, Fith Generation, Dale Carnegie, Medan

Tahun 1995

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

- Lulus mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko Level I, Badan Sertifikasi

Manajemen Risiko, Jakarta, Tahun 2006

- Sekolah Staf dan Pimpinan Bank (SESPI Bank) Angkatan XLII, Lembaga

Pengembangan Perbankan, Tahun 2006

- Lulus mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko Level II, Badan Sertifikasi

Manajemen Risiko, Jakarta, Tahun 2006

- Lulus mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko Level III, Badan Sertifikasi

Manajemen Risiko, Jakarta, Tahun 2008

- Berbagai seminar dan pelatihan lainnya.

KELUARGA

- Isteri : Akmalun Nazli

- Anak : 1. Liza Tifanni Zuhra

2. Filza Aldina Humaira

RIWAYAT PEKERJAAN

- Pegawai PT.Bank Sumut, Tahun 1980

- Kepala Seksi Buku Besar, Tahun 1983

- Kepala Seksi Follow Up Kredit Umum, Tahun 1986

- Kepala Seksi Pemberian Kredit Umum, Tahun 1987

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

- Kepala Sub.Bagian Kredit Rekening Koran,Tahun 1991

- Kepala Bagian Kredit Umum Kantor Pusat, Tahun 1996

- Kepala Bidang Supervisi Kredit, Tahun 2001

- Kepala Divisi Kredit, Tahun 2004

- Pemimpin Divisi Usaha Syariah, Tahun 2008

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK…………………………………………………………….

ABSTRACT……………………………………………………...........

KATA PENGANTAR………………………………………………...

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………..

DAFTAR TABEL…………………………………………………….

DAFTAR ISTILAH…………………………………………………..

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………...

i

ii

iii

vi

ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………...

B. Permasalahan.………………………………….

C. Tujuan Penelitian……………………………...

D. Manfaat Penelitian…………………………….

E. Keaslian Penelitian…………………………….

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional.....

1. Kerangka Teori..............................................

2. Landasan Konsepsional.................................

G. Metode Penelitian...............................................

1

1

14

14

14

15

16

16

21

28

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

BAB II : PELAKSANAAN REORGANISASI

PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA

A. Reorganisasi Perusahaan....................................

B. Alasan dan Pertimbangan Dilakukannya

Reorganisasi Perusahaan....................................

C. Ketentuan Reorganisasi Perusahaan di bidang

Perbankan...........................................................

32

32

37

40

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KREDITUR

BANK

A. Peranan Perbankan Dalam Perekonomian

Nasional.............................................................

B. Jenis-Jenis Kreditur Bank..................................

C. Peranan Kreditur Bank......................................

D. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Bank

48

48

56

63

66

BAB IV : PELAKSANAAN REKAPITALISASI PT.BANK

SUMUT

A. Program Rekapitalisasi Perbankan.....................

B. Pelaksanaan Rekapitalisasi PT.Bank Sumut......

C. Perkembangan Kinerja Keuangan PT.Bank Sumut

Pasca Restrukturisasi.........................................

D. Divestasi Saham Pemerintah Pusat....................

79

79

83

108

112

BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan........................................................

B. S a r a n.................................................................

118

118

119

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 121

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Kinerja Keuangan PT.Bank Sumut ........................ 114

2 Kepemilikan Saham PT.Bank Sumut ................... 120

3 Komposisi Saham PT.Bank Sumut ....................... 120

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

GLOSSARY

Daftar kata-kata di bawah ini adalah untuk – dan melulu untuk- menerangkan kata-

kata yang dirasa penting di dalam tesis ini saja.

Akumulasi Suatu kenaikan jumlah suatu nilai dengan menambahkannya dengan nilai yang sudah ada sebelumnya. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Batas maksimum penyediaan dana terhadap modal bank, yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam. CAMEL Aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank; CAMEL merupakan tolok ukur yang menjadi objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank; CAMEL terdiri atas lima kriteria, yaitu : modal (capital), aktiva (asset), manajemen, pendapatan (earnings) dan likuiditas (liquidity). Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbandingan antara modal sendiri Bank dengan kebutuhan modal yang tersedia, setelah dihitung margin risk (pertambahan risiko) dari aktiva yang berisiko. Capital Flight Pergerakan uang dalam jumlah besar dari suatu negara ke negara lain, untuk menghindari kekacauan politik, ekonomi , atau untuk memburu tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Cash Management System Sistim pengelolaan dana nasabah yang disimpan pada Bank secara terpadu.

Classified Loan Committee (CLC) Satuan tugas atau unit (komite) yang mengelola kredit-kredit yang bermasalah dalam memenuhi kewajibannya. Divestasi Penjualan sebagian atau seluruh saham perusahaan. Due diligence

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pemeriksaan langsung terhadap bank yang memberikan hak kepada pemeriksa untuk meminta konfirmasi kepada manajemen bank mengenai kebenaran laporan keuangan. Dalam kaitan dengan pemeriksaan bank di Indonesia, istilah ini diartikan sebagai audit keuangan terhadap bank dalam rangka pelksaan progam rekapitalisasi bank. Hapus Buku (write-off)

Pinjaman macet yang tidak dapat ditagih lagi dihapusbukukan dari neraca (on -balance sheet) dan dicatat pada rekening administratif (off-balance sheet); penghapusbukuan pinjaman macet tersebut dibebankan pada akun penyisihan pengahapusan aktiva produktif, meskipun pinjaman macet tersebut telah dihapusbukuan, hal ini hanya bersifat administratif sehingga penagihan terhadap debitur tetap dilakukan;hasil tagihan pokok pinjaman dibukukan ke rekening penyisihan penghapusan aktiva produktif, sedangkan tagihan bunga dibukukan sebagai pendapatan lainnya. Liquidity mismatch Kondisi bank salah dalam memperhitungkan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban segera dengan harta lancarnya Loan to Deposite Ratio (LDR) Perbandingan antara kredit yang disalurkan dan dana masyarakat yang berhasil dihimpun suatu bank. Tujuannya untuk mengukur efektivitas suatu bank sebagai lembaga intermediasi. Sistemik Kegagalan suatu bank akan berdampak hancurnya ekonomi dan berpengaruh langsung terhadap, karyawan, nasabah dan pemegang saham Moneter Berasal dari perkataan money, yang berarti uang. Moneter: tentang uang; dari hal uang; dalam arti uang; dinilai menurut uang; dalam bentuk uang. Necessary Condition Syarat yang diperlukan demi terjadinya suatu peristiwa meskipun mungkin jika syarat itu tidak disertai oleh yang lain, maka peristiwa tersebut bisa tidak terjadi. Negative spread Perbankan yang beroperasi dengan kondisi penerimaan berada di bawah tingkat pengeluaran. Hal itu disebabkan bank harus membayar dana nasabah yang bersuku bunga tinggi, sementara pendapatan dari bunga kredit rendah.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Net Open Position (NOP) Selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalam valuta asing setelah memperhitungkan rekening-rekening administratif. Bank dapat memelihara NOP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Non Performing Loans (NPL) Pinjaman yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan, sehingga bermasalah yang terbagi dalam katagori kurang lancar, diragukan dan macat. Rekapitalisasi Perbaikan struktur dan/atau perubahan jumlah modal dengan melakukan peningkatan permodalannya; dalam kaitan dengan bank, rekapitalisasi dilakukan dengan jalan meningkatkan kembali permodalan bank sehingga mencapai jumlah minimum yang disyaratkan melalui penerbitan saham baru oleh bank, penambahan setoran oleh pemilik, dan pencarian investor baru. Rekening Escrow Rekening penampungan yang dibuka untuk penampungan dana yang dipercayakan kepada Bank berdasarkan perjanjian tertulis untuk tujuan tertentu. Return On Asset (ROA) Rasio menunjukkan tingkat pengembalian bisnis dari asset yang ada pada perusahaan. Dengan kata yang lebih sederhana, berapa laba yang diperoleh atas setiap Rp.1 asset dari perusahaan tersebut. Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang dia setorkan untuk bisnis tersebut. Securities Berbagai macam surat berharga tertulis sebagai bukti penyertaan modal (seperti saham, obligasi) serta bukti utang (seperti wesel, surat aksep, hipotek konosemen) Subsequent Events Segala kejadian/transaksi yang terjadi setelah tanggal pemeriksaaan. Walking Customer

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Nasabah yang bertransaksi hanya dengan menggunakan jasa-jasa bank, seperti transfer, inkasso. Dapat dikatakan merupakan nasabah yang tidak mempunyai rekening pada bank, namun nasabah “numpang lewat”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesempatan berusaha, perlindungan, dukungan dan pengembangan kepada

perusahaan merupakan implementasi dan penjabaran hak-hak dasar warga negara

yang harus dipenuhi negara melalui pemerintah sebagaimana yang telah diamanatkan

dalam Undang-undang Dasar 1945.1 Sehingga perusahaan sebagai suatu entitas badan

hukum merupakan salah satu pilar pendukung ekonomi suatu negara yang harus

memperoleh kesempatan berusaha, perlindungan, dukungan dan pengembangan yang

sebesar-besarnya. Sebab peranannya sangat besar dalam meningkatkan usaha,

menciptakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan dan

pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.2

1I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-undang di Bidang Usaha ( Jakarta: Kesaint Blanc,2007) hlm 270, menyebutkan bahwa salah satu tujuan utama daftar perusahaan adalah untuk memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan terbuka atau dengan iktikad baik. 2Burhanuddin Abdullah, Jalan Menuju Stabilitas Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, ( Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006) hlm 67, salah satu implikasi otonomi daerah adalah meningkatnya investasi perusahaan swasta di daerah karena daerah diberikan kewenangan untuk menentukan kebijakan investasi, industri dan perdagangan di daerah masing-masing. Prediksi ini didasarkan pada asumsi bahwa, melalui berbagai kebijakan tersebut, Pemda akan berusaha untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dengan maksud menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pada hakekatnya pemerintah dapat menjalankan perannya itu jika suasana dan

kondisi negara itu stabil. Ada dua kondisi stabilitas yakni stabilitas di bidang

ekonomi dan keamanan yang harus tercipta secara serentak. Sebab keduanya saling

mendukung, tidak mungkin stabilitas di bidang ekonomi tercipta dengan baik jika

tidak didukung dengan stabilitas di bidang keamanan, demikian pula sebaliknya.

Kondisi tidak stabilnya ekonomi suatu negara dimulai dengan kondisi

instablitas finansial dan dilanjutkan dengan kondisi resesi atau krisis ekonomi. Secara

sederhana bisa dikatakan bahwa fluktuasi adalah suatu yang biasa dalam dinamika

ekonomi, apalagi di sektor finansial. Fluktuasi yang terlalu besar bisa menimbulkan

gejala ketidakstabilan. Apabila terjadi secara terus menerus dalam waktu cukup lama

dapat mengganggu kesinambungan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sedangkan krisis

adalah suatu kondisi dimana berbagai langkah pengendalian sudah tidak mampu lagi

menahan fluktuasi pada sektor finansial, yang akan segera diikuti dengan kontraksi

ekonomi secara menyeluruh.3

Menurut Minsky, sumber instabilitas adalah stabilitas itu sendiri. Karena pada

dasarnya “stability is de-stabilizing”. Gagasan ini sebenarnya mirip dengan

pandangan Schumpeter tentang dua tahap peran uang ekonomi. Menurut Schumpeter

3A.Prasetyantoko. Bencana Finansial Stabilitas Sebagai Barang Publik (Jakarta:Kompas Penerbit Buku, 2008) hlm 12. Menjelaskan apa beda krisis finasial dan krisis ekonomi. Sejarah menunjukkan manakala sistem finansial semakin besar, maka risiko terjadinya gejolak dan krisis juga semakin tinggi. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa sektor finansial menjadi transmisi yang paling efektif untuk memunculkan gejolak dan krisis. Meskipun, sumber krisis tidak selalu harus dimulai dari suatu masalah di pasar finansial itu sendiri. Jika krisis masih terisolasi pada sektor finansial saja, maka boleh dikatakan situasi belum sampai menjalar pada krisis ekonomi. Tapi manakala gejolak finansial telah mengganggu kinerja makro ekonomi, seperti inflasi yang parah, pertumbuhan yang melambat dan lain sebagainya, maka kondisi ini boleh dikatakan telah merembet pada situasi krisis ekonomi.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

pada tahap pertama, uang berfungsi mendorong inovasi di sektor produksi. Namun

ketika inovasi yang dilakukan berhasil dengan baik, kecendrungannya para agen

ekonomi menjadi spekulatif dalam merencanakan bisnisnya di masa depan. Ada

semacam kepercayaan dirinya membuat para agen ekonomi kurang hati-hati dalam

perencanaan bisnis. Akibatnya uang berperan mendestabilisasi ekonomi.

Menurut Minsky, jika ekonomi berjalan stabil, maka para pelaku ekonomi

cenderung ekspansif dan kurang berhati-hati dalam berhutang. Akibatnya, situasi

berubah menjadi mengarah pada instabilitas. Jadi sumber instabilitas adalah situasi

stabil dimana perilaku agen ekonomi cenderung menjadi spekulatif.4

Kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya terutama dalam

memenuhi kewajibannya kepada pihak lain, dapat disebabkan oleh kondisi internal

dan eksternal. Kondisi internal biasanya akibat mismanajemen dan fraud

5

4 Ibid, hlm . 86 5 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) hlm 149, fraud adalah penipuan atau kecurangan. Salah satu bentuk pelanggaran ekonomi : penipuan atau kecurangan di bidang perkeditan (credit fraud), penipuan konsumen (consumer fraud). Dalam kamus Black’s Law Dictionary, fraud diartikan An intentional perversion of truth for the purpose of inducing another in reliance upon it to part with some valuable thing belonging to him or to surrender a legal right.

yang

dilakukan oleh kalangan internal perusahaan dimulai dari pemegang saham,

komisaris, direksi dan karyawan maupun pihak terkait yang dapat mengendalikan

perusahaan secara tidak langsung. Kondisi eksternal adalah kondisi di luar jangkauan

pihak perusahaan yang berdampak kepada kinerja perusahaan, antara lain kebijakan

pemerintah atau publik dan kondisi makro ekonomi di suatu negara maupun global.

Walaupun ada suatu tuntutan kepada pengelola perusahaan untuk dapat menganalisis

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

kondisi dan situasi masa depan. Baik itu berupa tataran kebijakan yang akan terbit

maupun perkiraan perekonomian yang berdampak pada kinerja perusahaan. Namun

sering terjadi tidak semua analisis dan simulasi yang dijalankan dapat berhasil dengan

baik.

Menurut Insukindro dalam bukunya, Ekonomi Uang dan Bank, sistem

keuangan (financial system) pada umumnya merupakan suatu kesatuan sistem yang

dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya adalah

menarik dana dari dan menyalurkannya kepada masyarakat. Keberadaan sistem

keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagai lembaga perantara

keuangan (financial intermediation) yang mampu menjembatani mereka yang

kelebihan dana dan kekurangan dana, serta mempelancar transaksi ekonomi.6

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara.

Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat perseorangan, badan-badan

usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga pemerintah

menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai

jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan

mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

7

Di Indonesia lembaga perbankan diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10

tahun 1998. Dalam Pasal 6 Undang-undang itu disebutkan salah satu usaha Bank

6 Ibid,hlm 1-2 7 Ibid, hlm 7

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Umum meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.8

Kinerja bank akan tercermin dari tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan

bank akan dicerminkan oleh aspek pemenuhan modal minimum atau Capital

Adequacy Ratio (CAR)

9, kualitas aktiva produktif, kesehatan manajemen,

kemampuan memperoleh laba dan kemampuan memenuhi kewajiban segera serta

sensivitas pasar.10 Faktor-faktor tersebut harus didukung oleh pemenuhan ketentuan

moneter lainnya di bidang perbankan misalnya Batas Maksimum Pemberian Kredit

(BMPK), Net Open Position (NOP), ketentuan KUK dan sebagainya.11

Dampak dari krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 sangat memukul

bisnis perbankan, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap sistem perbankan di Indonesia. Penurunan tingkat kepercayaan

masyarakat disertai dengan desas-desus dan isu-isu negatif yang mengakibatkan

Bank

Indonesia sebagai pengawas Bank akan memonitor tingkat kesehatan dan kepatuhan

perbankan dari waktu ke waktu.

8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tentang Perbankan. 9 M.Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm 157-158, menyebutkan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah perbandingan antara modal sendiri Bank dengan kebutuhan modal yang tersedia, setelah dihitung margin risk (pertambahan risiko) dari aktiva yang berisiko. 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 11 Taswan, Akutansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah edisi II (Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta, 2005) hlm 1

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

terjadinya penarikan dana secara besar-besaran (rush) terhadap beberapa bank swasta

nasional. 12

Penutupan 16 (enam belas) bank mengakibatkan semakin berakumulasi

ketidak percayaan masyarakat terhadap bank. Hal ini menyebabkan antrian

penarikan simpanan semakin panjang terutama terhadap bank-bank yang

dikategorikan masyarakat memiliki risiko tinggi.

13Dahsyatnya dampak kondisi krisis

sangat dirasakan perbankan, salah satunya perbankan mengalami negative spread

atau selisih harga beli dengan harga jual negatif (kondisi normal harus positif) alias

merugi. Akibat suku bunga dana masyarakat berkisar antara 65% sampai dengan 70%

sedangkan suku bunga kredit hanya berkisar 30%.14

Untuk mendapatkan fakta yang lebih riel dari kondisi itu, J.Soedradjad

Djiwandono (Gubernur Bank Indonesia periode 1993-1998) menjelaskan bahwa

Upaya inipun tidak mendukung

untuk membendung capital flight (pelarian dana) dari perbankan.

12Eko B.Supriyanto Wakil Pimpinan Redaksi/Penanggung jawab Majalah Info Bank dalam tulisan yang berjudul Mewaspadai Arus Balik Dana Asing, Menghindari Krisis Jilid Kedua (10 tahun Krisis Moneter), (Jakarta: Info Bank Publishing, 2007) : menyebutkan bahwa menurut beberapa pengamat dan pejabat Pemerintah Indonesia, krisis ekonomi pada tahun 1997 disebabkan empat hal besar. Satu Faktor Eksternal, faktor regional di Asia yang memburuk. Dua, kebijakan pemerintah dibidang moneter dan fiskal yang bertumpu pada struktur ekonomi politik Suharto yang tidak governance alias rapuh secara struktural.Tiga, perilaku menyimpang sektor swasta (moral hazard) khususnya perbankan dan dunia usaha yang memanfaatkan perbankan untuk membesarkan grup usahanya. Empat, situasi sosial politik yang memanas akibat kebijakan ekonomi yang menciptakan gap pendapatan dan lebih banyak memihak pada kelompok usaha tertentu. 13Berdasarkan Siaran Pers Pemerintah Indonesia tentang Likuidasi Bank yang diterbitkan Bank Indonesia, Jakarta 1 Nopember 1997, ke 16 Bank yang dicabut izin usahanya tersebut adalah : PT.Bank Harapan Sentosa, PT.Sejahtera Bank Umum, PT.Bank Andromeda, PT.Bank Pasific, PT.Bank Astria Raya, PT.Bank Guna Internasional, PT.Bank Dwipa Semesta, PT.Bank Kosagraha Semesta, PT.Bank Industri, PT.Bank Jakarta, PT.Bank Citrahasta Dhanamanunggal, PT.South East Asia Bank, PT.Bank Mataram Dhanarta, PT.Bank Pinaesaan. PT.Bank Anrico, PT.Bank Umum Majapahit Jaya. 14Buku Restrukturisasi Perbankan, (Bank Indonesia, 1999) hlm 5

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

kombinasi langkah moneter dan fiskal yang dijalankan pada waktu itu menimbulkan

keketatan likuiditas secara umum dan peningkatan suku bunga antarbank yang sangat

tajam, sehingga menyebabkan banyak bank menjadi kurang sehat. Kondisi ini

akhirnya mengungkap kelemahan industri perbankan nasional yang waktu itu masih

menjalani pembenahan dan konsolidasi serta belum kuat. Sektor perbankan Indonesia

yang lemah tersebut kemudian mengalami distress, berubah menjadi krisis. Itu terjadi

karena pemilik dana melakukan tindakan penyelamatan dengan memindah dana

mereka ke bank yang lebih aman menurut persepsi mereka-dikenal sebagai flight to

safety. Bagi bank-bank yang kehilangan deposito sebagai basis kegiatan mereka, hal

tersebut merupakan pukulan yang luar biasa. Masalah kekurangan likuiditas atau

liquidity mismatch15 bagi bank-bank yang mulai terjadi pada Agustus 1997 kemudian

menjadi sistemik16, menyangkut banyak bank, terutama setelah dilaksanakan

penutupan 16 bank pada awal Nopember 1997. Setelah itu mulailah krisis perbankan

berlangsung secara penuh”.17

Banyak pakar ekenomi yang mengemukakan bahwa kondisi makro ekonomi

Indonesia pada tahun 1997 sangat baik dan mampu mengatasi dampak memburuknya

ekonomi Asia. Tetapi kenyataannya, seperti yang sudah dirasakan kondisi krisis

15Alimansyah & Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, (Bandung:Yrama Widya, 2003) disebutkan liquidity (likuiditas) adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memernuhi kewajiban atau utang yang harus segera dengan harta lancarnya. 16 Workbook Level 1, Indonesia Certificate ini Banking Risk and Regulation, ( England: Global Association of Risk Professional), hlm A:6, : Systemic risk is the risk that a bank failure could result in damage to the economy out all proportion to simply the immediate damage to employees, customers and shareholders. Penjelasannya bahwa risiko sistemik adalah kegagalan suatu bank akan berdampak hancurnya ekonomi dan berpengaruh langsung terhadap karyawan, nasabah dan pemegang saham. 17J. Soedradjad Djiwandono, Satu Dasawarsa Krismon: Beberapa Catatan, Buku 10 Tahun Krisis Moneter : Kesiapan Mengahadapi Krisis Kedua (Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hlm 48

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

keuangan yang menjalar menjadi krisis moneter dan disebut pula krisis multidimensi

telah menghantam sendi-sendi kehidupan di Indonesia.

Dalam kondisi normal memang tidak diperlukan upaya yang sangat luar biasa

penanganannya. Tetapi dalam kondisi krisis seperti yang terjadi pada tahun 1997 itu,

diperlukan upaya pemerintah yang luar biasa (extra ordinary measures)18

Di dalam menghadapi krisis yang melanda Indonesia, segala upaya

dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia baik dari sisi politik, ekonomi dan sosial

dengan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh organisasi

multilateral dan negara-negara lain melalui kesepakatan bilateral maupun multilateral.

Sudah banyak lembaga maupun institusi yang didirikan oleh pemerintah untuk

menangani krisis yang melanda Indonesia dengan melaksanakan reformasi baik di

bidang politik, ekonomi dan sosial. Di sisi ekonomi, BPPN, Prakarsa Jakarta dan

INDRA (Indonesian Debt Restructuring Agency) dibentuk pemerintah untuk

menangani krisis ekonomi yang ada. Pembentukan Pengadilan Niaga yang

diharapkan untuk dapat mempercepat penyelesaian masalah hukum perdata serta

mendukung undang-undang kepailitan, sehingga kepastian penegakan hukum (law

enforcement) dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

, dalam

mengatasi kondisi krisis dan mengupayakan pemulihannya. Tingkat keberhasilannya

dapat dimaksimalkan dengan kebijakan yang tepat dan dalam waktu yang cepat.

19

18 S.Wojowasito, Tito Wasito W, Kamus Lengkap ( Bandung: Penerbit Hasta, 1997) hlm 56-111 diartikan tindakan luar biasa. 19 I Putu Gede Ary Suta, Soebowo Musa, BPPN The End , ( Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti, 2004) hlm 22.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Krisis perbankan nasional sudah sedemikian parahnya sehingga apabila tidak

segera diatasi, keseluruhan industri perbankan nasional akan runtuh. Kondisi tersebut

memaksa pemerintah melakukan berbagai upaya dalam melindungi industri

perbankan dari kondisi krisis akibat risiko sistemik yang dapat ditimbulkannya.

Untuk ini, diperlukan restrukturisasi perbankan secara global. Kebijakan pertama

yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi dampak krisis adalah melakukan

restorasi20

1. Memulihkan kepercayaan masyarakat dan kreditur

industri perbankan melalui langkah-langkah, yaitu :

2. Memberdayakan kembali bank-bank yang sudah kehilangan daya namun masih

mempunyai prospek (melalui program rekapitalisasi perbankan)

3. Menutup bank-bank yang sama sekali tidak berdaya dan tidak mempunyai

prospek.21

Guna mengetahui gambaran bank-bank yang masih mempunyai prospek yang

baik, Bank Indonesia dibantu auditor internasional sejak bulan Agustus 1998 hingga

Desember 1998, melakukan due diligence

22

1. Kategori A, bank yang mempunyai CAR sebesar 4% atau lebih dan dinilai

mampu mandiri.

terhadap setiap bank. Berdasarkan hasil

due diligence, perbankan nasional dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu :

20 S.Wojowasito-Tito Wasito W, op.cit hlm 179 : restoration diartikan perbaikan, pemulihan. 21Buku Restrukturisasi Perbankan, op.cit hlm 4 22Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Widyatam,2006) hlm 196 due diligence adalah penelaahan secara menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek. Sebuah perusahaan atau investor yang membeli sebagian atau seluruh saham yang dimiliki suatu perusahaan biasanya terlebih dahulu melakukan due diligence mengenai kinerja keuangan, aspek legal aset-aset dan sebagainya.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

2. Kategori B, bank yang mempunyai CAR kurang dari 4% sampai minus 25%,

adalah bank-bank yang mendapat kesempatan mengikuti proses rekapitalisasi.

3. Kategori C, bank yang mempunyai CAR kurang dari minus 25 % adalah bank-

bank yang dinilai sudah tidak layak lagi untuk beroperasi sehingga harus tutup.23

Konsep Pemerintah dalam melakukan restrukturisasi perbankan tersebut

merupakan salah satu bentuk dari reorganisasi perusahaan. Sebab pengertian

reorganisasi perusahaan dalam arti luas adalah perubahan mengenai bentuk hukum

atau perubahan mengenai imbangan atau susunan tertentu, baik yang menyangkut

struktur organisasi maupun struktur modal dari suatu perusahaan.

24

1. Mengurangi beban tetap dikemudian hari.

Tujuan pokok

reorganisasi finansial yakni menyehatkan kembali permodalan perusahaan, yang

dapat dilakukan berupa:

2. Memperoleh alat-alat permodalan yang baru.25

Pelaksanaan reorganisasi finansial dilakukan apabila diperkirakan perusahaan

tersebut masih mempunyai harapan untuk dapat bekerja terus dengan keuntungan

atau dengan perkataan lain masih mempunyai prospek yang baik.

26

Untuk membekukan kegiatan usaha bank-bank yang masuk kategori C dan

bank-bank kategori B yang tidak ingin ikut proses rekapitalisasi, prosedurnya

ditempuh dengan dasar Pasal 37A Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang

23Buku Resktrukturisasi Perbankan, op.cit hlm 8 24Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajahmada, 1982) hlm 249. 25 Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan (Bandung: Alumni, 1986) hlm 206. 26Ibid, hlm 207

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, yakni dengan

menyerahkan bank-bank tersebut kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN).27

Krisis ekonomi nasional dimaksud telah membawa pengaruh terhadap

perekonomian daerah di seluruh Indonesia. Perekonomian Sumatera Utara juga

mengalami krisis yang ditandai dengan tingkat inflasi kumulatif pada tahun fiskal

1997/1998 meningkat tajam, mencapai 33,51% dibandingkan tingkat inflasi

kumulatif tahun 1996/1997 yang hanya sebesar 7,1% . Bahkan pada tahun 1998 pada

saat krisis sedang berlanjut tingkat inflasi kumulatif Sumatera Utara tersebut

mencapai 62,84%.

28

Kondisi di atas tidak hanya dialami oleh Bank Nasional, namun juga dihadapi

oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang keberadaannya diperlukan khusus

untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi daerah, terutama melalui

pengembangan usaha kecil dan menengah serta pelayanan jasa perbankan masyarakat

lokal.

29 PT. Bank Sumut30

27Buku Restrukturisasi, op.cit, hlm 10. 28Laporan tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tahun 1998, hlm 15 29Agus Sugiarto, Peneliti Senior Bank Indonesia, Mencari Struktur Perbankan Yang Ideal, Harian Kompas, tanggal 16 Juli 2003. hlm 6. Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai salah satu bank yang ada pada system perbankan nasional memiliki fungsi dan peran yang signifikan dalam konteks pembangunan ekonomi regional karena BPD mampu membuka jaringan pelayanan di daerah-daerah dimana secara ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh bank swasta.

pada waktu itu masih berstatus Perusahaan Daerah dengan

30Dalam laporan tahunan PT.Bank Sumut tahun 2007,hlm 13. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan Akte Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas dengan call name BPDSU. Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuknya dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) melalui Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 tahun 1965. Modal dasar pada saat itu sebesar Rp.100 juta dan sahamnya dimiliki oleh

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

nama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara lebih dikenal dengan singkatan

BPDSU. Status PT.Bank Sumut merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang

sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota se Sumatera Utara

didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 1 tahun

1993, dengan maksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian

dan pembangunan daerah di segala bidang dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat. Fungsi yang lain bertindak sebagai pemegang kas daerah dan atau

melaksanakan penyimpanan uang daerah.31

Pada waktu itu kinerja keuangan PT.Bank Sumut juga mengalami dampak

yang sangat parah. Kondisi tersebut tergambar dari jumlah kerugian yang diderita,

yaitu pada tahun 1998 mengalami kerugian sebesar Rp. 127.084 juta dan pada tahun

1999 sebesar Rp. 161.044 juta

32

Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara. Pada tanggal 16 April 1999, berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara Nomor 2 tahun 1999, bentuk badan dirubah kembali dengan call name Bank Sumut. Perubahan tersebut dituangkan dalam Akte Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 38 tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nasution SH dan telah mendapat pengesahaan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah Nomor C-8224 HT.01.01 TH 99 tanggal 5 Mei 1999, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Modal dasar pada saat itu ditetapkan sebesar Rp.400 miliar. Selanjutnya karena pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan bank, maka pada tanggal 15 Desember 1999 melalui Akta Nomor 31, modal dasar ditingkatkan menjadi Rp.500 miliar. 31Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tahun 1998, hlm 6 32Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tahun 1999, hlm 40

. Menurut hasil due deligence yang dilakukan oleh

Bank Indonesia pertanggal 31 Maret 1999 kondisi CAR PT. Bank Sumut adalah

minus 34,67%. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah setiap Bank

Pembangunan Daerah yang memiliki CAR lebih kecil dari 8% harus mengikut i

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

program rekapitalisasi dalam rangka mengatasi kesulitan permodalan dan

kelangsungan usahanya33

B. Permasalahan

.

Dari gambaran di atas, terlihat bahwa wujud dari tindakan negara dalam

memberikan perlindungan dan pengembangan usaha kepada perusahaan yang

mempengaruhi perekonomian secara nasional dan perusahaan layanan umum

termasuk perbankan, antara lain berupa reorganisasi perusahaan dalam bentuk

restrukturisasi hutang dan restrukturisasi perbankan.

Menelusuri kembali kondisi krisis tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

masalah reorganisasi perusahaan dan menuangkannya dalam bentuk tesis yang

berjudul Analisis Hukum Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran

(Studi pada PT.Bank SUMUT).

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ada beberapa masalah

yang akan diteliti lebih lanjut, yaitu :

1. Bagaimana ketentuan reorganisasi perusahaan khususnya perbankan diatur dalam

peraturan perundang-undangan di Indonesia ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para kreditur apabila Bank dibubarkan?

3. Bagaimana pelaksanaan rekapitalisasi PT.Bank SUMUT dalam upaya penyehatan

dan pemberdayaannya sebagai bank milik pemerintah daerah ? 33Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 135/KMK.017/1999 dan Gubernur Bank Indonesia No. 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengkaji ketentuan reorganisasi perusahaan khususnya perbankan diatur dalam

peraturan perundang-undangan di Indonesia.

2. Meneliti lebih dalam perlindungan hukum terhadap para kreditur apabila Bank

dibubarkan.

3. Menganalisis dan mendalami dampak keberhasilan pelaksanaan rekapitalisasi

pada PT.Bank Sumut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi

peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya

dalam masalah rekapitalisasi perbankan yang dikategorikan sebagai salah satu upaya

reorganisasi perusahaan.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

2. Manfaat Praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat, bagaimana langkah kebijakan penanganan rekapitalisasi perbankan

yang dilakukan pemerintah khususnya rekapitalisasi PT.Bank Sumut sebagai salah

satu upaya menghindari pembubaran perusahaan, sehingga dapat menjadi

pembelajaran bagi semua pihak dalam mengantisipasi kondisi krisis di masa yang

akan datang.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan

Universitas Sumatera Utara diketahui memang telah pernah ada penelitian tentang

reorganisasi perusahaan, yaitu :

1. Reorganisasi Perusahaan Dalam Kepailitan oleh Herbert (NIM 017005016)

2. Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Reorganisasi Perusahaan oleh Elizabeth

Tobing (NIM 027005032)

namun ruang lingkup permasalah, metode dan lokasi penelitian berbeda dengan yang

diteliti oleh penulis. Jadi ide dan isu atas penelitian ini adalah asli dari pemikiran

penulis dan dilakukan dengan asas-asas keilmuan, yaitu jujur, rasional, objektif dan

terbuka, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara

ilmiah dan terbuka atas saran-saran serta usulan-usulan yang membangun.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Pendekatan teori hukum yang disebut dibawah ini digunakan penulis dalam

menganalisis pelaksanaan reorganisasi perusahaan yang mengambil studi pada PT.

Bank Sumut. Sebab dalam pelaksanaan reorganisasi melalui program rekapitalisasi

perbankan pada waktu itu, dilakukan dalam kondisi yang sangat kritis. Hal ini

mendorong pemerintah harus membuat kebijakan yang cepat dan tepat.

a. Hukum dan kegiatan ekonomi

Pemerintah sebagaimana tujuannya didirikan dalam suatu negara, berfungsi

memberikan jaminan perlindungan dan keamanan kepada rakyatnya. Sehingga pada

saat itu pula lahir upaya timbal balik dari rakyat yang merasa terlindungi untuk

memberikan trust yang seluas-luasnya sebagai bentuk kompensasi sehingga dapat

melakukan apa saja yang perlu bagi keselamatan rakyat. Di sinilah sebenarnya fungsi

awal (pelayanan) sebuah pemerintahan diwujudkan.34

Dalam memimpin, unsur kepercayaan (trust) memainkan peranan yang

teramat penting. Tidak mungkin sesorang menjalankan sebuah organisasi atau

perusahaan bila di dalamnya tidak ada unsur kepercayaan – baik kepercayaan

vertikal, maupun kepercayaan horizontal. Kepercayaan (trust) didefinisikan sebagai

kemauan untuk bertumpu pada seseorang yang kita percaya dan yakini.

35

34 Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan, Suatu Kajian, Teori,Konsep dan Pengembangannya ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006) hlm7 35 Robby Johan, Leading In Crisis, Praktik Kepemimpinan Dalam Mega Merger Bank Mandiri, (Jakarta: Penerbit Bara, 2006) hlm 165

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Menurut studi yang dilakukan Burg’s mengenai hukum dan pembangunan

terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat

pertumbuhan ekonomi, yaitu stabilitas (stability), prediksi (preditability), keadilan

(fairness), pendidikan (education) dan pengembangan khusus bagi para sarjana

hukum (the special development abilities of lawyers). Burg’s menjelaskan bahwa

unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat agar sistem perekonomian dapat

berfungsi baik. Dalam hal ini stabilitas berfungsi untuk mengakomodasi dan

menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing (confilc of interest),

sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan untuk memprediksi ketentuan-

ketentuan yang berhubungan dengan perekonomian suatu negara. Sejalan dengan

pendapat Burg’s tersebut, J.D. Ny Hart juga mengemukakan konsep hukum sebagai

dasar pembangunan ekonomi, yaitu predictability, procedural capability, codification

of goals, education, balance, definition and clarity of status serta accomodation.36

Dalam pembangunan ekonomi tidak terlepas dari ruang lingkup hukum

ekonomi.

37

36 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung : Books Terrace & Library, 2007) hlm 38. 37 Rachmadi Usman , Hukum Ekonomi Dalam Dinamika ( Jakarta : Djambatan,2000) hlm 1 menjelaskan bahwa hukum ekonomi disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan perekonomian. Dalam hal ini hukum berfungsi mengatur dan membatasi kegiatan-kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat.

Kajian formal tentang hukum ekonomi mulai dilaksanakan pada tahun

1978 dalam bentuk simposium Hukum Ekonomi yang diselenggarakan oleh BPHN,

sehingga dapat dikatakan masih relatif baru. Rochmat Sumitro mengemukakan bahwa

hukum ekonomi berkembang karena ikut campurnya pemerintah dalam soal

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

kepentingan pribadi, dengan demikian hak-hak dan kepentingan pribadi dibatasi demi

kepentingan umum dengan pertimbangan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

pada umumnya.

Selanjutnya Rochmat Sumitro mengemukakan definisi Hukum Ekonomi

sebagai berikut :

“ Hukum Ekonomi, yaitu keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau

penguasa sebagai suatu personifikasi dari masyarakat yang mengatur kehidupan

ekonomi dimana kepentingan individu dan kepentingan masyarakat saling

berhadapan.”38

Pengertian lain tentang Hukum Ekonomi dikemukakan oleh Sri Redjeki

Hartono, bahwa Hukum Ekonomi adalah perangkat Hukum yang mengatur berbagai

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi baik nasional maupun

internasional. Dalam uraian berikutnya Sri Redjeki Hartono menjelaskan bahwa

pelaku ekonomi adalah setiap badan usaha dan perorangan yang menjalankan

perusahaan. Dari dua definisi tersebut, tampak bahwa Hukum Ekonomi terletak pada

bidang Hukum Perdata dan pada bidang Hukum Publik, keseimbangan kepentingan

individu dan kepentingan masyarakat dijaga untuk mencapai kemakmuran bersama.

39

b. Teori Sosiological Jurisprudence ( Hukum Sosiologis).

Teori yang dicetuskan oleh Roscoe Pound ini memberikan perhatian sama

kuatnya kedudukan masyarakat dan hukum, sebagai sumber utama hukum dalam 38 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam Dalam Perkembangannya,( Bandung : Bandar Maju, 2002), hlm 70. 39 Ibid, hlm 71.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

penciptaan dan pemberlakuan hukum. Inti dasar prinsip pemikiran mazhab ini adalah

bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di

dalam masyarakat .40Perhatian aliran ini telah jauh berkembang tidak sekedar esensi

hukum, tetapi juga esensi perkembangan hukum. Masalah yang kedua ini sangat

menonjol dalam asumsi-asumsi Pound. Menurut Pound, tugas utama hukum adalah

rekayasa sosial. Fungsi utama hukum antara lain untuk melindungi kepentingan.

Terdapat tiga kepentingan yang syah dilindungi hukum, yaitu kepentingan umum,

kepentingan sosial dan kepentingan pribadi. Kepentingan umum yang terpenting

adalah kepentingan negara sebagai badan hukum untuk mempertahankan kepribadian

dan hakikatnya, kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan sosial. Untuk

kepentingan itu, negara menggunakan hukum, tidak sekedar untuk melindunginya

tetapi juga untuk sarana memajukannya.41

c. Teori Hukum Alam

Teori Hukum Alam (Natural Law) yang dipelopori Thomas Aquinas

mengatakan bahwa Hukum Alam merupakan hukum akal budi dan karenanya

diperuntukkan bagi makhluk rasional. Sebagai makhluk rasional, dengan demikian

setiap individu secara alamiah akan memerlukan perlindungan atas hak-hak yang

dimilikinya. Jika Hukum Alam ingin memiliki relevansi hukum, maka ia harus berisi

prinsip-prinsip petunjuk dimana manusia akan menggunakannya untuk mengatur diri

mereka sendiri dan orang lain. Variasi yang luas mengenai standar keadilan dan 40 Lili Rasjidi & I..B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem ( Bandung : Mandar Maju, 2003) hlm 122. 41 Ibid, hlm 123.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

moralitas dapat ditinjau pada waktu yang berbeda, di antara orang-orang yang

berlainan dan bahkan diantara individu-individu yang berlainan, mungkin akan

menghasilkan satu standar petunjuk yang menonjol tetapi variasi-variasi tersebut juga

mengindikasikan sulitnya menentukan apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip

alamiah itu. Hukum hanya dapat dilihat dari pedoman-pedoman yang ditawarkan

pada penerapan prinsip-prinsip tersebut terhadap kasus-kasus tertentu.42

d. Teori Sistem Hukum

Teori Lawrence M.Friedman mengenal Sistem Hukum yang mengandung tiga

komponen, yaitu : structure, substance dan legal culture. Unsur structure dari suatu

sistem hukum mencakup berbagai institusi dalam sistem hukum tersebut dengan

berbagai fungsinya, dalam rangka bekerjanya sistem hukum tersebut. Sistem hukum

terus berubah, namun bagian-bagian sistem itu berubah dalam kecepatan yang

berbeda dan setiap bagian berubah tidak secepat bagian tertentu lainnya. Sedangkan

unsur substance adalah aturan, norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada

dalam sistem itu, mencakup segala apa saja yang merupakan hasil dari organ, yaitu

norma-norma hukum baik berupa perundang-undangan, keputusan-keputusan hakim.

Unsur yang ketiga yaitu legal culture (budaya hukum) adalah sikap manusia terhadap

hukum dan sistem hukum- kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya.43

42Erman Rajagukguk, Teori Hukum, Bahan Kuliah Program Pascasarjana Universitas Surabaya Magister Hukum- Magister Kenoktariatan, 2006 hlm 15. 43 Lawrence M.Friedman, American Law An Introduction Second Edition ( Jakarta: Tatanusa, 2001) hlm 7,8

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

2. Landasan Konsepsional

Dalam rangka untuk lebih mengarahkan penelitian ini, ada beberapa istilah

operasional yang didefinisikan sebagai landasan konsepsional, yaitu :

a. Bank.

Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas

undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang selanjutnya disebut

Undang-undang Perbankan menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak serta dapat pula memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Dengan demikian Bank merupakan bagian dari sistem

keuangan dan sistem pembayaran suatu negara. Sumber dana utama Bank dalam

melakukan operasionalnya selain modal sendiri tentunya dana pihak ketiga yang

dihimpun dari masyarakat. Penghimpunan dana masyarakat dapat diperoleh

berdasarkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan secara

menyeluruh. Runtuhnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan sudah pernah

dialami, sehingga perbankan sangat kesulitan dana dan menyebabkan sangat

mahalnya harga dana yang dibeli oleh perbankan. Pada akhirnya menyebabkan

banyaknya bank-bank yang merugi dan menggerus dana modalnya sendiri bahkan

menjadi minus sehingga terpaksa bank-bank tersebut ditutup. Oleh karena itu,

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

keberadaannya sangat didukung baik oleh pemiliknya sendiri, maupun oleh

masyarakat nasional maupun internasional.

Mengingat kepentingannya itu, maka para stakeholder ( dalam hal ini

termasuk pemerintah) dari bank berupaya memberikan kontribusi kebijakan untuk

melindungi bank dari upaya kebangkrutan. Lebih lagi pada saat ini ambruknya suatu

bank akan mempunyai dampak yang berantai atau domino effect. Yaitu menular

kepada bank-bank lain, yang pada gilirannya tidak mustahil dapat sangat

mengganggu fungsi sistem keuangan dan sistem pembayaran dari negara

bersangkutan. Hal ini pernah dialami Amerika Serikat pada tahun 1929-1933 kurang

lebih 900 bank di Amerika Serkat atau kurang lebih setengah dari jumlah bank yang

ada disana pada waktu itu gulung tikar.44

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bagi perbankan di Indonesia,

merupakan salah satu tugas dari Bank Indonesia, sebagaimana diatur dalam Undang-

undang No.3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-undang No.23 Tahun 1999

Tentang Bank Indonesia Pasal 8 butir c. Implementasinya Bank Indonesia telah

menerbitkan berbagai regulasi dalam rangka mengawal operasional Bank, agar

senantiasa memenuhi azas-azas atau prinsip-prinsip kehati-hatian, manajemen risiko

dan good corporate governance (GCG).

45

44 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan ( Jakarta: Sinar Grafika, 2007) hlm 1. 45 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Mananjemen Risiko Bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance.

Sehingga apabila Bank menjalankan

operasionalnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut, sepatutnya Bank tersebut

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

akan sehat dan hidup secara konsisten dan berkesinambungan yang pada akhirnya

bertujuan mengamankan dana simpanan masyarakat pada Bank. Harapan ini tentunya

dapat terwujud dengan iklim dan kondisi yang secara komprehensif mendukung

pelaksanaan tersebut baik dari internal dan eksternal Bank ataupun Bank Indonesia

sendiri.

b. Reorganisasi perusahaan.

Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi disebutkan bahwa

Reorganization adalah menstruktur kembali keuangan perusahaan dalam

kebangkrutan.46

1. Reorganisasi Yuridis, yaitu perubahan mengenai bentuk hukum dari suatu

perusahaan atau badan usaha, misalnya dari perusahaan daerah menjadi perseroan

terbatas.

Reorganisasi perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut :

2. Reorganisasi Intern, yaitu perubahan mengenai bentuk atau struktur organisasi

(organisasi intern) dari suatu perusahaan.

3. Reorganisasi finansial, yaitu perubahan yang menyeluruh dari pada keseluruhan

struktur modal, yang terpaksa harus dilakukan karena perusahaan telah nyata-

nyata dalam keadaan insolvabel atau adanya ancaman insolvency, sehingga

46 John Downes & Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi, (Jakarta : PT.Elex Media Komputindo, 2001)

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban finansilnya.

Reorganisasi finansial merupakan bentuk capital restructuring yang paling

drastis.47

c. Pembubaran

Yang dimaksudkan pembubaran dalam penelitian ini adalah pembubaran

perusahaan sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-undang tersebut

disebutkan bahwa perseroan bubar karena:

1. keputusan RUPS

2. jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir

3. penetapan Pengadilan

4. dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk

membayar biaya kepailitan.

5. harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam insolvensi.

6. dicabutnya izin usaha peseroan sehingga mewajibkan perseroan melakukan

likuidasi.48

Sedangkan pembubaran suatu bank dilakukan apabila menurut penilaian

Bank Indonesia suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan. Pimpinan Bank

Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk

47 Bambang Riyanto, loc.cit 48 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 142

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) guna

membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi. Jika direksi bank

tidak juga menyelenggarakan RUPS, Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada

pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan hukum

bank, penunjukan tim likuidasi dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.49

c. Pailit

Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk

melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para kreditor.

Keadaan dimaksud pada umumnya disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan

atau yang disebut juga insolven. Dalam buku Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan

disebutkan insolvency merupakan ketidakmampuan seseorang atau badan untuk

membayar utang tepat pada waktunya atau keadaan yang menunjukkan jumlah

pasiva melebihi aktiva.50 Pengertian pailit atau bangkrut yang disebutkan dalam

ensiklopedia ekonomi keuangan dan perdagangan adalah seorang yang oleh suatu

pengadilan dinyatakan bangkrut dan yang aktivanya atau warisannya telah

diperuntukkan untuk membayar hutang-hutangya.51

Selanjutnya dalam Black’s Law Dictionary disebutkan pailit atau bankrupt

adalah:

49 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 37. 50 Aliminsyah & Padji, op.cit hlm 153 51 Munir Fuady, Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002) hlm 8

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

”the state or condition of a person (individual, partnership, corporation,

municipality) who is unable to pay its debts as they are, or become due” 52

d. Rekapitalisasi

Rekapitalisasi dapat diartikan sebagai penyusunan kembali daripada struktur

modal, misalnya dengan menambah atau mengurangi jumlah modal saham. Dengan

kata lain dapat dikatakan sebagai perobahan-perobahan baik dalam bentuk (form)

maupun dalam jumlah lembar dari securities yang beredar.53 Sedangkan Kamus

Istilah Ekonomi Kontemporer menyebutkan rekapitalisasi adalah suatu proses

penyuntikan kembali modal bagi perusahaan. Misalnya kondisi negative spread yang

dialami perbankan ditambah sejumlah persoalan dengan kredit-kreditnya yang tidak

mampu ditagih kembali, telah menggerogoti atau membuat modal bank menjadi

negatif. Dalam kondisi ini dibutuhkan tindakan rekapitalisasi.54

e. Obligasi

Obligasi merupakan salah satu instrumen dalam mendapatkan pinjaman uang

dalam jangka panjang, dengan cara si peminjam mengeluarkan surat pengakuan utang

dengan nilai nominal tertentu. Surat pengakuan utang ini dapat dikeluarkan oleh

pihak swasta ataupun negara. Dalam undang-undang Nomor 24 tahun 2002 tentang

Surat Utang Negara dijelaskan bahwa surat utang negara adalah surat berharga yang

berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang

52 M.Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan (Jakarta : Kencana, 2008) hlm1 53 Ibid, hlm 225 54 Indra Darmawan, op.cit hlm 480

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara Republik Indonesia sesuai

dengan masa berlakunya.55

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Guna menjawab permasalahan harus ditentukan metode penelitian yang

efektif. Pentingnya pemilihan metode penelitian tidak hanya diperlukan pada saat

penelitian tetapi juga di akhir penelitian.56 Oleh karena itu metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian

normatif disebut juga sebagai penelitian dokrinal (doctrinal research), yaitu suatu

penelitian yang menganalisa hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is

written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses

pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process).57

Digunakan pendekatan yuridis normatif karena masalah yang diteliti

mengenai keterkaitan peraturan yang satu dengan yang lain. Penelitian hukum seperti

ini, lebih menekankan pada bahan-bahan hukum sehingga dapat dikatakan sebagai :

Adapun data

yang dipergunakan dalam penelitian adalah data kepustakaan (library research),

sebagai suatu teknis pengumpulan data dengan memanfaatkan berbagai literatur

berupa peraturan perundang-undangan, sumber data sekunder lain yang dibahas oleh

penulis.

55 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara pasal 1 butir 1 dan pasal 3 ayat 1. 56 Myra A.Harris, Legal Research, ed 10 (New York : Prentice Hall, 1997) hlm 2 57Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada,2006) hlm.118.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

library based, focusing on reading and analysis of the primary and secondary

materials. Jika demikian, maka lebih tepat digunakan istilah kajian ilmu hukum

sebagaimana yang dapat ditemukan dalam kepustakaan hukum di Belanda.58

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan adalah metode

penelitian normatif yang merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.

Logika keilmuan dalam penelitian normatif dibangun berdasarkan displin ilmiah dan

cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu

sendiri.

59

2. Pendekatan Masalah

Oleh karena tipe penelitian adalah tipe penelitian hukum normatif, maka

pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

(statute approach). Pendekatan ini melakukan pengkajian berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan reorganisasi perusahaan dan kepailitan

yang dikaitkan dengan pelaksanaan rekapitalisasi perbankan khususnya pelaksanaan

rekapitalisasi PT.Bank Sumut. Selain itu analisis hukum yang dihasilkan oleh suatu

penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan akan

menghasilkan suatu penelitian yang akurat.

3. Sumber Data

Sumber data sebagai bahan kajian terdiri dari : 58Jhonny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006) hlm.46 59Ibid, hlm 57

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

a. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan-aturan

hukum yang diurut berdasarkan hierarki yaitu mulai Kitab Undang-undang

Hukum Perdata, Undang-undang Perbankan dan undang-undang lain yang

relevan serta Peraturan Pemerintah, Peraturan dan Surat Edaran Bank

Indonesia, termasuk juga perjanjian-perjanjian yang dibuat Pemerintah

dengan Perbankan (dalam hal ini PT.Bank Sumut) yang dapat dijadikan

dasar dan referensi dalam menganalisis penelitian ini.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku

hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum,

seminar-seminar mutakhir yang dilakukan para pakar yang terkait dengan

topik penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang yang dapat

memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan primer maupun bahan

sekunder, antara lain : kamus perbankan, kamus hukum, kamus ekonomi,

kamus bahasa Inggris, Indonesia dan ensiklopedia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui :

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

a Studi Kepustakaan (Library Research)

Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka pengumpulan

data dilakukan dengan melalui studi kepustakaan, dikumpulkan melalui studi

literatur, dokumen dan dengan mempelajari ketentuan peraturan perundang-

undangan, buku-buku hukum, artikel, literatur dan dokumen yang

berhubungan dengan topik penelitian ini.

b Wawancara (interview)

Untuk mendapatkan lebih lanjut atas data pendukung yang diperoleh,

dilakukan wawancara kepada sumber-sumber informasi, seperti pejabat –

pejabat PT.Bank Sumut setingkat Pimpinan Divisi dan Staf Ahli yang

menangani dan/atau mengetahui pelaksanaan rekapitalisasi.

5. Analisis Bahan

Adapun bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan,

aturan perundang-undangan, jurnal-jurnal dan artikel yang berkaitan dikumpulkan

selanjutnya ditelaah, dikaji dan dianalisis secara deskriptif untuk menjawab dan

memberikan solusi serta pendapat atas permasalahan yang sudah dikemukakan

diatas.

6. Lokasi Penelitian

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Lokasi penelitian adalah Kantor Pusat PT.Bank SUMUT yang terletak di

Gedung Bank Sumut, Jalan Imam Bonjol No.18 Medan.

BAB II

PELAKSANAAN REORGANISASI PERUSAHAAN

PERBANKAN DI INDONESIA

A. Reorganisasi Perusahaan

Reorganisasi yang dalam bahasa Inggeris disebut “Reorganization” diartikan

penyusunan kembali.60

“The Bankruptcy Act covers several type of bankruptcy proceedings. In this

chapter our focus will be on (1) straight bankruptcy (liquidation), (2) reorganizations

and (3) consumer debt adjusments”

Reorganisasi bertujuan untuk menyehatkan perusahaan dalam

mengatasi kegagalan usahanya agar dapat bertahan hidup.

Hukum di Amerika Serikat telah memberlakukan reorganisasi perusahaan

untuk mengatasi keadaan debitur yang mengalami kesulitan untuk membayar utang-

utangnya. Menurut hukum tersebut bagi debitur yang mengalami kesulitan dalam

membayar utang-utangnya diberikan beberapa pilihan:

61

“When a business is broken up and sold to pay creditor claims, the assets value often shrinks greatly. A going concern is usually able to pay off its debts better than a dead business. Chapter Eleven is a complex area of bankruptcy law permitting rehabilitation of dying businesses by reorganizations. Sole proprietorships

.

60 S.Wojowasito-Tito Wasito W, op.cit hlm 176. 61 Donnel, John D., et.al. Law For Business (Illinois : Irwin Home Wood,1983) hlm 710.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

are entitled to its protections,too. Either the debtor or creditors may petition for reorganization”.62

Chapter 11 of the Bankruptcy Act yang merupakan hukum kepailitan di

Amerika Serikat, memberikan alternatif untuk memecahkan problema-problema

finansial yang dihadapi seorang debitur dengan menyusun rencana restrukturisasi

yang disebut reorganisasi perusahaan.

63Ketentuan Chapter 11 ini dapat digunakan

oleh hampir semua bidang usaha 64

Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam

menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering

disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas.

Kebangkrutan dapat juga diartikan suatu proses yang dilakukan oleh seorang debitur

dengan mengisi suatu petisi yang menyatakan bahwa ia tidak mampu untuk

62 Bruce D. Fisher, Law For Business (St.Paul: West Publishing Co, 1986) hlm 722

63 Syamsudin Manan Sinaga, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Restrukturisasi Utang Pada Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang ( Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2000) hlm 14. Apabila hal tersebut dilakukan akan memberikan keuntungan kepada debitur, yaitu :

1. Menghindarkan debitur dari kepailitan. 2. Memungkinkan debitur untuk tetap menjalankan bisnisnya 3. Para kreditur yang menolak rencana restrukturisasi, terpaksa menyetujuinya apabila rencana

restrukturisasi tersebut telah mendapat persetujuan pengadilan. Bila restrukturisasi tersebut berhasil, maka kreditur akan mendapat keuntungan dibandingkan jika debitur dipailitkan.

64 Ibid, hlm 15, ( all business enterprise, including individual proprietorships, partnerships and corporation), kecuali ;

1. Bank 2. Saving and loan associations 3. insurance companies 4. commodities brokers, stockbrokers

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

memenuhi kewajiban-kewajibanya atau hutang-hutangnya dan bersedia dinyatakan

bangkrut.65

Rencana reorganisasi pada hakekatnya adalah sebuah kesepakatan antara

seorang debitur dan beberapa kreditur. Hal itu mungkin merupakan rekapitalisasi

perusahaan debitur dan atau memberi pada kreditur beberapa saham perusahaan

sebagai pengganti sebagian atau seluruh utang-utang perusahaan.

66

Restrukturisasi merupakan induk dari berbagai upaya perusahaan untuk

memperbaiki kinerja di masa depan. Restrukturisasi korporat pada prinsipnya

merupakan kegiatan atau upaya untuk menyusun ulang komponen-komponen

korporat supaya masa depan korporat memiliki kinerja yang lebih baik. Komponen

yang disusun ulang tersebut bisa aset perusahaan, pendanaan perusahaan, organisasi,

pembagian kerja, orang-orang dalam perusahaan, atau apa saja yang merupakan

kekayaan dan dalam kendali korporat. Biasanya restrukturisasi dikelompokkan ke

dalam tiga kategori besar: restrukturisasi portofolio, restrukturisasi finansial dan

restrukturisasi organisasi.

67

Reorganisasi dapat dibedakan :

68

a. Reorganisasi yuridis, yaitu reorganisasi yang terjadi apabila ada perubahan

bentuk hukum perusahaan atau badan usaha. Perubahan ini mempunyai akibat

65 http://rdtloom.wordpress.com/2009/01/13/kebangkrutan-dan-reorganisasi/. Diakses tanggal 26 Mei 2009. Dalam Black’s Law Dictionary, Bankrupt didefinisikan “ The state or condition of one who is unable to pay his debts as they ar or become due” 66 Ibid, hlm 15 67 Bramantyo Djohanputro, Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai: Strategi Menuju Keunggulan Bersaing ( Jakarta: Penerbit PPM,2004) hlm 24

68 Bambang Riyantu, loc.cit

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

hukum, misalnya bentuk perusahaan perseorangan dirubah menjadi

partnership atau bentuk perusahaan partnership dirubah menjadi Perseroan

Terbatas. Dengan demikian reorganisasi yuridis pada dasarnya merubah

bentuk. Perubahan bentuk pada hakekatnya mempengaruhi hak dan kewajiban

dari pada pemilik.

b. Reorganisasi struktural, yaitu penyusunan kembali struktur organisasi. Dalam

reorganisasi struktural tidak ada akibat keluar tetapi mempunyai akibat

kedalam. Misalnya struktur organisasi fungsional dirubah menjadi struktur

organisasi garis.

c. Reorganisasi finansial, yaitu reorganisasi yang terjadi apabila ada perubahan

struktur modal. Struktur modal disusun kembali karena perusahaan

mengalami kesulitan permodalan.69

Salah satu cara reorganisasi perusahaan adalah berupa reorganisasi finansial

yaitu dilakukan dengan penambahan atau pengurangan modal. Penambahan atau

pengurangan modal dapat dilaksanakan oleh pemegang saham yang sudah ada.

Namun apabila kemampuan keuangan pemegang saham yang sudah ada tidak

memungkinkan, penambahan modal dilakukan dengan cara mengundang investor

baru.

Disamping itu jika melihat dari hakekatnya reorganisasi perusahaan adalah

untuk menyehatkan kinerja perusahaan, tentunya perusahaan dapat melakukan

69 Wasis, op.cit hlm 205,206

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

kebijakan antara lain : perluasan perusahaan secara internal, peningkatan modal

ekuitas dari sumber eksternal perusahaan, ekspansi usaha, penurunan modal dan

perampingan perusahaan secara yuridis. Sehingga bentuk reorganisasi diperluas dan

dapat dilakukan dengan cara :70

1. Penggabungan (Merger)

2. Peleburan (consolidation)

3. Pengambilalihan (acquisition)

4. Privatisasi

5. Pengambilalihan oleh pemerintah

6. Rekapitalisasi

7. Restrukturisasi Utang

Reorganisasi pada umumnya adalah pengaturan untuk memperbaiki susunan

kapital suatu perseroan agar kondisi finansial menjadi lebih sehat dan kuat.

Mengingat bahwa maksud diadakannya reorganisasi terutama untuk perbaikan

struktur modalnya untuk kemudian supaya mempermudah future financingnya, maka

tindakan utama yang harus dilakukan adalah tindakan menghilangkan saldo

kerugian.71

70Bramantyo Djohanputro, op.cit hlm 33 71Bambang Riyanto, op.cit hlm 252

Tindakan ini secara khusus dapat disebut recapitalization, yang dilakukan

kepada suatu perseroan yang jatuh bangkrut, yang menetapkan, bahwa para

pemegang saham, pemegang obligasi, dan para kreditur menyetujui satu sama lain

akan menyerahkan kepentingan-kepentingan dan tuntutan-tuntutannya, untuk

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

melakukan restrukturisasi finansial sehingga dapat menyelesaikan hutang-hutang

perseroan dan melanjutkan usaha-usahanya.

Langkah-langkah reorganisasi: Pertama, menentukan Nilai Perusahaan,

penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana, adalah menghitung

nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi; Kedua, menentukan Struktur Modal

yang baru, struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar

perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap

tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa

operasi perusahaan akan berhasil, maka likuidasi merupakan alternatif satu-satunya

yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.72

B. Alasan dan Motivasi dilakukannya Reorganisasi Perusahaan

Pembatasan di dalam penelitian ini, hanya untuk perusahaan yang berbadan

hukum yang berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia yang tunduk

kepada Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan

alasan bahwa penelitian ini perusahaan yang dibahas adalah perusahaan perbankan.

Walaupun dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, badan

hukum bank dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perusahaan Daerah.

Namun sebagian besar badan hukum perbankan merupakan Perseroan Terbatas.

72 http://rdt.wordpress.com/2009/01/13/kebangkrutan dan reorganisasi diakses 27 Pebruari 2009

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Merger dan akuisisi yang merupakan salah satu bentuk dari reorganisasi

perusahaan jika diperhatikan kebanyakan dilakukan dengan pembelian tunai, dan

bukan dengan penukaran saham atau pembayaran dengan instrumen utang. Apakah

merger ini akan menciptakan nilai bagi para pemegang saham perusahaan yang

mengakuisisi itu, masih harus dibuktikan. Dalam kebanyakan kasus, sampai saat ini

ternyata tidak demikian halnya, tetapi masih diperlukan lebih banyak waktu untuk

menilai dampaknya dalam jangka panjang.

Menurut definisi, merger adalah kombinasi dua perusahaan dimana satu

perusahaan kehilangan eksistensinya sebagai satu kesatuan. Perusahaan yang

bertahan mengambil alih aktiva dan utang perusahaan yang digabungkan (merger

company). Merger harus dibedakan dari konsolidasi. Konsolidasi merupakan

kombinasi dua perusahaan, yang kemudian dibentuk satu perusahaan yang sama

sekali baru dan kedua perusahaan lama yang bergabung membubarkan diri

(dilikuidasi).73

73 Bismar Nasution, op.cit, hlm 167,168

Apabila dua perusahaan dengan ukuran yang kira-kira sama

dikombinasikan, biasanya mereka akan dikonsolidasi. Apabila dua perusahaan secara

signifikan berbeda besarnya, biasanya mereka bergabung (merger).

Adapun bentuk lain yang dapat dilakukan adalah pengambilalihan (take over),

yang bisa berarti secara suka rela dari dua perusahaan atau pengambilalihan terpaksa

dengan penawaran tender. Tetapi istilah pengambilalihan biasanya dikaitkan dengan

pengambilalihan terpaksa dengan penawaran tender.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Alasan untuk melakukan kombinasi banyak dan rumit. Dari berbagai literatur

disebut motivasi utama dilakukannya reorganisasi ataupun restrukturisasi perusahaan

yang dilakukan dengan cara merger, peleburan dan pengambilalihan adalah sinergi.

Scharf (1991) menyebutkan bahwa sinergi adalah kenaikan efektivitas yang diperoleh

dari kombinasi kerja beberapa orang/unit yang dapat dicapai oleh secara terpisah.74

Sinerji terjadi dari :75

1. Penghematan operasi, pemasaran, produksi dan distribusi

2. Penghematan finansial, termasuk harga transaksi yang murah, cakupan yang lebih

baik dan penghematan pajak.

3. Peningkatan kemampuan pemasaran, karena berkurangnya kompetitor.

4. Mengurangi tingkat risiko, menghindari kebangkrutan dan pengambilalihan

Disamping masalah ekonomi, ada juga masalah hukum yang menjadi alasan

dan motivasi untuk melakukan reorganisasi perusahaan, yaitu antara lain :76

1. Masalah hukum desentralisasi

Undang-undang Otonomi Daerah telah mendorong memberikan kesempatan

kepada Pemerintah Daerah untuk dapat menikmati hasil dari perusahaan-

perusahaan yang ada di daerahnya menuntut korporat untuk mengkaji ulang cara

74Charles A Scharf, Edward E Shea and George C Beck, Acquisitions, Merger Sales,Buyouts&Takeovers : A Handbook with Forms, Fourth Edition, ( New Jersey: Prentice Hall Engleword Cliftfs,1991) 75Gunadi, Restrukturisasi Perusahaan dalam Berbagai Bentuk dan Pemajakannya ( Jakarta: Selemba Empat,2001) hlm 24 76Bramantyo Djohanputro, op.cit hlm 27

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

kerja mereka dan mengevaluasi hubungan kantor pusat dengan anak atau cabang

perusahaan yang tersebar di berbagai daerah.

2. Masalah hukum anti monopoli

Perusahaan yang sudah masuk ke dalam daftar hitam monopoli dan telah

dinyatakan resmi bersalah oleh Komite Pengawasan Persaingan Usaha

(KPPU)/pengadilan, mau tidak mau harus melakukan restrukturisasi dirinya

supaya terbebas dari masalah hukum. Misalnya, perusahaan harus melepas atau

memecah divisi supaya dikuasai pihak lain, atau menahan laju produk yang

masuk ke dalam daftar monopoli supaya pesaing bisa mendapat porsi yang

mencukupi.

3. Masalah hukum ketenagakerjaan.

Munculnya Undang-undang ketenagakerjaan yang terus mengalami perubahan,

mendorong para buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.

Sehingga dengan pendekatan alasan restrukturisasi perusahaan, maka efisiensi

pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dapat dilakukan secara bijaksana.

C. Ketentuan Reorganisasi Perusahaan di bidang Perbankan

Salah satu kebijakan pemerintah dalam program penyehatan perbankan yang

selain pendirian BPPN dan Penyelesaian Aset adalah program merger, akuisisi, dan

konsolidasi Bank. Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada pasal 1 menyebutkan

pengertian merger adalah penggabungan dua bank atau lebih, dengan cara tetap

mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya

dengan atau tanpa melikuidasi. Konsolidasi adalah penggabungan dua bank atau lebih

dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank tersebut dengan atau

tanpa melikuidasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan akuisisi adalah

pengambilalihan kepemilikan suatu bank.77

Pada dasarnya penerapan kebijakan merger, akusisi dan konsolidasi bank

merupakan kebijakan yang dilakukan dalam rangka memperkuat faktor permodalan

perbankan. Kebijakan ini dinilai cukup berhasil mengurangi jumlah bank di

Indonesia.

Program dimaksud dilaksanakan pemerintah pada periode krisis adalah dalam

rangka memperkuat struktur perbankan yang ada di Indonesia. Sehingga bank-bank

yang tidak sehat maupun bank-bank yang sehat tetapi rapuh kondisinya diminta untuk

melakukan merger, akuisisi maupun konsolidasi.

78 Selain kebijakan tersebut pemerintah melakukan penyehatan perbankan

dengan pelaksanaan program rekapitalisasi bank-bank. Program ini merupakan salah

satu langkah penting yang diambil pemerintah dalam rangka kebijakan restrukturisasi

perbankan untuk memperbaiki kondisi keuangan bank dengan cara menambah modal

bank karena industri perbankan mengalami kekurangan modal. 79

77 Kusumaningtuti SS, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia ( Jakarta: Rajawali Pers, 2009) hlm 107. 78 Ibid , hlm 107 79 Ibid, hlm 110

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Dalam program ini, Pemerintah Indonesia memperkuat permodalan sejumlah

bank yang dinilai patut beroperasi dengan cara menerbitkan surat utang negara

(obligasi). Jumlah surat utang negara yang diterbitkan tersebut mencapai sekitar

Rp.425,5 triliun, suatu jumlah yang besar dan merupakan utang domestik. Sebelum

memutuskan pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan, pemerintah memiliki tiga

alternatif, yaitu:

a. mengalihkan kepemilikan saham bank kepada para deposan dan

kreditor;

b. likuidasi bank; dan

c. rekapitalisasi perbankan.80

Apabila kebijakan likuidasi bank diterapkan, sudah pasti akan menimbulkan

dampak yang negatif kepada keuangan pemerintah, jasa perbankan, sistem

pembayaran, dan kebijakan ekonomi dan moneter nasional. Melalui program

likuidasi, kewajiban bank termasuk kepada nasabah bank akan diselesaikan

berdasarkan penjualan aset bank, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan

keresahan masyarakat termasuk karyawan bank yang diberhentikan terutama apabila

hasil penjualan aset bank tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Sedangkan apabila pemerintah menempuh kebijakan rekapitalisasi,

pemerintah tidak perlu membayar dana pihak ketiga maupun kewajiban bank yang

dijamin pemerintah, sebab bank peserta rekapitalisasi masih beroperasi secara 80 Satrio Wibowo, Sonny Handoko, Mirza Yuniar dan I.M. Noviati, ”Kajian Mengenai Efektivitas Kebijakan Obligasi Rekap” (Jakarta: Biro Stabilitas Sistem Keuangan, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003) hlm 13.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

normal. Disamping itu biaya rekapitalisasi perbankan dianggap lebih rendah dari pada

biaya likuidasi yang meliputi biaya mengatasi simpanan nasabah dan biaya

pegawai.81

Program rekapitalisasi perbankan hanya bersifat sementara dan tidak

dimaksudkan untuk mengambil alih kepemilikan (nasionalisasi) sektor perbankan.

Dilihat dari aspek yuridis, program rekapitalisasi perbankan ini tidak diatur dalam

Undang-undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupun Undang-undang No.23 tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.4 Tahun 2003 tentang Bank

Indonesia. Landasan operasional yang menjadi dasar pelaksanaan program

rekapitalisasi perbankan hanyalah berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri

Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, yaitu SKB No.53/KMK.017/1999 dan

No.31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang Pelaksanaan Program

Rekapitalisasi Bank Umum.

82

Dasar penerbitan kedua SKB tersebut merujuk kepada Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No.84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum.

Menurut Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan pada Pasal 10, disebutkan bahwa materi muatan Peraturan

Sedangkan khusus untuk Bank Pembangunan Daerah

melalui SKB No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI tentang Pelaksanaan

Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.

81 Kusumaningtuti SS, Op.cit hlm 111 82 Kusumaningtuti SS, Op.cit hlm 88.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana

mestinya.83 Kalau dilihat dari butir ” Mengingat” dalam Peraturan Pemerintah

tersebut memang ada menyebutkan : Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang

No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998, dan

Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Namun setelah diteliti

masing-masing Undang-undang tersebut, tidak ada secara jelas dan tegas

menyebutkan Program Rekapitalisasi, yang ada pada Pasal 28 dalam Undang-undang

Perbankan hanya mengenai merger, konsolidasi dan akuisisi Bank, yang

ketentuannya ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.84 Sedangkan pada Pasal 37 A

Undang-undang Perbankan menyebutkan bahwa Badan khusus yang dibentuk

Pemerintah dalam melakukan program penyehatan bank, mempunyai wewenang

untuk melakukan penyertaan modal sementara pada bank secara langsung atau

melalui pengkonversian tagihan badan khusus.85

83Lihat juga Pasal 7 Undang-undang No.10 Tahun 2004, yang menyebutkan bahwa : Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :

Sementara program rekapitalisasi

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ; c. Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah; Penjelasan pasal 10 Undang-undang ini, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sebagaimana mestinya adalah materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam Undang-undang yang bersangkutan. 84 Pada Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992, Pasal 28 ayat 1 menyebutkan: Merger, konsolidasi, dan akuisisi wajib terlebih dahulu mendapat izin Pimpinan Bank Indonesia. 85 Pada Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992, Pasal 37 A butir 2 huruf h

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

merupakan program peningkatan modal bank yang dilakukan dengan penyertaan

saham pemerintah sebesar 80% dan pemegang saham pengendali bank sebesar 20%

dari kekurangan modal bank untuk mencapai CAR yang ditentukan.86

1. Undang-undang No.10 Tahun 1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang

Perubahan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam undang-

undang ini, dijelaskan mengenai pengertian atau definisi mengenai merger,

konsolidasi, dan akuisisi. Sedangkan pasal yang mengatur hanya 1 (satu) pasal,

yaitu pasal 28 ayat (1) dan (2), yang menyebutkan bahwa merger, konsolidasi

dan akuisisi Bank wajib mendapat izin dari Pimpinan Bank Indonesia.

Selanjutnya mengenai ketentuan lebih lanjut mengenai merger, konsolidasi dan

akuisisi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Dari hasil penelitian penulis, terhadap ketentuan kerangka hukum yang

berlaku, dapat diidentifikasi berbagai kebijakan dan pengaturan pokok, baik secara

langsung maupun tidak langsung mengatur reorganisasi perbankan di Indonesia, yaitu

sebagai berikut :

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tanggal 5 Maret 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, mengatur mengenai merger

dan akuisisi sebagai berikut :

86 Peraturan Pemerintah No.84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum pasal 1 ayat 2 menyebutkan : Program Rekapitalisasi Bank Umum adalah upaya meingkatkan permodalan bank untuk mencapai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan .

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

a. Pelaksanaan merger dan akuisisi tidak boleh mengakibatkan monopoli dan

atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dapat membatalkan merger dan

akuisisi yang mengakibatkan terjadinya monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.

c. Kepada pelaku usaha yang telah melakukan merger dan akuisisi sebelum

berlakunya Undang-undang No.5 tahun 1999 yang mengakibatkan melanggar

ketentuan diatas, diberi waktu untuk memperbaikinya sampai dengan waktu

tanggal 5 September 2000.

Hal ini telah diadopsi oleh Undang-undang Perbankan No.7 Tahun 1992,

sebagaimana dalam penjelasan pasal 28 yang menyebutkan : ” Dalam melakukan

merger, konsolidasi dan akuisisi, wajib dihindarkan timbulnya pemusatan

kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan

masyarakat ”.

3. Undang-undang No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

Padal Pasal 5 disebutkan bahwa salah satu tugas Lembaga Penjamin Simpanan

(LPS) adalah menangani Bank Gagal yang berdampak sistemik maupun yang

tidak berdampak sistemik. Untuk melakukan penyelamatan Bank Gagal tersebut

LPS mempunyai wewenang melakukan reorganisasi perusahaan antara lain

mengambil alih dan menjalankan segala kewenangan pemegang saham, termasuk

hak dan wewenang RUPS, menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

serta menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau

kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

2. Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab I Pasal 1

angka 9 sampai dengan 11 dan Bab VIII Pasal 122 sampai dengan 137.

Pasal 126 UU ini mengatur bahwa perbuatan hukum penggabungan (merger),

pengambilalihan (akuisisi) atau pemisahan harus dilakukan dengan

memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas, karyawan/wati, kreditor

dan mitra usaha lainnya serta masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan

usaha.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1997 tentang Perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pencabutan

Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

6. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan

Akuisisi Bank.

7. Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999 tentang Pembelian

Saham Bank Umum. Peraturan ini pada dasarnya mengatur tata cara pembelian

saham Bank Umum oleh WNA dan WNI.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara

Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh,

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah

Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Bank

Pembangunan Daerah Jawa Timur, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan

Barat, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara, Bank Pembangunan Daerah

Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat, Dan Bank

Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur Dalam Rangka Program

Rekapitalisasi Bank Umum.

9. Peraturan Bank Indonesia No.8/16/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang

Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia.

Kebijakan Kepemilikan Tunggal Perbankan mengharuskan kepada semua pemilik

bank khususnya pemegang saham pengendali untuk mengonsolidasi

kepemilikannya di bank-bank yang dalam satu grup usahanya dengan batas waktu

hingga tahun 2010.87

a. Divestasi (penjualan saham-saham) miliknya,

Dalam kebijakan tersebut Bank Indonesia menawarkan 3

(tiga) opsi yakni :

b. Merger atau konsolidasi

c. Pembentukan perusahaan induk (Bank Holding)

87Johannes Ibrahim, Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi Perbankan Nasional , Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27 No.2 Tahun 2008, hlm 5

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

10. Peraturan Bank Indonesia No.8/17/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang

Insentif dalam Rangka Konsolidasi sebagaimana telah diubah dalam Peraturan

Bank Indonesia No.9/12/PBI/2007 tanggal 21 September 2007.

11. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usahan No.1 Tahun 2009 tentang Pra-

Notifikasi Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan tanggal 13 Mei 2009.

Dalam rangka pengendalian terhadap penggabungan, peleburan dan

pengambilalihan yang dapat mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat dan menjamin adanya kepastian hukum bagi pelaku usaha yang

hendak melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan, maka pelaku

usaha dapat memberitahukan maksudnya kepada Komisi untuk mendapat

pendapat mengenai dampak yang dapat ditimbulkan dari rencana penggabungan,

peleburan dan pengambilalihan tersebut. Hal ini menyahuti ketentuan perundang-

undangan yang sudah terbit baik undang-undang anti monopoli, undang-undang

perbankan dan undang-undang perseroan terbatas yang telah membatasi agar

tindakan merger, konsolidasi dan akuisisi tidak menimbulkan praktek monopoli.

12. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/50/KEP/DIR tanggal 14 Mei

1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum. Pokok-pokok yang diatur adalah

mengenai izin dan pelaporan atas pembelian saham Bank.

13. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei

1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank

Umum juncto Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.52/32/KEP/DIR

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger,Konsolidasi dan

Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat. Salah satu ketentuan pada Surat Keputusan

tersebut mengatur bahwa apabila salah satu bank mengalami kesulitan yang

membahayakan kelangsungan usahanya dan tidak dapat melaksanakan perbaikan-

perbaikan yang ditetapkan Bank Indonesia, maka Bank Indonesia dapat meminta

kepada pemilik dan pengurus bank untuk meger atau konsolidasi dengan bank

lain atau menjual sebagian atau seluruh sahamnya kepada bank atau pihak lain.

14. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia

No.53/KMK.017/1999 dan No.31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang

Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum.

15. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia

No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang

Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

KREDITUR BANK

A. Peranan Perbankan Dalam Perekonomian Nasional

Bank Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai otoritas mengatur dan

mengawasi perbankan di Indonesia telah menerbitkan serangkaian regulasi. Regulasi

tersebut mengesankan “tanggung jawab” Bank Indonesia untuk mengamankan dana

masyarakat yang disimpan pada Bank di Indonesia.

Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana

masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada

penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan

sebagai “aliran darah” bagi perkembangan perekonomian dan peningkatan standar

taraf hidup.88

88 Lihat Frederic S. Mishkin, The Economic of Money, Banking, Financial Market, Fifth

Edition, (Singapore: Addison-Wesley, 1998), hal. 226, yang mengatakan bahwa bank memainkan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Fungsi lainnya adalah sebagai lembaga penyedia instrumen pembayaran untuk

barang dan jasa yang dapat dilakukan secara cepat efisien dan aman. Fungsi ini akan

berjalan apabila penjual dan pembeli barang dan jasa meyakini bahwa instrumen yang

digunakan untuk pembayaran tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak

dalam suatu transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka

fungsi dimaksud tidak akan berjalan.89

Di setiap negara, fungsi bank merupakan ”jantung” dari pasar uang. Fungsi

bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan. Pada waktu itu pihak

penguasa telah memanfaatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk membiayai

ambisi mereka.

90

peran penting dalam menyalurkan dana dari nasabah penyimpan kepada sektor-sektor produktif dan menjamin sistem keuangan berjalan dengan lancar dan efisien.

89 E. Gerald Corrigan, “Central Bank and the Financial System”, paper presented to a Symposium of Central Banking Issues in Emerging Market-Oriented Economic, Sponsored by the Federal Reseve Bank of Kansas City, Jackson Hole, Wyoming, USA, (August 23-25, 1990), hal. 25. Lihat juga Michael A. Raffanti, “Erosian of ‘Subtle Hazard’ Analysis Joepardizes Safety and Soundness of the Banking System: Securities Industry Association v. Board of Governors”, Boston College Law Review (May 1989), hal. 938, yang mengatakan bahwa kompleksitas sistem pembayaran termasuk kliring dan electronic fund transfer membuat keamanan dan kesehatan bank menjadi penting dalam menjaga integritas sistem tersebut.

90 Pada tahun 1335 Raja Edward III dari Inggris tidak mampu membayar kredit yang diterimanya dari bankir Florentine sebesar 1,5 juta gold florins untuk membiayai kampanyenya di Perancis. Lowell L. Briyan, Bankrupt: Restoring the Health and Profitability of Our Banking System, (New York: Harper Business, 1991), hal. 10.

Berdasarkan fungsi bank tersebut yang sangat krusial bagi

perekonomian suatu negara, maka keberadaan aset bank, paling tidak karena dua

alasan; Pertama, meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi,

dan Kedua, mencegah terjadinya bank runs and panics. Di samping itu kepercayaan

masyarakat diperlukan pula karena bank tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk

membayar kewajiban kepada seluruh nasabahnya sekaligus. Pentingnya kepercayaan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

ini tercermin dari ucapan Presiden Franklin D. Roosevelt; ”after all, there is an

element in the reajustment of our financial system more important than currency,

more important goal, and that is the confidence of the people”.91

Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia

dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif

dan efisien. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan

hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik

Negara Indonesia misalnya telah mengalami babak baru dalam sejarah Bank

Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang-

undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,

dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 15 Januari 2004. Undang-undang ini

memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen

dan bebas dari campur tangan Pemerintah ataupun pihak lainnya.

Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai

otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya

sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan

mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga

berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari

pihak manapun juga.

91 Diucapkan pada tanggal 12 Maret 1933 sewaktu mengumumkan berakhirnya bank holiday

akibat terjadinya krisis perbankan di Amerika Serikat.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan

pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai

dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia

dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

Bank merupakan institusi kepercayaan. Di institusi itu, masyarakat

menyimpan dananya untuk kemudian disalurkan dalam bentuk kredit. Peran institusi

perbankan begitu penting. Tidak heran bila otoritas perbankan membuat berbagai

rambu untuk perbankan. Bahkan, regulasi di sektor perbankan terbilang paling

lengkap dibandingkan dengan institusi keuangan lain. Hal itu wajar. Sebab, jika

perbankan mengalami permasalahan, dampaknya akan dirasakan sektor lain, seperti

dunia usaha, yang akhirnya akan berpengaruh pula pada perekonomian negara.

Karena itu, institusi perbankan mesti dikelola secara hati-hati (prudent) oleh

manajemen yang profesional, berdedikasi tinggi, dan dijalankan secara jujur. Bila

tidak, kepercayaan nasabah terhadap bank bersangkutan akan berkurang.

Kedudukan Bank Indonesia sebagai badan hukum oleh undang-undang diakui

secara tegas. Begitu juga halnya dengan independensi Bank Indonesia secara tegas

diakui pula oleh undang-undang. Bahkan Undang-Undang Dasar 1945 setelah

amandemen keempat, menyatakan, “Negara memiliki satu bank sentral yang susunan,

kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan

undang-undang”.92

92 Pasal 23 D Undang-Undang Dasar 1945.

Oleh undang-undang diakui pula kedudukan Bank Indonesia

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

sebagai badan hukum93 dan Bank Indonesia diberi kewenangan untuk mengelola

kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Akan

tetapi menurut Bagir Manan, “Bank Indonesia sebagai badan hukum menjadi ganjil

kalau dihubungkan dengan Bank Indonesia sebagai lembaga negara. Sebagai lembaga

negara, Bank Indonesia adalah organ penyelenggara organisasi negara. Negaralah

yang merupakan badan hukum, bukan organnya”.94

Adapun dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik Bank Indonesia

berwenang menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas

kewenangannya,

95 sebab menurut Bagir Manan, “sebagai badan hukum publik, Bank

Indonesia selain melakukan fungsi publik, tetap dapat menjalankan fungsi

keperdataan”,96 dalam arti bisa menjadi pihak. Sehingga dengan kedudukan sebagai

badan hukum ini, Bank Indonesia selain sebagai otoritas yang mempunyai

kewenangan dalam membuat keputusan, Bank Indonesia juga dapat mempunyai

standar dan pedoman tersendiri dalam memberikan kemudahan dan memberikan

pembatasan dalam lingkup wewenangnya seperti dalam hal Bundesbank menurut

Stern, “…it’s designation as an authority is aplicable only to a very restricted

extent”,97

93 Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. 94 Bagir Manan ,“ Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral“ ( Monograph,2000)

hal. 8. 95 Penjelasan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo penjelasan Pasal 4

ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. 96Bagir Manan : 2000, Op. Cit, hlm 9. 97Klaus Stern , The Note-Issuing Bank within the State Structure, in Deutsche Bundesbank

(ed): Fifty Years of the Deutsche Mark, Central Bank and the Currency in Gemany since 1948,( Oxford University Press,1999) hlm 110.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Dalam melihat Bank Indonesia sebagai badan hukum jika dihubungkan

dengan teori principal-agent, maka Bank Indonesia dalam menjalankan fungsinya

harus dilihat sebagai lembaga yang terpisah dari pemerintah. Dengan independensi

yang diberikan oleh undang-undang, Bank Indonesia bebas dari campur tangan

pemerintah, meskipun dalam penjelasan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2004, tidak ditegaskan lagi bahwa Bank Indonesia sebagai lembaga negara

yang independen di bidang tugasnya berada di luar pemerintahan dan lembaga lain,

sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999. Selain itu harus pula disandarkan kepada ide dan philoshopy yang melatar

belakangi ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya ketentuan Pasal 23 yang

mengatur keuangan yang diatur dalam satu kerangka kesatuan antar pemerintah dan

Bank Indonesia. Dengan demikian, maka kedudukan Bank Indonesia sebagai badan

hukum harus dilihat dan diartikan sebagai bagian yang pada hakekatnya tidak

terpisahkan dari pemerintah terutama dalam hal pengaturan keuangan negara. Kalau

merujuk kepada Bundesbank sebagaimana dikemukakan oleh Klaus Stern, maka

pernyataan pada Bundesbank Act, “…Federal corporation under public law” adalah

merupakan pernyataan bahwa Bundesbank sebagai bagian dari eksekutif.98

98 Ibid.

Hal ini

semakin tegas lagi kalau dihubungkan dengan ketentuan yang mengatur hubungan

Bank Indonesia dan pemerintah sebagaimana diatur oleh Bab VIII yaitu dari Pasal 52

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

sampai dengan Pasal 56, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2004.

Akan tetapi oleh Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Bank Indonesia,

kepada Bank Indonesia diberikan independensi dan independensi ini harus dilihat

hanya terbatas dalam menetapkan kebijakan moneter. Sebagaimana dikemukakan

oleh Miller, tujuan menempatkan bank sentral yang independen dengan maksud agar

kebijakan moneter yang ditetapkan adalah kebijakan yang ditetapkan untuk jangka

panjang dan terlepas dari pengaruh dan tekanan politik jangka pendek.99

Sehingga terpisahnya fungsi Bank Indonesia dari pemerintah harus dilihat

sebagai pemisahan fungsi sebagaimana dikemukakan oleh Barber.

100 Di sini fungsi

Bank Indonesia adalah menjalankan kebijakan moneter, mengingat Bank Indonesia

lebih berpengalaman dan keahlian dalam masalah moneter. Hal ini sejalan dengan

pemikiran seperti yang dikemukakan oleh Lastra dan Miller, bahwa dalam

menjalankan kebijakan moneter ini, bank sentral secara tehnis dianggap lebih

mempunyai pengalaman dan keahlian dibandingkan dengan pemerintah, sebagaimana

pengadilan dianggap lebih mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan

interpretasi terhadap hukum.101

99 Geoffrey P. Miller, “An Interest-Group Theory of Central Bank Independence, Journal of

Legal Studies, vol. XXVII, 433-453, 1998 hal. 449. 100 N.W. Barber, “Prelude to the Separation of Powers, C.L.J., 60 (1), March 2001, 59-88, hal.

73. 101 Rosa Maria Lastra and Geoffrey P. Miller, Central Bank Independence in Ordinary and

Extraordinary Times dalam Jan Kleinman (ed), Central Bank Independence, The Economic Foundations, the Constitutional Implications and Democratic Accoutability, Kluwer International 2001, hal.40.

Atau seperti juga dikatakan oleh Arend Lijphart,

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

“Central banks are key governmental institutions that, compared with the other main

organs of government,….”102 Sehingga mandat yang diterima oleh Bank Indonesia

harus dianggap sama dengan mandat yang diterima oleh lembaga peradilan

sebagaimana dikemukakan oleh Wood, Mills dan Capie.103 Artinya Bank Indonesia

akan membuat keputusan-keputusan secara independen sesuai dengan wewenang

yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, maka keputusan Bank

Indonesia yang dianggap tidak populer tidak dapat dijadikan alasan oleh pemerintah

untuk menyatakan Bank Indonesia telah keliru dalam mengambil keputusan,

sebagaimana pemerintah tidak dapat mempersalahkan lembaga peradilan yang

membuat keputusan yang tidak populer.104 Ini dapat bermakna sebagaimana

dikemukakan oleh Sparve, jika bank sentral menetapkan satu keputusan yang keliru,

maka kebijakan itu yang seharusnya diubah, bukan independensi bank sentralnya

yang dihilangkan.105

Semangat penerapan Good Corporate Governance (GCG) di kalangan

perbankan mulai marak setelah industri perbankan dilanda krisis. Banyak kalangan

sepakat bahwa salah satu penyebab rusaknya perekonomian adalah rapuhnya

perbankan nasional. Ketika itu, pengelolaan perbankan tidak dilakukan dengan

102 Arend Lijphart, Patterns of Democracy, Yale University Press 1999, hal. 232. 103 Geoffrey E. Wood, Terence C. Mills, Forrest H. Capie, “Central Bank Independence:

What is It and What Will It Do For Us”?, Institute of Economic Affairs,1993, hal. 11. 104 Robert Sparve , Supervisory Boards in Some Central Banks, Paper Contribution to the IMF

Seminar on Current Developments in Monetary and Financial Law, Washington D.C., May 7-17 2002, hal. 9.

105 Loc. cit.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

prinsip kehati-hatian. Padahal, istilah prudential banking (prinsip kehati-hatian) sudah

lama dikenal. Tapi, memang, penerapannya masih jauh dari harapan.106

Dalam Pedoman GCG Perbankan Indonesia yang dikeluarkan Komite

Nasional Kebijakan Corporate Governance disebutkan bahwa sebagai lembaga

kepercayaan, dalam operasionalnya, bank harus menganut prinsip keterbukaan

(transparancy), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility),

keobjektifan dalam pengambilan keputusan (independency), serta kewajaran

(fairness). Untuk memenuhi lima prinsip tersebut, dalam aspek keterbukaan, bank

harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, jelas, akurat, dapat

dibandingkan, serta mudah diakses stakeholders sesuai dengan haknya.

Kesadaran tersebut muncul karena sebelum krisis, penerapan prinsip GCG

belum disadari sepenuhnya oleh kalangan perbankan. Padahal, perbankan merupakan

lembaga intermediasi yang memiliki karakteristik berbeda dengan perusahaan lain

pada umumnya. Sebab, dalam operasionalnya, bank menghadapi banyak risiko, yakni

risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko reputasi. Kondisi ini

merupakan salah satu hal yang menyebabkan perbankan perlu mengimplentasikan

GCG.

107

B. Jenis-Jenis Kreditur Bank

106 Burhanuddin Abadullah, op.cit hlm 267

107 http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0404/14/finansial/969532.htm diakses 27.02.2009

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Secara teoretis, kreditor dapat dibedakan menjadi dua kelompok: Pertama,

kreditor dengan jaminan (secured creditor) yang terdiri dari pemegang hak gadai dan

atau fidusia (jaminan benda bergerak), serta pemegang hak tanggungan dan atau

hipotek (jaminan benda tidak bergerak); Kedua, kreditor tanpa jaminan (unsecured

creditor) yang dapat memiliki hak istimewa (baik umum, maupun khusus) ataupun

tidak.108

Dalam proses kepailitan sendiri, dikenal tiga macam kreditor, yaitu kreditor

separatis, kreditor preferen dan kreditor konkuren.

109 Pembedaan menurut UU No. 37

Tahun 2004, berhubungan dengan posisi kreditor bersangkutan dalam proses

pembagian harta pailit. Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,

hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya atau kreditor dengan jaminan,

disebut kreditor separatis, karena, berdasarkan Pasal 55 Ayat 1 UU No. 37 Tahun

2004,110

108 Sentosa Sembiring , Hukum Kepailitan Dan Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Kepailitan (Bandung: Nuansa Aulia, 2006) hlm17,18

109 Lihat juga penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU No. 37/2004: ”Yang dimaksud dengan “Kreditor” dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta Debitor dan haknya untuk didahulukan.”

110 Pasal 55 ayat (1) UU No. 37/2004: ”Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan.”

kreditor tersebut berwenang untuk mengeksekusi haknya seolah-olah tidak

terjadi kepailitan. Separatis di sini berarti terpisahnya hak eksekusi atas benda-benda

yang dijaminkan dari harta yang dimiliki debitor yang dipailitkan. Dengan begitu,

kreditor separatis mendapatkan posisi paling utama dalam proses kepailitan,

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

sehubungan dengan hak atas kebendaan yang dijaminkan untuk piutangnya.

Sepanjang nilai piutang yang diberikan oleh kreditor separatis tidak jauh melampaui

nilai benda yang dijaminkan dan kreditor berkuasa atas benda itu, maka proses

kepailitan tidak akan banyak berpengaruh pada pemenuhan pembayaran piutang

kreditor tersebut. Apalagi, kalau pembayaran cicilan utang secara berkala juga telah

dipenuhi oleh debitor.

Menurut UU No. 37 Tahun 2004, apabila kuasa atas benda yang dijaminkan

ada pada debitor pailit atau pada kurator, maka hak eksekusi terpisah tersebut di atas,

ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 hari sejak pernyataan pailit

dijatuhkan (Pasal 56 Ayat 1). Sedang apabila nilai eksekusi benda tertentu tersebut

ternyata tidak cukup untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis dapat

meminta dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk menagih sisa

piutangnya.111

Demi kepastian hukum, hak eksekusi langsung yang dimiliki oleh kreditor

separatis hanya bisa digunakan dalam jangka waktu 2 bulan setelah terjadinya

keadaan insolvensi.

112 Setelah lewat jangka waktu tersebut, eksekusi hanya dapat

dilakukan oleh kurator, meskipun hak yang dimiliki kreditor separatis (sebagai

kreditor dengan jaminan) tidak berkurang.113

111 Pasal 138 jo. pasal 189 ayat 5 UU No. 37/2004. 112 Pasal 59 ayat 1 UU No. 37/2004. 113 Pasal 59 ayat 2 UU No. 37/2004.

Perbedaan proses eksekusi tersebut akan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

berakibat pada perlu tidaknya pembayaran biaya kepailitan dari hasil penjualan benda

yang dijaminkan.114

Kreditor konkuren atau kreditor biasa adalah kreditor pada umumnya (tanpa

hak jaminan kebendaan atau hak istimewa). Menurut KUH Perdata, mereka memiliki

kedudukan yang setara dan memiliki hak yang seimbang (proporsional) atas piutang-

Kreditor preferen berarti kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak

prioritas. UU No. 37 Tahun 2004 memakai istilah hak-hak istimewa, sebagaimana

diatur di dalam KUH Perdata. Hak istimewa mengandung arti “hak yang oleh

undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi

daripada orang berpiutang lainnya”.

Menurut KUH Perdata, ada dua jenis hak istimewa, yaitu hak istimewa khusus

(Pasal 1139) dan hak istimewa umum (Pasal 1149). Hak istimewa khusus berarti hak

istimewa yang menyangkut benda-benda tertentu, sedang hak istimewa umum

menyangkut seluruh benda. Sesuai dengan ketentuan KUH Perdata pula, hak

istimewa khusus didahulukan atas hak istimewa umum (Pasal 1138).

Meskipun memiliki keistimewaan dibanding hak-hak yang dimiliki orang

berpiutang pada umumnya, posisi pemegang hak istimewa pada dasarnya masih

berada di bawah pemegang hak gadai atau hipotek sehubungan dengan benda-benda

yang dijaminkan. Ada beberapa pengecualian untuk urutan tersebut, seperti misalnya,

biaya-biaya perkara atau tagihan pajak.

114 Pasal 191 UU No. 37/2004.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

piutang mereka.115

Sebagian praktisi hukum kepailitan berpendirian bahwa hak eksekusi kreditor

separatis dimulai sejak debitor pailit dinyatakan dalam keadaan insolvensi

Ketentuan tersebut juga dinamakan prinsip “paritas creditorium”.

Sehingga dapat disimpulkan, posisi pemegang hak jaminan kebendaan (kreditor

separatis) pada dasarnya lebih tinggi dari pemegang hak istimewa (kreditor preferen)

untuk benda-benda yang dijaminkan, dengan beberapa pengecualian, seperti biaya-

biaya perkara atau tagihan pajak. Sedang posisi dua jenis kreditor tersebut berada di

atas posisi kreditor konkuren atau kreditor biasa yang menunggu pembagian

pembayaran tagihan secara merata dari harta pailit menurut prinsip keseimbangan.

Apabila tagihan kreditor separatis ternyata lebih tinggi dari nilai piutang mereka,

maka mau tidak mau mereka harus menagih sisa piutangnya sebagai kreditor

konkuren. Dengan kata lain, posisi mereka menjadi di bawah posisi kreditor preferen.

Apabila dilihat sisi lain peranan kreditor dalam hal kepailitan yang terjadi di

Indonesia, jarang sekali ditemui kreditor separatis yang melaksanakan sendiri hak

eksekutorial terhadap jaminan kebendaan yang dimilikinya. Walaupun UU No. 37

tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(selanjutnya disebut UUK) memberikan peluang untuk itu, namun kenyataannya

tidak mudah diterapkan. Salah satu kendalanya adalah karena jangka waktu

pelaksanaan hak eksekutorial tersebut sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

116

115 Pasal 1136 KUH Perdata.

hingga

116 Insolvensi dapat terjadi karena hal-hal; Berdasarkan pasal 178 (1), insolvensi terjadi karena: 1) dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan perdamaian; 2) rencana perdamaian yang

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

paling lambat 2 bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi. Artinya, kesempatan

kreditor separatis melaksanakan hak eksekutorialnya hanya 2 bulan117

Selama debitor pailit belum dinyatakan dalam keadaan insolvensi, maka

peluang tercapai perdamaian selalu terbuka. Dalam situasi yang demikian, rencana

perdamaian yang diajukan debitor pailit atau investor baru, menjadi tidak ada artinya

apabila kreditor separatis melaksanakan eksekusi terhadap jaminan kebendaan yang

dimilikinya. Apalagi jika benda yang dieksekusi merupakan modal vital si debitor

pailit untuk melaksanakan rencana perdamaian. Oleh karenanya, guna memperbesar

peluang terjadinya perdamaian dan untuk menghindari adanya kreditor separatis yang

menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan

kepentingan debitor atau para kreditor lainnya, maka hak eksekutorial kreditor

separatis terhadap jaminan kebendaan yang dimilikinya baru dapat dilaksanakan

setelah perdamaian tidak dimungkinkan lagi.

. Limitasi

jangka waktu ini, didasarkan pada penafsiran yang keliru, atau setidaknya

pemahaman yang sepotong, terhadap Pasal 59 ayat (1) UUK.

ditawarkan tidak diterima; 3) pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap; Berdasarkan pasal 175 (1) dan (2), insolvensi terjadi karena adanya pembatalan perdamaian sebagaimana dimaksud pasal 172 (1); Berdasarkan pasal 292 berikut penjelasannya, diatur bahwa suatu putusan pernyataan pailit yang diputuskan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 285, pasal 286 dan 291 mengakibatkan harta pailit debitor langsung berada dalam keadaan insolvensi. Namun demikian, belum jelas apakah suatu putusan pernyataan pailit yang diputuskan berdasarkan ketentuan pasal 230 (1) dan pasal 255 (6) UUK juga menyebabkan harta pailit debitor langsung berada dalam keadaan insolvensi. Mengenai hal tersebut akan dibahas dengan tulisan tersendiri.

117 Pendapat yang demikian penulis jumpai dalam beberapa diskusi, baik formal maupun informal, antara beberapa Kurator dan Pengurus. Selain itu, dapat dilihat dari pendapat Imam Nasima & Eryanto Nugroho (2008), “Pembayaran upah Buruh dalam Proses Kepailitan”, rubrik Kolom, Hukum Online, edisi Selasa, 26 Agustus 2008.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Ada dua implikasi dari penerapan Prinsip Structured Creditors. Pertama,

pengaturan tentang pengelompokan kreditor berdasarkan kelas masing-masing

kreditor. UUK mengklasifikasikan kreditor dalam 3 kelas, yaitu: a) Kreditor separatis

atau secured creditors; b) Kreditor preferen atau preferred creditors; c) Kreditor

konkuren atau unsecured creditors. Kedua, pengaturan tentang tata cara dan prioritas

penyelesaiannya.

Berdasarkan pasal 55 ayat (1) UUK, kreditor separatis tidak perlu khawatir

bilamana debitornya dinyatakan pailit oleh suatu putusan Pengadilan, karena ia dapat

melaksanakan hak eksekutorialnya sendiri seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Frasa

“seolah-olah tidak terjadi kepailitan”, tidak berarti bahwa benda yang diikat dengan

jaminan kebendaan tertentu menjadi kebal dari kepailitan (Bankruptcy Proof). Benda

tersebut tetap merupakan bagian dari harta pailit, namun kewenangan eksekusinya

diberikan kepada kreditor pemegang jaminan kebendaan tersebut. Inilah dasar

hubungan hukum antara hukum kepailitan dan hukum jaminan.

Perlindungan atas hak eksekutorial kreditor separatis telah ada sejak periode

Stb. 1905 Nomor 217 jo Stb. 1906 No. 348 tentang Faillissementsverordening

(selanjutnya disebut FV), sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat (1) dan (3)

FV118

118 Pasal 56 ayat (1) dan (3) FV, mengatur demikian: (1) Setiap berpiutang hipotik, yang telah

membuat janji sebagai tersebut dalam pasal 1178 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, begitu pula setiap pemegang gadai, dibolehkan melaksanakan hak-hak mereka, seolah-olah tiada kepailitan. (2) Begitupun setiap pemegang ikatan-panenan dibolehkan melaksanakan haknya, seolah-olah tiada kepailitan.”

. Pengaturan tersebut masih tetap diikuti dalam Perpu nomor 1 tahun 1998, UU

No. 4 tahun 1998, maupun UU No. 37 tahun 2004. Dari sini nampak jelas, para

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

pembentuk undang-undang kepailitan memberikan penghormatan yang cukup tinggi

terhadap eksistensi hukum jaminan, khususnya hak eksekutorial kreditor separatis.

Hak eksekutorial kreditor separatis untuk mengambil pelunasan piutangnya

dari barang agunan milik debitor tidak tak berakhir. Menilik dari sejarah hukum

kepailitan di Indonesia, keleluasaan kreditor separatis untuk melaksanakan hak

eksekutorial terhadap jaminan kebendaannya diberikan hingga jangka waktu 2 bulan

sesudah insolvensi dan dapat diperpanjang berdasarkan penetapan hakim

pengawas119

C. Peranan Kreditur Bank

.

Dalam dunia usaha investasi khususnya investasi di bank, peranan kreditur

sangat penting, sebagaimana yang diamanat dalam Undang-undang Perbankan bahwa

fungsi utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Sumber

dana utama Bank dalam melakukan operasionalnya selain modal sendiri tentunya

dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Penghimpunan dana masyarakat

dapat diperoleh berdasarkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga

perbankan secara menyeluruh.

Runtuhnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan sudah pernah dialami,

sehingga perbankan sangat kesulitan dana dan menyebabkan sangat mahalnya harga

119 Pasal 57 ayat (1) FV, dikutip sbb: “Si berpiutang hipotik dan si pemegang gadai, termaksud dalam pasal yang lalu, diharuskan melaksanakan hak mereka sebelum lewat waktu dua bulan, sesudah keadaan tak mampu membayar bermulai, dengan tak mengurangi kekuasaan Hakim Pengawas, untuk memperpanjang jangka waktu tersebut”.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

dana yang dibeli oleh perbankan. Pada akhirnya menyebabkan banyaknya bank-bank

yang merugi dan menggerus dana modalnya sendiri bahkan menjadi minus sehingga

terpaksa bank-bank tersebut ditutup. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat

bagi perbankan di Indonesia, merupakan salah satu tugas dari Bank Indonesia,

sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan

Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia pasal 8 butir c.

Berdasarkan pengalaman buruk yang terjadi pada krisis moneter yang lalu,

diindikasikan bahwa secara fundamental kondisi perbankan di Indonesia sangat

lemah, maka Bank Indonesia telah menyusun cetak biru atau blue print yang

merupakan tatanan jangka panjang untuk memperkuat industri perbankan nasional

yang disebut Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Apabila API telah

diimplementasikan dengan baik, diharapkan akan ada bank nasional yang setidaknya

mampu menjadi regional champion. Agar upaya pencapaian visi dan tujuan API

menjadi fokus, jelas dan terarah, maka Bank Indonesia memformulasikan 6 pilar

utama sebagai sasaran yang ingin dicapai, yaitu :120

1. Struktur perbankan yang sehat dan mampu mendorong pembangunan ekonomi nasional dan berdaya saing internasional;

2. Sistem pengaturan yang efektif dan mampu mengantisipasi perkembangan pasar keuangan domestik dan internasional;

3. Sistem pengawasan bank yang independen dan efektif: 4. Penguatan kondisi internal industri perbankan; 5. Penciptaan dan penguatan infrastruktur pendukung industri perbankan; 6. Perlindungan dan pemberdayaan nasabah.

120 Burhanuddin Abdullah, op.cit hlm 213.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Sebagai lembaga perantara keuangan, Bank sangat membutuhkan para kreditur

untuk berperan dalam memaksimalkan usahanya. Sebab hampir seluruh dana

operasional suatu Bank diperoleh dari masyarakat sebagai kreditur Bank. Secara

umum telah diketahui bahwa kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah

bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai

financial intermediary berjalan dengan baik.121

Pertumbuhan sebuah bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan

kemampuannya menghimpun dana simpanan masyarakat baik skala kecil maupun

besar dengan masa pengendapan yang memadai. Tanpa dana yang cukup, bank tidak

dapat berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi sama sekali. Dana bank adalah uang

tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu

dapat diuangkan.

122 Dana-dana bank yang dipergunakan sebagai modal operasional,

bersumber dari modal sendiri, dana pinjaman dari luar, dana masyarakat.123

D. Perlindungan Hukum Terhadap kreditur Bank

Dengan

demikian dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan (dalam hal ini

dikategorikan sebagai pihak kreditur), sangat berperan dalam mendukung operasional

perbankan.

Kepercayaan masyarakat Indonesia kepada Perbankan jatuh ke titik terendah,

pada saat terjadinya likuidasi terhadap 16 bank pada tahun 1997. Masyarakat sangat

121 Muchdarsyah Sinungan, Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun 2000 (Jakarta, Rineka Cipta, 1994) hlm 155. 122 Ibid, hlm 159 123 Ibid, hlm 160

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

khawatir akan keamanan dan keselamatan dananya yang ada di Bank. Apakah dapat

ditarik atau dikembalikan secara utuh dari bank.

Keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank, karena semata-

mata dilandasi oleh kepercayaan yang tinggi bahwa uangnya akan diterima kembali

pada waktunya dan disertai imbalan berupa bunga. Sejarah menunjukkan, baik di

Indonesia maupun di negara-negara lain bahwa ada beberapa bank yang mengalami

kesulitan dan terpaksa ditutup sehingga merugikan masyarakat karena sebagian atau

bahkan seluruh dananya tidak dapat diperoleh kembali. 124

Kenyataan tersebut dapat menimbulkan pemikiran bagaimana menjaga

kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa

bank akan melindungi dananya dengan menyelenggarakan opersional bank dengan

sebaik-baiknya.

125

1. Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection);

Sebab dana masyarakat yang merupakan kreditur terbesar bank

mempunyai peran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Apabila dilihat struktur neraca bank dari sisi kredit/pasiva, maka kreditur bank

adalah seluruh pos-pos yang bersumber dari kegiatan bank berupa penghimpunan

dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, deposito berjangka dan

transaksi-transaksi lainnya yang berupa penghimpunan dana masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Perbankan Indonesia, hukum memberikan tempat bagi

nasabah untuk melindungi dirinya dengan cara:

124 Adrian Sutedi, op.cit 157 125 Muchdarsyah Sinungan, op.cit hlm 162

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

2. Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection).

Namun apabila diperhatikan Undang-undang Perbankan, perlindungan hukum kepada

kreditur hanyalah dilakukan secara implisit, akan tetapi, demi kelangsungan bank

sebagai suatu lembaga pada khususnya dan sistem perbankan pada umumnya,

perlindungan itu haruslah menjadi satu kesatuan yang utuh.126

Transaksi bank berupa penghimpunan dana tersebut apabila dilihat dari

kacamata hukum tunduk pada hukum penitipan yang diatur dalam KUH Perdata.

Berbicara tentang penghimpunan dana yang merupakan titipan masyarakat, tentunya

Bank Indonesia sebagai lembaga yang melakukan pembinaan dan pengawasan

guna menjaga kelangsungan usaha bank menetapkan ketentuan tentang kesehatan

bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,

rentabilitas, likuiditas, solvabilitas yang berhubungan dengan kinerja bank.

Disamping itu sebagai upaya preventif melindungi kepentingan bank atas risiko

kredit macet yang mungkin timbul, bank wajib melakukan analisis secara seksama

terhadap seluruh aspek usaha dan calon debitur, melakukan pengikatan jaminan

secara sempurna serta melakukan tindakan hukum dalam menyelesaikan kredit

macet. Bahkan tindakan pengamanan lainnya, misalnya bank sejak menerima barang

jaminan kredit dari nasabah atau penjamin telah mewajibkan kepada debitur untuk

mengasuransikannya kepada perusahaan asuransi kerugian yang dikehendaki oleh

Bank.

126 Adrian Sutedi, op.cit hlm158.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

masyarakat selaku nasabah adalah pihak yang menitipkan, dapat mengambil kembali

uang yang sama ketika ia menitipkan uang terdahulu, sedangkan bank tidak

berkewajiban untuk memberikan bunga/jasa kepada penitip. Akan tetapi tentang hal

ini dapat dikesampingkan dengan memperjanjikan secara tegas bahwa bank

memberikan bunga/jasa kepada sipenitip.

Dalam kaitan dengan perlindungan kepentingan-kepentingan nasabah dalam

kegiatan bank di bidang penghimpunan dana masyarakat, kiranya perlu dipikirkan

pembentukan suatu lembaga yang dapat menjamin bahwa dana masyarakat yang

disimpan pada bank terjamin pengembaliannya.127

1. Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan (Undang-undang No.10

tahun 1998 jo. Undang-undang No.7 tahun 1992)

Dengan demikian menurut sistem perbankan di Indonesia, perlindungan kepada

kreditur bank secara implisit (implicit deposit protection) diimplemtasikan dalam

bentuk :

2. Perlindungan yang dihasilkan dari pengawasan dan pembinaan yang efektif

yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

3. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai suatu lembaga pada

khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya.

4. Memelihara tingkat kesehatan bank.

127 Pada tanggal 22 September 2004, telah didirikan Lembaga Penjaminan Simpanan berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2004, yang menyebutkan fungsi dan tugasnya sebagaimana yang dicantumkan pada pasal 4, pasal 5, pasal 6 dan pasal 7

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

5. Menjalankan usaha dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian.

6. Melakukan pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan

nasabah

7. Mengelola usaha secara transparan dan selalu menyajikan laporan risiko pada

nasabah. 128

Sedangkan perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection), yaitu

perlindungan yang diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin

simpanan masyarakat.

Apabila diteliti lebih jauh, secara filosofi bahwa perlindungan kepada

masyarakat penyimpan dana tidak dapat dipisahkan dengan upaya menjaga

kelangsungan bank sebagai lembaga pada khususnya sehingga pada akhirnya

menjaga dan melindungi sistem perbankan nasional. Bank yang tetap dapat menjaga

kelangsungan usahanya dan tetap tangguh menghadapi persaingan perbankan yang

semakin ketat dewasa ini adalah bank yang mampu menjaga tingkat kesehatannya

dengan baik. Suatu bank yang sehat dan tangguh otomatis dapat mengamankan dana

masyarakat yang berhasil dihimpunnya.

Disamping perlindungan terhadap nasabah melalui ketentuan-ketentuan yang

berkaitan dengan pengawasan, pembinaan, tingkat kesehatan dan prinsip kehati-

hatian, dalam Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 jo No.7 Tahun 1992,

128 Adrian Sutedi, op.cit hlm 167

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

terdapat ketentuan-ketentuan lain yang mendukung upaya perlindungan terhadap

nasabah :

1. Pada proses pemberian kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan

yang telah diperjanjikan.

2. Merger, konsolidasi dan akuisisi bank wajib terlebih dahulu mendapat izin

dari Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.

Dalam kejelasan yang mengatur merger, konsolidasi dan akuisisi bank

tersebut, dengan tegas dinyatakan pelaksanaannya tidak boleh merugikan

kepentingan nasabah.

3. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang

keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah, yang wajib dirahasiakan oleh

bank menurut kelaziman dunia perbankan, kecuali untuk kepentingan

perpajakan, peradilan dalam perkara pidana, dalam perkara perdata antara

bank dengan nasabahnya dan dalam rangka tukar menukar informasi antar

bank.

4. Ketentuan sanksi pidana dan administratif dalam Undang-undang Perbankan

ini jauh lebih berat dan lengkap dari undang-undang Perbankan yang lama.

Hal ini dimaksudkan untuk lebih terbentuknya ketaatan yang tinggi terhadap

undang-undang ini dalam rangka melindungi nasabahnya.129

129 Adrian Sutedi, op.cit hlm 169

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pada perlindungan hukum yang bersifat implisit, kreditur bank mendapat

perlindungan dari terjadinya kesalahan atau kelalaian yang terdapat pada bank yang

berakibat timbulnya tanggung jawab perdata yang berhubungan dengan kepengurusan

bank tersebut. Apabila kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi akibat pengurus

melakukan kegiatan diluar kewenangan yang telah diatur dalam anggaran dasar

perusahaan maka hal itu menjadi tanggung pribadi pengurus. Sedangkan apabila

tindakan pengurus telah sesuai dengan kewenangannya maka menjadi tanggung

jawab perusahaan. Pertanggungjawaban tersebut dapat dimintakan oleh para kreditur

berdasarkan ketentuan 1365 KUH Perdata. Dalam Peraturan Pemerintah No.25 Tahun

1999 ayat (2) huruf a disebutkan bahwa untuk memperoleh kembali dana yang

disimpannya termasuk bunganya, maka pada dasarnya nasabah merupakan pihak

konkuren yang mendapat perhatian pertama untuk dibayarkan dari penjualan harta

kekayaan bank yang ada, sehingga nasabah yang dirugikan oleh suatu bank yang

bermasalah dan dilikuidasi dapat meminta hak atas dananya dengan menggugat ke

pengadilan, baik secara class action maupun perorangan.130

1. Melalui penyerahan, yaitu proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan,

dan

Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

2. Melalui kepailitan formal berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus.

130 Adrian Sutedi, op.cit hlm 170

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal untuk melikuidir hutang, bagi

kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka

menerima lebih banyak. Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga

yang disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk menjual aktiva itu

baik di bawah tangan atau melalui lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada

kreditur secara pro-rata.

Sedangkan likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan yang

mempunyai tiga fungsi penting, yaitu melindungi kreditur dari kemungkinan

penipuan oleh debitur, pembagian aktiva debitur secara adil kepada para kreditur,

menghapuskan semua kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai

usaha baru tanpa harus dibebani hutang terdahulu. Pasal 54 ayat 1 Undang-undang

LPS menyebutkan: pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil

pencairan dan/atau penagihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 dilakukan

dengan urutan sebagai berikut :

a. Penggantian atas talangan pembayaran gaji pegawai yang terutang;

b. Penggantian atas pembayaran talangan pesangon pegawai;

c. Biaya pekara di pengadilan, biaya lelang yang terutang dan biaya operasional

kantor;

d. Biaya penyelamatan yang dikeluarkan LPS dan/atau pembayaran atas klaim

Penjaminan yang harus dibayarkan oleh LPS;

e. Pajak yang terutang;

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

f. Bagian simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dibayarkan

penjaminannya dan simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dijamin;

dan

g. Hak dari kreditur lainnya;.

Dana masyarakat yang disimpan pada bank berdasarkan perjanjian apakah itu

perjanjian membuka rekening giro, tabungan dan deposito yang pada intinya nasabah

dapat mengambilnya sewaktu-waktu atau dikembalikan bank dengan jangka waktu

tertentu dan bank memberikan imbalan bunga dan/atau jasa sehingga dapat

dikategorikan bahwa bank melakukan pinjaman dana kepada nasabah.

Nasabah/penyimpan sebagai kreditur dan bank sebagai debitur. Berdasarkan keadaan

ini dapat dikaji bagaimana keberadaan kreditur (nasabah/penyimpan) dalam KUH

Perdata.

Dalam Bab XIX KUH Perdata diatur tentang piutang-piutang yang

diistimewakan. Pasal 1131 menyebutkan : Segala kebendaan si berutang, baik yang

bergerak maupun yang tidak bergerak , baik yang sudah ada maupun yang baru akan

ada dikemudian hari, menjadi tanggungan atas segala perikatannya perseorangan.

Kemudian pasal 1132 menyebutkan bahwa Kebendaan tersebut menjadi jaminan

bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan

benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya

piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan

yang syah untuk didahulukan. Pasal 1134 KUH Perdata menyatakan “ Hak istimewa

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

ialah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seseorang berpiutang

sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang yang berpiutang lainnya semata-mata

berdasarkan sifatnya piutang. Gadai dan hipotek adalah lebih tinggi dari pada hak

istimewa kecuali dalam hal-hal di mana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.

Dalam bagian ketiga tentang hak-hak istimewa atas semua benda-benda

bergerak pada umumnya, pada Pasal 1149 KUH Perdata, antara lain ditegaskan

bahwa piutang-piutang yang diistimewakan atas semua benda bergerak dan tidak

bergerak pada umumnya ialah yang disebutkan di bawah ini, piutang mana dilunasi

dari pendapatan penjualan benda-benda itu menurut aturan sebagai berikut :

1. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian

suatu warisan, biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek.

2. Biaya penguburan, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk

mengurangi jika biaya terlampau tinggi.

3. Semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan.

4. Upah para buruh selama tahun lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun

sedang berjalan, beserta kenaikan upah.

5. Piutang karena penyerahan baha-bahan makanan yang dilakukan kepada si

berutang beserta keluarganya, selama waktu enam bulan terakhir.

6. Piutang-piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun penghabisan

7. Piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang tertampu terhadap

sekalian wali dan pengampu mereka.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Apabila dikaitkan dengan seluruh ketentuan di atas, kelihatannya simpanan

nasabah tidaklah termasuk piutang yang diistimewakan, akan tetapi utang-piutang

biasa, yang berarti dalam penyelesaian kewajiban bank akan dibayarkan setelah

pemegang gadai dan hipotek. Akan tetapi biasanya, suatu bank yang dinyatakan

pailit, hartanya tidak cukup untuk membayarkan seluruh utangnya sehingga ada

kemungkinan seseorang yang mempunyai piutang tidak bisa mendapatkan kembali

uangnya.

Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ditentukan bahwa tiap perbuatan

melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang

yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian itu. Apabila

pihak bank melakukan opersaionalnya secara tidak benar antara lain tidak

menjalankan prinsip kehati-hatian, sehingga merugikan deposan sebagai kreditur

bank, maka pihak bank tentunya harus mengganti uang yang dititipkan deposan

kepadanya.

Gagalnya suatu upaya penyelamatan sebuah bank, memaksa Bank Indonesia

mencabut izin operasi PT. Bank Global International Tbk pada 13 Januari 2005, dan

selanjutnya menempatkan bank tersebut dalam status likuidasi. Pencabutan izin Bank

Global kembali menempatkan Pemerintah Republik Indonesia dalam keadaan

dilematis. Pengalaman pahit ditutupnya 52 (lima puluh dua) bank umum belum

hilang sirna, telah terjadi 3 (tiga) kali penutupan bank, yaitu Bank Asiatic, Bank

Dagang Bali dan terakhir adalah Bank Global. Pemerintah kembali dibuat pusing,

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

dikarenakan Program Penjaminan Pemerintah, yang sedianya akan segera diakhiri,

harus kembali berperan guna menjamin simpanan nasabah.

Para nasabah yang tidak masuk dalam kriteria Program Penjaminan mencoba

mencari jalan guna mendapatkan haknya kembali, dan salah satunya adalah dengan

suatu upaya hukum kepailitan. Tentu saja dengan harapan, apabila bank yang saat ini

dalam status dilikuidasi dapat diubah statusnya menjadi pailit, maka tim likuidasi

yang dibentuk dan diawasi oleh Bank Indonesia menjadi tidak bergigi dan perannya

digantikan oleh kurator dan hakim pengawas.

Salah satu kasus yang terbaru dan masih hangat dalam ingatan kita adalah

upaya hukum kepailitan yang diajukan oleh sebagian nasabah Bank Global yang tidak

dijamin berdasarkan Program Penjaminan Pemerintah merupakan suatu peristiwa

hukum yang langka dan menarik untuk disimak. Pada tingkat pertama, hakim

kepailitan tidak mengabulkan permohonan pailit yang diajukan, dan di tingkat kasasi,

hakim Mahkamah Agung kembali tidak mengabulkan permohonan kasasi kepailitan

yang diajukan oleh nasabah. Saat ini kasus telah diajukan Peninjauan Kembali oleh

nasabah yang bersangkutan, dan masih dalam pemeriksaan oleh Mahkamah Agung.

Menarik untuk dibicarakan bahwa, pemohon pailit menyampaikan argumen

kepada majelis hakim Pengadilan Niaga, bahwa PT. Bank Global International Tbk

(Dalam Likuidasi) sudah bukan bank, alias sudah menjadi suatu perseroan terbatas,

dikarenakan izin operasi sebagai bank sudah dicabut oleh Bank Indonesia. Argumen

pemohon pailit juga dikuatkan oleh beberapa saksi ahli dalam bidang hukum, seperti

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Prof. DR. Erman Rajaguguk SH, mengatakan bahwa status sebagai bank sudah tidak

melekat kembali pada Bank Global karena sudah dicabut izin operasionalnya oleh

Bank Indonesia. Lebih jauh lagi, Prof. DR. Erman Rajaguguk juga menambahkan

bahwa Rezim Undang-undang Perbankan berlaku pada waktu bank itu masih

beroperasi belum dicabut izin usahanya namun kalau sudah dicabut izin usahanya

menjadi PT dalam likuidasi yang tunduk pada rezim kepailitan, dan Pasal 1 angka 11

UU Kepailitan dan PKPU juga termasuk untuk bank dalam likuidasi.

Namun demikian, pada saat didengarkan kesaksian Saksi Ahli Ibu Ratnawati

W. Prasodjo, SH yang merupakan salah satu orang pembuat Undang-undang Nomor

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU tidak sependapat dengan Prof. DR.

Erman Rajaguguk. Ibu Ratnawati mengatakan secara tegas bahwa dilihat secara

interpretasi historikal, Pasal 1 angka 11 UU Kepailitan dan PKPU tidak

diperuntukkan bagi bank dalam likuidasi. Dalam pendapatnya lebih lanjut, Ibu

Ratnawati juga menegaskan bahwa secara yuridis positif, dan merupakan ketentuan

yang lex specialis derogat legi generali, berlaku Undang-undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perbankan juncto Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Syarat, Tata Cara Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan likuidasi Bank.

Sehingga dengan demikian, khusus suatu Bank, koridor hukum yang digunakan

adalah koridor likuidasi bank menurut UU Bidang Perbankan, bukan kepailitan.131

131 Dirangkum dan disarikan berdasarkan bahan dari

http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=17876&cl=berita diakses tanggal 21 Mei 2009.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Bagaimanapun, khusus bank, berlaku secara lex specialis derogat legi

generali, yang berlaku adalah koridor hukum mengenai perbankan. Mengapa

demikian, karena bank merupakan suatu badan usaha khusus untuk menarik dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Selain hal tersebut patut

juga diingat, bahwa untuk suatu perseroan terbatas, selain berlaku UU PT, juga

berlaku peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai keberadaan

dan jalannya perseroan terbatas dimaksud. Dengan demikian, suatu perseroan terbatas

yang merupakan bank, akan tetap berstatus sebagai bank walaupun sudah dilikuidasi,

dan berlaku koridor hukum dibidang perbankan.

BAB IV

PELAKSANAAN REKAPITALISASI PT.BANK SUMUT

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

A. Program Rekapitalisasi Perbankan

Krisis moneter yang terjadi seperti yang telah disebutkan pada bab

pendahuluan di depan menyebabkan menurunnya kemampuan sektor dunia usaha

yang tercermin dari melemahnya kemampuan para pengusaha yang sebahagian besar

merupakan debitur Bank untuk memenuhi kewajibannya kepada Bank. Sehingga

terjadi peningkatan jumlah Non-Performing Loans (NPLs) di Bank, yang akhirnya

mengakibatkan kualitas asset Bank juga semakin memburuk. Pada saat kondisi NPLs

yang bertambah meningkat tersebut, dapat dipastikan bahwa Bank tidak akan mampu

memperoleh pendapatan yang optimal dan bahkan yang terjadi adalah kerugian Bank

yang semakin meningkat. Dengan demikian akibatnya modal bank akan terus tergerus

untuk menutupi kerugian yang dialami.

Fenomena diatas tidak hanya dialami oleh Bank Nasional, namun juga

dihadapi oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang secara spesifik keberadaannya

diperlukan untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi daerah, khususnya

melalui pengembangan usaha kecil dan menengah serta pelayanan jasa perbankan

masyarakat lokal.

Menyikapi bahwa krisis perbankan muncul antara lain diawali oleh rasa

kepercayaan masyarakat yang runtuh terhadap perbankan nasional maka pemerintah

berketetapan bahwa kebijakan awal untuk memulihkan kinerja perbankan adalah

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

melalui upaya-upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap

perbankan nasional, baik di dalam negeri maupun luar negeri.132

Untuk itu, maka bank yang dinilai masih mempunyai prospek perlu dibantu

sedangkan yang sudah tidak mempunyai prospek lagi harus dihapuskan keberadaanya

dari sistem perbankan nasional. Guna mengetahui gambaran tersebut maka sejak

bulan Agustus 1998 hingga Desember 1998 Bank Indonesia dibantu oleh auditor

internasional melakukan due diligence terhadap setiap bank. Berdasarkan hasil due

diligence, perbankan nasional dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu bank kategori

A, B dan C. Bank kategori A adalah bank yang memiliki Capital Adequacy Ratio

(CAR) sebesar 4% atau lebih dan dinilai mampu hidup mandiri namun dengan tetap

memperoleh pembinaan dari Bank Indonesia. Bank kategori B dengan CAR antara

minus 25% sampai dengan kurang dari 4% adalah bank-bank yang mendapat

kesempatan mengikuti rekapitalisasi. Terakhir, bank kategori C yang memiliki CAR

Untuk mendukung upaya pemulihan kepercayaan masyarakat di atas,

pemerintah memandang bahwa intern perbankan sendiri perlu pula dipulihkan.

Berangkat dari pemikiran ini, pemerintah berketetapan untuk melaksanakan program

restrukturisasi perbankan yang bersifat menyeluruh. Tujuan program ini adalah

terciptanya sistem perbankan yang sehat yang didukung oleh individual-individual

bank yang sehat.

132 Buku Restrukturisasi Perbankan ( Jakarta: Bank Indonesia, 1999) hlm 6

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

kurang dari minus 25 % adalah bank-bank yang dinilai sudah tidak layak lagi untuk

beroperasi sehingga harus ditutup.133

1. Restorasi industri perbankan melalui langkah-langkah mengatasi dampak krisis

yang meliputi pemulihan kepercayaan masyarakat dan kreditur, serta

Bertitik tolak dari keadaan ini dan menyadari pentingnya fungsi

perbankan dalam siklus aliran dana dan kegiatan investasi, maka pemerintah

memandang perlu untuk melakukan restrukturisasi terhadap perbankan nasional.

Restrukturisasi dilakukan melalui upaya-upaya penyehatan dan pemberdayaan

terhadap perbankan tersebut, yang akhirnya akan dapat memulihkan kinerja sektor

dunia usaha. Pemerintah membuat kebijakan penyehatan perbankan nasional yang

disebut dengan Program Rekapitalisasi bagi Bank yang memenuhi persyaratan dan

melakukan likuidasi terhadap Bank yang di nilai sudah tidak dapat diselamatkan.

Program Rekapitalisasi dilakukan dengan cara menerbitkan obligasi rekapitalisasi

yang lebih dikenal dengan nama Obligasi Rekap.

Dengan adanya Obligasi Rekap dimaksud maka perbankan nasional yang

menerimanya menjadi layak untuk terus beroperasi, karena tanpa adanya bantuan dari

pemerintah maka akan sangat banyak Bank nasional yang harus ditutup.

Dalam upaya mengatasi krisis perbankan nasional, Pemerintah dan Bank

Indonesia telah menggariskan suatu program restrukturisasi perbankan yang

mencakup :

133 Ibid, hlm 8

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

memberdayakan kembali Bank-Bank yang telah kehilangan daya namun masih

memiliki prospek.

2. Meningkatkan ketahanan sistem perbankan.

Seluruh rangkaian program tersebut di atas bertujuan untuk membangun kembali

sistem perbankan yang lebih sehat dan berdaya saing, sehingga mampu untuk

mendukung terciptanya stabilitas keuangan (financial stability).134

1. Sisi internal perbankan yang mencakup perbaikan kelembagaan, manajemen,

operasional dan keuangan ;

Dalam rangka mewujudkan stabilitas keuangan tersebut, diperlukan prasyarat

(necessary condition) berupa stabilitas politik dan makro ekonomi yang dapat

menstimulir iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan demikian tujuan dilakukannya restrukturisasi perbankan adalah untuk

memberdayakan kembali industri perbankan agar dapat menjalankan perannya

sebagai lembaga intermediasi keuangan, sehingga dapat mendukung upaya pemulihan

perekonomian nasional.

Program Restrukturisasi perbankan menuntut suatu langkah reformasi

perbankan dari :

2. Sisi eksternal perbankan, yang antara lain berupa pengembangan infrastruktur,

penyempurnaan peraturan dan pengawasan perbankan.

134 Ibid, hlm 4 (penjelasannya dikembangkan dari skema yang digambarkan)

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Implementasi program Rekapitalisasi pada dasarnya harus dipandang tidak

hanya terbatas pada upaya menyehatkan perbankan melalui penambahan modal.

Maksud terpenting dari program ini sebenarnya adalah mengupayakan agar Bank

yang terancam kelangsungan hidupnya dapat diselamatkan dan bahkan kemudian

dikembangkan menjadi Bank yang sehat dan kuat.

Sejalan dengan konsep diatas, maka Program Rekapitalisasi dengan dukungan

dana Pemerintah tersebut diharapkan hanya dilakukan untuk satu kali saja. Setiap

Bank Pembangunan Daerah yang diikut sertakan dalam Program Rekapitalisasi

dengan dukungan dana Pemerintah tersebut, tanpa terkecuali diwajibkan untuk

melakukan restrukturisasi intern pada masing-masing Bank, terutama menyangkut

kepengurusan, struktur organisasi, jenis kegiatan usaha,penataan jaringan kantor,

perbaikan sistem dan prosedur.135

B. Pelaksanaan Rekapitalisasi PT.Bank Sumut

Dengan demikian Program Restrukturisasi merupakan prasyarat bagi setiap

Bank untuk dapat mengikuti Program Rekapitalisasi dengan dukungan dana

Pemerintah, agar kondisi Bank tersebut setelah adanya penambahan modal dapat

dikembangkan lagi menjadi Bank yang kuat, sehat dan menguntungkan.

Searah dengan program rekapitalisasi pada bank umum, maka dengan program

ini ditujukan juga kepada Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang ada di setiap

135 Ibid, hlm 18

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

provinsi, agar dapat dikembangkan kembali menjadi bank yang sehat. Sejalan

dengan pemikiran ini, maka pemerintah menyatakan bersedia melakukan

rekapitalisasi terhadap seluruh BPD yang CAR-nya di bawah 8% tanpa

memperhitungkan status kategorinya. Namun sebelum itu, pada tahap awal kepada

Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II sebagai pemilik BPD telah diminta untuk

menyediakan seluruh dana rekapitalisasi (100%) sebagai tambahan modal mencapai

CAR 8%. Sampai dengan Maret 1999, terdapat 12 BPD yang memiliki CAR kurang

dari 8% sehingga diikutsertakan dalam program rekapitalisasi dengan jumlah modal

yang dibutuhkan Rp.1.538,1 milyar.136

Menurut hasil due deligence yang dilakukan oleh Bank Indonesia pertanggal

31 Maret 1999 kondisi CAR PT. Bank Sumut adalah minus 34,67% .

137 Berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah setiap Bank Pembangunan Daerah yang

memiliki CAR lebih kecil dari 8% harus mengikuti program rekapitalisasi dalam

rangka mengatasi kesulitan permodalan dan kelangsungan usahanya138

136 Ibid, hlm 17 137 Surat Bank Indonesia Medan No.32/2/UpwB2/AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi.. 138Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 135/KMK.017/1999 dan Gubernur Bank Indonesia No. 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah

.

Sejalan dengan hal tersebut maka Pemerintah Republik Indonesia memandang

perlu untuk melakukan penyertaan modal terhadap 12 Bank Pembangunan Daerah

termasuk Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Kewajiban bagi BPD yang mengikuti Program Rekapitalisasi dengan

dukungan dana Pemerintah untuk menyusun Program Restrukturisasi ditetapkan

dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Gubernur Bank

Indonesia Nomor 135/KMK.017/1999 dan Nomor 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April

1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.

Pelaksanaan Program Rekapitalisasi ini harus diikuti dengan perubahan

bentuk hukum BPD dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas, yang wajib

dipenuhi paling lambat 1 (satu) minggu setelah Perjanjian Rekapitalisasi

ditandatangani.139

139 Ibid, pasal 3

Karena Perjanjian Rekapitalisasi BPD ditandatangani pada tanggal

7 Mei 1999 maka perubahan bentuk badan hukum selambat-lambatnya harus

dipenuhi tanggal 14 Mei 1999. Persyaratan perubahan bentuk badan hukum BPD

dapat dipenuhi berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

No.1 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah, dalam Bab II

pasal 2 menyebutkan bahwa bentuk hukum BPD dapat berupa salah satu dari : (a)

Perusahaan Daerah; (b) Perseroan Terbatas.

Dalam SKB tersebut juga ditetapkan bahwa pengurus BPD wajib menyusun

Program Restrukturisasi dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia segera

setelah Perjanjian Rekapitalisasi ditandatangani. Waktu penyampaian Program

Restrukturisasi tersebut ditetapkan selama 1 (satu) bulan sejak Perjanjian

Rekapitalisasi ditandatangani, yakni tanggal 7 Juni 1999.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pemenuhan persyaratan yang diatur dalam perjanjian tersebut, ditetapkan

dalam waktu yang ditetapkan sangat singkat, dilakukan sebagai upaya menekan bank-

bank peserta rekapitalisasi agar bekerja cepat dan serius. Mengingat situasi dan

kondisi moneter pada saat itu yang sangat cepat berubah dalam hitungan hari bahkan

jam. Proses pembuatan program restrukturisasi dan perubahan badan hukum

sebenarnya sudah dilakukan persiapannya jauh hari sebelum ditandatanganinya

perjanjian rekapitalisasi sehingga tidak menjadi kendala dalam memenuhinya. Hal

tersebut dilakukan segera setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun

1998 tanggal 31 Desember 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum dan

No.4 Tahun 1999 tanggal 18 Januari 1999, tentang Penyertaan Modal Negara Ke

Dalam Modal Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan

Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Bank

Pembangunan Daerah Kalimantan Timur, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi

Utara, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, Bank Pembangunan Daerah

Nusa Tenggara Barat, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur, PT. Bank

Lippo tbk, Dan PT. Bank Sembada Artanugroho Dalam Rangka Program

Rekapitalisasi Bank Umum. Kemudian pada tanggal 16 April 1999, terbitlah

Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.2 Tahun 1999 tentang Perubahan

Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan

Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut tanggal 16 April 1999 dibuatlah Akte

Pendirian Peseroan Terbatas No.38 Tahun 1999 dari Notaris Alina Hanum Nasution

SH dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah

Nomor C-8224 HT.01.01.TH 99 tanggal 5 Mei 1999 serta telah diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Peraturan

Pemerintah No. 4 Tahun 1999 tersebut tidak jadi dipakai sebagai landasan hukum,

dengan terbitnya Peraturan Pemerintah yang baru yakni No.35 Tahun 1999 tanggal

24 Mei 1999. Dengan demikian Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera

Utara telah resmi berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 5 Mei 1999,

sebelum penandatanganan Perjanjian Rekapitalisasi.

Program Restrukturisasi tersebut baru dapat dilaksanakan oleh BPD setelah

mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Apabila Bank Indonesia belum dapat

menyetujui Program Restrukturisasi dimaksud, maka Bank Indonesia akan meminta

adanya perbaikan terhadap aspek-aspek yang akan disebutkan oleh Bank Indonesia,

sehingga memenuhi standar yang ditetapkan untuk dapat disetujui oleh Bank

Indonesia. Program Restrukturisasi yang sudah disetujui oleh Bank Indonesia harus

segera dilaksanakan oleh BPD dan harus sudah diselesaikan selambat-lambatnya 1

(satu) tahun setelah Perjanjian Rekapitalisasi atau pada tanggal 7 Mei 2000.

Program Restrukturisasi dapat disusun sepenuhnya oleh pengurus Bank

Pembangunan Daerah sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain ataupun

diserahkan sepenuhnya kepada konsultan.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Coverage atau cakupan objek yang perlu direstrukturisasi atau disempurnakan atau di tata kembali harus dituangkan dalam Program Restrukturisasi dan sekurang-kurangnya meliputi 5 (lima) aspek sebagai berikut : 1. Restrukturisasi kepengurusan BPD yang mengacu pada hasil penelitian Fit and

Proper Test yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 2. Merumuskan penataan kembali jenis-jenis kegiatan usaha BPD, termasuk

hubungan keuangan antara Pemerintah Daerah dengan BPD. 3. Restrukturisasi organisasi BPD yang mengacu pada rumusan baru yang terkait

dengan penilaian kembali jenis-jenis kegiatan usaha diatas serta rencana pencapaian hasil kinerja usaha (performance plan).

4. Merumuskan penataan kembali Kantor-Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu BPD.

5. Perbaikan sistem dan prosedur operasional (SOP)140

Untuk mengatasi kondisi keuangan PT.Bank Sumut adalah dengan melakukan

restrukturisasi kondisi keuangannya dengan mengikuti program rekapitalisasi yang

ditetapkan oleh Pemerintah.

Pelaksanaan program rekapitalisasi tersebut, menyangkut beberapa hal yakni :

1. Mengatasi Kecukupan Modal

Akibat terjadinya krisis moneter Indonesia sebagaimana telah disebutkan

diatas telah menyebabkan penurunan rasio modal PT. Bank Sumut yang cukup besar

bahkan hingga minus 34,67 %141

140Buku Petunjuk Teknis Penyusunan Program Restrukturisasi Bank Pembangunan Daerah (Jakarta:Bank Indonesia, 1999) hlm 5-7. 141 Tabel 2 yang merupakan lampiran dari Surat Bank Indonesia Cabang Medan No.32/2/UpwB2 /AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal Perhitungan kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi

. Berdasarkan hasil pertemuan antara Departemen

Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kehakiman dengan Bank

Indonesia pada tanggal 9 April 1999 di Bogor, telah diputuskan bahwa Program

Rekapitalisasi terhadap Bank Pembangunan Daerah akan dilaksanakan dengan dasar

perhitungan data Bank posisi neraca pertanggal 31 Maret 1999 dengan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

memperhitungkan koreksi yang dilakukan oleh pemeriksa termasuk kejadian-kejadian

setelah tanggal neraca (subsequent events).

Berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia terhadap Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara per posisi 31 Maret 1999, yang disampaikan melalui surat

Bank Indonesia Cabang Medan No.32/UpwB2/AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28

April 1999 Perihal : Perhitungan kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka

Program Rekapitalisasi diperoleh data Aktiva Produktif dan Agunan yang Dikuasai

serta Permodalan sebagai berikut :

a. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD)

oleh Bank masih mengalami kekurangan sebesar Rp. 203.338 juta

b. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah sebesar

minus 34,67%.

c. Kebutuhan modal Bank untuk mencapai KPMM sebesar 8% dan NPLs <

5 % adalah sejumlah Rp. 378.589 juta.

d. Kebutuhan penambahan modal yang harus disetor oleh pemilik Bank adalah

sebesar 20% x Rp. 378.589 juta = Rp. 75.718 juta

e. Kebutuhan penambahan modal oleh Pemerintah Pusat adalah sebesar

80% x Rp. 378.589 juta = Rp. 302.872 juta

Berdasarkan pertimbangan kondisi keuangan Pemerintah Propinsi Sumatera

Utara sebagai salah satu pemilik/pemegang saham dari PT. Bank Sumut pada waktu

itu tidak mampu untuk melakukan setoran modal sebesar 20% dari kekurangan modal

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

untuk mencapai rasio KPMM sebesar 8% tersebut, maka Gubernur Propinsi Sumatera

Utara pada tanggal 29 April 1999 telah mengajukan permohonan pinjaman

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 75.718 juta kepada Menteri

Keuangan Republik Indonesia.

Permohonan pinjaman sejumlah Rp. 75.718 juta untuk tambahan modal setor

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut dimaksud, mendapat

persetujuan dari Menteri Keuangan142

a. Jangka waktu pinjaman ditetapkan selama 5 (lima) tahun dengan masa

tenggang (grace period) selama 1(satu) tahun

dengan persyaratan antara lain:

b. Biaya administrasi pinjaman ditetapkan sebesar 11,5% (sebelas koma lima

perseratus) pertahun.

Sebagai tindak lanjut dari peminjaman tersebut, maka pada tanggal 7 Mei

1999 telah ditandatangani Perjanjian Pinjaman nomor RDI-355/DP3/1999 antara

Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Pada

waktu yang bersamaan juga telah ditandatangani Perjanjian Rekapitalisasi antara

Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia dan PT.Bank Sumut dengan syarat

dan ketentuan antara lain sebagai berikut :

1. PT. Bank Sumut bersedia untuk ikut serta dalam Program Rekapitalisasi dan

untuk memperbaiki kondisi permodalan Bank diperlukan tambahan modal disetor

sebesar Rp. 378.589 juta untuk mencapai rasio KPMM sebesar 8 %. 142 Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-163/MK.17/1999 tanggal 6 Mei 1999

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara sebagai Pemegang Saham Pengendali

berkewajiban untuk melakukan setoran modal secara tunai sebesar Rp. 75.718

juta atau 20% dari kekurangan modal untuk mencapai rasio KPMM sebesar 8 %

3. Pemerintah Republik Indonesia ikut serta dalam permodalan PT. Bank Sumut

dengan penyetoran modal sebesar Rp. 302.871 juta atau 80% dari kekurangan

modal disetor.

4. PT. Bank Sumut berkewajiban mengalihkan secara hukum :

a. kredit yang tergolong macet

b. kredit yang semula tergolong macet namun telah direstrukturisasi

c. aset yang sudah dihapus bukukan yang menjadi milik Bank akibat dari

penyelesaian kredit, dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak

penandatanganan perjanjian kepada Assets Management Unit (AMU) di Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan nilai harga nihil.

d. Seluruh tagihan atas asset yang diserahkan kepada Assets Management Unit

tersebut ditampung pada rekening escrow BPPN dan hanya dapat

dipergunakan untuk mendivestasi saham Pemerintah Pusat.143

Ternyata pada saat pelaksanaan rekapitalisasi dengan tambahan modal sebesar

Rp. 378.589 juta tersebut, dana rekap masih mengalami kekurangan sebesar Rp.

143 Dirangkum dari beberapa ketentuan dalam Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Indonesia, Bank Indonesia dan BPD Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

320.215 juta, yang disebabkan belum diperhitungkannya PPAP kredit macet terdiri

dari :

- Kredit PT. Victor Jaya Raya Rp. 227.974 juta x 100% = Rp. 227.974 juta

- Lainnya

Rp. 320.215 juta

Rp. 93.173 juta x 99% = Rp. 92.241 juta

Kredit PT. Victor Jaya Raya (PT.VJR) di dalam perhitungan tambahan awal

Rekapitalisasi, nilai agunan dimasukkan sebagai faktor pengurang, sedangkan Kredit

Lainnya tersebut sebelumnya dikategorikan Lancar maka PPAP telah diperhitungkan

dalam Cadangan Umum 1 % (satu per seratus) sehingga kekurangannya 99 %

(sembilan puluh sembilan per seratus) dari baki debet. Kredit PT.VJR merupakan

debitur terbesar PT.Bank Sumut pada waktu yang digunakan untuk pembangunan

perumahan dan lapangan golf Royal Sumatera. Dalam rangka penyelamatan kredit

dan pengamanan aset-aset PT.VJR, PT.Bank Sumut melakukan pengambilalihan

seluruh saham PT.VJR. Menurut catatan pemeriksa Bank Indonesia, khusus debitur

atas nama PT.VJR memiliki agunan yang mempunyai nilai terbaru dari penilai

independen pada tanggal 24 Desember 1998, diketahui nilai sehat sebesar

Rp.325.621 juta, sehingga berdasarkan ketentuan dapat diperhitungkan maksimal

sebesar 70 % x Rp.325.621 juta menjadi Rp.227.934 juta. Nilai ini masih diatas

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

jumlah kredit PT.VJR, sehingga menurut ketentuan tidak diperlukan pembentukan

cadangan/penyisihan penghapusan aktiva produktif.144

Rekapitalisasi yang dilakukan ini adalah dengan mengundang pihak lain

dalam hal ini Pemerintah Pusat sebesar 80% dari kebutuhan untuk memperbaiki

kecukupan modal PT.Bank Sumut sehingga porsi kepemilikan Pemerintah Pusat pada

saat itu 65,82% (Rp.302.871 juta) sedangkan sisanya merupakan kepemilikan

Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan program

rekapitalisasi ini sebenarnya telah terjadi proses pengambilalihan suatu perusahaan.

Pengertian pengambilalihan (akuisisi) dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik

Indonesia adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang

perseorangan untuk mengambil alih, baik seluruh ataupun sebagian besar saham

perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan

tersebut.

145

144 Tabel 1 yang merupakan lampiran dari Surat Bank Indonesia Cabang Medan No.32/2/Upw B2 /AdWB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal Perhitungan kebutuhan modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi 145Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilaihan Perseroan Terbatas Pasal 1

Demikian pula PP No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan

Akuisisi Bank Pasal 1 menyebutkan akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan

suatu Bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Bank. Dalam

program rekapitalisasi terhadap PT.Bank Sumut, pemerintah tidak sepenuhnya

melakukan pengendalian terhadap Bank. Setiap program restrukturisasi yang harus

dilaksanakan secara bertahap, Pemerintah menunjuk Direktur Kepatuhan Bank untuk

memonitornya. Sepanjang PT.Bank Sumut tidak melakukan pelanggaran material

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

atas pelaksanaan program rekapitalisasi, secara jelas Pemerintah menyatakan tidak

ikut serta dalam pengelolaan kegiatan usaha PT.Bank Sumut dan tidak menggunakan

hak suaranya dalam pemilihan anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Jadi

Pemerintah melepaskan haknya sebagai pemegang saham mayoritas.146

2. Pengalihan Asset ke AMU-BPPN

Berdasarkan Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Republik Indonesia,

Bank Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara diatur bahwa BPD

wajib mengalihkan kredit/asset secara hukum dalam waktu selambat-lambatnya 3

(tiga) hari kerja sejak penandatanganan ini kepada Asset Management Unit (AMU) di

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan harga nihil, yaitu :

a. Kredit yang tergolong macet;

b. Kredit yang semula tergolong macet namun telah direstrukturisasi;

c. Asset yang sudah dihapusbukukan yang menjadi milik PT. Bank Sumut akibat

dari penyelesaian kredit, mengikuti dengan hasil due diligence dan segala

tambahannya (subsequent events) yang terjadi setelah tanggal due diligence.

Memenuhi Perjanjian Rekapitalisasi di atas, PT. Bank Sumut telah

melakukan pengalihan kredit macet posisi 31 Desember 1998 sebesar

Rp.321.111.463.624,- (tiga ratus dua puluh satu miliar seratus sebelas juta empat

146 Perjanjian Rekapitalisasi Antara Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999 Pasal 20.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh empat rupiah) kepada AMU-BPPN

pada tanggal 7 Mei 1999. 147

a. Pengawasan

Selanjutnya pada waktu yang bersamaan dilakukan Perjanjian Pengelolaan

Aktiva Sementara antara PT. Bank Sumut dengan BPPN dalam rangka penunjukan

PT. Bank Sumut sebagai Pengelola Aktiva Sementara yang bertindak untuk dan atas

nama BPPN. Jangka waktu pengelolaan berlaku untuk masa 6 (enam) bulan sejak

tanggal perjanjian, dengan ketentuan masa perjanjian secara otomatis diperpanjang

untuk periode 6 (enam) bulan berikutnya apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kalender

sebelum akhir masa perjanjian BPPN tidak memberitahukan secara tertulis.

Tujuan umum dari pengelolaan aktiva yang dilakukan bank adalah untuk

membantu BPPN guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari aktiva

tersebut.

Ruang lingkup pengelolaan asset/aktiva oleh PT. Bank Sumut terdiri dari :

1). Melakukan identifikasi terhadap seluruh debitur, mencakup:

keberadaan debitur secara hukum; kondisi jaminan yang diberikan

debitur; hal penting lainnya yang wajib diketahui secara umum dan

wajar oleh bank selaku pengelola.

2). Melakukan komunikasi dengan debitur tentang perkembangan

usahanya.

147 Perjanjian BPD Sumatera Utara dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengalihan Atas Piutang tanggal 7 Mei 1999.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

3). Melaksanakan segala upaya sesuai hukum yang berlaku untuk

memperoleh pengembalian hutang debitur.

4). Melaksanakan rencana penyelesaian hutang debitur yang telah

disetujui oleh BPPN.

b. Pengurusan

1). Memberitahukan tugas pengurusan yang dilakukan Bank kepada

debitur.

2). Mengirimkan secara periodik tagihan kepada debitur.

3). Menerima pembayaran dari debitur.

4). Melakukan pemutakhiran data piutang.

5). Melakukan pembayaran pajak, biaya, tagihan telah jatuh tempo yang

atas beban BPPN sesuai petunjuk teknis.

6). Melaporkan jumlah penerimaan yang berasal dari pembayaran debitur.

7). Memonitor dan melaporkan posisi hutang debitur kepada BPPN.

c. Penitipan

1). Menjaga keamanan, keutuhan dan kondisi dari dokumen, surat-surat

dan catatan berkaitan dengan piutang.

2). Menyediakan tempat yang terpisah dari dokumen dan barang-barang

lain milik bank.

3). Menyediakan tempat penitipan yang aman dan dalam kondisi baik.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

4). Menutup asuransi yang cukup atas risiko kerugian yang mungkin

timbul.

5). Menyimpan asli dokumen perkreditan di dalam khazanah.

6). Penitipan harus dilakukan sehingga memungkinkan untuk BPPN

melakukan pengecekan dan verifikasi dengan mudah dan cepat. 148

Hasil penagihan kredit dan penjualan asset setelah dikurangi biaya-biaya yang

dikeluarkan PT. Bank Sumut menjadi hak Pemegang Saham Pengendali dalam hal ini

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Hasil penagihan kredit di atas wajib digunakan

untuk membeli saham milik Pemerintah Pusat dengan harga sebesar harga pembelian

oleh Pemerintah untuk saham yang ditawarkan ditambah premi yang ditetapkan oleh

Pemerintah.

149

Penyerahan tersebut menyertakan kredit PT. Victor Jaya Raya (PT.VJR),

sementara di dalam perhitungan tambahan Modal Rekapitalisasi tidak turut

Selanjutnya pada tanggal 14 Januari 2000 PT. Bank Sumut memperbaiki

kembali daftar penyerahan asset kepada AMU-BPPN posisi 31 Maret 1999 menjadi

sebesar Rp. 486.882 juta (empat ratus delapan puluh enam miliar delapan ratus

delapan puluh dua juta rupiah), dengan perincian kredit tergolong macet Rp.431.701

juta,eks kredit macet telah dihapusbuku Rp. 41.636 juta, dan rupa-rupa Aktiva

berupa agunan diambil alih Rp. 13.545 juta.

148 Perjanjian BPD Sumatera Utara dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengelolaan Aktiva Sementara, Jakarta tanggal 7 Mei 1999. 149 Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia No.53/KMK.017/1999 dan 31/12/KEP/GBI tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

diperhitungkan. Oleh karena tambahan dana rekapitalisasi tidak mungkin diajukan

lagi, maka PT.Bank Sumut mengusulkan untuk menyesuaikan asset yang diserahkan

dengan menarik kembali kredit PT. VJR. 150

b. Hapus Buku Atas Asset Yang Diserahkan ke AMU-BPPN

Berlandaskan dengan hasil pertemuan antara Bank Indonesia, Departemen

Keuangan Republik Indonesia, BPPN dan PT. Bank Sumut pada tanggal 29 Januari

2003 di Jakarta, maka pada tanggal 25 Februari 2003 PT. Bank Sumut memperbaiki

kembali daftar penyerahan asset kepada AMU-BPPN menjadi sebesar Rp. 247.219

juta (dua ratus empat puluh tujuh miliar dua ratus sembilan belas juta rupiah) yang

terdiri dari : kredit macet Rp. 192.038 juta, kredit macet yang telah dihapusbuku Rp.

41.636 juta, dan barang jaminan yang diambil alih Rp. 13.545 juta

Koreksi terbesar adalah dengan mengeluarkan PT. Victor Jaya Raya (PT.

VJR) dan selanjutnya dipindahbukukan dari perkiraan Pinjaman Yang Diberikan ke

perkiraan Rupa Rupa Aktiva-Agunan Yang Diambil Alih (RRA-AYDA) karena

sebelumnya telah diambil alih bank secara legal dengan membeli seluruh sahamnya

agar tidak terlalu membebani NPLs.

Sesuai dengan ketentuan hapus buku atas asset yang telah diserahkan ke

AMU-BPPN dilakukan bersamaan dengan pengalihan asset tersebut. Namun karena

tambahan modal ternyata kurang sebesar Rp. 320.215 juta maka hapus buku tidak

150 Wawancara dengan Staf Ahli Direksi PT.Bank Sumut pada tanggal 20 April 2009.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

dilakukan sekaligus. Apabila dilakukan sekaligus maka CAR akan minus kembali

sebesar - 28,09%.151

c. Rekening Escrow

Akhirnya hapus buku dilakukan secara bertahap pada tahun-tahun berikutnya

(data lampiran-7) sesuai dengan kemampuan keuangan untuk memenuhi ketentuan

NPLs maksimum 5% yaitu pada tahun 2000sebesar Rp.18.927juta, tahun 2001

sebesar Rp. 109.598 juta, dan terakhir tahun 2002 sebesar Rp.77.645 juta.

Pada saat Program Rekapitalisasi dilaksanakan, PT. Bank Sumut tidak mampu

untuk melaksanakan hapus buku terhadap kredit macet yang seharusnya telah

bersaldo nihil pada saat yang bersamaan dengan penyerahan kepada AMU-BPPN.

Oleh karenanya penerimaan setoran dari debitur macet yang telah diserahkan kepada

AMU-BPPN tetap dibukukan pada masing-masing rekening debitur yang

bersangkutan. Pembukuan ke rekening Escrow AMU-BPPN baru dilakukan setelah

kredit-kredit yang dimaksud dihapusbukukan.

Pembentukan rekening escrow AMU-BPPN dari hasil penagihan kredit macet

yang telah diserahkan kepada AMU-BPPN pada dasarnya membebani laba tahun

berjalan, karena harus melakukan write off kredit yang bersangkutan.

Hasil pengelolaan/penagihan asset PT. Bank Sumut yang telah diserahkan

kepada AMU-BPPN sejak tanggal 1 April 1999 sampai dengan 31 Desember 2002

sebesar Rp.87.764 juta (delapan puluh tujuh miliar tujuh ratus enam puluh empat juta

151 Hal ini disebabkan pada saat perhitungan dana kebutuhan rekapitalisasi posisi 31 Maret 2009 tidak memperhitungkan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) kredit kepada PT.VJR.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

rupiah) yang terdiri dari :kredit macet Rp. 63.604 juta, kredit macet yang telah

dihapusbuku Rp. 14.136 juta, dan hasil penjualan jaminan yang diambil alih Rp.

10.024 juta. Hasil pengelolaan/penagihan asset tersebut baru dilimpahkan ke

rekening AMU-BPPN (rekening escrow) pada PT. Bank Sumut tahun 2003.

d. Penyelesaian Kredit Bermasalah

Persoalan terbesar yang membuat kinerja keuangan PT. Bank Sumut terpuruk

dengan rugi yang sangat besar adalah karena beban kredit macet, oleh karenanya

perbaikan segera secara signifikan atas kinerja keuangan hanya dapat dilakukan

dengan menyelesaikan kredit bermasalah sekaligus melakukan ekspansi kredit.

Penyelesaian kredit bermasalah dilakukan secara terfokus dengan terlebih

dahulu mengidentifikasi setiap kredit bermasalah. Dari hasil identifikasi yang

dilakukan PT. Bank Sumut, maka penyelesaiannya tidak dapat dilakukan melalui

restrukturisasi kredit karena tidak memenuhi persyaratan. Dengan demikian

penyelesaian kredit bermasalah hanya dapat dilakukan dengan penyetoran yang justru

berdampak ganda. Disatu sisi langsung mengurangi NPLs, dan disisi lain tagihan

bunga akan menambah pendapatan bank serta setiap penerimaan setoran disalurkan

kembali ke kredit baru untuk sektor produktif yang mendatangkan hasil kepada bank.

Untuk efektifitasnya penyelesaian maka seluruh berkas debitur-debitur macet

yang tergolong besar ditarik ke Kantor Pusat untuk ditangani tim khusus Classified

Loan Committee (CLC) yang berada langsung di bawah pengawasan Direksi. Pejabat-

pejabat yang terkait dengan pemberian kredit macet dimaksud juga ditarik ke Kantor

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pusat dan dimasukkan sebagai anggota tim khusus sebagai bentuk pertanggung

jawaban dan dengan pertimbangan mereka lebih mengetahui kondisi kredit dan

debiturnya.

Penyelesaian dilakukan dengan berbagai pendekatan :

1. Kepada debitur / pemilik barang jaminan (PBJ) / keluarganya

Pendekatan ini dilakukan dengan mencari potensi debitur / PBJ atau

keluarganya untuk menyetor atau menebus agunan.

2. Barang Jaminan

Penjualan sendiri oleh debitur / PBJ atau di take over, atau pelelangan

melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Masing-masing Tim diberikan target saetiap bulan dan tahun serta diwajibkan

membuat program kerja yang dievaluasi setiap minggu pada awal hari kerja.Hasil

penagihan CLC menunjukkan kinerja yang baik dan terus diupayakan bekerja

maksimal untuk menarik dan menyelesaikan kredit yang wanprestasi dalam

memenuhi kewajibannya.

Sebagaimana layaknya reorganisasi perusahaan, selain dilakukan reorganisasi

finansial yaitu dengan melakukan restrukurisasi dibidang keuangan, dibutuhkan juga

reorganisasi struktural dan yuridis yaitu dengan melakukan restrukturisasi

kepegurusan, kegiatan usaha, organisasi, image (citra) dan pelayanan.

1. Restrukturisasi Kepengurusan

Restrukturisasi pengurusan dilakukan dengan acara, yakni :

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

a. Dilakukan Fit and Proper oleh Bank Indonesia

b. Mengangkat seorang Direktur Kepatuhan

Fungsi Direktur Kepatuhan ada 2 (dua) yaitu :

a. Memantau pelaksanaan hal-hal yang tertuang dalam Perjanjian Rekapitalisasi

(termasuk performance plan);

b. Memantau dan memastikan bahwa setiap kebijaksanaan dan keputusan penting

yang diambil oleh pengurus PT. Bank Sumut tidak melanggar ketentuan kehati-

hatian (seperti ketentuan BMPK, ketentuan larangan pemberian kredit jenis-jenis

tertentu, larangan pembelian surat berharga komersial dan ketentuan yang

tertuang dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank). Apabila

menemukan atau mengetahui adanya kebijaksanaan/keputusan yang melanggar

ketentuan-ketentuan di atas maka Direktur Kepatuhan wajib melaporkan baik

lisan maupun tertulis kepada Bank Indonesia.

2. Restrukturisasi usaha

a. Inovasi dan Pengembangan Produk dan Jasa

1) Sejak tahun 2004 PT. Bank Sumut telah memiliki produk Tabungan Haji

dengan nama Tabungan Makbul yang terkoneksi dengan SISKOHAT

(Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) Departemen Agama Republik

Indonesia.

2) Sejak tahun 2005 menerimaan setoran pajak secara online .

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

3) Pada tahun 2005 PT. Bank Sumut juga telah mengoperasikan layanan

penerimaan pembayaran jasa telekomunikasi sistem Host to Host (H2H).

4) Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-

19/PB/2005 tanggal 9 Maret 2005 PT. Bank Sumut telah menjadi Bank

Operasional I (BO I) yang berarti PT. Bank Sumut telah menjadi Bank

mitra Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai

penyimpan uang negara untuk gaji dan non gaji.

5) Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Nomor Kep-10/PB/2005 tanggal 16 Februari 2005 PT. Bank Sumut

telah ditetapkan sebagai Bank Persepsi Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB).

6) Sejak tahun 2005 menjadi Service point pembayaran rekening listrik, air

dan telepon.

7) Pemberian layanan BPDNet Online sejak tahun 2007, dimana nasabah

dan walking customer dapat melakukan transfer uang keseluruh BPD di

Indonesia.

8) Pengembangan e-Channel Bank Sumut seperti SMS Banking, EDC dan

Kartu Prabayar pada tahun 2008.

9) Pada tahun 2008 melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah

dalam mengimplementasikan program Cash Management Sistem untuk

Pemerintah Daerah di seluruh Sumatera Utara.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

10) Kredit Peduli Usaha Mikro Sumut Sejahtera (KPUM Sumut Sejahtera),

yaitu pemberian kredit dalam jumlah relatif kecil kepada kaum

perempuan miskin secara kelompok (replikasi pola Grameen Bank),

Pilot Project tahun 2008 di Gunung Sitoli, dan rencana tahun 2009

dikembangkan ke beberapa daerah lainnya. Program ini bertujuan untuk

memberdayakan masyarakat kecil untuk keluar dari garis kemiskinan

dan secara bertahap menjadi mandiri dan akhirnya akan menjadi pasar

potensial bagi pemberian kredit maupun sumber pendanaan.

b. Penggunaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada nasabah telah dioperasikan

mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) diseluruh Kantor Cabang PT. Bank

Sumut dan di tempat-tempat strategis lainnya. Untuk memperluas jaringan

pelayanan ATM tersebut, PT. Bank Sumut juga telah ikut bergabung dengan

beberapa Bank lain dalam pelayanan ATM Bersama. Sehingga nasabah PT.

Bank Sumut dapat menggunakan kartu ATM-nya pada sekitar 13.000 ATM

berlogo ATM Bersama di seluruh Indonesia baik untuk penarikan maupun

transfer/pemindahbukuan. Dalam rangka memberikan kemudahan kepada

nasabah, PT. Bank Sumut melalui jaringan ATM Bersama telah bekerja sama

dengan Malaysian Electronic Payment System (MEPS), sehingga sejak

Oktober 2005 pemegang kartu ATM PT.Bank Sumut telah dapat melakukan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

transaksi pada lebih dari 4.000 ATM di negara Malaysia yang berlogo

Bankcard.

Penambahan fitur-fitur baru ATM terus dilakukan sesuai dengan

perkembangan pasar dan teknologi seperti pembayaran tagihan telepon,

Speedy, PDAM dan pembelian voucher isi ulang Flexi serta pembayaran tiket

Garuda Indonesia melalui ATM.Penarikan tunai Kartu ATM Bank Sumut

telah ditingkatkan untuk kartu Silver maksimal sebesar Rp. 5 juta dan untuk

kartu Gold maksimal sebesar Rp. 10 juta.

c) Jaringan Kantor

Kemampuan Bank dalam meningkatkan kinerja keuangannya juga sangat

tergantung kepada jumlah jaringan kantor yang ada. Oleh karenanya PT.

Bank Sumut telah menambah jaringan kantor sampai ke daerah-daerah

Kecamatan di Propinsi Sumatera Utara, sekaligus untuk memperbesar share-

nya ditengah-tengah perbankan Sumatera Utara.

Pada tahun 2005 PT. Bank Sumut juga telah mengembangkan unit

operasionalnya ke luar daerah Propinsi Sumatera Utara, yaitu dengan

membuka satu Kantor Cabang Konvensional di Jakarta. Sampai dengan akhir

tahun 2008 PT. Bank Sumut telah memiliki 108 (seratus delapan) unit kantor

ditambah dengan 16 (enam belas) unit Kas Mobil dan jaringan pelayanan

ATM 79 (tujuh puluh sembilan) unit.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pada tahun 2008 Bank Sumut mendirikan unit kerja Sentra UMK, yang tugas

awalnya mengumpulkan dan membuat database pelaku UMK di Sumut. Dari data ini

dilakukan upaya pembinaan secara sistematis dan berkesinambungan, yaitu melalui

kegiatan pelatihan dan konsultasi agar dari segala aspek (teknis dan manajemen)

UMK semakin diberdayakan. Kegiatan pembinaan dan pemberdayaan UMK

dilakukan bekerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Asosiasi terkait UMKM

(Kadin, Forda UKM, UKM Center, dll) serta Akademisi.

d) Standar Pelayanan

Unsur terpenting di dalam pelayanan adalah manusia, yang juga merupakan

sumber daya utama atau asset yang paling berharga bagi perusahaan.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Bank Sumut No.357/DIR/DSDM-

TK/SK/2006 tanggal 1 Agustus 2006 tentang Standar Pelayanan Bank Sumut,

maka setiap Sumber Daya Manusia PT.Bank Sumut diharapkan dapat

memberikan pelayanan yang terbaik yang berlaku seragam, sehingga para

nasabah dan mitra kerja merasakan pengalaman yang sama dimanapun

mereka berinteraksi dengan PT. Bank Sumut.

e) Penataan Lay out Kantor

Sejalan dengan penyempurnaan struktur organisasi dan penggunaan online

system secara real time, juga telah dilakukan penataan lay-out gedung kantor

PT. Bank Sumut, sehingga dengan perubahan lay-out tersebut pelayanan

kepada nasabah dapat semakin ditingkatkan.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

f) Perubahan Logo

Dalam rangka membangun citra baru PT. Bank Sumut kepada masyarakat

Sumatera Utara, telah dilakukan perubahan atas identitas perusahaan dalam

bentuk Logo baru pada tanggal 8 Mei 2003. Logo ini mencerminkan semangat

keterbukaan dalam menghadapi tantangan dan persaingan perbankan di era

globalisasi dengan menerapkan Good Corporate Governance dan untuk

memicu semangat kerja seluruh jajaran PT.Bank Sumut serta menunjukkan

adanya kemajuan.

3. Restrukturisasi Organisasi

a. Perumusan Visi, Misi dan Budaya Perusahaan

Untuk menentukan arah pengembangan dan pengelolaan PT. Bank Sumut ke

depan, pada tahun 2001 PT. Bank Sumut telah merumuskan kembali Visi, Misi,

Tujuan (Goal), Objective, Kebijakan (Policy), Strategi dan Corporate Culture dari

PT. Bank Sumut152

1 ) Visi, yaitu “Menjadi Bank andalan bagi membantu dan mendorong pertumbuhan

perekonomian dan pembangunan daerah disegala bidang serta sebagai salah satu

sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”.

, yaitu sebagai berikut :

2 ) Misi, yaitu mengelola dana Pemerintah dan Masyarakat secara professional yang

didasarkan pada prinsip-prinsip compliance.

3 ) Tujuan (Goal), yaitu menjadi Bank yang sehat.

152 Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Sumut Nomor 42/DK-BPDSU/SK/2001 tanggal 21 Nopember 2001

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

4 ) Objective, yaitu: CAMEL dan mencapai target Rekapitalisasi berupa : CAR ≥

8%, NPL ≤ 5%, CER ≤ 65% dan BMPK.

5 ) Kebijakan, yaitu mengembangkan dunia usaha secara umum, khususnya Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi.

6 ) Strategi, yaitu menjalankan usaha secara efisien dan produktif.

7 ) Budaya Perusahaan: Memberikan Pelayanan Terbaik untuk mendorong

perekonomian daerah.

b. Struktur Organisasi

Untuk lebih meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi

persaingan di dunia perbankan yang semakin kompetitif, telah dilakukan

penyempurnaan struktur organisasi yang lebih di titik beratkan kepada pelaksanaan

core-business Bank dan teknologi perbankan modern. Dengan struktur organisasi

yang baru diharapkan aspek pelayanan dan pemasaran dapat lebih ditingkatkan yang

pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja Bank.

c. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pada tahun 2006 PT.

Bank Sumut memiliki Sistem Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia

Berbasis Kompetensi (Competency Based Human Resource Management System).

Dengan sistem tersebut, seluruh aktivitas manajemen SDM berorientasi pada

pengembangan dan pemanfaatan kompetensi pegawai. Tujuannya adalah agar setiap

pegawai memiliki kombinasi pengetahuan, kemampuan dan sikap yang unggul

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

sehingga setiap pegawai mampu melaksanakan pekerjaan yang telah dirancang bagi

dirinya untuk saat ini maupun dimasa mendatang.

Sistem tersebut juga mengatur pola perencanaan dan penempatan pegawai

berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Perencanaan SDM disusun dengan tujuan

memprediksi dan menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja pada saat ini dan masa

yang akan datang sesuai dengan kebutuhan dan rencana strategis pengembangan

perusahaan.

Berdasarkan perencanaan SDM tersebut, dilakukan proses rekruitmen dan

seleksi dengan bantuan konsultan SDM yang independen dan profesional sehingga

penerimaan pegawai bersifat objektif, transparan, efektif dan efisien. Proses seleksi

yang demikian menghasilkan calon pegawai yang berkualitas dan memenuhi

kualifikasi yang dibutuhkan.

d. Perbaikan Sistem Operasional Prosedur

Peningkatan kinerja keuangan perbankan dewasa ini sangat tergantung kepada

kemampuan Teknologi Sistem Informasi yang dipergunakannya. Dengan demikian

PT. Bank Sumut juga harus melakukan penyempurnaan terhadap Teknologi Sistem

Informasi nya agar tidak tertinggal dari Bank-Bank lain yang telah lebih dahulu

mempergunakannya.

Pada akhir tahun 2002 PT. Bank Sumut telah mengoperasikan sistem on-line

dengan menggunakan Online Integrated Banking System (Olib’s) diseluruh jaringan

kantor. Dengan diimplementasikannya Olib’s tersebut, maka nasabah PT. Bank

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Sumut telah dapat melakukan transaksi keuangannya berupa penyetoran dan

penarikan uang tunai serta pemindah bukuan diseluruh unit kantor PT. Bank Sumut

secara online real time.

Sejalan dengan perubahan teknologi yang digunakan, maka Standar

Operasional dan Prosedur baik atas setiap produk maupun pengambilan keputusan

disesuaikan dengan sistem. Hal ini ditujukan sebagai pedoman bagi pengguna (end

user) agar proses pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan akurat serta

memudahkan dalam pengawasannya.

C. Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Bank Sumut Pasca Restrukturisasi

Keuangan

Setelah PT.Bank Sumut menjalani program rekapitalisasi perbankan dan

mengikuti seluruh prosedur restrukturisasi yang secara taat mengikuti ketentuan-

ketentuan yang disyaratkan dalam SKB, petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia serta perjanjian-perjanjian dengan BPPN, terlihat kinerja keuangan PT.

Bank Sumut semakin baik.

Hal ini terlihat setelah menjalankan Program Restrukturisasi Keuangan, pada

tahun pertama di tahun 2000 sudah mulai kembali berlaba sebesar Rp.10.329 juta.

Demikian tahun-tahun berikutnya menunjukkan perbaikan yang signifikan sehingga

pada tahun 2007 seluruh rasio keuangan PT. Bank Sumut telah mencapai bahkan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

melampaui benchmark dari Bank Indonesia sebagai bank yang benar-benar sehat

dengan data sebagai berikut :

Tabel 1 : Kinerja Keuangan PT.Bank Sumut

PERFORMANCE PT.BANK SUMUT (Rp.dalam jutaan)

CAR Benchmark Total Asset (Rp) NPLs Benchmark Laba (Rp) ROA Benchmark LDR Benchmark

1999 25.84% 8% 1,412,092 71.01% 5% (161.04) (0.11) 1.215% 66.61% 60%<LDR<95%2000 25.52% 8% 1,799,135 41.16% 5% 10.329 0.57% 1.215% 44.80% 60%<LDR<95%2001 27.79% 8% 2,729,752 12.88% 5% 20.548 0.88% 1.215% 40.50% 60%<LDR<95%2002 27.67% 8% 2,957,887 2.96% 5% 41.216 1.41% 1.215% 41.51% 60%<LDR<95%2003 27.73% 8% 3,316,673 3.98% 5% 82.742 2.58% 1.215% 46.61% 60%<LDR<95%2004 31.07% 8% 3,568,302 4.31% 5% 116.332 4.37% 1.215% 52.42% 60%<LDR<95%2005 28.74% 8% 4,479,150 4.32% 5% 96.565 3.55% 1.215% 56.99% 60%<LDR<95%2006 26.01% 8% 7,668,325 2.62% 5% 155.072 3.43% 1.215% 43.48% 60%<LDR<95%2007 20.95% 8% 8,749,419 2.01% 5% 188.258 3.39% 1.215% 56.46% 60%<LDR<95%

Sumber PT.Bank SUMUT

LIKUIDITASTahun CAPITAL ASSET EARNING

Kerugian kumulatif PT. Bank Sumut baru dapat diselesaikan pada tahun buku

2004 dimana pada tahun tersebut PT. Bank Sumut memperoleh laba kumulatif setelah

pajak sejumlah Rp. 116.332 juta. Pada tahun 2005 PT. Bank Sumut juga memperoleh

laba setelah pajak sejumlah Rp. 96.565 juta dan pada tahun 2006 sejumlah Rp.

155.072 juta serta tahun 2007 sebesar Rp. 188.258 juta 153

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun sampai dengan posisi

Desember 2007 sebesar Rp. 7.680.788 juta atau terjadi peningkatan sebesar

692,86 % dari posisi Desember 1999.

Perkembangan usaha PT. Bank Sumut sejak Desember 1999 sampai dengan

Desember 2007 adalah sebagai berikut :

153 Laporan keuangan PT.Bank Sumut tahun 2004, 2005, 2006, 2007 serta wawancara dengan Staf Ahli Direksi dan Pemimpin Divisi Teknologi Informasi dan Akutansi PT.Bank Sumut.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

2. Kredit dan Pembiayaan yang telah disalurkan sampai dengan posisi

Desember 2007 sebesar Rp. 4.318.911 juta atau terjadi peningkatan sebesar

590,13 % dari posisi Desember 1999.

3. Total aset pada posisi Desember 2007 sebesar Rp. 8.749.419 juta atau terjadi

peningkatan sebesar 619,61 % dari posisi Desember 1999

4. Perkembangan perolehan laba terus meningkat dimana pada tahun 1999

terjadi kerugian sebesar Rp. 161.044 juta atau secara kumulatif sebesar

Rp. 306.946 juta, tetapi sejak tahun 2000 telah memperoleh laba yang setiap

tahun jumlahnya meningkat dan pada tahun 2007 laba setelah pajak sebesar

Rp. 188.258 juta.

5. Return On Asset (ROA) yang merupakan perbandingan laba sebelum pajak

terhadap rata-rata jumlah aset, terus menunjukkan pertumbuhan, dimana

pada posisi Desember 1999 sebesar negatif 11,40 % sedangkan pada posisi

Desember 2007 sebesar 3,39 % .

6. Return On Equity (ROE) yang merupakan perbandingan laba setelah pajak

terhadap rata-rata modal inti, terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan

peningkatan laba yang dihasilkan, dimana pada posisi Desember 1999

sebesar negatif 60,86 % sedangkan pada posisi Desember 2007 sebesar

31,14 % .

7. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan modal terhadap

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Kondisi CAR PT. Bank Sumut

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

sejak mengikuti Program Rekapitalisasi sampai dengan tahun 2007 dinilai

tetap Sehat.

8. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan Kredit yang

diberikan kepada Pihak Ketiga (tidak termasuk kredit kepada Bank lain)

terhadap Dana Pihak Ketiga (tidak termasuk antar Bank). Pada tahun 2000

sampai dengan 2002 terjadi penurunan LDR disebabkan karena adanya

write-off pada tahun 2000 sebesar Rp. 18.927 juta, tahun 2001 sebesar Rp.

109.598 juta dan tahun 2002 sebesar Rp. 77.645 juta. Sejak tahun 2003

sampai dengan 2005 angka LDR tersebut terus semakin meningkat dan pada

tahun 2006 menurun kemudian pada tahun 2007 kembali meningkat menjadi

56,46 %.

9. Rasio Non Performing Loans (NPLs) terus membaik sejalan dengan adanya

perbaikan kualitas kredit. Rasio NPLs pada posisi Desember 1999 sebesar

71,01 % dan pada posisi Desember 2007 berada pada angka 2,01 %

Adanya program rekapitalisasi mengharuskan bank-bank peserta rekapitalisasi

melakukan restrukturisasi, baik dalam bidang keuangan maupun operasional. Dalam

bidang operasional, bank diwajibkan menyusun kembali bisnis bank sesuai

kompetensi inti bank tersebut.154

154 Djoko Retnadi, Memilih Bank Yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanannya, ( Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006) hlm 270.

Perkembangan usaha PT.Bank Sumut yang

disajikan dalam bentuk angka-angka ratio diatas, sangat meyakinkan bagi para

stakeholder, sebab menunjukkan angka yang melampui ukuran yang ditetapkan oleh

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Bank Indonesia. Kondisi ini merupakan cerminan Pasal 29 Undang-undang No.10

Tahun 1998, yang menyatakan bahwa Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank

sesuai dengan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan

wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian.155

D. Divestasi Saham Pemerintah Pusat

Berdasarkan asas

perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, kondisi ini menunjukan upaya PT.Bank Sumut dalam menjaga

kesinambungan hidup sebuah perusahaan, sehingga disebut perlindungan hukum

secara implisit.

Memenuhi isi Perjanjian Rekapitalisasi dan Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia156

155 Adrian Sutedi, op.cit hlm 161. 156 Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 543/KMK.06/2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Divestasi Saham Negara dalam rangka Penyertaan Modal Negara dan Pelunasan Obligasi Negera pada Bank Pembangunan Daerah peserta Program Rekapitalisasi

, Pemegang Saham Pengendali berhak membeli kembali

sebagian atau seluruh Saham Negara Republik Indonesia pada Bank Pembangunan

Daerah peserta Program Rekapitalisasi sampai dengan tanggal 7 Mei 2005 dan

apabila Pemegang Saham Pengendali tidak membeli kembali saham tersebut, maka

saham dimaksud dapat dijual oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada

masyarakat.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pertemuan antara Pengurus PT. Bank Sumut dengan para pemegang saham

untuk membahas divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia tersebut

dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2003. Mempertimbangkan kinerja keuangan

PT. Bank Sumut yang terus mengalami perbaikan signifikan, maka dalam pertemuan

dimaksud telah disepakati bahwa saham Pemerintah Republik Indonesia akan dibeli

kembali oleh Pemerintah Daerah.157

1. Nominal saham Pemerintah

Sumber dana pembelian saham Pemerintah

Republik Indonesia tersebut adalah dari dana hasil penagihan kredit dan dana hasil

penagihan kredit serta penjualan asset AMU-BPPN serta dana sendiri dari

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten / Kota. Mengingat

keterbatasan dana Pemerintah Daerah maka divestasi tersebut akan dilaksanakan

dalam 2 (dua) tahun anggaran yaitu tahun 2004 dan 2005 masing-masing sebesar

50% (lima puluh per seratus).

Jumlah Divestasi Saham Negara pada saat perhitungan kembali per tanggal 24

Desember 2004 adalah sebagai berikut :

Republik Indonesia Rp. 302.871 juta

2. Total Premi sampai dengan

Tanggal 7 Mei 2005

Jumlah saham beserta premi Rp. 518.087,24 juta

Rp. 215.216,24 juta

157 Informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan Staf Ahli Direksi PT.Bank Sumut

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Divestasi saham milik Pemerintah Republik Indonesia tahap I sebesar Rp

215.077,78 juta telah dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2004 dengan rincian

perhitungan sebagai berikut :

1. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara :

a. Dana rekening escrow BPPN sampai

dengan tanggal 28 Desember 2004 Rp. 107.877,78 juta

b. Transfer dana ke rekening escrow Dana

Divestasi Rp. 86.600 juta

2. Pemerintah Kabupaten dan Kota :

Transfer dana ke rekening escrow

Dana Divestasi Rp. 20.600 juta

Setelah dilaksanakannya divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia tahap

I tersebut, maka jumlah saham Pemerintah Republik Indonesia yang dibeli kembali

adalah sebanyak 12.573.330 lembar saham atas nama seri B dengan nominal saham

per lembar sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).

Kepemilikan saham dari tambahan jumlah lembar saham yang dibeli tersebut

diatas adalah sebagai berikut :

Tabel 2 : Kepemilikan Saham PT.Bank Sumut

Pemilik Jumlah Lembar Saham

Jumlah Nominal Saham

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara

11.369.065 lembar

Rp. 113.690,65 juta

Pemerintah

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Kabupaten / Kota 1.204.265 lembar Rp. 12.042,65 juta

12.573,330 lembar

Rp. 125.733,30 juta Sumber : PT.Bank Sumut

Saham Pemerintah Republik Indonesia yang didivestasi pada tahap I adalah

sebesar Rp. 125.733,30 juta atau 41,52 % dari jumlah seluruh saham Pemerintah

Republik Indonesia pada PT. Bank Sumut.

Akibat dari divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia tahap I, maka

komposisi kepemilikan saham PT. Bank Sumut juga mengalami perubahan sebagai

berikut :

Tabel 3 : Komposisi Saham PT.Bank Sumut

Pemilik Saham Sebelum Divestasi Saham Tahap I

Setelah Divestasi Saham Tahap I

Pemerintah Republik Indonesia

Rp. 302.871 juta

65,82 %

Rp. 177.137,7 juta

38,50 %

Pemerintah Propinsi Rp. 91.407,9 juta 19,86 % Rp. 205.098,5 juta 44,57 %

Pemerintah Kabupaten / Kota

Rp. 65.872,3 juta

14,32 %

Rp. 77.915 juta

16,93 %

Rp. 460.151,2 juta

100 %

Rp 460.151,2 juta

100 %

Sumber : PT.Bank Sumut.

Pada waktu yang bersamaan, hasil jual beli Saham Negara tersebut telah

digunakan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk melunasi sebagian Obligasi

Pemerintah di PT. Bank Sumut dengan harga nominal (at par) sebesar Rp. 215.077

juta, sehingga Obligasi Pemerintah yang tersisa dalam rangka rekapitalisasi dan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

masih tercatat dalam neraca PT. Bank Sumut per 31 Desember 2004 adalah sebesar

Rp. 19.960 juta dengan tingkat bunga mengambang. 158

Sisa saham Pemerintah Republik Indonesia termasuk premi saham yang harus

dilunaskan sampai dengan tanggal 7 Mei 2005 adalah sebesar Rp. 303.009,47 juta.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

159

1. Kepemilikan saham Pemerintah Propinsi Sumatera Utara menjadi sebesar

Rp.291.832,8 juta atau 63,42 %;

telah memperpanjang jangka

waktu penyelesaian pembelian Saham Negara sampai dengan tanggal 7 Mei 2009.

Namun demikian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara selaku Pemegang Saham

Pengendali berketetapan hati untuk segera menyelesaikan pembelian Saham Negara

tersebut pada bulan Nopember 2006.

Divestasi Saham Negara pada PT. Bank Sumut akhirnya dilaksanakan dalam

tiga tahap dan selesai pada bulan Nopember 2006. Komposisi kepemilikan saham

setelah selesainya pelaksanaan Divestasi Saham Negara tersebut adalah :

2. Kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten dan Kota se Sumatera Utara

menjadi sebesar Rp. 168.318,4 juta atau 36,58 %.

Setelah penyelesaian Divestasi saham maka pada Desember 2006 untuk

pertama kali sejak tahun 1998 PT. Bank Sumut membagikan deviden kepada

158 Informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan Pemimpin Divisi Perencanaan PT.Bank Sumut. 159 Peraturan Menteri Keuangan No. 44/PMK.012/2006 tanggal 26 Juni 2006 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Keuangan No. 543/KMK.06/2003 tentang Divestasi Saham Negara dalam rangka penyertaan Modal Negara dan pelunasan Obligasi Negara pada Bank Pembangunan Daerah peserta Program Rekapitalisasi

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Sumatera

Utara sebagai pemegang saham sebesar Rp. 127.350 juta (60 % dari laba bersih tahun

buku 2004 dan 2005). Dengan demikian PT. Bank Sumut adalah BUMD

penyumbang PAD terbesar kepada Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Kewajiban divestasi saham Pemerintah Pusat pada PT.Bank Sumut tertuang

dalam Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Republik Indonesia dan Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999 Pasal 19 yang menyatakan

bahwa Pemerintah melakukan divestasi sebagian atau seluruh sahamnya sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan. Dalam Keputusan

tersebut diatur bahwa opsi pertama pembelian saham Pemerintah Pusat berada pada

pemegang saham (Pemerintah Propinsi,Kabupaten dan Kota), dalama hal opsi

tersebut tidak digunakan, masyarakat dapat membeli saham milik Pemerintah Pusat

tersebut.160

160 Keputusan Menteri Keuangan No.211/KMK/06/2002 Tentang Divestasi Saham Negara Dalam Rangka Penyertaan Modal Negara Pada Bank Pembangunan Daerah Peserta Program Rekapitalisasi.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan terhadap permasalahan yang

dikemukakan dalam tesis ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Peraturan atau ketentuan yang mengatur mengenai reorganisasi perusahaan

khususnya di bidang perbankan telah cukup memadai sehingga mampu

memberikan petunjuk hukum bagi yang ingin melaksanakannya. Namun khusus

program Rekapitalisasi Perbankan yang terbukti telah mampu memperbaiki

kinerja perbankan terutama pada PT.Bank Sumut setelah masa krisis sehingga

mampu menghindari dari tindakan pembubaran, tidak ditampung dalam Undang-

Undang Perbankan No.10 tahun 1998, hanya berlandaskan pada Surat Keputusan

Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia.

2. Menurut sistem perbankan di Indonesia, perlindungan kepada kreditur bank

dilakukan secara implisit (implicit deposit protection) dan secara eksplisit

(explicit deposit protection). Perlindungan secara implisit diimplementasikan

dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, pengawasan

dan pembinaan yang efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dan

pengelolaan usaha secara transparan dengan selalu menyajikan laporan keuangan

secara priodik kepada masyarakat. Sedangkan perlindungan secara eksplisit

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

(explicit deposit protection), yaitu perlindungan yang diperoleh melalui

pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat.

3. Pelaksanaan program rekapitalisasi PT.Bank Sumut yang bertujuan untuk

melakukan restrukturisasi keuangannya diikuti juga dengan melakukan

restrukturisasi di berbagai bidang antara lain organisasi, sumber daya manusia,

sistem opersional dan prosedur, jaringan pelayanan dan bidang usaha. Program

Restrukturisasi yang dijalankan ternyata sangat efektif untuk menyehatkan

PT.Bank Sumut. Terbukti pada tahun pertama setelah rekap telah mampu

mencetak laba dan terus meningkat signifikan pada tahun-tahun berikutnya.

Sehingga dengan melihat kinerja keuangan PT.Bank Sumut yang secara terus

menerus menunjukkan perbaikan yang berarti, mendorong keinginan pemegang

saham untuk menyelesaikan dana rekapitalisasi dengan menggunakan hak opsi

untuk membeli kembali saham Pemerintah Pusat. Dengan demikian program

rekapitalisasi yang diikuti oleh PT.Bank Sumut mempunyai dampak yang sangat

hebat dalam menyelamatkan PT.Bank Sumut dari kehancuran sehingga mampu

tetap eksis hingga saat sekarang dengan kinerja keuangan yang secara terus

menerus membaik .

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

B. S a r a n

1. Ketentuan yang mengatur program Rekapitalisasi Perbankan disarankan agar

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tidak hanya

berlandaskan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan

dengan Gubernur Bank Indonesia. Sehingga dapat menjadi landasan hukum

yang kuat dalam mengatasi krisis perbankan yang dapat berdampak sistemik

bagi perekonomian nasional.

2. Bank Indonesia bersama lembaga perbankan nasional harus mensosialisasikan

kepada masyarakat khususnya kepada para kreditur maupun calon kreditur bank

bahwa perlindungan hukum terhadap dana masyarakat yang berada pada bank

dilakukan secara implisit dan eksplisit.

3. Program rekapitalisasi perbankan yang telah dilaksanakan ternyata telah

berhasil menyehatkan PT.Bank Sumut, sehingga diharapkan dapat menjadi

salah satu rujukan ke depan bagi Pemerintah ataupun Bank Indonesia untuk

melakukan reorganisasi bagi perbankan yang mengalami kesulitan keuangan.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdullah, Burhanuddin, Jalan Menuju Stabilitas Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006

Aliminsyah & Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, Bandung: Yrama

Widya, 2003 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

Jakarta:RajaGrafindo,2006 Bengtsson, Ann Mc Donagh, Manajemen merger dan akuisisi; penerjemah Fauzi

Bustami, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1994

Briyan Lowell L., Bankrupt: Restoring the Health and Profitability of Our Banking System, New York: Harper Business, 1991 Darmawan Indra, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer,

Yogyakarta:PustakaWidyatama, 2006 Donnel, John D, et.al. Law For Business, Illinois;Irwin Home Wood,1983 Downes John & Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi,

Jakarta : PT.ElexMedia Komputindo, 2001

Djiwandono J Soedradjad, Satu Dasawarsa Krismon: Beberapa Catatan, Buku 10 Tahun Krisis Moneter : Kesiapan Mengahadapi Krisis Kedua Jakarta: InfoBank Publishing, 2007

Djohanputro Bramantyo, Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai: Strategi Menuju Keunggulan Bersaing Jakarta: Penerbit PPM,2004 Fisher Bruce D, Law For Business St.Paul: West Publishing Co, 1986 Friedman Lawrence M., American Law An Introduction Second Edition Jakarta:

Tatanusa, 2001

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Fuady Munir , Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2002 -----------------, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO (Berdasarkan Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007), Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008 Goman Carol Kinsey, Creativity In Business Mengubah Gagasan Menjadi

Keuntungan, Jakarta: Penerbit PPM,2003 Gunadi, Restrukturisasi Perusahaan dalam Berbagai Bentuk dan Pemajakannya,

Jakarta: Salemba Empat, 2001 Harris, Myra A., Legal Research, ed 10, New York: Prentice Hall, 1997 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta:Kencana Prenada

Media Group, 2007 Ibrahim, Johnny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, 2007 Imaniyati Neni Sri, Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam Dalam Perkembangan,

Bandung: CV.Mandar Maju, 2002. Johan Robby, Leading In Crisis, Praktik Kepemimpinan Dalam Mega Merger Bank

Mandiri, Jakarta: Penerbit Bara, 2006 Labolo Muhadam, Memahami Ilmu Pemerintahan, Suatu Kajian, Teori,Konsep dan

Pengembangannya, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2008 Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2007 Mishkin Frederic S, The Economic of Money, Banking, Financial Market, Fifth

Edition, Singapore: Addison-Wesley, 1998 Nasution Bismar, Hukum Kegiatan Ekonomi, Bandung: Books Terrace & Library,

2007

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Prasentyantoko A , Bencana Finansial Stabilitas Sebagai Barang Publik, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008

Rahardjo Satjipto, Biarkan Hukum Mengalir Catatan Kritis Tentang Pergulatan

Manusia dan Hukum, Jakarta:Penerbit Buku Kompas,2007 Rajagukguk Erman, Teori Hukum, Bahan Kuliah Program Pascasarjana Universitas

Surabaya:Magister Hukum- Magister Kenoktariatan, 2006 Rasjidi Lili & I..B. Wyasa Putra , Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar

Maju, 2003 Retnadi Djoko, Memilih Bank Yang Sehat, Kenali Kinerja dan Pelayanannya, Jakarta

: ElexMedia Komputindo, 2006 Riyanto Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: Yayasan

Badan Penerbit Gadjah Mada, 1982 Scraft Charles A, et.al, Acquisitions, Merger,Sales,Buyout & Takeovers, A Hand

Book with Forms, Fourth Edition, New Jersey: Prentice Hall Engleword Clifts,1991

Sembiring, Sentosa, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang

terkait dengan Kepailitan,Bandung: CV.Nuansa Aulia, 2006 Sinaga Syamsudin Manan, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Restrukturisasi Utang Pada Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang Jakarta:Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2000 Sinungan M, Manajemen Dana Bank, Jakarta: Rineka Cipta, 1990 SS Kusumaningtuti , Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009 Stern Klaus, The Note Issuing Bank within The State Structure in Deutsche

Bundesbank (ed), Fifty Years of the Deutsche Mark,Central Bank and Currency in Germany since 1948, Oxford: Oxford University Press, 1999

Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:Pradnya

Paramita,1986

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Subhan, M.Hadi, Hukum Kepailitan Prinsip,Norma dan Praktik di Peradilan, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008.

Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum,

Yogyakarta: PT.Citra Aditya Bakti, 1993 Supriyanto Eko B, Mewaspadai Arus Balik Dana Asing, Menghindari Krisis Jilid

Kedua, Buku 10 Tahun Krisis Moneter : Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua Jakarta: InfoBank Publishing, 2007

Suta, I Putu Gede Ary, Musa Soebowo, BPPN The End,Jakarta: Yayasan Sad Satria

Bhakti,2004 Sutedi Adrian, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,

Likuidasi, dan Kepailitan,Jakarta: Sinar Grafika, 2007 Sutiyoso, Bambang, Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum Yang

Pasti dan Berkeadilan,Yogyakarta:UII Press,2006 Taswan, Akutansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah edisi II, Yogyakarta:

UPP AMP YKPN Yogyakarta, 2005 Rachmadi Usman , Hukum Ekonomi Dalam Dinamika Jakarta: Djambatan,2000 Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan Bandung: Alumni,1986 Wijaya I.G.Rai, Hukum Perusahaan Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-

undang di Bidang Usaha Jakarta:Kesaint Blanc,2007 Workbook Level 1, Indonesian Certificate in Banking Risk and Regulation, England:

Global Association of Risk Profesional, 2005

B. Makalah

Baber N.W, “Prelude to the Separation of Powers”, CLJ, 60, March 2001

Corrigan E. Gerald, “Central Bank and the Financial System”, paper presented to a Symposium of Central Banking Issues in Emerging Market-Oriented Economic Sponsored by the Federal Reseve Bank of Kansas City, Jackson Hole, Wyoming USA: 1990

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Ibrahim,Johannes, “Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi PerbankanNasional” , Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27 No.2 Tahun 2008

Lastra Rosa Maria Lastra and Geoffrey P. Miller , “Central Bank Independence in Ordinary and Extraordinary Times” dalam Jan Kleinman (ed), Central Bank Independence, The Economic Foundations, the Constitutional Implications and Democratic Accoutability, Kluwer International, 2001

Lijphart Arend , “Patterns of Democracy”, Yale University Press, 1999

Manan Bagir, “Kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral”, Monograph, 2000 Miller P.Geoffrey, “An Interest- Group Theory of Central Bank Independence”,

Journal of Legal Studies Vol XXVII, 1998 Nasution Bismar, “Kejahatan Korporasi dan Pertanggungjawabannya”, disampaikan

dalam ceramah di jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Tanjung Morawa, tanggal 27 April 2006

--------------------, “Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan

BUMN/BUMD Sebagai Upaya Memberantas KKN”, disampaikan pada Semiloka Peran Masyarakat (Stakeholder) melalui lembaga pengawasan pengelolaan perusahaan dalam mendukung pelaksanaan good corporate governance di Sumatera Utara pada tanggal 30 April 2003

Pamungkas Raditya, “Kebangkrutan dan Reorganisasi”,

http://rdtloom.wordpress.com/2009/01/13/kebangkrutan-dan-reorganisasi/ diakses tanggal 27.02.2009

Sparve Robert, “Supervisory Boards in Some Central Banks”, Paper Contribution to

the IMF Seminar on Current Developments in Monetary and Financial Law, Washington D.C.,2002

Sugiarto Agus, Peneliti Senior Bank Indonesia, “Mencari Struktur Perbankan Yang

Ideal “, Harian Kompas, tanggal 16 Juli 2003 Wibowo Satrio, dkk, “Kajian Mengenai Efektivitas Kebijakan Obligasi Rekap”

Jakarta: Biro Stabilitas Sisitem Keuangan, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2003

Wood Geoffrey E. et.al, “Central Bank Independence: What is It and What Will It Do

For Us?”, Institute of Economic Affairs,1993.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

http://www.2 kompas.com/kompas-cetak/0404/14/finansial/969532

C. Peraturan-Peraturan

diakses 27.02.2009

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara

Undang-undang No.3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-undang No.23 Tahun

1999 Tentang Bank Indonesia Undang-undang No.10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan Undang-undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 1996, tentang Ketentuan

Dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1998, tentang

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 1998, tentang Program

Rekapitalisasi Bank Umum. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1999, tentang Penyertaan

Modal Negara RI ke dalam modal Bank Pembangunan Daerah Aceh,Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Jakarta ,Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Bank

Pembangunan Daerah. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Nomor : 53/KMK.017/1999 dan

Gubernur Bank Indonesia Nomor 31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitulisasi Bank Umum.

Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Nomor : 135/KMK.017/1999 dan

Gubernur Bank Indonesia Nomor 32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitulisasi Bank Pembangunan Daerah.

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 211/KMK.06/2002

tanggal 6 Mei 2002 tentang Divestasi Saham Negara Dalam Rangka Penyertaan Modal Negara Pada Bank Pembangunan Daerah Peserta Program Rekapitalisasi

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia dan

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tanggal 7 Mei 1999 Perjanjian Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dan Badan Penyehatan

Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengalihan Atas Piutang tanggal 7 Mei 1999

Perjanjian Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dan Badan Penyehatan

Perbankan Nasional mengenai Perjanjian Pengelolaan Aktiva Sementara tanggal 7 Mei 1999

Petunjuk Teknis Penyusunan Program Restrukturisasi Bank Pembangunan Daerah

diterbitkan Bank Indonesia Mei 1999 Buku Restrukturisasi Perbankan, diterbitkan Bank Indonesia, 1999

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009. USU Repository © 2009

D. Laporan Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tahun 1998

Laporan Tahunan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tahun 1999

Laporan Tahunan PT.BankSumut, Tahun 2007

Surat Bank Indonesia Medan No.32/2/UpwB2/Mdn/Rahasia tanggal 28 April 1999, perihal kebutuhan Modal bank Saudara dalam rangka Program Rekapitalisasi