determinan preferensi jumlah anak pada remaja (15-24 tahun

22
1 Universitas Indonesia Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun) di 10 Provinsi Penyangga (Analisis Data SDKI 2012) Annisa Anggraeni Sari Departemen Biostatistik dan Ilmu Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: [email protected] / [email protected] Abstrak Preferensi jumlah anak yang dinyatakan sebagai jumlah anak ideal yang diinginkan dapat memprediksi pertumbuhan penduduk di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran preferensi jumlah anak yang diinginkan remaja belum kawin usia 15-24 tahun di 10 Provinsi Penyangga serta faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia komponen Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012. Hasil analisis menunjukan rata-rata jumlah anak yang diinginkan remaja yaitu 2,4 anak. Terdapat 33,6 persen remaja pria dan 25,1 persen remaja wanita berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak. Umur dan tempat tinggal merupakan faktor yang paling mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan remaja wanita dan remaja pria. Faktor pelayanan KIE kesehatan reproduksi dan program KB pada remaja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anak yang diinginkan. Kata Kunci : remaja, determinan, preferensi fertilitas, jumlah anak yang diinginkan Determinant Preference The Number of Children in Adolescents (15-24 years old) in 10 Penyangga Provinces (SDKI Analysis 2012) Abstract Preference the number of children expressed as the number of ideal that desirable can predict the population growth in the future. The aims of this research are to understand the description preference the number of children desired by the non-married adolescents (15-24 years old) in 10 Penyangga Provinces and factors associated with a preference. This research used data from Indonesia Demographic and Health Survey in components Adolescents Reproductive Health in 2012. The analysis showed the average number of children desired by the adolescents is 2,4 children. Then, 33,6 % man and 25,1 % woman desirous of owning more than two children. Age and residence are factor that most affect the number of children desired by them. KIE the adlescent reproductive health service and FP programs in adolescent did not showed significant influence against preference the number of children to be desired. Keywords: Adolescents, determinant, fertility preference, and the number of children desired. Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

1

Universitas Indonesia

Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun) di 10 Provinsi Penyangga (Analisis Data SDKI 2012)

Annisa Anggraeni Sari

Departemen Biostatistik dan Ilmu Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok

16424, Indonesia

E-mail: [email protected] / [email protected]

Abstrak

Preferensi jumlah anak yang dinyatakan sebagai jumlah anak ideal yang diinginkan dapat memprediksi pertumbuhan penduduk di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran preferensi jumlah anak yang diinginkan remaja belum kawin usia 15-24 tahun di 10 Provinsi Penyangga serta faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia komponen Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012. Hasil analisis menunjukan rata-rata jumlah anak yang diinginkan remaja yaitu 2,4 anak. Terdapat 33,6 persen remaja pria dan 25,1 persen remaja wanita berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak. Umur dan tempat tinggal merupakan faktor yang paling mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan remaja wanita dan remaja pria. Faktor pelayanan KIE kesehatan reproduksi dan program KB pada remaja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anak yang diinginkan.

Kata Kunci : remaja, determinan, preferensi fertilitas, jumlah anak yang diinginkan

Determinant Preference The Number of Children in Adolescents (15-24 years old) in 10

Penyangga Provinces (SDKI Analysis 2012)

Abstract

Preference the number of children expressed as the number of ideal that desirable can predict the population growth in the future. The aims of this research are to understand the description preference the number of children desired by the non-married adolescents (15-24 years old) in 10 Penyangga Provinces and factors associated with a preference. This research used data from Indonesia Demographic and Health Survey in components Adolescents Reproductive Health in 2012. The analysis showed the average number of children desired by the adolescents is 2,4 children. Then, 33,6 % man and 25,1 % woman desirous of owning more than two children. Age and residence are factor that most affect the number of children desired by them. KIE the adlescent reproductive health service and FP programs in adolescent did not showed significant influence against preference the number of children to be desired. Keywords: Adolescents, determinant, fertility preference, and the number of children desired.

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 2: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

2

Universitas Indonesia

Pendahuluan Jumlah penduduk dunia saat ini mencapai 7,2 miliar, 6 miliar diantaranya tinggal di Negara

Berkembang, salah satunya Indonesia (PRB’s World Population Data Sheet, 2014). Sensus

Penduduk (SP) tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia meningkat dari 205,1 juta

jiwa pada hasil SP tahun 2000, menjadi 237,6 juta jiwa (Badan Pusat Statitik, 2010). Di dunia,

Indonesia menduduki peringkat 4 negara dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Amerika

Serikat (317,7 juta jiwa), India (1,29 miliar jiwa) dan Republik Rakyat China yang merupakan

Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, sekitar 1,36 miliar jiwa (PRB’s World

Population Data Sheet, 2014).

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia yaitu sebesar 1,49 persen, hasil tersebut yang tidak

berubah sejak 20 tahun terakhir (BPS, 2010). Pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh

tiga faktor demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan

(mobilitas). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) sejak tahun

1991 Angka Fertilitas Total/ Total Fertility Rate (TFR) Indonesia secara nasional menunjukan

penurunan dari 3,03 anak per wanita usia subur pada tahun 1991 menjadi 2,60 anak per wanita

usia subur pada tahun 2002/2003. Sejak periode tahun 2002/2003 sampai dengan survei terakhir

tahun 2012, angka fertilitas total nasional stagnan pada angka 2,60 anak per wanita usia subur

(BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID, 2013a).

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, remaja 15-24 tahun di Indonesia berjumlah

40,77 juta jiwa atau sekitar 17,16 persen dari total penduduk Indonesia (BPS, 2011). Remaja

adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut World Bank, 2007,

salah satu masa transisi remaja adalah untuk memulai kehidupan berkeluarga (form families).

Untuk memulai kehidupan berkeluarga dibutuhkan perencanaan yang baik dari remaja.

Perencanaan remaja terkait waktu yang tepat untuk memiliki anak dan jumlah anak yang

diinginkan (Fertility Preferences) secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk

dan perkembangan ekonomi (World Developed Report, 2007).

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 3: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

3

Universitas Indonesia

Preferensi fertilitas yang diukur dengan jumlah anak yang diinginkan bukan merupakan indikator

langsung terhadap fertilitas, namun persepsi ini akan menjadi dasar untuk memprediksi tingkat

fertilitas di masa depan (Philipov, 2011). Adanya hubungan signifikan antara jumlah anak yang

diinginkan dengan jumlah anak lahir hidup, telah dibuktikan pada beberapa penelitian

(Agushybana, Purnami, Herawati, Nugraha, Sumekar, 1998; Zhang, 2004; Preeti dan Singh,

2010). Hasil SDKI 2012, rata-rata jumlah anak ideal yang diinginkan wanita pernah kawin yaitu

2,7 anak dengan hasil TFR yang mendekati rata-rata tersebut, yakni 2,6 anak per wanita usia

subur (BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID, 2013a) . Sya’bani (2014) menyebutkan bahwa wanita

usia subur yang belum mencapai jumlah anak yang diinginkan memiliki kemungkinan 35,5 kali

lebih besar untuk berkeinginan memiliki anak lagi, dibanding wanita usia subur yang telah

mencapai jumlah anak yang dinginkan.

Pada remaja, jumlah anak yang diinginkan dapat menentukan dengan tepat jumlah anak yang

dimiliki sepanjang hidupnya. Jumlah kelahiran akan meningkat jika remaja berpersepsi positif11

terhadap keberadaan anak, namun sebaliknya ketika persepsi terhadap anak negatif maka angka

kelahiran akan tertekan dan menurun (Listyaningsih, 2012).

Berdasarkan Laporan SDKI komponen Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012 menyebutkan

bahwa hasil median jumlah anak yang diinginkan remaja sedikit meningkat dari 2,5 anak pada

tahun 2007 menjadi 2,6 anak (BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID, 2013b). Angka tersebut masih

cukup tinggi jika dibandingkan dengan target TFR sebesar 2,1 pada tahun 2015.

BKKBN telah menetapkan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur

sebagai provinsi penyangga yang dijadikan prioritas sasaran dan percepatan program

Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB). Pemilihan provinsi penyangga karena penduduk

di 10 provinsi tersebut mencakup 70 persen penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 240 juta

jiwa (Strategic Alliance for Poverty Alleviation, 2013). Sedangkan jumlah penduduk remaja (15-

24 tahun) pada 10 provinsi penyangga yaitu sebesar 71 persen dari total penduduk 15-24 tahun di

Indonesia (Kementrian PPN/Bappenas, BPS, UNFPA, 2013). Kondisi kependudukan dan

1 Ditinjau dari nilai posiif terhadap anak cenderung meningkatkan angka kelahiran, sedangkan nilai negativf terhadap anak berakibat sebaliknya dapat menurunkan angka kelahiran (Lucas, 1984 dalam Agustus, 2013).

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 4: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

4

Universitas Indonesia

keberhasilan program Kependudukan dan Keluarga Berencana pada 10 provinsi penyangga

diharapkan dapat mempercepat pencapaian secara nasional.

Menurut Harbour (2011) faktor yang mempengaruhi besar keluarga yang diinginkan adalah

karakteristik individu seperti jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, hasil kekayaan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, ukuran rumah tangga dan status perkawinan. Akses remaja terhadap

media juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh untuk mengurangi jumlah anak yang

diinginkan (Anggraeni, 2009). Program GenRe yang dikembangkan BKKBN dengan kegiatan

pertemuan yang membahas kesehatan reproduksi remaja (KRR) dan pembentukan wadah/tempat

pusat informasi dan konseling remaja (PIK Remaja), diharapkan dapat membentuk remaja untuk

bersikap positif terhadap keluarga ideal dengan 2 anak cukup (BKKBN, 2012a).

Penelitian ini mengenai preferensi jumlah anak pada remaja belum kawin usia 15-24 tahun di 10

provinsi penyangga, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur serta faktor-

faktor yang berhubungan dengan hal tersebut. Penelitian bersifat kuantitatif dengan pendekatan

studi potong lintang (cross-sectional). Data yang digunakan dalam penelitian adalah data

sekunder hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, komponen

Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan menggunakan kuesioner SDKI-RP dan SDKI-

WUS. Sampel pada penelitian ini adalah remaja wanita dan pria belum kawin usia 15-24 tahun di

10 provinsi penyangga.

Tinjauan Teoritis

Masa remaja dikatakan sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak menjadi dewasa.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai individu yang berkembang

dengan menunjukan tanda-tanda seksual sekunder sampai mencapai kematangan seksual. Batasan

umur remaja (adolescent) menurut WHO adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia

10-19 tahun. United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) mengembangkan definisi

youth/pemuda yaitu mereka yang berusia 15-24 tahun. Dan lembaga PBB menyatukan definisi

remaja dan pemuda menjadi young people/orang muda adalah mereka yang berusia 10-24 tahun.

Sedangkan World Bank mengartikan young generation/generasi muda adalah penduduk laki-laki

dan perempuan yang berusia 12-24 tahun (Nofrizal, BKKBN Gorontalo, 2011). Pada survei

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 5: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

5

Universitas Indonesia

SDKI komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2012 kelompok umur difokuskan

pada wanita dan pria 1524 tahun yang belum kawin (BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID, 2013b).

Berdasarkan World Bank (2007) terdapat 5 masa transisi pada remaja/Youth Five Life

Transtions, yaitu melanjutkan sekolah (continue learning), mencari pekerjaan (start working),

memulai kehidupan berkeluarga (form families), menjadi anggota masyarakat (exercise

citizenship), dan mempraktikan hidup sehat (practice health life). Menurut Hurlock (1980) dalam

Ramadan (2013) terdapat 10 tugas perkembangan masa remaja sebagai upaya untuk mencapai

kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa, salah satu tugas tersebut adalah mempersiapkan

diri untuk memasuki perkawinan dan memahami berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Teori fertilitas mengasumsikan bahwa permintaan terhadap jumlah anak yang diinginkan

ditentukan oleh preferensi individu atas jumlah anak yang dianggap ideal, ukuran ini merupakan

pengukuran sederhana dari preferensi fertilitas (Pritchett, 1994). Menurut Thomson dalam

Bhuyan dan Islam (2011) menyebutkan bahwa jumlah anak yang diinginkan juga dapat dilihat

dari permintaan dan nilai terhadap anak itu sendiri. Konsep nilai anak berkaitan dengan

pembatasan kelahiran, dalam arti secara teoritik mempunyai hubungan dengan keikutsertaan

sesorang dalam program keluarga berencana (Agustus, 2013). Pandangan terhadap nilai anak

menurut teori ekonomi fertilitas menjelaskan bahwa nilai anak bergantung pada keseimbangan

antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran seorang

anak, baik berupa keuangan maupun psikis (Caldwell, 1983 dalam Supardi, Fauzi, dan Chandra,

Policy Brief Provinsi Bengkulu, tanpa tahun; Becker, 1991).

“A simplified model of Family Planning demand and supple effects on Fertility” merupakan

hasil kerangka pikir dari evalusi dampak program keluarga berencana tehadap fertilitas yang

dilakukan Angeles, et. al. (2001). Pengaruh program Keluarga Berencana (KB) dilihat dari 3

variabel keluaran yaitu; Preferensi fertilitas dengan jumlah anak yang diinginkan/Ideal Family

Size (IFS), penggunaan/pemilihan metode kontrasepsi dan tingkat fertilitas/TFR. Preferensi

fertilitas bukan merupakan variabel yang langsung mempengaruhi tingkat fertilitas yang

sebenarnya. Variabel ini akan mempengaruhi individu untuk menggunakan atau tidak

menggunakan metode/alat cara kontrasepsi. Sama dengan yang dijelaskan dengan pendekatan

TPB, individu yang telah memiliki jumlah anak lahir hidup sesuai dengan yang jumlah yang

diinginkan akan memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi.

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 6: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

6

Universitas Indonesia

Faktor karakteristik individu yang dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,

sosial ekonomi, dan akses terhadap media memiliki pengaruh langsung terhadap dua variabel

outcome yaitu jumlah anak yang diinginkan (fertility preferences), dan penggunaan kontrasepsi.

Faktor lain yaitu supply/penawaran program KB yang diberikan pemerintah kepada masyarakat.

Penawaran program KB yang diberikan kepada remaja belum kawin dikemas dengan program

Generasi Berencana (GenRe) yang memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi dan

program KB melalui media (cetak/elektronik), materi pelajaran di sekolah maupun dengan

pembentukan wadah/tempak konseling bagi remaja.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja, variabel yang akan diteliti dipilih

dari kuesioner SDKI-RP, remaja pria belum kawin usia 15-24 tahun dan SDKIWUS, remaja

wanita belum kawin usia 15-24 tahun. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-

sectional, yaitu suatu desain penelitian yang mengukur suatu kejadian pada waktu tertentu dan

mengukur variabel yang diperlukan secara bersamaan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga penentuan besar sampel bergantung pada

data SDKI 2012. Berdasarkan data pada data sheet SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja 2012,

jumlah sampel pada 10 provinsi penyangga (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,

Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa

Tenggara Timur) yaitu 8.045 responden yang terdiri dari 3.659 remaja wanita dan 4.386 remaja

pria. Variabel yang diamati pada penelitian ini terdiri dari variabel independen, yaitu jenis kelamin,

umur, tempat tinggal, pendidikan, status ekonomi, keterpaparan media (surat kabar/majalah,

radio, televisi), informasi cara mencegah kehamilan/KB mealui media (surat kabar/majalah,

radio, televisi), pelajaran sistem reproduksi manusia dan cara mencegah kehamilan/KB di

sekolah, menghadiri pertemuan kesehatan reproduksi remaja dan mendengar informasi terkait

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 7: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

7

Universitas Indonesia

tempat/wadah konseling bagi remaja. Variabel dependen penelitian ini adalah jumlah anak yang

diinginkan di masa mendatang (fertility preferences).

Hasil Penelitian

Gambaran Karakteristik dan Pelayanan Informasi Metode Alat/Cara KB pada Remaja.

Umur rata-rata responden remaja di 10 provinsi penyangga yaitu 17,82 tahun. Sebagian besar

remaja telah mencapai tingkat pendidikan menengah ke atas yaitu SLTA/SMA dan Perguruan

Tinggi. Remaja wanita memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding remaja pria.

Sejalan dengan tingkat pendidikan, persentase remaja wanita dengan status sosial ekonomi

menengah atas dan teratas lebih tinggi dibandingkan remaja pria. Berdasarkan tingkat sosial

ekonomi, persentase remaja wanita terbanyak ada tingkat sosial ekonomi menengah atas,

sedangkan remaja pria di tingkat menengah bawah.

Tabel 1. Latar Belakang Sosial Demografi Remaja di 10 Provinsi Penyangga Tahun 2012

Variabel Remaja Wanita

3.659 Remaja Pria

4.386 Total 8045

% % % Umur

Mean 17,61 18,07 17,82 CI (95%) 17,47 – 17,75 17,91 – 18,23 17,71 – 17,93 SE 0,072 0,082 0,056 15 – 19 79,2 71,1 75,4 20 – 24 20,8 28,9 24,6

Tempat Tinggal Perkotaan 61,6 62,3 61,9 Pedesaan 38,4 37,7 38,1

Pendidikan Perguruan Tinggi 14,9 9,8 12,5 SMA/SLTA 53,0 50,9 52,0 SMP/SLTP 26,2 29,8 27,9 SD 5,5 8,9 7,1 Tidak Sekolah 0,4 0,5 0,4

Sosial Ekonomi Teratas 19,1 18,7 18,9 Menengah Atas 22,3 19,0 20,7 Menengah 21,0 20,6 20,8

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 8: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

8

Universitas Indonesia

Menengah Bawah 21,4 22,6 22,0 Terendah 16,2 19,1 17,6

Keterpaparan Media Surat kabar/Majalah 14,8 15,2 15,0 Radio 15,3 16,4 15,8 Televisi 88,3 85,2 86,9

Tabel 2. Akses Pelayanan Informasi Cara Mencegah Kehamilan/KB dan Sistem

Reproduksi Pada Remaja di 10 Provinsi Penyangga Tahun 2012.

Variabel Remaja Wanita

3.659 Remaja Pria

4.386 Total 8045

% % % Informasi mencegah kehamilan/ KB, melalui :

Surat Kabar/Majalah Ya 17,0 15,3 16,3 Tidak 83,0 84,7 83,7

Radio Ya 12,0 12,2 12,1 Tidak 88,0 87,8 87,9

Televisi Ya 37,7 33,3 35,6 Tidak 62,3 66,7 64,4

Pelajaran tentang sistem reproduksi Ya 89,3 81,9 85,8 Tidak 10,7 18,1 14,2

Pelajaran cara mengatur kehamilan/KB

Ya 26,0 16,7 21,6 Tidak 74,0 83,3 78,4

Menghadiri pertemuan KRR Ya 3,0 3,6 3,3 Tidak 97,0 96,4 96,7

Mendengar tentang PIK-Remaja Ya 3,6 3,9 3,8 Tidak 96,4 96,1 96,2

Akses remaja terhadap informasi tentang cara pencegahan kehamilan/KB cukup terbatas. Selama

6 bulan terakhir sebelum survei dilakukan, hanya 35,6 persen remaja yang pernah menonton

tayangan terkait cara pencegahan kehamilan/KB melalui televisi, 12,1 persen remaja

mendapatkan informasi melalui artikel di surat kabar/koran/majalah dan hanya 11,5 persen yang

pernah mendengar melalui siaran radio. Persentase remaja wanita yang mendapat pelajaran

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 9: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

9

Universitas Indonesia

tentang sistem reproduksi di sekolah lebih tinggi dibanding remaja pria (89,3 persen dibanding

81,9 persen), dan hampir 72 persen remaja mendapat pelajaran sistem reproduksi pada saat

SMP/SLTP. Pelajaran tentang cara mengatur kehamilan/KB hanya didapatkan oleh sebagian

kecil remaja (21,6 persen). Jumlah remaja yang pernah menghadiri pertemuan KRR kurang dari

264 orang, atau sama dengan hanya 3,3 persen dari total keseluruhan remaja. Hasil yang tidak

jauh berbeda, pada persentase remaja yang pernah mendengar tentang tempat/wadah yang

menjadi Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) terkait kesehatan reproduksi hanya

302 remaja (3,8 persen).

Preferensi Jumlah Anak pada Remaja. Ditanyakan pada 8.045 remaja usia 15-24 tahun yang

belum kawin di 10 provinsi penyangga, “Setelah Saudara menikah nanti, berapakah jumlah anak

yang Saudara inginkan selama hidup?”. Dari seluruh sampel remaja ada 433 jawaban normatif

(non numeric answer) seperti: tidak tahu, terserah dengan rezeki Tuhan, dan lain-lain. Terdapat

7.612 remaja menjawab jumlah anak yang diinginkan dengan selang 0–15 anak. Rata-rata jumlah

anak yang diinginkan oleh remaja yaitu 2,40 anak. Remaja pria memiliki rata-rata jumlah anak

yang diinginkan sebesar 2,48 anak, hasil ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada remaja

wanita yaitu 2,33 anak.

Tabel 3. Preferensi Jumlah Anak pada Remaja di 10 Provinsi Penyangga Tahun 2012

Variabel Remaja Wanita Remaja Pria Total

Preferensi Jumlah Anak : Frekuensi (numeric answer) 3.408 4.204 7.612

Non numeric answer 251 182 433 Total 3.659 4.386 8.045

Mean 2,33 2,48 2,40

CI (95%) 2,30 – 2,37 2,44 – 2,52 2,38 – 2,43 SE 0,019 0,020 0,014 ≤ 2 Anak 74,9 66,4 70,8 > 2 Anak 25,1 33,6 29,2 P-value 0,001 OR (95%CI) 1,51 (1,33 – 1,71)

Analisis selanjutnya, dengan menggunakan batasan jumlah anak ideal Program KB Nasional “2

anak cukup” (BKKBN, 2014), maka jumlah anak yang diinginkan pada remaja dikategorikan

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 10: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

10

Universitas Indonesia

menjadi dua yaitu sama atau kurang dari 2 anak dan lebih dari 2 anak. Persentase remaja pria

yang berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak yaitu sebesar 33,6 persen, sedangkan persentase

remaja wanita sebesar 2,51 persen. Hasil analisis dengan regresi logistik sederhana, menyatakan

dengan signifikan (p-value < 0,05) bahwa remaja pria memiliki kemungkinan 1,5 kali untuk

mempunyai keluarga besar (> 2 anak) dibanding remaja wanita. Bedasarkan hal ini, analisis

selanjutnya akan dilakukan stratifikasi berdasarkan jenis kelamin.

Gambar 1. Preferensi Jumlah Anak pada Remaja di 10 Provinsi Penyangga Tahun 2012

Pada gambar 1 dapat dilihat, bahwa Provinsi Sumatera memiliki presentase remaja yang

berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak yang tertinggi yaitu sebesar 41,7 persen. Sedangkan

yang terendah di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan masing-masing persentase

sebesar 17,8 dan 17,6 persen.

Karakteristik Individu, Akses Pelayanan Informasi dengan Preferensi Jumlah Anak pada

Remaja. Kelompok umur dan tempat tinggal memiliki pengaruh yang signifikan (pvalue < 0,05)

terhadap preferensi jumlah anak yang diinginkan remaja wanita dan pria di masa depan. Remaja

wanita dan pria yang lebih tua memiliki keinginan yang lebih besar untuk mempunyai lebih dari

2 anak dibanding remaja dengan umur yang lebih muda. Remaja wanita dan remaja pria yang

tinggal di pedesaan mempunyai kecenderungan yang sama yaitu sebesar 1,3 kali lebih besar

untuk memiliki lebih dari 2 anak dibanding yang tinggal di perkotaan. Secara umum persentase

remaja yang berkeinginan memiliki anak lebih dari 2 tertinggi yaitu pada remaja dengan yang

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 11: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

11

Universitas Indonesia

berpendidikan tinggi (Akademi/Universitas). Persentase remaja wanita pada tingkat sosial

ekonomi terbawah memiliki kecenderungan 1,33 kali lebih besar untuk memiliki lebih dari 2

anak dibanding pada tingkat sosial ekonomi teratas. Pada remaja pria tidak terdapat perbedaan

yang berarti pada setiap tingkat sosial ekonomi. Hubungan keterpaparan media (surat

kabar/majalah, radio dan televisi) dengan preferensi jumlah anak hanya siginifikan terhadap

remaja pria.. Sedangkan pada remaja wanita hanya keterpaparan terhadap televisi saja yang

signifikan mempengaruhi preferensi jumlah anak, remaja wanita yang tidak terpapar media

televisi memiliki kecenderungan 1,45 kali lebih tinggi untuk membetuk keluarga besar ( > 2

anak). Tabel 4. Preferensi Jumlah Anak Berdasarkan Karakteristik Sosial Demografi Remaja di

10 Provinsi Penyangga Tahun 2012

Variabel

Preferensi Jumlah Anak

Remaja Wanita Remaja Pria

≤ 2 > 2 OR 95 % CI ≤ 2 > 2 OR 95 % CI

Umur

15 – 19 77,1 22,9 1 *) 68,5 31,5 1*)

20 – 24 66,7 33,3 1,68 1,36-2,07 61,3 38,7 1,38 1,15-1,65

Tempat Tinggal

Perkotaan 76,5 23,5 1*) 68,4 31,6 1*)

Pedesaan 72,1 27,9 1,26 1,02-1,56 63,0 37,0 1,27 1,06-1,52

Pendidikan

Perguruan Tinggi 67,4 32,6 1 *) 63,1 36,9 1

SMA/SLTA 77,4 22,6 0,60 0,48-0,76 67,6 32,4 0,82 0,61-1,11

SMP/SLTP 74,9 25,1 0,69 0,52-0,92 68,8 31,2 0,77 0,55-1,06

SD 71,4 28,6 0,83 0,51-1,34 56,2 43,8 1,33 0,96-1,83

Tidak Sekolah 72,3 27,7 0,79 0,10-6,23 39,9 60,1 2,57 0,72-9,25

Pendidikan

Perguruan Tinggi 67,4 32,6 1 *) 63,1 36,9 1

SMA/SLTA 77,4 22,6 0,60 0,48-0,76 67,6 32,4 0,82 0,61-1,11

SMP/SLTP 74,3 25,7 0,71 0,54-0,94 65,7 34,3 0,89 0,67-1,19

Sosial Ekonomi

Teratas 76,8 23,2 1 **) 66,1 33,9 1

Menengah Atas 78,9 21,1 0,88 0,62-1,26 67,8 32,2 0,93 0,68-1,27

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 12: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

12

Universitas Indonesia

Menengah 74,6 25,4 1,12 0,80-1,57 64,8 35,2 1,06 0,80-1,40

Menengah Bawah 72,0 28,0 1,28 0,92-1,78 67,1 32,9 0,96 0,72-1,27

Terbawah 71,2 28,8 1,33 0,97-1,83 66,0 34,0 1,01 0,76-1,34

Surat kabar/Majalah

Ya 76,7 23,3 1 71,6 28,4 1 *)

Tidak 74,5 25,5 1,12 0,90-1,41 65,7 34,4 1,32 1,04-1,67

Radio

Ya 73,7 26,3 1 70,6 29,4 1 *)

Tidak 75,1 24,9 0,93 0,78-1,11 65,5 34,5 1,26 1,06-1,51

Televisi

Ya 75,7 24,3 1 *) 67,6 32,4 1 *)

Tidak 68,3 31,7 1,45 1,11-1,90 59,5 40,5 1,42 1,13-1,77

Informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui surat kabar/majalah, radio dan televisi pada

remaja pria tidak berpengaruh signifikan terhadap preferensi jumlah anak pada remaja pria.

Remaja wanita yang tidak mendapatkan informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui radio

memiliki OR 0,7 kali lebih rendah untuk membentuk keluarga besar (> 2 anak) dibanding remaja

wanita yang mendapat informasi tersebut melalui siaran radio.

Tabel 5. Preferensi Jumlah Anak Berdasarkan Akses Pelayanan Informasi Cara Mencegah

Kehamilan/KB dan Sistem Reproduksi Pada Remaja di 10 Provinsi Penyangga

Tahun 2012

Variabel

Preferensi Jumlah Anak

Remaja Wanita Remaja Pria

≤ 2 > 2 OR 95 % CI ≤ 2 > 2 OR 95 % CI

Informasi cara mengatur kehamilan/KB

Surat Kabar/Majalah

Ya 72,8 27,2 1 67,8 32,2 1

Tidak 74,8 25,2 0,90 0,71-1,15 67,9 32,1 0,99 0-79-1,25

Radio

Ya 68,8 25,9 1 *) 68,2 31,8 1

Tidak 76,1 23,9 0,69 0,52-0,92 66,0 34,0 1,10 0,80-1,52

Televisi

Ya 73,6 26,4 1 66,8 33,2 1

Tidak 75,7 24,3 0,89 0,72-1,11 66,7 33,3 1,01 0,84-1,20

Pelajaran Sistem

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 13: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

13

Universitas Indonesia

Reproduksi Ya 75,3 24,7 1 **) 67,4 32,6 1 *)

Tidak 70,5 29,5 1,28 0,96-1,70 62,3 37,7 1,25 1,02-1,53

Pelajaran cara mengatur kehamilan/KB

Ya 75,9 24,1 1 66,4 33,6 1

Tidak 74,4 25,6 1,08 0,87-1,35 66,5 33,5 0,99 0,80-1,24

Hadir Pertemuan KRR

Ya 70,9 29,1 1 **) 68,2 31,8 1

Tidak 75,0 25,0 0,81 0,61-1,08 66,3 33,7 1,09 0,77-1,53

Mendengar PIK Remaja

Ya 73,8 26,2 1 71,0 29,0 1

Tidak 74,9 25,1 0,94 0,63-142 66,2 33,8 1,25 0,81-1,94

Terdapat perbedaan pengaruh antara pelajaran di sekolah pada jumlah anak yang diinginkan

remaja. Persentase remaja wanita dan remaja pria yang tidak mendapatkan pelajaran tentang

sistem reproduksi di sekolah memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk memiliki lebih dari

2 anak dibanding dengan remaja yang mendapat pelajaran tersebut. Dengan masingmasing OR

sebesar 1,28 dan 1,25. Tidak terdapat perbedaan yang berarti untuk menentukan jumlah anak

yang diinginkan dimasa depan pada remaja yang mendapat pelajaran cara mencegah

kehamilan/KB di sekolah atau tidak mendapat pelajaran tersebut.

Hasil analisis pada tabel 5 menunjukan pada remaja wanita, pertemuan KRR dan pengalaman

pernah mendengar terkait PIK Remaja menjadi faktor risiko untuk membentuk keluarga besar (>

2 anak). Remaja wanita yang tidak menghadiri pertemuan KRR mempunyai kecenderungan 0,81

kali lebih rendah untuk berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak dibanding remaja yang

mengikuti kegiatan/pertemuan KRR. Keadaan yang sebaliknya terjadi pada remaja pria,

meskipun tidak signifikan (p-value > 0,05). Persentase remaja pria yang tidak pernah mengikuti

pertemuan KRR memiliki persentase yang besar untuk memiliki lebih dari 2 anak dibanding yang

pernah mengikuti kegiatan tersebut. Remaja pria yang tidak pernah mendengar tentang PIK

Remaja memiliki kecenderungan 1,25 kali lebih tinggi untuk membentuk keluarga besar

dibanding yang pernah mendengar PIK Remaja.

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 14: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

14

Universitas Indonesia

Faktor Dominan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja. Secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel 6 bahwa faktor yang dominan mempengaruhi preferensi jumlah anak pada remaja wanita

dan remaja pria yaitu umur remaja dan wilayah tempat tinggal. Pada remaja wanita selain kedua

faktor tersebut terdapat 3 faktor lain yang mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan dan sosial

ekonomi serta informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui radio. Sedangkan pada remaja

pria keterpaparan media memiliki pengearuh yang signifikan. Remaja pria yang tidak terpapar

media memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk memiliki lebih dari 2 anak dibanding

remaja pria yang tidak terpapar media apapun.

Tabel 6. Perbandingan Faktor Dominan yang Mempengaruhi Preferensi Jumlah Anak

Pada Remaja Wanita dan Remaja Pria di 10 Provinsi Penyangga Tahun 2012

Variabel

Preferensi Jumlah Anak Remaja Wanita (3.408) Remaja Pria (4.204)

P-value OR 95% CI P-value OR 95% CI

Umur 15 – 19 0,024 1 0,001 1 20 – 24 1,43 1,05-1,94 1,46 1,21-1,75

Tempat Tinggal Perkotaan 0,034 1 0,003 1 Pedesaan 1,36 1,02-1,82 1,32 1,10-1,58

Pendidikan Perguruan Tinggi 0,013 1 - - SMA/SLTA 0,65 0,48-0,87 - - ≤ SMP/SLTP 0,65 0,45-0,95 - -

Sosial Ekonomi Teratas 0,001 1 - - Menengah Atas 0,84 0,55-1,30 - - Menengah 1,16 0,79-1,71 - - Menengah Bawah 1,47 0,98-2,18 - - Terbawah 1,84 1,26-1,69 - -

Terpapar Radio Ya - - 0,002 1 Tidak - - 1,32 1,10-1,57

Informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui Radio

Ya 0,036 1 - - Tidak 0,73 0,54-0,98 - -

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 15: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

15

Universitas Indonesia

Pembahasan

Rata-rata jumlah anak yang diinginkan remaja yaitu yaitu 2,40 anak. Remaja pria memiliki rata-

rata preferensi jumlah anak yang lebih tinggi yakni sebesar 2,48 anak sedangkan remaja wanita

sebesar 2,33 anak. Jika angka ini dibiarkan terjadi, maka di tahun 2025 target TFR nasional

sebesar 2,1 anak per wanita usia subur akan sulit tercapai.

Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur adalah dua provinsi dengan persentase remaja yang

berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak yang terbesar dibanding 8 provinsi lain. Apabila dilihat

dengan hasil SDKI 2012, TFR di kedua provinsi tersebut juga lebih tinggi dari ratarata nasional

masing-masing sebesar 3,0 dan 3,3 anak per wanita usia subur. Artinya pemerintah di kedua

provinsi tersebut harus berusaha keras untuk menurunkan angka fertilitasnya.

Terdapat perbedaan preferensi jumlah anak yang diinginkan remaja pria dan remaja wanita.

Remaja pria mempunya kecenderungan 1,5 kali lebih tinggi untuk memiliki lebih dari 2 anak

dibanding remaja wanita. Dengan hasil ini artinya kesadaran untuk membentuk keluarga ideal (≤

2 anak) lebih tinggi pada remaja wanita dibanding remaja pria. Umur menjadi faktor dominan

yang mempengaruhi jumlah anak yang dinginkan. Pada remaja kelompok umur 2024 tahun

memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk memiliki lebih dari 2 anak dibanding remaja

umur 15-19 tahun. Menurut teori, wilayah tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap akses

informasi dan keterjangkauan layanan. Akses masyarakat perkotaan terhadap informasi lebih

mudah dibanding masyarakat yang tinggal di pedesaan (Asih, 2009 dalam Afda’tiyah, 2014).

Selain itu, apabila dilihat dari nilai anak bagi masyarakat di desa anak dapat memberikan

kebahagian kepada orangtua, memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi keluarganya

(Siregar, 2003). Hal ini yang menjadikan remaja di pedesaan memiliki kemungkinan 1,3 kali

lebih tinggi untuk berkeinginan membentuk keluarga besar (> 2 anak) dibanding masyarakat

kota.

Hubungan preferensi jumlah anak dengan tingkat pendidikan hanya signifikan terjadi pada

remaja wanita. Remaja wanita dan remaja pria dengan pendidikan tinggi/perguruan tinggi

memiliki persentase yang lebih besar untuk memiliki lebih dari 2 anak dibanding remaja dengan

pendidikan rendah dan menengah. Hasil ini berbeda dengan penelitian Angeles, et. al. (2001),

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 16: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

16

Universitas Indonesia

Guend (2005), Harbour (2011), Anggraeni (2009), Bongaart (2011), Khongji (2013). Penelitian

yang dilakukan di Mesir pada tahun 2004 dengan sampel pemuda usia 15-24 tahun, menunjukan

bahwa responden yang berpendidikan menengah dan teratas memiliki kemungkinan (OR) 1,6 kali

lebih tinggi berkeinginan membetuk keluarga kecil dibanding responden yang berpendidikan

rendah (Harbour, 2011). Analisis lanjut dengan mengkategorikan pendidikan berdasarkan 5

kelompok. Hasil yang berbeda didapatkan pada persentase remaja dengan keinginan memiliki

lebih dari 2 anak pada remaja pria dan wanita. Pada remaja pria yang tidak bersekolah dan hanya

pada tingkat pendidikan SD memiliki persentase yang besar untuk berkeinginan memiliki lebih

dari 2 anak dibanding tingkat pendidikan menengah pertama dan menengah atas.

Secara umum remaja pria pada 10 provinsi penyangga memiliki tingkat pendidikan yang lebih

rendah dibanding remaja wanita. Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan perbedaan intervensi

pada remaja pria dan wanita. Pemerintah di 10 provinsi penyangga secara khusus harus

meningkatkan tingkat pendidikan remaja pria, sehingga akses informasi, pengetahuan dan taraf

hidup remaja pria akan lebih baik. Sedangkan pada remaja wanita teori yang menyatakan bahwa

salah satu cara untuk menurunkan ukuran keluarga yang diinginkan (desired family size) yaitu

dengan meningkatkan pendidikan wanita (Bongaart, 2011), tidak dapat diterapkan pada remaja

wanita di 10 provinsi penyangga tahun saat ini. Untuk itu yang harus dilakukan adalah

peningkatan informasi kependudukan bagi remaja di perguruan tinggi sehingga mereka semakin

peduli untuk mengendalikan jumlah penduduk dan tidak berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak.

Analisis multivariat secara statistik signifikan, pengaruh sosial ekonomi terjadi pada remaja

wanita dengan tingkat ekonomi terbawah mempunyai kecenderungan 1,8 kali lebih besar untuk

memiliki lebih dari 2 anak dibanding remaja wanita dengan tingkat sosial ekonomi teratas. Hasil

ini sama dengan hasil data DHS di 62 negara, (Bongaart, 2011) menunjukan bahwa hubungan

antara jumlah besar keluarga yang diinginkan dengan tingkat sosial ekonomi (GDP/per kapita)

terbalik dan signifikan (p-value < 0,001). Artinya semakin tinggi pendapat perkapita seseorang

maka semakin kecil jumlah anak yang diinginkan di masa depan. Menurut Becker (1991) dengan

terjadinya kenaikan pendapatan maka terdapat perubahan mengenai selera anak dan mulai

menginginkan mutu/kualitas seorang anak dibanding sekedar jumlah yang banyak. Artinya

dengan meningkatnya pendapatan orang tua, jumlah anak yang diinginkan menjadi lebih kecil.

(Agustus, 2013).

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 17: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

17

Universitas Indonesia

Akses remaja terhadap pelayanan KIE kesehatan reproduksi remaja (KRR) dan cara mencegah

kehamilan/KB masih sangat terbatas. Hanya 35,6 persen remaja yang mengaku mendapatkan

informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui televisi. Hal ini yang menyebabkan pemberian

informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui surat kabar/majalah, radio dan televisi tidak

memiliki pengaruh terhadap preferensi jumlah anak pada remaja. Secara statistik pada analisis

bivariat dan multivariat hanya pemberian informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui radio

yang memiliki hubungan signifikan terhadap jumlah anak yang diinginkan remaja wanita. Namun

hubungan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, pada remaja wanita yang mendapat

informasi cara mencegah kehamilan/KB melalui radio memiliki kemungkinan 0,7 kali lebih

rendah untuk berkeinginan mempunyai lebih dari 2 anak. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda

dengan penelitian yang dilakukan Angeles, et. al. (2001) dengan data DHS 11 Negara salah

satunya Indonesia. Pengaruh akses wanita terhadap program KB sangat kecil dan tidak

signifikan, serta terdapat hasil yang menyimpang untuk mempengaruhi ukuran keluarga ideal

(IFS). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa program dan akses informasi KB lebih

berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode/alat kontrasepsi dibanding untuk

menurunkan jumlah keluarga ideal (Angeles, et. al. 2001).

Hasil analisis multivariat, faktor yang paling dominan mempengaruhi preferensi jumlah anak

yang diinginkan pada remaja wanita dan remaja pria yaitu hanya umur dan wilayah tempat

tinggal. Pada penelitian ini faktor pelayanan KIE Kesehatan Reproduksi Remaja dan program KB

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap preferensi jumlah anak. Hal tersebut

disebabkan karena persentse remaja yang terpapar dan mendapatkan informasi dari program

tersebut persentasenya sangat kecil. Hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi BKKBN sebagai

badan yang memiliki tanggung jawab terhadap hal tersebut. BKKBN harus meningkatkan

kuantitas dan kualitas program dengan meluaskan jangkauan sasaran remaja, agar persentase

remaja yang terpapar semakin meningkat dan dampak program terlihat berpengaruh secara

signifikan.

Kesimpulan

Rata-rata preferensi jumlah anak pada remaja di 10 provinsi penyangga yaitu 2,4 anak. Remaja

pria memiliki persentase yang lebih besar untuk berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak di

banding remaja wanita (33,6 persen banding 25,1 persen). Provinsi Sumatera Utara dan Nusa

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 18: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

18

Universitas Indonesia

Tenggara Timur adalah provinsi dengan persentase terbesar pada remaja yang berkeinginan

memiliki lebih dari 2 anak. Umur dan wilayah tempat tinggal merupakan faktor dominan yang

mempengaruhi preferensi jumlah anak pada remaja wanita dan remaja pria. Faktor pelayanan

KIE kesehatan reproduksi dan program KB pada remaja tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap jumlah anak yang diinginkan.

Saran Diperlukan peningkatan intervesi/kampanye program KB dan jumlah anak ideal “2 anak cukup,

laki-laki, perempuan sama saja” serta menjelaskan manfaat dari Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera (KKBS). Intervensi khusus juga harus dilakukan pada remaja di tingkat pendidikan

tinggi (perguruan tinggi) dengan pendidikan kependudukan melalui materi perkuliahan. Selain

meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) melaui media (surat kabar/majalah,

radio dan televisi) pemerintah (BKKBN) dapat melakukan inovasi promosi dengan

memanfaatkan internet dan media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Tumblr/Blog dan

media lain yang banyak diakses oleh remaja. Meningkatkan jangkauan program Genre sehingga

semakin banyak remaja yang terpapar informasi dari program tersebut dan lebih peduli untuk

merencanakan kehidupan berkeluarga di masa depan.

Daftar Referensi Afda’tiyah, R. (2013). Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada

Akseptor KB di Provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan (Analisis Data SDKI 2012). Skripsi,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Agushybana, Purnami, Herawati, Nugraha, Sumekar. (1998). Fertilitas Penduduk Wanita dan Keinginan

Jumlah Anak pada Keluarga Nelayan Pantai Utara Jawa. Laporan Penelitian, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro.

Agustus, Caesar. F. R, (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Keluarga Berencana dan Alat

Kontarsepsi Terhadap Rencana Jumlah Anak pada Siswi SMK Kesehatan Mulia Karya Husada Tahun

2012. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Ajzen dan Klobas. (2013). Fertility Intention: An Approach Based on The Theory of Planned Behavior.

Demographic Research: Volume 29, Article 8, Pages 203-232. Published 31 July 2013.

http://www.demographic-research.org /volumes/vol29/8/29-8.pdf. (11 Juli 2014, 18.23 WIB).

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 19: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

19

Universitas Indonesia

Angeles, Gustavo, et. al. (2001). A Meta-Analysis of The Impact of Family Planning Programs on Fertility

Preferences, Contraceptive Method Choice and Fertility. Chapel Hill, NC: Carolina Population Center.

Anggraeni, Maria. (2009). Keinginan Remaja Untuk Ber KB dan Jumlah Anak yang Diinginkan Di Masa

yang Akan Datang. Analisis Lanjut SDKI 2007. Jakarta : BKKBN.

Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metoda Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok : Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2006). Panduan Pengelola Pusat Informasi dan

Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta : BKKBN.

----------------. (2011). Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional 2010-2014. Jakarta : BKKBN.

----------------. (2012a). Grand Design Program Pembinaan Ketahanan Remaja. Jakarta : Direktorat Bina

Ketahanan Remaja BKKBN.

----------------. (2012b). Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa

(PIK R/M). Jakarta : Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN.

----------------. (2012c). Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN 2013. Jakarta : BKKBN.

----------------. (Tanpa Tahun). Lembar Balik Tema Remaja : Ayo Menjadi Remaja Berkarakter : Religius,

Sehat, Cerdas, Produktif. Jakarta : BKKBN.

----------------. (2014a). Kebijakan dan Strategi Akselerasi Program Kependudukan, KB dan

Pembangunan Keluarga, Tahun Anggaran 2014. Jakarta : BKKBN.

----------------. (2014b). Optimalisasi Pemanfaatan Bonus Demografi. Paparan Kuliah Umum oleh Kepala

BKKBN Prof, dr. Fasli Jalal, PhD, SpGK. di Universitas Udayana, Bali. Selasa, 13 Mei 2014.

Bkkbn.go.id (19 Desember 2014, 09.52 WIB).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik, United Nations Population Fund.

(2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta : Kementrian PPN/Bappenas, BPS, UNFPA.

Badan Pusat Statistik. (2010). Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat per Provinsi. Jakarta : BPS.

----------------. (2011). Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia; November

2011. Jakarta : BPS.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Kesehatan (Kemenkes), dan ICF International. (2013a). Indonesia Demographic and Health Survey

2012. Jakarta, Indonesia: BPS, BKKBN, Kemenkes dan ICF International.

----------------. (2013b). Indonesia Demographic and Health Survey, Adolescent Reproductive Health

2012. Jakarta, Indonesia: BPS, BKKBN, Kemenkes dan ICF International.

Basten, Stuart. (2010). Television and Fertility. Austria: Finnish Yearbook of Population Research XLV

2010.

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 20: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

20

Universitas Indonesia

Becker, Gary. (1991). The Demand for Children.

public.econ.duke.edu/~vjh3/e195S/readings/Becker_Demand_Children.pdf. (28 Desember 2014, 21.48

WIB).

Bhuyan, K. C., dan Islam, Syeda Sanjida. (2011). Determinats of Desired Family Size and Children Ever

Born in Bangladesh. http://medind.nic.in/jah/t11/i2/ jaht11i2p39.pdf. (30 Agustus 2014, 23.20 WIB).

Bongaarts. (2011). Can Family Planning Programs Reduce High Desired Family Size in Sub-Saharan

Africa. Volume 37, Number 4, December 2011. guttmacher.org/pubs/journals/3720911.html. (17 Juli

2014, 16.38 WIB).

Bongaarts, Cleland, Townsend, Bertrand, dan Gupta. (2012). Family Planning Programs For The 21st

Century Rationale and Design. Population Council.

Guend, Hani. (2005). A Cross Country Analysis of Ideal Family Size, Family Planning, and Women’s

Value’s and Belief’s. iussp2005.princeton.edu/papers /50580. (5 Juli 2014, 22.27 WIB).

Goldstein, Lutz, Testa, Maria. (2003). The Emergence of Sub-Replacement Family Size in Europe.

Population Research and Policy Review 22: 479-496, 2003.

Harbour, Catherine. (2011). Normative Influence and Desired Family Size among Young People in Rural

Egypt. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21834412. (4 Juli 2014, 11.51 WIB).

Hastono, Sutanto Priyo. (2006). Analisis Multivariat. Depok : Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan

Masyarkat Universitas Indonesia.

----------------. (2009). Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak Yang

Diinginkan Di Indonesia : Permodelan Dengan Analisis Multilevel. . Analisis Lanjut SDKI 2007.

Jakarta : BKKBN.

Khatun, Taslima. (2011). Desired and Actual Fertility in Bangladesh : The Role of Mass Media and Social

Interactions. The Netherlands : International Institute of Social Studi.

Khongji, Phrangstone. (2013). Determinants and Trends of Ideal Family Size in a Matrilineal Set-up. The

NEHU Journal, Vol XI, No.2, July 2013.

Kodzi, Johnson, dan Casterline. (2010). Examining the Predictive Value of Fertility Preferences among

Ghanaian Women. demographic-research.org /volumes/vol22/30/. (11 Juli 2014, 18.11 WIB).

Kominfo. (2014). Siaran Pers Tentang Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja

Dalam Menggunakan Internet. Siaran Pers No. 17/PIH/KOMINFO/2/2014. Selasa 18 Februari 2014.

kominfo.go.id (25 Desember 2014, 15.20 WIB).

Listyaningsih, Umi. (2012). Remaja, Perencanaan Fertilitas Masa Depan.

http://www.cpps.or.id/content/remaja-perencana-fertilitas-masa-depan-oleh-umi-listyaningsih. (20 Juli

2014, 13.20 WIB).

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 21: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

21

Universitas Indonesia

Muliarta. Artikel : BKKBN Kenalkan Remaja Pada Program KB. Denpasar, 13 Februari 2013.

http://www.voaindonesia.com/content/bkkbn-kenalkan-remaja-pada-program-kb/1602700.html (5

Oktober 2014, 13.30 WIB).

Olaleye, O. D. (1993). Ideal Family Size: A Comparative Study of Numerical and Non-Numerical Fertility

Desires of Women in Two sub-Saharan African Countries. DHS Working CPapers Number 7. USA :

Macro International Inc.

Philipov, D. (2011). Theories on fertility intentions: A demographer’s perspective. Vienna Yearbook of

Population Research 9: 37-45. (23 Juni 2014, 11.51 WIB).

Population Reference Bureau. (2014). 2014 World Population Data Sheet. prb.org/pdf14/2014-world-

population-data-sheet_eng.pdf (20 Juni 2014, 12.13 WIB).

Preeti dan Singh. (2010). Time Varying and Unvarying Factors Affecting Ideal and Actual Family Size in

North India. ppa2010. Diakses Online princeton.edu/download. aspx?submissionId=101274. (4

November 2014, 22.18 WIB).

Pritchett, Lant H. (1994). Desired Fertility and the Impact of Population Policies. Population and

Development Review. Vol. 20. No. 1 (Mar, 1994).

Prosiding Seminar “Perlukah Pendidikan Seks bagi Remaja?”. Jakarta : 27 Januari 2000. Diakses Online

cahayapanorama.files.wordpress.com

/2012/01/7055476seminar20perlukah20pendidikan20seks20bagi20remaja.pdf. (28 Desember 2014,

22.10 WIB).

Ramadan, Mariana Panji. (2013). Hubungan Antara Penerimaan Perkembangan Fisik dengan

Kematangan Emosi pada Remaja Awal. http://repository.upi.edu/9377/2/s_psi_0800503_chapter1.pdf.

(28 Juli 2014, 6.54 WIB).

Nofrizal, BKKBN Provinsi Gorontalo. (2011). Generasi Berencana GenRe. Gorontalo : BKKBN.

Siregar, Fazidah. (2003). Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga

Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Diakses Online USU Digital Library 2013. (1 Desember 2014, 21.34 WIB).

Strategic Alliance for Poverty Alleviation (SAPA). (2013). Sepuluh Target Penyangga Jadi Target

BKKBN. Diakses Online sapa.or.id/b1/99-k2/889-10-provinsi-penyangga-jadi-target-bkkbn. (20

November 2014, 12.32 WIB).

Sunartiningsih, (Tanpa Tahun). Pendidikan Kependudukan bagi Remaja Masalah dan Solusi.

kulonprogokab.go.id. (3 Juli 2014).

Supardi, Fauzi, dan Chandra, (Tanpa Tahun). Kesenjangan Antara Angka Kesuburan dengan Jumlah

Anak Ideal. Bengkulu : BKKBN.

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014

Page 22: Determinan Preferensi Jumlah Anak Pada Remaja (15-24 Tahun

22

Universitas Indonesia

Syabani, A., (2014). Faktor-faktor yang Behubungan dnegan Keinginan Menambah Anak pada Wanita

Kawin di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI 2012). Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Tempo.co. (2014). BNN : Pengguna Narkob di Kampus Mencemaskan (Jakata, 29 November 2014).

Diakses Online pemilu.tempo.co/read/news/2014/11/29/ 269625193/BNN-Pengguna-Narkoba-di-

Kampus-Mencemaskan (12 Desember 2014).

The World Bank. (2007). World Development Report 2007; Development and The Next Generation.

http://www-wds.worldbank.org (22 Juni 2014, 11.17 WIB).

Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga.

United Nations Fund for Population Activities (UNFPA). (2008). Levels, Trends, and Determinants of

Lifetime ande Desired Fertility in Ethiopia : Findings from EDHS 2005, Ethiopia Society of

Population Studies. countryoffice.unfpa.org/ethiopia/drive/Fertility.pdf. (3 Juli 2014, 12.14 WIB).

Zhang, G. (2004). Does The Family Planning Program Affect Fertility Preferences? The Case of China.

Australia : Australian Population Assciation.

Zinab, Hassan. E. (2005). Evaluation of The Impact of Fertility Planning Programs on Fertility: A Case

Study on East Azerbaijan Province (Iran)-2000. http://iussp2005.princeton.edu/papers/50796. (30

Agustus 2014, 22.45 WIB).

Determinan preferensi jumlah..., Annisa Anggraeni Sari, FKM UI, 2014