desain pembelajaran sebagai suatu sistem

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai kegiatan tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar dan kegiatan warga belajar yang melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan pengajar dan kegiatan warga belajar berada pada suatu konteks interaksi belajar mengajar. Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang komponennya bekerja sama sejak kegiatan awal sampai dengan kegiatan berakhir. Menurut pandangan manajemen proses belajar mengajar meliputi tiga kegiatan, yakni Model desain instruksional, pelaksanaan instruksional, dan pelaksanaan penilaian pengajaran. Tahap desain instruksional menjadi pola penentu bagi tahap kegiatan pelaksanaan dan tahap kegiatan penilaian. Dengan kata lain, desain yang baik memungkinkan menciptakan suatu kegiatan yang baik, dan kegiatan yang baik memungkinkan menciptakan hasil penilaian yang baik. Betapa pun baiknya suatu desain instruksional belum menjamin terjadi suatu kegiatan yang baik, apalagi mencapai suatu hasil yang baik. Kendatipun demikian, dapat diprediksi bahwa dengan adanya desain instruksional yang baik akan membimbing pelaksana dalam mencapai suatu tujuan instruksional yang baik. Instruksi lebih mungkin menjadi efektif jika direncanakan untuk melibatkan para siswa dalam kegiatan yang memfasilitasi pembelajaran. Dengan menggunakan prinsip-prinsip desain instruksi, guru dapat memilih, atau merencanakan dan mengembangkan kegiatan terbaik untuk membantu siswa belajar.

Upload: nailul-hasibuan

Post on 22-Jul-2015

214 views

Category:

Education


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai kegiatan tenaga pengajar

yang melaksanakan tugas mengajar dan kegiatan warga belajar yang

melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan pengajar dan kegiatan warga belajar

berada pada suatu konteks interaksi belajar mengajar.

Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang komponennya bekerja

sama sejak kegiatan awal sampai dengan kegiatan berakhir. Menurut pandangan

manajemen proses belajar mengajar meliputi tiga kegiatan, yakni Model desain

instruksional, pelaksanaan instruksional, dan pelaksanaan penilaian pengajaran.

Tahap desain instruksional menjadi pola penentu bagi tahap kegiatan

pelaksanaan dan tahap kegiatan penilaian. Dengan kata lain, desain yang baik

memungkinkan menciptakan suatu kegiatan yang baik, dan kegiatan yang baik

memungkinkan menciptakan hasil penilaian yang baik. Betapa pun baiknya suatu

desain instruksional belum menjamin terjadi suatu kegiatan yang baik, apalagi

mencapai suatu hasil yang baik. Kendatipun demikian, dapat diprediksi bahwa

dengan adanya desain instruksional yang baik akan membimbing pelaksana dalam

mencapai suatu tujuan instruksional yang baik.

Instruksi lebih mungkin menjadi efektif jika direncanakan untuk

melibatkan para siswa dalam kegiatan yang memfasilitasi pembelajaran. Dengan

menggunakan prinsip-prinsip desain instruksi, guru dapat memilih, atau

merencanakan dan mengembangkan kegiatan terbaik untuk membantu siswa

belajar.

Page 2: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Desain Instruksional Sebagai Suatu Sistem

Istilah sistem telah digunakan secara luas dan dan secara umum berarti

benda, peristiwa, kejadian atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas bagian-

bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama

berfungsi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa

suatu benda atau peristiwa baru disebut system bila memenuhi empat kriteria

secara serentak, yaitu : pertama, dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih

kecil, kedua setiap bagian tersebut mempunyai fungsi secara bersama, ketiga

seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama. Keempat fungsi bersama

yang dilakukannya mempunyai suatu tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai oleh

fungsi dari satu atau beberapa bagian saja darinya.

Kadang-kadang kita merasa kata sistem hanya tepat untuk benda atau

peristiwa yang besar atau prosedur yang mempunyai ruang lingkup luas, mesin tik

hanyalah bagian dari administrasi keuangan, karena itu ia hanya sebuah sub

system. Peredaran darah hanyalah sebuah sub sisitem dari system tubuh manusia.

Demikian pula lemari es yang merupakan salah satu bagian dari pabrik

pengalengan ikan dan pesawat televise sebagai bagian dari system

telekomuniukasi.

Bila pola berfikir di atas diikuti secara konsisten, administrasi keuangan

pun belum dapat disebut sebagai suatu system karena ia hanya salah satu bagian

dari administrasi secara keseluruhan di suatu kantor. Demikian pula manusia

sebagai subsistem dari masyarakat desa tempat tinggalnya. Kalau begitu,

administrasi atau masyarakat desa tempat tinggalnya. Kalau begitu, administrasi

atau masyarakat desa adalah suatu system, sedangkan yang lebih kecil dari itu

disebut subsistem.

Lebih luas dari suatu sisitem adala suprasistem. Administtrasi umum

hanyalah bagian dari pengelolaan suatu kantor yang berstatus suprasistem. Sistem

Page 3: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

3

sosial masyarakat desa adalah bagian dari suprasistem masyarakat suatu

kecamatan. Sistem telekomunikasi adalah bagian dari suprasistem komunikasi.

Batas subsistem, sistem dan suprasisitem tergantung kepada tempat

kedudukan anda atau di manan anda mendapatkan diri. Bila anda sedanag

mengajar didepan kelas tau mempelajari cara mengajar, kegiatan instruksional

dapat anda tempatkan sebagai suatu sisitem, sedangkan penyelenggaran tes

sebagai subsisitem, dan pengelolaan program pendidikan di lembaga anda bekerja

sebagai suprasistem.

Demikian pula, bila anda menempatkan diri sebagai seorang ahli

antropologi budaya yang bekerja di suatu provinsi. Kebudayaan suku bangsa di

provinsi tempat anda bekerja dapat dipandang sebagai suatu sistem. Sedangkan

kebudayaan di suatu desa di dalam daerah provinsi tersebut dinamakan

subsisitem, dan kebudayaan bangsa Indonesia disebut suprasistem. Btas lingkup

sistem ditentukan ditentukan oleh orang yang memandangnya. Seseorang melihat

batas itu dari tempat ia berdiri.

Setiap sisitem menerima masukan dari suprasistem berupa bahan mentah,

tenaga, atau sumber daya. Masukan itu diolah dalam sistem dan kemudian

menghasilkan keluaran yang dikembalikan lagi kepada suprasistem berupa produk

barang dan atau pelayan. Karena itu, bila suatu sisitem tidak berfungsi, misalnya

disebabkan tidak mendapat masukan dari suprasisitem atau tidak dapat mengolah

masukan tersebut sehingga tidak menghasilkan keluaran seperti yang diinginkan,

sistem itu perlu diganti atau diperbaiki. Filbeck (1974, p. 21) melukiskan model

sisitem secara umum dalam diagram yang tampak dalam gambar.

Gambar 1. Model Sistem Secara Umum

Page 4: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

4

Filbeck melukiskan sisitem sebagai lingkaran besar yang berada di tengah. Di

dalamnya terdapat lingkaran-lingkaran kecil sebagai subsistem yang salaing

berhubungan atau berintegrasi dalam menjalankan fungsinya.

Hubungan antara dua susbsisitem mungkin berbeda dengan hubungan

antara dua subsistem yang lain. Subsisitem B dan D yang dilukiskan dengan dua

anak panah timbal balik, misalnya terjadi antara bagian administrasi dan

perpustakaan. Bagian administrasi member biaya dan tenaga kerja, sedangkan

bagaian perpustakaan memebrikan data tantang daftar buku yang diperlukan,

kebutuhan tenga kerja dan ruangan perpustakaan kepada bidang administrasi

untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keoutusan.

Hubungan anta subsistem A dan C dilukiskan dengan satu anak panah.

Subsistem A, misalnya bagian pengembangan kurikulum, memberikan data

kepada subsisitem C, misalnya bagian produksi media, utnuk dijadikan dasar

dalam mengembangkan media yang tepat guna.

Masukan yang diterima dari suprasisitem dilukiskan dengan anak panah

besar di sisi kiri dan keluaran yang dikembalikan kepada suprasistem dilukiskan

sebagai anaka panah besar pula di sebelah lingkaran sisitem.

Dari konsep sistem berkembang bebrapa terminology yang berkaitan, yaitu

pandangan sisitem (system view), pendekatan sisitem (system approach), analisis

sistem ( sisitem analysis) dan sintesa sisitem (system synthesisi). Pandangan

sistem adalah kebiasan orang dalam memandang benda atau peristiwa dalam

hidup sebagai suatu sistem. Bila pdangangan sisitem ini diterapkan dalam

memcahkan masalah, proses pemecahan masalah itu disebut pendekatan sistem.

Dalam proses tersebut terlibat kegiatan memecah suatu sistem menjadi beberapa

subsistem dengan subsisitem yang lain. Kegiatan ini disebut analisis sitem. Denga

analisis sistem kita tidak saja dapat mengidentifikasi subsistem menjadi bagian

bagian suatu sistem, tetpi juga mengidentifikasi fungsi setiap sisitem serta kaitan

subsisitem yang satu dengan yang lain dalam menjalankan fungsi bersama.

Dengan analisis sistem dapat pula diidentifikasi subsisitem amana yang tidak

berfungsi dengan baik sehingga perlu diganti atau diperbaiki.

Page 5: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

5

Di samping analisis sisitem, dalam pendekatan sistem terlibat pula sintesis

sistem yang merupakan kegiatan memadukan, menambahkan, atau

mengkombinasikan subsisrtem baru kepada subsistem yang telah ada sehingga

menimbulkan sistem baru. Filbeck menggambarkan dalam bentuk bagan kaitan

antara konsep sisitem, pandangan sisitem, pendekatan sisitem, analisis sistem dan

sintesis sistem seperti dalam gambar.

Hasil penerapan pendekatan sistem dalam memecahkan masalah

isntruksional adalah sistem instruksional yang efektif dan efisien. Demikian pula

penerapannya dalam proses pengembangan instruksional dapat menghasilkan

suatu sistem instruksional (Twelker, Urbach dan Buck, 1972). Bentuk nyata dari

sisitem instruksional itu adalah suatu set bahan kita terhadap desain instruksinal.

Hamereus (1968) menyatakan bahwa desain instruksional adalah

“syatematic process of bringing relevant goal into effective learning activity”.

Definisi ini menyetakan bahwa desain instrtuksional merupakan proses sistematik

untuk memungkinkan tujuan umum dicapai melalui proses belajar yang efektif.

Proses yang sisitematik itu dimulai dengan rumusan tujuan umum.

Ahli lain, Gustafon (1997) menyatakan bahwa deain instruksional adalah

‘a process for improving the quality instruction’. Definisi ini menekankan maksud

dari proses desain instruksional yang pada akhirnya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Buhl (1975) dalam Reigeluth, C M., Bunderson, C. Victor dan Merril M.

David (1978) mengatakan bahwa desain instruksional adalah “ A set of activities

aimed at improving the conditions of learning for students’. Definisi ini melihat

desain instruksional sebagai rangkaian kegaiatan yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kondisi-kondisi belajar agar dapat membantu pesrta didik.

“Instructional Design Means more than leterally creating instrumentation.

It is associated with the broader concept of analyzing human performance

problem systematically, identifying the root causes of those problems, considering

various solutions to addres the root causes, and and implementing the solutions in

ways designed to minimize the unintended consequences of corrective action”,

Page 6: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

6

kata Rothwel and Kazanas (2004, p. 3). Mereka berpendapat bahwa desain

instruksional lebih dari menciptakan intrumentasi atau alat tetapi lebih terkait

dengan konsep lebih luas tentang penganalisasian masalah kinerja manusia secara

sistematik. pengidentifikasian akar penyebab masalah-maslah tersebut dan

pelaksanaan pemecahan masalah dengan cara yang dirancang untuk meminilkan

akibat yang tidak diharapkan dari tindakan perbaikan.

Definisi ini sangat panjang karena menunjukkan keluasan lingkup kehiatan

dan kompleksitas desain instruksional. mereka memandang desain instruksional

dari segi proses awal sampai akhir dalam pemecahan masalah kinerja manusia

sehingga menjadi solusi yang efektif untuk menghasilkan kinerja yang

diharapkan. Dalam prose situ termasuk mempertimbangkan berbagai alternative

pemecahan masalah yang berbasisikan berbagai akar penyebabnya.

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa desain

instruksional adalah suatu proses sistematis, efektif dan efisien dalam

menciptakan sisitem instruksional untuk memecahkan masalah belajar atau

peningkatan kinerja peserta didik melalui serangkaian kegiatan pengidentifikasian

maslah, pengembangan dan pengevaluasian.

Istilah “desain instrksional” acapkali dipadankan dengan “desain

pembelajaran” atau “perancangan pembelajaran’. Penggunaan istilah-istilah itu

dapat dipertukarkan sepanjnag pengertiannya tetap mengacu pada terminolgi

teknis asalnya, instructional design.

Beberapa istilah yang berkaitan erat dengan desain istruksional antara lain

learning, yang menurut Rebert M. Gagne (1985) “is a change in human

disposition or capability that persists over a period of time and is not simply

ascribable to processes of growth”. Definisi ini memandang belajar berbagai hasil

bukan proses. Hasil tersebut berkenaan dengan perubahan pada kapabilitas

manusia yang secara tetap terjadi sepanjang periode tertentu dan bukan karena

kebetulan sebagai akibat dari proses perkembangan diri.

Istilah lain yang berkaitan dengan desain instruksional adalah performance

atau kinerja. Seperti haknya learning, performance merupakan tujuan akhir dari

Page 7: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

7

pembelajaran. Kinerja menurut Rothwell dan Kazanas (2004, p. 5) adalah “the

achievement of result, the outcomes (ends) to which purposeful activities (Means)

is directed”. Kinerja menurut mereka adalah produk akhir dari kegiatan yang

dilakukan oleh manusia berdasarkan kapabilitas yang dimilikinya.

Pembelajaran, istilah lain yang acapkali terkait dengan desain

instruksional, merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari bagian-bagian

dengan fungsi masing-masing dan secara bersama berbentuk satu kesatuan dengan

satu fungsi mencapai tujuan instruksional yang telah dirumuskan sebelumnya.

Apabila salah satu bagian di dalamnya tidak berfungsi dengan beik, tujuan

instruksional yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai dengan baik pula. Karena

itu, pembelajaran memenuhi sifat sisitem.

Beberpa istilah penting yang kait mengait mulai dari pembentukan konsep

sisitem sampai menjadi pendekatan sisitem dapat dilihat pada gambar sebagai

berikut.

Gambar 2. Pengembangan Keterampilan Sistem

Gambar tersebut menunjukkan bahwa proses pendekatan sisitem yang

digunakan dalam pemecahan maslah dimulai dari studi terhadap system yang ada

yang menghasilkan hal-hal yang bersifat psitif dan negatif tentang fungsi suatu

sisitem yang sudah ada, baik secara keseluruhan maupun per subsistem. Hasil

studi tersebut membentuk konsep system pada diri individe yang melakukan studi

Page 8: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

8

dan sekaligus mempengaruhi perseposinya terhadap dunia khususnya lingkungan

sisitem tersebut. Konsep system ini dipahami menjadi pandangan system (system

view) yang membuat individu bersangkutan selalu memandang bahwa setiap

masalahtidak pernah berdiri sendiri. melainkan terkait berbagai factor lain yang

berada di sekitarnya.

Kebiasaan menerapkan pendangan system dalam pemecahan masalah

menciptakan pendekatan system (system analysis) dan sintesis system ( System

synthesis). keduanya berfungsi dalam pemecahan suatu masalah. Penggunaan

pendekatan system ditandai dengan teridentifikasinya berbagai kemungkinan

penyebab dan berbagai kenungkinan solusi sebelum terpilih salah satu solusi yang

diperkirakan paling efektif dan efisien.

Penggunaan pendekatan sisitem dalam kegiatan isntruksional berkembang

lebih pesat setelah munculnya teknologi instruksional sejak awal tahun 1960-an.

Sebagai ilmu, bidang kajian dan profesi, teknologi instruksional berkembang

terus. Selain komponen pengajar, pengajar, peserta didik dan fasilitas, kegiatan

instruksional dianalisis menjadi subsistem-subsisitem sebagai berikut: tujuan

isntruksional, tes, strategi instruksional, bahan instruksional, dan evaluasi. Oleh

karena itu, untuk memecahkan masalah isntruksional kita perlu menguji fungsi

setiap subsisitem tersebut melalui analisis system. Hasil analisis ini memberi

petunjuk subsisitem yang perlu diganti atau diperbaiki. Langkah lain adalah

mensintesis system baru dengan cara mengintegrasikan berbagai subsisitem baru

untuk mewujudkan suatu sisitem yang lebih baik.

Untuk mengembangkan sisitem instruksional yang sesuai untuk memenuhi

kebutuhan para pemangku kepentingan pendidikan muncul suatu teknologi yang

disebut desain instruksional yang merupakan bagian dari teknologi instruksional.

Pada dasarnya desain isntruksional merupakan proses mengidentifikasi subsistem

yang satu dengan yang lain, mengembangkan fungsi setiap subsistem, mensintesis

semua subsistem yang ada di dalamnya menjadi satu kesatuan, dan kemudian

mengevaluasi fungsinya sebgai suatu system keseluruhan.

Page 9: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

9

Secara sederhana, bagan pendekatan sisitem dalam desain isntruksional

tampak sebagai berikut.

Pendekatan system dalam dunia pendidikan sebenarnya merupakan digusi

dari pendekatan system yang semula digunakan oleh pengembangan sisitem

persenjataan pada angkatan bersenjata amerika serikat. Dari sana pendekatan

system mejalar ke bidang insdustri untuk memproduksi komoditi mereka sebelum

menyebar ke biodang-bidang lain termasuk pendidikan.

Penerapan pendekatan sisitem dalam sunia pendidikan dapat diarahkan

kepada berbagai tujuan tergantung kepada maslah yang akan dipecahkan. Hasil

penerapan pendekatan sisitem itu dapat berupa pelayanan administrasi, pelayanan

registrasi atau pengadaan bahan pembelajaran berbasis computer. Hasil

pendekatan sisitem pada akhirnya terarah kepada pencapaian dan peningkatan

kualitas hasil belajar pesrta didik.

Bagan pendekatan sisitem yang sedrhana seperti yang telah digambarkan

di atas akan berkembang lebih kompleks apabila digunakan untuk pemecahan

masalah, tergantung pada kompleksitas masalah dan besar-kecilnya lembaga

pendidikan. Walaupun demikian, prinsip yang digunakan untuk menyusun system

instruksional tersebut sama.

B. Penggunaan Desaian Instruksional

Pengembangan instruksional adalah terminology yang berkembang kurang

lebih lima puluh tahun yang lalu. Penerapannya di Indonesia mulai popular pada

permulaan 1970 dengan penggunaan Prosedur Pengembangan SistemInstruksional

Mengidentifikasi Mengembangkan Mengevaluasi

Formatif

Merevisi

Page 10: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

10

(PPSI), khususnya dalam mengiringi kurikulum 1975 lebih menonjol pada tingkat

SD dan SMP tetapi juga di perguruan tinggi dan lembaga diklat baik yang berada

di bawah departemen maupun yang berstatus swasta. Tenaga-tenaga pengajar,

pelatih, pengembangan krikulum dan juga tenaga-tenaga khusus memberikan

perhatian yang lebih besar terhadaap kegiatan desaian instruksiona l.

Untuk mempertajam pemahaman tentang desain instruksional ada baiknya

ditambahkan pendapat berbagai ahli lan sebagai berikut:

Clarence Schauer (1971) dalamReigeluth, C.M, Bunderson, C. Victor dam

MerrilM.David (1978) menyebutnya sebagai perencanaan secara akal sehat untuk

mengidentifikasikan masalah belajar dan mengusahakan pemecahan masalah

dengan menggunakan rencana terhadap pelaksanaan evaluasi, ujicoba, umpan

balik, dan hasinya.

AT & T atau American Telephone & Telegraph (1985), mendefenisikan

desain instruksional sebagai suatu resep dalam menyusun peristiwa dan kegiatan

yang diperlukan untuk memberikan petunjuk untuk mencapai tujuan. AT & T

dipandang sebagai salah satu perusahaan telephone dan telegraf yang mempunyai

system pengembangan program latihan yang paling maju. Organisasi ini

membaagi proses pengembangan instruksional menjadi dua tahap yaitu proses

desain untuk menghasilkan cetak biru dan proses pengembanggan yang

menggunakan cetak biru.

Reigeluthdan AT & T tampaknya sejalan dan memunculkan diskusi cukup

panjang, dalam praktik tidak pernah terjadi bahwa kegiatan desain hanya berhenti

pada dihasilkannya cetak biru tetapi sampai pada tahap memproduksi dan tahap

memfalidasi program tersebut.

Bila diperhatikan model desaini instruksional karangan Dick, Carey &

Carey (2009) atau karangan Gagne (1979), merupakan dua model dari dua tokoh

kuat dalam bidang tersebut, proses desaininstruksional mereka sama panjangnya

dengan proses pengembangan instruksional.

Page 11: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

11

Pengembangaan instruksional dan desainin struksional yaitu suatu proses

sistematis megidentifikasi masalah, mengembangkan strategi dan bahan

instruksional, serta mengevaluasi efektivitas dan efesiennya dalam mencapai

tujuan instruksional. Pengembangan instruksional atau desain istruksional adalah

proses sistematis dalam mencapai tujuan instruksonal secara efektif dan efisien

melalui pengi dentifikasi masalah, untuk menentukan hal-hal yang harus direvisi.

Kedua defenisi tersebut mengandung pengertian yang sama yaitu :

1. Tujuan atau hasil akhir desain instruksional adalah satu set produk

instruksional yang eektif dan efisien dalam mencapai tujuan instruksional.

Satu set produk ini disebut pula system instruksional.

2. Proses desain instuksional dimulai dengan mengidentifikasi masalah

dilanjutkan dengan mengembangkan strategi dan bahan instruksional,

kemudian diakhiri dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya.

Proses evaluasi di sini termasuk kegiatan revisi.

C. Berbagai Model Desain Pembelajaran

Penggunaan pendekatan sistem dalam desain instruksional telah

menghasilkan berbagai model. Tidak semua model itu serupa. Sebagian sesuai

untuk digunakan untuk memecahkan masalah yang lebih luas, sebagian kecil

sesuai untuk pemecahan masalah yang lebih sempit, yaitu di suatu lembaga yang

mempunyai kondisi khusus. Berikut ini disampaikan lima model yang

tergolongpaling awal (tahun 1960-an) dan digunakan, baik oleh pengaragnya

sendiri maupun oleh orang lain. Perbandiangan kelima model ini diturunkan dari

karya Twelker, Urbach, dan Buck (1972). Judul dan pengarang kelima model

yang tergolong sebagai pendahulu tersebut tanpak dalam daftar berikut ini.

Page 12: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

12

Tabel 1 Daftar Lima Buah Pendekatan Sistem dalam Pendidikan

No. Judul Pengarang Tahun

1. System Approach For Education (SAFE) Corrigan 1966

2 Michigan State university Instructional

System development model

Barson 1967

3 Project MINERVA Instructional System

Design

Tracey 1967

4 Teaching Research System Hamreus 1968

5 Banathy Instructional Development System Banathy 1968

Berikut ini disampaikan langkah-langkah dari setiap model tersebut.

1. SAFE Model

a. Tahap I, Analisis Sistem (Apa)

1. Menilai kebutuhan;

2. Menentukan tujuan misi;

3. Menentukan persyaratan misi;

4. Menentukan hambatan;

5. Menentukan profil misi dan peryratan dan hambatan;

6. Melakukan analisis fungsional tentang persyratan dan hambatan;

7. Melakukan analisis tugas dan persyaratan dan hambatan;

8. Melakukan analisis metode & alat dan persyaratan dan hambatan;

9. Membuat keputusan final tentang meneruskan atau berhenti;

b. Tahap II, Sintesis Sistem (Bagaimana)

1. Mengidentifikasi strategi perencanaan masalah;

2. Mendesain pengelolaan/rencana pelaksanaan untuk setiap alternatif;

3. Menganalisis alternatif dari segi keefektifan dan efisiensi biaya;

4. Memilih rencana pengelolaan dan pelaksanaan yang mempunyai

keefektifan biaya yang optimal;

5. Menyusun rencana validasi atau tes lapangan (metode/media) seduai

kebutuhan;

Page 13: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

13

6. Implementasi/pengelolaan penggunaan rencana pelaksanaan;

7. Mengevaluasi penampilan (proses dan prduk);

8. Merevisi untuk mencapai prestasi yang dipersyaratkan.

2. The Michigan State Model, (Barson, 1967)

a. menetukan tujuan pendidikan umum, perguruan tinggi, fakultas, jurusan,

mata kulliah;

b. Mulai;

c. Mengumpulkan data masukan;

d. Menentukan prilaku awal dan akhir;

e. Mengembangkan rasional untuk ujian awal dan akhir;

f. Mengombinasikan seluruh data masukan;

g. Mengembangkan contoh pengajaran untuk isi pelajaran tertentu;

h. Memilih bentuk informasi yang representative;

i. Rencanakan strategi;

j. Menentukan alat transmisi berdasarkan hasil pemilihan bentuk informasi;

k. Mengumpulkan, mendesain, memproduksi media yang telah ditentukan;

l. Merampungkan;

m. Tes lapangan dengan kelompok peserta didi;

n. Mengidentifikasikan dan memperbaiki kesalahan;

o. Mengembangkan instru,ment evaluasi dengan menggunakan data

mahasiswa dan informasi media berdasarkan hasil pengembangan

rasioanal untuk ujian awal dan akhir (langkah 5);

p. Penerapan pada mata kuliah berdasarkan hasil langkah 15 dan 14;

q. Evaluasi dan mengulang kembali untuk memperbaiki sebagai mana

diperlukan.

3. Project MINERVA Models

a. Pengumpulan data pekerjaan;

b. Mengidentifikasi persyaratan pelatihan;

c. Merumuskan tujuan penampilan;

d. Menyusun tex penampilan

Page 14: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

14

e. Memilih isi mata pelajaran;

f. Memilih strategi isntruksional;

g. Memproduksi bahan instruksional;

h. Melaksanakan kegiatan instruksional;

i. Melaksanakan dan menganalisis tes;

j. Mengevaluasi bahan instruksional;

k. Tindak lanjut lulusan.

Keterangan

Model Minerva sesuai untuk pengemabnagn diklat

4. Teaching Reserch System

a. Tahap I, Pendefinisian dan pengembangan dan Pengelolaan Sistem

1) Mengidentifikasi masalah instruksional;

2) Menentukan dan memilih staf pendukung;

3) Menentukan control pengelolaan;

4) Berdasarkan butir 2) dan 3) mengidentifikasi populasi peserta didik;

5) Berdasarkan butir 2) dan 3) mengumpulkan bahan pengajaran;

6) Berdasarkan butir 2) dan 3) menganalisis context isntruksional.

b. Tahap II, Analisis Desain

1) Mengidentifikasi tujuan prilaku;

2) Menyususn pengukur penampilan;

3) Berdasarkan butir 1) menetukan tujuan-tujuan khusus;

4) menyusun pengukur penampilan khusus;

5) Berdasarkan butir 3) mengidentifikasi jenis belajara;

6) Menentukan kondisi belajar;

7) Berdasarkan butir 5) menentukan penyesuaian terhadap pekerjaan

individual;

8) Menentukan bentuk kegiatan instruksional.

c. Tahap III, Pengembangan dan Penilaian

1) Pengemabnag psotiva instrksional;

2) Review teknis dan komunikasi;

Page 15: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

15

3) Berdasarkan butir 1) melakukan uji coba prototype;

4) Meyelenggarakan tes penampilan;

5) Berdasarkan butir 5) mengidentifikasi hasil uji coba;

6) Menganalisis tes;

7) Berdasarkan butir 5) mengidentifikasi sistem instruksional:

8) Mengulang kembali.

5. The Banathy Model (Bela H. Banathy, 1968)

a. Tahap I, Analisis dan Perumusan Tujuan

1) Maksud sistem;

2) Spesifikasi tujuan;

3) Tes acuan patokan.

b. Tahap II, Analisis dan Perumusan tugas-tugas Belajar

1) Menentukan tuas-tugas belajar;

2) Menilai kompetensi masukan;

3) Melakuakan tes masukan;

4) Mengidentifikasi dan larakterisasi tugas-tugas belajar yang actual.

c. Tahap III, Desain Sistem Ttersebut

1) Analisis funsi, isi, dan urutan;

2) Analisis komponen;

3) Distribusi fungsi antar komponen;

4) Penjadwalan.

d. Tahap IV, Implementasi dan Kontrol Kualitas

1) Latihan sistem;

2) Tes sistem;

3) Pelaksanaan;

4) Mengevaluasi dengan menggunakan tes acuan patokan;

5) Mengubah untuk meningkatkan.

Kterangan:

Setiap atahap dihubungkan oleh garis umpan balik.

Page 16: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

16

Kelima model pendekatan sistem tersebut dapat dibandingkan dari segi

pentahapan prosesnya. TIga tahap yang akan digunakan sebagai dasar

perbandiangan adalah:

Tahap pertama, Definisi Masalah dan Organisasi, meliputi tiga langkah,

yaitu :

a. Idenfikasi Masalah;

b. Analisis Latar (Setting);

c. Organisasi Pengelolaan.

Tahap Kedua, Analisis dan Pengembangan Sistem, meliputi tiga langkah

pula, yaitu:

a. Identifikasi Tujuan;

b. Penentuan Metode;

c. Penentuan Prototipe.

Tahap Ketiga, Evaluasi, Meliputi tiga langkah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tes atau uji coba;

b. Menganalisis hasil uji coba;

c. Implementasi atau uji coba ulang.

Marilah kita mulai memperbandingkan kelima model tersebut langkah

demi langkah.

1. Tahap pertama, Definisi Masalah dan Organisasi, meliputi tiga langkah.

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi maslah merupakan proses membandingkan keadaan sekarang

dengan keadaan yang seharusnya. Hasilnya akan menunjukkan kesenjangan antara

kedua keadaan tersebut. Kesenjangan ini disebut kebutuhan (needs). Bila

kesenjangan kedua keadaan tersebut besar, kebutuhan itu perlu diperhatikan atau

diselesaikan. Kebutuhan yang besar dan ditetapkan untuk diatasi itu disebut

maslah, sedangkan kebutuha yang lebih kecil mungkin untuk sementara atau

seterusnya diabaikan. I amrupakan kebutuhan yang tidak dianggap sebagai

maslah. Hasil akhir dari identifikasi maslah adalah perumusan tujuan umum.

Page 17: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

17

Bila kita perhatikan, bahasa yang digunakan kleima model diatas berbeda,

tetapi maksudnya sama. Perbandingan istilah yang dimisalkan oleh kelima model

tersbut sebagai berikut :

Tabel 2 perbandinagn istilah untuk meyatakan identifikasi masalah

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

Mendefinisikan masalah instruksional

Menentukan tujuan pendidikan umum: perguruan

Tinggi, Fakultas, Jurusan, Mata kuliah.

SAFE

Project MINERVA

Banathy

1) Menilai kebutuhan;

2) Menentukan tujuan misi;

3) Menentukan persyaratan penempilan

(Performance) misi;

4) Menentukan hambatan;

5) Menentukan profil misi;

6) melakukan analisis fungsional;

7) Melakukan analisis tugas;

8) Melakuakan analisis metode dan alat;

9) Membuat keputusan kelayakan final (terus atau

berhenti);

Mengumpulkan data pekerjaan

Maksud sistem

b. Analisis Latar

Analisis latar meliputi kegiatan menentukan karakteristik pesrta didik dan

sumber belajara yang tersedia untuk digunakan dalam pemecahan masalah . Apa

bahsa yang dipergunakan oleh kelima model diatas?

Page 18: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

18

Tabel 3 Perbandingan istilah untuk menyatakan analisis latar

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

SAFE

Project MINERVA

Banathy

1) Mengidentifikasi populasi pesrta didik;

2) Mengumpulkan bahan pelajaran yang relevan;

3) Menganalisis context intruksional;

Mengumpulkan data masukan

Mengidentifikais strategi alternatif pemecahan

maslah

Mengumpulkan datapekerjaan

1) Menilai kompetensi masukan;

2) Tes masukan

c. Organisasi Pengeloalaan

kegiatan yang termsauk Organisasi Pengelolaan cukup luas, yaitu

meliputi:

1. Pendefinisian tugas dan tanggung jawab yang diperlukan.

2. Pembentukan jaringan berkomunikasi untuk mengorganisasikan

pengumpulan dan pendistribusian informasi kepada tim pengembangan;

3. Pembentukan rencana proyek dan prosedur control.

Kegiatan pengembangan instruksioanal untuk sklala luas seperti skala

nasional, regional, pperguruan tinggi atau lembaga, biasanya dilaksanakan oleh

suatu organisasi formal yang membagi tugas dan tanggung jawab setiap anggota

tim dengan jelas agar kegiatan pengembangan instruksioanal tersebut sejauh

mungkin terhindar dari hambatan atau kegagalan. Marilah kita lihat kembaloi

Page 19: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

19

kelima model yang kita bandingkan masing-masing dan terminology apa yang

mereka gunakan untuk menjelaskan pengertian organisasi pengelolaan ini.

Tabel 4 perbandingan istilah untuk menyatakan organisasi pengelolaan

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

SAFE

Project MINERVA

Banathy

1) Menentukan dan memilih staf pendukung

2) Menentukan control pengelolan

Tidak ada

Mendesain pengelolaan atau rencana pelaksanaan

setiap alternatif

Tidak ada

Tidak ada

2. Tahap Kedua, Analisis dan pengembangan Sistem

Hasil kegiatan tahap pertama, Defu=inisi Masalah dan Organisasi,

memberikan arah kepada atim atau pengembang instruksional untuk memulai

kegiatan tahap kedua, yaitu tahap Analisis dan Pengembanagan sistem. Tahap ini

meliputi tiga langkah, yaitu: identifikasi tujuan, penentuan etode dan pembuatan

prototype.

a. Identifikasi Tujuan

tujuan adalah apa yang akan dapat dikerjakan oleh pesrta didik setelah

menyelesaikan proses belajar. Tujuan ini haruslah bermanfaat bagi pesrta didik. Ia

berbentuk prilaku pesrta didik yang dapat diukur. Tujuan ini kemudian diuraikan

menjadi tujuan-tujuan khusus, yaitu tujuan yang lebih rinci dan spesifik.

Page 20: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

20

Selanjutnya, tujuan khusus ini disusun dalam urutan yang logis. Atas dasar tujuan

inilah isi pelajaran dipilih dan disajikan kepada pesrta didik kelak.

Kelima model yang kita bandingkan menggunakan istilah yang berbeda

untuk menggambarkan pengertian tujuan tersebut.

Tabel 5 Perbandingan istilah untuk menyatakan identifikasi tujuan

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

SAFE

Project MINERVA

Banathy

1) Mengidentifikasi tujuan perilaku (behavioral

objectives)

2) Menentukan tujuan misi

Menentukan secara spesifik perilaku awal dan akhir

Menentukan tujuan misi

Merumuskan tujuan penampilan

Spesifikasi tujuan

Bila kita perhatikan dengan cermat, kata tujuan yang digunakan kellima model

tersebut bervariasi. Ada yang menggunakan istilah tujuan yang menunjukkan

perilaku (behavioral objective), tujuan penampilan (performance objective), atau

tujaun saja (objective) untuk pengertian yang sama.

b. Penentuan Metode

Penentuan metode dan media isntruksional sangat penting untuk

memungkinkan pesrta didik mencapai tujuan instruksional Metode yang

diidentifikasikan dapat lebih dari satu, atau beberapa alternatif metode, karena

dalam uji coba ada kemungkinan metode yang digunakan tidak efektif sehingga

perlu diganti dengan metode lain.

Page 21: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

21

Istilah yang digunakan para ahli bervariasi. Ada yang menggunakan istilah

metode isntruksional untuk pengertian cara lain dan alat0alat yang digunakan

dalam kegiatan isntruksional, ada pula yang memisahkan pengertian metode dan

media sevagai cara dan alat transmisi. Sebagian lagi menggunakan istilah strategi

isntruksional untuk menggantikan kata metode dan media tersebut.\

Berbagai istilah digunakan oleh kelima model yang kita bandingkan

tampak sebagai berikut:

Tabel 6 Perbandingan istilah untuk meyatakan metode

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

SAFE

Project MINERVA

1) Mengidentifikasi tipe belajar;

2) Menentukan kondisi belajar;

3) Menentukan penyesuaian terhadap perbedaan

individual;

4) Mengidentifikasi bentuk kegiatan instruksional.

1) Merencanakan strategi

2) Mengembangkan contoh pengajaran untuk isi

pelajaran tertentu;

3) Memilih bentuk informasi yang refresentatif;

4) Menentuka alat transmisi.

1) Memilih rencana pengelolaan dan pelaksanaan

yang mempunyai keefektifan biaya optimal

2) Menganalisis alternatif dari segi keefektifan dan

keuntungan biaya;

3) Memilih pengelolaan atau rencana pelaksanaan

yang mempunyai efektivitas biaya yang paling

optimal.

1) Memilih isi mata pelajaran;

2) Memilih strategi instruksioanal.

Page 22: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

22

Banathy

1) Menentuka tugas-tugas belajar;

2) Mengidentifikasi dan karakterisasi tugas-tugas

belajar actual;

3) Menganalisis fungsi;

4) Menganalisis komponen;

5) Pendistribusian;

6) Penjadwalan.

c. Pembuatan Prototipe

Pembuatan prototipe merupakan permulaan produksi untuk menghasilkan

barang yangs sesungguhnya. Di samping itu, pada kesempatan ini mpula dimulai

pengembangan desain evaluasi dan permulaan reviu teknis terhdap sistem tersebut

oleh para ahli serta penyusunan tes yang akan digunakan untuk mengukur perilaku

pesrta didik, baik sebelum maupun setelah uji coba nanti.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelima model yang kita

bandingkan tampak dalam tabel di bawah ini.

Tabel 7 Perbandingan istilah untuk menyatakan pembuatan prototipe

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

1) Mengembangkan prototipe isntruksional;

2) Menyusun alat pengukur penampilan;

3) Menyusun alat pengukur penampilan khusus;

4) Reviu teknis dan komunikasi.

1) Mengumpulkan, mendesain, dan memproduksi

media yang telah ditentukan;

2) Mengembangkan rasional untuk tes awal dan

akhir;

3) Mengembangkan instrument evaluasi dengan

infromsai tentang peserta didik dan media.

Page 23: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

23

SAFE

Project MINERVA

Banathy

Tidak spesifik

1) Memproduksi bahan instruksional;

2) Menyusun tes penampilan.

Tes acuan patokan

3. Tahap ketiga, Evaluasi, meliputi tiga langkah sebagai berikut:

Tahap akhir dari suatu proses pengembangan instruksional adalah

evaluasi. Hasilnya akan menjadi dasar pengambilan keputusan tentang dua hal,

yaitu : seberapa baik prototipe instruksional dalam mencapai tujuan, dan bagian

mana yang masih lemah sehingga perlu direvisi serta bagaimana merevisinya?

Banyak ahli pengembangan isntruksional berpendapat bahwa evaluasi

merupakan dasar dalam pendekatan sistem, sehingga tanpa evaluasi yang

memadai seluruh proses pengembangan isntruksional itu kehilangan maknanya.

Tahap evaluasi meliputi tiga langkah sebagai berikut : pelaksanaan uji

coba prototipe, analisis hasil dan implementasi/penggunaannya kembali.

a. Uji Coba Prototipe Injstruksional

Uji coba prototipe biasanya mengambil bentuk-bentuk di bawqah ini:

1) Uji coba pengembangan untuk melihat komponen yang perlu direvisi;

2) Uji coba vaildasi untuk melihat seberapa jauh pesrta didik mencapai

tujuan instruksional;

3) Uji coba lapangan untuk menentukan apakah pengajar dan peserta didik

lain dapat menggunakan bahan-bahan tersebut.

Berbagai sitilah dan langkah digunakan oleh pengembang instruksional

untuk melaksanakan uji coba prototipe ini.

Page 24: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

24

Tabel 8 Perbandingan istilah untuk menyatkan uji coba peototipe

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

SAFE

Project MINERVA

Banathy

1) Uji coba prototipe

2) Menyelenggarakan tes penampilan;

Tes lapangan dengan kelompok pesrta didik

1) Menyusun rencana validasi atau tes lapangan

(metode/alat/media) sepeti diperlukan;

2) Implementasi/memantau pengelolaan dan rencana

pelaksanaan;

3) Mengevaluasi penampilan.

1) Melaksanakan kegiatan isntruksional;

2) Melaksanakan dan menganalisis tes

1) Latihan sistem;

2) Tes sistem.

b. Analisis Hasil

Analisis hasil merupakan tigga jenis kegiatan, yaitu: pertama, tabulasi dan

memproses data evaluasi. Kedua, menentukan hubungan antara metode yang

digunakan, hasil yang dicapai dan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, menafsirkan

data. Kualitas revisi yang akan dibuat tergantung kepada implementasi ini.

Kelima model yang kita perbandingkan menggunakan istilah yang berbeda

sepeti tampak dalam tabel berikut.

Page 25: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

25

Tabel 9 Perbandingan istilah untuk meyatakan analisis hasil

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

SAFE

Project MINERVA

Banathy

1) Menganalisis hasil uji coba;

2) Menganalisi tes;

Tidak spesifik

Evaluasi penampilan (proses dan produk)

Mengevaluasi kegiatan instruksional

Mengevaluasi

c. Implementasi uji coba ulang

Berdasarkan interpretasi data hasil uji coba revisi dilakukan dari revisi

kecil sampai revisi total. Akhirnya, keputusan harus diambil untuk mengakhiri uji

coba ulang kemudian mengimplementasikannya.

Kelima model yang kita bandingkan menggunakan beranekara ragam

istilah umtuk menyatakan hal tersebut.

Tabel 10 Perbandingan istilah untuk menyatakan implementasi/uji coba ulang

MODEL KEGIATAN

Teaching Research System

Michigan State University

Instructional System

Development Model

SAFE

Memodifikasi sistem isntruksional

1) Mengidentifikasi letak dan mengoreksi

kelemahan;

2) Mengevaluasi dan mengulang kembali untuk

memperbaiki sebagaimana diperlukan.

Merevisi untuk mencapai prestasi yang didinginkan

Page 26: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

26

Project MINERVA

Banathy

Tertuang untuk mencapai prestasi yang diinginkan

Mengubah untuk memperbaiki

Bila anda perhatikan perbandingan kelima model diatas, ternyata di

samping istilah-istilah yang mereka gunakan tidak sama, urutan langkah-langkah

yang mereka tempuh juga tidak selalu sama.

Ini menunjukkan bahwa proses pengembangan instruksional itu tidak

terdiri atas urutan langkah-langkah yang baku, atau yang tidak dapat ditawar lagi.

Yang ada dan sudah baku adalah model dasar untuk pengembangan isntruksional,

yaitu mengidentifikasi, mengembangkan serta mengevaluasi & merevisi.

Page 27: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model-model pengembangan atau desain instruksional semakin lama

semakin banyak, karena setiap ahli dan setiap institusi cenderung menciptakan

model sendiri sesuai dengan kebutuhan isntitusi yang akan menggunakannya dan

kebutuhan populasi sasaran. Dalam 50 tahun terakhir sampai tahun 2011 semua

model itu pada dasarnya meliputi pengertian proses desain, proses pengembangan,

proses evaluasi formatif sehingga dihasilkan sistem instruksional, termasuk bahan

tersebut oleh berbagai pihak terkait, terutama pesrta didik, pengajar dan

penyelenggara pendidikan. Dengan bahan isntruksional dapat dilaksanakan sesuai

dengan tujuan secara efektif dan efisien. Pada garis besarnya setiap model dapat

dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan

sistem, dan tahap evaluasi. setiap tahap terdiri dari beberapa langkah.

Perbedaan antar model yang atu dengan yang lain terletak pada empat

faktor yaitu:

1. Tingkat penggunaanya sepeti tingkat institusi dan tingkat mata pelajaran;

2. Penggunaan istilah dalam setiap tahap dan langkah;

3. Jumlah langkah pada setiap tahap;

4. Lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan.

Smua model desain instruksional itu sepakat dalam enam hal, sebagai

berikut:

1. Desain instruksional selalu mulai dari perumusan tujuan instruksional

umum yang berisi kompetensi yang diharapkan dicapai oleh pesrta didik

pada akhir pembelajran.

2. Perumusan tujuan instruksional umum dianalisis atau dijabarkan menjadi

tujuan isntruksional khusus melalui suatu proses yang disebut dengan

Page 28: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

28

analisis instruksional. Proses analisis sepeti acap kali diabaikan oleh

praktisi pemebelajaran.

3. Penulisan tujuan isntruksional khusus berdasrkan hasil analisis

instruksional yang berisi kompetensi-kompetensi khusus yang belum

dikuasai oleh peserta didik. penentuan batas anatara kompetensi khusus

yang belum dikuasai dengan yang sudah dikuasai pesrta didik dilakkukan

dengan cara sebagai berikut.

a. Membuat daftar hasil analisis instruksional dalam bentuk bagan yang

salaing berkaitan.

b. Menentukan kompetensi khusus yang telah dikuasai pesrta didik

sebelum mengikuti pembelajaran melalui tes perilaku awal (entering

behavior test).

c. Menentukan garis batas antara A dan B yang disebut garis perilaku

awal (enetering behavior line).

4. Menulis tes atau alat penilaian hasil belajar berdasarkan tujuan

isntruksional umu dan tujuan instruksional khusus. hal ini berbeda dengan

kebanyakan praktisi pemebelajaran yang menulis tes berdasarkan isi

pembelajaran dan melakukannya pada akhir pembelajaran, bukan sebelum

mulai pembelajaran.

5. Menentukan strategi instruksional yang meliputi urutan langkha-langkah

isntruksional, urutan ini instruksional metode dab media & alat

isntruksional serta alokasi waktu sebagai dasar untuk menyusun bahan

istruksional. Kebanyakan praktisi pemebelajaran tidak membuat strategi

isntruksional dan langsung membuat bahan isntruksional berdasarkan

daftar isi intruksional.

6. Evaluasi formatif dilakuakan untuk memvalidasi prototipe sistem

instruksional yang terdiri dari bahan isntruksional dan pedoman serta

panduan pelaksanaan kegiatan isntruksional. Kebanyakan praktisi

mengabaikan pelaksanaan evaluasi formatif dan melaksanakan tes di

tengah-tengah kegiatan isntruksional. Tes semacam itu mereka sebut tes

foramtif.

Page 29: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

29

Pada garis besarnya model yang digunakan dalam buku ini yaiut model

pengembangan isntruksional (MPI), sejalan dengan model yang lain pada

umumnya, Ia dibangun berdasarkan prinsip-prinsip belajar dari instruksiomnal

yang dapat digunakan baik untuk pembelajaran tatap muka maupun pendidikan

jarak jauh. Model tersebut terdiri atas tiga tahap dan setiap tahap terdiri beberapa

langkah.

Tahap pertama, definisi, terdiri dari tiga langkah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan isntruksional

umum;

2. Melakukan analisis instruksional;

3. Mengidentfifikasi perilaku dan karakteristik awal pesrta didik.

Tahap kedua, analisis dan pengembangan prototipe sistem, terdiri dari

empat langkah sebagai berikut:

1. Menulis tujuan instruksional;

2. Menulis alat penilaian hasil belajar;

3. Menyusun strategi isntruksional;

4. Mengembangkan bahan instruksional.

Tahap ketiga, melaksanakan evaluasi formatif yang terdiri dari tiga

langkah sebagai berikut.

1. Penelaahan oleh apakr dan revisi;

2. Evaluasi oleh 1-3 pesrta didik dan revisi;

3. Uji coba dalam skala terbatas yang melibatkan sekelompok kecil pesrta

didik, pengajar dan sarana terbatas penunjang diikuti dengan revisi;

Uji coba lapangan sepeti keadaan yang sebenarnya dengan melibatkan semua

komponen dalam sistem sesungguhnya.

MPI dimaksudkan untuk digunakan pada skla luas seperti merancang

program studi dan skla kecil seperti tingkat mata kuliah, mata pelajaran, kursus

dan sesi. Keahlian mendesain isntruksional ini diperlukan oleh dosen dan

Page 30: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

30

pengelola program studi, atau widyaswara dan pengelola diklat, serta guru dan

pengelola sekolah yang bermaksud mengembangkan sistem isntruksional secara

sistematik, efektif dan efisien.

Page 31: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

31

DAFTAR PUSTAKA

Banthy, Bela H. (1986). Instructional Syaytem. Belmont, California: Fearon

Publishers.

Branch, Robert Maribe. (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach,

New York: Springer

Carey W. Dick, and Carey, L & Carey J. O. (2009). The Systematic Design of

Instruction. New Jersey: Pearson

Filbeck, Robert. (1974). Systems in Teaching and Learning. Lincoln, Nebraska:

Professional Educators Publications, Inc.

Gagne, Robert M., and Brings, L.J. (1979). Princple of Instructinal Design, New

York: Holt, Rinheart and Winston.

Gagne, Robert M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction.

Japan: CBS College Publishing.

Gustafon, K.L., & Branch, R (1997). Survey of Instructional Development

Models. Syracause, NY: ERIC Clearinghouse on Information an

Technology, Syracuse University.

Hamreus, D. (1968). The System Approach to Instructional Development.

Monmoth, Oregon: ERIC Document Reproduction Service.

Keller, John M. (2009). Motivational Design for Learning and Performance: The

ARCS Model Approach. New York: Springer.

Maudiarti, Santi, Suma M., Anggiearanidipta dan Prawiradilaga, Dewi Salma

(2007). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Pribadi, Benny A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian

Rakyat

Page 32: Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem

32

Reigeluth, C. M., Bunderson, C. Victor Merrill, M. David. (1978). “What is the

Design Science of Instruction” dalam Joumal of Intructional Development.

1, (2)

Rothwell, Wiliam J., and Kazanas, H.C. (2004). Mastering the Instructional

Design Process: A Systematic Approach. San Francisco: Pfeiffer.

The AT&T – Communications Learning and Development Organizations (1985).

Instructional Design Alternatives. Somerset, New Jersey: AT&T-C.

Twelker, Paul A., Urbach, Floyd D., & Buck, James E. (1972). The Systematic

Development of Instruction. Stanford: ERIC Clearinghouse on Media and

Technology.