dewan redaksi: ir. i wayan widhiana susila, mp (ketua...

6
Salah-Pilih-Media-Tanam/. Diakses tanggal 4 Pebruari Melihat hasil-hasil penelitian di atas, penggunaan 2014. kompos eceng gondok sebagai media semai dan media Putri, A. I. 2008. Pengaruh Media Organik terhadap Indeks tanam terbukti mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Mutu Bibit Cendana. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Penggunaan kompos eceng gondok dapat digunakan XXI(1) : 1 – 8. dengan mengkombinasikan media ini dengan media top soil Rahayu, A.A.D., R. Wahyuni. dan G. Samawandana. 2013. maupun media organik lainnya untuk meningkatkan Teknik Pembibitan Generatif dan Vegetatif Jenis Bidara kandungan unsur hara maupun memperbaiki sifat fisik Laut/Songga. Laporan Hasil Penelitian. Tidak media. Dengan kelebihan yang dimiliki tersebut, dipublikasikan. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan penggunaan kompos eceng gondok dapat pula Bukan Kayu. Mataram. dikembangkan untuk jenis-jenis tanaman kehutanan, baik Rembes.com. 2012. Manfaat Serbuk Gergaji Sebagai Media sebagai campuran media semai maupun media tanam. Tanam. http://www.rembes.com/2012/09/manfaat- serbuk-gergaji-sebagai-media.html. Diakses tanggal 1 DAFTAR PUSTAKA April 2014 Emirgarden. 2008. Komponen Media Tanam. . Diakses tanggal 1 Quida N, C. 2011. Tanah Sebagai Media Tumbuh. Pebruari 2010. http://fandicka.wordpress.com/2011/04/04/tanah- Hartanto, Y. 2008. Pilih Media Tanah atau Media Alternatif?. sebagai-media-tumbuh/. Diakses tanggal 4 Pebruari http://natanhid.blogspot.com/2008/04/bibit-jenmanii- 2014. cobra-x-kol.html. Diakses tanggal 4 Pebruari 2014. Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Hendromono. 2003. Peningkatan Mutu Bibit Pohon Hutan Kompos. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. dengan Menggunakan Medium Organik dan Wadah yang Sittadewi, E.H. 2007. Pengolahan Bahan Organik Eceng Sesuai. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Gondok menjadi Media Tumbuh untuk Mendukung Vol. 4 No. 2 Halaman 135 – 143. Badan Penelitian dan Pertanian Organik. Jurnal Teknologi Lingkungan. Pengembangan Kehutanan. Jakarta. VIII(3) : 229-234. http://carabudidaya.com/media-tanam/. Media Tanam. Diakses Tahir, I. 2009. Pembuatan Kompos dari Limbah Tanaman tanggal 4 Pebruari 2014. Eceng Gondok. http://citizennews. http://kemakmuran-negeriku.blogspot.com/2012/07/kompos- suaramerdeka.com/index.php?option=com_content& eceng-gondok.html. Pupuk Organik : Kompos Eceng task=view&id=794&Itemid=1. Diakses tanggal 23 Juli Gondok. Diakses tanggal 25 Pebruari 2014. 2009. Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Wiguna, I. 2007. Berkebun Organik dengan Cocopeat. Press. Bogor http://www.trubus-online.co.id/tulisan- Nugroho, D.S. 2011. Kajian Pupuk Organik Eceng Gondok lain/sayuran/740-berkebun-organik-dengan- terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam Putih dan Bayam cocopeat.html. Diakses tanggal 24 Nopember 2009. Merah ( Amaranthus tricolor L.). Skripsi. Tidak Winarni, E. 2008. Respon Pertumbuhan Semai Eucalyptus dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pellita terhadap Perbedaan Komposisi Bokhasi Eceng Prasetyo. A. 16 Februari 2012. Eceng Gondok Jadi “Emas”. Gondok (Eichhornia crassipes (Mort) Solm) dan Top Kompas, hlm. 20. Soil. Jurnal Hutan Tropis Borneo. IX(23) : 116-120. Prianggoro, H. 2010. Jangan Salah Pilih Media Tanam. http://www.tabloidnova.com/Nova/Griya/Taman/Jangan- Dari Redaksi, ….. Terbitan Warta kali ini bertepatan dengan awal Bulan Suci Ramadhan: bulan penuh tuntunan kearah kebajikan, penuh berkah dan ampunan, untuk kembali ke Fitrah. Selamat menunaikan Ibadah Puasa,,,,. Topik yang kami sajikan kali ini masih dalam rangka menginformasikan secara lebih luas dan populer hasil- hasil penelitian beberapa komoditas HHBK unggulan nasional seperti gaharu, madu dan nyamplung. Selain itu, diperkenalkan potensi pemanfaatan gulma eceng gondok sebagai media semai pengganti tanah; dan sebaran serta potensi tanaman Mimba di beberapa daerah di Provinsi Bali. Topik Pola Serangan Hama Ulat Daun menyajikan pola-pola, tahapan dan intensitas serangan dari hama Heortia vitessoides serta akibat yang ditimbulkan pada tanaman Ketimunan (Gyrinops sp) di khususnya daerah Lombok Utara. Diharapkan munculnya serangan hama ini dapat lebih dini dikenali dan dilakukan langkah preventif, diantaranya dengan penyemprotan daun yang terserang dengan ekstrak biji tanaman Mimba. Uji aplikasi minyak biokerosin Nyamplung menunjukkan bahwa pada penggunaan untuk pembakaran dalam kompor bertekanan, minyak biokerosin kasar Nyamplung dapat berfungsi menggantikan minyak tanah (kerosin) meskipun membutuhkan waktu memasak lebih lama, hampir dua kalinya. Namun, dari laju konsumsi bahan bakarnya lebih menguntungkan, 1- 1,5 ml/menit lebih lambat daripada laju konsumsi minyak tanah. Upaya mempertahankan kelestarian produksi dan kualitas madu hutan hasil Apis dorsata sangat ditentukan oleh ketaatan melaksanakan aturan-aturan yang telah dibuat dan disepakati oleh semua pemungut/pemburu madu. Praktek pengelolaan produksi madu hutan dari masyarakat sekitar Danau Sentarum, Kalimantan Barat patut ditiru oleh pemburu madu di daerah lain. Demikian juga penggunaan eceng gondok sebagai media semai tanaman kehutanan dan pemanfaatan potensi mimba di Bali layak digali dan dikembangkan implementasinya. Selamat menyimak, dan semoga bermanfaat………. Vol. 8 No2, Juni 2014 1 Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u Kecamatan Hu'u, Dompu Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Duabanga Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah. Tanaman Ketimunan (Gyrinops sp), yang dikenal sebagai salah satu tanaman penghasil gaharu, merupakan tanaman endemik Pulau Lombok dan Sumbawa (Statistik Propinsi NTB, 1986). Di wilayah Pulau Lombok, tanaman ini telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena nilai ekonomi dan permintaan pasar dari gaharu yang dihasilkan cukup tinggi (Wiriadinata, H, dkk, 2010). Gaharu adalah kayu bagian –bagian batang atau cabang dengan berbagai bentuk dan ukuran, yang berbau wangi karena telah mengandung minyak atsiri, resin atau damar, Selain bagian gaharunya, daun dan gubalnya juga telah dimanfaatkan dan diperdagangkan. Daunnya dapat dimanfaatkan menjadi teh dan gubalnya (bagian luar batang atau cabang yang kandungan gaharunya sangat rendah, dapat disuling untuk menghasilkan minyak ataupun dapat dibakar dalam bentuk dupa. Sebagai tanaman, Gyrinops ini dapat diserang oleh hama yaitu ulat daun. Ulat daun yang biasa menyerang Gyrinops sp adalah jenis Heortia vitessoides. Ulat ini menyerang bagian permukaan daun gaharu yang bertekstur lunak dan mudah dicerna. Daun gaharu mempunyai ciri-ciri morfologi berbentuk bulat lonjong dengan panjang daun antara 10-12 cm dan tulang daun yang terlihat jelas. Pinggiran daun bergelombang dengan ujungnya meruncing. Daun yang sehat berwarna hijau muda jika masih muda sampai akhirnya berwarna hijau tua. Intensitas penyerangan Heortia vitessoides ini dapat mencapai 100% dari total daun di suatu pohon. Setelah daun habis, maka ulat akan menyerang ke daun Ulat Heortia vitessoides adalah ulat daun yang mempunyai ciri-ciri berwarna hijau sedikit kekuningan di bagian kepala dan ekor serta warna hitam yang membentuk strip yang membentang dari ujung kepala sampai ekor. 12 ISSN:1979-1372 Duabanga Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu BPTHHBK Duabanga Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Majalah Duabanga merupakan media informasi ilmiah populer di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia REDAKSI Penanggung Jawab: Kepala Balai Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MP (Ketua), Anggota Ir. Sentot Adi Sasmuko (Anggota), (Anggota). Redaksi Pelaksana: Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Tata letak: Wawan Darmawan Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Alamat : Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB Telp. E-mail : Website: http://bpthhbk.litbang.dephut.go.id/ Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Ogi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc 0370-6175552, Fax 0370-6175482 [email protected] Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis tulisan ilmiah populer khususnya di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kehutanan umum di seluruh Indonesia. Naskah tulisan sebanyak 500-1.000 kata dengan spasi ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Dikirim hard copy dan soft copynya disertai foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. 1 3 7 Potensi Mimba (Azadirachta indica A. JUSS) Di Kubu-Bali Pola Serangan Heortia vitessoides Terhadap Gyrinops sp di Lombok Utara Aplikasi Biokerosin Nyamplung pada Kompor Minyak bertekanan Belajar Memanen Madu Hutan Secara lestari Dari Danau Sentarum 6 Daftar Isi Potensi Media Semai Organik: Kompos Eceng Gondok Sebagai Media Tanam 10 POLA SERANGAN Heortia vitessoides TERHADAP KETIMUNAN Gyrinops sp di LOMBOK UTARA Gambar 1. Ulat fase instar 1 menyerang daun muda

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Salah-Pilih-Media-Tanam/. Diakses tanggal 4 Pebruari Melihat hasil-hasil penelitian di atas, penggunaan 2014.kompos eceng gondok sebagai media semai dan media

    Putri, A. I. 2008. Pengaruh Media Organik terhadap Indeks tanam terbukti mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Mutu Bibit Cendana. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Penggunaan kompos eceng gondok dapat digunakan XXI(1) : 1 – 8. dengan mengkombinasikan media ini dengan media top soil

    Rahayu, A.A.D., R. Wahyuni. dan G. Samawandana. 2013. maupun media organik lainnya untuk meningkatkan Teknik Pembibitan Generatif dan Vegetatif Jenis Bidara kandungan unsur hara maupun memperbaiki sifat fisik Laut/Songga. Laporan Hasil Penelitian. Tidak media. Dengan kelebihan yang dimiliki tersebut, dipublikasikan. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan

    penggunaan kompos eceng gondok dapat pula Bukan Kayu. Mataram.

    dikembangkan untuk jenis-jenis tanaman kehutanan, baik Rembes.com. 2012. Manfaat Serbuk Gergaji Sebagai Media

    sebagai campuran media semai maupun media tanam. Tanam. http://www.rembes.com/2012/09/manfaat-serbuk-gergaji-sebagai-media.html. Diakses tanggal 1

    DAFTAR PUSTAKA April 2014Emirgarden. 2008. Komponen Media Tanam. . Diakses tanggal 1 Quida N, C. 2011. Tanah Sebagai Media Tumbuh.

    Pebruari 2010. http://fandicka.wordpress.com/2011/04/04/tanah-Hartanto, Y. 2008. Pilih Media Tanah atau Media Alternatif?. sebagai-media-tumbuh/. Diakses tanggal 4 Pebruari

    http://natanhid.blogspot.com/2008/04/bibit-jenmanii- 2014. cobra-x-kol.html. Diakses tanggal 4 Pebruari 2014. Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas

    Hendromono. 2003. Peningkatan Mutu Bibit Pohon Hutan Kompos. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.dengan Menggunakan Medium Organik dan Wadah yang Sittadewi, E.H. 2007. Pengolahan Bahan Organik Eceng Sesuai. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Gondok menjadi Media Tumbuh untuk Mendukung Vol. 4 No. 2 Halaman 135 – 143. Badan Penelitian dan Pertanian Organik. Jurnal Teknologi Lingkungan. Pengembangan Kehutanan. Jakarta. VIII(3) : 229-234.

    http://carabudidaya.com/media-tanam/. Media Tanam. Diakses Tahir, I. 2009. Pembuatan Kompos dari Limbah Tanaman tanggal 4 Pebruari 2014. E c e n g G o n d o k . h t t p : / / c i t i z e n n e w s .

    http://kemakmuran-negeriku.blogspot.com/2012/07/kompos- suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&eceng-gondok.html. Pupuk Organik : Kompos Eceng task=view&id=794&Itemid=1. Diakses tanggal 23 Juli Gondok. Diakses tanggal 25 Pebruari 2014. 2009.

    Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Wiguna, I. 2007. Berkebun Organik dengan Cocopeat. Press. Bogor h t t p : / / w w w . t r u b u s - o n l i n e . c o . i d / t u l i s a n -

    Nugroho, D.S. 2011. Kajian Pupuk Organik Eceng Gondok la in /sayuran/740-berkebun-organik -dengan-terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam Putih dan Bayam cocopeat.html. Diakses tanggal 24 Nopember 2009.Merah (Amaranthus tricolor L.). Skripsi. Tidak Winarni, E. 2008. Respon Pertumbuhan Semai Eucalyptus dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pellita terhadap Perbedaan Komposisi Bokhasi Eceng

    Prasetyo. A. 16 Februari 2012. Eceng Gondok Jadi “Emas”. Gondok (Eichhornia crassipes (Mort) Solm) dan Top Kompas, hlm. 20. Soil. Jurnal Hutan Tropis Borneo. IX(23) : 116-120.

    Prianggoro, H. 2010. Jangan Salah Pilih Media Tanam. http://www.tabloidnova.com/Nova/Griya/Taman/Jangan-

    Dari Redaksi, …..Terbitan Warta kali ini bertepatan dengan awal

    Bulan Suci Ramadhan: bulan penuh tuntunan kearah kebajikan, penuh berkah dan ampunan, untuk kembali ke Fitrah. Selamat menunaikan Ibadah Puasa,,,,.Topik yang kami sajikan kali ini masih dalam rangka menginformasikan secara lebih luas dan populer hasil-hasil penelitian beberapa komoditas HHBK unggulan nasional seperti gaharu, madu dan nyamplung. Selain itu, diperkenalkan potensi pemanfaatan gulma eceng gondok sebagai media semai pengganti tanah; dan sebaran serta potensi tanaman Mimba di beberapa daerah di Provinsi Bali.

    Topik Pola Serangan Hama Ulat Daun menyajikan pola-pola, tahapan dan intensitas serangan dari hama Heortia vitessoides serta akibat yang ditimbulkan pada tanaman Ketimunan (Gyrinops sp) di khususnya daerah Lombok Utara. Diharapkan munculnya serangan hama ini dapat lebih dini dikenali dan dilakukan langkah preventif, diantaranya dengan penyemprotan daun yang terserang dengan ekstrak biji tanaman Mimba. Uji aplikasi minyak biokerosin Nyamplung menunjukkan bahwa pada penggunaan untuk pembakaran dalam kompor bertekanan, minyak biokerosin kasar Nyamplung dapat berfungsi menggantikan minyak tanah (kerosin) meskipun membutuhkan waktu memasak lebih lama, hampir dua kalinya. Namun, dari laju konsumsi bahan bakarnya lebih menguntungkan, 1- 1,5 ml/menit lebih lambat daripada laju konsumsi minyak tanah.

    Upaya mempertahankan kelestarian produksi dan kualitas madu hutan hasil Apis dorsata sangat ditentukan oleh ketaatan melaksanakan aturan-aturan yang telah dibuat dan disepakati oleh semua pemungut/pemburu madu. Praktek pengelolaan produksi madu hutan dari masyarakat sekitar Danau Sentarum, Kalimantan Barat patut ditiru oleh pemburu madu di daerah lain. Demikian juga penggunaan eceng gondok sebagai media semai tanaman kehutanan dan pemanfaatan potensi mimba di Bali layak digali dan dikembangkan implementasinya. Selamat menyimak, dan semoga bermanfaat……….

    Vol. 8 No2, Juni 2014

    1

    Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari

    Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u

    Kecamatan Hu'u, Dompu

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabanga

    Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah.

    Tanaman Ketimunan (Gyrinops sp), yang dikenal sebagai salah satu tanaman penghasil gaharu, merupakan tanaman endemik Pulau Lombok dan Sumbawa (Statistik Propinsi NTB, 1986). Di wilayah Pulau Lombok, tanaman ini telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena nilai ekonomi dan permintaan pasar dari gaharu yang dihasilkan cukup tinggi (Wiriadinata, H, dkk, 2010). Gaharu adalah kayu bagian –bagian batang atau cabang dengan berbagai bentuk dan ukuran, yang berbau wangi karena telah mengandung minyak atsiri, resin atau damar, Selain bagian gaharunya, daun dan gubalnya juga telah dimanfaatkan dan diperdagangkan. Daunnya dapat dimanfaatkan menjadi teh dan gubalnya (bagian luar batang atau cabang yang kandungan gaharunya sangat rendah, dapat disuling untuk menghasilkan minyak ataupun dapat dibakar dalam bentuk dupa. Sebagai tanaman, Gyrinops ini dapat diserang oleh hama yaitu ulat daun. Ulat daun yang biasa menyerang Gyrinops sp adalah jenis Heortia vitessoides. Ulat ini menyerang bagian permukaan daun gaharu yang bertekstur lunak dan mudah dicerna. Daun gaharu mempunyai ciri-ciri morfologi berbentuk bulat lonjong dengan panjang daun antara 10-12 cm dan tulang daun yang terlihat jelas. Pinggiran daun bergelombang dengan ujungnya meruncing. Daun yang sehat berwarna hijau muda jika masih muda sampai akhirnya berwarna hijau tua. Intensitas penyerangan Heortia vitessoides ini dapat mencapai 100% dari total daun di suatu pohon. Setelah daun habis, maka ulat akan menyerang ke daun Ulat Heortia vitessoides adalah ulat daun yang mempunyai ciri-ciri berwarna hijau sedikit kekuningan di bagian kepala dan ekor serta warna hitam yang membentuk strip yang membentang dari ujung kepala sampai ekor.

    12

    ISSN:1979-1372

    DuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    BPTHHBK

    DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    Majalah Duabanga merupakan media informasi ilmiah populer di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia

    REDAKSI

    Penanggung Jawab: Kepala Balai Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MP (Ketua), Anggota Ir. Sentot Adi Sasmuko (Anggota), (Anggota).Redaksi Pelaksana: Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana PenelitianTata letak: Wawan DarmawanPenerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    Alamat : Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB Telp. E-mail :

    Website: http://bpthhbk.litbang.dephut.go.id/

    Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan KayuOgi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc

    0370-6175552, Fax 0370-6175482 [email protected]

    Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis tulisan ilmiah populer khususnya di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan

    Kehutanan umum di seluruh Indonesia. Naskah tulisan sebanyak 500-1.000 kata dengan spasi ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Dikirim hard copy dan soft copynya

    disertai foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.

    1

    3

    7

    Potensi Mimba (Azadirachta indica A. JUSS) Di Kubu-Bali

    Pola Serangan Heortia vitessoides Terhadap Gyrinops sp di Lombok Utara

    Aplikasi Biokerosin Nyamplung pada Kompor Minyak bertekanan

    Belajar Memanen Madu Hutan Secaralestari Dari Danau Sentarum

    6

    Daftar Isi

    Potensi Media Semai Organik:Kompos Eceng Gondok Sebagai Media Tanam

    10

    POLA SERANGAN Heortia vitessoides TERHADAPKETIMUNAN Gyrinops sp di LOMBOK UTARA

    Gambar 1. Ulat fase instar 1 menyerang daun muda

    http://[email protected]

  • Pada tahap awal, ulat muda memakan bagian maka akan menjadi ngengat dewasa. Pada Gambar 2 disajikan alur permukaan daun muda, karena permukaan daun muda masih metamorfosis ulat daun Heortia vitessoides. lunak, sehingga mudah dimakan dan dicerna oleh ulat muda. Menurut Qiao, 2012 Heortia vitessoides menyerang daun muda karena adanya senyawa kimia yang merupakan indikator awal bagi ulat untuk mengenali makanannya. Setelah daun habis, maka ulat akan menyerang ke daun muda yang lokasinya berdekatan dengan lokasi yang diserang sebelumnya, hal itu berlangsung secara terus menerus hingga ulat menjadi dewasa. Hal ini didukung oleh Santosa, 2013 yang menyatakan bahwa pola serangan ulat ini melewati 2 tahap yaitu tahap pertama adalah memakan habis daun, kemudian mengganggu proses fotosistesis, sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan daun. Namun pada tahap pertama pohon masih bisa kembali membentuk daun muda. Tahap kedua penyerangan, ketika daun muda dimakan sampai habis, maka batang dan ranting mengering, kemudian batang dan ranting mudah patah sehingga akhirnya pohon mati. Pohon gaharu mati setelah penyerangan kedua karena masa pemulihan pohon tidak sebanding dengan kecepatan penyerangan ulat yang dapat bertelur dari 300-500 telur setiap ngengatnya (Santosa, 2013).

    Ciri pola serangan ulat Heortia vitessoides selanjutnya adalah menyerang pada daun muda yang terletak di sisi-sisi pohon dan ketinggian sampai puncak pohon. Hal ini dikarenakan kemampuan ngengat yang dapat terbang sampai ketinggian ± 3m (Santosa, 2013) dan meletakkan telur di sisi-sisi pohon yang dapat terjangkau olehnya. Ketinggian pohon yang diserang antara 1-7 meter. Lokasi pola penyerangan dilakukan di bagian sisi pohon karena bagian tersebut masih terkena sinar Tingkat penyerangan Heortia vitessoides ini bila mencapai matahari namun tidak langsung, sehingga memberikan 100%, dan terjadi berkali-kali, dapat menyebabkan kematian pada kehangatan kepada ulat untuk proses pertumbuhannya. pohon inang (Santosa, 2013). Hal ini dapat tentu dapat

    Penyerangan ulat ini juga dilakukan pada pohon yang mengancam keberadaan tanaman inang penghasil gaharu, apalagi terlindung dari terpaan angin. Di Hutan Lindung Bentek, lokasi ada indikasi. , (Turjaman dalam Rahayu, 2013) bahwa serangan penelitian dilakukan di sepanjang jalur lintasan manusia. Jalur Heortia vitessoides semakin meningkat dari tahun ke tahun ini melintasi bukit dan lembah. Ketika berada di lembah, banyak Sehingga diperlukan usaha preventif untuk mencegah penyebar ditemukan pohon yang terserang, namun di bagian bukit luasan wilayah serangannya.. Salah satu usaha preventif yang sangat jarang ditemukan penyerangan ulat pada pohon. Hal ini dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan ekstrak biji mimba terjadi diduga karena pohon yang berada di lembah hampir pada daun yang terserang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tidak terkena angin, sehingga aman dalam peletakan telur yang dilakukan oleh tim peneliti dari Balai Penelitian Teknologi ngengat sampai ulat tersebut berkembang menjadi dewasa. Hasil Hutan Bukan Kayu, Mataram (Setyayudi et.al., 2013) dimana Hal ini didukung oleh Rahayu, 2012 yang menyatakan bahwa dalam skala laboratorium penyemprotan dapat mengatasi faktor fisik yang mempengaruhi serangan Heortia vitessoides serangan dan mematikan ulat dengan efektif. adalah faktor ketinggian lokasi. Begitupun sebaliknya, pohon yang berada di bukit diterpa angin yang kencang, sehingga DAFTAR PUSTAKA tidak memungkinkan bagi ngengat untuk meletakkan telur Biro Pusat Statistik Propinsi NTB. 1986. Ekspor hasil hutan non kayu dari NTB.

    Biro Pusat Statistik Propinsi NTB.karena jika berkembang menjadi ulat dapat diterbangkan Qiao, H.-L., Lu, P.-F., Chen, J., Ma, W.-S., Qin, R.-M. and Li, X.-M. (2012), Antennal karena terpaan angin dan mati.

    and behavioural responses of Heortia vitessoides females to host plant Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Utara,

    volatiles of Aquilaria sinensis. Entomologia Experimentalis et Applicata, 143: tepatnya di 2 lokasi yaitu di Hutan Lindung Bentek, Pusuk dan 269–279. doi: 10.1111/j.1570-7458.2012.01264.xKebun Benih Gaharu Dinas Kehutanan Propinsi NTB. Di kedua Rahayu, A. A. R dan Dewi M. 2012. Parameter Ekologi Serangan Hama Ulat Daun

    (Heortia vitessoides Moore) Pada Tanaman Gaharu (Gyrinops Versteegii lokasi tersebut pola penyerangan hama terhadap pohon (Gilg) Domke) Di PulauLombok. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi inangnya juga hampir sama yaitu memakan permukaan daun Alam. Vol. IX no. 4: 385-393

    muda sampai habis dan daun menjadi kering. Pada awal Santoso, E., Ragil S. B. I., Irnayuli R. S., Maman T. 2013. Pengendalian Hama Ulat

    perkembangan, induk ngengat meletakkan telur di bagian Daun Pada Jenis-Jenis Pohon Penghasil Gaharu. Seminar. Jogjakartabawah daun. Telur ngengat ini berwarna putih dan melekat satu Setyayudi, A., Septiantina D. R., Mansyur. 2013. Teknik Pengendalian Hama Ulat

    Daun Pada Tanaman Gaharu (Gyrinops verstegii Domke) Melalui Pola sama lainnya. Telur-telur ini melekat sangat erat dengan daun, Tanam Campuran Dan Insektisida Nabati. Laporan Hasil Penelitian. Balai sehingga tidak mudah diambil. Tahap selanjutnya, telur akan Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu. Tidak dipublikasikanmuncul bintik-bintik hitam yang akan menjadi bakal kepala ulat.

    Wiriadinata, H., Semiadi,G.,Darnaedi,D dan Waluyo, E. B. 2010. Konsep Bintik hitam ini akan berkembang menjadi ulat kecil. Budidaya Gaharu (Aquilaria Spp.) Di Provinsi Bengkulu. Jurnal Penelitian Selanjutnya akan berkembang menjadi ulat dewasa dan Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII no. 4: 371-380membentuk kepompong. Setelah melewati tahap kepompong

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabanga

    3

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabanga

    Gambar 4. Buah nyamplung

    Pendahuluan adalah kompor yang biasa digunakan pedagng gorengan Target komposisi energy MIX 2025 dengan capaian di pinggir jalan yang biasa disebut kompor semawar.

    pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) sebesar 5% Kegiatan aplikasi biokerosin terhadap kompor dengan salah satu produknya yaitu biokerosin, bertekanan yang dilakukan adalah memanaskan 500 ml mendorong munculnya berbagai upaya dalam air hingga mendidih yang dilanjutkan pembakarannya produksinya (ESDM, 2005). Disamping itu adanya hingga 30 menit. kebijakan pencabutan subsidi minyak tanah dimana Pada Gambar 1 (a) dapat dilihat bahwa warna api kebutuhan akan bahan bakar tersebut masih tinggi yang dihasilkan berwarna biru. Hal ini mengindikasikan membuat masyarakat beralih kembali ke kayu bakar. terjadinya pembakaran yang sempurna. Pembakaran Nyamplung (Calophyllum inophyllum) merupakan salah yang sempurna tentunya menghasilkan nilai kalor yang satu komoditas kehutanan yang berpotensi sebagai lebih tinggi (Anonim, 2010). Akibatnya proses pendidihan sumber bahan bakar nabati baik biodiesel, bio-oil dan air menjadi lebih cepat.biokerosin. Sebagai biokerosin, minyak biji nyamplung Bila dibandingkan dengan Gambar 1 (a) yang telah dapat diaplikasikan pada kompor yang bertekanan. menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, Viskositas minyak yang masih tinggi mengakibatkan Gambar 1 (b) menunjukkan penampakan yang berbeda. perlunya penambahan tekanan dalam pengaplikasiannya. Api yang dihasilkan pada Gambar 1 (a) berwarna merah

    dan pada panci wadah air yang dipanaskan timbul jelaga. Aplikasi Biokerosin pada Kompor Bertekanan Hal ini terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna

    Nyamplung memiliki kemampuan menghasilkan pada penggunaan bahan bakar campuran biokerosin-minyak kasar (crude oil) yang lebih besar dibandingkan minyak tanah. Rangkaian hidrokarbon dari bahan bakar beberapa komoditi biji-bijian lain seperti jarak, kepuh dan yang tidak terbakar sempurna akan menghasilkan C malapari. Pada kondisi kering udara (kadar air 8-12%), (jelaga), CO, CO2 dan air.crude oil nyamplung dapat mencapai angka 45% dengan melalui pengolahan kernel (Bustomi, dkk. 2008). S e m e n t a r a i t u , j i k a memperhitungkan cangkang maka nilai rendemen mencapai angka 20-30% saja. Berbeda d e n g a n m e n g g u n a k a n ekstraksi kimia, dimana minyak yang diperoleh dapat mencapai angka 63% (Bustomi, dkk. 2008). Namun, hal tersebut tentunya tidak ekonomis untuk pengolahan skala industri. Biokerosin nyamplung dapat dihasilkan melalui proses degumming dan netralisasi.

    B i o k e r o s i n y a n g d i h a s i l k a n s e l a n j u t n y a diaplikasikan pada kompor minyak bertekanan. Kompor bertekanan yang dimaksud

    2

    Gambar 2. Sarang Lebah Pada Pohon

    Gambar 3. Proses aplikasi biokerosin pada kompor minyak bertekanan menggunakan (a) minyak tanah (b) biokerosin nyamplung

    Aplikasi Biokerosin Nyamplungpada Kompor Minyak bertekanan

    Aplikasi Biokerosin Nyamplungpada Kompor Minyak bertekanan

    Oleh : Nurul Wahyuni, S.Hut.

    Gambar 2. Metamorfosa ulat daun Heortia vitessoides

  • 45

    Gambar 7. Akar nyamplungGambar 6. Alur proses pembuahan

    Oleh :

    Rubangi Al Hasan

    PENDAHULUAN India yaitu mencapai 14-16 juta pohon (Sukrasna dan Tim Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan Lentera, 2003).

    tumbuhan hutan yang bernilai ekonomis sebagai Di Indonesia mimba banyak tumbuh di Lombok, Jawa penghasil produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Hampir semua bagian tanaman mimba bisa Bali. Oleh karena itu mimba memiliki banyak nama daerah, dimanfaatkan. Menurut Sukrasno dan Tim Lentera antara lain: nimba (pasundan), intaran (Bali dan Nusa (2003), mimba dapat dimanfaatkan sebagai zat Tenggara) , membha/mempheuh (Madura) dan antibakteri, antifungi dan biopestisida. Sebagai sebagainya. Potensi mimba diyakini tersebar cukup luas antibakteri, mimba diindikasikan dapat menghambat dan potensial di Bali, bahkan karena kerapatannya yang pertumbuhan bakteri S. thyposa dan S.aureus, tinggi tersebut oleh masyarakat lokal hamparan tanaman sedangkan sebagai antifungi, mimba diindikasikan mimba sering disebut dengan “Alas Intaran (hutan dapat menghambat pertumbuhan C. albicans dan T. mimba)” (Susila et all, 2011). mentagrophytes. Sementara itu di Madura mimba biasa Namun demikian, sayangnya, di Indonesia besarnya digunakan masyarakat sebagai obat kudis (Rukmana potensi tanaman mimba tersebut tidak belum bisa dan Oesman, 2002). Sebagai biopestisida, mimba juga dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya cukup ekonomis dan aman. Selain itu tidak berbahaya peningkatan ekonomi. Beberapa masalah yang menjadi bagi manusia dan hewan serta residunya mudah terurai kendala dalam pengembangan tanaman mimba di menjadi senyawa yang tidak beracun sehingga aman Indonesia antara lain (Setyaji, 2009):digunakan. ?Makin meningkatnya kebutuhan terhadap tanaman

    Daerah asal mimba belum jelas diketahui, mimba atas zat aktif yang terkandung di dalamnya beberapa ahli memperkirakan mimba berasal dari Birma untuk kepentingan biopestisida mapun biofarmaka ,dan Assam. Ahli yang lain menyatakan bahwa mimba ?Makin menyusutnya potensi tanaman tersebut di merupakan tanaman asli India. Sampai saat ini mimba masyarakat.tersebar di berbagai negara tropis seperti Vietnam, ?Eksploitasi yang terus menerus tanpa diimbangi dengan Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Myanmar dan Indonesia, penanaman.selain itu juga ditemukan di Amerika, Australia, Afrika, dan Arab Saudi. Populasi tanaman mimba terbanyak di

    POTENSI MIMBA (Azadirachta indica A. JUSS) DI KUBU-BALI

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabanga

    Oleh : Retno Agustarini

    Gambar 4. Potensi dan sebaran tumbuh mimba di Kecamatan Kubu, Karangasem : (A) Bergerombol, (B) Soliter

    Pada proses aplikasi biokerosin digunakan tiga digunakan lebih lama dibandingkan dengan waktu yang kompor bertekanan yang dihidupkan bersamaan. Tabel 1 dibutuhkan minyak tanah. menunjukkan hasil pengujian aplikasi biokerosin pada Jika dibandingkan dengan hasil pengujian yang kompor bertekanan. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa dilakukan Syarifuddin (2009) biokerosin yang berasal waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan 500 ml air dari minyak goreng bekas dari sawit yang telah yang tercepat adalah dengan menggunakan minyak diesterifikasi memiliki laju konsumsi 0,96 ml/ menit, tanah. Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, sedangkan biokerosin dari metil ester minyak kelapa bahan bakar minyak tanah menghasilkan pembakaran mempunyai laju konsumsi bahan bakar sebesar 1,10 yang sempurna sehingga panas yang dihasilkan pun lebih mel/menit. Nilai laju konsumsi kedua jenis bahan bakar tinggi. Akibatnya air dapat mendidih dengan lebih cepat. tersebut jauh lebih kecil dari biokerosin nyamplung. Hal

    ini dapat terjadi karena minyak yang telah mengalami proses esterifikasi maupun yang telah berubah menjadi campuran metil ester memiliki kualitas yang lebih baik. Akibatnya dalam penggunaanya pun menjadi lebih efektif.

    Penutup Upaya untuk meningkatkan kualitas minyak nyamplung untuk biokerosin perlu terus dilakukan dalam rangka memperoleh hasil yang optimal. Biokerosin untuk mensubstitusi minyak tanah menjadi sangat penting mengingat potensi bahan baku dari alam yang tinggi

    Pencampuran biokerosin nyamplung dan minyak serta ketersediaan minyak tanah (kerosin) yang makin tanah dengan perbandingan 1:1 diketahui dapat menurun.. Beberapa penelitian terkait dengan mendidihkan air dalam waktu 1,5 kali waktu yang peningkatan kualitas biokerosin dan desain kompor yang dibutuhkan untuk mendidihkan air menggunakan efektif untuk bahan bakar tersebut masih perlu minyak tanah. Sementara itu, penggunaan biokerosin dikembangkan. 100% membutuhkan waktu mendidihkan air 2 kali penggunaan minyak tanah. Hal ini menunjukkan bahwa Daftar Pustakabiokerosin dengan kadar 50% dan 100% masih bisa Anonim, 2010. Modul Pembakaran. Publikasi online pada diaplikasikan pada kompor bertekanan walaupun waktu http//: akademik.che.itb.ac.id/labtek. Diakses yang dibutuhkan untuk mendidihkan air lebih tanggal 7 Pebruari 2014.lama. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu. 2012.

    Pada Tabel 1 juga dapat dilihat jumlah minyak yang Teknologi Pengolahan Biokerosin. Balai Penelitian habis terbakar selama 30 menit. Pada penggunaan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu. Laporan Hasil biokerosin secara total atau tanpa campuran minyak Penelitian. Tidak dipublikasikan.tanah laju konsumsi bahan bakar dengan percobaan Bustomi, S. dkk. 2008. Nyamplung (Calophyllum pembakaran pada kompor bertekanan selama 30 menit inophyllum L.) Sumber energy biofuel yang mencapai 5,43 ml/ menit. Sementara itu, pada potensial. Balitbang Kehutanan. Dephut. Jakarta.penggunaan bahan bakar campuran (biokerosin-minyak Syafruddin. 2009. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas tanah) 50% biokerosin laju konsumsi bahan bakar 6 sebagai Bahan Bakar Biokerosin. Tesis. Publikasi ml/menit.. Untuk bahan bakar minyak tanah tanpa o n l i n e p a d a h t t p : / / d i g i l i b . i t s . a c . i d / I T S -campuran, jumlah konsumsi bahan bakar mencapai 7 Master/3100009035426. Diakses tanggal 11 Pebruari ml/menit . Hal tersebut menunjukkan bahwa 2014.penggunaan biokerosin nyamplung sebagai substitusi mampu mengurangi konsumsi bahan bakar sebesar 1-1,5 ml/menit. Namun tentunya, konsekuensi waktu yang

    Persentase Biokerosin (

    Volume Volume Air Waktu Didih Konsumsi Minyak / 30

    0

    1.000 500

    5,00 210

    50 7,33 180

    100 9,67 163

    Tabel 1. Hasil uji aplikasi biokerosin pada kompor bertekanan

  • 6

    DuabangaDuabangaDuabangaDuabanga

    7

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabanga

    Gambar 10. Ruangan kedap

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    PENDAHULUANUpaya Peningkatan produksi dan kualitas madu terus dan kuantitas madu, juga menjadikan harga madu rendah.

    dilakukan banyak pihak mulai dari pemerintah, masyarakat, Penyebabnya antara lain adalah sumberdaya manusia LSM dan swasta. Hal tersebut sebagai upaya untuk terutama tingkat pendidikan petani yang masih rendah, meningkatkan pendapatan petani madu.Selama ini, petani dan sosialisasi cara panen yang belum maksimal. Namun, madu cenderung tertinggal terutama dalam bidang setelah para petani kemudian mengenal dan menerapkan teknologi, permodalan dan pemasaran jika dibandingkan panen madu secara lestari setelah dilakukan penguatan dengan pengusaha besar.Perbaikan yang dilakukan adalah kelembagaan oleh berbagai instansi mulai dari LSM, dengan melakukan panen yang berkelanjutan, yaitu pemerintah dan swasta, kualitas dan kuantitas produksi dengan tidak merusak lingkungan, menggunakan madu menjadi lebih baik dan terjaga/stabil.teknologi untuk meningkatkan kualitas pengolahan madu, dan melakukan pemasaran melalui jaringan nasional. LOKASI DAN PENGORGANISASIAN PETANIKeuntungan finansial lebih mudah didapat dan upaya Daerah penghasil madu di Kalimantan Barat banyak tersebut ramah lingkungan. Menurut keterangan dari terdapat di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum yang pengurus LSM Riak Bumi, sebelum gencar dilakukan berada di Kabupaten Kapuas Hulu. Jarak dari Pontianak, pembinaan dari instansi atau lembaga terkait, petani madu ibukota Provinsi Kalimantan Barat sekitar 700 kilometer. di Danau Sentarum mengambil madu dari hutan dengan Luas Taman Nasional Danau Sentarum yaitu sekitar 130.000 cara tradisonal yang cenderung merusak lingkungan Ha dengan ketinggian 37-40 mdpl. Salah satu kecamatan di misalnya mengambil semua sarang saat panen madu hal ini wilayah Kapuas Hulu yang memiliki potensi madu hutan akan menyebabkan regenerasi lebah terganggu, (Apis dorsata) yang besar yaitu Kecamatan Selimbau. menggunakan api untuk menakuti lebah sehingga Sebagian besar daerah berupa danau. Alat transportasi dikhawatirkan akan memicu kebakaran, dan lain yang digunakan untuk penghubung antar daerah lebih sebagainya. Pemanenan yang dilakukan dengan cara banyak menggunakan perahu (BP DAS Kapuas, 2012).tradisional selain berdampak pada menurunnya kualitas

    Berangkat dari permasalahan tersebut di atas perlu dilakukan langkah-langkah untuk memulihkan potensi dan meningkatkan produktivitas tanaman mimba. Langkah awalnya adalah identifikasi sebaran potensinya.

    POTENSI DAN KONDISI MIMBA DI BALISebaran dan Potensi Mimba di Bali

    Populasi mimba diyakini tersebar cukup luas dan potensial di Bali terutama di Kabupaten Karangasem dan Buleleng yang tumbuh alami pada lahan-lahan kering maupun kritis. Di Kabupaten Buleleng, mimba terdapat di Kecamatan Seririt dan Gerokgak yang kebanyakan tumbuh alami sebagai pembatas lahan dan kebun milik masyarakat secara sporadis. Di Kabupaten Karangasem, mimba banyak dijumpai di Kecamatan Kubu yang menyebar alami di beberapa desa pada lahan milik. Umumnya, potensi mimba di Kecamatan Seririt dan Gerokgak relatif lebih rendah dari pada yang di Kecamatan Kubu (Susila et all, 2011).

    Tanaman ini dijumpai pada daerah dengan ketinggian 0 – 700 m dpl, namun dapat juga hidup pada ketinggian 1500 m dpl (dengan suhu y a n g t i d a k t e r l a l u t i n g g i ) (Roostiwati, 2013). Sebaran mimba d i K e c a m a t a n K u b u b a n y a k ditemukan di 7 Desa yaitu: Tianyar Barat, Tianyar Tengah, Tianyar, Sukadana, Kubu, Tulamben dan Batu Ringgit. Lokasi-lokasi tersebut berada dalam rentang ketinggian prasyarat pertumbuhan mimba, yaitu berada dalam ketinggian 31 – 229 m dpl. Keberadaan pohon mimba juga beragam, ada yang b e r g e r o m b o l , h i d u p menyendiri/soliter, bahkan menjadi tanaman peneduh di tepi jalan (Gambar 4).

    Kondisi Permudaan Tanaman Mimba di Kubu-BaliAnakan mimba banyak ditemukan di bawah

    tegakan (Gambar 5). Tingkat anakan mimba juga cukup merata dan terdapat dalam jumlah yang rendah pada hampir semua lokasi yang disurvey. Terlihat trend peningkatan jumlah anakan yang berbanding lurus dengan diameter pohon induk (Gambar 6).

    Potensi mimba di Kecamatan Kubu akhir-akhir ini diduga terus mengalami penurunan karena penebangan. Hal tersebut disebabkan karena kayu mimba di Kec. Kubu mempunyai nilai ekonomis tinggi. Harga jual dan pasar kayu mimba sebagai kayu pertukangan cukup tinggi karena kayunya dapat digunakan untuk bahan baku bangunan rumah. Selain itu bagi masyarakat sekitar kayu mimba bernilai religius karena dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sanggah (pura keluarga). Informasi mengenai potensi dan sebaran mimba di Kecamatan Kubu dapat dilihat pada Tabel 2.

    Belajar Memanen Madu Hutan Secara Lestari dari Danau Sentarum

    Berdasarkan kondisi tersebut secara biologis dapat Daftar Pustakadiasumsikan bahwa kelas diameter batang induk memiliki Rostiwati, Tati. 2010. Mimba (Azadirachta Indica A. Juss.)- keeratan hubungan dengan luas tajuk yang berkaitan erat Leaflet. Bogor, Pusat Penelitian Dan Pengembangan dengan kemampuan pohon dalam menghasilkan Hutan Tanaman.permudaan alam. Diameter batang pohon induk dan luas Rukmana, R dan Oesman, Y., Y., 2002. Nimba Tanaman tajuk erat hubungannya dengan kapasitas energi hara yang Penghasil Pestisida Alami. Yogyakarta, Penerbit tersedia pada setiap pohon induk yang secara fisiologis Kanisius.akan berperan dalam proses regenerasi. Benih-benih yang Sukrasno dan Tim Lentera, 2003. Mengenal Lebih Dekat jatuh secara alami merupakan benih yang memiliki tingkat Mimba Tanaman Obat Multifungsi. Jakarta, kematangan fisiologis optimal yang dapat menghasilkan Agromedia Pustaka.kualitas dan kuantitas permudaan alam. Susila, IW., Cakrawarsa,G., Handoko,C., Sukito,A.,

    Indah,A. 2011. Eksplorasi potensi dan Tata Niaga HHBK nggulan NTB: Mimba (Azadirachta indica

    PENUTUP A.Juss). Laporan Hasi Penelitian, Balai Penelitian Dengan diketahuinya potensi dan penyebaran Teknologi HHBK, Mataram. Tidak dipublikasikan

    populasi mimba di Kabupaten Karangasem terutama di Teguh Setyaji, S Hut. 2009. Peningkatan Produktivitas Kecamatan Kubu, dapat dijadikan informasi awal potensi Bahan Aktif Untuk Biofarmakaibiopestisida mimba. Sehingga data tersebut dapat dijadikan landasan (Azadirachtin) Pada Tanaman Mimba (Azadirachta dalam upaya memulihkan potensi dan meningkatkan Indica A. Juss) Melalui Teknologi Pemuliaan Pohon. produktivitas tanaman mimba. Laporan kemajuan Program Insentif Riset Terapan

    Tabel 2. Potensi dan sebaran mimba di Kecamatan Kubu

    Gambar 5. Anakan mimba

    Gambar 6. Kondisi permudaan mimba berdasarkan kelas diameter pohon induk mimba di Kec. Kubu, Karangasem

    Oleh : Yumantoko

  • DuabangaDuabangaDuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabanga

    8 9

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    9. Menggunakan pisau yang bersih untuk memotong. juga memengaruhi madu yang dihasilkan tidak steril. Alat untuk memotong sarang lebah disebut Ketika madu sampai di desa, petani melakukan

    beladau.Dahulu baladau terbuat dari pohon yang pengolahan secara sederhana, yaitu dengan cara memi l ik i tekstur keras sepert i bel ian dan menyaring menggunakan saringan biasa. Madu disaring tembesu.Seiring dengan alasan keprakstisan, saat ini berkali-kali sampai kotoran tidak terlihat lagi. Namun, ada banyak petani yang sudah beralih menggunakan pisau petani yang tidak menyaring madu hal ini dilakukan agar stainless steel.Selain mudah didapatkan, pisaustainless madu terlihat tercampur dengan sisa sarang dan anakan stell juga mudah dirawat dan digunakan. lebah. Madu yang disaring dan madu yang tidak disaring

    sama-sama memiliki pelanggannya masing-masing. 10. Memakai sarung tangan saat proses mengambil madu Proses terakhir adalah memasukan madu kedalam botol Sarung tangan berfungsi untuk melindungi madu dari bekas air mineral yang berbahan plastik dan botol kaca

    kotoran yang masuk akibat kontak dengan tangan. Hal bekas sirup.tersebut dilakukan untuk mencegah masuknya kotoran Kelembagaan petani madu belum berjalan baik. Hal yang menempel pada tangan. Jika ada kotoran yang ini dikarenakan belum ada lembaga yang mengorganisasi masukakan merusak kualitas madu yang dibawa membina petani agar pengusahaan menjadi lebih baik. pulang. Solidaritas kelompok terbentuk dalam ranah yang sempit

    yaitu kelompok pemburu terbentuk secara insidental 11. Jerigen penampung berwarna putih dan bersih ketika pergi ke hutan saja. Upaya untuk meningkatkan Madu hasil perburuan dimasukan kedalam jerigen.Untuk kuantitas madu dengan memperkaya pohon penghasil

    mengetahui kondisi madu yang disimpan, digunakan nektar terbentur budaya masyarakat setempat yang jerigen berwarna putih. Hal ini sebagai tindakan agar sebagian menggantungkan hidup dengan menebang madu yang disimpan bisa diketahui kondisinyatetap pohon karena hutan sekitar daerah inisebagiannya hutan baik hanya dengan penglihatan mata. produksi. Lembaga atau instansi terkait diperlukan untuk

    membina petani seperti melakukan penyuluhan terkait 12. Disarankan supaya panen siang hari proses pemanenan, pengolahan, dan pemasaran agar Memanen siang hari memiliki keuntungan, yaitu tidak madu yang dihasilkan menjadi lebih baik.

    memerlukan penerangan dan mengurangi kecelakaan saat memanjat pohon. Daerah hutan rawa bisanya licin DAFTAR PUSTAKA karena kaki tercampur lumpur dengan air. Memanen pada waktu siang hari juga dianjurkan agar petani bisa BP DAS Kapuas. 2011. Perkembangan Madu Hutan (Apis mengontrol lebah dan sarang tetap tetap terjaga tidak Dorsata) di Wilayah Taman rusak. Nasional Danau Sentarum yang Diinisiasi oleh BPDAS

    Kapuas.BP DAS Kapuas. PontianakPERBADINGAN DENGAN DI DORO PETI, DOMPU Hasan, R.A., Yumantoko. 2012.Kajian Kelembagaan

    Dalam proses pengambilan madu,petani di Doro Peti Pengusahaan Madu di Indonesia. Laporan Hasil telah mengenal pembagian kerja.Ketika petani Penelitian Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan menemukan sarang lebah yang mengandung madu, salah Bukan Kayu (tidak dipublikasikan).seorang naik ke atas pohon untuk mengambil membuat Riak Bumi.(Tanpa tahun). Madu Hutan Danau Sentarum. asap untuk menakuti lebahagar terbang meninggalkan Riak Bumi. Pontianaksarang. Seorang petani yang dipercaya memanjat mengiris Wulandari, B.J.W. 2008. Penguatan Potensi Ekonomi s a r a n g y a n g m e n g a n d u n g m a d u k e m u d i a n Budaya Lokal Studi Terhadap Petani memasukannya kedalam ember yang telah diikat tali. Madu Hutan di Desa Nanga Leboyan Kecamatan Mereka mengambil semua sarang, sehingga larva sebagai Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu. BPSNT Pontianak. calon regenerasi lebah ikut diambil. Petani di Doro Peti Pontianakmenggunakan parang untuk memotong sarang, hal ini akan mengurangi kebersihan madu yang didapat. Setelah diturunkan, madu diperas dengan tangan terbuka, hal ini

    Pengorganisasian dalam mencari madu dilakukan baik oleh individu maupun kelompok. Pencarian madu yang 4. Memperkaya tanaman penghasil pakan lebahdilakukan oleh individu mempunyai pengikat aturan yang Untuk menjamin ketersediaan pakan lebah selain rendah. Kelompok petani madu di Danau Sentarum dikenal mengambil madu petani pemburu madu juga dengan namaperiau.Asosiasi bagi periauyaitu APDS menanam bibit tanaman. Bibit tersebut akan (Asosiasi Periau Danau Sentarum). Keanggotaan bersifat menjadi cikal bakal sumber pakan bagi lebah. Pohon terbuka, petani yang ingin bergabung harus mematuhi yang menjadi sumber pakan lebah di kawasan Danau syarat yang telah ditetapkan, diantaranya menerapkan Sentarum antara lain masung (Syzgium Clauviflora), panen lestari (Wulandari, 2008). marbemban (Xanthophyllum sp), tembusu (Fragrea

    Perbaikan dalam memanen madu terlihat setelah fragrans), putat (Baringtonia acutangula), leban (Vitex banyaknya pembinaan yang dilakukan berbagai instansi, pinnata), dankayu taun (Carallia bractesca).baik pemerintah, LSM dan Swasta. Perbaikan tersebut telah memperbaiki mutu dalam pengusahaan madudengan 5. Menggunakan asaptidak banyak lebah yang mati, populasi lebah bisa Menggunakan asap lebih bersahabat dengan lebah dipertahankan bahkan bertambah, lingkungan tempat daripada menggunakan api. Asap digunakan agar lebah bersarang tetap terjaga, peningkatan hasil panen, lebah terbang keluar dari sarang dan tidak dan risiko kecelakaan menjadi kecil. menyebabkan lebah dan koloninya mati. Hal lain yang

    menjadi pertimbangan tidak menggunakan api ATURAN PEMANENAN MADU DI DANAU SENTARUM adalah, risiko kebaran hutan bisa dihindari. Di Danau

    Periau menjadi perkumpulan bagi mereka yang Sentarum pengasapan menggunakan alat berupa terlibat dalam pengusahaan madu di Danau Sentarum yang kaleng yang diisi dengan potongan-potongan kayu berupaya untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. atau serbuk gergaji atau daun yang tidak Berikut proses memanen yang dilakukan oleh anggota menyebabkan nyala api. Jika nyala api besar maka periau dan telah menjadi aturan dalam kelompok, antara segera disiram air. Untuk panen malam hari, alat lain (Riak Bumi, Wulandari 2008, Hasan et al. 2012) : penerangan menggunakan senter. Senter segera 1. Saat panen tidak merusak pohon dimatikan jika sudah mendekati sarang. Adapun alat Pohon merupakan tempat dimana lebah bersarang dan yang digunakan setelah itu adalah alat pengasap yang

    mencari makan. Kelestarian pohon perlu dipertahankan terbuat dari kaleng.dan ditingkatkan agar lebah dan koloninya bisa bertahan karena akan mendapatkan makanan yang 6. Memotong kepala sarangcukup. Lebah akan mampu menghasilkan madu jika Kepala sarang adalah bagian yang mengandung madu ketersediaan tanaman pakan mencukupi siap panen. Biasanya, anakan lebah sedikit dibagian

    tersebut. Untuk menjaga agar anakan lebah tetap 2. Tidak menggunakan alat panen sembarangan hidup dan lebah bisa kembali lagi ke sarang, petani Semua alat yang digunakan dalam pemanenan harus dianjurkan untuk tidak memotong habis sarang.

    steril dan bersih dari benda-benda yang dapat merusak Pemotongan sarang menyisakan bagian pangkal kualitas madu, misalnya ember dan jerigen yang sesuai sebagai tempat lebah mengembangkan sarang dengan standar untuk tempat makanan. kembali.

    3. Ada waktu yang baik untuk panen 7. Membiarkan larva tanpa diambil Waktu panen adalah hal terpenting untuk mendapatkan Larva dipertahankan dengan tujuan untuk menjaga

    madu dengan kualitas yang baik. Waktu panen yang regenerasi lebah. Pengambilan larva menyebabkan dianjurkan adalah siang hari ketika cuaca cerah. Jika regenerasi lebah tidak berjalan dengan baik. Hal panen dilakukan pada waktu hujan, pemburu akan tersebut akan mengancam keberlangsungan hasil kesulitan karena biasanya pohon menjadi licin, dan panen dimasa yang akan datang.madu yang didapat akan bercampur dengan air hujan. Sedangkan panen malam hari memiliki risiko terhadap 8. Menjaga agar sarang yang tertinggal tetap baik.keselamatan petani karena biasanya banyak hal yang Sarang lebah yang telah dipanen dibiarkan tidak rusak tidak terlihat diwaktu malam hari dan rawan terhadap agar lebah tidak kesulitan untuk membuat sarang kecelakaan saat mengambil madu. Ketika panen, sarang lagi. Kerusakan yang diakibatkan karena pemanenan yang diambil bukan sarang yang baru atau sarang yang bisa menyebabkan lebah tidak mau kembali lagi ke sudah tua tetapi diantara keduanya ketika kandungan sarang, dan mencari tempat baru untuk bersarang.madu maksimal.

  • DuabangaDuabangaDuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    DuabangaDuabanga

    PENDAHULUAN Media semai merupakan salah satu faktor penting

    dalam pembibitan dikarenakan di dalam media semai terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Selain berfungsi sebagai penyedia unsur hara, media semai juga berfungsi menyerap dan mengikat air dan oksigen yang akan digunakan untuk fotosintesis.

    Media semai yang biasa digunakan dalam pembibitan adalah media tanah lapisan atas (top soil) dan media organik. Kelebihan dari media top soil yaitu mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Munawar, 2011), mengikat air dan menjaga keseimbangan kehidupan mikroba tanah (Hartanto, 2008), lebih kuat menyangga tanaman, filter dari kontaminan, dan tempat hidup biota yang menghasilkan unsur yang berguna bagi tanaman (Quida N, 2011). Kelebihan penggunaan media organik dalam pembibitan diantaranya adalah (Hendromono, 1998; Valli, 1994 dalam Putri, 2008) :1. Bobot persatuan bibit 3 hingga 4 kali lebih rendah

    dibandingkan media tanah sehingga mempermudah pengangkutan dan menghemat biaya angkut bibit,

    2. Biaya penanaman bibit dengan media top soil dilaporkan dua kali lebih tinggi dibandingkan bibit dengan media organik,

    3. Penggunaan bibit dengan media organik mengurangi biaya penyulaman dan mengurangi frekuensi penyiangan karena angka kematian lebih rendah serta pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan bibit di media top soil.

    Dalam pembibitan tanaman, sifat fisik media lebih dipentingkan daripada sifat kimianya karena kekurangan unsur hara bagi tanaman lebih mudah ditangani daripada memperbaiki aerasi media yang telah ada bibitnya (Hanan, dkk. dalam Hendromono, 2003). Porositas media yang optimal dapat menunjang perkembangan akar, cabang dan akar rambutnya (Hendromono, 2003).

    Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

    Oleh : Anita Apriliani Dwi Rahayu

    menggunakan starter bakteri pengurai atau dapat Saat ini telah banyak yang menggunakan media menggunakan EM4. Timbunan eceng gondok harus sering organik sebagai media pembibitan. Adapun penggunaan dibolak-balik (seminggu sekali). Sekitar 2 – 3 bulan kompos media top soil untuk pembibitan biasanya perlu eceng gondok sudah siap digunakan (Tahir, 2009).ditambah bahan organik seperti pupuk atau kompos

    untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah pada PENGGUNAAN KOMPOS ECENG GONDOK SEBAGAImedia semai. Media organik banyak ditemukan jenisnya MEDIA SEMAI DAN MEDIA TANAMdi pasaran, begitu pula dengan kelebihan dan

    Eceng gondok yang diolah menjadi kompos dapat kekurangan masing-masing media tersebut. menyulap tanah berpasir dan tandus menjadi subur. Media organik yang sering digunakan sebagai media Ketela pohon yang baru berusia 5 bulan sudah dapat semai dan media tanam adalah arang, kompos, pupuk menghasilkan ketela seberat 10 kg, padahal biasanya hasil kandang, pakis, cocopeat (sabut kelapa), sekam padi dan sebanyak itu diperoleh saat usia panen atau telah serbuk gergaji. Media organik yang memiliki drainase dan mencapai 9 bulan masa tanam. Selain ketela, produksi aerasi yang baik diantaranya media kompos, pakis, jagung, kacang tanah dan kedelai juga menunjukkan cocopeat, sekam padi dan serbuk gergaji (Simamora dan peningkatan setelah diberi kompos eceng gondok (Ma'ruf Salundik, 2006; Prianggoro, 2010; Wiguna, 2007; dalam Prasetyo, 2012). Rembes.com, 2012). Media organik yang mengandung

    Hasil penelitian Sittadewi (2007) menunjukkan hasil unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman yaitu uji produktivitas sawi hibrida yang ditumbuhkan pada media kompos, pupuk kandang, sekam padi dan serbuk media eceng gondok ½ kg menghasilkan berat basah yang gergaji (Simamora dan Salundik, 2006; Emirgarden, 2008; paling tinggi (45 gram) dibandingkan media eceng gondok Prianggoro, 2010; Rembes.com, 2012). Khusus media arang, ¼ kg (37 gram), media tanah gambut ½ dan ¼ kg (29 gan meskipun kurang bisa mengikat air dan miskin hara, tidak 22 gram). Hasil penelitian Nugroho (2011) menunjukkan mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau penggunaan kompos eceng gondok dosis 20 ton/ha cendawan (http://carabudidaya.com/media-tanam).memberikan berat segar tanaman bayam merah dan Beberapa hasil penelitian menunjukkan penggunaan bayam putih paling tinggi dibandingkan penggunaan media organik sama baiknya dengan penggunaan media kompos dosis 5, 10 dan 15 ton/ha serta kontrol.top soil. Hanya saja, dalam penggunaan media organik perlu

    Saat ini penggunaan kompos eceng gondok tidak dipertimbangkan sifat-sifat dari jenis media tersebut. hanya terbatas pada peningkatan produksi komoditas Penggunaan media organik yang mempunyai aerasi dan pertanian, akan tetapi sudah mulai digunakan juga sebagai drainase yang baik perlu ditambahkan media organik yang media semai jenis-jenis tanaman kehutanan. Penelitian kaya akan kandungan unsur hara untuk memenuhi tentang jenis Eucalyptus pellita yang pernah dilakukan kebutuhan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh menggunakan bokhasi eceng gondok yang dicampur tanaman.dengan top soil sebagai media semai. Hasil penelitian menunjukkan komposisi media 50% bokhasi + 50% top soil KOMPOS ECENG GONDOKadalah komposisi media terbaik dibandingkan perlakuan Eceng gondok sering ditemukan menutupi sungai, lain dan kontrol, dengan nilai rata-rata 46,85 cm untuk rawa, bendungan atau danau. Pertumbuhan eceng gondok pertambahan tinggi 27,4 helai untuk pertambahan jumlah yang cepat dapat mengganggu ekosistem air dan berakibat daun dan 0,354 untuk pertambahan diameter (Winarni, pada berkurangnya populasi ikan. Selain itu, eceng gondok 2008).juga dapat menyebabkan pendangkalan air dan dapat

    Pada tahun 2013 telah dilakukan penelitian dengan menutupi aliran air sungai. Dalam upaya mengurangi perlakuan tiga komposisi media organik untuk pembibitan populasi eceng gondok, pemanfaatan jenis ini untuk bidara laut. Media organik yang digunakan adalah dijadikan kompos telah banyak dilakukan. campuran kompos eceng gondok, arang sekam padi dan Eceng gondok banyak mengandung asam humat. cocopeat, dengan 3 macam komposisi media. Hasil Senyawa ini menghasilkan fitohormon yang mampu penelitian menunjukkan komposisi media organik kompos m e m p e r c e p a t p e r t u m b u h a n a k a r t a n a m a n eceng gondok, arang sekam padi dan cocopeat terbaik, ( h t t p : / / k e m a k m u r a n - n e g e r i k u . b l o g s p o t . c o m ) . yaitu : 2 : 2 : 1. Hasil pembibitan bidara laut menggunakan Berdasarkan penelitian Sittadewi (2007), unsur hara yang media organik tersebut sama baiknya dengan terkandung dalam eceng gondok adalah: C organik 19,98%; penggunaan media top soil ditambah kompos. Meskipun N total 1,99%; P total 1,72%, K total 2,24%, Ca 2,64% dan Mg persen hidup pada semai asal biji dan stek bidara laut 0,31%. menggunakan media top soil + kompos tinggi, akan tetapi Eceng gondok yang akan dibuat kompos dicacah pertambahan tinggi dan diameternya tidak sebaik semai terlebih dahulu untuk mempercepat proses pengomposan. yang menggunakan media organik (Rahayu dkk., 2013).Proses pengomposan juga dapat dipercepat dengan

    POTENSI MEDIA ORGANIK :KOMPOS ECENG GONDOK SEBAGAI MEDIA SEMAI DAN MEDIA TANAM

    11

    Oleh : Anita Apriliani DR

    10

    Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6