karya ilmiah didi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor perkebunan memiliki peranan penting dalam perekonomian
Indonesia, karena merupakan salah satu sumber perolehan devisa negara yang
mampu menciptakan kesempatan kerja guna mengarah pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Komoditi perkebunan memberikan nilai tambah
yang besar kepada negara tetapi juga terhadap perekonomian para petani.
Kelapa sawit salah satu komoditas yang potensial dan banyak diminati para
investor karena komoditi laku dipasaran terutama jika dipasarkan dalam bentuk
Crude Palm Oil (CPO), komoditi ini menghasilkan minyak nabati yang banyak
dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.
Propinsi jambi merupakan salah satu daerah sentra produksi kelapa
sawit dengan wilayah perkembangannya tersebar pada 4 kabupaten dengan
sentra terluas terdapat di kabupaten Batang Hari dan Muaro Jambi. pada tahun
2000 misalnya luas areal panen mencapai 179. 973 ha dan meningkat pada
tahun 2001 menjadi 211. 682 ha. Kondisi inii menunjukkan bahwa perkebunan
kelapa sawit di Propinsi Jambi mengalami peningkatan yang cukup pesat (Sri
Kumala, 2003).
Seiring pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kebutuhan bibit yang tentunya
merupakan bagian terpenting yang menentukan keberhasilan kegiatan
perkebunan kelapa sawit. Bibit yang berkualitas menjadi modal dasar untuk
1
mencapai produktivitas yang tinggi. Benih yang bermutu ialah benih yang telah
dinyatakan sabagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul
(kartasapoetra 1986).
PT. Kirana Sekernan merupakan salah satu perusahaan swasta yang
bergerak dibidang perkebunan yang berdiri sejak tahun 1992, terletak di KM 54
Jalan raya lintas Timur, di desa Suko Awin Jaya, Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi. Perusahaan perkebunan PT. Kirana
Sekernan melaksanakan kegiatan pembibitan sejak tahun 1996. Kualitas benih
yang baik akan menghasilkan tanaman yang berproduksi tinggi. Menurut
Rankie dan Fairhurst (1998), pembibitan yang dikelola dengan baik akan
menghasilkan bibit yang baik untuk penanaman dilapangan. Kegiatan
pembibitan memiliki peranan sangat penting dalam mencapai tingkat produksi
yang akan dicapai pada masa yang akan datang, karena apabila bibit yang
ditanam bukan merupakan bibit yang baik dan berkualitas maka hsil yang
diperoleh dimasa akan datang tidak mencapai hasil yang optimal. Dalam
kegiatan pencapaian tujuan untuk mendapatkan bibit yang baik dalam kegiatan
pembibitan penerapan manajemen sangat diperlukan, karena tanpa adanya
manajemen maka tujuan perusahaan akan sulit dicapai.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melaksanakan
kegiatan praktek kerja lapang pada PT. Kirana Sekernan. Karya ilmiah ini
merupakan laporan hasil akhir praktik kerja lapangan dengan judul
“PELAKSANAAN MANAJEMEN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT PADA PT.
KIRANA SEKERNAN ”
2
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang.
Adapun tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Untuk mempelajari pelaksanaan manajemen pembibitan kelapa sawit yang
meliputi kegiatan pembibitan tahap awal dan pembibitan utama.
2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian
Program Diploma III Agribisnis Universitas Jambi.
1.3. Kegunaan Praktik Kerja Lapang
Adapun kegunaan Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola
kegiatan pembibitan tanaman kelapa sawit.
2. Laporan praktek kerja lapang ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan sebagai tambahan informasi bagi pihak yang berkepentingan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Manajemen
Pada dasarnya manajemen adalah suatu rangkaian proses yang meliputi
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi
dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya
organisasi baik sumber daya manusia, modal, material, maupun teknologi
secara optimal untuk mencapai tujuan perusahaan (siregar 2001). Sedangkan
menurut Lee dalam Manullang (1973) manajemen adalah seni dari ilmu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengorganisasian, dan
pengawasan dari sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
usaha mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan atau organisasi untuk
mencapai tujuannya.
Sementara menurut Handoko (1984) fungsi manajemen yang paling
penting adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah pemilihan dan penetapan tujuan organisasi dan
penetapan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem
anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kegiatan yang
dilaksanakan. Rencana-rencana yang dibutuhkan untuk menetapkan prosedur
terbaik agar tujuan organisasi tercapai.
4
Perencanaan merupakan awal dari seluruh kegiatan yang akan
dilaksanakan dan disusun sebelum kegiatan dilaksanakan. Perencanaan
disusun oleh Manger plant dengan memperkirakan sumber daya yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan yang optimal.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organizing adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, perencanaan dan
pengembangan suatu organisasi untuk kelompok kerja yangakan dapat
mencapai tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu–individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.
Pengorganisasian dalam organisasi perusahaan dapat dinyatakan
secara keseluruhan diperuntukkan bagi sumber daya manusia (SDM),
dilaksanakan dengan menempatkan sumber daya manusia yang sesuai dengan
keahlian, jumlah yang dibutuhkan dan dapat menjalankan tugas serta
wewenang yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan perusahaan.
3. Penyusunan Personalia (staffing)
Staffing adalah penarikan (recrutment), latihan dan pengembangan,
serta penempatan dan pemberian organisasi para karyawan dalam lingkungan
kerja yang menguntungkan dan produktif. Penentuan dan penempatan sumber
daya manusia yang tepat sesuai dengan bidang dan keahliannya sangat
5
diperlukan sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dan mencapai
hasil yang optimal.
4. Pengarahan (leading)
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun
personalianya, langkah berikutnya menugaskan karyawan untuk bergerak
menuju tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan secara sederhana
adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang
diinginkan, dan harus mereka lakukan.
5. Pengawasan (Controling)
Controling adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesui yang telah ditetapkan.
Kegiatan pengawasan dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan
serta memperbaikinya apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan. Dengan adanya kegiatan pengawasan maka kegiatan
dilapangan dapat berjalan dengan optimal kerena dapat diketahui
penyimpangan dan kesalahan sehingga dapat diperbaiki dan kegiatan dapat
berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan.
2.2. Konsep Pembibitan
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jack) termasuk divisio
tracheophyta, kelas angiospermae, ordo cocoideae, genus elais (Soehardjo,
dkk. 1996). Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan sebelum dilakukan
6
penanaman dilapangan. Pembibitan memiliki peranan penting dalam penentu
keberhasilan kegiatan penanaman dilapangan untuk mendapatkan hasil dan
produktivitas tanaman kelapa sawit dimasa yang akan datang. Pembibitan
kelapa sawit merupakan suatu proses untuk menumbuh dan mengembangkan
biji atau kecambah menjadi bibit yang siap ditanam.
Pada dasarnya pembibitan terbagi atas dua sistem pembibitan yaitu
pembibitan satu tahap (single stage system) dan pembibitan tahap ganda
(double stage system) . Pembibitan satu tahap merupakan bagian dari tipe
pembibitan yang didalam pelaksanaannya kecambah langsung ditanam atau
disemai pada polybag besar tanpa didahului dengan pelaksanaan pembibitan
dalam polybag ukuran kecil. Menurut Sri Kumala (2003), kegiatan penanaman
biji atau kecambah pada pembibitan satu tahap harus di lindungi dengan
dengan naungan selama 2,5 bulan sehingga bibit tidak secara langsung
terkena cahaya matahari dan percikan air hujan. Menurut Rankie dan
Faairhurst (1998), bahwa pembibitan satu tahap memiliki kelebihan yaitu:
a. Memerlukan penanganan bibit yang lebih sedikit.
b. Terhindar dari transplanting shock
c. Lebih sedikit sumber daya yang digunakan karena pemindahan
bibit tidak diperlukan.
d. Infrastruktur dan peralatan pembibitan awal tidak diperlukan.
Selain kelebihan terdapat kelemahan dari pembibitan satu tahap yaitu:
a. Memerlukan areal yang luas untuk pembibitan.
b. Air yang dibutuhkan jumlahnya lebih besar.
7
c. Kegagalan penyiraman dapat mengakibatkan kerugian dibandingkan
pembibitan tahap ganda apabila penyiraman bisa dilakukan dengan
penyiraman tangan.
d. Kegiatan seleksi memerlukan banyak waktu dan lebih sulit.
e. Memerlukan pengamatan yang lebih cermat pada pada periode 4 minggu
pertama.
f. Biaya yang dikeluarkan untuk naungan bibit sampai tumbuh 4 daun jauh
lebih besar dari pada pemberian naungan pada tahap awal.
Pembibitan tahap ganda yaitu kegiatan pembibitan yang dilakukan
dengan dua tahapan. Menurut Rankie dan Fairhurst (1998), bahwa pembibitan
dua tahap lebih sering digunakan karena selama periode pertumbuhan awal
yang kritis setelah satu bulan tanam harus mendapatkan perhatian dan
perawatan yang intensif bila dibandingkan dengan pembibitan utama. Ada
beberapa kelebihan dari sistim pembibitan tahap ganda yaitu:
a. Memerlukan areal pembibitan utama yang lebih kecil.
b. Diperlukan air untuk penyiraman lebih sedikit.
c. Penanganan awal lebih mudah.
d. Biaya pemeliharaan pada tahap awal (0-4 minggu ) lebih rendah.
e. Pemeriksaan pada 4 minggu pertam lebih mudah.
f. Biaya pemusnahan (polybag, tenaga, dan lain-lain) lebih rendah untuk bibit
afkir, bibit rusak, dan bibit mati.
Kelemahan dari dari pembibitan dua tahap ini yaitu:
a. Memerlukan penanganan bibit lebih banyak
b. Pengendalian gulma dan pemeliharaan lebih banyak
8
c. Adanya resiko transplanting shock ketika bibit dipindahkan dari pembibitan
awal ke pembibitan utama
d. Tambahan infrastruktur diperlukan (naungan untuk pembibitan awal dan
sistem, penyiramannya.)
a) Pembibitan awal (Pre-Nursery)
Kegiatan pembibitan tahap awal dilakukan dengan tujuan untuk
memudahkan pemeliharan dan pemantauan benih pada saat benih berumur
sampai 3 bulan. Masa bibit dipembibitan awal yaitu sejak penanaman
kecambah sampai bibit berumur 3 bulan. Pada tahap pertumbuhan awal
keperluan unsur hara dari tanaman itu masih dapat disediakan oleh biji itu
sendiri. Selanjutnya secara berangsur-angsur tanaman mulai mengambil unsur
hara dari tanah (Turner and Gilbanks,1974). Menurut Sastrosayono (2003),
dalam pembibitan awal tanah yang digunakan untuk mengisi polybag harus
berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan dari batu dan
sampah.
b) Pembibitan utama (Main-Nursery)
Pembibitan utama merupakan pembibitan lanjutan setelah dilakukan
kegiatan transplanting dari pembibitan awal. Kegiatan pada pembibitan utama
memerlukan biaya yang lebih besar dari kegiatan pembibitan tahap awal.
Kegiatan pembibitan utama dimulai pada saat bibit berumur 3 bulan setelah
tanam sampai umur 12 bulan (Yan fauzi dkk, 2002). Kegiatan pemeliharaan
dan pemupukan dipembibitan utama harus dilaksanakan secara efektif, karena
keberhasilan penanaman dan produksi yang nantinya dihasilkan tergantung
pada bibit yang dipindahkan dari pembibitan utama ke lapangan.
9
2.3. Pengawasan Pembibitan
Pengawasan sangat berperan penting dalam kegiatan pembibitan.
Menurut Mangoensoekarjo. S dan Semangun. H (2000) pengawasan
pembibitan dilakukan oleh mandor pembibitan yang dibina atau diawasi oleh
assisten kepla dan manajer kebun. Pengawasan tidak hanya dilakukan
dibidang teknis, tetapi juga dibidang pembiayaan, antara lain meliputi:
1. Pembibitan harus dibuat menurut jadwal perencanaan. Mulai dari
pemesanan kecambah kelapa sawit, persiapan pembibitan yang meliputi
lokasi, pengisian kantong plastik, pencarian sumber air dan sebagainya.
2. Pengawasan bibit yan abnormal, baik dipembibitan awal maupun
pembibitan utama.
3. Administrasi pembibitan yang baik, kontinu, untuk setiap nomor persilangan
dan pengangkutan bibit.
4. Pengendalian gulma, hama dan penyakit secara teratur.
5. Penyiraman dan pemupukan menurut dosis dan jadwal yang telah
ditentukan.
10
BAB III
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3.1. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan dilaksanakan dengan cara magang, yaitu
mengikuti kegiatan kultur teknis kelapa sawit di pembibitan dan mempelajari
cara pengelolaan kebun pembibitan. Kegiatan pengelolaan kebun pembibitan
kelapa sawit dipelajari dengan cara melihat dan mengikuti kegiatan
manajemen, yaitu melalui:
1. Praktik kerja, yaitu mengikuti langsung kegiatan dilapangan.
2. Diskusi, yaitu tanya jawab dengan pembimbing lapangan,
assisten, mandor, dan karyawan-karyawan mengenai kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Pengambilan dan pengumpulan data sekunder, yaitu data yang
diperlukan guna mendukung pembuatan karya ilmiah ini baik dari asisten
pembibitan maupun assisten lainnya.
4. Studi literatur yaitu mencari dan mempelajari berbagai teori yang
berhubungan dengan kegiatan pembibitan.
3.2. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di PT. Kirana Sekernan yang
terletak di Km 54 Jalan Lintas Timur Jambi – Riau Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi yang merupakan salah satu dari Group Kirana
Megatara. Pembibitan ini berlokasi di wilayah VII Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
11
yang terletak di KM 58 Jalan Lintas Timur Jambi – Riau Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi. Waktu praktik kerja lapangan dilaksanakan dari
tanggal 1 mei 2005 sampai 2 juli 2005.
3.3. Objek yang dipelajari
Kegiatan pembibitan yang akan diamati terdiri dari 2 tahapan yaitu:
a. Kegiatan Pembibitan Tahap Awal (Pre-Nursery)
b. Kegiatan Pembibitan Utama (Main-Nursery)
Dari kegiatan diatas yang telah dilaksanakan, kemudian akan diipelajari
fungsi-fungsi manajemennya yang terdiri dari perencanaan, organisasi,
pelaksanaan dan pengawasan.
3.4. Batasan Praktek Kerja Lapang.
Dalam penulisan karya ilmiah ini diuraikan hal-hal yang berkaitan
dengan:
a) Pembibitan Pre-Nursery (PN) yang dimaksud dalam laporan ini adalah
kegiatan pembibitan yang dilaksanakan sampai bibit berumur tiga bulan
sebelum dipindahkan ke pembibitan utama (Main-Nursery), terdiri dari
persiapan persemaian, penanaman kecambah, pemeliharaan kecambah
b) Pembibitan Main-Nursery yang dimaksud adalah sistem pembibitan yang
dilaksanakan setelah bibit berumur tiga bulan dari pembibitan Pre-Nursery.
c) Pemeliharaan bibit kelapa sawit terdiri dari penyiraman, pengendalian hama
dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma, konsolidasi dan seleksi
atau pengafkiran.
12
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Letak Lokasi dan Luas Kebun
Perusahaan Perkebunan PT. Kirana Sekernan merupakan salah satu
Group Kirana Megatara, usaha yang dilakukan bergerak pada sektor
Agroindustri baik itu perkebunan maupun pabrik pengolahan. Letak perkebunan
berlokasi di KM 54 sedangkan pabrik pengolahan berlokasi di Km 58 Jalan
Lintas Timur Jambi – Riau Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi
dengan lokasi kantor pusat di Jalan Sultan Thaha No.4 Jambi. Pada tahun 1992
perusahaan membangun perkebunan inti dengan luas 2.152 ha, kemudian
pada tahun 1996-1998 perusahaan membangun pula perkebunan plasma
seluas 5.732 ha, melalui pola proyek kemitraan yaitu Plasma Inti Rakyat
Koperasi (PIRKOP) oleh Koperasi Akso Dano. Pada pola kemitraan ini
perusahaan bertindak sebagai bapak angkat (inti) dan petani yang bergabung
pada Koperasi Akso Dano sebagai anak angkat perusahaan (plasma). Pola
perkebunan inti terbagi menjadi tiga afdeling yaitu afdeling I, afdeling II, afdeling
III sedangkan plasma dibagi atas delapan wilayah yaitu wilayah I sampai
dengan wilayah VIII yang masing-masing afdeling dan wilayah dikelola oleh
seorang Assisten Kebun.
Secara manajemen perusahaan PT. Kirana Sekernan menerapkan dua
manajemen yaitu manajemen perkebunan dan manajemen pabrik. Dengan
penerapan dua manajemen yang terpisah ini akan mempermudah untuk
13
melakukan koordinasi terhadap pekerjaan, keduanya saling terkait dan saling
mendukung sehingga tampak sinergi dalam pengelolaan perusahaan walaupun
pada hakikatnya hanya satu manajemen perusahaan yaitu perusahaan
perkebunan PT. Kirana Sekernan.
Adapun luas perkebunan PT. Kirana Sekernan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1. Luas Perkebunan PT. Kirana Sekernan
No Perkebunan Inti Luas Persen123
Afdeling IAfdeling IIAfdeling III
645 Ha791 Ha716 Ha
Total 2152 HaPerkebunan Plasma Luas
12345678
Wilayah IWilayah IIWilayah IIIWilayah IVWilayah VWilayah VIWilayah VIIWilayah VIII
968 Ha464 Ha480 Ha970 Ha532 Ha
1155 Ha635 Ha515 Ha
Total 5719 Ha
Sumber: PT. Kirana Sekernan
Secara Administratif perusahaan perkebunan PT. Kirana Sekernan
memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Barat berbatasan dengan Tanjung Lanjut
Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Mudo
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sekernan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pemayung
Kegiatan pembibitan dilaksanakan di dua tempat yaitu pada wilayah VII
PKS dan Afdelling III PT. Brahma Binabakti. Lokasi pembibitan awal
14
dillaksanakan diwilayah VII PKS dengan luas wilayah 0,48 ha dan pembibitan
utama seluas 6,15 ha dan pembibitan utama yang terdapat diafdelling III
Brahma seluas 17,90 ha. Luas keseluruhan pembibitan PT. Kirana Sekernan
yaitu seluas 24,53 ha.
4.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Perusahaan menggunakan organisasi sebagai wadah untuk
menggerakkan orang atau fasilitas lain untuk mencapai tujuan perusahaan.
Selain itu demi mempermudah pengendalian maka diperlukan suatu struktur
organisasi yang dapat menggambarkan dengan jelas tugas dan tanggung
jawab masing-masing bidang. Struktur organisasi juga berguna mempermudah
orang untuk mengetahui posisinya didalam organisasi, mempermudah mereka
mengenali siapa atasan dan bawahannya kepada siapa dia bertanggung jawab,
apa yang menjadi kewenangan dan sebagainya.
Struktur organisasi perusahaan Perusahaan perkebunan (PT). Kirana
Sekernan berbentuk garis dengan system sentralisasi dan kekuasaan tertinggi
terletak pada pemegang saham. Dewan komisaris dipilih dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS) bertugas mengawasi dan memberi masukan kepada
dewan direksi yang dikepalai Direktur Utama. Untuk operasional perusahaan
dibawah tanggung jawab seorang general manajer yang membawahi beberapa
orang manajer, manajer kebun inti dan plasma, manajer pabrik dan manajer
pembelian yang mana masing-masing manajer tersebut mengepalai bagian-
bagian tertentu dalam struktur organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada bagan struktur organisasi dibawah ini:
15
16
Tentang fungsi dan tanggung jawab masing-masing divisi tersebut
secara umum diuraikan pada bagian berikut:
1. Direktur
Sebagai puncak pimpinan perusahaan perkebunan PT. Kirana Sekernan
merencanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dibidang
masing-masing, serta mengambil kebijakan yang menyangkut tentang
aktivitas kegiatan tersebut.
2. General Manajer ( GM )
Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap operasional perkebunan dan
pabrik dilapangan.
3. Manajer Pabrik
Mengawasi serta bertanggung jawab terhadap operasional pabrik
4. Manajer Pembelian
Mengawasi serta bertanggung jawab terhadap penyediaan bahan baku
pabrik baik yang berasal dari kebun inti, plasma maupun suplai bahan baku
dari luar.
5. Manajer Kebun Inti
Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan produksi
kelapa sawit pada perkebunan inti.
6. Manajer Kebun Plasma
Mengawasi serta bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan produksi
kelapa sawit pada perkebunan plasma.
7. Asisten Produksi
Mengawasi serta bertanggung jawab dalam pengolahan TBS di pabrik.
17
8. Asisten Teknik
Mengawasi serta bertanggung jawab terhadap operasional dan
maintenance mesin di pabrik.
9. Asisten Kebun
Mengawasi serta bertanggung jawab terhadap operasional perkebunan inti
atau plasma yang telah dibagi menjadi tiga afdeling dan tujuh wilayah serta
bagian pembibitan.
10. Kepala Bagian Personalia
Mengawasi administrasi karyawan, pembinaan sumberdaya manusia,
sosial, ekonomi, kesejahteraan dan kesehatan.
11. Planning Organizing Control (POC)
POC merupakan divisi pengawasan yang mempunyai wewenang untuk
melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja perusahaan dalam hal
ini pada pabrik pengolahan. Tujuan adanya divisi ini sebagai upaya
pengawasan terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.
18
BAB V
PELAKSANAAN MANAJEMEN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
5.1 Perencanaan Pembibitan
Sebelum Kegiatan pembibitan dilaksanakan hal yang perlu diperhatikan
yaitu perencanaan pembibitan, yang terdiri atas pemilohan lokasi, penyiapan
lokasi, pemesanan kecambah, pemancangan pembibitan dan pengisian tanah
dan penempatan polybag.
a. Pemilihan Lokasi
Dalam pemilihan lokasi pembibitan hal yang perlu diperhatikan yaitu
antara lain:
(1) Dekat dengan sumber air
Pembibitan sangat banyak membutuhkan air, sehingga lokasi pembibitan
sebaiknya dekat dengan sumber air, dengan demikan instalasi penyiraman
(mesin genset) letaknya diusahakan tidak jauh dari lokasi pembibtan sehingga
dapat menghemat biaya yang dikeluarkan
(2) Dekat dengan Jalan
Lokasi pembibitan harus dekat dengan jalan sehingga dapat
memudahkan akses keluar masuknya kebutuhan yang diperlukan dalam
kegiatan pembibitan. Disamping itu keuntungan yang didapat yaitu semakin
rendahnya biaya yang dibutuhkan dalam proses penyaluran atau
pendistribusian peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembibitan.
(3) Persyaratan fisik lahan yaitu arealnya datar (kemiringan 0-3%)
19
Topografi PT.Kirana Sekernan pada umumnya bergelombang (0-15%).
Karena keterbatasan lahan pada kenyataannya PT. Kirana Sekernan tetap
melaksanakan kegiatan pembibitan pada areal yang memilki kemiringan (0-
15%), hal ini dilaksanakan dengan pertimbangan dekatnya areal pembibitan
dengan sumber air.
(4) Aman dari pencurian dan serangan hama
Lokasi pembibitan harus aman dari pencurian yang bertujuan
mengurangi kerugian yang diderita oleh perusahaan. Begitu juga halnya
dengan ancaman hama seperti babi, hal ini diantisipasi oleh PT. Kirana
Sekernan dengan melakukan penjagaan pada wilayah pembibitan dan
pemburuan terhadap hewan yang menjadi hama dalam kegiatan pembibitan
yang berada disekitar lokasi pembibitan.
(5) Tidak ternaungi
Lokasi pembibitan seharusnya tidak ternaungi oleh pepohanan
disekitarnya. Areal sekeliling pembibitan berjarak kurang lebih minimum 20 m
harus dalam keadaan bersih. Kondisi pembibitan seperti ini terdapat pada
lokasi pembibitan PT. Kirana Sekernan di pembibitan utama (main-nursery).
Sedangkan kondisi lingkungan pembibitan pada pre-nursery berada disekitar
lingkungan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hal ini dilaksanakan dengan
pertimbangan ketersediaan sumber air yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan
pembibitan.
Selain lokasi pembibitan, pemilihan kondisi tanah juga sangat perlu
diperhatikan. Sifat-sifat tanah untuk pembibitan sebagai berikut :
1. Tidak kedap air, lempung gembur dengan kadar pasir kurang dari 60%.
20
2. Bebas kontaminasi (pelarut, residu dan bahan kimia) tanah harus disaring
untuk menghilangkan kotoran, batu dan sampah ketika pengisian polybag.
Identifikasi lokasi dan tanah yang sesuai untuk lokasi pembibitan seharusnya
diselesaikan 6 bulan sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan.
b. Penyiapan Lokasi.
Kegiatan penyiapan lokasi merupakan bagian dari perencanaan
pembibitan. Penyiapan lokasi bertujuan untuk menyiapkan dan memilhara
lokasi pembibitan agar dapat mendukung pertumbuhan bibit secara maksimal,
dan fasilitas tumbuh yang baik serta untuk menyediakan kondisi lapangan
pembibitan yang sehat. Lokasi permbibitan harus dibersihkan dari tanaman dan
sampah yang dapat menggangu kegiatan dan pertumbuhan bibit dilapangan.
Apabila lokasi pembibitan sudah dipakai sebelumnya, maka seluruh polybag
bekas afkir bibit, dedaunan dan sampah sisa pembibitan terdahulu harus
dibuang dan kemudian dibakar. Tumpukan tanah dari pengosongan polybag
diratakan karena dapat mengganggu kegiatan pembibitan. Lokasi pembibitan
harus siap untuk penempatan polybag 4 minggu sebelum kecambah datang.
c. Pemesanan Kecambah
Biji atau kecambah yang akan ditanam di pembibitan harus biji yang
benar memiliki kualitas dan berasal dari produsen biji atau kecambah yang
memilki reputasi yang baik. Hal ini disebabkan apabila benih tidak jelas dan
berasal dari instansi yang belum memilki reputasi maka dikhawatirkan akan
menghasilkan bibit yang tidak berkualitas dan hal ini tentunya akan merugikan
perusahaan. Manajemen perusahanan berperan penting dalam penentuan biji
21
yang akan dipesan. PT. Kirana Sekernan menggunakan biji atau kecambah
yang berasal dari:
a. Pusat Penelitian Marihat Medan, jenis varietas yang digunakan yaitu Tenera
hasil persilangan Dura x pisefera.
b. Socfindo (socfindo indonesia) Medan, jenis varietas yang digunakan juga
sama yaitu Tenera merupakan hasil persilangan Dura x Pisefera.
Kegiatan pemesanan biji disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Jumlah pemesanan biji atau kecambah
ditentukan oleh Manager Plasma berdasarkan kebutuhan bibit dilapangan dan
disetujui oleh General Manajer. Permintaan biji atau kecambah (termasuk
transportasi dan pengiriman) harus diselesaikan selambat–lambatnya 9 bulan
sebelum penanaman kecambah dilaksanakan. Sistem pemesanan yang
dilakukan langsung keperusahaan seperti Marihat dan Socfindo. Setelah proses
pemesanan dilakukan kegiatan pengiriman biji atau kecambah dilakukan
dengan memanfaatkan armada transportasi yang sudah dipercaya yaitu PT.
RAPI TRANSPOR. Biji atau kecambah dikemas dalam kotak yang dilapisi
dengan serbuk kayu yang bertujuan untuk mempertahankan kelembaban
kecambah.
d. Pemancangan Pembibitan
Kegiatan pemancangan pada pembibitan yaitu membuat jarak antar
polybag secara seragam pada pembibitan sehingga bibt memperoleh
kesempatan yang sama untuk menerima sinar matahari dan efisien dalam
penggunaan sisitem penyiraman yang mahal dan kurang efektif apabila
tanaman tidak tersiram secara keseluruhan. Pada pembibitan utama polybag
22
disusun dengan pola susunan segi tiga dengan sudut 600 dan jarak 90 cm x90
cm terhadap polybag lainnya. Areal dipancang dua minggu sebelum
penempatan polybag.
e. Pengisian tanah dan penempatan polybag
Kegiatan pengisian bertujuan untuk mengisi polybag secara benar
sehingga dapat mendukung kegitan pembibitan. Sebelum kegiatan pengisian
polybag dilakukan terlebih dahulu disiapkan polybagnya, ukuran polybag untuk
pembibitan di Pre-Nursery yaitu 15cm x 23cm dan ketebalan 250 “gauge” dan
pembibitan utama yaitu 40cm x 50cm dengan ketebalan 500 “gauge”.
Polybag sebaiknya diisi dengan 75% tanah yang sudah diayak dan
bersih dari sampah atau batu. Polybag kemudian diratakan sampai 2 cm dari
bibir polybag kemudian ditempatkan pada bedengan yang telah disiapkan yang
dilaksanakan 4 minggu sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan dengan
tujuan kondisi tanah mantap. Setelah tanah dalam polybag diratakan maka
polybag harus disiram.
Setelah kegiatan pengisian dilaksanakan maka polybag yang siap
dipindahkan kepembibitan dipindahkan menuju lokasi pembibitan dengan
menggunakan kereta sorong. Penempatan polybag harus dilakukan secara
teratur berdasarkan kerapatan bibit yang telah ditentukan. Untuk pembibitan
awal bibit disusun dalam bedengan, dan untuk pembibitan utama penempatan
polybag dilaksanakan berdasarkan jarak tanam yang telah ditentukan yaitu 90
cm x 90 cm.
23
5.2 Organisasi Pembibitan
Kegiatan pembibitan yang dilaksanakan pada PT. Kirana Sekernan
terbagi dalam daerah yaitu utara dan selatan, masing-masing terpisah diwilayah
VII PKS dan Afdelling III Brahma. Daerah pembibitan yang terpisah
membutuhkan koordinasi yang baik antar divisi pembibitan dan organisasi
pembibitan merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembibitan agar dapat
berhasil dengan baik. Pembibitan PT. Kirana Sekernan dipimpin atau dikepalai
oleh seorang asisten pembibitan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
pembibitan dan bertanggung jawab kepada Manager Plasma.
Tugas asisten pembibitan yaitu:
1. Memimpin dan mengkoordinir kegiatan pembibitan sesuai dengan rencana
kerja perusahaan.
2. Memberikan laporan kegiatan pembibitan kepada Maneger Plant.
3. Menjamin ketersedian alat, bahan, perlengkapan kerja dalam pembibitan.
4. Memberikan arahan terhadap mandor kepala dan mandor perawatan
tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembibitan.
Dibawah asisten pembibitan yaitu mandor kepala, dimana tugas dan
kewajibannya yaitu:
6. Melakukan pengawasan langsung terhadap mandor perawatan
7. Memberikan laporan kegiatan pembibitan yang telah dilakukan kepada
assisten pembibitan. Bentuk laporan kegiatan pembibitan dapat dilihat pada
lampiran.
3. Menetukan pembagian tugas tiap pekerja.
24
Dibawah mandor kepala ada mandor perawatan yang tugas dan
kewajibannya:
1. Melakukan pengabsenan terhadap pekerja.
2. Melakukan pengawasan langsung terhadap pekerjaan pekerja dilapangan
3. Melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada mandor kepala.
4. Mengatur tugas tiap pekerja sesuai perintah mandor kepala.
Disamping mandor yang membantu assisten, ada krani pembibitan yang
tugas dan kewajibannya:
1. Mencatat seluruh kegiatan administrasi pembibitan
2. Mencatat pemakaian obat dan pupuk yang digunakan dipembibitan.
3. Memberikan laporan administrasi kepada asisten pembibitan.
Struktur organisasi pembibitan wilayah VII pabrik kelapa sawit (PKS) PT. Kirana
Sekernan seperti gambar dibawah ini:
Gambar 1. Struktur organisasi pembibitan wilayah VII pabrik kelapa sawit (PKS) PT. Kirana Sekernan.
Kegiatan di pembibitan dimulai pada pukul 06.30 WIB setiap hari. Semua
pekerja hadir untuk melakukan pengabsenan dan pengarahan oleh mandor
25
Asisten Pembibitan
Mandor Kepala
Kerani pembibitanMandor lapangan
karyawan
kepala dan mandor perawatan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pengarahan kegiatan yang akan dilaksanakan bertujuan agar dalam kegiatan
dilapangan berjalan sesuai prosedur kerja yang telah ditentukan. Tenaga kerja
dipembibitan merupakan tenaga kerja yang berasal dari berbagai daerah, dan
hanya sebagaian kecil yang berasal dari wilayah setempat seperti desa
sekernan dan desa sengeti. Tenaga kerja pada pembibitan Wilayah tujuh terdiri
atas 1 orang mandor kepala, I orang kerani, 3 orang mandor lapangan, dan 22
orang tenaga kerja harian. Berikut dapat dilihat jumlah tenaga kerja pada
pembibitan utama wilayah VII PKS.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja pembibitan Wilayah VII PT. Kirana Sekernan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Orang1234567
Penyemprotan hama dan penyakitPenyemprotan gulmaPenyiramanPengafkiranpemupukanMerumput dalam polybagKonsilidasi dan perbaikan jalan
4222444
Sumber : pembibitan wilayah VII PT. Kirana Sekernan
5.3Pelaksanaan pembibitan kelapa sawit
Kegiatan pembibitan yang dilaksanakan di PT. Kirana Sekernan yaitu
pembibitan tipe pembibitan dua tahap, yaitu pembibitan tahap pertama (pre-
nursery) dan pembibitan tahap ganda (main- nursery).
5.3.1 Pembibitan tahap awal
26
Pembibitan tahap awal merupakan awal dari kegiatan pembibitan yang
dilaksanakan sampai biji atau kecambah berumur 3 bulan. Kegiatan yang
dilakukan dalam pembibitan tahap awal meliputi:
a. Persiapan Persemaian
Pembuatan persemaian bertujuan agar pemeliharaan biji atau kecambah
dapat lebih mudah dilakukan, karena areal pembibitan yang dibutuhkan lebih
kecil. Areal persemaian sebaiknya satu komplek atau berdekatan dengan areal
pembibitan utama, karena untuk memudahkan kegiatan transplanting. Di PT.
Kirana Sekernan sebagaian besar areal pembibitan utama letaknya jauh dari
persemaian yang disebabkan keterbatasan lahan. Kegiatan persiapan
persemaian yang dilakukan yaitu:
Membersihkan areal persemaian terlebih dahulu dari gulma dan sampah
yang dapat menghambat kegiatan pembibitan. Areal pembibitan diberi
naungan dengan tinggi 2 meter dari permukaan tanah.
Melaksanakan kegiatan pengisian tanah kedalam polybag (ukuran 15x20
cm) sampai setinggi 1 cm dari bibir polybag.
Polybag yang telah dilakukan pengisian disusun rapat dan rapi dalam
bedengan dengan muatan 12 kantong melebar dan panjangnya tergantung
panjang jumlah bibit per blok. Bagian pinggir bedengan diberi pelang kayu
yang bertujuan agar polybag tidak tumbang. Diantara bedengan disediakan
jalan kontrol selebar 50 cm yang bertujuan untuk memudahkan kegiatan
pemantauan dan pengawasan bibit.
b. Pemisahan Pernomor kelompok
27
Pemisahan pernomor kelompok bertujuan agar perkembangan bibit
dapat terus diikuti sejak dari persemaian hingga dipembibitan utama. Kegiatan
ini dilakukan dengan membuat papan (etiket) yang berisikan nomor, tanggal
penanaman dan jumlah bibit.
c. Seleksi kecambah
Kecambah yang diterima tidak secara keseluruhan merupakan
kecambah yang layak untuk ditanam, karena itulah kegiatan penyeleksian
kecambah perlu dilakukan. Penyeleksian dilakukan secepatnya setelah
kecambah datang agar kecambah dapat segera ditanam, apabila lama
tersimpan dikhawatirkan kecambah akan rusak. Kecambah yang diafkir antara
lain kecambah yang akar atau daunnya patah dan kecambah yang busuk.
Gambar 3. kegiatan Seleksi Kecambah.
d. Penanaman kecambah.
28
Penanaman kecambah sangat memerlukan ketelitian dan kejelian para
pekerja, karena apabila terjadi kesalahan dalam posisi kecambah dalam
penanaman akan berdampak besar terhadap pertumbuhan kecambah. Biji atau
kecambah ditanam dengan posisi akar (radicula) menghadap kebawah dan
ditanam pada kedalaman 2 cm, sementara bagian pucuk (plumula)
menghadap keatas. Kemudian kecambah ditutup dengan tanah sembari
diratakan. Kecambah sebaiknya harus disiram setelah penanaman dilakukan.
Berikut dapat dilhat jumlah kecambah tiap plot yang terdapat pada pembibitan
pre-nursery pembibitan wilayah VII PKS.
Tabel 3. Jumlah bibit tiap plot di Pre Nursery
Plot Jumlah bibit Tahun TanamABCDEFG
818430151045112509349785020
4 - Maret - 20054 - Maret - 20054 - Maret - 20054 - Maret - 200514 - April - 200515 - April - 200516 - April - 2005
30.426Sumber : Pembibitan Wilayah VII PKS PT. Kirana Sekernan
Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah bibit yang terdapat pada
pembibitan awal di pembibitan wilayah VII PKS adalah 30. 426 pokok. Jumlah
bibit yang terbanyak terdapat di plot D berjumlah 5112 pokok, dan jumlah bibit
paling sedikit yaitu terdapat di plot A berjumlah 818 poko. jenis varietas yang
digunakan yaitu varietas Tenera yang berasal dari Socfindo.
e. Pemeliharaan
29
Pemeliharaan yang dilakukan dalam pembibitan pre-nursery meliputi
kegiatan penyiraman, pemupukan, penyiangan dan konsilidasi dan seleksi atau
pengafkiran.
a) Penyiraman
Penyiraman dilaksanakan dengan tujuan agar bibit atau kecambah
mendapat air yang cukup sehingga mendorong pertumbuhan kecambah dapat
berjalan optimal. Kegiatan penyiraman dilaksanakan 2x sehari (pagi dan sore)
terkecuali hari hujan, ukurannya yaitu curah hujan mencapai 8 mm. Namun
pemantauan curah hujan tidak dilakukan dengan menggunakan alat ukur tadah
hujan melainkan dilaksanakan melalui analisa berdasarkan pengamatan secara
langsung. Kegiatan penyiraman dilakukan oleh 1 orang tenaga kerja dengan
menggunakan gembor selang secara bergiliran setiap hari dari seluruh pekerja
yang ada di pembibitan pre-nursery.
b) Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan
oleh kecambah untuk menunjang pertumbuhan bibit yang optimal. Kegiatan
pemupukan dilakukan 1 kali selama kecambah berada dalam tahap pembibitan
awal. Kegiatan pemupukan dilaksanakan pada saat kecambah berumur 1 bulan
tanam. Jenis pupuk yang digunakan yaitu Mester MX dengan dosis 5 gram
setiap pokok. Peralatan yang digunakan yaitu ember, tugal dan takaran untuk
memudahkan pekerja agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dalam
pemberian dosis pupuk.
c) Pengendalian hama dan penyakit.
30
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit sangat perlu dilakukan dalam
kegiatan pembibitan karena apabila tidak dilakukan maka akan dapat
menghambat pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan pada bibit.
Hama yang menyerang bibit di pembibitan tahap awal PT. Kirana Sekenan
yaitu :
Belalang
Gejala serangan yang terjadi yaitu pada pinggir daun akan habis dimakan
oleh belalang dan hal ini secara tidak langsung akan menghambat
pertumbuhan bibit karena akan mengurangi kemampuan untuk
berfotosintesis.
Tungau
Menyerang bagian bawah daun, terutama daun yang tua sehingga akan
menyebabkan daun berbintik-bintik, daun cenderung mongering kemudian
akan berwarna coklat.
Jangkrik
Jangkrik adalah hama yang menyerang bagian bawah batang dekat
permukaan tanah..
Insektisida yang digunakan dalam pengendalian hama yaitu sevin dan
indovin, jenis insektisida yang digunakan tergantung stock yang tersedia.
Kegiatan pengendalian hama dilaksanakan dengan rotasi 2 kali sebulan.
Penyemprotan dilakukan dengan dosis 1 gr per liter air. Kegiatan penyemprotan
dilaksanakan pada sore hari. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan
penyemprotan yaitu knapsack Rb-15 dengan kapasitas 15 liter.
31
Pengendalian penyakit bertujuan untuk mendeteksi dan mengendalikan
penyakit dengan segera dipembibitan yang dapat menghambat pertumbuhan
dan untuk mencegah menyebarnya penyakit yang dapat membahayakan
keberhasilan pembibitan. Penyakit yang menyerang pada pembibitan PT.
Kirana Sekernan yaitu bercak daun dengan ciri-ciri daun bercak-bercak dan
berwarna kekuning-kuningan.
Untuk pengendalian penyakit fungisida yang digunakan yaitu Dhitane
dengan dosis 1 gr per liter air. Kegiatan penyemprotan dilaksanakan pada pagi
hari dan tidak boleh dilakukan penyiraman terhadap tanaman yang sudah
disemprot selama 12 jam setelah penyemprotan dilaksanakan. Peralatan
penyemprotan yang digunakan yaitu knapsack solo dengan kapasitas 10 liter.
d) Penyiangan dan Konsolidasi
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan gulma dari dalam polybag
yang dapat menghambat pertumbuhan kecambah. Kegiatan penyiangan
dilaksanakan secara manual. Konsilidasi meliputi kegiatan penambahan tanah
dalam polybag yang terkikis saat penyiraman atau hujan, perbaikan posisi
polybag yang miring, kegiatan penyiangan dan konsilidasi dilaksanakan secara
beriringan dengan rotasi 2 minggu sekali.
e) Seleksi Semai
Seleksi penyemaian bertujan untuk mencegah adanya bibit yang
mengalami pertumbuhan atau gejala kelainan atau bibit ab-normal yang
dipindahkan main-nursery karena dapat menambah biaya yang dikeluarkan.
Seleksi yang dilakukan dipersemaian berjalan dua tahap yaitu: tahap pertama
32
setelah umur 4-6 minggu dan tahap kedua saat sebelum bibit dipindahkan ke
main – nursery (3 - 3,5 bulan)
Namun apabila dijumpai semai yang abnormal sebelum periode tersebut
yang diyakini sifatnya adalah genetis atau keadaannya tak mungkin lagi
sembuh, maka semai atau bibit tersebut harus segera dibuang atau diafkir.
f. Pemindahan Bibit
Kegiatan pemindahan bibit dari pembibitan awal ke pembibitan harus
dilaksanakan pada waktu yang tepat , hal ini bertujuan menghindari
“transplanting shock” yang dapat menghambat pertumbuhan. Bibit dipindahkan
pada umur 10-14 minggu setelah penanaman kecambah atau pada saat bibit
telah memilki 4 buah daun. Pada 2-3 minggu sebelum pemindahan sebaiknya
dilakukan pengurangan naungan sekitar 75-90% pada pembibitan tahap awal,
bertujuan agar pada saat dipindahkan kepembibitan utama bibit tidak
mengalami taransplanting shock. Kegiatan pada saat pemindahan bibit antara
lain :
Membuat lubang tanam pada pembibitan utama dengan kedalaman 25 cm.
Membelah polybag bibit yang akan dipindahkan dibelah bagian sampingnya
dengan menggunakan silet atau benda tajam lalu ditanam ke lubang tanam.
Posisi leher bibit berada kira-kira 2 cm dari bibir polybag.
melakukan kegiatan penyiraman setelah pemindahan bibit selesai
dilaksanakan.
33
5.3.2 Pembibitan utama (Main- Nursery)
Kegiatan pembibitan pada tahap pembibitan utama ini dilakukan setelah
bibit berumur +3 bulan yaitu setelah dilakukan penanaman kecambah atau
setelah dipindahkan dari pembibitan tahap awal. Bibit yang dipindahkan ke
pembibitan utama ini merupakan bibit yang baik dan bagus karena sudah
melewati penyeleksian sebelum dipindahkan.
Berikut dapat dilihat jumlah bibit tiap plot di Pembibitan Main-Nursery di Wilayah
VII PKS PT. Kirana Sekernan:
Tabel 4. Jumlah bibit tiap plot pada pembibitan Utama Wilayah VII PKS. PT. Kirana Sekernan
Plot Jumlah Bibit (pokok)A1A2A3B
C1C2DEF
4046600
32491408798902596
13910139175.140
Jumlah 67.435Sumber : Pembibitan Wilayah VII PKS PT. Kirana Sekernan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah bibit yang terdapat
dipembibitan utama Wilayah VII berjumlah 67.435. dan jumlah bibit terbanyak
terdapat pada plot B berjumlah 14.087 dengan Varietas Tenera yang berasal
dari Marihat, dan jumlah bibit yang paling sedikit terdapat di plot A yaitu
berjumlah 7.895 yang merupakan gabungan Varietas Tenera yang berasal dari
Marihat dan Socfindo.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada pembibitan utama yaitu
meliputi:
34
a. Pemeliharaan
Kegiataan pemeliharaan sangat menentukan keberhasilan bibit yang
nantinya akan dihasilkan. Apabila kegiatan pemeliharaan tidak berjalan efektif
maka maka hasil yang akan diperoleh nantinya juga tidak akan menghasilkan
hasil yang maksimal. Kegiatan pemeliharaan bibit yang dilakukan di pembibitan
Main-Nursery yaitu terdiri dari penyiraman, pemupukan, pengendalina hama
dan penyakit, pemberantasan gulma, merumput, pemupukan, konsilidasi,
pengafkiran atau seleksi bibit. Berikut ini penjelasan lebih lanjut:
1. Penyiraman
Kegiatan penyiraman dilakukan dengan tujuan agar seluruh bibit di
pembibitan memperoleh kelembaban dan air yang cukup agar pertumbuhan
bibit tidak terhambat. Ada 2 jenis sistem penyiraman yang dilakukan yaitu
a) Penyiraman sistem irigasi dengan sprinkler
Kegiatan penyiraman memakai sistem irigasi dengan sprinkler
membutuhkan air jauh lebih besar dibandingkan dengan cara-cara lain, namun
keuntungannya bibit akan memperoleh air dalam jumlah yang merata dan
cukup karena lamanya penyiraman telah ditentukan. Kegiatan penyiraman
dilaksanakan 2 kali sehari (pagi dan sore) .Sprinkler dipasang dengan tinggi 2
m dari permukaan tanah yang dihubungkan dengan pipa pembagi dari pipa
utama. Air diperoleh dari irigasi yang disedot dengan memanfaatkan dinamo
untuk penggerak dalam penyedotan. Air dialirkan melalui pipa utama kemudian
baru dibagikan berdasarkan bagian yang telah ditentukan. Pada bagian atas
sprinkler terdapat 2 buah nozzle yang posisinya berlawanan arah. Sprinkler
akan berputar secara otomatis disebabkan tekanan air yang keluar dari kedua
35
nozzle yang jarak semprot mencapai 9 m. tenaga kerja yang mengoperasikan
sprinkler berjumlah 1 orang yang bertugas membagikan air berdasarkan rotasi
sprinkler yang telah ditentukan.
b) Penyiraman sistem gembor dengan slang plastik
Kegiatan penyiraman dengan gembor selang khusus dilakukan untuk
bibit yang tidak terjangkau oleh penyiraman dengan sistem sprinkler.
Penyiraman yang dilakukan dengan menggunakan selang plastik (ujungnya
dipasang gembor) yang dihubungkan langsung dengan krangan yang berasal
dari pipa utama pembagian air spinkler. Kegiatan penyiraman metode ini
dilaksanakan oleh 1 orang tenaga kerja, hal ini disebabkan karena jumlah bibit
yang tidak terjangkau penyiraman dengan sprinkler jumlahnya relatif sedikit.
2. Pengendalian hama dan penyakit.
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit sangat perlu dilakukan dalam
kegiatan pembibitan karena apabila tidak dilakukan maka akan dapat
menghambat pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan pada bibit.
Hama yang menyerang bibit di pembibitan PT. Kirana Sekenan yaitu :
Belalang
Gejala serangan yang terjadi yaitu pada pinggir daun akan habis dimakan
oleh belalang dan hal ini secara tidak langsung akan menghambat
pertumbuhan bibit karena akan mengurangi kemampuan untuk
berfotosintesis.
36
Tungau
Menyerang bagian bawah daun, terutama daun yang tua sehingga akan
menyebabkan daun berbintik-bintik, daun cenderung mongering kemudian
akan berwarna coklat.
Jangkrik
Jangkrik adalah hama yang menyerang bagian bawah batang dekat
permukaan tanah.
Babi Hutan.
Babi hutan merupakan hama menyerang bibit dengan cara mengambil
umbut tanaman kelapa sawit dan hal ini dapat menyebabkan kerusakan
yang sangat berat terhadap bibit..
Pengendalian penyakit bertujuan untuk mendeteksi dan mengendalikan
penyakit dengan segera dipembibitan yang dapat menghambat pertumbuhan
dan untuk mencegah menyebarnya penyakit yang dapat membahayakan
keberhasilan pembibitan. Penyakit yang menyerang pada pembibitan PT.
Kirana Sekernan yaitu bercak daun dengan ciri-ciri daun bercak-bercak dan
berwarna kekuning-kuningan.
Insektisida yang digunakan dalam pengendalian hama yaitu sevin dan
indovin, jenis insektisida yang digunakan tergantung stock yang tersedia.
Kegiatan pengendalian hama dilaksanakan dengan rotasi 2 kali sebulan.
Penyemprotan dilakukan dengan dosis 1 gr per liter air. Kegiatan penyemprotan
dilaksanakan pada sore hari. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan penyemprotan yaitu 2 orang dengan target 8 knapsack yang
setiap knapsacknya ditargetkan untuk 400 pokok.. Knapsack yang digunakan
37
yaitu knapsack Rb-15 dengan kapasitas 15 liter. Dan khusus untuk hama babi
digunakan racun untuk pengendalian, timex merupakan salah satu racun yang
digunakan, caranya timex dicampurkan pada ubi kayu atau nenas kemudian
diletakkan pada daerah yang sering dilalui hama tersebut.
Untuk pengendalian penyakit fungisida yang digunakan yaitu Dhitane
dengan dosis 1 gr per liter air. Kegiatan penyemprotan dilaksanakan pada pagi
hari dan tidak boleh dilakukan penyiraman terhadap tanaman yang sudah
disemprot selama 12 jam setelah penyemprotan dilaksanakan. Peralatan
penyemprotan yang digunakan yaitu knapsack solo dengan kapasitas 10 liter.
Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang dengan target 8 knap sack
perorang. 1 knapsack dialokasikan untuk penyemprotan 350 pokok.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menyediakan unsur hara yang cukup untuk
bibit pada polybag dan untuk menjamin agar pertumbuhan bibit berjalan
optimal. Kegiatan pemupukan yang dilaksanakan dipembibitan utama
dilaksanakan dengan 2 cara yaitu:
Pemberian pupuk yang dilaksanakan 1 kali selama kegiatan
pembibitan utama yaitu dengan menggunakan pupuk Meister-MX dengan
dosis 50 gram per pokok yang dilaksanakan pada saat pemindahan dari
pembibitan awal ke pembibitan utama. Kegiatan pemupukan ini
dilaksanakan dengan cara memasukkan pupuk kedalam tanah pada saat
pemindahan bibit. Jumlah bibit yang dipupuk dengan Meister-MX yaitu
berjumlah 59.681 pokok.
38
Pemberian pupuk yang dilaksanakan secara berkesinambungan
pupuk yang digunakan yaitu NPK Compound (15-15-6-4), NPK Compound
(12-12-7-2) dan pupuk Kiesrit MgO 27%. Jumlah bibit yang dipupuk dengan
pupuk granular yaitu 7.750 pokok. Kegiatan pemupukan dan dosis
pemupukan dilaksanakan berdasarkan aturan yang telah ditentukan dan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 . Jadwal dan Dosis Pemakaian Pupuk pada pembibitan Utama Wilayah VII PKS. PT. Kirana Sekernan.
Minggu Dosis/Pokok NPK (15-15-6-4)/ NPK (12-12-7-2) Kieserit
234568
10121416182022242628303234363840
2,5 gr2,5 gr5 gr5 gr
7,5 gr7,5 gr10 gr10 gr
--------------
--------
10 gr10 gr10 gr10 gr15 gr15 gr15 gr15 gr20 gr20 gr20 gr20 gr25 gr25 gr
--------
7,5 gr-
7,5 gr---
10 gr-
15 gr-
15 gr-
15 gr15 gr
Sumber : Pembibitan Wilayah VII PKS PT. Kirana Sekernan
Dari kegiatan pemberian pupuk yang dilaksanakan dengan 2 cara
tersebut diatas ditemukan gejala kekurangan unsur hara pada bibit yang
dilaksanakan pemupukan dengan Meister, seperti warna daun tampak
kekuning-kuningan, dan pertumbuhan bibit agak terlambat dibandingkan
39
dengan bibit yang diberikan pupuk granular. Hal ini disebabkan oleh hilangnya
pupuk karena terkikisnya tanah pada saat penyiraman dan hujan.
Kegiatan pemupukan dilaksanakan oleh 3 orang pekerja dengan target
2000 pokok per hari kerja. Peralatan yang digunakan yaitu ember untuk
membawa pupuk, takaran yang telah disesuaikan dengan dosis yang
dianjurkan. Pemupukan dilaksanakan dengan cara manaburkan pupuk disekitar
bibit dan tidak boleh mengenai batang bibit karena dapat menyebabkan
tanaman manjadi stress bahkan dapat menyebabkan kematian pada bibit.
Apabila kegiatan pembibitan memerlukan pupuk, maka assisten
pembibitan akan memberikan rekomendasi jumlah pupuk yang dibutuhkan
kegudang devisi, dan apabila stock tidak tersedia maka kerani pembibitan akan
melaporkan pada gudang sentral melalui surat permintaan barang yang telah
disetujui oleh assisten pembibitan.
4. Pengendalian Gulma.
Pengendalian gulma bertujuan untuk menjaga bibit agar bebas dari
gulma yang dapat menghambat pertumbuhan bibit, karena gulma
berkompetensi untuk memperoleh hara, air dan perkembangan hama yang
natinya berdampak buruk terhadap pertumbuhan bibit. Kegiatan
pemberantasan gulma yang dilakukan ada 2 yaitu:
a) Pengendalian gulma dalam polybag
Kegiatan pengendalian gulma dalam polybag dilaksanakan secara
manual karena dikhawatirkan dampak yang ditimbulkan apabila dilakukan
dengan penggunaan herbisida yang dapat membahayakan bibit. Tenaga kerja
yang dibutuhkan berjumlah 4 orang dengan target 2500 pokok Per hari kerja.
40
b) Pengendalian gulma diluar polybag
Pengendalian gulma dilaksanakan dengan rotasi 2 minggu sekali. Teknik
yang dilakukan yaitu secar khemis. Herbisida yang digunakan yaitu Basmillang
dengan dosisi yaitu 1 ml per liter air dan Matsulindo 0,5 gram per liter air. Alat
yang digunakan dalam penyemprotan knapsack-Rb 15 dengan target 8
knapsack. Tenaga yang dibutuhkan sebanyak 2 orang. Pada saat kegiatan
penyemprotan dillaksanakan posisi nozzle harus vertikal dan lebih rendah dari
permukaan tanah dalam kantong. Pada bagian atas nozzle diberi sungkup yang
bertujuan agar dalam penyemprotan herbisida tidak menyebar atau mengenai
bibit, karena apabila terkena bibit akan menyebabkan tanaman akan
mengalami stress bahkan dapat menimbulkan kematian pada bibit.
5. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan kegiatan yang meliputi perbaikan posisi polybag,
penambahan tanah pada polybag yang mengalami penurunan volume yang
disebabkan pengikisan saat hujan dan saat penyiraman dilakukan. kegiatan ini
dilaksanakan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam konsilidasi sebanyak 4 orang. Dengan target 50 pokok
perorang.
b. Seleksi atau Pengafkiran
Pelaksanaan pengafkiran bibit bertujuan untuk menyingkirkan bibit dan
meminimalkan bibit yang berkualitas buruk atau abnormaldan mempertahankan
yang benar-benar sehat dan berkualitas untuk ditanam dan dipindahkan ke
lapangan. Jadwal seleksi yang dilakukan yaitu:
Seleksi 1 : bibit berumur 4 bulan di pembibitan utama
41
Seleksi 2 : bibit berumur 6 bulan dipembibitan utama
Seleksi 3 : bibit berumur 8 bulan dipembibitan utama
Seleksi 4 : seminggu sebelum bibit dipindahkan lapangan.
Kegiatan penyeleksian juga dapat dilaksanakan apabila dijumpai bibit
abnormal diluar jadwal seleksi yang telah ditentukan. Bibit yang diafkir antara
lain: bibit kerdil, anak daun tidak pecah.
5.4Pengawasan kegiatan pembibitan
Pengawasan bertujuan agar kegiatan dilapangan berjalan sesuai dengan
prosedur kerja yang telah ditetapkan, karena apabila tidak dilaksanakan
pengawasan maka kegiatan yang dilaksanakan dikhawatirkan tidak mencapai
tujuan. pengawasan penanaman kecambah yaitu mandor harus memastikan
kegiatan penanaman yang dilaksanakan dengan tepat dan jumlah kecambah
yang mati dicatat oleh mandor kemudian dilaporkan kepada assisten
pembibitan.
Kegiatan penyiraman, pengawasan dilakukan oleh assisten dan mandor
dengan memantau kegiatan penyiraman yang dilakukan, karena apabila tidak
dilakukan kegiatan pengawasan maka dikhawatirkan akan terjadinya
kekurangan air oleh bibit Karena kekurangan penyiraman. Pengawasan juga
dilakukan terhadap perawatan mesin dinamo pemompa air , agar kegiatan
penyiraman tidak teganggu. Jalur pipa dan sambungan krangan selalu dicek
untuk menghindari terjadinya kebocoran. Begitu juga dengan sprinkler harus
sering dibersihkan.
42
Pengawasan kegiatan pemupukan dilakukan oleh mandor dengan
melaksanakan pengawasan langsung dalam kegiatan pemupukan, apakah
pemupukan sudah dilakukan secara benar, dosis yang diberikan sesuai dengan
intruksi kerja, karena apabila pengawasan tidak dilakukan banyak terjadi
pemberian pupuk dengan tidak beraturan. Dalam kegiatan pengawasan
kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan mengikuti pekerja dalam kegiatan
pemupukan.
Untuk kegiatan pengendalian hama, penyakit dan pemberantasan
gulma pengawasan sangat diperlukan karna kegiatan yang dilakukan berkaitan
dengan penggunaan zat kimia. Mandor harus memastikan bibit sudah
tersemprot secara benar pada kegiatan pengendalian hama dan penyakit, dan
kegiatan pengawasan pengendalaian gulma dilaksanakan dengan mengikuti
pekerja dalam pelaksanaan penyemprotan agar penyemprotan yang
dilaksanakan dalam pemberantasan gulma tidak mengenai batang atau pokok
tanaman, karena apabila terkena akan menyebabkan tanaman menjadi stress
dan bahkan dapat menimbulkan kematian pada bibit.
Konsildasi dalam pelaksanaannya diawasi oleh mandor, pengawasan
dilakukan dengan mengecek kegiatan penambahan tanah yang dilakukan
apakah dilaksanakan dengan rapi, karena ditemukan dilapangan apabila tidak
dilakukan pengawasan kegiatan yang dilakukan tidak dilaksanakan dengan
hati-hati.
Dalam kegiatan seleksi atau pengafkiran pengawasan dilakukan oleh
mandor dengan mengecek bibit yang mengalami pertumbuhan ab-normal dan
terserang penyakit sudah diafkir secara keseluruhan., karena apabila ada bibit
43
yang seharusnya diafkir tetapi tidak diafkir maka akan dapat menyebabkan
penularan penyakit atau penyebaran hama terhadap bibit yang lain.
5.5Motivasi
Motivasi bertujuan untuk mendorong, memacu dan meningkatkan mutu
kerja karyawan dalam mengerjakan pekerjaan lapangan, agar karyawan
termotivasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya perusahaan
memberikan imbalan dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan karyawan,
adapun imbalan dan fasilitas yang diberikan PT Kirana Sekernan adalah
sebagai berikut:
1. Premi
Premi diberikan kepada karyawan yang telah bekerja melebihi basis yang
telah ditentukan oleh perusahaan.
2. Bonus
Bonus diberikan kepada karyawan berdasarkan denganh prestasi
karyawana.
3. Uang Lembur
Uang lembur diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja
yang telah ditetapkan oleh perusahaan (7 jam)
4. Cuti
Cuti diberikan kepada staf, pegawai, dan karyawan, cuti yang diberikan
berupa cuti tahunan, cuti nikah dan cuti hamil
44
5. Tunjangan Hari Raya (THR)
THR diberikan setiap tahun menjelang hari raya idul fitri, hari natal.
Besarnya THR tersebut biasanya 1 bulan gaji pokok yang kerja diatas
1tahun
6. Sarana-sarana
Sarana-sarana yang diberikan oleh PT Kirana Sekernan berupa rumah, air,
listrik, tempat ibadah, tempat penitipan anak, sekolah, kesehatan, bus untuk
transportasi anak sekolah, dan sarana olahraga.
45
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan yang dilaksanakan pada PT.
Kirana Sekernan dapatr disimpulkan sebagai berikut:
1. Kegiatan pembibitan untuk mendapatkan bibit yang baik dan berkualitas
digunakan sistim pembibitan dua tahap yaitu pembibitan tahap awal yang
dilaksanakan sampai bibit berumur 3 bulan.
2. Pembibitan utama dilaksanakan setelah bibit dipindahkan dari pembibitan
tahap awal. Kegiatan yang dilaksanakan dalam pembibitan utama meliputi
pemeliharaan, pemupukan, pengendaliam gulma dan seleksi atau
pengafkiran.
3. Pelaksanaan manajemen pembibitan kelapa sawit dimulai dari perencanaan
pembibitan yaitu pemilihan lokasi, penyiapan lokasi, pemesanan kecambah,
pemancangan, pengisian tan dan penempatan polybag. Pengorganisasian
pada kegiatan pembibitan dikepalai oleh seorang assisten yang
mengkoordinir para mandor dan pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya. Pelaksanaan kegiatan pembibitan dilaksanakan melalui
pembibitan dua tahap, yaitu terdiri dari kegiatan penanaman kecambah,
pemeliharaan, pengawasan kegiatan yang dilaksanakan oleh assiten dan
mandor pada setiap kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan pembibitan.
4. Pengawasan dilaksanakan pada setiap kegiatan pada pembibitan yang
dilakukan oleh mandor dan dibina dan diawasi oleh assisten pembibitan dan
manajer plasma.
46
5. Motivasi diberikan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan dengan memberikan premi, bonus, uang lembur, cuti, sarana
prasarana penunjang.
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PT. Socfindo. Sumatera Utara.
Fauzi, Yan. dkk. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta
Handoko, TH. 1984. Manajemen. Edisi ke 2. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Kartasaputra, Ir. 1996. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tumbuhan Praktikum Radar Jaya, Jakarta.
Kumala, Sri. 2003. Pengaruh Kompos Janjang Kosong Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama. Skripsi Sarjana Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi.
Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Universitas Gajah Mada. Jakarta.
Rankie, I dan Thomas Fairhust. 1998. Seri Tanaman Kelapa Sawit Pembibitan. Volume I Oxporel Grafihc Pronters Pte. Ltd, Singapura
Sastrosayono, S, Ir. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Purwokerto.
Siregar, AB dan Samadi AT. 1998. Manajemen. Institut Teknologi Bandung, Bandung
Soeharjo, dkk. 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PTUN IV. Sumatera Utara.
Suwarto, Drs. 1991. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Ghalia Indonesia. Jakarta
48