bahan desain pembelajaran

22
DESAIN PEMBELAJARAN PAI A. Pengertian Desain Pembelajaran Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis- media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi. Desain Pembelajaran menurut Istilah dapat didefinisikan: 1. Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah yang dikehendaki. 2. Menurut Briggs Desain pembelajaran adalah Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan. 3. Menurut Seels dan Richey Desain pembelajaran adalah Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul. B. Fungsi Desain Pembelajaran Fungsi perencanaan dan desain pembelajaran adalah:

Upload: afifatul-husna

Post on 27-Dec-2015

104 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Desain Pembelajaran

DESAIN PEMBELAJARAN PAI

  A.    Pengertian Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk

membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.

Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan

pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.

Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan

dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari

pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar

tersembunyi dan hanya berupa asumsi.

Desain Pembelajaran menurut Istilah dapat didefinisikan:

1.      Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan metode pembelajaran

apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri

pemelajar ke arah yang dikehendaki.

2.      Menurut Briggs Desain pembelajaran adalah Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi

komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan.

3.      Menurut Seels dan Richey Desain pembelajaran adalah Proses untuk merinci kondisi untuk belajar,

dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan

program pelajaran atau modul.

B.     Fungsi Desain Pembelajaran

Fungsi perencanaan dan desain pembelajaran adalah:

 Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat

dalam kegiatan. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan

dan kelambatan kerja.  Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya. Meningkatkan kemampuan Pembelajar (instruktur, guru, widya iswara, dosen, dan lain-

lain). Menghasilkan sumber belajar. Mengembangkan sistem belajar mengajar. Mengembangkan Organisasi menjadi organisasi belajar.

C.    Komponen Utama Desain Pembelajaran

Page 2: Bahan Desain Pembelajaran

Komponen utama dari desain pembeajaran adalah

Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi; karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.

Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.

Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari

Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.

Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai

atau belum.

D.    Model - Model Desain Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memper-hatikan pola

pembelajaran tertentu, hal ini sesuai dengan pendapat Briggs (1978:23) yang menjelaskan model

adalah “seperangkat prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses” dengan demikian

model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses

pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses

komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan

siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk

komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam

proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan, penguasaan, hasil, proses atau

fungsi belajar bagi si peserta belajar.

Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran yakni:

1)      rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan berbagai

persoalan sosial kemasyarakat.

2)      Model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada pengusaan

disiiplin ilmu.

3)      Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada pengembangan

kepribadian peserta belajar. Selanjutnya model

4)      Behaviorism Joyce (2000:28) yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku.

Beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), diantaranya adalah: model classroom meeting,

cooperative learning, integrated learning, constructive learning, inquiry learning, dan quantum

learning.

a.      Model Classroom Meeting.

Page 3: Bahan Desain Pembelajaran

Karakteristik PAI salah satunya adalah untuk menghantarkan peserta didik agar memiliki

kepribadian yang hangat, tegas dan santun. Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar

mengajar yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri, dan rasa tanggung jawab

pada diri sendiri dan kelompok. Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif.

Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi, karena lebih

berorientasi pada proses, sedangkan PAI di samping menekankan pada proses tetapi juga

menekankan pada penguasan materi, sehingga materi perlu dikaji secara mendalam agar dapat

dipahami dan dihayati serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

b.      Model Cooperative Learning.

Untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama dan memecahkan masalah dapat

menggunakan model cooperative learning. Model ini dikembangakan salah satunya oleh Robert E.

Slavin (Johnson, 1990). Model ini membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, di mana satu

kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, masing-masing kelompok bertugas

menyelesaikan/memecahkan suatu permasalahan yang dipilih.. Beberapa karakteristik pendekatan

cooperative learning, antara lain:

1)      Individual Accountability, yaitu; bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung

jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan

kelompok sangat ditentu-kan oleh tanggung jawab setiap anggota.

2)      Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk

menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan

ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung

jawab, menghor-mati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.

3)      Positive Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling keter-gantungan satu terhadap

yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran

serta anggota kelompok, karena siswa berkolaborasi bukan berkompetensi.

4)      Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara

bersama-sama.

Langkah-langkahnya:

  Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin

dicapai dalam pembelajaran.

  Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan dalam belajar

secara bersama-sama dalam kelompok kecil.

  Dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara

individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku

siswa selama kegiatan belajar.

Page 4: Bahan Desain Pembelajaran

  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

c.       Model Integrated Learning.

Hakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan

menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran

terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi

pengendali di dalam kegiatan belajar sekaligus proses dan isi berbagai disiplin ilmu/mata

pelajaran/pokok bahasan secara serempak dibahas. Konsep tersebut sesuai dengan beberapa tokoh

yang mengemukakan tentang model pembelajaran terpadu seperti berikut ini:

Rancangan pembelajaran terpadu secara eksplisit merumuskan tujuan pembelajaran. Dampak dari

tujuan pengajaran dan pengiringnya secara langsung dapat terlihat dalam rumusan tujuan tersebut.

Pada dampak penggiring umumnya, akan membuahkan perubahan dalam perkembangan sikap dan

kemampuan berfikir logis, kreatif, prediktif, imajinatif. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1996/1997:3).

Ciri-ciri pembelajaran terpadu:

  Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam dalam pembelajaran terpadu dikaji dari

beberapa bidang studi/pokok bahasan sekaligus untuk memahami fenomena dari segala sisi.

  Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang

dipelajari dan diharapkan siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan

masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya.

  Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran, yang tidak secara langsung dapat memotivasi siswa untuk

belajar.

d.      Model Constructivist Learning.

Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang

menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik

kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self-regulation). Dan

akhirnya proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari

hasil interaksi dengan lingkungannya (Bell, 1993:24, Driver & Leach, 1993:104).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang model pembelajaran

konstruktivisme adalah:

1)      Mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya.

2)      Menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on.

3)      Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konsep-tual.

4)      Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif.

Page 5: Bahan Desain Pembelajaran

5)      Mengutamakan terjadikan interaksi social.

e.       Model Inquiry Learning.

Model inkuiri dapat dilakukan melalui tujuh langkah yaitu:

1)      merumuskan masalah

2)      merumuskan hipotesis.

3)      mendefinisikan istilah (konseptualisasi).

4)      mengumpulkan data.

5)      penyajian dan analisis data.

6)      menguji hipotesis.

7)      memulai inkuiri baru. James Bank (dalam Suniti, 2001: 58).

f.       Model Quantum Learning.

Quantum Learning merupakan pengubahan berbagai interaksi yang ada pada momen

belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang mempengaruhi

kesuksesan siswa. (De Potter, 1999:5) Dari kutipan tersebut diperoleh pengertian bahwa

pembelajaran quantum merupakan upaya pengorgani-sasian bermacam-macam interaksi yang ada

di sekitar momen belajar.

Pembelajaran quantum memiliki banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman belajar.

Unsur itu dibagi menjadi dua kategori yaitu Konteks dan Isi. Kerangka Rancangan Pembelajaran

Quantum:

1)      Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap pemahaman tentang apa manfaat

setiap pelajaran bagi diri siswa.

2)      Alami: Buatlah pengalaman umum yang dapat di mengerti oleh semua siswa.

3)      Namai: Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai masukan.

4)      Demonstrasikan: Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa

yang mereka sudah ketahui.

5)      Ulangi: Guru harus menunjukkan cara mengulangi materi dan menegas-kan ”Aku Tahu Bahwa

Aku Memang Tahu”.

6)      Rayakan: Guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap penyele-saian, partisipasi dan

pemerolehan keterampilan dan pengetahuan siswa.

Adapun model lainnya adalah:

a.      Model ROPES. ( Review, Overview, Presentation, Exsercise, Summary) dengan langkah-

langkah sebagai berikut.

1.      Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mengukur kesiapan siswa

untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh

siswa dan diperlukan sebagai prerequisite unuk memahami bahan yang disampaikan hari itu.

Page 6: Bahan Desain Pembelajaran

2.      Overview, sebagai mana review, overview dilakukan tidak terlalu lama yaitu berkisar antara 2

samapai 5 menit, guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu

dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategis yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan

pandangannya sehingga siswa merasa senang dan merasa dihargai keberadaannya.

3.      Presentation, tahap ini adalah merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena disini

guru sudah tidak memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses

telling shoing dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan

daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan.

4.      Exsercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa

yang telah mereka pahami. Hal ini di maksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada

siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna.

5.      Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka fahami dalam proses

pembelajaran. Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan

bahkan mungkin guru tidak pernah membuat Summary (kesimpulan) dari apa yang telah mereka

ajarkan. sellamarjaan.blogspot.com

Page 7: Bahan Desain Pembelajaran

Istialah desain (rekayasa) sebenarnya diambil dari lingkungan teknologi. Maka tidak heran bila dalam proses mendesain segala sesuatu, sedikit atau banyak akan terkait dengan nuansa teknologi. Desain secara bahasa adalah kerangka bentuk; rancangan. Secara istilah, Dewi Salma Prawiradilaga mengatakn; desain pembelajaran adalah kisi-kiri dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk mempasilitasi proses belajar seseorang. Ia membedakan antara desain pembelajaran dengan pengembangan. Ia menyatakan bahwa pengembangan adalah penerapan kisi-kisi desain dilapanan kemudian setelah uji coba selesai, desain tersebut diperbaiki atau diperbarui sesuai dengan masukan yang telah diperoleh. Kajian ini berdasarkan tinjuan teori belajar dan pembelajaran.Rothwell dan Kazanas, merumuskan bahwa desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya terhadap organisasi. Bagai mereka, peningkatan kinerja berarti peningkatan kinerja organisasi. Desain pembelajaran dalam konteks ini, yakni melakukan kegiatan melalui suatu model kinerja manusia, rumusan ini bermanfaat apabila desain pebelajaran diterapkan pada suatu pusat pelatihan di organisasi tertentu.Gagne, dkk. Megembangkan konsep desain pembelajaran dengan menyatakan bahwa desain pembalajaran memantu proses belajar seseorang, dalam proses belajar itu sendiri memiliki tahapan janka pendek (segera harus dilakukan) dan jangka panjang. Mereka percaya proses belajar terjadi karena adanya kondiri-kondisi belajar baik internal maupun eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri peserta didik, sedang kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didesain, penyiapan kondisi eksternal belajar inilah yang disebut oleh mereka sebagai desain pembelajaran. Untuk itu, desain pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan sistem agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang, mereka percaya bahwa proses belajar yang terjadi secara internal, dapat ditumbuhkan, diperkaya jika faktor eksternal dapat didesain dengan efektif.Reiser, mengemukakan bahwa desain pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan dengan konsisten dan teruji. Desain pembelajaran juga sebagai proses yang rumit tapi kreatif, aktif, dan berulang-ulang. Definisi ini berakna sistem pelatihan yaitu pendidikan di organisasi, serta proses yang teruji dan dapat dikaji ulang penerapannya.Dick and Carey, pakar teknologi pendidikan ini menegaskan penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu desain pembelajaran umumnya pendekjatan sistem terdiri atas analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem. Teori belajar, teori evaluasi dan teori pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi desain pembelajarn.Pendapat-pendapat di atas meskipun berbeda tapi memiliki prinsip dan semangat yang sama yakni, desain pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk mengantisipasi keadaan yang akan datang dengan menghitung atau mengalisis secara cermat segala kemungkinan dan mengarahkan pada suatu tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, dalam mendesain suatu objek, diperlukan pertimbangan secara komprehensip, sistematik, empirik, dan akurat. Dengan demikian dibutuhkan data yang akurat dan dapat dipercaya.Referensi Makalah®Kepustakaan:Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesi, Edisi 3, (Jakarta: Balai pustaka, 2001). Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran Instructional Design Principels, (Cet. 2, Jakarta: Kencana, 2008). Ngainum Naim dan H. Achmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI), (Cet., Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (cet. 12, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000).www.referensimakalah.com

Page 8: Bahan Desain Pembelajaran

1. Pengertian Desain Pembelajaran

Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya.[1]

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.

Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran.[2]

Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan merancang “perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.

1. C.     Model-Model Pengembangan Desain 1. Model Pengembangan Pembelajaran Menurut Dick & Carey

Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Carey, dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey. Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa urutan langkah-langkah. Urutan langkah-langkah ini tidaklah kaku. Tetapi sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak pengembang perangkat yang mengikuti urutan secara ajek dan berhasil mengembangkan perangkat yang efektif.

Adapun urutan perancangan dan pengembangan model ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi tujuan pengajaran (Identity Instructional Goals)2. Melakukan analisis instruksional (Conducting a Goal Analysis)3. Mengidentifikasi tingkah laku awal/karakteristik siswa (identity Entry Behaviours,

Characteristic)4. Merumuskan tujuan kinerja (Write performance Objectives)5. Pengembangan tes acuan patokan (Develop-criterian-referenced test items)

Page 9: Bahan Desain Pembelajaran

6. Pengembangan strategi pengajaran (Develop Instructional Strategy)7. Pengembangan atau memilih pengajaran (Develop and Select Instructional Materials)8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (Design and Conduct Formative

Evaluation)9. Menulis perangkat (Design and Conduct Summative Evaluation)10. Revisi pengajaran (Instructional Revitions).[3]

 

 

 

 

 

 

 

 

1. Model Pengembangan Perangkat Four-D Model

Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran atau disingkat menjadi 4-P. Hal ini sesuai dengan gambar di bawah ini:

 Tahap I: Define (Pendefinisian)

Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).

1. Analisis Ujung Depan (front-end analysis)2. Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)

Tahap II: Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)2. Pemilihan media (media selection)3. Pemilihan format (format selection)4. Rancangan awal (initial design)

Page 10: Bahan Desain Pembelajaran

Tahap III: Develop (Pengembangan)

Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing).

Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)2. Uji coba pengembangan (developmental testing)

Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (1) analisis pengguna, (2) menentukan strategi dan tema, (3) pemilihan waktu, dan (4) pemilihan media.

1. Analisis Pengguna2. Penentuan strategi dan tema penyebaran3. Waktu4. Pemilihan media penyebaran

Untuk kepentingan diseminasi ini, Thiagarajan, dkk menetapkan kriteria keefektifan diseminasi, yaitu

1. Clarity. Information should be clearly stated, with a particular audience in mind.2. Validity. The information should present a true picture.3. Pervasiveness. The information should reach all of the intended audience.4. Impact. The information should evoke the desire response from intended audience.5. Timeliness. The information should be disseminated at the most opportune time.6. Practicality. The information should be presented in the form best suited to the scope of the

project, considering such limitations as distance and available resources.

Untuk kepentingan penelitian, model pengembangan Thiagarajan, dkk (1974) yang ditetapkan di atas perlu disesuaikan dengan rancangan penelitian dalam batasan rasional.[4]

1. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson

Wong dan Roulerson mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:

1. Merumuskan tujuan2. Menganalisis tujuan tugas belajar3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.4. Memilih metode dan media5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

Page 11: Bahan Desain Pembelajaran

 

1. Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI

PPSI mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.[5] Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:

1. Perumusan tujuan/kompetensi

Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indikator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:

1)    Menggunakan istilah yang operasional

2)    Berbentuk hasil belajar

3)    Berbentuk tingkah laku

4)    Hanya satu jenis tingkah laku

1. Pengembangan alat penilaian

1)    Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan

2)    Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan

1. Kegiatan belajar

1)    Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

2)    Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh

3)    Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh

1. Pengembangan program kegiatan

1)    Merumuskan materi pelajaran

2)    Menetapkan model yang dipakai

3)    Alat pelajaran/buku yang dipakai

4)    Menyusun jadwal

 

Page 12: Bahan Desain Pembelajaran

1. Pelaksanaan

1)    Mengadakan pretest

2)    Menyampaikan materi pelajaran

3)    Mengadakan posttest

4)    Perbaikan

1. Model J.E. Kemp

Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu:

1. Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.2. Menganalisis karakteristik peserta didik3. Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.4. Menentukan materi pelajaran5. Menetapkan penjajagan awal (pre test)6. Menentukan strategi belajar mengajar7. Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.8. Mengadakan evaluasi.9. Model Briggs

Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara 1) tujuan yang akan dicapai, 2) strategi untuk mencapainya, dan 3) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu:

1. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah

dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.

3. Perumusan tujuan4. Analisis tugas/tujuan5. Penyiapan evaluasi hasil belajar6. Menentukan jenjang belajar7. Penentuan kegiatan belajar.8. Pemantauan bersama9. Evaluasi formatif10. Evaluasi sumatif

 

1. D.    Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Islam

Dari beberapa teori yang dipaparkan di atas teori-teori tersebut mempunyai kelebihan dan juga kelemahan masing-masing. Di sini penulis ingin mengembangkan pendidikan islam yang sesuai dengan teori yang diajarkan oleh Four-D Model

Pengembangan model pembelajaran yang berpijak pada pandangan konstruktivisme berbeda dengan pandangan behaviorisme (misalnya model Dick dan Carey). Model pengembangan

Page 13: Bahan Desain Pembelajaran

pembelajaran yang konstruktivis memiliki beberapa karakteristik, diantaranya (1) proses pengembangan pembelajaran bersifat recursive, non-linier, dan tidak ada kepastian(chaos), (2) desain bersifat reflektif dan kolaboratif, (3) tujuan muncul dari pekerjaan desain dan pengembangan, (4) pembelajaran menekankan pada belajar dalam konteks yang bermakna, (5) evaluasi formatif menentukan, dan (6) data subyektif lebih bernilai.

1. Define focus

Define focus dilakukan dengan cara membentuk tim pengembang (team partisipatory). Tugas tim ada 3, yakni (1) menciptakan dan mendukung tim partisipasi, (2) melakukan pemecahan masalah secara progresif, dan (3) mengembangkan pemahaman konstekstual.

Tim pengembang terdiri dari perwakilan pebelajar, pembelajar, desainer, seniman grafis, dan sebagainya. Tim bekerja mulai awal pengembangan produk sampai akhir. Anggota tim bisa melibatkan 1 -3 orang dari sudut pandang yang beragam, misalnya psikolog,. Mereka diharapkan dapat memberikan masukan dari sudut pandang yang berbeda.[6]

Dari pembentukan team ini nantinya akan diperoleh masukan-masukan dan masalah-masalah yang akan dihadapi. Sehingga nantinya bisa dihindari segala kemungkinan yang menjadi permasalahan.

2. Design and Development Focus

Desain dan pengembangan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena terkait dengan pengembangan pronesis dan pemecahan masalah secara progresif. Ada 4 aktivitas dilakukan dalam desain dan pengembangan ini, yakni (1) memilih lingkungan, (2) memilih format produk dan media, (3) menentukan format penilaian, dan (4) mendesain dan mengembangan produk. Dalam memilih lingkungan dan format media perlu memperhatikan 3 karakteristik penting yaitu power, flexibility, and accessibility dengan 2 komponen, yakni (1) perlengkapan/peralatan desain (tools of design), misalnya chart, video, komputer, dan lain -lain, (2) proses desain (process of design). Prosedur evaluasi lebih menekankan pada evaluasi formatif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpul data yang diperlukan menggunakan metode observasi dan dukumentasi.

3. Dissemination Focus

Sebagaimana model sistem desain pembelajaran pada umumnya, fokus desiminasi terdiri dari 4 kegiatan yakni (1) evaluasi, (2) produk akhir, (3) difusi, dan (4) adopsi. Pada tahap ini produk pengembangan digunakan pembelajaran di sekolah/kampus dalam kelas yang sebenarnya. Perlu ditegaskan bahwa produk hasil pengembangn mungkin hanya cocok untuk konteks lokal, bukanuntuk semua konteks pembelajaran

Dalam evaluasi, data-data yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Variabel-variabel yang diangkat lebih banyak bersifat kontekstual (ruang, waktu, kasus, masalah, materi) sehingga produk hasil pengembangan tidak dapat digeneralisasikan untuk semua latar (setting). Kerja yang berubah-ubah inilah kunci kesulitan dalam merancang pembelajaran konstruktivistik..[7]

 

 

1. E.     Kesimpulan

 

Page 14: Bahan Desain Pembelajaran

1. 1.                Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik

2. Dalam bidang pendidikan desain pendidikan berkenaan dengan kurikulum, konseling, administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.

3. 3.                Dalam desain pembelajaran terdapat banyak model desain diantaranya: 1. a.      Walter Dick & Lou Carey..2. Model Pengembangan Perangkat Four-D Model3. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson4. Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI5. Model J.E. Kemp6. Model Briggs

4. Dalam pengembangan desain pembelajaran pendidikan Islam ini lebih cocok menggunakan teori Dick & Carey dengan beberapa pertimbangan diantaranya:

1. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti2. teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan3. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah

diikuti4. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang

sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.• Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: Bahan Desain Pembelajaran

 

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

http://zuhairistain.blogspot.com/2009/04/pengertian-desain-pembelajaran_16.html diakses pada tanggal

Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, Boston: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 1937.

Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.

Gagne, Robert,M. The Conditions of Learning, Holt,