alamat trigona penerbit: balai penelitian teknologi hasil...

6
Gambar 9. menjelaskan bagaimana mekanisme dan program penanaman khususnya di lahan KHDTK Nusa peranan seresah bagi perbaikan kondisi lahan di KHDTK Nusa penida. Penggunaan seresah dapat diaplikasikan sebagai Penida. Topografi lahan di KHDTK Nusa Penida sebagian faktor pencegahan potensi erosi ataupun sebagai besar berbukit dengan kemiringan yang curam, ketebalan peningkatan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanah yang dangkal dan berpotensi terjadinya erosi (a). tanaman. Salah satu contoh kongkretnya dengan Keberadaan vegetasi di atas lahan akan mengurangi memanfaatkan semak-semak sisa pembersihan lahan besarnya air hujan yang sampai ke tanah sehingga mampu sebagai mulsa diantara jalur tanaman yang berguna mengurangi potensi erosi (b). Dengan keberadaan vegetasi untuk memperkuat teras, mengurangi tekanan air hujan maka sisa-sisa tumbuhan baik berupa daun, ranting, buah, dan penyumbang hara bagi tanah sekitar tanaman. biji, dan batang akan jatuh ketanah dan terakumulasi menjadi seresah. Dalam point (1) pada gambar 9 tersebut Pustaka menjelaskan ketika seresah masih dalam bentuk segar dan Arsyad,S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. terakumulasi dipermukaan tanah akan mampu menghalangi Bogor tetesan air hujan langsung ketanah. Selain itu ketika terjadi Badan Litbang Kehutanan. 2013. KHDTK Nusa Penida. aliran air menuju lembah maka besarnya kekuatan aliran h t t p : / / w w w . f o r d a - menjadi berkurang, sehingga mampu mengurangi besaran mof.org/index.php/content/khdtk/60. diakses 10 erosi yang terjadi. januari 2013 Pada point (2) menjelaskan bagaimana peran Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah : edisi seresah bagi lahan KHDTK Nusa Penida ketika proses terjemahan oleh Soegiman. Bhratara Karya Aksara. dekomposisi terjadi dan menghasilkan bahan organik. Bahan Jakarta organik hasil proses dekomposisi ini dapat berguna untuk Darsana, W. 2011. Strategi Pengembangan Daya Tarik menambah ketebalan tanah di KHDTK Nusa Penida yang Wisata Kawasan Barat Pulau Nusa Penida Kabupaten cenderung dangkal. Jenis tanah di Nusa Penida sebagian Klungkung. Thesis Universitas Udayana. Denpasar besar berupa tanah mediteran coklat kemerahan terbentuk Handayani, E. 2011. Pengaruh Seresah Terhadap Limpasan dari pelapukan batuan kapur dan cenderung tidak subur Permukaan Dan Erosi Pada Tanah Dengan Tekstur (Narendra dkk, 2010). Oleh karena itu keberadaan seresah Berbeda. Thesis Fakultas Pertanian Universitas menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesuburan Brawijaya. Malang tanah di KHDTK Nusa penida. Hal ini sebagaimana telah Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu hasil dari proses Perkasa. Jakarta dekomposisi seresah adalah unsur-unsur hara tanaman yang Kramer, P.J dan T.T. Kozlowski. 1960. Physiology of trees. berguna bagi pertumbuhan tanaman. McGraw Hill Book Company. New York Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. Penutup Narendra, B.H., R. Nandini, dan A. Setyayudi. 2010. Keberadaan seresah sangat penting baik bagi kondisi Ujicoba Teknik Manipulasi Lingkungan Dalam tanah maupun bagi pertumbuhan tanaman di KHDTK Nusa Rehabilitasi Lahan Kritis Dengan Jenis Mimba Di Nusa penida. Oleh karena itu kedepan perlu juga Penida, Bali. Laporan Hasil penelitian Balai penelitian mempertimbangkan faktor seresah dalam penyusunan Dari Redaksi, ….. Warta edisi ini menyajikan artikel yang lebih kontemplatif. Karakteristik yang beragam dan orientasi pengelolaan yang holistik untuk dapat berdayaguna lebih cepat dan berkelanjutan, menuntut pendekatan pengelolaan HHBK secara simultan hulu-hilir. Beberapa artikel dalam warta kali ini melengkapi pendekatan itu. Degradasi kawasan hutan adalah masalah utama kehutanan Indonesia. Penggunaan jenis-jenis HHBK untuk merehabilitasi kawasan hutan lindung sangat tepat, karena potensi pemanfaatan hasilnya secara lestari. Kriteria utama pemilihan jenis HHBK untuk rehabilitasi adalah struktur perakarannya. Pada halaman 1-3 disajikan cara sidik cepat karakteristik sistem perakaran dalam pemilihan jenis HHBK untuk pengendalian tanah longsor, dan beberapa contoh jenis HHBK yang direkomendasikan. Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui pendaayagunaan serasah dan gulma sebagai sumber bahan organik, unsur hara, dan sekaligus peredam erosi dan degradasi lahan, disajikan paada halaman 9 -12. Peran dan fungsi serasah bagi tanah dan kemungkinan aplikasinya pada pengelolaan lahan kawasan KHDTK Nusa Penida, disajikan dengan cukup lengkap. Perspektif pemanfaatan potensi keanekaragaman sumber daya spesies, seperti jenis-jenis mikroba endofit untuk menghasilkan HHBK inkonvensional dalam wujud antara lain, bahan farmaka dan senyawa berkhasiat obat, disajikan dengan menarik pada halaman 7 – 9. Memang, sampai saat ini pemanfatan mikroba endofit ini masih sangat minor pada pengembangan produksi HHBK; dan potensi kapang Fusarium spp termasuk yang paling banyak digali, khususnya terkait dengan rekayasa pembentukan gaharu pada jenis-jenis pohon inang Aquilaria spp dan Gyrinops spp Akhirnya, beberapa informasi hasil penelitian tentang jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di beberapa daerah sentra produksi madu lebah Trigona sp di Kabuipaten Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Barat, disajikan pada halaman 4 -7. Teridentifikasi 60 jenis pohon dan tanaman pakan lebah Trigona sp ini, dengan masa pembungaan yang beragam sepanjang tahun, dan ditengarai berpengaruh kepada jumlah, rasa, warna, tekstur madu dan propolis yang dihasilkan. Vol. 8 No. 3, September 2014 1 Oleh : Ogi Setiawan Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u Kecamatan Hu'u, Dompu Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Duabanga Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah. Pendahuluan Degradasi hutan di Indonesia sudah mencapai 96,3 juta hektar, dimana 54,6 juta hektar diantaranya berada di kawasan hutan konservasi, produksi dan lindung (Nawir et al, 2008). Upaya rehabilitasi hutan diperlukan dalam rangka mengembalikan fungsi- fungsi hutan tersebut. Salah satu strategi rehabilitasi yang mempunyai peranan penting adalah pemilihan jenis yang akan digunakan. Namun demikian khusus untuk kawasan hutan lindung, pemilihan jenis yang akan dikembangkan tidak berorientasi pada pemanfaatan kayunya, karena pemanfaatan kayu di kawasan ini tidak diperkenankan. Oleh sebab itu pilihan yang sangat logis untuk rehabilitasi hutan lindung adalah jenis penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Selain sebagai penghasil HHBK dan mempunyai kesesuian dengan karakteristik lahan, jenis yang dipilih juga harus mempunyai potensi fungsi yang lainnya. Adapun fungsi lain tersebut diantaranya fungsi ekonomi, yaitu mempunyai potensi pasar yang bagus serta mampu meningkatkan nilai tambah, dan fungsi lingkungan. Fungsi lingkungan jenis HHBK dalam rehabilitasi hutan lindung diantaranya adalah mampu berperan dalam pengendalian tanah longsor. Mengapa demikian, karena secara umum kawasan hutan lindung mempunyai kemiringan lereng yang curam sehingga menyebabkan lereng menjadi labil. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara alami kawasan hutan lindung mempunyai potensi yang rentan terhadap tanah longsor, apalagi apabila didukung oleh curah hujan yang mempunyai kecendrungan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan faktor penyebab terjadinya tanah longsor, vegetasi penutup tanah mempunyai peranan yang cukup penting. Vegetasi berperan dalam menjaga stabilitas lereng, walaupun hal ini sangat tergantung pada jenis vegetasi dan kemiringan lereng. Bagian terpenting dari vegetasi yang sangat berperan untuk pengendalian longsor adalah sistem perakaran. Sistem perakaran dari vegetasi mampu memperkuat lereng melalui mekanisme pengikatan partikel tanah sehingga tanah menjadi stabil. Beban lereng untuk menahan tanah oleh tingginya kandungan air juga dapat dikurangi oleh vegetasi melalui proses evapotranspirasi. Batang pohon yang tertanam dalam tanah mengangker tanah dan dapat bekerja sebagai penahan gerakan lereng ke bawah (Hardiyatmo, 2006). 12 ISSN:1979-1372 Duabanga Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu BPTHHBK Duabanga Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Majalah Duabanga merupakan media informasi ilmiah populer di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia REDAKSI Penanggung Jawab: Kepala Balai Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MP (Ketua), Anggota (Anggota). Redaksi Pelaksana: Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Tata letak: Wawan Darmawan Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Alamat : Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB Telp. E-mail : Website: http://bpthhbk.litbang.dephut.go.id/ Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Ogi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc 0370-6175552, Fax 0370-6175482 [email protected] Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis tulisan ilmiah populer khususnya di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kehutanan umum di seluruh Indonesia. Naskah tulisan sebanyak 500-1.000 kata dengan spasi ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Dikirim hard copy dan soft copynya disertai foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. 1 7 4 Sidik Cepat Karakteristik Sistem Perakaran Dalam Pemilihan Jenis HHBK Untuk Pengendalian Tanah Longsor Sidik Cepat Karakteristik Sistem Perakaran Dalam Pemilihan Jenis HHBK Untuk Pengendalian Tanah Longsor Jenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di Lombok Jenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di Lombok Daftar Isi 9 SIDIK CEPAT KARAKTERISTIK SISTEM PERAKARAN DALAM PEMILIHAN JENIS HHBK UNTUK PENGENDALIAN TANAH LONGSOR Seresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa Penida Seresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa Penida Potensi Mikroorganisme Endofit Potensi Mikroorganisme Endofit

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Alamat Trigona Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil ...balitbangtek-hhbk.org/2020/04/unggah/file... · Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui

Gambar 9. menjelaskan bagaimana mekanisme dan program penanaman khususnya di lahan KHDTK Nusa peranan seresah bagi perbaikan kondisi lahan di KHDTK Nusa penida. Penggunaan seresah dapat diaplikasikan sebagai Penida. Topografi lahan di KHDTK Nusa Penida sebagian faktor pencegahan potensi erosi ataupun sebagai besar berbukit dengan kemiringan yang curam, ketebalan peningkatan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanah yang dangkal dan berpotensi terjadinya erosi (a). tanaman. Salah satu contoh kongkretnya dengan Keberadaan vegetasi di atas lahan akan mengurangi memanfaatkan semak-semak sisa pembersihan lahan besarnya air hujan yang sampai ke tanah sehingga mampu sebagai mulsa diantara jalur tanaman yang berguna mengurangi potensi erosi (b). Dengan keberadaan vegetasi untuk memperkuat teras, mengurangi tekanan air hujan maka sisa-sisa tumbuhan baik berupa daun, ranting, buah, dan penyumbang hara bagi tanah sekitar tanaman.biji, dan batang akan jatuh ketanah dan terakumulasi menjadi seresah. Dalam point (1) pada gambar 9 tersebut Pustaka menjelaskan ketika seresah masih dalam bentuk segar dan Arsyad,S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. terakumulasi dipermukaan tanah akan mampu menghalangi Bogortetesan air hujan langsung ketanah. Selain itu ketika terjadi Badan Litbang Kehutanan. 2013. KHDTK Nusa Penida. aliran air menuju lembah maka besarnya kekuatan aliran h t t p : / / w w w . f o r d a -menjadi berkurang, sehingga mampu mengurangi besaran mof.org/index.php/content/khdtk/60. diakses 10 erosi yang terjadi. januari 2013

Pada point (2) menjelaskan bagaimana peran Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah : edisi seresah bagi lahan KHDTK Nusa Penida ketika proses terjemahan oleh Soegiman. Bhratara Karya Aksara. dekomposisi terjadi dan menghasilkan bahan organik. Bahan Jakarta organik hasil proses dekomposisi ini dapat berguna untuk Darsana, W. 2011. Strategi Pengembangan Daya Tarik menambah ketebalan tanah di KHDTK Nusa Penida yang Wisata Kawasan Barat Pulau Nusa Penida Kabupaten cenderung dangkal. Jenis tanah di Nusa Penida sebagian Klungkung. Thesis Universitas Udayana. Denpasarbesar berupa tanah mediteran coklat kemerahan terbentuk Handayani, E. 2011. Pengaruh Seresah Terhadap Limpasan dari pelapukan batuan kapur dan cenderung tidak subur Permukaan Dan Erosi Pada Tanah Dengan Tekstur (Narendra dkk, 2010). Oleh karena itu keberadaan seresah Berbeda. Thesis Fakultas Pertanian Universitas menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesuburan Brawijaya. Malangtanah di KHDTK Nusa penida. Hal ini sebagaimana telah Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu hasil dari proses Perkasa. Jakartadekomposisi seresah adalah unsur-unsur hara tanaman yang Kramer, P.J dan T.T. Kozlowski. 1960. Physiology of trees. berguna bagi pertumbuhan tanaman. McGraw Hill Book Company. New York

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.Penutup

Narendra, B.H., R. Nandini, dan A. Setyayudi. 2010. Keberadaan seresah sangat penting baik bagi kondisi Ujicoba Teknik Manipulasi Lingkungan Dalam tanah maupun bagi pertumbuhan tanaman di KHDTK Nusa Rehabilitasi Lahan Kritis Dengan Jenis Mimba Di Nusa p e n i d a . O l e h k a r e n a i t u k e d e p a n p e r l u j u g a Penida, Bali. Laporan Hasil penelitian Balai penelitian mempertimbangkan faktor seresah dalam penyusunan

Dari Redaksi, …..Warta edisi ini menyajikan artikel yang lebih

kontemplatif. Karakteristik yang beragam dan orientasi pengelolaan yang holistik untuk dapat berdayaguna lebih cepat dan berkelanjutan, menuntut pendekatan pengelolaan HHBK secara simultan hulu-hilir. Beberapa artikel dalam warta kali ini melengkapi pendekatan itu.

Degradasi kawasan hutan adalah masalah utama kehutanan Indonesia. Penggunaan jenis-jenis HHBK untuk merehabilitasi kawasan hutan lindung sangat tepat, karena potensi pemanfaatan hasilnya secara lestari. Kriteria utama pemilihan jenis HHBK untuk rehabilitasi adalah struktur perakarannya. Pada halaman 1-3 disajikan cara sidik cepat karakteristik sistem perakaran dalam pemilihan jenis HHBK untuk pengendalian tanah longsor, dan beberapa contoh jenis HHBK yang direkomendasikan.

Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui pendaayagunaan serasah dan gulma sebagai sumber bahan organik, unsur hara, dan sekaligus peredam erosi dan degradasi lahan, disajikan paada halaman 9 -12. Peran dan fungsi serasah bagi tanah dan kemungkinan aplikasinya pada pengelolaan lahan kawasan KHDTK Nusa Penida, disajikan dengan cukup lengkap.

Perspektif pemanfaatan potensi keanekaragaman sumber daya spesies, seperti jenis-jenis mikroba endofit untuk menghasilkan HHBK inkonvensional dalam wujud antara lain, bahan farmaka dan senyawa berkhasiat obat, disajikan dengan menarik pada halaman 7 – 9. Memang, sampai saat ini pemanfatan mikroba endofit ini masih sangat minor pada pengembangan produksi HHBK; dan potensi kapang Fusarium spp termasuk yang paling banyak digali, khususnya terkait dengan rekayasa pembentukan gaharu pada jenis-jenis pohon inang Aquilaria spp dan Gyrinops spp

Akhirnya, beberapa informasi hasil penelitian tentang jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di beberapa daerah sentra produksi madu lebah Trigona sp di Kabuipaten Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Barat, disajikan pada halaman 4 -7. Teridentifikasi 60 jenis pohon dan tanaman pakan lebah Trigona sp ini, dengan masa pembungaan yang beragam sepanjang tahun, dan ditengarai berpengaruh kepada jumlah, rasa, warna, tekstur madu dan propolis yang dihasilkan.

Vol. 8 No. 3, September 2014

1

Oleh : Ogi Setiawan

Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u

Kecamatan Hu'u, Dompu

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah.

PendahuluanDegradasi hutan di Indonesia sudah mencapai 96,3 juta hektar, dimana 54,6 juta

hektar diantaranya berada di kawasan hutan konservasi, produksi dan lindung (Nawir et al, 2008). Upaya rehabilitasi hutan diperlukan dalam rangka mengembalikan fungsi-fungsi hutan tersebut. Salah satu strategi rehabilitasi yang mempunyai peranan penting adalah pemilihan jenis yang akan digunakan. Namun demikian khusus untuk kawasan hutan lindung, pemilihan jenis yang akan dikembangkan tidak berorientasi pada pemanfaatan kayunya, karena pemanfaatan kayu di kawasan ini tidak diperkenankan. Oleh sebab itu pilihan yang sangat logis untuk rehabilitasi hutan lindung adalah jenis penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Selain sebagai penghasil HHBK dan mempunyai kesesuian dengan karakteristik lahan, jenis yang dipilih juga harus mempunyai potensi fungsi yang lainnya. Adapun fungsi lain tersebut diantaranya fungsi ekonomi, yaitu mempunyai potensi pasar yang bagus serta mampu meningkatkan nilai tambah, dan fungsi lingkungan. Fungsi lingkungan jenis HHBK dalam rehabilitasi hutan lindung diantaranya adalah mampu berperan dalam pengendalian tanah longsor. Mengapa demikian, karena secara umum kawasan hutan lindung mempunyai kemiringan lereng yang curam sehingga menyebabkan lereng menjadi labil. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara alami kawasan hutan lindung mempunyai potensi yang rentan terhadap tanah longsor, apalagi apabila didukung oleh curah hujan yang mempunyai kecendrungan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya tanah longsor, vegetasi penutup tanah mempunyai peranan yang cukup penting. Vegetasi berperan dalam menjaga stabilitas lereng, walaupun hal ini sangat tergantung pada jenis vegetasi dan kemiringan lereng. Bagian terpenting dari vegetasi yang sangat berperan untuk pengendalian longsor adalah sistem perakaran. Sistem perakaran dari vegetasi mampu memperkuat lereng melalui mekanisme pengikatan partikel tanah sehingga tanah menjadi stabil. Beban lereng untuk menahan tanah oleh tingginya kandungan air juga dapat dikurangi oleh vegetasi melalui proses evapotranspirasi. Batang pohon yang tertanam dalam tanah mengangker tanah dan dapat bekerja sebagai penahan gerakan lereng ke bawah (Hardiyatmo, 2006).

12

ISSN:1979-1372

DuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

BPTHHBK

DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Majalah Duabanga merupakan media informasi ilmiah populer di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia

REDAKSI

Penanggung Jawab: Kepala Balai Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MP (Ketua), Anggota (Anggota).Redaksi Pelaksana: Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana PenelitianTata letak: Wawan DarmawanPenerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Alamat : Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB Telp. E-mail :

Website: http://bpthhbk.litbang.dephut.go.id/

Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan KayuOgi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc

0370-6175552, Fax 0370-6175482 [email protected]

Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis tulisan ilmiah populer khususnya di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan

Kehutanan umum di seluruh Indonesia. Naskah tulisan sebanyak 500-1.000 kata dengan spasi ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Dikirim hard copy dan soft copynya

disertai foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.

1

7

4

Sidik Cepat Karakteristik Sistem Perakaran Dalam Pemilihan Jenis HHBK Untuk Pengendalian Tanah Longsor

Sidik Cepat Karakteristik Sistem Perakaran Dalam Pemilihan Jenis HHBK Untuk Pengendalian Tanah Longsor

Jenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di LombokJenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di Lombok

Daftar Isi

9

SIDIK CEPAT KARAKTERISTIK SISTEM PERAKARAN DALAM PEMILIHAN JENIS HHBK UNTUK PENGENDALIAN TANAH LONGSOR

Seresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa PenidaSeresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa Penida

Potensi Mikroorganisme EndofitPotensi Mikroorganisme Endofit

Page 2: Alamat Trigona Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil ...balitbangtek-hhbk.org/2020/04/unggah/file... · Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui

Efisiensi arsitektur perakaran tipe-R dalam meningkatkan kuat Daftar Pustakageser mencapai 56% dari tipe lainnya. Pada umumnya akar horizontal dan vertikal pada tipe-R tumbuh dengan baik, dimana Abe, K. and R. R. Ziemer, 1991. “Effect of tree roots on shallow-seated akar vertikal merupakan orientasi akar yang paling efisien dalam land slides”, USDA forest Service Gen. Tech. Rep. PSW-GT 130, hal peningkatan kuat geser tanah. Pada Gambar 3 disajikan ilustrasi : 11-20.sistem perakaran beberapa jenis HHBK yang diamati. Bruijnzeel, L.A. 2004. Hydrological functions of tropical forests : Not

seeing the soil for the trees? . Agriculture, Ecosystems and Environment 104. Elsevier, hal : 185-228.

Fan, C. and Yu-wen Chen. 2010. The effect of root architecture on the shearing resistance of root permeated soil. Ecological Engineering. Vol.36, issue 6, hal : 813-826.

Hairiah, K., Widianto dan Didik Suprayogo. 2008. Adaptasi dan Mitigasi Pemanasan Global : Bisakah agroforestri mengurangi resiko longsor dan emisi gas rumah kaca. Kumpulan makalah INAFE. UNS. Surakarta.

Hardiyatmo, H.C. 2006. Penanganan tanah longsor dan Erosi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal : 308-319.

Nawir, Ani A., Murniati dan Lukas Rumboko. 2008. Rehabilitasi Hutan di Indonesia : Akan kemanakah arahnya setelah lebih dari tiga dasawarsa. Center for International Forestry Research (CIFOR).

Bogor, Indonesia.Reubens, B., J. Poesen, F. Danjon, G. Geudens dan B. Muys. 2007. The Penutup

role of fine and coarse roots in shallow slope stability and soil Karakteristik sistem perakaran berupa arsitektur erosion control with a focus on root system architecture: a perakaran, nilai IJA dan ICA, dapat digunakan sebagai parameter review. Trees, 21, hal : 385–402.untuk menentukan jenis HHBK yang akan digunakan dalam

Yen,C.P. 1987. Tree root patterns and erosion control. Proceedings of rehabilitasi lahan dengan tujuan pengendalian tanah longsor. the International Workshop on Soil Erosion and its Namun demikian informasi ini perlu didukung oleh kesesuaian jenis Countermeasures. Soil and Water Conservation Society of terhadap lahan yang akan dikembangkan. Thailand, Bangkok.

Namun demikian, Bruijnzeel (2004) menyatakan bahwa peran diklasifikasikan sebagai akar horizontal apabila sudut antara akar dan 0vegetasi dalam pengendalian longsor hanya efektif pada kejadian bidang vertikal lebih dari atau sama dengan 45 , sedangakan apabila

0longsor dangkal. Pada kejadian longsor dalam, peran vegetasi kurang dari 45 diklasifikasikan sebagai akar vertikal. Formula yang menjadi kurang efektif karena hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh digunakan untuk menentukan IJA dan ICA disajikan pada Gambar 2. faktor geologi dan iklim.

Berdasarkan peran vegetasi melalui sistem perakarannya, maka diperlukan parameter sistem perakaran dalam pemilihan jenis HHBK untuk rehabilitasi hutan lindung. Selanjutnya dalam tulisan ini dibahas pendekatan penentuan karakteristik sistem perakaran dan contoh aplikasinya pada beberapa jenis HHBK. Metode yang dijelaskan diharapkan dapat menjadi salah satu alat sidik cepat (quick assessment) dalam pemilihan jenis HHBK untuk rehabilitasi dengan tujuan pengendalian tanah longsor.

Penilaian cepat karakteristik sistem perakaran untuk Berdasarkan nilai IJA dan ICA, selanjutnya dikelaskan pengendalian tanah longsor

berdasarkan kategori yang disajikan pada Tabel 1. Semakin besar nilai Penilaian karakteristik sistem perakaran untuk mendukung IJA dan ICA menunjukkan bahwa tanaman tersebut mempunyai upaya rehabilitasi dalam rangka pengendalian tanah longsor dapat potensi yang lebih besar dalam pengendalian tanah longsor. dibagi menjadi dua pendekatan yaitu secara kualitatif dan

kuantitatif. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan langsung Tabel 1. Klasifikasi Nilai Indeks Jangkar Akar (IJA) dan Indeks mengamati arsitektur perakaran, yaitu bentuk keseluruhan atau

Cengkeram Akar (ICA) (Hairiah et.al., 2008)morfologi akar. Arsitektur perakaran akan mempengaruhi peningkatan kekuatan geser yang diberikan oleh akar pada proses pergeseran tanah. Karakteristik akar yang dapat digunakan untuk menggambarkan arsitektur perakaran diantaranya adalah pola percabangan (Reubens et.al., 2007).

Pada tahun 1987, Yen mengemukakan beberapa tipe arsitektur sistem perakaran berdasarkan pola percabangannya. Adapun tipe arsitektur perakaran yang dimaksud adalah tipe-VH, tipe-H, tipe-V, tipe-R dan tipe-M (Gambar 1.). Tipe-R, tipe-V dan

Karakteristik perakaran beberapa jenis HHBKtipe-VH, mempunyai potensi yang menguntungkan dalam Pada tahun 2011 dan 2012 telah dilakukan pengamatan pengendalian tanah longsor melalui stabilisasi lereng serta lebih

terhadap perakaran beberapa jenis tanaman penghasil HHBK. tahan terhadap hembusan angin. Tipe-H dan tipe-M lebih Tanaman yang diamati adalah jenis pohon yang menghasilkan buah, bermanfaat dalam penguatan tanah bagian atas. Pengamatan sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) dan sumber bahan obat. arsitektur perakaran dapat dilakukan dengan menggali tanah di Pengamatan dilakukan dengan menggunakan parameter kualitatif sekitar sistem perakaran atau mengamati pada lereng dimana dan kuantitatif. Pada Tabel 2 disajikan hasil pengamatan karakteristik sistem perakaran suatu jenis tanaman dapat terlihat.sistem perakaran beberapa jenis pohon penghasil HHBK.

Pada Tabel 2 jenis-jenis HHBK yang diamati mempunyai nilai IJA dengan kategori sedang - tinggi, sedangkan untuk nilai ICA termasuk kategori rendah – tinggi. Secara umum jenis HHBK yang dianalisis mempunyai akar vertikal yang relatif besar dan akar horizontal yang relatif cukup. Kondisi ini mengindikasikan bahwa jenis-jenis ini mempunyai peran yang potensial dalam stabilisasi lereng sehingga akan mengurangi resiko terjadinya tanah longsor. Jenis yang mempunyai nilai IJA dan ICA semakin besar menunjukkan potensi yang relatif besar dalam pengendalian tanah longsor. Akar-akar horizontal yang menyebar di lapisan permukaan tanah akan mencengkram tanah dan akar-akar vertikal sebagai jangkar akan menopang tegaknya pohon sehingga tidak mudah tumbang oleh adanya pergerakan massa tanah. Di sisi lain, lereng pada umumnya akan lebih stabil apabila ditutupi oleh vegetasi dengan akar yang mampu menembus lapisan tanah dalam. Besarnya kerapatan akar pada lapisan permukaan juga penting untuk menurunkan kandungan air tanah dan meningkatkan ketahanan geser tanah yang pada akhirnya dapat mengurangi resiko terjadinya longsor (Abe dan Ziemer (1991) dan Hairiah et. al., 2008; Ali, 2010).

Berdasarkan hasil pengamatan, jenis-jenis HHBK yang dianalisis Penilaian secara kuantitatif dapat menggunakan nilai pada umumnya mempunyai arsitektur perakaran tipe-R. Akar-akar indeks akar seperti yang dikemukakan Hariah et.al, (2008). Indeks yang terpusat pada akar sentral dengan orientasi horizontal, pada akar tersebut terdiri dari dua yaitu Indeks Jangkar Akar (IJA) dan umumnya tumbuh melebar dan akar utama tumbuh secara diagonal. Indeks Cengkram Akar (ICA). IJA merupakan perbandingan Hasil penelitian Fan dan Yu-wen (2010) terhadap lima jenis tanaman diameter akar-akar vertikal dan diameter batang, sedangkan ICA dengan arsitektur perakaran yang berbeda menunjukkan bahwa adalah perbandingan antara diameter akar-akar horizontal dan arsitektur perakaran tipe-R merupakan tipe yang paling efektif dalam diameter batang Setiap contoh tanaman diukur diameter akar meningkatkan kekuatan geser tanah. horizontal, akar vertikal dan diameter batang. Suatu akar

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

3

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Gambar 4. Buah nyamplung

2

Gambar 2. Sarang Lebah Pada Pohon

Kelas IJA ICA Rendah

< 0,1

< 1,5

Sedang

0,1–

1,0

1,5 –

3,5

Tinggi

> 1,0

> 3,5

Jenis

IJA

ICA

Rata-Rata

SD

Kategori*

Rata-Rata

SD

Kategori*

Kemiri (Aleuritas moluccana)

0,70

0,26

Sedang

1,59

0,96

Sedang

Durian (Durio zibethinus)

1,12

0,43

Tinggi

0,89

0,10

Rendah

Alpukat (Persea americana)

1,38

0,77

Tinggi

2,15

0,78

Sedang

Nangka (Artocarpus heterophyllus)

1,42

0,51

Tinggi

3,54

0,39

Tinggi

Nyamplung (Callophylum inophylum)

2,21

0,81

Tinggi

1,00

0,12

Rendah

Rambutan (Nephelium lapaceum)

1,14

1,03

Tinggi

3,78

1,22

Tinggi

Melinjo (Gnetum gnemon)

2,18 0,92

Tinggi

1,49

0,24

Rendah

Gaharu (Gyrinops verstigii)

0,89 0,12

Sedang

1,01

0,44

Rendah

Sukun (Arthocarpus altilis)

0,76 0,30

Sedang

1,86

0,80

Sedang

Manggis (Garcinia mangostana)

0,86 0,40

Sedang

1,96

0,90

Sedang

Ceruring (Lansium

sp)

1,34 0,72

Tinggi

3,98

1,42

Tinggi

Sawo (Achraszapota sp)

0,96 0,50

Sedang

2,06

1,00

Sedang

Mangga (Mangifera indica) 1,44 0,83 Tinggi 4,08 1,52 Tinggi

Bidara laut (Strychnos lucida) 1,81 0,27 Tinggi 1,58 0,46 Sedang

Malaka (Phyllanthus emblica) 0,50 0,20 Sedang 2,10 0,30 Sedang

Keterangan : * = sumber Hairiah et. al. (2008)

SD= standar deviasi

Gambar 3. Sistem perakaran beberapa jenis HHBK (kiri-kanan : Bidara laut, Gaharu, Malaka)Gambar 1. Arsitektur akar yang dikemukakan oleh Yen (1987)

Gambar 2. Formula perhitungan IJA dan ICA (Hairiah et al., 2008)

Tabel 2. Nilai IJA dan ICA beberapa jenis HHBK

Page 3: Alamat Trigona Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil ...balitbangtek-hhbk.org/2020/04/unggah/file... · Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui

45

Gambar 7. Akar nyamplungGambar 6. Alur proses pembuahan

Oleh :

Rubangi Al Hasan

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Ukuran tubuh trigona yang hanya 3-4 mm (Wahyuni et al, 2012) memungkinkan serangga ini menghisap nektar dari bunga rumput sekalipun. Bahkan menurut Anonim, 2010 ketika nektar tidak banyak tersedia di alam, maka trigona akan mencari getah pohon sebagai sumber pakan alternatif. Tanaman pakan yang ditemukan mempunyai musim berbunga yang bervariasi. Beberapa jenis mempunyai musim berbunga sepanjang tahun, misalnya Averrhoa carambola L, Euphorbia sp, Jatropha curcas dan Artocarpus heterophyllus. Persea americana hanya berbunga pada musim penghujan, berbeda dengan Cacao sp yang berbunga pada bulan April sampai bulan Juli, untuk buah Syzygium cumini berbunga pada bulan April hingga Oktober. Anacardium occidentale juga mempunyai musim berbunga pada bulan Maret hingga Juli, dan masih banyak tanaman pakan trigona lainnya, disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Jenis pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya

Pendahuluan keduanya berada di Kab. Lombok Utara, Desa Lendang Lebah madu Trigona sp sudah dikenal oleh masyarakat Nangka, Kec. Masbagik, Kab. Lombok Timur dan Desa Karang

di Pulau Lombok sebagai lebah penghasil madu selain lebah Bayan, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat, dari bulan Maret madu Apis sp. Selain madu, Trigona sp juga menghasilkan 2013 sampai dengan Agustus 2013. Data diambil dengan propolis dan bee polen. Propolis atau lem lebah merupakan menggunakan metode transek sampling dan data dianalisis zat yang dihasilkan oleh lebah madu, dikumpulkan dari getah dengan analisis deskriptif.pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya dan digunakan untuk menambal serta mensterilkan sarang. (Ghisalberti, 1979). Bee polen adalah kumpulan dari serbuk sari yang diambil dari bunga oleh lebah madu (Popic et al, 2012).

Trigona lebih banyak memproduksi propolis daripada madu, lebah trigona lebih menyukai getah (resin) sebagai sumber pakan (Mahani, et al. 2011; Siregar, 2011),. Getah pada tanaman selalu tersedia setiap tahun, sehingga ketersediaan pakan trigona selalu terjaga. Selain memproduksi propolis, lebah trigona juga menghasilkan madu, oleh karena itu mengkonsumsi nektar serta polen. Trigona mempunyai tubuh yang kecil dan dapat menghisap nektar dari bunga rumput yang kecil sekalipun. Hal ini diperkuat oleh Mahani (2011) yang menyatakan bahwa lebah trigona tidak membutuhkan nektar yang banyak jika dibandingkan dengan Apis sp. Sedangkan menurut Siregar (2011), trigona lebih menyukai tanaman palem-paleman untuk diambil getahnya sebagai pakan.

Propolis yang dihasilkan oleh Trigona sp di Pulau Lombok mempunyai warna, bentuk dan tekstur yang berbeda. Ada yang berwarna gelap, coklat, bahkan ada yang berwarna coklat kemerahan. Dari teksturnya juga beragam, ada yang lembek, kering maupun beremah. Begitupun dengan madu yang dihasilkan, di Pulau Lombok, rasa madu trigona yang dihasilkan kebanyakan asam, namun di Pulau Sumbawa ditemukan madu trigona yang mempunyai rasa manis. Warna madu trigona pun beragam, ada yang kuning, kuning kecoklatan, kemerahan, bahkan jika didiamkan lama maka akan berubah menjadi hitam. Keanekaragaman bentuk, warna, dan tekstur propolis serta warna dan rasa madu yang dihasilkan oleh trigona ini diduga karena pengaruh pakan yang dikonsumsi. Pakan yang dikonsumsi pada saat itu, akan mempengaruhi kualitas madu dan propolis yang dihasilkan (Bankova et al., 1999). Tulisan ini selanjutnya membahas tentang jenis pakan Trigona sp di Lombok, musim pembungaan dan implikasinya terhadap produksi propolis dan madu Trigona sp.

JENIS PAKAN DAN MUSIM PEMBUNGAANNYAPenelit ian tentang jenis pakan dan musim

pembungaannya telah dilakukan di 4 lokasi yaitu di Desa Sigar Penjalin, Kec. Tanjung dan Desa Genggelang, Kec. Gangga,

Hasil analisis vegetasi di masing-masing lokasi menghasilkan data sebagai berikut. Di Desa Genggelang, teridentifikasi 28 jenis pakan trigona dari 268 jenis vegetasi yang ditemukan. Pakan tersebut diantaranya adalah asam jawa, jambu air, mangga, nangka, euphorbia, dll. Di Desa Sigar Penjalin, teridentifikasi 22 jenis pakan dari total 77 jenis yang ditemukan, diantaranya adalah kelapa, sirsak, jarak, gamal, nangka, dll. Untuk wilayah Lombok Timur diambil lokasi di Desa Lendang Nangka dan teridentifikasi 41 jenis yang merupakan pakan trigona dari 105 jenis vegetasi yang diambil datanya. Adapun pakan yang teridentifikasi di Lendang Nangka adalah alpukat, aren, kelapa, nyamplung, sukun, dll. Untuk lokasi Desa Karang Bayan teridentifikasi 17 jenis pakan dari 75 jenis total vegetasinya. Pakan yang teridentifikasi diantaranya aren, durian, kelapa, nangka, rambutan, dll. dimanfaatkan oleh trigona. Sehingga hampir tidak ada masa paceklik makanan bagi trigona (Mahani, dkk, 2011). Trigona mengkonsumsi nektar untuk dapat memproduksi madu, dan nektar dapat ditemukan pada bunga tanaman. Namun, ketika musim berbunga sudah lewat, Trigona masih dapat memproduksi madu dengan memanfaatkan alternatif pakan yang lain yaitu bunga rumput maupun bunga tanaman hias lainnya.

Jenis Pakan Trigona sp Dan

Musim Pembungaannya di LombokOleh : Septiantina Dyah R.

No. Nama lokal

Nama ilmiah Masa Bunga N G LOKASI

LN GG SR KB 1

Alpukat1

Persea americana

Hujan ●

2

Aren1

Arenga pinnata

Jan –

Des

3

Asem1

Tamarindus javanica

Apr –

Agst

4

Belimbing3

Averrhoa carambola

L

Sepanjang tahun

5

Bunga Kertul2

Sepanjang tahun

6

Bunga Nusa Indah2

Musaenda sp

Sepanjang tahun

7

Bunga Sepatu2

Hibiscuc rosa-sinensis

Sepanjang tahun

8

Ceruring11

Lansium Domesticum

Jun –

Jul

9

Coklat7

Cocoa sp

April-Juli

10

Dadap8

Erythrina subumbrans

Musim hujan

11

Durian7

Durio zibethinus

Nop-Maret

12

Duwet9

Syzygium cumini

April-Okt

13

Euphorbia10

Euphorbia sp

Sepanjang tahun

14

Gamal8

Gliricidia sepium

Sepanjang tahun

15

Jambu Air11

Syzygium aqueum

Juli-Agustus

16

Jambu Biji6

Psidium guajava

Musim hujan

17

Jambu Mente1

Anaccadium odontinale

Mar –

Jul

18

Jarak5

Jatropha curcas

Sepanjang tahun

19

Jeruk7

Citrus sinensis

Musim hujan

20

Jukut Gagak2

Sepanjang tahun

21

Kamboja2

Plumeria acuminata

Sepanjang tahun

22

Kapuk1

Ceiba pentandra

Juni-Agustus

23

Kedondong11

Lannea grandis

Sepanjang tahun

24

Kelapa1

Cacao sp

Jan –

Des

25

Kersen9

Muntingia calabura

Sepanjang tahun

26

Kluwih

Artocarpus altilis

27

Kopi11

Coffea sp

Musim kemarau

28

Mangga1

Mangifera indica

Jun dan Agst

29

Mangga Hutan7

Mangifera sp

Jun dan Agst

30

Manggis9

Garcinia mangostana

Musim kemarau

31

Nanas

Ananas comocus

TMT

32

Nangka9

Artocarpus heterophyllus

Sepanjang tahun

33

Nyamplung4

Calophyllum innophylum

Mei-Juni

34

Pepaya11

Carica papaya

TMT

35

Pinang8

Areca catechu

Jan-

Apr

36

Pisang8

Musa paradisiaca

Sepanjang tahun

37

Putri Malu1

Mimosa pudica

Jan –

Des

38

Rambutan9

Nephelium lappaceum

Akhir kemarau

39

Rumput Bunga

Sepanjang tahun

Gambar 4. Beberapa pakan Trigona sp di Pulau Lombok a). Euphorbia sp b). Jatropha curcas c). Rumput Maya d). Bunga Tahi-tahian

Page 4: Alamat Trigona Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil ...balitbangtek-hhbk.org/2020/04/unggah/file... · Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui

DAFTAR PUSTAKA Jarak Pagar Sumber Biodiesel. LIPI Press. JakartaAnonim. 2010. http://www.jakarta.go.id/. Diakses tanggal 9 Mahani., A. K. Rokim., N. Nunung. 2011. Keajaiban Propolis

Januari 2014 Trigona. Pustaka Bunda. DepokAnonim. Diakses dari www.depkes.go.id pada tanggal 23 Popic, T. J., M. W. Glenda, M. W., and C. D. Yvonne. 2013.

Desember 2013 Flower-visitor networks only partially predict the Bankova, V. S., S. L. D. Castro., and M. C. Marcucci. (2000). function of pollen transport by bees. Austral Ecology

Propolis: Recent Advances In Chemistry And Plant Journal. 38(1), 76–86Origin. Apidologie, 31(1), 3-15 Purnomosidhi, P., Suparman., M. R. James, dan

Chooi, O. H. 2004. Buah: Khasiat Makanan & Ubatan. Utusan Mulawarman. 2002. Perbanyakan Dan Budidaya Publications and Distribution Sdn Bhd. Kuala Lumpur Tanaman Buah-buahan Dengan Penekanan Pada

Djumena, E. 2014. Sekali Panen Untung Rp 60 Juta. Artikel di Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Pedoman K o m p a s . D i u n d u h d a r i w e b s i t e Lapang. International Centre for Research in http://bisniskeuangan.kompas.com/ pada tanggal 9 Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Januari 2013 Bogor, Indonesia. 41 p.

Ghisalberti, E. L. 1979. Propolis: a review. Bee World. 60: Riendriasari, S. D., Krisnawati., E. Kurniawan. 2013. Teknik 59–84 Produksi Propolis Lebah Madu Trigona sp di NTB.

Handoko, C., R. Wahyuni., Krisnawati., L. Anggadhania., Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Ramdiawan. 2011. Pengaruh Stress Lingkungan Has i l Hutan Bukan Kayu. Mataram. T idak Terhadap Pertumbuhan Reproduktif Dan Daya dipublikasikanTumbuh Benih Nyamplung Di Bali. Laporan Hasil Roubik, D. W., M, Aluja. 1983. Flight Range of Mellipona and Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Trigona in Tropical Forest.. Journal of The Kansas Bukan Kayu. Mataram. Tidak dipublikasikan Entomological Society 56 (2) pp 217-222

Heriyanto, N.M. dan Zuraida. 2005. Kajian beberapa aspek Siregar, H. C. H., Asnath, M. F., Yuke, O. 2011. Propolis Madu ekologi pohon kedawung (Parkia roxburghii G.Don.) di Multikhasiat. Penebar Swadaya. DepokTaman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Jurnal Soedjito. 2008. Budidaya Jambu Merah. Percetakan Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (II) (2): 157-166. Kanisius. JogjakartaPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Trubus. 2010. Propolis Dari Lebah Tanpa Sengat, Cara Ternak Rehabilitasi. Bogor Dan Olah. PT. Trubus Swadaya. Jakarta

Kementr ian L ingkungan Hidup. F lora Identitas Wati, D. L. 2013. Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen Kabupaten/Kota diProvinsi Jawa Tengah. Diakses dari Trigona laeviceps Smith di Perkebunan Karet (Hevea website http://bk.menlh.go.id/ pada tanggal 9 Januari braziliensis) dan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis). 2014 Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2006. Budidaya Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

6

DuabangaDuabangaDuabangaDuabanga

7

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Gambar 10. Ruangan kedap

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

PENDAHULUAN disebut mikroorganisme endofit (Strobel dan Daisy, 2003). Kata Indones ia termasuk negara dengan t ingkat "endofit" paling sering didefinisikan sebagai organisme yang

keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, ditandai dengan infeksinya tidak mencolok. Jaringan inang terinfeksi secara ekosistem, jenis dalam ekosistem, dan plasma nutfah (genetik) sementara tanpa gejala, sedangkan kolonisasi mikroorganisme yang berada di dalam setiap jenisnya. Keanekaragaman hayati endofit dapat dibuktikan intern (Stone et al., 2000). yang tinggi tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat Mikroorganisme endofit yang dapat ditemukan hampir di memberikan beragam manfaat, baik di masa kini maupun masa seluruh tanaman yang ada di dunia mampu menghasilkan yang akan datang (Suhartini, 2009). Keanekaragaman hayati sejumlah besar zat potensial yang dapat digunakan untuk digolongkan menjadi tiga tingkat, yaitu : keanekaragaman pengobatan modern, pertanian dan industri. Beberapa contoh genetik, keanekaragaman komunitas, dan keanekaragaman hasil dari pemanfaatan mikroorganisme endofit setelah melalui spesies yang mencakup semua spesies di bumi yang terdiri dari t a h a p i s o l a s i , p e m e l i h a r a a n , p e m u r n i a n , d a n tumbuhan, hewan, serta mikroorganisme. (Suhartini, 2009). karakterisasi/identifikasi antara lain adalah antibiotik baru,

Mikroorganisme yang tinggal pada jaringan hidup dari antimycotics, imunosupresan, dan senyawa antikanker tanaman inang dan memiliki hubungan yang berbagai macam, (Strobel dan Daisy, 2003). dari hubungan secara simbiosis sampai hampir patogenik

40 Rumput Ekor Tikus2

Sepanjang tahun ●

41 Rumput Gajah2

Pennisetum purpureum Sepanjang tahun ●

42 Rumput Kawatan2 Sepanjang tahun ●

√ √

43 Rumput Klirang2 Sepanjang tahun ●

44 Rumput Lemu2

Sepanjang tahun ●

√ 45 Rumput Lendang2

Sepanjang tahun ●

√ 46 Rumput Leutek2

Sepanjang tahun ●

47 Rumput Maya2 Sepanjang tahun ●

48 Rumput Parang2

Sepanjang tahun ●

49 Rumput Teki2 Cyperus rotundus Sepanjang tahun ●

50 Rumput

Tengkarang2

Sepanjang tahun ●

51 Rumput Tinggan2 Sepanjang tahun ●

52 Sawo7

Manilkara kauki Sepanjang tahun ●

√ √

53 Semanggi2 Marsilea crenata Sepanjang tahun

● √

√ √

54 Singkong Manihot esculenta TMT

55 Sirsak9 Annona muricata Okt-Nop ●

√ √ √ √

56 Srikaya9 Annona squamosa Musim kemarau ●

57 Sukun Artocarpus communis Agust- Okt

● √

58 Talas Colocasia giganteum

Hook TMT

59 Ubi Kayu Manihot utilissima TMT

● √

√ √

60 Urut Subun Kedit2 Sepanjang tahun ●

Sumber : 1 Pusbahnas dalam Wati, D. L, 2013; 2 Mahani et al. 2011; 3 Djumena, E. 2014; 4 Handoko et al 2011; 5Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2006; 6 Soedjito. 2008; 7 Purnomosidhi et al. 2002; 8 Kementrian Lingkungan Hidup; 9 Chooi, O. H. 2004; 10 Anonim.Diakses dari www.depkes.go.id tanggal 23 Desember 201311 Anonim. 2010

Keterangan :LN : Lendang Nangka GG : Genggelang SR : Pantai Sira KB : Karang Bayan

dari tiang, dan seterusnya. Ketersediaan nektar sesuai PENUTUPdengan musim pembungaan tanaman, sedangkan untuk Beragamnya musim pembungaan tanaman pakan getah tersedia sepanjang tahun tanpa dipengaruhi oleh trigona, menjamin ketersediaan pakan bagi trigona tetap musim pembungaannya. Hal ini didukung oleh Bankova et al. ada sepanjang tahun, dan dapat menjamin produktifitas (1999) yang mengkonfirmasi bahwa propolis yang madu dan propolisnya. Hasil penelitian dari Riendriasari et. dihasilkan oleh lebah berhubungan dengan vegetasi yang al., (2013) menyatakan bahwa produktifitas propolis trigona menjadi pakan lebah yang ada di sekitarnya. Pada intinya, dipengaruhi oleh ketersediaan pakan pada INP tanaman trigona tidak akan kekurangan pakan, pakan akan selalu pada tingkat pancang, hal ini berarti bahwa pakan bagi tersedia sepanjang waktu dengan mengkonsumsi nektar trigona masih dapat mensupply kebutuhan untuk usaha dari bunga rumput yang berbunga sepanjang tahun dan pembudidayaan lebah madu Trigona sp di Pulau Lombok. Hal getah dari tanaman yang selalu tersedia.ini sesuai dengan pernyataan dari Heriyanto dan Zuraida

(2005) yang menyebutkan bahwa dalam kondisi ideal, regenerasi suatu jenis tumbuhan adalah tingkatan semai lebih banyak dari pancang, tingkatan pancang lebih banyak

Potensi Mikroorganisme Endofit

Oleh : YMM. Anita Nugraheni

Page 5: Alamat Trigona Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil ...balitbangtek-hhbk.org/2020/04/unggah/file... · Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui

DuabangaDuabangaDuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

8 9

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Mikroorganisme endofit telah diteliti oleh beberapa peneliti, hidroksil yang digantikan dengan gugus amino (-NH2). dan diketahui sebagai produsen produktif senyawa Glukosamin merupakan gula amino yang digunakan untuk antimikroorganisme. Fusarium spp. adalah spesies yang paling mengurangi gangguan radang sendi dan gangguna umum dimanfaatkan di antara mikroorganisme endofit dari kerusakan tulang rawan. Antosianin yang berasal dari buah-tanaman obat sebagai sumber potensial produsen senyawa buahan marupakan antioksidan yang efektif. Kemampuan bioaktif. Morfologi Fusarium spp. dapat dilihat pada Gambar 5. antioksidatif antosianin timbul dari reaktifitasnya yang tinggi Senyawa antimikroorganisme seperti penta-ketide (CR377: 2- sebagai pendonor hidrogen atau elektron, kemampuan Methylbutyraldehyde-tersubstitusi-α-pyrone), beauvericin, radikal turunan polifenol untuk menstabilkan dan subglutinol A dan B diisolasi dari Fusarium spp; endofit tanaman mendelokalisasi elektron tidak berpasangan, serta Selaginella pallescens, Cinnamomum kanehirae, dan kemampuannya mengkhelat ion logam (Ariviani, 2010). Tripterygium wilfordii. Senyawa ini menunjukkan aktivitas Antosianin memiliki manfaat yang penting untuk kesehatan antimikroorganisme yang kuat terhadap C. albicans, dan manusia, karena sifatnya sebagai antioksidan, yang mampu methicillin-resisten S. Aureus (Sean dan Jon, 2000; Lee et al., melindungi dari penyakit kardiovasluler, beberapa tipe 1995, Wang et al., 2011). kanker, diabetes, gangguan penglihatan, liver, atau radiasi

Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian Kumala et al. UV-B (Oancea dan Oprean, 2011). Hasil penelitian Ariviani (2006), fungi endofit yang diisolasi dari Brucea javanica yang (2010) menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara kadar tumbuh di Jawa Barat, diketahui mampu memproduksi antosianin dengan kapasitas anti radikal. Flavonoid dalam komponen yang memiliki aktivitas antikanker dengan nilai IC50 tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga melawan sel leukemia dengan kisaran 3,29 – 15,90 μg/mL. Nilai sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid IC50 menunjukkan bahwa dengan konsentrasi sebesar 3,29 – antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, 15,90 μg/mL dapat menghambat 50% pertumbuhan sel meningkatkan efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, leukemia. Hasil penelitian Sinaga et al. (2003) menunjukkan mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik (Waji dan bahwa jamur endofit di dalam daun dan rimpang lengkuas Sugrani 2009).memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai sumber baru bahan baku obat-obat antibakteri. Selain itu, Tabel 4. Beberapa contoh senyawa organik yang berasal dari strain endofit Muscodor albus yang diisolasi dari tumbuhan metabolit sekunder mikroorganisme (Demain, 1981)tradisional suku Sumatera mampu menyembuhkan infeksi yang disebabkan gigitan ular. Fungi endofit ini diketahui mampu memproduksi komponen o r g a n i k y a n g m u d a h menguap (volatile) yang memiliki aktivitas antibakteri dan antifungal (Atmosukarto et al., 2005).

Beberapa senyawa organik yang berasal dari m e t a b o l i t s e k u n d e r mikroorganisme dapat dilihat pada Tabel 4. Gula Amino atau a m i n o s a k a r i d a g u g u s

P e n g g a l i a n p o t e n s i m e n g e n a i mikroorganisme endofit di NTB ini diupayakan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai manfaat-manfaat apa saja yang nantinya bisa diperoleh dari mikroorganisme endofit kawasan NTB, khususnya sebagai bioprospeksi/biodiversity prospecting, antara lain sebagai antifungal, antibiotik, dan manfaat-manfaat lainnya. Eksplorasi yang dilakukan untuk menemukan mikroorganisme endofit spesifik yang mampu menghasilkan antibiotik tidak dapat dilakukan secara acak. Tumbuhan yang merupakan inang mikroorganisme endofit harus memiliki proses seleksi tertentu berdasarkan pengaruh lingkungannya, umur dan sejarah tumbuhan inang, serta berdasarkan penggunaan tumbuhan inang secara etnobotani (Castillo et al., 2002).

Daftar Pustaka Sean, F. B., C. Jon 2000. CR377, a new pentaketide antifungal agent isolated from an Endophytic fungus. J Nat Prod.

Ariviani, S. 2010. Jurnal Caraka Tani XXV No.1. Jurnal Ilmu Ilmu 14: 1447–1448.Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sinaga, E., Noverita, D. Fitria. 2003. Daya Antibakteri Jamur

Atmosukarto I, U. Castillo, W. M. Hess, J. Sears dan G. A. Strobel. Endofit yang Diisolasi dari Daun dan Rimpang Lengkuas 2005. Isolation and characterization of Muscodor albus I- (Alpinia Galanga Sw). Fakultas Biologi Universitas 41.3s, a volatile antibiotic producing fungus. Plant Science Nasional. Jakarta.169: 854-861. Stone, J. K., C. W. Bacon, J. F. White. 2000. Microbial

Castillo, U. F., G. A. Strobel, E. J. Ford, W. M. Hess, H. Porter, J. B. Endophytes. Editor : Bacon C W and White Jr J F. New Jensen, H. Albert, R. Robinson, M. A. Condron, D. B. York: Marcell-Dekker Inc.Teplow, D. Steven dan D. Yaver. 2002. Munumbicins, wide- Strobel G. A., B. Daisy. 2003. Bioprospecting for microbial spectrum antibiotics produced by Streptomyces NRRL endophytes and their natural products. Microbiol Mol 30562, endophytic on Kennedia nigricans. Microbiology Biol Rev. 14:491–502. 148: 2676. Suhartini, 2009. Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati

Demain, A. L. 1981. Industrial Microbiology. Science 214: 987- dalam Menunjang Pembangunan yang Berkelanjutan. 995. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan

Kumala, S., U. Robert, S. Pratiwi, L. B.S. Kardono. 2006. Isolation Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri of endophytic fungi from Brucea javanica L. (Merr.) and Yogyakarta.cytotoxic evaluation of their n-butanol extract from Waji, R. A. dan A. Sugrani. 2009. Makalah Kimia Organik fermentation broth. Pak. J. Biol. Sci. 9: 825-832 Bahan Alam Flavonoid (Quercetin) Program S2 Kimia

Lee, J. C., Lobkovsky E., B. P. Nathan, G. A. Strobel, J. Clardy. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. 1995. Subglutinols A and B: immunosuppressive Universitas Hasanuddin.compounds from the endophytic fungus Fusarium Wang, Q. X., S. F. Li, F. Zhao, H. Q. Dai, B. Bao, R. Ding, H. Gao, subglutinans. J Org Chem. 14: 7076–7077. L. X. Zhang, H. A. Wen, H. W. Lu. 2011. Chemical

Oancea, S. and L. Oprean. 2011. Anthocyanins, From constituents from endophytic fungus Fusarium Biosynthesis In Plants To Human Health Benefits. Acta oxysporum. Fitoterapia. 14:777–781.Universitatis Cibiniensis Series E: Food Technology Vol. XV. No.1.

Gambar 5. Fusarium spp., salah satu mikroorganisme sumber potensial senyawa bioaktif

Oleh : Ali Setyayudi

Seresah, Fungsi Dan Perannya

Bagi Tanah Di KHDTK Nusa Penida

PendahuluanKHDTK Nusa Penida merupakan bagian dari kawasan hutan lindung yang ada di Pulau Nusa penida. Secara

administrasi Nusa Penida adalah wilayah kecamatan dibawah pemerintahan Kabupaten Klungkung. Kondisi topografi Nusa Penida cenderung landai hingga berbukit, dimana pada daerah sepanjang pantai sebelah utara sebagian besar landai dan semakin keselatan semakin berbukit (RPJM Klungkung, 2008 dalam Darsana, 2011). Sedangkan kondisi topografi KHDTK Nusa Penida cenderung didominasi bukit dengan kemiringan lereng hingga 45% (Badan Litbang Kehutanan, 2013). Berdasarkan peta lahan kritis propinsi Bali, sebagian besar lahan di KHDTK Nusa Penida masuk dalam kondisi lahan kritis (Pemerintah Propinsi Bali, 2012). Beberapa aspek yang menjadi pembatas di Nusa Penida adalah ketersedaan air, solum tanah yang dangkal dan berbatu serta topografi yang berbukit dengan kemiringan yang curam. Kondisi tersebut menjadikan lahan di KHDTK Nusa Penida berpotensi untuk terdegradasi melalui proses erosi tanah. Oleh karena itu upaya-upaya rehabilitasi lahan kritis seperti di KHDTK Nusa Penida perlu terus dilakukan.

Menurut Arsyad (2010) keberadaan vegetasi di suatu lahan dapat menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Selain itu, manfaat lain yang juga cukup penting dari keberadaan vegetasi di suatu lahan adalah adanya sisa-sisa tumbuhan yang jatuh dan terakumulasi ke permukaan tanah atau disebut juga sebagai seresah. Menurut Yamani (2010) guguran daun, batang, ranting, buah dan bunga tanaman hutan yang jatuh dan terdekomposisi dapat membantu dalam penyediaan hara dan memperbaiki sifat fisik tanahnya. Oleh karena itu menjadi sangat penting dan menarik untuk mengetahui bagaimana peran seresah bagi lahan kritis seperti di KHDTK Nusa Penida.

Page 6: Alamat Trigona Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil ...balitbangtek-hhbk.org/2020/04/unggah/file... · Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui

struktur tanah, sehingga sangat berperan dalam mengurangi erosi. Hasil penelitian Handayani (2011) menyatakan bahwa semakin banyak seresah yang diberikan maka limpasan dan erosi yang terjadi s e m a k i n m e n u r u n , y a i t u d e n g a n penambahan seresah setebal 1mm mampu menurunkan limpasan permukaan sebesar 0,0428 mm (4,28 %) dan erosi sebesar 0,0147 ton.ha-1 (1,47 %). Oleh karena itu seresah menjadi sangat penting bagi lahan-lahan yang berpotensi terjadi erosi seperti lahan di KHDTK Nusa Penida. Fungsi seresah bagi pertumbuhan tanaman berhubungan dengan persediaan unsur hara di dalam tanah. Unsur hara tanaman merupakan unsur yang dibutuhkan tumbuhan untuk proses metabolisme dan pertumbuhannya. Terdapat 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial yaitu C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, yang diperlukan dalam jumlah banyak atau makro, sedangkan Fe,

Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl diperlukan dalam jumlah mikro atau sedikit (Munawar, 2011). Penyerapan unsur hara Seresah Dan Fungsinya Bagi Tanah Dan Tanaman tanaman dapat diperoleh dari udara dan dari dalam tanah ataupun dari keduanya. Menurut Hardjowigeno(1987) Seresah adalah sisa organ-organ tumbuhan baik itu unsur C dan O diserap tanaman dari udara melalui daun, berupa daun, batang, buah, ranting dan lain-lain yang jatuh sedangkan yang lainnya dari tanah. Beberapa unsur yang terakumulasi ditanah. Serasah dapat berbentuk bahan diperoleh dari udara maupun tanah diantaranya unsur S segar ataupun yang telah berubah menjadi bahan kering. dan N (Rusmarkam dan Yuwono, 2002) serta unsur H Secara umum seresah mempunyai dua fungsi yaitu fungsi (Hardjowigeno, 1987). bagi tanah dan fungsi terhadap pertumbuhan tanaman.

Unsur hara dalam tanah dapat berasal dari proses Fungsi seresah bagi tanah berhubungan dengan sifat dan pelapukan batuan induk maupun dari mineralisasi bahan pembentukan tanah. Menurut Buckman dan Brady (1982) organik tanah. Misalnya unsur K yang berasal dari salah satu komponen utama penyusun tanah adalah bahan pelapukan mineral feldpar dan mika, unsur P dari mineral organik, sedangkan bahan organik terbentuk dari apatit dan Ca dari mineral batu kapur (Munawar, 2011). pelapukan sisa-sisa tumbuhan atau seresah dan dari Proses mineralisasi bahan organik tanah merupakan hewani. Seresah yang telah terdekomposisi atau bahan rangkaian dari kegiatan dekomposisi seresah yang ada organik mempunyai pengaruh terhadap sifat tanah yaitu ditanah. Menurut Smith (1980) dalam Raharjo (2006) sebagai granulator terhadap strukutur tanah, dan dekomposisi merupakan proses fragmentasi, perubahan meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air serta struktur fisik dan kegiatan enzim yang dilakukan oleh unsur hara (Hardjowigeno, 1987). Lebih lanjut dekomposer untuk merubah bahan organik menjadi Hardjowigeno menjelaskan bahwa struktur tanah adalah anorganik. Proses fragmentasi atau perubahan struktur gumpalan kecil dari butir-butir tanah yang salah satu tumbuhan dilakukan oleh makrofauna tanah seperti pengikatnya adalah bahan organik. Sedangkan serangga herbivora dan siput. Hasil akhir berupa feases kemampuan menahan air dan unsur hara yang tinggi yang dirombak lagi oleh mesofauna atau makrofauna dikarenakan bahan organik memiliki beberapa gugus aktif pemakan kotoran seperti cacing untuk menghasilkan yaitu gugus karboksil sehingga mengakibatkan kapasitas feases, kemudian mikroorganisme seperti bakteri akan tukar kationnya cukup tinggi. merombaknya lagi dan melalui proses mineralisasi Pada kegiatan konservasi tanah dan air, seresah atau dihasilkan unsur hara tanaman (Barges dan Raw, 1976 pemanfaatannya melalui mulsa mampu berperan dalam Rahmawaty, 2000). Salah satu contoh proses mengurangi tekanan air hujan terhadap tanah, mengurangi mineralisasi bahan organik adalah mineralisasi unsur N-kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta mengurangi organik berupa asam amino menjadi N-inorganik penguapan air dari tanah(evaporasi) (Arsyad, 2010). Selain berupa NH4+ dan NO3- melalui proses amonifikasi dan itu Arsyad juga menjelaskan bahwa dalam proses nitrifikasi yang dilakukan oleh jamur dan bakteri dekomposisi seresah akan terbentuk senyawa-senyawa (Munawar, 2011). oleh mikroba yang dapat meningkatkan kemantapan

DuabangaDuabangaDuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

11

(a) Kondisi pembatas lahan (b) Peran seresah bagi lahan

Gambar 9. Ilustrasi peran seresah bagi lahan di KHDTK Nusa penida

Gambar 7. Kondisi tanah di Nusa Penida yang dangkal dan berbatu (Kanan)

Gambar 8. Seresah mimba yang jatuh ke tanah di KHDTK Nusa Penida

Gambar 6. Kondisi topografi KHDTK Nusa penida (kiri)

Salah satu kelebihan dekomposisi bahan organik adalah kandungan unsur hara yang dihasilkan cukup lengkap meskipun jumlahnya tak tentu dan relatif kecil (Rusmarkam dan Yuwono, 2002). Namun demikian terdapat dua unsur yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keberadaan sisa tumbuhan didalam tanah yaitu unsur C (karbon) dan N (Nitrogen). Menurut Buckman dan Brady (1982) prosentase terbesar penyusun berat kering jaringan tumbuhan adalah karbon 44%, sedangkan bahan-bahan mineral seperti nitrogen, sulfur, kalium dll tergabung dalam abu dengan prosentase sebesar 8%. Masih menurut Buckman dan Brady bahwa prosentase terbesar bahan mineral dalam abu adalah unsur N (nitrogen). Penelitian Bollard (1955) dalam Kramer dan Kozlowski (1960) menyatakan bahwa elemen mineral terbesar yang ditemukan dalam daun kering tanaman adalah nitrogen sekitar 20000ppm. Selain itu menurut Munawar (2011) rasio antara C dan N dapat digunakan sebagai indikator ketersediaan N bagi tanaman dan tingkat laju dekomposisi

C/N rasio diatas 30 berpotensi terjadinya imobilisasi N, seresah di tanah. Selanjutnya Munawar menjelaskan sehingga diperlukan proses dekomposisi terlebih dahulu bahwa dengan C/N rendah seresah akan mudah agar seresah mimba dapat menghasilkan unsur N yang terdekomposisi sehingga N cepat tersedia bagi tanaman, berguna bagi tanaman di KHDTK Nusa penida.sedangkan j ika C/N t inggi seresah lebih sul it

Kandungan unsur N dan C tanah di Nusa Penida terdekomposisi. Unsur N hasil dekomposisi yang rendah adalah sekitar 0,26% dan 1,88% serta berat jenis tanahnya akan mengakibatkan persaingan tanaman dan mikroba sebesar 2,21g/cm3. Oleh karena itu sebenarnya dalam penggunaan unsur N-inorganik ditanah, sehingga N sumbangan unsur N dan C seresah mimba bagi tanah di menjadi tidak tersedia bagi tanaman (imobilisasi N).Nusa penida masih cukup kecil hanya sekitar 0,001% dan Hasil pengukuran produksi seresah tanaman mimba 0,006% (konversi dengan asumsi berat seresah per luas umur tiga tahun di KHDTK Nusa Penida adalah sebesar 2,167

2jaring 1 m dan ketebalan tanah 50cm) saja. Umur g/tanaman/th. Penel it ian Set iawan dkk (2013) tanaman mimba yang masih muda dan sifat daun menunjukkan besarnya kandungan unsur N dan C seresah mimbanya yang evergreen merupakan faktor yang diduga mimba di Sumbawa adalah sebesar 1,34% dan 53,22%. mempengaruhi jatuhan seresah mimba. Namun demikian Berdasarkan informasi tersebut dapat kita konversi potensi keberadaan seresah tanaman bagi tanah di KHDTK Nusa besaran sumbangan unsur N dan C seresah mimba bagi Penida masih sangat diperlukan, mengingat kondisi lahan di KHDTK Nusa Penida adalah 0,03 g/tanaman/th dan lahannya yang bertopografi miring dan bersolum dangkal. 1,15g/tanaman/th. Nilai ini juga menunjukkan C/N rasio Untuk lebih jelasnya tentang peranan seresah bagi tanah seresah mimba masih cukup tinggi yaitu sekitar 38. di Nusa Penida, dapat dilihat dalam gambar 9. Menurut Munawar (2011) residu tanaman yang mempunyai

10