diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_adi...

106
i PENENTUAN ZONA RESAPAN AIR MENGGUNAKAN ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAWASAN PERLINDUNGAN SUMBERDAYA AIR TANAH DI KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S-1) DIAJUKAN OLEH: ADI PANGESTU F1G1 12 017 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI JANUARI 2017

Upload: lyanh

Post on 30-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

i

PENENTUAN ZONA RESAPAN AIR MENGGUNAKANANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK

KAWASAN PERLINDUNGAN SUMBERDAYA AIR TANAH DIKABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATANMENCAPAI DERAJAT SARJANA (S-1)

DIAJUKAN OLEH:

ADI PANGESTUF1G1 12 017

JURUSAN TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI

JANUARI 2017

Page 2: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

ii

Page 3: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan

rahmat dan ridha-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Penentuan Zona Resapan Air Menggunakan Sistem Informasi Geografis Untuk

Kawasan Perlindungan Sumberdaya Air Tanah di Kabupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara”. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

sempurna, sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membagun

demi kesempurnaannya.

Selama penyusunan sktipsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

dihadapi, namun dengan kerja keras dan dengan bantuan berbagai pihak serta

pertolongan dari Allah SWT. Kesulitan tersebut dapat diselesaikan. Oleh karna itu

melalui kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada kedua

orang tua penulis, yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a-do’a

terbauknya untuk penulis. kepada Ibu Irawati, S.Si., M,Si selaku pembimbing I, dan

Bapak Suryawan Asfar, ST., M.Si. selaku pembimbing II yang tulus ikhlas

meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis

berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.

3. Erzam S. Hasan, S.Si., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi, Bapak

Harisma Buburanda,ST.,MT selaku sekertaris JurusanTeknik Geologi Fakultas

Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.

Page 4: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

iv

4. Saudara-saudari kandung penulis, Kak Arif Sutrisno dan Kak Dwi Jayanti

5. Sahabat-sahabat angkatan 2012 Teknik Geologi Universitas Halu Oleo,

Nurrahman Saputra, Wa Ode Suwardi, Alan Afandi, Ahsan Hidayat, Erick

Syarifudin, Muh. Nurhidayat, Efrianto, Sevto Linggi allo, Eka Ardillah, Vini

Ariani, Ria Ramayanti, Jamilah dan teman-teman yang tidak sempat penulis

sebutkan satu persatu.

6. Rekan–rekan di UD.Alpha Jaya, Bapak Agus Rahim, Nirman (Iphoel), Ismail,

Nur Lia, Mardani, Azwar yang selalu memberikan smangat dan motivasi kepada

penulis.

7. Teman-teman dan Kakak-kakak yang selalu memberikan motivasi dan

bantuannya, Mirnawati, Kak Jeni Rahmat, S.T, Kak Izwar, S.T, Mey Reskina dan

semua teman-teman yang penulis tidak sebutkan namanya satu-persatu

Kendari, januari 2017

Penulis

Page 5: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

v

PENENTUAN ZONA RESAPAN AIR MENGGUNAKAN ANALISIS SISTEMINFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAWASAN PERLINDUNGAN

SUMBER DAYA AIR TANAH DI KABUPATEN KOLAKAPROVINSI SULAWESI TENGGARA

Adi PangestuTeknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini terletak di daerah Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara,tepatnya berada pada 3o37’-4o38’ lintang Selatan dan 121o05’-121o46’ Bujur Timur.terletak 165 km dari kota Kendari ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan daripenelitian ini untuk mengetahui sebaran dan luasan zona resapan air menggunakanmetode survey dan analisis overlay menggunakan sistem informasi geografis (SIG).metode survey yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan secaralangsung, sedangkan analisis overlay dilakukan untuk menentukan sebaran danluasan zona resapan air. Sebaran zona resapan yang terdapat di daerah penelitiantermasuk dalam 5 kategori yaitu zona resapan baik dengan kedalaman muka air tanahdiantara 0-10 meter, zona resapan normal alami dengan kedalaman muka air tanahberkisar antara 5-20 meter, zona resapan agak kritis dengan kedalaman muka airtanah berkisar antara 0-30 meter, zona resapan mulai kritis dengan ketinggian mukaair tanah berkisar antara 0-20 meter dan zona resapan sangat kritis dengan kedalamanmuka air tanah berkisar antara 0-10 meter. Luasan zona resapan air daerah penelitianterbagi atas zona resapan baik dengan luas daerah 37.851,72 Ha (13%) , zona resapannormal alami 33.553,73 Ha (12%), zona resapan mulai kritis 74.850,11 Ha (25%),zona resapan agak kritis 50.175,72 Ha (17%) dan zona resapan sangat kritis 95.211,3Ha (33%).

Kata Kunci : Zona Resapan, Air Tanah, Sistem Informasi Geografis, KabupatenKolaka

Page 6: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

vi

DETERMINATION WATER INFILTRATION ZONE USING GEOGRAPHICINFORMATION SYSTEM (GIS) ANALISIS FOR PROTECTIONGROUND WATER RESOURCES ZONE OF KOLAKA REGENCY

PROVINCE SOUTHEAST SULAWESI

Adi PangestuDepartment of Geological Enginering, Faculty of Earth Science Technology,

Halu Oleo [email protected]

ABSTRAC

This research area is located in Kolaka regency, Southeast Sulawesi Province,precisely located 3o 37' – 4o 38' S and 121o 05'-121o 46' E located is 165 km fromKendari capital city of Southeas Sulawesi. The purpose of this study to determine thedistribution and extent of water catchment areas using survey methods and overlayanalysis using geographic information system (GIS). Survey method aimed to find outthe condition of the field, while the overlay analysis is done to determine thedistribution and extent of water catchment areas. Distribution of the recharge zone ofthe region, including research into 5 categories: good catchment zone to a depth ofground water level between 0-10 meters, a natural normal catchment zone to a depthof ground water level ranges from 5-20 meters, rather critical catchment zone to adepth of advance ground water ranges from 0-30 meters, began a critical rechargezones with ground water level ranges from 0-20 meters and the recharge zone is verycritical to the depth of the ground water level ranges from 0-10 meters. The area ofwater catchment zone of the study area is divided into zones with a good catchmentarea of 37851.72 hectares (13%), natural normal catchment zone 33553.73 ha(12%), start the recharge zone of critical 74850.11 ha (25%), zona tesapan rathercritical 50175.72 ha (17%) and very critical catchment zone 95211.3 ha (33%).

Keywords: recharge zone, ground water, Geographic Information Systems, KolakaRegency

Page 7: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JDUL ............................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iiKATA PENGANTAR .......................................................................................... iiiABSTRAK ............................................................................................................ vDAFTAR ISI......................................................................................................... viDAFTAR TABEL................................................................................................. viiiDAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ixI. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Geologi Regional Daerah Penelitian ......................................................... 4B. Hidrologi Air Tanah .................................................................................. 14C. Daerah Resapan Air .................................................................................. 18D. Sistem Informasi Geografis....................................................................... 27

III. METODOLOGI PENELITIANA. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................... 31B. Jenis dan Metode Penelitian...................................................................... 32C. Instrumen Penelitian.................................................................................. 32D. Prosedur Penelitian.................................................................................... 34E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Jenis Batuan Daerah Penelitian ................................................................. 37B. Curah Hujan Daerah Penelitian................................................................. 47C. Jenis Tanah Daerah Penelitian .................................................................. 53D. Kemiringan Lereng Daerah Penelitian ...................................................... 59E. Kedalaman Muka Air Tanah Daerah Penelitian........................................ 64F. Zona Resapan Air...................................................................................... 69

V. PENUTUPA. Kesimpulan................................................................................................ 78B. Saran.......................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 8: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai bobot parameter resapan air .................................................... 22

Tabel 2. Kelas dan skor kelulusan batuan ..................................................... 23

Tabel 3. Kelas dan skor data curah hujan....................................................... 23

Tabel 4. Kelas dan skor tiap jenis tanah......................................................... 24

Tabel 5. Kelas dan skor kemiringan lereng.................................................... 24

Tabel 6. Kelas dan skor kedalaman muka air tanah ....................................... 25

Tabel 7. Klasifikasi kondisi daerah resapan air.............................................. 26

Tabel 8. Alat yang di gunakan dalam penelitian ............................................ 33

Tabel 9. Bahan yang digunakan dalam penelitian.......................................... 34

Tabel 10. Data Atribut Peta Geologi Daerah Penelitian .................................. 47

Tabel 11. Data atribut peta faktor hujan infiltrasi daerah penelitian................ 49

Tabel 12. Data atribut peta jenis tanah daerah penelitian................................. 59

Tabel 13. Data atribut peta kelas lereng daerah penelitian............................... 64

Tabel 14. Hasil pengukuran kedalaman muka air tanah ................................. 65

Tabel 15. Data atribut peta kedalaman muka air tanah .................................... 67

Tabel 16. Luas zona resapan air berdasarkan kecamatan................................. 69

Tabel 17. Presentasi luas zona resapan berdasarkan kriteria daerahresapan ............................................................................................ 64

Page 9: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagian Tenggara Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR(Surono, 2013)................................................................................. 7

Gambar 2. Korelasi satuan peta geologi lembar kolaka, Sulawesi. .................. 11

Gambar 3. Hasil interpretasi citra landsat lengan tenggara Sulawesiyang menunjukkan lineasi dan sesar (Surono dkk,2013)................................................................................................ 13

Gambar 4. Siklus hidrologi (T=transpirasi, E=evaporasi, P=hujan,R=aliran permukaan, G=aliran air tanah danI=infiltrasi). Sumber : vessman et.ai, 1989 dalamMahmud Achmad, 2011 .................................................................. 15

Gambar 5. Keseimbangan dan pergerakan air secara hidrologis.Sumber : vessman et.ai, 1989 dalam MahmudAchmad, 2011 ................................................................................. 16

Gambar 6. Air tanah yang berasal dari infiltrasi (krussman danRider, 1970) .................................................................................... 17

Gambar 7. Komponen-komponen aliran air diatas dan di dalamtanah (Sarief, 1985) ........................................................................ 21

Gambar 8. Uraian subsistem-subsistem SIG (Eddy Prahasta, 2002) ............... 28

Gambar 9. Peta lokasi penelitian ...................................................................... 31

Gambar 10. Diagram alir penelitian ................................................................... 36

Gambar 11 (A) Endapan aluvium yang terendapkan di daerahpesisir, di jumpai di Kecamatan Wundulako, arah fotoN 135o E. (B) endapan aluvium yang terendapkan didaerah sungai, dijumpai di Kecamatan Latambaga, arahfoto N 35o E. (C) endapan aluvium yang terendapkan dipinggir jalan, dijumpai diKecamatan Tanggetada, arahfoto N 147o E ................................................................................. 37

Gambar 12. Endapan aluvium Formasi Alangga, terdapat diKecamatan Baula, arah foto N 273o E ............................................ 38

Gambar 13. (A) Singkapan batugamping terumbu, terdapat diKecamatan Watubangga, arah foto N 190o E (B) contobatugamping terumbu...................................................................... 39

Gambar 14. (A) Singkapan batu lempung, terdapat di KecamatanWatubangga, arah foto N 15o E (B) conto batulempung ............... 40

Page 10: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

x

Halaman

Gambar 15. (A) Singkapan kalkarenit, terdapat di Kecamatan Toari,arah foto N 260o E (B) conto batuan kalkarenit .............................. 41

Gambar 16. (A) Singkapan skis mika, terdapat di KecamatanWundulako, arah foto N 243 E (B) conto batuan skismika ................................................................................................ 42

Gamnar 17. (A) Singkapan batuan peridotit, terdapat di KecamatanPomalaa, arah foto N 134o E (B) conto batuan batuanperidotit ........................................................................................... 43

Gambar 18. (A) Singkapan meta gamping, terdapat di KecamatanIwoimendaa, arah foto N 85o E (B) Conto batuan metagamping .......................................................................................... 44

Gambar 19. (A) Singkapan batuan skis, terdapat di KecamatanKolaka, arah foto N 120o E (B) Conto batuan skis ........................ 45

Gambar 20. Peta geologi daerah Kabupaten Kolaka ....................................... 48

Gambar 21. Grafik curah hujan pada stasiun pengamatan hujanToari 040 30’ 32,3’’ LS – 1210 30’ 48,4” BT (Sumber:Balai Sulawesi 4 Provinsi Sulawesi Tenggara) ........................... 48

Gambar 22. Peta Grafik curah hujan stasiun pengamatan hujanBalandete 040 30’ 54,’’ LS – 1210 37’ 15,3” BT(Sumber: Balai Sulawesi 4 Provinsi SulawesiTenggara)......................................................................................... 49

Gambar 23. Grafik curah hujan stasiun pengamatan hujan Tamboli040 55’ 46,9’’ LS – 1210 21’ 01,7” BT (Sumber: BalaiSulawesi 4 Provinsi Sulawesi Tenggara) ........................................ 50

Gambar 24. Peta curah hujan Kabupaten Kolaka ............................................... 51

Gambar 25. Peta faktor hujan infiltrasi ............................................................... 52

Gambar 26. (A) Kenampakan tanah podsolik, terdapat diKecamatan Samaturu, arah foto N 112o E (B) contotanah podsolik.................................................................................. 53

Gambar 27. (A) Kenampakan tanah litosol terdapat di KecamatanIwoimendaa, arah foto N 85o E (B) conto tanah Litosol ............... 54

Gambar 28. (A) Kenampakan tanah litosol terdapat di KecamatanIwoimendaa, arah foto N 85o E (B) conto tanah Litosol ............... 55

Page 11: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

xi

Halaman

Gambar 29. Kenampakan tanah mediteran terdapat di KecamatanToari, arah foto N 260o E ................................................................ 55

Gambar 30. (A) Kenampakan tanah regosol terdapat di KecamatanWolo, arah foto N 136o E (B) conto tanah regosol .................... 56

Gambar 31. Kenampakan tanah kambisol terdapat di KecamatanPolinggona, arah foto N 270o E ................................................... 57

Gambar 32. Peta jenis tanah Kabupaten Kolaka ................................................. 58

Gambar 33. Bentuk lereng dengan kemiringan 84o (Foto 2Desember 2016, Arah Foto N 47o E) ......................................... 60

Gambar 34. Bentuk lereng dengan kemiringan 19,7o (Foto 4Desember 2016, Arah Foto N115 o E)............................................. 60

Gambar 35. Bentuk lereng dengan kemiringan 10,8o (Foto 23November 2016, Arah Foto N35 o E) .............................................. 61

Gambar 36. Bentuk lereng dengan kemiringan 6o (Foto 23November 2016, Arah Foto N45 o E) .............................................. 62

Gambar 37. Bentuk lereng dengan kemiringan <2o (Foto 23November 2016, Arah Foto N 30o E) .............................................. 62

Gambar 38. Peta Kelas Lereng Daerah Penelitian .............................................. 63

Gambar 36. Peta Kedalaman Muka Air Tanah ................................................... 68

Gambar 37. Peta sebaran zona resapan air .......................................................... 70

Page 12: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Kolaka terletak di bagian Barat Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan posisi memanjang dari Utara ke Selatan, tepatnya berada pada 3o37’-

4o38’ lintang Selatan dan 121o05’-121o46’ Bujur Timur. terletak ± 165 km dari

kota Kendari Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas wilayah daratan

Kabupaten Kolaka adalah 2916,42 km2 (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara,

2015). Secara administratif wilayah Kabupaten Kolaka terdiri atas 12

kecamatan, 33 kelurahan dan 102 desa. Selain itu, Kabupaten Kolaka mempunyai

beberapa pulau baik besar maupun kecil, yaitu Pulau Padamarang, Pulau

Lambasina Kecil, Pulau Lambasina Besar, Pulau Buaya, Pulau Pisang, Pulau

Maniang dan Pulau Lemo. Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka pada tahun 2013

tercatat sebanyak 223.381 jiwa, yang tersebar di 12 kecamatan dengan kepadatan

penduduk rata-rata 68,41 jiwa/km2. (BPS Kabupaten Kolaka, 2013)

Kabupaten Kolaka merupakan kabupaten yang dalam masa perkembangan,

akibatnya kebutuhan akan ruang baik untuk keperluan pemukiman, perkantoran,

industri, pertokoan, fasilitas umum, sarana dan prasarana, dan sebagainya juga

akan meningkat berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk. Sebagai

konsekuensinya, ruang terbuka termasuk penutup vegetasi akan semakin

berkurang keberadaannya.

Kegiatan pembangunan yang berkelanjutan akan membawa dampak pada

berkurangnya kemampuan lahan untuk menyerap aliran air permukaan. Hal ini

mengakibatkan terganggunya keseimbangan neraca air. Jika pada musim hujan

Page 13: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

2

situasi seperti ini dapat mengakibatkan banjir, sementara pada musim kemarau

yang terjadi adalah kekeringan, Hal ini disebabkan berkurangnya kemampuan

lahan dalam menyerap aliran air permukaan sehingga akan menyebabkan

berkurangnya persediaan air tanah.

Pemanfaatan air, terutama air tanah yang terus meningkat dapat

menimbulkan dampak negatif terhadap air tanah itu sendiri maupun lingkungan

di sekitarnya, diantaranya berkurangnya kuantitas dan kualitas air tanah,

penyusupan air laut dan amblesan tanah. Menurunnya kuantitas dan kualitas air

tanah tersebut akan memberikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.

Sebagai salah satu usaha pencegahan masalah-masalah yang ditimbulkan

oleh pembangunan dan perluasan wilayah pemukiman perlu adanya informasi

tentang pentingnya daerah resapan serta penentuan zona resapan, sehingga para

perencana wilayah maupun pengambil kebijakan di daerah tersebut dapat

memahami gambaran fisik wilayah secara keseluruhan. Dengan demikian tujuan

untuk mengurangi dan menyelesaikan masalah lingkungan dan penataan ruang

dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :

1. Menentukan sebaran zona resapan air beserta kedalaman muka air tanah di

Kabupaten Kolaka ?

2. Menentukan luas zona resapan air di Kabupaten Kolaka ?

Page 14: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui sebaran zona resapan air dan kedalaman muka air tanah di

Kabupaten Kolaka.

2. Mengetahui luasan zona resapan air di Kabupaten Kolaka.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademik : penelitian ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang

melaksanakan penelitian dalam hal pengaplikasian ilmu yang didapat selama

mengikuti proses perkuliahan di Jurusan Teknik Geologi Universitas Halu

Oleo

2. Secara keilmuan :

a. Penelitian ini akan dapat menentukan secara kuantitatif luasan zona

resapan air yang ada di Kabupaten Kolaka.

b. Sebagai sumber literatur untuk penelitian yang sejenis.

3. Secara pemerintahan : penelitian ini sangat bermanfaat sebagai acuan dalam

penataan ruang di Kabupaten Kolaka.

Page 15: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Geologi Regional Daerah Penelitian

1. Geomorfologi Regional

Van Bamelan (1945) membagi lengan Tenggara Sulawesi menjadi tiga

bagian: ujung Utara, bagian Tengah, dan ujung Selatan. Lembar Kolaka

menempati bagian tengah dan ujung selatan dari lengan tenggara Sulawesi.

Ada 5 satuan morfologi pada bagian tengah dan ujung selatan lengan tenggara

Sulawesi, yaitu morfologi pegunungan, morfologi perbukitan tinggi,

morfologi perbukitan rendah, morfologi pedataran dan morfologi karst.

a. Morfologi Pegunungan

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan

ini, terdiri atas Pegunungan Mekongga, Pegunungan Tangkelemboke,

Pegunungan Mendoke dan Pegunungan Rumbia yang terpisah di ujung

Selatan Lengan Tenggara. Puncak tertinggi pada rangkaian Pegunungan

Mekongga adalah Pegunungan Mekongga yang mempunyai ketinggian

1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan

kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam saruan ini

mempunyai pola yang hampir sejajar berarah Barat Laut-Tenggara. Arah

ini sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini. Pola ini

mengindikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan itu erat

hubungannya dengan sesar regional.

Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan

setempat oleh batuan Ofiolit. Ada perbedaan yang khas diantara kedua

Page 16: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

5

penyusun batuan itu. Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit

mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng

relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam, sementara itu, pegunungan

yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung gunung terputus pendek

dengan lereng yang tidak rata walaupun bersudut tajam.

b. Morfologi Perbukitan Tinggi

Morfologi perbukitan tinggi menempati bagian Selatan Lengan

Tenggara Sulawesi, terutama di Selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas

bukit-bukit yang mencapai ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar.

Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan sedimen klastik

Mesozoikum dan Tersier.

c. Morfologi Perbukitan Rendah

Morfologi perbukitan rendah melampar luas di utara Kendari dan

ujung Selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit

kecil dan rendah dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun

satuan ini terutama batuan sedimen klastik Mesozoikum dan Tersier.

d. Morfologi Pedataran

Morfologi dataran rendah dijumpai di bagian tengah ujung Selata

Lengan Tenggara Sulawesi. Tepi Selatan dataran Wawotobi dan Dataran

Sampara berbatasan langsung dengan morfologi pegunungan. Penyebaran

morfologi ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar

Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem ini diduga masih aktif,

yang ditunjukan oleh adanya torehan pada endapakn aluvium dalam

Page 17: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

6

kedua dataran tersebut (Surono dkk, 1997). Sehingga sangat mungkin

kedua dataran itu terus mengalami penurunan. Akibat dari penurunan ini

tentu berdampak buruk pada dataran tersebut, diantaranya pemukiman dan

pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir yang semakin parah

setiap tahunnya.

Dataran Langkowala yang melampar luas di ujung Selatan Lengan

Tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan penyusun terdiri atas

batupasir kuarsa dan konglomerat kuarsa Formasi Langkowala. Dalam

dataran ini mengalir sungai-sungai yang pada musim hujan berair

melimpah sedangkan pada musim kemarau kering. Hal ini mungkin

disebabkan batupasir dan konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas,

sehingga air dengan mudah merembes masuk kedalam tanah. Sungai

tersebut diantaranya Sungai Langkowala dan Sungai Tinanggea. Batas

Selatan antara Dataran Langkowala dan Pegunungan Rumbia merupakan

tebing terjal yang yang dibentuk oleh sesar berarah hampir Barat-Timur.

e. Morfologi Karst

Morfologi Karst melampar di beberapa tempat secara

terpisah. Satuan ini dicirikan perbukitan kecil dengan sungai dibawah

permukaan tanah. Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi ini

didominasi oleh batugamping berumur Paleogen dan selebihnya

batugamping Mesozoikum. Batugamping ini merupakan bagian Formasi

Emoiko, Formasi Laonti, Formasi Buara dan bagian atas dari Formasi

Meluhu. Sebagian dari batugamping penyusun satuan morfologi ini sudah

Page 18: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

7

terubah menjadi marmer. Perubahan ini erat hubungannya dengan

pensesar-naikkan ofiolit keatas kepingan benua.

Gambar 1. Bagian Tenggara Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR(Surono, 2013).

2. Statigrafi Regional

Formasi batuan penyusun peta geologi regional lembar Kolaka

diurutkan dari termuda sebagai berikut:

a. Aluvium (Qa)

Aluvium (Qa) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal.

Satuan ini merupakan endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur

satuan ini adalah Holosen.

b. Formasi Alangga (Qpa)

Formasi Alangga (Qpa) terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur

dari formasi ini adalah Plistosen dan lingkungan pengendapannya pada

daerah darat-payau. Formasi ini menindih tak selaras formasi yang lebih

tua yang masuk kedalam kelompok Molasa Sulawesi.

Page 19: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

8

c. Formasi Buara (Ql)

Formasi Buara (Ql) terdiri atas terumbu koral, konglomerat dan

batupasir. Umur dari formasi ini adalah Plistosen-Holosen dan terendapkan

pada lingkungan laut dangkal.

d. Formasi Boepinang (Tmpb)

Formasi Boepinang (Tmpb) terdiri atas lempung pasiran, napal

pasiran dan barupasir. Batuan ini berlapis dengan kemiringan perlapisan

relatif kecil yaitu < 15o yang dijumpai membentuk antiklin dengan sumbu

antiklin berarah Barat Daya-Timur laut. Umur formasi ini diperkirakan

Pliosen dan terendapkan pada lingkungan laut dangkal (neritik).

e. Formasi Emoiko (Tmpe)

Formasi Emoiko (Tmpe) terdiri atas kalkarenit, batugamping koral,

batupasir dan napal. Formasi ini berumur Pliosen dengan lingkungan

pengendapan laut dangkal, hubungan menjemari dengan Formasi

Boepinang.

f. Formasi Langkowala (Tml)

Formasi Langkowala (Tml) terdiri atas konglomerat batupasir, serpih

dan setempat kalkarenit. Konglomerat mempunyai fragmen beragam yang

umumnya berasal dari kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batupasir

malih, sekis dan ultrabasa. Formasi ini banyak dibatasi oleh kontak struktur

dengan batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian bawah

batuan sedimen Formasi Boepinang (Tmpb). Hasil penanggalan umur

menunjukan bahwa batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah.

Page 20: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

9

g. Kompleks Pompangeo (MTpm)

Kompleks Pompangeo (MTpm) terdiri atas sekis mika, sekis

glukofan, sekis amphibolite, skis klorit, rijang, pualam dan batugamping

meta, sekis berwarna putih, kuning kecoklatan, kehijauan kelabu: kurang

padat sampai sangat padat serta memperlihatkan perdaunan. Setempat

menunjukan struktur chevron, lajur tekuk (kimk banding) dan augen serta

di beberapa tempat perdaunan terlipat. Rijang berwarna kelabu sampai

coklat. Pualam berwarna kehijauan, kelabu sampai kelabu gelap, coklat

sampai merah coklat, dan hitam bergaris putih, sangat padat dengan

persekisan, tekstur umumnya nematoblastik yang memperlihatkan

pengarahan. Persekisan dalam batuan ini didukung oleh adanya pengarahan

kalsit hablur yang tergabung dengan mineral lempung dan mineral kedap

(opak). Batuan terutama tersusun oleh kalsit dolomit dan piroksen. Mineral

lempung dan mineral bijih dalam bentuk garis. Wolastonit dan apatit

terdapat dalam jumlah sangat kecil. Plagioklas jenis albit mengalami

penghabluran ulang dengan piroksen. Satuan ini mempunyai kontak

struktur geser dengan satuan yang lebih tua di bagian utara yaitu Kompleks

Mekongga (Pzm). Berdasarkan penarikan umur oleh Kompleks Pompangeo

mempunyai umur Kapur Akhir – Paleosen bagian bawah.

h. Formasi Matano (Km)

Formasi Matano (Km) terdiri atas batugamping hablur, rijang dan

batusabak. Batugamping berwarna putih kotor sampai kelabu; berupa

Page 21: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

10

endapan kalsilutit yang telah menghablur ulang dan berbutir halus (lutit);

perlapisán sangat baik dengan ketebalan lapisan antara 10-15 cm; di

beberapa tempat dolomitan; di tempat lain mengandung lensa rijang

setempat perdaunan. Rijang berwarna kelabu sampai kebiruan dan coklat

kemerahan; pejal dan padat. Berupa lensa atau sisipan dalam batugamping

dan napal; ketebalan sampai 10 cm. Batusabak barwarna coklat

kemerahan; padat dan setempat gampingan; berupa sisipan dalam serpih

dan napal, ketebalan sampai 10 cm. Berdasarkan kandungan fosil

batugamping, yaitu Globotruncana sp dan Heterohelix sp, serta

Radiolaria dalam rijang (Budiman, 1980), Formasi Matano diduga

berumur Kapur Atas dengan lingkungan pengendapan pada laut dalam.

i. Kompleks Ultramafik (Ku)

Kompleks Ultramafik (Ku) terdiri atas harzburgit, dunit,

wherlit, serpentinit, gabro, basal, dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit,

magnesit dan setempat rodingit. Satuan ini diperkirakan berumur Kapur.

j. Formasi Meluhu (TRJm)

Formasi Meluhu (TRJm) terdiri atas batupasir kuarsa, serpih

merah, batulanau, dan batulumpur di bagian bawah; dan perselingan

serpih hitam, batupasir, dan batugamping di bagian atas. Formasi ini

mengalami tektonik kuat yang ditandai oleh kemiringan perlapisan

batuan hingga 80o puncak antiklin yang memanjang utara Barat

Ddaya-Tenggara. Umur dari formasi ini diperkirakan Trias.

Page 22: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

11

k. Formasi Laonti (TRJt)

Formasi Laonti (TRJt) terdiri atas batugamping malih,

pualam dan kuarsit. Kuarsit, putih sampai coklat muda; pejal dan

keras; berbutir (granular), terdiri atas mineral granoblas, senoblas, dengan

butiran dan halus sampai sedang. Batuan sebagian besar terdiri dari

kuarsa, jumlahnya sekitar 97%. Oksida besi bercelah diantara kuarsa,

jumlahnya sekitar 3%. Umur dari formasi ini adalah Trias.

l. Kompleks Mekongga (Pzm)

Kompleks Mekongga (Pzm) terdiri atas sekis, gneiss dan

kuarsit. Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan; bertekstur

heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir

halus sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan

gneiss muskovit. Bersifat kurang padat sampai padat.

Gambar 2. Korelasi satuan peta geologi lembar kolaka, Sulawesi.

Page 23: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

12

3. Struktur Regional

Perkembangan tektonik di kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak

zaman Tersier hingga sekarang, sehingga bentuknya yang unik menyerupai

huruf “K”, dan termasuk daerah teraktif di Indonesia, mempunyai fenomena

geologi yang kompleks dan rumit. Manifestasi tektonik yang ditimbulkan

berupa sesar dan gunung api dapat menibulkan gempa, tsunami dan bencana

geologi lainnya (Ronald, 2011).

Pada lengan Tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah

tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar Matarombeo, sistem

sesar Lawanopo, sistem sesar Konaweha, sesar Kolaka, dan banyak sesar

lainnya serta liniasi.

Lengan Sulawesi Tenggara juga merupakan kawasan pertemuan

lempeng, yakni lempeng benua yang berasal dari Australia dan lempeng

samudra dari pasifik. Kepingan benua di Lengan Tenggara Sulawesi dinamai

Mintakat Benua Sulawesi Tenggara (South East Sulawesi Continental

Terrane) dan Mintakat Matarambeo. Kedua lempeng dari jenis yang

berbeda ini bertabrakan dan kemudian ditindih oleh endapan Molasa

Sulawesi sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen

Akhir - Miosen Awal, Kompleks Ofiolit tersesar–naikkan keatas mintakat

benua. Molasa Sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan

karbonat, terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga Molasa

ini menindih tidak selaras Mintakat Benua Sulawesi Tenggara dan Kompleks

Ofiolit tersebut. lengan ini sesar Lawanopo dan beberapa pasangannya

Page 24: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

13

termasuk (Simandjuntak dkk, 1993).

Sesar Kolaka memiliki arah Tenggara Barat Laut yang merupakan arah

umum dari sesar geser mengiri yang berada di Lengan Tenggara Sulawesi.

Dampak dari pada perkembangan tektonik Kuarter Laut Banda membentuk

sesar geser Kolaka yang bersifat sinistral dan aktif. Sesar ini memanjang dari

Tenggara ke Barat Laut melalui Kolaka hingga Teluk Bone memotong sesar

Palu-Koro (bawah laut) berlanjut ke Kota Palopo ke arah puncak Palopo-

Toraja (Ronald, 2011).

Gambar 3. Hasil interpretasi citra landsat lengan tenggara Sulawesi yangmenunjukkan lineasi dan sesar (Surono dkk, 2013)

Page 25: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

14

B. Hidrologi Air Tanah

Hidrologi air tanah atau sering disebut geohidrologi adalah pengetahuan

distribusi dan gerakan air di bawah permukaan tanah. Sedangkan air tanah adalah

air yang menempati rongga (pori) dalam lapisan tanah, batuan atau formasi

geologi yang ada dibawah tanah.

Air tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting dalam penyediaan

air di Indonesia. Penggunaan air tanah sangat luas dan memenuhi sekitar 60%

dari kebutuhan penduduk akan air baik untuk irigasi, industry, air minum, MCK,

dan lain-lain.

Beberapa pengetahuan yang sangat berkaitan dengan air tanah adalah

geologi, hidrologi, meteorology, mekanika fluida dan ilmu tanah. Kesemua ilmu

memberikan kontribusi yang penting dalam pengkajian potensi air tanah suatu

daerah. (Mardi Wibowo, 2006).

1. Siklus Hidrologi

siklus hidrologi merupakan pergerakan air di bumi berupa cair, gas dan

padat, baik proses diatmosfir, tanah, dan benda-benda air yang tidak terputus

melalui proses kondensasi, prisifikasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan

air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci siklus hidrologi tersebut

dapat berjalan secara kontinue. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai

presipitasi dalam bentuk air, es, atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi

beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh

yang kemudian di intersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah

Page 26: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

15

mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara

yang berbeda.

Gambar 4. Siklus hidrpologi (T=transpirasi, E=evaporasi, P=hujan,R=aliran permukaan, G=aliran air tanah dan I=infiltrasi).Sumber : vessman et.ai, 1989 dalam Mahmud Achmad, 2011.

a. Evaporasi/transpirasi

Evaporasi/transpirasi yaitu air yang ada di laut, di darat, di sungai,

di tanaman dan sebagainya kemudian akan menguap ke atmosfer dan

kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh, uap air (awan) itu akan

menjadi dintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam

bentuk hujan, salju dan es.

b. Infiltrasi/perkolasi

Infiltrasi/perkolasi kedalam tanah yaitu air bergerak ke dalam tanah

melalui celah-celah kedalam pori-pori tanah dan batuan menjadi muka air

tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secata

Page 27: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

16

vertikal atau horizontal kebawah permukaan tanah hingga air tersebut

memasuki kembali system air permukaan

c. Air Permukaan

Air Permukaan yaitu air yang bergerak diatas permukaan tanah dekat

dengan aliran utama dan danau. Makin landau lahan dan makin sedikit

pori-pori tanah, maka aliran permukaan akan semakin besar. Aliran

permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai

bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa

seluruhan air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

(Mahmud Achmad, 2011)

Gambar 5. Keseimbangan dan pergerakan air secara hidrologis. Sumber :vessman et.ai, 1989 dalam Mahmud Achmad, 2011

Page 28: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

17

2. Jeis-jenis Akuifer

Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

Krussman dan Ridder (1970) membagi jenis-jenis akuifer menjadi 4 yaitu

akuifer bebas (unconfined aquifer), akuifer tertekan (confined aquifer), akuifer

semi tertekan (semi confined aquifer) dan akuifer semi bebas (semi unconfined

aquifer).

a. Akuifer Bebas (unconfined Aquifer)

Akuifer bebas adalah lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi

oleh air dan berada dibawah lapisan kedap air. Permukaan tanah pada

akuifer ini disebut dengan water tabel (preatik level), yaitu permukaan air

yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfir. Air tanah yang

berasal dari infiltrasi dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 6. Air tanah yang berasal dari infiltrasi (Krussman dan Rider,1970)

Page 29: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

18

b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)

Akuifer tertekan adalah akuifer yang seluruh jumlah air yang

dibatasi oleh lapisan kedap air, yang di atas maupun di bawah, serta

mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfir.

c. Akuifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)

Akuifer semi tertekan adalah akuifer yang seluruhnya jenuh air.

Dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dan dibagian

bawahnya merupakan lapisan kedap air.

d. Akuifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)

Akuifer semi bebas adalah akuifer yang bagian bawahnya yang

merupana lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material

berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan

adanya gerakan air. Dengan demikian akuifer ini merupakan peralihan

antara akuifer bebas dengan akuifer semi tertekan.

C. Daerah Resapan Air

Secara umum proses resapan air tanah ini terjadi melalui dua proses

berurutan, yaitu infiltrasi (pergerakan air dari atas kedalam permukaan tanah),

dan perkolasi yaitu gerakan air kebawah dari zona tidak jenuh kedalam zona

jenuh air. Daya infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang mungkin, yang

ditentukan oleh kondisi permukaan tanah. Daya perkolasi adalah laju perkolasi

maksimum yang mungkin, yang ditentukan oleh kondisi tanah dan zona tidak

jenuh. Laju infilterasi akan sama dengan insentitas hujan jika laju infiltrasi masih

Page 30: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

19

kecil dari daya infiltrasinya perkolasi tidak akan terjadi jika porositas dalam zona

tidak jenuh belum mengandung air secara maksimum.

Proses infiltrasi berperan penting dalam pengisian kembali legas tanah dan

air tanah. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi

dan perkolasi (jika ada). Pengisian kembali air tanah sama dengan perkolasi

dikurangi kenaikan kapiler (jika ada). Resapan air tanah akan akan menentukan

besarnya aliran dasar yang merupakan debit sungai musim kemarau (Mardi

Wibowo, 2006).

1. Sifat-sifat Daerah Resapan

Berdasarkan bentang alamnya, daerah resapan lebih mendominansi

wilayah cekungan dan secara alami memiliki ciri-ciri kondisi tanah dengan

kemampuan resapan yang cukup tinggi, curah hujan rata-rata lebih dari 1.000

mm per tahun, lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16

mm, mempunyai kemampuan meresap air dengan kecepatan lebih dari 1 meter

per hari, kedalaman air tanah lebih dari 10 meter dari permukaan tanah,

kemiringan lereng kurang dari 15 %, dan kedudukan muka air tanah dangkal

lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.

Kemampuan peresapan air dipengaruhi oleh struktur dan tekstur

tanahnya yang kandungan pasir dalam tanah tersebut sangat menentukan.

Semakin tinggi kandungan pasir dalam tanah, maka kepadatan tanah akan

semakin rendah yang berarti akan memicu peresapan air kedalam tanah

termasuk mempengaruhi laju peresapan air tersebut.

Page 31: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

20

Perbedaan tinggi atau rendahnya air tanah pada musim kemarau dan

penghujan adalah sebagai bukti adanya sirkulasi air kearah dalam. Aliran

sirkulasi air ke arah dalam berkaitan erat dengan suplai air ke persediaan air

bawah tanah atau ground water. Pentingnya daerah yang memiliki curah

hujan tinggi adalah agar intensitas air yang dapat masuk ke dalam tanah cukup

besar. Sedangkan fungsi penutupan dengan vegetasi yang memiliki sistem

perakaran dalam adalah sebagai bio-filter dari sifat-sifat kimia yang dibawa

oleh air dan tanah itu sendiri serta untuk mengendalikan laju limpahan air

(Waryono, 2008).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peresapan Air Hujan

a. Proses Peresapan Air Kedalam Tanah

Kawasan resapan air berfungsi untuk memberikan ruang yang

cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah untuk

keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir baik

untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan. Dalam

mengkaji peresapan air hujan, dikenal beberapa definisi istilah sebagai

berikut:

1. Persipitasi adalah volume air hujan yang turun dikurangi penguapan

(evaporasi dan evapotranpirasi). Refleksi dari persipitasi menjadi 2,

yaitu limpasal permukaan (run off) dan peresapan kedalam tanah

(Lisley, 1982 dalam Susilawati, 2000)

Page 32: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

21

2. Infiltrasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah melewati

permukaan tanah (Sarief, 1985)

3. Perkolasi adalah pergerakan air kedalam tanah melalui soil moisture

zone (lingkungan sejumlah kecil air di antara sela-sela yang

menyebabkan kebasahan tanah) pada unsaturated zone, sampai

mencapai muka air tanah pada saturated zone (Satief, 1985)

Gambar 7. Komponen-komponen aliran air diatas dan di dalam tanah(Sarief, 1985)

4. Kapasitas infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi maximum yang bisa

terjadi. Kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh kondisi permukaan,

termasuk lapisan tanah paling atas.

5. Kecepatan infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang terjadi

sesungguhnya. Kecepatan infiltrasi dipengaruhi oleh intensitas hujan

dan kapasitas infiltrasi.

6. Limpasan permukaan (surface run off) semua air yang mengalir lewat

suatu sungai bergerak meninggalkan daerah tangkapan sungai (DAS)

Page 33: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

22

tersebut tanpa memperhatikan asal/jalan yang ditempuh sebelum

mencapai saluran.

3. Model Penentuan Daerah Resapan Air

Untuk menentukan daerah resapan diperlukan beberapa parameter diantaranya

yaitu jenis tanah permukaan, batuan penyusun, kemiringan lahan, dan muka air

tanah. Masing-masing patameter mempunyai pengaruh terhadap terhadap

resapan air kedalam tanah yang dibedakan dengan nilai bobot (Tabel 1).

Parameter yang mempunyai nilai bobot paling tinggi merupakan parameter

yang paling menentukan kemampuan peresapan untuk menambah air tanh

secara alamiah pada suatu cekungan air tanah. Sebagai salah satu model

pengkelasan dan pemberian skor dari tiap kelas parameter dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Nilai bobot parameter resapan airNo Parameter Bobot Nilai Keterangan1 Kelulusan Batuan 5 Sangat Tinggi2 Curah Hujan 4 Tinggi3 Tanah Penutup 3 Cukup4 Kemiringan Lereng 2 Sedang5 Muka air Tanah 1 Rendah

Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan,2004 Dalam Mardi Wibowo, 2006.

a. Jenis Batuan Penyusun

Parameter jenis batuan penyusun pengkelasannya berdasarkan

permeabilitas dimana hal tersebut sangat berpengaruh oleh tekstur dan

struktur dari tiap jens batuan. Semakin besar permeabilitas dan koefisien

resapan semakin besar skornya (Tabel 2)

Page 34: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

23

Tabel 2. Kelas dan skor kelulusan batuan

NoPermeabilitas

(m/hari)Cotoh Batuan Skor Keterangan

1 >103 Endapan alufial 5 Sangat tinggi

2 101-103 Endapan kuarter muda 4 Tinggi

3 10-2-101 Endapan kuarter tua 3 Cukup

4 10-4-102 Endapan Tersier 2 Sedang

5 <104 Batuan intrusi 1 Rendah

Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan KawasanPertambangan, 2004 Dalam Mardiwibowo, 2006.

b. Curah Hujan

Dari segi daya dukung lingkungan, dengan curah hujan yang sama resapan

air akan semakin besar jika hujan terjadi dalam waktu yang panjang.

Sehubungan dengan hal tersebut dikembangkan faktor hujan infiltrasi yang

di hitung menggunakan persamaan 1 (Mardi Wibowo, 2007).

RD = 0,01 . P .Hh (1)

Dimana :

RD = Faktor hujan infiltrasi

P = Curah hujan tahunan

Hh = Jumlah hari hujan tiap tahun

Semakin tinggi dan lama curah hujan, semakin besar skornya karena

pada dasarnya semakin tinggi dan lama curah hujan semakin besar air yang

dapat meresap kedalam tanah, nilai skor hujan infiltrasi dapat dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3. Kelas dan skor data curah hujan

NoCurah Hujan

(mm/th)Faktor Hujan

InfiltrasiSkor Keterangan

1 < 1.500 < 2.775 1 Rendah2 1.500 - 2.000 2.775 - 3.700 2 Sedang

Page 35: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

24

No Curah Hujan(mm/th)

Faktor HujanInfiltrasi

Skor Keterangan

3 2.000 - 2.500 3.700 - 4.625 3 Cukup4 2.500 - 3.000 4.625 - 5.550 4 Tinggi5 > 3.000 > 5.550 5 Sanagat Tinggi

Sumber : Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1998 dalam Riris,2007.

c. Jenis tanah Permukaan

Karakteristik tanah yang harus diperharikan adalah

permeabilitasdan nilai faktor infiltrasi (lihat Tabel 4)

Tabel 4. Kelas dan skor tiap jenis tanah

NoPermeabilitas

(105 m/dt)Jenis Tanah

PenutupSkor Keterangan

1 Lambat (< 2)Lempunglanauan

1 Rendah

2 Agak lambat (2-7)Lanau

Lempungan2 Sedang

3 Sedang – cepat (7-15)LempungPasiran

3 Cukup

4 Agak cepat (15-30) Pasir 4 Tinggi5 Cepat ( > 30 ) Kerikil 5 Sanagat Tinggi

Sumber : Modifikasi dan pengolahan dalam Mardi Wibowo, 2007.

d. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng merupakan variable yang sangat berpengaruh

terhadap proses resapan air, semakin besar kemiringan, semakin kecil

jumlah air yang meresap. Kelas dan skor kemiringan lahan dapat di lihat

pada tanel 5.

Tabel 5. Kelas dan skor kemiringan lereng

NoKemiringanLereng (%)

Deskripsi Skor Keterangan

1 < 8 Datar 5 Sangat Tinggi2 8 – 15 Landai 4 Tinggi3 15 – 25 Bergelombang 3 Cukup4 25 – 45 Curam 2 Sedang5 > 45 Sangat Curam 1 Rendah

Sumber : Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1998 dalam Riris,2007.

Page 36: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

25

e. Kedalaman Muka Air Tanah

Semakin dalam kedalaman muka air tanah bebas, maka potensi air

untuk meresap semakin besar dibandingkan dengan daerah yang muka air

tanahnya relative dangkal (Tabel 6).

Tabel 6. Kelas dan skor kedalaman muka air tanah

NoKedalaman muka air

tanah (m)Skor Keterangan

1 >30 5 Sangat Tinggi2 20 -30 4 Tinggi3 10 – 20 3 Cukup2 5 -10 2 Sedang5 <5 1 Rendah

Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan KawasanPertambangan, 2004 Dalam Mardi Wibowo, 2006.

Untuk mementukan tingkat kesesuaian sebagai kawasan resapan air

dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian antara nilai bobot dan skor

pada tiap kelas parameter dengan menggunakan persamaan 2 (Mardi Wibowo,

2007).

Nilai Total = (Kb.Kp) + (Pb.Pp) + (Sb.Sp) + (Lb.Lp) + (Mb.Mp) (2)

Keterangan :

Kb = Bobot nilai kelulusan batuan

Kp = Skor nilai kelulusan batuan

Pb = Bobot nilai curah hujan rata-rata thunan

Pp = Skor nilai curah hujan

Sb = Bobot nilai tanah penutup

Sp = Skor nilai tanah penutup

Lb = Bobot nilai kealas kemirinngan lereng

Page 37: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

26

Lp = Skor nilai kemiringan lereng

Mb = Bobor nilai Muka air tanah bebas

Mp = Skor nilai muka air tanah bebas

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh dari persamaan 2 diperoleh nilai

total dari setiap tempat dalam suatu cekungan. Semakin besar nilai totalnya

maka semakin besar potensi untuk meresapkan air kedalam tanah, dengan kata

lain semakin sesuai sebagai daerah redapan air. Untuk mengklasifikasikannya

(membuat zona tingkat kesesuaian sebagai daerah resapan) perlu dibuat kelas-

kelas berdasarkan nilai total yang ada di daerah penelitian (Tabel 7).

Tabel 7. Klasifikasi kondisi daerah resapan airNo Nilai Skoring Kriteria1 >48 Zona Resapan Baik2 44 – 47 Zona Resapan Normal Alami3 40 – 43 Zona Resapan Mulai Kritis4 37 – 39 Zona Resapan Agak Kritis5 <37 Zona Resapan Sangat Kritis

Sumber : Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan LahanDaerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS) dalam Mardi Wibowo, 2006

4. Fungsi daerah resapan air

Sebagai daerah yang memiliki sifat resapan air yang tinggi, daerah

resapan air berkemampuan untuk menampung debit air hujan yang turun di

daerah tersebut. Daerah resapan air secara tidak langsung juga berdampak pada

pengendalian banjir untuk daerah yang berada lebih rendah darinya karena air

hujan tidak turun ke daerah yang lebih rendah namun diserap sebagai air tanah.

Air yang di serap ini kemudian akan menjadi cadangan air di musim kering

serta supply air untuk daerah yang berada di bawahnya (Waryono, 2008).

Page 38: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

27

D. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus yang

mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau

dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi

geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah

database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan

mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada

suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya

memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial

yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang

memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi

SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan

pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi

lainnya. Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang

terdiri dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta

dengan perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang

benar dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam

memformulasikan dan menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan

SIG (Umi Dewi Rahmawati, dkk, 2011).

Page 39: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

28

SIG dapat diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis

keluaran yang ada di dalamnya, maka subsistem SIG jugadapat digambarkan

pada gambar 10.

Gambar 8. Uraian subsistem-subsistem SIG (Eddy Prahasta, 2002)

a. Cara Kerja SIG

SIG dapat mempresentasikan realworld (dunia nyata) diatas monitor

computer sebagai mana lembaran peta dapat mempresentasikan dunia nyata

diatas kertas. Namun SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas daripada

lembaran peta kertas. Peta merupakan presentasi grafis dari dunia nyata,

objek-objek yang direpresentasikan diatas peta disebut unsur peta atau map

features (contohnya seperti sungai, kebun, jalan, dan lain-lain). Kerena peta

mengorganisasikan unsur-unsur berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat

baik dalam memperlihatkan hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-

unsurnya.

Page 40: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

29

SIG mempunyai semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai

atribut-atribut didalam basisdata. Kemudian SIG membentuk dan

menyimpannya didalam tabel-tabel (relasional). Setelah itu SIG

menghubungkan unsur-unsur diatas dengan tabel-tabel yang bersangkutan.

Dengan demikian, atribut-atribut ini dapat diakses melalui lokasi unsur-unsur

peta, dan sebaliknya unsur unsut-unsur peta juga dapat diakses melalui

atribut-atributnya. Karena itu unsur-unsur tersebut dapat dicari dan

ditemukan berdasarkan atribut-atributnya.

SIG mengubah sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut-artibutnya

di dalam satuan-satuan yang disebut layer. Contoh layer seperti bangunan,

sungai, jalan, batas-batas administrasi, perkebunan dan hutan. Kumpulan dari

layer-layer ini akan membentuk basisdata SIG. dengan demikia, perancangan

basisdata merupakan hal yang esensial di dalam SIG. rancangan basisdata

akan menentukan efektifitas dan efesiensi dan proses-proses masukan,

pengelolaan, dan keluaran.

b. Fungsi Analisis

Kemampuan SIG dapat juga dikenal dari fungsi-fungsi analisis yang

dapat dilakukannya. Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu

fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut. Fungsi analisis atribut terdiri

dari oprasi dasar basisdata yang mencakup create data base, drop database,

create table, drop table, record dan insert, field, seek, find, search, rerieve,

edit, update, delete, zap, pack, membuat indeks untuk setiap tabel basisdata,

dan perluasan oprasi basis data yang mencakup export dan import, structured

query language, dan operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin

digunakan didalam system basisdata. Fungsi analisis lainnya yang sudah rutin

Page 41: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

30

digunakan didalam system basisdata. Fungsi analisis spasial terdiri dari

reclassify, overlay, dan buffering.

Walaupun produk SIG paling sering disajikan dalam bentuk peta,

kekuatan SIG yang sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam

melakukan analisis. SIG dapat mengolah dan mengelola data dengan volume

yang besar. Dengan demikian, pengetahuan mengenai bagaimana cara

mengekstrak data tersebut dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci

analisis di dalam SIG.

Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerfull dan mendasar adalah

integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang

memadukan layer data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data

secara matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap atribut-atribut

tertentu dari datanya (Eddy Prahasta, 2002).

Menurut Adi Paramarta (2012), dalam system informasi geografis

terdapat dua macam data yaitu data spasial dan data atribut.

a. Data Spasial

Data spasial merupakan data yng menggambarkan bentuk atau

penampakan objek dipermukaan bumi. Data spasial dalam Sistem

Informasi Geografis dibedakan menjadi titik (point), garis (line), dan area

(polygon).

b. Data Atribut,

Data atribut merupakan data deskriptif yang merupakan nilai dari

data data spasial. Data atribut akan tersimpan dalam bentuk tabel atau

sering disebut data tabular.

Page 42: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai januari 2017.

Secara administrasi daerah penelitian bertempat di Kabupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian dapat ditunjukan pada gambar 9.

Gambar 9. Peta lokasi penelitian

Page 43: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

32

B. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang

dilengkapi dengan pendekatan kuantitatif. Kegiatan penelitian ini meliputi

pengumpulan data, analisis data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang

mengacu pada analisis data tersebut (Sugiyono, 2007).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif.

Secara harfiah dimaksudkan untuk membuat gambaran mengenai situasi, kondisi,

atau kejadian, sehingga lebih mengarah menghimpun data-data dasar. Metode ini

lebih umum sering disebut sebagai metode survey. Penelitian dilakukan untuk

memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada secara factual (Nasir, 1988).

C. Instrument Penelitian

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 8. Alat yang di gunakan dalam penelitianNo Nama Alat Fungsi1 Kompas Geologi Mengukur kedudukan batuan

2 Palu Geologi Mengambil sampel batuan

3 Kantong sampel Menyimpan sampel batuan

4 Loup (30 X perbesaran) Mengamati sampel batuan di lapangan

5 Buku catatan lapangan Menctat data-data di lapangan

6 Alat tulis Mencatat datadata dilapangan

7 Kamera Dokumentasi Penelitian

8 Rol meter Mengukur kedalaman muka air tanah

9 Personal Computer /laptop

Menganalisis data-data penelitian

10 Printer Mencetak hasil layout peta

Page 44: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

33

No Nama Alat Fungsi11 Soft ware Arc GIS 10.4,

Microsoft Office word2010, Microsoft OfficeExcel 2010

Mengolah data-data penelitian

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 9. Bahan yang digunakan dalam penelitianNo Nama Bahan Fungsi1 Peta lokasi penelitian (peta

administrasi kecamatan dalamrencana tata ruang wilayahkabupaten kolaka 2011-2031)

Sebagai petunjuk pengambilandata

3 Pete geologi daerah KabupatenKolaka (peta geologi lembarKolaka dan lembar Lasusua-Kendari sekala 1:250.00, olehSimanjuntak, Surono dan Sukido1993, Pusat Penelitian danPengembangan Geologi)

Sebagai objek pengamatan

4 Peta jenis tanah Kabupaten kolaka(peta jenis tanah dalam rencanatata ruang wilayah kabupatenkolaka 2011-2031)

Sebagai objek pengamatan

5 Peta sebaran muka air tanahKabupate Kolaka (Hasil observasi)

Sebagai objek pengamatan

6 Peta kemiringan lereng KabupatenKolaka (citra SRTM 2016)

Sebagai objek pengamatan

7 Data curah hujan Kabupatenkolaka (Stasiun pengamatan hujantoari,balandete dan tamboli, BalaiSulawesi IV Kendari)

Sebagai objek pengamatan

Page 45: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

34

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi manjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal dari suatu kegiatan penelitian sebelum

melakukan penelitian tahap ini meliputi :

a. Studi Pustaka

Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, agar dapat mengetahui

bagaimana kondisi daerah penelitian secara umum yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan informasi mengenai kondisi daerah penelitian dan

informasi yang dikumpulkan melalui teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

b. Persiapan Peralatan

Mempersiapkan kelengkapan peralatan yang akan digunakan di

dalam kegiatan penelitian, peralatan standar maupun peralatan tambahan.

2. Tahap Penelitian

Tahap ini meliputi tahap pengumpulan data dilapangan yang terbagi

menjadi 2 yaitu :

a. Pengumpulan data skunder berupa pengumpulan data curah hujan daerah

penelitian, peta geologi daerah penelitian, peta jenis tanah daerah

penelitian, peta kemiringan lereng daerah penelitian.

b. Pengumpulan data primer data berupa data geomorfologi yang di

khususkan pada data kelerengan. Pengamatan singkapan batuan meliputi

pengamatan sifat-sifat fisik batuan seperti warna batuan, tekstur batuan,

Page 46: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

35

struktur batuan dan komposisi mineral batuan yang dilakukan secara kasat

mata (megaskopis). Pengambilan data kedalaman muka air tanah sebanyak

69 titik pengukuran sumur, pencatatan titik koordinat daerah pengambilan

sampel batuan maupun titik pengukuran kedalaman muka air tanah dan

foto kondisi daerah pengambilan sampel.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

1. Analisis Morfometri

Analisis morfometri yaitu bagian dari analisis morfologi yang

dilakukan untuk menentukan sudut dan presentase kelerengan bentang alam

pada daerah penelitian.

2. Analisis Kedalaman Sebaran Muka Air Tanah

Analisis kedalaman sebaran muka air tanah dilakuakan untuk

mengetahui kedalaman sebaran mukan air tanah daerah penelitian,

menggunakan data hasil pengukuran kedalaman muka air tanah di daerah

penelitian, kemudian dilakukan interpolasi terhadap data-data tersebut

menggunakan software Arc Gis 10.4.

3. Analisis Petrologi

Analisis petrologi dilakukan untuk mengetahui jenis litologi daerah

penelitian, yang dilakukan berdasarkan hasil pengamata lapangan secara

megaskopis.

4. Analisis Zona Resapan Air Tanah

Analisis zona resapan air tanah dilakukan dengan menggabungkan

data-data dan peta-peta meliputi data curah hujan, peta geologi daerah

Page 47: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

36

penelitian, peta jenis tanah daerah penelitian, peta kemiringan lereng daerah

penelitian dan peta kedalaman muka air tanah daerah penelitian. Data-data

tersebut kemudian dianalisis menggunakan aplikasi sistem informasi

geografis (SIG) dengan teknik tumpang susun (overlay) sehingga

menghasilkan peta zona resapan air tanah (Gambar. 40)

Gambar 10. Diagram alir penelitian

- StudiPustaka- Pembuatan

- Administrasi

- Perlengkapa

PENGUMPULANDATA

Data Sekunder

- Peta Geologi- Peta Jenis

Tanah- Data Curah

Hujan (PetaHujan

Data Primer

- DataGeomorfologi

- Data Geologi- Data Kedalaman

Muka Air Tanah

ANALISISDATA

Analisis KedalamanMuka Air Tanah

Sebaran Muka Air

Analisismorfometri

AnalisisPetrologi

PENENTUAN ZONARESAPAN AIR

PERSIAPAN

Overlay

Page 48: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Batuan Daerah Penelitian

Berdasarkan peta geologi lembar Lasusua-Kendari dan peta geologi lembar

Kolaka skala 1:250.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi, wilayah Kabupaten Kolaka tersusun oleh beberapa jenis

batuan.

1. Komplek Aluvium (Qa)

.Gambar 11. (A) Endapan aluvium yang terendapkan di daerah pesisir, di

jumpai di Kecamatan Wundulako, arah foto N 135o E. (B)endapan aluvium yang terendapkan di daerah sungai, dijumpaidi Kecamatan Latambaga, arah foto N 35o E. (C) endapanaluvium yang terendapkan di pinggir jalan, dijumpai diKecamatan Tanggetada, arah foto N 147o E.

Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka, Kompleks Aluvium (Qa)

terdiri atas lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini merupakan endapan

aluvium yang terendapkan di wilayah sungai, rawa dan endapan pantai.

Page 49: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

38

Berdasarkan pengamatan lapangan jenis aluvium yang dijumpai di

lokasi penelitian terdiri atas lempung, pasir, krikil dan krakal berwarna

coklat kehitaman, Kompleks Aluvium ini terdiri atas endapan aluvium yang

terendapkan di wilayah sungai, rawa dan pesisir. Satuan ini melampar luas di

bagian Barat daerah penelitian dengan luas 18.774,73 Ha, atau sekitar 6 %

dari keseluruhan luas daerah keseluruhan.

2. Formasi Alangga (Qpa)

Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka Formasi Alangga (Qpa)

tersusun atas konglomerat dan batu pasir. Berdasarkan hasil pengamatan di

lapangan daerah penelitian yang termasuk dalam Formasi Alangga dijumpai

jenis endapan aluvium yang belum terkonsolidasi, endapan aluvium ini

tersusun atas fragmen-fragmen batuan berupa batuan kuarsit dan batuan

ultramafik berbentuk rounded dengan ukuran butir pasir kasar sampai dengan

brangkal. Endapan ini memiliki ciri fisik berwarna kemerahan, luas daerah

yang termasuk dalam Formasi Alangga yaitu 4.308,71 Ha atau sekitar 1,9 %

dari keseluruhan luas daerah penelitian.

Gambar 12. Endapan aluvium Formasi Alangga, terdapat di KecamatanBaula, arah foto N 273o E

Page 50: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

39

3. Formasi Buara (Ql)

Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka Formasi Buara (Ql) terdiri

atas terumbu koral, konglomerat dan batupasir. Berdasarkan pengamatan

langsung di lapangan pada formasi ini dijumpai batugamping terumbu dengan

warna lapuk coklat kekuningan dan warna segar kuning kecoklatan, tekstur

batuan non-klastik, struktur batuan fosil fereus dengan kenampakan fosil

makro yang sangat jelas terlihat pada tubuh batuan. Luas daerah yang

termasuk dalam Formasi Buara yaitu 5.023,74 Ha, atau sekitar 2,1 % dari

keseluruhan luas daerah penelitian.

Gambar 13. (A) Singkapan batugamping terumbu, terdapat di KecamatanWatubangga, arah foto N 190o E (B) conto batugampingterumbu

4. Formasi Boepinang (Tmpb)

Formasi Boepinang (Tmpb) terdiri atas lempung pasiran, napal pasiran

dan barupasir. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan pada formasi ini

dijumpai jenis batuan sedimen, dengan warna batuan dalam kondisi lapuk

Page 51: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

40

berwarna coklat kehitaman dan warna batuan dalam kondisi segar berwarna

abu-abu kecoklatan, tekstur batuan klastik struktur berlapis dengan bentuk

butir rounded, memiliki sortasi baik dengan porositas dan permeabilitas

rendah, komposisi mineral yang terkandung dalam mineral ini berupa mineral

kuarsa dan mineral lempung.

Pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan terlihat sisipan

pasir pada singkapan batuan lempung, kemungkinan besar pada daerah ini

yang disebut dalam peta geologi lembar Kolaka (Simanjuntak, dkk 1993)

sebagai Formasi Bopinang yang berlitologi batulempung pasiran. Daerah

yang termasuk dalam Formasi Boepinang memiliki luas 17.018,86 Ha atau

sekitar 6 % dari keseluruhan daerah penelitian.

Gambar14. (A) Singkapan batulempung, terdapat di Kecamatan Watubangga,arah foto N 15o E (B) conto batulempung.

pasir

Page 52: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

41

5. Formasi Emoiko (Tmpe)

Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka Formasi Emoiko (Tmpe)

terdiri atas kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan napal. Berdasakan

pengamatan langsung di lapangan dijumpai jenis batuan sedimen kalkarenit,

berwarna coklat kekuningan, dengan tekstr non-klastik, struktur tidak berlapis,

dengan ukuran butir pasir dan nampak kandungan fosil dalam tubuh batuan.

Daerah yang termasuk dalam Formasi Emoiko memiliki luas 4.485,83 Ha atau

sekitar 1.5 % dari luas daerah penelitian.

Gambar 15. Singkapan kalkarenit, terdapat di Kecamatan Toari, arah foto N260o E (B) conto batuan kalkarenit

6. Formasi Langkowala (Tml)

Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka Formasi Langkowala (Tml)

terdiri atas konglomerat batupasir, serpih dan setempat kalkarenit.

Page 53: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

42

Konglomerat mempunyai fragmen beragam yang umumnya berasal dari

kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batupasir malih, skis dan ultrabasa.

Daerah yang termasuk dalam Formasi Langkowala memiliki luas 44.651,15

Ha, atau sekitar 15 % dari keseluruhan daerah penelitian.

7. Kompleks Pompangeo (MTpm)

Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka Kompleks Pompangeo

(MTpm) terdiri atas skis mika, skis glukofan, skis amphibolite, skis klorit,

rijang, pualam dan batugamping meta. Hasil pengamatan langsung dilapangan

pada daerah ini dijumpai batuan metamorf berwarna abu-abu kekuningan

hingga hitam, dengan tekstur kristaloblastik, struktur foliasi, mengandung

komposisi mineral biotit dan muskovit dengan nama batuan skis mika. Daerah

yang termasuk dalam Kompleks Pompangeo memiliki luas 7.464,97 Ha, atau

sekitar 2,5 % dari keseluruhan daerah penelitian.

Gambar 16. (A) Singkapan sekis mika, terdapat di Kecamatan Wundulako,arah foto N 243 E (B) conto batuan sekis mika

Page 54: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

43

8. Kompleks Ultramafik (KU)

Berdasarkan peta Geologi lembar Kolaka, Kompleks Ultramafik (Ku)

terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit, serpentinit, gabro, basal, dolerit,

diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit dan setempat rodingit. Berdasarkan

pengamatan lapangan dijumpai jenis batuan ultrabasa dengan kondisi warna

dalam keadaan lapuk coklat kekuningan dan warna segar coklat, batuan ini

memiliki struktur masif, bertekstur granularitas porfiritik, kristalinitas berupa

hipokristalin, bentuk kristal subhedral, relasi equigranular dengan komposisi

mineral olivine 45% dan piroksin 30%. Nama batuan peridotit. Daerah yang

termasuk dalam Kompleks Ultramafik memiliki luas 30005,48 Ha atau sekitar

1,8 % dari keseluruhan luas daerah penelitian.

Gambar 17. (A) Singkapan batuan peridotit, terdapat di KecamatanPomalaa, arah foto N 134o E (B) conto batuan batuan peridotit

Page 55: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

44

9. Fosrmasi Tokala (Tjt)

Berdasarkan peta geologi lembar Lasusua-Kendari Formasi Tokala

tersusun atas kalsilutit, batu gamping, serpih, napal dan sabak. Berdasarkan

hasil survey lapangan pada daeran penelitian yang termasuk dalam Formasi

Tokala dijumpai batuan sedimen non-klastik dengan warna abu-abu,

struktur kristalin, dengan komposisi mineral kalsit, hubungan antar butir

pada batuan ini terlihat sudah tidak jelas, hal ini kemungkinan di pengaruhi

oleh proses metamorfisme, batuan ini dapat dinamakan meta gamping.

Daerah yang termasuk dalam Formasi Tokala memiliki 32901,97 Ha, atau

sekitar 11,2 % dari keseluruhan luas daerah penelitian.

Gambar 18. (A) Singkapan meta gamping, terdapat di KecamatanIwoimendaa, arah foto N 85o E (B) conto batuan metagamping

Page 56: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

45

10. Kompleks Mekongga (Pzm)

Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka Kompleks Mekongga (Pzm)

terdiri atas skis, gneiss dan kuarsit. Berdasarkan pengamatan langsung di

lapangan daerah penelitian yang termasuk dalam Komplek Mekongga

dijumpai batuan metamorf berwarna abu-abu kehitaman, dengan tekstur

kristaloblastik, struktur foliasi, batuan ini dapat dinamakan skis. Daerah

yang termasuk dalam Kompleks Mekongga yang merupakan daerah

terluas pada daerah penelitian yaitu 127006,56 atau sekitar 43 % dari

keseluruhan luas daerah penelitian.

Gambar 19. (A) Singkapan batuan sekis, terdapat di Kecamatan Kolaka,arah foto N 120o E (B) Conto batuan sekis.

Page 57: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

46

Gambar 20. Peta geologi daerah Kabupaten Kolaka

Page 58: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

47

Peta geologi daerah penelitian yang diguakan dalam penelitian ini di

tunjukan pada gambar 20. Data atribut peta geologi daerah penelitian

ditunjukan pada tabel 10.

Tabel 10. Data atribut peta geologi daerah penelitian

No GeologiContohBatuan

Skor BobotTotalBobot

Luas (Ha)

1 QaEndapanaluvial

5 5 25 18.774,73

2 QlEndapankuartermuda

4 5 20 5.023,74

3 QpaEndapan

kuarter tua3 5 15 4.308,71

4 TmpbEndapanTersier

2 5 10 17.018,86

5 TmpeEndapan

tersier2 5 10 4.485,83

6 TmlEndapan

tersier2 5 10 44.651,15

7 MtpmEndapan

tersier1 5 5 7.464,97

8 KuBatuanintrusi

1 5 5 3.0005,48

9 TjtBatuanintrusi

1 5 5 32.901,97

10 PzmBatuanintrusi

1 5 5 127.006,56

Jumlah 291.642

B. Curah Hujan Daerah Penelitian

Berdasarkan data curah hujan 5 tahun terakhir yang dilihat dari data curah

hujan pada tahun 2011 sampai dengan data curah hujan tahun 2015, daerah

penelitian terbagi atas 3 stasiun pengamatan hujan yaitu stasiun pengamatan hujan

Toari, stasiun pengamatan hujan Balandete dan stasiun pengamatan hujan

Tamboli. Masing-masing stasiun pengamatan hujan memiliki data curah hujan

yang berbeda-beda.

Page 59: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

48

1. Stasiun Pengamatan Hujan Toari

Stasiun pengamatan hujan Toari mewakili bagian Selatan daerah

penelitian yang mencakup daerah kecamatan Toari, Kecamatan Watubangga,

Kecamatan Polinggona dan Kecamatan Tanggetada. Daerah ini memiliki rata-

rata intensitas hujan tahunan 1.248,98 mm/tahun (Lampiran 3). Intensitas hujan

sedang hingga tinggi terjadi dibulan November hingga bulan Juli, sedangkan

intensitas hujan rendah terjadi pada bulan Agustus hingga bulan Oktober.

Grafik curah hujan stasiun pengamatan hujan Toari ditunjukan pada Gambar

21.

Gambar 21. Grafik curah hujan pada stasiun pengamatan hujan Toari 040 30’32,3’’ LS – 1210 30’ 48,4” BT (Sumber: Balai Sulawesi 4Provinsi Sulawesi Tenggara)

2. Stasiun Pengamatan Hujan Balandete

Stasiun pangamatan hujan Balandete mewakili bagian Tengah daerah

penelitian yang mencakup Kecamatan Pomalaa, Kecamatan Baula, Kecamatan

Wundulako, Kecamatan Kolaka dan Kecamatan Latambaga. Daerh ini memiliki

Page 60: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

49

rata-rata intensitas hujan tahunan 1.067,44 mm/tahun (Lampiran 3). Intensitas

hujan rendah pada daerah ini terjadi pada bulan Agustus dan bulan September,

sedangkan intensitas hujan sedang hingga tinggi terjadi pada bulan Oktober

hingga bulan Juli. Geafik curah hujan stasiun pengamatan hujan Balandete

ditunjukan pada gambar 22.

Gambar 22. Grafik curah hujan stasiun pengamatan hujan Balandete 040 30’54,’’ LS – 1210 37’ 15,3” BT (Sumber: Balai Sulawesi 4 ProvinsiSulawesi Tenggara)

3. Stasiun Pengamatan Hujan Tamboli

Stasiun pengamatan hujan Tamboli mewakili bagian utara daerah

penelitian yang mencakup daerah Kecamatan Samaturu, Kecamatan Wolo dan

Kecamatan Iwoimendaa. Daerah ini memiliki rata-rata intensitas hujan tahunan

2.089,36 mm/tahun (Lampiran 3). Intensitas hujan rendah terjadi pada bulan

Agustus hingga Oktober, sedangkan curah hujan sedang hungga tingga terjadi

Page 61: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

50

pada pada bulan November hingga bulan Juli. Grafik curah hujan stesiun

pengamatan hujan Tamboli ditunjukan pada gambar 23.

Gambar 23. Grafik curah hujan stasiun pengamatan hujan Tamboli 040 55’46,9’’ LS – 1210 21’ 01,7” BT (Sumber: Balai Sulawesi 4Provinsi Sulawesi Tenggara)

Data curah hujan yang telah diperoleh kemudian dikembangkan menjadi

Peta aktor hujan infiltrasi yang diperoleh dari perhitungan data curah hujan,

menggunakan persamaan 1.

Data hasil perhitungan hujan infiltrasi dapat di lihat pada tabel 11. Dari

hasil perhitungan hujan infiltrasi dilakukan pembuatan peta curah hujan

infiltrasi (gambar 25) dengan menggunakan metode Thiessen polygon.

Tabel 11. Data atribut peta faktor hujan infiltrasi daerah penelitian

No Pos Pengamatan HujanFaktor Hujan

InfiltrasiSkor Bobot

TotalBobot

1 Stasiun Toari 1.149,06 1 4 4

2 Stasiun Balandete 1.097,33 1 4 4

3 StasiunTamboli 3.405,66 3 4 12

Page 62: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

51

Gambar 24. Peta curah hujan Kabupaten Kolaka

Page 63: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

52

Gambar 25. Peta faktor hujan infiltrasi daerah penelitian

Page 64: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

53

C. Jenis Tanah Daerah Penelitian

Jenis tanah yang terdapat di daerah penelitian berdasarkan peta jenis tanah

dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kolaka tahun 2011-2031 terbagi

atas 6 jenis tanah yaitu tanah podsolik, tanah kambisol, tanah litosol, tanah

organosol, dan tanah mediteran,

1. Tanah Podsolik

Tanah podsolik pada daerah penelitian memiliki warna kekuningan

hingga merah, tanah ini memiliki butiran tanah yang kasar dan mengandung

kerikil dengan tekstur tanah kasar, tanah jenis ini umumnya berada pada

topografi yang bergelombang sampai curam. Tanah podsolik terbentuk akibat

dari proses pencucian atau biasa disebut dengan tanah yang sedang

berkembang. Tanah podsolik merupakan jenis tanah yang paling luas tersebar

di daerah penelitian. Daerah yang termasuk dalam kawasan tanah podsolik

pada daerah penelitian memiliki luas 174556,4 Ha atau 59,8% dari

keseluruhan luas daerah penelitian

Gambar 26. (A) Kenampakan tanah podsolik, terdapat di KecamatanSamaturu, arah foto N 112o E (B) conto tanah podsolik

Page 65: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

54

2. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan

dan merupakan tanah yang masih muda, terbentuk dari adanya perubahan

iklim. Tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut, berpasir dan

berbatu. Tanah litosol yang dijumpai di daerah penelitian merupakan tanah

litosol dengan warna abu-abu dan memiliki tekstur berpasir. Jenis tanah litosol

pada daerah penelitian memiliki luas 32374,23 Ha atau sekitar 11,5 % dari

keseluruhan luas daerah penelitian.

Gambar 27. (A) Kenampakan tanah litosol terdapat di KecamatanIwoimendaa, arah foto N 85o E (B) conto tanah Litosol

3. Tanah Organosol

Tanah organosol merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan

bahan organik seperti tumbuhan, gambut dan rawa. Pada daerah penelitian

tanah organosol yang dijumpai berupa endapan rawa, tanah ini berwarna

coklat kehitaman, dengan tekstur tanah lempung pasiran. Tanah organosol

yang terdapat di lokasi penelitian memiliki luas 4339,03 Ha, atau sekitar 1,6

% dari keseluruhan luas daerah penelitian.

Page 66: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

55

Gambar 28. Kenampakan tanah organosol, terdapat di KecamatanLatambaga, arah foto N 350o E

4. Tanah Mediteran

Gambar 29. Kenampakan tanah mediteran terdapat di Kecamatan Toari,arah foto N 260o E

Tanah mediteran merupakan tanah hasil pelapukan batuan keras dan

batuan sedimen yang umumnya merupakan pelapukan dari batu gamping.

Pada daerah penelitian tanah mediteran yang dijumpai berupa tanah

Tanah Mediteran

Kalkarenit

Page 67: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

56

mediteran yang berasal dari pelapukan batu gamping, tanah ini memiliki

warna kecoklatan sampai dengan abu-abu. Tekstur tanah ini berupa lanau dan

lempung. Tanah mediteran yang terdapat di lokasi penelitian meiliki luas 638

Ha atau sekitar 1,6 % dari keseluruhan luas daerah penelitian.

5. Tanah Regosol

Tanah regosol memiliki ciri fisik berwarna kecoklatan hingga

kekuningan, tanah ini memiliki butiran yang kasar, dengan ukuran butir

lanau sampai pasir. Tanah regosol yang terdapat di wilayah penelitian

memiliki luas 2.258,21 atau sekitar 0,8 % dari keseluruhan luas daerah

penelitian.

Gambar 30. (A) Kenampakan tanah regosol terdapat di Kecamatan Wolo,arah foto N 136o E (B) conto tanah regosol

Page 68: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

57

6. Tanah Kambisol

Tanah kambisol dalam USDA tanah ini disebut dengan tanah

inceptisol, tanah ini berkembang pada dataran aluvial, dataran berombak dan

perbukitan. Batuan induk dari tanah ini berfariasi. Pada kondisi basah tanah

ini sangat lekat. Pada daerah penelitian tanah kambisol yang di jumpai

berwarna coklat kehitaman dengan butiran tanah yang kasar dan

mengandung liat (lempung). Tanah kambisol yang terdapat pada daerah

penelitian memiliki luas 77.476,17 Ha, atau sekitar 26 % dari keseluruhan

luas daerah penelitian.

Gambar 31. Kenampakan tanah kambisol terdapat di KecamatanPolinggona, arah foto N 270o E

Page 69: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

58

Gambar 32. Peta jenis tanah Kabupaten Kolaka

Page 70: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

59

Tabel 12. Data atribut peta jenis tanah daerah penelitian

No Jenis TanahTeksturTanah

skor BobotTotalBobot

Luas (Ha)

1 MediteranLanau

Lempungan2 3 6 638

2 RegosolLempungPasiran

3 3 9 2.258,21

3 OrganosolLempungpasiran

3 3 9 4.339,03

4 Litosol pasir 4 3 12 32.374,23

5 KambisolLempungPasiran

3 3 9 77.476,17

6 PodsolikLempungPasiran

3 3 9 174.556,36

Jumlah 291.642

D. Kemiringan Lereng Daerah Penelitian

Kelas kemiringan lereng pada daerah penelitian dibagi kedalam 5 kelas

yaitu sangat curam dengan sudut kemiringan >45%, curam (25%-45%),

bergelombang (15%-25%), landai (8%-15%) dan datar (<8%) klasifikasi kelas

lereng yang digunakan mengikuti standar yang di tentukan oleh Dirjen Reboisasi

dan Rehabilitasi Lahan tahun 1998.

1. Kemiringan Lereng Kategori Sangat Curam ( > 45% )

Kondisi lereng dalam kategori sangat curam dengan kemiringan lereng

> 45% menempati bagia Utara daerah penelitian, dengan luas daerah yang

215.65 Ha atau sekitar 1 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Daerah ini

disimbolkan dengan simbol warna merah pada peta kelas lereng. Pada daerah

ini umumnya tersusun oleh batugamping yang memiliki tebing menggantung

yang sangat curam.

Page 71: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

60

Gambar 33. Bentuk lereng dengan kemiringan 84o (Foto 2 Desember 2016,Arah Foto N 47o E)

2. Kemiringan Lereng Kategori Curam (25%-45%)

Kondisi lereng dengan kategori curam tersebar di bagian Utara daerah

penelitian tepatnya pada sebagian besar berada di Kecamatan Iwoimenda dan

sebagian di Kecamatan Samaturu. Luas daerah yang memiliki tingkat

kemiringan lereng diantara 25%-45% seluas 8024,58 Ha atau sekitar 2,7%

dari keseluruhan lusa daerah penelitian, pada daerah ini di susun oleh

batugamping dan batuan malihan.

Gambar 34. Bentuk lereng dengan kemiringan 19,7o (Foto 4 Desember 2016,Arah Foto N115 o E)

Page 72: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

61

3. Kemiringan Lereng Kategori Bergelombang (15%-25%)

Kondisi lereng dengan kategori bergelombang tersebar hampir di

seluruh lokasi penelitian, daerah ini disimbolkan dengan warna kuning pada

peta kelas lereng, luas daerah yang termasuk dalam kategori bergelombang

(15%-25%) mencapai 47992,74 Ha atau sekitar 16,5 % dari keseluruhan luas

daerah penelitian.

Gambar 35. Bentuk lereng dengan kemiringan 10,8o (Foto 23 November2016, Arah Foto N35 o E)

4. Kemiringan Lereng Kategori Landai (8%-15%)

Kondisi lahan dengan ketegori bergelombang memiliki presentase

kemiringan kemiringan lereng 8%-15%, daerah ini disimbolkan dengan

warna hijau muda, daerah yang termasuk dalam kategori bergelombang ini

tersebar disemua Kecamatan yang ada di Kabupaten Kolaka, daerah ini

memiliki luas kurang lebih 33,6 % dari keseluruhan luas daerah penelitian

atau sekitar 101.046,29 Ha.

Page 73: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

62

Gambar 36. Bentuk lereng dengan kemiringan 6o (Foto 23 November 2016,Arah Foto N45 o E)

5. Kemiringan Lereng Kategori Datar (<8%)

Kondisi lahan dengan kategori datar dengan sudut kemiringan lereng

<8% tersebar luas di bagian Selatan hingga bagian Barat daerah penelitian,

daerah ini umumnya tersusun oleh endapan alluvial. Daerah ini merupakan

daerah yang paling luas dengan luas 134.362,74 Ha, atau sekitar 46 % dari

luas keseluruhan daerah penelitian.

Gambar 37. Bentuk lereng dengan kemiringan <2o (Foto 23 November 2016,Arah Foto N 30o E)

Page 74: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

63

Gambar 38. Peta Kelas Lereng daerah Penelitian

Page 75: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

64

Peta kelas lereng yang digunakan merupakan peta hasil interpretasi data

citra SRTM daerah penelitian yang kemudian dilakukan klasifikasi sesuai

dengan standar peta kelas lereng untuk analisis daerah resapan. Hasil

klasifikasi kelas lereng dapat dilihat pada tabel 13. Untuk pembagian kelas

lereng dapat dilihat pada gambar 38.

Tabel 13. Data atribut peta kelas lereng daerah penelitian

NoKelas Lereng

(%)Deskripsi Skor Bobot

TotalBobot

Luas(Ha)

1 >45 Sangat Curam 1 2 2 215,65

2 25-45 Curam 2 2 4 8.024,74

3 15-25 Bergelombang 3 2 6 47.992,74

4 8-15 Landai 4 2 8 101.046,29

5 <8 Datar 5 2 10 134.362,74Jumlah 291.642

E. Kedalaman Muka Air Tanah Daerah Penelitian

Kedalaman muka air tanah diperoleh berdasarkan hasil pengukuran sumur

pada daeran penelitian, yang dilakukan di 68 titik pengukuran sumur. Dari hasil

pengukuran diperoleh data kedalaman muka air tanah yang kemudian dilakukan

interpolasi kedalaman muka air tanah menggunakan metode Radial Basis

Functions (RBF). Sebaran kedalaman muka air tanah dapat dilihat pada gambar

39.

Berdasarkan hasil interpolasi terhadap kedalaman muka air tanah, peta

kedalaman muka air tahah dibagi atas 5 kelas kedalaman muka air tanah.

Kedalaman 0 m sampai 5 m menempati bagian paling luas yang tersebar

dibagian Utara daerah penelitian dan sebagian tersebar dibagian selatan daerah

penelitian umumnya tersebar pada tipe morfologi yang landai dengan jenis

Page 76: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

65

litologi berupa endapan aluvial. Kedalaman 5 m sampai dan 10 m tersebar

dibagian Tengah daerah penelitian sampai dibagian Selatan daerah penelitian

pada daerah ini tersusun oleh batuan malihan, batuan ultramafik dan endapan

aluvium, kedalaman 10 m sampai dengan 20 m tersebar dibagian Selatan daerah

penelitian, menurut peta geologi lembar Kolaka daerah ini terusun oleh batuan

konglomerat dan batupasir yang termasuk dalam Formasi Alangga. Kedalaman

muka air tanah 20 m sampai dengan 30 m terdapat di Kecamatan Polinggona

yang berada pada ketinggian 85 m diatas permukaan laut. Daerah ini lebih tinggi

di banding dengan daerah disekitarnya. Daerah dengan kedalaman muka air

tanah lebih dalam dari 30 m berada di kecamatan Watubangga dengan ketinggian

71 m diatas permukaan laut.

Tabel 14. Hasil Pengukuran Kedalaman Muka Air Tanah

No KecamatanKoordinat Kedalaman

Muka AirTanah (m)

Elevasi Elevasi MukaAir Tanah

(mdpl)X Y (mdpl)

1 Toari 121.51 -4.5275 8 12 42 Toari 121.504 -4.555 11 20 93 Toari 121.513 -4.565 5 32 274 Toari 121.5 -4.5747 8 12 45 Toari 121.474 -4.5875 3 9 66 Toari 121.504 -4.58 5 15 107 Toari 121.551 -4.5714 6 24 188 Watubangga 121.58 -4.5392 6 69 639 Watubangga 121.56 -4.5184 3 26 23

10 Watubangga 121.514 -4.5092 8 13 511 Watubangga 121.519 -4.5029 9 18 912 Watubangga 121.527 -4.5013 3 16 1313 Watubangga 121.525 -4.5182 4 24 2014 Watubangga 121.539 -4.5078 3 26 2315 Watubangga 121.565 -4.5007 3 26 2316 Watubangga 121.592 -4.5001 50* 71 2117 Watubangga 121.603 -4.5008 4 41 37

Page 77: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

66

No KecamatanKoordinat Kedalaman

Muka AirTanah (m)

Elevasi Elevasi MukaAir Tanah

(mdpl)X Y (mdpl)

18 Watubangga 121.613 -4.508 4 65 6119 Watubangga 121.637 -4.4946 6 67 6120 Watubangga 121.523 -4.4862 5 9 421 Watubangga 121.546 -4.4931 6 16 1022 Watubangga 121.536 -4.4412 4 10 623 Watubangga 121.519 -4.4394 2 4 224 Polinggona 121.615 -4.4609 30* 85 5525 Polinggona 121.568 -4.4491 3 17 1426 Tanggetada 121.55 -4.3062 6 16 1027 Tanggetada 121.58 -4.3656 4 83 7928 Tanggetada 121.585 -4.3911 8 131 12329 Tanggetada 121.574 -4.3722 8 70 6230 Tanggetada 121.566 -4.3786 3 51 4831 Tanggetada 121.551 -4.3833 2 31 2932 Tanggetada 121.529 -4.4372 3 7 433 Tanggetada 121.555 -4.4208 3 26 2334 Tanggetada 121.576 -4.4075 3 28 2535 Tanggetada 121.586 -4.3978 5 65 6036 Tanggetada 121.544 -4.3925 3 23 2037 Tanggetada 121.526 -4.3978 3 3 038 Tanggetada 121.521 -4.4114 2 7 539 Pomalaa 121.567 -4.2974 3 15 1240 Pomalaa 121.581 -4.2431 2 13 1141 Pomalaa 121.561 -4.275 2 16 1442 Pomalaa 121.624 -4.1744 5 10 543 Pomalaa 121.634 -4.1742 2 8 644 Pomalaa 121.581 -4.2728 5 45 4045 Baula 121.675 -4.138 8 27 1946 Baula 121.687 -4.1542 20* 45 2547 Baula 121.662 -4.1568 11 32 2148 Wundulako 121.683 -4.116 5 44 3949 Wundulako 121.66 -4.1089 3 17 1450 Wundulako 121.658 -4.1139 8 14 651 Wundulako 121.658 -4.1209 4 18 1452 Wundulako 121.64 -4.126 5 7 253 Kolaka 121.636 -4.0692 2 17 15

Page 78: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

67

No KecamatanKoordinat Kedalaman

Muka AirTanah (m)

Elevasi Elevasi MukaAir Tanah

(mdpl)X Y (mdpl)

54 Kolaka 121.636 -4.0728 4 17 1355 Kolaka 121.644 -4.0858 9 16 756 Kolaka 121.611 -4.0558 5 14 957 Latambaga 121.549 -4.0169 3 10 758 Latambaga 121.549 -4.0169 3 14 1159 Latambaga 121.563 -3.9889 4 18 1460 Latambaga 121.562 -4.0367 3 4 161 Latambaga 121.594 -4.0478 4 5 162 Samaturu 121.345 -3.9358 5 7 263 Samaturu 121.363 -3.981 7 5 -264 Wolo 121.275 -3.8244 2 21 1965 Wolo 121.255 -3.8392 2 17 1566 Iwoimendaa 121.12 -3.759 0 1 167 Iwoimendaa 121.187 -3.8158 4 16 1268 Iwoimendaa 121.174 -3.8096 3 14 11

*sumur bor

Peta kedalaman muka air tanah yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu peta yang di buat dari hasil survei kedalaman muka air tanah yang

dilakukan dengan cara melakukan pengukuran langsung pada sumur yang

terdapat di daerah penelitian, kemudian dilakuak interplasi terhadap data

ketinggian muka ait tanah pada setiap titik pengukuran sumur.

Tabel 15. Data atribut peta kedalaman muka air tanahNo kedalaman Keterangan Skor Bobot Total Bobot

1 <5Rendah 1 1 1

2 5-10Sedang 2 1 2

3 10-20Cukup 3 1 3

4 20-30Sedang 4 1 4

5 >40Sangat Tinggi 5 1 5

Page 79: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

68

Gambar 39. Peta Kedalaman Muka Air Tanah

Page 80: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

69

F. Zona Resapan Air

Penentuan zona resapan air daerah penelitian dibuat berdasarkan hasil

overlay dari beberapa peta yaitu peta geologi daerah penelitian, peta faktor hujan

infiltrasi daerah penelitian, peta jenis tanah daerah penelitian, peta kelas lereng

daerah penelitian dan peta kedalaman muka air tanah daerah penelitian. Setelah

dilakukan overlay terhadap peta-peta tersebut, selanjutnya dilakukan klasifikasi.

Dalam menentukan tingkat kesesuaian sebagai zona resapan air dilakukan

dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara nilai bobot dan skor pada tiap

parameter, perhitungan dapat dilakukan menggunakan persamaan 2.

Tabel 16. Luas zona resapan air berdasarkan kecamatan

KecamatanKriteria Zona Resapan Air (Ha)

BaikNormalAlami

MulaiKritis

AgakKritis

SangatKritis

Iwoimendaa 8.519,79 7.515,32 1.560,99 1.488,16 567,27Wolo 11.050,51 5.694,82 15.171,05 7.154,9 1.649,28Samaturu 4.527,1 698,85 38.735,14 14.872,71 6.470,85Latambaga 823,65 187,46 403,386 756,02 21.303,37Kolaka 151,5 - 0,06 673,34 11.911,74Wundulako 1.544.22 1.277 432,87 982,1 12.144,39Baula 1.460,34 474,46 767,58 298,81 7.524,04Pomalaa 997,32 7,79 2.659,3 1.801,44 18.000,88Tanggetada 2.954,61 651,11 250,49 7.314,73 13.383,89Polinggona 597,7 0,44 3.893,79 6.423,81 1.505,3Watubangga 2.681,49 10.776,63 10.664,95 7.085,49 491,04Toari 2.543,45 6.269.86 310,47 1.323,53 259,2Jumlah 37.851,72 33.553,73 74.850,11 50.175,14 95.211,3

Page 81: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

70

Gambar 40. Peta sebaran zona resapan air Kabupaten Kolaka

Page 82: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

71

Luasan dan presentase zona resapan yang tersebar di Kabupaten Kolaka

berdasarkan kriteria zona resapan dapat dilihat pada tabel (Tabel 17)

Tabel 17. Persentasi luas zona resapan berdasarkan kriteria zona resapan

Kriteria Nilai SkoringLuas Area

(Ha)Persentase

(%)Daerah Resapan

Baik>48 37.851,72 13

Daerah ResapanNormal Alami

44 – 47 33.553,73 12

Daerah ResapanMulai Kritis

40 – 43 74.850,11 25

Daerah ResapanAgak Kritis

37 – 39 50.175,14 17

Daerah ResapanSangat Kritis

<37 95.211,3 33

Jumlah 291.642 100

Berdasarkan analisis spasial wilayah yang termasuk dalam zona resapan

baik seluas 37.851,72 Ha (13%), zona resapan normal alami 33553.73Ha (12%),

zona resapan mulai kritis 74.850,11 (25%), zona resapan agak kritis 50.175,72

(17%), dan zona resapan sangat kritis 95.211,3 (33%).

Berdasarkan hasil analisis spasial zona resapan di Kabupaten Kolaka dibagi

menjadi 5 kriteria yaitu baik, normal alami, mulai kritis, agak kritis dan sangat

kritis.

a. Zona Resapan Baik

Zona resapan baik memiliki luas 37.851,72 Ha dengan presentasi luas

13% dari total luas daerah penelitian, Zona ini didominasi dengan endapan

aluvium, dengan jenis tanah penutup bertekstur pasir lempungan, kondisi

lereng di daerah ini didominasi oleh kondisi lereng yang datar dengan

presentase kemiringan dibawah 8% sehingga sangat baik untuk Zona resapan

Page 83: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

72

air. Zona resapan kategori baik tersebar di seluruh kecamatan yang ada di

Kabupaten Kolaka. Kecamatan Wolo merupakan kecamatan dengan kondisi

zona resapan baik yang paling luas dengan luas daerah 11.050,51 Ha,

kemudian Kecamatan Iwoimendaa dengan luas Zona resapan dalam kategori

baik 8.519,79 Ha, Kecamatan Samaturu dengan luas zona resapan dalam

kategori baik 4.427,1 Ha, Kecamatan Tanggetada dengan luas zona resapan

dalam kategori baik 2.945,61 Ha, Kecamatan Watubangga dengan luas Zona

resapan dalam kategori baik 2.681,49 Ha, Kecamatan Toari dengan luas

Zona resapan dalam kategori baik 2.543,45 Ha, Kecamatan Wundulako

dengan luas Zona resapan dalam kategori baik 1.544,22 Ha, Kecamatan

Baula dengan luas Zona resapan dalam kategori baik 1.460,34 Ha,

Kecamatan Pomalaa dengan luas zona resapan dalam kategori baik 997,32

Ha, Kecamatan Latambaga dengan luas zona resapan dalam kategori baik

823,65 Ha, Kecamatan Polinggona dengan luas zona resapan dalam kategori

baik 597,7 Ha dan Kecamatan Kolaka dengan luas zona resapan dalam

kategori baik 151,5 Ha.

b. Zona Resapan Normal Alami

Zona resapan dengan kategori normal alami memiliki luas 33.553,73

Ha, dengan presentasi luas 12% dari keseluruhan luas daerah penelitian.

Daerah ini memiliki intensitas hujan rendah yaitu 1.248,98 mm/tahun.

Kategori kemiringan lereng di daerah ini yang mendominasi yaitu kondisi

lereng dengan tingkat kemiringan yang landai hingga bergelombang. Tipe

zona resapan tersebar di bagian Selatan daerah penelitian pola zona resapan

Page 84: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

73

ini mengikuti pola sebaran Formasi Boepinang yang tersusun atas batu pasir,

lempung pasiran dan napal. Zona resapan dengan kondisi normal alami

tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kolaka. Zona

resapan dengan kategori normal alami terluas terletak di Kecamatan

Watubangga dengan luas daerah 10.776,63 Ha, Kecamatan Iwoimendaa

dengan luas zona resapan dalam kategori normal alami 7.515,32 Ha,

Kecamatan Toari dengan luas zona resapan dalam kategori normal alami

6.269,86 Ha, Kecamatan Wolo dengan luas zona resapan dalam kategori

normal alami 5.694,82 Ha, Kecamatan Samaturu dengan luas zona resapan

dalam kategori normal alami 698,85 Ha, Kecamatan Tanggetada dengan luas

zona resapan dalam kondisi normal alami 651,11 Ha, Kecamatan Baula

dengan luas zona resapan dalam kondisi normal alami 474,46 Ha, Kecamatan

Latambaga dengan luas zona resapan dalam kategori normal alami 187,46

Ha, Kecanatan Pomalaa dengan luas zona resapan dalam kategori normal

alami 7,79 Ha, Kecamatan Wundulako 1,277 Ha dan Kecamatan Polinggina

dengan luas zona resapan dalam kategori normal alami 0,44 Ha.

c. Zona Resapan Mulai Kritis

Zona air dengan kategori mulai kritis memiliki luas 74.850,11 Ha atau

sekitar 25% dari seluruh wilayah penelitian. Sebaran zona resapan ini

umumnya berada pada kelas kemiringan lereng yang beragam mulai dari

landai hingga terjal. Jika dilihat dari peta geologi lembar Kolaka daerah ini

tersusun oleh batuan konglomerat Formasi Langkowala, jenis tanah penutup

Page 85: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

74

berupa tanah kambisol. Kondisi zona resapan dengan kriteria ini sebagian

besar berada pada bagian Selatan Kabupaten Kolaka. Zona resapan dengan

kategori mulai kritis tersebar kecamatan di Kabupaten Kolaka. Zona resapan

dengan kategori mulai kritis terluas terletak di Kecamatan Samaturu dengan

luas daerah 38.735,14 Ha, Kecamata Wolo dengan luas zona resapan dalam

kategori mulai kritis 15.171,05 Ha, Kecamatan Watubangga dengan luas zona

resapan dalam kategori mulai kritis 10.664,95 Ha, Kecamatan Polinggona

dengan luas zona resapan dalam kategori mulai kritis 3.893,79 Ha,

Kecamatan Pomalaa dengan luas zona resapan dalam kategori mulai kritis

2.659,3 Ha, Kecamatan Iwoimendaa dengan luas zona resapan dalam kategori

mulai kritis 1.560,99 Ha, Kecamatan Baula dengan luas zona resapan dalam

kategori mulai kritis 767,58 Ha, Kecamatan Wundulako dengan luas zona

resapan dalam kategori mulai kritis 432,87 Ha, Kecamatan Latambaga

dengan luas zona resapan dalam kategori mulai kritis 403,386 Ha, Kecamatan

Toari dengan luas zona resapan dalam kategori mulai kritis 310,47 Ha,

Kecamatan Tanggetada dengan luas zona resapan dalam kategori mulai kritis

250,49 Ha, dan Kecamatan Kolaka dengan luas zona resapan dalam kategori

mulai kritis 0.06 Ha.

Page 86: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

75

d. Zona Resapan Agak Kritis

Zona resapan dengan kategori agak kritis memiliki luas 50.175,14 Ha

atau sekitar 17% dari keseluruhan wilayah penelitian. Sebaran zona resapan

ini berada pada tingkat kemiringan lereng bergelombang pada bagian Selatan

dan kemiringan lereng dengan kategori terjal pada bagian utara. Pada bagian

Utara curah hujan sangat berpengaruh terhadap kondisi zona resapan ini, hal

ini dapat terlihat pada pola batas antara kriteria zona resapan agak kritis dan

kriteria zona resapan dengan kategori kritis dibatasi oleh tingkat intensitas

hujan infiltrasi pada bagian Utara daerah penelitian, zona resapan dengan

kriteria agak kritis tersebar diseluruh Kabupaten di Kabupaten Kolaka. Zona

resapan dengan kategori agak kritis terluas terletak di Kecamatan Samaturu

dengan luas daerah 14.872,71 Ha, Kecamatan Tanggetada dengan luas zona

resapan dalam kategori agak kritis 7.314,73 Ha, Kecamatan Wolo dengan

luas zona resapan dalam kategori agak kritis 7.154,9 Ha, Kecamatan

Watubangga dengan luas zona resapan dalam kategori agak kritis 7.085,49

Ha, Kecamatan Polinggona dengan luas zona resapan dalam kategori agak

kritis 6.423,81, Kecamatan Pomalaa dengan luas zona resapan dalam kategori

agak kritis 1.801,44 Ha, Kecamatan Iwoimendaa dengan luas zona resapan

dalam kategori agak kritis 1.488,16 Ha, Kecamatan Toari dengan luas zona

resapan dalam kategori agak kritis 1.323,53 Ha, Kecamatan Wundulako

dengan luas zona resapan dalam kategori agak kritis 982,1 Ha, Kecamatan

Latambaga dengan luas zona resapan dalam kategori agak kritis 756,02 Ha,

Page 87: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

76

Kecamatan Kolaka dengan luas zona resapan dalam kategori agak kritis

673,34 Ha dan Kecamatan Baula dengan luas zona resapan dalam kategori

agak kritis 298,2 Ha.

e. Zona Resapan Sangat Kritis

Zona resapan dengan kategori sangat kritis memiliki luas 95.211,3 Ha

atau sekitar 33% dari total luas daerah penelitian. Kondisi zona resapan ini

memiliki luas daerah yang paling luas dari semua kriteria zona resapan yang

ada pada lokasi penelitian. Kondisi geologi sangat berpengaruh terhadap

kriteria zona resapan ini, hal ini dapat dilihat pada daerah ini tersusun atas

batuan metamorf Kompleks Mekongga (Pzm), Formasi Emoiko (Mtpm) dan

batuan ultramafik pada Kompleks Ultramafik (Ku), batuan ini merupakan

batuan yang memiliki porositas yang rendah dan strukturnya yang masif yang

dipengaruhi oleh proses pembentukannya, sehingga pada kompleks batuan ini

proses peresapan air menjadi lambat. Jenis tanah penutup yang terdapat di

zona ini merupakan tanah podsolik dengan tekstur tanah berpasir. Tingkat

kemiringan lereng yang ada pada daerah ini sangat beragam mulai dari landai

hingga sangat terjal dengan kondisi kedalaman muka air tanah berkisar antara

0 m - 10 meter. Zona resapan dengan kriteria sangat kritis tersebar diseluruh

kecamatan di Kabupaten Kolaka. Zona resapan dengan kriteria sangat kritis

terluas terletak di Kecamatan Latambaga dengan luas 21.303,37 Ha,

Kecamatan Pomalaa dengan luas zona resapan dalam kategori sangat kritis

18.000,88 Ha, Kecamatan Tanggetada dengan luas zona resapan dalam

Page 88: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

77

kategori sangat kritis 13.383,89 Ha, Kecamatan Wundulako dengan luas zona

resapan dalam kategori sangat kritis 12.144,39 Ha, Kecamatan Kolaka

dengan luas zona resapan dalam kategori sangat kritis 11.911,47 Ha,

Kecamatan Baula dengan luas zona resapan dalam kategori sangat kritis

7.524,04 Ha, Kecamatan Samaturu 6.470,28 Ha, Kecamatan Wolo dengan

luas zona resapan dalam kategori sangat kritis 1.649,28 Ha, Kecamatan

Polinggona dengan luas zona resapan dalam kategori sangat kritis1.505,3 Ha,

Kecamatan Iwoimendaa dengan luas zona resapan dalam kategori sangat

kritis 567,27 Ha, Kecamatan Watubangga dengan luas daerah zona dalam

kategori sangat kritis 491,04 dan Kecamatan dengan luas zona resapan dalam

kategori sangat kritis 259,2 Ha.

Page 89: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

78

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi zona resapan air yang tersebar dalam Kabupaten Kolaka terbagi atas

zona resapan baik dengan kedalaman muka air tanah diantara 0-10 meter, zona

resapan normal alami dengan kedalaman muka air tanah berkisar antara 5-20

meter, zona resapan agak kritis dengan kedalaman muka air tanah berkisar

antara 0-30 meter, zona resapan mulai kritis dengan kedalaman muka air tanah

berkisar antara 0-20 meter dan zona resapan sangat kritis dengan kedalaman air

tanah berkisar antara 0-10 meter.

2. Luas zona resapan air Kabupaten Kolaka yang termasuk dalam kategori baik

yaitu 37.851,72 Ha (13%), kategori normal alami 33.553,73 (12%), kategiria

mulai kritis 74.850,11 Ha (25%), kriteria agak kritis 50.175,72 (17%) dan

kriteria sangat kritis 95.211,3 Ha (33%).

B. Saran

1. Berdasarkan hasil analisis zona resapan air di daerah Kabupaten Kolaka,

sebagian besar wilayah Kabupaten Kolaka merupakan zona resapan air dalam

kategori mulai kritis hingga sangat kritis, oleh karena itu perlu adanya

perlakuan khusus untuk menjaga daerah resapan air di daerah tersebut,

misalnya dengan cara melestarikan hutan atau melakukan penanaman pohon di

zona-zona resapan yang termasuk dalam kategori sangat kritis sebagai langkah

untuk menciptakan daerah resapan baru.

Page 90: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Dimas., 2007. Kajian Konservasi Lahan Untuk Mempertahankan danMeningkatkan Kemampuan Peresapan Air di Cekungan Subang. TesisProgram Studi Magister Perencanaan Wilayah, Institut Teknologi Bandung

BPS Kolaka., 2013. Kabupaten Kolaka dalam Angka. Badan Pusat StatistikKabupaten Kolaka.

BPS Provinsi Sulawesi Tenggara., 2015. Sulawesi Tenggara Dalam Angka. BadanPusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara

Harseno, Edy ., Vickey Igor.R.T.,2007. Aplikasi Sistem Informasi Geografis DalamPemetaan Batas Administrasi, Tanah, Geologi, Penggunaan Lahan,Lereng, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Aliran Sungai di JawaTengah Menggunakan Software Arcview Gis. Majalah Ilmiah UKRIMEdisi 1/th XII, Yogyakarta.

Krussman, G.P. and Ridder, N.A.de., 1970. Analysis and Evaluation of Pumping TestData. International Institute for Land Reclamation and Improvement,Wageningen.

Kusnaedi, Ir. 2002. Sumur Resapan Untuk Pemukiman Perkotaan & Pedesaan. PT.Penebar Swadaya. Jakarta

Mahmud Achmad., MP, 2011. Buku Ajar Hidrologi Teknik. Universitas Hasanuddin.Makassar

M.Sompotan, Armstrong., 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan sainskebumian institusi teknologi bandung, 2012

Patmata, Adi.I.K.,2013. Sistem Informasi Geografis Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Kabupaten Buleleng Berbasis Web. Program Pasca SarjanaUniversitas Udayana, Denpasar

Prahasta, Eddy., 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. CVInformatika, Bandung.

Rahmawati,Umi Dewi., Arif Basofi., Ahmad Syauqi Achsan., 2011. Sistem InformasiGeografis (SIG) Pemantauan Balita Penderita Gizi Buruk di SurabayaInstitut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Rizal Khairul.M., 2009. Analisis Pemetaan Zonasi Resapan Air Untuk KawasanPerlindungan Sumberdaya Air Tanah (Groundwater) Pdam TirtanadiSibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Tesis,Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Page 91: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Rusmana, E. dan Sukarna, D., 1985. Tinjauan Statigrafi Lengan Tenggara Sulawesidibandingkan dengan daerah sekitarnya. Procceding of IndonesiaAssociation Geologists (IAGI), 14th Annual Convention, h.61-70.

Sarief, Saifuddin. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit CV. Pustaka Buana

Setianingrum, Riris., 2008. Analisis Kondisi Resapan Air Kabupaten SukoharjoTahun 1997-2006 Dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis

Sugiyono., 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung.

Suripin., 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta : PenerbitANDI.

Susilawati, Siti Azizah. 2000. Dampak Perkembangan Kota Terhadap Peresapan AirDalam Tanah Di Kotamadya Malang Jawa Timur. Thesis Program StudiPengelolaan Tanah dan ir, Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya.Malang

Surono., 2010. Geologi Lengan Tenggara. Badan Geologi. Bandung

Surono., 2013, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Pusat Penelitian danPengembangan Geologi.

Wibowo, Mardi., 2006. Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk PerencanaanTata Ruang Berwawasan Lingkungan. peneliti Geologi Lingkungan BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta

Tarsoen, Waryono. Peranan Kawasan Resapan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air,Kumpulan Makalah Periode 1987-2008.

Page 92: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Lampiran

Page 93: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Lampiran 1. Deskripsi Batuan

No Foto Deskripsi

1

Jenis Batuan : Batuan Metamorf

Warna Lapuk : Abu-abu kehitaman

Warna Segar : Abu-abu

Tekstur : Kristaloblastik

Struktur : Foliasi

Komposisi Mineral : mika, biotit, kuarsa

Nama Batuan : Skis mika (Trafis,

1955)

2

Jenis Batuan : Batuan Metamorf

Warna Lapuk : Abu-abu kehitaman

Warna Segar : Abu-abu kekuningan

Tekstur : Kristaloblastik

Struktur : Foliasi

Komposisi Mineral : muskovit, biotit

Nama Batuan : Skis (Trafis, 1955)

3

Jenis Batuan : Batuan Sedimen

Warna Lapuk : Coklat

Warna Segar : Abu-abu Kecoklatan

Tekstur : Non-klastik

Struktur : Kristalin

Komposisi Mineral : Kalsit

Nama Batuan : Meta gamping

Page 94: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

No Foto Deskripsi

4

Jenis Batuan : Batuan Sedimen

Warna Lapuk : Coklat kekuningan

Warna Segar : Kuning kecoklatan

Tekstur : Non-klastik

Struktur : Fosil Fereus

Komposisi Mineral : Kalsit

Nama Batuan : Gamping terumbu

5

Jenis Batuan : Batuan sedimen

Warna Lapuk : Coklat Kehitaman

Warna Segar : Abu-abu kecoklatan

Tekstur : Klastik

Struktur : berlapis

Ukuran Butir : Lempung

Sortasi : Baik

Porositas : Rendah

Permeabilitas : Rendah

Komposisi Mineral : Kuarsa, Lempung

Nama Batuan : Batu Lempung

Page 95: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

No Foto Deskripsi

6

Jenis Batuan : Batuan sedimen

Warna Lapuk : Coklat kekuningan

Warna Segar : Abu-abu kekuningan

Tekstur : Non-klastik

Struktur : Tidak berlapis

Ukuran Butir : Pasir

Komposisi Mineral : Kalsit

Nama Batuan : Kalkarenit

7

Jenis Batuan : Ultrabasa

Warna lapuk : coklat kekuningan

Warna Segar : Coklat

Struktur : Masif

Tekstur : Porfiritik

Kristalinitas : Hipo kristalin

Bentuk Kristal : subhedral

Relasi : Equigranular

Komposisi Mineral : Olivin, piroksin

Nama Batuan : Peridotit

8

Warna : Coklat kehitaman

Ukuran Butir : Pasir sampai krakal

Bentuk Butir : Rounded

Jenis Matrial : Kuarsit, skis

Page 96: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

No Foto Deskripsi

9

Warna : Coklat kehitaman

Ukuran Butir : Lempung

Bentu Butir : Rounded

Jenis Material : Lempung

10

Warna : Coklat Kehitaman

Ukuran Butir : Pasit sampau Krakal

Bentuk Butir : Rounded

Jenis Matrial : pasir dan Kuarsit

11

Warna : megrah Kecoklatan

Ukuran Butir : Brangkal sampai krikil

Bentuk Butir : Rounded

Jenis Material : Kuarsit dan peridotit

Page 97: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Lampiran 2. Deskripsi Tanah

No Foto Deskripsi

1

Warna : Coklat kemerahan

Tekstur : Lempung Pasiran

Sifat Liat : Gembur

Jenis Tanah : Podsolik

2

Warna : Abu-abu

Tekstur : Lempung Pasiran

Sifat Liat : Gembur

Jenis Tanah : Litosol

3

Warna : Coklat Kehitaman

Tekstur : Lempung Pasiran

Sifat Liat : Lembab

Jenis Tanah : Organosol

Page 98: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

No Foto Deskripsi

4

Warna : Coklat Keabu-abuan

Tekstur : Lanau Lempungan

Sifat Liat : Gembur

Jenis Tanah : Tanah Mediteran

5

Warna : Coklat

Tekstur : Lempung Pasiran

Sifat Liat : Gembur

Jenis Tanah : Regosol

6

Warna : Coklat Kehitaman

Tekstur : Lempung Pasiran

Sifat Liat : Gembur

Jenis Tanah : Kambisol

Page 99: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Lampiran 3. Data Curah Hujan

Nama pos : Pos Hujan Toari

Data Geografis : 04030’32,3”LS-121030’48,4”BT

Kabupaten/Kecamatan : Kolaka/Watubangga

Bulan2011 2012 2013 2014 2015

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CHJanuari 7 93.5 9 87 7 53 9 128.5 12 141.1Februari 3 30 10 76 6 105 9 116 14 265Maret 7 179 12 191 5 69.5 9 257.5 9 199April 8 143 10 125.5 13 322 12 191.5 10 210Mei 14 166.5 8 125 12 148.5 15 191 10 163Juni 6 7 7 108.5 14 173.5 13 107.5 12 160Juli 2 11.5 6 42.5 12 212.5 7 97.5 4 20Agustus 3 48 4 9 3 5 4 8.5 0 0September 3 17 5 29 2 25 0 0 0 0Oktober 7 103 2 28 3 57 0 0 2 6.8November 10 74.5 4 18 11 228 4 18.5 3 30Desember 12 96 16 194.5 13 230.5 12 171 15 130Jumlah 82 969 93 1034 101 1629.5 94 1287.5 91 1324.9

Rata-rata Hujan Tahunan 1.248.98 mm/tahun

Page 100: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Nama pos : Pos Hujan Balandete

Data Geografis : 04030’54,4”LS-121037’15,3”BT

Kabupaten/Kecamatan : Kolaka/Kolaka

Bulan2011 2012 2013 2014 2015

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

Januari 7 38.1 12 129 14 141 5 30 11 74

Februari 7 71 18 150 3 22 8 78.1 19 204

Maret 8 67 13 179 7 74 13 183 12 134.5

April 7 36 14 127 8 175 14 150 13 117.5

Mei 8 201 10 74 9 93 15 197 11 104

Juni 2 52 8 91 8 98 14 73 15 155

Juli 5 32 9 112 19 288 7 81 7 29.5

Agustus 1 3 4 21 3 26 6 80 3 54

September 7 61 4 44 3 14 0 0 0 0

Oktober 11 79 8 130 5 27 0 0 2 7

November 10 121 5 32 13 153 7 96 6 21

Desember 10 103 11 145.5 13 141 12 70 10 48

Jumlah 83 864.1 116 1234.5 105 1252 101 1038.1 109 948.5

Rata-rata Hujan Tahunan 1.067.44 mm/tahun

Page 101: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Nama pos : Pos Hujan Tamboli

Data Geografis : 04055’46,9”LS-121021’01,7”BT

Kabupaten/Kecamatan : Kolaka/Wolo

Bulan2011 2012 2013 2014 2015

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

Januari 24 231.5 17 220.5 19 288.5 16 75.5 22 411

Februari 12 188 14 201 15 121 14 250 18 501

Maret 18 225.5 20 279 20 250 16 230 19 247

April 21 215.5 18 233.5 21 187 19 211 20 448

Mei 14 220.5 12 292.5 22 298.5 26 279 12 105.5

Juni 6 63.5 12 98.5 15 153.5 17 209,5 14 193

Juli 12 95 13 156 21 366.5 13 200.5 6 39

Agustus 3 33 9 97,8 7 45.5 11 76.5 2 37

September 11 68.5 4 144,5 11 171.5 0 0 0 0

Oktober 9 53.8 12 112.5 6 87 1 5.5 3 4.5

November 13 152 9 179 20 250.5 11 128.5 7 31.5

Desember 19 272 19 315.5 21 178.5 16 304 15 364

Jumlah 162 1818.8 159 2088 198 2398 160 1760.5 138 2381.5

Rata-rata Hujan Tahunan 2.089,36 mm/tahun

Page 102: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,

Lamiran 4. Dokumentasi Lapangan

Page 103: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,
Page 104: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,
Page 105: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,
Page 106: DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1g112017_sitedi_Adi Pangestu.pdf · D. Manfaat Penelitian ... Gambar 14. (A ) Singkapan batu lempung,