diajukan kepada fakultas ekonomi dan bisnis untuk memenuhi...

123
PENGARUH PDB, INVESTASI, DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA PERIODE 2000-2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh : Andre Widdyantoro Nim: 109084000032 JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Upload: docong

Post on 25-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PDB, INVESTASI, DAN JUMLAH UNIT USAHA

TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA

KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA

PERIODE 2000-2011

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh :

Andre Widdyantoro

Nim: 109084000032

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

PENGARUH PDB, INVESTASI, DAN JUMLAH UNIT USAHA

TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA

KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA

PERIODE 2000-2011

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

ANDRE WIDDYANTORO

NIM : 109084000032

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing I

Pheni Chalid, Ph.D

NIP. 19560505 200012 1 001

Pembimbing II

Utami Baroroh, S.Pi, M.Si

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Rabu 10 Juli 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :

1. Nama : Andre Widdyantoro

2. NIM : 109084000032

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usah

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil

dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Rabu 10 Juli 2013

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

NIP. 19570617 198503 1 002

( )

Ketua

2. Lukman, Dr, M.Si

NIP. 19640607 200302 1 001

( )

Sekretaris

3. Fitri Amalia, S.Pd, M.Si

NIP. 19820710 200912 2 002

( )

Penguji Ahli

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Selasa 27 Agustus 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :

1. Nama : Andre Widdyantoro

2. NIM : 109084000032

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan

Menengah di Indonesia Periode 2000-2011

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Agustus 2013

1. Abdul Hamid, Prof., Dr., MS ( _____________________ )

NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua

2. Fitri Amalia M.Si ( _____________________ )

NIP. 19820710 200912 2 002 Sekretaris

3. Lukman, Dr, M.Si ( _____________________ )

NIP. 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli

4. Pheni Chalid, Ph.D ( _____________________ )

NIP. 19560505 200012 1 001 Pembimbing I

5. Utami Baroroh, S.Pi, M.Si ( _____________________ )

Pembimbing II

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Andre Widdyantoro

NIM : 109084000032

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengani ni menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggung jawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung iawaban atas

karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui

pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan temyata memang ditemukan

bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 3 Agustus 2013

Andre Widdyantoro

109084000032

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Andre Widdyantoro

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 16 November 1991

3. Alamat : Komp. Puri Serpong I Blok A1 No.20 RT/RW

01/001 Serpong-Tangerang Selatan 15314

4. Telepon : 085693008967

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN Formal

1. SDN Pelita Dua Tahun 1995-2003

2. SMPN 1 Serpong Tahun 2003-2006

3. SMA N 1 Cisauk Tahun 2006-2009

4. S1 Universitas Islam Negeri Syarif Tahun 2009-2013

Hidayatullah Jakarta

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Program Pendidikan Komputer Yayasan Lembaga Pendidikan-Bimbingan

Belajar LP3I, 2008-2009

2. Lembaga Bahasa & Pendidikan Profesional LIA, English for

Adults:Elementary Levels- Intermediate Levels, 2005-2007

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Tim Olimpiade Ekonomi SMA N 1 Cisauk, periode 2008-2009.

2. BEM J IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2010-2011

3. IMEPI Jabagbar, periode 2010-2011

V. Pengalaman Kerja

1. Koperasi Pegawai POS Indonesia, Jakarta Selatan, 2011 (Magang

KKSBT)

ii

2. Marketing Research Indonesia (MRI), Tebet Raya –Jakarta, 2012

(Mysterious Shopper Bank)

V. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”,

diselenggarakan oleh UIN Jakarta, ACA Asuransi, dan CAR Life

Insurance, 20 Mei 2010.

2. Visit Mueseum 2010 UIN Syarif Hidyatullah Jakarta (Bank Indonesia dan

Bank Mandiri), diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah

(IMES), 9 Desember 2010.

3. “Pelatihan Alat Analisis Perencanaan Pembangunan”, diselenggarakan

oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 5

Oktober 2011.

VI. KEPANITIAAN

1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, 27 Februari 2011.

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sarmun

2. Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 27 September 1965

3. Ibu : Hartuti

4. Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 11 Juni 1968

5. Alamat : Komp. Puri Serpong I Blok A1 No.20

RT/RW 01/001 Serpong-Tangerang

Selatan 15314

6. Telepon : 081295058540

7. Anak Ke dari : 1 dari 2 bersaudara

iii

ABSTRACT

A few this years the role of small and medium enterprises (SMEs) in

employment absorption is very high, it can be seen from the average SMEs are

able to absorb the workforce of around 90% of the total workforce in Indonesia.

This research aims to test the influence GDP of SMEs, investment of

SMEs, and number of business units SMEs to workforce absorption small and

medium enterprises in Indonesia. Research samples retrieved from the book of

SMEs statistic Ministry of Cooperatives and SMEs in 2000-2011. This research

uses regression method data panels with Fixed Effects Model, and using 9 sectors

of the economy as a cross-section.

The results of analysis showed that the GDP of SMEs and number of

business units of SMEs influence significanly to workforce absorption.

Meanwhile, investment of SMEs has no significant influence to workforce

absorption small and medium enterprises.

Keywords: Workforce absorption of SMEs, GDP of SMEs, investment of SMEs

and the number of business units SMEs.

iv

ABSTRAK

Peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam penyerapan tenaga kerja

beberapa tahun ini sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rata-rata UKM mampu

menyerap tenaga kerja sekitar 90% dari total tenaga kerja di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh PDB UKM, investasi UKM,

dan jumlah unit usaha UKM terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan

menengah di Indonesia. Sampel penelitian diperoleh dari buku statistik usaha

kecil dan menengah Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2000-2011.

Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dengan Fixed Effect Model,

dan menggunakan 9 sektor ekonomi sebagai data cross-section.

Hasil analisis menunjukan bahwa PDB UKM dan jumlah unit usaha

UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan

menengah. Sedangkan, investasi UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan menengah.

Kata Kunci: Penyerapan tenaga kerja UKM, PDB UKM, investasi UKM, dan

jumlah unit usaha UKM.

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah senantiasa memberikan segala

rahmat, karunia, dan hidayah -Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah

Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah

di Indonesia Periode 2000-2011” dengan baik. Shalawat serta salam penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah

membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Sarmun dan Hartuti. Ananda mengucapkan terima

kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan serta doa-

doa yang selalu dipanjatkan kepadaNYA.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomidan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan

bimbingan, terima kasih atas semua saran yang Bapak berikan selama proses

penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

5. Ibu Utami Baroroh, SP., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku Dosen

Pembimbing Skripsi II, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan

perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima

vi

kasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi

sampai terlaksananya sidang skripsi.

6. Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih

atas bimbingan dan arahnya, serta waktu yang diluangkan untuk berdiskusi

dalam perkuliahan sejak awal kuliah hingga akhir.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

8. Dwi Rahmawati Putri yang setiap hari bawel, walaupun begitu terima kasih

atas semua dukungan, bantuan dan semangatnya, serta karena dirimu lulus dan

wisuda duluan sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat seperjuanganku, Dimas Aditya susanto, Anisa Aulia, Wulan Fauzyni,

Dimas prabowo, AristyaSani, terimakasih atas dukungan yang diberikan

kepada penulis.

10. Seluruh Kawan-kawan IESP pembangunan dan syariah 2009, Wildan (kiwil),

Diki (jhon), Syahrul (prast), Rendy (onta), Kokoh (panda), Salviana, Awak

Nanda, Adam, duo cengkareng Mawan Candra dan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

11. Seluruh kawan-kawan pencinta alam, dan teman sependakian, terima kasih

atas semangat, dan selalu mengingatkan agar penulis tidak terlalu fokus

dengan hobi mendaki gunung tetapi juga segera menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 3 Agustus 2013

Andre Widdyantoro

vii

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... i

Abstract ........................................................................................................... iii

Abstrak ........................................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................. v

Daftar Isi ........................................................................................................ viii

Daftar Tabel ................................................................................................... xi

Daftar Gambar .............................................................................................. xii

Daftar Lampiran ........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11

A. Kerangka Teori ................................................................................. 11

1. Pengertian dan Peran UKM ........................................................... 11

a. Pengertian UKM ........................................................................ 11

b. Klasifikasi UKM ....................................................................... 13

c. Peran UKM ................................................................................ 14

2. Tenaga Kerja .................................................................................. 16

a. Pengertian Tenaga Kerja ........................................................... 16

b. Permintaan Tenaga Kerja .......................................................... 17

c. Penyerapan Tenaga Kerja .......................................................... 20

viii

3. Produk Domestik Bruto (PDB) ...................................................... 21

a. Pengertian PDB ......................................................................... 21

b. Konsep Fungsi Cobb Douglas ................................................... 23

c. Hubungan PDB dengan Penyerapan Tenaga Kerja ................... 23

4. Investasi ......................................................................................... 24

a. Pengertian Investasi ................................................................... 24

b.Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja ............. 25

5. Konsep Jumlah Unit Usaha ............................................................ 26

B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 27

C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 41

D. Hipotesis ............................................................................................ 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 47

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 47

B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 47

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 47

1. Sumber Data................................................................................... 47

a. Library Research ....................................................................... 48

2. Jenis Data ....................................................................................... 48

D. Metode Analisis ................................................................................. 48

1. Metode Analisis Data Panel ...........................................................

a. Pooled Least Square (PLS) ....................................................... 49

b. Fixed Effect Model (FEM) ........................................................ 49

c. Random Effect Model (REM) .................................................... 49

d. Chow Test .................................................................................. 51

e. Hausman Test ............................................................................ 52

f. The Breusch-Pagan LM Test ..................................................... 52

2. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 53

a. Uji F-statistik ............................................................................. 54

b. Uji t-Statistik ............................................................................. 54

c. Koefisien Determinasi ............................................................... 55

d. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 55

ix

1) Uji Normalitas.................................................................... 55

2) Uji Autokorelasi ................................................................. 56

3) Uji Heterokedisitas ............................................................ 57

4) Uji Multikolinearitas .......................................................... 58

E. Operasional Variabel .......................................................................... 58

1. Penyerapan Tenaga Kerja UKM ................................................... 59

2. Produk Domestik Bruto UKM ....................................................... 59

3. Investasi UKM ............................................................................... 60

4. Jumlah Unit Usaha UKM............................................................... 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 62

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 62

1. Sejarah Singkat UKM .................................................................... 62

2. Perkembangan UKM ..................................................................... 63

B. Analisis dan Pembahasan ................................................................... 65

1. Analisis Deskriptif ......................................................................... 65

a. Analisa Tenaga Kerja UKM Menurut Sektor Ekonomi ............ 65

b. Analisa PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi .......................... 68

c. Analisa Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi ................... 70

d. Analisa Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi ... 71

2. Estimasi Model Data Panel ............................................................ 72

a. Pendekatan Pooled Least Square .............................................. 72

b. Pendekatan Fixed Effect Model ................................................. 73

c. Chow Test ................................................................................. 73

d. Pendekatan Random Effect Model............................................. 74

e. Hausman Test ............................................................................ 75

3. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 76

a. Uji Normalitas ........................................................................... 76

b. Uji Autokorelasi ........................................................................ 76

c. Uji Heterokedisitas .................................................................... 77

d. Uji Multikolinearitas ................................................................. 78

4. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 79

x

a. Analisis Pengaruh Secara Parsial .............................................. 80

b. Analisis Pengaruh Secara Simultan........................................... 82

c. Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 91

A. Kesimpulan ............................................................................... 91

B. Saran ......................................................................................... 91

Daftar Pustaka ................................................................................................ 93

Lampiran-lampiran ...................................................................................... 96

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Mencari

pekerjaan, Bekerja, Tenaga Kerja UKM 2

1.2 Jumlah Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja 4

1.3 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil

dan Menengah Sektor Ekonomi 6

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 35

3.1 Operasional Variabel 61

4.1 Perkembangan UKM Tahun 2010-2011 63

4.2 Regresi Data Panel: Pooled Least Square 73

4.3 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model 73

4.4 Chow Test 74

4.5 Regresi Data Panel: Random Effect Model 74

4.6 Hausman Test 75

4.7 Normalitas 76

4.8 Heterokedisitas 78

4.9 Hasil Estimasi 79

4.9.1 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model 83

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 43

4.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UKM Menurut Sektor

Ekonomi Tahun 2000-2011

66

4.2 PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011

Atas dasar Harga Konstan 2000

69

4.3 Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-

2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000

70

4.4 Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2000-2011

71

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan

Menegah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 96

2.

PDB Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor

Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan

2000

97

3.

Investasi Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor

Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan

2000

98

4. Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2000-2011 99

5. Pendekatan Pooled Least Square 100

6. Pendekatan Fixed Effect Model 101

7. Redundant Fixed Effect Model (Uji Chow) 102

8. Pendekatan Random Effect Model 103

9. Hausman Test 104

10. Normalitas Test 104

11. Multikolinearitas Test 104

12. Pendekatan Fixed Effect Model (SUR) 105

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi bertujuan menciptakan tingkat gross national

product (GNP) yang setinggi-tingginya, akan tetapi diikuti dengan

pemberantasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan,

penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar

kesehatan dan nutrisi, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan

kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan

budaya (Amalia, 2007: 1).

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Pembangunan

ekonomi yang dilaksanakan oleh negara berkembang bertujuan memeratakan

pembangunan ekonomi dan hasilnya kepada seluruh masyarakat,

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja,

pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah dan

struktur perekonomian yang seimbang (Sadono Sukirno, 2005: 445).

Sedangkan menurut Heatubun (2008: 25), secara umum salah satu ciri kondisi

negara berkembang adalah jumlah populasi cukup tinggi dengan konsekuensi

angkatan kerja yang besar dan potensi pengangguran. Tidak jauh berbeda

dengan negara berkembang lainya, Indonesia juga memiliki kondisi sesuai ciri

negara berkembang tersebut.

Masalah pengangguran ini memang selalu menjadi suatu persoalan yang

perlu dipecahkan dalam perekonomian negara Indonesia. Jumlah penduduk

1

2

yang bertambah semakin besar setiap tahun membawa akibat bertambahnya

jumlah angkatan kerja dan tentunya akan memberikan makna bahwa jumlah

orang yang mencari pekerjaan akan meningkat, seiring dengan itu tenaga kerja

juga akan bertambah (Kurniawan, 2013: 4).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2012), jumlah pengangguran

pada tahun 2011 mencapai 7,7 juta jiwa atau 6,56 persen dari total angkatan

kerja secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung menurun

setiap tahunnya, dilihat pada tahun 2008 TPT sebesar 9.393.515 jiwa turun

pada tahun 2009 menjadi 8.962.617 jiwa atau sebesar 4,58 %, dan TPT 2010

turun menjadi 8.319.779 jiwa atau sebesar 7,17 %. Jika dibandingkan keadaan

tahun 2011, jumlah TPT sebesar 7.700.086 atau turun sebesar 7,44 %. Dapat

disimpulkan berdasarkan penjelasan diatas jumlah pengangguran mengalami

penurunan pada setiap tahunnya.

Tabel.1.1

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Mencari Pekerjaan, Penduduk

Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja, dan Tenaga Kerja Usaha Kecil

dan Menengah (UKM) (Dalam Jiwa)

Kategori Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Penduduk

yang

Mencari

Pekerjaan

4.196.691 8.285.934 6.959.653 5.922.952 6.426.566 4.572.473

Penduduk

yang

Bekerja

95.456.935 99.930.217 102.552.750 104.870.663 108.207.767 109.670.399

Tenaga

Kerja

UKM

89.547.762 91.752.318 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458

Sumber: Statistik Indonesia 2012 dan Kementerian Koperasi dan UKM

2012, diolah

3

Berdasarkan data tabel diatas jumlah pencari kerja di Indonesia

mengalami fluktuatif. Pada tahun 2009 jumlah pencari kerja mengalami

penurunan sebesar 14,89 % atau sebesar 5.922.952 jiwa, jika dibandingkan

pada tahun 2010, jumlah pencari kerja mengalami peningkatan seperti pada

tahun 2007. Peningkatan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 6.426.566 jiwa

atau naik sebesar 8.50 % dan pada tahun 2011 jumlah pencari kerja

mengalami penurunan kembali sebesar 28,85 % atau sebesar 4.572.473 jiwa.

Sedangkan penduduk yang bekerja secara keseluruhan mengalami

peningkatan penyerapan. Pada tahun 2009 penduduk yang bekerja meningkat

2,26% atau sebesar 104.870.663 jiwa. Sedangkan pada tahun 2010 penyerapan

tenaga kerja meningkat sebesar 3.337.104 jiwa atau terjajadi peningkatan

penduduk yang bekerja sebesar 3,10%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011

jumlah penduduk yang bekerja meningkat 1,35% dari tahun sebelumnya atau

sebesar 109.670.399 jiwa. Jika membandingkan jumlah penduduk yang

bekerja dengan tenaga kerja pada UKM, terlihat pada tahun 2010 jumlah

tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22 persen

dari total penduduk yang bekerja, kemudian meningkat pada tahun 2011

menjadi sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari total

penduduk yang bekerja di Indonesia.

Data tersebut menggambarkan bahwa kenaikan pencari kerja dapat

digunakan sebagai cerminan peningkatan pengangguran, hal tersebut

dikarenakan di Indonesia kenaikan jumlah tenaga kerja diikuti juga dengan

kenaikan pencari kerja yang mengakibatkan pengurangan pengangguran yang

4

tidak terlalu besar, namun permasalahan pengangguran ini dapat diatasi,

dilihat dari kontribusi UKM yang mampu menyerap tenaga kerja rata-rata

lebih dari 90 persen setiap tahunnya dari total penduduk yang bekerja, apabila

terus dikembangkan UKM mampu menjadi wadah penyerapan tenaga kerja

sebagai salah satu pengurangan pengangguran di Indonesia.

Tabel.1.2

Jumlah Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja

(Dalam Jiwa)

No. Lapangan

Pekerjaan

Utama

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1

Pertanian,

Kehutanan,

Perburuan dan

Perikanan

-1.174.534 1.071.232 125.232 280.134 -116.899 -2.166.026

2

Pertambangan

dan Penggalian 18.903 71.517 75.926 84.693 99.268 210.875

3

Industri

Pengolahan -62.815 478.559 180.647 290.424 984.451 717.830

4

Listrik, Gas dan

Air 33.376 -53.134 26.230 21.940 11.016 5.566

5 Bangunan 131.900 555.227 186.384 47.852 106.080 746.914

6

Perdagangan

Besar, Eceran,

Rumah Makan

dan Hotel

1.306.513 1.338.990 667.094 726.079 544.353 904.361

7

Angkutan,

Pergudangan

dan Komunikasi

11.115 294.855 220.692 -61.518 -498.963 -540.200

8

Keuangan,

Asuransi, Usaha

Persewaan

Bangunan,

Tanah dan Jasa

204.192 53.446 60.495 26.611 252.890 893.876

9 Jasa

Kemasyarakatan 1.028.404 664.084 1.079.833 901.698 1.954.908 689.436

10 Jumlah 1.498.548 4.473.282 2.622.533 2.317.913 3.337.104 1.462.632

Sumber: Statistik Indonesia 2005-2011, diolah

Berdasarkan tabel perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja diatas,

secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan total

5

penduduk yang mencari kerja pada tabel 1.1, pada tahun 2009 tenaga kerja

yang diserap hanya 39,13 persen dari total pencari kerja kemudian naik

menjadi 51,92 persen pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 tenaga kerja yang

diserap sebesar 31,98 persen dari total pencari kerja. Sedangkan bila dilihat

perkembangannya menurut sektor atau lapangan pekerjaan terjadi fluktuasi.

Pada sektor pertanian kehutanan, perburuan dan perikanan terjadi penurunan

penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 116.899 jiwa, dan pada

tahun 2011 sebesar 2.166.206 jiwa. Pada sektor listrik, gas dan air terjadi

penurunan pada tahun 2007 sebesar 53.134 jiwa, dan pada tahun 2009-2011

terjadi penurunan penyerapan pada sektor angkutan pergudangan dan

komunikasi sebesar 61.518 jiwa kemudian 498.963 jiwa, dan tahun 2011

menjadi 540.200 jiwa.

Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia

didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi

masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha

berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit (Heatubun, 2008: 26).

Sedangkan menurut Purwanto (2013), saat ini Usaha Kecil Menengah

selanjutnya disebut dengan UKM merupakan salah satu usaha yang strategis

untuk mempercepat pertumbuhan struktural dalam rangka meningkatkan taraf

hidup masyarakat banyak dan sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi

produsen maupun konsumen. Dimana UKM ini memegang peranan penting

dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment)

maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.

6

Tabel.1.3

Nilai Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah

Sektor Ekonomi (Dalam Jiwa)

No. Skala

Usaha

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1

Pertanian,

Peternakan,

Kehutanan

dan Perikanan

3.452.684 285.379 -349.139 337.514 212.840 307.892

2

Pertambangan

dan

penggalian

-5.107 46.532 365.484 75.144 63.291 233.779

3

Industri

Pengolahan 1.110.175 423.367 351.463 268.589 419.252 420.882

4

Listrik, Gas

dan Air

Bersih

93.956 -1.878 39.772 -3.081 -771 29.946

5 Bangunan -21.962 39.130 3.828.014 -114.477 173.805 758.498

6

Perdagangan,

Hotel dan

Restoran

852.744 933.189 -2.593.073 1.148.443 1.047.026 -673.182

7

Pengangkutan

dan

Komunikasi

32.316 81.188 2.406.481 -72.069 258.138 941.928

8

Keuangan,

Persewaan

dan jasa

Perusahaan

1.813.000 59.237 -1.266.011 45.871 140.475 357.919

9 Jasa-Jasa -911.507 338.412 -577.781 501.191 876.387 -56.916

Jumlah 6.416.308 2.204.556 2.271.960 2.187.054 3.190.443 2.320.683

Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM, diolah

Tabel diatas menjelaskan perkembangan penyerapan tenaga kerja yang

terjadi pada UKM berdasarkan sektor ekonomi. Jika dibandingkan dengan

pencari kerja pada tabel 1.1, pada tahun 2009 kontribusi UKM dalam

penyerapan tenaga kerja sebesar 37 persen atau sebesar 2.187.054 jiwa

sedangkan pada tahun 2010 UKM mampu meningkatkan tenaga kerja sebesar

3.190.443 jiwa atau berkontribusi sebesar 49,64 persen dari total pencari kerja.

Sedangkan pada tahun 2011 UKM mampu menyerap 2.320.683 jiwa dari total

jumlah pencari kerja atau sebesar 50, 75 persen.

7

Menurut Tejasari (2008), pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia,

UKM dapat membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi

perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan

dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan.

Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap

tahunnya. Perkembangan jumlah UKM periode 2010-2011 mengalami

peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun 2010,

menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 99,99

persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi lain, pada tahun

2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat sebesar Rp.

1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada tahun 2011

kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.369,3

triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8 triliun atau 6,76 persen

dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pada tahun 2010 peran UKM

dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan 2000 tercatat

Rp. 247,1 triliun atau sebesar 48,34 persen dari total investasi nasional yang

sebesar Rp. 511,2 triliun, sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami

peningkatan sebesar Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun

atau 49,11 persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun

(Kementerian Koperasi dan UKM, 2011).

Berdasarkan dengan beberapa penjelasan mengenai tingkat

pengangguran yang menurun setiap tahunnya tetapi diiringi pula dengan

fluktuasi atau naik turunnya para pencari kerja menyebabkan peningkatan

penyerapan tenaga kerja yang tidak terlalu besar dan pengangguran tetap

8

menjadi masalah pembangunan ekonomi Indonesia. Mengingat kontribusi

UKM yang besar dalam pembentukan nilai PDB, Investasi, dan jumlah unit

usaha dari proposi total yang ada di Indonesia, secara garis besar kondisi

UKM dapat menjadi sektor yang potensial untuk meningkatkan penyerapan

tenaga kerja sebagai realisasi pengurangan permasalahan pengangguran

Indonesia. Jadi permasalahan yang akan diteliti adalah apakah PDB UKM,

investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM dapat berpengaruh secara

simultan dan parsial terhadap penyerapan tenaga kerja UKM Indonesia

periode 2000-2011. Maka Judul Penelitian ini adalah “Pengaruh PDB,

Investasi, Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, pengangguran merupakan salah

satu permasalahan pada negara berkembang termasuk di Indonesia. Pada tabel

1.1 menggambarkan bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami penurunan

pengangguran yang diikuti fluktuasi atau naik turunnya pencari kerja, hal ini

menyebabkan pengangguran masih menjadi permasalahan di Indonesia. Guna

mengurangi permasalahan pengangguran tersebut, maka penyerapan tenaga

kerja yang perlu ditingkatkan. Sesuai fakta dan kondisi yang ada,

perekonomian Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Aktivitas

usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah,

sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Berdasarkan

data yang ditampilkan pada tabel 1.3, perkembangan penyerapan tenaga kerja

9

pada UKM beberapa tahun belakang ini terus bertambah bahkan mampu

menyerap sebesar 49 persen sampai 50 persen dari total pencari kerja,

sedangkan tabel 1.1 menjelaskan bahwa pada tahun 2010 total tenaga kerja

UKM mencapai 97,22 persen dari total penduduk yang bekerja dan bertambah

menjadi 97,24 persen pada tahun 2011. Selain itu, dilihat dari kontribusi UKM

dalam perekonomian Indonesia yang terus meningkatkan PDB, investasi, dan

jumlah unit usaha, UKM mampu menjadi salah satu sektor yang dapat

memperdayakan masyarakat dalam kata lain meningkatkan penyerapan tenaga

kerja dan mampu meminimalisir masalah pengangguran. Maka permasalahan

yang akan mempengaruhi UKM dalam penyerapan tenaga kerja, dapat

dirumuskan sebagai berikut;

1. Seberapa besar pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM

Indonesia secara simultan.

2. Seberapa besar pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM

Indonesia secara parsial.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian data yang diperoleh dan dikaji, maka tujuan

penelitian ini adalah;

1. Untuk mendapatkan besaran pengaruh variabel PDB UKM, investasi

UKM, dan jumlah unit usaha UMK terhadap variabel penyerapan tenaga

kerja UKM Indonesia secara simultan.

10

2. Untuk mendapatkan besaran pengaruh variabel PDB UKM, investasi

UKM, dan jumlah unit usaha UMK terhadap variabel penyerapan tenaga

kerja UKM Indonesia secara parsial.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang

penyerapan tenaga kerja UKM dilihat dari beberapa faktor yang

mempengaruhi seperti PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit UKM,

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM dalam negeri.

2. Bagi Pemerintah daerah membantu dalam mengambil kebijakan dalam

membantu memajukan pembangunan ekonomi melalui peningkatan

penyerapan tenaga kerja sebagai realisasi penguranagn permasalahan

pengangguran di Indonesia.

3. Sebagai acuan bagi mahasiswa dan koleksi perpustakaan yang dapat

digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan

penelitian dalam bidang penyerapan tenaga kerja, dan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian dan Peran UKM

a. Pengertian UKM

Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi

Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementerian

Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM),

Badan Pusat Statistik (BPS). Keputusan 28 Menteri Keuangan No

316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun

2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu

dengan yang lainnya.

1) Menurut Kementerian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah (Menkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan

Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas

usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp 50.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000.

sampai Rp. 2.500.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM)

merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang

memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 500.000.000 s.d. Rp

10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

2) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM

berdasarkan kunatitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas

11

12

usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang,

sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang

memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

3) Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor

316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil

didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah

melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per

tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-

tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang

ditempati) terdiri dari : 1). bidang usaha perseroan firma (Fa),

persekutuan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), dan

koperasi. 2). perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani,

peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang

dan jasa).

4) Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi

UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda

dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang

disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria

sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan

lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus

13

juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah

adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1)

kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar

rupiah).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa definisi Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah

usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih dari Rp. 50 juta sampai

paling banyak Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai

dengan paling banyak Rp. 2,5 miliar. Sedangkan usaha menengah

adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta

sampai dengan paling banyak Rp. 10 miliar tidak termasuk tanah dan

bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5

miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 miliar.

b. Klasifikasi UKM

Suatu komite untuk pengembangan ekonomi mengajukan konsep

tentang usaha kecil dan menengah dengan lebih menekankan pada

kualitas atau mutu daripada kriteria kuantitatif untuk membedakan

perusahaan usaha kecil, menengah dan besar. Ada empat aspek yang

dipergunakan dalam konsep UKM tersebut, yaitu pertama,

14

kepemilikan; kedua, operasinya terbatas pada lingkungan atau

kumpulan pemodal; ketiga, wilayah operasinya terbatas pada

lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah

lokalnya; keempat, ukuran dari perusahaan lainnya dalam bidang

usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja atau

karyawan atau satuan lainnya yang signifikan (Partomo dan

Soejodono, 2004).

Menurut Rahmana (2009), UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4

(empat) kelompok yaitu:

1) Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai

kesempatan kerja untuk mencari nafka, yang lebih umum dikenal

sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2) Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin

tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3) Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki

jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak

dan ekspor.

4) Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki

jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi

usaha besar (UB).

c. Peran UKM

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terstruktur

dengan arah produktivitas dan daya saing adalah tujuan dan peran

UKM dalam menumbuhkan wirausahawan yang tangguh. Secara

umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran:

15

1) Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi

2) Penyedia lapangan kerja terbatas

3) Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan

pemberdayaan masyarakat

4) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta kontrbusinya

terhadap neraca pembayaran. (Departemen Koperasi, 2008).

Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat

membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi

perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan

dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami

keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya

jumlah UKM setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah unit UKM

sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit

usaha yang ada di Indonesia dan pada tahun 2006 jumlah UKM

meningkat menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan

peningkatan jumlah usaha UKM, maka turut meningkatkan jumlah

tenaga kerja yang diserap. Pada tahun 2005, jumlah tenaga kerja yang

diserap UKM sebanyak 83,2 juta jiwa kemudian meningkat pada tahun

2006 menjadi sebanyak 85,4 juta jiwa dan UKM menyerap 96,18

persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007). Posisi

tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah

pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian

(Tejasari, 2008).

16

Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh AKATIGA, The Center for Micro and Small Enterprise

Dynamic (CEMSED), dan The Center for Economic and Social Studies

(CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup

dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama

krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam

melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang

dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga

tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.

2. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut Mulyadi.s (2003) dalam Karib, (2012: 56)

adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah

seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang

dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka

mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja adalah

penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya

pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari

pekerjaan (Statistik UKM 2012: 2)

Berdasarkan BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang

yang biasanya berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan

dengan produksi maupun administasi. Sedangkan menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

17

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Menurut P. Simanjuntak, (1985) dalam Wicaksono (2010), di

Indonesia dipilih batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimum.

Pemilihan batas umur 10 tahun berdasarkan kenyataan bahwa pada

umur tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja karena sulitnya

ekonomi keluarga mereka. Indonesia tidak menganut batas umur

maksimal karena Indonesia belum memiliki jaminan sosial nasional.

Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang memiliki tunjangan di

hari tua yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan

swasta. Untuk golongan ini pun, pendapatan yang mereka terima tidak

mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu mereka yang

telah mencapai usaha pensiun biasanya tetap masih harus bekerja

sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja.

b. Permintaan Tenaga Kerja

Menurut Aris Ananta (1993: 39) dalam Zamrowi (2007), bahwa

permintaan tenaga kerja merupakan sebuah daftar berbagai altenatif

kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia yang

berhubungan dengan tingkat gaji. Sedangkan menurut Arfida BR,

(2003) dalam Pratama (2012), permintaan tenaga kerja berkaitan

dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau

instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini

dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor

lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi.

18

Sudarsono (1988: 35) dalam Putra (2012), menyatakan bahwa

permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga

kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan

faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi,

antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari

perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume

produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat

yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan jumlah tenaga

kerja yang diminta adalah lebih ditujukan pada kuantitas dan

banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu.

Menurut pandangan mazhab klasik, perekonomian pada

umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja

penuh, menurut ahli-ahli ekonomi klasik pengangguran tenaga kerja

merupakan keadaan yang berlaku secara sementara saja. Pandangan ini

didasarkan kepada dua keyakinan yaitu; (i) fleksibilitas suku bunga

dan tingkat harga akan menyebabkan keseimbangan di antara

penawaran dan permintaan agregat sehingga penggunaan tenaga kerja

penuh, (ii) fleksibilitas tingkat upah mewujudkan keadaan di mana

permintaan dan penawaran tenaga kerja mencapai keseimbangan pada

penggunaan tenaga kerja penuh (Sadono Sukirno, 2004: 70).

Pandangan teori klasik tersebut dibantahkan oleh Keynes,

Keynes berpendapat bahwa penggunaan tenaga kerja penuh adalah

keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan

19

permintaan agregat yang menjadi wujud perekonomian. Pandangan ini

mengacu kepada dua hal berikut; (i) faktor-faktor yang menentukan

tingkat tabungan, tingkat investasi dan suku bunga dalam

perekonomian. (ii) sifat-sifat perkaitan di antara tingkat upah dengan

penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha (Sadono Sukirno, 2004: 80).

Teori lain tentang permintaan tenaga kerja diturunkan dari

fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan

transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) kedalam output

atau keluaran. Mankiw (2003: 49) mengasumsikan bahwa suatu proses

produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga

kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah :

𝑄𝑡 = f ( 𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 ) (1)

Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu

perusahaan menurut Model Neoklasik adalah sebagai berikut :

t = TR − TC (2)

Dimana : TR = 𝑃𝑡 . 𝑄𝑡 (3)

Dalam menganalisa penentuan penyerapan tenaga kerja,

diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital

(K) dan Tenaga kerja (L). Bellante (1990) mengasumsikan tenaga

kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja

(W) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat suku bunga (R).

TC = 𝑅𝑡𝐾𝑡 + 𝑊𝑡𝐿𝑡 (4)

20

Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan

(2) maka diperoleh :

t = 𝑃𝑡 . 𝑄𝑡 − 𝑅𝑡𝐾𝑡 − 𝑊𝑡𝐿𝑡 (5)

Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan

pertama fungsi keuntungan diatas harus sama dengan nol (π’=0),

sehingga didapatkan :

𝑊𝑡𝐿𝑡 = 𝑃𝑡 . f(𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 ) - 𝑅1𝐾𝑡 (6)

𝐿𝑡 = 𝑃𝑡 . f(𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 )- 𝑅1𝐾𝑡 /𝑊𝑡 (7)

Dimana :

𝐿𝑡 = Permintaan Tenaga Kerja

𝑊𝑡 = Upah Tenaga Kerja

𝑃𝑡 = Harga Jual Barang per unit

𝐾𝑡 = Kapital (Investasi)

𝑅𝑡 = Tingkat Suku Bunga

𝑄𝑡 = Output (PDB)

Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui bahwa

permintaan tenaga kerja (𝐿𝑡) merupakan fungsi dari kapital (Investasi),

Output (pendapatan), tingkat suku bunga (R) dan tingkat upah (W).

c. Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Todaro (2003: 307) dalam Karib (2012), penyerapan

tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk

melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan

yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan

untuk diisi oleh pencari kerja.

21

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat

tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan

pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga

kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia

mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada.

Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi

di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2003).

Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor

formal dan informal. Sektor formal mencakup perusahaan yang

mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya

berskala besar. Sebaliknya sektor informal merupakan sektor dengan

kegiatan usaha umumnya sederhana, skala usha relative kecil,

umumnya sektor informal tidak berbadan hukum, usaha sektor

informal sangat beragam. Dalam hal ini UKM merupakan salah satu

indikasi dari sektor informal (Raselawati, 2011: 44).

3. Produk Domestic Bruto (PDB)

a. Pengertian PDB

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan

pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering

dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan

PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam satuan nilai uang

tertentu selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2007 : 17).

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi

22

dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1

tahun). Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004: 34), Produk

Domestik Brotu (PDB) adalah barang dan jasa diproduksi bukan saja

oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk

negara lain dalam kata lain produksi nasional diciptakan olek faktor-

faktor produksi yang berasal dari luar negeri.

Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah

barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit

usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen.

Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat,

produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk

maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga

kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi,

antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi

dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya

volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin

atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988: 42

dalam Subekti, 2007).

Menurut Simanjuntak (1985: 51), dalam Akmal (2010), yang

menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu

membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen.

Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja,

tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang

diproduksi.

23

b. Konsep Fungsi Cobb Douglas

Menurut Sukirno (1994:190) dalam Karib (2012), teori produksi

merupakan suatu aktifitas yang memberikan nilai guna suatu barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebuah fungsi produksi

dapat berbentuk tabel atau matematis yang menunjukkan jumlah

output maksimum yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok

input yang dispesifikasikan, dengan mengingat teknologi yang ada.

Hubungan di antara faktor-faktor produksi yang diciptakannya

dinamakan fungsi produksi. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam

bentuk sebagai berikut:

Q = f (Κ, L,R,T ) (1)

Dimana:

Q = Jumlah Produksi

K = Jumlah stok modal

L = Jumlah Tenaga Kerja / keahlian keusahawan

R = Kekayaan Alam

T = Tingkat Teknologi

c. Hubungan PDB dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama

siklus bisnis. Pergerakan ini diidentifikasi pertama kali oleh Arthur

Okun, dan sekarang dikenal dengan nama Hukum Okun. Salah satu

konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB

potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat.

24

PDB harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil.

Jika pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh

lebih cepat dari PDB potensial (Mankiw, 2007: 249). Dengan kata lain,

dengan meningkatnya PDB maka akan meningkatkan jumlah tenaga

kerja. Oleh karena itu hubungan antara jumlah output dengan

penyerapan tenaga kerja adalah apabila terjadi kenaikan permintaan

output yang dihasilkan suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut

cenderung akan meningkatkan jumlah tenaga kerjanya untuk

memenuhi kebutuhan tersebut atau dengan meningkatkan produktivitas

tenaga kerja yang ada (Wicaksono, 2010).

4. Investasi

a. Pengertian Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva

yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapat

keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara

professional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang

ditanggung (Raselawati, 2010: 28). Sedangkan menurut Sukirno (2004:

121), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk

membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi

dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang modal

dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang

dan jasa dimasa depan.

25

Investasi adalah suatau kegiatan penanaman modal pada

berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk

memperoleh keuntungan dimasa-masa yang akan datang (Kementerian

Koperasi dan UKM 2011).

b. Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Investasi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan

produktifitas yang lebih tinggi yang akan mengakibatkan surplus yang

lebih besar, sehingga mempengaruhi proses investasi pada sektor yang

satu atau yang lainnya. Dengan begitu kesempatan kerja semakin

meningkat sehingga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja (Karib

2012: 60). Sedangkan menurut Akmal (2010), investasi yang

dilakukan dalam rangka penyediaan barang-barang modal seperti

mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkat hasil output akan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena barang-barang modal

tersebut membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya.

Semakin besar investasi yang dilakukan akan semakin banyak tenaga

kerja yang diminta, terutama investasi yang bersifat padat karya.

Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya

penyerapan tenaga kerja.

Teori Harrod Domar menjelaskan bahwa dalam jangka panjang

investasi mempunyai pengaruh ganda, di satu sisi investasi

mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain investasi juga

mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok

26

modal yang tersedia. Pada konsep ICOR, investasi adalah total dari

pembentukan modal tetap dan stok barang yang terdiri atas gedung,

mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan sebagainya.

Nilai dalam investasi terdiri dari :

1) Pembelian barang modal baru.

2) perbaikan besar barang yang sifatnya menambah umur atau

meningkatkan kemampuan.

3) Penjualan barang modal bekas.

4) Perubahan stok.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa investasi merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan mempunyai

efek ganda yang akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, maka

investasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan

nasional, khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan

pendapatan nasional atau PDB, sehingga pertumbuhan investasi akan

berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Dengan

memperhitungkan efek pengganda, maka besarnya persentase

pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari

besarnya persentase pertumbuhan investasi (Mankiw, 2003: 453).

5. Konsep Jumlah Unit Usaha

Menurut Matz (2003) dalam Wicaksono (2010), dengan adanya

peningkatan investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan

penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya

peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang

27

ada pada industri tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan maka akan

meningkatkan jumlah output yang akan dihasilkan sehingga lapangan

pekerjaan meningkat dan akan mengurangi pengangguran atau dengan

kata lain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut

Karib (2012: 61) jumlah unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja

pada sektor industri, dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha.

B. Penelitan Terdahulu

1. Abdul Karib (2012)

“Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat”, model

yang telah di rumuskan akan di regres untuk mengestimasi persamaan

tersebut dengan menggunakan metode Ordinairy Least Square (OLS),

dengan menggunakan data sekunder dalam menganalisis yang diperoleh

dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas

perindustrian dan perdagangan Sumatera Barat (Sektor Industri dalam

angka 1997- 2008).

Hasil analisis data menunjukan sebagai berikut:

a. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat

dipengaruhi oleh variabel nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit

usaha.

b. Nilai produksi, nilai investasi, dan jumlah unit usaha merupakan faktor

yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah

tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat tahun

1997 – 2008.

28

c. Variabel produksi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap

jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat.

Variabel produksi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga

kerja.

d. Variabel investasi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap

jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat.

Variabel investasi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga

kerja.

e. Variabel jumlah unit usaha merupakan faktor yang sangat menentukan

terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri

Sumatera Barat.

2. Rizky Eka Putra (2012)

“Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan

Kota Semarang”, variabel penelitian adalah nilai investasi, nilai upah, nilai

produksi sebagai variabel bebas dan penyerapan tenaga kerja sebagai

variabel terikat.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara parsial maupun

simultan terdapat pengaruh signifikan atara nilai investasi, nilai upah dan

nilai produksi dan terhadap penyerapan tenaga kerja industri mebel di

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh positif nilai investasi, nilai upah dan

nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di

29

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

3. Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011)

“Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum

Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah Di

Kabupaten Semarang”. Model estimasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Analisis regresi berganda. Berdasarkan analisis di atas dapat

disimpulkan bahwa :

a. Variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kabupaten

berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja di Kabupaten

Semarang.

b. Variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di

Kabupaten Semarang.

c. Variabel nilai investasi pada Industri Kecil dan Menengah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri

Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang.

d. Variabel Upah Minimum Kabupaten berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan

Menengah di Kabupaten Semarang.

e. Secara simultan atau bersama-sama variabel unit usaha, nilai investasi,

dan upah minimum kabupaten mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di

Kabupaten Semarang.

30

4. Achma Hendra Setiawan (2010)

“Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) di Kota Semarang”, Metode analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah analsis regresi berganda dengan

metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk data runtut

waktu (time series) selama periode 1993 - 2007. Data mengenai jumlah

tenaga kerja dan UMK diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Semarang, sedangkan data mengenai

jumlah unit usaha, nilai investasi dan nilai output berasal dari Dinas

Perindustrian Kota Semarang.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jumlah unit usaha,

nilai investasi, nilai output dan upah minimum secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah unit usaha,

nilai investasi, dan upah minimum kota secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output

tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Variabel yang

paling berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di

Kota Semarang adalah jumlah unit usaha, sedangkan variabel nilai output

memiliki pengaruh yang paling kecil di antara variabel yang lain.

5. The Institute for Manufacturing (IFM) University Of Cambridge

(2010)

“Stimulating Growth and Employment in the UK Economy”.

Penelitian ini diprioritaskan pada bisnis langsung untuk UKM manufaktur,

31

yang bertujuan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan

ekonomi Inggris.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan industri Inggris

dipengaruhi oleh pengembangan UKM manufaktur yang ada. UKM juga

mampu mendorong Pertumbuhan nilai financial (PDB) dan nilai strategis

(pertumbuhan lapangan kerja, pengembangan modal intelektual, dan

pengembangan kemampuan karyawan).

6. Ariyanto (2010)

“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga

kerja Propinsi Jawa Tengah Tahun 1985 - 2007”. Penelitian ini

merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan

data deret waktu (time series) antara tahun 1985-2007. Pencarian data

terutama pada berbagai sumber atau instansi yang terkait dengan

penelitian ini. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kuantitatif dengan menggunakan ECM (Error Correction Model).

Berdasarkan hasil analisis ECM (Error Correction model), dapat

disimpulkan bahwa: pertama, pertumbuhan PDRB ternyata tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Kedua, pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh negatif terhadap

penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah dalam jangka pendek dan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Ketiga, nilai

ekspor mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja

Jawa Tengah dalam jangka pendek dan tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam jangka panjang.

32

7. Maharani Tejasari (2008)

“Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan

Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, dengan

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang

digunakan adalah data sekunder berupa PDB UKM, Investasi UKM,

Ekspor UKM, Tenaga Kerja UKM, Jumlah UKM, Pendapatan per kapita,

Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi pada Usaha kecil (KUK) dari

tahun 1996-2006.

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904148),

Kredit Modal Kerja (0.035586) dan PDB UKM (0.062321) secara

signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga

kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan jumlah usaha, Kredit

Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan

kesempatan kerja. Sedangkan, Kredit Investasi Usaha Kecil (-0.074278)

secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Hal ini disebabkan kredit ini lebih banyak digunakan untuk investasi yang

padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber daya

manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047) memberikan pengaruh yang

signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena semakin

tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa

tenaga kerja UKM. Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055)

secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

karena peningkatan produktivitas tenaga kerja dan investasi akan

33

mendorong kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan

kontribusinya yang masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga

dikarenakan kondisi ekspor Indonesia dimana sebagian besar input ekspor

masih bergantung pada impor. Sehingga mengakibatkan ekspor tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB.

8. Reyes Aterido dan Mary Hallward-Driemeier (2007)

“Investment Climate and Employment Growth: The Impact of

Access to Finance, Corruption and Regulations Across Firms”. Penelitian

ini dilakukan oleh world bank dan inter-American Development bank.

Penelitian ini telah memberikan bukti baru tentang peran iklim investasi

pada pertumbuhan lapangan kerja. Hasil menunjukkan perbedaan yang

signifikan di kategori ukuran perusahaan baik dari segi perbedaan kondisi

obyektif yang dihadapi oleh perusahaan dan dalam hal non-linearities

dalam dampak dari kondisi tersebut. Rendahnya akses terhadap

pembiayaan, korupsi, peraturan bisnis kurang berkembang dan kemacetan

infrastruktur pergeseran ke bawah distribusi ukuran kerja. Rendahnya

akses terhadap pendanaan dan peraturan bisnis yang efektif mengurangi

pertumbuhan semua perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan mikro

dan kecil. Korupsi dan infrastruktur yang buruk membuat kemacetan

pertumbuhan untuk perusahaan menengah dan besar. Hasil ini juga

memperkuat pentingnya membedakan dampak di kelas ukuran perusahaan

yang memungkinkan untuk perusahaan mikro (kurang dari 10 karyawan)

menjadi berbeda dari "kecil" perusahaan.

34

Hasil penelitian ini menegaskan tentang pentingnya akses terhadap

pendanaan bagi perusahaan-perusahaan mikro dan kecil. Ini memberikan

kontribusi pada pengetahuan yang ada di bidang keuangan di berbagai

bidang. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pada pertumbuhan lapangan

kerja dari unit tambahan pembiayaan eksternal tertinggi untuk perusahaan-

perusahaan ini. Hal ini juga membandingkan efek dari berbagai bentuk

pembiayaan terhadap pertumbuhan lapangan kerja dan menemukan bahwa

akses ke modal kerja memiliki efek tertinggi dari semua. Perusahaan

mungkin lebih cenderung untuk mengambil pekerja tambahan jika mereka

mampu membayar upah secara teratur bahkan dalam menghadapi arus kas

pasti.

35

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Lanjutan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1.

Abdul Karib

(2012)

“Analisis Pengaruh

Produksi, Investasi,

dan Unit Usaha

Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada

Sektor Industri

Sumatera Barat”,

1). Produksi

2). Investasi

3). Unit Usaha

4). Penyerapan

Tenaga Kerja

Model yang telah di

rumuskan akan di regres

untuk mengestimasi

persamaan tersebut dengan

menggunakan metode

Ordinairy Least Square

(OLS), dengan

menggunakan data

sekunder dalam

menganalisis yang

diperoleh dari berbagai

sumber, seperti Badan

Pusat Statistik (BPS),

Dinas perindustrian dan

perdagangan Sumatera

Barat (Sektor Industri

dalam angka 1997- 2008).

Hasil analisis data menunjukan

sebagai berikut:

a. Penyerapan tenaga kerja

pada sektor industri

Sumatera Barat dipengaruhi

oleh variabel nilai produksi,

nilai investasi dan jumlah

unit usaha.

b. Nilai produksi, nilai

investasi, dan jumlah unit

usaha merupakan faktor

yang mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap

perubahan jumlah tenaga

kerja yang terserap pada

sektor industri Sumatera

Barat tahun 1997 – 2008.

c. Variabel produksi, dan

Investasi merupakan faktor

yang cukup menentukan

terhadap jumlah tenaga

kerja yang terserap pada

sektor industri Sumatera

35

36

Tabel 2.1 Lanjutan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

Barat. Variabel produksi

memiliki hubungan yang

positif dengan tenaga kerja.

d. Variabel jumlah unit usaha

merupakan faktor yang

sangat menentukan terhadap

jumlah tenaga kerja yang

terserap pada sektor industri

Sumatera Barat.

2.

Rizky Eka Putra

(2012)

“Pengaruh Nilai

Investasi, Nilai Upah,

dan Nilai Produksi

Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada

Industri Mebel di

Kecamatan

Pedurungan Kota

Semarang”

1). Investasi

2). Upah

3). Nilai Produksi

4). Penyerapan

Tenaga Kerja

Metode analisis data

adalah analisis regresi

linier berganda dengan

dianalisis dengan

menggunakan Program

SPSS 16 for windows

Hasil analisis regresi

menunjukkan bahwa secara

parsial maupun simultan

terdapat pengaruh signifikan

atara nilai investasi, nilai upah

dan nilai produksi dan terhadap

penyerapan tenaga kerja

industri mebel di Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang.

3.

Nenik Woyanti

dan Ayu Wafi

Lestari (2011)

“Pengaruh Jumlah

Usaha, Nilai Investasi,

dan Upah Minimum

Terhadap Permintaan

Tenaga Kerja Pada

Industri Kecil dan

1). Permintaan

Tenaga Kerja

2). Unit usaha

3). Nilai investasi

Model estimasi yang

digunakan dalam

penelitian ini adalah

Analisis regresi berganda.

Hasil Penelitian menunjukan

bahwa Secara simultan atau

bersama-sama variabel unit

usaha, nilai investasi, dan upah

minimum kabupaten

mempunyai pengaruh yang

36

37

Tabel 2.1 Lanjutan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

Menengah Di

Kabupaten

Semarang”.

4). Upah minimum

Kabupaten

signifikan terhadap permintaan

tenaga kerja pada Industri

Kecil dan Menengah di

Kabupaten Semarang.

Secara parsial upah minimum

kabupaten berpengaruh

negative dan signifikan

terhadap permintaan tenaga

kerja.

4.

Achma Hendra

Setiawan (2010)

“Analisis Penyerapan

Tenaga Kerja Pada

Sektor Usaha Kecil

dan Menengah

(UKM) di Kota

Semarang”

1). Jumlah unit

usaha

2). Investasi

3). Nilai output

4). Upah MInimum

Metode analisis data yang

dipergunakan dalam

penelitian ini adalah

analsis regresi berganda

dengan metode kuadrat

terkecil (Ordinary Least

Square).

Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa jumlah unit usaha, nilai

investasi, nilai output dan upah

minimum secara simultan

berpengaruh signifikan

terhadap jumlah tenaga kerja.

Jumlah unit usaha, nilai

investasi, dan upah minimum

kota secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap terhadap

jumlah tenaga kerja, sedangkan

nilai output tidak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah

tenaga kerja.

5.

University OF

“Stimulating Growth

1). Pertumbuhan

Metode yang digunakan

Hasil penelitian menunjukan

37

38

Tabel 2.1 Lanjutan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

Cambridge

(2010)

and Employment in

the UK Economy”

ekonomi dan

lapangan kerja

2). Industri

manufaktur UKM

3). Produktivitas

4). Teknik bisnis

pada penelitian ini

menggunakan metode

analisis deskriptif

kuantitatif.

bahwa pertumbuhan industri

Inggris dipengaruhi oleh

pengembangan UKM

manufaktur yang ada. UKM

juga mampu mendorong

Pertumbuhan nilai financial

(PDB) dan nilai strategis

(pertumbuhan lapangan kerja,

pengembangan modal

intelektual, dan pengembangan

kemampuan karyawan).

6.

Ariyanto (2010)

“Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga

Kerja Propinsi Jawa

Tengah Tahun 1985-

2007”

1). Penyerapan

tenaga kerja

2). PDRB

3). Pengeluaran

Pemerintah

4). Ekspor

Metode atau teknik

pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah

menggunakan teknik

kepustakaan, data

sekunder, dengan

menggunakan data deret

waktu. Alat analisis yang

digunakan dalam

penelitian ini adalah

analisis kuantitatif dengan

menggunakan ECM (Error

Correction Model).

Berdasarkan hasil analisis

ECM (Error Correction

model), dapat disimpulkan

bahwa: pertama, pertumbuhan

PDRB ternyata tidak

memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap penyerapan

tenaga kerja. Pengeluaran

pemerintah mempunyai

pengaruh negatif terhadap

penyerapan tenaga kerja Jawa

Tengah dalam jangka pendek

dan tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan dalam jangka

38

39

Tabel 2.1 Lanjutan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

panjang. Nilai ekspor

mempunyai pengaruh negatif

terhadap penyerapan tenaga

kerja Jawa Tengah dalam

jangka pendek dan tidak

mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam jangka

panjang.

7.

Maharani

Tejasari (2008)

“Peran Sektor Usaha

Kecil dan Menengah

dalam Penyerapan

Tenaga KErja dan

Pertumbuhan

Ekonomi di

Indonesia”

1) PDB UKM

2) Ivestasi UKM

3) Ekspor UKM

4) Tenaga Kerja

UKM

5) Jumlah UKM

6) Pendapatan per

kapita

7)Kredit Modal

Kerja dan Kredit

Investasi pada Usaha

Metode analisis linier

berganda adalah

menggunakan metode

OLS (Ordinary Least

Square). Data yang

digunakan adalah adata

sekunder dari tahun 1996-

2006

Hasil penelitian menunjukan

bahwa jumlah unit usaha,

Kredit Modal Kerja dan PDB

UKM secara signifikan

mempunyai pengaruh yang

positif terhadap penyerapan

tenaga kerja. Sedangkan,

Kredit Investasi secara

signifikan berpengaruh negatif

terhadap penyerapan tenaga

kerja. Pendapatan per kapita

memberikan pengaruh yang

signifikan secara negatif

terhadap penyerapan tenaga

kerja.

39

40

Tabel 2.1 Lanjutan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

kecil (KUK)

8.

Reyes Aterido

dan Mary

Hallward-

Driemeier (2007)

“Investment Climate

and Employment

Growth: The Impact

of Access to Finance,

Corruption and

Regulations Across

Firms”

1). Pertumbuhan

lapangan kerja

2). Investasi

3). Tingkat korupsi

4). Tingkat

Infastruktur

Metode yang digunakan

dalam peneletian ini

adalah analisi deskriptif

kuantitatif.

Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa iklim

investasi sangat berpengaruh

pada pertumbuhan lapangan

kerja. Iklim investasi ini

dihambat oleh tingkat korupsi

dan keadaan infastruktur yang

buruk

40

41

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintensis dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari

serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2009: 26).

Kondisi UKM di Indonesia menurut data BPS dan Kementerian

Koperasi dan UKM, mulai menunjukan adanya pertumbuhan baik dari segi

jumlah usaha, investasi, maupun kontribusinya terhadap PDB. Keterpurukan

perekonomian Indonesia pada masa krisis lalu menunjukan sektor UKM

mempunyai ketahanan yang tinggi. Berdasarkan kemampuannya dalam

menyerap tenaga kerja yang begitu besar membuktikan bahwa UKM adalah

sektor yang potensial apabila dikembangkan.

Hubungan keterkaitan antara variabel independen dengan variabel

dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan oleh teori-teori dan penelitian

terdahulu:

Berdasarkan teori klasik, permintaan tenaga kerja di sebabkan oleh

fleksibilitas suku bunga, harga output, dan upah. Sedangkan menurut Keynes,

permintaan tenaga kerja di sebabkan oleh investasi, tabungan, suku bunga, dan

tingkat upah yang berbeda. Teori lain mengatakan bahwa permintaan tenaga

kerja turunan dari fungsi produksi, dimana investasi, output, suku bunga, dan

upah menjadi faktor permintaan tenaga kerja.

Tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus

bisnis. Pergerakan ini diidentifikasi berdasarkan Hukum Okun. Salah satu

42

konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB

potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat. PDB

harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika

pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat

dari PDB potensial (Mankiw, 2007: 429). Dengan kata lain, dengan

meningkatnya PDB maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja.

Sedangkan menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani

Tejasari (2008), dan Abdul Karib (2010), yang menyebutkan bahwa variabel

jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel

penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nenik

Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) yang menyatakan bahwa variabel

jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel

permintaan tenaga kerja.

Landasan penelitian terdahulu diatas menjelaskan bahwa variabel-

variabel independen yang digunakan oleh peneliti mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen penulis, maka untuk mengetahui pengaruhnya

diperlukan sebuah analisa mengenai pengaruh variabel independen terhadap

variabele dependen secara parsial maupun simultan, dalam penelitian ini

analisa yang digunakan menggunakan metode Pooled Least Square (PLS),

yang digambarkan sebagai berikut:

43

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Pengaruh PDB UKM, Investasi, Jumlah Unit Usaha Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di

Indonesia

Pengangguran sebagai permasalahan pembangunan ekonomi pada negara

sedang berkembang

Penyerapan tenaga kerja melalui sektor UKM sebagai salah satu sektor

potensial pemberdayaan masyarakat guna mengurangi pengangguran.

Penyerapan Tenaga

Kerja Usaha Kecil

Menengah (UKM)

(Y)

PDB UKM

( x1 )

Investasi

( x2 )

Jumlah Unit

Usaha

( x3 )

Analisis Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

44

D. Hipotesis

Hipotesis sementara ini mengacu pada penelitian terdahulu yang

menyebutkan bahwa terdapat hubungan atau keterkaitan antara variabel

independen yang digunakan peneliti dengan variabel dependen, berikut

beberapa penelitian terdahulu yang memperkuat diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008) yang

menjelaskan bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh

positif secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil ini konsisten

dengan penelitian Abdul Karib (2012), Rizky Eka Puta (2012) yang

menggunakan variabel nilai produksi atau nilai output produksi untuk melihat

keterkaitannya dengan variabel penyerapan tenaga kerja. Namun terdapat

penelitian lain yang mengatakan tidak adanya pengaruh PDB atau Output

produksi terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian Achmad Hendra

Setiawan (2010) menyebutkan bahwa secara parsial nilai output tidak terdapat

pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, hal ini sejalan dengan penelitian

Ariyanto yang menjelaskan bahwa PDRB tidak berpengaruh signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdul Karib (2012),

Rizky Eka Putra (2012), Nenik Woyanti (2011), dan Reyes Aterido (2007)

yang menyatakan bahwa variabel investasi berpengaruh positif secara

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian tersebut tidak

sejalan dengan penelitian Maharani Tejasari (2008) yang menyebutkan

45

variabel investasi tidak berpengaruh terhadap variabel permintaan tenaga kerja

namun berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008),

Abdul Karib (2010), yang menyebutkan bahwa variabel jumlah unit usaha

berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga

kerja. Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nenik Woyanti dan Ayu

Wafi Lestari (2011) yang menyatakan bahwa variabel jumlah unit usaha

berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel permintaan tenaga

kerja.

Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu diatas dan perumusan

masalah pada bab sebelumnya, maka peneliti akan mejelaskan hubungan

sementara antara variabel-variabel terkait untuk dilakukan pengujian ada atau

tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil

hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah:

1. Ha : Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara variabel

independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah

Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan

Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y).

Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel

independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah

Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan

Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y).

2. Ha : Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen

nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah Unit Usaha

46

UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja

UKM Indonesia (Y).

Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel

independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah

Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan

Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y).

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam uraian Penelitian berikut ini akan di bahas tentang pengaruh nilai

PDB UKM pada penyerapan tenaga kerja UKM, tingkat investasi UKM yang

berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja UKM, dan jumlah unit usaha UKM

pada penyerapan tenaga kerja UKM, yang pada akhirnya melihat kontribusi

variabel dependen terhadap variabele independen secara parsial dan simultan.

Periode penelitian dilakukan selama 12 tahun sejak tahun 2000 sampai 2011

dengan cakupan wilayah Indonesia.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini

adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini di jelaskan

berdasarkan empat macam data yang diperoleh dari buku statistik usaha kecil

dan menengah (UKM) dari tahun 2000 sampai 2011. Empat macam data yang

digunakan tersebut sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dan diambil berdasarkan sembilan sektor ekonomi, variable

tersebut diantaranya: Penyerapan Tenaga Kerja UKM, PDB UKM, investasi

UKM, jumlah unit usaha UKM.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang dikumpulan untuk penelitian ini adalah data sekunder

bersifat makro yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Nasional,

47

48

Kementrian Koperasi dan UKM.

a. Library Research

Penulis memerlukan landasan-landasan teori yang kuat untuk

mendukung argumentasi dalam pemecahan masalah, sehingga penulis

melakukan penelitian keperpustakaan dengan menggunakan buku-

buku, artikel ilmiah, jurnal, skripsi, data internet dan data-data

dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

2. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

yang bersifat makro, antara lain: PDB UKM, investasi, jumlah unit usaha

dan penyerapan tenaga kerja UKM yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik Nasional, dan Kementrian Koperasi dan UKM.

D. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan data panel atau pooled data merupakan

kombinasi dari data yang disusun berdasarkan urutan waktu dan diambil dari

beberapa sektor. Menurut Wibisono (2005), dengan mengakomodasi informasi

baik yang terkait dengan variabel-variabel dari runtun waktu dan beberapa

daerah, perusahaan, perorangan atau sektor, data panel secara subtansial

mampu menurunkan masalah omitted-variabel, model yang mengabaikan

variabel yang relevan. Untuk mengatasi interkolerasi di antara variabel-

variabel bebas yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tidak tepatnya

penaksiran regresi, metode data panel lebih tepat untuk digunakan

(Griffiths,2001; Eviews , 2011: 51).

49

1. Metode Analisis Data Panel

Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk bekerja dengan

data panel, sebagai berikut:

a. Pooled Least square (PLS)

Mengestimasi data panel dengan metode OLS, pendekatan PLS

secara sederhana menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan

cross-section. Model data panel untuk teknik regresi adalah sebagai

berikut;

𝑌𝑖𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 𝑋3𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡

b. Fixed Effect Model (FEM)

Menambahkan model dummy pada data panel, pendekatan FEM

memperhitungkan kemungkinan bahwa penelitian menghadapi masalah

omitted-variabel, yang mungkin membawa perubahan pada intercept time

series atau cross-section. Model ini menambahkan variabel dummy untuk

mengizinkan adanya perubahan intercept. Model data panel untuk teknik

regresi adalah sebagai berikut;

𝑌𝑖𝑡 = 𝑎1 + 𝑎2𝐷2 + ⋯ + 𝑎𝑛𝐷𝑛 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡

c. Random Effect Model (REM)

Memperhitungkan error dari data panel dengan metode least square,

pendekatan REM memperbaiki efisiensi proses least square dengan

memperhitungkan error dan cross-section dan time series. Model RE

adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS). Model data

panel untuk teknik regresi adalah sebagai berikut;

50

𝑌𝑖𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2 𝑋2𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛𝑖𝑡 + 𝛼𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡

Dasar pemilihan antara Fixed Effect Model dan Random Effect

Model menurut Gujarati (2003: 637-643) adalah sebagai berikut:

1) Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah data dari cross

section) kecil, maka akan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

nilai parameter yang diestimasi oleh Fixed Effect Model dan Random

Effect Model. Pemilihan model terbaik dilakukan berdasarkan

kemudahan penghitungan sehingga Fixed Effect Model lebih baik.

2) Ketika N besar dan T kecil, estimasi yang diperoleh dari kedua metode

akan memiliki perbedaan yang signifikan. Jadi, apabila kita meyakini

bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil

secara acak maka Random Effect Model harus digunakan. Sebaliknya,

apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam

penelitian tidak diambil secara acak maka kita harus menggunakan

Fixed Effect Model.

3) Jika komponen error individual berkorelasi dengan variabel

independen X maka parameter yang diperoleh dengan Random Effect

Model akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan Fixed

Effect Model tidak bias.

4) Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari

random effect dapat terpenuhi, maka Random Effect Model akan lebih

efisien dari Fixed Effect Model.

51

Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk

pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat

dilakukan, antara lain:

d. Chow Test adalah pengujian untuk memilih apakah model yang

digunakan Pooled Least Square Model atau Fixed Effect Model.

Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Pooled Least Square Model

Ha: Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan

menggunakan F Statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow:

Chow = 𝑅𝑆𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆 / (𝑁−1)

𝑈𝑅𝑆𝑆 /(𝑁𝑇−𝑁−𝐾) ~ 𝐹α (N−1,NT−N− K)

Dimana:

RRSS = Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual

Fixed)

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel independen

Dimana pengujian ini mengikuti distribusi F yaitu F K (N – 1, NT – N –

K). Jika nilai chow statistics (F statistic) hasil pengujian lebih besar dari

F tabel, maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan

terhadap H0 sehingga model yang kita gunakan adalah Fixed Effect

Model, begitu juga sebaliknya.

52

e. Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan

kita dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau

Random Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai

berikut:

Ho: Random Effects Model

Ha: Fixed Effects Model

Sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan

dengan:

H = (𝛽𝑅𝐸𝑀 − 𝛽𝐹𝐸𝑀)′ 𝑀𝐹𝐸𝑀 − 𝑀𝑅𝐸𝑀 −1 (𝛽𝑅𝐸𝑀 − 𝛽𝐹𝐸𝑀) ~ X2 (k)

Dimana M adalah matriks kovarians untuk parameter β dan k

adalah derajat bebas yang merupakan jumlah variabel independen. Jika

nilai H hasil pengujian lebih besar dari X2 (k), maka cukup bukti untuk

melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan

adalah Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya.

f. Untuk memilih antara Random Effect Model dan Pooled Least Square

Model digunakan The Breusch-Pagan LM Test dengan menggunakan

hipotesis sebagai berikut:

Ho: Pooled Least Square Model

Ha: Random Effect Model

Nilai Breusch-Pagan LM statistik dapat dihitung berdasarkan

formula sebagai berikut:

LM = 𝑁𝑇

2 (𝑇−1)

(𝑖 𝑤 𝑖𝑡 )²𝑡 −1

𝛴𝑖 𝑤 𝑖𝑡 ²𝑡 −1 ~ X2

53

Dimana N adalah jumlah individu, T adalah jumlah periode waktu,

dan Wit adalah residual Pooled Least Square Model. The Breusch-

Pagan LM Test ini didasarkan pada distribusi Chi square dengan derajat

bebas sebesar satu. Jika hasil Breusch-Pagan LM statistik lebih besar

dari nilai X2 (1), maka Ho ditolak yang berarti Random Effect Model

lebih baik daripada Pooled Least Square Model.

Penelitian ini menggunakan analisis pendekatan secara sederhana

menggabungkan seluruh data time series dan cross-section dengan

mengestimasi data panel. Model data panel untuk teknik regresi di

formulasikan sebagai berikut;

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ℮i

Dimana :

Y : Penyerapan Tenaga Kerja UKM

X1 : Nilai PDB UKM

X2 : Nilai Investasi UKM

X3 : Jumlah Unit Usaha UKM

β1, β2, β3 : Koefisien masing-masing variabel

α : Konstanta

℮i : Error term

2. Pengujian Hipotesis

Uji statistik terhadap regresi berganda. Untuk membuktikan hipotesis

ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan atau kuat maka dilakukan dengan

uji t dan uji F.

54

a. Pengujian arti keseluruhan regresi (Uji F)

Untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang

digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen perlu dilakukan pengujian koefisien regresi

secara serempak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat

signifikansi nilai F. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Eviews

7.0.

Ho = Kedua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak

bebas.

Ha = Kedua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Dasar pengambilan keputusan menurut Gujarati (2003: 112) :

1) Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima.

2) Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima

Ha.

b. Pengujian koefisien regresi parsial (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau

individu terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi variabel yang lain

konstan. Pengujian ini dilakukan dengan melihat derajat signifikansi

masing-masing variabel bebas menggunakan Eviews 7.0.

Ho = Kedua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak

bebas.

Ha = Kedua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

55

Dasar pengambilan keputusan menurut Gujarati (2003: 168) :

1) Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima.

2) Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima

Ha.

c. Koefisien Determinasi

Besarnya koefisien determinasi (𝑅2) adalah 0 sampai 1. Semakin

mendekati 1 besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi

semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap veriabel

dependen (semakin besar kemampuan model yang dihasilkan dalam

menjelaskan perubahan nilai variabel dependen). Sebaliknya semakin

mendekati nol besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi

semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai

veriabel dependen (semakin kecil kemampuan model yang dihasilkan

dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen) Besarnya pengaruh

variabel bebas secara parsial dilihat dari besarnya determinasi parsial (𝑅2)

(Winarno, 2007: 58).

d. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Salah satu asumsi dalam penerapan data panel adalah distribusi

probabilitas dari ganggunan uji-t memiliki rata-rata yang diharapkan

sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan.

56

Untuk menguji apakah distribusi data normal dilakukan dengan uji

Jarque-Bera atau JB test.

Hipotesis:

Ho: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak berdistribusi normal

Jika nilai JB hitung > Chi Square tabel, maka hipotesis yang

menyatakan bahwa residual uji-t terdistribusi normal ditolak yang

artinya terdapat distribusi data tidak normal, dan begitu pula

sebaliknya.

2) Uji Autokorelasi

Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual

satu observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007). Uji

autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada

model regresi. Syarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya

autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering

digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan

ketentuan sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho: tidak ada autokorelasi

Ha: terdapat autokorelasi

57

a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka

hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

b) Jika dU < DW < 4-dU maka hipotesis nol diterima, yang

berarti tidak ada autokorelasi.

c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan

(4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

3) Uji Heterokedisitas

Salah satu asumsi yang penting dalam regresi linier berganda yang

harus dipenuhi agar model bersifat best linear unbiased estimator

(BLUE) adalah semua residual atau error mempunyai varian yang

sama (homoskedastisitas). Adapun yang disebut dengan

heteroskedastisitas adalah sebaliknya, yaitu semua residual atau error

mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Pada

umumnya heteroskedastisitas terjadi pada data cross section. Menurut

Gujarati (2003), jika pada model terjadi masalah heteroskedastisitas

maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan

konsisten. Dan jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang

diperoleh menjadi “misleading”.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas

dalam data panel dcigunakan metode General Least Square (Cross

Section Weights). Jika sum square resid pada Weighted Statistics lebih

kecil dari sum square resid pada unweighted statistics dapat dikatakan

bahwa dalam model panel tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas.

58

Cara yang dilakukan untuk menghilangkan masalah

heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white

heteroskedasticity.

4) Uji Multikolinearitas

Hubungan yang menyatakan bahwa linear sempurna atau pasti, di

antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model

regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau

dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika

koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar

dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas dan sebaliknya.

E. Operasional Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian “Pengaruh PDB UKM, Investasi, Jumlah

Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia Periode

2000-2011”, maka terdapat variabel dependen dan independen. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja UKM, dan

variabel independen dalam penelitian ini adalah PDB UKM, investasi, jumlah

unit usaha. Untuk mengukur variabel-variabel diatas, penulis terlebih dahulu

akan menjelaskan dan menentukan indikator yang terkait pada variabel

tersebut.

59

1. Penyerapan Tenaga Kerja UKM

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat

tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan.

Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila

unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau

seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan

pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang

bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2003). Satuan yang digunakan pada

variabel ini adalah jiwa.

2. Produk Domestik Bruto UKM

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan

pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering

dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB

adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam satuan nilai uang tertentu

selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2007: 429). Menurut

Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk Domestik Bruto

(PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu Negara

dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun). Satuan yang

digunakan pada variabel ini adalah milyar rupiah.

60

3. Investasi UKM

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang

dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapat

keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara

professional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang

ditanggung (Raselawati, 2010). Investasi adalah suatau kegiatan

penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan

harapan untuk memperoleh keuntungan (gain/benefit) dimasa-masa yang

akan datang (Kementerian Koperasi dan UKM 2011). Satuan yang

digunakan pada variabel ini adalah milyar rupiah.

4. Jumlah Unit Usaha UKM

Menurut Matz (2003) dalam penelitian Wicaksono (2010), dengan

adanya peningkatan investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan

penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya

peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang

ada pada industri tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan maka akan

meningkatkan jumlah output yang akan dihasilkan sehingga lapangan

pekerjaan meningkat dan akan mengurangi pengangguran atau dengan kata

lain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut

Karib (2012: 60) jumlah unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja

pada sektor industri, dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha. Satuan

yang digunakan pada variabel ini adalah unit.

61

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Jenis Variabel Indikator Definisi Variabel

Dependen Penyerapan Tenaga

Kerja

Penyerapan tenaga kerja dalam penelitian

ini menggunakan perkembangan jumlah

penyerapan tenaga kerja UKM menurut

sektor ekonomi tahun 2000-2011. Satuan

jiwa.

Independen PDB UKM PDB yang digunakan pada penelitian ini

adalah PDB UKM menurut sektor atas

dasar harga konstan 2009. Satuan milyar

rupiah.

Independen Investasi UKM Investasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perkembang jumlah

investasi UKM menurut sektor ekonomi

berdasarkan harga konstan 2000. Satuan

juta rupiah.

Independen Jumlah Unit Usaha

UKM

Jumlah unit usaha UKM yang digunakan

dalam penelitian ini adalah,

Perkembangan jumlah usaha UKM

menurut sektor ekonomi tahun 2000-

2011. Satuan unit.

62

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Berdasarkan UUD 1945 yang telah di amandemenkan, khususnya

Pasal 33 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial.

Pemberdayaan terhadap UKM di Indonesia merupakan implementasi

tentang demokrasi ekonomi. Pada ayat 4 dipertegas bahwa perekonomian

nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, kemandirian, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional.

Sejarah menunjukan bahwa gagasan dan pemikiran membangun

ekonomi nasional berlandaskan demokrasi ekonomi dan berpihak kepada

kelompok uasah kesil dan menengah (UKM) telah lama menjadi agenda

pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2008. Pada Pasal 5 dijelaskan bahwa salah satu

tujuan pemberdayaan UKM adalah mewujudkan struktur perekonomian

nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.

Pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi sangat

strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan

ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan

62

63

sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.

(Kementerian Koperasi dan UKM, 2010: 1). Pada Pasal 5, Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan juga bahwa salah satu tujuan

pemberdayaan UKM adalah meningkatkan peran usaha kecil dan

menengah (UKM) dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,

pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat

dari kemiskinan.

2. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Kajian Departement Koperasi dan UKM tahun 2006 mengatakan

bahwa, dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu

digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peran penting, karena

sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup

dalam kegiatan di sektor tradisional dan moderen, baik dalam usaha kecil

maupun usaha menengah. Peranan usaha tersebut menjadi bagian yang

diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola

oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan,

serta Departemen Koperasi dan UKM.

Tabel 4.1 Perkambangan UKM Tahun 2010-2011

2010 2011

Pdb 1282.6 T 1369.3 T

Investasi 247.1 T 260.9 T

Unit usaha 53.823.732 55.206.444

Penyerapan tenaga kerja 99.401.775 101.722.458

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah

64

Perkembangan jumlah UKM periode 2010-2011 mengalami

peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun

2010, menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan presentase sebesar

99,99 persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi lain, pada

tahun 2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat

sebesar Rp. 1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada

tahun 2011 kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000

sebesar Rp. 1.369,3 triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8

triliun atau 6,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,

pada tahun 2010 peran UKM dalam pembentukan investasi nasional

menurut harga konstan 2000 tercatat Rp. 247,1 triliun atau sebesar 48,34

persen dari total investasi nasional yang sebesar Rp. 511,2 triliun,

sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami peningkatan sebesar

Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun atau 49,11

persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun, sedangkan

penyerapan tenaga kerja pada UKM setiap tahunya mengalami

peningkatan, terlihat pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang diserap

UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22 persen dari total penyerapan

tenaga kerja yang ada, kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi

sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari total

penyerapan tenaga kerja di Indonesia (Kementerian Koperasi dan UKM,

2011: 7-20).

65

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

a. Analisa Deskriptif Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah

Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia.

Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih)

yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan

yang sedang mencari pekerjaan (Statistik UKM, 2012: 2). Sedangkan

menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan. Tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Permintaan tenaga kerja dapat diturunkan dari fungsi produksi

suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input

atau masukan (faktor produksi) kedalam output atau keluaran, dimana

asumsi dalam proses produksi tersebut hanya menggunakan dua jenis

faktor produksi yaitu tenaga kerja (L), dan modal (K) (Mankiw, 2003:

49).

Penyerapan tenaga kerja merupakan modal dasar bagi

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, dimana tenaga kerja

mempunyai kemampuan dalam menciptakan nilai tambah berbeda

antar kelompok usaha satu dengan yang lainnya. Seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan unit usaha UKM, pertumbuhan UKM

66

dalam pembentukan PDB, meningkatnya jumlah investasi pada UKM,

dapat mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada setiap

sektor dan tahunnya.

Gambar 4.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UKM Menurut

Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah

Pada gambar 4.1 terlihat bahwa secara keseluruhan rata-rata

penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun 2000

sampai 2011, terdapat tiga sektor penyumbang terbesar penyerapan

tenaga kerja UKM, masing-masing sektonya adalah : (1) Pertanian,

Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel, dan

Restoran; (3) Industri Pengolahan. Penyumbang terbesar pertama

penyerapan tenaga kerja adalah sektor Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan, pada tahun 2011 sumbangan sektor tersebut

43.081.018 jiwa, hal tersebut menggambarkan bahwa Indonesia adalah

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

45000000

50000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jiw

a

Sektor Ekonomi PPKPSektor Ekonomi PPGSektor Ekonomi IPSektor Ekonomi LGASektor Ekonomi BSektor Ekonomi PHRSektor Ekonomi PkomSektor Ekonomi KPJ

67

Negara agraris yang masih menggantungkan perekonomian pada

sumber daya alam yang ada atau dengan kata lain sebagian besar

wilayah Indonesia strategis untuk mengembangkan sektor pertanian

perikanan peternakan dan kehutanan. Keadaan ini menjelaskan juga

bahwa pasar tenaga kerja informal lebih dominan dibanding pasar

tenaga kerja formal.

Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dalam penyerapan tenaga

kerja adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada tahun 2011

sumbangan sektor ini adalah 22.108.306 jiwa, namun pada tahun 2008

sektor ini mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja dari

23.112.280 jiwa menjadi 20.586.019 jiwa. Salah satu alasan penurunan

terjadi pada sektor ini bisa disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi

global yang melanda perekonomian negara-negara tujuan ekspor

perdagangan Indonesia, yang menyebabkan tingkat permintaan

menurun dan produktifitas cenderung menurun.

Penyumbang penyerapan tenaga kerja ketiga adalah sektor Industri

Pengolahan, pada tahun 2011 sektor Industri Pengolahan mampu

menyerap 11.877.631 jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa negara

Indonesia belum berorientasi sepenuhnya kepada perekonomian

berbasis industri dikarenakan sektor pertanian perikanan atau sektor

agribisnis masih sangat dominan pada perekonomian negara sedang

berkembang.

68

Penyerapan tenaga kerja yang begitu besar yang mampu diserap

UKM didukung pula oleh kesempatan kerja yang mampu diciptakan

oleh UKM itu sendiri, salah satu alasannya adalah karena UKM

merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap PDB.

Kemampuan UKM dalam menciptakan nilai tambah atau dalam

pembentukan nilai output setiap tahunnya ini sangat berpengaruh positif

dalam menciptakan peluang atau kesempatan kerja bagi masyarakat.

b. Analisa Deskriptif Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Kecil dan

Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di

Indonesia.

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi

dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya satu

tahun). Berdasarkan hukum Okun tingkat pengangguran berbanding

terbalik dengan output selama siklus bisnis, artinya pembentukan

kenaikan PDB akan mempengaruhi jumlah kenaikan penyerapan tenaga

kerja.

69

Gambar 4.2 PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-

2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah

Pada gambar 4.2 terlihat bahwa terdapat tiga sektor yang menjadi

penyumbang besar untuk pembentukan PDB Indonesia, (1)

Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (2) Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan; (3) Industri Pengolahan. Secara keseluruhan

dari tahun 2000 sampai 2011, rata-rata setiap sektor mengalami

kenaikan pembentukan PDB, pada tahun 2011 sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran adalah sektor terbesar pertama penyumbang

pembentukan PDB sebesar Rp.361.705,8 milyar. Kemudahan

masyarakat untuk masuk ke dalam pasar dan memperoleh pembiayaan

dari bank adalah salah satu faktor yang menyebabkan sektor ini mampu

berkontribusi besar pada PDB. Penyumbang terbesar kedua PDB pada

tahun 2011 adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan sebesar Rp.301.886,7 milyar, dan penyumbang terbesar PDB

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rp

. Mili

ar

Sektor Ekonomi PPKPSektor Ekonomi PPGSektor Ekonomi IPSektor Ekonomi LGASektor Ekonomi BSektor Ekonomi PHRSektor Ekonomi PkomSektor Ekonomi KPJ

70

ketiga pada tahun 2011 adalah sektor Industri Pengolahan sebesar Rp.

191.551,9 milyar, pada Industri Pengolahan sebagian besar berorientasi

kepada bahan setengah jadi yang akan di ekspor, oleh karena itu

pertumbuhan PDB sektor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi

perekonomian global.

c. Analisa Deskriptif Investasi Usaha Kecil dan Menengah Menurut

Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia.

Gambar 4.3 Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun

2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah

Investasi nasional dibutuhkan untuk membuka iklim dunia usaha

lebih luas dalam upaya penyerapan angka tenaga kerja. Pada tahun

2011 UKM mampu menyerap Rp. 260.934.760 juta dari total investasi

nasional Rp. 531. 342.647 juta, 49,11% UKM mampu menyerap

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

70000000

80000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rp

. Ju

ta

Sektor Ekonomi PPKPSektor Ekonomi PPGSektor Ekonomi IPSektor Ekonomi LGASektor Ekonomi BSektor Ekonomi PHRSektor Ekonomi PkomSektor Ekonomi KPJ

71

investasi dan 50,89% investasi diserap oleh usaha besar artinya

pembentukan investasi di dominasi oleh usaha besar. Pada gambar 4.4

diatas sektor pengangkutan dan komunikasi mendominasi penyerapan

investasi dari tahun 2000-2011, hal ini disebabkan sektor ini merupakan

sektor padat modal dan pada sektor pengangkutan dan komunikasi

memiliki daya saing rendah dibanding sektor yang berorientasi pada

perdagangan, meskipun sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

mampu menyerap investasi terbesar kedua setiap tahunnya dari tahun

2000-2011.

d. Analisa Deskriptif Jumlah Unit Usaha Usaha Kecil dan Menegah

Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia.

Gambar 4.4 Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor

Ekonomi Tahun 2000-2011

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah

Sektor UKM mempunyai nilai proposi unit usaha yang besar

terhadap total usaha nasional. Kemampuan UKM dalam meningkatkan

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

Un

it

Sektor Ekonomi PPKP

Sektor Ekonomi PPG

Sektor Ekonomi IP

Sektor Ekonomi LGA

Sektor Ekonomi B

Sektor Ekonomi PHR

Sektor Ekonomi Pkom

Sektor Ekonomi KPJ

Sektor Ekonomi Jswas

72

unit usaha mampu menunjang usaha pemerintah dalam pengentasan

pengangguran. Pada gambar 4.4 diatas secara keseluruhan jumlah unit

usaha didominasi oleh tiga sektor yaitu; (1) Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (3)

Industri Pengolahan. Pada tahun 2011 sektor Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan mampu membentuk unit usaha sebesar

26.967.963 unit. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran mampu

membentuk unit usaha sebesar 15.918.251 unit, dan sektor Industri

Pengolahan mampu membentuk unit usaha sebesar 3.538.070 unit, hal

ini sejalan dengan data pada gambar 4.2, tenaga kerja terbesar diserap

oleh tiga sektor tersebut.

2. Estimasi Model Data Panel

Analisis model data panel menggunakan tiga macam pendekatan estimasi

yaitu, (a) pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS); (b)

pendekatan efek tetap Fixed Effect Model (FEM); (c) pendekatan efek acak

Random Effect Model (REM).

a. Pooled Least square (PLS)

Pendekatan PLS secara sederhana menggabungkan (pooled)

seluruh data time series dan cross-section. Model ini mengestimasi data

panel dengan metode OLS (Ordinary Least Square) sebagai salah satu

syarat melakukan uji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini

73

menggunakan program E-Views 7.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut;

Tabel 4.2

R-squared 0.967906

Adjusted R-squared 0.967295

Sumber: Lampiran 5

b. Fixed Effect Model (FEM)

Model ini mengestimasi data panel dengan metode OLS (Ordinary

Least Square) sebagai pembanding pada uji F-Restricted. Pengolahan

estimasi model ini menggunakan program E-Views 7.0 dan didapatkan

hasil sebagai berikut;

Tabel 4.3

R-squared 0.999347

Adjusted R-squared 0.999272

Sumber: Lampiran 12

c. Chow Test

Pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled

Least Square Model atau Fixed Effect Model, maka digunakan uji F-

Restricted dengan membandingkan F-statistik dan F-tabel. Dalam

pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Pooled Least Square Model (Restricted)

Ha: Fixed Effect Model (Unrestricted)

74

Tabel 4.4 Chow Test

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: FEM

Test cross-section and period fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 42.026697 (8,85) 0.0000

Cross-section Chi-square 172.852787 8 0.0000

Period F 3.029921 (11,85) 0.0019

Period Chi-square 35.728424 11 0.0002

Cross-Section/Period F 18.011276 (19,85) 0.0000

Cross-Section/Period Chi-square 174.380513 19 0.0000

Sumber: Lampiran 7

Pada tabel 4.3 diperoleh nilai F-statistik adalah 42.026697, dengan

nilai F-tabel pada df(8,85) α = 5% adalah 2.03, sehingga nilai F-statistik

> F-tabel, maka Ho ditolak sehingga model data panel yang dapat

digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

d. Random Effect Model (REM)

Pendekatan REM memperbaiki efisiensi proses least square

dengan memperhitungkan error dan cross-section dan time series. Model

REM adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS) untuk

menguji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini menggunakan

program E-Views 7.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut;

Tabel 4.5

R-squared 0.721494

Adjusted R-squared 0.713460

Sumber: Lampiran 8

75

e. Hausman Test

Pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih

apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect Model,

sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi-square. Pengujian ini dilakukan dengan

hipotesis sebagai berikut:

Ho: Random Effects Model (Restricted)

Ha: Fixed Effects Model (Unrestricted)

Tabel 4.6 Hausman Test

Hausman test for fixed versus

random effects

chi-sqr(3) = 34.099289

p-value = 1.888E-07

Sumber: Lampiran 9

Pada tabel 4.6 diperoleh nilai chi-square (statistic) adalah

34.099289, dengan nilai Chi-square (tabel) pada df(3) α = 5% adalah

7.81, sehingga nilai Chi-square (statistic) > Chi-square (tabel), maka

Ho ditolak sehingga model data panel yang dapat digunakan adalah

Fixed Effect Model (FEM).

76

3. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Salah satu asumsi dalam penerapan data panel adalah distribusi

probabilitas dari ganggunan uji-t memiliki rata-rata yang diharapkan

sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan.

Untuk menguji apakah distribusi data normal dilakukan dengan

membandingkan nilai JB hitung dengan Chi Square tabel, dalam

pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak berdistribusi normal

Tabel 4.7

Jarque-Bera 0.78

Chi Square 7.81

Sumber: Lampiran 10

Pada table 4.7 diperoleh nilai JB hitung sebesar 0.78, dan nilai Chi

Square tabel df(3), α = 5% adalah 7.81. Sehingga nilai Chi-square

(tabel) > JB hitung, maka Ho diterima sehingga data dalam penelitian

ini berdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual

satu observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007). Uji

autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi

77

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada

model regresi. Pada lampiran 6 uji Fixed Effect Model, diperoleh nilai

Durbin-Watson sebesar 0.705279, sedangkan nilai dL= 1.64878 dan

nilai dU= 1.72413. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai dL > dw dan

nilai dU > dw, yang artinya terdapat indikasi autokorelasi. Sehingga

dilakukan corss-section SUR pada Fixed Effect Model agar terbebas

dari indikasi autokolerasi, dalam pengujian ini dilakukan hipotesis

sebagai berikut:

Ho: tidak ada autokorelasi

Ha: terdapat autokorelasi

Pada hasil regresi lampiran 12 didapatkan bahwa DW statistik

bernilai 1.911791, sedangkan nilai dL= 1.64878 dan nilai dU=

1.72413. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai DW lebih besar dari

dU atau lebih kecil dari (4-dU) maka hopotesis nol diterima, yang

berarti tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Heterokedisitas

Mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam

data panel dcigunakan metode General Least Square (Cross Section

Weights). Jika Sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil

dari Sum square resid pada Unweighted Statistics dapat dikatakan

bahwa dalam model panel tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas.

Cara yang dilakukan untuk menghilangkan masalah

heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white

heteroskedasticity.

78

Tabel 4.8

Sum squared (Weighted) 107.6264

Sum squared (Unweighted) 1.31E+14

Sumber: Lampiran 12

Pada tabel 4.8 diperoleh hasil regresi Sum squared pada Weighted

sebesar 107.6264, sedangkan Sum squared pada Unweighted sebesar

1.31E+14. Nilai Sum squared pada Weighted lebih besar dibandingkan

dengan nilai Sum squared pada Unweighted. Maka dari itu data

regresi penelitian ini terbebas dari masalah heterokedisitas.

d. Uji Multikoliniearitas

Multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi

masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara

masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi

multikolinearitas dan sebaliknya.

Hasil coefficient Covarian Matrix pada lampiran 11 menjelaskan

bahwa nilai koefisien masing-masing variabel bebas tidak melebihi

0.8, maka dapat dikatakan bahwa data penelitian ini terbebas dari

masalah multikolinearitas.

79

4. Pengujian Hipotesis

Tabel 4.9 Hasil Estimasi

Variable Coefficient t-Statistic Prob. C 4417704. 47.05674 0.0000

PDB? 10.33884 7.679656 0.0000

INVEST? 0.001272 0.860864 0.3915

UNIT? 0.763684 30.40287 0.0000

Fixed Effects (Cross)

PPKP-- C 13501108

PPG-- C -4097600.

IP— C 1390088.

LGA— C -4320381.

B— C -3269353.

PHR-- C 3469603.

Pkom-- C -3063451.

KPJ-- C -4665094.

Jswas-- C 1055080.

R-squared 0.999347

Adjusted R-squared 0.999272

F-statistic 13356.83

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Lampiran 12

Model data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat

di jelaskan melalui persamaan sebagai berikut;

PTK = 4417704 + 10.33884 PDB + 0.001272 Invest

+ 0.763684 Unit + ℮

Dimana:

Y : PTK (Penyerapan Tenaga Kerja UKM)

X1 : PDB (Produk Domestik Bruto UKM)

X2 : Invest (Investasi UKM)

X3 : Unit (Jumlah Unit Usaha UKM)

℮ : error term

80

a. Analisis Pengaruh PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit

Usaha UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia

(secara parsial).

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

(PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM) berpengaruh

secara parsial terhadap variabel terikat (Penyerapan Tenaga Kerja UKM)

dan seberapa besar pengaruhnya secara parsial, yaitu dengan

membandingkan nilai t-statistik masing masing variabel dengan nilai t-

tabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α

= 5%, df= 104, maka diperoleh t-tabel 1.65. Berdasarkan hasil regresi

tabel 4.8, maka kita dapat menentukan hipotesis sebagai berikut :

1. Variabel PDB UKM, t-statistik > t-tabel yang berarti Ho ditolak.

2. Variabel Investasi UKM, t-statistik < t-tabel yang berarti Ho diterima.

3. Variabel Jumlah Unit Usaha UKM, t-statistik > t-tabel yang berarti Ho

ditolak.

Hasil estimasi diatas menjelaskan bahwa variabel PDB UKM

berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di

Indonesia. Hal ini dikatahui dari nilai t-statistik (7.679656) > t-tabel (1.65)

dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Menurut Karib (2012),

penciptaan PDB atau nilai output produksi berhubungan dengan

memaksimumkan laba pengusaha yang menjadi bahan pertimbangan suatu

perusahaan untuk memperkirakan hasil output dari penambahan pekerja,

dengan kata lain meningkatnya output akan meningkatkan juga tenaga

81

kerja yang diminta oleh suatu perusahaan. Pernyataan tersebut diperkuat

oleh penelitian Tejasari (2008), pertumbuhan PDB merupakan salah satu

dari penciptaan kesempatan kerja, karena dengan adanya pertumbuhan

maka diperlukan adanya tambahan input. Input tersebut adalah tenaga kerja

yang merupakan fungsi produksi dari PDB.

Pada variabel investasi UKM memiliki hasil yang tidak

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia. Hal ini

dijelaskan berdasarkan hasil estimasi dari nilai t-statistik (0.860864) < t-

tabel (1.65) dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Menurut

Ariyanto (2010), pemerintah lebih mengutamakan investasi padat modal

dibanding investasi padat karya. Hal tersebut di perkuat pernyataan Tejasari

(2008), menyatakan investasi tidak berpengaruh pada penyerapan tenaga

kerja UKM yang disebabkan investasi lebih banyak digunakan untuk

investasi padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap

sumber daya manusia.

Hasil estimasi pada variabel jumlah unit usaha UKM

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif

terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia. Hal ini diketahui dari

nilai t-statistik (30.40287) > t-tabel (1.65) dengan tingkat keyakinan

sebesar 95% (α = 5%). Hal tersebut menjelaskan bahwa jika jumlah unit

usaha UKM meningkat maka penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM

juga meningkat. Pada tabel 4.8 koefisien regeresi variabel Jumlah unit

usaha UKM sebesar 0.763684, berarti setiap peningkatan unit usaha UKM

82

sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan kenaikan penyerapan tenaga kerja

UKM sebesar 0.763684 persen, cateris paribus. Hal ini diperkuat oleh penelitian

Tejasari (2008), yang mengatakan bahwa peningkatan jumlah usaha sama

artinya dengan menambah jumlah lapangan usaha sehingga kesempatan

kerja akan terbuka. Kondisi tersebut akan menyerap tenaga kerja yang

tersedia pada jumlah unit usaha baru yang membutuhkan sumber daya

manusia untuk pengelolaannya.

b. Analisis Pengaruh PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit

Usaha UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia

(secara simultan).

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabell bebas

berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat dan seberapa besar

pengaruhnya secara simultan, maka digunakan uji F dengan

membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel dalam menolak atau

menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5%, 𝑑𝑓1= 3, 𝑑𝑓2= 104,

dan nilai F-statistik 13356.83.

Berdasarkan hasil estimasi nilai F-statistik (13356.83) > F-tabel

(2.68), maka Ho ditolak yang artinya variabel bebas (PDB UKM, Investasi

UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM) berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap variabel terikat (Penyerapan Tenaga Kerja UKM) pada

tingkat kepercayaan 95 persen.

83

c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8, nilai adjusted R-

squared adalah sebesar 0.9992. Hal ini menunjukan bahwa 99,92 persen

penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Indonesia dapat dijelaskan

oleh PDB UKM, Investasi UKM, dan unit usaha UKM. Sedangkan 0,08

persen variabel penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 4.9.1 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model

Variabel Coefficient Indv Effect

C 4417704.

Fixed Effects (Cross)

PPKP-- C 13501108 17918812

PPG-- C -4097600. 320104

IP— C 1390088. 5807792

LGA— C -4320381. 97323

B— C -3269353. 1148351

PHR-- C 3469603. 7887307

Pkom-- C -3063451. 1354253

KPJ-- C -4665094. -247390

Jswas-- C 1055080. 5472784

Sumber : Lampiran 12, diolah

1). Analisis Persektor Usaha Kecil Menengah terhadap Penyerapan tenaga

kerja Indonesia.

a) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan akan

mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja

sebesar: 17.918.812 jiwa.

84

b) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor pertambangan dan penggalian akan mempunyai pengaruh

individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 320.104 jiwa.

c) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor industri pengolahan akan mempunyai pengaruh individu

terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 5.807.792 jiwa.

d) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor listrik, gas dan air bersih akan mempunyai pengaruh

individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 97.323 jiwa.

e) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor bangunan akan mempunyai pengaruh individu terhadap

penyerapan tenaga kerja sebesar: 1.148.351.

f) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor perdagangan, hotel dan restoran akan mempunyai pengaruh

individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 7.887.307

jiwa.

g) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

85

sektor pengangkutan dan komunikasi akan mempunyai pengaruh

individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 1.354.253

jiwa.

h) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan akan mempunyai

pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: -

247.390 jiwa.

i) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka

sektor jasa-jasa swasta akan mempunyai pengaruh individu

terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 5.472.784 jiwa.

Berdasarkan kajian INFOKOP Nomor 25 Tahun 2004, strategi

untuk meningkatkan penyedian lapangan kerja yang sesuai dengan

karakteristik Indonesia adalah melalui perbaikan produktifitas

perusahaan. Prioritas penanganan perbaikan produktifitas perusahaan

pada usaha kecil dan menengah dapat diarahkan dengan tiga fokus

utama yaitu:

a) Sektor industri pengolahan

b) Sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

c) Sektor pertanian terutama sub sektor peternakan, perkebunan

budidaya laut dan sub sektor hortikultura.

86

Jika mengacu dengan hasil estimasi dan kajian INFOKOP,

berdasarkan hasil sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

(KPJ), tidak memberikan pengaruh individu besar dalam penyerapan

tenaga kerja, hal ini karena pada keadaan nyata UKM sendiri tidak

bergerak pada sektor tersebut, dimana sektor KPJ itu sendiri bergerak

pada kegiatan perantara keuangan, asuransi, dan pensiun. Pada hasil

diatas sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan memang

menjadi sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja, hal ini

sesuai dengan karakteristik Indonesia yang memang negara agraris

dan maritim, analisis lainnya mengacu kepada grafik 4.1 penyerapan

tenaga kerja yang menggambarkan bahwa hasil analisis individu

dengan data grafik berbanding lurus, yang artinya pada keadaan riil

penyerapan tenaga kerja masih cenderung dominan pada sektor

pertanian. Sektor lain yang mampu menyediakan dan mempunyai

kemampuan penyerapan tenaga kerja lainnya adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran, Industri pengolahan, dan jasa swasta.

Hasil ini sesuai dengan grafik jumlah unit usaha 4.3 yang lebih

dominan pada beberapa sektor yang disebutkan tersebut setelah sektor

pertanian.

Sedangkan dari hasil estimasi individu diatas diketahui terdapat

tiga sektor pula yang mempunyai pengaruh individu terkecil pada

penyerapan tenaga kerja. Sektor pertama adalah keuangan, persewaan

dan jasa perusahan, seperti yang telah dijelaskan diatas UKM tidak

banyak bergerak pada sektor ini. Sektor kedua adalah sektor listrik,

87

gas dan air (LGA), kemudian yang ketiga adalah sektor penggalian

dan pertambangan (PPG), UKM tidak banyak bergerak pada kedua

sektor tersebut. Hal ini dikarenakan pada sektor LGA dan PPG lebih

didominasi oleh usaha besar yang menggunakan modal besar dan

menggunakan banyak teknologi dan peralatan produksi yang tidak

banyak mempergunakan sumber daya manusia.

2). Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan

teori ekonomi atau penelitian terdahulu:

a) Produk Domestik Bruto (PDB) UKM

Hasil estimasi variabel PDB UKM tidak berpengaruh

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia,

dengan nilai t-statistik (7.679656) > t-tabel (1.65) dan nilai

probabilitas 0.0000 lebih kecil dari derajat signifikansi 5%. Hasil

tersebut sesuai dengan teori Okun yang mengatakan tingkat

pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus

bisnis. Salah satu konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil

harus tumbuh secepat PDB potensial untuk menjaga agar tingkat

pengangguran tidak meningkat. PDB harus tetap melaju untuk

menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika pengangguran ingin

diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat dari PDB

potensial (Mankiw, 2007: 249).

Hal ini sesuai dengan penelitian Karib (2012) dan Tejasari

(2008), yang menyebutkan bahwa nilai output atau PDB

88

berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Menurut Karib, penciptaan PDB atau nilai output produksi

berhubungan dengan memaksimumkan laba pengusaha yang

menjadi bahan pertimbangan suatu perusahaan untuk

memperkirakan hasil output dari penambahan pekerja, dengan

kata lain meningkatnya output akan meningkatkan juga tenaga

kerja yang diminta oleh suatu perusahaan. Pernyataan tersebut

diperkuat oleh penelitian Tejasari, pertumbuhan PDB merupakan

salah satu dari penciptaan kesempatan kerja, karena dengan

adanya pertumbuhan maka diperlukan adanya tambahan input.

Input tersebut adalah tenaga kerja yang merupakan fungsi

produksi dari PDB.

Hasil estimasi ini menggambarkan bahwa pada keadaan rill.

UKM tetap mampu menjadi penyumbang PDB nasional terbesar

walaupun sudah berlakunya perjanjian CAFTA yang berdampak

pada banyak barang impor murah yang membanjiri Indonesia.

Artinya bahwa UKM mempunyai ketahanan dalam menghadapi

keadaan krisis serta gempuran barang impor, sehingga pada sektor

UKM sangat potensial sekali untuk dikembangkan guna

meningkatkan penyerapan tenaga kerja Indonesia.

89

b) Investasi UKM

Hasil estimasi variabel investasi UKM tidak berpengaruh

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia,

dengan nilai t-statistik (0.860864) < t-tabel (1.65) dan nilai

probabilitas 0.3915 lebih besar dari derajat signifikansi 5%. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Maharani Tejasari (2008),

menyatakan kredit investasi tidak berpengaruh pada penyerapan

tenaga kerja UKM yang disebabkan investasi lebih banyak

digunakan untuk investasi padat modal sehingga kurang adanya

pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Hasil tersebut di

perkuat penyataan teori Harrod Domar dalam konsep ICOR yang

menyatakan bahwa tujuan penanaman modal adalah untuk

menggantikan alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi dan

untuk memperpanjang nilai kegunaan alat-alat modal. (Amalia,

2007: 14). Hal tersebut menjelaskan bahwa meskipun terjadi

penggantian barang modal, nilai tenaga kerja yang digunakan

untuk oprasional barang modal tersebut tetap konstan. Selain itu

pada keadaan nyatanya investasi yang dilakukan pemerintah ini

menjelaskan bahwa investasi hanya menjadi backup yang artinya

pemerintah biasanya hanya memperbaiki atau meningkatkan

infrastruktur guna meningkatkan minat insvestor untuk membuka

usahanya pada wilayah tertentu, dengan kata lain investasi tidak

memiliki pengaruh secara langsung terhadap penyerapan tenaga

kerja sesuai dengan hasil regresi diatas.

90

c) Jumlah Unit Usaha UKM

Hasil estimasi variabel Jumlah Unit Usaha UKM berpengaruh

signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor

UKM di Indonesia, dengan nilai t-statistik (30.40287) > t-tabel

(1.65) dan nilai probabilitas 0.0000 lebih kecil dari derajat

signifikansi 5%. Hasil tersebut sejalan juga dengan hasil penelitian

Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) yang menyatakan

Variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan

Menengah di Kabupaten Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin banyak unit usaha pada Industri Kecil dan Menengah,

permintaan akan tenaga kerja juga akan semakin meningkat.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Maharani Tejasari

(2008), jumlah unit usaha mempunyai hubungan yang positif

dengan penyerapan tenaga kerja sehingga peningkatan jumlah

usaha sama artinya dengan menambah jumlah lapangan usaha

sehingga kesempatan kerja akan terbuka. Kondisi tersebut akan

menyerap tenaga kerja yang tersedia pada jumlah unit usaha baru

yang membutuhkan sumber daya manusia untuk pengelolaannya.

Hasil estimasi ini menjelaskan dan memperkuat bahwa pada

keadaan rill, aktifitas kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia

cenderung pada kegiatan berskala kecil dan sedang atau menegah,

dimana tingkat jumlah unit usaha UKM menggambarkan bahwa

banyaknya pelaku ekonomi pada UKM sendiri sehingga dapat

menjadi sektor potensial dalam penyerapan tenaga kerja Indonesia.

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM)

dijelaskan bahwa secara simultan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah

unit usaha UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2011 pada tingkat

kepercayaan 95 persen.

2. Secara parsial hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model

(FEM) menjelaskan bahwa investasi UKM tidak berpengaruh signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia pada tahun

2000 sampai 2011. Sedangkan PDB UKM dan jumlah unit usaha

berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja

sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2011.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan

oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Kontribusi UKM dalam penciptaan PDB nasional begitu tinggi,

pemerintah harus menjadi regulator untuk melindungi dan mengawasi

hasil output pelaku UKM agar tetap bisa bersaing dengan produk luar

89

92

yang banyak beredar di dalam negeri agar tingkat output UKM dapat

memenuhi permintaan masyarakat dan tidak menyebabkan over produksi

yang diakibatkan tidak diminatinya produk dalam negeri oleh masyarakat

dalam negeri yang akhir-akhir ini cenderung banyak mengkonsumsi

produk luar negeri, karena over produksi akan menyebabkan laba yang

tidak maksimum dan cenderung mengarah pada pemangkasan pekerja.

2. Jumlah unit usaha UKM yang lebih dominan dibanding usaha besar,

menjadi unggulan UKM dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini

memaksa pemerintah agar meningkatkan investasi pada sektor padat

karya agar keunggulan jumlah unit usaha UKM yang dominan dapat

berimplikasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang berorientasi

memaksimalkan sumber daya manusia yang ada.

3. Dukungan pemerintah dalam investasi hanya bersifat sebagai backup atau

penataan infrastruktur, pemerintah harus meningkatkan lagi hal-hal kecil

yang mendukung perkembangan UKM dalam negeri, seperti dalam hal

kemudahan pembiayaan kredit langsung baik secara birokrasi dan tingkat

bunga yang diberikan, agar investasi pemerintah yang cenderung lebih

kepada padat modal dapat diserap oleh UKM dengan baik guna

meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan dapat meningkatkan

perekonomian Indonesia itu sendiri.

93

DAFTAR PUSTAKA

Ajija. Shochrul R. Dyah W. Sari. Rahmad H. Setianto. dan Martha R. Primati.

2011. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. Salemba Empat. Jakarta.

Akmal, Roni. 2010. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga

Kerja di Indonesia. Institut Pertanian Bogor.

Amalia. Lia. 2007. “Ekonomi Pembangunan”. Graha Ilmu. Jakarta.

Arianto. 2010. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga

kerja propinsi jawa tengah tahun 1985-2007”. Universitas Sebelas

Maret.

Badan Pusat Statistik. 2006-2011. Keadaan Angkatan Tenaga Kerja Indonesia.

BPS. Jakarta.

Bellante, Don; Jacson Mark. 1990. “Ekonomi Ketenaga Kerjaan” (terjemah).

Jakarta. Lembaga Penerbit FE-UI.

Gujarati, Damodar. 2003. “Ekonometri Dasar” (terjemah). Jakarta. Erlangga

Hallword-Deremeier, Mary dan Reyes Aterido. 2007. “Investment Climate a.nd

Employment Growth: The Impact of Acces to Finance, Corruption and

Regulations Acrocs Firm. Inter-American Development Bank.

Hamid, Abdul. 2009. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Heatubun, Adolf Bastian. 2008. “Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam

Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor”. Institut Pertanian Bogor.

Iqbal, Mohamad. 2012. “Analisis Permintaan Tenaga Kerja Di Kota Medan”.

Universitas Negeri Medan. (Tesis Publikasi)

Karib, Abdul. 2012. “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha,

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera

Utara”. Universitas Andalas, Padang.

Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah Tahun 2010-2011. Kementerian Negara KUKM, Jakarta.

Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2008. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah. Kementerian Negara KUKM R.I., Jakarta.

94

Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2004. Kamus Istilah Pemberdayaan

Koperasi dan UKM. Kementerian Negara KUKM, Jakarta.

Kurniawan, Robi Cahyadi. 2013. “Analisis Pengaruh PDRB, UKM, dan Inflasi

Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-

2011”. Universiatas Brawijaya-Malang.

Lubis, Mitra Mustika. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertania di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara. (Tesis)

Mankiw, Gregory. N. 2007. “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi kelima. Salemba

Empat. Jakarta.

Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi: Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.

Partomo, T. dan A. Soejodomo. 2004. “Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan

Koperasi. Ghalia. Jakarta.

Pratama, Nelsen Diyan. 2012. “Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja

Pada Industri Kecil Kab. Jepara”. Universitas Dipenogoro, Semarang.

Prihartanti, Eva dwi. 2007. “Analisis Faktor Yang Memperngaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota bogor. Institut Pertanian Bogor.

Purwanto, Muhammad Arif Hari. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang

mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada UKM Batik Tulis Khas

Tuban”. Universitas Brawijaya, Malang.

Putra, Rizky Eka. 2012. “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan NIlai Produksi

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan

Podurungan Kota Semarang”. Universitas Negeri Semarang.

Putri, Aurora Indra. 2010. “Employment Absorption In m=Manufacturing”.

Economic Journal of Emerging Market.

Rahmana, Arief. 2010. “Kajian Tentang Aspek Proses dalam Implementasi

Menajemen Kualitas di Lingkungan Usaha Kecil Menengah Sektor

Manufaktur (Studi Kasus di CV.WMT). Universitas Widyatma-

Bandung.

Raselawati, Ade. 2011. “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKm di Indonesia. UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saudin Sijabat. 2009. Sinerji Penerapan UU Nomor 20 Tahun 2008 Terhadap

Perbaikan Iklim Usaha dan Pemberdayaan UMKM. Infokop Volume 17

Juli.

95

Setiawan, Achma Hendra. 2010. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang. Universitas

Dipenogoro, Semarang.

Soetrisno, Noer. 2004. “Posisi dan Peran Pembangunan UKM 2004-2009”.

Infokop Nomor 25 Tahun XX.

Subekti, M. Agus. 2007. “Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng di

Kabupaten Banjar Negara”. Universitas Negeri Semarang.

Sukirno, Sadono. 2004. “Makro Ekonomi; Teori Pengantar”, Edisi ketiga.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tambunan, Tulus. 2002. “ Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu

Penting”. Jakarta: Salemba Empat.

Tejasari, Maharani. 2008. “Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam

Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.

Institut Pertanian Bogor.

University Of Cambridge. 2010. “Stimulating Growth and Employment In The

UK Economy”. IFM (Education and Consultancy Services).

Wibisono, Y. 2005. “Modul Pelatihan Ekonometrika Dasar”. Depok: Lab.Ilmu

Ekonomi FE-UI.

Wicaksono, Rezal. 2010. “Analisis Pengaruh PDB Sektor Indusitri, Upah Rill,

Suku Bunga Rill, dan Jumalah Unit Usaha Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan Sedang dan Besar di Indonesia

Tahun 1990-2008”. Universitas Dipenogoro, Semarang.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Eviews”. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Woyanti, Nenik dan Ayu Wafi Lestari. 2011. “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai

Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada

Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Semarang”. Universitas

Dipenogoro. Semarang.

Yusuf, Edy dan Ostinasia tindaon. 2011. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

Sektoral di Jawa Tengah (pendekatan demometrik). Universitas

Dipenogoro. Semarang.

Zamrowi, M.Taufik. 2007. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri

Kecil”. Universitas Dipenogoro, Semarang.

96

Lampiran 1 : Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011

(Dalam Jiwa)

Tahun Sektor Ekonomi

PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas

2000 34.525.866 334.354 8.565.920 132.081 573.170 18.060.624 2.481.639 646.066 7.384.696

2001 37.122.242 436.079 8.147.718 113.434 560.007 17.747.382 2.412.340 664.682 7.483.544

2002 38.116.561 430.458 8.284.726 110.209 576.040 18.793.805 2.585.561 688.720 8.221.817

2003 39.302.805 481.344 8.200.177 114.019 692.940 19.599.434 3.306.279 737.194 9.508.161

2004 37.650.304 528.242 8.350.199 114.921 689.850 20.433.303 3.375.473 744.072 8.560.236

2005 38.833.911 564.365 8.883.965 113.710 716.978 21.326.347 3.419.816 762.778 8.611.923

2006 42.286.595 559.258 9.994.140 105.336 695.016 22.179.091 3.452.132 2.575.778 7.700.416

2007 42.571.974 605.790 10.417.507 103.458 734.146 23.112.280 3.533.320 2.635.015 8.038.828

2008 42.222.835 971.274 10.768.907 143.230 4.562.160 20.586.019 5.939.801 1.369.004 7.461.047

2009 42.560.349 1.046.418 11.037.496 140.149 4.447.683 21.734.462 5.867.732 1.414.875 7.962.167

2010 42.773.189 1.109.709 11.456.749 139.378 4.621.488 22.781.488 6.125.870 1.555.350 8.838.554

2011 43.081.018 1.343.488 11.877.631 169.324 5.379.986 22.108.306 7.067.798 1.913.270 8.781.638

Sumber : KementeriFan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012

Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

PPG : Pertambangan dan Penggalian

IP : Industri Pengolahan

LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih

B : Bangunan

PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi

KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jswas : Jasa-jasa Swasta

97

Lampiran 2: PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000

(Dalam Rp. Miliar)

Tahun Sektor Ekonomi

PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas

2000 207.054,1 13.813,2 99.687 796 50.809,7 215.962 3.9048,1 75.229,6 17.689,7

2001 213.587,9 14.267,5 103.547,7 865,2 53.413,6 224.392,2 41.452,3 79.051,8 61.019

2002 221.017,1 14.975,6 107.297,6 1.019,4 56.197,7 234.076,1 44.421,7 85.307,1 65.304,5

2003 229.575,7 15.727,9 113.460,7 1.027,4 60.288,5 246.554,9 48.797,8 90.079,7 70.610,6

2004 236.192,4 16.468,7 118.994,7 1.054,8 64.428,5 260.575,6 52.685,6 97.065,1 77.017,9

2005 242.883,8 17.624,2 123.799,1 1.106 68.892,7 282.285,4 56.470,9 103.219 83.220,2

2006 251.277,3 18.905,9 129.200,9 1.144,1 74.544,6 300.532,8 61.309,6 108.841,1 89.856

2007 260.381,7 20.385,9 133.725,4 1.182,5 81.446,7 326.067,8 64.661,3 117.103,8 96.683

2008 272.882,2 21.704,5 172.187 1.230,9 49.734,6 349.255,8 68.435 126.525,7 103.779,4

2009 284.352,7 23.155,6 180.755,4 1.272,3 53.346,8 353.733,9 73.823,7 132.654,3 111.629,6

2010 292.111,6 24.570,8 186.449,2 1.351,2 54.551,6 384.575,1 79.395,8 139.982,1 119.584,5

2011 310.886,7 30.498,2 191.551,9 2.691,6 62.666,3 361.705,8 99.676,8 161.436,5 148.212,2

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012

Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

PPG : Pertambangan dan Penggalian

IP : Industri Pengolahan

LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih

B : Bangunan

PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi

KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jswas : Jasa-jasa Swasta

98

Lampiran 3: Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011

(Dalam Rp. Juta)

Tahun Sektor Ekonomi

PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas

2000 10.440.139 753.699 15.474.958 1.022.206 1.073.179 18.495.253 26.854.525 25.749.677 13.211.712

2001 10.703.452 845.922 14.133.871 1.042.427 1.129.776 19.536.821 31.222.377 26.268.178 20.942.310

2002 10.698.489 1.027.878 15.630.368 1.308.003 1.167.233 19.643.295 29.341.221 24.550.567 25.217.173

2003 10.596.996 1.037.831 15.515.359 1.193.824 1.350.505 19.584.294 31.556.746 26.670.066 21.951.823

2004 12.339.057 1.196.830 16.845.341 1.313.547 1.805.781 22.663.353 39.867.406 32.497.295 25.853.150

2005 13.399.433 1.417.414 18.209.336 1.295.671 2.121.537 28.053.458 48.031.785 35.429.806 30.311.088

2006 13.422.890 1.452.509 18.102.550 1.295.619 2.213.633 28.690.437 49.399.952 35.575.609 31.013.771

2007 14.650.800 1.591.027 19.777.589 1.402.439 2.472.266 32.114.221 52.261.289 40.106.151 30.672.978

2008 11.773.616 848.158 28.827.050 1.461.714 3.353.699 45.155.193 59.438.278 31.462.630 43.291.609

2009 10.766.798 873.737 27.768.052 1.669.365 3.638.311 48.548.904 58.592.562 34.515.537 46.580.763

2010 11.446.348 956.878 28.821.463 1.857.003 4.156.984 54.407.871 63.830.448 39.302.940 42.359.520

2011 11.905.286 961.299 29.179.681 1.885.327 3.311.545 55.178.274 74.108.878 40.693.444 43.711.026

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012

Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

PPG : Pertambangan dan Penggalian

IP : Industri Pengolahan

LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih

B : Bangunan

PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi

KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jswas : Jasa-jasa Swasta

99

Lampiran 4: Jumlah Unit Usaha Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011

(Dalam Unit)

Tahun Sektor Ekonomi

PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas

2000 23.518.616 151.007 2.618.973 14.169 127.629 9.718.683 1.870.250 58.851 1.705.858

2001 24.014.278 200.060 2.557.549 14.724 114.984 9.520.023 1.781.217 59.585 1.699.293

2002 24.947.009 178.990 2.747.533 13.731 108.154 10.006.084 1.943.942 60.365 1.938.686

2003 25.345.988 203.692 2.659.824 14.192 154.961 10.094.090 2.488.015 63.894 2.435.586

2004 25.799.906 210.322 2.740.070 14.497 162.259 10.949.568 2.573.307 69.290 2.258.168

2005 26.259.895 224.654 2.795.237 12.362 159.081 12.172.227 2.602.552 754.150 1.920.671

2006 26.209.268 246.414 3.163.050 11.431 163.344 13.285.021 2.684.821 868.800 2.147.012

2007 26.156.679 263.255 3.232.841 11.626 172.810 14.017.478 2.760.144 930.599 2.295.087

2008 26.227.297 261.341 3.238.111 11.622 500.006 14.789.950 3.205.025 997.511 2.173.749

2009 26.369.299 271.929 3.268.496 11.720 553.698 15.533.964 3.408.343 1.060.386 2.286.768

2010 26.685.710 276.861 3.423.078 12.852 570.640 15.910.964 3.487.691 1.115.742 2.340.194

2011 26.967.963 294.448 3.538.070 13.903 869.080 15.918.251 3.799.460 1.308.035 2.497.235

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012

Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

PPG : Pertambangan dan Penggalian

IP : Industri Pengolahan

LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih

B : Bangunan

PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi

KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jswas : Jasa-jasa Swasta

100

Lampiran 5

Pendekatan Pooled Least Square

Dependent Variabel: PTK?

Method: Pooled Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 13:18

Sample: 2000 2011

Included observations: 12

Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 108

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PDB? 15.31639 3.859511 3.968480 0.0001

INVEST? 0.006527 0.013158 0.496051 0.6209

UNIT? 1.391161 0.045345 30.67955 0.0000

R-squared 0.967906 Mean dependent var 9624258.

Adjusted R-squared 0.967295 S.D. dependent var 12503894

S.E. of regression 2261285. Akaike info criterion 32.12815

Sum squared resid 5.37E+14 Schwarz criterion 32.20265

Log likelihood -1731.920 Hannan-Quinn criter. 32.15836

Durbin-Watson stat 0.213404

101

Lampiran 6

Pendekatan Fixed Effect Model Dependent Variable: PTK?

Method: Pooled Least Squares

Date: 08/06/13 Time: 02:02

Sample: 2000 2011

Included observations: 12

Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 108

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4468478. 703320.3 6.353404 0.0000

PDB? 10.35052 5.341695 1.937685 0.0556

INVEST? 0.001266 0.020380 0.062112 0.9506

UNIT? 0.753815 0.212349 3.549890 0.0006

Fixed Effects (Cross)

PPKP-- C 13701339

PPG-- C -4146304.

IP— C 1367416.

LGA— C -4371032.

B— C -3317816.

PHR-- C 3540518.

Pkom-- C -3087831.

KPJ-- C -4710905.

Jswas-- C 1024616.

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.992152 Mean dependent var 9624258.

Adjusted R-squared 0.991253 S.D. dependent var 12503894

S.E. of regression 1169442. Akaike info criterion 30.88639

Sum squared resid 1.31E+14 Schwarz criterion 31.18440

Log likelihood -1655.865 Hannan-Quinn criter. 31.00722

F-statistic 1103.324 Durbin-Watson stat 0.744017

Prob(F-statistic) 0.000000

102

Lampiran 7

Redundant Fixed Effect Test

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: FEM

Test cross-section and period fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 42.026697 (8,85) 0.0000

Cross-section Chi-square 172.852787 8 0.0000

Period F 3.029921 (11,85) 0.0019

Period Chi-square 35.728424 11 0.0002

Cross-Section/Period F 18.011276 (19,85) 0.0000

Cross-Section/Period Chi-square 174.380513 19 0.0000

103

Lampiran 8

Pendekatan Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: PTK?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 08/09/13 Time: 12:15

Sample: 2000 2011

Included observations: 12

Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 108

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2662941. 856829.3 3.107901 0.0024

PDB? 4.781907 4.710808 1.015093 0.3124

INVEST? -0.026743 0.017084 -1.565380 0.1205

UNIT? 1.322395 0.099828 13.24668 0.0000

Random Effects (Cross)

PPKP-- C 2486319.

PPG-- C -2282549.

IP— C 2755265.

LGA— C -2470585.

B— C -1253143.

PHR-- C 689987.2

Pkom-- C -1144588.

KPJ-- C -1687170.

Jswas-- C 2906465. Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 2234135. 0.7849

Idiosyncratic random 1169442. 0.2151 Weighted Statistics R-squared 0.749570 Mean dependent var 1437949.

Adjusted R-squared 0.742346 S.D. dependent var 2389347.

S.E. of regression 1212822. Sum squared resid 1.53E+14

F-statistic 103.7621 Durbin-Watson stat 0.545994

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.961701 Mean dependent var 9624258.

Sum squared resid 6.41E+14 Durbin-Watson stat 0.130361

104

Lampiran 9

Hausman Test

Hausman test for fixed versus random effects

chi-sqr(3) =

34.099289

p-value = 1.888E-07

Lampiran 10

Normalitas Test

Lampiran 11

Multikolinearitas Test

Coefficient Covarian Matrix

C PDB Investasi Untit

C 8.81E+09 -60045.50 -79.18256 -99.27112

PDB -60045.50 1.812426 0.000368 -0.028528

Investasi -79.18256 0.000368 2.18E-06 -1.20E-06

Unit -99.27112 -0.028528 -1.20E-06 0.000631

0

1

2

3

4

-2.0e-08 1.0e-13 2.0e-08 4.0e-08

Series: ResidualsSample 2000 2011Observations 12

Mean 1.77e-10Median -2.74e-09Maximum 3.18e-08Minimum -2.39e-08Std. Dev. 1.75e-08Skewness 0.367368Kurtosis 1.986760

Jarque-Bera 0.783246Probability 0.675959

105

Lampiran 12

Pendekatan Fixed Effect Model (SUR)

Dependent Variable: PTK?

Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR)

Date: 08/06/13 Time: 02:02

Sample: 2000 2011

Included observations: 12

Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 108

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4417704. 93880.37 47.05674 0.0000

PDB? 10.33884 1.346264 7.679656 0.0000

INVEST? 0.001272 0.001478 0.860864 0.3915

UNIT? 0.763684 0.025119 30.40287 0.0000

Fixed Effects (Cross)

PPKP-- C 13501108

PPG-- C -4097600.

IP— C 1390088.

LGA— C -4320381.

B— C -3269353.

PHR-- C 3469603.

Pkom-- C -3063451.

KPJ-- C -4665094.

Jswas-- C 1055080. Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.999347 Mean dependent var -0.795160

Adjusted R-squared 0.999272 S.D. dependent var 48.55048

S.E. of regression 1.058824 Sum squared resid 107.6264

F-statistic 13356.83 Durbin-Watson stat 1.911791

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.992152 Mean dependent var 9624258.

Sum squared resid 1.31E+14 Durbin-Watson stat 0.743328