desain tpst kel vi

34
TUGAS TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAH DESAIN TPST SKALA KELURAHAN DI KOTA EXECUTIVE OLEH: KELOMPOK VI AMELISA BINUWARA (1110942002) ANGGI ALFIONITA (1110942012) ROHIMA RIRIN (1110942026) SRI RAHMIWATI YUNED (1110942032) WINDY PRATIWI (1110942036) PUTRO MEKAR KENCANA M (1110942040) DOSEN: YENNY RUSLINDA, MT JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

Upload: nanda-elin-junaidi

Post on 24-Nov-2015

86 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

TUGAS TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAHDESAIN TPST SKALA KELURAHAN DI KOTA EXECUTIVEOLEH:

KELOMPOK VIAMELISA BINUWARA

(1110942002)ANGGI ALFIONITA

(1110942012)

ROHIMA RIRIN

(1110942026)

SRI RAHMIWATI YUNED

(1110942032)

WINDY PRATIWI

(1110942036)

PUTRO MEKAR KENCANA M(1110942040)DOSEN:

YENNY RUSLINDA, MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sampah (limbah padat) merupakan masalah klasik yang sering terjadi di daerah perkotaan. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi selalu berbanding lurus dengan tingkat konsumsi dan aktivitas masyarakat, menyebabkan jumlah sampah (limbah padat) yang dihasilkan juga semakin tinggi. Pengelolaan sampah kota yang saat ini banyak diterapkan di beberapa kota di Indonesia masih terbatas pada sistem 3P (Pengumpulan, Pengangkutan, dan Pembuangan). Sampah dikumpulkan dari sumbernya, kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pengelolaan sampah tersebut dimulai dari sumbernya sampai ke tempat pembuangan akhir. Dari evaluasi yang telah dilakukan, dapat diidentifikasikan masalah-masalah pokok dalam pengelolaan persampahan di kota antara lain disebabkan oleh bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi logis dari pertambahan penduduk dan keheterogenan tingkat sosial penduduk kota. Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari pemerintah daerah, merupakan masalah umum dalam skala nasional. Selain itu adanya keterbatasan teknik penanganan dan sumber daya manusia yang tersedia di daerah untuk menangani persampahan menambah lengkapnya masalah pengelolaan persampahan. Dalam bidang teknologi, masalah timbul karena konsep pengelolaan persampahan yang terkadang tidak cocok untuk diterapkan di daerah, serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukanlah suatu sistem pengelolaan sampah yang baik dan tepat serta sarana dan prasarana yang mendukung untuk mengolah sampah agar tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dirasa perlu untuk dibuat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST).1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendesign suatu Tempat Pembuangan Akhir Terpadu (TPST) di suatu kawasan, dengan waktu design adalah 10 tahun kedepan, sedangkan tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknik Pengolahan Sampah (TPS). 1.3 Ruang LingkupMakalah ini memuat beberapa hal, yaitu: Kondisi Eksisting Wilayah Design; Design Pengolahan di TPST;

Design layout TPST;

Anggaran biaya yang diperlukan, baik biaya investasi, operasional dan pemeliharaan serta rincian sumber biayaBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Sampah merupakan buangan padat atau setengah padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang kehadirannya tidak diinginkan atau tidak berguna oleh masyarakat. Setiap aktivitas manusia menghasilkan sampah, dengan bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan sampah yang dihasilkan semakin besar. Hal ini menyebabkan masalah sampah mulai mengganggu baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan yang menyebabkan tercemarnya tanah, air dan udara. Maka dari itu sampah tersebut perlu pengelolaan khusus agar tidak membahayakan kesehatan manusia, lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Tchobanoglous, 1993).

Pengelolaan persampahan dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang mengontrol jumlah timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, transfer dan transport, daur ulang serta pembuangan sampah dengan memperhatikan faktor kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi lingkungan, estetika, dan pertimbangan lingkungan lainnya (Tchobanoglous,1993).

Sampah menurut SNI 19-2454-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan didefenisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak mengganggu lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting, karton/kertas, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan dan sebagainya.

Sumber sampah dapat berasal dari:

1. Kegiatan penghasilan sampah seperti pasar, rumah tangga, pertokoan, penyapuan jalan, taman, atau tempat umum lainya dan kegiatan lain seperti industri dengan limbah yang sejenis sampah;

2. Sampah yang dihasilkan manusia sehari-hari kemungkinan mengandung limbah berbahaya, seperti sisa baterai, sisa oli/minyak rem mobil, sisa bekas pemusnahan nyamuk, sisa biosida tanaman, dan sebagainya.

Pengelolaan sampah saat ini hanya menggunakan single method, yaitu wadah-kumpul-angkut-buang, sampah sepenuhnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jika ada masalah dengan transportasi sampah dan TPA maka seluruh sistem pengelolaan sampah menjadi macet. Untuk mencegah kebuntuan sistem pengelolaan sampah, perlu dikembangkan metode-metode lain. Salah satu metode yang sangat fleksible dan realistik dikembangkan adalah implementasi prinsip 3R yaitu reduce (mengurangi sampah), reuse (guna ulang sampah), dan recycle (daur ulang) dalam pengelolaan sampah, dan merupakan prinsip utama dalam pengelolaan sampah berwawasan lingkungan (environmental friendly) (Departemen PU, 2008).Konsep 3R juga dikenal dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan (Environmental Service Program, 2006).Prinsip-prinsip pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah:

a. Partisipasi masyarakat;

b. Kemandirian;

c. Efisiensi;

d. Perlindungan lingkungan;

e. Keterpaduan.

Pelaksanaan pengelolaan persampahan metode 3R memerlukan kegiatan pemberdayaan secara terprogram, terpadu, dan berkelanjutan sehingga dapat dicapai perubahan perilaku masyarakat dalam program pengelolaan persampahan dengan metode 3R. Proses pemberdayaan masyarakat antara lain sosialisasi, pelatihan, percontohan dan pengembangan kegiatan (Departemen PU, 2008). Menurut Damanhuri (2004) sampah dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa di bawah ini:

1. Klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya antara lain:

a. Sampah pemukiman;

b. Sampah daerah komersial;

c. Sampah konstruksi dan pembongkaran bangunan;

d. Sampah fasilitas umum;

e. Sampah kawasan industri dan pertanian.

2. Berdasarkan cara penanganan dan pengolahan sampah dibedakan atas:

a. Komponen yang mudah membusuk;

b. Komponen bervolum besar dan mudah terbakar;

c. Komponen bervolum besar dan sulit terbakar;

d. Komponen bervolum kecil dan sulit terbakar;

e. Wadah bekas;

f. Tabung bertekanan/gas;

g. Serbuk dan abu;

h. Lumpur baik organik maupun anorganik;

i. Puing bangunan;

j. Kendaraan terpakai;

k. Sampah radio aktif.

3. Klasifikasi sampah dari Negara industri dibedakan atas:

a. Sampah organik mudah membusuk (garbage);

b. Sampah organik tak membusuk (rubbish);

c. Sampah sisa abu pembakaran penghangat rumah (ashes);

d. Sampah bangkai binatang;

e. Sampah sapuan jalan;

f. Sampah sisa konstruksi.

4. Klasifikasi sampah berdasarkan komposisi antara lain:

a. Sampah seragam seperti kertas, karton;

b. Sampah tidak seragam (campuran);

5. Berdasarkan status pemukiman sampah dibedakan atas:

a. Sampah kota (municipal solid waste);

b. Pedesaan (rural waste).

6. Berdasarkan sifat-sifat biologisnya dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi:

a. Sampah yang dapat membusuk (garbage);

b. Sampah yang tidak membusuk (refuse);

c. Sampah berupa debu dan abu;

d. Sampah yang mengandung zat kimia atau fisis yang berbahaya.

Beberapa faktor yang mempengaruh komposisi sampah (Damanhuri, 2004) antara lain:

1. Cuaca;

2. Frekuensi pengumpulan;

3. Musim;

4. Tingkat sosial ekonomi;

5. Pendapatan perkapita;

6. Kemasan produk.

Karakteristik sampah menurut Damanhuri (2004) antara lain:

1. Karakteristik kimia, terdiri dari unsur C, N, O, H, S;

2. Karakteristik fisika, seperti densitas, kadar volatile, kadar abu, nilai kalor dan distribusi ukuran.

Tujuan lain dari pengolahan dan pemrosesan sampah adalah:

1. Untuk memperbaiki efisiensi sistem pengolahan sampah;

2. Untuk recovery material;

3. Untuk recovery konversi produk dan energi.

Sistem pengendalian persampahan menurut Damanhuri (2004) mempunyai 5 komponen aspek yaitu:

1. Aspek teknik operasional;

2. Aspek peraturan (legal);

3. Aspek pembiayaan;

4. Aspek institusi;

5. Aspek peran serta masyarakat.Secara umum teknik operasional pengelolaan sampah dikenal dalam beberapa subsistem sebagai berikut (Damanhuri, 2004):

1. Sumber sampah (waste generation);2. Pewadahan sampah (storage);3. Pengumpulan (collection);

4. Pemindahan (transfer) dan Pengangkutan (transport);

5. Pengelolaan dan pemanfaatan kembali (processing and recovery );

6. Pembuangan akhir (disposal).Elemen-elemen yang terdapat pada pengelolaan sampah dan hubungan antar elemen tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Hubungan antara elemen-elemen pengelolaan sampah

Sumber: Tchobanoglous, 1993Jenis-jenis sampah yang dihasilkan oleh beberapa sumber sampah adalah:

1. Perumahan dan komersil

Biasanya sampah yang dihasilkan tidak termasuk sampah berbahaya dan sampah khusus. Terdiri dari:

a. sampah organik, seperti kertas, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu dan garbage;

b. sampah anorganik, seperti kaca dan kaleng.

2. Sampah khusus

Bersumber dari rumah tangga, komersil dan industri, seperti sampah besar, alat-alat elektronik, baterai, oli, dan karet.3. Sampah berbahaya

Sifat dari sampah ini nonbiodegradable, bertambah secara biologis, mematikan atau efek komulatif merusak, seperti baterai.4. Sampah institusi

Merupakan sampah yang berasal dari institusi-institusi seperti kantor, sekolah, rumah sakit, penjara.

5. Sampah konstruksi dan bangunan

Merupakan sampah yang berasal dari pembuatan konstruksi dan pemugaran bangunan. Biasanya berupa kayu, beton, plesteran dan puing-puing bangunan.

6. Sampah pelayanan kota

Adalah sampah yang berasal dari fasilitas pelayanan kota seperti sampah taman kota dan sampah kontainer.

7. Sampah instalasi pengolahan air limbah

Biasanya berupa buangan padat atau setengah padat dari instalasi pengolahan air, instalasi pengolahan air buangan, dan industri. Pengumpulannya bukan tanggung jawab manajemen persampahan kota.

8. Sampah industri

Jenis sampah yang dihasilkan tergantung dari jenis industri, jika industri makanan maka sampah yang dihasilkan tidak jauh beda dengan sampah domestik.

9. Sampah pertanian

Sampah yang berasal dari aktivitas pertanian dan peternakan, banyak mengandung bahan organik.

Jumlah timbulan biasanya berhubungan dengan:

1. Pemilihan peralatan, misalnya: alat pengumpulan, pengangkutan;

2. Perencanaan rute pengangkutan;

3. Fasilitas unit daur ulang;

4. Luas dan jenis TPA.Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut (Damanhuri, 2004):

1. Frekuensi pengumpulan

Faktor ini akan mempengaruhi jumlah sampah yang akan terkumpul pada tempat penampungan. Sampah anorganik jumlahnya akan terus bertambah dan sampah organik akan berkurang karena proses dekomposisi.

2. Musim

Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.

3. Tingkat sosial ekonomi

Kondisi ekonomi mempengaruhi komposisi sampah yang dihasilkan. Masyarakat dengan ekonomi tinggi cenderung menghasilkan sampah kering seperti kertas, plastik dan kaleng.

4. Kemasan produk

Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi komposisi sampah. Negara maju cenderung menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang menggunakan plastik sebagai pengemas. 5. Cuaca

Di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembapan sampah juga akan tinggi.

6. Pendapatan per kapita

Masyarakat dari tingkat ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen.

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di atas, setidaknya kita dalam melakukan pengelolaan sampah 2.2 Jenis Sampah Dapat Didaur Ulang

Bahan buangan berbentuk padat seperti kertas, logam, plastik merupakan bahan yang biasa didaur ulang. Bahan ini didaur pakai secara langsung atau harus mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan buangan ini banyak dijumpai, dan biasanya merupakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada tingkat konsumen kadang menimbulkan permasalahan, khususnya dalam pengelolaan sampah kota. Di negara industri, aplikasi pengemas yang mudah didaur ulang akan menjadi salah satu faktor yang meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasar. Contoh sampah yang berpotensi untuk didaur ulang dapat dilihat pada Tabel 2.1Tabel 2.1. Macam-macam Sampah yang Dapat Didaur Ulang

Bahan yang didaur ulangJenis penggunaan

AluminiumWadah minuman, bir

Kertas:

Kertas koran

Kardus

Kertas kualitas tinggi

Kertas campuran Kardus kemas

Kertas komputer, kertas tulis HVS

Campuran kertas bersih, koran, majalah, putih/warna

Plastik dan nomor kelompoknya:

PETE : Kode 1

HDPE: Kode 2

PVC : Kode 3

LDPE : Kode 4

PP : Kode 5

PS : Kode 6

Multilayer dan lain-lain: Kode 7

Plastik campuran :4% Botol minuman, film

Botol air, botol susu

Pipa, ember, botol

Bungkus tipis, lain-lain bahan film bungkus

Label untuk botol/kontainer, casing baterai

Kemasan komponen listrik/elektronik, barang pecah belah, piring

Kemasan multilayer, beberapa botol

Kombinasi diatas

KacaBotol dan wadah warna jernih, hijau, coklat

Logam besiKaleng timah

Metal non besiAluminium, tembaga, timah

Limbah bahan bangunanTanah, aspal, beton, kayu, logam

KayuKotak kontainer, sisa-sisa kayu, sisa proyek

Oli bekasProses ulang oli bekas

BanDaur ulang: macam-macam

Baterai aki (lead acid)Daur ulang: Asam, plastik, Pb

Baterai rumah tanggaDaur ulang : Zn, Hg, ag

Sumber: Damanhuri, 2004Beberapa penjelasan mengenai jenis plastik yang dapat/tidak bisa didaur ulang, yaitu:

a. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)

Biasa dipakai untuk botol plastik tembus pandang/transparan seperti botol air mineral, botol minuman, botol jus, botol minyak goreng, botol kecap, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik dan hampir semua botol minuman lainnya. Untuk pertekstilan, PET digunakan untuk bahan serat sintetis atau lebih dikenal dengan polyester. PETE/PET direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. penggunaan berulang kali terutama pada kondisi panas akan menyebabkan melelehnya lapisan polimer dan keluarnya zat karsinogenik dari bahan plastik tersebut, sehingga dapat menyebabkan kanker untuk penggunaan jangka panjang.b. HDPE (high density polyethylene)

Memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE biasa dipakai untuk botol kosmestik, botol obat, botol minuman, botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, gallon air minum, kursi lipat, dan jerigen pelumas dan lain-lain. Walaupun demikian HDPE hanya direkomendasikan untuk sekali pakai, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan HDPE bila ditekan tidak kembali ke bentuk semula.

c. PVC (polyvinyl chloride)

Jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Jenis plastik PVC ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), untuk mainan, selang, pipa bangunan, taplak meja plastik, botol kecap, botol sambal dan botol sampo PVC mengandung DEHA yang berbahaya bagi kesehatan. Makanan yang dikemas dengan plastik berbahan dapat terkontaminasi karena DEHA lumer pada suhu -15oC.

d. LDPE (low density polyethylene)

Plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. LDPE dipakai untuk tutup plastik, kantong/tas kresek dan plastik tipis lainnya. Walaupun baik untuk tempat makanan, barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan. Selain itu pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia.

e. PP (polypropylene)

Pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, tutup botol, cup plastik, mainan anak, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Bahan yang terbuat dari PP bila ditekan akan kembali ke bentuk semula.f. PS (polystyrene)

Biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai seperti sendok, garpu gelas, dan lain-lain. Polystyrene dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena berbahaya untuk kesehatan, selain itu bahan ini sulit didaur ulang. Banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

g. Double Layers

Double layers adalah plastik yang 1 (satu) lembar terdiri dari 2 (dua) lapis (lapis luar dan dalam berbeda).Contohnya plastik beda bahan :LDPE & HDPE. Keunggulan plastik double layers di Elfrida :

Daya seal lebih bagus (jika lapis di dalam LDPE, lapis luar LDPE)

Penampilan lebih menarik (karena dua sisi warna berbeda)

Bisa membuat amplop yang isi di dalamnya tidak kelihatan.

2.3 Potensi Daur Ulang Sampah

Definisi potensi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya, kekuatan, kemampuan, kesanggupan, kekuasaan, kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan atau sesuatu yang dapat menjadi aktual. Definisi daur ulang berdasarkan SNI 19-2454-2002 adalah proses pengolahan sampah yang menghasilkan produk baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa potensi daur ulang adalah kemampuan yang ada dalam komponen sampah yang dapat dikembangkan untuk proses pengolahan sampah yang menghasilkan produk baru.

Di Indonesia, potensi daur ulang sampah kering adalah 15-25%, sedangkan potensi sampah basah yang dapat dikomposkan adalah 30-40%, sehingga potensi daur ulang sampah diperkirakan akan sebesar 45-65%. Namun tingkat daur ulang di kota-kota Indonesia baik melalui usaha pemulung maupun usaha daur ulang di rumah tangga dan pengomposan jumlahnya diperkirakan hanya sebesar 8,1% (Damanhuri, 2004).

BAB III

KONDISI EKSISTING WILAYAH DESIGN

3.1 Umum

Kota EXECUTIVE memiliki luas wilayah sebesar 1000 m2 dengan jumlah penduduk sebesar 10.000 jiwa selama waktu perencanaan.

Batas wilayah Kota EXECUTIVE adalah sebagai berikut:

Utara: Enviro Barat: TL Timur: Lingkungan Selatan: AirSuhu rata-rata di Kota EXECUTIVE berkisar antara 29-310C. 3.2 Kependudukan

Masyarakat di Kota EXECUTIVE memiliki mata pencaharian pada umumnya sebagai petani dan pedagang.

3.3 Pengolahan Sampah Di Kota EXECUTIVESistem pengolahan sampah di Kota EXECUTIVE ini dilakukan secara sederhana dan diolah sendiri oleh masyarat penghasil sampah karena daerah ini termasuk daerah yang tidak mendapat pelayanan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota. Sehingga pengelolaan sampah dilakukan secara individu untuk mengurangi timbulan sampah dengan cara dibakar di masing-masing pekarangan penduduk.

Pemerintah Kota EXECUTIVE masih menggunakan prinsip lama dalam mengolah sampah yang dihasilkan yaitu prinsip Kumpul- Angkut-Buang. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat atas pentingnya mengolah sampah. Jumlah timbulan sampah rata-rata selama periode desain = 2,8 l/o/h. Tabel 3.1 Komposisi sampah dan potensi daur ulang masing-masing komponen sampah Kota EXECUTIVE.

Jenis SampahKomposisi Sampah (%)Potensi daur Ulang Sampah (%)

BasahSampah Makanan6841

Sampah Halaman641

Sampah Basah74

KeringTekstil0,7-

Karet0,4-

Kulit0,2-

Kertas848

Plastik1248

Kaca248

Logam0,748

Lain-lain2

Sampah Kering26

BAB IV

DESAIN TPST KOTA EXECUTIVE4.1 Bagan Alir Pengolahan Sampah di TPST 28 m3 Becak Motor

20,72 m3

7,28 m3

Dumptruck

8,5 m3 Dump truck12,22 m33,05 m3

DumpTruck 4,23 m3Tabel 4.1 Material BalanceJenis SampahKomposisi Sampah (m3/h)Potensi Daur Ulang Sampah (m3/h)Sisa (m3/h)

BasahSampah Makanan19.047.8111.23

Sampah Halaman1.680.690.99

Sampah Basah20.728.5012.22

KeringTekstil0.200.000.20

Karet0.110.000.11

Kulit0.060.000.06

Kertas2.241.081.16

Plastik3.361.611.75

Kaca0.560.270.29

Logam0.200.090.10

Lain-Lain0.5600.56

Sampah Kering7.283.054.23

Jumlah sampah yang masuk ke dalam TPST = 28 m3/hJumlah sampah basah = 20,72 m3/hJumlah sampah kering = 7,28 m3/hJumlah sampah basah yang dapat didaur ulang = 8,50 m3/hJumlah sampah kering yang dapat didaur ulang = 3,05 m3/hJumlah sampah basah yang diangkut ke TPA = 12,22m3/hJumlah sampah kering yang diangkut ke TPA = 4,23 m3/hJadi total timbulan sampah yang diangkut ke TPA = 16,45 m3/h4.2 Rancangan Desain

a. Pewadahan di SumberJenis-jenis pewadahan yang biasa digunakan adalah:1. Untuk pemukiman, menggunakan kantong plastik (( 10 liter), bin atau tong plastik (( 10 liter);

2. Untuk pasar, menggunakan bin atau tong (120 liter) dan bak sampah (1m3);

3. Untuk pertokoan, menggunakan kantong plastik (10 liter) dan bin atau tong plastik (10 liter);

4. Untuk bangunan institusi, menggunakan tong sampah (5 liter);

5. Untuk tempat umum dan jalan taman, menggunakan bin (120 liter).Sampah basah dan kering dibedakan dengan memisahkan tempat atau wadah pengumpulannya. Sampah basah diletakkan di kantong plastik atau bin berwarna biru dan sampah kering diletakkan di kantong plastik atau bin berwarna merah.

b. Pengumpulan Sampah ke TPSTDari perhitungan di atas direncanakan sistem pengumpulan door to door dengan becak sampah dengan kapasitas 1,5 m3. Bak becak dilengkapi dengan sekat sederhana yang terbuat dari triplek guna memisahkan sampah organik dan anorganik. Sehingga setiap becak sampah akan mengangkut sampah sebanyak 5 kali ritasi dengan jumlah becak motor sebanyak 4 buah. c. Pewadahan di TPSTDi TPST, sampah dipisahkan berdasarkan jenisnya, yaitu sampah basah dan sampah kering. Sampah basah dan sampah kering tersebut dipilah kembali berdasarkan komposisi masing-masing sesuai dengan jenisnya.d. Pengolahan di TPSTPengolahan sampah di TPST terdiri dari composting, reuse dan recycling. Sampah basah yang terdiri dari sampah organik dapat dikompos yang dilakukan oleh petugas TPST. Pengomposan di TPST ini menggunakan komposter yaitu komposter biophosko. Sampah organik akan di cacah terlebih dahulu dengan mengunakan Mesin Pencacah sampah baru kemudian dilanjutkan dengan pengomposan menggunakan mesin Rotary Klin(Komposter Biophosko). Sampah kering dipilah oleh petugas TPST untuk memisahkan sampah yang bisa di daur ulang dengan sampah yang tidak bisa di daur ulang. Untuk sampah yang bisa di daur ulang akan dipadatkan dengan menggunakan kompaktor, setelah sampah dikompaksi, sampah akan disimpan didalam gudang untuk kemudian akan dijual ke Lapak atau industri pengrajin baraang bekas dalam periode waktu tertentu.e. Pengangkutan Sampah ke TPASisa sampah yang tidak dapat didaur ulang dan dikompos akan diangkut ke TPA menggunakan truk sampah tipe Dump Truck kapasitas 10 m3.4.3 Peralatan dan Fasilitas di TPST

Peralatan yang terdapat di TPST adalah:

1. Becak sampah 1,5 m3 sebanyak 5 unit;

2. Dump Truck kapasitas 10 m3 sebanyak 1 unit;

3. Peralatan composting, yaitu: Mesin Otomatis Rotary Kiln, 2 unit Mesin Pencacah Sampah, 1 unit4. Timbangan sampah, 5 buah;5. Kompaktor, 1 unit;Fasilitas yang terdapat di TPST adalah:

1. Fasilitas Parkir

2. Fasilitas Kantor TPST;

3. Fasilitas Composting;

4. Fasiltas Gudang Penyimpanan Hasil Kompos5. Fasiltas Gudang Penyimpanan Sampah yang bisa didaur ulang(TPST ini menyediakan sampah yang dibutuhkan oleh para produsen yang memerlukan sampah yang akan digunakan dalam proses produksinya. Bank sampah ini menyediakan sampah dalam jangka waktu ( 1 minggu pengumpulan dan dikirim ke produsen pada jadwal yang ditentukan.);

6. Fasilitas Ruangan Pemilahan Sampah Anorganik;7. Fasilitas Pemilahan Sampah Organik.

8. Pool DumpTruck dan Becak Sampah.4.4 Layout TPSTDesign layout TPST Kota EXECUTIVE adalah sebagai berikut:

4.5 Spesifikasi Alat

Mesin Otomatis Rotary Klin,

Dimensi (tinggi = 180 cm, lebar = 165 cm, panjang = 280 cm) rangka yang terbuat dari besi, merupakan solusi tepat dan sempurna untuk memproses berbagai jenis bahan organik menjadi kompos, yakni material yang memiliki sifat seperti halnya tanah atau humus, yang sangat penting guna memulihkan siklus materi dalam ekosistem.Alat mesin ini memiliki kemampuan khusus: 1. dapat berjalan secara otomatis bergerak dan memutar berdasar jadwal sesuai keperluan dalam pembuatan kompos, yang dalam hal ini disesuaikan dengan jenis bakteri pengurai misalnya setiap pagi, sore dan malam hari. 2. membuka dan menutup katup kran untuk melepaskan pupuk organik cair pada hari -5 (dapat diatur kembali berdasarkan permintaan). 3. Kipas listrik (exhaust fan) dapat menyala otomatis jika suhu dalam komposter lebih tinggi dari keperluan agar bakteri melakukan dekomposisi bahan organik.

Mesin Pencacah SampahMesin Pencacah Sampah (Model MPO 850 HD) ini berguna untuk memudahkan proses pengomposan sampah organik melalui kegiatan mencacah sebelum masuk kedalam Rotary Kiln ( media proses dekomposisi) sampai menjadi kompos. Dengan mesin ini, sampah organik ( material sisa yang berasal dari makhluk hidup meliputi sisa sayuran, daging, buah, dll yang berukuran besar ) akan dibuat ukuran kecill sehingga lebih mudah dan cepat terdekomposisi dalam proses pengomposan. Kapasitas Kerja : 1000 kg/jam; Dimensi Keseluruhan : 1375x1100x1490 mm; Berat Keseluruhan : 265 kg; Dimensi Penghancur : 1050x1100x1490 mm; Berat Penghancur Sampah: 180 kg; Panjang Drum : 500 mm; Diameter drum dengan pisau: 500 mm; Jumlah Pisau : 18 buah; Lebar/Tebal pisau : 50/12 mm; Jarak antar pisau : 50 mm (bisa buka pasang satu persatu); Bahan Pisau : Baja Karbon; Kekerasan Pisau : 500 HV atau HRC 50; Material : Plat Esyer 2-3 mm; Konstruksi : Plat siku/UNP; Roda : 4 buah ukuran 8 inch; Motor Penggerak: Merek : Yanmar, Model = TF 85 H/R-di; Sistem Pendingin = Hopper/Radiator; Berat = 95 kg; Cara Menghidupkan = Dengan engkol tangan(manual).

Kompaktor Menghasilkan sampah dalam ukuran yang relatif kecil

Bekerja pada tekanan tinggi (100 200 lb/in2)

Lebih tepat di gunakan untuk persiapan pada recovery dan daur ulang sampah

Mudah untuk dipndahkan karena tingkat pemadatan yang tinggi .

4.7 Jumlah Pekerja yang dibutuhkan

Pekerja yang dibutuhkan di TPST adalah sebanyak 9 orang dengan spesifikasi sebagai berikut:- Kepala Staff :1 orang

- Staff

: 1 orang

- Teknisi: 1 orang

- Pegawai Outdoor: 6 orang4.8 Anggaran Biaya

4.8.1 Perhitungan Biaya InvestasiPerhitungan biaya investasi untuk pengembangan sistem pengelolaan sampah di TPST kota EXECUTIVE dapat dilihat pada Tabel 4.2.Tabel 4.2 Perkiraan Biaya Investasi Tahun 2011

NoUraianUmur Pakai (tahun)Harga Satuan (Rupiah)Jumlah(unit)Jumlah Biaya (Rupiah)

1Bangunan TPST101.000.000.0001 1.000.000.000

2Becak sampah1510.000.000550.000.000

3Dump Truck15150.000.0001150.000.000

4 Mesin Otomatis Rotary Kiln 1032.500.000265.000.000

5Mesin Pencacah Sampah1020.500.000120.500.000

6Timbangan Sampah5500.00052.500.000

7Kompaktor1050.000.000150.000.000

Total Biaya Investasi1.338.000.000,00

4.8.2 Perhitungan Biaya Operasional dan PemeliharaanPerhitungan biaya Operasional dan pemeliharaan untuk pengembangan sistem pengelolaan sampah di TPST kota EXECUTIVE dapat dilihat pada Tabel 4.3.Tabel 4.3 Perkiraan Biaya Operasional Tahun 2011

NoKomponen Biaya OperasionalSatuanHarga Satuan (Rp/bulan)JumlahJumlah (Rp/bulan)Jumlah Biaya (Rp/tahun)

1Upah/Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung

Kepala Bagian/Bidang/SeksiOrang2.600.00012.600.00031.200.000

StafOrang1.600.00011.600.00019.200.000

TeknisiOrang1.300.00011.300.00015.600.000

2Upah/Gaji Tenaga Kerja Langsung

Pengumpulan outdoorOrang600.00063.600.00043.200.000

3BBM

Pengumpulan dengan gerobak motor 1,5 m3unit675.00053.375.00040.500.000

Pengumpulan dengan dumptruck 10 m3unit1.350.00011.350.00016.200.000

Total Biaya Operasional165.900.000

4.7.3 Sumber Dana

Jadi, untuk Biaya operasional selama 10 tahun, memerlukan biaya operasional sebanyak = Rp. 165.900.000x 10 = Rp. 1.659.000.000,-

Sumber dana untuk pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan sampah kota EXECUTIVE berasal dari APBD daerah Kota EXECUTIVE. Biaya lainnya berasal dari hasil penjualan pupuk kompos, penjualan sampah dari kegiatan Bank Sampah.Semua sampah kering yang bisa didaur ulang akan dijual ke lapak, sedangkan kompos yang dihasilkan 50 % akan dijual dan sisanya dimanfaatkan untuk pertamanan di kawasan Kota EXECUTIVE dan sebagai aktivator pembuatan kompos selanjutnya. Perkiraan pendapatan dari penjualan hasil pengolahan sampah tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Pendapatan Penjualan Hasil Pengolahan Sampah

NoJenis PengolahanJenis Sampah (Kg/hari)Potensi Hasil Pengolahan (Kg/hari)Harga Jual (Rp/kg)Pendapatan (Rp/hari)Pendapatan (Rp/bulan)Pendapatan (Rp/tahun)

1Pengomposan(20% dari sampah yang berpotensi)Sampah Makanan35311.50052965001588950001906740000

Sampah Halaman

2Sampah Layak JualSampah Kertas33811.00033810001014300001217160000

Sampah Plastik47561.50071340002140200002568240000

Sampah Kaca3412.00068200020460000245520000

Sampah Kaleng4692.00093800028140000337680000

Sampah Logam3322.00066400019920000239040000

Perkiraan Pendapatan Penjualan Hasil Pengolahan Sampah 18.095.50542.865.0006.514.380.000

Berdasarkan Tabel diatas, perkiraan pendapatan dari penjualan hasil pengolahan sampah adalah Rp. 6.514.380.000,-/tahun. Jumlah pendapatan ini dapat menutupi biaya operasional dan pemeliharaan bahkan biaya investasi pelaksanaan pengelolaan sampah di kawasan kota EXECUTIVE yang hanya Rp. 2.997.000.000,-/tahun (Jumlah Anggran Inventasi dan Operasional). Dengan kata lain, break event point dapat terjadi pada bulan ke 4 pelaksanaan TPST.4.9 Pengelolaan Aspek Non Teknis

1. Peraturan/Hukum

Peraturan atau hukum yang diberlakukan mengenai:

Keterlibatan umum yang terkait dengan penanganan sampah;

Rencana induk pengelolaan sampah kelurahan;

Bentuk lembaga dan organisasi pengelola sampah;

Tata cara penyelenggaraan pengelolaan persampahan;

Besaran tarif jasa pelayanan atau restribusi.2. KelembagaanKelembagaan dalam hal ini maksudnya adalah TPST ini beada di bawah pemerintah tingkat kelurahan yang terdiri atas beberapa bidang, yaitu:

Bidang Kebersihan;

Tim Sorting;

Tim Composting;

3. Pembiayaan

Struktur pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,yaitu

Biaya investasi

Merupakan biaya yang diperlukan untuk pengadaan perangkat keras (peralatan dan sarana) dan pengadaan perangkat lunak seperti studi/perencanaan induk program persampahan, penyusunan sistem prosedur, pendidikan dan latihan awal, biaya insidentil penerapan sistem baru. Biaya operasional, seperti:

a. Gaji dan upah ;

b. Transportasitasi, seperti bahan bakar, dan lain-lain;

c. Perawatan dan perbaikan;

d. Administrasi kantor dan lapangan;

e. Utilitas-utilitas lainnya.4. Partisipasi Masyarakat

Dalam hal ini, masyarakat adalah salah satu aspek terpenting yang sangat mempengaruhi kelancaran dari fasilitas ini. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengajak masyarakat dalam fasilitas ini adalah dengan cara sosialisasi. Apabila sosialisasi berjalan dengan baik, maka masyarakat akan mengerti akan pentingnya fasilitas ini dan menganggap sampah tidak sebagai benda yang tidak berguna tetapi sebagai aset yang dapat menghasilkan nilai ekonomi.BAB V

PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Jumlah sampah yang masuk dan keluar TPST adalah sebagai berikut:Jenis SampahKomposisi Sampah (m3/h)Potensi Daur Ulang Sampah (m3/h)Sisa (m3/h)

BasahSampah Makanan19.047.8111.23

Sampah Halaman1.680.690.99

Sampah Basah20.728.5012.22

KeringTekstil0.200.000.20

Karet0.110.000.11

Kulit0.060.000.06

Kertas2.241.081.16

Plastik3.361.611.75

Kaca0.560.270.29

Logam0.200.090.10

Lain-Lain0.5600.56

Sampah Kering7.283.054.23

2. Layout TPST:

3. Biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan peralatan TPST adalah sebesar Rp 1.338.000.000,00 dan input dana sebesar Rp. 1.849.092.693,00, sehingga dapat diambil kesimpulan kalau BEP sudah dapat tercapai pada tahun kedua.4. Rancangan Desain

a. Pewadahan di SumberJenis-jenis pewadahan yang biasa digunakan adalah: Untuk pemukiman, menggunakan kantong plastik (( 10 liter), bin atau tong plastik (( 10 liter);

Untuk pasar, menggunakan bin atau tong (120 liter) dan bak sampah (1m3);

Untuk pertokoan, menggunakan kantong plastik (10 liter) dan bin atau tong plastik (10 liter);

Untuk bangunan institusi, menggunakan tong sampah (5 liter);

Untuk tempat umum dan jalan taman, menggunakan bin (120 liter).Sampah basah dan kering dibedakan dengan memisahkan tempat atau wadah pengumpulannya. Sampah basah diletakkan di kantong plastik atau bin berwarna biru dan sampah kering diletakkan di kantong plastik atau bin berwarna merah.b. Pengumpulan Sampah ke TPST

Dari perhitungan di atas direncanakan sistem pengumpulan door to door dengan becak sampah dengan kapasitas 1,5 m3. Bak becak dilengkapi dengan sekat sederhana yang terbuat dari triplek guna memisahkan sampah organik dan anorganik. Sehingga setiap becak sampah akan mengangkut sampah sebanyak 5 kali ritasi dengan jumlah becak motor sebanyak 4 buah. c. Pewadahan di TPSTDi TPST, sampah dipisahkan berdasarkan jenisnya, yaitu sampah basah dan sampah kering. Sampah basah dan sampah kering tersebut dipilah kembali berdasarkan komposisi masing-masing sesuai dengan jenisnya.d. Pengolahan di TPSTPengolahan sampah di TPST terdiri dari composting dan compaction. Sampah basah yang terdiri dari sampah organik dapat dikompos yang dilakukan oleh petugas TPST.DAFTAR PUSTAKADamanhuri, E dan Tri Padmi. 2004. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. TL-3150. Teknik Lingkungan ITB : Bandung.

Tchobanoglous. 1993. Integrated Solid Waste Management. Mc Graw-Hill, Inc : New Tork.

SNI 19-3964-1994. Metode Sampling. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta

Timbulan Sampah Kota

TPST

S. Organik

S. Anorganik

Pemisahan Material

Fasilitas Transformasi Sampah

TPA

Lapak/ Perusahaan Pengrajin Barang Bekas.

Kompos

TPA