devi

57
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, produk kosmetik khususnya kosmetik wanita memberikan suatu peluang bisnis. Kulit wajah dan tubuh yang menawan sangat penting bagi wanita. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya produk perawatan yang ditawarkan kepada konsumen. Produsen merespon peluang ini dengan menciptakan beranekaragam produk kosmetik dan perawatan kulit. Saat ini, banyak beredar produk kosmetik lokal sampai produk impor. Sehingga konsumen dapat dengan mudah memilih produk kosmetik yang cocok untuk dirinya. Produk kosmetik tersebut dapat diperoleh di pusat perbelanjaan maupun di klinik kecantikan. Meskipun demikian, saat ini banyak produk kosmetik yang beredar menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang diduga dapat mengganggu kesehatan para pengguna kosmetik. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), bahan-bahan kimia yang berbahaya tersebut antara lain merkuri,hidroquinon, asam retrinoat / tretinoin/ retinoic acid, bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10 (rhodamin B), dan jingga K.1 (CI 12075), selain itu, kegiatan produksi di industri kosmetik sendiri memiliki potensi bahaya bagi tenaga kerja. Pontensi bahaya yang muncul dapat berasal dari bahan baku

Upload: septriawan-aenul-rizky

Post on 14-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ggggg

TRANSCRIPT

Page 1: Devi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, produk kosmetik khususnya

kosmetik wanita memberikan suatu peluang bisnis. Kulit wajah dan tubuh

yang menawan sangat penting bagi wanita. Hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya produk perawatan yang ditawarkan kepada konsumen. Produsen

merespon peluang ini dengan menciptakan beranekaragam produk kosmetik

dan perawatan kulit. Saat ini, banyak beredar produk kosmetik lokal sampai

produk impor. Sehingga konsumen dapat dengan mudah memilih produk

kosmetik yang cocok untuk dirinya. Produk kosmetik tersebut dapat

diperoleh di pusat perbelanjaan maupun di klinik kecantikan.

Meskipun demikian, saat ini banyak produk kosmetik yang beredar

menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang diduga dapat

mengganggu kesehatan para pengguna kosmetik. Menurut Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), bahan-bahan kimia yang

berbahaya tersebut antara lain merkuri,hidroquinon, asam retrinoat /

tretinoin/ retinoic acid, bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10

(rhodamin B), dan jingga K.1 (CI 12075), selain itu, kegiatan produksi di

industri kosmetik sendiri memiliki potensi bahaya bagi tenaga kerja.

Pontensi bahaya yang muncul dapat berasal dari bahan baku pembuatan

kosmetik, cara kerja dari tenaga kerja, peralatan canggih yang digunakan

dalam proses produksi, beban kerja yang berat dan monoton yang dapat

menimbulkan munculnya penyakit akibat kerja yang dapat berakhir menjadi

kecacatan bahkan kematian. Antisipasi terhadap potensi bahaya tersebut

harus dilaksanakan sedini mungkin. Selain pengamanan terhadap

peralatan/teknologi permainan diperlukan juga kondisi yang optimal untuk

tenaga kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak

terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam

Page 2: Devi

meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi

jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas

keberlanjutan produktivitas kerjanya.

Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini bukan

sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi

juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada

saat ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban,

akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan bagi

setiap bentuk kegiatan pekerjaan.

Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain

dalam rangka efektivitas dan efisiensi kerja. Ergonomi yaitu sebagai salah

satu ilmu yang berusaha untuk menyerasikan antara faktor manusia, faktor

pekerjaan dan faktor lingkungan. Dengan bekerja secara ergonomis maka

diperoleh rasa nyaman dalam bekerja, dihindari kelelahan, dihindari gerakan

dan upaya yang tidak perlu serta upaya melaksanakan pekerjaan menjadi

sekecil-kecilnya dengan hasil yang sebesar-besarnya.

Untuk menjalani hal tersbut, diperlukan suatu system yaitu SMK3.

SMK3 merupakan sistem yang lebih bertanggung jawab dalam berupaya

untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera

beserta bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sistem

manajemen ini juga merupakan suatu set elemen yang saling terkait yang

digunakan untuk menetapkan kebijakan, sasaran dan pencapaian sasaran.

Sasaran tersebut meliputi struktur organisasi, rencana aktivitas

(termasuk analisa risiko dan penetapan objektif), tanggung jawab, praktek,

prosedur, proses dan sumberdaya. SMK3 terdiri dari lima prinsip dasar

acuan elemen yaitu kebijakan, perencanaan, penerapan dan operasi

kegiatan, evaluasi atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen atau usaha

tindakan perbaikan.

Prinsip dasar SMK3 sebenarnya sudah ada dalam perundang-undangan

sejak tahun 1970. Dalam peraturan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa bahwa

setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam

2

Page 3: Devi

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

Laporan kunjungan perusahaan di PT. Martina Berto ini dibuat

sebagai salah satu syarat tugas pelatihan HIPERKES periode 13 April- 20

April 2015, dalam rangka mempelajari K3 khususnya aspek ergonomi dan

kesehatan kerja

Tujuan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui aspek ergonomi dan kesehatan kerja PT. Martina Berto.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi ergonomi di PT. Martina Berto.

2. Untuk mengetahui sikap kerja di PT. Martina Berto.

3. Untuk mengetahui cara kerja di PT. Martina Berto.

4. Untuk mengetahui beban kerja di PT. Martina Berto.

5. Untuk mengetahui gizi kerja di PT. Martina Berto.

6. Untuk mengetahui kesehatan kerja di PT. Martina Berto.

7. Untuk mengetahui dampak limbah lingkungan kerja di PT. Martina

Berto.

I.2. Landasan Hukum

- Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

- Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

- Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

- Permenaker No. 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian

Penerapan SMK3

I.3. Profil Perusahaan

PT. Martina Berto berdiri pada tahun 1977 sebagai realisasi dari

keinginan besar Dr. Martha Tilaar sebagai pendiri perusahaan. Martha Tilaar

dilahirkan di Kebumen, 4 September 1937. Pada tahun 1963, Martha Tilaar

menyelesaikan pendidikannya dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

3

Page 4: Devi

Jakarta.Kemudian secara khusus, Martha Tilaar melanjutkan pendidikannya

di Academy of Beauty Culture di Blooming, USA dan selesai pada tahun

1969. Pada tahun tersebut Martha Tilaar meraih gelar doktor dalam bidang

seni dan kecantikan. Selain itu Martha Tilaar juga mempelajari teknologi

kosmetika di Eropa.

Setelah kembali ke Indonesia, minat Martha Tilaar yang besar

terhadap ramuan tumbuh-tumbuhan ditunjukkan dengan mulai

bereksperimen mengembangkan jamu-jamuan serta berusaha

menggabungkan pengembangan jamu-jamuan tersebut dengan teknologi

kosmetika yang diperolehnya dari berbagai sumber seperti The Academy Of

Beauty Culture di Bloomington, USA dan Keraton Mangkunegaraan di Jawa

Tengah.

Perusahaan besar Martha Tilaar Group (MTG) mulai dirintis oleh DR.

Martha Tilaar pada tahun 1970. Berawal dengan membuka sebuah salon

kecantikan yang diberi nama ‘Martha Salon’ di rumah orangtuanya, dan

dalam waktu singkat, Martha Salon sudah memiliki cukup banyak

pelanggan. Salon kecil yang dimiliki Martha pun dirasa sudah tidak cukup

menampung pengunjung yang semakin banyak. Pada tahun 1972, dibuka

salon kedua dengan nama ‘Martha Griya Salon’.

Berbeda dengan salon pertama, di Martha Griya Salon mulai

diproduksi jamu dan kosmetik dengan skala home industry. Produksi jamu

dan kosmetik juga dilakukan di Jalan Anggur No.3, Cipete, Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan. Disanalah pertama kali digunakan merek Sariayu Martha

Tilaar : Sarinya Wong Ayu.

Kegigihan yang disertai keseriusan dan ketekunan Martha Tilaar

dalam bereksperimen terus-menerus mengenai ramu-ramuan tradisional

dan menjalankan usaha salon kecantikannya akhirnya menghasilkan suatu

penemuan yang inovatif yang disebut “Total Beauty Concept”. Konsep ini

menyebutkan bahwa arti kecantikan yang sebenarnya adalah perpaduan

antara kecantikan dari dalam (inner beauty) dan kecantikan dari luar (outer

beauty), sehingga jika menggunakan formula ramu-ramuan untuk perawatan

kecantikan dari dalam akan sama baiknya dengan perawatan dari luar.

4

Page 5: Devi

Berdasarkan konsep ini, maka dibuat suatu produk yang menggunakan

bahan-bahan dari alam tetapi diproses dengan teknologi modern saat ini.

Pada tahun 1977, Martha Tilaar bekerjasama dengan Theresia

Harsini Setiady, pemilik Kalbe Group membuat perusahaan kosmetik & jamu

dengan nama PT. Martina Berto dengan produk pertama Sariayu Martha

Tilaar. Dengan kedisplinan dan kerja keras Martha Tilaar, tahun 1981, PT.

Martina Berto membuka pabrik pertama di Jl. Pulo Ayang, Kawasan Industri

Pulogadung, Jakarta Timur dan diresmikan oleh Ibu Nelly Adam Malik, istri

Wakil Presiden Republik Indonesia pada saat itu, Bapak Adam Malik.

Sari Ayu sudah menjadi merek kosmetik yang sangat terkenal di

tanah air.Untuk itu, peningkatan distribusi harus terus dilakukan.Pada tahun

1983 didirikan PT. Sari Ayu Indonesia sebagai distributor kosmetik "Sariayu

Martha Tilaar" untuk membantu PT. Martina Berto.

Setiap tahunnya permintaan akan kosmetik Sariayu terus meningkat.

Pada tahun 1986 PT. Martina Berto membuka pabrik yang kedua di Jl.

Pulokambing II/2 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur dan

diresmikan oleh Ibu Umar Wirahadikusuma, istri Wakil Presiden Republik

Indonesia pada saat itu, Bapak Umar Wirahadikusuma. Walau harus

konsentrasi dalam peningkatan kuantitas produksi, PT. Martina Berto juga

sangat konsisten dalam menjaga kualitas produk.Terbukti pada tahun 1987,

PT. Martina Berto menerima "Asia" dan "Gold Star" Awards untuk kualitas.

Tahun-tahun berikutnya juga merupakan tahun-tahun yang penuh

kerja keras untuk PT. Martina Berto.Tetapi semuanya memang tidak sia-sia.

Pada tahun 1988 hingga 1995 PT. Martina Berto berhasil mengakuisisi

beberapa perusahaan, seperti PT. Kurnia Harapan Raya, PT. Cedefindo,

PT. Estrella Lab, dan PT. Kreasi Boga. Satu demi satu penghargaan diraih

PT. Martina Berto. PT Martina Berto menerima ISO (Internasional Standards

Operation) 9001 pada tahun 1996.Dan pada tahun 1997 giliran PT. Sari Ayu

Indonesia menerima ISO 9002.

Sukses telah diraih PT. Martina Berto.Pada tahun 1999, DR. Martha

Tilaar beserta keluarga membeli saham Kalbe Group di PT. Martina

Berto.Sejak saat itu, PT. Martina Berto sepenuhnya milik Martha Tilaar dan

5

Page 6: Devi

Keluarga. Pada tahun yang sama dilakukan pula konsolidasi Martha Tilaar

Group yang terdiri atas:

1. PT. Martina Berto (manufacturing dan marketing: Sariayu Martha

Tilaar, Biokos Martha Tilaar, Belia Martha Tilaar, Berto Martha Tilaar,

Aromatic Oil Of Java Martha Tilaar, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu

Garden Martha Tilaar, Mirabella, Cempaka)

2. PT. Cedefindo (manufacturing dan marketing: Rudy Hadisuwarno

Cosmetics, Madonna)

3. PT. Sari Ayu Indonesia (distributor semua produk PT. Martina Berto,

kecuali produk Cempaka)

4. PT Martha Beauty Gallery (perusahaan jasa untuk Martha Tilaar

Salon, Martha Tilaar Salon & Day Spa, Cipta Busana Martha Tilaar, Art &

Beauty Martha Tilaar, Puspita Martha Tilaar).

Sertifikat ISO 14001 pun diraih PT. Martina Berto pada tahun

2001.Berbagai prestasi telah diraih PT. Martina Berto sebagai pengakuan

kualitas kerja dan produknya. Setiap tahun berbagai penghargaan diberikan

lembaga-lembaga terpercaya sebagai buah dari kerja keras tiada akhir

untuk terus mengharumkan nama bangsa baik di forum nasional maupun

internasional.

Saat ini, Martha Tilaar Grup terdiri dari:

1. PT. Martina Berto (manufactur, marketing untuk pasar Indonesia dan

internasional)

2. PT. Sari Ayu Indonesia (distributor produk kosmetik Martha Tilaar Grup)

3. PT. Martha Beauty Gallery (menawarkan konseling kecantikan dan jasa

pendidikan yang terdiri dari Puspita Martha School of Beauty, Martha Tilaar

Spa, Cipta Busana, Art & Beauty Martha Tilaar).

4. PT. Cantika Puspa Pesona (manajemen franchise lokal dan internasional

untuk Martha Tilaar Spa, Dewi Sri Spa by Martha Tilaar, dan Eastern

Garden Spa by Martha Tilaar)

5. PT. Creative Style (perusahaan agensi periklanan)

6. PT. Estrella Lab (lisensi kosmetik Germany Henkel)

6

Page 7: Devi

7. PT. Kreasi Boga (agensi sumber daya manusia)

Visi:                                                                                                  

Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan

kecantikan dan industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui

teknologi modern, penelitian dan pengembangan untuk mengoptimalkan

nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder lainnya.

Misi:

- Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk

perawatan kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar

kualitas internasional untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai

segmen pasar dengan portofolio yang sehat mampu mencapai peringkat

tiga besar di setiap segmen di Indonesia.

- Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua

pelanggan dalam proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan

perdagangan;

- Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang

berkelanjutan;

- Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten

dan produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan;

- Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem,

dan teknologi di seluruh organisasi dan unit bisnis;

- Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk

kepentingan semua stakeholder;

- Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk dia pemegang

saham;

- Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal

dengan fokus jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus

jangka panjang di pasar global dengan produk yang dipilih dan merek.

7

Page 8: Devi

- Saat ini PT. Martina Berto merupakan perusahaan kosmetik yang

menguasai pangsa pasar 95% di Indonesia dan 4-5% pangsa pasar luar

negeri

I.4. Alur Produksi

1. Proses produksi kosmetik

Produk kosmetik dibuat di dalam Batch, di bawah pengawasan pengaturan

pemerintah, yaitu : Good manufacturing practices. Peralatan yang

digunakan dapat di kalsifikasikan sebagai berikut: mixing, dispersing,

homogenizer, filling equipment.

a. Mixing

Adapun tujuan mixing adalah untuk mencampur bagian yang ulitter campur,

mempercepat pemanaan bahan-bahan, melarutkan lemak-lemak dan bahan

lainnya, emulsifikasi atau disperse.

b. Pemompaan

Ada dua jenis pompa yang digunakan dalam proses pembuatan kosmetik,

yaitu:

- Positive displacement pump

Bekerja dengan menarik cairan dalam suatu rongga, kemudian

mendesaknya keluar dari sisi lain.

- Centrifugal pumps

Pada pompa ini, cairan dimasukkan pada titik pusat propeller yang berputar

cepat.

c. Pemanasan

Dalam pembuatan kosmetik, bahan bakusering dipanaskan sampai suhu 70-

80°C, dicampur kemudian didinginkan sampai sekitar 30-40 °C sebelum

produk akhir dapat dipompa dan disimpan.

d. Filtrasi

Umumnya filtrasi digunakan dalam memurnikan air dan untuk penjernihan

lotion.

e. Filling

8

Page 9: Devi

Pengisian kosmetik berbentuk cair dapat menggunakan system vakum pada

botol-botol yang berderet, pengisian cream dapat memakai filteram type.

Proses pembuatan lipstick meliputi tiga tahapan, yaitu:

- Penyiapan campuran komponen : minyak-minyak, zat warna dan campuran

wax

- Pencampuran semua itu membentuk masa lipstick

- Pencetakan massa lipstick menjadi batangan-batangan lipstick.

I.5. Landasan Teori

I.5.1. ERGONOMI

Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan

atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan

manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara

keseluruhan menjadi lebih baik. Ergonomi juga menurut Badan Buruh

Internasional merupakan penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan

ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan

manusia secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.

Dibutuhkan kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes),

manusia (dokter dan paramedik) serta mesin perusahaan (ahli tehnik).

Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi. Tujuan dari ergonomi adalah

efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan produktivitas dan

kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja

baik sektor formal, informal dan tradisional.

Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan

lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan

secara efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam

penerapannya harus memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja,

posisi kerja, proses kerja. Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah

sebagai berikut:

9

Page 10: Devi

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban

kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

c.  Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis,

ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Sedangkan manfaat pelaksanaan ergonomi antara lain menurunnya

angka kesakitan akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya

pengobatan dan kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang,

produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas

dari gangguan cedera, kepuasan kerja meningkat.

 Bidang Studi Ergonomi

Beberapa bidang studi yang dipelajari dalam ergonomi merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja. Menurut Asosiasi

Internasional Ergonomi terdapat tiga bidang studi dalam ergonomi.

Penjelasan dari ketiga bidang studi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ergonomi fisik: berkaitan dengan anatomi manusia dan beberapa

karakteristik antropometrik, fisiologis, dan biomekanik yang berkaitan

dengan aktivitas fisik.

b. Ergonomi kognitif: berkaitan dengan proses mental, seperti persepsi,

memori, penalaran, dan respon motorik, karena mereka

mempengaruhi interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem.

Topik yang relevan meliputi beban kerja mental, pengambilan

keputusan, kinerja terampil, interaksi manusia-komputer, kehandalan

manusia, stress kerja, dan pelatihan yang berhubungan dengan

manusia-sistem dan desain interaksi manusia computer.

c. Ergonomi organisasi: berkaitan dengan optimalisasi sistem teknis

sosial, termasuk struktur organisasi, kebijakan, dan proses. Topik

10

Page 11: Devi

yang relevan meliputi komunikasi, awak manajemen sumber daya,

karya desain, kerja tim, koperasi kerja, program kerja baru, dan

manajemen mutu.

Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:

1. Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak

terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan

posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan

tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu

bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan

ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat Beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,

bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan

cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang

berlebihan.

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis

teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara

lain :

1. Pemeriksaan sebelum bekerja

Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.

2. Pemeriksaan berkala

Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan

mendeteksi bila ada kelainan.

11

Page 12: Devi

3. Nasehat

Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita

muda dan yang sudah berumur.

I.5.2.KESEHATAN KERJA

Program kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif. Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang

membantu seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang

optimal, yaitu terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan

intelektual. Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya

perilaku dan lingkungan kerja sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan

dari promosi kesehatan adalah:

Mengembangkan perilaku kerja sehat

Menumbuhkan lingkungan kerja sehat

Menurunkan angka absensi sakit

Meningkatkan produktivitas kerja

Menurunnya biaya kesehatan

Meningkatnya semangat kerja

Tahapan dalam pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja melalui

delapan langkah yaitu:

a. Komitmen Manajemen

Bukti adanya komitmen menajemen adalah adanya aspek

pengembangan dan penerapan kebijakan yang ditanda tangani oleh

pemegang kekuasaan tertinggi dan komunikasi dengan seluruh

pekerja dan perwakilannya. Bukti tambahan dengan dsediakannya

tenaga, waktu, dan kebutuhan lainnya untuk promosi kesehatan.

b. Koordinasi

Diperlukan adanya tim untuk implementasi. Tim ini bekerja

mengumpulkan sumber-sumber yang dibutuhkan, memastikan waktu

dan tempat untuk bertemu, membuat anggaran dan perlengkaoan

yang dibutuhkan.

c. Penjajagan Kebutuhan

12

Page 13: Devi

Tugas pertama untuk tim yang telah dibentuk adalah melakukan

penilaian terhadapt kondisi sekarang yang dibutuhkan tempat kerja

dan pekerja, kondisi yang akan mungkin terjadi di tempat

pekerjaannya. Metode pengumpulan data adalah: review dokumen,

walk-though inspection, monitoring dan survelens, diskusi

d. Prioritas

Setelah data terkumpul, saatnya menentukan masalah yang menajadi

prioritas berdasarkan pentingnya dan urgensi

e. Perencanaan

Memiliki tahap perencanaan program pengembangan dan

implementasi pada meningkatkan aktivitas pekerja. Perencanaan

harus memiliki tujuan jangka pajang sehingga pada masa mendatang

dapat ditentukan tingkat keberhasilannya.

f. Pelaksanaan

g. Evaluasi

h. Perbaikan

Perubahan berdasarkan evaluasi hasil, perbaikan program yang telah

diimplementasikan atau menambah program.

13

Page 14: Devi

Tahapan Pelaksanaan

Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat

kerja yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di

sekitar lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa

terjangkit pada saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja.

Upaya preventif diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja

agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga

menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi upaya preventif

diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi

pekerja.

Upaya kuratif merupakan pelayanan yang diberikan kepada pekerja

yang telah mengalami gangguan kesehatan akibat kerja. Pelayanan

diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit

akibat kerja.

14

Perbaikan

Evaluasi

Pelaksanaan

Perencanaan

Prioritas

Penjagaan kebutuhan

Koordinasi

Komitmen Manajemen

Etika dan Penilaian

Komitmen Manajemen

Keterlibatan Pekerja

Page 15: Devi

Pelayanan rehabilitatise merupakan program pemulihan pekerja yang

mengalami cedera karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja sehingga

pekerja dapat berfungsi kembali secara fisik, mental, social, keterampilan

bekerja dan ekonomi. Proses ini dimulai sesaat setelah terjadi kecelakaan

atau penyakit akibat kerja dan berlangsung hingga pekerja pulih dan mampu

bekerja kembali. Unsur perencanaan terdiri dari 3 unsur yaitu:

a. Unsur sumber daya manusia

Hal terpenting pada perencanaan sumber daya manusia dalam

program rehabilitasi tempat kerja adalah terbentuknya komite

bersama atau tim antara pekerjaan dan manajemen meliputi wakil-

wakil dari serikat pekerja, manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja, bagian produksi dan keungan.

b. Unsur operasional

unsur operasional terdiri dari kegiatan, pelayanan dan atau intervensi

secara rehabilitasi medis, rehabilitasi kerja dan rehabilitasi psikososial

pada saat dan sesudah terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Sesaat setelah terjadi kecelakaan terdapat upaya meliputi: strategi

intervensi dini, perawatan dan pengobatan khusus, rehabilitasi kerja

dan psikososial dengan pemulihan secara bertahap dan modifikasi

kerja. Upaya sesudah terjadi kecelakaan adalah pelayanan

mempertahankan kinerja pekerjaan cacat.

c. Unsur komunikasi

Unsur komunikasi dalam perencanaan program rehabilitasi di tempat

kerja meliputi: komunikasi internal antara pekerja, manager,

supervisior, dan serikat pekerja dan komunikasi eksternal oleh

petugas kesehatan, badan kompensasi dan masyarakat. Dalam

perencanaan komunikasi diperlukan suatu komitmen atau

kesepakatan komunikasi yang kemudian akan dikembangkan

menjadi prosedur atau kegiatan komunikasi berdasarkan

kesepakatan tersebut.

15

Page 16: Devi

16

Page 17: Devi

Menurut Permennakertrans No. 03/Men/1982

Memberikan bantuan kepada Tenaga Kerja dalam penyesuaian diri

dengan pekerjaannya

Melindungi Tenaga Kerja thd setiap gangguan kesehatan yang timbul

dari pekerjaan atau lingkungan kerja

Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan

kemampuan fisik tenaga kerja

Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi

Tenaga Kerja yang sakit

Pelayanan Kesehatan kerja adalah Pelayanan Kesehatan yang

dilakukan untuk pencegahan, diagnosa, menangani kecelakaan kerja atau

penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan serta pemberian rehabilitasi

terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit di tempat kerja.

Salah satu lembaga K3 di perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga

kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau

lingkungan kerja

Sarana penyelenggaraan upaya kesehatan kerja yang bersifat

komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)

Diatur dalam Permennakertrans NO. 03 Tahun 1982

Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja

1. Pemeriksaan kesehatan TK (awal, berkala, khusus)

2. Pembinaan & pengawasan atas penyesuaian pekerjaan thd TK

3. Pembinaan & pengawasan terhadap lingkungan kerja

4. Pembinaan & pengawasan perlengkapan sanitair

5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan TK

6. Pencegahan dan pengobatan thd. penyakit umum & PAK

7. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

8. Pendidikan kesehatan untuk TK dan latihan untuk petugas P3K

9. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat

kerja, pemilikan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta

penyelenggaraan makan di tempat kerja

10.Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK

17

Page 18: Devi

11.Pembinaan dan pengawasan thd TK dgn kelainan tertentu dalam

kesehatannya

12.Memberikan laporan berkala tentang PKK kepada pengurus

Hak dan Kewajiban

1.Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja.

2.Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Permennakertrans No. 03/1982

Diselenggarakan sendiri oleh pengurus :

Poliklinik perusahaan

Rumah sakit perusahaan

Diselenggarakan melalui pengadaan ikatan/kerja sama dengan dokter atau

pelayanan kesehatan lain :

JPK (Jaminan Pelayanan Kesehatan Kerja) Jamsostek

Dokter praktek swasta

Puskesmas

Poliklinik swasta

Rumah sakit

Dan lain-lain

Diselenggarakan secara bersama antar beberapa perusahaan :

Rumah sakit pekerja

Poliklinik kawasan industri

Dan lain-lain

Program / Kegiatan harus bersifat komprehensif, meliputi :

1. Pencegahan (Preventif)

2. Pembinaan (Promotif)

3. Pengobatan (Kuratif)

4. Pemulihan (Rehabilitatif)

18

Page 19: Devi

UPAYA PREVENTIF

a. Px. Kes Awal, Berkala, Khusus

b. Penempatan/pemindahan TK sesesuai kondisi kesehatan

Tenaga Kerja

c. Penerapan higiene dan sanitasi

d. Penerapan prinsip ergonomi kerja

e. Prosedur kerja aman (SOP)

f. APD/PPE

g. Pelaporan PAK

h. Pemantauan & pengendalian Ling kerja & alat2 produksi

i. Pemberian makanan sesuai kebutuhan gizi

j. Vaksinasi

UPAYA PROMOTIF

a. Pendidikan & pelatihan kesehatan kerja atau K3

b. Safety talk, safety meeting, dll

c. Olah raga/senam kesegaran jasmani

d. Program bebas rokok, bebas HIV/AIDS atau IMS di tempat kerja

e. Bahan KIE (Komunikasi, Informasi & Edukasi) kesehatan kerja

UPAYA KURATIF

a. Pemberian P3K

b. Pengobatan, perawatan Tk yang sakit

c. Operasi Dll.

UPAYA REHABILITATIF

a. Pemberian prothese dan orthose

b. Fisiotherapi

c. Konsultasi psikologis

d. Dll.

19

Page 20: Devi

Dilaksanakan melalui Lembaga Kesehatan Kerja :

Pelayanan Kesehatan Kerja

Permennaker No. 03/1982 Pelayanan Kesehatan Kerja

Permennaker No. 01/1998 Peny. PKK dg Manfaat baik dari

PKD Jamsostek

P2K3

Permenaker no 4 tahun 1987

P2K3 Serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja

PJK3 bidang Kesehatan Kerja

Permenaker No.04/Men/1995 Jasa pemeriksaan kesehatan

TK dan pengujian lingkungan kerja

Dilaksanakan oleh SDM yang memiliki kompetensi kesehatan kerja :

Dokter kesehatan kerja :

Permennakertrans No. Per. 01/Men/1976 ….. Dokter perusahaan

wajib pelatihan hiperkes & KK

UU No. 1/ 1970 pasal 8, Permennakertrans No. Per. 02/Men/1980 ….

Dokter pemeriksa kesehatan TK, dibenarkan oleh direktur

Permennakertrans Per. 03/Men/1982…..dokter pemeriksa kesehatan

TK sebagai dipimpin & dijalankan (penanggung jawab) PKK

Paramedis Perusahaan :

Permennaker No. 01/1979 .. Wajib Latihan Hyperkes

Petugas P3K:

UU No.1/1970 pasal 3 (e)

Permenaker No.03/1982

Petugas Penyelenggara Makanan di Tempat Kerja:

PMP No. 7 Th 1964 psl 8

20

Page 21: Devi

SARANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI

PERUSAHAAN

No Jenis Sarana

A. SARANA DASAR :

1 Ruangan :a. Ruang tunggu

b. Ruang periksa

c. Ruang/almari obat

d. Kamar mandi dan WC

2 Perlengkapan Medis :a. Tensimeter dan stetoskop

b. Termometer

c. Sarung tangan

d. Alat bedah ringan (minor set)

e. Lampu senter

f. Obat-obatan

g. Sarana/ Perlengkapan P3K

h. Tabung oksigen dan isinya

3 Perlengkapan umum:a. Meja dan kursi

b. Tempat tidur pasien

c. Wastafel

d. Timbangan badan

e. Meteran/pengukur tinggi badan

f. Kartu status

g. Register pasien berobat

21

Page 22: Devi

B. SARANA PENUNJANG :

1

2

3

Alat Pelindung Diri (APD)

Alat evakuasi : tandu, ambulance/ kendaraan pengangkut korban, dll.

Peralatan penunjang diagnosa : spirometer, audiometer dll.

Peralatan pemantau/pengukur lingkungan kerja : sound level meter,

lux meter, gas detector dll.

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PERUSAHAAN

No Pelayanan Keterangan

1. Pelayanan

kesehatan preventif

dan promotif

Pembinaan kepada tenaga kerja minimal 1 bulan sekali

Pengawasan dan pembinaan lingkungan kerja minimal 2

bulan sekali

2. Pelayanan

kesehatan kuratif

dan rehabilitatif

Memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif selama

hari kerja dan selama

ada shift kerja dengan 500 orang tenaga kerja atau lebih

Pelayanan oleh dokter perusahaan setiap hari kerja

Pelayanan oleh paramedis/ perawat dapat dilakukan

setiap hari kerja

I.5.3 Gizi Kerja

Landasan Teori Gizi Kerja

Gizi Kerja adalah ilmu yang mempelajari secara khusus gizi pada

tenaga kerja dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

status gizi yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Pemenuhan

kecukupan gizi para pekerja secara kualitas dan kuantitas amat penting,

karena dengan tercukupinya gizi pekerja diharapkan dapat meningkatkan

taraf kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas dan

efisiensi kerja yang setinggi-tingginya.

Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia.

Makin baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan

22

Page 23: Devi

dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas

yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan status gizi baik.

Selain itu, peranan gizi dengan produktifitas juga ditunjukkan oleh Darwin

Karyadi (1984) dalam penelitiannya dimana dengan penambahan gizi terjadi

kenaikan produktifitas kerja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa para

penyadap getah yang tidak menderita anemia memiliki produktifitas 20%

lebih tinggi daripada yang menderita anemia.

Pemenuhan gizi kerja di perusahaan tercakup dalam program

pengelolaan makan yang dimulai dari rencana perencanaan menu hingga

penyajiannya dengan memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi,

pemilihan jenis dan bahan makanan, santasi tempat pengolahan dan tempat

penyajian, waktu dan teknis penyajian bagi tenaga kerja. Hal ini diatur dalam

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 01/Men/1979

tentang pengadaan kantin dan ruang makan. Penyelenggaraan makan ini

dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau bekerja sama dengan

perusahaan jasa boga.

Kecukupan gizi kerja seseorang ditentukan oleh usia, jenis kelamin,

berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik, dan kondisi fisiknya. Selain

mempertimbangkan faktor kuantitas yaitu jumlah kalori yang mencukupi,

perlu diperhatikan pula faktor kualitas yaitu komposisi nutrisi. Selain itu

beberapa kondisi di lingkungan kerja juga menjadi pertimbangan dalam

pemenuhan gizi kerja. Contohnya

Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :

Pekerja tidak bekerja dengan maksimal

Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang

Kemampuan fisik pekerja yang berkurang

Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan

Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,

Pekerja tidak teliti

Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang

23

Page 24: Devi

I.5.4 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba

HIV dan AIDS merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah

besar di dunia termasuk di Indonesia. Laporan WHO terkait HIV/AIDS tahun

2012 mencatat ada 35,3 Juta orang hidup dengan HIV (ODHA) dan sekitar

3,5 juta orang telah meninggal karena AIDS. Sedangkan di Indonesia,

terlaporkan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

hingga bulan Maret 2014, tercatat sebanyak 134.042 orang telah terinfeksi

HIV, dengan angka AIDS 54.231 orang dan kematian mencapai 9.615 jiwa.

DASAR HUKUM

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Republik indonesia Nomor : KEP.68/MEN/IV/2004 tentang pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja tertuang dalam pasal 1-7.

MANFAAT

Perusahaan yang secara efektif mencegah dan mengelola HIV dan AIDS di

tempat kerja akan tumbuh lebih kuat:

• HIV dan AIDS lebih berdampak pada orang dewasa usia kerja yaitu sektor

produktif dari angkatan kerja. Dengan demikian, kasus HIV dan AIDS yang

tidak ditangani akan mempunyai dampak yang sangat negatif terhadap

dunia kerja: menurunkan produktivitas, menganggu siklus produksi,

mengurangi ketersediaan tenaga kerja dan ketrampilan, meningkatkan biaya

buruh, mengurangi hak-hak karyawan, dsb.

• Tempat kerja adalah landasan yang ideal untuk menangani masalah HIV

dan AIDS:perusahaan dapat meningkatkan kesadaran pada karyawan

mereka, memerangi diskriminasi dan stigmatisasi, meminimalisir

penyebaran HIV dan AIDS di kalangan tenaga kerja mereka yang sudah ada

dan yang berpotensi menjadi karyawan mereka, serta memperkenalkan

program perawatan dan dukungan bagi karyawan mereka.

• Memerangi HIV dan AIDS di tempat kerja akan meningkatkan citra

perusahaan dikalangan karyawan, pemasok dan masyarakat.

24

Page 25: Devi

• Kesaksian atas dukungan dan penghormatan yang diberikan pihak

perusahaan. Kepada karyawan yang mengalami penyakit mematikan akan

memperkuat semangat juang, loyalitas dan produktivitas karyawan.

KAIDAH PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

1. Pengakuan HIV dan AIDS sebagai suatu isu di Tempat Kerja

2. Non-Diskriminasi

3. KesetaraanJender

4. Lingkungan Kerja yang Sehat

5. Dialog Sosial untuk Keberhasilan Pelaksanaan Kebijakan serta Program

HIV dan AIDS

6. Tidak ada Skrining untuk Tujuan Penyingkiran dari Pekerjaan atau Proses

Kerja

7. Kerahasiaan

8. Kelanjutan Hubungan Kerja

9. Pencegahan

10.Perawatan dan Dukung

25

Page 26: Devi

BAB II

PELAKSANAAN

II.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan

Waktu

Kegiatan kunjungan perusahaan ini dilakukan pada hari Kamis, 16 April

2015, pukul 14.00 – 16.00 WIB.

II.2. Lokasi Pengamatan

Tempat

Kegiatan dilaksanakan di PT. Martina Berto, Pulo Kambing 2 No. 1, Pulo

Gadung, Jakarta Timur.

Dokumentasi

Peserta Hiperkes dan Keselamatan Kerja Yayasan Soedjoko Kuswadji

Bersaudara

Periode 13 – 20 April 2015

26

Page 27: Devi

BAB III

HASIL PENGAMATAN

III.1.ERGONOMI

1. Sikap Kerja

Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja didapatkan

sudah sesuai dengan aspek ergonomis yang benar, dapat dilihat dengan

adanya:

a. Tidak terdapat tenaga kerja atau pegawai yang mengangkat

barang di ruang kerjanya dikarenakan semua proses produksi

dijalankan dengan mesin.|

b. Hampir semua karyawan tidak menggunakan kursi dengan

sandaran

c. Terdapat ketidaksesuaian antara tinggi kursi dan meja dengan

postur tubuh karyawan

d. Tinggi tangga mesin tidak sesuai dengan tinggi tenaga kerja

2. Cara Kerja

Cara kerja yang kami amati ada dua sisi yaitu : posisi kerja dan

proses kerja. Tugas karyawan dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian office

dan manufacturing. Bagian office bekerja dalam posisi duduk melakukan

pekerjaan administratif berhubungan dengan komputer, menulis, membaca,

dan lainnya. Sedangkan bagian manufacturing dibagi menjadi beberapa

bagian, yaitu:

a. Produksi, yang mencakup bagian liquid, dry, decorative, dan lipstick

b. Warehouse, yang mencakup bagian raw material dan packaging

c. Engineering

Posisi kerja pada masing-masing bagian bervariatif, sebagian besar

dalam posisi duduk. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pekerja duduk

dalam posisi agak membungkuk karena ketidaksesuaian tinggi meja, kursi,

dan antropometri pekerja. Posisi ini terus dipertahankan selama jam kerja

karena pekerjaan yang dilakukan bersifat repetitif dan kontinu. Hal ini juga

terjadi pada pekerja yang dalam posisi berdiri membungkuk, namun posisi

27

Page 28: Devi

ini hanya dipertahankan sementara, karena hanya terjadi saat

mengendalikan mesin dan berpindah-pindah ke tempat lainnya.

3. Beban Kerja

Beban kerja pada tenaga kerja masih dalam batas normal, yaitu 8

jam/hari (istirahat makan siang selama 1 jam), libur pada hari Sabtu dan

Minggu serta hari libur nasional, dengan jam kerja :

- Karyawan bagian produksi : pukul 07.00-15.30 wib

Bila lembur bisa sampai pukul 21.00 wib

- Karyawan kantor : pukul 08.00-17.00 wib

Aktivitas operasional pekerja bagian office dilakukan setiap hari Senin

– Jumat. Aktivitas operasional pekerja bagian produksi dibagi menjadi 1 shift

rata-rata berdurasi kerja 8 jam dengan istirahat makan selama 1 jam dan 2

kali waktu snack masing-masing selama 15 menit.

Dari hasil pengamatan tersebut, beban kerja sudah cukup dan

pelaksanaannya sudah sesuai di lapangan. Istirahat makan juga sudah

dirasa cukup, yakni 1 jam. Adanya istirahat snack (15 menit) diperlukan agar

para karyawan tidak terlalu jenuh bekerja. Selain itu, para karyawan dapat

melaksanakan sholat ataupun menggunakan waktu istirahat yang singkat

untuk sekedar melemaskan otot-otot yang lelah setelah bekerja.

4. Lokasi Kerja

Umumnya lokasi bekerja di gedung manufactur PT. Martina Berto,

Tbk. Untuk ruangan tertutup disediakan pendingin (AC) di seluruh ruangan.

Pencahayaan di setiap ruangan terlihat sudah cukup baik dengan dibantu

oleh cahaya matahari yang masuk dari jendela-jendela besar yang

mengelilingi ruang produksi.

III.2.KESEHATAN KERJA

In-House Clinic

Tersedia fasilitas in-house clinic yang disediakan oleh perusahaan

bagi para karyawan. Klinik ini mempertugaskan 3 (tiga) orang dokter yang

28

Page 29: Devi

bekerja selama jam kantor (Senin – Jumat pukul 08.00 – 15.00, libur pada

hari kamis) dibantu oleh beberapa orang perawat.

Menurut informasi narasumber, penyakit yang paling sering dijumpai

di kalangan para karyawan yang berobat antara lain ISPA, Faringitis,

gastritis, demam, tipus, sakit kepala, diare, reumatik, gangguan

pendengaran dan alergi (kulit). Penyakit akibat kerja jarang dijumpai.

Kecelakaan kerja yang pernah terjadi cukup ringan, misalnya tersayat pisau

cutter dan dapat langsung ditangani di tempat. Di in-house clinic ini, apabila

ada kasus-kasus yang perlu penanganan lebih lanjut, disiapkan rujukan ke

RS terdekat, antara lain RS Harapan Jayakarta dan RS Antam Medika.

PT Martina Berto Tbk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk tenaga kerja berupa asuransi AVIVA, poliklinik yang praktek setiap 5

hari dalam seminggu, bekerja sama dengan 1 rumah sakit, pada pekerja

bagian produksi dilakukan medical check-up dan rontgen 2x setahun serta

program olahraga. PT. Martina Berto juga memiliki program kesehatan untuk

karyawannya yang mayoritas adalah wanita. Oleh karena itu, terdapat

beberapa program kesehatan yang diterapkan perusahaan ini untuk

karyawati tersebut antara lain program laktasi dan program KB (KB Suntik

dan KB pil).

III.3 Kantin dan Gizi Kerja

Perusahaan PT Martina Berto Tbk mengadakan kerja sama dengan

beberapa catering untuk pemenuhan kebutuhan gizi para pekerjanya. Setiap

makanan yang dibagikan kepada para karyawan, makanan tersebut sudah

melalui proses pengujian sampel. Perusahaan ini menetapkan setiap

pekerja mendapatkan makanan dengan minimal 1400 kkal dengan menu

satu kali makan besar diantaranya nasi, lauk, sayur, dan buah, serta dua kali

makanan selingan. Makanan yang diberikan setiap harinya bervariasi.

Setiap satu minggu sekali diberikan makanan ekstra seperti bubur kacang

hijau, cendol, cocktail dan lain sebagainya. Sebelum dan setelah makan

siang karyawan diberikan snack makanan.

Perusahaan ini mempunyai tiga kantin, yaitu dua kantin di lantai tiga

gedung A dan satu kantin di lantai dasar gedung B. Tiap harinya para

29

Page 30: Devi

pekerja diberikan tiga waktu istirahat. Sekitar pukul setengah sepuluh, para

pekerja diperbolehkan istirahat 15 menit untuk makan makanan selingan.

Waktu istirahat siang selama 60 menit untuk makan besar, dan sore hari

diperbolehkan istirahat 15 menit untuk makan makanan selingan. Kapasitas

kantin di gedung A cukup untuk 200-250 pekerja, sedangkan di gedung B

sekitar 150 pekerja. Setelah 60 menit, pekerja yang sudah istirahat itu

ikemudian diganti dengan pekerja lainnya.

III.4 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba

Berdasarkan hasil pengamatan dan data dari PT. Martina Berto, Tbk data

yang didapatkan bahwa tidak terdapat data mengenai HIV/AIDS di

perusahaan ini. Kemudian tidak adanya upaya promosi kesehatan terkait

HIV/AIDS. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan di PT. Martina Berto,

Tbk hanya mengenai kanker servix dan tidak dilakukan secara teratur,

begitu pula dengan skrining atau pemeriksaan terkait penyakit HIV/AIDS

walaupun perlu ditekankan bahwa pemeriksaan HIV/AIDS harus dilakukan

secara sukarela dan rahasia.

Prinsip – prinsip kunci dari ILO tentang HIV/AIDS dan dunia kerja yang

berlaku bagi semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja, termasuk

sektor kesehatan :

a. Isu tempat kerja

HIV/AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi angkatan

kerja, dan karena tempat kerja dapat memainkan peran vital dalam

membatasi penularan dan dampak epideminya.

b. Non diskriminasi

Tidak ada diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan status HIV yang

nyata atau di curigai.

c. Kesetaraan gender

Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan wanita adalah

penting untuk mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat

mengelola dampaknya.

30

Page 31: Devi

d. Lingkungan kerja yang sehat

Tempat kerja harus meminimalkan resiko pekerjaan, dan disesuaikan

dengan kesehatan dan kemampuan bekerja.

e. Dialog sosial

Kebijakan dan program HIV/ AIDS yang sukses membutuhkan

kerjasama dan saling percaya antara pengusaha, pekerja dan

pemerintah.

f. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrument

Tes HIV ditempat kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan

rahasia, tidak boleh digunakan untuk menskrining pelamar atau

pekerja.

g. Kerahasiaan

Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus

dibatasi oleh aturan dan kerahasiaan.

h. Melanjutkan hubungan pekerjaan

Pekerja dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV harus dibolehkan

bekerja dalam kondisi yang sesuai selama dia mampu secara medik.

i. Pencegahan

Mitra sosial yang mempunyai posisi unik untuk mempromosikan upaya

pencegahan melalui informasi, pendidikan dan dukungan bagi

perubahan perilaku.

j. Kepedulian dan dukungan

Pekerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau.

III. 5 Fasilitas kesehatan dan Sarana P3K

Hasil penemuan kami di lapangan menunjukkan bahwa fasilitas

kesehatan yang dimiliki oleh PT. Martina Berto sudah tersedia, namun

belum disediakan dengan cukup baik oleh perusahaan, yaitu berupa :

Belum tersedianya fasilitas kesehatan minimal yang tercantum

dalam tabel 1.

31

Page 32: Devi

o Tidak terdapat ruang tunggu yang memungkinkan karena

ukuran klinik yang tidak terlalu luas.

o Tempat tidur periksa yang tidak dikondisikan sesuai

dengan kebutuhan emergensi (sebaiknya berada ditengah

ruangan).

o Alat-alat untuk keadaan emergensi seperti Ambu bag, pipa

guedel, laringngoskop, dan alat penunjang lainnya tidak

ditemukan, hanya didapatkan Oksigen.

o Tidak ditemukannya alat sterilisator untuk alat-alat medis.

Belum tersedianya fasilitas pendukung untuk fasilitas kesehatan

seperti,

o Tidak tesedianya ambulance untuk mobilisasi pasien untuk

rujukan, yang saat ini disediakan sebagai pengganti

merupakan mobil dinas perusahaan.

o Kotak P3K yang jarang ditemukan pada tempat yang

dikunjungi tampak tidak diisi sesuai dengan checklist yang

terdapat pada kotak P3K.

o Petugas P3K tiap bagian tidak ditemukan pada saat

kunjungan dilakukan.

Jam operasional dari fasilitas kesehatan tidak diberlakukan sesuai dengan jam kerja tenaga kerja. Jam kerja dokter dimulai pukul 08.00 hingga 14.00, sedangkan tenaga kerja hingga pukul 15.30. Tidak ada shift malam pada tempat ini.

32

Page 33: Devi

Sumber: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR KEP. 22/DJPPK/V/2008.

Sumber: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR KEP. 22/DJPPK/V/2008.

33

Page 34: Devi

III.6 Personil Kesehatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di PT. Martina

Berto, jumlah personil kesehatan di perusahaan ini berjumlah 3 orang

dokter dan 4 orang paramedis. Sertifikasi tenaga medis pada perusahaan

ini dikatakan lengkap oleh salah seorang dokter yang kami wawancarai,

namun tidak ada data berupa bukti sertifikat yang dapat menunjang hal

tersebut.

PT. Martina Berto memiliki jumlah pekerja sebanyak lebih dari 4000

orang, Sesuai dengan PERMENAKERTRANS RI No. 03/MEN/1982, maka

pengadaan Pelayanan Kesehatan diadakan tergantung pada jumlah tenaga

kerja & tingkat bahayanya yaitu apabila jumlah tenaga kerja lebih dari 500

orang, harus mempunyai klinik dan dokter yang praktek setiap hari, dan bila

mempunyai 3 shift, klinik melayani dalam setiap shift. Klinik di perusahaan

ini tidak memberikan pelayanan medis setiap hari yaitu hanya empat kali

perminggu dan tanpa dokter pada hari kamis, sabtu, dan minggu , selain itu

shift pelayananya hanya satu kali.

Jam kerja tenaga medis di perusahaan ini selama 8,5 jam yaitu dari

pukul 07.00 – 15.30 WIB selama 5 hari kerja. Apabila ada tenaga kerja yang

membutuhkan pelayanan medis, PT. Martina Berto sudah bekerjasama

dengan Rumah Sakit Antam Medika dan Rumah Sakit Harapan Jayakarta

sehingga para kayawan dan tenaga kerja yang membutuhkan pelayanan

medis dapat dirujuk ke Rumah Sakit Tersebut. Sebagaimana yang di

syaratkan dalam peraturan perundangan klinik perusahaan juga sebagai

tempat P3K sehingga dibutuhkan tenaga medis yang penuh bekerja pada

jam kerja pabrik 24 jam.

PT. Martina Berto setiap sekali dalam setahun mengadakan pelatihan

untuk para petugasnya yaitu berupa pelatihan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K), namun pelatihan ini tidak diberikan kepada semua

pekerja, hanya petugas P3K saja yang mendapatkan pelatihan ini. Ketika

kami lakukan pengamatan tidak ada satu pun petugas P3K yang berada di

masing - masing divisi kerja.

34

Page 35: Devi

Selain itu, perusahaan ini juga mengadakan screening P2HIV kepada

setiap karyawan yang direkrut yaitu pada masa awal - awal kerja. Dokumen

Inform consent dan tim konseling test HIV AIDS belum dapat diperlihatkan.

Tampaknya belum ada unit kerja khusus yang bertugas membuat

program Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba. Hal tersebut tampak jelas dari

pengamatan sepintas tidak adanya poster mengenai HIV AIDS dan

Narkoba.

Perusahaan ini juga mengadakan program pelatihan pemadaman

kebakaran kepada para petugas kebakaranya setiap sekali dalam setahun.

III. 7 Penyakit Akibat Kerja

Tidak didapatkan adanya penyakit akibat kerja

35

Page 36: Devi

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

No. Unit Kerja Permasalahan Penangangan Saran

1. Bagian

Filling

Lipstick

Tenaga kerja duduk

dikursi dan tidak ada

sandaran sehingga

terlihat membungkuk.

Pekerja diberi

waktu untuk

melakukan

stretching untuk

mengobati

kelelahan otot

Kursi diganti

dengan kursi yang

terdapat

sandarannya

sehingga pekerja

bisa meluruskan

punggungnya dan

tidak

membungkuk dan

Duduk sesuia

ergonomi

2. Klinik Belum tersedianya

fasilitas minimal yang

dibutuhkan dan tata

ruang pemeriksaan

yang kurang sesuai

Melengkapi

minimal alat-alat

emergensi dan

kebutuhan

standart lainnya.

Modifikasi

ruangan dengan

sekat agar dapat

memberikan ruang

lebih untuk ruang

tunggu dan tata

letak

ruang

pemeriksaan

sebaiknya

dimodifikasi untuk

keadaan

emergensi.

3. Fasilitas

pendukung

Kotak P3K yang tidak

diawasi pemakaian,

Petugas P3K

berkewajiban

Dilakukan

pemantauan

36

Page 37: Devi

penggantian isi dan

ketersediannya.

memantau

kondisi kotak

P3K.

dalam

penggunaan dan

perawatan untuk

kotak P3K.

4. Operasional Kurangnya waktu

operasional klinik

yang tidak sesuai

dengan pabrik.

Menambah waktu

operasional

klinik.

Sebaiknya

penambahan

dokter/paramedik

untuk membantu

tugas klinik

5. Kesehatan

Kerja

Tidak memiliki data

yang valid mengenai

penyakit HIV/AIDS di

PT.Martina Berto, Tbk

Membuat data atau keeping record dari

pekerja yang memiliki penyakit

HIV/AIDS

Dibuatkan keeping

record

6. Kesehatan

Kerja

Tidak dilakukannya

kegiatan promosi

kesehatan terkait

HIV/AIDS di kalangan

tenaga kerja

Melakukan tindakan-tindakan dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di tempat kerja

Dilakukan promosi

kesehatan secara

menyeluruh terkait

penyakit dan

penularan

HIV/AIDS

37

Page 38: Devi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja

yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif dengan mengendalikan berbagai resiko

yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri dari aspek

tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. PT. Martina

Berto Tbk sebagai perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang banyak

telah menerapkan K3, namun pelaksanaannya masih diperlukan beberapa

perbaikan dan digalakkan.

Pelayanan medis pada PT. Martina Berto tidak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Tidak adanya bukti sertifikat hiperkes, K3, ATLS,

dan ACLS pada dokter di PT. Martina Berto, sehingga kelayakan dan

kompetensi tenaga medis yang bekerja di PT. Martina Berto tidak dapat

dinilai. Pelatihan P3K tidak diberikan kepada semua pekerja dan karyawan.

PT Martina Berto Tbk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk tenaga kerja berupa asuransi AVIVA, poliklinik yang praktek setiap 5x

dalam seminggu, bekerja sama dengan rumah sakit, pada pekerja bagian

produksi dilakukan medical check-up dan rontgen 2x setahun, program

senam serta penyuluhan kesehatan.

Pengaturan alat dan ruang lingkup kerja pada PT Martina Berto

cukup baik. Beban kerja dari tenaga kerja selama 8 jam/hari. Sebagian

besar pekerja bekerja dengan posisi duduk. Instruksi penggunaan, cara

kerja mesin dan cara pengendalian bahaya sudah tertera dengan baik di

setiap mesin, tetapi untuk pelaksanaannya tergantung perilaku para

pekerjanya masing-masing, masih ditemukan adanya perilaku kerja yang

tidak sesuai dengan ergonomi.

Penyakit terbanyak yang dikeluhkan adalah ISPA, gastritis, faringitis,

demam, tifoid, diare, reumatik, gangguan pendengaran dan alergi. Penyakit

akibat kerja jarang dikeluhkan.

38

Page 39: Devi

Perusahaan PT Martina Berto Tbk mengadakan kerja sama dengan

catering untuk pemenuhan kebutuhan gizi para pekerjanya, menetapkan

setiap pekerja mendapatkan makanan dengan minimal 1400 kkal dengan

menu satu kali makan besar diantaranya nasi, lauk, sayur, dan buah, serta

dua kali makanan selingan. Perusahaan ini mempunyai tiga kantin dan

setiap harinya para pekerja diberikan tiga waktu istirahat.

V.2.SARAN

Sebaiknya dokter yang bekerja merupakan dokter tetap perusahaan

yang telah mendapatkan pelatihan K3 yang dapat bekerja setiap hari (sesuai

jam kerja karyawan perusahaan) serta dapat menjalankan 12 program

sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.

Masker yang digunakan karyawan masih dirasakan kurang sesuai

dengan jenis potensi bahaya di tempat kerja, sehingga perlu diperhatikan

pemberian masker lebih sesuai dengan potensi bahaya di tempat kerja

(bahaya kimia).

Pengawasan tenaga kerja yang tidak menggunakan APD dengan

baik (sarung tangan, masker, dan sepatu khusus) pada pekerja laboratorium

sehingga dapat terpapar langsung dengan zat kimia. Oleh karena itu

disarankan dilakukan pengawasan yang lebih ketat.

Sikap tenaga kerja ada yang tidak ergonomis, seperti terlalu

membungkuk karena tidak terdapat sandaran pada kursi. Dalam jangka

waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan gangguan pada

muskuloskeletal. Oleh karena itu disarankan untuk menyediakan kursi yang

memiliki sandaran dan sesuai dengan postur tubuh dan cara kerja karyawan

dengan harga terjangkau.

Adanya sanksi (misalnya peringatan) terhadap pekerja yang tidak

sesuai dengan standar operasional khususnya mengenai penggunaan alat

pelindung diri. Promosi tentang sikap kerja yang ergonomis, kesehatan dan

keselamatan kerja

39

Page 40: Devi

BAB VI

PENUTUP

Kegiatan produksi industri memiliki potensi bahaya baik bagi

tenaga kerja maupun konsumen penggunanya. Potensi bahaya yang

muncul dapat berasal dari bahan baku, cara kerja dari tenaga kerja, proses

produksi, beban kerja yang berat dan monoton yang dapat menimbulkan

munculnya penyakit akibat kerja yang dapat berakhir menjadi kecacatan

bahkan kematian. Berdasarkan UU No.1 tahun 1970 setiap perusahaan

wajib menjalankan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja

(SMK3) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pekerja serta

mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh masalah terkait K3 berupa

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi

potensi bahaya ditempat kerja serta manajemen penanganannya oleh

tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan SMK3. SMK3 sendiri dapat

diterapkan dengan tetap memperhatikan asas ekonomi perusahaan

sehingga aplikasinya dapat menguntungkan semua pihak.

40